tesis - perpustakaan universitas hasanuddin

177
TESIS ANALISIS REVERBERATION TIME TERHADAP KENYAMANAN AUDIAL PADA RUANG AUDITORIUM MENARA PINISI UNM ANALYSIS OF REVERBERATION TIME ON AUDIAL COMFORT IN AUDITORIUM ROOM OF UNM TOWER OF PINISI ZAINATUN P3200214012 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of tesis - perpustakaan universitas hasanuddin

TESIS

ANALISIS REVERBERATION TIME TERHADAP

KENYAMANAN AUDIAL PADA RUANG AUDITORIUM

MENARA PINISI UNM

ANALYSIS OF REVERBERATION TIME ON AUDIAL

COMFORT IN AUDITORIUM ROOM OF

UNM TOWER OF PINISI

ZAINATUN

P3200214012

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

ii

ANALISIS REVERBERATION TIME TERHADAP

KENYAMANAN AUDIAL PADA RUANG AUDITORIUM

MENARA PINISI UNM

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Teknik Arsitektur

Disusun dan diajukan oleh

ZAINATUN

Kepada

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

iii

TESIS

ANALISIS REVERBERATION TIME TERHADAP

KENYAMANAN AUDIAL PADA RUANG AUDITORIUM

MENARA PINISI UNM

Disusun dan diajukan oleh

ZAINATUN

P3200214012

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada tanggal, November 2017

dan di nyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Komisi Penasihat,

Prof. Dr. Ir. H. Muh. Ramli Rahim, M.Eng Dr.Eng. Hj. Asniawaty Kusno,S.T., M.T

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Teknik

Teknik Arsitektur, Universitas Hasanuddin,

Ir. Ria Wikantari, M.Arch., Ph.D Dr.Ing. Ir. Wahyu H. Piarah, MSME.

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Zainatun

Nomor Mahasiswa : P3200214012

Program Studi : Teknik Arsitektur

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini

hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, November 2017

Yang menyatakan,

Zainatun

v

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat

dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini

sebagaimana syarat utama untuk mencapai gelar Magister Teknik pada

Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

dengan judul “Analisis Reverberation Time Terhadap Kenyamanan Audial

Pada Ruang Auditorium Menara Pinis UNM”.

Banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak serta

berdiskusi dengan para ahli untuk mendekatkan peneliti mengenai

permasalahan yang mendasar terkait dengan tujuan penelitian ini. Dalam

kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada

Prof. Dr. Ir. H. Muh. Ramli Rahim, M. Eng sebagai Ketua Komisi Penasehat

Dr. Eng. Hj. Asniawaty, ST, MT sebagai Anggota Komisi Penasehat atas

bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari pengembangan

minat terhadap permasalahan penelitian ini, pelaksanaan penelitiannya

sampai dengan penulisan tesis.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Baharuddin Hamzah,

ST., M.Arch, Ph.D, Dr.Ir. Nurul Jamala, M.T., dan Dr.Eng. Rosady Mulyadi,

ST., MT sebagai penguji atas segala saran, masukan dan koreksi untuk

perbaikan tesis ini. Seluruh staf Rumah Tangga UNM yang telah banyak

membantu selama penelitian berlangsung

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua

ayahanda Drs. H. Andi Arifin Andi Pasinringi dan ibunda Dra. Hj. Sitti May

Fasih, M.Si. yang telah banyak memberikan dukungan dan doanya, suami

tercinta (Andi Hamdan Rauf, SE) dan anak-anakku tersayang (Andi Alif

Hasib dan Andi Aflah Hanif) atas pengertian dan doanya serta dukungan

moril selama dalam studi. Serta rekan-rekan mahasiswa (kak Yeti, Vovi,

dan Ninik,) yang telah banyak memberikan bantuan berupa tenaga, waktu

dan do‟a sehingga tesis ini dapat selesai. Terakhir, terima kasih pula

diberikan kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Arsitektur angkatan

vi

2014 dan mereka yang namanya tidak tercantum tetapi telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis ini

masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan

dalam penulisan dan juga penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata, saya

berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Makassar, November 2017

Wassalam

Zainatun

vii

ABSTRAK

ZAINATUN. Analisis Reverberation Time Terhadap Kenyamanan Audial

Pada Ruang Auditorium Menara Pinisi UNM ( dibimbing oleh

Prof.Dr.Ir.H.Muh.Ramli Rahim,M.Eng dan Dr.Eng.Hj.Asniawaty Kusno,

ST.,MT.)

Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi kenyamanan audial pada

ruang auditorium menurut pendapat pengguna ruang dan mengetahui nilai

reverberation time yang ada pada ruang tersebut.

Penelitian ini menggunakan dua metode yakni metode kualitatif dan

kuantitatif. Penerapan metode kualitatif dilakukan dengan membagikan

kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil

kuesioner dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 22. Sementara

metode kuantitatif, yakni pengukuran nilai tingkat tekanan bunyi dengan

menggunakan alat sound level meter (SLM) dan menghitung nilai

reverbertion time (RT) dengan menggunakan persamaan Sabine.

Kemudian disimulasi dengan menggunakan software scotect.

Hasil penelitian berdasarkan pembagian kuesioner terhadap

pengguna ruang didapatkan hasil menurut tempat duduk terhadap usia tua

ada 44.3% yang merasa sangat nyaman terhadap penyebaran distribusi

suara dalam ruangan, sedang 41.3% merasa sangat tidak nyaman.

Sementara untuk usia muda ada 48.3% yang merasa sangat tidak nyaman

dengan posisi tempat duduk dan bunyi yang didapatkan, sedangkan ada

2.0% yang merasa sangat nyaman terhadap penyebaran distribusi suara

dalam ruangan. Sementara dari hasil pengukuran nilai tingkat tekanan

bunyi yang tertinggi pada titik ukur 31 yaitu 94.0 dB dan yang terendah

pada titik 22 yaitu 60.8 dB. Hasil perhitungan RT pada auditorium baik saat

ruangan kosong berkisar pada 0.45-0.40 detik pada frekuensi 500hz.

Kata Kunci : kenyamanan audial, tingkat tekanan bunyi dan reverberation

time.

viii

ABSTRACT

ZAINATUN. The Analysis of Reverberation Time on the Auditory Comfort At

Auditorium Room of UNM Pinisi Tower. (supervised by H.Muh.Ramli

Rahim and Hj.Asniawaty Kusno.)

This research aimed (1) to determine the condition of auditory

comfort in the auditorium space according to the opinion of space users; (2)

to investigate the value of the existing reverberation time in the space.

This research uses two methods, namely the qualitative and

quantitative methods; the qualitative method was conducted by distributing

questionnaires, interviews and direct observation in the field .The results of

the questionnaire were analyzed using SPSS version 22, while the

quantitative method was conducted by measuring the sound pressure level

using the Sound Level Meter (SLM) and calculation of the Reverbertion

Time (RT) by using the Sabine equation and the simulation was conducted

using the Ecotect Software.

The research results indicated that, based on the questionnaires to

the space users, and accordingto the seat position, 44.3% of the older

users felt comfortable about the spread of sound in the space, while 41.3%

did not feel comfortable with the position of the seats and the sound they

received, and only 2% felt very comfortable with the distribution spread of

sound in the space. Meanwhile, the result of the measurement of the

highest level of Sound Pressure showed that at the measuring point 31

was 94.0 dB and the lowest at point 22 was 60.8 dB. The results of the RT

calculations at the auditorium when the auditorium was empty was about

0.45-0.40 seconds at the frequency of 500hz.

Keywords: auditory comfort, level of sound pressure, Reverberation Time.

ix

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan ................................................................................. ii

Halaman Tesis ......................................................................................... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Tesis ....................................................... iv

Prakata ..................................................................................................... v

Abstrak ................................................................................................... vii

Abstrac .................................................................................................. viii

Daftar Isi .................................................................................................. ix

Daftar Tabel ............................................................................................. xii

Daftar Gambar ........................................................................................ xiii

BAB I Pendahuluan ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

E. Batasan Penelitian ........................................................................ 4

F. Sistematika Pembahasan .............................................................. 5

G. Kerangka Pikir .............................................................................. 7

BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8

A. Bunyi ........................................................................................... 10

a. Terjadinya Bunyi ................................................................... 12

b. Frekuensi Bunyi .................................................................... 12

c. Macam Sumber Bunyi ........................................................... 13

d. Perambatan Bunyi ................................................................ 14

e. Resonansi ............................................................................. 15

f. Desibel .................................................................................. 15

B. PARAMETER KENYAMANAN OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF ...... 16

a. Tingkat Bising Latar Belakang (Background Noise Level) ..... 17

b. Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) ................................ 18

c. Waktu Dengung (Reverberation Time) .................................. 19

d. EDT (Early Decay Time) ....................................................... 20

x

e. Definition atau Deutlickeit ( a time window of 50 ms), D50 ..... 20

f. Clarity atau Klarheitsmass (C50 ; C80) ........................................ 21

g. TS (Centre Time) .................................................................. 22

C. ELEMEN-ELEMEN AKUSTIK RUANG PADA PERANCANGAN

AUDITORIUM ............................................................................. 23

a. Bentuk Ruang (Layout) ......................................................... 23

b. Bentuk Panggung ................................................................. 24

c. Lantai .................................................................................... 25

d. Dinding ................................................................................. 26

e. Plafon ................................................................................... 27

f. Balkon ................................................................................... 28

g. Penerapan Material ............................................................... 29

h. Penempatan Loudspeaker .................................................... 30

D. KENYAMANAN AUDIAL ............................................................. 31

E. TINGKAT TEKANAN BUNYI ....................................................... 33

F. REVERBERATION TIME ............................................................ 35

G. ECOTECT ................................................................................... 40

H. AUDITORIUM ............................................................................. 41

a. Segiempat............................................................................. 42

b. Kipas (setengah melingkar) .................................................. 43

c. Bentuk tapal kuda ................................................................. 44

d. Bentuk tak beraturan ............................................................. 45

I. PENELITIAN TERDAHULU......................................................... 49

J. KERANGKA KONSEP ................................................................ 55

BAB III Metode Penelitian ....................................................................... 56

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 56

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 56

a. Lokasi Penelitian ................................................................... 56

b. Waktu Penelitian ................................................................... 59

C. Metode Pengambilan Data. ......................................................... 59

a. Data Primer ........................................................................... 59

xi

b. Data Sekunder ...................................................................... 62

D. Variabel Penelitian ...................................................................... 70

E. Kondisi Ruang Yang di Teliti ....................................................... 70

a. Ruang Auditorium ................................................................. 70

b. Kondisi Elemen Pembentuk Ruang ....................................... 73

c. Sistem Tata Suara Buatan .................................................... 76

BAB IV Hasil Dan Pembahasan .............................................................. 78

A. Gambaran Umum Menara Pinisi ................................................. 78

B. Analisa Tingkat Kenyamanan Audial Pada Ruang Auditorium

Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar ............................... 79

a. Analisis Responden Berdasarkan Tempat Duduk dan Usia .. 79

b. Analisis Responden Berdasarkan Usia dan Gender.............. 90

C. Analisa Pengaruh Faktor Internal Terhadap Desain Akustik Ruang

Auditorium Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar .............. 95

a. Pengukuran dengan menggunakan sound level meter ......... 95

b. Simulasi dengan menggunakan Software Ecotect .............. 103

BAB V Kesimpulan Dan Saran .............................................................. 111

A. Kesimpulan ....................................................................................... 111

1. Analisis Penggunan (responden) Berdasarkan Tempat Duduk

dan Usia .................................................................................... 118

2. Hasil pengukuran tingkatan tekanan bunyi ......................... 112

3. Hasil Pengolahan Ruang Auditorium untuk mendapatkan

tingkat tekanan bunyi yang ideal ......................................... 112

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kecepatan rambat suara menurut medium rambatnya. ................ 14

Tabel 2. Tingkat keras bunyi ...................................................................... 16

Tabel 3. Kategori penilaian Speech Intelligibility. ....................................... 21

Table 4. Nilai Optimum Parameter Akustik Objektif Ruang Auditorium ...... 22

Tabel 5. Daftar karakteristik bahan-bahan penyerap bunyi ....................... 29

Tabel 6. Pengendalian Kebisingan ............................................................ 32

Tabel 7.Baku kebisingan latar belakang untuk fungsi ruang yang berbeda-

beda .......................................................................................................... 34

Table 8.Tingkat tekanan bunyi beberapa bunyi penting dan bising

Jangkauan frekuensi pada kondisi dan lingkungan tertentu. .................... 344

Table 9. Kesesuaian waktu dengung menurut fungsi ruangan. .................. 38

Table 10. Penelitian Terdahulu .................................................................. 49

Table 11. Penelitian Selanjutnya................................................................ 54

Table 12. Variabel penelitian ..................................................................... 70

Table 13. Data hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi dengan kondisi AC

Off ............................................................................................................. 96

Table 14. Data hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi dengan kondisi AC

On ............................................................................................................. 97

Table 15. Data nilai background boise kondisi AC Off (tidak dinyalakan) ... 99

Table 16. Data nilai background boise kondisi AC On (dinyalakan) ......... 101

Table 17. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan kosong ............. 105

Table 18. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 100 orang

.............................................................................................................. 1066

Table 19. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 200 orang 107

Table 20. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 400 orang 107

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk Denah Auditorium ..................................................................... 23

Gambar 2. Tipe Panggung...................................................................................... 24

Gambar 3. Garis pandang yang baik untuk menghasilkan suara langsung yang

baik. .......................................................................................................................... 25

Gambar 4. Penentuan Kondisi Lantai Yang Digunakan. ....................................... 26

Gambar 5. Sifat Bunyi yang Mengenai Bidang Bercelah ........................................ 26

Gambar 6. Bentuk Dinding Belakang dan Langit-Langit Auditorium ..................... 27

Gambar 7. Pemantulan Yang terjadi pada Bidang Batas ....................................... 28

Gambar 8. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang ....................... 28

Gambar 9. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang ....................... 29

Gambar 10. Contoh Auditorium berbentuk segi empat .......................................... 43

Gambar 11. Contoh Auditorium berbentuk kipas ................................................... 44

Gambar 12. Contoh Auditorium berbentuk tapal kuda ........................................... 45

Gambar 13. Contoh Auditorium berbentuk 3600 .................................................... 46

Gambar 14. Contoh Auditorium berbentuk transverse stage................................. 46

Gambar 15. Contoh Auditorium berbentuk 2100-2200............................................ 47

Gambar 16. Contoh Auditorium berbentuk space-stage ........................................ 48

Gambar 17. Gambar Kerangka konsep.................................................................. 55

Gambar 18. Posisi ruang auditorium pada tampak depan Menara Pinisi Universitas

Negeri Makassar ...................................................................................................... 56

Gambar 19. Tampak Segala Arah Menara Pinisi UNM ......................................... 57

Gambar 20. Letak ruang auditorium pada Denah Menara Pinisi UNM ................. 57

Gambar 21. Potongan Samping Menara Pinisi UNM............................................. 58

Gambar 22. Potongan Depan Menara Pinisi UNM ................................................ 58

Gambar 23. Sound Level Meter.............................................................................. 60

Gambar 24. Distance Meter Laser ......................................................................... 60

Gambar 25. Titik pengambilan data kuesioner baris depan untuk usia tua .......... 63

Gambar 26. Titik pengambilan data kuesioner baris tengah untuk usia tua ......... 64

Gambar 27. Titik Pengambilan data kuesioner baris belakang untuk usia tua ..... 64

xiv

Gambar 28. Titik pengambilan data kuesioner baris depan untuk usia muda ...... 65

Gambar 29. Titik pengambilan data kuesioner baris tengah untuk usia muda ..... 65

Gambar 30. Titik pengambilan data kuesioner baris belakang .............................. 66

Gambar 31. Titik pengambilan data kuesioner pria semua usia ............................ 67

Gambar 32. Titik pengambilan data kuesioner wanita semua usia ....................... 67

Gambar 33. Letak titik ukur pada ruang auditorium ............................................... 69

Gambar 34. Denah ruang auditorium ..................................................................... 72

Gambar 35. Dinding berbentuk gerigi menggunakan material karpet. .................. 73

Gambar 36. Pembatas ruang kontrol menggunakan kaca. ................................... 74

Gambar 37. Lantai bertrap dan menggunakan karpet ........................................... 74

Gambar 38. Lantai panggung menggunakan kayu ................................................ 75

Gambar 39. Lantai bagian belakang menggunakan keramik. ............................... 75

Gambar 40. Plafon yang bertrap – trap dengan menggunakan gypsum............... 76

Gambar 41. Perletakan beberapa speaker ............................................................ 77

Gambar 42. Perletakan beberapa titik lampu, diffuser AC..................................... 77

Gambar 43. Gedung Menara Pinisi ........................................................................ 79

Gambar 44. Keadaan responden baris depan usia tua ......................................... 79

Gambar 45. Keadaan responden baris tengah usia tua ........................................ 80

Gambar 46. Keadaan rersponden baris belakang usia tua ................................... 81

Gambar 47. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua, ...... 82

Gambar 48. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua, ...... 83

Gambar 49. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua, ...... 83

Gambar 50. Suasana pengambilan data kuesioner ............................................... 84

Gambar 51. Suasana pengambilan data kuesioner ............................................... 84

Gambar 52. Suasana pengambilan data kuesioner ............................................... 85

Gambar 53. Keadaan responden baris depan usia muda ..................................... 86

Gambar 54. Keadaan responden baris tengah usia muda .................................... 87

Gambar 55. Keadaan responden baris belakang usia muda ................................ 88

Gambar 56. Situasi pengambilan data kuesioner usia muda, ............................... 89

Gambar 57. Situasi pengambilan data kuesioner usia muda, ............................... 89

Gambar 58. Keadaan responden pria muda .......................................................... 90

Gambar 59. Keadaan responden wanita muda ..................................................... 91

Gambar 60. Keadaan responden pria tua .............................................................. 92

Gambar 61. Keadaan responden wanita tua .......................................................... 93

xv

Gambar 62. Gambar perspektif denah auditorium ................................................. 95

Gambar 63. Grafik tingkat tekanan bunyi kondisi AC OFF .................................... 97

Gambar 64. Grafik tingkat tekanan bunyi kondisi AC On ....................................... 99

Gambar 65. Grafik background boise kondisi AC Off ........................................... 101

Gambar 66. Grafik background boise kondisi AC On ........................................... 102

Gambar 67. Denah perletakan loudspeaker dalam auditorium ............................ 104

Gambar 68. Perspektif dan perletakan loudspeaker dalam auditorium ................ 104

Gambar 69. Grafik nilai RT saat auditorium dalam keadaan kosong ................... 105

Gambar 70. Grafik RT saat auditorium terisi 100 orang ....................................... 106

Gambar 71. Grafik RT saat auditorium terisi 200 orang ....................................... 106

Gambar 72. Grafik RT saat auditorium terisi 400 orang ....................................... 107

Gambar 73.Tampak samping simulasi penyebaran suara dalam ruang auditorium

................................................................................................................................ 108

Gambar 74. Hasil simulasi awal penyebaran suaran dalam ruang auditorium .... 108

Gambar 75. Perspektif simulasi penyebaran suara dalam ruang auditorium ...... 109

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menjadi pusat pendidikan, pengkajian dan pengembangan

pendidikan, sains, teknologi, dan seni berwawasan kependidikan dan

kewirausahaan yang unggul untuk menghasilkan lulusan professional

sebagai insan kamil (insan paripurna) Universitas Negeri Makassar

berupaya menjadi perguruan tinggi yang terbaik dan unggul baik dalam

bidang kependidikan dan non kependidikan. Menjadi yang terbaik tidaklah

mudah, untuk itu diperlukan sumber daya manusia (pimpinan, staf,

pengajar dan administrasi) yang unggul serta didukung dengan fasilitas

yang memadai.

Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar sebuah institusi

pendidikan dengan jumlah karyawan dan dosen 1.350 orang dan

mahasiswa 32.785 (per Desember 2016), memiliki ruang auditorium besar

yang mampu menampung ratusan pengunjung. Ruang auditorium

merupakan salah satu fungsi bangunan yang harus didukung akan

kenyamanan akustik.

Berdasarkan hasil pengambilan data kuesioner yang peneliti

lakukan pada tanggal 8 Oktober, 18 November 2016 dan 19 Januari 2017,

membenarkan bahwa ruang auditorium yang ada sekarang kurang

2

menyenangkan bagi para pengguna, apalagi ketika ruang auditorium

sedang ada acara. Ada beberapa titik tempat duduk yang mana

penyebaran suara tidak merata sehingga penggunjung yang berada di titik

tersebut tidak dapat menangkap bunyi dengan baik. Walaupun lantai dan

plafon yang dirancang bertrap serta dinding yang dirancang bergerigi,

namun kualitas akustik dari aspek reverberation time tidak selalu dapat

dicapai dari elemen perancangan tersebut.

Kata auditorium sebenarnya terdiri dari kata audiens yang berarti

penonton atau peserta aktivitas dan rium yang berarti tempat. Sehingga

ruangan yang digunakan untuk menampung aktivitas dimana ada penyaji /

narasumber dan penonton atau peserta dapat disebut sebagai auditorium.

Ruangan tersebut dipilih karena merupakan ruang pertunjukkan dengan

berkapasitas penonton + 722 pengunjung.

Adanya perbedaan aktivitas dalam setiap jenis auditorium

menyebabkan tingkat pantulan bunyi untuk tiap-tiap jenis auditorium juga

berbeda-beda, utamanya pada perhitungan waktu dengung. Waktu

dengung (Reverberation Time) adalah waktu yang dibutuhkan bunyi untuk

berkurang 60 dB (dihitung dalam detik) hingga tidak terdengar. Parameter

waktu dengung (RT) auditorium berbeda-beda tergantung penggunaannya.

RT yang terlalu pendek akan menyebabkan ruangan terasa „mati‟

sebaliknya RT yang panjang akan memberikan suasana hidup pada

ruangan (Satwiko P. , 2004). Ruang auditorium berdasarkan jenis aktivitas

yang dapat berlangsung di dalamnya termasuk jenis speech auditorium

3

yaitu auditorium mono-fungsi untuk pertemuan dengan aktivitas utama

percakapan (speech) seperti seminar, konferensi, kuliah, wisuda, dan

seterusnya (Febrita, 2011)

Karena reverberation time merupakan aspek penentu kualitas

akustik yang utama dari sebuah ruang pertemuan, maka umumnya hal ini

tidak dapat dicapai hanya melalui dengan pengamatan fisik saja, namun

harus melalui perhitungan yang cermat. Dengan demikian sangat

dimungkinkan ruang-ruang yang secara fisik nampak tidak memenuhi

syarat namun secara akustik memiliki kualitas yang baik atau sesuai

standar (Mediastika C. E., 2006)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi kenyamanan audial pada ruang auditorium Menara

Pinisi Universitas Negeri Makassar menurut pendapat pengguna ruang.

2. Berapakah nilai tingkat tekanan bunyi pada ruang auditorium Menara

Pinisi Universitas Negeri Makassar?

3. Bagaimanakah pengolahan ruang auditorium yang tepat agar

mendapatkan tingkat tekanan bunyi yang ideal untuk ruang auditorium

Universitas Negeri Makassar?

4

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi kenyamanan audial pada ruang auditorium

Menara Pinisi menurut pendapat pengguna ruang.

2. Untuk mengetahui nilai tingkat tekanan bunyi yang ada pada ruang

auditorium Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar.

3. Untuk melakukan pengolahan ruang auditorium yang tepat agar

mendapatkan tingkat tekanan bunyi yang ideal.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi Universitas Negeri

Makassar;

1. Untuk mendapatkan kenyamanaan audial terhadap tingkat tekanan

bunyi.

2. Mendapatkan nilai tingkat tekanan bunyi yang ideal pada ruang

auditorium.

3. Penggunaan sistem pengguat suara yang ada di dalam ruang

auditorium.

E. Batasan Penelitian

Untuk memastikan tujuan penelitian tercapai, peneliti

menetapkan beberapa batasan sebagai berikut:

5

1. Penelitian ini dilakukan di ruang auditorium Menara Pinisi Universitas

Negeri Makassar

2. Obyek kajian adalah menganalisis tingkat tekanan bunyi pada

kenyamanan audial pada ruang auditorium Menara Pinisi Universitas

Negeri Makassar.

3. Sasaran kajian adalah audiens sebagai pengguna ruang auditorium

Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar.

F. Sistematika Pembahasan

1. Bab 1 Pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian,

sistematika penulisan, serta kerangka pikir.

2. Bab 2 Tinjauan Pustaka, merupakan dasar-dasar teori dari literatur

ilmiah yang menjadi acuan dan digunakan di dalam penulisan penelitian

nantinya, dan kerangka konseptual.

3. Bab 3 Metode Penelitian, berisikan lokasi dan waktu penelitian, jenis

penelitian, cara pengumpulan data, dan teknik sampel, instrument

pengumpulan data serta analisis data.

4. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan berupa uraian yang

menjelaskan tahap-tahap hasil penelitian yang telah diperoleh dan

dibahas untuk menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah.

6

5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran, menjelaskan tentang kesimpulan dari

pembahasan dan juga memberikan saran-saran terhadap ruangan

auditorium untuk mencapai kualitas akustik yang baik agar dapat

mewadahi kegiatan yang diselenggarakan pada ruangan tersebut.

7

G. Kerangka Pikir

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan & Manfaat

Penelitian

Tingkat tekanan

bunyi Batasan

Masalah

Tahap – tahap

penelitian

Pengukuran

Simulasi

Analisa dengan

Software ECOTECT

Kuesioner

Analisa Data

Kritik dan Saran

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Semua ruangan membutuhkan kualitas akustik tertentu. Kondisi

ini dapat diabaikan bila ruangan tidak menampung fungsi khusus dan

hanya digunakan oleh beberapa pemakai, namun menjadi sangat penting

bila digunakan untuk menampung ratusan pemakai yang disertai penyajian.

Hal ini disebabkan suara dan tampilan yang disampaikan penyaji harus

dapat disaksikan dan didengarkan dengan baik oleh penonton. Untuk

mencapai keadaan ini, maka semestinya ruangan dirancang sedemikian

rupa agar penonton memperoleh sudut pandang yang baik kearah penyaji

dan duduk tidak terlalu jauh (tidak lebih dari 25 meter) dari penyaji.

Sedangkan dari sisi akustik, hal ini dapat dicapai bila elemen pembatas

ruangan (lantai, dinding dan plafon) mampu menyebarkan suara yang

dimunculkan penyaji secara merata kepada penonton. Penyebaran suara

yang baik dapat ditempuh dengan jalan merancang elemen pembatas

ruang dalam bentuk permukaan tertentu dan melapisi permukaan tersebut

dengan bahan tertentu.

Kualitas akustik menyangkut penyebaran suara di dalam ruangan

ditentukan oleh faktor arah penyebaran dan kekuatan penyebaran. Bila

kedua faktor tersebut tidak diperhitungkan dengan cermat, maka sangat

dimungkinkan menimbulkan cacat akustik pada ruangan tersebut, yaitu

munculnya pemantulan berlebihan sehingga menimbulkan gaung atau

9

gema, pemantulan terpusat sehingga besar area di dalam ruang tidak

memperoleh sebaran suara, ataupun munculnya pemantulan berulang

sehingga menimbulkan ketidakjelasan bunyi. Semua ruangan pada

dasarnya membutuhkan terjadinya penyebaran bunyi. Keadaan ini dapat

dicapai dengan jalan pemantulan yang ditimbulkan oleh elemen pembatas

ruangan. Untuk menghidupkan suasana di dalam ruang, baik ruangan yang

dirancang tanpa bantuan peralatan (digunakan secara alamiah) maupun

yang menggunakan peralatan listrik, membutuhkan terjadinya pemantulan.

Tingkat pemantulan yang terjadi seyogyanya disesuaikan dengan

kebutuhan, namun tetap harus menghindari terjadinya pemantulan tunda

berupa gaung/gema atau pemantulan berulang yang akan menimbulkan

ketidakjelasan bunyi. Efek pemantulan yang semestinya dimanfaatkan

adalah pemantulan seketika, yaitu pemantulan yang terjadi lebih cepat dari

1/20 detik dengan selisih jarak antara sumber pendengar dengan sumber-

pantulan-pendengar, lebih pendek dari 20,7m. Pada reverberation

pemantulan terjadi sangat cepat, sehingga sulit dibedakan mana yang

bunyi asli dan mana yang bunyi pantulan, kecuali bila sumber bunyi

dihentikan secara tiba-tiba. (Mediastika C. E., 2005)

10

A. Bunyi

Bunyi dalam bahasa Inggris dikenal istilah sound. Kata ini dalam

bahasa indonesia disepadankan dengan kata bunyi atau suara. Kamus

besar bahasa indonesia (KBBI) mendefinisikan kata bunyi dengan arti yang

lebih luas. Bunyi adalah sesuatu yang didengar oleh telinga, dapat berasal

dari benda apa saja, asalkan menghasilkan bunyi. Sementara istilah suara

lebih cenderung diartikan sebagai bunyi yang keluar dari makhluk hidup,

seperti manusia dan binatang, atau benda-benda yang lebih khusus.

(Mediastika C. E., 2009)

Bunyi mempunyai dua defenisi, Secara fisis bunyi merupakan

penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastik seperti

udara, ini adalah bunyi obyektif. Sedangkan secara fisiologis, bunyi adalah

sensasi pendengaran yang disebabkan penyimpangan, ini adalah bunyi

subyektif. (Prasetio, 1985)

Sifat bunyi terdiri dari dua macam yaitu pertama, bunyi yang

diinginkan dimana kondisi ini menuntut sistem akustik yang baik

menyangkut sumber bunyi, media perambatan, dan penerima. Kedua,

bunyi yang tidak diinginkan. Kondisi ini membutuhkan langkah

pengendalian intensitas bising sejauh mungkin dari penerima. Selain itu,

dapat dibuat penghalang pada media perambatan serta perlindungan bising

pada penerima (Suksmandhira, 2010).

Bunyi menyatakan sensasi pendengaran yang lewat telinga dan

timbul karena penyimpangan tekanan udara. Penyimpangan ini biasanya

11

disebabkan oleh beberapa benda yang bergetar, misalnya dawai gitar yang

dipetik, atau garpu tala yang dipukul. (Prasetio, 1985)

Bunyi adalah gelombang getaran-getaran mekanis dalam udara

atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga manusia

seumumnya, yaitu dalam frekuensi 16-20.000 Hz. (Mangunwijaya, 1980)

Bunyi adalah gelombang getaran mekanis dalam udara atau

benda padat yang masih bisa ditangkap oleh telinga normal manusia,

dengan rentang frekuensi antara 20-20.000 Hz. Kepekaan telinga manusia

terhadap rentang ini semakin menyempit sejalan dengan pertambahan

umur. Di bawah rentang tersebut disebut bunyi infra (infrasound),

sedangkan di atas rentang tersebut disebut bunyi ultra (ultra sound). Suara

(voice) adalah bunyi manusia. Bunyi udara (airbone sound) adalah bunyi

yang merambat lewat udara. Bunyi struktur (structural sound) adalah bunyi

yang merambat melalui struktur bangunan (Satwiko P, 2004).

Terdapat dua sasaran dalam pengendalian bunyi secara

arsitektural yakni, menyediakan keadaan yang paling disukai untuk

produksi, perambatan dan penerimaan bunyi yang diinginkan (pembicaraan

atau musik) didalam maupun diluar ruang yang digunakan untuk macam-

macam tujuan. Serta peniadaan atau pengurangan bising/bunyi yang tidak

diinginkan dan getaran dalam jumlah yang cukup banyak.(Suksmandhira,

2010)

12

A. Terjadinya Bunyi

Bunyi merupakan rangkaian perubahan yang terjadi secara cepat

di udara. Perubahan tekanan ini disebabkan oleh adanya objek yang

bergerak cepat atau bergetar, yang kemudian disebut sebagai sumber

bunyi. Objek sumber bunyi dapat berupa zat (benda) padat atau udara.

Baik pada objek padat maupun udara, untuk menjadi sumber bunyi gerakan

atau getarannya harus disertai dengan gerakan atau getaran objek lain,

sehingga saling bersentuhan. Sebagi contoh, gerakan mangkok saja, tanpa

ditingkahi gerakan sendok, tidak akan membuat kita mendengar penjual

bakso menjajakan dagangannya. Gerakan lonceng tanpa disertai anak

lonceng juga tidak menghasilkan bunyi. Sedangkan untuk objek udara kita

dapat mengambil contoh, suara yang dihasilkan makhluk hidup, yaitu kerja

sama antara getaran udara yang ada di kerongkongan dengan pita suara.

(Mediastika C. E., 2009).

B. Frekuensi Bunyi

Frekuensi bunyi (sound frequency) adalah jumlah getaran per

detik dan diukur dengan Hz (Hertz). Frekuensi menentukan tinggi rendah

bunyi. Semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi bunyi. Grand piano

mempunyai rentang antara 25-4200 Hz. Percakapan manusia berada

antara 600-4000 Hz. Bunyi-Infra ←63 ←rendah (low) →250 ← tengah (mid)

→2000 ← tinggi (high) →16.000 → Bunyi-ultra. Oktaf (octve) adalah jarak

dua bunyi yang merupakan kelipatan frekuensinya, misal: 37,5 Hz- 75Hz;

75Hz-150Hz, dan seterusnya. (Satwiko P. , 2004)

13

C. Macam Sumber Bunyi

Menurut jumlah sumber getaran atau gerakan yang terjadi, bunyi

dapat dibedakan menjadi bunyi yang berasal dari sumber titik dan bunyi

yang berasal dari sumber berbentuk garis. Sumber bunyi yang berwujud

sebagai titik adalah sumber yang muncul oleh adanya satu buah getaran

saja (getaran tunggal). Selanjutnya bunyi ini terdistribusi atau merambat

dengan kekuatan yang sama ke segala arah, sehingga seolah-olah

membentuk ruangan berwujud bola. Sedangkan bunyi berwujud sebagai

garis adalah bunyi yang dihasilkan oleh beberapa atau banyak getaran

(majemuk). (Mediastika, 2005)

Pada sumber bunyi berbentuk garis, diasumsikan sebuah garis

berada dalam suatu ruangan. Ketika bunyi terdistribusi atau merambat ke

segala arah, seolah-olah akan berbentuk ruangan berwujud tabung atau

silinder dengan sebuah garis sebagai pusat atau sumbunya. Karena

dihasilkan oleh sumber tunggal, bunyi berbentuk titik memiliki kemampuan

sebaran atau perambatan yang lebih rendah dari bunyi berbentuk garis. Hal

ini dibuktikan oleh sebuah penelitian (BRE/CIRIA,1993), bahwa pada

sumber bunyi berbentuk titik, setiap kali jaraknya bertambah dua kali lipat

dari sumber, maka kekuatannya akan turun sebesar 6 dB. Sedangkan pada

sumber bunyi berbentuk garis, setiap kali jaraknya bertambah dua kali lipat

dari sumber, maka kekuatannya akan turun 3 dB. (Mediastika C. E., 2005)

14

D. Perambatan Bunyi

Rambatan gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan

dan perengangan partikel-partikel udara yang bergerak kearah luar, karena

penyimpangan tekanan. Ini sama dengan penyebaran gelombang air pada

permukaan suatu kolam dari titik di mana batu dijatuhkan. Partikel-partikel

udara yang meneruskan gelombang bunyi tidak berubah posisi normal,

mereka hanya bergetar sekitar posisi kesetimbangannya, yaitu posisi

partikel bila tak ada gelombang bunyi yang diteruskan. Penyimpangan

tekanan ditambahkan pada tekanan atmosfir yang kira-kira tunak (steady)

dan ditangkap oleh telinga (Prasetio, 1985).

Kecepatan rambat gelombang bunyi pada temperatur ruang 680

F (200 C) adalah sekitar 1.130 ft per sekon (344 m per sekon). Kecepatan

bunyi yang rendah menyebabkan cacat akustik seperti gaung (pemantulan

yang berkepanjangan), gema dan dengung yang berlebihan

Kecepatan rambat yang umum digunakan adalah 340 m/det.

Kecepatan rambat bunyi pada medium udara pada suhu berkisar 160 C

(Tabel 1). Kecepatan ini sangat bergantung pada jenis/susunan medium

perambatan sumber bunyi serta suhu medium tersebut.

Tabel 1. Kecepatan rambat suara menurut medium rambatnya. (Mediastika, 2009)

Medium Kecepatan Rambat Suara (v)

Udara pada temperatur -200 C 319,3 m/det

Udara pada temperatur 00 C 331,8 m/det

Udara pada temperatur 100 C 337,4 m/det

Udara pada temperatur 200 C 343,8 m/det

Udara pada temperatur 300 C 349,6 m/det

15

Gas O2 316 m/det

Gas CO2 259 m/det

Gas Hidrogen 1284 m/det

Air murni 1437 m/det

Air laut 1541 m/det

Baja 6100 m/det

E. Resonansi

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya objek yang berada

pada jarak tertentu dari sebuah objek sumber bunyi yang bergetar,

karena objek yang ikut bergetar tersebut memiliki kesamaan atau

kemiripan frekuensi dengan objek sumber bunyi yang bergetar.

Resonansi akan terjadi sangat kuat bila dua objek tersebut sama persis

frekuensinya, namun tidak terlalu kuat ketika kedua objek hanya

berdekatan frekuensinya. Resonansi juga terjadi lebih kuat ketika jarak

kedua objek cukup dekat. Selain diakibatkan oleh kesamaan atau

kemiripan frekuensi, resonansi juga dapat terjadi ketika objek sumber

bunyi yang bergetar adalah objek yang memiliki kekuatan getaran yang

hebat (Objek dengan panjang gelombang yang besar atau objek

dengan frekuensi rendah), sehingga mampu menggetarkan objek lain

yang tidak memiliki kedekatan frekuensi (Mediastika C. E., 2005).

F. Desibel

Kepekaan telinga yang tidak sama terhadap bunyi menyebabkan

pengukuran tingkat keras bunyi menggunakan satuan decibel (dB dari deci

16

Bell, diambil dari nama Alexander Graham Bell) menjadi lebih mudah

karena diambil dari angka-angka yang lebih mudah dipahami (Tabel 2).

Tabel 2. Tingkat keras bunyi dalam Pa dan dB (Mediastika C. E., 2005)

Sound Pressure Sound Level Contoh Keadaan

(Pa) (dB)

200 140 Ambang batas atas pendengaran

130 Pesawat terbang tinggal landas

20 120 Diskotik yang amat gaduh

110 Diskotik yang gaduh

2 100 Pabrik yang gaduh

90 Kereta api berjalan

0,2 80 Pojok perempatan jalan

70 Mesin penyedot debu umunya

0,02 60 Percakapan dengan berteriak

0,002 30-50 Percakapan normal

0,0002 20 Desa yang tenang, angin berdesir

0,00002 0 s/d 10 Ambang batas bawah pendengaran

Batas terbawah kemampuan telinga manusia dalam mendengar bunyi

adalah 0 dB dan 140 dB sebagai batas tertinggi. Pengukuran bunyi

menggunakan tingkat keras cenderung lebih sesuai dilakukan sebab

sensasi yang secara nyata dirasakan telinga, lebih keras atau pelannya

bunyi (Mediastika C. E., 2005)

B. PARAMETER KENYAMANAN OBJEKTIF DAN SUBJEKTIF

Kriteria yang biasa dipakai untuk mengukur kualitas akustik ruang

auditorium adalah parameter subjektif dan objektif. Parameter subjektif

lebih banyak ditentukan oleh persepsi individu, berupa penilaian terhadap

seorang pembicara oleh pendengar dengan nilai indeks antara 0 sampai

17

10. Parameter subjektif meliputi intimacy, spaciousness atau envelopment,

fullness, dan overall impressions yang biasanya dipakai untuk akustik teater

dan concert hall ( (Indrani, Ekasiwi, & Asmoro, 2007). Parameter ini

memiliki banyak kelemahan karena persepsi masing-masing individu dapat

memberikan penilaian yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang

individu, sehingga diperlukan metode pengukuran yang lebih objektif dan

bersifat analitis seperti bising latar belakang (background noise), distribusi

Tingkat Tekanan Bunyi (TTB), RT (Reverberation Time), EDT (Early Decay

Time), D50 (Deutilichkeit), C50, C80 (Clarity), dan TS (Center Time).

A. Tingkat Bising Latar Belakang (Background Noise Level)

Dalam setiap ruangan, dirasakan atau tidak, akan selalu ada

suara. Hal ini menjadi dasar pengertian tentang adanya bising latar

belakang (background noise). Bising latar belakang dapat didefinisikan

sebagai suara yang berasal bukan dari sumber suara utama atau suara

yang tidak diinginkan. Dalam suatu ruangan tertutup seperti auditorium

maka bising latar belakang dihasilkan oleh peralatan mekanikal atau

elektrikial di dalam ruang seperti pendingin udara (air conditioning), kipas

angin, dan seterusnya. Demikian pula, kebisingan yang datang dari luar

ruangan, seperti bising lalu lintas di jalan raya, bising di area parkir

kendaraan, dan seterusnya.

Bising latar belakang tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, akan

tetapi dapat dikurangi atau diturunkan melalui serangkaian perlakuan

akustik terhadap ruangan. Besaran bising latar belakang ruang dapat

18

diketahui melalui pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) di dalam

ruangan pada rentang frekuensi tengah pita oktaf antara 63 Hz sampai

dengan 8 kHz, dimana hasil pengukuran digunakan untuk menentukan

kriteria kebisingan rung dengan cara memetakannya pada kurva kriteria

kebisingan (Noise Criteria – NC).

B. Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi (TTB)

Salah satu tujuan dalam mendesain ruang auditorium adalah

mencapai suatu tingkat kejelasan yang tinggi sehingga diharapkan agar

setiap pendengar pada semua posisi menerima tingkat tekanan bunyi yang

sama. Suara yang dipancarkan oleh pembicara atau pemusik diupayakan

dapat menyebar merata dalam auditorium, agar para pendengar dengan

posisi yang berbeda-beda dalam auditorium tersebut memiliki penangkapan

dan pemahaman yang sama akan informasi yang disampaikan oleh

pembicara maupun pemusik.

Syarat agar pendengar dapat menangkap informasi yang

disampaikan meskipun dalam posisi berbeda adalah selisih antara tingkat

tekanan bunyi terjauh dan terdekat tidak lebih dari 6 dB. Jika dalam suatu

ruangan yang relative kecil di mana sumber bunyi dengan tingkat suara

yang normal telah mampu menjangkau pendengar terjauh, maka hampir

dapat dipastikan bahwa distribusi tingkat tekanan bunyi dalam ruangan

tersebut telah merata.

19

C. Waktu Dengung (Reverberation Time)

Parameter yang sangat berpengaruh dalam desain akustik

auditorium adalah waktu dengung (Reverberation Time). Hingga saat ini,

waktu dengung tetap dianggap sebagai kriteria paling penting dalam

menentukan kualitas akustik suatu auditorium. Dalam geometri akustik

disebutkan bahwa bunyi juga mengalami pantulan jika mengenai

permukaan yang keras, tegar, dan rata, seperti plesteran, batu bata, beton,

atau kaca. Selain bunyi langsung, akan muncul pula bunyi yang berasal

dari pantulan tersebut. Bunyi yang berkepanjangan akibat pemantulan

permukaan yang berulang-ulang ini disebut dengung.

Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan suatu energi

suara untuk meluruh hingga sebesar 1/1.000.000 (sepersatu juta) dari

energi awalnya, yaitu sebesar 60 dB. (Bies & Hansen, 2009)

mendefinisikan waktu dengung yaitu waktu lamanya terjadi dengung di

dalam ruangan yang masih dapat didengar. Dalam perkembangannya,

waktu dengung tidak hanya didasarkan pada peluruhan 60 dB saja, tetapi

juga pada pengaruh suara langsung dan pantulan awal (EDT) atau

peluruhan-peluruhan yang terjadi kurang dari 60 dB, seperti 15 dB (RT15),

20 dB (RT20), dan 30 dB (RT30).

Waktu dengung (Reverberation Time) sangat menentukan dalam

mengukur tingkat kejelasan speech. Auditorium yang memiliki waktu

dengung terlalu panjang akan menyebabkan penurunan speech

intelligibility, karena suara langsung masih sangat dipengaruhi oleh suara

20

pantulnya. Sedangkan auditorium dengan waktu dengung terlalu pendek

akan mengesankan ruangan tersebut “mati”.

D. EDT (Early Decay Time)

EDT atau Early Decay Time yang diperkenalkan oleh V. Jordan

yaitu perhitungan waktu dengung (RT) yang didasarkan pada pengaruh

bunyi awal yaitu bunyi langsung dan pantulan-pantulan awal yaitu waktu

yang diperlukan Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) untuk meluruh sebesar 10

dB. Pengukuran EDT disarankan untuk menghitung parameter subjektif

seperti reverberance, clarity, dan impression.

E. Definition atau Deutlickeit ( a time window of 50 ms), D50

Definition merupakan kemampuan pendengar membedakan

suara dari masing-masing instrument dalam sebuah pertunjukam musik

dalam kondisi transien, nada dasar dan harmonikanya mulai membentuk

sehingga kemungkinan terjadi variasi spektrum. Definition juga merupakan

kriteria dalam penentuan kejelasan pembicaraan dalam suatu ruangan

dengan cara memanfaatkan konsep perbandingan energi yang

termanfaatkan dengan energi suara total dalam ruangan.

D50 merupakan ratio antara energi yang diterima pada 50 ms

pertama dengan total energi yang diterima. Durasi 50 ms disebut juga batas

kejelasan speech yang dapat diterima. Semakin besar nilai D50 maka

semakin baik pula tingkat kejelasan pembicaraan, karena semakin banyak

energi suara yang termanfaatkan dalam waktu 50 ms. Inteligibilitas atau

kejelasan yang baik didapatkan untuk harga D50>0%. Adapun kategori

21

penilaian bagi speech intelligibility berdasarkan D50 dapat Tabel Kategori

penilaian Speech Intelligibility diukur seperti pada tabel.

Tabel 3. Kategori penilaian Speech Intelligibility bedasarkan D50.

D50 (%) SI (%) Kategori

0 – 20

20 – 30

30 – 45

45 – 70

70 – 80

0 – 60

60 -80

80 – 90

90 – 97,5

97,5 – 100

Sangat buruk

Buruk

Cukup/Sedang

Bagus

Sangat Bagus

F. Clarity atau Klarheitsmass (C50 ; C80)

Clarity diukur dengan membandingkan antara energi suara yang

termanfaatkan (yang dating sekitar 0.05 – 0.08 detik pertama setelah suara

langsung) dengan suara pantulan yang datang setelahnya, dengan

mengacu pada asumsi bahwa suara yang ditangkap pendengar dalam

percakapan adalah antara 50 – 80 ms dan suara yang datang sesudahnya

dianggap suara yang merusak.

Semakin tinggi nilai C50, maka semakin pendek waktu dengung,

demikian pula sebaliknya. Tingkat kejelasan pembicaraan akan bernilai baik

jika C50 lebih kecil atau sama dengan -2 dB. C80 merupakan rasio dalam dB

antara energi yang diterima pada 80 ms pertama dari signal yang diterima

dan energi yang diterima sesudahnya. Batas ini ditujukan untuk kejelasan

pada musik. Nilai C80 adalah nilai parameter yang terukur lebih dari 80 ms,

semakin tinggi nilai C80 maka suara akan semakin tidak bagus.

22

G. TS (Centre Time)

TS merupakan waktu tengah antara suara datang (direct) dan

suara pantul (early to late), semakin tinggi nilai TS maka kejernihan suara

akan semakin buruk.

TS merupakan sebuah titik dimana enegi diterima sebelum titik ini

seimbang dengan energi yang diterima sesudah titik tersebut. TS sebagai

pengukur sejauh mana kejelasan sebuah suara diterima oleh pendengar, di

mana semakin rendah nilai TS semakin jelas suara yang diterima.

Parameter objektif berupa respon impuls ruang yang meliputi

waktu dengung (Reverberation Time), waktu peluruhan (Early Decay Time),

D50 (Definition), C50, C80 (Clarity) dan TS (Center Time) memiliki standar

besaran optimum tertentu yang perlu diperhatikan.

Tabel 4. Nilai Optimum Parameter Akustik Objektif Ruang Auditorium

Accoustical Parameters

Conference

Music

Reverberation Time (RT mid,s)

Early Decay Time (EDT,s)

Definition (D,%)

Clarity (C50,C80, dB)

Centre Time (TS, ms)

0,85<RtMid<1.30

0.68<EDT Mi<0.81

>65

C50>6

<80

1.30<RT mid<1.83

1.04<EDT mid<1.76

-

-2<C80<4

<80 Karakteristik dengung suatu ruangan tergantung pada volume

dan fungsi ruang tersebut. Dengung dikatakan optimal apabila:

1. Karakteristik RT pada frekuensi disukai.

2. Perbandingan bunyi pantul terhadap bunyi langsung yang terjadi

menguntungkan.

3. Pertumbuhan dan peluruhan bunyi optimum.

23

C. ELEMEN-ELEMEN AKUSTIK RUANG PADA PERANCANGAN

AUDITORIUM

Bahan penutup bidang permukaan interior ruang yang

mempunyai angka koefisien absorbsi (penyerap) dan refleksi (pemantul)

sangat mempengaruhi waktu dengung yang dihasilkan suatu auditorium

(Zuyyinati, Thojib, & Sujudwijono, 2010). Permukaan atau bidang yang

terkena sebagai media pengantar suara dalam ruang diantaranya lantai,

dinding dan plafon. Tinjauan elemen-elemen akustika ruang dalam diambil

dari beberapa sumber untuk memperoleh hasil yang maksimal. Elemen-

elemen akustika ruang dalam meliputi bentuk ruang, bentuk panggung,

lantai penonton, dinding, bentuk plafon, dan penerapan material yang

digunakan.

A. Bentuk Ruang (Layout)

Bentuk ruang atau layout gedung pertemuan mempengaruhi tingkat

kejelasan suara yang dihasilkan dalam ruangan.

Gambar 1. Bentuk Denah Auditorium

Untuk kapasitas tempat duduk yang lebih besar maka dinding

samping dapat dibuat lebih melebar dari panggung.

24

a. Denah segiempat

b. Denah trapesium dengan dinding belakang datar mengikuti dinding

samping, namun harus memperhatikan potensi bergetar echo (gaung).

c. Denah kipas dengan memundurkan dinding belakang. Kapasitas yang

ditampung lebih besar dan minim potensi terjadi gaung.

B. Bentuk Panggung

Panggung adalah ruang yang digunakan untuk mengekspresikan

materi oleh penyaji. Panggung dibedakan menjadi dua yaitu panggung

permanen dan panggung yang dapat diubah sesuai kebutuhan.

Gambar 2. Tipe Panggung

a. Panggung proscenium, merupakan panggung konvensional yaitu

penonton hanya dapat melihat penyaji dari arah depan saja.

b. Panggung terbuka, merupakan pengembangan dari panggung

proscenium yaitu sebagian panggung menjorok kearah penonton

sehingga penonton dapat melihat penyaji dari arah samping.

c. Panggung arena, yaitu perletakkan panggung yang berada di tengah-

tengah penonton dengan karakteristik panggung yang dapat diubah

25

atau multifungsi. Komunikasi yang terjadi antara penyaji dan penonton

berlangsung amat baik.

d. Panggung extended, merupakan pengembangan dari panggung

proscenium yang melebar kearah samping kanan-kiri. Model panggung

ini memungkinkan persiapan set dekorasi yang berbeda antara sisi

kanan, tengah maupun kiri.

C. Lantai

Lantai diolah dengan kebutuhan akan aktivitas dan kenyamanan

audial. Lantai pada ruang pertemuan ini dibagi menjadi dua yakni lantai

pembicara atau sumber bunyi dan lantai bagi pendengar. Untuk lantai

pembicara dibuat panggung dengan ketinggian 60-120 cm agar penonton

tetap nyaman ketika melihat pembicara (Everest dan Pohlman, 2009).

Gambar 3. Garis pandang yang baik untuk menghasilkan suara langsung yang

baik.

Untuk mengoptimalkan kenyamanan audial visual bagi penonton

atau pendengar maka perlu adanya kemiringan lantai pada area penonton.

Kemiringan lantai untuk ruang pertemuan minimal 150 dan maksimal 300

untuk keselamatan dan keamanan penonton.

26

Gambar 4. Penentuan Kondisi Lantai Yang Digunakan.

α ≥ 8

0 untuk auditorium musik

α ≥ 150 untuk lecture theatre

D ≥ 10 meter untuk auditorium music jika P = 1,5 meter

D ≥ 15 meter jika P = 2,25 meter

D. Dinding

Dinding disesuaikan dengan kebutuhan suara yang ingin

dihasilkan, diserap atau dipantulkan. Dinding juga merupakan elemen yang

bertugas sebagai pengontrol dan pengarah pantulan suara. Dinding

sebagai pengontrol berarti mempunyai fungsi untuk meredam suara agar

mengurangi pantulan suara yang dihasilkan sedangkan dinding sebagai

pengarah berarti bertugas sebagai pemantul. Adapun karakteristik dari

kedua sifat dinding tersebut tergantung pada bentuk dan kualitas

permukaan dinding.

Gambar 5. Sifat Bunyi yang Mengenai Bidang Bercelah

27

Bentuk dinding belakang dan langit-langit auditorium

mempengaruhi terjadinya echo atau gaung. Bentuk dinding belakang

dengan kecenderungan lebih besar akan merefleksikan suara ke penonton

terdekat.

Gambar 6. Bentuk Dinding Belakang dan Langit-Langit Auditorium

E. Plafon

Plafon atau langit-langit biasanya sebagai media pemantul atau

penerus suara. Bentuk pemerataan suara yang diinginkan mempengaruhi

pemilihan bentuk plafon. Plafon mempunyai sifat atau tugas sebagai

reflector yakni membelokkan suara sesuai dengan sudut perletakkan

plafon, untuk itu bentuk langit-langit atau palfon dapat digunakan untuk

mendistribusikan suara secara merata di seluruh ruangan.

Untuk menentukan ketinggian langit-langit pada umumnya ketinggian

langit memiliki rasio 1/3 sampai 2/3 dari lebar ruangan. Untuk ruangan

besar menggunakan rasio paling rendah, sedangkan untuk ruangan kecil

menggunakan rasio yang paling besar. Langit-langit juga penyebar bunyi

atau suara yang utama. Maka dari itu, langit-langit dibuat beberapa segmen

dengan masing-masing ukuran serta sudut yang dibuat untuk memantulkan

bunyi kesegala arah.

28

Gambar 7. Pemantulan Yang terjadi pada Bidang Batas

F. Balkon

Balkon tidak boleh menghalangi pandangan visual dan penerimaan suara

hingga posisi audience yang berada di paling belakang. Proporsi balkon

overhang dasar, sudut vertikal pandang θ harus lebih besar dari 300.

Gambar 8. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang

Kedalaman ruang dibawah balkon tidak boleh melebihi dua kali tinggi

ruang di bawah balkon untuk menghindari terjadinya echo. Balkon tidak

boleh menghalangi pandangan visual dan penerimaan suara hingga posisi

audience yang berada di paling belakang. Proporsi balkon overhang dasar,

sudut vertikal pandang θ harus lebih besar dari 300.

29

Gambar 9. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang

Kedalaman ruang dibawah balkon tidak boleh melebihi dua kali tinggi

ruang di bawah balkon untuk menghindari terjadinya echo.

G. Penerapan Material

Adapun karakteristik bahan-bahan penyerap bunyi (Doelle,

1990:33) sebagai berikut;

Tabel 5. Daftar karakteristik bahan-bahan penyerap bunyi

Bahan Berpori

Bahan penyerap bunyi yang efisien.

Mampu mengubah energi bunyi yang

datang menjadi energi panas dalam

pori-pori. Jaringan selular dengan pori-

pori yang saling berhubungan.

Penyerap Panel

Bahan yang dapat menyerap frekuensi

rendah dengan efisien. Digunakan

pada lapisan penunjang tetapi dipisah

oleh suatu rongga terletak pada bagian

bawah dinding (Doelle, 1990:39).

Bahan ini mempunyai ciri bergetar jika

menabrak gelombang bunyi.

Lubang Resonansi

Sangat efektif ketika penyerapan

karena terdiri dari sejumlah udara

tertutup yang dibatasi oleh dinding-

dinding untuk resonansi bunyi dan

dihubungkan oleh lubang sempit ke

30

ruang disekitarnya yang dapat

menyebabkan gelombang bunyi

merambat.

Karpet

Mampu mereduksi dan meniadakan

bising benturan seperti bunyi seretan

kaki, bunyi langkah kaki dan

sebagainya. Selain untuk bahan

penutup lantai, karpet juga digunakan

sebagai bahan penutup dinding agar

peredaman suara lebih optimal.

H. Penempatan Loudspeaker

Pemerataan dan kejelasan suara atau bunyi sekarang ini tidak

bisa hanya mengandalkan sumber bunyi utama dan desain bangunan serta

material untuk memperoleh kualitas bunyi yang diinginkan, tetapi juga

menggunakan bantuan dari peralatan elektronik seperti pengeras suara

terutama untuk kapasitas peserta sejumlah ratusan bahkan ribuan.

Beberapa tipe penempatan loudspeaker:

a. Terpusat, posisi speaker sama dengan sumber bunyi asli memberi

kesan terasa alami (terutama untuk pidato).

b. Tersebar, tipe ini digunakan untuk aktivitas yang mementingkan

kejelasan suara dibanding arah bunyi. Seperti Bandar udara, speaker

diletakkan pada kolom secara merata.

c. Terpadu dengan kursi (seat-integrated), perletakkan speaker secara

terpadu di belakang kursi. Tipe ini bertujuan agar bunyi pelan dapat

didengar secara jelas, dan pada umumnya diterapkan di gereja.

31

d. Kombinasi, yakni kombinasi dari beberapa tipe, seperti tipe terpusat

dengan tipe tersebar.

D. KENYAMANAN AUDIAL

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar,

sehat sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman; kesegaran;

kesejukan (Kolcab, 2003). Dan beberapa bahasa asing menerjemahkan

kenyamanan sebagai suatu kondisi rileks, dimana tidak dirasakan sakit di

antara seluruh anggota tubuh.

Sedangkan menurut Prasato Satwiko (Satwiko, 2009) dengan latar

belakang arsitektur dan fisika bangunan menjelaskan bahwa kenyamanan

dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap

lingkungannya. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan

rangsangan yang masuk ke dalam dirinya. Dalam hal ini yang terlibat tidak

hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, aroma

suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak,

kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu

nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan pada suatu faktor dapat ditutupi oleh

faktor lain.

Kenyamanan secara fisik dalam bangunan dibagi menjadi tiga,

yaitu :

1. Kenyamanan Termal

32

Yaitu kondisi dimana manusia merasa nyaman terhadap temperatur dan

iklim lingkungannya.

2. Kenyamanan Audial

Adalah kondisi dimana manusia merasa nyaman terhadap suara yang ada

disekitarnya.

3. Kenyamanan Visual.

Adalah kondisi dimana manusia merasa tidak terganggu dengan kondisi

sekeliling yang diterima oleh indra penglihatannya. Pada umumnya terkait

intensitas cahaya yang ada disekitarnya.

Kenyamanan akustik berarti ruangan memiliki tingkatan suara dan

kualitas akustik yang tepat sesuai dengan fungsinya. Sesuai dengan SNI

(1993) dalam lingkungan kenyamanan visual menyatakan bahwa

kenyamanan suara ditetapkan 40-45 dB. Sedangkan pada kenyamanan

yang dikeluarkan oleh MENKES yaitu menyatakan bahwa untuk audial

mempunyai standar yaitu tingkat kenyamanan berkisar 60-70 dB.

Titik ukur untuk kualitas kenyamanan audial adalah SNI 16-7063-

2004 mengenai Nilai Ambang Batas di Tempat Kerja. Nilai ambang batas

kebisingan tercantum pada tabel 6.

Tabel 6. Pengendalian Kebisingan

Waktu pemaparan per hari

Intensitas kebisingan dB(A)

4 2 1

30 15 7,5

Jam

Menit

88 91 94

97 100 103

33

3,75 1,88 0,94

28,12 14,06

7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11

Detik

106 109 112

115 118 121 124 127 130 133 136 139

E. TINGKAT TEKANAN BUNYI

Penyimpangan dalam tekanan atmosfir yang disebabkan getaran

partikel udara karena adanya gelombang bunyi disebut tekanan bunyi.

Telinga tanggap terhadap jangkauan tekanan bunyi yang sangat lebar,

walaupun tekanannya sendiri kecil.

Skala standar yang digunakan untuk mengukur tekanan bunyi

dalam akustik fisis mempunyai jangkauan yang lebar, yang

menyebabkannya susah digunakan. Selanjutnya, skala ini tidak

memperhitungkan kenyataan bahwa telinga tidak tanggap dengan cara

sama terhadap perubahan tekanan bunyi pada semua tingkat intensitas.

Karena alasan ini tekanan bunyi di ukur dalam skala logaritmatik, yang

disebut skala decibel (dB), dinamakan untuk menghormati Alexander

Graham Bell. Skala decibel hampir sesuai dengan tanggapan/kesan

manusia terhadap perubahan kekerasan bunyi, yang secara kasar

sebanding dengan logaritma energi bunyi. Ini berarti bahwa energi bunyi

yang sebanding dengan 10,1000 dan 1000 akan menghasilkan di telinga

34

pengaruh yang secara subyektif sebanding dengan logaritmanya, yaitu

masing-masing 1, 2, dan 3. Bila bilangan skala logaritma ini dikalikan

dengan 10, maka diperoleh skala decibel. Satuan skala ini, decibel, adalah

perubahan terkecil dalam tekanan bunyi yang dapat dideteksi telinga pada

umumnya. Tingkat tekanan bunyi diukur oleh meter tingkat bunyi (sound

level meter).

Tabel 7. Baku kebisingan latar belakang untuk fungsi ruang yang berbeda-beda

No.

Fungsi Ruang/Bangunan

Tingkat Maksimum Kebisingan Latar

Belakang (dB)

1. Studio rekaman atau siaran

15-20

2. Ruang konser musik

15-25

3. Teater, ruang konfrensi, ruang sidang

25-30

4. Rumah sakit, kamar hotel, perpustakaan

25-35

5. Kelas, ruang rapat, rumah tinggal

30-35

6. Rumah makan mewah, kantor

35-40

7. Kafetaria 40-45

Tabel 8. Tingkat tekanan bunyi beberapa bunyi penting dan bising Jangkauan

frekuensi pada kondisi dan lingkungan tertentu.

Kondisi dan Lingkungan

Skala Decibel

(dB)

Karakteristik

Bunyi

Jet tinggal landas

Tembakan meriam

Mengeling

130

Menulikan

120

Sonic boom

Musik orkestra fortissimo

Band rock

110

35

Truk tanpa knalpot Bising lalu lintas Sempritan polisi

100

Sangat keras

90

80

Kantor yang bising Mesin tik yang tenang Percakapan yang tenang

Keras

70

60

Rumah yang bising Percakapan pada umumnya Radio yang pelan

Sedang

50

40 Kantor pribadi Rumah yang tenang Percakapan yang tenang

Lemah

30

20

Gemersik daun Bisikan Nafas Manusia

Sangat lemah

10

F. REVERBERATION TIME

Pengukuran tingkat reverberation time dalam sebuah ruangan

dilakukan dengan menggunakan waktu dengung (reveberation time). Waktu

dengung adalah waktu yang dibutuhkan oleh sumber bunyi yang dihentikan

seketika (bunyi impulse) untuk turun intensitasnya sebanyak 60dB dari

intensitas awalnya. Waktu dengung sebuah ruangan akan bergantung pada

volume ruangan, luas permukaan bidang-bidang pembentuk ruangan,

tingkat penyerapan permukaan bidang, dan frekuensi bunyi yang muncul

dalam ruangan. Melalui waktu dengung, kualitas akustik suatu ruangan

dapat ditentukan. Setiap ruangan dengan fungsi tertentu memiliki waktu

dengung ideal, sesuai dengan aktivitas di dalam ruangan yang berkaitan

36

dengan akustik ilmiah (tanpa peralatan yang menggunakan listrik). (Rizky

Fichamdani, Andi Rahmadiansah dan Wiranto A.Asmoro, 2014).

Parameter akustika ruangan yang paling banyak dikenal orang

adalah waktu dengung (Reverberation Time – RT). RT seringkali dijadikan

acuan awal dalam mendesain akustika ruangan sesuai dengan fungsi

ruangan tersebut. RT menunjukkan seberapa lama energi suara dapat

bertahan di dalam ruangan, yang dihitung dengan cara mengukur waktu

peluruhan energi suara dalam ruangan. Waktu peluruhan ini dapat diukur

dengan menggunakan konsep energi tunak meupun energi impulse. RT

yang didapatkan berdasarkan konsep energi tunak dapat digunakan untuk

memberikan gambaran kasar, waktu dengung ruangan tersebut secara

global. RT jenis ini dapat dihitung dengan mudah, apabila kita memiliki data

volume dan luas permukaan serta karakteristik absorpsi setiap permukaan

yang ada dalam ruangan. Sedangkan RT yang berbasiskan energi impulse,

didapatkan dengan cara merekam respon ruangan terhadap sinyal impulse

yang dibunyikan didalamnya. Dengan cara ini, RT di setiap titik dalam

ruangan dapat diketahui dengan lebih detail bersamaan dengan parameter-

paramter akustik yang lainnya. RT pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah

energi pantulan yang terjadi dalam ruangan. Semakin banyak energi

pantulan, semakin panjang RT ruangan, dan sebaliknya. Jumlah energi

pantulan dalam ruangan berkaitan dengan karakteristik permukaan yang

menyusun ruangan tersebut. Ruangan yang dominan disusun oleh material

permukaan yang bersifat memantulkan energi suara cenderung memiliki RT

37

yang panjang, sedangkan ruangan yang didominasi oleh material

permukaan yang bersifat menyerap energi suara akan memiliki RT yang

pendek. Ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat

menyerap energi suara (RT sangat pendek) disebut ruang anti dengung

(anechoic chamber), sedangkan ruangan yang keseluruhan permukaan

dalamnya bersifat memantulkan suara (RT sangat panjang) disebut ruang

dengung (reverberation chamber). Ruangan-ruangan yang kita tempati dan

gunakan sehari-hari, mulai dari ruang tidur, ruang kelas, auditorium, masjid,

gereja dan sebagainya akan memiliki RT diantara kedua ruangan tersebut

diatas, karena pada umumnya permukaan dalamnya disusun dari

gabungan material yang menyerap dan memantulkan energi suara. Desain

bentuk, geometri dan komposisi material penyusun dalam ruangan inilah

yang akan menentukan RT ruangan, sekaligus kinerja akustik ruangan

tersebut.(Rizky Fichamdani, Andi Rahmadiansah, dan Wiranto A.Asmoro,

2011)

Parameter yang sangat berpengaruh dan umum digunakan

dalam desain akustik auditorium adalah waktu dengung (reverberation time)

yang diciptakan oleh W.C. Sabine pada abad ke-19. Hingga saat ini waktu

dengung tetap dianggap sebagai kriteria yang paling penting dalam

menentukan kualitas karakter akustik suatu auditorium. Waktu dengung

tidak tergantung pada lokasi, tetapi merupakan karakter menyeluruh dari

suatu ruang. Jika volume ruangan semakin besar, maka waktu dengungnya

juga semakin besar. Demikian jika bahan material dari bangunan itu

38

memiliki koefisien dan luasan yanglebih besar, maka waktu dengung yang

didapat semakin kecil. RT untuk jenis speech auditorium disarankan berada

pada 0,60-1,20 detik, sedangkan untuk musik auditorium disarankan

berada pada 1,00-1,70 detik (Egan,1976:154). Bahan penutup bidang

permukaan interior yang berkaitan dengan angka koefisien absorbsi dan

refleksi, sangat berpengaruh dalam menentukan besaran RT suatu

auditorium. Secara terinci kebutuhan reverberation time untuk aktivitas

yang berbeda ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Kesesuaian waktu dengung menurut fungsi ruangan.

Fungsi Ruangan

Volume Ruang (m3)

Waktu Dengung

(detik)

Kantor 30 0,5

100 0,75

Ruang Konferensi 100 0,5

1000 0,8

Studio Musik 500 0,9

5000 1,5

Gereja 500 1,5

5000 1,8 Bila suatu sumber bunyi di dalam ruangan yang tengah berbunyi

dihentikan secara tiba-tiba, bunyi yang telah tersebar ke dalam ruangan

tersebut tidak serta merta ikut berhenti. Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat

permukaan bidang batas permukaan ruangan yang cenderung memiliki

kemampuan memantulkan bunyi yang muncul dari sumber tadi. Terjadinya

perpanjangan bunyi ini disebut reverberation (dengung).

Waktu dengung dapat dihitung secara langsung pada suatu

ruangan yang telah dipergunakan dengan memakai peralatan khusus

penghitung reverberation time, atau secara manual dengan bantuan Sound

39

Level Meter (SLM) dan stop watch. Prinsipnya adalah menyiapkan sumber

bunyi dan meletakkan SLM pada area free field. Pastikan bahwa sumber

mengeluarkan bunyi dengan intensitas lebih tinggi dari 60 dB agar

memudahkan penghitungan saat suara turun intensitasnya sebanyak 60 dB

(agar suara tidak bernilai negatif).

Selain untuk menentukan kualitas akustik suatu ruangan yang

telah berdiri atau telah dipergunakan, perencanaan reverberation suatu

ruangan juga dapat dilakukan sebelum ruangan tersebut dibangun. Formula

Sabine diciptakan untuk membantu perkiraan reverberation time suatu

ruangan yang direncanakan. Formula Sabine diperuntukkan bagi

penghitungan reverberation time pada ruangan yang tersusun dari elemen

bidang batas yang tidak terlalu menyerap. Sedangkan untuk ruangan yang

tersusun dari bidang batas yang sangat menyerap, seperti yang umumnya

terjadi pada ruang studio, formula Eyring lebih tepat digunakan. Adapun

formula Sabine adalah;

………………….………………… (1)

Dengan:

T adalah waktu dengung (detik)

V adalah volume ruangan (m3)

A adalah total absorpsi dari masing-masing permukaan bidang batas

ruangan (m2), yaitu Σ (luas permukaan x koefisien absorpsi).

40

G. ECOTECT

Ecotect adalah suatu software analisis bangunan yang paling

komperhensif dan inovatif dewasa ini. Perancangan bangunan dapat

terlebih dahulu mendapatkan informasi penting terkait dengan performa

vital dari suatu desain bangunan sebelum benar-benar membangun

bangunan tersebut. Dapat dimulai dari analisis iklim terpencil yang

digunakan untuk menghitung efektivitas potensi dari bermacam-macam

teknik desain pasif atau untuk optimasi penggunaan sumber energi

pencahayaan dan angin. Selain itu Ecotect juga mampu mengembangkan

ide-ide desain yang ada dengan melakukan beberapa pemodelan sketsa

sederhana sampai pada tahap desain akhir.

Fitur sigfinikan yang ditawarkan dari Ecotect antara lain adalah

tampilan analisisnya yang menarik. Mengganti tipe dari karpet yang

digunakan untuk lantai dan membandingkan setiap penggantian bahannya

terhadap respon akustik ruang, waktu dengung, level pencahayaan dan

suhu internal ruangan itu sendiri, merupakan salah satu fitur yang

ditawarkan Ecotect. Dapat juga dilakukan penambahan jendela yang

kemudian dengan segera dapat diketahui efek termal yang ditimbulkan

akibat penambahan itu, melihat pengaruhnya terhadap pencahayaan

daylighting, radiasinya, serta total biaya pembangunannya. Selain itu dalam

hal akustik, dapat diketahui juga persebaran partikel suara pada suatu

ruangan tertutup dan melihat pantulan gelombang balik yang dihasilkan

serta slowly decay dalam 3D. Ecotect juga merupakan satu-satunya

41

software aplikasi untuk sejenisnya yang mencantumkan analisis

kenyamanan, emisi dari efek rumah kaca, serta ketersediaan sumber

energi dan perbandingan langsung terhadap biaya yang harus dikeluarkan.

Bagian penting dari Ecotect lainnya yaitu pengembangan tampilan

3Dnya yang inovatif. Sebuah sistem geometris CAD tradisional sebelumnya

melakukan pengembangan desain awal 3D yang tidak sesuai. Spesifikasi

persyaratan inputan yang diberikan terlalu berat sehingga menyulitkan dan

memaksa para desainer berpikir secara matematis untuk mendapatkan

hasil sketsa yang sesuai dengan keinginan mereka. Oleh karena itulah

dibuat sistem konstruksi relational 3D yang fleksibel dan intuituf yang

mampu menghasilkan hubungan antara elemen suatu bangunan mulai dari

yang sederhana sampai pada geometri yang paling kompleks dan

meningkatkan pengembangan itu secara berkelanjutan.

H. AUDITORIUM

Auditorium berasal dari kata audiens (penonton/penikmat) dan rium

(tempat), sehingga auditorium dapat diartikan sebagai tempat

berkumpulnya penonton untuk menyaksikan suatu acara tertentu

(Mediastika, 2005). Fungsi Auditorium menurut, adalah sebagai tempat

untuk menyaksikan dan mendengarkan suatu pertunjukkan berupa teater,

ruang kuliah, gereja, ruang konser, atau gedung bioskop.

42

Auditorium dibagi beberapa menurut jenis aktivitas yang

berlangsung di dalamnya, menurut Mediastika (2005:91) auditorium

dibedakan menjadi:

1. Auditorium untuk pertemuan, yaitu auditorium dengan aktivitas utama

percakapan (speech): seperti untuk seminar, konferensi, rapat besar,

dan lain-lain.

2. Auditorium untuk pertunjukan seni, yaitu auditorium dengan aktivitas

utama sajian kesenian, seperti seni musik, tari dan lain-lain. Secara

akustik, jenis auditorium ini masih dapat dibedakan lagi menjadi

auditorium yang menampung aktivitas musik saja dan menampung

aktivitas musik sekaligus gerak.

3. Auditorium multifungsi, yaitu auditorium yang tidak dirancang secara

khusus untuk fungsi percakapan atau musik, namun sengaja dirancang

untuk berbagai keperluan tersebut, termasuk pameran produk,

perhelatan pernikahan, ulang tahun, dan lain-lain.

Macam-macam Bentuk Ruang Auditorium

Menurut Leslie L. Doelle (1993), bentuk ruang auditorium dapat

dibagi berdasarkan sistem akustiknya, antara lain;

A. Segiempat

Bentuk ini merupakan bentuk yang sederhana dari ruang teater.

Perletakan panggung pertunjukkan berada di salah satu sisi dan ruang

penonton berada di sisi yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang

berada di area samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukan

43

karena arah hadapnya tidak lurus ke arah panggung pertunjukan sehingga

mengurangi rasa nyaman.

Gambar 10. Contoh Auditorium berbentuk segi empat

Dapat pula panggung pertunjukkan berada di tengah-tengah ruang

penonton. Kondisi ini dapat menampung lebih banyak penonton, tetapi

memiliki masalah yang sama, yakni penonton yang berada di area samping

akan merasa kesulitan menikmati pertunjukkan. Bentuk ini sering

digunakan sebagai ruang seminar, workshop, rapat, dan sebagainya.

B. Kipas (setengah melingkar)

Bentuk kipas menjadikan ruang penonton melingkari panggung

pertunjukan. Dengan kondisi ini kemampuan visual penonton terhadap

pertunjukkan yang berlangsung tidak terganggu dengan posisinya

(pandangan penonton lurus ke depan tidak perlu menoleh terlalu banyak).

Fokus pandangan di semua area ruang penonton tertuju ke sebuah pusat,

yakni panggung pertunjukkan.

44

Gambar 11. Contoh Auditorium berbentuk kipas

teater dengan bentuk dasar berupa kipas lebih cocok untuk digunakan

sebagai ruang pertunjukkan dengan kapasitas penonton yang berjumlah

banyak. Kondisi teater berbentuk kipas berupa pandangan dari ruang

penonton tertuju pada satu pusat (panggung pertunjukkan). Hal tersebut

dapat mengurangi gangguan visual dari ruang penonton, ruang sekitar

panggung pertunjukkan dapat digunakan sebagai ruang penonton yang

terletak melingkari pertunjukkan (bisa berupa seperempat lingkaran,

setengah lingkaran, atau juga perempat lingkaran). Dengan demikian,

ruang penonton dapat menampung jumlah lebih banyak dibanding jika

teater berbentuk segiempat. Bentuk ini sering digunakan sebagai

pementasan teater, orkestra, sendratari, dan sebagainya.

C. Bentuk tapal kuda

Bentuk ruang ini akan memantulkan bunyi secara memusat di sisi

tengah ruangan (terletak di titik fokus cekung) karena permukaan dinding

yang berbentuk cekung. Keadaan ini dapat membuat suara menjadi lebih

jelas di bagian tengah ruangan, tetapi dibagian lain akan kurang. Jika

berlebihan, suara yang terdengar di titik fokus pantulan akan terlalu keras.

45

Gambar 12. Contoh Auditorium berbentuk tapal kuda

D. Bentuk tak beraturan

Bentuk ini tercipta karena untuk memenuhi aspek kenyamanan

visual, pencahayaan, dan akustik. Dinding ruangan dibuat tak beraturan

(cekung dan cembung dengan perhitungan sistematis) agar dapat

menyerap bunyi (bunyi cacat akustik) ataupun memantulkan gelombang

bunyi yang dibutuhkan.

Menurut Ham Roderick, Theater Planning (1972), membagi ruang

auditorium menjadi tujuh bentuk dasar auditorium, antara lain;

1. Auditorium 3600

Panggung pertunjukkan berada di tengah, dengan auditorium

(ruang duduk penonton) terletak mengelilingi panggung pertunjukkan.

Dengan begitu, kemanapun arah hadap pementas, maka ia akan

menghadap kearah penonton. Jalur sirkulasi pementas melewati

auditorium. Bentuk ini sering digunakan dalam pertunjukkan konser musik

(terutama band) dan pertunjukkan teatrikal. Tidak sesuai untuk

pertunjukkan sulap.

46

Gambar 13. Contoh Auditorium berbentuk 3600

2. Auditorium transverse stage

Bentuk ini sangat sederhana dengan meletakkan panggung

pertunjukkan dan tempat duduk penonton saling berhadapan. Bentuk ini

tidak cocok untuk jumlah penonton yang banyak karena tingkat visual

penonton terhadap panggung yang kurang sempurna.

Gambar 14. Contoh Auditorium berbentuk transverse stage

3. Auditorium 2100 - 2200

Panggung berada di sebuah titik dengan tempat duduk penonton

berada mengelilinginya, tetapi tidak penuh satu lingkaran. Arah pandangan

visual penonton lurus ke dapan, tidak perlu menengok terlalu banyak untuk

dapat menikmati pertunjukkan. Bentuk ini cocok untuk digunakan dalam

pementasan seni teater, drama, konser musik, tari, sendratari, dan kegiatan

lain yang sejenis.

47

Gambar 15. Contoh Auditorium berbentuk 2100-2200

4. Auditorium pengelilingan 1800

Auditorium pengelilingan 1800 telah digunakan sebagai tempat

pementasan teater sejak zaman Yunani kuno. Memiliki sifat hampir sama

dengan Auditorium 2100 -2210, tetapi memiliki kapasitas penonton lebih

kecil. Bentuk ini sering digunakan sebagai tempat pertunjukkan konser

musik.

5. Auditorium pengelilingan 900

Karakteristik dan sifat bentuk ini hampir sama dengan bentuk

auditorium pengelilingan 2100-2200. Hanya sudut di panggung pertunjukkan

lebih kecil dan lebar tempat penonton yang juga lebih kecil. Kondisi ini

mengakibatkan arah pandang penonton menghadap ke panggung sehingga

lebih cocok untuk ruang pertunjukkan. Bentuk ini lebih dikenal dengan

sebutan bentuk kipas.

6. Auditorium tanpa sudut pengelilingan

Panggung pertunjukkan berada di salah satu sisi ruang dan

tempat duduk penonton berada di sisi yang lain. Keduanya saling

berhadapan. Bentuk ini sering digunakan sebagai ruang rapat, seminar,

workshop, dan kegiatan lain yang sejenis.

48

7. Auditorium space stage

Dengan bentuk elips, gelombang bunyi akan memantul kearah

seluruh ruangan. Jika dihitung dengan benar, gelombang bunyi akan

terpantul dan menyebar ke seluruh area auditorium.

Gambar 16. Contoh Auditorium berbentuk space-stag

49

I. PENELITIAN TERDAHULU

Tabel 10. Penelitian Terdahulu

No

Judul

Peneltian

dan

Nama Peneliti

/ Tahun

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

1. Pemakaian

Model 1:50

Dalam

Pengukuran

Karakteristik

Akustik Bagi

Auditorium

Berbentuk

Kipas.

Finarya Legoh/

2004

1. Mencari secara

sistematis kaitan

paramtere akustik

dari auditorium

berbentuk kipas dan

variasinya.

2. Mengadopsi

metoda pengukuran

“Program SUMMS”,

yang dilengkapi

dengan kompensasi

numerik untuk

mengurangi

pengaruh absorpsi

udara normal pada

frekuensi tinggi.

Membandingkan

desain auditorium

berbentuk kipas

yang baik secara

akustik dan aestetis.

Dengan

menggunakan

metoda ultrasonik

karena hasil

pengukurannya

akurat. Konsepnya

bahwa sifat bunyi

ditentukan oleh ratio

dari gelombang

bunyi ke ukuran

permukaan, dan

bunyi bergerak di

dalam model

memakai media

udara atau

substitusinya.

1. Menunjukkan

bahwa model

auditorium

berbentuk kipas

menghasilkan

akustik yang kurang

disebar (didifusikan),

nilai akustiknya

sangat tergantung

pada lokasi, dan

desain kipas lebih

sesuai untuk

pertunjukkan

percakapan (teater).

2. Menunjukkan

bahwa model

berskala 1:50

dengan desain

denah dan interior

yang sederhana

ternyata sangat

berguna untuk

pendidikan yang

mendetail dalam

memprediksi

karakter akustik

suatu auditorium.

2. Studi

Terhadap

Untuk menghitung

reverberation time

1.Dengan mengguna

kan metode penelitian

1.Ruang audiovisual

yang memiliki nilai

50

Reverberation

Time pada

ruang-ruang

pertemuan di

UAJY

(Audiovisual,

Auditorium

Kampus II dan

Auditorium

Kampus III)

sebagai

indikator

kualitas

akustik

Ruangan.

Christine E.

Mediastika /

Juni 2006

pada ruang

Audiovisual dan

Auditorium II dan III

di Kampus UAJY.

lapangan.

2. Dengan analisis

secara komputerisasi

program Ecotech.

RT paling mendekati

angka ideal untuk

aktivitas speech

(percakapan),

sedangkan kedua

ruang lainnya

memiliki nilai RT

yang masih jauh di

atas standar.

3.

Analisis

Kinerja Akustik

Pada Ruang

Auditorium

Multifungsi.

(Studi kasus:

Auditorium

Univ. Kristen

Petra,

Surabaya)

Hedy C.

Indrani

Sri Nastiti N.

Ekasiwi

Wiranto

A.Asmoro /

Juni 2007

Untuk melakukan

pengukuran dan

analisis kinerja

akustik pada sebuah

studi kasus

auditorium

multifungsi untuk

mengetahui kondisi

background noise

level dan kinerja

akustik auditorium

sehingga dapat

dilakukan perbaikan

yang diperlukan.

1. Pengukuran

tingkat bising latar

belakang

(background noise

level).

2. Pengukuran

distribusi Tingkat

Tekanan Bunyi

(TTB).

3. Pengukuran

respon impuls

berupa waktu

dengung

(Reverberation

Time).

1. Hasil pengukuran

terhadap D50 rata-rata

sebesar 35,69% dan

terletak di antara nilai

SI 80-90%, sehingga

tingkat kejelasan

percakapan (speech

intelligibility) masih

termasuk kategori

cukup bagus.

2. Hasil pengukuran

EDT (pengaruh first

reflection pada

dinding) rata-rata

pada tiap frekuensi

sebesar 1,644 detik

dan EDTmid sebesar

1,684 detik

4. Studi Kualitas

Akustik Ruang

Pada Masjid

Raya Tarakan-

Untuk mengetahui

waktu dengung yang

berlebihan sehingga

menimbulkan

1. Pengukuran

kualitas akustik (RT

60) auditorium yang

ada (model

1. Waktu dengung

optimum yang dapat

disajikan sebesar

pada frekuensi 500

51

Kalimantan

Timur. 2011.

Rizky

Fichamdani,

Andi

Rahmadiansah

,

Wiranto

A.Asmoro

gema/dengung. Eksisting).

2. Pembuatan model

simulasi dari ruang

auditorium masjid

raya Tarakan.

3. Pembandingan

antara hasil simulasi

dengan perhitungan

dengan

menggunakan

rumus Sabine dari

ruang auditorium

masjid raya

Tarakan. Rumus

Sabine digunakan

karena ruangan

nantinya tersusun

dari bidang bahan

penyerap bunyi yang

sangat menyerap.

Hz sebesar 1.13

detik dan frekuensi 1

KHz sebesar 0,96

detik dengan

menggunakan

metode Sabine

dengan material

cellulose fiber 5/8

inchi, polyuretahane

foam ¾ inchi dan

karpet yang

dipasang pada atap

kubah dan lantai 1

dan 2.

2. Aspek biaya juga

perlu

dipertimbangkan

selain faktor nilai

waktu dengung.

Karena untuk

mendapatkan waktu

dengung optimum

perlu didanai senilai

Rp. 1.108.682.000

untuk pembelian

material akustik.

5. Pengaruh

Elemen

Interior

Terhadap

Karakter

Akustik

Auditorium,

2009

Hedy C.

Indrani

Untuk mengetahuin

rasa nyaman atau

sebaliknya antara

lain tergantung atas

kualitas akustik

ruang.

1. Elemen

pembentuk ruang.

2. Pengaturan tata

letak dan pemilihan

bahan tempat

duduk.

3. Jarak pandang.

4. Finishing bidang

permukaan.

Hasil yang dicapai

mengindikasikan

bahwa pada

umumnya prediksi

bagi kualitas

karakter akustik

secara keseluruhan

bagi sebahagian

auditorium memang

dapat dilakukan. Hal

ini membutuhkan

pemikiran desain

akustik yang serius

sejak awal

perancangan

bangunan, agar

52

solusi desain

bangunan, interoir

dan akustinya dapat

terintegrasi dengan

sukses.

6. Simulasi

Reverberation

Time Sound

System Pada

Bangunan SC

Universitas

Islam Negeri

(UIN) Maulana

Malik Ibrahin

Malang, 2009.

Wahyu Fera

Mufida Sari,

Novi Avisena

Untuk mengetahui

dengan teliti berapa

besar nilai wkatu

dengung, intesitas

bunyi yang

mempengaruhi

penerimaan suara.

1. Pemakaian

Delphin sebagai

program untuk

merancang posisi

dan penempatan

Sound system

dalam auditorium.

1. RT rata-rata

bangunan SC UIN

Malang sebesar

2,001 yang mana

waktu dengung

tersebut cocok

digunakan sebagai

ruang konser.

2. Perangkat lunak

dari sistem yang

dibuat dapat

menghitung nilai I,

RT, d, A dan

menentukan jumlah

kursi serta sound

system yang

dikehendaki oleh

operator.

7. Analisis

Kinerja Akustik

Pada Ruang

Auditorium

Mono-Fungsi

(Studi Kasus

Ruang Jelantik

Jurusan

Arsitektur ITS),

2011.

Yuswinda

Febrita.

Untuk menganalisis

kinerja akustik di

dalan ruang

auditorium mono-

fungsi.

Menggunakan

metode pengukuran

background noise

level dangan

menggunakan alat

Sound Level Meter

(SPL).

Melakukan

perhitungan dan

simulasi optimasi

menggunakan

program ECOTECT

v.5.20 untuk

menunjukkan

peningkatan kualitas

akustik (RT).

1. Kebisingan latar

belakang yang ada

pada R.Jelantik

setelah dilakukan

pengukuran di 9 titik

untk SPL pada pita

frekuensi 1200-2400

Hz maka nilai NC

memenuhi kriteria

yaitu 24.82-31.81.

Sedangkan kondisi

eksisting auditorium

menunjukkan bahwa

RT pada occupancy

0% hingga 100%

belum dapat

memenuhi

persyaratann

53

kualitas akustik

untuk karakter

speech, sehingga

terjadi dengung

yang tidak

diinginkan.

8. Waktu

Dengung

Efektif untuk

Desain

Multifungsi

Auditorium

Pendidikan.

2013.

Dyah

Nurwidyaningr

um,

Sri Kurniasih.

Untuk mencapai

waktu dengung yang

dipersyaratkan dan

tercapainya suara

keseluruh peserta.

1. Perhitungan

waktu dengung

eksisting menjadi

acuan

dalampemenuhan

persyaratan yang

harus dicapai.

2. Perubahan desain

permukaan bidang

ruang yang meliputi

lantai, plafond,

dinding dan interior

mempengaruhi

pencapaian

persyaratan.

Penggantian dan

penambahan

material lantai dan

plafond dengan

material yang tepat

dalam kasus ini

menurunkan nilai RT

menjadi memenuhi

persyaratan pada

range 0,5 s/d 1

detik.

Ruang auditorium

tertutup

membutuhkan

penataan tata

cahaya dan tata

udara yang baik

selain tata suara

untuk meningkatkan

kenyamanan di

dalam ruang.

54

Tabel 11. Penelitian Selanjutnya

No

Judul Peneltian

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

1.

Analisis

Reverberation

Time terhadap

kenyamanan

audial pada

ruang auditorium

Menara Pinisi

UNM.

1. Untuk memenuhi standar

tingkat kenyamanan audial

pada ruang auditorium Menara

Pinisi menurut pendapat

pengguna ruang.

2. Untuk mengetahui nilai

Reverberation Time yang ada

pada ruang auditorium

Menara Pinisi Universitas

Negeri Makassar.

3. Untuk melakukan

pengolahan ruang auditorium

yang tepat agar mendapatkan

Reverberation Time yang

ideal.

Dengan melakukan

penyebaran kuesioner

kemudian di analisa dengan

menggunakan SPSS Ver.

20.

Melakukan pengukuran

dengan menggunakan SLM.

Dan melakukan simulasi

dengan menggunakn

software Ecothect.

55

J. KERANGKA KONSEP

Gambar 17. Gambar Kerangka konsep

Ruang auditorium memiliki kualitas audio dan visual yang

kurang baik dari ruang auditorium, walaupun lantai, dinding

dan plafon yang dirancang bertrap-trap dan bergerigi dan

mengakibatkan gaung/gema yang membuat

ketidaknyamanan audial kepada pengguna ruang tersebut.

Untuk mendapatkan tingkat tekanan bunyi

yang dipersyaratkan dan tercapainya

suara ke seluruh peserta, agar nantinya

dapat dipergunakan sebagai dasar

rekomendasi atau masukkan bagi pihak

Universitas untuk mencapai kualitas

akustik yang ideal bagi ruang tersebut.

Untuk memenuhi standar

kenyamanan audial pada ruang

auditorium dari segi akustik menjadi

suatu ruang yang mampu mewadahi

setiap aktivitas yang berbeda-beda

tetapi tetap dapat memenuhi

persyaratan akustik ruang.

1. Simulasi 2. Pengukuran 3. Ecotect Software

4. Perhitungan manual

1. Simulasi 2. Wawancara

3. Kuesioner

Analisis tingkat kenyamanan audial terhadap ruang auditorium

Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar

Analisis tingkat tekanan bunyi pada ruang auditorium Menara

Pinisi Universitas Negeri Makassar.

Perubahan tata letak loudspeaker memberikan

kenyamanan kepada pengguna ruang

auditorium.

56

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian diawali dengan

survey, pengamatan, membagikan kuesioner, pengukuran serta simulasi

selanjutnya dilanjutkan dengan analisis data.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang Auditorium yang

terletak di lantai 3 Gedung A Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar,

Jalan A.P.Pettarani.

.

Gambar 18. Posisi ruang auditorium pada tampak depan Menara Pinisi

Universitas Negeri Makassar

Auditorium terletak

pada lantai 3 dan 4

57

Gambar 19. Tampak Segala Arah Menara Pinisi UNM

Gambar 20. Letak ruang auditorium pada Denah Menara Pinisi UNM

Sumber : Arsip UNM As Built Drawing.

58

Gambar 21. Potongan Samping Menara Pinisi UNM

Gambar 22. Potongan Depan Menara Pinisi UNM

59

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu pada bulan Oktober, November 2016 dan

Januari 2017. Pada waktu pengukuran di laksanakan pada saat ruangan

kosong, sementara pengamatan dan penyebaran kuesioner di adakan

pada saat berlangsungnya acara.

C. Metode Pengambilan Data.

Dalam penelitian ini ada dua tahap dalam metode pengambilan

data yang berbeda, yaitu:

A. Data Primer

Untuk pengambilan data primer, peneliti menggunakan metode

yang telah disesuaikan untuk mengukur akustik ruang auditorium. Data

yang diambil yakni tingkat tekanan bunyi dan kenyamanan audial

terhadap ruang tersebut. Dikarenakan keterbatasan spesifikasi alat yang

digunakan, data yang diukur terbatas kepada tingkat kebisingan. Tingkat

tekanan bunyi akan didapatkan dengan menggunakan data survei

material kedua ruang tersebut.

Alat dan software yang digunakan untuk memperoleh data

penelitian, yaitu:

60

A. Sound Level Meter, untuk mengukur tingkat kekuatan bunyi dalam

satuan decibBell (dB). Sound Level Meter yang digunakan adalah

produksi dari Bruel & Kjær dengan tipe 2250 Light.

Gambar 23. Sound Level Meter (Acoustic Workshop, 2016)

B. Distance Meter Laser, untuk mengukur geometri ruang dan jarak

penempatan titik ukur.

Gambar 24. Distance Meter Laser

C. Laptop, kamera dan alat tulis, untuk mencatat segala hal yang

berkaitan dengan kegiatan observasi dan pengumpulan data.

D. Balon dengan diameter minimal 28-30 cm, penggunaan balon

dimaksudkan agar sumber suara dapat merambat ke segala arah

dalam ruangan.

Selain menggunakan alat-alat tersebut penelitian ini juga

menggunakan beberapa software antara lain :

61

1. SPSS Statistic Versi 22; software ini digunakan untuk mencari nilai

perbandingan antara yang merasa nyaman dan tidak nyaman.

2. SketchUp 2014; software ini digunakan untuk menggambar ruang

auditorium teater secara mendetail dengan mencakup volume, geometri,

dimensi serta detai ruangan, dan mengukur luas area material yang akan

digunakan pada ruangan tersebut.

3. Ecotect 2011; digunakan untuk mempelajari kelakuan bunyi dalam

ruang auditorium teater, serta untuk mendapatkan volume ruangan dan

volume per tempat duduk dalam ruangan ini.

Berikut ini adalah metode pengukuran tingkat tekanan bunyi yang

diterapkan untuk mengukur tingkat tekanan bunyi pada ruang tersebut:

a. Keadaan ruang auditorium teater yang diukur berada dalam keadaan

tidak terisi atau kosong.

b. Pengukuran dilakukan dengan kondisi lampu ruangan menyala, AC

menyala dan tidak menyala, jendela dan pintu tertutup.

c. Alat yang digunakan untuk pengukuran merupakan sound level meter

yang dapat mengintegrasikan rata-rata ukuran. Untuk pengukuran

kebisingan, alat diatur untuk mengukur skala pengukuran A dengan

respon yang lambat. Hal ini dilakukan untuk menyamakan alat dengan

kondisi pendengaran telinga manusia pada umumnya.

d. Dalam memilih letak pengukuran, untuk ruang auditorium ada titik

pengukuran dapat mewakili tingkat kebisingan ruang tersebut. Jarak

titik pengukuran dengan tembok tidak boleh kurang dari satu meter.

62

Letak titik pengukuran untuk ruang auditorium lima titik pada baris

bagian belakang, empat titik pada baris ketiga dari belakang, lima titik

pada baris ke lima dari belakang, lima titik pada baris kelima dari

depan, empat titik pada baris ketiga dari depan, lima titik pada baris

bagian depan dan tiga titik pada depan podium. Jumlah keseluruhan

titik ukur 31 titik ukur.

e. Saat melakukan pengukuran, alat yang digunakan digenggam pada

ketinggian 120 cm dari permukaan lantai.

f. Waktu pengukuran dilakukan pada pagi hari jam 10.00 – 15.00 siang.

Pengukuran dilakukan selama 30 detik di setiap letak pengukuran.

Selain mengukur tingkat tekanan bunyi untuk ruang auditorium,

speech inteligibility atau kejelasan bercakap menjadi salah satu kriteria

perfoma akustik ruang yang baik mengingat ruangan tersebut yang sering

digunakan untuk kegiatan seminar dan belajar. Faktor komunikasi menjadi

salah satu faktor terpenting di dalam kegiatan seminar dan belajar.

Pengukuran untuk menilai kejelasan bercakap ini dilakukan

dengan mengukur keadaan ruang dalam keadaan sunyi atau tenang.

Selain itu, letak pengukuran disamakan intensitas suara direkam selama

15 menit di masing-masing titik ukur.

B. Data Sekunder

Pengamatan lapangan atau observasi adalah teknik

pengumpulan data dimana peneliti melakukan peninjauan langsung pada

lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang akurat sesuai pengamatan

63

penelitian. Pembagian kuesioner diselingi dengan wawancara langsung

oleh audiens untuk mempertegas keakuratan data yang diperoleh saat

melakukan observasi.

Gambar 25. Titik pengambilan data kuesioner baris depan untuk usia tua

Posisi pengambilan data kueisoner di bagi menurut posisi tempat

duduk karena tidak menutup kemungkinan bagi responden yang sama

duduk di baris depan sama apa yang mereka rasakan pada baris tengah

ataupun belakang.

Titik Pengambilan Data

64

Gambar 26. Titik pengambilan data kuesioner baris tengah untuk usia tua

Gambar 27. Titik Pengambilan Data Kuesioner Barsi Belakang untuk usia tua

Titik Pengambilan Data

Titik Pengambilan Data

65

Gambar 28. Titik pengambilan data kuesioner baris depan untuk usia muda

Gambar 29. Titik pengambilan data kuesioner baris tengah untuk usia muda

Titik Pengambilan

Data

Titik pengambilan

data

66

Pengambilan data kuesioner ini pun di bedakan menurut jenis

kelamin. Karena biasanya pria lebih senang mendengar suara yang lebih

keras di bandingkan wanita, tapi tidak menutup kemungkinan malah

sebaliknya ada wanita yang senang akan suara yang keras sedangkan

pria senang akan suara yang lemah lembut.

Gambar 30. Titik pengambilan data kuesioner baris belakang

untuk usia muda

Titik pengambilan

data

67

Gambar 31. Titik pengambilan data kuesioner pria semua usia

Gambar 32. Titik pengambilan data kuesioner wanita semua usia

Titik Pengambilan

Data

Titik Pengambilan

Data

68

Begitu pula dengan usia dan jenis kelamin, faktor usia sangat

berpengaruh karena di usia muda biasanya mereka tidak terlalu

menangkap karena mereka tidak fokus akan sumber suara tersebut

sementara usia tua mereka fokus tapi karena daya tangkap mereka yang

sudah menurun sehingga kenyamanan mereka terganggung.

69

Gambar 33. Letak titik ukur pada ruang auditorium

Titik Ukur

70

D. Variabel Penelitian

Tabel 12. Variabel penelitian

Variabel

Indikator

Jenis Data Terikat Bebas

Tingkat

kenyaman audial

Ruang auditorium

Jenis Kelamin

Usia

RT, EDT,

Definition,

Clarity, TS

Kuesioner

Nilai

reverberation

time

Ruang auditorium

RT,EDT,

Definition,

Clarity, TS

Pengukuran

dengan

software

Ecotect

Pengolahan

ruang

auditoroium

reverberation

time yang

ideal

Ruang auditorium

RT,EDT,

Definition,

Clarity, TS

Pengukuran

dengan

software

Ecotect

E. Kondisi Ruang Yang di Teliti

A. Ruang Auditorium

Ruang auditorium adalah salah satu dari beberapa ruang pertemuan

yang terletak di Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar yang terletak

71

di lantai 3 gedung A Menara Pinisi. Dengan Luas ruangan keseluruhan

758.38 m2 dan volume 4301.343 m3, terdiri dari beberapa fasilitas antara

lain, ruang pertunjukkan, ruang penonton, ruang ganti, ruang

perlengkapan, ruang operator, kamar kecil pemain dan penoton.

Kapasitas ruangan + 722 orang. Auditorium ini dapat dikatakan sebagai

ruang terpenting di UNM karena selalu dilaksanakan kegiatan

pengukuhan guru besar, kuliah umum, seminar, dan kegiatan penting

lainnya di ruangan ini. Ruang ini memiliki penataan lantai penonton

secara bertingkat (trap/inclined) dan telah dilengkapi dengan kursi secara

permanen. Ruang ini termasuk memiliki desain interior yang mendukung

tata akustik yang cukup baik. Dengan sistem penataan kursi sedemikian

rupa, maka ruangan ini lebih dikhususkan untuk fungsi

percakapan/speech, seperti untuk seminar, acara dies natalis, kuliah

umum, atau aktivitas-aktivitas lain yang bukan berupa sajian musik atau

aktivitas seni lainnya yang menggunakan musik.

Pada kenyataannya, memang ruangan ini umumnya

dipergunakan untuk aktivitas speech. Namun sayangnya, banyak keluhan

muncul terhadap kualitas akustik ruangan ini, yaitu bahwa suara yang

disampaikan narasumber tidak dapat ditangkap dengan jelas oleh

penonton yang berada di barisan dua dari belakang sampai paling

terakhir.

72

Gambar 34. Denah ruang auditorium

Karena letak ruang yang berada di lantai 3(tiga) sebelah utara dari

Menara Pinisi, tanpa didukung dengan pencahayaan alami karena ruang

auditorium ini dirancang sebagai ruang auditorium yang tertutup sehingga

ruangan ini sangat bergantung pada tata cahaya buatan.

Demikian pula dengan sirkulasi udara, dalam ruangan ini sangat

tergantung pada sistem pengudaraan buatan, sehingga saat aliran listrik

terputus akan terasa sangat pegap. Di samping itu, meski ruangan ini

73

berkapasitas + 722 orang, namun nampaknya penempatan dan kapasitas

AC terpasang tidak sepenuhnya mendukung, sebab saat ruangan full-

house, AC terasa kurang sejuk bercampur bau keringat. Model AC yang

digunakan adalah AC sentral yang dipasang pada plafon, jauh diatas

ketinggian pengguna.

B. Kondisi Elemen Pembentuk Ruang

Elemen pembatas dinding auditorium berupa dinding bata dengan

ketebalan 1 (satu) bata yang difinishing dengan plester. Pada bagian

samping area penonton, dinding sengaja diselesaikan dengan sistem

gerigi di bungkus dengan karpet merah dengan ketebalan karpetnya 1

(satu) cm. Melihat jenis finishing yang digunakan adalah karpet, maka

fungsi dari karpet ini adalah sebagai penyerap.

Gambar 35. Dinding berbentuk gerigi menggunakan material karpet.

74

Gambar 36. Pembatas ruang kontrol menggunakan kaca.

Gambar 37. Lantai bertrap dan menggunakan karpet

75

Lantai penonton adalah plat beton yang dilapis dengan karpet

tebal dengan ketebalan 2 (dua) cm dirancang dengan sistem trap/inclined

dan lantai panggung terbuat dari kayu.

Gambar 38. Lantai panggung menggunakan kayu

Gambar 39. Lantai bagian belakang menggunakan keramik.

76

Sementara itu plafon diselesaikan dengan berbentuk trap. Dari

model rancangannya, nampaknya hendak ditujukan untuk pantulan,

namun finishing kasar pada semua permukaan plafon yang lebih bersifat

menyerap menjadikan fungsi pantul menuju arah tertentu tercapai.

Gambar 40. Plafon yang bertrap – trap dengan menggunakan gypsum

C. Sistem Tata Suara Buatan

Sebagaimana umumnya model sistem tata suara yang digunakan

di Menara Pinisi UNM, auditorium ini menggunakan wired-mikrofon, meja

kontrol yang diletakkan dalam ruang operator yang berada pada sudut

belakang auditorium serta loudspeaker yang diletakkan di pinggir dinding

dengan delapan titik loudspeaker dengan posisi tersebar. Untuk keperluan

mikrofon yang lebih dinamis, digunakan wireless mikrofon dengan

loudspeaker portable.

77

Gambar 41. Perletakan beberapa speaker

Gambar 42. Perletakan beberapa titik lampu, diffuser AC.

78

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Menara Pinisi

Ruang auditorium teater terletak di gedung penunjang A Menara

Pinisi yang pembangunannya dimulai pada bulan September tahun 2008

oleh PT. Pembangunan dan Perumahan (PP) selama 2 tahap dan

dilanjutkan oleh PT. Waskita Karya pada tahap ke 3 dan ke 4, dengan

Konsultan perencananya adalah PT. Asta Kencana Arsimetama. Menara

Pinisi mulai di gunakan pada tahun 2012.

Menara Pinisi terletak di Jalan Andi Pangeran Pettarani Makassar, dengan

batasan;

1. Sebelah Utara : Jl. Andi Pangeran Pettarani

2. Sebelah Selatan : Jl. Raya Pendidikan

3. Sebelah Timur : Jl. Komp Perumahan UNM

4. Sebelah Barat : Jl Mapala

Menara Pinisi terdiri dari 17 lantai dengan luas keseluruhan

35,269.34m2.

79

Gambar 43. Gedung Menara Pinisi Google Earth 21 Februari 2017

B. Analisa Tingkat Kenyamanan Audial Pada Ruang Auditorium

Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar Menurut Responden

Pengguna Ruang

A. Analisis Responden Berdasarkan Tempat Duduk dan Usia

a. Responden Baris Depan Usia Tua.

Gambar 44. Keadaan responden baris depan usia tua

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

9,8%

6,6% 6,6% 8,2%

6,6%

9,8% 9,8%

6,6% 8,2%

9,8% 9,8% 9,8%

14,8%

8,2%

16,4%

37,7%

16,4%

26,2%

24,1%

22,4%

34,4%

24,4% 24,2%

26,2%

30,9%

24,6% 24,6%

44,3%

26,2%

24,6%

41,0%

21,3%

32,5%

39,3%

21,3%

14,8%

32,9%

13,9%

21,3%

28,1%

4,9%

37,9%

19,4% 18,0%

16,4%

13,8% 12,5%

9,8% 9,8% 9,8%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

80

Dari hasil penelitian terhadap kenyamanan audial pada ruang

auditorium yang dilakukan pada bagian baris depan untuk usia tua dengan

menggunakan kuesioner terdapat 61 responden yang mengembalikan

hasilnya. 41.0% responden merasa kurang nyaman dengan kondisi

mendengar tanpa menggunakan speaker, sedangkan 44.3% responden

yang merasa netral pada bagian penyebaran distribusi suara dalam

ruangan, sedangkan 37.7% responden kurang nyaman dengan tingkat

kenyaman suara dan 4.9% responden merasa sangat tidak nyaman

dengan tingkat kejernihan suara (inteligibitas).

b. Responden Baris Tengah Usia Tua.

Gambar 45. Keadaan responden baris tengah usia tua

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

6,3%

3,2%

15,9%

11,1%

14,3%

6,3%

12,7%

11,1% 11,1% 11,1%

27,0%

14,3%

17,5%

15,9% 15,9%

0,0%

19,0%

23,8%

17,5% 17,5%

25,4% 25,4%

28,6% 28,6%

23,8%

31,7%

27,0% 27,0%

31,7% 31,7%

30,2%

41,3%

23,8%

25,4%

27,0%

22,2%

25,4%

20,6% 20,6%

22,2%

11,1%

15,9%

14,3%

19,0% 19,0%

20,6%

15,9%

17,5%

19,0%

17,5%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Kurang Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

81

Dari 63 responden pada baris tengah untuk usia tua ada 15.3%

responden yang merasa sangat nyaman atau tidak merasa terganggu

dengan adanya suara dari luar, sementara 27.0% responden yang merasa

nyaman akan kejernihan suara yang mereka rasakan, sedangkan 31.7%

responden merasa netral akan tingkat kenyamanan suara. 41.3%

responden yang merasa sangat kurang nyaman mendengarkan suara dari

sumbernya tanpa menggunakan speaker, sementara 3.2% responden

yang merasa sangat nyaman dengan mendengar suara langsung dari

sumbernya jika tanpa menggunakan speaker.

c. Responden Baris Belakang Usia Tua.

Gambar 46. Keadaan rersponden baris belakang usia tua

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5,7%

11,4%

14,3%

8,6%

14,3%

4,3%

8,6%

7,1%

4,3%

8,6%

18,6% 18,6%

21,4%

17,1%

12,9%

17,1%

21,4%

20,0%

15,7% 15,7%

28,6%

32,9%

31,4%

32,9%

24,3% 24,3% 24,3%

22,9%

28,6%

27,1%

34,3%

21,4%

17,1%

22,9%

28,6%

31,4%

28,6%

30,0%

32,9%

25,7%

12,9%

15,7% 15,7%

18,6%

20,0%

22,9%

17,1%

20,0%

18,6%

22,9%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

82

Pada baris belakang untuk usia tua ada sekitar 70 responden

yang memberikan tanggapannya. Ada sekitar 4.3% responden yang

merasa sangat nyaman dengan tingkat kenyamanan suara menurut

tempat duduk serta penyebaran distribusi suara dalam ruangan, 21.4%

responden yang merasa nyaman akan elemen interior, sementara 32.9%

responden merasa netral akan posisi duduk mereka dan bunyi yang

mereka dapat, sedangkan 34.3% responden yang merasa kurang nyaman

akan kejernihan suara yang mereka rasakan, dan ada 34.3% yang

merasa sangat tidak nyaman mendengarkan suara dari sumbernya

dengan menggunakan speaker.

Gambar 47. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua,

18 November 2016

83

Gambar 48. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua,

18 November 2016

Gambar 49. Situasi pengambilan data kuesioner pada baris depan usia tua,

18 November 2016

84

Gambar 50. Suasana pengambilan data kuesioner pada baris tengah dan

belakang untuk usia tua,18 November 2016

Gambar 51. Suasana pengambilan data kuesioner pada baris tengah dan

belakang untuk usia tua,18 November 2016

85

Gambar 52. Suasana pengambilan data kuesioner pada baris tengah dan

belakang untuk usia tua,18 November 2016

Kesimpulan nilai analisa responden berdasarkan tempat duduk

dan usia tua nilai rata-rata yang merasa netral 44.3% - 32.9% responden

pada kondisi pendistribusian suara yang tidak merata dan posisi tempat

duduk mereka, sedangkan yang merasa kurang nyaman nilai rata-ratanya

41.3% - 34.3% responden dengan keadaan tingkat kejernihan suara dan

tanpa menggunakan speaker. Sementara yang merasa sangat nyaman

nilai rata-ratanya hanya berkisar 3.2% - 6.6% responden pada kondisi

mendengarkan suara tanpa menggunakan speaker.

86

d. Responden Baris Depan Usia Muda

Gambar 53. Keadaan responden baris depan usia muda

Berdasarkan hasil analisis pada bagian baris depan untuk usia

muda ini hanya 2.0% responden yang merasa sangat nyaman terhadap

tingkat kejernihan suara (inteligitas), tetapi ada 36.0% responden yang

merasa nyaman akan keadaan tersebut dan 42.1% responden yang

merasa netral. Sementara pada bunyi yang dihasilkan oleh speaker ada

sekitar 46.0% responden yang merasa kurang nyaman dan 30.0% yang

merasa sangat tidak nyaman mendengar sumber suara tanpa

menggunaka speaker.

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%

50,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2,0%

4,3%

15,0%

6,0%

20,0%

4,0%

10,0%

6,0%

10,0%

8,0%

36,0%

12,0%

14,0%

22,0%

24,0%

28,0%

22,0% 22,0% 22,0%

20,0%

42,1%

24,0% 24,0%

40,0% 40,0%

36,0%

10,0%

31,0%

18,0%

24,0% 25,2%

34,0%

32,0%

39,0%

15,0%

24,0%

38,0%

30,0%

46,0%

28,0%

2,0%

30,0%

17,9%

10,0%

8,0%

2,0%

14,2%

11,0%

4,0%

20,0%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Kurang Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

87

e. Responden Baris Tengah Usia Muda

Gambar 54. Keadaan responden baris tengah usia muda

Sementara pada baris tengah untuk usia muda pada tingkat

kenyamanan suara menurut tempat duduk, penyebaran distribusi suara

dalam ruangan dan bunyi yang dihasilkan oleh speaker terdapat 2.0%

responden yang merasakan sangat nyaman. Sedangkan ada sekitar

48.3% responden merasa sangat tidak nyaman pada tempat duduk dan

bunyi yang di dapatkannya.

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2,3% 3,3%

30,0%

7,0%

22,0%

14,0% 12,0%

2,3% 2,3%

7,0%

25,5%

10,0%

22,0%

45,2%

16,3%

50,8%

45,8%

55,8%

50,0%

30,6% 32,6%

40,8%

24,2%

18,6%

39,5%

14,6% 16,0%

14,0%

20,9%

23,3%

27,6% 27,9%

16,3%

20,0%

10,0%

19,0%

10,2% 10,0% 11,0% 9,3% 9,3% 8,7% 8,1%

9,3%

14,2%

3,3%

14,2%

4,0%

12,6%

30,0%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Kurang Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

88

f. Responden Baris Belakang Usia

Gambar 55. Keadaan responden baris belakang usia muda

Hasil analisis pada bagian baris belakang untuk usia muda ada

sekitar 2.0% responden yang sangat nyaman dapat mendengar dengan

jelas suara langsung dari sumbernya tanpa menggunakan speaker.

Sementara yang merasa sangat tidak nyaman karena adanya gangguan

suara yang dihasilkan AC ketika menyala ada sekitar 44.0% responden.

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

10,0%

2,0%

18,0%

16,0%

8,0%

16,0%

14,0%

18,0%

10,0%

18,0%

24,0%

10,0%

28,0%

34,0%

32,0% 32,0%

38,0%

34,0%

38,0%

22,0%

40,0%

22,0%

32,0%

14,0%

42,0%

16,0%

12,8%

22,0%

20,0%

18,0%

22,0%

34,0%

18,0%

25,0%

6,0%

18,0% 18,0%

24,0%

18,0%

30,0%

4,0%

32,0%

4,0%

11,0% 12,0% 12,0%

16,0%

2,0%

14,0% 16,0%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

89

Gambar 56. Situasi pengambilan data kuesioner usia muda,

23 Oktober 2016

Gambar 57. Situasi pengambilan data kuesioner usia muda,

23 Oktober 2016

Nilai rata-rata hasil analisa responden berdasarkan tempat duduk

dan usia muda 30.0% - 22.0% responden yang merasa sangat nyaman

dengan adanya gangguan suara dari luar dan suara AC ketika menyala,

ini menandakan bahwa di usia muda mereka masih bisa menangkap

90

sumber suara walaupun ada timbulnya gangguan suara lain. Sedangkan

nilai rata-rata 42.1% - 40.8% responden yang merasa netral pada kondisi

adanya suara AC ketika menyala dan kejernihan suara. Sementara nilai

rata-rata yang merasa kurang nyaman 46.0% – 30.0% responden dengan

keadaan bunyi yang di hasilkan dari speaker dan arah letak loudspaker

tersebut.

B. Analisis Responden Berdasarkan Usia dan Gender

a. Responden Pria Muda

Gambar 58. Keadaan responden pria muda

Pada bagian ini ada 74 responden pria usia muda yang

memberikan tanggapannya. Untuk adanya gangguan suara dari luar

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4,1%

10,8%

16,2%

9,5%

8,1% 6,8%

9,5%

8,1% 6,8% 6,8%

29,7%

13,5%

21,6% 21,6%

14,9%

18,9%

16,2%

17,6%

25,7%

24,3%

36,5%

25,7%

29,7% 28,4%

36,5% 36,5%

29,7% 28,4%

18,9%

23,0%

20,3%

28,4%

18,9%

24,3% 23,1% 23,0%

25,7%

29,7%

36,5%

27,0%

9,5%

21,6%

13,5%

16,2%

17,9%

14,9%

18,9%

16,2%

12,2%

18,9%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

91

16.2% responden yang tidak merasakan atau sangat nyaman, 29.7%

responden merasa nyaman mendengar sumber suara tanpa

menggunakan speaker Ketika AC dinyalakan dan mengeluarkan bunyi

ada 36.5% responden yang merasakan netral. sementara ada 36,5%

responden yang merasa kurang nyaman dengan bunyi yang dihasilkan

oleh speaker dan ada 21.6% responden yang merasa sangat tidak

nyaman dengan kondisi tanpa menggunkan speaker.

b. Responden Wanita Muda

Gambar 59. Keadaan responden wanita muda

Dari hasil pembagian kuesioner pada bagian ini ada sekitar 69

responden wanita usia muda yang memberikan tanggapannya. Sekitar

14.5 % responden yang merasa sangat nyaman dengan tingkat

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7,2%

8,7% 8,7%

10,1% 10,1%

8,7%

14,5%

10,1%

11,6%

10,1%

26,1%

15,9%

20,3%

15,9%

18,8%

13,0%

15,9%

21,7%

13,0%

18,8%

34,8%

27,5%

31,9%

36,2%

24,6%

31,9%

26,1% 26,1%

31,9% 31,9%

21,7%

29,0%

23,2%

17,4%

27,5% 27,5% 27,5%

21,7%

26,1%

24,6%

10,1%

18,8%

25,9%

20,3%

18,8% 18,8%

15,9%

20,3%

17,4%

14,5%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

92

kenyamanan suara menurut posisi duduk, sementara 26.1% responden

merasa nyaman akan tingkat kejernihan dari sumber jika menggunakan

speaker Sedangkan 36.2% responden merasa netral ketika

mendengarkan suara pada posisi duduk mereka, namun sebanyak 29.0%

responden merasa kurang nyaman mendengarkan suara dari sumbernya

tanpa menggunakan speaker dan 25.9% responden yang merasa sangat

tidak nyaman karena adanya gangguan suara lain dari luar ruangan.

c. Responden Pria Tua

Gambar 60. Keadaan responden pria tua

Pembagian kuesioner yang di sebarkan pada pria tua sebanyak

150 lembar akan tetapi yang mengembalikan hasil pendapat mereka

hanya sekitar 84 responden pria usia tua yang memberikan tanggapannya

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

45,0%

50,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

6,0%

2,4%

20,0%

4,8%

21,4%

9,5% 10,7%

7,1% 7,1% 7,1%

20,8%

22,6% 21,4%

48,2%

18,9%

35,6%

30,8% 30,0%

31,2%

35,0%

25,0%

21,4%

36,9%

27,4%

42,9%

25,0%

20,2%

25,0%

15,5%

11,9%

28,0% 28,6%

19,0%

15,9%

10,7%

14,3%

17,9%

32,0% 32,6%

12,0% 12,1%

25,0%

2,5%

6,0%

11,4%

13,6%

2,4%

10,2%

13,6%

9,5%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

93

Ada 20.0 % responden yang merasa sangat nyaman atau sangat tidak

terganggu dengan adanya gangguan suara yang dihasilkan AC ketika

menyala, sementara 48.2 % responden yang merasa nyaman dengan

posisi duduk dan bunyi yang di dapatkan. Namun 42.9% responden

merasa netral dengan adanya gangguan suara yang dihasilkan AC ketika

menyala, sementara 32.6 % responden merasa sangat kurang nyaman

dengan bunyi yang dihasilkan oleh speaker dan 25.0 % responden

merasa sangat tidak nyaman dengan mendengarkan suara dari

sumbernya tanpa menggunakan speaker.

d. Responden Wanita Tua

Gambar 61. Keadaan responden wanita tua

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

6,4%

0,9%

10,9%

14,5%

20,6% 20,3%

11,8%

7,3%

9,8%

12,5%

20,2%

14,5%

20,0% 20,4% 20,9%

9,1%

35,1%

37,0%

39,0%

37,5% 38,2%

34,5%

31,8%

22,7%

38,2%

23,6%

12,7%

26,4%

24,5% 23,6%

16,4%

32,7%

21,8% 21,8%

16,4%

25,6%

19,5%

28,3%

20,9%

19,5% 19,0%

17,3%

15,5%

18,5%

12,9%

16,9%

20,9%

11,8% 10,9%

11,8%

Sangat Nyaman Nyaman Netral Kurang Nyaman Sangat Tidak Nyaman

1. Kejernihan suara 2. Tanpa menggunakan speaker. 3. Gangguan suara dari luar. 4. Tempat duduk dan bunyi. 5. Suara AC ketika menyala . 6. Tingkat kenyamanan suara. 7. Elemen interior 8. Distribusi suara. 9. Bunyi dari speaker. 10.Arah letak loudspaker

94

Pada bagian ini ada sekitar 110 responden wanita usia tua yang

memberikan tanggapannya dari 150 responden. 20.3% responden merasa

sangat nyaman atau merasa tidak terganggun dengan adanya suara dari

luar, 39.0% responden merasa nyaman dengan bunyi yang dihasilkan

oleh speaker, sementara 38.2% responden merasakan tingkat kejernihan

suara (inteligibilitas) yang netral jika menggunakan speaker, namun

sebanyak 32.7% responden merasa kurang nyaman mendengarkan suara

dari sumbernya tanpa menggunakan speaker, dan 20.9% responden

merasa sangat tidak nyaman terhadap elemen interior yang ada di dalam

ruang.

Hasil analisa responden berdasarkan usia dan gender

menerangkan bahwa pria usia muda nilai rata-rata16.2% responden yang

merasa sangat nyaman dengan adanya gangguan suara dari luar,

sedangkan 36.5% yang merasa netral dengan kejernihan suara, suara AC

ketika menyala dan tingkat kenyamanan suara. Sedangkan 36.5%

responden yang merasa kurang nyaman dengan bunyi yang di hasilkan

speaker.

Dan nilai rata-rata untuk responden wanita menjelaskan bahwa 14.5%

responden yang merasa sangat nyaman dengan elemen interior yang ada

sekarang ini, sedangkan 36.2% responden yang netral dengan posisi

tempat dan bunyi yang mereka tangkap. Dan nilai rata-rata 29.0% - 27.5%

responden yang merasa kurang nyaman pada kondisi mendengarkan

suara tanpa menggunakan speaker dan tingkat nyaman suara.

95

C. Analisa Pengaruh Faktor Internal Terhadap Desain Akustik

Ruang Auditorium Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar

Gambar 62. Gambar perspektif denah auditorium

Ruang auditorium menara pinisi universitas negeri makassar memiliki

volume sekitar 4301.343 m3 dengan daya tampung sebanyak 722 Orang.

Berdasarkan data ini maka terdapat beberapa parameter akustik yang

dapat ditinjau dari volume dan daya tampung ruangan ini yakni:

A. Pengukuran dengan menggunakan sound level meter

Kegiatan pengukuran tingkat tekanan bunyi di ruang Auditorium di

lakukan dengan dua kondisi, yakni kondisi pada saat AC Off dan pada

kondisi AC On. Pengukuran ini dilakukan untuk mengtahui tingkat

background noise. Pengukuran dilakukan sekali pada setiap kondisi.

1. Kondisi AC Off (Tidak dinyalakan)

96

Pengukuran pada kondisi AC Off dilakukan pada pagi hingga siang

hari dimana keadaan auditorium tidak ada kegiatan dan AC Off (tidak

dinyalakan). Pengukuran ini terdapat 31 titik ukur yang memiliki jarak

berbeda-beda. Letak titik ukur difokuskan pada area kursi auditorium.

Tabel 13. Data hasil pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi dengan kondisi AC Off

Titik

Ukur

Tingkat Tekanan Bunyi (dB)

Second

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

67.5

75.4

69.0

61.3

88.2

59.7

70.5

71.8

79.9

75.7

60.4

75.4

77.2

79.2

64.9

91.4

71.4

62.6

74.2

61.1

85.0

71.5

72.7

69.4

70.0

87.3

82.6

65.8

90.8

0.04

0.03

0.04

0.02

0.03

0.04

0.02

0.02

0.04

0.03

0.03

0.03

0.02

0.02

0.04

0.05

0.02

0.02

0.03

0.03

0.03

0.03

0.04

0.02

0.03

0.05

0.05

0.03

0.05

97

30

31

91.1

93.7

0.04

0.04

Gambar 63. Grafik Tingkat Tekanan Bunyi kondisi AC OFF

2. Kondisi AC On (dinyalakan)

Pengukuran pada kondisi ini AC On (dinyalakan). Hal ini dilakukan agar

dapat membedakan Tingkat Tekanan Bunyi pada kondisi AC Off dan AC On.

Tabel 14. Data hasil pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi dengan kondisi AC On

Titik

Ukur

Tingkat Tekanan Bunyi

Second

1

2

3

4

81.2

70.8

83.1

82.9

0.04

0.05

0.04

0.04

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

67,5

75,4

69,0

61,3

88,2

59,7

70,5 71,8

79,9

75,7

60,4

75,4 77,2

79,2

64,9

91,4

71,4

62,6

74,2

61,1

85,0

71,5 72,7

69,4 70,0

87,3

82,6

65,8

90,8 91,1 93,7

Titik Ukur

TTB

(dB)

98

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

80.1

80.7

61.2

61.7

81.8

67.2

80.7

75.1

85.3

82.4

72.0

73.9

75.2

70.9

73.7

81.5

79.5

60.8

72.1

84.6

81.8

85.6

84.8

90.6

83.5

85.5

94.0

0.02

0.02

0.03

0.03

0.05

0.04

0.05

0.05

0.05

0.05

0.04

0.04

0.04

0.04

0.04

0.05

0.04

0.03

0.04

0.05

0.05

0.05

0.04

0.05

0.04

0.04

0.05

99

Gambar 64. Grafik tingkat tekanan bunyi kondisi AC On

Kesimpulan dari dua grafik tingkat tekanan bunyi yakni, grafik pada

kondisi pengukuran AC Off (tidak dinyalakan) menunjukkan tingkat

tekanan bunyi nilai yang tertinggi ada pada titik ukur 31 yaitu 93,7 dB dan

yang terendah ada pada titik ukur 6 dengan nilai 59.7 dB. Sedangkan

pada kondisi pengukuran AC On (dinyalakan) menunjukkan tingkat

tekanan bunyi nilai yang tertinggi ada pada titik ukur 31 yaitu 94.0 dB dan

yang terendah ada pada titik ukur 22 dengan nilai 60.8 dB.

Tabel 15. Data nilai Background Noise kondisi AC Off (tidak dinyalakan)

Titik Ukur

Background Noise

1

2

3

4

5

39.8

37.6

39.6

39.8

41.4

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

81,2

70,8

83,1 82,9 80,1 80,7

61,2 61,7

81,8

67,2

80,7

75,1

85,3

82,4

72,0 73,9

75,2

70,9 73,7

81,5 79,5

60,8

72,1

84,6 81,8

85,6 84,8

90,6

83,5 85,5

94,0

Titik Ukur

TTB (dB)

100

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

40.4

40.0

38.4

37.9

39.7

37.8

38.8

37.2

39.0

37.0

36.7

38.9

39.0

41.0

40.0

39.2

38.8

38.9

38.9

36.9

37.0

38.9

37.9

38.8

38.2

39.7

101

Gambar 65. Grafik Background Noise kondisi AC Off

Tabel 16. Data nilai Background Noise kondisi AC On (dinyalakan)

Titik Ukur

Background Noise

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

46.7

44.8

42.8

41.8

42.2

41.9

42.6

41.1

42.7

45.0

43.0

45.6

42.1

44.0

42.2

42.0

43.0

42.7

45.0

41.6

44.1

43.1

42.4

34,0

36,0

38,0

40,0

42,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

39,8

37,6

39,6 39,8

41,4

40,4 40,0

38,4 37,9

39,7

37,8

38,8

37,2

39,0

37,0 36,7

38,9 39,0

41,0

40,0

39,2

36,8

38,8 38,9

36,9 37,0

38,9

37,9

38,8 38,2

39,7

Titik Ukur

102

24

25

26

27

28

29

30

31

44.8

45.6

43.8

42.9

43.0

42.1

42.7

43.2

Gambar 66. Grafik Background Noise kondisi AC On

Grafik dari Background Noise dengan kondisi AC Off menunjukkan

nilai yang tertinggi ada pada titik ukur 5 yaitu 41.4 dB dan yang terendah

ada pada titik 16 yaitu 36.7 dB, sedangkan pada kondisi AC On

menunjukkan nilai yang tertinggi ada pada titik ukur 1 yaitu 46.7 dB dan

yang terendah ada pada titik 8 yaitu yaitu 41.1 dB.

38,0

39,0

40,0

41,0

42,0

43,0

44,0

45,0

46,0

47,0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

46,7

44,8

42,8

41,8

42,2 41,9

42,6

41,1

42,7

45,0

43,0

45,6

42,1

44,0

42,2 42,0

43,0 42,7

45,0

41,6

44,1

43,1

42,4

44,8

45,6

43,8

42,9 43,0

42,1

42,7

43,2

Titik Ukur

BN

103

Background noise auditorium pinisi pada saat ruangan menggunakan AC

tidak jauh berbeda dengan pada saat ruangan tidak menggunakan AC

Sehingga kekuatan bunyi yang dapat diperoleh dari letusan balon

mempunyai selisih sebesar 39.7 dB (pada ruangan AC Off) dan 46.7 dB

(pada ruangan AC On). Tingkat background noise yang seringkali

ditimbulkan oleh sistem perpipaan (ducting) dari ventilasi udara perlu di

desain khusus untuk menghasilkan bunyi yang minimal dari distribusi

udara. Pengaruh lainnya yakni material bangunan, dimana dinding

bangunan tersebut terbuat dari bata ringan selain itu juga terdapat

beberapa lubang AC, yang dapat menjadi jalan masuknya polusi suara

dari luar bangunan.

Dari hasil pengukuran tingkat tekanan bunyi dengan

menggunakan sound level meter pada kondisi AC Off di dapatkan nilai

rata-rata tertinggi 91.1 – 93.7 dB pada titik ukur 30 dan 31, sementara nilai

terendah 59.7 – 60.4 dB pada posisi titik ukur 6 dan 11. Sedangkan

kondisi AC On nilai tertinggi 90.6 – 94.0 dB di titik ukur 28 dan 31 dan

yang terendah 60.8 – 61.7 dB berada di titik ukur 22, 7 dan 8. Dan nilai

rata-rata background noise dengan kondisi AC Off nilai tertinggi 41.4 dB

berada pada titik ukur 5, sementara nilai yang terendah 41.1 dB.

B. Simulasi dengan menggunakan Software Ecotect

Penghitungan reverberation time dengan memanfaatkan program

Ecotect dilakukan dengan beberapa variasi tingkat kepenuhan ruang. Hal

104

ini sengaja dilakukan, karena tingkat reverberation time suatu ruangan

juga sangat dipengaruhi jumlah audiens yang ada di dalamnya.

Adapun variasi jumlah audiens yang dihitung adalah:

- Kosong (tanpa audiens – dapat dianggap setara dengan kondisi

ruangan saat jumlah audiens dibawah 100 orang)

- Terisi 100 orang

- Terisi 200 orang

- Terisi 400 orang (kondisi di mana ruang auditorium dalam keadaan

penuh)

Gambar 67. Denah perletakan Loudspeaker dalam Auditorium

Gambar 68. Perspektif dan perletakan Loudspeaker dalam Auditorium

105

Berikut ini merupakan uraian hasil penghitungan melalui simulasi dengan

program software Ecotect :

1. Simulasi nilai RT kondisi ruangan auditorium saat kosong (tanpa

audiens)

Gambar 69. Grafik nilai RT saat Auditorium dalam keadaan kosong

(Sumber : Hasil Simulasi Ecotect)

Tabel 17. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan kosong

Frekuensi

Total Absorption

Full RT (60)

125 Hz 250 Hz 500 Hz

1000 Hz 2000 Hz

6426.909 6322.044 6276.336 6302.520 6358.052

1.06 0.76 0.45 0.25 0.16

(Sumber : Hasil Simulasi Ecotect)

Dari hasil simulasi RT pada kondisi ini seluruh nilai RT dari

frekuensi 125 – 2000 Hz menunjukkan nilai diatas 1 detik (s). Nilai

terendah di frekuensi 2000 Hz yaitu 0.16 detik (s) dan yang tertinggi di

frekuensi 125 Hz yaitu 1.06 detik (s). Pada frekuensi 500 Hz nilai RT

mendapatkan nilai 0.45 detik (s).

2. Simulasi nilai RT kondisi ruangan auditorium saat terisi 100 orang

106

Gambar 70. Grafik RT saat Auditorium terisi 100 orang

Tabel 18. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 100 orang

Frekuensi Total Absorption 100

RT (60)

125 Hz

250 Hz

500 Hz

1000 Hz

2000 Hz

6426.909

6322.044

6276.336

6302.520

6358.052

1.03

0.73

0.44

0.24

0.15

(Sumber : Hasil Simulasi (Ecotect)

Dari hasil simulasi RT pada kondisi ini, nilai terendah di frekuensi

2000 Hz yaitu 0.15 detik (s) dan yang tertinggi di frekuensi 125 Hz yaitu

1.03 detik (s). Pada frekuensi 500 Hz nilai RT yang mendapatkan hasil

0.44 detik (s).

3. Simulasi nilai RT kondisi ruangan auditorium saat terisi 200 orang

(ruangan setengah penuh)

Gambar 71. Grafik RT saat Auditorium terisi 200 orang

107

Tabel 19. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 200 orang

Frekuensi Total Absorption 200 RT (60)

125 Hz 250 Hz 500 Hz

1000 Hz 2000 Hz

6426.909 6322.044 6276.336 6302.520 6358.052

1.00 0.70 0.42 0.24 0.15

(Sumber : Hasil Simulasi Ecotect)

Dari hasil simulasi RT pada kondisi ini, nilai terendah di frekuensi

2000 Hz yaitu 0.15 detik (s) dan yang tertinggi di frekuensi 125 Hz yaitu

1.00 detik (s). Pada frekuensi 500 Hz nilai RT mendapatkan hasil 0.42

detik (s).

4. Simulasi nilai RT kondisi ruangan auditorium saat terisi 400 orang

(ruangan penuh)

Gambar 72. Grafik RT saat Auditorium terisi 400 orang

Tabel 20. Hasil nilai RT saat Auditorium dalam keadaan terisi 400 orang

Frekuensi Total Absorption 400

RT (60)

125 Hz

250 Hz

500 Hz

1000 Hz

2000 HZ

6426.909

6322.044

6276.336

6302.520

6358.052

0.95

0.65

0.40

0.23

0.15

(Sumber : Hasil Simulasi Ecotect)

108

Dari hasil simulasi RT pada kondisi ini, nilai terendah di frekuensi

2000Hz yaitu 0.15 detik (s) dan yang tertinggi di frekuensi 125Hz yaitu

0.95 detik (s). Pada frekuensi 500Hz nilai RT mendapatkan 0.40 detik (s).

Gambar 73. Tampak Samping Simulasi Penyebaran Suara dalam ruang

Auditoriu

Gambar 74. Hasil simulasi awal penyebaran suaran dalam ruang auditorium

109

Gambar 75. Perspektif Simulasi Penyebaran Suara dalam ruang Auditorium

Simulasi pengitungan RT pada ruang Auditroium menggunakan

suara dengan frekuensi 500 Hz sebagai frekuensi tengah yang umumnya

diambil untuk mewakili frekuensi-frekuensi suara yang muncul dalam

ruangan. Pemakaian angka rata-rata tidak pernah digunakan untuk

menghasilkan suatu nilai secara akustik, karena justru menjadikan

penghitungan menjadi tidak valid (Mediastika, 2006). Bila diketahui secara

pasti frekuensi suara yang muncul, maka dapat secara langsung dihitung

RT untuk frekuensi tersebut. Namun bila terdiri dari beberapa range

frekuensi, maka frekuensi 500 Hz biasanya digunakan sebagai frekuensi

tengah yang dapat mewakili semua frekuensi.

Sebagaimana tampil dalam grafik dan tabel hasil penghitungan

dengan Ecotect seperti tersebut diatas, terlihat bahwa sesuai standar ideal

untuk keperluan speech, yaitu antara 0-1 detik dengan angka ideal 0,5

detik.

110

Hasil pengitungan RT pada ruang Auditorium baik saat ruangan

kosong (terisi minimal) maupun saat terisi penuh ternyata menunjukkan

angka yang mendekati ideal, yaitu berkisar pada 0,45-0,40 detik pada

frekuensi 500 Hz. Hal ini menujukkan bahwa ruangan memiliki kualitas

akustik yang baik, baik pada saat digunakan dengan audiens minimal

maupun saat terisi penuh. Suara-suara yang muncul dari sumber di atas

panggung akan didengar dengan jelas dan pada kekuatan yang cukup

oleh audiens yang duduk di bagian paling belakang sekalipun.

111

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian terhadap ruang auditorium Gedung Pusat Pelayanan

Akademik Univeritas Negeri Makassar dilakukan melalui 2 jenis

pendekatan yaitu secara kuantitatif (kuesioner) dan kualitatif (simulasi

dengan program software ecotect). Adapun hasil penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut;

1. Berdasarkan analisis hasil penelitian kondisi kenyamanan audial

menerangkan ada 44.3% responden menurut tempat duduk dan usia

tua yang merasa netral dengan keadaan pendistribusian suara,

sementara untuk usia muda ada sekitar 46.0% responden yang

merasa kurang nyaman dengan bunyi yang dihasilkan dari speaker

dan sekitar 6.6% responden yang merasa sangat nyaman dengan

suara AC ketika menyala. Sedangkan untuk gender pria ada 36.5%

responden yang merasa kurang nyaman dengan alasan sumber bunyi

yang di hasilkan oleh speaker kurang jelas, sedangkan 16.2%

responden yang merasa sangat nyaman dan 36.2% responden wanita

yang merasa netral dengan posisi tempat duduk dan bunyi yang

mereka tangkap.

112

Sehingga dapat di simpulkan bahwa yang merasa sangat nyaman ada

22.8% responden, 80.5% responden yang merasa netral dan 82.5%

responden yang merasa kurang nyaman dengan seluruh responden.

Jadi kondisi auditorium yang ada sekarang ini kurang nyaman

menurut pendapat responden dengan melalui pembagian kueisoner.

2. Dari hasil analisa pengukuran pada auditorium Menara Pinisi , antara

lain;

a. Pada kondisi ruangan AC Off tingkat tekanan bunyi yang tertinggi

ada pada titik ukur 31 (93.7 dB) sedangkan yang terendah pada

titik 20 (61.1 dB). Kemudian pada kondisi ruangan AC On tingkat

tekanan bunyi yang tertinggi ada 31 (94.0 dB) sedangkan yang

terendah ada pada titik 22 (60.8 dB).

Peningkatan tingkat tekanan bunyi dari kondisi AC Off ke kondisi

AC On hanya terjadi rata-rata 0.05%

b. Kondisi AC Off dan AC On menunjukkan nilai background noice

pada ruang auditorium Menara Pinisi UNM berada pada nilai

tingkat kebisingan 35-45 dB melebih nilai tingkat maksimum

kebisangan latar belakang menurut tabel kebisingan rekomendasi

Meidastika C.E. dengan fungsi sebagai ruang teater, ruang

konfrensi, ruang sidang dimana aktivitas utama adalah

percakapan (speech). Demikian juga halnya dengan nilai EDT

0.85 s dan Clarity

113

3. Karena berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan baik secara

kuantitatif maupun secara kualitatif menunjukkan hal yang sama,

maka simulasi dengan menggunakan program software ecotect untuk

mendapatkan bahan pelapis ruangan yang tepat agar nilai

reveberation time yang ideal dapat tercapai sudah tidak perlu

dilakukan lagi.

B. Saran

Mengingat Universitas Negeri Makassar secara rutin memiliki

berbagai aktivitas bersifat speech seperti wisuda, seminar, kuliah umum

dsb, maka keberadaan ruang auditorium yang mampu menampung

aktivitas ini dengan baik sangatlah penting.

Meskipun tingkat kenyamanan audial kurang nyaman , nilai tingkat

tekanan bunyi dan background noise yang di atas standar

- Perletakan Loudspeaker

- Dari 8 unit loudspeaker yang berada dalam ruang auditorium, 4 unit

yang dipasang menyamping di sisi kiri dan kanan ruangan dan

sebagian lagi dipasang dengan posisi speaker mengarah ke depan.

Tidak ada satupun loudspeaker yang diletakkan di depan audiens.

Hal ini akan terasa aneh bagi audiens mengingat obyek yang

ditonton berada di depan tetapi suaranya berasal dari belakang

audiens. Untuk itu disarankan agar perletakan loudspeaker

114

auditorium ditata sedemikian rupa sehingga obyek yang ditonton di

panggung dan suara yang dihasilkan berasal dari arah yang sama.

- Untuk menciptakan kenyamanan audial untuk ruang auditorium,

hendaknya elemen interior, difuser AC dan arah perletakan

loudspaker perlu menjadi perhatian khusus.

115

DAFTAR PUSTAKA

Bharata, A. (2012). Studi Simulasi Ecotect untuk Analisis Waktu Dengung

Bies, D. A., & Hansen, C. H. (2009). Engineering Noise Control: Theory and

Practice. Fourth Edition. New York: Spon Press.

Doelle, L. (1986). Akustik Lingkungan . Surabaya: Erlangga.

Febrita, Y. (2011). Analisis Kinerjas Akustik Pada Ruang Auditorium Mono-

Fungsi (Studi Kasus Ruang Jelantik Jurusan Arsitektur ITS). INTEKNA,

119 -126.

Gani, C. A. (2012). Evaluasi Kualitas Akustik Teater Pertunjukkan Musik

Tradisional di Indonesia. Depok.

Indrani, H. C. (2007). Analisis Kinerja Akustik pada Ruang Auditorium Multifungsi

Studi kasus: Auditorium Universitas Kristen Petra. DIMENSI INTERIOR,

1-11.

Indrani, H. C. (2007). Pengaruh Elemen Interior Terhadap Karakter Akustik

Auditorium. Dimensi Interior, 66-79.

Indrani, H. C., Ekasiwi, S. N., & Asmoro, W. A. (2007). Analisis Kinerja Akustik

pada Ruang Auditorium Multifungsi Studi kasus: Auditorium Universitas

Kristen Petra. Dimensi Interior, Vol.5, 1-11.

Mangunwijaya, Y. B. (1980). Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan. Jakarta:

Penerbit Gramedia.

Mediastika, C. E. (2005). Akustik Bangunan: Prinsip-Prinsip dan Penerannya Di

Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.

Mediastika, C. E. (2006). Studi Terhadap Reverberation Time Pada Ruang-

Ruang Pertemuan di UAJY (Audiovisual, Auditorium Kampus II dan

Auditorium Kampus III) Sebagai Indikator Kualitas Akustik Ruangan.

Yogyakarta: Penerbi Andi.

Mediastika, C. E. (2009). Material Akustik Pendali Kualitas Bunyi pada

Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mediastika, C. E. (2009). Material Akustik: Pengendalian Kualitas Bunyi Pada

Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.

116

Prasetio, L. (1985). Dalam L. L. Doelle, Environmental Acoustic. Surabaya:

Penerbit Erlangga.

Satwiko, P. (2004). Fisika Bangunan 1. Yogyakarta.

Zuyyinati, I. B., Thojib, J., & Sujudwijono, N. (2010). Penerapan Elemen-Elemen

Akustika Ruang Dalam PAda Perancangan Auditorium Mono-Fungsi.

Dimensi Interior, 11-24.

117

LAMPIRAN KUESIONER

Hari / Tgl Survey : /

Jenis Kelamin :

Umur :

Mohon diisi dengan situasi sebenarnya dengan cara mengisi, memberi tanda (√) pada kolom

jawaban yang tersedia.

NO

URAIAN

2

1

0

-1

-2

1

Bagaimana tingkat kejernihan suara (inteligibitas)

yang saudara(i) rasakan jika menggunakan

speaker?

Sangat

Nyaman

Nyaman

Netral

Kurang

Nyaman

Sangat

Tidak

Nyaman

2

Apakah saudara(i) dapat mendengar dengan jelas

suara langsung dari sumbernya jika tanpa

menggunakan speaker?

Sangat

Nyaman

Nyaman

Netral

Kurang

Nyaman

Sangat

Tidak

Nyaman

3

Apakah saudara(i) merasa terganggu dengan

suara lain dari luar ruangan?

Sangat

Tidak

Terganggu

Kurang

Terganggu

Netral

Terganggu

Sangat

Terganggu

4

Dengan posisi duduk saudara(i) sekarang,

bagaimana bunyi yang saudara(i) dapatkan?

Sangat

Nyaman

Nyaman

Netral

Kurang

Nyaman

Sangat

Tidak

Nyaman

5

Apakah saudara(i) merasa terganggu dengan

suara yang dihasilkan AC ketika di nyalakan?

Sangat

Tidak

Terganggu

Kurang

Terganggu

Netral

Terganggu

Sangat

Terganggu

6

Berdasarkan posisi duduk saudara(i),

bagaimanakah tingkat kenyamanan suara yang

saudara(i) rasakan?

Sangat

Nyaman

Nyaman

Netral

Kurang

Nyaman

Sangat

Tidak

Nyaman

7

Bagaimana pengamatan saudara(i) terhadap

elemen interior yang ada dalam ruang pertemuan

ini?

Sangat

Baik

Baik

Netral

Kurang

Baik

Sangat

Tidak Baik

8

Apakah penyebaran distribusi suara dalam

ruangan ini sudah merata?

Sangat

Merata

Merata

Netral

Tidak

Merata

Sangat

Tidak

Merata

9

Bagaimana saudara(i) rasakan bunyi yang

dihasilkan oleh speaker sekarang ini?

Sangat

Baik

Baik

Netral

Kurang

Baik

Sangat

Tidak Baik

10

Bagaimana menurut saudara(i) akan arah tata

letak loudspeaker sekarang?

Sangat

Baik

Baik

Netral

Kurang

Baik

Sangat

Tidak Baik

Saran-saran ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..............

Makassar, ……………….2016

118

1. Analisis Penggunan (responden) Berdasarkan Tempat Duduk dan

Usia

a. Pengguna (responden) Baris Depan Usia 30-60 Tahun

1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.

Lampiran 1 Point 1 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel 1. Point 1 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 3 4.9 4.9 4.9

-1 6 9.8 9.8 14.8

0 21 34.4 34.4 49.2

1 25 41.0 41.0 90.2

2 6 9.8 9.8 100.0

Total 61 100.0 100.0

2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa

menggunakan speaker.

Lampiran 2. Point 2 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

119

Tabel 2. Point 2 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 4 6.6 6.6 6.6

-1 13 21.3 21.3 27.9

0 21 34.4 34.4 62.3

1 17 27.9 27.9 90.2

2 6 9.8 9.8 100.0

Total 61 100.0 100.0

3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.

Lampiran 3. Point 3 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel 3. Point 3 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 4 6.6 6.6 6.6

-1 9 14.8 14.8 21.3

0 21 34.4 34.4 55.7

1 18 29.5 29.5 85.2

2 9 14.8 14.8 100.0

Total 61 100.0 100.0

120

4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.

Lampiran 4. Point 4 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel 4. Point 4 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 5 8.2 8.2 8.2

-1 11 18.0 18.0 26.2

0 16 26.2 26.2 52.5

1 24 39.3 39.3 91.8

2 5 8.2 8.2 100.0

Total 61 100.0 100.0

5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.

Lampiran 5. Point 5 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

121

Tabel 5. Point 5 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 4 6.6 6.6 6.6

-1 10 16.4 16.4 23.0

0 24 39.3 39.3 62.3

1 13 21.3 21.3 83.6

2 10 16.4 16.4 100.0

Total 61 100.0 100.0

6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.

Gambar 6. Point 6 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel 2. Point 6 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 8 13.1 13.1 13.1

-1 9 14.8 14.8 27.9

0 15 24.6 24.6 52.5

1 23 37.7 37.7 90.2

2 6 9.8 9.8 100.0

Total 61 100.0 100.0

122

7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.

Lampiran 7. Point 7 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel 7. Point 7 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 6 9.8 9.8 9.8

-1 10 16.4 16.4 26.2

0 15 24.6 24.6 50.8

1 24 39.3 39.3 90.2

2 6 9.8 9.8 100.0

Total 61 100.0 100.0

8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.

Lampiran 8. Point 8 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

123

Tabel 8. Point 8 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 6 9.8 9.8 9.8

-1 8 13.1 13.1 23.0

0 16 26.2 26.2 49.2

1 27 44.3 44.3 93.4

2 4 6.6 6.6 100.0

Total 61 100.0 100.0

9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker.

Lampiran 9. Point 9 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel 9. Point 9 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Point 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 5 8.2 8.2 8.2

-1 13 21.3 21.3 29.5

0 16 26.2 26.2 55.7

1 22 36.1 36.1 91.8

2 5 8.2 8.2 100.0

Total 61 100.0 100.0

124

10. Arah tata letak loudspeaker.

Lampiran 10. Point 10 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 10 Baris Depan Usia Tua 30-60 Tahun

b. Pengguna (responden) Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

1. Tingkat kejernihan suara menurut responden

Lampiran 11. Point 1 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 6 9.8 9.8 9.8

-1 8 13.1 13.1 23.0

0 15 24.6 24.6 47.5

1 26 42.6 42.6 90.2

2 6 9.8 9.8 100.0

Total 61 100.0 100.0

125

Tabel. Point 1 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 7 11.1 11.1 11.1

-1 19 30.2 30.2 41.3

0 16 25.4 25.4 66.7

1 17 27.0 27.0 93.7

2 4 6.3 6.3 100.0

Total 63 100.0 100.0

2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa

menggunakan speaker.

Lampiran 12. Point 2 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 2 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 10 15.9 15.9 15.9

-1 26 41.3 41.3 57.1

0 16 25.4 25.4 82.5

1 9 14.3 14.3 96.8

2 2 3.2 3.2 100.0

Total 63 100.0 100.0

126

3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.

Lampiran 13. Point 3 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 3 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 9 14.3 14.3 14.3

-1 15 23.8 23.8 38.1

0 18 28.6 28.6 66.7

1 11 17.5 17.5 84.1

2 10 15.9 15.9 100.0

Total 63 100.0 100.0

4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.

Lampiran 14. Point 4 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

127

Tabel. Point 4 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 12 19.0 19.0 19.0

-1 16 25.4 25.4 44.4

0 18 28.6 28.6 73.0

1 10 15.9 15.9 88.9

2 7 11.1 11.1 100.0

Total 63 100.0 100.0

5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.

Lampiran 15. Point 5 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 5 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 12 19.0 19.0 19.0

-1 17 27.0 27.0 46.0

0 15 23.8 23.8 69.8

1 10 15.9 15.9 85.7

2 9 14.3 14.3 100.0

Total 63 100.0 100.0

128

6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.

Lampiran 16. Point 6 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 6 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 13 20.6 20.6 20.6

-1 14 22.2 22.2 42.9

0 20 31.7 31.7 74.6

1 12 19.0 19.0 93.7

2 4 6.3 6.3 100.0

Total 63 100.0 100.0

7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.

Lampiran 17. Point 7 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

129

Tabel. Point 7 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 10 15.9 15.9 15.9

-1 16 25.4 25.4 41.3

0 17 27.0 27.0 68.3

1 12 19.0 19.0 87.3

2 8 12.7 12.7 100.0

Total 63 100.0 100.0

8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.

Lampiran 18. Point 8 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 8 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 11 17.5 17.5 17.5

-1 13 20.6 20.6 38.1

0 17 27.0 27.0 65.1

1 15 23.8 23.8 88.9

2 7 11.1 11.1 100.0

Total 63 100.0 100.0

130

9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker.

Lampiran 19. Point 9 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 9 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 12 19.0 19.0 19.0

-1 13 20.6 20.6 39.7

0 20 31.7 31.7 71.4

1 11 17.5 17.5 88.9

2 7 11.1 11.1 100.0

Total 63 100.0 100.0

10. Arah tata letak loudspeaker.

Lampiran 20. Point 10 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

131

Tabel. Point 10 Baris Tengah Usia Tua 30-60 Tahun

Point 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 11 17.5 17.5 17.5

-1 14 22.2 22.2 39.7

0 20 31.7 31.7 71.4

1 11 17.5 17.5 88.9

2 7 11.1 11.1 100.0

Total 63 100.0 100.0

c. Pengguna (responden) Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.

Lampiran 21. Point 1 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 1 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 9 12.9 12.9 12.9

-1 24 34.3 34.3 47.1

0 20 28.6 28.6 75.7

1 13 18.6 18.6 94.3

2 4 5.7 5.7 100.0

Total 70 100.0 100.0

132

2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa

menggunakan speaker.

Lampiran 22. Point 2 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Tabel 2 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 11 15.7 15.7 15.7

-1 15 21.4 21.4 37.1

0 23 32.9 32.9 70.0

1 13 18.6 18.6 88.6

2 8 11.4 11.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.

Lampiran 23. Point 3 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

133

Tabel. Point 3 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 11 15.7 15.7 15.7

-1 12 17.1 17.1 32.9

0 22 31.4 31.4 64.3

1 15 21.4 21.4 85.7

2 10 14.3 14.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.

Lampiran 24. Point 4 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 4 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 13 18.6 18.6 18.6

-1 16 22.9 22.9 41.4

0 23 32.9 32.9 74.3

1 12 17.1 17.1 91.4

2 6 8.6 8.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

134

5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.

Lampiran 25. Point 5 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 5 Baris Belakang Usia Tua 30 -60 Tahun

Point 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 14 20.0 20.0 20.0

-1 20 28.6 28.6 48.6

0 17 24.3 24.3 72.9

1 9 12.9 12.9 85.7

2 10 14.3 14.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.

Lampiran 26. Point 6 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

135

Tabel. Point 6 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 16 22.9 22.9 22.9

-1 22 31.4 31.4 54.3

0 17 24.3 24.3 78.6

1 12 17.1 17.1 95.7

2 3 4.3 4.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.

Lampiran 27. Point 7 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 7 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 12 17.1 17.1 17.1

-1 20 28.6 28.6 45.7

0 17 24.3 24.3 70.0

1 15 21.4 21.4 91.4

2 6 8.6 8.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

136

8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.

Lampiran 28. Point 8 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 8 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 14 20.0 20.0 20.0

-1 21 30.0 30.0 50.0

0 16 22.9 22.9 72.9

1 14 20.0 20.0 92.9

2 5 7.1 7.1 100.0

Total 70 100.0 100.0

9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker.

Lampiran 29. Point 9 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

137

Tabel. Point 9 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 13 18.6 18.6 18.6

-1 23 32.9 32.9 51.4

0 20 28.6 28.6 80.0

1 11 15.7 15.7 95.7

2 3 4.3 4.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

10. Arah tata letak loudspeaker.

Lampiran 30 . Point 10 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Tabel. Point 10 Baris Belakang Usia Tua 30-60 Tahun

Point 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 16 22.9 22.9 22.9

-1 18 25.7 25.7 48.6

0 19 27.1 27.1 75.7

1 11 15.7 15.7 91.4

2 6 8.6 8.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

138

e. Pengguna (responden) Baris Depan Usia Muda 17-25 Tahun

1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.

Lampiran 31 . Point 1 Baris Depan Usia Muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 1 baris depan usia muda (17-25 tahun)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

-1 5 10.0 10.0 10.0

0 26 52.0 52.0 62.0

1 18 36.0 36.0 98.0

2 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya

tanpa menggunakan speaker.

Gambar 32. Point 2 baris depan usia muda 17-25 Tahun

139

Tabel. Point 2 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 15 30.0 30.0 30.0

-1 17 34.0 34.0 64.0

0 12 24.0 24.0 88.0

1 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.

Lampiran 33. Point 3 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 3 baris depan usia muda 17-25 tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 16 32.0 32.0 32.0

0 17 34.0 34.0 66.0

1 7 14.0 14.0 80.0

2 10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

140

4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.

Gambar 34. Point 4 Baris depan usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 4 Baris depan usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 3 6.0 6.0 6.0

-1 6 12.0 12.0 18.0

0 21 42.0 42.0 60.0

1 16 32.0 32.0 92.0

2 4 8.0 8.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.

Lampiran 35. Point 5 Baris depan usia muda 17-25 Tahun

141

Tabel. Point 5 Baris depan usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 4 8.0 8.0 8.0

0 22 44.0 44.0 52.0

1 13 26.0 26.0 78.0

2 11 22.0 22.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.

Lampiran 36. Point 6 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 6 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 1 2.0 2.0 2.0

-1 9 18.0 18.0 20.0

0 18 36.0 36.0 56.0

1 20 40.0 40.0 96.0

2 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

142

7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.

Lampiran 37. Point 7 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 7 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 1 2.0 2.0 2.0

-1 17 34.0 34.0 36.0

0 5 10.0 10.0 46.0

1 21 42.0 42.0 88.0

2 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.

Lampiran 38. Point 8 baris depan usia muda 17-25 Tahun

143

Tabel. Point 8 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 1 2.0 2.0 2.0

-1 10 20.0 20.0 22.0

0 20 40.0 40.0 62.0

1 16 32.0 32.0 94.0

2 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker

Lampiran 39. Point 9 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 9 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 2 4.0 4.0 4.0

-1 23 46.0 46.0 50.0

0 9 18.0 18.0 68.0

1 11 22.0 22.0 90.0

2 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

144

10. Arah tata letak loudspeaker.

Lampiran 40. Point 10 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 10 baris depan usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 10 20.0 20.0 20.0

-1 14 28.0 28.0 48.0

0 11 22.0 22.0 70.0

1 11 22.0 22.0 92.0

2 4 8.0 8.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

e. Pengguna (responden) Baris Tengah Usia Muda 17-25 Tahun

1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.

Lampiran 41. Point 1 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

145

Tabel. Point 1 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 4 9.3 9.3 9.3

0 14 32.6 32.6 41.9

1 24 55.0 55.0 97.7

2 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa

menggunakan speaker.

Lampiran 42. Point 2 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 2 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 3 7.0 7.0 7.0

-1 12 27.9 27.9 34.9

0 18 41.9 41.9 76.7

1 10 23.3 23.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

146

3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.

Lampiran 43. Point 3 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 3 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 2 4.7 4.7 4.7

-1 6 14.0 14.0 18.6

0 11 25.6 25.6 44.2

1 10 23.3 23.3 67.4

2 14 32.6 32.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.

Lampiran 44. Point 4 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

147

Tabel. Point 4 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 3 7.0 7.0 7.0

0 8 18.6 18.6 25.6

1 29 67.4 67.4 93.0

2 3 7.0 7.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala

Lampiran 45. Point 5 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 5 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 17 39.5 39.5 39.5

1 7 16.3 16.3 55.8

2 19 44.2 44.2 100.0

Total 43 100.0 100.0

148

6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.

Lampiran 46. Point 6 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 6 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 1 2.3 2.3 2.3

-1 8 18.6 18.6 20.9

0 9 20.9 20.9 41.9

1 24 55.8 55.8 97.7

2 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.

Lampiran 47. Point 7 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

149

Tabel. Point 7 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 1 2.3 2.3 2.3

0 6 14.0 14.0 16.3

1 30 69.8 69.8 86.0

2 6 14.0 14.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.

Lampiran 48. Point 8 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 8 baris tengah usia muda 17-25 tahun Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 6 14.0 14.0 14.0

0 6 14.0 14.0 27.9

1 30 69.8 69.8 97.7

2 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

150

9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker.

Lampiran 49. Point 9 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 9 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 5 11.6 11.6 11.6

0 9 20.9 20.9 32.6

1 28 65.1 65.1 97.7

2 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

10. Arah tata letak loudspeaker.

Lampiran 50. Point 10 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

151

Tabel. Point 10 baris tengah usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 4 9.3 9.3 9.3

0 10 23.3 23.3 32.6

1 26 60.5 60.5 93.0

2 3 7.0 7.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

f. Pengguna (responden) Baris Belakang Usia 17-25 Tahun

1. Tingkat kejernihan suara menurut responden.

Lampiran 51. Point 1 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 1 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 1 2.0 2.0 2.0

-1 11 22.0 22.0 24.0

0 20 40.0 40.0 64.0

1 12 24.0 24.0 88.0

2 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

152

2. Dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumbernya tanpa

menggunakan speaker.

Lampiran 52. Point 2 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 2 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 16 32.0 32.0 32.0

-1 17 34.0 34.0 66.0

0 11 22.0 22.0 88.0

1 5 10.0 10.0 98.0

2 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

3. Merasa terganggu dengan suara lain dari luar ruangan.

Lampiran 53. Point 3 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

153

Tabel. Point 3 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 2 4.0 4.0 4.0

-1 9 18.0 18.0 22.0

0 16 32.0 32.0 54.0

1 14 28.0 28.0 82.0

2 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

4. Tempat duduk dan bunyi yang di dapatkan.

Lampiran 54. Point 4 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Tabel 4 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 3 6.0 6.0 6.0

-1 10 20.0 20.0 26.0

0 7 14.0 14.0 40.0

1 22 44.0 44.0 84.0

2 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

154

5. Gangguan suara yang dihasilkan AC ketika menyala.

Lampiran 55. Point 5 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 5 baris belakang usia muda 17-25 tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 3 6.0 6.0 6.0

0 21 42.0 42.0 48.0

1 4 8.0 8.0 56.0

2 22 44.0 44.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

6. Tingkat kenyamanan suara menurut tempat duduk.

Lampiran 56. Point 6 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

155

Tabel. Point 6 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 6 12.0 12.0 12.0

-1 6 12.0 12.0 24.0

0 8 16.0 16.0 40.0

1 22 44.0 44.0 84.0

2 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

7. Pengamatan terhadap elemen interior dalam ruang auditorium.

Lampiran 57. Point 7 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 7 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -1 8 16.0 16.0 16.0

0 7 14.0 14.0 30.0

1 28 56.0 56.0 86.0

2 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

8. Penyebaran distribusi suara dalam ruangan.

Lampiran 58. Point 8 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

156

Tabel. Point 8 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 1 2.0 2.0 2.0

-1 12 24.0 24.0 26.0

0 11 22.0 22.0 48.0

1 17 34.0 34.0 82.0

2 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

9. Bunyi yang dihasilkan oleh speaker

Lampiran 59. Point 9 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 9 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 5 10.0 10.0 10.0

-1 9 18.0 18.0 28.0

0 10 20.0 20.0 48.0

1 19 38.0 38.0 86.0

2 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

157

10. Arah tata letak loudspeaker.

Lampiran 60. Point 10 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Tabel. Point 10 baris belakang usia muda 17-25 Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid -2 7 14.0 14.0 14.0

-1 4 8.0 8.0 22.0

0 4 8.0 8.0 30.0

1 26 52.0 52.0 82.0

2 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

158

Table. Nilai reverbration Time/ RT (Waktu dengung) dengan perhitungan Sabine

No

Bidang/Material

Luas

Perm. (s)

Koefisien Absorpsi

Vol.Rg

(V)

0.16*V

A

(Luas permukaan * Koefisien Absorpsi)

M

2

125

250

500

1K

2K

4K

M

2

125

250

500

1K

2K

4K

1

Bidang A (Lantai A)

A

PLYWOOD LAPIS VINYL

109.08

0.02

0.03

0.03

0.03

0.03

0.02

4301.343

688.21

2.18

3.27

3.27

3.27

3.27

2.18

B

TEGEL

124.16

0.01

1.24

C

KARPET

446.4

0.1

0.5

0.6

44.64

223.2

267.84

2

Bidang B (Langi-langit)

A

GYPSUM JAYABOARD

676.64

0.29

0.1

0.04

0.04

0.07

0.09

197.1

67.96

33.98

27.18

47.57

61.16

B

LIGHTING DAN VAC

600

0.05

0.1

0.1

0.1

0.07

0.02

30

60

60

60

42

12

3

Bidang C (Depan)

A

PLYWOOD LAPIS VINYL

109.08

0.02

0.03

0.03

0.03

0.03

0.02

2.18

3.27

3.27

3.27

3.27

2.18

B

KARPET

132.65

0.1

0.5

0.6

13.26

66.32

79.59

C

GORDEN

6

0.1

0.4

0.5

0.6

2.4

3

4

Bidang D (Belakang)

A

JENDELA

5.6

0.15

0.1

0.03

0.01

0.01

0.01

0.56

0.56

0.16

0.05

0.05

0.05

159

No

Bidang/Material

Luas Perm.

(s)

Koefisien Absorpsi

Vol.Rg (V)

0.16*V

A

M

2

125

250

500

1K

2K

4K

M

2

125

250

500

1K

2K

4K

B

PINTU

6

0.15

0.1

0.03

0.01

0.01

0.01

0.9

0.6

0.18

0.06

0.06

0.06

C

KARPET

38.48

0.1

0.5

0.6

3.84

19.24

23.08

5

Bidang E (Samping Kanan)

A

KARPET

69.71

0.1

0.5

0.6

6.97

34.85

41.82

B

PINTU

9

0.15

0.1

0.03

0.01

0.01

0.01

1.35

0.9

0.27

0.09

0.09

0.09

C

LIGHTING DAN VAC

55

0.05

0.1

0.1

0.1

0.07

0.02

2.75

0.005

0.005

5.5

3.85

1.1

6

Bidang F (Samping Kiri)

A

KARPET

90.4

0.1

0.5

0.6

9.04

45.2

54.24

B

LIGHTING DAN VAC

55

0.05

0.1

0.1

0.1

0.07

0.02

2.75

5.5

5.5

5.5

3.85

1.1

7

BANGKU AUDITORIUM KOSONG

0.6

0.15

0.19

0.22

0.39

0.38

0.3

0.09

0.09

0.13

0.23

0.22

0.18

NILAI REVERBERATION TIME

2.869

3.120

1.378

1.197

6.601

8.590

160

`

161

162