PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ...

91
TUGAS AKHIR SKRIPSI PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PERKUATAN LERENG KOTA SENTANI KUNDRAT DENGAN MENGGUNAKAN SHOTCRETE DAN BIOTEKNIK DISUSUN OLEH: ABDI SYAUQY NIM : 201721108 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR & KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI PLN JAKARTA 2021

Transcript of PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ...

TUGAS AKHIR SKRIPSI

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN

BIAYA PERKUATAN LERENG KOTA SENTANI

KUNDRAT DENGAN MENGGUNAKAN

SHOTCRETE DAN BIOTEKNIK

DISUSUN OLEH:

ABDI SYAUQY

NIM : 201721108

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR & KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

JAKARTA 2021

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Abdi Syauqy

NIM : 2017-21-108

Jurusan : S1 Teknik Sipil

Judul Skripsi : Perbandingan Rencana Anggaran

Biaya Perkuatan Lereng Kota

Sentani Kundrat Dengan

Menggunakan Shotcrete dan

Bioteknik

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana

baik di lingkungan Institut Teknologi PLN maupun di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini dibuat dengan penuh

kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia memikul segala

resiko jika pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, 16 Agustus 2021

Abdi Syauqy

NIM : 2017-21-108

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan

ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada

yang terhormat :

Dyah Pratiwi Kusumastuti S.T.,M.T. Selaku Dosen Pembimbing

Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya

sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

Terimakasih yang sama, saya sampaikan kepada :

Ibu Delha Sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.3

Bapak Sunardi Sebagai Koordinator Lapangan di (PPK) 1.3

Yang telah mengijinkan memberikan data skripsi kepda saya

untuk saya dapat olah dan analisis

Jakarta, 16 Agustus 2021

Abdi Syauqy

NIM : 2017-21-108

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

SKRIPSI

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi – PLN, saya yang

bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Abdi Syauqy

NIM : 2017-21-108

Program Studi : Strata Satu

Jurusan : Teknik Sipil

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk

memberikan kepada Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti

Non Eksklusif (Non- ExclusiveroyaltyFreeRight) atas karya ilmiah

saya yang berjudul : “Perbandingan Rencana Anggaran Biaya

Perkuatan Lereng Kota Sentani Kundrat Dengan Menggunakan

Shotcrete dan Bioteknik”. Beserta perangkat yang ada (jika

diperlukan). Dengan hak bebas royalty non eksklusif ini Institut

Teknologi – PLN berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 16 Agustus 2021

Abdi Syauqy

NIM : 2017-21-108

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SKRIPSI

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

PERKUATAN LERENG KOTA SENTANI KUNDRAT

DENGAN MENGGUNAKAN SHOTCRETE DAN

BIOTEKNIK

Disusun Oleh:

Abdi Syauqy

NIM : 2017-21-108

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

PROGRAM STUDI STRATA SATU TEKNIK SIPIL FAKULTAS

TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

Jakarta, 16 Agustus 2021

Mengetahui,

Kepala Program Studi

S1 Teknik Sipil

Desi Putri, S.T., M.Eng.

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dyah Pratiwi Kusumastuti S.T.,M.T

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

SKRIPSI

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PERKUATAN

LERENG KOTA SENTANI KUNDRAT DENGAN MENGGUNAKAN

SHOTCRETE DAN BIOTEKNIK

Disusun Oleh:

ABDI SYAUQY

NIM : 2017-21-108

Telah disidangkan dan dinyatakan LULUS pada sidang Skripsi Pada Program

Studi S1 Teknik Sipil

Fakultas Teknologi Infrastruktur Dan Kewilayahan Institut Teknologi Pln pada

25-Agustus-2021

TIM PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Ir. Tri Yuhanah, M.T Ketua Sidang

2. Desi Putri, ST.,M.Eng Sekretaris Sidang

3. Muhammad Sofyan,

S.T.,M.T Anggota Sidang

Mengetahui,

Kepala Program Studi

S1 Teknik Sipil

Desi Putri, S.T., M.Eng.

NIDN 0311087804

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

PERKUATAN LERENG KOTA SENTANI KUNDRAT

DENGAN MENGGUNAKAN SHOTCRETE DAN

BIOTEKNIK

Abdi Syauqy, 2017-21-108

Dibawah bimbingan Dyah Pratiwi Kusumastuti S.T.,M.T.

ABSTRAK

Analisis stabilitas lereng dilakukan untuk mengecek keamanan dari suatu lereng.

Usaha peningkatan stabilitas lereng ada beberapa cara, salah satunya adalah

perkuatan lereng dengan menggunakan Shotcrete dan Bioteknik. Shotcrete

merupakan salah satu cara perkuatan lereng pada bekas galian tanah, tujuan

diberi perkuatan agar tanah tidak longsor. Bioteknik digunakan untuk solusi

stabilitas tepi aliran, restorasi dan perlindungan erosi. Tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah untuk mengetahui rencana anggaran biaya pemasangan

Shotcrete dan Bioteknik serta dapat diketahui perbandingan harga antara

Shotcrete dan Bioteknik. Berdasarkan hasil dari rencana anggaran biaya

Shotcrete dan Bioteknik adalah untuk jumlah total pekerjaan Shotcrete Rp.

836.887.429 serta untuk jumlah total pekerjaan Bioteknik Rp. 2.058.306.355.

Jadi dari rencana anggaran biaya Shotcrete dan rencana anggaran biaya

Bioteknik didapatlah jumlah harga Shotcrete lebih murah di banding jumlah dari

Bioteknik serta alat dan bahan yang digunakan lebih sedikit serta praktis.

Kata Kunci : Stabilitas Lereng, Shotcrete dan Bioteknik, Lereng Sentani

Kundrat

viii

COMPARISON OF BUDGET PLAN FOR SLOPE

REINFORCEMENT IN SENTANI KUNDRAT CITY USING

SHOTCRETE AND BIOTECHNICAL

Abdi Syauqy, 2017-21-108

Under the guidance of Dyah Pratiwi Kusumastuti S.T., M.T.

ABSTRACT

Slope analysis is carried out for the safety of a slope. There are several ways to

increase the slope of the slope, one of which is slope reinforcement using

Shotcrete and Biotechnics. Shotcrete is one way of strengthening slopes on ex-

earth excavations, the purpose of which is given reinforcement so that the soil

does not slide. Biotechnics are used for flow edge solutions, restoration and

erosion protection. The purpose of this study was to determine the cost of

installing Shotcrete and Biotechnics and to know the price comparison between

Shotcrete and Biotechnics. Results Based on the Shotcrete and Biotechnical

budget plan, the total amount of Shotcrete work is Rp. 836.887.429 and for the

total amount of Biotechnical work Rp. 2.058.306.355. So from the Shotcrete

budget plan and the Biotechnical budget plan, it is found that the amount of

Shotcrete prices is cheaper than the amount of Biotechnical and the tools and

materials used are less and less practical.

Keywords: Slope Stability, Shotcrete and Biotechnical, Sentani Kendrat, Slope

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ ii

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ........ iv

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................................... v

ABSTRAK....................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2 1.3 Tujuan ........................................................................................... 2 1.4 Manfaat ......................................................................................... 2 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 3

1.6 Sistematika Penulisan .............................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................. 5 2.2 Landasan Teori .............................................................................. 6

2.2.1 Longsoran .................................................................................................. 6

2.2.2 Stabilitas Lereng ...................................................................................... 11

2.2.3 Shotcrete ............................................................................................... 12

2.2.4 Bioteknik ................................................................................................. 13

2.2.5 Angka Keamanan Lereng ........................................................................ 13

2.2.6 Aplikasi Komputer ................................................................................... 13

2.2.7 RAB (Rencana Anggaran Biaya) ............................................................. 14

2.2.7.1 Rencana Anggaran Biaya ...................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 15

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 15 3.1.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ................................................. 15

3.2 Desain Penelitian ................................................................................ 16 3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 17 3.4 Metode Analisa Data .......................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 19

4.1. Hasil ........................................................................................................... 19

4.1.1. Data ......................................................................................................... 19

4.1.2. Analisis Angka Keamanan Lereng Eksisting .......................................... 21

4.1.3. Analisis Kemiringan Lereng dengan Variasi Sudut Kemiringan ............ 24

x

4.1.4. Lapisan Pengendali Erosi ....................................................................... 31

4.1.5 Spesifikasi Shotcrete dan Bioteknik ........................................................ 31

4.1.6 Desain Rencana Shotcrete dan Bioteknik ................................................ 32

4.1.7 Angka Keamanan Lereng Shotcrete dan Bioteknik ................................. 30

4.1.8 Menghitung Volume Pekerjaan Shotcrete dan Bioteknik........................ 34

4.1.9 Harga Satuan Pekerja Shotcrete dan Bioteknik ....................................... 42

4.1.10 Menghitung Rencana Anggaran Biaya Shotcrete dan Bioteknik .......... 45

4.2 Pembahasan ................................................................................................ 49

4.2.1 Perbandingan Biaya Shotcrete dan Bioteknik ......................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 51

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 51 5.2 Saran .................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53

LAMPIRAN ..................................................................................................... 55

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 77

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Runtuhan Batu ............................................................................ 7

Gambar 2.2 Runtuhan Batu Atasan ................................................................ 7

Gambar 2.3 Longsoran Rotasi ........................................................................ 8

Gambar 2.4 Longsoran Translasi .................................................................... 8

Gambar 2.5 Sebaran........................................................................................ 9

Gambar 2.6 Aliran Runtuhan .......................................................................... 8

Gambar 2.7 Bioteknik ..................................................................................... 13

Gambar 2.8 Tampilan Awal Aplikasi ............................................................. 14

Gambar 3.1 Lereng Lokasi Kundrat Kabupaten Jayapura .............................. 15

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 16

Gambar 4.1 Lereng Eksisting ......................................................................... 20

Gambar 4.2 Menggambarkan Geometri Lereng Eksisting .............................. 21

Gambar 4.3 Define Material Eksisting ............................................................ 21

Gambar 4.4 Penentuan Jenis Perlapisan Tanah Eksisting ............................... 22

Gambar 4.5 Penggambaran Letak Muka Air Tanah Eksisting ........................ 22

Gambar 4.6 Slip Surface Entry and Exit Eksisting ......................................... 23

Gambar 4.7 Model Lereng dengan Kemiringan Lereng Eksisting .................. 24

Gambar 4.8 Menggambarkan Geometri Lereng Trap Dengan Variasi Sudut . 25

Gambar 4.9 Define Material ........................................................................... 26

Gambar 4.10 Penentuan Jenis Perlapisan Tanah ............................................ 26

Gambar 4.11 Penggambaran Letak Muka Air Tanah ..................................... 27

Gambar 4.12 Slip Surface Entry and Exit ....................................................... 27

Gambar 4.13 Model Lereng Trap Dengan Kemiringan Lereng 55o................ 28

Gambar 4.14 Model Lereng Trap Dengan Kemiringan Lereng 50o................ 28

Gambar 4.15 Model Lereng Trap Dengan Kemiringan Lereng 45o................ 29

Gambar 4.16 Model Lereng Trap Dengan Kemiringan Lereng 40° ............... 29

Gambar 4.17 Grafik Angka Keamanan dengan Variasi Sudut Kemiringan

Lereng ............................................................................................................. 30

Gambar 4.18 Denah Shotcrete dan Bioteknik ................................................. 32

Gambar 4.19 Potongan Shotcrete ................................................................... 32

Gambar 4.20 Potongan Bioteknik ................................................................... 33

Gambar 4.21 Detail Shotcrete ......................................................................... 33

Gambar 4.22 Detail Bioteknik ........................................................................ 34

Gambar 4.23 Menginput Berat Jenis Shotcrete .............................................. 35

Gambar 4.24 Menginput Material Geotextile pada Shotcrete ........................ 35

Gambar 4.25 Lereng Trap Dengan Menggunakan Shotcrete .......................... 36

Gambar 4.26 Menginput Material Bioteknik .................................................. 36

Gambar 4.27 Lereng Trap Dengan Menggunakan Bioteknik ......................... 37

Gambar 4.28 Desain Lereng ........................................................................... 38

xii

Gambar 4.29 Penampang Lereng Rencana..................................................... 40

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Berat Isi Tanah ..................................................... 19

Tabel 4.2 Kohesi Dan Sudut Geser Dalam ..................................................... 20

Tabel 4.3 Hasil Angka Kemanan Lereng dengan Variasi Kemiringan ........... 30

Tabel 4.4 Angka Keamanan Lereng Menggunakan Shotcrete dan Bioteknik 37

Tabel 4.5 Perhitungan Volume Shotcrete dan Bioteknik ............................... 41

Tabel 4.6 Harga Satuan Pekerja Galian Tanah ............................................... 42

Tabel 4.7 Harga Satuan Pekerja Shotcrete ...................................................... 43

Tabel 4.8 Harga Satuan Pekerja Bioteknik ..................................................... 44

Tabel 4.9 Pekerjaan Galian Tanah .................................................................. 45

Tabel 4.10 Pekerjaan Shotcrete ...................................................................... 46

Tabel 4.11 Pekerjaan Bioteknik ...................................................................... 47

Tabel 4.12 Rencana Anggaran Biaya Shotcrete dan Bioteknik ...................... 48

Tabel 4.13 Perbandingan Total Biaya Pekerjaan Shotcrete dan Bioteknik ..... 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena alam dapat terjadi kapanpun dan dimanapun sehingga dapat

menyebabkan kerugian secara material maupun non material bagi manusia

menurut (Annisa & Rinaldi, 2015) disebut sebagai bencana alam. Salah satu

contoh bencana alam yang banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda

adalah bencana tanah longsor (Aji dkk, 2014).

Tanah longsor atau longsoran dapat terjadi karena ketidakstabilan lahan

akibat hilangnya tumbuhan dan eksploitasi lahan (Aji dkk, 2014), curah hujan

tinggi mengakibatkan tanah bergerak dan kehilangan daya dukung (Luriyanto

dkk, 2014), serta peningkatan tekanan air pori di sekitar lereng (Pangemanan &

Sompie, 2014). Kabupaten Jayapura dengan pusat pemerintahan di Distrik

Sentani yang berada di kaki Gunung Cycloop yang juga merupakan salah satu

kawasan konservasi (Hutajulu, 2010) tetapi memiliki kerentanan akan bahaya

kelongsoran. Kelongsoran tersebut terjadi karena dampak pengelolaan hutan

yang tidak tepat sehingga lahan kritis meluas (Yumai & Jikwa, 2018).

Kelongsoran dapat juga terjadi karena erosi pada permukaan lereng yang

berlangsung secara terus menerus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng,

tingginya curah hujan, jenis tanah, lapisan penutup permukaan lereng (vegetasi)

serta faktor dari manusia (Sitepu dkk, 2017). Menurut (Nofrizal dkk, 2020) sudut

kemiringan yang semakin tinggi maka bidang runtuh akan semakin besar.

Kemiringan lereng di Kundrant Sentani cukup terjal dengan sudut kemiringan

60o, sehingga sering terjadi kelongsoran. Pada penelitian ini akan dianalisis

angka keamanan lereng dengan variasi kemiringan agar didapatkan angka

keamanan yang memenuhi persyaratan.

Selain kemiringan lereng, faktor lainnya yang dapat menyebabkan

kelongsoran adalah erosi di permukaan lereng. Antisipasi untuk mengurangi

potensi kelongsoran dan mencegah erosi permukaan lereng dapat dilakukan

dengan menutupi lapisan permukaan lereng dengan Shotcrete maupun vegetasi.

Penggunaan Shotcrete pada ruas jalan Sentani-Wamena masih belum mencukupi

sehingga perlu di pertimbangkan alternatif lain yang lebih efektif (Yumai &

Jikwa, 2018). Metode lainnya adalah metode bioteknik yang dapat meningkatkan

kekuatan tanah, stabilitas lereng dan mengurangi erosi permukaan lereng dimana

metode ini merupakan penggabungan vegetasi dengan material dengan material

struktur (Laela dkk, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, maka pada penelitian ini akan dianalisis

mengenai alternatif lain sebagai antisipasi kelongsoran di Kabupaten Jayapura.

2

Analisis penerapan angka keamanan dengan variasi kemiringan akan

menggunakan alat bantu perangkat lunak. Dari hasil angka keamanan yang

diperoleh akan dibandingkan anggaran biaya untuk dua jenis lapisan permukaan

lereng yaitu dengan Shotcrete dan bioteknik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan permasalahan yaitu :

1. Berapa angka keamanan lereng eksisting ?

2. Berapa angka keamanan dengan penerapan trap dan variasi kemiringan

pada lereng ?

3. Berapa angka keamanan setelah penggunaan Shotcrete dan bioteknik

4. Berapa anggaran biaya penggunaan Shotcrete ?

5. Berapa anggaran biaya penggunaan Bioteknik ?

6. Berapa perbandingan antara anggaran biaya Shotcrete dan Bioteknik ?

1.3 Tujuan

Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui angka keamanan lereng eksisting.

2. Mengetahui angka keamanan dengan penerapan trap dan variasi

kemringan pada lereng.

3. Mengetahui angka keamanan setelah penggunaan Shotcrete dan

bioteknik

4. Mengetahui anggaran biaya penggunaan Shotcrete.

5. Mengetahui anggaran biaya pengunaan Bioteknk.

6. Mengetahui perbandingan total anggaran biaya penggunaan Shotcrete

dan Bioteknik.

1.4 Manfaat

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah disebutkan

diatas, maka manfaatnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui anggaran biaya dalam penggunaan Shotcrete.

2. Dapat mengetahui anggaran biaya dalam penggunaan Bioteknik.

3. Dapat mengetahui perbandingan dari total anggaran biaya Shotcrete

dan Bioteknik serta dapat dijadikan sebagai acuan di penelitian

selanjutnya.

4. Bahan referensi dan alternatif penggunaan material untuk mencegah

erosi di permukaan lereng.

3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi lingkup penelitian diuraikan sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kundrat Sentani Provinsi Papua.

2. Di jalan Kundrat STA penelitian dibatasi hanya STA 24+400-24+600.

3. Stabilitas lereng dianalisis hanya menggunakan metode aplikasi

komputer.

4. Hanya menghitung rencana anggaran biaya Shotcrete dan Bioteknik.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimasudkan untuk memberikan gambaran yang lebih

jelas mengenal isi dalam penulisan skripsi ini. Tata cara dan penulisan yang

digunakan pada skripsi ini disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menerapkan tentang latar belakang masalah, serta memberikan batasan

yang jelas, menentukan rumusan masalah, mengemukakan tujuan yang ingin

dicapai dan manfaat yang didapat, serta memaparkan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab kedua ini membahas tentang teori-teori yang berasal dari literatur-literatur

yang mendukung penyusunan skripsi ini dengan menggunakan acuan dan lain

sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang kerangka pemikiran yang di gambarkan melalui alur

diagram, serta merupakan seluruh langkah kegiatan penelitian, metode penelitian

yang digunakan, subyek dan obyek penelitian, populasi, sampel teknik,

pengumpulan data, sumber data dan menjelaskan segala sesuatu mengenai

langkah-langkah secara detail terkait dengan masalahnya serta penganalisanya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan bagaimana hasil akhir dari semua tahap penelitian termasuk

gambaran umum pngumpulan data dan pembahasan penelitian serta

menampilkan hasil analisis.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah

dilakukan. Selain itu, diberikan pula saran yang bersifat konstruktif guna

meningkatkan kinerja hasil analisis data yang dilakukan penulis dari masa

mendatang.

4

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan acuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

(Abdul Salam Munir, 2018) dalam jurnalnya yang membahas tentang

kestabilan lereng menggunakan program slope/w pada PIT GN-10 pulau GAG

Kabupaten Raja Ampat Papua Barat program ini menghitung nilai angka

keamanan pada setiap lereng yang telah disimulasikan, yakni 40°, 45°, 50°, 55°,

dan 60°. Hasil perhitungan menunjukkan kemiringan lereng 40°-50°

menghasilkan nilai faktor keamanan di atas 1,2, sedangkan kemiringan lereng

55°-60° menghasilkan nilai faktor keamanan di bawah 1,2.

(Aji permana putra dkk, 2018) dalam jurnalnya yang membahas

penanganan daerah rawan longsor dengan menggunakan metode Shotrecte

penanganan kemiringan tanah longsor di KM 107 + 100 – KM 107 + 300

penyebab terjadinya longsor yang curam yaitu 65o dengan puncak ketinggian

mencapai 15 meter, oleh karena itu metode yang digunakan masih menggunakan

metode turap baja dari rel bekas karena dinilai lebih murah dan tidak perlu biaya

pengadaan.

(Laela dkk, 2014) dalam jurnalnya yang membahas tentang analisis

stabilitas lereng dengan mengunakan metode bioteknik pada ruas jalan Tawaeli-

Toboli penelitian ini menganalisis kestabilan lereng yang distabilisasi dengan

metode bioteknik, metode ini digunakan untuk meningkatkan kekuatan tanah,

menstabilkan lereng dan mengurangi erosi pada lereng hasil perhitungan

kekuatan geser tanah tanpa akar menunjukkan hasil yang lebih kecil

dibandingkan dengan yang menggunakan akar tanaman, pada daerah kritis di Km

17 + 300 dengan kemiringan lereng 75o diperoleh nilai Fs untuk kondisi tanpa

akar sebesar 1,043 dan kondisi dengan akar sebesar 1,454, peningkatan nilai

kohesi dan sudut geser dalam pada tanah dengan pengaruh akar dapat menjaga

kestabilan lereng.

(Wandira & Rahayu, 2021) dalam jurnalnya yang membahas tentang

peningkatan stabilitas lereng pada ruas jalan Tawaeli-Toboli dengan

Vegetasi/Bioengineering, penelitian ini menganalisis kestabilan lereng dengan

metode bioengineering, bioengineering digunakan untuk meningkatkan

kekuatan tanah dan menstabilkan lereng serta mengurangi erosi di lereng hasil

analisis stabilitas lereng menunjukkan bahwa kondisi lereng stabil pada lereng 1

(Km 16) dan lereng 3 (Km 17) dengan faktor keamanan > 1,5 sedangkan lereng

2 (Km 16 + 300) memiliki potensi longsor karena faktor keamanan < 1,5,

6

penggunaan bioengineering meningkatkan faktor keamanan menjadi > 1,5

perhitungan nilai faktor keamanan menggunakan program slope/W dan manual

bishop hasilnya tidak jauh berbeda akan tetapi waktu perhitungan dengan

program slope/W lebih cepat.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Longsoran

Pergerakan tanah yang diketahui dengan istilah longsor merupakan

terjadinya gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan terjadinya

perpindahan material yang berupa batuan, tanah, bahan rombakan atau

campuran dari material tersebut bergerak ke bidang yang lebih ringan. Gaya

agar menahan material itu di sepanjang lereng tersebut dipengaruhi dengan

sifat fisik tanah serta tahanan memindahkan tanah sehingga bekerja

disepanjang lereng. Pergantian gaya itu dipengaruhi dengan alam seperti

iklim, gempa bumi, kelembapan lereng yang berasal dari peresapan air

hujan serta juga aktivitas manusia. Akibat orang kepada pergantian gaya

antara lain merupakan penaikan berat di lereng serta tepi lereng ,

pengerukan mendarat di tepi lereng, serta penajaman ujung lereng. Tingkat

populasi jumlah masyarakat yang membuat rumah diatas tanah berlereng

amat mempengaruhi pada resiko terjadinya bencana tanah longsor (Tahir,

2019).

Pergerakan tanah terjadi di lereng, apabila timbul

ketidakseimbangan suatu lerengan sehingga menimbulkan berpindah

tempat material lahan pada bidang yang rendah dan setelah terjadinya tanah

longsor, maka lereng akan kembali stabil. Maka longsor adalah pergerakan

suatu massa tanah atau material lainnya yang menuruni lereng kearah yang

lebih rendah akibat adanya gangguan kestabilan suatu lereng. bila massa

yang bergerak pada lereng ini didominasi oleh tanah serta gerakannya

lewatsesuatu bagian pada lereng, berbentuk bidang miring maupun lekung,

sehingga cara pergerakan itu disebut sebagai longsoran tanah.

a. Jenis-Jenis Tanah Longsor Menurut (Annisa, 2020) ada 5 jenis-jenis pergerakan dari

perpindahan massa tanah tipe yaitu: Rockfall, Topples, Slides, Spreads dan

Flows.

1. Runtuhan Batu (Rockfall)

Rockfall adalah suatu gerakan yang terjadi seketika ada

gumpalan batu sehingga turun dilereng maupun tebing. Gerakan ini

memiliki ciri-ciri dengan terjun bebas dan menggelinding. Jenis

tanah longsor ini biasanya dipengaruhi dengan gaya tarik bumi,

kerusakan ahli mesin serta air di batuan.

7

Gambar 2.1 Runtuhan Batu

Sumber : (Annisa, 2020)

2. Runtuhan Bahan Atasan (Topples)

Runtuhan Bahan Atasan selaku peputaran maju karena

miringnya massa tanah maupun batuan pada sekitaran dari massa

tanah yang berpindah. Runtuhan Bahan Atasan biasanya didorong

dengan gaya tarik bumi agar diserahkan dengan berat material

sehingga memiliki berat melebihi massa tanah sehingga berubah.

Jenis tanah longsor ini juga dapat diakibatkan terdapatnya air

sehingga memasuki di retakan massa. Runtuhan Bahan Atasan

tersusun untuk batuan, material butiran kasar maupun halus.

Gambar 2.2 Runtuhan Batu Atasan

Sumber : (Annisa, 2020)

3. Slides

Pada tipe longsor ini dipecah jadi 2 ialah Rotational Slide

serta Translational Slide.

a) Longsoran Rotasi (Rotational Slide)

Longsoran Rotasi biasanya merupakan berpindah tempat

massa tanah serta batuan di aspek melincir berupa cekung

berdasarkan serta berpindah longsornya berkeliling di satu titik agar

sejajar untuk dataran tanah. Longsor itu kerap terjalin di material

yang semacam, maka tipe longsor itu sangat kerap berlangsung.

8

Gambar 2.3 Longsoran Rotasi

Sumber : (Annisa, 2020)

b) Longsoran Translasi (Translational Slide)

Longsoran Translasi merupakan bergerak massa tanah serta

batuan di bagian melincir berupa datar sampai dikit perputaran

ataupun condong terbalik. Longsor translasi biasanya berlangsung

pada sejauh hubungan diskontinuitas geologis semacam sesar,

penghubungan, dataran perlapisan, ataupun hubungan di antara

batuan serta tanah.

Gambar 2.4 Longsoran Translasi

Sumber : (Annisa, 2020)

4. Sebaran (Spreads)

Sebaran (Spreads) biasanya berlangsung di lerengan agar

miring ataupun area datar. Gerakan pentingnya merupakan

perpanjangan lateral agar diikuti bersama kekar geser atau kekar

tarik. Itu diakibatkan dengan likuifisasi, sesuatu teknik tanah jadi

pada air, loose, kohesi sedimen (umunya pasir serta lanau)

transformasi dari padat ke kondisi cair.

9

Gambar 2.5 Sebaran

Sumber : (Annisa, 2020)

5. Aliran Runtuhan (Debris Avalance)

Tipe ini ialah tipe gerakan debris sehingga pergerakannya

berlangsung sangat cepat diagkat jauh dari lereng. Sebagian

permasalahan akan berkontribusi dalam pergerakan bila terdapat

lumayan air serta alirannya bisa jadi gerakan reruntuhan.

Gambar 2.6 Aliran Runtuhan (Debris Avalance)

Sumber : (Annisa, 2020)

b. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor Menurut (Nandi, 2007) gejala umum tanah longsor ditandai dengan

munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing,

biasanya terjadi setelah hujan, munculnya mata air baru secara tiba-tiba dan

tebing rapuh serta kerikil mulai berjatuhan. Faktor lainnya adalah sebagai

berikut :

a) Hujan

Musim kemarau yang berkepanjangan akan menyebabkan

terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal ini

mengakibatkan munculnya pori-pori tanah sehingga terjadi retakan dan

merekahnya tanah ke permukaan.

b) Jenis Tanah Lahan

Banyak tanah longsor terjalin pada wilayah persawahan, pertanian

serta terdapatnya genangan air di lereng yang curam. Pada lahan

10

persawahan lebih sedikit akar kokoh sampai menahan butiran tanah adalah

melembutkan tanah serta jenuh dengan air jadi gampang longsor. Sebab

buat wilayah penyebab pertanian adalah sebab pangkal pohon itu tidak bisa

memasuki medan longsor yang dalam serta biasanya terjalin pada wilayah

longsoran lama.

c) Getaran

Getarannya yang umumnya terjalin disebabkan terdapatnya getaran,

lentusan, goncangan teknis dan goncangan kecepatan kendaraan. pengaruh

sehingga menimbulkan permukaan bumi, badan jalur, tingat dan tembok

gedung jadi terbelah.

c. Dampak Tanah Longsor

Akibat tanah longsor sehingga menimbulkan oleh longsoran

berakibat pada warga, binatang serta tanaman ataupun akibat untuk

penyeimbang area.

a) Adapun terjadinya yang ditimbulkan oleh bencana tanah longsor

terhadap kehidupan adalah sebagai berikut :

1) Merenggut nyawa korban

2) Merusak prasarana seperti jalur, jalan raya serta sebagiannya.

3) Merusak konstruksi semacam bangunan kantor serta rumah bagi

penghuni dan alat ibadah

4) Membatasi kegiatan masyarakat serta menimbulkan banyak warga

yang bertempat tinggal disekitar bencana dan juga berdampak pada

aktivitas pemerintahan.

b) Pengaruh kepada Lingkungan sekitar mengenai dampaknya kepada

lingkungan sekitar oleh bencana longsoran adalah sebagai berikut:

1) Terjadinya kerugian lahan.

2) Hilangnya vegetasi tutupan lahan.

3) Terganggunya keseimbangan ekosistem.

4) Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah semakin

menipis

5) Menutup lahan yang lain seperti sawah, kebun dan lahan produktif

lainnya.

d. Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana merupakan salah satu upaya penyelasaian musibah

buat kurangi resiko musibah untuk warga tinggal di daerah rawanan

musibah. aktivitas mitigasi bisa berbentuk mitigasi struktural dan

nonstruktural (Annisa, 2019).

a) Mitigasi Struktural

Mitigasi strukural memperbuat usaha serta meminimalisir musibah

sehingga terjadi dengan cara melakukan membangun infrastruktur serta

11

memanfaatkan media, semacam pengerjaan bronjong khusus spesial dibuat

penanggulangan longsoran, yaitu pembuatan gedung sehingga menahan

gempa bumi, atau terasering dipakai untuk menghindari ataupun kurangi

resiko lonsgoran. Mitigasi struktural merupakan usaha mengurangi

sensitivitas kepada musibah melalui penerapan khusus gedung resistan

musibah. Gedung kuat musibah merupakan gedung yang dibangun untuk

menahan bencana atau mengalami kerusakan yang tidak berbahaya

b) Mitigasi Nonstruktural

Mitigasi non struktural adalah upaya untuk mengurangi akibat

bencana selain dari upaya tersebut diatas. seperti upaya pembuatan

kebijakan sesuatu peraturan. Seperti Undang-Undang Penanggulangan

musibah yang ialah usaha nonstruktural dalam aspek prosedur untuk

mitigasi itu.

2.2.2 Stabilitas Lereng

Lereng ialah permukaan tanah miring yang membentuk sudut

tertentu pada suatu bidang horizontal. Pada tempat di permukaan tanah

yang berbeda ketinggian, sehingga akan ada gaya dorong dari tanah yang

kedudukannya lebih tinggi yang cenderung bergerak kearah bawah, dapat

disebut sebagai gaya potensial gravitasi sehingga menyebabkan terjadinya

longsor (Chasanah, 2012).

Pergerakan massa batuan tanah arah tegak, miring, atau mendatar

dari kedudukan awal sebagai penyebab ketidakmampuan lereng menahan

gaya geser yang bekerja pada batas antara massa yang bergerak dan massa

yang stabil, pernyataan tersebut adalah definisi dari longsoran lereng

(Chasanah, 2012). Metode keseimbangan batas telah digunakan untuk

stabilitas lereng dalam waktu yang lama. Metode keseimbangan

konvensional memliki beberapa keterbatasan, salah satunya hanya

memenuhi persamaan kesetimbangan gaya dan untuk menentukan angka

keamanan (Chasanah, 2012).

Konsep stabilitas lereng merupakan gerakan tanah menuruni lereng

atau bantuan penyusunan lereng akibat tidak stabilnya tanah atau bantuan

penyusun lereng tersebut. Jika massa yang bergerak ini lebih didominasi

oleh massa tanah dan bergerak melalui suatu bidang pada lereng, baik

berupa bidang miring ataupun lengkung, maka proses pergerakan tersebut

disebut sebagai longsoran tanah (Violetta dkk, 2014).

Tujuan dari analisis stabilitas lereng adalah :

1. Untuk menentukan kondisi kestabilan suatu lereng.

2. Memperkirakan bentuk keruntuhan atau longsoran yang mungkin

terjadi.

3. Menentukan tingkat kerawanan lereng terhadap kelongsoran.

12

4. Merancang suatu lereng galian atau timbunan yang optimal dan

memenuhi kriteria keamanan dan kelayakan ekonomis.

5. Memperkirakan kestabilan lereng, selama konstruksi dilakukan maupun

dalam jangka waktu yanm panjang.

6. Memperikan kestabilan lereng, selama konstruksi dilakukan maupun

dalam jangka yang panjang.

7. Merupakan dasar bagi rancangan ulang lereng setelah mengalami

longsoran.

8. Menentukan metode perkuatan atau perbaikan lereng yang sesuai.

Suatu lereng dikatakan stabil jika lereng tersebut tidak mengalami

pergerakan dan tidak berpotensi mengalami pergerakan, yaitu apabila

besarnya komponen gaya penahan pada penahan pada lereng lebih besar

dibandingkan komponen gaya penggerak lereng.

2.2.3 Shotcrete

Shotcrete dapat didefinisikan sebagai mortar atau beton yang

diberikan tekanan dengan kecepatan tinggi, komponen campurannya terdiri

atas semen, pasir, agregat, air dan tambahan admixtures. Metode Shotcrete

terdiri dari 2 cara yaitu :

1. Wet Shotcrete adalah salah satu metode dimana pencampuran semen,

pasir dan air dilakukan sebelum masuk ke pompa atau mesin, dan

ditambahkan tekanan angin dari compressor untuk memberikan

kecepatan tinggi untuk penempatan pada permukaan sasaran.

2. Dry Shotcrete adalah salah satu metode dimana matrial pasir dan semen

tercampur dalam kondisi kering, kemudian masuk kedalam mesin,

dengan bantuan tekanan compressor material keluar lewat Nozle dan

baru tercampur air.

Penggunaan metode perkuatan lereng sangat tergantung dari jenis

tanahnya. Ada beberapa cara memperkuat lereng antara lain kemiringan

lereng galian dibuat lebih landai. Cara lain adalah dengan metode Shotcrete,

pengertian metode Shotcrete adalah perkuatan lereng dengan cara melapis

lereng dengan campuran semen dan pasir, selain itu juga digunakan besi

Wiremesh dan ground untuk menambah perkuatan.

13

2.2.4 Bioteknik Bioteknik adalah suatu pengendalian atau pencegahan terjadinya

erosi agar tidak menimbulkan efek yang bermasalah, erosi sangat

berbahaya apabila terjadi pada daerah tertentu yang menyebabkan berbagai

macam bencana di dalamnya. Ada juga beberapa jenis kontrol erosi yaitu :

Kontrol Erosi lereng

Kontrol erosi pada lereng disebabkan oleh beberapa faktor

didalamnya, yaitu seperti type tanah, jenis tanaman, dan lain sebagainya,

harus menggunakan alat kontrol erosi lereng sesuai dengan penggunaannya

supaya lebih efektif

Gambar 2.7 Bioteknik

2.2.5 Angka Keamanan Lereng

Prosedur desain kemudian menyatakan bahwa FS harus lebih besar

atau sekurang-kurangnya sama dengan nilai yang diijinkan ; FS ≥ 1,50.

Jika kriteria pada persamaan di atas dipenuhi, lereng dapat dinyatakan

aman. Nilai numerik dari angka keamanan tergantung kepada tiga variabel,

yaitu beban dan perubahannya terhadap waktu, material lereng serta

prosedur analisis yang digunakan. Setiap variabel mengandung beberapa

derajat ketidaktentuan yang menghasilkan ketidaktentuan dalam nilai

numerik FS. Hal ini yang melatar belakangi adanya nilai angka keamanan

minimum yang biasanya diambil lebih besar atau sama dengan FS.

2.2.6 Aplikasi Komputer

Kestabilan suatu lereng secara matematis merupakan fungsi dari

suatu gaya yang mendorong untuk terjadinya tanah longsor atau Driving

force dan gaya yang menahan terjadinya tanah longsor resisting force.

Kestabilan suatu lereng biasanya dinyatakan dalam safety factor (SF).

14

Perhitungan safety factor suatu lereng dapat dilakukan dengan cara

menggunakan berbagai metode. Metode yang biasanya digunakan untuk

menghitung SF antara lain fellenius, Bishop’s Simplified, Janbu’s

Simplified, corps of Engineering, Lowe & Karfiath, Spencer, Sarma dan

Morgenstern & Price. Pada bidang gelincir melingkar metode perhitungan

SF yang digunakan secara luas di seluruh dunia adalah Fellenius dan

Bishop. Pada perhitungan SF untuk bidang gelincir yang tidak melingkar

maka metode yang sering digunakan adalah Janbu dan Morgenstern-Price

(Kurniawan, 2014).

Gambar 2.8 Tampilan Awal aplikasi

Sumber : (Chasanah, 2012)

2.2.7 RAB (Rencana Anggaran Biaya)

2.2.7.1 Rencana Anggaran Biaya

Rencana Anggaran Biaya adalah cara menghitung biaya

yang akan dipakai untuk bahan dan upah serta biaya lain yang

berkaitan juga untuk mengerjakan proyek pembangunan, Tujuan

pembuatan Rencana Anggaran biaya adalah untuk mengetahui harga

bagian atau item pekerjaan sebagai pedoman untuk mengeluarkan

biaya-biaya dalam masa pelaksanaan pembangunan. Serta fungsi

dari Rencana Anggaran Biaya adalah sebagai pedoman pelaksanaan

pekerjaan dan sebagai alat pengontrol pelaksanaan pekerjaan,

standar biaya umum untuk harga material dan non material (tenaga

kerja) berdasarkan Permenkeu, SNI 2008-2014 dan Permen PUPR

NOMOR 28/PRT/M/2016 tentang pedoman Analisis Harga Satuan

Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum (Juliantina dkk, 2017).

Umumnya dapat dirumuskan :

RAB = ( Vol x HSPK) (1)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian bertempat di sepanjang Kundrat Kabupaten

Jayapura tepatnya pada proyek Perbandingan Rencana Anggaran Biaya

Perkuatan Lereng Kota Sentani Kundrat Dengan Menggunakan Shotcrete

dan Bioteknik. Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 3 bulan Februari

2021 sampai tanggal 3 bulan Mei 2021

Gambar 3.1 Lereng Lokasi Kundrat Kabupaten Jayapura

16

3.2 Desain Penelitian

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

17

Diagram alir penelitian tersebut, dapat dirincikan sebagai berikut :

a. Identifikasi masalah

Melakukan identifikasi masalah terkait apa saja yang terjadi dan yang

mungkin bisa terjadi pada proyek konstruksi.

b. Studi literatur, Observasi dan Wawancara

Pelaksanaan penelitian ini didukung dengan referensi-referensi buku

,jurnal dan penelitian yang telah dilaksanakan dengan topik yang

relevan dengan penelitian ini, serta didukung pula dengan pengamatan

langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak-pihak terkait.

c. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini berupa data tanah, tinggi lereng,

kemiringan lereng, harga satuan pekerja papua serta spesifikasi

Shotcrete dan Bioteknik diperoleh dari instansi terkait.

d. Pengolahan Data

Mengolah data dilakukan dengan angka keamanan lereng, harga satuan

pekerja dan variasi kemiringan lereng .

e. Angka Keamanan Lereng dengan Aplikasi komputer

Menganalisis angka keamanan lereng dengan menggunakan aplikasi

komputer. Analisis angka keamanan lereng dilakukan pada kondisi

eksisting dan variasi kemiringan sudut lereng. Variasi kemiringan sudut

dilakukan untuk mendapatkan nilai angka keamanan yang memenuhi

persyaratan.

f. Pengolahan Rencana Anggaran Biaya

Menggambarkan desain dari pekerjaan Shotcrete dan bioteknik, serta

menghitung volumenya. Perhitungan volume digunakan sebagai dasar

perhitungan rencana anggaran biaya.

g. Analisa Rencana Anggaran Biaya

Setelah pengumpulan data spesifikasi Shotcrete dan bioteknik,

membuat gambar desain dan menghitung volume maka dilanjutkan

analisis rencana anggaran biaya.

h. Perbandingan RAB Shotcrete dan Bioteknik

Setelah RAB penggunaaan Shotcrete dan bioteknik kemudian hasilnya

dibandingkan biaya yang lebih murah dari segi bahan dan alat yang di

pakai.

i. Kesimpulan Dan Saran

Dari tahapan penelitian yang telah dilakukan maka di ambil

kesimpulan dan saran terkait keseluruhan penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Cara ini membentuk cara yang dibuat dengan mengisi bahan, data yang

dikumpulkan lalu diolah guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam

rangka mencapai tujuan penelitian ketika dibuat. Data yang digunakan adalah

18

data sekunder, data sekunder adalah jenis data dalam penelitian berdasarakan

cara memperolehnya, yang artinya sumber data penelitian yang dikumpulkan

secara tidak langsung melainkan diperoleh dari pihak lain. Adapun data sekunder

yang dikumpulkan adalah data tanah, tinggi lereng alami, kemiringan lereng, dan

Harga Satuan Pekerja Papua.

3.4 Metode Analisa Data

Dalam analisa data ini menjelaskan atau mendeskripsikan pengolahan data

yang diperoleh untuk sebagai bahan referensi untuk analisis dan perbandingan .

Di sini untuk menjelaskan langkah-langkah untuk melakukan perhitungan :

a. Perhitungan angka keamanan dengan kemiringan lereng untuk mengetahui

stabilitas lereng yang dinyatakan dalam bentuk angka keamanan dengan tiap

kemiringan lereng.

b. Mengetahui stabilitas lereng dengan mengunakan aplikasi komputer yang

mempunyai fungsi untuk mengetahui gaya yang mendorong terjadinya tanah

longsor (driving force) serta gaya yang menahan terjadinya tanah longsor

(resisting force). Untuk langkah-langkah dari aplikasi komputer yaitu

menggambarkan geometri lereng, define material dengan memasukan

material yang di pakai, penentuan jenis perlapisan perlapisan tanah,

penggambaran letak muka air tanah dan slip surface entry and exit.

c. Menggambarkan desain rencana Shotcrete dan Bioteknik.

d. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Shotcrete dan Bioteknik untuk

menghitung biaya yang di pakai seperti bahan dan upah serta biaya lain.

e. Perbandingan RAB Shotcrete dan Bioteknik

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data

Untuk keperluan analisis angka keamanan lereng dibutuhkan data

parameter tanah, data tersebut didapatkan dari hasil pengujian di

laboratorium. Berikut ini adalah data hasil dari Laboratorium UPTD Balai

Pengujian Bahan Bangunan dan Air (PUPR) pemeriksaan fisik dan

Mekanis tanah :

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Berat Isi Tanah BERAT ISI

NOMOR CONTOH TANAH

1, BERAT CONTOH TANAH

BASAH

gr 187,30 187,50

2, TINGGI CONTOH TANAH

BASAH

cm1 7,60 7,60

3, DIAMETER CONTOH TANAH cm1 3,80 3,80

4, LUAS CONTOH TANAH cm2 86,23 86,23

5, BERAT ISI TANAH BASAH gr/cm3 2,17 2,17

6, KADAR AIR % 49,12 49,12

7, BERAT ISI TANAH KERING gr/cm3 1,46 1,46

8, BERAT ISI TANAH KERING gr/cm3 1,46

Pengukuran hasil berat isi agregat ini sering dipakai untuk nilai

kerapatan/density atau bulk density. Pengujian ini bertujuan untuk

menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran dan penetapan

rongga udara. Berat jenis untuk pengujian mengetahui γ tanah untuk

menghitung angka keamanan lereng. Selain pengujian berat isi, dilakukan

pula pengujian dengan menggunakan uji geser langsung untuk

mendapatkan nilai kohesi dan sudut geser dalam tanah seperti yang tersedia

pada Tabel 4.2.

20

Tabel 4.2 Kohesi dan Sudut Geser Dalam

Parameter Nilai

Kohesi (c) 1,6 kg/cm2

Sudut geser dalam (Ø) 12o

Data-data parameter yang didapatkan akan digunakan dalam analisis

angka keamanan lereng eksisting dan angka keamanan dengan variasi

kemiringan lereng. Selain data parameter tanah, data yang dibutuhkan

untuk menganalisis angka keamanan lereng adalah data geometri lereng

yang berupa ketinggian dan sudut kemiringan lereng. Berdasarkan data PU

Bina Marga diketahui ketinggian lereng 15 m dengan sudut kemiringan 60o.

Namun belum diketahui nilai angka keamanan lereng tersebut, sehingga

pada penelitian ini akan dianalisis terlebih dahulu angka keamanan kondisi

eksisting.

Gambar 4.1 Lereng Eksisting

21

4.1.2 Analisis Angka Keamanan Lereng Eksisting

Adapun langkah-langkah analisis angka keamanan lereng eksisting

aplikasi komputer sebagai berikut :

1. Penggambaran lereng

Untuk menggambarkan geometri lereng eksisting, diklik draw dan

memilih region. Penggambaran geomteri bertujuan untuk menggambarkan

penampang lereng Eksisting serta pelapisan tanah. Selain itu sebelum

penggambaran, dilakukan penentuan skala kertas dan batasan area

penggambaran penampang seperti pada gambar 4.2. Gambar geometri

lereng eksisting dibuat sesuai dengan yang ada di lapangan, yaitu ketinggian

lereng 15 m dengan sudut kemiringan 60o.

Gambar 4.2 Menggambarkan Geometri Lereng Eksisting

2. Penentuan parameter tanah

Dilakukan pengisian data material yaitu data parameter tanah dasar

serta penentuan model keruntuhan. Untuk model keruntuhannya Mohr-

columb dan berikutnya dimasukkan nilai tanah dasar yang didapatkan dari

data tanah.

Gambar 4.3 Define Material Eksisting

22

Setelah memasukkan data parameter tanah pada menu define material

selanjutnya Dilakukan penentuan material tanah sesuai dengan letak

perlapisan tanah, memasukan material pada gambar geometri lereng

eksisting yaitu tanah dasar (lapisan warna kuning).

Gambar 4.4 Penentuan Jenis Perlapisan Tanah Eksisting

3. Penentuan letak muka air tanah (MAT)

Penggambaran muka air tanah dengan cara mencari draw klik Pore

Water Pressure, tarik garis muka air tanahnya dari ujung kiri ke ujung

kanan dan untuk melepaskannya klik kanan pada mouse serta klik done.

Gambar 4.5 Penggambaran Letak Muka Air Tanah Eksisting

23

4. Penentuan batas area bidang gelincing

Setelah penentuan letak muka air tanah pada lapisan tanah maka

selanjutnya dilakukan penentuan batas awal dan akhir trial and error letak

bidang glincir. Penggambaran dilakukan dengan menentukan letak

koordinat awal dan akhirnya, jadi bidang longsor dari garis warna merah di

atas sampai garis di bawah warna merah di atas sampai garis di bawah

warna merah. Setelah penentuan batas garis mulai dan akhir trial and error

bidang gelincir dapat di lakukan analisis angka keamanan lereng eksistinya.

Gambar 4.6 Slip Surface Entry and Exit Eksisting

24

5. Hasil angka keamanan lereng eksisting

Berdasarkan hasil aplikasi komputer untuk analisis angka keamanan

lereng Eksisting di Sentani Kundrat dengan ketinggian lereng 15 m dan

kemiringan lereng 60o didapatkan nilai angka keamanan lereng eksisting di

Sentani kundrat 0,991. Angka keamanan sebesar 0,991 < 1,5 (SNI 8460,

2017) dinyatakan lereng tidak aman dan akan mengalami kelongsoran.

Hasil angka keamanan lereng eksisting yang belum memenuhi persyaratan,

sehingga perlu dianalisis angka keamanan dengan variasi kemiringan

lereng trap untuk mendapatkan angka keamanan yang aman dan memenuhi

persyaratan.

Gambar 4.7 Model Lereng dengan Kemiringan Lereng Eksisting

4.1.3 Analisis Kemiringan Lereng Trap dengan Variasi Sudut

Kemiringan

Analisis angka keamanan lereng trap dengan variasi kemiringan

dilakukan karena angka keamanan kondisi Eksisting dengan sudut

kemiringan 60o di Sentani kundrat adalah < 1,5 sehingga perlu di analisis

angka keamanan yang memenuhi persyaratan (FK > 1,5) dengan variasi

kemiringan. Analisis kemiringan lereng trap dengan tinggi lereng 15 m

serta variasi sudut kemiringan antara 55o-40o dengan menggunakan aplikasi

komputer. Adapun langkah-langkah analisis angka keamanan lereng trap

dengan variasi sudut kemiringan dengan menggunakan aplikasi komputer

sebagai berikut :

25

1. Penggambaran lereng

Untuk menggambarkan geometri lereng trap,diklik draw dan memilih

region. Penggambaran geomteri bertujuan untuk menggambarkan

penampang lereng trap serta pelapisan tanah. Selain itu sebelum

penggambaran, dilakukan penentuan skala kertas dan batasan area

penggambaran penampang seperti pada gambar 4.8. Gambar geomteri

lereng trap dengan variasi sudut kemiringan dari 55o-40o dibuat dengan

ketinggian 15 m dengan trap 1 m sehingga terbagi tingginya menjadi 7,5 m.

Gambar 4.8 Menggambarkan Geometri Lereng Trap Dengan Variasi

Sudut

2. Penentuan parameter tanah

Sesudah penggambaran lereng trap dengan variasi sudut kemiringan,

dilakukan pengisian data material yaitu data parameter tanah dasar serta

penentuan model keruntuhan. Untuk model keruntuhannya Mohr-columb

dan berikutnya dimasukkan nilai tanah dasar yang didapatkan dari data

tanah.

26

Gambar 4.9 Define Material

Sesudah menginput data material, Dilakukan penentuan material tanah

sesuai dengan letak perlapisan tanah, memasukan material pada gambar

geometri lereng trap yaitu tanah dasar (lapisan warna kuning).

Gambar 4.10 Penentuan Jenis Perlapisan Tanah

3. Penentuan letak muka air tanah (MAT)

Setelah penentuan jenis perlapisan tanah pada lereng trap dengan

variasi sudut kemiringan, dilakukan penggambaran muka air tanah dengan

cara mencari draw klik Pore Water Pressure, tarik garis muka air tanahnya

dari ujung kiri ke ujung kanan dan untuk melepaskannya klik kanan pada

mouse serta klik done.

27

Gambar 4.11 Penggambaran Letak Muka Air Tanah

4. Penentuan batas area bidang gelincing

Sesudah penggambaran letak muka air tanah pada lereng trap, maka

dilakukan penentuan batas awal dan akhir trial and error letak bidang

glincir. Penggambaran dilakukan dengan menentukan letak koordinat awal

dan akhirnya, jadi bidang longsor dari garis warna merah di atas sampai

garis di bawah warna merah di atas sampai garis di bawah warna merah.

Setelah penentuan batas garis mulai dan akhir trial and error bidang

gelincir dapat di lakukan analisis angka keamanan lereng trap dengan

variasi sudut kemiringan 55o-40o.

Gambar 4.12 Slip Surface Entry and Exit

28

a. Sudut Kemiringan 55o

Berdasarkan hasil analisis dari aplikasi komputer yang didapatkan

angka keamanan dengan trap kemiringan lereng 55° sebesar 1,193. Angka

keamanan 1,193 < 1,5 menurut SNI 8460-2017 dinyatakan tidak aman.

Gambar 4.13 Model lereng Trap dengan kemiringan lereng 55°

b. Sudut Kemiringan 50o

Berdasarkan hasil analisis aplikasi komputer yang didapatkan angka

keamanan dengan trap kemiringan lereng 50° sebesar 1,326. Angka

keamanan 1,326 < 1,5 menurut SNI 8460-2017 dinyatakan tidak aman.

Gambar 4.14 Model lereng Trap dengan kemiringan 50°

29

c. Sudut Kemiringan 45o

Berdasarkan hasil analisis dari aplikasi komputer didapatkan angka

keamanan dengan kemiringan lereng 45° sebesar 1,428. Angka keamanan

1,428 < 1,5 menurut SNI 8460-2017 dinyatakan tidak aman.

Gambar 4.15 Model Lereng Trap dengan kemiringan lereng 45°

d. Sudut Kemiringan 40o

Berdasarkan hasil analisis dari aplikasi komputer yang didapatkan

angka keamanan dengan Trap kemiringan lereng 40° sebesar 1,531. Angka

keamanan 1,531 > 1,5 menurut SNI 8460-2017 dinyatakan aman.

Gambar 4.16 Model lereng Trap dengan kemiringan 40°

30

Tabel 4.3 Hasil Angka Keamanan Lereng Trap dengan Variasi Sudut

Kemiringan Lereng

Metode Bishop

55°

1,193

50°

1,326

45°

1,428

40°

1,531

Gambar 4.17 Grafik Angka Keamanan dengan Variasi Sudut Kemiringan

Lereng

Berdasarkan hasil analisis angka keamanan dengan variasi sudut

kemiringan lereng trap antara sudut 55o – 40o didapatkan untuk angka

keamanan pada sudut 55o, 50o dan 45o berturut-turut adalah 1,193 1,326 dan

1,428. Angka keamanan tersebut belum memenuhi persyaratan SNI 8460-

2017 yaitu 1,5, sedangkan angka keamanan dengan sudut kemiringan

lereng trap 40o didapatkan 1,531 > 1,5 (Aman). Sehingga untuk analisis

selanjutnya dipilih sudut kemiringan lereng sebesar 40o.

Untuk mengurangi potensi kelongsoran, selain dilakukan dengan

memotong sudut lereng trap menjadi lebih landai (40o) yaitu dengan

menutupi permukaan lereng. Fungsi penutupan lereng adalah untuk

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

40 45 50 55

AN

GK

A K

EAM

AN

AN

SUDUT KEMIRINGAN LERENG (o)

31

mencegah terjadinya erosi. Penutup permukaan lereng yang digunakan

pada penelitian ini adalah shotcrete dan bioteknik lalu pada penelitian ini

akan dibandingkan rencana anggaran biaya penggunaan penutup lereng

dengan menggunakan shotcrete dan bioteknik.

4.1.4 Lapisan Pengendali Erosi

Penanganan erosi lereng dengan Bioteknik terbuat dari bahan

organik atau polimer yang dikombinasikan dengan tanaman untuk

memperkuat lereng jangka panjang, teknik penanaman vegetasi yang

tercakup dalam spesifikasi ini adalah hydroseeding (Bina Marga, 2019).

Sedangkan untuk Shotcrete terbuat dari material beton cair yang di

aplikasikan dengan disemprotkan atau secara pneumatic kecepatan tinggi,

komponen utama dari beton Shotcrete yaitu agregat, semen, air dan juga

dilengkapi denagan bahan halus, bahan tambahan kimiawi, dan serat

penguat. untuk mengetahui rencana anggaran biaya Shotcrete dan

Bioteknik.

4.1.5 Spesifikasi Shotcrete dan Bioteknik

Fungsi shotcrete dan bioteknik pada penelitian ini adalah sebagai

pelapis permukaan lereng untuk mencegah terjadinya erosi. Hal tersebut

karena erosi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelongsoran.

Penggunaan Shotcrete pada penelitian direncanakan untuk satu lapisa

mortar beton. Sedangkan penggunaan bioteknik pada penelitian terdiri dari

lapisan HDPE Geomat yang dilengkapi dengan vegetasi.

a. Shotcrete terbagi menjadi 4 yaitu :

1. Beton Shotcrete

2. Additive

3. Wiremesh 2,1 m x 5,4 m

4. Geotextile woven 200 gr

5. Berat Jenis Shotcrete 1,25 kN/m3

6. Tensile streght geotextile 9 kN/m

b. Bioteknik terbagi menjadi 5 yaitu :

1. HDPE Geomat type BEM4

2. Media Tanah

3. Pupuk Tanaman

4. Bibit Tumbuhan LCC

5. Pengikat (dicampur dengan air menjadi larutan)

6. Seluruh material 1-4 diaduk dan selanjutnya Siap untuk

diaplikasikan ke material erosion control

7. Tensile Strenght Bioteknik 2,0 kN/m

32

4.1.6 Desain Rencana Shotcrete dan Bioteknik

Denah Shotcrete dan Bioteknik yaitu terdapat panjangnya 35 m

dengan tebal Shotcrete 20 cm, terdapat elevasi tanah bagian atas 15 m dan

elevasi tanah bagian bawah ± 0,00 m.

Gambar 4.18 Denah Shotcrete dan Bioteknik

Potongan Shotcrete yaitu terdapat tinggi lereng 15 m serta dengan

kemiringan lereng 40o, adapun tebal dari Shotcrete 20 cm serta lebar 12,5

m, dengan elevasi tanah bagian atas +15.00 m dan elevasi tanah bagian

bawah ± 0.00 m.

Gambar 4.19 Potongan Shotcrete

33

Potongan Bioteknik yaitu terdapat tinggi lereng 15 m serta dengan

kemiringan lereng 40o, lebar 12,5 m, dengan elevasi tanah bagian atas

+15.00 m dan elevasi tanah bagian bawah ± 0.00 m.

Gambar 4.20 Potongan Bioteknik

Detail shotcrete ini di gambarkan dengan 3 dimensi,

menggambarkan kawat untuk beton yang diberikan tekanan dengan

kecepatan tinggi, komponen campurannya terdiri atas semen, pasir, agregat,

air dan tambahan admixtures.

Gambar 4.21 Detail Shotcrete

34

Detail Bioteknik ini di gambarkan dengan 3 dimensi,

menggambarkan jaring/kawat serta di tanam tumbuhannya agar

memberikan proteksi pada lereng, sehingga butir tanah tidak

tererosi/terbawa aliran air permukaan atau air hujan.

Gambar 4.22 Detail Bioteknik

4.1.7 Angka Keamanan Lereng Shotcrete dan Bioteknik

Dengan menggunakan aplikasi komputer dapat ditentukan angka

keamanan lereng Shotcrete dan Bioteknik dengan cara sebagai berikut :

1. Menggambarkan desain lereng menggunakan trap

2. Menginput define materialnya

3. Penentuan jenis perlapisan tanah

4. Penggambaran letak muka air tanah

5. Memasang beban/material Shotcrete dan Bioteknik

6. Menentukan letak koordinat awal dan akhirnya (Slip

Surface Entry and exit)

7. setelah melakukan hal di atas tekan tombol run dan hasil

angka keamanannya didapatkan

Dengan menggunakan trap pada lereng maka dapat mengurangi

panjang lereng dan mengurangi beban, adapun analisis angka keamanan

lereng trap dengan menggunakan Shotcrete dan Bioteknik serta hasil angka

keamanan lereng trap dengan Shotcrete dan Bioteknik sebagai berikut :

a. Lereng trap dengan menggunakan Shotcrete

Pada analisis ini beban dan material yang digunakan

pada Shotcrete yaitu berat jenis 1,25 kN/m3 serta material

tensile streght geotextile 9 kN/m. Untuk menginput beban

Shotcrete dilakukan dengan cara mengklik draw, setelah itu

menekan Surchange Loads serta input nilai beban Shotcrete

35

dan untuk menginput material Shotcrete diklik draw lalu

Reinforcement Loads dan memilih type menjadi geosynthetic

lalu masukkan nilai materialnya. Surchange Loads digunakan

karena diinput nilai berat jenis dari Shotcrete dan untuk

Reinforcement Loads digunakan karena diinput nilai material

tensile streght geotextile . Berdasarkan hasil analisis dari

aplikasi komputer didapatkan angka keamanan lereng trap

Shotcrete sebesar 1,600. Angka keamanan 1,600 > 1,5 menurut

SNI 8460-2017 dinyatakan aman.

Gambar 4.23 Menginput Berat Jenis Shotcrete

Gambar 4.24 Menginput Material Geotextile pada Shotcrete

36

Gambar 4.25 Lereng Trap Dengan Menggunakan Shotcrete

b. Lereng trap dengan menggunakan Bioteknik

Pada analisis ini material yang digunakan pada

Bioteknik yaitu Tensile Strenght 2,0 kN/m. Untuk meginput

material Bioteknik dilakukan dengan cara mengklik draw,

setelah itu menekan Reinforcement Loads dan memilih type

menjadi geosynthetic lalu masukkan nilai materialnya.

Reinforcement Loads digunakan karena diinput nilai material

dari Bioteknik. Berdasarkan hasil analisis dari aplikasi

komputer didapatkan angka keamanan lereng trap Bioteknik

sebesar 1,584. Angka keamanan 1,584 > 1,5 menurut SNI

8460-2017 dinyatakan aman.

Gambar 4.26 Menginput Material Bioteknik

37

Gambar 4.27 Lereng Trap Dengan Menggunakan

Bioteknik

Tabel 4.4 Angka Keamanan Lereng Menggunakan Shotcrete dan

Bioteknik

Safety Factor

Shotcrete

1,600

Bioteknik

1,584

Berdasarkan hasil analisis angka Keamanan lereng Trap

dengan menggunakan Shotcrete dan Bioteknik didapatkan

untuk angka keamanan lereng Shotcrete sebesar 1,600 < 1,5

dinyatakan aman sedangkan untuk angka keamanan lereng

Bioteknik sebesar 1,584 dinyatakan aman. Angka keamanan

tersebut sudah memenuhi persyaratan SNI 8460-2017.

38

4.1.8 Menghitung Volume Pekerjaan Shotcrete dan Bioteknik

Pada gambar desain lereng di bawah ini dilakukan pembuatan trap

untuk mengurangi panjang lereng dan mengurangi beban.

Gambar 4.28 Desain Lereng

Tan α =T

Z

Tan 40 =7,5 m

X

x =7,5 m

0,83

x = 9,03 m

Luas Trapesium

Luas Trapesium =1

2× T × (1 m + (x + 1 m))

=1

2× 7,5 m × (1 m + (9,03 m + 1 m))

=1

2× 7,5 m × 11,03 m

= 41,3625 m2

Sin α = T

z

Sin 40o = 7,5 m

Z

z = 7,5 m

0,64

z = 11,71 m

R

y z

1 m x

T

39

Cos α = 𝑅

𝑍

Cos 40° = R

11,71 m

R = 11,71 m × 0,76

R = 8,8

Tan α = y

R

Tan 40 = y

8,89

y = 0,83 × 8,89

y = 7,37

Luas Segitiga =1

2× a × t

= 1

2 × 7,37 m × 7,5 m

= 27, 6375 m

Luas total = Luas Trapesium + Luas Segitiga

= 41,3625 m2 + 27,6375 m2

= 69 m2

Volume Galian = L × P

= 69 m2 x 35 m

= 2415 m3

40

Untuk menghitung volume pekerjaan perlu diketahui ukuran atau

dimensi pekerjaan yang akan dilakukan. Pada penelitian ini diketahui

ketinggian lereng alami secara vertikal 15 m, sedangkan untuk sudut

kemiringan lereng menggunakan sudut hasil analisis angka keamanan

sebelumnya yaitu 40o. Sehingga untuk mencari tinggi lereng berdasarkan

bidang miringnya digunakan rumus di bawah ini :

Sin α = Depan

Miring

Sin 40o = 7,5 m

L

0,6 = 7,5 m

L

0,6 . L = 7,5 m

L = 12,5 m

Gambar 4.29 Penampang Lereng Rencana

Berdasarkan gambar penampang lereng rencana, selanjutnya

dihitung volume pekerjaan untuk pekerjaan shotcrete dan bioteknik sebagai

berikut :

7,5

I

II

III

41

a. Volume Shotcrete = I + II + III = (P × L × T) + (Trap × P × T) + (P × L

× T)

= (35 m x 12,5 m x 0,2 m) + (1 m x 35 m x 0,2

m) + (35 m x 12,5 m x 0,2 m)

= 182 m3

b. Volume Bioteknik = I + II + III = (P × L) + (Trap × P) + (P × L)

= (35 m × 12,5 m) + (1 m × 35 m) + (35 m× 12,5 m)

= 910 m2

Tabel 4.5 Perhitungan Volume Shotcrete dan Bioteknik

NO URAIAN PEKERJAAN DIMENSI VOLUME UNIT

1. Shotcrete Panjang : 35 m 182

m3

Lebar : 12,5 m

Tebal : 0,2 m

Trap : 1 m

2. Bioteknik Panjang : 35 m 910

m2

Lebar : 12,5 m

Trap : 1 m

3. Galian Tanah Luas : 69 m2 2415 m3

Panjang : 35 m

42

4.1.9 Harga Satuan Pekerja Shotcrete dan Bioteknik

Harga satuan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

harga satuan pekerja dari Pemda Papua (Lampiran 1). Komponen harga

satuan pekerja yang di gunakan terdiri dari angka koefisien dan harga

satuan.

Tabel 4.6 Harga Satuan Pekerja Galian Tanah

No. KOMPONEN SATUAN KOEFISIEN

HARGA

SATUAN

(Rp.)

1. Pekerja OH 0.900

100.000,00

2. Mandor OH 0.650 118.000,00

1. Dump Truck Jam 0,0100 280.000,00

2. Bulldozer Jam 0,0180 927.662,81

3. Excavator Jam 0,0403 472.891,55

Untuk harga satuan pada galian tanah yaitu m3

43

Tabel 4.7 Harga Satuan Pekerja Shotcrete

No. KOMPONEN SATUAN KOEFISIEN

HARGA

SATUAN

(Rp.)

1. Pekerja (L01) OH 0.780 150.000

2. Tukang (L03) OH 0.150 185.000

3. Mandor (L04) OH 0.650 210.000

1. Beton Shotcrete m3 0.0900 823.265,80

2. Additive Ltr 0.2700 50.000,00

3. Wiremesh m2 1.1000 95.000,00

4. Geotekstile Woven 200

gr

m2 0.3600 15.000,00

1. Concrete Mixer

Goutin

(E06) Jam 0.0361 0.00

2. Water Tanker (E23) Jam 1.8630 131.467,37

3. Genset (E20) Jam 0.0361 230.331,53

4. Compressor Jam 0.0361 82.035,29

5. Shotmachine Jam 0.0904 90.000,00

Untuk harga satuan pada Shotcrete yaitu m2

44

Tabel 4.8 Harga Satuan Pekerja Bioteknik

No. KOMPONEN SATUAN KOEFISIEN

HARGA

SATUAN

(Rp.)

1. Pekerja (L01) OH 0.780

150.000

2. Tukang (L02) OH 0.150 185.000

3. Mandor (L04) OH 0.650 210.000

1. Tanah m3 0,170 75.350,00

2. Pupuk Tanaman gr/m2 0,114 220.000,00

3. Bibit Tumbuhan LCC gr/m2 0,225 130.000,00

4. HDPE Geomat Type

BEM4

mm 0,480 23.750,50

1. Water Tanker (E23) Jam 1.8630 131.467,37

2. Genset (E20) Jam 0.0361 230.331,53

3. Selang (E08) Jam 0.0131 34.200,00

Untuk harga satuan pada bioteknik yaitu m2

45

4.1.10. Menghitung Rencana Anggaran Biaya Shotcrete dan

Bioteknik

Pada bagian ini, akan dihitung Rencana Anggaran Biaya (RAB)

dari pekerjaan Galian Tanah, pekerjaan Shotcrete dan pekerjaan Bioteknik,

untuk koefisien dan volumenya dimasukkan dalam perhitungan rencana

anggaran biaya serta dengan perbandingan biayanya.

Tabel 4.9 Pekerjaan Galian Tanah

No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan Jumlah Harga

A TENAGA

1. Pekerja OH 0,900 100.000,00 Rp.90.000,00

2. Mandor OH 0,045 118.000,00 RP.5.310.00

Jumlah Tenaga Kerja RP.95.310,00

B BAHAN

- - - - -

Jumlah Harga Bahan

C PERALATAN

1. Dump Truck Jam 0,0100 280.000,00 Rp.28.000,00

2. Bulldozer Jam 0,0180 927.662,81 Rp.16.691,23

3. Excavator Jam 0,0403 472.891,55 Rp.19.037,50

Jumlah Harga Alat Rp.63,728,00

D Jumlah (A + B + C) Rp.159.038,00

E Overhead & Profit (10%) 10% x D Rp.6.287,80

F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) Rp.165.325,00

Pekerjaan Galian Tanah terbagi menjadi 3 yaitu tenaga, bahan dan

peralatanya, untuk total jumlah harga tenaga kerja Rp. 95.310,00 untuk

bahan yang digunakan tidak ada dan untuk total jumlah harga peralatan Rp.

63.728,00. Serta jumlah harga A+ B+ C = Rp. 159.038,00, untuk overhead

& profit 10% x D = Rp. 6.287,80 dan harga satuan pekerja (D+E) = Rp.

165.325,00

46

Tabel 4.10 Pekerjaan Shotcrete

No. KOMPONEN SATUAN KOEFISIEN

HARGA

SATUAN

(Rp.)

JUMLAH

HARGA

(Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) OH 0.780 150.000 Rp. 117.000,00

2. Tukang (L03) OH 0.150 185.000 Rp. 277.500,00

3. Mandor (L04) OH 0.650 210.000 Rp.120.250,00

Jumlah Harga Tenaga Kerja Rp. 514.750,00

B. BAHAN

1. Beton Shotcrete m3 0.0900 823.265,80 Rp. 740.938,50

2. Additive Ltr 0.2700 50.000,00 Rp. 135.000,00

3. Wiremesh m2 1.1000 95.000,00 Rp. 104.500,00

4. Geotekstile Woven

200 gr

m’ 0.3600 15.000,00 Rp.54.000,00

Jumlah Harga Bahan Rp. 182.721,66

C. PERALATAN

1. Concrete Mixer Goutin

(E06) Jam 0.0361 0.00 0.00

2. Water Tanker (E23) Jam 1.8630 131.467,37 Rp. 244.925,50

3. Genset (E20) Jam 0.0361 230.331,53 Rp. 8.325,24 4. Compressor Jam 0.0361 82.035,29 Rp. 2.965,13

5. Shotmachine Jam 0.0904 90.000,00 Rp. 8.131,53

Jumlah Harga Peralatan Rp. 264.348,40

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN

(A+B+C)

Rp.961.819,00

E. OVERHEAD & PROFIT 15% x D Rp.1.442.728,50

F. HARGA SATUAN PEKERJA (D+E) Rp.2.404.547,00

Untuk bahan Geotekstile kegunaannya untuk menempel pada

permukaan lereng, Pekerjaan Shotcrete terbagi menjadi 3 yaitu tenaga,

bahan dan peralatanya, untuk total jumlah harga tenaga kerja Rp.

514.750,00, total jumlah harga bahannya Rp. 182.721,66 dan untuk total

jumlah harga peralatan 264.348,40. Serta jumlah harga A+ B+ C = Rp.

961.819,00, untuk overhead & profit 15% x D = Rp. 1.442.728,50 dan harga

satuan pekerja (D+E) = Rp. 2.404.547,00.

47

Tabel 4.11 Pekerjaan Bioteknik

No. KOMPONEN SATUAN KOEFISIEN

HARGA

SATUAN

(Rp.)

JUMLAH

HARGA

(Rp.)

A. TENAGA

1. Pekerja (L01) OH 0.780

150.000 Rp. 117.000,00

2. Tukang (L02) OH 0.150 185.000 Rp. 277.500,00

3. Mandor (L04) OH 0.650 210.000 Rp. 120.250,00

Jumlah Harga Tenaga Kerja Rp. 514.750,00

B. BAHAN

1. Tanah m3 0,170 75.350,00 Rp. 128.095,00

2. Pupuk Tanaman gr/m2 0,114 220.000,00 Rp. 25.800,00

3. Bibit Tumbuhan LCC gr/m2 0.225 130.000,00 Rp. 29.500,00

4. HDPE Geomat Type BEM4 gr/m2 0,480 23.750,50 Rp. 97.680,00

Jumlah Harga Bahan Rp. 281.075,00

C. PERALATAN

1. Water Tanker (E23) Jam 1.8630 131.467,37 Rp. 244.925,50

2. Genset (E20) Jam 0.0361 230.331,53 Rp. 8.325,24

3. Selang (E08) Jam 0.0131 34.200,00 Rp. 44.802,00

Jumlah Harga Peralatan Rp. 298.052,00

D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN (A+B+C) Rp. 1.093.877,00

E. OVERHEAD & PROFIT 15% x D Rp. 729.251,30

F. HARGA SATUAN PEKERJA (D+E) Rp. 1.823.128,00

Pekerjaan Bioteknik terbagi menjadi 3 yaitu tenaga, bahan dan

peralatanya, untuk total jumlah harga tenaga kerja Rp. 514.750,00, total

jumlah harga bahannya Rp. 281.075,00 dan untuk total jumlah harga

peralatan 298.052,00. Serta jumlah harga A+ B+ C = Rp. 1.093.877,00,

untuk overhead & profit 15% x D = Rp. 729.251,00 dan harga satuan

pekerja (D+E) = Rp. 1.823.128,00.

48

Tabel 4.12 Rencana Anggaran Biaya Shotcrete dan Bioteknik

No.

Pekerjaan

Volume

Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga

1

2.

Shotcrete

Galian Tanah

182

2415

m3

m3

2.404.547,00

165.325,00

Rp. 437.627.554

Rp. 399.259.875

Total

Rp. 836.887.429

1.

2.

Bioteknik

Galian Tanah

910

2415

m2

m3

1.823.128,00

165.325,00

Rp. 1.659.046.480

Rp. 399.259.875

Total

Rp. 2.058.306.355

Berdasarkan dari hasil tabel 4.11, rencana anggaran biaya Shotcrete

dengan volume 182 m3 harga satuannya sebesar Rp. 2.404.547,00 dengan

jumlah harganya Rp. 437.627.554 dan untuk pekerjaan galian tanah dengan

volume 2415 m3 harga satuanya Rp. 165.325,00 dengan jumlah harganya

Rp. 399.259.875. Jadi, total keseluruhan dari rencana anggaran biaya

Shotcrete sebesar Rp. 836.887.429.

Sedangkan untuk rencana anggaran biaya dari pekerjaan Bioteknik

dengan volume 910 m2 harga satuannya Rp. 1.823.128,00 dengan jumlah

harganya Rp. . 1.659.046.480 dan untuk pekerjaan galian tanah dengan

volume 2415 m3 harga satuannya Rp. 165.325,00 dengan jumlah harganya

Rp. 399.259.875. Jadi, total harga keseluruhan dari pekerjaan Bioteknik

sebesar Rp. 2.058.306.355.

49

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perbandingan Biaya Shotcrete dan Bioteknik

Tabel 4.13 Perbandingan Total Biaya Pekerjaan Shotcrete dan Bioteknik

Pekerjaan Volume Total Harga

Shotcrete

Galian Tanah

182 m3

2415 m3

Rp. 836.887.429

Bioteknik

Galian Tanah

910 m2

2415 m3

Rp. 2.058.306.355

Dari perbandingan perhitungan rencana anggaran biaya Shotcrete

dan Bioteknik yaitu total pekerjaan Shotcrete sebesar Rp. 836.887.429 dan

Shotcrete memiliki volume 182 m3 dengan volume galian tanah sebesar

2415 m3, sedangkan total dari pekerjaan Bioteknik adalah Rp.

2.058.306.355 dan Bioteknik memiliki volume 910 m2 dengan volume

galian tanah sebesar 2415 m3 Sehingga perbandingannya Shotcrete lebih

murah daripada Bioteknik karena lebih praktis serta bahan dan alat yang

digunakan tidak banyak. Dari perbandingan volume Shotcrete dan

Bioteknik dapat diketahui bahwa Shotcrete memiliki volume lebih kecil

dari Bioteknik

50

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis dari aplikasi komputer angka keamanan lereng

eksisting sebesar 0,991 < 1,5 SNI 8460-2017 maka dinyatakan lereng tidak

aman.

2. Berdasarkan hasil analisis dari aplikasi komputer angka keamanan dengan

variasi kemiringan lereng trap yaitu, dari kemiringan 55o angka keamanan

sebesar 1,193 < 1,5 , kemiringan 50o angka keamanan sebesar 1,326 < 1,5 ,

kemiringan 45o angka keamanan sebesar 1,428 < 1,5 jadi variasi kemiringan

lereng dari 55o-45o angka keamanannya < 1,5 SNI 8460-2017 dinyatakan

lereng tidak aman. Maka kemiringan yang dinyatakan aman adalah

kemiringan lereng 40o dengan nilai angka kemananan sebesar 1,531 > 1,5

SNI 8460-2017.

3. Berdasarkan hasil analisis dari aplikasi komputer angka keamanan lereng

trap dengan menggunakan Shotcrete sebesar 1,600 > 1,5 SNI 8460-2017

maka dinyatakan aman serta untuk angka keamanan lereng trap dengan

meggunakan Bioteknik sebesar 1,584 > 1,5 SNI 8460-2017 maka

dinyatakan aman.

4. Berdasarkan hasil rencana anggaran biaya Shotcrete yaitu, untuk pekerjaan

Shotcrete total jumlah harga satuan biayanya Rp. 2.404.547,00,- sedangkan

untuk harga satuan dari galian tanah sebesar Rp. 165.325,00 dan untuk

rencana anggaran biaya total keseluruhanya Shotcrete adalah Rp.

836.887.429.

5. Berdasarkan hasil rencana anggaran biaya Bioteknik yaitu, untuk pekerjaan

Bioteknik total jumlah harga satuan biayanya Rp. 1.823.128,00,- sedangkan

untuk harga satuan dari galian tanah sebesar Rp. 165.325,00 dan untuk

rencana anggaran biaya total kesulurahnya Bioteknik adalah Rp.

2.058.306.355.

6. Berdasarkan hasil dari rencana anggaran biaya Shotcrete dan rencana

anggaran biaya Bioteknik didapatlah jumlah harga Shotcrete lebih murah di

banding jumlah dari Bioteknik serta alat dan bahan yang digunakan lebih

sedikit serta praktis.

52

5.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya diharapkan menganalisis Stabilitas lereng

menggunakan metode yang berbeda, seperti metode janbu dan metode

spencer.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengganti metode perbaikan

yang lain, seperti dinding penahan tanah.

3. Penelitian selanjutnya dapat menganalisis efisiensi waktu pekerjaan.

53

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Salam Munir, A. S. M. (2018). Kestabilan Lereng Menggunakan Program

Slope/W Pada Pit Gn-10 Pulau Gag Kabupaten Raja Ampat Papua Barat.

Jurnal Geomine, 6(3), 157. 8

Aji Permana Putra, Djoko Septanto, Sumatri Praja. (2018). Penanganan Daerah

Rawan Longsor Dengan Menggunakan Metode Shotcrete. II (November),

34–39.

Aji, S., Juanita, M., & Azizi, A. (2014). Penyebab Tanah Longsor, Pencegahan

Dan Tanaman Pengendalinya. Jurnal Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.`

Annisa, A. (2019). Kapasitas Masyarakat Dalam Upaya Pengurangan Risiko

Bencana Tanah Longsor Di Desa Tempur Kecamatan Keling Kabupaten

Jepara. Universitas Negeri Semarang.

Annisa & Rinaldi (2015). Analisis Daerah Rawan Longsor Berbasis Sistem

Informasi Geografis (Studi Kasus : Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera

Barat). Jurnal Fakultas Teknik Universitas Andalas, 1–8.

Annisa, N. M. (2020). Identifikasi Kelongsoran Di Kabupaten Karo Berdasarkan

Faktor Alam Dengan Sistem Informasi Geografis Dan Citra Satelit.

Universitas Sumatera Utara.

Badan Standardisasi Nasional (2008). SNI 7394-2008 Tata cara perhitungan

harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan

perumahan. Badan Standardisasi Nasional, 1–11.

Badan Standarisasi Nasional (2017). SNI 8640-2017 Persyaratan Perancangan

Geoteknik. Badan Standarisasi Nasional, 1–323.

Bina Marga (2019). Pengendali Erosi Lereng. Kementrian Pekerjaan Umum Dan

Perumahan Rakyat, 1–21.

Chasanah ,(2012). Analisis Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Geotekstil

Menggunakan Program Geoslope, 1–94.

Hutajulu, H. (2010). Kerugian Ekonomi Negara Akibat Penebangan Liar Dan

Dampak Kerusakan Hutan Cagar Alam Pegunungan Cycloops Terhadap

Masyarakat Di Distrik Sentani Kabupaten Jayapura, 1-100 .

Ika Juliantina, Yulindasari Sutejo, Samuel Butarbutar, Melawaty Agustien, Bimo

Brata Adhitya, F. A. (2017). Pemodelan Regresi Linier Berganda Dan

Estimasi Biaya Perbaikan Lereng Menggunakan Soil Nailing (Studi

Kasus : Jalan Muara Enim – Sp. Sugihwaras). Jurnal Universitas Sriwijaya,

Palembang. 1–9.

Jikwa, S. (2018). Strategi Pengelolaan Lingkungan Sebagai Upaya Perlindungan

Hutan Di Kawasan Cagar Alam Cycloop Distrik Sentani Kabupaten

Jayapura. Jurnal Universitas Cendrawasih, Papua.

Kurniawan, A. (2014). Analisis Stabilitas Lereng Dengan Menggunakan

54

Slope/W 2004 Untuk Bidang Gelincir Melingkar Berdasarkan Grid &

Radius. Jurnal Masyarakat Ilmu Bumi Indonesia, 1–12.

Laela, Rahayu, A., & Dwidjaka, A. (2014). Analisis Stabilitas Lereng Dengan

Menggunakan Metode Bioteknik Pada Ruas Jalan Tawaeli - Toboli.

Infrastruktur, 1–14.

Luriyanto, A., Maulana, I., & Sri Prabandiyani R.W, I. D. A. (2014). Analisis

Stabilitas Lereng Dan Alternatif Penaganannya : Studi Kasus Longsoran

Pada Ruas Jalan Pringsurat Km. Mgl. 22+631-22+655 Kabupaten

Temanggung. Jurnal Lingkungan 1–29.

Pangemanan, V., & Sompie, O. (2014). Analisis Kestabilan Lereng Dengan

Metode Fellenius (Studi Kasus: Kawasan Citraland). Jurnal Sipil Statik,

22–28.

Sitepu, F., Selintung, M., & Harianto, T. (2017). Pengaruh Intensitas Curah

Hujan Dan Kemiringan Lereng Terhadap Erosi Yang Berpotensi Longsor.

Jurnal Penelitian Engineering, 23–27.

Tahir, H. (2019). Analisis Potensi Bahaya Tanah Longsor Dan Upaya Mitigasi

Bencananya Di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. UIN

Alauddin Makassar. Jurnal Teknik Lingkungan

Violetta Gabriella Margaretha Pangemanan, Turangan, & Sompie. (2014).

Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Fellenius (Studi Kasus:

Kawasan Citraland). Jurnal Sipil Statik, 2(1).

Wandira & Rahayu (2021). Peningkatan Stabilitas Lereng Pada Ruas Jalan

Tawaeli – Toboli Dengan Vegetasi/Bioengineering. Rekonstruksi

Taduluko: Civil Engineering Journal On Research And Development, 1–

10.

Yumai, P., & Jikwa, S. (2018). Strategi Pengelolaan Lingkungan Sebagai Upaya

Perlindungan Mata Air Di Kali Sereh Distrik Sentani Kabupaten Jayapura.

Jurnal Arsitektur Planologi, 13–22.

55

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Angka Keamanan Eksisting

Penggambaran Geometri Lereng eksisting

Define Material Eksisting

56

Penentuan jenis perlapisan tanah eksisting

Pengambaran Letak Muka Air Tanah Eksisting

Slip Surface Entry and Exit Eksisting

57

Hasil Angka Keamanan Lereng Eksisting Dengan Kemiringan 60o

58

Lampiran 2. Perhitungan Angka Keamanan Dengan Trap dan Variasi

Sudut Kemiringan Lereng

Penggambaran Geometri Lereng Trap Dengan Variasi

Sudut Kemiringan

Define Material

59

Penentuan Jenis Perlapisan Tanah

Pengambaran Letak Muka Air Tanah

60

Slip Surface Entry and Exit

Hasil Angka Keamanan Lereng Trap Dengan Kemiringan 55o

Hasil Angka Keamanan Lereng Trap Dengan Kemiringan 50o

61

Hasil Angka Keamanan Lereng Trap Dengan Kemiringan 45o

Hasil Angka Keamanan Lereng Trap Dengan Kemiringan 40o

62

Lampiran 3. Perhitungan Angka Keamanan Dengan Shotcrete dan

Bioteknik

Menginput Berat Jenis Shotcrete

Menginput Material Geotextile Shotcrete

63

Hasil Angka Keamanan Lereng Trap Dengan Menggunakan Shotcrete

Menginput Material Bioteknik

64

Hasil Angka Keamanan Lereng Trap Dengan Menggunakan Bioteknik

65

Lampiran 4. Perhitungan Volume

66

Lampiran 5. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

67

Lampiran 6. Harga Satuan Pekerja Papua

68

Lampiran 7. Spesifikasi HDPE Geomat dan Geotextile

69

70

Lampiran 8. Data Tanah

71

72

Lampiran 9. Gambar Shotcrete Bioteknik

73

Lampiran 10. Lembar Bimibingan Skripsi

LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Abdi Syauqy

NIM : 2017-21-108

Program Studi : S1 Teknik Sipil

Jenjang : Sarjana

Fakultas : Teknologi Infrastruktur dan

Kewilayahan

Pembimbing Utama (Materi) : Dyah Pratiwi

Kusumastuti,S.T.,M.T.

Judul Proyek Akhir Skripsi : Perbandingan Rencana

Anggaran Biaya Perkuatan

Lereng Kota Sentani Kundrat

Dengan Menggunakan

Shotcrete dan Bioteknik

Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing

4 April 2021 Perbaiki latar belakang,

sesuaikan dengan topik

skripsi

Sesuaikan tema skripsi

dengan bidang studi

74

8 April 2021 Perbaiki latar belakang

Cari referensi yang sesuai

bidang T.Sipil

12 April 2021 Cari referensi tentang

kelongsoran di bidang T.

Sipil

14 April 2021 Cari metode yang

umumnya digunakan

dalam bidang T.Sipil untuk

mengatasi kelongsoran

18 April 2021 Perbaiki latar belakang

Perbaiki rumusan masalah

21 April 2021 Bab 1 ok

Gunakan Mendeley

sebagai aplikasi sitasi

23 April 2021 Referensi yang digunakan

sesuai dengan topik skripsi

Perbaiki format penulisan,

sesuai pedoman 25 April 2021 Lengkapi tinjauan pustaka

tentang stabilitas lereng

Lengkapi langkah

perhitungan utk biaya

26 April 2021 Lengkapi langkah-langkah

perhitungan sesuai dengan

Bab 2 (merujuk bab 2)

28 April 2021 Lengkapi peta lokasi

penelitian

Perjelas data-data yang

digunakan

75

29 April 2021 Perbaiki penjelasan

diagram alir

Lengkapi jadwal penelitian

30 April 2021 Lengkapi proposal,

rapikan formatnya

9 Juni 2021 Hitung angka keamanan

eksisting, angka keamanan

dengan perbaikan

22 Juli 2021 Cek data/ parameter tanah

yang digunakan

Perbaiki perhitungan

stabilitas lereng 24 Juli 2021 Pilih salah satu metode

yang mudah dan sama

antar 2 kondisi untuk

perhitungan angka

keamanan

29 Juli 2021 Cek perhitungan stabilitas,

dimana letak dan

kedalaman soil nailing

Belum ada perhitungan

volume pekerjaan 3 Agustus

2021 Cek letak MAT

Cek beban di atas

timbunan/lereng

6 Agustus

2021 Beri penjelasan pada setiap

gambar yang dilampirkan

Cek SNI 3460-2017

7 Agustus

2021 Perbaiki dan cek kembali

perhitungan stabilitas

9 Agustus

2021 Uraikan perhitungan

volume pekerjaan dari

mana

76

10 Agustus

2021 Buat sub bab pembahasan

yang berisikan rangkuman

perhitungan, beri

penjelasan detailnya

11 Agustus

2021 Perbaiki kesimpulan,

sesuaikan dengan rumusan

masalah

12 Agustus

2021 Perbaiki saran, cek hal2

yang tidak dilakukan

dalam laporan

14 Agustus

2021 Cek Bab 1, lengkapi

sistematika penulisan

Cek Bab 3, tanpa jadwal

penelitian

77

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Data Personal

NIM : 2017-21-108

Nama : Abdi Syauqy

Tempat/Tgl.Lahir : Jayapura, 17 Februari 1999

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Program Studi : Teknik Sipil

Telp 081282341310

Email : [email protected]

b. Pendidikan

Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun

Lulus

SD SD-Al Ikhsan - 2011

SMP SMP

Muhammadiyah

- 2014

SMA SMA 1 N Jayapura IPA 2017

Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya

Jakarta, 21 April 2021

Mahasiswa

Abdi Syauqy