laporan praktikum pteridologi - baixardoc
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of laporan praktikum pteridologi - baixardoc
LAPORAN PRAKTIKUM PTERIDOLOGI
Acara Divisi Pterophyta, Arthrophyta, Phsilophyta dan Lycophyta
Disusun oleh:
Nia Rakhmayanti Nurdin
M0411045
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan
tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia.
Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas
mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar,
batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan
antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun secara
tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam
memelihara ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan
tanah terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan.
Tumbuhan paku merupakan salah satu tanaman yang tidak lepas dari
usaha penyederhanaan obyek studi. Hal ini berkaitan dengan jumlah dan
keanekaragaman tumbuhan paku yang sangat besar di alam, yaitu mecapai kurang
lebih 9000 spesies. (Wilson dan Loomis, 1966).
Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan
tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis
hingga dekat kutub utara dan selatan. Mulai dari hutan primer, hutan sekunder,
alam terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab,
basah, rindang, kebun tanaman, pinggir jalan paku dapat dijumpai (Loveless,
1989).
Di sisi lain, tumbuhan paku juga memiliki nilai ekonomi yang cukup
tinggi,terutama pada keindahannya dan sebagai tanaman holtikultura, sebagai
tanaman hias (Polunin, 1994). Dan tumbuhan paku juga dapat dimanfaatkan untuk
sayuran dan obat-obatan tradisional.
Tumbuhan yang ada di alam ini mempunyai jumlah yang beraneka-
ragam sehingga menimbulkan kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek
studi melalui klasifikasi, identifikasi dan pemberian nama yang tepat untuk setiap
kelompok tumbuhan dengan memanfaatkan karakter yang terdapat pada setiap
tumbuhan, dan menggolongkannya ke dalam kelompok-kelompok tertentu
(Tjitrosoepomo, 1993).
Penyebaran dan keanekaragaman tumbuhan paku memang sangat besar,
begitu pula dengan potensi dan manfaatnya yang cukup penting baik untuk
tanaman hias, sayuran,obat-obatan hingga peranannya sebagai keseimbangan
ekosistem. Namun, data dasar tumbuhan paku berkenaan dengan komposisi,
keanekaragaman dan distribusi belum banyak terungkap. Oleh karena itu, pada
laporan ini dibahas tentang klasifikasi dan deskripsi dari berbagai tumbuhan paku.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakter-karakter umum Divisi Pterophyta, Arthrophyta,
Lycophyta dan Psilophyta?
2. Bagimana mengidentifikasi anggota Divisi Pterophyta, Arthrophyta,
Lycophyta dan Psilophyta?
3. Bagaimana membedakan anggota-anggota Divisi Pterophyta, Arthrophyta,
Lycophyta dan Psilophyta?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui karakter-karakter umum Divisi Pterophyta,
Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi anggota Divisi Pterophyta,
Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta.
1. Mahasiswa dapat membedakan anggota-anggota Divisi Pterophyta,
Arthrophyta, Lycophyta dan Psilophyta.
D. Manfaat Penulisan
Pembuatan laporan praktikum Pteridophyta ini diharapkan dapat
menambah dan memberikan informasi serta wawasan tentang tumbuhan paku
baik ciri-cirinya maupun identifikasi anggota tiap divisi kepada pembaca,
lebih khususnya bagi para praktikan sendiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati yang
utama di dunia. Walaupun luasnya hanya meliputi 1,3% permukaan bumi namun
kawasan ini mengandung berbagai jenis makhluk hidup. Ditinjau dari
keanekaragaman tumbuhan ditemukan 225-300 jenis bakteri dan alga biru, 4.280-
12.000 jenis jamur (Fungi), 1.000-18.000 jenis ganggang (Alga), 1500 jenis lumut
(Bryophyta), 1.250- 1.500 jenis paku-pakuan (Pteridophyta), 100 jenis
Gymnospermae dan 2500-30.000 jenis tumbuhan berbunga (Angiospermae)
dengan 100-150 suku tumbuhan (Hasairin et al, 1997).
Menurut Tjittrosoepomo (1988), tumbuhan paku merupakan divisi yang
warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tumbuhan dengan nyata dapat
dibedakan dengan tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun namun belum
menghasilkan biji.
Kebanyakan tumbuhan paku memiliki perawakan yang khas, yaitu
adanya daun muda yang bergulung yang akan membuka jika dewasa, ciri yang
hampir unik ini disebut vernasi bergelung sebagai akibat lambatnya pertumbuhan
permukaan daun sebelah atas daripada sebelah bawah pada perkembangan
awalnya (Loveless, 1989).
Dunia tumbuhan secara umum dibagi mejadi 5 kelompok besar dalam
divisi. Kelima divisi tersebut dari yang paling sederhana ke yang paling komplek
yaitu Divisi Schyzophyta yaitu tumbuhan belah; yang menjadi anggota
Schizophyta adalah semua tumbuhan yang cara reproduksinya dengan membelah
diri, inti sel belum berdinding dan secara umum bersifat uniseluler. Contoh dari
Divisi Schizophyta adalah bakteri dan alga biru. Divisi berikutnya adalah Divisi
Thallophyta, yaitu kelompok tumbuhan yang dapat multiseluler ataupun
uniseluler namun sudah memiliki inti yang sesungguhnya. Contoh dari Divisi
Thallophyta adalah alga dan jamur. Meningkat pada kelompok tumbuhan lain
yang struktur akar dan batangnya belum ada, namun sel telah mengalami
diferensiasi dan spesialisasi adalah kelompok Bryophyta. Pteridophyta adalah
divisi yang semua anggotanya telah memiliki akar, batang dan daun yang sudah
jelas. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan spora
(Tjitrosoepomo, 1988).
Pada beberapa jenis paku yang hidup di tanah, batang tumbuhan paku
sejajar dengan tanah. Karena tumbuhnya menyerupai akar maka batang tersebut
dinamakan rizoma. Batang ini sering tertutup oleh rambut atau sisik berfungsi
sebagai pelindungnya. Dari rizoma ini pula tumbuh akar – akar yang lembut.
Daun paku ada yang berbentuk tunggal, majemuk ataupun menyirip ganda.
Helaian daun secara menyeluruh disebut ental, terkadang tumbuh dua macam
ental, yaitu yang subur dan mandul. Pada ental yang subur tumbuh sporangia pada
permukaan daun bagian bawah. Kumpulan dari sporangia disebut sorus sedangkan
sekumpulan sorus itu sendiri disebut dengan sori. Spora terletak pada kotak spora
(sporangium) dan tidak jarang sorus tersebut dilindungi oleh suatu lapisan
penutup yang disebut indusium yang umumnya berbentuk ginjal. (Sastrapradja,
1979).
2. Karakteristik Tumbuhan Paku
Organ paku-pakuan terdiri atas dua bagian, yaitu:
1) Organ vegetatif, yang terdiri dari akar, batang dan daun (organum
nutritivum).
a. Akar
Akar paku adalah serabut. Pada bagian ujungnya tudung akar atau
kaliptra.
Di belakang tudung akar terdapat titik tumbuh akar berbentuk
bidang
empat, yang aktifitasnya adalah :
Ke luar menghasilkan kaliptra, dan
Ke dalam membentuk sel-sel akar
b. Batang.
Umumnya batang tumbuhan paku berupa akar tongkat atau
rhizoma, ada
juga yang berupa batang sesungguhnya, misalnya batang paku
tiang. Bila
dibuat sayatan melintang, maka akan tampak jaringan batang urut
dari luar
ke dalam adalah sebagai berikut:
Epidermis atau kulit luar. Umumnya keras karena
mempunyai jaringan penguat yang terdiri atas sel-sel batu
atau skelerenkim.
Korteks atau kulit pertama. Bagian ini banyak mengandung
ruangruang sel yang berbentuk lubang-lubang besar.
Stele atau silinder pusat. Terdiri atas jaringan parenkim dan
mengandung berkas pembuluh pengangkut, yaitu xilem
dan floem dan bertipe kosentris.
c. Daun
Menurut Smith (1991) berdasarkan bentuk dan sifat daunnya dapat
dibedakan atas dua golongan, yaitu:
Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar
sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun , misalnya
pada Asplenium.
Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan
umumnya berupa sisik sehingga sukar dibedakan bagian-
bagannya, misalnya pada Lycopodium.
2) Organ generatif (organum reproduktivum)
Paku berkembang biak dengan spora. Setiap kotak spora dikelilingi oleh
sederetan sel yang melingkar membentuk bangunan seperti cincin dan
disebut annulus. Annulus ini berfungsi untuk mengatur pengeluaran
spora.Aktivitas annulusdipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Di
dalam sel-sel annulus penuh berisi air. Bila dalam keadaan basah sel-sel
annulus akan mengembang, namun bila dalam keadaan kering sel-sel
annulus akan mengisut, maka sel-sel annulus mengerut dan memendek
menyebabkan dinding kotak spora menjadi retak. Kotak spora pecah, spora
dihembuskan keluar melalui celah yang terjadi pada waktu sel annulus
mengerut. Perkembangbiakan pada tumbuhan paku secara “gametofit”
bersifat seksual dengan menghasilkan sel-sel gamet (gamet ♂ dan gamet ♀)
“sporofit” bersifat aseksual dengan menghasilkan spora (Hasairin, 2003).
3. Ekologi Tumbuhan Paku
Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah
sinar yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban
udaranya sangat tinggi. Dengan demikian paku hutan memiliki kondisi hidup
yang seragam dan lebih terlindung dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari
jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak pernah
dijumpai di hutan yang benar-benar tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat
tumbuh di tempat yang dikenai cahaya matahari (Holtum, 1986).
4. Daur Hidup Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku menghasilkan spora yang sangat lembut. Spora-spora
dihasilkan oleh kotak spora dan tersimpan rapat-rapat di dalamnya. Bila kotak
spora telah masak, dinding pecah dan berhamburlah sporanya (Sastrapraja, 1979).
Spora paku cukup ringan sehingga mudah dibawa angin, karena itu
mudah tersebar luas. Dalam udara kering spora mampu mempertahankan
viabilitasnya selama beberapa bulan, tetapi jika dibasahi pada suhu yang cocok,
spora akan berkecambah (Loveless, 1989).
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Laporan ini dibuat berdasarkan praktikum yang dilakukan pada setiap
hari Selasa yaitu tanggal 6, 15 dan 21 Mei 2014. Praktikum ini dilakukan di
Laboratorium II Biologi FMIPA UNS.
2. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Alat tulis secukupnya
Mikroskop cahaya 2 buah
Pinset secukupnya
Kamera 1 buah
Cawan Petri secukupnya
2. Bahan yang digunakan
a. Divisi Pterophyta
1. Preparat Awetan Asplenium sp.
2. Preparat Awetan Adiantum sp.
3. Preparat Awetan Blechnum sp.
4. Preparat Awetan Davalia sp.
5. Preparat Awetan Platycerium sp.
6. Preparat Awetan Polypodium sp.
7. Preparat Awetan Pteris ensiformis
8. Preparat Awetan Marsilea sp.
9. Preparat Awetan Salvinia sp.
10. Preparat Awetan Azolla sp.
11. Preparat Awetan Drynaria sp.
12. Preparat Awetan Ophioglossum sp.
13. Preparat Awetan Lygodium sp.
14. Preparat Awetan Gleichenia sp.
15. Preparat Awetan Hymenophylum sp.
b. Divisi Athrophyta
1. Preparat Awetan Equisetum sp.
2. P.B. Strobilus Equisetum sp.
3. P.M. Batang Equisetum sp.
c. Divisi Lycopytha
1. Preparat Awetan Lycopodium sp.
2. P.B. Strobilus Lycopodium sp.
3. P.L. Batang Lycopodium sp.
4. Preparat Awetan Sellaginela sp.
5. P.B. Strobilus Selaginella sp.
6. P.B. Batang Selaginella sp.
d. Divisi Psilophyta
1. Preparat Awetan Psilotum sp.
3. Cara Kerja
a. Mengamati herbarium kering tiap spesies. Sedangkan untuk preparat
mikroskopis pengamatan dilakukan dibawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran kuat.
b. Menuliskan klasifikasi dan deskripsi serta menggambar morfologi tiap
sepesies dari anggota tiap divisi.