PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH ideal DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

23
PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH ideal DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Disusun oleh: Nama : Heri Ermawan NIM : 017381407 1

Transcript of PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH ideal DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH ideal

DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Disusun oleh:

Nama : Heri Ermawan

NIM : 017381407

1

2014

ABSTRAK

Perpustakaan sekolah yang ideal sangat pentingbagi proses pendidikan dan pembelajaran. Profilperpustakaan ideal setidaknya memenuhi idealitas tigapilar utama yaitu koleksi, sumber daya manusia danlayanan, serta tiga pilar pendukung yaitu saranaprasarana, kebijakan properpustakaan dan programpengembangan.

Terkait implementasi Kurikulum 2013,perpustakaan sekolah yang ideal memegang perananpenting dalam menunjang proses pembelajaran, diantaranya perpustakaan sekolah sebagai pusat sumberbelajar, wahana mengkonstruksi pengetahuan, wahanamelatih berfikir kritis analitis, dan sebagailaboratorium pembelajaran menggunakan pendekatanilmiah.

2

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merujuk pada kata ‘perpustakaan sekolah’,

banyak di antara kita yang mengaartikannya sebagai

ruang penyimpanan buku-buku pelajaran, gudang

penyimpanan buku, majalah dan surat kabar usang atau

sekedar tempat ngobrol siswa atau guru yang kebetulan

tidak ada kegiatan belajar mengajar di kelas. Mungkin

tidak salah jika ada yang berpandangan demikian,

meski tidak sepenuhnya benar. Karena memang

realitanya banyak sekolah yang menyelenggarakan

perpustakaan sekolah sekedarnya saja.

3

Kondisi semacam itu jika ditelusur lebih jauh

akan bermuara pada wawasan, cara pandang atau

paradigma stakeholder sekolah terutama pimpinan sekolah

terhadap eksistensi perpustakaan sekolah.

Perpustakaan masih dianggap sebagai fasilitas

pelengkap sebuah lembaga pendidikan bernama sekolah,

setelah ruang belajar (kelas), ruang guru dan

pimpinan sekolah, ruang tamu, laboratorium, kantin

sekolah. Layaknya sebuah pelengkap, terhadapnya minim

perhatian, pengembangan, apalagi prioritas.

Perpustakaan adalah jantungnya sekolah,

demikian jargon yang kerap kita dengar. Sebagai

jantung sekolah, perpustakaan berperan memompa darah

segar bagi proses pembelajaran yang kondusif dan

berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika

jantung sekolah tidak berfungsi dengan normal dan

baik maka organ lain pun tidak akan berfungsi dengan

baik pula. Sehingga akan mengakibatkan kematian.

Kematian yang berkonotasi tidak berfungsinya peran-

peran pendidikan dan pembelajaran dalam suatu lembaga

bernama sekolah.

Terlebih setelah pemberlakuan Kurikulum 2013

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak

tahun pelajaran 2013/2014, di mana salah satu poin

pentingnya adalah bahwa ruang kelas bukanlah satu-

satunya tempat pembelajaran. Dalam konteks ini,

4

perpustakaan sekolah memegang peran penting dalam

proses pembelajaran dan pemerolehan ilmu pengetahuan

bagi peserta didik.

Untuk itulah, selain kesiapan dan kompetensi

guru dalam pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum,

sekolah juga perlu menyiapkan konsep dan mewujudkan

suatu perpustakaan yang ideal dalam rangka menunjang

implementasi Kurikulum 2013.

B. Permasalahan

Dari latar belakang di atas dapat diajukan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil perpustakaan sekolah yang

ideal?

2. Peran apa sajakah dari perpustakaan sekolah dalam

implementasi Kurikulum 2013?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah:

1. Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana

profil perpustakaan yang ideal.

2. Untuk memberikan gambaran tentang peran

perpustakaan sekolah terkait implementasi Kurikulum

2013.

5

II

PEMBAHASAN

A. Profil Perpustakaan Sekolah Ideal

International Federation Librarian Association (IFLA) dalamSchool Library Guidelines menyebutkan bahwa misiperpustakaan sekolah adalah menyediakan informasi dangagasan yang menjadi dasar untuk membentuk masyarakatyang berbasis informasi dan ilmu pengetahuan danmerupakan sarana bagi peserta didik agar terampilsepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikiragar mereka dapat hidup sebagai warga negara yangbertanggung jawab (Sugijanto, 2009).

Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentangPerpustakaan Bab I pasal 3 menyebutkan bahwaperpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan,penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi

6

untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.Jadi, bukan sekedar berfungsi sebagai wahanapendidikan, penelitian dan informasi. Lebih jauh,perpustakaan berfungsi rekreatif yaitu sebagai arenarekreasi yang menyenangkan, nyaman, kondusif dantersedia akses segala informasi dan ilmu melaluikoleksi pustakanya.

Untuk mewujudkan misi dan fungsi perpustakaantersebut, sekolah dalam hal ini pimpinan sekolah,pustakawan atau pengelola perpustakaan harus memilikimindset atau pola pikir yang positif akan pentingnyaperpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar.Dari pola pikir, kemauan, kesepahaman, akhirnyatekad untuk merumuskan konsep dan merealisasikansuatu profil perpustakaan yang ideal di sekolahnya.

Fitri Nurhati (2010) mengemukakan bahwa

setidaknya ada tiga pilar pokok sebuah perpustakaan

ideal yaitu koleksi, sumber daya manusia (pustakawan)

dan pelayanan yang memadai. Ketiga hal tersebut dapat

dijelaskan sekilas sebagai berikut:

1. Koleksi

Koleksi perpustakaan sekolah menurut

Darmono (2004) meliputi:

a. Buku, yang dibedakan lagi atas: buku teks, buku

penunjang/pengayaan, buku fiksi (novel, puisi,

drama, cergam, komik) dan buku populer.

7

b. Koleksi Referensi, yang sebenarnya juga

berbentuk buku tetapi memiliki kekhasan dalam isi

dan penyajian. Termasuk dalam koleksi referensi

adalah: kamus, ensiklopedi, almanak, direktori,

buku tahunan, katalog, bibliografi.

c. Sumber Geografi, yang bisa berbentuk atlas,

peta, globe.

d. Terbitan Berkala/Serial, yang biasanya

berbentuk: surat kabar/Koran, majalah, tabloid,

jurnal.

e. Bahan Mikro, yang merupakan alih media dari

buku ke dalam bentuk mikro seperti mikro film dan

carik mikro.

f. Bahan Pandang Dengar (Audio Visual), berupa

video, kaset, piringan hitam, CD, VCD, Slide,

Film.

Selain koleksi tersebut, menurut

penulis, perpustakaan sekolah dapat pula dilengkapi

dengan koleksi karya siswa dan guru. Karya siswa

dapat berupa tugas-tugas siswa yang

dijilid/dibukukan seperti kliping, laporan studi

wisata, naskah drama, proposal pergelaran seni, dan

lain-lain. Sedangkan karya guru dapat berupa

proposal penelitian, laporan penelitian, makalah,

kumpulan artikel, skripsi, tesis dan lain-lain.

8

Koleksi yang lengkap dengan jumlah yang

memadai, didukung oleh luas ruangan yang cukup

leluasa untuk menampung kapasitas koleksi tersebut

akan menjadi sebuah nilai lebih bagi sebuah

perpustakaan. Namun untuk menambah koleksi juga

bukan merupakan hal yang mudah. Faktor utama yang

menjadi kendala dalam penambahan koleksi ini adalah

masalah keuangan. Namun, hal ini dapat disiasati

dengan beberapa langkah seperti :

a. Membeli buku-buku murah pada saat diadakan

pameran. Pemberian diskon sebagai harga

promosi yang dilakukan oleh banyak pernerbit

dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh

pengelola perpustakaan dalam rangka menambah

koleksi perpustakaan yang baik dan

berkualitas.

b. Menjadikan perpustakaan sebagai pusat deposit.

Setiap kegiatan sekolah yang menghasilkan

karya berupa buku, majalah, maupun karya-karya

lain yang berupa tulisan disimpan di dalam

perpustaan sebagai bahan koleksi di

perpustakaan.

c. Menjalin kerjasama dengan pihak luar, seperti

perpustakaan-perpustakaan lain yang sejenis

maupun yang tidak sejenis, pertukaran koleksi

9

dan peminjaman koleksi perpustakaan dalam

jangka waktu berkala. Selain kerjasama dengan

perpustakaan, kerjasama dengan pihak lain yang

erat kaitannya dengan buku juga dapat

dilakukan, misalnya seperti kerjasama dengan

penerbit, terutama penerbit-penerbit lokal

sehingga terjadi kerjasama yang bukan cuma

menguntungkan pihak perpustakaan sekolah,

namun juga menguntungkan pihak penerbit karena

badan usahanya semakin dikenal luas.

d. Mencari donatur buku atau bahan pustaka, baik

dari pihak pemerintah, swasta mapun donatur

pribadi. Pencarian ini dapat dilakukan melalui

tatap langsung (bertemu langsung) maupun

melalui penerlusuran di internet, dan

bergabung dengan komunitas penulis/milis

perpustakaan untuk mendapatkan kesempatan

koleksi gratis.

e. Koleksi tambahan juga dapat diperoleh melalui

penyiangan koleksi perpustakaan lain yang

sedang melakukan pembenahan, namun biasanya

koleksi perpustakaan ini merupakan buku-buku

lama yang kondisi fisik dan isinya sudah

kurang mendukung sehingga untuk mendapatkan

tambahan koleksi dari hasil penyiangan harus

benar-benar dapat memilih dan menyeleksi

10

bahan-bahan pustaka yang sesuai dan relevan

dengan perpustakaan yang bersangkutan.

2. Sumber Daya Manusia Perpustakaan

Ada dua kelompok personel atau sumber

daya manusia yang bekerja di perpustakaan, yaitu

pustakawan dan nonpustakawan. Seseorang berhak

menyandang profesi pustakawan apabila memiliki

kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan

dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai

tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan

pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Sedangkan

nonpustakawan adalah SDM yang tidak memiliki latar

belakang pendidikan perpustakaan tetapi bekerja di

perpustakaan (Anita Nusantari, 2012)

Realita di lapangan banyak perpustakaan

sekolah yang dikelola oleh nonpustakawan. Mereka

adalah guru dan/atau staf Tata Usaha yang

ditugaskan sebagai pengelola perpustakaan sekolah.

Bahkan banyak terjadi, petugas perpustakaan adalah

guru atau staf ‘bermasalah’, seperti guru yang

jumlah jam mengajarnya kurang dari ketentuan, guru

atau staf yang terlibat tindak amoral, dan

11

ironisnya mereka tanpa dibekali ilmu keperpustakaan

sama sekali. Dalam hal ini jabatan petugas atau

pengelola perpustakaan dianggap sebagai jabatan

‘hukuman’ atau sekedar ‘kompensasi’.

Kondisi demikian tentu jauh dari ideal,

sehingga peningkatan kompetensi tenaga pengelola

perpustakaan perlu diprogramkan dan dilaksanakan,

misal dengan mengikutsertakan mereka pada

pelatihan-pelatihan atau workshop keperpustakaan

yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun dengan

cara mengirimkan mereka ke kantor Perpustakaan Umum

Daerah sebagai petugas magang.

3. Pelayanan

Pelayanan atau sering disebut layanan

pada perpustakaan sekolah bertujuan agar bahan

pustaka yang telah dimiliki perpustakaan dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pemustaka

(Winarno, 2012:3).

Adapun jenis kegiatan layanan

perpustakaan sekolah, Winarno (2012:4)

membedakannya menjadi empat macam, yaitu:

a. Layanan teknis, meliputi kegiatan-kegiatan:

seleksi, pengadaan dan inventarisasi bahan

pustaka, klasifikasi, deskripsi katalog dan

perawatan bahan pustaka.

12

b. Layanan pemakai, meliputi kegiatan-kegiatan:

administrasi keanggotaan, layanan sirkulasi,

layanan referensi dan informasi, layanan baca.

c. Layanan khusus, meliputi kegiatan-kegiatan:

layanan E-library, layanan pendidikan pemakai,

layanan penerbitan dan statistik.

d. Layanan pengembangan teknologi dan informasi

(TI), meliputi kegiatan-kegiatan: pengelolaan

hardware dan pengelolaan software.

Semua jenis layanan tersebut haruslah

merupakan layanan yang cepat, tepat (menggunakan

teknologi informasi dan sistem otomasi layanan),

didukung dengan sikap pustakawan atau petugas

perpustakaan yang bersahabat (ramah, santun,

menghargai hak pemustaka) sehingga akan makin

melengkapi profil sebuah perpustakaan yang ideal.

Selain tiga pilar utama di atas, profil

perpustakaan sekolah ideal menurut hemat penulis

masih harus ditunjang oleh pilar pendukung, yaitu:

1. Sarana dan prasarana perpustakaan yang memadai

a. Gedung yang memenuhi syarat lokasi strategis

karena sebagai jantungnya sekolah, syarat

keamanan, syarat keluasan dan tata ruang.

b. Pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup

untuk keamanan, keawetan koleksi dan kenyamanan

pemustaka.

13

c. Tata ruang dan akses antarruang yang

terkoneksi dengan mudah sehingga layanan-layanan

yang diberikan lebih optimal. Setidaknya

perpustakaan sekolah memiliki ruang-ruang

penyimpanan koleksi buku, referensi, terbitan

berkala yang mudah dijangkau dan nyaman, ruang

baca, ruang adminstrasi sirkulasi, ruang kerja

kepala dan/atau petugas perpustakaan, ruang audio

visual, ruang internet, gudang dan kamar

kecil/MCK.

d. Rak buku, rak majalah, almari buku, almari

katalog dan papan pajang yang cukup dan mudah

diakses pemustaka.

f. Mebelair (meja sirkulasi, meja kerja,

meja/rak atlas, meja-kursi baca) yang cukup dan

nyaman bagi petugas dan pemustaka.

g. Alat pendingin ruang seperti AC atau kipas

angin terutama di ruang baca dan ruang kerja

petugas.

h. Alat pandang dengar seperti televisi, tape

recorder, DVD player.

i. Perangkat komputer kerja administrasi dan

otomasi sirkulasi.

j. Perangkat komputer terkoneksi internet untuk

layanan internet, e-library atau digital library.

14

k. Alat tulis kantor dan alat

kebersihan/sanitasi ruangan.

2. Kebijakan pimpinan yang properpustakaan

Kebijakan pimpinan (Kepala Sekolah) yang

properpustakaan di antaranya:

a. memiliki pola pikir positif bahwa

perpustakaan adalah jantungnya sekolah sehingga

keberadaan dan kualitasnya harus diprioritaskan,

dan ada kemauan untuk terus memajukan

perpustakaan sekolah.

b. menempatkan gedung/ruang perpustakaan di

tengah/pusat sekolah, bukan di posisi paling

belakang sehingga siswa enggan berkunjung.

c. mengupayakan petugas perpustakaan adalah

pustakawan, bukan sekedar guru atau staf

‘seadanya’ tanpa kompetensi yang memadai.

d. mengalokasikan anggaran untuk perpustakaan

sebesar 5% dari total anggaran operasional

sekolah sebagaimana diamanatkan Undang-Undang

nomor 43 tahun 2007 pasal 23 ayat 6.

3. Program pengembangan perpustakaan

Program pengembangan perpustakaan disusun oleh

pengelola perpustakaan sebagai acuan kerja untuk

jangka waktu tertentu untuk mewujudkan secara

bertahap perpustakaan sekolah yang ideal. Program

ini meliputi: program peningkatan sarana prasarana,

15

program peningkatan kompetensi SDM, program

pengembangan koleksi, program peningkatan layanan,

program peningkatan kompetensi literasi

siswa/pemustaka, dan program promosi dan kerjasama

antarlembaga

Ketercapaian pilar utama dan pendukung

sebagaiman diuraikan di atas akan menghasilkan

perpustakaan sekolah yang ideal.

B. Sekilas Kurikulum 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa

kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut,

ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013

yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014

memenuhi kedua dimensi tersebut (Lampiran

Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 dalam Tim Cipta

Media Indonesia, 2013:5a).

16

Lebih jauh disebutkan bahwa Kurikulum 2013

dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan

standar” (standard-based education) dan teori kurikulum

berbasis kompetensi (competency-based curriculum).

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi

peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk

bersikap, berpengetahuan, berketrampilan, dan

bertindak.

Atas dasar itulah, pembelajaran dalam

Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang memfasilitasi

peserta didik agar memiliki kompetensi (sikap,

pengetahuan dan keterampilan) yang memadai untuk

eksis pada abad 21 dengan bercirikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa

mencari tahu dari berbagai sumber belajar, dengan

melakukan observasi, bukan diberi tahu

2. Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan

masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan

masalah (menjawab)

3. Pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir

analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir

mekanistis (rutin)

4. Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan

kolaborasi dalam menyelesaikan masalah

(Kemendikbud, 2013:203).

17

C. Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Implementasi

Kurikulum 2013

Dari ciri pertama pada paparan di atas,

bahwa pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa

mencaritahu dari berbagai sumber belajar dengan

melakukan observasi, bukan diberitahu, maka

eksistensi perpustakaan sekolah memiliki peran yang

penting.

1. Perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar

Kurikulum 2013 menegaskan bahwa kelas bukan

satu-satunya tempat belajar, dan guru bukan satu-

satunya sumber belajar. Buku, ensiklopedi, kamus,

atlas, kliping, majalah, koran dan lain-lain,

bahkan e-book dan website di internet dapat dijadikan

sumber belajar. Itu semua terdapat dan tersedia di

perpustakaan. Tepatlah jika perpustakaan merupakan

pusat sumber belajar.

2. Perpustakaan sekolah sebagai wahana mengkonstruksi

ilmu pengetahuan

Salah satu landasan teori belajar dalam

penyusunan Kurikulum 2013 adalah konstruktivisme.

Siswa dibimbing untuk mengkonstruksi pengetahuan

baik secara mandiri/individu maupun melalui diskusi

kelompok, dengan bantuan buku panduan, pengayaan

18

maupun buku lain yang relevan yang ada di

perpustakaan.

3. Perpustakaan sekolah sebagai wahana mengembangkan

kemampuan berfikir kritis analitis

Salah satu ciri pembelajaran dalam Kurikulum

2013 adalah bahwa pembelajaran diarahkan untuk

melatih siswa berpikir kanalitis, tidak hanya

mekanistis. Berfikir analitis akan mudah terbentuk

jika siswa terbiasa dan gemar membaca buku dan

menelaah pengetahuan atau informasi yang

diperolehnya.

4. Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium

pembelajaran berpendekatan ilmiah (scientific approach)

Karakteristik utama pembelajaran dalam

Kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan ilmiah

(scientific approach) yaitu cara atau mekanisme

pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar

mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan

prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah.

Pendekatan ilmiah ini memerlukan langkah-langkah

pokok: observing (mengamati), questioning (menanya),

associating (menalar), experimenting (mencoba) dan

networking (membentuk jejaring) (Kemdikbud,

2013:203).

Kelima tahapan tersebut dapat dipraktikan

langsung di perpustakaan dengan memanfaatkan

19

fasilitas dan koleksi yang ada. Ruang baca atau

ruang audio-visual dapat disulap menjadi

laboratorium pembelajaran menggunakan scientific

approach yang rekreatif dan efektif.

20

III

PENUTUP

A. Simpulan

Perpustakaan sekolah yang ideal sangat

penting bagi proses pendidikan dan pembelajaran.

Profil perpustakaan ideal setidaknya memenuhi

idealitas tiga pilar utama yaitu koleksi, sumber daya

manusia dan layanan, serta tiga pilar pendukung yaitu

sarana prasarana, kebijakan properpustakaan dan

program pengembangan.

Terkait implementasi Kurikulum 2013,

perpustakaan sekolah yang ideal memegang peranan

penting dalam menunjang proses pembelajaran, di

antaranya perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber

belajar, wahana mengkonstruksi pengetahuan, melatih

berfikir kritis analitis, dan pembelajaran

menggunakan pendekatan ilmiah.

B. Saran

Mengingat perannya yang penting dalam proses

pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, sudah

selayaknya setiap sekolah memberikan perhatian yang

lebih pada pengembangan perpustakaannya menjadi

perpustakaan sekolah yang ideal. Kemauan dan

kebijakan pimpinan sekolah dan stake holder atau

21

pemangku kepentingan sangat dibutuhkan baik dalam

tataran mindset (pola pikir) maupun realisasinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2007. Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta. Tanpa Penerbit. Diunduh padatanggal 25 Maret 2014 dari

http://kepri.kemenag.go.id/file/file/UndangUndang/rayk1391497505.pdf

2. Darmono. 2004. Manajemen Dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta. PT.Grasindo.

3. Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

22

4. Nurhati, Fitri. 2010. Konsep Perpustakaan Ideal Untuk Sekolah. (Artikel dalam http://www.pemustaka.com/menuju-perpustakaan-sekolah-digital 2010.html) diakses pada tanggal 25 September 2014.

5. Nusantari, Anita. 2012. Strategi Pengembangan Perpustakaan. Jakarta. PT.Prestasi Pustakaraya.

6. Sugijanto dan Indarti, Yuni. 2009. Cara Praktis Mengelola Perpustakaan. Solo. PT.Era Adicitra Intermedia.

7. Winarno. 2012. Layanan Perpustakaan Berorientasi Pemustaka.Makalah Pelatihan Kepala Perpustakaan Pola 200 Jam UNY. Yogyakarta. tidak diterbitkan.

8. Tim Cipta Media Indonesia. 2013. Penyempurnaan Kurikulum 2013 Untuk Satuan Pendidikan Sekolah Tingkat Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jakarta. CV.Cipta Media Indonesia.

23