tesis - perpustakaan universitas hasanuddin

96
TESIS PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT MAKANAN TAMBAHAN (MT) TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR 8-HYDROXY-2’ DEOXYGUANOSIN (8-OHdG) PADA IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS YANG DIBERIKAN TABLET TAMBAH DARAH (IFA) THE EFFECT OF FEEDING SUPPLEMENTARY BISCUITS ON NUTRITIONAL STATUS AND 8-HYDROXY-2’ DEOXYGUANOSIN (8-OHDG) IN PREGNANT WOMEN KEK WHO WERE GIVEN TABLET ADDED BLOOD RAEHAN (P4400215007) PROGRAM STUDI MEGISTER KEBIDANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of tesis - perpustakaan universitas hasanuddin

TESIS

PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT MAKANAN TAMBAHAN (MT)TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR 8-HYDROXY-2’

DEOXYGUANOSIN (8-OHdG) PADA IBU HAMILKURANG ENERGI KRONIS YANG DIBERIKAN

TABLET TAMBAH DARAH (IFA)

THE EFFECT OF FEEDING SUPPLEMENTARY BISCUITSON NUTRITIONAL STATUS AND 8-HYDROXY-2’

DEOXYGUANOSIN (8-OHDG) IN PREGNANTWOMEN KEK WHO WERE GIVEN TABLET

ADDED BLOOD

RAEHAN

(P4400215007)

PROGRAM STUDI MEGISTER KEBIDANANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2017

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Raehan

Nim : P4400215007

Program studi : Ilmu Kebidanan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendri, bukan merupakan pengambil

alihkan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti

atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesisi ini hasil

karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi dari perbuatan tersebut.

Makassar , Agustus 2017

Yang menyatakan,

RAEHAN

ABSTRAK

Raehan, Pengaruh Pemberian biskuit Makanan Tambahan dan TabletTambah darah IFA Terhadap Status Gizi dan Kadar 8-Hidroxy-2-DeoxyGuanosin Pada Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (Dibimbing OlehVeni Hadju dan Andi Wardihan Sinrang).

Pencapaian kesehatan ibu yang optimal selama masa selamamasa kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; akses terhadappelayanan kesehatan, status gizi ibu selama hamil, keberhasilan programKIA/KB, lingkungan, sosial budaya klien yang berhubungan dengankesehatan ibu dan bayi selama masa kehamilan dan persalinan sertakemampuan ekonomi keluarga.

Jenis penelitian ini quasi ekperiment dengan rancanagn pre test-post test dengan kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini ibu hamilKEK sebanyak 40 orang dibagi mnjadi 2 kelompok, ibu yang mendapatkanbiskuit makanan tambahan dan tablet tambah darah (Kelompok Intervesi),ibu yang mendapatkan tablet IFA (Kelompok Kontrol). Perlakuan dilakukanselama 12 minggu, analisi data menggunakan uji Wilcoxon dan uji Tindependent.

Hasil penelitian penelitian menunjukkan ada pengaruh biskuitmakanan tambahan terhadap status gizi dan kadar 8-OHdG setelahimplementasi dengan p< 0,05 (0,001). Setelah perlakuan diperoleh rata-rata pada status gizi meningkat dan terjadi penurunan pada kadar 8-OHdG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang diberikanbiskuit makanan tambahan+tablet IFA lebih aktif meningkatkan status gizidan menurunkan kadar 8-OHdG dibandingkan dengan yang hanyadiberikan tablet tambah darah (IFA).

Pemberian biskuit makanan tambahan dapat meningkatkan statusgizi pada ibu hamil KEK terutama makanan yang banyak mengandungVitamin dan asam folat untuk mencegah kerusakan DNA.

Kata kunci: Biskuit makanan tambahan, ibu hamil KEK, Status gizi, 8-Hydroxy-2’DeoxyGuanosin.

ABSTRACK

Raehan, The Effect of Feeding Supplementary Biscuits on NutritionalStatus and 8-OHdG In Pregnant Women KEK who were given TabletAdded Blood (IFA) (di bimbing Oleh Veni Hadju dan Andi wardihanSinrang)

Chieving optimal maternal health during the period duringpregnancy is influenced by several factors: Access to health services,maternal nutritional status during pregnancy, success of KIA / KB program,environmental, social and cultural clients related to maternal and infanthealth during pregnancy and childbirth and family economic capacity.

This research type is quasi experiment with pre test post-test withcontrol group. Sample in this research 40 KEK pregnant women dividedinto 2 groups, mothers who get extra food biscuit and tablets added blood(Group Intervesi), mother who get tablet IFA (Group Control). Thetreatment was carried out for 12 weeks, the data analysis using theWilcoxon test and the independent T test.

The results of the research showed that there was an effect ofadditional food biscuits on nutritional status and 8-OHdG levels after theimplementation with p <0.05 (0.001). After the treatment obtained theaverage on nutritional status increased and decreased at 8-OHdG. Theresults showed that the group of supplementary food biscuits + IFA tabletswere more active in improving nutritional status and decreasing the levelsof 8-OHdG compared to those given only blood-added tablets (IFA).

Provision of extra food biscuits can improve nutritional status inpregnant women KEK especially foods that contain lots of vitamins andfolic acid to prevent DNA damage.

Keywords: Supplementary food biscuits, KEK pregnant women, Nutritionalstatus, 8-Hydroxy-2'deoxyGuanosin.

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,

rahmat dan hidayah-Nya jualah sehingga penyusunan tesis ini dapat

selesai tepat waktunya. Penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh

pemberian biskuit makanan tambahan terhadap status gizi dan 8-hydroxy-

2’-deoxyguanosin (8-OHdG) pada ibu hamil KEK yang diberikan tablet

tambah darah”, ini merupakan bagian dari rangkaian persyaratan dalam

rangka penyelesaian program pendidikan Megister Kebidanan Program

Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan banyak

terima kasih kepada bapak Prof.dr. Veni Hadju, Ph.D.,M.Sc sebagai

pembimbing I dan bapak Prof.Dr.dr. Andi Wardihan Sinrang, M.S sebagai

pembimbing II atas bantuan, bimbingan dan petunjuk serta arahan yang

diberikan selama penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan

kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A, selaku Rektor

Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H.,MS, selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M.Sc, selaku Plt. Ketua Program Studi

Magister Kebidanan Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Prof.dr. Nasrum Massi, PhD, bapak DR.dr. Ilham Jaya Patellongi,

M.Kes dan Ibu DR.Werna Nontji, S.Kp, M.Kes selaku penguji yang

menyempatkan diri untuk hadir dalam seminar proposal ini.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pare Pare beserta jajarannya yang

telah memberikan izin dalam pengambilan data awal.

6. Para Dosen dan Staf pengelola Program Studi Megister Kebidanan

yang telah tulus memberikan ilmu dan membantu penulis selama

mengikuti proses pendidikan.

7. Teristimewa untuk ibu dan semua saudaraku tercinta atas motivasi

dan doanya demi keberhasilan penulis.

8. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

yang telah membantu selama penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat

membangun. Semoga apapun yang kita lakukan senantiasa mendapat

ridho Allah SWT, Amin Ya Rabbal Alamin.

Makassar, Agustus 2017

Penulis

Raehan

Daftar IsiTESIS .................................................................................................................................. i

ABSTRAK........................................................................................................................viii

ABSTRACK .......................................................................................................................ix

Kata Pengantar................................................................................................................. x

Daftar Isi ............................................................................................................................xi

Daftar Tabel......................................................................................................................xii

Daftar Istilah ....................................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

A. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

B. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5

C. Manfaat penelitian ................................................................................................ 6

D. Batasan Penelitian ................................................................................................. 7

E. Sistematika penelitian ........................................................................................... 7

BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 8

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan .................................................................. 8

B. Tinjauan Tentang Ibu Hamil Dengan Kurang Energi Kronis ......................... 16

C. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi ................................................................ 23

D. Tinjauan Tentang 8-OHdG (Radikal Bebas, Stress Oksidatif dan KerusakanDNA) ...................................................................................................................... 32

E. Tinjauan Tentang Antioksidan ........................................................................... 50

F. Tinjauan Tentang Biskuit Makanan Tambahan (MT) .................................... 61

G. Tinjauan Tentang Tablet Tambah Darah (Fe) ................................................. 64

H. Studi Intervensi Pemberian Mikro Nutrien Pada Ibu Hamil ........................... 78

I. Kerangka Teori ..................................................................................................... 81

J. Kerangka Konsep ................................................................................................ 82

K. Hipotesis................................................................................................................ 82

L. Definisi operasional ............................................................................................. 82

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................... 85

A. Rancangan Penelitian ......................................................................................... 85

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 85

C. Populasi dan Sampel........................................................................................... 85

D. Tehnik Pengambilan Sampel ............................................................................. 86

E. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................... 88

1. Alat.................................................................................................................... 88

2. Bahan ............................................................................................................... 88

3. Instrumen......................................................................................................... 88

4. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 89

5. Prosedur Kerja ................................................................................................ 90

F. Alur penelitian ....................................................................................................... 93

G. Analisa Data.......................................................................................................... 94

H. Etika Penelitian..................................................................................................... 95

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 98

A. Hasil Penelitian..................................................................................................... 98

B. Pembahasan Penelitian .................................................................................... 102

C. Keterbatasan Peneliti ........................................................................................ 113

BAB V PENUTUP......................................................................................................... 114

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 114

B. Saran.................................................................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 116

Daftar Tabel

Nomor Halaman

Tabel 2.1. Enzim-enzim antioksidan dan Fungsinya 61

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Biskuit Makanan Tambahan 67

Tabel 2.3. Senyawa Yang Mempengaruhi Absorpsi Besi 76

Table 2.4. Penelitian intervensi yang pernah dilakukan 98

Table 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 98

Table 4.2 Hasil analisis perubahan frekuensi Status Gizi 99

Table 4.2 Hasil analisis perubahan frekuensi Kadar 8-OHdG 100

Daftar Istilah

8-OHdG : 8-hidroxy-2’-deoxyguanosin

COCs : Cumulus Oophorus Cells

DNA : Deoxyribonucleic Acid

ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

G:C : Guanine:Cytocine

IFA : Tablet tambah darah + ferosus sulfate & folic acid

RNA : Ribonucleic Acid

ROS : Reactive Oxygen Species

T:A : Tymin:Adenine

UV : Ultra Violet

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat

kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini

dipengaruhi oleh keadaan gizi, (Depkes, 2014)

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi

di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi,

anak, dewasa dan usia lanjut. Gambaran status gizi balita diawali dengan

banyaknya bayi berat lahir rendah (BBLR) sebagai cerminan tingginya

masalah gizi dan kesehatan ibu hamil. Sekitar 30 juta wanita usia subur

menderita kurang energi kronis (KEK), yang bila hamil dapat

meningkatkan risiko melahirkan BBLR.

Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta

perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh

kelompok umur. Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat,

tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat

serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. (Depkes, 2014)

Umumnya proses kehamilan akan berlangsung normal sejak

terjadi pembuahan atau konsepsi, sampai hasil konsepsi ini siap untuk

2

dilahirkan. Tetapi pada perjalanannya hasil konsepsi itu sampai siap untuk

dilahirkan sering disertai komplikasi-komplikasi yang bila tidak diatasi

dapat membahayakan kehidupan baik bagi wanita hamil maupun janin

yang dikandungnya (Wiknkjosatro, 2007). Ternyata komplikasi-komplikasi

yang terjadi dalam kehamilan banyak dihubungkan dengan adanya

peningkatan oxidative stress pada wanita hamil (Wagey, 2011).

Pada kehamilan metabolisme akan meningkat sehingga meme

rlukan oksigen lebih banyak, maka semakin meningkat pula radikal bebas

yang ditimbulkan. Selain itu kadar oksidatif juga meningkat dan oksidan

menurun pada saat hamil. Apabila antioksidan tidak dapat mengibangi

radikal bebas tersebut maka dapat terjadi stress oksidatif. Dengan adanya

stress oksidatif akan memicu terjadinya kerusakan DNA, (Anang S, 2014)

Penyebab kerusakan DNA pada ibu hamil dipengaruhi oleh

rendahnya antioksidan dalam tubuh, kurangnya kadar zat gizi mikro (besi,

asam folat dan seng ) dan dipengaruhi dari perubahan kondisi patologi

tubuh ibu hamil itu sendiri, sehingga terjadi peningkatan radikal bebas

yang ditandai dengan peningkatan kadar 8-hydroxy-2’-deoxyguanosin (8-

OHdG), (Hasan Syah, 2012).

Dalam proses pembentukan DNA berkaitan dengan kadar asam

folat. Asam folat adalah salah satu vitamin, termasuk dalam kelompok

vitamin B, merupakan salah satu unsur penting dalam sintesis DNA

(Tangkilisan, 2002). Proses terjadinya kerusakan DNA tidak terlepas dari

peran asam folat dalam sintesi DNA. Jika asam folat berkurang sintesis

3

DNA terganggu dan kemungkinan menyebabkan terjadinya kerusakan

DNA, sehingga perlu dilakukan pemberian gizi makro yang mengandung

antioksidan seperti vit. A, C, E asam folat serta mineral besi, seng,

selenium dan tembaga yang diharapkan dapat meningkatkan antioksidan

serta mencegah kerusakan DNA oksidatif.

Ketika kehamilan rentan terhadap stres oksidatif maka diperlukan

antioksidan tambahan, sehingga diperlukan suplemen yang mengandung

antioksidan, terutama bagi golongan yang rentan, seperti anak,ibu hamil

atau menyusui dan lanjut usia (Nadimin, 2016).

Program pemberian Biskuit makanan tambahan (PMT) kepada ibu

hamil diharapkan dapat meningkatkan antioksidan sekaligus untuk

membantu memperbaiki status gizi ibu hamil dan anak yang dilahirkan,

(arfiyanti, 2013). Adapun kandungan Biskuit makanan tambahan (MT) ibu

hamil diperkaya dengan vitamin dan mineral yaitu, protein, Vitamin A,

B1, B2, B3, B6, B12, D, E, karbohidrat, natrium, asam folat, asam

pantoteat, selenium, flour, yodium, seng, zat besi, fosfor, kalsium,

(Menkes, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Anang, pada tahun 2012-214

dengan memberikan gizi mikro pada periode prakonsepsi terhadap

pencegahan kerusakan DNA ibu, terdapat penurunan kadar 8-OHdG lebih

rendah pada kelmpok yang mendapatkan kapsul zat besi (60 mg)+asam

folat (400 µg) dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan Vitamin

4

A, C, mineral besi, tembaga dan seng. Hasil penelitian tersebut sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan Syah pada tahun 2012

tentang status zat gizi mikro (Besi, asam folat dan seng) dan kerusakan

DNA pada ibu hamil anemia, terdapat hubungan yang bermakna antara

status asam folat dan kerusakan DNA pada ibu hamil trimester pertama,

sedangkan pada status besi dang seng tidak terdapat hubungan yang

bermakna.

Survei yang dilakukan oleh Southeast Asian Food and Agricultural

Science Technology (Seafest) pada tahun 2011 menemukan sekitar

57,6% ibu hamil di Indonesia mengalami defisiensi protein dan zat gizi

mikro (mikronutrien). Dari segi asupan energi, rata-rata hanya 1400 kkal

dari 1800-1900 kk per hari yang dianjurkan ditambah 300 kkal bagi ibu

hamil. Mikronutrien kendati dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit,

mikronutrien memiliki peran yang sangat penting sama halnya dengan

makronutrien.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)

sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil Riskesdas 2013

mendapatkan proporsi ibu hamil umur 15-49 tahun dengan lila <23,5 cm

atau berisiko KEK di Indonesia sebesar 24,2%. Angka ini masih cukup

tinggi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga di Kawasan

ASEAN. (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2015).

5

Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2013 jumlah kematian ibu yang dilaporkan menjadi 115 orang

atau 78.38 per 100.000 kelahiran hidup.

Data jumlah kematian ibu di Kota Pare-pare sebanyak 7 orang dari

1165 jumlah kelahiran hidup tahun 2013 sedangkan laporan ibu hamil

dengan risiko kurang energi kronis sebanyak 177 dari total ibu hamill 1559

tahun 2015. (Dinas Kesehatan Kota Pare-Pare, 2015)

Berdasarkan uraian dan data yang ada diatas sehingga peneliti

tertarik melakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian Biskuit

makanan tambahan (MT) dan tablet tambah darah (IFA) terhadap status

gizi dan kadar 8-hydroxy-2’-deoxyguanosin (8-OHdG), pada ibu hamil

KEK”

A. Rumusan Masalah

Rumusan Masakah dalam penelitian ini adalah “apakah ada

pengaruh pemberian biskuit makanan tambahan terhadap status gizi dan

kadar 8-hydroxy-2’-deoxyguanosin (8-OHdG) pada ibu hamil KEK yang

diberikan tablet tambah darah (IFA)”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh pemberian biskuit makanan tambahan

terhadap status gizi dan kadar 8-hydroxy-2’-deoxyguanosin (8-OHdG)

pada ibu hamil KEK yang diberikan tablet tambah darah (IFA).

6

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya perubahan status gizi pada ibu hamil KEK setelah

pemberian biskuit makanan tambahan selama 12 minggu.

b. Diketahuinya perubahan status gizi pada ibu hamil KEK yang tidak

diberikan biskuit makanan tambahan selama 12 minggu.

c. Diketahuinya besar perubahan status gizi antara 2 kelompok yang

diberikan biscuit makanan tambahan dan yang tidak diberikan

biskuit makanan tambahan selama 12 minggu.

d. Diketahuinya perubahan kadar 8-OHdG pada ibu hamil KEK

setelah pemberian biskuit makanan tambahan selama 12 minggu.

e. Diketahuinya perubahan kadar 8-OHdG pada ibu hamil KEK yang

tidak diberikan biskuit makanan tambahan selama 12 minggu.

f. Diketahuinya besar perubahan kadar 8-OHdG antara 2 kelompok

yang diberikan biscuit makanan tambahan dan yang tidak

diberikan biskuit makanan tambahan selama 12 minggu.

C. Manfaat penelitian

1. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

masukan ataupun referensi dalam perbaikan status gizi dan

kesehatan pada ibu hamil untuk pencegahan terhadap kerusakan

DNA.

2. Sebagai bahan Informasi untuk Instansi terkait dan masyarakat umum

terhadap pencegahan kerusakan DNA khususnya pada ibu hamil

7

3. Dapat menjadi salah satu alternatif sumber pengobatan untuk

perbaikan status kesehatan pada ibu hamil dalam hal ini perbaikan

terhadap kerusakan DNA.

D. Batasan Penelitian

Lingkup pembahasan penelitian ini dititik beratkan pada

pengukuran status gizi dan kadar 8-hydroxy-2’-deoxyguanosin (8-OHdG)

sebelum dan sesudah diberikan biskuit makanan tambahan (MT) dan

tablet tambah darah pada ibu hamil KEK.

E. Sistematika penelitian

Secara garis besar pembahasan pada proposal penelitian ini

terbagi dalam beberapa bagian, antara lain:

Bab I: Pendahuluan, menguraikan latar belakang; rumusan masalah;

tujuan penelitian; manfaat penelitian; lingkup penelitian dan

sistematika penelitian.

Bab II: Tinjauan Pustaka berisi tentang tinjauan tentang kehamilan,

tinjauan tentang kehamilan dengan keurangan energy kronis,

tinjauan tentang status gizi, tinjauan tentang kadar 8-hydroxy-2’-

deoxyguanosin (8-OHdG), dan tinjauan tentang Biskuit makanan

tambahan (MT), tinjauan tentang tablet tambha darah

Bab III: Metode Penelitian, dikemukakan mengenai jenis penelitian; lokasi

dan waktu penelitian; populasi dan sampel; jenis dan sumber

data; teknik pengumpulan data; dan teknik analisis data

8

Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan

Bab V : Kesimpulan dan saran

8

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan

1. Perubahan Fisiologi pada ibu hamil

Pada masa kehamilan ada beberapa perubahan pada hampir

semua sistem organ pada maternal. Perubahan ini diawali dengan

adanya sekresi hormon dari korpus luteum dan plasenta.

Perubahan yang relevan meliputi perubahan fungsi hematologi,

kardiovaskular, ventilasi, metabolik, dan gastrointestinal

(Santos,et.al., 2006).

a. Perubahan Metabolik

Sebagai akibat dari peningkatan sekresi dari berbagai

macam hormon selama masa kehamilan, termasuk tiroksin,

adrenokortikal dan hormon seks, maka laju metabolisme basal

pada wanita hamil meningkat sekitar 15 % selama mendekati

masa akhir dari kehamilan. Sebagai hasil dari peningkatan laju

metabolisme basal tersebut, maka wanita hamil sering

mengalami sensasi rasa panas yang berlebihan. Selain itu,

karena adanya beban tambahan, maka pengeluaran energi

untuk aktivitas otot lebih besar daripada normal (Guyton, 2006).

9

b. Perubahan Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular beradaptasi selama masa kehamilan

terhadapa beberapa perubahan yang terjadi. Meskipun

perubahan sistem kardiovaskular terlihat pada awal trimester

pertama, perubahan pada sistem kardiovaskular berlanjut ke

trimester kedua dan ketiga, ketika cardiac output meningkat

kurang lebih sebanyak 40 % daripada pada wanita yang tidak

hamil. Cardiac output meningkat dari minggu kelima kehamilan

dan mencapai tingkat maksimum sekitar minggu ke-32

kehamilan, setelah itu hanya mengalami sedikit peningkatan

sampai masa persalinan, kelahiran, dan masa post partum.

c. Perubahan Hematologi.

Volume darah maternal mulai meningkat pada awal masa

kehamilan sebagai akibat dari perubahan osmoregulasi dan

sistem renin-angiotensin, menyebabkan terjadinya retensi

sodium dan peningkatan dari total body water menjadi 8,5 L.

Bagaimanapun, transpor oksigen tidak terganggu oleh anemia

relatif ini, karena tubuh sang ibu memberikan kompensasi

dengan cara meningkatkan curah jantung, peningkatan PaO2,

dan pergeseran ke kanan dari kurva disosiasi oxyhemoglobin

(Birnbach,et.al., 2009).

10

d. Perubahan Sistem Respirasi

Adaptasi respirasi selama kehamilan dirancang untuk

mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin, serta memfasilitasi

perpindahan produk sisa CO2 dari janin ke ibu (Norwitz,et.al.,

2008). Konsumsi oksigen dan ventilasi semenit meningkat

secara progresif selam masa kehamilan. Volume tidal dan

dalam angka yang lebih kecil, laju pernafasan meningkat.

e. Perubahan Sistem Renal

Vasodilatasi renal mengakibatkan peningkatan aliran darah

renal pada awal masa kehamilan tetapi autoregulasi tetap

terjaga. Ginjal umumnya membesar. Peningkatan dari renin dan

aldosterone mengakibatkan terjadinya retensi sodium. Aliran

plasma renal dan laju filtrasi glomerulus meningkat sebanyak

50% selama trimester pertama dan laju filtrasi glomerulus

menurun menuju ke batas normal pada trimester ketiga.

f. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Peningkatan kadar progestron menurunkan tonus dari

sfingter gastroesofagus, dimana sekresi gastrin dari plasenta

menyebabkan hipersekresi asam lambung.

g. Perubahan Sistem Saraf Pusat dan Perifer

Konsentrasi alveolar minimum menurun secara progresif

selama masa kehamilan. Pada masa aterm menurun sekitar

11

40% untuk semua anestesi general. Namun, konsentrasi

alveolar minimum kembali normal pada hari ketiga pasca

kelahiran.

h. Perubahan Sistem Muskoloskeletal

Kenaikan kadar relaksin selama masa kehamilan membantu

persiapan kelahiran dengan melemaskan serviks, menghambat

kontraksi uterus, dan relaksasi dari simfisis pubis dan sendi

pelvik.

i. Sirkulasi Uteroplasental

Aliran darah uterin meningkat secara progresif selama

kehamilan dan mencapai nilai rata rata antara 500ml sampai

700ml di masa aterm. Aliran darah melalui pembuluh darah

uterus sangat tinggi dan memiliki resistensi rendah.

2. Perubahan Biokimia tubuh pada Ibu hamil

a. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Kondisi cairan dan elektrolit pada kehamilan mengalami

perubahan yang cukup bermakna. Perubahan fisiologi ditandai

dengan : Penambahan berat badan, Hemodilution, Penurunan

osmolalitas plasma, Penurunan konsentrasi sodium.

Adapun penyebab perubahan keseimbangan cairan dan

elektrolit : Peningkatan volume cairan , Redistribusi cairan

antara ICF dan ECF, Retensi sodium oleh ginjal (~900 mmol),

12

Peningkatan Total Body Water (TBW) hingga 8.5 L,

Peningkatan volume plasma hingga 1.2 L

b. Keseimbangan asam basa

1) Hiperventilasi menyebabkan penurunan penurunan PaCO2

(dari ~ 39 mm Hg 31 mm Hg)

2) pH meningkat sedikit antara 7.42 – 7.44

3) HCO 3 menurun sekitar ~ ³ mmol/L

4) Alkalosis Respiratorik dengan kompesasi metabolik,

(Saryono, 2007)

c. Hormon

Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar

endokrin, yang masuk ke dalam peredaran darah untuk

mempengaruhi jaringan secara spesifik. Begitu dikeluakan,

hormon akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel

dan menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya

masing-masing.

Hormon biokimia dalam kehamilan :

1) Hormon kehamilan HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)

Hormon kehamilan ini dibuat oleh embrio segera

setelah pembuahan dan karena pertumbuhan jaringan

plasenta dan oleh villi choriales yang berdampak pada

13

meningkatnya produksi progesteron oleh indung telur

sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan.

2) Hormon Kehamilan HPL (Human Placental Lactogen)

Adalah hormon yang dihasilkan oleh plasenta,

merupakan hormon protein yang merangsang pertumbuhan

dan menyebabkan perubahan dalam metabolisme

karbohidrat dan lemak.

3) Hormon Kehamilan Relaxin

Hormon kehamilan yang dihasilkan oleh korpus

luteum dan plasenta..

4) Hormon Kehamilan Estrogen

Dihasilkan oleh ovarium dan mempengaruhi

pertumbuhan endometrium rahim, perubahan-perubahan

histologi pada vagina.

5) Hormon Kehamilan Progesteron

Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di

dinding rahim untuk menyangga plasenta di dalam rahim.

Dampak hormon ini dapat "mengembangkan" pembuluh

darah sehingga menurunkan tekanan darah, itulah penyebab

sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat sistem

pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau

sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan

suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan

14

pernafasan, mual, dan menurunnya gairah berhubungan

intim selama hamil.

6) Hormon Kehamilan MSH (Melanocyte Stimulating Hormone)

Hormon kehamilan ini merangsang terjadinya

pigmentasi pada kulit..

d. Urine

Urine atau air kencing merupakan salah satu sisa

metabolisme tubuh yang dapat memberikan gambaran

keadaan kesehatan tubuh kita. Kandungan urin yang dapat

diketahui dengan pemeriksaan kimia antara lain:

1) Kepekatan : Kepekatan urin (disebut juga osmolalitas atau

specific gravity) dapat dihitung dengan berat jenisnya.

2) Keasaman : Urin bersifat asam jika pH-nya kurang dari 7,

bersifat basa jika pH-nya lebih dari 7. Urin yang bersifat

asam berkaitan dengan risiko penyakit asam urat dan batu

ginjal.

3) Protein : biasanya tidak ditemukan dalam urin. Demam,

olahraga keras, kehamilan, dan beberapa penyakit dapat

menyebabkan protein berada dalam urin.

4) Glukosa : adalah jenis gula yang ditemukan dalam darah.

Biasanya glukosa sangat sedikit atau tidak ada dalam urin..

Keberadaan glukosa dalam urin, yang disebut glukosuria,

15

juga dapat disebabkan oleh gangguan hormonal, penyakit

hati, obat-obatan, dan kehamilan.

5) Keton : Sejumlah besar keton dalam urin dapat menunjukkan

kondisi sangat serius yang disebut ketoasidosis diabetik.

6) Nitrit. : Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih

(ISK) membuat enzim yang mengubah nitrat menjadi nitrit.

Nitrit dalam urin menunjukkan adanya infeksi saluran kemih

(ISK).

7) Esterase leukosit : adalah enzim yang ditemukan dalam sel-

sel darah putih. Kehadiran esterase leukosit di urin

merupakan pertanda peradangan, yang umumnya

disebabkan oleh infeksi saluran kemih.

e. Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk

hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi

mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan

juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.

Macam-macam sel darah ada 3, yaitu:

1) Sel darah merah : Sel darah merah (eritrosit) atau Red Blood

Cell adalah sel darah yang paling banyak dan fungsinya

untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh lewat darah.

16

2) Sel darah Putih : Sel darah putih (leukosit) atau White Blood

Cell adlah sel yang membentuk komponen darah. Leukosit

ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai

penyakit infeksi sebagai bagian dari system kekebalan

tubuh.

3) Keping darah : Keping darah adalah sel yang tidak

mempunyai nucleus pada DNA-nya dengan bentuk tidak

beraturan dan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan

fragmentasi dari megakariosit. Keping darah (trombosit)

tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme

hemostatis tingkat sel dalam proses pembekuan

darah dengan membentuk darah beku..

B. Tinjauan Tentang Ibu Hamil Dengan Kurang Energi Kronis

1. Pengertian ibu hamil kurang energi kronis adalah ibu hamil

dengan hasil pemeriksaan antropometri, Lingkar Lengan Atas

(LILA) < 23,5 cm .

2. Penyebab

Secara umum, kurang gizi pada ibu hamil dikaitkan dengan

kemiskinan, ketidakadilan gender serta hambatan terhadap

akses terhadap berbagai kesempatan dan pendidikan. Kurang

gizi juga banyak dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap

pelayanan kesehatan yang adekuat, tingginya fertilisasi dan

beban kerja yang tinggi.

17

Secara spesifik, penyebab kurang energi kronis (KEK)

adalah akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk

pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Yang sering

terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan secara

musiman atau secara kronis ditingkat rumah tangga yang tidak

proporsional (biasanya seorang ibu “mengorbankan” dirinya)

dan beratnya beban kerja ibu hamil. Selain itu beberapa hal

penting yang terkait dengan status gizi seorang ibu adalah

kehamilan pada usia muda (kurang dari 20 tahun), kehamilan

dengan jarak yang pendek dengan kehamilan sebelumnya

(kurang dari 2 tahun), kehamilan yang terlalu sering, serta

kehamilan pada usia terlalu tua (lebih dari 35 tahun).

3. Dampak masalah Kurang Energi Kronis

Konsekuensi Kurang Gizi pada Ibu terhadap kesehatan

Reproduksi. Status gizi wanita, terutama pada masa usia subur,

merupakan elemen pokok dari kesehatan reproduksi karena

keterkaitan ibu hamil dengan pertumbuhan dan perkembangan

janin yang dikandungnya, yang pada akhirnya berdampak

terhadap masa dewasanya. Memperbaiki status gizi ibu yang

sedang hamil dengan demikian merupakan suatu bagian yang

sangat penting walaupun bukan merupakan satu-satunya

intervensi yang harus dilakukan karena KEK dan stunting pada

wanita di negara berkembang merupakan hasil kumulatif dari

18

keadaan kurang gizi sejak janin, bayi dan kanak-kanak dan

yang berlanjut hingga masa dewasa.

Peran mikronutrien juga sangat penting terhadap kesehatan

reproduksi ibu, antara lain karena fungsinya di dalam system

imunitas yang berakibat terhadap mudahnya mengalami

berbagai penyakit infeksi.

a. Dampak terhadap kesehatan ibu

1) Kematian ibu usia reproduktif

2) Anemia

3) Komplikasi kehamilan, persalinan dan masa Nifas

b. Dampak terhadap kesehatan bayi, balita dan anak-anak

1) Asfiksia (kesulitan bernafas sebagai akibat kekurangan

oksigen O2 atau terlalu banyak karbondioksida CO2 di

dalam darah)

2) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dan akan menyebabkan

anak tersebut dikemudian hari akan terkena malnutrisi

atau stunting sehingga menyebabkan meningkatnya risiko

gangguan kesehatan anak. Akibat dari kapasitas mental

anak menurun dan tampilan fisik yang buruk adalah

meningkatnya prevalensi infeksi pada dewasa yang

terinfeksi akan berdampak pada kehamilannya bahkan

risiko kematian ibu atau janin yang dilahirkan akan cacat.

(Nurmadinisia, 2012)

19

4. Kebutuhan nutrisi ibu hamil

a. Nutrisi

Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh

ibu. Perubahan-perubahan itu untuk menyesuaikan tubuh ibu

pada keadaan kehamilannya. Penggunaan zat-zat makanan

oleh tubuh menurun pada 4 bulan pertama kehamilan

sehingga kebutuhan tubuh akan makanan juga berkurang

pada beberapa bulan pertama kehamilan. Di samping itu,

perasaan malas dan kurang enak badan biasanya juga

menyebabkan ibu lebih banyak istrahat sehingga keperluan

akan makanan juga berkurang (Salmah, et al. 2006)

Status gizi ibu yang kurang baik sebelum dan selama

kehamilan merupakan penyebab utama dari berbagai

masalah kesehatan pada ibu dan bayi, yang berakibat

terjadinya bayi lahir dengan berat badan rendah, kelahiran

prematur serta kematian neonatal dan perinatal. Padahal,

usaha perbaikan status gizi ibu hamil telah banyak dilakukan

di berbagai negara (Sulistyawati, 2009).

Tabel 1. Asupan makanan harian yang dianjurkan National

Research Counsil Wanita Sebelum dan Selama Hamil dan

Menyusui (Cunningham, et al., 2006)

20

Berikut ini daftar asupan gizi yang harus dipenuhi oleh ibu

hamil.

1) Kalori

Kebutuhan kalori pada masa kehamilan memerlukan

tambahan 80.000 kkal, yang terakumulasi pada 20 minggu

terakhir. Kalori diperlukan untuk energi yang apabila asupan

kalori tidak adekuat, maka protein akan dimetabolisasi untuk

menghasilkan energi dan tidak digunakan untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin (Cunningham, et al.,

2006).

21

2) Asam folat

Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang

kebutuhannya meningkat 2 kali lipat selama hamil. Asam

folat sangat berperan dalam metabolisme sel darah merah,

sistesis DNA, pertumbuhan sel dan pembentukan heme. Jika

kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anemia

megaloblastik dengan gejala diare, depresi, lelah berat, dan

selalu mengantuk. Jika kondisi ini terus berlanjut, dan tidak

segera ditangani maka pada ibu hamil akan terjadi BBLR,

ablosio plasenta, dan kelainan bentuk tulang belakang (spina

bifida) (Sulistyawati, 2009).

3) Protein

Asupan protein diperlukan untuk zat pembangun,

pembentukan darah, dan sel. Kebutuhan ibu hamil akan

protein sebanyak 68% atau menambah asupan proteinnya

menjadi 12% per hari atau 75-100 gram setiap harinya

(Sulistyawati, 2009).

4) Mineral

Hampir semua makanan yang menghasilkan cukup

kalori untuk menghasilkan pertambahan berat yang memadai

mengandung cukup mineral untuk mencegah defisiensi

apabila yang digunakan adalah garam yang beryodium.

22

5) Kalsium

Zat ini berfungsi untuk pertumbuhan tulang dan gigi..

Makanan yang banyak mengandung kalsium diantaranya

susu, dan produk olahan lain seperti vitamin A, D, B2, B3, dan

C. Vitamin A sangat bermanfaat bagi mata, pertumbuhan

tulang, dan kulit.

6) Zat besi

Berfungsi dalam pembentukan darah, terutama untuk

membentuk sel darah merah hemoglobin, serta mengurangi

resiko ibu hamil terkena anemia. Kandungan zat besi sangat

dibutuhkan pada masa kehamilan memasuki usia 20 minggu

(Sulistyawati, 2009).

7) Selenium

Ini adalah komponen esensial pada enzim glutation

peroksidase, yang mengkatalisasi perubahan hidrogen

peroksida menjadi air. Selenium adalah komponen

pertahanan yang penting terhadap kerusakan akibat radikal

bebas (Cunningham, et al., 2006).

8) Vitamin A

Asupan harian vitamin A tampaknya memadai untuk

memenuhi kebutuhan sebagian besar wanita hamil. Karena

itu, suplementasi rutin selama kehamilan tidak dianjurkan.

Beberapa laporan kasus mengisyaratkan adanya keterkaitan

23

antara cacat lahir dan asupan vitamin A dosis tinggi (10.000-

50.000 IU) setiap hari selama kehamilan. Bet-carotene

prekursor vitamin A yang terdapat dalam buah dan sayuran

belum terbukti menimbulkan toksisitas vitamin A

(Cunningham, et al., 2006).

C. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh

seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan

penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh, (Almatsier, 2005).

Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana

terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam

tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan

kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat

berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix,

2005). Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat

diinginkan oleh semua orang (Apriadji, 1986).

Status gizi kurang atauyang lebih sering disebut under nutrition

merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang

masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat

terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran

kebutuhan individu (Khairina, 2009)

24

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari

data yang diperoleh dengan menggunakan berbagaimacam cara

untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko

status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Penilaian Langsung

1) Antropometri

Antropometri merupakan salah satucara penilaian status gizi

yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan

dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya

antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh

seseorang (Supariasa, 2001). Metode antropometri sangat

berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan

protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan

untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik (Gibson,

2005).

2) Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat

dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.

Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang

25

terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ

yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid)

(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

3) Biokimia

Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium.

Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk

mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih

parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu

bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau

adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap

deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah

dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang

berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional

dari suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia

sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimiastatis dan

uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004).

4) Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat

perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam

keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa,

2001).

26

3. Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa

parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu

pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang

dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari

indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang

disebut dengan Body Mass Index (Supariasa, 2001). IMT

merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup

yang lebih panjang. IMT hanya dapat digunakan untuk orang

dewasa yang berumur diatas 18 tahun. Dua parameter yang

berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri dari :

a. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang

paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari

beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk

mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan

dengan tinggi badan (Gibson, 2005).

27

b. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat

merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan

Triyanti, 2007).

c. Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan

dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter

kuadrat (Gibson, 2005).

4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi

a. Umur

Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis

kelamin, dan tingkat aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat

tenaga) terpenuhi dengan baik maka dapat meningkatkan

produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang lebih

semangat dalam melakukan pekerjaan. Semakin bertambahnya

umur akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi

tubuh. Zat tenaga dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya

dan semakin beragamnya kegiatan fisik (Apriadji, 1986).

Berat Badan (Kg)IMT =

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

28

b. Frekuensi Makan

Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa

banyak makanan yang dikonsumsi seseorang. Menurut Hui

(1985).

c. Asupan Energi

Energi merupakan asupan utama yang sangant diperlukan oleh

tubuh. Kebutuhan energi yang tidak tercukupi dapat

menyebabkan protein, vitamin, dan mineral tidak dapat

digunakan secara efektif. Untuk beberapa fungsi metabolisme

tubuh, kebutuhan energi dipengaruhi oleh BMR (Basal

Metabolic Rate), kecepatan pertumbuhan, komposisi tubuh dan

aktivitas fisik (Krummel & Etherton, 1996).

d. Asupan Protein

Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam

tubuh. Fungsi utama protein adalah membangun serta

memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2001).

Fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino yang

diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan

metabolisme, mengatur keseimbangan air, dan

mempertahankan kenetralan asam basa tubuh.

29

e. Asupan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kehidupan

manusia yang dapat diperoleh dari alam, sehingga harganya

pun relatif murah (Djunaedi, 2001).

f. Asupan Lemak

Lemak merupakan cadangan energi didalam tubuh. Lemak

terdiri dari trigliserida, fosfolipid, dan sterol, dimanaketiga jenis

ini memiliki fungsi terhadap kesehataan tubuh manusia

(WKNPG, 2004).

g. Tingkat Pendidikan

Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka sangat

diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut

mengenai gizi dan kesehatan. Adanya pola makan yang baik

dapat mengurangi bahkan mencegah dari timbulnya masalah

yang tidak diinginkan mengenai gizi dan kesehatan (Apriadji,

1986).

h. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

status gizi. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi

jumlah zat-zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, maka dapat

mengakibatkan perubahan pada status gizi seseorang (Apriadji,

1986).

30

i. Pengetahuan

Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat

pengetahuannya akan gizi. Zat gizi yang cukup dapat dipenuhi

oleh seseorang sesuai dengan makanan yang dikonsumsi yang

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan. Pengetahuan gizi

dapat memberikan perbaikan gizi pada individu maupun

masyarakat (Suhardjo, 1986).

5. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan merupakan suatu

ukuran keckupan rata-rata zat gizi setiap hari untuk semua orang

yang disesuiakan dengan golongan umur, jenis kelamin, ukuran

tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang

optimal dan mencegah terjadinyadefisiensi zat gizi (Depkes, 2005).

6. Masalah Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat

tidak terpenuhinya asupan makanan (Sampoerno, 1992). Gizi

kurang dapat terjadi karena seseorang mengalami kekurangan

salah satuzat gizi atau lebih di dalam tubuh (Almatsier, 2001).

7. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan

Metode pengukuran konsumsi makanan digunakan untuk

mendapatkan data konsumsi makanan tingkat individu. Ada

beberapa metode pengukuran konsumsi makanan, yaitu sebagai

berikut :

31

a. Recall24 jam (24 Hour Recall) : Metode ini dilakukan dengan

mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah

dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall dilakukan pada saat

wawancara dilakukan dan mundur ke belakang sampai 24 jam

penuh. Wawancara menggunakan formulir recall harus

dilakukan oleh petugas yang telah terlatih. Data yang

didapatkan dari hasil recall lebih bersifat kualitatif. (Supariasa,

2001).

b. Food Record : Merupakan catatan responden mengenai jenis

dan jumlah makanan dan minuman dalam satu periodewaktu,

biasanya 1 sampai 7 hari dan dapat dikuantifikasikan

denganestimasi menggunakan ukuran rumah tangga

(estimated food record) atau menimbang (weighed food record),

(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

c. Food Frequency Questionnaire (FFQ) : Merupakan metode

pengukuran konsumsi makanan dengan menggunakan

kuesioner untuk memperoleh data mengenai frekuensi

seseorang dalam mengonsumi makanan dan minuman.

Frekuensi konsumsi dapat dilakukan selama periode tertentu,

misalnya harian, mingguan, bulanan maupun tahunan.

Kuesioner terdiri dari daftar jenis makanan dan minuman

(Supariasa, 2001).

32

D. Tinjauan Tentang 8-OHdG (Radikal Bebas, Stress Oksidatif dan

Kerusakan DNA)

1. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom/ gugusan atom yang kulit

luarnya memiliki electron yang tidak berpasangan, sedangkan

oksidan adalah suatu senyawa yang dapat menerima ekeltron.

Pada keadaan normal reduksi O2 menjadi H2O dalam

rantai pernafasan yang dikatalisasi oleh sitokrom oksidase

membutuhkan empat buah electron namun pada konsumsi

oksigen tersebut juga bisa terjadi proses lain, yaitu hanya

sebuah eletron yang diambil sehingga terbentuk spesies

oksigen reaktif (ROS) yang toksis dimana penerimaan electron

pertama akan terbentuk redikal superoksida (O2), selanjutnya

dengan penerimaan electron kedua terbentuk hidroksi

peroksida (H2O2), dan selanjutnya pada penerimaan electron

yang ketiga terbentuk radikal hidroksil (OH). (Winarsi, 2007).

Secara fisiologis tubuh memang menghasilkan ROS

(radikal bebas atau oksidan), adapun sumber penghasil ROS

antara lain mitokondria, fagosit, Xantin oxidase, peroksisome,

iskemi/reper fusi, jalur pada pembetukan asam arakhidonat,

dan sebagainya. Bahan tersebut dihasilkan oleh tubuh untuk

membunuh bakteri yang masuk dalam tubuh. tubuh mempunyai

33

kemampuan untuk menjaga kadar ROS. (Tremelle K, 2008;

Agarwal, 2005; Lopes S, 1998). (Keman, 2014)

Namun bila radikal bebas atau oksidan dihasilkan oleh

tubuh secara berlebihan, maka bahan tersebut akan

dinetralisasi oleh anti radikal bebas atau antioksidan. Yang

dikenal dengan Scavenger enzyme, seperti superoksida

dismutase (SOD), katalese atau glutation peroksida. Apabila

rasio antara radikal bebas atau oksidan lebih besar dari pada

antiradikal bebas atau antioksidan, maka keadaan ini dikenal

sebagai stress oksidatif. (Winarsi, 2007)

Ada 2 jenis utama spesies radikal bebas (Agarwal, et al.,

2005) :

a. Reactive Nitrogen Species (RNS)

Nitric Oxide (NO) disinteisis selama konversi enzim L-

arginin ke L-Citrulline oleh nitric oxide synthase (NOS).

Dengan elektron tidak berpasangan, NO yang sangat

reaktif terhadap radikal bebas, kerusakan protein,

karbohidrat, nukleotida, lipid dan bersama-sama dengan

mediator inflamasi lainnya mengakibatkan kerusakan sel

dan jaringan, kurang kuat, menghambat agregasi platelet

dan adhesi (Agrawal, et al., 2005)

b. Reactive Oxygen Species (ROS)

Pada dasarnya dikenal 3 tipe utama ROS, yaitu

34

superoksida (O2•-), hidrogen peroksida (H2O2), hidroksil

(OH•). Radikal superoksida terbentuk bila terjadi

kehilangan elektron saat proses rantai transpor

elektron. Dismutasi superoksida menghasilkan pembentukan

hidrogen peroksida. Ion hidroksil bersifat sangat reaktif

bereaksi dan dapat memodifikasi purin dan pirimidin

menyebabkan penghancuran untaian rantai DNA putus dan

berakhir dengan kerusakan DNA. Beberapa enzim oksidase

dapat langsung menghasilkan hidrogen peroksidasi radikal

(Agarwal, et al., 2005; Wagey, 2011).

ROS dapat memicu lebih dari 100 macam penyakit

dan berpengaruh dalam patofisiologi reproduksi wanita,

mencakup ovari, tuba falopi, dan embrio. ROS juga

berpengaruh terhadap modulasi lanjut fungsi fisiologi

reproduksi seperti maturasi oosit, steroidogenesis ovari,

fungsi luteal corpus, dan luteolisis. ROS dapat terjadi

melalui beberapa mekanisme yang berbeda, seperti:

reperfusi-iskemia, aktivasi neutrofil dan makrofag, kimia

Fenton, endothelial cell xanthine oxidase metabolisme asam

lemak bebas dan prostaglandin, dan hipoksia seperti

ditunjukkan dalam Gambar 1. (Hiromichi, et al. 2008 cit

Wagey, F., 2011).

35

Gambar 2.2. Mekanisme terjadinya ROS

Pada kondisi tubuh sehat, ROS (reactive oxygen

species) dan antioksidan berada dalam keseimbangan.

Apabila keseimbangan ini terganggu dan bergeser dengan

peningkatan ROS maka terjadi stress oksidatif (SO). SO

berpengaruh dalam semua tahapan reproduksi seorang

ibu bahkan setelah menopouse. SO terjadi akibat

ketidakseimbangan antara prooksidan (free radical

species) dan kemampuan skavanger tubuh (body's

scavenging ability) atau antioksidan. ROS ibarat pisau

bermata dua berperan sebagai molekul pemberi sinyal

pada proses fisiologi, disamping itu juga dapat berperan

dalam proses patologi termasuk proses reproduksi wanita.

ROS mempengaruhi multi proses fisiologi dari maturasi

oosit sampai fertilisasi, pertumbuhan embrio dan

kehamilan (Agarwal, et al., 2005). SO berperan dalam

36

memodulasi penurunan fertilitas yang juga berhubungan

dengan usia. SO juga sangat berpengaruh selama

kehamilan, persalinan normal, dan inisiasi preterm

persalinan. Kanker ovari terjadi pada permukaan epitel dan

sebagai pemicunya adalah ovulasi yang berulang-ulang.

Ovulasi menginduksi kerusakan DNA epitel ovari. Hal ini

dapat dicegah dengan cara pemberian antioksidan (Wagey,

2011).

Radikal hidroksil merupakan salah satu ROS yang

sangat agresif. Diproduksi di mitokondria dan bertanggung

jawab terhadap kerusakan yang terjadi pada mitokondria

bukan terhadap nukleus. Mitokondria DNA merupakan

target utama radikal oksigen oleh karena lokasinya yang

dekat dengan mitokondria membran inti tempat oksidan

terbentuk dan aktifitas perbaikan DNA berkurang

(Darmayasa, 2013).

Radikal hidroksil sangatlah reaktif dan inilah yang

menyebabkan mereka mempunyai jangka waktu hidup

sangat pendek sehingga tidak bisa dinilai secara langsung,

tetapi oksidasi produk DNA atau turunannya dapat

dideteksi di urin, serum, saliva (Helbock, et al., 1998 cit

Darmayasa, 2013).

37

Gambar 2.3. Hubungan metabolit ROS

Walaupun DNA stabil, suatu molekul yang terlindungi

dengan sangat baik, ROS dapat berinteraksi dan menimbulkan

beberapa macam kerusakan : modifikasi basa DNA, putusnya

salah satu atau kedua utas DNA, hilangnya purin (apurinic

sites), kerusakan pada gula deoksiribose, ikatan silang antara

DNA dengan protein, dan kerusakan pada sistem perbaikan

(usaha memperbaiki diri), radikal hidroksil adalah salah satu

ROS yang paling berperan menyebabkan kerusakan ini.

(Khuzaimah, 2015)

2. Stress Oksidatif Dengan Kerusakan DNA

Stres oksidatif adalah suatu keadaan ketidakseimbangan

jumlah prooksidan (radikal bebas) dengan jumlah antioksidan

38

yang ada. Terjadinya peningkatan stress oksidatif dapat

menyebabkan radikal bebas menyerang molekul-molekul yang

secara fisiologis sangat penting seperti lipid, protein termasuk

enzim dan DNA. Sebagai akibat lanjutan dari kerusakan

terhadap purin dan pirimidin akan terjadi modifikasi DNA yang

teroksidasi. (Suciani, 2014)

Stress oksidatif terjadi bila produksi radikal bebas melebihi

antioksidan alami dalam tubuh. Radikal bebas bersifat tidak

stabil dan sangat reaktif, tetapi akan menjadi stabil bila

berkaitan dengan elektron asam nukleat, lemak, protein,

karbohidrat atau molekul. Spesies oksigen reaktif berfungsi

untuk fungsi fisiologis seperti pengiriman signal sel, apoptosis,

dan pertahanan mokroorganisme, tetapi bila terjadi

ketidakseimbangan, akan terjadi efek yang merusak (Otulawa,

2015).

Stress oksidatif diketahui meningkat pada kehamilan

normal. Masa kehamilan dan pertumbuhan janin sangat rentan

terhadap stress oksidatif karena mereka sering mengalami

hiperoksia, peradangan / infeksi yang dapat berkontribusi pada

peningkatan radikal bebas (Knuppel, 2012). Selama kehamilan

dan bayi lahir prematur, mempunyai faktor antioksidan yang

lebih rendah sehingga memicu ketidakseimbangan antara

39

antioksidan dan radikal bebas yang memicu kerusakan

jaringan.

Di dalam Halliwel dan Whiteman (2004) cit Utami (2012),

disebutkan bahwa stress oksidatif dapat dihasilkan akibat :

a. Penurunan level antioksidan. Sebagai contoh, mutasi

mempengaruhi aktivitas enzim antioksidan seperti CuZnSOD

atau glutation peroksida atau racun yang dimetabolisme

melalui konjugasi dengan GSH; dosis tinggi dapat

menghabiskan GSH menyebabkan stress oksidatif.

Defisiensi terhadap mineral (Zn2+, Mg2+, Fe2+, Cu2+, Se) juga

dapat menyebabkan stress oksidatif.

b. Peningkatan produksi spesies reaktif. Sebagai contoh,

melalui paparan atau organisme pada level O2 yang tinggi

atau pada senyawa toksin lain yang merupakan spesies

reaktif (misal NO2*) atau yang dimetabolisme menjadi

spesies reaktif (misal paraquat), atau kelebihan aktivitas dari

dari sistem alami yang memproduksi beberapa spesies

reaktif.

Organisme harus menghadapi dan mengontrol adanya

prooksidan dan antioksidan secara terus menerus.

Keseimbangan kedua faktor ini yang dikenal dengan nama

redoks potensial, bersifat spesifik untuk tiap organel dan

lokasi biologis. Hal-hal yang mempengaruhi kesimbangan ke

40

arah manapun menimbulkan efek buruk terhadap sel dan

organisme. Perubahan keseimbangan ke arah peningkatan

prooksidan yang disebut stres oksidatif akan menyebabkan

kerusakan oksidatif. Perubahan keseimbangan ke arah

peningkatan kekuatan reduksi atau antioksidan juga akan

menimbulkan kerusakan yang disebut stres reduktif.

Gambar 2.4. Keseimbangan Oksidan dan Reduktan

Sementara itu, oxidative damage ialah kerusakan yang

dapat disebabkan oleh serangan langsung spesies reaktif

selama masa stress oksidatif. Spesies reaktif ini dapat

menyerang DNA, baik pada molekul gula fosfat ataupun

basa purin dan pirimidin (Adly, 2010 cit Utami, 2012)

Stress oksidatif memiliki beberapa konsekuensi, yaitu :

1) Adaptasi sel atau organisme terhafap pengaturan baru

sistem pertahanan tubuh, yang dapat (1) melindungi dari

kerusakan secara keseluruhan; (2) melindungi dari

kerusakan dalam beberapa tingkat tetapi tidak secara

41

keseluruhan; atau (c) overprotect (sel tersebut kemudian

akan menjadi resisten terhadap stress oksidatif dengan level

tinggi).

2) Cell injury : ini mencakup kerusakan (oxidative damage)

pada beberapa atau semua target molekul : lipid, DNA,

protein, karbohidrat dan lain-lain. Oxidative damage juga

dapat terjadi selama masa adaptasi. Tidak semua kerusakan

yang disebabkan oleh stress oksidatif adalah oxidative

damage. Sebagai contoh, kerusakan biomolekul dapat

dihasilkan dari stress oksidatif yang berkaitan dengan

perubahan level ion (misal, Ca2+) atau aktivasi protease.

3) Kematian sel : sel dapat (a) disembuhkan dengan oxidative

damage dengan memperbaiki atau mengganti molekul yang

rusak, atau (b) bertahan hidup dengan oxidative damage

yang persisten, atau (c) mengalami kematian melaui

apoptosis atau nekrosis (Halliwell dan Whiteman, 2004 cit

Utami, 2012)

42

Gambar 2.5. Mekanisme kerusakan Sel akibat stress oksidatif

DNA terdapat di dalam mitokondria dan inti sel. DNA

mitokondria mudah mengalami kerusakan oksidatif karena

tidak adanya protein protektif (histon) serta lokasinya

berdekatan dengan yang memproduksi ROS. Radikal

hidroksil mengoksidasi Guanosin atau tymin, masing-masing

menjadi 8-Hydroxy-2’-deoksiguanosine (8-OHdG) atau glikol

tamin, sehingga mengubah DNA dan mengakibatkan

terjadinya mutagenesis atau karsinogenesis. 8-OHdG telah

menjadi biomarker biologis untuk stress oksidatif.

8-OHdG adalah basa nukloetida termodifikasi, yang

sangat sering dipelajari dan dideteksi sebagai produk

43

kerusakan DNA yang diekskresi melalui urine saat terjadi

perbaikan DNA. Meskipun lebih dari 20 modifikasi basa telah

terindentifikasi, namun produk utama dari kerusakan DNA

oksidatif adaldah 8-OHdG. Hubungan antara kerusakan DNA

dan penggunakan 8-OHdG sebagai biomarker telah diteliti

pada kehamilan. Kerusakan DNA yang ditandai dengan

meningkatnya kadar 8-OHdG juga telah ditunjukan

meningkat pada komplikasi kehamilan (Kim, 2005; Furness,

2011).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Otoluwa,

A., 2014) menunjukkan bahwa kerusakan DNA secara

bermakna dikaitkan dengan kehamilan berkembang menjadi

PE dan IUGR. Kerusakan DNA dapat disebabkan oleh

defisiensi mikronutrien. Mikronutrien memiliki peran penting

dalam melindungi kerusakan DNA dengan menyediakan co-

faktor yang diperlukan untuk berfungsinya enzim yang

berperan dalam perbaikan DNA. Fenech (2005)

mengidentifikasi bahwa asupan kalsium yang rendah, folat,

asam nicotinamide, vitamin E, retinol, beta-karoten dan

secara signifikan terkait dengan ketidakstabilan genomik.

Zinc juga telah ditunjukkan untuk memainkan peran penting

dalam perbaikan kerusakan DNA.

44

Kerusakan DNA pada wanita hamil, yang diukur

dengan konsentrasi 8-OHdG telah terbukti berhubungan

dengan PE dan IUGR. Mekanisme ini masih belum jelas

tetapi diperkirakan karena iskemia atau hipoksia plasenta.

Cedera akibat iskemia dapat berkontribusi pada stres

oksidatif dan menyebabkan pelepasan stres oksidatif ke

sirkulasi ibu dan plasenta mungkin mengakibatkan

kerusakan DNA dan bisa menjadi dasar gangguan

pertumbuhan janin dan development (Otuluwa, et al., 2014)

Antioksidan seperti vitamin A dan E dapat mencegah

produksi 8-OHdG karena aktivitas anti-oksidan dalam

menghambat radikal bebas. Suplementasi dengan vitamin

antioksidan dan vitamin B dapat mengurangi frekuensi

mikronuklei (penanda kerusa kan DNA) (Otuluwa, et al.,

2014)

Kerusakan oksidatif pada dasar DNA dianggap

sumber signifikan terjadinya mutasi dan berbagai penyakit

degeneratif seperti penuaan dan kanker. Kerusakan DNA

secara terus-menerus akan diperbaiki dan dasar kerusakan

akan diekskresikan melalui urin. Salah satu biomarker yang

paling sering digunakan untuk mendeteksi kerusakan DNA

adalah 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin (8-OHdG) yang

merupakan modifikasi dasar nukleosida. Hubungan antara

45

reaktif oksigen spesies (ROS) dengan penggunaan 8-OHdG

sebagai biomarker terjadinya stres oksidatif telah banyak

diselidiki pada berbagai macam penyakit (Cooke, et

al.,2003)

3. Delapan-Hydroxy-2’-Deoxyguanosyn (8-OHdG)

Penemuan 8-OHdG dilaporkan pertama kali oleh Kasai da

Nishimaru pada tahun1984 di dalam usaha mereka untuk

mempelajari dan mengisolasi mutagens pada glukosa yang

dipanaskan (seperti model makanan yang dimasak). Karena

kesulitan mengisolasi mutagens yang sangat tidak stabil, metode

dikembangkan dengan memeriksa mutagen reaktif yang

merupakan derivatif guanine dari kenyataan yang ada jika

karsinogen dan reaksi mutagen dengan basa asam nukleat,

dalam hal ini guanine. Peneliti yang sama menemukan radikal

bebas oksigen berkembang pada reaksi C-8 oksidasi. Beberapa

tahun kemudian bentuk 8-OHdG dapat dikonfirmasi dalam reaksi

yang melibatkan radikal bebas oksigen seperti serat asbes dan

H2O2. Beberapa tahun kemudian kadar 8-OHdG dapat dideteksi

dan dianalisis dengan sensitifitas yang tinggi dengan

menggunakan high-performance liquid chromatography (HPLC),

gas-chromatography-mass spectrometry(GC-MS) dan liquid

chromatograpy-mass spectrometry-mass spectrometry (LC-MS-

46

MS) dan metode imunohistokimia dan eletroforesis pada sel

tunggal. Pemeriksaan dan analisis 8-OHdG dapat menggunakan

organ hewan dan sampel pada manusia seperti urin, leukosit DNA,

serum, cairan cerebrospinal, organ manusia) dapat dipakai sebagai

biomarker stress oksidatif, proses penuaan dan karsinogenesis

(Darmayasa, 2013).

Radikal hidroksil adalah salah satu ROS yang dapat

merusak DNA. Senyawa 8-hidroxy-2’-Deoxyguanosin (8-OHdG)

yang merupakan salah satu ekspresi utama kerusakan DNA.

Kadar 8-OHdG yang tinggi berhubungan dengan tingginya agresi

radikal hidroxil dan rendahnya kecukupan antioksidan (Lobo, et al.,

2010 cit Suciani, 2015).

Peningkatan stress oksidatif dapat menyebabkan radikal

bebas menyerang molekul-molekul yang secara fisiologis sangat

penting seperti lipid, protein termasuk enzim dan DNA.

Sebagai akibat lanjutan dari kerusakan terhadap purin dan pirimidin

akan terjadi modifikasi DNA yang teroksidasi. Guanin dapat

diserang oleh OH-. pada posisi C-8 menghasilkan 8-hidroxy-2’-

deoksiguanosin (8-OHdG) sebagai produk oksidasinya. Posisi lain

juga dapat diserang dan produk-produk lainnya mungkin saja

terbentuk. Di antara basa-basa yang teroksidasi itu 8-hidroksi-2’-

deoksiguanosin yang terbanyak jumlahnya (Darmayasa, 2013).

Produk lesi dari oksidasi oleh radikal hidroksil adalah 8-

47

hidroksiguanin, bersama dengan equivalennya 8-hidroksi-2’

deoksiguanosin (8-OHdG) sangat mutagenik. Komponen ini

menyebabkan mutasi (transversi) A:T m enjadi C:C atau G:C

menjadi T:A oleh karena pasangan basanya dengan adenin sebaik

sitosin (Kohen dan Nyska, 2002 cit Darmayasa, 2013).

Radikal hidroksil juga dapat menyerang basa yang lain

seperti adenin untuk membentuk 8 (atau 4-,5-) hidroksiadenin.

Produk-produk lain hasil interaksi antara pirimidin dengan radikal

hidroksil yaitu tiamin perokside, tiamin glikol, 5 (hidroksimetil) urasil

dan produk-produk lainnya. Interaksi langsung lain antara ROS

yang kurang reaktif seperti O.2- dan H2O2 tidak menimbulkan

kerusakan pada jumlah fisiologi, tapi bagaimanapun produk ini

adalah sumber-sumber intermediat reaktif yang mudah diserang

dan menyebabkan kerusakan (Darmayasa, 2013).

Delapan-hidroksi-2’-deoksiguanosin (8-OHdG) adalah suatu

basa nuklotida yang menjadi salah satu biomarker penting yang

sering digunakan sebagai penanda / indikator kerusakan DNA yang

sensitif sebagai akibat stress oksidatif. Disebutkan bahwa

komponen yang dihasilkan melalui DNA yang rusak diakibatkan

oleh radiasi, radikal hidroksil, superoksid atau peroksinitrit.

Delapan-hidroksi-2’deoksiguanosin itu sendiri mempunyai peran

biologi yang mampu menginduksi konversi G:C ke T:A selama

replikasi DNA. Adanya assay yang sensitif untuk 8-hidroksi-

48

2’deoksiguanosin menyebabkan 8-hidroksi-2’deoksiguanosin ini

dipakai di banyak laboratorium sebagai biomarker kerusakan

oksidasi DNA (Valavanidis, et al. 2009).

Faktor-faktor lain yang mendukung adalah :

a. Formasinya di DNA oleh beberapa spesies reaktif seperti

singlet oksigen dan radikal hidroksil.

b. Kemampuan mutagenisitinya dalam menginduksi transversi

GCTA.

c. Mekanisme multipel yang terlibat dalam pemindahan 8-OHdG

dari DNA atau dalam mencegah penyatuan 8-OHdG ke dalam

sel DNA, dengan asumsi bahwa sel “menganggap” 8-OHdG

adalah sebuah ancaman yang segera harus dimusnahkan.

d. Karena prevalensi dan kemudahan dalam mendeteksi

senyawa ini pada sampel-sampel biologik (Darmayasa, 2015)

Beberapa penelitian telah menguji pengaruh stress

oksidatif terhadap kualitas oosit in vitro. Persentase oosit matur

(tahap meiosis II oosit dengan polar body pertama) secara

signifikan menurun dengan pemberian radikal H2O2 dosis

tertentu tetapi dengan menginkubasi oosit dengan antioksidan

(melatonin) dosis tertentu maka pengaruh radikal terhadap

pematangan oosit dihambat (Umekawa, 2008 cit Darmayasa,

2013). Mungkin sangat besar juga pengaruhnya terhadap

kejadian ovum patologis/besarnya oosit berkualitas rendah

49

yang dipicu kronisnya paparan oleh radikal hidroksil.

Kelainan kromosom sangat menonjol dalam penilaian

dampak penyakit genetik yaitu sekitar 50% kematian mudigah,

5-7% kematian janin, 6-11 % lahir mati dan kematian neonatus

dan 0,9% dari bayi lahir hidup. Gamet-gamet abnormal kecil

kemungkinannya menghasilkan konsepsi dibandingkan dengan

gamet normal. Apabila tetap terjadi pembuahan maka seleksi

menyebabkan sebagian besar hasil konsepsi aneuploidi

(kelainan kromosom) akan lenyap sebelum implantasi

(Cunningham, et al., 2006). Dari beberapa penelitian tentang

kualitas oosit, didapatkan konsentrasi 8-hidroksi-2’-

deoksiguanosin pada cairan intrafolikel wanita yang menjalani

IVF-ET diperoleh dengan tingkat degenerasi oosit yang tinggi

(Umekawa, 2008 cit Darmayasa, 2013).

Fertilisasi dan perkembangan embrio in vivo terjadi

dalam lingkungan rendah tekanan oksigen. Tekanan oksigen

yang rendah lebih efektif untuk implantasi dibandingkan

dengan yang tinggi tekanan oksigen. Vaskularisasi folikel

menentukan kandungan oksigen intrafolikuler serta

kemampuan berkembangnya oosit. Hipoksia intrafolikuler

menyebabkan kelainan agregasi kromosom dan gangguan

mosaik embrio. Hal tersebut menjelaskan kembali bagaimana

ROS dapat merusak oosit (Agrawal, et al. 2006).

50

Pada kehamilan sendiri metabolisme akan meningkat

sehingga memerlukan oksigen lebih banyak, maka semakin

meningkat pula radikal bebas yang ditimbulkan. Stress oksidatif

yang terjadi dapat mengganggu kehamilan jika antioksidan

tidak dapat mengimbanginya.(Griebel, et al.2005; Cunningham,

et al. 2006).

E. Tinjauan Tentang Antioksidan

1. Pengertian antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elekron atau reduktan,

sehingga mempunyai kemampuan untuk menetralkan efek radikal

bebas. Sistem antioksidan tubuh melindungi jaringan dari efek negatif

radikal bebas.

Di dalam tubuh terdapat dua kelompok antioksidan, yaitu

antioksidan enzimatik dan nonenzimatik yang secara rinci diberikan

(Argawal, 2015) :

a. Antioksidan Enzimatik

Antioksidan enzimatik juga dikenal sebagai antioksidan alami,

mereka menetralisir berlebihan ROS dan mencegah dari kerusakan

struktur selular. Antioksidan enzimatik terdiri dari superoksida

dismutase, katalase, glutathione peroksidase dan glutation

reduktase, yang juga menyebabkan pengurangan hidrogen

peroksida untuk air dan alkohol.

51

b. Antioksidan nonenzimatik

Antioksidan non-enzimatik juga dikenal sebagai sintetis

antioksidan atau suplemen diet. Kompleks tubuh sistem antioksidan

dipengaruhi oleh asupan makanan vitamin antioksidan dan mineral

seperti vitamin C, vitamin E, selenium, zinc, taurine, hypotaurine,

glutathione, β-karoten, dan karoten. Vitamin C adalah sebuah rantai

melanggar antioksidan yang berhenti propagasi dari Proses

peroxidative. Vitamin C juga membantu recycle oksidatif dized

vitamin E dan glutation, taurin, hypotaurine dan transferin terutama

ditemukan dalam tuba dan cairan folikel di mana mereka

melindungi embrio dari stress oksidatif. Glutathione hadir dalam

oosit dan cairan tuba dan memiliki peran dalam meningkatkan

pengembangan zigot di luar blok 2-cell ke tahap morula atau

blastosis.

Berdasarkan fungsi dan mekanisme kerjanya, Terdapat 3

kelompok antioksidan (Sayuti, 2015):

a. Antioksidan primer ( endogenus)

Bekerja dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas

yang baru serta mengubah radikal bebas menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum senyawa radikal bebas

bereaksi. Antioksidan primer adalah antiokisdan yang sifatnya

sebagai pemutus rekasi berantai (chain-breaking antioxidant)

yang bisa berekasi dengfan radikal-radikal lipid dengan

52

mengubahnya menjadi produk-produk yang lebih stabil.

Termasuk didalamnya adalah superoxide dismutase (SOD),

glutatin peroksidase ( GPx), dan katalase. Sering juga disebut

antioksidant enzimatis yaitu antioksidan endogenus yang

melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif yang disebabkan

oleh radikal bebas oksigen seperti anion superoksida (O2*-),

radikal hidroksil (OH*), dan hidrogen peroksida (H2O2).

Antioksidan enzimatik berperan sebagai sistem pertahanan dari

serangan stress oksidatif. Enzim-enzim tersebut merupakan

metaloenzim yang aktivitasnya sangat tergantung adanya ion

logam. Aktivitas SOD tergantung adanya Cu, Zn, dan Mn,

sedangkan katalase bergantung pada Fe (besi), dan glutation

peroksidase bergantung pada selenium. Katalase dan GPx

menunjukkan potensinya dengan mengubah H2O2 menjadi H2O,

sedangkan SOD mengkatalisis reaksi dismutasi radikal anion

superoksida. Katalase adalah enzim yang mengkatalisasi reaksi

dekomposisi hydrogen peroksida menjadi oksigen dan H2O.

Peranan katalase sebagai ˝peroksidase khusus˝, adalah

mengoksidasi 1 molekul hidrogen peroksida menjadi oksigen dan

secara simultan mereduksi molekul hidrogen peroksida kedua

menjadi air.

53

b. Antioksidan sekunder ( eksogenus)

Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam

yang bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan

mencegah terjadinya reaksi berantai. Termasuk didalamnya

adalah vitamin E (α-tokoferol), β karoten, asam urat, bilirubin dan

albumin.

c. Antioksidan tersier

Berguna untuk memperbaiki kerusakan biomolekul yang

disebabkan oleh radikal bebas. Contoh antiokisdan tersier

adalah enzim yang memperbaik kerusakan DNA dan metionin

sulfoksida reduktase (Sayuti, 2015).

Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam

tubuh pada dasarnya bisa diatasi oleh antioksidan endogen

seperti enzim catalase, glutathione peroxidase, superoxide

dismutase, dan glutathione S-transferase. Tetapi jika senyawa

radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas

kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan

antioksidan tambahan dari luar atau antioksidan eksogen untuk

menetralkan radikal yang terbentuk (Reynertson, 2007 cit Sayuti

K.,dan Rina Y. 2015). Antioksidan mempunyai kemampuan

mendonorkan elektron dan bisa berfungsi sebagai agen

pereduksi sehingga dapat mengkhelat ion metal dan mengurangi

potensi radikal dalam tubuh (Vaya dan Aviram, 2001 cit Sayuti

54

K., dan Rina Y., 2015). Mengkonsumsi lebih banyak antioksidan

membantu tubuh untuk menetralisir radikal bebas berbahaya.

Antioksidan berperan menetralisir radikal bebas dengan

“menyumbangkan” elektron sehingga membuatnya stabil

kembali. Diperkirakan ada lebih dari 4.000 senyawa dalam

makanan yang berfungsi sebagai antioksidan. Yang paling

banyak dipelajari adalah beta karoten (pro vitamin A), vitamin C,

vitamin E, asam fenolik, selenium, klorofil, karotenoid,

flavonoid, glutasion, koenzim Q10, melatonin dan likopen.

Perlu dicatat bahwa vitamin A sendiri bukan antioksidan

(Krisnadi, 2015).

2. Mekanisme kerja antioksidan

Menurut Lobo, et al (2010) menjelaskan ada 3 mekanisme

sistem pertahanan antioksidan dalam organisme aerobik terhadap

stress oksidatif yang diinduksi oleh radikal bebas dan senyawa oksigen

reaktif, sebagai berikut :

a. Sistem pertahanan pertama adalah preventive antioxidant, yang

menekan pembentukan radikal bebas. Penekanan radikal bebas

dengan dekomposisi senyawa non radikal hidroperoksida dan

hidrogen peroksida diantaranya adalah katalase, Glutation

peroksidase, glutathione-s-transferase, fosfolipid hidroperoksida

glutathione peroxidase (PHGPX), dan peroksidase yang diketahui

membusuk lipid hidroperoksida jika diberikan alkohol yang sesuai.

55

Glutation peroksidase dan katalase mengurangi hidrogen peroksida

air.

b. Sistem pertahanan kedua adalah radical scavenging antioxidant,

bekerja dengan cara menangkap radikal untuk menghambat rantai

inisiasi dan / atau memutus rantai reaksi propagasi pada proses

oksidasi. Berbagai endogen pada antioksidan ini adalah beberapa

hidrofilik dan lain lipofilik. Vitamin C, asam urat, bilirubin, albumin,

dan tiol yang hidrofilik, antioksidan radikal- scavenging, sementara

vitamin E dan ubiquinol yang lipofilik diterima sebagai antioksidan

lipofilik yang paling ampuh radical scavenging antioxidant.

c. Pada sistem pertahanan ketiga, bekerja dengan cara memperbaiki

kerusakan dan membangun membran yang telah rusak.

Antioksidan yag masuk dalam kelompok ini adalah lipase, protease,

DNA repair enzyme dan transferase.

d. Pada sistem pertahanan terakhir berupa proses adaptasi, dimana

tubuh memproduksi enzim antioksidan yang sesuai untuk ditransfer

ke sisi tertentu pada waktu dan konsentrasi yang tepat.

3. Sistem pertahanan melalui pemutusan reaksi radikal

Antioksidan yang berpeeran sebagai pemutus rekasi radikal

dikenal dengan antioksidan non-enzimatik. Antioksidan jenis non-

emzimatis ini diantaranya vitamin E (alfa-tokoferol), vitamin C (asam

askorbat), vitamin A dan karetonoid, riboflavin (vitamin B2).

56

a. Vitamin A

Beta-karoten dapat menangkap singlet oxygen (1O2) karena

adanya 9 ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Energi untuk

reaksi ini dibebaskan dalam betnuk panas sedemikian rupa

sehingga sistem regenerasi tidak diperlukan. Beta-karoten juga

bereaksi dengan senyawa-senyawa radikal peroksi, pertama-tama

membentuk radikal karotenoid peroksil dan kemudian membentuk

kerotenoid peroksida (Lobo, et al., 2010).

b. Tokoferol dan tokotrienol (Vitamin E)

Vitamin E adalah nama kolektif untuk satu set delapan

tokoferol terkait dan tocotrienol, yang adalah vitamin yang larut

dalam lemak dengan sifat antioksidan. Dari jumlah tersebut, α-

tokoferol telah paling banyak dipelajari karena memiliki

bioavailabilitas tertinggi, dengan tubuh istimewa menyerap dan

metabolisme formulir ini. Telah diklaim bahwa bentuk α-tokoferol

adalah antioksidan larut lemak yang paling penting, dan yang

melindungi membran dari oksidasi dengan bereaksi dengan radikal

lipid yang dihasilkan dalam reaksi berantai peroksidasi lipid. Hal ini

menghilangkan intermediet radikal bebas dan mencegah reaksi

propagasi dari melanjutkan. Reaksi ini menghasilkan teroksidasi

radikal α-tocopheroxyl yang dapat didaur ulang kembali ke bentuk

tereduksi aktif melalui pengurangan oleh antioksidan lainnya,

seperti askorbat, retinol, atau ubiquinol (Khuzaimah, 2015).

57

Vitamin E dalam dari bahan pangan sebagai antioksidan

yang paling aktif adalah deltatokoferol, sedangkan dalam tubuh

manusia yang paling berfungsi adalah alfa-tokoferol. Vitamin E

bereaksi dengan radikal bebas lipida membran sel membentuk

vitamin E radikal sedikit reaktif yang memutus propagasi dari rekasi

rantai radikal. Vitamin E radikal mengalami regenerasi dengan

adanya glutation dan vitamin C (Muchtadi, 2008; Khuzaimah,

2015)

c. Vitamin C (asam askorbat)

Asam askorbat atau "vitamin C" adalah monosakarida

antioxidantfound di kedua hewan dan tumbuhan. Karena tidak

dapat disintesis pada manusia dan harus diperoleh dari makanan,

itu adalah vitamin. Sebagian besar hewan lain yang mampu

menghasilkan senyawa ini dalam tubuh mereka dan tidak

memerlukan dalam diet mereka. Dalam sel, itu dipertahankan

dalam bentuk penurunan sebesar reaksi dengan glutathione, yang

dapat dikatalisis oleh protein disulfida isomerase dan

glutaredoxins. Asam askorbat adalah reduktor dan dapat

mengurangi dan dengan demikian menetralkan ROS seperti

hidrogen peroksida. Selain efek antioksidan langsung, asam

askorbat juga merupakan substrat untuk antioksidan peroksidase

enzim askorbat, fungsi yang sangat penting dalam ketahanan stres

pada tanaman.

58

Asam askorbat vitamin larut air utama sebagai sumber

antioksidan. Antioksidan ini menjadi bagian yang penting dalam

sistem pertahan tubuh, merupakan bagian dari pertahanan

pertama ROS dalam plasma, dan juga berperan dalam sel. Asam

askorbat dapat menangkap secara efektif sekaligus 02* dan 1O2.

Asam askorbat dapat memutuskan reaksi radikal yang dihasilkan

melalui lopoperoksidasi. Asam askorbat bereaksi secara langsung

pada air dengan radikal LOO*, lalu berubah menjadi askorbil

sedikit rekatif. Asam askorbat mempunyai peran penting dalam

perlindungan DNA. Vitamin C dapat meregenerasi vitamin E

(Muchtadi, 2008 cit Khuzaimah, 2015).

Heaton (2002) telah meneliti peranan diet antioksidan

terhadap kerusakan DNA pada anjing dewasa. Anjing yang

diberikan makanan dengan campuran bahan sumber antioksidan

(vitamin C, vitamin E, taurin, lutein, lycopene dan beta-karoten)

mengalami peningkatan kadar antioksidan setelah 4 minggu

intervensi dimana keadaan yang sama tidak terjadi pada kelompok

kontrol. Setelah 8 minggu suplementasi terjadi penurunan

kerusakan DNA pada kelompok intervensi. Penurunan kerusakan

DNA tersebutt mengindikasikan peningkatan perlindungan DNA

terhadap radikal bebas dan peningkatan perbaikan DNA yang

rusak oleh antioksidan.

59

Penelitian terhadap sopir bus dan polisi kota (bukan

perokok) di Praha menunjukan bahwa pemberian suplementasi

vitamin C dapat menurunkan kerusakan DNA total. Vitamin C

dapat cenderung melindungi integritas DNA (Novotna, 2007;

Bagryanseva, 2010). Hasil penelitian pada subyek perokok juga

daapt memberikan hasil yang sama. Melalui pemberian suplemen

vitamin C sebesar 500 mg/hari selama 6 minggu menurunkan

kadar 8-OHdG (Moller, 2002; Cooke, 1998 cit Khuzaimah, 2015).

Penelitian secara in vitro menunjukan bahwa kekurangan vitamin

C telah terbukti meningkatkan kerusakan DNA dan pada dosis

yang lebih tinggi rneningkatkan stotoksitas hidrogen peroksida

pada limfosit manusia. Kemampuan vitamin C menetralkan radikal

bebas secara in vitro bisa menurunkan kerusakan pada gen-gen

penekan tumor sehingga bisa menurunkan risiko kanker (Thomas,

2011 cit Khuzaimah, 2015).

4. Sistem pertahanan antioksidan

Sistem pertahanan preventif menghambat pertahanan

pembentukan senyaw-senyawa ROS atau merusak pembentukannya.

Dalam cairan ekstraseluler, yang terutama berfungi sistem kelasi

metal, sebaliknya dalam sel, senyawa-senyawa ROS tersebut

dirusak oleh sistem enzim (Nadimin, 2015).

Jenis antioksidan yang berfungsi sebagai sistem pertahanan

dalam cairan ekstraseluler, diantaranya protein plasma yang

60

mempunyai kemampuan mengkelat metal seperti Cu2+ dan Fe3+ dan

sekaligus menghambat rekasi feton dan pembentukan radikal yang

sangat toksik seperti *OH, LOO* atau LO*. Selain itu, dalam cairan

ekstraseluler terdapat beberapa senyawa antioksidan dapat

menangkap senyawa-senyawa ROS pada saat pembentukannya.

Diantaranya adalah asan urat, glukosa, taurin, bilirubin, estrogen,

betakorotene, sistein, melatonin, retinoid dan flafonoid (Nadimin,

2015).

Antioksidan yang berfungsi sebagai sistem pertahanan di

dalam cairan intraseluler, adalah berupa berbagai macam enzim

yang berperan dalam proses degradasi senyawa-senyawa ROS

intraseluler, jenis antioksidan ini biasa disebut antioksidan enzimatik

yaitu Superoksida dismutase (SOD), Katalase (CAT) dan Glutation

peroksidase (GPx). Enzim-enzim tersebut dapat mengkonversi

spesies oksigen reaktif (ROS) menjai molekul non reaktif (Nadimin,

2015).

Tabel 2.1. Enzim-enzim antioksidan dan Fungsinya

Enzim Fungsi

Superoksida Dismutase Menghilangkan superoksida

Katalase Menghilangkan hydrogen peroksida

Glutation Peroksidase Menghilangkan hydrogen peroksida

Glutation disulfide reduktase Mereduksi glutation teroksidasi

Glutation-S-transferase Menghilangkan hidroperoksida lipid

61

Metionin Sulfoksida reduktase Memperbaiki residu metionon teroksidasi

Peroksidase

Dekompesisi hydrogen peroksida dan

hidroperoksida lipid

Sumber : Lee, et al., 2004 cit Nadimin, 2015

F. Tinjauan Tentang Biskuit Makanan Tambahan (MT)

1. Definisi

Makanan tambahan adalah makanan yang tersedia dalam

bentuk Biskuit lapis (SandWich), bergizi sebagai tambahan

makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi

kebutuhan gizi dan diperuntukan bagi ibu hamil. Biskuit lapis

(SandWich) terbuat dari bahan pangan terigu, lemak nabati tanpa

hidrogenasi,gula, susu, telur, kacang-kacangan, buah kering

diperkaya dengan vitamin dan mineral, (Kemenkes, 2011).

2. Komponen / Kandungan Biskuit Makanan Tambahan

a. Kandungan Gizi

Tabel 2.2. Kandungan Gizi Biskuit Makanan Tambahan

INFORMASINILAI GIZI

Takaran saji 100 grJumlah sajian perkemasan:

Energi total 260 kkal

Energi dari lemak120 kkal

Jumlah per sajian %AKG* Jumlah per sajian %AKG*

Lemak total 13 gr 21 %Protein 8 gr 9%

Karbohidrat total 28 gr 9%Natrium 240 mg 16 %

Vitamin A 50% Asam foat 50%

Vitamin D 60% Asam Pantotenat 55%

Vitamin E 55% Selenium 55%

Vitamin B1 (Thimamin) 60% Flour 60%

Vitamin B2 (Riboflavin) 55% Yodium 25%

62

Vitamin B6 (Piridoksin) 60% Seng 25%

Vitamin B12 (Sianokobalamin) 60% Zat besi 25%

Vitamin C 50% Fosfor 15%

Vitamin B3 (Niasin) 55% Kalsium 15%*persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2160 kkal.

b. Cemaran

Biskuit lapis (Sandwich) harus memenuhi persyaratan batas

maksimum cemaran mikroba dan cemaran logam.

1) Cemaran mikroba

- Total Plate count (TPC) atau Angka Lompong Total

tidak lebih dari 5,0 x 10 koloni per gram (ml)

- Most Prolable Number (MPN) koliform tidak lebih dad i,0

x 102 koloni pergram (ml)

- Escherichia coli negatif per gram

- Salmonella negatif dalam 25 gr?m contoh (sampel)

- Staphylococcus aureus 1,0 x 10'koloni per gram

2) Cemaran logam

- Arsen (As) tidak lebih'dari 0,1 mg/kg

- Timbal (Pb) tidak lebih dari 0,3 mg/kg

- Timah (Sn) tidak lebih dari 40,0 mg/kg

- Raksa (Hg) tidak lebih dari 0,03 mg/kg

- Kadmium (Cd) tidak lebih dari 0,05 mg/kg

63

3. Manfaat makanan tambahan

a. Pemberian makanan tambahan (PMT) dengan energy 300- 800

kkal/hari dengan energy yang berasal dari protein < 25 % dapat

meningkatkan tambahan berat badan ibu hamil yang menderita

KEK, meningkatkan pertumbuhan janin dan ukuran bayi yang

dilahirkan.

b. Untuk melengkapi dan mencukupi kebutuhan gizi pada ibu hamil

agar berat badan sesuai usia.

c. Memenuhi kebutuhan ibu dan bayinya

d. Membantu pertumbuhan dan perkembangan janin

e. Mengurangi komplikasi dan resiko (perdarahan post partum)

f. Mencegah terjadinya BBLR dan BBLSR pada janin

g. Menghindari dan mencegah terjadinya infeksi pada persalinan

h. Sebagai sumber tenaga ibu dan janin, (Ratih, 2015)

4. Efek Biskuit Makanan Tambahan

Adapun efek samping yang dapat ditimbulkan dari Biskuit makanan

tambahan tersebut yaitu :

a. Apabila dikomsumsi melebihi dosis atau aturan yang berlaku

yaitu hanya dikomsusmi 1 bngkus biskut makanan tambahan

dalam sehari. Karena Biskuit makanan tambahan tersebut

mengandung cemaran mikroba dan cemaran logam yang

terkontrol dalam kemasan (Per Saji) sehingga akan dapat

mengakibatkan efek negative dalam tubuh.

64

b. Selain itu Biskuit tersebut mengandung Vitamin A bila

dikombinasikan dengan zat besi dan tembaga akan

meningkatkan oksidasi guanosin. Interkasi antar zat gizi dapat

membuat vitamin atau mineral yang tadinya antioksidan menjadi

prooksidan. Sehingga akan mempengaruhi fungsi utama Biskuit

makanan tambahan tersebut.

c. Demikian pula kombinasi vitamin C dengan besi, tembaga dan

seng dapat meningkatkan oksidasiguonosin. Kombinasi vitamin

C dan tembaga dapat meningkatkan oksidasi guanosin,

kerusakan DNA oksidatif serta DNA stand breaks.

G. Tinjauan Tentang Tablet Tambah Darah (Fe)

1. Defenisi

Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini

terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu

sintesis hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang

mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin

terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri

dari Fe). Besi bebas terdapat dalam dua bentuk yaitu ferro (Fe2+) dan

ferri (Fe3+).

Konversi kedua bentuk tersebut relatif mudah. Pada konsentrasi

oksigen tinggi, umumnya besi dalam bentuk ferri karena terikat

hemoglobin sedangkan pada proses transport transmembran, deposisi

65

dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam bentuk ferro.

Dalam tubuh, besi diperlukan untuk pembentukkan kompleks besi

sulfur dan heme. Kompleks besi sulfur diperlukan dalam kompleks

enzim yang berperan dalam metabolisme energi. Heme tersusun atas

cincin porfirin dengan atom besi di sentral cincin yang berperan

mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin

dalam otot.

2. Fungsi Zat Besi

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh :

sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai

alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu

berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.

Rata-rata kadar besi dalam tubuh sebesar 3-4 gram. Sebagian

besar (± 2 gram) terdapat dalam bentuk hemoglobin dan sebagian

kecil (± 130 mg) dalam bentuk mioglobin. Simpanan besi dalam tubuh

terutama terdapat dalam hati dalam bentuk feritin dan hemosiderin.

Dalam plasma, transferin mengangkut 3 mg besi untuk dibawa ke

sumsum tulang untuk eritropoesis dan mencapai 24 mg per hari.

Sistem retikuloendoplasma akan mendegradasi besi dari eritrosit

untuk dibawa kembali ke sumsum tulang untuk eritropoesis.

Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel

darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan

sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang

66

membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang,

tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga

berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh

3. Sumber Zat Besi

Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam dan

ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-

kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah

besi, perlu diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, dinamakan

juga ketersediaan biologic (bioavability). Pada umumnya besi di dalam

daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi

di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai mempunyai

ketersediaan biologik sedang, dan besi dalam sebagian besar

sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti

bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya

diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas

campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan

serta sumber gizi lain yang dapat membantu sumber absorbsi. Menu

makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan,

kacang-kacangan, serta sayuran dan buah-buahan yang kaya akan

vitamin C.

67

Berikut bahan makanan sumber besi

Bahan Makanan Kandungan Besi (mg)

Daging 23.8

Sereal 18.0

Kedelai 8.8

Kacang 8.3

Beras 8.0

Bayam 6.4

Hamburger 5.9

Hati sapi 5.2

Susu formula 1.2

Bahan makanan sumber besi didapatkan dari produk hewani dan

nabati. Besi yang bersumber dari bahan makanan terdiri atas besi

heme dan besi non heme. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat

bahwa walaupun kandungan besi dalam sereal dan kacang-kacangan

relatif tinggi, namum oleh karena bahan makanan tersebut

mengandung bahan yang dapat menghambat absorpsi dalam usus,

maka sebagian besar besi tidak akan diabsorpsi dan dibuang bersama

feses.

4. Kebutuhan Fe/Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada Masa

Kehamilan

Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040

mg. Kebutuhan ini diperlukan untuk :

68

- ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.

- ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.

- ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin

maternal/ sel darah merah.

- ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.

- ± 200 mg lenyap ketika melahirkan

Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500 kalori akan

menghasilkan sekitar 10–15 mg zat besi perhari, namun hanya 1-

2 mg yang di absorpsi. jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi,

maka diharapkan 6-8 mg zat besi dapat diabsropsi, jika

dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang diabsropsi

adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian ibu.

Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I

kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III

sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama

kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi

menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak

trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita

akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat

besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah

harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan

saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat

kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat

69

besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi

tidak hamil.

Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat

besi yang hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan

basal ini kira-kira 14 ug per Kg berat badan per hari atau hampir

sarna dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki dewasa dan 0,8 mg

bagi wanita dewasa. Kebutuhan zat besi ibu hamil berbeda pada

setiap umur kehamilannya, pada trimester I naik dari 0,8 mg/hari,

menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III. Kebutuhan akan zat besi

sangat menyolok kenaikannya. Dengan demikian kebutuhan zat

besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari makanan

saja, walaupun makanan yang dimakan cukup baik kualitasnya

dan bioavailabilitas zat besi tinggi, namun zat besi juga harus

disuplai dari sumber lain agar supaya cukup. Penambahan zat

besi selama kehamilan kira-kira 1000 mg, karena mutlak

dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah

ibu. Sebagian dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan

zat besi dan peningkatan adaptif persentase zat besi yang

diserap. Tetapi bila simpanan zat besi rendah atau tidak ada sama

sekali dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit

maka, diperlukan suplemen preparat besi.

70

Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia

kehamilan atau kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai

berikut :

a. Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal

0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel

darah merah.

b. Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal

0,8 mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan

conceptus 115 mg.

c. Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah

kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg

Angka Kecukupan Besi

Umur (tahun) AKG Besi (mg)

10-12 20

13-49 26

50-65 12

Hamil (+ an)

Trimester 1 + 0

Trimester 2 + 9

Trimester 3 + 13

Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorbsi maka

preparat besi untuk pemberian oral tersedia dalam berbagai

bentuk berbagai garam fero seperti fero sulfat, fero glukonat,

71

dan fero fumarat. Ketiga preparat ini umumnya efektif dan tidak

mahal. Di Indonesia, pil besi yang umum digunakan dalam

suplementasi zat besi adalah ferrosus sulfat, senyawa ini

tergolong murah dan dapat diabsorbsi sampai 20%.

Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat

atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat

menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program

nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram

asam folat untuk profilaksis anemia.

Dosis zat besi yang paling tepat untuk mencegah anemia ibu

masih belum jelas, tetapi untuk menentukan dosis terendah dari

zat besi untuk pencegahan defisiensi besi dan anemia defisiensi

besi pada kehamilan telah dilakukan penelitian Pada wanita

Denmark, suplemen 40 mg zat besi ferrous / hari dari 18 minggu

kehamilan tampaknya cukup untuk mencegah defisiensi zat

besi pada 90% perempuan dan anemia kekurangan zat besi

pada setidaknya 95% dari perempuan selama kehamilan dan

postpartum.

Prevalensi anemia defisiensi besi pada 39 minggu kehamilan

secara signifikan lebih tinggi pada kelompok 20 mg (10%)

dibanding kelompok 40 mg (4,5%), kelompok 60 mg (0%), dan

kelompok 80 mg (1,5%) (p = 0,02). Pada 32 minggu kehamilan,

72

berarti Hb pada kelompok 20 mg lebih rendah dibanding

kelompok 80 mg (p = 0,06). Tidak ada perbedaan yang

signifikan dalam status besi (feritin, sTfR, dan Hb) antara

kelompok 40, 60, dan 80 mg. Postpartum, kelompok 20 mg

memiliki feritin serum rata-rata secara signifikan lebih rendah

dibanding kelompok 40, 60 dan 80 mg (p <0,01).

5. Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi

Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek

samping pada gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa

tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare. Frekuensi efek

samping ini berkaitan langsung dengan dosis zat besi. Tidak

tergantung senyawa zat besi yang digunakan, tak satupun senyawa

yang ditolelir lebih baik daripada senyawa yang lain. Zat besi yang

dimakan bersama dengan makanan akan ditolelir lebih baik

meskipun jumlah zat besi yang diserap berkurang. Pemberian

suplementasi Preparat Fe, pada sebagian wanita, menyebabkan

sembelit. Penyulit Ini dapat diredakan dengan cara memperbanyak

minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan serat

seperti roti, serealia, dan agar-agar.

Mual pada masa kehamilan adalah proses fisiologi sebagai

dampak dari terjadinya adaptasi hormonal. Selain itu mual dapat

terjadi pada ibu hamil sebagai efek samping dari minum tablet besi.

Ibu hamil yang mengalami mual sebagai dampak kehamilannya

73

dapat merasakan mual yang lebih parah dibandingkan dengan ibu

hamil yang tidak mengalami keluhan mual sebelumnya. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual akibat

minum tablet besi. Salah satu cara yang dianjurkan untuk

mengurangi mual sebagai efek samping dari mengkonsumsi tablet

besi adalah dengan mengurangi dosis tablet besi dari 1 x 1 tablet

sehari menjadi 2 x ½ tablet sehari. Akan tetapi hal ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Milman, Bergholt, dan

Erikson (2006) yang menyatakan tidak ada hubungan antara efek

samping atau gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri

epigastrik, kolik, konstipasi, dan diare dengan empat dosis yang

diuji cobakan yaitu : 20 mg, 40 mg, 60 mg, dan 80 mg.

Konsumsi tablet besi pada malam hari juga dilakukan para

partisipan dalam upaya mencegah mual setelah minum tablet besi.

Dalam penelitian ini tablet besi diminum pada malam hari agar tidak

mengalami mual. Hal itu dilakukan atas anjuran petugas kesehatan.

6. Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi

Diperkirakan hanya 5-15 % besi makanan diabsorbsi oleh

orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan

defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor

berpengaruh terhadap absorbsi besi. Bentuk besi di dalam

makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi-hem, yang

merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat

74

didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-

nonhem. Kurang lebih 40% dari besi didalam daging , ayam dan

ikan terdapat besi-hem dan selebihnya sebagai non-hem. Besi-

nonnhem juga terdapat di dalam telur, serealia, kacang-kacangan,

sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahan. Makan besi-hem

dan non-hem secara bersama dapat meningkatkan penyerapan

besi-nonhem. Daging, ayam dan ikan mengandung suatu faktor

yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam

amino yang mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu

sapi, keju, telur tidak mengandung faktor ini hingga tidak dapat

membantu penyerapan besi. Asam organik, seperti vitamin C

sangat membantu penyerapan besi-nonhem dengan merubah

bentuk feri menjadi bentuk fero. Seperti telah dijelaskan, bentuk

fero lebih mudah diserap. Vitamin C disamping itu membentuk

gugus besi-askorbat yang tetap larut pada pH tinggi dalam

duodenum. Oleh karena itu sangat dianjurkan memakan makanan

sumber vitamin C tiap kali makan. Asam organik lain adalah asam

sitrat. Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serelia dan asam

oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor-

faktor ini mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapannya.

Protein kedelai menurunkan absorbsi besi yang mungkin

disebabkan oleh nilai fitatnya yang tinggi. Karena kedelai dan hasil

olahnya mempunyai kandungan besi yang tinggi, pengaruh akhir

75

terhadap absorbsi besi biasanya positif. Vitamin C dalam jumlah

cukup dapat melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang

menghambat penyerapan besi ini. Tanin yang merupakan polifenol

dan terdapat di dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan

buah juga menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya.

Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau

kopi waktu makan. Kalsium dosis tinggi berupa suplemen

menghambat absorbsi besi, namun mekanismenya belum diketahui

dengan pasti.

Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi.

Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan

obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi

absorbsi besi. Faktor intrinsik di dalam lambung membantu

penyerapan besi, diduga karena hem mempunyai struktur yang

sama dengan vitamin B12. Kebutuhan tubuh akan besi

berpengaruh terhadap absorbsi besi. Bila tubuh kekurangan besi

atau kebutuhan meningkat pada kondisi tertentu, absobsi besi-

nonhem dapat meningkat sampai sepuluh kali, sedangkan besi-

hem dua kali.

76

Tabel 2.3. Senyawa Yang Mempengaruhi Absorpsi Besi

Aktivasi Inhibitor

Asam askorbat

Daging

Alkohol

Polifenol (grup galoil)PitatKalsiumMirisetin

Asam klorogenik (kopi)

7. Tablet besi berguna untuk kesehatan ibu dan bayi

Proses haemodilusi yang terjadi pada masa hamil dan

meningkatnya kebutuhan ibu dan janin, serta kurangnya asupan zat

besi lewat makanan mengakibatkan kadar Hb ibu hamil menurun.

Untuk mencegah kejadian tersebut maka kebutuhan ibu dan janin

akan tablet besi harus dipenuhi.

Anemia defisiensi besi sebagai dampak dari kurangnya asupan

zat besi pada kehamilan tidak hanya berdampak buruk pada ibu,

tetapi juga berdampak buruk pada kesejahteraan janin. Hal

tersebut dipertegas dengan penelitian yang dilakukan yang

menyatakan anemia defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan janin dan kelahiran prematur. Lebih lanjut dalam

penelitiannya tentang mekanisme biologi dampak pemberian zat

besi pada pertumbuhan janin dan kejadian kelahiran premature

melaporkan anemia dan defisiensi besi dapat menyebabkan ibu

dan janin menjadi stres sebagai akibat diproduksinya corticotropin-

releasing hormone (CRH). Peningkatan konsentrasi CRH

77

merupakan faktor resiko terjadinya kelahiran prematur, pregnancy-

induced hypertension. Disamping itu juga berdampak pertumbuhan

janin. Temuan lain pada penelitian yang dilakukan adalah

pemberian tablet besi sebelum hamil dapat meningkatkan berat

badan lahir bayi. Penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian

Cristian (2003) dan Palma (2007) yang menyatakan suplemen zat

besi berhubungan dengan resiko BBLR pada ibu yang mengalami

anemia.

Gangguan pertumbuhan janin yang ditimbulkan tergantung

pada periode pertumbuhan apa ibu mengalami anemia. Penelitian

yang dilakukan Georgieftt (2008) menyatakan kejadian defisiensi

besi pada awal kehidupan janin berdampak pada gangguan neural,

metabolisme monoamine dan proses myelinasi.

Janin untuk pertumbuhan dan perkembangan intra uterin

diperoleh janin dari nutrisi yang ada di tubuh ibunya. Kebutuhan

janin ditransfer dari tubuh ibu melaluilasenta. Kebutuhan janin yang

tidak terpenuhi dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan

dan perkembangan janin. Metabolisme tubuh membutuhkan

oksigen agar dapat menghasilkan energi dan komponen lain yang

dibutuhkan tubuh. Ketersediaan oksigen besi dalam tubuh ibu

dapat dilihat dari adanya tanda dan gejala: letih, lemah, lesu,

pusing dan mudah lupa sebagai akibat tidak terbentuknya energi

secara optimal.

78

H. Studi Intervensi Pemberian Mikro Nutrien Pada Ibu Hamil

Beberapa penellitian telah melakukan studi intervensi pemberian mikro nutrient pada ibu hamil. Diantaranya :

Table 2.4. Penelitian intervensi yang pernah dilakukan

Namapeneliti/tahun

Judul penelitian Jenispenelitian

Subjek Penelitian Hasil/kesimpulan penelitian

Hermansyah, VeniHadju,BurhanuddinBahar/ 20

Pengaruh ekstrak daunkelor terhadap asupandan berat badan ibuhamil pekerja sektoralinformal

Randomizedcontrolleddouble blind

Ibu hamil Pemberian ekstrak daun kelorberpengaruh terhadappeningkatan berat badan danlingkar lengan atas tetapi tidakberpengaruh terhadappeningkatan asupan

Anang otuluwa,etal/2014

Effect of moringa oleiferaleaft extractssupplementation inpreventing maternal DNAdamage

Doubleblind,randomized, control trial

Ibu hamil trimester I tidak ada perbedaan yangsignifikan dalam tingkat 8-OHdG antara kelompokintervensi dan kelompokkontrol

Masyita Muis,VeniHadju, SyamsiarRusseng, danM.FurqanNaiem/2014

Effect of moringa leaveextract on occupationalstress and nutritionalstatus of pregnantwomen informal sectorworkers

Randomizedcontrollrdintervensionwith doubleblind

Ibu hamil pekerja Pemberian ekstrak moringaleaft pada ibu hamil pekerjadapat menurnkan MuddleUpper Arm Circumference(MUAC) tapi tidak pada kadarHb

79

Nadimin/2016 The influence provision ofmoringa leaftextracy(moringa oliefera)againt the level of Mda(Malondialdehyde) inpregnant women

Randomizeddouble blind

Ibu hamil Pemberian ekstrak daun kelormenghambat peningkatanMDA pada wanitahamil(7.82±1;22 vs 8.34±1.70nmol/g

M.IshaqIskandar/2015

Efek pemberian ekstrakdaun kelor terhadappeningkatan berat badandan kejadian anemiapada ibu hamil dikabupaten gowa

Double blind,randomizedtrial, pre-postcontrolled

Ibu hamil Pemberian ekstrak daun kelormenunjukkan pertambahanberat badan, LILA signifikanpada kelompok intervensi daripada kontrol. Namun tidaksignifikan pada peningkatankadar Hb.

Nadimin/2015 Pengaruh pemberianekstak daun kelor(moringa oliefera)terhadap pencegahananemia, kerusakan DNAoksidatif pada ibu hamildan berat badan lahirbayi

Double blind,randomizedtrial, pre-postcontrolled

Ibu hamil Pemberian ekstrak daun kelordapat mencegah anemia dankerusakanDNA akibat stressoksidatif pada ibu hamil, sertamencegah BBLR

AnnaKhuzaimaha/2016

Pengaruh Madu danMoringa oleifera DaunEkstrak Suplementasiuntuk MencegahKerusakan DNA di PasifKehamilan Merokok

Randomizedtrial, Pra-posttest

Ibu hamil trimester III Ada pengaruh madu danekstrak daun kelor padapencegahan kerusakan DNApada wanita hamil perokokpasif

Shalini Effect of supplementation Randomized Wanita menopause Penelitian menunjukkan bahwa

80

Kushwaha,Paramjit Chawla, AnitaKochhar/2014

of drumstick ((Moringaoleifera) and amaranth(Amaranthus tricolor)leaves powder onantioxidant profile andoxidative status amongpostmenopausal women

trial tanaman ini memiliki sifatantioksidan dan memilikipotensi terapi untukpencegahan komplikasiselama postmenopause

81

I. Kerangka Teori

q

,

Gambar 2.8.Kerangka Teori

Normal DNA, Damagerepair

8-OHdG

Metabolisme Kebutuhan gizi

Oksigen

Radikal Bebas

Stress oksidatif

Kerusakan DNA

Biskuit MakananTambahan (Lemak,Protein, Karbohidrat,

Natrium, Zat Besivitamin C, E, selenium,

zinc, taurine,hypotaurine, glutathione,β-karoten, Vitamin B1,B2, B3, B6, B12 dan

Asam folat,

Antioksidan EnzimatisSOD,katalase,glutation

oksidase

Antioksidan Non-enzimatisVitamin,A,C,E,β-karoten,flavonoid

Ion superoksida(O2.-)Hidrogen peroksida

(H2O2)

Transisi metal Fe++,Cu+

Radikal hidrosil (.OH)

Air(H2O),O2

Reaktif oksidasi spesies ROS ( O2.-,H2O2, .OH)

Mn-SOD,Cu,Zn-SOD

CAT. GPX

Kehamilan Normal

Kadar 8-OHdG

82

J. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

Gambar 2.9.Kerangka Konsep

K. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh pemberian biscuit

Makanan tambahan (MT) dan Tablet tambah darah terhadap status gizi

dan kadar 8-hydroxy-2’-deoxyguanosin (8-OHdG) pada ibu hamil KEK”

L. Definisi operasional

a. Biskuit makanan tambahan (MT) (Variabel Independent)

Biskuit lapis (SandWich) terbuat dari bahan pangan terigu, lemak

nabati tanpa hidrogenasi,gula, susu, telur, kacang-kacangan, buah

Biskuit makanan tambahan

(MT) dan tablet tambah darah

(IFA)

Delapan-hidroxy-2’deoxyguanosin

(8-OHdG)

Status Gizi

83

kering diperkaya dengan vitamin dan mineral, mengandung multi

mikronutrien, Adapun kandungan makanan tambahan tersebut

yaitu: Lemak total 13 gr, Protein 8 gr, Vitamin A, Vitamin E, Vitamin

D, Vitamin B2 (Riboflavin), Yodium, Karbohidrat total 28 gr, Natrium

240 mg , Asam foat, Asam Pantotenat, Selenium, Vitamin B6

(Piridoksin), Seng, Vitamin B12 (Sianokobalamin), Zat besi, Vitamin

C, Vitamin B3 (Niasin), Fosfor, Kalsium. Membagikan biskuit pada

ibu hamil KEK yang menjadi responden setiap 4 minggu. Biskuit

dikomsumsi 50 gram/hari dipantau dengan menggunakan lembar

ceklis setiap hari selama selama 12 minggu. Dengan metode

pemeriksaan lembar kontrol dengan skala nominal.

b. Tablet tambah darah (IFA) (Variabel Independent)

Tablet tambah darah yang mengandung ferosus sulfate & folic acid

Membagikan Tablet tambah darah pada ibu hamil KEK yang

menjadi responden setiap 4 minggu. Biskuit dikomsumsi 50

gram/hari dipantau dengan menggunakan lembar ceklis setiap hari

selama selama 12 minggu. Dengan metode pemeriksaan lembar

kontrol dengan skala nominal

c. Kadar 8-hidroxy-2’deoxyguanosin (8-OHdG) (Variabel dependent)

Konsentrasi yang digunakan untuk mengukur kerusakan DNA

dengan menggunakan Metode tes Enzim-Linked Immunosorbent

Assay (ELISA). Dengan tes TBA skala rasio.

84

d. Status Gizi (Variabel dependent)

Hasil pengukuran lingkar lengan atas dan berat badan ibu hamil

yang diukur dengan menggunakan pita LILA dan timbangan berat

badan dengan Skala rasio.