Metode Pengajian di An Nur Foundation Yogyakarta Dalam Prespektif Pengajaran Membaca Permulaan BA

122
METODE PENGAJARAN BACA AL-QUR'AN DI AN-NUUR FOUNDATION JOGJAKARTA (Dalam Perspektif Pengajaran Membaca Permulaan Bahasa Arab) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Bahasa Arab Oleh : Daimah Ely Sobariah 9942 4252

Transcript of Metode Pengajian di An Nur Foundation Yogyakarta Dalam Prespektif Pengajaran Membaca Permulaan BA

METODE PENGAJARAN BACA AL-QUR'ANDI AN-NUUR FOUNDATION JOGJAKARTA

(Dalam Perspektif Pengajaran MembacaPermulaan Bahasa Arab)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyahuntuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat GunaMemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam

Ilmu Pendidikan Bahasa Arab

Oleh :

Daimah Ely Sobariah9942 4252

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAJOGJAKARTA

2004BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Masalah

Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi "Metode Pengajaran Baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (Dalam Perspektif Pengajaran Membaca Permulan Bahasa Arab) penulis memberikan penegasan masalah sebagai berikut: 1. Metode Pengajaran

Metode adalah jalan (cara) yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid1 atau cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan,2 sedangkan pengajaran adalah interaksi belajar-mengajar,3 yaitu hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat educatif (mendidik), yang mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik kearah kedewasaan.4

Adapun maksud dari metode pengajaran disini adalah suatu cara yang ditempuh oleh guru dalam suatu proses interaksi belajar-mengajar dengan maksudagar tujuan pengajaran dapat tercapai.

1 Abubakar Muhamad, Metodologi Khusus Pengajaran Bahasa Arab (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm. 8

2 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 25

3 Oemar Hamalik, Proses Belajar-Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 54

4 Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm. 9-10

1

2. Baca Al-Qur’an

Baca atau membaca adalah suatu proses yang dilakukan

serta di pergunakan oleh pembaca untuk memperoleh

pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata atau bahasa tulis.5 Sedangkan Al-

Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang

diturunkan kepada nabi Muhammad saw. yang membacanya

merupakan suatu ibadah.6

Adapun maksud dari baca Al-Qu’ran disini adalah

membaca huruf-huruf yang terdapat dalam Al-Qur’an

(huruf Hijaiyah) serta sesuatu yang berkaitan

dengannya seperti tanda baca dan tajwid.

3. An-Nuur Foundation JogjakartaAn-Nuur Foundation Jogjakarta adalah suatu lembaga

non formal yang bergerak dalam bidang pengajaran

baca Al-Qur’an khusus dewasa atau orang tua yang

dalam pengajarannya menggunakan suatu metode yang

5 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1985), hlm. 7

6 Manna’ Khalil Al-Qattan, Sudi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, diterjemahkan dari Bahasa Arab oleh Mudzakir As. (Bogor: Pustaka Litera Antar Pelajar, 1996), hlm. 17

dinamakan dengan metode An-Nuur, yang termasuk

metode pengajaran baca Al-Qur’an sistem cepat,

karena hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat

untuk membuat seseorang bisa baca Al-Qur’an yaitu 2

jam. Adapun maksud dewasa disini adalah orang yang

sudah bisa diajak berfikir secara analogi (minimal

umur 15 tahun), sedangkan maksud orang tua disini

adalah orang yang sudah berusia tua namun masih

mempunyai kemampuan untuk membaca. An-Nuur

Foundation Jogjakarta terletak di jalan Monjali

No.80 Karangjati Wetan, Rt 05/45 Sinduadi, Sleman,

Jogjakarta. 7

4. PerspektifPerspekitf adalah pengharapan, peninjauan,

tinjauan, padang luas.8 Adapun maksud perspektif disini adalah tinjauan.

5. Pengajaran Membaca Permulaan Bahasa ArabPengajaran membaca permulaan adalah

pengajaran membaca yang bermaksud memberi kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi yang bermakana atau pengajaran 7 Hasil wawancara dengan Nunung Tri Raharjo selaku marketing

di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 20 Maret 20038 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-barry, Kamus Ilmiah Populer

(Surabaya: Arkola, 1994) hlm. 592

membaca yang mengutamakan pengajaran huruf dan rangkaiannya serta melancarkan teknik membaca,9 pengajaran membaca permulaan disini akan dikhususkan pada pengajaran membaca huruf-huruf Arab (huruf Hijaiyah) serta sesuatu yang terkait dengannya yaitu tanda baca Arab dan tajwid .

Berdasarkan pada penegasan istilah tersebut dapat dipahami bahwa maksud dari judul skripsi ini adalah meneliti tentang metode pengajaran baca Al-Qur'an yang diterapkan di An-Nuur Foundation Jogjakarta dalam tinjauan pengajaran membaca permulaan bahasa Arab.

B. Latar Belakang Penelitian

Dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa

Arab dikenal istilah ketrampilan berhahasa yang

meliputi berbicara, mendengarkan, membaca dan

menulis.10 Dalam membaca disana terdapat dua macam

membaca yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut,

perbedan diantara keduanya terletak pada maksud atau

tujuan pengajaran membacanya, dalam pengajaran

membaca permulaan, tujuannya adalah memberikan

kecakapan kepada para siswa untuk mengubah

9 M. Ngalim Purwantoro dan Djeniah Alim, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (Jakarta: Rosda Karya, 1997), hlm. 29

10 A. Akrom Malibari, Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Tinjauan Metodik Sekilas (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. v

rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-

rangkaian bunyi bermakna atau pengajaran yang

menekankan pada pengajaran huruf dan rangkaiannya

serta melancarkan teknik membaca, sedangkan pada

membaca lanjut tujuannya adalah melatih anak-anak

menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang

dilahirkan dengan bahasa tulisan dengan tepat dan

teratur. 11

Seseorang yang ingin bisa membaca bahasa Arab

maka dia harus terlebih dahulu belajar membaca

permulaan bahasa Arab (membaca huruf-huruf Arab atau

huruf Hijaiyah).

Di Indonesia, pengajaran membaca permulan

bahasa Arab itu biasanya dilakukan melalui sistem

ngaji atau belajar membaca AL-Qur’an di masjid atau

di rumah, sehingga tatkala mereka dihadapkan pada

pelajaran bahasa Arab di sekolah mereka sudah

sedikit banyak mengenal tentang huruf-huruf Arab,

11 M. Ngalim Purwantoro dan Djeniah Alim, Metodologi …, hlm. 29

dan keadaan yang seperti ini sangat membantu sekali

bagi guru bahasa Arab.

Belajar membaca permulaan bahasa Arab yang

dilakukan dengan sistem ngaji ini biasanya dilakukan

dalam waktu yang relatif lama bahkan terkadang

sampai bertahun-tahun, keadaan yang seperti ini bagi

kita sudah dianggap suatu hal yang wajar mengingat

bahwa belajar huruf-huruf Arab itu adalah suatu hal

yang sulit karena bahasa Arab adalah termasuk bahasa

asing yang mempunyai bentuk serta bunyi yang

berbeda dengan bahasa Indonesia, selain dari itu

untuk mempelajari tanda baca atau ilmu tajwidnya

saja di perlukan waktu yang tidak sedikit.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk belajar

membaca permulaan bahasa Arab terkadang menimbulkan

rasa malas bagi orang yang akan mempelajarinya,

terlebih-lebih apabila yang belajar itu orang dewasa

atau orang tua, salah satu penyebabnya adalah karena

mereka telah tersibukaan oleh berbagai hal yang

menyangkut kehidupan mereka sehingga tak ada waktu

bagi mereka jika harus terus- menerus belajar

membaca permulaan bahasa Arab.

Karena huruf Arab adalah huruf Al-Qur’an maka

orang yang tidak bisa membaca huruf Arab secara

otomatis dia tidak bisa membaca Al-Qur’an,

kebanyakan orang dewasa atau orang tua akan merasa

malu apabila dirinya akan belajar baca Al-Quran, hal

ini dikarenakan mereka merasa sudah terlambat, namun

walaupun begitu mereka sebenarnya juga ingin belajar

membaca Al-Quran, karena Al-Quran adalah merupakan

pedoman hidup atau kitab suci mereka sebagai orang

islam.

Dalam dunia pendidikan ternyata banyak pelajar

atau mahasiswa yang belum bisa membaca permulaan

bahasa Arab, padahal terkadang mereka tidak bisa

terlepas dari hal itu karena tuntutan akademik,

namun dalam benak mereka telah terbanyang bahwa

belajar membaca permulaan bahasa Arab itu sulit

terlebih-lebih jika dilakukan dalam usia dewasa atau

orang tua, sehingga banyak dari mereka yang merasa

putus asa untuk bisa membaca pemulaan bahasa Arab.

Berdasar pada kenyataan yang seperti itu,

penulis merasa tertarik ketika mendengar ada suatu

metode pengajaran baca Al-Quran yang dinamakan

metode An-Nuur, sebab menurut penemunya yaitu DR

H.M Rosyady S.Ag, MM, MBA bahwa dengan mengunakan

metode An-Nuur seseorang akan bisa membaca Al-Qur’an

dalam waktu yang singkat yaitu 2 jam.12

Melihat kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan

oleh metode An-Nuur dalam pengajaran membaca Al-

Qur’an, maka penulis ingin mengkajinya dan mencoba

mengkaitkannya dengan salah satu ketrampilan

berbahasa yaitu membaca, khususnya membaca permulaan

bahasa Arab, ini karena disana penulis melihat

adanya kesamaan materi yang akan disampaikan yaitu

huruf hijaiyah, tanda baca Arab dan tajwid.

C. Rumusan Masalah

12 Dokumen An-Nuur Foundation Jogjakarta diambil pada tanggal 20 Maret 2003

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:1. Bagaimana penerapan metode An-Nuur dalam

pengajaran baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation

Jogjakarta (dalam perspektif pengajaran membaca

permulaan bahasa Arab) ?

2. Bagaimana hasil yang dicapai ketika menggunakan

metode An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur'an di

An-Nuur Foundation Jogjakarta (dalam perspektif

pengajaran membaca permulaan bahasa Arab) ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan

serta materi apa yang disampaikan dalam metode

An-Nuur dalam pengajaran baca Al-Qur'an di An-

Nuur Foundation Jogjakarta, sehingga nantinya

dapat dijadikan tambahan pengetahuan dalam

mengajarkan membaca permulaan bahasa Arab.

b. Untuk mengetahui hasil yang dicapai ketika

menggunakan metode An-Nuur dalam pengajaran

baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation

Jogjakarta.

2. Kegunaan Penelitian

a. Memberikan informasi bahwa belajar baca Al-

Qur'an atau belajar membaca bahasa Arab itu

bisa dilakukan dengan mudah dan dalam waktu

yang relatif singkat.

b. Untuk memberi semangat kepada umat Islam

Indonesia untuk belajar baca Al-Qur'an atau

belajar membaca bahasa Arab.

c. Dengan adanya metode yang bisa mempermudah dan

mempercepat dalam belajar baca Al-Qur'an semoga

dapat mengurangi buta huruf terhadap Al-Qur'an

yang berbahasa Arab.

d. Semoga dapat dijadikan tambahan pengetahuan

khususnya bagi para pengajar bahasa Arab,

umumnya bagi umat Islam semuanya.

E. Metode Penelitian

1. Sumber data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian

adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.13

Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini

adalah berupa: person, place dan paper.

a. Person atau sumber data berupa orang atau

sumber data yang memberikan data melalui

wawancara atau jawaban tertulis melalui

angket.14 Yang meliputi :

1) Pemimpin An-Nuur Foundation

Jogjakarta yaitu Bpk. Kamaludin S.Ag.

2) Guru-guru atau karyawan yang

terdapat di An-Nuur Foundation Jogjakarta.

3) Peserta pelatihan

4) Place atau sumber data berupa tempat

atau sumber data yang menyajikan tampilan

berupa keadaan diam atau bergerak.15 Yang

diam berupa: ruangan dan kelengkapan alat

13Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek EdisiRevisi V (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 107

14 Ibid.15 Ibid.

yang digunakan dalam proses pengajaran,

sedangkan yang bergerak berupa aktivitas

belajar-mengajar itu sendiri.

b. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-

tanda berupa huruf, angka atau gambar atau

simbol-simbol lainnya,16 yaitu berupa dokumen-

dokumen yang dimiliki oleh lembaga An-Nuur

Foundation Jogjakarta.

Selain dari itu penulis juga menggunakan

penelitian populasi sebagai sumber data.

Penelitian populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian,17 maksudnya penulis akan meneliti

semua peserta yang mengikuti pelatihan sehari

dalam pengajaran baca Al-Qur’an yang dilaksanakan

oleh An-Nuur foundation Jogjakarta, ini karena

peserta yang biasanya mengikuti pelatihan tersebut

tidak lebih dari 100 orang,18 sedangkan apabila

16 Ibid.17 Ibid., hlm. 108 18 Hasil wawancara dengan Nunung Tri Raharjo selaku

marketing di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 20 Maret 2003

subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil

semuanya.19

2. Jenis Penelitian.

Jika ditinjau dari tempatnya, penelitian ini

adalah penelitian lapangan atau kancah.20 Sedang

jika di tinjau dari hadirnya variabel, penelitian

ini adalah penelitian deskriptif, karena

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel

masa lalu dan sekarang (sedang terjadi).21

Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek

penelitian, yang ditatap (di jinggleng-jawa) dalam

suatu kegiatan penelitian (points to be noticed) yang

menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun

kualitatif.22

3. Metode Pengumpulan Data

19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), hlm. 107

20 Suharsimi Arikunto, Prosedur …, (2002), hlm. 921 Ibid.22 Ibid.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan akan

digunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi adalah cara menghimpun

bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan

dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena

yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.23

Jenis observasi yang dilakukan adalah

observasi partisipatif (participant observation)

yaitu observasi atau pengamatan yang observer

(peneliti) melibatkan diri di tengah-tengah

observe (yang sedang diteliti).24 Metode

observasi ini digunakan untuk mengamati

berlangsungnya proses belajar mengajar Al-

Qur'an yang dilaksanakan oleh An-Nuur

23 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996),, hlm. 76

24 Ibid., hlm. 77Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 85

Foundation Jogjakarta dan hasil yang

dicapainya.

Adapun pedoman observasinya berbentuk bebas

(pedoman yang tidak perlu ada jawaban, tetapi

mencatat apa yang tampak,25 dalam observasi ini

juga akan digunakan alat perekam.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah cara menghimpun

bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan

melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,

berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan

yang telah ditentukan.26

Jenis interview yang digunakan adalah

interview bebas terpimpin yaitu interview yang

pewawancaranya membaca pedoman yang hanya

merupakan garis besarnya saja.27 Metode

wawancara ini digunakan untuk mencari data

tentang metode An-Nuur itu sendiri.25 Ibid, hlm.8626 Suharsimi Arikunto, Prosedur …, hlm. 8227 Ibid., hlm. 132

c. Metode Dokumentasi

Adalah mencari data-data mengenai variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, notulen rapat dan lain

sebagainya.28 Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data tentang gambaran umum lembaga

An-Nuur Foundation Jogjakarta yang meliputi

letak geografis, sejarah singkat berdirinya,

dan susunan organisasinya.

d. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok.29

Jenis tes yang digunakan adalah tes

prestasi atau achievment test yaitu tes yang

digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang

28 Ibid,, hlm. 20629 Ibid., hlm. 127

setelah mempelajari sesuatu,30 tes ini berupa

tes lisan. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan

data tentang kemampuan yang dimiliki oleh

peserta setelah mereka belajar baca Al Qur’an

di An-Nuur Foundation Jogjakarta.

4. Metode Analisis Data

Menganalisis dapat diartikan dengan menguraikan atau

memisah-misahkan, jadi menganalisis data mengandung

arti mengurai data, menjelaskan data sehingga dari

data tersbut pada akhirnya dapat ditarik pengertian-

pengertian serta kesimpulan-kesimpulan.31

Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif

maka untuk menganalisis datanya, data itu

diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu

data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data

kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau

simbol.32 30 Ibid., hlm. 128

31 ? Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah (Jogjakarta: IKFA Press, Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 1998), hlm. 92

32 Suharsimi Arikunto, Prosedur …, hlm. 213

Untuk menganalisis data yang bersifat

kuantitatif maka digunakan rumus:

Keterangan : Mx = Mean yang dicari

fx= Jumlah hasil dari perkalian

antara masing-masing nilai dan

frekuensinya

N = Number of cases (banyaknya

individu)33

Sedangkan untuk menganalisis data yang

bersifat kualitatif adalah dengan cara deduktif

dan induktif. Deduktif adalah cara menganalisis

masalah yang berangkat dari pengetahuan yang

sifatnya umum kemudian diambil kesimpulan yang

sifatnya khusus, sedang induktif adalah cara

menganalisis masalah yang berangkat dari hal-hal

yang khusus kemudian diambil kesimpulan yang

bersifat umum.34

33 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 78

34 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Jogjakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1984), hlm. 158

F. Tinjauan Pustaka

Berbicara tentang pengajaran baca Al-Qur'an orang sudah tidak asing lagi mendengarnya, namun apabila proses pengajarannya dapat dilakukan dalam waktu yang singkat orang masih belum mempercayainya "benarkah itu" begitulah komentarnya.

Penelitian terhadap pengajaran baca Al-Qur'an

telah banyak dilakukan, namun penelitian yang

membahas tentang pengajaran baca Al-Quran dengan

menggunakan metode An-Nuur itu belum ada. Adapun

penelitian yang membahas tentang pengajaran membaca

Al-Qur’an diantaranya skripsinya Noor Hidayah dengan

judul "Pengajaran Baca Tulis Huruf Al-Qur'an di TK

ABA Karang Kajen Jogjakarta (Tinjauan Metode dan

Teori)", skripsi ini membahas tentang materi yang

dipakai serta metode yang digunakan dalam TK ABA

Karang Kajen, yang ternyata di sana memakai metode

Iqra dengan materi-materi yang terdapat didalam buku

Iqra. Skripsinya Muhajiroh yang berjudul "Pengajaran

Al-Qur'an di TPQ Maulana Mangun Sejati Desa Bugel

Kedung Jepara (Tinjauan Materi dan Metode)" yang

membahas tentang pemakaian metode Qiraati dalam

pengajaran baca Al-Qur'an yang terdapat di TPQ

Maulana Mangun Jepara. Skripsinya Nasikhi yang

berjudul "Pengajaran Al-Qur'an Bagi Anak Asuh

Kelompok Penyantun Yatim Piatu/ Dhuafa (KPYPD)

Shirath Al-Mustaqim Jogjakarta", membahas tentang

problematika pengajaran baca Al-Qur'an yang terdapat

di lembaga tersebut.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya, adapun perbedannya terletak

pada metode yang digunakan serta persrta didiknya.

Disini peserta didiknya adalah khusus orang dewasa

atau orang tua bukan anak-anak sebagaimana yang

terdapat pada penelitian sebelumnya yang tentu saja

memerlukan cara pengajaran yang berbeda, adapun

metode yang di gunakan dalam pengajaran baca Al

Qur’an yang penulis teliti adalah metode An-Nuur

yang tentu saja berbeda dengan metode Iqra, Qiroati

dan yang lainnya.

Acuan pokok yang dipakai dalam skripsi ini

adalah buku panduan metode An-Nuur yang berjudul

metode An-Nuur belajar praktis baca Al-Qur’an, 2

jam bisa baca Al-Qur’an karya Rosyady serta buku

Metodologi pengajaran Agama dan bahasa Arab karya

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar.

G. Kerangka Teoritik

Proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang kompleks, proses tersebut terdiri dari bagian yang kait-mengait, tiap bagian memiliki fungsi tersendiri yang bekerja sama dalam suatu kaitan yang lekat agar dapat mencapai suatu keberhasilan, apabila kita hanya mengandalkan salah satu (komponen) saja maka tujuan pengajaran tidak akan tercapai. Adapun yang termasuk komponen-komponen pengajaran adalah: tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru yang mengajar, metode mengajar, alat bantu mengajar, penilaian dan situasi pengajaran.35

Disini penulis akan lebih memfokuskan untuk

membahas tentang metode pengajarannya dengan tidak

mengesampingkan komponen-komponen pengajaran yang

lain.

1. Metode Pengajaran.

35 Oemar Hamalik, Proses …, hlm. 54

Berbicara tentang metode pengajaran, kita

mengenal macam-macam metode pengajaran misalnya

metode ceramah, diskusi, kerja kelompok, latihan

siap, drill dan lain sebagainya, dan seorang

pengajar hendaknya tidak hanya menggunakan satu

metode namun dua, tiga atau bahkan empat metode

dalam suatu proses pengajaran, ini dilakukan agar

siswa merasa senang dalam belajar sehingga

perhatiannya tercurah pada pelajaran.

Untuk menerapkan suatu metode ke dalam

situasai pengajaran haruslah mempertimbangkan dan

memperhatikan berbagai kemungkinan yang dapat

mempertinggi mutu dan efektivitas suatu metode,

karena kalau tidak, bukan saja akan berakibat

proses pengajaran menjadi terhambat akan tetapi

lebih jauh lagi yaitu tidak tercapainya tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Adapun hal-hal

yang harus di perhatikan dalam pemilihan suatu

metode adalah: tujuan yang hendak dicapai,

kemampuan guru, Anak didik, Situasi dan kondisi,

Fasilitas yang tersedia, Waktu yang tersedia,

Kekurangan dan kelebihan suatu metode.36

Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, agar

proses pengajaran berjalan baik dan mengenai

sasaran yang dituju maka harus memperhatikan

prinsip-prinsip metodologi mengajar, yaitu:

a. Apersepsi

Dalam istilah pendidikan apersepsi

mengandung arti penyadaran atau keinsyafan

(consiousness), maksudnya guru memberikan

rangsangan perhatian dan kesadaran kepada anak

didik agar dapat memperhatikan pelajaran yang

akan diberikan itu secara sungguh-sungguh.

b. Motivasi

Motivasi merupakan gejala jiwa yang dapat

mendorong manusia untuk bertindak sesuatu

keinginan dan kebutuhan atau motif-motif.

Disini peran guru ialah bagaimana membangkitkan

36 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi …, hlm. 7-10

motivasi anak didik agar mau belajar sungguh-

sungguh.

c. Perhatian

Perhatian adalah pengertian segala tenaga

dan jiwa dengan penuh konsentrasi yang tertuju

pada suatu obyek. Jika sesesorang besar

perhatiannya terhadap suatau obyek, maka ia

akan mengenal dan mengetahui obyek itu secara

jelas dan sempurna

d. Individualitas

Maksudnya adalah bahwa guru dalam mengajar

harus memperhatikan sifat pembawaan dan

kemampuan masing-masing individu anak didik

karena masing-masing di antara mereka selain

mempunyain kesamaan juga mempunyai perbedaan

e. Aktivitas

Maksudnya bahwa aktivitas mengajar adalah

merupakan aktivitas mengorganisir atau mengatur

lingkungan belajar sebaik-baiknya, dan

menghubungkannya dengan anak didik, sehingga

terjadilah suatu proses belajar yang

mengaktifkan anak didik. Jadi tugas guru dalam

mengajar hanyalah mengatur, mengarahkan dan

membimbing anak didiknya agar ia dapat belajar

dan mengembangkan kemampuan atau kegiatannya

secara aktif.

f. Korelasi dan konsentrasi.

Maksudnya bahwa pengajaran disajikan

secara berhubungan antara satu bidang studi

dengan bidang studi yang lain secara terkait

dan integral, sehingga dengan demikian

pengertian dan pemahaman anak didik terhadap

obyek pelajaran menjadi utuh atau bulat dan

dalam arti tidak terpecah-pecah atau terpotong-

potong secara amat jauh.

g. Peragaan atau media pengajaran atau

visualisasi.

Maksudnya bahwa dalam pengajaran

diharuskan bagi setiap guru untuk menggunakan

alat peraga sebagai alat bantu agar

pengetahuan, pengertian dan tanggapan yang

masuk kedalam jiwa melalui indra dapat menjadi

jelas dan bertahan kuat dalam ingatan.37

Perbedaan satu metode dengan metode yang lain

dapat dilihat dari masing-masing metode tersebut

mengadakan seleksi (pemilihan), gradasi

(pentahapan), presentasi (penyajian) dan repetisi

(pengulangan)38 yang semuanya itu termasuk unsur-

unsur metode.39 Jadi suatu metode baru dapat

dikatakan metode kalau ia mengandung arti tidak

hanya bagaimana (how) mengajar, tapi juga apa

(what) yang diajarkan dan kapan (when) ia

mengajar. Ini berarti bahwa metode baru tidak

cukup hanya berisi petunjuk-petunjuk tentang

bagaimana sesuatu harus diajarkan dengan tehnik

baru tapi juga harus disertai materi serta sarana

37 Ibid., hlm. 95-11438 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi

Metodologi (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 4139 Umar Asasudin Sokah, Problematika Pengajaran Bahasa Arab dan

Inggris Suatu Tinjauan dari Segi Metodologis (Jogjakarta: Nur Cahaya, 1982),hlm. 6

penunjang lainnya yang merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat terpisahkan.40

Kita tidak bisa mengatakan bahwa metode ini

bagus dan metode itu tidak bagus, karena setiap

metode itu memiliki kekurangan dan kelebihan

masing-masing, lagi pula metode yang kurang baik

di tangan guru yang baik bisa menjadi metode yang

baik dan metode yang baik dapat gagal di tangan

guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaan

Dalam proses belajar-mengajar seorang guru

sebagai pengajar harus menciptakan situasi agar

peserta didik dapat belajar, oleh karena itu guru

harus berusaha menggunakan ketrampilan dan

kemampuannya agar peserta didik mencapai tujuan

yang diharapkan, sebab sebenarnya proses belajar

mengajar itu belum dapat dikatakan berahir

kalau peserta didik belum dapat belajar dan

belum mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan

tingkah laku itu dapat diartikan dari perubahan-

perubahan yang mencakup aspek kognitif, aspek40 Mulyanto Sumardi, Pengajaran ... , hlm. 42

psikomotor, aspek afektif, misalnya dari belum

mengerti menjadi mengerti, dari belum trampil

menjadi trampil, dari belum mengetahui menjadi

memengetahui dan lain sebagainya.41 Namun

terkadang guru mempunyai anggapan lain dia merasa

sudah berahir proses belajar-mengajar apabila

sudah menjelaskan semua materi dengan tidak

melihat apakah peserta didiknya sudah menguasai

atau belum.

Pada prinsipnya interaksi belajar mengajar

itu membutuhkan adanya perencanaan dan persiapan

yang matang baik itu secara tertulis atau

persiapan diri, karena persiapan yang matang akan

mengurangi hambatan-hambatan yang muncul bahkan

akan lebih memotifasi anak untuk melakukan

belajar secara efektif. 42

2. Membaca permulaan bahasa Arab.

Sebagaimana diketahui bahwa bahasa yang

dipakai dalam Al-Qur’an adalah bahasa Arab,41 Soetomo, Dasar …, hlm. 1042 Ibid., hlm. 14

sedangkan dalam mempelajari bahasa asing termasuk

bahasa Arab di sana terdapat empat kemahiran

berbahasa yang meliputi: mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis.43 Bagi orang yang akan

belajar bahasa, keempat kemahiran ini tidak harus

dikuasai semuanya namun itu bisa disesuaikan

dengan tujuan dan kebutuhan. Dan disini akan

memfokuskan pada kemahiran membaca.

43 A.Akrom Malibary, Pengajaran …, hlm. v

Pengajaran membaca itu ada dua macam yaitu:

a. Membaca permulaan.

Dalam membaca permulaan disana diutamakan

memberikan kecakapan kepada para siswa untuk

mengubah rangkaian huruf menjadi rangkaian

bunyi bermakna dan melancarkan tehknik

membaca.44

b. Membaca lanjut.

Dalam membaca lanjut tujuannya adalah

melatih anak-anak menangkap pikiran dan

perasaan orang lain yang dilahirkan dengan

bahasa tulisan dengan tepat dan teratur.45

M. Ngalim purwantoro dan Djeniah Alim membagi

metode mengajar membaca permulaan itu menjadi lima

metode yaitu:

a. Metode Eja (Spell Method)

Metode ejaan adalah metode yang paling

terdahulu. Metode ini mengajarkan kepada anak-

anak huruf-huruf dalam abjad, dengan namanya

bukan dengan bunyinya. Huruf-huruf itu44 M.Ngalim Purwantoro dan Djeniah Alim, Metodologi …, hlm.2945 Ibid.

dirangkaikan menjadi suku kata, dari suku kata

menjadi kata. Contohnya: de – a = da; el – i –

el= lil; jadi dalil.

b. Metode Bunyi (Klank Method)

Dalam mengajar menurut metode ini, bukannya

nama huruf yang di ajarkan, melainkan bunyinya.

Jalannya sama dengan metode eja. Contohnya: d

(de) – a = da, w (ew) – a –t (et) = dawat.

c. Metode Lembaga Kata

Metode ini dapat dikatakan sebagai

peralihan antara metode bunyi dengan metode

global. Proses pelaksanaannya sebagai berikut:

1) Menyajikan kepada siswa sebuah kata

yang tidak asing lagi bagi mereka

2) Menganalisis atau menguraikan kata

menjadi suku kata. Suku kata langsung ke

bunyi huruf.

3) Mengajarkan huruf dari tiap-tiap

bunyi yang telah dipisahkan dari lembaga

katanya.

4) Huruf-huruf itu disintesis atau

dirangkaikan menjadi suku dan kata.

5) Kata-kata itu dirangkaikan menjadi

pola kalimat sederhana.

d. Metode Global

Adalah metode yang melihat segala sesuatu

merupakan keseluruhan. Cara pelaksananya

sebagai berikut:

1) Berilah sebuah cerita singkat kemudian

kalimatnya ditulis dengan huruf-huruf tulis.

2) Kalimat-kalimat itu dihafal sehingga dapat

membedakan kata-kata yang sama atau hampir

sama.

3) Setelah dapat membedakan kata-kata dalam

kalimat-kalimat yang sudah diberikan (hal ini

biasanya dengan tidak disadari), maka

berangsur-angsur akan dapat membedakan suku-

suku kata kemudian mengerti huruf-huruf

dengan bunyi sekaligus.

4) Setelah hafal dan mengerti huruf-huruf maka

dapat pula merangkaikannya menjadi kata-kata,

menjadi kalimat.

e. Metode SAS (Struktur Analisa Sintesa)

Metode ini mirip dengan metode global

meskipun tidak sama. Dalam metode global

dimulai dari suatu unit pikiran atau suatu

cerita. Siswa perlu menghafal beberapa kalimat

dan dikenalkan banyak huruf sekaligus, dalam

metode SAS membicarakan suatu hal misalnya ibu,

bacaannya berupa kalimat pendek seperti ini

ibu.46

Itulah macam-macam metode membaca permulaan.

Sedangkan metode mengajarkan huruf Al-Qur’an

menurut Mahmud Yunus itu meliputi:

a. Metode lama dinamai dengan metode abjad

atau metode Alif - Ba - Ta46 Ibid., hlm. 31-33

Dasar metode ini adalah dimulai dengan

mengajarkan nama-nama huruf kemudian dengan

berangsur-angsur ke kata kemudian ke kalimat.

Adapun caranya sebagai berikut

1) Mula-mula diajarkan nama-nama huruf yang

serupa bentuknya menurut tartib bagdadiyah :

ج ج ج� ب� ب� ب� ا 2) Kemudian diterangkan titik-titik huruf-huruf

itu, dibawah atau diatas, satu, dua atau

tiga. Contoh : Ba dibawah satu titik.

3) Setelah itu diajarkan nama–nama baris seperti

: Alif di atas a, di bawah I, di depan. Alif

dua di atas an, dua di bawah in, dua

didepan un.

Adapun kekurangan dari metode abjad adalah:

1) Peserta didik merasa kesulitan untuk

mengetahui perbedaan antara huruf-huruf yang

sama bentuknya, karena tak ada perbedaan

antara huruf-huruf itu melainkan titik kscil

saja.

2) Peserta didik tiada mengerti pelajaran yang

dibacanya, karena semata-mata dilagukan saja

dengan tidak sadar akan maksudnya padahal

tujuan membaca adalah mengerti.

3) Memakai waktu yang lama dan sedikit

hasilnya.47

b. Metode suara.

Dasar metode ini sama dengan metode abjad

namun disini yang diajarkan adalah bunyai

suaranya bukan abjadnya.

Contohnya : م م - م ا ا اAdapun cara mengajarkannya adalah: dengan

menggunakan papan tulis, tulislah huruf-huruf

yang berlainan bentuk dan bunyinya, ambil

gambar tumbuh-tumbuhan atau yang lainnya untuk47 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Qur’an)

(Jakarta: Hidakarya Agung, 1983), hlm. 6-7

alat peraga, untuk mengajarkan huruf maka

berilah contoh dari nama tumbuh-tumbuhan atau

yang lainnya yang bunyi awalnya sesuai dengan

huruf tersebut, tulis huruf yang akan diajarkan

disebelah gambar, gambar itu diperlihatkan

dengan menyebutkan bunyi awal dari gambar

tersebut, kemudian guru menerangkan bunyi dari

huruf yang diajarkan, kemudian peserta didik

membacanya, setelah mempelajari beberapa huruf

kemudian huruf-huruf tersebut disusun menjadi

kata-kata dan ditulis di papan tulis dan

peserta didik menulisnya dibuku

Adapun kebaikan dari metode suara adalah:

1) Memberi semangat untuk belajar membaca karena

mereka telah mengetahui bunyi suara huruf-

hurufnya.

2) Ada perhubungan langsung antara bunyi suara

dengan rumus (tanda ) yang tertulis.

3) Metode ini sesuai dengan tabiat bahasa Al

Qur’an (bahasa Arab), karena yang terpenting

dalam bahasa itu adalah bidang suara.

4) Dalam metode ini ada pendidikan telinga, mata

dan tangan sekaligus.

Sedangkan kekurangan metode suara adalah:

1) Metode ini lebih mementingkan bagian-bagian

dari pada keseluruhan dan ini menyalahi

tabiat yang biasa, mata kita melihat sesuatu

terlebih dahulu keseluruhannya kemudian

bagian-bagiannhya.

2) Dengan metode ini belajar membaca menjadi

sangat lambat karena mereka menghadapkan

perhatiannya kepada ejaan dan huruf kata-

kata, kemudian bagian-bagian kalimat dan

membaca kata-kata satu persatu.

3) Metode ini membutuhkan gambar sangat

banyak.48

c. Metode kata-kata.48 Ibid., hlm.7-10

Menurut metode ini murid-murid melihat

kata-kata yang di ucapkan guru dengan terang

dan jelas, kemudian menirukannya secara

berulang-ulang, kemudian guru menguraikan kata-

kata itu dan mengejanya sehingga tetap rupanya

(gambarnya) dalam otak murid-murid, setelah itu

guru memperlihatkan kata-kata yang serupa untuk

mengadakan perbandingan.

Adapun kebaikan dari metode kata-kata

adalah:

1) Metode ini telah termasuk metode keseluruhan,

karena kata-kata adalah keseluruhan yang

mempunyai arti.

2) Dapat menambah kekayaan bahasa waktu belajar

membaca.

3) Dapat mempergunakan kata-kata untuk membuat

kalimat dalam waktu yang pendek.

4) Metode ini mengajarkan rumus (tanda ), lafadz

dan artinya sekaligus.

5) Dapat mempercepat membaca karena yang

diajarkan adalah kesatuannya kata-kata bukan

huruf yang satu.

6) Membiasakan untuk mengerti apa yang dibaca.

Sedangkan kekurangan dari metode kata-kata

adalah:

1) Diantara kata-kata ada yang serupa tulisannya

tetapi berlainan artinya. Hal ini menyebabkan

peserta didik salah mengucapkan kata-kata,

sehingga berlainan artinya.

2) Kadang-kadang guru terlambat menguraikan

kata-kata kepada huruf-hurufnya, sehingga

hilang hal yang sangat penting dalam membac

yaitu mengetahui huruf.49

d. Metode kalimat

Menurut metode ini, di mulai dengan

kalimat, kata-kata, kemudian huruf. Caranya:

Guru menyiapkan kalimat-kalimat pendek,

49 Ibid., hlm. 7-12

kemudian ditulis dan dibaca secara berulang-

ulang dan murid menirukannya, kemudian guru

menulis kalimat lain dengan kata-kata yang

hampir sama setelah itu tiap-tiap kalimat

diuraikan menjadi kata-kata dan huruf.

Adapun kebaikan darimetode kalimat adalah:

1) Metode ini sesuai dengan ilmu jiwa,

yaitu memeulai dengan kesatuan pengertian.

2) Peserta didik mengetahui arti kata-

kata dengan sebenarnya, karena kata-kata itu

disusun dalam satu kalimat.

3) Metode ini menarik bagi peserta

didik untuk membaca dan membiasakan mereka

supanya mengerti apa yang dibacanya.

Sedangkan kekurangan dari metode kalimat

adalah:

1) Kadang-kadang guru terus-menerus memberikan

kalimat, melatih membaca dan menuliskannya

sehingga terlambat menguraikan kalimat kepada

kata-kata, menguraikan kata-kata kehuruf.

2) Membaca satu kalimat sekaligus bagi yang baru

belajar adalah amat sulit.

3) Metode ini membosankan, sebab mengulang-

ngulang suatu kata dalam beberapa kali

pelajaran akan mengurangi perhatian mereka

terhadap materi pelajaran yang diberikan.50

Bahasa Arab dan Al-Qur’an adalah bagaikan

dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan

antara yang satu dengan yang lainnya, mempelajari

bahasa Arab adalah syarat wajib untuk mengetahui

isi Al-Qur’an dan mempelajari bahasa Al-Quran

adalah berarti mempelajari bahasa Arab,51 kalau

kita melihat dari tujuan mempelajari huruf Al-

Quran salah satu tujuannya adalah supaya anak-anak

dapat belajar bahasa Arab sehingga pandai membaca

kitab-kitab agama yang banyak ditulis dalam bahasa

Arab,52 sedangkan salah satu tujuan mempelajari

bahasa Arab adalah agar siswa dapat memahami Al-

50 Ibid., hlm.13-1651 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi …, hlm. 18852 Mahmud Yunus, Metodik …, hlm. 5

Qur’an dan Hadits sebagai sumber hukum islam dan

ajaran.53

3. Konsep Pengajaran Metode An-Nuur

Metode An-Nuur adalah metode pengajaran baca

Al-Qur’an khusus dewasa atau orang tua yang

menggunakan pendekatan kognitif dan analogi

sederhana dalam memperkenalkan bunyi dan bentuk

huruf-huruf Hijaiyah.54

a. Pendekatan Kognitif

Istilah cognitive berasal dari kata cognition

yang padanannya knowing berarti mengetahui.

Dalam arti luas, cognition (kognisi ialah

perolehan , penataan, dan penggunaan

pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan

selanjutnya istilah kognitif menjadi populer

sebagai salah satu domain atau ranah psikologi

manusia yang meliputi setiap prilaku mental

53 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi …, hlm. 18954 Hasil wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku Pemipin

dan Pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 20 Maret 2003.

yang berhubungan dengan pemahaman,

pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan

masalah, kesengajaan dan keyakinan. Ranah

kejiwaan yang berpusat di otak ini juga

berhubungan dengan konasi (kehendak) dan

afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah

rasa ( Chaplin, 1972).55

Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang

lebih menekankan arti penting proses internal,

mental manusia. Dalam pandangan ahli kognitif

tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat

diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses

internal seperti motivasi, Kesengajaan,

keyakinan dan sebagainya.56

Dalam perspektif psikologi kognitif

belajar pada asasnya adalah peristiwa mental,

bukan peristiwa behavioral (yang bersifat

jasmaniah), meskipun hal-hal yang bersifat

55 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 66

56 Ibid., hlm. 111

behavioral tampak lebih nyata hampir dalam

setiap belajar siswa, misalnya seorang anak

yang belajar membaca dan menulis, tentu saja

dia akan menggunakan mulut untuk mengucapkan

kata dan menggunakan tanggan untuk

menggoreskan pena, akan tetapi prilakunnya itu

tidak semata-semata respons atas stimulus yang

ada melainkan yang lebih penting karena

dorongan mental yang diatur oleh otaknya.57

Menurut aliran kognitif, setiap siswa

lahir dengan bakat dan kemampuan mental yang

menjadi basis kegiatan belajar. Faktor bawaan

ini memungkinkan siswa untuk menentukan respon

atau tidak respon terhadap stimulus, sehingga

belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.58

Adapun ciri-ciri teori belajar kognitif

adalah: mementingkan apa yang pada diri

sipelajar, Mementingkan keseluruhan,

Mementingkan peranan fungsi kognitif,57 Ibid.58 Ibid., hlm. 115

mementingkan keseimbangan dalam diri sipelajar,

mementingkan kondisi yang ada pada waktu ini

(sekarang), mementingkan pembentukan struktur

kognitif dan dalam pemecahan masalah, ciri

khasnya ”insight”,59 yaitu pemahaman atau

pengamatan mendadak terhadap hubungan-hubungan

antar bagian didalam suatu situasi

permasalahan, sering dihubungkan dengan

pernyataan spontan “aha”.60

b. Analogi

Analogi adalah perbandingan secara kias

dengan bentuk yang sudah ada; penyepadana;

persesuaian,61 maksudnya adalah menyamakan suatu

hal dengan hal lain yang sudah dikenal dengan

tujuan agar mempermudah memahami atau

mengingatnya .

Dalam pengajaran baca Al-Quran dengan

metode An-Nuur analogi ini dipakai untuk59 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,

2001), hlm. 3460 FIP-IKIP, Psikologi Pendidikan (Jogjakarta: UPP IKIP, 1997),

hlm. 6361 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus …, hlm. 29

memperkenakkan huruf hijaiyah, tanda baca Arab

dan ilmu tajwid. Untuk memperkenalkan huruf

Hijaiyah, misalnya menggunakan analogi “Sholat”

untuk menerangkan huruf ini ص karena disanaterdapat kesamaan dalam bunyi dan bentuknya.

Bunyi suku pertama dari kata sholat adalah sho

dan ini sama dengan bunyi huruf ص , sedangkanbentuk huruf ص adalah seperti bentuknya orangyang sedang sholat dalam posisi sujud (jika

huruf itu dibalik).62

Dalam memperkenalkan tanda baca Arab,

metode An-Nuur memakai istilah-istilah

seperti huruf rakyat (huruf dasar yaitu alif

sampai ya), huruf tentara (huruf yang bersukun

atau mati) dan huruf raja (Huruf yang

bertasydid atau dibaca dobel). Sedangkan dalam

memperkenalkan tajwidnya memakai istilah

“tentara kalah oleh raja” untuk mengenali

62 Hasil wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku Pemimpin dan Pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 20 Maret 2003

idghom bilaghunah, “rakyat kalah oleh tentara”

untuk menengenali iddzhar, dan lain-lainnya.63

Konsep belajar menurut metode An-Nuur

adalah: bersuara keras, memperhatikan bentuk

huruf dan ciri titik-titiknya, sering di

ucapkan berulang-ulang, memahami huruf yang

berubah dari aslinya dan mampu membaca semua

huruf dengan cepat.64

Sebagaimana diketahui bahwa metode An-

Nuur adalah dikhususkan bagi dewasa atau

orangtua, Kondisi belajar yang perlu dianut

dalam proses belajar-mengajar yang bersifat

andragogik (untuk orang dewasa) yaitu:

1) Peserta merasa ada kebutuhan

untuk belajar.

2) Lingkungan belajar ditandai oleh

keadaan fisik yang menyenangkan, saling

menghormati, saling membantu, kebebasan63 Hasil wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku Pemimpin

dan Pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 20 Maret 2003

64 Rosyady, Metode An-Nuur belajar praktis baca Al Qur’an 2 jam bisa baca AlQur’an (Jakarta:An-Nuur Foundation, 2001), hlm. 1

mengemukakan pendapatnya dan setuju adanya

perbedaan.

3) Peserta memandang tujuan

pengalaman belajar menjadi tujuan mereka

sendiri.

4) Peserta dapat menyetujui untuk

saling urun tanggung jawab dalam perencanaan

dalam melaksanakan pengalaman belajar dan

karenanya mereka mempunyai rasa memiliki

terhadap hal tersebut.

5) Peserta berpartisifasi secara

aktif dalam proses belajar mengajar.

6) Proses belajar dikaitkan dan

menggunakan pengalaman peserta.

7) Peserta mempunyai kemajuan

terhadap tujuan belajar mereka. 65

H. Sistematika Pembahasan

65 Zainudin Arif, Andragogi (Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 8-10

Untuk lebih terarahnya penulisan skripsi ini, maka adanya sistematika pembahasan merupakan faktor yang sangat dibutuhkan. Oleh karena itu sistematika pembahasan dalam skripsi ini sebagai berikut:

Bab I membahas tentang pendahuluan yang

meliputi penegasan istilah, latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka,

kerangka teoritik, dan sistematika pembahasan.

Bab II membahas tentang gambaran umum An-Nuur

Foundation Jogjakarta yang meliputi letak geografis,

sejarah singkat berdirinya, susunan organisasinya,

keadaan pengajar dan peserta serta fasilitas yang

dimiliki An-Nuur Foundation Jogjakarta.

Bab III membahas tentang pengajaran baca Al-

Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta (yang

dilaksanakan dikantor PWI Jogjakarta) yang meliputi

tujuan pengajaran, materi pengajaran, metode

pengajaran, alokasi waktu, proses pengajarannya,

evaluasi pengajaran, hasil yang dicapai, faktor

penghambat dan pendukung.

Bab IV adalah penutup berisi kesimpulan, saran-

saran dan kata penutup.

Dalam skripsi in juga akan disertakan daftar

pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup

penulis.

BAB II

GAMBARAN UMUM AN-NUUR FOUNDATION JOGJAKARTA

Letak Geografis

An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah suatu lembaga non

formal yang bergerak dalam bidang pengajaran baca Al-Qur’an

khusus dewasa atau orang tua. Lembaga ini terletak di Jalan

Monjali No. 80 Karangjati Wetan Rt. 05 Rw. 45 Sinduadi, Sleman,

Jogjakarta. Adapun batas-batas yang dimiliki oleh lembaga ini

adalah:

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan SPBU Monjali

2. Sebelah Timur, berbatasan dengan jalan raya Monjali

3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan rumah penduduk

4. Sebelah Barat, berbatasan dengan rumah penduduk.66

66 Observasi serta wawancara dengan Nunumg Tri Raharjo selaku marketing di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 15 Oktober 2003.

Sejarah Singkat Berdirinya

Berawal dari Bapak Rosyady selaku pimpinan An-Nuur Foundation

Jakarta yang sekaligus penemu metode An-Nuur, yang ingin

menyebarluaskan dan memperkenalkan metode pengajaran baca Al-

Qur’an dengan metode An-Nuur kepada masyarakat

Jogjakarta maka diadakanlah pelatihan sehari baca Al-Qur’an

dengan metode An-Nuur pada tanggal 2 Juni 2002 di Asrama Haji

jalan Ringroad utara Jogjakarta. Sambutan masyarakat saat itu

sangat baik, banyak dari mereka yang mendaftarkan diri untuk

mengikuti pelatihan tersebut, karena jumlah peserta dibatasi

maka tidak semua yang daftar bisa mengikuti pelatihan itu.

Untuk memfasilitasi terhadap keinginan masyarakat dan menindak-

lanjuti terhadap pelatihan tersebut maka didirikanlah An-Nuur

Foundation Jogjakarta pada tanggal 1 Juli 2002 di Jalan Monjali

No.80 Jogjakarta oleh sekelompok orang yang awalnya mereka

adalah panitia dalam pelatihan tersebut, adapun mereka itu

adalah

1. Dirga Machmud Saleh, SE.

2. Nunung Tri Raharjo, A.Md. E.

3. Amik Tri Rahmawati, S.Ag.

4. Kamaludin, S.Ag.

5. Desi Damayanti, SH.

33

6. Indria Nuryati, S.Sos. I.

7. Tri Utami, SP.

8. Yunin Ismiatun. S.Sos. I

9. S.Nur’ainah. S.Ag.

Adapun maksud didirikannya An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah untuk membantu

masyarakat muslim Jogjakarta dan sekitarnya agar terbebas dari buta huruf Al-

Qur’an. An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah cabang yang keenam, adapun

pusatnya terletak di jalan RS. Fatmawati No. 4 Jakarta Selatan.67

Sistem Belajarnya

Di An-Nuur Foundation Jogjakarta menawarkan empat sistem

belajar baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur yaitu:

1. Sistem Privat

Apabila memilih sistem privat maka peserta akan mendapatkan fasilitas

sebagai berikut:

a. Tempat di An-Nuur Foundation Jogjakarta dengan ruangan

yang nyaman

b. Satu peserta dibimbing oleh satu guru.

c. Mendapat buku panduan metode An-Nuur.

d. Terdiri dari 8 kali atau10 kali pertemuan @ 1.5 jam

e. Waktu bisa diatur sendiri oleh peserta (hari dan jamnya)

67 Dokumentasi kepanitiaan dan hasil wawancara dengan NunumgTri Raharjo selaku marketing di An-Nuur Foundation Jogjakarta padatanggal 15 Oktober 2003.

Waktu belajar bisa dilakukan setiap hari dengan jadwal jamnya sebagai

berikut:

Tabel 1

Jadwal pengajaran baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation Jogjakarta

Jam Keterangan06.30 -08.00

jam ke-nol

08.00 -09.30

jam pertama

09.30 -

11.00

jam kedua

11.00 -

12.30

jam ketiga

13.30 -

15.00

jam keempat

15.00 -

16.30

jam kelima

16-30 -

18.00

jam keenam

19.00 -

20.30

jam ketujuh.

Jika peserta ada yang keberatan untuk datang ke An-Nuur

Foundatioan maka bisa juga bertempat di rumah peserta.

2. Sistem pelatihan sehari untuk umum

Dengan fasilitas sebagai berikut

a. Diadakan setiap bulan sekali pada Minggu kedua (jam

09.00-16.00)

b. Dibimbing langsung oleh bapak Rosyady dan pengajar An-

Nuur Foundation Jogjakarta

c. Mendapat buku panduan metode An-Nuur

d. Bertempat di hotel atau gedung pertemuan atau yang

lainnya.

e. Gratis 4 kali pertemuan untuk pelancaran @ 2 jam

3. Sistem belajar mandiri atau paket VCD.

a. Dengan fasilitas mendapat satu paket VCD An-Nuur (4 VCD)

dan buku panduan An-Nuur.

b. Gratis 4 kali pertemuan untuk pelancaran @ 1,5 jam

4. Sistem pelatihan di instansi.dengan fasilitas gratis 4 kali

pertemuan untuk pelancaran @ 1,5 jam.68

Susunan Organisasinya

An-Nuur Foundation Jogjakarta dalam menjalankan kegiatan

pengajarannya mempunyai susunan organisasi sebagai berikut:

Pemimpin : Kamaludin, S.Ag.

Sekretaris : Amik Rahmawati, S.Ag.

Bendahara : S. Nur'ainah, S.Ag.

Marketing : Nunung Tri Raharjo, A.Md.E

Staf pengajar : Kamaludin, S.Ag., Amik Rahmawati, S.Ag.,

S. Nur'ainah, S.Ag. Fatimah

68 Dokumentasi jadwal pengajaran baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation Jogjakarta dan asil wawancara dengan Nunung Tri Raharjopada tanggal 15 Oktober 2003.

Dengan tugas sebagai berikut:

1. Pemimpin.

a. Memimpin dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan

seluruh kegiatan dalam lembaga tersebut.

b. Mengadakan rapat koordinasi secara rutin.

c. Mengevaluasi terhadap perkembangan pengajar

d. Setiap akhir tahun, pemimpin harus menyampaikan laporan

pertanggungjawaban secara tertulis tentang pelaksanaan

kegiatan lembaga yang telah dilaksanakan.

2. Sekretaris.

a. Mengatur hal yang berkaitan dengan surat-menyurat.

b. Mendokumentasikan semua kegiatan lembaga.

c. Mencatat jadwal kegiatan pengajaran

d. Mencatat nama-nama pengajar dan peserta.

e. Mengatur jadwal pengajar dalam mengajar

f. Menginventarisir barang-barang yang dimiliki oleh An-

Nuur Foundation Jogjakarta

3. Bendahara.

a. Mengatur dan mencatat sirkulasi keuangan.

b. Merencanakan anggaran tahunan.

c. Melayani kebutuhan setiap bidang.

d. Menyiapkan honorarium pengajar

4. Marketing.

a. Bertanggungjawab terhadap proses pengembangan lembaga.

b. Merencanakan pengembangan lembaga.

c. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah atau

swasta

d. Mempublikasikan kegiatan pelatihan

5. Pengajar

a. Bertanggungjawab terhadap program pendidikan seperti

pelatihan, privat dan pelancaran atau solusi.

b. Mengajar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.69

Keadaan Guru dan Siswa

1. Keadaan guru

Pengajar atau guru yang berada di An-Nuur Foundation

Jogjakarta berjumlah 4 orang yaitu:

a. Kamaludin S.Ag.

b. Amik Rahmawati S.Ag.

c. S. Nur’ainah S.Ag.

d. Fatimah

Karena faktor guru sangat berpengaruh dalam proses

pengajaran maka dibutuhkan guru-guru yang profesional, oleh

karena itu di An-Nuur Foundation Jogjakarta sebelum mereka

diterjunkan langsung dalam pengajaran maka ditraining

terlebih dahulu atau diberi pengarahan oleh Bapak Rosyady,

Ini dimaksudkan agar mereka betul-betul mengerti dan69 Hasil wawancara dengan Nunumg Tri Raharjo selaku

marketimg di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada taggal 15 Oktober 2003

memahami tentang materi dan metode yang dipakai dalam

mengajarkan Al-Qur’an dengan metode An-Nuur.70

2. Keadaann siswa.

Siswa yang belajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta itu

terdiri dari orang-orang dewasa dan orang tua yang masing-

masing mempunyai latar belakang dan kesibukan yang berbeda-

beda namun mempunyai satu tujuan yaitu ingin belajar baca

Al-Qur’an. Ini ada sejumlah siswa atau peserta yang penulis

teliti dalam pengajaran baca Al-Qur’an yang diadakan secara

masal atau pelatihan sehari yang saat itu dilaksanakan di

Kantor PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) jalan Gambiran

Jogjakarta pada tanggal 10-14 November 2003.

70 Hasil wawancara dengan Nunumg Tri Raharjo selaku marketimg di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada taggal 15 Oktober 2003

Tabel II

Peserta pelatihan baca Al-Qur'an dengan metode An-Nuuryang dilaksanakan di kantor PWI Jogjakarta

No Nama Umur Alamat1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.18.1920.21.22.

BagyoBomantoroDiah RahmanEko JatiwidiantoroHasniNahari Nur Kamidja Ny. KamidjaNy. Wiwik O.L Ny. SusilahMurdiati Soeparno Rustadi Rahman Susanto Sapto Sri Martini Sutrisno Suhardjono Siti MaryatiJayatinah ANinungWidodo widiantoro

42315566496064615840546057746355595255584023

MuntilanDemangan GK 1/259Demangan BaruJalan Pramuka No. 45Jl. Gambiran No. 57Kadisoka, KalasanJl. Gambiran No. 67Jl. Gambiran No. 67Jl. Wates 11/8 MinomartaniJl. Wonosari KM. 7 BantulSorosutanPerum sendok indah KG. 11/439Demangan BaruJl. Paris, Karang Kunti MJ 111/217GampingBrontokusuman MG 111/217Bintaran Wetan No 9Gambiran UH. 5 No 338 ARotowijayan KP 11/119 Notoprajan GendengKlaten

71

71 Observasi pada tgl 10-14 November 2003.

Fasilitas yang Dimiliki

An-Nuur Foundation Jogjakarta mempunyai satu gedung

dengan fasilitas sebagai berikut

1. Satu Ruang tamu

2. Empat Ruang privat masing-masing berukuran 3 x 3 m yang

setiap ruangnya terdiri dari : 1 meja, 2 kursi, 1 white board,

1 jam dinding, 1 kipas angin, 1 tempat sampah.

3. Satu Ruang pertemuan.

4. Dua Almari

5. Satu Kamar mandi.

6. Dua TV

7. Satu Tape.

8. Satu Komputer

9. Satu ruang guru yang menetap disana.72

Oleh karena pelatihan baca Al Qur’an yang dilaksanakan

oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta bertempat di kantor PWI,

maka disini digambarkan keadaan yang terdapat disana.

Keadaan Kantor PWI Jogjakarta.

Kantor PWI Jogjakarta terletak di Jalan Gambiran

Jogjakarta, tempatnya agak menjorok dari jalan raya, terdiri

72 Observasi dan wawancara dengan Nunung Tri Raharjo selaku marketing di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tgl 15 0ktober 2003

dari 4 ruangan berukuran sedang (4x5 m) yang posisinya saling

berhadapan dan letaknya di bagian depan, dan 1 ruang aula yang

letaknya dibagian belakang. Di aula tersebut pelatihan baca Al

Qur’an dengan metode An-Nuur dilaksanakan, dari 4 ruang hanya 3

ruang yang digunakan untuk pengajaran baca Al Qur’an dengan

metode An-Nuur yang menggunakan sistem privat.

Di aula tersebut peserta ditempatkan di tengah-tengah

sehingga membentuk satu kelompok belajar, keadaan ruangan

tersebut sangat nyaman karena udara dapat keluar masuk secara

teratur, pencahayaannya tidak terlalu terang juga tidak terlalu

gelap sehingga tidak perlu memakai lampu. Selain itu,

suasananya tenang (tidak bising), meja dan kursi tertata rapi

dan disediakan sesuai dengan jumlah peserta, sedangkan white

board dan OHP bisa diletakkan dibagian depan. Ruangan yang

digunakan untuk sistem privat juga nyaman, meja dan kursi

lengkap sesuai dengan jumlah peserta.

Melihat kondisi ruangan yang seperti itu, maka ruangan

tersebut adalah strategis untuk dijadikan tempat berlangsungnya

proses pengajaran.73

BAB III

73 Observasi dan wawancara dengan Soepomo selaku ketua panitia pelatihan baca Al-Quran dengan metode An-Nuur pada tanggal14 November 2003 di kantor PWI Jogjakarta

PENGAJARAN BACA AL-QUR’AN DI AN-NUUR FOUNDATION

JOGJAKARTA(Yang Dilaksanakan di Kantor PWI Jogjakarta)

Tujuan Pengajaran

Setiap kegiatan, betapapun sederhananya tentulah mempunyai tujuan tertentu, apalagi ini adalah kegiatan pengajaran tentulah ada keinginan yang di harapkan setelah terjadinya proses belajar-mengajar tersebut.Tujuan pengajaran adalah deskripsi penampilan atau performance murid-murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. 74 Tujuan pengajaran yang terdapatdi An-Nuur Foundation Jogjakarta sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Kamaludin adalah: Peserta dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar dalam waktu yang cukup singkat, adapun maksud baik dan benar disini adalah apabila: 1. Peserta dapat menyebutkan angka Arab

2. Peserta dapat menyebutkan huruf-huruf Hijaiyah walaupun

telah berubah bentuknya saat berada di awal, ditengah dan

di akhir.

3. Peserta dapat melafalkan bacaan sesuai dengan tanda baca

Arab.

4. Peserta dapat melafalkan bacaan sesuai dengan ilmu tajwid.

Adapun maksud waktu singkat disini adalah

74 Rostiyah Nk., Masalah-Masalah Ilmu keguruan (Jakarta : Bina Aksara, 1989), hlm. 44 .

43

1. Jika peserta yang belajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta

itu memilih sistem privat maka ia akan bisa baca Al-Qur’an

dalam 8 atau 10 kali pertemuan @ 1,5 jam.

2. Jika peserta yang belajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta

itu memilih sistem pelatihan sehari, maka ia akan bisa baca

al-Qur’an maksimal setelah mengikuti solusi atau pelancaran

selama 4 kali pertemuan @ 2jam.

3. Jika peserta itu memilih sistem belajar mandiri /VCD maka ia

akan bisa baca Al-Qur'an dalam 4 kali pertemuan @ 1,5 jam.75

Melihat Tujuan pengajaran yang terdapat di An-Nuur Foundation Jogjakarta maka penulis menganggap bahwa disana sudah terdapatTujuan Pengajaran Umum (TPU) dan Tujuan Pengajaran Khusus (TPK). Tujuan Pengajaran Umumnya yaitu: peserta dapat membaca Al-Qur’an secara baik dan benar dalam waktu singkat, sedangkan Tujuan Pengajaran Khususnya adalah dari point 1 sampai point 4.Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pengajaran adalah suatu halyang sangat penting karena dengan adanya tujuan pengajaran diharapkan 1. Guru mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan metode

mengajar.

2. Siswa mengetahui arah belajarnya

3. Guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan

suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah

atau gap antar guru.

4. Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian belajar

siswa.

75 Hasil wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku Pimpinan dan Pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 23 Oktober 2003 .

5. Guru sebagai pelaksana dan petugas pemegang kebijaksanaan

mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun

efisiensi pengajaran.76

Materi Pengajaran.

Dalam suatu proses pengajaran kita tidak bisa terlepas dari materi pengajaran. Dalam memilih suatu materi pengajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran tersebut. Di An-Nuur Foundation Jogjakarta materi pengajaran yang akan disampaikan itu telah tersusun secara sistematis dalam suatu buku pedoman yaitu: Metode An-Nuur belajar praktis baca Al-Qur’an, 2 jam bisa baca Al-Qur'an yang disusun oleh Bapak Rosyadi,77 keadaan yang seperti ini sangat membantu sekali terhadap proses belajar-mengajar, karena hal itu memudahkan bagi pihak pengajar juga bagi pihak yang belajar. Bagi pengajar, dia tidak perlu lagi susah-susah menyusun materi yangakan disampaikan karena disana sudah tersusun dengan teratur dan jelas, sedangkan bagi pihak yang belajar dia akan dapat mempelajarinya kapan saja dan dimana saja.78

Perlu diketahui bahwa setiap peserta yang belajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pasti mendapat buku panduan, namun seandainya dia tidak mengikuti proses pengajaran dengan metode An-Nuur maka ia akan kesulitan dalam mempelajarinya, karena untuk analogi-analogi yang fungsinya untuk mempermudah dalam memahami huruf-huruf Hijaiyah tidak disebutkan dalam buku tersebut, jadi disini peran guru sangat membantu sekali dalam proses belajar-mengajar dengan menggunakan metode An-Nuur.79

76 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 123

77 Hasil wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku pemimpin dan pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 23 Oktober 2003

78 Observasi pada tanggal 10-14 November 2003 di kantor PWI Jogjakarta

79 Hasil wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku pemimpin dan pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 23 Oktober 2003

Adapun materi-materi yang di sampaikan dalam pengajaran baca

Al-Qur'an yang terdapat di An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah

sebagai berikut:

1. Angka Arab

2. Huruf-huruf Hijaiyah

3. Tanda baca Arab

4. Ilmu Tajwid.

5. Membaca surat dalam Al-Qur'an dari surat An-Nass sampai

surat An-Naba'.80

Metode atau Pendekatan Pengajaran

Maksud dari metode pengajaran disini adalah cara yang digunakan

dalam proses pengajaran baca Al-Qur'an agar peserta dapat

membaca Al-Qur'an secara baik dan benar dalam waktu singkat,

berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 10-14

November 2003 metode pengajaran yang diterapkan di An-Nuur

Foundation Jogjakarta adalah sebagai berikut:

1. Metode ceramah.

Yaitu cara penyampaian suatu pengajaran tertentu dengan

jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau

khalayak ramai.81 Metode ini di gunakan dalam menerangkan

80 Rosyady, Metode An-Nuur Belajar Praktis Baca Al-Qur’an, 2 Jam Bisa Baca Al-Qur’an (Jakarta: An-Nuur Foundation, 2001), hlm. 2-21

81 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama danBahasa Arab (Jakarata: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 41

angka Arab, huruf Hijaiyah, tanda baca Arab dan tajwid yang

semuanya itu menggunakan analogi.

2. Metode Latihan Siap (drill)

Yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan cara atau

jalan melatih siswa agar menguasai bahan pelajaran dan

trampil dalam latihan yang diberikan.82 Metode ini dilakukan

dengan cara pengulangan, digunakan dalam memperkenalkan

angka Arab dan huruf-huruf Hijaiyah.

3. Metode Mim Mem (meniru dan menghafal).

Mim Mem adalah singkatan dari mimicry (meniru) dan

memorization (menghafal),83 metode ini digunakan saat

memperkenalkan angka Arab dan huruf Hijaiyah, guru

mengucapkan huruf atau angka tersebut kemudian diikuti oleh

peserta dan ini dilakukan secara berulang-ulang.

4. Metode Phonetik,

Yaitu metode yang mengutamakan ear training dan speak training

yaitu cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui

latihan-latihan mendengarkan kemudian diikuti dengan

latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan kalimat-kalimat

dalam bahasa asing yang dipelajari.84 Metode ini digunakan

pada pengajaran angka Arab dan huruf-huruf Hijaiyah.

5. Metode Suara

82 Ibid., hlm. 6483 Ibid., hlm. 14784 Ibid., hlm. 158

Yaitu metode yang mengajarkan huruf bukan nama hurufnya

melainkan bunyinya.85 Metode ini digunakan ketika

mengajarkan huruf-huruf Hijaiyah, disana peserta langsung

diajak mengenal bunyi huruf hijaiyah contoh, ا ب� ب� ب�

6. Metode Membaca

Yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih

mengutamakan membaca.86 metode ini digunakan ketika peserta

membaca surat- surat yang terdapat dalam Al-Qur’an, peserta

akan membaca secara bersama-sama dan membaca sendiri. Jadi

dalam pengajaran baca Al-Qur'an di An-Nuur Foundation

Jogjakarta yang dilaksanakan di kantor PWI Jogjakarta

menggunakan berbagai macam metode pengajaran.87

Menurut pengajar An-Nuur Foundation

Jogjakarta, pendekatan yang dipakai

dalam pengajaran baca Al-Qur'an dengan

metode An-Nuur adalah pendekatan

kognitif88, sedangkan menurut penulis85 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al Qur’an ),

hlm.86 Tayar Yusuf dan Sy aiful Anwar, Metodologi …, hlm. 16287 Observasi pada tanggal 10-14 November 2003 di kantor PWI

Jogjakarta88 Hasil wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku pemimpin

dan pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 20

sesuai dengan pengamatan pada saat

proses pengajaran yang dilaksanakan di

kantor PWI Jogjakarta pada tanggal 10–

14 November 2003, pendekatan yang

dipakai adalah pendekatan

behavioristik, ini bisa dilihat dari

penyajian materi awal yang disampaikan,

dalam memperkenalkan huruf Hijaiyah

disana lebih mementingkan unsur-unsur

bahasa yang terkecil kepada unsur-unsur

bahasa yang lebih besar, jadi yang

pertama diajarkan adalah pengenalan

huruf bukan pengenalan kalimat dan ini

adalah termasuk pendekatan sintesis

atau membina yang termasuk ke dalam

pendekatan behavioristik, namun

Maret 2003

walaupun demikian pengajar dalam

proses belajar-mengajar tetap

memperhatikan aspek afektif ini bisa

dilihat sebelum peserta mulai ke materi

pelajaran, pengajar terlebih dahulu

memberikan motivasi dengan cara

menceritakan sejarah ditemukannya

metode An-Nuur serta menceritakan

pengalaman pengajar selama mengajar

dengan menggunakan metode tersebut,

selain itu juga disebutkan bahwa syarat

belajar dengan metode An-Nuur adalah

sangat mudah, yang terpenting peserta

mau bersuara keras dan memperhatikan

bentuk huruf dan titik-titiknya serta

sering di ucapkan secara berulang-

ulang, selain dari itu pengajar dalam

proses pengajaran juga sangat

menghormati para peserta yaitu dengan

cara membimbing mereka dengan penuh

kesabaran dan tidak menganggap mereka

adalah orang-orang yang bodoh karena

belum bisa baca Al Qur’an padahal

usianya telah dewasa atau tua, tetapi

pengajar malah mendukung mereka sebab

semangat mereka untuk belajar membaca

Al Qur’an adalah suatu hal yang sangat

membanggakan.89

Untuk memudahkan para peserta dalam

mengingat apa yang mereka pelajari

digunakan analogi sehingga peserta

tidak belajar secara hafalan namun

pemahaman, ini dibuktikan ketika89 Observasi pada tanggal 10-14 November 2003 di kantor PWI

Jogjakarta

pengenalan huruf Hijaiyah, peserta

disuruh menyebutkan huruf tersebut

tidak hanya secara urut namun juga

secara acak

Dari pengalaman sehari-hari, kita

memiliki kesan bahwa apa yang kit alami

atau kita pelajari tidak semuanya

tersimpan dalam akal kita atau yang

sering disebut dengan lupa. Menurut

Barlow, Reber dan Anderson ada beberapa

trik untuk mengurangi proses

terjadinya lupa , salah satunya yaitu

dengan mnemonic drive (muslihat memori)

yang berarti kiat khusus yang

dijadikan alat pengait mental untuk

memasukkan item-item informasi ke dalam

sistem akal siswa,90 muslihat memori itu

banyak ragamnya dan menurut penulis,

analogi adalah termasuk salah satu

bentuk dari muslihat memori.

Alokasi Waktu

Penulis melakukan penelitian terhadap pelatihan sehari

yang saat itu dilaksanakan di Kantor PWI di Jalan Gambiran

Jogjakarta dengan 4 kali pertemuan untuk solusi atau pelancaran

dengan alokasi waktu sebagai berikut:

Jam Kegiatan09.30-10.00 Pengenalan tentang metode An-Nuur, trik belajar

baca Al-Qur'an dengan metode An-Nuur, pengenalan

angka Arab.

10.00-12.00 Diperkenalkan semua huruf Hijaiyah dan

perubahannya.

12.00-13.00 Istirahat

13.00-16.00 Diperkenalkan tanda baca Arab, tajwid dan membaca

surat An-Naba ayat 1-15.91

90 Muhibbin Syah, Psikologi …, hlm. 16191 Observasi pada tanggal 10 November 2003 di kantor PWI

Jogjakarta

Untuk pelancaran atau solusi ini dilakukan selam 2 jam dimulai

dari jam 10.00-12.00 WIB.

Pertemuan pertama. Ditekankan pada penguasaan huruf-huruf Hijaiyah dan perubahannya, pengajar mengingatkan kembali terhadap huruf-huruf Hijaiyah dengan cara menuliskannya kembalibentuk asli serta perubahannya, dan peserta secara bersama-samamenyebutkan huruf yang ditunjuk oleh pengajar, setelah itu barusecara perorangan. Peserta disuruh menyebutkan huruf-huruf yangterdapat dalam surat al- Fatihah, Al-Falaq dan Al-Ikhlas yang tanpa harakat. Pertemuan kedua. Pengajar menerangkan tentang tanda baca Arab dan ilmu tajwid (sampai hukum nun mati atau tanwin), peserta kemudian diperintahkan membaca surat Al-Fatihah, An-Nass, Al-Falaq dan Al-Ihlas secara perorangan dan bersama-sama.Pertemuan ketiga. Melanjutkan belajar tajwid hingga materi selesai, kemudian peserta secara bersama-sama dan perorangan membaca surat An-Nasr, Al-Kaafiruun, Al-Kautsar, Al-Maa'uun dan Al-Quraisy.

Pertemuan keempat. Pertemuan ini adalah pertemuan

khusus untuk membaca, adapun yang dibaca adalah surat Al-Fiil

sampai dengan surat Ad-Duha. Dan pertemuan terakhir ini

sekaligus sebagai perpisahan.92

Adapun maksud diadakannya pelancaran atau solusi

adalah membantu para peserta untuk mengulang kembali apa yang

telah diajarkan sebelumnya, karena untuk belajar membaca Al-

Qur'an perlu adanya pengulangan, ini dikarenakan. peserta yang

mengikuti pelatihan ini adalah orang yang baru mengenal

terhadap huruf-huruf Arab atau orang yang telah belajar huruf-

huruf Arab namun masih belum hafal, sehingga walaupun ketika

dalam pelatihan yang dilakukan selama sehari itu mereka sudah

92 Observasi pada tanggal 10-14 November 2003 di kantor PWI Jogjakarta

agak mengerti namun apabila tidak ada pengulangan maka

dikhawatirkan nantinya akan lupa, jadi pelancaran di sini

dimaksudkan agar peserta tidak lupa terhadap apa yang telah

diajarkan sebelumnya. Adapun pelancaran ini diperuntukkan bagi

mereka yang masih merasa kesulitan dalam membaca Al-Qur’an.93

Proses Pelaksanaan

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 10-14 November 2003 di Kantor PWI di Jalan Gambiran Jogjakarta, proses pengajaran baca Al-Qur’an yang dilakukan dengan menggunakan metode An-Nuur adalah sebagai berikut:Sebelum proses pengajaran dimulai, peserta diajak berdoa terlebih dahulu oleh Bapak Rosyady yang saat itu bertindak sebagai pengajar dalam pelatihan tersebut, Bapak Rosyady kemudian menceritakan awal mula ditemukannya metode An-Nuur danpengalamannya selama ia mengajar dengan metode tersebut, disanadikemukakan juga bahwa belajar baca Al Qur’an dengan menggunakan metode An-Nuur itu mudah asalkan peserta mau untuk bersuara keras, sering diucapkan berulang-ulang, memperhatikan titik-titiknya, bentuk huruf dan perubahannya serta mempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk belajar baca Al Qur’an, dan pada saat pengajaran berlangsung peserta disarankan untuk tidaksegan-segan bersuara keras ketika menirukan apa yang diucapkanoleh pengajar karena itu akan membantu memudahkan mereka dalam mengingat apa yang mereka pelajari, Itulah motivasi pertama yang diberikan pengajar.

Motivasi dalam pengajaran itu penting dan syarat mutlak

untuk belajar karena banyak anak tidak berkembang karena tidak

diperolehnya motivasi yang tepat, jika seseorang mendapat

motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa

93 Hasil wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku pemimpin dan pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 23 Oktober 2003

sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.94 Dan

secara umum dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh

hasil atau mencapai tujuan tertentu.95

Adapun yang menjadi pengajar pada hari pertama adalah Bapak

Rosyady sedangkan pada hari-hari selebihnya adalah Bapak

Kamaludin, sedangkan pengajar An-Nuur Foundation Jogjakarta

yang lain membantu sebagai pengajar privat.96

1. Pengenalan Angka arab

Sebelum masuk ke materi, pengajar terlebih dahulu

menerangkan bahwa saat materi pelajaran berlangsung peserta

tidak perlu menulis apa yang diterangkan oleh pengajar

karena itu sudah terdapat dalam buku panduan, selain itu

peserta juga tidak diperbolehkan membaca buku panduan,

karena masih ada hal-hal yang harus dipahami yang itu tidak

tertulis dalam buku panduan, jadi peserta harus

memperhatikan ke pengajar, kecuali pada saat-saat tertentu

peserta akan disuruh untuk membuka buku panduan tersebut.

Ini dilakukan sebab jika seseorang besar perhatiannya

94 M. Ngalim Purwantoro, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hlm. 61

95 Ibid., hlm. 7396 Observasi pada tanggal 10-14 November 2003 di kantor PWI

Jogjakarta

terhadap suatu obyek, maka ia akan mengenal obyek itu

secara jelas dan sempurna.97

Angka Arab yang diajarkan adalah angka satu sampai

dengan sepuluh. (1-10), angka tersebut adalah kunci pokok

untuk mengetahui bilangan ratusan, ribuan, dan seterusnya.

Maksud diajarkan angka Arab tersebut adalah agar para

peserta dapat mengetahui halaman atau nomor ayat yang

terdapat dalam Al-Qur'an.

97 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi…, hlm. 73

Adapun cara mengajarkan angka Arab menurut metode An-

Nuur adalah sebagai berikut.

Pengenalan angka 5, 10, 1 (satu, sepuluh, lima).

Caranya: Guru menuliskan angka tersebut di white

board dan sekaligus menerangkannya bahwa: angka satu

dalam bahasa Arab ( 1 ) adalah sama dengan angka satu

dalam bahasa indonesia (1 ), jika angka satu di tambah

dengan titik maka menjadi angka sepuluh dalam bahasa Arab

(10), jika titik itu penulisannya diperbesar maka

menjadi angka lima dalam bahasa Arab (5).

Dalam menuliskan angka tersebut sengaja jaraknya

berjauhan ini dimaksudkan agar nantinya menjadi suatu

urutan dari angka satu sampai dengan sepuluh secara

teratur, setelah itu guru mengulanginya lagi menyebutkan

angka tersebut dan kemudian peserta menirukannya, cara

seperti ini dilakukan juga dalam pengenalan angka-angka

selanjutnya.

Pengenalan Angka 2, 3, 4 (dua, tiga, empat)

Caranya: angka tersebut di tulis disamping angka

satu. Angka 2 (dua) dan 3 (tiga) itu sama dengan angka

dua dan tiga dalam bahasa Indonesia (2 dan 3) hanya

penulisannya menghadap ke atas kemudian ditambah

tongkat, adapun untuk angka 4 (empat) ingat kata “Empat”,

ingat huruf “E”-nya saja.

Pengenalan angka 6, 7, 8, 9 (enam, tujuh, delapan,

sembilan)

Caranya : angka 6 (enam) itu seperti angka tujuh

dalam bahasa Indonesia (7), sedangkan angka 7 (tujuh)

ingatlah kata “tuju……ju…ju..ju..rang, karena bentuknya

seperti jurang, disamping jurang biasanya ada gunung,

itulah angka delapan (8), sedangkan angka 9 (sembilan)

itu bentuknya sama dengan angka sembilan dalam bahasa

Indonesia (9).

Setelah semua angka diperkenalkan kemudian guru

melatih secara urut dan acak dari angka satu sampai dengan

sepuluh, peserta dipersilahkan untuk mencoba satu persatu

dengan bimbingan pengajar, pengajar menunjuk angka-angka

tersebut dan peserta menyebutkan angka tersebut.

Setelah semuanya dianggap bisa kemudian

diperkenalkan bagaimana membuat angka puluhan, ratusan dan

ribuan, caranya: diterangkan terlebih dahulu bahwa untuk

penulisan angka Arab itu sama dengan penulisan angka

Indonesia yaitu dari kanan ke kiri, namun kalau dalam

angka Arab angka nol (0) itu diganti dengan titik (.),

jadi disini penambahan titik saja sangat berpengaruh

sekali,

Contoh: Untuk menulis angka 12 dalam angka Arab kita

tinggal menulis angka satu dan dua (12), untuk pengenalan

angka ini dilakukan dalam waktu kurang lebih 15 menit.98

Memahami huruf-huruf Hijaiyah menurut metode An-Nuur.

Di An-Nuur Foundation Jogjakarta, huruf-huruf

Hijaiyah itu diajarkan dengan memakai metode suara,

maksudnya peserta langsung di ajarkan bunyi hurufnya bukan

abjadnya. Huruf-huruf tersebut dibagi ke dalam beberapa

kelompok dan disana langsung diberitahukan perubahan bentuk

hurufnya, karena sebagaimana kita ketahui bahwa huruf-huruf

Hijaiyah itu terkadang ada yang berbeda ketika berada di

awal, ditengah, dan di akhir.

Adapun cara belajar huruf-huruf Hijaiyah menurut

metode An-Nuur adalah sebagai berikut.

a. Diperkenalkan ب� ب� ب� ا

Guru menuliskan huruf-huruf tersebut di white board

kemudian membacakannya dan peserta mengikutinya, setelah

itu guru menjelaskan dengan menggunakan analogi sebagai

berikut:

98 Observasi pada tanggal 10 November 2003 di kantor PWI Jogjakarta

1) Untuk memperkenalkan huruf ا langsung ke bunyihurufnya yaitu A, disini tidak memakai analogi,

2) Untuk huruf ب� , ingat kata “bawah satu ” karenahurufnya mempunyai titik satu di bawah, ingat suku

kata pertama “bawah”yaitu ba.

3) Untuk huruf ingat “mata”, karena jumlah titik ,ب�

hurufnya adalah dua, sama dengan jumlah mata kita,

selain itu ingat suku terakhir dari kata “mata” yaitu

ta'.

4) Untuk huruf ب�, Ingat “saku” karena bentuk titiknya

itu seperti bentuk saku, ingat suku kata pertama dari

saku yaitu tsa'.

Setelah itu guru membacakannya secara berulang-

ulang secara urut dan peserta mengikutinya, kemudian

guru mengarahkan dengan menunjuk huruf-huruf tersebut

secara acak dan peserta menyebutkan bunyi huruf yang

ditunjuk oleh guru, setelah itu peserta mencobanya satu

persatu.

Dalam menuliskan huruf-huruf tersebut bentuknya ditulis

seperti ini ا ـــ ـــ ـــ

Ini dikarenakan karena bentuk huruf-huruf tersebut

akan berubah jika diletakan di awal, di tengah dan di

akhir. Disini lebih ditekankan untuk mengingat kepada

jumlah titik-titiknya bukan bentuknya, titik satu bawah

itu pasti ba', titik dua atas itu pasti ta' dan titik tiga

atas itu pasti tsa'. Setelah itu kemudian guru menuliskan

perubahan- perubahan huruf yang akan terjadi dari

masing-masing huruf tersebut, dan perubahan itu

dituliskan di bawah huruf-huruf aslinya.

Adapun perubahannya sebagai berikut

ب� ب� ب� اث ث ث

Begitulah cara yang dipakai olehmetode An-Nuur dalam memperkenalkan

huruf-huruf Hijaiyah, dan caraseperti ini dilakukan juga ketika

memperkenalkan huruf-hurufselanjutnya

b. Huruf ج ج ج�Untuk huruf ingat “titik ,ج�

jatuh”, ini karena titik hurufnyaberada dibawah (jatuh), ingat sukukata pertama dari kata “jatuh”

yaitu ja.

Untuk huruf karena huruf ini tidak mempunyai titik ,ج

(bersih) maka ingat makanan yang bersih adalah makanan

yang halal, ingat suku kata pertama dari “halal” yaitu

ha.

Untuk huruf ,ج ingat Khotib, karena bentuk

hurufnya seperti orang yang sedang berdiri diatas mimbar

yang kelihatan kepalanya saja, dan biasanya yang berdiri

diatas mimbar adalah khotib.

Adapun untuk perubahan- perubahan huruf-huruf

tersebut adalah sebagai berikut.

ج ج ج�ث ث ث

Disini diterangkan jika ada sudutyang titiknya jatuh itu ja', jikaada sudut yang bersih itu ha' dan

jika ada sudut yang titiknya diatasitu kha'.

Untuk semua huruf yang mempunyai ekor seperti

huruf ج ج dan ج� yang lainnya, itu dalam perubahanbentuknya kita tinggal memotong ekornya saja. Pada

huruf itu diberi lingkaran karena semua huruf yang ج berbunyi “O” itu nanti akan diberi lingkaran ini

dimaksudkan untuk mempermudah mengingatnya.

Setelah kedua kelompok huruf itu diperkenalkan,

maka pengajar akan mengulang lagi dari awal dan

menanyakan terhadap huruf yang sudah diajarkan, cara

seperti ini dilakukan sampai huruf-huruf hijaiyah itu

diajarkan semua.

c. Huruf ز زذ ذ

Untuk huruf ذ dan ذ , karena bentuk dari kedua huruftersebut adalah membungkuk, maka ingatlah terhadap

sesuatu yang bisa membungkuk, yaitu dada, jadi bunyi

huruf tersebut adalah “da” dan “da”setelah itu baru

diberitahukan akan perbedaan bunyinya.

Untuk ز , ingat yang bentuknya seperti pipa rokoadalah ra', ingat suku pertama dari kata “roko” yaitu ra',

sedangkan huruf ز , ingat rokoknya dai kondang yaituzainudin, ingat suku kata pertama dari zainudin yaitu

za'.

Untuk huruf-huruf ini tidak ada perubahan. Huruf-

huruf tersebut dinamakan huruf egois yaitu huruf yang

maunya disambung, tapi tidak mau menyambung.

d. Huruf ص س� س ص

Untuk memperkenalkan huruf ص, س�, س disinilangsung dibuat kalimat “saya melakukan syahadat dan

sholat”, “saya” untuk huruf س , “syahadat” untuk hurufmasing-masing diambil ,ص dan “sholat” untuk huruf ,س�

dari suku pertamanya. Untuk dianalogikan ص dengan

sholat sebab bentuk huruf nya itu seperti bentuknya

orang yang sedang sholat dalam keadaan sujud. Sedangkan

apabila orang yang sedang sholat itu dilempar pakai batu

kerikil maka yang melempar itu namanya dhalim itulah

huruf ص , disini huruf ص adalah huruf ص yang bertitikdan titik ini diibaratkan dengan batu kerikil.

Karena huruf-huruf tersebut adalah huruf yang

berekor maka untuk perubahannya tinggal dipotong

ekornya jadi bentuknya seperti ini.

ص ص س� سث ث ث ث

e. Huruf ع ط� طعUntuk memperkenalkan huruf :caranya ,ط apabila

ada bulatan ada tongkatnya, itulah huruf to, ingat suku

pertama dari tongkat yaitu to. Apabila tongkatnya itu

digunakan untuk melempar dengan krikil maka orang yang

melempar iti dinamakan dzolim itulah huruf disini) ط� analoginya sama dengan ص , ini untuk mempermudah saja,namun setelah itu dijelaskan tentang perbadaan

bunyinya).

Untuk memperkenalkan huruf dan ع dengan ع

menggunakan kalimat “alam ghoib”, masing-masing diambil

suku pertamanya. Untuk huruf ط� tidak ط mengalami

perubahan, sedangkan untuk huruf ع karena termasuk ع huruf yang berekor maka untuk perubahannya tinggal

dipotong ekornya, namun selain dari itu ada juga

perubahan yang lainnya yaitu sebagai berikut.

ع ع ط� طث ثث ث

f. Huruf ق� ف ��ل كUntuk memperkenalkan huruf-huruf ini dibuat dalam

satu kalimat yang dikelompokkan dalam jenis minuman

yaitu “fanta” dan “kokakola”.

fanta, diambil suku pertamanya = fa = ف

Qo (di baca 2 kali) = ق�

�� ka = ك

.la = ل Adapun untuk perubahan bentuknya adalah sebagai berikut

ل ��ك ق� فث ث ث ث

ثث

g. Huruf و ن� مث

Untuk huruf ini diumpamakan dengan sesuatu yang م mempunyai kepala dan kaki yaitu mama

Untuk memperkenalkan huruf ingat kata “titik ,ن�

naik” karena titiknya huruf ini berada diatas (naik),

ingat suku pertama dari naik yaitu na. Adapun untuk

penulisan huruf ini adalah sebagai berikut: ـ ــini karena

yang terpenting dalam mengingat huruf adalah ن� titiknya.

Untuk huruf و, karena mempunyai bentuk yang samadengan angka 9 (sembilan) maka kedudukannya disamakan

dengan angka 9, sedangkan sebagaimana diketahui bahwa

angka 9 adalah angka yang wah, ingat kata “wah” dengan

dibuang “h” nya sehingga jadi wa. Oleh karena angka 9

itu angka yang wah maka kita harus mendapatkan angka

tersebut dalam setiap mata pelajaran., ingat suku kata

pertama dari kata “harus” yaitu ha, itulah cara

mengenalkan huruf ث.

Untuk perubahan bentuknya adalah sebagai berikut

ث و ن� م

ث ث ثث ـم

ه ل�مـــ

م

h. Huruf ي) ء لا .

Untuk memperkenalkan huruf disini diterangkanلا bahwa huruf itu adalah gabungan dari huruf ل dan , ا karena disini yang diberi harokat cuma ل saja, maka yangdibaca juga huruf ل nya saja, namun karena ada huruf ا ,maka jadi ل dibaca panjang, seandainya nanti nya ا dikasih harokat maka nanti juga bisa dibaca sesuai

dengan harokatnya.

Untuk memperkenalkan huruf ,ي) disini hanya

diterangkan bahwa semua yang bertitik dua dibawah itu

adalah huruf ya, dan adapun penulisan huruf tersebut

adalah sebagai berikut: ـ ــــ , ini dikarenakan bentuk hurufya itu berubah-ubah sehingga yang harus diingat adalah

titiknya.

Adapun untuk perubahan bentuknya sebagai berikut.

ي) ء لاث ث

لا

Dalam pengenalan huruf-huruf Hijaiyah, disini

peserta diharuskan untuk memperhatikan dengan sungguh-

sungguh, mau untuk mengucapkannya dengan suara keras dan

mau untuk mengulang-ngulang baik itu dilakukan secara

bersama-sama atau sendiri. Hal ini dilakukan agar apa

yang telah di pelajari dapat masuk dalam ingatan, hal

ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Colin Rose

bahwa prosentase apa yang kita ingat jika kita belajar

dengan multi indrawi yaitu melihat, mengucapkan,

mendengar dan melakukan adalah 90%. Sedang kalau hanya

mambaca adalah20%, mendengar adalah 30%, melihat adalah

40%, mengucapkan adalah 50%, melakukan adalah 60%.99

Mengetahui huruf-huruf Hijaiyah adalah kunci pokok agar seseorang bisa baca Al-Qur’an, sehingga dalam tahap ini diupayakan sekali agar semua peserta dapat mengenal huruf Hijaiyah, baik yang asli atau yang telah berubah bentuknya.Apabila dalam tahap ini ada peserta yang masih kesulitan untuk menyebutkan huruf-huruf Hijaiyah yang ditunjukkan secara acak oleh guru baik huruf itu asli ataupun telah berubah bentuknya maka peserta tersebut akan diprivat oleh pengajar yang lain dalam ruangan tersendiri. Hal ini dilakukan mengingat bahwa kemampuan antar orang yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda-beda, namun walaupun demikian mereka semuanya mendapat hak yang sama yaitu semuanya ingin bisa terhadap apa yang mereka pelajari, dan An-Nuur Foundation Jogjakarta memilih cara privat untuk menangani masalah perbedaan kemampuan ini, seandainya dengan cara privat ini peserta bisa setara kemampuannya dengan mereka yang bukan privat (masal) maka ia akan digabungkan kembali ke sistem masal, namun jika tidak mampuuntuk bisa setara maka ia akan diprivat sampai selesai olehguru yang sama. Ini sesuai dengan prinsip metodologi mengajar yaitu individualisai Setelah semua huruf-huruf Hijaiyah tersebut diperkenalkankemudian peserta dihadapkan pada surat Al-Fatihah, surat An-Naas dan surat Al- Falaq yang tanpa harokat (disini di gunakan OHP), peserta secara bergantian menyebutkan huruf-huruf tersebut sesuai dengan bunyinya bukan abjadnya, ini dimaksudkan sebagai evaluasi apakah peserta telah benar-benar mengenal huruf-huruf Hijaiyah atau belum (baik asli maupun yang telah berubah bentuknya ) .Surat Al-fatihah dengan tanpa harokat

99 Colin Rose, Kuasai Lebih Cepat Buku Pintar Accelerated Learning, diterjemahkan dari Master it Faster oleh Femmy Syahrani, (Bandung:Kaifa, 2002), hlm.

م) ال�ر ح�من� ال�ر ال�له ب��سم ب� ز ل�له ( ال�حمد1ح�ي)ن� .........ال�علمي)

Adpun cara membacanya adalah : Ba-sa-ma, a-la-la-ha,

a-la-ro-ha-ma-na, a-la-ro-ha-ya-ma. A-la- ha- ma-da, la-la-

ha, ro-ba, a-la-‘a-la-ma-ya-na……..(dan setrusnya).

Setelah semua huruf-huruf Hijaiyah tersebut

diperkenalkan kemudian diberi ringkasannya yaitu sebagai

berikut

ث ث- ث ث- ث ث- ث ث- ثث- ثث- ثث- ث

Keterangan:

Huruf yang mempunyai titik satu di bawah itu ada dua macam

yaitu ب� dan ج�

Huruf yang mempunyai titik dua diatas itu ada dua macam

yaitu ب� dan ق�Huruf yang mempunyai titik tiga diatas itu ada dua macam

yaitu ب� dan س�Huruf yang mempunyai titik satu diatas itu ada delapan yaitu

ف , ع, ط�, ص, ز, ذ, ج, ن�Huruf yang mempunyai titik dua dibawah itu hanya ada satu

yaitu (يDalam tahap ini hanya diterangkan secara sekilas, karena fungsinya hanya untuk mengingat terhadap apa yang telah diterangkan sebelumnya.100

Belajar tanda baca Arab menurut metode An-Nuur

Dalam memperkenalkan tanda bacaArab disini juga di kelompokan dalambeberapa kelompok, adapun secararingkasnya adalah sebagai berikut:

100 Observasi pada tanggal 10 November 2003 di kantor PWI Jogjakarta

ـو ـي) ا ـ ـ‘ ـ ـ'ـ ـــ ـــ ـــ ـــ ـ HـUU I I

AA/

OOUU I I

AA/

OOUN IN

AN/

ONU I A/O

/ ـ ـــ ء/ ا ـ ـــPanjang 6ketukan

Panjang 5ketukan Tanda Raja Tanda tentara

Adapun keterangan nya sebagai berikut

a. Diperkenalkan tanda ــــــ

Kalau ada tanda ـ ـ(tandanya diatas garis) maka huruf itu dibaca A atau O

Kalau ada tanda ـ ـ (tandanya dibawah garis) maka huruf itudibaca I

Kalau ada tanda ـ ـ (angka sembilan) maka dibaca USetelah semua tanda-tanda itu diperkenalkan kemudian

peserta dihadapkan pada surat Al-Fatihah yang semua

hurufnya diberi harokat a, kemudian harokat i dan u,

disana peserta hanya menyebutkan huruf sesuai dengan

harokatnya (belum sampai membacanya), hal ini dilakukan

secara bersama-sama

b. Diperkenalkan tanda ــــــــــــ

Kalau ada tanda ـ ـــ maka huruf itu dibaca A/O + N = AN/ ON

Kalau ada tanda ـ ـــ maka huruf itu dibaca I + N = IN.

Kalau ada tanda ـ ـــ maka huruf itu dibaca U + N = UN.Setelah itu peserta dihadapkan pada huruf-huruf Hijaiyah

yang diberi harokat .

Contoh: Tan ب�ــ

Tin ب�ــ

Tun ب�ــ

c. Diperkenalkan tanda ـ‘ـــ'ـ .

Kalau ada tanda ـ'ـ maka huruf itu dibaca AA ( a dobelatau dibaca panjang).

Kalau ada tanda ـ ـmaka huruf itu dibaca I I (i dobel ataudibaca panjang).

Kalau ada tanda ـ‘ـ maka huruf itu dibaca UU (u dobel ataudibaca panjang)

Untuk mempraktekannya maka peserta diajak membaca secara

bersama-sama huruf-huruf Hijaiyah yang diberi tanda-

tanda.

Contoh:

Taa

ب�'

Tii ب�

Tuu

ب�‘

d. Diperkenalkan tanda ــ ا , . ــ و, ــ ي)

Kalau ada tanda ـ ـ bertemu dengan ا (alif) maka dibaca AA(a dobel atau dibaca panjang).

Contoh: Baa ا ��بKalau ada tanda ـ ـ bertemu dengan maka dibaca I I (i ي)dobel atau dibaca panjang).

Contoh: Bii ي) ��ب

Kalau ada tanda ـ ـ bertemu dengan و maka dibaca UU (u dobelatau dibaca panjang).

Contoh: Buu و ��ب

e. Diperkenalkan tanda tentara atau sukun ( )

Tanda sukun disini diistilahkan dengan tanda tentara

karena bentuknya seperti topi tentara, sebagaimana

diketahui bahwa fungsi dari tentara adalah membunuh atau

mematikan, sehingga fungsi dari tanda tentara adalah

untuk mematikan huruf.

Contoh : BA DA LA ل ذ ب�BA DA LA = BADAL ل ذ ب�

BA DA LA ل ذ ب�BA DA LA = BADLA ل ذ ب�

Jadi fungsi tanda tentara adalah untuk menghilangkan atau

mematikan bunyi A, I atau U.

f. Diprekenalkan tanda raja atau Tasydid ( ـ ـ )Tasydid disini diistilahkan dengan tanda raja karena

bentuknya seperti mahkota raja, adapun fungsi dari raja

adalah mematikan tetapi sekaligus menghidupkan, jadi

disini punya dua fungsi atau dobel, oleh karena itu fungsi

dari tanda raja adalah mendobelkan huruf.

Contoh:

BA DA LA

ذ ب�ل

BA DDA LA = BADDALA

ذ ب�ل

g. Diperkenalkan tanda alis ( )

Tanda ini diistilahkan dengan tanda alis karena bentuknya

seperti alis, adapun fungsinya adalah memanjangkan

bacaan.

Apabila ada tanda alis ( ) bertemu dengan Hamzah

,maka bacaannya harus dipanjangkan ( ا ) atau Alif ( ء )adapun panjangnya adalah 5 ketukan.

Contoh: Jaaaaa A Rآ ��TTTTTTTTج

ء

Apabila tanda alis ( )

bertemu dengan tanda raja ( ) ataudengan tanda tentara ( ) makabacaannya harus dipanjangkan

sepanjang 6 ketukan.101

Contoh: Waladldlooooooll

iin ن� ي) �ل Rآ ولاال�ض

101 Observasi pada tanggal 10-12 November 2003 di kantor PWI Jogjakarta

Aaaaaal Aana ن� RالاBelajar ilmu tajwid menurut metode An-Nuur.

Dalam memperkenalkan ilmu tajwiddisini istilah-istilah seperti

idzhar, idhom, dan istilah lainnyaitu tidak dipakai, namun walaupun

begitu peserta akan diajarkan membacaAl-Qur'an yang sesuai ilmu tajwid,disini peserta diikut-sertakan

membaca contoh yang diberikan olehpengajar.

Dalam mempelajari ilmu tajwid menurut metode An-Nuur

dikenal istilah-istilah:

a. Huruf Rakyat

Huruf rakyat adalah semua huruf Hijaiyah yang tidak

memiliki tanda baca, dinamakan huruf rakyat karena

rakyat pada umumnya adalah orang yang tidak punya tanda

atau pangkat.

Contoh (ا ل و ي ......

b. Huruf tentara.

Huruf tentara adalah huruf Hijaiyah yang ada tanda

tentaranya ( ).

Contoh: Qul ل ��ق

c. Huruf raja.

Huruf raja yaitu huruf yang ada tanda rajanya ( ).

Contoh: Robba زب� Adapun kaidah-kaidah yang dipakai dalam metode An-Nuur

adalah

a. Rakyat kalah oleh tentara (sama dengan menerangkan Idzhar

qomariyyah)

Maksudnya, apabila ada huruf rakyat bertemu dengan huruf

tentara maka huruf rakyatnya itu kalah.(langsung

membaca ke huruf tentara).

Contoh: Walhamdu مد ح �والb. Rakyat kalah oleh raja ( idgham syamsiyyah)

Maksudnya apabila ada huruf rakyat bertemu dengan huruf

raja maka huruf rakyatnya kalah ( langsung membaca ke

huruf raja).

Contoh: Wasysyamsi مس وال�ش� c. Tentara kalah oleh raja (idgham bighunnah dan Idham bila

ghunnah)

Maksudnya apabila ada huruf tentara bertemu dengan huruf

raja maka huruf tentaranya kalah (langsung membaca ke

huruf rajanya) dan disini dibaca mendengung.

Contoh : Mammmana’a ن� �ع م ن �م

Disini dijelaskan kalau huruf rajanya itu terdiri dari لdan ز maka dibaca tidak mendengung.

Contoh

Mirrobbihim ن� �هم م �bب ز

Walam Yakullahuu م �ن� ول ك (�ه ب ل d.Membaca huruf ل pada lafadz له�ا ل

Cara membacanya ada dua macam yaitu:

Apabila sebelumnya didahului oleh tanda ــ ــ maka ل itu wajib di baca “O”,

Contoh

Rosuululloohi ول �ال�له زس

Rosuullallohi ول �ال�له زس

Apabila sebelumnya didahului oleh tanda ـ ــ maka wajib dibaca A,

Contoh : Bismillaahi سم ال�له ��ب

e. Mengakhiri bacaan.

Apabila akan mengakhiri suatu bacaan, baik itu karena

berada di akhir ayat atau karena kehabisan nafas, maka

untuk membacanya ada caranya tersendiri.

Dalam metode An-Nuur untuk menerangkan cara mengakhiri

bacaan digunakan analog “ apabila ada mahluk yang mati

maka ia akan tetap mati, apabila makhluk itu hidup maka

ia pasti akan mati, walaupun mahluk hidup itu mempunyai

nyawa dobel ia pasti akan mati juga.” Maksud dari analog

ini adalah apabila akan mengakhiri suatu bacaan maka

semuanya harus dibaca mati ( ) walaupun disana ada tanda

hidup ( ـ ــــ ) dan tanda hidup dobel ( ـــــــــــ ).

Contoh :

Dibaca Bacaan Asli

د �اج د �اجد �اج د �د اج �د/ / اج � اجد �اج دــ �دــ اج �دــ/ / اج � اج

Namun jika setelah tanda-tanda ( ــــ / ـــــــــــ ) itu masih ada hurufnya maka dibaca ( ــــ ).

Contoh : حي وال�ض حي 'وال�ض لام�ا �س لام�اــ �س

Khusus untuk mengakhiri kata yang berakhiran dengan ta'

marbutoh ( ه� ه� ـ / ) maka huruf ta' marbutoh tersebut

bunyinya berubah menjadi bunyi huruf ha mati ( ه ـه / )

Contoh:

آزعه ق� �ال آزعه� ق� �ال

Alqooriah Alqoori’atu

ه مز �ل Hــ ه�ــ مز �لLumazah Lumazatin

f. Huruf Qolqolah

Huruf qolqolah adalah huruf yang apabila dimatikan dibaca

memantul, Huruf tersebut ada 5 dan dikumpulkan dalam

sebuah kalimat ط ق� ب� ذ Disini menggunakan .(jadi bukit) ج�kalimat “jadi bukit” karena sebagaimana kita ketahui

bahwa apabila kita bersuara dibukit maka suara kita akan

memantul.

Contoh :Kasaba’ سب� �كFalaqo’ لق� �ق

Apabila huruf memantul itu terletak ditengah kata maka

pantulannya ringan, dan apabila terletak di akhir bacaan

maka pantulannya dibaca kuat.

g. Membaca ن� dan م ( ghunnah / dengung).

Untuk menerangkan cara Membaca ن� dan مdigunakan analog“apabila ada NAMA diduduki oleh tanda raja yang rajanya

berupa singa maka harus dibaca mendengung sebagaimana

suara singa yang mengaum”.

Contoh :Innna ان� ‘Ammma م �ع

h. Bacaan mendengung dibibir (iqlab dan ikhfa safawi)

Disini dijelaskan bahwa apabila ada huruf bibir

bertemu dengan huruf bibir ( م dan ب� )

Maka wajib dibaca dengung dibibir secara samar.

Contoh :Mimmm Ba’di ن� �عد م ��بWahummm Bih م �ه وه ��ب

i. Hukum nun mati dan tanwin ( ــ ــ ــ/ ن� )

Kalau ada ( ن� / ـــــــــــ ) bertemu dengan 15 huruf yaitu:

��.maka dibaca samar dengung ب� ج� ذ ز س س� ص ص ط� ف ب� ذ ط ق� ك

Contoh :Minnn tsamarotin ن� �مزه�ــ م ��ث ب�Jannnaatinnntajrii ــ ن ب� ��ري) ح ج� ��ت ج�Minnng qoblika ن� �لك� م ب� ��ق ق�

Disini peserta baru diperbolehkan membuka buku panduan

untuk membaca contoh –contoh bacaan samar dengung.

j. Tanda waqof (tanda berhenti)

Dalam al-Qur'an kita banyak menjumpai tanda-tanda yang

berupa huruf-huruf Arab yang ukurannya lebih kecil yang

terletak diatas huruf Hijaiyah atau juga berupa titik-

titik, tanda-tanda itu mempunyai maksud tertentu, kalau

dalam ilmu tajwid kita mengenal tanda waqof (tanda

berhenti) dan tanda washol (tanda meneruskan)

Tanda-tanda waqof itu adalah

MaksudnyaTandawaqof

Harus berhenti م لاز مBerhenti lebih utama عل �الامر ف ف ��فBerhenti lebih utama لق� ط �م طBerhenti lebih utama ف ��ال�وف

اوليلي ��ق

Berhenti lebih utama وع �زك ء,عBerhenti dengan menahan nafassejenak ه ت� ك �س سBerhenti pada salah satu tandatanpa harus mengulang هــ ق� �عآب �م -

Untuk memudahkan dalam memahami tanda waqof disini

tanda-tanda itu tidak harus dihafal-hafalkan semuanya,

namun cukup 3 tanda waqof saja yaitu : س, م dan , ini

karena apabila bertemu dengan tanda waqof selain yang 3

itu, seandainya kita tidak berhenti atau berhentipun

hukumnya boleh, walaupun sebenarnya berhenti adalah lebih

utama

Setelah tanda wakof itu diterangkan, kemudian

diambillah contoh dari ayat-ayat Al- Qur’an yang terdapat

tanda wakofnya, pengajar membacakannya dan peserta

mengikutinya.

Contoh :

Surat Al-Kahfi: 1 آ ــ ��آسعوج مــ ي) ق�Surat Al-Muthaffifin: 14 ل ��ب لا �ران�سك

Surat Al-Baqoroh: 2 ك� �ل آب� ذ كت� �ي�)ب� ال لاز ه ت) �ق

k. Tanda washol

Yang termasuk tanda-tanda washol itu adalah

MaksudnyaTandawashol

Boleh berhenti boleh terus

ز� ��آئ ��ج ج�Tidak boleh berhenti tanpamengulang kecuali pada ro’suayat ه ت) �ف ق ��لا وف لاTerus lebih utama ل �وص �اولي ال ص�لي

Terus lebih utama

ص �مرح صTerus lebih utama

فــ ��هT وف لت) �ل ع ب) ��ق ق�Terus lebih utama

زــ و ج� �م زDalam mengingat tanda washol ini yang harus diingat

adalah hanya tanda ,saja لا ini di maksudkan untuk

memudahkan, karena selain tanda washol ini walaupun

dibaca terus atau dibaca berhenti, hukumnya boleh namun

dibaca terus adalah lebih utama

Contoh:

Surat Al-Ihlas: 1 ل ��وال�له ق �دــ ه �ج�اج

Surat Al-Humazah:14 ن� د� ت� ن� ت) �ل لا �مه�T ك ط ح �تآل �ص�ليق Surat Al-‘Asr: 2 سآن� ان� �ب ي) الا� ف �سرــ ل �لا 2لاح ا°

l. Membaca huruf Hijaiyah di awal surat (Fawatihush shuwar)

Di dalam Al-Qur'an kita juga menjumpai ada huruf-huruf

Hijaiyah yang terletak di awal surat yang huruf tersebut

tidak berharokat sebagaimana huruf yang lainnya.

Contoh : Kaaaaaaf Haa Yaa ‘Aiiiiiinnn

Shoooooode’ عص ك�هن)

Alif Laaaaamm Miiiiiim م� ال ~

Yaa Siiiiiin ب�)س

Apabila kita menemukan seperti itu maka cara membacanya

adalah

Apabila huruf itu berharakat berdiri ( ـ'ـ ) maka huruf tersebut di dibaca sesuai dengan suaranya, sedangkan

apabila huruf tersebut tidak berharakat maka huruf

tersebut dibaca sesuai dengan abjadnya, sedangkan tanda

alis dan harakat berdiri menunjukkan bahwa bacaan itu

harus dibaca panjang, tanda alis panjangnya antara 5 - 6

ketukan sedangkan tanda harakat berdiri adalah 2 ketukan.

Inilah alasan yang mendasar kenapa metode An-Nuur

menggunakan metode suara dalam memperkenalkan huruf huruf

Hijaiyah, karena untuk penggunaan bunyi abjad dalam Al-

Qur'an itu jumlahnya sedikit sekali, kebanyakan huruf-

huruf yang terdapat dalam Al-Qur'an itu dibaca sesuai

dengan suaranya bukan abjadnya.

m. Bacaan ghorib (bacaan yang asing)

Dalam membaca Al-Qur'an tidak semuanya huruf dibaca

sesuai dengan huruf yang ditulisnya, disana ada beberapa

ayat yang sudah mempunyai aturan tertentu dalam cara

membacanya, dan ini kita harus menghafalkannya (namun

disini pengajar hanya memberi tahu dan memberi contoh

cara membacanya saja dan peserta tidak disuruh

menghafalkannya) , inilah yang dinamakan bacaan ghorib.

Adapun yang termasuk bacaan ghorib itu adalah

Surat dan Ayat Cara membaca TulisanAl-Baqoroh:245 سط ب¶ ¹�وي ط ص ب� ¹�ويAl-A’rof: 69

ة�ــ سط ��ب ة�ــ ط ص ��ب

رــ ط مصب) ��ث رــ ط ب) مص ��ث

/ رون� ط ب) TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTمص �الرون� ط مسب) �ال

رون� ط ب) مص �ال

Hyd: 41Majree haa(Imalah/dibaca miring ر ج� �ـهآ'م

Yusuf: 11 ا �Disuarakan ب antarafathah dan dhomah, keduabibir dimonyongkan(isymam)

آ ت �م ا� �bب لا

Al-Hujurot: 11Ismu dibaca lismu (Naql) س ب� ��الاسم ي

Al-Fushshilat:44

Hamjah kedua (alif)disuara-kan antarahamzah dan alif (samar-samar/ Tashil) مي) ح� �ءاع

Al-Furqon:49,Luqman:15, Az-Zumar:17 ا bب dibaca pendek ا ي) TTTTTTTTTTTTTTاس bب ن� وا �اب� / م TTTTTTTTTTTTTTbب ا

وا ��اب bب /واAl-Ikhlas:1-2 Qul

huwalloohuahadunillaahush shomade’ ل ��وال�له ق �دــ ه �مد ال�له اج ال�ص

Pengajar membacakan ayat-ayat tersebut dan peserta

mengikutinya dengan melihat buku panduan masing-masing.

Setelah selesai mempelajari ilmu tajwid peserta tinggal

belajar membaca surat-surat yang terdapat dalam Al-Qur'an,

adapun surat yang dibaca adalah surat An-Naba', pengajar

memilih surat ini agar peserta dapat membaca bukan karena

hafal namun karena bisa dan paham dengan apa yang dibaca.

Perlu diketahui bahwa materi yang disampaikan dalam sistem

privat adalah sama dengan yang disampaikan dalam sistem

masal.102

102 Rosyady, Metode …, hlm. 10-21

Evaluasi Pengajaran.

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang

berarti penentuan nilai atau mengadakan serangkaian

penilaian,103 adapun kegiatan evaluasi dalam pengajaran adalah

suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-

tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh

siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya

setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-

mengajar).104

Adanya evaluasi dalam pengajaran sangat penting karena

evaluasi dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui tercapai

tidaknya tujuan instruksional, umpan balik bagi proses belajar-

mengajar dan dasar untuk menyusun laporan kemajuan belajar

siswa kepada para orang tua.105

Di An-Nuur Foundation Jogjakarta untuk mengetahui

kemampuan hasil belajar dari para pesertanya, peserta

dihadapkan pada surat-surat yang terdapat dalam Al Qur’an dan

ini dilakukan sebagaimana biasanya belajar (bukan sistem

ujian), jika peserta dapat membaca surat-surat yang terdapat

dalam Al Qur’an secara benar maka ia dianggap berhasil dalam

belajarnya, karena dengan bisa membaca surat-surat yang

103 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi…, hlm. 209104 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 2105 Ibid, hlm.3-4

terdapat dalam Al-Qur’an secara benar berarti secara otomatis

peserta telah mengetahui huruf-huruf Hijaiyah baik asli atau

perubahannya, mengerti tanda baca dan juga paham tajwidnya.106

Dalam pengajaran baca Al Qur’an yang dilaksanakan oleh

An-Nuur Foundation Jogjakarta, peneliti menjadikan pertemuan

terakhir (pertemuan keempat dalam pelancaran) sebagai sarana

untuk mengevaluasi terhadap pengajaran tersebut, karena dalam

pertemuan terakhir materinya adalah khusus membaca, dan pada

hari itu peneliti bertindak sebagai pengajar yang membimbing

mereka untuk membaca surat-surat yang terdapat dalam Al Qur’an,

adapun caranya adalah sebagai berikut: Peserta diperintahkan

untuk membaca surat Al-Fiil secara bersama-sama. Setelah

selesai, peserta diperintahkan untuk membaca surat berikutnya,

masing-masing satu ayat, kemudian dua ayat dan tiga ayat,

Peserta kemudian membaca lagi satu surat secara bersama-sama.

Setelah itu posisi pengajar digantikan oleh bapak Kamaludin,

dan dia juga memerintahkan hal yang sama sebagaimana yang

peneliti lakukan. Dan ketika posisi peserta dipegang oleh Bapak

Kamaludin maka peneliti menilai mereka secara tertulis, dan

peneliti saat itu berada di belakang peserta pelatihan.

Peserta yang mengikuti materimembaca surat Al-fiil sampai Ad-Duha106 Hasi wawancara dengan Bapak Kamaludin selaku pemimpin dan

pengajar di An-Nuur Foundation Jogjakarta pada tanggal 23 Oktober 2003

ini ada 17 orang sedangkan 5 oranglainnya masih belajar dengan

menggunakan sistem privat.107 Untukmenilai terhadap pengajaran yangsistem privat peneliti melakukannya

dengan cara melihat sudah sejauh manamateri itu disampaikan kepada mereka,ini dikarenakan dalam pengajaran bacaAl Qur’an dengan metode An-Nuur pesertatidak akan pindah materi sebelum materiyang diajarkan itu dikuasai. Ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwaproses belajar-mengajar itu belum

dikatakan berakhir kalau peserta didikbelum mengalami perubahan tingkah laku,maksudnya proses belajar-mengajar belumdikatakan berakhir hanya karena guru

sudah menjelaskan semua materipelajaran tanpa dia melihat apakah

peserta didiknya sudah menguasai ataubelum.108

107 Observasi pada tanggal 14 November 2003 di kantor PWI Jogjakarta

108 Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar, (Surabaya: UsahaNasional, 1993), hlm.10

Hasil yang dicapai

Adapun hasil yang dicapai dari evaluasi terhadap peserta pelatihan baca Al Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta yangbertempat di kantor PWI adalah sebagai berikut :

Tabel IIIHasil evaluasi pengajaran baca Al Qur’an dengan metode An-Nuur

yang bertempat di kantor PWI

Nilai (x) Frekwensi (f) fx1098765

5633-5

50542421-25

N = 22 fx = 174

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil evaluasi

pengajaran baca Al Qur’an dengan metode An-Nuur yang bertempat

di kantor PWI adalah, yang mendapat nilai 10 ada 5 orang, yang

mendapat nilai 9 ada 6 orang, yang mendapat nilai 8 ada 3

orang, yang mendapat nilai 6 tidak ada dan yang mendapat nilai

5 adalah 5 orang, sedang nilai rata-ratanya adalah 7,909. 109

Dengan demikian pengajaran baca Al Qur’an yang

dilaksanakan oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta yang bertempat

di kantor PWI berhasil dengan baik, karena dari 22 peserta 17

peserta sudah bisa membaca Al Qur’an sedangkan yang 5 peserta

109 Observasi pada tanggal 14 November 2003 di kantor PWI Jogjakarta

baru bisa menyebutkan huruf Hijaiyah sesuai dengan tanda

bacanya.

Faktor pendukung dan penghambat

Faktor pendukung

Adapun faktor yang mendukung terhadap pengajaran baca

Al Qur’an yang saat itu dilaksanakan di kantor PWI oleh An-

Nuur Foundation Jogjakarta adalah

a. Faktor pengajar, pengajar sudah menguasai terhadap

materi dan metode pengajaran.

b. Faktor peserta, peserta dapat mengikuti pelatihan

tersebut dengan semangat dan sungguh-sungguh.

c. Faktor metode, metode yang di gunakan mudah diterima

oleh peserta pelatihan walaupun pesertanya kebanyakan

adalah orang tua.

d. Faktor lingkungan, lingkungan yang digunakan nyaman

untuk belajar.

e. Faktor sarana, yaitu adanya buku panduan untuk masing-

masing peserta.

Faktor penghambat.

Adapun faktor yang menghambat terhadap pengajaran

baca Al Qur’an yang saat itu dilaksanakan di kantor PWI

oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah

a. Kuantitas guru, guru yang dimiliki oleh An-Nuur

Foundation Jogjakarta itu masih sedikit sehingga ketika

dalam pelatihan tersebut menggunakan program privat,

peserta belum bisa ditangani oleh satu orang satu guru.

b. Ada beberapa pengajar yang masih kurang memperhatikan

terhadap psikologi peserta.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan terhadap

pengajaran baca Al Qur’an di An-Nuur Foundation Jogjakarta

yang bertempat di kantor PWI Jogjakarta, maka

Kesimpulan dari skripsi ini adalah sebagai berikut

1. Dalam pengajaran baca Al-Qur’an dengan metode An-Nuur, untuk

menerangkan terhadap materi yang disampaikan (angka arab,

huruf Hijaiyah, tanda baca dan ilmu tajwid ) adalah dengan

menggunakan analogi.

2. Dengan adanya analogi maka memudahkan bagi para peserta

pelatihan untuk memahami apa yang mereka pelajari.

3. Metode An-Nuur adalah metode pengajaran baca Al Qur’an

khusus dewasa dan orang tua

4. Istilah 2 jam bisa baca Al-Qur’an yang dipakai oleh An-Nuur

Foundation Jogjakarta adalah sebagai bahasa marketing

(bahasa pemasaran) dan sebagai motivasi bagi para peserta

yang akan mengikuti pelatihan, namun walaupun begitu metode

An-Nuur adalah metode pengajaran yang menggunakan sistem

cepat karena peserta yang awalnya buta huruf terhadap Al-

Qur’an ternyata dalam waktu sehari pelatihan ditambah 4 kali

pertemuan yang masing-masing 2 jam ternyata banyak dari

peserta yang bisa baca Al-Qur’an

5. Walaupun metode An-Nuur adalah metode pengajaran baca Al-

Qur’an namun itu bisa digunakan untuk mengajarkan membaca

permulaan bahasa Arab karena penulis melihat disana terdapat

kesamaan materi yang akan disampaikan

6. Hasil yang dicapai dalam pengajaran baca Al Qur’an yang

dilaksanakan oleh An-Nuur Foundation Jogjakarta yang

bertempat di kantor PWI yang dilaksanakan pada tanggal 10-14

November 2003 adalah berhasil dengan baik sebab dari 22

peserta pelatihan ternyata yang sudah bisa baca Al-Qur’an

adalah17orang, sedangkan selebihnya (5 orang) baru bisa

menyebutkan huruf-huruf Hijaiyah dan tanda baca Arab

84

B. Saran-saran

Adapun saran-saran terhadap An-Nuur Foundation Jogjakarta

adalah:

1. Karena metode An-Nuur sudah membantu terhadap pemberantasan

buta huruf Al- Qur’an (yang berbahasa Arab) maka pertahankan

dan kembangkan terus An-Nuur Foundation Jogjakarta.

2. Untuk tercapainya proses belajar-mengajar, faktor guru

adalah sangat berpengaruh, Oleh karena itu guru yang

menguasai materi dan metode saja tidaklah cukup namun dia

juga harus dapat memahami terhadap peserta didiknya.

3. Karena An-Nuur Foundation Jogjakarta adalah sebuah lembaga

maka alangkah baiknya kalau yang berkaitan dengan sebuah

lembaga tersebut diperhatikan misalnya struktur organisasi,

pembukuan sejarah singkat berdirinya dan lain-lain.

C. Kata Penutup

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. karena atas rahmat dan taufiq-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi umat islam.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1996).

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta :Rajawali Press, 1989).

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 1992).

Asmawati, "Metode An-Nur Mempermudah dan MempercepatBisa Baca Al-Qur'an" dalam Majalah Umi edisi9/XIV/2003.

Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian danPenulisan Karya Ilmiah, (Yogyakarta : IKFA Press,1998).

http://www.Gatranews.net/IV/5/AGA1-5.html-14k membacaAl-Qur'an.

Ign. S. Ulik Bukit Karo-karo, Metodologi Pengajaran,(Salatiga : Swadana, 1981).

Muhibin Syah, Psikologi Belajar Bahasa, (Jakarta : Logos, 1991).

Rosyady, Metode An-Nur, (Jakarta : An-Nur Foundation, 2001).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, Edisi Revisi V, (Jakarta : Rineka Cipta,2002).

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : FakultasPsikologi UGM, 1984).

Tayor Yusuf & Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agamadan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1997).

Thaqafiyat, Jurnal Bahasa Peradaban dan Informasi Islam Vol. I No. 1Juli-Desember, (Yogyakarta : Fakultas Adab IAIN SUKA).