Laporan PKP magang

36
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang berperan penting dalam peningkatan devisa negara, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan perekonomian di Indonesia. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 7,51 juta ha dan diperkirakan pada tahun 2010 sudah mencapai 7,83 juta ha (Ditjenbun, 2010). Pemeliharaan tanaman merupakan faktor yang harus diperhatikan dengan baik agar memperoleh hasil yang maksimal dalam budidaya tanaman kelapa sawit baik pada usia pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun pada tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan TBM pada tanaman kelapa sawit yang tidak baik akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman kelapa sawit, tanaman terserang hama dan penyakit, pertumbuhan tanaman yang tidak merata, bahkan dapat menyebabkan tanaman tersebut mati, sehingga akan menyebabkan kerugian yang besar pada pihak petani

Transcript of Laporan PKP magang

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

merupakan tanaman perkebunan yang berperan penting

dalam peningkatan devisa negara, penyerapan tenaga

kerja dan peningkatan perekonomian di Indonesia. Luas

areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun

2009 mencapai 7,51 juta ha dan diperkirakan pada tahun

2010 sudah mencapai 7,83 juta ha (Ditjenbun, 2010).

Pemeliharaan tanaman merupakan faktor yang harus

diperhatikan dengan baik agar memperoleh hasil yang

maksimal dalam budidaya tanaman kelapa sawit baik pada

usia pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM)

maupun pada tanaman menghasilkan (TM).

Pemeliharaan TBM pada tanaman kelapa sawit yang

tidak baik akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan

tanaman kelapa sawit, tanaman terserang hama dan

penyakit, pertumbuhan tanaman yang tidak merata, bahkan

dapat menyebabkan tanaman tersebut mati, sehingga akan

menyebabkan kerugian yang besar pada pihak petani

2

karena besarnya modal awal dalam budidaya tanaman

kelapa sawit.

Kebun Aek Loba merupakan salah satu kebun PT.

Socfin Indonesia yang mengusahakan komoditi tanaman

kelapa sawit, penanaman komoditi kelapa sawit di kebun

aek loba di mulai pada tahun 1930 dengan total luas

areal kebun 9.814,95 Ha. Sistem pemeliharaan TBM

tersebut diterapkan oleh rekomendasi dari PT. Socfin

Indonesia

1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi (PKP)

Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) bertujuan

agar mahasiswa memperoleh pengalaman dan kemampuan

kerja, baik secara teknis di lapangan maupun

manajerial, meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam

memahami proses kegiatan kerja di perkebunan kelapa

sawit secara nyata, mengaplikasikan teori yang didapat

dari perkuliahan dengan kegiatan langsung di lapangan.

Tujuan khusus yaitu untuk memahami aspek

pemeliharaan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

(TBM) yang baik serta melatih mahasiswa bertanggung

3

jawab dalam melaksanakan kegiatan lapangan sesuai

dengan tingkat tanggung jawab yang diterimanya dan

meningkatkan kemampuan teknis lapangan dengan

melaksanakan kegiatan sesuai dengan tahapan yang ada di

lokasi PKP.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman

monokotil. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005)

secara taksonomi kelapa merupakan tanaman jenis palmea

dengan Ordo : Spadiciflorae (Arecales); Famili : Palmae; Sub –

family : Cocoideae; Genus : Elaeis; Spesies : Elaeis guineensis

Jacq.

Nama Elaeis guineensis diberikan olah Jacquin pada

tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa

sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat,

Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak,

sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan

Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika)

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

2.2. Morfologi dan Fisiologi Kelapa Sawit

Kecambah kelapa sawit berakar tunggang dan

akhirnya diganti dengan akar-akar serabut yang

membentuk anyaman yang rapat dan tebal. Pohon kelapa

5

sawit mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang pada

umur 4 tahun. Kelapa sawit merupakan tanaman yang

berdaun majemuk dengan dasar tangkai daun utama

menempel di sekeliling ujung batang. Masing-masing daun

terdiri dari 20-150 atau lebih pasang anak daun yang

tersusun dalam dua baris sepanjang sisi tangkai daun

utama. Pohon yang sering dipangkas daunnya akan

meninggalkan bekas-bekas pangkal pelepah yang membentuk

garis spiral melingkar batang dari bawah ke atas

(Yahya, 1990).

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu

batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak

bercabang. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak

terlihat, karena tertutup oleh daun. Batang kelapa

sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm.

Pertumbuhan tinggi batang 25-45 cm/tahun dan jika

kondisi lingkungan sesuai, pertumbuhan tinggi batang

dapat mencapai 100 cm/tahun. Pertumbuhan batang

tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan

iklim setempat. Ketebalan batang tergantung pada

kekuatan pertumbuhan daun-daunnya. Batang berfungsi

6

sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkat

bahan makanan (Fauzi et al., 2007).

Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang

sejajar, panjangnya dapat mencapai 3-5 meter. Pada

pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-

bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat

lebih dari 9 meter. Helai anak daun yang terletak di

tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan

panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun

dalam satu pelepah daun adalah 100-160 pasang

(Setyamidjaja, 1991).

Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga

yang akan pecah antara 15-30 hari sebelum antesis. Satu

tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan tiap

spikelet memiliki 15-20 bunga betina. Pada tandan

tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2000 buah tergantung

pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat

menghasilkan 15-25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda

dan pada tanaman tua berkisar antara 8-12

tandan/pokok/tahun. Tandan bunga jantan (infloressensia)

juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan

7

antesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga

memiliki 100-250 spikelet yang panjangnya 10-20 cm dan

diameter 1-1,5 cm. Tiap spikelet berisi 500-1500 bunga

kecil yang akan menghasilkan tepung sari. Pada tanaman

muda jumlah bunga jantan per pokok sedikit dibanding

dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan

berubah sesuai peningkatan umur tanaman (Lubis, 2008).

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa

sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin

tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin

sedikit, sehingga buah yang dibentuk semakin menurun.

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat umur 18 bulan

setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan

presentasi limbah banyak. Oleh karena itu, pada

perkebunan kelapa sawit, bunga-bunga yang tumbuh pada

tanaman muda akan dibuang agar tidak menjadi buah

(Sastrosayono, 2003).

Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan.

Pembungaan kelapa sawit termasuk monocious artinya bunga

jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi

tidak pada satu tandan yang sama. Namun terkadang bisa

8

ditemukan dalam satu tandan bunga yang bisa disebut

dengan bunga banci (hemaprodit). Tanaman kelapa sawit

dapat menyerbuk secara silang dan menyerbuk sendiri

(Risza, 1994).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar

maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri.

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh

faktor lingkungan, genetik dan faktor teknis-agronomis.

Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa

sawit, faktor saling terkait dan menunjang satu sama

lain (Fauzi et al., 2002).

Tanaman kelapa sawit menghendaki iklim dengan

curah hujan antara 1800-4000 mm per tahun dan merata

sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 25⁰C. Kelapa

sawit merupakan tanaman dataran rendah, meskipun dapat

tumbuh pada ketinggian lebih dari 900 m di atas

permukaan laut, dan dapat tumbuh dengan baik bila curah

hujan lebih dari 1500 mm per tahun dan merata sepanjang

9

tahun dengan suhu 27-35⁰C. Yahya (1990) menyatakan

bahwa hasil tandan buah tertinggi diperoleh di daerah

dengan suhu rata-rata 25- 27⁰C.

Tofografi lahan juga merupakan faktor lingkungan

yang penting ikut menentukan efisiensi usaha perkebunan

kelapa sawit. Beberapa unsur tofografi yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

adalah relief, sudut lereng, arah lereng, dan

ketinggian lahan di atas permukaan laut (Lubis, 2008).

Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik

adalah pH 4,0-6,0, tetapi boleh juga digunakan pH 6,5-

7. Tanah harus gembur dan drainase baik sehingga aerasi

juga baik (Sarief E.S. 1986).

2.4. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).

Pemeliharaan tanaman pada komoditas perkebunan

yang bersifat tahunan, biasanya dikelompokkan ke dalam

tanaman belum menghasilkan atau disingkat TBM. Anonim

(2004) menjelaskan bahwa yang dimaksud TBM pada kelapa

sawit adalah masa sebelum panen (dimulai dari saat

10

tanam sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36

bulan.

Periode waktu TBM pada tanaman kelapa sawit

terdiri dari TBM 0: menyatakan keadaan lahan sudah

selesai dibuka, ditanami kacangan penutup tanah dan

kelapa sawit sudah ditanam pada tiap titik panjang. TBM

1 : tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan). TBM 2 :

tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan). TBM 3 : tanaman

pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan) (Anonim. 2004).

Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) pada

kelapa sawit dapat berupa konsolidasi dan penyisipan,

garuk piringan, penanaman tanaman penutup tanah, babat

gawangan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan

penyakit, pemupukan, kastrasi serta sanitasi.

11

III. METODE PKP

3.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) telah

dilaksanakan di Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia,

Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten Asahan, Provinsi

Sumatera Utara. Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP)

berlangsung selama satu bulan, yang dimulai pada

tanggal 21 Januari 2015 hingga tanggal 21 Februari

2015. Praktikan ditempatkan di Afdeling 7 Kebun Aek

Loba PT. Socfin Indonesia. (Jadwal praktek kerja

profesi dicantumkan pada lampiran).

3.2. Metode Pelaksanaan

Praktek kerja profesi (PKP) dilaksanakan dengan

menggunakan beberapa metode yaitu :

1.    Observasi

Sebelum praktek teknis di lapangan, mahasiswa

magang berkesempatan untuk meninjau lokasi yang akan

menjadi tempat praktek terlebih dahulu.

2.    Diskusi

12

Pembimbing dilapangan (Asisten kepala dan Asisten

afdeling) menjelaskan secara teori hal-hal yang akan

dilaksanakan selama praktek kerja dilapangan dan hal-

hal yang perlu diperhatikan selama kegiatan

berlangsung.

3.    Praktek Lapangan

Pelaksanaan praktek lapangan dilakukan dengan

menyesuaikan kegiatan pemeliharaan TBM yang sedang

dikerjakan dilapangan dan diarahkan oleh pembimbing

lapangan yaitu Asisten kepala atau Asisten Afdeling.

Setiap hari terlebih dahulu diadakan apel pagi,

kemudian berangkat ke lokasi praktek yang diarahkan

oleh pembimbing lapangan dimana kegiatan pemeliharaan

TBM sedang dilaksanakan oleh pekerja lapangan. Kegiatan

pemeliharaan kemudian diserahkan kepada peserta PKP dan

tetap didampingi oleh asisten lapangan. Hal-hal yang

tidak diketahui selama pelaksanaan kegiatan

pemeliharaan didiskusikan dengan pembimbing lapangan.

3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data

13

Pengumpulan data dan informasi praktek dilakukan

dengan metode langsung dan tidak langsung dalam mencari

data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data

primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung

terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan aspek

teknis dari kegiatan-kegiatan pemeliharaan di kebun dan

diskusikan dengan Asisten Kepala, Asisten Afdeling dan

Mandor, sedangkan data sekunder diambil dari file-file

milik perusahaan yang berkaitan dengan teknis

pemeliharaan tanaman belum menghasilkan.

3.4. Analisis Data dan Informasi

Hasil dari kegiatan Praktek Kerja Profesi

digunakan sebagai bahan analisis untuk penyusunan

laporan Praktek Kerja Profesi yang ditekankan pada

aspek kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan

(TBM). Hasilnya berupa data pengamatan, pengumpulan

informasi, dan data mengenai segi teknis dan manajemen

pemeliharaan tanaman belum menghasilkan di kebun.

IV.

14

DESKRIPSI UMUM PERUSAHAAN

IV.1. Letak Geografis

Kebun Aek Loba adalah salah satu perkebunan PT.

Socfin Indonesia yang membudidayakan tanaman kelapa

sawit, berloksi di Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten

Ashan, Sumatera Utara. Kebun Aek Loba terletak ± 50 km

dari kota kisaran dan ± 210 km dari kota Medan yang

dapat ditempuh dalam waktu ± 5 jam melalui darat.

Kantor Pengurus Kebun Aek Loba terletak ± 1 km dari

Lintas Sumatera.

Secara geografis PT. Socfin Indonesia terletak di

3o13 BT dan 3o27 LU dan 99o9 sampai 99o16 BT. Adapun

batas administrasi PT. Socfin Indonesia kebun Aek Loba

adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lobu Jiur,

Desa Aek Loba, Desa Sengon Sari, Desa Perladangan dan

Desa Horison.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Bange,

Desa Pada Sipirok, Desa Ledong, PT Plastima dan Desa

Tanjung Rejo

15

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kebun Bandar Pulo

dan Desa Aek Ban-ban.

Divisi/Afdeling VII unit II terdiri dari blok 33

blok dengan luas total 1. 347, 10 ha. Batas-batas

wilayah Divisi VII adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lobu Jiur dan

Desa Sengon Sari

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Bange

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Aek Ban-ban dan

Kebun Bandar Pulo

16

Gambar 1. Peta Lokasi Divisi VII Kebun PT. SocfinIndonesia

(Sumber: PT. Socfin Indonesia)

IV.2. Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan rata-rata kebun Aek Loba, PT. Socfin

Indonesia pada tahun 2010 sampai 2015 adalah 1.962 mm

per tahun dengan hari hujan 135 hari per tahun. Dengan

suhu udara berkisar antara 22o C sampai dengan suhu

maksimal 30o C. Menurut Schmidth dan Ferguson, keadaan

iklim di Aek Loba, PT. Socfin Indonesia termasuk ke

dalam iklim tipe B (Basah) dengan bulan basah antara

bulan September sampai dengan Desember berlangsung

selama empat bulan. Bulan kering berlangsung selama

delapan bulan antara Januari sampai dengan Agustus.

Jenis tanah di Kebun Aek Loba, PT. Socfin

Indonesia adalah Podzolik Merah Kuning dengan keadaan

topografi 20% daerah bergelombang dan 80% datar,

ketinggian topografi rata-rata ± 141 mdpl.

IV.3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan

17

Berdasarkan data Departemen PT. Socfin Indonesia

tahun 2015, kebun Aek Loba memiliki Hak Guna Usaha

(HGU) dengan total luas lahan ha. Luas areal yang

digunakan untuk areal penanaman adalah ha dan luas

areal yang digunakan untuk sarana dan prasarana yaitu

seluas ha. Kebun Aek Loba terdiri dari dua unit yang

dimana satu unit dipimpin oleh Asisten Kepala dan empat

Asisten Kebun. Dengan total luas areal pada tiap-tiap

divisi dapat dilihat pada tabel.

IV.4. Keadaan Tanaman dan Produksi

Keadaan tanaman di PT. Socfin Indonesia sangat baik

pertumbuhan dan perawatannya, mulai dari tanaman pre

nursery, main nursery, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM),

Tanaman Menghsilkan (TM), dan tanaman plasma nutfah.

Produksi tanaman yang dibudidayakan menghasilkan

produksi yang maksimal sesuai dengan genetik masing-

masing tanaman.

IV.5. Profil PT. Socfin Indonesia

Berikut bagan struktur organisasi di CD-CSR yang

terlihat pada gambar :

18

Gambar 2. Struktur organisasi CD-CSR PT. Arara Abadi(Sumber: BPPM)

IV.6. Visi Dan Misi

IV.6.1. Visi PT. SOCFIN INDONESIA

Visi PT. SOCFIN INDONESIA adalah menjadi

perusahaan industri perkebunan kelapa sawit dan karet

kelas dunia yang efisien dalam produksi dan memberikan

keuntungan kepada para stake holder..

IV.6.2. Misi PT. SOCFIN INDONESIA

a) Mengembangkan bisnis dan memberikan keuntungan

bagi pemegang saham.

b) Memberlakukan sistem menajemen yang mengacu pada

standar internasional dan acuan yang berlaku di

bisnisnya.

CD-CSRUndang

Nurzihad

CD-CEDenni S

HTRTahan

Manurung

BPPMJoss Rinaldy

Monitoring TanamanHarsono

Koordinator BPPM

Miswanto

Monitoring Tanaman

A.Syafruddin

Adm/PemasaranDeddy Lee

19

c) Menjalankan operasi dengan efisien dan hasil yang

tertinggi (mutu dan produktivitas) serta harga

yang kompetitif.

d) Menjadi tempat kerja pilihan bagi karyawannya,

aman dan sehat.

e) Menggunakan sumber daya yang efisien dan

minimalisasi limbah.

f) Membagi kesejahteraan bagi masyarakat dimana kami

beroperasi.

V. PELAKSANAAN KEGIATAN PKP

5.1 Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan liar di areal tanaman kelapa

sawit yang menjadi pesaing dalam penggunaan unsur hara,

air, dan cahaya matahari dengan tanaman kelapa sawit

sehingga mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman

kelapa sawit. Pengendalian gulma dilakukan secara kimia

tergantung kepada kondisi areal dan

gulmanya. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan

menyemprotkan herbisida.

20

Pengendalian kimia dapat dilakukan pada TBM N0,

N1, N2. Rotasi yang dilakukan pada pengendalian gulma

adalah sebanyak 12x setahun. N3 dengan rotasi sebanyak

6 kali setahun dengan jenis dosis yang sesuai dengan

gulma yang akan diberantas. Herbisida yang digunakan di

Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia adalah Round Up

1liter/ha, ally 25g/ha, bimaron 10g/ha untuk tanaman N0, untuk

mengendalikan gulma pada abangan N1 diberikan dosis

round up 500cc/ha, ally25 g/ha, daerah piringan rintis

diberikan herbisida starane dengan dosis starane10cc/ha.

Pada tanaman N2 pengendalian gulma yang dilakukan pada

abangan dengan memberikan dosis round up 500cc/ha, ally

25g/ha, daerah piringan rintis diberikan herbisida

starane dengan dosis starane 10cc/ha, dan untuk tanaman N3

piringan rintis diberikan dosis round up 300cc/ha, allay 12.5

g/ha, dan dosis herbisida starane 10cc/ha. Penyemprotan

dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer.

5.2 Pengendalian Hama dan Penyakit

21

Hama utama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

yang terdapat di Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia

adalah Orytes rhinoceros yaitu hama penggerek pucuk (titik

tumbuh) kelapa sawit. Pengendaliannya dilakukan secara

kimia. caranya yaitu dengan menyemprotkan insektisida

berupa santador dan sinbus dengan knapsack sprayer.

Caranya sinbus maupun santador disemprotkan pada bagian

tajuk daun tanpa nozzle selama 4 detik (100 cc) per

tanaman, untuk tanaman N0-N1 dilakukan 4 kali dalam 1

bulan, tanaman N2 dilakukan 3 kali sebulan, tanaman N3

dilakukan 2 kali sebulan, dan tanaman N4 dilakukan 1

kali sebulan, sedangkan untuk tanaman menghasilkan

diaplikasi setahun sekali. Dosis yang di pakai adalah

santador 45cc/15 lt/ha dan sinbus 75cc/15 lt/ha.

Penyakit yang banyak ditemui pada TBM di Kebun Aek

Loba PT. Socfin Indonesia adalah penyakit busuk pucuk

yang disebabkan pathogen erwinia cartovora. Cara

pengendaliannya dilakukan pemotongan pucuk tanaman

sampai ke titik tumbuh dan menyiram nordox dengan

dosis 2g/liter/pokok pada bagian yang dipotong.

22

Hindarkan larutan tumpah atau mengalir jatuh ke tanah

melalui ketiak.

5.3 Pemupukan

Aplikasi pemupukan di TBM dilakukan dengan cara

disebar. Pemupukan dengan cara disebar, dilakukan

dengan cara menyebar pupuk di piringan dengan jarak 30

cm dari batang pokok tanaman.

Tabel 1. Dosis Pemupukan Pada TBM Kelapa Sawit

Uraia

n

Umur

(Bulan)

Jenis dan Dosis Pupuk (gr / pohon)

N.P.K.M

gUREA RP

TSP

KCL

Kieser

ite Borax

Tahun

0

Lubang

tanam

- - 500 - - -

1 - 200 - - - -

3 300 - - - - -

Total 300 200 500

TBM 6 - 300(3 - - 450 20

23

N1 )

9 1000 - - - - 30

12 - 400(3

)

- - - 50

13 - - - - - -

15 1500 - - - - 50

Total 2500 700 - - 450 150

TBM

N2

18 - 500 - 500 - 75

21 - 1000 -

1250

- -

24 - 1000 - 500

1500

700 100

Jumlah - 2500 1000

2750

700 175

TBM

N3

Apli.I - 1300 200

0

1500

700 100

Apli.II - 1500 -

1500

- 100

Total 2800 200 3000 700 175

24

0

Sumber : Kebun Aek Loba PT. Socfin

5.4 Kastrasi dan Sanitasi

Kastrasi adalah salah satu bagian terpenting dalam

pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM).

Perlakuan kastrasi adalah memotong bunga jantan dan

betina yang bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan

vegetatif tanaman kelapa sawit. Kastrasi dilakukan

sejak umur tanaman kelapa sawit 10 bulan (N1) yaitu

memotong bunga jantan dan betinanya, setelah 6 bulan,

kastrasi dilakukan hanya memotong bunga betina saja.

hal ini bertujuan untuk memancing kumbang elaidibus

camerunicus hinggap di bunga jantan. Sehingga 6 bulan

sebelum panen kastrasi dihentikan dan pembuahan terjadi

secara merata.

Keuntungan dari kastrasi adalah menghasilkan

tandan buah yang punya nilai ekonomis pada awal panen,

menjaga agar pada masa pertumbuhan vegetatif tidak

25

memproduksi tandan buah yang tidak ekonomis, mendorong

agar pertumbuhan pohon seragam dan juga memproduksi

tandan dengan seragam pula. Kegiatan kastrasi ini

dilakukan dengan menggunakan alat chisel dan dodos,

mata dodos berukuran 6 cm dengan panjang gagang 1,5

meter.

Sanitasi (tunas pasir) dilaksanakan dengan cara

menunas pelepah yang telah kering dan buah kelapa sawit

yang telah busuk, tunas perdana dilakukan pada tanaman

TBM yang mau menuju TM, sanitasi dilaksanakan pada masa

TBM N2 yaitu saat tanaman berumur 18 bulan atau 6 bulan

sebelum panen, sanitasi dilaksanakan satu kali rotasi.

Pelepah bekas tunasan dan buah busuk disusun pada

gawangan mati, pelaksanaan pekerjaan ini harus diawasi

oleh mandor.

5.5 Aplikasi janjang kosong pada TBM

Janjang kosong adalah tandan buah yang telah

melalui proses pemipilan (stripping). Janjang kosong

bagi PT. Socfin Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana

peningkatan produksi tanaman kelapa sawit. Pemberian

26

janjang kosong pada TBM N0 10 ton/ha, N1 20 ton /ha, TM

40 ton/ha, solid 10 ton/ha bertujuan untuk memberi

tambahan pupuk sebagai bahan organik cadangan agar

tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik.

Pemberian janjang kosong juga memberikan keuntungan

lain bagi tanaman yaitu menjaga kelembaban tanah dan

mengurangi perkembangan gulma disekitar tanaman.

Janjang kosong diberikan ke tanaman dengan dosis 140

kg/tanaman. Caranya janjang kosong di letakkan di areal

piringan tanaman dengan jarak 1 meter dari batang

tanaman secara merata tanpa tertindih sesuai keliling

piringan. Rata - rata berat janjangan kosong yang ada

di PT. Socfin adalah 3 kg.

VI. PEMBAHASAN

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah istilah

yang umum dipakai untuk tanaman kelapa sawit yang

hasilnya belum bernilai ekonomi atau belum dapat diolah

pada pabrik pengolahan. Pemeliharaan yang dilakukan di

27

Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia pada tanaman belum

menghasilkan sangat diperlukan untuk memaksimalkan

pertumbuhan vegetatifnya selama TBM sampai kepada

tanaman yang siap untuk dipanen atau Tanaman

Menghasilkan (TM).

Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM)

kelapa sawit dilaksanakan secara teratur dan sistematis

serta berkelanjutan sehingga kesuburan dan kesehatan

tanaman tetap terjaga. Untuk memaksimalkan pemeliharaan

tanaman yang baik dalam ukuran yang luas diperlukan

menajemen yang tersusun dan terjadwal dengan baik agar

seluruh aspek kegiatan pemeliharaan dapat berlangsung

dengan maksimal dan merata pada seluruh tanaman.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual atau

chemis tergantung kepada kondisi gulma yang terdapat

pada areal tersebut dan tahun tanaman. Gulma yang

tumbuh di sekitar areal TBM akan mempengaruhi

pertumbuhan tanaman dimana akan terjadi persaingan

dalam penyerapan unsur hara dan mineral dalam tanah.

Adanya gulma juga akan mengganggu pekerjaan

pemeliharaan tanaman lainnya.

28

Pelaksanaannya memiliki rotasi 12 kali dalam

setahun pada N0, N1, N2, sedangkan N3 memiliki rotasi 6

kali setahun. Di sekitar pokok tanaman sawit yang

berbentuk lingkaran berdiameter 1,5 - 2 m.

Pemberantasan tumbuhan liar pada area piringan juga

dilakukan secara chemis pada TBM 1, TBM II dan TBM III.

Hama utama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

yang terdapat di Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia

adalah Orytes rhinoceros yaitu hama penggerek pucuk (titik

tumbuh) kelapa sawit. Kumbang ini membuat lubang di

dalam pupus daun yang belum membuka, dimulai dari

pangkal pelepah. Serangan ini akan menghambat

pertumbuhan dan bahkan dapat mematikan tanaman kelapa

sawit belum menghasilkan. Pengendalian hama ini harus

dengan melakukan pengendalian secara chemis dan manual,

karena hama ini berkembang biak sangat cepat pada

daerah tanaman replanting.

Penyakit utama yang banyak ditemui pada TBM di

Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia adalah penyakit

busuk pucuk yang disebabkan pathogen erwinia cartovora.

Gejala serangan dapat terlihat dari pembusukan di

29

bagian pucuk atau tunas bakal daun yang masih muda

sebelum tumbuh ke luar. Setelah itu, pembusukan ini

menjalar ke bagian lain yang sekitarnya. Dampaknya,

pelepah akan mati dan layu. Di daun yang belum tua akan

berakibat pangkalnya terserang dan membusuk lalu

menjadi menguning. Ada beberapa gejala khusus dari

penyakit ini antara lain: janur berwarna pucat, condong

dan akhirnya patah. Lalu sedikit demi sedikit daun

bawah berwarna kuning suram, tidak mengkilat, dan

menjadi coklat. Serangan paling mengkhawatirkan berada

di titik tumbuh disini apabila batang dilubangi akan

keluar cairan berwarna kuning yang berbau busuk. Jika

hal ini terjadi, dampak yang dirasakan tanaman sawit

adalah batang tanaman menjadi kerdil, kurang berisi dan

tumbuh tidak normal.

Pemupukan sangat diperlukan oleh tanaman kelapa

sawit belum menghasilkan sebagai salah satu kegiatan

pemeliharaan TBM agar pertumbuhan vegetatif tanaman

dapat berkembang secara optimal dan unsur hara yang

diperlukan tanaman juga tersedia. Dosis pupuk yang

30

digunakan adalah dosis pupuk yang direkomendasikan dari

PT. Socfin Indonesia itu sendiri berdasarkan umur TBM.

Kastrasi dan sanitasi merupakan salah satu bagian

terpenting dalam pemeliharaan tanaman belum

menghasilkan (TBM). Kastrasi bertujuan untuk

mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa

sawit. Unsur hara yang diserap tanaman yang seharusnya

difungsikan untuk perkembangan bunga jantan dan bunga

betina akan dialihkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan vegetatif tanaman kelapa sawit belum

menghasilkan dan memancing kumbang elaidibus camerunicus

datang sehingga proses pembuahan terjadi secara merata.

31

VII. PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kegiatan praktek kerja profesi (PKP) yang

dilakukan di PT. Socfin Indonesia kebun Aek Loba banyak

menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan dan

keterampilan khususnya dalam teknik pemeliharaan

tanaman belum menghasilkan kelapa sawit baik pada TBM

I, II dan III. Teknik pemeliharaan yang terdapat pada

perkebunan ini mencakup seluruh aspek pemeliharaan

utama pada TBM yang sangat dibutuhkan oleh tanaman

kelapa sawit yang belum menghasilkan.

Peranan pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada

usia TBM sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan vegetatif tanaman kelapa sawit.

Pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit yang optimal

akan mempengaruhi produksi kelapa sawit. Produksi

merupakan tujuan utama dari budidaya tanaman kelapa

sawit, oleh karena itu semua aspek yang mendukung

tingginya produksi tanaman kelapa sawit harus menjadi

32

perhatian utama seperti pemeliharaan tanaman kelapa

sawit pada usia TBM.

Kegiatan pemeliharaan TBM harus dilakukan setiap

hari terkhususnya pada pengendalian hama Orytes

rhinoceros agar kondisi tanaman tetap terjaga sebelum

tanaman tesebut rusak. Pengendalian hama Orytes rhinoceros

yang tidak optimal berdampak sangat buruk bagi tanaman

kelapa sawit karena hama ini menggerek pangkal batang

muda hingga batang tanaman kelapa sawit ini mati

sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari

tanaman kelapa sawit belum menghasilkan.

Masing - masing kegiatan pemeliharaan TBM ini

saling mempengaruhi satu sama lain, seperti pemupukan

dan aplikasi janjang kosong, pengendalian hama dan

penyakit serta pengendalian gulma. Kastrasi dan

sanitasi pada TBM berpengaruh pada efektifitas dosis

pemberian pupuk dan serapan hara ke tanaman yang telah

ditetapkan.

7.2 Saran

33

Luasnya areal TBM yang terdapat pada perkebunan

ini mengakibatkan sulitnya melakukan pemeliharaan

secara maksimal terhadap seluruh tanaman, hal ini

ditunjukkan dengan masih adanya beberapa tanaman yang

rusak dan mati sehingga perlu dilakukan beberapa

penyisipan tanaman. Maka dalam hal ini jumlah tenaga

kerja dalam pemeliharaan tanaman belum menghasilkan ini

harus lebih ditingkatkan agar kegiatan pemeliharaan TBM

menjadi lebih optimal secara keseluruhan tanaman kelapa

sawit.

34

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Buku Pintar Mandor (BPM). Seri Budidaya

Tanaman Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Lembaga

Pendidikan Perkebunan.

Ditjenbun.2010. Statistik Perkebunan. Departemen

Pertanian. Direktorat Jendral Perkebunan

Indonesia. Jakarta

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, R.

Hartono. 2007. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan

Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.

Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal.

Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di

Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Medan. 348 hal.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen

Agribisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University

Press.Yogyakarta.605 hal.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan

Produktifitas. Kanisius Yogyakarta.

Sarief E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah

Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

35

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius,

Yogyakarta.

Yahya S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Agronomi.

Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

36

LAMPIRAN