ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN...

138
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara PEPY NOVIA HIDAYAH NIM 060381 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2012

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN...

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)

DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu

Administrasi Negara

PEPY NOVIA HIDAYAH

NIM 060381

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2012

“Jadikanlah Sabar dan Shalat sebagai Penolongmu”

(QS. Albaqarah: 153)

Kupersembahkan hasil karya kecilku ini untuk kedua orang tuaku

tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayang yang tak

terhingga, Kakak- kakakku tersayang dan semua orang yang selalu

mendukung serta memberi semangat dalam setiap langkah hidupku,

Terimakasih atas semuanya …

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan :

Nama : Pepy Novia Hidayah

NIM : 060381

Fakultas/Prodi : FISIP/Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan telah melaksanakan kegiatan penyusunan skripsi dengan judul penelitian “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di

Kecamatan Taktakan Kota Serang” secara orisinil. Apabila suatu saat diketahui bahwa skripsi ini

merupakan plagiat atau hasil penjiplakan dari skripsi lain, maka gelar yang diperoleh peneliti

dapat dicabut sesuai dengan ketentuan.

Serang, Desember 2011

ABSTRAK

Pepy Novia Hidayah. NIM. 060381. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang.

Program Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa. 2011.

Kata kunci: Kebijakan Publik, Faktor-Faktor Keberhasilan, Program Keluarga Berencana (KB)

Penelitian ini dilakukan dengan fokus penelitian Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota

Serang. Dengan Rumusan Masalah yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan

Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan Program

Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Peneliti menggunakan metode

penelitian kualitatif.

Teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu implementasi kebijakan Publik menurut

Model George C. Edward III. Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward

III disebut dengan Direct and Indirect impact in implementation. Menurut model yang

dikembangkan oleh Edward III ada empat faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan

atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan yaitu faktor sumber daya, komunikasi, disposisi dan

struktur birokrasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan

studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan

Huberman.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan yaitu faktor sumber daya yang terdiri

dari pegawai yang memilki dedikasi yang tinggi terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan

program. Kemudian sarana dan prasarana yang didukung dengan fasilitas lapangan dan fasilitas

kesehatan. Selain itu faktor komunikasi yaitu cara kominikasi dilakukan terhadap masyarakat

melalui pendekatan dari berbagai pihak seperti pemerintah, tokoh masyarakat, serta tokoh

agama. Kemudian perubahan persepsi dari masyarakat yang sudah mulai timbul kesadaran untuk

ber-KB.

ABSTRAC

Pepy Novia Hidayah. NIM. 060381. Analysis of the factors influence the success of the

Family Planing Program in district Taktakan Serang City. Public Administration

Department, Faculty of Social and Political, University of Sultan Ageng Tirtayasa, 2012.

Keyword: Public Policy, Success Factors, Family Planing Program

The Research was conducted focus of the research analysis of the factors influences the

success Family Planing Program in district Taktakan town of Serang. With a problems formulas,

the factors who influences the success Family Planing Program in district Taktakan town of

Serang. The purpous of this research is to find out what factors affect the success of Family

Planing Program in district Taktakan town of Serang. Researchers use qualitative research

methods.The theory is used toanalyse the Implementation of public policy according to the

Model of George C. Edward III. Policy implementation model. developed by Edward III “

Direct and Indirect impact in implementation”. Aaccording to the model developed by Edward

III there are four factors who influence the success of failure of implementation of apolicy are

the resource factors, communication, disposition and bureaucracy structure. Data collection

techniques used are interviews, observation and study of documentation. Techniques of data

analysis using the techniques of data analiysis according to Miles and Huberman. The research

concluded the factors who influences the success of Family Planing Program in district

Taktakan. Resource factors from employees who have high dedication to the success of the

implementation of the program policies then infrastructure supported by field facilities and

medical facilities. The communication factor is how communication to the society through the

approach of various parties such as Government, community leaders, and then religious figures.

Then make a change in the perception of the society who had started to arise awareness for

Family Planing Program.

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya bagi

kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta tak lupa juga kita yang senantiasa selalu

istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya. Dan berkat Rahmat, Karunia, dan Ridho-Nya pula

peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Hasil penelitian yang selanjutnya dinamakan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa dengan Judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) Di Kecamatan Taktakan Kota Serang”.

Hasil penelitian ini tentunya tak lepas dari bantuan Kedua Orang Tuaku, Ibunda Hj.

Supenti dan Ayahanda H. Abdullah Komar yang selalu memberikan do‟a, nasihat, cinta dan

kasih sayang kepada peneliti yang tak hentinya serta bantuan banyak pihak yang selalu

mendukung peneliti secara moril dan materil Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin

mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Mpd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UNTIRTA.

4. Mia Dwianna M., S.Sos., M.Ikom. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UNTIRTA.

5. Gandung Ismanto, S.Sos, M. M. selaku pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UNTIRTA.

6. Rina Yulianti S.IP, M.Si. selaku ketua jurusan Administarasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik UNTIRTA yang telah memberikan nasihat, pengarahan, motivasi yang

sangat berharga kepada peneliti. Serta kepada

7. Anis Fuad, S.Sos. selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UNTIRTA.

8. Listyaningsih, S. Sos., M. Si selaku Dosen Pembimbing akademik.

9. Gandung Ismanto, S.Sos, M. M selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.

10. Yeni Widyastuti, S. Sos, M. Si selaku Dosen Pembimbing II Skripsi

11. Arenawati, S. Sos, M. Si. selaku penguji seminar Proposal Skripsi dan penguji Sidang

Skripsi.

12. Ipah Ema J.,M.Si. selaku penguji Sidang Skripsi.

13. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA yang membekali

penulis dengan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.

14. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang

beserta Staff khususnya di Bidang KB yaitu Bapak Apay Supardi S. IP, M. Si selaku

Kasubag KB yang telah memberi banyak informasi mengenai Program Keluarga Berencana.

15. Kepala Ibu Emi, S. Sos selaku Kepala, Ibu Sri Endah S. Sos selaku Kasubag dan Bapak

Indra Cahyadi, S. Sos. I, MM dan Bapak Panji Gerhana selaku PLKB di UPT BPMPKB

Kecamatan Taktakan yang telah memberi banyak informasi mengenai Program Keluarga

Berencana serta izin Penelitian.

16. Kepala Kecamatan Taktakan Beserta Staff nya yang telah memberi izin Penelitian.

17. Seluruh Informan yang turut memberikan informasi dalam menyelesaikan penelitian ini.

18. Kakak-kakakku tercinta yang selalu sabar memberikan nasehat, motivasi baik secara materil

maupun non materil, dan doa kepada peneliti hingga saat ini.

19. Sahabat ku Ica, Abel, Manir, Ani, Wati, ling-ling. Terima kasih atas Doa dan dorongannya

dan untuk semua waktu yang pernah kita lalui, teman berbagi, serta kebersamaan yang tidak

lekang waktu.

20. Sahabat-sahabat ku kelas C ANE angkatan 2006. Asih, Nina, Santi, Ratna, Dona, Desi, Edah,

Ikoh, Indah, Dian, Jane, Ujang, Acho, Azhar, Eko, Icha, Pepy, Ephan, Lutvia atas

kebersamaannya di kelas C. Semoga kita semua sukses di masa depan dan akan selalu

menjalin silaturahmi. Amiin…

21. Sahabat seangkatan ANE 2006 Teman-teman kelas A dan B yang tidak bisa ku sebutkan satu

persatu.

22. Semua pihak yang telah membantu peneliti hingga selesainya skripsi ini.

Selain itu, peneliti menyadari pula banyaknya kekurangan dari apa yang telah coba

dipaparkan dan dibahas dalam hasil penelitian ini. Maka dari itu peneliti dengan segala

keterbukaan, kerendahan hati, dan juga kelapangan dada, bersedia menerima segala masukan

baik itu saran dan kritik yang dapat membangun peneliti dalam melangkah dan memutuskan,

serta membuat karya lebih baik dan lebih bermanfaat lagi untuk kemudian hari.

Serang, Deember 2012

Penulis

Pepy Novia Hidayah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR ORIGINALITAS

ABSTRAK ........................................................................................ i

ABSTARC ......................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................... 16

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................... 17

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................ 17

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 17

1.6 Sistematika Penulisan ………………………………….. 19

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Pengertian Kebijakan ............................................ 20

2.1.2 Pengertian Publik .................................................. 23

2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik ................................. 24

2.1. 4 Pengertian Implementasi Kebijakan ..................... 30

2.1.5 Implementasi Kebijakan Model Edward III ......... 35

2.1.6 Pengertian Penduduk ............................................ 40

2.1.7 Keluarga Berencana ............................................. 42

2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................... 52

2.3 Asumsi Dasar ................................................................. 54

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ........................................................... 55

3.2 Instrumen Penelitian ....................................................... 56

3.3 Tekhnik Penelitian .......................................................... 57

3.4 Informan Penelitian ........................................................ 60

3.5 Tekhnik Analisi Data ...................................................... 62

3.6 Pengujian Validitas ........................................................ 65

3.7 Lokasi Penelitian ............................................................ 68

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................. 70

4.2 Deskripsi Data ................................................................ 76

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ...................................... 76

4.2.2 Daftar Informan ...................................................... 79

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian........................................... 82

BAB IV PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................... 112

5. 2 Saran .............................................................................. 114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Peserta Keluarga Berencana Aktif di Kota Serang ............ 7

Tabel 1.2 Akseptor Baru Menurut Pemakaian Alat Kontrasepsi Di

Kota Serang Tahun 2010 .................................................... 8

Tabel 1.3 Pencapaian Target Akseptor Baru Keluarga Berencana Di

Kota Serang Tahun 2010 ................................................... 8

Tabel 1.4 Jumlah Pengguna KB di Kecamatan Taktakan .................. 10

Tabel 1.5 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I ................ 11

Tabel 1.6 Jumlah Bayi Lahir di Kecamatan Taktakan ...................... 12

Tabel 3.1 Informan Penelitian ............................................................ 62

Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................ 69

Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Taktakan ................... 71

Tabel 4. 2 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Taktakan .......... 72

Tabel 4.3 Jumlah Sarana Pelayanan KB di Kecamatan Taktakan ... 73

Tabel 4. 4 Jumlah Akseptor KB Menurut Alat/Cara Kontrasepsi Yang

Digunakan di Kecamatan Taktakan …… ………………. 71

Tabel 4.5 Indikator Pertanyaan ………………………………........ . 78

Tabel 4.6 Daftar Informan…………………………………………. 79

Tabel 4.7 Latar Belakang Pendidikan Pegawai UPT BPMPKB

Kecamatan……………………………………………….. 84

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Segitiga Perumusan Kebijakan ........................... 28

Gambar 2.2 Kejelasan Makna Kebijakan Publik ............................... 34

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir .......................................................... 53

Gambar3.2 Analisis Data menurut Miles dan Huberman .................. 63

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN 2 Catatan Lapangan

LAMPIRAN 3 Matriks Hasil Wawancara Sebelum Reduksi Data

LAMPIRAN 4 Matriks Hasil Reduksi Data

LAMPIRAN 5 Panduan Wawancara

LAMPIRAN 6 Member Chek

LAMPIRAN 7 Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN 8 Rekapitulasi Hail Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan Tahun 2010

Kecamatan Taktakan

LAMPIRAN 9 Kecamatan Taktakan dalam angka 2011

LAMPIRAN 10 Jumlah Data Kelahiran dan Kematian Bayi Tahun 2011

LAMPIRAN 11 Daftar Nama Petugas Pendata Kecamatan Taktakan

LAMPIRAN 14 Riwayat Hidup Peneliti

LAMPIRAN 15 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Memiliki keturunan adalah bagian tidak terpisahkan dari eksistensi manusia. Namun,

memiliki keturunan dalam jumlah tidak terkendali, dapat menjadi ancaman terbesar bagi

kelangsungan eksistensi itu sendiri. Perspektif seperti itu relevan untuk situasi dan kelangsungan

eksistensi manusia Indonesia, yang lebih makmur, lebih sejahtera. Terutama berkaitan dengan

tingkat pertumbuhan penduduk yang kian lama kian mengkhawatirkan.

Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6

juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode

1990-2000, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan maka

setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta

jiwa.

Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar

9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap

detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa).

Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen) disebabkan

oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa

dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa.

1

Laju pertumbahan penduduk di Indonesia sangat cepat dan terus meningkat. laju

pertumbuhan penduduk harus segera ditanggani dan mendapat perhatian serius dari pemerintah

juga masyarakat karena jumlah penduduk Indonesia pada saaat ini sudah mencapai 237,6 juta

jiwa dan merupakan urutan ke-empat dunia setelah Cina yang berjumlah 1,3 milyar jiwa, India

yang berjumlah 1,1 milyar jiwa dan Amerika Serikat yang berjumlah 350 juta jiwa

(www.majalahforum.com: 23 Mei 2011 diakses jam 09. 00 WIB)

Tingkat Pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi dan tiak diatur serta dibatasi akan

berdampak negatif pada berbagai bidang kehidupan, baik itu kehidupan bidang sosial, ekonomi

maupun politik juga berpengaruh terhadap penggunaan kehidupan masyarakat yang pada

gangguan kemanan, ketertiban masyarakat dan akhirnya berpengaruh pula pada kegiatan

pembagunan nasional.

Upaya pemerintah untuk menahan ledakan penduduk ini, yaitu dengan suatu program

yang dikenal dengan istilah Keluarga Berencana. Keluarga berencana merupakan program yang

digalakkan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Hal ini disebabkan

jumlah penduduk indoneisa menduduki posisi nomor empat terbanyak di dunia. Jika tidak

dikendalikan maka ledakan penduduk ini akan mejadi masalah sosial yang bisa menggagu

pembangunan bangsa.

Keluarga Berencana (KB) menurut WHO (1970) adalah tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami istri untuk mengetahui kelahiran yang diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang diiinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu pada

saaat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Tujuan utama pelaksanaan program keluarga berencana adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan

berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga

tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi. Dengan

demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat.

Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah yang telah berhasil

meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam ber KB yakni pada tahun 1990 hanya 12,49

persen meningkat pada tahun 2010 menjadi 68,13 persen. Sebaliknya untuk angka

kelahiran (TFR ) mampu diturunkan, pada tahun 1980 sebesar 4,99 per wanita menjadi 2,7 per

wanita. (http://www.ipkbkaltim.com: diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)

BKKBN Kaltim selain berupaya meningkatkan keikutsertaan KB dan menurunkan angka

kelahiran juga melakukan berbagai upaya di antaranya melakukan pembinaan terhadap para

remaja dengan membentuk Pusat Informasi Konseling (PIK) yang tersebar di 14

Kabupaten/kota yang jumlahnya mencapai 277 Pik Remaja. Selain itu pula melakukan

pembinaan dan mengembangkan kemandirian keluarga, khususnya bagi keluarga Pra sejahtera

dan KS I, dengan membentuk usaha ekonomi produktif melalui usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Sejahtera (UPPKS) jumlahnya telah mencapai 425 kelompok.

(http://www.ipkbkaltim.com: diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)

Kota Tegal, kota yang berhasil melaksanakan program KB, kesadaran warga Kota Tegal

yang telah mendukung pemerintah dengan turut serta melaksanakan program pengendalia

penduduk melalui Keluarga Berencana ( KB ). Kota Tegal mendapatkan penghargaan dari

Pemerintah Pusat berupa Manggala Karya Kencana. Penghargaan tersebut merupakan bukti

prestasi Kota Tegal di Bidang KB. Penghargaan yang diberikan kepada Kota Tegal karena

cakupan atau indikator penilaian seperti peserta KB Aktif (PA), peserta KB Baru (PB),

konseling, informasi dan edukasi tercapai. Kota Tegal juga berhasil dalam peningkatan

pelayanan KB.

Peserta KB aktif di Kota Tegal mencapai 37.134 akseptor yang terdiri dari

3.307 pengguna IUD, Medis Operasi Wanita ( MOW ) atau streril sejumlah 2.933, Medis

Operasi Pria ( MOP ) atau vasektomi 51, pengguna kondom 888, implant 3.097, suntik 23.260

dan pil 3.598. Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS ) mencapai 49.652 sehingga jika

diprosentasekan mencapai 74,78 %.

Dari jumlah PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah mereka yang sedang

hamil sejumlah 1.134, ingin anak segera 4.223, menunda kehamilan 3.070 dan tidak ingin punya

anak lagi 4.091. peserta KB mandiri sejumlah 64,55 % atau sekitar 23.696 dengan jumlah

akseptor pria mencapai 946 atau sekitar 2,54 %. Sementara untuk pengguna Kontrasepsi Jangka

Panjang ( MKJP ) selain pengguna Kondom, suntik dan Pil mencapai 12.746 atau sekitar 34.32

%. Permintaan Masyarakat akan KB di Kota Tegal yang ditargetkan dalam Perkiraan Permintaan

Masyarakat ( PPM ) KB Aktif hanya 72,71 % dalam tahun 2011 ternyata sampai dengan bulan

Mei 2011 sudah melebihi target yakni sekitar 74,78 % . Sementara untuk Permintaan KB Baru

mencapai 3.908 akseptor atau sekitar 43,36 % di bulan yang sama.

(http://cakrawalainterprize.com, diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)

Pengabaian terhadap program Keluarga Berencana mengakibatkan jumlah penduduk

tidak terkendali. Situasi ini secara paralel akan membuat peningkatan kesejahteraan rakyat kian

sulit tercapai. Kemiskinan pun akan kian sulit diberantas. Karena itu, mata rantai sebab akibat ini

harus diputus dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan sehingga diharapkan dapat

menekan laju populasi pertambahan penduduk. Upaya yang telah ditempuh dan perlu terus

dilakukan untuk mengendalikan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah penduduk salah

satunya adalah melalui Program Keluarga Berencana (KB). Hal ini diperkuat melalui UU No. 10

Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan

PP No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN).

Dengan adanya Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2009 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Maka program Keluarga Berencana (KB)

nasional tidak menjadi peraturan tetap yang mengikat, tetapi kebijakan tersebut tergantung setiap

kebijakan strategis yang dikeluarkan pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten.

Berbagai macam bentuk pengelolaan dan kelembagaan program keluaraga berencana

yang dimiliki setiap provinsi atau daerah-daerah di Indonesia, maka Kota Serang yang

merupakan bagian dari provinsi Banten yang juga dikenal sebagai ibu kota provinsi Banten ini

mempunyai suatu lembaga teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah social dan keluarga

berencana (KB) yaitu Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana (BPMPKB).

Kota Serang merupakan daerah otonom baru, pemekaran dari Kabupaten Serang,

Provinsi Banten yang secara resmi disahkan pada tanggal 2 November 2007 melalui UU Nomor

32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten. Kota Serang terdiri atas 6

kecamatan, yaitu Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Taktakan, Kecamatan

Cipocok Jaya, Kecamatan Curug dan Kecamatan Walantaka.

Data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana

(BPMPKB) tentang jumlah pengguna program Keluarga Berencana (KB) di Kota serang tahun

2010 dari 6 kecamatan yang ada di Kota Serang adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Peserta Keluarga Berencana Aktif di Kota Serang Tahun 2010

No Jenis KB (Kontrasepsi) Jumlah Peserta KB Aktif

1. IUD 5444

2. MOW 1762

3. MOP 466

4. KONDOM 1699

5. IMPLANT 3078

6. SUNTIK 40864

7. PIL 16088

Jumlah 69401

Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga

Berencana Kota Serang, tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat jumlah peserta keluarga berencana aktif di Kota

Serang yang terdiri dari 6 kecamatan yaitu sebanyak 69401 orang. Dengan banyaknya jumlah

peserta program Keluaraga Berencana (KB) di kota Serang, maka peneliti memfokuskan

penelitiannya hanya pada salah satu kecamatan yang ada di Kota Serang yaitu Kecamatan

Taktakan. Akseptor baru menurut pemakaian alat kontrasepsi dan pencapaian target akseptor

baru Keluarga Berencana (KB) di Kota Serang dari masing-masing kecamatan adalah sebagai

berikut:

Tabel 1.2

Akseptor Baru Menurut Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kota Serang Tahun

2010

No Kecamatan IUD MOW MOP KONDOM IMPLANT SUNTIK PIL TOTAL

1. Curug 82 2 3 48 56 728 43 962

2. Walantaka 50 4 4 458 162 1089 791 2558

3. Cipocok

Jaya

183 2 49 372 158 1189 1858 3811

4. Serang 521 13 102 156 95 2649 1713 5249

5. Taktakan 378 6 5 498 234 1315 696 3132

6. Kasemen 65 10 19 234 213 1170 1134 2863

Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga

Berencana Kota Serang, tahun 2010

Tabel 1.3

Pencapaian Tareget Akseptor Baru Keluarga Berencana (KB)

di Kota Serang Tahun 2010

No KECAMATAN TARGET REALISASI PERSENTASE

1. Curug 1774 1354 76,32

2. Walantaka 2127 2548 119,79

3. Cipocok Jaya 2941 3809 129,51

4. Serang 3764 5249 139,45

5. Taktakan 2356 3131 132,89

6. Kasemen 2508 3514 140,11

Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga

Berencana Kota Serang, tahun 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Taktakan merupakan salah satu

kecamatan yang akseptor baru atau peserta KB barunya memiliki jumlah yang besar ke tiga dari

Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya di Kota Serang yaitu berjumlah 3132 akseptor. Sedangkan

berdasarkan data table pencapaian target akseptor atau peserta KB baru di Kecamatan Taktakan

melebihi target yaitu realisasi mencapai 3131. Ini menunjukan Kecamatan Taktakan merupakan

salah satu kecamatan yang cukup berhasil dalam pencapaian target program Keluarga Berencana

di Kota Serang selain Kecamatan Serang dan Kasemen. Oleh karena itu peneliti memfokuskan

penelitian di Kecamatan Taktakan.

Lokus penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yaitu di Kecamatan Taktakan,

Kecamatan Taktakan memiliki jumlah penduduk 76124 jiwa terdiri dari 396633 lak-laki dan

36461 perempuan, 17866 KK (14969 laki-laki dan 2897 perempuan), memiliki 12 Desa, 90 RW,

225 RT. Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

berjumlah 14821, yaitu dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1. 4

Jumlah Pengguna KB di Kecamatan Taktakan

No Desa Jumlah

Penduduk

Jumlah

PUS

Pengguna

KB

1. Sayar 6557 1342 790

2. Cilowong 7215 1359 866

3. Pancur 6103 998 665

4. Sepang 6482 1479 1072

5. Kuranji 3848 680 649

6. Kalang Anyar 3886 682 578

7. Taktakan 6867 997 708

8. Panggung Jati 5698 996 702

9. Drangong 13815 3187 1865

10. Lialang 4326 846 507

11. Umbul Tengah 4517 767 479

12. Taman Baru 6816 1488 928

Jumlah 76124 14821 9699

Sumber: UPT PPLKB Kecamatan Taktakan 2010

Berdasarkan tabel di atas terlihat jumlah peserta keluarga berencana (KB) aktif di

kecamatan Taktakan yaitu sebesar 65,4 % orang dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

berjumlah 14821 orang dengan jumlah penduduk sebanyak 76124 jiwa. Hal ini terlihat bahwa

tingkat peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana (KB) cukup baik, karena dari

jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 14821 terdapat 9699 yang aktif dalam

menggunakan KB. Sedangkan dari jumlah PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah

mereka yang sedang hamil sejumlah 625, ingin anak segera 1949, menunda kehamilan 1533 dan

tidak ingin punya anak lagi 1015.

Selain itu juga dari pendataan yang dilakukan oleh Petugas Penyuluhan Lapangan

Keluarga Berencana (PPLKB) kecamatan, ada beberapa keluarga yang dikatagorikan sebagai

keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 yaitu dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1.5

Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera 1

No. Desa Jumlah

Kepala

Keluarga

Jumlah

Kepala

Keluarga Pra

Sejahterea

Jumlah

Kepala

Keluarga

Sejahterea 1

1. Sayar 1558 625 1270

2. Cilowong 1633 1278 1226

3. Pancur 1165 441 1047

4. Sepang 1764 341 1169

5. Kuranji 851 378 758

6. Kalang Anyar 825 231 740

7. Taktakan 1438 741 155

8. Panggung Jati 1349 455 1029

9. Drangong 3514 840 1685

10. Lialang 1045 264 1940

11. Umbal Tengah 1043 505 1036

12. Taman Baru 1682 251 1176

Sumber: UPT PPLKB Kecamatan Taktakan 2010

Tabel di atas dapat dilihat bahwa yang keluarga yang tergolong keluarga pra sejahtera

atau keluarga kalangan menengah kebawah yaitu berjumlah 6421 jiwa dan yang tergolong

keluarga Sejahtera 1 atau keluarga kalangan menengah keatas yaitu berjumlah 14190 jiwa.

Dengan adanya data-data tersebut diketahui bahwa program Keluarga Berencana (KB) yang

dilaksnakan di kecamatan Taktakan tersebut tidak terlepas dari kendala-kendala atau masalah-

masalah dalam pelaksanaan program keluarga berencana tersebut.

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui menekan jumlah penduduk dengan cara membatasi kelahiran

bayi. Menurut data yang diperoleh oleh peneliti jumlah bayi yang lahir pada Juni tahun 2011 di

kecamatan Taktakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.4

Jumlah Bayi Lahir di Kecamatan Taktakan Juni Tahun 2011

No Desa Jumlah

Penduduk

Jmlh Ibu

Hamil

Jmlh ibu

bersalin

Jmlh

Bayi

Jmlh Bayi

Lahir

1. Cilowong 7681 192 182 172 15

2. Pancur 6574 124 199 115 9

3. Sayar 4303 129 126 124 12

4. Kalang Anyar 4072 85 80 76 6

5. Sepang 5795 128 125 121 8

6. Kuranji 4073 106 103 100 10

7. Panggung Jati 5627 130 123 120 18

8. Drangong 15294 293 270 259 31

9. Lialang 6189 96 94 87 10

10. Taktakan 6638 177 172 155 10

11. Umbul Tengah 5125 137 131 129 8

12. Taman Baru 8028 228 217 201 18

Jumlah 79399 1825 1742 1659 154 Sumber: Puskesmas Kecamatan Taktakan 2011

Jumlah bayi yang lahir sampai dengan bulan Juni 2011 di Kecamatan Taktakan pada

data diatas yaitu terdapat 154 dari1825 jumlah ibu hamil. Bayi lahir hidup berjumlah 153

sedangkan bayi lahir mati terdapat 1 bayi. Jumlah bayi yang ada di Kecamatan Taktakan yaitu

berjumlah 1.659 bayi. Sedangkan bila diprosentasikan bayi lahir hidup di Kecamatan Taktakan

yaitu 99 %, dan selama bulan Juni 2011 tidak terdapat kematian ibu. Sedangkan selama tahun

2011 angka kelahiran menurut data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota Serang

mencapai 1.750 bayi. (http://bataviase.co.id: diakses tanggal 27 Juli, Jam 08.00 WIB) Dengan

melihat data tersebut Kecamatan Taktakan dapat dikatakan cukup berhasil dalam mengurangi

angka kematian bayi dan kematian ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena hal ini peneliti

mengambil lokus di kecamatan tersebut. Dengan upaya inilah pertumbuhan penduduk ditekan

melalui mengikuti program keluarga berencana (KB).

Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh peneliti dari lokasi penelitian yang

bertempat di Kecamatan Taktakan Kota Serang, ditemukan hal sebagai berikut: Pertama, sudah

mulai berkurang dan berubahnya cara pandang dari masyarakat kalangan menengah ke bawah

yang menganggap bahwa dengan memiliki keturunan atau anak yang banyak dapat

mendatangkan rezeki yang banyak pula. Terlihat dari lebih banyaknya yang ikut KB

dibandingkan dengan yang tidak ikut KB. Hal ini didasarkan wawancara dengan Bapak Indra

selaku PLKB Kecamatan Taktakan dan Ibu Sri Endah sebagai Kasubag UPT BPMPKB.

Kedua, adanya kepercayaan dari masyarakat yang menjunjung tinggi agamanya bahwa

program KB dilarang oleh agama karena menunda atau tidak ingin memiliki anak merupakan

perbuatan yang tidak mensyukuri dan menolak rezeki dari tuhan karena anak merupakan

anugrah dari Tuhan yang harus disyukuri. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Indra selaku

PLKB Kecamatan Taktakan.

Ketiga, pola pikir masyarakat yang tidak ingin direpotkan dengan melaksanakan

program keluarga berencan karena untuk mengikuti program tersebut membutuhkan

kedisiplinan dari penggunanya, dimana masyarakat harus secara teratur dan disiplin untuk

melaksanakan aturan dari prgram tersebut sesuai dengan akseptor KB yang digunakan.

Sedangkan masih banyaknya warga yang tergolong masyarakat miskin sehingga mereka tidak

terlalu memperdulikan program tersebut karena mereka lebih memikirkan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Hal ini didasarkan atas wawancara dengan Eniah warga Desa Taktakan

dan Jenab warga Desa Kalang Anyar.

Keempat, kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor sehingga dapat menghambat

kelancaran pelaksanaan kegiatan- kegiatan program keluarga berencana sperti: membutuhkan 1

buah kendaraan operasional mobil penerangan (yang sedang diusahakan dan baru disetujui dari

pusat) dan membutuhkan komputer. Apabila ada kegiatan-kegiatan seprti untuk mendata 12 desa

serta untuk membuat laporan kegiatan Keluarga Berencana menggunakan laptop milik pribadi

pegawai. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Panji selaku PLKB Kecamatan.

Kelima, sosialisasi yang dilakukan oleh PLKB melalui penyuluhan dengan berbagai cara

pendekatan berbagai tokoh yaitu dari tokoh agama,masyarakat dan pemerintah desa serta

masyarakat dengan berdiskusi tentang manfaat dan pentingnya KB. Kemudian dengan cara per

individu dengan datang ke rumah-rumah atau istilah lain yaitu dor to dor agar peserta KB

meningkat. Hal ini didasarkan atas wawancara yang dilakukan dengan Bapak Panji dan Bapak

Indra selaku PLKB Kecamatan.

Keenam, kurangnya jumlah pegawai/petugas UPT BPMPKB untuk petugas di UPT

kecamatan dan petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) yang berjumlah 5 orang, yang

terdiri dari 2 petugas lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Kasubag dan Ketua UPT dan staf.

Sehingga dalam menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan Taktakan petugas dibagi 2 zona

untuk tiap petugas yaitu stiap zona terdiri dari 6 desa. Dan dibantu oleh kader-kader yang

berasal dari ibu-ibu rumah tangga dan ibu-ibu PKK dalam tiap desa. Sehingga apabila ada

jadwal pendataan dalam perhari 1 orang petugas mendapatkan bagian mendatangi 2 desa dan

disetiap desa terdapat 1 kampung yang menjadi pusat pertemuan antara PLKB dan petugas

Kecamatan. Hal ini didasarkan atas wawancara yang dilakukan dengan Bapak Panji selaku

PLKB.

Berdasarkan pemaparan permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti, mengangkat dan mengambil judul masalah “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kacamatan Taktakan

Kota Serang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari pemaparan yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka identifikasi masalah

yang diperoleh yaitu :

1. Sudah mulai berkurang dan berubahnya cara pandang dari masyarakat kalangan

menengah ke bawah yang menganggap bahwa dengan memiliki keturunan atau anak

yang banyak dapat mendatangkan rezeki yang banyak pula.

2. Adanya kepercayaan dari masyarakat yang menjunjung tinggi agamanya bahwa

program KB dilarang oleh agama karena menunda atau tidak ingin memiliki anak

merupakan perbuatan yang tidak mensyukuri dan menolak rezeki dari tuhan karena

anak merupakan anugrah dari tuhan yang harus disyukuri

3. Pola pikir masyarakat yang tidak ingin direpotkan dengan melaksanakan program

keluarga berencan karena untuk mengikuti program tersebut membutuhkan

kedisiplinan dari penggunanya, dimana masyarakat harus secara teratur dan disiplin

untuk melaksanakan aturan dari prgram tersebut sesuai dengan akseptor KB yang

digunakan.

4. Kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor

5. Sosialisasi oleh petugas kepada masyarakat menggunakan berbagai cara pendekatan

dengan para tokoh agar peserta KB meningkat.

6. Kurangnya jumlah petugas lapangan/sumber daya manusia.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam mengadakan penelitian penulis membatasi permasalahan penelitian pada fokus

utama masalah yaitu tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program

Keluarga Berencana dengan lokus penelitian di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Berdasarkan

batasan dan indentifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu ” Faktor-

Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di

Kecamatan Taktakan Kota Serang?”

1.4 Tujuan Penelitian

Dari identifikasi masalah yang telah dibatasi dan dirumuskan tersebut di atas, maka

peneliti dalam penelitian ini yaitu Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Program Keluarga Berencana (KB) ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Apa yang

Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota

Serang.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian yang memiliki judul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang

adalah :

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada sehingga

memperkaya hasil-hasil ilmu pengetahuan.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya mengenai Kebijakan publik.

2. Secara Praktis

a. Pada peneliti

Karya ilmiah ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam hal

mempelajari tentang analisis kebijakan pada khususnya, dan khasanah ilmu

pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu administrasi negara.

b. Pada Instansi terkait

Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan sehingga dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam diketahui factor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan Program KB, Sehingga hal ini akan menjadi masukan

bagi pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan sosialisasi tentang

Keluarga Berencana guna menekan jumlah pertumbuhan penduduk sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Pada peneliti lain

Pada pembaca atau peneliti selanjutnya karya peneliti ini dapat dijadikan sebagai

informasi tambahan bagi pembaca pada peneliti selanjutnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan masalah, dan

sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

Pada bab II dijelaskan mengenai; Deskripsi Teori, Kerangka Berfikir Penelitian dan

Asumsi Dasar Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen Penelitian,

Informan Penelitian, Teknik Analisis Data, dan Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data,

dan Tempat dan waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai; Deskripsi Obyek Penelitian, Deskripsi Data,

Informan Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dipaparkan mengenai; Kesimpulan Hasil Penelitian, dan Saran

Peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam penelitian

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa istilah yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa

teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi

mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan

dan menjadi panduan dalam penelitian.

Teori-teori tersebut untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang

mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan

yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi

panduan dalam penelitian. Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa

teori yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori kebijakan, kependudukan

dan kebijkan program Keluarga Berencana (KB).

2.1.1 Pengertian Kebijakan

Kebijakan (policy) mengandung arti yang bermacam-macam. Menurut Ahmad &

Santoso (1996:192) kebijakan merupakan sebagai rangkaian konsep pokok dan asas

yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau suatu konsep dasar

yang jadi pedoman dalam melaksanakan suatu kepemimpinan dan cara bertindak.

Selain itu definisi kebijakan lainnya diungkapkan oleh Suharto (2008:3), yang

menjelaskan bahwa: 17

“Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintahan, bukan saja dalam

arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula

governance yang menyentuh pengelolaan submer daya publik. Kebijakan pada

intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara

langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial

dan manusia demi kepentingan publik yakini rakyat banyak, penduduk,

masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi,

kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideology, dan

kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.”

Pengertian di atas memberikan gambaran pada kita bahwa kebijakan merupakan

alat yang digunakan pemerintah yang juga memeperhatikan sumber daya yang dimiliki

untuk kepentingan publik. Definisi kebijakan lainnya dikemukakan oleh Lasswell

(dalam Parson, 2005: 17)

“Kata kebijakan (policy) umumnya dipakai unutuk menunjukan pilihan

terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat. kebijakan

bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis (political) yang sering kali

diyakini mengandung makna keberpihakan dan korupsi”

Definisi kebijakan menurut Laswell memberikan pengertian bahwa kebijakan

diyakini bebas dari unsur politis yang kerap dimaknai sebagai sebuah konsolidasi.

Kebijakan merupakan pilihan penting dalam organisasi.

Berbeda dengan pandangan Dunn (2003: 51) mendefinisikan kata kebijakan dari

asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau kebijakan berasal dari bahasa

Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu

polis (Negara-Kota) dan pur (Kota)

Pengertian kebijaksanaan berikutnya dikemukakan oleh Anderson (dalam

Islamy 1991: 17), yaitu: “A purposive course of action followed by an actor or set of

actors in dealing with a problem or matter of cancern”

Sedangkan menurut

Jones (dalam Winarno, 2002: 14) istilah kebijakan

digunakan dalam praktik-praktik sehari-hari. Namun, digunakan untuk menggantikan

kegiatan atau keputusan yang berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan,

program, keputusan, standar, proposal dan grand design. Secara umum, istilah

kebijakan dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor dalam suatu bidang

kegiatan tertentu.

Dengan demikian, dari beberapa definisi kebijakan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kebijakan adalah rangkaian konsep pokok yang menjadi garis besar

dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang mengandung program pencapaian tujuan,

nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah bercirikan konsistensi dan pengulangan

tingkah laku dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.

2.1.2 Pengertian Publik

Istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat

atau negara. Sebenarnya dalam bahasa Indonesia sesuai bila diberi terjemahan praja,

hanya sejak zaman belanda kata-kata sangsekerta tersebut sudah salah kaprah. Arti

sebenarnya dari kata praja tersebut adalah rakyat, sehingga untuk pemerintah yang

melayani keperluan seluruh rakyat diberi istilah pamong praja (pelayan rakyat).

Arti publik menurut Kencana (1999: 18) adalah sejumlah manusia yang

memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan

baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.

Menurut Baber dalam Parsons (2005: 10) berpendapat bahwa sektor publik

mengandung 10 ciri penting yang membedakan dari sektor swasta, yaitu:

1. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih

mendua (ambiguous);

2. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam

mengimplementasikannya keputusan-keputusannya;

3. Sektor publik memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi

yang sangat beragam;

4. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahnkan peluang

dan kapasitas;

5. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atau kegagalan

pasar;

6. Sektor publik melakukan aktivitas yang lebih banyak mengandung

signifikansi simbolik;

7. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas;

8. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar untuk merespon isu-isu

keadilan dan kejujuran (fairness);

9. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik.

10. Sektor publik harus memprtahankan level dukungan publiK minimal diatas

level yang dibutuhkan dalam industri swasta.

2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik

Berbicara tentang kebijakan publik, maka tentu saja kita akan bersinggungan

dengan apa yang disebut dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan

merupakan kegiatan atau proses yang dilakukan oleh pihak berwenang dalam negara

untuk menetapkan kebijakan-kebijakan umum yang terkait dengan kebaikan dan

kepentingan bersama. Dalam pengambilan keputusan ini biasanya para desicion-makers

akan melakukan berapa rangkaian yang saling berikat, mulai dari: menetapkan masalah

yang benar, merumuskan alternatif-alternatif guna menyelesaikan masalah yang ada,

menghitung kerugian dan keuntungan (cost and benefits) yang dapat tercipta dari

alternatif kebijakan yang telah disusun, sampai dengan pengambilan keputusan.

Dunn (2006:64) menjelaskan bahwa Kebijakan publik ialah pola ketergantungan

yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk

keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor

pemerintah.

Menurut Anderson dalam Agustino (2006:41) memberikan pengertian atas

definisi kebijakan publik: ”Serangkaian kegaiatan yang mempunyai maksud/tujuan

tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang

berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang perlu diperhatikan.”

Selanjutnya, menurut Young dan Quinn dalam Suharto (2005: 44-45) membahas

beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik:

1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan

yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki

kewenangan hukum, politis dan finansial untuk melakukannya.

2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan

publik merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di

masyarakat.

3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik

biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa

pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu

demi kepentingan orang banyak.

4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan

publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan

masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga dirumuskan berdasarkan

keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka

kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan

tertentu.

5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.

Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-

langkah atau rencana tindakan yang tlah dirumuskan, bukan sebuah maksud

atau janji yang belum dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh

sebuah badan pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga

pemerintah.”

Definisi lain diungkapkan Dye dalam Agustino (2006:41) mengatakan bahwa

”kebijakan publik adalah apa yang dipilh oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak

dikerjakan”. Sedangkan Rose mendefinisikan kebijakan publik sebagai ”sebuah

rangkaian panjang dari banyak-atau-sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan

memiliki konsekuensi bagi yang berkepentingan sebagai keputusan berlainan.”

Kebijakan publik adalah sebuah fakta strategis daripada fakta politis ataupun

teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-

preferensi politis dari para aktor yang yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya

pada proses perumusan. Berikutnya Nugroho (2008: 54) mendefinisikan kebijakan

Publik:

“Kebijakan Publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya

pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang

bersangkutan. Kebijakan Publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada

masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada

masyarakat yang di cita-citakan.”

Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh badan

dan pejabat pemerintah. Karena itu, karakteristik khusus dari kebijakan publik adalah

bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut Easton (Agustino,

2006:42) sebagai “otoritas” dalam sistem politik, yaitu: “para senior, kepala tertinggi,

eksekutif, legislatif, para hakim, administrator, penasehat, para raja, dan sebagainya.”

Dan Easton mengatakan bahwa mereka-mereka yang berotoritas dalam sistem politik

dalam rangka memformulasikan kebijakan publik itu adalah:

“Orang-orang yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan

mempunyai tanggung jawab dalam suau masalah tertentu dimana pada satu titik

mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari yang diterima serta

mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu”.

Dalam kaitannya dengan definisi-definisi tersebut maka Agustino (2006: 42)

dapat menyimpukan beberapa karakteristik utama dari suatu kebijakan publik yaitu:

”Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan

yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau

acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola

kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dari pada keputusan yang

terpisah-pisah. Misalnya, suatu kebijakan tidak hanya meliputi keputusan untuk

mengeluarkan suatu peraturan tertentu tetapi juga keputusan berikutnya yang

berhubungan dengan penerapan dan pelaksanaannya. Ketiga, kebijakan publik

merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur

perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa

maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik

dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan

beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan.

Secara negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat

pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun

padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan. Kelima,

kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan

merupakan tindakan yang bersifat memerintah”.

Selanjutnya menurut Suharto (2005: 78) bahwa dalam merumuskan suatu

kebijakan dapat dikelompokan melalui tiga tahap yaitu:

”1. Tahap Identifikasi

a. Identifikasi masalah dan kebutuhan: tahap pertama perumusan kebijakan sosial

adalah mengumpulkan data mengenai permasalahan sosial yang dialami

masyarakat dan mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang belum

terpenuhi.

b. Analisis Masalah dan kebutuhan: yaitu mengolah, memilah dan memilih data

mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan di

transformasikan kedalam laporan yang terorganisasi.

c. Penginformasian rencana kegiatan

d. Perumusan tujuan kebijakan

e. Pemilihan model kebijakan

f. Penentuan indikator sosial

g. Membangun dukungan dan legitimasi publik

2. Tahap Implementasi

a. Perumusan Kebijakan: rencana kebijakan yang sudah disepakati bersama

dirumuskan kedalam strategi dan pilihan tindakan beserta pedoman peraturan

pelaksannya.

b. Perancangan dan Implementasi Program: kegiatan utama pada tahap ini

adalah mengoperasioanalkan kebijakan kedalam usulan-usulan Program atau

proyek sosial untuk dilaksanakan atau diterapkan kepada sasaran program

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi dan tindak lanjut: evaluasi dilakukan baik terhadap proses maupun

hasil implementasi kebijakan. Penilaian terhadap proses kebijakn difokuskan

pada tahapan perumusan kebijakan, terutama untuk melihat keterpaduan antar

tahapan, serta sejauh mana program dan pelayanan sosial mengikuti garis

kebijakan yang telah ditetapkan.” Dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model segitiga Perumusan Kebijakan

Sumber : Suharto (2005:78)

Kemudian definisi lain diungkapkan oleh Hogwood Dan Gunn (1990) dalam

Suharto (2005:4) yang menyatakan bahwa kebijakan publik adalah ”seperangkat

tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu”. Mengacu pada

definisi yang dikemukakan oleh Hogwood dan Gunn kebijakan publik mencakup

beberapa hal yaitu:

”1) Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau pernyataan-

pernyataan yang ingin dicapai.

2) Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang

mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang telah dipilih.

3) Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah.

4) Program yakni seperangkat kegiatan yang emncakup rencana penggunaan

sumberdaya lembaga dan strategi pencapaian tujuan.

5) Keluaran (output) yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah

sebagai produk dari kegiatan tertentu.”

Selanjutnya menurut Friedrich dalam Agustino (2006:41) yang mengatakan

bahwa kebijakan adalah:

”Serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok

atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-

hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-

kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam

mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.”

Jadi, menurut peneliti bahwa kebijakan publik merupakan suatu rangkaian atau

proses perencanaan tidakan yang dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan negara dan

Identifikasi

Evaluasi Implementasi

masyarakat, sebagai suatu upaya untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik,

dimana bila terjadi suatu kesulitan-kesulitan atau hambatan dalam peraturan yang telah

dibuat dapat diminimalisir dengan solusi peraturan tersebut.

Pemerintah membentuk sebuah institusi Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) pada 1970, sebagai institusi pemerintah nondepartemen yang

bertugas mengoordinasikan program KB secara nasional. Sejak itu, KB di Indonesia

mulai dirancang sebagai salah satu program pemerintah. Dari sinilah pemerintah mulai

mencurahkan perhatian pada persoalan kependudukan.

Program KB, sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang

kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kependudukan

yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, program KB memiliki posisi

strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui pengendalian

kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan (secara kuantitatif), maupun pembinaan

ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga (secara kualitatif) dalam

mewujudkan keluarga yang kecil dan sejahtera. Sehingga tidak aneh, apabila KB

diposisikan sebagai bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi. Sebab, apabila

KB tidak berhasil, akan berimplikasi negatif terhadap sektor pembangunan lain seperti

pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sektor lainnya.

2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahap diantara diputuskannya suatu

kebijakan dengan munculnya konsekuensi-konsekuensi diantara orang-orang yang

terkena kebijakan tersebut. Implementasi merupakan tahap yang krusial dalam proses

kebijakan, dalam proses kebijakan ada beberapa tahapan yaitu perumusan kebijakan,

implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas,

maka penelitian ini difokuskan pada tahap implementasi. Suatu program kebijakan

harus diimplementasikan agar mempunyai dampak tujuan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang penting dalam keseluruhan

struktur dan proses kebijakan, karena melalui tahap ini dapat diketahui berhasil atau

tidaknya pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu kebijakan.

Didalam Implementasi kebijakan menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang

hendak dicapai melalui berbagai cara dalam mengimplementasikannya sebagaimana

yang diungkapkan Mazmanian dan Sabatier (1983:61) dalam Agustino (2006:139)

implementasi kebijakan adalah :

” Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-

undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-

keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,

menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan

berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses

implementasinya.”

Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang

kompleks dan rumit. Untuk dapat melukiskan kerumitan dalam proses implementasi

kebijakan tersebut dapat dilihat dari definisi implementasi kebijakan yang berbeda

diungkapkan oleh Bardach dalam Agustino (2006:54) mengemukakan bahwa

implementasi kebijakan, sebagai :

” Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang

kelihatanya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata

– kata dan slogan- slogan yang kedengaranya mengenakan bagi telinga para

pemimpin dan para pemilih yang mendengarkanya. Dan lebih sulit lagi

untuk melaksanakanya dalam bentuk yang memuaskan orang”.

Kerangka lain mengatakan pendapat bahwa implementasi adalah tindakan yang

dilakukan baik oleh kelompok pemerintah maupun swasta agar tujuan yang telah

digariskan dapat tercapai sebagaimana diungkapkan oleh Metter dan Horn (1975) dalam

Agustino (2006:139 ):

” Implementasi kebijakan ialah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijakan”.

Dari tiga definisi yang telah dikemukanan dari beberapa tokoh mengenai

implementasi kebijakan tersebut diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan

menyangkut ( minimal ) tiga hal yaitu:

1) Adanya tujuan atau sasaran kebijakan

2) Adanya aktifitas atau kegiatan pencapain tujuan

3) Adanya hasil kegiatan

Dari beberapa rangkaian definisi diatas dapat diartikan bahwa implementasi

kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kegiatan melakukan

suatu kebijakan terdahulu, yang kemudian pelaksanaan kebijakan itu dilaksanakan untuk

mengatasi pembangunan yang dibutuhkan masyarakat yang kemudian pada akhirnya

akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu

sendiri.

Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart

(2000:104) dalam Agustino (2006:139) menyatakan bahwa

”Implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output) keberhasilan

suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan

pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-

tujuan yang ingin diraih.”

Studi Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai

pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah suatu kebijakan dirumuskan dan

disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat mencapai

tujuannya. Menurut Nugroho (2008:433)Dalam Bukunya Kebijakan Publik bahwa

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat

mencapai tujuannya. Adapun untuk mengimplementasikan kebijakan publik dalam bentuk

program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan

publik tersebut. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kejelasan Makna Kebijakan Publik

Sumber : Nugroho (2008:433)

Kebijakan Publik

Program Intervensi Kebijakan Publik

Penjelas

Proyek Intervensi

Kegiatan Intervensi

Publik/masyarakat

Rangkaian di atas mermperlihatkan bahwa kebijakan Publik dalam bentuk Undang-

Undang atau perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik

penjelas atau yang sering di istilahkan sebagai peraturan pelaksana. Sedangkan peraturan

publik yang bisa langsung operasional antara lain keppres, inpres, keputusan-keputusan

kepala daerah, keputusan kepala dinas dan lainnya. Adapun rangkaian implementasi

kebijakan Yaitu dimulai dari program, ke Proyek dan kekegiatan. Tujuan dari kebijakan

publik pada prinsipnya melakukan intervensi. Oleh karena itu, implementasi kebijakan

sebenarnya adalah tindakan (action) intervensi itu sendiri.

Dari beberapa definisi Implementasi Kebijakan dapat disimpulkan bahwa

implementasi Kebijakan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan dari kebijakan yang

telah dirumuskan sebelumnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan guna

mengatasi setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dimana kebijakan tersebut telah

digariskan dalam sebuah bentuk peraturan atau keputusan.

2.1.5 Implementasi Kebijakan Model Edward III

Model Implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III disebut dengan

Direct and Indirect Impact on Implementation. Menurut model yang dikembangkan oleh

Edward III terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan

implementasikan suatu kebijakan, yaitu faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan

disposisi.

1. Faktor Sumber Daya

Faktor suber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan,

karena bagaimanapun jelas konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu

kebujakan, jika para personil yang bertanggungjawab mengimplementaskan

kebijakankurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif,

maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Indikator-indikator yang

dipergunakan untuk melihat sejauhmana sumber daya dapat berjalan dengan rapi dan

baik adalah:

a) Staf : sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf/pegawai, atau

lebih tepatnya street-level bureaucrats. Kegagalan yang sering terjadi dalam

implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh staf yang tidak memadai,

mencukupi ataupun tidak kompeten di bidangnya. Selain itu, cakupan atau luas

wilayah implementasi perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan staf

pelaksana kebijakan.

b) Informasi: dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk.

Pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan,

implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi

perintah untuk melakukan tindakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari

para pelaksana terhadap regulasi pemerintah yang telah ditetapkan, implementor

hatus mengetahui apakah orang lain yang terlibat dalam pelaksanaan tersebut patuh

terhadap hukum.

c) Wewenang: kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana

dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Kewenangan

harus bersifat formal untuk menghindari gagalnya proses implementasi karena

dipandang oleh publik implementor tersebut tidak terlegitimasi. Tetapi dalam

konteks yang lain, efektivitas kewenangan dapat menyurut manakala diselewengkan

oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri mapun kelompoknya.

2. Faktor komunikasi

Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa yang menjadi

pemikiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada orang lain. Faktor

komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap proses

kegiatan melibatkan unsur manusia dan sumber daya yang akan selalu berurusan dengan

permasalahan ”Bagaimana hubungan yang dilakukan”. Implemantasi yang efektif baru

akan terjdai apabila para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan

mereka kerjakan, dan hal itu hanya akan diperoleh melalui komunikasi yang baik, yang

juga dari komunikasi tersebut membentuk kualitas partisipatif masyarakat. Terdapat tiga

indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:

a) Transmisi: penyaluran komuikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu

implementasi yang baik pula. Seringkali komunikasi yang telah melalui beberapa

tingkatan birokrasi menyebabkan terjdainya salah pengertian (miskomunikasi).

b) Kejelasan: komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas,

akurat, dan tidak ambigu, sehingga dapat dihindari terjadinya perbedaan tujuan

yang hendak dicapai oleh kebijakan seperti yang telah ditetapkan (tidak tepat

sasaran).

c) Konsistensi: perintah yang diberikan kepada implementor haruslah kosisten dan

jelas. Karena apabila perintah sering berubah-ubah akan membingungkan pelaksana

kebijakan, sehingga tujuan dari kebijakan tidak akan tercapai.

3. Faktor Disposisi (Sikap)

Disposisi ini diartikan sebagai sikap para pelaksana untuk mengimplementasikan

kebijakan. Dalam implemtasi kebijakan menurut Edward III , jika ingin berhasil secara

efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka

lakukan dan mempunyai kemampuan untuk mengimplemenatsikan kebijakan tersebut,

tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan

tersebut. Hal-hal pentig yang perlu diperhatikan pada variabel disposisi menurut Edward

III, antara lain:

a) Pengangkatan birokrat: pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan

haruslah orang-orang yang memilki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan,

lebih khusus lagi pada kepentingan warga. Disposisi atau sikap para implementor

yang tidak mau melaksanakan kebijakan yang telah ditepkan akan menimbulkan

hambatan-hambatan bagi tercapainya tujuan dari pengimplementasian kebijakan.

b) Insentif: Edward III menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk

mnegatasi kecenderungan sikap para pelaksana kebijakan adalah dengan

memanipulasi insentif. Pada umumnya, orang bertindak berdasarkan kepentingan

mereka sediri, maka manipulasi insentif oleh pembuat kebijakan dapat mengurangi

tindakan para pelaksana kebijakan. Deng menambah keuntungan atau biaya tertentu

mungkin dapat memotivasi para pelaksana kebijakan untuk dapat melaksanakan

perintah dengan baik. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi kepentingan pribadi

(self interest) atau organisasi.

4. Faktor Struktur Organisasi

Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan sudah

mencukupi dan para implementor mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya,

serta mempunyai keinginan untuk melakukannya, implementasi kebijakan bisa jadi masih

belum efektif, karena terdapat ketidakefisienan struktur birikrasi yang ada. Kebijakan

yang begitu kompleks menuntut adanya kejasama banyak orang. Birokrasi sebagai

pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan

secara politik dengan jalan melakukan koordinasi yan g baik.

Menurut Edward III terdapat dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja

struktur birokrasi ke arah yang lebi baik, yaitu dengan melakukan standar operating

prosedurs (SOP) dan fragmentasi.

a) Standar operating prosedurs (SOP): adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan

para pelaksana kebijakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan setiap hari dengan

standart yang telah ditetapkan.

b) dan fragmentasi: adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan dan

aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit.

2.1.6 Pengertian Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia

selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam

bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga

komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi Fertilitas (Kelahiran)

Menurut Atmadji (2007:55) Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai

hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata

lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai

arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut

peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan

kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

Konsep- konsep dari fertilitas yaitu sebagai berikut:

a. Lahir hidup (live birth): menurut UN & WHO, adalah suatu kelahiran seorang

bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, di mana si-bayi

menunjukan tanda-tanda kehidupan, misalnya: bernafas, ada denyut jantungnya

atau denyut tali pusat atau gerankan-gerakag otot.

b. Lahir mati (still birth): kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur

paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukan tanda-tanda kehidupan.

c. Abortus: kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari

28 minggu.

d. Masa reproduksi (Chidbearing age): masa di mana wanita mampu melahirkan,

yang disebut juga usia subur (15-49) (2007: 55-56)

1. Mortalitas (Kematian)

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen

demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang

kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang

terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan

menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi

setiap saat setelah kelahiran hidup.

Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna

perancangan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas

pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga

diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program – program kebijakan

penduduk.

2. Migrasi

Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan

penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara

khusus mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak

merata, adanya faktor – faktor pendorong dan penarik bagi orang – orang untuk

melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar.

Menurut Munir (2007:114) migrasi adalah perpindahan penduduk dengan

tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas

politik/negara atau pun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi

migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah

ke daerah lain.

2.1.7 Keluarga Berencana

2.1.7.1 Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana menurut WHO (1970) adalah tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami istri untuk mengetahui kelahiran yang diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,

mengontorl waktu pada saaat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri serta menentukan

jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).

Sedangkan menurut BKKBN (1998) keluarga berncana artinya mengatur jumlah

anak sesuai kehendak anda dan mengatur sendiri kapan anda ingin hamil atau salah satu

usaha masalah kependudukan sekaligus merupakan bagian terpadu dalam program

pembagunan nasional yang bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi,

spiritual, budaya penduduk Indonesia agar dapt dicapai keseimbangan yang baik dengan

kemampuan produksi nasional.

Keluarga Berencana (KB) adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan

ibu dan anak, keluarga serta dan bangsa pada umumnya, meningkatkan martabat kehidupan

rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehinga pertambahan pertambahan

penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan produksi. Keluarga Berancana

merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama

(post poning), menjarangkan anak (spasing) atau membatasi (limting) jumlah anak yang

diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemingkinan kembalinya fase kesuburan

(ferundity).

Dari beberapa definisi diatas mengenai Keluarga Berencana (KB), maka peneliti

menarik kesimpulan bahwa Keluarga Berencana adalah perencanaan pasangan suami istri

untuk mengatur dan menentukan jumlah anak yang diinginkan yang dilakukan secara

berkelanjutan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Keluarga Berencana juga

merupakan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta

keluarga dan bangsa serta menekan pertumbuhan penduduk agar terciptanya kesejahteraan.

2.1.7.2 Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana

1. Tujuan Keluarga Berencana

Program keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan

untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan penduduk tersebut. Selain itu terdapat beberapa tujuan lain yang

dapat dicapai dengan program keluarga berencana, yaitu:

a. Mengingkatkan kesejahteraan ibu dan anak

b. Meningkatkan harapan hidup

c. Mengurangi angka kematian bayi

d. Mengurangi angka kematian ibu hamil dan melahirkan

Dengan program keluarga berncana ini kita dapat meningkatkan mutu

sumber daya manusia Indonesia sehigga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat serta meningkatkan produksi nasional.

2. Manfaat Keluarga Berencana

Program keluarga berncana ini banyak memberi manfaat terutama bagi ibu

yang sedang hamil. Dengan program ini kita dapat mengatur jumlah dan jarak

kehamilan sesuai dengan keiinginan, sehingga kesehatan ibu dapat terjamin secara

medis atas program keluarga berncana yang ikuti dan sarankan.

Dengan keluarga berncana maka dapat mencegah munculnya bahaya

akibat:

a. Kehamilan terlalu dini

b. Kehamilan yang terlambat

c. Kehamilan yang terlalu dekat jaraknya

d. Kehamilan yang terlalu sering

Kehamilan seperti ini data menimbulkan bahaya kematian bagi ibu dan

bayinya. Namun, dengan program keluarga berncana, hal ini dapat dicegah

sehingga kesehatan ibu terjamin. Dengan membatasi jumlah anak, maka juga akan

dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena dengan jumlah anak

berkurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki banyak anak.

2.1.7.3 Sasaran Program dan Ruang Lingkup KB

1. Sasaran Program KB

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2009-2014 yang meliputi:

1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14

persen per tahun.

2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per

perempuan.

3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan

kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet

need) menjadi 6 persen.

4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.

5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan

efisien.

6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21

tahun.

7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang

anak.

8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang

aktif dalam usaha ekonomi produktif.

9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan Program KB Nasional.

2. Ruang Lingkup KB

Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi

remaja; Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan

keluarga kecil berkualitas; Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan

SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan;

Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

2.1.7.4 Kebijakan dan Program-Program Keluarga Berencana

Menurut Rencana Strategi (Renstra) BPMPKB TA 2009, kebijakan dalam

program-program Keluarga Berencana adalah sebagai berikut:

Kebijakan Bidang Keluarga Berencana (KB), adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan akses informasi dan kualitas pelayanan KB dan KR.

b. Meningkatkan akses pria terhadap informasi, pendidikan, konseling dan

pelayanan KB dan KR.

c. Meningkatkan pembinaan KIE dan pelayanan kesehatan reproduksi guna

penaggulangan masalah kesehatan reproduksi.

d. Meningkatkan pembinaan dan mengintegrasikan informasi dan pelayanan

konseling bagi remaja tentang kehidupan seksual yang sehat, HIV/AIDS,

NAPZA, dan perencanaan perkawinan melalui kegiatan pembinaan kelompok

remaja dan instansi masyarakat lainnya.

e. Meningkatkan ketahanan keluarga dalam kemapunan penguasaaan

penumbuhkembangan anak, pembinaan kesehatan ibu, bayi, anak dan remaja,

serta pembinaan lingkungan keluarga secara terpadu melaui kelompok

kegiatan bina keluarga dan pendidikan anak usia dini.

f. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga dalam kegiatan usaha

ekonomi produktif, termasuk pengetahuan dan keterampilan usaha, serta

fasilitas dalam mengakses sumber modalnya.

g. Memaksimalkan upaya-upaya advokasi, promosi dan KIE keluarga berncana

dan memberdayakan untuk peneguhan dan kelangsungan program serta

pembinaan kemandidrian institusi masyarakat yang menyelenggarakan

pelayanan KB.

h. Meningkatka kualitas pengelolaan manajemen pembangunan keluarga

berncana, termasuk pengelolaan SDM, data dan informasi.

(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009)

Program pelayanan Kontrasepsi, sasaran tercapainya target perolehan

peserta KB baru maupun akseptor aktif.

Kegiatan:

1. Pelayanan konseling KB

2. Pelayanan pemasangan kontrasepsi

3. Pengadaan alat kontrasepsi

4. Pelayanan KB Medis Oprasi.

(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009)

2.1.7.5 VISI BPMPKB

“Terwujudnya masyarakat yang mandiri, Perempuan dan Anak

Berkualitas, Semmua Keluarga Ikut Kelurga Berncana dan Sejahtera”

(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009:20).

2.1.7.6 MISI BPMPKB

1. Terwujudnya kemapuan dan kemandirian masyarakat untuk berperan aktif

dalam pembangunan

2. Mewujudkan keadilan dan kesejahteraan gender dan pengarusutamaan HAk

anak serta perlindungan bagi perempuan dan anak.

3. Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009:20-21).

2.1.7.7 Jenis-Jenis Kontarasepsi

A. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata „kontra‟ yang berarti

mencegah/menghalangi dan „konsepsi‟ yang berarti pembuahan atau

pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan

sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan

berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun

melalui prosedur operasi.

Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi

melakukan hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan

kontrasepsi tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi yang

memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan secara tepat. Jenis

kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil (baik

yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik,

patch/koyo kontrasepsi, diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan

tubektomi.

B. Jenis- Jenis kontrasepsi

Yang dibahas disini adalah jenis kontarsepsi yang banyak digunakan di

Indonesia, yaitu:

1. Kondom

Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik. Kondom

mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara mengentikan

sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari latex

(karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari

polyurethane. Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat

menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Efektivitas kondom

pria antara 85-98 % sedangkan efektivitas kondom wanita antara 79-95 %.

2. Suntik

Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan

kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon

progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal

siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel

telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. Banyak klinik kesehatan yang

menyarankan penggunaan kondom pada minggu pertama saat suntik

kontrasepsi. Sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik

dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama pemakaiannya.

3. Implan

Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang

berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat

hormon progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di

bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara

perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun.

Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan kondom

untuk minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi tersebut.

4. IUD & IUS

IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf

T yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek

kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan IUD. IUD

merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan di dunia.

Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99,2-99,9 %, tetapi IUD tidak

memberikan perlindungan bagi penularan penyakit menular seksual (PMS).

Saat ini sudah ada modifikasi lain dari IUD yang disebut dengan IUS

(intra uterine system), bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari lilitan

tembaga dan dapat efektif selama 12 tahun maka pada IUS efek kontrasepsi

didapat melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif selama 5 tahun.

Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian

bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi tidak

terlihat dari luar vagina. Disarankan untuk memeriksa keberadaan benang

tersebut setiap habis menstruasi supaya posisi IUD dapat diketahui.

5. Pil Kontrasepsi ( Pil KB )

Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen &

progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja. Pil kontrasepsi bekerja

dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan

dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka angka

kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. Disarankan penggunaan

kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama pemakaian pil kontrasepsi.

2. 2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam penelitian. untuk

mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian,

maka dibuatlah kerangka berpikir. Menurut sugiyono (2006:66) kerangka berfikir merupakan

sinestesa tentang hubungan antara varibel yang disusun dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskipsikan, selanjutnya dianalisis

secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sitesa tentang hubungan antara varibel

yang diteliti.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan

Kota Serang. Sehingga peneliti mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan program keluarga berencana tersebut dengan apa yang senyatanya terjadi di

lapangan.

Program Keluarga Berencana merupakan program nasional yang bertujuan untuk

mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan membatasi jumlah anak dalam

keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Akan tetapi

terdapat banyak kendala dan faktor-fakor yang mempengaruhi pelaksanaaan program

sehingga mempengaruhi pula dalam keberhasilan program tersebut.

Untuk dapat melihat alur penelitian maka akan dibuat bagan alur berfikir peneliti

sebagai berikut:

Gambar 2.3

Kerangka Berfikir

(Sumber: Hasil Analisis Konsep, 2011)

Program Keluarga Berencana

Identifikasi Masalah:

1. Sudah mulai berkurangnya

dan berubahnya cara

pandang atau paradigma di

masyarakat banyak anak

banyak rezeki

2. Adanya kepercayaan

masyarakat bahwa dalam

agamnya KB tidak

diperbolehkan

3. Pola pikir masyrakat yang

tidak ingin direpotkan dengan

program KB

4. Kurang memadainya fasilitas

lapangan dan kantor

5. Sosilaisasi dengan berbagai

cara pendekatan dengan para

tokoh agar peserta KB

meningkat.

6. Kurangnya petugas lapangan

Tercapainya keberhasilan Program

Keluarga Berencana sehingga terwujud

kesejahteraan keluarga dan masyarakat

Indikator Keberhasilan Program

Keluarga Berencana:

1. Menurunnya tingkat fertilitas

(kelahiran) 2. Meningkatnya peserta KB

3. Menurunnya angka kematian

ibu,bayi dan anak

4. Pelayanan KB meningkat

Empat Faktor yang

Berpengaruh terhadap

Keberhasilan atau Kegagalan

Implementasi suatu kebijakan

menurut Edward III yaitu:

1. Sumber Daya

2. Birokrasi

3. Komunikasi

4. Disposisi

2. 3 Asumsi Dasar

Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas peneliti telah

melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa

penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan program

Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota serang peneliti berasumsi sudah cukup

berhasil.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat erat dengan tipe penelitian yang digunakan, karena tiap-tiap tipe

dan tujuan penelitian yang didesain memiliki konsekuensi pada pilihan metode penelitian yang

tepat, guna mencapai tujuan penelitian tersebut. Dalam penelitian mengenai Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan

Kota Serang peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Denzin (2009:1) bahwa para peneliti kualitatif menekankan sikap realita yang

terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan

situasi yang membentuk penyelidikan. Peneliti mencari jawaban atas pertanyaan yang

menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.

Peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam, adalah

untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi suatu

unit sosial. Walaupun demikian, dalam penelitian ini peneliti tidak menabukan pendekatan

kuantitatif, karena tidak dapat dipungkiri data-data statistika juga akan didapatkan pada

penelitian ini, sehingga akan dihasilkan pembahasan yang lebih komprehensif.

Sedangkan metode penelitian kualitataif menurut Bogdan dan taylor dalam moleong

(1975:5) mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat

diamati.

3.2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri.

Menurut Irawan dalam Moleong (2005:19), dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi

instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Moleong, pencari tahu alamiah

(peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat

pengumpul data. Lain halnya dengan pendapat Bogdan & Taylor dalam Furchan, Arif & Agus

Maimun. (2005:33) menurutnya:

”Sebagai peneliti kualitatif, tugas anda adalah menembus pengertian akal sehat

(commonsense understanding) tentang kebenaran dan kenyataan. Apa yang kelihatannya

keliru atau tidak konsisten menurut perspektif dan logika anda, mungkin menurut subyek

anda tidak demikian. Dan, kendati anda tidak harus sependapat dengan pandangan

subyek terhadap dunia ini, anda harus dapat mengetahui, menerima dan menyajikan

pandangan mereka itu sebagaimana mestinya.

Menurut Irawan Prasetya dalam bukunya penelitian kualittaif dan kuantitatif untuk ilmu-

ilmu sosial (2006:17) bahwa peneliti sebagai instrument ini (disebut participant-observer) yaitu

1. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan dan mengalami apa yang terjadi pada

objek/subjek yang ditelitinya.

2. Peneliti akan mampu melakukankapan menyimpulkan data telah mencukupi, data

telah jenuh, dan penelitian dihentikan.

3. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisisnya, melakukan

refleksi secara terus menerus, dan secara gradual”membangun” pemahaman yang

tuntas tentang sesuatu hal.

3.3 Tekhnik Penelitian

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan orang-orang

yang diamati dari hasil wawancara dan observasi berperan serta. Sedangkan data-data sekunder

yang didapatkan berupa dokumen tertulis, gambar dan foto-foto. Adapun alat-alat tambahan

yang digunakan dalam pengumpulan datanya terdiri dari; panduan wawancara, alat perekam

(tape recorder), buku catatan dan kamera digital.

Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa teknik,

yaitu :

a. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee). Wawancara

dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indept interview). Adapun jenis wawancara yang

digunakan adalah wawancara tak terstruktur. Wawancara adalah teknik penelitian yang paling

sosiologis dari semua teknik-teknik penelitian sosial. Ini karena bentuknya yang berasal dari

interaksi verbal antara peneliti dan responden. Benny dan Hughes menjelaskan bahwa

wawancara adalah:

“Wawancara bukan sekedar alat dan kajian (studi). Wawancara merupakan seni

kemampuan sosial, peran yang kita mainkan memberi kenikmatan dan kepuasan.

Hubungan yang berlangsung dan terus-menerus memberikan keasyikan, sehingga kita

berusaha terus untuk menguasainya. Karena peran memberikan kesenangan dan

keasyikan, maka yang dominan dan terkuasai akan membangkitkan semangat untuk

berlangsungnya wawancara.

Sedangkan menurut Denzin wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap muka

dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Menurut Alwasilah dalam bukunya

pokoknya kualitatif (2006:154) Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang

mendalam (indepth interview) karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak

dimengerti informan, peneliti dapat mengajukan pertanyaan, informan cenderung menjawab

apabila diberi pertanyaan, dan informan dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam

dan masa mendatang. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara tidak berstruktur. Dalam wawancara tidak berstruktur, pertanyaan-pertanyaan tidak

diatur dalam suatu urutan atau aturan yang khusus. Apa yang ditanyakan dalam wawancara

mungkin dimulai dari tengah atau dari bagian akhir.

Selanjutnya, supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki

bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan alat-alat

sebagai berikut:

a. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

b. Alat perekam (Recorder) : berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan.

c. Camera : untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan

informan/sumber data. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan

penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

b. Observasi

Menurut Moleong, Lexy J (2005:19) Observasi atau yang lebih umum dikenal dengan

pengamatan menurut Moleong adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari

segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Dalam

penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang digunakan adalah observasi berperanserta

(observation participant). Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini memanfaatkan

teknik observasi/pengamatan, seperti yang dikemukakan oleh Guba & Lincoln (Moleong,

2005:48)”. diantaranya;

“Pertama, teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung. Kedua,

memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan

kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, memungkinkan

peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan

proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat,

sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang didapatnya

ada yang bias. Kelima, memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi

yang rumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang kompleks

sekaligus. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya

tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Kaitannya dengan penelitian ini adalah, penelitian yang dilakukan di Kecamatan

Taktakan ini merupakan penelitian yang prosesnya akan bertemu dengan berbagai karakter yang

berbeda. Pada prosesnya, peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian yang dilalui langsung

dapat dicatat sesuai dengan kebutuhan penelitian.

c. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan salah satu sumber data sekunder yang diperlukan dalam sebuah

penelitian. Menurut Guba & Lincoln dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, gambar

dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Selanjutnya studi

dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang

diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa prosedur,

peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen

elektronik (rekaman). Selanjutnya Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan

data primer dan data sekunder. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan

tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan observasi berperan serta.

Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan berupa dokumen tertulis, gambar dan foto-foto.

3.4. Informan Penelitian

Dalam penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Program Keluarga Berencana, penentuan informannya menggunakan teknik Purposive Sampling

(sampel bertujuan). Menurut Morse dalam Denzin K (1978:289), seorang informan yang baik

adalah seorang yang mampu menangkap, memahami, dan memenuhi permintaan peneliti,

memiliki kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara, dan

bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Penentuan informan dalam penelitian

mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga

Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang menggunakan teknik Purposive Sampling

(sampel bertujuan).

Menurut Denzin,K bahwa Purposif atau purposeful sering juga diistilahkan dengan

interactional, theoretical, atau emergent yakni bukan representative sampling. Menurut Patton,

alasan logis di balik teknik sampel bertujuan dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat

bahwa sampel yang dipilih sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information). Menurut

Bungin,burhan dalam bukunya analisis data penelitian kualitatif (2007:53) Prosedur sampling

yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan informan kunci atau

situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Adapun yang menjadi

informan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

Tabel 3.1

Informan Penelitian

No Informan

1. Petugas Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB)

2. Masyarakat (Pengguna KB maupun bukan Pengguna KB)

3. Tokoh Masyarakat

4. Tokoh Agama

(Sumber: Peneliti, 2011)

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:73) analisis data adalah

“Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip interview,

catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapatkan, yang kesemuanya itu anda

kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda ( terhadap suatu fenomena ) dan

membantu anda untuk mempersentasikan penemuan anda kepada orang lain”.

Dari penjelasan diatas maka proses analisis data terkait erat dengan pengumpulan dan

interpretasi data. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data dalam penelitian

kualitatif bersifat induktif (grounded). Di mana peneliti membangun kesimpulan penelitiannya

dengan cara mengabstraksikan data-data empiris yang dikumpulkannya dari lapangan dan

mencari pola-pola yang terdapat di dalam data-data tersebut. Karena itu, analisis data dalam

penelitian kualitatif tidak perlu menunggu sampai seluruh proses pengumpulan data selesai

dilaksanakan. Analisis itu dilaksanakan secara pararel pada saat pengumpulan data, dan

dianggap selesai manakala peneliti merasa telah mencapai suatu “titik jenuh” dan telah

menemukan pola aturan yang ia cari. Maka tidak heran kalau dalam penelitian kualitatif dapat

berlangsung sampai berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun.

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman

(1992:16) dalam buku Denzin (2009:592)yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam

analisis data dalam Model Miles dan Huberman terdiri dari reduksi data ( data reduction ),

penyajian data ( data display ), dan Kesimpulan-kesimpulan yang terdiri dari penarikan/verfikasi

(conclusion drawing/verification ). Proses dari analisis data tersebut digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3.2

Analisis data menurut Miles & Huberman

Sumber ( Huberman:1992 )

Dari gambar 3.1 diatas maka dapat diuraikan tiga kegiatan dalam proses analisis data yaitu:

a. Reduksi Data ( Data Reduction )

Menurut Huberman, (1992:16 ) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

Pengumpulan

data

Reduksi Data

Penyajian

Data

Kesimpulan-

kesimpulan:

Penarikan/verifikasi

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan Kegiatan reduksi data berlangsung secara terus-

menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Selama pengumpulan data

berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya ( membuat ringkasan, mengkode, menelusur

tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo ). Reduksi data/proses-

transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap

tersusun.

b. Penyajian Data ( Data Display )

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman dalam Denzin

(2009:592) bahwa penyajian data (data display) sebagai konstruk informasi padat terstruktur

yang memungkinkan pengambilan kesimpulan dan penerapan aksi. Penyajian data yang lebih

terfokus meliputi ringkasan terstrukturdan synopsis, dan deskripsi singkat. Penyajian data

bertujuan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)

Tahap pengambilan kesimpulan dan verifikasi melibatkan peneliti dalam proses

interpretasi; penetapan makna dari data yang tersaji. Cara yang digunakan semakin banyak

seperti: merumuskan pola dan tema, pengelompokan, dan penggunaan Triangulasi, mencari

kasus-kasus negative, menindak lanjuti temuan-temuan, dan cek silang dengan hasil responden.

3.6 Pengujian Validitas

Metode utama untuk menguji keakuratan sangat terkait erat dengan pengujian validitas dan

reliabilitas. menurut Walcott dalam Denzin(2009:273) mengingatkan bahwa terma validitas

dalam bidang kualitatif memiliki serangkaian definisi mikro yang bersifat teknis yang

mempermudah bagi para pembaca. Validitas dalam penelitian kualitatif memiliki keterkaitan

dengan deskripsi dan eksplanasi, dan terlepas apakah eksplanasi-eksplanasi tersebut sesuai dan

cocok dengan deskripsi atau tidak.

Menurut Burhan, bungin Pada umumnya dikenal dua macam standar validitas, yaitu

validitas internal dan eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif disebut kredibilitas,

yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta di lapangan.

Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif disebut transferabilitas. Hasil penelitian

kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh

gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian. Sedangkan

reliabilitas menunjuk pada keterandalan alat ukur atau instrument penelitian. Menurut Selltiz

dalam Denzin(2009:204), keterandalan dari suatu alat pengukuran didefinisikan sebagai

kemampuan alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur.

Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik

triangulasi dan mengadakan member check.

a. Triangulasi((Triangulation)

Tekhnik Triangulasi menurut Irawan (2006:79 ) adalah proses check dan recheck antara

satu sumber data dengan sumber data lainnya. Menurut Denzin (2009:271) istilah yang sering

digunakan untuk mengaitkan proses analisis dengan proses konfirmasi adalah triangulasi. Istilah

yang memiliki beragam makna, istilah asalnya adalah multi-operasionalime. Istilah triangulasi

juga bisa berarti konvergensi antar peneliti (penentuan catatan lapangan satu peneliti dengan

hasil observasi peneliti lain) sekaligus konvergensi antara berbagai teori yang digunakan.

Menurut Denzin (2009:271) terdapat 5 tipe dasar dari teknik triangulasi sebagai berikut:

1. “Triangulasi data (data triangulation): menggunakan sejumlah sumber data

dalam penelitian

2. Triangulasi peneliti (investigator triangulation): menggunakan sejumlah

peneliti atau evaluator.

3. Triangulasi teori (theory triangulation): menggunakan beragam perspektif

untuk menginterpretasikan sekelompok data tunggal

4. Triangulasi metodologis (methodological triangulation): menggunakan

beragam metode untuk mengkaji program tunggal.

5. Sedangkan yang terakhir Denzin mengategorikan yaitu triangulasi

interdisipliner (interdisciplinary triangulation).”

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan triangulasi data dengan menggunakan

sejumlah sumber data dalam penelitian. Menurut Bungin (2007:204) Proses triangulasi dilakukan

terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti

yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu

dikonfirmasikan kepada informan. Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam

penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat

uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga

substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh karena itu, sesuatu yang

dianggap benar apabila kebenara itu mewakili kebenaran orang banyak atau kebenaran

stakeholder.

b. Member Check

Membercheck atau mengecek ulang yaitu adanya masukan yang diberikan oleh informan.

Setelah hasil wawancara dan observasi dibuat ke dalam transkrip, transkrip tersebut diperlihatkan

kembali kepada informan untuk mendapatkan konfirmasi bahwa transkrip itu sesuai dengan

pandangan mereka. Informan melakukan koreksi, mengubah atau bahkan menambahkan

informasi. Membercheck bertujuan untuk menghindari salah tafsir terhadap jawaban informan

saat wawancara, menghindari salah tafsir terhadap perilaku responden pada saat observasi, dan

mengkonfirmasi perspektif emik informan terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.

Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik

bahwa peneliti telah melakukan membercheck.

3.7 Tempat dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Taktakan Kota Serang, dengan jadwal atau

waktu penelitian, digambarkan pada tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3. 3

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Apr „

11

Mei‟

11

Jun‟

11

Jul‟

11

Agu‟

11

Sep‟

11

Okt‟

11

Nov‟

11

Des‟

11 Jan‟

12

Feb‟

12

1. Pengajuan Judul

Proposal

2. Penelitian Awal

3. Penyusunan

Proposal

4. Bimbingan

Proposal

5. Penyerahan

Proposal

6. Seminar Proposal

(Bab I- Bab III)

7. Revisi Proposal

8. Wawancara

9. Analisis Data

10. Triangulasi Data

11. Membercheck

12. Reduksi Data

13. Penyusunan Skripsi

14. Penyerahan Skripsi

15. Sidang Skripsi

16. Revisi Skripsi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Kecamatan Taktakan merupakan salah satu yang termasuk pada wilayah kota Serang

Provinsi Banten. Berdasarkan Data dari Kecamatan Taktakan luas wilayah yang dimiliki

Kecamatan Taktakan yaitu 57,98 Km², dengan batas-batas Kecamatan sebagai berikut:

a. Utara : Kecamatan Kramat Watu

b. Selatan : Kecamatan Pabuaran

c. Barat : Kecamatan Waringin Kurung dan Gunung Sari

d. Timur : Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya

Kecamatan Taktakan merupakan pusat wilayah pengembangan bagian barat dari Kota

Serang. Wilayah pengembangan bagian barat ini diarahkan dengan fungsi utama perkantoran,

perdagangan, perumahan dan fasilitas umum dengan pusatnya daiarahkan di Desa Drangong dan

Taman Baru. Bentuk topografi wilayah Kecamatan Taktakan sebagian besar merupakan daratan,

denga ketinggia rata-rata kurang dari 500 m dari permukaan lautan.

Secara administrasi wilayah Kecamatan Taktakan terbagi menjadi 94 Rukun Warga

(RW), 230 Rukun Tetangga (RT). Dengan jumlah penduduk 78.184 jiwa, yang terdiri dari

40.438 jiwa laki-laki, dan 37.746 jiwa perempuan. Kecamatan Taktakan berjarak ± 5,8 km dari

kantor gubernur Banten dan 12,6 km dari kantor walikota Serang.

Tabel 4.1

Data Jumlah Penduduk Kecamatan Taktakan

Sumber : Kecamatan Taktakan tahun 2010

No Nama Desa Jumlah Penduduk

L P L+P

1 Cilowong 3755 3527 7282

2 Sayar 2765 2575 5340

3 Sepang 3831 3737 7568

4 Pancur 2156 2031 4187

5 Kalang Anyar 1697 1528 3225

6 Kuranji 1916 1756 3672

7 Panggung Jati 3260 2979 6239

8 Drangong 8919 8267 17186

9 Taktakan 3510 3338 6848

10 Umbul Tengah 2210 2098 4308

11 Lialang 2720 2514 5234

12 Taman Baru 2720 3396 7095

Jumlah 40438 37746 78184

Tabel 4.2

Jumlah Rumah Tangga dan Mata Pencaharian Sebagian Besar Penduduk di

Kecamatan Taktkan Tahun 2010

Sumber : Kecamatan Taktakan tahun 2011

Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Taktakan terdiri dari bidang pertanian, jasa,

dan perdagangan. Tetapi sebagian besar mata pencaharian utamanya adalah di bidang pertanian,

hampir diseluruh desa, hanya desa Drangong yang mata pencahariannya mengarah pada bidang

perdagangan dan jasa. Sedangkan jasa dan pertanian merupakan mata pencaharian desa sepang

dan panggung jati.

No Nama Desa Jumlah Rumah

Tangga

Mata Pencaharian

1 Cilowong 1328 Pertanian

2 Sayar 1026 Pertanian

3 Sepang 1656 Pertanian, Jasa

4 Pancur 801 Pertanian

5 Kalang Anyar 529 Pertanian

6 Kuranji 615 Pertanian

7 Panggung Jati 1214 Pertanian, Jasa

8 Drangong 3959 Perdagangan, Jasa

9 Taktakan 1208 Pertanian

10 Umbul Tengah 720 Pertanian

11 Lialang 1156 Pertanian

12 Taman Baru 1699 Pertanian

Jumlah 1599

Tabel 4.3

Jumlah Sarana Pelayanan KB di Kecamatan Taktakan

Tahun 2010

Sumber :Kecamatan Taktakan Tahun 2010

Setiap desa di Kecamatan Taktakan memiliki Pos KB masing-masing memiliki satu pos

KB kecuali desa Drangong dan Taman Baru. Pos KB di masing-masing desa ini agar dapat

memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi mengenai program KB dan memudahkan

petugas penyuluh lapangan dalam mendata dan memberikan informasi dan layanan KB kepada

masyarakat. Sedangkang Posyadu yang ada di kecamatan berjumlah 75, di desa Drangong

terdapat 18 Posyadu jumlah tersebut paling banyak dari desa lainya. Posyadu (Pos Layanan

No Nama Desa KKB PKBRS Pos KB Posyandu

1 Cilowong - - 1 7

2 Sayar - - 1 6

3 Sepang - - 1 6

4 Pancur 1 - 1 6

5 Kalang Anyar - - 1 4

6 Kuranji - - 1 5

7 Panggung Jati - 1 1 5

8 Drangong - - 2 18

9 Taktakan 1 - 1 6

10 Umbul Tengah - - 1 4

11 Lialang - - 1 4

12 Taman Baru 1 1 2 4

Jumlah 3 2 14 75

Terpadu) yang ada yaitu sebagai pos pelayanan kesehatan yang dikelola dan untuk masyarakat

dengan dukungan teknis dari petugas dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB

kesehatan dalam rangka pencapaian kesehatan keluarga yang baik. Kemudian ada PKBRS dan

KKB (Kelompok KB) di Desa Pancur, Desa Taktakan dan, Taman Baru masing-masing satu

yang merupakan wadah organisasi yang anggotanya terdidi dari seluruh keluarga dalam satu

rukun tetangga yang secara sukarela berperan aktif mengelola program KB Nasional di tingkat

rukun tetangga.

Tabel 4.4

Jumlah Akseptor KB Menurut Alat/Cara Kontarasepsi yang Digunakan di Kecamatan

Taktakan Tahun 2010

No Desa IUD MOP MOW Implan Suntik Pil Kondom

1. Cilowong 6 17 14 29 620 144 35

2. Sayar 6 30 19 115 479 108 33

3. Sepang 33 16 13 23 832 127 18

4. Pancur 12 26 15 35 456 98 23

5. Kalang Anyar 9 5 4 28 417 95 20

6. Kuranji 23 7 6 21 450 126 16

7. Panggung Jati 41 13 9 30 413 508 26

8. Drangong 173 12 8 57 1195 388 32

9. Taktakan 9 13 10 30 435 168 21

10. Umbul Tengah 18 8 9 26 313 88 18

11. Lialang 39 12 9 24 324 69 24

12. Taman Baru 136 9 11 29 597 52 20

Jumlah 535 168 127 447 6531 1971 286

Sumber: pengawas PLB Kecamatan Taktakan tahun 2010

Alat kontrasepsi yang lebih banyak digunakan oleh masyarakat Kecamatan Taktakan

yaitu suntik berjumlah 6531. Karena suntik lebih ekonomis dari alat yang lainnya. Desa

Drangong lebih banyak menggunakan alat suntik. Sedangkan alat kontrasepsi yang paling sedikit

digunakan yaitu MOW (Medis Oprasi Wanita) dan MOP (Medis Oprasi Pria) yang merupakan

kontrasepi mantap untuk mengakhiri kelahiran. Desanya yaitu desa Kalang Anyar yang hanya

berjumlah 4 orang dan 5. Ini disebabkan karena masih tabunya dengan cara oprasi. Mereka lebih

memilih cara yang lebih umum dan mudah. IUD (Intra Uterine Device) dan Implan juga

alat/cara yang banyak juga dipilih oleh para Akseptor karena pemakaiannya efektif selama 3

tahun. IUD (Intra Uterine Device) yaitu alat kecil berbentuk huruf T yang lentur yang diletakan

di dalam rahim. Sedangkan implan dibagaian kulit lengan atas, alatnya berbentuk batang yang

mengandung hormon progestogen untuk mencegah kehamilan. Dalam mengurusi hal-hal yang

terkait masalah KB dan Program KB di tingkat kecamatan diurusi oleh UPT BPMPKB

Kecamatan yang merupakan kepanjangan tangan dari BPMPKB Kota Serang sebagai lembaga

teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah sosial dan keluarga berencana (KB) di tingkat

kota, untuk itu BPMPKB kota membentuk UPT BPMPKB ditiap kecamatan dan salah satunya

adalah di UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari hasil

penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori George C. Edward III,

yaitu model Direct and Indirect Impact on Implementation . Adapun dalam melakukan

penilaianya dengan mengacu pada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan, antara lain:

1. Sumberdaya, terdapat empat indikator yang dipakai, yaitu: staf, informasi, wewenang

dan fasilitas;

2. Komunikasi, terdapat tiga indikator yang dipakai yaitu: tranmisi, kejelasan dan

konsistensi;

3. Disposisis, terdapat dua indikator yang dipakai, yaitu: pengangkatan birokrat, dan

inisiatif;

4. Struktur birokrasi, terdapat dua indikator yang dipakai, yaitu: standar operating

prosedurs (SOP) dan fragmentasi.

Teori tersebut menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

Program Keluarga Berencana (KB) Di Kecamatan Taktakan Kota Serang adalah melihat dari ke

empat faktor tersebut mengenai keberhasilan pelaksanaan suatu Kebijakan. Mengingat bahwa

jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka

data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil

observasi lapangan serta data atau hasil dokumentasi lainnya.

Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan

oleh Miles dan Huberman, data-data tersebut dianalisis selama proses penelitian berlangsung.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, dokumentasi maupun

observasi dilakukan reduksi untuk dapat mencari tema dan polanya dan diberikan kode-kode

pada aspek tertentu berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan masalah

penelitian serta dilakukan kategorasi. Dalam penyusunan jawaban penelitian, penelitian

memberikan kode pada aspek tertentu:

1. Kode A sampai D menandakan indikator pertanyaan

2. Kode Q1, 2,3 ,4 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan

3. Kode I1-I8 menandakan daftar urutan informan

4. Kode C menandakan acara pengumpulan data

Setelah peneliti memberikan kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan

masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi

berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian lapangan dengan membaca dan

menelaah jawaban tersebut dan mencari data penunjang yang akan memperkuat hasil penelitian

lapangan. Mengingat hal ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak menggeneralisasikan

jawaban penelitian, maka semua jawaban yang dikemukakan oleh informan dalam pembahasan

penelitian yang disesuaikan dengan teori George C. Edward III. Berdasarkan teori George C.

Edward III berikut ini kategori yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian

dilapangan:

Tabel 4.5

Indikator Pertanyaan

Indikator Informan

A. Sumberdaya merupakan sumber-sumber yang

diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-

kebijakan. Indikatornya meliputi:

1. Staf: Jumlah dan latar belakang pendidikan

2. Informasi: Cara pelaksanaan kegiatan dan

kepatuhan dari pelaksana dan pelaku kebijakan

3. Wewenang: Kepentingan yang mempengaruhi

dari pelaksanaan Program Keluarga Berencana

4. Fasilitas: Sarana dan prasarana lain yang

mendukung dalam kebijakan

Kasubag KB

BPMPKB Kota

Serang, Kasubag

UPT BPMPKB

Kecamatan

Taktakan, PLKB

Kecamatan, Tokoh

Masyarakat, Kader

dan Peserta KB

B. Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk

menyampaikan apa yang menjadi pemikiran dan

perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada

orang lain. Indikatornya meliputi:

1. Tranmisi: penyaluran komunikasi melalui

penyuluhan kepada masyarakat mengenai

tujuan dan manfaat program Keluarga

Berencana

2. Kejelasan: penyampain informasi yang

diberikan kepada pelaku kebijakan harus jelas,

akurat.

3. Konsistensi: pelaksana dan pelaku kebijakan

Kasubag KB

BPMPKB Kota

Serang, Kasubag

UPT BPMPKB

Kecamatan

Taktakan, PLKB

Kecamatan, Tokoh

Agama, dan

Masyarakat

haruslah konsisten

C. Disposisis adalah sikap para pelaksana untuk

melaksanakan kebijakan. Indikatornya meliputi:

1. Pengangkatan Birokrat: personil pelaksana

kebijakan memiliki dedikasi

2. Insentif: insentif bagi pelaksana kebijakan

memiliki dedikasi

Kasubag KB

BPMPKB Kota

Serang dan kader

D. Struktur birokrasi merupakan pelaksana sebuah

kebijakan yang telah diputuskan dengan

melakukan koordinasi dalam rangka melaksanakan

kebijaka. Indikatornya meliputi:

1. Standar operating prosedurs (SOP): para

pegawai atau pelaksana melaksanakan kegiatan

pelayanan KB dan penyuluhan sesuai dengan

standar atau aturan yang telah ditetapkan

2. Fragmentasi: kerja sama dan koordinasi antar

pelaksanaan program Keluarga Berencana

Kasubag KB

BPMPKB Kota

Serang, PLKB

Kecamatan, Kader

dan Masyarakat

(Sumber: Peneliti, 2011)

Berdasarkan kategori diatas, maka peneliti membuat matriks agar data yang ada dari hasil

kategorisasi dapat dipahami secara keseluruhan oleh para pembaca. Adapun setelah dilakukan

kegiatan tersebut kemudian peneliti mencoba menganalisis kembali untuk mencari kesimpulan

yang signifikan selama adanya sisa waktu penelitian dengan mencari kembali data dan informasi

dari berbagai sumber. Setelah data dan informasi yang dipaparkan bersifat jenuh, artinya telah

ada pengulangan informasi yang sama atas setiap jawaban sehingga tidak ada lagi yang di

pertanyakan. Maka kesimpulan tersebut dapat diambil untuk dijadikan jawaban dalam

pembahasan masalah penelitian.

4.2.2 Daftar informan

Informan dalam penelitian ini adalah stakeholder (semua pihak) pelaksana Program

Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Berikut ini akan diuraikan daftar

informan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Tabel 4.6

Daftar Informan

No Kode

Informan

(i)

Unsur Jabatan / Status Informan

1 I1. Pemerintah Kasubag KB BPMPKB Kota Serang

2 I1. Kasubag UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan

3 I1., Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana

(PPLKB) Kecamatan Taktakan

4 I2. Tokoh

Masyarakat

Kader posyandu/ KB

5 I2. Ulama/ Uzstad di Kecamatan Taktakan

6 I2. Tokoh Masyarakat

7 I3 Akseptor Peserta KB dari Desa yang berbeda

8 I4 Non Akseptor Bukan peserta KB dari Desa yang berbeda

(Sumber: Peneliti, 2011)

Keterangan Informan:

1. Apay Supardi S. IP, M. Si (47 Tahun), Kasubag Keluarga Berencana (KB) Badan

Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang (I1.1)

2. Ibu Sri Endah, S. Sos (56 Tahun), Kasubag UPT Badan Pemberdayan Masyarakat

Perempuan dan Keluarga Berencana Kecamatan Taktakan Kota Serang (I1.2)

3. Para Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (I1) Di kecamatan Taktakan yang

terdiri atas:

A. Bapak Indra Cahyadi, S. Sos. I, MM. (34 Tahun), Petugas Lapangan Keluarga

Berencana Kecamatan Taktakan (I1.3)

B. Bapak Panji Gerhana (26 Tahun), Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kecamatan

Taktakan (I1.4)

4. Para Kader Posyandu/KB (I2) Di Kecamatan Taktakan yang terdiri atas:

A. Ibu Diah (43 Tahun), Ketua Forum Kader Kecamatan Taktakan

(I2. 1)

B. Ibu Anah Dodi (48 Tahun), Kader di Desa Taman Baru (I2. 2)

C. Ibu Sarniah (27 Tahun), Kader di Desa Pancur (I2. 3)

D. Ibu Saniati (38 Tahun), Kader di Desa Panggung Jati (I2. 4)

E. Ibu Imas (27 Tahun), Kader di Desa Drangong (I2. 5)

F. Ibu Halimah (29 Tahun), Kader di Desa Umbul Tengah (I2.6)

5. Para Tokoh Agama (I2) terdiri atas:

A. Ustad Hambali (34 Tahun), Tokoh Agama di Desa Taktakan (I2.7)

B. Ustad Ruli (33 Tahun), Tokoh Agama di Desa Taktakan (I2.8)

6. Para Tokoh Masyarakat (I6) terdiri dari:

A. Bapak Ulfi (45 Tahun), Tokoh Masyarakat di Desa Taktakan (I2.9)

B. Bapak Nurdin (44 Tahun), Kepala Desa Panggung Jati ( I2. 10)

7. Akseptor/Peserta program Keluarga Berencana (KB) (I3) yaitu:

A. Ibu Sahriah (47 Tahun), peserta KB aktif Desa Panggung Jati (I3.1)

B. Ibu Jenab (37 Tahun), peserta KB aktif Desa Kalang anyar (I3. 2)

C. Ibu Munawah (35 Tahun), peserta KB aktif Desa Kalang Anyar (I3.3)

D. Ibu Eniah (28 Tahun), peserta KB aktif Desa Taktakan (I3. 4)

E. Ibu Sarmunah (35 Tahun), peserta KB aktif Desa Lialang (I3.5)

F. Ibu Narti (30 Tahun), peserta KB aktif Desa Taman Baru (I3.6)

G. Ibu Sumiyati (34 Tahun), peserta KB aktif Desa Pancur (I3.7)

H. Ibu Misneni (32 Tahun), peserta KB Baru Desa Sepang (I3.8)

I. Ibu Asnawati ( 34 Tahun), peserta KB Baru Desa Kuranji (I3.9)

J. Usman Ali (40 Tahun), peserta KB MOP Baru Desa Sayar (I3. 10)

8. Bukan Peserta program Keluarga Berencana (KB) (I4) yaitu:

A. Ibu Mutiah (21 Tahun), Non Akseptor Desa Taktakan (I4. 1)

B. Ibu Beti Haryana (20 Tahun), Non Akseptor Desa Taktakan (I4.2)

C. Ibu Naila (35 Tahun), Non Akseptor Desa Drangong (I4.3)

D. Ibu Rohmah (37 Tahun), selaku peserta KB Desa Umbul Tengah (I4. 4)

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.2 Kebijakan Program Keluarga Berencana

Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJMN). Dengan adanya Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2009

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Maka program Keluarga Berencana

(KB) nasional tidak menjadi peraturan tetap yang mengikat, tetapi kebijakan tersebut tergantung

setiap kebijakan strategis yang dikeluarkan pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten.

Berbagai macam bentuk pengelolaan dan kelembagaan program keluarga berencana yang

dimiliki setiap provinsi atau daerah-daerah di Indonesia, maka Kota Serang yang merupakan

bagian dari provinsi Banten yang juga dikenal sebagai ibu kota provinsi Banten ini mempunyai

suatu lembaga teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah sosial dan keluarga berencana

(KB) yaitu Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana (BPMPKB).

Menurut Rencana Strategi (Renstra) BPMPKB TA 2009, kebijakan dalam program-

program Keluarga Berencana yaitu terwujudnya keluarga kecil bahagia sejahtera. Program dan

kegiatan yang dilakukan terhadap semua keluarga. Kegiatan dalam sasaran terwujudnya Program

Keluarga Berencana (KB) yaitu penyedian pelayanan KB dan alat kontasepsi, pembinaan

Keluarga Berencana serta pengadaan sarana dan mobilitas tim KB keliling.

A. Faktor Sumber Daya

Suatu kebijakan termasuk diantaranya adalah sebuah program yang dibentuk, dalam

pelaksanaannya melibatkan berbagai sumber-sumber tertentu dan sumber tersebut akan

membawa pengaruh terhadap pelaksanaannya. Sumber daya mempunyai peranan penting dalam

pelaksanaan kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistenya ketentuan-ketentuan atau

aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil bertanggungjawab melaksanakan kebijkan

kurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka pelaksanaan

kebijkan tersebut tidak akan bisa efektif. Untuk mengetahui keberadaan berbagai sumber-

sumber yang terkait dengan pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan

Kota Serang. Sumber-sumber yang mempengaruhi menyangkut pada pelaksana kebijakan yang

terkait serta sumber bagi masyarakat yang sebagai objek kebijakan maupun sumber bagi

pelaksana program pemerintah. Berikut ini penjelasa mengenai indikator sumber yang

mempengaruhi pada pelaksanaannya:

1. Jumlah dan latar belakang pendidikan Pegawai

Sumber daya utama dalam pelaksanaan kebijakan adalah staf atau pegawai. Dalam

menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan

yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Artinya, kemampuan pelaksana

kebijakan harus ditunjang oleh kuantitas dan kualitas yang dilihat dari latar belakang pendidikan

serta keahlian yang memadai. UPT BPMPKB di Kecamatan Taktakan Jumlah pegawai dan

penyuluh lapangannya kurang memadai seperti yang diungkapkan oleh I1.2 pada saat wawancara,

yaitu:

“Di UPT Kecamatan ini memiliki 5 pegawai yang terdiri dari Kepala UPT, Kasubag,

dan 2 PLKB serta 1 orang saff. Jumlah PLKB yang ada di Kecamatan Taktakan hanya

berjumlah 2 orang, jumlah ini sebenarnya kurang memadai untuk menjangkau 12 desa

yang ada di Kecamatan Taktakan, apabila ada kegiatan yang akan dilaksanakan kadang

kita kesulitan tetapi Alhamdulliah PLKB dibantu oleh para kader di tiap desa dengan

suka rela mambatu”(Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa staf dan khususnya petugas penyuluh

lapangan yang ada di UPT BPMPKB kurang memadai jumlahnya untuk menjangkau 12 desa

yang ada di Kecamatan taktakan sehingga dalam pelaksanaan tugas seperti pendataan dan

kegiatan lainnya yang berhubungan dengan program Keluarga Berencana dibantu oleh kader-

kader ditiap desa untuk memudahkan dalam menjangkau tiap desa.

Selain kuantitas, kualitas atau kemampuan pelaksana kebijakan tidak kalah pentingnya

untuk mendukung kelancaran pelaksana kebijakan yang dilihat dari latar belakang pendidikan

serta keahlian yang dimiliki pegawai. Adapun spesifikasi pendidikan UPT BPMPKB di

Kecamatan Taktakan sebagai berikut:

Tabel 4.7

Latar Belakang Pendidikan Pegawai UPT BPMPKB

No. Nama Jabatan Tingkat Pendidikan

1. Emi, S.Sos Kabid Sarjana

2. Sri Endah, S.Sos Kasubag Sarjana

3. Indra Chahyadi, S.Sos. I, MM PLKB S2

4. Panji Gerhana PLKB D3

Sumber: Struktur Organisasi UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan

Latar belakang pendidikan yang mereka miliki sangat mendukung dan membantu dalam

pekerjaan yang digeluti karena relevan dengan tugasnya. Seperti yang diungkapkan oleh I1.4

pada saat wawancara dilakukan, ia mengungkapkan:

“latar belakang pendidikan saya (Ilmu Kesehatan) sesuai dengan pekerjaan yang saya

geluti saat ini yang berhubungan dengan kesehatan yaitu KB, ini mempermudah saya

melaksanakan tugas ini, saya dapat memberikan pemahaman, pengetahuan mengenai

manfaat dari program ini ke masyarakat” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Sebagai petugas lapangan keluarga berencana yang memberikan penyuluhan kepada

masyarakat akan pentingnya KB merasa lebih yakin dan menguasai tentang KB karena latar

belakang pendidikannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang digeluti sehingga mempermudah

melaksanakan tugas sebagai petugas lapangan yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Hal yang sama diungkapkan oleh hasil wawancara dengan I1.3, yaitu :

“Ilmu Agama latar belakang pendidikan yang saya ambil ini ternyata membantu dalam

pekerjaan saya. Terkadang dilapangan masih ada masyarakat yang berpendapat bahwa

KB itu dilarang oleh agama, dengan latar belakang pendidikan yang saya miliki ini, saya

dapat menjelaskan sesuai dengan ilmu yang saya punya. (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor

UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Berdasarkan hasil wawancara yang didapat dari tiga informan, dengan Kasubag UPT

BPMPKB kecamatan serta dua orang PLKB, mereka mengungkapkan latar belakang pendidikan

yang mereka miliki yaitu bidang sosial, agama dan kesehatan sangat membantu melaksankan

tugas di lapangan dengan menghadapi berbagai pola pikir masyarakat sehigga kendala-kendala

yang ada dapat terminimalisir. Kaitan latar belakang pendidikan para pelaksana dengan

kelancaran pelaksanaan program untuk menghadapi masyarakat tersebut merupakan hal yang

sangat penting karena untuk memahami bagaimana keadaan masyarakat di tempat tersebut

apalagi untuk berhadapan dengan masyarakat yang berbeda pemikiran nya, mengenai pola pikir

mereka serta tradisi yang ada dimasyarakat secara umumnya.

Pelaksana yang akan ditugaskan dilapangan senantiasa sudah siap untuk menghadapi

permasalahan yang sering terjadi terkait dengan persepsi bahwa KB diharamkan, pola pikir

bahwa banyak anak, banyak rezeki dan yang lainnya yang bisa menghambat keberhasilan

pelaksanaan Program KB ini. Kemudian pegawai atau PLKB yang kurang mencukupi untuk

pelaksanan di lapangan terbantu oleh para kader desa yang siap membatu dalam kegiatan

program Keluarga Berencana dengan suka rela ini menunjang pelaksanaan dilapangan agar

berjalan dengan baik dan lancar. sehingga kendala ini tidak menjadi hal yang berarti bagi

tercapainya keberhasilan pelaksanaan program.

2. Informasi Pelaksanaan Program

Suatu kebijakan publik yang dibuat pemerintah melalui bentuk program ataupun dalam

bentuk Undang-Undang senantiasa mengandung informasi yang harus disampaikan dan

dimengerti oleh pelaksana serta pelaku sasaran kebijakan/objek kebijakan tersebut akan tujuan

dan manfaatnya. Tidak hanya untuk masyarakat atau para penerima kebijakan pemerintah secara

langsung, akan tetapi para stakeholder (pelaksana kebijakan) dapat merasakan kemanfaatan yang

dicapai. Pelaksana tentu harus mengetahui tidakan atau cara apa yang harus pelaksana lakukan

untuk tercapainya tujuan tersebut. Pelaksana Program Keluarga Berencana di Kecamatan

Taktakan dilakukan dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan sesuai dengan program yang

telah ditetapkan. Seperti yang diungkapkan oleh I1.2 bahwa:

“Program Keluarga Berencana sendiri bertujuan yaitu untuk menekan Pertumbuhan

penduduk, sedangkan secara khususnya yaitu untuk mengurangi angka kesakitan ibu

setelah melahirkan, mengurangi angka kematian bayi. Dari tujuan tersebut mengandung

informasi yang perlu diketahui oleh pelaksana kebijakan program maupun pelakunya,

untuk itu adanya kegiatan atau tidakan yang dilakukan memalui pelayanan KB,

penyuluhan serta pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya KB” (Selasa, 11 Okt

2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Program Keluarga Berencan yang diperuntukan untuk mengatasi masalah menurunkan

angka kelahiran sehinga pertambahan pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk

meningkatkan produksi dengan meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak,

keluarga melalui merenacanakan kehamilan, pengaturan kelahiran, menjarangkan kelahiran. Manfaat

Program Keluarga Berencana yaitu untuk dapat mengatur jumlah dan jarak kehamilan sesuai

dengan keiinginan, sehingga kesehatan ibu dapat terjamin secara medis atas program keluarga

berencana yang ikuti dan sarankan. di Kecamatan Taktakan dilakukan kegiatan seperti

pembinaan kepada masyarakat dengan mengumpulkan tokoh masyarakat serta tokoh agama,

penyuluhan KB, konseling, kemudian juga pelayanan KB gratis. Seperti yang diungkapkan oleh

I1.3:

“penyuluhan merupakan cara yang penting untuk menyampaikan manfaat KB kepada

masyarakat agar mereka mau ikut KB. Pasangan yang mau ber-KB kita berikan arahan

atau biasa disebut konseling, konseling bertujuan untuk memberikan bagaimna yang

seharusnya mereka lakukan, alat apa yang sebaiknya digunakan, baru kemudian di rujuk

ke puskesmas atau ke rumah sakit” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB

Kecamatan Taktakan)

Penyuluhan, konseling, dan pelayanan KB gratis merupakan cara yang dilakukan untuk

meningkatkan peserta KB. Hal diatas diperkuat dengan yang diungkapkan oleh I1.2:

“disini dilakukan berbagai kegiatan adanya pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat

akan pentingnya KB bagi mereka, kemudian diadakannya pelayanan KB gratis untuk

memotivasi dan meberikan kemudahan bagi keluarga pra sejahtera dalam mendapatkan

pelayanan KB sehingga diharapkan akan lebih banyak lagi masyarakat ikut program KB.

pelayanan KB gratis biasanya dilaukan tiga bulan sekali dengan bekerjasama dengan

puskesmas di kecamatan dan di rumah sakit untuk pelayanan MOP dan MOW” (Selasa,

11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Pelayanan KB gratis yang menjadi kegiatan program keluarga berencana di Kecamatan

Taktakan memberikan motivasi dan memudahkan masyarakat untuk memasang alat kontasepsi

secara gratis tanpa harus memusingkan biaya yang akan dikeluarkan. Hal ini diungkapkan oleh

I3. 2:

“kalau ngga ada pelayanan pemasangan alat kontasepsi gratis, saya ngga KB, ini

pertama kali saya pasang soalnya uangnya mendingan buat makan sehari-hari, ngga

kepikiran buat yang kaya gitu, buat makan sehari-hari aja susah namanya juga orang

ngga punya” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)

Hasil wawancara diatas dengan informan dari pelaksana dan pelaku sasaran kebijakan

program, informasi mengenai program keluarga berencana ini dilakukan melalui berbagai

kegiatan yaitu pembinaan kepada masyarakat dengan berdiskusi dengan tokoh agama dan tokoh

masyarakat mengenai Program Keluarga Berencana, penyuluhan sebagai cara memberikan

pengetahuan akan tujuan, manfaat dengan mengikuti KB sehingga masyarakat lebih terbuka dan

akan lebih mengerti adanya kegunaan program KB, serta konseling untuk memberikan arahan

bagi pasangan dalam memilih alat kontasepsi yang sesuai, kemudian pelayanan KB gratis ini

cara dan usaha pelaksana untuk memotivasi serta memberikan kemudahan bagi keluarga yang

tergolong dalam keluarga pra sejahtera dalam mengakses pelayanan KB dengan pemasangan alat

kontasepsi.

3. Wewenang: Kepentingan yang mempengaruhi dari pelaksanaan Program Keluarga

Berencana

Adanya suatu kepentingan didalam pelaksanaan Kebijakan yang berkaitan dengan

Program Keluarga Berencana adalah kepentingan bagi pelaksana kebijakan itu sendiri seperti

kepentingan bagi pihak kesehatan. Bidang tersebut sangat mendukung dalam pelaksanaan

Kebijakan ini. Karena unsur itu yang menjadi tujuan Program Keluarga Berencana. Adapun

berbagai pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Keluarga Berencana di tiap Kotanya

memiliki peranan yang penting, seperti halnya wawancara dengan I1.1 bahwa:

”Kepentingan yang mempengaruhi selain untuk masyarakat sasaran Program Keluarga

Berencana, pelaksanaan program ini, kita (BPMPKB Kota Serang dan UPT BPMPKB

Kecamatan) bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan

pelayanan KB gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang menangani

pelayanan tersebut” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Selain peran aktif dari masyarakat sebagai sasaran program KB yang memiliki

kepentingan, semua pihak yang terkait dalam program ini harus bekerjasama dalam pelaksanaan

program KB agar tujuan tercapain dengan baik. Hal diatas diperkuat hasil wawancara yang

diungkapkan oleh I1.2, yaitu:

”pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan kegiatan-kegiatan

khusunya dalam kegiatan pelayanan KB gratis kepada masyarkat, seprti yang akan

dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 oktober kita bekerja sama dengan puskesmas

sebagai yang melakukan pelayanan (pemasangan alat kontasepi) dan Koramil (karena

bertepatan dengan ulang tahun ABRI) memfasilitasi kendaraan untuk antar jemput

peserta KB. kemudian kita (UPT BPMPKB Kecamatan) mengkoordinasi dan memantau

jalannya pelayanan tersebut, sedangkan anggaran atau biaya itu dari pusat. (Selasa, 11

Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Kepentingan dari pihak masyarakat (peserta KB) memang secara langsung sangat

mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Berencana. Di satu pihak

pemerintah berkewajiban menangani permasalahan pertumbuhan penduduk ini yang

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.. Tetapi disisi lain masyarakat pelaku sasaran Program

Keluarga Berencana juga harus berperan aktif bagaimana agar benar-benar program ini

terealisasikan dengan baik. Para pihak pelaksana kebijakan yaitu PLKB dan kader serta pihak

terkait pun khususnya di bidang kesehatan harus dengan sigap menjalankan tugas dan tanggung

jawab yang diembannya, terutama bagi kalangan Masyarakat pelaku sasaran kebijkan Program

Keluarga Berencana. Hal senada hasil wawancara dengan I1.1 menyatakan:

“yang sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana itu

sendiri yaitu untuk kepentingan masyarakat (ibu, anak, serta keluarga) itu sendiri untuk

mendapatkan keturunan yang berkualitas dengan menjarangkan kelahiran, anaknya

dapat terperhatikan sehingga dapat terwujudnya keluarga yang sejahtera lahir dan

batin. Khususnya kesehatan ibu dan bayi, sehingga memiliki keluarga yang sehat,

berkualitas dan sejahtera. Untuk kepentingan lainnya dari PLKB dan kader untuk selalu

memberikan penyuluhan pentingnya KB itu agar masyarakat memahami pentingnya KB

untuk masyarakat itu sendri” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Pihak dari Masyarakat pelaku sasaran kebijakan Program Keluarga Berencana serta pihak

yang terlibat sebagai pelaksana sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kebijakan program

ini. Akan tetapi hambatan yang terjadi kadang adanya ketakutan dari masyarakat ketika

didatangai oleh petugas penyuluh lapangan untuk memberikan penyuluhan. Seperti hasil

wawancara yang dilakukan dengan I1.4, mengungkapkan:

“ hambatan dalam melakukan penyuluhan terkadang masih adanya warga yang merasa

ketakutan apabila kita mendatanginya untuk memberikan penyuluhan, mereka langsung

cepat-cepat menutup pintu rumah mereka. Biasanya warga yang kalangan menengah

kebawah atau biasa kita sebut keluarga pra sejahtera yang berada di daerah pelosok.

Dengan adanya kejadian tersebut maka kita (penyuluh) biasanya melakukan pendekatan

dengan tokoh masyarakat atau kader di lingkungan tersebut untuk mendampingi

penyuluh sehingga agar warga tidak merasa takut lagi dan tidak merasa asing dengan

kehadiran petugas. Tokoh masyarakat atau kader setempat memberikan pengertian

kepada warga akan adanya maksud dan tujuan kita (penyuluh)” (Kamis, 19 Okt 2011,

Rumah Sakit DKT)

Dari pernyataan diatas serta hasil observasi lapangan, peneliti melihat kerjasama dan

koordinasi dari pihak terkait dalam melaksanakan program Keluarga Berencana di Kecamatan

Taktakan tersebut sudah baik karena terlihat ketika adanya pelaksanaan kegiatan pelayanan KB

gratis yang dilaksanakan di puskesmas Taktakan pelaksanaan program didukung oleh

stakeholder (semua pihak yang terkait) oleh petugas UPT Kecamatan melalui pendekatan

kepada pihak terkait baik dari pelayanan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas, dari pemerintah

desa yang mendukung adanya kegiatan tersebut dan menginformasikan kepada masyarakat

didaerahnya, kemudian kader -kader desa yang membawa peserta KB serta Koramil sebagai

fasilitas kendaraan untuk mengantar jemuput para peserta KB.

Selain itu, peneliti melihat ketika proses penyuluhan pun semua pihak saling membatu

dan mendukung seprti tokoh masyarakat dan kade-kader membatu petugas penyuluh dalam

melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat tidak merasa takut dengan adanya

penyuluhan sehingga masayrakat akan lebih mengetahui dan mengerti pentingnya ber-KB. Hal

ini apabila terus dipupuk kerjasama pihak terkait akan dapat memperlancar pelaksanakan

program tersebut sehingga sangat menungkinkan sekali bisa menentukan keberhasilan program

tercapi.

Berdasarkan kategori adanya kepentingan untuk masyarakat pelaku sasaran kebijakan

Program bahwa ada beberapa hal yang dapat menghambat pelaksanaan Program Keluarga

Berencana, bahwa Program ini untuk kepentingan Masyarakat untuk menghasilkan keturunan

yang berkualitas melalui menjarangkan kelahiran sehingga ibu sehat, anak mendapat kesehatan

dan pendidikan yang berkualitas ini namun satu sisi terhambat dengan adanya pemikiran dari

masyarakat pra sejahtera untuk ber-KB apabila ada pelayanan gratis saja yang diadakan oleh

penyelenggara, apabila tidak ada mereka enggan karena biaya yang digunakan untuk memasang

alat kontasepsi lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal tersebut

dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan program Keluarga Berencana, untuk itu pelayanan

KB gratis agar menjadi agenda kegiatan program yang tetap untuk memudahkan masyarakat

mengakses pelayanan KB.

4. Fasilitas: Sarana dan prasarana lain yang mendukung dalam kebijakan

Fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kebijakan. Pelaksana

kebijakan program dalam pelaksanaannya tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang

memadai, maka pelaksanaan kebijakan tidak akan berhasil. Untuk itu dalam proses suatu

kebijakan program pemerintah yaitu program Keluarga Berencana dalam menekan pertumbuhan

penduduk perlu ada sarana dan prasarana dalam kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukung

jalannya kebijakan program di lapangan.

Sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana yaitu

terdiri dari fasilitas kantor dan fasiltas lapangan. Fasilitas tersebut dibutuhkan untuk kelancaran

terlaksanaanya program ini. Seperti yang diungkapkan I1.1 pada saat wawancara mengutarakan:

“sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk mendukung dalam keberhasilan

pelaksanaan program. Sarana dan prasarana yang tersedia yaitu fasilitas lapangan

berupa motor diberikan pada setiap PLKB dan mobil penerangan (MOPEN) yangi baru

di setujui pada tahun 2010 dari pusat untuk membantu kelancaran kegiatan. Sedangkan

fasilitas kantor seperti kursi, rak –rak, lemari, meja serta alat tulis kantor lainnya

walaupun belum tersedianya komputer karena terbatasnya anggaran” (Selasa, 11 Okt

2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)

Dari pernyataan tersebut dapat dilitah bahwa hambatan mengenai sarana dan prasarana

adalah terletak dari jumlah anggaran dari pemerintah yang disediakan untuk prasarana pelaksana

dalam bekerja. Hal ini yang dikeluhkan oleh pelaksana karena akan menghambat kelancaran

pelaksanaan, seperti pembuatan surat-surat, laporan yang akan membutuhkan proses pekerjaan

yang lama, cepat atau tidaknya hasil yang ingin dicapai secara rapi dan tepat waktu sangat

diperlukan. Untuk itu perlu didukung dengan peralatan yang memadai. Kelengkapan peralatan

yang ada masih belum memadai, seperti yang diungkapkan oleh I1.4, yaitu:

“yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas kantor yaitu

tidak adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat untuk keperluan

kegiatan program ini biasanya mesti ke rental komputer, sehingga kurang efektif dan

efisien dan menghambat kelancaran kegitan. Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB

diberikan motor untuk mendukung tugas ke lapangan ” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah

Sakit DKT)

Tidak adanya komputer menjadi penghambat dalam kelancaran kegiatan sehingga dalam

pembuatan laporan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kurang efektif. Fasilitas kantor yang

kurang memadai tersebut dikarenakan anggaran yang kurang dari pusat. Lain halnya dengan

fasilitas lapangan, fasilitas lapangan yaitu motor untuk setiap PLKB. Hal terebut diperkuat hasil

wawancara yang diungkapkan oleh I1.3:

”PLKB diberikan fasilitas lapangan berupa motor, memudahkan PLKB dalam

penyuluhan ke desa-desa dan kegiatan lainnya dilapangan. Kemudian kita juga

membutuhkan MOPEN sebagai mobil penerangan berisi alat-alat kontasepsi. Kita

menyambut baik dengan adanya MOPEN yang telah distujui oleh pusat sebagai fasilitas

lapangan tambahan sehingga dapat memperlancar lagi pelaksanaan program” (Selasa,

11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Berdasarkan observasi penelitian ditempat UPT Kecamatan Taktakan memang benar

sarana atau fasilitas kantor kurang memadai, tidak tersedianya komputer untuk membuat surat-

surat dan laporan. Dari hasil observasi dan wawancara dari ketiga informan diatas, sarana dan

prasarana pendukung di UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan yaitu terdiri dari fasilitas kantor

dan fasilitas lapangan. bahwa hambatan mengenai sarana dan prasarana adalah terletak dari

fasilitas kantor, fasilitas kantor yang ada di UPT Kecamatan kurang memadai karena masih

kurangnya anggaran yang tersedia dari Pemerintah. Hal ini dapat menghambat pelaksanaan

kebijakan. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Kebijakan

program yang tidak dapat berjalan secara efektif. Padahal seharusnya kelengkapan peralatan

disesuaikan dengan kondisi perubahan teknologi yang semakin berubah dan canggih.

B. Faktor Komunikasi

Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap

proses kegiatan yang melibatkan usur manusia dan sumber daya. Pelaksanaan yang efektif baru

akan terjadi apabila para pembuat kebijakan dan pelaksana mengetauhi apa yang akan mereka

kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang baik, yang juga dari

komunikasi tersebut membentuk kualitas partisipatif masyarakat. Terdapat tiga indikator yang

dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:

1. Tranmisi: penyaluran komunikasi kepada masyarakat mengenai tujuan dan manfaat program

Keluarga Berencana

Mengingat suatu kebijakan publik yang dibuat pemerintah melalui bentuk program

ataupun dalam bentuk Undang-Undang senantiasa mengandung manfaat akan target yang akan

dicapai. Penyaluran komunikasi mengenai manfaat serta tujuan dari keluarga berencana bagi

masyarakat yaitu memalui penyuluhan dengan cara tiga jenis komunikasi penyaluran seperti

yang diutarakan oleh I1.4 pada saat wawancara, yaitu:

“ada tiga jenis cara penyuluhan kepada msayarkat yaitu cara individual yang sering

dikenal dengan dor to dor, artinya mendatangi setiap masyarakat ke rumah mereka satu

per satu. cara kedua yaitu berkelompok yang merupakan cara dengan membentuk suatu

kelompok sebagai wadah yang terdiri dari orang-orang yang anggotanya terdiri dari

seluruh keluarga dalam satu rukun tentangga secara suka rela berperan aktif mengelola

program KB dengan tingkat rukun tetangga. yang ketiga adalah komunikatif yaitu

metode ceramah dengan mengumpulkan semua elemen dari tokoh agama, tokoh

masyarakat serta masyarakat sendiri” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan perintah-perintah

pelaksanaan. Pertama, pertentanggan pendapat antar bidang ilmu. Kedua, penagkapan

komunikasi mungkin dihambat oleh persepsi yang selektif dan ketidak mampuan para pelaksana

untuk mengubah persepsi yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh I1.3 :

“ terkadang memang ada perbedaan pendapat dengan ulama tetapi sulit untuk merubah

persepsi yang ada yang menyebabkan mereka tidak mau ikut KB” (Selasa, 11 Okt 2011,

Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Penyaluran komunikasi harus dilakukan agar tidak terjadi salahnya pengertian,

komunikasi membuka pola pikir dan persepsi dimasyarakat tentang program Keluarga

Berencana. Dilakukan komunikasi melalui kegiatan yaitu pembinaan dan penyuluhan ke

masyarakat dengan memberikan perpekstif dari tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk

membenahkan adanya persepsi dan pola pikir yang ada dimasyarakat sehingga tujuan dan

manfaat dari program tersebut dapat terpahami. Seperti yang dikemukakan oleh I1.1:

“dilakukannya pembinaan dimasyarkat dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, agar

masyarakat yang memiliki pemikiran bahwa KB tidak boleh dalam agama dapat

berubah, pada hal KB tidak bertentangan dengan agama karena KB bukan membunuh

tapi hanya menjarangkan kehamilan untuk mengatur kelahiran” (Selasa, 11 Okt 2011,

Kantor BPMPKB Kota Serang)

Adanya pemikiran dari masyarakat bahwa KB tidak diperbolehkan oleh agama untuk itu

dilakukannya kegiatan pembinaan dengan tokoh agama agar membuka pemikiran dan mengubah

pemikiran masyarakat tentang KB sehingga masyrakat bisa mendapat kebenaran dari pandangan

yang ada. Persepsi yang ada dimasyarakat bahwa KB tidak diperbolehkan dalam agama tidak

sepenuhnya salah. Hal ini diungkapkan dan diperkuat oleh pernyataan oleh I2.8 pada saat

wawancara, yaitu:

“ sebenarnya ada dua macam pernyataan, ada KB yang diperbolehkan dan ada yang

tidak. Yang boleh yaitu KB yang untuk menjarangkan kehamilan alias sementara

sedangkan yang tidak boleh apabila KB tersebut dapat membuat tidak bisa memiliki anak

lagi, alatnya permanen. (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Ustad di Desa Taktakan)

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui menurut ilmu agama yang telah dikaji

bahwa terdapat dua pernyataan jenis KB yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan

dalam agama yaitu yang diperbolehkan adalah yang bertujuan untuk menjarangkan kelahiran

saja sedangkan untuk memutus keturunan itu diharamkan. Hal yang sama dingkapkan oleh I2.7:

“Berdasarkan Hadist dan Al-Qurann yang dikaji oleh Ulama-ulama KB itu ada yang

diharamkan dan ada yang dihalalkan. Tujuan untuk menjarangkan kehamilan seperti

Suntik, pil, itu halal agar orang tua dapat memberika kehidupan yang layak untuk

keluarganya seperti yang diperintahkan Nabi. Sedangkan untuk tujuan agar tidak

memiliki anak lagi, memutuskan keturunan itu diharamkan. (Kamis, 20 Okt 2011, Rumah

Ustad di Desa Taktakan)

Berdasarkan wawancara dengan para informan diatas yaitu dari para Ustad memilki

kesamaan pendapat yang didasarkan dari Al-Quran dan Hadist yang telah dikaji bahwa KB di

mata agama ada yang diperbolehkan dan diharamkan. KB yang diperbolehkan yaitu KB yang

tujuannya untuk menjarangkan atau mengatur kelahiran. Sedangkan yang diharamkan adalah KB

yang bertujuan menegah untuk tidak lagi memiliki keturunan. Dengan adanya kegiatan

pembinaan dan penyuluhan yang mempertemukan antara berbagai tokoh dengan masayrakat

tersebut sedikit banyak dapat merubah pandangan masyarakat terhadap KB. Masyarakat yang

ber-KB lebih banyak dari pada yang tidak mau ber-KB. Masyarakat sudah lebih terbuka dan

mengerti akan keguanaan/manfaat KB sehingga pola pikir mereka sudah berubah yang tadinya

banyak anak banyak rezeki sekarang banyak anak banyak tanggungan. seperti yang diungkapkan

oleh I3.1, yaitu:

“punya anak banyak, tanggungannya juga banyak jadi KB biar tanggungannya ngga

banyak” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas)

Dari pernyataan tersebut peneliti melihat mulai adanya perubahan persepsi dan kesadaran

dari masyarakat untuk ikut KB karena dengan banyaknya anak, semakin banyak pula biaya yang

akan dikeluarkan untuk biaya sekolah anak dan yang lainnya. Hal yang sama diungkapkan oleh

I3. 2 pada saat wawancara, yaitu:

“ anak banyak takut ngga keurus, belum lagi mikirin biaya sekolah” (Kamis, 20 Okt

2011, Puskesmas Taktakan)

Petikan wawancara diatas terlihat bahwa adanya pemikiran untuk mengurus anak perlu

perhatian yang lebih dan baik agar pendidikan yang didapat berkualitas sehingga lebih memilih

sedikit anak agar lebih focus mengurusnya. Hal ini diperkuat olah I3. 4 dalam wawancaranya

mengungkapkan:

“dengan ber-KB bisa menjarangakan jarak kelahiran biar ngga terlaku dekat, jadi lebih

fokus ngurus anak, anak bisa terperhatikan pendidikan yang baik dan mendapat

perhatian kasih sayang yang lebih besar” (Selasa, 11 Okt 2011, di Toko milik Peserta

KB Desa Taktakan)

Berdasarkan wawancara dengan informan diatas dari pihak masyarakat yang terdiri dari

ibu rumah tangga, pedagang dan pegawai. Mereka berpendapat bahwa dengan KB bisa

mengurangi tanggungan hidup, masa depan keluarga yang lebih baik artinya untuk mencapai

kesejahteraan. Masyarakat sudah mengeti dan memahami manfaat yang didapat dari program

keluarga berencana akan tetapi terdapat hal yang dapat mempengaruhi tercapainya keberhasilan

program yaitu terganjal dengan adanya efek yang ditimbulkan dari alat kontasepsi KB yang

digunakan sehingga hal ini menjadi berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat untuk KB

karena ketakutan efek yang ditimbulkan. Seperti yang diungkapkan oleh I4. 1 pada saat

wawancara yang telah dilakukan, yaitu:

“pengalaman temen-temen saya yang KB, setelah KB badanya jadi gemuk, suka pusing-

pusing terus ada yang headnya ngga lancar. Saya jadi takut KB” (Selasa, 04 Okt 2011,

Rumah bukan Peserta KB)

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa adanya ketakutan dari masyarakat dengan

dampak yang akan terjadi bila ber-KB karena pengalaman yang dilihat dari orang lain. Sehingga

merasa takut akan terjadi pada dirinya seperti yang lain. Hal yang serupa diungkapkan oleh I4. 4,

yaitu:

“ saya punya saudara yang KB, pake suntik badanya budug (luka-luka). Karena ngga

cocok kali ya jadinya gitu. Saya jadi ngga mau KB, takut kaya gitu, ngga cocok..

Makanya anak saya banyak” (Selasa, 04 Okt 2011, Rumah bukan Peserta KB)

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa lebih memilih tidak KB dan memiliki banyak

anak dari pada harus mengalami hal yang sama dengan pengalaman orang lain yang tidak cocok

menggunakan alat kontrasepsi yang digunakan. Hal tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan

oleh I4. 2, yaitu:

” kakak saya KB,terus dia jadi gemuk setelah KB, kalau temen-temen saya yang KB

ngeluhnya suka pusing. Saya mah ngga mau KB”

Efek atau dampak yang ditimbulkan dari jenis alat kontrasepsi yang digunakan berbeda-

beda pada setiap orang. Karena hal itu, tidak sedikit para pasangannya tidak memperbolehkan

atau tidak mengizinkan dan memilih untuk tidak KB. Seperti hal yang diungkapkan oleh I4.3

pada saat wawancara:

“Biar KB sendiri ajah,sama suami juga ngga dibolehin soalnya efeknya suka macem-

macem”

Efek penggunaan alat KB salah satu yang menyebabkan masyarakat tidak KB, akan

tetapi ada dari sebagian masayarakat hal tersebut tidak membuat mereka menjadi takut atau jera

dengan efek atau dampak yang ditimbulkan. Seperti yang diungkapkan oleh I3.7 dan I3.3 dalam

wawancara yang dilakukan, yaitu:

“ ngga cocok pake suntik, pindah ke implant” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas

Taktakan)

Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa ketidakcocokan dengan jenis alat kontrasepsi

yang digunakan oleh peserta KB tidak menjadi jera dan malah mencari alternatif jenis alat yang

lain. Terlihat bahwa adanya usaha untuk mencari cara agar tidak terjadi hal tersebut lagi. Hal

sama dari wawancara dengan I3.8, mengungkapkan:

“ suntik pendarahan terus makanya pindah ke implant” (Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas

Taktakan)

Dari pernyataan wawancara tersebut adanya peserta yang tidak mudah menyerah dengan

mencoba alat kontrasepsi yang lebih baik dan cocok untuk kondisi tubuhnya agar dapat mengatur

dan menjarangkan kelahiran sehingga tidak memiliki anak yang banyak. Seperti yang

diungkapkan oleh I3.5 dan I3.6, yaitu:

“ efeknya suka pusing-pusing, datang bulannya ngga lancar ajah sih tapi ya ngga apa-

apalah dari pada anaknya banyak” (Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)

Berdasarkan wawancara dengan para informan terdapat macam-macam efek yang

ditimbulkan, setiap orang berbeda-beda efeknya yang dialami dan setiap alat pun berbedapula

efek yang ditimbulkan dalam tubuh seperti pusing, pendarahan, haed tidak lancar, dan perubahan

bentuk badan yaitu menjadi gemuk. Hal ini juga berpengaruh dalam menetukan keberhasilan

program KB karena penggunaan alat kontasepsi juga sangat mempengaruhi minat masyarakat

untuk KB.

2. Kejelasan

Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana harus jelas begitupun komunikasi kepada

pelaku sasaran kebijakan haruslah jelas, akurat sehingga dapat dihindari terjadinya kesalahan.

Dilakukannya koseling penggunaan alat kemudian barulah memilih alat apa yang cocok untuk

digunakan oleh peserta KB dengan berdiskusi dengan ahli dalam bidangnya agar diketahui efek

dan antisipasi untuk menanngulai efek tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh I1.3:

“sebelumnya diadakan konseling untuk mengetahui alat apa yang sesuai dan tepat untuk

digunakan, cek keadaan kesehatan apakah boleh dilakukan atau tidak pemasangan alat

tersebut dengan kondisi tubuhnya” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB

Kecamatan Taktakan)

Perlunya dilakukan konseling oleh setiap calon peserta atau peserta KB sebelum ber-KB

untuk menjelaskan hal yang akan terjadi setelah pemasangan alat, dan untuk diketahui jenis alat

kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing peserta serta untuk mengantisipasi

ketidakcocokan alat kontasepsi yang akan digunakan. Sama halnya yang diungkapkan pada saat

wawancara dengan I1.2, yaitu:

“ada yang harus dilakukan terlebih dahalu sebelum pemasangan alat yaitu cek

kesehatan, dengan cek kesehatan itu dapat diketahui kondisi kesehtannya. Misalnya yang

darah tinggi atau rendah itu tidak boleh dilaukan pemasangan karena nanti akan

berdampak ke kesehatan meraka” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB

Kecamatan Taktakan)

Langkah yang perlu dilakukan sebelum menjadi peserta KB Pendapat ahli perlu untuk

mengatahui agar mereka mengetahui jelas dampak dan efek yang akan terjadi oleh karena itu

perlu pengecekan terlebih dahulu sehingga masyarakat yang takut akan ikut KB perlu konsultasi

dengan dokter ataupun bidan. Seperti yang dilakukan oleh I3. 10, mengemukakan:

“saya peserta MOP, sebelumnya istri saya yang KB karena dia selalu ngga berhasil jadi

saya yang KB, kasian istri saya ngurus banyak anak. Awalnya punya anggapan akan

mempengaruhi hubungan suami istri dan ke kesehatan tubuh menjadi lemas sehingga

istri melarang saya tetapi setalah berdiskusi dengan dokter saya tidak khawatir lagi

untuk MOP” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)

Berdasarkan wawancara dengan informan diatas perlunya konseling agar didapat

penjelasan kekurangan kelebihan dari masing-masing alat dan agar diketahui alat apa yang

sesuai. Konseling sangat penting untuk menjelaskan tentang alat-alat dan mencegah dampak

yang akan ditimbulkan kepada calon peserta KB sehingga peserta mengetahui hal apa saja yang

yang mesti dilakukan. Sehingga peserta KB tidak merasa khawatir untuk ikut KB.

3. Konsisten

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan adalah konsisten. Jika

pelaksanaan ingin berlangsung efektif , maka perintah pelaksanaan harus diikuti dengan

konsisten. Jika tidak konsisten akan berakibat pada ketidakefektifan pelaksanaan kebijakan dan

dampaknya tidak tercapainya tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Konsisten dari pelaksana

dalam melakukan perintah kebijakan program untuk dapat tercapainya tujuan program perlu

pula kekonsistenan para pelaku sasaran/ objek kebijakan program Keluarga Berencana dengan

mengikuti apa yang seharunya dilalukan dalam penggunaan alat KB. jika tidak konsiten dalam

arti tidak teratur dalam penggnaan alat KB akan tidak berhasil tujuan yang diinginkan. Seperti

yang dialami oleh salah satu peserta KB berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan I3.

4, mengungkapkan:

“saya lagi hamil lagi padahal saya ikut KB suntik, karena lupa udah waktunya harus

suntuk lagi jadi hamil” (Selasa, 11 Okt 2011, Toko milik Peserta KB di DesaTaktakan)

Berdasarkan wawancara tersebut diatas perlunya keteraturan dalam penggunaan alat KB

dari obat maupun alat kontrasepsi lainnya dalam penggunaan sesuai dengan jangka waktu alat

tersebut agar tujuan yang diinginkan olah peserta KB dapat berhasil sesuai yang direncanakan.

Artinya konsisten dalam hal ini keteraturan penggunaan alat dari peserta KB yaitu sebagai objek

kebijakan dapat mempengaruhi keberhasilan program Keluarga Berencana.

C. Faktor Disposisi

Sikap para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan kebijakan jika ingin berhasil secara

efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan

dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus

mempunyai kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan

pada variabel ini menurut Edward III antara lain:

1. Pengangkatan birokrat

Pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang

memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan. Sikap para pelaksana yang tidak

melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan kan menimbulkan hambatan-hambatan bagi

tercapainya tujuan dari pelaksana kebijakan. Sehingga sikap dari personil kebijakan untuk

melaksanakan suatu kebijakan merupkan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu

kebijakan untuk mencapai tujan yang diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh I1.1 dalam

wawancara yang telah dilakukan, bahwa:

”selain dana dan sarana prasarana, faktor yang menjadi tolak ukur tercapainya

kebijakan yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan program Keluarga

Berencanan adalah personil yang sanggup mengabdikan dirinya untuk mengemban tugas

yang diberikan seperti petugas lapangan yang senantiasa memberikan penyuluhan ke

setiap desa-desa, kemudian para kader yang sukarela membantu para petugas lapangan,

mengabdikan dirinya untuk program ini. ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota

Serang)

Keberhasilan suatu kebijakan program dipengaruhi oleh para personil yang memiliki

dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai pelaksana kebijakan. Pengangkatan PNS

untuk pegawai lapangan memag masih sangat kurang menurut informan dari BPMPKB. Dengan

adanya kader-dader desa sangat membantu dalam tugas lapangan, mereka memiliki dedikasi

yang tinggi dalam membantu mensukseskan program Keluarga Berencana dengan sukarela.

2. Insentif

Insentif salah satu teknik untuk memotivasi para pelaksana kebijkan untuk dapat

melaksanakan perintah dengan baik. Untuk mengatasi kecederungan sikap para pelaksana

kebijakan adalah dengan manipulasi insentif. Pada umumnya orang bertindak berdasarkan

kepentingan mereka sendiri, maka manupulasi insentif oleh pembuat kebijkan dapat

mempengatuhi tindakan para pelaksana kebijakan. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi

kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi. Di kecamatan Takatakan pelaksana program

KB yang salah satunya yaitu kader –kader desa memiliki andil yang besar dalam keberhasilan

program ini. Untuk itu dalam memotivasi agar kerja mereka bertambah baik perlunya diberikan

insentif. Seperti yang diharapkan oleh I2. 1 dan I2. 2 dalam wawancara, mengungkapkan:

” kader dan pos KB lebih diperhatikan karena tolak punggungnya dari kita dari bawah

yang ke kampung-kampung nyari yang mau KB. Ya Alhamdulllah sekarang sudah mulai

diperhatikan dengan adanya uang lelah, semoga kedepannya lagi kita lebih

diperhatikan” (Kamis, 6 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Peran kader dalam program Keluarga berencana sangat besar, perhatian untuk mereka

perlu untuk memenuhi kepentingan pribadi. Dengan uang lelah yang diberikan walaupun sedikit

dan tidak sebanding dengan pengabdian yang bertahun-tahun mereka berikan untuk ikut

membantu menjalankan kegiatan program dengan sukarela turut mempengaruhi keberhasilan

program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan.

D. Struktur Birokrasi

Meskipun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan sudah mencukupi dan

para pelaksana mengetahui apa dan bagaimna cara melakukannya, serta mereka mempunyai

keinginan untuk melakukannya, pelaksanaaan kebjakan bisa jadi masih belum efektif, karena

terdapat ketidakefisienan struktur birokrasi yang ada. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut

adanya kerjasama banyak orang. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat

mendukung kebijakan yang diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi yang

baik.

Terdapat dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasi kearah

yang lebih baik menurut Edward III, yaitu dengan melaukan Standard Operating Prosedures

(SOPs) dan melaksanakan fargmentasi.

1. Standard Operating Prosedures (SOPs)

Sistem dan prosedur kerja atau Standard Operating Prosedures (SOPs) yang berlaku di

UPT BMPMPKB umunya tidak jauh berbeda dengan instansi pemerintah daerah lainnya. Jam

kerja yang ditetapkan adalah mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dengan

waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Tetapi terdapat perbedaan

prosedur kerja bagi Petugas Lapangan Keluarga Berenana (PLKB) karena PLKB lebih banyak

berkerja di lapangan. PLKB bertugas melakukan pendataan, penyuluhan, pelayanan KB kepada

masyarakat.

Petugas Lapangan Keluarga Berenana (PLKB) lebih banyak bekerja di lapangan untuk

melakukan penyuluhan ke masyarakat. Penyuluhan yang dilakukan tidak ada jadwal yang jelas

yang ditetapkan. Hal tersebut dikatakan oleh I1.3 pada saat wawancara, beliau mengatakan

bahwa:

“biasanya dilakukan penyuluhan bila ada undangan dari desa meminta kita untuk

melakukan penyuluhan kepada masyarakat” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT

BPMPKB Kecamatan Taktakan)

Dari paparan pernyatan informan diatas diketahui bahwa dalam melakukan penyuluhan

tidak ada jadwal yang jelas. Penyuluhan dilakukan ketika ada yang meminta dari pemerintah

desa. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh I1.4, yaitu:

“ sebenarnya penyluhan ngga dilakukan setiap hari, kalau ada pelayanan KIE atau

kegiatan-kegiatan yang ankan dilakukan, baru dilakukan penyuluhan mendatangi warga

ke rumah rumah agar mereka mau ikut pelayanan” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit

DKT)

Penyuluhan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan saja, sifatnya kondisional. Karena

tidak ada jadwal yang jelas dan tidak ada jadwal yang ditetapkan. Hal yang berbeda diungkapkan

oleh I2. 2, pada saat wawancara mengatakan bahwa:

“penyuluhan dilakukan biasanya sebulan sekali, pada saat ada pengajian ibu-ibu atau

pertemuan-pertemuan” (Kamis, 6 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan

Taktakan)

Dari wawancara dengan ketiga informan diatas bahwa tidak adanya penetapan standar

jadwal yang dilakukan secara jelas. Penyuluhan yang dilakukan ketika ada kebutuhan atau

kegiatan-kegiatan tertentu seperti ketika akan diadakan pelayanan pemasangan alat KB gratis

maka hari sebelumnya dilakukan sosialisai mengenai waktu kegiatan tersebut dan mengajak

masyarakat untuk ikut dalam kegiatan tersebut.

Pelayanan KB yang diberikan oleh penyelnggara dilakukan tiga bulan sekali untuk

memberikan kemudahan ke masyarakat khususnya keluarga pra sejahtera atau keluarga yang

tergolong menengah kebawah untuk mengakses dan mendapatkan alat kontasepsi serta

pemasangan alat karena terganjalnya biaya. Pelayanan ini diselenggarakan oleh tingkat kota

untuk MOP dan MOW. Seprti yang diungkapkan oleh I1.1 ketika wawancara yang telah

dilakukan, yaitu;

“ tiga bulan sekali kami mengadakan pelayanan KB yang diselenggarakan di Rumah

Sakit DKT untuk pelayanan MOP dan MOW” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB

Kota Serang)

Pelayanan MOP dan MOW diselenggaran di Rumah sakit karena cara KB ini melalui

oprasi sehingga harus dengan tenaga ahli untuk melakukannya dan dengan peralatan yang

lenggkap. Kemudian untuk tingkat kecamatan sama dengan yang diselenggarakan oleh kota yaitu

tiga bulan sekali pemasangan IUD dan implant yang bisa dilakukan di puskesmas. Seperti yang

diungkapkan oleh I1.3 dan I1.4, yaitu:

“pemsangan alat kontrasepsi biasa kita kalukan tiga bulan sekali untuk IUD dan Implant

dipuskesmas atau di desa yang telah ditetapkan. Seringnya dilakukan dipuskesmas

karena lebih mudah dalam menyiapkan peralatan yang akan digunakan, kalu di desa

agak sulit untuk membawa peralatan yang akan digunakannya” (Selasa, 11 Okt 2011,

Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan dan Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit

DKT )

Pernyatan diatas dapat diketahui bahwa pelayanan pemasangan KB gratis dilakukan tiga

bulan sekali untuk meningkatkan pelayanan KB kepada masyarakat. Lokasi pelayanan terkadang

dilakukan di desa tertentu yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan

KB. Tetapi memang lebih sering dilakukan di puskesmas karena lebih mudah dalam menyiapkan

peralatan yang aka digunakan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh I2.4 pada saat wawancara,

mengungkapkan bahwa:

“pelayanan gratis ini sering dilakukan, kalau ngga salah tiga bulan sekali mah ada.

Biasanya kalau ada kegiatan ini saya ditugaskan untuk membawa atau mengajak

masyarakat untuk mau ikut pelayanan ini bisa dari yang sudah menjadi peserta KB aktif

maupun yang belum KB juga” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)

2. Fragmentasi: kerja sama dan koordinasi antar pelaksanaan program Keluarga Berencana

Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak terlepas dari berbagai pihak untuk

melengkapi pelaksanaan kebijakan atau program yang dibuat. Pihak-pihak tersebut memiliki

peranan yang sangat penting bagi pelaksanaan dilapangan. Begitupun Program Keluarga

Berencana tidak terlepas dari keterkaitan dengan pihak pelaksana terkaitnya. Hal ini Seperti hasil

wawancara dengan I1.1 dan I1.2, mengungkapkan:

“kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang terkait

seperti tentunya dengan Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat, tokoh agama,

aparat desa, kader dan tentunya PLKB” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB

Kecamatan Taktakan dan Kantor BPMPKB Kota Serang)

Program atau kebijakan pemerintah tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya dan

membutuhkan pihak lain untuk terlibat secara langsung ataupun tidak secara langsung

dilapangan. Tanggung jawab yang diberikan kepada semua pihak, menuntut agar Program

Keluarga Berencana dapat dilaksanakan serta tercapi dengan baik. Dimana setiap elemen baik

dari pemerintah maupun masyarakat pelaku sasaran Program Keluarga Berencana bekerjasama

untuk mewujudkan dalam mengurangi pertumbuhan penduduk serta terciptanya keluarga kecil

sejahtera. Program Keluarga Berencana untuk wilayah Kecamatan Taktakan sendiri para

penyuluh lapangan (PLKB) tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya keterlibatan pihak lainnya,

seperti hasil wawancara dengan I1.4:

“dalam melakukan penyuluhan dibantu oleh kader desa yang lebih mengetahui karakter

masyarakat di desa, tokoh masyrakat dan tokoh agama. Sedangkan apabila kegiatan

pelayanan KB gratis bekerjasama dengan puskesmas dan Rumah Sakit” (Kamis, 19 Okt

2011, Rumah Sakit DKT)

Pernyataan diatas menyatakan bahwa kegiatan mengenai Kebijakan Program Keluarga

Berencana ini dilakukan dengan berbagai pihak ditiap desa seperti pihak kader, tokoh

masyarakat, pihak pemerintah desa. peran mereka sangat penting karena dengan kader PLKB

dapat terbantu dalam melakukan pendataan dalam rekapitulasi program Keluarga Berencana di

setiap desanya karena tidak akan memungkinkan apabila pendataan dilakukan oleh PLKB saja

karena PLKB yang ada di Kecamatan hanya berjumlah dua orang sehingga jika tidak dibantu

oleh para kader, PLKB tidak bisa menjangkau semua desa. Kemudian para kader membantu

membantu melakukan pendekatan kepada masyarakat, mereka membawa masyarakat yang

akan menjadi calon atau pun peserta KB kepada petugas dan kemudian di bawa ke puskesmas

untuk dilakukannya pelayanan pemasangan alatnya. kader untuk mau ber-KB. Hal ini diperkuat

dengan pendapat I2. 5 dan I2.6 serta I2. 3 dalam wawancaranya:

“kader membatu mendata di masing-masing lingkungan yang sudah ditetapkan,

kemudian dilaporkan kepada PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa peserta

KB” (Kamis, 13 Okt 2011 dan Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)

Kerja sama serta komunikasi yang dilakukan juga dengan Pihak aparat desa yaitu mereka

memfasilitasi tempat untuk kegiatan-kegiatan program yang akan dilaukan seperti pertemuan

masyarakat dengan petugas apabila ada kegiatan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada informan diatas dengan satu dari

pihak BPMPKB Kota Serang serta dari pihak UPT Kecamatan Taktakan dan PLKB

mengungkapkan bahwa memang sebuah program atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

tidak akan berjalan sendiri secara baik bila tidak ada keterkaitan dengan pihak lainnya. Seperti

halnya Program Keluarga Berencana ini dimana keterkaitan berbagai pihak yang tekait sangat di

butuhkan untuk mengoptimalisasi usaha dalam terwujudnya keberhasilan program ini serta

menjaga hubungan yang harmonis dengan mitra kerja lainnya. Jika diantara mitra kerja antara

pihak satu dengan lainnya tidak terjalin maka secara langsung akan menghasilkan dampak yang

negatif, yang akan menghambat proses pelaksanaan bantuan Program Keluarga Berencana.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Keberhasilan Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota

Serang berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan

sudah berjalan secara maksimal dan sudah cukup berhasil, dengan adanya perubahan yang

berdampak positif bagi masyarakat. Penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang

Mempenngaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota

Serang ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan Teori Edward III. Menurut Edward III

terdapat empat faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu

pelaksanaan Kebijakan yaitu faktor sumber daya, komunikasi, birokrasi, dan disposisi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan program Keluarga Berencana di

Kecamatan Taktakan berdasarkan hasil penelitian disimpulkan, yaitu:

1. Faktor sumber daya yang terdiri dari Staf atau pegawai yang memiliki akuntabel dan dedikasi

yang tinggi terhadap pekerjaannya yang meskipun jumlah Petugas Lapangan Keluarga

Berencana (PLKB) yang kurang memadai tidak begitu menjadi hambatan yang berarti karena

adanya tenaga sukarela yaitu kader-kader desa yang siap membantu melaksanakan kegiatan

dari program ini agar bisa tercapai tujuan yang diharapkan;

2. Sarana dan prasarana yang ada untuk menujang pelaksanaan program Keluarga Berencana

yaitu motor untuk Petugas Lapagan Keluarga Berencana sangat berguna dan bermanfaat

untuk kelancaran tugas lapangan dalam menjangkau desa-desa yang akan dikunjungi, serta

Pos KB dan Posyandu yang ada ditiap desa untuk memudahkan masyarakat mengakses

informasi tentang KB dan pemberian layanan kesehtan dan KB oleh petugas kepada

masyarakat;

3. Informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai tujuan dan manfaat serta pentingnya

KB melalui penyuluhan dan pembinaan ini sangat mempengaruhi keberhasilan program KB

karena dengan hal tersebut masyarakat lebih terbuka dengan mengikuti program tersebut dan

merespon dengan baik.

4. Cara komunikasi yang digunakan dan dilakukan terhadap masyarakat melalui pendekatan

dari berbagai pihak yaitu dari Tokoh masyarakat, Tokoh agama, para kader, Pemerintah

Desa, dan tentunya dari petugas serta masyarakat itu sendiri.

5. Faktor ketidak cocokkan alat yang digunakan oleh peserta KB pun dapat mempengaruhi

keberhasilan program KB karena terkadang banyak msayarakat yang tidak mau ber-KB

disebabkan karena efek yang ditimbulkan setelah penggunaan alat tersebut.

6. Persepsi dan pola pikir masyarakat di Kecamatan Taktakan khususnya keluarga pra sejahtera

yang sudah berubah terhadap program KB, minat untuk ikut KB sudah tinggi. Paradigma

“banyak anak, banyak rejeki” sekarang berubah menjdai “banyak anak, banyak tanggungan”

menurut masayrakat sehingga timbullah kesadaran dari diri mereka untuk mengikuti

program KB.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Análisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan” maka peneliti

memberikan saran yaitu :

1. Perlunya perhatian yang lebih terhadap para kader-kader dengan pemberian insentif.

Kader-kader memiliki peranan penting, karena para kader yang menjadi tulang

punggung yang terjun langsung ke masyarakat di desa-desa membantu PLKB agar

mencapai keberhasilan program Keluarga Berencana.

2. Perlunya meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan agar masyarakat yang jauh

yang tiggal di daerah pelosok dapat dengan mudah mengakses dalam meningkatkan

kesehatan.

3. Perlunya mengingkatkan diadakan kegiatan pelayanan pemasangan alat KB gratis

secara rutin agar masyarakat yang tergolong keluarga pra sejahtera atau keluarga

kalangan menengah kebawah dapat mendapatkan kemudahan dalam pelayanan KB.

4. Perlunya penambahan jumlah Prasarana fasilitas kantor dan fasilitas lapangan yang

lebih mendukung bagi pelaksanaan kebijakan di UPT Badan Pemberdayaan Masyarakat

Perempuan dan Keluarga Berencana Kecamatan Taktakan agar dapat meningkatkan

kualitas kinerja dilapangan yang lebih baik lagi.

5. Perlunya terus mengadakan secara rutin penyuluhan, pembinaan, serta pelayanan lebih

baik lagi bagi masyarakat sehingga tujuan program dapat tercapi yaitu semua keluarga

ikut KB.

DAFTAR PUSTAKA

I.Buku

Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI

Ahmad, Hamzah dan Santoso, Ananda. 1996. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya : Fajar

Mulya.

Alwasilah, A Chaedar. 2006. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press

Denzin K, Norman dan Yvonna S Lincoln. 2009. Handbook Of Qualitative Research.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada

University.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

DIA FISIP UI

Islamy, M. Irfan. 1991. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi

Aksara.

Lembaga Demografi. 2007. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia

Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Parson, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:

Prenada Media.

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi. 2008. Kebijakan sosial sebagai kebijakan public. Bandung: Alfabeta

Syafiie, Inu Kencana. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta. PT Rinerka Cipta.

Wicaksono, Krtistian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Jogjakarta: Graha

ilmu.

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo

Sumber Lain:

www.majalahforum

http://cakrawalainterprize.com

http://www.ipkbkaltim.com

http://www.scribd.com

II. DOKUMEN

Kecamatan Taktakan Dalam Angka 2011

RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang 2009

REKAPITULASI HASIL PENDATAAN KELUARGA TINGKAT KECAMATAN

TAKTAKAN TAHUN 2010

CATATAN LAPANGAN

No Tanggal Waktu Tempat Hasil Informan 1 19 April 2011 10.00 WIB Kantor UPT

BPMPKB

Kecamatan

Taktakan Kota

Serang

Data tentang PUS,

keluarga sejahtera dan

prasejahtera

Bapak Indra

2 20 Juni 2011 09.00 WIB Puskesmas

Kecamatan

Taktakan

Data tentang angka

kelahiran bayi dan

kematian ibu

Ibu Ayu

3 3 Oktober 2011 10.00 WIB Kantor Kecamatan

Taktakan

Data tentang profil

wilayah Kecamatan

Taktakan

Bapak Hari

4 4 Oktober 2011 11.00 WIB Desa Taktakan

dan Desa Sayar

Wawancara Mutiah dan

Rohmah

5 6 Oktober 09. 00 WIB Kantor UPT

BPMPKB

Kecamatan

Observasi kegiatan

rapat kader dan

Pegawai UPT

BPMPKB Kecamatan

serta wawancara

Ibu Anah dodi,

Ibu Diah

6 11 Oktober 2011 11. 10 WIB Kantor UPT

BPMPKB

Kecamatan dan

Kantor BPMPKB

Kota Serang

Wawancara Ibu Sri Endah,

Bpk Indra,

Niah,dan Bpk

Apay

7 13 Oktober 2011 10. 20 WIB Puskesmas

Kecamatan

Taktakan

Observasi kegiatan

Pelayanan KB gratis

dan Wawancara

Kader dan

Peserta KB dari

Desa Pancur, P.

Jati, Sepang,

Kalang Anyer

8 19 Oktober 2011 10. 00 WIB Rumah Sakit DKT

dan Desa

Taktakan

Observasi dan

Wawancara

Bpk Panji,

Peserta KB dan

Bpk Ust. Ruli

9 20 Oktober 2011 10. 11WIB Puskesmas

Kecamatan

Taktakan

Wawancara Peserta KB

Desa Lialang,

Drangong,

Taman Baru,

U.Tengah

10 20 Oktober 2011 13. 25 WIB Pesantren Desa

Taktakan

Wawancara Ust. Hambali

11 21 Oktober 2011 10. 00 WIB Desa Drangong

dan Desa P. Jati,

Wawancara Tokoh

Masyrakat

MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA

I

Q

I2.7

Q1 Bagaimana pendapat anda tentang Program Keluarga Berencana ?

KB itu kan program untuk mengatur untuk memiliki keturunan dan menjarangkan kehamilan

agar jarak anak yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu dekat. Saya sendiri setuju dengan

program ini, walaupun saya menganjurkan istri untuk tidak KB karena melihat dan mendengar

dari pengalaman orang lain yang KB yang kebetulan saudara sendiri, ada efeknya yaitu suka haed

tidak lancar, ada yang gemuk. Karena efek yang ditumbulkan itu saya melarang istri saya untuk

tidak KB, lebih baik diatur sendiri saja.

Q2 Bagaimana program Keluarga Berencana menurut Kacamata Agama?

Sebenarnya ada dua macam pernyataan, ada KB yang diperbolehkan dan ada yang tidak. Yang

boleh yaitu KB yang untuk menjarangkan kehamilan alias sementara sedangkan yang tidak boleh

apabila KB tersebut dapat membuat tidak bisa memiliki anak lagi, alatnya permanen.

Memutus keturunan seperti dengan oprasi itu tidak boleh, sedangkan kalau hanya untuk

menjarangkan atau mengatur jarak kelahiran anak itu diperboleh .

Ada juga ulama yang menganggap KB itu tidak boleh/mengharamkan, itu karena mereka belum

mengkaji ilmu dengan mendalam. Q3 Apakah masyarakat didaerah ini pada umumnya ber-KB?

Disini masyrakatnya pada umumnya sudah banyak yang ber-KB, mereka sudah lebih terbuka dan

berfikir modern . kebanyakan yang KB itu masyarakat pendatang karena mereka berfikir modern.

Sedangkan yang tidak KB biasanya pribumi.

Q4 Bagaimana tanggapan saudara mengenai paradigma yang mengatakan bahwa ”banyak

anak, banyak rezeki”?

Setiap anak dapat mendatangkan rezeki karena setiap anak memiliki rezeki masing-masing.

Tetapi

Jangan karena ingin rezekinya terus banyak lalu mau punya anak yang banyak sajalah, tidak

begitu. Saat ini di zaman modern sekarang ini paradigma tersebut sudah jarang dimasyrakat.

Masyarakat sudah memahami bahwa dengan banyak anak,tanggungan pun banyak, perlunya

biaya untuk pendidikan yang besar.

Keterangan : I2.7 = Tokoh Agama di Desa Taktakan Serang

Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara

Catatan Lapangan : Wawancara Hari kamis, 19 Oktober 2011, Pukul 140.00-WIB.

Wawancara dilakukan di rumah Tokoh Agama

I

Q

I2.8

Q1 Bagaimana pendapat anda tentang Program Keluarga Berencana ?

Banyak yang menaggap KB itu diharamkan. Saya termasuk orang yang menggap KB itu halal

karena berdasarkan ilmu yang saya ketahui. Istri saya KB, KB suntik. Karena bertujuan untuk

menjarangkan kelahiran saja, menjaga jarak umur anak agar tidak terlalu dekat sehingga

mendidik anak lebih baik dan fokus. Q2 Bagaimana program Keluarga Berencana menurut Kacamata Agama?

Berdasarkan Hadist dan Al-Qurann yang dikaji oleh Ulama-ulama KB itu ada yang diharamkan

dan ada yang dihalalkan. Tujuan untuk menjarangkan kehamilan seperti Suntik, pil, itu halal agar

orang tua dapat memberika kehidupan yang layak untuk keluarganya seperti yang diperintahkan

Nabi. Sedangkan untuk tujuan agar tidak memiliki anak lagi, memutuskan keturunan itu

diharamkan. Seperti vasektomi itu diharamkan karena memutus keturunan. Hal ini berdasarkan

hadist Al-Bughoriy yang berisi: Haram mempergunakan sesuatu (seperti obat-obatan) yang

dapat memutuskan kehamilan sama sekali (sehingga tidak bisa hamil kembali selamanya) .

sedangkan yang hanya memperlambat kehamilan untuk sesuatu waktu dan tidak memutuskannya

sama sekali, maka tidak diharamkan dan bahkan tidak makruh jika karena suatu uzur seperti

ingin mendidik anak lebih dahulu, jika tidak ada suatu alasan apapun hukumnya makruh. Q3 Apakah masyarakat didaerah ini pada umumnya ber-KB?

Didaerah ini banyak yang KB, pada umumnya masyarakat disini sudah banyak yang KB. Q4 Bagaimana tanggapan saudara mengenai paradigma yang mengatakan bahwa ”banyak

anak, banyak rezeki”?

Memang benar banyak anak banyak rezeki karena masing-masing anak sudah ada rejekinya

masing-masing yang sudah diatur oleh Allah. Oleh karena muncullah paradigma tersebut. Tidak

heran orang-orang zaman dulu memiliki anak yang banyak, dan sekarang pun masih ada yang

seperti itu, tetapi sekarang mulai luntur karena dengan perkembangan zaman dan kebutuhan

hidup yang semakin besar.

Keterangan : I2.8 = Tokoh Agama di Desa Taktakan

Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara

Catatan Lapangan : Wawancara tanggal 20 Oktober 2011, Pukul 12. 21 WIB. Wawancara dilakukan di

rumah Tokoh Agama

I

Q

I1.1

Q1 Apa tujuan dari Program Keluarga Berencana ?

Program Keluarga Berencana sendiri bertujuan yaitu untuk menekan Pertumbuhan penduduk,

sedangkan secara khususnya yaitu untuk mengurangi angka kesakitan ibu setelah melahirkan,

mengurangi angka kematian bayi. Dari tujuan tersebut mengandung informasi yang perlu

diketahui oleh pelaksana kebijakan program maupun pelakunya, untuk itu adanya kegiatan atau

tidakan yang dilakukan memalui pelayanan KB, penyuluhan serta pembinaan kepada masyarakat

akan pentingnya KB. Q2 Bagaimana perubahan yang ingin dicapai dari program Keluarga Berencana ini?

Perubahan yang ingin dicapai yaitu mengendalikan pertumbuhan penduduk agar terwujudnya

keluarga yang sejahtera apabila penduduknya sejahtera akan lebih kuat. Q3 Bagaimana respon dari masayrakat dalam program Keluarga Berencana?

Responya baik dari masayrakat, pengguna KB bagus, sudah banyak yang menggunakan alat

kontrasepsi mantap Q4 Apa yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan program Keluarga Berencana?

1) Anggaran dari APBD dan APBN untuk Program KB

2) Sarana dan Prasarana beruPa kendaraan

3) Personil yang berdedikasi yang tinggi, sangguP mengabdikan dirinya untuk masyarakat

seperti PLKB dan Para kader desa. Q5 Apa saja faktor yang dapat menentukan program Keluarga Berencan dapat berhasil?

selain dana dan sarana prasarana, faktor yang menjadi tolak ukur tercapainya kebijakan yang

dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan program Keluarga Berencanan adalah personil yang

sanggup mengabdikan dirinya untuk mengemban tugas yang diberikan seperti petugas lapangan

yang senantiasa memberikan penyuluhan ke setiap desa-desa, kemudian para kader yang sukarela

membantu para petugas lapangan, mengabdikan dirinya untuk program ini. Q6 Sejauhmana paradigma “banyak anak, banyak rezeki” dapat diubah?

untuk merubah paradigma tersebut kita melakukan pembinaan kepada masyarakat dengan tokoh

agama dan tokoh masyarakat.dengan cara tersebut paradigma banyak anak banyak rejeki sudah

mulai luntur. Meskipun masih ada yang berfikiran seperti itu. Q7 Bagaimana sarana dan prasarana untuk mendukung program Keluarga Berencana ini?

Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk mendukung dalam keberhasilan

pelaksanaan program. Sarana dan prasarana yang tersedia yaitu fasilitas lapangan berupa

motor diberikan pada setiap PLKB dan mobil penerangan (MOPEN) yangi baru di

setujui pada tahun 2010 dari pusat untuk membantu kelancaran kegiatan. Sedangkan

fasilitas kantor seperti kursi, rak –rak, lemari, meja serta alat tulis kantor lainnya

walaupun belum tersedianya komputer karena terbatasnya anggaran

Q8 Siap saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan program Keluarga Berencana?

Bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan pelayanan KB

gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang menangani pelayanan tersebut Q9 tiga bulan sekali kami mengadakan pelayanan KB yang diselenggarakan di Rumah Sakit DKT

untuk pelayanan MOP dan MOW

Keterangan : I1.1 = Kasubag KB BPMPKB Kota Serang

Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara

Catatan Lapangan : Wawancar hari selasa, 11 Oktober 2011, Pukul 14. 01 WIB. Wawancara dilakukan di

Kantor BPMPKB Kota Serang

I

Q

I1.2

Q1 Apa tujuan dari Program Keluarga Berencana ? Tujuannya yaitu untuk mengendalikan jumlah penduduk pada umumnya. Untuk menjarangkan kelahiran

dan menekan angka kelahiran khususnya.

Q2 Bagaimana respon dari masayrakat dalam program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan?

Sekarang ini respon dari masyarakat sudah bagus, minat akan KB sangat banyak, peserta KB baru pun

banyak. Paling banyak pengguna KB suntik karena ekonomis, MOW dan MOP sudah lumayan juga.

Q3 Apa yang menyebabkan masyarakat tidak ikut KB?

Biasanya karena takut tidak cocok dengan alat KB yang dipakai, terlanjur banyak anak, kemudian

biasanya yang tidak KB itu penduduk asli diderah plosok yang masih beranggapan banyak anak,banyak

rejeki.

Q4 Apa yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan program Keluarga Berencana?

Peserta KB baru dan Peserta KB aktif mencapai target

Q5 Apa saja faktor yang dapat menentukan program Keluarga Berencan dapat berhasil?

1. Penyuluhan melalui tokoh masyarakat

2. Melakukan koordinasi dengan Pihak terkait

3. Pertemuan insitusi masyarakat, Pos KB, dan kader-kader Puskesmas, serta

4. Pelayanan Pemasangan alat KB gratis

Q6 Sejauhmana paradigma “banyak anak, banyak rezeki” dapat diubah?upaya apa yang dilakukan

untuk merubah paradigm tersebut?

Masih ada yang berpendapat seperti itu tinggal 5 persen lagi. Bila ada pelayanan sekarang sudah mulai

terbuka.

Q7 Berapakah Jumlah dan bagaimanakah latar belakang pelaksana yang ada di UPT BPMPKB

Kecamatan Taktakan?

Di UPT Kecamatan ini memiliki 5 pegawai yang terdiri dari Kepala UPT, Kasubag, dan 2 PLKB serta 1

orang saff. Jumlah PLKB yang ada di Kecamatan Taktakan hanya berjumlah 2 orang, jumlah ini

sebenarnya kurang memadai untuk menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan Taktakan, apabila ada

kegiatan yang akan dilaksanakan kadang kita kesulitan tetapi Alhamdulliah PLKB dibantu oleh para kader

di tiap desa dengan suka rela mambatu.

Latar belakang penddidikan PLKB di sini ada yang S1 dan D3.bidang yang mereka ambil yaitu bidang

kesehatan dan agama, bidang ini relevan dengan tugas yang mereka emban, karena hal ini bisa membantu

dalam pelaksanaan program.

Q8 Siap saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan program Keluarga Berencana?

kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang terkait seperti tentunya dengan

Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat, tokoh agama, aparat desa, kader dan tentunya PLKB.

pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan kegiatan-kegiatan khusunya dalam kegiatan

pelayanan KB gratis kepada masyarkat, seprti yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 oktober kita

bekerja sama dengan puskesmas sebagai yang melakukan pelayanan (pemasangan alat kontasepi) dan

Koramil (karena bertepatan dengan ulang tahun ABRI) memfasilitasi kendaraan untuk antar jemput peserta

KB. kemudian kita (UPT BPMPKB Kecamatan) mengkoordinasi dan memantau jalannya pelayanan

tersebut, sedangkan anggaran atau biaya itu dari pusat

Keterangan : I1.2 = Kabid UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan Kota Serang

Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara

Catatan Lapangan : Wawancar hari Selasa, 11 Oktober 2011, Pukul 10. 10 WIB. Wawancara dilakukan di

Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan

I

Q

I1.3

Q1 Apa tujuan dari Program Keluarga Berencana ?

Bertujuan agar terwujudnya keluarga yang sejahtera. Dalam pelaksanaannya dilakukan

Pembinaan, penyuluhan. Penyuluhan merupakan cara yang penting untuk menyampaikan

manfaat KB kepada maayarakat agar mereka mau ikut KB. Pasangan yang mau ber-KB kita

berikan arahan atau biasa disebut konseling, konseling bertujuan untuk memberikan bagaimna

yang seharusnya mereka lakukan, alat apa yang sebaiknya digunakan, baru kemudian di rujuk ke

puskesmas atau ke rumah sakit Q2 Bagaimana respon dari masayrakat dalam program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan?

Responnya bagus, sudah 80 berhasil, tinggal ditingkatkan lagi MOW dan MOP Q3 Apa yang menyebabkan masyarakat tidak ikut KB?

Peserta MOW dan MOP masih sedikit dibanding dengan cara/alat kontrasepsi yang lain ini karena

kurangnya diskusi antar pasangan untuk mengijinkan pasangannya untuk KB. Q4 Apa yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan program Keluarga Berencana?

Terwujudnya keluarga sejahtera

Q5 Apa saja faktor yang dapat menentukan program Keluarga Berencan dapat berhasil?

1) Seringnya dilakukan Penyuluhan

2) Diadakannya Pelayanan Pemasangan alat KB gratis Q6 Bagaimana sarana dan prasarana untuk mendukung program Keluarga Berencana ini?

PLKB diberikan fasilitas lapangan berupa motor, memudahkan PLKB dalam penyuluhan

ke desa-desa dan kegiatan lainnya dilapangan. Kemudian kita juga membutuhkan

MOPEN sebagai mobil penerangan berisi alat-alat kontasepsi. Kita menyambut baik

dengan adanya MOPEN yang telah distujui oleh pusat sebagai fasilitas lapangan

tambahan sehingga dapat memperlancar lagi pelaksanaan program

Q7 Kendala apa yang dihadapi ?

sejauh ini tidak ada kendala yang berati yang menghambat pelaksanaan program KB

disini karena berkat bantuan para kader Q8 Bagaimana upaya yang dilakukan untuk merubah paradigma masyarakat tentang KB?

Melakukan Penyuluhan dengan mengahadirkan tokoh agama dan tokoh masyarakat serta

masyarakat itu sendiri dengan cara berdiskusi dengan metode ceramah. Q9 Bagaimana standar waktu kerja Kegiatan program Keluarga Berencana (penyuluhan,

pelayanan KB,dll) yang dilakukan?

biasanya dilakukan penyuluhan bila ada undangan dari desa meminta kita untuk melakukan

penyuluhan kepada masayrakat. Sedangkan pemsangan alat kontasepsi biasa kita kalukan tiga

bulan sekali untuk IUD dan Implant di puskesmas atau di desa yang telah ditetapkan. Seringnya

dilakukan dipuskesmas karena lebih mudah dalam menyiapkan peralatan yang akan digunakan,

kalu di desa aga slit untuk membawa peralatan yang akan digunakannya

Keterangan : I1.3 = PLKB Kecamatan Taktakan Kota Serang

Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara

Catatan Lapangan : Wawancar hari Selasa, 11 Oktober 2011, Pukul 11. 10 WIB. Wawancara dilakukan di

Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan

I

Q

I1.4

Q1 Apa tujuan dari Program Keluarga Berencana ?

Untuk menekan pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin meningkat. Q2 Bagaimana respon dari masyarakat dalam program Keluarga Berencana di Kecamatan

Taktakan?

terkadang masih adanya warga yang merasa ketakutan apabila kita mendatanginya untuk

memberikan penyuluhan, mereka langsung cepat-cepat menutup pintu rumah mereka. Biasanya

warga yang kalangan menengah kebawah atau biasa kita sebut keluarga pra sejahtera yang berada

di daerah pelosok. Dengan adanya kejadian tersebut maka kita (penyuluh) biasanya melakukan

pendekatan dengan tokoh masyarakat atau kader di lingkungan tersebut untuk mendampingi

penyuluh sehingga agar warga tidak merasa takut lagi dan tidak merasa asing dengan kehadiran

petugas. Tokoh masyarakat atau kader setempat memberikan pengertian kepada warga akan

adanya maksud dan tujuan kita (penyuluh) Q3 Apa yang menyebabkan masyarakat tidak ikut KB?

Karena kurang memahaminya manfaat KB Q4 Apa yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan program Keluarga Berencana?

Semua keluarga ikut KB Q5 Apa saja faktor yang dapat menentukan program Keluarga Berencan dapat berhasil?

1) Penyuluhan dan Pelayanan

2) Fasilitas yang memadai Q6 Sejauhmana paradigma “banyak anak, banyak rezeki” dapat diubah?upaya apa yang

dilakukan untuk merubah paradigm tersebut?

Dilakukanya penyuluhan agar masyrakat mengerti tujuan dan manfaat KB. Ada tiga jenis cara

penyuluhan kepada masyarkat yaitu cara individual yang sering dikenal dengan dor to dor,

artinya mendatangi setiap masyarakat ke rumah mereka satu per satu. cara kedua yaitu

berkelompok yang merupakan cara dengan membentuk suatu kelompok sebagai wadah yang

terdiri dari orang-orang yang anggotanya terdiri dari seluruh keluarga dalam satu rukun tentangga

secara suka rela berperan aktif mengelola program KB dengan tingkat rukun tetangga. yang

ketiga adalah komunikatif yaitu metode ceramah dengan mengumpulkan semua elemen dari

tokoh agama, tokoh masyarakat serta masyarakat sendiri.

Q5 Bagaimana sumber daya yang ada (staf /fasilitas ) dalam menjalankan Program ini?

Yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas kantor yaitu tidak

adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat untuk keperluan kegiatan program

ini biasanya mesti ke rental komputer, sehingga kurang efektif dan efisien dan menghambat

kelancaran kegitan. Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB diberikan motor untuk

mendukung tugas ke lapangan Q6 Kendala apa yang dihadapi ?

Yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas kantor yaitu tidak

adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat untuk keperluan kegiatan program

ini biasanya mesti ke rental komputer, sehingga kurang efektif dan efisien dan menghambat

kelancaran kegitan. Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB diberikan motor untuk

mendukung tugas ke lapangan penyuluh sehingga agar warga tidak merasa takut lagi dan tidak

merasa asing dengan kehadiran petugas. Tokoh masyarakat atau kader setempat memberikan

pengertian kepada warga akan adanya maksud dan tujuan kita (penyuluh)

Keterangan : I1.4 = PLKB Kecamatan Taktakan Kota Serang

Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara

Catatan Lapangan : Wawancar hari Selasa, 11 Oktober 2011, Pukul 10. 10 WIB. Wawancara dilakukan di

Rumah Sakit DKT

MATRIKS SETELAH REDUKSI

A. Faktor Sumber Daya

Q

I

Berapakah Jumlah dan bagaimanakah latar belakang pelaksana yang ada di

UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan?

I1.1 Di UPT Kecamatan ini memiliki 5 pegawai yang terdiri dari Kepala UPT,

Kasubag, dan 2 PLKB serta 1 orang saff. Jumlah PLKB yang ada di Kecamatan

Taktakan hanya berjumlah 2 orang, jumlah ini sebenarnya kurang memadai

untuk menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan Taktakan, apabila ada

kegiatan yang akan dilaksanakan kadang kita kesulitan tetapi Alhamdulliah

PLKB dibantu oleh para kader di tiap desa dengan suka rela mambatu.

I1.4 Latar pendidikan saya sesuai dengan pekerjaan yang saya geluti saat ini yang

berhubungan dengan kesehatan yaitu KB, ini mempermudah saya

melaksanakan tugas ini, saya dapat memberikan pemahaman, pengetahuan

mengenai manfaat dari program ini ke masyarakat

I1.3 Agama bidang pendidikan yang saya ambil ini ternyata membantu dalam

pekerjaan saya. Terkadang dilapangan masih ada masyarakat yang berpendapat

bahwa KB itu dilarang oleh agama, dengan latar pendidikan yang saya miliki

ini, saya dapat menjelaskan sesuai dengan ilmu yang saya punya

Q

I

Apa tujuan dari program Keluarga Berencana? Bagaimanakah pelaksanaan

programnya?

I1.1 Program Keluarga Berencana sendiri bertujuan yaitu untuk menekan

Pertumbuhan penduduk, sedangkan secara khususnya yaitu untuk mengurangi

angka kesakitan ibu setelah melahirkan, mengurangi angka kematian bayi. Dari

tujuan tersebut mengandung informasi yang perlu diketahui oleh pelaksana

kebijakan program maupun pelakunya, untuk itu adanya kegiatan atau tidakan

yang dilakukan memalui pelayanan KB, penyuluhan serta pembinaan kepada

masyarakat akan pentingnya KB

I1.2 Tujuan untuk menjarangka kelahiran, dan menekan angka kelahiran. Pelaksanaan

program Keluarga Berencana disini dilakukan berbagai kegiatan adanya pembinaan,

penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya KB bagi mereka, kemudian

diadakannya pelayanan KB gratis untuk memotivasi dan meberikan kemudahan bagi

keluarga pra sejahtera dalam mendapatkan pelayanan KB sehingga diharapkan akan

lebih banyak lagi masyarakat ikut program KB

I1.4 Bertujuan agar terwujudnya keluarga yang sejahtera. Dalam pelaksanaannya dilakukan

Pembinaan, penyuluhan. Penyuluhan merupakan cara yang penting untuk

menyampaikan manfaat KB kepada maayarakat agar mereka mau ikut KB. Pasangan

yang mau ber-KB kita berikan arahan atau biasa disebut konseling, konseling bertujuan

untuk memberikan bagaimna yang seharusnya mereka lakukan, alat apa yang

sebaiknya digunakan, baru kemudian di rujuk ke puskesmas atau ke rumah sakit

I1.3 Untuk menekan pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin meningkat.

Q

I

Bagaimana sarana dan prasarana untuk mendukung program Keluarga

Berencana ini?

I1.1 Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk mendukung dalam keberhasilan

pelaksanaan program. Sarana dan prasarana yang tersedia yaitu fasilitas

lapangan berupa motor diberikan pada setiap PLKB dan mobil penerangan

(MOPEN) yangi baru di setujui pada tahun 2010 dari pusat untuk membantu

kelancaran kegiatan. Sedangkan fasilitas kantor seperti kursi, rak –rak, lemari,

meja serta alat tulis kantor lainnya walaupun belum tersedianya komputer

karena terbatasnya anggaran

I1.4 PLKB diberikan fasilitas lapangan berupa motor, memudahkan PLKB dalam

penyuluhan ke desa-desa dan kegiatan lainnya dilapangan. Kemudian kita juga

membutuhkan MOPEN sebagai mobil penerangan berisi alat-alat kontasepsi.

Kita menyambut baik dengan adanya MOPEN yang telah distujui oleh pusat

sebagai fasilitas lapangan tambahan sehingga dapat memperlancar lagi

pelaksanaan program

I1.3 Yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas

kantor yaitu tidak adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat

untuk keperluan kegiatan program ini biasanya mesti ke rental komputer,

sehingga kurang efektif dan efisien dan menghambat kelancaran kegitan.

Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB diberikan motor untuk mendukung

tugas ke lapangan

I2.9 Apabila ada pembinaa atau penyuluhan biasanya disediakan tempatnya di balai

desa

I2.1 Ya paling kalau ada penyuluhan biasanya di kantor desa atau balai desa.

B. Faktor Komunikasi

Q

I

Bagaimana upaya yang dilakukan untuk merubah paradigma masyarakat

tentang KB?

I1.1 Dilakukannya pembinaan dimasyarkat dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat,

agar masyarakat yang memiliki pemikiran bahwa KB tidak boleh dalam agama dapat

berubah, pada hal KB tidak bertentangan dengan agama karena KB bukan membunuh

tepi hanya menjarangkan kehamilan untuk mengatur kelahiran

I1.3 Melakukan Penyuluhan dengan mengahadirkan tokoh agama dan tokoh masyarakat

serta masyarakat itu sendiri dengan cara berdiskusi dengan metode ceramah.

I1.4 Dilakukanya penyuluhan agar masyrakat mengerti tujuan dan manfaat KB. Ada tiga

jenis cara penyuluhan kepada masyarkat yaitu cara individual yang sering dikenal

dengan dor to dor, artinya mendatangi setiap masyarakat ke rumah mereka satu per

satu. cara kedua yaitu berkelompok yang merupakan cara dengan membentuk suatu

kelompok sebagai wadah yang terdiri dari orang-orang yang anggotanya terdiri dari

seluruh keluarga dalam satu rukun tentangga secara suka rela berperan aktif mengelola

program KB dengan tingkat rukun tetangga. yang ketiga adalah komunikatif yaitu

metode ceramah dengan mengumpulkan semua elemen dari tokoh agama, tokoh

masyarakat serta masyarakat sendiri.

C. Faktor Disposisi

Q

I

Tolak ukur atau Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan

program KB?

I1.1

4) Anggaran dari APBD dan APBN untuk Program KB

5) Sarana dan Prasarana beruPa kendaraan

6) Personil yang berdedikasi yang tinggi, sangguP mengabdikan dirinya untuk

masyarakat seperti PLKB dan Para kader desa.

selain dana dan sarana prasarana, faktor yang menjadi tolak ukur tercapainya kebijakan

yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan program Keluarga Berencanan

adalah personil yang sanggup mengabdikan dirinya untuk mengemban tugas yang

diberikan seperti petugas lapangan yang senantiasa memberikan penyuluhan ke setiap

desa-desa, kemudian para kader yang sukarela membantu para petugas lapangan,

mengabdikan dirinya untuk program ini

I1.2 1) Penyuluhan melalui tokoh masyarakat

2) Melakukan koordinasi yang baik dengan Pihak yang terkait dalam Pelaksanaan

kegiatan-kegiatan Program KB

3) Dilakukannya Pertemuan instansi masyarakat, Pos KB dan kader Puskesmas

I1.3 3) Seringnya dilakukan Penyuluhan

4) Diadakannya Pelayanan Pemasangan alat KB gratis

I1.4 3) Penyuluhan dan Pelayanan

4) Fasilitas yang memadai

Q

I

Siap saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan program Keluarga

Berencana?

I1.1 Bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan

pelayanan KB gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang

menangani pelayanan tersebut

I1.2 kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang

terkait seperti tentunya dengan Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat,

tokoh agama, aparat desa, kader dan tentunya PLKB

I1.4 dalam melakukan penyuluhan dibantu oleh kader desa yang lebih mengetahui

karakter masyarakat di desa, tokoh masyrakat dan tokoh agama. Sedangkan

apabila kegiatan pelayanan KB gratis bekerjasama dengan puskesmas dan

Rumah Sakit

I2.5 kader membatu mendata di masing-masing lingkungan yang sudah ditetapkan,

kemudian dilaporkan kepada PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa

peserta KB

I2.6 kader membatu mendata di masing-masing lingkungan yang sudah ditetapkan,

kemudian dilaporkan kepada PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa

peserta KB

I2.3 membatu mendata di desa yang sudah ditetapkan, kemudian dilaporkan kepada

PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa peserta KB

D. Faktor Struktur Birokrasi

Q

I

Bagaimana standar waktu kerja Kegiatan program Keluarga Berencana

(penyuluhan, pelayanan KB,dll) yang dilakukan ?

I1.1 tiga bulan sekali kami mengadakan pelayanan KB yang diselenggarakan di Rumah

Sakit DKT untuk pelayanan MOP dan MOW

I1.3 biasanya dilakukan penyuluhan bila ada undangan dari desa meminta kita untuk

melakukan penyuluhan kepada masayrakat. Sedangkan pemsangan alat kontasepsi

biasa kita kalukan tiga bulan sekali untuk IUD dan Implant di puskesmas atau di desa

yang telah ditetapkan. Seringnya dilakukan dipuskesmas karena lebih mudah dalam

menyiapkan peralatan yang akan digunakan, kalu di desa aga slit untuk membawa

peralatan yang akan digunakannya

I1.4 sebenarnya penyluhan ngga dilakukan setiap hari, kalau ada pelayanan KIE atau

kegiatan-kegiatan yang ankan dilakukan, baru dilakukan penyuluhan mendatangi

warga ke rumah rumah agar mereka mau ikut pelayanan. pemsangan alat kontasepsi

biasa kita kalukan tiga bulan sekali untuk IUD dan Implant di puskesmas atau di desa

yang telah ditetapkan. Seringnya dilakukan dipuskesmas karena lebih mudah dalam

menyiapkan peralatan yang akan digunakan, kalu di desa aga slit untuk membawa

peralatan yang akan digunakannya

I2.2 penyuluhan dilakukan biasanya sebulan sekali, pada saat ada pengajian ibu-ibu atau

pertemuan-pertemuan

I2.4 pelayana gratis ini sering dilakukan, kalu ngga salah tiga bulan sekali mah ada.

Biasanya kalau ada kegiatan ini saya ditugaskan untuk membawa atau mengajak

masyarakat untuk mau ikut pelayanan ini bisa dari yang sudah menjadi peserta KB

aktif maupun yang belum KB juga

Q

I

Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Kegiatan program Keluarga

Berencana?

I1.1 Bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan

pelayanan KB gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang

menangani pelayanan tersebut

I1.2 kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang terkait

seperti tentunya dengan Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat, tokoh agama,

aparat desa, kader dan tentunya PLKB.

pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan kegiatan-kegiatan

khusunya dalam kegiatan pelayanan KB gratis kepada masyarkat, seprti yang akan

dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 oktober kita bekerja sama dengan puskesmas

sebagai yang melakukan pelayanan (pemasangan alat kontasepi) dan Koramil (karena

bertepatan dengan ulang tahun ABRI) memfasilitasi kendaraan untuk antar jemput

peserta KB. kemudian kita (UPT BPMPKB Kecamatan) mengkoordinasi dan

memantau jalannya pelayanan tersebut, sedangkan anggaran atau biaya itu dari pusat

PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM

KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini.

Kerahasiaan informan dalam penelitian ini akan terjaga.

Informan :

1. Petugas Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB)

Pertanyaan :

1. Apa tujuan dari adanya program KB?

2. Bagaimanakah perubahan yang ingin dicapai dari adanya program KB ini?

3. Bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam program KB ini?

4. Apa yang menyebabkan masyarakat tidak ikut program KB?

5. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh petugas kepada masyarakat?

6. Menurut Saudara apakah ada kendala yang dihadapi petugas dalam mensosialisaikannya?

7. Bagaimana strategi sosilaisasinya?

8. Apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan program KB di kecamatan ini?

9. Bagaiamana cara petugas dalam mensukseskan program KB?

10. Bagaimana tanggapan saudara tentang paradigma yang ada di masyarakat bahwa “banyak

anak banyak rezeki”?

11. Menurut saudara faktor apa sajakah yang dapat menentukan Program KB dapat berhasil?

PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM

KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini.

Kerahasiaan informan dalam penelitian ini akan terjaga.

Informan :

1. Masyarakat Pengguna KB dan Masyarakat Bukan Pengguna KB

Pertanyaan :

1. Siapakah nama saudara? Alamatnya dimana? Berapakah anak yang anda punya? apakah

pekerjaan saudara dan suami? Pendidikan saudara dan suami?

2. Apakah yang saudara ketahui mengenai Program Keluarga Berencana (KB)?

3. Apakah saudara ikut Program KB? Alasan saudara ikut/tidak ikut KB?

4. Menurut saudara/i apakah manfaat dari adanya Program KB?

5. Alat kontrasepsi apa yang saudara/i gunakan? Alasan anda menggunakan jenis alat

konstarsepsi tersebut?

6. Apakah sebelum mengikuti KB anda sudah mendiskusikannya dengan pasangan?

PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM

KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini.

Kerahasiaan informan dalam penelitian ini akan terjaga.

Informan :

1. Tokoh Masyarakat

2. Tokoh Agama

Pertanyaan :

1. Siapakah nama saudara?

2. Bagaimana tanggapan saudara mengenai program KB?

3. Bagaimana Program KB menurut kacamata agama?

4. Bagaimana tanggapan saudara mengenai paradigma yang mengatakan bahwa “banyak

anak,banyak rezeki”?

DOKUMENTASI

Ket: Wawacara dengan Kasubag KB BPMPKB Kota Serang dan wawancara dengan Kabag UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan

K k kkk eter Ket: Wawancara dengan PLKB Kecamatan Taktakan

Ket: Wawancara dengan Tokoh Masyarakat

Ket: Wawancara dengan Akseptor/ peserta KB

Ket: Wawancara dengan Kader

Ket: Wawancara dengan Non Akseptor

Ket: Kondisi pada saat pelayanan pemasangan alat KB (Implan) gratis di puskesmas Taktakan

Ket: Suasana pada saat pelayanan MOP dan MOW gratis di Rumah Sakit DKT

Ket:: Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan

Ket:: Puskesmas Taktakan

Ket:: Kantor Kelurahan Pangung Jati

Ket: fasilitas Lapangan PLKB

Ket: Rapat petugas/pegawai dan kader sebelum pelayanan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pepy Novia Hidayah

Tanggal lahir : 12 November 1987

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Pandeglang Km 4 Rt.03/ 05

Kel. Karundang Kec. Cipocok Jaya Kota Serang Banten

PENDIDIKAN

1. SD Negeri Karundang, Serang Tahun 1999 – 2000 ( Berijazah )

2. SMP Negeri 2 Cipocok Jaya Tahun 2002– 2003 ( Berijazah )

3. SMA Negeri 1 Cipocok Jaya Tahun 2005 – 2006 ( Berijazah )

PENGALAMAN KERJA

1. PT. Tegar Jaya Abadi, Tanggerang : Staff Adm (Juni 2011- Juli 2011)