tesis - perpustakaan universitas hasanuddin
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of tesis - perpustakaan universitas hasanuddin
TESIS
ANALISIS REVERBERATION TIME TERHADAP
KENYAMANAN AUDIAL PADA RUANG AUDITORIUM
MENARA PINISI UNM
ANALYSIS OF REVERBERATION TIME ON AUDIAL
COMFORT IN AUDITORIUM ROOM OF
UNM TOWER OF PINISI
ZAINATUN
P3200214012
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
ANALISIS REVERBERATION TIME TERHADAP
KENYAMANAN AUDIAL PADA RUANG AUDITORIUM
MENARA PINISI UNM
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Teknik Arsitektur
Disusun dan diajukan oleh
ZAINATUN
Kepada
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
TESIS
ANALISIS REVERBERATION TIME TERHADAP
KENYAMANAN AUDIAL PADA RUANG AUDITORIUM
MENARA PINISI UNM
Disusun dan diajukan oleh
ZAINATUN
P3200214012
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
Pada tanggal, November 2017
dan di nyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Prof. Dr. Ir. H. Muh. Ramli Rahim, M.Eng Dr.Eng. Hj. Asniawaty Kusno,S.T., M.T
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Teknik
Teknik Arsitektur, Universitas Hasanuddin,
Ir. Ria Wikantari, M.Arch., Ph.D Dr.Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Zainatun
Nomor Mahasiswa : P3200214012
Program Studi : Teknik Arsitektur
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, November 2017
Yang menyatakan,
Zainatun
v
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini
sebagaimana syarat utama untuk mencapai gelar Magister Teknik pada
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
dengan judul “Analisis Reverberation Time Terhadap Kenyamanan Audial
Pada Ruang Auditorium Menara Pinis UNM”.
Banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak serta
berdiskusi dengan para ahli untuk mendekatkan peneliti mengenai
permasalahan yang mendasar terkait dengan tujuan penelitian ini. Dalam
kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada
Prof. Dr. Ir. H. Muh. Ramli Rahim, M. Eng sebagai Ketua Komisi Penasehat
Dr. Eng. Hj. Asniawaty, ST, MT sebagai Anggota Komisi Penasehat atas
bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari pengembangan
minat terhadap permasalahan penelitian ini, pelaksanaan penelitiannya
sampai dengan penulisan tesis.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Baharuddin Hamzah,
ST., M.Arch, Ph.D, Dr.Ir. Nurul Jamala, M.T., dan Dr.Eng. Rosady Mulyadi,
ST., MT sebagai penguji atas segala saran, masukan dan koreksi untuk
perbaikan tesis ini. Seluruh staf Rumah Tangga UNM yang telah banyak
membantu selama penelitian berlangsung
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua
ayahanda Drs. H. Andi Arifin Andi Pasinringi dan ibunda Dra. Hj. Sitti May
Fasih, M.Si. yang telah banyak memberikan dukungan dan doanya, suami
tercinta (Andi Hamdan Rauf, SE) dan anak-anakku tersayang (Andi Alif
Hasib dan Andi Aflah Hanif) atas pengertian dan doanya serta dukungan
moril selama dalam studi. Serta rekan-rekan mahasiswa (kak Yeti, Vovi,
dan Ninik,) yang telah banyak memberikan bantuan berupa tenaga, waktu
dan do‟a sehingga tesis ini dapat selesai. Terakhir, terima kasih pula
diberikan kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Arsitektur angkatan
vi
2014 dan mereka yang namanya tidak tercantum tetapi telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan dan juga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata, saya
berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Makassar, November 2017
Wassalam
Zainatun
vii
ABSTRAK
ZAINATUN. Analisis Reverberation Time Terhadap Kenyamanan Audial
Pada Ruang Auditorium Menara Pinisi UNM ( dibimbing oleh
Prof.Dr.Ir.H.Muh.Ramli Rahim,M.Eng dan Dr.Eng.Hj.Asniawaty Kusno,
ST.,MT.)
Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi kenyamanan audial pada
ruang auditorium menurut pendapat pengguna ruang dan mengetahui nilai
reverberation time yang ada pada ruang tersebut.
Penelitian ini menggunakan dua metode yakni metode kualitatif dan
kuantitatif. Penerapan metode kualitatif dilakukan dengan membagikan
kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil
kuesioner dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 22. Sementara
metode kuantitatif, yakni pengukuran nilai tingkat tekanan bunyi dengan
menggunakan alat sound level meter (SLM) dan menghitung nilai
reverbertion time (RT) dengan menggunakan persamaan Sabine.
Kemudian disimulasi dengan menggunakan software scotect.
Hasil penelitian berdasarkan pembagian kuesioner terhadap
pengguna ruang didapatkan hasil menurut tempat duduk terhadap usia tua
ada 44.3% yang merasa sangat nyaman terhadap penyebaran distribusi
suara dalam ruangan, sedang 41.3% merasa sangat tidak nyaman.
Sementara untuk usia muda ada 48.3% yang merasa sangat tidak nyaman
dengan posisi tempat duduk dan bunyi yang didapatkan, sedangkan ada
2.0% yang merasa sangat nyaman terhadap penyebaran distribusi suara
dalam ruangan. Sementara dari hasil pengukuran nilai tingkat tekanan
bunyi yang tertinggi pada titik ukur 31 yaitu 94.0 dB dan yang terendah
pada titik 22 yaitu 60.8 dB. Hasil perhitungan RT pada auditorium baik saat
ruangan kosong berkisar pada 0.45-0.40 detik pada frekuensi 500hz.
Kata Kunci : kenyamanan audial, tingkat tekanan bunyi dan reverberation
time.
viii
ABSTRACT
ZAINATUN. The Analysis of Reverberation Time on the Auditory Comfort At
Auditorium Room of UNM Pinisi Tower. (supervised by H.Muh.Ramli
Rahim and Hj.Asniawaty Kusno.)
This research aimed (1) to determine the condition of auditory
comfort in the auditorium space according to the opinion of space users; (2)
to investigate the value of the existing reverberation time in the space.
This research uses two methods, namely the qualitative and
quantitative methods; the qualitative method was conducted by distributing
questionnaires, interviews and direct observation in the field .The results of
the questionnaire were analyzed using SPSS version 22, while the
quantitative method was conducted by measuring the sound pressure level
using the Sound Level Meter (SLM) and calculation of the Reverbertion
Time (RT) by using the Sabine equation and the simulation was conducted
using the Ecotect Software.
The research results indicated that, based on the questionnaires to
the space users, and accordingto the seat position, 44.3% of the older
users felt comfortable about the spread of sound in the space, while 41.3%
did not feel comfortable with the position of the seats and the sound they
received, and only 2% felt very comfortable with the distribution spread of
sound in the space. Meanwhile, the result of the measurement of the
highest level of Sound Pressure showed that at the measuring point 31
was 94.0 dB and the lowest at point 22 was 60.8 dB. The results of the RT
calculations at the auditorium when the auditorium was empty was about
0.45-0.40 seconds at the frequency of 500hz.
Keywords: auditory comfort, level of sound pressure, Reverberation Time.
ix
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan ................................................................................. ii
Halaman Tesis ......................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian Tesis ....................................................... iv
Prakata ..................................................................................................... v
Abstrak ................................................................................................... vii
Abstrac .................................................................................................. viii
Daftar Isi .................................................................................................. ix
Daftar Tabel ............................................................................................. xii
Daftar Gambar ........................................................................................ xiii
BAB I Pendahuluan ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
E. Batasan Penelitian ........................................................................ 4
F. Sistematika Pembahasan .............................................................. 5
G. Kerangka Pikir .............................................................................. 7
BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8
A. Bunyi ........................................................................................... 10
a. Terjadinya Bunyi ................................................................... 12
b. Frekuensi Bunyi .................................................................... 12
c. Macam Sumber Bunyi ........................................................... 13
d. Perambatan Bunyi ................................................................ 14
e. Resonansi ............................................................................. 15
f. Desibel .................................................................................. 15
B. PARAMETER KENYAMANAN OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF ...... 16
a. Tingkat Bising Latar Belakang (Background Noise Level) ..... 17
b. Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) ................................ 18
c. Waktu Dengung (Reverberation Time) .................................. 19
d. EDT (Early Decay Time) ....................................................... 20
x
e. Definition atau Deutlickeit ( a time window of 50 ms), D50 ..... 20
f. Clarity atau Klarheitsmass (C50 ; C80) ........................................ 21
g. TS (Centre Time) .................................................................. 22
C. ELEMEN-ELEMEN AKUSTIK RUANG PADA PERANCANGAN
AUDITORIUM ............................................................................. 23
a. Bentuk Ruang (Layout) ......................................................... 23
b. Bentuk Panggung ................................................................. 24
c. Lantai .................................................................................... 25
d. Dinding ................................................................................. 26
e. Plafon ................................................................................... 27
f. Balkon ................................................................................... 28
g. Penerapan Material ............................................................... 29
h. Penempatan Loudspeaker .................................................... 30
D. KENYAMANAN AUDIAL ............................................................. 31
E. TINGKAT TEKANAN BUNYI ....................................................... 33
F. REVERBERATION TIME ............................................................ 35
G. ECOTECT ................................................................................... 40
H. AUDITORIUM ............................................................................. 41
a. Segiempat............................................................................. 42
b. Kipas (setengah melingkar) .................................................. 43
c. Bentuk tapal kuda ................................................................. 44
d. Bentuk tak beraturan ............................................................. 45
I. PENELITIAN TERDAHULU......................................................... 49
J. KERANGKA KONSEP ................................................................ 55
BAB III Metode Penelitian ....................................................................... 56
A. Jenis Penelitian ........................................................................... 56
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 56
a. Lokasi Penelitian ................................................................... 56
b. Waktu Penelitian ................................................................... 59
C. Metode Pengambilan Data. ......................................................... 59
a. Data Primer ........................................................................... 59
xi
b. Data Sekunder ...................................................................... 62
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 70
E. Kondisi Ruang Yang di Teliti ....................................................... 70
a. Ruang Auditorium ................................................................. 70
b. Kondisi Elemen Pembentuk Ruang ....................................... 73
c. Sistem Tata Suara Buatan .................................................... 76
BAB IV Hasil Dan Pembahasan .............................................................. 78
A. Gambaran Umum Menara Pinisi ................................................. 78
B. Analisa Tingkat Kenyamanan Audial Pada Ruang Auditorium
Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar ............................... 79
a. Analisis Responden Berdasarkan Tempat Duduk dan Usia .. 79
b. Analisis Responden Berdasarkan Usia dan Gender.............. 90
C. Analisa Pengaruh Faktor Internal Terhadap Desain Akustik Ruang
Auditorium Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar .............. 95
a. Pengukuran dengan menggunakan sound level meter ......... 95
b. Simulasi dengan menggunakan Software Ecotect .............. 103
BAB V Kesimpulan Dan Saran .............................................................. 111
A. Kesimpulan ....................................................................................... 111
1. Analisis Penggunan (responden) Berdasarkan Tempat Duduk
dan Usia .................................................................................... 118
2. Hasil pengukuran tingkatan tekanan bunyi ......................... 112
3. Hasil Pengolahan Ruang Auditorium untuk mendapatkan
tingkat tekanan bunyi yang ideal ......................................... 112
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kecepatan rambat suara menurut medium rambatnya. ................ 14
Tabel 2. Tingkat keras bunyi ...................................................................... 16
Tabel 3. Kategori penilaian Speech Intelligibility. ....................................... 21
Table 4. Nilai Optimum Parameter Akustik Objektif Ruang Auditorium ...... 22
Tabel 5. Daftar karakteristik bahan-bahan penyerap bunyi ....................... 29
Tabel 6. Pengendalian Kebisingan ............................................................ 32
Tabel 7.Baku kebisingan latar belakang untuk fungsi ruang yang berbeda-
beda .......................................................................................................... 34
Table 8.Tingkat tekanan bunyi beberapa bunyi penting dan bising
Jangkauan frekuensi pada kondisi dan lingkungan tertentu. .................... 344
Table 9. Kesesuaian waktu dengung menurut fungsi ruangan. .................. 38
Table 10. Penelitian Terdahulu .................................................................. 49
Table 11. Penelitian Selanjutnya................................................................ 54
Table 12. Variabel penelitian ..................................................................... 70
Table 13. Data hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi dengan kondisi AC
Off ............................................................................................................. 96
Table 14. Data hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi dengan kondisi AC
On ............................................................................................................. 97
Table 15. Data nilai background boise kondisi AC Off (tidak dinyalakan) ... 99
Table 16. Data nilai background boise kondisi AC On (dinyalakan) ......... 101
Table 17. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan kosong ............. 105
Table 18. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 100 orang
.............................................................................................................. 1066
Table 19. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 200 orang 107
Table 20. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 400 orang 107
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bentuk Denah Auditorium ..................................................................... 23
Gambar 2. Tipe Panggung...................................................................................... 24
Gambar 3. Garis pandang yang baik untuk menghasilkan suara langsung yang
baik. .......................................................................................................................... 25
Gambar 4. Penentuan Kondisi Lantai Yang Digunakan. ....................................... 26
Gambar 5. Sifat Bunyi yang Mengenai Bidang Bercelah ........................................ 26
Gambar 6. Bentuk Dinding Belakang dan Langit-Langit Auditorium ..................... 27
Gambar 7. Pemantulan Yang terjadi pada Bidang Batas ....................................... 28
Gambar 8. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang ....................... 28
Gambar 9. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang ....................... 29
Gambar 10. Contoh Auditorium berbentuk segi empat .......................................... 43
Gambar 11. Contoh Auditorium berbentuk kipas ................................................... 44
Gambar 12. Contoh Auditorium berbentuk tapal kuda ........................................... 45
Gambar 13. Contoh Auditorium berbentuk 3600 .................................................... 46
Gambar 14. Contoh Auditorium berbentuk transverse stage................................. 46
Gambar 15. Contoh Auditorium berbentuk 2100-2200............................................ 47
Gambar 16. Contoh Auditorium berbentuk space-stage ........................................ 48
Gambar 17. Gambar Kerangka konsep.................................................................. 55
Gambar 18. Posisi ruang auditorium pada tampak depan Menara Pinisi Universitas
Negeri Makassar ...................................................................................................... 56
Gambar 19. Tampak Segala Arah Menara Pinisi UNM ......................................... 57
Gambar 20. Letak ruang auditorium pada Denah Menara Pinisi UNM ................. 57
Gambar 21. Potongan Samping Menara Pinisi UNM............................................. 58
Gambar 22. Potongan Depan Menara Pinisi UNM ................................................ 58
Gambar 23. Sound Level Meter.............................................................................. 60
Gambar 24. Distance Meter Laser ......................................................................... 60
Gambar 25. Titik pengambilan data kuesioner baris depan untuk usia tua .......... 63
Gambar 26. Titik pengambilan data kuesioner baris tengah untuk usia tua ......... 64
Gambar 27. Titik Pengambilan data kuesioner baris belakang untuk usia tua ..... 64
xiv
Gambar 28. Titik pengambilan data kuesioner baris depan untuk usia muda ...... 65
Gambar 29. Titik pengambilan data kuesioner baris tengah untuk usia muda ..... 65
Gambar 30. Titik pengambilan data kuesioner baris belakang .............................. 66
Gambar 31. Titik pengambilan data kuesioner pria semua usia ............................ 67
Gambar 32. Titik pengambilan data kuesioner wanita semua usia ....................... 67
Gambar 33. Letak titik ukur pada ruang auditorium ............................................... 69
Gambar 34. Denah ruang auditorium ..................................................................... 72
Gambar 35. Dinding berbentuk gerigi menggunakan material karpet. .................. 73
Gambar 36. Pembatas ruang kontrol menggunakan kaca. ................................... 74
Gambar 37. Lantai bertrap dan menggunakan karpet ........................................... 74
Gambar 38. Lantai panggung menggunakan kayu ................................................ 75
Gambar 39. Lantai bagian belakang menggunakan keramik. ............................... 75
Gambar 40. Plafon yang bertrap – trap dengan menggunakan gypsum............... 76
Gambar 41. Perletakan beberapa speaker ............................................................ 77
Gambar 42. Perletakan beberapa titik lampu, diffuser AC..................................... 77
Gambar 43. Gedung Menara Pinisi ........................................................................ 79
Gambar 44. Keadaan responden baris depan usia tua ......................................... 79
Gambar 45. Keadaan responden baris tengah usia tua ........................................ 80
Gambar 46. Keadaan rersponden baris belakang usia tua ................................... 81
Gambar 47. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua, ...... 82
Gambar 48. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua, ...... 83
Gambar 49. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua, ...... 83
Gambar 50. Suasana pengambilan data kuesioner ............................................... 84
Gambar 51. Suasana pengambilan data kuesioner ............................................... 84
Gambar 52. Suasana pengambilan data kuesioner ............................................... 85
Gambar 53. Keadaan responden baris depan usia muda ..................................... 86
Gambar 54. Keadaan responden baris tengah usia muda .................................... 87
Gambar 55. Keadaan responden baris belakang usia muda ................................ 88
Gambar 56. Situasi pengambilan data kuesioner usia muda, ............................... 89
Gambar 57. Situasi pengambilan data kuesioner usia muda, ............................... 89
Gambar 58. Keadaan responden pria muda .......................................................... 90
Gambar 59. Keadaan responden wanita muda ..................................................... 91
Gambar 60. Keadaan responden pria tua .............................................................. 92
Gambar 61. Keadaan responden wanita tua .......................................................... 93
xv
Gambar 62. Gambar perspektif denah auditorium ................................................. 95
Gambar 63. Grafik tingkat tekanan bunyi kondisi AC OFF .................................... 97
Gambar 64. Grafik tingkat tekanan bunyi kondisi AC On ....................................... 99
Gambar 65. Grafik background boise kondisi AC Off ........................................... 101
Gambar 66. Grafik background boise kondisi AC On ........................................... 102
Gambar 67. Denah perletakan loudspeaker dalam auditorium ............................ 104
Gambar 68. Perspektif dan perletakan loudspeaker dalam auditorium ................ 104
Gambar 69. Grafik nilai RT saat auditorium dalam keadaan kosong ................... 105
Gambar 70. Grafik RT saat auditorium terisi 100 orang ....................................... 106
Gambar 71. Grafik RT saat auditorium terisi 200 orang ....................................... 106
Gambar 72. Grafik RT saat auditorium terisi 400 orang ....................................... 107
Gambar 73.Tampak samping simulasi penyebaran suara dalam ruang auditorium
................................................................................................................................ 108
Gambar 74. Hasil simulasi awal penyebaran suaran dalam ruang auditorium .... 108
Gambar 75. Perspektif simulasi penyebaran suara dalam ruang auditorium ...... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menjadi pusat pendidikan, pengkajian dan pengembangan
pendidikan, sains, teknologi, dan seni berwawasan kependidikan dan
kewirausahaan yang unggul untuk menghasilkan lulusan professional
sebagai insan kamil (insan paripurna) Universitas Negeri Makassar
berupaya menjadi perguruan tinggi yang terbaik dan unggul baik dalam
bidang kependidikan dan non kependidikan. Menjadi yang terbaik tidaklah
mudah, untuk itu diperlukan sumber daya manusia (pimpinan, staf,
pengajar dan administrasi) yang unggul serta didukung dengan fasilitas
yang memadai.
Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar sebuah institusi
pendidikan dengan jumlah karyawan dan dosen 1.350 orang dan
mahasiswa 32.785 (per Desember 2016), memiliki ruang auditorium besar
yang mampu menampung ratusan pengunjung. Ruang auditorium
merupakan salah satu fungsi bangunan yang harus didukung akan
kenyamanan akustik.
Berdasarkan hasil pengambilan data kuesioner yang peneliti
lakukan pada tanggal 8 Oktober, 18 November 2016 dan 19 Januari 2017,
membenarkan bahwa ruang auditorium yang ada sekarang kurang
2
menyenangkan bagi para pengguna, apalagi ketika ruang auditorium
sedang ada acara. Ada beberapa titik tempat duduk yang mana
penyebaran suara tidak merata sehingga penggunjung yang berada di titik
tersebut tidak dapat menangkap bunyi dengan baik. Walaupun lantai dan
plafon yang dirancang bertrap serta dinding yang dirancang bergerigi,
namun kualitas akustik dari aspek reverberation time tidak selalu dapat
dicapai dari elemen perancangan tersebut.
Kata auditorium sebenarnya terdiri dari kata audiens yang berarti
penonton atau peserta aktivitas dan rium yang berarti tempat. Sehingga
ruangan yang digunakan untuk menampung aktivitas dimana ada penyaji /
narasumber dan penonton atau peserta dapat disebut sebagai auditorium.
Ruangan tersebut dipilih karena merupakan ruang pertunjukkan dengan
berkapasitas penonton + 722 pengunjung.
Adanya perbedaan aktivitas dalam setiap jenis auditorium
menyebabkan tingkat pantulan bunyi untuk tiap-tiap jenis auditorium juga
berbeda-beda, utamanya pada perhitungan waktu dengung. Waktu
dengung (Reverberation Time) adalah waktu yang dibutuhkan bunyi untuk
berkurang 60 dB (dihitung dalam detik) hingga tidak terdengar. Parameter
waktu dengung (RT) auditorium berbeda-beda tergantung penggunaannya.
RT yang terlalu pendek akan menyebabkan ruangan terasa „mati‟
sebaliknya RT yang panjang akan memberikan suasana hidup pada
ruangan (Satwiko P. , 2004). Ruang auditorium berdasarkan jenis aktivitas
yang dapat berlangsung di dalamnya termasuk jenis speech auditorium
3
yaitu auditorium mono-fungsi untuk pertemuan dengan aktivitas utama
percakapan (speech) seperti seminar, konferensi, kuliah, wisuda, dan
seterusnya (Febrita, 2011)
Karena reverberation time merupakan aspek penentu kualitas
akustik yang utama dari sebuah ruang pertemuan, maka umumnya hal ini
tidak dapat dicapai hanya melalui dengan pengamatan fisik saja, namun
harus melalui perhitungan yang cermat. Dengan demikian sangat
dimungkinkan ruang-ruang yang secara fisik nampak tidak memenuhi
syarat namun secara akustik memiliki kualitas yang baik atau sesuai
standar (Mediastika C. E., 2006)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi kenyamanan audial pada ruang auditorium Menara
Pinisi Universitas Negeri Makassar menurut pendapat pengguna ruang.
2. Berapakah nilai tingkat tekanan bunyi pada ruang auditorium Menara
Pinisi Universitas Negeri Makassar?
3. Bagaimanakah pengolahan ruang auditorium yang tepat agar
mendapatkan tingkat tekanan bunyi yang ideal untuk ruang auditorium
Universitas Negeri Makassar?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui persepsi kenyamanan audial pada ruang auditorium
Menara Pinisi menurut pendapat pengguna ruang.
2. Untuk mengetahui nilai tingkat tekanan bunyi yang ada pada ruang
auditorium Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar.
3. Untuk melakukan pengolahan ruang auditorium yang tepat agar
mendapatkan tingkat tekanan bunyi yang ideal.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi Universitas Negeri
Makassar;
1. Untuk mendapatkan kenyamanaan audial terhadap tingkat tekanan
bunyi.
2. Mendapatkan nilai tingkat tekanan bunyi yang ideal pada ruang
auditorium.
3. Penggunaan sistem pengguat suara yang ada di dalam ruang
auditorium.
E. Batasan Penelitian
Untuk memastikan tujuan penelitian tercapai, peneliti
menetapkan beberapa batasan sebagai berikut:
5
1. Penelitian ini dilakukan di ruang auditorium Menara Pinisi Universitas
Negeri Makassar
2. Obyek kajian adalah menganalisis tingkat tekanan bunyi pada
kenyamanan audial pada ruang auditorium Menara Pinisi Universitas
Negeri Makassar.
3. Sasaran kajian adalah audiens sebagai pengguna ruang auditorium
Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar.
F. Sistematika Pembahasan
1. Bab 1 Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian,
sistematika penulisan, serta kerangka pikir.
2. Bab 2 Tinjauan Pustaka, merupakan dasar-dasar teori dari literatur
ilmiah yang menjadi acuan dan digunakan di dalam penulisan penelitian
nantinya, dan kerangka konseptual.
3. Bab 3 Metode Penelitian, berisikan lokasi dan waktu penelitian, jenis
penelitian, cara pengumpulan data, dan teknik sampel, instrument
pengumpulan data serta analisis data.
4. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan berupa uraian yang
menjelaskan tahap-tahap hasil penelitian yang telah diperoleh dan
dibahas untuk menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah.
6
5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran, menjelaskan tentang kesimpulan dari
pembahasan dan juga memberikan saran-saran terhadap ruangan
auditorium untuk mencapai kualitas akustik yang baik agar dapat
mewadahi kegiatan yang diselenggarakan pada ruangan tersebut.
7
G. Kerangka Pikir
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan & Manfaat
Penelitian
Tingkat tekanan
bunyi Batasan
Masalah
Tahap – tahap
penelitian
Pengukuran
Simulasi
Analisa dengan
Software ECOTECT
Kuesioner
Analisa Data
Kritik dan Saran
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semua ruangan membutuhkan kualitas akustik tertentu. Kondisi
ini dapat diabaikan bila ruangan tidak menampung fungsi khusus dan
hanya digunakan oleh beberapa pemakai, namun menjadi sangat penting
bila digunakan untuk menampung ratusan pemakai yang disertai penyajian.
Hal ini disebabkan suara dan tampilan yang disampaikan penyaji harus
dapat disaksikan dan didengarkan dengan baik oleh penonton. Untuk
mencapai keadaan ini, maka semestinya ruangan dirancang sedemikian
rupa agar penonton memperoleh sudut pandang yang baik kearah penyaji
dan duduk tidak terlalu jauh (tidak lebih dari 25 meter) dari penyaji.
Sedangkan dari sisi akustik, hal ini dapat dicapai bila elemen pembatas
ruangan (lantai, dinding dan plafon) mampu menyebarkan suara yang
dimunculkan penyaji secara merata kepada penonton. Penyebaran suara
yang baik dapat ditempuh dengan jalan merancang elemen pembatas
ruang dalam bentuk permukaan tertentu dan melapisi permukaan tersebut
dengan bahan tertentu.
Kualitas akustik menyangkut penyebaran suara di dalam ruangan
ditentukan oleh faktor arah penyebaran dan kekuatan penyebaran. Bila
kedua faktor tersebut tidak diperhitungkan dengan cermat, maka sangat
dimungkinkan menimbulkan cacat akustik pada ruangan tersebut, yaitu
munculnya pemantulan berlebihan sehingga menimbulkan gaung atau
9
gema, pemantulan terpusat sehingga besar area di dalam ruang tidak
memperoleh sebaran suara, ataupun munculnya pemantulan berulang
sehingga menimbulkan ketidakjelasan bunyi. Semua ruangan pada
dasarnya membutuhkan terjadinya penyebaran bunyi. Keadaan ini dapat
dicapai dengan jalan pemantulan yang ditimbulkan oleh elemen pembatas
ruangan. Untuk menghidupkan suasana di dalam ruang, baik ruangan yang
dirancang tanpa bantuan peralatan (digunakan secara alamiah) maupun
yang menggunakan peralatan listrik, membutuhkan terjadinya pemantulan.
Tingkat pemantulan yang terjadi seyogyanya disesuaikan dengan
kebutuhan, namun tetap harus menghindari terjadinya pemantulan tunda
berupa gaung/gema atau pemantulan berulang yang akan menimbulkan
ketidakjelasan bunyi. Efek pemantulan yang semestinya dimanfaatkan
adalah pemantulan seketika, yaitu pemantulan yang terjadi lebih cepat dari
1/20 detik dengan selisih jarak antara sumber pendengar dengan sumber-
pantulan-pendengar, lebih pendek dari 20,7m. Pada reverberation
pemantulan terjadi sangat cepat, sehingga sulit dibedakan mana yang
bunyi asli dan mana yang bunyi pantulan, kecuali bila sumber bunyi
dihentikan secara tiba-tiba. (Mediastika C. E., 2005)
10
A. Bunyi
Bunyi dalam bahasa Inggris dikenal istilah sound. Kata ini dalam
bahasa indonesia disepadankan dengan kata bunyi atau suara. Kamus
besar bahasa indonesia (KBBI) mendefinisikan kata bunyi dengan arti yang
lebih luas. Bunyi adalah sesuatu yang didengar oleh telinga, dapat berasal
dari benda apa saja, asalkan menghasilkan bunyi. Sementara istilah suara
lebih cenderung diartikan sebagai bunyi yang keluar dari makhluk hidup,
seperti manusia dan binatang, atau benda-benda yang lebih khusus.
(Mediastika C. E., 2009)
Bunyi mempunyai dua defenisi, Secara fisis bunyi merupakan
penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastik seperti
udara, ini adalah bunyi obyektif. Sedangkan secara fisiologis, bunyi adalah
sensasi pendengaran yang disebabkan penyimpangan, ini adalah bunyi
subyektif. (Prasetio, 1985)
Sifat bunyi terdiri dari dua macam yaitu pertama, bunyi yang
diinginkan dimana kondisi ini menuntut sistem akustik yang baik
menyangkut sumber bunyi, media perambatan, dan penerima. Kedua,
bunyi yang tidak diinginkan. Kondisi ini membutuhkan langkah
pengendalian intensitas bising sejauh mungkin dari penerima. Selain itu,
dapat dibuat penghalang pada media perambatan serta perlindungan bising
pada penerima (Suksmandhira, 2010).
Bunyi menyatakan sensasi pendengaran yang lewat telinga dan
timbul karena penyimpangan tekanan udara. Penyimpangan ini biasanya
11
disebabkan oleh beberapa benda yang bergetar, misalnya dawai gitar yang
dipetik, atau garpu tala yang dipukul. (Prasetio, 1985)
Bunyi adalah gelombang getaran-getaran mekanis dalam udara
atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga manusia
seumumnya, yaitu dalam frekuensi 16-20.000 Hz. (Mangunwijaya, 1980)
Bunyi adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau
benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia,
dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia
terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan
umur. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra (infrasound),
sedangkan di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra (ultra sound). Suara
(voice) adalah bunyi manusia. Bunyi udara (airbone sound) adalah bunyi
yang merambat lewat udara. Bunyi struktur (structural sound) adalah bunyi
yang merambat melalui struktur bangunan (Satwiko P, 2004).
Terdapat dua sasaran dalam pengendalian bunyi secara
arsitektural yakni, menyediakan keadaan yang paling disukai untuk
produksi, perambatan dan penerimaan bunyi yang diinginkan (pembicaraan
atau musik) didalam maupun diluar ruang yang digunakan untuk macam-
macam tujuan. Serta peniadaan atau pengurangan bising/bunyi yang tidak
diinginkan dan getaran dalam jumlah yang cukup banyak.(Suksmandhira,
2010)
12
A. Terjadinya Bunyi
Bunyi merupakan rangkaian perubahan yang terjadi secara cepat
di udara. Perubahan tekanan ini disebabkan oleh adanya objek yang
bergerak cepat atau bergetar, yang kemudian disebut sebagai sumber
bunyi. Objek sumber bunyi dapat berupa zat (benda) padat atau udara.
Baik pada objek padat maupun udara, untuk menjadi sumber bunyi gerakan
atau getarannya harus disertai dengan gerakan atau getaran objek lain,
sehingga saling bersentuhan. Sebagi contoh, gerakan mangkok saja, tanpa
ditingkahi gerakan sendok, tidak akan membuat kita mendengar penjual
bakso menjajakan dagangannya. Gerakan lonceng tanpa disertai anak
lonceng juga tidak menghasilkan bunyi. Sedangkan untuk objek udara kita
dapat mengambil contoh, suara yang dihasilkan makhluk hidup, yaitu kerja
sama antara getaran udara yang ada di kerongkongan dengan pita suara.
(Mediastika C. E., 2009).
B. Frekuensi Bunyi
Frekuensi bunyi (sound frequency) adalah jumlah getaran per
detik dan diukur dengan Hz (Hertz). Frekuensi menentukan tinggi rendah
bunyi. Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi bunyi. Grand piano
mempunyai rentang antara 25-4200 Hz. Percakapan manusia berada
antara 600-4000 Hz. Bunyi-Infra ←63 ←rendah (low) →250 ← tengah (mid)
→2000 ← tinggi (high) →16.000 → Bunyi-ultra. Oktaf (octve) adalah jarak
dua bunyi yang merupakan kelipatan frekuensinya, misal: 37,5 Hz- 75Hz;
75Hz-150Hz, dan seterusnya. (Satwiko P. , 2004)
13
C. Macam Sumber Bunyi
Menurut jumlah sumber getaran atau gerakan yang terjadi, bunyi
dapat dibedakan menjadi bunyi yang berasal dari sumber titik dan bunyi
yang berasal dari sumber berbentuk garis. Sumber bunyi yang berwujud
sebagai titik adalah sumber yang muncul oleh adanya satu buah getaran
saja (getaran tunggal). Selanjutnya bunyi ini terdistribusi atau merambat
dengan kekuatan yang sama ke segala arah, sehingga seolah-olah
membentuk ruangan berwujud bola. Sedangkan bunyi berwujud sebagai
garis adalah bunyi yang dihasilkan oleh beberapa atau banyak getaran
(majemuk). (Mediastika, 2005)
Pada sumber bunyi berbentuk garis, diasumsikan sebuah garis
berada dalam suatu ruangan. Ketika bunyi terdistribusi atau merambat ke
segala arah, seolah-olah akan berbentuk ruangan berwujud tabung atau
silinder dengan sebuah garis sebagai pusat atau sumbunya. Karena
dihasilkan oleh sumber tunggal, bunyi berbentuk titik memiliki kemampuan
sebaran atau perambatan yang lebih rendah dari bunyi berbentuk garis. Hal
ini dibuktikan oleh sebuah penelitian (BRE/CIRIA,1993), bahwa pada
sumber bunyi berbentuk titik, setiap kali jaraknya bertambah dua kali lipat
dari sumber, maka kekuatannya akan turun sebesar 6 dB. Sedangkan pada
sumber bunyi berbentuk garis, setiap kali jaraknya bertambah dua kali lipat
dari sumber, maka kekuatannya akan turun 3 dB. (Mediastika C. E., 2005)
14
D. Perambatan Bunyi
Rambatan gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan
dan perengangan partikel-partikel udara yang bergerak kearah luar, karena
penyimpangan tekanan. Ini sama dengan penyebaran gelombang air pada
permukaan suatu kolam dari titik di mana batu dijatuhkan. Partikel-partikel
udara yang meneruskan gelombang bunyi tidak berubah posisi normal,
mereka hanya bergetar sekitar posisi kesetimbangannya, yaitu posisi
partikel bila tak ada gelombang bunyi yang diteruskan. Penyimpangan
tekanan ditambahkan pada tekanan atmosfir yang kira-kira tunak (steady)
dan ditangkap oleh telinga (Prasetio, 1985).
Kecepatan rambat gelombang bunyi pada temperatur ruang 680
F (200 C) adalah sekitar 1.130 ft per sekon (344 m per sekon). Kecepatan
bunyi yang rendah menyebabkan cacat akustik seperti gaung (pemantulan
yang berkepanjangan), gema dan dengung yang berlebihan
Kecepatan rambat yang umum digunakan adalah 340 m/det.
Kecepatan rambat bunyi pada medium udara pada suhu berkisar 160 C
(Tabel 1). Kecepatan ini sangat bergantung pada jenis/susunan medium
perambatan sumber bunyi serta suhu medium tersebut.
Tabel 1. Kecepatan rambat suara menurut medium rambatnya. (Mediastika, 2009)
Medium Kecepatan Rambat Suara (v)
Udara pada temperatur -200 C 319,3 m/det
Udara pada temperatur 00 C 331,8 m/det
Udara pada temperatur 100 C 337,4 m/det
Udara pada temperatur 200 C 343,8 m/det
Udara pada temperatur 300 C 349,6 m/det
15
Gas O2 316 m/det
Gas CO2 259 m/det
Gas Hidrogen 1284 m/det
Air murni 1437 m/det
Air laut 1541 m/det
Baja 6100 m/det
E. Resonansi
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya objek yang berada
pada jarak tertentu dari sebuah objek sumber bunyi yang bergetar,
karena objek yang ikut bergetar tersebut memiliki kesamaan atau
kemiripan frekuensi dengan objek sumber bunyi yang bergetar.
Resonansi akan terjadi sangat kuat bila dua objek tersebut sama persis
frekuensinya, namun tidak terlalu kuat ketika kedua objek hanya
berdekatan frekuensinya. Resonansi juga terjadi lebih kuat ketika jarak
kedua objek cukup dekat. Selain diakibatkan oleh kesamaan atau
kemiripan frekuensi, resonansi juga dapat terjadi ketika objek sumber
bunyi yang bergetar adalah objek yang memiliki kekuatan getaran yang
hebat (Objek dengan panjang gelombang yang besar atau objek
dengan frekuensi rendah), sehingga mampu menggetarkan objek lain
yang tidak memiliki kedekatan frekuensi (Mediastika C. E., 2005).
F. Desibel
Kepekaan telinga yang tidak sama terhadap bunyi menyebabkan
pengukuran tingkat keras bunyi menggunakan satuan decibel (dB dari deci
16
Bell, diambil dari nama Alexander Graham Bell) menjadi lebih mudah
karena diambil dari angka-angka yang lebih mudah dipahami (Tabel 2).
Tabel 2. Tingkat keras bunyi dalam Pa dan dB (Mediastika C. E., 2005)
Sound Pressure Sound Level Contoh Keadaan
(Pa) (dB)
200 140 Ambang batas atas pendengaran
130 Pesawat terbang tinggal landas
20 120 Diskotik yang amat gaduh
110 Diskotik yang gaduh
2 100 Pabrik yang gaduh
90 Kereta api berjalan
0,2 80 Pojok perempatan jalan
70 Mesin penyedot debu umunya
0,02 60 Percakapan dengan berteriak
0,002 30-50 Percakapan normal
0,0002 20 Desa yang tenang, angin berdesir
0,00002 0 s/d 10 Ambang batas bawah pendengaran
Batas terbawah kemampuan telinga manusia dalam mendengar bunyi
adalah 0 dB dan 140 dB sebagai batas tertinggi. Pengukuran bunyi
menggunakan tingkat keras cenderung lebih sesuai dilakukan sebab
sensasi yang secara nyata dirasakan telinga, lebih keras atau pelannya
bunyi (Mediastika C. E., 2005)
B. PARAMETER KENYAMANAN OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF
Kriteria yang biasa dipakai untuk mengukur kualitas akustik ruang
auditorium adalah parameter subjektif dan objektif. Parameter subjektif
lebih banyak ditentukan oleh persepsi individu, berupa penilaian terhadap
seorang pembicara oleh pendengar dengan nilai indeks antara 0 sampai
17
10. Parameter subjektif meliputi intimacy, spaciousness atau envelopment,
fullness, dan overall impressions yang biasanya dipakai untuk akustik teater
dan concert hall ( (Indrani, Ekasiwi, & Asmoro, 2007). Parameter ini
memiliki banyak kelemahan karena persepsi masing-masing individu dapat
memberikan penilaian yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang
individu, sehingga diperlukan metode pengukuran yang lebih objektif dan
bersifat analitis seperti bising latar belakang (background noise), distribusi
Tingkat Tekanan Bunyi (TTB), RT (Reverberation Time), EDT (Early Decay
Time), D50 (Deutilichkeit), C50, C80 (Clarity), dan TS (Center Time).
A. Tingkat Bising Latar Belakang (Background Noise Level)
Dalam setiap ruangan, dirasakan atau tidak, akan selalu ada
suara. Hal ini menjadi dasar pengertian tentang adanya bising latar
belakang (background noise). Bising latar belakang dapat didefinisikan
sebagai suara yang berasal bukan dari sumber suara utama atau suara
yang tidak diinginkan. Dalam suatu ruangan tertutup seperti auditorium
maka bising latar belakang dihasilkan oleh peralatan mekanikal atau
elektrikial di dalam ruang seperti pendingin udara (air conditioning), kipas
angin, dan seterusnya. Demikian pula, kebisingan yang datang dari luar
ruangan, seperti bising lalu lintas di jalan raya, bising di area parkir
kendaraan, dan seterusnya.
Bising latar belakang tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, akan
tetapi dapat dikurangi atau diturunkan melalui serangkaian perlakuan
akustik terhadap ruangan. Besaran bising latar belakang ruang dapat
18
diketahui melalui pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) di dalam
ruangan pada rentang frekuensi tengah pita oktaf antara 63 Hz sampai
dengan 8 kHz, dimana hasil pengukuran digunakan untuk menentukan
kriteria kebisingan rung dengan cara memetakannya pada kurva kriteria
kebisingan (Noise Criteria – NC).
B. Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi (TTB)
Salah satu tujuan dalam mendesain ruang auditorium adalah
mencapai suatu tingkat kejelasan yang tinggi sehingga diharapkan agar
setiap pendengar pada semua posisi menerima tingkat tekanan bunyi yang
sama. Suara yang dipancarkan oleh pembicara atau pemusik diupayakan
dapat menyebar merata dalam auditorium, agar para pendengar dengan
posisi yang berbeda-beda dalam auditorium tersebut memiliki penangkapan
dan pemahaman yang sama akan informasi yang disampaikan oleh
pembicara maupun pemusik.
Syarat agar pendengar dapat menangkap informasi yang
disampaikan meskipun dalam posisi berbeda adalah selisih antara tingkat
tekanan bunyi terjauh dan terdekat tidak lebih dari 6 dB. Jika dalam suatu
ruangan yang relative kecil di mana sumber bunyi dengan tingkat suara
yang normal telah mampu menjangkau pendengar terjauh, maka hampir
dapat dipastikan bahwa distribusi tingkat tekanan bunyi dalam ruangan
tersebut telah merata.
19
C. Waktu Dengung (Reverberation Time)
Parameter yang sangat berpengaruh dalam desain akustik
auditorium adalah waktu dengung (Reverberation Time). Hingga saat ini,
waktu dengung tetap dianggap sebagai kriteria paling penting dalam
menentukan kualitas akustik suatu auditorium. Dalam geometri akustik
disebutkan bahwa bunyi juga mengalami pantulan jika mengenai
permukaan yang keras, tegar, dan rata, seperti plesteran, batu bata, beton,
atau kaca. Selain bunyi langsung, akan muncul pula bunyi yang berasal
dari pantulan tersebut. Bunyi yang berkepanjangan akibat pemantulan
permukaan yang berulang-ulang ini disebut dengung.
Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan suatu energi
suara untuk meluruh hingga sebesar 1/1.000.000 (sepersatu juta) dari
energi awalnya, yaitu sebesar 60 dB. (Bies & Hansen, 2009)
mendefinisikan waktu dengung yaitu waktu lamanya terjadi dengung di
dalam ruangan yang masih dapat didengar. Dalam perkembangannya,
waktu dengung tidak hanya didasarkan pada peluruhan 60 dB saja, tetapi
juga pada pengaruh suara langsung dan pantulan awal (EDT) atau
peluruhan-peluruhan yang terjadi kurang dari 60 dB, seperti 15 dB (RT15),
20 dB (RT20), dan 30 dB (RT30).
Waktu dengung (Reverberation Time) sangat menentukan dalam
mengukur tingkat kejelasan speech. Auditorium yang memiliki waktu
dengung terlalu panjang akan menyebabkan penurunan speech
intelligibility, karena suara langsung masih sangat dipengaruhi oleh suara
20
pantulnya. Sedangkan auditorium dengan waktu dengung terlalu pendek
akan mengesankan ruangan tersebut “mati”.
D. EDT (Early Decay Time)
EDT atau Early Decay Time yang diperkenalkan oleh V. Jordan
yaitu perhitungan waktu dengung (RT) yang didasarkan pada pengaruh
bunyi awal yaitu bunyi langsung dan pantulan-pantulan awal yaitu waktu
yang diperlukan Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) untuk meluruh sebesar 10
dB. Pengukuran EDT disarankan untuk menghitung parameter subjektif
seperti reverberance, clarity, dan impression.
E. Definition atau Deutlickeit ( a time window of 50 ms), D50
Definition merupakan kemampuan pendengar membedakan
suara dari masing-masing instrument dalam sebuah pertunjukam musik
dalam kondisi transien, nada dasar dan harmonikanya mulai membentuk
sehingga kemungkinan terjadi variasi spektrum. Definition juga merupakan
kriteria dalam penentuan kejelasan pembicaraan dalam suatu ruangan
dengan cara memanfaatkan konsep perbandingan energi yang
termanfaatkan dengan energi suara total dalam ruangan.
D50 merupakan ratio antara energi yang diterima pada 50 ms
pertama dengan total energi yang diterima. Durasi 50 ms disebut juga batas
kejelasan speech yang dapat diterima. Semakin besar nilai D50 maka
semakin baik pula tingkat kejelasan pembicaraan, karena semakin banyak
energi suara yang termanfaatkan dalam waktu 50 ms. Inteligibilitas atau
kejelasan yang baik didapatkan untuk harga D50>0%. Adapun kategori
21
penilaian bagi speech intelligibility berdasarkan D50 dapat Tabel Kategori
penilaian Speech Intelligibility diukur seperti pada tabel.
Tabel 3. Kategori penilaian Speech Intelligibility bedasarkan D50.
D50 (%) SI (%) Kategori
0 – 20
20 – 30
30 – 45
45 – 70
70 – 80
0 – 60
60 -80
80 – 90
90 – 97,5
97,5 – 100
Sangat buruk
Buruk
Cukup/Sedang
Bagus
Sangat Bagus
F. Clarity atau Klarheitsmass (C50 ; C80)
Clarity diukur dengan membandingkan antara energi suara yang
termanfaatkan (yang dating sekitar 0.05 – 0.08 detik pertama setelah suara
langsung) dengan suara pantulan yang datang setelahnya, dengan
mengacu pada asumsi bahwa suara yang ditangkap pendengar dalam
percakapan adalah antara 50 – 80 ms dan suara yang datang sesudahnya
dianggap suara yang merusak.
Semakin tinggi nilai C50, maka semakin pendek waktu dengung,
demikian pula sebaliknya. Tingkat kejelasan pembicaraan akan bernilai baik
jika C50 lebih kecil atau sama dengan -2 dB. C80 merupakan rasio dalam dB
antara energi yang diterima pada 80 ms pertama dari signal yang diterima
dan energi yang diterima sesudahnya. Batas ini ditujukan untuk kejelasan
pada musik. Nilai C80 adalah nilai parameter yang terukur lebih dari 80 ms,
semakin tinggi nilai C80 maka suara akan semakin tidak bagus.
22
G. TS (Centre Time)
TS merupakan waktu tengah antara suara datang (direct) dan
suara pantul (early to late), semakin tinggi nilai TS maka kejernihan suara
akan semakin buruk.
TS merupakan sebuah titik dimana enegi diterima sebelum titik ini
seimbang dengan energi yang diterima sesudah titik tersebut. TS sebagai
pengukur sejauh mana kejelasan sebuah suara diterima oleh pendengar, di
mana semakin rendah nilai TS semakin jelas suara yang diterima.
Parameter objektif berupa respon impuls ruang yang meliputi
waktu dengung (Reverberation Time), waktu peluruhan (Early Decay Time),
D50 (Definition), C50, C80 (Clarity) dan TS (Center Time) memiliki standar
besaran optimum tertentu yang perlu diperhatikan.
Tabel 4. Nilai Optimum Parameter Akustik Objektif Ruang Auditorium
Accoustical Parameters
Conference
Music
Reverberation Time (RT mid,s)
Early Decay Time (EDT,s)
Definition (D,%)
Clarity (C50,C80, dB)
Centre Time (TS, ms)
0,85<RtMid<1.30
0.68<EDT Mi<0.81
>65
C50>6
<80
1.30<RT mid<1.83
1.04<EDT mid<1.76
-
-2<C80<4
<80 Karakteristik dengung suatu ruangan tergantung pada volume
dan fungsi ruang tersebut. Dengung dikatakan optimal apabila:
1. Karakteristik RT pada frekuensi disukai.
2. Perbandingan bunyi pantul terhadap bunyi langsung yang terjadi
menguntungkan.
3. Pertumbuhan dan peluruhan bunyi optimum.
23
C. ELEMEN-ELEMEN AKUSTIK RUANG PADA PERANCANGAN
AUDITORIUM
Bahan penutup bidang permukaan interior ruang yang
mempunyai angka koefisien absorbsi (penyerap) dan refleksi (pemantul)
sangat mempengaruhi waktu dengung yang dihasilkan suatu auditorium
(Zuyyinati, Thojib, & Sujudwijono, 2010). Permukaan atau bidang yang
terkena sebagai media pengantar suara dalam ruang diantaranya lantai,
dinding dan plafon. Tinjauan elemen-elemen akustika ruang dalam diambil
dari beberapa sumber untuk memperoleh hasil yang maksimal. Elemen-
elemen akustika ruang dalam meliputi bentuk ruang, bentuk panggung,
lantai penonton, dinding, bentuk plafon, dan penerapan material yang
digunakan.
A. Bentuk Ruang (Layout)
Bentuk ruang atau layout gedung pertemuan mempengaruhi tingkat
kejelasan suara yang dihasilkan dalam ruangan.
Gambar 1. Bentuk Denah Auditorium
Untuk kapasitas tempat duduk yang lebih besar maka dinding
samping dapat dibuat lebih melebar dari panggung.
24
a. Denah segiempat
b. Denah trapesium dengan dinding belakang datar mengikuti dinding
samping, namun harus memperhatikan potensi bergetar echo (gaung).
c. Denah kipas dengan memundurkan dinding belakang. Kapasitas yang
ditampung lebih besar dan minim potensi terjadi gaung.
B. Bentuk Panggung
Panggung adalah ruang yang digunakan untuk mengekspresikan
materi oleh penyaji. Panggung dibedakan menjadi dua yaitu panggung
permanen dan panggung yang dapat diubah sesuai kebutuhan.
Gambar 2. Tipe Panggung
a. Panggung proscenium, merupakan panggung konvensional yaitu
penonton hanya dapat melihat penyaji dari arah depan saja.
b. Panggung terbuka, merupakan pengembangan dari panggung
proscenium yaitu sebagian panggung menjorok kearah penonton
sehingga penonton dapat melihat penyaji dari arah samping.
c. Panggung arena, yaitu perletakkan panggung yang berada di tengah-
tengah penonton dengan karakteristik panggung yang dapat diubah
25
atau multifungsi. Komunikasi yang terjadi antara penyaji dan penonton
berlangsung amat baik.
d. Panggung extended, merupakan pengembangan dari panggung
proscenium yang melebar kearah samping kanan-kiri. Model panggung
ini memungkinkan persiapan set dekorasi yang berbeda antara sisi
kanan, tengah maupun kiri.
C. Lantai
Lantai diolah dengan kebutuhan akan aktivitas dan kenyamanan
audial. Lantai pada ruang pertemuan ini dibagi menjadi dua yakni lantai
pembicara atau sumber bunyi dan lantai bagi pendengar. Untuk lantai
pembicara dibuat panggung dengan ketinggian 60-120 cm agar penonton
tetap nyaman ketika melihat pembicara (Everest dan Pohlman, 2009).
Gambar 3. Garis pandang yang baik untuk menghasilkan suara langsung yang
baik.
Untuk mengoptimalkan kenyamanan audial visual bagi penonton
atau pendengar maka perlu adanya kemiringan lantai pada area penonton.
Kemiringan lantai untuk ruang pertemuan minimal 150 dan maksimal 300
untuk keselamatan dan keamanan penonton.
26
Gambar 4. Penentuan Kondisi Lantai Yang Digunakan.
α ≥ 8
0 untuk auditorium musik
α ≥ 150 untuk lecture theatre
D ≥ 10 meter untuk auditorium music jika P = 1,5 meter
D ≥ 15 meter jika P = 2,25 meter
D. Dinding
Dinding disesuaikan dengan kebutuhan suara yang ingin
dihasilkan, diserap atau dipantulkan. Dinding juga merupakan elemen yang
bertugas sebagai pengontrol dan pengarah pantulan suara. Dinding
sebagai pengontrol berarti mempunyai fungsi untuk meredam suara agar
mengurangi pantulan suara yang dihasilkan sedangkan dinding sebagai
pengarah berarti bertugas sebagai pemantul. Adapun karakteristik dari
kedua sifat dinding tersebut tergantung pada bentuk dan kualitas
permukaan dinding.
Gambar 5. Sifat Bunyi yang Mengenai Bidang Bercelah
27
Bentuk dinding belakang dan langit-langit auditorium
mempengaruhi terjadinya echo atau gaung. Bentuk dinding belakang
dengan kecenderungan lebih besar akan merefleksikan suara ke penonton
terdekat.
Gambar 6. Bentuk Dinding Belakang dan Langit-Langit Auditorium
E. Plafon
Plafon atau langit-langit biasanya sebagai media pemantul atau
penerus suara. Bentuk pemerataan suara yang diinginkan mempengaruhi
pemilihan bentuk plafon. Plafon mempunyai sifat atau tugas sebagai
reflector yakni membelokkan suara sesuai dengan sudut perletakkan
plafon, untuk itu bentuk langit-langit atau palfon dapat digunakan untuk
mendistribusikan suara secara merata di seluruh ruangan.
Untuk menentukan ketinggian langit-langit pada umumnya ketinggian
langit memiliki rasio 1/3 sampai 2/3 dari lebar ruangan. Untuk ruangan
besar menggunakan rasio paling rendah, sedangkan untuk ruangan kecil
menggunakan rasio yang paling besar. Langit-langit juga penyebar bunyi
atau suara yang utama. Maka dari itu, langit-langit dibuat beberapa segmen
dengan masing-masing ukuran serta sudut yang dibuat untuk memantulkan
bunyi kesegala arah.
28
Gambar 7. Pemantulan Yang terjadi pada Bidang Batas
F. Balkon
Balkon tidak boleh menghalangi pandangan visual dan penerimaan suara
hingga posisi audience yang berada di paling belakang. Proporsi balkon
overhang dasar, sudut vertikal pandang θ harus lebih besar dari 300.
Gambar 8. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang
Kedalaman ruang dibawah balkon tidak boleh melebihi dua kali tinggi
ruang di bawah balkon untuk menghindari terjadinya echo. Balkon tidak
boleh menghalangi pandangan visual dan penerimaan suara hingga posisi
audience yang berada di paling belakang. Proporsi balkon overhang dasar,
sudut vertikal pandang θ harus lebih besar dari 300.
29
Gambar 9. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang
Kedalaman ruang dibawah balkon tidak boleh melebihi dua kali tinggi
ruang di bawah balkon untuk menghindari terjadinya echo.
G. Penerapan Material
Adapun karakteristik bahan-bahan penyerap bunyi (Doelle,
1990:33) sebagai berikut;
Tabel 5. Daftar karakteristik bahan-bahan penyerap bunyi
Bahan Berpori
Bahan penyerap bunyi yang efisien.
Mampu mengubah energi bunyi yang
datang menjadi energi panas dalam
pori-pori. Jaringan selular dengan pori-
pori yang saling berhubungan.
Penyerap Panel
Bahan yang dapat menyerap frekuensi
rendah dengan efisien. Digunakan
pada lapisan penunjang tetapi dipisah
oleh suatu rongga terletak pada bagian
bawah dinding (Doelle, 1990:39).
Bahan ini mempunyai ciri bergetar jika
menabrak gelombang bunyi.
Lubang Resonansi
Sangat efektif ketika penyerapan
karena terdiri dari sejumlah udara
tertutup yang dibatasi oleh dinding-
dinding untuk resonansi bunyi dan
dihubungkan oleh lubang sempit ke
30
ruang disekitarnya yang dapat
menyebabkan gelombang bunyi
merambat.
Karpet
Mampu mereduksi dan meniadakan
bising benturan seperti bunyi seretan
kaki, bunyi langkah kaki dan
sebagainya. Selain untuk bahan
penutup lantai, karpet juga digunakan
sebagai bahan penutup dinding agar
peredaman suara lebih optimal.
H. Penempatan Loudspeaker
Pemerataan dan kejelasan suara atau bunyi sekarang ini tidak
bisa hanya mengandalkan sumber bunyi utama dan desain bangunan serta
material untuk memperoleh kualitas bunyi yang diinginkan, tetapi juga
menggunakan bantuan dari peralatan elektronik seperti pengeras suara
terutama untuk kapasitas peserta sejumlah ratusan bahkan ribuan.
Beberapa tipe penempatan loudspeaker:
a. Terpusat, posisi speaker sama dengan sumber bunyi asli memberi
kesan terasa alami (terutama untuk pidato).
b. Tersebar, tipe ini digunakan untuk aktivitas yang mementingkan
kejelasan suara dibanding arah bunyi. Seperti Bandar udara, speaker
diletakkan pada kolom secara merata.
c. Terpadu dengan kursi (seat-integrated), perletakkan speaker secara
terpadu di belakang kursi. Tipe ini bertujuan agar bunyi pelan dapat
didengar secara jelas, dan pada umumnya diterapkan di gereja.
31
d. Kombinasi, yakni kombinasi dari beberapa tipe, seperti tipe terpusat
dengan tipe tersebar.
D. KENYAMANAN AUDIAL
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar,
sehat sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman; kesegaran;
kesejukan (Kolcab, 2003). Dan beberapa bahasa asing menerjemahkan
kenyamanan sebagai suatu kondisi rileks, dimana tidak dirasakan sakit di
antara seluruh anggota tubuh.
Sedangkan menurut Prasato Satwiko (Satwiko, 2009) dengan latar
belakang arsitektur dan fisika bangunan menjelaskan bahwa kenyamanan
dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap
lingkungannya. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan
rangsangan yang masuk ke dalam dirinya. Dalam hal ini yang terlibat tidak
hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, aroma
suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak,
kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu
nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan pada suatu faktor dapat ditutupi oleh
faktor lain.
Kenyamanan secara fisik dalam bangunan dibagi menjadi tiga,
yaitu :
1. Kenyamanan Termal
32
Yaitu kondisi dimana manusia merasa nyaman terhadap temperatur dan
iklim lingkungannya.
2. Kenyamanan Audial
Adalah kondisi dimana manusia merasa nyaman terhadap suara yang ada
disekitarnya.
3. Kenyamanan Visual.
Adalah kondisi dimana manusia merasa tidak terganggu dengan kondisi
sekeliling yang diterima oleh indra penglihatannya. Pada umumnya terkait
intensitas cahaya yang ada disekitarnya.
Kenyamanan akustik berarti ruangan memiliki tingkatan suara dan
kualitas akustik yang tepat sesuai dengan fungsinya. Sesuai dengan SNI
(1993) dalam lingkungan kenyamanan visual menyatakan bahwa
kenyamanan suara ditetapkan 40-45 dB. Sedangkan pada kenyamanan
yang dikeluarkan oleh MENKES yaitu menyatakan bahwa untuk audial
mempunyai standar yaitu tingkat kenyamanan berkisar 60-70 dB.
Titik ukur untuk kualitas kenyamanan audial adalah SNI 16-7063-
2004 mengenai Nilai Ambang Batas di Tempat Kerja. Nilai ambang batas
kebisingan tercantum pada tabel 6.
Tabel 6. Pengendalian Kebisingan
Waktu pemaparan per hari
Intensitas kebisingan dB(A)
4 2 1
30 15 7,5
Jam
Menit
88 91 94
97 100 103
33
3,75 1,88 0,94
28,12 14,06
7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11
Detik
106 109 112
115 118 121 124 127 130 133 136 139
E. TINGKAT TEKANAN BUNYI
Penyimpangan dalam tekanan atmosfir yang disebabkan getaran
partikel udara karena adanya gelombang bunyi disebut tekanan bunyi.
Telinga tanggap terhadap jangkauan tekanan bunyi yang sangat lebar,
walaupun tekanannya sendiri kecil.
Skala standar yang digunakan untuk mengukur tekanan bunyi
dalam akustik fisis mempunyai jangkauan yang lebar, yang
menyebabkannya susah digunakan. Selanjutnya, skala ini tidak
memperhitungkan kenyataan bahwa telinga tidak tanggap dengan cara
sama terhadap perubahan tekanan bunyi pada semua tingkat intensitas.
Karena alasan ini tekanan bunyi di ukur dalam skala logaritmatik, yang
disebut skala decibel (dB), dinamakan untuk menghormati Alexander
Graham Bell. Skala decibel hampir sesuai dengan tanggapan/kesan
manusia terhadap perubahan kekerasan bunyi, yang secara kasar
sebanding dengan logaritma energi bunyi. Ini berarti bahwa energi bunyi
yang sebanding dengan 10,1000 dan 1000 akan menghasilkan di telinga
34
pengaruh yang secara subyektif sebanding dengan logaritmanya, yaitu
masing-masing 1, 2, dan 3. Bila bilangan skala logaritma ini dikalikan
dengan 10, maka diperoleh skala decibel. Satuan skala ini, decibel, adalah
perubahan terkecil dalam tekanan bunyi yang dapat dideteksi telinga pada
umumnya. Tingkat tekanan bunyi diukur oleh meter tingkat bunyi (sound
level meter).
Tabel 7. Baku kebisingan latar belakang untuk fungsi ruang yang berbeda-beda
No.
Fungsi Ruang/Bangunan
Tingkat Maksimum Kebisingan Latar
Belakang (dB)
1. Studio rekaman atau siaran
15-20
2. Ruang konser musik
15-25
3. Teater, ruang konfrensi, ruang sidang
25-30
4. Rumah sakit, kamar hotel, perpustakaan
25-35
5. Kelas, ruang rapat, rumah tinggal
30-35
6. Rumah makan mewah, kantor
35-40
7. Kafetaria 40-45
Tabel 8. Tingkat tekanan bunyi beberapa bunyi penting dan bising Jangkauan
frekuensi pada kondisi dan lingkungan tertentu.
Kondisi dan Lingkungan
Skala Decibel
(dB)
Karakteristik
Bunyi
Jet tinggal landas
Tembakan meriam
Mengeling
130
Menulikan
120
Sonic boom
Musik orkestra fortissimo
Band rock
110
35
Truk tanpa knalpot Bising lalu lintas Sempritan polisi
100
Sangat keras
90
80
Kantor yang bising Mesin tik yang tenang Percakapan yang tenang
Keras
70
60
Rumah yang bising Percakapan pada umumnya Radio yang pelan
Sedang
50
40 Kantor pribadi Rumah yang tenang Percakapan yang tenang
Lemah
30
20
Gemersik daun Bisikan Nafas Manusia
Sangat lemah
10
F. REVERBERATION TIME
Pengukuran tingkat reverberation time dalam sebuah ruangan
dilakukan dengan menggunakan waktu dengung (reveberation time). Waktu
dengung adalah waktu yang dibutuhkan oleh sumber bunyi yang dihentikan
seketika (bunyi impulse) untuk turun intensitasnya sebanyak 60dB dari
intensitas awalnya. Waktu dengung sebuah ruangan akan bergantung pada
volume ruangan, luas permukaan bidang-bidang pembentuk ruangan,
tingkat penyerapan permukaan bidang, dan frekuensi bunyi yang muncul
dalam ruangan. Melalui waktu dengung, kualitas akustik suatu ruangan
dapat ditentukan. Setiap ruangan dengan fungsi tertentu memiliki waktu
dengung ideal, sesuai dengan aktivitas di dalam ruangan yang berkaitan
36
dengan akustik ilmiah (tanpa peralatan yang menggunakan listrik). (Rizky
Fichamdani, Andi Rahmadiansah dan Wiranto A.Asmoro, 2014).
Parameter akustika ruangan yang paling banyak dikenal orang
adalah waktu dengung (Reverberation Time – RT). RT seringkali dijadikan
acuan awal dalam mendesain akustika ruangan sesuai dengan fungsi
ruangan tersebut. RT menunjukkan seberapa lama energi suara dapat
bertahan di dalam ruangan, yang dihitung dengan cara mengukur waktu
peluruhan energi suara dalam ruangan. Waktu peluruhan ini dapat diukur
dengan menggunakan konsep energi tunak meupun energi impulse. RT
yang didapatkan berdasarkan konsep energi tunak dapat digunakan untuk
memberikan gambaran kasar, waktu dengung ruangan tersebut secara
global. RT jenis ini dapat dihitung dengan mudah, apabila kita memiliki data
volume dan luas permukaan serta karakteristik absorpsi setiap permukaan
yang ada dalam ruangan. Sedangkan RT yang berbasiskan energi impulse,
didapatkan dengan cara merekam respon ruangan terhadap sinyal impulse
yang dibunyikan didalamnya. Dengan cara ini, RT di setiap titik dalam
ruangan dapat diketahui dengan lebih detail bersamaan dengan parameter-
paramter akustik yang lainnya. RT pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah
energi pantulan yang terjadi dalam ruangan. Semakin banyak energi
pantulan, semakin panjang RT ruangan, dan sebaliknya. Jumlah energi
pantulan dalam ruangan berkaitan dengan karakteristik permukaan yang
menyusun ruangan tersebut. Ruangan yang dominan disusun oleh material
permukaan yang bersifat memantulkan energi suara cenderung memiliki RT
37
yang panjang, sedangkan ruangan yang didominasi oleh material
permukaan yang bersifat menyerap energi suara akan memiliki RT yang
pendek. Ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat
menyerap energi suara (RT sangat pendek) disebut ruang anti dengung
(anechoic chamber), sedangkan ruangan yang keseluruhan permukaan
dalamnya bersifat memantulkan suara (RT sangat panjang) disebut ruang
dengung (reverberation chamber). Ruangan-ruangan yang kita tempati dan
gunakan sehari-hari, mulai dari ruang tidur, ruang kelas, auditorium, masjid,
gereja dan sebagainya akan memiliki RT diantara kedua ruangan tersebut
diatas, karena pada umumnya permukaan dalamnya disusun dari
gabungan material yang menyerap dan memantulkan energi suara. Desain
bentuk, geometri dan komposisi material penyusun dalam ruangan inilah
yang akan menentukan RT ruangan, sekaligus kinerja akustik ruangan
tersebut.(Rizky Fichamdani, Andi Rahmadiansah, dan Wiranto A.Asmoro,
2011)
Parameter yang sangat berpengaruh dan umum digunakan
dalam desain akustik auditorium adalah waktu dengung (reverberation time)
yang diciptakan oleh W.C. Sabine pada abad ke-19. Hingga saat ini waktu
dengung tetap dianggap sebagai kriteria yang paling penting dalam
menentukan kualitas karakter akustik suatu auditorium. Waktu dengung
tidak tergantung pada lokasi, tetapi merupakan karakter menyeluruh dari
suatu ruang. Jika volume ruangan semakin besar, maka waktu dengungnya
juga semakin besar. Demikian jika bahan material dari bangunan itu
38
memiliki koefisien dan luasan yanglebih besar, maka waktu dengung yang
didapat semakin kecil. RT untuk jenis speech auditorium disarankan berada
pada 0,60-1,20 detik, sedangkan untuk musik auditorium disarankan
berada pada 1,00-1,70 detik (Egan,1976:154). Bahan penutup bidang
permukaan interior yang berkaitan dengan angka koefisien absorbsi dan
refleksi, sangat berpengaruh dalam menentukan besaran RT suatu
auditorium. Secara terinci kebutuhan reverberation time untuk aktivitas
yang berbeda ditampilkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Kesesuaian waktu dengung menurut fungsi ruangan.
Fungsi Ruangan
Volume Ruang (m3)
Waktu Dengung
(detik)
Kantor 30 0,5
100 0,75
Ruang Konferensi 100 0,5
1000 0,8
Studio Musik 500 0,9
5000 1,5
Gereja 500 1,5
5000 1,8 Bila suatu sumber bunyi di dalam ruangan yang tengah berbunyi
dihentikan secara tiba-tiba, bunyi yang telah tersebar ke dalam ruangan
tersebut tidak serta merta ikut berhenti. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat
permukaan bidang batas permukaan ruangan yang cenderung memiliki
kemampuan memantulkan bunyi yang muncul dari sumber tadi. Terjadinya
perpanjangan bunyi ini disebut reverberation (dengung).
Waktu dengung dapat dihitung secara langsung pada suatu
ruangan yang telah dipergunakan dengan memakai peralatan khusus
penghitung reverberation time, atau secara manual dengan bantuan Sound
39
Level Meter (SLM) dan stop watch. Prinsipnya adalah menyiapkan sumber
bunyi dan meletakkan SLM pada area free field. Pastikan bahwa sumber
mengeluarkan bunyi dengan intensitas lebih tinggi dari 60 dB agar
memudahkan penghitungan saat suara turun intensitasnya sebanyak 60 dB
(agar suara tidak bernilai negatif).
Selain untuk menentukan kualitas akustik suatu ruangan yang
telah berdiri atau telah dipergunakan, perencanaan reverberation suatu
ruangan juga dapat dilakukan sebelum ruangan tersebut dibangun. Formula
Sabine diciptakan untuk membantu perkiraan reverberation time suatu
ruangan yang direncanakan. Formula Sabine diperuntukkan bagi
penghitungan reverberation time pada ruangan yang tersusun dari elemen
bidang batas yang tidak terlalu menyerap. Sedangkan untuk ruangan yang
tersusun dari bidang batas yang sangat menyerap, seperti yang umumnya
terjadi pada ruang studio, formula Eyring lebih tepat digunakan. Adapun
formula Sabine adalah;
………………….………………… (1)
Dengan:
T adalah waktu dengung (detik)
V adalah volume ruangan (m3)
A adalah total absorpsi dari masing-masing permukaan bidang batas
ruangan (m2), yaitu Σ (luas permukaan x koefisien absorpsi).
40
G. ECOTECT
Ecotect adalah suatu software analisis bangunan yang paling
komperhensif dan inovatif dewasa ini. Perancangan bangunan dapat
terlebih dahulu mendapatkan informasi penting terkait dengan performa
vital dari suatu desain bangunan sebelum benar-benar membangun
bangunan tersebut. Dapat dimulai dari analisis iklim terpencil yang
digunakan untuk menghitung efektivitas potensi dari bermacam-macam
teknik desain pasif atau untuk optimasi penggunaan sumber energi
pencahayaan dan angin. Selain itu Ecotect juga mampu mengembangkan
ide-ide desain yang ada dengan melakukan beberapa pemodelan sketsa
sederhana sampai pada tahap desain akhir.
Fitur sigfinikan yang ditawarkan dari Ecotect antara lain adalah
tampilan analisisnya yang menarik. Mengganti tipe dari karpet yang
digunakan untuk lantai dan membandingkan setiap penggantian bahannya
terhadap respon akustik ruang, waktu dengung, level pencahayaan dan
suhu internal ruangan itu sendiri, merupakan salah satu fitur yang
ditawarkan Ecotect. Dapat juga dilakukan penambahan jendela yang
kemudian dengan segera dapat diketahui efek termal yang ditimbulkan
akibat penambahan itu, melihat pengaruhnya terhadap pencahayaan
daylighting, radiasinya, serta total biaya pembangunannya. Selain itu dalam
hal akustik, dapat diketahui juga persebaran partikel suara pada suatu
ruangan tertutup dan melihat pantulan gelombang balik yang dihasilkan
serta slowly decay dalam 3D. Ecotect juga merupakan satu-satunya
41
software aplikasi untuk sejenisnya yang mencantumkan analisis
kenyamanan, emisi dari efek rumah kaca, serta ketersediaan sumber
energi dan perbandingan langsung terhadap biaya yang harus dikeluarkan.
Bagian penting dari Ecotect lainnya yaitu pengembangan tampilan
3Dnya yang inovatif. Sebuah sistem geometris CAD tradisional sebelumnya
melakukan pengembangan desain awal 3D yang tidak sesuai. Spesifikasi
persyaratan inputan yang diberikan terlalu berat sehingga menyulitkan dan
memaksa para desainer berpikir secara matematis untuk mendapatkan
hasil sketsa yang sesuai dengan keinginan mereka. Oleh karena itulah
dibuat sistem konstruksi relational 3D yang fleksibel dan intuituf yang
mampu menghasilkan hubungan antara elemen suatu bangunan mulai dari
yang sederhana sampai pada geometri yang paling kompleks dan
meningkatkan pengembangan itu secara berkelanjutan.
H. AUDITORIUM
Auditorium berasal dari kata audiens (penonton/penikmat) dan rium
(tempat), sehingga auditorium dapat diartikan sebagai tempat
berkumpulnya penonton untuk menyaksikan suatu acara tertentu
(Mediastika, 2005). Fungsi Auditorium menurut, adalah sebagai tempat
untuk menyaksikan dan mendengarkan suatu pertunjukkan berupa teater,
ruang kuliah, gereja, ruang konser, atau gedung bioskop.
42
Auditorium dibagi beberapa menurut jenis aktivitas yang
berlangsung di dalamnya, menurut Mediastika (2005:91) auditorium
dibedakan menjadi:
1. Auditorium untuk pertemuan, yaitu auditorium dengan aktivitas utama
percakapan (speech): seperti untuk seminar, konferensi, rapat besar,
dan lain-lain.
2. Auditorium untuk pertunjukan seni, yaitu auditorium dengan aktivitas
utama sajian kesenian, seperti seni musik, tari dan lain-lain. Secara
akustik, jenis auditorium ini masih dapat dibedakan lagi menjadi
auditorium yang menampung aktivitas musik saja dan menampung
aktivitas musik sekaligus gerak.
3. Auditorium multifungsi, yaitu auditorium yang tidak dirancang secara
khusus untuk fungsi percakapan atau musik, namun sengaja dirancang
untuk berbagai keperluan tersebut, termasuk pameran produk,
perhelatan pernikahan, ulang tahun, dan lain-lain.
Macam-macam Bentuk Ruang Auditorium
Menurut Leslie L. Doelle (1993), bentuk ruang auditorium dapat
dibagi berdasarkan sistem akustiknya, antara lain;
A. Segiempat
Bentuk ini merupakan bentuk yang sederhana dari ruang teater.
Perletakan panggung pertunjukkan berada di salah satu sisi dan ruang
penonton berada di sisi yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang
berada di area samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukan
43
karena arah hadapnya tidak lurus ke arah panggung pertunjukan sehingga
mengurangi rasa nyaman.
Gambar 10. Contoh Auditorium berbentuk segi empat
Dapat pula panggung pertunjukkan berada di tengah-tengah ruang
penonton. Kondisi ini dapat menampung lebih banyak penonton, tetapi
memiliki masalah yang sama, yakni penonton yang berada di area samping
akan merasa kesulitan menikmati pertunjukkan. Bentuk ini sering
digunakan sebagai ruang seminar, workshop, rapat, dan sebagainya.
B. Kipas (setengah melingkar)
Bentuk kipas menjadikan ruang penonton melingkari panggung
pertunjukan. Dengan kondisi ini kemampuan visual penonton terhadap
pertunjukkan yang berlangsung tidak terganggu dengan posisinya
(pandangan penonton lurus ke depan tidak perlu menoleh terlalu banyak).
Fokus pandangan di semua area ruang penonton tertuju ke sebuah pusat,
yakni panggung pertunjukkan.
44
Gambar 11. Contoh Auditorium berbentuk kipas
teater dengan bentuk dasar berupa kipas lebih cocok untuk digunakan
sebagai ruang pertunjukkan dengan kapasitas penonton yang berjumlah
banyak. Kondisi teater berbentuk kipas berupa pandangan dari ruang
penonton tertuju pada satu pusat (panggung pertunjukkan). Hal tersebut
dapat mengurangi gangguan visual dari ruang penonton, ruang sekitar
panggung pertunjukkan dapat digunakan sebagai ruang penonton yang
terletak melingkari pertunjukkan (bisa berupa seperempat lingkaran,
setengah lingkaran, atau juga perempat lingkaran). Dengan demikian,
ruang penonton dapat menampung jumlah lebih banyak dibanding jika
teater berbentuk segiempat. Bentuk ini sering digunakan sebagai
pementasan teater, orkestra, sendratari, dan sebagainya.
C. Bentuk tapal kuda
Bentuk ruang ini akan memantulkan bunyi secara memusat di sisi
tengah ruangan (terletak di titik fokus cekung) karena permukaan dinding
yang berbentuk cekung. Keadaan ini dapat membuat suara menjadi lebih
jelas di bagian tengah ruangan, tetapi dibagian lain akan kurang. Jika
berlebihan, suara yang terdengar di titik fokus pantulan akan terlalu keras.
45
Gambar 12. Contoh Auditorium berbentuk tapal kuda
D. Bentuk tak beraturan
Bentuk ini tercipta karena untuk memenuhi aspek kenyamanan
visual, pencahayaan, dan akustik. Dinding ruangan dibuat tak beraturan
(cekung dan cembung dengan perhitungan sistematis) agar dapat
menyerap bunyi (bunyi cacat akustik) ataupun memantulkan gelombang
bunyi yang dibutuhkan.
Menurut Ham Roderick, Theater Planning (1972), membagi ruang
auditorium menjadi tujuh bentuk dasar auditorium, antara lain;
1. Auditorium 3600
Panggung pertunjukkan berada di tengah, dengan auditorium
(ruang duduk penonton) terletak mengelilingi panggung pertunjukkan.
Dengan begitu, kemanapun arah hadap pementas, maka ia akan
menghadap kearah penonton. Jalur sirkulasi pementas melewati
auditorium. Bentuk ini sering digunakan dalam pertunjukkan konser musik
(terutama band) dan pertunjukkan teatrikal. Tidak sesuai untuk
pertunjukkan sulap.
46
Gambar 13. Contoh Auditorium berbentuk 3600
2. Auditorium transverse stage
Bentuk ini sangat sederhana dengan meletakkan panggung
pertunjukkan dan tempat duduk penonton saling berhadapan. Bentuk ini
tidak cocok untuk jumlah penonton yang banyak karena tingkat visual
penonton terhadap panggung yang kurang sempurna.
Gambar 14. Contoh Auditorium berbentuk transverse stage
3. Auditorium 2100 - 2200
Panggung berada di sebuah titik dengan tempat duduk penonton
berada mengelilinginya, tetapi tidak penuh satu lingkaran. Arah pandangan
visual penonton lurus ke dapan, tidak perlu menengok terlalu banyak untuk
dapat menikmati pertunjukkan. Bentuk ini cocok untuk digunakan dalam
pementasan seni teater, drama, konser musik, tari, sendratari, dan kegiatan
lain yang sejenis.
47
Gambar 15. Contoh Auditorium berbentuk 2100-2200
4. Auditorium pengelilingan 1800
Auditorium pengelilingan 1800 telah digunakan sebagai tempat
pementasan teater sejak zaman Yunani kuno. Memiliki sifat hampir sama
dengan Auditorium 2100 -2210, tetapi memiliki kapasitas penonton lebih
kecil. Bentuk ini sering digunakan sebagai tempat pertunjukkan konser
musik.
5. Auditorium pengelilingan 900
Karakteristik dan sifat bentuk ini hampir sama dengan bentuk
auditorium pengelilingan 2100-2200. Hanya sudut di panggung pertunjukkan
lebih kecil dan lebar tempat penonton yang juga lebih kecil. Kondisi ini
mengakibatkan arah pandang penonton menghadap ke panggung sehingga
lebih cocok untuk ruang pertunjukkan. Bentuk ini lebih dikenal dengan
sebutan bentuk kipas.
6. Auditorium tanpa sudut pengelilingan
Panggung pertunjukkan berada di salah satu sisi ruang dan
tempat duduk penonton berada di sisi yang lain. Keduanya saling
berhadapan. Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang rapat, seminar,
workshop, dan kegiatan lain yang sejenis.
48
7. Auditorium space stage
Dengan bentuk elips, gelombang bunyi akan memantul kearah
seluruh ruangan. Jika dihitung dengan benar, gelombang bunyi akan
terpantul dan menyebar ke seluruh area auditorium.
Gambar 16. Contoh Auditorium berbentuk space-stag
49
I. PENELITIAN TERDAHULU
Tabel 10. Penelitian Terdahulu
No
Judul
Peneltian
dan
Nama Peneliti
/ Tahun
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1. Pemakaian
Model 1:50
Dalam
Pengukuran
Karakteristik
Akustik Bagi
Auditorium
Berbentuk
Kipas.
Finarya Legoh/
2004
1. Mencari secara
sistematis kaitan
paramtere akustik
dari auditorium
berbentuk kipas dan
variasinya.
2. Mengadopsi
metoda pengukuran
“Program SUMMS”,
yang dilengkapi
dengan kompensasi
numerik untuk
mengurangi
pengaruh absorpsi
udara normal pada
frekuensi tinggi.
Membandingkan
desain auditorium
berbentuk kipas
yang baik secara
akustik dan aestetis.
Dengan
menggunakan
metoda ultrasonik
karena hasil
pengukurannya
akurat. Konsepnya
bahwa sifat bunyi
ditentukan oleh ratio
dari gelombang
bunyi ke ukuran
permukaan, dan
bunyi bergerak di
dalam model
memakai media
udara atau
substitusinya.
1. Menunjukkan
bahwa model
auditorium
berbentuk kipas
menghasilkan
akustik yang kurang
disebar (didifusikan),
nilai akustiknya
sangat tergantung
pada lokasi, dan
desain kipas lebih
sesuai untuk
pertunjukkan
percakapan (teater).
2. Menunjukkan
bahwa model
berskala 1:50
dengan desain
denah dan interior
yang sederhana
ternyata sangat
berguna untuk
pendidikan yang
mendetail dalam
memprediksi
karakter akustik
suatu auditorium.
2. Studi
Terhadap
Untuk menghitung
reverberation time
1.Dengan mengguna
kan metode penelitian
1.Ruang audiovisual
yang memiliki nilai
50
Reverberation
Time pada
ruang-ruang
pertemuan di
UAJY
(Audiovisual,
Auditorium
Kampus II dan
Auditorium
Kampus III)
sebagai
indikator
kualitas
akustik
Ruangan.
Christine E.
Mediastika /
Juni 2006
pada ruang
Audiovisual dan
Auditorium II dan III
di Kampus UAJY.
lapangan.
2. Dengan analisis
secara komputerisasi
program Ecotech.
RT paling mendekati
angka ideal untuk
aktivitas speech
(percakapan),
sedangkan kedua
ruang lainnya
memiliki nilai RT
yang masih jauh di
atas standar.
3.
Analisis
Kinerja Akustik
Pada Ruang
Auditorium
Multifungsi.
(Studi kasus:
Auditorium
Univ. Kristen
Petra,
Surabaya)
Hedy C.
Indrani
Sri Nastiti N.
Ekasiwi
Wiranto
A.Asmoro /
Juni 2007
Untuk melakukan
pengukuran dan
analisis kinerja
akustik pada sebuah
studi kasus
auditorium
multifungsi untuk
mengetahui kondisi
background noise
level dan kinerja
akustik auditorium
sehingga dapat
dilakukan perbaikan
yang diperlukan.
1. Pengukuran
tingkat bising latar
belakang
(background noise
level).
2. Pengukuran
distribusi Tingkat
Tekanan Bunyi
(TTB).
3. Pengukuran
respon impuls
berupa waktu
dengung
(Reverberation
Time).
1. Hasil pengukuran
terhadap D50 rata-rata
sebesar 35,69% dan
terletak di antara nilai
SI 80-90%, sehingga
tingkat kejelasan
percakapan (speech
intelligibility) masih
termasuk kategori
cukup bagus.
2. Hasil pengukuran
EDT (pengaruh first
reflection pada
dinding) rata-rata
pada tiap frekuensi
sebesar 1,644 detik
dan EDTmid sebesar
1,684 detik
4. Studi Kualitas
Akustik Ruang
Pada Masjid
Raya Tarakan-
Untuk mengetahui
waktu dengung yang
berlebihan sehingga
menimbulkan
1. Pengukuran
kualitas akustik (RT
60) auditorium yang
ada (model
1. Waktu dengung
optimum yang dapat
disajikan sebesar
pada frekuensi 500
51
Kalimantan
Timur. 2011.
Rizky
Fichamdani,
Andi
Rahmadiansah
,
Wiranto
A.Asmoro
gema/dengung. Eksisting).
2. Pembuatan model
simulasi dari ruang
auditorium masjid
raya Tarakan.
3. Pembandingan
antara hasil simulasi
dengan perhitungan
dengan
menggunakan
rumus Sabine dari
ruang auditorium
masjid raya
Tarakan. Rumus
Sabine digunakan
karena ruangan
nantinya tersusun
dari bidang bahan
penyerap bunyi yang
sangat menyerap.
Hz sebesar 1.13
detik dan frekuensi 1
KHz sebesar 0,96
detik dengan
menggunakan
metode Sabine
dengan material
cellulose fiber 5/8
inchi, polyuretahane
foam ¾ inchi dan
karpet yang
dipasang pada atap
kubah dan lantai 1
dan 2.
2. Aspek biaya juga
perlu
dipertimbangkan
selain faktor nilai
waktu dengung.
Karena untuk
mendapatkan waktu
dengung optimum
perlu didanai senilai
Rp. 1.108.682.000
untuk pembelian
material akustik.
5. Pengaruh
Elemen
Interior
Terhadap
Karakter
Akustik
Auditorium,
2009
Hedy C.
Indrani
Untuk mengetahuin
rasa nyaman atau
sebaliknya antara
lain tergantung atas
kualitas akustik
ruang.
1. Elemen
pembentuk ruang.
2. Pengaturan tata
letak dan pemilihan
bahan tempat
duduk.
3. Jarak pandang.
4. Finishing bidang
permukaan.
Hasil yang dicapai
mengindikasikan
bahwa pada
umumnya prediksi
bagi kualitas
karakter akustik
secara keseluruhan
bagi sebahagian
auditorium memang
dapat dilakukan. Hal
ini membutuhkan
pemikiran desain
akustik yang serius
sejak awal
perancangan
bangunan, agar
52
solusi desain
bangunan, interoir
dan akustinya dapat
terintegrasi dengan
sukses.
6. Simulasi
Reverberation
Time Sound
System Pada
Bangunan SC
Universitas
Islam Negeri
(UIN) Maulana
Malik Ibrahin
Malang, 2009.
Wahyu Fera
Mufida Sari,
Novi Avisena
Untuk mengetahui
dengan teliti berapa
besar nilai wkatu
dengung, intesitas
bunyi yang
mempengaruhi
penerimaan suara.
1. Pemakaian
Delphin sebagai
program untuk
merancang posisi
dan penempatan
Sound system
dalam auditorium.
1. RT rata-rata
bangunan SC UIN
Malang sebesar
2,001 yang mana
waktu dengung
tersebut cocok
digunakan sebagai
ruang konser.
2. Perangkat lunak
dari sistem yang
dibuat dapat
menghitung nilai I,
RT, d, A dan
menentukan jumlah
kursi serta sound
system yang
dikehendaki oleh
operator.
7. Analisis
Kinerja Akustik
Pada Ruang
Auditorium
Mono-Fungsi
(Studi Kasus
Ruang Jelantik
Jurusan
Arsitektur ITS),
2011.
Yuswinda
Febrita.
Untuk menganalisis
kinerja akustik di
dalan ruang
auditorium mono-
fungsi.
Menggunakan
metode pengukuran
background noise
level dangan
menggunakan alat
Sound Level Meter
(SPL).
Melakukan
perhitungan dan
simulasi optimasi
menggunakan
program ECOTECT
v.5.20 untuk
menunjukkan
peningkatan kualitas
akustik (RT).
1. Kebisingan latar
belakang yang ada
pada R.Jelantik
setelah dilakukan
pengukuran di 9 titik
untk SPL pada pita
frekuensi 1200-2400
Hz maka nilai NC
memenuhi kriteria
yaitu 24.82-31.81.
Sedangkan kondisi
eksisting auditorium
menunjukkan bahwa
RT pada occupancy
0% hingga 100%
belum dapat
memenuhi
persyaratann
53
kualitas akustik
untuk karakter
speech, sehingga
terjadi dengung
yang tidak
diinginkan.
8. Waktu
Dengung
Efektif untuk
Desain
Multifungsi
Auditorium
Pendidikan.
2013.
Dyah
Nurwidyaningr
um,
Sri Kurniasih.
Untuk mencapai
waktu dengung yang
dipersyaratkan dan
tercapainya suara
keseluruh peserta.
1. Perhitungan
waktu dengung
eksisting menjadi
acuan
dalampemenuhan
persyaratan yang
harus dicapai.
2. Perubahan desain
permukaan bidang
ruang yang meliputi
lantai, plafond,
dinding dan interior
mempengaruhi
pencapaian
persyaratan.
Penggantian dan
penambahan
material lantai dan
plafond dengan
material yang tepat
dalam kasus ini
menurunkan nilai RT
menjadi memenuhi
persyaratan pada
range 0,5 s/d 1
detik.
Ruang auditorium
tertutup
membutuhkan
penataan tata
cahaya dan tata
udara yang baik
selain tata suara
untuk meningkatkan
kenyamanan di
dalam ruang.
54
Tabel 11. Penelitian Selanjutnya
No
Judul Peneltian
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
1.
Analisis
Reverberation
Time terhadap
kenyamanan
audial pada
ruang auditorium
Menara Pinisi
UNM.
1. Untuk memenuhi standar
tingkat kenyamanan audial
pada ruang auditorium Menara
Pinisi menurut pendapat
pengguna ruang.
2. Untuk mengetahui nilai
Reverberation Time yang ada
pada ruang auditorium
Menara Pinisi Universitas
Negeri Makassar.
3. Untuk melakukan
pengolahan ruang auditorium
yang tepat agar mendapatkan
Reverberation Time yang
ideal.
Dengan melakukan
penyebaran kuesioner
kemudian di analisa dengan
menggunakan SPSS Ver.
20.
Melakukan pengukuran
dengan menggunakan SLM.
Dan melakukan simulasi
dengan menggunakn
software Ecothect.
55
J. KERANGKA KONSEP
Gambar 17. Gambar Kerangka konsep
Ruang auditorium memiliki kualitas audio dan visual yang
kurang baik dari ruang auditorium, walaupun lantai, dinding
dan plafon yang dirancang bertrap-trap dan bergerigi dan
mengakibatkan gaung/gema yang membuat
ketidaknyamanan audial kepada pengguna ruang tersebut.
Untuk mendapatkan tingkat tekanan bunyi
yang dipersyaratkan dan tercapainya
suara ke seluruh peserta, agar nantinya
dapat dipergunakan sebagai dasar
rekomendasi atau masukkan bagi pihak
Universitas untuk mencapai kualitas
akustik yang ideal bagi ruang tersebut.
Untuk memenuhi standar
kenyamanan audial pada ruang
auditorium dari segi akustik menjadi
suatu ruang yang mampu mewadahi
setiap aktivitas yang berbeda-beda
tetapi tetap dapat memenuhi
persyaratan akustik ruang.
1. Simulasi 2. Pengukuran 3. Ecotect Software
4. Perhitungan manual
1. Simulasi 2. Wawancara
3. Kuesioner
Analisis tingkat kenyamanan audial terhadap ruang auditorium
Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar
Analisis tingkat tekanan bunyi pada ruang auditorium Menara
Pinisi Universitas Negeri Makassar.
Perubahan tata letak loudspeaker memberikan
kenyamanan kepada pengguna ruang
auditorium.
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian diawali dengan
survey, pengamatan, membagikan kuesioner, pengukuran serta simulasi
selanjutnya dilanjutkan dengan analisis data.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang Auditorium yang
terletak di lantai 3 Gedung A Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar,
Jalan A.P.Pettarani.
.
Gambar 18. Posisi ruang auditorium pada tampak depan Menara Pinisi
Universitas Negeri Makassar
Auditorium terletak
pada lantai 3 dan 4
57
Gambar 19. Tampak Segala Arah Menara Pinisi UNM
Gambar 20. Letak ruang auditorium pada Denah Menara Pinisi UNM
Sumber : Arsip UNM As Built Drawing.
59
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu pada bulan Oktober, November 2016 dan
Januari 2017. Pada waktu pengukuran di laksanakan pada saat ruangan
kosong, sementara pengamatan dan penyebaran kuesioner di adakan
pada saat berlangsungnya acara.
C. Metode Pengambilan Data.
Dalam penelitian ini ada dua tahap dalam metode pengambilan
data yang berbeda, yaitu:
A. Data Primer
Untuk pengambilan data primer, peneliti menggunakan metode
yang telah disesuaikan untuk mengukur akustik ruang auditorium. Data
yang diambil yakni tingkat tekanan bunyi dan kenyamanan audial
terhadap ruang tersebut. Dikarenakan keterbatasan spesifikasi alat yang
digunakan, data yang diukur terbatas kepada tingkat kebisingan. Tingkat
tekanan bunyi akan didapatkan dengan menggunakan data survei
material kedua ruang tersebut.
Alat dan software yang digunakan untuk memperoleh data
penelitian, yaitu:
60
A. Sound Level Meter, untuk mengukur tingkat kekuatan bunyi dalam
satuan decibBell (dB). Sound Level Meter yang digunakan adalah
produksi dari Bruel & Kjær dengan tipe 2250 Light.
Gambar 23. Sound Level Meter (Acoustic Workshop, 2016)
B. Distance Meter Laser, untuk mengukur geometri ruang dan jarak
penempatan titik ukur.
Gambar 24. Distance Meter Laser
C. Laptop, kamera dan alat tulis, untuk mencatat segala hal yang
berkaitan dengan kegiatan observasi dan pengumpulan data.
D. Balon dengan diameter minimal 28-30 cm, penggunaan balon
dimaksudkan agar sumber suara dapat merambat ke segala arah
dalam ruangan.
Selain menggunakan alat-alat tersebut penelitian ini juga
menggunakan beberapa software antara lain :
61
1. SPSS Statistic Versi 22; software ini digunakan untuk mencari nilai
perbandingan antara yang merasa nyaman dan tidak nyaman.
2. SketchUp 2014; software ini digunakan untuk menggambar ruang
auditorium teater secara mendetail dengan mencakup volume, geometri,
dimensi serta detai ruangan, dan mengukur luas area material yang akan
digunakan pada ruangan tersebut.
3. Ecotect 2011; digunakan untuk mempelajari kelakuan bunyi dalam
ruang auditorium teater, serta untuk mendapatkan volume ruangan dan
volume per tempat duduk dalam ruangan ini.
Berikut ini adalah metode pengukuran tingkat tekanan bunyi yang
diterapkan untuk mengukur tingkat tekanan bunyi pada ruang tersebut:
a. Keadaan ruang auditorium teater yang diukur berada dalam keadaan
tidak terisi atau kosong.
b. Pengukuran dilakukan dengan kondisi lampu ruangan menyala, AC
menyala dan tidak menyala, jendela dan pintu tertutup.
c. Alat yang digunakan untuk pengukuran merupakan sound level meter
yang dapat mengintegrasikan rata-rata ukuran. Untuk pengukuran
kebisingan, alat diatur untuk mengukur skala pengukuran A dengan
respon yang lambat. Hal ini dilakukan untuk menyamakan alat dengan
kondisi pendengaran telinga manusia pada umumnya.
d. Dalam memilih letak pengukuran, untuk ruang auditorium ada titik
pengukuran dapat mewakili tingkat kebisingan ruang tersebut. Jarak
titik pengukuran dengan tembok tidak boleh kurang dari satu meter.
62
Letak titik pengukuran untuk ruang auditorium lima titik pada baris
bagian belakang, empat titik pada baris ketiga dari belakang, lima titik
pada baris ke lima dari belakang, lima titik pada baris kelima dari
depan, empat titik pada baris ketiga dari depan, lima titik pada baris
bagian depan dan tiga titik pada depan podium. Jumlah keseluruhan
titik ukur 31 titik ukur.
e. Saat melakukan pengukuran, alat yang digunakan digenggam pada
ketinggian 120 cm dari permukaan lantai.
f. Waktu pengukuran dilakukan pada pagi hari jam 10.00 – 15.00 siang.
Pengukuran dilakukan selama 30 detik di setiap letak pengukuran.
Selain mengukur tingkat tekanan bunyi untuk ruang auditorium,
speech inteligibility atau kejelasan bercakap menjadi salah satu kriteria
perfoma akustik ruang yang baik mengingat ruangan tersebut yang sering
digunakan untuk kegiatan seminar dan belajar. Faktor komunikasi menjadi
salah satu faktor terpenting di dalam kegiatan seminar dan belajar.
Pengukuran untuk menilai kejelasan bercakap ini dilakukan
dengan mengukur keadaan ruang dalam keadaan sunyi atau tenang.
Selain itu, letak pengukuran disamakan intensitas suara direkam selama
15 menit di masing-masing titik ukur.
B. Data Sekunder
Pengamatan lapangan atau observasi adalah teknik
pengumpulan data dimana peneliti melakukan peninjauan langsung pada
lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang akurat sesuai pengamatan
63
penelitian. Pembagian kuesioner diselingi dengan wawancara langsung
oleh audiens untuk mempertegas keakuratan data yang diperoleh saat
melakukan observasi.
Gambar 25. Titik pengambilan data kuesioner baris depan untuk usia tua
Posisi pengambilan data kueisoner di bagi menurut posisi tempat
duduk karena tidak menutup kemungkinan bagi responden yang sama
duduk di baris depan sama apa yang mereka rasakan pada baris tengah
ataupun belakang.
Titik Pengambilan Data
64
Gambar 26. Titik pengambilan data kuesioner baris tengah untuk usia tua
Gambar 27. Titik Pengambilan Data Kuesioner Barsi Belakang untuk usia tua
Titik Pengambilan Data
Titik Pengambilan Data
65
Gambar 28. Titik pengambilan data kuesioner baris depan untuk usia muda
Gambar 29. Titik pengambilan data kuesioner baris tengah untuk usia muda
Titik Pengambilan
Data
Titik pengambilan
data
66
Pengambilan data kuesioner ini pun di bedakan menurut jenis
kelamin. Karena biasanya pria lebih senang mendengar suara yang lebih
keras di bandingkan wanita, tapi tidak menutup kemungkinan malah
sebaliknya ada wanita yang senang akan suara yang keras sedangkan
pria senang akan suara yang lemah lembut.
Gambar 30. Titik pengambilan data kuesioner baris belakang
untuk usia muda
Titik pengambilan
data
67
Gambar 31. Titik pengambilan data kuesioner pria semua usia
Gambar 32. Titik pengambilan data kuesioner wanita semua usia
Titik Pengambilan
Data
Titik Pengambilan
Data
68
Begitu pula dengan usia dan jenis kelamin, faktor usia sangat
berpengaruh karena di usia muda biasanya mereka tidak terlalu
menangkap karena mereka tidak fokus akan sumber suara tersebut
sementara usia tua mereka fokus tapi karena daya tangkap mereka yang
sudah menurun sehingga kenyamanan mereka terganggung.
70
D. Variabel Penelitian
Tabel 12. Variabel penelitian
Variabel
Indikator
Jenis Data Terikat Bebas
Tingkat
kenyaman audial
Ruang auditorium
Jenis Kelamin
Usia
RT, EDT,
Definition,
Clarity, TS
Kuesioner
Nilai
reverberation
time
Ruang auditorium
RT,EDT,
Definition,
Clarity, TS
Pengukuran
dengan
software
Ecotect
Pengolahan
ruang
auditoroium
reverberation
time yang
ideal
Ruang auditorium
RT,EDT,
Definition,
Clarity, TS
Pengukuran
dengan
software
Ecotect
E. Kondisi Ruang Yang di Teliti
A. Ruang Auditorium
Ruang auditorium adalah salah satu dari beberapa ruang pertemuan
yang terletak di Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar yang terletak
71
di lantai 3 gedung A Menara Pinisi. Dengan Luas ruangan keseluruhan
758.38 m2 dan volume 4301.343 m3, terdiri dari beberapa fasilitas antara
lain, ruang pertunjukkan, ruang penonton, ruang ganti, ruang
perlengkapan, ruang operator, kamar kecil pemain dan penoton.
Kapasitas ruangan + 722 orang. Auditorium ini dapat dikatakan sebagai
ruang terpenting di UNM karena selalu dilaksanakan kegiatan
pengukuhan guru besar, kuliah umum, seminar, dan kegiatan penting
lainnya di ruangan ini. Ruang ini memiliki penataan lantai penonton
secara bertingkat (trap/inclined) dan telah dilengkapi dengan kursi secara
permanen. Ruang ini termasuk memiliki desain interior yang mendukung
tata akustik yang cukup baik. Dengan sistem penataan kursi sedemikian
rupa, maka ruangan ini lebih dikhususkan untuk fungsi
percakapan/speech, seperti untuk seminar, acara dies natalis, kuliah
umum, atau aktivitas-aktivitas lain yang bukan berupa sajian musik atau
aktivitas seni lainnya yang menggunakan musik.
Pada kenyataannya, memang ruangan ini umumnya
dipergunakan untuk aktivitas speech. Namun sayangnya, banyak keluhan
muncul terhadap kualitas akustik ruangan ini, yaitu bahwa suara yang
disampaikan narasumber tidak dapat ditangkap dengan jelas oleh
penonton yang berada di barisan dua dari belakang sampai paling
terakhir.
72
Gambar 34. Denah ruang auditorium
Karena letak ruang yang berada di lantai 3(tiga) sebelah utara dari
Menara Pinisi, tanpa didukung dengan pencahayaan alami karena ruang
auditorium ini dirancang sebagai ruang auditorium yang tertutup sehingga
ruangan ini sangat bergantung pada tata cahaya buatan.
Demikian pula dengan sirkulasi udara, dalam ruangan ini sangat
tergantung pada sistem pengudaraan buatan, sehingga saat aliran listrik
terputus akan terasa sangat pegap. Di samping itu, meski ruangan ini
73
berkapasitas + 722 orang, namun nampaknya penempatan dan kapasitas
AC terpasang tidak sepenuhnya mendukung, sebab saat ruangan full-
house, AC terasa kurang sejuk bercampur bau keringat. Model AC yang
digunakan adalah AC sentral yang dipasang pada plafon, jauh diatas
ketinggian pengguna.
B. Kondisi Elemen Pembentuk Ruang
Elemen pembatas dinding auditorium berupa dinding bata dengan
ketebalan 1 (satu) bata yang difinishing dengan plester. Pada bagian
samping area penonton, dinding sengaja diselesaikan dengan sistem
gerigi di bungkus dengan karpet merah dengan ketebalan karpetnya 1
(satu) cm. Melihat jenis finishing yang digunakan adalah karpet, maka
fungsi dari karpet ini adalah sebagai penyerap.
Gambar 35. Dinding berbentuk gerigi menggunakan material karpet.
74
Gambar 36. Pembatas ruang kontrol menggunakan kaca.
Gambar 37. Lantai bertrap dan menggunakan karpet
75
Lantai penonton adalah plat beton yang dilapis dengan karpet
tebal dengan ketebalan 2 (dua) cm dirancang dengan sistem trap/inclined
dan lantai panggung terbuat dari kayu.
Gambar 38. Lantai panggung menggunakan kayu
Gambar 39. Lantai bagian belakang menggunakan keramik.
76
Sementara itu plafon diselesaikan dengan berbentuk trap. Dari
model rancangannya, nampaknya hendak ditujukan untuk pantulan,
namun finishing kasar pada semua permukaan plafon yang lebih bersifat
menyerap menjadikan fungsi pantul menuju arah tertentu tercapai.
Gambar 40. Plafon yang bertrap – trap dengan menggunakan gypsum
C. Sistem Tata Suara Buatan
Sebagaimana umumnya model sistem tata suara yang digunakan
di Menara Pinisi UNM, auditorium ini menggunakan wired-mikrofon, meja
kontrol yang diletakkan dalam ruang operator yang berada pada sudut
belakang auditorium serta loudspeaker yang diletakkan di pinggir dinding
dengan delapan titik loudspeaker dengan posisi tersebar. Untuk keperluan
mikrofon yang lebih dinamis, digunakan wireless mikrofon dengan
loudspeaker portable.
78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Menara Pinisi
Ruang auditorium teater terletak di gedung penunjang A Menara
Pinisi yang pembangunannya dimulai pada bulan September tahun 2008
oleh PT. Pembangunan dan Perumahan (PP) selama 2 tahap dan
dilanjutkan oleh PT. Waskita Karya pada tahap ke 3 dan ke 4, dengan
Konsultan perencananya adalah PT. Asta Kencana Arsimetama. Menara
Pinisi mulai di gunakan pada tahun 2012.
Menara Pinisi terletak di Jalan Andi Pangeran Pettarani Makassar, dengan
batasan;
1. Sebelah Utara : Jl. Andi Pangeran Pettarani
2. Sebelah Selatan : Jl. Raya Pendidikan
3. Sebelah Timur : Jl. Komp Perumahan UNM
4. Sebelah Barat : Jl Mapala
Menara Pinisi terdiri dari 17 lantai dengan luas keseluruhan
35,269.34m2.
79
Gambar 43. Gedung Menara Pinisi Google Earth 21 Februari 2017
B. Analisa Tingkat Kenyamanan Audial Pada Ruang Auditorium
Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar Menurut Responden
Pengguna Ruang
A. Analisis Responden Berdasarkan Tempat Duduk dan Usia
a. Responden Baris Depan Usia Tua.
Gambar 44. Keadaan responden baris depan usia tua
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
45,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9,8%
6,6% 6,6% 8,2%
6,6%
9,8% 9,8%
6,6% 8,2%
9,8% 9,8% 9,8%
14,8%
8,2%
16,4%
37,7%
16,4%
26,2%
24,1%
22,4%
34,4%
24,4% 24,2%
26,2%
30,9%
24,6% 24,6%
44,3%
26,2%
24,6%
41,0%
21,3%
32,5%
39,3%
21,3%
14,8%
32,9%
13,9%
21,3%
28,1%
4,9%
37,9%
19,4% 18,0%
16,4%
13,8% 12,5%
9,8% 9,8% 9,8%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
80
Dari hasil penelitian terhadap kenyamanan audial pada ruang
auditorium yang dilakukan pada bagian baris depan untuk usia tua dengan
menggunakan kuesioner terdapat 61 responden yang mengembalikan
hasilnya. 41.0% responden merasa kurang nyaman dengan kondisi
mendengar tanpa menggunakan speaker, sedangkan 44.3% responden
yang merasa netral pada bagian penyebaran distribusi suara dalam
ruangan, sedangkan 37.7% responden kurang nyaman dengan tingkat
kenyaman suara dan 4.9% responden merasa sangat tidak nyaman
dengan tingkat kejernihan suara (inteligibitas).
b. Responden Baris Tengah Usia Tua.
Gambar 45. Keadaan responden baris tengah usia tua
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
45,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6,3%
3,2%
15,9%
11,1%
14,3%
6,3%
12,7%
11,1% 11,1% 11,1%
27,0%
14,3%
17,5%
15,9% 15,9%
0,0%
19,0%
23,8%
17,5% 17,5%
25,4% 25,4%
28,6% 28,6%
23,8%
31,7%
27,0% 27,0%
31,7% 31,7%
30,2%
41,3%
23,8%
25,4%
27,0%
22,2%
25,4%
20,6% 20,6%
22,2%
11,1%
15,9%
14,3%
19,0% 19,0%
20,6%
15,9%
17,5%
19,0%
17,5%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Kurang Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
81
Dari 63 responden pada baris tengah untuk usia tua ada 15.3%
responden yang merasa sangat nyaman atau tidak merasa terganggu
dengan adanya suara dari luar, sementara 27.0% responden yang merasa
nyaman akan kejernihan suara yang mereka rasakan, sedangkan 31.7%
responden merasa netral akan tingkat kenyamanan suara. 41.3%
responden yang merasa sangat kurang nyaman mendengarkan suara dari
sumbernya tanpa menggunakan speaker, sementara 3.2% responden
yang merasa sangat nyaman dengan mendengar suara langsung dari
sumbernya jika tanpa menggunakan speaker.
c. Responden Baris Belakang Usia Tua.
Gambar 46. Keadaan rersponden baris belakang usia tua
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5,7%
11,4%
14,3%
8,6%
14,3%
4,3%
8,6%
7,1%
4,3%
8,6%
18,6% 18,6%
21,4%
17,1%
12,9%
17,1%
21,4%
20,0%
15,7% 15,7%
28,6%
32,9%
31,4%
32,9%
24,3% 24,3% 24,3%
22,9%
28,6%
27,1%
34,3%
21,4%
17,1%
22,9%
28,6%
31,4%
28,6%
30,0%
32,9%
25,7%
12,9%
15,7% 15,7%
18,6%
20,0%
22,9%
17,1%
20,0%
18,6%
22,9%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
82
Pada baris belakang untuk usia tua ada sekitar 70 responden
yang memberikan tanggapannya. Ada sekitar 4.3% responden yang
merasa sangat nyaman dengan tingkat kenyamanan suara menurut
tempat duduk serta penyebaran distribusi suara dalam ruangan, 21.4%
responden yang merasa nyaman akan elemen interior, sementara 32.9%
responden merasa netral akan posisi duduk mereka dan bunyi yang
mereka dapat, sedangkan 34.3% responden yang merasa kurang nyaman
akan kejernihan suara yang mereka rasakan, dan ada 34.3% yang
merasa sangat tidak nyaman mendengarkan suara dari sumbernya
dengan menggunakan speaker.
Gambar 47. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua,
18 November 2016
83
Gambar 48. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua,
18 November 2016
Gambar 49. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua,
18 November 2016
84
Gambar 50. Suasana pengambilan data kuesioner pada baris tengah dan
belakang untuk usia tua,18 November 2016
Gambar 51. Suasana pengambilan data kuesioner pada baris tengah dan
belakang untuk usia tua,18 November 2016
85
Gambar 52. Suasana pengambilan data kuesioner pada baris tengah dan
belakang untuk usia tua,18 November 2016
Kesimpulan nilai analisa responden berdasarkan tempat duduk
dan usia tua nilai rata-rata yang merasa netral 44.3% - 32.9% responden
pada kondisi pendistribusian suara yang tidak merata dan posisi tempat
duduk mereka, sedangkan yang merasa kurang nyaman nilai rata-ratanya
41.3% - 34.3% responden dengan keadaan tingkat kejernihan suara dan
tanpa menggunakan speaker. Sementara yang merasa sangat nyaman
nilai rata-ratanya hanya berkisar 3.2% - 6.6% responden pada kondisi
mendengarkan suara tanpa menggunakan speaker.
86
d. Responden Baris Depan Usia Muda
Gambar 53. Keadaan responden baris depan usia muda
Berdasarkan hasil analisis pada bagian baris depan untuk usia
muda ini hanya 2.0% responden yang merasa sangat nyaman terhadap
tingkat kejernihan suara (inteligitas), tetapi ada 36.0% responden yang
merasa nyaman akan keadaan tersebut dan 42.1% responden yang
merasa netral. Sementara pada bunyi yang dihasilkan oleh speaker ada
sekitar 46.0% responden yang merasa kurang nyaman dan 30.0% yang
merasa sangat tidak nyaman mendengar sumber suara tanpa
menggunaka speaker.
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
45,0%
50,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,0%
4,3%
15,0%
6,0%
20,0%
4,0%
10,0%
6,0%
10,0%
8,0%
36,0%
12,0%
14,0%
22,0%
24,0%
28,0%
22,0% 22,0% 22,0%
20,0%
42,1%
24,0% 24,0%
40,0% 40,0%
36,0%
10,0%
31,0%
18,0%
24,0% 25,2%
34,0%
32,0%
39,0%
15,0%
24,0%
38,0%
30,0%
46,0%
28,0%
2,0%
30,0%
17,9%
10,0%
8,0%
2,0%
14,2%
11,0%
4,0%
20,0%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Kurang Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
87
e. Responden Baris Tengah Usia Muda
Gambar 54. Keadaan responden baris tengah usia muda
Sementara pada baris tengah untuk usia muda pada tingkat
kenyamanan suara menurut tempat duduk, penyebaran distribusi suara
dalam ruangan dan bunyi yang dihasilkan oleh speaker terdapat 2.0%
responden yang merasakan sangat nyaman. Sedangkan ada sekitar
48.3% responden merasa sangat tidak nyaman pada tempat duduk dan
bunyi yang di dapatkannya.
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,3% 3,3%
30,0%
7,0%
22,0%
14,0% 12,0%
2,3% 2,3%
7,0%
25,5%
10,0%
22,0%
45,2%
16,3%
50,8%
45,8%
55,8%
50,0%
30,6% 32,6%
40,8%
24,2%
18,6%
39,5%
14,6% 16,0%
14,0%
20,9%
23,3%
27,6% 27,9%
16,3%
20,0%
10,0%
19,0%
10,2% 10,0% 11,0% 9,3% 9,3% 8,7% 8,1%
9,3%
14,2%
3,3%
14,2%
4,0%
12,6%
30,0%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Kurang Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
88
f. Responden Baris Belakang Usia
Gambar 55. Keadaan responden baris belakang usia muda
Hasil analisis pada bagian baris belakang untuk usia muda ada
sekitar 2.0% responden yang sangat nyaman dapat mendengar dengan
jelas suara langsung dari sumbernya tanpa menggunakan speaker.
Sementara yang merasa sangat tidak nyaman karena adanya gangguan
suara yang dihasilkan AC ketika menyala ada sekitar 44.0% responden.
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
45,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10,0%
2,0%
18,0%
16,0%
8,0%
16,0%
14,0%
18,0%
10,0%
18,0%
24,0%
10,0%
28,0%
34,0%
32,0% 32,0%
38,0%
34,0%
38,0%
22,0%
40,0%
22,0%
32,0%
14,0%
42,0%
16,0%
12,8%
22,0%
20,0%
18,0%
22,0%
34,0%
18,0%
25,0%
6,0%
18,0% 18,0%
24,0%
18,0%
30,0%
4,0%
32,0%
4,0%
11,0% 12,0% 12,0%
16,0%
2,0%
14,0% 16,0%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
89
Gambar 56. Situasi pengambilan data kuesioner usia muda,
23 Oktober 2016
Gambar 57. Situasi pengambilan data kuesioner usia muda,
23 Oktober 2016
Nilai rata-rata hasil analisa responden berdasarkan tempat duduk
dan usia muda 30.0% - 22.0% responden yang merasa sangat nyaman
dengan adanya gangguan suara dari luar dan suara AC ketika menyala,
ini menandakan bahwa di usia muda mereka masih bisa menangkap
90
sumber suara walaupun ada timbulnya gangguan suara lain. Sedangkan
nilai rata-rata 42.1% - 40.8% responden yang merasa netral pada kondisi
adanya suara AC ketika menyala dan kejernihan suara. Sementara nilai
rata-rata yang merasa kurang nyaman 46.0% – 30.0% responden dengan
keadaan bunyi yang di hasilkan dari speaker dan arah letak loudspaker
tersebut.
B. Analisis Responden Berdasarkan Usia dan Gender
a. Responden Pria Muda
Gambar 58. Keadaan responden pria muda
Pada bagian ini ada 74 responden pria usia muda yang
memberikan tanggapannya. Untuk adanya gangguan suara dari luar
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4,1%
10,8%
16,2%
9,5%
8,1% 6,8%
9,5%
8,1% 6,8% 6,8%
29,7%
13,5%
21,6% 21,6%
14,9%
18,9%
16,2%
17,6%
25,7%
24,3%
36,5%
25,7%
29,7% 28,4%
36,5% 36,5%
29,7% 28,4%
18,9%
23,0%
20,3%
28,4%
18,9%
24,3% 23,1% 23,0%
25,7%
29,7%
36,5%
27,0%
9,5%
21,6%
13,5%
16,2%
17,9%
14,9%
18,9%
16,2%
12,2%
18,9%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
91
16.2% responden yang tidak merasakan atau sangat nyaman, 29.7%
responden merasa nyaman mendengar sumber suara tanpa
menggunakan speaker Ketika AC dinyalakan dan mengeluarkan bunyi
ada 36.5% responden yang merasakan netral. sementara ada 36,5%
responden yang merasa kurang nyaman dengan bunyi yang dihasilkan
oleh speaker dan ada 21.6% responden yang merasa sangat tidak
nyaman dengan kondisi tanpa menggunkan speaker.
b. Responden Wanita Muda
Gambar 59. Keadaan responden wanita muda
Dari hasil pembagian kuesioner pada bagian ini ada sekitar 69
responden wanita usia muda yang memberikan tanggapannya. Sekitar
14.5 % responden yang merasa sangat nyaman dengan tingkat
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7,2%
8,7% 8,7%
10,1% 10,1%
8,7%
14,5%
10,1%
11,6%
10,1%
26,1%
15,9%
20,3%
15,9%
18,8%
13,0%
15,9%
21,7%
13,0%
18,8%
34,8%
27,5%
31,9%
36,2%
24,6%
31,9%
26,1% 26,1%
31,9% 31,9%
21,7%
29,0%
23,2%
17,4%
27,5% 27,5% 27,5%
21,7%
26,1%
24,6%
10,1%
18,8%
25,9%
20,3%
18,8% 18,8%
15,9%
20,3%
17,4%
14,5%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
92
kenyamanan suara menurut posisi duduk, sementara 26.1% responden
merasa nyaman akan tingkat kejernihan dari sumber jika menggunakan
speaker Sedangkan 36.2% responden merasa netral ketika
mendengarkan suara pada posisi duduk mereka, namun sebanyak 29.0%
responden merasa kurang nyaman mendengarkan suara dari sumbernya
tanpa menggunakan speaker dan 25.9% responden yang merasa sangat
tidak nyaman karena adanya gangguan suara lain dari luar ruangan.
c. Responden Pria Tua
Gambar 60. Keadaan responden pria tua
Pembagian kuesioner yang di sebarkan pada pria tua sebanyak
150 lembar akan tetapi yang mengembalikan hasil pendapat mereka
hanya sekitar 84 responden pria usia tua yang memberikan tanggapannya
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
45,0%
50,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6,0%
2,4%
20,0%
4,8%
21,4%
9,5% 10,7%
7,1% 7,1% 7,1%
20,8%
22,6% 21,4%
48,2%
18,9%
35,6%
30,8% 30,0%
31,2%
35,0%
25,0%
21,4%
36,9%
27,4%
42,9%
25,0%
20,2%
25,0%
15,5%
11,9%
28,0% 28,6%
19,0%
15,9%
10,7%
14,3%
17,9%
32,0% 32,6%
12,0% 12,1%
25,0%
2,5%
6,0%
11,4%
13,6%
2,4%
10,2%
13,6%
9,5%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
93
Ada 20.0 % responden yang merasa sangat nyaman atau sangat tidak
terganggu dengan adanya gangguan suara yang dihasilkan AC ketika
menyala, sementara 48.2 % responden yang merasa nyaman dengan
posisi duduk dan bunyi yang di dapatkan. Namun 42.9% responden
merasa netral dengan adanya gangguan suara yang dihasilkan AC ketika
menyala, sementara 32.6 % responden merasa sangat kurang nyaman
dengan bunyi yang dihasilkan oleh speaker dan 25.0 % responden
merasa sangat tidak nyaman dengan mendengarkan suara dari
sumbernya tanpa menggunakan speaker.
d. Responden Wanita Tua
Gambar 61. Keadaan responden wanita tua
0,0%
5,0%
10,0%
15,0%
20,0%
25,0%
30,0%
35,0%
40,0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6,4%
0,9%
10,9%
14,5%
20,6% 20,3%
11,8%
7,3%
9,8%
12,5%
20,2%
14,5%
20,0% 20,4% 20,9%
9,1%
35,1%
37,0%
39,0%
37,5% 38,2%
34,5%
31,8%
22,7%
38,2%
23,6%
12,7%
26,4%
24,5% 23,6%
16,4%
32,7%
21,8% 21,8%
16,4%
25,6%
19,5%
28,3%
20,9%
19,5% 19,0%
17,3%
15,5%
18,5%
12,9%
16,9%
20,9%
11,8% 10,9%
11,8%
Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman
1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker
94
Pada bagian ini ada sekitar 110 responden wanita usia tua yang
memberikan tanggapannya dari 150 responden. 20.3% responden merasa
sangat nyaman atau merasa tidak terganggun dengan adanya suara dari
luar, 39.0% responden merasa nyaman dengan bunyi yang dihasilkan
oleh speaker, sementara 38.2% responden merasakan tingkat kejernihan
suara (inteligibilitas) yang netral jika menggunakan speaker, namun
sebanyak 32.7% responden merasa kurang nyaman mendengarkan suara
dari sumbernya tanpa menggunakan speaker, dan 20.9% responden
merasa sangat tidak nyaman terhadap elemen interior yang ada di dalam
ruang.
Hasil analisa responden berdasarkan usia dan gender
menerangkan bahwa pria usia muda nilai rata-rata16.2% responden yang
merasa sangat nyaman dengan adanya gangguan suara dari luar,
sedangkan 36.5% yang merasa netral dengan kejernihan suara, suara AC
ketika menyala dan tingkat kenyamanan suara. Sedangkan 36.5%
responden yang merasa kurang nyaman dengan bunyi yang di hasilkan
speaker.
Dan nilai rata-rata untuk responden wanita menjelaskan bahwa 14.5%
responden yang merasa sangat nyaman dengan elemen interior yang ada
sekarang ini, sedangkan 36.2% responden yang netral dengan posisi
tempat dan bunyi yang mereka tangkap. Dan nilai rata-rata 29.0% - 27.5%
responden yang merasa kurang nyaman pada kondisi mendengarkan
suara tanpa menggunakan speaker dan tingkat nyaman suara.
95
C. Analisa Pengaruh Faktor Internal Terhadap Desain Akustik
Ruang Auditorium Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar
Gambar 62. Gambar perspektif denah auditorium
Ruang auditorium menara pinisi universitas negeri makassar memiliki
volume sekitar 4301.343 m3 dengan daya tampung sebanyak 722 Orang.
Berdasarkan data ini maka terdapat beberapa parameter akustik yang
dapat ditinjau dari volume dan daya tampung ruangan ini yakni:
A. Pengukuran dengan menggunakan sound level meter
Kegiatan pengukuran tingkat tekanan bunyi di ruang Auditorium di
lakukan dengan dua kondisi, yakni kondisi pada saat AC Off dan pada
kondisi AC On. Pengukuran ini dilakukan untuk mengtahui tingkat
background noise. Pengukuran dilakukan sekali pada setiap kondisi.
1. Kondisi AC Off (Tidak dinyalakan)
96
Pengukuran pada kondisi AC Off dilakukan pada pagi hingga siang
hari dimana keadaan auditorium tidak ada kegiatan dan AC Off (tidak
dinyalakan). Pengukuran ini terdapat 31 titik ukur yang memiliki jarak
berbeda-beda. Letak titik ukur difokuskan pada area kursi auditorium.
Tabel 13. Data hasil pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi dengan kondisi AC Off
Titik
Ukur
Tingkat Tekanan Bunyi (dB)
Second
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
67.5
75.4
69.0
61.3
88.2
59.7
70.5
71.8
79.9
75.7
60.4
75.4
77.2
79.2
64.9
91.4
71.4
62.6
74.2
61.1
85.0
71.5
72.7
69.4
70.0
87.3
82.6
65.8
90.8
0.04
0.03
0.04
0.02
0.03
0.04
0.02
0.02
0.04
0.03
0.03
0.03
0.02
0.02
0.04
0.05
0.02
0.02
0.03
0.03
0.03
0.03
0.04
0.02
0.03
0.05
0.05
0.03
0.05
97
30
31
91.1
93.7
0.04
0.04
Gambar 63. Grafik Tingkat Tekanan Bunyi kondisi AC OFF
2. Kondisi AC On (dinyalakan)
Pengukuran pada kondisi ini AC On (dinyalakan). Hal ini dilakukan agar
dapat membedakan Tingkat Tekanan Bunyi pada kondisi AC Off dan AC On.
Tabel 14. Data hasil pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi dengan kondisi AC On
Titik
Ukur
Tingkat Tekanan Bunyi
Second
1
2
3
4
81.2
70.8
83.1
82.9
0.04
0.05
0.04
0.04
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
67,5
75,4
69,0
61,3
88,2
59,7
70,5 71,8
79,9
75,7
60,4
75,4 77,2
79,2
64,9
91,4
71,4
62,6
74,2
61,1
85,0
71,5 72,7
69,4 70,0
87,3
82,6
65,8
90,8 91,1 93,7
Titik Ukur
TTB
(dB)
98
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
80.1
80.7
61.2
61.7
81.8
67.2
80.7
75.1
85.3
82.4
72.0
73.9
75.2
70.9
73.7
81.5
79.5
60.8
72.1
84.6
81.8
85.6
84.8
90.6
83.5
85.5
94.0
0.02
0.02
0.03
0.03
0.05
0.04
0.05
0.05
0.05
0.05
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
0.04
0.03
0.04
0.05
0.05
0.05
0.04
0.05
0.04
0.04
0.05
99
Gambar 64. Grafik tingkat tekanan bunyi kondisi AC On
Kesimpulan dari dua grafik tingkat tekanan bunyi yakni, grafik pada
kondisi pengukuran AC Off (tidak dinyalakan) menunjukkan tingkat
tekanan bunyi nilai yang tertinggi ada pada titik ukur 31 yaitu 93,7 dB dan
yang terendah ada pada titik ukur 6 dengan nilai 59.7 dB. Sedangkan
pada kondisi pengukuran AC On (dinyalakan) menunjukkan tingkat
tekanan bunyi nilai yang tertinggi ada pada titik ukur 31 yaitu 94.0 dB dan
yang terendah ada pada titik ukur 22 dengan nilai 60.8 dB.
Tabel 15. Data nilai Background Noise kondisi AC Off (tidak dinyalakan)
Titik Ukur
Background Noise
1
2
3
4
5
39.8
37.6
39.6
39.8
41.4
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
81,2
70,8
83,1 82,9 80,1 80,7
61,2 61,7
81,8
67,2
80,7
75,1
85,3
82,4
72,0 73,9
75,2
70,9 73,7
81,5 79,5
60,8
72,1
84,6 81,8
85,6 84,8
90,6
83,5 85,5
94,0
Titik Ukur
TTB (dB)
100
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
40.4
40.0
38.4
37.9
39.7
37.8
38.8
37.2
39.0
37.0
36.7
38.9
39.0
41.0
40.0
39.2
38.8
38.9
38.9
36.9
37.0
38.9
37.9
38.8
38.2
39.7
101
Gambar 65. Grafik Background Noise kondisi AC Off
Tabel 16. Data nilai Background Noise kondisi AC On (dinyalakan)
Titik Ukur
Background Noise
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
46.7
44.8
42.8
41.8
42.2
41.9
42.6
41.1
42.7
45.0
43.0
45.6
42.1
44.0
42.2
42.0
43.0
42.7
45.0
41.6
44.1
43.1
42.4
34,0
36,0
38,0
40,0
42,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
39,8
37,6
39,6 39,8
41,4
40,4 40,0
38,4 37,9
39,7
37,8
38,8
37,2
39,0
37,0 36,7
38,9 39,0
41,0
40,0
39,2
36,8
38,8 38,9
36,9 37,0
38,9
37,9
38,8 38,2
39,7
Titik Ukur
102
24
25
26
27
28
29
30
31
44.8
45.6
43.8
42.9
43.0
42.1
42.7
43.2
Gambar 66. Grafik Background Noise kondisi AC On
Grafik dari Background Noise dengan kondisi AC Off menunjukkan
nilai yang tertinggi ada pada titik ukur 5 yaitu 41.4 dB dan yang terendah
ada pada titik 16 yaitu 36.7 dB, sedangkan pada kondisi AC On
menunjukkan nilai yang tertinggi ada pada titik ukur 1 yaitu 46.7 dB dan
yang terendah ada pada titik 8 yaitu yaitu 41.1 dB.
38,0
39,0
40,0
41,0
42,0
43,0
44,0
45,0
46,0
47,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
46,7
44,8
42,8
41,8
42,2 41,9
42,6
41,1
42,7
45,0
43,0
45,6
42,1
44,0
42,2 42,0
43,0 42,7
45,0
41,6
44,1
43,1
42,4
44,8
45,6
43,8
42,9 43,0
42,1
42,7
43,2
Titik Ukur
BN
103
Background noise auditorium pinisi pada saat ruangan menggunakan AC
tidak jauh berbeda dengan pada saat ruangan tidak menggunakan AC
Sehingga kekuatan bunyi yang dapat diperoleh dari letusan balon
mempunyai selisih sebesar 39.7 dB (pada ruangan AC Off) dan 46.7 dB
(pada ruangan AC On). Tingkat background noise yang seringkali
ditimbulkan oleh sistem perpipaan (ducting) dari ventilasi udara perlu di
desain khusus untuk menghasilkan bunyi yang minimal dari distribusi
udara. Pengaruh lainnya yakni material bangunan, dimana dinding
bangunan tersebut terbuat dari bata ringan selain itu juga terdapat
beberapa lubang AC, yang dapat menjadi jalan masuknya polusi suara
dari luar bangunan.
Dari hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi dengan
menggunakan sound level meter pada kondisi AC Off di dapatkan nilai
rata-rata tertinggi 91.1 – 93.7 dB pada titik ukur 30 dan 31, sementara nilai
terendah 59.7 – 60.4 dB pada posisi titik ukur 6 dan 11. Sedangkan
kondisi AC On nilai tertinggi 90.6 – 94.0 dB di titik ukur 28 dan 31 dan
yang terendah 60.8 – 61.7 dB berada di titik ukur 22, 7 dan 8. Dan nilai
rata-rata background noise dengan kondisi AC Off nilai tertinggi 41.4 dB
berada pada titik ukur 5, sementara nilai yang terendah 41.1 dB.
B. Simulasi dengan menggunakan Software Ecotect
Penghitungan reverberation time dengan memanfaatkan program
Ecotect dilakukan dengan beberapa variasi tingkat kepenuhan ruang. Hal
104
ini sengaja dilakukan, karena tingkat reverberation time suatu ruangan
juga sangat dipengaruhi jumlah audiens yang ada di dalamnya.
Adapun variasi jumlah audiens yang dihitung adalah:
- Kosong (tanpa audiens – dapat dianggap setara dengan kondisi
ruangan saat jumlah audiens dibawah 100 orang)
- Terisi 100 orang
- Terisi 200 orang
- Terisi 400 orang (kondisi di mana ruang auditorium dalam keadaan
penuh)
Gambar 67. Denah perletakan Loudspeaker dalam Auditorium
Gambar 68. Perspektif dan perletakan Loudspeaker dalam Auditorium
105
Berikut ini merupakan uraian hasil penghitungan melalui simulasi dengan
program software Ecotect :
1. Simulasi nilai RT kondisi ruangan auditorium saat kosong (tanpa
audiens)
Gambar 69. Grafik nilai RT saat Auditorium dalam keadaan kosong
(Sumber : Hasil Simulasi Ecotect)
Tabel 17. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan kosong
Frekuensi
Total Absorption
Full RT (60)
125 Hz 250 Hz 500 Hz
1000 Hz 2000 Hz
6426.909 6322.044 6276.336 6302.520 6358.052
1.06 0.76 0.45 0.25 0.16
(Sumber : Hasil Simulasi Ecotect)
Dari hasil simulasi RT pada kondisi ini seluruh nilai RT dari
frekuensi 125 – 2000 Hz menunjukkan nilai diatas 1 detik (s). Nilai
terendah di frekuensi 2000 Hz yaitu 0.16 detik (s) dan yang tertinggi di
frekuensi 125 Hz yaitu 1.06 detik (s). Pada frekuensi 500 Hz nilai RT
mendapatkan nilai 0.45 detik (s).
2. Simulasi nilai RT kondisi ruangan auditorium saat terisi 100 orang
106
Gambar 70. Grafik RT saat Auditorium terisi 100 orang
Tabel 18. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 100 orang
Frekuensi Total Absorption 100
RT (60)
125 Hz
250 Hz
500 Hz
1000 Hz
2000 Hz
6426.909
6322.044
6276.336
6302.520
6358.052
1.03
0.73
0.44
0.24
0.15
(Sumber : Hasil Simulasi (Ecotect)
Dari hasil simulasi RT pada kondisi ini, nilai terendah di frekuensi
2000 Hz yaitu 0.15 detik (s) dan yang tertinggi di frekuensi 125 Hz yaitu
1.03 detik (s). Pada frekuensi 500 Hz nilai RT yang mendapatkan hasil
0.44 detik (s).
3. Simulasi nilai RT kondisi ruangan auditorium saat terisi 200 orang
(ruangan setengah penuh)
Gambar 71. Grafik RT saat Auditorium terisi 200 orang
107
Tabel 19. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 200 orang
Frekuensi Total Absorption 200 RT (60)
125 Hz 250 Hz 500 Hz
1000 Hz 2000 Hz
6426.909 6322.044 6276.336 6302.520 6358.052
1.00 0.70 0.42 0.24 0.15
(Sumber : Hasil Simulasi Ecotect)
Dari hasil simulasi RT pada kondisi ini, nilai terendah di frekuensi
2000 Hz yaitu 0.15 detik (s) dan yang tertinggi di frekuensi 125 Hz yaitu
1.00 detik (s). Pada frekuensi 500 Hz nilai RT mendapatkan hasil 0.42
detik (s).
4. Simulasi nilai RT kondisi ruangan auditorium saat terisi 400 orang
(ruangan penuh)
Gambar 72. Grafik RT saat Auditorium terisi 400 orang
Tabel 20. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 400 orang
Frekuensi Total Absorption 400
RT (60)
125 Hz
250 Hz
500 Hz
1000 Hz
2000 HZ
6426.909
6322.044
6276.336
6302.520
6358.052
0.95
0.65
0.40
0.23
0.15
(Sumber : Hasil Simulasi Ecotect)
108
Dari hasil simulasi RT pada kondisi ini, nilai terendah di frekuensi
2000Hz yaitu 0.15 detik (s) dan yang tertinggi di frekuensi 125Hz yaitu
0.95 detik (s). Pada frekuensi 500Hz nilai RT mendapatkan 0.40 detik (s).
Gambar 73. Tampak Samping Simulasi Penyebaran Suara dalam ruang
Auditoriu
Gambar 74. Hasil simulasi awal penyebaran suaran dalam ruang auditorium
109
Gambar 75. Perspektif Simulasi Penyebaran Suara dalam ruang Auditorium
Simulasi pengitungan RT pada ruang Auditroium menggunakan
suara dengan frekuensi 500 Hz sebagai frekuensi tengah yang umumnya
diambil untuk mewakili frekuensi-frekuensi suara yang muncul dalam
ruangan. Pemakaian angka rata-rata tidak pernah digunakan untuk
menghasilkan suatu nilai secara akustik, karena justru menjadikan
penghitungan menjadi tidak valid (Mediastika, 2006). Bila diketahui secara
pasti frekuensi suara yang muncul, maka dapat secara langsung dihitung
RT untuk frekuensi tersebut. Namun bila terdiri dari beberapa range
frekuensi, maka frekuensi 500 Hz biasanya digunakan sebagai frekuensi
tengah yang dapat mewakili semua frekuensi.
Sebagaimana tampil dalam grafik dan tabel hasil penghitungan
dengan Ecotect seperti tersebut diatas, terlihat bahwa sesuai standar ideal
untuk keperluan speech, yaitu antara 0-1 detik dengan angka ideal 0,5
detik.
110
Hasil pengitungan RT pada ruang Auditorium baik saat ruangan
kosong (terisi minimal) maupun saat terisi penuh ternyata menunjukkan
angka yang mendekati ideal, yaitu berkisar pada 0,45-0,40 detik pada
frekuensi 500 Hz. Hal ini menujukkan bahwa ruangan memiliki kualitas
akustik yang baik, baik pada saat digunakan dengan audiens minimal
maupun saat terisi penuh. Suara-suara yang muncul dari sumber di atas
panggung akan didengar dengan jelas dan pada kekuatan yang cukup
oleh audiens yang duduk di bagian paling belakang sekalipun.
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian terhadap ruang auditorium Gedung Pusat Pelayanan
Akademik Univeritas Negeri Makassar dilakukan melalui 2 jenis
pendekatan yaitu secara kuantitatif (kuesioner) dan kualitatif (simulasi
dengan program software ecotect). Adapun hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut;
1. Berdasarkan analisis hasil penelitian kondisi kenyamanan audial
menerangkan ada 44.3% responden menurut tempat duduk dan usia
tua yang merasa netral dengan keadaan pendistribusian suara,
sementara untuk usia muda ada sekitar 46.0% responden yang
merasa kurang nyaman dengan bunyi yang dihasilkan dari speaker
dan sekitar 6.6% responden yang merasa sangat nyaman dengan
suara AC ketika menyala. Sedangkan untuk gender pria ada 36.5%
responden yang merasa kurang nyaman dengan alasan sumber bunyi
yang di hasilkan oleh speaker kurang jelas, sedangkan 16.2%
responden yang merasa sangat nyaman dan 36.2% responden wanita
yang merasa netral dengan posisi tempat duduk dan bunyi yang
mereka tangkap.
112
Sehingga dapat di simpulkan bahwa yang merasa sangat nyaman ada
22.8% responden, 80.5% responden yang merasa netral dan 82.5%
responden yang merasa kurang nyaman dengan seluruh responden.
Jadi kondisi auditorium yang ada sekarang ini kurang nyaman
menurut pendapat responden dengan melalui pembagian kueisoner.
2. Dari hasil analisa pengukuran pada auditorium Menara Pinisi , antara
lain;
a. Pada kondisi ruangan AC Off tingkat tekanan bunyi yang tertinggi
ada pada titik ukur 31 (93.7 dB) sedangkan yang terendah pada
titik 20 (61.1 dB). Kemudian pada kondisi ruangan AC On tingkat
tekanan bunyi yang tertinggi ada 31 (94.0 dB) sedangkan yang
terendah ada pada titik 22 (60.8 dB).
Peningkatan tingkat tekanan bunyi dari kondisi AC Off ke kondisi
AC On hanya terjadi rata-rata 0.05%
b. Kondisi AC Off dan AC On menunjukkan nilai background noice
pada ruang auditorium Menara Pinisi UNM berada pada nilai
tingkat kebisingan 35-45 dB melebih nilai tingkat maksimum
kebisangan latar belakang menurut tabel kebisingan rekomendasi
Meidastika C.E. dengan fungsi sebagai ruang teater, ruang
konfrensi, ruang sidang dimana aktivitas utama adalah
percakapan (speech). Demikian juga halnya dengan nilai EDT
0.85 s dan Clarity
113
3. Karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif menunjukkan hal yang sama,
maka simulasi dengan menggunakan program software ecotect untuk
mendapatkan bahan pelapis ruangan yang tepat agar nilai
reveberation time yang ideal dapat tercapai sudah tidak perlu
dilakukan lagi.
B. Saran
Mengingat Universitas Negeri Makassar secara rutin memiliki
berbagai aktivitas bersifat speech seperti wisuda, seminar, kuliah umum
dsb, maka keberadaan ruang auditorium yang mampu menampung
aktivitas ini dengan baik sangatlah penting.
Meskipun tingkat kenyamanan audial kurang nyaman , nilai tingkat
tekanan bunyi dan background noise yang di atas standar
- Perletakan Loudspeaker
- Dari 8 unit loudspeaker yang berada dalam ruang auditorium, 4 unit
yang dipasang menyamping di sisi kiri dan kanan ruangan dan
sebagian lagi dipasang dengan posisi speaker mengarah ke depan.
Tidak ada satupun loudspeaker yang diletakkan di depan audiens.
Hal ini akan terasa aneh bagi audiens mengingat obyek yang
ditonton berada di depan tetapi suaranya berasal dari belakang
audiens. Untuk itu disarankan agar perletakan loudspeaker
114
auditorium ditata sedemikian rupa sehingga obyek yang ditonton di
panggung dan suara yang dihasilkan berasal dari arah yang sama.
- Untuk menciptakan kenyamanan audial untuk ruang auditorium,
hendaknya elemen interior, difuser AC dan arah perletakan
loudspaker perlu menjadi perhatian khusus.
115
DAFTAR PUSTAKA
Bharata, A. (2012). Studi Simulasi Ecotect untuk Analisis Waktu Dengung
Bies, D. A., & Hansen, C. H. (2009). Engineering Noise Control: Theory and
Practice. Fourth Edition. New York: Spon Press.
Doelle, L. (1986). Akustik Lingkungan . Surabaya: Erlangga.
Febrita, Y. (2011). Analisis Kinerjas Akustik Pada Ruang Auditorium Mono-
Fungsi (Studi Kasus Ruang Jelantik Jurusan Arsitektur ITS). INTEKNA,
119 -126.
Gani, C. A. (2012). Evaluasi Kualitas Akustik Teater Pertunjukkan Musik
Tradisional di Indonesia. Depok.
Indrani, H. C. (2007). Analisis Kinerja Akustik pada Ruang Auditorium Multifungsi
Studi kasus: Auditorium Universitas Kristen Petra. DIMENSI INTERIOR,
1-11.
Indrani, H. C. (2007). Pengaruh Elemen Interior Terhadap Karakter Akustik
Auditorium. Dimensi Interior, 66-79.
Indrani, H. C., Ekasiwi, S. N., & Asmoro, W. A. (2007). Analisis Kinerja Akustik
pada Ruang Auditorium Multifungsi Studi kasus: Auditorium Universitas
Kristen Petra. Dimensi Interior, Vol.5, 1-11.
Mangunwijaya, Y. B. (1980). Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan. Jakarta:
Penerbit Gramedia.
Mediastika, C. E. (2005). Akustik Bangunan: Prinsip-Prinsip dan Penerannya Di
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
Mediastika, C. E. (2006). Studi Terhadap Reverberation Time Pada Ruang-
Ruang Pertemuan di UAJY (Audiovisual, Auditorium Kampus II dan
Auditorium Kampus III) Sebagai Indikator Kualitas Akustik Ruangan.
Yogyakarta: Penerbi Andi.
Mediastika, C. E. (2009). Material Akustik Pendali Kualitas Bunyi pada
Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mediastika, C. E. (2009). Material Akustik: Pengendalian Kualitas Bunyi Pada
Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
116
Prasetio, L. (1985). Dalam L. L. Doelle, Environmental Acoustic. Surabaya:
Penerbit Erlangga.
Satwiko, P. (2004). Fisika Bangunan 1. Yogyakarta.
Zuyyinati, I. B., Thojib, J., & Sujudwijono, N. (2010). Penerapan Elemen-Elemen
Akustika Ruang Dalam PAda Perancangan Auditorium Mono-Fungsi.
Dimensi Interior, 11-24.
117
LAMPIRAN KUESIONER
Hari / Tgl Survey : /
Jenis Kelamin :
Umur :
Mohon diisi dengan situasi sebenarnya dengan cara mengisi, memberi tanda (√) pada kolom
jawaban yang tersedia.
NO
URAIAN
2
1
0
-1
-2
1
Bagaimana tingkat kejernihan suara (inteligibitas)
yang saudara(i) rasakan jika menggunakan
speaker?
Sangat
Nyaman
Nyaman
Netral
Kurang
Nyaman
Sangat
Tidak
Nyaman
2
Apakah saudara(i) dapat mendengar dengan jelas
suara langsung dari sumbernya jika tanpa
menggunakan speaker?
Sangat
Nyaman
Nyaman
Netral
Kurang
Nyaman
Sangat
Tidak
Nyaman
3
Apakah saudara(i) merasa terganggu dengan
suara lain dari luar ruangan?
Sangat
Tidak
Terganggu
Kurang
Terganggu
Netral
Terganggu
Sangat
Terganggu
4
Dengan posisi duduk saudara(i) sekarang,
bagaimana bunyi yang saudara(i) dapatkan?
Sangat
Nyaman
Nyaman
Netral
Kurang
Nyaman
Sangat
Tidak
Nyaman
5
Apakah saudara(i) merasa terganggu dengan
suara yang dihasilkan AC ketika di nyalakan?
Sangat
Tidak
Terganggu
Kurang
Terganggu
Netral
Terganggu
Sangat
Terganggu
6
Berdasarkan posisi duduk saudara(i),
bagaimanakah tingkat kenyamanan suara yang
saudara(i) rasakan?
Sangat
Nyaman
Nyaman
Netral
Kurang
Nyaman
Sangat
Tidak
Nyaman
7
Bagaimana pengamatan saudara(i) terhadap
elemen interior yang ada dalam ruang pertemuan
ini?
Sangat
Baik
Baik
Netral
Kurang
Baik
Sangat
Tidak Baik
8
Apakah penyebaran distribusi suara dalam
ruangan ini sudah merata?
Sangat
Merata
Merata
Netral
Tidak
Merata
Sangat
Tidak
Merata
9
Bagaimana saudara(i) rasakan bunyi yang
dihasilkan oleh speaker sekarang ini?
Sangat
Baik
Baik
Netral
Kurang
Baik
Sangat
Tidak Baik
10
Bagaimana menurut saudara(i) akan arah tata
letak loudspeaker sekarang?
Sangat
Baik
Baik
Netral
Kurang
Baik
Sangat
Tidak Baik
Saran-saran ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..............
Makassar, ……………….2016
118
1. Analisis Penggunan (responden) Berdasarkan Tempat Duduk dan
Usia
a. Pengguna (responden) Baris Depan Usia 30-60 Tahun
1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.
Lampiran 1 Point 1 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel 1. Point 1 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 3 4.9 4.9 4.9
-1 6 9.8 9.8 14.8
0 21 34.4 34.4 49.2
1 25 41.0 41.0 90.2
2 6 9.8 9.8 100.0
Total 61 100.0 100.0
2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa
menggunakan speaker.
Lampiran 2. Point 2 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
119
Tabel 2. Point 2 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 4 6.6 6.6 6.6
-1 13 21.3 21.3 27.9
0 21 34.4 34.4 62.3
1 17 27.9 27.9 90.2
2 6 9.8 9.8 100.0
Total 61 100.0 100.0
3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.
Lampiran 3. Point 3 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel 3. Point 3 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 4 6.6 6.6 6.6
-1 9 14.8 14.8 21.3
0 21 34.4 34.4 55.7
1 18 29.5 29.5 85.2
2 9 14.8 14.8 100.0
Total 61 100.0 100.0
120
4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.
Lampiran 4. Point 4 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel 4. Point 4 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 5 8.2 8.2 8.2
-1 11 18.0 18.0 26.2
0 16 26.2 26.2 52.5
1 24 39.3 39.3 91.8
2 5 8.2 8.2 100.0
Total 61 100.0 100.0
5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.
Lampiran 5. Point 5 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
121
Tabel 5. Point 5 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 4 6.6 6.6 6.6
-1 10 16.4 16.4 23.0
0 24 39.3 39.3 62.3
1 13 21.3 21.3 83.6
2 10 16.4 16.4 100.0
Total 61 100.0 100.0
6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.
Gambar 6. Point 6 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel 2. Point 6 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 8 13.1 13.1 13.1
-1 9 14.8 14.8 27.9
0 15 24.6 24.6 52.5
1 23 37.7 37.7 90.2
2 6 9.8 9.8 100.0
Total 61 100.0 100.0
122
7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.
Lampiran 7. Point 7 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel 7. Point 7 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 6 9.8 9.8 9.8
-1 10 16.4 16.4 26.2
0 15 24.6 24.6 50.8
1 24 39.3 39.3 90.2
2 6 9.8 9.8 100.0
Total 61 100.0 100.0
8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.
Lampiran 8. Point 8 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
123
Tabel 8. Point 8 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 6 9.8 9.8 9.8
-1 8 13.1 13.1 23.0
0 16 26.2 26.2 49.2
1 27 44.3 44.3 93.4
2 4 6.6 6.6 100.0
Total 61 100.0 100.0
9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker.
Lampiran 9. Point 9 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel 9. Point 9 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Point 9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 5 8.2 8.2 8.2
-1 13 21.3 21.3 29.5
0 16 26.2 26.2 55.7
1 22 36.1 36.1 91.8
2 5 8.2 8.2 100.0
Total 61 100.0 100.0
124
10. Arah tata letak loudspeaker.
Lampiran 10. Point 10 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 10 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun
b. Pengguna (responden) Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
1. Tingkat kejernihan suara menurut responden
Lampiran 11. Point 1 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 6 9.8 9.8 9.8
-1 8 13.1 13.1 23.0
0 15 24.6 24.6 47.5
1 26 42.6 42.6 90.2
2 6 9.8 9.8 100.0
Total 61 100.0 100.0
125
Tabel. Point 1 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 7 11.1 11.1 11.1
-1 19 30.2 30.2 41.3
0 16 25.4 25.4 66.7
1 17 27.0 27.0 93.7
2 4 6.3 6.3 100.0
Total 63 100.0 100.0
2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa
menggunakan speaker.
Lampiran 12. Point 2 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 2 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 10 15.9 15.9 15.9
-1 26 41.3 41.3 57.1
0 16 25.4 25.4 82.5
1 9 14.3 14.3 96.8
2 2 3.2 3.2 100.0
Total 63 100.0 100.0
126
3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.
Lampiran 13. Point 3 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 3 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 9 14.3 14.3 14.3
-1 15 23.8 23.8 38.1
0 18 28.6 28.6 66.7
1 11 17.5 17.5 84.1
2 10 15.9 15.9 100.0
Total 63 100.0 100.0
4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.
Lampiran 14. Point 4 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
127
Tabel. Point 4 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 12 19.0 19.0 19.0
-1 16 25.4 25.4 44.4
0 18 28.6 28.6 73.0
1 10 15.9 15.9 88.9
2 7 11.1 11.1 100.0
Total 63 100.0 100.0
5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.
Lampiran 15. Point 5 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 5 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 12 19.0 19.0 19.0
-1 17 27.0 27.0 46.0
0 15 23.8 23.8 69.8
1 10 15.9 15.9 85.7
2 9 14.3 14.3 100.0
Total 63 100.0 100.0
128
6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.
Lampiran 16. Point 6 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 6 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 13 20.6 20.6 20.6
-1 14 22.2 22.2 42.9
0 20 31.7 31.7 74.6
1 12 19.0 19.0 93.7
2 4 6.3 6.3 100.0
Total 63 100.0 100.0
7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.
Lampiran 17. Point 7 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
129
Tabel. Point 7 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 10 15.9 15.9 15.9
-1 16 25.4 25.4 41.3
0 17 27.0 27.0 68.3
1 12 19.0 19.0 87.3
2 8 12.7 12.7 100.0
Total 63 100.0 100.0
8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.
Lampiran 18. Point 8 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 8 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 11 17.5 17.5 17.5
-1 13 20.6 20.6 38.1
0 17 27.0 27.0 65.1
1 15 23.8 23.8 88.9
2 7 11.1 11.1 100.0
Total 63 100.0 100.0
130
9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker.
Lampiran 19. Point 9 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 9 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 12 19.0 19.0 19.0
-1 13 20.6 20.6 39.7
0 20 31.7 31.7 71.4
1 11 17.5 17.5 88.9
2 7 11.1 11.1 100.0
Total 63 100.0 100.0
10. Arah tata letak loudspeaker.
Lampiran 20. Point 10 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
131
Tabel. Point 10 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun
Point 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 11 17.5 17.5 17.5
-1 14 22.2 22.2 39.7
0 20 31.7 31.7 71.4
1 11 17.5 17.5 88.9
2 7 11.1 11.1 100.0
Total 63 100.0 100.0
c. Pengguna (responden) Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.
Lampiran 21. Point 1 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 1 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 9 12.9 12.9 12.9
-1 24 34.3 34.3 47.1
0 20 28.6 28.6 75.7
1 13 18.6 18.6 94.3
2 4 5.7 5.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
132
2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa
menggunakan speaker.
Lampiran 22. Point 2 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Tabel 2 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 11 15.7 15.7 15.7
-1 15 21.4 21.4 37.1
0 23 32.9 32.9 70.0
1 13 18.6 18.6 88.6
2 8 11.4 11.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.
Lampiran 23. Point 3 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
133
Tabel. Point 3 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 11 15.7 15.7 15.7
-1 12 17.1 17.1 32.9
0 22 31.4 31.4 64.3
1 15 21.4 21.4 85.7
2 10 14.3 14.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.
Lampiran 24. Point 4 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 4 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 13 18.6 18.6 18.6
-1 16 22.9 22.9 41.4
0 23 32.9 32.9 74.3
1 12 17.1 17.1 91.4
2 6 8.6 8.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
134
5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.
Lampiran 25. Point 5 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 5 Baris Belakang Usia Tua 30 -60 Tahun
Point 5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 14 20.0 20.0 20.0
-1 20 28.6 28.6 48.6
0 17 24.3 24.3 72.9
1 9 12.9 12.9 85.7
2 10 14.3 14.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.
Lampiran 26. Point 6 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
135
Tabel. Point 6 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 16 22.9 22.9 22.9
-1 22 31.4 31.4 54.3
0 17 24.3 24.3 78.6
1 12 17.1 17.1 95.7
2 3 4.3 4.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.
Lampiran 27. Point 7 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 7 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 12 17.1 17.1 17.1
-1 20 28.6 28.6 45.7
0 17 24.3 24.3 70.0
1 15 21.4 21.4 91.4
2 6 8.6 8.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
136
8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.
Lampiran 28. Point 8 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 8 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 14 20.0 20.0 20.0
-1 21 30.0 30.0 50.0
0 16 22.9 22.9 72.9
1 14 20.0 20.0 92.9
2 5 7.1 7.1 100.0
Total 70 100.0 100.0
9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker.
Lampiran 29. Point 9 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
137
Tabel. Point 9 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 13 18.6 18.6 18.6
-1 23 32.9 32.9 51.4
0 20 28.6 28.6 80.0
1 11 15.7 15.7 95.7
2 3 4.3 4.3 100.0
Total 70 100.0 100.0
10. Arah tata letak loudspeaker.
Lampiran 30 . Point 10 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Tabel. Point 10 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun
Point 10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 16 22.9 22.9 22.9
-1 18 25.7 25.7 48.6
0 19 27.1 27.1 75.7
1 11 15.7 15.7 91.4
2 6 8.6 8.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
138
e. Pengguna (responden) Baris Depan Usia Muda 17-25 Tahun
1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.
Lampiran 31 . Point 1 Baris Depan Usia Muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 1 baris depan usia muda (17-25 tahun)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
-1 5 10.0 10.0 10.0
0 26 52.0 52.0 62.0
1 18 36.0 36.0 98.0
2 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya
tanpa menggunakan speaker.
Gambar 32. Point 2 baris depan usia muda 17-25 Tahun
139
Tabel. Point 2 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 15 30.0 30.0 30.0
-1 17 34.0 34.0 64.0
0 12 24.0 24.0 88.0
1 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.
Lampiran 33. Point 3 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 3 baris depan usia muda 17-25 tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 16 32.0 32.0 32.0
0 17 34.0 34.0 66.0
1 7 14.0 14.0 80.0
2 10 20.0 20.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
140
4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.
Gambar 34. Point 4 Baris depan usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 4 Baris depan usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 3 6.0 6.0 6.0
-1 6 12.0 12.0 18.0
0 21 42.0 42.0 60.0
1 16 32.0 32.0 92.0
2 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.
Lampiran 35. Point 5 Baris depan usia muda 17-25 Tahun
141
Tabel. Point 5 Baris depan usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 4 8.0 8.0 8.0
0 22 44.0 44.0 52.0
1 13 26.0 26.0 78.0
2 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.
Lampiran 36. Point 6 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 6 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 1 2.0 2.0 2.0
-1 9 18.0 18.0 20.0
0 18 36.0 36.0 56.0
1 20 40.0 40.0 96.0
2 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
142
7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.
Lampiran 37. Point 7 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 7 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 1 2.0 2.0 2.0
-1 17 34.0 34.0 36.0
0 5 10.0 10.0 46.0
1 21 42.0 42.0 88.0
2 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.
Lampiran 38. Point 8 baris depan usia muda 17-25 Tahun
143
Tabel. Point 8 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 1 2.0 2.0 2.0
-1 10 20.0 20.0 22.0
0 20 40.0 40.0 62.0
1 16 32.0 32.0 94.0
2 3 6.0 6.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker
Lampiran 39. Point 9 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 9 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 2 4.0 4.0 4.0
-1 23 46.0 46.0 50.0
0 9 18.0 18.0 68.0
1 11 22.0 22.0 90.0
2 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
144
10. Arah tata letak loudspeaker.
Lampiran 40. Point 10 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 10 baris depan usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 10 20.0 20.0 20.0
-1 14 28.0 28.0 48.0
0 11 22.0 22.0 70.0
1 11 22.0 22.0 92.0
2 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
e. Pengguna (responden) Baris Tengah Usia Muda 17-25 Tahun
1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.
Lampiran 41. Point 1 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
145
Tabel. Point 1 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 4 9.3 9.3 9.3
0 14 32.6 32.6 41.9
1 24 55.0 55.0 97.7
2 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa
menggunakan speaker.
Lampiran 42. Point 2 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 2 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 3 7.0 7.0 7.0
-1 12 27.9 27.9 34.9
0 18 41.9 41.9 76.7
1 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
146
3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.
Lampiran 43. Point 3 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 3 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 2 4.7 4.7 4.7
-1 6 14.0 14.0 18.6
0 11 25.6 25.6 44.2
1 10 23.3 23.3 67.4
2 14 32.6 32.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.
Lampiran 44. Point 4 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
147
Tabel. Point 4 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 3 7.0 7.0 7.0
0 8 18.6 18.6 25.6
1 29 67.4 67.4 93.0
2 3 7.0 7.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala
Lampiran 45. Point 5 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 5 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 17 39.5 39.5 39.5
1 7 16.3 16.3 55.8
2 19 44.2 44.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
148
6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.
Lampiran 46. Point 6 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 6 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 1 2.3 2.3 2.3
-1 8 18.6 18.6 20.9
0 9 20.9 20.9 41.9
1 24 55.8 55.8 97.7
2 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.
Lampiran 47. Point 7 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
149
Tabel. Point 7 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 1 2.3 2.3 2.3
0 6 14.0 14.0 16.3
1 30 69.8 69.8 86.0
2 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.
Lampiran 48. Point 8 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 8 baris tengah usia muda 17-25 tahun Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 6 14.0 14.0 14.0
0 6 14.0 14.0 27.9
1 30 69.8 69.8 97.7
2 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
150
9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker.
Lampiran 49. Point 9 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 9 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 5 11.6 11.6 11.6
0 9 20.9 20.9 32.6
1 28 65.1 65.1 97.7
2 1 2.3 2.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
10. Arah tata letak loudspeaker.
Lampiran 50. Point 10 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
151
Tabel. Point 10 baris tengah usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 4 9.3 9.3 9.3
0 10 23.3 23.3 32.6
1 26 60.5 60.5 93.0
2 3 7.0 7.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
f. Pengguna (responden) Baris Belakang Usia 17-25 Tahun
1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.
Lampiran 51. Point 1 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 1 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 1 2.0 2.0 2.0
-1 11 22.0 22.0 24.0
0 20 40.0 40.0 64.0
1 12 24.0 24.0 88.0
2 6 12.0 12.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
152
2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa
menggunakan speaker.
Lampiran 52. Point 2 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 2 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 16 32.0 32.0 32.0
-1 17 34.0 34.0 66.0
0 11 22.0 22.0 88.0
1 5 10.0 10.0 98.0
2 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.
Lampiran 53. Point 3 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
153
Tabel. Point 3 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 2 4.0 4.0 4.0
-1 9 18.0 18.0 22.0
0 16 32.0 32.0 54.0
1 14 28.0 28.0 82.0
2 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.
Lampiran 54. Point 4 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Tabel 4 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 3 6.0 6.0 6.0
-1 10 20.0 20.0 26.0
0 7 14.0 14.0 40.0
1 22 44.0 44.0 84.0
2 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
154
5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.
Lampiran 55. Point 5 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 5 baris belakang usia muda 17-25 tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 3 6.0 6.0 6.0
0 21 42.0 42.0 48.0
1 4 8.0 8.0 56.0
2 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.
Lampiran 56. Point 6 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
155
Tabel. Point 6 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 6 12.0 12.0 12.0
-1 6 12.0 12.0 24.0
0 8 16.0 16.0 40.0
1 22 44.0 44.0 84.0
2 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.
Lampiran 57. Point 7 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 7 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -1 8 16.0 16.0 16.0
0 7 14.0 14.0 30.0
1 28 56.0 56.0 86.0
2 7 14.0 14.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.
Lampiran 58. Point 8 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
156
Tabel. Point 8 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 1 2.0 2.0 2.0
-1 12 24.0 24.0 26.0
0 11 22.0 22.0 48.0
1 17 34.0 34.0 82.0
2 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker
Lampiran 59. Point 9 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 9 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 5 10.0 10.0 10.0
-1 9 18.0 18.0 28.0
0 10 20.0 20.0 48.0
1 19 38.0 38.0 86.0
2 7 14.0 14.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
157
10. Arah tata letak loudspeaker.
Lampiran 60. Point 10 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Tabel. Point 10 baris belakang usia muda 17-25 Tahun
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid -2 7 14.0 14.0 14.0
-1 4 8.0 8.0 22.0
0 4 8.0 8.0 30.0
1 26 52.0 52.0 82.0
2 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
158
Table. Nilai reverbration Time/ RT (Waktu dengung) dengan perhitungan Sabine
No
Bidang/Material
Luas
Perm. (s)
Koefisien Absorpsi
Vol.Rg
(V)
0.16*V
A
(Luas permukaan * Koefisien Absorpsi)
M
2
125
250
500
1K
2K
4K
M
2
125
250
500
1K
2K
4K
1
Bidang A (Lantai A)
A
PLYWOOD LAPIS VINYL
109.08
0.02
0.03
0.03
0.03
0.03
0.02
4301.343
688.21
2.18
3.27
3.27
3.27
3.27
2.18
B
TEGEL
124.16
0.01
1.24
C
KARPET
446.4
0.1
0.5
0.6
44.64
223.2
267.84
2
Bidang B (Langi-langit)
A
GYPSUM JAYABOARD
676.64
0.29
0.1
0.04
0.04
0.07
0.09
197.1
67.96
33.98
27.18
47.57
61.16
B
LIGHTING DAN VAC
600
0.05
0.1
0.1
0.1
0.07
0.02
30
60
60
60
42
12
3
Bidang C (Depan)
A
PLYWOOD LAPIS VINYL
109.08
0.02
0.03
0.03
0.03
0.03
0.02
2.18
3.27
3.27
3.27
3.27
2.18
B
KARPET
132.65
0.1
0.5
0.6
13.26
66.32
79.59
C
GORDEN
6
0.1
0.4
0.5
0.6
2.4
3
4
Bidang D (Belakang)
A
JENDELA
5.6
0.15
0.1
0.03
0.01
0.01
0.01
0.56
0.56
0.16
0.05
0.05
0.05
159
No
Bidang/Material
Luas Perm.
(s)
Koefisien Absorpsi
Vol.Rg (V)
0.16*V
A
M
2
125
250
500
1K
2K
4K
M
2
125
250
500
1K
2K
4K
B
PINTU
6
0.15
0.1
0.03
0.01
0.01
0.01
0.9
0.6
0.18
0.06
0.06
0.06
C
KARPET
38.48
0.1
0.5
0.6
3.84
19.24
23.08
5
Bidang E (Samping Kanan)
A
KARPET
69.71
0.1
0.5
0.6
6.97
34.85
41.82
B
PINTU
9
0.15
0.1
0.03
0.01
0.01
0.01
1.35
0.9
0.27
0.09
0.09
0.09
C
LIGHTING DAN VAC
55
0.05
0.1
0.1
0.1
0.07
0.02
2.75
0.005
0.005
5.5
3.85
1.1
6
Bidang F (Samping Kiri)
A
KARPET
90.4
0.1
0.5
0.6
9.04
45.2
54.24
B
LIGHTING DAN VAC
55
0.05
0.1
0.1
0.1
0.07
0.02
2.75
5.5
5.5
5.5
3.85
1.1
7
BANGKU AUDITORIUM KOSONG
0.6
0.15
0.19
0.22
0.39
0.38
0.3
0.09
0.09
0.13
0.23
0.22
0.18
NILAI REVERBERATION TIME
2.869
3.120
1.378
1.197
6.601
8.590