MAKALAH DEMOKRASI NEGARA KONSTITUSI

31
DEMOKRASI, NEGARA DAN KONSTITUSI DEMOKRASI A.Pengertian Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatunegara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk di jalankan oleh pemerintah negara tersebut.Istilah demokrasi berasal dari kata Demos yang artinya rakyat, dan Kratos atau Cratein yang artinya kekuasaan. Demokratisasi dapat di mengerti sebagai proses pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan politik kenegaraan dankemasyarakatan. Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara mengandung pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan Negara,karna kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat.Dari sudut organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas dasar persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat. Secara umum demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana rakyatdiikut sertakan dalam pemerintahan negara serta sebagai penentu keputusan

Transcript of MAKALAH DEMOKRASI NEGARA KONSTITUSI

DEMOKRASI, NEGARA DAN KONSTITUSI

DEMOKRASI

A.Pengertian Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

pemerintahan suatunegara sebagai upaya mewujudkan

kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara

untuk di jalankan oleh pemerintah negara

tersebut.Istilah demokrasi berasal dari kata Demos yang

artinya rakyat, dan Kratos atau Cratein yang artinya

kekuasaan. Demokratisasi dapat di mengerti

sebagai proses pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan

politik kenegaraan dankemasyarakatan.

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara mengandung

pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat

memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai

kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan

Negara,karna kebijakan tersebut menentukan kehidupan

rakyat.Dari sudut organisasi, demokrasi berarti

pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat

sendiri atau atas dasar persetujuan rakyat karena

kedaulatan berada ditangan rakyat.

  Secara umum demokrasi adalah suatu sistem

pemerintahan dimana rakyatdiikut sertakan dalam

pemerintahan negara serta sebagai penentu keputusan

dankebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan

pemerintahan sertasebagai pengontrol terhadap

pelaksanaanya, baik secara langsung oleh rakyatatau

melalui lembaga perwalian.

Menurut Amin Rais demokrasi bisa ditafsirkan

dengan berbagai ragam pengertian. Namun esensinya

adalah tetap, yaitu kedaulatan harus diberikan kepada

rakyat. Lewat demokrasi, juga akan menghindarkan adanya

tiranimayoritas atas minoritas dan juga tirani

minoritas atas mayoritas yang sama-sama bahaya.

Menurut Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16),

demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk

rakyat (Democracy is government of the people, by the people and for

the people). Azas-azas pokok demokrasi dalam suatu

pemerintahan demokratis adalah:

- Pengakuan partisipasi rakyat dalam

pemerintahan, misalnyamelalui pemilihan wakil-

wakil rakyat untuk parlemen secara bebas dan

rahasia.

- Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak

azasi manusia.

Dari semua pendapat di atas dapat diperoleh

kesimpulan bahwa hakekat demokrasi sebagai suatu sistem

bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan

memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di

tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun

pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan beradadi tangan

rakyat mengandung tiga hal:

Pertama: pemerintah dari rakyat (government of the people).

Kedua: pemerintahan oleh rakyat(government by people). 

Ketiga: pemerintahan untuk rakyat(government for people).

B.Demokrasi di Indonesia

1) Ciri-ciri Pemerintahan Demokratis

Sebuah Negara bisa di sebut sebagai Negara

demokrasi manakala memiliki sejumlah ciri-ciri. ciri-

ciri itu sering disebut sebagai pilar demokrasi. Adapun

cirri-ciri pemerintahan demokrasi sebagai berikut:

1. Kedaulatan rakyat

Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. Dalam

negara demokrasi, pemilik kedaulatan adalah rakyat

bukan penguasa. Kekuasaan tertinggi ada pada

rakyat.Kekuasaan yang dimiluki oleh penguasa berasal

dari rakyat.

2. Pemerintahan didasarkan pada persetujuan rakyat

Prinsip ini menghendaki adanya pengawasan

rakyat terhadap pemerintahan. Dalam hal ini, penguasa

negara tidak bisa dan tidak boleh menjalankan

kehidupan negara berdasarkan kemauannya sendiri.

3. Pemerintahan mayoritas dan perlindungan hak-hak

minoritas

Prinsip ini menghendaki adanya keadilan dalam

keputusan. Keputusan yang sesuai dengan kehendak

rakyat. Dalam kenyataan, kehendak rakyat bias berbeda-

beda, tidak sama. Dalam hal demikian, keputusan diambil

sesuai kehendak mayoritas rakyat. Namun, keputusan

tersebut harus menghormati hak-hak minoritas.

4. Jaminan hak-hak asasi manusia

Prinsip ini menghendaki adanya jaminan hak-hak

asasi. Jaminan tersebut dinyatakan dalam konstitusi.

Jaminan hak asasi itu sekurang-kurangnya meliputi hak-

hak dasar.Hak-hak tersebut meliputi Hak mengemukakan

pendapat, berekspresi, dan pers bebas, Hak beragama,

Hak hidup, hak berserikat dan berkumpul, Hak persamaan

perlindungan hukum, Hak atas proses peradilan yang

bebas.

5. Pemilu yang bebas dan adil

Prinsip ini menghendaki adanya pergantian pimpinan

pemerintahan secara damai dan teratur. Hal ini penting

untuk menjaga agar kedaulatan rakyat tidak

diselewengkan. Untuk itu diselenggarakan pemilu.

6. Persamaan di depan hukum

Prinsip ini menghendaki adanya persamaan politik.

Maksudnya, secarahukum setiap warga Negara mempunyai

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses

pembuatan keputusan politik. Jadi, siapa saja memiliki

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Itu

berarti tidak boleh ada diskriminasi, entah berdasarkan

suku, ras, agama, antar golongan maupun jenis kelami

7. Perlindungan hukum

Prinsip ini menghendaki adanya perlindungan hukum

warga Negara daritindakan sewenang-wenang oleh negara.

8. Pemerintahan di batasi oleh konstitusi

Prinsip ini menghendaki adanya pembatasan

kekuasaan pemerintah melalui hukum. Pembatasan itu di

tuangkan dalam konstitusi. Selanjutnya konstitusi itu

menjadi dasar penyelenggaraan negara yang harus di

patuhi oleh pemerintah. Itulah sebabnya pemerintahan

demokrasi sering di sebut “demokrasi konstitusional”

dengan demikian, pemerintahan demokrasi dijalankan

sesuai prinsip supremasi hukum (rule of law). Itu

berarti kebijakan negara harus didasarkan pada hukum.

9. Penghargaan pada keberagaman

Prinsip ini menghendaki agar tiap-tiap kelompok

sosial budaya, ekonomi, ataupun politik diakui dan

dijamin keberadaannya. Masing-masing kelompok memiliki

hak dan kewajiban yang sama untuk berpartisipasi

dalam penyelenggaraan kehidupan negara.

10. Penghargaan terhadap nilai-nilai demokrasi

Prinsip ini menghendaki agar kehidupan negara

senantiasa diwarnai oleh toleransi, kemanfaatan,

kerjasama dan konsesus. Tolenrasi berarti kesedian

untuk menahan diri, bersikap sabar, membiarkan dan

berhati lapang terhadap orang-orang yang berpandangan

berbeda. Kemanfaatan berarti demokrasi haruslah

mendatangkan manfaat konkret, yaitu perbaikan kehidupan

rakyat, kerjasama berarti semua pihak bersedia untuk

menyumbangkan kemampuan terbaiknya dalam mewujudkan

cita-cita bersama. Kompromi berarti ada komitmen untuk

mencari titik temu di antara berbagai macam pandangan

dan perbedaan pendapat guna mencari pemecahan untuk

kebaikan bersama.

2) Macam-macam Demokrasi

Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak

rakyat:

1) Demokrasi langsung

Dipraktikkan di negara-negara kota (polis, city state)

pada zaman Yunani Kuno. Pada masa itu, seluruh rakyat

dapat menyampaikan aspirasi dan pandangannya secara

langsung. Dengan demikian, pemerintah dapat mengetahui

aspirasi dan persoalan-persoalan yang sebenarnya

dihadapi masyarakat. Namun dalam zaman modern,

demokrasi langsung sulit dilaksanakan karena:

a. Sulitnya mencari tempat yang dapat menampung

seluruh rakyat sekaligus dalam membicarakan suatu

urusan.

b. Tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan

negara yang semakin rumit dan kompleks.

c. Musyawarah tidak akan efektif sehingga sulit

menghasilkan keputusan yang baik.

2) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan

Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung)

yang dalam menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih

wakil-wakil mereka untuk duduk dalam parlemen. Aspirasi

rakyat disampaikan melalui wakil-wakil mereka

dalam parlemen. Tipe demokrasi perwakilan berlainan

menurut konstitusi negara masing-masing.Sistem

pemilihan ada dua macam yaitu pemilihan secara langsung

dan pemilihan bertingkat. Pada pemilihan secara

langsung, setiap warga negara yang berhak secara

langsung memilih orang-orang yang akan duduk di

parlemen.Sementara itu, pada pemilihan bertingkat, yang

dipilih rakyat adalah orang-orangdi lingkungan mereka

sendiri, kemudian orang-orang yang terpilih itu memilih

anggota-anggota parlemen.

3)Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum

Dalam sistem demokrasi ini rakyat memilih

para wakil mereka untuk duduk di parlemen, tetapi

parlemen tetap dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan

sistem referendum (pemungutan suara untuk mengetahui

kehendak rakyat secara langsung). Sistem ini digunakan

di salah satu negara bagian Swiss yang disebut Kanton

 

Demokrasi ditinjau dari titik berat perhatiannya

a. Demokrasi Formal

Demokrasi formal menjunjung tinggi persamaan

dalam bidang politiktanpa disertai upaya

untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan

rakyatdalam bidang ekonomi. Dalam sistem demokrasi yang

demikian, semua orangdianggap memiliki derajat dan hak

yang sama. Namun, karena kesamaan itu, penerapan azas

free fight competition (persaingan bebas) dalam bidang

ekonomi menyebabkan kesenjangan antara golongan kaya

dan golongan miskin kianlebar, kepentingan umum pun

diabaikan.Demokrasi formal/ liberal sering pula disebut

demokrasi Barat karena pada umumnya dipraktikkan oleh

negara-negara Barat. Kaum komunis bahkan menyebutnya

demokrasi kapitalis karena dalam pelaksanaannya kaum

kapitalis selalu dimenangkan oleh pengaruh uang (money

politics) yang menguasai opini masyarakat (public opinion).

b. Demokrasi Material

Demokrasi material menitik beratkan upaya-upaya

menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi sehingga

persamaan dalam persamaan hak dalam bidang politik

kurang diperhatikan, bahkan mudah dihilangkan. Untuk

mengurangi perbedaan dalam bidang ekonomi, partai

penguasa (sebagai representasi kekuasaan negara) akan

menjadikan segala sesuatu sebagai milik negara. Hak

milik pribadi tidak diakui. Maka, demi persamaan dalam

bidang ekonomi, kebebasan dan hak-hak azasi manusia di

bidang politik diabaikan.Demokrasi material menimbulkan

perkosaan rohani dan spiritual. Demokrasi ini sering

disebut demokrasi Timur karena berkembang dinegara-

negara sosialis/ komunis di Timur, seperti Rusia,

Cekoslowakia, Polandiadan Hongaria dengan ciri-ciri:

a. sistem satu (mono) partai, yaitu partai komunis

(di Rusia).

b. sistem otoriter, yaitu otoritas penguasa dapat

dipaksakan kepada rakyat

c. sistem perangkapan pimpinan, yaitu pemimpin partai

merangkap sebagai pemimpin negara/ pemerintahan.

d. sistem pemusatan kekuasaan di tangan penguasa

tertinggi dalamnegara.

c. Demokrasi Gabungan

Demokrasi ini mengambil kebaikan dan membuang keburukan

demokrasi formal dan material. Persamaan derajat dan

hak setiap orang tetap diakui, tetapidi perlukan

pembatasan untuk mewujudkan kesejahteraan

seluruh rakyat. Pelaksanaan demokrasi ini bergantung

pada ideologi negara masing-masing sejauh tidak secara

jelas kecenderungannya kepada demokrasi liberal atau

demokrasi rakyat.

Demokrasi di tinjau dari prinsip ideologinya

a. Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal)

Demokrasi yang di dasari dan di jiwai oleh pandangan

liberalisme yaitu suatu paham yang menentukan pada

kebebasan individu yang sangat luas dan longgar tanpa

mengabaikan kepentingan umum. 

b. Demokrasi rakyat (demokrasi komunis)

Di namakan demokrasi proletar, yang di dasari dan di

jiwai paham marxisme-komunisme. Demokrasi rakyat

mencita-citakan kehidupan yang tidak mengenal kelas

sosial dan masyarakat ideal.

3) Prinsip-prinsip Demokrasi

a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusanpolitik. 

b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warganegara.

c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yangdiakui dan dipakaioleh para warga negara.

d. Penghormatan terhadap supremasi hukum.

Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas

rule of law, antara lain sebagai berikut :

a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang. 

b. Kedudukan yang sama dalam hukum.

c. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang.

4) Trias Politica

Indonesia menganut paham Trias Politica (legislatif,

eksekutif, yudikatif) yang membagi kekuasaan politik

negara menjadi tiga. Trias Politika di wujukan dalam

tiga lembaga negara yang saling lepas (independen) dan

berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain,

saling mengawasi dan saling mengontrol.

1. Legislatif

Lembaga legislatif di Indonesia yaitu DPR untuk pusat

dan DPRD untuk tingkat provinsi dan kabupaten / kota

ditambah DPD sebagai perwakilan daerah. DPR-RI memiliki

tugas diantaranya membentuk undang-undang dan melakukan

pengawasan (supervisi) terhadap penggunaan APBN.

2.Eksekutif

Kekuasaan eksekutif dalam suatu negara ialah merupakan

kekuasaan dimana dijalankannya segala kebijakan-

kebijakan yang telah ditetapkan badan legislatif dan

menyelenggarakan undang-undang yang telah diciptakan

oleh badan legislatif.

3. Yudikatif

Badan Yudikatif berfungsi menyelenggarakan kekuasaan

kehakiman. Di Indonesia, kini dikenal adanya 3 badan

yang berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan

tersebut. Badan-badan itu adalah Mahkamah Agung,

Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.

5) Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari

Pelaksanaan Demokrasi yang pernah ada di Indonesia.

Pelaksanaan demokrasi di indonesia dapat dibagi menjadi

beberapa periodesasi antara lain :

1) Periode 1945-1959 demokrasi pada masa revolusi

(Demokrasi Parlementer)

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan

demokrasi parlementer.Sistem parlementer ini mulai

berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan.

Sistem ini kemudian diperkuat dalam Undang-Undang

Dasar1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar

Sementara (UUDS) 1950.Meskipun ini dapat berjalan

dengan memuaskan di beberapa negara Asia lain.Sistem

ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal

iniditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa.

Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri atas Presiden

sebagai kepala negara konstitusional dan perdana

menteri sebagai kepala pemerintahan.

2) Periode 1959-1965 (Orde Lama)

Demokrasi Terpimpin Pandangan A. Syafi‟i Ma‟arif,

demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan

Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama

Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada ditangannya.

Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi

Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap

nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya

kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak

ada ruang kontrol sosial dan check And balance dari

legislatif terhadap eksekutif.

3) Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila

Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain

presiden sangat mendominasi pemerintahan, terbatasnya

peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis,

dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial

politik.Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru

ditandai oleh; dominannya perananABRI, birokratisasi

dan sentralisasi pengambilan keputusan politik,

pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur

tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan

publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara,

dan inkorporasi lembaga nonpemerintah

4) Periode 1998-sekarang ( Reformasi )

Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden

Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan presiden

kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir.Ing.

B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto disebabkan

karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat

terhadap pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya reformasi

yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan

tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi

demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena

dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi

akan dibangun.

6) Contoh Kebudayaan Demokrasi Dalam Kehidupan

Berbangsa Dan Bernegara

a. Pemilihan umum 

 Pemilihan umum dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.

Mulai tahun 2004, pemilu dilaksanakan untuk memilih

anggota dewan perwakilan rakyat pusat dandaerah serta

pasangan presiden dan wakil presiden. Bagi negara,

pemilu menjadi tonggak pelaksanaan demokrasi. Melalui

pemilu, rakyat melaksanakan haknya untuk memilih wakil

di parlemen serta pemimpin negara. Pelaksanaan pemilu

menunjukkan perilaku demokratis dalam suatu negara.

Melalui pemilu, pelaksanaan pemerintahan dilakukan

dari, oleh, dan untuk rakyat. Setiap warganegara

memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan tanpa

paksaan, tekanan,dan pengaruh pihak lain.

b. Pemilihan kepala daerah 

 Pemilihan kepala daerah (pilkada) menunjukkan

pelaksanaan demokrasimasyarakat di daerah. Pilkada

dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Pilkada

dilaksanakan di daerah provinsi, kabupaten, dan kota.

Pilkada menjadi indikator pelaksanaan kehidupan yang

demokratis di daerah. Dalam pilkada, masyarakat berhak

memiliki pasangan pemimpin daerah sesuaidengan

ketetapan hati masing-masing. Di tingkat provinsi,

rakyat memilihgubernur dan wakil gubernur, di tingkat

kabupaten, rakyat memilih bupati danwakil bupati, di

tingkat kota, rakyat memilih wali kota dan wakil wali

kota..

c. Kebebasan pers 

 Pers menjadi salah satu pilar demokrasi. Pers

diharapkan mampu menjadi penyeimbang dalam proses

demokratisasi. Pers perlu memperoleh kebebasanagar

mampu melaksanakan perannya. Pers yang dilindungi

kebebasannya adalah pers yang bertanggung jawab dan

konstruktif.

d. Pluralisme dan Hukum

 Pluralisme menunjukkan keberagaman suatu bangsa.

Perilaku demokratis ditunjukkan dengan adanya

penghargaan terhadap keberagaman. Pluralismeharus

dijamin oleh negara. Tidak ada pembeda antara kelompok

mayoritasmaupun minoritas. Semua suku, agama, ras, dan

golongan memiliki hak dan kewajiban yang sama di

berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam kesetaraan

hukum. Semua warganegara memiliki kedudukan yang sama

di depan hukum Penerapan hukum didasarkan pada fakta

hukum dengan dilandasi norma hukum yang berlaku.

NEGARA DAN KONSTITUSI

A.      PENGERTIAN NEGARA DAN KONSTITUSI

1.  Pengertian Negara

Negara merupakan suatu organisasi di antara

sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang secara

bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan

mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata

tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa

kelompok manusia yang ada di wilayahnya. Secara umum

negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama

yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki

pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut

campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-

organisasi lainnya. Terdapat beberapa elemen yang

berperan dalam membentuk suatu negara, yaitu:

1. Masyarakat / Rakyat

Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang

berkepentingan dalam suksesnya suatu tatanan dalam

pemerintahan.

2. Wilayah

Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu

wilayah. Disamping pentingnya unsur wilayah dengan

batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus

wilayah yang bersangkutan.

3. Pemerintahan

Pemerintahan memiliki kekuasaan atas semua anggota

masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan

berada dalam wilayah negara. Ada empat macam teori

mengenai suatu kedaulatan, Yaitu :

I. Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit)

Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan

atau menganggap kekuasaan pemerintah suatu negara

diberikan oleh Tuhan. Misalnya kerajaan Belanda, Raja

atau ratu secara resmi menamakan dirinya Raja atas

kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia

(Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku

Yuda yang terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”.

II. Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)

Teori kedaulatan Negara (Staats

souvereiniteit)menganggap sebagai suatu axioma yang

tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah

negara, negaralah yang berdaulat. Inilah inti pokok

dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu

negara.

Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht)

menyatakan “kemauan negara adalah memiliki kekuasaan

kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu

Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan

kedaulatan negara sebagai pokok pangkal kekuasaan yang

tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah adalah “alat

negara”.

III. Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)

Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)

menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas

hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku

Die Moderne Staats Idee.

IV. Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit),

Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua

kekuasaan dalam suatu negara didasarkan pada kekuasaan

rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan

apa yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu

perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui

Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara.

4. Pengakuan Internasional (secara de facto maupun

de jure).

Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 4

unsur negara menjadi 5 unsur yaitu rakyat, wilayah,

pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan

Internasional (secara de facto maupun de jure).

2.  Pengertian Konstitusi

Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal

dari kata kerja yaitu “constituer” (Perancis) atau

membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian

konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari

segala peraturan perundang-undangan tentang negara.

Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti

suatu undang-undang yang menjadi dasar dari segala

hukum.

Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu

sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk

menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun

dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam

artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal).

Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik

konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan

politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,

kebijakan dan distibusi maupun alokasi. Konstitusi

memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang

berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi,

yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan

konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini

diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven

Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum

Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat

kebiasaan.

Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata

tertib untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan

konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah

masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama

dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah

konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas

dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.

Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama

deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih

terkait dengan:

1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan

wewenang dan tugasnya masing-masing.

2. Hubungan antar lembaga negara.

3. Hubungan antar lembaga negara (pemerintah) dengan

warga negara (rakyat).

4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.

5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan

tuntutan jaman.

Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam

suatu konstitusi tidak menjamin bahwa konstitusi

tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang

memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam

konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah

penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam

konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang

diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih

baik dibandingkan dengan yang diatur di dalam

konstitusi. Dengan demikian banyak negara yang memiliki

aturan-aturan tertulis di luar konstitusi yang memiliki

kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada

konstitusi.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar

yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau

prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika

negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka

sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika

yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja

yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal

inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent

power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan

sekaligus di atas sistem yang diatur¬nya. Karena itu,

di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang

dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.”

Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan

Parlementer (President Executive and Parliamentary

Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-

Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam

golongan konstitusi Pemerintahan Presidensial maupun

pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam

tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan

presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer.

Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia

menganut sistem konstitusi campuran.

B.       KONSTITUSI

1. Tujuan Dari Konstitusi

Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata

tertib untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan

konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah

masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama

dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah

konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas

dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.

Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama

deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih

terkait dengan:

1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan

wewenang dan tugasnya masing-masing.

2. Hubungan antar lembaga negara

3. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan

warga negara (rakyat).

4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia

5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan

tuntutan jaman.

Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam

suatu konstitusi tidak menjamin bahwa konstitusi

tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang

memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam

konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah

penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam

konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang

diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih

baik dibandingkan dengan yang diatur di dalam

konstitusi.

Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-

aturan tertulis di luar konstitusi yang memiliki

kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada

konstitusi.

Konstitusi selalu terkait dengan paham

konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan

“Consti¬tutionalism is the name given to the trust

which men repose in the power of words eng¬rossed on

parchment to keep a government in order. Untuk tujuan

to keep a government in order itu diperlukan pengaturan

yang sede-mikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan

dalam proses peme¬rintahan dapat dibatasi dan

dikendalikan seba¬gai¬mana mestinya. Gagasan mengatur

dan membatasi kekua-saan ini secara alamiah muncul

karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan

peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat

manusia.

2. Negara Indonesia adalah Negara Hukum

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum bukan

berdasarkan atas kekuasaan belaka terbukti bahwa

pemerintahan dan lembaga- lembaga lainnya dalam

melaksanakan tidakan- tindakan apa pun harus dilandasi

oleh peraturan hukum atau dapat dipertanggung jawabkan

secara hukum. Disamping akan tampak dalam rumusannya

dalam pasal- pasalnya, juga akan menjalankan

pelaksanaan dari pokok- pokok pikiran yang terkandung

dalam pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan oleh cita-

cita hukum dan hukum dasar yang tertulis dengan

landasan negara hukum setiap tindakan Negara haruslah

mempertimbangkan dua kepentingan yaitu kegunaannya dan

hukumnya, agar senantiasa setiap tindakan Negara selalu

memenuhi dua kepentingan tersebut.

Hukum Dasar Tertulis dan tidak Tertulis.

a. Hukum Dasar Tertulis.

Dasar hukum tertulis adalah Undang- undang Dasar yang

menurut sifat dang fungsinya adalah suatu naskah yang

memaparkan kerangka dan tugas- tugas pokok cara kerja

badan- badan tersebut. Undang- undang Dasar bersifat

singkat dan supel. Undang- undang Dasar 1945 hanya

memiliki 37 pasal, adapun pasal- pasalnya hanya memuat

aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini

mengandung makna:

1. Telah cukup jika undang- undang dasar hanya memuat

aturan- aturan pokok.

2. Sifatnya yang supel.

3. Memuat aturan- aturan, norma- norma serta

ketentuan- ketentuan yang harus dilaksanakan

secara konstitusional

4. Undang- undang Dasar 1945 merupakan peraturan

hukum positif tertinggi.

b. Hukum Dasar yang tidak Tertulis.

Aturan- aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam

penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis. Hukum

dasar tidak tertulis mempunyai sifat- sifat, yaitu:

1. Merupakan kebiasaan berulang kali dalam

penyelenggaraan Negara

2. Tidak bertentangan dengan undang- undang dasar dan

berjalan sejajar

3. Diterima oleh seluruh rakyat

4. Bersifat sebagai pelengkap

3. Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 hasil

Amandemen 2002.

Sistem pemerintahan di Indonesia sebelum dilakukan

amandemen dijelaskan secara terperinci dan sistematis

dalam undang- undang dasar 1945. Sistem pemerintahan

Negara Indonesia ini dibagi atas tujuh yang secara

sistematis merupakan pertanggung jawaban kedaulatan

rakyat oleh karena itusistem Negara ini dikenal dengan

tujuh kunci pokok system pemerintahan, walaupun tujuh

kunci pokok menurut penjelasan tidak lagi merupakan

dasar yudiris, namun mengalami perubahan.

C.      HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN KONSTITUSI

Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir

merupakan usaha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar

negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya

dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi)

Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan

UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan

konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar Negara

D. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI

INDONESIASeperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa

Indonesia, Pancasila merupakan filosofische grondslag

dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa

lalu timbul suatu permasalahan yang mengakibatkan

Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan

suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung

menjadi idiologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya

anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar

konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental

negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori

Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Teori Hans Kelsen yang

mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum

dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum

(stufentheorie). Salah seorang tokoh yang mengembangkan

teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans

Nawiasky. Teori Nawiaky disebut dengan theorie von

stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma menurut

teori tersebut adalah:

1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm);

2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);

3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan

4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom

(verordnung en autonome satzung).

Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar

bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar

(staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari

suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi

berlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada

terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara.

Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S.

Attamimi memban-dingkannya dengan teori Kelsen dan

menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia.

Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum

Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky.

Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum

Indonesia adalah:

1) Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD

1945).

2) Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR,

dan Konvensi Ketatanegaraan.

3) Formell gesetz: Undang-Undang.

4) Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis

mulai dari Peraturan Pemerintah hingga Keputusan

Bupati atau Walikota.

Penempatan pancasila sebagai suatu

Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama kali oleh

Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum

positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila,

serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.

Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai

Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum,

penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan

dari nilai-nilai Pancasila.

Dengan menempatkan pancasila sebagi

Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan pancasila berada

di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk

dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas

konstitusi.

Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah,

apakah pancasila merupakan staatsfundamentalnorm atau

merupakan bagian dari konstitusi?

Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara

sebagai Philosofische grondslag sebagai fondamen,

filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya

akan didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga

menyebutnya dengan istilah Weltanschauung atau

pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima

asas.

Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno

sebagai Philosofische grondslag ataupun Weltanschauung,

maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu

Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut

dengan Pembukaan UUD 1945, yang merupakan Philosofische

grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh

nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD

1945 adalah dasar negara Indonesia, termasuk di

dalamnya Pancasila.