pengaruh faktor-faktor produksi terhadap - perpustakaan ...

116
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN PADI DI KELURAHAN PADANG SAPPA KECAMATAN PONRANG KABUPATEN LUWU Oleh : JAYADI P1000209013 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Transcript of pengaruh faktor-faktor produksi terhadap - perpustakaan ...

i

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAPPENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN PADI DI KELURAHANPADANG SAPPA KECAMATAN PONRANG KABUPATEN LUWU

Oleh :

JAYADI

P1000209013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

ii

Lembar pengesahan

iii

ABSTRAK

JAYADI. Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap peningkatan produktivitas

lahan padi di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu

(di bimbing oleh Salengke dan Palmarudi Mappigau)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh input-

input produksi luas lahan, bibit, pupuk, dan pestisida terhadap produktivitas lahan

padi.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan

Ponrang, Kabupaten Luwu. Data primer yang didapatkan dari penelitian ini diolah

dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda, fungsi produksi

cobb douglas, dan analisis jalur.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel luas lahan, bibit, pupuk, dan

pestisida memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produktivitas

lahan padi dengan taraf kepercayaan 95%. Jumlah nilai elastisitas produktivitas

lahan padi di daerah ini adalah sebesar 1,4 ini berarti secara umum produktivitas

lahan padi di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

berada dalam skala increasing return to scale di mana dapat diartikan bahwa

proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi padi

yang tidak sebanding dengan jumlah input (belum proporsional) sehingga

disarankan untuk penambahan terhadap beberapa input produksi agar

mendapatkan produktivitas lahan yang lebih maksimal

Kata kunci : produksi, padi, input, skala usaha, Sulawesi Selatan

iv

ABSTRACT

Jayadi. Influence of production factors on productivity of rice land inPadang Sappa, Ponrang, Luwu regency. (Teached by Salengke andPalmarudi Mappigau)

This research aims to find out how big the influence of input-input

production of broad land, seeds, fertilizers, and pesticides against rice land

productivity.

Primary Data that are obtained from this research are processed and

analysed using regression analysis, cobb douglas production function, and path

analisys

This research at in the Village of Padang Sappa Subdistrict Ponrang are

Luwu Regency. Results of the analysis show that vast land, variable seed,

fertilizer, and pesticide give a positive and significant effect on the productivity of

rice land with 95% confidence level. The amount of elasticity values of land

productivity in this region is rice of 1.4 this means in general productivity of rice

land in the Village of Padang Sappa Subdistrict Ponrang are Luwu Regency in

increasing return to scale scale where can be defined that proportion of the

addition of production inputs would result in additional production of rice which

is not proportional to the number of inputs (not proportional) so it is advisable for

the addition of a couple of production inputs in order to obtain more land

productivity maximized

Keywords: production, rice, input, bisnis scale, South Sulawesi

v

KATA PENGANTAR

Sebagai hamba patutlah penulis panjatkan puji dan syukur

kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat

dalam mengakhiri studi pada program studi agribisnis program

pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Menyadari sepenuhnya berbagai keterbatasan, kelemahan dan

kekeurangan yang ada dalam proses penyelesaian studi penulisan ini.

Maka uluran tangan dan jasa baik dari berbagai pihak baik moril maupun

materil sangat berharga dan tidak dapat dipungkiri. Oleh karena itu melalui

penulisan dan kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Rektor Unhas, Direktur Program Pascasarjana Unhas

beserta Staf, Ketua Program Studi Agribisnis, Karyawan dan

Karyawati Program Pascasarjana Unhas Makassar yang telah

membantu dalam berbagai urusan maupun kegiatan akademik dan

kemahasiswaan selama studi di perguruan tinggi.

2. Bapak/Ibu Dosen (Azatidz) Program Studi Agribisnis Program

Pascasarjana Unhas Makassar yang telah membantu dan

mendukung selama mengikuti studi.

vi

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Salengke, M.Sc sebagai pembimbing I dan

bapak Dr. Ir.Palmarudi Mappigau, SU sebagai pembimbing II yang

dengan kesungguhan hati membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik.

4. Pimpinan Beserta Staf Dan Pegawai Kantor Dinas Pertanian Dan

Badan Pusat Statistik Belopa yang telah mengijinkan, membantu

dan melayani penulis guna memperoleh data dan informasi selama

melakukan penelitian.

5. Sahabat-Sahabatku Se-Angkatan Maupun Berbeda Angkatan, Se-

Perjuangan dan Semua Pihak yang tidak sempat penulis sebutkan

satu per satu dengan penuh perhatian dan kesungguhan hati

membantu baik langsung maupun tidak langsung selama proses

studi kami hingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Atas segala perhatian, bantuan dan uluran tangan dengan hati

yang tulus terhadap penulis dalam menyelesaikan studi dan penulisan ini,

rasanya penulis tak sanggup membalasnya, namun melalui do`a dan

harapan semoga amal kebajikan yang telah disumbangkan dapat diterima

dan memperoleh balasan yang baik dari ALLAH,SWT.

Akhirnya dengan menyadari berbagai kekurangan dan kelemahan

serta keterbatasan, penulis berlapang dada menerima berbagai masukan

dan saran positif guna penyempurnaan yang lebih baik.

Makassar, 13 Maret 2013

Penulis

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. ii

ABSTRAK............................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR........................................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................. x

DAFTAR TABEL................................................................................................. x

MOTO................................................................................................................... xii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR............................ 7

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Penciptaan Alam untuk Kebutuhan

Hidup Manusia......................................................................... 8

2. Konsep Efisiensi....................................................................... 10

3. Pengertian produksi, produktivitas, dan Fungsi Produksi. 11

4. Faktor-faktor Produksi............................................................. 25

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas................ 28

viii

6. Pengertian Produksi Tanaman Pangan............................... 32

7. Market Surplus dan Marketable Supply............................... 37

8. Pengertian Tanaman Padi...................................................... 44

B. Kerangka Pikir................................................................................ 47

C. Hipotesis ......................................................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 50

A. Waktu dan Tempat........................................................................ 50

B. Penentuan Sampel Petani Responden...................................... 50

C. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 51

D. Alat analisis..................................................................................... 52

E. Konsep Operasional...................................................................... 59

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN LUWU...................................... 61

Keadaan Geografi Kabupaten Luwu.......................................... 61

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN............................................. 68

1. Karakteristik Responden............................................................... 68

2. Uji Asumsi Klasik........................................................................... 72

3. Statistik Deskriptif.......................................................................... 85

4. Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas.................................... 86

5. Analisis jalur.................................................................................... 91

6. Efisiensi biaya produksi................................................................ 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 101

A. Kesimpulan..................................................................................... 101

B. Saran............................................................................................... 102

ix

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Skala Produksi............................................................................ 18

2. Gambar Kurva Pertambahan yang Semakin Berkurang..................... 22

3. Gambar Pohon Pengelompokan Bahan Penyubur

Tanah dan Tanaman................................................................................. 31

4. Gambar Tanaman Padi............................................................................. 45

5. Gambar Skema Kerangka Pikir............................................................... 48

6. Gambar Histogram Volume Produksi Padi............................................ 76

7. Gambar Normal P-Plot of Regression Standardized Residual.......... 77

8. Gambar Scatterplot dalam Uji Heteroskedastisitas.............................. 83

9. Gambar Grafik Perbandingan Antara Ln Y

Observasi dan Ln Y Regresi.................................................................... 88

10. Gambar skema analisis jalur.................................................................... 96

DAFTAR TABEL

1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Luwu........................................... 62

2. Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan, dan Desa dan Kelurahan di

Kabupaten Luwu........................................................................................ 63

3. Deskripsi Responden Menurut Kelompok Umur.................................. 69

4. Deskripsi responden menurut tingkat pendidikan.............................. 69

5. Deskripsi responden menurut jumlah tanggungan keluarga.............. 70

6. Deskrispsi jawaban responden menurut tingkat

pengalaman bertani.................................................................................. 70

xi

7. Deskripsi jawaban responden menurut status kepemilikan tanah.... 71

8. Deskripsi jawaban responden menurut luas lahan.............................. 72

9. Uji f berdasarkan tabel anova.................................................................. 73

10. Uji t berdasarkan tabel coefficient.......................................................... 73

11. Hasil olahan data uji normalitas dengan one-sample smirnov.......... 78

12. Hasil olahan data colineritas statistic..................................................... 80

13. Hasil olahan data autokorelasi................................................................ 82

14. Hasil olahan data uji heteroskedastisitas dengan metode glesjer..... 84

15. Hasil olahan data mengenai statistik deskriptif dengan

menggunakan spss versi 17.................................................................... 85

16. Hasil olahan data dengan spss release 17............................................ 87

17. Hasil uji parsial faktor produksi dengan produksi padi....................... 90

18. Hasil perhitungan analisis jalur............................................................... 92

19. Hasil perhitungan efisiensi penggunaan biaya produksi..................... 93

20. Data input produksi padi........................................................................... 97

21. Hasil perhitungan efisiensi penggunaan biaya produksi..................... 99

xii

Moto

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah. Dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

Yang mengajar (Manusia) dengan perantaraan kalam.

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.

(Q .S. Al-Alaq : 1-5)

xiii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulisan ini saya persembahkan dengan sepenuh hati keharibaan :

1. Ibunda tercinta Radiah Mustari dan Ayahanda tercinta Drs. Nuhun

Ahmad, MS yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan,

mendidik dan senantiasa mendoakan penulis hingga memperoleh

kehidupan yang terbaik dan dengan sepenuh hati rela

mengorbankan segala apa yang dimiliki demi masa depan anak,

cucu dan seluruh keluarga.

2. Keluarga besar yang namanya tidak sempat saya sebutkan satu

persatu yang turut berkorban dalam meraih keberhasilan ini.

3. Orang yang senantiasa mencintaiku dan dicintai olehku.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian masih mendominasi struktur ekonomi Provinsi

Sulawesi Selatan, di samping itu sektor ini juga dapat menyediakan

lapangan kerja bagi angkatan kerja yang belum memperoleh pekerjaan

pada sektor lain. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan usaha di

bidang pertanian tidak dibutuhkan keahlian khusus dan tingkat pendidikan

yang cukup tinggi, dalam artian bahwa dalam bertani dapat dikelola

dengan cara tradisional. Namun pengelolaan lahan pertanian dengan cara

tersebut tidak dapat memberikan produksi yang maksimal sebagaimana

yang diharapkan maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi teknologi

pertanian dan meningkatkan keterampilan bertani para petani di daerah

tersebut.

Di samping usaha tersebut upaya lain yang dilakukan di antaranya

program intensifikasi padi, jagung dan kedelai di seluruh kabupaten/kota

utamanya pada daerah-daerah produksi padi seperti Sidrap, Bone,

Soppeng, Pinrang, Wajo dan Luwu.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan para petani

melalui pemasyarakatan teknologi baru dan pengalaman usaha terpadu

dengan komoditas dasarnya seperti padi, jagung dan kedelai. Walaupun

penanaman padi telah rutin dilakukan petani khususnya di Kelurahan

Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu, namun belum

2

memberikan hasil yang menggembirakan, ini terbukti dari rendahnya hasil

yang diperoleh para petani tiap musim panen, dan hambatan yang paling

dominan adalah metode pembudidayaan yang belum sepenuhnya

tersentuh teknologi pertanian seperti dalam penggunaan sarana produksi.

Sosialisasi teknologi baru berupa pengadaan dan pemanfaatan

faktor-faktor produksi yang secara efektif diharapkan akan memberikan

hasil yang lebih menguntungkan, seperti penggunaan bibit unggul yang

tahan hama dan penyakit, pengaturan dan pengendalian air, pengaturan

pola tanam, pemberian pupuk dan penggunaan pestisida yang baik dan

benar.

Upaya untuk mencapai dan melestarikan swasembada pangan,

maka diharapkan pada tantangan seperti penyusutan lahan-lahan subur,

ancaman hama atau penyakit dan keadaan lingkungan, bisa teratasi.

Pada sisi lain sumber daya terbatas perlu dimanfaatkan secara efisien.

Dalam pencapaian produksi padi yang maksimal dengan lahan pertanian

yang terbatas dituntut penggunaan input-input secara tepat, seperti

penggunaan luas lahan, bibit, pupuk, dan pestisida. Petani kadang

menggunakan pupuk secara berlebihan dengan harapan agar

memperoleh hasil yang lebih tinggi dan tanaman selalu hijau. Tindakan ini

selain tidak efisien juga mencemari lingkungan.

Dengan adanya beberapa aspek yang mempengaruhi pendapatan

petani, maka petani harus berupaya seoptimal atau setepat mungkin

untuk memanfaatkan lahan sebaik-baiknya dengan profesionalisme yang

3

dimiliki. Begitu pula dapat memanfaatkan tenaga kerja secara seimbang.

Penggunaan pupuk yang seimbang, pestisida dan sebagainya, karena

semua aspek pada hakekatnya merupakan biaya yang harus dikeluarkan

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka memperoleh

hasil pertanian yang maksimal. Dari berbagai aspek tersebut, yang

penting dimiliki oleh petani adalah pengetahuan tentang tata cara

mengelola pertanian, sehingga mampu menghasilkan padi yang maksimal

dengan luas lahan yang tersedia. Pengetahuan tentang tata cara

pertanian tersebut seperti pengetahuan penggunaan pestisida, pupuk, dan

sebagainya.

Dalam rangka meningkatkan prodeuksi padi sebagai upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan petani, maka faktor-faktor yang

mempengaruhi peningkatan produksi harus diperhatikan dengan baik. Hal

itu dilakukan agar kegiatan pertanian yang dilakukan dapat efisien, dalam

arti tidak menyebabkan inefisiensi dalam pengelolaan pertanian, berarti

keuntungan yang diperoleh akan semakin kecil. Oleh karena itu, petani

harus mengetahui tata cara bertani dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji

secara ilmiah mengenai “Pengaruh faktor-faktor produksi terhadap

peningkatan produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang Sappa

Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu”.

Untuk mengarahkan penelitian ini agar tidak menyimpang dari

sasaran yang dituju maka perlu membuat batasan ruang lingkup

4

permasalahan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah

menganalisa atau mengolah data kuantitatif dengan menggunakan analisa

korelasi, analisa regresi, fungsi produksi cobb douglas, analisis jalur,

analisis efisiensi teknik, analisis efisiensi harga, dan analisis efisiensi

ekonomi. Data kuantitatif yang digunakan adalah data tentang faktor-

faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas lahan padi yang terdiri

dari luas lahan, bibit, pupuk, dan pestisida.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, ditemukan suatu rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar penggunaan faktor-faktor produksi (luas lahan, bibit,

pupuk, dan pestisida) mempunyai pengaruh terhadap peningkatan

produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan

Ponrang Kabupaten Luwu ?

2. Faktor apakah yang paling dominan mempunyai pengaruh terhadap

peningkatan produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang Sappa

Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu?

3. Berapa besar kontribusi masing-masing faktor-faktor produksi dan

faktor produksi apa yang memberikan kontribusi paling besar terhadap

peningkatan produktivitas lahan padi

5

4. Bagaimana kondisi skala hasil produksi lahan padi secara teknik

apakah konstan (constan return to scale), naik (increasing return to

scale), atau turun (decreasing return to scale)

5. Apakah penggunaan faktor-faktor produksi sudah efisien secara harga

atau sebaliknya terjadi inefisiensi?

6. Apakah produksi padi para petani di Kelurahan Padang Sappa

Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu sudah efisien secara ekonomi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan faktor-faktor

produksi (luas lahan, bibit, pupuk dan pestisida) terhadap peningkatan

produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan

Ponrang Kabupaten Luwu.

2. Untuk mengetahui faktor produksi apa yang paling dominan

mempengaruhi tingkat produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang

Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu.

3. Untuk mengetahui faktor produksi apa yang paling dominan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas lahan padi

di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

4. Untuk mengetahui posisi skala produksi padi di Kelurahan Padang

Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

6

5. Untuk mengetahui faktor-faktor produksi mana yang sudah efisien dan

mana yang belum atau tidak efisien sama sekali.

6. Untuk mengetahui produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang

Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu apakah sudah efisien

secara ekonomi atau masih perlu adanya perbaikan efisiensi secara

teknik dan perbaikan efisiensi secara harga

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada petani padi di Kelurahan Padang Sappa

Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu dalam rangka meningkatkan

produksi padinya.

2. Memberikan informasi bagi pemerintah khususnya Dinas Pertanian

terkait untuk melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada para

petani di daerah tersebut berkaitan dengan peningkatan produktivitas

lahan padi

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat penciptaan alam untuk kebutuhan hidup manusia

Alam dan seluruh isinya diciptakan Tuhan untuk umat manusia.

Manusia diharapkan dapat mengelola dan memanfaatkan untuk

kepentingan hidupnya. Dalam Al-Quran ALLAH,SWT berfirman :

Dia-lah yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kalian,

kemudian ia berkehendak pula menciptakan langit, maka Dia

menjadikannya tujuh lapis. Dan Dia Maha Mengetahui segala

sesuatu.(Q.S Al-Baqarah 29).

8

Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal

dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan mudah-mudahan kamu

bersyukur.

Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa

yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada Nya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan

Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 ).

Alam dan seluruh isinya telah ditundukkan oleh ALLAH,SWT buat

kita, selanjutnya tinggal bagaimana cara kita mengolah dan

mengkombinasikannya agar mencapai produksi yang terbaik. Untuk

mencapai produksi yang terbaik perlu dilakukan usaha tani secara baik

pula

Berhasilnya Indonesia meningkatkan produksi padi adalah

merupakan salah satu perwujudan kebijakan pemerintah yang bertekad

ingin menciptakan swasembada pangan khususnya beras, mengingat

peranan beras sebagai komoditi politik yang sangat strategis

Program pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan peningkatan

produksi pangan di antaranya adalah Bimbingan Masyarakat (Bimas),

Intensifikasi Masyarakat (Inmas), dan Intensifikasi Khusus (Insus),

semuanya itu pada dasarnya adalah untuk menunjang peningkatan

produksi padi.

Untuk meningkatkan produksi pertanian, maka saat ini telah

digariskan dalam panca usaha tani yang diterapkan dalam Bimas, Inmas

9

lengkap dengan intensifikasi khusus, hal ini sejalan dengan misi

penyuluhan pertanian untuk menyadarkan petani akan adanya alternatif-

alternatif, metode-metode lain untuk menyelenggarakan usaha tani

mereka. Tugas utama penyuluh pertanian adalah memberikan bantuan

kepada petani agar dapat meningkatkan efisiensi usaha taninya.

Panca usaha tani yang dikembangkan pada tahun 1964 yang diuji

cobaan pada tanah 100 ha oleh staf dan mahasiswa IPB di daerah

Karawang. Inti dari usaha ini adalah 5 usaha ( Mubyarto, 1995) yaitu :

I. Penggunaan bibit unggul,

II. Pemupukan,

III. Pemberantasan hama dan penyakit,

IV. Pengairan, dan

V. Perbaikan dalam cara bercocok tanam.

Bibit unggul saat ini diupayakan penyediaan oleh setiap KUD

sehingga para petani dapat memperolehnya dengan mudah. Pengadaan

bibit unggul tersebut dimaksudkan agar petani memperoleh hasil panen

maksimal. Disamping penggunaan bibit unggul, pemupukan merupakan

faktor yang sangat menentukan peningkatan volume produksi pertanian.

Dengan pemupukan yang sesuai dengan peraturan pertanian yang ada,

mungkin para petani dapat meningkatkan produksi pertanian.

Pemberantasan hama dan penyakit merupakan hal yang sangat

penting diperhatikan oleh petani dan pemerintah, pemberantasan hama

dan penyakit tersebut saat ini memang menjadi fenomena bagi para

10

petani. Oleh karena itu, keberadaan berbagai macam pestisida sangat

dibutuhkan untuk membasmi hama dan berbagai penyakit pada padi.

Pengairan pertanian merupakan salah satu dari sekian faktor

penentu keberhasilan pertanian. Dengan pengairan yang baik, mungkin

para petani dapat mengelola sawahnya dengan maksimal, demikian pula

sebaliknya. Oleh karena itu, merupakan tuntunan dari pemerintah untuk

menyediakan pengairan yang memadai dalam meningkatkan volume

produksi pertanian. Disamping hal tersebut, perbaikan dalam cara

bercocok tanam oleh petani perlu dilakukan dengan cara memberikan

penyuluhan secara intensif agar para petani lebih profesional dalam

mengelolah lahannya.

2. Konsep Efisiensi

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada

waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya.

Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan

keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi,

2006).

Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai

penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang

11

maksimal. Dalam terminology ilmu ekonomi, maka pengertian efisien

dapat digolongkan menajdi 3 macam, yaitu :

1) Efisiensi teknis

2) Efisiensi alokatif (efisiensi harga)

3) Efisiensi ekonomi

Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu

bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian rupa,

sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor

produksi atau input tersebut (Soekartawi, 2001).

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis

(efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan

produksi maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau

nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang

bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian

tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisensi

harga (Soekartawi, 2001).

3. Pengertian Produksi, Produktivitas, dan Fungsi Produksi

a. Pengertian Produksi

Secara sederhana, produksi dapat diartikan sebagai segala

kegiatan yang ditujukan untuk menghasilkan dan menambah nilai suatu

barang. Pengertian produksi yang pernah dikemukakan oleh ahli ekonomi

baik klasik maupun modern hanya berbeda dalam penyajian, tetapi arti

sesungguhnya dari produksi itu sendiri pada prinsipnya adalah sama.

12

Pada hakekatnya arti teori produksi dimulai dengan suatu

proses atau perencanaan tertentu berdasarkan informasi-informasi teknis

yang telah ada. Maksud proses kegiatan tersebut adalah penggunaan

sejumlah input untuk menghasilkan output atau dengan kata lain produksi

adalah transformasi atau pengolahan faktor-faktor produksi menjadi

barang produksi, atau suatu proses di mana masukan (input) menjadi

keluaran (output). Unsur-unsur yang mencirikan kegiatan produksi adalah:

I. Terdapat proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu kegunaan

II. Terdapat beberapa masukan atau input yang didayagunakan dalam

proses.

III. Hasil yang diciptakan oleh proses dapat diukur atau dikuantitaskan

Pengertian produksi yang dikemukakan oleh Internasional Labour

Organizatioan adalah suatu hasil dari empat komponen utama yaitu tanah,

kapital, buruh, dan organisasi.

Menurut pengertian tersebut pada prinsipnya bahwa perbandingan

antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan

ukuran produktifitas, dimana produktivitas adalah hubungan antara

keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang dipakai pada waktu

tertentu.

Menurut Kartasapoetra (1992) bahwa produksi adalah segala

usaha/kegiatan/pekerjaan manusia yang dimanfaatkan untuk

menghasilkan suatu barang yang bermanfaat bagi kehidupan manusia

baik dengan cara memberikan tambahan-tambahan maupun mengubah

13

bentuk barang tersebut. Selanjutnya Kartasapoetra (1998)

mengemukakan bahwa komoditi pertanian dapat dihasilkan dengan

memanfaatkan bidang-bidang tanah yang terbatas, dengan menggunakan

pupuk yang cukup dan teratur, bibit tanaman unggul, tenaga kerja yang

dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, akan dapat

dihasilkan produk tanaman yang memuaskan.

Produksi dalam lapangan usaha tani dapat diartikan sebagai segala

kegiatan petani yang meliputi pengelolaan tanah sampai pemanenan hasil

dengan maksud untuk menghasilkan produksi pertanian. Usaha tani

mencakup semua bentuk organisasi produksi mulai yang berskala besar

termasuk juga budidaya pertanian yang menggunakan lahan secara

intensif.

Sementara itu Winardi (1980) menyatakan bahwa produksi adalah

usaha mengkombinasikan faktor-faktor produksi (output) dengan cara

seefisien mungkin dengan maksud menciptakan faedah untuk memenuhi

kebutuhan manusia.

Hal tersebut tampak bahwa faktor produksi tidak lain merupakan

masukan (input) bagi sistem produksi untuk menghasilkan produk-produk

yang merupakan keluaran sistem produksi tersebut.

Menurut Sudarman (1989) bahwa produksi adalah semua aktifitas

tidak hanya menyangkut pembuatan barang yang dapat dilihat, pengertian

ini menunjukkan bahwa produksi bukan hanya bersifat material akan

tetapi dapat pula berupa jasa.

14

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

produksi merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mempunyai arti penting

karena dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Disamping itu,

produksi juga merupakan kegiatan menghasilkan barang atau jasa

dengan menggunakan faktor-faktor produksi.

Dalam kegiatan budidaya tanaman melibatkan beberapa faktor

produksi seperti tanah, iklim, pengelolaan serta alat-alat yang diperlukan

agar diperoleh hasil maksimal secara berkesinambungan.

Dalam melakukan usaha tani perlu dilakukan upaya

memaksimalkan keuntungan dengan cara :

I. Mengalokasikan input seefisien mungkin untuk memperoleh produksi

yang maksimal, dan

II. Menekan biaya yang sekecil mungkin (cost minimalization).

b. Fungsi Produksi

Dalam menjelaskan mengenai teori produksi dinyatakan bahwa

dalam kegiatan produksi melibatkan beberapa faktor produksi dimana

hasilnya akan selalu tergantung dari faktor produksi yang digunakan atau

merupakan suatu fungsi dari input.

Mubyarto mengemukakan bahwa fungsi produksi dapat dinyatakan

dalam bentuk fungsi sebagai berikut :

Q = f(K,L,R,T)

Di mana:

K = Modal

15

L = Tenaga kerja

R = Kekayaan alam

T = Teknologi

Q = Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor

produksi secara bersama-sama digunakan untuk

memproduksi barang-barang yang sedang dianalisa sifat

produksinya

Persamaan tersebut merupakan gambaran sederhana yang bersifat

umum mengenai kaitan antara faktor-faktor produksi dan jumlah produksi,

sedangkan di dalam ilmu ekonomi fungsi produksi adalah suatu fungsi

yang menyatakan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan

faktor-faktor produksi (input).

A.G Katra Saputra (1998) menjelaskan pengertian fungsi produksi

sebagai berikut:

I. Fungsi produksi menggambarkan hukum proporsi, tercukupinya

masukan-masukan yang diperlukan, maka proses

produksi/transformasi produk yang telah direncanakan untuk suatu

waktu tertentu akan dapat diwujudkan dengan baik dan seimbang.

II. Fungsi produksi menunjang teknologi penggabungan dan pemanfaatan

masukan-masukan agar usaha pencapaian output yang telah

direncanakan untuk suatu kurun waktu dapat diwujudkan.

16

III. Fungsi produksi merupakan hubungan teknis dengan teknologi tertentu.

Masukan-masukan yang diperlukan bagi suatu rencana yang dapat

digabungkan sehingga menghasilkan produksi yang diharapkan.

Sedangkan perbedaan antara produksi dan produktivitas adalah

jika produksi merupakan pengubahan bahan bahan dari sumber sumber

menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen. Maka produktivitas

merupakan sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil

(jumlah barang yang diproduksi) dengan sumber (jumlah tenaga kerja,

modal, tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan

hasil tersebut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa upaya

peningkatan produksi dilakukan dengan menambah input. Akan tetapi

dalam teori produksi ada hukum yang berlaku yaitu hukum pertambahan

hasil yang semakin berkurang (the law of diminishing return). Hukum ini

menyatakan bahwa penambahan jumlah input akan meningkatkan produk

marginal input tersebut, namun pada suatu titik tertentu penambahan input

tersebut akan menyebabkan menurunnya produk marginal dengan asumsi

input produksi lainnya konstan. Hukum hasil yang semakin eberkurang

hanya berlaku jika hanya satu input yang bertambah. Namun jika terjadi

peningkatan yang proporsional terhadap semua input maka dalam teori

produksi dikenal hasil terhadap skala (return to scale). Ada tiga kasus

yang harus dibedakan yaitu:

17

I. Constant return to scale, menunjukkan kasus bilamana perubahan

semua input menyebabkan peningkatan output dengan jumlah yang

sama.

II. Decreasing return to scale, menunjukkan kasus bilamana peningkatan

semua input dengan jumlah yang sama menyebabakan peningkatan

total output yang kurang proporsional.

III. Increasing return to scale, menunjukkan peningkatan semua input

menghasilkan peningkatan output yang lebih besar.

Kalau semua faktor produksi ditambah sekaligus maka hasil

produksi akan naik. Ilmu ekonomi produksi tertarik atau berminat untuk

mempelajari apakah kenaikan hasil produksi itu dengan laju yang semakin

naik, konstan atau semakin menurun. Jika laju kenaikan itu semakin naik

maka peristiwa itu disebut dengan skala produksi yang menaik (increasing

return to scale) dan kalau skala kenaikan hasil produksinya hanya

sebanding atau tetap sama dengan hasil sebelumnya maka ini berarti

skala produksi adalah konstan (constan return to scale), sedangkan kalau

kenaikan hasil produksi menurun disebut skala produksi yang menurun

(decreasing return to scale). Berikut ini adalah gambar skala produksi

18

Gambar skala produksi

Sumber:Carpenter dan Sanders (2007)

Gambar di atas menunujukkan perbandingan kurva (garis) hasil

produksi (output) dengan skala produksi menaik, konstan, dan menurun.

Dalam jangka panjang perbedaan-perbedaan dalam skala produksi tidak

begitu menonjol. Tetapi sudah disebutkan bahwa masalah demikian lebih

mengenai fungsi produksi dalam jangka panjang di mana berbagai variasi

dalam jangka proporsi (perbandingan) faktor-faktor produksi sudah

diterapkan sehingga akhirnya tinggal satu jalan lagi yang masih terbuka

yaitu perluasan skala produksi.

Dari beberapa pengertian dan defenisi yang dikemukakan oleh

beberapa ahli, dapatlah disimpulkan bahwa besar kecilnya produksi yang

dihasilkan sangat banyak ditentukan oleh besar kecilnya faktor produksi

yang digunakan dalam proses produksi. Namun besar kecilnya input

Constant

Increasing

DecreasingX

Y

Gambar 2.1

19

(faktor produksi) yang digunakan mempunyai ukuran yang rasional dan

proporsional dari berbagai masukan yang digunakan tersebut.

Menurut Assauri (1999:23) mengemukakan bahwa ada empat

fungsi terpenting dalam fungsi produksi adalah:

1. Proses pengolahan merupakan metode atau teknik yang digunakan

untuk pengolahan masukan (input)

2. Jasa-jasa penunjang merupakan sarana yang berupa

pengorganisasian yang perlu untuk penerapan teknik dan metode

yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien.

3. Perencanaan, merupakan penerapan keterkaitan dan

pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan

dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu.

4. Pengendalian dan pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin

terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan,

sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan

masukan (input) pada kenyataannya dapat dilaksanakan

Aktivitas produksi sebagai suatu bagian dari fungsi organisasi

perusahaan bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan baku

menjadi produksi jadi yang dapat dijual. Untuk melaksanakan fungsi

produksi tersebut, diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk

suatu sistem produksi yang dapat kita identifikasi, yang dikemukakan oleh

Nasution (2003:1), yaitu:

20

1. Proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam

mengolah bahan baku menjadi produk.

2. Perencanaan produksi, yaitu merupakan tindakan antisipasi di masa

mendatang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan.

3. Pengendalian produksi, yaitu tindakan yang menjamin bahwa semua

kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan telah dilakukan

sesuai dengan target yang telah ditetapakan.

Sehubungan dengan itu, oleh Bilas (1982) menyatakan bahwa

fungsi produksi adalah hubungan fisik antara input (secara luas input

dikelompokkan dalam tanah, tenaga kerja, modal dan wirausaha), sumber

daya dari usaha dan outputnya yang berupa barang dan jasa per unit

waktu.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa besarnya produksi yang

dihasilkan tergantung pada banyak atau kurangnya fungsi produksi (input)

yang digunakan dalam proses produksi.

Lebih lanjut Soekartawi (1993) menyatakan bahwa fungsi produksi

adalah hubungan dengan faktor produksi dalam bentuk matematika

sederhana. Bentuk matematika tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, ………Xn)

Dimana :

Y = Hasil (produksi fisik)

X1, X2, …….Xn = faktor-faktor produksi

21

Dalam budidaya tanaman, maka produksi fisik dihadapkan oleh

bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus seperti tanah, modal,

tenaga kerja, dan skill.

Untuk meningkatkan jumlah produksi diperlukan tambahan input

variabel. Setiap tambahan input variabel tersebut akan meningkatkan hasil

produksi namun pertambahan input ini pada titik tertentu akan

memberikan output yang semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai

negatif mengikuti hukum kenaikan hasil lebih yang semakin berkurang.

Yang menyatakan bahwa penambahan input variabel pada sebidang

tanah akan meningkatkan produksi, tetapi setelah mencapai titik tertentu

maka kenaikan output sebagai akibat penambahan input tersebut semakin

berkurang.

22

Gambar 2.2

Gambar Kurva pertambahan hasil yang semakin berkurang

Keterangan :

HPT : Produksi total adalah output yang diproduksi dengan menggunakan

kuantitas yang berbeda untuk satu input sedangkan kuantitas input

yang lainnya tetap.

23

HPR : Produksi Rata-Rata adalah produksi total dibagi dengan input

variabel yang digunakan.

HPM: Produksi Marginal adalah perubahan pada produksi total unit

perubahan dalam input variabel yang digunakan.

EP : Elastisitas Produksi adalah persentase perubahan dalam output atau

produk total dibagi dengan persentase perubahan dalam input

variabel yang digunakan.

Pertambahan input pertanaman akan menyebabkan kenaikan

output, namun setelah mencapai titik puncak (A) maka kenaikan tersebut

akan semakin kecil dan bahkan menurun setelah mencapai titik puncak (B)

sehingga grafik hubungan tersebut berbentuk sigmoid (S).

Berdasarkan tahap produksi tersebut dibagi atas tiga tahap

kenaikan produksi sebagai berikut :

a. Daerah Produksi 1 (Zona 1)

Daerah ini dimulai dari titik awal (0) sampai mencapai titik puncak

(A), pada tahap ini terjadi kenaikan produksi secara progresif sampai

mencapai titik (A). pada zona ini produksi marginal terus meningkat dan

berada di atas produksi rata-rata.

Margin produksi melebihi margin input sehingga elastisitas lebih

dari satu ( ep > 1). Daerah satu merupakan daerah sub optimal sehingga

petani masih menambah input untuk mendapatkan hasil yang optimal.

24

b. Daerah Produksi II (zona II)

Daerah produksi II merupakan daerah yang optimal yang dimulai

dari titik puncak (B), dimana produksi rata-rata mencapai tingkat tertinggi

dan berakhir pada saat produksi marginal mencapai titik nol atau pada titik

(C). pada tahap ini produksi meningkat dengan laju semakin rendah

sehingga akhirnya mencapai titik balik (B), margin kenaikan produksi lebih

kecil dari margin input sehingga elastisitas produksi input antara titik (A)

dan (B) terletak antara satu dan nol (0 < ep < 1) yang merupakan tahap

rasional. Secara ideal titik (C) merupakan titik optimal namun dalam

realitasnya usaha tani tidak pernah secara tepat berada dalam kondisi

tersebut.

c. Daerah Produksi III (zona III)

Daerah ini dimulai sejak titik (C) tercapai, yaitu saat produksi akan

menurun akibat penambahan input. Pada tahap ini produksi marginal

menjadi negatif artinya terjadi penurunan produksi. Daerah ini merupakan

daerah irasional atau tidak layak untuk berproduksi jadi tidak dikehendaki

dalam usaha tani. Hal ini terjadi dalam kenyataan, misalnya akibat

penggunaan pupuk yang melebihi dosis sehingga mengakibatkan

kerusakan panen.

Fungsi produksi merupakan perkaitan antara faktor-faktor produksi

dengan tingkat produksi yang diciptakan. Menurut Hermanto (1997)

bahwa melalui fungsi produksi dapat dilihat secara nyata bentuk

hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi dan sekaligus

25

menunjukkan produktifitas dari hasil itu sendiri jadi fungsi produksi

berkaitan dengan masukan atau input produksi, sehingga produksi dapat

meningkatkan dalam satu kali musim.

4. Faktor-faktor Produksi

Di dalam memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh

masyarakat dan memperoleh keuntungan yang maksimum dari usaha

tersebut, hal yang perlu dipikirkan adalah bagaimana komposisi dari

masing-masing faktor produksi yang digunakan dan berapa jumlahnya.

Dalam penggunaan faktor-faktor produksi diupayakan seefisien mungkin

sehingga tercapai produksi yang optimal.

Menurut Sukirno (1994), faktor-faktor produksi adalah benda-benda

yang disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat

digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.

Pengertian diatas sifatnya masih luas. Pengertian faktor produksi

yang spesifik pada pertanian dikemukakan oleh Soekartawi (1991)

tentang faktor produksi yaitu semua pengorbanan yang diberikan pada

tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan

dengan baik.

Faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan

produksi padi adalah sebagai berikut :

a. Tanah

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan

manusia khususnya petani karena sumber-sumber penghasilan petani

26

tidak lepas dari tanah, jadi tak dapat disangkal lagi bahwa manusia hidup

diatas tanah mencakup segala kebutuhan hidupnya dengan segala produk

yang bahan-bahannya hampir seluruhnya tersedia didalam tanah.

Dalam mengusahakan bidang pertanian, haruslah memahami

keadaan tanah, apakah tanah itu memungkinkan atau tidak

memungkinkan. Dengan demikian, dapat menghemat tenaga, modal,

waktu dalam mencapai efisiensi dan efektifitas sehingga tidak berlaku

secara serampangan sebagai pangkal kerusakan. Tanah merupakan

salah sati faktor yang mutlak diperlukan dalam proses pertanian, dimana

dengan adanya lahan maka para petani dapat merencanakan kegiatan

usaha taninya. Jadi kesuburan lahan pertanian akan menentukan

produktivitas yang tinggi dari pada lahan yang tingkat kesuburan lahan

pertanian biasanya berkaitan pada struktur dan tekstur tanah.

b. Modal

Dalam ilmu ekonomi, modal adalah barang atau uang bersama-

sama faktor produksi lainnya menghasilkan barang baru. Modal petani

diluar tanah adalah ternak, cangkul, bajak, pupuk, dan alat-alat pertanian

lainnya, sehingga modal disini diartikan sebagai seluruh yang dibuat oleh

manusia, permintaan suatu barang-barang modal naik terus menerus

maka harga akan turun kembali. Selain itu keterampilan pekerjaan petani

yang disebabkan oleh adanya penyuluhan atau pendidikan juga dianggap

sebagai modal.

27

c. Tenaga kerja

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang

penting dan perlu diperhatikan dalam jumlah cukup bukan berarti dilihat

dari tersedianya tenaga kerja saja tetapi juga kualitas dan macam tenaga

kerja perlu diperhatikan. Tenaga kerja yang dimaksud disini adalah

kedudukan petani dalam usaha taninya karena petani tidak hanya

menyumbangkan tenaganya, tetapi juga berupa mengikut sertakan orang

lain dalam usaha taninya, sehingga dapat meningkatkan produksinya.

Karena semakin banyak tenaga kerja yang digunakan ada kecenderungan

semakin tinggi pula hasil produksi, tetapi tetap mempertimbangkan aspek

efisiensi.

d. Skill

Sukirno (1982) mengemukakan bahwa skill atau keahlian adalah

kemampuan untuk menjalankan perusahaan sehingga dapat berjalan

dengan efisien dan menguntungkan.

Dari pendapat yang dikemukakan oleh Sukirno tersebut diatas

dapat dikemukakan bahwa skill atau keahlian adalah suatu kemampuan

khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk mengorganisasikan faktor-

faktor produksi yang ada dalam suatu kegiatan produksi guna

mendapatkan hasil yang maksimal secara efisien dan efektif.

Dengan melihat pengertian diatas, skill sangatlah penting artinya

dalam segala kegiatan baik dalam usaha industri pertanian, perdagangan,

maupun dalam bidang ekonomi lainnya.

28

Dalam bentuk apapun setiap usaha selalu membutuhkan

keterampilan dari pelaksanaannya, seperti halnya dalam usaha tani

diperlukan adanya keahlian petani dalam pengelolaannya.

Penguasaan teknologi baru dalam pertanian harus dilakukan oleh

petani sebab hal ini berpengaruh langsung pada tinggi rendahnya

produktifitas lahan, seperti dijelaskan oleh Soekartawi (1991) bahwa,

rendahnya produksi perhektar dapat disebabkan karena beberapa hal dan

yang penting adalah karena sulitnya petani mengadopsi teknologi baru.

Penguasaan teknologi yang terbatas ini sebagian besar disebabkan

karena lemahnya permodalan dan terbatasnya keterampilan berusaha tani.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu ditingkatkan

frekuensi penyuluhan pertanian, mengaktifkan kelompok tani serta

pelatihan-pelatihan yang secara langsung merangsang petani untuk

mencobanya.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi padi akan

sangat membantu memecahkan masalah rendahnya produktivitas lahan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas lahan padi

diantaranya bibit, pupuk, iklim, tanah, tenaga kerja, dan lain-lain. Namun

dalam penelitian ini hanya mengkaji empat faktor yaitu luas lahan, bibit,

pupuk, dan pestisida. Adapun tenaga kerja tidak dimasukkan dalam

penelitian ini disebabkan karena sulitnya mendapat data yang akurat

tentang berapa sebenarnya jumlah hari orang kerja (HOK) dalam satu kali

29

musim tanam yang digunakan oleh para petani di Kelurahan Padang

Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu. Jadi untuk lebih jelasnya

akan diuraikan faktor-faktor produksi yang dimasukkan dalam penelitian ini,

yaitu:

i. Luas Lahan

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan

akhirnya mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha

pertanian. Seringkali dijumpai bahwa semakin luas lahan yang

dipakai, sebagai usaha tani akan semakin tidak efisien lahan

tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan

usaha tani mengakibatkan upaya untuk melakukan tindakan yang

mengarah pada segi efisien akan berkurang, karena lemahnya

pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi, terbatasnya

persediaan tenaga kerja, dan terbatasnya persediaan modal.

ii. Bibit

Bibit sebagai modal pokok dalam budidaya tanaman haruslah

berasal dari hasil penulisan tanaman dengan memperhatikan sifat-

sifat keunggulan. Saat ini telah banyak beredar benih bersertifikat

yang berasal dari perbanyakan benih dasar atau benih pokok.

Bibit atau benih berlabel ini telah teruji kemurniannya, daya tumbuh

dan ketahanan terhadap penyakit, di samping itu keunggulan

lainnya adalah kemampuan menghasilkan atau produksi dalam

umur yang lebih pendek serta dapat beradaptasi dengan baik.

30

Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada

kesehatan benih, kemurnian benih, dan daya tumbuhnya. Benih

yang sehat akan tumbuh menjadi tanaman yang kuat, keadaan ini

bilamana keadaan embrio baik, normal dan sehat, keadaan

cadangan makanan dalam biji cukup sebagai persediaan selama

proses pertumbuhan benih, benih tidak terimfeksi oleh hama atau

penyakit dan tidak mengalami perubahan baik secara fisik maupun

biologis. Sedangkan benih yang murni tidak tercampur oleh benih

lain dan daya tumbuhan benih baik dapat mencapai 90 persen

keatas.

iii. Pupuk

Setiap tanaman memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Makanan tersebut berupa unsur-unsur hara

baik terdapat di dalam tanah, di udara maupun hara hasil buatan

manusia. Makanan yang diperlukan tersebut dikenal sebagai pupuk.

Pada dasarnya pupuk yang dibutuhkan oleh suatu tanaman

bergantung pada kesuburan tanah yang dikelola. Suatu lahan yang

memiliki kesuburan dan jenis tanah yang berbeda akan berbeda

pula penentuan dosis pupuk.

Gambar 2.3

31

Pohon pengelompokan

bahan penyubur tanah dan tanaman

iv. Pestisida

32

Diperlukan dosis yang tepat dalam penggunaan pestisida, dosis

yang berlebihan bukan hanya mengakibatkan hamanya mati tetapi

juga padinya ikut keracunan. Perlu penglaman dan bimbingan

penyuluhan yang tepat agar pemberian dosis pestisida yang tidak

berlebihan atau kekurangan pada tanaman padi.

6. Pengertian produksi tanaman pangan

Secara sempit ilmu pertanian dapat diartikan sebagai suatu ilmu

yang mempelajari tentang bercocok tanam. Tetapi arti yang terkandung

dalam ilmu pertanian yang sesungguhnya jauh lebih dalam, yaitu suatu

ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang petanian, baik mengenai

subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan,

subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan.

Dalam kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional,

pembangunan pertanian dalam bidang tanaman pangan merupakan

langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri. Para pakar

membuat skenario, yaitu dengan sektor pertanian yang tangguh dapat

ditunjang perkembangan industri yang kuat. Sebagian besar pakar

ekonomi juga berpendapat bahwa keberhasilan sektor industri sangat

tergantung pada keberhasilan pembangunan pertanian.

Usaha pertanian tanaman pangan pada akhirnya akan dinilai dari

biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh adalah selisih

keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahnya. Karena dalam

33

usaha itu bertindak seorang petani yang bertindak sebagai pengolah,

sebagai pekerja dan sebagai penanam modal usaha pada usahanya.

Maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari

kerjasama faktor-faktor produksi.

Dalam modernisasi tanaman pangan diusahakan merubah sistem

pertanian tanaman pangan tradisional menjadi pertanian tanaman pangan

modern. Di mana tujuan petani dalam aktivitas produksi usaha taninya

adalah untuk meningkatkan taraf hidupnya, dengan pengelolaan

sumberdaya fisik yang ada padanya. Tujuan tersebut dapat dicapai

dengan usaha peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya produksi

yang ada padanya.

Dalam banyak kenyataan sering dijumpai adanya kelemahan dalam

mengembangkan produk-produk pertanian yang salah satunya kurangnya

perhatian terhadap masalah-masalah pemasaran. Kurangnya masalah

terhadap masalah pemasaran mengakibatkan efisiensi pemasaran

menjadi rendah. Dalam banyak kenyataan hal ini juga disebabkan karena

tingginya biaya pemasaran.

Komoditi tanaman pangan adalah komoditi yang agak spesifik dan

karenanya perlakuan terhadap komditi tersebut harus juga spesifik. Dalam

kaitannya dengan efisiensi pemasaran, maka persoalan yang perlu

diperhatikan yaitu sebagai berikut:

I. Tidak tersedianya komoditi tanaman pangan dalam jumlah yang cukup

dan kontinyu

34

II. Fluktuasi harga

III. Pelaksanaan pemasaran yang tidak efisien

IV. Tidak memadainya fasilitas pemasaran

V. Terpencarnya lokasi produsen dan konsumen

VI. Kurang lengkapnya informasi pasar

VII. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran

VIII. Kurangnya respon produsen terhadap permintaan pasar

IX. Tidak memadainya peraturan-peraturan yang mendukung

7. Pendapatan

Apabila kita berbicara masalah pendapatan, maka pemikiran kita

tertuju pada penerimaan sejumlah uang atas balas jasa, imbalan, nilai

tukar atau bentuk-bentuk penerimaan lainnya. Konsep pendapatan

biasanya diwujudkan dalam bentuk pendapatan kotor nasional atau Gross

National Product (GNP) atau dalam bentuk pendapatan perkapita atau

personal income, yang biasanya dijadikan tolak ukur tingkat kesejahteraan

akan keberhasilan sebuah perekonomian.

Purnomo (1990 : 43) memberikan batasan tentang pendapatan

yaitu “semua penghasilan yang diterima oleh setiap orang dalam kegiatan

ekonomi dalam suatu periode tertentu”. Selanjutnya Mayers (1983:72)

mengemukakan bahwa pendapatan adalah selain dapat dinilai sebagai

suatu balas jasa, juga dapat ditinjau dari segi pemanfaatannya sebagai

35

konsumsi bagi sipenerimanya dengan tidak mengurangi harta yang dimiliki

pada periode sebelumnya.

Lebih luas lagi tentang pendapatan yang dikemukakan oleh

Partadiredja (1981-42) bahwa “pendapatan adalah faktor-faktor produksi

yang digunakan sebagai balas jasa yang sempurna yang dapat berbentuk

sewa, upah, dan gaji”. Pengertian tersebut menekankan pada perwujudan

balas jasa atau partisipasi dimana tergambar melalui sumbangan dalam

bentuk faktor-faktor produksi dalam proses kegiatan mendapatkan

tambahan atau balas jasa tertentu, yang kemudian dinilai sebagai

pendapatan.

Dari beberapa batasan tentang pendapatan tersebut, terlihat bahwa

apabila kita membicarakan tentang pendapatan yang dipergunakan oleh

faktor-faktor produksi yang digunakan, maka sekaligus kita telah berbicara

juga tentang pendapatan yang diterima sebagai balas jasa atas

pengorbanan yang telah diberikan dari sejumlah modal yang dimiliki

secara perseorangan (individu) atau kolektif.

Pada dasarnya ada dua jenis pendapatan, yaitu pendapatan

nasional dan pendapatan perkapita.

1. Pendapatan Nasional

Pendapatan Nasional yaitu seluruh pendapatan yang diterima

golongan masyarakat pemilik faktor-faktor produksi dalam suatu negara

yaitu pemilik tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian dalam satu tahun.

Pendapatan nasional terdiri atas :

36

a) Gross National Product (GNP)

Gross National Product (GNP) adalah produksi nasional total

suatu negara atau output barang-barang atau jasa dalam jangka

waktu tertentu yang untuk menentukan tingkat kegiatan ekonomi

secara keseluruhan.

b) Nett National Income (NNI)

Pendapatan nasional bersih yaitu sejumlah penerimaan

golongan-golongan pemilik faktor-faktor produksi dalam masyarakat.

2. Pendapatan Perseorangan

Pendapatan perseorangan adalah semua pendapatan atau

penghasilan yang diperoleh seorang dalam kegiatan ekonomi dalam

waktu tertentu. Pada umumnya pendapatan perseorangan ini dibedakan

dalam dua hal yaitu :

a) Pendapatan Nominal yaitu pendapatan yang dinyatakan dalam

bentuk sejumlah uang.

b) Pendapatan Rill (Nyata) yaitu pendapatan yang dihitung dari

jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan pendapatan.

Adapun macam-macam pendapatan perseorangan terdiri dari :

a) Sewa tanah ialah pendapatan yang diterima oleh pemilik tanah

dalam jangka waktu tertentu.

b) Upah adalah sejumlah uang, barang-barang, atau jasa-jasa

yang diterima seseorang dalam jangka waktu tertentu atas

pemakaian tenaga atau pemikiran.

37

c) Pendapatan modal adalah pendapatan seseorang dari pemilik

misalnya : orang-orang yang membeli saham akan menerima

deviden, orang yang menyimpan uang di bank atau membeli

obligasi akan menerima bunga.

d) Pendapatan pengusaha ialah pendapatan yang diterima para

pengusaha. Pendapatan ini seringkali merupakan kumpulan dari

beberapa pendapatan, upah pengusaha ditambah keuntungan

dan upah sebagai tanggungan resiko.

8. Market Surplus dan Marketable Supply

Pada dasarnya setiap petani dalam berusaha tani adalah

menjalankan suatu perusahaan pertanian oleh karena itu setiap petani

menghendaki produktivitasnya yang lebih tinggi dari setiap usaha tersebut.

Keperluan masyarakat akan prinsip-prinsip ekonomi dalam proses

produksi pada dasarnya bergantung pada tingkat perkembangan ekonomi

masyarakat yang bersangkutan. Di negara-negara yang sedang

berkembang, corak pertanian masih ditentukan oleh lingkungan ekonomi

yang bersifat ganda. Hal ini ditandai dengan adanya dua sektor yang

saling berdampingan yaitu sektor yang berorientasi dalam ukuran niaga

dan sektor bertahan hidup.

Dualisme ekonomi dalam corak pertanian pada dasarnya

merupakan konsekuensi lingkungan alam dan kemampuan pengusaha

yang menimbulkan subsistem dan komersial ( Soekartawi, 1991). Produksi

38

subsistem dimaksudkan bahwa tujuan si produsen menghasilkan barang

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sedangkan pada produksi

komersial si produsen menghasilkan barang dengan tujuan disamping

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya juga untuk dilempar ke pasar

(Hermanto, 1991). Demikian juga di Indonesia yang umumnya terdiri atas

petani-petani kecil juga menghasilkan bahan makanan untuk keluarganya

dan juga menghasilkan bahan makanan untuk keluarganya dan sisanya di

jual ke pasar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Produksi yang diperoleh petani ditunjukkan untuk pasar yang

merupakan kelebihan dari kebutuhan konsumsi petani yang potensial

untuk dipasarkan, dikenal dengan istilah Marketable Supply. Sedangkan

sejumlah hasil produksi yang dijual dan dipertukarkan oleh petani atau

buruh tani dalam suatu jangka waktu tertentu dikenal dengan istilah

Marketable Surplus (Soedarto, 1981).

Bertolak dari pengertian diatas, marketable supply merupakan

kelebihan dari kebutuhan konsumsi petani yang potensial untuk

dipasarkan. Namun tidaklah berarti, bahwa hanya kelebihan konsumsi

tersebut yang dapat disuplai oleh petani.

Hal demikian bilamana bagian produksi yang masih dibutuhkan

oleh rumah tangga petani, tetapi karena penekanan konsumen yang

terdesak oleh kebutuhan yang tunai dalam rumah tangga petani, akhirnya

bagian produksi yang masih dibutuhkan dapat segera terjual. Maka

keadaan demikian memungkinkan marketed surplus lebih besar dari pada

39

marketable supply. Dimana dalam hal ini pengertian surplus itu sendiri

ialah jumlah barang yang orang bersedia dijual pada tingkat harga tertentu

(Soedarto, 1981).

Sebaliknya jika petani tidak terdesak uang tunai yang besar, maka

ia dapat menahan produksinya lebih lama melewati suatu periode tertentu

hingga harga dipasaran lebih baik dari keadaan sebelumnya. Keadaan

seperti ini memungkinkan tingkat marketable suplai lebih besar dari pada

marketed surplus (Mess, 1983).

Terhadap kelangsungan pembangunan pertanian, konsep

marketed surplus dan marketable supply sangat penting artinya terutama

dalam kaitannya dengan usaha perbaikan sistem tataniaga hasil-hasil

pertanian. Pertama, dapat merupakan dasar yang Fundamental dalam

mensupply bahan pangan dari daerah surplus ke daerah-daerah defisit

dalam rangka mencapai pemerataan kecukupan pangan nasional. Kedua,

seperti yang diungkapkan oleh Mosher (1987), bahwa salah satu syarat

pokok pembangunan pertanian adalah adanya pasar bagi hasil-hasil

usaha tani dimana diperlukan tiga hal yaitu, permintaan terhadap hasil,

sistem tataniaga serta adanya kepercayaan petani terhadap kelancaran

sistem tataniaga tersebut.

Dari uraian-uraian pengertian konsep marketed surplus dan

marketable supply seperti diatas sangat membantu dalam suatu perbaikan

kehidupan masyarakat tani untuk mendapatkan sistem pemasaran yang

efisien. Didalam memperbaiki atau mengembangkan pemasaran hasil

40

pertanian, melalui peningkatan efisiensi fungsi pemasaran itu hendaknya

dimulai dari fungsi pemasaran yang terekat kepada petani produsen

sehingga impact kegiatan itu cepat dan lebih terasa, meningkatkan

income petani.

Peranan pemasaran dalam perkembangan pembangunan

pertanian dewasa ini sangatlah penting. Karena itu sistem pemasaran

yang efisien, berkembang dan terorganisir dengan sebaik-baiknya akan

sangat membantu terlaksananya pembangunan terutama sekali

membantu petani dalam menjual hasil usahataninya dan dalam pembelian

saprodi lain untuk memenuhi kebutuhannya (Kotler, 1990)

Berkaitan dengan hal di atas perlu diperjelas perbedaan antara

konsep penjualan dan konsep pemasaran. Penjualan memusatkan

perhatian pada kebutuhan penjual, sedangkan pemasaran kepada

kebutuhan pembeli. Penjualan mengutamakan kebutuhan penjual untuk

mengubah produk menjadi uang, pemasaran mengutamakan usaha

memuaskan kebutuhan pembeli dengan cara menciptakan produk dan

memasarkan nya sesuai dengan kebutuhan pembeli (Swastha dan Irawan,

1983)

Sehubungan dengan hal tersebut, pada suatu daerah kelihatannya

surplus namun banyaknya padi/beras yang diperdagangkan oleh petani

kecil pada umumnya lebih besar dari pada kelebihan kebutuhannya. Oleh

karena jumlah petani kecil ini cukup besar jumlahnya. Oleh karena jumlah

41

petani kecil ini cukup besar jumlahnya, maka tidak mengherankan apabila

suatu daerah yang menghasilkan padi/beras yang dilihat dari segi

produksi dan konsumsi adalah surplus justru harus mendatangkan pada/

beras dari daerah lain pada saat-saat tertentu, khususnya pada masa

paceklik (Anonim,).

Karena kekurangan informasi dalam suatu penelitian untuk

menghitung marketable suplai, maka elemen-elemen konsumsi yang

semula dicanangkan atas bagian hasil yang makan oleh keluarga, bibit,

selamatan, iuran dan lain sebagainya, terpaksa harus membatasi diri pada

konsumsi yang hanya dimakan langsung oleh keluarga (Messi, 1983).

Jelaslah bahwa untuk menghitung Marketable supply, maka

sejumlah produksi total harus dikurangi dengan sejumlah produksi total

harus dikurangi dengan sejumlah macam konsumsi dalam lingkungan

keluarga petani.

Uraian diatas setidaknya memberikan suatu pedoman untuk

merumuskan pola dalam analisa marketed surplus dan marketable supply

yakni pendekatan melalui estimasi tingkat produksi dan konsumsi keluarga

tani.

Produksi yang dimaksud dalam penelaahan ini merupakan produksi

yang dihasilkan oleh rumah tangga tani meliputi produksi usaha tani

maupun produksi dari luar usaha taninya, seperti bagi hasil yang diterima

42

dari tanah yang disekapkan serta upah kerja upah keluarga atau penerima

lain dalam bentuk natura (Messi, 1983).

Besar kecilnya produksi usaha tani ditentukan oleh beberapa faktor

antara lain status penguasaan tanah, luas usaha tani dan cara

mengusahakannya . dalam hubungan dengan status penguasaan tanah,

Mubyarto (1991) mengatakan bahwa hakikat hak milik atas tanah bagi

seorang petani adalah kebebasan berbuat apa saja diatas tanah tersebut

dan mengelolanya dengan pemikiran, perhitungan, dan atas biaya sendiri

untuk memperoleh hasil optimal. Dengan demikian, kepastian

penguasaan tanah erat kaitannya dengan kegairahan petani untuk

meningkatkan produksi dan tidak dapat dilepaskan pula dari keadaan

petani itu sendiri serta luas usaha taninya.

Disamping itu juga jika ditinjau dari sudut potensial suplai untuk

pasar, usaha tani sistem bagi hasil pada dasarnya mengurangi tingkat

marketed dan marketable dari petani surplus oleh karena harus

mengeluarkan hasilnya untuk biaya produksi berupa natura atas lahan

garapannya. Oleh karenanya perbedaan luas usaha tani serta perbedaan

status penguasaanya pada akhirnya akan mengundang adanya

perbedaan besar bagian hasil yang dapat di supply untuk pasar

disebabkan oleh perbedaan jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani

bersangkutan. Namun tidaklah berarti bahwa penawaran untuk pasar dari

petani hanya dapat di supply dari produksi usaha taninya saja. Karena

43

potensi tenaga kerja keluarga yang memungkinkan mereka dapat

memperoleh hasil tambahan dari luar usaha taninya. (Messi 1983).

Umumnya potensi dengan usaha tani ukuran besar

memperkerjakan buruh tani pada fase-fase pentingnya dalam usaha

taninya. Kesempatan seperti ini banyak digunakan oleh keluarga petani

yang memiliki tenaga kerja berlebih untuk memperoleh tambahan dari luar

usaha taninya.

Sebaliknya petani yang memiliki tanah pertanian yang luas,

kemungkinan akan menyekapkan sebagian tanah tersebut kepada petani

lain karena keterbatasan potensi tenaga kerja keluarga yang dimilikinya.

Implikasi dari hal tersebut adalah bertambahnya hasil yang akan diterima

oleh petani bersangkutan dari luar usaha taninya berupa bagi hasil dari

tanah miliknya, meskipun terjadi pengurangan produksi dari dalam usaha

taninya. Tambahan-tambahan hasil dari luar usaha tani tersebut pada

dasarnya dipengaruhi oleh potensi tenaga kerja yang sudah barang tentu

bergantung pada besar kecilnya keluarga petani itu.

Ukuran keluarga petani pada hakikatnya tidak hanya

mempengaruhi tingkat produksi rumah tangga melainkan hal ini sangat

menentukan pula tingkat konsumsi keluarga sehingga dalam pengkajian

marketed surplus maupun marketable supply, hal ini tidak dapat diabaikan

begitu saja (Messi, 1983).

9. Pengertian Tanaman Padi

44

Padi yang dalam bahasa latin dinamakan Oryza sativa adalah salah

satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama

mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk

mengacu pada beberapa jenis dari marga atau genus yang sama, yang

biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau

Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang

migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.

Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia,

setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber

karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan

padi dinamakan beras.

Gambar 2.4

45

Padi dari Koehler's Book of Medicinal Plants

Klasifikasi ilmiah

Oryza sativa

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

(tidak termasuk) Monocots

(tidak termasuk) Commelinids

Ordo: Poales

46

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim:

Graminae atau Glumiflorae). Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari

(anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol.

Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang

bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika

telah masak.Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman

berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel

telur tanaman yang sama.Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar

yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk

embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan,

sebagian besar bulir padi mengadung pati di bagian endospermia. Bagi

tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan. Bagi manusia,

pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi. Hingga sekarang ada dua spesies

padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa yang

berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat. Pada

awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan

japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang,

postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki "ekor" atau "bulu",

bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya,

Famili: Poaceae

Genus: Oryza

Spesies: O. sativa

47

berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak berbulu atau

hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun

kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase

keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini

adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan

japonica yaitu kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa dengan indica yaitu

kultivar 'Peta' dari Indonesia. Selain kedua varietas ini, dikenal varietas

minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas.

Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.

Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok

besar indica dan javanica terpisah sejak 440.000 tahun yang lalu dari

suatu populasi spesies moyang Oryza rufipogon. Domestikasi padi terjadi

di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah terpisah

ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan 10.000 hingga

5.000 tahun sebelum masehi.

B. Kerangka Pikir

Di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

sebagian besar masyarakat hidup dari mata pencaharian sebagai petani,

yang mengelola dan memanfaatkan lahan yang ada, baik secara

tradisional maupun modern. Dimana sektor pertanian yang paling

menonjol dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Padi merupakan

tanaman pokok para petani disamping tanaman lainnya. Namun demikian

produksi yang diperoleh petani tergolong rendah sehingga tingkat

48

Pyx1

Rx1x2

Pyx2

Rx1x3

Rx2x3Rx1x4

Pyx3

Rx2x4Rx3x4

Pyx4

produktivitasnya juga rendah. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka

pemerintah menggiatkan program intensivikasi, yang merupakan upaya

optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi seperti; luas lahan, bibit,

pupuk, pestisida dan sebagainya sehingga produksi dapat meningkat dan

produktifitas para petani juga meningkat. Untuk memahami lebih lanjut

tingkat produktifitas para petani padi di Kelurahan Padang Sappa

Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu, maka kita harus melihat fungsi

produksi dan skema kerangka pikirnya.

Skema kerangka pikir

C. Hipotesis

Luas Lahan

(X1)

Bibit

(X2) Produktivitas Lahan Padi

(Y)

Pupuk

(X3)

Pestisida

(X4)

49

Berdasarkan teori dan permasalahan yang ada, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

I. Alokasi faktor produksi seperti luas lahan, bibit, pupuk, dan pestisida

berpengaruh positif terhadap produktivitas lahan padi di Kelurahan

Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu.

II. Faktor luas lahan yang dominan mempengaruhi sekaligus berkontribusi

paling besar terhadap peningkatan produktivitas lahan padi di

Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu.

III. Faktor-faktor produksi yang digunakan belum efisien baik secara teknik

maupun harga

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

50

Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan

oktober sampai dengan bulan desember tahun 2011. Lokasi penelitian di

Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu.

B. Penentuan Sampel Petani Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani padi yang

termasuk dalam kelompok Tani Maju Bersama yaitu sebesar 85 orang.

Sedangkan penentuan sampel adalah dengan menggunakan rumus slovin

(Sevilla, 1993)

N adalah jumlah populasi kelompok tani maju bersama sedangkan

e adalah nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan, merupakan persen

kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel. Nilai

kritis yang digunakan sebesar 5%. Pengambilan sampel dilakukan secara

random.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

berupa :

51

1. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati langsung

di lapangan. Teknik ini dilakukan melalui dua jalur yaitu observasi

langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung adalah

pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ditempat kejadian.

Observasi tidak langsung adalah pengumpulan data melalui

pengamatan dan pencatatan gejala-gejala pada objek yang dilakukan

secara langsung ditempat kejadian. Observasi tidak langsung adalah

pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala

pada objek penelitian yang pelaksanaannya tidak secara langsung

pada objeknya.

2. Dokumentasi yaitu cara pengumpulan data dengan jalan

mengumpulkan data melalui keterangan secara tertulis yang merupakn

dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan data yang

dibutuhkan dalam penelitian.

3. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan

pertanyaan secara lisan kepada orang-orang yang dpilih berdasarkan

pertimbangan tertentu. Wawancara dapat dijadikan sebagai alat

kontrol data yang dianggap meragukan yang diperoleh melalui

kuisioner maupun observasi.

Menurut sutrisno (1986 : 89) menyatakan bahwa “ hasil kuisioner

senantiasa terbatas mengingat kompleksitas fenomena sosial dan juga

rumitnya disiplin para responden yang diteliti “. Oleh karenanya dalam

pengumpulan data melalui kuisioner harus dilakukan kontrol melalui

52

wawancara. Selain untuk menghindari salah interpretasi atau

kesalahan dalam pengisisian kuisioner.

4. Kuisioner berfungsi sebagai instrumen pokok untuk mengumpulkan

sejumlah data yang relevan dengan kebutuhan penelitian.

5. Data yang diamati terdapat pada bagian lampiran.

D. Alat Analisis

Data primer dikumpulkan melalui kuisioner yang telah dibuat dan

memuat seluruh pertanyaan yang dibutuhkan berdasarkan data yang

diinginkan, maka alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis uji asumsi klasik adalah alat untuk menguji model regresi

berganda yang kita dapatkan, analisis ini akan menguji model yang

kita dapatkan, apakah model tersebut bisa menjadi estimator terbaik

(best linier unbiased estimator) atau masih terjadi bias dalam model

terasebut. Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan

adalah:

a) Normalitas

Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel

independen bila datanya berbentuk ordinal yang telah tersusun

pada tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan

kelas-kelas interval. Untuk menguji data yang berdistribusi normal.

53

Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi variabel

dependen memiliki nilai signifikanasi lebih dari 5%.

b) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

observasi ke observasi yang lain. Jika varian dari residual suatu

observasi ke observasi lain tetap, maka disebut homoskedastisitas

dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.Model regresi yang

baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Menurut Ghozali (2005) mengungkapkan bahwa salah satu alat

untuk menilai terjadinya gejala heteroskedastisitas adalah dengan

menggunakan skala grafik untuk mengamati pola sebaran variance.

Jika titik variance menyebar secara tidak merata diatas maupun

dibawah titik 0 dengan tidak membentuk sebuah pola yang jelas

maka gejala heteroskedastisitas tidak terdeteksi sehingga tahapan

pengolahan data dapat segera dilakukan.

c) Uji autokorelasi

Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi

korelasi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan

tersusun dalam rangkaian waktu (time series) dan dalam rangkaian

ruang (cross section).

54

d) Uji Multikolineritas

Satu masalah penting dalam aplikasi analisis model regresi adalah

kemungkinan adanya multikolinieritas diantara variabel-variabel

independen. Multikolinearitas adalah adanya hubungan yang kuat

antar variabel independen dalam persamaan regresi

2. Analisis fungsi produksi Cobb Douglass

Analisis fungsi Cobb Douglass digunakan untuk mengetahui pengaruh

penggunaan faktor-faktor produksi dan perlu diketahui bahwa setiap

metode yang digunakan pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Adapun kelebihan dari metode cobb douglas (soekartawi, 2003):

adalah:

1. Penyelesaian fungsi cobb-douglas lebih mudah dibandingkan

dengan fungsi yang lain. Fungsi cobb-douglas dapat lebih mudah

ditransfer ke bentuk linier

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi cobb-douglas akan

menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan

besaran elastisitas.

3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus juga menunjukkan tingkat

besaran return to scale.

Kelemahan fungsi cobb-douglas yaitu:

1. Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas

produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil.

55

Spesifikasi yang keliru juga sekaligus akan mendorong terjadinya

multikolinieritas pada variabel independen yang dipakai.

2. Kesalahan pengukuran variabel.

Kesalahan pengukuran variabel ini terletak pada validitas data,

apakah data yang dipakai sudah benar atau sebaliknya, terlalu

ekstrim ke atas atau ke bawah. Kesalahan pengukuran ini akan

menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau rendah.

3. Multikolinieritas

Walaupun pada umumnya telah diusahakan agar besarnya korelasi

antara variabel independen diusahakan tidak terlalu tinggi, namun

dalam praktek masalah multikolinieritas ini sulit dihindarkan

4. Data

a. Bila data yang dipakai cross section maka data tersebut harus

mempunyai variasi yang cukup

b. Data tidak boleh bernilai nol atau negatif, karena logaritma dari

bilangan nol atau negatif adalah tak terhingga

Adapun Rumus fungsi produksi cobb Douglass adalah sebagai berikut:

Y = a X1b1 X2b2 X3b3 X4b4

Untuk memudahkan pendugaan dinyatakan dengan mengubah bentuk

linier berganda setelah melogaritmakan persamaan-persamaan

tersebut

Log Y = log a + b1 log x1 + b2 log x2 … + b4 log x4

56

Keterangan

Y = Produktivitas Lahan Padi (kg)

X1 = Luas pertanaman padi (m2)

X2 = Penggunaan bibit (kg)

X3 = Penggunaan pupuk (kg)

X4 = Pestisida (liter)

u = kesalahan

e = Logaritma natural

a.b= Besaran yang akan diduga

Setelah diperoleh regresi, maka dilakukan uji F untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas (X1, X2, X3, X4) secara bersama-sama

terhadap variabel tidak bebas (Y)

Sedangkan Uji T digunakan untuk mengetahui hubungan masing-

masing varibel bebas terhadap variabel tidak bebas (Y).

Adapun elastisitas penggunaan faktor produksi diketahui dari

besarnya nilai bi. Pengaruh penggunaan faktor produksi diketahui dengan

57

menggunakan koefisien elastisitas masing-masing variabel bebas

terhadap variabel tidak bebas yaitu bi, dengan kriteria penilaian :

1. Jika bi > 1, skala ekonomi usahatani padi increasing return to scale.

2. Jika bi 0 < bi < 1, skala ekonomi usahatani padi constant return to

scale

3. Jika bi < 1, skala ekonomi usahatani padi decreasing return to scale

Efisiensi penggunaan faktor produksi dapat dihitung dengan

menggunakan efisiensi harga yaitu nilai produk marginal input (NPMXi)

sama dengan harga input (PXi). Rumus perhitungan efisiensi harga

diselesaikan berdasarkan penggunaan teknik fungsi produksi Cobb

Douglass yaitu :

a. MPP =

VMPxi = MPPxi . Py

= bi.

Maka MPPxi = bi .

Dimana :

MPP = Marginal physical product

Xi = Rata-rata input

PXi = Harga pokok produksi

b. Efisiensi harga

VMPxi

P.Xi

Kriteria :

58

VMPXi= 1 : Efisiensi penggunana input sudah efisien

Pxi

VMPXi> 1 : Efisiensi penggunana input belum efisien

Pxi

VMPXi< 1 : Efisiensi penggunana input tidak efisien

Pxi

3. Analisis jalur

Analisis jalur yang dikenal dengan path analisis dikembangkan

pertama kali pada tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaiti Sewal

Wright (Joreskog & Sorbom,1996; Johson & Wichren,1992).

Analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar

variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun

tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel

terikat (endogen).

Sebab itu, rumusan masalah penelitian dalam kerangka path

analisis berkisar pada : (1). Apakah variabel eksogen (X1, X2, ............Xk)

berpengaruh terhadap variabel endogen Y ? dan (2) berapa besar

pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total maupun

secara simultan seperangkat variabel eksogen (X1, X2, .........Xk) terhadap

variabel endogen Y ?

Manfaat path analisis adalah untuk: (1) Penjelasan (explanation)

terhadap semua fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti;

59

(2) Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X),

dan prediksi dengan path anlisis ini bersifat kualitatif; (3) Faktor

determinan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang berpengaruh

dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan untuk

menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y); (4) Pengujian model, menggunakan theory triming,

baik untuk uji reliabilitas (uji keajegan) konsep yang sudah ada ataupun uji

pengembangan konsep baru

E. Konsep Operasional

Untuk memudahkan pengambilan data, diwujudkan dalam konsep

operasional sebagai berikut :

1. Luas lahan pertanahan padi (X1) adalah luas lahan yang dimiliki oleh

petani untuk ditanami padi yang dinyatakan dalam meter persegi (m2)

2. Bibit padi (X2) adalah biji tanaman padi yang akan ditanam untuk

menghasilkan padi yang dinyatakan dalam kilogram selama satu kali

musim tanam.

3. Pupuk (X3) adalah jumlah pupuk organic maupun an – organic yang

diberikan pada tanaman padi untuk satu kali musim tanam dan

dinyatakan dalam kilogram.

4. Pestisida (X4) adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik

dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama yang

digunakan dalam satu kali musim tanam dan dinyatakan dalam liter.

60

5. Produktivitas Lahan Padi (Y) adalah banyaknya padi yang dihasilkan

dalam setiap m2 untuk satu kali musim tanam dan hasil yang

diperoleh dinyatakan dalam kg/m2

BAB IV

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LUWU

1. Keadaan Geografi Kabupaten Luwu

Letak wilayah Kabupaten Luwu berada pada 2034`45” -3030`30”-

500 lintang selatan dan 1200-21`15”-121043`11” bujur timur dari kutub

utara dengan patokan pada Propinsi Sulawesi Selatan, dengan dena dan

61

posisi Kabupaten Luwu berada pada bagian utara dan timur Propinsi

Sulawesi Selatan dengan jarak sekitar 400 km dari Kota Makassar.

Kabupaten Luwu dibatasi oleh Kabupaten Luwu Utara dan Kota

Palopo di sebelah utara, Teluk Bone di sebelah timur, Kota Palopo dan

Kabupaten Wajo di sebelah selatan dan Kabupaten Tanah Toraja dan

Enrekang di sebelah barat. Daerah Kabupaten Luwu terbagi atas dua

wilayah sebagai akibat dari pemekaran Kota Palopo, yaitu Kabupaten

Luwu bagian selatan yang terletak di sebelah selatan Kota Palopo dan

wilayah yang terletak di sebelah utara Kota Palopo. Setelah diadakan

pemekaran, Kabupaten Luwu dan Kota Palopo, ditetapkan Belopa

sebagai ibu kota Kabupaten Luwu.

Adapun luas wilayah Kabupaten Luwu yaitu kurang lebih 3000,25

km2 yang terdiri dari 21 Kecamatan dan dibagi habis menjadi 227

desa/kelurahan.

Tabel 4.1:

Letak geografis wilayah Kabupaten Luwu

1. Letak Geografis

Letak Wilayah : 2o3`45” LS – 3o37`30” LS

(dari Jakarta)

62

19o41`15” BT – 121o43`11 BT

(dari Jakarta)

2. batas-batas wilayah

sebelah utara : - Kabupaten Luwu Utara

- Kota Palopo

sebelah timur : - Teluk Bone

sebelah selatan : - Kota Palopo

- - Kabupaten Wajo

sebelah barat : - Kabupaten Tanah Toraja

: - Kabupaten Enrekang

Luas wilayah : 3000,25 km2

Sumber: badan metereologi dan geofisika wilayah IV Makassar

Tabel 4. 2.

Luas wilayah, jumlah Kecamatan dan desa kelurahan di Kabupaten

Luwu, 2011

No Nama Kecamatan Luas wilayah

(km2)Persentase

(%)Jumlahdesa

63

1 Larompong 225,25 7,51 13

2 Larompongselatan 131,00 4,37 10

3 Suli 81,75 2,72 13

4 Suli Barat 153,50 5,12 8

5 Belopa 59,26 1,98 9

6 Kamanre 52,44 1,75 8

7 Belopa Utara 34,73 1,16 8

8 Bajo 68,52 2,28 12

9 Bajo Barat 66,30 2,21 9

10 Bassesangtempe 301,00 10,03 24

11 Latimojong 467,75 15,59 12

12 Bupon 182,67 6,09 10

13 Ponrang 107,09 3,57 10

14 Ponrang Selatan 99,98 3,33 13

15 Bua 204,01 6,80 15

16 Walenrang 94,60 3,15 9

17 Walenrang Timur 63,65 2,12 8

18 Lamasi 42,20 1,41 11

No Nama Kecamatan Luas wilayah

(km2)Persentase

(%)Jumlahdesa

19 Walenrang Utara 259,77 8,66 11

20 Walenrang Barat 57,65 8,24 6

21 Lamasi Timur 57,65 1,92 1,92

64

jumlah 3000,25 100 227

Sumber : badan pemberdayaan masyarakat desa (BPMD) Kabupaten

Luwu

*). Wilayah kerja

Berdasarkan Tabel 4.2 tentang luas daerah dan pembagian

daerah administrasi Kabupaten Luwu tahun 2011, menunjukkan bahwa

Kecamatan Latimojong adalah Kecamatan yang terluas di Kabupaten

Luwu dengan luas kurang lebih 467,75 Km2 atau sekitar 15,59% dari luas

keseluruhan wilayah Kabupaten Luwu, sedangkan Kecamatan Ponrang

sendiri memiliki luas kurang lebih 107,09 km2 atau sekitar 3,57% dari luas

wilayah kabupaten Luwu.

2. Iklim dan Tanah

Iklim dan tanah merupakan faktor utama yang berpengaruh

langsung terhadap kegiatan usahatani. Komponen-komponen iklim terdiri

dari :

Curah Hujan

Keadaan curah hujan di Kecamatan Ponrang berdasarkan data

curah hujan irigasi Padang Sappa (Noling) dan sekitarnya selama 10

Tahun terakhir (2001-2010) menunjukkan bahwa curah hujan merata

sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan tahunan adalah 2505,43

mm.

Puncak hujan jatuh pada bulan Juli dengan rata-rata 296.95 mm

perbulan. Jumlah curah hujan terendah jatuh pada bulan September

65

dengan jumlah rata-rata 80 mm perbulan. Sedang jumlah rata-rata curah

hujan bulanan 2,505.43 mm sepanjang tahun.

Tipe iklim di Kecamatan Ponrang dan sekitarnya :

Menurut klasifikasi Mohr adalah :

Tipe iklim golongan Ib dengan indikator :

a. Jumlah bulan basah (BB) : 11 bulan

b. Jumlah bulan kering (BK) : 0

c. Jumlah bulan lembab (BL) : 1 bulan

Menurut klasifikasi Schmidt Ferguson :

Tipe iklim hujan C dengan indikator :

a. Jumlah bulan basah (BB) : 11 bulan

b. Jumlah bulan kering (BK) : 0

c. Jumlah bulan

lembab (BL) : 1 bulan, dengan nilai :

Menurut Oldeman :

Tipe iklim pertanian B1 dengan indikator :

a. Jumlah bulan basah (BB) = 8 bulan

b. Jumlah bulan kering (BK) = 1 bulan

c. Jumlah bulan lembab (BL) = 3 bulan

Suhu

66

Suhu udara di Kecamatan Ponrang menunjukkan 27 – 340 C. Hal

tersebut menandakan rejin suhu udara panas dan merupakan indikator

wilayah pesisir pantai dengan ketinggian di bawah 750 meter dari

permukaan laut.

Angin

Angin adalah komponen iklim yang berpengaruh pada kehidupan

tanaman dalam kegiatan usahatani. Angin dapat berpengaruh langsung

pada tanaman melalui kehidupan tanaman, namun juga dapat merusak

tanaman jika terjadi angin topan. Oleh karena Kecamatan Ponrang

sebagian besar berada pada daerah pesisir pantai maka pengaruh angin

laut dan angin darat mendominasi pergerakan angin di wilayah ini.

Biasanya pada wilayah yang kondisinya seperti di Kecamatan

Ponrang akan mengalami hembusan angin laut yang nyata pada siang

hari sedang angin darat tidak teridentifikasi pada malam hari. Kecepatan

angin pada pagi hari 0 – 10 km per jam, pada siang hari mencapai 22,3

km perjam dan pada sore hari sampai malam hari kembali turun menjadi

10 km perjam.

Tanah

Tanah merupakan faktor lain yang berpengaruh terhadap kegiatan

usahatani khususnya terhadap tanaman. Komponen tanah terdiri dari

jenis tanah, tekstur, struktur dan pH tanah.

Berdasarkan hasil pemetaan tanah di Kabupaten

Luwu, jenis tanah di Kecamatan Ponrang terdiri dari tanah alluvial (56%),

67

podsolik (21%) dan regosol serta clay humus (23%). Tingkat keasaman

tanah (pH) berkisar antara 4,5 - 6,5 (agak masam sampai netral). Hal

tersebut menunjukkan bahwa hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh

di wilayah tersebut. Tekstur tanah adalah organik dengan asal

(pembentukan) tanah abu vulkanik, kedalaman lapisan gambut di atas 1,5

m.

BAB V

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

68

Pelakasanaan penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa

besar faktor-faktor produksi mempunyai pengaruh terhadap produktivitas

lahan padi dan berapa besar elastisitas biaya produksi yang digunakan

untuk tanaman padi. Dalam penelitian ini diambil 70 orang petani dengan

mengambil tempat penelitian Kelurahan Padang Sappa Kecamatan

Ponrang Kabupaten Luwu.

Kemudian perlu ditambahkan bahwa sebelum dilakukan analisis

mengenai elastisitas biaya produksi, terlebih dahulu akan disajikan

karakteristik petani padi yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hal

ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai identitas petani yang

menjadi responden dalam penelitian ini.

Dalam hubungannya dengan uraian di atas, terlebih dahulu akan

disajikan karakteristik petani yang menjadi sampel penelitian,

pengelompokan responden disusun berdasarkan aturan Sturges. Berikut

ini adalah karakteristik berdasarkan umur responden yang disajikan pada

Tabel 5.1 yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.1

Deskripsi responden menurut kelompok umur

no Umur responden FrekuensiOrang %

69

1 21 - 29 19 27,142 30 - 39 21 303 40 – 49 18 25,714 Di atas 50 12 17,14

Total responden 70 100sumber : data primer, 2011

Tabel 5.1 yaitu karakteristik responden menurut umur, maka dalam

penelitian ini lebih banyak didominasi antara 30 – 39 tahun yaitu sebesar

30%. Hal ini dapatlah disimpulkan bahwa sebagian besar petani padi di

Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu adalah

berumur antara 30 – 39 tahun. Kemudian dapat disajikan deskripsi

karakteristik responden menurut tingkat pendidikan yang dapat disajikan

pada Tabel 5.2 yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.2

Deskripsi responden menurut tingkat pendidikan

no Tingkat pendidikan FrekuensiOrang %

1 SD 25 35,702 SMP 33 47,203 SMA 12 17,10

Total responden 70 100sumber : data primer, 2011

Dari Tabel 5.2 yaitu deskripsi responden menurut tingkat

pendidikan maka mayoritas responden yang menjadi sampel penelitian

yaitu SMP sebesar 47,20 %, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

petani padi di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten

Luwu lebih banyak memiliki jenjang pendidikan SMP.

70

Selanjutnya akan disajikan karakteristik responden menurut jumlah

tanggungan keluarga yang dapat dilihat pada Tabel 5.3

Tabel 5.3

Deskripsi responden menurut jumlah tanggungan keluarga

no Umur responden FrekuensiOrang %

1 < 3 orang 19 42,862 4 – 6 orang 21 31,433 > 7 orang 18 17,10

Total responden 70 100Sumber : data primer, 2011

Berdasarkan Tabel 5.3 yaitu deskripsi responden menurut jumlah

tanggungan keluarga ternyata lebih banyak didominasi oleh jumlah

tanggungan keluarga di bawah 3 orang yaitu sebesar 42,86 %. hal ini

menunjukkan bahwa petani padi di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan

Ponrang Kabupaten Luwu rata-rata memiliki jumlah tanggungan keluarga

di bawah 3 orang.

Tabel 5.4

Deskripsi responden menurut tingkat pengalaman bertani

no Umur responden FrekuensiOrang %

1 < 1 tahun 8 11,432 2 – 4 tahun 16 22,863 5 – 10 tahun 32 45,714 > 11 tahun 14 20

Total responden 70 100sumber : data primer, 2011

Tabel 5.4 yakni deskripsi responden menurut tingkat pengalaman

bertani padi rata-rata responden telah memiliki tingkat pengalaman

71

sebagai petani padi antara 5 – 10 tahun yaitu sebesar 45,71 %. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pengalaman bertani padi khususnya pada

petani padi di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten

Luwu rata-rata memiliki pengalaman antara 5 – 10 tahun.

Kemudian akan disajikan status kepemilikan tanah yaitu sebagai

berikut :

Tabel 5.5

Deskripsi responden menurut status kepemilikan tanah

no Umur responden FrekuensiOrang %

1 Milik sendiri 61 87,102 Menyewa 9 12,93 Total responden 70 100

sumber : data primer, 2011

Tabel 5.5 yakni status kepemilikan tanah responden, ternyata

responden lebih banyak memiliki kepemilikan sendiri jika dibandingkan

dengan menyewa, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani padi

memiliki lahan padi milik sendiri jika dibandingkan menyewa. Kemudian

dapat disajikan Deskripsi luas lahan responden yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.6

Deskripsi responden menurut luas lahan

72

no Umur responden FrekuensiOrang %

1 0,01 – 0,1 12 17,142 0,1 – 1,0 27 38,573 1,01 – 1,8 31 44,294 Total responden 70 100

sumber : data primer, 2011

Berdasarkan Tabel 5.6 yaitu Deskripsi responden ternyata

responden lebih banyak memiliki luas lahan antara 1,01-1,8ha yaitu

sebesar 44,29%. hal ini dapat dikatakan bahwa rata-rata petani padi di

Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu rata-rata

memiliki luas lahan antara 1,01 sd 1,8 ha.

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah sebuah model

regresi akan dapat dipakai untuk prediksi jika memenuhi sejumlah asumsi

(Singgih,S,2010 : 203) oleh karena itulah lebih lanjut menurut Singgih,S

(2010 : 203) ada beberapa asumsi utama dalam permodelan regresi yaitu:

uji F, normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas dan autokorelasi.

Dalam hubungannya dengan uraian tersebut di atas maka akan

disajikan uji asumsi klasik yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Uji f atau Uji Simultan

Tabel 5.7

73

Uji f berdasarkan tabel anova

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 176.536 4 44.134 1212.251 .000a

Residual 2.366 65 .036

Total 178.902 69

a. Predictors: (Constant), Pestisida (liter), Pupuk (kg), Bibit (kg), Luas Lahan (m2)

b. Dependent Variable: Volume Produksi Padi (kg)

Uji f dapat dilakukan dengan cara melihat nilai f atau nilai sig yang

tertera pada tabel analisis of varians (anova), apabila nilai f > nilai f hitung

atau nilai sig < 0,05, maka model ini dapat digunakan. Pada tabel anova

dapat dilihat bahwa Nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 sehingga kesimpulan

yang dapat diambil adalah model ini dapat digunakan untuk memprediksi

produktivitas lahan padi.

Sedikit penjelasan tentang nilai 0,000 Pada tabel SPSS, apabila

nilai nolnya sudah terlalu kecil, maka akan dibulatkan menjadi 0,000,

berbeda kalau menganalisa dengan menggunakan excel, sekalipun kecil,

nilainya tetap tercantumkan. Perbedaan itu dapat dilihat pada bab

lampiran.

b) Uji t atau uji parsial

Sama halnya dengan uji f, uji t dapat dilakukan dengan cara melihat

nilai t hitung, pada tabel coefficients, setelah itu melihat nilai t, pada tabel t,

apabila nilai t htung > nilai t tabel atau dengan melihat nilai sig, apabila

nilai sig < 0,05 maka kesimpulan yang dapat diambil ialah masing-masing

variabel berpengaruh dan significant.

74

Tabel 5.8

Uji t berdasarkan tabel coefficient

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95,0% Confidence

Interval for B

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 4.115 .300 13.731 .000 3.516 4.713

Luas

Lahan

(m2)

.369 .064 .331 5.750 .000 .241 .498 .062 16.242

Bibit (kg) .154 .041 .204 3.756 .000 .072 .236 .069 14.532

Pupuk (kg) .303 .058 .203 5.198 .000 .186 .419 .133 7.530

Pestisida

(liter)

.574 .139 .285 4.115 .000 .295 .852 .043 23.507

a. Dependent Variable: Volume Produksi Padi (kg)

Dari tabel coeffiicient di atas terlihat bahwa masing-masing nilai t >

2,390 atau nilai signya sebesar 0,000 < 0,05 sehingga kesimpulan yang

dapat diambil masing-masing variabel memiliki pengaruh yang positif dan

significant.

75

c) Uji Normalitas

Menurut Dwi (2010 : 71) uji Normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini

biasanya digunakan untuk mengukur data beskala ordinal, interval

ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik maka

persyaratan Normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi

Normal, jika data tidak berdistribusi Normal maka metode alternatif yang

digunakan status non parametrik.

Kemudian dalam uji Normalitas dari penelitian ini maka metode

pengujian yang digunakan adalah diagram Normal P. Plot. Dimana dalam

uji Normalitas maka menurut Singgih, S (2010 : 213) bahwa deteksi

dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dengan

grafik dengan dasar pengambilan keputusan :

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal maka metode regresi memnuhi asumsi Normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan /atau tidak

mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi

asumsi Normalitas.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dalam pengujian Normalitas

digunakan dengan cara grafik seperti pada gambar 5.1 di bawah ini,

sebelumnya akan disajikan hasil histogram dalam uji Normalitas, yaitu

sebagai berikut :

76

Gambar 5.1

Gambar histogram volume produksi padi

Berdasarkan diagram histogram dalam pengujian Normalitas,

terlihat bahwa dari 70 sampel penelitian, menunjukkan bahwa nilai mean

dari setiap variabel sebesar -9,68 E-15, standar deviasi sebesar 0,971.

Sehingga dalam uji Normalitas dari setiap variabel yang akan dimasukkan

dalam model regresi dapat dikatakan telah memenuhi asumsi Normalitas.

77

Kemudian akan disajikan Normal P Plot Regrssion Standard

Residual yang dapat disajikan melalui gambar 5.2 yaitu sebagai beirkut :

Gambar 5.2

Gambar Normal P-P Plot of regression standardized residual

Berdasarkan gambar 5.2 yakni hasil olahan data uji Normalitas

terlihat bahwa data regresi yang digunakan telah mengikuti garis diagonal.

Kemudian untuk lebih mengetahui secara jelas apakah data berdistribusi

Normal maka dilakukan model pengujian dengan one sample kolmogorov-

smirnov test, dimana menurut Eko (2009 :83) bahwa nilai sig atau

78

signifikan atau nilai probabilitas kurang dari 0,05 berarti data berdistribusi

tidak normal sedangkan apabila nilai sig atau signifikan lebih besar dari

0,05 berarti data berdistribusi normal.

Untuk lebih jelasnya akan disajikan hasil olahan data uji Normalitas

dengan one sample kolmogorov yang dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut

ini :

Tabel 5.9

Hasil olahan data uji Normalitas dengan one-sample smirnov

No Nama VariabelPenelitian

Nilai AsimpSig

TarafSignifikan

Keputusan

1 Luas Lahan 0,20 0,05 Data berdistribusinormal

2 Bibit 0,20 0,05 Data berdistribusinormal

3 Pupuk 0,20 0,05 Data berdistribusinormal

4 Pestisida 0,20 0,05 Data berdistribusinormal

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari hasil olahan data Normalitas dengan one sample smirnov

terlihat bahwa semua variabel penelitian (luas lahan, bibit, pupuk,

pestisida) semuanya memiliki data yang berdistribusi Normal, alasannya

karena memiliki nilai asymp sig > 0,05. Hal ini dapatlah disimpulkan

bahwa semua variabel yang akan digunakan dalam pengujian statistik

parametrik semuanya berdistribusi normal.

d) Pengujian Asumsi Multikolineritas

79

Uji multikolineritas adalah suatu keadaan dimana terjadi hubungan

linear yang sempurna atau mendekati antara variabel independen dalam

model regresi Menurut Eko (2009 : 70) bahwa multikolineritas timbul

sebagai akibat adanya hubungan kausal antara dua variabel bebas atau

lebih atau adanya kenyataan bahwa dua variabel penjelas atau lebih

bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga yang berada di luar model.

Untuk mendeteksi adanya multikolineritas maka Nugroho dalam

Eko (2009 : 79) bahwa jika variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10

maka model terbebas dari multikolineritas. Dalam hubungannya dengan

uraian tersebut di atas maka dapat disajikan hasil olahan data

multikolineritas dengan menggunakan SPSS versi 17 yang dapat dilihat

melalui Tabel berikut ini :

Tabel 5.10

Hasil Olahan Data Colineritas Statistiks

80

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95,0% Confidence

Interval for B

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 4.115 .300 13.731 .000 3.516 4.713

Luas

Lahan

(m2)

.369 .064 .331 5.750 .000 .241 .498 .062 16.242

Bibit (kg) .154 .041 .204 3.756 .000 .072 .236 .069 14.532

Pupuk (kg) .303 .058 .203 5.198 .000 .186 .419 .133 7.530

Pestisida

(liter)

.574 .139 .285 4.115 .000 .295 .852 .043 23.507

a. Dependent Variable: Volume Produksi Padi (kg)

Sumber : Data diolah dengan SPSS

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa nilai variabel inflation faktor

(VIF) yaitu : luas lahan, bibit, pupuk dan pestisida memiliki nilai lebih dari

10, kecuali pupuk, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah dalam

penelitian ini terjadi persoalan multikolinieritas.

e) Analsis Pengujian Asumsi Autokorelasi

81

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadinya korelasi

antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada

model regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan

dengan pengamatan lain pada model regresi.

Suatu data dapat dikatakan bebas autokorelasi apabila nilai Durbin

Watson testnya antara -2 sampai + 2. Secara umum nilai DW dapat dicari

dengan menggunakan rumus:

Dimana :

D : Nilai D-W test

et : Nilai residu dari persamaan regresi pada periode t-1

et-1 : Nilai residu dari persamaan regresi pada periode t-1

Metode pengujian menggunakan uji Durbin Watson (Uji DW)

dengan ketentuan menurut Dwi (2010 : 87) adalah sebagai beirkut :

a) Jika lebih dari d1 atau lebih dari (4 – DL) maka hipotesis Nol

ditlak, yang berarti terdapat autokorelasi.

b) Jika d terletak antara DU dan (4 – DU) maka hipotesis Nol

diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

c) Jika d terletak antara DL dengan du atau diantara (4 – DU)

dan (4 – dL) maka tidak mengahsilkan keputusan yang penting.

82

Berdasarkan uraian tersebut di atas, akan disajikan hasil olahan data

autokorelasi yang dapat disajikan pada Tabel 5.11 yaitu sebagai berikut

Tabel 5.11

Hasil olahan data autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .993a .987 .986 .19080509 .858

a. Predictors: (Constant), Pestisida (liter), Pupuk (kg), Bibit (kg), Luas Lahan (m2)

b. Dependent Variable: Volume Produksi Padi (kg)

Sumber : Data diolah dengan SPSS versi 17Berdasarkan Tabel

5.11 terlihat nilai dw terletak antara -2 < 0,858 < 2 berarti kesimpulan yang

dapat diambil dalam penelitian ini terbebas dari autokorelasi

d) Analisis pengujian heteroskesdastisitas

Uji pengujian heteroskedastisitas pada umumnya sering terjadi

pada model-model yang menggunakan cross section daripada time series,

namun bukan berarti model-model yang menggunakan time series bebas

dari heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dengan scatter plot yang

dapat disajikan pada gambar berikut ini :

83

Gambar 5.3

Gambar scatterplot dalam uji heterokedastisitas

Berdasarkan gambar 5.3 yakni scatter plot dalam uji

heteroskedastisitas, menurut Singgih santoso (2010 : 210) bahwa jika pola

tertentu seperti titik (point) yang ada pemeberian suatu pola tertentu

(bergelombang, melebar lalu menyempit) berarti terjadi

heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas serta titik

menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi

84

heteroskedastisitas, sehingga dilihat dari gambar scatter plot yang

menunjukkan bahwa data sudah menyebar di atas dan dibawah angka 0

pada sumbu Y berarti dapatlah disimpulkan bahwa dalam peneltian ini

tidak ada persoalan heteroskedastisitas. Kemudian untuk dapat

mengetahui secara jelas apakah dalam peneltiian ini tidak ada persoalan

heteroskedastisitas maka dilakukan pengujian selanjutnya, yaitu dengan

uji Glesjer. Adapaun hasil olahan data heteroskedastisitas dengan uji

glesjer dapat dilihat pada Tabelberikut ini :

Tabel 5.12

Hasil olahan data uji heteroskedastisitas dengan metode glesjer

No. Variabelpenelitian

thitung

Nilaisig t tabel Keterangan

1 Luas lahan 5,750 0,000 2,390 Tidak ada persoalanheteroskedastisitas

2 Bibit 3,756 0,000 2,390 Tidak ada persoalanheteroskedastisitas

3 Pupuk 5,198 0,000 2,390 Tidak ada persoalanheteroskedastisitas

4 Pestisida 4,115 0,000 2,390 Tidak ada persoalanheteroskedastisitas

Sumber : data diolah dengan menggunakan SPSS

Menurut Dwi (2010 : 43) bahwa kriteria pengujiannya sebagai berikut :

1. Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas

2. Ha : ada gejala heteroskedastisitas

3. Ho diterima bila t-tabel < t-hitung berarti tidak terdapat

heteroskedastisitas atau nilai sig < 0,05 Ho ditolak apabila t - hitung > t -

tabel yang berarti terdapat heteroskedastisitas. Melihat dari Tabel 5.10

85

yang menunjukkan bahwa setiap variabel penelitian memiliki t - hitung > t -

tabel berarti dalam penelitian ini tidak memiliki persoalan

heteroskedastisitas.

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menguraikan atau menggambarkan nilai rata-rata

(mean), standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian (luas lahan,

bibit, pupuk, pestisida, dan jumlah produksi padi) dengan 70 sampel

penelitian. Adapaun hasil olahan data statistik deskriptif dengan

menggunakan rogram SPSS versi 17 yang dapat dilihat melalui Tabel

berikut ini :

Tabel 5.13

Hasil Olahan data mengenai statistik deskriptif

Dengan menggunakan SPSS Versi 17

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Produksi Padi (kg) 4.3041970E3 3.69954317E3 70

Luas Lahan (m2) 8.4396017E3 7.25400616E3 70

Bibit (kg) 45.1894286 39.45095450 70

Pupuk (kg) 253.1880000 2.17620204E2 70

Pestisida (liter) 16.8794286 14.50765554 70

Sumber : hasil olahan data SPSS 17

Berdasarkan hasil analisis mengenai statistik deskriptif yang

sebagaimana terdapat pada Tabel 5.13 yang menunjukkan bahwa rata-

rata luas lahan padi dari 70 petani padi yang menjadi sampel penelitian ini

86

ternyata rata-rata luas lahan sebesar 8439,60 m2 atau dengan simpangan

baku 7254 ha.

Kemudian rata-rata penggunaan bibit dari 70 orang petani yang

menjadi sampel penelitian sebesar 45,19 kg dengan standar deviasi

39,45 kg. Selanjutnya dilihat dari penggunaan pupuk, yang menunjukkan

bahwa dari 70 sampel penelitian ternyata rata-rata penggunaan pupuk

sebesar 253,19 kg dengan simpangan baku sebesar 217,62 kg dan rata-

rata (mean) penggunaan pestisida sebesar 16,88 liter dengan simpangan

baku sebesar 14,50 liter.

Selanjutnya dilihat dari hasil produksi padi maka rata-rata (mean)

dari jumlahnya adalah sebesar 4304,20 kg dan standar simpangan baku

sebesar 3699,54 kg.

Jadi produktivitas lahan padi per meter perseginya adalah sebesar

0,51 kg/m2.

3. Analisis Fungsi Produksi dengan Cobb Douglass

Dalam melakukan estimasi produktivitas lahan padi khususnya

produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang

Kabupaten Luwu maka dapat dilakukan dengan menganalisis fungsi

produksi Cobb Douglass. Di mana alat analisis yang digunakan adalah

regresi, sehingga persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Ln Y = a + b1.Lnx1 + b2.Lnx2 + b3.Lnx3 + b4.Lnx4

87

Sebelum disajikan hasil olahan data regresi yang dapat dilihat pada

Tabel 5.14 yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.14

Hasil olahan data dengan SPSS Release 17

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

95,0% Confidence

Interval for B

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 4.115 .300 13.731 .000 3.516 4.713

Luas

Lahan

(m2)

.369 .064 .331 5.750 .000 .241 .498 .062 16.242

Bibit (kg) .154 .041 .204 3.756 .000 .072 .236 .069 14.532

Pupuk (kg) .303 .058 .203 5.198 .000 .186 .419 .133 7.530

Pestisida

(liter)

.574 .139 .285 4.115 .000 .295 .852 .043 23.507

a. Dependent Variable: Volume Produksi Padi (kg)Sumber : Data diolah dengan SPSS Release 17

Berdasarkan Tabel 5.14 maka akan ditentukan persamaan regresi

yaitu sebagai berikut :

Ln Y = 4,115 + 0,369LnX1 + 0,154LnX2 + 0,303LnX3 + 0,574LnX4

Untuk mengubah menjadi fungsi Cobb-Douglas maka fungsi

tersebut di anti Ln kan sehingga hasilnya adalah sebagai berikut:

Y = 61,252X10,369X20,154X30,303X40,574

88

dan untuk lebih meyakinkan bahwa persamaan regresi tersebut layak

digunakan untuk memprediksi hasil produktivitas lahan padi, maka

dilakukan perbandingan antara Ln Y observasi dan Ln Y regresi dan

hasilnya memiliki residu yang sangat kecil terhadap hasil yang

sesungguhnya.

Gambar 5.4

Gambar grafik

perbandingan antara Ln Y observasi dengan Ln Y regresi

Dari gambar 5.4 di atas tampak jelas bahwa titik-titik hasil observasi

mengikuti garis regresi itu menandakan bahwa hasil prediksi produktivitas

lahan padi memiliki residu atau tingkat kesalahan yang kecil terhadap

hasil produktivitas lahan padi yang sesungguhnya.

Dari hasil olah data tersebut maka akan disajikan hasil elastisitas

faktor-faktor produksi padi yang dapat diuraikan sebagai beirkut :

1. Luas Lahan (LH /X1)

89

Besar koefisien regresi luas lahan sebesar 0,369, hal ini dapat

diartikan peningkatan 1 % luas lahan (dengan syarat ceteris paribus)

maka akan meningkatkan jumlah produktivitas lahan padi sebesar 0,369%.

2. Bibit

Berdasarkan hasil olahan data regresi dengan SPSS release 17,

diperoleh nilai koefisien elastisitas produksi sebesar 0,154, dimana dapat

diartikan bahwa peningkatan 1% bibit padi dapat diikuti oleh peningkatan

jumlah produktivitas lahan padi sebesar 0,154%

3. Pupuk

Besarnya koefisien elastisitas produktivitas lahan padidiketahui

sebesar 0,303, Hal ini dapat diartikan bahwa peningkatan 1 % pupuk

dapat diikuti oleh peningkatan produktivitas lahan padisebesar 0,303%

dengan asumsi ceteris paribus.

4. Pestisida

Besarnya koefisien regresi dintentukan sebesar 0,574 hal ini dapat

diartikan peningkatan 1% pestisida dapat diikuti oleh peningkatan jumlah

produktivitas lahan padi yaitu sebesar 0,574% (dengan asumsi ceteris

paribus)

Berdasarkan hasil elastisitas faktor-fakto produksi padi maka

dapatlah ditentukan Return to Scale (RTS). Dimana return to scale

digunakan untuk mengetahui apakah skala dalam posisi increasing, posisi

constant, ataukah dalam posisi decreasing. Dari hasil penjumlahan

koefisien regresi diperoleh nilai koofisien regresi sebesar 1,4, hasil ini

menunjukkan bahwa usaha pertanian padi berada dalam skala increasing

90

returns. Alasannya karena nilai b > 1. Dimana dapat diartikan bahwa

proporsi penambahan faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, pestisida)

akan menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar.

Kemudian dapat dilakukan pengujian parsial antara faktor produksi

(luas lahan, bibit, pupuk, dan pestisida) terhadap produktivitas lahan padi

maka terlebih dahulu akan disajikan hasil uji parsial yang dapat dilihat

melalui Tabel 5.15 yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.15

Hasil Uji Parsial faktorProduksi dengan produksi padi

No VariabelPenelitian

t-hitung t table sig Keputusan

1 Luas lahan 5,750 2,390 0,000 Signifikan2 Bibit padi 3,756 2,390 0,000 Signifikan3 Pupuk 5,198 2,390 0,000 Signifikan4 Pestisida 4,115 2,390 0,000 Signifikan

Sumber : Data diolah dengan SPSS release 17

Berdasarkan Tabel 5.15 yakni hasil uji parsial, yang menunjukan

bahwa untuk luas lahan dengan produksi ada pengaruh yang signifikan.

Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung (5,750) > t Tabel (2,390) dan selain

itu nilai sig < 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan antara luas lahan

dengan produksi padi.

Selanjutnya dari hasil uji parsial antara bibit padi dengan produksi

diperoleh nilai t hitung (3,756) > t Tabel(2,390) dan selain itu nilai sig

0,000 < 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan antara bibit dengan

produksi padi. Kemudian dilihat dari hasil uji parsial antara pupuk dengan

produksi padi diperoleh nilai t hitung = (5,198) > t Tabel(2,390) dan selain

91

itu nilai p value = 0,000 < 0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan antara

pupuk dengan produksi padi.

Kemudian dalam uji parsial antara pestisida dengan produksi padi

diperoleh nilai t hitung (4,115) > t Tabel(2,390) dan selain itu sig 0,000 <

0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan antara pestisida dengan

produksi padi. Selanjutnya dalam hasil analisis korelasi diperoleh nilai R =

0,994 hal ini dapat diartikan bahwa luas lahan, bibit, pupuk dan pestisida

secara bersama-sama memiliki hubungan yang kuat dan positif dalam

peningkatan produksi padi.

Selanjutnya dengan nilai R2 = 0,966 yang dapat diartikan bahwa

variasi kenaikan produksi padi dijelaskan oleh adanya penambahan luas

lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan pestisida yaitu sebesar 96,6 %

(0,966 x 100). Kemudian dari hasil uji serempak diperoleh nilai F hitung =

1055,156 sedangkan F Tabel= 2,37 Hal ini menunjukkan ada pengaruh

secara bersama-sama antara luas lahan, bibit, pupuk dan pestisida

terhadap produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan

Ponrang Kabupaten Luwu.

4. Analisis jalur

Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor produksi apa yang

memberikan kontribusi paling besar terhadap peningkatan produktivitas

lahan padi. Untuk mengetahui hal tersebut dapat diketahui dengan jalan

melihat tabel correlation di bawah ini

Tabel 5.16

92

Hasil Perhitungan Analisis Jalur

Correlations

Luas Lahan (m2) Bibit (kg) Pupuk (kg) Pestisida (liter)

Luas Lahan (m2) Pearson Correlation 1 .955** .876** .955**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 70 70 70 70

Bibit (kg) Pearson Correlation .955** 1 .838** .946**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 70 70 70 70

Pupuk (kg) Pearson Correlation .876** .838** 1 .924**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 70 70 70 70

Pestisida (liter) Pearson Correlation .955** .946** .924** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 70 70 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Selanjutnya hasil tersebut di atas kita analisa dengan

menggunakan analisis jalur sebagai berikut:

Pengaruh x1 terhadap y

93

Pengaruh langsung

(Pyx1) x (Pyx1)

0,331 x 0,331 = 0,109%

Pengaruh tidak langsung

Melalui x2

(Pyx1) x (rx1x2) x (Pyx2)

0,331 x 0,995 x 0,204 = 0,067%

Melalui x3

(Pyx1) x (rx1x3) x (pyx3)

0,331 x 0,876 x 0,203 = 0,095%

Melalui x4

(Pyx1) x (rx1x4) x (pyx4)

0,331 x 0,995 x 0,285 = 0,0939%

Pengaruh total x1 terhadap y = 0,3295%

Pengaruh x2 terhadap y

Pengaruh langsung

(Pyx2) x (Pyx2)

0,204 x 0,204 = 0,042%

Pengaruh tidak langsung

Melalui x1

(Pyx2) x (rx1x2) x (Pyx1)

0,204 x 0,995 x 0,331 = 0,067%

Melalui x3

94

(Pyx2) x (rx2x3) x (Pyx3)

0,204 x 0,838 x 0,203 = 0,035%

Melalui x4

(Pyx2) x (rx2x4) x (Pyx4)

0,204 x 0,946 x 0,285 = 0,055%

Pengaruh total x2 terhadap y = 0,199

Pengaruh x3 terhadap y

pengaruh langsung

(Pyx3) x (Pyx3)

0,203 x 0,203 = 0,041%

Pengaruh tidak langsung

Melalui x1

(Pyx3) x (rx1x3) x (Pyx1)

0,203 x 0,876 x 0,331 = 0,059%

Melalui x2

(Pyx3) x (rx2x3) x (Pyx2)

0,203 x 0,838 x 0,204 = 0,035%

Melalui x4

(Pyx3) x (rx3x4) x (Pyx4)

0,203 x 0,924 x 0,285 = 0,053%

Pengaruh total x3 terhadap y = 0,188%

Pengaruh x4 terhadap y

Pengaruh langsung

95

Pyx1 0,378

(Pyx4) x (Pyx4)

0,285 x 0,285 = 0,081%

Pengaruh tidak langsung

Melalui x1

(Pyx4) x (rx1x4) x (Pyx1)

0,285 x 0,995 x 0,331 = 0,0939%

Melalui x2

(Pyx4) x (rx2x4) x (Pyx2)

0,285 x 0,946 x 0,204 = 0,055%

Melalui x3

(Pyx4) x (rx3x4) x (Pyx3)

0,285 x 0,924 x 0,203 = 0,053%

Pengaruh total x4 terhadap y = 0,283%

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa masing-masing

variabel memberikan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung

terhadap produktivitas lahan padi yang mana luas lahan memberikan

kontribusi paling besar yaitu 32,95%.

Selanjutnya untuk melihat jalur-jalur masing-masing variabel atau

jalur-jalur faktor-faktor produksi terhadap produktivitas lahan padi dapat

dilihat pada gambar analisa jalur pada bab lampiran.

Gambar 5.5

Luas Lahan(X1)

96

Pyx2 0,216

Pyx3 0,223

Pyx4 0,656

Rx1x2 0,683

Rx2x3 0,676

Rx3x4 0,956

Rx1x3 0,886Rx1x4 0,942

Rx2x4 0,789

Skema Analisis Jalur

5. Efisiensi Biaya Produksi

Analisis efisiensi biaya produksi dimaksudkan untuk mengetahui

apakah biaya produksi yang dikeluarkan dapat dikatakan efisien atau

sebaliknya. Di mana efisiensi biaya produksi dapat diketahui dengan cara

membagi nilai produk marginal input dengan rata-rata harga output.

Sebelum dilakukan perhitungan efisiensi biaya produksi terlebih dahulu

akan disajikan data input dan output produksi padi yang dapat dilihat pada

Tabel 5.17 yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.17

Data Input Produksi Padi

Variabel Koofisien regresi X PX

Bibit(X2)

Pupuk(X3)

Pestisida(X4)

Produktivitas Lahan Padi(Y)

97

Penelitian (b)Luas lahan

BibitPupuk

Pestisida

0,3690,1540,3030,574

8439,601745,19

253,18816,88

Rp.10.000Rp.3.000

Rp.125.000Rp. 70.000

Sumber : Data primer, 2011

Keterangan:

X : jumlah rata-rata penggunaan input produksi

PX : harga rata-rata input produksi

Rata-rata produksi padi adalah sebesar 4304,23 kg. sedangkan

produktivitas lahan adalah sebesar 0,51 kg/m2. Dari data input dan output

dalam produksi padi, maka sebelumnya akan disajikan perhitungan

produksi marginal (MP) dari masing-masing fungsi produksi yaitu sebagai

berikut :

MP Luas Lahan = Bi

MP Luas Lahan = 0,369 X

= 0,19

MP bibit = 0,154 X

= 14,68

MP pupuk = 0,303 X

= 5,151

MP pestisida = 0,574 X

= 152,70

Kemudian nilai efisiensi penggunaan input produksi dapat dihitung

sebagai berikut :

98

1) Nilai efisiensi penggunaan luas lahan

VMPx1 = MPPx1 X Py

= 0,19 X 3000

= 570

Efisiensi =

= 0,057

2) Nilai efisiensi penggunaan Bibit

VMPx2 = MPPx2 X Py

= 14,68 X Rp. 3.000

= 44.040

Efisiensi =

= 14,68

3) Nilai efisiensi penggunaan pupuk

VMPx3 = MPPx3 X Py

= 5,151 X Rp. 3.000

= 15.453

Efisiensi =

= 0,124

4) Efisiensi penggunaan pestisida

VMPx4 = MPPx4 X Py

= 152,70 X Rp. 3.000

= 458.100

Efisiensi =

= 6,54

99

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas maka akan disajikan

melalui Tabel berikut ini.

Tabel 5.18

Hasil Perhitungan Efisiensi Penggunaan Biaya Produksi

No VariabelPenelitian

ProdukMarginal

(MP)

NilaiMP

EfisiensiPenggunaan

Input

EfisiensiPenggunaan

InputKeputusan

1234

Luas lahanBibitPupukPestisida

0,1914,685,151152,70

57044.04015.453458.100

Rp. 10.000Rp. 3.000Rp. 125.000Rp. 70.000

0,05714,680,1246,54

Tidak efisienBelum efisienTidak efisienBelum efisien

Sumber : Hasil Olahan Data

Berdasarkan tabel 5.18 menunjukkan efisiensi penggunaan luas

lahan dalam produksi padi tidak efisien secara harga sebab hasil

perhitungan menunjukkan angka efisiensi penggunaan input < 1 sehingga

dikatakan tidak efisien, apabila di bawah angka 1 atau < 1, itu berarti

secara harga alokasi biaya untuk lahan tidak efisien sehingga perlu

pengurangan atau diperhatikan lagi sistem alokasi biaya untuk masing-

masing input agar menjadi efisien.

Kemudian dilihat dari penggunaan input untuk bibit belum efisien

alasannya karena nilai efisiensi penggunaan bibit lebih besar dari 1, ini

berarti alokasi biaya untuk bibit masih perlu penambahan agar menjadi

lebih efisien. Selanjutnya dilihat dari input pupuk memiliki nilai efisiensi

kurang dari 1, hal ini dapat dikatakan bahwa penggunaan input pupuk

100

tidak efisien berarti perlu adanya pengurangan alokasi biaya untuk pupuk

agar bisa menjadi efisien, dan untuk pestisida masih belum efisien karena

memiliki nilai efisiensi > 1, berarti masih perlu penambahan alokasi biaya

yang sesuai untuk input pestisida.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah

dikemukakan sebelumnya maka akan disajikan beberapa kesimpulan

yaitu sebagai berikut:

101

1. Luas lahan mempunyai pengaruh sebesar 0,369% terhadap

peningkatan produktivitas lahan padi, sedangkan bibit sebesar

0,154%, pupuk sebesar 0,303%, dan pestisida sebesar 0,574%

dengan asumsi masing-masing input ceteris paribus.

2. Faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat

produktivitas lahan padi adalah luas lahan.

3. Faktor yang paling dominan memberikan kontribusi terhadap

peningkatan produktivitas lahan padi adalah luas lahan itu sendiri

yang mempunyai nilai kontribusi sebesar 32,95%.

4. Usaha pertanian padi khususnya pertanian padi di Kelurahan

Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu belum optimal

secara teknik karena tambahan hasil produktivitas lahan padi belum

sebanding dengan pertambahan input produksi atau dengan kata lain

skala produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang Sappa

Kecamatan Ponrang berada pada posisi increasing return to scale.

5. Efisiensi penggunaan luas lahan dan pupuk dalam produksi

padi tidak efisien secara harga sebab hasil perhitungan menunjukkan

angka efisiensi penggunaan input lebih kecil dari satu sehingga

dikatakan tidak efisien, apabila di bawah angka satu atau kurang dari

satu itu berarti penggunaan input yang berlebihan atau tidak efisien

secara harga sehingga perlu dikurangi atau diperhatikan lagi sistem

alokasi biaya untuk masing-masing input agar menjadi efisien.

Kemudian dilihat dari penggunaan input untuk bibit dan pestisida

102

belum efisien, alasannya karena nilai efisien penggunaan bibit dan

pestisida lebih besar dari satu, ini berarti alokasi biaya untuk bibit dan

pestisida masih perlu penambahan agar menjadi lebih efisien.

6. Efisiensi produktivitas lahan padi di Kelurahan Padang Sappa

Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu belum efisien secara ekonomi

karena syarat untuk tercapainya efisiensi secara ekonomi adalah

apabila sudah efisien baiak secara teknik maupun efisien secara

harga.

B. Saran-saran

Adapun saran-saran dari hasil penelitian ini yang dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Para petani di Kelurahan Padang Sappa Kecamatan Ponrang

Kabupaten Luwu hendaknya memperhatikan kombinasi penggunaan

input produksi yang digunakan karena skala produksi menunjukkan

berada pada posisi increasing return to scale, yang berarti

penggunaan input belum proporsional sehingga hasil atau output yang

didapatkan belum optimal, dan untuk efisiensi input belum efisien

sehingga perlu diperhatikan lagi alokasi biaya untuk masing-masing

input agar menjadi lebih efisien.

2. Disarankan pula untuk pemerintah daerah dalam hal ini di kelurahan

padang sappa kecamatan ponrang kabupaten luwu agar kiranya

memeberikan solusi yang tepat dalam penetapan harga pupuk yang

103

masih dirasakan tinggi oleh para petani padi di Kelurahan Padang

Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

3. Kekurangan dalam penelitian ini adalah tidak memasukkan variabel

tenaga kerja di dalam pembahasan di sebabkan sulitnya mendapat

data yang akurat tentang jumlah hari orang kerja (HOK) dari para

responden, oleh karena itu agar menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya, untuk menambah variabel tenaga kerja di dalam

pembahasannya terutama tentang jumlah hari orang kerja (HOK) dari

para responden.