Biaya Pesanan

56
BAB I SISTEM BIAYA PESANAN 1.1 Definisi Perhitungan Biaya berdasarkan pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak, tumpukan atau pesanan pelanggan yang spesifik. Karakteristik Biaya Pesanan : 1. Sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan tergantung pada pesanan yang diterima. 2. Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan. 3. Pencatatan biaya produksi masing-masing pesanan dilakukan pada kartu biaya pesanan secara terperinci untuk masing-masing pesanan. 4. Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah pesanan selesai. 5. Biaya per-unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi yang terdiri dari: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead dibebankan dengan total unit yang dipesan. 6. Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal. 7. Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau langsung diserahkan pada pemesan. 1

Transcript of Biaya Pesanan

BAB I

SISTEM BIAYA PESANAN

1.1 Definisi

Perhitungan Biaya berdasarkan pesanan adalah suatu

sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual

atau pekerjaan, kontrak, tumpukan atau pesanan pelanggan

yang spesifik.

Karakteristik Biaya Pesanan :

1. Sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan

tergantung pada pesanan yang diterima.

2. Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan.

3. Pencatatan biaya produksi masing-masing pesanan

dilakukan pada kartu biaya pesanan secara terperinci

untuk masing-masing pesanan.

4. Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya

dikalkulasi setelah pesanan selesai.

5. Biaya per-unit dihitung, dengan membagi total biaya

produksi yang terdiri dari: bahan baku langsung, tenaga

kerja langsung dan biaya overhead dibebankan dengan

total unit yang dipesan.

6. Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal.

7. Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau

langsung diserahkan pada pemesan.

1

Penentuan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasi biaya

bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik yang dibebankan ke setiap pesanan. 

Dalam penentuan biaya berdasarkan pesanan ini dapat ditinjau

dari tiga elemen biaya bagian yang saling berhubungan yaitu:

1. Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan

baku langsung membebankan bahan baku langsung ke pesanan

dan membebankan bahan baku tak langsung ke biaya

overhead pabrik.

2. Akuntansi tenaga kerja langsung memelihara akun yang

berhubungan dengan beban gaji dan membebankan biaya

tenaga kerja langsung ke pesanan dan membebankan biaya

tenaga kerja tak langsung ke biaya overhead.

3. Akuntansi biaya overhead pabrik mengakumulasi biaya

overhead pabrik, memelihara catatan terinci dari

overhead yang telah dikeluarkan dan membebankan sebagian

dari biaya overhead ke setiap pesanan.

2

R

r

Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya

pesanan. Kartu ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang

digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan.

Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung

(biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja) dan biaya produksi

tidak langsung (BOP). Biaya produksi langsung dicatat dalam

kartu biaya pesanan yang bersngkutan secara langsung,

sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu

biaya pesanan berdasarkan suatu tarif tertentu. Contoh kartu

biaya pesanan sebagai berikut:

3

Biaya Bahan Baku Biaya TenagaKerja

Biaya OverheadPabrik

Tgl NoBPBG

Ket Jml Tgl NoKartuJamKerja

Jml Tgl JamMesin

Tarif

Jml

Contoh kasus

PT ABC dalam menyelesaikan suatu pesanan no 110 menghabiskan

rincian biaya sebagai berikut:

a. Biaya bahan baku

Kertas jenis X 85 rem @ Rp 10.000 Rp 850.000

Tinta jenis B 5 kg @ Rp 100.000 Rp

500.000

Jumlah bahan baku untuk pesanan 110 Rp

1.350.000

b. Biaya tenaga kerja

Upah langsung untuk pesanan 110 adalah 225 jam @ Rp 4.000

Rp 900.000

c. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif

sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung

4

PT ABC

Surabaya

KARTU BIAYA PESANAN

No Pesanan : Pemesan :

Jenis Produk : Sifat Pesanan :

Tgl Pesan : Jumlah :

Tgl Selesai : Harga Jual :

Pesanan 110 150% x Rp 900.000

Rp 1.350.000

1.2 Metode Harga Pokok Pesanan

Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan

tujuan dapat dihitung harga  pokok pesanan dengan relatif

teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem akuntansi  biaya

yang digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk,

metode harga pokok pesanan menggunakan:

Sistem harga pokok historis digunakan untuk biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung , sedangkan untuk

biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya yang

ditentukan dimuka.

Dalam metode harga pokok pesanan, dapat juga

menggunakan Sistem harga  pokok yang ditentukan dimuka

untuk seluruh elemen biaya.

Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu

dihitung pada saat pesanan selesai, dengan menjumlahkan

seluruh biaya yang dibebankan kepada pesanan yang

bersangkutan. Harga pokok satuan dihitung dengan cara

membagi jumlah total harga pokok pesanan dengan jumlah

satuan produk pesanan.

1.3 Aliran Kegiatan Manufaktur

Aliran harga pokok produk menunjukkan aliran biaya

produksi dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi

5

produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu

aliran harga pokok produk akan dipengaruhi aliran kegiatan.

Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum

terdiri dari:

Pengadaan

Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau

mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam

kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi:

a) Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan

baku, bahan penolong, supplies pabrik, dan elemen

lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan

produksi

b) Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga

kerja tak langsung dan jasa lainnya yang akan

dikonsumsi dalam kegiatan produksi.

Produksi

Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi

produk selesai. Pada kegiatan tersebut akan dikonsumsi

bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa

lainnya yang dikelompokkan dalam overhead pabrik.

Penyimpanan produk selesai

Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik

akan dipindahkan ke dalam gudang produk selesai

menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.

Penjualan produk selesai.

6

Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan

dari gudang produk selesai untuk dikirim kepada

pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening

langganan atau pembeli.

1.4 Prosedur Akuntansi Kepada Biaya Pokok Pesanan

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokokpesanan dapat dikelompokkan menjadi:

a) Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.

Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies

meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian

bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas

prosedur akuntansi bahan dan supplies dapat digambarkan

sebagai berikut

7

Transaksi dan Dokumen Dasar

Jurnal Transaksi Buku Besar Pembantu

Pembelian Bahan danSupplies:

Faktur Pembelian

BuktiPenerimaan Barang

Pesanan Pembelian

Pengembalian Pembelian:

Debit Memorandum

Laporan Pengiriman

Pengembalian Pembelian

Persediaan Bahan Baku       xxPersediaan Bahan Penolong   xxPersediaan Supplies Pabrik    xxHutang Dagang                        xx

Hutang Dagang                      xxPersediaan Bahan Baku         xxPersediaan Bahan Penolong   xxPersediaan Supplies Pabrik     xx

Kartu Persediaan:Bahan BakuBahan PenolongSupplies Pabrik

Kartu Persediaan:Bahan BakuBahan PenolongSupplies Pabrik

Potongan Tunai Pembelian:

Bukti Kas Keluar

Hutang Dagang                      xxPersediaan Bahan Baku         xxPersediaan Bahan Penolong   xxPersediaan Supplies Pabrik     xxKas                                         xx

Kartu Persediaan:Bahan BakuBahan PenolongSupplies Pabrik

8

Atau:Hutang Dagang                   xxPenghasilan Lain-Lain           xxKas                                         xx

Pemakaian Bahan Baku:

Bon Permintaan Bahan

Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xxPersediaan Bahan Baku               xx

Kartu Persediaan:Bahan BakuKartu Harga Pokok Pesanan

Pemakaian Bahan Penolong:

Bon Permintaan Bahan

Pemakaian Supplies Pabrik:

Bon Permintaan Bahan

Biaya Overhead P Sesungguhnya     xxPersediaan Bahan Penolong        xx

Biaya Overhead P Sesungguhnya     xxPersediaan Supplies Pabrik          xx

Kartu Persediaan:Bahan PenolongKartu Biaya:Overhead Pabrik

Kartu Persediaan:Supplies PabrikKartu Biaya:Overhead Pabrik

Pengembalian Bahan Baku dari Pabrik keGudang Bahan

Persediaan Bahan Baku                   xxBarang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku                      

Kartu Persediaan:Bahan BakuKartu Harga Pokok

9

xx Pesanan

b) Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi

prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan

upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua

karyawan perusahaan baik produksi maupun bagian non

produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya

tenaga kerja adalah sebagai berikut:

Transaksi dan Dokumen Dasar

Jurnal Transaksi Buku Besar Pembantu

Penentuan Gaji dan Upah:

Daftar Hadir

Kartu Jam Kerja

Daftar Gaji dan Upah

Biaya Gaji dan Upah                xxHutang Pajak Pendapatan          xxHutang Dana Pensiun                xxHutang Astek                             xxHutang Asuransi Hari Tua         xxPiutang Karyawan            xxHutang Gaji dan Upah               xx

Pembayaran Gaji dan Upah:

Bukti Kas Keluar

Hutang Gaji dan Upah             xxKas                                            xx

10

Distribusi Gaji dan Upah:

Perintah Jurnal

Barang Dalam Proses- B TKL  xxBOP Sesungguhnya                  xxBiaya Pemasaran                      xxBiaya Administrasi dan Umum xxBiaya Gaji dan Upah                xx

Kartu Harga Pokok Pesanan dan Kartu Biaya Overhead PabrikPemasaranAdministrasidan Umum

Beban atas Gaji dan Upah:

Daftar Sumbanganatas

Gaji dan Upah

BOP Sesungguhnya                  xxBiaya Pemasaran                      xxBiaya Administrasi dan Umum xxHutang Pajak Pendapatan          xxHutang Dana Pensiun                xxHutang Astek                             xxHutang Asuransi Hari Tua         xx

Karu Biaya:Overhead PabrikPemasaranAdministrasidanUmum

Penyetoran atas Potongan dan beban Gaji dan upah:

Hutang Pajak Pendapatan          xxHutang Dana Pensiun                xxHutang

11

Bukti Kas Keluar Astek                             xxHutang Asuransi Hari Tua         xxKas                                          xx

Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.

Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling

komplek.untuk keadilan dan ketelitian pembebanan harus

digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan

dimuka.

Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah

ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik

sebagai berikut:

a) Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada

pesanan

Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal

pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam Kartu

Harga Pokok Pesanan.

            Barang Dalam Proses – Biaya Overhead

Pabrik         xx

                        Biaya Overhead Pabrik

Dibebankan                           xx

b) Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead

pabrik yang sesungguhnya

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi

dalam periode yang bersangkutan ditampung dalam12

rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan

dimasukkan ke dalam Kartu Pembantu Biaya Overhead

Pabrik. Berikut ini dibahas  jurnal untuk setiap

elemen:

Biaya Bahan Penolong (secara detail telah

dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan).

Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:

Biaya Overhead Pabrik

Sesungguhnya                       xx

            Persediaan Bahan

Penolong                                      

  xx

Prosedur akuntansi produk selesai dan produk

dalam proses akhir periode

Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan

produk kepada pemesan.

Biaya tenaga Kerja Tak Langsung atas dasar

Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk

biaya tenaga kerja tak langsung sbb:

Biaya Overhead PabrikSesungguhnya                       xx                  Biaya Gaji danUpah                                                 xxJika Pajak, dan asuransi menjadi tanggunganperusahaan, maka jurnalnya:

                                    Biaya Overhead PabrikSesungguhnya                         xx

13

                                                 HutangPajak Pendapatan                                           xx                                                 HutangDana Pensiun                                                 xx                                                 HutangAstek                                                              xx                                                 HutangAsuransi Hari Tua                                        xx

Biaya Penyusutan dan Amortisasi AktivaTetap PabrikJurnal untuk penyusutan dan amortisasiaktiva pabrik adalah:

      Biaya Overhead PabrikSesungguhnya                       xx                  Akumulasi PeyusutanMesin                                   xx                  Akumulasi PenyusutanBangunan                            xx                  Akumulasi PenyusutanPeralatan                              xx                  Amortisasi HakPaten                                               xx

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan AktivaTetap PabrikBiaya reparasi dan pemeliharaan timbulkarena pembelian suku cadang atau pembelianjasa reparasi.

Jika terjadi pembelian suku cadang, makajurnalnya sbb:

14

      Persediaan SukuCadang                                            xx                  Hutang Dagang/Kas                                                xx

Jika terjadi pemakaian suku cadang, makjurnalnya sbb:

      Biaya Overhead PabrikSesungguhnya                       xx                  Persediaan SukuCadang                                           xx

Jika terjadi pembayaran jasa atas servisyang diterima perusahaan, maka jurnalnyaadalah:

      Biaya Overhead PabrikSesungguhnya                       xx                 Kas                                                                            xx

Biaya Listrik dan Air untuk PabrikJurnal untuk pemakaian listrik dan airuntuk pabrik sbb:

      Biaya Overhead PabrikSesungguhnya                       xx                  Kas/ HutangBiaya                                                    xx

15

Biaya Asuransi PabrikJurnal pada saat pembayaran persekotasuransi sbb:

      PersekotAsuransi                                                       xx                 Kas                                                                            xx

Jurnal pada saat pengakuan biaya:

      Biaya Overhead PabrikSesungguhnya                       xx                  PersekotAsuransi                                                    xx

c) Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuanselisih biaya overhead pabrik Pada akhir periode akuntansi akan dihitungbesarnya selisih biaya BOP sesungguhnya denganBOP yang dibebankan. Berikut ini jurnal yangbiasanya dibuat di perusahaan:Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankanke biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Biaya Overhead PabrikDibebankan                           xx            Biaya Overhead PabrikSesungguhnya                       xx

Jurnal untuk menutup biaya overhead pabriksesungguhnya dan menghitung selisih

16

Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkanBOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

      Selisih Biaya OverheadPabrik                                   xx                  BOPSesungguhnya                                                    xx

Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkanBOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

      BOPSesungguhnya                                                    xx                  Selisih Biaya OverheadPabrik                                   xx

Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugilaba

Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, makajurnal sbb:

      Rugi-Laba                                                                   xx                  Selisih Biaya OverheadPabrik                                   xx

Jika terdapat selisih menguntungkan, makajurnalnya yang dibuat adalah:

   Selisih Biaya OverheadPabrik                                   xx

17

                  Rugi-Laba                                                                   xx

d) Prosedur akuntansi produk selesai dan produkdalam proses akhir periodeJika pesanan telah selesai di produksi, makajurnal yang dibuat sbb:

      Persediaan ProdukSelesai                                                      xx                  Barang Dalam Proses- BiayaBahan Baku                             xx                  Barang Dalam Proses- BiayaTenaga Kerja Langsung          xx                  Barang Dalam Proses- BiayaOverhead Pabrik                      xx

Jika pada akhir periode masih ada pesanan yangbelum selesai, maka jurnalnya adalah:

      Persediaan Produk dalamProses                                            xx                  Barang Dalam Proses- BiayaBahan Baku                             xx                  Barang Dalam Proses- BiayaTenaga Kerja Langsung          xx                  Barang Dalam Proses- BiayaOverhead Pabrik                      xx

e) Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahanproduk kepada pemesan.

18

Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnalpenjualan barang adalah:

                       Piutang Dagang/Kas                                                              xx

                Penjualan                                                                          xx

      Harga PokokPenjualan                                                           xx

                 Persediaan ProdukSelesai                                                      xx

1.5 Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacar pada Metode

Harga Pokok Pesanan

Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan

timbul sisa bahan, produk rusak, maupun produk cacat. Bagi

manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat menekan

timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah

mungkin. Berkut ini dibahas tentang masalah perlakuan

akuntansi untuk masing-masing:

1.     Sisa Bahan

Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari

proses pengolahan produk, yang disebut sisa bahan. Sisa

bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di

19

dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak

dapat digunakan kembali dalam perusahaan.

Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:

a. Sisa bahan yang tidak laku dijual

(1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan

pesanan tertentu, biaya pembuangan atau pemusnahan

sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen

biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan. Jurnal

yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa

bahan adalah:

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan          xx

        

Kas                                                     

             xx

(2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam

perusahaan, biaya tersebut dapat diperlakukan

sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal

yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa

bahan adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya        xx

        

Kas                                                     

             xx

b. Sisa bahan yang laku dijual

(1)   Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena

pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa bahan

20

diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku

atau pengurang biaya keseluruhan biaya produksi

pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan

untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas                                                 

              xx

         Barang Dalam Proses – Biaya

Bahan             xx

(2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di

dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil penjualan

dapat digunakan cara sbb:

(a)    Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan

sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang

sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk

mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas                                            

          xx

            Biaya Overhead Pabrik

Sesungguhnya           xx

(b)   Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan

sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang

digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan

adalah:

Kas                                             

         xx

21

            Penghasilan Lain –

Lain                      xx

2.     Produk Rusak

Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak

atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan

tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik,

meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi

produk yang baik. Produk yang rusak dapat digolongkan

menjadi dua:

a.      Produk rusak yang tidak laku dijual

Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab

timbulnya produk rusak:

(1)  Apabila produk rusak disebabkan sulitnya

pengerjaan pesanan tertentu, maka harga pokok produk

yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan

produk rusak, sehingga harga pokok produksi per unit

produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada

tambahan jurnal yang harus dicatat.

(2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat

normal dalam suatu perusahaan,maka harga pokok

produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya

overhead sesungguhnya. Jurnal yang harus dicatat

adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                

xx

22

      Barang Dalam Proses – Biaya

Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja

Langsung   xx

      Barang dalam Proses –

BOP                                      

xx                           

(3) Apabila produk rusak karena kesalahan atau

kurangnya pengawasan, maka harga pokok produk yang

rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak.

Jurnal yang harus dicacat adalah:

Rugi Produk

Rusak                                              

xx

      Barang Dalam Proses – Biaya

Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja

Langsung   xx

      Barang dalam Proses –

BOP                                       xx

b.     Produk rusak yang laku dijual

Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku

dijual:

(1)   Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya

pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas penjualan

produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang

23

bersangkutan. Karena sebagian pesanan akan

mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus

dimasukkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan

jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat

penjualan produk rusak:

Kas                                                 

                       xx

      Barang Dalam Proses – Biaya

Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja

Langsung   xx

      Barang dalam Proses –

BOP                                       xx

(2)  Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di

dalam suatu perusahaan, rugi produk yang rusak

diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik

sesungguhnya.Jurnal yang dicatat pada saat penjualan

produk rusak:

Kas                                                  

                      xx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                

xx

      Barang Dalam Proses – Biaya

Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja

Langsung   xx

24

      Barang dalam Proses –

BOP                                       xx

(3) Apabila timbulnya produk yang rusak karena

kesalahan atau kurangnya pengawasan produksi, rugi

produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk

yang rusak. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan

produk rusak:

Kas                                                  

                      xx

Rugi Produk

Rusak                                              

xx

      Barang Dalam Proses – Biaya

Bahan                         xx

      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja

Langsung   xx

      Barang dalam Proses –

BOP                                       xx

3.     Produk cacat

Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya

rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah

ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat

diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik.

Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:

(1)   Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai

penambah harga pokok pesanan tertentu. Metode ini

25

digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya

pengerjaan produk. Jurnal yang digunakan untuk mencatat

biaya perbaikan produk cacat adalah:

Barang Dalam Proses – Biaya bahan

Baku                             xx

Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja

Langsung          xx

Barang Dalam Proses – Biaya Overhead

pabrik                     xx

            Persediaan

Bahan                                                   

                 xx

            Gaji dan

Upah                                                    

                     xx

            Biaya Overhead Pabrik yang

Dibebankan                              xx

(2)   Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan

sebagai penambah biaya overhead sesungguhnya. Metode

ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal

terjadi dalam perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk

mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Biaya Overhead

Sesungguhnya                                            

  xx

26

            Persediaan

Bahan                                                   

                 xx

            Gaji dan

Upah                                                    

                     xx

            Biaya Overhead Pabrik yang

Dibebankan                              xx

(3)  Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai

elemen Rugi produk cacat. Metode ini digunakan jika

produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan.

Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan

produk cacat adalah:

Rugi Produk

cacat                                                   

               xx

            Persediaan

Bahan                                                   

                 xx

            Gaji dan

Upah                                                    

                     xx

            Biaya Overhead Pabrik yang

Dibebankan                              xx

27

28

BAB II

Sistem Biaya Proses (Process Cost System)

2.1 Definisi

Berbeda dengan job order cost system yang banyak

digunakan untuk produk-produk yang dibuat berdasar pesanan,

process cost system umumnya digunakan untuk produksi masal

(mass production) dengan karakteristik bahwa output suatu

bagian akan menjadi input untuk bagian berikutnya.

Dalam metode pencatatan dan perhitungan biaya menurut

proses, besarnya biaya per unit diperoleh dengan cara

membagi total biaya yang dikeluarkan dengan jumlah produk

yang dihasilkan (sementara dalam job order cost, biaya per

unit dapat segera diketahui dari job order cost sheet).

Metode pencatatan dan perhitungan biaya menurut proses

banyak digunakan dalam industri perminyakan, kimia, tekstil,

dst. Pencatatan dan perhitungan biaya dalam metode ini

menggunakan “Process Cost Sheet”.

Konsep dasar process costing :

Process costing (biaya berdasarkan proses) adalah perhitungan

biaya yang digunakan pada perusahaan yang memproduksi satu

jenis produk dalam jumlah besar dan dalam jangka panjang.

Prinsip dasar : mengakumulasikan biaya dari operasi atau

departemen tertentu selama satu periode penuh (bulanan,

29

kuartalan, tahunan) dan kemudian membaginya dengan jumlah unit

yang diproduksi selama periode tersebut (biaya dihitung per

departemen).

Process cost :

– Cocok untuk perusahaan-perusahaan dengan “Mass Production”

seperti industri kimia, tekstil, pengilangan minyak.

– Unit cost dihitung dengan membagi biaya total dengan jumlah

produk yang dihasilkannya selama periode tersebut.

– Digunakan bila :

• Sukar untuk memisahkan satu produk dengan produk lain selama

proses pembuatan/ produksi berlangsung.

• Hasil suatu proses menjadi bahan baku untuk proses

berikutnya (tahapan proses).

– Dalam suatu proses dapat/ mungkin dihasilkan macam-macam

produk (joint cost) serta produk samping (by product).

– Menggunakan process cost sheet atau cost of production report.

Catatan : umumnya perusahaan menggunakan gabungan kedua cara

diatas.

Pada sistem biaya proses, biaya diakumulasikan menurut tiap-

tiap departemen, pusat biaya, atau proses. Biaya unit rata-rata

untuk satu hari, seminggu, atau setahun diperoleh dengan membagi

biaya departemen dengan jumlah unit (ton, kg, dsb) yang

dihasilkan selama periode bersangkutan.

Perbandingan Job Order Costing dan Process Costing

Job Order Costing(Kalkulasi Biaya Berdasar

Process Costing(Kalkulasi Biaya Berdasar

30

Pesanan) Proses) Produk sangat bervariasi. Biaya diakumulasikan

berdasarkan pekerjaan/ pesanan.

Biaya per unit dihitung melalui pembagian total biaya pekerjaan dengan unit yang diproduksi untukpekerjaan tersebut.

Produk bersifat homogen. Biaya diakumulasi

berdasarkan proses atau departemen.

Biaya per unit dihitung melalui pembagian biaya proses satu periode denganunit yang diproduksi selama periode tersebut.

DasarPerbedaan

Job Order Costing Process Costing

Order spesifik

Dilakukan terhadap perintah atau permintaan khusus

Produksi berkelanjutan

Sifat Setiap job akan berbeda Produk homogen dan baku

Penentuan cost

Cost ditetapkan secara terpisah untuk setiap job

Cost yang sudah terpenuhi untuk setiapproses untuk departemen berdasarkanwaktu

Perhitungancost

Cost terpenuhi ketika job selesai

Cost dihitung ketika pada akhir periode cost

Kontrol Kontrol yang tepat sulit dilakukan untuk membandingkan setiap produk yang berbeda, produksi tidak berkelanjutan

Kontrol yang baik yaitu dapat dibandingkan dengan mudah karena produk yang baku dan lebih cocok

Barang dalam proses

Ada atau tidak ada barang dalam proses

Selalu ada beberapa barang dalam proses, karena produksi berkelanjutan

Kesesuaian Kesesuaian industri dimana produksi

Kesesuaian dimana barang yang dibuat

31

berselang dan pelangganyang mengorder dapat diidentifikasi dalam nilai produksi

untuk persediaan dan produksi yang berkelanjutan

Perbedaan Process Cost dan Job Order Cost

Job Order Cost Process Cost1. Produk atau jasa

berbeda-beda.2. Biaya per unit dihitung

untuk setiap pekerjaan bedasarkan kartu biaya.

1. Produk/ jasa homogen diproduksi masal.

2. Biaya per unit di hitung per departemen bedasarkan laporan produksi per departemen

Berikut perbandingan antara sistem biaya pesanan dan sistem biaya

proses :

1. Job order cost system (sistem biaya pesanan)

2. Process Cost System (Sistem Biaya Proses)

32

DirectMaterials

Direct Labor

Laporan BiayaJob Order (JobOrder Cost

Brg SelesaiFinished Goods

(Assets)

Akun Barang DalamProses

(Work in Process

WIP-1 WIP-2

DirectMateri

Direct

FOH

Brg SelesaiFinished Goods

(Assets)

DirectMateri

Direct

FOH

Sistem biaya pemrosesan ditetapkan di mana produksi

dilakukan dengan metode produksi masal atau proses secara

sinambung. Di antara industri yang menerapkan sistem biaya proses

misalnya industri kertas, baja, bahan kimia, dan tekstil. Aneka

industri yang menerapkan proses perakitan seperti industri mobil,

mesin cuci, dan alat-alat listrik pada umumnya juga menerapkan

sistem biaya proses.

1. Akumulasi Biaya

Dalam suatu biaya proses, harus dikembangkan prosedur untuk :

a. Mengumpulkan biaya bahan, upah tenaga kerja, dan overhead

pabrik menurut departemennya.

b. Menentukan biaya unit untuk masing-masing departemen.

c. Mengalihkan biaya dari satu departemen ke departemen

berikutnya.

d. Membebankan biaya kepada pekerjaan dalam proses.

Untuk mudahnya, pembahasan tentang akumulasi biaya akan

difokuskan kepada masing-masing departemen, dan bukan kepada

pusat-pusat biaya (cost centers) atau masing-masing proses.

Namun ada kemungkinan terdapat dua atau lebih jenis proses

yang diselenggarakan pada satu departemen (dan karena itu akan

33

terdapat lebih dari satu pusat biaya dalam satu departemen).

Dalam keadaan demikian ada kemungkinan biaya akan banyak

bervariasi pada masing-masing pusat biaya, sehingga dalam

praktek biaya itu diakumulasikan menurut pusat-pusat biaya

ataupun menurut masing-masing departemennya.

Akumulasi biaya dalam buku perkiraan diperincikan dibawah

ini :

a. Biaya bahan (material cost). Pada suatu sistem biaya proses,

banyaknya permintaan (requitions) atau pembebanan biaya

bahan jauh lebih kecil dari pada sistem biaya pekerjaan

pesanan, karena biaya beberapa industri, tipe dan kuantitas

bahan dapat dispesifikasikan dengan rumus atau spesifikasi

rekayasa (engineering specification). Bilamana terdapat

penggunaan bahan-bahan yang sama selama terus-menerus, maka

jumlah penggunaan per hari atau per minggu dapat diperoleh

dari laporan penggunaan (consumption reports) dan bukan

terutama dari surat-surat permintaan bahan. Maka ayat jurnal

untuk pembebanan biaya bahan akan menjadi :

Barang dalam proses, bahan , Dept. A 21.000Bahan baku 21.000

Sementara ada perusahaan yang menggunakan ayat jurnal yang

agak berbeda :

Bahan dalam proses, Dept. A 21.000 Gudang21.000

34

b. Biaya tenaga kerja. Data akumulasi biaya upah menurut

departemen juga kurang terperinci dibandingkan dengan

pengumpulan biaya menurut masing-masing pekerjaan pada

sistem biaya pekerjaan pesanan. Biaya tenaga kerja masing-

masing departemen dapat diikhtisarkan dalam jurnal

pembebanan upah sebagai berikut :

Pekerjaan dalam proses, Tenaga kerja - Dept. A 12.000Pekerjaan dalam proses, Tenaga kerja -Dept. B 4.000

Upah16.000

Ayat ini juga dapat ditulis sebagai berikut :

Tenaga kerja dalam proses - Dept. A 12.000Tenaga kerja dalam proses - Dept. B 4.000

Upah 16.000

c. Biaya Overhead Pabrik. Terdapat banyak perbedaan antara

kalkulasi biaya pekerjaan pesanan dan kalkulasi biaya proses

dibandingkan dengan perbedaan biaya bahan dan tenaga kerja

terutama pada biaya overhead. Pada umumnya industri yang

produksinya mass product akan lebih tepat menerapkan biaya

proses, karena produksinya dihasilkan untuk persediaan dan

bukanlah untuk memenuhi suatu pesanan khusus. Ayat jurnal

pembebanan overhead adalah :

Barang dalam proses, Overhead pabrik – Dept. A18.000 Barang dalam proses, Overhead pabrik – Dept. B8.000 Pengendalian overhead pabrik26.000

Cara lain adalah :35

Overhead dalam proses-Dept. A 18.000 Overhead dalam proses-Dept. B 8.000 Overhead Pabrik26.000

Apabila biaya overhead pabrik terakumulasi secara

seimbang sepanjang tahun, ataupun dengan taraf normal dari

bulan ke bulan, kebanyakan perusahaan membebankan biaya

overhead yang sebenarnya. Namun, bilamana terdapat fluktuasi

dalam produksi dari bulan ke bulan, hal ini menyebabkan

kekeliruan (distorsi) jumlah overhead yang dibebankan pada

produksi. Maka seringkali digunakan suatu tingkat overhead

yang tetap, yang didasarkan kepada kegiatan (operation)

tahunan, hal ini dilakukan untuk menghindarkan kesulitan yang

timbul karena pembebanan overhead yang didasarkan kepada

jumlah produksi bulanan yang berakibat pada distorsi

pembebanan overhead.

2. Pengalihan Antar Departemen

Sistem biaya proses biasanya diterapkan apabila barang-

barang produksi memerlukan beraneka jenis kegiatan, yang

diselenggarakan pada dua atau lebih banyak departemen atau

pusat biaya. Misalnya, kegiatan awal diselenggarakan pada

Dept. A seperti misalnya pembubutan atau pembauran bahan.

Setelah proses itu selesai, unit-unit dialihkan (transfer)

kepada Dept. B, misalnya, untuk proses perakitan atau

penyelesaian. Lalu setelah selesai, barang dialihkan kepada

persediaan barang jadi (finished goods inventories)

36

Contoh 1 (dalam ribuan rupiah)

PT Cahaya membuat produk X yang memerlukan pemrosesan pada

Dept. A dan Dept. B. Selama bulan Juli 2002, 5000 unit dimulai

produksinya yang selesai dalam sebulan itu. Biayanya adalah

sebagai berikut : Bahan Rp 20.000, Upah langsung Rp 18.000 dan

Overhead pabrik Rp 12.000. Perhitungannya adalah :

Pekerjaan dalam proses - Dept. A

JumlahBiaya Biaya UnitBahan masuk produksi Rp. 20.000 Rp. 4Upah tenaga kerja langsung Rp. 18.000 Rp. 3,6Overhead pabrik Rp. 12.000 Rp. 2,4Jumlah biaya Rp. 50.000 Rp. 10Biaya unit setiap kali diperoleh dengan membagikan jumlah

biaya dengan jumlah unit yang dibuat. Setelah selesai

pemerosesan pada Dept. A, 5000 unit itu dialihkan kepada

Dept. B

3. Arus Unit

Arus unit (dalam ukuran kuantitas) sepanjang suatu sistem

biaya proses dapat diikhtisarkan dengan rumus persamaan sbb :

Unit dalam proses awal

(+) unit yang mulai masuk proses atau yang ditransfer

(=) unit yang dialihkan keluar

+ unit yang selesai dan masih tertahan

+ unit dalam proses akhir

Jika diketahui 4 unsur seperti pada persamaan itu, maka

unsur yang belum diketahui dapat dihitung berdasarkan rumus

37

persamaan itu. Perlu diingat bahwa belum tentu semua komponen

akan terdapat pada setiap situasi (misalnya tidak selalu

terdapat unit dalam proses awal periode bersangkutan ataupun

unit yang selesai dan masih tertahan pada akhir periode itu).

Contoh 2

Asumsikan bahwa PT Sentosa mempunyai 3.000 unit dalam proses

awal bulan, dan dimasukkan 10.000 unit ke dalam proses lalu

terdapat 2.000 unit dalam proses pada akhir bulan. Seluruh

unit yang selesai telah dialihkan kepada Dept. B. Maka jumlah

unit yang dialihkan dihitung sbb :

3.000 Unit dalam proses awal10.000 Unit dimasukkan dalam proses13.000 Unit tersedia(2.000) Unit masih dalam proses11.000 Unit dialihkan kepada Dept. B

4. Ekuivalen Unit dalam Produksi

Jarang terjadi semua unit yang dimasukkan dalam proses

selama sebulan akan selesai dan dialihkan keluar pada akhir

bulan. Pada umumnya terdapat persediaan awal dan persediaan

akhir dari barang dalam proses yang berada pada berbagai

tingkat penyelesaian pada setiap akhir bulan.

Untuk membebankan biaya bilamana terdapat persediaan

barang yang baru diselesaikan sebagian, seluruh unit (termasuk

persediaan awal, barang yang telah dialihkan dan persediaan

akhir) harus dapat dinyatakan dalam bilangan unit yang telah

selesai. Hal ini dilakukan dengan bantuan suatu angka sebutan

(common denominator), yang disebut unit ekuivalen produksi atau

38

ekuivalen produksi. Dengan menggunakan angka ekuivalen

produksi tersebut, biaya unit untuk suatu bulan akan mencakup

biaya penyelesaian semua pekerjaan dalam proses yang terdapat

pada awal bulan, serta biaya yang telah dikeluarkan sampai

saat itu berkenaan dengan pekerjaan dalam proses pada akhir

periode tersebut.

Lazimnya diperlukan dua rincian yang terpisah dari

ekuivalen produksi, pertama, mengenai bahan baku. Kedua,

mengenai biaya konversi (tenaga kerja dan overhead) karena

tingkat penyelesaian kedua unsur ini jarang sekali sama.

Ada dua metode pokok untuk mengkalkulasikan biaya

persediaan pekerjaan dalam proses, yaitu (1) perhitungan

Average (biaya rata-rata) dan (2) kalkulasi biaya FIFO (First

In First Out = masuk awal, keluar awal). Diantara keduanya

terdapat perbedaan dalam format atau prosedurnya, perbedaan

terutama berkaitan dengan cara penanganan persediaan barang

dalam proses.

Perhitungan Biaya Rata-rata

Menurut metode ini, yang disebut juga kalkulasi biaya rata-

rata terbobot (weighted average costing), persediaan awal

barang dalam proses disatukan (mergered) dengan biaya selama

periode yang baru, dan diperoleh angka rata-rata yang baru.

Dengan cara demikian, akan terdapat hanya satu angka rata-rata

untuk barang yang telah diselesaikan. Unit ekuivalen produksi

39

yang diperoleh dengan kalkulasi biaya rata-rata dapat

dijabarkan sbb :

Unit yang selesai (termasuk yang telah dialihkan dan yang masih tertahan) +(persediaan akhir barang dalam proses × tingkat penyelesaian (%))

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa seluruh persediaan

awal barang dalam proses telah diselesaikan selama periode

bersangkutan.

Biaya FIFO

Dalam metode ini biaya persediaan awal barang dalam proses

dipisahkan dari biaya

tambahan yang dibebankan dalam periode yang baru. Dengan

demikian akan terdapat dua macam biaya unit untuk periode

bersangkutan yaitu (1) persediaan awal barang dalam proses

yang diselesaikan dan (2) unit yang dimulai dan diselesaikan

selama periode yang sama.

Menurut sistem FIFO persediaan awal barang dalam proses

diasumsikan telah diselesaikan dan ditransfer. Lalu persediaan

akhir barang dalam proses diasumsikan berasal dari barang yang

dimasukkan ke dalam produksi selama periode itu. Dengan

demikian persediaaan akhir barang dalam proses diperhitungkan

atas dasar biaya unit periode tersebut, sesuai dengan tingkat

penyelesaiannya. Dalam penghitungan biaya FIFO unit ekuivalen

dijabarkan :

Unit Selesai (yang ditransfer dan yang tertahan)

(-) Persediaan awal barang dalam proses (tanpa memperhatikan

tingkat penyelesaian)

40

(+) Jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan

persediaan awal barang dalam proses

(+) Jumlah biaya penyelesaiaan persediaan akhir barang dalam

proses

Metode FIFO lebih unggul daripada metode biaya rata-rata,

karena ia mengoreksi hitungan ganda yang diakibatkan oleh

pengalihan (carry over) jumlah barang dalam proses dari bulan

sebelumnya. Namun sekalipun terdapat cacat bahwa pada metode

kalkulasi biaya rata-rata tersebut, metode ini umumnya

diterapkan dalam dunia usaha, karena perhitungan ganda itu

hanya menyangkut sebagian kecil yang tak berarti dari

keseluruhan jumlah unit yang diproduksi.

5. Laporan Biaya Produksi

Laporan biaya produksi menunjukkan seluruh biaya yang

dapat dibebankan ke suatu departemen atau suatu pusat biaya

(cost center) untuk suatu periode tertentu. Karena tujuan

utamanya ialah pengendalian biaya, maka perlu disediakan data

mendetail mengenai jumlah biaya dan biaya unit. Lazimnya

perincian biayanya mencakup setiap unsur biaya pada masing-

masing departemen (atau masing-masing pusat biaya). Laporan

itu dapat juga digunakan untuk dasar pencatatan (jurnal) pada

akhir bulan. Pada umumnya laporan biaya produksi mencakup

empat bagian :

a. Kuantitas. Bagian ini melukiskan arus fisik dari unit-unit

keluar masuk pada masing-masing departemen.

41

b. Produksi Ekuivalen. Bagian ini menunjukkan : (1) unit dalam

proses, yang diubah dalam bilangan unit selesai dan (2) unit

selesai yang aktual.

c. Biaya yang harus diperhitungkan (cost to account for). Dalam

bagian ini diperhitungkan biaya : (1) barang dalam proses

pada awal periode bersangkutan, (2) barang yang ditransfer

masuk dari departemen terdahulu dan (3) barang yang

ditambahkan pada departemen bersangkutan.

d. Biaya yang telah diperhitungkan (cost accounted for). Dalam

bagian ini diperhitungkan penggunaan biaya yang dibebankan

kepada departemen bersangkutan : (1) ditransfer keluar

departemen lainnya atau ke persediaan barang jadi (2) telah

diselesaikan dan tertahan atau (3) masih dalam proses pada

akhir periode bersangkutan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah

biaya yang harus diperhitungkan mutlak harus sama dengan

biaya yang telah diperhitungkan.

Laporan biaya produksi ada yang sangat terinci, ada yang

hanya menunjukkan jumlah totalnya saja, tergantung pada

kebutuhan perusahaan atau keinginan manajemen.

42

BAB III

Biaya Overhead Pabrik

3.1 Definisi dan Penggolongan Biaya Overhead Pabrik

Pengertian Biaya Overhead Pabrik dan Karakteristik

Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya

43

produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai bahan tidak

langsung,  buruh tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya

yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan

langsung pada suatu pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan

akhir biaya tertentu seperti kontrak-kontrak pemerintah.

Secara garis besar, penggolongan biaya overhead pabrik

dapat digolongkan dengan tiga cara, yaitu :

a) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan,

biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain

biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Biaya-biaya  produksi yang termasuk dalam biaya

overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan

berikut ini:

Biaya Bahan Penolong.

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi

bagian produk jadi atau bahan yang meskipun

menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif

kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produk

tersebut. Dalam perusahaan percetakan misalnya,

yang termasuk dalam  bahan penolong antara lain

adalah: bahan perekat, tinta koreksi dan pita

mesin ketik.

Biaya Reparasi Dan Pemeliharaan

44

Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang

berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan

habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan

jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan

perbaikan atau pemeliharaan emplasemen, perumahan,

bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen,

kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap

lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung

Tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja

pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan

secara langsung kepada produk atau pesanan

tertentu. Biaya ini terdiri dari upah, tunjangan

dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk

tenaga kerja tak langsung tersebut.

Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:

1. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu,

seperti departemen pembangkit tenaga listrik, uap,

bengkel dan departemen gudang.

2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen

produksi, seperti karyawan administrasi pabrik dan

mandor.

Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian

terhadap aktiva tetap

Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku

cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai

45

(factory supplies) dan harga perolehan jasa dari

pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan

atau pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan

pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan,

perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang

digunakan untuk keperluan pabrik.

Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.

Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini

antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung,

asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan,

asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi

kerugian trial-run.

Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung

memerlukan pengeluaran uang tunai.

Biaya overhead yang termasuk dalam kelompok ini

antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan

kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN

dan sebagainya.

b) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya

dalam hubungan dengan  perubahan volume produksi.

Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead

pabrik dalam hubungannya dengan  perubahan volume

kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi

tiga golongan:

46

Biaya Overhead Pabrik Tetap, adalah biaya overhead

pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan

volume kegiatan tertentu.  

Biaya Overhead Pabrik Variabel, adalah biaya

overhead pabrik yang berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

Biaya Overhead Pabrik Semivariabel, adalah biaya

overhead pabrik yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan.

c) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya

dengan departemen

Jika disamping memiliki departemen produksi,

perusahaan juga memiliki departemen  pembantu (seperti

misalnya departemen pembangkit tenaga listrik,

departemen bengkel dan departemen air). Ditinjau dari

hubungannya dengan departemen-departemen yang ada

dalam  pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan

menjadi dua kelompok:

Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct

departemental overhead expenses), adalah biaya

overhead pabrik yang terjadi dalam departemen

tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh

departemen tersebut.

Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen

(indirect departemental overhead expenses), adalah

47

biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati

oleh lebih satu departemen.

 3.2 Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik

Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik, perusahaan

perlu memperhatikan  jumlah tarif biaya overhead pabrik yang

akan digunakan. Ada tiga alternatif yang dapat digunakan

yaitu:

1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal

Perusahaan hanya menggunakan tarif biaya overhead

pabrik untuk pembebanan biaya overhead pabrik ke

pesanan maupun produknya dari awal proses sampai

akhir.

2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi

Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik

untuk setiap tahapan atau departemen produksi yang

ada di perusahaan. Jumlah tarif biaya overhead

pabrik tergantung dari tahapan atau departemen

produksi yang ada

3. Activity Rate / Tarif

Setiap Aktivitas Perusahaan menetapkan tarif biaya

overhead pabrik untuk setiap aktivitas yang

terjadi dalam pembuatan produknya. Cara ini

dikenal dengan Activity Based Costing (ABC).

 3.3 Biaya Overhead Parbrik (Departementalisasi)

48

Adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang

disebut departemen atau pusat biaya (cost center) yang

dibebani dengan biaya overhead pabrik.

Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif

biaya overhead dihitung untuk setiap departemen produksi

dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara

departemen-departemen produksi yang ada. Oleh karena itu

departementalisasi biaya overhead pabrik memerlukan

pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen untuk

memudahkan pengumpulan biaya  overhead pabrik yang terjadi.

Departemen-departemen inilah yang merupakan pusat-pusat

biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan

prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.

Departementalisasi  biaya overhead pabrik bermanfaat

untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga

pokok produk. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih

mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat

terjadinya sehingga dengan demikian akan memperjelas

tanggungjawab setiap biaya yang terjadi dalam departemen

tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif biaya overhead

pabrik yang berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan

atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan

dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai tarif dari

departemen yang besangkutan. Hal ini mempunyai akibat

terhadap ketelitian terhadap penentuan harga pokok produk.

3.4 Contoh Kasus

49

a) Menghitung Biaya Overhead Pabrik Tetap Dan Variabel

PT. SUKSES MAKMUR membebankan biaya overhead pada

produk dengan tarif yang telah ditentukan di muka.

Berikut ini budget dan realisasi dari biaya overhead

pabrik dalam tahun 2015.

Jenis Biaya Budget RealisasiBiaya Bahan Baku IDR 15,000,000 IDR 15,000,000Biaya Tenaga Kerja Langsung IDR 13,000,000 IDR 13,000,000Biaya Bahan Penolong IDR 3,200,000 IDR 3,250,000Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung IDR 3,900,000 IDR 3,800,000Biaya Listrik Pabrik IDR 2,275,000 IDR 2,250,000Biaya Penyusutan Gedung Pabrik IDR 1,600,000 IDR 1,600,000Biaya Penyusutan M esin Pabrik IDR 2,200,000 IDR 2,200,000Biaya Kesejahteraan Karyawan Pabrik IDR 1,900,000 IDR 2,100,000Biaya Asuransi Kesehatan IDR 1,800,000 IDR 1,750,000

Jum lah

Dari kasus ini, bisa kita hitung bahwa yang termasuk

biaya variable adalah biaya bahan penolong, biaya

tenaga kerja tidak langsung dan biaya listrik pabrik.

Dengan demikian pada kasus ini, secara budget biaya

variable dianggarkan sebesar IDR 9.375.000,- sedangkan

pada reaslisasinya tercatat sebesar IDR 9.300.000,-.

Selain biaya variable, pada kasus ini bisa di lihat

bahwa pada PT.SUKSES MAKMUR terdapat biaya overhead

pabrik yang merupakan biaya tetap yaitu Biaya

penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin

pabrik, Biaya kesejahteraan karyawan pabrik dan biaya

asuransi kesehatan. Pada kasus ini, maka bisa dihitung

bahwa biaya tetap BOP secara budget adalah sebesar IDR

50

7.500.000,- dan secara realisasinya adalah sebesar IDR

7.650.000,-

b) Pencatatan Biaya Overhead Pabrik

Dalam pencatatan Biaya Overhead Pabrik secara garis

besar akan melibatkan BOP yang dibebankan (BOPD), BOP

yang sesungguhnya (BOPS), dan selisih antara BOPD dan

BOPS.

PT. AYO MAJU merupakan suatu perusahaan manufactur yang

membebankan BOP berdasarkan tarif Rp 1.200,- tiap jam

kerja langsung. Data produksi BOP yang sesungguhnya

terjadi pada bulan Agustus 2015 sebagai berikut :

No Pesanan Jumlah Jam Kerja

Langsung11 4.000 jam12 3.200 jam13 2.800 jam14 3.500 jam15 1.500 jamJumlah jam kerja pada

Agustus 2015

15.000 jam

Dari tabel di atas bisa dihitung bahwa BOPD pada PT.

AYO MAJU adalah 15.000 x Rp 1.200 = Rp 18.000.000,-

51

Berbeda dengan BOPD, pada bulan agustus 2015, tercatat

BOP yang sesungguhnya terjadi pada PT. AYO MAJU adalah

sebagai berikut :

ITEM Beban BiayaBiaya tenaga kerja tidak

langsung

Rp 5.500.000,-

Biaya penyusutan mesin Rp 2.350.000,-Biaya penyusutan gedung

pabrik

Rp 1.650.000,-

Biaya listrik bag produksi Rp 4.000.000,-Biaya bahan penolong Rp 3.500.000,-Biaya produksi tidak

langsung lain-lain

Rp 1.200.000,-

Dari tabel ini bisa dilihat bahwa BOPS sebesar Rp

18.200.000,-

52

BAB IV

Studi Kasus

4.1 Analisis Terhadap Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

CV. Abadi Jasa dalam mengelompokkan biaya bahan baku

langsung belum memisahkan

antara bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung.

Hal ini terlihat jelas pada laporan harga pokok produksi

untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 pada CV Abadi

Jasa. Dimana Perusahaan mencatat semua jumlah biaya bahan

baku langsung untuk pesanan 5.000 kalender sebesar

Perhitungan di atas memperlihatkan bahwa perusahaan

belum tepat dalam mengelompokkan biaya bahan baku langsung,

karena perusahaan masih memasukkan biaya bahan baku tidak

langsung kedalam bahan baku langsung. Bahan baku langsung

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk

selesai dan dapat ditelusiri langsung kepada produk selesai.

53

Analisis terhadap Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pengklasifikasian yang tepat akan membantu perusahaan

dalam memantau aliran biaya yang digunakan dalam proses

produksi secara tepat dan memudahkan dalam pengendalian atas

biaya yang akan dikeluarkan, begitu pula dengan biaya tenaga

kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung yang ada pada CV

Abadi Jasa, dibebankan pada setiap proses produksi. Berikut

ini merupakan perhitungan biaya tenaga kerja langsung

menurut perusahaan.

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa

perusahaan telah tepat dalam mengelompokkan biaya tenaga

kerja langsung karena tenaga kerja yang dibebankan memang

biaya tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan

produksi.

Analisis Biaya Overhead Pabrik

Selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja

langsung, biaya overhead pabrik juga merupakan biaya yang

menjadi unsur-unsur harga pokok produksi CV. Abadi Jasa

telah mengklasifikasikan biaya overhead pabrik ke dalam54

perhitungan harga pokok produksi. Hal ini terlihat dari

laporan harga pokok produksi untuk pesanan kalender yang

telah memasukkan unsur biaya overhead pabrik. Namun biaya

yang dimasukkan sebagai biaya overhead pabrik oleh

perusahaan hanya biaya listrik, padahal biaya overhead

pabrik

dapat didefinisikan sebagai biaya tidak langsung, pekerja

tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak

dapat dibebankan langsung ke produk tersebut. Berikut ini

biaya overhead pabrik menurut perusahaan :

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa

perusahaan belum tepat dalam membebankan biaya overhead

pabrik, karena perusahaan hanya memasukkan biaya listrik

sebagai biaya overhead pabrik untuk 5.000 kalender

Rp.1.137.500,- padahal biaya overhead pabrik tidak hanya

biaya listrik saja. Berdasarkan biaya-biaya yang dihitung di

atas, dapat diketahui bahwa CV. Abadi Jasa masih belum tepat

dalam perhitungan harga produksi setiap pesanan, selisih

lebih antara perhitungan perusahaan dan perhitungan

sebenarnya terhadap pesanan 5.000 kalender sebesar Rp.

2.015.930,- dikarenakan perusahaan belum memasukkan seluruh

unsur biaya overhead pabrik yang dipakai dalam memproduksi

ketiga pesanan tersebut, seperti biaya penyusutan gedung dan

55

mesin pabrik. Selisih ini menyebabkan harga pokok produksi

lebih rendah dari seharusnya, juga mengakibatkan penetapan

harga jual yang lebih rendah karena kesalaha perusahaan

dalam perhitungan biaya overhead pabrik. Berikut ini akan

dikemukakan perbandingan laporan harga pokok produksi

menurut perusahaan dengan hasil analisis berdasarkan

Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Bahan Baku Langsung- Kertas konstruk (kalender) 16,250,000 - Kertas konstruk (kalender) 16,250,000 - Cincin (Jepit) 1,500,000 - Cincin (Jepit) 1,500,000 - Tinta 750,000 - Tinta 750,000 -M aster 750,000 - Plastik 375,000 - Tinner 150,000

Total Biaya Bahan Baku 19,775,000 Total Biaya Bahan Baku 18,500,000

Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung- Setting 35,000 - Setting 35,000 -Cetak Offset 1,190,000 -Cetak Offset 1,190,000 - Penjilidan 385,000 - Penjilidan 385,000

Total biaya tenaga kerja langsung 1,610,000 Total biaya tenaga kerja langsung 1,610,000

Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik- Biaya Listrik 1,137,500 - Biaya Listrik 1,137,500

- M aster 750,000 -Plastik 375,000 - Tinner 150,000 - Biaya penyusutan gedung 1,311,200 - Biaya penyusutan m esin pabrik 704,730

Total Biaya Overhead Pabrik 1,137,500 Total Biaya Overhead Pabrik 4,428,430

Harga Pokok Produksi 22,522,500 Harga Pokok Produksi 24,538,430 Harga Pokok Produksi / Kalender 4,505 Harga Pokok Produksi / Kalender 4,908

Pengklasifikasian Harga Pokok Produksi Pesanan KalenderPerusahaan Hasil Analisa

56