MAKALAH DEMOKRASI NEGARA KONSTITUSI
Transcript of MAKALAH DEMOKRASI NEGARA KONSTITUSI
DEMOKRASI, NEGARA DAN KONSTITUSI
DEMOKRASI
A.Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatunegara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara
untuk di jalankan oleh pemerintah negara
tersebut.Istilah demokrasi berasal dari kata Demos yang
artinya rakyat, dan Kratos atau Cratein yang artinya
kekuasaan. Demokratisasi dapat di mengerti
sebagai proses pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan
politik kenegaraan dankemasyarakatan.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara mengandung
pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat
memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan
Negara,karna kebijakan tersebut menentukan kehidupan
rakyat.Dari sudut organisasi, demokrasi berarti
pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat
sendiri atau atas dasar persetujuan rakyat karena
kedaulatan berada ditangan rakyat.
Secara umum demokrasi adalah suatu sistem
pemerintahan dimana rakyatdiikut sertakan dalam
pemerintahan negara serta sebagai penentu keputusan
dankebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan
pemerintahan sertasebagai pengontrol terhadap
pelaksanaanya, baik secara langsung oleh rakyatatau
melalui lembaga perwalian.
Menurut Amin Rais demokrasi bisa ditafsirkan
dengan berbagai ragam pengertian. Namun esensinya
adalah tetap, yaitu kedaulatan harus diberikan kepada
rakyat. Lewat demokrasi, juga akan menghindarkan adanya
tiranimayoritas atas minoritas dan juga tirani
minoritas atas mayoritas yang sama-sama bahaya.
Menurut Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16),
demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk
rakyat (Democracy is government of the people, by the people and for
the people). Azas-azas pokok demokrasi dalam suatu
pemerintahan demokratis adalah:
- Pengakuan partisipasi rakyat dalam
pemerintahan, misalnyamelalui pemilihan wakil-
wakil rakyat untuk parlemen secara bebas dan
rahasia.
- Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak
azasi manusia.
Dari semua pendapat di atas dapat diperoleh
kesimpulan bahwa hakekat demokrasi sebagai suatu sistem
bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di
tangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun
pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan beradadi tangan
rakyat mengandung tiga hal:
Pertama: pemerintah dari rakyat (government of the people).
Kedua: pemerintahan oleh rakyat(government by people).
Ketiga: pemerintahan untuk rakyat(government for people).
B.Demokrasi di Indonesia
1) Ciri-ciri Pemerintahan Demokratis
Sebuah Negara bisa di sebut sebagai Negara
demokrasi manakala memiliki sejumlah ciri-ciri. ciri-
ciri itu sering disebut sebagai pilar demokrasi. Adapun
cirri-ciri pemerintahan demokrasi sebagai berikut:
1. Kedaulatan rakyat
Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. Dalam
negara demokrasi, pemilik kedaulatan adalah rakyat
bukan penguasa. Kekuasaan tertinggi ada pada
rakyat.Kekuasaan yang dimiluki oleh penguasa berasal
dari rakyat.
2. Pemerintahan didasarkan pada persetujuan rakyat
Prinsip ini menghendaki adanya pengawasan
rakyat terhadap pemerintahan. Dalam hal ini, penguasa
negara tidak bisa dan tidak boleh menjalankan
kehidupan negara berdasarkan kemauannya sendiri.
3. Pemerintahan mayoritas dan perlindungan hak-hak
minoritas
Prinsip ini menghendaki adanya keadilan dalam
keputusan. Keputusan yang sesuai dengan kehendak
rakyat. Dalam kenyataan, kehendak rakyat bias berbeda-
beda, tidak sama. Dalam hal demikian, keputusan diambil
sesuai kehendak mayoritas rakyat. Namun, keputusan
tersebut harus menghormati hak-hak minoritas.
4. Jaminan hak-hak asasi manusia
Prinsip ini menghendaki adanya jaminan hak-hak
asasi. Jaminan tersebut dinyatakan dalam konstitusi.
Jaminan hak asasi itu sekurang-kurangnya meliputi hak-
hak dasar.Hak-hak tersebut meliputi Hak mengemukakan
pendapat, berekspresi, dan pers bebas, Hak beragama,
Hak hidup, hak berserikat dan berkumpul, Hak persamaan
perlindungan hukum, Hak atas proses peradilan yang
bebas.
5. Pemilu yang bebas dan adil
Prinsip ini menghendaki adanya pergantian pimpinan
pemerintahan secara damai dan teratur. Hal ini penting
untuk menjaga agar kedaulatan rakyat tidak
diselewengkan. Untuk itu diselenggarakan pemilu.
6. Persamaan di depan hukum
Prinsip ini menghendaki adanya persamaan politik.
Maksudnya, secarahukum setiap warga Negara mempunyai
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Jadi, siapa saja memiliki
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Itu
berarti tidak boleh ada diskriminasi, entah berdasarkan
suku, ras, agama, antar golongan maupun jenis kelami
7. Perlindungan hukum
Prinsip ini menghendaki adanya perlindungan hukum
warga Negara daritindakan sewenang-wenang oleh negara.
8. Pemerintahan di batasi oleh konstitusi
Prinsip ini menghendaki adanya pembatasan
kekuasaan pemerintah melalui hukum. Pembatasan itu di
tuangkan dalam konstitusi. Selanjutnya konstitusi itu
menjadi dasar penyelenggaraan negara yang harus di
patuhi oleh pemerintah. Itulah sebabnya pemerintahan
demokrasi sering di sebut “demokrasi konstitusional”
dengan demikian, pemerintahan demokrasi dijalankan
sesuai prinsip supremasi hukum (rule of law). Itu
berarti kebijakan negara harus didasarkan pada hukum.
9. Penghargaan pada keberagaman
Prinsip ini menghendaki agar tiap-tiap kelompok
sosial budaya, ekonomi, ataupun politik diakui dan
dijamin keberadaannya. Masing-masing kelompok memiliki
hak dan kewajiban yang sama untuk berpartisipasi
dalam penyelenggaraan kehidupan negara.
10. Penghargaan terhadap nilai-nilai demokrasi
Prinsip ini menghendaki agar kehidupan negara
senantiasa diwarnai oleh toleransi, kemanfaatan,
kerjasama dan konsesus. Tolenrasi berarti kesedian
untuk menahan diri, bersikap sabar, membiarkan dan
berhati lapang terhadap orang-orang yang berpandangan
berbeda. Kemanfaatan berarti demokrasi haruslah
mendatangkan manfaat konkret, yaitu perbaikan kehidupan
rakyat, kerjasama berarti semua pihak bersedia untuk
menyumbangkan kemampuan terbaiknya dalam mewujudkan
cita-cita bersama. Kompromi berarti ada komitmen untuk
mencari titik temu di antara berbagai macam pandangan
dan perbedaan pendapat guna mencari pemecahan untuk
kebaikan bersama.
2) Macam-macam Demokrasi
Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak
rakyat:
1) Demokrasi langsung
Dipraktikkan di negara-negara kota (polis, city state)
pada zaman Yunani Kuno. Pada masa itu, seluruh rakyat
dapat menyampaikan aspirasi dan pandangannya secara
langsung. Dengan demikian, pemerintah dapat mengetahui
aspirasi dan persoalan-persoalan yang sebenarnya
dihadapi masyarakat. Namun dalam zaman modern,
demokrasi langsung sulit dilaksanakan karena:
a. Sulitnya mencari tempat yang dapat menampung
seluruh rakyat sekaligus dalam membicarakan suatu
urusan.
b. Tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan
negara yang semakin rumit dan kompleks.
c. Musyawarah tidak akan efektif sehingga sulit
menghasilkan keputusan yang baik.
2) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung)
yang dalam menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih
wakil-wakil mereka untuk duduk dalam parlemen. Aspirasi
rakyat disampaikan melalui wakil-wakil mereka
dalam parlemen. Tipe demokrasi perwakilan berlainan
menurut konstitusi negara masing-masing.Sistem
pemilihan ada dua macam yaitu pemilihan secara langsung
dan pemilihan bertingkat. Pada pemilihan secara
langsung, setiap warga negara yang berhak secara
langsung memilih orang-orang yang akan duduk di
parlemen.Sementara itu, pada pemilihan bertingkat, yang
dipilih rakyat adalah orang-orangdi lingkungan mereka
sendiri, kemudian orang-orang yang terpilih itu memilih
anggota-anggota parlemen.
3)Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum
Dalam sistem demokrasi ini rakyat memilih
para wakil mereka untuk duduk di parlemen, tetapi
parlemen tetap dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan
sistem referendum (pemungutan suara untuk mengetahui
kehendak rakyat secara langsung). Sistem ini digunakan
di salah satu negara bagian Swiss yang disebut Kanton
Demokrasi ditinjau dari titik berat perhatiannya
a. Demokrasi Formal
Demokrasi formal menjunjung tinggi persamaan
dalam bidang politiktanpa disertai upaya
untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan
rakyatdalam bidang ekonomi. Dalam sistem demokrasi yang
demikian, semua orangdianggap memiliki derajat dan hak
yang sama. Namun, karena kesamaan itu, penerapan azas
free fight competition (persaingan bebas) dalam bidang
ekonomi menyebabkan kesenjangan antara golongan kaya
dan golongan miskin kianlebar, kepentingan umum pun
diabaikan.Demokrasi formal/ liberal sering pula disebut
demokrasi Barat karena pada umumnya dipraktikkan oleh
negara-negara Barat. Kaum komunis bahkan menyebutnya
demokrasi kapitalis karena dalam pelaksanaannya kaum
kapitalis selalu dimenangkan oleh pengaruh uang (money
politics) yang menguasai opini masyarakat (public opinion).
b. Demokrasi Material
Demokrasi material menitik beratkan upaya-upaya
menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi sehingga
persamaan dalam persamaan hak dalam bidang politik
kurang diperhatikan, bahkan mudah dihilangkan. Untuk
mengurangi perbedaan dalam bidang ekonomi, partai
penguasa (sebagai representasi kekuasaan negara) akan
menjadikan segala sesuatu sebagai milik negara. Hak
milik pribadi tidak diakui. Maka, demi persamaan dalam
bidang ekonomi, kebebasan dan hak-hak azasi manusia di
bidang politik diabaikan.Demokrasi material menimbulkan
perkosaan rohani dan spiritual. Demokrasi ini sering
disebut demokrasi Timur karena berkembang dinegara-
negara sosialis/ komunis di Timur, seperti Rusia,
Cekoslowakia, Polandiadan Hongaria dengan ciri-ciri:
a. sistem satu (mono) partai, yaitu partai komunis
(di Rusia).
b. sistem otoriter, yaitu otoritas penguasa dapat
dipaksakan kepada rakyat
c. sistem perangkapan pimpinan, yaitu pemimpin partai
merangkap sebagai pemimpin negara/ pemerintahan.
d. sistem pemusatan kekuasaan di tangan penguasa
tertinggi dalamnegara.
c. Demokrasi Gabungan
Demokrasi ini mengambil kebaikan dan membuang keburukan
demokrasi formal dan material. Persamaan derajat dan
hak setiap orang tetap diakui, tetapidi perlukan
pembatasan untuk mewujudkan kesejahteraan
seluruh rakyat. Pelaksanaan demokrasi ini bergantung
pada ideologi negara masing-masing sejauh tidak secara
jelas kecenderungannya kepada demokrasi liberal atau
demokrasi rakyat.
Demokrasi di tinjau dari prinsip ideologinya
a. Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal)
Demokrasi yang di dasari dan di jiwai oleh pandangan
liberalisme yaitu suatu paham yang menentukan pada
kebebasan individu yang sangat luas dan longgar tanpa
mengabaikan kepentingan umum.
b. Demokrasi rakyat (demokrasi komunis)
Di namakan demokrasi proletar, yang di dasari dan di
jiwai paham marxisme-komunisme. Demokrasi rakyat
mencita-citakan kehidupan yang tidak mengenal kelas
sosial dan masyarakat ideal.
3) Prinsip-prinsip Demokrasi
a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusanpolitik.
b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warganegara.
c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yangdiakui dan dipakaioleh para warga negara.
d. Penghormatan terhadap supremasi hukum.
Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas
rule of law, antara lain sebagai berikut :
a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang.
b. Kedudukan yang sama dalam hukum.
c. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang.
4) Trias Politica
Indonesia menganut paham Trias Politica (legislatif,
eksekutif, yudikatif) yang membagi kekuasaan politik
negara menjadi tiga. Trias Politika di wujukan dalam
tiga lembaga negara yang saling lepas (independen) dan
berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain,
saling mengawasi dan saling mengontrol.
1. Legislatif
Lembaga legislatif di Indonesia yaitu DPR untuk pusat
dan DPRD untuk tingkat provinsi dan kabupaten / kota
ditambah DPD sebagai perwakilan daerah. DPR-RI memiliki
tugas diantaranya membentuk undang-undang dan melakukan
pengawasan (supervisi) terhadap penggunaan APBN.
2.Eksekutif
Kekuasaan eksekutif dalam suatu negara ialah merupakan
kekuasaan dimana dijalankannya segala kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan badan legislatif dan
menyelenggarakan undang-undang yang telah diciptakan
oleh badan legislatif.
3. Yudikatif
Badan Yudikatif berfungsi menyelenggarakan kekuasaan
kehakiman. Di Indonesia, kini dikenal adanya 3 badan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan
tersebut. Badan-badan itu adalah Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.
5) Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari
Pelaksanaan Demokrasi yang pernah ada di Indonesia.
Pelaksanaan demokrasi di indonesia dapat dibagi menjadi
beberapa periodesasi antara lain :
1) Periode 1945-1959 demokrasi pada masa revolusi
(Demokrasi Parlementer)
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan
demokrasi parlementer.Sistem parlementer ini mulai
berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan.
Sistem ini kemudian diperkuat dalam Undang-Undang
Dasar1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950.Meskipun ini dapat berjalan
dengan memuaskan di beberapa negara Asia lain.Sistem
ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal
iniditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa.
Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri atas Presiden
sebagai kepala negara konstitusional dan perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan.
2) Periode 1959-1965 (Orde Lama)
Demokrasi Terpimpin Pandangan A. Syafi‟i Ma‟arif,
demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan
Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama
Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada ditangannya.
Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi
Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap
nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya
kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak
ada ruang kontrol sosial dan check And balance dari
legislatif terhadap eksekutif.
3) Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain
presiden sangat mendominasi pemerintahan, terbatasnya
peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis,
dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial
politik.Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya perananABRI, birokratisasi
dan sentralisasi pengambilan keputusan politik,
pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur
tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara,
dan inkorporasi lembaga nonpemerintah
4) Periode 1998-sekarang ( Reformasi )
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden
Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan presiden
kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir.Ing.
B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto disebabkan
karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat
terhadap pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya reformasi
yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan
tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi
demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena
dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi
akan dibangun.
6) Contoh Kebudayaan Demokrasi Dalam Kehidupan
Berbangsa Dan Bernegara
a. Pemilihan umum
Pemilihan umum dilaksanakan setiap 5 tahun sekali.
Mulai tahun 2004, pemilu dilaksanakan untuk memilih
anggota dewan perwakilan rakyat pusat dandaerah serta
pasangan presiden dan wakil presiden. Bagi negara,
pemilu menjadi tonggak pelaksanaan demokrasi. Melalui
pemilu, rakyat melaksanakan haknya untuk memilih wakil
di parlemen serta pemimpin negara. Pelaksanaan pemilu
menunjukkan perilaku demokratis dalam suatu negara.
Melalui pemilu, pelaksanaan pemerintahan dilakukan
dari, oleh, dan untuk rakyat. Setiap warganegara
memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan tanpa
paksaan, tekanan,dan pengaruh pihak lain.
b. Pemilihan kepala daerah
Pemilihan kepala daerah (pilkada) menunjukkan
pelaksanaan demokrasimasyarakat di daerah. Pilkada
dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Pilkada
dilaksanakan di daerah provinsi, kabupaten, dan kota.
Pilkada menjadi indikator pelaksanaan kehidupan yang
demokratis di daerah. Dalam pilkada, masyarakat berhak
memiliki pasangan pemimpin daerah sesuaidengan
ketetapan hati masing-masing. Di tingkat provinsi,
rakyat memilihgubernur dan wakil gubernur, di tingkat
kabupaten, rakyat memilih bupati danwakil bupati, di
tingkat kota, rakyat memilih wali kota dan wakil wali
kota..
c. Kebebasan pers
Pers menjadi salah satu pilar demokrasi. Pers
diharapkan mampu menjadi penyeimbang dalam proses
demokratisasi. Pers perlu memperoleh kebebasanagar
mampu melaksanakan perannya. Pers yang dilindungi
kebebasannya adalah pers yang bertanggung jawab dan
konstruktif.
d. Pluralisme dan Hukum
Pluralisme menunjukkan keberagaman suatu bangsa.
Perilaku demokratis ditunjukkan dengan adanya
penghargaan terhadap keberagaman. Pluralismeharus
dijamin oleh negara. Tidak ada pembeda antara kelompok
mayoritasmaupun minoritas. Semua suku, agama, ras, dan
golongan memiliki hak dan kewajiban yang sama di
berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam kesetaraan
hukum. Semua warganegara memiliki kedudukan yang sama
di depan hukum Penerapan hukum didasarkan pada fakta
hukum dengan dilandasi norma hukum yang berlaku.
NEGARA DAN KONSTITUSI
A. PENGERTIAN NEGARA DAN KONSTITUSI
1. Pengertian Negara
Negara merupakan suatu organisasi di antara
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang secara
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan
mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata
tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang ada di wilayahnya. Secara umum
negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama
yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki
pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut
campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-
organisasi lainnya. Terdapat beberapa elemen yang
berperan dalam membentuk suatu negara, yaitu:
1. Masyarakat / Rakyat
Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang
berkepentingan dalam suksesnya suatu tatanan dalam
pemerintahan.
2. Wilayah
Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu
wilayah. Disamping pentingnya unsur wilayah dengan
batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus
wilayah yang bersangkutan.
3. Pemerintahan
Pemerintahan memiliki kekuasaan atas semua anggota
masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan
berada dalam wilayah negara. Ada empat macam teori
mengenai suatu kedaulatan, Yaitu :
I. Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit)
Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan
atau menganggap kekuasaan pemerintah suatu negara
diberikan oleh Tuhan. Misalnya kerajaan Belanda, Raja
atau ratu secara resmi menamakan dirinya Raja atas
kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia
(Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku
Yuda yang terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”.
II. Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)
Teori kedaulatan Negara (Staats
souvereiniteit)menganggap sebagai suatu axioma yang
tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah
negara, negaralah yang berdaulat. Inilah inti pokok
dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu
negara.
Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht)
menyatakan “kemauan negara adalah memiliki kekuasaan
kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu
Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan
kedaulatan negara sebagai pokok pangkal kekuasaan yang
tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah adalah “alat
negara”.
III. Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)
Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)
menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas
hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku
Die Moderne Staats Idee.
IV. Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit),
Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua
kekuasaan dalam suatu negara didasarkan pada kekuasaan
rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan
apa yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu
perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui
Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara.
4. Pengakuan Internasional (secara de facto maupun
de jure).
Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 4
unsur negara menjadi 5 unsur yaitu rakyat, wilayah,
pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan
Internasional (secara de facto maupun de jure).
2. Pengertian Konstitusi
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal
dari kata kerja yaitu “constituer” (Perancis) atau
membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian
konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari
segala peraturan perundang-undangan tentang negara.
Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti
suatu undang-undang yang menjadi dasar dari segala
hukum.
Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu
sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk
menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun
dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam
artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal).
Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik
konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan
politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan dan distibusi maupun alokasi. Konstitusi
memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang
berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi,
yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan
konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini
diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven
Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum
Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat
kebiasaan.
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata
tertib untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan
konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah
masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama
dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah
konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas
dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.
Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama
deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih
terkait dengan:
1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan
wewenang dan tugasnya masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga negara.
3. Hubungan antar lembaga negara (pemerintah) dengan
warga negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan
tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam
suatu konstitusi tidak menjamin bahwa konstitusi
tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang
memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam
konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah
penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam
konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang
diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih
baik dibandingkan dengan yang diatur di dalam
konstitusi. Dengan demikian banyak negara yang memiliki
aturan-aturan tertulis di luar konstitusi yang memiliki
kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada
konstitusi.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar
yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau
prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika
negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka
sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika
yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja
yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal
inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent
power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan
sekaligus di atas sistem yang diatur¬nya. Karena itu,
di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang
dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.”
Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan
Parlementer (President Executive and Parliamentary
Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam
golongan konstitusi Pemerintahan Presidensial maupun
pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam
tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan
presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer.
Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia
menganut sistem konstitusi campuran.
B. KONSTITUSI
1. Tujuan Dari Konstitusi
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata
tertib untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan
konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah
masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama
dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah
konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas
dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.
Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama
deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih
terkait dengan:
1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan
wewenang dan tugasnya masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga negara
3. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan
warga negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan
tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam
suatu konstitusi tidak menjamin bahwa konstitusi
tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang
memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam
konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah
penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam
konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang
diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih
baik dibandingkan dengan yang diatur di dalam
konstitusi.
Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-
aturan tertulis di luar konstitusi yang memiliki
kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada
konstitusi.
Konstitusi selalu terkait dengan paham
konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan
“Consti¬tutionalism is the name given to the trust
which men repose in the power of words eng¬rossed on
parchment to keep a government in order. Untuk tujuan
to keep a government in order itu diperlukan pengaturan
yang sede-mikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan
dalam proses peme¬rintahan dapat dibatasi dan
dikendalikan seba¬gai¬mana mestinya. Gagasan mengatur
dan membatasi kekua-saan ini secara alamiah muncul
karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan
peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat
manusia.
2. Negara Indonesia adalah Negara Hukum
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum bukan
berdasarkan atas kekuasaan belaka terbukti bahwa
pemerintahan dan lembaga- lembaga lainnya dalam
melaksanakan tidakan- tindakan apa pun harus dilandasi
oleh peraturan hukum atau dapat dipertanggung jawabkan
secara hukum. Disamping akan tampak dalam rumusannya
dalam pasal- pasalnya, juga akan menjalankan
pelaksanaan dari pokok- pokok pikiran yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan oleh cita-
cita hukum dan hukum dasar yang tertulis dengan
landasan negara hukum setiap tindakan Negara haruslah
mempertimbangkan dua kepentingan yaitu kegunaannya dan
hukumnya, agar senantiasa setiap tindakan Negara selalu
memenuhi dua kepentingan tersebut.
Hukum Dasar Tertulis dan tidak Tertulis.
a. Hukum Dasar Tertulis.
Dasar hukum tertulis adalah Undang- undang Dasar yang
menurut sifat dang fungsinya adalah suatu naskah yang
memaparkan kerangka dan tugas- tugas pokok cara kerja
badan- badan tersebut. Undang- undang Dasar bersifat
singkat dan supel. Undang- undang Dasar 1945 hanya
memiliki 37 pasal, adapun pasal- pasalnya hanya memuat
aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini
mengandung makna:
1. Telah cukup jika undang- undang dasar hanya memuat
aturan- aturan pokok.
2. Sifatnya yang supel.
3. Memuat aturan- aturan, norma- norma serta
ketentuan- ketentuan yang harus dilaksanakan
secara konstitusional
4. Undang- undang Dasar 1945 merupakan peraturan
hukum positif tertinggi.
b. Hukum Dasar yang tidak Tertulis.
Aturan- aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis. Hukum
dasar tidak tertulis mempunyai sifat- sifat, yaitu:
1. Merupakan kebiasaan berulang kali dalam
penyelenggaraan Negara
2. Tidak bertentangan dengan undang- undang dasar dan
berjalan sejajar
3. Diterima oleh seluruh rakyat
4. Bersifat sebagai pelengkap
3. Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 hasil
Amandemen 2002.
Sistem pemerintahan di Indonesia sebelum dilakukan
amandemen dijelaskan secara terperinci dan sistematis
dalam undang- undang dasar 1945. Sistem pemerintahan
Negara Indonesia ini dibagi atas tujuh yang secara
sistematis merupakan pertanggung jawaban kedaulatan
rakyat oleh karena itusistem Negara ini dikenal dengan
tujuh kunci pokok system pemerintahan, walaupun tujuh
kunci pokok menurut penjelasan tidak lagi merupakan
dasar yudiris, namun mengalami perubahan.
C. HUBUNGAN ANTARA NEGARA DAN KONSTITUSI
Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir
merupakan usaha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar
negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya
dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi)
Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan
UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan
konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar Negara
D. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI
INDONESIASeperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa
Indonesia, Pancasila merupakan filosofische grondslag
dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa
lalu timbul suatu permasalahan yang mengakibatkan
Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan
suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung
menjadi idiologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya
anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar
konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental
negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori
Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Teori Hans Kelsen yang
mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum
dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum
(stufentheorie). Salah seorang tokoh yang mengembangkan
teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans
Nawiasky. Teori Nawiaky disebut dengan theorie von
stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma menurut
teori tersebut adalah:
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm);
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz);
3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom
(verordnung en autonome satzung).
Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar
bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar
(staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari
suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi
berlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada
terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara.
Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S.
Attamimi memban-dingkannya dengan teori Kelsen dan
menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia.
Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum
Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky.
Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum
Indonesia adalah:
1) Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD
1945).
2) Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR,
dan Konvensi Ketatanegaraan.
3) Formell gesetz: Undang-Undang.
4) Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis
mulai dari Peraturan Pemerintah hingga Keputusan
Bupati atau Walikota.
Penempatan pancasila sebagai suatu
Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama kali oleh
Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum
positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila,
serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.
Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai
Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum,
penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan
dari nilai-nilai Pancasila.
Dengan menempatkan pancasila sebagi
Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan pancasila berada
di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk
dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas
konstitusi.
Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah,
apakah pancasila merupakan staatsfundamentalnorm atau
merupakan bagian dari konstitusi?
Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara
sebagai Philosofische grondslag sebagai fondamen,
filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya
akan didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga
menyebutnya dengan istilah Weltanschauung atau
pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima
asas.
Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno
sebagai Philosofische grondslag ataupun Weltanschauung,
maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu
Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut
dengan Pembukaan UUD 1945, yang merupakan Philosofische
grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh
nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD
1945 adalah dasar negara Indonesia, termasuk di
dalamnya Pancasila.