PERANAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of PERANAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
MAKAL
AH AGAMA
PERANAN AGAMA DALAM KHIDUPAN
MASYARAKAT
Dosen Pengampu : Drs. H. Asro’i Tohir,M.Pd
Di susun Oleh :
Bondan Winarno 125010875
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2013BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah
mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik
(takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan
senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait
dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu,
seperti naluri makan /minum, seks, berkuasa dan rasa
aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena
tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku
manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan
karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat
instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh,
mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba
dan main judi).
Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti
pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi
takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan
agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama
telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia
akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang
bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah
mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan
hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society)
adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka),
dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam
bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah
masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang interdependen (saling tergantung satu
sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan
untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
1.2 Rumusan masalah
1.Ruang Lingkup Agama
2.Fungsi dan Peran Agama Dalam Masyarakat
3.Kelestarian agama dalam masyarakat
4.Pelembagaan Agama
5.Konflik Yang Ada Dalam Agama
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas agama Islam dan menjawab pertanyaan yang ada
pada rumusan masalah.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan penyusun dan pembaca tentang
peran dan fungsi agama dalam kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
I. Ruang lingkup agama
Hubungan Agama dengan Masyarakat: Telah kita
ketahui Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan
adat istiadat yang juga berhubungan dengan masyarakat
dan agama. Dari berbagai budaya yang ada di Indonesia
dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan
masyarakat dalam melestraikan budaya. Sebagai contoh
budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi
umat hindu Bali yang sampai sekarang masih terjaga
kelestariannya. Hal ini membuktikan bahwa agama
mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai
patokan utama dari masyarakat untuk selalu menjalankan
perintah agama dan melestarikan kebudayaannya.Selain
itu masyarakat juga turut mempunyai andil yang besar
dalam melestarikan budaya, karena masyarakatlah yang
menjalankan semua perintah agama dan ikut menjaga
budaya agar tetap terpelihara.
Selain itu ada juga hubungan lainnya,yaitu menjaga
tatanan kehidupan.Maksudnya hubungan agama dalam
kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat
akan membentuk kehidupan yang harmonis,karena
ketiganya mempunyai keterkaitan yang erat satu sama
lain. Sebagai contoh jika kita rajin beribadah dengan
baik dan taat dengan peraturan yang ada,hati dan
pikiran kita pasti akan tenang dan dengan itu kita
dapat membuat keadaan menjadi lebih baik seperti
memelihara dan menjaga budaya kita agar tidak diakui
oleh negara lain.
Namun sekarang ini agamanya hanyalah sebagi symbol
seseorang saja. Dalam artian seseorang hanya memeluk
agama, namun tidak menjalankan segala perintah agama
tersebut. Dan di Indonesia mulai banyak kepercayaan-
kepercayaan baru yang datang dan mulai
mengajak/mendoktrin masyarakat Indonesia agar memeluk
agama tersebut. Dari banyaknya kepercayaan-kepercayaan
baru yang ada di Indonesia, diharapkan pemerintah
mampu menanggulangi masalah tersebut agar masyarakat
tidak tersesaat di jalannya. Dan di harapkan
masyarakat Indonesia dapat hidup harmonis, tentram,
dan damai antar pemeluk agama yang satu dengan
lainnya.
Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup :
a. Hubungan manusia dengan tuhannya
Hubungan dengan tuhan disebut ibadah. Ibadah
bertujuan untuk mendekatkan diri manusia kepada
tuhannya.
b. Hubungan manusia dengan manusia
Agama memiliki konsep-konsep dasar mengenai
kekeluargaan dan kemasyarakatan. Konsep dasar
tersebut memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran
agama mengenai hubungan manusia dengan manusia atau
disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Sebagai
contoh setiap ajaran agama mengajarkan tolong-
menolong terhadap sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau
lingkungannya.
Di setiap ajaran agama diajarkan bahwa manusia
selalu menjaga keharmonisan antara makluk hidup
dengan lingkungan sekitar supaya manusia dapat
melanjutkan kehidupannya.
Tipe-Tipe Kaitan Agama dalam Masyarakat
Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga
tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secra
utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954) :
a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan
terbelakang. Anggota masyrakat menganut agama yang
sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam
masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama.
Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain.
Sifat-sifatnya :
1. Agama memasukkan pengaruhnya yang sacral ke dalam
system nilai masyarakat secra
Mutlak
2. Dalam keadaan lain selain keluarga relatif belum
berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi
pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat
secara keseluruhan.
b. Masyarakat praindustri yang sedang berkembang.
Keadaan masyarakatnya tidak terisolasi, ada
perkembangan teknologi yang lebih tinggi darpada tipe
pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada
system nilai dalam tiap mayarakat ini, tetapi pada
saat yang sama lingkungan yang sacral dan yang sekular
itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan.
II. Fungsi dan Peran Agama Dalam Masyarakat
Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan
dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di
masyarakat yang tidak dapat dipecahakan secara
empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan
ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama
menjalankan fungsinya sehingga masyarakat
merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama
dalam masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut :
a. Fungsi edukatif.
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan
perantara petugas-petugasnya (fungsionaris) seperti
syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama
dan lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan,
khotbah, renungan (meditasi) pendalaman rohani, dsb.
b. Fungsi penyelamatan.
Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik
dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati. Jaminan
keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama.
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang
sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan
berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan
ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia
inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia
yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan
Penyucian batin.
c. Fungsi pengawasan sosial (social control)
Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu :
Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat
yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga
masyarakat.
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah
moral ( yang dianggap baik )dari serbuan destruktif
dari agama baru dan dari system hokum Negara
modern.
d. Fungsi memupuk Persaudaraan.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis
ialah kesatuan manusia-manusia yang didirikan atas
unsur kesamaan.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang
sama, seperti liberalism, komunisme, dan
sosialisme.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik
yang sama. Bangsa-bangsa bergabung dalam sistem
kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll.
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan
kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini
manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari
dirinya saja melainkan seluruh pribadinya
dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam
dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai
bersama.
e. Fungsi transformatif.
Fungsi transformatif disini diartikan dengan
mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-
nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang
lebih bermanfaat.
Sedangkan menurut Thomas F. O’Dea
menuliskan enam fungsi agama dan masyarakat yaitu:
a) Sebagai pendukung, pelipur lara, dan
perekonsiliasi.
b) Sarana hubungan transendental melalui
pemujaan dan upacara Ibadat
c) Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah
ada.
d) Pengoreksi fungsi yang sudah ada.
e) Pemberi identitas diri.
f) Pendewasaan agama.
Sedangkan menurut Hendropuspito lebih ringkas
lagi, akan tetapi intinya hampir sama.
Menurutnya fungsi agama dan masyarakat itu
adalah edukatif, penyelamat, pengawasan sosial,
memupuk persaudaraan, dan transformatif.
Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia dan masyarakat, karena agama
memberikan sebuah system nilai yang memiliki derivasi
pada norma-norma masyarakat untuk memberikan
pengabsahan dan pembenaran dalam mengatur pola
perilaku manusia, baik di level individu dan
masyarakat. Agama menjadi sebuah pedoman hidup
singkatnya. Dalam memandang nilai, dapat kita lihat
dari dua sudut pandang. Pertama, nilai agama dilihat
dari sudut intelektual yang menjadikan nilai agama
sebagai norma atau prinsip. Kedua, nilai agama
dirasakan di sudut pandang emosional yang menyebabkan
adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut
mistisme.
III. Kelestarian agama dalam masyarakat
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian
lahir pemikiran-pemikiran yang berlandaskan pada
pemikiran sekuler seperti pemikiran Max Weber yang
mengatakan bahwa pada masyarakat modern agama akan
lenyap karena pada masyarakat modern dikuasai oleh
teknologi dan birokrasi. Tetapi pemikiran tersebut itu
belum terbukti dalam kurun waktu terkhir ini. Sebagai
contoh yang terjadi di negara-negara komunis seperti
Rusia, RRC, Vietnam yang menerapkan penghapusan agama
karena tidak sesuai dengan ideologi negara tersebut,
tetapi beberapa orang berhasil mempertahankan agama
tersebut, bahkan umat beragama semakin meningkat.
Dengan mengirasionalkan agama bahwa agama adalah
sesuatu yang salah dalam pemikiran, tetapi dengan
sendirinya umat beragama dapat berpikir dan mengetahui
apa yang dipikirkan mengenai agama. Sehingga umat
beragama dapat memahami apa arti sebuah agama dam
manfaatnya.
Karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang
demikian dinamis, teori-teori lama kemudian mengalami
penyempurnaan dan revisi. Bukan pada tempatnya
membandingkan kebenaran ilmu pengetahuan dengan
kebenaran yang diperoleh dari informasi agama. Pemeluk
agama meyakini kebenaran agama sebagai kebenaran yang
bersifat kekal, sementara kebenaran ilmu pengetahuan
bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan kemampuan
pola pikir manusia. Ilmu pengetahuan sendiri sebenarnya
bisa menjadi bagian dari penafsiran nilai-nilai agama.
Sepertia yang dikatakan David Tracy bahwa ilmu
pengetahuan itu mengandung dimensi religious, karena
untuk dapat dipahami, dan diterima diperlukan
keterlibatan diri dengan soal Ketuhanan dan agama.
Tiga tipe kaitan agama dengan masyarakat:
a. masyarakat dan nilai-nilai sacralb. masyarakat-
masyarakat praindustri yang sedang berkembangc.
masyarakat-masyarakat industri sekuler
Pelembagaan agama adalah apa dan mengapa agama ada,
unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi struktur agama.
Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh
kepercayaan di dalam kehidupan sehari-hari.
Agama, konflik dan masyarakat
Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya
semakin berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di
mana-mana terutama di sejumlah desa-desa.Misalnya saja,
demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para
pelaku pariwisata, maka upacara-upacara adat yang
notabene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di
daerah-daerah.
Upacara-upacara agama suku yang selama ini ditekan
dan dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur. Anehnya
sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di kampung
yang menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi
ternyata orang yang lama tinggal di kotapun
menyambutnya dengan semangat membara. Misalnya
pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari
baik untuk melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin
menarik sebab mereka itu pada umumnya merupakan pemeluk
yang “ fanatik” dari salah satu agama monoteis bahkan
pejabat atau pimpinan agama. Jadi pada jaman sekarang
pun masih banyak sekali hal yang menghubungkan agama
dengan kepercayaan-kepercayaan seperti itu sehingga
bisa menimbulkan konflik bagi masyarakat itu sendiri.
IV. Pelembagaan Agama
Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga
untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu kaum yang
menganut agama.
Pelembagaan Agama di Indonesia yang mengurusi agamanya
1. Islam : MUI
MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah
Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama,
zu’ama, dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk
membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di
seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri
pada tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan
dengan tanggal 26 juli 1975 di Jakarta, Indonesia.
2. a. Kristen
Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) PGI
(dulu disebut Dewan Gereja-gereja di Indonesia –
DGI) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai
perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia
untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh
Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI
menyatakan bahwa tujuan pembentukannya adalah
“mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia.”
b. Katolik
Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Konferensi
Waligereja Indonesia (KWI atau Kawali) adalah
organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para
Uskup di Indonesia dan bertujuan menggalang
persatuan dan kerja sama dalam tugas pastoral
memimpin umat Katolik Indonesia. Masing-masing Uskup
adalah otonom dan KWI tidak berada di atas maupun
membawahi para Uskup dan KWI tidak mempunyai cabang
di daerah. Keuskupan bukanlah KWI daerah. Yang
menjadi anggota KWI adalah para Uskup di Indonesia
yang masih aktif, tidak termasuk yang sudah pensiun.
KWI bekerja melalui komisi-komisi yang diketuai oleh
Uskup-Uskup. Pada 2006 anggota KWI berjumlah 36
orang, sesuai dengan jumlah keuskupan di Indonesia
(35 keuskupan) ditambah seorang uskup dari Ambon
(Ambon memiliki 2 uskup)
3. Hindu : persada
Parisada Hindu Dharma Indonesia ( Parisada )
ialah: Majelis tertinggi umat Hindu Indonesia.
4. Budha : MBIMajelis Buddhayana Indonesia adalah
majelis umat Buddha di Indonesia.
Majelis ini didirikan oleh Bhante Ashin
Jinarakkhita pada hari Asadha 2499 BE tanggal 4
Juli 1955 di Semarang, tepatnya di Wihara Buddha
Gaya, Watugong, Ungaran, Jawa Tengah, dengan nama
Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI) dan
diketuai oleh Maha Upasaka Madhyantika S.
Mangunkawatja.
5. Konghucu : MATAKIN
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia
(disingkat MATAKIN) adalah sebuah organisasi yang
mengatur perkembangan agama Khonghucu di Indonesia.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1955. Keberadaan
umat beragama Khonghucu beserta lembaga-lembaga
keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini sudah
ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan
kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa
ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok
yang berlangsung sekitar abad ke-3 Masehi, Agama
Khonghucu telah menjadi salah satu di antara Tiga
Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak
zaman dinasti Han, atau tepatnya tahun 136 sebelum
Masehi telah dijadikan Agama Negara .
V. Konflik Yang Ada Dalam Agama
Dalam perjalannya sejarah, sejak kepercayaan
animisme dan dinamisme sampai monotheisme menjadi
agama yang paling banyak dianut di muka bumi ini agama
hampir selalu menciptakan perpecahan. Sebagai contoh,
dalam agama India, khususnya Hindu-Budha, agama yang
dibawa Sidharta Gautama ini merupakan rekasi dari
ekses negative yang di bawa oleh agama Hindu. Walaupun
agama Budha disebarkan dengan damai namun dapat dengan
jelas terlihat bahwa masalah pembagian kasta dalam
bingkai caturvarna menjadi masalah utama. Pada awalnya
memang pembagian kasta ini merupakan spesialisasi
pekerjaan, ada yang menjadi pemimpin agama, penguasa
dan prajurit, dan rakyat biasa. Namun, dalam
perjalannya terjadi penghisapan terutama dari pemimpin
agama, prajurit, dan penguasa terhadap rakyat jelata.
Implementasi yang salah dari caturvarna inilah yang
diprotes dengan halus oleh Budha yang pada awalnya
tidak menyebut diri mereka sebagai agama, tetapi
berfungsi menebarkan cinta kasih terhadap sesama
mahluk hidup, bukan saja manusia, tetapi juga hewan,
dan tumbuhan. Sebagai reaksi dari meluasnya pengaruh
Budha, Otoritas Hindu kemudian mengadakan pembersihan
terhadap pengaruh Budha ini. Namun demikian, karena
ajaran Budha lebih bersifat egaliter, usaha otoritas
hindu ini menemui jalan buntu, bahkan agama Bundha
sendiri dapat berkembang jauh lebih pesat dari pada
agama Hindu, dan mendapat banyak pemeluk di Negara
Tiongkok di kemudian hari.
Selain itu unsur konflik yang terbesar terjadi pula
pada pengikut agama terbesar di dunia yaitu Abraham
Religions, atau agama yang diturungkan oleh Abraham,
yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam. Tulisan ini hanya
membatasi pada penggambaran konflik di antara ketiga
agama tersebut, bukan pada konflik intern dalam
masing-masing agama tersebut. Inti dari agama-agama
Abraham ini adalah akan datang nabi terakhir yang akan
menyelamatkan dunia ini. Hal yang menjadi masalah
utama adalah tidak ada kesepakatan diantara ketiga
agama tersebut tentang siapa nabi yang akan datang
tersebut. Pihak Yahudi menyatakan belum datang nabi
terakhir itu, sedangkan pihak Nasrani mengatakan Nabi
Isa (Yesus Kristus) adalah nabi terakhir, lalu Islam
mengklaim Nabi Muhhamad sebagai nabi terakhir. Keadaan
ini kemudian semakin diperparah ketika tidak ada
pengakuan dari masing-masing agam yang masih
bersaudara tersebut. Ketika berbagai unsure non-
theologis, khususnya politik, ekonomi, dan budaya,
menyusup ke dalam masalah ini, konflik memang tidak
dapat dielakkan.
Berbagai konflik diantara agama-agama
dipaparkan secara khusus:
1. konflik antara Yahudi dan Nasrani. Walaupun
sumber konflik ini didasarkan atas kitab suci namun
justru unsur dogmatis agama ini sangat mendukung
pengambaran konflik yang terjadi. Menurut versi
Yahudi, Nasrani adalah agama yang sesat karena
menganggap Yesus sebagai mesias (juru selamat). Dalam
pandangan Yahudi sendiri Yesus adalah penista agama
yang paling berbahaya karena menganggap dirinya adalah
anak Allah, sampai akhirnya otoritas Yahudi sendiri
menghukum mati Yesus dengan cara disalibkan, sebuah
jenis hukuman bagi penjahat kelas kakap pada waktu
itu. Sedangkan menurut pandangan Kristen, umat Yahudi
adalah umat pilihan Allah yang justru menghianati
Allah itu sendiri. Untuk itu Yesus datang ke dunia
demi menyelamatkan umat tersebut dari murka Allah.
Dalam beberapa kesempatan, misalnya, ketika Yesus
mengamuk di bait Allah karena dipakai sebagai tempat
berjualan, atau dalam kasus lain yaitu penolakan orang
Israel terhadap ajaran Yesus.
2. konflik Islam-Kristen. Konflik ini pada awalnya
diilhami oleh kepercayaan bahwa Islam memandang
Nasrani sebagai agama kafir karena mempercayai Yesus
sebagai anak Allah, padahal dalam ajaran Islam Nabi
Isa (Yesus) merupakan nabi biasa yang pamornya kalah
dari nabi utama mereka Muhammad S.A.W. Konflik ini
pada awalnya hanya pada tataran kepercayaan saja,
namun ketika unsur politis, ekonomi, dan budaya masuk,
maka konflik yang bermuara pada pecahnya Perang Salib
selama beberapa abad menegaskan rivalitas Islam-
Kristen sampai sekarang. Konflik itu sendiri muncul
ketika Agama Kristen dan Islam mencapai puncak
kejayaannya berusaha menunjukkan dominasinya. Ketika
itu Islam yang berusaha meluaskan pengaruhnya ke
Eropa, mendapat tantangan dari Nasrani yang terlebih
dahulu ada dan telah mapan. Puncak pertempuran itu
sebenarnya terjadi ketika perebutan Kota Suci
Jerusalem yang akhirnya dimenangkan tentara salib.
Sebagai balasan, Islam kemudian berhasil merebut
Konstatinopel yang merupakan poros dagang Eropa-Asia
pada saat itu.
3. konflik antara Yahudi-Islam yang masih hangat
dalam ingatan kita. Konflik ini berawal dari
kepercayaan orang Yahudi akan tanah yang dijanjikan
Allah kepada mereka yang dipercayai terletak di daerah
Israel, termasuk Yerusalem, sekarang. Pasca perbudakan
Mesir, ketika orang Yahudi melakukan eksodus ke Mesir
namun kemudian malah diperbudak sampai akhirnya
diselamatkan oleh Musa, orang Yahudi kemudian kembali
ke tanah mereka yang lama, yaitu Israel. Akan tetapi,
pada saat itu orang Arab telah bermukim di daerah itu.
Didasarkan atas kepercayaan itu, kemudian orang Yahudi
mulai mengusir Orang Arab yang beragama Islam itu.
Inilah sebenarnya yang menjadi akar konflik Israel dan
Palestina dalam rangka memperebutkan Jerusalem.
Konflik ini semakin panas ketika unsure politis mulai
masuk.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan
oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah
dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial,
argumentasi rasional tentang arti dan hakikat
kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut
menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
Bukti di atas sampai pada pendapat bahwa agama
merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan
ultimate. Kemudian, pada urutannya agama yang
diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan
individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali kepada
konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana
pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan
sosial, dan individu dengan masyarakat seharusnyalah
tidak bersifat antagonis.
Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami mengharapkan
kepada pembaca agar bisa memahami dan dapat
menerangkan hubungan antara agama dan masyarakat.
Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
http://tarmujimuji.wordpress.com/2012/01/10/masyarakat-
agama/
http://bennydaniarsa.blog.fisip.uns.ac.id/2011/03/13/
agama-dan-masyarakat/