MAKALAH PRAKTIKUM COMPOUNDING DAN DISPENSING SWAMEDIKASI DISPEPSIA
Transcript of MAKALAH PRAKTIKUM COMPOUNDING DAN DISPENSING SWAMEDIKASI DISPEPSIA
MAKALAH PRAKTIKUM
COMPOUNDING DAN DISPENSING
SWAMEDIKASI DISPEPSIA
Penyusun:
Fitri Ana Munawaroh 14/375234/FA/10306
Yuda Arif Kusuma
Brata Jaya Laksana 14/375251/FA/10319
Adib 14/374925/FA/10292
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUANA. Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys- (buruk)
dan -peptein (pencernaan). Berdasarkan konsensus International
Panel of Clinical Investigators, dispepsia didefi nisikan sebagai
rasa nyeri atau tidak nyaman yang terutama dirasakan di
daerah perut bagian atas,2sedangkan menurut Kriteria Roma
III terbaru, dispepsia fungsional didefi nisikan sebagai
sindrom yang mencakup satu atau lebih dari gejala-gejala
berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang,
atau rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya
dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala sedikitnya
timbul 6 bulan sebelum diagnosis.
B. Etiologi
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan dispepsia
Dalam lumen saluran
cerna
- Tukak peptik
- Gastritis
Pankreas
- Pankreatitis
- Keganasan
- Keganasan
Gastroparesis
Obat-obatan
- Anti inflamasi non
steroid
- Teofilin
- Digitalis
- Antibiotik
Keadaan sistemik
- Diabetes melitus
- Penyakit tiroid
- Gagal ginjal
- Kehamilan
- Penyakit jantung
sistemik
Hepato-bilier
- Hepatitis
- Kolesistisis
- Kolelitiasis
- Keganasan
- Disfungsi
sphincter Odli
Gangguan fungsional
- Dispepsia
fungsional
- Sindrom kolon
iritatif
C. Klasifikasi Dispepsia
Berdasarkan ada tidaknya penyebab dan kelompok gejala maka
dispepsia dibagi atas dispepsia organik dan dispepsia
fungsional.
1. Dispepsia organik adalah apabila penyebab dispepsia
sudah jelas, misalnya ada ulkus peptikum, karsinoma lambung,
kholelithiasis, yang bisa ditemukan secara mudah.
2. Dispepsia fungsional adalah apabila penyebab dispepsia
tidak diketahui atau tidak didapati kelainan pada
pemeriksaan gastroenterologi konvensional, atau tidak
ditemukannya adanya kerusakan organik dan penyakit-
penyakit sistemik.
D. Patofisiologi Dispepsia
Patofisiologi dispepsia terutama dispepsia fungsional dapat
terjadi karena bermacam-macam penyebab dan mekanismenya.
Penyebab dan mekanismenya dapat terjadi sendiri atau
kombinasinya. Pembagian dispepsia berdasarkan gejalanya,
seperti tercantum diatas, adalah untuk panduan manajemen awal
terutama untuk dispepsia yang tidak terinvestigasi.
Patofisiologinya yang dapat dibahas disini adalah :
1. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum
Hanya sedikit pasien dispepsia fungsional yang mempunyai
hipersekresi asam lambung dari ringan sampai sedang.
Beberapa pasien menunjukkan gangguan bersihan asam dari
duodenum dan meningkatnya sensitivitas terhadap
asam.Pasien yang lain menunjukkan buruknya relaksasi
fundus terhadap makanan. Tetapi paparan asam yang banyak
di duodenum tidak langsung berhubungan dengan gejala pada
pasien dengan dispepsia fungsional.
2. Infeksi Helicobacter pylori
Prevalensi dan tingkat keparahan gejala dispepsia serta
hubungannya dengan patofisiologi gastrik mungkin
diperankan oleh H pylori. Walaupun penelitian
epidemiologis menyimpulkan bahwa belum ada alasan yang
meyakinkan terdapat hubungan antara infeksi H pylori dan
dispepsia fungsional. Tidak seperti pada ulkus peptikum,
dimana H pylori merupakan penyebab utamanya.
3. Perlambatan pengosongan lambung
25-40% pasien dispepsia fungsional mempunyai perlambatan
waktu pengosongan lambung yang signifikan. Walaupun
beberapa penelitian kecil gagal untuk menunjukkan
hubungan antara perlambatan waktu pengosongan lambung
dengan gejala dispepsia. Sebaliknya penelitian yang besar
menunjukkan adanya perlambatan waktu pengosongan lambung
dengan perasaan perut penuh setelah makan, mual dan
muntah.
4. Gangguan akomodasi lambung
Gangguan lambung proksimal untuk relaksasi saat makanan
memasuki lambung ditemukan sebanyak 40% pada pasien
fungsional dispepsia yang akan menjadi transfer prematur
makanan menuju lambung distal.Gangguan dari akomodasi dan
maldistribusi tersebut berkorelasi dengan cepat kenyang
dan penurunan berat badan.
5. Gangguan fase kontraktilitas saluran cerna
Gangguan fase kontraksi lambung proksimal terjadi setelah
makan dan dirasakan oleh pasien sebagai dispepsia
fungsional. Hubungannya memang belum jelas tetapi mungkin
berkontribusi terhadap gejala pada sekelompok kecil
pasien.
6. Hipersensitivitas lambung
Hiperalgesia terhadap distensi lambung berkorelasi dengan
nyeri abdomen post prandial, bersendawa dan penurunan
berat badan. Walaupun disfungsi level neurologis yang
terlibat dalam hipersensitivitas lambung masih belum
jelas.
7. Disritmia mioelektrikal dan dismotilitas antro-duodenal
Penelitian tentang manometrik menunjukkan bahwa
hipomotilitas antrum terdapat pada sebagian besar pasien
dispepsia fungsional tetapi hubungannya tidak terlalu
kuat dengan gejala spesifiknya. Aktivitas abnormal dari
mioelektrikal lambung sangat
umum ditemukan pada pasien tersebut, meskipun berkorelasi
dengan perlambatan pengosongan lambung tetapi tidak
berkorelasi dengan gejala dispepsianya.
8. Intoleransi lipid intra duodenal
Kebanyakan pasien dispepsia fungsional mengeluhkan
intoleransi terhadap makanan berlemak dan dapat
didemonstrasikan hipersensitivitasnya terhadap distensi
lambung yang diinduksi oleh infus lemak ke dalam
duodenum. Gejalanya pada umumnya adalah mual dan perut
kembung.
9. Aksis otak – saluran cerna
Komponen afferen dari sistem syaraf otonomik mengirimkan
informasi dari reseptor sistem syaraf saluran cerna ke
otak via jalur vagus dan spinal. Di dalam otak, informasi
yang masuk diproses dan dimodifikasi oleh fungsi afektif
dan kognitif. Kemudian otak mengembalikan informasi
tersebut via jalur parasimpatik dan simpatik yang akan
memodulasi fungsi akomodasi, sekresi, motilitas dan
imunologis.
10. Faktor psikososial
a. Korelasi dengan stress
b. Korelasi dengan hidup
c. Korelasi dengan kelainan psikiatri dan tipe kepribadian
d. Korelasi dengan kebiasaan mencari pertolongan kesehatan
11. Dispepsia fungsional pasca infeksi
Hampir 25% pasien dispepsia fungsional melaporkan gejala
akut yang mengikuti infeksi gastrointestinal.
E. Diagnosa Dispepsia
Untuk menegakkan diagnosis dispepsia, diperlukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
sederhana dan pemeriksaan tambahan, seperti pemeriksaan
radiologis dan endoskopi. Pada anamnesis, ada tiga kelompok
besar pola dispepsia yang dikenal yaitu :
1) Dispepsia tipe seperti ulkus (gejalanya seperti terbakar,
nyeri di epigastrium terutama saat lapar/epigastric hunger
pain yang reda dengan pemberian makanan, antasida dan obat
antisekresi asam).
2) Dispepsia tipe dismotilitas (dengan gejala yang menonjol
yaitu mual, kembung dan anoreksia).
3) Dispepsia non spesifik
Tidak semua pasien dispepsia dilakukan pemeriksaan
endoskopi dan banyak pasien yang dapat ditatalaksana
dengan baik tanpa pengobatan sehingga diagnosis secara
klinis agak terbatas kecuali bila ada alarm sign.
BAB II
PENGOBATAN FARMAKOLOGISPengobatan dispepsia fungsional ada beberapa obat,
yaitu :
a. Antasida
Mekanisme kerja antasida yaitu menetralisis atau
mendapar sejumlah asam tetapi tidak melalui efek
langsung. Golongan antasida terdiri atas aluminium,
magnesium hidroksida, kalsium karbonat, dan natrium
bikarbonat. Natrium bikarbonat adalah antasida larut
dalam air, bekerja cepat tapi mempunya efek sementara
dan bisa menyebabkan alkalosis, pembentukan batu ginjal
fosfat.. Magnesium hidroksida tidak larut dalam air dan
bekerja cepat tetapi mempunyai efek laksatif dan
menyebabkan diare. Alumunium hidroksida bekerja relatif
lambat. Ion Al3+ membentuk kompleks dengan obat-obatan
tertentu dan bisa menyebabkan konstipasi.
b. Antikolinergik
Aksi selektif pada reseptor muskarinik di sel parietal
sehingga menurunkan sekresi asam lambung. Contoh
obatnya ialah pirenzepin, parasimpatolitik lain
( antagonis non selektif) tidak efektif.
c. Antagonis reseptor H2
Mekanismenya ialah mengurangi sekresi asam dari sel
parietal melalui kompetisi dengan histamin pada
reseptor H2, mengurangi sekresi asam akibat rangsangan
makanan. Contoh obatnya ranitidin, nizatidin, famotidin
dan simetidin. Secara farmakokinetik absorbsi baik
melalui per oral dan ekskresi lewat ginjal dalam bentuk
utuh.
d. PPI (Proton Pump Inhibitor)
Mekanisme aksi ialah menghambat pompa proton sel
parietal secara irreversibel. Pompa proton (H+/ K+ ATP-
ase adalah enzim yang secara aktif mensekresi ion H+ ke
lumen lambung). Absorbsi per oral sangat dipengaruhi
oleh makanan sehingga diminum pada saat perut kosong
atau 1 jam sebelum makan. Contoh obatnya ialah
omeprazol, lansoprazol dan pantoprazol.
e. Sitoprotektif
Obat-obat sitoprotektif dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
analog prostaglandin (PG) dan non-prostaglandin. Contoh
obat dari analog prostaglandin ialah misoprostol,
rioprostil, enprostil, arbaprostil, trimoprostil,
sedangkan contoh obat non-prostaglandin ialah
karbenoksolon, sukralfat, bismuth koloidal, setraksat.
Mekanisme sitoproteksi mencakup:
PGE dan PGI meningkatkan aliran darah mukosa lambung
duodenum (vasodilatasi), sedangkan PGF
(vasokonstriksi)
PGE meningkatkan sekresi mukus lambung-duodenum,
PGE meningkatkan sekresi bikarbonat lambung-duodenum
(tidak semua PG)
PGE memperkuat sawar mukosa lambung duodenum dengan
meningkatkan kadar fosfolipid mukosa sehingga
meningkatkan hidrofobisitas permukaan mukosa dengan
demikian mencegah/mengurangi difusi balik ion
hidrogen
PGE menyebabkan hiperplasia mukosa lambung duodenum
(terutama di antara antrum lambung), terutama dengan
memperpanjang daur hidup sel-sel epitel yang sehat
(terutama sel-sel di permukaan yang memproduksi
mukus), tanpa meningkatkan aktivitas proliferasi.
f. Golongan prokinetik
Contohnya adalah metokloperamid. Mekanisme kerjanya
adalah antagonis dopamin, dengan memblok reseptor dopamin
sentral pada chemoreceptor trigger zone juga meningkatkan
kontraksi lambung dan memperkuat tonus sfingter esofagus
bawah. Obat ini menghasilkan efek anti mual dan
antiemetik.
Pilihan Obat yang bisa dugunakan dalam melakukan
swamedikasi
NO OBAT GOLONGAN CATATAN1. Antasida
Kombinasi Mg trisilikat, Al(OH)3,
dimetilpolisiloksan
Nama generik: -
Nama dagang: promag
Bentuk sediaan: tablet kunyah.
Indikasi: mengatasi gejala
sakit maag
Dosis: Dws: 1-2 tablet kunyah,
anak: ½-1 tablet kunyah
Obat Bebas
Terbatas
diberikan 3-4 x /hari
PO: diberikan 1-2 jam sesudah
makan dan menjelang tidur
malam
Peringatan: gangguan fungsi
ginjal, diet rendah kalori dan
pemakaian jangka lama
Efek samping: diare dan
konstipasi
Interaksi Obat: mengganggu
absorbsi simetidin dan
famotidin.
2. Metokloperamid
Indikasi: gangguan GI, mabuk
perjalanan, muntah pada
kehamilan, mual dan muntah yang
diinduksi obat, anoreksia,
aerofagi, ulkus peptik, stenosis
pilorik (ringan), dispepsia,
epigastralgia, gastrodudenitis,
dispepsia pasca gastrektomi,
endoskopi dan intubasi
Dosis: Dewasa 10 mg 3 x/hari,
anak 9-14 tahun (BB > 30 kg) 1
sdt.
OWA Maksimal
20
tablet.
Apabila
mual dan
muntah
berkepan
jangan,
pasien
dianjurk
an
kontrol
ke
Bentuk sediaan: tablet 5 mg, 10
mg, sirup 1mg/ml 30 ml, sirup 5
mg/5ml 30 ml
Nama dagang: Vomipram,
Metocloperamide OGB Dexa,
Vomitrol
PO: Berikan ½ jam sebelum makan
KI: Obstruksi intestinal,
feokromositoma, epilepsi
Peringatan: anak dan dewasa
muda, kehamilan, laktasi,
diabetes, depresi pasien yang
mendapat obat lain yang juga
menyebabkan reaksi
ekstrapiramidal.
Efek samping: reaksi
ekstrapiramidal, pusing, lelah,
mengantuk, sakit kepala,
depresi, gelisah, gangguan GI,
hipertensi
IO: bersifat antagonis dengan
antikolinergik dan analgesik
narkotik. Depresan SSP
meningkatkan sedasi. Dapat
meningkatkan absorbsi
parasetamol, tetrasiklin dan
levodopa di usus. Dapat
menghambat absorbsi digoksin dan
dokter.
simetidin.3. Sukralfat Sulfalazin
Indikasi: tukak lambung, ulkus
peptik, gastritis kronik,
tukak duodenum
Bentuk Sediaan: suspensi 500
mg/5ml 100 ml, kapsul 500 mg,
tablet 500 mg
Nama dagang: Propesa, Ulcumag,
Ulsicral
PO: berikan pada saat perut
kosong 1 jam sebelum atau 2
jam sesudah makan dan
menjelang tidur
Peringatan: gagal ginjal
kronik, pasien dialisis,
hamil, laktasi, anak.’
ES: konstipasi, mulut kering,
diare, mual, muntah, rasa
tidak nyaman pada abdomen,
kembung, pruritus, ruam kulit,
mengantuk, pusing, nyeri
punggung dan sakit kepala
Dosis: simetidin,
siprofloksasin, digoksin,
ketokonazol, fenitoin,
ranitidin, tetrasiklin,
teofilin.
OWA 20
BAB III
PENGOBATAN NON FARMAKOLOGIS
Perubahan gaya hidup
a. Menghindari makanan berminyak atau yang digoreng
b. Menghindari makan dalam porsi banyak,
c. Minum banyak air ketika makan
d. Mengatur jadwal makan
e. Konsumsi makanan berserat
f. Menghindari makan tergesa-gesa
g. Menghindari makanan dengan bumbu yang berlebihan, pedas
dan asam.
h. Menghentikan merokok dan minum minuman keras
i. Mempertahankan bobot tubuh yang ideal
j. Hindari langsung tidur 2-3 jam setelah makan
k. Mengendalikan tingkat stress,
l. Olahraga teratur
Pengobatan
1. Konsumsi Pisang kapok kuning setiap pagi siang dan soreteratur.
2. Yoghurt
Asam yang terbentuk dalam yoghurt adalah asam laktat yang
malah berfungsi untuk menutupi luka yang ada di dinding
lambung. Selain itu bakteri asam laktat dalam yoghurt
mampu membentuk asam organic, hydrogen peroksida dan
bakteriosin yang bersifat mikrosidal atau mematikan
mikroba lain. Rasa asam yoghurt tidak akan merangsang
produksi berlebihan asam lambung dan meningkatkan iritasi
pada lambung. Perut manusia, terutama lambung, mempunyai
pH 1, sedangkan yogurt memiliki pH 4, jadi yogurt cukup
aman bagi lambung. Dalam literatur dikatakan bahwa salah
satu manfaat yoghurt adalah justu mengobati penyakit
maag, menyembuhkan luka pada dinding lambung. Para
penelitit melaporkan dalam American Journal of Clinical
Nutrition bahwa mengkonsumsi yoghurt yang mengandung
bakteri menguntungkan, Lacobacillus dan bifidobacterium,
secara signifikan akan menurunkan jumlah Helicobacter
Pylori, bakteri penyebab penyakit tukak lambung.
3. Jahe
Jahe digunakan untuk mengobati dispepsia, kolik, diare,
demam dan flu serta kurang nafsu makan. Uji klinis juga
menunjukkan bahwa sediaan jahe mencegah mual dan muntah
pada wanita hamil. Komponen kimia utama pada jahe segar
adalah keton fenolik homolog yang dikenal sebagai
gingerol
BAB IV
KASUS SWAMEDIKASIKasus
Pada malam hari, seorang bapak berumur 30 tahun datang ke
apotek Sumber Waras di Jl. Kaliurang km 8 untuk membeli obat
karena merasakan nyeri di ulu hati, mual dan muntah. Bapak
tersebut bernaman Dani, seorang manajer perusahaan yang sedang
mendapat tugas dari perusahaan untuk mempersiapkan launching
produk baru perusahaan. Tugas yang menumpuk menyebabkan pak
Dani sering terlambat makan. Pak Dani mempunyai kebiasaan
merokok dan minum kopi setiap hari. Pak Dani tidak mempunyai
riwayat penyakit sebelumnya.
Identifikasi Kasus
Identitas Pasien
Nama : Dani
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : manajer perusahaan
Alamat : Jl. Kaliurang km 5,6
Riwayat penyakit : tidak ada
Gejala penyakit
Nyeri ulu hati
Mual dan muntah
Penyebab
Waktu makan tidak teratur
Kebiasaan minum kopi dan merokok
Stres
SkenarioA: Selamat malam, perkenalkan saya Andi apoteker yang bertugas
pada malam hari ini. Ini dengan bapak siapa?
D: Nama saya Dani
A: “iya pak Dani, Ada yang bisa saya bantu?”
D: “Ini mas, saya mau membeli obat untuk perut saya yang sakit
ini (sambil menahan rasa sakit di perut).”
A: “Saya membutuhkan beberapa informasi dari pak Dani sebagai
dasar untuk memberikan obat yang sesuai dengan kondisi pak
Dani, apa bapak berkenan?”
D: “oiya mas, silakan.”
A: “Boleh minta tolong, bapak untuk menceritakan alamat bapak,
usia, pekerjaan dan nomer telepon?”
D: “Saya tinggal di Jl. Kaliurang Km 5,6, usia saya sekarang
30 tahun dan saat ini bekerja sebagai manajer perusahaan.
Untuk nomer telepon saya (0274) 675344”.
A: “Terimakasih pak infonya, saya tulis terlebih dahulu”.
“Bisa tolong diceritakan gejala penyakit bapak?”
D: “ Perut saya di bagian ulu hati rasanya nyeri dan perih.
Selain itu, saya juga merasakan mual dan muntah, mas ?”
A: “Gejalanya muncul sejak kapan, pak?”
D: “Baru saja mas sekitar 3 jam yang lalu”.
A: “Sebelumnya, apa bapak sudah minum obat?”
D: “Belum mas, karena kalau dimasukan makanan rasanya perih di
perut. Tadi saya hanya minum air putih saja”.
A: “Berarti bapak belum berkonsultasi ke dokter, ya?
D: “iya, mas”.
A: “ Apa bapak punya riwayat penyakit yang diderita?”
D: “ Nggak ada mas, saya nggak punya riwayat penyakit. Ini
juga baru pertama kali saya merasakan penyakit ini?”
A: “Bisa minta tolong diceritakan pak, aktivitas bapak
beberapa hari terakhir ini?”
D: “Saat ini saya sedang ditugaskan dari perusahaan untuk
mempersiapkan launching produk baru, mas. Jadi, akhir-akhir
ini saya sering begadang untuk mengejar target perusahaan.
Terkadang saya juga lupa makan karena banyaknya pekerjaan
yang harus diselesaikan. Saya capek dan pusing mas, memikirkan
tugas saya yang banyak dan dikejar deadline.”
A: “Apa bapak sering minum kopi?’
D: “ oiya tentu mas, saya sangat suka minum kopi dan merokok.”
A: “Saat ini, apakah bapak sedang mengkonsumsi obat, herbal
atau suplemen?
D: “nggak, mas”.
A: “Menurut saya, penyakit bapak ini ada hubungannya dengan
aktivitas bapak akhir-akhir ini”. Kemungkinan bapak mengalami
peradangan di lambung akibat bapak mengalami stres dengan
beban tugas bapak. Selain itu, bapak sering lupa makan dan
kebiasaan bapak minum kopi dan merokok. Tapi tidak perlu
khawatir pak, asal bapak minum obat dan merubah gaya hidup,
insyaallah bisa sembuh.”
D: “Trus, saya harus bagaimana mas?”
A: “Tunggu sebentar pak, saya ambilkan obatnya (Apoteker
menyuruh asisten apoteker untuk mengambilkan antasida (ex:
promag) dan metoklopropamid)”.
A: “Ini pak obatnya, yang warna hijau ini diminum 3x sehari 1
tablet 1-2 jam setelah makan. Untuk obat ini dikunyah terlebih
dahulu dimulut, rasanya tidak pahit, pak. Sedangkan obat yang
satunya untuk mual dan muntah diminum 3x sehari 1 tablet ½ jam
sebelum makan”. Apabila sudah tidak merasakan sakit lagi,
obatnya tidak perlu diminum lagi”. Saat menggunakan obat ini
bapak jangan berkendara dan menyalakan mesin karena obat ini
menyebabkan kantuk. Bisa minta tolong bapak untuk mengulangi
aturan pakai obat?”
D: “iya, mas. Obat yang warnanya hijau diminum 3x sehari 1
tablet 1-2 jam sesudah makan dan obatnya dikunyah. Kalau yang
satunya lagi diminum 3x sehari ½ jam sebelum makan.”
A: “ Apabila dalam 3 hari penyakit bapak belum sembuh, saya
sarankan bapak berkonsultasi ke dokter untuk pemeriksaan lebih
lanjut.”
D:” Oiya, mas”.
A: “Untuk mempercepat penyembuhan, selama pengobatan bapak
harus mengurangi minum kopi dan kebiasaan merokok dan akan
lebih baik jika bisa dihentikan. Selain itu, bapak juga harus
teratur waktu makannya, mengurangi makanan yang asam dan pedas
serta mengurangi stres. Bapak juga bisa membuat jus dari
kombinasi es batu , pisang, yogurt dan sedikit serbuk jahe
untuk membantu memelihara kesehatan lambung bapak.”
D: “Terimakasih mas, sarannya. Saya akan mengikutinya”.
A: “ Ada lagi yang bisa saya bantu?’
D: “sudah cukup”
A: “Terimakasih pak, atas kesediaan waktunya untuk
berkonsultasi. Apabila ada kesulitan atau kendala selama
pemakaian obat bisa menghubungi ke nomer saya (0274) 556123.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Kochhar, Malkit Nagi and Rajbir Sachdev, J. Hum. Ecol.,
2006,19(3): 195-199
Anonim, 2011, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 11.
Jakarta. Penerbit PT. Info Master.
G. Suresh, A. K. Shethi & P. V. Salimath, Plant Foods for
Human Nutrition, 2005, 60: 87-91.
Setiawati dan Arini. 1992. Farmakologi dan Penggunaan Terapi
Obat-obat Sitoproteksi. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta:
EGC. No. 79. 29-35
M.E. Abdelgani, E.A.E. Elsheikh, N.O. Mukhtarb, 1999, Food
Chemistry, 64,289-293