INOVASI UPAYA PENINGKATAN KESELAMATAN LALU LINTAS
BAGI PENGENDARA SEPEDA MOTOR USIA SEKOLAH
SOFYAN DWI LAKSANA
Manajemen Keselamatan Transportasi Jalan ( MKTJ )
Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan ( PKTJ )
ABSTRAK
Keselamatan lalu lintas adalah isu utama yang sangat perlu untuk disikapi secara serius. Pemerintah
sudah mencanangkan rencana umum nasional keselamatan jalan periode 2011 – 2035 dengan target
menurunkan tingkat fatalitas kecelakaan sampai dengan 50%. Jawa Tengah adalah Provinsi yang angka
kecelakaannya termasuk tinggi, dengan kecenderungan moda sepeda motor sebagai yang paling banyak
terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, didukung oleh data bahwa usia sekolah adalah usia yang paling
rawan menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Dengan fenomena dekatnya sepeda motor dengan anak
sekolah, maka untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas bagi anak usia sekolah diusulkan inovasi
upaya yaitu 1) Kampanye social media, 2) Inspeksi pulang sekolah, 3) Kampanye satu motor dua helm,
4) Mempopulerkan gerakan “Ngejreng, mentereng..!”.
Kata kunci: keselamatan lalu lintas, sepeda motor, anak usia sekolah.
ABSTRACT
Traffic safety is an issue that should be taken seriously. Government already planned the strategy named:
“Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan.” for the period of 2011 – 2035, targeting the reduce of
accident fatality rate up to 50%. Central Java is a Province which has high accident number, with
motorcycle becomes the most involved vehicle in accident, supported with data that shows school ages is
the most prone to traffic accident. Within the phenomenon that shows the close connection between
student and motorcycle, then to increase the traffic safety for school ages, there are innovation action to
propose, which is 1) Social media campaign, 2) After school inspection, 3) One motorcycle-two helmet
campaign, 4). Popularize “Conspicuous, Famous..!”.
Keywords: traffic safety, motorcycle, school ages kids.
PENDAHULUAN
Keselamatan lalu lintas di Indonesia
saat ini adalah merupakan isu utama yang
perlu untuk disikapi secara serius. Menurut
rencana umum nasional keselamatan (RUNK)
jalan, yang dicanangkan oleh Pemerintah,
dapat diketahui bahwa berdasarkan laporan
yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik
Indonesia, pada tahun 2010 jumlah kematian
akibat kecelakaan telah mencapai 31.234 jiwa,
yang artinya dalam setiap 1 jam terdapat
sekitar 3 – 4 orang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas jalan. Hasil analisis data
kecelakaan tahun 2010 menunjukkan bahwa
kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia telah
mengakibatkan sekitar 86 orang meninggal
setiap harinya. Sebanyak 67% korban
kecelakaan berada pada usia produktif (22 –
50 tahun). Loss productivity dari korban dan
kerugian material akibat kecelakaan tersebut
diperkirakan mencapai 2,9 - 3,1% dari total
total Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
Indonesia, atau setara dengan Rp205 – 220
trilyun pada tahun 2010 dengan total PDB
mencapai Rp7.000 trilyun. RUNK juga
memaparkan bahwa secara nasional, kerugian
akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan
mencapai 2,9 – 3,1 % dari total PDB
Indonesia. Memperhatikan hal tersebut,
keselamatan jalan sudah sewajarnya menjadi
prioritas nasional yang mendesak untuk segera
diperbaiki. Permasalahan keselamatan jalan
tidak hanya dihadapi dalam skala nasional
saja, tetapi juga menjadi masalah global.
Setiap tahun, terdapat sekitar 1,3 juta jiwa
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau
lebih dari 3.000 jiwa per harinya. Jika tidak
ada langkah-langkah penanganan yang segera
dan efektif, diperkirakan korban kecelakaan
akan meningkat dua kali lipat setiap tahunnya.
Melengkapi data tersebut, ternyata
tingkat kecelakaan yang melibatkan anak usia
sekolah juga cukup tinggi. Antara News dalam
salah satu artikelnya yang terbit pada medio
September 2013 menuliskan bahwa
banyaknya kasus kecelakaan lalu-lintas yang
melibatkan kalangan pelajar saat ini menjadi
perhatian serius pemerintah dan semua pihak.
Kecelakaan ini akibat pelajar tidak mematuhi
peraturan lalu lintas, sehingga mereka rentan
menjadi korban dari setiap kecelakaan yang
terjadi di berbagai tempat. Laman
liputan6.com pada media September 2014
juga pernah menulis bahwa menurut data dari
World Health Organization (WHO) tahun
2011, Indonesia setiap tahunnya harus
kehilangan hingga 400 ribu nyawa anak di
bawah usia 25 tahun karena kecelakaan lalu
lintas. Angka ini setara dengan seribu
kematian remaja setiap harinya. Polda Metro
Jaya mencatat, selama tahun 2013 angka
kecelakaan di Jakarta untuk pelajar dan
mahasiswa terdiri dari 6.498 kasus dengan
jumlah korban meninggal sebanyak 95 orang,
luka berat 409 orang dan luka ringan 703
orang.
Salah satu penggiat kampanye
keselamatan transportasi, Edo Rusyanto,
melalui tulisan di laman web log nya
edorusyanto.wordpress.com memberikan
informasi mengenai keselamatan lalu lintas
dari berbagai sumber. Secara singkat dapat
disampaikan bahwa Provinsi Jawa Tengah
termasuk yang tercatat jumlah korban
kecelakaan lalu lintas meninggal dunia yang
tinggi.
Grafik 1.Grafik Jumlah Korban Laka Lantas
Meninggal Dunia
Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com - Korlantas Polri
Dari sumber yang sama juga dapat
dipaparkan bahwa sepeda motor merupakan
kendaraan yang paling banyak terlibat dalam
kecelakaan lalu lintas. Hal ini bisa jadi ada
korelasinya dengan jumlah kepemilikan
sepeda motor, dan berbagai fasilitas untuk
kemudahan kepemilikannya.
Grafik 2.Kendaraan Terlibat Kecelakaan
Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com - Korlantas Polri
Edo Rusyanto juga menyampaikan
bahwa jumlah korban kecelakaan lalu lintas
yang melibatkan anak usia sekolah (16 – 25
tahun) cukup tinggi pada tahun 2007 sampai
dengan 2009. Bahkan pada tahun 2009
menjadi yang tertinggi dari semua kelompok
umur.
Grafik 3.Pie Chart Jumlah Korban Laka Lantas Berdasarkan Usia Tahun 2007- 2009
Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com - Korlantas Polri
Laman mobil123.com pada medio
Januari 2015 juga menyampaikan bahwa
berdasarkan data dari Korlantas Mabes Polri
tahun 2014, orang-orang di antara usia 15-19
tahun adalah paling banyak mengalami
kecelakaan maupun jumlah korban tewas.
Usia 15-34 tahun yang merupakan usia paling
produktif manusia malah menyumbang jumlah
kecelakaan tertinggi.
Grafik 4.Grafik Kelompok Umur Korban Laka Lantas
Sumber: www.mobil123.com - Korlantas Polri
Dengan data dan fakta yang telah
disampaikan diatas, maka Pemerintah perlu
bertindak untuk menyelamatkan generasi
muda penerus bangsa dari bahaya kecelakaan
lalu lintas. Pemerintah perlu untuk melakukan
langkah-langkah strategis dalam bagaimana
merubah perilaku pengendara sepeda motor
dalam berlalulintas.
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN
Menurut data dari Kementerian
Perhubungan Tahun 2010, tercatat bahwa dari
seluruh kecelakaan yang terjadi di jalan raya
pada tahun 2010, factor manusia (human
error) memiliki kontribusi paling tinggi (80-90
%) dibandingkan dengan faktor lainnya.
Hal ini dapat memberikan sedikit
kesimpulan awal bahwa sebenarnya yang
perlu untuk mendapatkan perhatian serius
terlebih dahulu adalah perilaku pengemudi.
Pengemudi perlu untuk memahami pentingnya
berkendara di jalan umum dengan
berkeselamatan, mengutamakan tidak hanya
keselamatan diri sendiri, namun juga
berempati pada keselamatan pengguna jalan
lainnya. Berikut ini adalah data yang dapat
disampaikan:
Grafik 5.Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas
Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com – Kementerian
Perhubungan
Dari grafik diatas kemudian diuraikan
kembali menurut data dari Korlantas Polri
pada tahun yang sama mengenai perliaku
manusia yang seperti apa yang paling
berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan
lalu lintas.
Tabel 1.Perilaku Manusia sebagai Faktor Penyebab
Kecelakaan Lalu Lintas
Sumber: www.edorusyanto.wordpress.com - Korlantas Polri
Dari tabel 1 diatas, diketahui bahwa
kecelakaan akibat faktor manusia paling
banyak disebabkan oleh kondisi melanggar,
atau tidak tertibnya pengendara dalam
mematuhi peraturan lalu lintas.
SEPEDA MOTOR DAN ANAK
SEKOLAH
Saat ini sepeda motor menjadi salah
satu pelengkap yang hampir tidak bisa lepas
dari anak sekolah. Hal ini terlepas dari apakah
anak sekolah menggunakan sepeda motor
sebagai moda transportasi berangkat – pulang
sekolah, atau hanya sebagai moda transportasi
penunjang aktivitas diluar sekolah.
Untuk membahas mengenai sepeda
motor dalam kaitannya dengan anak sekolah,
akan dibagi menjadi dua segmen pokok
bahasan, yaitu sepeda motor sebagai
kebutuhan dan sepeda motor sebagai trend
pergaulan.
1. Sepeda motor sebagai kebutuhan:
Pada segmen ini, sepeda motor dapat menjadi
sangat vital peranannya bagi anak sekolah,
apabila jarak antara kawasan tempat tinggal
dengan lokasi sekolah cukup jauh, dan tidak
dilayani dengan transportasi umum.
Penggunaan sepeda motor dalam kaitannya
sebagai kebutuhan utama penunjang
transportasi berangkat dan pulang sekolah pun
terbagi menjadi dua, yaitu aktif dan pasif.
Pengguna aktif sepeda motor adalah anak
sekolah yang mengemudikan sendiri sepeda
motornya, sedangkan pengguna pasif adalah
anak sekolah yang membonceng, baik
dikendarai oleh orang tua, kerabat, teman
sekolah, atau yang menyewa jasa transportasi
ojek.
2. Sepeda motor sebagai trend pergaulan:
Berikutnya adalah kedudukan sepeda motor
bagi anak sekolah sebagai media penunjang
sosialisasi, pergaulan, menaikkan gengsi dan
kebanggaan. Biasanya penggunaan sepeda
motor pada segmen ini tidak melulu karena
jarak dari rumah ke sekolah jauh. Anak
sekolah di segmen ini bahkan ada yang
berasalan bahwa bila sekolah tidak naik motor,
maka tidak terlihat keren atau gaya.
Ilustrasi: Google images
Sering kita temui juga fakta bahwa
anak sekolah saat ini cenderung malas berjalan
kaki. Jarak perjalanan kurang dari satu
kilometer pun ditempuh menggunakan sepeda
motor. Hal ini tentunya dapat disimpulkan
bahwa sebenarnya pada segmen ini sepeda
motor tidak benar-benar dibutuhkan, namun
karena faktor kebiasaan dan kecenderungan
untuk malas berjalan kaki inilah yang
menyebabkan penggunaannya.
Kejadian memprihatinkan lainnya yang
dapat kita temui di Jawa Tengah, utamanya di
Kabupaten Brebes adalah sering ditemui
kejadian orangtua menghadiahkan sepeda
motor bagi anaknya karena berhasil lulus dari
pendidikan menengah pertama, atau karena
kenaikan kelas, bahkan sebelum sang anak
memiliki surat izin mengemudi (SIM).
Alasannya pun beragam, dari mulai rasa
sayang terhadap anak, sampai bahkan
ungkapan “tidak mau tersaingi” dengan
tetangga.
Hal-hal seperti telah diterangkan diatas
adala gambaran umum dari penggunaan
sepeda motor di kalangan anak usia sekolah.
Dari fenomena tersebut, perlu untuk dapat
memberikan saran sebagai upaya peningkatan
keselamatan lalu lintas bagi pengendara
sepeda motor usia sekolah, berbasis
identifikasi permasalahan dan pelanggaran
lalu lintas yang sering dilakukan oleh anak
sekolah.
PELANGGARAN LALU LINTAS
Laman koran-sindo.com pada medio
Januari 2015 menyampaikan bahwa ada
sepuluh jenis pelanggaran lalu lintas yang
paling sering terjadi, yang dapat dirangkum
pada grafik dibawah ini:
Grafik 6.10 Jenis Pelanggaran Lalu Lintas yang Paling
Sering Terjadi
Sumber: www.koran-sindo.com – Korlantas Polri
Dari grafik diatas maka dapat diketahui
bahwa pelanggaran yang dilakukan adalah
karena ketidakpedulian pengendara terhadap
keselamatan berlalu lintas.
Pelanggaran menerobos lampu merah
merupakan pelanggaran dengan prosentase
tertinggi. Hal ini sangat aneh, mengingat
bahwa lampu merah, atau yang juga secara
teknis disebut Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas (APILL) adalah alat yang dipasang
pada persimpangan untuk memberi waktu
bergiliran pada lalu lintas yang datang dari
arah tertentu, agar terciptanya kondisi yang
selamat. Pelanggaran terhadap APILL berarti
memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk
celaka. Ini adalah sesuatu yang aneh. Dalam
fitrah manusia, tidak ada orang yang mau
mencelakakan diri sendiri. Tapi ternyata
dengan melihat data ini, banyak orang yang
dengan sengaja secara sadar mencelakakan
diri sendiri. Hampir sama dengan pelanggaran
tertinggi kedua, yaitu penggunaan helm, dapat
kita temui pengendara sepeda motor dengan
santainya mengendarai motor tanpa helm,
seolah-olah bebas dari resiko. Hal ini adalah
fenomena yang perlu untuk disikapi secara
serius.
Dalam kaitannya dengan pengendara
usia sekolah, perlu untuk diberikan sosialisasi
dan pembinaan mengenai pentingnya perilaku
berkeselamatan di jalan oleh semua unsur,
dimulai dari orang tua, lingkungan sekolah,
sampai dengan suplemen sosialisasi oleh pihak
pemerintah melalui media cetak, elektronik
dan sosialisasi fisik.
Ilustrasi: www.antaranews.com
USULAN PERLAKUAN
Dari berbagai pembahasan
sebelumnya, maka berikut ini adalah beberapa
terobosan yang perlu untuk dilakukan sebagai
inovasi melengkapi metode konvensional yang
selama ini telah dengan baik dilakukan, yang
dapat diusulkan untuk meningkatkan
keselamatan lalu lintas bagi anak usia sekolah.
1. Kampanye melalui social media:
Anak usia sekolah saat ini sangat lekat dengan
dunia maya. Di Jawa Tengah hampir setiap
anak yang memiliki akses ke sepeda motor,
juga memiliki akses ke smartphone yang
terhubung dengan jejaring social media. Bila
dilihat perilaku anak usia sekolah sekarang,
hampir bisa dikatakan jarang menonton
televisi. Waktu luang diluar waktu belajar
seringkali mereka gunakan untuk berinteraksi
dengan dunia maya melalui social media.
Grafik 6.Penggunaan Social Media di Indonesia
Ilustrasi: id.techinasia.com – Google images
Hal ini harus dilihat sebagai peluang bagi para
pemangku kepentingan untuk berlomba-lomba
berkampanye masuk kedalam ranah social
media dengan Bahasa kampanye yang
memang didesain menyasar langsung kepada
segmen anak usia sekolah. Bila dilihat dari
jumlah pengguna di Indonesia menurut
id.techinasia.com, Facebook menempati
peringkat pertama diikuti Whatsapp dan
Twitter pada peringkat kedua dan ketiga. Hal
ini perlu untuk dimanfaatkan dengan misalnya
membuat halaman dengan minat khusus di
Facebook mengenai keselamatan lalu lintas,
yang dapat diakses oleh semua orang terutama
anak usia sekolah, berisikan konten video,
poster, karikatur, wallpaper atau apapun yang
bernuansa keselamatan lalu lintas.
Media lainnya juga dapat digunakan sebagai
sarana kampanye, intinya adalah bagaimana
menciptakan keselamatan lalu lintas menjadi
viral atau trend baru di social media.
Pengelolanya bisa dari para pemangku
kepentingan, seperti Kepolisian, Perhubungan,
atau bahkan dari sektor Kesehatan.
2. Inspeksi pulang sekolah:
Inspeksi pulang sekolah dapat dilaksanakan
oleh guru bersama pihak keamanan sekolah
setiap hari pada jam pulang sekolah. Yang
diperiksa adalah hal-hal yang sering menjadi
penyebab pelanggaran lalu lintas seperti : a)
SIM, b) STNK, c) Helm, d) Kelengkapan kaca
spion.
Bagi yang hasil inspeksinya lengkap, maka
diperbolehkan untuk pulang, dan bila tidak
lengkap, maka wajib untuk menunggu untuk
dicatat dalam pelanggaran resmi yang
berpengaruh terhadap poin, nilai disiplin dan
kelulusan.
Metode ini tidak akan menghalani hak para
pelajar untuk membawa sepeda motor sendiri
ke sekolah, namun dapat meningkatkan
keselamatan dan memperbaiki perilaku.
Secara preemptif akan memberi persepsi
kepada siswa untuk tertib berlalu lintas,
bahkan sebelum dirinya berangkat sekolah.
Secara preventif akan mencegah siswa
melakukan pelanggaran berlalu lintas, dan
secara represif akan menindak siswa yang
melakukan pelanggaran.
Dengan metode ini, pelajar hanya dihadapkan
pada dua pilihan, membawa sepeda motor
dengan kelengkapan sesuai peraturan
perundang-undangan, atau tidak menggunakan
sepeda motor untuk ke sekolah. Hal ini akan
berdampak pada peningkatan keselamatan dari
upaya menurunkan potensi terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
3. Kampanye satu motor dua helm:
Hal ini dapat dilakukan diprakarsai oleh pihak
sekolah, bahwa setiap pelajar yang membawa
sepeda motor, wajib untuk membawa dua
helm. Hal ini adalah sebagai bentuk antisipasi
apabila pada saat pulang sekolah, ada rekan
yang ingin ikut membonceng. Terlepas dari
bahwa pada saat berangkat dari rumah,
pengendara hanya sendiri, tapi wajib untuk
membawa satu helm ekstra.
Tidak membawa helm ekstra harus dicatat
sebagai pelanggaran resmi yang juga dapat
mempengaruhi poin, nilai disiplin dan
kelulusan.
Hal ini juga memiliki efek yang hampir sama
dengan kegiatan sebelumnya yaitu Inspeksi
pulang sekolah, Secara preemptif akan
memberi persepsi kepada siswa untuk tertib
berlalu lintas, bahkan sebelum dirinya
berangkat sekolah. Secara preventif akan
mencegah siswa melakukan pelanggaran
berlalu lintas dengan berboncengan tanpa
helm, dan secara represif akan menindak siswa
yang melakukan pelanggaran.
Dengan metode ini, pelajar hanya dihadapkan
pada dua pilihan, membawa sepeda motor
dengan dua helm, atau tidak menggunakan
sepeda motor sama sekali untuk ke sekolah.
Hal ini akan berdampak pada peningkatan
keselamatan dari upaya menurunkan potensi
fatalitas korban bila terjadi kecelakaan lalu
lintas.
4. Mempopulerkan gerakan “Ngejreng,
mentereng..!”:
Selama ini dapat kita perhatikan bahwa
mayoritas perlengkapan sekolah seperti tas,
dan jaket bagi pelajar yang mengendarai
sepeda motor adalah berwarna gelap. Bagi
pengendara sepeda motor, warna gelap adalah
warna yang tidak dianjurkan, karena tidak
dapat menarik perhatian pengemudi lainnya di
jalan, dan hal tersebut sangat berbahaya bagi
keselamatan berlalu lintas.
Ilustrasi: gov.uk – Google images
Bagi pelajar yang mengemudikan sepeda
motornya ke sekolah, maka bidang tubuh yang
terekspos paling banyak adalah bagian dada
dan punggung. Bagian tubuh tersebut
harusnya menjadi spot yang paling banyak
dilihat oleh pengendara lain di jalan. Oleh
karena itu, sekolah perlu membuat program
“Ngejreng, mentereng..!” untuk menganjurkan
seluruh siswa menggunakan tas berwarna
cerah mencolok. Bagi yang mengendarai
sepeda motor juga wajib dilengkapi jaket
dengan warna yang juga cerah mencolok.
Hal ini memang sepertinya tidak lazim, namun
demi keselamatan lalu lintas, inovasi tetap
harus dilakukan, selama tidak melanggar
koridor tata tertib baku sekolah. Dengan
kelengkapan dan asesoris berwarna mencolok,
maka pelajar akan lebih menarik perhatian di
jalan, baik pada saat mengendarai sepeda
motor, maupun saat berjalan kaki di pinggir
jalan. Upaya ini akan membantu
meningkatkan waktu aksi reaksi pengguna
jalan lainnya di jalan.
KESIMPULAN
Keselamatan lalu lintas bagi anak usia
sekolah adalah suatu hal yang perlu untuk
menjadi perhatian khusus. Banyak upaya telah
dilakukan oleh pemerintah, dari mulai
sosialisasi yang sifatnya formal, sampai
dengan penegakan hokum oleh petugas
kepolisian melalui razia di jalan. Upaya
tersebut perlu untuk didukung dengan upaya
yang sifatnya lebih terbuka, lebih mudah
diterima oleh anak usia sekolah, sehingga
inovasi mutlak dibutuhkan, untuk
menumbuhkan kesadaran akan keselamatan
berlalu lintas di jalan.
Menawarkan kampanye social media,
inspeksi pulang sekolah, kampanye satu motor
dua helm, dan mempopulerkan gerakan
“ngejreng, mentereng..!” adalah beberapa hal
yang dapat ditawarkan utamanga kepada para
pemangku kepentingan, untk mengisi ruang
kosong strategi-strategi peningkatan
keselamatan lalu lintas, yang menyasar
langsung kepada segmen anak usia sekolah.
Dengan hal tersebut, diharapkan dapat
membantu mensukseskan program pemerintah
untuk menurunkan fatalitas kecelakaan lalu
lintas sebagaimana tertuang dalam Rencana
Umum Nasional Keselamatan Jalan 2011 –
2035.
Top Related