LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOLOGI
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOLOGI
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOLOGIBIOTEKNOLOGI
Oleh :Anggy Natasya D PDzikry Andika PFajar TriwandaLeny SeptyanaRapri HandiriSiti Nayyirotun
Kelompok 5
Kelas : XII IPA-3
SMA Negeri 1Palimanan
Jl. KH. Agus Salim No 128 Palimanan – Cirebon
KATA PENGNTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.Sehingga terselesainya makalah yang mengenai fermentasi padatape singkong. Melalui makalah ini saya ingin menjelaskansecara sederhana tentang proses pembuatan tape khususnya bagigenerasi muda. Makalah ini membantu untuk lebih jauhmengetahui tentang bagaimana proses pembuatan tape singkongdan manfaat yang ada di balik tape singkong sebagai prosesfermentasi makanan. “ Tak ada gading yang tak retak ” itulahkata pepatah, demikian pula dengan makalah ini tentu masihmempunyai banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu kepadapara pembaca khususnya guru mata pelajaran ini dimohon kritikdan saran yang bersifat membangun demi bertambahnya wawasansaya di bidang ini.
Diucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yangmembantu, hingga selasai makalah ini. Semoga makalah inibenar-benar bermanfaat.
Palimanan, 28 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 1DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Praktikum........................................................................................................... 3BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................ 42.1 Pengertian Bioteknologi................................................................................................ 42.2 Pengertian Fermentasi.................................................................................................... 42.3 Pengertian Tape Singkong............................................................................................. 5
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................... 63.1 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................................ 63.2 Variabel.......................................................................................................................... 6
3.3 Alat dan Bahan.............................................................................................................. 63.4 Langkah Kerja............................................................................................................... 7
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................. 8BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 95.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 95.2 Saran.............................................................................................................................. 9
PENUTUP......................................................................................................................... 10DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 11
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangBioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untukmenghasilkan suatu produk yang dapat digunakan olehmanusia.Bioteknologi dibagi menjadi dua, yaitu, bioteknologikonvensional (tradisional) dan bioteknologimodern.Bioteknologi konvensional biasanya menggunakanmikroorganisme berupa bakteri, jamur, dll. Sedangkanbioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi-teknologi
yang dapat membantu kita dalam proses pengkloningan, kulturjaringan.
Pengolahan makanan dengan cara fermentasi merupakan jenispengolahan makanan yang cukup tua. Secara tradisional banyakdilakukan di tingkat rumah tangga. Indonesia sangat kaya akanproduk-produk pangan hasil proses fermentasi. Salah satucontohnya tape.
Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidakasing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau darisingkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makananfermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yangberperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatantape melibatkan banyak mikroorganisme.
Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapangAmylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamirSaccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichiaburtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; sertabakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompokmikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana proses fermentasi tape singkong?
1.3 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui proses pembuatan tape. Untuk mengetahui proses terjadinya fermentasi. Mendeskripsikan langkah-langkah proses pembuatan tape singkong.
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Pengertian BioteknologiBioteknologi berasal dari kata latin yaitu bio (hidup), teknos(teknologi = penerapan) dan logos (ilmu). Bioteknologi adalahcabang biologi yang mempelajari pemanfaatan prinsip ilmiah danrekayasa terhadap organisme, proses biologis untukmeningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan
jasa bagi kepentingan manusia.bisa diartikan juga,Bioteknologiadalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayas genetikasecara terpadu untuk menghasilkan barang atau lainnya bagikepentingan manusia.
Bioteknologi dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu bioteknologimodern dan bioteknologi konvensional.Salah satu contoh daribioeknologi konvensional adalah pembuatan tape ini.Dan salahsatu contoh dari bioteknologi modern adalah rekayasa genetika.
Ciri-ciri utama bioteknologi adalah adnya benda biologi berupabenda mikro organisme tumbuhan atau hewan, adanyapendayagunaan secara teknologi dan industri, dan produk yangdihasilkan adalah hasil ekstraksi dan pemurnian.
Generasi pertama adalah bioteknologi sederhana yaitupenggunaan mikroba yang masih secara tradisional dalamproduksi makanan dan tanaman ataupun pengawetan makanan,sebagai contoh yaitu pembuatan tempe, tape, cuka, dan lain-lain. Generasi kedua adalah proses berlangsung dalam keadaantidak steril, sebagai contoh pembuatan kompos dan produksibahan kimia. Generasi ketiga adalah proses dalam keadaan tidaksteril, sebagai contoh produkasi antibiotic dan hormon.Generasi keempat adalah generasi bioteknologi baru, sebagaicontoh produksi insulin.
2.2 Pengertian FermentasiFermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalamkeadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasiadalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikanfermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengantanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contohhasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen.Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan darifermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenalsebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untukmenghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohollainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja
yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal),dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
2.3 Pengertian Tape SingkongTape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yangdifermentasi.Makanan ini populer di Jawa dan dikenal diseluruh tempat, mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. DiJawa Barat, tapai singkong dikenal sebagai peuyeum (bahasaSunda).
Pembuatan tapai melibatkan umbi singkong sebagai substrat danragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan padaumbi yang telah dikupas kulitnya. Ada dua teknik pembuatanyang menghasilkan tapai biasa, yang basah dan lunak, dan tapaikering, yang lebih legit dan dapat digantung tanpa mengalamikerusakan
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi olehmasyarakat Indonesia, terutama orang sunda. Tape ini dibuatdengan cara difermentasikan selama 2-3 hari, dengan bantuanbakteri saccharomyces cerivisiae. Mucor chlamidosporus danEndomycopsis fibuligera.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu : Rabu, 26 Maret 2014 Tempat : Rumah Anggy Natasya DP3.2 Variabel Variabel Bebas : Penggunaan dan kualitas ragi. Variabel Kontrol : Kelembapan udara, suhu dan waktu yang
dibutuhkan dalam proses fermentasi.
Variable Terikat : Singkong.
3.3 Alat dan Bahana. Bahan Singkong
Daun pisang Ragi Airb. Alat Panci Baskom Pisau Kain lap Sendok dan Garpu Kompor Penyaring Piring
3.4 Langkah Kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.2. Kupas singkong dan kikis bagian kulit arinya hingga kesat.3. Potong singkong yang telah dikupas sesuai keinginan.4. Cuci hingga bersih singkong yang telah dipotong.5. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air ke dalam
panci sampai kira-kira terisi seperempat lalu panaskan hinggamendidih.
6. Setelah air mendidih masukkan singkong ke dalam pancikukus, lalu kukus hingga singkong ¾ matang, kira-kira ketika‘daging’ singkong sudah bisa ditusuk dengan garpu.
7. Setelah matang, angkat singkong yang telah ¾ masak lalutaruh di suatu wadah, kemudian didinginkan.
8. Sambil menunggu Singkong dingin, siapkan wadah sebagaitempat untuk mengubah singkong menjadi tape. Wadah itu terdiridari baskom yang bawahnya dilapisi dengan daun pisang.
9. Setelah singkong benar-benar dingin, masukkan singkong kedalam wadah lalu taburi dengan ragi yang telah dihaluskandengan menggunakan saringan.
10. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutup kembalidengan daun pisang. Singkong ini harus benar-benar tertutupagar mendapatkan hasil yang maksimal.
11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, diamkan selama1-3 hari hingga sudah terasa lunak dan manis. Saat itulahsingkong telah menjadi tape.
BAB IVPEMBAHASAN
Pembuatan tape memerlukan kecermatan dan kebersihan yangtinggi agar singkong dapat menjadi lunak karena prosesfermentasi yang berlangsung dengan baik. Ragi adalah bibitjamur yang digunakan untuk membuat tape. Agar pembuatan tapeberhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan yang digunakanharus bersih, terutama dari lemak atau minyak . Alat-alat yangberminyak jika dipakai untuk mengolah bahan tape bisamenyebabkan kegagalan fermentasi. Air yang digunakan jugaharus bersih.
Perubahan biokimia yang penting pada fermentasi tape adalahhidrolisis pati menjadi glukosa dan maltosa yang akanmemberikan rasa manis serta perubahan gula menjadi alkohol danasam organik. Reaksi dalam fermentasi berbeda - bedatergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yangdihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakangula paling sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkanetanol (2C2H5O H).Persamaan Reaksi Kimia:C6H12O6 + 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATPPenjabarannya:Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) + Alkohol (etanol) +Karbon dioksida + EnergiJalur biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantungjenis gula yang terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalurglikolisis, yang merupakan bagian dari tahap awal respirasiaerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir akanbervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pembuatan tape termasuk dalam bioteknologi konvensional(tradisional) karena masih menggunakan cara-cara yang terbatas.
2. Pada proses pembuatan tape, jamur ragi akan memakan glukosayang ada di dalam singkong sebagai makanan untukpertumbuhannya, sehingga singkong akan menjadi lunak, jamurtersebut akan merubah glukosa menjadi alkohol.
3. Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cereviceae)mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat padasingkong menjadi gula yang lebih sederhana. Oleh karena itu,tape terasa manis apabila sudah matang walaupun tanpa diberigula sebelumnya.
4. Kegagalan dalam pembuatan tape biasanya dikarenakan enzimpada ragi Saccharomyces cereviceae tidak pecah apabilaterdapat udara yang mengganggu proses pemecahan enzimtersebut.
5. Setelah melakukan penelitian, ternyata kami dapatmenyimpulkan bahwa fermentasi yang terjadi pada tape singkongterjadi selama 2-3 hari. Selain itu juga, dalam prosespembuatan tape ini ada hal-hal yang harus diperhatikan supayaproses fermentasi tersebut berlangsung secara sempurna. Selamaproses fermentasi tidak memerlukan oksigen. Oleh karenaitulah, proses fermentasi pada singkong harus tertutup rapat.
6. Lamanya proses fermentasi juga mempengaruhi kadar alcoholyang dihasilkan.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan untuk praktikum-praktikumselanjutnya yaitu diharapkan kepada praktikan selanjutnya agarlebih memperhatikan bagaimana pembuatan tape tersebut supayapembuatan tape tersebut berlangsung sempurna.
PENUTUP
Demikian laporan penelitian yang dapat kami paparkan. Kamisadar banyak sekali kekurangan dalam laporan ini. Walaupundemikian, kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaatyang berguna. Maka dari itu, kami selaku penulis mengharapkankritik dan saran dari pembaca agar kami dapat melakukanperbaikan dalam pembuatan laporan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com www.wikipedia.com http://afifaasac.blogspot.com/2013/11/laporan-praktikum-
bioteknologi-proses.html http://zevalova.blogspot.com/2014/02/laporan-praktikum-biologi-
bioteknologi.html http://almaizarnetagh.blogspot.com/2013/04/makalah-cara-
pembuatan-tape_2862.html
BAB. I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk
menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan oleh
manusia.Bioteknologi dibagi menjadi dua, yaitu, bioteknologi
konvensional (tradisional) dan bioteknologi
modern.Bioteknologi konvensional biasanya menggunakan
mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dll. Sedangkan
bioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi-teknologi
yang dapat membantu kita dalam proses pengkloningan, kultur
jaringan.
Pengolahan makanan dengan cara fermentasi merupakan jenis
pengolahan makanan yang cukup tua. Secara tradisional banyak
dilakukan di tingkat rumah tangga. Indonesia sangat kaya akan
produk-produk pangan hasil proses fermentasi. Salah satu
contohnya tape.
1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa Pengertian Bioteknologi?
1.2.2 Apa Pengertian Tape Singkong?
1.2.3 Apa Pengertian Fermentasi?
1.2.4 Apakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Fermentasi?
1.3 TujuanAdapun tujuan-tujuan dilaksanakannya penelitian
bioteknologi fermentasi ini, diantaranya :
1.Untuk mengetahui proses pembuatan tape.
2.Untuk mengetahui proses terjadinya fermentasi.
1.4 Manfaat- Menambah pengetahuan tentang aplikasi bioteknologi dalam
kehidupan sehari-hari.
- Menambah pengetahuan tentang proses fermentasi pada
pembuatan tape ketan
1.5 HipotesisProses fermentasi pada ketan yang tertutup lebih cepat
dibandingkan pada ketan yang terbuka.
BAB. II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi berasal dari kata latin yaitu bio (hidup),
teknos (teknologi = penerapan) dan logos (ilmu). Bioteknologi
adalah cabang biologi yang mempelajari pemanfaatan prinsip
ilmiah dan rekayasa terhadap organisme, proses biologis untuk
meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan
jasa bagi kepentingan manusia.bisa diartikan juga,Bioteknologi
adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayas genetika
secara terpadu untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi
kepentingan manusia.
Bioteknologi dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu bioteknologi
modern dan bioteknologi konvensional.Salah satu contoh dari
bioeknologi konvensional adalah pembuatan tape ini.Dan salah
satu contoh dari bioteknologi modern adalah rekayasa genetika.
Ciri-ciri utama bioteknologi adalah adnya benda biologi
berupa benda mikro organisme tumbuhan atau hewan, adanya
pendayagunaan secara teknologi dan industri, dan produk yang
dihasilkan adalah hasil ekstraksi dan pemurnian.
Generasi pertama adalah bioteknologi sederhana yaitu
penggunaan mikroba yang masih secara tradisional dalam
produksi makanan dan tanaman ataupun pengawetan makanan,
sebagai contoh yaitu pembuatan tempe, tape, cuka, dan lain-
lain. Generasi kedua adalah proses berlangsung dalam keadaan
tidak steril, sebagai contoh pembuatan kompos dan produksi
bahan kimia. Generasi ketiga adalah proses dalam keadaan tidak
steril, sebagai contoh produkasi antibiotic dan hormon.
Generasi keempat adalah generasi bioteknologi baru, sebagai
contoh produksi insulin.
2.2 Pengertian Tape Singkong
Tape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang
difermentasi.Makanan ini populer di Jawa dan dikenal di
seluruh tempat, mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Di
Jawa Barat, tapai singkong dikenal sebagai peuyeum (bahasa
Sunda).
Pembuatan tapai melibatkan umbi singkong sebagai substrat
dan ragi tapai (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan pada
umbi yang telah dikupas kulitnya. Ada dua teknik pembuatan
yang menghasilkan tapai biasa, yang basah dan lunak, dan tapai
kering, yang lebih legit dan dapat digantung tanpa mengalami
kerusakan
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia, terutama orang sunda. Tape ini
dibuat dengan cara difermentasikan selama 2-3 hari, dengan
bantuan bakteri saccharomyces cerivisiae. Mucor chlamidosporus
dan Endomycopsis fibuligera.
2.3 Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi
adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi.Beberapa
contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan
hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton.
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan
minuman beralkohol lainnya.Respirasi anaerobik dalam otot
mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor
elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk
fermentasi.
BAB. III
METODE PENELITIAN
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penerapan bioteknologi dengan fermentasi tape.
2. Mengetahui peranan organisme Saccaromyces cereviceae dalam peragian.
3.2 Alat dan Bahan
1. Bahan
- Singkong 1,5 Kg
- Daun pisang
- 3 butir ragi
- Air
2. Alat
- Panci
- Baskom
- Pisau
3.3 Langkah Kerja
1. Siapkan semua bahan.2. Kupas singkong dan kikis bagian kulit arinya hingga
kesat.3. Potong singkong yang telah dikupas sesuai keinginan.4. Cuci hingga bersih singkong yang telah dipotong.5. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air ke dalam
panci samapai kira – kira terisi seperempat lalu panaskanhingga mendidih.
6. Setelah air mendidih masukkan singkong ke dalam panci kukus, lalu kukus hingga singkong ¾ matang, kira – kira ketika ‘daging’ singkong sudah bisa ditusuk dengan garpu.
7. Setelah matang, angkat singkong yang telah ¾ masak lalu taruh di suatu wadah, kemudian didinginkan
8. Sambil mengipas – ngipas, teman satu kelompok kami menyiapkan wadah sebagai tempat untuk mengubah singkong menjadi tape. Wadah itu terdiri dari baskom yang bawahnyadilapisi dengan daun pisang.
9. Setelah singkong benar – benar dingin, masukkan singkong ke dalam wadah lalu taburi dengan ragi yang telah dihaluskan dengan menggunakan saringan
10. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutupkembali dengan daun pisang. Singkong ini harus benar – benar tertutup agar mendapatkan hasil yang maksimal.
11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, diamkan selama 2-3 hari hingga sudah terasa lunak dan manis. Saat itulah singkong telah menjadi tape.
BAB. IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian selama 2 hari tentang
pembuatan tape singkong, kami dapat membahas bagaimana tape
singkong dibuat, memaparkan faktor-faktor yang terlibat dalam
pembuatan ataupun dalam proses fermentasi tape.
4.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Fermentasi1. Konsentrasi Garam
Konsentrasi garam yang dianjurkan adalah 5-15% (20-600S).
Garam berfungsi untuk menghambat pertumbuhan jenis-jenis
mikroorganisme pembusuk yang tidak diinginkan selama proses
fermentasi berlangsung. Prinsip kerja garam dalam proses
fermentasi adalah untuk mengatur Aw (ketersediaan air untuk
kebutuhan mikroorganisme). Mikroorganisme yang diinginkan
untuk tumbuh adalah jenis-jenis bakteri penghasil asam.Selain
mengatur Aw, garam juga berfungsi untuk menarik keluar cairan
sel jaringan yang mengandung sakarida-sakarida, dimana
sakarida tersebut merupakan nutrien untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Kadar garam selama fermentasi akan berubah
karena cairan dalam sel-sel jaringan tertarik keluar sel,
karena itu secara periodik harus diadakan penyesuaian kadar
garam.
2. Suhu
Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis
mikroorganisme dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan
suhu 300C untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bila suhu kurang
dari 300C pertumbuhan mikroorganisme penghasil asam akan
lambat sehingga dapat terjadi pertumbuhan produk.
3. Oksigen
Ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses
fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme
yang digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti
biasanya membutuhkan oksigen selama proses fermentasi
berlangsung, sedangkan untuk bakteri-bakteri penghasil asam tidak
membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung.
Oleh karena itulah, proses fermentasi pada ketan yang
tertutup rapat lebih cepat dibandingkan dengan ketan yang
terbuka.
4.2 Reaksi FermentasiReaksi dalam fermentasi singkong menjadi tape adalah
glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana , melalui
fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi
fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada
produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia:C6H12O6 + 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATPPenjabarannya:Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) + Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi
BAB. V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, ternyata kami dapat
menyimpulkan bahwa fermentasi yang terjadi pada tape singkong
terjadi selama 2-3 hari. Selain itu juga, dalam proses
pembuatan tape ini ada hal-hal yang harus diperhatikan supaya
proses fermentasi tersebut berlangsung secara sempurna. Selama
proses fermentasi tidak memerlukan oksigen. Oleh karena
itulah, proses fermentasi pada singkong harus tertutup rapat.
Lamanya proses fermentasi juga mempengaruhi kadar alcohol yang
dihasilkan.
Pembuatan tape termasuk dalam bioteknologi konvensional (tradisional) karena masih menggunakan cara-cara yangterbatas.
Pada proses pembuatan tape, jamur ragi akan memakan glukosa yang ada di dalam singkong sebagai makanan untuk pertumbuhannya, sehingga singkong akan menjadi lunak, jamur tersebut akan merubah glukosa menjadi alkohol.
Dalam pembuatan tape, ragi (Saccharomyces cereviceae) mengeluarkan enzim yang dapat memecah karbohidrat pada singkong menjadi gula yang lebih sederhana. Oleh karena itu, tape terasa manis apabila sudah matang walaupun tanpa diberi gula sebelumnya.
Kegagalan dalam pembuatan tape biasanya dikarenakan enzim pada ragi Saccharomyces cereviceae tidak pecah apabila terdapat udara yang mengganggu proses pemecahan enzim tersebut.5.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan untuk praktikum-praktikum
selanjutnya yaitu diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar
lebih memperhatikan bagaimana pembuatan tape tersebut supaya
pembuatan tape tersebut berlangsung sempurna.
Praktikum Bioteknologi II
I. Judul
Fermentasi Bahan Makanan (Pembuatan Tapai)
II. Tujuan
Menganalisis dan memahami prinsip fermentasi pada singkong,
beras, dan ketan hingga menjadi tapai.
III. Alat dan Bahan
Alat :
1. Baskom / nampan
2. Toples kecil 8 buah
3. Kain lap
4. Pisau
5. Sendok
6. Saringan
Bahan :
1. Daun pisang, daun waru, daun jati, dan plastik
2. Ragi tapai yang telah di haluskan
3. Singkong yang sudah direbus atau dikukus ¾ matang
4. Ketan yang telah dikukus hingga matang
5. Daun suji
IV. Prosedur Kerja
a. Pembuatran tapai singkong
1) Menguliti singkong dan mengerik lapisan bagian luar dengan
pisau, kemudian memotong-motong singkong menjadi beberapa
bagian.
2) Mencuci singkong dengan air hingga bersih, lalu mengukus
hingga ¾ matang.
3) Singkong dinginkan di atas nampan yang telah dilapisi daun
pisang.
4) Menaburi setiap potong singkong bagian luar dengan serbuk
ragi tapai hingga merata (pembagian ragi tidak boleh terlalu
banyak, jika terlalu banyak akan pahit). Untuk 1 kg singkong
memerlukan ¼ butir ragi tempe.
5) Dengan menggunakan sendok aseptik, memindahkan potongan
singkong ke dalam toples yang telah dilapisi daun pisang
kemudian ditutup kembali dengan daun pisang. Melakukan
kegiatan yang sama untuk jenis pembungkus yang lain (daun
jati,daun waru, dan plastik).
6) Menyimpan 2x24 jam pada suhu kamar.
7) Setelah 2 hari, melakukan pengamatan dari segi tekstur, rasa
dan warna, serta kadar airnya.
8) Membandingkan hasil dari keempat media pembungkus yang
digunakan dalam sebuah tabel.
b. Pembuatan tapi ketan dicampur dengan daun suji
1) Mencuci ketan hingga bersih.
2) Mencuci daun suji hingga bersih.
3) Merendam beras ketan selama 1-2 jam.
4) Menghaluskan daun suji, lalu diperas dan diambil airnya
5) Meniriskan ketan yang telah direndam, setelah itu kemudian
mengukus ketan setengah matang.
6) Setelah setengah matang, angkat ketan tersebut lalu campurkan
air daun suji hingga merata.
7) Setelah merata, kukus kembali ketan yang sudah di campuri
daun suji hingga matang.
8) Setelah matang, taruh di atas nampan yang telah dilapisi
daun pisang dan diamkan hingga benar-benar dingin.
9) Menghaluskan ragi tempe hingga menjadi serbuk (banyaknya ragi
yang digunakan disesuaikan dengan jumlah beras ketan. Apabila
terlalu banyak akan mempercepat proses fermentasi dan
menyebabkan rasa tapai akan menjadi pengar, bila terlalu
sedikit dapat menyebabkan tapai yang terbentuk tidak manis dan
terasa keras).
10) Menaburkan ragi di atas ketan yang benar-benar sudah dingin.
11) Mengaduk hingga merata
12) Membungkus ketan yang telah diberi ragi dengan daun pisang
lalu masukan ke dalam toples. Melakukan kegiatan yang sama
dengan media pembungkus yang lain (daun jati, daun waru, dan
plastik).
13) Menyimpan selama 3-4 hari
14) Melakukan pengamatan dari segi tekstur, rasa,dan warna, serta
kadar airnya.
15) Membandingkan hasil dari keempat media pembungkus yang
digunakan dalam sebuah tabel.
V. Hasil dan Pembahasan
Table 1. Tapai singkong pada masing-masing media pembungkus
Jenis
Pembungkus
Gambar Tapai SingkongSebelum Sesudah 2 hari
Daun Pisang
Daun Waru
Daun Jati
Plastik
Table 2. Kriteria Pengamatan Tapai Singkong
JenisPembungkus
Indikator Pengamatan
Tekstur Aroma Warna Rasa Kadar airDaunPisang
Lembutlembek
Tapai Kuning Manis Berair sedikit
Daun Waru Lembutlembek
Tapai Kuning Sedikit manis
Berair banyak
Daun Jati
Lembutlembek
Tapai dengan bau alkohol
Kuning Manis dengan rasa alkohol
Berair sedikit
Plastik Lembutlembek
Tapai Kuning Manis, agak
Berair banyak
sedikit pahit
Table 3. Tapai ketan (daun suji) pada masing-masing media
pembungkus
Jenis
Pembungkus
Gambar Tapai KetanSebelum Sesudah 3 hari
Daun Pisang
Daun Waru
Daun Jati
Plastik
Tabel 4. Kreteria Pengamatan Tapai Ketan (Daun Suji)
Jenis Pembungkus
Tekstur Rasa Kadar Air Warna Aroma
Daun Pisang
lembut Manis Tinggi Hijau Muda
Tapai
Daun Waru
lembut Manis Tinggi Hijau Muda
Tapai
Daun Jati
lembut Manis Tinggi Hijau Muda
Tapai
Plastik lembut Manis Tinggi Hijau Muda
Tapai
Pada Tapai Singkong
Tapai merupakan makanan tradisional yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tapai
melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur
Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam
mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol
dan arbondioksida. Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam proses
pembuatan tapai ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu
Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme
ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana
(glukosa). Sebelum fermentasi, singkong masih berbentuk
seperti awal sebelum diberi ragi pada umumnya. Namun, setelah
mengalami fermentasi singkong tersebut mengalami perubahan
bentuk dan menghasilkan air yang mengandung alkohol serta
menimbulkan rasa asam dan manis. Kondisi tersebut disebabkan
karena pada singkong diberikan ragi yang merupakan
mikroorganisme yang berfungsi mengubah glukosa menjadi alkohol
dan menghasilkan air. Singkong tidak boleh terkena air jika
sudah diberi ragi karena akan mematikan ragi (bakteri)
sehingga proses fermentasi tidak berjalan sempurna. Singkong
juga harus diletakkan atau disimpan di dalam tempat yang kedap
udara. Karena jika terkena oksigen, proses fermentasi juga
akan gagal. Singkong yang merupakan karbohidrat diubah oleh
ragi menjadi alkohol dan air. Dengan adanya alkohol, tapai
singkong bersifat manis dan agak asam. Tapai membutuhkan
amilosa, amilum dan karbohidrat kompleks, derajat keasaman (pH
5-6), dan suhu yang tepat dan kadar air. Karena fermentasi
maka singkong dibutuhkan kadar air yang cukup untuk ragi agar
bisa hidup. Oleh karena itu, singkong harus dikukus. Banyaknya
ragi yang digunakan disesuaikan dengan jumlah singkong. Bila
terlalu banyak akan mempercepat proses fermentasi dan
menyebabkan rasa tapai menjadi pengar, bila terlalu sedikit
dapat menyebabkan tapai yang terbentuk tidak manis dan terasa
keras. Takaran ragi yang tepat biasanya diperoleh berdasarkan
pengalaman. Kualitas tapai yang baik turut ditentukan oleh
jenis ragi yang digunakan dan asal ragi tersebut. Tapai
singkong jika diletakkan dalam keadaan suhu kamar hanya
bertahan 2 hari. Jika lebih dari 2 hari maka kadar alkohol
dalam tapai tersebut akan bertambah. Semakin banyak kadar
alkohol, maka tapai akan berubah menjadi khamar. Hal ini sudah
terbukti dari jurnal ilmiah International Journal of Food
Sciences and Nutrition volume 52 halaman 347 – 357 pada tahun
2001. Di jurnal tersebut diberitakan bahwa kadar etanol (%)
pada 0 jam fermentasi tidak terdeteksi, setelah 5 jam
fermentasi kadar alkoholnya 0.165%, setelah 15 jam 0.391%,
setelah 24 jam 1.762%, setelah 36 jam 2.754%, setelah 48 jam
2.707% dan setelah 60 jam 3.380%.. Namun, jika tapai
diletakkan didalam kulkas akan meghambat kerja bakteri karena
bakteri tidak dapet bekerja pada suhu rendah dan pada suhu
terlalu tinggi. Oleh karena itu, tapai yang diletakkan didalam
kulkas lebih tahan lama daripada yang diletekkan didalam
keadaan suhu kamar. Kegagalan dalam pembuatan tapai dapat
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu kurang sterilnya tempat
pembuatan, terlalu banyak memberi ragi, jenis ragi kurang
tepat, jenis singkong yang digunakan, suhu pada proses
penyimpanan kurang optimum, tidak seimbangnya jumlah ragi
dengan jumlah singkong dan kegagalan dalam pembuatan tapai
biasanya dikarenakan enzim pada ragi Saccharomyces cereviceae tidak
pecah apabila terdapat udara yang mengganggu proses pemecahan
enzim tersebut.
Dari percobaan yang telah dilakukan, hari pertama baik
dalam pembuatan tapai singkong menunjukkan belum mengalami
perubahan yaitu masih sama dengan bahan awalnya, hal ini
disebabkan karena bakteri yang digunakan dalam pembuatan tapai
belum bereaksi dengan baik. Pada hari kedua baik pada
pembuatan tapai singkong telah mengalami perubahan baik dari
segi tekstur, aroma, warna, rasa maupun kadar air, dimana
semakin lama proses fermentasi, semakin berubah pula tekstur,
aroma, warna, rasa dan kadar airnya. Dari hasil praktikum yang
yang kami lakukan, bahwa setiap tapai menghasilkan hasil yang
berbeda, yaitu dari segi tekstur, aroma, warna rasa dan kadar
air, hal ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya media
pembungkus yang digunakan membungkus tapai tersebut yang
berbeda jenisnya. Dari hasil percobaan ini ditemukan bahwa
tapai terbaik dihasilkan saat pembungkus menggunakan daun
pisang sebagai pembungkus.
Hasil tapai yang dibungkus dengan daun pisang
menghasilkan tekstur yang lembut lunak, dimana pada saat
proses pengkukusan singkong sudah baik, maka dari itu
menghasilkan tekstur yang baik pula. Aroma yang dihasilkan
khas aroma tapai, dimana karena takaran ragi yang ditaburi
pada singkong sesuai dengan takaran. Warna yang dihasilkan
dari tapai tersebut berwarna kuning. Rasa yang dihasilkan
manis dan kadar air yang dikeluarkan dari tapai tersebut tidak
terlalu banyak (sedikit). Dalam penggunaan media pembungkus
daun pisang ini dimana daun pisang ini mengandung polifenol
yang berfungsi sebagai antioxidan dan juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, hal tersebut dapat memaksimalkan proses
fermentasi.
Pada tapai yang dibungkus daun waru memiliki tekstur yang
lembut lunak, aromanya pun khas aroma tapai, warna yang
dihasilkan setelah fermentasi berwarna kuning, rasa yang
dihasilkan tidak terlalu manis tetapi ada sebagian bagian
tapai yang sedikit manis, hal ini disebaban pada proses
peragian tidak merata menaburi raginya dan kadar air yang
dihasilkan cukup banyak.
Pada tapai yang dibungkus daun jati memiliki tekstur yang
lembut lunak, aroma yang dihasilkan khas aroma tapai, warnanya
pun kuning, rasa yang dihasilkan tidak terlalu manis tetapi
ada sedikit manisnya, hal ini terjadi karena pada proses
peragian tidak merata menaburi raginya, sama halnya pada saat
proses peragian pada daun waru dan kadar air yang dihasilkan
sangat sedikit.
Pada tapai yang dibungkus plastik memiliki tekstur yang
lembut lunak, aroma yang dihasilkan khas aroma tapai, warna
yang dihasilkan berwarna kuning, rasa yang dihasilkan tapai
tersebut sangat bervariasi ada rasa sedikit manisnya, ada
asamnya dan agak pahit.
Pada Tapai Ketan (Daun Suji)
Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tapai adalah
kapang Amylomyces rouxii, Mucor Sp, dan Rhizopus orizae.
khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia
burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis, serta
bakteri Pediococcus Sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok
mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tapai.
Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-
enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar
menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan
monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi
(saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian
gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang
menyebabkan aroma alkoholis pada tapai. Semakin lama tapai
tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya. Suliantari dan
Winiati (1989).
Pada pembuatan tapai ketan mendapatkan hasil yang sama,
semua jenis pembungkus yang digunakan menghasilkan tapai ketan
yang manis dan bertekstur bagus. Hal ini disebabkan karena
media pembungkus yang digunakan steril dan ketepatan dalam
penambahan dan penebaran ragi serta hasil tapai yang bagus
dihasilkan dari sterilisasi bahan dan media yang dugunakan
dalam pembuatan tapai. Situasi lingkungan juga berpengaruh
pada proses fermentasi tapai. Dalam situasi ini memungkinkan
pada tapai yang dibungkus dengan daun jati dan waru lebih
cepat mengaami proses alkoholik. Yang mana daun jati dan daun
waru memiliki trikomata yang cukup tebal (daun jati>daun waru)
untuk tumbuh kembangnya mikroorganisme.daun jati dan waru juga
mengandung folifenol yang dapat mendukung tumbuh kembangnya
mikroorganisme. Hal ini mungkin disebabkan karena kandungan
folifenol sedikit dan trikomata pada daun tidak begitu bagus.
Kemungkinan penyebab lain yang terjadi ialah mungkin saja
disebabkan karena pada tapai yang dibungkus dengan daun pisang
dan plastik mendapatkan persentase ragi yang lebih banyak
dibandingkan dengan daun jati maupun waru.
Tapai yang manis dan belum berbau alkohol dihasilkan
dalam praktikum ini merupakan suatu keberhasilan dari
praktikum. Prosedur dan perlakuan yang sesuai dilaksanakan
untuk mendapatkan hasil yang baik.
VI. Simpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa proses pembuatan tapai yang melibatkan proses fermentasi
yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae salah satunya
dipengaruhi oleh media pembungkus yang berbeda. Selain itu
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor juga, yaitu diantaranya
kurang sterilnya tempat pembuatan, terlalu banyak memberi
ragi, jenis ragi kurang tepat, jenis singkong yang digunakan,
suhu pada proses penyimpanan kurang optimum, tidak seimbangnya
jumlah ragi dengan jumlah singkong. Pada praktikum yang kami
lakukan, tapai singkong yang terbaik yang kami hasilkan yaitu
singkong yang dibungkus dengan daun pisang, dimana sesuai
dengan kriteria pembahasan. Pada pembuatan tapai ketan (daun
suji) mendapatkan hasil yang mirip sama. Hal ini dikarenakan
semua pembungkus yang digunakan dalam keadaan steril yang
berarti hanya mikro organisme pada ragi saa yang bekerja tanpa
adanya kontaminan.
VII. Daftar Pustaka
Anonim.1982.”Tape Ketan Paket Industri Pangan Unguk Daerah
Pedesaan”.Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan
Institut Pertanian Bogor
Damayanto I Putu Gede Parlida.2014.”LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)
BIOTEKNOLOGI”. Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan
Ganesha, Singaraja.
Rahman, A., S. Fardiaz, R. Winiati, dan Suliantari, 1992. Teknologi
Fermentasi Susu. IPB-Press, Bandung.