ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN ...

16
Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 38 ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN PENINGKATAN JUMLAH PELAYANAN BERDASARKAN METODE POHON KEPUTUSAN PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Rosanna Wulandari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PGRI Sukabumi [email protected] Abstrak PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya secara monopoli memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya adalah secara mutlak tidak memiliki pesaing bisnis. Selain daripada itu PDAM Kabupaten Sukabumi menguasai harga pasar (price maker) dan sekaligus dapat melakukan diskriminasi harga. keputusan peningkatan pelayanan dilakukan apabila biaya marginal sama dengan pendapatan marginal, dan keputusan peningkatan pelayanan tidak dilakukan apabila biaya marginal lebih besar dari pendapatan marginal. Keputusan Peningkatan Pelayanan dilakukan jika MC ≤ MR. Nilai biaya marjinal adalah sebesar Rp. 6.876.831.384, sementara pendapatan marjinal sebesar Rp.6.885.041.440, maka dari itu keputusan peningkatan jumlah pelayanan kepada pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi dapat dilakukan karena biaya marjinal lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan marginal. Kata Kunci : Efisiensi Biaya, Pohon Keputusan, Peningkatan Pelayanan. PENDAHULUAN Berawal dari sebuah dugaan bahwa resiko kerugian dari sebuah perusahaan monopoli dikarenakan biaya yang tidak efisien serta pasar yang sempit atau rendahnya volume penjualan (volume pelayanan). Untuk menghindari resiko tersebut, maka perusahaan monopoli seperti PDAM Kabupaten Sukabumi perlu memperluas pasar dan atau meningkatkan volume penjualan (peningkatan pelayanan) dengan pertimbangan efisiensi biaya. Menurut Sullivan, Arthur (2011) efisiensi dalam konsep ekonomi merujuk pada sejumlah konsep yang terkait pada penggunaan, pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa (Dalam Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003). Kegiatan memproduksi suatu perusahaan akan mencapai efisien ketika perusahaan tersebut mampu memproduksi dalam skala yang ekonomis. Sadono Sukirno(2008) menyatakan bahwa sebuah perusahaan dikatakan mencapai skala ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Efisiensi dengan pendekatan biaya adalah mengukur sejauh mana biaya yang dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau perusahaan untuk mendapatkan hasil

Transcript of ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN ...

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 38

ANALISIS EFISIENSI BIAYA TERHADAP KEPUTUSAN

PENINGKATAN JUMLAH PELAYANAN BERDASARKAN METODE

POHON KEPUTUSAN PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI

Rosanna Wulandari

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PGRI Sukabumi

[email protected]

Abstrak

PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan

usahanya secara monopoli memiliki beberapa keunggulan yang diantaranya adalah secara mutlak tidak

memiliki pesaing bisnis. Selain daripada itu PDAM Kabupaten Sukabumi menguasai harga pasar (price

maker) dan sekaligus dapat melakukan diskriminasi harga. keputusan peningkatan pelayanan dilakukan

apabila biaya marginal sama dengan pendapatan marginal, dan keputusan peningkatan pelayanan tidak

dilakukan apabila biaya marginal lebih besar dari pendapatan marginal. Keputusan Peningkatan

Pelayanan dilakukan jika MC ≤ MR. Nilai biaya marjinal adalah sebesar Rp. 6.876.831.384, sementara

pendapatan marjinal sebesar Rp.6.885.041.440, maka dari itu keputusan peningkatan jumlah pelayanan

kepada pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi dapat dilakukan karena biaya marjinal lebih kecil

dibandingkan dengan pendapatan marginal.

Kata Kunci : Efisiensi Biaya, Pohon Keputusan, Peningkatan Pelayanan.

PENDAHULUAN

Berawal dari sebuah dugaan bahwa

resiko kerugian dari sebuah perusahaan

monopoli dikarenakan biaya yang tidak

efisien serta pasar yang sempit atau rendahnya

volume penjualan (volume pelayanan). Untuk

menghindari resiko tersebut, maka

perusahaan monopoli seperti PDAM

Kabupaten Sukabumi perlu memperluas pasar

dan atau meningkatkan volume penjualan

(peningkatan pelayanan) dengan

pertimbangan efisiensi biaya.

Menurut Sullivan, Arthur (2011)

efisiensi dalam konsep ekonomi merujuk

pada sejumlah konsep yang terkait pada

penggunaan, pemaksimalan serta

pemanfaatan seluruh sumber daya dalam

proses produksi barang dan jasa (Dalam

Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003).

Kegiatan memproduksi suatu

perusahaan akan mencapai efisien ketika

perusahaan tersebut mampu memproduksi

dalam skala yang ekonomis. Sadono

Sukirno(2008) menyatakan bahwa sebuah

perusahaan dikatakan mencapai skala

ekonomis apabila pertambahan produksi

menyebabkan biaya produksi rata-rata

menjadi semakin rendah.

Efisiensi dengan pendekatan biaya

adalah mengukur sejauh mana biaya yang

dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau

perusahaan untuk mendapatkan hasil

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 39

(keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga

dapat dibuat perbandingan diantara kedua

variabel tersebut. Dalam Sumarjono, Djoko

(2004), efisiensi akan tercapai ketika

pendapatan marjinal = biaya marjinal.

penulis membuat sebuah hipotesis

atau dugaan sementara sebagai berikut:

- H1 : Keputusan Peningkatan

Pelayanan dilakukan jika MC ≤ MR

- H0 : Keputusan Peningkatan

Pelayanan tidak dilakukan Jika MC >

MR

KAJIAN PUSTAKA

Efisiensi Biaya

Menurut Carter dan Usry (2002:29),

“Biaya didefinisikan sebagai nilai tukar,

pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh

manfaat. Dalam akuntansi keuangan,

pengeluaran atau pengorbanan pada saat

akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau

di masa yang akan datang dalam bentuk kas

atau aktiva lain”. Sedangkan Menurut

Mulyadi (2005:8), “biaya adalah pengorbanan

sumber ekonomi yang di ukur dalam uang,

yang telah terjadi atau kemungkinan akan

terjadi untuk mencapai tujuan tersebut”.

Berdasarkan pengertian biaya

tersebut, maka biaya pada dasarnya

merupakan pengorbanan untuk mendapatkan

manfaat ekonomis.

Selanjutnya Mulyadi (2005:14),

mengemukakan bahwa biaya dapat

digolongkan menurut berikut :

1. Penggolongan Biaya Menurut Obyek

Pengeluaran Dalam cara ini, nama

obyek pengeluaran merupakan dasar

penggolongan biaya. Misalnya nama

obyek pengeluaran adalah bahan

bakar, maka semua pengeluaran yg

berhubungan dengan bahan bakar

disebut biaya bahan bakar.

2. Penggolonan Biaya Menurut Fungsi

Pokok Dalam Perusahaan Dalam

perusahaan manufaktur ada tiga

fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,

fungsi pemasaran, dan fungsi

administrasi dan umum. Oleh karena

itu dalam perusahaan manufaktur,

biaya dapat dikelompokkan menjadi

tiga kelompok:

a. Biaya Produksi merupakan biaya-

biaya yang terjadi untuk

mengolah bahan baku menjadi

produk jadi yang siap untk dijual.

Menurut obyek pengeluarannya,

biaya produksi dapat dibagi

menjadi: biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja, dan biaya overhead

pabrik.

b. Biaya Pemasaran merupakan

biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan

pemasaran produk.

c. Biaya Administrasi dan Umum

merupakan biaya-biaya yang

terjadi untuk mengkoordinasi

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 40

kegiatan produksi dan pemasaran

produk.

d. Penggolongan Biaya Menurut

Hubungan Biaya dengan Sesuatu

yang Dibiayai.

Dalam hubungannya dengan sesuatu

yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan

menjadi dua golongan:

1. Biaya Langsung (direct cost), yaitu

biaya yang terjadi, yang penyebab

satu-satunya adalah karena adanya

sesuatu yang dibiayai.

2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost),

yaitu biaya yang terjadinya tidak

hanya disebabkan oleh sesuatu yang

dibiayai. Biaya tidak langsung dalam

hubungannya dengan produk disebut

dengan istilah biaya produksi tidak

langsung atau biaya overhead pabrik.

Penggolongan biaya menurut

perilakunya dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan. Menurut cara

penggolongan ini, biaya dapat digolongkan

menjadi empat, diantaranya:

a. Biaya variabel, adalah biaya yang

jumlah totalnya berubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan.

b. Biaya semi variabel, adalah biaya

yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Dalam

biaya semi variabel mengandung

unsur biaya tetap dan unsur biaya

variabel.

c. Biaya semifixed, adalah biaya yang

tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah dengan jumlah

yang konstan pada volume produksi

tertentu.

Di dalam Adiwarman A. Karim

(2006), dibahasakan bahwa ”Efficient is doing

the things right”, yang berarti bahwa

melakukan segala hal dengan cara yang tepat

untuk mendapatkan hasil yang optimal. Di

dalam teori ekonomi, ada dua konsep umum

mengenai efisiensi, yakni efisiensi yang

ditinjau dari konsep ekonomi (economic

concept) dan efisiensi yang ditinjau dari

konsep produksi (production concept).

Efisiensi yang ditinjau dengan konsep

ekonomi mempunyai cakupan lebih luas yang

ditinjau dari segi makro, sementara itu

efisiensi dari sudut pandang produksi melihat

dari sudut pandang mikro.

Efisiensi dalam konsep produksi

terbatas pada melihat hubungan teknis dan

operasional dalam suatu proses produksi,

yaitu konversi input menjadi output. (Walter,

1995 & Sarjana, 1999 dalam Sutawijaya,

Adrian.; dan Etty Puji Lestari, 2009: 53).

Sedangkan efisiensi ekonomi melihat secara

luas pada pengalokasian sumber-sumber daya

di dalam suatu perekonomian yang

mendatangkan kesejahteraan di dalam

masyarakat. (Sukirno, Sadono: 2008)

Menurut Sullivan, Arthur (2011), “efisiensi

dalam konsep ekonomi merujuk pada

sejumlah konsep yang terkait pada

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 41

penggunaan, pemaksimalan serta

pemanfaatan seluruh sumber daya dalam

proses produksi barang dan jasa” (Dalam

Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003).

Penggunaan sumber-sumber daya bisa

dikatakan efisien apabila: (1) Seluruh sumber-

sumber daya yang tersedia sepenuhnya

digunakan; (2) Corak penggunaannya adalah

sudah sedemikian rupa sehingga tidak

terdapat lagi corak penggunaan lain yang akan

memberikan tambahan kemakmuran bagi

masyarakat/individu. (Sukirno, Sadono:

2008) Sementara itu, efisiensi di dalam

konsep produksi cenderung menilai secara

teknis dan operasional, sehingga efisiensi di

dalam konsep produksi umumnya dilihat dari

sudut pandang teknis dan biaya. Menurut

Sadono Sukirno (2008), di dalam proses

produksi, efisiensi dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu efisiensi produktif dan

efisiensi alokatif.

a. Efisiensi produktif, adalah menilai

efisiensi di dalam tahapan produksi.

Penilaian efisiensi produktif dapat

dilihat dari sisi biaya. Untuk mencapai

efisiensi produktif ini harus dipenuhi

dua syarat. Pertama, untuk setiap

tingkat produksi, biaya yang

dikeluarkan adalah yang paling

minimum. Kedua, perusahaan atau

industri secara keseluruhan harus

memproduksikan barang pada biaya

rata-rata yang paling rendah.

b. Sedangkan efisiensi alokatif, menilai

efisiensi secara teknis di dalam proses

produksi, yakni dari segi

pengalokasiaan sumber-sumber daya

yang tersedia. Efisiensi alokatif akan

tercapai ketika alokasi sumbersumber

daya tersebut ke berbagai kegiatan

ekonomi/produksi telah mencapai

tingkat yang maksimum/optimum.

Di dalam kegiatan ekonomi, konsep

efisiensi tertuju pada bagaimana penciptaan

barang dan jasa dengan menggunakan biaya

yang paling rendah yang mungkin dapat

dicapai, serta mampu mengalokasikan

sumber-sumber ekonomi pada penggunaan

yang paling bernilai (Taswan, 2006).

Kegiatan memproduksi suatu

perusahaan akan mencapai efisien ketika

perusahaan tersebut mampu memproduksi

dalam skala yang ekonomis. Sadono

Sukirno(2008) menyatakan bahwa sebuah

perusahaan dikatakan mencapai skala

ekonomis apabila pertambahan produksi

menyebabkan biaya produksi rata-rata

menjadi semakin rendah.

Skala ekonomis dapat tercapai ketika

output dapat digandakan dengan biaya (cost

per unit) kurang dari dua kali lipat atau

perusahaan yang memproduksi dalam skala

ekonomis, ketika setiap adanya tambahan

produksi, biaya produksi justru semakin

menurun, sehingga pada akhirnya membawa

pada kondisi yang efisien. (Pindyck, Robert S.

dan Daniel L. Rubinfeld, 2007).

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 42

Menurut Sugiarto, dkk (2005) skala

ekonomi suatu perusahaan tercermin dengan

penurunan biaya produksi (input) sejalan

dengan kenaikan jumlah produksinya

(output). Sebaliknya, perusahaan akan

memproduksi dalam skala yang tidak

ekonomis ketika setiap kenaikan jumlah

outputnya menyebabkan biaya yang semakin

meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan

menggunakan kurva biaya rata-rata jangka

panjang (Long Run Average Cost).Skala

ekonomis tercapai ketika kurva LRAC

menurun hingga titik minimum, sedangkan

skala tidak ekonomis (dis-economis) terjadi

ketika kurva LRAC menanjak naik.

Perusahaan yang melakukan

kegiatan produksinya pada skala produksi

yang ekonomis akan senantiasa berada dalam

kondisi yang efisien, sebab kegiatan produksi

dilakukan dengan biaya yang rendah. Hal ini

sangat tergantung dari kemampuan dan usaha

perusahaan untuk mencapai kondisi yang

tersebut. Beberapa faktor penting yang dapat

menimbulkan skala ekonomi (Sukirno,

Sadono: 2008), yaitu:

a. Spesialisasi faktor-faktor produksi

Spesialisasi dilakukan dengan

melakukan pembagian unit-unit

kerja kedalam bidang-bidang

tertentu secara khusus. Dengan

dilakukannya spesialisasi,

produktivitas pekerja akan

meningkat, karena pekerjaan

dilakukan masing-masing secara

khusus, dibanding dengan

perusahaan yang tidak melakukan

spesialisasi, dimana pekerjanya

harus menjalankan beberapa tugas.

Perusahaan yang melakukan

spesialisasi akan memproduksi

dalam skala yang ekonomis

(disamping spesialisasi menurunkan

biaya per unit), dibanding dengan

perusahaan yang tidak melakukan

spesialisasi, walaupun biaya yang

dikeluarkan oleh kedua perusahaan

sama, akan tetapi perusahaan yang

melakukan spesialisasi masih bisa

berada di dalam skala ekonomis,

karena produktivitas yang lebih

tinggi.

b. Penambahan kapasitas produksi

(skala usaha) Menurut Sadono

Sukirno (2008), produksi yang

semakin tinggi menyebabkan

perusahaan menambah kapasitas

produksi, dan pertambahan kapasitas

ini akan menyebabkan kegiatan

memproduksi semakin bertambah

efisien. Paling tidak, ada beberapa

alasan, yakni:

- biaya input yang semakin murah.

Makin tinggi produksi, makin

banyak input yang digunakan,

seperti bahan baku, mesin dan

peralatan lainnya. Harga dari

barang-barang tersebut akan

menjadi murah apabila pembelian

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 43

dalam kapasitas yang banyak;

kemudian penggunaan sumber-

sumber daya yang tersedia lebih

optimal. Terkadang produksi

dalam kapasitas yang lebih kecil

adakalanya terdapat bahan-bahan

yang terbuang (waste), sehingga

hal tersebut tidak efisien. Namun

ketika memproduksi dengan

kapasitas yang besar maka

penggunaan bahanbahan input

dapat lebih optimal.

- Penggunaan teknologi

(mekanisasi), yang menggantikan

penggunaan jasa manusia,

sehingga permintaan terhadap

tenaga manusia berkurang yang

kemudian akan menyebabkan

biaya input yang harus

dikeluarkan akan berkurang pula.

Pengukuran Efisiensi Biaya

1. Pendekatan Teknis

Efisiensi teknis merupakan suatu

ukuran yang membandingkan antara keluaran

(output) dan masukan (input), atau jumlah

yang dihasilkan dari sejumlah input yang

digunakan (Suseno, Priyonggo, 2008).

Efisiensi merupakan perbandingan antara

output dan input yang berhubungan dengan

tercapainya output maksimum dengan

sejumlah input tertentu, yang berarti jika rasio

outputinput semakin besar, maka efisiensi

dikatakan semakin tinggi.(Shone Rinald,

1981 dalam Komaryatin, Nurul: 2006).

2. Pendekatan Biaya

Efisiensi dengan pendekatan biaya

adalah mengukur sejauh mana biaya yang

dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau

perusahaan untuk mendapatkan hasil

(keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga

dapat dibuat perbandingan diantara kedua

variabel tersebut. Dalam Sumarjono, Djoko

(2004), efisiensi akan tercapai ketika

pendapatan marjinal = biaya marjinal.

Kusnadi, dkk (1999) menuturkan bahwa

perusahaan akan mengalami kondisi yang

tidak efisien ketika biaya marjinal untuk

menambah hasil produksi sudah lebih besar

dari pendapatan marjinalnya (MC>MR).

Sehingga ketika memproduksi dengan

tambahan biaya yang semakin besar akan

memperkecil keuntungan (laba perusahaan).

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah bagian

kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini

memegang peranan penting terutama bila

manajer melaksanakan fungsi perencanaan.

Dalam proses perencanaan, manajer

memutuskan tujuan-tujuan organisasi yang

akan dicapai, sumber daya yang akan

digunakan, dan siapa yang akan

melaksanakan tugas tersebut (Handoko,

2009).

Menurut Gibson dkk (1997) dalam

Sumijatun (2009) keputusan merupakan

tanggapan manajer terhadap permasalahan.

Setiap keputusan adalah akibat dari proses

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 44

dinamis yang dipengaruhi oleh banyak

kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan

pengetahuan, kecakapan dan motivasi

manajer. Pengambilan keputusan adalah

proses pemikiran dan pertimbangan yang

mendalam, dan proses yang melibatkan

pendekatan sistematik dengan langkah-

langkah yang berurutan.

Pengambilan keputusan merupakan

proses kognitif yang kompleks dan sering

didefinisikan sebagai suatu upaya

memutuskan serangkaian tindakan tertentu.

Pengambilan keputusan sering dianggap

sinonim dengan manajemen (Marquis &

Huston, 2010).

Model Pengambilan Keputusan

1. Model Normatif

Menurut Swanburg (2000) model

normatif untuk pembuatan keputusan ini tidak

realistis karena asumsinya jelas memilih

diantara alternative yang teridentifikasi. Ada

tujuh langkah untuk membuat keputusan

dalam model analisis ini:

a. menemukan dan menganalisis

masalah,

b. mengidentifikasi semua alternatif

yang memungkinkan,

c. mengevaluasi pro dan kontra dari

masing-masing alternatif,

d. mengurutkan alternatif,

e. memilih alternative yang dapat

memaksimalkan kepuasaan,

f. pelaksanaan,

g. evaluasi.

2. Model Pohon Keputusan

Vroom menggunakan jawaban untuk

tujuh pertanyaan diagnostik dalam bentuk

pohon keputusan untuk mengidentifikasi tipe-

tipe gaya kepemimpinan yang digunakan

dalam model manajemen pembuatan

keputusan. Pertanyaan berfokus pada

perlindungan kualitas dan penerimaan

keputusan dan kesesuaian yang adekuat dari

informasi, keseuaian tujuan, struktur masalah,

penerimaan oleh subordinat, konflik,

keadilan, dan prioritas implementasi

(Swanburg, 2000).

Pohon keputusan adalah model

prediksi menggunakan struktur pohon atau

struktur berhirarki. Contoh dari pohon

keputusan dapat dilihat di Gambar berikut ini.

Gambar 1 Pohon Keputusan

Disini setiap percabangan

menyatakan kondisi yang harus dipenuhi dan

tiap ujung pohon menyatakan kelas data.

Contoh di Gambar 1 adalah identifikasi

pembeli komputer,dari pohon keputusan

tersebut diketahui bahwa salah satu kelompok

yang potensial membeli komputer adalah

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 45

orang yang berusia di bawah 30 tahun dan

juga pelajar. Setelah sebuah pohon keputusan

dibangun maka dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan record yang belum ada

kelasnya. Dimulai dari node root,

menggunakan tes terhadap atribut dari record

yang belum ada kelasnya tersebut lalu

mengikuti cabang yang sesuai dengan hasil

dari tes tersebut, yang akan membawa kepada

internal node (node yang memiliki satu

cabang masuk dan dua atau lebih cabang yang

keluar), dengan cara harus melakukan tes lagi

terhadap atribut atau node daun. Record yang

kelasnya tidak diketahui kemudian diberikan

kelas yang sesuai dengan kelas yang ada pada

node daun. Pada pohon keputusan setiap

simpul daun menandai label kelas. Proses

dalam pohon keputusan yaitu mengubah

bentuk data (tabel) menjadi model pohon

(tree) kemudian mengubah model pohon

tersebut menjadi aturan (rule).

3. Model Deskriptif

Simon mengembangkan model ini

didasarkan pada asumsi bahwa pembuat

keputusan adalah seseorang yang melihat

masalah secara rasional dalam membuat

solusi yang bisa dilakukan yang didasarkan

pada informasi yang diketahuinya. Model ini

dapat digunakan untuk membuat berbagai

keputusan yang informasinya tidak lengkap

diakibatkan karena keterbatasan waktu, uang,

atau orang dan kenyataan bahwa orang tidak

selalu memilih yang paling baik (Swanburg,

2000). Ada lima langkah pengambilan

keputusan dalam model dekripsi:

1. menetapkan tujuan yang dapat

diterima,

2. menguraikan persepsi subjektif

tentang masalah,

3. mengidentifikasi alternatif yang bisa

diterima,

4. mengevaluasi setiap alternatif,

5. menyeleksi alternatif,

6. menerapkan keputusan,

7. evaluasi

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriftif

kuantitatif. Metode deskriptif merupakan

metode penelitian yang berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan

sesuatu kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berkembang, proses yang

sedang berlangsung, akibat atau efek yang

terjadi, atau tentang kecendrungan yang

tengah berlangsung.

Metode kuantitatif menurut Sugiono

(2008 :7), “adalah metode positivistic karena

berlandaskan pada filsafat positivism”.

Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific

karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah,

yakni konkrit/empiris, obyektif, terukur,

rasional dan sistematis. metode ini disebut

kuantitatif karena data penelitian merupakan

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 46

angka-angka dan analisa menggunakan

statistik.

Unit Analisis

Menurut Hamidi (2005: 75-76)

menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan

yang diteliti yang bisa berupa individu,

kelompok, benda atau suatu latar peristiwa

sosial seperti misalnya aktivitas individu atau

kelompok sebagai subjek penelitian.

Dari cara mengungkap unit analisis

data dengan menetapkan kriteria responden

tersebut, peneliti dengan sendirinya akan

memperoleh siapa dan apa yang menjadi

subjek penelitiannya. Dalam hal ini peneliti

akan mencoba menemukan informasi awal

yakni melakukan aktivitas pengumpulan data.

Adapun yang menjadi informasi awal dari

penelitian ini adalah berupa data laporan

keuangan PDAM Kabupaten Sukabumi.

Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan

hal, orang, barang, ruang, gejala atau kegiatan

yang akan diteliti. Menurut Hadari Nawawi

(2005 : 141) mengatakan bahwa :

“Populasi adalah keseluruhan obyek

penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda hewan, tumbuh-tumbuhan,

gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-

peristiwa sebagai sumber data yang memilii

karekteristik tertentu dalam penelitian”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2010

: 57), menyatakan bahwa : Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karateristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jadi dalam hal ini jumlah

populasi adalah data laporan keuangan yang

disajikan oleh PDAM Kabupaten Sukabumi.

Penarikan Sampel

Menurut Sugiyono (2009:62),

“sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada para

populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti boleh

mengambil sampel dari populasi tersebut.

Selanjutnya diambil dari populasi

data yang tersedia untuk beberapa periode

terakhir.

Operasionalisasi Variabel

Penelitian dapat dijabarkan dalam

dimensi dan indikator-indikator dari variabel

dalam penelitian ini. Dari indikator-indikator

tersebut dapat disusun pengukurannya

sehingga dengan data kuantitatif yang didapat

dalam penelitian digunakan sebagai bahan

analisis data statistik.

Dalam penelitian ini terdapat dua

variabel yakni variabel efisiensi biaya dan

keputusan peningkatan pelayanan, untuk lebih

jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian

yang merupakan indikator-indikator variabel

dapat dijabarkan sebagai berikut :

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 47

Tabel 1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

Efisiensi Biaya

(X)

Sadono

Sukirno(2008)

1. Marginal Cost (Biaya

Marjinal)

2. Marginal Revenue

(Pendapatan Marjinal)

Rata- Rata Biaya Marginal

Rata-Rata Pendapatan Marginal

Peningkatan

Pelayanan

(Y)

(Wibowo, 2007)

1. Meningkatkan jumlah

jasa yang ditawarkan

2. Meningkatkan jumlah

pelanggan

Jumlah Pelayanan dari Satu

Periode Ke Periode Yang Lain

Analisa Data

Analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis laporan keuangan

dengan tujuan mengukur efisiensi biaya,

peningkatan jumlah pelayanan (volume

penjualan), serta tingkat profitabilitas

perusahaan. Analisa laporan keuangan

merupakan proses yang penuh pertimbangan

dalam rangka membantu mengevalusi posisi

keuangan dan hasil operasi perusahaan pada

masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan

untuk menentukan estimasi dan prediksi yang

paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja

perusahaan pada masa mendatang. Analisa

laporan keuangan sebenarnya banyak sekali

namun pada penelitian kali ini penulis

menggunakan analisa rasio keuangan karena

analisa ini lebih sering digunakan dan lebih

sederhana.

Adapun masing-masing teknik

analisis laporan keuangan tersebut penulis

jelasakan sebagai berikut:

1. Analisis Trend atau time series adalah

analisis rasio perusahaan untuk

beberapa periode.

2. Analisis Cross Sectional, dengan

analisis ini analis membandingkan

rasio-rasio perusahaan (company

ratio) dengan rata-rata rasio

perusahaan sejenis atau industri (rasio

rata-rata/rasio standard) untuk waktu

yang sama

Sementara itu untuk membuat

keputusan peningkatan pelayanan, penulis

menggunakan metode pohon keputusan.

Pohon keputusan adalah salah satu metode

klasifikasi yang paling populer karena mudah

untuk diinterpretasi oleh manusia. Pohon

keputusan adalah model prediksi

menggunakan struktur pohon atau struktur

berhirarki. Konsep dari pohon keputusan

adalah mengubah data menjadi pohon

keputusan dan aturan-aturan keputusan.

Manfaat utama dari penggunaan pohon

keputusan adalah kemampuannya untuk

mem-break down proses pengambilan

keputusan yang kompleks menjadi lebih

simpel sehingga pengambil keputusan akan

lebih menginterpretasikan solusi dari

permasalahan. Pohon Keputusan juga berguna

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 48

untuk mengeksplorasi data, menemukan

hubungan tersembunyi

Adapun kriteria keputusan yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Jika MC ≤ MR, maka keputusan

peningkatan pelayanan dilakukan

2. Jika MC > MR, maka keputusan

peningkatan pelayanan tidak

dilakukan

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui analisis efisiensi biaya

terhadap keputusan peningkatan pelayanan,

dimana tujuan tersebut disebabkan oleh

kemungkinan yang akan terjadi dalam

pengelolaan sebuah perusahaan monopoli

yaitu kerugian yang disebabkan oleh kurang

efisiensinya biaya serta pasar yang relatif

kecil. Pasar yang kecil dimaksudkan pada dua

buah aspek yaitu dilihat dari sudut pandang

volume penjualan jasa yang sedikit ataupul

luas cakupan wilayah atas pelanggan yang

dimiliki.

Berikut ini akan dilakukan analisis

laporan keuangan untuk mengukur seberapa

besar efisiensi biaya dan peningkatan

pelayanan pada PDAM Kabupaten Sukabumi.

Analisis Efisiensi Biaya

Untuk mengukur efisiensi biaya,

sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya

bahwa kriteria efisiensi yang digunakan

adalah apabila biaya marjinal (MC) lebih kecil

sama dengan (≤) pendapatan marginal.

Adapun data yang menjadi alat ukur

untuk menganalisa efisiensi biaya, penulis

sajikan sebagai berikut:

Tabel 2

Data Laporan Laba Rugi Perbandingan

PDAM Kabupaten Sukabumi Tahun 2014 dan Tahun 2015

KETERANGAN PERIODE NAIK/TURUN

2015 2014 (Rp) (%)

PENDAPATAN USAHA

Pendapatan Air 46.934.681.576 39.995.820.300 6.938.861.276 17,35 Pendapatan Non Air 3.564.956.279 3.618.776.115 -53.819.836 -1,49 Jumlah Pendapatan Usaha 50.499.637.855 43.614.596.415 6.885.041.440 15,79

BEBAN LANGSUNG USAHA

Beban Sumber Air 1.970.896.358 2.677.899.819 -707.003.461 -26,40 Beban Pengolahan Air 11.098.361.505 9.535.435.169 1.562.926.336 16,39 Beban Transmisi Distribusi 9.945.545.737 9.516.634.893 428.910.844 4,51

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 49

Jumlah Beban Langsung 23.014.803.600 21.729.969.881 1.284.833.719 5,91 Laba (Rugi) Kotor Usaha 27.484.834.255 21.884.626.534 5.600.207.721 25,59

BEBAN UMUM DAN

ADMINISTRASI

Beban Umum dan Administrasi 26.251.914.135 20.659.916.470 5.591.997.665 27,07 Laba (Rugi) Usaha 1.232.920.120 1.224.710.064 8.210.056 0,67

PENDAPATAN (BEBAN)

LAIN-LAIN

Pendapatan Lain-Lain 190.358.851 335.237.678 -144.878.827 -43,22 Beban Lain-Lain - 315.777.374 -315.777.374 -100,00

Jumlah (Net) Pendapatan dan

Beban Lain-Lain 190.358.851 19.460.304 170.898.547 878,19

LABA (RUGI) SEBELUM

PAJAK 1.423.278.971 1.244.170.368 179.108.603 14,40

Beban Pajak Penghasilan -454.976.000 -344.243.000 -110.733.000 32,17

LABA (RUGI) BERSIH

SETELAH PAJAK 1.878.254.971 1.588.413.368 289.841.603 18,25

*Sumber : Laporan Auditor Tahun 2015

Data di atas menunjukan bahwa

secara akumulasi menunjukan adanya

peningkatan tahun 2015 yang cukup

signifikan atas laba setelah pajak yakni

sebesar 18,25% atau sebesar Rp.

289.841.603 (dua ratus delapan puluh

sembilan juta delapan ratus empat puluh

satu enam ratus tiga rupiah) dari tahun

2014. Dari data tersebut kemudian dapat

kita ukur besarnya biaya marjinal (MC)

yaitu dengan melakukan perhitngan sebagai

berikut:

MC = TCn - TCn-1

MC = (FCn + VCn) -(FCn-1 + VCn-1)

MC = (26.251.914.135 + 23.014.803.600) - (20.659.916.470 + 21.79.969.881)

MC = 49.266.717.735 - 42.389.886.351

MC = 6.876.831.384

MR = (TRn - TRn-1)

MR = 50.499.637.855 - 43.614.596.415

MR = 6.885.041.440

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 50

Berdasarkan hasil analisa di atas

dapat kita simpulkan bahwa PDAM

Kabupaten Sukabumi telah melakukan

efisiensi, dimana Biaya Marjinal (MC) ≤

Pendapatan Marjinal (MR), yaitu Rp.

6.876.831.384 ≤ Rp. 6.885.041.440

Analisis Peningkatan Pelayanan

Untuk mengukur peningkatan

pelayanan adalah dengan cara menganalisa

Seberapa besar jumlah pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat sebagai

pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi

dengan cara membandingkan antara

pelayanan tahun berjalan dengan tahun

sebelumnya bahwa indikator peningkatan

pelayanan dengan cara menganalisa jumlah

pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan.

Analisa terhadap peningkatan

pelayanan sebagaimana dimaksud dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3

Peningkatan Pelayanan

Tahun Pendapatan Rasio (%)

2014 39.995.820.300 100,00

2015 46.934.681.576 117,35

*Sumber : Laporan Keuangan Diolah

Berdasarkan data tabel di atas,

yang dimaksud dengan pendapatan adalah

pendapatan air, dimana pada tahun 2014

diperoleh pendapatan sebesar

Rp.39.995.820.300, sementara tahun 2015

sebesar Rp.46.934.681.576, dengan

demikian antara tahun 2014 dengan tahun

2015 terjadi peningkatan, dimana

peningkatan pada tahun 2015 adalah

sebesar 17,35% sebagaimana angka rasio

pada tabel tersebut. Rasio tahun 2014

adalah sebesar 100% sebagai dasar

pembanding, sementara rasio pada tahun

2015 adalah sebesar 117,35% sebagai hasil

perbandingan antara pendapatan tahun 2015

dengan tahun 2014.

Analisis Efisiensi Biaya Terhadap

Keputusan Peningkatan Pelayanan

Sebagaimana telah dikemukakan

sebelumnya bahwa untuk membuat

keputusan melakukan peningkatan

pelayanan atau tidak, digunakan kriteria

keputusan dengan membandingkan antara

biaya marjinal (MC) dengan pendapatan

marjinal (MR)

Selanjutnya penulis melakukan

analisis dengan pohon keputusan sebagai

berikut:

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 51

MC ≤ MR

MC Ya MR

> MR ≤ MR > MC ≤ MC

Tidak Ya Ya Ya

6.876.831.384 6.885.041.440

*Sumber : Pramudiono,2008

Pembahsan

Berdasarkan gambar pohon

keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa

keputusan peningkatan pelayanan dapat

dilaksanakan karena biaya marjinal lebih

kecil dari pada pendapatan marjinal. Dapat

kita ketahui bahwa nilai biaya marjinal

adalah sebesar Rp. 6.876.831.384,

sementara pendapatan marjinal sebesar

Rp.6.885.041.440, maka dari itu keputusan

peningkatan jumlah pelayanan kepada

pelanggan PDAM Kabupaten Sukabumi

dapat dilakukan karena biaya marjinal lebih

kecil dibandingkan dengan pendapatan

marginal.

Perhitungan biaya marjinal

didasarkan pada perubahan jumlah total

biaya selama dua periode terakhir,

sementara perhitungan pendapatan marjinal

dihitung berdasarkan perubahan total

pendapatan usaha selama dua periode

terakhir pada tahun yang sama.

Untuk memininalisir resiko

kerugian sebagaimana telah dikemukakan

sebelumnya yaitu tidak adanya efisiensi

biaya dan pasar yang relatif kecil, maka

PDAM Kabupaten Sukabumi memiliki

peluang dalam meningkatkan pelayanan,

akan tetapi perlu juga mengkaji faktor-

faktor lain agar di dalam membuat

keputusan untuk meningkatkan pelayanan

dapat meminimalisir kegagalan dari sebuah

keputusan yang bisa merugikan perusahaan

serta pihak lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Selanjutnya penulis memberikan

kesimpulan atas hasil penelitian

yang telah dilakukan sebagai

berikut:

1. Efisiensi biaya pada PDAM

Kabupaten Sukabumi dengan

mengukur perubahan jumlah biaya

dan pendapatan selama dua

periode terakhir menunjukan

bahwa biaya marjinal lebih kecil

dibandingkan dengan pendapatan

marjinal, dimana biaya marjinal

(MC) sebesar Rp.6.876.831.384,

sementara pendapatan marjinal

sebesar Rp.6.885.041.440. Oleh

karena itu maka PDAM Kabupaten

Sukabumi telah melakukan

efisiensi biaya.

2. Keputusan Peningkatan Jumlah

Pelayanan pada PDAM Kabupaten

Sukabumi dengan melihat jumlah

pendapatan air selama tahun 2014

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 52

dengan tahun 2015, dapat

disimpulkan bahwa PDAM

Kabupaten Sukabumi pada

dasarnya telah melakukan

peningkatan pelayanan kepada

pelanggan, dimana pada tahun

2014 diperoleh pendapatan yang

bersumber dari jasa penyediaan air

untuk pelanggan sebesar Rp.

39.995.820.300 dan pada tahun

2015 sebesar Rp. 46.934.681.576

3. Analisis Efisiensi Biaya Terhadap

Keputusan Peningkatan Pelayanan

Pada PDAM Kabupate Sukabumi

sebagaimana hasil analisis pohon

keputusan dapat disimpulkan

bahwa PDAM Kabupaten

Sukabumi dapat melakukan

peningkatan pelayanan apabila

melihat indikator biaya marjinal

dan pendapatan marjinal sebagai

dasar analisis efisiensi biaya.

Saran

Berkaitan dengan hasil analisa data

dalam penelitian serta observasi di

lapangan, penulis menyampaikan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebaiknya PDAM Kabupaten

Sukabumi terus meningkatkan

efisiensi biaya dan

mengoptimalkan jumlah

pendapatan dengan cara

meningkatkan pelayanan kepada

pelanggan untuk memaksimalkan

laba

2. Sebaiknya PDAM Kabupaten

Sukabumi terus meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat

dengan cara menambah pasokan

pelayanan air dan atau memperluas

pasar dengan tetap

mempertimbangkan efisiensi.

3. Walaupun PDAM Kabupaten

Sukabumi memiliki peluang dalam

meningkatkan pelayanan, akan

tetapi perlu juga mengkaji faktor-

faktor lain agar di dalam membuat

keputusan untuk meningkatkan

pelayanan dapat meminimalisir

kegagalan dari sebuah keputusan

yang bisa merugikan perusahaan

serta pihak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K. and Milton F. Usry,

2002, Cost Accounting, Buku 1, Edisi

13, Alih Bahasa : Krista, Salemba

Empat, Jakarta.

Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen.

Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA

Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam-

Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta

: PT. Raja Grafindo Persada

Komaryatin, Nurul. 2006. Analisis Efisiensi

Teknis Industri BPR di

Eks.Karisidenan Pati. Tesis S2 Pasca

Sarjana Uniiversitas Diponegoro

Jurnal Ekonomak Vol. 3 No. 2 Agustus 2017 | 53

Marquis dan Huston (2010). Kepemimpinan

dan manajemen keperawatan. Teori

dan Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati

dan Handayani. Jakarta. Edisi 4.

EGC.

Mulyadi. 2005, Akuntansi Biaya, Edisi

kelima, Cetakan ketujuh, Yogyakarta

: Akademi Manajemen Perusahaan

YKPN

Nicholson, Walter. 1999. Mikro Ekonomi

Intermediates dan Aplikasinya. Edisi

Kedelapan. Diterjemahkan oleh IGN

Bayu Mahendra & Abdul Aziz.

Penerbit Erlangga

Pramudiono, Iko. Pengantar Data Mining:

Menambang Permata Pengetahuan

di Gunung Data

Sugiarto, dkk. 2005. Ekonomi Mikro:

Sebuah Kajian Komprehensif.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif.

CV.Alfabeta: Bandung

Suharno & Yudi Sutarso. 2006. Marketing

in Practice. Graha Ilmu, Yogyakarta

Sukirno, Sadono, (2008). Mikro Ekonomi,

Teori Pengantar. Edisi ketiga. Divisi

Buku Perguruan Tinggi, PT.

RajaGrafindo Persada: Jakarta.

Sullivan, Artur (2011). Ekonomics:

Principle in action. Upper Saddle

River, New Jersey

Sumarjono, Djoko (2004). Diktat Kuliah,

Ilmu Ekonomi Produksi. Prodi Sosial

Ekonomi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Universitas Diponegoro,

Semarang

Suseno, Priyonggo. 2008. Analisis Kinerja

dan Skala Ekonomi pada Industri

Perbankan Syariah di Indonesia.

Journal of Islamic and Economics,

Volume 2 No.1.Jakarta

Sumijatun. (2009). Manajemen

Keperawatan Konsep Dasar dan

Aplikasi Pengambilan Keputusan

Klinis. Jakarta : CV. Trans Info Media

Swanburg, R.C. (2000). Pengantar

Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan. Terjemahan. Jakarta:

EGC

Taswan. 2006. Manajemen Perbankan.

UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Robert Pindyck & Daniel L. Rubinfeld.

2007. Mikroekonomi edisi keenam.

Indeks: Jakarta

Wikipedia berbahasa Indonesia, 2003