1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
merupakan tanaman perkebunan yang berperan penting
dalam peningkatan devisa negara, penyerapan tenaga
kerja dan peningkatan perekonomian di Indonesia. Luas
areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun
2009 mencapai 7,51 juta ha dan diperkirakan pada tahun
2010 sudah mencapai 7,83 juta ha (Ditjenbun, 2010).
Pemeliharaan tanaman merupakan faktor yang harus
diperhatikan dengan baik agar memperoleh hasil yang
maksimal dalam budidaya tanaman kelapa sawit baik pada
usia pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM)
maupun pada tanaman menghasilkan (TM).
Pemeliharaan TBM pada tanaman kelapa sawit yang
tidak baik akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
tanaman kelapa sawit, tanaman terserang hama dan
penyakit, pertumbuhan tanaman yang tidak merata, bahkan
dapat menyebabkan tanaman tersebut mati, sehingga akan
menyebabkan kerugian yang besar pada pihak petani
2
karena besarnya modal awal dalam budidaya tanaman
kelapa sawit.
Kebun Aek Loba merupakan salah satu kebun PT.
Socfin Indonesia yang mengusahakan komoditi tanaman
kelapa sawit, penanaman komoditi kelapa sawit di kebun
aek loba di mulai pada tahun 1930 dengan total luas
areal kebun 9.814,95 Ha. Sistem pemeliharaan TBM
tersebut diterapkan oleh rekomendasi dari PT. Socfin
Indonesia
1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi (PKP)
Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) bertujuan
agar mahasiswa memperoleh pengalaman dan kemampuan
kerja, baik secara teknis di lapangan maupun
manajerial, meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
memahami proses kegiatan kerja di perkebunan kelapa
sawit secara nyata, mengaplikasikan teori yang didapat
dari perkuliahan dengan kegiatan langsung di lapangan.
Tujuan khusus yaitu untuk memahami aspek
pemeliharaan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
(TBM) yang baik serta melatih mahasiswa bertanggung
3
jawab dalam melaksanakan kegiatan lapangan sesuai
dengan tingkat tanggung jawab yang diterimanya dan
meningkatkan kemampuan teknis lapangan dengan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan tahapan yang ada di
lokasi PKP.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman
monokotil. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005)
secara taksonomi kelapa merupakan tanaman jenis palmea
dengan Ordo : Spadiciflorae (Arecales); Famili : Palmae; Sub –
family : Cocoideae; Genus : Elaeis; Spesies : Elaeis guineensis
Jacq.
Nama Elaeis guineensis diberikan olah Jacquin pada
tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa
sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat,
Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak,
sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan
Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika)
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
2.2. Morfologi dan Fisiologi Kelapa Sawit
Kecambah kelapa sawit berakar tunggang dan
akhirnya diganti dengan akar-akar serabut yang
membentuk anyaman yang rapat dan tebal. Pohon kelapa
5
sawit mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang pada
umur 4 tahun. Kelapa sawit merupakan tanaman yang
berdaun majemuk dengan dasar tangkai daun utama
menempel di sekeliling ujung batang. Masing-masing daun
terdiri dari 20-150 atau lebih pasang anak daun yang
tersusun dalam dua baris sepanjang sisi tangkai daun
utama. Pohon yang sering dipangkas daunnya akan
meninggalkan bekas-bekas pangkal pelepah yang membentuk
garis spiral melingkar batang dari bawah ke atas
(Yahya, 1990).
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu
batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak
bercabang. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak
terlihat, karena tertutup oleh daun. Batang kelapa
sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm.
Pertumbuhan tinggi batang 25-45 cm/tahun dan jika
kondisi lingkungan sesuai, pertumbuhan tinggi batang
dapat mencapai 100 cm/tahun. Pertumbuhan batang
tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan
iklim setempat. Ketebalan batang tergantung pada
kekuatan pertumbuhan daun-daunnya. Batang berfungsi
6
sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkat
bahan makanan (Fauzi et al., 2007).
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang
sejajar, panjangnya dapat mencapai 3-5 meter. Pada
pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-
bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat
lebih dari 9 meter. Helai anak daun yang terletak di
tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan
panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun
dalam satu pelepah daun adalah 100-160 pasang
(Setyamidjaja, 1991).
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga
yang akan pecah antara 15-30 hari sebelum antesis. Satu
tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan tiap
spikelet memiliki 15-20 bunga betina. Pada tandan
tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2000 buah tergantung
pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat
menghasilkan 15-25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda
dan pada tanaman tua berkisar antara 8-12
tandan/pokok/tahun. Tandan bunga jantan (infloressensia)
juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan
7
antesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga
memiliki 100-250 spikelet yang panjangnya 10-20 cm dan
diameter 1-1,5 cm. Tiap spikelet berisi 500-1500 bunga
kecil yang akan menghasilkan tepung sari. Pada tanaman
muda jumlah bunga jantan per pokok sedikit dibanding
dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan
berubah sesuai peningkatan umur tanaman (Lubis, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa
sawit setiap tahun tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin
tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin
sedikit, sehingga buah yang dibentuk semakin menurun.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat umur 18 bulan
setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan
presentasi limbah banyak. Oleh karena itu, pada
perkebunan kelapa sawit, bunga-bunga yang tumbuh pada
tanaman muda akan dibuang agar tidak menjadi buah
(Sastrosayono, 2003).
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan.
Pembungaan kelapa sawit termasuk monocious artinya bunga
jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi
tidak pada satu tandan yang sama. Namun terkadang bisa
8
ditemukan dalam satu tandan bunga yang bisa disebut
dengan bunga banci (hemaprodit). Tanaman kelapa sawit
dapat menyerbuk secara silang dan menyerbuk sendiri
(Risza, 1994).
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar
maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri.
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, genetik dan faktor teknis-agronomis.
Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa
sawit, faktor saling terkait dan menunjang satu sama
lain (Fauzi et al., 2002).
Tanaman kelapa sawit menghendaki iklim dengan
curah hujan antara 1800-4000 mm per tahun dan merata
sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 25⁰C. Kelapa
sawit merupakan tanaman dataran rendah, meskipun dapat
tumbuh pada ketinggian lebih dari 900 m di atas
permukaan laut, dan dapat tumbuh dengan baik bila curah
hujan lebih dari 1500 mm per tahun dan merata sepanjang
9
tahun dengan suhu 27-35⁰C. Yahya (1990) menyatakan
bahwa hasil tandan buah tertinggi diperoleh di daerah
dengan suhu rata-rata 25- 27⁰C.
Tofografi lahan juga merupakan faktor lingkungan
yang penting ikut menentukan efisiensi usaha perkebunan
kelapa sawit. Beberapa unsur tofografi yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
adalah relief, sudut lereng, arah lereng, dan
ketinggian lahan di atas permukaan laut (Lubis, 2008).
Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik
adalah pH 4,0-6,0, tetapi boleh juga digunakan pH 6,5-
7. Tanah harus gembur dan drainase baik sehingga aerasi
juga baik (Sarief E.S. 1986).
2.4. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).
Pemeliharaan tanaman pada komoditas perkebunan
yang bersifat tahunan, biasanya dikelompokkan ke dalam
tanaman belum menghasilkan atau disingkat TBM. Anonim
(2004) menjelaskan bahwa yang dimaksud TBM pada kelapa
sawit adalah masa sebelum panen (dimulai dari saat
10
tanam sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36
bulan.
Periode waktu TBM pada tanaman kelapa sawit
terdiri dari TBM 0: menyatakan keadaan lahan sudah
selesai dibuka, ditanami kacangan penutup tanah dan
kelapa sawit sudah ditanam pada tiap titik panjang. TBM
1 : tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan). TBM 2 :
tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan). TBM 3 : tanaman
pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan) (Anonim. 2004).
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) pada
kelapa sawit dapat berupa konsolidasi dan penyisipan,
garuk piringan, penanaman tanaman penutup tanah, babat
gawangan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan
penyakit, pemupukan, kastrasi serta sanitasi.
11
III. METODE PKP
3.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) telah
dilaksanakan di Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia,
Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten Asahan, Provinsi
Sumatera Utara. Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP)
berlangsung selama satu bulan, yang dimulai pada
tanggal 21 Januari 2015 hingga tanggal 21 Februari
2015. Praktikan ditempatkan di Afdeling 7 Kebun Aek
Loba PT. Socfin Indonesia. (Jadwal praktek kerja
profesi dicantumkan pada lampiran).
3.2. Metode Pelaksanaan
Praktek kerja profesi (PKP) dilaksanakan dengan
menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Observasi
Sebelum praktek teknis di lapangan, mahasiswa
magang berkesempatan untuk meninjau lokasi yang akan
menjadi tempat praktek terlebih dahulu.
2. Diskusi
12
Pembimbing dilapangan (Asisten kepala dan Asisten
afdeling) menjelaskan secara teori hal-hal yang akan
dilaksanakan selama praktek kerja dilapangan dan hal-
hal yang perlu diperhatikan selama kegiatan
berlangsung.
3. Praktek Lapangan
Pelaksanaan praktek lapangan dilakukan dengan
menyesuaikan kegiatan pemeliharaan TBM yang sedang
dikerjakan dilapangan dan diarahkan oleh pembimbing
lapangan yaitu Asisten kepala atau Asisten Afdeling.
Setiap hari terlebih dahulu diadakan apel pagi,
kemudian berangkat ke lokasi praktek yang diarahkan
oleh pembimbing lapangan dimana kegiatan pemeliharaan
TBM sedang dilaksanakan oleh pekerja lapangan. Kegiatan
pemeliharaan kemudian diserahkan kepada peserta PKP dan
tetap didampingi oleh asisten lapangan. Hal-hal yang
tidak diketahui selama pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan didiskusikan dengan pembimbing lapangan.
3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data
13
Pengumpulan data dan informasi praktek dilakukan
dengan metode langsung dan tidak langsung dalam mencari
data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data
primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan aspek
teknis dari kegiatan-kegiatan pemeliharaan di kebun dan
diskusikan dengan Asisten Kepala, Asisten Afdeling dan
Mandor, sedangkan data sekunder diambil dari file-file
milik perusahaan yang berkaitan dengan teknis
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan.
3.4. Analisis Data dan Informasi
Hasil dari kegiatan Praktek Kerja Profesi
digunakan sebagai bahan analisis untuk penyusunan
laporan Praktek Kerja Profesi yang ditekankan pada
aspek kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan
(TBM). Hasilnya berupa data pengamatan, pengumpulan
informasi, dan data mengenai segi teknis dan manajemen
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan di kebun.
IV.
14
DESKRIPSI UMUM PERUSAHAAN
IV.1. Letak Geografis
Kebun Aek Loba adalah salah satu perkebunan PT.
Socfin Indonesia yang membudidayakan tanaman kelapa
sawit, berloksi di Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten
Ashan, Sumatera Utara. Kebun Aek Loba terletak ± 50 km
dari kota kisaran dan ± 210 km dari kota Medan yang
dapat ditempuh dalam waktu ± 5 jam melalui darat.
Kantor Pengurus Kebun Aek Loba terletak ± 1 km dari
Lintas Sumatera.
Secara geografis PT. Socfin Indonesia terletak di
3o13 BT dan 3o27 LU dan 99o9 sampai 99o16 BT. Adapun
batas administrasi PT. Socfin Indonesia kebun Aek Loba
adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lobu Jiur,
Desa Aek Loba, Desa Sengon Sari, Desa Perladangan dan
Desa Horison.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Bange,
Desa Pada Sipirok, Desa Ledong, PT Plastima dan Desa
Tanjung Rejo
15
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kebun Bandar Pulo
dan Desa Aek Ban-ban.
Divisi/Afdeling VII unit II terdiri dari blok 33
blok dengan luas total 1. 347, 10 ha. Batas-batas
wilayah Divisi VII adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lobu Jiur dan
Desa Sengon Sari
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Bange
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Aek Ban-ban dan
Kebun Bandar Pulo
16
Gambar 1. Peta Lokasi Divisi VII Kebun PT. SocfinIndonesia
(Sumber: PT. Socfin Indonesia)
IV.2. Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan rata-rata kebun Aek Loba, PT. Socfin
Indonesia pada tahun 2010 sampai 2015 adalah 1.962 mm
per tahun dengan hari hujan 135 hari per tahun. Dengan
suhu udara berkisar antara 22o C sampai dengan suhu
maksimal 30o C. Menurut Schmidth dan Ferguson, keadaan
iklim di Aek Loba, PT. Socfin Indonesia termasuk ke
dalam iklim tipe B (Basah) dengan bulan basah antara
bulan September sampai dengan Desember berlangsung
selama empat bulan. Bulan kering berlangsung selama
delapan bulan antara Januari sampai dengan Agustus.
Jenis tanah di Kebun Aek Loba, PT. Socfin
Indonesia adalah Podzolik Merah Kuning dengan keadaan
topografi 20% daerah bergelombang dan 80% datar,
ketinggian topografi rata-rata ± 141 mdpl.
IV.3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan
17
Berdasarkan data Departemen PT. Socfin Indonesia
tahun 2015, kebun Aek Loba memiliki Hak Guna Usaha
(HGU) dengan total luas lahan ha. Luas areal yang
digunakan untuk areal penanaman adalah ha dan luas
areal yang digunakan untuk sarana dan prasarana yaitu
seluas ha. Kebun Aek Loba terdiri dari dua unit yang
dimana satu unit dipimpin oleh Asisten Kepala dan empat
Asisten Kebun. Dengan total luas areal pada tiap-tiap
divisi dapat dilihat pada tabel.
IV.4. Keadaan Tanaman dan Produksi
Keadaan tanaman di PT. Socfin Indonesia sangat baik
pertumbuhan dan perawatannya, mulai dari tanaman pre
nursery, main nursery, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM),
Tanaman Menghsilkan (TM), dan tanaman plasma nutfah.
Produksi tanaman yang dibudidayakan menghasilkan
produksi yang maksimal sesuai dengan genetik masing-
masing tanaman.
IV.5. Profil PT. Socfin Indonesia
Berikut bagan struktur organisasi di CD-CSR yang
terlihat pada gambar :
18
Gambar 2. Struktur organisasi CD-CSR PT. Arara Abadi(Sumber: BPPM)
IV.6. Visi Dan Misi
IV.6.1. Visi PT. SOCFIN INDONESIA
Visi PT. SOCFIN INDONESIA adalah menjadi
perusahaan industri perkebunan kelapa sawit dan karet
kelas dunia yang efisien dalam produksi dan memberikan
keuntungan kepada para stake holder..
IV.6.2. Misi PT. SOCFIN INDONESIA
a) Mengembangkan bisnis dan memberikan keuntungan
bagi pemegang saham.
b) Memberlakukan sistem menajemen yang mengacu pada
standar internasional dan acuan yang berlaku di
bisnisnya.
CD-CSRUndang
Nurzihad
CD-CEDenni S
HTRTahan
Manurung
BPPMJoss Rinaldy
Monitoring TanamanHarsono
Koordinator BPPM
Miswanto
Monitoring Tanaman
A.Syafruddin
Adm/PemasaranDeddy Lee
19
c) Menjalankan operasi dengan efisien dan hasil yang
tertinggi (mutu dan produktivitas) serta harga
yang kompetitif.
d) Menjadi tempat kerja pilihan bagi karyawannya,
aman dan sehat.
e) Menggunakan sumber daya yang efisien dan
minimalisasi limbah.
f) Membagi kesejahteraan bagi masyarakat dimana kami
beroperasi.
V. PELAKSANAAN KEGIATAN PKP
5.1 Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan liar di areal tanaman kelapa
sawit yang menjadi pesaing dalam penggunaan unsur hara,
air, dan cahaya matahari dengan tanaman kelapa sawit
sehingga mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman
kelapa sawit. Pengendalian gulma dilakukan secara kimia
tergantung kepada kondisi areal dan
gulmanya. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan
menyemprotkan herbisida.
20
Pengendalian kimia dapat dilakukan pada TBM N0,
N1, N2. Rotasi yang dilakukan pada pengendalian gulma
adalah sebanyak 12x setahun. N3 dengan rotasi sebanyak
6 kali setahun dengan jenis dosis yang sesuai dengan
gulma yang akan diberantas. Herbisida yang digunakan di
Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia adalah Round Up
1liter/ha, ally 25g/ha, bimaron 10g/ha untuk tanaman N0, untuk
mengendalikan gulma pada abangan N1 diberikan dosis
round up 500cc/ha, ally25 g/ha, daerah piringan rintis
diberikan herbisida starane dengan dosis starane10cc/ha.
Pada tanaman N2 pengendalian gulma yang dilakukan pada
abangan dengan memberikan dosis round up 500cc/ha, ally
25g/ha, daerah piringan rintis diberikan herbisida
starane dengan dosis starane 10cc/ha, dan untuk tanaman N3
piringan rintis diberikan dosis round up 300cc/ha, allay 12.5
g/ha, dan dosis herbisida starane 10cc/ha. Penyemprotan
dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer.
5.2 Pengendalian Hama dan Penyakit
21
Hama utama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
yang terdapat di Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia
adalah Orytes rhinoceros yaitu hama penggerek pucuk (titik
tumbuh) kelapa sawit. Pengendaliannya dilakukan secara
kimia. caranya yaitu dengan menyemprotkan insektisida
berupa santador dan sinbus dengan knapsack sprayer.
Caranya sinbus maupun santador disemprotkan pada bagian
tajuk daun tanpa nozzle selama 4 detik (100 cc) per
tanaman, untuk tanaman N0-N1 dilakukan 4 kali dalam 1
bulan, tanaman N2 dilakukan 3 kali sebulan, tanaman N3
dilakukan 2 kali sebulan, dan tanaman N4 dilakukan 1
kali sebulan, sedangkan untuk tanaman menghasilkan
diaplikasi setahun sekali. Dosis yang di pakai adalah
santador 45cc/15 lt/ha dan sinbus 75cc/15 lt/ha.
Penyakit yang banyak ditemui pada TBM di Kebun Aek
Loba PT. Socfin Indonesia adalah penyakit busuk pucuk
yang disebabkan pathogen erwinia cartovora. Cara
pengendaliannya dilakukan pemotongan pucuk tanaman
sampai ke titik tumbuh dan menyiram nordox dengan
dosis 2g/liter/pokok pada bagian yang dipotong.
22
Hindarkan larutan tumpah atau mengalir jatuh ke tanah
melalui ketiak.
5.3 Pemupukan
Aplikasi pemupukan di TBM dilakukan dengan cara
disebar. Pemupukan dengan cara disebar, dilakukan
dengan cara menyebar pupuk di piringan dengan jarak 30
cm dari batang pokok tanaman.
Tabel 1. Dosis Pemupukan Pada TBM Kelapa Sawit
Uraia
n
Umur
(Bulan)
Jenis dan Dosis Pupuk (gr / pohon)
N.P.K.M
gUREA RP
TSP
KCL
Kieser
ite Borax
Tahun
0
Lubang
tanam
- - 500 - - -
1 - 200 - - - -
3 300 - - - - -
Total 300 200 500
TBM 6 - 300(3 - - 450 20
23
N1 )
9 1000 - - - - 30
12 - 400(3
)
- - - 50
13 - - - - - -
15 1500 - - - - 50
Total 2500 700 - - 450 150
TBM
N2
18 - 500 - 500 - 75
21 - 1000 -
1250
- -
24 - 1000 - 500
1500
700 100
Jumlah - 2500 1000
2750
700 175
TBM
N3
Apli.I - 1300 200
0
1500
700 100
Apli.II - 1500 -
1500
- 100
Total 2800 200 3000 700 175
24
0
Sumber : Kebun Aek Loba PT. Socfin
5.4 Kastrasi dan Sanitasi
Kastrasi adalah salah satu bagian terpenting dalam
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM).
Perlakuan kastrasi adalah memotong bunga jantan dan
betina yang bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
vegetatif tanaman kelapa sawit. Kastrasi dilakukan
sejak umur tanaman kelapa sawit 10 bulan (N1) yaitu
memotong bunga jantan dan betinanya, setelah 6 bulan,
kastrasi dilakukan hanya memotong bunga betina saja.
hal ini bertujuan untuk memancing kumbang elaidibus
camerunicus hinggap di bunga jantan. Sehingga 6 bulan
sebelum panen kastrasi dihentikan dan pembuahan terjadi
secara merata.
Keuntungan dari kastrasi adalah menghasilkan
tandan buah yang punya nilai ekonomis pada awal panen,
menjaga agar pada masa pertumbuhan vegetatif tidak
25
memproduksi tandan buah yang tidak ekonomis, mendorong
agar pertumbuhan pohon seragam dan juga memproduksi
tandan dengan seragam pula. Kegiatan kastrasi ini
dilakukan dengan menggunakan alat chisel dan dodos,
mata dodos berukuran 6 cm dengan panjang gagang 1,5
meter.
Sanitasi (tunas pasir) dilaksanakan dengan cara
menunas pelepah yang telah kering dan buah kelapa sawit
yang telah busuk, tunas perdana dilakukan pada tanaman
TBM yang mau menuju TM, sanitasi dilaksanakan pada masa
TBM N2 yaitu saat tanaman berumur 18 bulan atau 6 bulan
sebelum panen, sanitasi dilaksanakan satu kali rotasi.
Pelepah bekas tunasan dan buah busuk disusun pada
gawangan mati, pelaksanaan pekerjaan ini harus diawasi
oleh mandor.
5.5 Aplikasi janjang kosong pada TBM
Janjang kosong adalah tandan buah yang telah
melalui proses pemipilan (stripping). Janjang kosong
bagi PT. Socfin Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana
peningkatan produksi tanaman kelapa sawit. Pemberian
26
janjang kosong pada TBM N0 10 ton/ha, N1 20 ton /ha, TM
40 ton/ha, solid 10 ton/ha bertujuan untuk memberi
tambahan pupuk sebagai bahan organik cadangan agar
tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik.
Pemberian janjang kosong juga memberikan keuntungan
lain bagi tanaman yaitu menjaga kelembaban tanah dan
mengurangi perkembangan gulma disekitar tanaman.
Janjang kosong diberikan ke tanaman dengan dosis 140
kg/tanaman. Caranya janjang kosong di letakkan di areal
piringan tanaman dengan jarak 1 meter dari batang
tanaman secara merata tanpa tertindih sesuai keliling
piringan. Rata - rata berat janjangan kosong yang ada
di PT. Socfin adalah 3 kg.
VI. PEMBAHASAN
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah istilah
yang umum dipakai untuk tanaman kelapa sawit yang
hasilnya belum bernilai ekonomi atau belum dapat diolah
pada pabrik pengolahan. Pemeliharaan yang dilakukan di
27
Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia pada tanaman belum
menghasilkan sangat diperlukan untuk memaksimalkan
pertumbuhan vegetatifnya selama TBM sampai kepada
tanaman yang siap untuk dipanen atau Tanaman
Menghasilkan (TM).
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM)
kelapa sawit dilaksanakan secara teratur dan sistematis
serta berkelanjutan sehingga kesuburan dan kesehatan
tanaman tetap terjaga. Untuk memaksimalkan pemeliharaan
tanaman yang baik dalam ukuran yang luas diperlukan
menajemen yang tersusun dan terjadwal dengan baik agar
seluruh aspek kegiatan pemeliharaan dapat berlangsung
dengan maksimal dan merata pada seluruh tanaman.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual atau
chemis tergantung kepada kondisi gulma yang terdapat
pada areal tersebut dan tahun tanaman. Gulma yang
tumbuh di sekitar areal TBM akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dimana akan terjadi persaingan
dalam penyerapan unsur hara dan mineral dalam tanah.
Adanya gulma juga akan mengganggu pekerjaan
pemeliharaan tanaman lainnya.
28
Pelaksanaannya memiliki rotasi 12 kali dalam
setahun pada N0, N1, N2, sedangkan N3 memiliki rotasi 6
kali setahun. Di sekitar pokok tanaman sawit yang
berbentuk lingkaran berdiameter 1,5 - 2 m.
Pemberantasan tumbuhan liar pada area piringan juga
dilakukan secara chemis pada TBM 1, TBM II dan TBM III.
Hama utama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
yang terdapat di Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia
adalah Orytes rhinoceros yaitu hama penggerek pucuk (titik
tumbuh) kelapa sawit. Kumbang ini membuat lubang di
dalam pupus daun yang belum membuka, dimulai dari
pangkal pelepah. Serangan ini akan menghambat
pertumbuhan dan bahkan dapat mematikan tanaman kelapa
sawit belum menghasilkan. Pengendalian hama ini harus
dengan melakukan pengendalian secara chemis dan manual,
karena hama ini berkembang biak sangat cepat pada
daerah tanaman replanting.
Penyakit utama yang banyak ditemui pada TBM di
Kebun Aek Loba PT. Socfin Indonesia adalah penyakit
busuk pucuk yang disebabkan pathogen erwinia cartovora.
Gejala serangan dapat terlihat dari pembusukan di
29
bagian pucuk atau tunas bakal daun yang masih muda
sebelum tumbuh ke luar. Setelah itu, pembusukan ini
menjalar ke bagian lain yang sekitarnya. Dampaknya,
pelepah akan mati dan layu. Di daun yang belum tua akan
berakibat pangkalnya terserang dan membusuk lalu
menjadi menguning. Ada beberapa gejala khusus dari
penyakit ini antara lain: janur berwarna pucat, condong
dan akhirnya patah. Lalu sedikit demi sedikit daun
bawah berwarna kuning suram, tidak mengkilat, dan
menjadi coklat. Serangan paling mengkhawatirkan berada
di titik tumbuh disini apabila batang dilubangi akan
keluar cairan berwarna kuning yang berbau busuk. Jika
hal ini terjadi, dampak yang dirasakan tanaman sawit
adalah batang tanaman menjadi kerdil, kurang berisi dan
tumbuh tidak normal.
Pemupukan sangat diperlukan oleh tanaman kelapa
sawit belum menghasilkan sebagai salah satu kegiatan
pemeliharaan TBM agar pertumbuhan vegetatif tanaman
dapat berkembang secara optimal dan unsur hara yang
diperlukan tanaman juga tersedia. Dosis pupuk yang
30
digunakan adalah dosis pupuk yang direkomendasikan dari
PT. Socfin Indonesia itu sendiri berdasarkan umur TBM.
Kastrasi dan sanitasi merupakan salah satu bagian
terpenting dalam pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan (TBM). Kastrasi bertujuan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa
sawit. Unsur hara yang diserap tanaman yang seharusnya
difungsikan untuk perkembangan bunga jantan dan bunga
betina akan dialihkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan vegetatif tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan dan memancing kumbang elaidibus camerunicus
datang sehingga proses pembuahan terjadi secara merata.
31
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Kegiatan praktek kerja profesi (PKP) yang
dilakukan di PT. Socfin Indonesia kebun Aek Loba banyak
menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan dan
keterampilan khususnya dalam teknik pemeliharaan
tanaman belum menghasilkan kelapa sawit baik pada TBM
I, II dan III. Teknik pemeliharaan yang terdapat pada
perkebunan ini mencakup seluruh aspek pemeliharaan
utama pada TBM yang sangat dibutuhkan oleh tanaman
kelapa sawit yang belum menghasilkan.
Peranan pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada
usia TBM sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan vegetatif tanaman kelapa sawit.
Pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit yang optimal
akan mempengaruhi produksi kelapa sawit. Produksi
merupakan tujuan utama dari budidaya tanaman kelapa
sawit, oleh karena itu semua aspek yang mendukung
tingginya produksi tanaman kelapa sawit harus menjadi
32
perhatian utama seperti pemeliharaan tanaman kelapa
sawit pada usia TBM.
Kegiatan pemeliharaan TBM harus dilakukan setiap
hari terkhususnya pada pengendalian hama Orytes
rhinoceros agar kondisi tanaman tetap terjaga sebelum
tanaman tesebut rusak. Pengendalian hama Orytes rhinoceros
yang tidak optimal berdampak sangat buruk bagi tanaman
kelapa sawit karena hama ini menggerek pangkal batang
muda hingga batang tanaman kelapa sawit ini mati
sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari
tanaman kelapa sawit belum menghasilkan.
Masing - masing kegiatan pemeliharaan TBM ini
saling mempengaruhi satu sama lain, seperti pemupukan
dan aplikasi janjang kosong, pengendalian hama dan
penyakit serta pengendalian gulma. Kastrasi dan
sanitasi pada TBM berpengaruh pada efektifitas dosis
pemberian pupuk dan serapan hara ke tanaman yang telah
ditetapkan.
7.2 Saran
33
Luasnya areal TBM yang terdapat pada perkebunan
ini mengakibatkan sulitnya melakukan pemeliharaan
secara maksimal terhadap seluruh tanaman, hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya beberapa tanaman yang
rusak dan mati sehingga perlu dilakukan beberapa
penyisipan tanaman. Maka dalam hal ini jumlah tenaga
kerja dalam pemeliharaan tanaman belum menghasilkan ini
harus lebih ditingkatkan agar kegiatan pemeliharaan TBM
menjadi lebih optimal secara keseluruhan tanaman kelapa
sawit.
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Buku Pintar Mandor (BPM). Seri Budidaya
Tanaman Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Lembaga
Pendidikan Perkebunan.
Ditjenbun.2010. Statistik Perkebunan. Departemen
Pertanian. Direktorat Jendral Perkebunan
Indonesia. Jakarta
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, R.
Hartono. 2007. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan
Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hal.
Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di
Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan. 348 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2005. Manajemen
Agribisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University
Press.Yogyakarta.605 hal.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan
Produktifitas. Kanisius Yogyakarta.
Sarief E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah
Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
35
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius,
Yogyakarta.
Yahya S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Agronomi.
Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Top Related