MENINGKATKAN PENGUASAAN KEMAHIRAN ASAS OPERASI TAMBAH DALAM LINGKUNGAN 10 DENGAN SEGI TIGA PASCAL
penerapan asas demokrasi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
Transcript of penerapan asas demokrasi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
1
Pendahuluan
Ketika berbicara tentang demokrasi tentu akan
bertanya-tanya, Apa itu demokrasi? Apakah negara
Indonesia telah menerapkan demokrasi? Pertanyaan
ini muncul dalam dunia akedemisi dan selalu
menghinggapi bangsa Indonesia. Selain itu danya
beberapa pendapat bahwa negara Indonesia sendiri
tidak memiliki kejelasan yang tepat tentang konsep
demokrasi yang dianut. Jika melihat bentuk
demokrasi dalam struktur pemerintahan Indonesia,
baik dalam konteks pemerintah pusat maupun
pemerintah hampir dapat dipastikan bahwa demokrasi
hanya sampai pada proses pembuatan kebijakan,
sementara jika mencari demokrasi yang berupa ciri
khas yang dapat mewakili bahwa Negara indonesia.
Tumbangnya Orde Baru membuka peluang
terjadinya reformasi politik dan demokratisasi di
Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada
bangsa Indonesia bahwa pelanggaran terhadap
demokrasi membawa kehancuran bagi negara dan
penderitaan rakyat. Oleh karena itu bangsa
Indonesia sepakat untuk sekali lagi melakukan
demokratisasi, yakni proses pendemokrasian sistem
politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat
terbentuk, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan
2
pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat
dilakukan oleh wakil rakyat (DPR).1
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sekarang
tentunya tidak sama lagi dengan pelaksanaan
demokrasi Indonesia beberapa tahun lalu baik pada
masa orde lama maupun orde baru. Hal ini didasari
atas urgenitas sebuah demokrasi, sebagai bentuk
riil dari proses demokrasi yang berjalan selama
ini adalah keterlibatan dan peran serta rakyat
Indonesia dalam melaksanakan Pemilihan Umum baik
dalam pemilihan tingkat pusat maupun pemilihan
dalam level daerah.
Setiap kejatuhan rezim otoriter tidak serta
merta melahirkan demokrasi, bisa saja tercipta
rezim otoriterian baru atau hanya demokrasi yang
terbatas. Dalam konteks transisi, secara umum
stuasi politik dan aturan main sama sekali tidak
menentu dan penuh ketidakpastian. Demokrasi
merupkan sebuah proyeksi sosial dari berbagai
kepentingan dalam masyarakat transisi.2
Hal dipahami bahwa transisi ke demokratis,
terjadi bila: (1) penguasa otoriter telah berakhir
1 Miriam Budiardjo, Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), CetakanPertama, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm134.
2 Ni’matul Huda, Lembaga Negara dalam Masa TransisiDemokrasi, Cetakan Pertama, (Yogyakarta: UII Press, 2007),hlm 33.
3
atau kehancuran rezim otoriter sebelumnya yang
dilanjutkan dengan upaya-upaya menata aturan main
baru dan lembaga-lembaga politik dalam kerangka
rezim demokratis; (2) setelah jatuhnya penguasa
otoriter, pemimpin baru dan masyarakat luas punya
semangat dan keyakinan bersama akan demokrasi
sebagai alternatif terbaik dalam sistem politik;
(3) liberalisasi politik yang terus berlanjut
sebagai agenda kritis untuk melembagakan
demokrasi.3
Sebuah awal bagi pelaksanaan sistem Demokrasi
yang baik ialah melibatkan rakyat dalam proses
pelaksanaannya. Seperti contoh Pemilu tersebut, di
awal-awal Indonesia pasca-Kemerdekaan pun
Indonesia masih mencari formulasi yang tepat untuk
menjalankan metode sukses pemerintahan yang
efektif agar lebih mengedepankan kedaulatan
rakyat. Selanjutnya penerapan demokrasi tidak
hanya pada konteks pemilu saja melainkan
implementasi pada tatanan lain termasuk dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan, dimana
partispipasi rakyat dalam proses pembentukannya
merupakan penerapan dari demokrasi.
Semua negara yang ada di dunia ini, mengakui
bahwa demokrasi sebagai sarana unntuk mengukur
3 Ni’matul Huda, Lembaga ... op. cit., hlm 35.
4
akan keabsahan politik. Kehendak rakyat adalah
dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis
tegaknya sistem politik demokrasi pada suatu
negara. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi
penting, hal ini karena masih memegang teguh
rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang
tidak memegang demokrasi disebut negara otoriter.
Demokrasi penting dalam kehidupan bernegara dan
pemerintahan pada saat ini. Tidak terkecuali
Indonesia yang menjadikan demokrasi sebagai
reformasi dari rezim otoriter, namun bagaimanakah
penerapan demokrasi tersebut terkait dengan
pemebentukan peraturan perundang-udangan di
Indonesia.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut maka
penulis melakukan spesifikasi dalam hal melakukan
kajian dengan melakukan analisis dengan mengajukan
rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana
penerapan asas demokrasi dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan di Indonesia?
5
Pembahasan
Demokrasi
Tujuan utama kita menajalankan kehidupan
bernegara, tiada lain adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat, common well-being, yang
diwujudkan utamanya melalui pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi. Dewasa ini diyakini, bahwa
untuk mencapai cita-cita kesejahteraan itu,
maka jalan demokrasi merupakan pilihan yang
6
paling tepat, meskipun praktek demokrasi itu
sendiri sering menghadirkan berbagai tantangan
dan permasalahan.4
Di berbagai negara dalam belahan dunia ini,
senantiasa mengatakan bahwa negara meraka
adalah negara yang demokratis. Artinya,
demokrasi merupakan konsep yang lebih baik
untuk diterapkan dalam bernegara. Hal ini
dikarenakan konsep demokrasi akan menempatkan
keseimbangan antara yang memerintah dengan yang
diperintah dalam menjalankan sistem
pemerintahan. Berbeda halnya dengan negara yang
otoriter maupun yang totariter, dimana pemimpin
cenderung menggunakan kekuasaannya untuk
memaksa apa yang menjadi keinginan pemimpin
bukan atas keinginan rakyat, sehingga konsep
ini akan melahirkan ketidak adilan dan
cenderung disalahgunakan.
Dengan demikian konsep demokrasi menjadi
keharusan dalam suatu negara modern, demokrasi
akan memberikan kesempatan kepada rakyatnya
dalam menentukan sistem penyelenggaraan
pemerintahan. Demokrasi memberikan perlindungan
kepada rakyat serta memberikan batasan-batasan
4 Djoko Suyanto, Evaluasi Pemilukada dari Perspektif KetahananNasional (Demokrasi Lokal Evaluasi Pemilukada di Indonesia), CetakanPertama (Jakarta: Konstitusi Press, 2013), hlm 21.
7
kepada penguasa (pemerintah) di dalam bertindak
atau melaksanakan pemerintahan, sehingga
penguasa tidak dapat bertindak sewenang-wenang
(otoriter). Demokrasi merupakan kekuasaan yang
lahir atas legitimasi rakyat yang diberikan
kepada penguasa di dalam menjalankan
pemerintahan yang memiliki tujuan untuk
memberikan perlindungan dan pelayanan.
Konsekuensi-konsekuensi ini akan
memberikan kesempatan kepada rakyat selaku
warga negara untuk melakukan hak dan kewajiban
politiknya dalam bernegara. Demokrasi akan
memberikan kesempatan-kesempatan untuk, pertama,
partisipasi yang efektif; kedua, persamaan dalam
memberikan suara; ketiga, mendapatkan pemahaman
yang jernih; keempat, melaksanakan pengawasan
akhir terhadap agenda; kelima, pencakupan orang
dewasa.5
Istilah demokrasi berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua perkataan yaitu,
demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti
pemerintah. Dengan demikian, demokrasi secara
5 Saifudin, Partisipasi Publik dalam Pembentukan PeraturanPerundang-Undangan, Cetakan Pertama (Yogyakarta: UII Press,2009), hlm 14-15.
8
terminologi berarti pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.6
Pada dahulunya, pada zaman Yunani Kuno,
dari mana istilah demokrasi itu pada awalnya
berasal, istilah demokrasi itu mempunyai
konotasi yang buruk. Demokrasi (demos+cratos atau
demos+kratien) dibayangkan orang sebagai
pemerintahan oleh semua orang yang merupakan
kebalikan dari konsep pemerintahan oleh satu
orang (autocracy).7
Menurut Saifudin, bahwa dapat diberikan
pemahaman terhadap suatu negara yang menganut
sistem demokrasi. Pertama¸ demokrasi adalah suatu
sistem pemerintahan yang mempunyai unsur-unsur
atau elemen-elemen yang saling terkait dan
tiidak dapat dipisahkan. Kedua, orang-orang yang
memegang kekuasaan atas nama demokrasi dapat
mengambil keputusan untuk menetapkan dan
menegakkan hukum. Ketiga, kekuasaan untuk mengatur
dalam bentuk aturan hukum tersebut diperoleh
dan dipertahankan melalui pemilihan umum yang
6 Bondan Gunawan, Apa itu Demokrasi, Cetakan Pertama(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), hlm 1.
7 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & KonstitusionalismeIndonesia, Cetakan Kedua (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),hlm 116.
9
bebas dan diikuti oleh sebagian besar warga
negara dewasa dari suatu negara.8
Istilah demokrasi juga digunakan secara
beragam, terkadang digunakan untuk menyebut
suatu bentuk pemerintahan dan tekadang
dikonotasikan dengan kondisi suatu masyarakat.
Namun, di dunia kontemporer, ketika
nasionalisme tak pelak lagi menjadi dasar bagi
demokrasi politik, maka pemerintah politik
menjadi instrumen kemajuan sosial. Di sinilah
letak keterkaitannya dengan demokrsi politik
yang mengisyaratkan pemerintah harus bergantung
pada persetujuan pihak yang diperintah;
artinya, ekspresi persetujuan maupun
ketidaksetujuan rakyat sudah harus memiliki
sarana penyaluran yang nyata dalam pemilihan
umum, program politik partai, media massa, dan
lain sebaginya.9
Konsep demokrasi atau kedaulatan ditangan
rakyat dalam penelitian ini merupakan konsep
yang saling berhubungan, hal ini disebabkan
inti dari teori demokrasi atau kerakyatan
adalah merupakan peranan rakyat secara langsung
dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik dalam8 Saifudin, Partisipasi ... op. Cit., hlm 13.9 C.F Stong, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern Studi
Perbandingan tentang Sejarah dan Bentuk, Cetakan Kesepuluh(Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 17.
10
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Peran serta rakyat merupakan tolak ukur yang
sangat penting didalam pelaksanaan konsep
demokrasi di Indonesia dalam hal ini dapat
dilihat dari partisipasi masyarakat di dalam
pemilu Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD,
dan DPRD serta pemilihan umum kepala daerah
provinsi, kabupaten / kota.
Demokrasi pertama-tama merupakan gagasan
yang mengandaikan bahwa kekuasaan itu adalah
dari, oleh dan untuk rakyat. Dalam pengertian
yang lebih partisipatif demokrasi itu bahkan
disebut sebagai kondep kekuatan dari, oleh,
untuk dan bersama rakyat. Artinya, kekuasaan
itu pada pokoknya diakui berasal dari rakyat,
dan karena itulah rakyatlah yang sebenarnya
menentukan dan memberik arah serta yang
sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan
kenegaraan. Keseluruhan sistem penyelenggaraan
negara itu pada dasarnya juga diperuntukkan
bagi seluruh rakyat itu sendiri. Bahkan negara
yang baik diidealkan pula agar diselenggarakan
bersama-sama dengan rakyat dalam arti dengan
melibatkan masyarakat dalam arti yang seluas-
luasnya.10
10 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan pilar-PilarDemokrasi, Cetakan Kedua (Jakarta: Konstitusi Press,
11
Menurut Abdul Aziz Hakim, demokrasi adalah
suatu pola pemerintahan dimana kekuasaan untuk
memerintah berasal dari mereka yang diperintah.
Atau demokrasi adalah pola pemerintah yang
mengikut sertakan secara aktif semua anggota
masyaralat dalam keputusan yang diambil oleh
mereka yang diberi wewenang.11
Makna demokrasi merupakan suatu
pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai
unsur utama dalam negara sehingga baik dalam
tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan pemerintah, rakyat seharusnya selalu
berperan aktif dan penentu yang utama. Oleh
karena itu, paham kedaulatan rakyat di atur
didalam UUD 1945. Kedaulatan rakyat yang
terkandung dalam UUD 1945 adalah kombinasi
antara yang berkembang di Barat dan tradisi
budaya Indonesia di masa lalu dan Demokrasi
Politik (Barat) dan Demokrasi Ekonomi
(sosialis).12
2005), Hlm 241.11 Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di
Indonesia, Cetakan Pertama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), hlm 174.
12 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalamKonstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia: Pergeseran Keseimbanganantara Individualisme dan Koletivisme dalam Kebijakan Demokrasi Politikdan Ekonomi Selama Tiga Masa Demokrasi 1945-1980-an, CetakanPertama (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm 6.
12
Konsep demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara telah memberikan ruang
kepada rakyat atau kelompok rakyat tertentu
untuk mengatur dan mengurus kepentingannya
dengan cara membuat dan menjalankan peraturan
sendiri. Rakyat atau kelompok rakyat diberi
kebebasan dalam rangka menantukan nasibnya.13
Konsep demokrasi tentu menjadi pilihan
secara bersama oleh rakyat, dimana dalam konsep
ini partisipasi rakyat dapat dirasakan secara
langsung maupun tidak langsung. Rakyat menjadi
penentu dalam melaksanakan kepantingan yang
telah disepakati secara bersama, sebagaimana
yang di sebutkan dalam UUD 1945 pada Pasal 1
ayat (2) menegasakan bahawa “ Kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Artinya dalam menjalankan
pemerintah yang berdasarkan kerakyatan haruslah
didasari oleh suatu peraturan perundang-
undangan, agar kedaulatan tetap berada pada
tangan rakyat.
Terwujudnya demokrasi atau tidak dalam
suatu negara adalah antara lain, Pemilihan Umum
yang dilaksanakan secara teratur dengan
13 Muhammad Fauzan, Hukum Pemerintah Daerah Kajian TentangHubungan Keungan Antara Pusat dan Daerah, Cetakan Pertama(Yogyakarta: UII-Press, 2006), hlm 18.
13
tenggang waktu yang jelas, kompetitif, jujur
dan adil. Pemilihan umum pada umumnya merupakan
gerbang pertama yang harus dilewati karenan
dengan pemilihan umum lembaga demokrasi dapat
dibentuk seperti misalnya parlemen, kekuasaan
eksekutif, dan lain-lainnya. Kemudian, setelah
pemilihan umum biasanya orang akan melihat
seberapa besarnya kemungkinan akan terjadinya
rotasi kekuasaan. 14
Salah satu bentuk implementasi demokrasi
di Indonesia adalah partisipasi masyarakat
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,
yang berfungsi sebagai wadah yang menyaring
aspirasi rakyat agar dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembentukan peraturan
perundang-undangan berdasarkan atas kepentingan
rakyat. Sehingga peraturan perundang-undangan
yang dibentuk dapat direalisasikan atau
ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Jika
kepentingan rakyat tidak di akomodir tentu akan
menjadi dilema tersendiri dalam penerapannya,
sehingga peraturan perundang-undangan tersebut
tidak dapat diterapakan dan akan dikesampingkan
oleh masyarakat.
14 Syaukani et. al., Otonomi Daerah Dalam NegaraKesatuan, Cetakan Kedua (Yogyakarta: Pustaka Pelajar KerjaSama Puskap, 2002), hlm12.
14
Jenis-Jenis Demokrasi
Dalam teori kita mengenal beberapa macam
demokrasi, demokrasi yang dimaksud terjadi
perbedaan dikarenakan adanya perbedaan dalam
penerapannya. Pada dasarnya demokrasi yang
dimaksud adalah pola pelaksanaan pemerintahan
yang melibatkan rakyat secara umum dalam
menentukan kebijakan-kebijakan yang bersifat
vital dan memiliki damapak yang luas bagi
masyarakat. Di Indonesia menganal adanyanya 2
(dua) macam penerapan demokrasi, baik
dilaksanakan pada masa Orde Lama dan Orde Baru
maupun yang dilaksanakan pasca reformasi yang
diikuti dengan perubahan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945.
Dalam sistem demokrasi politik, khususnya
dalam pemilu, dikenal dua amcam mmekanisme
pemilihan demokrasi yang sering dipatokkan dalam
melaksanakan pemilihan, yaitu mekanisme
demokrasi langsung (direct democration) dan mekanisme
demokrasi tak langsung (indirect democration).15
a. Demokrasi langsung (direct democration)
Demokrasi langsung adalah demokrasi dengan
derajat yang relatif lebih tinggi. Demokrasi
15 Abdul Aziz Hakim, Negara ... op. cit., hlm 197.
15
langsung ditandai oleh fakta bahwa pembuatan
undang-undang, dan juga fungsi eksekutif dan
yudikatif yang utama, dilaksanakan oleh
rakayat didalam pertemuan akbar atau rapat
umum.16
Teori demokrasi secara langsung, memberikan
keleluasan kepada rakyat untuk berpartisipasi
secara langsung dalam mebuat kebijakan-
kebijakan politik. Artinya dalam teori ini
keikutsertaan rakyat dalam menentukan
tuntutan politik demokratik sangat besar
terealisasi, disebabkan rakyat langsung
menentukan pilihannya sendiri.17
Seperti diketahui, demokrasi mempunyai dua
macam pengertian, yaitu demokrasi dalam arti
formal (formele democratie) dan demokrasi dalam
arti material (materieele democratie).18 Demokrasi
adalah suatu pola pemerintahan di mana
kekuasaan untuk memerintah berasal dari
mereka yang diperintah. Atau demokrasi adalah
pola pemerintah yang mengikut sertakan secara
aktif semua anggota masyaralat dalam
16 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara,Cetakan Ketujuh (Bandung: Nusa Media, 2011), hlm 408.
17 Abdul Aziz Hakim, Negara ... op. cit., hlm 197.18 Sri Soemantri, Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Editor H. Dahlan Thaibdan Ni’matul Huda, cetakan Pertama, (Yogyakarta: JurusanHTN Fakultas Hukum UII, 1992), hlm 46.
16
keputusan yang diambil oleh mereka yang
diberi wewenang.19
Demokrasi Langsung merupakan suatu bentuk
demokrasi dimana setiap rakyat dilibatkan
secara langsung dalam memberikan suara atau
pendapat dalam menentukan suatu keputusan.
Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili
dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan
sehingga mereka memiliki pengaruh langsung
terhadap keadaan politik yang terjadi.
Penerapan demokrasi langsung ini diaktualkan
dalam pemilihan umum, dimana rakyat secara
langsung memilih dan menentukan pilihannya
dengan satu suara setiap rakyat dan
diakumulasi secara umum terhadap suara-suara
yang dominan.
b. Demokrasi tidak langsung (indirect democration)
Ciri demokrasi tidak langsung atau
perwakilan, ini adalah suatu demokrasi di
mana fungsi legislatif dijalankan oleh sebuah
parlemen yang dipilih oleh rakyat, dan fungsi
eksekutif dan yudikatif dijalankan oleh
pejabat-pejabat yang juga dipilih melalui
pemilihan umum.20 19 Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di
Indonesia, Cetakan Pertama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011), hlm 174.
20 Hans Kelsen, Teori ... op. cit., hlm 409.
17
Demokrasi tidak langsung atau sering juga
disebut demokrasi perwakilan, didefinisikan
sebagai: corak pemerintahan demokrasi yang
dilakukan melalui badan perwakilan rakyat
yang dipilih oleh rakyat dan bertanggung
jawab kepada rakyat (warga negara diberi hak
turut serta menentukan keputusan politik
melalui badan perwakilan rakyat).21
Sedangkan dalam sistem yang memakai teori
pemilihan secara tak langsung atau demokrasi
prosedural (indirect democration), keikutsertaan
rakyat tidak menjadi prioritas, karena
keinginan-keinginan mereka hanya ditentukan
oleh wakil-wakil mereka yang dipilih dalam
pemilu.22
Dalam penerapan demokrasi tidak langsung,
akan menempatkan seluruh rakyat sebagai
penentu dan pemilih perwakilan melalui
pemilihan umum untuk menduduki jabatan
tertentu khususnya dalam parlemen untuk
mewakili rakyat dalam penyampaian keinginan
rakyat, keputusan-keputusan rakyat dalam
artian sebagai simbol apa yang di tetapkan
wakil rakyat merupakan cerminan keinginan21 Wendy Melfa, Pemilukada (Demokrasi dan Otonomi
Daerah),Cetakan Pertama (Bandar Lampung: BE Press, 2013),hlm 69.
22 Abdul Aziz Hakim, Negara ... op. cit., hlm 197.
18
rakyat secara keseluruhan. Sehingga dalam
pengambilan keputusan dalam bernegara dapat
dilakukan dengan cepat dengan mendapatkan
legitimasi dari wakil rakyat yang dipilih di
parlemen.
Analisis Terhadap Penerapan Asas Demokrasi
Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia merupakan salah satu negara yang
menerapkan sistem demokrasi secara nyata, serta
menempatakan demokrasi dalam Undang-Undang
Dasara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
dasar dalam penyelenggaraan negara. Jadi konsep
demokrasi diterjemahkan dalam prinsip
Kedaulatan Rakyat yang ada dalam Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Baik dalam
pembukaan maupun yang terkandung dalam batang
tubuh UUD itu sendiri. Pasal 1 ayat (2) UUD
1945 menjalaskan bahwa “kedaulan berada di tangan
rakyat dan di laksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.23
Berdasarkan landasan konstitusi tersebut, maka
konsep demokrasi tentu menjadi pilihan secara
23 Sebelum Amandemen UUD 1945 bahwa kedaulatan rakyatdijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Artinya,rakyat memiliki kedaulatan tapi diserahkan kepada MPRuntuk bertindak atas nama Rakyat, meningat MPR sebelumamandemen merupakan lembaga tinggi negara serta memilikikewenangan untuk mengubah UUD 1945 itu sendiri.
19
bersama oleh rakyat, dimana dalam konsep ini
partisipasi rakyat dapat dirasakan secara
langsung maupun tidak langsung. Rakyat menjadi
penentu dalam melaksanakan kepentingan yang
telah disepakati secara bersama, sebagaimana
yang di sebutkan dalam UUD 1945.
Partisipasi masyarakat dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan dapat diartikan
partisipasi politik. Partisipasi politik adalah
kegiatan warga Negara sipil yang bertujuan
untuk mempengaruhi ipengambilan keputusan oleh
pemerintah. Ciri penyelenggaraan Negara yang
demokratis adalah adanya partisipasi dan
pelibatan masyarakat dalam proses rencana
pembuatan kebijakan publik, proses pengambilan
keputusan public dan alasan dari pengambilan
keputusan publik24.
Bentuk partisipasi masyarkat dalam
pemerintahan sangat banyak variasinya. Dalam
negara demokrasi yang menggunakan system
perwakilan, kekuasaan pembentukan peraturan
perundang-undangan hanya ada ditangan kelompok
orang-orang yang telah dipilih melalui
pemilihan umum. Setiap wakil akan bertarung
24 Izza Rumesten, “Model Ideal Partisipasi MasyarakatDalam Pembentukan Peraturan Daerah”, Jurnal Hukum, EdisiNo.1 Vol.12 (2012), hlm. 138
20
dalam parlemen dengan kepentingan umum dan bila
mereka bertindak sebaliknya, maka kursi yang
didudukinya akan hilang dalam pemilihan
berikutnya. Ini sebagai kontrol rakyat kepada
wakilnya25.
Berkaitan dengan pembentukan undang-undang
yang partisipatif, terdapat dua makna yaitu
proses dan substansi. Proses adalah mekanisme
dalam pembetnukan undang-undang yang harus
dilakukan secara transparan sehingga masyarakat
dapat berpartisipasi memberikan masukan-masukan
dalam emngatur suatu persoalan. Sedangkan makna
substansi adalah meteri yang akan diatur harus
situjukan bagi kepentingan masyarakat luas
sehingga menghasilkan suatu undang-undang yang
demokratis berkarakter responsive. Antara
partisipasi, transparansi dan demokratisasi
dalam pembentukan undang-undang merupakan satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan
dalam Negara yang menganut asas demokrasi26.
Dalam Negara yang menganut demokrasi,
partisipasi masyarakat dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan perlu mendapatkan
25 Ibid.26 Saifudin, “Proses Pembentukan Undang-Undang: StudiTentang Partisipasi Masyarakat Dalam Proses PembentukanUndang-Undang”, Jurnal Hukum, Edisi No. Edisi KhususVol.16 (2009), hlm. 97
21
perhatian khusus. Dalam UU No 12 tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan, partisipasi mayarakat dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan
dibahas pasal 96 yang menyatakan kalau
masyarakat berhak memberikan masukan baik
secara lisan maupun tertulis dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan. Bentuk dari
masukan tersebut bisa melalui rapat dengar
pendapat, kunjungan kerja, sosialisasi,
seminar, loka karya, ataupun diskusi.
Menurut Sherry Arnstein sebagaimana yan g
dikutip oleh Izza Rumseten, peran serta
masyarakat berdasarkan kekuatan masyarakat
untuk memengaruhi hasil akhir kebijakan
pemerintah dapat dilakukan melalui bebebrapa
cara, yaitu manipulasi, terapi,
penginformasian, konsultasi, peredaman,
kemitraan, delegasi kekuasaan dan kendali
masyarakat. Berdasarkan tahapan tersebut,
kemudian Sirajudin mengklasifikasikannya
menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama,
diklasifikasikan sebagai tidak adanya
partisipasi yaitu tingkat manipulasi dan
terapi. Tingkat kedua sebagai partisipasi semu
yaitu tingkat peredaman, konsultasi dan
22
informasi. Dalam tingakatan yang kedua ini
masyarakat didengarkan dan diperkenankan
berpendapat, tetapi tidak memiliki kemampuan
dan tidak ada jaminan bahwa pandangan mereka
akan dipertimbangkan sevara sungguh-sungguh
oleh penentu kebijakan. Tingakat ketiga adalah
kekuasaan masyarakat, yaitu tingkat kemitraan,
delegasi kekuasaan dan kendali masyarakat.
Dalam tingakat ini masyarakat memeiliki
pengaruh dalam proses penentuan kebijakan27.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan
oleh Saifudin, proses pembentukan undang-undang
dalam empat aspek, yakni aspek kelembagaan,
aspek mayarakat, aspek pengaturan dan aspek
pembahasan RUU. Seluruh aspek tersebut telah
mendorong adanya transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas yang pada akhrinya bermuara pada
demokratisasi dalam proses pembuatan undang-
undang sehingga menghasilkan undang-undang yang
mendekati rasa keadilan dalam masyarakat.
Berikut ini tabel hasil penelitian yang
dilakukan oleh Saifudin terhadap tiga produk
undang-undang28
27 Izza Rumesten, op. cit., hlm. 14528Saifudin, hlm. 103
23
No Bentuk
Partisipasi
UU
Sisdikn
as
UU
Pemil
u
UU
Ketenagaker
jaan
Jumla
h
1 Usulan dibuatnya
UU
- - 1 1
2 Penyampaian UU
Alternatif
1 2 1 4
3 Tanggapan
tertulis berupa
opini, kritik
maupun masukan
terhadap RUU
63 115 28 206
4 Penolakan atau
dukungan
terhadap RUU
43 - 42 85
5 Penyampaian
aspirasi/permasa
lahan berkaitan
dengan RUU
26 6 5 37
6 Poster-poster
dalam unjuk rasa
baik dukungan
mapun penolakan
terhadap RUU
9 - 13 22
Jumlah 142 123 90 355
24
Kesimpulan
Demokrasi yang digunakan di Indonesia adalah
demokrasi perwakilan, setiap warga Negara—yang
memenuhi syarat untuk memilih—menggunakan hak
suaranya untuk memilih wakilnya, hal itu berarti
kedaulatan yang dimiliki oleh rakyat diwakilkan
kepada para pejabat untuk menjalankan tugas-
tugasnya salah satunya tugas membentuk peraturan
perundang-undangan.
Karena kedaulatan yang sejatinya ada ditangan
rakyat, maka dalam membentuk berbagai peratruan
perundang-undangan juga harus mendengarkan
25
berbagai aspirasi dari rakyat. Bentuk aspirasi
sebenarnya banyak ragamnya, namun dalam UU No 12
tahun 2011, wujud dan bentuk penyampaian asprirasi
rakyat dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan dengan lisan ataupun tertulis ditentukan
hanya melalui rapat dengar pendapat, kunjungan
kerja, sosialisasi, seminar, loka karya, ataupun
diskusi.
Sebagai salah satu Negara penganut demokrasi
terbaik, sangat disayangkan pengaturan tentang
asipriasi rakyat dalam proses pembuatan peraturan
perundang-undangan hanya dimuat dalam satu pasal
saja. Padahal jalannya proses kegiatan dalam
Negara ditentukan dengan hukum, maka hukum yang
dihasilkan haruslah hukum yang sesuai dengan
kehendak rakyat.
Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan
oleh Saifudin, semenjak reformasi, aspirasi rakyat
dalam proses pembuatan perundang-undangan benar-
benar terwujud dari mulai usul dibentuknya undang-
undang sampai dengan poster-poster yang berisi
penolakan.
26
Daftar Pustaka
A. Buku dan Jurnal
Asshiddiqie, Jimly. Konsolidasi & Konstitusionalisme Indonesia.
Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
------------------------. Perkembangan & Konsolidasi Lembaga
Negara Pasca Reformasi. Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar
Grafika, 2012.
------------------------, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam
Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia: Pergeseran Keseimbangan
antara Individualisme dan Koletivisme dalam Kebijakan Demokrasi Politik
dan Ekonomi Selama Tiga Masa Demokrasi 1945-1980-an. Cetakan
Pertama. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Aziz Hakim, Abdul. Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Budiardjo, Miriam. Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Cetakan
Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
C.F Strong. Konstitusi-Konstittusi Politik Modern Studi Perbandingan
Tentang Sejarah dan Bentuk. Cetakan Sepuluh. Bandung:
Nusa Media, 2012.
Fauzan, Muhammad. Hukum Pemerintah Daerah Kajian Tentang
Hubungan Keungan Antara Pusat dan Daerah. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: UII-Press, 2006.
27
Huda, Ni’matul. Lembaga Negara dalam Masa Transisi Demokrasi.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: UII Press, 2007.
Kelsen, Hans. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Cetakan
Ketujuh. Bandung: Nusa Media, 2011Marijan, Kacung. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca-
Orde Baru. Cetakan Pertama. Jakarta: Kencana, 2010.
Melfa, Wendy. Pemilukada (Demokrasi dan Otonomi Daerah). Cetakan
Pertama. Bandar Lampung: BE Press, 2013.
Prihatmoko, J. Joko. Pemilihan Kepala Daerah Langsung Filosofi, Sistem
dan Problema di Indonesia. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Bekerja Sama LP3M, 2005.
Rumesten ,Izza, “Model Ideal Partisipasi Masyarakat Dalam
Pembentukan Peraturan Daerah”, Jurnal Hukum, Edisi No.1
Vol.12 (2012)
Saifudin, Partisipasi Publik dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, Cetakan Pertama Yogyakarta: UII
Press, 2009----------, “Proses Pembentukan Undang-Undang: Studi Tentang
Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembentukan Undang-
Undang”, Jurnal Hukum, Edisi No. Edisi Khusus Vol.16
(2009)
Soemantri, Sri. Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia, Editor H. Dahlan Thaib
dan Ni’matul Huda. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Jurusan HTN Fakultas Hukum UII, 1992.
28
Syaukani et. al., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan.
Cetakan Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kerja
Sama Puskap. 2002.
Suyanto, Djoko. Evaluasi Pemilukada dari Perspektif Ketahanan
Nasional (Demokrasi Lokal Evaluasi Pemilukada di Indonesia).
Cetakan Pertama. Jakarta: Konstitusi Press, 2013.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945. Yogyakarta:
Pustaka Grhatama, 2009.
Indonesia. Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan