Pengaruh fixed leading edge slot terhadap karakteristik airfoil simetris dengan variasi sudut serang
Transcript of Pengaruh fixed leading edge slot terhadap karakteristik airfoil simetris dengan variasi sudut serang
Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6, Oktober 2014
Korespondensi: Tel.:083119537557
E-mail: [email protected]
Pengaruh fixed leading edge slot terhadap karakteristik
airfoil simetris dengan variasi sudut serang
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata Jurusan Teknik Mesin Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran Bali
Abstrak
Lift adalah suatu gaya angkat yang dihasilkan sebuah airfoil yang dialiri aliran bebas dengan memberikan sudut serang
tertentu. Ada berbagai cara untuk meningkatkan gaya angkat yang dihasilkan airfoil, salah satunya dengan cara
memberikan celah (slot) pada leading edge, guna menambah energi momentum aliran pada permukaan atas airfoil, dan
fenomena separasi dapat ditunda sehingga luasan wake terjadi lebih kecil. Penelitian ini di uji karakteristik dan visualisasi
aliran yang melintasi airfoil fixed leading edge slot pada NACA 0011 dan 0013 dengan variasi sudut serang
. Penelitian ini dilakukan pada wind
tunnel dengan mengukur besar lift dan besar drag menggunakan neraca digital dan asap sebagai visualisasi aliran fluida
yang melintasi airfoil. Data hasil penelitian secara eksperimental menunjukkan pada fixed leading edge slot airfoil NACA
0011 peningkatan koefisien lift maksimum terjadi diantara sudut serang 10˚ hingga 22˚, sedangkan pada fixed leading edge
slot airfoil NACA 0013 peningkatan koefisien lift maksimum terjadi diantara sudut serang 12˚ hingga 24˚. Visualisasi aliran
menunjukkan pada sudut serang yang lebih besar peranan leading edge slot sangat berpengaruh terhadap terjadinya
separasi aliran dan terbentuknya daerah wake. Koefisien lift terbesar 1,465 pada α = 24˚ dicapai NACA 0013 dengan slot
sebesar 5mm.
Kata kunci : Airfoil, lift, slot, sudut serang, stall
Abstract
Lift is a lift force airfoil that produced a stream flowed freely, giving an angle of attack. There are many ways to improve the
resulting of lift force airfoil, one way to provide gap (slot) on the leading edge, in order to add momentum energy flow on the
airfoil surface, so that the phenomenon can be deferred until the separation occurs smaller wake area. This study examined
the characteristics and flow visualization across the fixed leading edge slots airfoil on the NACA 0011 and 0013 with a
variation of the angle of attack of 0 °, 2 °, 4 °, 6 °, 8 °, 10 °, 12 °, 14 °, 16 °, 18 °, 20 °, 22 °, 24 °, 26 °, 28 °, 30 °, 32 °, 34 °,
36 °, 38 °,40 °. This study conducted on the wind tunnel by measuring the lift force and drag force using a digital balance
sheet and smoke as the visualization of fluid flow across the airfoil. The experimentally research data indicates in the fixed
leading edge slot airfoil NACA 0011 maximum lift coefficient increase occurred between the angle of attack 10˚ until 22˚,
whereas the fixed leading edge slot airfoil NACA 0013 maximum lift coefficient increase occurred between the angle of
attack 12˚ until 24˚. Flow visualization indicates on the angle of attack a larger role of leading edge slot affects the
occurrence of flow separation and establishment wake area. The highest lift coefficient 1.465 on the α = 24˚ achieved by
NACA 0013 with the slot 5mm.
Keywords: Airfoil, lift, slot, angle of attack, stall
1. Pendahuluan
Pada pesawat terbang bagian yang paling
terpenting adalah sayap, dimana sayap berfungsi
untuk menghasilkan gaya lift sesuai yang diinginkan
dan gaya drag yang seminimum mungkin pada sudut
serang tertentu agar pesawat dapat mengudara.
Ketika aliran fluida melintasi suatu airfoil pada sudut
serang tertentu maka aliran fluida pada upper side
airfoil akan lebih cepat dan tekanannya akan
menurun. Sedangkan kecepatan aliran fluida pada
lower side airfoil akan lebih rendah dan tekanannya
meningkat. Dengan adanya perbedaan tekanan pada
upper side dan lower side airfoil maka sayap pesawat
akan terdorong naik ke atas yang sering disebut Lift
Force.
Penelitian tentang airfoil telah dilakukan secara
eksperimental tentang karakteristik airfoil simetri
dengan variasi sudut serang menyatakan bahwa
semakin besar sudut serang maka koefisien drag akan
meningkat begitu juga dengan koefisien lift akan
semakin besar sampai batas sudut stall, serta
visualisasi aliran menunjukkan titik separasi bergeser
ke depan mendekati leading edge. koefisien lift
terbesar 1,17 dicapai NACA 0017 pada α=16º dan
rasio L/D sebesar 22 dicapai NACA 0015 pada
α=4º[1].
Atas dasar tersebut, timbul suatu pemikiran untuk
melakukan pengujian secara eksperimental mengenai
pengaruh fixed leading edge slot terhadap
karakteristik airfoil simetris dengan variasi sudut
serang sebesar usaha ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
separasi aliran dan memperkecil daerah wake.
Pada penelitian ini permasalahan yang dikaji yaitu
Bagaimana pengaruh fixed leading edge slot terhadap
karakteristik koefisien lift dan koefisien drag
berdasarkan analisis visualisasi aliran dari data
penelitian airfoil simetris dengan memvariasikan
sudut serang sebesar
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata /Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6,
Oktober 2014 (61 – 69)
62
?
Beberapa batasan yang ditetapkan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Fluida kerja yang digunakan adalah udara.
2. Aliran udara dalam kondisi steady state dan
steady flow.
3. Airfoil yang digunakan adalah fixed leading edge
slot pada tipe NACA 0011 dan 0013.
4. Gesekan bearing pada rel sangat kecil sehingga
besarnya gesekan dianggap tidak mempengaruhi
dalam pengambilan data pada pengujian.
5. Gangguan pada aliran akibat peralatan yang
digunakan berukuran sangat kecil sehingga
dianggap tidak mengganggu aliran pada wind
tunnel.
6. Penyangga slat berukuran sangat kecil dan
dianggap tidak mempengaruhi aliran udara yang
lewat melalui slot.
7. Kekerasan permukaan airfoil diasumsikan sama
pada seluruh permukaan airfoil.
8. Karakteristik yang diuji adalah gaya lift, gaya
drag, dan visualisasi aliran yang melintasi
airfoil.
2. Dasar Teori
2.1 Prinsip Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di
dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada
suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan
fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada
aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan
penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di
dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan
jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama
[2].
2.1.1 Aliran tak-termampatkan
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida
yang dicirikan dengan tidak berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang
aliran tersebut. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk
aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:
dimana:
v = Kecepatan fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
p = tekanan fluida (N/m2)
ρ = densitas fluida (kg/m3)
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-
termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
Aliran bersifat tunak (steady state)
Tidak terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat
dituliskan sebagai berikut:
2.1.2 Aliran termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang
dicirikan dengan berubahnya besaran kerapatan
massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran
tersebut. Persamaan Bernoulli untuk aliran
termampatkan adalah sebagai berikut:
dimana:
= Energi potensial gravitasi per satuan massa; jika
gravitasi konstan maka
(kJ/kg)
= Entalpi fluida per satuan massa (kJ/kg)
Catatan:
di mana adalah energi termodinamika per satuan
massa, juga disebut sebagai energi internal spesifik.
2.2 Bilangan Reynolds ( Reynolds Number)
Seorang ahli fisika bernama Reynolds telah
melakukan percobaan – percobaan dengan
mengalirkan udara ke dalam pipa – pipa yang
berlainan ukurannya. Bila kerapatan dan viskositan
tetap, ternyata aliran udara laminar akan berubah
menjadi aliran pusar (turbulent) pada suatu kecepatan
tertentu dan besar kecepatan ini berbanding terbalik
dengan diameter pipa yang dipakai. Bila aliran udara
melewati suatu benda, maka dapat disimpulkan
bahwa besar bilangan reynolds tersebut adalah :[2]
Berbanding lurus dengan density udara
Berbanding lurus dengan kecepatan udara
Berbanding lurus dengan ukuran / panjang
benda
Berbanding terbalik dengan koefisien viskositas
Dari hasil percobaan tersebut ditemukan bilangan
yang tak berdimensi yang selanjutnya disebut
Bilangan Reynolds dan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Dimana :
Re = Bilangan Reynolds (Reynolds Number)
= density udara (kg/ )
V = kecepatan udara (m/det)
C = Chord airfoil
µ = viskositas dinamik (kg/m.s)
Batas dimana aliran laminar berubah menjadi
aliran turbulan disebut dengan bilangan Reynolds
Kritis (Critical Reynolds Number) . Karena Reynolds
Number tergantung pada densitas dan viskositas,
maka bila ketinggian berubah maka bilangan
Reynolds pun ikut berubah, misalkan bila ketinggian
bertambah maka bilangan Reynoldsnya akan turun.
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata /Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6,
Oktober 2014 (61 – 69)
63
2.3 Boundary layer
Boundary layer adalah lapisan batas tipis yang
terbentuk dekat solid surface pada tempat fluida
mengalir, dimana pengaruh viskositas relatif
besar.. Aliran yang berada diluar boundary layer
tidak ada pengaruh viskositas sehingga aliran dapat
diberlakukan sebagai invisicid flow. Bila
diperhatikan gaya-gaya yang bekerja pada partikel
fluida yang mengalir dekat permukaan padat, terlihat
ada gaya geser yang memperlambat gerakan aliran
tersebut, seperti terlihat pada gambar 1 dibawah ini.
[3]
Gambar 1. Gaya geser yang memperlambat aliran
2.4 Airfoil
Airfoil adalah salah satu bentuk bodi
aerodinamika sederhana yang berguna untuk dapat
memberikan gaya angkat tertentu terhadap suatu bodi
lainnya ketika melintasi atau dilintasi fluida yang
mengalir. Pada pesawat airfoil adalah bentuk sayap
pesawat yang dapat menghasilkan gaya angkat (lift)
atau efek aerodinamika ketika melawati suatu aliran.
Airfoil merupakan bentuk dari potongan melintang
sayap yang dihasilkan oleh perpotongan tegak lurus
sayap terhadap pesawat, dengan kata lain airfoil
merupakan bentuk sayap secara dua dimensi. Pada
gambar 2. menjukkan nomen clature hubungan
relative wind dengan angle of attack (α) serta gaya-
gaya yang timbul akibat efek aerodinamika seperti
gaya lift dan gaya drag. [4]
Gambar 2. Nomen clature hubungan relative wind
dengan angle of attack
Dalam perkembangannya, terutama eksprimental
aerodinamik, gaya-gaya maupun momen
aerodinamik lebih banyak dinyatakan dalam
koefisien tak berdimensi (dimension less coefficient).
Untuk itu dikenal lebih dahulu mengenai dynamic
pressure dari free streem. [4]
Dynamic Pressure (N/m2)
Disamping , dikenal juga apa yang disebut
panjang dan luasan karakteristik (characteristic
surface/characteristic length). Beberapa koefisien
dari gaya dan momen didefinisikan sebagai berikut
Lift coefficient :
Drag coefficient :
Normal force coefficient :
Axial force coefficient :
Momen coefficient :
Contoh panjang dan luasan permukaan karakteristik.
Gambar 3. Luasan referen dan panjang referen
Simbol-simbol dan huruf besar seperti CL, CD,
CM, CN, dan CA adalah koefisien gaya dan momen
untuk bodi 3D, air plane atau sayap terbatas.
Sedangkan untuk bodi 2D diberikan sebagai gaya dan
momen perunit span menggunakan hurup kecil
sehingga:
Dimana luasan referen S= chord x span (m2)
2.4.1 Airfoil NACA
NACA (National Advisory Committe for
Aeronautics) merupakan standar dalam perancangan
suatu airfoil. Perancangan airfoil pada dasarnya
bersifat khusus dan dibuat menurut selera serta sesuai
dengan kebutuhan dari pesawat yang akan dibuat.
Akan tetapi NACA menggunakan bentuk airfoil
yang disusun secara sistematis dan rasional. NACA
mengidentifikasi bentuk airfoil dengan menggunakan
sistem angka kunci seperti seri “ satu “, seri “ enam
”, seri “ empat angka “ dan seri “ lima angka “.
Berikut adalah identifikasi angka-angka dari seri
NACA tersebut : [5]
a. Seri “ Satu “
Angka pertama adalah menunjukkan serinya.
Angka kedua menunjukkan letak tekanan
minimum dalam persepuluh chord dari trailing
edge.
Angka ketiga menunjukkan koefisien gaya
angkat (cl) rancangan dalam persepuluh chord.
Dua angka terakhir menunjukkan maximum
thickness atau ketebalan maksimum dalam
perseratus chord.
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata /Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6,
Oktober 2014 (61 – 69)
64
Contoh airfoil dengan NACA 16-123, angka 1 adalah
serinya (seri satu angka), memiliki letak tekanan
minimum 60 % chord dari trailing edge, memiliki
koefisien gaya angkat rancangan 0.1 dan mempunyai
ketebalan maksimum 23 % chord.
b. Seri “ Enam “
Angka pertama menunjukkan serinya.
Angka kedua menunjukkan letak tekanan
minimum dalam sepersepuluh chord dari trailing
edge.
Angka ketiga menunjukan koefisien gaya angkat
(cl) rancangan dalam sepersepuluh chord.
Dua angka terakhir adalah maximum thickness
dalam seperseratus chord.
Misalnya untuk airfoil dengan NACA 65-218, angka
6 adalah serinya (seri enam angka), tekanan
minimum terjadi pada 0.5c untuk distribusi tebal
simetrik/dasar pada gaya angkat nol, memiliki
koefisien gaya angkat rancangan cl 0.2c, dan tebal
maksimum 18% chord. Airfoil jenis ini dirancang
sebagai airfoil laminar untuk kecepatan tinggi,
dirancang untuk menghasilkan clmax yang tinggi dan
cd yang lebih rendah pada cl yang tinggi.
c. Seri “ Tujuh “
Angka pertama adalah serinya.
Angka kedua adalah letak tekanan minimum
pada bagian upper surface perseratus chord.
Angka ketiga adalah letak tekanan minimum
pada bagian lower surface perseratus chord.
Satu huruf menunjukkan profil standar dari
airfoil.
Angka kelima adalah koefisien gaya angkat
rancangan dalam persepuluh chord.
Dua angka terakhir adalah ketebalan maksimum
dalam perseratus chord.
Contoh airfoil NACA 71-2A315, angka 7 adalah
serinya, mempunyai letak tekanan minimum 10 %
chord dari trailing edge pada upper surface, letak
tekanan minimum pada lower surface pada 20 %
chord dari trailing edge, menggunakan standar “ A “
airfoil, memiliki koefisien gaya angkat rancangan 0.3
dan mempunyai ketebalan maksimum 15 % chord.
d. Seri “ Delapan “ Identifikasi pada airfoil ini sama dengan airfoil
pada seri 7, namun angka 8 merupakan serinya.
Airfoil seri delapan merupakan airfoil superkritis, di
desain supaya aliran udara yang melewati bagian
upper dan lower surface pada airfoil dibuat lebih
maksimum dan drag yang dihasilkan seminim
mungkin. Ciri-ciri airfoil ini mempunyai chamber
yang besar dan radius yang besar pada leading edge,
biasanya digunakan pada pesawat yang mempunyai
kecepatan transonic (1>M>1).
e. Seri “ Empat angka “
Angka pertama adalah maksimum chamber
dalam perseratus chord.
Angka kedua adalah posisi maksimum chamber
pada chord line dalam sepersepuluh chord dari
leading edge.
Dua angka terakhir dalam maksimum thickness
dalam seperseratus chord.
Misalnya untuk airfoil dengan NACA 2412 (seri
empat angka) memiliki chamber maksimum 0.02c
terletak di 0.4c dari leading edge, dan maximum
thickness atau tebal maksimum 0.12c. Dalam
praktek, umumnya angka-angka ini dinyatakan dalam
persen tali busur, yaitu : camber 2% di 40% c dengan
tebal 12%.
Untuk airfoil simetris, yang mempunyai bentuk
tali busur yang sama antara bagian atas dengan
bagian bawahnya merupakan airfoil dengan chamber
nol. Contohnya adalah airfoil dengan NACA 0015,
memiliki chamber dengan nilai yang nol dan
mempunyai maksimum thickness 15%.
f. Seri “ lima angka “
Bila angka pertama dikalikan 3/2 memberikan
koefisien gaya angkat (cl) rancangan dalam
sepersepuluh.
Dua angka berikutnya, bila dibagi dua
menunjukan letak maksimum camber di chord
line dalam seperseratus chord diukur dari
leading edge.
Dua angka terakhir menunjukan maksimum
thickness dalam seperseratus chord.
Misalnya untuk airfoil dengan NACA 23012,
memiliki koefisien gaya angkat rancangan 0.3,
chamber maksimum terletak di 0.15c, dan tebal
maksimum 0.12c. Koefisien gaya angkat rancangan
adalah koefisien gaya angkat teoritis airfoil dengan
arah aliran bebas sejajar dengan garis singgung mean
chamber line di leading edge.
2.4.2 Leading Edge Slot
Leading edge slot adalah salah satu alat
mempertinggi gaya angkat dengan cara
mengendalikan lapis batas. Leading edge slot terdiri
dari airfoil kecil yang disebut slat, terpasang di depan
leading edge sehingga membentuk celah (slot)
dengan leading edge pada sayap. Dengan slot ini
akan mengalir udara yang bertekanan tinggi pada
permukaan bawah ke permukaan atas sayap. Aliran
udara ini merupakan energi tambahan guna
mencegah terjadinya separasi aliran,[6]
Gambar 4. Geometri Fixed Leading Edge Slot[7]
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata /Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6,
Oktober 2014 (61 – 69)
65
3. Metode Penelitian
3.1 Alat uji
Adapun peralatan serta bahan uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wind tunnel adalah alat yang digunakan dalam
penelitian aerodinamis untuk mempelajari efek
udara yang melewati benda padat.
2. Manometer U, digunakan untuk mengukur
kecepatan udara pada wind tunnel
3. Busur derajat, adalah alat ukur untuk mengukur
sudut. Pada penelitian ini busur derajat digunakan
untuk menentukan sudut serang
4. Neraca digital, untuk mengukur massa benda uji
serta besar gaya lift dan drag. Neraca digital yang
digunakan memiliki ketelitian 0,005kg atau
0,049N.
5. Gun smoke digunakan untuk membuat asap
sebagai visualiasi aliran yang melintasi airfoil
6. Kamera, pada penelitian ini kamera berfungsi
untuk pengambilan foto dan video visualisasi
untuk mempermudah peneliti melakukan analisis
3.2 Spesimen uji
Specimen uji yang digunakan adalah airfoil
NACA simetris seri “empat angka” dengan jumlah
airfoil yang diuji sebanyak dua spesimen yang
berbeda ketebalan maksimumnya dan menambahkan
celah (slot) pada airfoil. Dapat dilihat pada tabel 1
dimensi spesimen uji dan gambar 5 menunjukkan
foto spesimen uji.
Tabel 1. Dimensi Spesimen Uji
Gambar 5. Spesimen Uji
3.3 Skematik pengujian
Gambar 6 menunjukkan skema pengujian pada
pengukuran gaya angkat. Dimana sebelum
melakukan pengujian dilakukan pengukuran
kecepatan udara pada section test dengan
menggunakan manometer U. Udara yang melewati
airfoil menimbulkan gaya angkat (FL). Garis merah
pada gambar menunjukkan pengukuran gaya angkat,
dimana neraca diletakkan tepat dibawah airfoil diluar
wind tunnel. Tanda panah menunjukan arah gaya lift
dari sebuah airfoil yang di uji.
Gambar 6. Skema pengujian gaya lift
Gambar 7 menunjukkan skema pengukuran gaya
drag. Pada pengukuran gaya drag ditunjukkan oleh
garis biru. Neraca dan airfoil dihubungkan dengan
benang dan sebuah bearing kecil seperti terlihat pada
gambar. Arah panah biru ke kanan menunjukkan arah
gaya drag sebuah airfoil yang di uji.
Gambar 7. Skema pengujian gaya drag
Tipe
NACA
Chord
(mm)
Span
(mm)
Thickness
(mm)
Slot
(mm)
Location of
maximum thickness
(mm)
0011 250 445 27,5 5 75
0013 250 445 32,5 5 75
100 mm 260 mm 640 mm
200
mm
250
mm Airfo
il
neraca
𝐹𝐿
Fixed Leading Edge Slot
NACA 0011
Fixed Leading Edge Slot
NACA 0013
100
mm
110 mm 200 mm 590 mm
200 mm
250
mm
𝐹𝐷
Neraca
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata /Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6,
Oktober 2014 (61 – 69)
66
Pada gambar 8 menunjukkan skema pengamatan
visualisasi aliran udara yang melewati airfoil. Garis-
garis hijau dengan arah ke kanan menunjukkan aliran
udara yang melewati airfoil. Asap yang dihasilkan
gun smoke dialirkan bersama dengan udara melewati
airfoil yang di uji sehingga memudahkan peneliti
dalam melakukan pengamatan fenomena yang
terjadi. Kamera befungsi dalam pengambilan video
visualisasi yang kemudian di convert menjadi foto.
Gambar 8. Skema pengamatan visualisasi dengan
asap
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Perbandingan Koefisien Lift Fixed Leading
Edge Slot Airfoil yang di Uji.
Pada pembahasan ini, bagaimana karakteristik
dari kedua airfoil yang diuji. Berikut grafik kedua
airfoil.
Gambar 9. Grafik Koefisien lift sepanjang sudut
serang
Pada gambar 9 menunjukkan koefisien lift fixed
leading edge slot airfoil NACA 0011 dan NACA
0013 sepanjang sudut serang yang di uji. Pada grafik
diatas dapat dilihat bahwa koefisien lift yang
dihasilkan oleh airfoil berbeda-beda setiap sudut
serang yang diberikan, secara umum koefisien lift
terus meningkat seiring bertambahnya sudut serang
yang diberikan sebelum melewati sudut stallnya.
Pada sudut serang sampai dengan
kecepatan yang sama yaitu pada 7,23 m/s terlihat
pada grafik dari kedua airfoil yang di uji belum
menunjukkan tanda-tanda terjadinya stall. Namun
pada sudut serang terlihat terjadinya kehilangan
gaya angkat pada fixed leading edge slot airfoil
NACA 0011, artinya fixed leading edge slot airfoil
NACA 0011 mampu menunda terjadinya stall
sampai sudut serang dengan koefisien lift
maksimum 1,223. Pada sudut serang stall terjadi
pada fixed leading edge slot airfoil NACA 0013
dengan koefisien lift maksimum sebesar 1,465 pada
sudut serang .
4.2 Perbandingan koefisien drag Fixed Leading
Edge Slot Airfoil yang di Uji.
Gambar 10. Grafik koefisien drag sepanjang
sudut serang
Pada gambar 10. menunjukkan grafik koefisien
drag kedua airfoil sepanjang sudut serang yang di
uji. Dapat dilihat pada grafik diatas airfoil NACA
0011 dan NACA 0013 memiliki keunggulan pada
sudut serang rendah, ketika pada sudut serang besar
koefisien drag kedua airfoil meningkat tajam. Pada
sudut serang 30˚ koefisien drag airfoil NACA 0011
sebesar 0,373 sedangkan airfoil NACA 0013 sebesar
0,442 lebih besar daripada koefisien drag yang
dihasilkan airfoil NACA 0011 itu karena ketebalan
airfoil NACA 0011 lebih kecil dibandingkan airfoil
NACA 0013. Berdasarkan visualisasi aliran fluida
yang melewati airfoil NACA 0011 dan airfoil NACA
0013 pada sudut serang di atas sudut stallnya, daerah
vortex dan wake yang terbentuk jauh lebih besar,
dimana semakin besar daerah wake yang dibentuk
maka drag yang dihasilkan juga semakin besar pula.
4.3 Perbandingan rasio L/D dari Fixed Leading
Edge Slot Airfoil yang di Uji.
Unjuk kerja airfoil dapat di ukur dari besarnya
rasio lift/drag. Rasio L/D merupakan perbandingan
lift dengan drag. Jika diaplikasikan pada pesawat
yang dioperasikan pada penerbangan yang stabil
maka total drag adalah minimum. Sudut serang
apapun yang lebih kecil atau lebih besar dari yang
ada di L/D max akan mengurangi rasio L/D dan
konsekwensinya menambah total drag dari gaya
angkat yang diberikan [8]. Dapat dilihat pada gambar
10 menunjukkan rasio L/D dari airfoil NACA 0011
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Cd
Angle Of Attack (α)
NACA
0011
NACA
0013
100 mm 110 mm 200 mm 590 mm
200
mm
250
mm
Gun
smoke
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Cl
Angle Of Attack (α)
NACA
0011
NACA
0013
Cl max
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata /Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6,
Oktober 2014 (61 – 69)
67
dan NACA 0013 yang diuji, dimana rasio terbesar
dicapai airfoil NACA 0011 sebesar 12,9 pada α 2˚.
Gambar 11. Grafik perbandingan lift dan drag
(L/D) sepanjang sudut serang
4.4 Perbandingan Hasil Koefisien Lift Airfoil
Tanpa Fixed leading Edge Slot dengan Airfoil
Fixed Leading Edge Slot
Gambar 12. Grafik Perbandingan Koefisien Lift
Maksimum Airfoil Tanpa Slot dengan Airfoil Slot
tipe NACA 0011
Pada gambar 12 menunjukkan grafik
perbandingan koefisien lift maksimum pada airfoil
tanpa slot dengan airfoil slot tipe NACA 0011.
Grafik diatas dapat dilihat bahwa airfoil tanpa slot
mampu menunda separasi sampai sudut serang 10˚
yaitu koefisien lift maksimum yang dicapai sebesar
0,889 sedangkan airfoil dengan slot mampu menunda
separasi sampai sudut serang 22˚ dengan koefisien
lift maksimum yang dicapai sebesar 1,223, itu berarti
airfoil yang telah dimodifikasi dengan cara memberi
slot pada leading edge mampu menunda separasi dari
10˚ sampai 22˚, dari slot ini mengalir udara yang
bertekanan tinggi pada permukaan bawah ke
permukaan atas sayap. Aliran udara ini merupakan
energi tambahan guna mencegah terjadinya separasi
aliran lebih awal. Pada sudut serang rendah,
pemakaian leading edge slot tidak terlalu
berpengaruh karena belum ada kecenderungan terjadi
separasi. Tetapi dengan sudut serang yang semakin
tinggi, kecenderungan terjadinya separasi aliran
terhambat sehingga koefisian gaya angkat bertambah
terus, dan stall terjadi pada sudut serang yang lebih
tinggi dari pada tanpa slot.[6]
Gambar 13. Grafik Perbandingan Koefisien Lift
Maksimum Airfoil Tanpa Slot dengan Airfoil Slot
tipe NACA 0013
Gambar 13 menunjukkan grafik perbandingan
koefisien lift maksimum pada airfoil tanpa slot
dengan airfoil slot tipe NACA 0013. Grafik diatas
dapat dilihat bahwa airfoil tanpa slot mampu
menunda separasi sampai sudut serang 12˚ yaitu
koefisien lift maksimum yang dicapai sebesar 0,975
sedangkan airfoil dengan slot mampu menunda
separasi sampai sudut serang 24˚ dengan koefisien
lift maksimum yang dicapai sebesar 1,465, itu berarti
airfoil yang telah dimodifikasi dengan cara memberi
slot pada leading edge mampu menunda separasi dari
12˚ sampai 24˚.
4.5 Visualisasi aliran fluida melintasi airfoil
Visualisasi aliran bertujuan untuk membantu
menganalisa bagaimana fenomena aliran yang
melintasi sebuah airfoil yang nantinya dapat
mendukung data yang didapat dari pengambilan data
secara eksperimental, seperti terjadinya separasi,
vortex dan proses terjadinya stalling.
Gambar 14. Visulisasi aliran fluida yang melintasi
fixed leading edge slot airfoil NACA 0011
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
L/D
Angle Of Attack (α)
NACA
0011
NACA
0013
0.889
1.223
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
10 22
Cl
ma
x
Angle Of Attack (α)
NACA
0011
(slot)
NACA
0011
(no slot)
Gilang
(2013)
0.975
1.465
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
12 24
Cl
ma
x
Angle Of Attack (α)
NACA
0013
(slot) NACA
0013
(no
slot)
Gilang (2013)
α = 0o α = 12o
α = 24o α = 40o
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata /Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6,
Oktober 2014 (61 – 69)
68
Gambar 15. Fenomena aliran separasi pada airfoil
NACA 0011 tanpa slot (Gilang,2013)
Gambar 14 menunjukkan foto pengaruh fixed
leading edge slot terhadap fenomena terjadinya
separasi pada airfoil NACA 0011 berbagai sudut
serang. Pada sudut serang terlihat pada upper side
dan lower side airfoil terlihat masih simetri. Dapat
dilihat pada gambar 15 aliran separasi yang dibentuk
NACA 0011 tanpa slot, pada sudut serang ,
airfoil sudah terjadi stall. Akibat adanya slot pada
leading edge maka pada sudut serang separasi
dapat didorong atau ditunda oleh adanya momentum
aliran fluida yang keluar pada sisi slot yang mampu
menunda/menggeser terjadinya separasi lebih awal
dibandingkan airfoil tanpa slot dan pada sisi upper
side aliran udara masih terlihat simetri. Sehingga
pada sudut serang , dapat dilihat pada gambar 14
bahwa airfoil sudah mengalami stall jelas terlihat
separasi aliran mulai terbentuk pada sisi upper side
dekat trailing edge. Terlihat pada sisi upper side
aliran fluida berbalik menekan sisi airfoil, begitu
juga aliran fluida pada sisi lower side berbalik
menekan sisi upper side pada bagian trailing edge
yang menciptakan pusaran fluida dibelakang airfoil
yang sering disebut vortex, yang menyebabkan drag
bertambah besar.
Gambar 14 pada sudut serang terlihat dengan
jelas separasi terjadi lebih awal dekat leading edge
slot yang menyebabkan terjadinya vortex yang sangat
besar dan terjadi back preassure pada upper side,
dimana momentum aliran fluida yang keluar pada
slot tidak mampu mengisi daerah bertekanan rendah
pada sisi upper side airfoil. Fenomena seperti ini
disebut dengan stalling angle of attack, dimana gaya
angkat yang dihasilkan oleh airfoil akan berkurang
dan gaya hambat akan bertambah besar yang efeknya
sangat merugikan. Jika hasil visualisasi dikaitkan
dengan hasil data eksperimental didapatkan
kecocokan, dimana stall mulai terjadi ketika airfoil
berada pada sudut serang . Koefisien lift
maksimum berada pada pada sudut serang tepat
sebelum airfoil mengalami stall. Jika dikaitkan
dengan airfoil tanpa slot dengan airfoil yang
menggunakan slot maka koefisien lift maksimum
mampu bertambah dari sampai hingga . Pada
sudut yang lebih besar peranan leading edge slot ini
sangat berpengaruh terhadap terjadinya separasi.
Pada sudut serang yang semakin besar vortex yang
terjadi semakin besar dan wake yang terjadi akan
besar pula dan memanjang ke belakang menjauhi
airfoil dan peningkatan drag juga akan semakin
besar.
Gambar 16. Visulisasi aliran fluida yang melintasi
fixed leading edge slot airfoil NACA 0013
Gambar 17. Fenomena aliran separasi pada airfoil
NACA 0013 tanpa slot (Gilang,2013)
Gambar 16 menunjukkan foto pengaruh fixed
leading edge slot terhadap fenomena terjadinya
separasi pada airfoil NACA 0013 berbagai sudut
serang. Pada sudut serang terlihat pada upper side
dan lower side airfoil terlihat masih simetri. Dapat
dilihat pada gambar 17 pada sudut serang ,airfoil
sudah terjadi stall. Akibat adanya slot pada leading
edge maka pada sudut serang separasi dapat
didorong atau ditunda oleh adanya momentum aliran
fluida yang keluar pada sisi slot yang mampu
menunda terjadinya separasi lebih awal dibandingkan
airfoil tanpa slot dan pada sisi upper side aliran udara
masih terlihat simetri. Pada sudut serang , dapat
dilihat pada gambar 17 bahwa airfoil sudah
mengalami stall. Terlihat pada sisi upper side aliran
fluida berbalik menekan sisi airfoil, begitu pula
aliran fluida pada sisi lower side berbalik menekan
sisi upper side pada bagian trailing edge yang
menciptakan pusaran fluida dibelakang airfoil yang
biasa disebut vortex, yang menyebabkan drag
bertambah besar.
Gambar 16 pada sudut serang terlihat dengan
jelas separasi terjadi lebih awal dekat leading edge
slot yang menyebabkan terjadinya vortex yang sangat
besar dan terjadi back preassure pada upper side,
dimana momentum aliran fluida yang keluar pada
slot tidak mampu mengisi daerah bertekanan rendah
pada sisi upper side airfoil. Fenomena seperti ini
disebut dengan stalling angle of attack, dimana gaya
angkat yang dihasilkan oleh airfoil akan berkurang
α = 14o
α = 12o
α = 0o α = 14o
α = 26o α = 40o
I Wayan Gede Suarjana, A. A. Adhi Suryawan dan I Made Parwata /Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 3 No. 6,
Oktober 2014 (61 – 69)
69
dan gaya hambat akan bertambah besar yang efeknya
sangat merugikan. Jika hasil visualisasi dikaitkan
dengan hasil data eksperimental terdapat kecocokan,
dimana stall mulai terjadi ketika airfoil berada pada
sudut serang . Koefisien lift maksimum berada
pada pada sudut serang tepat sebelum airfoil
mengalami stall. Jika dikaitkan dengan airfoil tanpa
slot dengan airfoil yang menggunakan slot maka
koefisien lift maksimum mampu bertambah dari sampai hingga . Pada sudut yang lebih besar
peranan leading edge slot ini sangat berpengaruh
terhadap terjadinya separasi . Pada sudut serang yang
semakin besar vortex yang terjadi semakin besar dan
wake yang terjadi akan besar pula dan memanjang ke
belakang menjauhi airfoil dan peningkatan drag juga
akan semakin besar.
5. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan pada fixed leading edge
slot airfoil NACA 0011 dan NACA 0013 dengan
variasi sudut serang 0˚,2˚,4˚,6˚,8˚,10˚,12˚,14˚,16˚,18˚,
20˚,22˚,24˚,26˚,28˚,30˚,32˚,34˚,36˚,38˚,40˚, dimana
parameter yang diukur adalah gaya lift dan drag serta
visualisasi aliran yang melintasi airfoil menunjukkan
bahwa :
1. Semakin besar sudut serang yang diberikan maka
koefisien lift akan bertambah sampai batas sudut
stall pada airfoil. Koefisien lift maksimum yang
dicapai fixed leading edge slot airfoil NACA
0011 sebesar 1,223 pada α = 22˚, dan fixed
leading edge slot NACA 0013 sebesar 1,465 pada
α = 24˚.
2. Setelah pemberian slot pada leading edge airfoil
simetri NACA 0011 dan NACA 0013. Pada fixed
leading edge slot airfoil NACA 0011 peningkatan
koefisien lift maksimum terjadi diantara sudut
serang 10˚ hingga 22˚, sedangkan pada fixed
leading edge slot airfoil NACA 0013 peningkatan
koefisien lift maksimum terjadi diantara sudut
serang 12˚ hingga 24˚.
3. Visualisasi aliran menunjukkan pada sudut serang
yang lebih besar peranan leading edge slot sangat
berpengaruh terhadap terjadinya separasi aliran
dan terbentuknya daerah wake. Pada sudut serang
yang semakin besar vortex yang terjadi semakin
besar dan wake yang terjadi akan besar pula dan
memanjang ke belakang menjauhi airfoil dan
peningkatan drag juga akan semakin besar.
4. Unjuk kerja airfoil dapat dilihat dari besarnya
rasio Lift/Drag (L/D) dari sebuah airfoil dimana
fixed leading edge airfoil NACA 0011 memiliki
rasio Lift/Drag (L/D) sebesar 12,9 pada α = 2˚,
dan pada fixed leading edge airfoil NACA 0013
sebesar 11,5 pada α = 2˚.
Daftar Pustaka
[1] Gilang Mariasa, Kadek, (2013), Karakteristik
Airfoil NACA 00XX dengan Variasi Sudut
Serang, Skripsi Program Studi Teknik Mesin
Universitas Udayana, Bali.
[2] M.White, Frank, (1986), Mekanika Fluida,
jilid 1 edisi ke dua, Erlangga, Jakarta.
[3] Schlichting, Hermann, (1979), Boundary Layer
Teory, Seventh Edition, McGrow-Hill,
Germany
[4] Anderson, John D, Jr, (2005), Fundamentals
of Aerodynamics, fourth edition, McGraw-Hill,
Singapore.
[5] Flandro, Gary A, Mc Mahon, Howarm M dan
Roach, Bebert L, ( 2012), Basic Aeroynamics
Incompressible Flow, Cambirdge, America.
[6] Catatan pribadi, 2011. Hight Lift Devices,
Available from www.juangsa.blogspot.com.
Accesed 25 Pebbruari 2014.
[7] Lennon, Andy, (2005), RC Model Aircraft
Design, Air Age Media Inc.,United State of
America.
[8] Admin, 2009. Aerodynamics. Available from:
www.ilmuterbang.com. Accesed : 30
November 2012.
I Wayan Gede Suarjana menyelesaikan studi program
sarjana di Jurusan Teknik
Mesin Universitas Udayana
dari tahun 2010 sampai 2014.
Menyelesaikan studi program
sarjana dengan topik
penelitian Pengaruh Fixed
Leading Edge Slot Terhadap
Karakteristik Airfoil Simetris
Dengan Variasi Sudut Serang. Area penelitian yang
diminati adalah ilmu – ilmu yang berkaitan dengan
mekanika fluida dan ilmu aerodinamika.