Landasan Pengembangan Kurikulum

30
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan dan prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional. Dalam mengembangkan kurikulum, terlebih dahulu harus diidentifikasikan dan dikaji secara efektif, akurat, mendalam dan menyeluruh landasan apa saja yang harus dijadikan pijakan dalam merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum. Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan akan kuat, yaitu program yang dihasilkan akan dapat menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiannya, baik untuk kehidupan masa kini 1

Transcript of Landasan Pengembangan Kurikulum

BAB 1PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai

pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa

kurikulum harus senantiasa dikembangkan dan

disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan

kurikulum harus didasarkan pada landasan dan

prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini

dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang

dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan

dari pendidikan nasional.

Dalam mengembangkan kurikulum, terlebih dahulu

harus diidentifikasikan dan dikaji secara efektif,

akurat, mendalam dan menyeluruh landasan apa saja

yang harus dijadikan pijakan dalam merancang,

mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum.

Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan

akan kuat, yaitu program yang dihasilkan akan dapat

menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat

kemanusiannya, baik untuk kehidupan masa kini

1

ataupun menyongsong kehidupan jauh kemasa yang akan

datang.

Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam

menngembangkan kurikulum tidak hanya diperlukan oleh

para penyusun kurikulum ditingkat pusat (makro),

akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan

dasar pertimbangan oleh para pengembang kurikulum

ditingkat oprasional (satuan pendidikan), yaitu

kepala sekolah, pengawas pendidikan (supervisor)

dewan sekolah atau komite pendidikan dan para guru

serta pihak-pihak lain yang terkait (stacke holder).

Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah

(Depdiknas) yaitu pengambangan kurikulum oprasional

dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan

program kurikulum tingkat satuan pendidikan, maka

setiap satuan harus memiliki pemahaman yang luas dan

mendalam tentang landasan pengambangan kurikulum,

dan secara oprasional hanya dijadikan rujukan dalam

mengimplementasikan kurikulum disetiap satuan

pendidikan yang dikelolanya.

Dari uraian diatas menyimpulkan bahwa

pentingnya pengetahuan terkait pengembangan

kurikulum, maka dalam makalah ini akan membahas

tentang “landasan pengembangan kurikulum”.

2

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana prosedur umum pengembangan kurikulum?

2. Landasan-landasan apa saja yg terkait dalam

pengembangan kurikulum ?

3. Bagaimana cara pengimplementasikan landasan-

landasan yang dana dalam pengembangan kurikulum?

C. TUJUAN PENULLISAN MAKALAH

1. Dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan

landasan filosofis dalam mengembangkan kurikulum.

2. Dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan

landasan pisikologis dalam mengembangkan

kurikulum.

3. Dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan

landasan sosiologis dalam mengembangkan kurikulum.

4. Dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan

landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

mengembangkan kurikulum.

D. MANFAAT MAKALAH

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan

manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara

teoritis makalah ini bermanfaat sebagai perkembangan

ilmu, secara praktis makalah ini diharapkan bagi :

3

1. Penulis, sebagai wahana pembelajaran, menambah

pengetahuan dan konsep keilmuan tentang masalah

yang dibahas.

2. Pembaca, semoga dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan terhadap hasil studi lainnya. Dan

sebagai acuan pembelajaran bagi kita kedepannya

sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan jurusan Matematika, yang nantinya

menjadi seorang guru.

4

BAB IILANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. KAJIAN TEORI

Robert S. Zais(1976) mengemukakan empat

landasan pokok pengembangan kurikulum, yaitu

Philosophy and the nature of knowledge, siciety and culture, the

individual, and learning theory. Dengan berpedoman pada empat

landasan tersebut, maka perancangan dan pengembangan

suatu bangunan kurikulum yaitu pengembangan

kurikulum (aims, goals, objrctive), pengembangan

isi/materi (content), pengembangan proses

pembelajaran (learning activities), dan pengembangan

komponen evaluasi (evaluation), harus didasarkan

pada landasan filosofis, psikologis, sosiologi,

serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

5

B. PEMBAHASAN

1. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum

Filsafat adalah mencari hakikat sesuatu,

berusaha menghubungkan antara sebab dan akibat

serta melakukan penafsiran atas pengalaman-

pengalaman manusia. Berpikir filsafat berarti

berpikir secara menyeluruh, sistematis, logis, dan

radikal.

Menyeluruh mengandung arti bahwa filsafat

bukan hanya sekedar ilmu pengetahuan melainkan

juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di

balik pengetahuan itu sendiri. Sistematis berarti

filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti

dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada.

Logis berarti proses berpikir filsafat menggunakan

logika dengan sedalam-dalamnya. Radikal berarti

berpikir sampai ke akar-akarnya.

Mekipun demikian, kebenaran filsafat adalah

kebenaran relatife. Artinya, kebenaran itu selalu

mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan

zaman dan peradaban manusia. Kebenaran itu

dianggap benar jika sesuai dengan ruang dan waktu,

apa yang dianggap benar oleh masyarakat belum

tentu benar bagi masyarakat lain meskipun dalam

6

kurun waktu yang sama. Kebenaran filsafat adalah

kebenaran yang bergantung sepenuhnya pada

kemampuan daya nalar manusia. Menurut Plato dan

Aristoteles, pernyataan yang dianggap benar itu

bersefat koheren atau konsisten dengan pernyataan

sebelumnya. Artinya, kebenaran berfungsi sebagai

ukuran antara suatu peristiwa yang terjadi sebelum

dan sesudahnya. Jika cocok berarti benar, dan jika

tidak cocok berarti tidak diterima sebagai

kebenaran. Kebenaran ini juga berarti kebeneran

relative sebab bergantung pada faktor ruang dan

waktu.

Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab

pertanyaan pertanyaan yang timbul dalam berbagai

bidang kehidupan manusia jawaban itu merupakan

hasil dari pemikiran yang menyeluruh, sistematis,

logis,dan radikal. jawaban itu juga di gunakan

untuk mengatasi masalah masalah kehidupan manusia,

termasuk bidang pendidikan.adapun filsaat yang

khusus digunakan atau di terapkan dalam bidang

pendidikan disebut filsafat pendidikan. Menurut

john dewey, pendidikan adalah suatu proses

pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik

yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun

daya perasaan (emosional) menuju arah tabiat

7

manusia. dengan demikian, objek pendidikan yang

paling utama dan pertama adalah manusia. objek

filsafat juga adalah manusia. Persamaan objek ini

menimbulkan pemikiran dan disiplin ilmu baru yaitu

filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan

aplikasi teori pendidikan dan pandangan filsafat

tentang pengalaman manusia dalam bidang

pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan jawaban

dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang

pendidikan, joe park mengemukakan bahwa filsafat

pendidikan adalah “attepting to answer some

ultimate question conceming education” filsafat

diartikan juga sebagai teori umum pendidikan dan

landasan dari semua pemikiran tentang pendidikan.

Jika dikaitkan dengan persoalan pendidikan secara

luas maka filsafat pendidikan merupakan arah dan

pedoman bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan

pendidikan.

Secara umum, ruang lingkup filsafat adalah

semua permasalahan kehidupan manusia, alam

semesta, dan alam sekitar. Hal ini juga merupakan

objek pemikiran filsafat pendidikan, sedangkan

secara khusus, ruang lingkup filsafat pendidikan

meliputi :

Hakikat pendidikan

8

Hakikat manusia

Hubungan antara filsafat, manusia, pendidikan,

agama dan kebudayaan

Hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan

dan teori pendidikan

Hubungan antara Negara, filsafat pendidikan dan

sistem pendidikan

Sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan

yang merupakan tujuan pendidikan.

Dengan demikian ruang lingkup filsafat

pendidikan adalah semua upaya manusia untuk

memahami hakikat pendidikan, bagaimana pelaksanaan

pendidikan, dan bagaimana upaya mencapai tujuan

pendidikan.

Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan

masyarakat sehingga apa yang di kehendaki oleh

masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan

malalui pendidikan, segala kehendak yang dimiliki

oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang

memberikan arah pada pendidikan. Dengan demikian

pandangan dan wawasan yang ada dalam masyarakat

merupakan pandangan dan wawasan dalam pendidikan,

atau dapat dikatakan bahwa filsafat yang hidup

dalam masyarakat merupakan landasan filosofis

peneyelenggaraan pendidikan.

9

Filsafat boleh jadi didefinisikan sebagai

suatu studi tentang : hakikat realitas, hakikat

ilmu pengetahuan, hakikat sistem nilai, hakikat

nilai kebaikan, hakikat keindahan, dan hakikat

pikiran, oleh karena itu, landasan filosofis

pengembangan kurikulum adalah hakikat realitas,

ilmu pengetahuan, sistem nilai, nilai kebaikan,

keindahan, dan hakikat pikiran yang ada dalam

masyarakat. Secara logis dan realistis, landasan

filsafat pengembangan kurikulum dari satu sistem

pendidikan berbeda dengan sistem pendidikan yang

lain. Juga landasan filsafat pengembangan

kurikulum dari suatu lembaga berbeda dengan

lembaga yang lain. Perbedaan tersebut sangat

terasa dalam masyarakat yang majemuk.

a) Klasifikasi Filsafat Pendidikan

1) Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme

Menurut filsafat idealisme bahwa

kenyataan atau realitas pada haikatnya adalah

bersifat spiritual daripada fisik, bersifat

mental daripada material. Dengan demikian

menurut filsafat idealisme bahwa manusia

adalah makhluk spiritual, makhluk cerdas dan

bertujuan. Pikiran manusia diberikan

10

kemampuan rasional sehingga dapat menetukan

pilihan mana yang harus diikutinya.

Berdasarkan pemikiran filsafat

idealismebahwa tujuan pendidikan harus

dikembangkan pada upaya pembentukan karakter,

pembentukan bakat insani dan kebijakan sosial

sesuai dengan hakikat kemanusiaanya. Dengan

demikian tujuan pendidikan dari mulai tingkat

pusat (ideal) sampai pada rumusan tujuan

yangblebih oprasiona (pembelajaran) harus

mereflesikan pembentukan karakter

pengembangan bakat dan kebijakan sosial

sesuai dengan fitrah kemanusiaannya.

Isi kurikulum atau sumber pengetahuan

dirangcang untuk mengembangkan kemampuan

berpikkir manusia, menyiapkan keterampilan

bekerja yang dilakukan melalui program dan

proses pendidikan secara praktis. Implikasi

bagi para pendidik, yaitu bertanggung jawab

untuk menciptakan lingkungan yang kondusif

bagi tersekenggaranya pendidikan. Pendidikan

harus memiliki keunggulan kompetitif baik

dalam segi intelektual maupun moral, sehingga

dapat dijadikan panutan bagi peserta didik.

2) Landasan Filosofis Pendidikan Realisme

11

Filsafat realisme bisa dikatakan

kebalikan filsafat idealisme, dimana menurut

filsafat realisme memandang bahwa dunia atau

reallitas adalah bersifat materi. Menurut

realisme bahwa manusia pada hakikatnya

terketak pada apa yang dikerjakannya.

Maka dari itu kurikulum yang didasarkan

pada filsafat realisme harus dikembangkan

secara komperhensif meliputi pengetahuan yang

bersifat sains, sosial, maupun muatan nilai-

nilai.

Implementasi bagi para pendidik terutama

bahwa peran pendidik diposisikan sebagai

pengelola pendidikan atau pembelajaran. Untuk

itu pendidik harus menguasai tugas-tugas yang

terkait dengan pendidikan khususnya dengan

pembelajaran. Ssecara metogologis unsur

pembiasaan memiliki arti yang sangat penting

dan diutamakan dalam mengimplementasikan

program pendidikan atau pembelajaran filsafat

pendidikan.

3) Landasan Filosofis Pendidikan Fragmatisme

Filsafat fragmatisme memandang bahwa

kenyataan tidaklah mungkin dan tidak perlu.

Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan

12

fisik, prulal dan berubah (becoming). Manusia

menurut fragmatisme adalah hasil evolusi

biologis, psikologis dan sosial. Manusia

lahir tanpa dibekali kemampuan bahasa,

keyakinan, gagasan atau norma-norma.

Nilai baik buruk ditemukan secara

eksperimental dalam pengalaman hidup, jika

hasilnya berguna maka tingkah laku tersebut

dipandang baik. Oleh karena itu tujuan

pendidikan tidak ada batasan akhirnya, sebab

pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang

hayat, proses kontuksi yang berlangsung

secara terus menerus. Tujuan pendidikan lebih

diarahkan pada upaya untuk memperoleh

pengalaman yang berguna untuk memecahkan

masalah baru dalam kehidupan individu maupun

sosial.

Implementasi terhadap pengembangan isi

atau bahan dalam kurikulum ialah harus memuat

pengalaman-pengalamanyang telah teruji, yang

sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

4) Landasan Filosofis Pendidikan Nasionalisme

Untuk landasan filsafat pengembangan

kurikulum di Indonesia secara cepat dan tepat

kita pastikan, yakni nilai dasar yang merupak

13

falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya

yakni pancasila.

Setiap Negara tentu mempunyai filsafat

yang berbeda. Artinya, landasan filosofis dan

tujuan pendidikannya juga berbeda. Di

Indonesia, landasan filosofis pengembangan

sistem pendidikan nasional secara formal

adalah pancasila yang terdiri atas lima sila

yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/

perwakilan, dan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Sedangkan implikasinya bagi pengembangan

kurikulum adalah:

o Nilai-nilai pancasila harus dipelajari

secara mendalam dan komprehensif sesuai

dengan sifat kajian filsafat.

o Kelima sila tersebut berisi nilai-nilai

moral yang luhur sebagai dasar dan sumber

dalam merumuskan tujuan pendidikan pada

14

setiap tingkatan, memilih dan

mengembangkan isi/bahan kurikulum,

strategi pembelajaran, media pembelajaran,

dan sistem evaluasi.

Tujuan menjadi faktor penting dalam

pengembangan kurikulum, tidak hanya

memberikan arah kemana kurikulum harus dituju

melainkan juga sebagai acuan dan gambaran

dalam memilih dan menentukan isi/materi,

proses pembelajaran dan sistem evaluasi.

Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk

membentuk manusia yang utuh, yaitu sehat

jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai, tangguh

dan mandiri, kreatif dan bertanggung jawab,

berguna bagi dirinya sendiri, agama,

keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dengan kata lain, tujuan pendidikan tersebut

berkaitan dengan kebutuhan peserta didik

secara individual, kepentingan profesional,

dan kebutuhan sosial.

b) Manfaat Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah

penerapan dari pemikiran-pemikiran

filsafatuntuk memecahkan permasalahan

15

pendidikan. Dengan demikian tentu saja bahwa

filsafat memiliki manfaat dan memberikan

kontribusi yang besar terutama dalam memberikan

kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan

pendidikan. Nasution (1982) mengidentifikasi

beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:

1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah

akan dibawa ke mana anak-anak melalui

pendidikan di sekolah.

2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai

oleh filsafat yang dianut, kita mendapat

gambaran yang jelas tentang hasil yang harus

dicapai.

3) Filsafat dan tujuan pendidikan memberi

kesatuan yang bulat kepada segala usaha

pendidikan.

4) Tujuan pendidikan memungkinkan pendidik

menilai usahanya

5) Tujuan pendidikan member motivasi atau

dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidik.

c) Kurikulum Dan Filsafat Pendidikan

Kurikulum pada hakikatnya adalah alat

untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan

pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat

atau pandangan hidup suatu bangsa, maka tentu

16

saja kurikulum yang dikembangkan juga akan

mencerminkan falsafah / pandangan hidup yang

dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu

terdapat hubungan yang sangat erat antara

kurikulum pendidikan di suatu Negara dengan

filsafat Negara yang dianutnya.

Sebagai contoh, Indonesia pada masa

penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada

masa itu sangat berorientasi pada kepentingan

politik Belanda. Demikian pula pada saat Negara

kita dijajah Jepang, maka orientasi kurikulum

berpindah yaitu disesuaikan dengan kepentingan

dan system nilai yang dianut oleh Negara

Matahari Terbit itu. Setelah Indonesia mencapai

kemerdekaannya, dan secara bulat dan utuh

menggunakan pancasila sebagai dasar dan

falsafah dalam berbangsa dan bernegara, maka

kurikulum pendidikanpun disesuaikan dengan

nilai-nilai pancasila itu sendiri.

Terkait antara pengembangan kurikulum yang

senantiasa memiliki hubungan dan dipengaruhi

oleh perkembangan politik suatu bangsa. Becher

dan Maclure (Cece Wijaya,dkk.1988) menyebutkan

6 dimensi pendekatan nasional dalam

pengembangan kurikulum di suatu Negara, yaitu:

17

Kerangka acuan yang jelas tentang tujuan

nasional dihubungkan dengan program

pendidikan

Hubungan yang erat antara pengembangan

kurikulum nasional dengan reformasi sosial

politik Negara

Mekanisme pengawasan (kontrol) dari kebijakan

kurikulum yang ditempuh

Mekanisme pengawasan dari pengembangan dan

aplikasi kurikulum di sekolah

Metode ke arah pengembangan kurikulum yang

disesuaikan dengan kebutuhan

Penelaahan derajat desentralisasi (degree of

decentralization) dari implementasi kurikulum

di sekolah

2. Landasan Psikologi Dalam Pengembangan Kurikulum

Pendidikan pada dasarnya dalah mendidik,

mengajar, dan membimbing peserta didik agar

menjadi orang yang dapat memberikan peran dan

tanggungjawab bagi kehidupan masyarakat.

Pendidikan diberikan dengan kepercayaan dan

keyakinan bahwa peserta didik dapat dididik,

diajar, dan dibimbing. Peserta didik dapat

belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan,

dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norama-

18

norma, dapat mempelajari dan menguasai macam-macam

keterampilan. Sudah tentu kegiatan ini

mengharuskan untuk bagaimana proses belajar

berlangsung serta dalam keadaan bagaimana belajar

itu memberikan hasil yang sebaik-baiknya tentunya

ini terkait dengan kurikulum. Bagaimana seharusnya

kurikulum dapat di rencanakan, di tetapkan, dan

diemplemintasikan, dengan seefektif mungkin.

Belajar merupakan proses peserta didik untuk

mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan,

dan sikap. Kemampuan peserta didik untuk belajar

merupakan karakteristik penting yang membedakan

satu dengan lainnya. Belajar memiliki makna yang

besar, baik bagi dirinya maupun masyarakat. Bagi

dirinya kemampuan untuk belajar secara terus

menerus akan memberikan kontribusi dan peran

terhadap pengembangan jualitas hidupnya. Sedangkan

bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang

penting dalam mentransmisikan budaya dan

pengetahuan dari generasi kegenerasi.

Sebagai karakteristik belajar merupakan

aktivitas yang terus dilakukan oleh peserta didik

sepanjang hidupnya, bahkan sering disebut dengan

tiada hari tanpa belajar. Belajar tidak bisa kita

pahami hanya kekedar aktivitas yang terjadi

19

dilingkungan sekolah, tetapi juga diluar sekolah.

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam

dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau

pengalaman-pengalaman. Sudah tentu belajar dapat

membawa perubahan, baik perubahan pengetahuan,

sikap, maupun keterampilan. Dan dengan perubahan

tersebut diharapkan dapat membantu memecahkan

permasalahan hidup dan dapat menyesesuaikan diri

dengan lingkungan.

Selain itu, belajar ditandai dengan adanya

perubahan baik yang berkaitan dengan ranah

kognitif, afektif maupun psikomotorik.1[7]

Perubahan itu Nampak dengan adanya perubahan

tingkah laku (behavior change). Artinya hasil belajar

hanya dapat diamati dengan tingkah laku, yaitu

perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi

tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari

tidak baik menjadi baik. Perubahan tingkah laku

dihasilkan oleh latihan atau pengalaman. Latihan

atau pengalaman itu memberikan penguatan, sesuatu

yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau

dorongan untuk mengubah tingkah laku.

Oleh karena itu, kegiatan belajar yang

merupakan implementasi dari adanya kurikulum1

20

dilembaga pendidikan muntut bahwa perencanaan

kurikulum harus bersifat luwes (fleksibel) dan

menyediakan suatu program yang luas guna

pengembangan berbagai pengalaman belajar.

Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan latar

belakang psikologis peserta didik dan keseluruhan

lingkungannya, agar pengalaman belajar yang

diperolehnya mempunyai makna dan tujuan.

Pengembangan kurikulum hendaknya memberikan

pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan

penyesuaian diri dan pengembangan kepribadian.

Kurikulum disusun dan dilaksanakan dengan

memperhatikan kesiapan peserta didik, karena hal

ini mempengaruhi proses pendidikan.

Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum

hendaknya memungkinkan partisipasi aktif dan

tanggungjawab peserta didik, baik secara

perorangan maupun kelompok. Penyusunan kurikulum

hendaknya terdiri dari unit-unit yang luas dan

menyeluruh, serta memadukan pola pengalaman yang

bermakna dan bertujuan. Dalam proses penyusunan

dan pelaksanaan kurikulum diberikan serangkaian

pengalaman, yang melibatkan guru dan peserta didik

secara bersama, sehingga diharapkan akan mendorong

keberhasilan belajar peserta didik.

21

Psikologi atau teori belajar yang berkembang

pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga

rumpun, yaitu :

a. Teori Disiplin mental atau Teori Daya

Dari kelahirannya anak/individu telaah memiliki

potensi-potensi atau daya-daya tertentu yang

masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti

potensi/daya ingat, daya berpikir, daya

mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya

memecahkan masalah, dan lain-lain.

b. Teori Behaviorisme

Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu

teori Koneksionisme atau teori Asosiasi, teori

Konditioning, dan teori Reinforcement. Rumpun

teori ini berangkat dari asumsi bahwa individu

tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan

individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga,

sekolah, masyarakat). Rumpun teori ini tidak

mengakui sesuatu yang sifatnya mental,

perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang

dapat dilihat dan diamati.

c. Teori Orgaanismik atau Teori Gestalt

Teori ini mengacu kepada pengertian bahwa

keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-

bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-

22

bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk

organisme yang melakukan hubungan timbal balik

dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan

ini dijalin oleh stimulus dan respon.

3. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis mempunyai peran penting

dalam mengembangkan kurikulum. Kurikulum pada

dasarnya mencerminkan keinginan, cita-cita

tertentu dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu

merupakan keharusan kurikulum yang disusun dan

dilaksanakan di lembaga pendidikan memperhatikan

aspirasi masyarakat. Karena masyarakat merupakan

pengguna out put pendidikan.

Peserta didik sebagai sasaran pendidikan,

secara sosiologis dipandang adanya hubungan antar

individu, antar masyarakat, dan individu dengan

masyarakat. Unsure sosial ini merupakan aspek

individu yang dimiliki sebagai potensi dan anugrah

dasar dari al-Khaliq tuhan pencipta alam semesta.

Karena itu aspek sosial melekat pada diri individu

yang perlu dikembangkan dalam perjalan hidup

peserta didik agar menjadi matang.

Proses pendidikan diharapkan dapat

mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup

dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-

23

cita itu, pendidikan membutuhkan bantuan

sosiologi. Yang mana konsep atau teori sosiologi

member petunjuk kepada guru tentang bagaimana

seharusnya mereka membina peserta didik agar bisa

memiliki kebiasaan hidup yang harmonis,

bersahabat, dan akrab sesama teman.

Sosiologi pendidikan dipandang sebagai

sosiologi khusus yang membahas sosiologi yang

terdapat pada pendidikan. Sosiologi pendidikan

meliputi :

Interaksi guru dengan peserta didik

Dinamika kelompok dalam kelas dan di organisasi

intra sekolah

Struktur dan fungsi pendidikan, dan

Sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap

pendidikan.

Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling

terkait. Keterkaitan itu dapat dilihat bagaimana

bagian-bagian sosiologi memberi bantuan pada

pendidikan dalam wujud sosiologi pendidikan.

Pertama-tama adalah tentang konsep proses sosial,

yaitu suatu cara berhubungan antarindividu atau

antarkelompok atau individu dengan kelompok yang

menimbulkan bentuk interaksi atau hubungan

tertentu. Proses sosial atau sosialisasi ini

24

menjadikan seseorang atau kelompok yang belum

tersosialisasi atau masih rendah tingkat sosialnya

menjadi tersosialisasi. Artinya mereka semakin

kenal, semakin akrab, lebih mudah bergaul, lebih

percaya pada pihak lain, dan sebagainya.

Proses sosialisasi dimulai dari interaksi

sosial dan dalam proses sosial itu selalu menjadi

interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial

didasari oleh empat faktor, Yaitu :

Imitasi, atau peniruan bisa bersifat positif

dan bisa pula negative,

Sugesti, akan terjadi kalau seorang anak

menerima atau tertarik pada pandangan atau

sikap orang lain yang berwibawa, berwenang,

atau mayoritas.

Identifikasi, yaitu berusaha atau mencoba

menyamakan dirinya dengan orang lain, baik

secara sadar maupun di bawah sadar.

Simpati, adalah faktor terakhir dalam proses

sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang

merasa tertarik kepada orang lain, dengan

faktor persaan yang memegang peranan penting

dalam simpati.

Proses sosial ini ada kalanya disebabkan atau

didasari oleh salah satu atau beberapa faktor

25

tersebut, tetapi sering pula terjadi didasari oleh

keempat faktor itu secara berturut-turut.

Dapatlah ditegaskan bahwa pengembangan

kurikulum perlu memperhatikan aspek sosiologis.

Sosiologis menunjukkan pentingnya kegiatan

sosialisasi peserta didik dalam pendidikan.

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk

mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan

masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal

dari masyarakat, dididik oleh masyarakat, dan

harus kembali kemasyarakat. Ketika peserta didik

kembali kemasyarakat tentu ia harus dibekali

dengan sejumlah kompetensi, sehingga ia dapat

berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi

yang dimaksud adalah sejumlah pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang

diperoleh peserta didik melalui berbagai kegiatan

dan pengalaman belajar di sekolah. Kegiatan dan

pengalaman belajar tersebut di organisasi dalam

pendekatan dan format tertentu yang disebut dengan

kurikulum. Berdasarkan alur pemikiran ini, maka

sangat logis jika pengembangan kurikulum

berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping

itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum

merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan

26

merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian

sangat wajar apabila pengembangan kurikulum harus

memperhatikan kebutuhan masyarakat dan harus

ditunjang oleh masyarakat.

Satu hal lagi, Emile Durkheim tokoh sosiologi

yang terkenal dari prancis sekaligus orang pertama

yang menganjurkan agar dalam mempelajari

pendidikan digunakan pendekatan sosiologi. Menurut

Durkheim pendidikan adalah suatu fakta sosial

(social fact), karenanya menjadi objek studi

sosiologi.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Penting kiranya terlebih dahulu kita membahas

pengertian bebearapa istilah yang berkaitan dengan

ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu teori, ilmu,

pengetahuan dan teknologi. Teori adalah

seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau

proposisi yang selalu berhubungan. Sedangkan

fungsi teori adalah mendeskripsikan, menjelaskan,

memprediksim dan memadukan.

Kata ”ilmu” berasal dari bahasa Arab ‘alama,

yang berarti pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia,

kata ilmu sering diidentikkan dengan sains

(science) yang berarti ilmu, bahkan sering

disatukan dengan kata “pengetahuan” pada awalnya,

27

manusia mencari pengetahuan berdasarkan fakta yang

terlepas-lepas, tidak sistematis, dan tidak

menggunakan teori yang jelas. Sesuai dengan

perkembangan kebudayaan, mulailah manusia menyusun

teori tentang berbagai hal sesuai dengan fakta

yang ada. Dalam perkembangannya, fakta dan teori

tersebut digunakan juga untuk memahami fenomena

lain yang didukung oleh pengalaman. Akhirnya

menjadi pengetahuan yang logis dan sistematis.

Inilah yang disebut dengan ilmu pengetahuan

(science).

Teknologi pada hakikatnya adalah penerapan

ilmu pengetahuan (technology is application of science).

Teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan

budaya manusia. Salah satu indikator kamajuan

peradaban manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Teknologi banyak

digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan

tujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang

efektif, efisien, dan sinergis terhadap pola

perilaku manusia. Produk teknologi tidak selalu

berbentuk fisik, seperti computer, televisi, radio

dan sebagainya. Tetapi ada juga non-fisik, seperti

prosedur pembelajaran, sistem evaluasi, teknik

mengajar dan sebagainya. Produk teknologi tersebut

28

banyak digunakan dalam pendidikan sehingga

memberikan pengaruh yang sangat signifikan

terhadap proses dan hasil pendidikan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi terbentuk

karena adanya karya-karya pikir manusia. Mengingat

sifatnya yang objektif dalam menanggapi fenomena-

fenomena alam, baik mengenai benda-benda, makhluk

hidup maupun mengenai kehidupan masyarakat, ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam bentuk informasi

mudah meresapi kebudayaan yang ada di setiap

masyarakat yang terjangkau, atau yang dapat

menjangkaunya.

BAB IIISIMPULAN DAN SARAN

29

A. SIMPULANKurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan

dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan

pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam

endidikaan dan kehidupaan manusia, maka penyusunan

kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.

Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan

yang kuat dan didasarkan pada hasil pemikiran dan

penelitian mendalam.Jika kurikulum disusun tidak

berdasarkan landasan-landasan pengembangan kurikulum

seperti landasan filosofis, psikologis, sosiologi

dan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan

berakibat buruk pada system pendidikan terutama

berakibat buruk pada pengebangan kurikulum, karena

hakikatnya kurikulum dibua agar peserta didik data

terjun atau berpartisipasi langsung dalam dunia

masyarakat dan kehidupan nyata.

B. SARANDalam penulisan makalah ini tentu terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu ami mengharapkan kritik

dan saran yang membangun demi mendekati kesemurnaan

makalah ini.

30