Konsep Keselamatan dalam Agama-Agama

33
“KONSEP KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA IBRAHIM (YAHUDI, KRISTEN, DAN ISLAM)” Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hubungan Antar Agama Jurusan Perbandingan Agama Semester VI Disusun oleh: Bubun Bunyamin Busro Siti Maftuhah JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

Transcript of Konsep Keselamatan dalam Agama-Agama

“KONSEP KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA IBRAHIM (YAHUDI,

KRISTEN, DAN ISLAM)”

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hubungan Antar Agama

Jurusan Perbandingan Agama Semester VI

Disusun oleh:

Bubun Bunyamin

Busro

Siti Maftuhah

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2013

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Teriring salam dan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah memberikan kami kesehatan sehingga masih bisa

menikmati segarnya udara sampai saat ini. Begitupun pada

kekasihNya yang senantiasa membagikan ilmunya pada kami

semua sampai kita bisa sampai pada abad peradaban ini,

Muhamad SAW.

Kepada kedua orang tua kami juga yang senantiasa

memberkati kami dengan doa-doa ijabahnya, sehingga kami

masih bisa menjadi salah satu generasi penerus

kesuksesan. Dan kepada bapak dosen mata kuliah yang

senantiasa memberikan ilmunya untuk menambah khazanah

keilmuan kami. Dan tidak lupa untuk semua sahabat –

sahabat yang selalu medukung kami dan senantiasa berbagi

ilmu bersama untuk menjadi insan cendikia yang bijaksana.

Terimakasih.

Tak ada sesuatu pun yang sempurna di dunia ini. Karena

itulah pasti masih banyak kekhilafan yang kami lakukan

dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran selalu kami

nantikan agar menjadi pembaikan bagi kami dalam setiap

pembelajaran hidup yang kami jalani.

i

Alhamdulillah.

Bandung, 2013

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................i

DAFTAR ISI..................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................3

1.1 Latar Belakang........................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................4

1.3 Tujuan penulisan......................................4

BAB 2 PEMBAHASAN............................................5

2.1 Yahudi................................................5

Keselamatan dalam Yudaisme (Yahudi).............................5

2.2 Kristen...............................................8

2.2.1 Keselamatan Universal..................................9

2.2.2 Konsep Keselamatan dalam Perjanjian Lama.................10

2.2.3 Konsep Keselamatan dalam Perjanjian Baru..................10

2.2.4 Konsep Keselamatan dan Perbandingannya dengan Protestan....11

Ayat-Ayat Keselamatan dalam Al Kitab.............................12

2.3 Islam................................................13

Konsep Keselamatan Dalam Islam................................13

BAB 3 PENUTUP..............................................19

3.1 Analisis.............................................19

3.2 Kesimpulan...........................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................21

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

م } ي� ق� مست� راط ال� ا ال�ص دن�� ن� }6اه� ي� ل� آ! هم ولاال�ض� لي� وب+ ع� ض� مغ� ر ال� ي� هم غ� لي� عمت� ع� ن�� ن� ا6 ي�7 د� {7{ صراط ال�“Tunjukanlah pada kami jalan yang lurus, yakni jalan orang-orang telah

engkau beri nikmat kepadanya, bukan jalan mereka yang kau murkai,

dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah: 6-7)

Dari makna ayat di atas, dapat kita ketahui bahwasanya

salah satu tujuan manusia beragama dalam menjalani

hidupnya adalah mengharapkan sebuah bimbingan Tuhan,

yakni dengan menunjukanya pada jalan yang lurus yang

penuh dengan keridhoan-Nya, sehingga mampu mencapai

nikmat dan surge yang Tuhan janjikan. Caranya adalah

dengan menjalankan syariatnya dan menjauhi larangan-

larangan yang tidak disukainya.

Islam, yang secara bahasa juga memiliki makna selamat,

damai, tenang, dan menyerahkan diri. Yakni bahwa kehidupan

manusia akan terasa damai dan tentram saat ia menyerahkan

sepenuhnya diri dan rohani ke dalam bimbingan Tuhan Yang

Maha Esa dan menjalankan ajaran RasulNya1, sehingga ia

1 Huston Smith. Agama-Agama Besar Dunia. Jakarta:: YOI. Hal: 254. Lihat juga di Yoesoef Syu’aib. Sejarah Agama-agama. Hal: 103.

4

bisa menjadi seorang manusia yang selamat dari dosa dan

kepedihan.

Dalam Kristen, studi teologi keselamatan ini dikenal

dengan soteriologi, yakni studi tentang bagaimana

keselamatan dapat dicapai dan apa saja yang memengaruhi

keselamatan, dan hasilnya. Keselamatan juga disebut

sebagai "pelepasan" atau "penebusan" dari dosa dan pengaruh

dosa. Sedang dalam Yahudi, tidak dikenal keselamatan

sebagai sebuah hal universal, namun adalah sebuah masalah

atau kepentingan pribadi, yang pertanggungjawabanya pun

bersifat pribadi.

Setiap agama memiliki doktrin dan ajaranya masing-

masing, yang dari kesemuanya itu membawa pada jalan

kebenaran menuju keselamatan. Tidak ada agama satupun di

dunia ini yang mengajarkan keburukan. Termasuk juga agama

ardhi yang dianggap bukan merupakan agama wahyu juga tetap

mengajarkan kabaikan dan cinta kasih terhadap sesame

mahluk Tuhan, sehingga dicapai sebuah kebahagiaan hidup

yang penuh dengan ketentraman menuju keselamatan dunia

dan akhirat.

Karena itulah, walaupun banyak sekali konsep-konsep

keberagamaan yang ada pada jaman sekarang ini, namun itu

tidak memungkiri bahwa banyak persamaan antara agama satu

dengan yang lainya, termasuk juga dalam konsep

5

keselamatan yang diajarkan dalam agama-agama abrahamic

yang berkembang sampai sekarang ini. Beberapa dari konsep

keselamatan itu pada kebanyakan kasus memiliki banyak

persamaan dibandingkan dengan perbedaan, karena pada

dasarnya semua agama adalah sama yakni untuk mencapai

kebahagiaan menuju surge.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep keselamatan dalam agama –agamaabrahamic (Yahudi, Kristen, Islam)?

b. Bagaimana ajaran atau doktrin-doktrin yangdiajarkan mengenai konsep keselamatan dalam agamaabrahamic?

c. Apa saja persamaan dan perbedaan dalam konsep-konsep keselamatan antara agama-agama abrahamicyang berkembang di dunia?

1.3 Tujuan penulisan

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep keselamatandalam agama –agama abrahamic (Yahudi, Kristen,Islam).

b. Untuk mengetahui bagaimana ajaran atau doktrin-doktrin yang diajarkan mengenai konsepkeselamatan dalam agama abrahamic.

c. Untuk mengetahui apa saja persamaan dan perbedaandalam konsep-konsep keselamatan antara agama-agama abrahamic yang berkembang di dunia.

6

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Yahudi

Keselamatan dalam Yudaisme (Yahudi)

Yudaisme, pada mulanya adalah sebuah agama etnis.

Karena itu, umumnya konsep-konsep keagamaan Yudaisme

berkembang dalam hubungannya dengan konsep “bangsa

pilihan” (atau “umat pilihan”).2 Demikian juga dengan

konsep keselamatan. Yudaisme menekankan keselamatan

secara nasional (bangsa), bukan individual (pribadi).

Yudaisme tidak mengenal konsep keselamatan dari dosa,

sebab, dalam Yudaisme tidak dikenal pemahaman bahwa pada

dasarnya manusia adalah berdosa. Dengan kata lain,

Yudaisme menolak pandangan “dosa warisan” dan “dosa

asal.” Yudaisme juga tidak mengenal campur tangan TUHAN

dalam memperoleh keselamatan.

Dalam Yudaisme, manusia disadari memiliki impuls-

impuls dosa, tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan

untuk melakukan perbuatan baik dan menjadi baik. Dengan

2 Berangkat dari konsep “הה הההה” (umat kesayangan) dalam Ul. 14:2 dan “הה הההה” (umat milik pusaka) dalam Ul. 9:29

7

demikian, manusia mampu untuk memilih apakah menjadi

jahat ataukah menjadi baik.

Artinya, keselamatan manusia dalam pandangan Yudaisme,

bergantung pada prilaku-prilaku dan moral manusia itu

sendiri. Manusia dapat mengupayakan sendiri

keselamatannya, bahkan ketika manusia jatuh ke dalam

dosa, manusia dapat melakukan upaya-upaya pemulihan

dengan jalan pertobatan, yang biasanya ditandai dengan

pengakuan dosa dan kurban.

Yudaisme menolak pandangan Kristen yang menyatakan

bahwa keselamatan dapat terjadi karena Kristus, sebab,

Yudaisme tidak mengenal konsep perantara antara manusia

dengan TUHAN. Bagi Yudaisme, manusia dapat langsung

berhubungan dengan TUHAN, tanpa perantara siapapun,

termasuk Kristus.

Namun, Yudaisme percaya pada konsep “penebusan.”

Kalangan Yudaisme Reform menolak bahwa penebusan itu

berkaitan dengan “sang penebus,” sebagaimana pemahaman

Kristen tentang Mesias atau Kristus. Sementara, Yudaisme

Konservatif tidak menolak kemungkinan bahwa Mesias adalah

simbol penebusan bagi umat manusia. Meski demikian,

Yudaisme Konservatif menolak jika Mesias itu adalah

Yesus, yang dipercaya oleh orang-orang Kristen.

8

Yudaisme juga fokus pada persoalan ‘Olam Hazze (dunia

ini), sehingga konsep keselamatan dikembangkan dalam

upaya menjadikan dunia ini sebagai dunia yang sesuai

dengan kehendak TUHAN. Karenanya, ketika berbicara

tentang keselamatan dalam Yudaisme, kita tidak akan

menjumpai pembahasan tentang surga dan neraka. Melainkan,

melulu berbicara tentang upaya-upaya membenahi kehidupan

di dunia.

Meski demikian, bukan berarti bahwa Yudaisme tidak

percaya dengan kehidupan yang akan datang. Dalam konsep

Yudaisme, dunia yang akan datang disebut ‘Olam Habba (dunia

yang akan datang) atau Gan Eden (Taman Eden) atau Gehinom

atau Gehenna (tempat penyucian).3

Menurut Hans Ucko, dalam Yudaisme, peran umat Allah

cukup besar dalam drama keselamatan itu. Israel berperan

dalam hal itu. Keselamatan yang Allah tawarkan kepada

Israel memang berlangsung dalam sejarah, tetapi Israel

tidak boleh hanya menjadi penontonnya; Israel harus

bersiap, memperlengkapi diri dan ikut "main" bersama4.

3 Harafiah “lembah Hinom” (Yos. 15:8; 18:16; 2Raj. 23:10; 2Taw. 28:3;33:6; Neh. 11:30; Yer. 7:31, 32; 19:2; 32:35). Orang Kristen menyebutnya “gehenna” (dari Bahasa Yunani: γεεννα), Islam

menyebutnya "م هي� Lembah ini, pada zaman dulu merupakan tempat ".ج�+pembakaran sampah dari kota4 Hans Ucko, Akar Bersama: Belajar Tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, Jakarta: Gunung Mulia, hlm. 107

9

Malaikat Tuhan melewati rumah-rumah Israel, hal itu

terjadi karena Israel telah siap untuk keselamatan dengan

menyiram pintu depan mereka dengan darah anak lembu. Dan

ketika dengan tangan yang kuat dan ter-acung, Tuhan

menyelamatkan umat-Nya dari kuasa Mesir, itu terjadi

dengan persiapan umat atas keselamatan itu. Mereka tahu

bagaimana mereka seharusnya agar juga turut menghadirkan

keselamatan itu. Mereka menyiapkan roti, yang tidak perlu

ditunggu sampai beragi, tetapi membawa tempayan adonan

dalam jubah mereka. Mereka mengangkat harta benda mereka

keluar dari Mesir, dan keselamatan terjadi. Di padang

gurun keselamatan terjadi di saat Israel mengangkat Torah

di punggungnya. Israel tidak dapat tinggal diam saja.

Keselamatan berarti sudah keluar dari Mesir dan masuk ke

dalam dunia dengan membawa Torah di punggungnya. Tanpa

jawaban Israel bahwa "segala yang difirmankan TUHAN akan

kami lakukan" (Kel. 19:8), maka tidak akan ada

keselamatan.5

Jadi keselamatan menurut tradisi Yahudi tidak terutama

sebagai suatu gagasan teologis, yang sering dihubungkan

dengan pemahaman teologis yang jelas buatan manusia.

Keselamatan bukan terutama sebagai pembebasan dari dosa

atau dari keberdosaan dunia yang jatuh ini, atau sebagai

obat melawan dosa asal. Bukan juga sebagai upaya lari5 Ibid., hlm. 108

10

atau berjuang menuju "Yang Mengatasi" semuanya itu6. Bumi

bukanlah tempat yang asing di mana manusia bukan

penghuninya. Keselamatan berarti menjadi manusia yang

dibebaskan untuk terlibat dalam dunia ini karena tidak

ada tempat yang lain; hanya bumi inilah sebagai kediaman

kita yang Tuhan ciptakan.

Keselamatan sebagai pembebasan jelas adalah suatu

penafsiran yang lain tentang keselamatan itu, yang

bersumber pada warisan tradisi Yahudi yang melihat

keselamatan sebagai keikutsetaan atau keterlibatan. Dalam

pemikiran Kristen hal ini berarti mengarahkan perhatian

pada pribadi Yesus yang tampak saat la hidup di dunia,

saat la berkotbah, bertindak dan taat beragama. Mengikut

Yesus adalah suatu keselamatan. Keselamatan menyangkut

seluruh pribadi itu dan berkaitan dengan keadilan sosial,

yaitu pembebasan dari penindasan dan penghisapan.

Keselamatan adalah suatu peristiwa menyeluruh yang

mencakup masyarakat dan struktur sosial ke dalam

rangkumannya. Etika dan keselamatan adalah dua hal yang

bertalian.7

Dalam tradisi Yahudi keselamatan tergantung pada

pertobatan ciptanya di dalam hidup semua manusia

kebenaran dan kedamaian. Para rabi mengatakan bahwa6 ibid7 ibid

11

ciptaan belum sempurna sebelum Israel, yang dibawa dari

Mesir, menerima Torah di Sinai dan memikul kuk Kerajaan

Sorga dan berjalan selaku umat Allah, dan diutus menjadi

alat mencapai kedamaian dan kebenaran. Ketika umat Allah

di kaki Gunung Sinai berkata, "Semua yang dikatakan TUHAN

akan kami lakukan," mereka menunjukkan kesiapannya

menjadi cermin Allah di dalam dunia. Karena pernyataan

sikap itu, kini keselamatan menjadi nyata.8

2.2 Kristen

Dalam kepercayaan umat kristiani, tidak ada

keselamatan di luar diri Yesus Kristus. Bahwasanya

keselamatan hanya mampu diraih jika seseorang percaya

atau mengimani penyaliban dan juga kebangkitan kristus.

Di sini bahwasanya mereka bersatu dengan Bapa dalam

mengimani iman-iman kristiani, sehingga bisa mencapai

kebahagiaan atau keselamatan. Yesus adalah penghubung

atau perantara yang mengantarkan manusia pada jalan lurus

atau keselamatan menuju kepada Keagungan Bapa. Tanpa Dia

manusia tidak akan mampu mencapai keselamatan yang

diinginkanya. Ini tercantum dalam Yohanes 14:6:”

“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang

kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.”

8 ibid

12

Selain dari itu, dalam perealitaan Yesus sebagai

Tuhan, Dia juga mendapatkan gelar sebagai epifani kasih

karunia Allah penyelamat manusia, atau dikenal dengan

sebutan “Allah penyelamat”.9 Ini bermakna bahwasanya

umat kristiani mengimani yesus hanya sebagai sebuah

lambang dari sakramen mereka, yakni sebagai Allah

penyelamat, bukan sebagai Allah pencipta. Karena pada

dasarnya pencipta sejati adalah Tuhan Bapa, yang telah

mewariskan keaguanganya pada Yesus untuk menjadi juru

selamat umat manusia dari dosa. Seperti tercantum dalam

Al kitab,

“Karena Allah begitu mengasihi manusia di dunia ini, sehingga Ia

memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya

kepada-Nya tidak binasa, melainkan mendapat hidup sejati dan kekal.”

- Yohanes 3:16

Keselamatan dalam agama Kristen secara umum memiliki

beberapa tipologi, yakni antara lain:

2.2.1 Keselamatan Universal

Keselamatan universal dapat dikatakan keselamatan ke

seluruh dunia, atau dengan kata lain, perluasan

keselamatan keluar dari batas-batas Israel. Di sini

bahwasanya keselamatan atau berita gembira (eclesia) yang

dibawa oleh Yesus sebenarnya tidak hanya diperuntukan

9 C. Groenen OFM. Sakramentologi (Ciri Sakramental, Karya penyelamatan Allah, Sejarah, Wujud dan Sturuktur). Yogyakarta: Kanisius. Hal: 92.

13

bagi umat di Israel –yang saat itu masih beragama Yahudi

saja, namun bagi seluruh umat manusia di dunia ini.

Berita tentang kedatangan seorang mesias atau penyelamat

sudah dikabarkan sejak jaman nabi Daud bahwasanya akan

datang seorang penyelamat dari keturunan Daud. Namun umat

Yahudi tetap tidak bisa menerima saat Yesus –atau nabi

Isa dalam Islam mengakui bahwa keselamatan yang dibawanya

adalah untuk semua umat manusia di dunia ini secara

universal. Sejak itu, maka Yahudi menghapuskan gelar

Mesias dalam diri Yesus, menjadi seorang pengkafir Yahudi,

karena mengajarkan ajaran baru yang mereka anggap tidak

bersesuaian dengan ajaran yang Yahudi yang diajarkan para

Rabbi saat itu.

Seperti halnya agama islam, ajaran keselamatan Yesus

ini juga pada permulaanya bersifat universal seperti yang

diungkapkan Yesus. Namun pasca dari kewafatan Yesus,

yakni decade saat munculnya keimanan Kristen yang

disebarluaskan oleh kedua belas – yang satu berkhianat

murid Yesus, konsep keimanan kristiani berubah, apalagi

setelah konsili Nicea yang ke 2, yang akhirnya melahirkan

sebuah paham kristiani yang berbeda antara Timur dan

Barat. Dari sana, bahwa konsep universal tentang

keselamatan dalam Kristen menjadi semakin memiliki makna

yang sempit.

14

2.2.2 Konsep Keselamatan dalam Perjanjian Lama

Dalam perjanjian lama, yang merupakan revisi dari

kitab Taurat yang dibawa Musa, di dalamnya terdapat lima

konsep keselamatan yang memiliki makna yang sangat luas

dan dalam-cukup untuk menanggulangi semua akibat dosa

dalam alam semesta ciptaan Tuhan. Penyelamatan itu yakni

bersifat:

- Pribadi dan social

- Rohani dan jasmani

- Politis dan ekonomis

- Manusiawi dan ekologis

- Lokal dan Kosmik

- Sekarang dan Esok.

Allah sebagai Juruselamat memenuhi setiap dimensi

kehidupan manusia. Keselamatan dalam Perjanjian Lama,

mempunyai unsur-unsur baik yang tertuju kepada manusia

maupun yang tertuju kepada Allah. Keselamatan bukan hanya

semata mengenai kehidupan kekal setelah kematian

melainkan juga keselamatan secara fisik. Intinya dalam

Perjanjian Lama-secara keseluruhan menunjukkan akan

betapa dalam dan besarnya kebutuhan dan dosa manusia.10

10 http://httpcharis.blogspot.com/2012/10/konsep-teologis-keselamatan-dalam.html. diakses pada Jum’at, 12 Apriel 2013, pukul: 22.43 WIB.

15

2.2.3 Konsep Keselamatan dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru tema keselamatan merupakan salah

satu yang menonjol terutama dalam tulisan-tulisan Paulus.

Yesus dalam pengajarannya mengecam terhadap seseorang

yang membenarkan dirinya sendiri. Misalnya saja seperti

dalam Lukas 18:9-14 mengenai orang farisi dan pemungut

cukai dan Lukas 16:15 mengenai orang farisi yang merasa

dirinya benar akibat perbuatannya. Yesus sangat

menginginkan agar manusia dapat mencari kebenaran namun

tidak dengan usaha sendiri. Pembenaran itu hanya bisa

dicapai melalui pertobatan di dalam kerendahan hati.

Paulus pun sangat menentang pemahaman bahwa seseorang

dapat diselamatkan karena perbuatannya. Paulus menolak

pemahaman bahwa seseorang bisa diselamatkan melalui Hukum

Taurat dan tradisi-tradisinya (sunat, kurban, dan

sebagainya.

Dalam bahasa Ibrani kata kebenaran adalah sedaqa, dapat

pula berarti kelepasan. Terjemahan kebenaran dalam konsep

Ibrani ke dalam PB yaitu dikaiosune. Dari sisi manusia

dikaiousune ialah tindakan manusia yang sesuai dengan

kehendak Allah. Sedangkan dari sisi Allah ialah tindakan

Allah yang membenarkan manusia. Menurut Paulus kebenaran

Allah merupakan cara Allah untuk menilai manusia.

Kebenaran itu seharusnya merupakan “status pribadi”.

16

Bangsa-bangsa non Yahudi memperoleh kebenaran walaupun

mereka tidak mengejarnya sedangkan bangsa Israel tidak.

Hal ini terjadi karena bangsa Israel mengejar kebenaran

itu melalui perbuatan bukan melalui iman.11

2.2.4 Konsep Keselamatan dan Perbandingannya dengan Protestan

Berbeda dengan kelompok khatolik yang tradisional atau

klasik, dalam keyakinan protestan terdapat beberapa

pemikiran baru tentang konsep keselamatan dalam agama

Kristen pembaharuan ini.

Menurut Lutherian, bahwasanya manusia tidak memiliki

hak apapun dalam menentukan kehidupanya. Bahwa

keselamatan semuanya telah ditentukan oleh Tuhan

semata. Manusia seberapa besarpun usahanya untuk

mendapatkan anugerah atau keselamatan, saat Tuhan

tidak menghendakinya, maka ia tak akan mampu untuk

meraihnya, karena semuanya ada dalam kehendak yang

Tuhan tentukan.

Menurut Calvinisme, yang pemikiranya merupakan

modernisasi dari pemikiran Luther. Menurutnya bahwa

keselamatan memang datang dari Tuhan, dan merupakan

hak mandiri Tuhan. Namun pada realitanya,

keselamatan itu diberikan khusus pada manusia

pilihan Tuhan yang telah dipilih oleh Tuhan,

11 http://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan_%28Kristen%29. Diakses pada tanggal 12 April 2013, pukul: 19.30 WIB.

17

sehingga manusia tetap tidak memiliki kebebasan

kehendak dalam menentukan atau meminta anugerah yang

diinginkanya, karena semuanya tetap hak preogratif

Tuhan.

Sedangkan menurut Arimianisme, yakni penentanag

Calvin bahwa keselamatan itu adalah kehendak Tuhan

semata, dan memang pada dasarnya merupakan kehendak

dari hak preogratif Tuhan. Namun walaupun seperti

itu, manusia tetap memiliki kebebasan kehendak untuk

memilih antara yang baik dan yang buruk. Jadi tidak

selamanya anugerah yang dicurahkan Tuhan adalah

karena kehendak yang seutuhnya dari Tuhan, namun

bisa merupakan balasan atas perlakuan-perlakuan baik

yang dilakukan manusia sehingga bisa mempengaruhi

Tuhan untuk memberikan kehendaknya.

Ayat-Ayat Keselamatan dalam Al Kitab

Selain dari beberapa tipologi dari macam-macam konsep

keselamatan dalam agama Kristen, di sini akan sedikit

ditulis beberapa dari ayat-ayat keselamatan yang ada

dalam Al kitab, sehingga menjadi sumber-sumber ajaran

oleh umat kristiani. Beberapa dari ayat-ayat keselamatan

itu antara lain12:

Roma 3: 23

12 http://www.wordproject.org/verses/id/salvation.htm. diakses tanggal 12 April 12, 2013. Pukul: 20.22 wib.

18

“Semua orang sudah berdosa dan jauh dari Allah yang hendak

menyelamatkan mereka.”

Roma 10:9,10,13

“Sebab kalau Saudara mengaku dengan mulutmu bahwa "Yesus itu

Tuhan", dan Saudara percaya dalam hatimu bahwa Allah sudah

menghidupkan Yesus dari kematian, maka Saudara akan selamat. Karena

dengan hatinya orang percaya, sehingga Allah menerima dia sebagai

orang yang berbaik dengan Allah. Dan dengan mulutnya orang

mengaku, sehingga ia diselamatkan. Dalam Alkitab tertulis, "Semua

orang yang berseru kepada Tuhan, akan selamat."

Efesus 2:8,9

“Allah mengasihi kalian, itu sebabnya Ia menyelamatkan kalian karena

kalian percaya kepada Yesus. Keselamatan kalian itu bukanlah hasil

usahamu sendiri. Itu adalah anugerah Allah. Jadi, tidak ada seorang pun

yang dapat menyombongkan dirinya mengenai hal itu.”

Kisah Rasul-rasul 16:31

“Paulus dan Silas menjawab, "Percayalah kepada Tuhan Yesus! Engkau

akan selamat--engkau dan semua orang yang di rumahmu!"

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al kitab yang

mengungkapkan tentang keselamatan atas nama Yesus.

19

2.3 Islam

Konsep Keselamatan Dalam IslamIslam mempercayai untuk masuk ke dalam kehidupan yang

kekal dalam kebahagiaan, atau yang dikenal dengan surga,

jalannya sangat sulit sehingga kadang digambarkan seperti

melewati titian rambut dibelah tujuh tapi syaratnya

memang sederhana yaitu mengimani Allah SWT sebagai tuhan

dan Muhammad saw sebagai NabiNya. Ajaran islam juga

mengharuskan umatnya mengikuti perintah-perintah yang

telah diperintahkan Allah SWT dan Nabi Muhammad saw.

Secara singkat, konsep keselamatan islam ada 2 hal yaitu:

Rukun Iman Percaya keberadaan Allah Percaya keberadaan Malaikat Percaya Kitab-kitabnya Percaya kepada para utusan-Nya Percaya adanya hari kiamat Percaya adanya Takdir

a.      Rukun Islam Kalimat Syahadat Shalat 5 Waktu Melaksanakan Zakat Berpuasa di bulan Ramadhan Naik Haji bila mampu

Menurut ajaran islam, dengan menaati kedua hal

tersebut maka akan menuntun manusia ke jalan yang benar.

Sedangkan nanti jika tiba pada hari kiamat, manusia akan

20

mempertanggungjawabkan perbuatanya. Akan ada yang lansung

ke neraka atau ke surga, tapi ada juga yang harus

melewatu ujian. Dimana jika gagal melaksanakan ujian,

manusia akan masuk neraka sementara waktu sampai

hukumannya setimpal dengan perbuatan jahatnya sebelum

dipersilahkan masuk ke surga.

Menurut Agama Islam konsep keselamatan adalah beriman

kepada Allah dan mengerjakan amal sholeh. Q.S. Al

Bayyinah (98).

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi

Tuhan mereka ialah surga 'Ada yang mengalir di bawahnya sungai-

sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap

mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah

(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”

 Al Qur’an menyatakan bahwwa keselamatan adalah hasil

sinergi antara iman dan amal manusia (Qs baqarah 25).

Agama Islam memaknai keselamatan manusia merupakan hasil

upaya manusia dalam menghasilkan amalan-amalan yang

diperbuat dari manusia itu sendiri yang pada akhirnya

ditentukan oleh Allah. Masing-masing hasil amalan sebagai

upaya manusia melakukan perintah (Pahala) dan menghindari

larangan Allah (menghindari Dosa) inilah yang menentukan

keselamatannya yaitu Surga atau Neraka. Agar masuk surga,

selain dengan memeluk agama Islam, umat Muslim juga

21

diharuskan menjalankan perintah agama, dan melaksanakan

rukun Islam.

Ajaran islam meletakkan tatanan kehidupan negara dan

masyarakat yang berpijak pada kebenaran hakiki (hukum

Allah dan Rasul-Nya). Dengan pola pijakan keadilan dan

ihsan. Pijakan tersebut akan menggerakan pada semua aspek

perjuangan hidupnya baik ekonomi maupun hukum serta sains

dan teknologi demikian pula kehidupan pemerintah dan

sosial kemasyarakatan, sehingga terbangun tatanan

silaturahmi (interaksi islam) dengan pola kehidupan yang

memuaskan serta memberi nilai tambah kemanusiaan yang

hakiki yakni kehormatan. Tatanan kehidupan inilah yang

disebut menyelamatkan, dan tentunya searah dengan arti

Islam. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

 Pola dan sistem Islam terbangun untuk kemaslahatan

manusia dan alam lingkungannya, sehingga diperoleh

kehormatan serta kebahagiaan kehidupannya. Hal ini

sejalan dengan perintah Allah SWT :

”(Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl : 90).

Perintah Allah tersebut, hendaknya dapat ditegakkan

pada semua aspek tatanan kehidupan bernegara, berbangsa

dan bermasyarakat. Sehingga sosial ekonomi, hukum dan

22

pemerintahan bergerak secara positif bagi kemaslahatan

kehidupan manusia dan lingkungannya yang beranjak dari

keadilan yang bernuansa kebajikan, untuk kehidupan yang

penuh rasa syukur dan keharmonisan pada semua kegiatan,

yang pada akhirnya akan membuahkan hasil bagi semua

manusia rasa memperoleh kehormatan dan kehidupan yang

membahagiakan. Itulah sebabnya dikatakan Islam membawa

Rahmat itu akan dirasai pula oleh mereka di luar Islam.

Tidakkah kehidupan dewasa ini penuh dengan penyimpangan

dan bahkan dapat dikatakan manusia banyak yang hilang

kehormatannya karena melakukan perbuatan yang hina

(menipu, merampok, dan bahkan membunuh) semua itu jika

ditelusuri, karena mereka tidak harmonis dan tidak

memperoleh kepuasan dalam kehidupannya, dan penyebab dari

ketidak puasan itu adalah ketidak adilan dan tidak

diperolehnya kebajikan, bahkan kita hendaknya berani

menyatakan karena jauh atau lepas dari sistem Islam yang

telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Konsepsi Islam sebenarnya untuk menyelamatkan manusia

dan alamnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Sabda Rasulullah SAW tersebut dibuktikan oleh Umar bin

Khattab, saat mencapai kesuksesan yang demikian

mengagumkan ( kesejahteraan ekonomi, keamanan dan

keadilan, serta penguasaan Palestina dan berbagai belahan

dunia ) saat diberi pujian, beliau menjawab sesungguhnya

23

yang hebat dan seharusnya kalian kagumi adalah konsepsi

Islam. Sesungguhnya kalian akan terhormat dan disegani

jika benar-benar berpijak pada Islam dan sebaliknya,

kalian akan hina karena melepaskan pijakan Islam. Hal ini

sebaliknya bagi penganut ajaran agama lain.

Dari aspek Iptek, Islam telah mengantar perubahan

peradaban manusia dengan berbagai temuan dan terapan

berbagai ilmu pengetahuan dasar, sehingga berbagai

permasalahan manusia dapat teratasi. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Al-Ghazali, perkembangan IPTEK setiap

hari mengukuhkan keyakinan kita akan kebenaran Nas Al-

Qur’an yang telah meletakkan fikiran manusia pada iklim

saintifik serta membentangkan kondisi-kondisi yang

diperlukan. Obyek Al-Qur’an adalah untuk membentuk

manusia dalam melaksanakan tanggung jawab kekhalifahan,

memakmurkan bumi melalui penyingkapan sunnah, penguasaan

dan penggunaan serta berurusan baik bersama Al-Qur’an.

Orang mu’min dituntut untuk berfikir, melihat perubahan

yang terjadi dan melakukan percobaan serta

memanfaatkannya untuk kemaslahatan manusia (motivasi amal

sholeh) sehingga terdapat perbedaan mendasar dengan

motivasi dan perilaku orang-orang kafir.

Adapun aspek posisi umat islam, tentunya akan kembali

kepada kesadaran umat islam sendiri, sejauh mana mereka

24

sadar akan Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk dijadikan

pedoman. Sebagaimana Firman Allah SWT,

Ali Imran : 164

“(sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman

ketika Allah mengutus dari mereka sendiri seorang Rasul, yang

membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa)

mereka dengan mengajarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah dan

sesungguhnya mereka sebelumnya dalam kesesatan nyata).”

Al-Fath : 28

“(Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan

agama yang hak agar dimenangkannya terhadap semua agama. Dan

cukuplah Alla sebagai saksi”

Al-Maidah : 3

“(pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah

kucukupkan kepadamu nikmat-Ku serta telah Ku-ridhai islam menjadi

agamamu).”

Sabda Rasulullah SAW

“(sesungguhnya kutinggalkan kepadamu dua perkara yang engkau tidak

akan sesat sedikitpun, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah).”

Ayat dan hadist tersebut menegaskan kesempurnaan

konsepsi islam dalam menata dan memenuhi kebutuhan hidup

dan kehidupan manusia, pada semua aspek kehidupan dunia.

Hal ini ternyata merupakan kepastian bagi keselamatan

manusia jika mereka mengikuti ketentuan-ketentuan yang

telah ditetapkan Allah SWT serta doa yang telah

25

dijabarkan dan dipraktekan oleh rasulullah saw.Kepastian

keselamatan inilah yang merupakan identitas dari Ajaran

Islam. Yakni keselamatan bagi mereka yang menerima dan

mengamalkannya. Hanya saja sejauh mana manusia

menyadarinya secara utuh, agar dapat memperoleh manfaat

atau ni’mat secara utuh pula. Hal ini telah ditegaskan

dalam firman Allah SWT:

”(Wahai orang-orang beriman masuklah ke dalam Islam secara kaffah

dan janganlah engkau mengikuti langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya dia musuh yang nyata bagimu). (Al-Baqarah : 208)

Rasulullah saw beserta sahabat-sahabatnya, terutama

khullafur rasyidin yang konsisten dengan petunjuk Allah

SWT. Sehingga kehormatan hidup mereka didambakan oleh

umat islam, Allah memberi pujiannya sebagaimana firman

Allah pada surat A-Fath ayat 29

(Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama

dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih

sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari

karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka

mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat

dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang

mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu

menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak

menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang

26

mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala

yang besar.). (Al-Fath : 29)

27

BAB 3 PENUTUP

3.1 Analisis

Persamaan dan Perbedaan konsep keselamatan antara agama

Islam, Kristen, dan Yahudi.

Agama-Agama Yahudi Islam KristenPers/

PerbedaanPenyelamat Diri sendiri dan

Nasional

Diri Sendiri dan Tuhan

beserta nabiNya

Yesus Kristus

Eskatologi Tidak percaya surge

dan neraka, namun

tetap mengakui

keberadaan tempat

lain selain dunia.

Percaya Percaya bahwa setelah

manusia bisa bersatu

dengan bapa di surge.

Penyelamat

yang akan

datang (Isa as)

Tidak Esok akan datang saat

akan kiamat, untuk

mengembalikan hukum-

hukum islam yang sudah

menyeleweng.

Tidak ada, karena

selamanya Yesus telha

dibangkitkan, dan ROh

kudus menggantikan

diriNya untuk

menggantikan peranNya

sebagai petunjuk

kehidupan umat

Kristiani.Ritual Melakukan

perbuatan, baik

berupa kurban

ataupun persembahan

Dengan melakukan apa

yang diperintahkan

oleh Tuhan dan

NabiNya, seperti rukun

Dengan melakukan

penebusan dosa, dan

juga mengimani Yesus

dna kebnagkitanya,

28

sebagai upaya

penyelamatan

kehidupan mereka.

iman dan Islam. serta ajaran yang

dibawanya.

3.2 Kesimpulan

Menurut kepercayaan Yahudi bahwa keselamatan bukan hal

yang bersifat pribadi, namun merupakan hal yang bersifat

umum (nasional), karena Yahudi memang sebuah komunitas

beragama yang bersifat komunal. Dalam agama Yahudi,

keselamatan tidak bisa diwakilkan oleh pihak atau mahluk

lain. Keselamatan bisa langsung diberikan atau meminta

pada Tuhan. Selain dari itu, untuk mendapatkankeselamatan

itu, manusia harus senantiasa melakukan hal-hal yang bisa

membuat Tuhan senang, dengan melakukan kurban atau

penebusan dosa.

Menurut konsep Kristen bahwa keselamatan hanya mampu

dicapai dengan jalan mengimani ajaran Yesus, karena hanya

Yesuslah jalan penghubung antara manusia dengan Tuhan.

Sedikit berbeda dengan protestan memang, tapi pada

dasarnya umat protestan masih tetap mempercayai bahwa

keselamatan itu ada melalui didir Yesus yang Tuhan

kirimkan untuk umat manusia di bumi ini, khususnya

Kristen.

Dan konsep keselamatan dalam agama Islam yaitu manusia

bisa selamat jika beriman dan bertaqwa ,memenuhi dan

menjalankan Rukun ISLAM (5) dan Rukun IMAN (6) . Dalam

29

hal ini manusia yang merupakan Umat Muhammad SAW sudah

pasti suatu saat di akhirat akan merasakan neraka Jahanam

yaitu tempat Umat Nabi Muhammad yang melakukan dosa.

Masuk neraka dalam arti membersihkan dosa yang ada

kemudian setelah bersih akan di tempatkan di Surga.

30

DAFTAR PUSTAKA

Al Kitab

Smith, Huston. 2008. Agama-Agama Besar Dunia. Jakarta::

YOI.

Manaf, Abdul. 1993. Sejarah Agama-agama. Semarang: IAIN

Walisongo Press.

C. Groenen OFM.1990. Sakramentologi (Ciri Sakramental, Karya

penyelamatan Allah, Sejarah, Wujud dan Sturuktur). Yogyakarta:

Kanisius.

http://httpcharis.blogspot.com/2012/10/konsep-teologis-

keselamatan-dalam.html. diakses pada Jum’at, 12 Apriel

2013, pukul: 22.43 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan_%28Kristen%29.

Diakses pada tanggal 12 April 2013, pukul: 19.30 WIB.

http://www.wordproject.org/verses/id/salvation.htm. diakses

tanggal 12 April 12, 2013. Pukul: 20.22 wib.

Dep.Agama RI. AL QURA’AN DAN TERJEMAHANNYA :1982. Jakarta

Artikel tentang pluralisme agama dalam perspektif kristen oleh Bedjo ,SE. ,M., DIV.

31