Landasan Pengembangan Kurikulum
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of Landasan Pengembangan Kurikulum
BAB 1PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai
pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa
kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan
disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan
kurikulum harus didasarkan pada landasan dan
prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini
dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
dari pendidikan nasional.
Dalam mengembangkan kurikulum, terlebih dahulu
harus diidentifikasikan dan dikaji secara efektif,
akurat, mendalam dan menyeluruh landasan apa saja
yang harus dijadikan pijakan dalam merancang,
mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum.
Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan
akan kuat, yaitu program yang dihasilkan akan dapat
menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat
kemanusiannya, baik untuk kehidupan masa kini
1
ataupun menyongsong kehidupan jauh kemasa yang akan
datang.
Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam
menngembangkan kurikulum tidak hanya diperlukan oleh
para penyusun kurikulum ditingkat pusat (makro),
akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan
dasar pertimbangan oleh para pengembang kurikulum
ditingkat oprasional (satuan pendidikan), yaitu
kepala sekolah, pengawas pendidikan (supervisor)
dewan sekolah atau komite pendidikan dan para guru
serta pihak-pihak lain yang terkait (stacke holder).
Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah
(Depdiknas) yaitu pengambangan kurikulum oprasional
dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan
program kurikulum tingkat satuan pendidikan, maka
setiap satuan harus memiliki pemahaman yang luas dan
mendalam tentang landasan pengambangan kurikulum,
dan secara oprasional hanya dijadikan rujukan dalam
mengimplementasikan kurikulum disetiap satuan
pendidikan yang dikelolanya.
Dari uraian diatas menyimpulkan bahwa
pentingnya pengetahuan terkait pengembangan
kurikulum, maka dalam makalah ini akan membahas
tentang “landasan pengembangan kurikulum”.
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana prosedur umum pengembangan kurikulum?
2. Landasan-landasan apa saja yg terkait dalam
pengembangan kurikulum ?
3. Bagaimana cara pengimplementasikan landasan-
landasan yang dana dalam pengembangan kurikulum?
C. TUJUAN PENULLISAN MAKALAH
1. Dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan
landasan filosofis dalam mengembangkan kurikulum.
2. Dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan
landasan pisikologis dalam mengembangkan
kurikulum.
3. Dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan
landasan sosiologis dalam mengembangkan kurikulum.
4. Dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengembangkan kurikulum.
D. MANFAAT MAKALAH
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan
manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara
teoritis makalah ini bermanfaat sebagai perkembangan
ilmu, secara praktis makalah ini diharapkan bagi :
3
1. Penulis, sebagai wahana pembelajaran, menambah
pengetahuan dan konsep keilmuan tentang masalah
yang dibahas.
2. Pembaca, semoga dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan terhadap hasil studi lainnya. Dan
sebagai acuan pembelajaran bagi kita kedepannya
sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan jurusan Matematika, yang nantinya
menjadi seorang guru.
4
BAB IILANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. KAJIAN TEORI
Robert S. Zais(1976) mengemukakan empat
landasan pokok pengembangan kurikulum, yaitu
Philosophy and the nature of knowledge, siciety and culture, the
individual, and learning theory. Dengan berpedoman pada empat
landasan tersebut, maka perancangan dan pengembangan
suatu bangunan kurikulum yaitu pengembangan
kurikulum (aims, goals, objrctive), pengembangan
isi/materi (content), pengembangan proses
pembelajaran (learning activities), dan pengembangan
komponen evaluasi (evaluation), harus didasarkan
pada landasan filosofis, psikologis, sosiologi,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
5
B. PEMBAHASAN
1. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum
Filsafat adalah mencari hakikat sesuatu,
berusaha menghubungkan antara sebab dan akibat
serta melakukan penafsiran atas pengalaman-
pengalaman manusia. Berpikir filsafat berarti
berpikir secara menyeluruh, sistematis, logis, dan
radikal.
Menyeluruh mengandung arti bahwa filsafat
bukan hanya sekedar ilmu pengetahuan melainkan
juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di
balik pengetahuan itu sendiri. Sistematis berarti
filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti
dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada.
Logis berarti proses berpikir filsafat menggunakan
logika dengan sedalam-dalamnya. Radikal berarti
berpikir sampai ke akar-akarnya.
Mekipun demikian, kebenaran filsafat adalah
kebenaran relatife. Artinya, kebenaran itu selalu
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan
zaman dan peradaban manusia. Kebenaran itu
dianggap benar jika sesuai dengan ruang dan waktu,
apa yang dianggap benar oleh masyarakat belum
tentu benar bagi masyarakat lain meskipun dalam
6
kurun waktu yang sama. Kebenaran filsafat adalah
kebenaran yang bergantung sepenuhnya pada
kemampuan daya nalar manusia. Menurut Plato dan
Aristoteles, pernyataan yang dianggap benar itu
bersefat koheren atau konsisten dengan pernyataan
sebelumnya. Artinya, kebenaran berfungsi sebagai
ukuran antara suatu peristiwa yang terjadi sebelum
dan sesudahnya. Jika cocok berarti benar, dan jika
tidak cocok berarti tidak diterima sebagai
kebenaran. Kebenaran ini juga berarti kebeneran
relative sebab bergantung pada faktor ruang dan
waktu.
Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab
pertanyaan pertanyaan yang timbul dalam berbagai
bidang kehidupan manusia jawaban itu merupakan
hasil dari pemikiran yang menyeluruh, sistematis,
logis,dan radikal. jawaban itu juga di gunakan
untuk mengatasi masalah masalah kehidupan manusia,
termasuk bidang pendidikan.adapun filsaat yang
khusus digunakan atau di terapkan dalam bidang
pendidikan disebut filsafat pendidikan. Menurut
john dewey, pendidikan adalah suatu proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik
yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun
daya perasaan (emosional) menuju arah tabiat
7
manusia. dengan demikian, objek pendidikan yang
paling utama dan pertama adalah manusia. objek
filsafat juga adalah manusia. Persamaan objek ini
menimbulkan pemikiran dan disiplin ilmu baru yaitu
filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan
aplikasi teori pendidikan dan pandangan filsafat
tentang pengalaman manusia dalam bidang
pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang
pendidikan, joe park mengemukakan bahwa filsafat
pendidikan adalah “attepting to answer some
ultimate question conceming education” filsafat
diartikan juga sebagai teori umum pendidikan dan
landasan dari semua pemikiran tentang pendidikan.
Jika dikaitkan dengan persoalan pendidikan secara
luas maka filsafat pendidikan merupakan arah dan
pedoman bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan
pendidikan.
Secara umum, ruang lingkup filsafat adalah
semua permasalahan kehidupan manusia, alam
semesta, dan alam sekitar. Hal ini juga merupakan
objek pemikiran filsafat pendidikan, sedangkan
secara khusus, ruang lingkup filsafat pendidikan
meliputi :
Hakikat pendidikan
8
Hakikat manusia
Hubungan antara filsafat, manusia, pendidikan,
agama dan kebudayaan
Hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan
dan teori pendidikan
Hubungan antara Negara, filsafat pendidikan dan
sistem pendidikan
Sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan
yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian ruang lingkup filsafat
pendidikan adalah semua upaya manusia untuk
memahami hakikat pendidikan, bagaimana pelaksanaan
pendidikan, dan bagaimana upaya mencapai tujuan
pendidikan.
Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan
masyarakat sehingga apa yang di kehendaki oleh
masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan
malalui pendidikan, segala kehendak yang dimiliki
oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang
memberikan arah pada pendidikan. Dengan demikian
pandangan dan wawasan yang ada dalam masyarakat
merupakan pandangan dan wawasan dalam pendidikan,
atau dapat dikatakan bahwa filsafat yang hidup
dalam masyarakat merupakan landasan filosofis
peneyelenggaraan pendidikan.
9
Filsafat boleh jadi didefinisikan sebagai
suatu studi tentang : hakikat realitas, hakikat
ilmu pengetahuan, hakikat sistem nilai, hakikat
nilai kebaikan, hakikat keindahan, dan hakikat
pikiran, oleh karena itu, landasan filosofis
pengembangan kurikulum adalah hakikat realitas,
ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai kebaikan,
keindahan, dan hakikat pikiran yang ada dalam
masyarakat. Secara logis dan realistis, landasan
filsafat pengembangan kurikulum dari satu sistem
pendidikan berbeda dengan sistem pendidikan yang
lain. Juga landasan filsafat pengembangan
kurikulum dari suatu lembaga berbeda dengan
lembaga yang lain. Perbedaan tersebut sangat
terasa dalam masyarakat yang majemuk.
a) Klasifikasi Filsafat Pendidikan
1) Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme
Menurut filsafat idealisme bahwa
kenyataan atau realitas pada haikatnya adalah
bersifat spiritual daripada fisik, bersifat
mental daripada material. Dengan demikian
menurut filsafat idealisme bahwa manusia
adalah makhluk spiritual, makhluk cerdas dan
bertujuan. Pikiran manusia diberikan
10
kemampuan rasional sehingga dapat menetukan
pilihan mana yang harus diikutinya.
Berdasarkan pemikiran filsafat
idealismebahwa tujuan pendidikan harus
dikembangkan pada upaya pembentukan karakter,
pembentukan bakat insani dan kebijakan sosial
sesuai dengan hakikat kemanusiaanya. Dengan
demikian tujuan pendidikan dari mulai tingkat
pusat (ideal) sampai pada rumusan tujuan
yangblebih oprasiona (pembelajaran) harus
mereflesikan pembentukan karakter
pengembangan bakat dan kebijakan sosial
sesuai dengan fitrah kemanusiaannya.
Isi kurikulum atau sumber pengetahuan
dirangcang untuk mengembangkan kemampuan
berpikkir manusia, menyiapkan keterampilan
bekerja yang dilakukan melalui program dan
proses pendidikan secara praktis. Implikasi
bagi para pendidik, yaitu bertanggung jawab
untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi tersekenggaranya pendidikan. Pendidikan
harus memiliki keunggulan kompetitif baik
dalam segi intelektual maupun moral, sehingga
dapat dijadikan panutan bagi peserta didik.
2) Landasan Filosofis Pendidikan Realisme
11
Filsafat realisme bisa dikatakan
kebalikan filsafat idealisme, dimana menurut
filsafat realisme memandang bahwa dunia atau
reallitas adalah bersifat materi. Menurut
realisme bahwa manusia pada hakikatnya
terketak pada apa yang dikerjakannya.
Maka dari itu kurikulum yang didasarkan
pada filsafat realisme harus dikembangkan
secara komperhensif meliputi pengetahuan yang
bersifat sains, sosial, maupun muatan nilai-
nilai.
Implementasi bagi para pendidik terutama
bahwa peran pendidik diposisikan sebagai
pengelola pendidikan atau pembelajaran. Untuk
itu pendidik harus menguasai tugas-tugas yang
terkait dengan pendidikan khususnya dengan
pembelajaran. Ssecara metogologis unsur
pembiasaan memiliki arti yang sangat penting
dan diutamakan dalam mengimplementasikan
program pendidikan atau pembelajaran filsafat
pendidikan.
3) Landasan Filosofis Pendidikan Fragmatisme
Filsafat fragmatisme memandang bahwa
kenyataan tidaklah mungkin dan tidak perlu.
Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan
12
fisik, prulal dan berubah (becoming). Manusia
menurut fragmatisme adalah hasil evolusi
biologis, psikologis dan sosial. Manusia
lahir tanpa dibekali kemampuan bahasa,
keyakinan, gagasan atau norma-norma.
Nilai baik buruk ditemukan secara
eksperimental dalam pengalaman hidup, jika
hasilnya berguna maka tingkah laku tersebut
dipandang baik. Oleh karena itu tujuan
pendidikan tidak ada batasan akhirnya, sebab
pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang
hayat, proses kontuksi yang berlangsung
secara terus menerus. Tujuan pendidikan lebih
diarahkan pada upaya untuk memperoleh
pengalaman yang berguna untuk memecahkan
masalah baru dalam kehidupan individu maupun
sosial.
Implementasi terhadap pengembangan isi
atau bahan dalam kurikulum ialah harus memuat
pengalaman-pengalamanyang telah teruji, yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
4) Landasan Filosofis Pendidikan Nasionalisme
Untuk landasan filsafat pengembangan
kurikulum di Indonesia secara cepat dan tepat
kita pastikan, yakni nilai dasar yang merupak
13
falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya
yakni pancasila.
Setiap Negara tentu mempunyai filsafat
yang berbeda. Artinya, landasan filosofis dan
tujuan pendidikannya juga berbeda. Di
Indonesia, landasan filosofis pengembangan
sistem pendidikan nasional secara formal
adalah pancasila yang terdiri atas lima sila
yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, dan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sedangkan implikasinya bagi pengembangan
kurikulum adalah:
o Nilai-nilai pancasila harus dipelajari
secara mendalam dan komprehensif sesuai
dengan sifat kajian filsafat.
o Kelima sila tersebut berisi nilai-nilai
moral yang luhur sebagai dasar dan sumber
dalam merumuskan tujuan pendidikan pada
14
setiap tingkatan, memilih dan
mengembangkan isi/bahan kurikulum,
strategi pembelajaran, media pembelajaran,
dan sistem evaluasi.
Tujuan menjadi faktor penting dalam
pengembangan kurikulum, tidak hanya
memberikan arah kemana kurikulum harus dituju
melainkan juga sebagai acuan dan gambaran
dalam memilih dan menentukan isi/materi,
proses pembelajaran dan sistem evaluasi.
Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk
membentuk manusia yang utuh, yaitu sehat
jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai, tangguh
dan mandiri, kreatif dan bertanggung jawab,
berguna bagi dirinya sendiri, agama,
keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dengan kata lain, tujuan pendidikan tersebut
berkaitan dengan kebutuhan peserta didik
secara individual, kepentingan profesional,
dan kebutuhan sosial.
b) Manfaat Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah
penerapan dari pemikiran-pemikiran
filsafatuntuk memecahkan permasalahan
15
pendidikan. Dengan demikian tentu saja bahwa
filsafat memiliki manfaat dan memberikan
kontribusi yang besar terutama dalam memberikan
kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan
pendidikan. Nasution (1982) mengidentifikasi
beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:
1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah
akan dibawa ke mana anak-anak melalui
pendidikan di sekolah.
2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai
oleh filsafat yang dianut, kita mendapat
gambaran yang jelas tentang hasil yang harus
dicapai.
3) Filsafat dan tujuan pendidikan memberi
kesatuan yang bulat kepada segala usaha
pendidikan.
4) Tujuan pendidikan memungkinkan pendidik
menilai usahanya
5) Tujuan pendidikan member motivasi atau
dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidik.
c) Kurikulum Dan Filsafat Pendidikan
Kurikulum pada hakikatnya adalah alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat
atau pandangan hidup suatu bangsa, maka tentu
16
saja kurikulum yang dikembangkan juga akan
mencerminkan falsafah / pandangan hidup yang
dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu
terdapat hubungan yang sangat erat antara
kurikulum pendidikan di suatu Negara dengan
filsafat Negara yang dianutnya.
Sebagai contoh, Indonesia pada masa
penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada
masa itu sangat berorientasi pada kepentingan
politik Belanda. Demikian pula pada saat Negara
kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulum
berpindah yaitu disesuaikan dengan kepentingan
dan system nilai yang dianut oleh Negara
Matahari Terbit itu. Setelah Indonesia mencapai
kemerdekaannya, dan secara bulat dan utuh
menggunakan pancasila sebagai dasar dan
falsafah dalam berbangsa dan bernegara, maka
kurikulum pendidikanpun disesuaikan dengan
nilai-nilai pancasila itu sendiri.
Terkait antara pengembangan kurikulum yang
senantiasa memiliki hubungan dan dipengaruhi
oleh perkembangan politik suatu bangsa. Becher
dan Maclure (Cece Wijaya,dkk.1988) menyebutkan
6 dimensi pendekatan nasional dalam
pengembangan kurikulum di suatu Negara, yaitu:
17
Kerangka acuan yang jelas tentang tujuan
nasional dihubungkan dengan program
pendidikan
Hubungan yang erat antara pengembangan
kurikulum nasional dengan reformasi sosial
politik Negara
Mekanisme pengawasan (kontrol) dari kebijakan
kurikulum yang ditempuh
Mekanisme pengawasan dari pengembangan dan
aplikasi kurikulum di sekolah
Metode ke arah pengembangan kurikulum yang
disesuaikan dengan kebutuhan
Penelaahan derajat desentralisasi (degree of
decentralization) dari implementasi kurikulum
di sekolah
2. Landasan Psikologi Dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan pada dasarnya dalah mendidik,
mengajar, dan membimbing peserta didik agar
menjadi orang yang dapat memberikan peran dan
tanggungjawab bagi kehidupan masyarakat.
Pendidikan diberikan dengan kepercayaan dan
keyakinan bahwa peserta didik dapat dididik,
diajar, dan dibimbing. Peserta didik dapat
belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan,
dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norama-
18
norma, dapat mempelajari dan menguasai macam-macam
keterampilan. Sudah tentu kegiatan ini
mengharuskan untuk bagaimana proses belajar
berlangsung serta dalam keadaan bagaimana belajar
itu memberikan hasil yang sebaik-baiknya tentunya
ini terkait dengan kurikulum. Bagaimana seharusnya
kurikulum dapat di rencanakan, di tetapkan, dan
diemplemintasikan, dengan seefektif mungkin.
Belajar merupakan proses peserta didik untuk
mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan,
dan sikap. Kemampuan peserta didik untuk belajar
merupakan karakteristik penting yang membedakan
satu dengan lainnya. Belajar memiliki makna yang
besar, baik bagi dirinya maupun masyarakat. Bagi
dirinya kemampuan untuk belajar secara terus
menerus akan memberikan kontribusi dan peran
terhadap pengembangan jualitas hidupnya. Sedangkan
bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang
penting dalam mentransmisikan budaya dan
pengetahuan dari generasi kegenerasi.
Sebagai karakteristik belajar merupakan
aktivitas yang terus dilakukan oleh peserta didik
sepanjang hidupnya, bahkan sering disebut dengan
tiada hari tanpa belajar. Belajar tidak bisa kita
pahami hanya kekedar aktivitas yang terjadi
19
dilingkungan sekolah, tetapi juga diluar sekolah.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam
dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. Sudah tentu belajar dapat
membawa perubahan, baik perubahan pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan. Dan dengan perubahan
tersebut diharapkan dapat membantu memecahkan
permasalahan hidup dan dapat menyesesuaikan diri
dengan lingkungan.
Selain itu, belajar ditandai dengan adanya
perubahan baik yang berkaitan dengan ranah
kognitif, afektif maupun psikomotorik.1[7]
Perubahan itu Nampak dengan adanya perubahan
tingkah laku (behavior change). Artinya hasil belajar
hanya dapat diamati dengan tingkah laku, yaitu
perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari
tidak baik menjadi baik. Perubahan tingkah laku
dihasilkan oleh latihan atau pengalaman. Latihan
atau pengalaman itu memberikan penguatan, sesuatu
yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau
dorongan untuk mengubah tingkah laku.
Oleh karena itu, kegiatan belajar yang
merupakan implementasi dari adanya kurikulum1
20
dilembaga pendidikan muntut bahwa perencanaan
kurikulum harus bersifat luwes (fleksibel) dan
menyediakan suatu program yang luas guna
pengembangan berbagai pengalaman belajar.
Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan latar
belakang psikologis peserta didik dan keseluruhan
lingkungannya, agar pengalaman belajar yang
diperolehnya mempunyai makna dan tujuan.
Pengembangan kurikulum hendaknya memberikan
pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan
penyesuaian diri dan pengembangan kepribadian.
Kurikulum disusun dan dilaksanakan dengan
memperhatikan kesiapan peserta didik, karena hal
ini mempengaruhi proses pendidikan.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
hendaknya memungkinkan partisipasi aktif dan
tanggungjawab peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok. Penyusunan kurikulum
hendaknya terdiri dari unit-unit yang luas dan
menyeluruh, serta memadukan pola pengalaman yang
bermakna dan bertujuan. Dalam proses penyusunan
dan pelaksanaan kurikulum diberikan serangkaian
pengalaman, yang melibatkan guru dan peserta didik
secara bersama, sehingga diharapkan akan mendorong
keberhasilan belajar peserta didik.
21
Psikologi atau teori belajar yang berkembang
pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga
rumpun, yaitu :
a. Teori Disiplin mental atau Teori Daya
Dari kelahirannya anak/individu telaah memiliki
potensi-potensi atau daya-daya tertentu yang
masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti
potensi/daya ingat, daya berpikir, daya
mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya
memecahkan masalah, dan lain-lain.
b. Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu
teori Koneksionisme atau teori Asosiasi, teori
Konditioning, dan teori Reinforcement. Rumpun
teori ini berangkat dari asumsi bahwa individu
tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan
individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga,
sekolah, masyarakat). Rumpun teori ini tidak
mengakui sesuatu yang sifatnya mental,
perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang
dapat dilihat dan diamati.
c. Teori Orgaanismik atau Teori Gestalt
Teori ini mengacu kepada pengertian bahwa
keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-
bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-
22
bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk
organisme yang melakukan hubungan timbal balik
dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan
ini dijalin oleh stimulus dan respon.
3. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis mempunyai peran penting
dalam mengembangkan kurikulum. Kurikulum pada
dasarnya mencerminkan keinginan, cita-cita
tertentu dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu
merupakan keharusan kurikulum yang disusun dan
dilaksanakan di lembaga pendidikan memperhatikan
aspirasi masyarakat. Karena masyarakat merupakan
pengguna out put pendidikan.
Peserta didik sebagai sasaran pendidikan,
secara sosiologis dipandang adanya hubungan antar
individu, antar masyarakat, dan individu dengan
masyarakat. Unsure sosial ini merupakan aspek
individu yang dimiliki sebagai potensi dan anugrah
dasar dari al-Khaliq tuhan pencipta alam semesta.
Karena itu aspek sosial melekat pada diri individu
yang perlu dikembangkan dalam perjalan hidup
peserta didik agar menjadi matang.
Proses pendidikan diharapkan dapat
mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup
dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-
23
cita itu, pendidikan membutuhkan bantuan
sosiologi. Yang mana konsep atau teori sosiologi
member petunjuk kepada guru tentang bagaimana
seharusnya mereka membina peserta didik agar bisa
memiliki kebiasaan hidup yang harmonis,
bersahabat, dan akrab sesama teman.
Sosiologi pendidikan dipandang sebagai
sosiologi khusus yang membahas sosiologi yang
terdapat pada pendidikan. Sosiologi pendidikan
meliputi :
Interaksi guru dengan peserta didik
Dinamika kelompok dalam kelas dan di organisasi
intra sekolah
Struktur dan fungsi pendidikan, dan
Sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap
pendidikan.
Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling
terkait. Keterkaitan itu dapat dilihat bagaimana
bagian-bagian sosiologi memberi bantuan pada
pendidikan dalam wujud sosiologi pendidikan.
Pertama-tama adalah tentang konsep proses sosial,
yaitu suatu cara berhubungan antarindividu atau
antarkelompok atau individu dengan kelompok yang
menimbulkan bentuk interaksi atau hubungan
tertentu. Proses sosial atau sosialisasi ini
24
menjadikan seseorang atau kelompok yang belum
tersosialisasi atau masih rendah tingkat sosialnya
menjadi tersosialisasi. Artinya mereka semakin
kenal, semakin akrab, lebih mudah bergaul, lebih
percaya pada pihak lain, dan sebagainya.
Proses sosialisasi dimulai dari interaksi
sosial dan dalam proses sosial itu selalu menjadi
interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial
didasari oleh empat faktor, Yaitu :
Imitasi, atau peniruan bisa bersifat positif
dan bisa pula negative,
Sugesti, akan terjadi kalau seorang anak
menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain yang berwibawa, berwenang,
atau mayoritas.
Identifikasi, yaitu berusaha atau mencoba
menyamakan dirinya dengan orang lain, baik
secara sadar maupun di bawah sadar.
Simpati, adalah faktor terakhir dalam proses
sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang
merasa tertarik kepada orang lain, dengan
faktor persaan yang memegang peranan penting
dalam simpati.
Proses sosial ini ada kalanya disebabkan atau
didasari oleh salah satu atau beberapa faktor
25
tersebut, tetapi sering pula terjadi didasari oleh
keempat faktor itu secara berturut-turut.
Dapatlah ditegaskan bahwa pengembangan
kurikulum perlu memperhatikan aspek sosiologis.
Sosiologis menunjukkan pentingnya kegiatan
sosialisasi peserta didik dalam pendidikan.
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk
mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan
masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal
dari masyarakat, dididik oleh masyarakat, dan
harus kembali kemasyarakat. Ketika peserta didik
kembali kemasyarakat tentu ia harus dibekali
dengan sejumlah kompetensi, sehingga ia dapat
berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi
yang dimaksud adalah sejumlah pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
diperoleh peserta didik melalui berbagai kegiatan
dan pengalaman belajar di sekolah. Kegiatan dan
pengalaman belajar tersebut di organisasi dalam
pendekatan dan format tertentu yang disebut dengan
kurikulum. Berdasarkan alur pemikiran ini, maka
sangat logis jika pengembangan kurikulum
berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping
itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum
merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan
26
merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian
sangat wajar apabila pengembangan kurikulum harus
memperhatikan kebutuhan masyarakat dan harus
ditunjang oleh masyarakat.
Satu hal lagi, Emile Durkheim tokoh sosiologi
yang terkenal dari prancis sekaligus orang pertama
yang menganjurkan agar dalam mempelajari
pendidikan digunakan pendekatan sosiologi. Menurut
Durkheim pendidikan adalah suatu fakta sosial
(social fact), karenanya menjadi objek studi
sosiologi.
4. Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Penting kiranya terlebih dahulu kita membahas
pengertian bebearapa istilah yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu teori, ilmu,
pengetahuan dan teknologi. Teori adalah
seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau
proposisi yang selalu berhubungan. Sedangkan
fungsi teori adalah mendeskripsikan, menjelaskan,
memprediksim dan memadukan.
Kata ”ilmu” berasal dari bahasa Arab ‘alama,
yang berarti pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia,
kata ilmu sering diidentikkan dengan sains
(science) yang berarti ilmu, bahkan sering
disatukan dengan kata “pengetahuan” pada awalnya,
27
manusia mencari pengetahuan berdasarkan fakta yang
terlepas-lepas, tidak sistematis, dan tidak
menggunakan teori yang jelas. Sesuai dengan
perkembangan kebudayaan, mulailah manusia menyusun
teori tentang berbagai hal sesuai dengan fakta
yang ada. Dalam perkembangannya, fakta dan teori
tersebut digunakan juga untuk memahami fenomena
lain yang didukung oleh pengalaman. Akhirnya
menjadi pengetahuan yang logis dan sistematis.
Inilah yang disebut dengan ilmu pengetahuan
(science).
Teknologi pada hakikatnya adalah penerapan
ilmu pengetahuan (technology is application of science).
Teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan
budaya manusia. Salah satu indikator kamajuan
peradaban manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Teknologi banyak
digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan
tujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang
efektif, efisien, dan sinergis terhadap pola
perilaku manusia. Produk teknologi tidak selalu
berbentuk fisik, seperti computer, televisi, radio
dan sebagainya. Tetapi ada juga non-fisik, seperti
prosedur pembelajaran, sistem evaluasi, teknik
mengajar dan sebagainya. Produk teknologi tersebut
28
banyak digunakan dalam pendidikan sehingga
memberikan pengaruh yang sangat signifikan
terhadap proses dan hasil pendidikan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi terbentuk
karena adanya karya-karya pikir manusia. Mengingat
sifatnya yang objektif dalam menanggapi fenomena-
fenomena alam, baik mengenai benda-benda, makhluk
hidup maupun mengenai kehidupan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bentuk informasi
mudah meresapi kebudayaan yang ada di setiap
masyarakat yang terjangkau, atau yang dapat
menjangkaunya.
BAB IIISIMPULAN DAN SARAN
29
A. SIMPULANKurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan
dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
endidikaan dan kehidupaan manusia, maka penyusunan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan
yang kuat dan didasarkan pada hasil pemikiran dan
penelitian mendalam.Jika kurikulum disusun tidak
berdasarkan landasan-landasan pengembangan kurikulum
seperti landasan filosofis, psikologis, sosiologi
dan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan
berakibat buruk pada system pendidikan terutama
berakibat buruk pada pengebangan kurikulum, karena
hakikatnya kurikulum dibua agar peserta didik data
terjun atau berpartisipasi langsung dalam dunia
masyarakat dan kehidupan nyata.
B. SARANDalam penulisan makalah ini tentu terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu ami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi mendekati kesemurnaan
makalah ini.
30