ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN ...
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 38
ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN
PENINGKATAN JUMLAH PELAYANAN BERDASARKAN METODE
POHON KEPUTUSAN PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI
Rosanna Wulandari
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PGRI Sukabumi
Abstrak
PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan
usahanya secara monopoli memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya adalah secara mutlak tidak
memiliki pesaing bisnis. Selain daripada itu PDAM Kabupaten Sukabumi menguasai harga pasar (price
maker) dan sekaligus dapat melakukan diskriminasi harga. keputusan peningkatan pelayanan dilakukan
apabila biaya marginal sama dengan pendapatan marginal, dan keputusan peningkatan pelayanan tidak
dilakukan apabila biaya marginal lebih besar dari pendapatan marginal. Keputusan Peningkatan
Pelayanan dilakukan jika MC ≤ MR. Nilai biaya marjinal adalah sebesar Rp. 6.876.831.384, sementara
pendapatan marjinal sebesar Rp.6.885.041.440, maka dari itu keputusan peningkatan jumlah pelayanan
kepada pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi dapat dilakukan karena biaya marjinal lebih kecil
dibandingkan dengan pendapatan marginal.
Kata Kunci : Efisiensi Biaya, Pohon Keputusan, Peningkatan Pelayanan.
PENDAHULUAN
Berawal dari sebuah dugaan bahwa
resiko kerugian dari sebuah perusahaan
monopoli dikarenakan biaya yang tidak
efisien serta pasar yang sempit atau rendahnya
volume penjualan (volume pelayanan). Untuk
menghindari resiko tersebut, maka
perusahaan monopoli seperti PDAM
Kabupaten Sukabumi perlu memperluas pasar
dan atau meningkatkan volume penjualan
(peningkatan pelayanan) dengan
pertimbangan efisiensi biaya.
Menurut Sullivan, Arthur (2011)
efisiensi dalam konsep ekonomi merujuk
pada sejumlah konsep yang terkait pada
penggunaan, pemaksimalan serta
pemanfaatan seluruh sumber daya dalam
proses produksi barang dan jasa (Dalam
Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003).
Kegiatan memproduksi suatu
perusahaan akan mencapai efisien ketika
perusahaan tersebut mampu memproduksi
dalam skala yang ekonomis. Sadono
Sukirno(2008) menyatakan bahwa sebuah
perusahaan dikatakan mencapai skala
ekonomis apabila pertambahan produksi
menyebabkan biaya produksi rata-rata
menjadi semakin rendah.
Efisiensi dengan pendekatan biaya
adalah mengukur sejauh mana biaya yang
dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau
perusahaan untuk mendapatkan hasil
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 39
(keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga
dapat dibuat perbandingan diantara kedua
variabel tersebut. Dalam Sumarjono, Djoko
(2004), efisiensi akan tercapai ketika
pendapatan marjinal = biaya marjinal.
penulis membuat sebuah hipotesis
atau dugaan sementara sebagai berikut:
- H1 : Keputusan Peningkatan
Pelayanan dilakukan jika MC ≤ MR
- H0 : Keputusan Peningkatan
Pelayanan tidak dilakukan Jika MC >
MR
KAJIAN PUSTAKA
Efisiensi Biaya
Menurut Carter dan Usry (2002:29),
“Biaya didefinisikan sebagai nilai tukar,
pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh
manfaat. Dalam akuntansi keuangan,
pengeluaran atau pengorbanan pada saat
akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau
di masa yang akan datang dalam bentuk kas
atau aktiva lain”. Sedangkan Menurut
Mulyadi (2005:8), “biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang di ukur dalam uang,
yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi untuk mencapai tujuan tersebut”.
Berdasarkan pengertian biaya
tersebut, maka biaya pada dasarnya
merupakan pengorbanan untuk mendapatkan
manfaat ekonomis.
Selanjutnya Mulyadi (2005:14),
mengemukakan bahwa biaya dapat
digolongkan menurut berikut :
1. Penggolongan Biaya Menurut Obyek
Pengeluaran Dalam cara ini, nama
obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama
obyek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran yg
berhubungan dengan bahan bakar
disebut biaya bahan bakar.
2. Penggolonan Biaya Menurut Fungsi
Pokok Dalam Perusahaan Dalam
perusahaan manufaktur ada tiga
fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi
administrasi dan umum. Oleh karena
itu dalam perusahaan manufaktur,
biaya dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok:
a. Biaya Produksi merupakan biaya-
biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untk dijual.
Menurut obyek pengeluarannya,
biaya produksi dapat dibagi
menjadi: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik.
b. Biaya Pemasaran merupakan
biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan
pemasaran produk.
c. Biaya Administrasi dan Umum
merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengkoordinasi
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 40
kegiatan produksi dan pemasaran
produk.
d. Penggolongan Biaya Menurut
Hubungan Biaya dengan Sesuatu
yang Dibiayai.
Dalam hubungannya dengan sesuatu
yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan:
1. Biaya Langsung (direct cost), yaitu
biaya yang terjadi, yang penyebab
satu-satunya adalah karena adanya
sesuatu yang dibiayai.
2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost),
yaitu biaya yang terjadinya tidak
hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan produk disebut
dengan istilah biaya produksi tidak
langsung atau biaya overhead pabrik.
Penggolongan biaya menurut
perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan. Menurut cara
penggolongan ini, biaya dapat digolongkan
menjadi empat, diantaranya:
a. Biaya variabel, adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
b. Biaya semi variabel, adalah biaya
yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Dalam
biaya semi variabel mengandung
unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel.
c. Biaya semifixed, adalah biaya yang
tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah
yang konstan pada volume produksi
tertentu.
Di dalam Adiwarman A. Karim
(2006), dibahasakan bahwa ”Efficient is doing
the things right”, yang berarti bahwa
melakukan segala hal dengan cara yang tepat
untuk mendapatkan hasil yang optimal. Di
dalam teori ekonomi, ada dua konsep umum
mengenai efisiensi, yakni efisiensi yang
ditinjau dari konsep ekonomi (economic
concept) dan efisiensi yang ditinjau dari
konsep produksi (production concept).
Efisiensi yang ditinjau dengan konsep
ekonomi mempunyai cakupan lebih luas yang
ditinjau dari segi makro, sementara itu
efisiensi dari sudut pandang produksi melihat
dari sudut pandang mikro.
Efisiensi dalam konsep produksi
terbatas pada melihat hubungan teknis dan
operasional dalam suatu proses produksi,
yaitu konversi input menjadi output. (Walter,
1995 & Sarjana, 1999 dalam Sutawijaya,
Adrian.; dan Etty Puji Lestari, 2009: 53).
Sedangkan efisiensi ekonomi melihat secara
luas pada pengalokasian sumber-sumber daya
di dalam suatu perekonomian yang
mendatangkan kesejahteraan di dalam
masyarakat. (Sukirno, Sadono: 2008)
Menurut Sullivan, Arthur (2011), “efisiensi
dalam konsep ekonomi merujuk pada
sejumlah konsep yang terkait pada
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 41
penggunaan, pemaksimalan serta
pemanfaatan seluruh sumber daya dalam
proses produksi barang dan jasa” (Dalam
Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003).
Penggunaan sumber-sumber daya bisa
dikatakan efisien apabila: (1) Seluruh sumber-
sumber daya yang tersedia sepenuhnya
digunakan; (2) Corak penggunaannya adalah
sudah sedemikian rupa sehingga tidak
terdapat lagi corak penggunaan lain yang akan
memberikan tambahan kemakmuran bagi
masyarakat/individu. (Sukirno, Sadono:
2008) Sementara itu, efisiensi di dalam
konsep produksi cenderung menilai secara
teknis dan operasional, sehingga efisiensi di
dalam konsep produksi umumnya dilihat dari
sudut pandang teknis dan biaya. Menurut
Sadono Sukirno (2008), di dalam proses
produksi, efisiensi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu efisiensi produktif dan
efisiensi alokatif.
a. Efisiensi produktif, adalah menilai
efisiensi di dalam tahapan produksi.
Penilaian efisiensi produktif dapat
dilihat dari sisi biaya. Untuk mencapai
efisiensi produktif ini harus dipenuhi
dua syarat. Pertama, untuk setiap
tingkat produksi, biaya yang
dikeluarkan adalah yang paling
minimum. Kedua, perusahaan atau
industri secara keseluruhan harus
memproduksikan barang pada biaya
rata-rata yang paling rendah.
b. Sedangkan efisiensi alokatif, menilai
efisiensi secara teknis di dalam proses
produksi, yakni dari segi
pengalokasiaan sumber-sumber daya
yang tersedia. Efisiensi alokatif akan
tercapai ketika alokasi sumbersumber
daya tersebut ke berbagai kegiatan
ekonomi/produksi telah mencapai
tingkat yang maksimum/optimum.
Di dalam kegiatan ekonomi, konsep
efisiensi tertuju pada bagaimana penciptaan
barang dan jasa dengan menggunakan biaya
yang paling rendah yang mungkin dapat
dicapai, serta mampu mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi pada penggunaan
yang paling bernilai (Taswan, 2006).
Kegiatan memproduksi suatu
perusahaan akan mencapai efisien ketika
perusahaan tersebut mampu memproduksi
dalam skala yang ekonomis. Sadono
Sukirno(2008) menyatakan bahwa sebuah
perusahaan dikatakan mencapai skala
ekonomis apabila pertambahan produksi
menyebabkan biaya produksi rata-rata
menjadi semakin rendah.
Skala ekonomis dapat tercapai ketika
output dapat digandakan dengan biaya (cost
per unit) kurang dari dua kali lipat atau
perusahaan yang memproduksi dalam skala
ekonomis, ketika setiap adanya tambahan
produksi, biaya produksi justru semakin
menurun, sehingga pada akhirnya membawa
pada kondisi yang efisien. (Pindyck, Robert S.
dan Daniel L. Rubinfeld, 2007).
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 42
Menurut Sugiarto, dkk (2005) skala
ekonomi suatu perusahaan tercermin dengan
penurunan biaya produksi (input) sejalan
dengan kenaikan jumlah produksinya
(output). Sebaliknya, perusahaan akan
memproduksi dalam skala yang tidak
ekonomis ketika setiap kenaikan jumlah
outputnya menyebabkan biaya yang semakin
meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan
menggunakan kurva biaya rata-rata jangka
panjang (Long Run Average Cost).Skala
ekonomis tercapai ketika kurva LRAC
menurun hingga titik minimum, sedangkan
skala tidak ekonomis (dis-economis) terjadi
ketika kurva LRAC menanjak naik.
Perusahaan yang melakukan
kegiatan produksinya pada skala produksi
yang ekonomis akan senantiasa berada dalam
kondisi yang efisien, sebab kegiatan produksi
dilakukan dengan biaya yang rendah. Hal ini
sangat tergantung dari kemampuan dan usaha
perusahaan untuk mencapai kondisi yang
tersebut. Beberapa faktor penting yang dapat
menimbulkan skala ekonomi (Sukirno,
Sadono: 2008), yaitu:
a. Spesialisasi faktor-faktor produksi
Spesialisasi dilakukan dengan
melakukan pembagian unit-unit
kerja kedalam bidang-bidang
tertentu secara khusus. Dengan
dilakukannya spesialisasi,
produktivitas pekerja akan
meningkat, karena pekerjaan
dilakukan masing-masing secara
khusus, dibanding dengan
perusahaan yang tidak melakukan
spesialisasi, dimana pekerjanya
harus menjalankan beberapa tugas.
Perusahaan yang melakukan
spesialisasi akan memproduksi
dalam skala yang ekonomis
(disamping spesialisasi menurunkan
biaya per unit), dibanding dengan
perusahaan yang tidak melakukan
spesialisasi, walaupun biaya yang
dikeluarkan oleh kedua perusahaan
sama, akan tetapi perusahaan yang
melakukan spesialisasi masih bisa
berada di dalam skala ekonomis,
karena produktivitas yang lebih
tinggi.
b. Penambahan kapasitas produksi
(skala usaha) Menurut Sadono
Sukirno (2008), produksi yang
semakin tinggi menyebabkan
perusahaan menambah kapasitas
produksi, dan pertambahan kapasitas
ini akan menyebabkan kegiatan
memproduksi semakin bertambah
efisien. Paling tidak, ada beberapa
alasan, yakni:
- biaya input yang semakin murah.
Makin tinggi produksi, makin
banyak input yang digunakan,
seperti bahan baku, mesin dan
peralatan lainnya. Harga dari
barang-barang tersebut akan
menjadi murah apabila pembelian
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 43
dalam kapasitas yang banyak;
kemudian penggunaan sumber-
sumber daya yang tersedia lebih
optimal. Terkadang produksi
dalam kapasitas yang lebih kecil
adakalanya terdapat bahan-bahan
yang terbuang (waste), sehingga
hal tersebut tidak efisien. Namun
ketika memproduksi dengan
kapasitas yang besar maka
penggunaan bahanbahan input
dapat lebih optimal.
- Penggunaan teknologi
(mekanisasi), yang menggantikan
penggunaan jasa manusia,
sehingga permintaan terhadap
tenaga manusia berkurang yang
kemudian akan menyebabkan
biaya input yang harus
dikeluarkan akan berkurang pula.
Pengukuran Efisiensi Biaya
1. Pendekatan Teknis
Efisiensi teknis merupakan suatu
ukuran yang membandingkan antara keluaran
(output) dan masukan (input), atau jumlah
yang dihasilkan dari sejumlah input yang
digunakan (Suseno, Priyonggo, 2008).
Efisiensi merupakan perbandingan antara
output dan input yang berhubungan dengan
tercapainya output maksimum dengan
sejumlah input tertentu, yang berarti jika rasio
outputinput semakin besar, maka efisiensi
dikatakan semakin tinggi.(Shone Rinald,
1981 dalam Komaryatin, Nurul: 2006).
2. Pendekatan Biaya
Efisiensi dengan pendekatan biaya
adalah mengukur sejauh mana biaya yang
dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau
perusahaan untuk mendapatkan hasil
(keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga
dapat dibuat perbandingan diantara kedua
variabel tersebut. Dalam Sumarjono, Djoko
(2004), efisiensi akan tercapai ketika
pendapatan marjinal = biaya marjinal.
Kusnadi, dkk (1999) menuturkan bahwa
perusahaan akan mengalami kondisi yang
tidak efisien ketika biaya marjinal untuk
menambah hasil produksi sudah lebih besar
dari pendapatan marjinalnya (MC>MR).
Sehingga ketika memproduksi dengan
tambahan biaya yang semakin besar akan
memperkecil keuntungan (laba perusahaan).
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah bagian
kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini
memegang peranan penting terutama bila
manajer melaksanakan fungsi perencanaan.
Dalam proses perencanaan, manajer
memutuskan tujuan-tujuan organisasi yang
akan dicapai, sumber daya yang akan
digunakan, dan siapa yang akan
melaksanakan tugas tersebut (Handoko,
2009).
Menurut Gibson dkk (1997) dalam
Sumijatun (2009) keputusan merupakan
tanggapan manajer terhadap permasalahan.
Setiap keputusan adalah akibat dari proses
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 44
dinamis yang dipengaruhi oleh banyak
kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan
pengetahuan, kecakapan dan motivasi
manajer. Pengambilan keputusan adalah
proses pemikiran dan pertimbangan yang
mendalam, dan proses yang melibatkan
pendekatan sistematik dengan langkah-
langkah yang berurutan.
Pengambilan keputusan merupakan
proses kognitif yang kompleks dan sering
didefinisikan sebagai suatu upaya
memutuskan serangkaian tindakan tertentu.
Pengambilan keputusan sering dianggap
sinonim dengan manajemen (Marquis &
Huston, 2010).
Model Pengambilan Keputusan
1. Model Normatif
Menurut Swanburg (2000) model
normatif untuk pembuatan keputusan ini tidak
realistis karena asumsinya jelas memilih
diantara alternative yang teridentifikasi. Ada
tujuh langkah untuk membuat keputusan
dalam model analisis ini:
a. menemukan dan menganalisis
masalah,
b. mengidentifikasi semua alternatif
yang memungkinkan,
c. mengevaluasi pro dan kontra dari
masing-masing alternatif,
d. mengurutkan alternatif,
e. memilih alternative yang dapat
memaksimalkan kepuasaan,
f. pelaksanaan,
g. evaluasi.
2. Model Pohon Keputusan
Vroom menggunakan jawaban untuk
tujuh pertanyaan diagnostik dalam bentuk
pohon keputusan untuk mengidentifikasi tipe-
tipe gaya kepemimpinan yang digunakan
dalam model manajemen pembuatan
keputusan. Pertanyaan berfokus pada
perlindungan kualitas dan penerimaan
keputusan dan kesesuaian yang adekuat dari
informasi, keseuaian tujuan, struktur masalah,
penerimaan oleh subordinat, konflik,
keadilan, dan prioritas implementasi
(Swanburg, 2000).
Pohon keputusan adalah model
prediksi menggunakan struktur pohon atau
struktur berhirarki. Contoh dari pohon
keputusan dapat dilihat di Gambar berikut ini.
Gambar 1 Pohon Keputusan
Disini setiap percabangan
menyatakan kondisi yang harus dipenuhi dan
tiap ujung pohon menyatakan kelas data.
Contoh di Gambar 1 adalah identifikasi
pembeli komputer,dari pohon keputusan
tersebut diketahui bahwa salah satu kelompok
yang potensial membeli komputer adalah
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 45
orang yang berusia di bawah 30 tahun dan
juga pelajar. Setelah sebuah pohon keputusan
dibangun maka dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan record yang belum ada
kelasnya. Dimulai dari node root,
menggunakan tes terhadap atribut dari record
yang belum ada kelasnya tersebut lalu
mengikuti cabang yang sesuai dengan hasil
dari tes tersebut, yang akan membawa kepada
internal node (node yang memiliki satu
cabang masuk dan dua atau lebih cabang yang
keluar), dengan cara harus melakukan tes lagi
terhadap atribut atau node daun. Record yang
kelasnya tidak diketahui kemudian diberikan
kelas yang sesuai dengan kelas yang ada pada
node daun. Pada pohon keputusan setiap
simpul daun menandai label kelas. Proses
dalam pohon keputusan yaitu mengubah
bentuk data (tabel) menjadi model pohon
(tree) kemudian mengubah model pohon
tersebut menjadi aturan (rule).
3. Model Deskriptif
Simon mengembangkan model ini
didasarkan pada asumsi bahwa pembuat
keputusan adalah seseorang yang melihat
masalah secara rasional dalam membuat
solusi yang bisa dilakukan yang didasarkan
pada informasi yang diketahuinya. Model ini
dapat digunakan untuk membuat berbagai
keputusan yang informasinya tidak lengkap
diakibatkan karena keterbatasan waktu, uang,
atau orang dan kenyataan bahwa orang tidak
selalu memilih yang paling baik (Swanburg,
2000). Ada lima langkah pengambilan
keputusan dalam model dekripsi:
1. menetapkan tujuan yang dapat
diterima,
2. menguraikan persepsi subjektif
tentang masalah,
3. mengidentifikasi alternatif yang bisa
diterima,
4. mengevaluasi setiap alternatif,
5. menyeleksi alternatif,
6. menerapkan keputusan,
7. evaluasi
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriftif
kuantitatif. Metode deskriptif merupakan
metode penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan
sesuatu kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang
sedang berlangsung, akibat atau efek yang
terjadi, atau tentang kecendrungan yang
tengah berlangsung.
Metode kuantitatif menurut Sugiono
(2008 :7), “adalah metode positivistic karena
berlandaskan pada filsafat positivism”.
Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific
karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah,
yakni konkrit/empiris, obyektif, terukur,
rasional dan sistematis. metode ini disebut
kuantitatif karena data penelitian merupakan
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 46
angka-angka dan analisa menggunakan
statistik.
Unit Analisis
Menurut Hamidi (2005: 75-76)
menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan
yang diteliti yang bisa berupa individu,
kelompok, benda atau suatu latar peristiwa
sosial seperti misalnya aktivitas individu atau
kelompok sebagai subjek penelitian.
Dari cara mengungkap unit analisis
data dengan menetapkan kriteria responden
tersebut, peneliti dengan sendirinya akan
memperoleh siapa dan apa yang menjadi
subjek penelitiannya. Dalam hal ini peneliti
akan mencoba menemukan informasi awal
yakni melakukan aktivitas pengumpulan data.
Adapun yang menjadi informasi awal dari
penelitian ini adalah berupa data laporan
keuangan PDAM Kabupaten Sukabumi.
Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan
hal, orang, barang, ruang, gejala atau kegiatan
yang akan diteliti. Menurut Hadari Nawawi
(2005 : 141) mengatakan bahwa :
“Populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
benda-benda hewan, tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-
peristiwa sebagai sumber data yang memilii
karekteristik tertentu dalam penelitian”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010
: 57), menyatakan bahwa : Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karateristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Jadi dalam hal ini jumlah
populasi adalah data laporan keuangan yang
disajikan oleh PDAM Kabupaten Sukabumi.
Penarikan Sampel
Menurut Sugiyono (2009:62),
“sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada para
populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti boleh
mengambil sampel dari populasi tersebut.
Selanjutnya diambil dari populasi
data yang tersedia untuk beberapa periode
terakhir.
Operasionalisasi Variabel
Penelitian dapat dijabarkan dalam
dimensi dan indikator-indikator dari variabel
dalam penelitian ini. Dari indikator-indikator
tersebut dapat disusun pengukurannya
sehingga dengan data kuantitatif yang didapat
dalam penelitian digunakan sebagai bahan
analisis data statistik.
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yakni variabel efisiensi biaya dan
keputusan peningkatan pelayanan, untuk lebih
jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian
yang merupakan indikator-indikator variabel
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 47
Tabel 1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
Efisiensi Biaya
(X)
Sadono
Sukirno(2008)
1. Marginal Cost (Biaya
Marjinal)
2. Marginal Revenue
(Pendapatan Marjinal)
Rata- Rata Biaya Marginal
Rata-Rata Pendapatan Marginal
Peningkatan
Pelayanan
(Y)
(Wibowo, 2007)
1. Meningkatkan jumlah
jasa yang ditawarkan
2. Meningkatkan jumlah
pelanggan
Jumlah Pelayanan dari Satu
Periode Ke Periode Yang Lain
Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis laporan keuangan
dengan tujuan mengukur efisiensi biaya,
peningkatan jumlah pelayanan (volume
penjualan), serta tingkat profitabilitas
perusahaan. Analisa laporan keuangan
merupakan proses yang penuh pertimbangan
dalam rangka membantu mengevalusi posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada
masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan
untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang. Analisa
laporan keuangan sebenarnya banyak sekali
namun pada penelitian kali ini penulis
menggunakan analisa rasio keuangan karena
analisa ini lebih sering digunakan dan lebih
sederhana.
Adapun masing-masing teknik
analisis laporan keuangan tersebut penulis
jelasakan sebagai berikut:
1. Analisis Trend atau time series adalah
analisis rasio perusahaan untuk
beberapa periode.
2. Analisis Cross Sectional, dengan
analisis ini analis membandingkan
rasio-rasio perusahaan (company
ratio) dengan rata-rata rasio
perusahaan sejenis atau industri (rasio
rata-rata/rasio standard) untuk waktu
yang sama
Sementara itu untuk membuat
keputusan peningkatan pelayanan, penulis
menggunakan metode pohon keputusan.
Pohon keputusan adalah salah satu metode
klasifikasi yang paling populer karena mudah
untuk diinterpretasi oleh manusia. Pohon
keputusan adalah model prediksi
menggunakan struktur pohon atau struktur
berhirarki. Konsep dari pohon keputusan
adalah mengubah data menjadi pohon
keputusan dan aturan-aturan keputusan.
Manfaat utama dari penggunaan pohon
keputusan adalah kemampuannya untuk
mem-break down proses pengambilan
keputusan yang kompleks menjadi lebih
simpel sehingga pengambil keputusan akan
lebih menginterpretasikan solusi dari
permasalahan. Pohon Keputusan juga berguna
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 48
untuk mengeksplorasi data, menemukan
hubungan tersembunyi
Adapun kriteria keputusan yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Jika MC ≤ MR, maka keputusan
peningkatan pelayanan dilakukan
2. Jika MC > MR, maka keputusan
peningkatan pelayanan tidak
dilakukan
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui analisis efisiensi biaya
terhadap keputusan peningkatan pelayanan,
dimana tujuan tersebut disebabkan oleh
kemungkinan yang akan terjadi dalam
pengelolaan sebuah perusahaan monopoli
yaitu kerugian yang disebabkan oleh kurang
efisiensinya biaya serta pasar yang relatif
kecil. Pasar yang kecil dimaksudkan pada dua
buah aspek yaitu dilihat dari sudut pandang
volume penjualan jasa yang sedikit ataupul
luas cakupan wilayah atas pelanggan yang
dimiliki.
Berikut ini akan dilakukan analisis
laporan keuangan untuk mengukur seberapa
besar efisiensi biaya dan peningkatan
pelayanan pada PDAM Kabupaten Sukabumi.
Analisis Efisiensi Biaya
Untuk mengukur efisiensi biaya,
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
bahwa kriteria efisiensi yang digunakan
adalah apabila biaya marjinal (MC) lebih kecil
sama dengan (≤) pendapatan marginal.
Adapun data yang menjadi alat ukur
untuk menganalisa efisiensi biaya, penulis
sajikan sebagai berikut:
Tabel 2
Data Laporan Laba Rugi Perbandingan
PDAM Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dan Tahun 2015
KETERANGAN PERIODE NAIK/TURUN
2015 2014 (Rp) (%)
PENDAPATAN USAHA
Pendapatan Air 46.934.681.576 39.995.820.300 6.938.861.276 17,35 Pendapatan Non Air 3.564.956.279 3.618.776.115 -53.819.836 -1,49 Jumlah Pendapatan Usaha 50.499.637.855 43.614.596.415 6.885.041.440 15,79
BEBAN LANGSUNG USAHA
Beban Sumber Air 1.970.896.358 2.677.899.819 -707.003.461 -26,40 Beban Pengolahan Air 11.098.361.505 9.535.435.169 1.562.926.336 16,39 Beban Transmisi Distribusi 9.945.545.737 9.516.634.893 428.910.844 4,51
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 49
Jumlah Beban Langsung 23.014.803.600 21.729.969.881 1.284.833.719 5,91 Laba (Rugi) Kotor Usaha 27.484.834.255 21.884.626.534 5.600.207.721 25,59
BEBAN UMUM DAN
ADMINISTRASI
Beban Umum dan Administrasi 26.251.914.135 20.659.916.470 5.591.997.665 27,07 Laba (Rugi) Usaha 1.232.920.120 1.224.710.064 8.210.056 0,67
PENDAPATAN (BEBAN)
LAIN-LAIN
Pendapatan Lain-Lain 190.358.851 335.237.678 -144.878.827 -43,22 Beban Lain-Lain - 315.777.374 -315.777.374 -100,00
Jumlah (Net) Pendapatan dan
Beban Lain-Lain 190.358.851 19.460.304 170.898.547 878,19
LABA (RUGI) SEBELUM
PAJAK 1.423.278.971 1.244.170.368 179.108.603 14,40
Beban Pajak Penghasilan -454.976.000 -344.243.000 -110.733.000 32,17
LABA (RUGI) BERSIH
SETELAH PAJAK 1.878.254.971 1.588.413.368 289.841.603 18,25
*Sumber : Laporan Auditor Tahun 2015
Data di atas menunjukan bahwa
secara akumulasi menunjukan adanya
peningkatan tahun 2015 yang cukup
signifikan atas laba setelah pajak yakni
sebesar 18,25% atau sebesar Rp.
289.841.603 (dua ratus delapan puluh
sembilan juta delapan ratus empat puluh
satu enam ratus tiga rupiah) dari tahun
2014. Dari data tersebut kemudian dapat
kita ukur besarnya biaya marjinal (MC)
yaitu dengan melakukan perhitngan sebagai
berikut:
MC = TCn - TCn-1
MC = (FCn + VCn) -(FCn-1 + VCn-1)
MC = (26.251.914.135 + 23.014.803.600) - (20.659.916.470 + 21.79.969.881)
MC = 49.266.717.735 - 42.389.886.351
MC = 6.876.831.384
MR = (TRn - TRn-1)
MR = 50.499.637.855 - 43.614.596.415
MR = 6.885.041.440
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 50
Berdasarkan hasil analisa di atas
dapat kita simpulkan bahwa PDAM
Kabupaten Sukabumi telah melakukan
efisiensi, dimana Biaya Marjinal (MC) ≤
Pendapatan Marjinal (MR), yaitu Rp.
6.876.831.384 ≤ Rp. 6.885.041.440
Analisis Peningkatan Pelayanan
Untuk mengukur peningkatan
pelayanan adalah dengan cara menganalisa
Seberapa besar jumlah pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat sebagai
pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi
dengan cara membandingkan antara
pelayanan tahun berjalan dengan tahun
sebelumnya bahwa indikator peningkatan
pelayanan dengan cara menganalisa jumlah
pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan.
Analisa terhadap peningkatan
pelayanan sebagaimana dimaksud dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3
Peningkatan Pelayanan
Tahun Pendapatan Rasio (%)
2014 39.995.820.300 100,00
2015 46.934.681.576 117,35
*Sumber : Laporan Keuangan Diolah
Berdasarkan data tabel di atas,
yang dimaksud dengan pendapatan adalah
pendapatan air, dimana pada tahun 2014
diperoleh pendapatan sebesar
Rp.39.995.820.300, sementara tahun 2015
sebesar Rp.46.934.681.576, dengan
demikian antara tahun 2014 dengan tahun
2015 terjadi peningkatan, dimana
peningkatan pada tahun 2015 adalah
sebesar 17,35% sebagaimana angka rasio
pada tabel tersebut. Rasio tahun 2014
adalah sebesar 100% sebagai dasar
pembanding, sementara rasio pada tahun
2015 adalah sebesar 117,35% sebagai hasil
perbandingan antara pendapatan tahun 2015
dengan tahun 2014.
Analisis Efisiensi Biaya Terhadap
Keputusan Peningkatan Pelayanan
Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa untuk membuat
keputusan melakukan peningkatan
pelayanan atau tidak, digunakan kriteria
keputusan dengan membandingkan antara
biaya marjinal (MC) dengan pendapatan
marjinal (MR)
Selanjutnya penulis melakukan
analisis dengan pohon keputusan sebagai
berikut:
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 51
MC ≤ MR
MC Ya MR
≤
> MR ≤ MR > MC ≤ MC
Tidak Ya Ya Ya
6.876.831.384 6.885.041.440
*Sumber : Pramudiono,2008
Pembahsan
Berdasarkan gambar pohon
keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa
keputusan peningkatan pelayanan dapat
dilaksanakan karena biaya marjinal lebih
kecil dari pada pendapatan marjinal. Dapat
kita ketahui bahwa nilai biaya marjinal
adalah sebesar Rp. 6.876.831.384,
sementara pendapatan marjinal sebesar
Rp.6.885.041.440, maka dari itu keputusan
peningkatan jumlah pelayanan kepada
pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi
dapat dilakukan karena biaya marjinal lebih
kecil dibandingkan dengan pendapatan
marginal.
Perhitungan biaya marjinal
didasarkan pada perubahan jumlah total
biaya selama dua periode terakhir,
sementara perhitungan pendapatan marjinal
dihitung berdasarkan perubahan total
pendapatan usaha selama dua periode
terakhir pada tahun yang sama.
Untuk memininalisir resiko
kerugian sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya yaitu tidak adanya efisiensi
biaya dan pasar yang relatif kecil, maka
PDAM Kabupaten Sukabumi memiliki
peluang dalam meningkatkan pelayanan,
akan tetapi perlu juga mengkaji faktor-
faktor lain agar di dalam membuat
keputusan untuk meningkatkan pelayanan
dapat meminimalisir kegagalan dari sebuah
keputusan yang bisa merugikan perusahaan
serta pihak lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Selanjutnya penulis memberikan
kesimpulan atas hasil penelitian
yang telah dilakukan sebagai
berikut:
1. Efisiensi biaya pada PDAM
Kabupaten Sukabumi dengan
mengukur perubahan jumlah biaya
dan pendapatan selama dua
periode terakhir menunjukan
bahwa biaya marjinal lebih kecil
dibandingkan dengan pendapatan
marjinal, dimana biaya marjinal
(MC) sebesar Rp.6.876.831.384,
sementara pendapatan marjinal
sebesar Rp.6.885.041.440. Oleh
karena itu maka PDAM Kabupaten
Sukabumi telah melakukan
efisiensi biaya.
2. Keputusan Peningkatan Jumlah
Pelayanan pada PDAM Kabupaten
Sukabumi dengan melihat jumlah
pendapatan air selama tahun 2014
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 52
dengan tahun 2015, dapat
disimpulkan bahwa PDAM
Kabupaten Sukabumi pada
dasarnya telah melakukan
peningkatan pelayanan kepada
pelanggan, dimana pada tahun
2014 diperoleh pendapatan yang
bersumber dari jasa penyediaan air
untuk pelanggan sebesar Rp.
39.995.820.300 dan pada tahun
2015 sebesar Rp. 46.934.681.576
3. Analisis Efisiensi Biaya Terhadap
Keputusan Peningkatan Pelayanan
Pada PDAM Kabupate Sukabumi
sebagaimana hasil analisis pohon
keputusan dapat disimpulkan
bahwa PDAM Kabupaten
Sukabumi dapat melakukan
peningkatan pelayanan apabila
melihat indikator biaya marjinal
dan pendapatan marjinal sebagai
dasar analisis efisiensi biaya.
Saran
Berkaitan dengan hasil analisa data
dalam penelitian serta observasi di
lapangan, penulis menyampaikan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebaiknya PDAM Kabupaten
Sukabumi terus meningkatkan
efisiensi biaya dan
mengoptimalkan jumlah
pendapatan dengan cara
meningkatkan pelayanan kepada
pelanggan untuk memaksimalkan
laba
2. Sebaiknya PDAM Kabupaten
Sukabumi terus meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat
dengan cara menambah pasokan
pelayanan air dan atau memperluas
pasar dengan tetap
mempertimbangkan efisiensi.
3. Walaupun PDAM Kabupaten
Sukabumi memiliki peluang dalam
meningkatkan pelayanan, akan
tetapi perlu juga mengkaji faktor-
faktor lain agar di dalam membuat
keputusan untuk meningkatkan
pelayanan dapat meminimalisir
kegagalan dari sebuah keputusan
yang bisa merugikan perusahaan
serta pihak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K. and Milton F. Usry,
2002, Cost Accounting, Buku 1, Edisi
13, Alih Bahasa : Krista, Salemba
Empat, Jakarta.
Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen.
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA
Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam-
Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada
Komaryatin, Nurul. 2006. Analisis Efisiensi
Teknis Industri BPR di
Eks.Karisidenan Pati. Tesis S2 Pasca
Sarjana Uniiversitas Diponegoro
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 53
Marquis dan Huston (2010). Kepemimpinan
dan manajemen keperawatan. Teori
dan Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati
dan Handayani. Jakarta. Edisi 4.
EGC.
Mulyadi. 2005, Akuntansi Biaya, Edisi
kelima, Cetakan ketujuh, Yogyakarta
: Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN
Nicholson, Walter. 1999. Mikro Ekonomi
Intermediates dan Aplikasinya. Edisi
Kedelapan. Diterjemahkan oleh IGN
Bayu Mahendra & Abdul Aziz.
Penerbit Erlangga
Pramudiono, Iko. Pengantar Data Mining:
Menambang Permata Pengetahuan
di Gunung Data
Sugiarto, dkk. 2005. Ekonomi Mikro:
Sebuah Kajian Komprehensif.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif.
CV.Alfabeta: Bandung
Suharno & Yudi Sutarso. 2006. Marketing
in Practice. Graha Ilmu, Yogyakarta
Sukirno, Sadono, (2008). Mikro Ekonomi,
Teori Pengantar. Edisi ketiga. Divisi
Buku Perguruan Tinggi, PT.
RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Sullivan, Artur (2011). Ekonomics:
Principle in action. Upper Saddle
River, New Jersey
Sumarjono, Djoko (2004). Diktat Kuliah,
Ilmu Ekonomi Produksi. Prodi Sosial
Ekonomi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Universitas Diponegoro,
Semarang
Suseno, Priyonggo. 2008. Analisis Kinerja
dan Skala Ekonomi pada Industri
Perbankan Syariah di Indonesia.
Journal of Islamic and Economics,
Volume 2 No.1.Jakarta
Sumijatun. (2009). Manajemen
Keperawatan Konsep Dasar dan
Aplikasi Pengambilan Keputusan
Klinis. Jakarta : CV. Trans Info Media
Swanburg, R.C. (2000). Pengantar
Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Terjemahan. Jakarta:
EGC
Taswan. 2006. Manajemen Perbankan.
UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Robert Pindyck & Daniel L. Rubinfeld.
2007. Mikroekonomi edisi keenam.
Indeks: Jakarta
Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003