BAB I
SISTEM BIAYA PESANAN
1.1 Definisi
Perhitungan Biaya berdasarkan pesanan adalah suatu
sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual
atau pekerjaan, kontrak, tumpukan atau pesanan pelanggan
yang spesifik.
Karakteristik Biaya Pesanan :
1. Sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan
tergantung pada pesanan yang diterima.
2. Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan.
3. Pencatatan biaya produksi masing-masing pesanan
dilakukan pada kartu biaya pesanan secara terperinci
untuk masing-masing pesanan.
4. Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya
dikalkulasi setelah pesanan selesai.
5. Biaya per-unit dihitung, dengan membagi total biaya
produksi yang terdiri dari: bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung dan biaya overhead dibebankan dengan
total unit yang dipesan.
6. Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal.
7. Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau
langsung diserahkan pada pemesan.
1
Penentuan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasi biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik yang dibebankan ke setiap pesanan.
Dalam penentuan biaya berdasarkan pesanan ini dapat ditinjau
dari tiga elemen biaya bagian yang saling berhubungan yaitu:
1. Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan
baku langsung membebankan bahan baku langsung ke pesanan
dan membebankan bahan baku tak langsung ke biaya
overhead pabrik.
2. Akuntansi tenaga kerja langsung memelihara akun yang
berhubungan dengan beban gaji dan membebankan biaya
tenaga kerja langsung ke pesanan dan membebankan biaya
tenaga kerja tak langsung ke biaya overhead.
3. Akuntansi biaya overhead pabrik mengakumulasi biaya
overhead pabrik, memelihara catatan terinci dari
overhead yang telah dikeluarkan dan membebankan sebagian
dari biaya overhead ke setiap pesanan.
2
R
r
Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya
pesanan. Kartu ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang
digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan.
Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung
(biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja) dan biaya produksi
tidak langsung (BOP). Biaya produksi langsung dicatat dalam
kartu biaya pesanan yang bersngkutan secara langsung,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu
biaya pesanan berdasarkan suatu tarif tertentu. Contoh kartu
biaya pesanan sebagai berikut:
3
Biaya Bahan Baku Biaya TenagaKerja
Biaya OverheadPabrik
Tgl NoBPBG
Ket Jml Tgl NoKartuJamKerja
Jml Tgl JamMesin
Tarif
Jml
Contoh kasus
PT ABC dalam menyelesaikan suatu pesanan no 110 menghabiskan
rincian biaya sebagai berikut:
a. Biaya bahan baku
Kertas jenis X 85 rem @ Rp 10.000 Rp 850.000
Tinta jenis B 5 kg @ Rp 100.000 Rp
500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 110 Rp
1.350.000
b. Biaya tenaga kerja
Upah langsung untuk pesanan 110 adalah 225 jam @ Rp 4.000
Rp 900.000
c. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif
sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung
4
PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : Pemesan :
Jenis Produk : Sifat Pesanan :
Tgl Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga Jual :
Pesanan 110 150% x Rp 900.000
Rp 1.350.000
1.2 Metode Harga Pokok Pesanan
Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan
tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif
teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem akuntansi biaya
yang digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk,
metode harga pokok pesanan menggunakan:
Sistem harga pokok historis digunakan untuk biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung , sedangkan untuk
biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya yang
ditentukan dimuka.
Dalam metode harga pokok pesanan, dapat juga
menggunakan Sistem harga pokok yang ditentukan dimuka
untuk seluruh elemen biaya.
Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu
dihitung pada saat pesanan selesai, dengan menjumlahkan
seluruh biaya yang dibebankan kepada pesanan yang
bersangkutan. Harga pokok satuan dihitung dengan cara
membagi jumlah total harga pokok pesanan dengan jumlah
satuan produk pesanan.
1.3 Aliran Kegiatan Manufaktur
Aliran harga pokok produk menunjukkan aliran biaya
produksi dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi
5
produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu
aliran harga pokok produk akan dipengaruhi aliran kegiatan.
Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum
terdiri dari:
Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau
mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam
kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi:
a) Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan
baku, bahan penolong, supplies pabrik, dan elemen
lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan
produksi
b) Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga
kerja tak langsung dan jasa lainnya yang akan
dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
Produksi
Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi
produk selesai. Pada kegiatan tersebut akan dikonsumsi
bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa
lainnya yang dikelompokkan dalam overhead pabrik.
Penyimpanan produk selesai
Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik
akan dipindahkan ke dalam gudang produk selesai
menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
Penjualan produk selesai.
6
Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan
dari gudang produk selesai untuk dikirim kepada
pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening
langganan atau pembeli.
1.4 Prosedur Akuntansi Kepada Biaya Pokok Pesanan
Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokokpesanan dapat dikelompokkan menjadi:
a) Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.
Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies
meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian
bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas
prosedur akuntansi bahan dan supplies dapat digambarkan
sebagai berikut
7
Transaksi dan Dokumen Dasar
Jurnal Transaksi Buku Besar Pembantu
Pembelian Bahan danSupplies:
Faktur Pembelian
BuktiPenerimaan Barang
Pesanan Pembelian
Pengembalian Pembelian:
Debit Memorandum
Laporan Pengiriman
Pengembalian Pembelian
Persediaan Bahan Baku xxPersediaan Bahan Penolong xxPersediaan Supplies Pabrik xxHutang Dagang xx
Hutang Dagang xxPersediaan Bahan Baku xxPersediaan Bahan Penolong xxPersediaan Supplies Pabrik xx
Kartu Persediaan:Bahan BakuBahan PenolongSupplies Pabrik
Kartu Persediaan:Bahan BakuBahan PenolongSupplies Pabrik
Potongan Tunai Pembelian:
Bukti Kas Keluar
Hutang Dagang xxPersediaan Bahan Baku xxPersediaan Bahan Penolong xxPersediaan Supplies Pabrik xxKas xx
Kartu Persediaan:Bahan BakuBahan PenolongSupplies Pabrik
8
Atau:Hutang Dagang xxPenghasilan Lain-Lain xxKas xx
Pemakaian Bahan Baku:
Bon Permintaan Bahan
Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xxPersediaan Bahan Baku xx
Kartu Persediaan:Bahan BakuKartu Harga Pokok Pesanan
Pemakaian Bahan Penolong:
Bon Permintaan Bahan
Pemakaian Supplies Pabrik:
Bon Permintaan Bahan
Biaya Overhead P Sesungguhnya xxPersediaan Bahan Penolong xx
Biaya Overhead P Sesungguhnya xxPersediaan Supplies Pabrik xx
Kartu Persediaan:Bahan PenolongKartu Biaya:Overhead Pabrik
Kartu Persediaan:Supplies PabrikKartu Biaya:Overhead Pabrik
Pengembalian Bahan Baku dari Pabrik keGudang Bahan
Persediaan Bahan Baku xxBarang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Kartu Persediaan:Bahan BakuKartu Harga Pokok
9
xx Pesanan
b) Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi
prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan
upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua
karyawan perusahaan baik produksi maupun bagian non
produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya
tenaga kerja adalah sebagai berikut:
Transaksi dan Dokumen Dasar
Jurnal Transaksi Buku Besar Pembantu
Penentuan Gaji dan Upah:
Daftar Hadir
Kartu Jam Kerja
Daftar Gaji dan Upah
Biaya Gaji dan Upah xxHutang Pajak Pendapatan xxHutang Dana Pensiun xxHutang Astek xxHutang Asuransi Hari Tua xxPiutang Karyawan xxHutang Gaji dan Upah xx
Pembayaran Gaji dan Upah:
Bukti Kas Keluar
Hutang Gaji dan Upah xxKas xx
10
Distribusi Gaji dan Upah:
Perintah Jurnal
Barang Dalam Proses- B TKL xxBOP Sesungguhnya xxBiaya Pemasaran xxBiaya Administrasi dan Umum xxBiaya Gaji dan Upah xx
Kartu Harga Pokok Pesanan dan Kartu Biaya Overhead PabrikPemasaranAdministrasidan Umum
Beban atas Gaji dan Upah:
Daftar Sumbanganatas
Gaji dan Upah
BOP Sesungguhnya xxBiaya Pemasaran xxBiaya Administrasi dan Umum xxHutang Pajak Pendapatan xxHutang Dana Pensiun xxHutang Astek xxHutang Asuransi Hari Tua xx
Karu Biaya:Overhead PabrikPemasaranAdministrasidanUmum
Penyetoran atas Potongan dan beban Gaji dan upah:
Hutang Pajak Pendapatan xxHutang Dana Pensiun xxHutang
11
Bukti Kas Keluar Astek xxHutang Asuransi Hari Tua xxKas xx
Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling
komplek.untuk keadilan dan ketelitian pembebanan harus
digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan
dimuka.
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah
ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik
sebagai berikut:
a) Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada
pesanan
Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal
pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam Kartu
Harga Pokok Pesanan.
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead
Pabrik xx
Biaya Overhead Pabrik
Dibebankan xx
b) Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
dalam periode yang bersangkutan ditampung dalam12
rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan
dimasukkan ke dalam Kartu Pembantu Biaya Overhead
Pabrik. Berikut ini dibahas jurnal untuk setiap
elemen:
Biaya Bahan Penolong (secara detail telah
dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan).
Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:
Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya xx
Persediaan Bahan
Penolong
xx
Prosedur akuntansi produk selesai dan produk
dalam proses akhir periode
Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan
produk kepada pemesan.
Biaya tenaga Kerja Tak Langsung atas dasar
Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk
biaya tenaga kerja tak langsung sbb:
Biaya Overhead PabrikSesungguhnya xx Biaya Gaji danUpah xxJika Pajak, dan asuransi menjadi tanggunganperusahaan, maka jurnalnya:
Biaya Overhead PabrikSesungguhnya xx
13
HutangPajak Pendapatan xx HutangDana Pensiun xx HutangAstek xx HutangAsuransi Hari Tua xx
Biaya Penyusutan dan Amortisasi AktivaTetap PabrikJurnal untuk penyusutan dan amortisasiaktiva pabrik adalah:
Biaya Overhead PabrikSesungguhnya xx Akumulasi PeyusutanMesin xx Akumulasi PenyusutanBangunan xx Akumulasi PenyusutanPeralatan xx Amortisasi HakPaten xx
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan AktivaTetap PabrikBiaya reparasi dan pemeliharaan timbulkarena pembelian suku cadang atau pembelianjasa reparasi.
Jika terjadi pembelian suku cadang, makajurnalnya sbb:
14
Persediaan SukuCadang xx Hutang Dagang/Kas xx
Jika terjadi pemakaian suku cadang, makjurnalnya sbb:
Biaya Overhead PabrikSesungguhnya xx Persediaan SukuCadang xx
Jika terjadi pembayaran jasa atas servisyang diterima perusahaan, maka jurnalnyaadalah:
Biaya Overhead PabrikSesungguhnya xx Kas xx
Biaya Listrik dan Air untuk PabrikJurnal untuk pemakaian listrik dan airuntuk pabrik sbb:
Biaya Overhead PabrikSesungguhnya xx Kas/ HutangBiaya xx
15
Biaya Asuransi PabrikJurnal pada saat pembayaran persekotasuransi sbb:
PersekotAsuransi xx Kas xx
Jurnal pada saat pengakuan biaya:
Biaya Overhead PabrikSesungguhnya xx PersekotAsuransi xx
c) Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuanselisih biaya overhead pabrik Pada akhir periode akuntansi akan dihitungbesarnya selisih biaya BOP sesungguhnya denganBOP yang dibebankan. Berikut ini jurnal yangbiasanya dibuat di perusahaan:Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankanke biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya Overhead PabrikDibebankan xx Biaya Overhead PabrikSesungguhnya xx
Jurnal untuk menutup biaya overhead pabriksesungguhnya dan menghitung selisih
16
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkanBOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:
Selisih Biaya OverheadPabrik xx BOPSesungguhnya xx
Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkanBOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:
BOPSesungguhnya xx Selisih Biaya OverheadPabrik xx
Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugilaba
Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, makajurnal sbb:
Rugi-Laba xx Selisih Biaya OverheadPabrik xx
Jika terdapat selisih menguntungkan, makajurnalnya yang dibuat adalah:
Selisih Biaya OverheadPabrik xx
17
Rugi-Laba xx
d) Prosedur akuntansi produk selesai dan produkdalam proses akhir periodeJika pesanan telah selesai di produksi, makajurnal yang dibuat sbb:
Persediaan ProdukSelesai xx Barang Dalam Proses- BiayaBahan Baku xx Barang Dalam Proses- BiayaTenaga Kerja Langsung xx Barang Dalam Proses- BiayaOverhead Pabrik xx
Jika pada akhir periode masih ada pesanan yangbelum selesai, maka jurnalnya adalah:
Persediaan Produk dalamProses xx Barang Dalam Proses- BiayaBahan Baku xx Barang Dalam Proses- BiayaTenaga Kerja Langsung xx Barang Dalam Proses- BiayaOverhead Pabrik xx
e) Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahanproduk kepada pemesan.
18
Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnalpenjualan barang adalah:
Piutang Dagang/Kas xx
Penjualan xx
Harga PokokPenjualan xx
Persediaan ProdukSelesai xx
1.5 Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacar pada Metode
Harga Pokok Pesanan
Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan
timbul sisa bahan, produk rusak, maupun produk cacat. Bagi
manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat menekan
timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah
mungkin. Berkut ini dibahas tentang masalah perlakuan
akuntansi untuk masing-masing:
1. Sisa Bahan
Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari
proses pengolahan produk, yang disebut sisa bahan. Sisa
bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di
19
dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak
dapat digunakan kembali dalam perusahaan.
Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:
a. Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan
pesanan tertentu, biaya pembuangan atau pemusnahan
sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen
biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan. Jurnal
yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa
bahan adalah:
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
Kas
xx
(2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam
perusahaan, biaya tersebut dapat diperlakukan
sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal
yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa
bahan adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Kas
xx
b. Sisa bahan yang laku dijual
(1) Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena
pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa bahan
20
diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku
atau pengurang biaya keseluruhan biaya produksi
pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan
untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas
xx
Barang Dalam Proses – Biaya
Bahan xx
(2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di
dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil penjualan
dapat digunakan cara sbb:
(a) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan
sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk
mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas
xx
Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya xx
(b) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan
sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang
digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan
adalah:
Kas
xx
21
Penghasilan Lain –
Lain xx
2. Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak
atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan
tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik,
meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi
produk yang baik. Produk yang rusak dapat digolongkan
menjadi dua:
a. Produk rusak yang tidak laku dijual
Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab
timbulnya produk rusak:
(1) Apabila produk rusak disebabkan sulitnya
pengerjaan pesanan tertentu, maka harga pokok produk
yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan
produk rusak, sehingga harga pokok produksi per unit
produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada
tambahan jurnal yang harus dicatat.
(2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat
normal dalam suatu perusahaan,maka harga pokok
produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya
overhead sesungguhnya. Jurnal yang harus dicatat
adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
xx
22
Barang Dalam Proses – Biaya
Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja
Langsung xx
Barang dalam Proses –
BOP
xx
(3) Apabila produk rusak karena kesalahan atau
kurangnya pengawasan, maka harga pokok produk yang
rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak.
Jurnal yang harus dicacat adalah:
Rugi Produk
Rusak
xx
Barang Dalam Proses – Biaya
Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja
Langsung xx
Barang dalam Proses –
BOP xx
b. Produk rusak yang laku dijual
Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku
dijual:
(1) Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya
pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas penjualan
produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang
23
bersangkutan. Karena sebagian pesanan akan
mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus
dimasukkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan
jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat
penjualan produk rusak:
Kas
xx
Barang Dalam Proses – Biaya
Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja
Langsung xx
Barang dalam Proses –
BOP xx
(2) Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di
dalam suatu perusahaan, rugi produk yang rusak
diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik
sesungguhnya.Jurnal yang dicatat pada saat penjualan
produk rusak:
Kas
xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
xx
Barang Dalam Proses – Biaya
Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja
Langsung xx
24
Barang dalam Proses –
BOP xx
(3) Apabila timbulnya produk yang rusak karena
kesalahan atau kurangnya pengawasan produksi, rugi
produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk
yang rusak. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan
produk rusak:
Kas
xx
Rugi Produk
Rusak
xx
Barang Dalam Proses – Biaya
Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja
Langsung xx
Barang dalam Proses –
BOP xx
3. Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya
rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah
ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat
diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik.
Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:
(1) Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai
penambah harga pokok pesanan tertentu. Metode ini
25
digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya
pengerjaan produk. Jurnal yang digunakan untuk mencatat
biaya perbaikan produk cacat adalah:
Barang Dalam Proses – Biaya bahan
Baku xx
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja
Langsung xx
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead
pabrik xx
Persediaan
Bahan
xx
Gaji dan
Upah
xx
Biaya Overhead Pabrik yang
Dibebankan xx
(2) Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan
sebagai penambah biaya overhead sesungguhnya. Metode
ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal
terjadi dalam perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk
mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Biaya Overhead
Sesungguhnya
xx
26
Persediaan
Bahan
xx
Gaji dan
Upah
xx
Biaya Overhead Pabrik yang
Dibebankan xx
(3) Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai
elemen Rugi produk cacat. Metode ini digunakan jika
produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan.
Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan
produk cacat adalah:
Rugi Produk
cacat
xx
Persediaan
Bahan
xx
Gaji dan
Upah
xx
Biaya Overhead Pabrik yang
Dibebankan xx
27
BAB II
Sistem Biaya Proses (Process Cost System)
2.1 Definisi
Berbeda dengan job order cost system yang banyak
digunakan untuk produk-produk yang dibuat berdasar pesanan,
process cost system umumnya digunakan untuk produksi masal
(mass production) dengan karakteristik bahwa output suatu
bagian akan menjadi input untuk bagian berikutnya.
Dalam metode pencatatan dan perhitungan biaya menurut
proses, besarnya biaya per unit diperoleh dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan dengan jumlah produk
yang dihasilkan (sementara dalam job order cost, biaya per
unit dapat segera diketahui dari job order cost sheet).
Metode pencatatan dan perhitungan biaya menurut proses
banyak digunakan dalam industri perminyakan, kimia, tekstil,
dst. Pencatatan dan perhitungan biaya dalam metode ini
menggunakan “Process Cost Sheet”.
Konsep dasar process costing :
Process costing (biaya berdasarkan proses) adalah perhitungan
biaya yang digunakan pada perusahaan yang memproduksi satu
jenis produk dalam jumlah besar dan dalam jangka panjang.
Prinsip dasar : mengakumulasikan biaya dari operasi atau
departemen tertentu selama satu periode penuh (bulanan,
29
kuartalan, tahunan) dan kemudian membaginya dengan jumlah unit
yang diproduksi selama periode tersebut (biaya dihitung per
departemen).
Process cost :
– Cocok untuk perusahaan-perusahaan dengan “Mass Production”
seperti industri kimia, tekstil, pengilangan minyak.
– Unit cost dihitung dengan membagi biaya total dengan jumlah
produk yang dihasilkannya selama periode tersebut.
– Digunakan bila :
• Sukar untuk memisahkan satu produk dengan produk lain selama
proses pembuatan/ produksi berlangsung.
• Hasil suatu proses menjadi bahan baku untuk proses
berikutnya (tahapan proses).
– Dalam suatu proses dapat/ mungkin dihasilkan macam-macam
produk (joint cost) serta produk samping (by product).
– Menggunakan process cost sheet atau cost of production report.
Catatan : umumnya perusahaan menggunakan gabungan kedua cara
diatas.
Pada sistem biaya proses, biaya diakumulasikan menurut tiap-
tiap departemen, pusat biaya, atau proses. Biaya unit rata-rata
untuk satu hari, seminggu, atau setahun diperoleh dengan membagi
biaya departemen dengan jumlah unit (ton, kg, dsb) yang
dihasilkan selama periode bersangkutan.
Perbandingan Job Order Costing dan Process Costing
Job Order Costing(Kalkulasi Biaya Berdasar
Process Costing(Kalkulasi Biaya Berdasar
30
Pesanan) Proses) Produk sangat bervariasi. Biaya diakumulasikan
berdasarkan pekerjaan/ pesanan.
Biaya per unit dihitung melalui pembagian total biaya pekerjaan dengan unit yang diproduksi untukpekerjaan tersebut.
Produk bersifat homogen. Biaya diakumulasi
berdasarkan proses atau departemen.
Biaya per unit dihitung melalui pembagian biaya proses satu periode denganunit yang diproduksi selama periode tersebut.
DasarPerbedaan
Job Order Costing Process Costing
Order spesifik
Dilakukan terhadap perintah atau permintaan khusus
Produksi berkelanjutan
Sifat Setiap job akan berbeda Produk homogen dan baku
Penentuan cost
Cost ditetapkan secara terpisah untuk setiap job
Cost yang sudah terpenuhi untuk setiapproses untuk departemen berdasarkanwaktu
Perhitungancost
Cost terpenuhi ketika job selesai
Cost dihitung ketika pada akhir periode cost
Kontrol Kontrol yang tepat sulit dilakukan untuk membandingkan setiap produk yang berbeda, produksi tidak berkelanjutan
Kontrol yang baik yaitu dapat dibandingkan dengan mudah karena produk yang baku dan lebih cocok
Barang dalam proses
Ada atau tidak ada barang dalam proses
Selalu ada beberapa barang dalam proses, karena produksi berkelanjutan
Kesesuaian Kesesuaian industri dimana produksi
Kesesuaian dimana barang yang dibuat
31
berselang dan pelangganyang mengorder dapat diidentifikasi dalam nilai produksi
untuk persediaan dan produksi yang berkelanjutan
Perbedaan Process Cost dan Job Order Cost
Job Order Cost Process Cost1. Produk atau jasa
berbeda-beda.2. Biaya per unit dihitung
untuk setiap pekerjaan bedasarkan kartu biaya.
1. Produk/ jasa homogen diproduksi masal.
2. Biaya per unit di hitung per departemen bedasarkan laporan produksi per departemen
Berikut perbandingan antara sistem biaya pesanan dan sistem biaya
proses :
1. Job order cost system (sistem biaya pesanan)
2. Process Cost System (Sistem Biaya Proses)
32
DirectMaterials
Direct Labor
Laporan BiayaJob Order (JobOrder Cost
Brg SelesaiFinished Goods
(Assets)
Akun Barang DalamProses
(Work in Process
WIP-1 WIP-2
DirectMateri
Direct
FOH
Brg SelesaiFinished Goods
(Assets)
DirectMateri
Direct
FOH
Sistem biaya pemrosesan ditetapkan di mana produksi
dilakukan dengan metode produksi masal atau proses secara
sinambung. Di antara industri yang menerapkan sistem biaya proses
misalnya industri kertas, baja, bahan kimia, dan tekstil. Aneka
industri yang menerapkan proses perakitan seperti industri mobil,
mesin cuci, dan alat-alat listrik pada umumnya juga menerapkan
sistem biaya proses.
1. Akumulasi Biaya
Dalam suatu biaya proses, harus dikembangkan prosedur untuk :
a. Mengumpulkan biaya bahan, upah tenaga kerja, dan overhead
pabrik menurut departemennya.
b. Menentukan biaya unit untuk masing-masing departemen.
c. Mengalihkan biaya dari satu departemen ke departemen
berikutnya.
d. Membebankan biaya kepada pekerjaan dalam proses.
Untuk mudahnya, pembahasan tentang akumulasi biaya akan
difokuskan kepada masing-masing departemen, dan bukan kepada
pusat-pusat biaya (cost centers) atau masing-masing proses.
Namun ada kemungkinan terdapat dua atau lebih jenis proses
yang diselenggarakan pada satu departemen (dan karena itu akan
33
terdapat lebih dari satu pusat biaya dalam satu departemen).
Dalam keadaan demikian ada kemungkinan biaya akan banyak
bervariasi pada masing-masing pusat biaya, sehingga dalam
praktek biaya itu diakumulasikan menurut pusat-pusat biaya
ataupun menurut masing-masing departemennya.
Akumulasi biaya dalam buku perkiraan diperincikan dibawah
ini :
a. Biaya bahan (material cost). Pada suatu sistem biaya proses,
banyaknya permintaan (requitions) atau pembebanan biaya
bahan jauh lebih kecil dari pada sistem biaya pekerjaan
pesanan, karena biaya beberapa industri, tipe dan kuantitas
bahan dapat dispesifikasikan dengan rumus atau spesifikasi
rekayasa (engineering specification). Bilamana terdapat
penggunaan bahan-bahan yang sama selama terus-menerus, maka
jumlah penggunaan per hari atau per minggu dapat diperoleh
dari laporan penggunaan (consumption reports) dan bukan
terutama dari surat-surat permintaan bahan. Maka ayat jurnal
untuk pembebanan biaya bahan akan menjadi :
Barang dalam proses, bahan , Dept. A 21.000Bahan baku 21.000
Sementara ada perusahaan yang menggunakan ayat jurnal yang
agak berbeda :
Bahan dalam proses, Dept. A 21.000 Gudang21.000
34
b. Biaya tenaga kerja. Data akumulasi biaya upah menurut
departemen juga kurang terperinci dibandingkan dengan
pengumpulan biaya menurut masing-masing pekerjaan pada
sistem biaya pekerjaan pesanan. Biaya tenaga kerja masing-
masing departemen dapat diikhtisarkan dalam jurnal
pembebanan upah sebagai berikut :
Pekerjaan dalam proses, Tenaga kerja - Dept. A 12.000Pekerjaan dalam proses, Tenaga kerja -Dept. B 4.000
Upah16.000
Ayat ini juga dapat ditulis sebagai berikut :
Tenaga kerja dalam proses - Dept. A 12.000Tenaga kerja dalam proses - Dept. B 4.000
Upah 16.000
c. Biaya Overhead Pabrik. Terdapat banyak perbedaan antara
kalkulasi biaya pekerjaan pesanan dan kalkulasi biaya proses
dibandingkan dengan perbedaan biaya bahan dan tenaga kerja
terutama pada biaya overhead. Pada umumnya industri yang
produksinya mass product akan lebih tepat menerapkan biaya
proses, karena produksinya dihasilkan untuk persediaan dan
bukanlah untuk memenuhi suatu pesanan khusus. Ayat jurnal
pembebanan overhead adalah :
Barang dalam proses, Overhead pabrik – Dept. A18.000 Barang dalam proses, Overhead pabrik – Dept. B8.000 Pengendalian overhead pabrik26.000
Cara lain adalah :35
Overhead dalam proses-Dept. A 18.000 Overhead dalam proses-Dept. B 8.000 Overhead Pabrik26.000
Apabila biaya overhead pabrik terakumulasi secara
seimbang sepanjang tahun, ataupun dengan taraf normal dari
bulan ke bulan, kebanyakan perusahaan membebankan biaya
overhead yang sebenarnya. Namun, bilamana terdapat fluktuasi
dalam produksi dari bulan ke bulan, hal ini menyebabkan
kekeliruan (distorsi) jumlah overhead yang dibebankan pada
produksi. Maka seringkali digunakan suatu tingkat overhead
yang tetap, yang didasarkan kepada kegiatan (operation)
tahunan, hal ini dilakukan untuk menghindarkan kesulitan yang
timbul karena pembebanan overhead yang didasarkan kepada
jumlah produksi bulanan yang berakibat pada distorsi
pembebanan overhead.
2. Pengalihan Antar Departemen
Sistem biaya proses biasanya diterapkan apabila barang-
barang produksi memerlukan beraneka jenis kegiatan, yang
diselenggarakan pada dua atau lebih banyak departemen atau
pusat biaya. Misalnya, kegiatan awal diselenggarakan pada
Dept. A seperti misalnya pembubutan atau pembauran bahan.
Setelah proses itu selesai, unit-unit dialihkan (transfer)
kepada Dept. B, misalnya, untuk proses perakitan atau
penyelesaian. Lalu setelah selesai, barang dialihkan kepada
persediaan barang jadi (finished goods inventories)
36
Contoh 1 (dalam ribuan rupiah)
PT Cahaya membuat produk X yang memerlukan pemrosesan pada
Dept. A dan Dept. B. Selama bulan Juli 2002, 5000 unit dimulai
produksinya yang selesai dalam sebulan itu. Biayanya adalah
sebagai berikut : Bahan Rp 20.000, Upah langsung Rp 18.000 dan
Overhead pabrik Rp 12.000. Perhitungannya adalah :
Pekerjaan dalam proses - Dept. A
JumlahBiaya Biaya UnitBahan masuk produksi Rp. 20.000 Rp. 4Upah tenaga kerja langsung Rp. 18.000 Rp. 3,6Overhead pabrik Rp. 12.000 Rp. 2,4Jumlah biaya Rp. 50.000 Rp. 10Biaya unit setiap kali diperoleh dengan membagikan jumlah
biaya dengan jumlah unit yang dibuat. Setelah selesai
pemerosesan pada Dept. A, 5000 unit itu dialihkan kepada
Dept. B
3. Arus Unit
Arus unit (dalam ukuran kuantitas) sepanjang suatu sistem
biaya proses dapat diikhtisarkan dengan rumus persamaan sbb :
Unit dalam proses awal
(+) unit yang mulai masuk proses atau yang ditransfer
(=) unit yang dialihkan keluar
+ unit yang selesai dan masih tertahan
+ unit dalam proses akhir
Jika diketahui 4 unsur seperti pada persamaan itu, maka
unsur yang belum diketahui dapat dihitung berdasarkan rumus
37
persamaan itu. Perlu diingat bahwa belum tentu semua komponen
akan terdapat pada setiap situasi (misalnya tidak selalu
terdapat unit dalam proses awal periode bersangkutan ataupun
unit yang selesai dan masih tertahan pada akhir periode itu).
Contoh 2
Asumsikan bahwa PT Sentosa mempunyai 3.000 unit dalam proses
awal bulan, dan dimasukkan 10.000 unit ke dalam proses lalu
terdapat 2.000 unit dalam proses pada akhir bulan. Seluruh
unit yang selesai telah dialihkan kepada Dept. B. Maka jumlah
unit yang dialihkan dihitung sbb :
3.000 Unit dalam proses awal10.000 Unit dimasukkan dalam proses13.000 Unit tersedia(2.000) Unit masih dalam proses11.000 Unit dialihkan kepada Dept. B
4. Ekuivalen Unit dalam Produksi
Jarang terjadi semua unit yang dimasukkan dalam proses
selama sebulan akan selesai dan dialihkan keluar pada akhir
bulan. Pada umumnya terdapat persediaan awal dan persediaan
akhir dari barang dalam proses yang berada pada berbagai
tingkat penyelesaian pada setiap akhir bulan.
Untuk membebankan biaya bilamana terdapat persediaan
barang yang baru diselesaikan sebagian, seluruh unit (termasuk
persediaan awal, barang yang telah dialihkan dan persediaan
akhir) harus dapat dinyatakan dalam bilangan unit yang telah
selesai. Hal ini dilakukan dengan bantuan suatu angka sebutan
(common denominator), yang disebut unit ekuivalen produksi atau
38
ekuivalen produksi. Dengan menggunakan angka ekuivalen
produksi tersebut, biaya unit untuk suatu bulan akan mencakup
biaya penyelesaian semua pekerjaan dalam proses yang terdapat
pada awal bulan, serta biaya yang telah dikeluarkan sampai
saat itu berkenaan dengan pekerjaan dalam proses pada akhir
periode tersebut.
Lazimnya diperlukan dua rincian yang terpisah dari
ekuivalen produksi, pertama, mengenai bahan baku. Kedua,
mengenai biaya konversi (tenaga kerja dan overhead) karena
tingkat penyelesaian kedua unsur ini jarang sekali sama.
Ada dua metode pokok untuk mengkalkulasikan biaya
persediaan pekerjaan dalam proses, yaitu (1) perhitungan
Average (biaya rata-rata) dan (2) kalkulasi biaya FIFO (First
In First Out = masuk awal, keluar awal). Diantara keduanya
terdapat perbedaan dalam format atau prosedurnya, perbedaan
terutama berkaitan dengan cara penanganan persediaan barang
dalam proses.
Perhitungan Biaya Rata-rata
Menurut metode ini, yang disebut juga kalkulasi biaya rata-
rata terbobot (weighted average costing), persediaan awal
barang dalam proses disatukan (mergered) dengan biaya selama
periode yang baru, dan diperoleh angka rata-rata yang baru.
Dengan cara demikian, akan terdapat hanya satu angka rata-rata
untuk barang yang telah diselesaikan. Unit ekuivalen produksi
39
yang diperoleh dengan kalkulasi biaya rata-rata dapat
dijabarkan sbb :
Unit yang selesai (termasuk yang telah dialihkan dan yang masih tertahan) +(persediaan akhir barang dalam proses × tingkat penyelesaian (%))
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa seluruh persediaan
awal barang dalam proses telah diselesaikan selama periode
bersangkutan.
Biaya FIFO
Dalam metode ini biaya persediaan awal barang dalam proses
dipisahkan dari biaya
tambahan yang dibebankan dalam periode yang baru. Dengan
demikian akan terdapat dua macam biaya unit untuk periode
bersangkutan yaitu (1) persediaan awal barang dalam proses
yang diselesaikan dan (2) unit yang dimulai dan diselesaikan
selama periode yang sama.
Menurut sistem FIFO persediaan awal barang dalam proses
diasumsikan telah diselesaikan dan ditransfer. Lalu persediaan
akhir barang dalam proses diasumsikan berasal dari barang yang
dimasukkan ke dalam produksi selama periode itu. Dengan
demikian persediaaan akhir barang dalam proses diperhitungkan
atas dasar biaya unit periode tersebut, sesuai dengan tingkat
penyelesaiannya. Dalam penghitungan biaya FIFO unit ekuivalen
dijabarkan :
Unit Selesai (yang ditransfer dan yang tertahan)
(-) Persediaan awal barang dalam proses (tanpa memperhatikan
tingkat penyelesaian)
40
(+) Jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan
persediaan awal barang dalam proses
(+) Jumlah biaya penyelesaiaan persediaan akhir barang dalam
proses
Metode FIFO lebih unggul daripada metode biaya rata-rata,
karena ia mengoreksi hitungan ganda yang diakibatkan oleh
pengalihan (carry over) jumlah barang dalam proses dari bulan
sebelumnya. Namun sekalipun terdapat cacat bahwa pada metode
kalkulasi biaya rata-rata tersebut, metode ini umumnya
diterapkan dalam dunia usaha, karena perhitungan ganda itu
hanya menyangkut sebagian kecil yang tak berarti dari
keseluruhan jumlah unit yang diproduksi.
5. Laporan Biaya Produksi
Laporan biaya produksi menunjukkan seluruh biaya yang
dapat dibebankan ke suatu departemen atau suatu pusat biaya
(cost center) untuk suatu periode tertentu. Karena tujuan
utamanya ialah pengendalian biaya, maka perlu disediakan data
mendetail mengenai jumlah biaya dan biaya unit. Lazimnya
perincian biayanya mencakup setiap unsur biaya pada masing-
masing departemen (atau masing-masing pusat biaya). Laporan
itu dapat juga digunakan untuk dasar pencatatan (jurnal) pada
akhir bulan. Pada umumnya laporan biaya produksi mencakup
empat bagian :
a. Kuantitas. Bagian ini melukiskan arus fisik dari unit-unit
keluar masuk pada masing-masing departemen.
41
b. Produksi Ekuivalen. Bagian ini menunjukkan : (1) unit dalam
proses, yang diubah dalam bilangan unit selesai dan (2) unit
selesai yang aktual.
c. Biaya yang harus diperhitungkan (cost to account for). Dalam
bagian ini diperhitungkan biaya : (1) barang dalam proses
pada awal periode bersangkutan, (2) barang yang ditransfer
masuk dari departemen terdahulu dan (3) barang yang
ditambahkan pada departemen bersangkutan.
d. Biaya yang telah diperhitungkan (cost accounted for). Dalam
bagian ini diperhitungkan penggunaan biaya yang dibebankan
kepada departemen bersangkutan : (1) ditransfer keluar
departemen lainnya atau ke persediaan barang jadi (2) telah
diselesaikan dan tertahan atau (3) masih dalam proses pada
akhir periode bersangkutan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah
biaya yang harus diperhitungkan mutlak harus sama dengan
biaya yang telah diperhitungkan.
Laporan biaya produksi ada yang sangat terinci, ada yang
hanya menunjukkan jumlah totalnya saja, tergantung pada
kebutuhan perusahaan atau keinginan manajemen.
42
BAB III
Biaya Overhead Pabrik
3.1 Definisi dan Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Pengertian Biaya Overhead Pabrik dan Karakteristik
Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya
43
produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai bahan tidak
langsung, buruh tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya
yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan
langsung pada suatu pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan
akhir biaya tertentu seperti kontrak-kontrak pemerintah.
Secara garis besar, penggolongan biaya overhead pabrik
dapat digolongkan dengan tiga cara, yaitu :
a) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan,
biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya
overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan
berikut ini:
Biaya Bahan Penolong.
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi
bagian produk jadi atau bahan yang meskipun
menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif
kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produk
tersebut. Dalam perusahaan percetakan misalnya,
yang termasuk dalam bahan penolong antara lain
adalah: bahan perekat, tinta koreksi dan pita
mesin ketik.
Biaya Reparasi Dan Pemeliharaan
44
Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang
berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan
habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan
jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan atau pemeliharaan emplasemen, perumahan,
bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen,
kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap
lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
Tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja
pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan
secara langsung kepada produk atau pesanan
tertentu. Biaya ini terdiri dari upah, tunjangan
dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja tak langsung tersebut.
Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:
1. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu,
seperti departemen pembangkit tenaga listrik, uap,
bengkel dan departemen gudang.
2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen
produksi, seperti karyawan administrasi pabrik dan
mandor.
Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian
terhadap aktiva tetap
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku
cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai
45
(factory supplies) dan harga perolehan jasa dari
pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan
atau pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan
pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen, kendaraan,
perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang
digunakan untuk keperluan pabrik.
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung,
asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan,
asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi
kerugian trial-run.
Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung
memerlukan pengeluaran uang tunai.
Biaya overhead yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan
kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN
dan sebagainya.
b) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya
dalam hubungan dengan perubahan volume produksi.
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead
pabrik dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi
tiga golongan:
46
Biaya Overhead Pabrik Tetap, adalah biaya overhead
pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan
volume kegiatan tertentu.
Biaya Overhead Pabrik Variabel, adalah biaya
overhead pabrik yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
Biaya Overhead Pabrik Semivariabel, adalah biaya
overhead pabrik yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
c) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya
dengan departemen
Jika disamping memiliki departemen produksi,
perusahaan juga memiliki departemen pembantu (seperti
misalnya departemen pembangkit tenaga listrik,
departemen bengkel dan departemen air). Ditinjau dari
hubungannya dengan departemen-departemen yang ada
dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan
menjadi dua kelompok:
Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct
departemental overhead expenses), adalah biaya
overhead pabrik yang terjadi dalam departemen
tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh
departemen tersebut.
Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen
(indirect departemental overhead expenses), adalah
47
biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati
oleh lebih satu departemen.
3.2 Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik, perusahaan
perlu memperhatikan jumlah tarif biaya overhead pabrik yang
akan digunakan. Ada tiga alternatif yang dapat digunakan
yaitu:
1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal
Perusahaan hanya menggunakan tarif biaya overhead
pabrik untuk pembebanan biaya overhead pabrik ke
pesanan maupun produknya dari awal proses sampai
akhir.
2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi
Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik
untuk setiap tahapan atau departemen produksi yang
ada di perusahaan. Jumlah tarif biaya overhead
pabrik tergantung dari tahapan atau departemen
produksi yang ada
3. Activity Rate / Tarif
Setiap Aktivitas Perusahaan menetapkan tarif biaya
overhead pabrik untuk setiap aktivitas yang
terjadi dalam pembuatan produknya. Cara ini
dikenal dengan Activity Based Costing (ABC).
3.3 Biaya Overhead Parbrik (Departementalisasi)
48
Adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang
disebut departemen atau pusat biaya (cost center) yang
dibebani dengan biaya overhead pabrik.
Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif
biaya overhead dihitung untuk setiap departemen produksi
dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara
departemen-departemen produksi yang ada. Oleh karena itu
departementalisasi biaya overhead pabrik memerlukan
pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen untuk
memudahkan pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi.
Departemen-departemen inilah yang merupakan pusat-pusat
biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan
prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat
untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga
pokok produk. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih
mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat
terjadinya sehingga dengan demikian akan memperjelas
tanggungjawab setiap biaya yang terjadi dalam departemen
tertentu. Dengan digunakannya tarif-tarif biaya overhead
pabrik yang berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan
atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan
dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai tarif dari
departemen yang besangkutan. Hal ini mempunyai akibat
terhadap ketelitian terhadap penentuan harga pokok produk.
3.4 Contoh Kasus
49
a) Menghitung Biaya Overhead Pabrik Tetap Dan Variabel
PT. SUKSES MAKMUR membebankan biaya overhead pada
produk dengan tarif yang telah ditentukan di muka.
Berikut ini budget dan realisasi dari biaya overhead
pabrik dalam tahun 2015.
Jenis Biaya Budget RealisasiBiaya Bahan Baku IDR 15,000,000 IDR 15,000,000Biaya Tenaga Kerja Langsung IDR 13,000,000 IDR 13,000,000Biaya Bahan Penolong IDR 3,200,000 IDR 3,250,000Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung IDR 3,900,000 IDR 3,800,000Biaya Listrik Pabrik IDR 2,275,000 IDR 2,250,000Biaya Penyusutan Gedung Pabrik IDR 1,600,000 IDR 1,600,000Biaya Penyusutan M esin Pabrik IDR 2,200,000 IDR 2,200,000Biaya Kesejahteraan Karyawan Pabrik IDR 1,900,000 IDR 2,100,000Biaya Asuransi Kesehatan IDR 1,800,000 IDR 1,750,000
Jum lah
Dari kasus ini, bisa kita hitung bahwa yang termasuk
biaya variable adalah biaya bahan penolong, biaya
tenaga kerja tidak langsung dan biaya listrik pabrik.
Dengan demikian pada kasus ini, secara budget biaya
variable dianggarkan sebesar IDR 9.375.000,- sedangkan
pada reaslisasinya tercatat sebesar IDR 9.300.000,-.
Selain biaya variable, pada kasus ini bisa di lihat
bahwa pada PT.SUKSES MAKMUR terdapat biaya overhead
pabrik yang merupakan biaya tetap yaitu Biaya
penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin
pabrik, Biaya kesejahteraan karyawan pabrik dan biaya
asuransi kesehatan. Pada kasus ini, maka bisa dihitung
bahwa biaya tetap BOP secara budget adalah sebesar IDR
50
7.500.000,- dan secara realisasinya adalah sebesar IDR
7.650.000,-
b) Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Dalam pencatatan Biaya Overhead Pabrik secara garis
besar akan melibatkan BOP yang dibebankan (BOPD), BOP
yang sesungguhnya (BOPS), dan selisih antara BOPD dan
BOPS.
PT. AYO MAJU merupakan suatu perusahaan manufactur yang
membebankan BOP berdasarkan tarif Rp 1.200,- tiap jam
kerja langsung. Data produksi BOP yang sesungguhnya
terjadi pada bulan Agustus 2015 sebagai berikut :
No Pesanan Jumlah Jam Kerja
Langsung11 4.000 jam12 3.200 jam13 2.800 jam14 3.500 jam15 1.500 jamJumlah jam kerja pada
Agustus 2015
15.000 jam
Dari tabel di atas bisa dihitung bahwa BOPD pada PT.
AYO MAJU adalah 15.000 x Rp 1.200 = Rp 18.000.000,-
51
Berbeda dengan BOPD, pada bulan agustus 2015, tercatat
BOP yang sesungguhnya terjadi pada PT. AYO MAJU adalah
sebagai berikut :
ITEM Beban BiayaBiaya tenaga kerja tidak
langsung
Rp 5.500.000,-
Biaya penyusutan mesin Rp 2.350.000,-Biaya penyusutan gedung
pabrik
Rp 1.650.000,-
Biaya listrik bag produksi Rp 4.000.000,-Biaya bahan penolong Rp 3.500.000,-Biaya produksi tidak
langsung lain-lain
Rp 1.200.000,-
Dari tabel ini bisa dilihat bahwa BOPS sebesar Rp
18.200.000,-
52
BAB IV
Studi Kasus
4.1 Analisis Terhadap Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi
CV. Abadi Jasa dalam mengelompokkan biaya bahan baku
langsung belum memisahkan
antara bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung.
Hal ini terlihat jelas pada laporan harga pokok produksi
untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 pada CV Abadi
Jasa. Dimana Perusahaan mencatat semua jumlah biaya bahan
baku langsung untuk pesanan 5.000 kalender sebesar
Perhitungan di atas memperlihatkan bahwa perusahaan
belum tepat dalam mengelompokkan biaya bahan baku langsung,
karena perusahaan masih memasukkan biaya bahan baku tidak
langsung kedalam bahan baku langsung. Bahan baku langsung
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk
selesai dan dapat ditelusiri langsung kepada produk selesai.
53
Analisis terhadap Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pengklasifikasian yang tepat akan membantu perusahaan
dalam memantau aliran biaya yang digunakan dalam proses
produksi secara tepat dan memudahkan dalam pengendalian atas
biaya yang akan dikeluarkan, begitu pula dengan biaya tenaga
kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung yang ada pada CV
Abadi Jasa, dibebankan pada setiap proses produksi. Berikut
ini merupakan perhitungan biaya tenaga kerja langsung
menurut perusahaan.
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa
perusahaan telah tepat dalam mengelompokkan biaya tenaga
kerja langsung karena tenaga kerja yang dibebankan memang
biaya tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan
produksi.
Analisis Biaya Overhead Pabrik
Selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik juga merupakan biaya yang
menjadi unsur-unsur harga pokok produksi CV. Abadi Jasa
telah mengklasifikasikan biaya overhead pabrik ke dalam54
perhitungan harga pokok produksi. Hal ini terlihat dari
laporan harga pokok produksi untuk pesanan kalender yang
telah memasukkan unsur biaya overhead pabrik. Namun biaya
yang dimasukkan sebagai biaya overhead pabrik oleh
perusahaan hanya biaya listrik, padahal biaya overhead
pabrik
dapat didefinisikan sebagai biaya tidak langsung, pekerja
tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak
dapat dibebankan langsung ke produk tersebut. Berikut ini
biaya overhead pabrik menurut perusahaan :
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa
perusahaan belum tepat dalam membebankan biaya overhead
pabrik, karena perusahaan hanya memasukkan biaya listrik
sebagai biaya overhead pabrik untuk 5.000 kalender
Rp.1.137.500,- padahal biaya overhead pabrik tidak hanya
biaya listrik saja. Berdasarkan biaya-biaya yang dihitung di
atas, dapat diketahui bahwa CV. Abadi Jasa masih belum tepat
dalam perhitungan harga produksi setiap pesanan, selisih
lebih antara perhitungan perusahaan dan perhitungan
sebenarnya terhadap pesanan 5.000 kalender sebesar Rp.
2.015.930,- dikarenakan perusahaan belum memasukkan seluruh
unsur biaya overhead pabrik yang dipakai dalam memproduksi
ketiga pesanan tersebut, seperti biaya penyusutan gedung dan
55
mesin pabrik. Selisih ini menyebabkan harga pokok produksi
lebih rendah dari seharusnya, juga mengakibatkan penetapan
harga jual yang lebih rendah karena kesalaha perusahaan
dalam perhitungan biaya overhead pabrik. Berikut ini akan
dikemukakan perbandingan laporan harga pokok produksi
menurut perusahaan dengan hasil analisis berdasarkan
Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Bahan Baku Langsung- Kertas konstruk (kalender) 16,250,000 - Kertas konstruk (kalender) 16,250,000 - Cincin (Jepit) 1,500,000 - Cincin (Jepit) 1,500,000 - Tinta 750,000 - Tinta 750,000 -M aster 750,000 - Plastik 375,000 - Tinner 150,000
Total Biaya Bahan Baku 19,775,000 Total Biaya Bahan Baku 18,500,000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung- Setting 35,000 - Setting 35,000 -Cetak Offset 1,190,000 -Cetak Offset 1,190,000 - Penjilidan 385,000 - Penjilidan 385,000
Total biaya tenaga kerja langsung 1,610,000 Total biaya tenaga kerja langsung 1,610,000
Biaya Overhead Pabrik Biaya Overhead Pabrik- Biaya Listrik 1,137,500 - Biaya Listrik 1,137,500
- M aster 750,000 -Plastik 375,000 - Tinner 150,000 - Biaya penyusutan gedung 1,311,200 - Biaya penyusutan m esin pabrik 704,730
Total Biaya Overhead Pabrik 1,137,500 Total Biaya Overhead Pabrik 4,428,430
Harga Pokok Produksi 22,522,500 Harga Pokok Produksi 24,538,430 Harga Pokok Produksi / Kalender 4,505 Harga Pokok Produksi / Kalender 4,908
Pengklasifikasian Harga Pokok Produksi Pesanan KalenderPerusahaan Hasil Analisa
56
Top Related