pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
s
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
TERHADAP KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK MATERI DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN
BAGI KEHIDUPAN KELAS X MAN KEPULAUAN SELAYAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
ANNISA AHMAR
105441105216
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jalan Sultan Alauddin No. 259Makassar. Email: [email protected] : biologi.fkip.unismuh.ac.id.
Telp : 0411-860837/860132 (Fax).Web: www.fkip.unismuh.ac.id
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Annisa Ahmar
NIM : 105 4411 052 16
Jurusan : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Kemampuan Metakognisi Dan Hasil Belajar
Peserta Didik Materi Dampak Perubahan Lingkungan
Bagi Kehidupan Kelas X Di Man Kepulauan Selayar
Dengan ini menyatakan bahwa:
Sripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasilAsli karya saya sendiri
dan bukan hasil Jiblakan dari orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buatdengansebenarnya dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar,β¦.Juli 2021
Yang Membuat Pernyataan,
Annisa Ahmar
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jalan Sultan Alauddin No. 259Makassar. Email: [email protected] : biologi.fkip.unismuh.ac.id.
Telp : 0411-860837/860132 (Fax).Web: www.fkip.unismuh.ac.id
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Annisa Ahmar
NIM : 105 4411 052 16
Jurusan : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan Proposal sampai selesai penyusunan Skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri Skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menysun Skripsi, saya akan selalu melakukan Konsultasi dengan
Pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan Skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar,β¦.Juli 2021
Yang Membuat Perjanjian,
Annisa Ahmar
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ββ¦Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sunguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.β
-(Q.s Al-Insyirah: 5-8)-
Penulis mempersembahkan karya skripsi ini kepada
Kedua orang tua, keluarga dan sahabat-sahabat penulis atas
Cinta, dukungan, semangat dan motivasi yang kalian berikan kepada penulis
Penulis mengucapkan terima kasih tanpa kalian aku bukan apa dan siapa.
vii
ABSTRAK
Annisa Ahmar, 2021. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Kemampuan Metakognisi dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi
Dampak Perubahan Lingkungan Bagi Kehidupan Kelas X Di MAN Kepulauan
Selayar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Imu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Irmawanty
Pembimbing II Anisa.
Jenis penelitian ini adalah quasy eksperimen (eksperimen semu) yang di
dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Post-Test Only Desain. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui
apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
metakognisi dan (2) mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar peserta didik kelas X di MAN Kepulauan Selayar. Prosedur
penelitian meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X
MAN kepulauan Selayar sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh.
Data hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen
berbentuk kusioner sebanyak 20 pernyataan, soal pilihan ganda sebanyak 20
nomor dan essay sebanyak 5 nomor yang dilakukan pada waktu posttest setelah
proses pembelajaran dilaksanakan. Dari hasil penelitian pada kemampuan
metakognisi diperoleh rata-rata kelas kontrol sebesar 30.22 dan rata-rata pada
kelas eksperimen sebesar 30.57. Hasil penelitian pada hasil belajar diperoleh nilai
rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 84.09, sedangkan nilai rata-rata
posttest kelas kontrol sebesar 80.33.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari uji independent sampel
t-test, maka dapat disimpulkan bahwa (1) ada pengaruh model pembelajaran
inkuiri terhadap kemampuan metakognisi peserta didik kelas X MAN Kepulauan
Selayar. Dan (2) ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
peserta didik Kelas X MAN Kepulauan Selayar melalui penerapan model
pembelajaran inkuiri mengalami peningkatan.
Kata Kunci: model pembelajaran inkuiri, kemampuan metakognisi, hasil belajar.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamuβalaikum Wr.Wb.
Allah Maha Penyayag lagi Maha Pengasih, demikianlah kata untuk
mewakili segala Rahmat dan Hidayah-Nya. Tiada kata yang paling indah
selain puji dan rasa syukur kepada Allah SWT, yang menentukan segala
sesuatu yang berada di tangan-Nya. Segala ketentuan dan ketetapan-Nya
Alhamdulillah atas Hidayah dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
Motivasi dan dukungan dari segala pihak sangat membatu dalam
penyelesaian tulisan ini. Segala rasa hormat penulis mengucapkan terima
kasih kepada orang tua ayahanda Andi Muliadi dan Ibunda Irma Suryani yang
berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis
dalam proses mencari ilmu. Penulis mengucapkan pula terima kasih kepada
keluaraga yang tak hentinya memberikan dukungan dan semangat. Kepada
Irmawanty, S.si., M.Si. selaku pembimbing I dan Anisa, S.Pd., M.Pd. selaku
pembimbing II yang telah memberikan bimbinga, arahan serta motivasi sejak awal
penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
Tidak lupa pula penulis terima kasih Kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse,
M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar, dan Irmawanty, S.si., M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
ix
serta seluruh dosen dan straf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali
penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga penulis Ucapkan kepada
Kepala Madrasah, guru, staf MAN Kepulauan Selayar dan Ibu Sitti Hadijah,
S.Pd., selaku guru Biologi di sekolah tersebut yang telah memberikan izin daan
bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman dan sahabat-sahabat seperjuangan kelas Biologi B.16 dan rekan
mahasiswa jurusan pendidikan biologi Angkatan 2016 atas segala kebersamaan,
motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis yang telah member pelangi dalam
hidup penulis.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut bersifat membangun karena penulis yakin bahwa suatu perseolan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis, Amin.
Makassar, Juli 2021
Annisa Ahmar
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... v
SURAT PERJANJIAN ............................................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
D. Manfaat Peneitian.................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 8
A. Kajian Pustaka ......................................................................................... 8
B. Kerangka Pikir......................................................................................... 28
C. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 30
xi
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 31
A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 31
B. Populasi dan Sampel ............................................................................... 32
C. Prosedur Penelitian .................................................................................. 33
D. Defenisi Operasional Variabel ................................................................ 34
E. Instrument Penelitian .............................................................................. 35
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 38
BAB IV HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 42
A. Hasil Penelitian........................................................................................ 42
B. Pembahasan ............................................................................................. 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 56
A. Simpulan.................................................................................................. 56
B. Saran ........................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 61
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Popusi Penelitian .................................................................................................. 32
3.2 Sistem Penskoran Instrumen Penilaian ................................................................ 35
3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Metakognisi .................................................... 36
3.4 Pedoman Penilaian Kemampuan Metakognisi ..................................................... 38
3.5 Pengkategorian Hasil Belajar ............................................................................... 39
3.6 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar ........................................................................ 39
3.7 Pengkategorian Skor N-gain ................................................................................ 39
4.1 Hasil Analisis Deskriptif Kemampuan Metakognisi ............................................ 43
4.2 Hasil Kategori Kemampuan Metakognisi ............................................................ 43
4.3 Uji Normalitas Kemampuan Metakognisi ............................................................ 44
4.4 Uji Homogenitas Kemampuan Metakognisi ........................................................ 44
4.5 Uji Hipotesis Kemampuan Metakognisi .............................................................. 45
4.6 Hasil Analisis Deskriptif Pretest Hasil Belajar Peserta Didik Pada Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ........................................................................... 46
4.7 Hasil Analisis Deskriptif Posttest Hasil Belajar Peserta Didik Pada Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ........................................................................... 47
4.8 Kategori Hasil Belajar Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Setelah
Diberikan Perlakuan (Posttest)............................................................................ 47
4.9 Deskripsi Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar (posttest) Pada Kelas Kontrol Dan
Kelas Eksperimen................................................................................................ 48
4.10 Uji Normalitas Hasil Belajar .............................................................................. 49
xiii
4.11 Uji Homogenitas Hasil Belajar .......................................................................... 49
4.12 Hasil Uji N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen ...................................... 50
4.13 Hasil Uji Hipotesis Hasil Belajar ....................................................................... 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir ..................................................................................................... 29
3.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 31
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A ................................................................................................................ 62
Lampiran B ................................................................................................................. 98
Lampiran C ................................................................................................................. 137
Lampiran D ................................................................................................................ 146
Lampiran E ................................................................................................................. 148
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut juga telah dicantumkan dalam Undang
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Sekolah merupakan lembaga formal atau tempat belajar yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bekerja keras, berbudi
lihur, berdisiplin, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, sehat jasmani dan
rohani. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Guru
harus pandai menciptakan situasi dan kondisi mengajar yang menarik sehingga
peserta didik tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran karena guru memiliki
peranan yang sangat penting. Peran guru sebagai motivator adalah memberi
motivasi kepada peserta didik agar selalu melakukan kegiatan belajar dengan
kehendak sendiri tanpa adanya paksaan. Peran guru sebagai fasilitator adalah
menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar sehingga peserta didik dapat
1
2
mengembangkan prestasi yang dimilikinya dan dapat berperan aktif dalam proses
belajar mengajar.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari peserta didik
di Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembahasan materinya menitik beratkan
pada seberapa besar kemampuan peserta didik dalam menerima informasi dan
juga kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata di antara
anggota masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok.
Biologi bukan hanya sekedar mengingat, mengetahui fakta-fakta, konsep-
konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga untuk mengambangkan kemampuan
berpikir. Salah satu masalah dalam dunia pendidikan ialah peserta didik selalu
diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. Sehingga otak peserta
didik seakan dipaksa untuk mengingat berbagai informasi tanpa memahami
informasi yang di dapatnya dan kurangnya dorongan untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya.
Terkait permasalahan kemampuan metakognisi dan hasil belajar peserta
didik, salah satu sekolah di Kabupaten Kepulauan Selayar tepatnya di MAN
Kepulauan Selayar juga mengalami permasalahan terkait dengan kemampuan
metakognisi dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru biologi dan salah satu peserta didik di sekolah tersebut diperoleh informasi
bahwa adanya sejumlah peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
meningkatkan kemampuan metakognisinya ini disebabkan karena kurangnya
diberdayakan ruang untuk kemampuan metakognisinya dan peserta didik
mengatakan hal tersebut merupakan penyebab menurunnya hasil belajar.
3
Mengakibatkan peserta didik ketika dihadapkan dengan masalah, siswa
mengalami kesulitan untuk memecahkannya.
Metakognisi merupakan penggabungan dari tingkat kognitif seseorang dan
merupakan salah satu syarat pengetahuan yang harus dimiliki seseorang atau
peserta didik. Kemampuan metakognisis sangat diperlukan oeh peserta didik,
khususnya peserta didik tingkat SMA/MA. Kemampuan ini sangat membantu
peserta didik untuk membuat keputusan yang tepat, cermat dan logis. Kemampuan
metakognisi merupakan pemecahan masalah yang bukan saja terkait dengan
ketepatan solusi yang diperoleh, melainnkan kemampuan mengenali masalah,
menemukan berbagai alternative solusi, menggunakan salah satu alternative
sebagai solusi dan mengevaluasi jawaban yang telah di peroleh.
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian, peneliti, mendapatkan data
bahwa hasil belajar biologi pada tes formatif dan ulangan tengah semester (UTS)
juga masih rendah. Pada mata pelajaran biologi batas tuntas KKM yang
ditetapkan adalah 75, berdasarkan batas tuntas tersebut hanya 30% peserta didik
yang mendapatkan nilai tuntas pada kegiatan tes formatif terakhir dan 55% peserta
didik mendapat nilai di atas KKM pada ulangan tengah semester.
Guru Biologi pada sekolah ini sudah menerapkan pendekatan scientific di
mana pendekatan ini mampu mendorong kemampuan berpikir peserta didik.
Sedangkan menurut peserta didik dalam proses pembelajaran yang terjadi bahan
ajar yang di gunakan berupa buku paket dan sebagian materi ditampilkan melalui
LCD, ini yang membuat pembelajaran menjadi monoton dan membuat peserta
didik hanya mendengarkan dan mencatat materi tersebut.
4
Salah satu cara agar meningkatkan kemampuan metakognisi peserta didik
dalam proses pembelajaran ialah menggunakan model pembelajaran Inquiri.
Menurut Lahadisi (2014) tujuan dari penggunaan model pembelajaran inquiri
adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bahan proses mental.
Model ini menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk
mencari dan menemukan suatu solusi dari masalah. Model yang digunakan harus
menarik dan menyenangkan agar peserta didik tidak bosan dan dapat menerima
materi dengan mudah, dan tentunya akan dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
Penggunaan model pembelajaran inquiri dapat menarik peserta didik
belajar dan meningkatkan kemampuan metakognisi peserta didik. Pembelajaran
Inquiri menjadikan pembelajaran lebih aktif, karena mengarahkan potensi dan
kemampuan metakognisi peserta didik terhadap materi yang akan dipelajarinya.
Pembelajaran ini mengajak peserta didik untuk lebih aktif, ketika peserta didik
lebih aktif dalam proses pembelajaran maka dapat dikatakan bukan hanya guru
yang aktif melainkan peserta didik juga aktif sehingga guru hanya sebagai
fasilitator. Hasil penelitian oleh Aswita (2015) mengatakan bahwa tugas guru
tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa
agar mereka dapat belajar dalam suasana menyenangkan, gembira, penuh
semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Hasil
penelitian diatas didukung oleh teori dari Darmadi (2019) peran guru sebagai
fasilitator bertugas dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk menemukan
5
dan mengembangkan bakatnya secara pesat serta memastikan kelas dalam suasana
hidup dan bergairah. Menurut Sadirman (2014) peran guru sebagai fasilitator
diharapkan dapat menunjang pembelajaran di dalam kelas dengan membuat kelas
memiliki fasilitas dan kemudahan-kemudahan saat proses pembeajaran.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang βPengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiri Terhadap
Metakognisi dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Dampak Perubahan
Lingkungan Bagi Kehidupan Kelas X Di MAN Kepulauan Selayarβ.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan metakognisi peserta didik kelas X MAN Kepulauan
Selayar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri materi
dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan?
2. Bagaimana hasil belajar peserta didik kelas X MAN Kepulauan Selayar yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri materi dampak
perubahan lingkungan bagi kehidupan?
3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
metakognisi peserta didik materi dampak perubahan lingkungan bagi
kehidupan kelas X di MAN Kepulauan Selayar?
4. Apakah ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
peserta didik materi dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan kelas X di
MAN Kepulauan Selayar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan metakognisi peserta didik kelas X MAN
Kepulauan Selayar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
6
inkuiri materi dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan.
2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik kelas X MAN Kepulauan
Selayar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri materi
dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap kemampuan metakognisi peserta didik materi dampak perubahan
lingkungan bagi kehidupan kelas X Di MAN Kepulauan Selayar.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar peserta didik materi dampak perubahan lingkungan bagi
kehidupan kelas X di MAN Kepulauan Selayar.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan kajian penelitian yang
relevan bagi para peneliti yang lain, baik yang berkaitan dengan penelitian
lanjutan atau pengembangan maupun penelitian sejenis yang bersifat memperluas
sebagai referensi untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang
βPengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiri terhadap Metakognisi dan
Hasil Belajar Peserta Didik materi dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan
kelas X di MAN Kepulauan Selayarβ.
7
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terlibat daam proses pembelajaran biologi, yaitu:
a. Bagi peserta didik
1) Dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih variatif kepada peserta
didik sehingga proses pembelajarn biologi menjadi lebih aktif
2) Dapat melatih peserta didik dalam bekerja sama dengan baik dengan
kelompoknya maupun kelompok lain dan dapat mengembangkan kemampuan
metakognisi dalam belajar.
b. Bagi pendidik
1) Dapat memberikan alternatif model pembelajaran yang baru untuk
meningkatkan kemampuan metakognisi peserta didik dalam pembelajaran
biologi.
c. Bagi sekolah dan lembaga sekolah
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
d. Bagi penulis
1) Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara
meningkatkan kemampuan metakognisi dan hasil peserta didik melalui model
pembelajaran inquiri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Model pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Seels dan Richey (dalam wuwung, 2020) model pembelajaran
merupakan runtutan kegiatan yang dirancang dalam sebuah pembelajaran.
Sementara itu menurut Dick and Carey (dalam wuwung, 2020) model
pembelajaran juga mencakup aspek-aspek dalam mengurutkan dan
mengorganisasikan materi pelajaran serta mengambil keputusan tentang
bagaimana cara menyajikan materi pelajaran dan aktivitas pembelajarannya.
Aktivitas pembelajaran meliputi materi, pemberian contoh, pemberian latihan,
serta pemberian umpan balik. Supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan
optimal, aktivitas belajar mengajar tentu harus memperhatikan karate peserta
didik, media dan juga situasi dalam proses pembelajaran. Secara langsung kondisi
ini dapat mengindentifikasi bahwa materi pelajaran, pemilihan media
pembeajaran, serta pengenalan diri peserta didik meruapakan salah satu bagian
dari model pembelajaran.
Istilah model sering digunakan dalam banyak konteks dengan makna yang
tidak selalu sama. Dalam konteks pengajaran, model biasa diartikan sebagai suatu
pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktivitas pengajaran.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan
peserta didik yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasikan secara
8
9
sistematis agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efesien. Dalam pembelajaran, model ikut sebagai perangkat penting, materi
yang baik dan sempurna harus didukung oleh model yang baik. Model yang harus
digunakan sebaiknya bervariasi sebagai langkah menghilangkan kejenuhan
dengan cara menumbuhkan suasana belajar yang menggairahkan, menyenangkan
dan menggembirakan melalui upaya pengembangan variasi dalam pembelajaran.
Selain itu model juga harus disesuaikan dengan materi dan kebutuhan peserta
didik (Akramunnisa, 2018).
b. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inquiri merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
peserta didik yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dihadapi,
diprsoalkan untuk memperoleh jawaban dari suatu masalah yang sesuai dengan
jawaban yang benar dan tepat (Salamah & Choimaidi, 2018).
Model pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik. Kegiatan pembelajaran
inkuiri me-libatkan secara maksimal seluruh kemampu-an peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Model
pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dibandingkan dengan model
pembelajaran langsung (Haryani & Maulida, 2016).
c. Ciri-ciri model pembelajaran inquiri
Menurut salamah & Chomaidi (2018) ciri-ciri model pembelajaran inquiri,
ialah:
10
1. Belajar model, artinya menempatkan peserta didik sebagai objek belajar.
2. Aktivitas kegiatan peserta didik diarahkan untuk mencari, menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri.
3. Penggunaan model pembelajaran inquiri bertujuan mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik secara sistematis, logis dan kritis,
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dan proses mental.
Berikut ini ciri-ciri model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2012)
adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran menenkankan kepada aktifitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,
tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu
sendiri.
2. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diserahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, model pembelajaran menempatkan guru bukan sebagai sumber
belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktifitas
pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan
siswa. Oleh karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya
merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri.
11
3. Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian,
model pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal; namun sebaliknya,
siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa
menguasai materi pelajaran.
Lebih lanjut, Sanjaya menjelaskan model pembelajaran inkuiri akan efektif
apabila:
1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model
pembelajaran inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan
utama pembelajaran, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
2. Jika bahan pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap
sesuatu.
3. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki
kemauan dan kemampuan berfikir. Model inkuiri akan kurang berhasil
diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemamapuan untuk berfikir.
4. Jika jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa
dikendalikan oleh guru. 5. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk
menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
12
d. Prinsip-prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
Sanjaya (2012) berpendapat bahwa terhadap beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru dalam penggunaan model pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual Tujuan utama dari model inkuiri
adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian, model
pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi
pada proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan
ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan
tetapi seajuh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.
Makna dari βsesuatuβ yang harus ditemukan oleh siswa melalui prose berfikir
adalah sesuatu yang dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh
sebab itu setiap gagasan yang dikembangkan adalah gagasan yang dapat
ditemukan.
2. Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,
baik interaksi antra siswa meupun interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa
mengembangkan kemampau berfikirnya melalui interaksi mereka.
Kemampuan guru untuk mengatur interaksi pekerjaan mudah. Sering guru
terjebak oleh kondisi yang tidak tepat oleh kondisi interaksi itu sendiri.
Misalnya interaksi hanya berlangsung pada siswa yang hanya berlangsung
antar siswa yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaupun pada
kenyataan pemahaman siswa tentang substansi permasalahan yang diberikan
13
sangat kurang; atau guru justru menanggalkan peran sebagai pengatur
interaksi itu sendiri.
3. Prinsip Bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI
adalah guru sebgai penanya. Sebab, kemampuan siswa unuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri
sangat diperlukan. Berbagai jeis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh
setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian
siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembagnkan kemampuan,
atau bertanya untuk menguji.
4. Prinsip Belajar untuk Berfikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta,
akan tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik
otak reptil, otak imbik, maupun otak neokortek. Pembelajaran berfikir adalah
pemanfaatan dan pengunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya
cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk
berfikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi βkering dan
hampaβ. Oleh karena itu, belajar berfikir logis dan rasional perlu didukung
oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang
dapat memerangi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang
menyenangkan dan menggairahkan.
5. Prinsip Keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai
kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
14
kemampuan logika nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis
yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah mengembangkan
hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.
e. Peran Guru dalam Model Pembelajaran Inkuri
Menurut Zalfendi dkk (2011) dalam model pembelajaran inkuiri guru
berperan sebagai berikut:
1. Menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir
2. Memberikan fleksibelitas atau kebebasan unutk berinisiatif dan bertindak
3. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya
4. Mengidentifikasi dan menggunakan βteach able momentβ sebaik-baiknya.
Lebih lanjut Zalfendi menyatakan, hal-hal yang perlu distimulir dalam
proses belajar melalui βinquiryβ adalah sebagai berikut:
1. Otonomi siswa
2. Kebebasan dan dukungan pada siswa
3. Sikap keterbukaan
4. Percaya kepada diri sendiri dan kesadaran akan dihargai
5. Self-concept
f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuri
Adapun keunggulan dan kelemahan model pembelajaran menurut Sanjaya
(2012) adalah sebagai berikut:
15
a. Keunggulan SPI
1. SPI merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih bermakna.
2. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
3. SPI merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang
memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang
lemah dalam belajar.
b. Kelemahan SPI
1. Jika SPI digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Model ini sulit merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplemetasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
16
g. Langkah-langkah Model Pembelajaran inkuiri
Langkah-langkah atau sintaks model pembelajaran inkuiri Sanjaya (2012)
adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
a) Pada tahap ini guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang akan
dicapai.
b) Menerapkan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa guna
meraih tujuan.
c) Menjelaskan bagaimana pentingnya akan topik dan kegiatan belajar.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah adalah Langkah membawa siswa kepada suatu
percobaan yang mengandung teka-teki.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
17
2. Kemampuan Metakognisi
a. Pengertian Metakognisi
Menurut Haryani & Maulida (2016) metakognisi memiliki peran penting
dalam keberhasilan belajar, oleh karena itu penting mempelajari aktivitas dan
pengembangannya untuk menentukan bagaimana peserta didik dapat diajar
menerapkan sumber-sumber pengetahuan mereka dengan lebih baik melalui
kontrol meta-kognitifnya.
Meichenbaun, Burland, Gruson, dan Cameroon (Saputri, 2018)
mengemukakan bahwa metakognisi sebagai βkesadaran orang akan mesin
pengetahuan sendiri dan bagaimana mesin itu bekerjaβ. Metakognisi secara
harfiah adalah pengetahuan tentang pengetahuan atau pengetahuan tentang
mengetahui belajar. Sedangkan Borich menyebutkan bahwa metakognisi adalah
merupakan model pengarahan diri sendiri. Flavell menyebutkan bahwa konsep
metakognisi dan kognisi sukar untuk diterjemahkan, terutama perbedaan antara
metakognisi dan kognisi. Namun secara umum perbedaan itu adalah kognisi
memproseskan pengetahuan, sedangkan metakognisi menciptakan pemahaman
seseorang terhadap pengetahuan.
Menurut Yamin (2013) menjelaskan bahwa pengetahuan metakognisi
adalah pengetahuan tingkat tinggi yang digunakan untuk memonitor dan mengatur
proses proses pengetahuan seperti penalaran, pemahaman mengatasi masalah,
belajar dan sebagainya.
b. Komponen Metakognisi
Metakognisi meliputi dua komponen, yaitu:
1) Pengetahuan Metakognisi (Metacognitive Knowledge)
18
Pengetahuan metakognisi meliputi usaha monitoring dan refleksi atas piker
an-pikiran saat ini. Refleksi ini membutuhkan pengetahuan faktual (factual
knowledge) tentang tugas, tujuan-tujuan atau diri sendiri dan pengetahuan model
(modelc knowledge) tentang bagaimana dan kapan menggunakan prosedur-
prosedur tertentu untuk memecahkan masalah (Desmita, 2017).
Mulyadi (2016) Metakognisi meliputi tiga macam pengetahuan, yaitu:
a) Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan biasanya
secara verbal, melalui ceramah, buku, tulisan, pertukaran kata-kata, braille,
bahasa sandi, notasi matematika dan sebagainya.
b) Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai cara melakukan
sesuat, seperti membagi pecahan atau membersihkan karburator. Pengetahuan
prosedural harus didemonstrasikan.
c) Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan mengenai mengapa dan kapan
melakukan pengetahuan deklaratif ataupun prosedural
2) Pengalaman/Regulasi Metakognisi (Metacognitive Experience or Regulation)
Regulasi atau pengalaman metakognisi mencakup usaha-usaha peserta
didik memonitor, mengontrol atau menyesuaikan proses kognitifnya dan
merespons tuntutan tugas atau perubahan kondisi. Aktivitas kognisi secara tipikal
juga dipandang sebagai upaya untuk meregulasi atau menata kognisi yang
mencakup perencanaan (planning) tentang bagaimana menyelesaikan tugas,
menyeleksi model kognitif yang akan digunakan, memonitor keefektifan model
yang telah dipilih dan memodifikasi atau mengubah model yang digunakan ketika
menemui masalah (Desmita, 2017).
19
Mulyadi (2016) Menagatakan terdapat tiga macam keterampilan yang
esensial dalam metakognisi, yaitu:
a) Perencanaan: menentukan berapa banyak waktu yang disediakan untuk
menyelesaikan tugas, model mana yang digunakan, bagaiman memulai suatu
tugas, sumber daya apa yang harus dilibatkan, instruksi mana yang harus
diikut, apa yang digunakan untuk menyelesaikan dan hal apa yang harus
diberikan secara penuh (intens) dan lain sebagainya.
b) Monitor: kesadaran βon-lineβ tentang βmengapa saya melakukan?β
Monitoring memerlukan pertanyaan βapakah ini masuk akal?β, apakah saya
mencoba melakukan terlalu cepat?β, apakah saya telah cukup belajar?β.
Pemantauan melibatkan memeriksa kemajuan seseorang dan memilih model
perbaikan yang tepat ketika model yang dipilih tidak bekerja.
c) Evaluasi: meliputi membuat penilaian (judgements) tentang proses dan hasil
berpikir dan belajar. βApakah saya akan mengubah model?β, apakah saya
memerlukan bantuan?β apakah tugas-tugas akademik (makalah, gambar,
model, syair atau puisi, perencanaan dan lain sebagainya) sudah selesai
dikerjakan?β.
c. Peran Metakognisi dalam Proses Belajar
Model metakognisi berkaitan dengan cara untuk meningkatkan kesadaran
tentang proses berpikir dan pembelajaran yang berlangsung. Apabila kesadaran itu
ada, seseorang dapat mengontrol pikirannya. Siswa dapat menggunakan model
metakognisi dalam pembelajaran meliputi tiga tahap, yaitu: merancang apa yang
hendak dipelajari, memantau perkembangan diri dalam belajar dan menilai
apa yang dipelajari. Model metakognisi dapat digunakan untuk setiap
20
pembelajaran bidang studi apapun. Hal ini penting untuk mengarahkan peserta
didik agar bisa secara sadar mengontrol proses berpikir dan pembelajaran yang
dilakukan peserta didik. Dengan menggunakan model metakognisi, peserta didik
akan mampu mengontrol kelemahan diri dalam belajar dan kemudian
memperbaiki kelemahan tersebut. Siswa dapat menentukan cara belajar yang tepat
sesuai dengan kemampuannya sendiri. Siswa dapat menyelesaikan masalah-
masalah dalam belajar baik yang berkaitan dengan soal-soal yang diberikan oleh
guru atau masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran
dan peserta didik dapat memahami sejauh mana keberhasilan yang telah ia capai
dalam belajar. (Saputri, 2018).
Mulyadi (2016) Metakognisi memainkan peranan yang penting bagi
individu, khususnya peserta didik, guna mendapatkan pemahaman yang maksimal
dalam belajar dan mendapatkan hasil belajar yang juga maksimal. Secara teori
telah disebutkan bahwa metakognisi membantu individu dalam mengawasi
apakah dirinya berproses dijalur yang benar atau tidak. Hal ini sangat membantu
peserta didik mendapatkan umpan balik secara pribadi mengenai progres
belajarnya.
Jadi, kemampuan metakognisi ini sangat penting dalam proses belajar
mengajar karena seseorang akan sadar tentang kemampuan kognitifnya, dan
bagaimana cara mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting dalam
menyelesaikan masalah secara ringkas metakognisi dapat di istilahkan sebagai
βthinking about thingkingβ.
21
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudijono (Siswanto, 2016) Hasil belajar merupakan sebuah
tindakan evaluasi yang dapat mengungkap aspek proses berpikir (cognitive
domain) juga dapat mengungkap aspek kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau
sikap (affective domain) dan aspek keterampilan (psychomotor domain) yang
melekat pada diri setiap individu peserta didik.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan
pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami
siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang sering
disebut juga prestasi belajar, tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar, karena
belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari
proses pembelajaran tersebut (Pratiwi, 2015).
Hasil belajar menurut Syafaruddin (2019), adalah sebuah kalimat yang
terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar.Hasil adalah capaian dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang
diperoleh dengan jalan keuletan kerja baik secara individu maupun kelompok
dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Rosyid (2019), Hasil belajar juga
merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar,
dengan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang juga merupakan perubahan
perilaku siswa setelah mengalami aktivitas belajar.
Hasil belajar merupakan suatu prestasi yang dicapai seseorang dalam
mengikuti proses pembelajaran yang dapat diukur dari hasil latihan atau ulangan
yang diambil dari materi yang telah disampaikan (Sasmita, 2017). Selain itu, hasil
22
belajar adalah proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai
pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar atau
keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran yang
ditandai dengan bentuk angka, huruf atau simbol yang disepakati oleh pihak
penyelenggara pendidikan. Dengan itu, prestasi digambarkan dari hasil yang
diperoleh oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan pencapaian
yang diraihnya atau siswa telah mendapatkan prestasi apabila telah mengikuti dan
menyelesaikan serangkaian proses belajar-mengajar sesuai pedoman yang ada dan
akan diberikan hasil dari aktivitas serta dievaluasi (Rosyid, 2019).
Dari pengertian diatas peniliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan dari aspek sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang
didapat dari hasil belajar dan siswa memperoleh pengalaman yang mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Penilaian Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2016) mengatakan βPenilaian hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajaryang di capai peserta
didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang di
nilainya adalah hasil belajar peserta didikβ.
Menurut Permendikbud RI No 53 tahun 2015 pasal 1 butir 1 menyatakan
bahwa: Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap,
aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis yang dilakukan untukmemantau proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajarmelalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.
23
Pendapat lain dikemukakan oleh permendikbud RI Nomor 23 tahun 2016
mengenai standar penilaian pendidikan yang terdapat pada pasal 1 ayat 1
menyatakan βStandar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup,
tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil
belajar peserta didikyang digunakan sebagai dasardalam penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasardan pendidikan menengahβ.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat
internal mapun eksternal. Menurut Munadi dalam Rusman. T (2013) faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar antaralain meliputi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Sementara faktor eksternalmeliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental.
Menurut Darmadi (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa mencakup faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri
yang terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor
psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan) dan faktor kelelahan.
2. Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Faktornya terdiri
dari faktor keluarga (cara mendidik, relasi antara anggota keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan); faktor sekolah (metode
mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah); dan faktor
24
masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat).
d. Macam-macam Hasil Belajar
Menurut Susanto (2013), macam-macam hasil belajar sebagai berikut:
1) Pemahaman Konsep, diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari
materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman adalah suatu proses yang
terdiri dari tujuh tahapan kemampuan dengan kriteria pemahaman merupakan
kemampuan untuk menerangkan dan mengintreprestasikan sesuatu, mampu
memberikan gambaran atau tidak sekedar megetahui, mampu emberikan
uraian dan penjelasan yang lebih kreatif dan prosesnya bertahap masing-
masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri. Untuk mengukur hasil
belajar siswa berupa pemahaman konsep, guru melakukan evaluasi produk
seperti tes baik secara lisan maupun tertulis (ulangan).
2) Keterampilan Proses, merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa dengan
mengembangkan sikap kreatif, bertanggung jawab, disiplin, dan kerja sama.
Terdapat enam aspek keterampilan proses yaitu observasi, klasifikasi,
pengukuran, mengomunisasikan, memberikan penjelasan atau interpretasi
terhadap suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen.
3) Sikap, diartikan sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan
cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa
individu maupun objek. Terdapat tiga komponen struktur sikap yaitu
komponen kognitif merupakan respresentasi apa yang dipercayai oleh
25
individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang
menyangkut emosional dan komponen konatif merupakan aspek
kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang.
e. Ciri-Ciri Hasil Belajar
Menurut Rosyid (2019), karakteristik prestasi belajar juga menjadi
bagian dari karakteristik interaksi belajar yang bernilai edukatif dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Prestasi belajar memiliki tujuan
2) Mempunyai prosedur
3) Adanya materi yang telah ditentukan
4) Ditandai dengan aktivitas anak didik
5) Pengoptimalan peran guru
6) Kedisiplinan
7) Memiliki batas waktu
8) Evaluasi
4. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dwi Haryanti dalam penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran
inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V SD Se-
gugus dewi sartika purwodadi pueworejo. Nilai rata-rata pre-test kelompok
peserta didik eksperimen sebelum dilakukan proses pembelajaran adaah
51,71. Setelah dilakukan proses pembelajaran nilai rata-rata post test menjadi
sebesar 80,57 sehingga masuk kedalam kategori baik sekali. Dibandingkan
sebelum proses pembelajaran kelompok peserta didik eksperimen mengalami
peningkatan hasil belajar sebesar 55,81%. Peningkatan ini disebabkan
26
kelompok peserta didik eksperimen selama kegiatan pembelajaran
menerapkan model pembelajaran inkuiri.
2. Elys Hadizah dalam peneitian yang berjudul meningkatkan kemampuan
metakognisi dan hasil belajar biologi siswa SMA PGRI 1 Punggur melalui
penerapan metode inkuiri terbimbing, berdasarkan hasil pembehasan dapat
disimpulkan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan
metakognisi dan hasil belajar peserta didik.
3. Fitri Agustina Lubis dalam peneitian yang berjudul pengaruh penerapan
model pembelajaran inkuiri divariasikan dengan media Mind Mapping
terhadap minat belajar siswa, pada kelas eksperimen dengan model
pembelajaran inkuiri divariasikan dengan mind mapping diperoleh nilai rata-
rata sebesar 82,4. Sedangkan kelas control dengan model pembelajaran
inkuiri diperoleh nilai rata-rata 70,92. Setelah dilakukan uji kesamaan dua rat-
rata melalui uji t, maka dapat disimpukan bahwa minat belajar siswa melalui
penerapan model pembelajaran inkuiri di variasikan dengan mind mapping
lebih baik dari pada model pembelajaran inkuiri saja.
4. Leni Rohmawati dalam penelitian yang berjudul pengaruh model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada tema makanan dan kesehatan terhadap
hasi belajar dan sikap ilmiah siswa, Penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing pada tema makanan dan kesehatan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa sebesar 0,48 dengan kriteria sedang.
5. Hendriani dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh model pembelajran
inkuiri berbantuan media animasi terhadap hasil belajar peserta didik materi
sistem peredaran darah keas VIII semester 1 MTs miftahul jannah palangka
27
raya tahun ajaran 2015/1016, terjadi peningkatan hasil belajar pada kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan media
animasi, sedangkan pada kelas kontrol peneliti mendapatkan hasil belajar
yang mengalami peningkatan akan tetapi data yang diperoleh tidak terlalu
banyak yang signifikan dari pada kelas eksperimen.
6. Ratnaningsih dengan judul penelitian pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap kemampuan berpikir, keterampilan metakognisi dan pemahaman
konsep siswa keas VII di SMPN 2 blitar pada kemampuan akademik berbeda,
hasil penelitian yang diperoleh model pembelajaran inkuiri mampu
meningkatkan keterampian metakognisi siswa berkemampuan akademik
rendah sehingga bisa menyamai keterampilan metakognisi pada siswa
berkemampuan akademik tinggi.
7. Maulida Fitriana dalam penelitian yang berjudul penggunaan model
pembelajaran inkuiri untuk meninkatkan metakognisi soswa SMA,
penggunaan model pembeajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan
metakognisi dan hasil belajar siswa dengan hasil analisi N-gain pada kelas
eksperimen menunjukkan peningkatan metakognisis sebesar 0,68 antara
sebelum dan sesudah penggunaan model inkuiri.
8. Saniah dalam penelitian yang berjudul pengaruh model pembeajaran inkuiri
terbimbing terhadap aktivitas, motivasi dan hasil belajar IPA Biologi siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Watanpone Kab. Bone, dalam penelitian ini terbukti
bahwa hasil belajar siswa model pembelajaran inkuiri sebelum penerapan
model pembeajaran rata-rata hasil belajar siswa 40,44 tergolong kategori
28
rendah, setelah penerapan model pembelajaran hasil rata-rata belajar 80,80
dalam kategori tinggi dengan skor ideal 100.
B. Kerangka Pikir
Biologi merupakan mata pelajaran yang mengandung 3 dimensi, yaitu
proses, produk dan pengembangan sikap ilmiah. Pembelajaran biologi sangat
menekankan ketiga dimensi tersebut. Dalam pembelajaran biologi guru dituntut
untuk kreatif dan memaksimalkan kemampuannya dalam mengajar dan guru juga
harus pandai memilih metode, model, dan model pembelajaran yang akan
digunakan agar tujuan pembeajaran tercapai. Pemilihan metode, media, model
sangat erat kaitannya dengan materi yang akan diajar supaya dalam pembelajaran
peserta didik dapat mencari sendiri dan teribat langsung dalam proses
mendapatkan pengetahuan.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk melengkapi peserta
didik dalam kegiatan penemuan dan memecahkan masalah sendiri ialah model
pembelajaran inquiri. Pembelajaran inquiri melibatkan seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari, meyelidiki dan menyeesaikan secara sistematis, ogis,
analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya setelah
melalui kegiatan orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Kegiatan
peserta didik yang terlibat secara langsung dalam menemukan pengetahuan
sendiri dan memecahkan masalah secara sendiri atau berkelompok merupakan
faktor penting dalam meningkatkan kemampuan metakognisi peserta didik dan
akan menunjang meningkatnya hasil belajar.
29
Gambar. 2.1 Kerangka Pikir
Kemampuan Metakognisi dan Hasil Belajar
Rendah
Kemampuan Metakognisi Hasil Belajar Meningkat
Meningkat
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
30
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1= Ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
metakognisi peserta didik pada materi dampak perubahan lingkungan bagi
kehidupan kelas X di MAN Kepulauan selayar.
H2= Ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar peserta
didik pada materi dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan kelas X
di MAN Kepulauan selayar.
Hipotesis Statistik yang diajukan dalam skripsi ini sebagai berikut:
1. Merumuskan hipotesis, uji hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
H0 = 0, Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap
kemampuan metakognisi peserta didik.
H0 = 0, Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil
belajar peserta didik.
H1 β 0, Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
metakognisi peserta didik
H2 β 0, Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
peserta didik.
2. Menentukan taraf nyata (signifikansi) yang digunakan yaitu Ξ± = 0,05.
Jika Sig < Ξ±, maka H0 ditolak dan H1, H2 diterima.
Jika Sig > Ξ±, maka H0 diterima dan H1, H2 ditolak.
BAB III
METODE PENEITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasy
eksperimen (eksperimen semu). Quasy eksperimen yaitu penelitian yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan yang dilakukan
terhadap suatu kondisi tertentu.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk desain ialah Post-test Only Control
Group Desain. Dalam desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
tidak dipilih secara random. Dalam desain ini baik kelompok eksperimen maupun
kontrol dibandingkan. Kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan sedangkan
kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan.
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Pascates (Posttest)
Eksperimen X O
Kontrol - O
Sumber: Sugiyono, (2011)
Keterangan:
O1 = Nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)
O2 = Nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
X = Perlakuan model pembelajaran inkuiri
3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
31
32
a. Variabel bebas (independent) adalah model pembelajaran inquiri (X).
b. Variabel terikat (dependent) adalah kemampuan metakognisi dan hasil belajar
peserta didik (Y).
4. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MAN Kepulauan Selayar yang berlokasi di
jalan Aroeppala. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April tepat
semester genap tahun ajaran 2020/2021.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas X MIA
MAN Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2020-2021 yang berjumlah 50 peserta
didik dari 2 kelas.
Tabel 3.1. Populasi Penelitian
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa
X MIA 1 7 16 23
X MIA 2 9 18 27
Jumlah 16 34 50
Sumber data: Tata Usaha MAN Kepulauan Selayar
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi dijadikan
sampel yaitu seluruh siswa kelas X MIA MAN Kepulauan Selayar yang
berjumlah 50 orang. Dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability
yaitu sampling jenuh. Menurut sugiyono (2017) sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua populasi digunakan sebagai sampel, hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil.
33
C. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dibagi atas tiga tahap prosedur yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Permintaan izin kepada pihak sekolah MAN Kepulauan Selayar
b. Melakukan observasi disekolah yang dijadikan lokasi penelitian, yaitu di
MAN Kepulauan Selayar
c. Menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP (Rencana Pelasanaan
Pembelajaran), materi ajar serta instrumen-instrumen yang akan diguakan
selama proses pengambilan data.
d. Membuat persiapan mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
inquiri
2. Tahap Pelaksanaan
a. Persiapan sebelum proses pembelajaran, meliputi:
1. Peserta didik memberi salam dan berdoa
2. Guru mengecek kehadiran, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
3. Mengarahkan peserta didik untuk membentuk sebuah kelompok.
b. Pelaksanakan proses pembelajaran, meliputi:
1. Merumuskan masalah, peserta didik diberikan gambar yang telah disajikan
dan mengindentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan.
2. Merumuskan hipotesis, peserta didik memberikan jawaban sementara
terhadap pertanyaan yang telah dibuat
3. Mengumpulkan data, Bersama teman kelompoknya peserta didik
mengumpulkan berbagai macam infoermasi dari beberapa sumber.
34
4. Menguji hipotesis, peserta didik menjawab rumusan masalah dan menemukan
jawaban yang tepat dan benar terhadap hipotesis nya telah diajukan diawal.
5. Menarik kesimpulan, peserta didik mempresentasikan hasil diskusi mereka.
3. Tahap Evaluasi
Memberikan angket, mengeloa data pretest dan posttest dan pedoman
observasi diakhir penelitian pada semua kelas yang menjadi sampel
penelitian.
D. Defenisi Operasional Variabel
1. Model Pembelajaran Inkuiri meruapakan model yang dilakukan ketika proses
pembelajaran berlangsung, penggunaan model ini peserta didik diarahkan
untuk menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan atau
suatu masalah yang kemudian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
bepikir kritis secara logis dan sistematis dan mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental.
2. Kemampuan metakognisi dalam proses pembelajaran dapat diketahui melalui
diberikannya sebuah pertanyaan dalam bentuk masalah yang kemudian
peserta didik harus menyelesaikan masalah tersebut dan setelah
menyelesaikan masalah tersebut diberikanlah pertanyaan dalam bentuk
angket (kusioner) yang dimana angket merupakan alat ukur untuk mengetahui
kemampuan metakognisi peserta didik. Angket ini diberikan ketika kelas
telah diberi perlakuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan metakognisi
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Hasil belajar diukur dengan memberikan pretest sebelum proses
pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Posttest
35
diberikan setelah pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar peserta didik
selama proses pembelajaran. Jenis tes adalah soal pilihan ganda sebanyak 20
butir dan soal esai sebanyak 5 butir.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan daam penelitian ini yaitu angket (Kuesioner)
dan lembar tes hasil belajar.
1. Angket (Kuesioner)
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup
yaitu dengan menggunakan pertanyaan- pertanyaan tertutup. Pertanyaan
tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat dan juga
memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket
yang telah terkumpul. Pertanyaan/pernyataan dalam angket perlu dibuat
kalimat positif dan negatif agar responden dalam memberikan jawaban setiap
pertanyaan lebih serius dan tidak mekanistis. Jawaban tersebur dimodifikasi
dalam 4 (empat) pilihan yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak
setuju. Dan pilihan tersebut memiliki nilai dari 4,3,2,dan1.
Tabel 3.2. Sistem Penskoran Instrumen Penilaian
Pernyataan Positif Negatif
Sangat setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Kurang setuju (KS) 2 3
Tidak setuju (TS) 1 4
36
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Metakognisi
No
Komponen
Kemampuan
Metakognisi
Indikator
Soal Nomor
Soal
1
Pengetahuan
Deklaratif
Peserta Didik dapat
mengenali diri
sendiri melalui cara
belajarnya
Saya mengikuti pelajaran dengan penuh kesungguhan 1
Saya mengerjakan setiap tugas yang diberikan dengan
sungguh-sungguh
2
2
Pengetahuan
Prosedural
Peserta didik dapat
mengukur
kemampuan
metakognisi
Saya sudah belajar dan telah memiliki pengetahuan awal
tentang materi yang berkaitan dengan wacana
3
Saya harus belajar dan paham tentang isi wacana
sebelum melakukan kegiatan pemecahan masalah
4
7
Saya membaca wacana lebih dari satu kali
3
Pengetahuan Kondisional
Peserta didik dapat
memotivasi dirinya
sendiri melalui
kemampuannya
Saya mengetahui tujuan sata menyelesaikan masalah
yang terdapat dalam wacana
5
Saya memikirkan Langkah dan strategi untuk
menyelesaikan masalah dalam wacana sehingga saya
dapat menyelesaikannya
6
4
Pengalaman
Peserta didik dapat
merencanakan
aktivitas belajarnya
Saya dapat mengemukakan solusi sementara untuk masalah yang terdapat pada wacana
8
Saya dapat menemukan solusi dan jawaban terbaik dengan menggunakan berbagai sumber
9
Saya dapat menyelesaikan masalah dengan baik 10
Sumber: Rumana, (2017)
2. Lembar Tes Hasil Belajar
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar tes hasil
belajar. Tes yang digunakan adalah tes berbentuk pilihan ganda (multiple choice
test) terdiri atas 20 butir soal pilihan ganda dan soal esai sebanyak 5 butir. Jumlah
total soal tes yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebanyak 25 soal. Dengan
menggunakan kedua tes ini diharapkan bisa menjadi taraf ukur pengetahuan baik
sebelum dan setelah mendapatkan materi. Soal-soal tes yang diberikan merupakan
soal tes yang dapat mengukur ketercapaian pemahaman siswa berdasarkan
37
Taksonomi Bloom revisi, pada dimensi proses kognitif C1 (mengingat), C2
(memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis) dan C5 (Mengevaluasi).
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket (kusioner)
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden. Pada penelitian ini responden diminta untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah disiapkan.
2. Tes
Tes merupakan beberapa pertanyaan atau latihan soal yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh siswa. Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar
peserta didik saat diterapkan model pembelajaran Inquiri.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen tercetak
tentang fakta-fakta yang akan dijadikan sebagai bukti fisik penelitian dan hasil
penelitian.
4. Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat semua aktivitas guru dan peserta didik
saat melaksanakan proses pembelajaran. Penelitian mengamati aktivitas-aktivitas
subjek yang menggambarkan model pembelajaran inkuiri.
38
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Teknik ini mendeskripsikan data yang
sudah ada dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram, grafik, atau disajikan dalam
bentuk lainnya beserta uraian-uraian singkat.
Untuk mengetahui penilaian kemampuan metakognisi dapat dilihat pada
table di bawah ini:
Tabel 3.4. Pedoman Penilaian Kemampuan Metakognisi
Sumber: Riduwan, (2011)
P = Ζ©πΉ
X 100% Ζ©N
Keterangan:
P = Persentase F = Skor Jawaban Responden
N = Skor Total
Adapun untuk mengetahui sejauh mana ketuntasan hasil belajar siswa
maka disajikan dalam bentuk pengkategorian hasil belajar sesuai yang ditetapkan
oleh Kemendikbud (2017) yang dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini.
Presentasi (%) Keterangan
81-100 Sangat Tinggi
61-80 Tinggi
41-60 Sedang
21-40 Rendah
<20 Sangat Rendah
39
Tabel 3.5. Pengkategorian Hasil Belajar
Interval Nilai Huruf Keterangan
93 β 100 A Sangat Baik
84 β 92 B Baik
75 β 83 C Cukup
< 75 D Kurang
Sumber :Kemendikbud (2017)
Penentuan kriteria ketuntasan hasil belajar siswa sesuai data dari MAN
MAN Kepulauan Selayar dapat dilihat pada tabel 3.5 dibawah ini.
Tabel 3.6. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar
Interval Nilai Keterangan
>75 β 100 Tuntas
< 75 Tidak Tuntas
Sumber : Data dari MAN Kepulauan Selayar
2. Uji N-Gain
Kategori perolehan N-Gain score dapat ditentukan melalui nilai N-gain
ataupun dari nilai N-gain dalam bentuk persen (%). Pembagian kategori perolehan
nilai N-gain dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.7. Penkategorian Skor N-Gain
Nilai N-Gain Kategori
g > 0.7 Tinggi
0.3 < g < 0.7 Sedang
g < 0.3 Rendah
Sumber: Melzer dalam Syahfitri, 2008:33
40
3. Analisis Inferensial
Uji analisis statistik infrensial meliputi pengujian persyaratan yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas, serta uji hipotesis dengan bantuan program SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) versi 25.0 dengan taraf signifikansi (Ξ±)
=0,05. Uji Normalitas
a) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data kita berdistribusi
normal atau tidak. Data dapat dikatakan berdistribusi normal, jika angka
signifikan (Sig) > 0,05. Uji normalitas yang digunakan adalah dengan uji
Kolmogorov-Smirnov menggunakan softwere SPSS 25.
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji
Homogeneity of varience test. Kriterianya adalah signifikan untuk uji dua sisi
jika hasil perhitungan lebih besar dari >0,05 berarti variansi pada setiap
kelompok sama (homogen).
c) Uji Hipotesis
Setelah data telah melalui uji normalitas dan uji homogenitas, maka
selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan cara
perhitungan sehingga pada setiap rumus masalah dapat ditemukan
jawabannya secara kuantitatif untuk mengetahui hipotesis diterima atau
ditolak atau mengetahui apakah terdapat perbedaan sebelum dan setelah
diberi perlakuan.
41
1) Menentukan Hipotesis
H1 : Ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
metakognisi peserta didik pada materi dampak perubahan lingkungan bagi
kehidupan kelas X di MAN Kepulauan selayar.
H2: Ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar peserta
didik pada materi dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan kelas X
di MAN Kepulauan selayar.
2) Taraf signifikan
Taraf signifikan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
taraf kepercayaan 95% atau Ξ± = 0,05.
3) Dasar Pengambilan Keputusan
a. Jika sig<Ξ±, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Jika sig>Ξ±, maka H0 diterima H1 ditolak.
4) Pengambilan Keputusan Perhitungan Uji Hipotesis.
a. Uji hipotesis pertama (Kemampuan Metakognisi) pada penelitian ini
menggunakan uji analisis Independent Samples T-test menggunakan softwere
SPSS 25.
b. Uji hipotesis kedua (Hasil Belajar) pada penelitian ini menggunakan uji
analisis Independent Samples T-test menggunakan softwere SPSS 25.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan metakognisi dan hasil belajar peserta
didik materi dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan kelas X di MAN
Kepulauan Selayar, untuk mengambil data tiap-tiap variabel peneliti
menggunakan tes hasil belajar, angket (kusioner), dokumentasi dan observasi.
Variabel X adalah model pembelajaran inkuiri dan variabel Y adalah data yang
berkaitan dengan hasil belajar dan kemampuan metakognisi peserta didik. Peneliti
menggunakan tes hasil belajar sebanyak 25 nomor (soal) yang terdiri dari 20
pilihan ganda dan 5 essay, dan angket (kusioner) sebanyak 20 pernyataan kepada
peserta didik kelas X MIA 1 dan X MIA 2 di MAN Kepulauan Selayar.
1. Kemampuan Metakognisi
Kemampuan metakognisi diperoleh data-datany melalui angket yang diisi
oleh peserta didik. Metakognisi adalah kemampuan yang dimana individu secara
mandiri dalam memahami cara ia berpikir dengan melibatkan komponen-
komponen pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, pengetahuan
kondisional, perencanaan (functional planning), pengontrolan, (self monitoring),
dan evaluation (self-evaluation).
a. Analisis Deskriptif
Berdasarkan kemampuan metakognisi peserta didik kelas eksperimen dan
kelas kontrol disajikan dalam bentuk tabel berikut:
42
43
Tabel 4.1. Hasil Analisis Deskriptif Kemampuan Metakognisi
Statistik Eksperimen Kontrol
Ukuran Sampel 23 27
Nilai Tertinggi 35 31
Nilai Terendah 27 29
Rata-rata (mean) 30.57 30.22
Standar Deviasi 2.085 0.506
Sumber: Lampiran Halaman 139
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi pada kelas
eksperimen adalah 35, sedangkan nilai terendahnya adalah 27. Pada kelas kontrol
dapat dilihat pada tabel bahwa nilai tertinggi adalah 31, sedangkan nilai
terendahnya adalah 29. Dan nilai rata-rata pada kelas eksperimen dan kontrol
adalah 30.57 dan 0.506.
Tabel 4.2. Hasil Kategori Kemampuan Metakognisi
Interval Kategori Kontrol Eksperimen
F % F %
81-100 Sangat Tinggi 0 0 0 0
61-80 Tinggi 0 0 10 43
41-60 Sedang 0 0 13 57
21-40 Rendah 27 100 0 0
<20 Sangat Rendah 0 0 0 0
Jumlah 27 100 23 100
Sumber: Lampiran Halaman 97
Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol yang
memiliki jumlah sampel 27 peserta didik berada dalam kategori rendah dengan
persentase sebesar 100%, tidak ada peserta didik pada kategori sangat tinggi,
tinggi, sedang dan sangat rendah. Sedangkan pada kelas eksperimen dengan
jumlah sampel sebanyak 23 peserta didik, 10 orang berada pada kategori tinggi
dengan persentase 43%. 13 orang peserta didik berada pada kategori sedang
dengan persentase 57%. Tidak ada peserta didik yang menempati kategori sangat
tinggi, rendah dan sangat rendah pada kelas eksperimen.
44
b. Analisis Statistik Inferensial
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-
smirnov. Jika hasil uji normalitas lebih besar dari taraf signifikan Ξ±=0,05
maka menunjukkan data tersebut berdsitribusi normal, sebaliknya data
normalitas lebih kecil dari taraf signifikannya Ξ±=0,05 maka data tidak
berdistribusi normal.
Tabel 4.3. Uji Normalitas Kemampuan Metakognisi
Kemampuan Metakognisi
Eksperimen Kontrol
Sig 0,200 0,200
Sumber: Lampiran Halaman 143
Pada tabel uji normalitas dilihat bahwa data berdistribusi normal baik pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Karena signifikansinya lebih besar dari
0.05 atau 0,200>0,05.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
memiliki varian yang sama atau tidak. Jika data homogenitasnya lebih besar
dari taraf signifikansinya > Ξ±=0,05 maka data tersebut memiliki data yang
homogen atau memiliki varian yang sama. Sebaliknya jika data
homogenitasnya lebih kecil dari taraf signifikansinya< Ξ±=0,05 maka data
tersebut tidak homogen atau tidak memiliki varian yang sama.
Tabel 4.4. Uji Homogenitas Kemampuan Metakognisi
Kemampuan Metakognisi Kontrol Eksperimen
Sig 0,050 0,050
Sumber: Lampiran Halaman 144
45
Dilihat pada tabel 4.4 bahwa nilai signifikansinya adalah 0,050 baik itu
kelas kontrol dan eksperimen yang dimana nilai tersebut lebih besar dari > 0,05
maka data tersebut memiliki varian yang sama atau homogen.
3. Uji Hipotesis Independen t-test Kemampuan Metakognisi
Berdasarkan hasil pengujian dengan bantuan program SPSS maka dapat
ditunjukkan ada tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap
kemampuan metakognisi peserta didik. Hipotesis pengujian yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
Ho: Tidak ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
metakognisi peserta didik pada materi dampak perubahan lingkungan bagi
kehidupan kelas X di MAN Kepulauan selayar
H1: Ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan metakognisi
peserta didik pada materi dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan kelas X
di MAN Kepulauan selayar.
Tabel 4.5. Uji Hipotesis Kemampuan Metakognisi
Kemampuan Metakognisi Sig
Independent t-test 0,000
Sumber: Lampiran Halaman 146
Hasil uji independent t-test pada tabel di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut. Dasar pengambilan keputusan terhadap hipotesis yang diajukan adalah
jika sig < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat dilihat dari tabel, nilai sig
sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0.05 maka dapat dinyatakan H0
ditolak. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa βada pengaruh model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan metakognisi peserta didik pada materi
46
dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan kelas X di MAN Kepulauan
Selayarβ. Dengan kata lain hipotesis diterima.
2. Hasil Belajar
c. Analisis Deskriptif
Data hasil belajar peserta didik dengan menggunakan tes hasil belajar
materi dampak perubahan lingkungan bagi kehidupan. Tes ini diberikan sebelum
dan setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri. Pada kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah dan tanya jawab) dalam
proses pembelajaran memiliki jumlah sampel sebanyak 27 peserta didik dan kelas
eksperimen 23 peserta didik.
Tabel 4.6. Hasil Analisis Deskriptif Pretest Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik Kelas Eksperimen Kontrol
Ukuran Sampel 23 27
Skor Ideal 100 100
Skor Tertinggi 80 76
Skor Terendah 60 60
Skor Rata-rata(mean) 71.70 71.41
Standar Deviasi 4.547 4.002
Sumber: Lampiran Halaman 139
Bardasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata pretest untuk kelas kontrol
ialah 71.41 dan kelas eksperimen nilai rata-rata pretest nya ialah 71.70.
47
Tabel 4.7. Hasil Analisis Deskriptif Posttest Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Statistik Kelas Eksperimen Kontrol
Ukuran Sampel 23 27
Skor Ideal 100 100
Skor Tertinggi 92 92
Skor Terendah 80 75
Skor Rata-rata(mean) 84.09 80.33
Standar Deviasi 3.716 4.723
Sumber: Lampiran Halaman 139
Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen yang diajar
menggunakan model pembelajaran inkuiri memiliki nilai rata-rata posttest sebesar
84.09 dan pada kelas kontrol yang tanpa diajar menggunakan model pembelajaran
inkuiri memiliki nilai rata-rata posttest 80.33.
Distribusi dan frekuensi posttest hasil belajar peserta didik pada kelas
eksperimen dan kontrol ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.8. Kategori Hasil Belajar Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Setelah Diberikan Perlakuan (Posttest)
Interval
Kategori
Hasil Belajar
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Frekuensi Presentase
(%) Frekuensi
Presentase (%)
93-100 Sangat Baik 0 0 0 0
84-92 Baik 5 19 15 65
75-83 Cukup 22 81 8 35
<75 Kurang 0 0 0 0
Jumlah 27 100 23 100
Sumber: Lampiran Halaman 140
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 27 peserta didik yang ada pada
kelas kontrol, tidak terdapat peserta didik yang termasuk dalam kategori sangat
baik dan kurang, sedangkan pada kategori baik sebanyak 5 peserta didik dengan
persentase 19%. Pada kategori cukup sebanyak 22 peserta didik dengan persentase
48
81%. Selain itu, pada kelas eksperimen pada kategori sangat baik dan kurang
tidak terdapat peserta didik. Pada kategori baik terdapat 15 peserta didik dengan
persentase 65% dan pada kategori cukup terdapat 8 peserta didik dengan
persentase 35%.
Hasil belajar peserta didik pada materi dampak perubahan lingkungan
terhadap kehidupan setelah diberikan perlakuan pada kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional (metode ceramah) dan pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri, berdasarkan kriteria ketuntasan hasil
belajar dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9. Deskripsi Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar (posttest) Pada Kelas
Kontrol Dan Kelas Eksperimen
Skor
Kategori
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Frekuensi Presentase
(%) Frekuensi
Presentase
(%)
> 75-100 Tuntas 27 100 23 100
<75 Tidak Tuntas 0 0 0 0
Jumlah 27 100 23 100
Sumber: Lampiran Halaman 140
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kentuntasan hasil belajar peserta
didik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol secara keseluruhan mencapai
nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
d. Analisis Statistik Inferensial
1. Uji Normalitas
Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan pengujian Pra
syarat penelitian, yaitu uji normalitas. Pengujian normalitas data dilakukan pada
data penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar peserta didik.
Uji normalitas berguna untuk mengatasi apakah penelitian yang akan
49
dilaksanakan berdistribusi normal atau tidak. Dalam melakukan uji normalitas,
digunakan pengujian normalitas Kolmogorov Smirnov Z dengan menggunakan
taraf signifikansi 0.05. Jika angka signifikan (Sig.) < 0.05 maka data tidak
berdistribusi normal. Jika angka signifikan (Sig.) > 0.05 maka data berdistribusi
normal.
Tabel 4.10. Uji Normalitas Hasil Belajar
Hasil Belajar
Kontrol Eskperimen
Sig Pretest Posttest Pretest Posttest
0,200 0,200 0,200 0,200
Sumber: Lampiran Halaman 144
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa data tersebut berdistribusi normal
karena data pada tabel di atas lebih besar dari atau 0,200 > 0,05.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari hasil
penelitian pada kelas kontrol dan ekperimen mempunyai nilai varian yang sama
atau tidak. Dikatakan mempunyai nilai varian yang sama (homogen) apabila taraf
signifikannya yaitu > 0.05 dan jika taraf signifikannya yaitu < 0.05 maka data
disimpulkan tidak mempunyai nilai varian yang sama (tidak homogen).
Tabel 4.11. Uji Homogenitas Hasil Belajar
Hasil Belajar Sig
Hasil Belajar 0,733
Sumber: Lampiran Halaman 146
Dari hasil perhitungan uji homogenitas diketahui bahwa nilai signifikasinya
adalah 0,733 karena nilai yang diperoleh dari uji homogenitas taraf signifikasinya
> 0.05 maka data mempunyai nilai varian yang sama (homogen).
50
3. Uji N-Gain
Uji N-gain dihitung berdasarkan selisih nilai pretest dan posttest. Rumus
untuk menentukan N-gain dengan skor ideal 100 ialah sebagai berikut:
N-Gain = ππππ πππ π‘π‘ππ π‘βπ πππ ππππ‘ππ π‘
π πππ πππππβπ πππ ππππ‘ππ π‘
Hasil dari perhitungan uji N-gain dalam bentuk nilai N-gain score terdapat
pada lampiran halaman 141, kemudian disederhanakan dalam bentuk tabel di
bawah:
Tabel 4.12. Hasil Uji N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Rata-rata (N-gain) Kategori
Eksperimen 0,45 Sedang
Kontrol 0,35 Sedang
Sumber: Lampiran Halaman 142
Berdasarkan tabel 4.12 dari uji N-gain pada kelas kontrol rata-rata yang
didapatkan adalah 0,35 berada pada kategori sedang. Sedangkan pada kelas
eksperimen masuk dalam kategori sedang dengan nilai N-gain sebesar 0,45.
Sehingga dapat disimpulkan memiliki perbedaan hasil belajar.
4. Uji Hipotesis
Uji independent sample T-test ini untuk mengambil keputusan apakah hipotesis
penelitian diterima atau ditolak, adapun hipotesis yang diuji adalah:
H2 = varian populasi sama
H0 = varian populasi tidak sama
Dengan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
Apabila nilai probalitasnya (p) > 0.05 maka H0 diterima dan H2 ditolak.
Apabila nilai probalitasnya (p) < 0.05 maka H0 ditolak dan H2 diterima.
51
Tabel 4.15. Hasil Uji Independent sample T-test Hasil Belajar
Kelas Sig
Kontrol 0,003
Eksperimen
Sumber: Lampiran Halaman 145
Berdasarkan hasil uji independent sample T-test nilai posttest analisis
leavenes test dapat diketahui bahwa nilai signifikasinya adalah 0,003 < 0.05 maka
Ha ditolak, artinya varian populasi identik/sama.
Dilihat pada nilai rata-rata (mean) pada kelas eksperimen yaitu sebesar =
84.09 dan rata-rata (mean) pada kelas kontrol yaitu sebesar = 80.33. Signya 0,003
< 0.05 maka Ha ditolak, Sehingga dapat disimpukan bahwa βada pengaruh
penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar peserta didik materi
dampak perubahan lingkungan terhadap kehidupan kelas X MIA MAN Kepulauan
Selayarβ. Dengan kata lain, hipotesis diterima.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan di atas, dapat
dijelaskan terkait dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan pada BAB I
yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran inkuiri
terhadap kemampuan metakognisi peserta didik materi dampak perubahan
lingkungan bagi kehidupan kelas X Di MAN Kepulauan Selayar.
Berdasarkan hasil analisis data maka hipotesis pertama diterima yaitu
adanya pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan metakognisi.
Hal ini bisa terjadi karena model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk
menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada LKPD. LKPD berisi wacana
52
yang dimana sebelum mengerjakan LKPD tersebut peserta didik diharuskan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, sumber ini digunakan untuk
mendukung hipotesis yang dibuat sebelumnya oleh peserta didik. Kegiatan ini
merangsang daya pikir dan daya ingat peserta didik. Sehingga apa yang dilakukan
dapat terkontrol dengan baik. Hal ini sesuai dengan Sanjaya (2012) yang
mengatakan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran
yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui model ini dianggap lebih
bernakna.
Secara keseluruhan peserta didik yang memiliki kemampuan metakognisi
selama proses pemecahan masalah, peserta didik cenderung memanfaatkannya
dalam menyelesaikan masalah yang sedang dikerjakan. Pada saat penyelesaiaan
masalah peserta didik harus memiliki pengetahuan, dimana pengetahuan tersebut
secara sadar menggunakan kemampuan metakognisinya dan menggunakan
ingatan, pengalamanya dalam menyelesaikan masalah tesebut. Hal ini sesuai
dengan Saputra (2011), yang mengatakan bahwa pemecahan masalah dapat
dipecahkan atau diselesaikan dengan kemampuan kognitif yang dimiliki peserta
didik.
Ketika peserta didik diberi masalah pada wacana materi yang dibawakan,
Langkah awal yang mereka lakukan adalah membaca dan memahami isi dari
wacana dan apa yang akan menjadi masalah pada wacana tersebut. Dan Menurut
Rinaldi (2017), pada tahap perencanaan dimana peserta didik harus
memperhatikan, membaca masalah pada wacana sebelum mereka mengerjakan
tugas mereka.
53
Kategori kemampuan metakognisi masuk kategori tinggi karena terlatihnya
peserta didik dalam menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dan
keinginan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Kemampuan
metakognisi mencapai kategori tinggi karena model pembelajaran inkuiri
membantu peserta didik dalam mengembangkan atau meningkatkan kemampuan
berpikir peserta didik secara sistematis, logis dan kritis. Selain itu Model
pembelajaran inkuiri dapat menumbuhkan sikap percaya diri peserta didik dalam
mengunkapkan pendapatnya dan membantu peserta didik dalam menemukan
jawaban atau solusi dari masalah yang akan dipecahkan. Menurut Wina Sanjaya
(2012), seluruh aktifitas yang dilakukan peserta didik diserahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
Kemampuan metakognisi peserta didik berada pada kategori tinggi dan
sedang pada kelas eksperimen yang dimana pengetahuan prosedural, deklaratif
dan pengetahuan kondisionalnya baik dan kategori rendah pada kelas kontrol yang
dimana peserta didik pada kelas kontrol pengetahuan prosedural, deklaratif dan
pengetahuan kondisionalnya tidak baik. Dikatakan tinggi atau baik karena yang
diberikan kepada peserta didik terhadap model pembelajaran inkuiri memiliki
tahapan-tahapannya meliputi tahapan mengajukan hipotesis yang membantu minat
belajar peserta didik dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Suryosubroto (2009) yang menyatakan bahwa inkuiri
berpotensi untuk mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses kognitif,
mengarahkan peserta didik untuk lebih merasa terlibat dalam proses belajar serta
meningkatkan minat belajar peserta didik.
54
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan dimana H1
diterima dengan hasil adanya pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
metakognisi. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji independent t-test yang
dimana model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan metakognisi
peserta didik MAN Kepulauan Selayar Khususnya Kelas X MIA 1. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Maulida dan Haryani, (2016)
mengatakan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan
metakognisi peserta didik.
Setelah hipotesis pertama diterima selanjutnya masuk kepada hipotesis
kedua yang dimana apakah ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap
hasil belajar peserta didik. Model pada pembelajaran merupakan taktik yang
ditentukan oleh seorang pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran,
sehingga peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran. Salah satunya ialah
model pembelajaran inkuiri. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat
menimbulkan kesadaran peserta didik terhadap kehidupan di sekitarnya. Sehingga
hal ini dapat dikatakan bahwa model pembelajaran inkuiri sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu hasil penelitian terdahulu berkaitan
dengan model inkuiri dan hasil belajar oleh Dwi Haryanti (2014) yang berjudul
βpengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Alamβ, menunjukkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran
inkuiri telah berhasil dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
55
Berdasarkan analisis di atas telah terbukti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen hal ini di karenakan model
pembelajaran inkuiri lebih membawa peserta didik lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Dimana peserta didik kelas eksperimen diberikan contoh kasus-
kasus yang dapat melatih mereka dalam mencari dan menemukan masalah yang
ada. Sedangkan pada kelas kontrol terpaku pada penjelasan guru, mengerjakan
lkpd dan peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki kelebihan sehingga hasil belajar peserta
didik meningkat, hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan nilai rata-rata peserta didik dan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik masuk dalam kategori baik karena model
pembelajaran inkuiri membuat peserta didik lebih aktif. Hal ini sesuai dengan
Rofiqah (2016) mengatakan model inkuiri menuntun siswa dalam berperan secara
aktif, dengan menerapakn inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Membuat peserta didik berani dalam mengungkapkan pendapatnya,
mendorong peserta didik dalam untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif diri
sendiri, memungkinkan peserta didik dalam memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar. Hal ini sesuai dengan Sanjaya (2010) dapat memberikan ruang kepada
peserta didik untuk belajar dengan gaya mereka. Sedangkan menurut Sahrul
(2009) model pembelajaran inkuiri dapat membangkitkan motivasi dan gairah
belajar peserta didik untuk lebih giat lagi, dan memberikan peluang untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kemampuan Metakognisi peserta didik MAN Kepulauan Selayar Kelas X
pada kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 30.57 dan berada pada kategori
rendah.
2. Hasil belajar peserta didik MAN Kepulauan Selayar kelas X nilai posttest
pada kelas eksperimen memiliki rata-rata sebesar 84.09 dan berada pada
kategori baik.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (kemampuan metakognisi)
melalui uji independen t-test dinyatakan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan metakognisi peserta didik dan
berada pada kategori tinggi ditinjau dari kategori kemampuan metakognisi.
4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua (hasil belajar) melalui uji
independent sampel t-test bahwa ada pengaruh penerapan model
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar peserta didik ditinjau dari
peningkatan hasil belajar.
B. Saran
Berdasarkan keterbatasan peneitian, peneliti memberikan saran untuk
peneliti seanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ataupun bagi praktisi
agar :
1. Peserta didik untuk kelas eksperimen sebaiknya lebih banyak dibandingkan
kelas kontrol agar nilai hasil yang akan didapatkan tidak berbanding terbalik.
56
57
2. Menambah jumlah responden untuk pengisian kusioner pada model
pembelajaran inkuiri dan kemampuan metakognisi.
3. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar dan kemampuan metakognisi
sebaiknya pada pembelajaran ditambahkan modul sebagai salah satu altenatif
untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan metakognisi.
4. Memerlukan persiapan waktu dan materi yang baik dalam pelaksanaan
pembelajaran sehingga kekurangan dan kendala yang terjadi dalam
pembelajaran dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Akramunnisa. 2018. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap
Hasil Belajar Pai Peserta Didik SMA NEGERI 10 GOWA. Skripsi.
Makassar: UIN Alauddin Makassar
Aswita, Dian. 2015. Identifikasi Masalah Yang Dihadapi Guru Biologi Dalam
Pelaksanaan Pembelajaran Pada Materi Ekosistem. Jurnal Biotik. Vol.
3. No. 1. ISSN: 2337-9812
Darmadi. 2017. Pengembangan Model & Metode Pembelajaran dalam Dinamika
Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish
Darmadi, Hamid. 2019. Pengantar Era Globalisasi: konsep dasar, teori, model
dan impementasi dalam pendidikan gobalisasi. Jakarta: An Image
Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Cet. VII; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Dwi, Haryanti. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas V SD SE-
Gugus Dewi Sartika Purwodadi Purwerojo. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi Kelima. Semarang: Universitas Diponegoro
Haryani, Sri & Maulida, Fitriana. 2016. Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
Untuk Meningkatkan Metakognisi Siswa SMA. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia. Vol 10. No. 1
Jauhar, Sitti. 2017. Penerapan Model Pembeajaran Problem Solving Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa SD. Jurnal Ilmiah Ilmu
Kependidikan. Vol.1. No.2. ISSN: 2597-4424
Mulyadi, Seto.Heru, Basuki & Wahyu, Rahardja. 2016. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Teori-teori Baru dalam Psikologi. Jakarta: PT
Rajawali Pers
Pratiwi, Noor Komari. 2015. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua,
Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia
Siswa Smk Kesehatan Di Kota Tangerang. Jurnal Pujangga. Volume 1.
Nomor 2
Riduwan, 2011. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Rinaldi. 2017. Kesadaran Metakognitif. Jurnal RAP UNP. Vol. 8. No.1
58
59
Rofiqah. 2016. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
Dalam Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Manuruki. Skripsi. UIN
Alauddin Makassar
Rosyid, Moh. Zaiful. 2019. Prestasi Belajar. Malang: CV. Literasi Nusantara
Abadi
Rumana, Ulfah. 2017. Korelasi Antara Kemampuan Metakognisi dan Membaca
Cepat Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mogiri. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta
Rusman. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Jakarta : PT.
Bumi Aksara
Sadirman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali
Press
Sahrul. 2009. Model-model Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Salamah & Choimaidi. 2018. Pendidikan dan Pengajaran Model Pemeblajaran
Sekolah. Jakarta: PT Grasindo
Sanjaya, Wina. 2010. Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Sanjaya, Wina. 2012. Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sasmita; Dewi Pasaribu, Menza Hendri dan Nova Susanti. 2017. Upaya
Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick Pada Materi Listrik
Dinamis Di Kelas X Sman 10 Muaro Jambi. Jurnal EduFisika. Vol. 02.
No. 01. ISSN: 2548-6225
Saputra, Nisvu Nanda & Retno. 2018. Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa
Dalam Proses Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika.Vol. 7.
No. 3. ISSN: 2442-5419
Saputri, D.S. 2018. Pengaruh Pendekatan Scientific Terhadap Kemampuan
Metakognisi Peserta Didik Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di SMAN 1 Barru. Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar
Siswanto, Budi Tri. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif Smk Di Kota Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Vokasi. Volume 6. No 1. ISSN: 2476-9401
Sudjana, Nana. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA
60
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta, CV
Suryosubtoro, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. PT Rineka Cipta
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group
Syafaruddin ,S Burhanuddin. 2019. Guru Mari Kita Menulis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Yokyakarta: CV Budi Utama
Tampubolon, T dan Sondang, F. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 7 Medan.
Jurnal INPAFI
Wuwung, Olivia Cherly. 2020. Model Pembelajaran & Kecerdasan Emosional.
Surabaya: Scopindo Media Pustaka
Yamin, Martinis. 2013. Model dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
GP Press Group
Zalfendi, dkk. 2011. Model Pembeajaran. Padang: Sukabina Press
20%SIMILARITY INDEX
20%INTERNET SOURCES
6%PUBLICATIONS
6%STUDENT PAPERS
1 8%
2 6%
3 4%
4 2%
Exclude quotes On
Exclude bibliography On
Exclude matches < 2%
Annisa Ahmar - 105441105216 (1)ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
repositori.uin-alauddin.ac.idInternet Source
pengertiandanartikel.blogspot.comInternet Source
digilibadmin.unismuh.ac.idInternet Source
www.slideshare.netInternet Source