penerapan asas demokrasi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

28
1 Pendahuluan Ketika berbicara tentang demokrasi tentu akan bertanya-tanya, Apa itu demokrasi? Apakah negara Indonesia telah menerapkan demokrasi? Pertanyaan ini muncul dalam dunia akedemisi dan selalu menghinggapi bangsa Indonesia. Selain itu danya beberapa pendapat bahwa negara Indonesia sendiri tidak memiliki kejelasan yang tepat tentang konsep demokrasi yang dianut. Jika melihat bentuk demokrasi dalam struktur pemerintahan Indonesia, baik dalam konteks pemerintah pusat maupun pemerintah hampir dapat dipastikan bahwa demokrasi hanya sampai pada proses pembuatan kebijakan, sementara jika mencari demokrasi yang berupa ciri khas yang dapat mewakili bahwa Negara indonesia. Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi negara dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu bangsa Indonesia sepakat untuk sekali lagi melakukan demokratisasi, yakni proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan

Transcript of penerapan asas demokrasi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

1

Pendahuluan

Ketika berbicara tentang demokrasi tentu akan

bertanya-tanya, Apa itu demokrasi? Apakah negara

Indonesia telah menerapkan demokrasi? Pertanyaan

ini muncul dalam dunia akedemisi dan selalu

menghinggapi bangsa Indonesia. Selain itu danya

beberapa pendapat bahwa negara Indonesia sendiri

tidak memiliki kejelasan yang tepat tentang konsep

demokrasi yang dianut. Jika melihat bentuk

demokrasi dalam struktur pemerintahan Indonesia,

baik dalam konteks pemerintah pusat maupun

pemerintah hampir dapat dipastikan bahwa demokrasi

hanya sampai pada proses pembuatan kebijakan,

sementara jika mencari demokrasi yang berupa ciri

khas yang dapat mewakili bahwa Negara indonesia.

Tumbangnya Orde Baru membuka peluang

terjadinya reformasi politik dan demokratisasi di

Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada

bangsa Indonesia bahwa pelanggaran terhadap

demokrasi membawa kehancuran bagi negara dan

penderitaan rakyat. Oleh karena itu bangsa

Indonesia sepakat untuk sekali lagi melakukan

demokratisasi, yakni proses pendemokrasian sistem

politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat

terbentuk, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan

2

pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat

dilakukan oleh wakil rakyat (DPR).1

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sekarang

tentunya tidak sama lagi dengan pelaksanaan

demokrasi Indonesia beberapa tahun lalu baik pada

masa orde lama maupun orde baru. Hal ini didasari

atas urgenitas sebuah demokrasi, sebagai bentuk

riil dari proses demokrasi yang berjalan selama

ini adalah keterlibatan dan peran serta rakyat

Indonesia dalam melaksanakan Pemilihan Umum baik

dalam pemilihan tingkat pusat maupun pemilihan

dalam level daerah.

Setiap kejatuhan rezim otoriter tidak serta

merta melahirkan demokrasi, bisa saja tercipta

rezim otoriterian baru atau hanya demokrasi yang

terbatas. Dalam konteks transisi, secara umum

stuasi politik dan aturan main sama sekali tidak

menentu dan penuh ketidakpastian. Demokrasi

merupkan sebuah proyeksi sosial dari berbagai

kepentingan dalam masyarakat transisi.2

Hal dipahami bahwa transisi ke demokratis,

terjadi bila: (1) penguasa otoriter telah berakhir

1 Miriam Budiardjo, Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), CetakanPertama, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm134.

2 Ni’matul Huda, Lembaga Negara dalam Masa TransisiDemokrasi, Cetakan Pertama, (Yogyakarta: UII Press, 2007),hlm 33.

3

atau kehancuran rezim otoriter sebelumnya yang

dilanjutkan dengan upaya-upaya menata aturan main

baru dan lembaga-lembaga politik dalam kerangka

rezim demokratis; (2) setelah jatuhnya penguasa

otoriter, pemimpin baru dan masyarakat luas punya

semangat dan keyakinan bersama akan demokrasi

sebagai alternatif terbaik dalam sistem politik;

(3) liberalisasi politik yang terus berlanjut

sebagai agenda kritis untuk melembagakan

demokrasi.3

Sebuah awal bagi pelaksanaan sistem Demokrasi

yang baik ialah melibatkan rakyat dalam proses

pelaksanaannya. Seperti contoh Pemilu tersebut, di

awal-awal Indonesia pasca-Kemerdekaan pun

Indonesia masih mencari formulasi yang tepat untuk

menjalankan metode sukses pemerintahan yang

efektif agar lebih mengedepankan kedaulatan

rakyat. Selanjutnya penerapan demokrasi tidak

hanya pada konteks pemilu saja melainkan

implementasi pada tatanan lain termasuk dalam

pembuatan peraturan perundang-undangan, dimana

partispipasi rakyat dalam proses pembentukannya

merupakan penerapan dari demokrasi.

Semua negara yang ada di dunia ini, mengakui

bahwa demokrasi sebagai sarana unntuk mengukur

3 Ni’matul Huda, Lembaga ... op. cit., hlm 35.

4

akan keabsahan politik. Kehendak rakyat adalah

dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis

tegaknya sistem politik demokrasi pada suatu

negara. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi

penting, hal ini karena masih memegang teguh

rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang

tidak memegang demokrasi disebut negara otoriter.

Demokrasi penting dalam kehidupan bernegara dan

pemerintahan pada saat ini. Tidak terkecuali

Indonesia yang menjadikan demokrasi sebagai

reformasi dari rezim otoriter, namun bagaimanakah

penerapan demokrasi tersebut terkait dengan

pemebentukan peraturan perundang-udangan di

Indonesia.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut maka

penulis melakukan spesifikasi dalam hal melakukan

kajian dengan melakukan analisis dengan mengajukan

rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana

penerapan asas demokrasi dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan di Indonesia?

5

Pembahasan

Demokrasi

Tujuan utama kita menajalankan kehidupan

bernegara, tiada lain adalah untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat, common well-being, yang

diwujudkan utamanya melalui pertumbuhan dan

pemerataan ekonomi. Dewasa ini diyakini, bahwa

untuk mencapai cita-cita kesejahteraan itu,

maka jalan demokrasi merupakan pilihan yang

6

paling tepat, meskipun praktek demokrasi itu

sendiri sering menghadirkan berbagai tantangan

dan permasalahan.4

Di berbagai negara dalam belahan dunia ini,

senantiasa mengatakan bahwa negara meraka

adalah negara yang demokratis. Artinya,

demokrasi merupakan konsep yang lebih baik

untuk diterapkan dalam bernegara. Hal ini

dikarenakan konsep demokrasi akan menempatkan

keseimbangan antara yang memerintah dengan yang

diperintah dalam menjalankan sistem

pemerintahan. Berbeda halnya dengan negara yang

otoriter maupun yang totariter, dimana pemimpin

cenderung menggunakan kekuasaannya untuk

memaksa apa yang menjadi keinginan pemimpin

bukan atas keinginan rakyat, sehingga konsep

ini akan melahirkan ketidak adilan dan

cenderung disalahgunakan.

Dengan demikian konsep demokrasi menjadi

keharusan dalam suatu negara modern, demokrasi

akan memberikan kesempatan kepada rakyatnya

dalam menentukan sistem penyelenggaraan

pemerintahan. Demokrasi memberikan perlindungan

kepada rakyat serta memberikan batasan-batasan

4 Djoko Suyanto, Evaluasi Pemilukada dari Perspektif KetahananNasional (Demokrasi Lokal Evaluasi Pemilukada di Indonesia), CetakanPertama (Jakarta: Konstitusi Press, 2013), hlm 21.

7

kepada penguasa (pemerintah) di dalam bertindak

atau melaksanakan pemerintahan, sehingga

penguasa tidak dapat bertindak sewenang-wenang

(otoriter). Demokrasi merupakan kekuasaan yang

lahir atas legitimasi rakyat yang diberikan

kepada penguasa di dalam menjalankan

pemerintahan yang memiliki tujuan untuk

memberikan perlindungan dan pelayanan.

Konsekuensi-konsekuensi ini akan

memberikan kesempatan kepada rakyat selaku

warga negara untuk melakukan hak dan kewajiban

politiknya dalam bernegara. Demokrasi akan

memberikan kesempatan-kesempatan untuk, pertama,

partisipasi yang efektif; kedua, persamaan dalam

memberikan suara; ketiga, mendapatkan pemahaman

yang jernih; keempat, melaksanakan pengawasan

akhir terhadap agenda; kelima, pencakupan orang

dewasa.5

Istilah demokrasi berasal dari bahasa

Yunani yang terdiri dari dua perkataan yaitu,

demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti

pemerintah. Dengan demikian, demokrasi secara

5 Saifudin, Partisipasi Publik dalam Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan, Cetakan Pertama (Yogyakarta: UII Press,2009), hlm 14-15.

8

terminologi berarti pemerintahan dari rakyat,

oleh rakyat, dan untuk rakyat.6

Pada dahulunya, pada zaman Yunani Kuno,

dari mana istilah demokrasi itu pada awalnya

berasal, istilah demokrasi itu mempunyai

konotasi yang buruk. Demokrasi (demos+cratos atau

demos+kratien) dibayangkan orang sebagai

pemerintahan oleh semua orang yang merupakan

kebalikan dari konsep pemerintahan oleh satu

orang (autocracy).7

Menurut Saifudin, bahwa dapat diberikan

pemahaman terhadap suatu negara yang menganut

sistem demokrasi. Pertama¸ demokrasi adalah suatu

sistem pemerintahan yang mempunyai unsur-unsur

atau elemen-elemen yang saling terkait dan

tiidak dapat dipisahkan. Kedua, orang-orang yang

memegang kekuasaan atas nama demokrasi dapat

mengambil keputusan untuk menetapkan dan

menegakkan hukum. Ketiga, kekuasaan untuk mengatur

dalam bentuk aturan hukum tersebut diperoleh

dan dipertahankan melalui pemilihan umum yang

6 Bondan Gunawan, Apa itu Demokrasi, Cetakan Pertama(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), hlm 1.

7 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & KonstitusionalismeIndonesia, Cetakan Kedua (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),hlm 116.

9

bebas dan diikuti oleh sebagian besar warga

negara dewasa dari suatu negara.8

Istilah demokrasi juga digunakan secara

beragam, terkadang digunakan untuk menyebut

suatu bentuk pemerintahan dan tekadang

dikonotasikan dengan kondisi suatu masyarakat.

Namun, di dunia kontemporer, ketika

nasionalisme tak pelak lagi menjadi dasar bagi

demokrasi politik, maka pemerintah politik

menjadi instrumen kemajuan sosial. Di sinilah

letak keterkaitannya dengan demokrsi politik

yang mengisyaratkan pemerintah harus bergantung

pada persetujuan pihak yang diperintah;

artinya, ekspresi persetujuan maupun

ketidaksetujuan rakyat sudah harus memiliki

sarana penyaluran yang nyata dalam pemilihan

umum, program politik partai, media massa, dan

lain sebaginya.9

Konsep demokrasi atau kedaulatan ditangan

rakyat dalam penelitian ini merupakan konsep

yang saling berhubungan, hal ini disebabkan

inti dari teori demokrasi atau kerakyatan

adalah merupakan peranan rakyat secara langsung

dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik dalam8 Saifudin, Partisipasi ... op. Cit., hlm 13.9 C.F Stong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern Studi

Perbandingan tentang Sejarah dan Bentuk, Cetakan Kesepuluh(Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 17.

10

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Peran serta rakyat merupakan tolak ukur yang

sangat penting didalam pelaksanaan konsep

demokrasi di Indonesia dalam hal ini dapat

dilihat dari partisipasi masyarakat di dalam

pemilu Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD,

dan DPRD serta pemilihan umum kepala daerah

provinsi, kabupaten / kota.

Demokrasi pertama-tama merupakan gagasan

yang mengandaikan bahwa kekuasaan itu adalah

dari, oleh dan untuk rakyat. Dalam pengertian

yang lebih partisipatif demokrasi itu bahkan

disebut sebagai kondep kekuatan dari, oleh,

untuk dan bersama rakyat. Artinya, kekuasaan

itu pada pokoknya diakui berasal dari rakyat,

dan karena itulah rakyatlah yang sebenarnya

menentukan dan memberik arah serta yang

sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan

kenegaraan. Keseluruhan sistem penyelenggaraan

negara itu pada dasarnya juga diperuntukkan

bagi seluruh rakyat itu sendiri. Bahkan negara

yang baik diidealkan pula agar diselenggarakan

bersama-sama dengan rakyat dalam arti dengan

melibatkan masyarakat dalam arti yang seluas-

luasnya.10

10 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan pilar-PilarDemokrasi, Cetakan Kedua (Jakarta: Konstitusi Press,

11

Menurut Abdul Aziz Hakim, demokrasi adalah

suatu pola pemerintahan dimana kekuasaan untuk

memerintah berasal dari mereka yang diperintah.

Atau demokrasi adalah pola pemerintah yang

mengikut sertakan secara aktif semua anggota

masyaralat dalam keputusan yang diambil oleh

mereka yang diberi wewenang.11

Makna demokrasi merupakan suatu

pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai

unsur utama dalam negara sehingga baik dalam

tahap perencanaan, pelaksanaan maupun

pengawasan pemerintah, rakyat seharusnya selalu

berperan aktif dan penentu yang utama. Oleh

karena itu, paham kedaulatan rakyat di atur

didalam UUD 1945. Kedaulatan rakyat yang

terkandung dalam UUD 1945 adalah kombinasi

antara yang berkembang di Barat dan tradisi

budaya Indonesia di masa lalu dan Demokrasi

Politik (Barat) dan Demokrasi Ekonomi

(sosialis).12

2005), Hlm 241.11 Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di

Indonesia, Cetakan Pertama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), hlm 174.

12 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalamKonstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia: Pergeseran Keseimbanganantara Individualisme dan Koletivisme dalam Kebijakan Demokrasi Politikdan Ekonomi Selama Tiga Masa Demokrasi 1945-1980-an, CetakanPertama (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm 6.

12

Konsep demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara telah memberikan ruang

kepada rakyat atau kelompok rakyat tertentu

untuk mengatur dan mengurus kepentingannya

dengan cara membuat dan menjalankan peraturan

sendiri. Rakyat atau kelompok rakyat diberi

kebebasan dalam rangka menantukan nasibnya.13

Konsep demokrasi tentu menjadi pilihan

secara bersama oleh rakyat, dimana dalam konsep

ini partisipasi rakyat dapat dirasakan secara

langsung maupun tidak langsung. Rakyat menjadi

penentu dalam melaksanakan kepantingan yang

telah disepakati secara bersama, sebagaimana

yang di sebutkan dalam UUD 1945 pada Pasal 1

ayat (2) menegasakan bahawa “ Kedaulatan berada

ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut

Undang-Undang Dasar”. Artinya dalam menjalankan

pemerintah yang berdasarkan kerakyatan haruslah

didasari oleh suatu peraturan perundang-

undangan, agar kedaulatan tetap berada pada

tangan rakyat.

Terwujudnya demokrasi atau tidak dalam

suatu negara adalah antara lain, Pemilihan Umum

yang dilaksanakan secara teratur dengan

13 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintah Daerah Kajian TentangHubungan Keungan Antara Pusat dan Daerah, Cetakan Pertama(Yogyakarta: UII-Press, 2006), hlm 18.

13

tenggang waktu yang jelas, kompetitif, jujur

dan adil. Pemilihan umum pada umumnya merupakan

gerbang pertama yang harus dilewati karenan

dengan pemilihan umum lembaga demokrasi dapat

dibentuk seperti misalnya parlemen, kekuasaan

eksekutif, dan lain-lainnya. Kemudian, setelah

pemilihan umum biasanya orang akan melihat

seberapa besarnya kemungkinan akan terjadinya

rotasi kekuasaan. 14

Salah satu bentuk implementasi demokrasi

di Indonesia adalah partisipasi masyarakat

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,

yang berfungsi sebagai wadah yang menyaring

aspirasi rakyat agar dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembentukan peraturan

perundang-undangan berdasarkan atas kepentingan

rakyat. Sehingga peraturan perundang-undangan

yang dibentuk dapat direalisasikan atau

ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Jika

kepentingan rakyat tidak di akomodir tentu akan

menjadi dilema tersendiri dalam penerapannya,

sehingga peraturan perundang-undangan tersebut

tidak dapat diterapakan dan akan dikesampingkan

oleh masyarakat.

14 Syaukani et. al., Otonomi Daerah Dalam NegaraKesatuan, Cetakan Kedua (Yogyakarta: Pustaka Pelajar KerjaSama Puskap, 2002), hlm12.

14

Jenis-Jenis Demokrasi

Dalam teori kita mengenal beberapa macam

demokrasi, demokrasi yang dimaksud terjadi

perbedaan dikarenakan adanya perbedaan dalam

penerapannya. Pada dasarnya demokrasi yang

dimaksud adalah pola pelaksanaan pemerintahan

yang melibatkan rakyat secara umum dalam

menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat

vital dan memiliki damapak yang luas bagi

masyarakat. Di Indonesia menganal adanyanya 2

(dua) macam penerapan demokrasi, baik

dilaksanakan pada masa Orde Lama dan Orde Baru

maupun yang dilaksanakan pasca reformasi yang

diikuti dengan perubahan Undang-Undang Dasar

Tahun 1945.

Dalam sistem demokrasi politik, khususnya

dalam pemilu, dikenal dua amcam mmekanisme

pemilihan demokrasi yang sering dipatokkan dalam

melaksanakan pemilihan, yaitu mekanisme

demokrasi langsung (direct democration) dan mekanisme

demokrasi tak langsung (indirect democration).15

a. Demokrasi langsung (direct democration)

Demokrasi langsung adalah demokrasi dengan

derajat yang relatif lebih tinggi. Demokrasi

15 Abdul Aziz Hakim, Negara ... op. cit., hlm 197.

15

langsung ditandai oleh fakta bahwa pembuatan

undang-undang, dan juga fungsi eksekutif dan

yudikatif yang utama, dilaksanakan oleh

rakayat didalam pertemuan akbar atau rapat

umum.16

Teori demokrasi secara langsung, memberikan

keleluasan kepada rakyat untuk berpartisipasi

secara langsung dalam mebuat kebijakan-

kebijakan politik. Artinya dalam teori ini

keikutsertaan rakyat dalam menentukan

tuntutan politik demokratik sangat besar

terealisasi, disebabkan rakyat langsung

menentukan pilihannya sendiri.17

Seperti diketahui, demokrasi mempunyai dua

macam pengertian, yaitu demokrasi dalam arti

formal (formele democratie) dan demokrasi dalam

arti material (materieele democratie).18 Demokrasi

adalah suatu pola pemerintahan di mana

kekuasaan untuk memerintah berasal dari

mereka yang diperintah. Atau demokrasi adalah

pola pemerintah yang mengikut sertakan secara

aktif semua anggota masyaralat dalam

16 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara,Cetakan Ketujuh (Bandung: Nusa Media, 2011), hlm 408.

17 Abdul Aziz Hakim, Negara ... op. cit., hlm 197.18 Sri Soemantri, Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat dalam

Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Editor H. Dahlan Thaibdan Ni’matul Huda, cetakan Pertama, (Yogyakarta: JurusanHTN Fakultas Hukum UII, 1992), hlm 46.

16

keputusan yang diambil oleh mereka yang

diberi wewenang.19

Demokrasi Langsung merupakan suatu bentuk

demokrasi dimana setiap rakyat dilibatkan

secara langsung dalam memberikan suara atau

pendapat dalam menentukan suatu keputusan.

Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili

dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan

sehingga mereka memiliki pengaruh langsung

terhadap keadaan politik yang terjadi.

Penerapan demokrasi langsung ini diaktualkan

dalam pemilihan umum, dimana rakyat secara

langsung memilih dan menentukan pilihannya

dengan satu suara setiap rakyat dan

diakumulasi secara umum terhadap suara-suara

yang dominan.

b. Demokrasi tidak langsung (indirect democration)

Ciri demokrasi tidak langsung atau

perwakilan, ini adalah suatu demokrasi di

mana fungsi legislatif dijalankan oleh sebuah

parlemen yang dipilih oleh rakyat, dan fungsi

eksekutif dan yudikatif dijalankan oleh

pejabat-pejabat yang juga dipilih melalui

pemilihan umum.20 19 Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di

Indonesia, Cetakan Pertama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), hlm 174.

20 Hans Kelsen, Teori ... op. cit., hlm 409.

17

Demokrasi tidak langsung atau sering juga

disebut demokrasi perwakilan, didefinisikan

sebagai: corak pemerintahan demokrasi yang

dilakukan melalui badan perwakilan rakyat

yang dipilih oleh rakyat dan bertanggung

jawab kepada rakyat (warga negara diberi hak

turut serta menentukan keputusan politik

melalui badan perwakilan rakyat).21

Sedangkan dalam sistem yang memakai teori

pemilihan secara tak langsung atau demokrasi

prosedural (indirect democration), keikutsertaan

rakyat tidak menjadi prioritas, karena

keinginan-keinginan mereka hanya ditentukan

oleh wakil-wakil mereka yang dipilih dalam

pemilu.22

Dalam penerapan demokrasi tidak langsung,

akan menempatkan seluruh rakyat sebagai

penentu dan pemilih perwakilan melalui

pemilihan umum untuk menduduki jabatan

tertentu khususnya dalam parlemen untuk

mewakili rakyat dalam penyampaian keinginan

rakyat, keputusan-keputusan rakyat dalam

artian sebagai simbol apa yang di tetapkan

wakil rakyat merupakan cerminan keinginan21 Wendy Melfa, Pemilukada (Demokrasi dan Otonomi

Daerah),Cetakan Pertama (Bandar Lampung: BE Press, 2013),hlm 69.

22 Abdul Aziz Hakim, Negara ... op. cit., hlm 197.

18

rakyat secara keseluruhan. Sehingga dalam

pengambilan keputusan dalam bernegara dapat

dilakukan dengan cepat dengan mendapatkan

legitimasi dari wakil rakyat yang dipilih di

parlemen.

Analisis Terhadap Penerapan Asas Demokrasi

Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia merupakan salah satu negara yang

menerapkan sistem demokrasi secara nyata, serta

menempatakan demokrasi dalam Undang-Undang

Dasara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai

dasar dalam penyelenggaraan negara. Jadi konsep

demokrasi diterjemahkan dalam prinsip

Kedaulatan Rakyat yang ada dalam Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Baik dalam

pembukaan maupun yang terkandung dalam batang

tubuh UUD itu sendiri. Pasal 1 ayat (2) UUD

1945 menjalaskan bahwa “kedaulan berada di tangan

rakyat dan di laksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.23

Berdasarkan landasan konstitusi tersebut, maka

konsep demokrasi tentu menjadi pilihan secara

23 Sebelum Amandemen UUD 1945 bahwa kedaulatan rakyatdijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Artinya,rakyat memiliki kedaulatan tapi diserahkan kepada MPRuntuk bertindak atas nama Rakyat, meningat MPR sebelumamandemen merupakan lembaga tinggi negara serta memilikikewenangan untuk mengubah UUD 1945 itu sendiri.

19

bersama oleh rakyat, dimana dalam konsep ini

partisipasi rakyat dapat dirasakan secara

langsung maupun tidak langsung. Rakyat menjadi

penentu dalam melaksanakan kepentingan yang

telah disepakati secara bersama, sebagaimana

yang di sebutkan dalam UUD 1945.

Partisipasi masyarakat dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan dapat diartikan

partisipasi politik. Partisipasi politik adalah

kegiatan warga Negara sipil yang bertujuan

untuk mempengaruhi ipengambilan keputusan oleh

pemerintah. Ciri penyelenggaraan Negara yang

demokratis adalah adanya partisipasi dan

pelibatan masyarakat dalam proses rencana

pembuatan kebijakan publik, proses pengambilan

keputusan public dan alasan dari pengambilan

keputusan publik24.

Bentuk partisipasi masyarkat dalam

pemerintahan sangat banyak variasinya. Dalam

negara demokrasi yang menggunakan system

perwakilan, kekuasaan pembentukan peraturan

perundang-undangan hanya ada ditangan kelompok

orang-orang yang telah dipilih melalui

pemilihan umum. Setiap wakil akan bertarung

24 Izza Rumesten, “Model Ideal Partisipasi MasyarakatDalam Pembentukan Peraturan Daerah”, Jurnal Hukum, EdisiNo.1 Vol.12 (2012), hlm. 138

20

dalam parlemen dengan kepentingan umum dan bila

mereka bertindak sebaliknya, maka kursi yang

didudukinya akan hilang dalam pemilihan

berikutnya. Ini sebagai kontrol rakyat kepada

wakilnya25.

Berkaitan dengan pembentukan undang-undang

yang partisipatif, terdapat dua makna yaitu

proses dan substansi. Proses adalah mekanisme

dalam pembetnukan undang-undang yang harus

dilakukan secara transparan sehingga masyarakat

dapat berpartisipasi memberikan masukan-masukan

dalam emngatur suatu persoalan. Sedangkan makna

substansi adalah meteri yang akan diatur harus

situjukan bagi kepentingan masyarakat luas

sehingga menghasilkan suatu undang-undang yang

demokratis berkarakter responsive. Antara

partisipasi, transparansi dan demokratisasi

dalam pembentukan undang-undang merupakan satu

kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan

dalam Negara yang menganut asas demokrasi26.

Dalam Negara yang menganut demokrasi,

partisipasi masyarakat dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan perlu mendapatkan

25 Ibid.26 Saifudin, “Proses Pembentukan Undang-Undang: StudiTentang Partisipasi Masyarakat Dalam Proses PembentukanUndang-Undang”, Jurnal Hukum, Edisi No. Edisi KhususVol.16 (2009), hlm. 97

21

perhatian khusus. Dalam UU No 12 tahun 2011

tentang pembentukan peraturan perundang-

undangan, partisipasi mayarakat dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan

dibahas pasal 96 yang menyatakan kalau

masyarakat berhak memberikan masukan baik

secara lisan maupun tertulis dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan. Bentuk dari

masukan tersebut bisa melalui rapat dengar

pendapat, kunjungan kerja, sosialisasi,

seminar, loka karya, ataupun diskusi.

Menurut Sherry Arnstein sebagaimana yan g

dikutip oleh Izza Rumseten, peran serta

masyarakat berdasarkan kekuatan masyarakat

untuk memengaruhi hasil akhir kebijakan

pemerintah dapat dilakukan melalui bebebrapa

cara, yaitu manipulasi, terapi,

penginformasian, konsultasi, peredaman,

kemitraan, delegasi kekuasaan dan kendali

masyarakat. Berdasarkan tahapan tersebut,

kemudian Sirajudin mengklasifikasikannya

menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama,

diklasifikasikan sebagai tidak adanya

partisipasi yaitu tingkat manipulasi dan

terapi. Tingkat kedua sebagai partisipasi semu

yaitu tingkat peredaman, konsultasi dan

22

informasi. Dalam tingakatan yang kedua ini

masyarakat didengarkan dan diperkenankan

berpendapat, tetapi tidak memiliki kemampuan

dan tidak ada jaminan bahwa pandangan mereka

akan dipertimbangkan sevara sungguh-sungguh

oleh penentu kebijakan. Tingakat ketiga adalah

kekuasaan masyarakat, yaitu tingkat kemitraan,

delegasi kekuasaan dan kendali masyarakat.

Dalam tingakat ini masyarakat memeiliki

pengaruh dalam proses penentuan kebijakan27.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan

oleh Saifudin, proses pembentukan undang-undang

dalam empat aspek, yakni aspek kelembagaan,

aspek mayarakat, aspek pengaturan dan aspek

pembahasan RUU. Seluruh aspek tersebut telah

mendorong adanya transparansi, partisipasi dan

akuntabilitas yang pada akhrinya bermuara pada

demokratisasi dalam proses pembuatan undang-

undang sehingga menghasilkan undang-undang yang

mendekati rasa keadilan dalam masyarakat.

Berikut ini tabel hasil penelitian yang

dilakukan oleh Saifudin terhadap tiga produk

undang-undang28

27 Izza Rumesten, op. cit., hlm. 14528Saifudin, hlm. 103

23

No Bentuk

Partisipasi

UU

Sisdikn

as

UU

Pemil

u

UU

Ketenagaker

jaan

Jumla

h

1 Usulan dibuatnya

UU

- - 1 1

2 Penyampaian UU

Alternatif

1 2 1 4

3 Tanggapan

tertulis berupa

opini, kritik

maupun masukan

terhadap RUU

63 115 28 206

4 Penolakan atau

dukungan

terhadap RUU

43 - 42 85

5 Penyampaian

aspirasi/permasa

lahan berkaitan

dengan RUU

26 6 5 37

6 Poster-poster

dalam unjuk rasa

baik dukungan

mapun penolakan

terhadap RUU

9 - 13 22

Jumlah 142 123 90 355

24

Kesimpulan

Demokrasi yang digunakan di Indonesia adalah

demokrasi perwakilan, setiap warga Negara—yang

memenuhi syarat untuk memilih—menggunakan hak

suaranya untuk memilih wakilnya, hal itu berarti

kedaulatan yang dimiliki oleh rakyat diwakilkan

kepada para pejabat untuk menjalankan tugas-

tugasnya salah satunya tugas membentuk peraturan

perundang-undangan.

Karena kedaulatan yang sejatinya ada ditangan

rakyat, maka dalam membentuk berbagai peratruan

perundang-undangan juga harus mendengarkan

25

berbagai aspirasi dari rakyat. Bentuk aspirasi

sebenarnya banyak ragamnya, namun dalam UU No 12

tahun 2011, wujud dan bentuk penyampaian asprirasi

rakyat dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan dengan lisan ataupun tertulis ditentukan

hanya melalui rapat dengar pendapat, kunjungan

kerja, sosialisasi, seminar, loka karya, ataupun

diskusi.

Sebagai salah satu Negara penganut demokrasi

terbaik, sangat disayangkan pengaturan tentang

asipriasi rakyat dalam proses pembuatan peraturan

perundang-undangan hanya dimuat dalam satu pasal

saja. Padahal jalannya proses kegiatan dalam

Negara ditentukan dengan hukum, maka hukum yang

dihasilkan haruslah hukum yang sesuai dengan

kehendak rakyat.

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan

oleh Saifudin, semenjak reformasi, aspirasi rakyat

dalam proses pembuatan perundang-undangan benar-

benar terwujud dari mulai usul dibentuknya undang-

undang sampai dengan poster-poster yang berisi

penolakan.

26

Daftar Pustaka

A. Buku dan Jurnal

Asshiddiqie, Jimly. Konsolidasi & Konstitusionalisme Indonesia.

Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

------------------------. Perkembangan & Konsolidasi Lembaga

Negara Pasca Reformasi. Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar

Grafika, 2012.

------------------------, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam

Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia: Pergeseran Keseimbangan

antara Individualisme dan Koletivisme dalam Kebijakan Demokrasi Politik

dan Ekonomi Selama Tiga Masa Demokrasi 1945-1980-an. Cetakan

Pertama. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

Aziz Hakim, Abdul. Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia.

Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Budiardjo, Miriam. Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Cetakan

Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

C.F Strong. Konstitusi-Konstittusi Politik Modern Studi Perbandingan

Tentang Sejarah dan Bentuk. Cetakan Sepuluh. Bandung:

Nusa Media, 2012.

Fauzan, Muhammad. Hukum Pemerintah Daerah Kajian Tentang

Hubungan Keungan Antara Pusat dan Daerah. Cetakan Pertama.

Yogyakarta: UII-Press, 2006.

27

Huda, Ni’matul. Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi.

Cetakan Pertama. Yogyakarta: UII Press, 2007.

Kelsen, Hans. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Cetakan

Ketujuh. Bandung: Nusa Media, 2011Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca-

Orde Baru. Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana, 2010.

Melfa, Wendy. Pemilukada (Demokrasi dan Otonomi Daerah). Cetakan

Pertama. Bandar Lampung: BE Press, 2013.

Prihatmoko, J. Joko. Pemilihan Kepala Daerah Langsung Filosofi, Sistem

dan Problema di Indonesia. Cetakan Pertama. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Bekerja Sama LP3M, 2005.

Rumesten ,Izza, “Model Ideal Partisipasi Masyarakat Dalam

Pembentukan Peraturan Daerah”, Jurnal Hukum, Edisi No.1

Vol.12 (2012)

Saifudin, Partisipasi Publik dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, Cetakan Pertama Yogyakarta: UII

Press, 2009----------, “Proses Pembentukan Undang-Undang: Studi Tentang

Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembentukan Undang-

Undang”, Jurnal Hukum, Edisi No. Edisi Khusus Vol.16

(2009)

Soemantri, Sri. Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Sistem

Ketatanegaraan Republik Indonesia, Editor H. Dahlan Thaib

dan Ni’matul Huda. Cetakan Pertama. Yogyakarta:

Jurusan HTN Fakultas Hukum UII, 1992.

28

Syaukani et. al., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan.

Cetakan Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kerja

Sama Puskap. 2002.

Suyanto, Djoko. Evaluasi Pemilukada dari Perspektif Ketahanan

Nasional (Demokrasi Lokal Evaluasi Pemilukada di Indonesia).

Cetakan Pertama. Jakarta: Konstitusi Press, 2013.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945. Yogyakarta:

Pustaka Grhatama, 2009.

Indonesia. Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan