DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN DEMOKRASI
Negara-negara modern dewasa ini menggolongkan diri mereka ke dalam
demokrasi, yaitu negara yang pemerintahanya dijalankan “ dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat”, sekalipun dalam mekanisme pemerintahanya baik yang
menyangkut infrastruktur politik maupun suprastruktur politik, berbeda satu dengan
yang lain.
Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi
di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem
demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri
Sulisto (Indonesia Berpotensi Jadi Kiblat Demokrasi di Asia, 2007), keberhasilan
Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di
kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan
„tangan besi‟. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem
demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi.
Pengertian Pendidikan Demokrasi
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering
terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara
otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang
berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan
umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah
menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
1
Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani
yaitu Demos dan Kratein.Demos berarti rakyat, sedangkan kratein berarti
kekuasaan. Bentuk kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat.
Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di
sekolah sesuai dengan kemampuannya. Pengertian demokratik di sini
mencakup arti baik secara horizontal maupun vertikal.
Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak
ada kecualinya, mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati
pendidikan sekolah. Hal ini tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu :
“Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Sementara itu,
demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat kesempatan yang
sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya
sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam
pendidikan, demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha
pada si anak didik dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan
sosial, dan sebagainya). Di kalangan Taman Siswa dianut sikap tutwuri
handayani, suatu sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh
dan berkembang menurut kodratnya.
Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik
agar semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan
nilai-nilai demokrasi, agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang
demokratis.
2
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan
pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara
pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengelola pendidikan.
Indonesia sesungguhnya memiliki pengalaman yang kaya akan
pendidikan demokrasi. Menurut Udin S. Winataputra (Winataputra, 2008),
sejak tahun 1945 sampai sekarang instrument perundangan sudah
menempatkan pendidikan demokrasi dan HAM sebagai bagian integral dari
pendidikan nasional. Misalnya, dalam usulan BP KNIP tanggal 29 Desember
1945 dikemukakan bahwa “Pendidikan dan pengajaran harus membimbing
murid-murid menjadi warga negara yang mempunyai rasa tanggung jawab”,
yang kemudian oleh kementrian PPK dirumuskan dalam tujuan pendidikan:
“..untuk mendidik warga negara yang sejati yang bersedia menyumbangkan
tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat” dengan cirri-ciri sebagai
berikut: “Perasaan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa; perasaan cinta kepada
Negara; perasaan cinta kepada bangsa dan kebudayaan; perasaan berhak dan
wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kekuatannya;
keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan
masyarakat; keyakinan bahwa orang yang hidup bermasyarakat harus tunduk
pada tata tertib; keyakinan bahwa pada dasarnya manusia itu sama derajatnya
sehingga sesama anggota masyarakat harus saling menghormati, berdasarkan
rasa keadilan dengan berpegang teguh pada harga diri; dan keyakinan bahwa
Negara memerlukan warga Negara yang rajin bekerja, mengetahui kewajiban,
dan jujur dalam pikiran dan tindakan”. Dari kutipan di atas, dapat dilihat
bahwa semua ide yang terkandung dalam butir-butir rumusan tujuan
pendidikan nasional sesungguhnya merupakan esensi pendidikan demokrasi
dan HAM.
3
Hubungan Pendidikan dan Demokrasi
Dalam perspektif studi cultural, sistem pendidikan merupakan bagian
yang terintegrasi dari sistem budaya, sosial, politik, dan ekonomi sebagai
suatu kebutuhan. Sistem Negara dan pendidikan merupakan sistem yang
terintegrasi dalam sistem kekuasaan. Dalam kaitan ini, terdapat hubungan
yang erat antara pendidikan dan demokrasi yaitu:
1. Pendidikan sebagai sarana perubahan budaya masyarakat
Masalah pendidikan tidak lepas dari kebudayaan suatu masyarakat
dan politik di dalamnya. Proses pendidikan bersifat dinamis yang
menggerakkan dan merubah nilai-nilai suatu masyarakat sesuai dengan
perubahan kehidupan yang ada. Pendidikan dipengaruhi oleh bentuk-
bentuk kebudayaan masyarakat lokal maupun nasional dengan dinamika
yang ditentukan oleh kemampuan-kemampuan pribadi sebagai anggota
masyarakat. Dengan demikian, tanpa pendidikan tidak mungkin suatu
masyarakat dapat merubah budaya dan negaranya ke arah yang lebih baik.
2. Pendidikan sebagai pelaksana kekuasaan negara
System pendidikan dapat merubah gaya hidup suatu masyarakat
karena dapat merubah tingkah laku seseorang dalam berpikir yang lebih
terbuka. Dalam pandangan studi cultural, peran Negara dapat bersifat
positif apabila lembaga-lembaga pendidikan juga mempunyai control
terhadap pelaksanaan kekuasaan Negara. Masyarakat berhak ikut serta
dalam setiap proses pelaksanaan pendidikan sejak pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi lembaga pendidikan.
Atas dasar tersebut, pembangunan suatu mayarakat hanya dapat
terjadi apabila masyarakat itu sendiri mempunyai sikap demokratis,
4
kesatuan bangsa atau nasionalisme, dan rasa persatuan. Masyarakat akan
kritis terhadap kebijakan yang dimunculkan oleh penguasa. Dan dari sikap
kritis tersebut akan menjadi benih bagi demokratisasi penyelenggaraan
Negara.
3. Tujuan otonomi pendidikan yang sejalan dengan Negara demokratis
Hakikat pendidikan demokratis sendiri adalah pemerdekaan.
Sedangkan tujuan pendidikan dalam suatu Negara yang demokratis adalah
membebaskan anak bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan berbagai
perbudakan lainnya. Hal ini sejalan dengan tujuan otonomi pendidikan
yang memberdayakan manusia melalui otonomi lembaga-lembaga
pendidikan di masyarakat baik dalam bentuk pendidikan Negara maupun
pendidikan swasta. Eksistensi pendidikan swasta menunjukkan dengan
jelas bahwa antara politik dan pendidikan saling berkaitan. Keterkaitan ini
menandakan bahwa politik tidak lepas dari pendidikan dan demikian pula
pendidikan tidak bisa lepas dari politik.
Seorang tokoh demokrasi dan pendidikan, John Dewey juga
melihat hubungan yang begitu erat antara pendidikan dan demokrasi.
Dewey mengatakan bahwa apabila kita berbicara mengenai demokrasi,
maka kita memasuki wilayah pendidikan. Menurutnya pendidikan
merupakan sarana bagi tumbuh dan berkembangnya sikap demokrasi. Oleh
karena itu pendidikan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari
penyelenggaraan Negara yang demokratis.
Tujuan Pendidikan Demokrasi
Tujuan pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga
masyarakat berpikir kritis dan berpikir demokratis. Namun demikian dalam
5
Kaitan dengan pendidikan, persoalan, yang muncul adalah mungkinkah
pendidikan demokrasi dilangsungkan dalam suasana sekolah yang sangat
birokratis, hirairkis-sentralistis dan elitis.
Dengan demikian tampaklah bahwa demokrasi pendidikan merupakan
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara
pendidik dan anak didik, serta juga dengan pengeola pendidikan.
Karena itulah demokrasi pendidikan dalam pengertian yang lebih luas,
patut selalu dianalisis sehingga memberikan manfaat dalam praktek
kehidupan dan pendidikan yang paling tidak mengandung hak-hak sebagai
berikut:
a. Rasa hormat terhadap harkat dan martabat sesama manusia.
Dalam hal ini demokrasi dianggap sebagai pilar pertama untuk
menjamin persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis
kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa.
b. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat.
Dengan acuan prinsip inilah yang melahirkan adanya pandangan
bahwa manusia itu haruslah dididik, karena dengan pendidikanlah
manusia akan berubah dan berkembang kearah yang lebih sehat dan baik
serta sempurna.
c. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama.
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah berarti dibatasi
oleh kepentingan individu-individu lain, atau dengan kata lain bahwa
seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati kepentingannya.
6
Maka dari itu prinsip demokrasi pendidikan adalah sangat dipengaruhi
oleh konteks dimana pikiran itu ada, sifat dan jenis masyarakat apa yang
melatarbelakangi masalah tersebut. masyarakat agraris berbeda dengan
masyaraklat modern. Masyarakat pedesaan (prosentasi desa lebih besar
daripada kota), akan juga berbeda adanya. Dalam kaitannya dengan prinsip-
prinsip tersebut, ada 3 butir hal-hal sebagai berikut:
1. Keadilan dalam kesempatan belajar bagi semua warga negara, dengan cara
adanya pembuktian kesetiaan pada sistem politik yang ada.
2. Dalam rangka pembentukan pemerintahan nasional dan karakter bangsa
sebagai bangsa yang baik.
3. Suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional dalam rangka prinsip
modernisasi bangsa lewat pendidikan/perencanaan pendidikan.
Pelaksanaan Demokrasi Pendidikan di Indonesia
Demokrasi pendidikan merupakan proses buat memberikan jaminan
dan kepastian adanya persamaan kesempatan buat mendapatkan pendidikan di
dalam masyarakat tertentu.
Pelaksanaan demokrasi pendidikan di Indonesia pada dasarnya telah
dikembangkan sedemikian rupa dengan menganut dan mengembangkan asas
demokrasi dalam pendidikannya, terutama setelah diproklamirkannya
kemerdekaan, hingga sekarang. Pelaksanaan tersebut telah diatur dalam
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti berikut ini:
Pasal 31 UUD 1945;
Ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Ayat (2): pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
7
Dengan demikian di negara Indonesia, semua warga negara diberikan
kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan, yang penyelenggaraan
pendidikannya diatur oleh satu undang-undang sistem pendidikan nasional,
dalam hal ini tentu saja UU nomor 2 tahun 1989.
UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Menurut
UU ini, cukup banyak dibicarakan tentang demokrasi pendidikan, terutama yang
berkaitan dengan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan,
misalnya:
Pasal 5; Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan.
Pasal 6; Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
Pasal 7; Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan
pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan
dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Pasal 8;
1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak
memperoleh pendidikan luar biasa.
2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
berhak memperoleh perhatian khusus.
3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan (2)
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pendidikan dapat menjadi salah satu upaya strategis pendemokrasian
bangsa indonesia, khususnya di kalangan generasi muda. pendidikan yang
8
dimaksud adalah model pendidikan yang berorientasi pembangunan karakter
bangsa melalui pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek
pembelajaran melalui cara-cara pebelajaran yang demokratis, partisipatif,
kritis, kreatif, dan menantang aktualisasi diri mereka. Dalam konteks ini,
proses belajar tidak lagi menjadi monopoli dosen maupun guru, tetapi menjadi
milik bersama dan menjadikan proses belajar sebagai wadah untuk dialog dan
belajar bersama.
Pendidikan model ini sangat relevan bagi pengembangan pendidikan
demokraasi, yang biasa dikenas sebagai pendidikan kewargaan (Civic
Education). Sebagai komponen warga negara, pengalaman mahasiswa dan
siswa dalam praktik berdemokrasi di kelas akan sangat berharga bagi proses
transpormasi nilai-nilai demokrasi dan HAM dalam kehidupan sosial.
Kampus dan sekolah dengan demikian dapat berfungsi sebagai laboratorium
dan katalis demokrasi. Tetapi, menjadikan kampus dan sekolah sebagai
tempat pendadaran demokrasi tidak akan maksimal tanpa dukungan
komponen civitas akademika, staf, karyawan, dan pimpinan.
Peran lembaga pendidikan tinggi sangatlah penting dan strategis dalam
proses pengembangan budaya demokrasi di kalangan generasi muda. sejarah
telah membuktikan bahwa mahasiswa adalah tulang punggung gerakan
reformasi. mahasiswa tercatat sebagai kekuasaan genuine dari gerakan
reformasi di indonesia. ketulusan, semangat, dan keberpihakan pada nasib
rakyat dan masa depan indonesia telah menjadikan mahasiswa sebagai agen
perubahan di indonseia yang selalu diperhitungkan dari masa ke masa.
Permasalahan penerapan pendidikan demokrasi
Permasalahn Pendidikan di IndonesiaSalah satu penghambat dalam
pendidikan di Indonesia adalah munculnya beberapa masalah. Padahal
pendidikan merupakan cara yang utama dalam peningkatan mutu SDM
9
Indonesia. Kali ini masalah yang muncul dalam pembahasan makalah
demokrasi pendidikan di Indonesia meliputi :
a. Rendahnya partisipasi masyarakat UUSPN pasal 54 ayat 2 menyatakan
bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan.Setelah dijelaskan di atas tentang undang-
undang yang menerangkan pentingnya partisipasi masyarakat. Tapi dalam
praktiknya peran masyarakat dalam pendidikan rendah. Misalnya masih
rendahnya pemikiran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, ada
kalanya dalam hal kegiatan sekolah kadang kala orang tua kurang
mendukung dalam kegiatan sekolah tersebut, dan lain-lain.
b. Rendahnya inisiatif kebijakan yang kurang demokratis. Telah dijelaskan
kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan. Kebijakan
Pemerintah ini kurang demokratis dalam hal kurang meratanya
pendidikan. Pemerintah hanya mempertimbangkan potensi pendidikan
secara nasional. Padahal setiap daerah potensi dalam hal pendidikan
berbeda-beda. Masalah ini menimbulkan kurang demokratisnya kebijakan
pemerintah.
c. Tantangan kehidupan global. Lambat laun semua hal mengalami
perkembangan. Salah satunya dalam hal pendidikan. Pendidikan juga
mengalami perkembangan secara global. Buktinya pemerintah kita
menyempurnakan kurikulum yang dulunya hanya menyangkut kognitif
saja. Sekarang terdiri aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Lebih khusus
dalam hal demokrasi pendidikan juga mengalami perkembangan. Tapi hal-
hal yang terkait dalam pendidikan belum mengikuti perkembangan global.
10
Solusi menghadapi permasalahan penerapan pendidikan demokrasi
Usaha Dalam Penyelesaian Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Dalam menyelesaikan permasalah pendidikan di Indonesia terdapat beberapa
usaha, antara lain sebagai berikut :
a. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan
dan standar kompetensi pendidikan misalnya dengan penyempurnaan
kurikulum, pelaksanaan paradigma pendidikan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan dasar Negara Indonesia yaitu
pancasila yang didalamnya mengandung unsur – unsur pendidikan yang
Berketuhanan, Berkemanusiaan, dan Berbudi pekerti luhur dengan
diterapkannya paradigma ini maka demokrasi pendidikan akan dapat
diwujudkan.
b. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan misalnya kebijakan
pemerintah dengan mencananangkan DANA BOS [bantuan operasional
sekolah] ini sangat bermanfaat untuk perbaikan gedung – gedung sekolah,
menambah media belajar siswa, untuk memperbaiki sarana dan prasarana
pendidikan yang kurang memadai, menambah referensi buku – buku
perpustakaan, membuat laboratorium praktek sesuai standar selain DANA
BOS ada juga beasiswa bagi anak yang orang tuanya kurang mampu
maupun anak yang berprestasi baik, ini sangat membantu kelangsungan
pendidikan mereka.
c. Peningkatan relevansi pendidikan mengandung arti karena ada
ketidakserasian antara hasil pendidikan [output] dengan kebutuhan dunia
kerja. Yang menjadi masalah utama karena ketrampilan yang di miliki
tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Sehingga sekarang banyak berdiri
sekolah – sekolah kejuruan yang mencetak siswa untuk dapat mempunyai
ketrampilan sesuai profesi yang diinginkan.
d. Untuk mengatasi rendahnya kualitas guru pemerintah sekarang
mengeluarkan kebijakan bahwa guru SD minimal harus S1 [strata 1] dan
11
dalam proses belajar mengajar harus sesuai dengan kode etik guru untuk
meminimalisir hal- hal yang tidak diinginkan, serta guru itu tidak hanya
mengajar tetapi harus memberi contoh yang baik dan teladan bagi siswa-
siswinya.
e. Untuk mengatasi rendahnya kesejahteraan guru sekarang pemerintah
menaikkan gaji guru, berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
gaji, tunjangan profesi dan lain – lain, sehingga dengan meningkatkan
kesejahteraan guru diharapkan guru itu dapat mencintai profesinya dengan
utuh artinya guru itu tidak akan mencari pekerjaan sampingan untuk
menambah penghasilan jadi dapat berkonsentrasi dalam proses pendidikan
khususnya proses belajar mengajar.
RULE OF LAW
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of
Law. Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk
perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan
negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan. Negara Indonesia
pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”, yang sejalan
dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum atau
nomos. Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa
hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi.
Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya
berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum hendaklah
dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau kedaulatan
rakyat atau democratische rechstssaat. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan,
ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka atau
machtsstaat. Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada di tangan
rakyat yang dilakukan menurut Undang-Undang Dasar atau constitutional democracy
yang diimbangi dengan penegasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum
12
yang berkedaulatan rakyat atau demokratis (democratische rechtsstaat). (Asshiddiqie,
2005)
Prinsip dasar Rule Of Law
Prinsip-prinsip secara formal (in the formal sense) Rule Of Law tertera dalam
UUD 1945 dan pasal-pasal UUD negara RI tahun 1945. Inti dari Rule Of Law
adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya, khususnya keadilan
sosial. Prinsip-prinsip Rule of Law Secara Formal (UUD 1945)
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1: 3)
2. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa
kecuali (pasal 27:1)
3. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (pasal 28 D:1)
4. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja ( pasal 28 D: 2)
Prinsip-prinsip Rule of Law secara Materiil/ Hakiki :
a. Berkaitan erat dengan the enforcement of the Rule of Law
b. Keberhasilan the enforcement of the rule of law tergantung pada
kepribadian nasional masing-masing bangsa (Hartono, 1982)
c. Rule of law mempunyai akar sosial dan akar budaya Eropa (Rahardjo,
2003) (Satdjipto Rahardjo, 2003)
d. Rule of law juga merupakan suatu legalisme, aliran pemikiran hukum,
mengandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antarmanusia,
masyarakat dan negara.
e. Rule of law merupakan suatu legalisme liberal (Rahardjo, 2003).
Hubungan Rule Of Law Dengan Negara
Pelaksanaan Rule of Law di Indonesia seharusnya mempertimbangkan
hal-hal:
13
1. Keberhasilan the enforcement of the rue of law tergantung pada sejarah
dan corak masyarakat hukum dan pada kepribadian masing-masing
bangsa.
2. Rule of Law adalah suatu institusi sosial, memiliki struktur sosiologis dan
akar budaya sendiri
Hubungan Rule Of Law Dengan HAM (Hak Asasi Manusia)
Peerenboom (Peerenboom) menyatakan bahwa yang menjadi
persoalan bukanlah prinsip-prinsip rule of law, tetapi adalah kegagalan untuk
menaati prinsip-prinsip tersebut. Akan tetapi yang jelas menurutnya adalah
bahwa rule of law bukanlah „obat mujarab‟ yang dapat mengobati semua
masalah. Bahwa rule of law saja tidak dapat menyelesaikan masalah.
Peerenboom menyatakan bahwa rule of law hanyalah satu komponen untuk
sebuah masyarakat yang adil. Nilai-nilai yang ada dalam rule of law
dibutuhkan untuk jalan pada nilai-nilai penting lainnya. Dengan demikian rule
of law adalah jalan tetapi bukan „tujuan‟ itu sendiri.
Berkaitan dengan hak asasi manusia sendiri, terutama hak ekonomi,
sosial dan budaya, adalah menarik bahwa Peerenboom menyatakan rule of
law sangat dekat dengan pembangunan ekonomi. Selanjutnya dia menyatakan
bahwa memperhitungkan pentingnya pembangunan ekonomi bagi hak asasi
manusia maka dia menyatakan agar gerakan hak asasi manusia memajukan
pembangunan.
Di sini sangat penting untuk diingat bahwa menurut Peerenboom
sampai sekarang kita gagal untuk memperlakukan kemiskinan sebagai
pelanggaran atas martabat manusia dan dengan demikian hak ekonomi, sosial
dan budaya tidak diperlakukan sama dalam penegakan hukumnya seperti hak
sipil dan politik. Dalam pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya,
menurutnya rule of law saja tidak akan cukup untuk dapat menjamin
pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya tanpa adanya perubahan tata
14
ekonomi global baru dan adanya distribusi sumber alam global yang lebih adil
dan seimbang. Oleh karena itu menurutnya pemenuhan hak ekonomil, sosial
dan budaya juga memerlukan perubahan yang mendasar pada tata ekonomi
dunia. Terakhir yang harus dicatat adalah peringatan Peerenboom tentang
bahaya demokratisasi yang prematur. Menurutnya kemajuan hak asasi
manusia yang signifikan hanya dapat tercapai dalam demokrasi yang
consolidated, sementara demokrasi yang prematur mengandung bahaya yang
justru melemahkan rule of law dan hak asasi manusia terutama pada negara
yang kemudian terjadi kekacauan sosial (social chaos) atau pun perang sipil
(civil war). Hal lain yang penting dikemukakan oleh Peerenboom adalah
bahwa rule of law membutuhkan stabilitas politik, dan negara yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk dan menjalankan sistem hukum
yang fungsional. Stabilitas politik saja tidak cukup. Dalam hal ini dibutuhkan
hakim yang kompeten dan peradilan yang bebas dari korupsi.
Pada intinya Peerenboom menyatakan bahwa walaupun rule of law
bukanlah obat mujarab bagi terpenuhinya hak asasi manusia, namun
demikian, adalah benar pelaksanaan rule of law akan menyebakan kemajuan
kulitas hidup dan pada akhirnya terpenuhinya hak asasi manusia.
KESIMPULAN
Pendidikan dan demokrasi dalam kaitannya antara sistem Negara dan
pendidikan merupakan system yang terintegrasi dalam system kekuasaan yang
mempunyai hubungan erat, yaitu pendidikan sebagai sarana perubahan budaya
masyarakat, sebagai pelaksana kekuasaan Negara, dan tujuan otonomi
pendidikan yang sejalan dengan Negara demokratis.
Demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga
dengan pengelolaan pendidikan tanpa memandang suku, kebangsaan, agama
15
maupun ras. Juga tidak membedakan antara si kaya dan si miskin, karena setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan
mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya
yaitu oranr-orang yang jujur tidak memihak dan hanya memikirkan keadilan
tidak terkotori hal yang buruk. Ada tidaknya rule of law pada suatu negara
ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti
perlakuan adil, baik sesame warga Negara maupun pemerintah.
Rule of Law juga mempunyai kaitan erat dengan HAM (Hak Asasi Manusia),
dimana jika pelaksanaan Rule of Law benar akan menyebakan kemajuan kulitas
hidup dan pada akhirnya terpenuhinya hak asasi manusia.
REFERENSI
Asshiddiqie, J. 2005. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press.
Hartono, S. 1982. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Jakarta: Bina Cipta.
Indonesia Berpotensi Jadi Kiblat Demokrasi di Asia. (9 November 2007). Dipetik Maret 8,
2015, dari ANTARANEWS.com: http://www.antaranews.com/berita/83025/indonesia-
berpotensi-jadi-kiblat-demokrasi-di-asia
Peerenboom, R. P. Human rights and Rule of Law: Whatist the Relationship. Dipetik Maret 8,
2015, dari Scholarship Repository, University of California:
http://repositories.cdlib.org/uclalaw/plltwps/5-21
Rahardjo, S. 2003. Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia. Jakarta: Buku Kompas.
Winataputra, U. S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.