DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI, DAN RULE OF LAW

16
DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI Negara-negara modern dewasa ini menggolongkan diri mereka ke dalam demokrasi, yaitu negara yang pemerintahanya dijalankan “ dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”, sekalipun dalam mekanisme pemerintahanya baik yang menyangkut infrastruktur politik maupun suprastruktur politik, berbeda satu dengan yang lain. Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri Sulisto (Indonesia Berpotensi Jadi Kiblat Demokrasi di Asia, 2007), keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan „tangan besi‟. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi. Pengertian Pendidikan Demokrasi Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

Transcript of DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI, DAN RULE OF LAW

DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI

Negara-negara modern dewasa ini menggolongkan diri mereka ke dalam

demokrasi, yaitu negara yang pemerintahanya dijalankan “ dari rakyat, oleh rakyat

dan untuk rakyat”, sekalipun dalam mekanisme pemerintahanya baik yang

menyangkut infrastruktur politik maupun suprastruktur politik, berbeda satu dengan

yang lain.

Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi

di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem

demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri

Sulisto (Indonesia Berpotensi Jadi Kiblat Demokrasi di Asia, 2007), keberhasilan

Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di

kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan

„tangan besi‟. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem

demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi.

Pengertian Pendidikan Demokrasi

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering

terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara

otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang

berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan

umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah

menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

1

Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani

yaitu Demos dan Kratein.Demos berarti rakyat, sedangkan kratein berarti

kekuasaan. Bentuk kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan

kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di

sekolah sesuai dengan kemampuannya. Pengertian demokratik di sini

mencakup arti baik secara horizontal maupun vertikal.

Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak

ada kecualinya, mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati

pendidikan sekolah. Hal ini tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu :

“Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Sementara itu,

demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat kesempatan yang

sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya

sesuai dengan kemampuannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai

gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan

kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam

pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha

pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan

sosial, dan sebagainya). Di kalangan Taman Siswa dianut sikap tutwuri

handayani, suatu sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh

dan berkembang menurut kodratnya.

Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik

agar semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan

nilai-nilai demokrasi, agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang

demokratis.

2

Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan

pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta

perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara

pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengelola pendidikan.

Indonesia sesungguhnya memiliki pengalaman yang kaya akan

pendidikan demokrasi. Menurut Udin S. Winataputra (Winataputra, 2008),

sejak tahun 1945 sampai sekarang instrument perundangan sudah

menempatkan pendidikan demokrasi dan HAM sebagai bagian integral dari

pendidikan nasional. Misalnya, dalam usulan BP KNIP tanggal 29 Desember

1945 dikemukakan bahwa “Pendidikan dan pengajaran harus membimbing

murid-murid menjadi warga negara yang mempunyai rasa tanggung jawab”,

yang kemudian oleh kementrian PPK dirumuskan dalam tujuan pendidikan:

“..untuk mendidik warga negara yang sejati yang bersedia menyumbangkan

tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat” dengan cirri-ciri sebagai

berikut: “Perasaan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa; perasaan cinta kepada

Negara; perasaan cinta kepada bangsa dan kebudayaan; perasaan berhak dan

wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kekuatannya;

keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan

masyarakat; keyakinan bahwa orang yang hidup bermasyarakat harus tunduk

pada tata tertib; keyakinan bahwa pada dasarnya manusia itu sama derajatnya

sehingga sesama anggota masyarakat harus saling menghormati, berdasarkan

rasa keadilan dengan berpegang teguh pada harga diri; dan keyakinan bahwa

Negara memerlukan warga Negara yang rajin bekerja, mengetahui kewajiban,

dan jujur dalam pikiran dan tindakan”. Dari kutipan di atas, dapat dilihat

bahwa semua ide yang terkandung dalam butir-butir rumusan tujuan

pendidikan nasional sesungguhnya merupakan esensi pendidikan demokrasi

dan HAM.

3

Hubungan Pendidikan dan Demokrasi

Dalam perspektif studi cultural, sistem pendidikan merupakan bagian

yang terintegrasi dari sistem budaya, sosial, politik, dan ekonomi sebagai

suatu kebutuhan. Sistem Negara dan pendidikan merupakan sistem yang

terintegrasi dalam sistem kekuasaan. Dalam kaitan ini, terdapat hubungan

yang erat antara pendidikan dan demokrasi yaitu:

1. Pendidikan sebagai sarana perubahan budaya masyarakat

Masalah pendidikan tidak lepas dari kebudayaan suatu masyarakat

dan politik di dalamnya. Proses pendidikan bersifat dinamis yang

menggerakkan dan merubah nilai-nilai suatu masyarakat sesuai dengan

perubahan kehidupan yang ada. Pendidikan dipengaruhi oleh bentuk-

bentuk kebudayaan masyarakat lokal maupun nasional dengan dinamika

yang ditentukan oleh kemampuan-kemampuan pribadi sebagai anggota

masyarakat. Dengan demikian, tanpa pendidikan tidak mungkin suatu

masyarakat dapat merubah budaya dan negaranya ke arah yang lebih baik.

2. Pendidikan sebagai pelaksana kekuasaan negara

System pendidikan dapat merubah gaya hidup suatu masyarakat

karena dapat merubah tingkah laku seseorang dalam berpikir yang lebih

terbuka. Dalam pandangan studi cultural, peran Negara dapat bersifat

positif apabila lembaga-lembaga pendidikan juga mempunyai control

terhadap pelaksanaan kekuasaan Negara. Masyarakat berhak ikut serta

dalam setiap proses pelaksanaan pendidikan sejak pada tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi lembaga pendidikan.

Atas dasar tersebut, pembangunan suatu mayarakat hanya dapat

terjadi apabila masyarakat itu sendiri mempunyai sikap demokratis,

4

kesatuan bangsa atau nasionalisme, dan rasa persatuan. Masyarakat akan

kritis terhadap kebijakan yang dimunculkan oleh penguasa. Dan dari sikap

kritis tersebut akan menjadi benih bagi demokratisasi penyelenggaraan

Negara.

3. Tujuan otonomi pendidikan yang sejalan dengan Negara demokratis

Hakikat pendidikan demokratis sendiri adalah pemerdekaan.

Sedangkan tujuan pendidikan dalam suatu Negara yang demokratis adalah

membebaskan anak bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan berbagai

perbudakan lainnya. Hal ini sejalan dengan tujuan otonomi pendidikan

yang memberdayakan manusia melalui otonomi lembaga-lembaga

pendidikan di masyarakat baik dalam bentuk pendidikan Negara maupun

pendidikan swasta. Eksistensi pendidikan swasta menunjukkan dengan

jelas bahwa antara politik dan pendidikan saling berkaitan. Keterkaitan ini

menandakan bahwa politik tidak lepas dari pendidikan dan demikian pula

pendidikan tidak bisa lepas dari politik.

Seorang tokoh demokrasi dan pendidikan, John Dewey juga

melihat hubungan yang begitu erat antara pendidikan dan demokrasi.

Dewey mengatakan bahwa apabila kita berbicara mengenai demokrasi,

maka kita memasuki wilayah pendidikan. Menurutnya pendidikan

merupakan sarana bagi tumbuh dan berkembangnya sikap demokrasi. Oleh

karena itu pendidikan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari

penyelenggaraan Negara yang demokratis.

Tujuan Pendidikan Demokrasi

Tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga

masyarakat berpikir kritis dan berpikir demokratis. Namun demikian dalam

5

Kaitan dengan pendidikan, persoalan, yang muncul adalah mungkinkah

pendidikan demokrasi dilangsungkan dalam suasana sekolah yang sangat

birokratis, hirairkis-sentralistis dan elitis.

Dengan demikian tampaklah bahwa demokrasi pendidikan merupakan

pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta

perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara

pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengeola pendidikan.

Karena itulah demokrasi pendidikan dalam pengertian yang lebih luas,

patut selalu dianalisis sehingga memberikan manfaat dalam praktek

kehidupan dan pendidikan yang paling tidak mengandung hak-hak sebagai

berikut:

a. Rasa hormat terhadap harkat dan martabat sesama manusia.

Dalam hal ini demokrasi dianggap sebagai pilar pertama untuk

menjamin persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis

kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa.

b. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat.

Dengan acuan prinsip inilah yang melahirkan adanya pandangan

bahwa manusia itu haruslah dididik, karena dengan pendidikanlah

manusia akan berubah dan berkembang kearah yang lebih sehat dan baik

serta sempurna.

c. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama.

Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah berarti dibatasi

oleh kepentingan individu-individu lain, atau dengan kata lain bahwa

seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati kepentingannya.

6

Maka dari itu prinsip demokrasi pendidikan adalah sangat dipengaruhi

oleh konteks dimana pikiran itu ada, sifat dan jenis masyarakat apa yang

melatarbelakangi masalah tersebut. masyarakat agraris berbeda dengan

masyaraklat modern. Masyarakat pedesaan (prosentasi desa lebih besar

daripada kota), akan juga berbeda adanya. Dalam kaitannya dengan prinsip-

prinsip tersebut, ada 3 butir hal-hal sebagai berikut:

1. Keadilan dalam kesempatan belajar bagi semua warga negara, dengan cara

adanya pembuktian kesetiaan pada sistem politik yang ada.

2. Dalam rangka pembentukan pemerintahan nasional dan karakter bangsa

sebagai bangsa yang baik.

3. Suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional dalam rangka prinsip

modernisasi bangsa lewat pendidikan/perencanaan pendidikan.

Pelaksanaan Demokrasi Pendidikan di Indonesia

Demokrasi pendidikan merupakan proses buat memberikan jaminan

dan kepastian adanya persamaan kesempatan buat mendapatkan pendidikan di

dalam masyarakat tertentu.

Pelaksanaan demokrasi pendidikan di Indonesia pada dasarnya telah

dikembangkan sedemikian rupa dengan menganut dan mengembangkan asas

demokrasi dalam pendidikannya, terutama setelah diproklamirkannya

kemerdekaan, hingga sekarang. Pelaksanaan tersebut telah diatur dalam

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti berikut ini:

Pasal 31 UUD 1945;

Ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

Ayat (2): pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.

7

Dengan demikian di negara Indonesia, semua warga negara diberikan

kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan, yang penyelenggaraan

pendidikannya diatur oleh satu undang-undang sistem pendidikan nasional,

dalam hal ini tentu saja UU nomor 2 tahun 1989.

UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Menurut

UU ini, cukup banyak dibicarakan tentang demokrasi pendidikan, terutama yang

berkaitan dengan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan,

misalnya:

Pasal 5; Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan.

Pasal 6; Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya

untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan

dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan,

kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.

Pasal 7; Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan

pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin,

agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan

dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang

bersangkutan.

Pasal 8;

1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak

memperoleh pendidikan luar biasa.

2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

berhak memperoleh perhatian khusus.

3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan (2)

ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pendidikan dapat menjadi salah satu upaya strategis pendemokrasian

bangsa indonesia, khususnya di kalangan generasi muda. pendidikan yang

8

dimaksud adalah model pendidikan yang berorientasi pembangunan karakter

bangsa melalui pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek

pembelajaran melalui cara-cara pebelajaran yang demokratis, partisipatif,

kritis, kreatif, dan menantang aktualisasi diri mereka. Dalam konteks ini,

proses belajar tidak lagi menjadi monopoli dosen maupun guru, tetapi menjadi

milik bersama dan menjadikan proses belajar sebagai wadah untuk dialog dan

belajar bersama.

Pendidikan model ini sangat relevan bagi pengembangan pendidikan

demokraasi, yang biasa dikenas sebagai pendidikan kewargaan (Civic

Education). Sebagai komponen warga negara, pengalaman mahasiswa dan

siswa dalam praktik berdemokrasi di kelas akan sangat berharga bagi proses

transpormasi nilai-nilai demokrasi dan HAM dalam kehidupan sosial.

Kampus dan sekolah dengan demikian dapat berfungsi sebagai laboratorium

dan katalis demokrasi. Tetapi, menjadikan kampus dan sekolah sebagai

tempat pendadaran demokrasi tidak akan maksimal tanpa dukungan

komponen civitas akademika, staf, karyawan, dan pimpinan.

Peran lembaga pendidikan tinggi sangatlah penting dan strategis dalam

proses pengembangan budaya demokrasi di kalangan generasi muda. sejarah

telah membuktikan bahwa mahasiswa adalah tulang punggung gerakan

reformasi. mahasiswa tercatat sebagai kekuasaan genuine dari gerakan

reformasi di indonesia. ketulusan, semangat, dan keberpihakan pada nasib

rakyat dan masa depan indonesia telah menjadikan mahasiswa sebagai agen

perubahan di indonseia yang selalu diperhitungkan dari masa ke masa.

Permasalahan penerapan pendidikan demokrasi

Permasalahn Pendidikan di IndonesiaSalah satu penghambat dalam

pendidikan di Indonesia adalah munculnya beberapa masalah. Padahal

pendidikan merupakan cara yang utama dalam peningkatan mutu SDM

9

Indonesia. Kali ini masalah yang muncul dalam pembahasan makalah

demokrasi pendidikan di Indonesia meliputi :

a. Rendahnya partisipasi masyarakat UUSPN pasal 54 ayat 2 menyatakan

bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta

perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan

organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian

mutu pelayanan pendidikan.Setelah dijelaskan di atas tentang undang-

undang yang menerangkan pentingnya partisipasi masyarakat. Tapi dalam

praktiknya peran masyarakat dalam pendidikan rendah. Misalnya masih

rendahnya pemikiran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, ada

kalanya dalam hal kegiatan sekolah kadang kala orang tua kurang

mendukung dalam kegiatan sekolah tersebut, dan lain-lain.

b. Rendahnya inisiatif kebijakan yang kurang demokratis. Telah dijelaskan

kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan. Kebijakan

Pemerintah ini kurang demokratis dalam hal kurang meratanya

pendidikan. Pemerintah hanya mempertimbangkan potensi pendidikan

secara nasional. Padahal setiap daerah potensi dalam hal pendidikan

berbeda-beda. Masalah ini menimbulkan kurang demokratisnya kebijakan

pemerintah.

c. Tantangan kehidupan global. Lambat laun semua hal mengalami

perkembangan. Salah satunya dalam hal pendidikan. Pendidikan juga

mengalami perkembangan secara global. Buktinya pemerintah kita

menyempurnakan kurikulum yang dulunya hanya menyangkut kognitif

saja. Sekarang terdiri aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Lebih khusus

dalam hal demokrasi pendidikan juga mengalami perkembangan. Tapi hal-

hal yang terkait dalam pendidikan belum mengikuti perkembangan global.

10

Solusi menghadapi permasalahan penerapan pendidikan demokrasi

Usaha Dalam Penyelesaian Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat beberapa

usaha, antara lain sebagai berikut :

a. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan

dan standar kompetensi pendidikan misalnya dengan penyempurnaan

kurikulum, pelaksanaan paradigma pendidikan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan dasar Negara Indonesia yaitu

pancasila yang didalamnya mengandung unsur – unsur pendidikan yang

Berketuhanan, Berkemanusiaan, dan Berbudi pekerti luhur dengan

diterapkannya paradigma ini maka demokrasi pendidikan akan dapat

diwujudkan.

b. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan misalnya kebijakan

pemerintah dengan mencananangkan DANA BOS [bantuan operasional

sekolah] ini sangat bermanfaat untuk perbaikan gedung – gedung sekolah,

menambah media belajar siswa, untuk memperbaiki sarana dan prasarana

pendidikan yang kurang memadai, menambah referensi buku – buku

perpustakaan, membuat laboratorium praktek sesuai standar selain DANA

BOS ada juga beasiswa bagi anak yang orang tuanya kurang mampu

maupun anak yang berprestasi baik, ini sangat membantu kelangsungan

pendidikan mereka.

c. Peningkatan relevansi pendidikan mengandung arti karena ada

ketidakserasian antara hasil pendidikan [output] dengan kebutuhan dunia

kerja. Yang menjadi masalah utama karena ketrampilan yang di miliki

tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Sehingga sekarang banyak berdiri

sekolah – sekolah kejuruan yang mencetak siswa untuk dapat mempunyai

ketrampilan sesuai profesi yang diinginkan.

d. Untuk mengatasi rendahnya kualitas guru pemerintah sekarang

mengeluarkan kebijakan bahwa guru SD minimal harus S1 [strata 1] dan

11

dalam proses belajar mengajar harus sesuai dengan kode etik guru untuk

meminimalisir hal- hal yang tidak diinginkan, serta guru itu tidak hanya

mengajar tetapi harus memberi contoh yang baik dan teladan bagi siswa-

siswinya.

e. Untuk mengatasi rendahnya kesejahteraan guru sekarang pemerintah

menaikkan gaji guru, berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada

gaji, tunjangan profesi dan lain – lain, sehingga dengan meningkatkan

kesejahteraan guru diharapkan guru itu dapat mencintai profesinya dengan

utuh artinya guru itu tidak akan mencari pekerjaan sampingan untuk

menambah penghasilan jadi dapat berkonsentrasi dalam proses pendidikan

khususnya proses belajar mengajar.

RULE OF LAW

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of

Law. Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk

perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan

negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan. Negara Indonesia

pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”, yang sejalan

dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum atau

nomos. Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa

hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi.

Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya

berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum hendaklah

dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan

rakyat atau democratische rechstssaat. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan,

ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka atau

machtsstaat. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada di tangan

rakyat yang dilakukan menurut Undang-Undang Dasar atau constitutional democracy

yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum

12

yang berkedaulatan rakyat atau demokratis (democratische rechtsstaat). (Asshiddiqie,

2005)

Prinsip dasar Rule Of Law

Prinsip-prinsip secara formal (in the formal sense) Rule Of Law tertera dalam

UUD 1945 dan pasal-pasal UUD negara RI tahun 1945. Inti dari Rule Of Law

adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya, khususnya keadilan

sosial. Prinsip-prinsip Rule of Law Secara Formal (UUD 1945)

1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1: 3)

2. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa

kecuali (pasal 27:1)

3. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (pasal 28 D:1)

4. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan

yang adil dan layak dalam hubungan kerja ( pasal 28 D: 2)

Prinsip-prinsip Rule of Law secara Materiil/ Hakiki :

a. Berkaitan erat dengan the enforcement of the Rule of Law

b. Keberhasilan the enforcement of the rule of law tergantung pada

kepribadian nasional masing-masing bangsa (Hartono, 1982)

c. Rule of law mempunyai akar sosial dan akar budaya Eropa (Rahardjo,

2003) (Satdjipto Rahardjo, 2003)

d. Rule of law juga merupakan suatu legalisme, aliran pemikiran hukum,

mengandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antarmanusia,

masyarakat dan negara.

e. Rule of law merupakan suatu legalisme liberal (Rahardjo, 2003).

Hubungan Rule Of Law Dengan Negara

Pelaksanaan Rule of Law di Indonesia seharusnya mempertimbangkan

hal-hal:

13

1. Keberhasilan the enforcement of the rue of law tergantung pada sejarah

dan corak masyarakat hukum dan pada kepribadian masing-masing

bangsa.

2. Rule of Law adalah suatu institusi sosial, memiliki struktur sosiologis dan

akar budaya sendiri

Hubungan Rule Of Law Dengan HAM (Hak Asasi Manusia)

Peerenboom (Peerenboom) menyatakan bahwa yang menjadi

persoalan bukanlah prinsip-prinsip rule of law, tetapi adalah kegagalan untuk

menaati prinsip-prinsip tersebut. Akan tetapi yang jelas menurutnya adalah

bahwa rule of law bukanlah „obat mujarab‟ yang dapat mengobati semua

masalah. Bahwa rule of law saja tidak dapat menyelesaikan masalah.

Peerenboom menyatakan bahwa rule of law hanyalah satu komponen untuk

sebuah masyarakat yang adil. Nilai-nilai yang ada dalam rule of law

dibutuhkan untuk jalan pada nilai-nilai penting lainnya. Dengan demikian rule

of law adalah jalan tetapi bukan „tujuan‟ itu sendiri.

Berkaitan dengan hak asasi manusia sendiri, terutama hak ekonomi,

sosial dan budaya, adalah menarik bahwa Peerenboom menyatakan rule of

law sangat dekat dengan pembangunan ekonomi. Selanjutnya dia menyatakan

bahwa memperhitungkan pentingnya pembangunan ekonomi bagi hak asasi

manusia maka dia menyatakan agar gerakan hak asasi manusia memajukan

pembangunan.

Di sini sangat penting untuk diingat bahwa menurut Peerenboom

sampai sekarang kita gagal untuk memperlakukan kemiskinan sebagai

pelanggaran atas martabat manusia dan dengan demikian hak ekonomi, sosial

dan budaya tidak diperlakukan sama dalam penegakan hukumnya seperti hak

sipil dan politik. Dalam pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya,

menurutnya rule of law saja tidak akan cukup untuk dapat menjamin

pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya tanpa adanya perubahan tata

14

ekonomi global baru dan adanya distribusi sumber alam global yang lebih adil

dan seimbang. Oleh karena itu menurutnya pemenuhan hak ekonomil, sosial

dan budaya juga memerlukan perubahan yang mendasar pada tata ekonomi

dunia. Terakhir yang harus dicatat adalah peringatan Peerenboom tentang

bahaya demokratisasi yang prematur. Menurutnya kemajuan hak asasi

manusia yang signifikan hanya dapat tercapai dalam demokrasi yang

consolidated, sementara demokrasi yang prematur mengandung bahaya yang

justru melemahkan rule of law dan hak asasi manusia terutama pada negara

yang kemudian terjadi kekacauan sosial (social chaos) atau pun perang sipil

(civil war). Hal lain yang penting dikemukakan oleh Peerenboom adalah

bahwa rule of law membutuhkan stabilitas politik, dan negara yang

mempunyai kemampuan untuk membentuk dan menjalankan sistem hukum

yang fungsional. Stabilitas politik saja tidak cukup. Dalam hal ini dibutuhkan

hakim yang kompeten dan peradilan yang bebas dari korupsi.

Pada intinya Peerenboom menyatakan bahwa walaupun rule of law

bukanlah obat mujarab bagi terpenuhinya hak asasi manusia, namun

demikian, adalah benar pelaksanaan rule of law akan menyebakan kemajuan

kulitas hidup dan pada akhirnya terpenuhinya hak asasi manusia.

KESIMPULAN

Pendidikan dan demokrasi dalam kaitannya antara sistem Negara dan

pendidikan merupakan system yang terintegrasi dalam system kekuasaan yang

mempunyai hubungan erat, yaitu pendidikan sebagai sarana perubahan budaya

masyarakat, sebagai pelaksana kekuasaan Negara, dan tujuan otonomi

pendidikan yang sejalan dengan Negara demokratis.

Demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan

persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam

berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga

dengan pengelolaan pendidikan tanpa memandang suku, kebangsaan, agama

15

maupun ras. Juga tidak membedakan antara si kaya dan si miskin, karena setiap

warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan

mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya

yaitu oranr-orang yang jujur tidak memihak dan hanya memikirkan keadilan

tidak terkotori hal yang buruk. Ada tidaknya rule of law pada suatu negara

ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti

perlakuan adil, baik sesame warga Negara maupun pemerintah.

Rule of Law juga mempunyai kaitan erat dengan HAM (Hak Asasi Manusia),

dimana jika pelaksanaan Rule of Law benar akan menyebakan kemajuan kulitas

hidup dan pada akhirnya terpenuhinya hak asasi manusia.

REFERENSI

Asshiddiqie, J. 2005. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press.

Hartono, S. 1982. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Bina Cipta.

Indonesia Berpotensi Jadi Kiblat Demokrasi di Asia. (9 November 2007). Dipetik Maret 8,

2015, dari ANTARANEWS.com: http://www.antaranews.com/berita/83025/indonesia-

berpotensi-jadi-kiblat-demokrasi-di-asia

Peerenboom, R. P. Human rights and Rule of Law: Whatist the Relationship. Dipetik Maret 8,

2015, dari Scholarship Repository, University of California:

http://repositories.cdlib.org/uclalaw/plltwps/5-21

Rahardjo, S. 2003. Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia. Jakarta: Buku Kompas.

Winataputra, U. S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.