INOVASI PENINGKATAN KESELAMATAN

10
INOVASI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN LALU LINTAS BAGI PENGENDARA SEPEDA MOTOR USIA SEKOLAH SOFYAN DWI LAKSANA Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan ( MKTJ ) Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan ( PKTJ ) ABSTRAK Keselamatan lalu lintas adalah isu utama yang sangat perlu untuk disikapi secara serius. Pemerintah sudah mencanangkan rencana umum nasional keselamatan jalan periode 2011 – 2035 dengan target menurunkan tingkat fatalitas kecelakaan sampai dengan 50%. Jawa Tengah adalah Provinsi yang angka kecelakaannya termasuk tinggi, dengan kecenderungan moda sepeda motor sebagai yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, didukung oleh data bahwa usia sekolah adalah usia yang paling rawan menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Dengan fenomena dekatnya sepeda motor dengan anak sekolah, maka untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas bagi anak usia sekolah diusulkan inovasi upaya yaitu 1) Kampanye social media, 2) Inspeksi pulang sekolah, 3) Kampanye satu motor dua helm, 4) Mempopulerkan gerakan “Ngejreng, mentereng..!”. Kata kunci: keselamatan lalu lintas, sepeda motor, anak usia sekolah. ABSTRACT Traffic safety is an issue that should be taken seriously. Government already planned the strategy named: “Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan.” for the period of 2011 – 2035, targeting the reduce of accident fatality rate up to 50%. Central Java is a Province which has high accident number, with motorcycle becomes the most involved vehicle in accident, supported with data that shows school ages is the most prone to traffic accident. Within the phenomenon that shows the close connection between student and motorcycle, then to increase the traffic safety for school ages, there are innovation action to propose, which is 1) Social media campaign, 2) After school inspection, 3) One motorcycle-two helmet campaign, 4). Popularize “Conspicuous, Famous..!”. Keywords: traffic safety, motorcycle, school ages kids.

Transcript of INOVASI PENINGKATAN KESELAMATAN

INOVASI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN LALU LINTAS

BAGI PENGENDARA SEPEDA MOTOR USIA SEKOLAH

SOFYAN DWI LAKSANA

Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan ( MKTJ )

Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan ( PKTJ )

ABSTRAK

Keselamatan lalu lintas adalah isu utama yang sangat perlu untuk disikapi secara serius. Pemerintah

sudah mencanangkan rencana umum nasional keselamatan jalan periode 2011 – 2035 dengan target

menurunkan tingkat fatalitas kecelakaan sampai dengan 50%. Jawa Tengah adalah Provinsi yang angka

kecelakaannya termasuk tinggi, dengan kecenderungan moda sepeda motor sebagai yang paling banyak

terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, didukung oleh data bahwa usia sekolah adalah usia yang paling

rawan menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Dengan fenomena dekatnya sepeda motor dengan anak

sekolah, maka untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas bagi anak usia sekolah diusulkan inovasi

upaya yaitu 1) Kampanye social media, 2) Inspeksi pulang sekolah, 3) Kampanye satu motor dua helm,

4) Mempopulerkan gerakan “Ngejreng, mentereng..!”.

Kata kunci: keselamatan lalu lintas, sepeda motor, anak usia sekolah.

ABSTRACT

Traffic safety is an issue that should be taken seriously. Government already planned the strategy named:

“Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan.” for the period of 2011 – 2035, targeting the reduce of

accident fatality rate up to 50%. Central Java is a Province which has high accident number, with

motorcycle becomes the most involved vehicle in accident, supported with data that shows school ages is

the most prone to traffic accident. Within the phenomenon that shows the close connection between

student and motorcycle, then to increase the traffic safety for school ages, there are innovation action to

propose, which is 1) Social media campaign, 2) After school inspection, 3) One motorcycle-two helmet

campaign, 4). Popularize “Conspicuous, Famous..!”.

Keywords: traffic safety, motorcycle, school ages kids.

PENDAHULUAN

Keselamatan lalu lintas di Indonesia

saat ini adalah merupakan isu utama yang

perlu untuk disikapi secara serius. Menurut

rencana umum nasional keselamatan (RUNK)

jalan, yang dicanangkan oleh Pemerintah,

dapat diketahui bahwa berdasarkan laporan

yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik

Indonesia, pada tahun 2010 jumlah kematian

akibat kecelakaan telah mencapai 31.234 jiwa,

yang artinya dalam setiap 1 jam terdapat

sekitar 3 – 4 orang meninggal akibat

kecelakaan lalu lintas jalan. Hasil analisis data

kecelakaan tahun 2010 menunjukkan bahwa

kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia telah

mengakibatkan sekitar 86 orang meninggal

setiap harinya. Sebanyak 67% korban

kecelakaan berada pada usia produktif (22 –

50 tahun). Loss productivity dari korban dan

kerugian material akibat kecelakaan tersebut

diperkirakan mencapai 2,9 - 3,1% dari total

total Pendapatan Domestik Bruto (PDB)

Indonesia, atau setara dengan Rp205 – 220

trilyun pada tahun 2010 dengan total PDB

mencapai Rp7.000 trilyun. RUNK juga

memaparkan bahwa secara nasional, kerugian

akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan

mencapai 2,9 – 3,1 % dari total PDB

Indonesia. Memperhatikan hal tersebut,

keselamatan jalan sudah sewajarnya menjadi

prioritas nasional yang mendesak untuk segera

diperbaiki. Permasalahan keselamatan jalan

tidak hanya dihadapi dalam skala nasional

saja, tetapi juga menjadi masalah global.

Setiap tahun, terdapat sekitar 1,3 juta jiwa

meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau

lebih dari 3.000 jiwa per harinya. Jika tidak

ada langkah-langkah penanganan yang segera

dan efektif, diperkirakan korban kecelakaan

akan meningkat dua kali lipat setiap tahunnya.

Melengkapi data tersebut, ternyata

tingkat kecelakaan yang melibatkan anak usia

sekolah juga cukup tinggi. Antara News dalam

salah satu artikelnya yang terbit pada medio

September 2013 menuliskan bahwa

banyaknya kasus kecelakaan lalu-lintas yang

melibatkan kalangan pelajar saat ini menjadi

perhatian serius pemerintah dan semua pihak.

Kecelakaan ini akibat pelajar tidak mematuhi

peraturan lalu lintas, sehingga mereka rentan

menjadi korban dari setiap kecelakaan yang

terjadi di berbagai tempat. Laman

liputan6.com pada media September 2014

juga pernah menulis bahwa menurut data dari

World Health Organization (WHO) tahun

2011, Indonesia setiap tahunnya harus

kehilangan hingga 400 ribu nyawa anak di

bawah usia 25 tahun karena kecelakaan lalu

lintas. Angka ini setara dengan seribu

kematian remaja setiap harinya. Polda Metro

Jaya mencatat, selama tahun 2013 angka

kecelakaan di Jakarta untuk pelajar dan

mahasiswa terdiri dari 6.498 kasus dengan

jumlah korban meninggal sebanyak 95 orang,

luka berat 409 orang dan luka ringan 703

orang.

Salah satu penggiat kampanye

keselamatan transportasi, Edo Rusyanto,

melalui tulisan di laman web log nya

edorusyanto.wordpress.com memberikan

informasi mengenai keselamatan lalu lintas

dari berbagai sumber. Secara singkat dapat

disampaikan bahwa Provinsi Jawa Tengah

termasuk yang tercatat jumlah korban

kecelakaan lalu lintas meninggal dunia yang

tinggi.

Grafik 1.Grafik Jumlah Korban Laka Lantas

Meninggal Dunia

Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com - Korlantas Polri

Dari sumber yang sama juga dapat

dipaparkan bahwa sepeda motor merupakan

kendaraan yang paling banyak terlibat dalam

kecelakaan lalu lintas. Hal ini bisa jadi ada

korelasinya dengan jumlah kepemilikan

sepeda motor, dan berbagai fasilitas untuk

kemudahan kepemilikannya.

Grafik 2.Kendaraan Terlibat Kecelakaan

Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com - Korlantas Polri

Edo Rusyanto juga menyampaikan

bahwa jumlah korban kecelakaan lalu lintas

yang melibatkan anak usia sekolah (16 – 25

tahun) cukup tinggi pada tahun 2007 sampai

dengan 2009. Bahkan pada tahun 2009

menjadi yang tertinggi dari semua kelompok

umur.

Grafik 3.Pie Chart Jumlah Korban Laka Lantas Berdasarkan Usia Tahun 2007- 2009

Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com - Korlantas Polri

Laman mobil123.com pada medio

Januari 2015 juga menyampaikan bahwa

berdasarkan data dari Korlantas Mabes Polri

tahun 2014, orang-orang di antara usia 15-19

tahun adalah paling banyak mengalami

kecelakaan maupun jumlah korban tewas.

Usia 15-34 tahun yang merupakan usia paling

produktif manusia malah menyumbang jumlah

kecelakaan tertinggi.

Grafik 4.Grafik Kelompok Umur Korban Laka Lantas

Sumber: www.mobil123.com - Korlantas Polri

Dengan data dan fakta yang telah

disampaikan diatas, maka Pemerintah perlu

bertindak untuk menyelamatkan generasi

muda penerus bangsa dari bahaya kecelakaan

lalu lintas. Pemerintah perlu untuk melakukan

langkah-langkah strategis dalam bagaimana

merubah perilaku pengendara sepeda motor

dalam berlalulintas.

FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN

Menurut data dari Kementerian

Perhubungan Tahun 2010, tercatat bahwa dari

seluruh kecelakaan yang terjadi di jalan raya

pada tahun 2010, factor manusia (human

error) memiliki kontribusi paling tinggi (80-90

%) dibandingkan dengan faktor lainnya.

Hal ini dapat memberikan sedikit

kesimpulan awal bahwa sebenarnya yang

perlu untuk mendapatkan perhatian serius

terlebih dahulu adalah perilaku pengemudi.

Pengemudi perlu untuk memahami pentingnya

berkendara di jalan umum dengan

berkeselamatan, mengutamakan tidak hanya

keselamatan diri sendiri, namun juga

berempati pada keselamatan pengguna jalan

lainnya. Berikut ini adalah data yang dapat

disampaikan:

Grafik 5.Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com – Kementerian

Perhubungan

Dari grafik diatas kemudian diuraikan

kembali menurut data dari Korlantas Polri

pada tahun yang sama mengenai perliaku

manusia yang seperti apa yang paling

berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan

lalu lintas.

Tabel 1.Perilaku Manusia sebagai Faktor Penyebab

Kecelakaan Lalu Lintas

Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com - Korlantas Polri

Dari tabel 1 diatas, diketahui bahwa

kecelakaan akibat faktor manusia paling

banyak disebabkan oleh kondisi melanggar,

atau tidak tertibnya pengendara dalam

mematuhi peraturan lalu lintas.

SEPEDA MOTOR DAN ANAK

SEKOLAH

Saat ini sepeda motor menjadi salah

satu pelengkap yang hampir tidak bisa lepas

dari anak sekolah. Hal ini terlepas dari apakah

anak sekolah menggunakan sepeda motor

sebagai moda transportasi berangkat – pulang

sekolah, atau hanya sebagai moda transportasi

penunjang aktivitas diluar sekolah.

Untuk membahas mengenai sepeda

motor dalam kaitannya dengan anak sekolah,

akan dibagi menjadi dua segmen pokok

bahasan, yaitu sepeda motor sebagai

kebutuhan dan sepeda motor sebagai trend

pergaulan.

1. Sepeda motor sebagai kebutuhan:

Pada segmen ini, sepeda motor dapat menjadi

sangat vital peranannya bagi anak sekolah,

apabila jarak antara kawasan tempat tinggal

dengan lokasi sekolah cukup jauh, dan tidak

dilayani dengan transportasi umum.

Penggunaan sepeda motor dalam kaitannya

sebagai kebutuhan utama penunjang

transportasi berangkat dan pulang sekolah pun

terbagi menjadi dua, yaitu aktif dan pasif.

Pengguna aktif sepeda motor adalah anak

sekolah yang mengemudikan sendiri sepeda

motornya, sedangkan pengguna pasif adalah

anak sekolah yang membonceng, baik

dikendarai oleh orang tua, kerabat, teman

sekolah, atau yang menyewa jasa transportasi

ojek.

2. Sepeda motor sebagai trend pergaulan:

Berikutnya adalah kedudukan sepeda motor

bagi anak sekolah sebagai media penunjang

sosialisasi, pergaulan, menaikkan gengsi dan

kebanggaan. Biasanya penggunaan sepeda

motor pada segmen ini tidak melulu karena

jarak dari rumah ke sekolah jauh. Anak

sekolah di segmen ini bahkan ada yang

berasalan bahwa bila sekolah tidak naik motor,

maka tidak terlihat keren atau gaya.

Ilustrasi: Google images

Sering kita temui juga fakta bahwa

anak sekolah saat ini cenderung malas berjalan

kaki. Jarak perjalanan kurang dari satu

kilometer pun ditempuh menggunakan sepeda

motor. Hal ini tentunya dapat disimpulkan

bahwa sebenarnya pada segmen ini sepeda

motor tidak benar-benar dibutuhkan, namun

karena faktor kebiasaan dan kecenderungan

untuk malas berjalan kaki inilah yang

menyebabkan penggunaannya.

Kejadian memprihatinkan lainnya yang

dapat kita temui di Jawa Tengah, utamanya di

Kabupaten Brebes adalah sering ditemui

kejadian orangtua menghadiahkan sepeda

motor bagi anaknya karena berhasil lulus dari

pendidikan menengah pertama, atau karena

kenaikan kelas, bahkan sebelum sang anak

memiliki surat izin mengemudi (SIM).

Alasannya pun beragam, dari mulai rasa

sayang terhadap anak, sampai bahkan

ungkapan “tidak mau tersaingi” dengan

tetangga.

Hal-hal seperti telah diterangkan diatas

adala gambaran umum dari penggunaan

sepeda motor di kalangan anak usia sekolah.

Dari fenomena tersebut, perlu untuk dapat

memberikan saran sebagai upaya peningkatan

keselamatan lalu lintas bagi pengendara

sepeda motor usia sekolah, berbasis

identifikasi permasalahan dan pelanggaran

lalu lintas yang sering dilakukan oleh anak

sekolah.

PELANGGARAN LALU LINTAS

Laman koran-sindo.com pada medio

Januari 2015 menyampaikan bahwa ada

sepuluh jenis pelanggaran lalu lintas yang

paling sering terjadi, yang dapat dirangkum

pada grafik dibawah ini:

Grafik 6.10 Jenis Pelanggaran Lalu Lintas yang Paling

Sering Terjadi

Sumber: www.koran-sindo.com – Korlantas Polri

Dari grafik diatas maka dapat diketahui

bahwa pelanggaran yang dilakukan adalah

karena ketidakpedulian pengendara terhadap

keselamatan berlalu lintas.

Pelanggaran menerobos lampu merah

merupakan pelanggaran dengan prosentase

tertinggi. Hal ini sangat aneh, mengingat

bahwa lampu merah, atau yang juga secara

teknis disebut Alat Pemberi Isyarat Lalu

Lintas (APILL) adalah alat yang dipasang

pada persimpangan untuk memberi waktu

bergiliran pada lalu lintas yang datang dari

arah tertentu, agar terciptanya kondisi yang

selamat. Pelanggaran terhadap APILL berarti

memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk

celaka. Ini adalah sesuatu yang aneh. Dalam

fitrah manusia, tidak ada orang yang mau

mencelakakan diri sendiri. Tapi ternyata

dengan melihat data ini, banyak orang yang

dengan sengaja secara sadar mencelakakan

diri sendiri. Hampir sama dengan pelanggaran

tertinggi kedua, yaitu penggunaan helm, dapat

kita temui pengendara sepeda motor dengan

santainya mengendarai motor tanpa helm,

seolah-olah bebas dari resiko. Hal ini adalah

fenomena yang perlu untuk disikapi secara

serius.

Dalam kaitannya dengan pengendara

usia sekolah, perlu untuk diberikan sosialisasi

dan pembinaan mengenai pentingnya perilaku

berkeselamatan di jalan oleh semua unsur,

dimulai dari orang tua, lingkungan sekolah,

sampai dengan suplemen sosialisasi oleh pihak

pemerintah melalui media cetak, elektronik

dan sosialisasi fisik.

Ilustrasi: www.antaranews.com

USULAN PERLAKUAN

Dari berbagai pembahasan

sebelumnya, maka berikut ini adalah beberapa

terobosan yang perlu untuk dilakukan sebagai

inovasi melengkapi metode konvensional yang

selama ini telah dengan baik dilakukan, yang

dapat diusulkan untuk meningkatkan

keselamatan lalu lintas bagi anak usia sekolah.

1. Kampanye melalui social media:

Anak usia sekolah saat ini sangat lekat dengan

dunia maya. Di Jawa Tengah hampir setiap

anak yang memiliki akses ke sepeda motor,

juga memiliki akses ke smartphone yang

terhubung dengan jejaring social media. Bila

dilihat perilaku anak usia sekolah sekarang,

hampir bisa dikatakan jarang menonton

televisi. Waktu luang diluar waktu belajar

seringkali mereka gunakan untuk berinteraksi

dengan dunia maya melalui social media.

Grafik 6.Penggunaan Social Media di Indonesia

Ilustrasi: id.techinasia.com – Google images

Hal ini harus dilihat sebagai peluang bagi para

pemangku kepentingan untuk berlomba-lomba

berkampanye masuk kedalam ranah social

media dengan Bahasa kampanye yang

memang didesain menyasar langsung kepada

segmen anak usia sekolah. Bila dilihat dari

jumlah pengguna di Indonesia menurut

id.techinasia.com, Facebook menempati

peringkat pertama diikuti Whatsapp dan

Twitter pada peringkat kedua dan ketiga. Hal

ini perlu untuk dimanfaatkan dengan misalnya

membuat halaman dengan minat khusus di

Facebook mengenai keselamatan lalu lintas,

yang dapat diakses oleh semua orang terutama

anak usia sekolah, berisikan konten video,

poster, karikatur, wallpaper atau apapun yang

bernuansa keselamatan lalu lintas.

Media lainnya juga dapat digunakan sebagai

sarana kampanye, intinya adalah bagaimana

menciptakan keselamatan lalu lintas menjadi

viral atau trend baru di social media.

Pengelolanya bisa dari para pemangku

kepentingan, seperti Kepolisian, Perhubungan,

atau bahkan dari sektor Kesehatan.

2. Inspeksi pulang sekolah:

Inspeksi pulang sekolah dapat dilaksanakan

oleh guru bersama pihak keamanan sekolah

setiap hari pada jam pulang sekolah. Yang

diperiksa adalah hal-hal yang sering menjadi

penyebab pelanggaran lalu lintas seperti : a)

SIM, b) STNK, c) Helm, d) Kelengkapan kaca

spion.

Bagi yang hasil inspeksinya lengkap, maka

diperbolehkan untuk pulang, dan bila tidak

lengkap, maka wajib untuk menunggu untuk

dicatat dalam pelanggaran resmi yang

berpengaruh terhadap poin, nilai disiplin dan

kelulusan.

Metode ini tidak akan menghalani hak para

pelajar untuk membawa sepeda motor sendiri

ke sekolah, namun dapat meningkatkan

keselamatan dan memperbaiki perilaku.

Secara preemptif akan memberi persepsi

kepada siswa untuk tertib berlalu lintas,

bahkan sebelum dirinya berangkat sekolah.

Secara preventif akan mencegah siswa

melakukan pelanggaran berlalu lintas, dan

secara represif akan menindak siswa yang

melakukan pelanggaran.

Dengan metode ini, pelajar hanya dihadapkan

pada dua pilihan, membawa sepeda motor

dengan kelengkapan sesuai peraturan

perundang-undangan, atau tidak menggunakan

sepeda motor untuk ke sekolah. Hal ini akan

berdampak pada peningkatan keselamatan dari

upaya menurunkan potensi terjadinya

kecelakaan lalu lintas.

3. Kampanye satu motor dua helm:

Hal ini dapat dilakukan diprakarsai oleh pihak

sekolah, bahwa setiap pelajar yang membawa

sepeda motor, wajib untuk membawa dua

helm. Hal ini adalah sebagai bentuk antisipasi

apabila pada saat pulang sekolah, ada rekan

yang ingin ikut membonceng. Terlepas dari

bahwa pada saat berangkat dari rumah,

pengendara hanya sendiri, tapi wajib untuk

membawa satu helm ekstra.

Tidak membawa helm ekstra harus dicatat

sebagai pelanggaran resmi yang juga dapat

mempengaruhi poin, nilai disiplin dan

kelulusan.

Hal ini juga memiliki efek yang hampir sama

dengan kegiatan sebelumnya yaitu Inspeksi

pulang sekolah, Secara preemptif akan

memberi persepsi kepada siswa untuk tertib

berlalu lintas, bahkan sebelum dirinya

berangkat sekolah. Secara preventif akan

mencegah siswa melakukan pelanggaran

berlalu lintas dengan berboncengan tanpa

helm, dan secara represif akan menindak siswa

yang melakukan pelanggaran.

Dengan metode ini, pelajar hanya dihadapkan

pada dua pilihan, membawa sepeda motor

dengan dua helm, atau tidak menggunakan

sepeda motor sama sekali untuk ke sekolah.

Hal ini akan berdampak pada peningkatan

keselamatan dari upaya menurunkan potensi

fatalitas korban bila terjadi kecelakaan lalu

lintas.

4. Mempopulerkan gerakan “Ngejreng,

mentereng..!”:

Selama ini dapat kita perhatikan bahwa

mayoritas perlengkapan sekolah seperti tas,

dan jaket bagi pelajar yang mengendarai

sepeda motor adalah berwarna gelap. Bagi

pengendara sepeda motor, warna gelap adalah

warna yang tidak dianjurkan, karena tidak

dapat menarik perhatian pengemudi lainnya di

jalan, dan hal tersebut sangat berbahaya bagi

keselamatan berlalu lintas.

Ilustrasi: gov.uk – Google images

Bagi pelajar yang mengemudikan sepeda

motornya ke sekolah, maka bidang tubuh yang

terekspos paling banyak adalah bagian dada

dan punggung. Bagian tubuh tersebut

harusnya menjadi spot yang paling banyak

dilihat oleh pengendara lain di jalan. Oleh

karena itu, sekolah perlu membuat program

“Ngejreng, mentereng..!” untuk menganjurkan

seluruh siswa menggunakan tas berwarna

cerah mencolok. Bagi yang mengendarai

sepeda motor juga wajib dilengkapi jaket

dengan warna yang juga cerah mencolok.

Hal ini memang sepertinya tidak lazim, namun

demi keselamatan lalu lintas, inovasi tetap

harus dilakukan, selama tidak melanggar

koridor tata tertib baku sekolah. Dengan

kelengkapan dan asesoris berwarna mencolok,

maka pelajar akan lebih menarik perhatian di

jalan, baik pada saat mengendarai sepeda

motor, maupun saat berjalan kaki di pinggir

jalan. Upaya ini akan membantu

meningkatkan waktu aksi reaksi pengguna

jalan lainnya di jalan.

KESIMPULAN

Keselamatan lalu lintas bagi anak usia

sekolah adalah suatu hal yang perlu untuk

menjadi perhatian khusus. Banyak upaya telah

dilakukan oleh pemerintah, dari mulai

sosialisasi yang sifatnya formal, sampai

dengan penegakan hokum oleh petugas

kepolisian melalui razia di jalan. Upaya

tersebut perlu untuk didukung dengan upaya

yang sifatnya lebih terbuka, lebih mudah

diterima oleh anak usia sekolah, sehingga

inovasi mutlak dibutuhkan, untuk

menumbuhkan kesadaran akan keselamatan

berlalu lintas di jalan.

Menawarkan kampanye social media,

inspeksi pulang sekolah, kampanye satu motor

dua helm, dan mempopulerkan gerakan

“ngejreng, mentereng..!” adalah beberapa hal

yang dapat ditawarkan utamanga kepada para

pemangku kepentingan, untk mengisi ruang

kosong strategi-strategi peningkatan

keselamatan lalu lintas, yang menyasar

langsung kepada segmen anak usia sekolah.

Dengan hal tersebut, diharapkan dapat

membantu mensukseskan program pemerintah

untuk menurunkan fatalitas kecelakaan lalu

lintas sebagaimana tertuang dalam Rencana

Umum Nasional Keselamatan Jalan 2011 –

2035.