pengaruh penerapan model pembelajaran - USD Repository
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of pengaruh penerapan model pembelajaran - USD Repository
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI
SISWA KELAS V SD NEGERI JONGKANG
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Becky Savitri
NIM: 141134009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI
SISWA KELAS V SD NEGERI JONGKANG
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Becky Savitri
NIM: 141134009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini Peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus sebagai sahabat sejati dan sumber kekuatanku.
2. Kedua orang tuaku Suto Lahang dan Narniati Jau yang senantiasa
mendoakanku sepanjang waktu dan memberikan kasih sayang.
3. Kedua adikku Cicilia Juari dan Orliana Crisvina yang selalu mendoakan
dan memberiku semangat.
4. Sahabat-sahabatku yang selalu memberiku semangat dan motivasi.
5. Almamater kebanggaanku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
βOra et Laboraβ
βDoakan setiap hal yang kamu kerjakan dan Kerjakan setiap hal yang kamu
doakanβ
(Becky Savitri)
βDiberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya
pada TUHAN!β
(Yeremia 17 : 7)
βSegala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadakuβ
(Filipi 4 : 13)
βMintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.β
(Matius 7 : 7)
βJanganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur.β
(Filipi 4 : 6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Januari 2018
Peneliti
Becky Savitri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Becky Savitri
Nomor Mahasiswa : 141134009
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
βPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN
MENGINGAT DAN MEMAHAMI SISWA KELAS V SD NEGERI
JONGKANG YOGYAKARTAβ, beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentu pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Januari 2018
Yang menyatakan
Becky Savitri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI
SISWA KELAS V SD NEGERI JONGKANG
YOGYAKARTA
Becky Savitri
Universitas Sanata Dharma
2018
Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya prestasi
siswa Indonesia pada kemampuan IPA sesuai studi PISA tahun 2009, 2012, dan
2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan
mengingat dan memahami pada materi siklus air siswa kelas V SD Negeri Jongkang
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Penelitian ini menggunakan penelitian quasi-experimental tipe pretest-
posttest non equivalent group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta sebanyak 51 siswa. Sampel penelitian ini
terdiri dari 23 siswa kelas V-A sebagai kelompok kontrol dan 28 siswa kelas V-B
sebagai kelompok eksperimen. Treatment yang diterapkan pada kelompok
eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Ada 4 langkah dalam
model TPS yaitu berpikir secara individu (Think), diskusi berpasangan (Pair),
berbagi dalam kelompok besar (Share 1), dan berbagi dalam kelas besar (Share 2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap kemampuan mengingat. Selisih skor
pada kelompok eksperimen (Mdn = 0,33) berbeda secara signifikan dari kelompok
kontrol (Mdn = 0,00) yang dilihat dari data statistik U = 194,50, z = 2,466, p = 0,014
(p < 0,05). Besar pengaruh perlakuan (effect size) adalah r = 0,35 atau setara dengan
12% yang termasuk efek menengah. 2) Model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) tidak berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Selisih skor
pada kelompok kontrol (Mdn = 0,67) tidak berbeda secara signifikan dari kelompok
eksperimen (Mdn = 0,67) yang dilihat dari data statistik U = 305,50, z = 0,321, p =
0,748 (p > 0,05). Besar pengaruh perlakuan (effect size) adalah r = 0,04 atau setara
dengan 0,20% yang termasuk efek kecil.
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share, kemampuan
mengingat, kemampuan memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL TYPE THINK PAIR SHARE (TPS)
ON THE ABILITY TO REMEMBER AND UNDERSTAND
FOR THE FIFTH GRADE STUDENTS IN JONGKANG YOGYAKARTA
ELEMENTARY SCHOOL
Becky Savitri
Sanata Dharma University
2018
The background of this study was to concern on the low achievement of
Indonesian students on the ability of science based on PISA study in 2009, 2012,
and 2015. The aims of the study were to find out the effect of the implementation of
cooperative learning model type Think Pair Share (TPS) on the ability to remember
and understand in the material of water cycle for fifth grade students in Jongkang
Yogyakarta Elementary School at academic year 2017/2018.
This research used quasi-experimental research in a form of pretest-posttest
non equivalent group design. The population of this research was all students of
fifth grade in Jongkang Yogyakarta Elementary School at the rate of 51 students.
The sample of this study consisted of 23 students of class VA as a control group and
28 students of class VB as an experimental group. The treatment that was applied
in the experimental group was cooperative learning model type Think Pair Share.
There are four steps in the Think Pair Share model which were individual thinking
(Think), pair discussing (Pair), sharing in a large group (Share 1), and sharing in
a large class (Share 2).
The results of this study showed that 1) Cooperative learning model type
Think Pair Share (TPS) was influential to the ability to remember. The difference
score in the experimental group (Mdn = 0,33) was different significantly from the
control group (Mdn = 0,00) which was seen from statistical data U = 194,50, z =
2,466, p = 0,014 (p < 0,05). The effect size of the treatment was r = 0,35 or was
equivalent to 12% which was included as medium effect. 2) Cooperative learning
model type Think Pair Share (TPS) did not affect on the ability to understand. The
difference score in the control group (Mdn = 0,67) was not different significantly
from the experimental group (Mdn = 0,67) which was seen from statistical data U
= 305,50, z = 0,321, p = 0,748 (p > 0,05 ). The effect size of the treatment is r =
0,04 or was equivalent to 0,20% which was included as minor effect.
Keywords: Cooperative Learning Model type Think Pair Share, the ability to
remember, the ability to understand
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih, dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat
waktu. Skripsi yang berjudul βPENGARUH PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MEMAHAMI SISWA
KELAS V SD NEGERI JONGKANG YOGYAKARTAβ disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Dosen Pembimbing
I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan dalam penyusunan
skripsi ini hingga selesai.
5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
II yang telah memotivasi dan membimbing dengan penuh kesabaran.
6. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Penguji Skripsi yang
telah memberikan saran perbaikan dalam skripsi ini.
7. Suyitno, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jongkang yang telah
memberikan ijin melakukan penelitian.
8. Subagyo Wiryo, S.Pd.SD selaku guru kelas V-A, sekaligus guru mitra yang
telah membantu pelaksanaan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan
dengan lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Siswa-siswi kelas V-A dan V-B SD Negeri Jongkang tahun ajaran 2017/2018
yang bersedia terlibat dalam penelitian.
10. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
membantu proses perijinan penelitian skripsi.
11. Kedua orang tuaku, Suto Lahang dan Narniati Jau yang senantiasa
mendoakanku sepanjang waktu dan memberikan segala yang dibutuhkan.
12. Kedua adikku, Cicilia Juari dan Orliana Crisvina yang selalu mendoakan dan
memberiku semangat.
13. Keluarga besarku yang berada di Kalimantan Utara yang senantiasa
mendoakanku sepanjang waktu.
14. Sahabat penelitian payung Ayudya dan Galih yang memberiku semangat,
motivasi, serta setia menemani dan membantu selama menyelesaikan skripsi.
15. Teman-teman penelitian payung Alvina, Lina, Arin, Sinta, Ratna, Pipit,
Suster Yosefa, Tina, Benita, Reina, Siska, Galuh, Ria, Brigita, Tere, Ruri,
Analita yang telah memberiku semangat dan bantuan selama menyelesaikan
skripsi.
16. Teman-teman Asrama Putri Kalimantan Utara βLemlai Suri Yogyakartaβ
yang telah memberikan semangat dan dukungan selama menyelesaikan
skripsi.
17. Teman-teman seperjuanganku di kelas VII-A yang telah memberikan
pengalaman luar biasa selama kuliah.
18. Teman-teman perantauan βLemeseiβ Desa Sajau yang telah menemaniku
selama perkuliahan di Yogyakarta.
19. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu namun telah
banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan
kemampuan peneliti. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun
akan peneliti terima dengan senang hati. Peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8
1.5 Definisi Operasional ........................................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 10
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................... 10
2.1.1 Teori-teori yang mendukung................................................................... 10
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak .............................................................. 10
2.1.1.2 Model Pembelajaran ........................................................................ 12
2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif ...................................................... 12
2.1.1.4 Model Think Pair Share (TPS) ........................................................ 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.1.5 Teori Kognitif Bloom ...................................................................... 19
2.1.1.6 Kemampuan Mengingat ................................................................... 20
2.1.1.7 Kemampuan Memahami .................................................................. 21
2.1.1.8 Pembelajaran IPA ............................................................................ 23
2.1.1.9 Materi Pembelajaran IPA Kelas V Siklus Air ................................. 24
2.2 Hasil penelitian yang relevan ......................................................................... 25
2.2.1 Penelitian tentang Model Think Pair Share ............................................ 25
2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Mengingat dan Memahami .................. 27
2.2.3 Literature Map ........................................................................................ 29
2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 29
2.4 Hipotesis penelitian ........................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 32
3.2 Setting Penelitian ........................................................................................... 34
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 34
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................................... 35
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 35
3.3.1 Populasi ................................................................................................... 35
3.3.2 Sampel..................................................................................................... 36
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................................... 37
3.4.1 Variabel Independen ............................................................................... 37
3.4.2 Variabel Dependen.................................................................................. 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 38
3.6 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 39
3.7 Teknik Pengujian Instrumen .......................................................................... 40
3.7.1 Uji Validitas ............................................................................................ 40
3.7.1.1 Validitas Muka ................................................................................. 41
3.7.1.2 Validitas Isi ...................................................................................... 41
3.7.1.3 Validitas Konstruk ........................................................................... 42
3.7.2 Uji Reliabilitas ........................................................................................ 43
3.8 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan .......................................................................... 44
3.8.1.1 Uji Asumsi ....................................................................................... 44
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal .................................................... 46
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ............................................... 47
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ......................................................... 48
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut .............................................................................. 50
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I ................. 50
3.8.2.2 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I ....................................... 53
3.8.2.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ...................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 57
4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 57
4.1.1 Implementasi Penelitian .......................................................................... 57
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian ....................................... 57
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ............................................. 58
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ........................................................................... 65
4.1.2.1 Kemampuan Mengingat ................................................................... 65
4.1.2.2 Kemampuan Memahami .................................................................. 66
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I............................................................... 67
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data ........................................................ 68
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal .................................................... 69
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ............................................... 70
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ......................................................... 73
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut ....................................................................... 73
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ............................................................. 80
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data ........................................................ 80
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal .................................................... 81
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ............................................... 82
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan ......................................................... 85
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut ....................................................................... 86
4.2 Pembahasan .................................................................................................... 92
4.2.1 Analisis Data terhadap Ancaman Validitas Internal Penelitian .............. 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.2.2 Pengaruh Model TPS terhadap Kemampuan Mengingat...................... 101
4.2.3 Pengaruh Model TPS terhadap Kemampuan Memahami ..................... 102
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 105
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 105
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 106
5.3 Saran ............................................................................................................ 106
DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 107
LAMPIRAN ....................................................................................................... 111
CURRICULUM VITAE ..................................................................................... 187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ..................................................................... 35
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ............................................................. 38
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen........................................................ 40
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................................... 43
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 43
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ....................................................... 49
Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol .......................................................... 65
Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................... 65
Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol .......................................................... 66
Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................... 67
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengingat ............ 69
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varian .............................................................. 69
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampuan Mengingat ........ 70
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Varian .............................................................. 71
Tabel 4.9 Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat .................. 71
Tabel 4.10 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat ........... 73
Tabel 4.11 Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I K. Mengingat ............... 74
Tabel 4.12 Signifikansi Peningkatan Pretest ke Posttest I K. Mengingat ............ 75
Tabel 4.13 Perhitungan Persentase Gain Score Kemampuan Mengingat ............ 76
Tabel 4.14 Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I K. Mengingat .............. 77
Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I ................................. 77
Tabel 4.16 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 78
Tabel 4.17 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II ............................... 79
Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Memahami.......... 81
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Varian ............................................................ 82
Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampuan Memahami ..... 82
Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Varian ............................................................ 83
Tabel 4.22 Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami ................ 84
Tabel 4.23 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami .......... 85
Tabel 4.24 Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I K. Memahami .............. 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.25 Signifikansi Peningkatan Pretest ke Posttest I K. Memahami ........... 87
Tabel 4.26 Penghitungan Persentase Gain Score Kemampuan Memahami ......... 88
Tabel 4.27 Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I K. Memahami ............. 89
Tabel 4.28 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I ................................. 90
Tabel 4.29 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 90
Tabel 4.30 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II ............................... 91
Tabel 4.31 Pengendalian terhadap Ancaman Validitas Internal Penelitian .......... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Desain Think Pair Share ................................................................... 18
Gambar 2.2 Level Taksonomi Bloom ................................................................... 19
Gambar 2.3 Proses Siklus Air ............................................................................... 24
Gambar 2.4 Bagan Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 29
Gambar 3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 33
Gambar 3.2 Desain Pengaruh Perlakuan ............................................................... 34
Gambar 3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 38
Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan untuk Data Normal .................... 49
Gambar 3.5 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan untuk Data Tidak Normal .......... 50
Gambar 3.6 Rumus Persentase Pengaruh Perlakuan............................................. 50
Gambar 3.7 Rumus Persentase Peningkatan Pretest-Posttest I ............................ 51
Gambar 3.8 Rumus Gain Score ............................................................................ 52
Gambar 3.9 Rumus Besar Efek Peningkatan untuk Data Normal ........................ 52
Gambar 3.10 Rumus Besar Efek Peningkatan untuk Data Tidak Normal ............ 52
Gambar 3.11 Rumus Persentase Efek Peningkatan .............................................. 53
Gambar 3.12 Rumus Persentase Peningkatan Skor Posttest I-Posttest II..............56
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ............... 72
Gambar 4.2 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ................................ 72
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengingat ... 74
Gambar 4.4 Grafik Gain Score Kemampuan Mengingat...................................... 76
Gambar 4.5 Grafik Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat........... 79
Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ............... 84
Gambar 4.7 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ................................ 85
Gambar 4.8 Grafik Peningkatan Pretest ke Posttest I Kemampuan Memahami .. 87
Gambar 4.9 Grafik Gain Score Kemampuan Memahami ..................................... 88
Gambar 4.10 Grafik Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami ........ 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 112
Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal ................................................................ 113
Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Kontrol ........................................................... 114
Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Eksperimen .................................................... 118
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol.............. 122
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ....... 127
Lampiran 3.1 Soal Uraian ................................................................................... 137
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 143
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian ........................................................................... 146
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement............................................ 148
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ................................................ 162
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ............................................ 163
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengingat ........................................ 164
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Memahami ....................................... 165
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data .................................................. 166
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian pada Pretest ....................... 167
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Kemampuan Awal ............................................... 169
Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian pada Selisih ....................... 170
Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................ 172
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan .......................... 173
Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Pretest ke Posttest I ........... 173
Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Signifikansi Peningkatan ................................... 175
Lampiran 4.11 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I ................ 180
Lampiran 4.12 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan........................................ 181
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ................................................. 184
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................. 186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa (pendidik)
dalam menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri peserta didik agar menjadi
manusia yang paripurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
(Kompri, 2015: 15). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016: 1). Tujuan pendidikan yang paling penting
adalah meretensi dan mentransfer. Meretensi adalah kemampuan untuk mengingat
materi pelajaran sampai jangka waktu tertentu sama seperti materi yang diajarkan.
Mentransfer adalah kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari guna
menyelesaikan masalah-masalah baru, menjawab pertanyaan-pertanyaan baru, atau
memudahkan pembelajaran materi pelajaran baru (Anderson & Krathwohl, 2014:
94). Pendidikan dalam pelaksanaannya selama ini dikenal sebagai usaha yang
berbentuk bimbingan terhadap anak didik guna mengantarkan anak ke arah yang
lebih baik.
Mengajar adalah salah satu upaya guru untuk merangsang serta mengarahkan
siswa untuk belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong
para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan
apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa
(Subiyanto dalam Trianto, 2009: 17). Cara mengajar guru yang baik merupakan
kunci bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Strategi yang digunakan guru
dalam mengajar mempengaruhi keberhasilan tujuan proses pembelajaran. Tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
proses pembelajaran, yaitu siswa dapat memahami konsep dengan baik serta dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Kemampuan memahami konsep pada
siswa menjadi perhatian yang serius bagi guru, ketika siswa masuk usia Sekolah
Dasar (SD).
Piaget (dalam Sumantri, 2009: 1-15) menjelaskan bahwa anak usia Sekolah
Dasar (SD) masuk pada tahap perkembangan operasional konkret (usia 7-11 tahun)
yang memiliki karakteristik penalaran atau cara berpikir yang logis dan
berhubungan dengan objek konkret/nyata. Anak SD yang berada pada usia tersebut
belajar dari hal-hal yang terlihat konkret/nyata dan belum bersifat abstrak. Selain
itu, kerja sama dengan teman sebaya juga dapat mendorong anak untuk belajar
seperti yang dikemukakan oleh Vygotsky. Vygotsky meyakini bahwa interaksi
sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa (Ibrahim & Nur dalam Rusman, 2013: 244). Oleh
karena itu, setiap proses kognitif pada anak perlu diperhatikan mulai dari tahap yang
paling sederhana sampai dengan tahap yang kompleks supaya kemampuan kognitif
anak dapat berkembang dengan maksimal dalam belajar.
Dalam revisi taksonomi terbaru, kemampuan kognitif menurut Benjamin
Samuel Bloom (1913-1999) terdiri dari 6 proses yang berkaitan yaitu, kemampuan
mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
(Anderson & Krathwohl, 2014: 6). Proses kognitif yang terlebih dahulu perlu
diperhatikan adalah kemampuan mengingat dan memahami. Kedua kemampuan
tersebut merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa. Kemampuan
mengingat adalah kemampuan untuk mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang (Anderson & Krathwohl, 2014: 99). Indikator dari
kemampuan mengingat, yaitu mengenali dan mengingat kembali. Siswa dikatakan
mengingat apabila mereka dapat mengingat kembali informasi yang telah diperoleh
sebelumnya. Kemampuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang
bermakna dan menyelesaikan masalah karena kemampuan tersebut digunakan
dalam tugas-tugas yang lebih kompleks (Anderson & Krathwohl, 2014: 103).
Kemampuan memahami adalah kemampuan mengkonstruksi makna dari materi
pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
(Anderson & Krathwohl, 2014: 100). Indikator dari kemampuan memahami, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan. Siswa dikatakan memahami apabila mereka
dapat menjelaskan aneka gagasan atau konsep, memahami makna, merumuskan
sebuah masalah dengan kata-kata sendiri. Kemampuan memahami merupakan
proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah
maupun perguruan tinggi (Anderson & Krathwohl, 2014: 105).
Kemampuan mengingat dan memahami dikatakan berjalan dengan baik
apabila siswa dapat menjelaskan informasi dari materi pelajaran yang telah
diperoleh dengan kata-katanya sendiri. Salah satu materi pelajaran yang ada di
Sekolah Dasar yaitu siklus air. Siklus air adalah peristiwa perputaran air di alam
yang terjadi secara berulang dan terus menerus (Hermana, 2009: 166). Materi siklus
air merupakan bagian dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang
melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap
ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2010: 136-
137). IPA dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur (Marsetio dalam
Trianto, 2010: 137). Samatowa (2011: 4) menjelaskan empat alasan perlunya IPA
diajarkan di Sekolah Dasar, yaitu 1) IPA berfaedah bagi suatu bangsa untuk
mensejahterakan materil suatu bangsa melalui perkembangan teknologi yang sering
disebut sebagai tulang punggung pembangunan; 2) IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; 3) IPA tidak menjadi mata
pelajaran yang bersifat hafalan jika diajarkan melalui percobaan-percobaan yang
dilakukan sendiri oleh anak; dan 4) IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yang
berpotensi untuk membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar masih terfokus
pada guru yang menyampaikan materi pelajaran IPA dengan metode ceramah.
Metode ceramah adalah metode tradisional yang digunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dan siswa dalan interaksi edukatif (Hamdayama,
2014: 168). Pembelajaran IPA masih didominasi oleh kegiatan transfer informasi
dari guru dan bersifat hafalan, sehingga proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
menjadi rendah dan tidak bermakna panjang. Metode ceramah membatasi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas, membuat siswa bosan dan pasif,
serta kemampuan kognitif siswa menjadi kurang berkembang.
Sebuah organisasi dalam naungan Organization Economic Cooperation and
Development (OECD) yang bernama Program for International Student
Assessment (PISA) mengadakan sebuah survei yang diadakan tiap 3 tahun. Program
tersebut mensurvei sistem pendidikan dan kemampuan siswa dari berbagai negara.
Berdasarkan fakta yang diungkapkan oleh Program for International Student
Assesment (PISA), Indonesia merupakan negara yang masih terbelakang dengan
kemampuan IPA yang masih sangat rendah. Hasil PISA tahun 2009 menunjukkan
bahwa kemampuan IPA negara Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara
peserta yang bergabung dalam PISA (OECD, 2009). Sementara pada tahun 2012,
kemampuan IPA negara Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 65 negara
peserta dengan perolehan skor 382 (OECD, 2013). PISA melakukan survei kembali
pada tahun 2015, kemampuan IPA negara Indonesia berada pada peringkat ke 62
dari 70 negara peserta dengan perolehan skor 403 (OECD, 2016). Hasil survei
tersebut menggambarkan keadaan pendidikan di Indonesia yang masih jauh dari
harapan dan menjadi keprihatinan bersama. Pembelajaran seharusnya dapat
memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuannya baik belajar secara
individu maupun berkelompok. Oleh sebab itu, suatu aktivitas pembelajaran harus
dirancang dengan sebaik-baiknya supaya mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-idenya (Trianto, 2010: 143). Salah satu cara yang
diharapkan dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia adalah melalui
penerapan model pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai berbagai macam
model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan
kemampuan dasar yang dimilikinya. Kemampuan dasar tersebut adalah
kemampuan mengingat dan kemampuan memahami. Melalui pengembangan
kemampuan dasar, siswa akan mampu mengembangkan kemampuannya ke
tingkatan yang lebih tinggi. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2009: 22). Model pembelajaran kooperatif adalah
salah satu model pembelajaran yang didalamnya setiap siswa bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama (Artz & Newman dalam Huda, 2011: 32). Model
pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, salah satunya adalah Think Pair
Share (TPS).
Think Pair Share (TPS) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama
lain. Pembelajaran kooperatif model Think Pair Share ini relatif lebih sederhana
karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun
mengelompokkan siswa (Shoimin, 2014: 208-209). Think Pair Share dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi, dapat belajar
dari siswa lain, serta dapat memperbaiki rasa percaya diri (Hamdayama, 2014: 201).
Kelebihan dari pembelajaran Think Pair Share (Shoimin, 2014: 211-212), yaitu: 1)
TPS mudah diterapkan diberbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap
kesempatan; 2) menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respon
siswa; 3) siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata
pelajaran; 4) siswa lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi;
5) siswa dapat belajar dari siswa lain; dan 6) setiap siswa dalam kelompoknya
mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan idenya. Ada empat
langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), yaitu
berpikir secara individu (Think), diskusi berpasangan (Pair), berbagi dalam
kelompok besar (Share 1), dan berbagi dalam kelas besar (Share 2). Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber
pembelajaran tetapi siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-
konsep baru (Hamdayama, 2014: 201).
Berbagai jurnal pernah diterbitkan untuk mendukung model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan menyatakan bahwa implementasi
model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan
berbicara dan keterampilan berpikir kreatif (Tristiantari, Marhaeni, & Koyan,
2013), model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap sikap ilmiah
dan hasil belajar IPA (Witaningtyas, Lasmawan, & Adnyana, 2016), serta the
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
application of cooperative learning model TPS can improve students' science
process skills overall (Alpusari & Putra, 2015). Berbagai jurnal juga diterbitkan
untuk mendukung pengembangan kemampuan mengingat dan memahami seperti
peningkatan kemampuan kognitif C2 pada pembelajaran fisika dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif think pair square (Fattaah, 2013),
implementasi model conceptual understanding procedure (Cups) dalam
pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan kognitif C2 (Siswanto,
Sriyono, & Maftukhin, 2014), serta penerapan metode mind map untuk
meningkatkan kemampuan mengingat (Putri & Sudianto, 2013).
Berdasarkan hasil survei PISA, mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia
masih tergolong rendah, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
eksperimental tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada
materi siklus air siswa kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal
tahun ajaran 2017/2018. Eksperimen merupakan bagian yang sangat fundamental
untuk sebuah inovasi. Hal tersebut dikemukakan oleh Bezos yang adalah seorang
pengusaha inovatif pemilik toko buku online terbesar di Amazon. Dalam ulasan
Bisnis Harvard yang berjudul The Innovatorβs DNA mengungkapkan bahwa
pengusaha inovatif mengembangkan perusahaan eksekutif yang inovatif dengan
cara menjadikan eksperimen sebagai pusat segala hal yang dilakukan (Dyer,
Gregersen, & Christensen, 2009: 5). Scott Cook juga menekankan pentingnya
menciptakan budaya yang mendorong bereksperimen. Dengan melakukan banyak
eksperimen akan mendapatkan banyak inovasi. Penelitian ini diharapkan bisa
menjadi langkah awal untuk menjawab keprihatinan terhadap pendidikan di
Indonesia seperti yang dikemukakan oleh PISA dengan mengujicobakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada materi siklus air untuk
meningkatkan kemampuan mengingat dan memahami.
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan mengingat dan
memahami pada materi siklus air siswa kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Kemampuan mengingat dibatasi pada aspek
mengenali dan mengingat kembali. Kemampuan memahami dibatasi pada aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mencontohkan, merangkum, dan menjelaskan. Peneliti memilih SD Negeri
Jongkang sebagai tempat penelitian karena SD ini memiliki kelas paralel dengan
lingkungan dan kondisi ruang kelas yang kurang lebih sama sehingga bisa
mendukung penelitian eksperimen, serta memiliki sarana yang mendukung
pelaksanaan penelitian seperti proyektor sehingga kebutuhan penelitian dapat
terpenuhi. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada Kompetensi Dasar 3.5 yaitu
tentang mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta
kelangsungan makhluk hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berpengaruh terhadap kemampuan mengingat pada materi siklus air siswa
kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018?
1.2.2 Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berpengaruh terhadap kemampuan memahami pada materi siklus air siswa
kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) terhadap kemampuan mengingat pada materi siklus air
siswa kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018.
1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) terhadap kemampuan memahami pada materi siklus air
siswa kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi siswa
Penelitian ini dapat melatih siswa untuk belajar secara berkelompok serta
memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sehingga dapat
mengembangkan kemampuan mengingat dan memahami dalam belajar.
1.4.2 Bagi guru
Guru mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS. Selain itu, guru dapat lebih memahami
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sehingga dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
mengingat dan memahami siswa.
1.4.3 Bagi sekolah
Sekolah dapat menambah referensi bacaan tentang model pembelajaran
kooperatif tipe TPS yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan mengingat dan memahami siswa.
1.4.4 Bagi peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam menyusun kegiatan
pembelajaran siklus air dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS. Pengalaman ini dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan baik, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan mengingat dan memahami siswa.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial untuk mencapai tujuan belajar.
1.5.2 Model pembelajaran kooperatif adalah aktivitas pembelajaran yang
didalamnya setiap siswa bekerja sama dalam satu tim untuk mencapai tujuan
bersama.
1.5.3 Model Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
memperbaiki rasa percaya diri, memberi waktu kepada siswa untuk berpikir
dan merespon serta saling membantu satu sama lain dengan menerapkan
empat langkah dalam pembelajaran, yaitu berpikir secara individu (Think),
diskusi berpasangan (Pair), berbagi dalam kelompok besar (Share 1), dan
berbagi dalam kelas besar (Share 2).
1.5.4 Kemampuan mengingat adalah kemampuan untuk mengambil pengetahuan
yang relevan dari memori jangka panjang yang terdiri dari dua aspek, yaitu
mengenali dan mengingat kembali.
1.5.5 Kemampuan memahami adalah kemampuan mengkonstruksi makna dari
materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, atau digambar
oleh guru yang terdiri dari tiga aspek, yaitu mencontohkan, merangkum, dan
menjelaskan.
1.5.6 Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dipandang sebagai
proses, produk, dan prosedur dalam melatih siswa untuk melakukan
penemuan melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen yang
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir,
dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas teori-teori yang mendukung
penelitian. Penelitian yang relevan berisi jurnal yang relevan dengan penelitian.
Kerangka berpikir berisi pemikiran dan hipotesis penelitian berisi jawaban
sementara dari rumusan masalah penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak
Perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan
tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali (Monks dalam Desmita, 2013: 4).
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang
berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Teori
perkembangan anak yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (1896-1980) dan teori sosial-histori Lev
Semenovich Vygotsky (1896-1934) tentang perkembangan kognitif. Peneliti
menggunakan teori tersebut karena memiliki kesesuian dengan variabel penelitian
dan tahap perkembangan yang mendasar pada anak, yaitu perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya
(Desmita, 2013: 103).
Jean Piaget (1896-1980) menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
proses adaptasi intelektual. Adaptasi tersebut merupakan proses yang melibatkan
skemata, asimilasi, akomodasi, dan equilibration. Skemata adalah struktur kognitif
berupa ide, konsep, gagasan. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi
baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi
adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Equilibration
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses
asimilasi dan akomodasi (Suprijono, 2009: 23).
1. Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget (dalam Desmita, 2013: 46-47) percaya bahwa pemikiran anak-anak
berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah
kompleks. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dibedakan menjadi
4 tahap, sebagai berikut.
a. Tahap Sensorimotor (Usia 0 - 2 tahun)
Bayi bergerak dari tindakan refleks dengan instingtif pada saat lahir sampai
permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang
dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan
tindakan fisik.
b. Tahap Pra-operasional (Usia 2 - 7 tahun)
Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran
simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindakan fisik.
c. Tahap Operasional Konkret (Usia 7 - 11 tahun)
Anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda.
d. Tahap Operasional-Formal (Usia 11 tahun ke atas)
Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran
mereka lebih idealistik.
Pada tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa SD kelas V berada pada
tahap operasional-konkret dengan rentang usia 7-11 tahun. Pada usia tersebut, anak
harus diajarkan dari hal yang bersifat konkret sesuai dengan proses berpikirnya.
Selain itu, perlu adanya pembelajaran yang bisa mengembangkan zona
perkembangan proksimal dengan maksimal. Zona perkembangan proksimal
sebagai perbedaan antara apa yang telah diketahui oleh anak dan apa yang harus
diketahui oleh anak (Salkind, 2009: 376). Zona perkembangan proksimal (Zone of
Proximal Development) merupakan tempat yang optimal untuk terjadinya suatu
pembelajaran, terlebih jika didukung dengan adanya perancahan (Scaffolding).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Perancahan (Scaffolding) diartikan sebagai teknik-teknik yang digunakan oleh
pendidik untuk membangun jembatan antara apa yang sudah diketahui oleh anak
dan apa yang harus diketahui olehnya (apa yang tengah diajarkan) (Salkind, 2009:
379). Scaffolding juga diartikan sebagai bantuan sementara yang diberikan kepada
anak oleh orang dewasa untuk melompat dari zona perkembangan aktual ke
potensial. Scaffolding dapat dilakukan dengan melibatkan aktivitas sosial atau
kelompok yang bervariasi, sehingga mendukung anak dalam perkembangannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Vygotsky yang menekankan pentingnya peran
sosial dalam belajar (Salkind, 2009: 381). Vygotsky berpendapat bahwa guru,
teman sebaya, dan orang tua bisa memberikan rangsangan sosial dan kultural bagi
anak sehingga memungkinkan terjadinya perkembangan. Selain itu, kerja sama
dengan teman sebaya dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif. Vygotsky
meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa (Ibrahim & Nur dalam Rusman,
2013: 244).
2.1.1.2 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2009: 22). Selain itu, model pembelajaran juga
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Suprijono,
2009: 46). Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai
tujuan belajar.
2.1.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya
setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong
untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain (Roger dalam Huda,
2011: 29). Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai working together to
accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama) (Johnson
& Johnson dalam Huda, 2011: 31). Selain itu, pembelajaran kooperatif juga sebagai
kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk
mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan
bersama (Artz & Newman dalam Huda, 2011: 32). Jadi, pembelajaran kooperatif
adalah aktivitas pembelajaran yang di dalamnya setiap siswa bekerja sama dalam
satu tim untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, pembelajaran
kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri, yaitu 1) setiap anggota
memiliki peran; 2) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa; 3) setiap
anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya; 4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan (Hamdani, 2011: 31).
3. Elemen-elemen Dasar Pembelajaran Kooperatif
Beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih
produktif antara lain (Huda, 2011: 46-57).
a. Interdependensi positif (positive interpedence)
Interdependensi positif muncul ketika siswa merasa bahwa mereka terhubung
dengan semua anggota kelompoknya, bahwa mereka tidak akan sukses
mengerjakan tugas tertentu jika ada anggota lain yang tidak berhasil
mengerjakannya (begitu pula sebaliknya), bahwa mereka harus
mengoordinasikan setiap usahanya dengan usaha-usaha anggota kelompoknya
untuk menyelesaikan tugas tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Interaksi promotif (promotive interaction)
Interaksi promotif dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi dalam kelompok
di mana setiap anggota saling mendorong dan membantu anggota lain dalam
usaha mereka untuk mencapai, menyelesaikan, dan menghasilkan sesuatu
untuk tujuan bersama.
c. Akuntabilitas individu (individual accountability)
Salah satu ciri penting dari pembelajaran kooperatif, yakni tanggung jawab
individu (individual accountability). Akuntabilitas ini muncul ketika performa
setiap anggota dinilai dan hasilnya diberikan kembali kepada mereka dan
kelompoknya. Hasil inilah yang membuat setiap anggota (siswa) bisa
berefleksi kembali untuk meningkatkan performanya agar mampu
berkontribusi maksimal kepada kelompoknya masing-masing.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and small-
group skill)
Unsur keempat dari pembelajaran kooperatif adalah digunakannya skill-skill
interpersonal dan kelompok kecil (interpersonal and small-group skills).
Johnson dan F. Johnson (1991) menjelaskan bahwa untuk mengoordinasi
setiap usaha demi mencapai tujuan kelompok, siswa harus:
1) Saling mengerti dan percaya satu sama lain
2) Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu
3) Saling menerima dan mendukung satu sama lain
4) Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik
e. Pemrosesan kelompok (group processing)
Komponen kelima dari pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok
(group processing). Pemrosesan kelompok (group processing) dapat
didefinisikan sebagai refleksi kelompok dalam: 1) mendeskripsikan tindakan
apa saja yang membantu dan tidak terlalu membantu, dan 2) membuat
keputusan tentang tindakan apa saja yang dapat dilanjutkan atau perlu diubah.
Tujuan pemrosesan kelompok adalah mengklarifikasi dan meningkatkan
efektivitas kerja sama antaranggota untuk mencapai tujuan kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
4. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Sadker dan Sadker (dalam Huda, 2011: 66) menjabarkan manfaat
pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan
memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.
b. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap
harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.
c. Siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan di antara mereka akan
terbangun rasa ketergantungan yang positif (interpedensi positif) untuk proses
belajar mereka nanti.
d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-
temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.
2.1.1.4 Model Think Pair Share (TPS)
1. Pengertian Model Think Pair Share (TPS)
Think Pair Share (TPS) adalah strategi diskusi kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya dari Universitas Maryland pada
tahun 1981. Think Pair Share (TPS) adalah suatu model pembelajaran kooperatif
yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu
sama lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini relatif lebih
sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk
ataupun mengelompokkan siswa (Shoimin, 2014: 208-209). Think Pair Share
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan
seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya
untuk didiskusikan (Hamdayama, 2014: 201).
2. Komponen pembelajaran kooperatif tipe TPS
Pembelajaran Think Pair Share mempunyai beberapa komponen (Shoimin,
2014: 210) yaitu:
a. Think (berpikir)
Pelaksanaan pembelajaran TPS diawali dari berpikir sendiri mengenai
pemecahan suatu masalah. Tahap berpikir menuntut siswa untuk lebih tekun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dalam belajar dan aktif mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan
masalah atau soal yang diberikan guru.
b. Pair (berpasangan)
Setelah berpikir, siswa kemudian diminta untuk mendiskusikan hasil
pemikirannya secara berpasangan. Tahap diskusi merupakan tahap
menyatuhkan pendapat masing-masing siswa guna memperdalam pengetahuan
mereka.
c. Share (berbagi)
Setelah berdiskusi, siswa diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah
dibicarakan bersama pasangannya kepada seluruh kelas. Tahap berbagi
menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan pendapatnya secara
bertanggung jawab, serta mampu mempertahankan pendapat yang telah
disampaikannya.
3. Tahap-tahap pembelajaran Think Pair Share
Shoimin (2014: 211) menjelaskan tahap-tahap pembelajaran Think Pair
Share sebagai berikut.
a. Tahap satu, think (berpikir)
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi
pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat guru mengemukakan pertanyaan
menggalakkan berpikir ke seluruh kelas. Pertanyaan tersebut berupa
pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab dengan berbagai macam
jawaban.
b. Tahap dua, pair (berpasangan)
Pada tahap ini siswa berpikir secara berpasangan. Guru meminta siswa untuk
berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang telah
diberikan dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan berdasarkan
pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaannya, dan jadwal
pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan
masalah hasil pemikirannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c. Tahap tiga, share (berbagi)
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berpasangan
maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap
terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan
dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.
Hamdayama (2014: 202-203) juga menjelaskan tahap-tahap dalam
pembelajaran TPS sebagai berikut.
a. Tahap Pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi dan memotivasi
siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru
menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap
tahap kegiatan.
b. Tahap Think (berpikir secara individual)
Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu oleh guru untuk memikirkan
jawabannya secara individu terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam
penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan.
c. Tahap Pairs (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru
menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya.
Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan
jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru.
d. Tahap Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban kepada kelas. Setiap
anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.
e. Tahap Penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun
kelompok. Nilai individu berasal dari hasil jawaban pada tahap think,
sedangkan nilai kelompok berasal dari jawaban pada tahap pair dan share,
terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti memodifikasi tahap-tahap
pembelajaran TPS sebagai berikut.
I II III IV
Gambar 2.1 Desain Think Pair Share
Berikut merupakan penjelasan dari gambar di atas.
I. Think
Guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok secara heterogen.
Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap peserta didik diberikan waktu 4-5
menit untuk berpikir secara individu terlebih dahulu terkait dengan pertanyaan
atau isu yang diberikan.
II. Pair
Setiap pasangan saling berdiskusi untuk bertukar pikiran atau ide terkait hasil
pemikiran individu. Guru dapat mengecek apa yang didiskusikan peserta didik.
III. Share 1
Dalam kelompok, setiap pasangan saling berbagi ide terkait hasil pemikiran
setiap pasangan sehingga menghasilkan ide baru.
IV. Share 2
Setiap kelompok, berbagi hasil pemikiran dalam kelas. Setiap kelompok dapat
memberikan masukan dan pertanyaan.
4. Kelebihan Model Think Pair Share (TPS)
Kelebihan dari pembelajaran Think Pair Share, yaitu 1) TPS mudah
diterapkan diberbagai jenjang pendidikan dan dalam setiap kesempatan; 2)
menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respon siswa; 3) siswa
menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran; 4) siswa
lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi; dan 3) setiap siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau menyampaikan
idenya (Shoimin, 2014: 211-212).
2.1.1.5 Teori Kognitif Bloom
Pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan siswa yang
memiliki tiga ranah penting yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ranah
kognitif berfokus pada kemampuan berpikir siswa, ranah psikomotorik berfokus
pada keterampilan siswa, dan ranah afektif berfokus pada sikap sosial dan spiritual
siswa. Tujuan belajar dan hasil belajar di sekolah biasanya mengikuti taksonomi
tertentu. Taksonomi adalah klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala
berdasarkan satu atau lebih prinsip tertentu. Taksonomi yang digunakan dalam
proses kognitif adalah taksonomi Bloom yang merupakan teori dari Benjamin
Samuel Bloom (1913-1999).
(Sumber: https://www.google.co.id/Blooms_Taxonomy_pyramid_cake-style-use-with-permission)
Gambar 2.2 Level Taksonomi Bloom
Kategori-kategori dimensi proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang
sudah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2014: 99-102) dibagi menjadi 6 level,
yaitu:
1. Mengingat, yaitu proses mengambil pengetahuan dari memori jangka
panjang.
2. Memahami, yaitu proses mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran
termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3. Mengaplikasi, yaitu proses menerapkan atau menggunakan suatu prosedur
dalam keadaan tertentu.
4. Menganalisis, yaitu proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan
hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
5. Mengevaluasi, yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau
standar.
6. Mencipta yaitu proses memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu
yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang digunakan oleh peneliti
mencakup dua kemampuan yaitu kemampuan mengingat dan kemampuan
memahami.
2.1.1.6 Kemampuan Mengingat
Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, atau metakognitif, atau kombinasi dari beberapa
pengetahuan ini (Anderson & Krathwohl, 2014: 99). Pengetahuan mengingat
penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah
karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih komplek.
Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat dibagi menjadi dua sub kecakapan
yaitu:
1. Mengenali
Proses mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang
baru saja diterima. Dalam mengenali, siswa mencari di memori jangka
panjang suatu informasi yang identik atau mirip sekali dengan informasi yang
baru diterima (seperti terjadi dalam memori kerja) (Anderson & Krathwohl,
2014: 103).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Mengingat kembali
Proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan
dari memori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian. Dalam
mengingat kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan
membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses. Istilah lain
untuk mengingat kembali adalah mengambil (Anderson & Krathwohl, 2014:
104).
2.1.1.7 Kemampuan Memahami
Siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi makna dari
pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson &
Krathwohl, 2014: 105-106). Siswa memahami ketika mereka menghubungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Proses-proses kognitif dalam
kategori memahami dibagi menjadi tujuh, yaitu:
1. Menafsirkan
Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk
ke bentuk lain. Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata jadi kata-kata lain
(misalnya, memparafrasakan), gambar dari kata-kata, kata-kata jadi gambar,
angka jadi kata-kata, kata-kata jadi angka, not balok jadi suara musik, dan
semacamnya. Nama-nama lainnya adalah menerjemahkan,
memparafrasakan, menggambarkan, dan mengklarifikasi (Anderson &
Krathwohl, 2014: 106).
2. Mencontohkan
Mencontohkan melibatkan proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau
prinsip umum (misalnya, segitiga sama kaki harus mempunyai dua sisi yang
sama panjang) dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau membuat
contoh (misalnya, siswa dapat memilih segitiga sama kaki dari tiga segitiga
yang ditunjukkan). Nama-nama lain untuk mencontohkan adalah
mengilustrasikan dan memberi contoh (Anderson & Krathwohl, 2014: 108).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola
yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut.
Mengklasifikasikan adalah proses kognitif yang melengkapi proses
mencontohkan. Jika mencontohkan dimulai dengan konsep atau prinsip
umum dan mengharuskan siswa menemukan contoh tertentu,
mengklasifikasikan dimulai dengan contoh tertentu dan mengharuskan siswa
menemukan konsep atau prinsip umum. Nama-nama lain dari
mengklasifikasikan adalah mengategorikan dan mengelompokkan.
(Anderson & Krathwohl, 2014: 109).
4. Merangkum
Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat
yang merepresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan
sebuah tema. Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan informasi,
misalnya makna suatu adegan drama, dan proses mengabstraksikan
ringkasannya, misalnya menentukan tema atau poin-poin pokoknya. Nama-
nama lain untuk merangkum adalah menggeneralisasi dan mengabstraksi
(Anderson & Krathwohl, 2014: 110).
5. Menyimpulkan
Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam
sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat mengabstraksikan
sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-contoh tersebut
dengan mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan yang terpenting dengan
menarik hubungan diantara ciri-ciri tersebut. Nama-nama lain dari
menyimpulkan adalah mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi, dan
menyimpulkan (Anderson & Krathwohl, 2014: 111-112).
6. Membandingkan
Proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan
dan perbedaan antar dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi
seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal (misalnya, skandal
politik terbaru) menyerupai peristiwa yang kurang terkenal (misalnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
skandal politik terdahulu). Nama-nama lainnya adalah mengontraskan,
memetakan, dan mencocokkan (Anderson & Krathwohl, 2014: 113).
7. Menjelaskan
Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan
menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Penjelasan yang
lengkap melibatkan proses membuat model sebab-akibat, yang mencakup
setiap bagian pokok dari suatu sistem atau setiap peristiwa penting dalam
rangkaian peristiwa. Nama lain dari menjelaskan adalah membuat model
(Anderson & Krathwohl, 2014: 114).
2.1.1.8 Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang
melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap
ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya (Trianto, 2010: 136-
137). Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Selain itu, IPA juga dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur
(Marsetio dalam Trianto, 2010: 137). Sebagai proses diartikan semua kegiatan
ilmiah dilakukan untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk
menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan hasil dari proses yang
berupa pengetahuan dan diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun
sebagai bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. Sebagai prosedur diartikan
metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang biasanya dikenal
dengan sebutan metode ilmiah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (BSNP, 2006: 161).
2.1.1.9 Materi Pembelajaran IPA Kelas V Siklus Air
Di alam ini, air selalu beredar dan mengalami perubahan bentuk dan wujud.
Siklus atau daur artinya peristiwa atau rentetan kejadian alam yang terjadi terus
menerus dan berulang-ulang tanpa henti (Hermana, 2009: 166). Kejadian alam
tersebut diantaranya adalah siklus air. Peristiwa peredaran air dengan berbagai
perubahan wujud yang terjadi secara berulang di alam tersebut dinamakan daur air
atau siklus air. Siklus air juga diartikan sebagai perputaran air yang terjadi di alam
(Tarwoko & Rukmiati, 2009: 158). Peredaran air yang terjadi secara terus-menerus
disebut daur air (Yousnelly, Oky, & Zuneldi, 2010: 131). Jadi dapat disimpulkan
bahwa siklus air adalah peristiwa perputaran air yang terjadi secara berulang-ulang
di alam. Siklus air terjadi melalui tiga proses, yaitu evaporasi, kondensasi, dan
presipitasi. Berikut adalah gambar yang menampilkan proses terjadinya siklus air
di bumi.
(Sumber: http://easyscienceforkids.com/all-about-rain)
Gambar 2.3 Proses Siklus Air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dari gambar di atas, proses siklus air (Yousnelly, Oky, & Zuneldi, 2010: 132;
Winarti, Winarto, & Sunarno, 2009: 98; Priyono & Sayekti, 2010: 176; Tarwoko &
Rukmiati, 2009: 158) dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Evaporasi atau penguapan adalah proses dimana air yang terdapat di
permukaan bumi mengalami penguapan karena terkena sinar matahari dan
naik ke udara sebagai uap air.
2. Kondensasi atau pengembunan adalah proses dimana uap air berkumpul di
udara dan membentuk awan tebal.
3. Presipitasi atau pengendapan adalah proses dimana uap air mengalami
pendinginan membentuk titik-titik air. Selanjutnya titik-titik air jatuh sebagai
hujan.
Air sangat penting bagi kehidupan. Air juga tidak akan habis di bumi karena
memiliki siklus. Namun, persediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari bisa
berkurang. Oleh karena itu, kita harus menghematnya. Menghemat air sangat
bermanfaat. Tindakan penghematan air (Winarti, Winarto, & Sunarno, 2009: 100;
Priyono & Sayekti, 2010: 178; Tarwoko & Rukmiati, 2009: 162) yang dapat
dilakukan sebagai berikut.
1. Menutup keran air bila tidak digunakan agar air tidak terbuang percuma
2. Menggunakan air bekas cucian sayuran untuk keperluan lain
3. Tidak mencuci kendaraan setiap hari
4. Menggunakan air secukupnya
5. Mencuci pakaian jika menumpuk banyak
6. Mandi menggunakan air seperlunya
7. Membuat tandon air hujan
8. Membuat sumur resapan untuk menampung air hujan
9. Tidak menggunakan air untuk bermain; dan lain-lain.
2.2 Hasil penelitian yang relevan
2.2.1 Penelitian tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
Alpusari dan Putra (2015) melakukan penelitian untuk menganalisis
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
keterampilan siswa kelas IV SDN 81 Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan yang signifikan, tetapi untuk aspek "pertanyaan"
menurun dengan jumlah N-gain -0.06. Peningkatan tertinggi ditunjukkan dalam
aspek "aplikasi" dengan jumlah N-gain 0,50 (kategori menengah). Peningkatan
terendah ditunjukkan dalam aspek "hipotesis" dengan jumlah N-gain 0,16 (kategori
rendah).
Witaningtyas, Lasmawan, dan Adnyana (2016) meneliti model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share berpengaruh terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar
IPA siswa kelas V. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap sikap ilmiah dan hasil
belajar ipa siswa kelas V SD Negeri 4 Ungasan. Penelitian ini adalah quasi
experimental dengan rancangan posttest only control group design. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran secara konvensional (FA =
16,686 dengan p < 0,05). 2) Terdapat perbedaan sikap ilmiah pada pelajaran IPA
antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional (FA =
29,563 dengan p < 0,05). 3) Terdapat perbedaan secara simultan sikap ilmiah dan
hasil belajar pada pelajaran IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran secara konvensional.
Tristiantari, Marhaeni, dan Koyan (2013) meneliti pengaruh implementasi
model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan berbicara dan
keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan
Seririt. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) terhadap kemampuan berbicara dan
keterampilan berpikir kreatif. Penelitian ini menggunakan eksperimen semu yang
datanya dianalisis menggunakan MANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Terdapat perbedaan kemampuan berbicara yang signifikan antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang mengikuti model
pembelajaran konvensional. Kemampuan berbicara siswa yang mengikuti model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
TPS lebih baik dari pada siswa yang mengikuti model konvensional. 2) Terdapat
perbedaan keterampilan berpikir kreatif yang signifikan antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang mengikuti model
pembelajaran konvensional. Keterampilan berpikir kreatif siswa yang mengikuti
model TPS lebih baik dari pada siswa yang mengikuti model konvensional. 3)
Secara simultan kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir kreatif siswa yang
mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik secara signifikan
daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
2.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Mengingat dan Memahami
Fattaah (2013) meneliti peningkatan kemampuan kognitif C2 siswa pada
pembelajaran fisika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
think pair square. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian PTK. Hasil dari
penelitian ini dapat menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada pembelajaran fisika dapat
meningkatkan kemampuan kognitif C2 siswa SMP Negeri 10 Purworejo kelas VIII.
Pemahaman konsep fisika siswa pada tahap pra siklus adalah 39,687%, meningkat
menjadi 68,125% setelah diberi tindakan pada siklus I, dan meningkat menjadi
74,062% setelah diberi tindakan pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair square
dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat membantu
meningkatkan kemampuan kognitif C2 siswa dalam pembelajaran fisika.
Siswanto, Sriyono, dan Maftukhin (2014) meneliti implementasi model
conceptual understanding procedures (Cups) dalam pembelajaran fisika untuk
meningkatkan kemampuan kognitif C2 siswa kelas X SMK YPT Purworejo tahun
pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian PTK. Hasil dari
penelitian ini dapat menunjukan bahwa dengan implementasi model conceptual
understanding procedures (cups) pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan
kemampuan kognitif C2 siswa SMK YPT Purworejo kelas X. Pemahaman konsep
fisika siswa pada tahap pra siuklus adalah 30,61%, meningkat menjadi 46,97%
setelah diberi tindakan pada siklus I, dan meningkat menjadi 61,82% setelah diberi
tindakan pada siklus II. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
adalah pembelajaran dengan implementasi model conceptual understanding
procedures (cups) dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat
membantu meningkatkan kemampuan kognitif C2 siswa dalam pembelajaran
fisika.
Putri dan Sudianto (2013) meneliti penerapan metode mind map untuk
meningkatkan kemampuan mengingat di sekolah dasar. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian PTK. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk
mendeskripsikan aktivitas guru, aktivitas siswa, kemampuan mengingat siswa yang
ditunjukkan dari hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dan respon siswa dengan menggunakan metode mind map. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan penerapan metode mind map dapat meningkatkan
keterlaksanaan dan skor ketercapaian aktivitas guru pada siklus I sebesar 91,66%
dan 79,86, siklus II sebesar 100% dan 87,15, siklus III sebesar 100% dan 94,44.
Ketercapaian siswa pada siklus I yaitu 66,75, siklus II sebesar 78,5, dan siklus III
sebesar 88,63. Selain itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan mengingat siswa yang terlihat dari hasil belajar siswa
dengan rata-rata nilai dan presentase ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus
I sebesar 74,93 dan 78,38%, siklus II sebesar 84,55 dan 94,6% kemudian untuk
siklus III sebesar 89,35 dan 100%. Respon siswa juga meningkat dari siklus I 78%,
siklus II 96,3 dan siklus III 100%. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan
mengingat dengan metode mind map mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan, sampel yang digunakan adalah
siswa SD, SMP, dan SMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
independen meningkatkan variabel dependen. Variabel dependen penelitian
tersebut adalah kemampuan mengingat dan memahami. Belum banyak yang
melakukan penelitian untuk mengukur pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan mengingat dan memahami. Oleh
karena itu, peneliti akan membuat penelitian untuk mengisi kekurangan yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan mengingat dan
memahami siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.2.3 Literature Map
Gambar 2.4 Bagan Hasil Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Teori kognitif Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif siswa kelas
V SD yang berusia antara 7-11 tahun berada pada periode operasional konkret. Pada
usia ini anak sudah dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
konkret yang terjadi di lingkungannya. Selain itu, kerja sama dengan teman sebaya
juga dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif. Untuk mendukung
Alpusari & Putra (2015)
Cooperative Learning Think Pair Share
(TPS) Model - Process Science Skills
Fattaah (2013)
Metode pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Square - Kemampuan
Kognitif C2
Witaningtyas, Lasmawan, & Adnyana
(2016)
Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share - Sikap Ilmiah dan
Hasil Belajar
Tristiantari, Marhaeni, & Koyan,
(2013).
Model Pembelajaran Kooperatif tipe
TPS - Kemampuan Berbicara dan
Keterampilan Berpikir Kreatif
Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS)
Kemampuan Mengingat dan
Memahami
Siswanto, dkk (2014)
Model Conceptual Understanding
Procedures (cups) - Kemampuan
Kognitif C2
Putri & Sudianto (2013)
Metode Mind Map - Kemampuan
Mengingat
Yang akan diteliti
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) - Kemampuan mengingat dan memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
perkembangaan kognitif anak, diperlukan model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran yang diduga dapat digunakan dalam pembelajaran yang sesuai
dengan perkembangan anak adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS). Model Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif
yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi,
memperbaiki rasa percaya diri, memberi waktu kepada siswa untuk berpikir dan
merespon serta saling membantu satu sama lain. Model Think Pair Share
menerapkan empat langkah dalam pembelajaran, yaitu berpikir secara individu
(Think), diskusi berpasangan (Pair), berbagi dalam kelompok besar (Share 1), dan
berbagi dalam kelas besar (Share 2). Dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share, siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran
yang sesuai dengan tahapan berpikir mereka. Melalui proses ini, sedikit demi
sedikit siswa akan mengembangkan aspek kognitifnya. Kemampuan kognitif yang
mungkin akan berkembang yaitu kemampuan mengingat dan kemampuan
memahami.
Benjamin Samuel Bloom membagi kemampuan kognitif menjadi 6
kemampuan yang berkaitan, yaitu mengingat, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Penelitian ini hanya fokus pada dua
kemampuan, yaitu mengingat dan memahami. Mengingat adalah mengambil
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang
dibutuhkan adalah pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif,
atau kombinasi dari beberapa pengetahuan ini. Proses-proses kognitif dalam
kategori mengingat dibagi menjadi dua aspek yaitu mengenali dan mengingat
kembali. Siswa dikatakan memahami apabila mereka dapat mengkonstruksi makna
dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer. Siswa memahami
ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka.
Lebih tepatnya, pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan
kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Proses-proses kognitif dalam kategori
memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Pembelajaran di Sekolah Dasar perlu didukung dengan suatu model
pembelajaran agar kemampuan kognitif siswa berkembang secara maksimal. Selain
itu, diharapkan model yang diterapkan dapat memfasilitasi siswa untuk memiliki
ingatan jangka panjang dan memahami materi pelajaran dengan baik. Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) menjadi solusi untuk
memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan dasar yaitu kemampuan
mengingat dan memahami. Model ini juga diterapkan melalui pembelajaran IPA.
Salah satu materi yang akan dipelajari dengan menggunakan model TPS yaitu
Siklus Air. Jika model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
diterapkan dengan empat langkah dalam pembelajaran, yaitu berpikir secara
individu (Think), diskusi berpasangan (Pair), berbagi dalam kelompok besar (Share
1), dan berbagi dalam kelas besar (Share 2), maka penerapan model ini akan
berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami siswa kelas V SD
Negeri Jongkang Yogyakarta pada materi siklus air.
2.4 Hipotesis penelitian
2.4.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berpengaruh terhadap kemampuan mengingat pada materi siklus air siswa
kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018.
2.4.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berpengaruh terhadap kemampuan memahami pada materi siklus air siswa
kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel
penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-
experimental design tipe pretest-posttest non equivalent group design. Tipe
penelitian ini termasuk umum digunakan dalam penelitian pendidikan (Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 283). Quasi experimental biasanya dipakai pada
eksperimen yang menggunakan kelas-kelas atau kelompok-kelompok yang sudah
ada (Sumanto, 2014: 230). Penelitian kuasi eksperimental berusaha menentukan
pengaruh suatu perlakuan (treatment) tertentu pada salah satu kelompok dan tidak
memberikan perlakuan (treatment) tersebut pada kelompok lain.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian quasi experimental karena pemilihan
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dilakukan secara random tetapi
menggunakan kelas yang sudah terbentuk. Penentuan kelas yang menjadi sampel
untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diputuskan berdasarkan undian.
Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberi pretest untuk mengetahui
keadaan awal sebelum diberi perlakuan (treatment). Pemberian pretest pada kedua
kelompok dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa pengujian (testing). Tingkat ancaman validitas internal penelitian
berupa pengujian (testing) berada pada kategori rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 283). Oleh karena itu, rancangan penelitian eksperimental empat kelompok
tipe Solomon dapat membantu meminimalisir ancaman ini (Neuman, 2013: 328).
Setelah diberi perlakuan (treatment), kedua kelompok tersebut masing-
masing diberi posttest untuk mengetahui perbedaan kemampuannya. Data diambil
dari pretest dan posttest yang telah diberikan kepada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(Sumber: Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 283)
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
O1 : Rerata skor pretest pada kelompok eksperimen
O2 : Rerata skor posttest pada kelompok eksperimen
X : Perlakuan (treatment) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS)
O3 : Rerata skor pretest pada kelompok kontrol
O4 : Rerata skor posttest pada kelompok kontrol
---- : Garis putus-putus menunjukkan bahwa teknik pengambilan sampel tidak
dilakukan secara random atau sampel diambil dari kelas yang sudah
terbentuk (tidak dicampur). Selain itu, garis putus-putus berfungsi sebagai
pemisah antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang disebut
dengan non equivalent group design (Cohen, Manion, & Morrison, 2007:
283).
Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran
inovatif, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode klasik, yaitu ceramah
yang dianggap sebagai non-treatment. Campbell dan Stanley mengungkapkan
bahwa hasil penelitian dapat diukur dengan membandingkan pretest dan posttest.
Pengaruh perlakuan (treatment) dapat dihitung dengan menggunakan tiga langkah
(Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276) berikut.
1. Pada kelompok eksperimen, skor posttest dikurangi skor pretest.
2. Pada kelompok kontrol, skor posttest dikurangi skor pretest.
3. Hasil hitungan dari langkah (1) dikurangi hasil hitungan langkah (2).
Berdasarkan penjelasan tersebut, Campbell dan Stanley memberikan rumus
untuk menghitung pengaruh perlakuan (treatment). Jika hasil perlakuan (treatment)
Eksperimental O1 X O2
----------------------
Kontrol O3 O4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
lebih besar dari nol, ada pengaruh dari perlakuan (treatment). Rumus untuk
menghitung pengaruh perlakuan (treatment) (Cohen, Manion, & Morrison, 2007:
276-277) adalah sebagai berikut.
(Sumber: Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-277)
Gambar 3.2 Desain Pengaruh Perlakuan
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jongkang yang beralamat di Jalan
Palagan Tentara Pelajar RT. 04 / RW. 33, Sariharjo, Ngaglik, Sariharjo, Sleman,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581. SD Negeri Jongkang
berada di Dusun Sedan yang cukup padat penduduk. Di depan sekolah terdapat
jalan umum yang sedikit sempit tetapi ramai dilalui warga. Lingkungan sekolah SD
Negeri Jongkang cukup sejuk dan asri sehingga kondusif untuk berlangsungnya
proses belajar mengajar. Bangunan sekolah SD Negeri Jongkang adalah milik
pemerintah dan tidak bertingkat. Fasilitas yang terdapat di SD Negeri Jongkang
diantaranya adalah 12 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan,
ruang karawitan, UKS, musholla, kantin, toilet, ruang dapur, tempat parkir,
halaman sekolah, dan tempat sampah. Jumlah siswa SD Negeri Jongkang pada
tahun ajaran 2017/2018 adalah 322 siswa. SD Negeri Jongkang menggunakan
kurikulum 2013 (kelas 1, 2, 4, 5) dan kurikulum KTSP (kelas 3, 6).
Peneliti memilih SD Negeri Jongkang sebagai tempat penelitian karena SD
ini memiliki kelas paralel yang bisa mendukung penelitian eksperimen dan
memiliki sarana yang mendukung pelaksanaan penelitian seperti proyektor
sehingga kebutuhan penelitian dapat terpenuhi. Sekolah ini mempunyai 2 kelas
pararel yaitu A dan B di setiap kelasnya. Lingkungan dan kondisi ruang kelas yang
menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen kurang lebih sama, sehingga
dapat mengontrol ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa lokasi
(location). Tingkat ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa lokasi
(location) berada pada kategori menengah atau bahkan bisa berada pada kategori
tinggi. Status sekolah SD ini sebagai sekolah negeri dengan akreditasi A. SD Negeri
(O2 β O1) β (O4 β O3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Jongkang juga mempunyai beberapa prestasi diantaranya pernah meraih juara I
Taekwondo tingkat DIY 2016/2017, juara II Panahan tingkat DIY 2016/2017, juara
III MTQ tingkat Provinsi 2016/2017, juara II Bakiak Dolanan Bocah tingkat
Kecamatan 2017/2018, juara III Taekwondo tingkat Nasional 2017/2018, dan juara
III Kalifah tingkat Kecamatan 2017/2018.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018.
Pengambilan data penelitian disesuaikan dengan jadwal kalender pendidikan SD
Negeri Jongkang yang dimulai pada tanggal 16 September 2017 sampai dengan 7
Oktober 2017. Pengambilan data eksperimental dianjurkan dalam waktu sesingkat
mungkin untuk mengurangi bias (Krathwohl, 2004: 547). Pengambilan data dalam
waktu singkat dapat mengontrol ancaman terhadap validitas internal penelitian
berupa sejarah (history). Tingkat ancaman validitas internal penelitian berupa
sejarah (history) berada pada kategori rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012:
283). Jadwal pengambilan data yang dilakukan peneliti di SD Negeri Jongkang
ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data
Kelompok Hari, tanggal Alokasi Waktu Kegiatan
Kontrol
Sabtu, 16 September 2017 2 x 35 menit Pretest
Rabu, 20 September 2017 2 x 35 menit Pembelajaran 1
Senin, 25 September 2017 2 x 35 menit Pembelajaran 2
Selasa, 26 September 2017 2 x 35 menit Pembelajaran 3
Kamis, 28 September 2017 2 x 35 menit Pembelajaran 4
Sabtu, 30 September 2017 2 x 35 menit Posttest I
Sabtu, 7 Oktober 2017 2 x 35 menit Posttest II
Eksperimen
Sabtu, 16 September 2017 2 x 35 menit Pretest
Jumat, 22 September 2017 2 x 35 menit Pembelajaran 1
Sabtu, 23 September 2017 2 x 35 menit Pembelajaran 2
Selasa, 26 September 2017 2 x 35 menit Pembelajaran 3
Kamis, 28 September 2017 2 x 35 menit Pembelajaran 4
Jumat, 29 September 2017 2 x 35 menit Posttest I
Sabtu, 7 Oktober 2017 2 x 35 menit Posttest II
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki ciri atau karakteristik
tertentu untuk membedakan kelompok tersebut dengan individu lain (Creswell,
2015: 287; Best & Kahn, 2006: 13; Abdurrahman & Muhidin, 2011: 119). Populasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 51
siswa.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah subkelompok dari populasi yang diambil menurut prosedur
tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Creswell, 2015: 288; Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 100; Abdurrahman & Muhidin, 2011: 119). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain non probability
sampling dengan tipe convenience sampling. Teknik convenience sampling
merupakan pemilihan sampel yang pada umumnya digunakan untuk penelitian
pendidikan dengan menggunakan kelas yang telah tersedia karena keterbatasan
administrasi untuk memilih secara acak (Best & Kahn, 2006: 18-19). Sampel
diambil atau terpilih karena ada di tempat dan waktu yang tepat (Abdurrahman &
Muhidin, 2011: 135).
Pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ditentukan
berdasarkan undian yang disaksikan oleh guru kelas V-A dan V-B. Guru kelas V-
A sebagai guru mitra yang akan memberikan pembelajaran bagi kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Guru mitra adalah guru yang dianggap berpengalaman
dalam mengajar siswa kelas V. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi bias
dalam penelitian ini. Pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru yang sama
dapat mengontrol ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa
implementasi (implementation). Tingkat ancaman validitas internal penelitian
berupa implementasi (implementation) berada pada kategori tinggi (Fraenkel,
Wallen, & Hyun, 2012: 284).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas V-A terpilih sebagai
kelompok kontrol sebanyak 23 siswa dan kelas V-B terpilih sebagai kelompok
eksperimen sebanyak 28 siswa. Kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan
(treatment), sedangkan kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan (treatment)
berupa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu konsep atau gagasan yang difokuskan oleh peneliti
menjadi sebuah objek penelitian yang ingin diteliti (Cohen, Manion, & Morrison,
2007: 504). Variabel juga merupakan kondisi atau karakteristik yang dimanipulasi,
dikendalikan, atau diamati oleh peneliti (Best & Kahn, 2006: 167). Jadi, variabel
adalah kondisi atau karakteristik yang difokuskan sebagai objek untuk
dimanipulasi, dikendalikan, atau diamati oleh peneliti. Jenis variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.
Kedua variabel tersebut digunakan karena sesuai dengan jenis penelitian
eksperimen yang bertujuan untuk melihat suatu pengaruh.
3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen merupakan kondisi atau karakteristik yang
dimanipulasikan oleh peneliti dalam rangka untuk menerangkan hubungannya
dengan fenomena yang diobservasi (Sanjaya, 2013: 95). Variabel independen juga
sebagai variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012: 39). Jadi, variabel independen
adalah kondisi atau karakteristik yang dimanipulasi oleh peneliti untuk
mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS). Think Pair Share (TPS) terdiri dari empat langkah yaitu berpikir
secara individu (Think), diskusi berpasangan (Pair), berbagi dalam kelompok besar
(Share 1), dan berbagi dalam kelas besar (Share 2).
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah kondisi atau karakteristik yang muncul, hilang,
atau berubah saat peneliti mengenalkan, menghilangkan, atau mengubah variabel
independen (Best & Kahn, 2006: 168). Variabel dependen juga merupakan variabel
yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen
(Sumanto, 2014: 39). Jadi, variabel dependen adalah kondisi atau karakteristik yang
muncul, hilang, berubah, atau menjadi akibat karena adanya variabel independen.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan mengingat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kemampuan memahami. Kemampuan mengingat terdiri dari dua aspek yaitu
mengingat kembali dan mengenali. Kemampuan memahami terdiri dari tiga aspek
yaitu merangkum, menjelaskan, dan mencontohkan.
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.3 Variabel Penelitian
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Tes
merupakan rangkaian pertanyaan yang memerlukan jawaban sebagai alat ukur
dalam proses asesmen maupun evaluasi dan mempunyai peran penting untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, bakat atau kemampuan yang
dimiliki individu atau kelompok (Kasmadi & Sunariah, 2013: 69). Tes berisi
sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan tujuan mengukur tingkat
kemampuan seseorang yang dikenai tes (Mardapi, 2008: 67). Tes digunakan untuk
mengukur tingkat pencapaian keberhasilan siswa setelah melakukan kegiatan
belajar. Jadi, tes adalah teknik untuk mengukur tingkat kemampuan dasar dan
pencapaian siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Berikut adalah pemetaan instrumen pengumpulan data yang akan
digunakan.
Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian
No. Kelompok Variabel Pengukuran data Instrumen
1 Kontrol (V-A)
Eksperimen (V-B) Mengingat Pretest-Posttest Soal uraian (1, 2a, 2b)
2 Kontrol (V-A)
Eksperimen (V-B) Memahami Pretest-Posttest Soal uraian (2c, 3, 4)
Bentuk tes yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah tes
uraian. Tes uraian adalah tes yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengorganisasikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuannya
Think Pair Share (TPS)
Kemampuan memahami
Kemampuan mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dengan menggunakan bahasanya sendiri atas sejumlah item yang relatif kecil dan
tuntutan jawaban yang benar, relevan, lengkap, terstruktur, dan jelas (Masidjo,
2010: 46). Selain itu, tes uraian memiliki kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan
dari tes uraian yaitu 1) tes uraian tepat untuk menilai proses berpikir tingkat tinggi;
2) tes uraian memaksa peserta didik mengemukakan jawabannya ke dalam bahasa
yang runtut sesuai dengan gaya bahasanya sendiri; 3) tes uraian memaksa peserta
didik untuk menggunakan pikirannya sendiri dan kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bersikap untung-untungan; dan 4) bentuk tes uraian mudah
disusun dan tidak banyak menghabiskan waktu (Nurgiyantoro, 2010: 118). Adapun
kelemahan dari tes uraian yaitu 1) tes uraian memiliki kadar validitas dan
reliabilitas yang rendah. Rendahnya kadar validitas dan reliabilitas tersebut
disebabkan karena terbatasnya sampel bahan yang diteskan yang mewakili seluruh
bahan; 2) akibat terbatasnya bahan yang diteskan, dapat terjadi hal-hal yang juga
bersifat kebetulan; 3) penilaian yang dilakukan terhadap jawaban peserta didik
tidak mudah ditentukan standarnya; dan 4) waktu yang dibutuhkan untuk
memeriksa pekerjaan peserta didik relatif lama (Nurgiyantoro, 2010: 118-119).
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan soal pretest dan posttest
yang sama kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pretest
dilaksanakan sebelum materi pelajaran diberikan kepada siswa (Sudijono, 2011:
69). Pemberian soal pretest bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttest diberikan untuk mengetahui
materi yang sudah siswa kuasai (Sudijono, 2011: 70).
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Widoyoko, 2012: 51). Instrumen
penelitian merupakan alat penting untuk memperoleh data. Penelitian ini
menggunakan instrumen yang sama untuk pretest dan posttest. Hal ini dilakukan
untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa
instrumentasi (instrumentation). Tingkat ancaman instrumentasi (instrumentation)
ini berada pada kategori rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Instrumen dalam penelitian ini digunakan oleh tiga peneliti yang masing-
masing meneliti 2 kemampuan dalam penelitian payung. Instrumen penelitian
terdiri dari 18 soal uraian. Setiap soal uraian masing-masing mengukur 6
kemampuan kognitif pada taksonomi Bloom, yaitu mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Pembagian soal
instrumen adalah sebagai berikut: 1) soal nomor 1, 2a, 2b, 2c, 3, dan 4 digunakan
untuk meneliti kemampuan mengingat dan memahami; 2) soal nomor 5, 6a, 6b, 6c,
7a, dan 7b digunakan untuk meneliti kemampuan mengaplikasikan dan
menganalisis; dan 3) soal nomor 8a, 8b, 8c, 9a, 9b, dan 9c digunakan untuk meneliti
kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Soal uraian diambil dari mata pelajaran
IPA kelas V pada Kompetensi Dasar 3.5 yaitu tentang mendeskripsikan siklus air
dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup. Dari 18
soal uraian tersebut, peneliti hanya menggunakan 6 soal yang digunakan sebagai
instrumen untuk mengukur kemampuan mengingat dan memahami. Matriks
pengembangan instrumen ditunjukkan oleh tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen
No Variabel Aspek Indikator No Soal
1 Mengingat
Mengingat
kembali
Mengingat kembali definisi dari siklus
air
1, 2a, 2b
Mengenali
Mengenali nama dari proses siklus air
Mengenali nama ilmiah dalam proses
siklus air
2 Memahami
Merangkum Membuat ringkasan pendek proses
terjadinya siklus air di bumi
2c, 3, 4 Menjelaskan Menjelaskan proses terjadinya siklus
air
Mencontohkan Memberikan contoh tindakan
penghematan air
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Peneliti melakukan pengujian instrumen sebelum diujicobakan kepada
responden. Pengujian instrumen bertujuan untuk mendapatkan instrumen yang
valid dan reliabel. Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel menjadi ancaman
terhadap hasil penelitian.
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah tingkat dimana suatu instrumen mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sumanto, 2014: 78). Uji validitas digunakan untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
seberapa cermat suatu instrumen atau item-item dalam mengukur apa yang ingin
diukur (Priyatno, 2012: 95). Instrumen yang valid mampu mengukur apa yang
hendak diukur (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 135). Validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah validitas muka, validitas isi, dan validitas konstruk.
3.7.1.1 Validitas Muka
Validitas muka adalah validitas yang menunjukkan apakah alat pengukuran
atau instrumen penelitian dari segi rupanya tampak mengukur yang ingin diukur
atau tidak. Validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen
(Siregar, 2013: 46). Validitas muka dicapai dengan penilaian profesional dari para
ahli atau expert judgement. Dalam penelitian ini, validitas muka diperoleh dari
pendapat dua ahli yaitu guru selaku wali kelas V dari SD Kanisius Prontakan dan
SD Negeri Kalibening. Validator 1 memberikan saran secara tertulis bahwa
βalangkah lebih baik apabila kalimat perintah menggunakan kata-kata yang lebih
mudah dipahami siswaβ pada soal nomor 1 (kemampuan mengingat), sedangkan
pada soal nomor 3 (kemampuan memahami), validator menuliskan komentar bahwa
βringkasan = menyingkatβ. Validator 1 memberikan penilaian sangat baik pada soal
nomor 2a, 2b, 2c, dan 4 sehingga tidak terdapat saran perbaikan. Validator 2
memberikan saran secara tertulis bahwa kalimat perintah pada soal nomor 1 dan 4
βlangsung pada intinya sajaβ, sedangkan pada soal nomor 2a, 2b, 2c, dan 3,
validator memberikan penilaian sangat baik dengan komentar sudah baik.
Berdasarkan penilaian dari kedua ahli, total skor penilaian instrumen dari kedua
validator yaitu 68 dan 65. Interval yang digunakan adalah 58,50 β 72,00. Rerata
skor yang diperoleh dari kedua skor tersebut yaitu 66,5 dengan kategori sangat
layak diimplementasikan. Hasil rerata tersebut menunjukkan bahwa instrumen
sangat layak digunakan dalam penelitian.
3.7.1.2 Validitas Isi
Sebuah tes memiliki validitas isi apabila mampu merepresentasikan cakupan
dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan materi sesuai dengan bidang yang
bersangkutan (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 162). Validitas isi dicapai
dengan penilaian profesional dari para ahli atau expert judgement (Cohen, Manion,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
& Morrison, 2007: 162). Validitas isi dalam penelitian ini diperoleh dari salah satu
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Validator memberikan saran secara tertulis bahwa βpenggunaan kata pengertian
atau definisi pilih salah satu saja yang mudah dipahamiβ pada soal nomor 1
(kemampuan mengingat). Pada soal nomor 2a, validator memberikan penilaian baik
tanpa saran perbaikan. Pada soal nomor 2b (kemampuan mengingat), validator
memberikan komentar bahwa βapakah ada kemungkinan jawaban 2a dan 2b akan
tertukar dan bagaiman menyiasati hal tersebutβ. Validator memberikan penilaian
sangat baik pada soal nomor 2c dan 3 tanpa saran perbaikan. Pada soal nomor 4
(kemampuan memahami), validator memberikan saran secara tertulis bahwa kata
βminimalβ dihapus saja. Total skor yang diperoleh dari penilaian dosen adalah 55.
Interval yang digunakan adalah 45,00 β 58,49. Berdasarkan skor tersebut, dapat
dikatakan bahwa instrumen layak diimplementasikan dengan perbaikan kecil (lihat
Lampiran 3.4).
3.7.1.3 Validitas Konstruk
Validitas konstruk dilakukan melalui uji empiris. Validitas konstruk
digunakan untuk mengukur kesesuaian setiap item soal (Arikunto, 2012: 83). Uji
empiris dilakukan pada minimal 30 responden agar mendapatkan distribusi data
normal (Field, 2009: 42). Peneliti mengujicobakan soal tes kepada siswa kelas V
SD Kanisius Demangan Baru 1 yang beralamat di jalan Demangan Baru No. 22,
Desa Demangan Baru, Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. Peneliti memilih SD
Kanisius Demangan Baru I karena sekolah ini memiliki kelas paralel, sama seperti
SD Negeri Jongkang dan terakreditasi A. Pengerjaan soal dilaksanakan pada Rabu,
14 Juni 2017 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Jumlah responden yang mengikuti
uji empiris instrumen tes sebanyak 71 siswa.
Uji validitas soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Pearson. Uji
validitas konstruk dilakukan menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics
23 for Windows untuk mempermudah perhitungan. Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95%. Kriteria untuk item valid adalah harga p < 0,05 atau harga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
r hitung > r tabel (Priyatno, 2012: 101). Hasil uji validitas instrumen dari variabel
mengingat dan memahami dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 3.5).
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen
No Item
Soal Variabel Aspek r tabel r hitung p Keterangan
1
Mengingat
Mengingat kembali 0,2272 0,316** 0,007 Valid
2a Mengenali
0,2272 0,245* 0,039 Valid
2b 0,2272 0,571** 0,000 Valid
2c
Memahami
Menjelaskan 0,2272 0,491** 0,000 Valid
3 Merangkum 0,2272 0,507** 0,000 Valid
4 Mencontohkan 0,2272 0,406** 0,000 Valid
Keterangan:
** artinya tingkat signifikansi 0,01
* artinya tingkat signifikansi 0,05
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa harga p < 0,05 pada semua item soal variabel
mengingat dan memahami dinyatakan valid dengan tingkat kepercayaan 95%.
Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif dengan enam kemampuan kognitif
B. S. Bloom yang diujikan secara bersama-sama. Hasil uji validitas tersebut
menunjukkan bahwa semua item soal dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan kognitif B. S. Bloom, yaitu kemampuan mengingat dan memahami.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas jika memberikan ketetapan
hasil atau konsistensi dari waktu ke waktu dan dari responden yang sama (Cohen,
Manion, & Morrison, 2007: 146). Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana
suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan
dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 2010: 209). Jadi reliabilitas
instrumen adalah ketepatan hasil atau konsistensi dari pengukuran suatu instrumen.
Penelitian ini menggunakan program komputer IBM SPSS Statistics 23 for
Windows untuk mempermudah perhitungan. Nunnally (dalam Ghozali, 2009: 46)
menjelaskan bahwa suatu konstruk dikatakan reliabel jika harga Alpha Cronbach >
0,60. Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut
(lihat Lampiran 3.6).
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
N of Items Alpha Cronbach
Uji Reliabilitas Instrumen 18 0,701
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 3.5 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas instrumen dari 18 soal
yang valid dalam penelitian payung memiliki nilai Alpha Cronbach = 0,701 (Alpha
Cronbach > 0,60). Nilai Alpha Cronbach menunjukkan bahwa instrumen soal
reliabel dan layak diterapkan dalam penelitian ini.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan menghitung data agar dapat disajikan secara
sistematis dan dapat dilakukan interpretasi data (Priyatno, 2012: 1). Analisis data
dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul. Teknik
analisis data pada penelitian ini menggunakan program komputer IBM SPSS
Statistics 23 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Teknik analisis data
dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini.
3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan
Sebelum melakukan langkah-langkah analisis statistik untuk menguji
hipotesis penelitian, diperlukan langkah-langkah pengujian awal untuk memastikan
syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu untuk menentukan jenis uji
statistik yang sesuai dengan pengujian selanjutnya. Untuk itu dilakukan uji asumsi
berupa uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas varian.
3.8.1.1 Uji Asumsi
1. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk menentukan jenis uji statistik
dalam analisis selanjutnya (Field, 2009: 144). Dalam penelitian ini belum diketahui
data berdistribusi normal atau tidak, sehingga peneliti menggunakan analisis non
parametrik. Kondisi yang ideal adalah jika data terdistribusi secara normal. Jika
data terdistribusi secara normal, analisis statistik yang digunakan yaitu statistik
parametrik. Analisis parametrik menggunakan Independent Samples t-test untuk
data tidak berpasangan atau Paired Samples t-test untuk data berpasangan (Field,
2009: 326). Jika data terdistribusi secara tidak normal, analisis statistik yang
digunakan yaitu statistik non parametrik. Analisis non parametrik menggunakan
Mann-Whitney U test untuk data tidak berpasangan atau Wilcoxon signed rank test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
untuk data berpasangan (Field, 2009: 345). Uji normalitas distribusi data dihitung
dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 23 for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95%. Untuk uji normalitas distribusi data, data diambil dari seluruh
skor pretest, posttest I, posttest II, dan selisih pretest-posttest I dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan hipotesis statistik sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas
Hi : Ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui normalitas distribusi data (Priyatno,
2012: 136) adalah sebagai berikut.
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Dengan kata lain, distribusi
data tidak normal.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Dengan kata lain, distribusi
data normal.
2. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah skor rerata dua
kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Kondisi yang ideal
adalah jika variannya homogen. Pengujian ini diperlukan terutama untuk
penggunaan statistik parametrik untuk data yang tidak berpasangan yaitu
Independent Samples t-test. Untuk statistik non parametrik menggunakan analisis
Explore (Field, 2009: 151). Teknik pengujian homogenitas varian menggunakan
Leveneβs test (Field, 2009: 340). Untuk uji homogenitas varian, data yang
digunakan adalah data skor pretest dan selisih pretest-posttest I dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dengan hipotesis statistik sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest atau selisih
pretest-posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest atau selisih
pretest-posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui homogenitas varian (Field, 2009: 150)
adalah sebagai berikut.
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan varian
yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok tersebut tidak
homogen.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan
varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok tersebut
homogen.
3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama
atau berbeda terhadap kemampuan mengingat dan memahami. Kondisi yang ideal
adalah jika kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang sama. Selain
itu, uji ini juga digunakan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa ancaman karakteristik subjek (subject characteristics) karena
teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan dengan teknik
random sampling (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282). Teknik random
sampling dilakukan untuk memastikan bahwa kedua kelompok yang diambil
sebagai sampel kelompok kontrol dan kelompok eksperimen betul-betul merupakan
kelompok yang setara dan mewakili populasi (representatif). Kemampuan awal
yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menjadi ancaman
besar bagi validitas internal penelitian. Oleh karena itu, salah satu solusi yang dapat
dilakukan yaitu dengan menguji hasil pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Jika hasil uji pretest kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang
tidak berbeda, maka bias yang mungkin terjadi dianggap tidak ada (Neuman, 2013:
238).
Untuk uji perbedaan kemampuan awal, data yang digunakan adalah skor
pretest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Jika distribusi data
normal, uji perbedaan kemampuan awal menggunakan statistik parametrik
Independent Samples t-test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field,
2009: 325). Jika distribusi data tidak normal, uji perbedaan kemampuan awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menggunakan statistik non parametrik Mann-Whitney U test karena data berasal
dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 345). Uji perbedaan kemampuan awal
dihitung dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 23 for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95%. Analisis data uji perbedaan kemampuan awal menggunakan
hipotesis statistik sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata pretest kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara rerata pretest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal (Priyatno,
2012: 24) adalah sebagai berikut.
1. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan
kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Dengan kata lain, kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan
awal yang berbeda.
2. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan
kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Dengan kata lain, kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan
awal yang sama.
3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan mengingat dan memahami. Data yang digunakan untuk uji
signifikansi pengaruh perlakuan adalah skor selisih pretest-posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sesuai dengan desain penelitian.
Untuk mencari pengaruh perlakuan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (O2
- O1) - (O4 - O3) yaitu dengan cara mengurangkan rerata selisih skor posttest I ke
pretest pada kelompok eksperimen dengan rerata selisih skor posttest I ke pretest
pada kelompok kontrol (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-277). Jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
hasilnya lebih besar dari 0, maka ada pengaruh perlakuan. Untuk memastikan
apakah pengaruhnya signifikan, maka dilakukan uji signifikansi pengaruh
perlakuan menggunakan IBM SPSS Statistics 23 for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95%. Jika distribusi data normal, uji signifikansi pengaruh perlakuan
menggunakan statistik parametrik Independent Samples t-test karena data berasal
dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 325). Jika distribusi data tidak normal,
uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik non parametrik Mann-
Whitney U test karena data berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 345).
Analisis data uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan hipotesis statistik
sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest- posttest I
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan (Santoso, 2012:
100) adalah sebagai berikut.
1. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang
signifikan. Dengan kata lain, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami.
2. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan
yang signifikan. Dengan kata lain, penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS tidak berpengaruh terhadap kemampuan mengingat dan memahami.
3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan mengingat dan memahami dengan menunjukkan apakah pengaruh
tersebut substantif atau penting (Field, 2009: 56). Pentingnya suatu pengaruh sering
disebut sebagai effect size (ES). Effect size merupakan suatu ukuran objektif yang
memiliki standar tertentu untuk mengetahui suatu efek dari suatu perlakuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dihasilkan (Field, 2009: 56-57). Untuk mengetahui effect size digunakan teknik
koefisien korelasi Pearson (r) yang menggunakan skala 0 (tidak ada efek) dan 1
(efek sempurna). Teknik pengukuran efek ini merupakan teknik yang berguna
karena memberikan ukuran yang objektif untuk memastikan besarnya efek dari
suatu perlakuan. Kriteria yang digunakan untuk menentukan besar pengaruh
perlakuan (Field, 2009: 57) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan
r Kategori Efek
0,10 Kecil Setara dengan 1%
0,30 Menengah Setara dengan 9%
0,50 Besar Setara dengan 25%
Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 253) memberikan penjelasan lebih lanjut
sebagai berikut.
No Harga r Interpretasi
1 0,00-0,40 Efek tidak penting secara praktis, bisa jadi masih penting secara teoretis
untuk membuat prediksi
2 0,41-0,60 Efek cukup besar secara praktis dan teoretis
3 0,61-0,80 Efek sangat penting, tetapi jarang dicapai dalam penelitian pendidikan
4 0,81-1,00 Mungkin terjadi kesalahan dalam penghitungan; jika tidak, efeknya memang
sangat besar
Field memberikan dua cara untuk menghitung besar pengaruh perlakuan yaitu
sebagai berikut.
1. Jika distribusi data normal, uji besar pengaruh perlakuan menggunakan rumus
korelasi Pearson (Field, 2009: 332) berikut.
Gambar 3.4 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan untuk Data Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh
(effect size)
t : harga uji t (dari output SPSS dengan Independent Samples t test)
df : derajad kebebasan (degree of freedom) yaitu (N-2 atau jumlah total
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dikurangi 2)
π = βπ‘2
π‘2 + ππ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2. Jika distribusi data tidak normal, uji besar pengaruh perlakuan menggunakan
rumus korelasi Pearson (Field, 2009: 550) berikut.
Gambar 3.5 Rumus Besar Pengaruh Perlakuan untuk Data Tidak Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh
(effect size)
Z : skor Z (dari output SPSS dengan Mann-Whitney U test)
N : jumlah seluruh responden dari kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi
(R2) dikalikan 100%. Field (2009: 179) memberikan rumus sebagai berikut.
Gambar 3.6 Rumus Persentase Pengaruh Perlakuan
3.8.2 Analisis Lebih Lanjut
3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan
untuk mengetahui persentase besar pengaruh dari penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS. Analisis perhitungan dilakukan dengan mengambil data rerata
skor pretest dan posttest I pada uji normalitas distribusi data menggunakan
Kolmogorov-Smirnov test.
1. Persentase Peningkatan
Uji persentase peningkatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dari kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Cara menghitung persentase ini adalah mengurangkan skor
posttest I dengan skor pretest dan hasilnya dibagi dengan skor pretest, kemudian
dikalikan dengan 100%. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase
peningkatan adalah sebagai berikut.
Persentase pengaruh = R2 x 100%
π =π
βπ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Gambar 3.7 Rumus Persentase Peningkatan Pretest-Posttest I
Untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut signifikan, maka digunakan
uji statistik berikut: 1) jika distribusi data normal menggunakan statistik parametrik
Paired Samples t test (Field, 2009: 325); dan 2) jika distribusi data tidak normal
menggunakan statistik non parametrik Wilcoxon signed rank test (Field, 2009: 345).
Uji statistik persentase peningkatan menggunakan IBM SPSS Statistics 23 for
Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Data yang digunakan untuk uji
persentase peningkatan adalah skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Analisis data uji persentase peningkatan menggunakan
hipotesis statistik sebagai berikut.
Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest
I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui persentase peningkatan (Priyatno, 2012:
31) adalah sebagai berikut.
a. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang
signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Dengan kata lain, terdapat peningkatan skor yang
signifikan dari pretest ke posttest 1.
b. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan
yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, terdapat peningkatan skor yang
tidak signifikan dari pretest ke posttest I.
Untuk mengetahui persentase dari selisih skor pretest-posttest I (Gain Score)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Persentase peningkatan = (πππππ‘π πππ π‘π‘ππ π‘ πΌ β πππππ‘π ππππ‘ππ π‘)
πππππ‘π ππππ‘ππ π‘ x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 3.8 Rumus Gain Score
Frekuensi gain score diambil dari 50% skor tertinggi pada selisih pretest-
posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Fraenkel, Wallen, dan
Hyun, 2012: 250-251). Grafik pada gain score menunjukkan perbandingan rerata
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
2. Besar Efek Peningkatan
Uji besar efek peningkatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efek
peningkatan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Pearson yang
sedikit dimodifikasi. Field memberikan dua cara untuk menghitung besar efek
peningkatan dari pretest ke posttest I yaitu sebagai berikut.
a. Jika distribusi data normal, uji besar efek peningkatan menggunakan rumus
korelasi Pearson (Field, 2009: 332) berikut.
Gambar 3.9 Rumus Besar Efek Peningkatan untuk Data Normal
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh
(effect size)
t : harga uji t (dari output SPSS dengan Paired Samples t test)
df : derajad kebebasan (degree of freedom) yaitu (n-1)
b. Jika distribusi data tidak normal, uji besar efek peningkatan menggunakan
rumus korelasi Pearson (Field, 2009: 550) berikut.
Gambar 3.10 Rumus Besar Efek Peningkatan untuk Data Tidak Normal
Gain Score = πππππ’πππ π
ππ’πππβ π ππ π€π x 100%
π =π
βπ
π = βπ‘2
π‘2 + ππ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Keterangan:
r : korelasi Pearson yang digunakan untuk mengukur besar pengaruh
(effect size)
Z : skor Z (dari output SPSS dengan Wilcoxon signed rank test)
N : 2 x jumlah responden dalam 1 kelompok yang sama
Untuk mengubah harga r menjadi persen, digunakan koefisien determinasi
(R2) dikalikan 100%. Field (2009: 179) memberikan rumus sebagai berikut.
Gambar 3.11 Rumus Persentase Efek Peningkatan
3.8.2.2 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada bias regresi statistik yang
bisa mengancam validitas internal penelitian (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012:
283). Tingkat ancaman validitas internal penelitian berupa regresi statistik berada
pada kategori rendah. Jika kesimpulan hasil uji korelasi pretest-posttest I tidak
negatif dan signifikan, maka ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa
regresi statistik dapat dikendalikan dengan baik dalam penelitian.
Penjelasan ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa bias regresi
statistik sebagai berikut: kecenderungan umum bahwa partisipan dengan hasil skor
pretest yang sangat tinggi (mencapai skor tertinggi dalam skala pengukuran)
biasanya memperoleh skor posttest yang lebih rendah. Begitu pula sebaliknya, hasil
pretest yang sangat rendah (mencapai skor terendah dalam skala pengukuran)
biasanya memperoleh skor posttest yang lebih tinggi. Skor yang rendah pada pretest
akan cenderung naik mendekati mean pada posttest dan skor yang tinggi pada
pretest akan cenderung turun mendekati mean. Ancaman regresi statistik ini akan
lebih besar terjadi pada penelitian terhadap kelompok yang di dalamnya terdapat
siswa-siswa yang berkebutuhan khusus slow learner dan talented. Pada pretest,
siswa slow learner akan mendapat skor yang sangat rendah. Sesudah treatment,
mereka akan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Sementara siswa yang talented
biasanya akan langsung mendapatkan skor yang sangat tinggi pada waktu pretest,
Persentase peningkatan = R2 x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tetapi akan mengalami penurunan pada posttest. Jika perubahan yang terjadi pada
posttest selalu dianggap sebagai hasil treatment penelitian, kesimpulan tersebut bisa
diragukan karena efek regresi statistik ini. Hasilnya bisa diragukan karena hasil
pretest dan posttest belum tentu memiliki korelasi yang sempurna (Johnson &
Christensen, 2008: 263).
Field (2009: 177-181) menjelaskan bahwa ada dua cara untuk melakukan uji
korelasi, yaitu 1) jika distribusi data normal, uji korelasi menggunakan Pearsonβs
correlation coefficient; dan 2) jika distribusi data tidak normal, uji korelasi
menggunakan Spearmanβs correlation coefficient. Uji korelasi dihitung
menggunakan IBM SPSS Statistics 23 for Windows dengan tingkat kepercayaan
95%. Pada kelompok kontrol, skor pretest dikorelasikan dengan skor posttest I dan
pada kelompok eksperimen dilakukan langkah yang sama. Korelasi positif berarti:
jika skor pretest tinggi, tinggi juga skor posttestnya, sebaliknya jika skor pretestnya
rendah, rendah juga skor posttestnya. Korelasi negatif berarti: jika skor pretest
tinggi, skor posttestnya rendah dan jika skor pretest rendah, skor posttestnya tinggi.
Kondisi dikatakan ideal jika korelasinya positif. Korelasi negatif merupakan
ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Signifikan
berarti hasil korelasi tersebut bisa digeneralisasi pada populasi. Data yang
digunakan untuk uji korelasi adalah skor pretest dan posttest I pada kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen. Analisis data uji korelasi menggunakan
hipotesis statistik sebagai berikut.
Hnull : Korelasi pretest-posttest I = P dan Q
Hi : Korelasi pretest-posttest I β P dan Q
Keterangan:
P : jika harga p < 0,05
Q : jika r negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui hasil uji korelasi adalah sebagai berikut.
1. Jika hasilnya bukan P dan Q, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ancaman
terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik bisa dikendalikan
dengan baik dalam penelitian.
2. Jika hasilnya P dan Q, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik tidak bisa dikendalikan
dengan baik dalam penelitian.
3.8.2.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh
perlakuan masih kuat atau memiliki efek yang sama seperti pada hasil posttest I.
Krathwohl (2004: 546) berpendapat bahwa posttest II yang dilakukan beberapa
waktu sesudah posttest I bisa digunakan untuk memastikan dengan lebih akurat
kekuatan pengaruh perlakuan. Dalam banyak kasus, posttest I yang dilakukan
langsung sesudah treatment sering kurang akurat untuk menggambarkan hasil yang
sesungguhnya karena efek emosi positif yang timbul terhadap treatment bisa
menjadi metode baru yang sama sekali belum pernah dialami responden. Untuk itu
dilakukan posttest II seminggu sesudah posttest I sehingga ada jeda waktu yang
cukup untuk dapat menetralisisasi efek emosi yang mungkin timbul.
Untuk mengetahui retensi pengaruh perlakuan, maka digunakan uji statistik
berikut: 1) jika distribusi data normal, uji retensi pengaruh pelakuan menggunakan
Paired Samples t test karena data berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009:
325); dan 2) jika distribusi data tidak normal, uji retensi pengaruh perlakuan
menggunakan statistik non parametrik Wilcoxon signed rank test karena data
berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 345). Uji retensi pengaruh
perlakuan menggunakan IBM SPSS Statistics 23 for Windows dengan tingkat
kepercayaan 95%. Data yang digunakan untuk uji retensi pengaruh perlakuan
adalah skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen. Analisis data uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan hipotesis
statistik sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Hnull : Tidak ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Hi : Ada penurunan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui retensi pengaruh perlakuan (Field,
2009: 53) adalah sebagai berikut.
1. Jika harga p < 0,05, Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada penurunan skor
yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
2. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada penurunan
skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II.
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase peningkatan posttest I
ke posttest II adalah sebagai berikut.
Gambar 3.12 Rumus Persentase Peningkatan Skor Posttest I-Posttest II
Persentase peningkatan = (πππππ‘π πππ π‘π‘ππ π‘ πΌπΌ β πππππ‘π πππ π‘π‘ππ π‘ πΌ)
πππππ‘π πππ π‘π‘ππ π‘ πΌ x 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini akan mengemukakan hasil penelitian dan pembahasan. Pada hasil
penelitian akan menjelaskan implementasi penelitian, deskripsi data, dan hasil uji
hipotesis penelitian. Pada pembahasan berisi pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan
mengingat dan memahami pada mata pelajaran IPA materi siklus air.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Implementasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol tidak mendapatkan
perlakuan (treatment) berupa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS), sedangkan kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan (treatment)
berupa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Pemilihan
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ditentukan dengan cara diundi oleh
guru mitra. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan desain
non probability sampling dengan tipe convenience sampling. Teknik convenience
sampling merupakan pemilihan sampel yang pada umumnya digunakan untuk
penelitian pendidikan dengan menggunakan kelas yang telah tersedia karena
keterbatasan administrasi untuk memilih secara acak (Best & Kahn, 2006: 18-19).
Hasil undi menunjukkan bahwa kelas V-A sebagai kelompok kontrol dan kelas V-
B sebagai kelompok eksperimen. Berikut ini akan dideskripsikan populasi
penelitian dan pelaksanaan pembelajaran baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen.
4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta
tahun ajaran 2017/2018. Populasi terdiri dari dua kelas yang berjumlah 51 siswa.
Siswa-siswi yang bersekolah di SD Negeri Jongkang berasal dari Kecamatan Mlati,
Sleman, dan Ngaglik. Sampel penelitian ini menggunakan kelas V-A sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
kelompok kontrol dan kelas V-B sebagai kelompok eksperimen. Pemilihan sampel
ditentukan berdasarkan undian yang disaksikan oleh wali kelas V-A dan kelas V-
B.
Sampel penelitian yang pertama adalah siswa kelas V-A sebagai kelompok
kontrol. Kelas V-A terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan dengan
jumlah 23 siswa. Siswa pada kelompok kontrol rerata berasal dari latar belakang
ekonomi menengah ke bawah. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua
siswa antara lain buruh, karyawan swasta, wiraswasta, PNS, dan pedagang. Latar
belakang pendidikan orang tua siswa antara lain SD, SMP, SMA, dan Sarjana.
Ketika dilakukan treatment, semua siswa hadir di kelas. Meskipun demikian, pada
waktu pengerjaan pretest ada dua siswa yang tidak hadir. Perbedaan jumlah siswa
pada waktu pretest dan posttest dapat menjadi ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa mortalitas (mortality). Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 282)
menjelaskan bahwa mortalitas (mortality) adalah salah satu ancaman terhadap
validitas internal penelitian karena adanya perbedaan jumlah partisipan pada waktu
pretest dan posttest akibat mengundurkan diri dari penelitian. Tingkat ancaman
berupa mortalitas (mortality) ini berada pada kategori menengah. Oleh karena itu,
solusi yang dapat digunakan adalah mengisi data siswa yang tidak hadir dengan
rerata skor keseluruhan dari siswa-siswa yang telah mengerjakan pretest sehingga
nilainya netral.
Sampel penelitian yang kedua adalah siswa kelas V-B sebagai kelompok
eksperimen. Siswa kelas V-B berjumlah 28 anak yang terdiri dari 13 siswa laki-laki
dan 15 siswa perempuan. Siswa pada kelompok eksperimen rerata berasal dari latar
belakang ekonomi menengah ke bawah. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan
orang tua siswa antara lain swasta, wiraswasta, PNS, teknisi, pedagang, karyawan,
dan buruh. Latar belakang pendidikan orang tua siswa antara lain SD, SMP, SMA,
dan Sarjana. Pada waktu pengerjaan pretest dan posttest, semua siswa hadir di
kelas.
4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diawali
dengan mengerjakan pretest pada hari Sabtu, 16 September 2017. Pengerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pretest pada hari yang sama dapat mengontrol ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa maturasi (maturation). Tingkat ancaman berupa maturasi
(maturation) ini berada pada kategori rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012:
283). Selain itu, pretest juga dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki oleh kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengerjakan soal pretest yang
berjumlah 18 soal uraian dengan alokasi waktu 2 x 35 menit atau selama 2 jam
pelajaran. Peneliti hanya menggunakan soal 1, 2a, 2b, 2c, 3, dan 4 untuk meneliti
kemampuan mengingat dan memahami. Pelaksanaan implementasi dilakukan
selama tujuh kali pertemuan yang sudah termasuk pretest, posttest I, dan posttest
II. Pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan oleh
guru yang sama. Penyampaian materi pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen tidak dilaksanakan secara bersamaan tetapi mengikuti jadwal yang
telah disepakati bersama guru kelas. Pada kelompok kontrol, guru menggunakan
metode ceramah, sedangkan pada kelompok eksperimen guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Pada waktu implementasi,
peneliti berperan sebagai pengamat yang bertugas untuk mendokumentasikan
kegiatan pembelajaran serta membantu mempersiapkan alat dan bahan untuk
kegiatan pembelajaran. Deskripsi implementasi pembelajaran di kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen sebagai berikut.
1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran pada Kelompok Kontrol
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.
Pembelajaran di kelompok kontrol dilakukan selama empat kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit disetiap pertemuan. Materi pokok yang dipelajari adalah
siklus air, namun pada setiap pertemuan menggunakan sub materi yang berbeda-
beda.
Pertemuan I dilaksanakan hari Rabu, 20 September 2017 pada pukul 07.00-
08.45 WIB. Sub materi pertemuan I adalah proses siklus air. Pada awal kegiatan
pembelajaran, guru melakukan tanya-jawab tentang peristiwa hujan yang terjadi di
bumi (apersepsi). Selanjutnya, guru dan siswa melakukan tepuk semangat
(motivasi) supaya siswa lebih bersemangat untuk belajar. Setelah itu, guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada saat pembelajaran
(orientasi). Pada kegiatan inti, guru menjelaskan tentang proses siklus air kepada
siswa. Selama pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode ceramah dan
menuliskan hal-hal penting di papan tulis. Siswa mencatat penjelasan penting di
buku masing-masing. Pada kegiatan penutup, guru menyimpulkan materi yang
telah dipelajari dan memberi umpan balik kepada siswa mengenai proses siklus air.
Pertemuan II dilaksanakan hari Senin, 25 September 2017 pada pukul 07.35-
08.45 WIB dan dilanjutkan pukul 09.00-09.35 WIB. Sub materi pertemuan II
adalah faktor dan dampak terhambatnya siklus air. Kegiatan diawali dengan tanya-
jawab tentang kondisi air di lingkungan sekitar (orientasi). Selanjutnya, guru dan
siswa melakukan tepuk semangat (motivasi). Setelah itu, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran (orientasi). Kegiatan inti dilakukan dengan menjelaskan
kepada siswa tentang faktor dan dampak terhambatnya siklus air. Selama
pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode ceramah dan mencatat hal-
hal yang penting di papan tulis. Siswa mencatat hal-hal yang penting di buku
masing-masing. Kegiatan penutup diakhiri dengan menyimpulkan materi yang
telah dipelajari dan memberi umpan balik kepada siswa mengenai faktor dan
dampak terhambatnya siklus air.
Pertemuan III dilaksanakan hari Selasa, 26 September 2017 pada pukul
07.00-08.45 WIB. Sub materi pertemuan III adalah cara menjaga kelestarian air.
Kegiatan diawali dengan tanya-jawab tentang materi yang telah dipelajari
(orientasi). Selanjutnya, guru dan siswa melakukan tepuk semangat (motivasi).
Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran (orientasi). Pada kegiatan inti,
guru menjelaskan kepada siswa tentang cara menjaga kelestarian air. Selama
pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode ceramah dan mendiktekan
serta menuliskan hal-hal yang penting di papan tulis. Siswa mencatat penjelasan
penting di buku masing-masing. Kegiatan penutup diakhiri dengan menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan memberi umpan balik kepada siswa mengenai cara
menjaga kelestarian air.
Pertemuan IV dilaksanakan hari Kamis, 28 September 2017 pada pukul
07.00-08.45 WIB. Sub materi pertemuan IV adalah fungsi hutan dan pepohonan.
Kegiatan diawali dengan tanya-jawab tentang pohon yang ditanam di halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sekolah (orientasi). Selanjutnya, guru dan siswa melakukan tepuk semangat
(motivasi). Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran (orientasi). Pada
kegiatan inti, guru menjelaskan tentang fungsi hutan dan pepohonan kepada siswa.
Selama pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode ceramah dan
menulis hal-hal yang penting di papan tulis. Siswa mencatat penjelasan penting di
buku masing-masing. Kegiatan penutup diakhiri dengan menyimpulkan materi
yang telah dipelajari dan merangkum materi pembelajaran. Pada pertemuan ini,
kondisi tubuh guru mitra kurang sehat sehingga penjelasan materi sedikit lebih
lambat dari pertemuan sebelumnya. Meskipun demikian, pembelajaran tetap
berjalan dengan lancar.
Pada hari Sabtu, 30 September 2017 kelas kontrol mengerjakan soal posttest
I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran
dengan metode ceramah. Seminggu setelah posttest I, siswa mengerjakan soal
posttest II tepatnya pada hari Sabtu, 7 Oktober 2017. Posttest II bertujuan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran dengan
metode ceramah dalam jeda waktu seminggu. Soal yang dikerjakan pada posttest I
dan posttest II adalah soal yang sama seperti pada soal pretest. Alokasi waktu
pengerjaan soal adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Peneliti hanya
menggunakan soal nomor 1, 2a, 2b untuk meneliti variabel mengingat dan soal
nomor 2c, 3, 4 untuk meneliti variabel memahami.
2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran pada Kelompok Eksperimen
Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Pembelajaran di kelompok eksperimen
dilakukan selama empat kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit disetiap
pertemuan. Materi pokok yang dipelajari adalah siklus air, namun pada setiap
pertemuan menggunakan sub materi yang berbeda-beda. RPP kelompok
eksperimen terdiri dari pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan inti
menggunakan empat langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu siswa berpikir
secara individu terkait pertanyaan (Think), bertukar pikiran atau berdiskusi dengan
pasangan (Pair), setiap pasangan berbagi ide pada kelompok besar (Share 1), dan
setiap kelompok berbagi ide pada kelas besar (Share 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pertemuan I dilaksanakan hari Jumat, 22 September 2017 pada pukul 09.00-
10.10 WIB. Sub materi pertemuan I adalah proses siklus air. Kegiatan diawali
dengan tanya-jawab tentang pengalaman bermain pada saat hujan (apersepsi), lalu
guru masuk ke kelas dengan menggunakan jas hujan dan meminta siswa untuk
memakai jas hujan yang dibawa oleh guru (motivasi). Selanjutnya, guru
menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran (orientasi). Guru
memperkenalkan media belajar dan memberi pengantar mengenai percobaan untuk
membuktikan terjadinya siklus air. Pada kegiatan inti, salah satu siswa membuat
pertanyaan (rumusan masalah) terkait percobaan yang akan dilakukan yaitu proses
siklus air. Kemudian, guru menuliskan contoh rumusan masalah di papan tulis
sebagai umpan balik. Selanjutnya, setiap siswa secara individu membuat jawaban
sementara (hipotesis) dari rumusan masalah yang sudah dibuat (Think). Setelah itu,
siswa mendiskusikan hipotesis yang telah dibuat bersama dengan pasangannya
(Pair). Siswa menuliskan hipotesis yang disepakati. Lalu, siswa berkumpul dalam
kelompok besar dan membantu guru melakukan percobaan. Siswa menuliskan hasil
pemikiran maupun diskusinya pada lembar kerja yang berisi nama percobaan, alat
dan bahan, rumusan masalah, hipotesis, langkah-langkah percobaan, hasil
percobaan, dan kesimpulan. Bersama dengan kelompok besar, siswa membuat
kesimpulan yang berkaitan dengan hipotesis, pengertian siklus air dan proses
terjadinya siklus air (Share 1). Kemudian, perwakilan kelompok besar
mempresentasikan hasil kerja di kelas. Siswa lain memberi pertanyaan pada
kelompok presentasi (Share 2). Pada kegiatan penutup, guru memberi umpan balik
kepada siswa dengan menempelkan 3 kartu disetiap peristiwa siklus air pada media
percobaan. Selanjutnya, guru dan siswa membuat kesimpulan bersama. Untuk
tindak lanjut, siswa mencari informasi mengenai penghambat siklus air.
Pertemuan II dilaksanakan hari Sabtu, 23 September 2017 pada pukul 07.35-
08.45 WIB. Sub materi pertemuan II adalah faktor dan dampak terhambatnya siklus
air. Kegiatan diawali dengan tanya-jawab tentang kondisi sungai di sekitar tempat
tinggal siswa (apersepsi), guru dan siswa melakukan tepuk semangat (motivasi),
guru menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran (orientasi). Pada kegiatan
inti, siswa menonton video berita kekeringan dan banjir sebagai pengantar.
Langkah pertama, secara individu siswa mengisi LKS mengenai faktor dan dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
terhambatnya proses siklus air (Think). Langkah kedua, siswa berdiskusi mengenai
hasil pekerjaannya dan mencocokkan hasil pekerjaannya bersama pasangan. Setiap
pasangan menulis perbedaan jawaban serta alasannya dengan bimbingan guru
(Pair). Langkah ketiga, setiap pasangan berkumpul dengan kelompok besar untuk
menceritakan hasil diskusinya. Siswa saling menambahkan dan ditutup dengan
membuat kesimpulan tentang faktor dan dampak terhambatnya siklus air (Share 1).
Langkah keempat, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
besar di depan kelas (Share 2). Guru memberikan umpan balik terhadap jawaban
siswa. Kegiatan penutup dilakukan dengan merangkum materi yang telah dipelajari
dan melakukan refleksi bersama siswa. Untuk tindak lanjut, siswa mencari cara
untuk melestarikan air.
Pertemuan III dilaksanakan hari Selasa, 26 September 2017 pada pukul
07.00-08.10 WIB. Sub materi pertemuan III adalah cara menjaga kelestarian air.
Kegiatan diawali dengan tanya-jawab tentang aktivitas di rumah yang
menggunakan air (apersepsi), guru dan siswa melakukan senam otak (motivasi),
guru menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran (orientasi). Pada langkah
pertama dalam kegiatan inti, guru memberi pengantar dengan menampilkan gambar
lahan kering dan masyarakat yang sedang antre mengambil air. Secara individu,
siswa menentukan cara menghemat air saat beraktivitas di sekitar tempat tinggal
agar tidak terjadi banjir dan kekeringan. Siswa menuliskan hasilnya di LKS (Think).
Langkah kedua, siswa mulai berdiskusi tentang hasil kerja bersama pasangan.
Siswa saling menambah atau mengurangi ide. Guru mengarahkan siswa untuk
membuat dan menulis komitmen dalam menjaga kelestarian air di LKS (Pair).
Langkah ketiga, siswa kembali ke kelompok besar dan berbagi apa yang telah
didiskusikan bersama pasangan terkait dengan komitmen yang sudah dibuat. Guru
mengarahkan siswa untuk membuat komitmen kelompok dalam rangka menjaga
kelestarian air. Komitmen tersebut dituliskan di LKS (Share 1). Langkah keempat,
perwakilan kelompok mempresentasikan komitmen kelompok. Guru dan siswa
saling tanya-jawab terkait komitmen kelompok (Share 2). Kegiatan penutup
dilakukan dengan merangkum materi yang telah dipelajari dan melakukan refleksi
bersama siswa. Untuk tindak lanjut, siswa mencari fungsi hutan dan pepohonan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Pertemuan IV dilaksanakan hari Kamis, 28 September 2017 pada pukul
09.00-10.10 WIB. Sub materi pertemuan IV adalah fungsi hutan dan pepohanan.
Kegiatan diawali dengan melakukan tanya-jawab tentang pohon di halaman sekolah
(apersepsi), siswa menyimak video tentang fungsi hutan (motivasi), guru
menyampaikan tujuan dan rangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
(orientasi). Langkah pertama pada kegiatan inti, guru memberi pengantar tentang
rumusan masalah dan hipotesis. Guru mengarahkan siswa untuk membuat rumusan
masalah dan hipotesis yang akan membuktikan bahwa hutan dapat menahan air.
Siswa menuliskan hasil pekerjaannya di LKS (Think). Langkah kedua, siswa
menunjukan hasil pemikiran individu kepada pasangannya. Siswa memperbaiki
rumusan masalah dan hipotesisnya (Pair). Siswa berdiskusi bersama dan
menentukan hipotesis serta rumusan masalah yang paling baik. Langkah ketiga,
siswa masuk dalam kelompok besar dan dibimbing oleh guru untuk menentukan 1
rumusan masalah dan hipotesis yang akan digunakan pada kegiatan percobaan.
Setelah menentukan rumusan masalah dan hipotesis, siswa menyiapkan alat dan
bahan percobaan. Siswa membuktikan fungsi tanaman (hutan) dapat menahan air,
longsor, dan banjir. Selama percobaan, siswa juga melengkapi lembar percobaan
yaitu nama percobaan, alat dan bahan, rumusan masalah, hipotesis, langkah kerja,
dan hasil percobaan (Share 1). Langkah keempat, siswa membuat kesimpulan dari
hasil percobaan dan mempresentasikannya di kelas (Share 2). Guru memberikan
umpan balik terhadap kegiatan yang dilakukan siswa. Kegiatan penutup dilakukan
dengan cara merangkum materi yang telah dipelajari dan melakukan refleksi
bersama siswa. Untuk tindak lanjut, siswa membuat slogan untuk menjaga
kelestarian hutan secara berkelompok.
Pada hari Jumat, 29 September 2017 pukul 09.00-10.10 kelas eksperimen
mengerjakan soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah
menerima treatment dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Dalam jeda
waktu delapan hari setelah posttest I, siswa mengerjakan soal posttest II tepatnya
pada hari Sabtu, 7 Oktober 2017 pukul 08.15-09.25 WIB. Posttest II dilakukan
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa seminggu setelah menerima treatment
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Soal yang dikerjakan pada
posttest I dan posttest II adalah soal yang sama seperti soal pretest. Alokasi waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
pengerjaan soal adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Peneliti hanya
menggunakan nomor soal 1, 2a, dan 2b untuk meneliti variabel mengingat,
sedangkan soal nomor 2c, 3, dan 4 untuk meneliti variabel memahami.
4.1.2 Deskripsi Sebaran Data
Pada deskripsi sebaran data, peneliti ingin memperlihatkan perbedaan data
yang diperolah pada kelompok kontrol dan eksperimen untuk setiap indikator. Hasil
dari sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut.
4.1.2.1 Kemampuan Mengingat
1 Kelompok Kontrol
Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol
No Indikator Pretest
Total Posttest I
Total 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Mengingat
kembali
definisi dari
siklus air
20 3 0 0 23 17 6 0 0 23
2
Mengenali
nama istilah
dalam
perubahan
wujud air
4 18 1 0 23 8 15 0 0 23
3
Mengenali
nama lain dari
istilah dalam
perubahan
wujud air
23 0 0 0 23 14 3 4 2 23
Jumlah 47 21 1 0 69 39 24 4 2 69
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah
siswa yang mendapat nilai 2, 3, dan 4 pada posttest I, sedangkan siswa yang
mendapat nilai 1 jumlahnya berkurang.
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen
No Indikator Pretest
Total Posttest I
Total 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mengingat
kembali 24 2 2 0 28 20 6 2 0 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
definisi dari
siklus air
2
Mengenali
nama istilah
dalam
perubahan
wujud air
10 18 0 0 28 5 13 9 1 28
3
Mengenali
nama lain dari
istilah dalam
perubahan
wujud air
28 0 0 0 28 14 2 8 4 28
Jumlah 62 20 2 0 84 39 21 19 5 84
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor dari pretest ke
posttest I pada kelompok eksperimen. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya
jumlah siswa yang mendapat nilai 2, 3, dan 4 pada posttest I, sedangkan siswa yang
mendapat nilai 1 jumlahnya berkurang.
4.1.2.2 Kemampuan Memahami
1. Kelompok Kontrol
Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol
No Indikator Pretest
Total Posttest I
Total 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Menjelaskan
proses
terjadinya
siklus air
18 5 0 0 23 9 5 8 1 23
2
Membuat
ringkasan
pendek proses
terjadinya
siklus air di
bumi
8 8 7 0 23 0 4 16 3 23
3
Memberikan
contoh
tindakan
penghematan
air
0 9 12 2 23 0 4 8 11 23
Jumlah 26 22 19 2 69 9 13 32 15 69
Tabel 4.3 menunjukkan hasil pengerjaan soal pretest dan posttest I kelompok
kontrol pada ketiga indikator. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I.
Hal tersebut terlihat pada perbedaan skor modus antara pretest dan posttest I. Pada
pretest, siswa mendapat skor modus sebesar 26 yang terdapat pada nilai 1. Pada
posttest I, siswa mendapat skor modus sebesar 32 yang terdapat pada nilai 3. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, namun siswa yang mendapat nilai
3 dan 4 bertambah pada posttest I.
2. Kelompok Eksperimen
Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen
No Indikator Pretest
Total Posttest I
Total 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Menjelaskan
proses
terjadinya
siklus air
17 8 3 0 28 3 9 13 3 28
2
Membuat
ringkasan
pendek proses
terjadinya
siklus air di
bumi
0 13 14 1 28 0 5 15 8 28
3
Memberikan
contoh
tindakan
penghematan
air
2 10 12 4 28 2 3 12 11 28
Jumlah 19 31 29 5 84 5 17 40 22 84
Tabel 4.4 menunjukkan hasil pengerjaan soal pretest dan posttest I kelompok
eksperimen pada ketiga indikator. Terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest
I. Hal tersebut terlihat pada perbedaan skor modus antara pretest dan posttest I.
Pada pretest, siswa mendapat skor modus sebesar 31 yang terdapat pada nilai 2.
Pada posttest I, siswa mendapat skor modus sebesar 40 yang terdapat pada nilai 3.
Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, namun siswa yang
mendapat nilai 3 dan 4 bertambah pada posttest I.
4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I
Hipotesis penelitian I adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap kemampuan mengingat pada materi
siklus air siswa kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2017/2018. Variabel dependen pada hipotesis tersebut adalah kemampuan
mengingat dan variabel independennya adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Instrumen yang digunakan untuk mengukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
variabel dependen adalah soal uraian nomor 1, 2a, dan 2b. Aspek yang terdapat
pada variabel dependen adalah mengingat kembali dan mengenali.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan
program statistik IBM SPSS Statistics 23 for Windows. Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95%. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah
sebagai berikut. 1) Uji normalitas distribusi data untuk menentukan jenis uji
statistik dalam analisis selanjutnya yaitu menggunakan statistik parametrik atau non
parametrik. 2) Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki oleh kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen. 4) Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan
untuk mengetahui besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
5) Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui besar peningkatan rerata dari pretest ke posttest I. 6) Uji signifikansi
peningkatan rerata pretest ke posttest I. 7) Uji korelasi rerata pretest dan posttest I.
8) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak yang nantinya akan menentukan jenis uji
statistik dalam analisis selanjutnya (Field, 2009: 144). Normalitas data dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang diuji adalah data dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen yang meliputi skor pretest, posttest I, posttest II,
dan selisih pretest ke posttest I. Kriteria untuk menerima Hnull adalah harga p > 0,05.
Dengan kata lain, distribusi data normal, sehingga analisis data selanjutnya
menggunakan statistik parametrik. Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p <
0,05. Dengan kata lain, distribusi data tidak normal, sehingga analisis data
selanjutnya menggunakan statistik non parametrik (Priyatno, 2012: 11). Hasil uji
normalitas distribusi data kemampuan mengingat pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Mengingat
Kelompok Aspek p Keterangan
Kontrol
Pretest 0,000 Tidak Normal
Posttest I 0,000 Tidak Normal
Selisih Pretest-Posttest I 0,000 Tidak Normal
Posttest II 0,005 Tidak Normal
Eksperimen
Pretest 0,000 Tidak Normal
Posttest I 0,007 Tidak Normal
Selisih Pretest-Posttest I 0,006 Tidak Normal
Posttest II 0,001 Tidak Normal
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji normalitas distribusi data kemampuan
mengingat pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang terdistribusi
secara tidak normal karena harga p < 0,05. Analisis data selanjutnya menggunakan
statistik non parametrik. Analisis non parametrik menggunakan Mann-Whitney U
test untuk data dari kelompok yang berbeda atau Wilcoxon signed rank test untuk
data dari kelompok yang sama (Field, 2009: 345).
4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama
atau berbeda terhadap kemampuan mengingat. Uji perbedaan kemampuan awal
dilakukan dengan menggunakan Mann-Whitney U test karena data terdistribusi
tidak normal dan berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 345).
Sebelum melakukan analisis dengan Mann-Whitney U test, dilakukan uji
asumsi untuk memeriksa homogenitas varian dengan melihat harga Sig. Leveneβs
test. Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah skor rerata dua
kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Untuk uji
homogenitas varian, kriteria untuk menerima Hnull adalah harga p > 0,05. Hasil uji
asumsi homogenitas varian dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.4.1).
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varian
Kelompok Uji Statistik df1 df2 F p Keterangan
Kontrol dan Eksperimen Leveneβs test 1 49 2,109 0,153 Homogen
Hasil uji homogenitas varian menggunakan Leveneβs test dengan tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga F (1,49) = 2,109 dan harga p = 0,153.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Harga p = 0,153 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada
perbedaan varian yang signifikan. Kesimpulan dari hasil uji Leveneβs test adalah
varian kedua kelompok homogen.
Untuk uji perbedaan kemampuan awal, kriteria untuk menerima Hnull adalah
harga p > 0,05 (Priyatno, 2012: 24). Hasil uji perbedaan kemampuan awal dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan mengingat dapat
dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.5.1).
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampuan Mengingat
Uji Statistik p Keterangan
Mann-Whitney U test 0,093 Tidak Ada Perbedaan
Hasil uji perbedaan kemampuan awal menggunakan Mann-Whitney U test
dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa skor pada kelompok kontrol
(Mdn = 1,33) tidak berbeda secara signifikan dari kelompok eksperimen (Mdn =
1,33) yang dilihat dari data statistik U = 244,50, z = 1,678, r = 0,23, p = 0,093.
Harga p = 0,093 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji statistik Mann-Whitney U test adalah kedua
kelompok memiliki kemampuan awal yang sama pada kemampuan mengingat.
4.1.3.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah
model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan
mengingat. Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa selisih skor pretest-
posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi tidak
normal. Analisis statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney U test karena data
terdistribusi tidak normal dan berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009:
345).
Untuk melihat pengaruh perlakuan (treatment) dapat dihitung menggunakan
rumus: (O2 - O1) - (O4 - O3) yaitu dengan cara mengurangkan rerata selisih skor
posttest I ke pretest pada kelompok eksperimen dengan rerata selisih skor posttest
I ke pretest pada kelompok kontrol (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-277).
Hasil perhitungannya yaitu (posttest I eksperimen - pretest eksperimen) - (posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
I kontrol - pretest kontrol) = (1,88 - 1,29) - (1,55 - 1,36) = (0,59) - (0,19) = 0,4.
Hasil perhitungan tersebut adalah 0,4 yang berarti ada pengaruh perlakuan dari
model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan mengingat. Untuk
melihat apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, dilakukan uji statistik Mann-
Whitney U test.
Sebelum melakukan analisis dengan Mann-Whitney U test, dilakukan uji
asumsi untuk memeriksa homogenitas varian dengan melihat harga Sig. Leveneβs
test. Hasil uji asumsi homogenitas varian dapat dilihat pada tabel berikut (lihat
Lampiran 4.6.1).
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Varian
Kelompok Uji Statistik df1 df2 F p Keterangan
Kontrol dan Eksperimen Leveneβs test 1 49 1,394 0,243 Homogen
Hasil uji homogenitas varian menggunakan Leveneβs test dengan tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga F (1,49) = 1,394 dan harga p = 0,243.
Harga p = 0,243 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada
perbedaan varian yang signifikan. Kesimpulan dari hasil uji Leveneβs test adalah
varian kedua kelompok homogen.
Untuk uji signifikansi pengaruh perlakuan, kriteria untuk menolak Hnull
adalah harga p < 0,05. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan mengingat dapat dilihat pada
tabel berikut (lihat Lampiran 4.7.1).
Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat
Uji Statistik p Keterangan
Mann-Whitney U test 0,014 Ada Perbedaan
Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan Mann-Whitney U test
dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa selisih skor pada kelompok
eksperimen (Mdn = 0,33) berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol (Mdn =
0,00) yang dilihat dari data statistik U = 194,50, z = 2,466, r = 0,35, p = 0,014.
Harga p = 0,014 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada
perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh
perlakuan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
terhadap kemampuan mengingat. Berikut adalah grafik peningkatan rerata selisih
skor pretest-posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
Grafik 4.1 menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS
efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengingat pada siswa. Hasil
perbandingan rerata selisih skor pretest-posttest I kemampuan mengingat pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam diagram berikut.
Gambar 4.2 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Mengingat
1,3626
1,5491
1,2843
1,8811
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
Pretest Posttest 1
Kel Kontrol Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
terhadap kemampuan mengingat. Rumus yang digunakan adalah rumus data tidak
normal seperti pada bab III halaman 50 karena data yang digunakan terdistribusi
tidak normal. Berikut merupakan tabel hasil uji besar pengaruh perlakuan pada
kemampuan mengingat (lihat Lampiran 4.8).
Tabel 4.10 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat
Variabel z N r (effect size) R2 % Keterangan
Mengingat 2,466 51 0,35 0,12 12 Efek Menengah
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa besar pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan mengingat memiliki harga
r sebesar 0,35 yang termasuk efek menengah. Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012:
253) menjelaskan bahwa r sebesar 0,35 termasuk efek yang tidak penting secara
praktis, namun masih penting secara teoretis. Harga R2 = 0,12 atau setara dengan
12%. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan pengaruh sebesar 12%
terhadap kemampuan mengingat, sedangkan 88% sisanya merupakan pengaruh dari
variabel lain di luar variabel penelitian. Variabel lain tersebut misalnya inteligensi,
motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi &
Sunariah, 2013: 151).
4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut
1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui persentase besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS
terhadap kemampuan mengingat yang dilihat dari peningkatan rerata dari pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Data perhitungan
persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I diperoleh dari analisis data
One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Rumus yang digunakan untuk menghitung
persentase peningkatan sama seperti pada bab III halaman 51. Berikut adalah tabel
hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I (lihat Lampiran
4.9.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan
Mengingat
Kelompok Mean
Persentase (%) Pretest Posttest I
Kontrol 1,3626 1,5491 13,69
Eksperimen 1,2843 1,8811 46,47
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa ada peningkatan rerata skor pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Persentase
peningkatan rerata skor pretest ke posttest I kelompok eksperimen lebih besar dari
kelompok kontrol. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa peningkatan rerata skor
pretest ke posttest I kelompok eksperimen sebesar 46,47%, sedangkan peningkatan
rerata skor pretest ke posttest I kelompok kontrol sebesar 13,69%. Kesimpulan hasil
perhitungan persentase peningkatan adalah terdapat peningkatan rerata skor pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap
kemampuan mengingat. Berikut adalah grafik peningkatan rerata pretest ke posttest
I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengingat
Untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut signifikan, digunakan uji
statistik non parametrik Wilcoxon signed rank test karena distribusi data tidak
normal dan berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 345). Untuk persentase
peningkatan, kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05 (Priyatno, 2012:
1,36261,2843
1,5491
1,8811
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
Kel Kontrol Kel Eksperimen
Pretest Posttest 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
31). Berikut merupakan tabel hasil uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke
posttest I kemampuan mengingat (lihat Lampiran 4.10.1).
Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan
Mengingat
Kelompok p Keterangan
Kontrol 0,059 Tidak Signifikan
Eksperimen 0,000 Signifikan
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa hasil uji signifikansi peningkatan rerata skor
pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen meningkat secara signifikan. Hal
ini dilihat dari data statistik posttest I (Mdn = 1,67) lebih tinggi dari pretest (Mdn =
1,33), z = 3,750, T = 5, r = 0,50. Hasil rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen menunjukkan harga p = 0,000 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi
diterima. Artinya, terdapat peningkatan skor yang signifikan dari rerata skor pretest
ke posttest I kelompok eksperimen pada kemampuan mengingat.
Peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol
meningkat secara tidak signifikan. Hal ini dilihat dari data statistik posttest I (Mdn
= 1,33) sama dengan pretest (Mdn = 1,33), z = 1,889, T = 27, r = 0,28. Hasil rerata
skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan harga p = 0,059 (p
> 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, terdapat peningkatan skor yang
tidak signifikan dari rerata skor pretest ke posttest I kelompok kontrol pada
kemampuan mengingat.
Persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok
eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol. Hal ini dilihat dari skor persentase
peningkatan kelompok eksperimen sebesar 46,47%, sedangkan kelompok kontrol
sebesar 13,69%. Berikut adalah grafik yang menunjukkan frekuensi selisih skor
pretest-posttest I (gain score) pada kedua kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.4 Grafik Gain Score Kemampuan Mengingat
Berdasarkan grafik tersebut, gain score kelompok eksperimen lebih besar dari
kelompok kontrol. Gain score dengan frekuensi β₯ 0,67 menguntungkan 13 siswa
dari kelompok eksperimen dengan persentase 46,43%, sedangkan pada kelompok
kontrol menguntungkan 8 siswa dengan persentase 34,78%. Berikut adalah tabel
persentase gain score kemampuan mengingat (lihat Lampiran 4.9.2.2).
Tabel 4.13 Perhitungan Persentase Gain Score Kemampuan Mengingat
Kelompok f β₯ 0,67 Persentase (%)
Kontrol 8 34,78
Eksperimen 13 46,43
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa siswa dengan gain score β₯ 0,67 pada
kelompok eksperimen lebih banyak dari kelompok kontrol. Berdasarkan
perhitungan manual, persentase gain score β₯ 0,67 pada kelompok eksperimen
sebesar 46,43%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 34,78%. Selisih
persentase kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen sebesar 11,65%.
Artinya, kelompok eksperimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS lebih diuntungkan dibanding kelompok kontrol yang menerapkan metode
ceramah.
-0,67
-0,36
-0,33
-0,03
0
0,33
0,67
1
-0,33
0
0,33
0,67
1
1,33
2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2
Fre
kuen
si
Gain Score
Kel Kontrol Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
2. Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efek
peningkatan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen. Rumus yang digunakan untuk menghitung besar efek
peningkatan sama seperti pada bab III halaman 52. Berikut adalah tabel hasil
perhitungan besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I (lihat Lampiran
4.10.3).
Tabel 4.14 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengingat
Variabel z N r (effect size) R2 % Keterangan
Kontrol 1,889 46 0,28 0,08 7,76 Efek Kecil
Eksperimen 3,750 56 0,50 0,25 25,11 Efek Besar
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS pada kelompok eksperimen memiliki efek peningkatan yang lebih besar
dibanding dengan penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan mengingat. Besar efek peningkatan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengingat
sebesar r = 0,50 atau sama dengan 25,11% yang memiliki efek besar. Besar efek
peningkatan penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol terhadap
kemampuan mengingat sebesar r = 0,28 atau sama dengan 7,76% yang memiliki
efek kecil.
3. Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor
pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Uji korelasi dilakukan dengan
menggunakan Spearmanβs correlation coefficient karena distribusi data tidak
normal (Field, 2009: 179). Untuk uji korelasi, kriteria untuk menolak Hnull adalah
hasilnya bukan P dan Q. Berikut merupakan tabel hasil uji korelasi antara rerata
pretest dan posttest I pada kemampuan mengingat (lihat Lampiran 4.11.1).
Tabel 4.15 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Kelompok r p Keterangan
Kontrol -0,004 0,987 Negatif dan Tidak Signifikan
Eksperimen 0,288 0,137 Positif dan Tidak Signifikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Hasil uji korelasi menggunakan Spearmanβs correlation coefficient dengan
tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol, harga r = -
0,004 dan harga p = 0,987. Artinya, ada korelasi negatif dan tidak signifikan antara
rerata pretest dan posttest I. Dengan kata lain, ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa regresi statistik cukup bisa dikendalikan dengan baik dalam
penelitian ini.
Pada kelompok eksperimen, harga r = 0,288 dan harga p = 0,137. Artinya,
ada korelasi positif dan tidak signifikan antara rerata pretest dan posttest I. Dengan
kata lain, ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik bisa
dikendalikan dengan baik dalam penelitian ini.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh
perlakuan masih kuat atau memiliki efek yang sama seperti pada hasil posttest I.
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon signed
rank test karena distribusi data tidak normal dan berasal dari kelompok yang sama
(Field, 2009: 345). Untuk uji retensi pengaruh perlakuan, kriteria untuk menolak
Hnull adalah harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah tabel hasil uji retensi
pengaruh perlakuan kemampuan mengingat (lihat Lampiran 4.12.1).
Tabel 4.16 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Kelompok Mean Peningkatan
(%) p Keterangan
Posttest I Posttest II
Kontrol 1,5491 1,6230 4,77 0,282 Tidak Ada Penurunan
yang Signifikan
Eksperimen 1,8811 1,8921 0,58 0,725 Tidak Ada Penurunan
yang Signifikan
Hasil uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan Wilcoxon signed rank test
dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga p pada kelompok
kontrol = 0,282 dan kelompok eksperimen = 0,725. Harga p kedua kelompok
tersebut (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada penurunan
skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengingat. Berikut adalah grafik
retensi pengaruh perlakuan terhadap kemampuan mengingat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 4.5 Grafik Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Mengingat
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda
atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest maka dilakukan analisis
terhadap perbedaan skor pretest dengan posttest II dengan menggunakan Wilcoxon
signed rank test karena data berdistribusi tidak normal dan berasal dari kelompok
yang sama (Field, 2009: 345). Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05.
Berikut adalah tabel hasil uji perbedaan skor pretest dan posttest II (lihat Lampiran
4.12.4.1).
Tabel 4.17 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II
Kelompok p Keterangan
Kontrol 0,015 Ada Perbedaan
Eksperimen 0,000 Ada Perbedaan
Berdasarkan tabel 4.17 diketahui bahwa harga p pada kelompok kontrol
sebesar 0,015 dan kelompok eksperimen sebesar 0,000. Harga p kedua kelompok
tersebut (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang
signifikan antara skor pretest dan posttest II. Dengan kata lain, penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelompok eksperimen dan metode ceramah
pada kelompok kontrol sama-sama dapat membuat materi bertahan lama dalam
ingatan siswa.
1,3626
1,5491
1,623
1,2843
1,8811
1,8921
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Mea
n
Kel Kontrol Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II
Hipotesis penelitian II adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap kemampuan memahami pada materi
siklus air siswa kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun
ajaran 2017/2018. Variabel dependen pada hipotesis tersebut adalah kemampuan
memahami dan variabel independennya adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel dependen adalah soal uraian nomor 2c, 3, dan 4. Aspek yang terdapat pada
variabel dependen adalah merangkum, menjelaskan, dan mencontohkan.
Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan
program statistik IBM SPSS Statistics 23 for Windows. Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95%. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah
sebagai berikut. 1) Uji normalitas distribusi data untuk menentukan jenis uji
statistik dalam analisis selanjutnya yaitu menggunakan statistik parametrik atau non
parametrik. 2) Uji perbedaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki oleh kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen. 4) Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan
untuk mengetahui besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
5) Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk
mengetahui besar peningkatan rerata dari pretest ke posttest I. 6) Uji signifikansi
peningkatan rerata pretest ke posttest I. 7) Uji korelasi rerata pretest dan posttest I.
8) Uji retensi pengaruh perlakuan.
4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak yang nantinya akan menentukan jenis uji
statistik dalam analisis selanjutnya (Field, 2009: 144). Normalitas data dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov test. Data yang diuji adalah data dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen yang meliputi skor pretest, posttest I, posttest II,
dan selisih pretest ke posttest I. Untuk uji normalitas distribusi data, kriteria untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
menerima Hnull adalah harga p > 0,05. Dengan kata lain, distribusi data normal,
sehingga analisis data selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Kriteria untuk
menolak Hnull adalah harga p < 0,05. Dengan kata lain, distribusi data tidak normal,
sehingga analisis data selanjutnya menggunakan statistik non parametrik (Priyatno,
2012: 11). Hasil uji normalitas distribusi data kemampuan memahami pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat
Lampiran 4.3.2).
Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kemampuan Memahami
Kelompok Aspek p Keterangan
Kontrol
Pretest 0,012 Tidak Normal
Posttest I 0,003 Tidak Normal
Selisih Pretest-Posttest I 0,004 Tidak Normal
Posttest II 0,078 Normal
Eksperimen
Pretest 0,007 Tidak Normal
Posttest I 0,017 Tidak Normal
Selisih Pretest-Posttest I 0,013 Tidak Normal
Posttest II 0,000 Tidak Normal
Tabel 4.18 menunjukkan hasil uji normalitas distribusi data kemampuan
memahami pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data yang
terdistribusi secara normal hanya data rerata posttest II kelompok kontrol karena
harga p > 0,05, sedangkan data yang lain terdistribusi secara tidak normal. Oleh
karena itu, analisis statistik selanjutnya menggunakan statistik non parametrik.
Analisis non parametrik menggunakan Mann-Whitney U test untuk data dari
kelompok yang berbeda atau Wilcoxon signed rank test untuk data dari kelompok
yang sama (Field, 2009: 345).
4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui apakah
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama
atau berbeda terhadap kemampuan memahami. Uji perbedaan kemampuan awal
dilakukan dengan menggunakan Mann-Whitney U test karena data terdistribusi
tidak normal dan berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009: 345).
Sebelum melakukan analisis dengan Mann-Whitney U test, dilakukan uji
asumsi untuk memeriksa homogenitas varian dengan melihat harga Sig. Leveneβs
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
test. Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah skor rerata dua
kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Untuk uji
homogenitas varian, kriteria untuk menerima Hnull adalah harga p > 0,05. Hasil uji
asumsi homogenitas varian dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.4.2).
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Varian
Kelompok Uji Statistik df1 df2 F p Keterangan
Kontrol dan Eksperimen Leveneβs test 1 49 0,004 0,950 Homogen
Hasil uji homogenitas varian menggunakan Leveneβs test dengan tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga F (1,49) = 0,004 dan harga p = 0,950.
Harga p = 0,950 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada
perbedaan varian yang signifikan. Kesimpulan dari hasil uji Leveneβs test adalah
varian kedua kelompok homogen.
Untuk uji perbedaan kemampuan awal, kriteria untuk menerima Hnull adalah
harga p > 0,05 (Priyatno, 2012: 24). Hasil uji perbedaan kemampuan awal dari
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan memahami dapat
dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.5.2).
Tabel 4.20 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal Kemampuan Memahami
Uji Statistik p Keterangan
Mann-Whitney U test 0,011 Ada Perbedaan
Hasil uji perbedaan kemampuan awal menggunakan Mann-Whitney U test
dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa skor pada kelompok
eksperimen (Mdn = 2,33) berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol (Mdn =
1,95) yang dilihat dari data statistik U = 191,50, z = 2,530, r = 0,35, p = 0,011.
Harga p = 0,011 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada
perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji statistik Mann-Whitney U test adalah kedua
kelompok memiliki kemampuan awal yang berbeda pada kemampuan memahami.
4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah
model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan
memahami. Uji normalitas distribusi data menunjukkan bahwa selisih skor pretest-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi tidak
normal. Analisis statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney U test karena data
terdistribusi tidak normal dan berasal dari kelompok yang berbeda (Field, 2009:
345).
Untuk melihat pengaruh perlakuan (treatment) dapat dihitung menggunakan
rumus: (O2 - O1) - (O4 - O3) yaitu dengan cara mengurangkan rerata selisih skor
posttest I ke pretest pada kelompok eksperimen dengan rerata selisih skor posttest
I ke pretest pada kelompok kontrol (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-277).
Hasil perhitungannya yaitu (posttest I eksperimen - pretest eksperimen) - (posttest
I kontrol - pretest kontrol) = (2,94 β 2,24) - (2,77 β 1,95) = (0,7) - (0,82) = -0,12.
Hasil perhitungan tersebut adalah -0,12 yang berarti tidak ada pengaruh perlakuan
dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan memahami.
Untuk melihat apakah pengaruhnya signifikan atau tidak, dilakukan uji Mann-
Whitney U test.
Sebelum melakukan analisis dengan Mann-Whitney U test, dilakukan uji
asumsi untuk memeriksa homogenitas varian dengan melihat harga Sig. Leveneβs
test. Hasil uji asumsi homogenitas varian dapat dilihat pada tabel berikut (lihat
Lampiran 4.6.2).
Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Varian
Kelompok Uji Statistik df1 df2 F p Keterangan
Kontrol dan Eksperimen Leveneβs test 1 49 0,001 0,975 Homogen
Hasil uji homogenitas varian menggunakan Leveneβs test dengan tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga F (1,49) = 0,001 dan harga p = 0,975.
Harga p = 0,975 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak ada
perbedaan varian yang signifikan. Kesimpulan dari hasil uji Leveneβs test adalah
varian kedua kelompok homogen.
Untuk uji signifikansi pengaruh perlakuan, kriteria untuk menolak Hnull
adalah harga p < 0,05. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen pada kemampuan memahami dapat dilihat pada
tabel berikut (lihat Lampiran 4.7.2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 4.22 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami
Uji Statistik p Keterangan
Mann-Whitney U test 0,748 Tidak Ada Perbedaan
Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan Mann-Whitney U test
dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa selisih skor pada kelompok
kontrol (Mdn = 0,67) tidak berbeda secara signifikan dari kelompok eksperimen
(Mdn = 0,67) yang dilihat dari data statistik U = 305,50, z = 0,321, r = 0,04, p =
0,748. Harga p = 0,748 (p > 0,05) maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya, tidak
ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil uji signifikansi pengaruh
perlakuan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tidak
berpengaruh terhadap kemampuan memahami. Berikut adalah grafik peningkatan
rerata selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I
Grafik 4.5 menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS
sedikit lebih efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami pada
siswa. Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest-posttest I kemampuan
memahami pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat dalam
diagram berikut.
1,9526
2,7674
2,2382
2,9411
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Pretest Posttest 1
Kel Kontrol Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.7 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I Kemampuan Memahami
4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan
Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
terhadap kemampuan memahami. Rumus yang digunakan adalah rumus data tidak
normal seperti pada bab III halaman 50 karena data yang digunakan terdistribusi
tidak normal. Berikut merupakan tabel hasil uji besar pengaruh perlakuan pada
kemampuan memahami (lihat Lampiran 4.8).
Tabel 4.23 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami
Variabel z N r (effect size) R2 % Keterangan
Memahami 0,321 51 0,04 0,00 0,20 Efek Kecil
Tabel 4.23 menunjukkan bahwa besar pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan memahami memiliki harga
r sebesar 0,04 yang termasuk efek kecil. Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 253)
menjelaskan bahwa r sebesar 0,04 termasuk efek yang tidak penting secara praktis,
namun masih penting secara teoretis. Harga R2 = 0,00 atau setara dengan 0,20%.
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan pengaruh sebesar 0,20%
terhadap kemampuan memahami, sedangkan 99,8% sisanya merupakan pengaruh
dari variabel lain di luar variabel penelitian. Variabel lain tersebut misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
inteligensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar belakang siswa
(Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut
1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan
untuk mengetahui persentase besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
TPS terhadap kemampuan memahami yang dilihat dari peningkatan rerata dari
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Data
perhitungan persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I diperoleh dari
analisis data One Sample Kolmogorov-Smirnov test. Rumus yang digunakan untuk
menghitung persentase peningkatan sama seperti pada bab III halaman 51. Berikut
adalah tabel hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I
(lihat Lampiran 4.9.1).
Tabel 4.24 Hasil Penghitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan
Memahami
Kelompok Mean
Persentase (%) Pretest Posttest I
Kontrol 1,9526 2,7674 41,73
Eksperimen 2,2382 2,9411 31,40
Tabel 4.24 menunjukkan bahwa ada peningkatan rerata skor pretest ke
posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Persentase
peningkatan rerata skor pretest ke posttest I kelompok kontrol lebih besar dari
kelompok eksperimen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa peningkatan rerata
skor pretest ke posttest I kelompok kontrol sebesar 41,73%, sedangkan peningkatan
rerata skor pretest ke posttest I kelompok eksperimen sebesar 31,40%. Kesimpulan
hasil perhitungan persentase peningkatan adalah terdapat peningkatan rerata skor
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap
kemampuan memahami. Berikut adalah grafik peningkatan pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gambar 4.8 Grafik Peningkatan Pretest ke Posttest I Kemampuan Memahami
Untuk mengetahui apakah peningkatan tersebut signifikan, digunakan uji
statistik non parametrik Wilcoxon signed rank test karena distribusi data tidak
normal dan berasal dari kelompok yang sama (Field, 2009: 345). Untuk persentase
peningkatan, kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05 (Priyatno, 2012:
31). Berikut merupakan tabel hasil uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke
posttest I kemampuan memahami (lihat Lampiran 4.10.2).
Tabel 4.25 Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan
Memahami
Kelompok p Keterangan
Kontrol 0,000 Signifikan
Eksperimen 0,000 Signifikan
Tabel 4.25 menunjukkan bahwa hasil uji signifikansi peningkatan rerata skor
pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen meningkat
secara signifikan. Hasil data statistik pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa
posttest I (Mdn = 3,00) lebih tinggi dari pretest (Mdn = 1,95), z = 4,116, T = 0, r =
0,61. Harga p = 0,000 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada
peningkatan skor yang signifikan dari rerata skor pretest ke posttest I pada
kelompok kontrol terhadap kemampuan memahami.
Hasil data statistik pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa posttest
I (Mdn = 3,00) lebih tinggi dari pretest (Mdn = 2,33), z = 4,144, T = 13, r = 0,55.
Harga p = 0,000 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada
1,9526
2,2382
2,76742,9411
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Kel Kontrol Kel Eksperimen
Pretest Posttest 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
peningkatan skor yang signifikan dari rerata skor pretest ke posttest I pada
kelompok eksperimen terhadap kemampuan memahami.
Persentase peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok
kontrol lebih tinggi dari kelompok eksperimen. Hal ini dilihat dari skor persentase
peningkatan kelompok kontrol sebesar 41,73%, sedangkan kelompok eksperimen
sebesar 31,40%. Berikut adalah grafik yang menunjukkan frekuensi selisih skor
pretest-posttest I (gain score) pada kedua kelompok.
Gambar 4.9 Grafik Gain Score Kemampuan Memahami
Grafik 4.7 menunjukkan gain score dengan frekuensi β₯ 0,67. Siswa yang
diuntungkan pada kelompok kontrol sebanyak 17 siswa, sedangkan pada kelompok
eksperimen sebanyak 20 siswa. Berikut adalah tabel persentase gain score
kemampuan memahami (lihat Lampiran 4.9.2.4).
Tabel 4.26 Penghitungan Persentase Gain Score Kemampuan Memahami
Kelompok f β₯ 0,67 Persentase (%)
Kontrol 17 73,91
Eksperimen 20 71,43
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa siswa dengan gain score β₯ 0,67 pada
kelompok eksperimen lebih banyak dari kelompok kontrol. Berdasarkan
penghitungan manual, persentase gain score β₯ 0,67 pada kelompok eksperimen
sebesar 71,43%, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 73,91%. Selisih
0
0,33
0,38
0,67
0,72
1
1,33
1,67
2-0,67 0
0,33
0,67
1
1,33
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2
Fre
kuen
si
Gain Score
Kel Kontrol Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
persentase kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen sebesar 2,48%.
Artinya, kelompok eksperimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS sedikit diuntungkan dibanding kelompok kontrol yang menerapkan
metode ceramah.
2. Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji besar efek peningkatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efek
peningkatan dari pretest ke posttest I baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen. Rumus yang digunakan untuk menghitung besar efek
peningkatan sama seperti pada bab III halaman 52. Berikut adalah tabel hasil
perhitungan besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest I (lihat Lampiran
4.10.3).
Tabel 4.27 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I Kemampuan Memahami
Variabel z N r (effect size) R2 % Keterangan
Kontrol 4,116 46 0,61 0,37 36,83 Efek Besar
Eksperimen 4,144 56 0,55 0,31 30,67 Efek Besar
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa penerapan metode ceramah pada kelompok
kontrol memiliki efek peningkatan yang lebih besar dibanding dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelompok eksperimen terhadap
kemampuan memahami. Besar efek peningkatan penerapan metode ceramah pada
kelompok kontrol terhadap kemampuan memahami sebesar r = 0,61 atau sama
dengan 36,83% yang memiliki efek besar. Besar efek peningkatan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan
memahami sebesar r = 0,55 atau sama dengan 30,67% yang memiliki efek besar.
3. Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor
pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap
validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Uji korelasi dilakukan dengan
menggunakan Spearmanβs correlation coefficient karena distribusi data tidak
normal (Field, 2009: 179). Untuk uji korelasi, kriteria untuk menolak Hnull adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
hasilnya bukan P dan Q. Berikut merupakan tabel hasil uji korelasi antara rerata
pretest dan posttest I pada kemampuan memahami (lihat Lampiran 4.11.2).
Tabel 4.28 Hasil Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Kelompok r p Keterangan
Kontrol 0,361 0,090 Positif dan Tidak Signifikan
Eksperimen 0,618 0,000 Positif dan Signifikan
Hasil uji korelasi menggunakan Spearmanβs correlation coefficient dengan
tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol, harga r =
0,361 dan harga p = 0,090. Artinya, ada korelasi positif dan tidak signifikan antara
rerata pretest dan posttest I. Dengan kata lain, ancaman terhadap validitas internal
penelitian berupa regresi statistik bisa dikendalikan dengan baik dalam penelitian
ini.
Pada kelompok eksperimen, harga r = 0,618 dan harga p = 0,000. Artinya,
ada korelasi positif dan signifikan antara rerata pretest dan posttest I. Dengan kata
lain, ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa regresi statistik bisa
dikendalikan dengan baik dalam penelitian ini.
4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh
perlakuan masih kuat atau memiliki efek yang sama seperti pada hasil posttest I.
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan Wilcoxon signed
rank test karena distribusi data tidak normal dan berasal dari kelompok yang sama
(Field, 2009: 345). Untuk uji retensi pengaruh perlakuan, kriteria untuk menolak
Hnull adalah harga p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut adalah tabel hasil uji retensi
pengaruh perlakuan kemampuan memahami (lihat Lampiran 4.12.3).
Tabel 4.29 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Kelompok Mean Peningkatan
(%) p Keterangan
Posttest I Posttest II
Kontrol 2,7674 2,4491 -11,50 0,008 Ada Penurunan dan
Signifikan
Eksperimen 2,9411 2,4179 -17,79 0,000 Ada Penurunan dan
Signifikan
Hasil uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan Wilcoxon signed rank test
dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa harga p pada kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kontrol = 0,008 dan kelompok eksperimen = 0,000. Harga p kedua kelompok
tersebut (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada penurunan skor
yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen terhadap kemampuan memahami. Berikut adalah grafik retensi
pengaruh perlakuan terhadap kemampuan memahami.
Gambar 4.10 Grafik Retensi Pengaruh Perlakuan Kemampuan Memahami
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda
atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest maka dilakukan analisis
terhadap perbedaan skor pretest dan posttest II dengan menggunakan Wilcoxon
signed rank test karena data berdistribusi tidak normal dan berasal dari kelompok
yang sama (Field, 2009: 345). Kriteria untuk menolak Hnull adalah harga p < 0,05.
Berikut adalah tabel hasil uji perbedaan skor pretest dan posttest II (lihat Lampiran
4.12.4.2).
Tabel 4.30 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II
Kelompok p Keterangan
Kontrol 0,002 Ada Perbedaan
Eksperimen 0,016 Ada Perbedaan
Berdasarkan tabel 4.30 diketahui bahwa harga p pada kelompok kontrol =
0,002 dan kelompok eksperimen = 0,016. Harga p kedua kelompok tersebut (p <
0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan
antara skor pretest dan posttest II. Dengan kata lain, penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelompok eksperimen dan metode ceramah
1,9526 2,7674
2,4491
2,2382
2,9411
2,4179
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Pretest Posttest 1 Posttest 2
Mea
n
Kel Kontrol Kel Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
pada kelompok kontrol sama-sama dapat membuat materi bertahan sedikit lama
dalam ingatan siswa.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Data terhadap Ancaman Validitas Internal Penelitian
Peneliti yang melakukan penelitian eksperimen perlu hati-hati ketika menarik
kesimpulan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen disebabkan
hanya karena variabel independen yang digunakan sebagai treatment penelitian.
Ada kemungkinan bahwa variabel-variabel lain di luar treatment juga ikut
berpengaruh terhadap hasil penelitian, sehingga menimbulkan keraguan terhadap
hubungan sebab-akibat yang ditarik dalam kesimpulan penelitian. Variabel-
variabel lain di luar treatment ini bisa menjadi ancaman terhadap validitas internal
penelitian. Ancaman terhadap validitas internal penelitian akan semakin besar
dalam penelitian eksperimental yang menggunakan tipe pretest-posttest non
equivalent group design (hanya 1 kelompok eksperimen dan tidak menggunakan
kelompok kontrol) (Johnson & Christensen, 2008: 258). Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dikemukakan cara untuk mengontrol ancaman validitas internal
penelitian. Campbell dan Stanley (1963), Bracht dan Glass (1968), dan Lewis-Beck
(1993) menjelaskan bahwa ancaman terhadap validitas internal penelitian lebih
besar terjadi pada penelitian kuasi eksperimental dibandingkan eksperimental
murni karena dalam eksperimental murni seleksi sampel dilakukan secara random
dan lebih terkontrol. Berikut ini adalah jenis-jenis ancaman terhadap validitas
internal penelitian dan cara pengendaliannya.
1. Sejarah (history)
Setiap kejadian atau perlakuan yang terjadi di antara pretest dan posttest di
luar treatment penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest pada variabel
dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, & Morrison,
2007: 155). Pengaruh sejarah (history) bisa terjadi pada salah satu kelompok
yang diteliti terutama jika penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang
lama (beberapa bulan/tahun). Perubahan atau peningkatan hasil yang terjadi
pada salah satu kelompok tersebut disebabkan bukan semata karena treatment
penelitian, tetapi oleh faktor lain di luar treatment sehingga tidak bisa diklaim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
murni sebagai pengaruh treatment penelitian. Kejadian tersebut misalnya
workshop, ekstrakurikuler, kursus, acara TV, dan sebagainya dengan
perlakuan atau materi yang sama seperti yang digunakan sebagai treatment
penelitian. Solusinya adalah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
juga sama-sama mengikuti acara tersebut, sehingga pengaruhnya terhadap
hasil posttest akan seimbang. Selain itu, penelitian yang dilakukan dalam
waktu yang singkat juga dapat mengontrol ancaman ini. Tingkat ancaman
jenis sejarah (history) berada pada kategori rendah (Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012: 283).
2. Difusi treatment
Difusi treatment terjadi ketika kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
diam-diam saling berkomunikasi dan sama-sama mempelajari treatment yang
diberikan pada kelompok eksperimen. Solusinya adalah memisahkan kedua
kelompok dan meminta mereka untuk berjanji untuk tidak saling mempelajari
treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen (Neuman, 2013: 130).
Tingkat ancaman jenis difusi treatment berada pada kategori rendah dan
bahkan sampai menengah.
3. Perilaku kompensatoris
Ancaman ini terjadi jika kelompok kontrol mengetahui treatment yang
diberikan pada kelompok eksperimen dirasa sangat berharga. Keuntungan
yang diperoleh oleh kelompok eksperimen dirasa jauh lebih banyak
dibanding kelompok kontrol. Dua kemungkinan yang terjadi jika kelompok
kontrol merasa tidak mendapatkan treatment, yaitu 1) berusaha menandingi
kelompok eksperimen dengan belajar ekstra keras atau 2) mengalami
demoralisasi sehingga marah dan tidak kooperatif (Neuman, 2013: 330).
Solusinya adalah memberikan pengertian kepada kelompok kontrol bahwa
mereka juga akan mendapatkan treatment yang sama setelah penelitian.
Tingkat ancaman jenis perilaku kompensatoris berada pada kategori rendah
dan bahkan sampai menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
4. Maturasi (maturation)
Setiap perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu
penelitian bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen
(Johnson & Christensen, 2008: 261). Misalnya perubahan yang terjadi karena
penuaan, kebosanan, rasa lapar, rasa haus, kelelahan, atau tambahan
pengalaman belajar di luar penelitian. Penelitian yang dilakukan dalam
jangka waktu lama atau dalam waktu beberapa tahun akan lebih mudah
terkena ancaman jenis maturasi ini. Solusinya adalah menggunakan waktu
pretest dan posttest yang sama pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Jika memungkinkan, rentang waktu penelitian dirancang lebih
pendek. Krathwohl (2004: 547) menganjurkan untuk melakukan penelitian
eksperimental dalam waktu yang relatif singkat untuk menghindari ancaman
terhadap validitas internal penelitian akibat history, mortality, selection, dan
maturation. Tingkat ancaman jenis maturasi (maturation) berada pada
kategori rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
5. Regresi statistik (statistical regression)
Regresi statistik adalah kecenderungan partisipan mendapatkan hasil skor
pretest yang sangat tinggi atau mencapai skor tertinggi dalam skala
pengukuran biasanya akan memperoleh skor posttest yang lebih rendah dan
sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah atau mencapai skor terendah
dalam skala pengukuran biasanya akan memperoleh skor posttest yang lebih
tinggi. Ancaman jenis ini lebih besar terjadi pada penelitian terhadap
kelompok yang di dalamnya terdapat siswa yang berkebutuhan khusus seperti
slow learner dan talented. Pada pretest, kelompok slow learner akan
mendapat skor yang sangat rendah. Sesudah treatment dilakukan, mereka
akan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Sementara siswa yang talented
biasanya akan langsung mendapatkan skor yang sangat tinggi pada waktu
pretest, tetapi akan mengalami penurunan pada posttest. Jika perubahan yang
terjadi pada posttest disimpulkan sebagai hasil treatment penelitian,
kesimpulan tersebut bisa diragukan karena adanya efek regresi statistik ini.
Hasil data yang diperoleh bisa diragukan karena hasil pretest dan posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
belum tentu memiliki korelasi yang sempurna (Johnson & Christensen, 2008:
263). Hasil pretest atau posttest belum tentu 100% mencerminkan
kemampuan objektif yang dimiliki oleh siswa. Ada kemungkinan bahwa
faktor-faktor lain ikut berpengaruh saat menjalani pretest atau posttest,
misalnya stres saat mengerjakan tes, kurang konsentrasi, kurang istirahat,
salah menginterpretasikan pertanyaan, dan sebagainya. Solusinya adalah
peneliti harus lebih cermat dalam melihat partisipan dengan skor pretest yang
sangat tinggi atau sangat rendah dan membandingkannya dengan hasil
posttest. Selain itu, ancaman juga bisa dikatakan terkendali jika hasil korelasi
tidak negatif dan signifikan. Tingkat ancaman jenis regresi statistik
(statistical regression) berada pada kategori rendah (Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012: 283).
6. Mortalitas (mortality)
Mortalitas (mortality) adalah perbedaan jumlah partisipan pada waktu pretest
dan posttest akibat mengundurkan diri dalam penelitian. Ancaman ini lebih
besar untuk penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Solusinya adalah melakukan penelitian dalam waktu yang singkat dan
mengisi skor siswa yang tidak hadir dengan skor rerata keseluruhan sehingga
nilainya netral. Tingkat ancaman jenis mortalitas (mortality) berada pada
kategori menengah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
7. Pengujian (testing)
Pretest pada awal penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil
posttest menjadi lebih tinggi jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, &
Morrison, 2007: 156). Jika penelitian hanya dilakukan terhadap satu
kelompok eksperimen saja, ancaman terhadap validitas internal akan lebih
tinggi (Johnson & Christensen, 2008: 262). Solusinya adalah penggunaan
kelompok kontrol untuk mengurangi ancaman terhadap validitas internal
karena kedua kelompok sama-sama mendapatkan pretest. Rancangan
penelitian eksperimental 4 kelompok tipe Solomon sangat membantu
meminimalisir ancaman ini (Neuman, 2013: 328). Tingkat ancaman jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pengujian (testing) berada pada kategori rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 283).
8. Instrumentasi (instrumentation)
Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang
digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman
terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262).
Instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel menjadi ancaman serius
terhadap hasil penelitian. Ancaman instrumentasi terjadi dalam 3 kategori
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283).
a. Instrumen yang digunakan dalam penelitian mengalami kerusakan.
Kondisi instrumen pada saat pretest ternyata sudah berbeda dari kondisi
pada saat posttest. Solusinya adalah memeriksa ulang instrumen
penelitian dengan seksama dan setiap perubahan diperbaiki sehingga
kondisi instrumen pada saat posttest sama dengan saat pretest. Tingkat
ancaman jenis ini berada pada kategori rendah.
b. Karakteristik alat pengumpulan data yang digunakan berbeda antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen atau untuk pretest dan
posttest. Solusinya adalah menggunakan alat pengumpulan data dengan
karakteristik yang sama untuk kedua kelompok atau untuk pretest dan
posttest. Tingkat ancaman jenis ini berada pada kategori menengah.
c. Bias alat pengumpulan data bisa terjadi terutama jika menggunakan
teknik observasi. Observer bisa saja memiliki perspektif yang berbeda
(bias) ketika mengamati kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Tingkat kelelahan dalam menjalani observasi juga bisa berpengaruh.
Solusinya adalah memberikan training kepada observer dengan sungguh-
sungguh atau tidak memberi tahu observer kelompok yang menjadi
eksperimen maupun kontrol sehingga observer bisa lebih objektif dalam
menilai. Tingkat ancaman jenis ini berada pada kategori tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
9. Lokasi (location)
Jika lokasi yang digunakan baik untuk pretest maupun posttest atau untuk
implementasi treatment pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
terlalu berbeda (misalnya ukuran ruang, kenyamanan ruang, kebisingan
ruang, dan sebagainya) bisa menghasilkan skor posttest yang berbeda.
Solusinya adalah menggunakan lingkungan atau kondisi ruang yang kurang
lebih sama. Tingkat ancaman jenis lokasi (location) berada pada kategori
menengah atau bahkan tingkat tinggi (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).
10. Karakteristik subjek (subject characteristics)
Karakteristik subjek yang berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen menjadi ancaman besar bagi validitas internal penelitian.
Ancaman ini dikelompokkan menjadi dua bagian (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012: 282).
a. Kemampuan awal yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen akan mempengaruhi hasil posttest. Solusinya adalah
melakukan pemilihan secara random terhadap sampel kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen. Dengan demikian, pretest dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kemampuan awal yang dimiliki oleh kedua
kelompok, sehingga dapat diketahui apakah kedua kelompok tersebut
memiliki kemampuan awal yang setara atau berbeda. Jika dalam pretest
kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak berbeda,
bias yang mungkin terjadi dianggap tidak ada (Neuman, 2013: 238).
Tingkat ancaman jenis ini berada pada kategori tinggi.
b. Jumlah kelompok gender yang berbeda pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen bisa berpengaruh terhadap posttest. Solusinya
adalah pemilihan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan
dengan penyetaraan jumlah laki-laki dan perempuan pada kedua
kelompok tersebut (matching). Perlu pretest untuk memastikan
kemampuan awal yang setara. Tingkat ancaman jenis ini berada pada
kategori menengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
11. Implementasi (implementation)
Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen bisa berpengaruh pada skor posttest. Guru yang berbeda juga
akan memiliki style mengajar yang berbeda. Solusinya adalah memilih salah
satu guru yang dianggap mampu untuk mengimplementasikan pembelajaran
di kedua kelompok tersebut atau sama-sama dilaksanakan oleh guru yang
berbeda-beda (banyak guru). Jika demikian, perlu adanya kontrol
implementasi pembelajaran yang lebih cermat. Tingkat ancaman jenis
implementasi (implementation) berada pada kategori tinggi (Fraenkel,
Wallen, & Hyun, 2012: 284).
Berdasarkan penjelasan tersebut, pengendalian terhadap ancaman validitas
internal dalan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.31 Pengendalian terhadap Ancaman Validitas Internal Penelitian
No Ancaman
Validitas
Tingkat
Ancaman
Terkendali
(ya/tidak) Keterangan
1 Sejarah Rendah Ya Penelitian ini dilakukan dalam waktu 2
minggu.
2 Difusi
treatment
Rendah-
menengah Ya
Peneliti tidak menjelaskan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS
kepada kelompok kontrol secara
sistematis.
3 Perilaku
kompensatoris
Rendah-
menengah Tidak
Kelompok kontrol tidak mendapatkan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
sesudah penelitian selesai.
4 Maturasi Rendah Ya
Pada penelitian ini, kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen mendapatkan
pretest dan posttest II dihari yang sama,
namun berbeda pada posttest I.
5 Regresi statistik Rendah Ya
Hasil uji korelasi pretest-posttest 1 tidak
negatif dan signifikan terhadap
kemampuan mengingat dan memahami.
6 Mortalitas Menengah Ya
Skor dari 2 siswa pada kelompok kontrol
yang tidak hadir saat pretest diisi dengan
skor rerata keseluruhan sehingga
nilainya netral.
7 Pengujian
(testing) Rendah Ya
Kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen sama-sama mendapatkan
pretest.
8 Instrumentasi
Rendah-
menengah-
tinggi
Ya Penelitian ini menggunakan instrumen
yang sama untuk pretest dan posttest.
9 Lokasi Menengah-
tinggi Ya
Lingkungan dan kondisi ruang kelas
kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen kurang lebih sama.
10 Karakteristik
subjek
Menengah-
tinggi
Ya dan
Tidak
Pada kemampuan mengingat, ancaman
terkendali dengan baik karena hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen sama.
Pada kemampuan memahami, ancaman
tidak terkendali dengan baik karena hasil
pretest kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen berbeda.
11 Implementasi Tinggi Ya
Pembelajaran diimplementasikan oleh
guru yang sama untuk kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, ancaman terhadap validitas internal
yang cukup bisa dikendalikan dalam penelitian ini yaitu:
1. Sejarah (history)
Penelitian ini menggunakan waktu yang singkat untuk melaksanakan
penelitian. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian kurang
lebih dua minggu karena pengambilan data eksperimental dianjurkan dalam
waktu sesingkat mungkin untuk mengurangi bias (Krathwolh, 2004: 547).
2. Difusi treatment
Peneliti tidak menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe TPS secara
sistematis kepada kelompok kontrol, sehingga ancaman ini cukup bisa
dikendalikan.
3. Maturasi
Pada penelitian ini, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
mendapatkan pretest dan posttest II dihari yang sama. Pretest dilaksanakan
pada tanggal 16 September 2017 dan posttest II dilaksakan pada tanggal 7
Oktober 2017. Namun, posttest I dilaksanakan pada hari yang berbeda dengan
selang hari yang tidak terlalu jauh.
4. Regresi statistik
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ancaman regresi statistik dalam
penelitian ini cukup bisa dikendalikan oleh peneliti. Ancaman dikatakan tidak
bisa dikendalikan jika hasil uji korelasi pretest dan posttest I negatif dan
signifikan.
5. Mortalitas
Pada waktu pengerjaan pretest terdapat dua siswa dari kelompok kontrol tidak
hadir, tetapi peneliti menggunakan hasil rerata dari hasil pengerjaan pretest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
yang telah dikerjakan oleh kelompok kontrol untuk mengantisipasi ancaman
tersebut.
6. Pengujian
Pada penelitian ini, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sama-sama
mendapatkan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal
yang dimiliki oleh kedua kelompok sebelum mendapatkan perlakuan
(treatment).
7. Instrumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yang sama pada
pretest dan posttest untuk mengumpulkan data. Instrumen tersebut sudah
valid dan reliabel karena telah diuji terlebih dahulu.
8. Lokasi
Dalam penelitian ini, lingkungan dan kondisi ruang kelas kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen kurang lebih sama, sehingga ancaman ini cukup
bisa dikendalikan.
9. Karakteristik subjek
Analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney U test menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan dari hasil tersebut
adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama pada
kemampuan mengingat. Namun, pada kemampuan memahami ancaman ini
tidak bisa dikendalikan dengan baik karena hasil pretest kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen berbeda. Skor kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol.
10. Implementasi
Pada penelitian ini, guru yang mengajar di kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah guru yang sama, sehingg style mengajar tidak
berbeda. Guru yang mengajar adalah wali kelas V-A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
4.2.2 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap Kemampuan
Mengingat
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mengingat. Hasil dari uji
signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik non parametrik dengan
Mann-Whitney U test menunjukkan bahwa selisih skor pada kelompok eksperimen
(Mdn = 0,33) berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol (Mdn = 0,00) yang
dilihat dari data statistik U = 194,50, z = 2,466, p = 0,014 (p < 0,05). Besar pengaruh
perlakuan (effect size) yang diberikan oleh model pembelajaran kooperatif tipe TPS
terhadap kemampuan mengingat adalah r = 0,35 atau setara dengan 12% yang
termasuk efek menengah. Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 253) menjelaskan
bahwa r sebesar 0,35 termasuk efek yang tidak penting secara praktis, namun masih
penting secara teoretis. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan
pengaruh sebesar 12% terhadap kemampuan mengingat, sedangkan 88% sisanya
merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel penelitian. Variabel lain
tersebut misalnya inteligensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau
latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
Berpengaruhnya model pembelajaran kooperatif tipe TPS tersebut sesuai
dengan penelitian yang relevan yang menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan berbicara dan keterampilan
berpikir kreatif (Tristiantari, Marhaeni, & Koyan, 2013), model pembelajaran
kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar IPA
(Witaningtyas, Lasmawan, & Adnyana, 2016), dan the application of cooperative
learning think pair share (TPS) model to increase the process science skills
(Alpusari & Putra, 2015).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori perkembangan kognitif anak
yang dikemukakan oleh Jean Piaget (1896-1980). Piaget percaya bahwa pemikiran
anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus
bertambah kompleks. Berdasarkan tahap perkembangan Piaget, siswa SD kelas V
berada pada tahap operasional konkret dengan rentang usia 7-11 tahun yang dapat
berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda (Desmita, 2013:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
46-47). Penelitian ini juga didukung oleh teori sosial-histori yang dikemukakan
oleh Lev Semenovich Vygotsky (1896-1934). Vygotsky menekankan bahwa peran
sosial sangat penting dalam belajar misalnya guru, teman sebaya, dan orang tua bisa
memberikan rangsangan sosial dan kultural bagi anak sehingga terjadi
perkembangan (Salkind, 2009: 381). Melalui kegiatan belajar kooperatif ini, siswa
dapat bekerja sama dengan teman sebaya untuk mencapai tujuan bersama (Johnson
& Johnson, dalam Huda, 2011: 31). Dengan demikian, proses kognitif dalam
Taksonomi Bloom khususnya kemampuan mengingat dapat berkembang melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan menerapkan
empat langkah yaitu berpikir (Think), berpasangan (Pair), berbagi dalam kelompok
besar (Share 1), dan berbagi dalam kelas besar (Share 2).
4.2.3 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap Kemampuan
Memahami
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memahami. Hasil dari uji
signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan statistik non parametrik dengan
Mann-Whitney U test menunjukkan bahwa selisih skor pada kelompok kontrol
(Mdn = 0,67) tidak berbeda secara signifikan dari kelompok eksperimen (Mdn =
0,67) yang dilihat dari data statistik U = 305,50, z = 0,321, p = 0,748 (p > 0,05).
Besar pengaruh perlakuan (effect size) model pembelajaran kooperatif tipe TPS
terhadap kemampuan memahami adalah r = 0,04 atau setara dengan 0,20% yang
termasuk efek kecil. Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 253) menjelaskan bahwa
r sebesar 0,04 termasuk efek yang tidak penting secara praktis, namun masih
penting secara teoretis. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan
pengaruh sebesar 0,20% terhadap kemampuan memahami, sedangkan 99,8%
sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel penelitian. Variabel
lain tersebut misalnya inteligensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau
latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang tidak berpengaruh terhadap
kemampuan memahami kurang sesuai dengan penelitian relevan yang meneliti
tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
berbicara dan keterampilan berpikir kreatif (Tristiantari, Marhaeni, & Koyan,
2013), model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh terhadap sikap ilmiah
dan hasil belajar IPA (Witaningtyas, Lasmawan, & Adnyana, 2016), dan the
application of cooperative learning think pair share (TPS) model to increase the
process science skills (Alpusari & Putra, 2015).
Hasil penelitian ini juga kurang sejalan dengan teori sosial-histori yang
dikemukakan oleh Lev Semenovich Vygotsky (1896-1934). Vygotsky menekankan
bahwa peran sosial sangat penting dalam belajar misalnya guru, teman sebaya, dan
orang tua bisa memberikan rangsangan sosial dan kultural bagi anak sehingga
terjadi perkembangan (Salkind, 2009: 381). Pada pelaksanaan penelitian, ada
kemungkinan bahwa siswa mengalami kebingungan pada saat belajar dengan teman
sebaya di kelas atau siswa tidak mengerti apa yang disampaikan oleh guru dan yang
didiskusikan dengan teman sebaya, sehingga siswa tidak dapat bekerja sama dengan
teman sebaya untuk mencapai tujuan bersama seperti yang dikemukakan oleh
Johnson & Johnson (dalam Huda, 2011: 31). Selain itu, beberapa kemungkinan
yang menyebebkan variabel independen tidak berpengaruh yaitu adanya faktor-
faktor dari variabel lain misalnya inteligensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan
kelas, atau latar belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151). Faktor yang
mungkin menyebabkan variabel independen tidak berpengaruh adalah pengerjaan
posttest I pada kelompok eksperimen dilakukan menjelang siang hari yaitu sekitar
pukul 09.00-10.10 WIB, sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengerjakan
soal posttest I. Faktor tersebut menyebabkan proses kognitif dalam taksonomi
Bloom khususnya kemampuan memahami kurang dapat berkembang melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Hasil survei Program for International Student Assesment (PISA) dalam
bidang matematika, membaca, dan sains pada tahun 2009 menunjukkan bahwa
Indonesia berada pada peringkat 57 dari 65 negara peserta yang bergabung dalam
PISA (OECD, 2009). Sementara pada tahun 2012, kemampuan IPA negara
Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 65 negara peserta dengan skor 382
(OECD, 2013). PISA melakukan penelitian kembali pada tahun 2015, Indonesia
mengalami peningkatan peringkat. Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
negara peserta dengan perolehan skor 403 (OECD, 2016). Hasil survei tersebut
menunjukkan bahwa Indonesia masih termasuk rendah karena berada di urutan 10
besar terbawah. Salah satu penyebabnya adalah pembelajaran di sekolah masih
menerapkan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Oleh
karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
belajar bersama dalam kelompok dan mengembangkan kemampuan dasar yang
dimilikinya. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan dasar siswa khususnya kemampuan mengingat yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi,
memperbaiki rasa percaya diri, memberi waktu kepada siswa untuk berpikir dan
merespon serta saling membantu satu sama lain (Shoimin, 2014: 208). Dengan
demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat
membantu siswa mengembangkan kemampuan mengingat melalui kegiatan belajar
yang dilakukan secara berkelompok.
Penelitian ini dikhususkan untuk meneliti pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan
mengingat dan memahami pada materi siklus air siswa kelas V SD Negeri Jongkang
Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan efek
menengah terhadap kemampuan mengingat dengan r = 0,35 atau setara dengan
12%. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS memberikan efek kecil
terhadap kemampuan memahami dengan r = 0,04 atau setara dengan 0,20%.
Berdasarkan penelitian tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dapat menjadi referensi bagi sekolah untuk meningkatkan kemampuan
mengingat siswa kelas V pada materi siklus air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
BAB V
PENUTUP
Bab V ini berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran. Kesimpulan
berisi hasil penelitian yaitu mengafirmasi atau menolak hipotesis penelitian.
Keterbatasan penelitian berisi kekurangan yang akan menjadi kelemahan
penelitian. Saran berisi masukan dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berpengaruh terhadap kemampuan mengingat pada materi siklus air siswa
kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018. Hasil analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis
penelitian. Hasil dari uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan
statistik non parametrik dengan Mann-Whitney U test menunjukkan bahwa
selisih skor pada kelompok eksperimen (Mdn = 0,33) berbeda secara
signifikan dari kelompok kontrol (Mdn = 0,00) yang dilihat dari data statistik
U = 194,50, z = 2,466, p = 0,014 (p < 0,05). Besar pengaruh perlakuan (effect
size) terhadap kemampuan mengingat adalah r = 0,35 atau setara dengan 12%
yang termasuk efek menengah.
5.1.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) tidak
berpengaruh terhadap kemampuan memahami pada materi siklus air siswa
kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran
2017/2018. Hasil analisis terhadap data penelitian menolak hipotesis
penelitian. Hasil dari uji signifikansi pengaruh perlakuan menggunakan
statistik non parametrik dengan Mann-Whitney U test menunjukkan bahwa
selisih skor pada kelompok kontrol (Mdn = 0,67) tidak berbeda secara
signifikan dari kelompok eksperimen (Mdn = 0,67) yang dilihat dari data
statistik U = 305,50, z = 0,321, p = 0,748 (p > 0,05). Besar pengaruh perlakuan
(effect size) terhadap kemampuan memahami adalah r = 0,04 atau setara
dengan 0,20% yang termasuk efek kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Soal yang sama dari pretest, posttest I, hingga posttest II membuat siswa
bosan dan kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal.
5.2.2 Kemampuan awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
berbeda.
5.2.3 Hasil penelitian terbatas pada siswa kelas V SD Negeri Jongkang Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2017/2018, sehingga hasil penelitian tidak bisa
digeneralisasikan ke SD lainnya.
5.3 Saran
5.3.1 Peneliti sebaiknya berdiskusi dengan guru mitra untuk membuat tampilan
soal yang lebih menarik supaya mengurangi rasa bosan siswa terhadap soal
sehingga siswa bisa mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh.
5.3.2 Perlu melakukan uji coba menggunakan eksperimental murni dengan teknik
pengambilan sampel secara random untuk mendapatkan dua kelompok yang
memiliki kemampuan awal yang setara.
5.3.3 Hasil penelitian ini bisa menjadi penelitian lebih lanjut bagi peneliti
selanjutnya untuk menerapkan model yang serupa dengan SD Negeri
Jongkang Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 di SD lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
DAFTAR REFERENSI
Abdurrahman, M., & Muhidin, S. A. (2011). Panduan praktis memahami
penelitian: bidang sosial-administrasi-pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Alpusari, M., & Putra, R. A. (2015). The Application of Cooperative Learning
Think Pair Share (TPS) Model to Increase the Process Science Skills in Class
IV Elementry School Number 81 Pekanbaru City. International Journal of
Science and Research (IJSR), 4 (4). 2805-2808. Diakses pada tanggal 11
Maret 2017, dari https://www.ijsr.net
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2014). Kerangka landasan untuk
pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2012). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Best, J. W., & Kahn, J. V. (2006). Research in education (tenth edition). Boston:
Pearson Education Inc.
BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:
BSNP.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research methods in education (6th
ed.). London and New York: Routledge.
Creswell, J. (2015). Riset pendidikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi riset
kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Desmita. (2013). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dyer, J. H., Gregersen, H., & Christensen, C. M. (2009). The innovatorβs DNA.
Diakses pada tanggal 1 Januari 2018, dari https://hbr.org/2009/12/the-
innovators-dna
Fattaah, P. A. (2013). Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair
square untuk peningkatan kemampuan kognitif C2 pada pembelajaran fisika
di SMP Negeri 10 Purworejo kelas VIII. Jurnal radiasi. Vol .2 No.1. Diakses
pada tanggal 11 Maret 2017, dari http://id.portalgaruda.org
Field, A. (2009). Discovering statistics using SPSS (3rd ed.). Los Angeles: Sage.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to design and evaluate
research in education (8th ed.). New York: McGraw Hill.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang:
UNDIP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Hamdani. (2011). Dasar-dasar kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Hamdayama, J. (2014). Model dan metode pembelajaran kreatif dan berkarakter.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Hermana, D. (2009). Ayo belajar ilmu pengetahuan alam IPA kelas 5 SD.
Yogyakarta: Kanisius.
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative learning: metode, teknik, struktur dan model
penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, B. & Christensen, L. (2008). Educational research: Quantitative,
qualitative, and mixed approaches (3rd. Ed.). California: Sage Publications.
Kasmadi. & Sunariah, N. S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Kompri. (2015). Manajemen pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Krathwohl, D. R. (2004). Methods of educational and social science research: An
integrated approach (2nd ed.). Illinois: Waveland Press.
Mardapi, D. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Yogyakarta:
Mitra Cendekia.
Masidjo. (2010). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta:
Kanisius.
Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: pendekatan kualitatif dan
kuantitatif (Ed. 7). Jakarta: PT Indeks.
Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian pembelajaran bahasa berbasis kompetensi.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
OECD. (2009). Whats students know and can do: Students performance in reading,
mathematics, and science. Diakses pada tanggal 23 April 2017, dari
http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf
OECD. (2013). PISA 2012 result: Whats students know and can do: Students
performance in reading, mathematics, and science. Diakses pada tanggal 23
April 2017, dari http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-
US.pdf
OECD. (2016). PISA 2015 results in focus. Diakses pada tanggal 6 November
2017, dari http://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Permendikbud. (2016). Standar proses pendidikan dasar dan menengah. Diakses
pada tanggal 23 April 2017, dari https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/
Permendikbud22-2016SPDikdasmen.pdf
Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik
dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.
Priyono. & Sayekti, T. (2010). Ilmu pengetahuan alam 5. Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementrian Pendidikan Nasional.
Putri, E. W. S. & Sudianto, M. (2013). Penerapan metode mind map untuk
meningkatkan kemampuan mengingat di sekolah dasar. Jurnal Penelitian
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol 1, No 2. Diakses pada tanggal 11 Maret
2017, dari http://id.portalgaruda.org
Rusman. (2013). Model-model pembelajaran: mengembangkan profesionalisme
guru (edisi 2). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia. Bandung: Nusa Media.
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Jakarta: PT Indeks.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian pendidikan jenis, metode, dan prosedur. Jakarta:
Kencana Predana Media Group.
Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada statistik non parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Shoimin, A. (2014). 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif: Dilengkapi dengan perbandingan
perhitungan manual dan SPSS. Jakarta: Rajawali Pers.
Siswanto, B. Sriyono. & Maftukhin, A. (2014). Implementasi model conceptual
understanding procedures (Cups) dalam pembelajaran fisika untuk
meningkatkan kemampuan kognitif C2 siswa kelas X SMK YPT Purworejo
tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Radiasi. Vol. 4. No. 1. Diakses pada
tanggal 11 Maret 2017, dari http://id.portalgaruda.org
Sudijono, A. (2011). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sumanto. (2014). Teori dan aplikasi metode penelitian: psikologi, pendidikan,
ekonomi bisnis, dan sosial. Jakarta: CAPS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Sumantri, M. (2009). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suprijono, A. (2009). Cooperative learning: teori dan aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarwoko, E. & Rukmiati, Y. M. (2009). Mengenal alam sekitar 5 untuk kelas V SD
dan MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovatif progresif: Konsep,
landasan, dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Prenada Media Grup.
Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu: konsep, strategi, dan
implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Tristiantari, N. K. D., Marhaeni, A. A. I. N., & Koyan, I. W. (2013). Pengaruh
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS terhadap
Kemampuan Berbicara dan Keterampilan Berpikir Kreatif pada siswa kelas
V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, 3 (1). Diakses pada tanggal 11 Maret 2017,
dari http://id.portalgaruda.org
Widoyoko, E. P. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Winarti, W., Winarto, J., & Sunarno, W. (2009). Ilmu pengetahuan alam 5: untuk
sekolah dasar/MI kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Witaningtyas, D. P., Lasmawan, I. W., & Adnyana, P. B. (2016). Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share berpengaruh terhadap Sikap
Ilmiah dan Hasil Belajar IPA siswa kelas V. E-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 6 (1). Diakses pada tanggal
11 Maret 2017, dari http://ejournal.unima.ac.id
Yousnelly, P., Oky, D. S., & Zuneldi. (2010). IPA 5 ilmu pengetahuan alam SD
kelas V. Jakarta: Yudhistira.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Lampiran 3.1 Soal Uraian
Nama :
Kelas :
Petunjuk pengerjaan soal:
1. Siswa tidak diperbolehkan berdiskusi dengan teman lain!
2. Siswa tidak diperbolehkan membawa HP saat pengerjaan soal!
3. Siswa tidak diperbolehkan membawa dan membuka buku catatan/pelajaran!
4. Siswa menjawab soal pada lembar soal!
5. Semua soal wajib dikerjakan!
6. Waktu pengerjaan soal 70 menit!
Selamat Mengerjakan
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Air di bumi ini berubah wujud secara berulang-ulang. Proses perubahan
wujud air ini terjadi dalam sebuah siklus yang disebut dengan siklus air.
Tuliskan pengertian dari siklus air!
Jawab:...............................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2. Amatilah gambar di bawah ini!
II. ....................
I. ....................
III. ....................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Berdasarkan gambar tersebut,
a. Isilah I, II, dan III dengan nama dari proses perubahan wujud air!
b. Tulislah nama lain atau istilah ilmiah dari proses tersebut!
I. ............................nama ilmiahnya adalah .....................................
II. ............................nama ilmiahnya adalah .....................................
III. ............................nama ilmiahnya adalah .....................................
c. Jelaskan pengertian dari istilah-istilah tersebut!
Jawab:
I. .....................................................................................................
.....................................................................................................
....................................................................................................
II. .....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
III. .....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
3. Buatlah ringkasan singkat mengenai proses terjadinya siklus air di bumi!
Jawab:...............................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Pada musim kemarau ketersediaan air tentu berkurang. Hal tersebut menuntut
kita untuk berhemat air. Berikan 6 contoh tindakan penghematan air!
Jawab:
a. ................................................................................................................
b. ................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
c. ................................................................................................................
d. ................................................................................................................
e. ................................................................................................................
f. .................................................................................................................
5. Proses siklus air terdiri dari 3 perubahan wujud air. Uraikan proses terjadinya
siklus air dengan mencantumkan 3 perubahan wujud air secara urut!
Jawab:...............................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
6. Bacalah informasi di bawah ini !
Dari informasi diatas, jawablah soal berikut ini.
a. Siklus air terdiri dari 3 perubahan wujud air. Perubahan wujud air apa
yang paling dipengaruhi oleh keadaan tersebut? Berikan penjelasanmu
dalam satu kalimat!
Jawab:......................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
National Geographic Indonesia (22/3/2016) β
Saat ini, 1 dari 10 penduduk dunia tidak
memiliki akses air bersih. Salah satunya
adalah warga Kampung Campaka, Jawa Barat.
Sejak sebulan terakhir, debit air di desa
tersebut menyusut hingga pada akhirnya
kering saat musim kemarau ini. Mengeringnya
sumber air dan menyusutnya debit air
dirasakan menyulitkan warga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
b. Jelaskan alasanmu mengapa siklus air tidak bisa terjadi di daerah yang
mengalami kekeringan! Tuliskan alasanmu dalam satu kalimat!
Jawab:......................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
c. Berikan 3 usaha atau kegiatan untuk menjaga kelestarian air di bumi
agar tidak terjadi kekeringan!
Jawab:......................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
7. Ekosistem hutan alami merupakan sistem yang berperan penting di dalam
pengaturan dan perlindungan sumber daya air. Maka dari itu, ekosistem hutan
mempunyai fungsi penting dalam mengatur ketersediaan sumber daya air.
a. Sebutkan 3 fungsi hutan terhadap ketersediaan air!
Jawab:......................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
b. Sebutkan 3 akibat penebangan liar di hutan terhadap kelestarian air!
Jawab:......................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
8. Perhatikan gambar kawasan A dan B berikut!
a. Jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi di kedua kawasan tersebut,
kawasan A atau B yang berpotensi terjadinya banjir?
Jawab:β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦...β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦..β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.....................
b. Berikan 3 alasan mengapa salah satu kawasan tersebut berpotensi
terjadi banjir?
Jawab:β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
c. Uraikan 3 usaha manusia untuk memperkecil potensi terjadinya banjir
di kawasan tersebut!
Jawab:β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
Kawasan A
Padat penduduk dan tidak ada pohon
Kawasan B
Penduduknya sedikit dan terdapat banyak pohon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
9. Rancanglah sebuah percobaan yang membuktikan bahwa tanaman dapat
menahan air hujan dengan membuat satu pertanyaan (rumusan masalah),
satu jawaban sementara (hipotesis), dan 4 langkah percobaan pada soal-soal
di bawah ini!
a. Buatlah satu pertanyaan dengan awalan kata tanya βApakahβ !
Contoh: Apakah pupuk dapat menyuburkan tanah?
.................................................................................................................
.................................................................................................................
................................................β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
b. Tuliskan satu jawaban sementara dari pertanyaan yang kamu buat!
Contoh: Pupuk dapat menyuburkan tanah.
.................................................................................................................
.................................................................................................................
................................................β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
c. Buatlah 4 langkah percobaan untuk membuktikan tanaman dapat
menahan air hujan dengan alat dan bahan sebagai berikut:
- pot yang terdapat tanaman - 2 plastik yang berlubang-lubang
- pot tanpa ada tanaman - 4 gelas air
- 2 nampan
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.................................
................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Lampiran 3.2 Kunci Jawaban
1. Siklus air adalah peristiwa perputaran air yang terjadi secara berulang-ulang
di alam.
2. (a) I. Penguapan (menguap)
II. Pengembunan (mengembun)
III. Pengendapan (mengendap)
(b) I. Evaporasi
II. Kondensasi
III. Presipitasi
(c) Penjelasan dari proses siklus air:
- Evaporasi : proses dimana air berubah menjadi uap karena adanya
sinar matahari.
- Kondensasi : proses dimana uap air berkumpul menjadi satu
membentuk awan.
- Presipitasi : proses dimana titik-titik air jatuh ke bumi dalam bentuk
hujan.
3. Berikut adalah ringkasan terjadinya siklus air di bumi:
Air menguap karena adanya sinar matahari. Selanjutnya, uap air berkumpul
menjadi satu membentuk awan. Kemudian uap air mengembun dan berubah
menjadi titik-titik air yang akhirnya jatuh ke bumi sebagai hujan.
4. Tindakan penghematan air dapat dilakukan sebagai berikut: a) matikan kran
air selesai digunakan; b) menggunakan air bekas cucian sayuran untuk
keperluan lain; c) tidak mencuci kendaraan setiap hari; d) menggunakan air
secukupnya; e) mencuci pakaian jika menumpuk banyak; f) mandi
menggunakan air secukupnya; g) tidak menggunakan air untuk bermain; dan
lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
5. Berikut adalah beberapa perubahan wujud air dan langkah-langkah terjadinya
siklus air
Penguapan (evaporasi) Pengembunan (kondensasi) pengendapan
(presipitasi) Hujan
6. Jawaban:
a. Perubahan wujud air yang sangat dipengaruhi adalah evaporasi
(penguapan) karena tidak ada air yang mengalami penguapan sehingga
tidak ada yang menguap dan nantinya akan menghambat proses
selanjutnya dalam daur air.
b. Evaporasi/ penguapan tidak akan terjadi karena tidak ada air
sehingga proses siklus air akan terhambat/ tidak terjadi.
c. Usaha menjaga kelestarian air:
- Penanaman pohon
- Reboisasi
- Konservasi hutan
- Membuat bendungan
- Membuat sumur resapan
- Mendaur ulang air
7. Jawaban:
a. Fungsi hutan
- Pengendali curah hujan
- Penyerapan air hujan
- Penyimpanan serapan air hujan
- Mengalirkan air permukaan dan air tanah
- Pengendali banjir dan kekeringan
- Penyedia dan pengatur sumber air
b. Akibat penebangan liar
- Banjir
- Kekeringan
- Tanah longsor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
- Lahan kritis
- Persediaan air bersih berkurang (lama-lama bisa habis)
- Hutan tidak bisa menyimpan air
- Berkurangnya mata air
- Hutan tidak bisa menyerap air
8. Jawaban:
a. Kawasan A adalah kawasan yang berpotensi terjadinya banjir.
b. Sungai dan gorong-gorong tidak berfungsi dengan baik, kurangnya
daerah resapan air, masyarakat membuang sampah sembarangan seperti
di sungai, kurangnya lahan terbuka hijau atau kurang atau tidak
pepohonan, lahan penduduk dengan daerah resapan air tidak seimbang,
padat penduduk, masyarakat tinggal di bantaran sungai, membuat
bendungan.
c. Normalisasi atau mengembalikan fungsi sungai dan gorong-gorong,
membuat daerah resapan air, membuang sampah pada tempatnya,
membuat peraturan tentang pembuangan sampah, menanam tanaman
atau pohon di tempat yang memungkinkan, pemindahan warga atau
pemukiman ke tepat yang layak.
9. Jawaban
a. Apakah tanaman dapat menahan air hujan?
b. Tanaman dapat menahan air hujan.
c. Langkah-langkah percobaan:
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Taruh tanaman (pot yang terdapat tanaman) di naman pertama dan
tanah (pot tanpa tanaman) di nampan kedua.
3) Pegang kedua nampan dalam posisi miring.
4) Secara bersamaan, tuang air dalam pada kedua plastic berlubang,
biarkan mengairi kedua nampan.
5) Amati air yang mengalir pada kedua pot.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Lampiran 3.3 Rubrik Penilaian
No Variabel Aspek Indikator No
soal Kriteria Skor
1 Mengingat
Mengingat
kembali
Mengingat
kembali
definisi dari
siklus air
1
Jika mampu
mendefinisikan siklus
air dengan kalimat yang
tepat
4
Jika mampu
mendefinisikan siklus
air dengan kalimat
kurang tepat
3
Jika mampu
mendefinisikan siklus
air dengan kalimat yang
tidak tepat
2
Jika tidak mampu
menjawab sama sekali 1
Mengenali
Mengenali
nama dari
proses siklus
air
2a
Jika mampu
menyebutkan 3 nama
dari proses siklus air
dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan 2 nama
dari proses siklus air
dengan tepat
3
Jika mampu
menyebutkan 1 nama
dari proses siklus air
dengan tepat
2
Jika tidak mampu
menjawab sama sekali
atau semua jawaban
salah
1
Mengenali
nama ilmiah
dalam proses
siklus air
2b
Jika mampu
menyebutkan 3 nama
ilmiah dengan tepat
4
Jika mampu
menyebutkan 2 nama
ilmiah dengan tepat
3
Jika mampu
menyebutkan 1 nama
ilmiah dengan tepat
2
Jika tidak mampu
menjawab sama sekali
atau semua jawaban
salah
1
2 Memahami Merangkum
Membuat
ringkasan
pendek
proses
terjadinya
siklus air di
bumi
3
Jika mampu membuat
ringkasan pendek
dengan urut dan kalimat
yang tepat
4
Jika mampu membuat
ringkasan pendek
dengan urut dan kalimat
kurang tepat
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Jika mampu membuat
ringkasan pendek
dengan tidak urut dan
kalimat tidak tepat
2
Jika tidak mampu
menjawab sama sekali 1
Menjelaskan
Menjelaskan
proses
terjadinya
siklus air
2c
Jika mampu
menjelaskan 3 proses
siklus air dengan
kalimat yang tepat atau
kurang tepat
4
Jika mampu
menjelaskan 2 proses
siklus air dengan
kalimat yang tepat atau
kurang tepat
3
Jika mampu
menjelaskan 1 proses
siklus air dengan
kalimat yang tepat atau
kurang tepat
2
Jika tidak mampu
menjawab sama sekali
atau semua jawaban
salah
1
Mencontohkan
Memberikan
contoh
tindakan
penghematan
air
4
Jika mampu
memberikan 5-6 contoh
tindakan penghematan
air dengan tepat
4
Jika mampu
memberikan 3-4 contoh
tindakan penghematan
air dengan tepat
3
Jika mampu
memberikan 1-2 contoh
tindakan penghematan
air dengan tepat
2
Jika tidak mampu
menjawab sama sekali
atau semua jawaban
salah
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Lampiran 3.4 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement
Variabel No.
Soal
Validator Komentar (Saran Perbaikan)
1 2 3 Rerata
Mengingat
1 4 3 3 3,33
Validator 1: Penggunaan kata
pengertian/definisi pilih salah satu
saja yang lebih mudah dipahami
siswa.
Validator 2: Langsung pada intinya
saja
Validator 3: Alangkah lebih baik
apabila kalimat perintah menggunakan
kata-kata yang lebih mudah dipahami
siswa.
2a 3 4 4 3,67 Validator 2: Sudah baik
2b 3 4 4 3,67
Validator 1: Apakah ada kemungkinan
jawaban 2a dan 2b akan tertukar?
Bagaimana hal tersebut.
Validator 2: Sudah baik
Memahami
2c 4 4 4 4,00 Validator 2: Sudah baik
3 4 4 3 3,67
Validator 2: Sudah baik
Validator 3: Ringkasan = menyingkat
4 3 3 4 3,33
Validator 1: Kata minimal dihapus
(bedakan dengan rubrik)
Validator 2: Langsung pada intinya
Mengaplikasikan
5 3 4 4 3,67 Validator 2: Sudah baik
6a 3 4 3 3,33
Validator 1: Apakah keterangan dalam
box bisa diperbaiki? Tidak nyambung.
Bisa ditambahkan kalimat sebelum
kalimat kedua. 3 konsep kunci dalam
kunci jawaban bisa diperjelas lagi
Validator 2: Sudah baik
Validator 3: Sederhanakan bahasa
dalam kalimat perintah dengan
menggunakan kata-kata yang biasa
didengar anak-anak.
6b 2 4 3 3,00
Validator 1: Soal/kalimat diganti,
mengacu pada kunci jawaban dan
rubrik misalnya proses siklus air di
daerah yang mengalami kekeringan
Validator 2: Sudah jelas
Menganalisis
6c 4 4 4 4,00 Validator 2: Sudah jelas
7a 3 3 4 3,33 Validator 2: Langsung pada intinya
7b 3 4 4 3,67 Validator 2: Sudah baik
Mengevaluasi 8a 3 4 3 3,33 Validator 2: Sudah baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Validator 3: Gambar kurang jelas,
apabila tetap memakai gambar beri
penjelasan atau sedikit keterangan
tambahan.
8b 3 4 3 3,33
Validator 1: Sesuaikan dengan rubrik.
Mengapa kawasan tersebut berpotensi
terjadi banjir!
Validator 2: Sudah jelas
Validator 3: Alasan dari apa?
Lengkapi kalimat perintah!
8c 3 4 4 3,67
Validator 1: Sesuaikan dengan rubrik
Validator 2: Sudah jelas
Mencipta
9a 3 4 4 3,67
Validator 1: Alat dan bahan diganti
gambar semua. Apakah ada contoh
lain?
Validator 2: Sudah jelas
9b 2 4 4 3,33
Validator 1: Contoh sudah dipakai
sebagai kunci jawaban
Validator 2: Sudah jelas
9c 4 3 3 3,33
Validator 2: Belum jelas, diulangi inti
pertanyaannya
Validator 3: Lengkapi kalimat
perintahnya!
Total Skor 57 68 65
Rerata 3,17 3,78 3,61
Validator 1
Instrumen penelitian layak diimplementasikan
dengan perbaikan kecil.
Validator 2
Instrumen penelitian sangat layak
diimplementasikan.
Validator 3
Instrumen penelitian sangat layak
diimplementasikan.
No. Interval Skor Kelayakan Instrumen
1 58,50 β 72,00 Sangat layak
2 45,00 β 58,49 Layak dengan perbaikan kecil
3 31,50 β 44,99 Layak dengan perbaikan besar
4 18,00 β 31,49 Tidak Layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran 3.5 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas
Variabel
Correlations Total
Total
Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 71
Mengingat
Item1
Pearson Correlation ,316**
Sig. (2-tailed) ,007
N 71
Item2a
Pearson Correlation ,245*
Sig. (2-tailed) ,039
N 71
Item2b
Pearson Correlation ,571**
Sig. (2-tailed) ,000
N 71
Memahami
Item2c
Pearson Correlation ,491**
Sig. (2-tailed) ,000
N 71
Item3
Pearson Correlation ,507**
Sig. (2-tailed) ,000
N 71
Item4
Pearson Correlation ,406**
Sig. (2-tailed) ,000
N 71
Mengaplikasikan
Item5
Pearson Correlation ,363**
Sig. (2-tailed) ,002
N 71
Item6a
Pearson Correlation ,574**
Sig. (2-tailed) ,000
N 71
Item6b
Pearson Correlation ,375**
Sig. (2-tailed) ,001
N 71
Menganalisis
Item6c
Pearson Correlation ,313**
Sig. (2-tailed) ,008
N 71
Item7a
Pearson Correlation ,350**
Sig. (2-tailed) ,003
N 71
Item7b
Pearson Correlation ,312**
Sig. (2-tailed) ,008
N 71
Mengevaluasi Item8a Pearson Correlation ,245*
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Sig. (2-tailed) ,040
N 71
Item8b
Pearson Correlation ,388**
Sig. (2-tailed) ,001
N 71
Item8c
Pearson Correlation ,499**
Sig. (2-tailed) ,000
N 71
Mencipta
Item9a
Pearson Correlation ,383**
Sig. (2-tailed) ,001
N 71
Item9b
Pearson Correlation ,479**
Sig. (2-tailed) ,000
N 71
Item9c
Pearson Correlation ,499**
Sig. (2-tailed) ,000
N 71
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 3.6 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 71 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 71 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,701 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengingat Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
IngKon
Pre
IngKon
Post1
IngKon
Sel
IngKon
Post2
IngEks
Pre
IngEks
Post1
IngEks
Sel
IngEks
Post2
2 1,33 -0,67 1 1 1,33 0,33 1,33
1,33 1 -0,33 1,33 1 1,67 0,67 1,67
1 1,67 0,67 1,67 1,33 1,67 0,33 1,33
1 1 0 1,33 1,33 2,67 1,33 2,33
1,33 1,33 0 1,67 1,67 2,67 1 2,67
1,33 1,67 0,33 1,67 1,33 1,67 0,33 2
1,33 1,33 0 1,67 1,33 1,33 0 1,33
1,67 1,33 -0,33 1,33 1,33 1,67 0,33 2
1,33 2 0,67 2 2 2 0 2,33
1,33 1,33 0 1,33 1 1,33 0,33 1
1,33 2 0,67 1,33 1,33 1,33 0 1,33
1,33 1 -0,33 1,33 1,33 2 0,67 1,33
1,67 2,33 0,67 2 1,33 2,67 1,33 2,67
1,33 2,33 1 2 1 1,67 0,67 1,33
1,33 2,33 1 1,33 1,33 2,33 1 2,67
1,33 2 0,67 1,33 1,33 1,33 0 1,33
1,33 1,33 0 1,33 1,67 1,33 -0,33 1,33
1,33 1,33 0 1,67 1,33 2,67 1,33 2,67
1,33 2 0,67 2,67 1 2 1 2,33
1,33 1,33 0 1,67 1,67 3,67 2 3,33
1,33 1,33 0 2 1 3 2 2,67
1,36 1,33 -0,03 1,67 1,33 1,67 0,33 1,67
1,36 1 -0,36 2 1,33 2,33 1 2,67
1 1 0 1
1,33 1,33 0 1,33
1 1 0 1
1 2 1 2
1,33 1,33 0 2,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Memahami Kelompok Kontrol dan
Eksperimen
HamKon
Pre
HamKon
Post1
HamKon
Sel
HamKon
Post2
HamEks
Pre
HamEks
Post1
HamEks
Sel
HamEks
Post2
1,67 2 0,33 1,33 2,33 2,67 0,33 2,67
2 2 0 1,67 2,33 2,67 0,33 2,67
1,67 3 1,33 3 2,67 3,33 0,67 3
1,33 1,67 0,33 1,33 2,67 3,67 1 2,67
2,33 3 0,67 3 2,67 3,67 1 2,33
1,67 2,33 0,67 2 2 2,67 0,67 1,33
2,67 3,33 0,67 3,33 2,33 2,67 0,33 2
1,67 3,67 2 2,67 1,67 2,67 1 2,33
1,67 3,33 1,67 2,67 2,67 2,67 0 2,67
1,67 2,67 1 2,67 2 2 0 1,67
2,33 3 0,67 2,33 2 3,33 1,33 2
1,33 3,33 2 2,67 3 3,67 0,67 2,67
2,33 3,33 1 3,33 2,33 3,67 1,33 2,67
2,33 3 0,67 2,33 2,33 3,33 1 2
2,33 3 0,67 2,33 2 3 1 2,33
2,67 3,33 0,67 2,33 1,67 3 1,33 2,67
2 3 1 2,33 2 1,33 -0,67 1,67
2 2,33 0,33 1,67 2,33 2,67 0,33 3
2 3 1 3 1,33 1,67 0,33 1,67
1,67 2 0,33 2 2,33 3 0,67 3
1,67 2,33 0,67 3 2,33 3,67 1,33 3
1,95 2,67 0,72 2,67 1,67 2,67 1 2,33
1,95 2,33 0,38 2,67 2,67 3,33 0,67 2,67
2 3,33 1,33 2,67
1,67 2,33 0,67 2
2,33 3 0,67 2,67
2,67 3,33 0,67 2,67
2,67 3,33 0,67 2,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data
4.3.1 Kemampuan Mengingat
4.3.2 Kemampuan Memahami
IngKon
Pre
IngKon
Post1
IngKon
Sel
IngKon
Post2
IngEks
Pre
IngEks
Post1
IngEks
Sel
IngEks
Post2
23 23 23 23 28 28 28 28
Mean 1,3626 1,5491 ,1870 1,6230 1,2843 1,8811 ,5946 1,8921
Std.
Deviation,19946 ,44507 ,47216 ,36823 ,25220 ,65690 ,62405 ,66193
Absolute ,375 ,297 ,263 ,222 ,285 ,197 ,200 ,231
Positive ,375 ,297 ,263 ,222 ,285 ,197 ,200 ,231
Negative -,348 -,149 -,195 -,170 -,250 -,129 -,135 -,139
,375 ,297 ,263 ,222 ,285 ,197 ,200 ,231
,000c
,000c
,000c
,005c
,000c
,007c
,006c
,001cAsymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parametersa,b
Most
Extreme
Differences
Test Statistic
HamKon
Pre
HamKon
Post1
HamKon
Sel
HamKon
Post2
HamEks
Pre
HamEks
Post1
HamEks
Sel
HamEks
Post2
23 23 23 23 28 28 28 28
Mean 1,9526 2,7674 ,8165 2,4491 2,2382 2,9411 ,7021 2,4179
Std.
Deviation,37927 ,54486 ,51844 ,57413 ,40451 ,60208 ,47430 ,45983
Absolute ,207 ,230 ,226 ,172 ,197 ,183 ,187 ,280
Positive ,207 ,137 ,226 ,089 ,125 ,113 ,134 ,149
Negative -,144 -,230 -,131 -,172 -,197 -,183 -,187 -,280
,207 ,230 ,226 ,172 ,197 ,183 ,187 ,280
,012c
,003c
,004c
,078c
,007c
,017c
,013c
,000cAsymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parametersa,b
Most
Extreme
Differences
Test Statistic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian pada Pretest
4.4.1 Kemampuan Mengingat
Descriptives
Kelompok Statistic Std.
Error
IngKon
EksPre
Mengingat
Kontrol
Pretest
Mean 1,3626 ,04159
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 1,2764
Upper Bound 1,4489
5% Trimmed Mean 1,3497
Median 1,3300
Variance ,040
Std. Deviation ,19946
Minimum 1,00
Maximum 2,00
Range 1,00
Interquartile Range 0,00
Skewness 1,387 ,481
Kurtosis 4,752 ,935
Mengingat
Eksperimen
Pretest
Mean 1,2843 ,04766
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 1,1865
Upper Bound 1,3821
5% Trimmed Mean 1,2656
Median 1,3300
Variance ,064
Std. Deviation ,25220
Minimum 1,00
Maximum 2,00
Range 1,00
Interquartile Range ,33
Skewness ,829 ,441
Kurtosis 1,069 ,858
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
IngKon
EksPre
Based on Mean 2,438 1 49 ,125
Based on Median 2,109 1 49 ,153
Based on Median and with
adjusted df 2,109 1 48,789 ,153
Based on trimmed mean 3,531 1 49 ,066
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
4.4.2 Kemampuan Memahami
Descriptives
Kelompok Statistic Std.
Error
HamKon
EksPre
Memahami
Kontrol
Pretest
Mean 1,9526 ,07908
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 1,7886
Upper Bound 2,1166
5% Trimmed Mean 1,9473
Median 1,9500
Variance ,144
Std. Deviation ,37927
Minimum 1,33
Maximum 2,67
Range 1,34
Interquartile Range ,66
Skewness ,314 ,481
Kurtosis -,620 ,935
Memahami
Eksperimen
Pretest
Mean 2,2382 ,07645
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 2,0814
Upper Bound 2,3951
5% Trimmed Mean 2,2462
Median 2,3300
Variance ,164
Std. Deviation ,40451
Minimum 1,33
Maximum 3,00
Range 1,67
Interquartile Range ,67
Skewness -,332 ,441
Kurtosis -,431 ,858
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
HamKon
EksPre
Based on Mean ,148 1 49 ,702
Based on Median ,004 1 49 ,950
Based on Median and with adjusted df ,004 1 46,822 ,950
Based on trimmed mean ,124 1 49 ,727
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Lampiran 4.5 Hasil SPSS Uji Kemampuan Awal
4.5.1 Kemampuan Mengingat
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
IngKon EksPre
Mengingat Kontrol Pretest 23 29,37 675,50
Mengingat Eksperimen Pretest 28 23,23 650,50
Total 51
Test Statisticsa
IngKonEksPre
Mann-Whitney U 244,500
Wilcoxon W 650,500
Z -1,678
Asymp. Sig. (2-tailed) ,093
a. Grouping Variable: Kelompok
4.5.2 Kemampuan Memahami
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
HamKon EksPre
Memahami Kontrol Pretest 23 20,33 467,50
Memahami Eksperimen Pretest 28 30,66 858,50
Total 51
Test Statisticsa
HamKonEksPre
Mann-Whitney U 191,500
Wilcoxon W 467,500
Z -2,530
Asymp. Sig. (2-tailed) ,011
a. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Lampiran 4.6 Hasil SPSS Uji Homogenitas Varian pada Selisih
4.6.1 Kemampuan Mengingat
Descriptives
Kelompok Statistic Std.
Error
IngKon
EksSel
Mengingat
Kontrol
Selisih
Mean ,1870 ,09845
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound -,0172
Upper Bound ,3911
5% Trimmed Mean ,1871
Median 0,0000
Variance ,223
Std. Deviation ,47216
Minimum -,67
Maximum 1,00
Range 1,67
Interquartile Range ,70
Skewness ,229 ,481
Kurtosis -,986 ,935
Mengingat
Eksperimen
Selisih
Mean ,5946 ,11793
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound ,3527
Upper Bound ,8366
5% Trimmed Mean ,5627
Median ,3300
Variance ,389
Std. Deviation ,62405
Minimum -,33
Maximum 2,00
Range 2,33
Interquartile Range 1,00
Skewness ,738 ,441
Kurtosis -,139 ,858
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
IngKon
EksSel
Based on Mean 1,950 1 49 ,169
Based on Median 1,394 1 49 ,243
Based on Median and with adjusted df 1,394 1 46,166 ,244
Based on trimmed mean 1,828 1 49 ,183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
4.6.2 Kemampuan Memahami
Descriptives
Kelompok Statistic Std.
Error
HamKon
EksSel
Memahami
Kontrol
Selisih
Mean ,8165 ,10810
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound ,5923
Upper Bound 1,0407
5% Trimmed Mean ,7937
Median ,6700
Variance ,269
Std. Deviation ,51844
Minimum 0,00
Maximum 2,00
Range 2,00
Interquartile Range ,62
Skewness 1,066 ,481
Kurtosis ,873 ,935
Memahami
Eksperimen
Selisih
Mean ,7021 ,08963
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound ,5182
Upper Bound ,8861
5% Trimmed Mean ,7329
Median ,6700
Variance ,225
Std. Deviation ,47430
Minimum -,67
Maximum 1,33
Range 2,00
Interquartile Range ,67
Skewness -,799 ,441
Kurtosis 1,162 ,858
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
HamKon
EksSel
Based on Mean ,164 1 49 ,687
Based on Median ,001 1 49 ,975
Based on Median and with adjusted df ,001 1 46,417 ,975
Based on trimmed mean ,065 1 49 ,800
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Lampiran 4.7 Hasil SPSS Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan
4.7.1 Kemampuan Mengingat
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
IngKonEksSel
Mengingat Kontrol Selisih 23 20,46 470,50
Mengingat Eksperimen Selisih 28 30,55 855,50
Total 51
Test Statisticsa
IngKonEksSel
Mann-Whitney U 194,500
Wilcoxon W 470,500
Z -2,466
Asymp. Sig. (2-tailed) ,014
a. Grouping Variable: Kelompok
4.7.2 Kemampuan Memahami
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
HamKonEksSel
Memahami Kontrol Selisih 23 26,72 614,50
Memahami Eksperimen Selisih 28 25,41 711,50
Total 51
Test Statisticsa
HamKonEksSel
Mann-Whitney U 305,500
Wilcoxon W 711,500
Z -,321
Asymp. Sig. (2-tailed) ,748
a. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Lampiran 4.8 Perhitungan Manual Besar Pengaruh Perlakuan
Effect size kemampuan mengingat adalah
sebagai berikut:
π =π
βπ
=β2,466
β51
=β2,466
7,1414284285= β0,3453090687
Persentase pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
terhadap kemampuan mengingat:
R2 = (β0,3453090687)2
= 0,1192383529
Persentase Pengaruh
= R2 x 100%
= 0,1192383529 x 100%
= 11,9238352926%
Effect size kemampuan memahami adalah
sebagai berikut:
π =π
βπ
=β0,321
β51
=β0,321
7,1414284285
= β0,0449489907
Persentase pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
terhadap kemampuan memahami:
R2 = (β0,0449489907)2
= 0,0020204118
Persentase Pengaruh
= R2 x 100%
= 0,0020204118 x 100%
= 0,2020411765%
Lampiran 4.9 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest
I
4.9.1 Hasil Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengingat
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
= πππ π‘π‘ππ π‘ 1 β ππππ‘ππ π‘
ππππ‘ππ π‘ π₯ 100%
= 1,5491 β 1,3626
1,3626 Γ 100%
= 0,1865
1,3626 Γ 100%
= 13,687068839%
Persentase
= πππ π‘π‘ππ π‘ 1 β ππππ‘ππ π‘
ππππ‘ππ π‘ π₯ 100%
= 1,8811 β 1,2843
1,2843 Γ 100%
= 0,5968
1,2843 Γ 100%
= 46,4688935607%
Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Memahami
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase
= πππ π‘π‘ππ π‘ 1 β ππππ‘ππ π‘
ππππ‘ππ π‘ π₯ 100%
= 2,7674 β 1,9526
1,9526 Γ 100%
= 0,8148
1,9526 Γ 100%
= 41,728976749%
Persentase
= πππ π‘π‘ππ π‘ 1 β ππππ‘ππ π‘
ππππ‘ππ π‘ π₯ 100%
= 2,9411 β 2,2382
2,2382 Γ 100%
= 0,7029
2,2382 Γ 100%
= 31,4047002055%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
4.9.2 Perhitungan Persentase Gain Score
4.9.2.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengingat
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gain Score f Gain Score f
-0,67 1 -0,33 1
-0,36 1 0,00 8
-0,33 3 0,33 6
-0,03 1 0,67 3
0,00 8 1,00 5
0,33 1 1,33 3
0,67 6 2,00 2
1,00 2
4.9.2.2 Perhitungan Persentase Gain Score β₯ 0,67 Kemampuan Mengingat
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score β₯ 0,67 adalah 8 siswa.
Persentase:
= πππππ’πππ π
ππ’πππβ π ππ π€π x 100%
= 8
23 x 100%
= 34,78%
Frekuensi gain score β₯ 0,67 adalah 13 siswa.
Persentase:
= πππππ’πππ π
ππ’πππβ π ππ π€π x 100%
= 13
28 x 100%
= 46,43%
4.9.2.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Memahami
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Gain Score f Gain Score f
0,00 1 -0,67 1
0,33 4 0,00 2
0,38 1 0,33 5
0,67 8 0,67 9
0,72 1 1,00 6
1,00 4 1,33 5
1,33 1
1,67 1
2,00 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
4.9.2.4 Perhitungan Persentase Gain Score β₯ 0,67 Kemampuan Memahami
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Frekuensi gain score β₯ 0,67 adalah 17 siswa.
Persentase:
= πππππ’πππ π
ππ’πππβ π ππ π€π x 100%
= 17
23 x 100%
= 73,91%
Frekuensi gain score β₯ 0,67 adalah 20 siswa.
Persentase:
= πππππ’πππ π
ππ’πππβ π ππ π€π x 100%
= 20
28 x 100%
= 71,43%
Lampiran 4.10 Hasil SPSS Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke
Posttest I
4.10.1 Kemampuan Mengingat
Descriptives
Statistic Std.
Error
IngKonPre
Mean 1,3626 ,04159
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 1,2764
Upper Bound 1,4489
5% Trimmed Mean 1,3497
Median 1,3300
Variance ,040
Std. Deviation ,19946
Minimum 1,00
Maximum 2,00
Range 1,00
Interquartile Range 0,00
Skewness 1,387 ,481
Kurtosis 4,752 ,935
IngKonPost1
Mean 1,5491 ,09280
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 1,3567
Upper Bound 1,7416
5% Trimmed Mean 1,5363
Median 1,3300
Variance ,198
Std. Deviation ,44507
Minimum 1,00
Maximum 2,33
Range 1,33
Interquartile Range ,67
Skewness ,582 ,481
Kurtosis -,918 ,935
IngEksPre Mean 1,3174 ,05345
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 1,2065
Upper Bound 1,4282
5% Trimmed Mean 1,2995
Median 1,3300
Variance ,066
Std. Deviation ,25632
Minimum 1,00
Maximum 2,00
Range 1,00
Interquartile Range ,33
Skewness ,762 ,481
Kurtosis 1,032 ,935
IngEksPost1
Mean 2,0004 ,13447
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 1,7216
Upper Bound 2,2793
5% Trimmed Mean 1,9498
Median 1,6700
Variance ,416
Std. Deviation ,64488
Minimum 1,33
Maximum 3,67
Range 2,34
Interquartile Range 1,34
Skewness ,910 ,481
Kurtosis ,301 ,935
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
IngKonPre - IngKonPost1
Negative Ranks 9a 10,33 93,00
Positive Ranks 6b 4,50 27,00
Ties 8c
Total 23
IngEksPre - IngEksPost1
Negative Ranks 19d 10,79 205,00
Positive Ranks 1e 5,00 5,00
Ties 8f
Total 28
a. IngKonPre < IngKonPost1
b. IngKonPre > IngKonPost1
c. IngKonPre = IngKonPost1
d. IngEksPre < IngEksPost1
e. IngEksPre > IngEksPost1
f. IngEksPre = IngEksPost1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Test Statisticsa
IngKonPre - IngKonPost1 IngEksPre - IngEksPost1
Z -1,889b -3,750b
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,059 0,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
4.10.2 Kemampuan Memahami
Descriptives
Statistic Std.
Error
HamKonPre
Mean 1,9526 ,07908
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 1,7886
Upper Bound 2,1166
5% Trimmed Mean 1,9473
Median 1,9500
Variance ,144
Std. Deviation ,37927
Minimum 1,33
Maximum 2,67
Range 1,34
Interquartile Range ,66
Skewness ,314 ,481
Kurtosis -,620 ,935
HamKonPost1
Mean 2,7674 ,11361
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 2,5318
Upper Bound 3,0030
5% Trimmed Mean 2,7783
Median 3,0000
Variance ,297
Std. Deviation ,54486
Minimum 1,67
Maximum 3,67
Range 2,00
Interquartile Range 1,00
Skewness -,400 ,481
Kurtosis -,866 ,935
HamEksPre
Mean 2,2317 ,08500
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 2,0555
Upper Bound 2,4080
5% Trimmed Mean 2,2391
Median 2,3300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Variance ,166
Std. Deviation ,40766
Minimum 1,33
Maximum 3,00
Range 1,67
Interquartile Range ,67
Skewness -,327 ,481
Kurtosis -,195 ,935
HamEksPost1
Mean 2,9143 ,13292
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 2,6387
Upper Bound 3,1900
5% Trimmed Mean 2,9579
Median 3,0000
Variance ,406
Std. Deviation ,63748
Minimum 1,33
Maximum 3,67
Range 2,34
Interquartile Range ,66
Skewness -,834 ,481
Kurtosis ,586 ,935
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
HamKonPre - HamKonPost1
Negative Ranks 22a 11,50 253,00
Positive Ranks 0b 0,00 0,00
Ties 1c
Total 23
HamEksPre - HamEksPost1
Negative Ranks 25d 13,52 338,00
Positive Ranks 1e 13,00 13,00
Ties 2f
Total 28
a. HamKonPre < HamKonPost1
b. HamKonPre > HamKonPost1
c. HamKonPre = HamKonPost1
d. HamEksPre < HamEksPost1
e. HamEksPre > HamEksPost1
f. HamEksPre = HamEksPost1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Test Statisticsa
HamKonPre - HamKonPost1 HamEksPre - HamEksPost1
Z -4,116b -4,144b
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
4.10.3 Hasil Perhitungan Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I
Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengingat
Effect size kelompok kontrol pada kemampuan
mengingat adalah sebagai berikut:
π =π
βπ
=β1,889
β46
=β1,889
6,7823299831
= β0,2785178552
R2 = (β0,2785178552)2
= 0,0775721957
Persentase Efek
= R2 x 100%
= 0,0775721957 x 100%
= 7,7572195665%
Effect size kelompok eksperimen pada
kemampuan mengingat adalah sebagai berikut:
π =π
βπ
=β3,750
β56
=β3,750
7,4833147735
= β0,5011148286
R2 = (β0,5011148286)2
= 0,2511160714
Persentase Efek
= R2 x 100%
= 0,2511160714 x 100%
= 25,1116071443%
Besar Efek Peningkatan Pretest ke Posttest I Kemampuan Memahami
Effect size kelompok kontrol pada kemampuan
memahami adalah sebagai berikut:
π =π
βπ
=β4,116
β46
=β4,116
6,7823299831
= β0,6068710915
R2 = (β0,6068710915)2
= 0,3682925217
Persentase Efek
= R2 x 100%
= 0,3682925217 x 100%
= 36,8292521698%
Effect size kelompok eksperimen pada
kemampuan memahami adalah sebagai
berikut:
π =π
βπ
=β4,144
β56
=β4,144
7,4833147735
= β0,5537652932
R2 = (β0,5537652932)2
= 0,306656
Persentase Efek
= R2 x 100%
= 0,306656 x 100%
= 30,6655999953%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Lampiran 4.11 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest ke Posttest I
4.11.1 Kemampuan Mengingat
Correlations
IngKon
Pre
IngKon
Post1
IngEks
Pre
IngEks
Post1
Spearman's
rho
IngKonPre
Correlation Coefficient 1,000 -,004 -,114 -,097
Sig. (2-tailed) ,987 ,604 ,660
N 23 23 23 23
IngKon
Post1
Correlation Coefficient -,004 1,000 ,011 -,115
Sig. (2-tailed) ,987 ,959 ,600
N 23 23 23 23
IngEksPre
Correlation Coefficient -,114 ,011 1,000 ,288
Sig. (2-tailed) ,604 ,959 ,137
N 23 23 28 28
IngEksPost1
Correlation Coefficient -,097 -,115 ,288 1,000
Sig. (2-tailed) ,660 ,600 ,137
N 23 23 28 28
4.11.2 Kemampuan Memahami
Correlations
HamKon
Pre
HamKon
Post1
HamEks
Pre
HamEks
Post1
Spearman's
rho
HamKon
Pre
Correlation
Coefficient 1,000 ,361 -,328 -,038
Sig. (2-tailed) ,090 ,127 ,864
N 23 23 23 23
HamKon
Post1
Correlation
Coefficient ,361 1,000 -,145 ,018
Sig. (2-tailed) ,090 ,510 ,934
N 23 23 23 23
HamEks
Pre
Correlation
Coefficient -,328 -,145 1,000 ,618**
Sig. (2-tailed) ,127 ,510 ,000
N 23 23 28 28
HamEks
Post1
Correlation
Coefficient -,038 ,018 ,618** 1,000
Sig. (2-tailed) ,864 ,934 ,000
N 23 23 28 28
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran 4.12 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
4.12.1 Kemampuan Mengingat
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
IngKonPost1 - IngKonPost2
Negative Ranks 11a 9,00 99,00
Positive Ranks 6b 9,00 54,00
Ties 6c
Total 23
IngEksPost1 - IngEksPost2
Negative Ranks 7d 6,71 47,00
Positive Ranks 7e 8,29 58,00
Ties 14f
Total 28
a. IngKonPost1 < IngKonPost2
b. IngKonPost1 > IngKonPost2
c. IngKonPost1 = IngKonPost2
d. IngEksPost1 < IngEksPost2
e. IngEksPost1 > IngEksPost2
f. IngEksPost1 = IngEksPost2
Test Statisticsa
IngKonPost1 - IngKonPost2 IngEksPost1 - IngEksPost2
Z -1,075b -,351c
Asymp. Sig. (2-tailed) ,282 ,725
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
c. Based on negative ranks.
4.12.2 Kemampuan Memahami
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
HamKonPost1 - HamKonPost2
Negative Ranks 2a 7,00 14,00
Positive Ranks 13b 8,15 106,00
Ties 8c
Total 23
HamEksPost1 - HamEksPost2
Negative Ranks 2d 5,75 11,50
Positive Ranks 21e 12,60 264,50
Ties 5f
Total 28
a. HamKonPost1 < HamKonPost2
b. HamKonPost1 > HamKonPost2
c. HamKonPost1 = HamKonPost2
d. HamEksPost1 < HamEksPost2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
e. HamEksPost1 > HamEksPost2
f. HamEksPost1 = HamEksPost2
Test Statisticsa
HamKonPost1 - HamKonPost2 HamEksPost1 - HamEksPost2
Z -2,635b -3,861b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,008 ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
4.12.3 Perhitungan Persentase Penurunan Skor Posttest I ke Posttest II
Persentase Penurunan Rerata Posttest I ke Posttest II Kemampuan Mengingat
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase = πππ π‘π‘ππ π‘ 2 β πππ π‘π‘ππ π‘ 1
πππ π‘π‘ππ π‘ 1 π₯ 100%
= 1,6230 β 1,5491
1,5491 Γ 100%
= 0,0739
1,5491 Γ 100%
= 4,7705119101%
Persentase = πππ π‘π‘ππ π‘ 2 β πππ π‘π‘ππ π‘ 1
πππ π‘π‘ππ π‘ 1 π₯ 100%
= 1,8921 β 1,8811
1,8811 Γ 100%
= 0,011
1,8811 Γ 100%
= 0,5847642337%
Persentase Penurunan Rerata Posttest I ke Posttest II Kemampuan Memahami
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Persentase = πππ π‘π‘ππ π‘ 2 β πππ π‘π‘ππ π‘ 1
πππ π‘π‘ππ π‘ 1 π₯ 100%
= 2,4491 β 2,7674
2,7674 Γ 100%
= β0,3183
2,7674 Γ 100%
= β11,501770615%
Persentase = πππ π‘π‘ππ π‘ 2 β πππ π‘π‘ππ π‘ 1
πππ π‘π‘ππ π‘ 1 π₯ 100%
= 2,4179 β 2,9411
2,9411 Γ 100%
= β0,5232
2,9411 Γ 100%
= β17,7892625208%
4.12.4 Perbedaan Skor Pretest dan Posttest II
4.12.4.1 Kemampuan Mengingat
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
IngKonPre - IngKonPost2
Negative Ranks 14a 8,18 114,50
Positive Ranks 2b 10,75 21,50
Ties 7c
Total 23
IngEksPre - IngEksPost2
Negative Ranks 18d 10,31 185,50
Positive Ranks 1e 4,5 4,50
Ties 9f
Total 28
a. IngKonPre < IngKonPost2
b. IngKonPre > IngKonPost2
c. IngKonPre = IngKonPost2
d. IngEksPre < IngEksPost2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
e. IngEksPre > IngEksPost2
f. IngEksPre = IngEksPost2
Test Statisticsa
IngKonPre - IngKonPost2 IngEksPre - IngEksPost2
Z -2,423b -3,653b
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,015 0,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
4.12.4.2 Kemampuan Memahami
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
HamKonPre - HamKonPost2
Negative Ranks 15a 11,4,0 171,00
Positive Ranks 4b 4,75 19,00
Ties 4c
Total 23
HamEksPre - HamEksPost2
Negative Ranks 15d 13,33 200,00
Positive Ranks 7e 7,57 53,00
Ties 6f
Total 28
a. HamKonPre < HamKonPost2
b. HamKonPre > HamKonPost2
c. HamKonPre = HamKonPost2
d. HamEksPre < HamEksPost2
e. HamEksPre > HamEksPost2
f. HamEksPre = HamEksPost2
Test Statisticsa
HamKonPre - HamKonPost2 HamEksPre - HamEksPost2
Z -3,072b -2,409b
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002 0,016
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Lampiran 5.1 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran
5.1.1 Pembelajaran Kelompok Kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
CURRICULUM VITAE
Becky Savitri merupakan anak pertama dari pasangan Suto
Lahang dan Narniati Jau. Lahir di Sajau pada tanggal 11
Februari 1996. Pendidikan awal dimulai dari Sekolah Dasar
Negeri 003 Tanjung Palas Timur pada tahun 2002 dan lulus
pada tahun 2008. Pendidikan dilanjutkan ke jenjang Sekolah
Menengah Pertama 1 Tanjung Palas Timur pada tahun 2008
dan lulus pada tahun 2011. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Tanjung Selor pada tahun 2011 dan lulus pada tahun 2014.
Peneliti melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2014. Kegiatan kemahasiswaan
yang telah diikuti selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta sebagai berikut:
No Nama Kegiatan Tahun Peran
1 Inisiasi Universitas Sanata Dharma (INSADHA) 2014 Peserta
2 Inisiasi FKIP Sanata Dharma (INFISA) 2014 Peserta
3 Inisiasi Mahasiswa Baru PGSD (Insipro PGSD) 2014 Peserta
4 Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) 2015 Peserta
5 Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II 2015 Peserta
6 Week-end Moral 2015 Peserta
7 Seminar βReinventing Childhood Educationβ 2015 Peserta
8 Seminar βKurikulum untuk Terstandarisasi (Cambridge)β 2016 Peserta
9 Kuliah Umum PGSD βMasa Depan Toleransi di Tangan
Guruβ 2016 Peserta
10 English Club Program for 4 Semesters 2014-2016 Peserta
11 Lesehan Mahasiswa BEM-FKIP 2016 2016 Anggota sie
Dek-Dok
12 Pementasan Seni Tari PGSD βEkspresikan Diri Dalam
Tarianβ 2017
Anggota sie
Acara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI