Laporan Kegiatan Hasil Magang 1

90
BAB I PENDAHULUAN A. Visi Misi Sekolah 1. Visi Sekolah SMA Negeri 1 Bontomarannu memilih visi ini untuk tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Visi ini menjiwai warga sekolah, untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan sekolah. Adapun Visi dari SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah “Teladan dalam perilaku, cerdas dalam IPTEK, unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan takwa” Adapun indikator dari visi tersebut adalah : 1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan. 2. Ungggul dalam prestasi. 3. Berkembangnya kreatifitas, dedikasi, disiplin dan rasa tanggung jawab. 4. Terciptanya rasa kekeluargaan yang harmonis. 5. Memiliki sarana dan prasarana lengkap dalam lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif. 2. Misi Sekolah

Transcript of Laporan Kegiatan Hasil Magang 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Visi Misi Sekolah

1. Visi Sekolah

SMA Negeri 1 Bontomarannu memilih visi ini

untuk tujuan jangka pendek, menengah dan panjang.

Visi ini menjiwai warga sekolah, untuk selalu

mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam

mencapai tujuan sekolah. Adapun Visi dari SMA

Negeri 1 Bontomarannu adalah “Teladan dalam

perilaku, cerdas dalam IPTEK, unggul dalam

prestasi berdasarkan iman dan takwa”

Adapun indikator dari visi tersebut adalah :

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

2. Ungggul dalam prestasi.

3. Berkembangnya kreatifitas, dedikasi, disiplin

dan rasa tanggung jawab.

4. Terciptanya rasa kekeluargaan yang harmonis.

5. Memiliki sarana dan prasarana lengkap dalam

lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif.

2. Misi Sekolah

Untuk mencapai visi tersebut diatas,

diperlukakn suatu misi yang merupakan kegiatan

jangka pendek dengan arah yang jelas. Berikut ini

misi yang dirumuskan berdasarkan visi di atas :

1. Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman

terhadap ajaran agama melalui penyelenggara

bina rohani islam.

2. Meningkatkan komitmen seluruh warga sekolah

terhadap tugas pokok masing-masing.

3. Mewujukan lingkungan seluruh warga sekolah

yang bersih indah dan hijau.

4. Melaksanakan pembelajaran secara intensif dan

efisien berdasarkan prinsip pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

(PAKEM).

5. Mendorong siswa mengembangkan potensinya di

bidang teknologi, informasi, dan komunikasi

melalui pelatihan TIK.

6. Menumbuhkan semangat berkompetensi secara

sehat terhadap seluruh siswa dalam bidang

akademik, olahraga, dan seni.

2

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang

dilakukan, visi dan misi tersebut diatas disusun

berdasarkan hasil musyawarah demokratis oleh kepala

sekolah, komite sekolah dan pemangku kepentingan

sekolah lainnya. Walaupun visi & misi sekolah

terpampang jelas di lorong masuk sekolah, namun yang

mengetahui garis besarnya hanya kepala sekolah,

sebagian guru, pemangku kepentingan sekolah dan

hanya beberapa dan bahkan tidak ada siswa yang

mengetahui visi & misi sekolah tersebut.

B. Profil Sekolah

1. Sejarah Sekolah

Memasuki abad 21 yang penuh tantangan

sekaligus peluang, diperlukan kualitas sumber daya

manusia yang mampu mengimplementasi Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi disertai dengan Iman dan

Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selama ini,

kenyataan menunjukkan bahwa mutu pendidikkan belum

merata. Menyikapi kondisi tersebut, pada tanggal

3

13 Juni 2003, Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa

melakukan pembangunan sekolah yang peletakan batu

pertama oleh Bupati Gowa dan Menteri Otoda saat

itu, kemudian dibuka secara resmi oleh bapak

Syahrul Yasin Limpo selaku Bupati Kabupaten gowa

pada tahun 2005.

Sebenarnya, sejak tahun sebelumnya SMA Negeri

1 Bontomarannu telah menerima siswa, tetapi masih

dititipkan di SMA Negeri 1 Sungguminasa karena

sarana untuk proses belajar mengajar belum

sepenuhnya selesai. Baru pada tahun itulah siswa

mulai menempuh pendidikan di SMA Negeri 1

Bontomarannu.

2. Data Sekolah

Nama Sekolah : SMA Negeri 1

Bontomarannu

Nomor Statistik Sekolah : 301190307001

Nomor Pokok Sekolah Nasional : 40301074

Status Sekolah : Negeri

Akreditasi Sekolah : B

4

Alamat Sekolah : Jalan Poros Malino

KM.08

Kelurahan : Romanglompoa

Kabupaten : Gowa

Provinsi : Sulawesi-Selatan

Kode Pos : 92172

Nomor Telepon : (0411) 8210075

E-mail :

[email protected]

Nama Kepala Sekolah : Drs. Muh. Arsyad

S., M.Pd

NIP : 19630421 199103 1 015

Pendidikan Terakhir : Magister (S-2)

3. Sarana dan Prasarana Sekolah

Secara umum sarana fisik yang dimiliki SMA

Negeri 1 Bontomarannu adalah sebagai berikut :

Bangunan sekolah/SMA

Lingkungan SMA Negeri 1 Bontomarannu cukup

bersih dan terjaga baik lingkungan dalam maupun

luar sekolah. Pekarangan sekolah yang ditanami

5

oleh berbagai jenis pohon membuat suasana

sekolah menjadi rindang dan sejuk.

Lapangan sekolah

Lapangan Sekolah berukuran sekitar 10 x 12 M.

Lapangannya datar dan telah dipaving. Lapangan

ini dilakukan untuk berbagai keperluan seperti

upacara penaikan bendera yang dilaksanakan

secara rutin pada hari senin, kegiatan

olahraga, senam dan lain-lain.

Perpustakaan

Kondisi perpustakaan yang cukup luas, bersih

dan rapi. Didalamnya tersusun rapi rak-rak buku

dan kursi yang digunakan siswa untuk membaca.

Perpustakaan memuat berbagai buku seperti buku

paket pelajaran dan buku bacaan umum.

Perpustakaan SMA Negeri 1 Bontomarannu diawasi

oleh Ibu Muliyati, S.Pd.

Kantin Sekolah

Kantin SMA Negeri 1 Bontomarannu terletak di

sudut dalam sekolah. Kantin tersebut dikelola

oleh masyarakat sekitar dengan pengawasan dari

6

pihak sekolah. Terdapat sekitar 8 lapak kantin

sekolah yang cukup bersih.

WC/Toilet Sekolah

Toilet sekolah terbagi dua yaitu toilet untuk

siswa dan toilet untuk guru. Kebersihannya

cukup terjaga pada toilet guru tetapi pada

toilet siswa sudah tidak layak dijadikan

sebagai toilet.

Tempat Pembuangan Sampah

Letak tempat pembuangan sampah yang cukup

bagus. Tempat sampah juga terletak di depan

tiap ruang kelas berupa pembuangan untuk sampah

basah, sampah kering dan sampah organik yang

dapat didaur ulang. Tempat pembuangan sampahnya

berfungsi dengan baik dan terawat

kebersihannya.

Ruang Kelas

Luas masing-masing ruang kelas berukuran

sekitar 4x4 m yang cukup bersih dan rapi. Di

dalam kelas terdapat bangku dan kursi belajar

untuk siswa, papan tulis putih, dan tata tertib

7

kelas. Di SMA Ngeri 1 Bontomarannu ini terdapat

27 ruang kelas yang bersistem ruangan MIPA dan

IPS, sesuai dengan kemampuan dan minat siswa

masing-masing.

Ruang Guru

Ruang guru SMA Negeri 1 Bontomarannu terletak

dibagian depan sudut kanan sekolah, berdekatan

dengan pintu masuk sekolah. Pada ruang guru

ini, digunakan untuk semua guru, baik guru PNS

maupun yang masih berstatus Honorer.

Ruangan ini biasanya digunakan oleh guru pada

saat jam istirahat untuk melakukan aktivitasnya

seperti memeriksa hasil ualangan, duduk-duduk,

maupun sekedar bercanda dengan sesama guru.

Tata Tertib

Tata tertib kelas disusun dan disepakati

bersama oleh semua siswa dan guru. Sebagian

besar (75-90%) warga sekolah menaati tata

tertib. Setiap poin pelanggaran tata tertib

yang dilakukan oleh siswa akan dicatat oleh

guru BK.

8

Mushallah

Mushallah SMA Negeri 1 Bontomarannu berukuran

sekitar 8x8 m dan diberi nama Masjid Nurul

Tarbiyah. Masjid ini digunakan untuk keperluan

beribadah siswa dan guru seperti shalat dan

Jum’at ibadah yang rutin dilaksanakan setiap

hari jum’at. Perayaan hari besar islam juga

dilaksakan di masjid Nurul Tarbiyah. Selain

itu, masjid ini juga digunakan untuk keperluan

proses belajar mengajar (PBM).

Sarana dan prasarana lain SMA Negeri 1

Bonromarannu adalah jaringan Wi-Fi, tempat parkir

guru dan siswa, pos satpam dan gudang.

4. Laboratorium

Laboratorium SMA Negeri 1 Bontomarannu yaitu :

1. Laboratorium Komputer

Pengawas : Kasmawaty, S.Si

Laboratorium komputer adalah tempat

riset ilmiah, eksperimen, pengukuran

ataupun pelatihan ilmiah yang berhubungan

dengan ilmu komputer dan memiliki beberapa

9

komputer dalam satu jaringan untuk

penggunaan oleh kalangan tertentu. Berbeda

dengan warung internet (warnet) yang dalam

penggunaannya lebih ditujukan untuk umum,

lab komputer biasa dijumpai di sekolah-

sekolah, perkantoran, dan badan peneliti

ilmiah. Lab komputer juga umumnya memiliki

perangkat tambahan seperti pencetak dan

pemindai untuk menunjang kebutuhan.

Lab komputer di sekolah ini digunakan

oleh siswa dalam proses pembelajaran

komputer. Dimana setiap siswa melakukan

praktik komputer didalam lab tersebut. Lab

ini dibuat untuk menunjang proses

pembelajaran di sekolah ini agar lebih

baik lagi. Lab ini juga digunakan untuk

melakukan proses ujian yang diberikan oleh

guru kepada siswa mengenai pembelajaran

komputer.

2. Laboratorium IPA

Pengawas : Dra. Hijrah S.

10

Laboratorium IPA adalah tempat riset

ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun

pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium

IPA biasanya dibuat untuk memungkinkan

dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut

secara terkendali. Laboratorium IPA di

sekolah ini digunakan sebagai suatu tempat

untuk mengadakan percobaan, penyelidikan,

dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu

fisika, kimia, dan biologi. Tempat ini

merupakan salah satu ruangan disekolah ini

yang didalamnya terdapat alat-alat

praktikum.

Lab ini digunakan oleh guru mata

pelajaran IPA dan para siswa untuk

melakukan sebuah percobaan yang menyangkut

tentang mata pelajaran yang diajarkan.

Tanpa adanya lab ini, maka proses

pembelajaran tidak mungkin akan efektif.

Dengan adanya lab ini, maka siswa akan

lebih mampu menguasai pelajaran IPA. Para

11

siswa sangat terbantu dengan adanya lab

ini.

5. Jumlah dan Kualifikasi Guru/Pegawai

Daftar nama guru di SMA Negeri 1 Bontomarannu

adalah sebagai berikut :

No NAMA DAN NIP JK PANGKATGOL./

RUANGKET.

1

Drs. Muh. Arsyad

S.,M.Pd

19630421 199103 1

015

L

Pembina

Tingkat

1

IV/b

PNS/

tersertif

ikasi

2

Dra. Hijrah S.

19600304 198703 2

004

P

Pembina

Tingkat

1

IV/bPNS/

tersertif

ikasi

3

Drs. Muh. Haris

Muslimin

19621005 198903 1

023

L Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

4

Drs. H. Muadin

19661231 199203 1

075

L Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

5Dra. Hj. Rakhmawati

19670527 1992032 009P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

12

6Dra. Siti Kaksum

19620315 198403 2

008

P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

7

Abd. Rachman Herman,

S.Pd

19580503 198103 1

022

L Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

8

Dra. Haerani

19680609 199303 2

007

P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

9

Dra. Andi Azrini

19670324 199203 2

005

P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

10

Drs. Tajuddin Nur

19680512 199412 1

004

L Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

11

Rahman, S.Pd.,M.Si

19680917 199203 1

013

L Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

12

Siti Nurhayati, S.Pd

19620627 198903 2

007

P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

13

Alwi

19660202 199203 1

009

L Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi14 Hj. Rahmawati Rahim,

S.Pd

P Pembina IV/a PNS/

tersertif

13

19671231 199203 2

052ikasi

15

Drs. Suharto, MM

19690102 199512 1

004

L Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

16Bungamawar, S.Pd

19721231 1996022 001P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

17Diyah Marlina, S.Pd

19681009 1998022 002P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

18

Sitti Alang, S.Pd

19710815 199803 2

008

P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

19Hasiah, S.Pd

19710525 1994122 003P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

20

Sitti Rachmawati,

S.Pd

19731219 200003 2

003

P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

21

Rahmah Radjab Bakri,

S.Pd

19720416 199505 2

001

P Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

22 Muh. Safri,

S.Pd.,M.Pd

L Pembina IV/a PNS/

tersertif

ikasi

14

19601210 199303 1

002

23

Baharuddin Goccang,

S.Pd

19670513 200012 1

006

L Pembina IV/a

PNS/

tersertif

ikasi

24Masyita, S.E

19770217 2005022 002P

Penata

Tingkat

1

III/d PNS

25

Hj. Eka Suwasti,

S.Pd

19770706 2005022 007

P

Penata

Tingkat

1

III/d PNS

26Andi Apriwati, S.Pd

19810704 2005022 004P Penata III/c PNS

27Kasmawaty, S.Si

19770311 2005022 004P Penata III/c PNS

28

Megawati, S.Pd

19720818 200604 2

027

P Penata III/c

PNS/

tersertif

ikasi

29Arsidah, S.Pd

19740825 200604 2004P Penata III/c PNS

30

Emy Abd. Salam,

S.Pd.,M.Pd

19760223 200604 2

015

P Penata III/c

PNS/

tersertif

ikasi

31 Andi Takhmi,

S.Pd.,M.Pd

P Penata III/c PNS

15

19820713 200701 2

010

32

Hasnawiyah, S.Pd

19690906 200701 2

030

PPenata

Muda Tk.

1

III/bPNS/

tersertif

ikasi

33

Sitti Ramlah, S.S

19720705 200701 2

018

PPenata

Muda Tk.

1

III/b

PNS/

tersertif

ikasi

34

Rahmatan Ras, S.Pd

19770217 200701 1

003

LPenata

Muda Tk.

1

III/b PNS

35

Samrina Jayusman,

S.Pd

19830406 200901 2

011

PPenataMu

da Tk. 1III/b PNS

36Muliati, S.Pd

19780312201001 2 014P

PenataMu

daIII/a PNS

37

Nursyamsi, S.Pd

19860519 201001 2

043

PPenataMu

daIII/a PNS

38 Andri Rahayu, S.Pd PNon PNS/

tersertif

ikasi

39 Dra. Hasnah PNon PNS/

tersertif

ikasi40 St. Rahmini, S.Ag P Non PNS

16

41 Rahman, S.Pd.I L Non PNS

42 Era Dachri, S.Si P Non PNS

43 Rahmawati, S.Pd P Non PNS

44 Natsrah Yunus, S.Pd P Non PNS

45 Indrayani, S.Pd P Non PNS

46Sumamiati Bakri,

S.PdP Non PNS

47 Nasmirawati, S.Pd P Non PNS

48 Alqadri, S.Sos L Non PNS

49 Marhama, S.Pd P Non PNS

50 Irfayanti, S.Pd P Non PNS

51Ami Triwardiana,

S.PdP Non PNS

52 Reski, S.Pd P Non PNS

53 Suryani, S.Pd.,S.Or P Non PNS

54 Hardianti, S.Pd P Non PNS

55A. Anggung

Setyawati, S.pdP Non PNS

56 Emiwati Jalil, S.Si P Non PNS

57 Djusman Iring, S.Sos L

PNS/

Tambah

Jam

6. Unit Kegiatan Siswa (UKS)

Unit Kegiatan Siswa (UKS) merupakan

serangkaian kegiatan yang didirikan oleh pihak

17

sekolah itu sendiri dan dijalankan oleh siswa (i)

yang ada didalamnya. Unit kegiatan siswa ini

bertujuan untuk melatih bakat para siswa-siswi

yang nantinya dapat diperlombakan, baik ditingkat

regional maupun nasional.

Adapun jenis Unit Kegiatan Siswa di SMA

Negeri 1 Bontomarannu, yaitu sebagai berikut.

1. OSIS (Organisasi Intra Sekolah)

Pembina : Rahmatan Ras, S.Pd

OSIS adalah salah satu wadah organisasi

siswa yang sah di sekolah, dimana sekumpulan

siswa mengadakan koordinasi dalam upaya

menciptakan suatu organisasi yang mampu

mencapai tujuan yang memiliki suatu sistem

pokok yaitu berorientasi pada tujuan,

memiliki susunan kehidupan berkelompok,

memiliki sejumlah peranan, terkoordinasi, dan

berkelanjutan dalam waktu tertentu .

Awal terbentuknya OSIS SMA Negeri 1

Bontomarannu yaitu pada tahun ajaran

2005/2006 dan diketuai oleh Agus Salim dan

18

setiap tahunnya diganti melalui proses

pemilihan umum sekolah. Rahmatan Ras, S.Pd.

2. Pramuka

Pembina :

Pramuka (Praja Muda Karana) adalah

sebuah organisasi atau gerakan kepanduan yang

berproses pada pendidikan kepramukaan yang

dilaksanakan di Indonesia.

3. PMR (Palang Merah Remaja)

Pembina : Rahman, S.Pd.I

PMR (Palang Merah Remaja) adalah suatu

organisasi kepemudaan binaan dari palang

merah indonesia yang berpusat pada sekolah-

sekolah atau kelompok-kelompok masyarakat dan

bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar

kepada siswa sekolah dalam bidang yang

berhubungan dengan kegiatan kemanusiaan.

Palang Merah Remaja SMA Negeri 1 Bontomarannu

ini terbentuk dan dibina oleh Rahman, S. Pd.

I.

4. Paskibraka

19

Pembina : Drs. Tajuddin Nur

Paskibraka (Pasukan Pengibar bendera

Pusaka) memiliki tugas utama yaitu

mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam

peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Para siswa dipilih dan dilatih langsung oleh

anggota TNI dan Polri yang nantinya akan

melaksanakan pengibaran bendera di Kecamatan

Bontomarannu dan di Kabupaten Gowa setiap

tanggal 17 Agustus.

BAB II

PROSEDUR PELAKSANAAN

20

A. Jumlah Siswa, Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang 1

1. Jumlah Siswa

NO KELASMIPA IPS

TOTALL P JUMLAH L P JUMLAH

1 X11

2

14

3

255 86 82 168423

2 XI13

2

15

1

283 88 80 169 452

3 XII 71 96 167 63 77 140 307

4 TOTAL31

5

39

0

705 27

3

23

9

512 1182

2. Tempat Pelaksanaan Magang

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Bontomarannu

Alamat Sekolah : Jalan Poros Malino Km. 08,

Kelurahan

Romanglompoa, Kecamatan

Bontomarannu,

Kabupaten Gowa, Sulawesi-Selatan

3. Waktu Pelaksanaan

21

Waktu pelaksanaan magang 1 ini dilaksanakan

saat libur semester dengan durasi waktu 4 (empat)

minggu terhitung dari tanggal 04-30 Agustus 2014.

4. Langkah-Langkah Melakukan Pengamatan

Observasi/pengamatan ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan tahap-tahap pengamatan yang

terdiri dari :

1. Tahap persiapan yaitu : pengamatan awal, menyusun

rencana pengamatan, perizinan dan persiapan

pengumpulan data,

2. Proses di lapangan yaitu : eksplorasi awal,

eksplorasi mendalam, dan mengecek serta

mengonfirmasi hasil penelitian.

Pengamatan ini dilakukan di SMA Negeri 1

Bontomarannu Kabupaten Gowa. Subyek pengamatan ini

adalah terdiri dari dua unsur, yaitu :

Pertama, Pihak institusi sekolah yang meliputi

kepala sekolah, para dewan guru, siswa, serta

data-data sekolah yang dapat dijadikan

referensi.

22

Kedua, Pihak Komite sekolah yang meliputi ketua

komite beserta struktur kepengurusan yang

terllibat dalam kegiatan Komite sekolah.

Adapun langkah-langkah pengamatan adalah sebagai

berikut :

1. Mengajukan surat permohonan izin magang

kepada kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga

Kab. Gowa dan kepala SMA Negeri 1

Bontomarannu.

2. Melakukan pengamatan langsung tentang kultur

sekolah.

3. Wawancara bersama guru.

4. Memilih salah satu guru mata pelajaran bahasa

inggris yang ada di sekolah untuk diikuti

nantinya dan melihat secara langsung proses

pembelajaran yang dilakukan didalam kelas

bersama dengan guru tersebut.

5. Melakukan pengamatan untuk membangun

kompetensi dasar pedagogik, kepribadian dan

sosial.

23

6. Melakukan pengamatan untuk memperkuat

pemahaman peserta didik.

7. Melakukan pengamatan langsung proses

pembelajaran di kelas.

8. Melakukan refleksi hasil pengamatan proses

pembelajaran.

24

BAB III

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PELAKSANAAN

A.1. Deskripsi Hasil Pengamatan Lansung Kultur

Sekolah

SMA Negeri 1 Bontomarannu memiliki Rencana

Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan

Anggaran Sekolah (RKAS) yang kerangkanya

tersusun secara sistematis olehn kepala sekolah

beserta pemangku kepentingan sekolah sesuai

dengan filosofi, arah, dan tujuan pendidikan

nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945

(yang diamandemen) dan dalam UUSPN NO. 20 TAHUN

2003, PP Nomor 19 Tahun 2005 dan peraturan

perundangan lainnya yang relevan. RKS dan RKAS

ini selalu diperbaharui setiap tahun sesuai

dengan bagaimana ketercapaian dan kondisi

25

sekolah, serta rutin dilaporkan kepada pemangku

kepentingan sekolah. RKS memuat rencana

pemeliharaan sekolah dengan anggaran dan

kegiatan pemeliharaan yang sesuai dengan

kebutuhan sekolah yang ketercapaiannya telah

mencapai 75% - 100%.

Selain Rencana Kegiatan Skolah (RKS) dan

Rencana Kegiatan dan Anggara Seklah (RKAS) SMA

Negeri 1 Bontomarannu juga memiliki data

inventaris, data ketenagaan dan siswa sekolah

yang diperbaharui secara regular dan sistematis.

Kepala sekolah selalu secara rutin terlibat

dalam kegiatan Kelompok Kerja Kepala Sekolah

(KKKS) dan selalu membagi pengalamannya di

sekolah dalam rangka pembinaan guru. Guru juga

selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya

karena semua guru terlibat aktif dalam kegiatan

rutin Kelompok Kerja Guru (KKG)/Musyawarah Guru

Mata Pelajaran (MGMP) serta melaksanakan semua

hasilnya untuk peningkatan PAKEM.

a. Program Kerja Sekolah

26

SMA Negeri 1 Bontomarannu sebagai salah satu

instansi yang terkait langsung dengan sistem

pendidikan nasional memandang perlu untuk

melakukan perencanaan program kerja sekolah

secara terencana, terarah dan berkesinambungan

sesuai dengan visi dan misi yang telah

disepakati bersama. Penyusunan program kerja ini

melibatkan kepala sekoah, komite dan sejumlah

pemangku kepentingan sekolah lainnya, yang

tertuang dalam rencana kerja jangka panjang,

jangka menengah dan jangka pendek.

Maksud penyusunan program kerja ini adalah :

1) memberikan gambaran yang jelas tentang hasil-

hasil yang telah dicapai, program-program yang

akan dilaksanakan serta masalah-masalah yang

dihadapi sekolah untuk waktu 8 tahun (jangka

panjang), 4 tahun (jangka menengah), dan tahun

pelajaran 2014/2015 (jangka pendek), dan 2)

sebagai pedoman kerja semua personil sekolah

dalam melaksanakan tugas mengajar, mengelola dan

27

membina kegiatan pembelajaran tahun pelajaran

2014/2015.

Tujuan dari penyusunan program kerja SMA

Negeri 1 Bontomarannu adalah : 1) memberikan

landasan dan arah yang jelas dalam melaksanakan

tugas selama kegiatan pendidikan berlangsung, 2)

sebagai alat kontrol pelaksanaan kegiatan

sekolah, 3) sebagai tolak ukur dalam menilai

hasil kerja, dan 4) sebagai sumber data dan

informasi bagi penentuan kebijakan dan keputusan

pimpinan.

Adapun program kerja SMA Negeri 1

Bontomarannu adalah sebagai berikut :

1) Program Jangka Pendek (Tahun Ajaran

2014/2015)

Program jangka pendek merupakan bagian

yang harus dilaksanakan tahun pertama oleh

sekolah pada Tahun Ajaran 2014/2015.

Adapun program jangka pendek SMA Negeri 1

Bontomarannu adalah sebagai berikut :

a) Bidang Kurikulum

28

Bidang Kurikulum SMA Negeri 1

Bontomarannu memiliki fungsi untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas

kegiatan belajar mengajar (PBM) dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemehaman dan penguasaan

guru terhadap adanya perubahan

kurikulum dari Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum

2013.

2. Meningkatkan keterampilan guru dalam

Proses Belajar Mengajar (PBM) di

kelas

3. Menyusun pelaksanaan ekstra/UAS/UAN.

4. Menyusun jadwal evaluasi belajar,

jadwal pembelajaran dan pembagian

tugas guru.

5. Melengkapi buku-buku sumber pelajaran

baik untuk pegangan guru maupun untuk

pegangan siswa.

29

6. Meningkatkan kegiatan supervisi kelas

baik secara kualitas maupun

kuantitas.

b) Bidang Kesiswaa

Bidang Kesiswaan mempunyai tugas

membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan –

kegiatan sebagai berikut :

1. Menyusun program pembinaan kesiswaan

/ OSIS.

2. Melaksanakan bimbingan, pengarahan,

dan pengendalian kegiatan siswa /

OSIS dalam rangka penegakan disiplin

dan tata tertib.

3. Membina dan mengadakan koordinasi

keamanan, kebersihan, ketertiban,

keindahan, kekeluargaan, kerindangan

dan kesehatan.

4. Memberikan pengarahan dalam

pemilihan pengurus OSIS.

5. Melakukan pembinaan pengurus OSIS

dalam keorganisasian.

30

6. Menyusun program jadwal dan

pembinaan siswa secara berkala dan

isidental.

7. Melakukan pemilihan calon siswa,

pemilihan siswa penerima beasiswa.

8. Mengadakan pemilihan siswa untuk

mewakili kegiatan di luar sekolah.

c) Bidang Humas

Bidang Humas mempunyai tugas

membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan –

kegiatan sebagai berikut :

1. Mengatur dan menyelenggarakan

hubungan sekolah dengan orang tua /

wali siswa.

2. Membina hubungan yang harmonis

antara sekolah dengan komite

sekolah.

3. Membina pengembangan hubungan antara

sekolah dengan lembaga sosial

lainnya.

31

4. Membina pengembangan hubungan antara

sekolah dengan instansi pemerintah,

baik instansi vertikal maupun

horisontal.

5. Membina pengembangan hubungan dalam

rangka menjalani kerjasama dengan

alumni.

6. Membuat catatan tentang pengaduan,

keluhan, masukkan, kritik dan saran

dari orang tua / wali siswa dan

masyarakat.

7. Menyusun program dan membuat laporan

pelaksanaan hubungan masyarakat

secara berkala maupun insidentil

kepada kepala sekolah.

8. Mensosialisasikan visi, misi, tujuan

dan program sekolah kepada

masyarakat atau kepala sekolah

d) Bidang Sarana dan Prasarana

Bidang Sarana dan Prasarana

mempunyai tugas membantu Kepala Sekolah

32

dalam kegiatan – kegiatan sebagai

berikut :

1. Mendata sarana dan prasarana.

2. Memelihara dan mengawasi sarana dan

prasarana sekolah.

3. Merencanakan pengadaan dan perawatan

sarana prasarana.

4. Membuat dan mengisi buku yang

diperlukan untuk inventaris /

perlengkapan.

5. Mengawasi dan mengecek sarana dan

prasarana yang mengalami kerusakan

dan segera mengadakan perbaikan /

koordinasi sebagaimana mestinya.

6. Menyediakan / menyimpan alat-alat /

bahan untuk meengganti / memperbaiki

saran dan prasarana yang rusak /

memerlukan perbaikan.

7. Membuat dan menyusun laporan keadaan

sarana prasarana sekolah setiap

33

semester / tahunan kepada Kepala

Sekolah.

8. Tidak diperkenankan meminjamkan

sarana dan prasarana sekolah tanpa

seijin dari Kepala Sekolah / ketua

Komite

e) Bidang Keuangan

Bidang keuangan SMA Negeri 1

Bontomarannu, dalam perannya untuk

meningkatkan kelanncaran pengelolaan

keuangan operasional sekolah sehingga

pendistribusiannya dapat memperlancar

kegiatan pendidikan di sekolah dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pembenahan petugas pengelola

keuangan, dan

2. Mengusahakan penambahan dan perbaikan

sarana dan prasarana sekolah.

f) Bidang Ketatausahaan

Bidang Ketatausahaan berfungsi

meningkatkan pelayanan terhadap

34

stakcholder dan pendokumentasian

kegiatan pendidikan melalui peningkatan

kegiatan pengadministrasian meliputi

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyusunan program Tata Usaha

sekolah,

2. Menyusun administrasi keuangan

sekolah,

3. Pembinaan dan pengembangan karir Tata

Usaha sekolah,

4. Menyusun administrasi sekolah,

5. Penyajian data/statistik sekolah, dan

6. Menyususn laporan dan pelaksanaan

kegiatan pengurus ketata usahaan

sekolah secara berkala.

g) Wali Kelas

Wali kelas mempunyai tugas membantu

Kepala Sekolah dalam kegiatan – kegiatan

sebagai berikut :

1. Pengelolaan kelas.

35

2. Penyelenggaraan administrasi kelas

meliputi :

Denah temoat duduk siswa

Papan Absensi siswa

Daftar pelajaran Siswa

Daftar piket kelas

Buku absensi siswa

Buku kegiatan belajar mengajar

3. Pembuatan catatan khusus tentang

siswa.

4. Pengisian buku laporan pendidikan

(raport).

5. Pembagian buku pendidikan (raport).

6. Mengadakan pengawasan dan pembinaan

siswa.

7. Melakukan pengawasan dan bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan 7K di

kelas dan di lingkungannya.

8. Membuat laporan secara berkala

tentang perkembangan kelasnya (jurnal

36

kelas dan daftar hadir siswa) kepada

Kepala Urusan Kurikulum / kesiswaan.

9. Melakukan kunjungan rumah atau

mengadakan pemanggilan orang tua /

wali terhadap siswa yang mengalami

masalah

h) Bimbingan Konseling (BK)

Koordinator BK mempunyai tugas

membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan –

kegiatan sebagai berikut :

1. Menyusun program dan pelaksanaan BK.

2. Koordinasi dengan wali kelas dalam

rangka mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi oleh siswa tentang kesulitan

belajar.

3. Memberikan layanan bimbingan kepada

siswa agar lebih berprestasi dalam

kegiatan belajar.

4. Memberikan saran dan pertimbangan

kepada siswa dalam memperoleh

37

gambaran tentang lanjutan pendidikan

dan lapangan pekerjaan yang sesuai.

5. Menyusun statistik hasil penilaian

BK.

6. Melaksanakan kegiatan analisis hasil

evaluasi.

7. Menyusun dan melaksanakan program

tindak lanjut BK.

8. Menyusun laporan pelaksanaan BK

2) Program Kerja Jangka Menengah dan Panjang

Prioritas progra kegiatan jangka menengah

dan panjang SMA Negeri 1 Bontomarannu pada

tahun 2014/2014 dititik beratkan pada

peningkatan mutu, meliputi :

a. Menyusun strategi pelaksanaan

pengembangan profesional guru dan tata

usaha melalui penataran, diklat, seminar

maupun pendidikan jalur strata,

38

b. Melengkapi dokumen serta melaksanakan

kurikulum 2013 secara lengkap dan

menyeluruh,

c. Mengembangkan model pembelajaran dalam

kelas,

d. Merencanakan dan melaksanakan Ujian

Nasional (UN) dan dapat mengatasi

permasalahan yang timbul pada tahap

proses kelulusan,

e. Mengembangkan sistem evaluasi terhadap

pelaksanaan manajemen sekolah dan

melakukan evaluasi diri,

f. Mengembangkan kultur sekolah yang

kondusif dan memotifasi belajar siswa

serta mengembangkan hubungan yang

sinergis dengan orang tua siswa dan

masyarakat sekitar,

g. Pemberantasan program inovasi dan

kreativitas siswa serta program

pemberantasan narkoba dan seks bebas,

39

h. Melengkapi dan menata ruangan sekolah,

dan

i. Mengembangkan administrasi sekolah

melalui komputerisasi data.

b. Sitem Pengelolaan Keuangan Sekolah

Pengelolaan keuangan sekolah adalah

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan

sekolah. Adapun azas pengelolaan keuangan

sekolah dapat diuraikan sebagai berikut :

Keuangan sekolah dikelola secara tertib taat

pada aturan perundang-undangan, efektif,

efisien, ekonomis, transparan dan

bertanggungjawab dengan memperhatikan azas

keadilan kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

Yang dimaksud dengan secara tertib adalah bahwa

keuangan sekolah dikelola secara tepat waktu dan

tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti

administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

40

Adapun yang bertanggung jawab terhadap

pengelolaan keuangan di SMA Negeri 1

Bontomarannu adalah Tasim SE sebagai kepala

urusan keuangan, dengan proses pengelolaan

keuangan adalah sebagai berikut :

1. Perancangan Anggaran

Perancangan Anggaran dilakukan secara

bermusyawarah antara kepala sekolah,

komite sekolah, dan pemangku kepentingan

sekolah lainnya, yang dilaksanakan dan

diperbaharui setiap triwulan tahun.

2. Sumber Dana Sekolah

Sumber dana SMA Negeri 1 Bontomarannu

adalah dari Bantuan Operasional Sekolah

(Pusat/APBN) dan dari dana Pendidikan

Gratis (APBD).

3. Penggunaan Keuangan Sekolah

Penggunaan keuangan SMA Negeri 1

Bontomarannu adalah untuk keperluan

pengadaan dan pemeliharaan opersional dan

41

sarana dan prasarana penunjang proses

belajar mengajar serta intensif guru.

4. Pengawasan dan Evaluasi Anggaran

Pengawasan dan evaluasi anggaran dititik

beratkan kepada kepala sekolah dan ketua

komite SMA Negeri 1 Bontomarannu.

5. Pertanggung Jawaban

Pertanggung jawaban anggaran dan

penggunaan keuangan sekolah dilakukan

setiap akhir semester didepan para guru.

c. Sistem Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1

Bontomarannu dilakukan secara in door (kelas)

Melalui berbagai metode belajar yang mengajak

siswa untuk lebih aktif, partisipatif, dan

belajar secara menyenangkan. Aktivitas belajar

in door ini didukung oleh teknik “mind mapping”

untuk menulis, mencatat, dan meringkas, serta

media dan fasilitas belajar..

42

SMA Negeri 1 Bontomarannu menempatkan siswa

sebagai subyek utama dalam proses belajar

mengajar. Siswa diajak menjadi pembelajar yang

mandiri, aktif, dan kooperatif yang mengetahui

untuk apa mereka belajar dan untuk apa ilmu

pengetahuan dipelajari (kemampuan reflektif).

Sejatinya tidak ada murid atau peserta didik

yang bodoh. Justru fenomena yang mengemuka pada

proses kegiatan mengajar adalah kemampuan daya

tangkap murid yang berbeda-beda dalam menerima

mata pelajaran dari guru. Kemampuan daya tangkap

murid, ada yang lemah, sedang dan kuat. Bagi

murid yang memiliki kemampuan daya tangkap lemah

dan sedang menjadi tugas ekstra guru untuk

melakukan pengayaan dan remedial pada mata

pelajaran tertentu lebih intens lagi. Pandangan

tersebut yang menginspirasi SMA Negeri 1

Bontomarannu untuk menjalankan program SKTB

(Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan) yang

dicanangkan oleh Bupati Kab. Gowa Ichsan Yasin

Limpo, SH., MH. Pada tahun 2011.

43

Dalam proses belajarnya, siswa diajak untuk

mengamati, bertanya, mencoba, menalar, mengolah,

menganalisa, menyimpulkan, mengapplikasikan dan

menyajikannya dalam bentuk karya yang dapat

dipertanggungjawabkan secara logis dan estetis.

Sekalipun penting, penguasaan materi bukanlah

menjadi tujuan dari proses pembelajaran,

melainkan sebagai media untuk mencapai tujuan.

Siswa dibimbing untuk membangun pengetahuan dan

keterampilannya sebagai bentuk tanggung jawabnya

terhadap Pencipta, diri dan lingkungannya (alam

dan masyarakat).

Siswa yang belum tuntas akan dibekali dengan

program remedial, sementara siswa yang sudah

tuntas akan memperoleh program pengayaan. Di

samping itu, sekolah ini juga mengadakan program

peminatan/penjurusan di kelas X semester I atau

II melalui kegiatan tes potensi akademik, minat

dan bakat. Program jurusan yang ada adalah

program MIPA dan IPS. Sekolah inipun

memfasilitasi kebutuhan siswa-siswi kelas XII

44

yang akan melanjutkan studinya ke perguruan

tinggi negeri dengan meningkatkan kuantitas dan

intensitas pembelajaran siswa yang dianggap

mampu untuk bersaing . Singkatnya, pendidikan di

SMA kami menitikberatkan aspek proses belajar,

tidak hanya pada aspek hasil akhir yang menuntut

siswa untuk menguasai (menghafal) materi

pelajaran dan lulus ujian.

d. Partisipasi Masysrakat terhadap Sekolah (Komite)

Partisipasi masyarakat terhadap pendidikan

adalah suatu bentuk kerja sama yang erat antara

perencana dan masyarakat dalam merencanakan,

melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan

pendidikan. Untuk menampung dan menyalurkan

partisipassi masyarakat dalam pendidikan maka

perlu dibentuk suatu wadah yang diberi nama

Komite Sekolah.

Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang

mewadahi peran serta masyarakat dalam

meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi

45

pengelolaan pendidikan si satuan pendidikan,

baik pada pendidikan pra-sekolah, jalur

pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar

sekolah.

Komite Sekolah SMA Negeri 1 Bontomarannu

dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis

oleh kepala sekolah, guru-guru bersama

perwakilan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh

penndidik, tokoh agama, pers, usahawan dan

perwakilan dari pemerintah, dan diperbaharui

setiap empat tahun masa jabatan.

Adapun Ketua Komite SMA Negeri 1

Bontomarannu dari beberapa periode adalah

sebagai berikut :

1. Tajuddin Pawallang : 2003-2008

(SK:049/DPN-GB/SMAN1.

BTN/2004)

2. Tajuddin Pawallang : 2008-2012

(107/DPN-GB/SMAN1.

BTN/2008)

46

3. Tajuddin Pawallang : 2012-2016

(196/DPN-GB/SMAN1.

BTN/2012)

Komite SMA Negeri 1 Bontomarannu telah

menjalankan fungsi-fungsi pokok sebagai komite

sekolah seperti :

1. Advisor/pemberi pertimbangan, yaitu

memberikan masukan atau saran dalam

kegiatan pembelajaran maupun kegiatan

ekstrakurikuler serta dalam sarana dan

prasarana sekolah.

2. Supporting/pendukung, yaitu berupa

tindakan nyata dari persatuan orangtua

untuk memberikan dukungan terhadap

program-program sekolah. Dukungan ini

berupa dana, tenaga, keamanan, dan non

dana seperti ide dan pemikiran.

3. Controlling/pengontrol, yaitu dengan

melakukan pengawasan sejauh mana

pelaksanaan program, kurikulum, proses

47

belajar mengajar dan kegiatan-kegiatan

lainnya yang dilaksanakan di sekolah.

4. Mediator, yakni komite sekolah berperan

sebagai mediator antara orang tua dengan

guru. Semua kritik, saran dan masukan

yang diterima oleh komite sekolah

disampaikan kembali kepada pihak sekolah.

Dalam menjalankan tugasnya, komite SMA

Negeri 1 Bontomarannu menyusun sebuah program

kerja hasil musyawarah bersama oleh para

pemangku kepentingan di sekolah. Adapun

persentase keterlaksanaan program komite sekolah

adalah sekita 75% hingga 100%”kata ketua komite

SMA Negeri 1 Bontomarannu, Tajuddin Pawallang.

Pada setiap periode kepengurusan, komite

sekolah menyusun laporan secara tertuis kepada

sekolah terkait kegiatan sekolah serta sudah

seberapa terealisasinya semua program yang telah

dijalankan.

Saat ini SMA Negeri 1 Bontomarannu telah

menjalankan Program Pendidikan Gratis dari

48

Pemerintah Daerah (pemda) Kabupaten Gowa, yang

keberadaannya telah menurunkan kualitas

keterlibatan langsung dari komite sekolah.

Tetapi komite sekolah masih tetap menjalankan

peran dan tugasnya walaupun sudah tidak terlalu

aktif dulu pada saat pertama pembangunan hingga

adanya Perda Gowa tentang Pendidikan Gratis.

A.2. Deskripsi Hasil Pengamatan untuk Membangun

Kompetensi Dasar Pedagogik , Kepribadian,

Sosial dan Profesional

Untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai

pendidik, seorang seharusnya memiliki empat

kompetensi guru seperti yang tercantum pada

permendiknas RI nomor 16 tahun 2007. Didalamnya

termaktub standar kompetensi yang seyogyanya

dimiliki oleh setiap guru, baik guru TK/PAUD/RA,

SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, maupun guru SMK/MAK.

Kompetensi tersebut adlah kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi profesional. Keempat kompetensi

tersebut merupakan seperangkat kecerdasan yang

49

dapat dimanfaatkan guru dalam menjalankan perannya

sebagai pendidik.

a. Kompetensi Dasar Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran peserta

didiknya. Kompetensi seorang guru dalam

mengelola pembelajaran sangatlah penting,

karena ditangan merekalah murid atau peserta

didik mendapatkan transfer ilmu pengetahuan

dan keterampilan, sebagai bekal kehidupannya

pada masa yang akan datang. Tentu saja dalam

melakukan pembelajaran, sebaiknya hubungan

guru dengan murid dapat berjalan dengan baik

serta menggunajan beberapa metode/stretegi

pembelajaran yang efektif. Kompetensi

paedagogik meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi dan hasil belajar dan

pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Secara lebih rinci, Marsigit

50

(2008) menjelaskan bahwa kompetensi

paedagogik guru meliputi:

1) Penguasaan karakteristik peserta didik

dan aspek fisik, moral, spiritual,

social, kultural, emosional dan

intelektual;

2) Penguasaan teori belajar dan prinsip-

prinsip pembelajaran yang mendidik;

3) Pengembangan kurikulum yang terkait

dengan mata pelajaran yang diampu;

4) Menyelenggarakan pembelejaran yang

mendidik;

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran;

6) Memfasilitasi pengembangan potensi

peserta didik untuk mengaktulisasikan

berbagai potensi yang dimiliki;

7) Berkomunikasi secara efektif, empiric dan

santun kepada peserta didik;

51

8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi,

proses dan hasil belajar;

9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi

untuk kepentingan pembelajaran;

10) Melakukan tindakan reflektif untuk

kepentingan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang dilakukan

terhadap guru dalam melaksana-kan

pembelajaran di SMA Negeri 1 Bontomarannu,

hasilnya menunjukkan bahwa guru telah

memahami dan menguasai keempat kompetensi

seperti yang telah disebutkan di atas.

Misalnya pada kompetensi pedadogik, guru

telah memahami dan menghayati peran

pedagogiknya. Guru telah bijaksana ketika

menyampaikan materi pelajaran, sesuai dengan

tingkat perkembangan jiwa siswa yang dididik.

Kompetensi pedagogik ini merupakan hal yang

sangat penting dalam pendidikan usia

dini,sekolah dasar dan bahkan sekolah

52

menengah. Karena pada level pendidikan dasar

dan menengah, seorang anak sangat membutuhkan

bimbingan, contoh, keteladanan dan perhatian

dari pendidiknya baik orang tua di rumah

maupun guru di sekolah.

b. Kompetensi Dasar Kepribadian

Dalam standar pendidikan nasioanal

Indonesia, setiap guru atau dosen harus

memiliki kompetensi kepribadian yang baik,

karena merekalah yang membimbing generasi

muda bangsa dalam mengasah pengetahuan dan

keterampilannya untuk kemudian dapat terjun

ke masyarakat. Yang dimaksud dengan

kompetensi kepribadian adalah kemempuan

kepribadian yang mantap, stabil, arif,

dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didiknya, serta berakhlak mulia. Guru

dan dosen memang harus memberikan contoh yang

baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa

karena ada pepatah mengatakan “Guru kencing

berdiri, murid kencing berlari”. Kalau

53

kepribadian guru kurang baik, bagaimana

dengan anak didiknya?

Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan terhadap siswa, berkenaan dengan

hal-hal yang menyenangkan dari seorang guru

adalah diantaranya, guru tersebut ramah,

murah senyum, tidak cepat marah, bijaksana,

perhatian, adil terhadap semua siswa, baik

sikapnya dan tidak pilih kasih.seorang anak

didik atau siswa yang pada kesan pertama

sudah nyaman bersama gurunya, biasanya

relatif senang belajar dan mudah mengikuti

pelajaran berikutnya. Melalui kompetensi

personal atau kepribadiannya, seorang guru

dapat berkontribusi bagi peningkatan mutu

pendidikan dan pembelajaran dengan

menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan, saling menghargai santun dan

nyaman. Terlebih jika dilandasi aspek

spiritualistas berupa ketulusan dan

keikhlasan.

54

c. Kompetensi Dasar Sosial

Yang dimaksud dengan kompetensi sosial

bagi seorang guru adalah kemempuan guru

sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orangtua/wali siswa, dan

masyarakat sekitar.

Ada lima kompetensi sosial yang harus

dimiliki oleh seorang guru, yaitu : (a)

Berkomunikasi lisa, tulisan, dan/atau isyarat,

(b) Menggunakan teknologi komunikasi dan

informasi secara fungsional, (c) Bergaul secara

efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,

orang tua/wali peserta didik (d) Bergaul secara

santun dengan masyarakat sekitar dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang

berlaku, dan (e) Menerapkan prinsip-prinsip

persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Sebagai seorang makhluk sosial, tentu saja

guru tidak pernah terlepas dari kehidupan sosial

55

yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar.

Kompetensi sosial tersebut dangat berguna untuk

bertanggung jawab, berdisiplin, berwibawa dan

mandiri.

Berdasarkan pengamatan terhadap guru di

SMA Negeri 1 Bontomarannu, hasilnya Guru

tersebut telah mantap dan lebih sabar dalam

menghadapi kondisi kelasnya dengan sangat

kondusif, aktif dan kreatif, walaupun

maksimal. Dengan adanya kompetensi sosial ini

yang dimiliki oleh guru maka dengan mudah

melakukan interaksi dan komunikasi yang

timbal balik antar guru dan siswanya.

d. Kompetensi Dasar Profesional

Bagi seorang guru atau dosen, kompetensi

profesional mengacu pada kemampuan penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

Ruang lingkup kompetensi profesional bagi

seorang guru meliputi penerapan landasan

kependidikan yang baik, baik secara

filosofis, psikologis dan lain-lainnya.

56

Disamping hal tersebut, berkaitan dengan

perkembangan teknologi, para guru juga

diharapkan mampu menguasainya. Penguasaan

terhadap TIK terutama komputer dan internet

diharapkan mampu digunakan sebagai sarana dan

prasarana penunjang proses pembelajaran.

Dengan proses pembelajaran yang ditunjang

oleh kemajuan TIK maka diharapkan siswa dapat

lebih mengerti dan memahami bidang studi yang

bersangkutan.

Berdasarkan hasil pengamatan kami

terhadap guru, kami belum melihat guru telah

menguasai dan menguasai kompetensi ini.

Terutama pada penguasaan terhadap teknologi

dan informasi. Padahal dengan kemampuan

profesional, seorang guru akan mampu

membangun susana pembelajaran yang

menyenangkan bagi murid-muridnya sekaligus

memberdayakan potensi dan talentanya. Melalui

kemampuan profesional pula seorang guru akan

mampu menyusun bahan ajar, memilih metode

57

pembelajran yang sesuai dan mengendalikan

suasana kelas yang nyaman serta menyenangkan.

A.3. Deskripsi Hasil Pengamatan untuk Memperkuat

Pemahaman Peserta Didik

A.4. Deskripsi Hasil Pengamatan Langsung Proses

Pembelajaran di Kelas

Guru yang diammati : Dra. Siti Kalsum

Kelas : X MIPA 1 dan X MIPA 2

Jumlah Siswa : X MIPA 1 = 40 Orang

X MIPA 2 =

Waktu : Kamis dan Sabtu

a) Poses Belajar Mengajar (PBM)

Berdasarkan pengamatan langsung Proses Belajar

Mengajar (PBM) yang dilakukan oleh guru di dalam

kelas dalam lima kali pengamatan, hasilnya adalah

sebagai berikut :

1. Pertemuan I ( Kamis, 07 Agustus 2014)

Pendahuluan

58

Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran

(absensi, kebersihan kelas, dan lain-

lain)

Memberi motivasi kepada peserta didik

guna dalam proses belajar mengajar selama

1 semester berjalan dengan lancar dan

baik.

Kegiatan Inti

Karena pertemuan pertama guru dengan

peserta didik, guru hanya memperkenalkan

diri dan menjelaskan sistem penilaian

yang akan dilakukan selama satu semester.

Guru menjelaskan poin-poin materi yang

akan diajarkan dalam satu semester

kedepan,

Menyuruh peserta didik untuk mencari

informasi yang luas dan dalam, tentang

topik/tema materi yang akan dipelajari

selama satu semester dari berbagai sumber

pembelajaran.

Kegiatan Penutup

59

Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru

adalah :

Guru memberikan tugas kepada siswa

terkait materi yang akan dipelajari pada

pertemuan berikutnya,

Menyampaikan rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya.

2. Pertemuan II (Sabtu, 09 Agustus 2014)

Pendahuluan

Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran

(absensi, kebersihan kelas, dan lain-

lain),

Melakukan penjajakan kesiapan belajar

siswa dengan memberikan

pertanyaan/masalah tentang materi yang

akan diajarkan,

Menginformasikan kompetensi dan tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru

adalah adalah:

60

Terlebih dahulu, guru menjelaskan tentang

materi yang diajarkan dalam pertemuan

ini,

Melibatkan peserta didik secara aktif

dalam setiap kegiatan pembelajaran baik

dengan bertanya maupun dengan menjawab

tugas yang diberikan oleh guru,

Menjelaskan penjelasan konsep secara umum

tentang materi/topik yang diajarkan.

Guru memberikan tugas individu kepada

peserta didik untuk lebih memperdalam

materi yang telah diajarkan,

Membantu peserta didik dalam

menyelesaikan tugas yang telah diberikan,

Peserta didik tampil di depan kelas untuk

menyajikan hasil kerjanya di papan tulis

lalu menjelaskannya kepada teman-teman

kelasnya yang lain.

Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru

adalah :

61

Guru memberikan tugas/pekerjaan rumah

kepada peserta didik untuk lebih

memperdalam materi yang telah diajarkan.

3. Pertemuan III (Kamis, 14 Agustus 2014)

Pendahuluan

Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran

(absensi, kebersihan kelas, dan lain-lain)

Apersepsi

Pemeriksaan tugas yang telah diberikan

pada pertemuan sebelumnya,

Melakukan penjajakan kesiapan belajar

siswa dengan memberikan

pertanyaan/masalah tentang materi yang

diajarkan pada pertemuan sebelumnya, lalu

mengaitkannya dengan materi yang akan

diajarkan pada pertemuan ini,

Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru

adalah adalah:

62

Guru menjelaskan tentang materi yang

diajarkan dalam pertemuan ini, yang belum

dijelaskan pada pertemuan sebelumnya,

Guru memberi kesempatan kepada muri untuk

bertanya jika ada penjelasan yanng belum

dipahami dengan baik,

Guru membagi kelas dalam beberapa

kelompok,

Masing-masing kelompok diberi tugas

terkait dengan materi yang telah

diajarkan,

Peserta didik tampil di depan kelas untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru

adalah :

Menyampaikan materi baru yang akan

diajarkan pada pertemuan berikutnya.

4. Pertemuan IV (Sabtu, 16 Agustus 2014)

Pendahuluan

63

Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran

(absensi, kebersihan kelas, dan lain-

lain),

Melakukan penjajakan kesiapan belajar

siswa dengan memberikan

pertanyaan/masalah tentang materi yang

diajarkan,

Menginformasikan kompetensi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru

adalah adalah:

Guru menjelaskan materi sampai jam

pembelajaran selesai.

Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru

adalah :

Guru selesai menjelaskan dan menyampaikan

kepada peserta didik untuk terus

mengingat pelajaran yang telah diberikan.

5. Pertemuan V (Kamis, 21 Agustus 2014)

64

Pendahuluan

Guru mempersiapkan kelas dalam pembelajaran

(absensi, kebersihan kelas, dan lain-lain)

Apersepsi

Melakukan penjajakan kesiapan belajar

siswa dengan memberikan

pertanyaan/masalah tentang materi yang

diajarkan pada pertemuan sebelumnya, lalu

mengaitkan dengan pengetahuan materi yang

akan diajarkan,

Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru

adalah adalah :

Guru menjelaskan tentang materi yang

diajarkan dalam pertemuan ini, yang belum

disampaikan pada pertemuan sebelumnya,

Guru memberi kesempatan kepada muri untuk

bertanya jika ada penjelasan yanng belum

dipahami dengan baik,

Peserta didik diberi tugas terkait dengan

materi yang telah diajarkan,

65

Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru

adalah :

Tugas yang belum selesai dijadikan

pekerjaan rumah,

Menyampaikan pion-poin materi yang akan

diajarkan pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

mengenai proses pembelajaran, hasilnya adalah

guru mengawali mengawali materi pelajaran dengan

memberikan sebuah masalah/soal baik itu tentang

materi yang telah diajarkan maupun materi yang

akan diajarkan. Hal itu dilakukan untuk

memancing siswa berpikir lebih aktif dan

mengeluarkan sebuah ide baru. Kemudian setelah

itu, guru menjelaskan materi dengan metode

ceramah yang diselingi proses tanya jawab kepada

siswa yang berkaitan pada materi sehingga

menghasilkan interaksi multiarah antara guru

dengan siswa maupun antara siswa dengann siswa.

66

Proses tanya jawab ini memancing siswa untuk

mengajukan pertanyaan. Hal ini membuat siswa

sebagian besar aktif terutama siswa perempuan

yang cenderung lebih aktif dibanding siswa laki-

laki.

Setelah guru menjelaskan dan semua siswa

telah paham secara keseluruhan, guru lalu

memberi tugas kepada siswa untuk lebih

memperdalam konsep tentang materi yang telah

diajarkan, dan jika masih ada siswa yang belum

dapat memahami dan menyelesaikan tugas yang

diberikan, guru terus mengajarnya hingga paham.

Seharusnya dalam proses pembelajaran guru

menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS), namun guru

terkait belum menggunakan LKS karena belum

dibuat.

Berdasarkan pengamatan, proses pengeloaan

siswa yang dilakukan oleh guru bervariasi,

kadang berkelompok, berpasangan dengan teman

sebangku, maupun individu, sesuai dengan materi

pelajarang dan tingkat kesulitannya. Hal ini

67

dapat memancing para siswa untuk lebih aktif

lagi.

Pada akhir pelajaran, guru meminta siswa

untuk melakukan refleksi setelah mempelajari

suatu materi/konsep yang telah diberikan. Dan

hasilnya akan dijadikan pedoman dalam

pembelajaran selanjutnya.

b) Penilaian

Berdasarkan hasil wawancara, penilaian

dilakukan dengan melihat berbagai instrumen

seperti tes tetulis (MID dan UAS), penilan

kineraj/keaktifan dari siswa, hasil kerja siswa

(tugas/PR) dan penilaian diri/sikap. Guru

menggunakan penilaian proses dan hasil, serta

memanfaatkannya untuk kegiatan tindak lanjut.

Guru juga menggunakan penilaian proses dan hasil

untuk memantau kemajuan belajar siswa, seberapa

besar pemahaman siswa terhadap materi.

Menurut hasil wawancara selain tugas dan

keaktifan siswa dikelas, guru juga memantau

68

kemajuan belajar siswa dengan mengadakan ulangan

harian setiap selesai pembelajaran terhadap 1

materi/bab. Dari ulangan harian inilah, guru

dapat melihat perkembangan pengetahuan siswa

terhadap materi tersebut, dan seberapa persen

keberhasilan guru dalam mendidik siswa. Siswa

yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(75 untuk mata pelajaran Matematika) maka guru

mengadakan remedial.

A.5. Refleksi Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran

a. Proses Pembelajaran

Pendidikan merupakan proses yang sistematik,

setiap komponen berada di dalamnya merupakan

satu kesatuan yang tidak terpisahkandan saling

berkaitan (interdenpensi). Tetapi inti dari

proses pendidikan adalah bagaimana terjadinya

proses pembelajaran yang efektif, baik di dalam

kelas maupun di luar kelas. Terciptanya susana

yang menyenangkan dan memberdayakan peserta

didik adalah merupakan hal yang sangat mendasar.

69

Ketika siswa senang dan nyaman belajar serta

tergali seluruh potensinya, maka pribadinya akan

teraktualisasikan dengan optimal. Masalahnya

adalah, bagaimana menciptakan susana

pembelajaran yang menyenangkan dan mampu

menggali potensi serta memberdayakannya.

Hal yang paling mendasar yang harus ada

dalam proses pembelajaran adalah peserta didi

atau siswa, guru atau pendidik, bahan pelajaran,

media pembelajaran dan lain-lain. Kehadiran

seorang gurulah yang paling mendasar dalam

menciptakan suasana menciptakan suasana

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAKEM).

Peran seorang guru saat ini tidaklah sekedar

menyampaikan ilmu, tetapi lebih pada membangun

kesadaran peserta didik akan pentingnya

mengembangkan potensi diri melalui pengembangan

ilmu pengetahuan. Peran lain seorang guru yang

harus lebih dikedepankan saat ini adalah sebagai

70

fasilitator, mediator, motivator, eksplorator

dan trsansformator.

Seharusnya sosok seorang guru harus

menguasai empat kompetensi dasar guru yang

meliputi 1) pengenalan peserta didik secara utuh

dan mendalam, 2) penguasaan bidang studi baik

disiplin ilmu maupun bahan ajar dalam kurikulum

sekolah 3) penyelenggaraan pembelajaran yang

mendidik yang meliputi perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan

hasil belajar, serta tindak lanjut untuk

perbaikan dan pengayaan, dan 4) pengembangan

kepribadian dan profesionalitas secara

berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi

seperti yang disebutkan diatas, akan dapat

melaksanakan tugasnya secara profesional.

Menciptakan susana menyenangkan sekaligus

memberdayakan potensi siswa adalah sesuatu yang

harus terjaddidalam membangun pendidikan yang

bermutu. Karena mutu pendidikan akan sangat

ditentukan pada tataran yang lebih kesil di

71

lingkungan sekolah yaitu proses pembelajran. Dan

untuk membangun proses pembelajaran yang

bermutu, maka peran dan fungsi seorang guru

tidak mungkin diabaikan.

b. Partisipasi Masyarakat terhadap Pendidikan

(Komite)

Partisipasi masyarakat merupakan bentuk

keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara

aktif dan sukarela, baik karena alasan dari

dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar

dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses

kegiatan yang bersangkutan. Bentuk partisipasi

tersebut dapat berupa kontribusi material maupun

nonmaterial, keikutsertaan secara aktif maupun

pasif. Partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan perlu ditampung dan disalurkan

melalui sebuah badan mandiri yang disebut Komite

Sekolah. Peran yang dijalankan Komite Sekolah

harus bertumpu pada landasan partisipasi

72

masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan

dan hasil pendidikan di sekolah.

Penghambat timbulnya partisipasi masyarakat

terhadap peningkatan kualitas pendidikan di

sekolah adalah terjadinya jurang pemisah antara

pihak sekolah dengan orang tua murid atau

masyarakat. Hendaknya pendidikan merupakan

tanggung jawab bersama antara pihak sekolah

dengan masyarakat yang melakukan aktivitas

bersama dalam mewujudkan perbaikan kualitas

pendidikan.

Akhir-akhir ini pendidikan nasional

menunjukkan banyaknya terjadi problematika yang

harus diselesaikan, dan hal tersebut sangat

memerlukan partisipasi masyarakat dalam upaya

penyelesaian masalah-masalah tersebut. Hal ini

terbukti dalam hasil pengamatan di SMA Negeri 1

Bontomarannu bahwa partisipasi masyarakat dapat

meningkatkan kualitas pendidikan, baik itu dari

hal-hal yang bersifat kebijakan dan program

hingga yang bersifat fisik seperti bangunan,

73

alat peraga, dan semua bahan penunjang

pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat

disarankan kepada masyarakat Kecamatan

Bontomarannu pada umumnya, terkhusus masyarakat

kelurahan Romanglompoa agar berpartisipasinya

dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1

Bontomarannu perlu ditingkatkan lagi, walaupun

telah diberlakukannya program pendidikan gratis

oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Gowa.

Karena partisipasi masyarakat sangat berperan

penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Dan kepada Komite Sekolah hendaknya lebih

menampung aspirasi masyarakat dan menyalurkannya

untuk peningkatan kualitas pendidikan di SMA

Negeri 1 Bontomarannu. Selain itu, Komite

Sekolah seharusnya memberikan motivasi dan

penghargaan kepada tenaga pendidik atau kepada

seseorang yang berjasa pada sekoah secara

profesional sesuai dengan kaidah profesional

guru atau tenaga administrasi sekolah.

74

B. PEMBAHASAN

I. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

1. Sejarah MBS

Secara teoritis, MBS merupakan sistem

pengelolaan persekolahan yang memberikan

kewenangan dan kekuasaan kepada institusi

sekolah untuk mengatur kehidupan sekolah sesuai

dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan sekolah

yang bersangkutan. Dalam MBS, sekolah merupakan

institusi yang memiliki “full authority and

responsibility” untuk secara mandiri menetapkan

program-program pendidikan (kurikulum) dan

berbagai kebijakan lokal sekolah sesuai dengan

visi, misi, dan tujuan pendidikan yang hendak

dicapai oleh sekolah (Mohrman and Wohlsettter,

1994; Calwell and Spinks, 1988). Berdasarkan

visi, misi, dan tujuan pendidikan tersebut,

sekolah menetapkan berbagai program dan kegiatan

untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan

berbagai potensi yang tersedia dan dapat digali

75

di sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Dalam

sistem MBS, semua kebijakan diprogram sekolah

ditetapkan oleh suatu dewan sekolah yang disebut

“Scholl Board atau School Council”. Badan ini

merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan

musyawarah dari para anggota yang terdiri dari

pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, guru-

guru, perwakilan orang tua siswa, tokoh

masyarakat, dan pejabat daerah dimana sekolah

itu berada. Dewan sekolah inilah yang menetapkan

segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-

ketentuan tentang pendidikan yang berlaku di

negara bagian atau daerah dimana sekolah itu

berada. Selanjutnya, dewan sekolah ini

merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan

sekolah dengan berbagai impliksainya terhadap

program-program kegiatan operasional untuk

mencapai tujuan sekolah.

Secara praktis, pelaksanaan MBS di negara-

negara maju bervariasi dari satu sekolah dengan

sekolah lainnya. Hal ini tergantung dari

76

kebijakan negara dalam pengelolaan sistem

pendidikan yang diterapkan di negara masing-

masing. Di Quesland, Australia, misalnya, MBS

dikembangkan dengan mempadukan kebijakan

pendidikan negara bagian dengan aspirasi dan

partisipasi masyarakat setempat. Upaya

mempadukan kedua unsur tersebut dihimpun dan

dibicarakan secara terbuka melalui wahana yang

disebut “School Council” dan “Parent and

Community Association”. Dengan konsep-konsep

yang dicobakan ini harapan akhir yang selama ini

selalu menjadi pembicaran banyak orang, bahwa

pendidikan kita pada masa yang akan datang akan

setara dengan pendidikan yang diselenggarakan

oleh negara lain, dan memberikan sumbangan yang

berarti bagi peningkatan kehidupan kebangsaan

Indonesia.

2. SBM (School Based Management) for High

Performance School

Manajemen mengandung arti optimalisasi

sumber-sumber daya atau pengelolaan dan

77

pengendalian. Persoalannya adalah pengelolaan

dan pengendalian seperti apa yang kini

dibutuhkan oleh sekolah ? Beberapa alasan pokok

yang menuntut terjadinya perubahan kebijakan

dalam pengelolaan sekolah, antara lain ;

tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap hasil

pendidikan yang disebabkan adanya perubahan

perkembangan kebijakan sosial politik, ekonomi,

dan budaya.

Semakin tingginya kehidupan sosial masyarakat

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, telah semakin meningkatkan tuntutan

kebutuhan kehidupan sosial masyarakat. Pada

akhirnya tuntutan tersebut bermuara kepada

pndidikan, karena masyarakat meyakini bahwa

pendidikan mampu menjawab dan mengantisipasi

berbagai tantangan tersebut. Pendidikan

merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan

oleh sekolah sebagai institusi tempat masyarakat

berharap tentang kehidupan yang lebih baik di

masa yang akan datang. Pendidikan perlu

78

perubahan yang dapat dilakukan melalui perubahan

dan peningkatan dalam pengelolaan atau manajemen

pendidikan di sekolah.

Perubahan suasana politik di Indonesia yang

muncul dari adanya krisis ekonomi kemudian

berkembang menjadi krisis sosial politik

berimplikasi kepada perubahan dalam berbagai

bidang antara lain bidang pendidikan. Isu

sentralisasi menjadi desentralisasi yang

sebelumnya telah dimunculkan sebagai upaya

pemberdayaan daerah telah terjadi. Terdorong

oleh suasana perubahan politik kenegaraan,

semakin diyakini bahwa salah satu upaya penting

yang harus dilakukan dalam peningkatan kualitas

pendidikan, adalah dengan pemberdayaan sekolah

melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang

intinya memberikan kewenangan dan pendelegasian

kewenangan (delegation of authority) kepada

sekolah untuk melakukan perbaikan dan

peningkatan kualitas secara berkelanjutan

(quality continuous improvement).

79

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai

terjemahan dari School Based Management , adalah

suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk

me-redisain pengelolaan sekolah dengan

memberikan kekuasaan kepada kepala sekolah dan

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya

perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru,

siswa, kepala sekolah, orang tua siswa, dan

masyarakat. Manajemen Berbasis Sekolah merubah

sistem pengambilan keputusan dengan memindahkan

otoritas dalam pengambilan keputusan dan

manajemen ke setiap yang berkepntingan di

tingkat lokal (local staholders ). (Chapman, J,

1990). Dengan mengalihkan wewenang dalam

keputusan dari pemerintah tingkat Pusat ke

tingkat Sekolah, diharapkan sekolah akan lebih

mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan

yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan

lingkungan masyarakatnya. Pada pelaksanannya

disadari bahwa mengimplementasikan pemberian

kewenangan kepala sekolah melalui pendekatan

80

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan

proses dan waktu.

Persoalannya adalah untuk Local Stakeholders

yang menggunakan kekuasaan untuk memperbaiki

pendidikan di sekolah, disain organisasi harus

berubah dan pengembangan program yang relevan

dengan kebutuhan masyarakat. Berbagai cara untuk

mengimplementasikan konsep ini diperlukan

persyaratan-persyaratan yang mendukung ke arah

perubahan yang fundamental, dimana sekolah

mempunyai ruang gerak yang lebih leluasa. Dengan

demikian sekolah secara kreatif dan bertanggung

jawab dapat melakukan kegiatan untuk mengelola

program-programnya secara efektif dan efisien

(Improving School Efficiency ). Model MBS telah

dicoba di Amerika, berasal dari karya Edward E.

Lawler dan kawan-kawan (dalam Susan Albert

Mohrman, dkk) ternyata telah membawa dampak

terhadap peningkatan kualitas belajar mengajar.

Hal tersebut disebabkan oleh adanya mekanisme

yang lebih efektif, yaitu pengambilan keputusan

81

dapat dilakukan dengan cepat, sekaligus

memberikan dorongan semangat kinerja baru

sebagai motivasi berprestasi kepada kepala

sekolah dalam melakukan tugasnya sebagai manajer

sekolah. Dalam banyak kasus disebutkan bahwa

Manajemen Berbasis Sekolah telah membawa dampak

positif seperti yang dialami oleh sekolah-

sekolah di beberapa negara antara lain di

Selandia Baru, dan Chile. Bagi sekolah-sekolah

di Indonesia, ide dan pemahaman tentang MBS pada

saat ini, merupakan momen yang tepat, pada saat

munculnya perubahan politik pemerintah.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

memahami konsep MBS:

1. Pengkajian konsep MBS terutama yang

menyangkut kekuatan desentralisasi ,

kekuasaan atau kewenangan di tingkat

sekolah. Dalam sistem keputusan, hal ini

dikaitkan dengan program dan kemampuannya

dalam meningkatkan kinerja sekolah.

82

2. Penelitian tentang program MBS berkenaan

dengan desentralisasi kekuasaan dan program

peningkatan partisipasi Local

Stakeholders . Pendelegasian otoritas

pengambilan keputusan dalam kaitannya

dengan pemberdayaan sekolah, perlu

dihubungkan dengan efektivitas program.

3. Strategi MBS harus lebih menekankan kepada

elemen manajemen partisipatif. Pengalaman

dalam implementasi strategi MBS yang

menekankan pada kekuasaan daripada

kemampuan profesional (pengetahuan dan

keahlian) menyebabkan kegagalan dalam

menerapkan konsep MBS. Menurut Mohrman

(1992), menyebutkan bahwa aspek kemampuan,

informasi, dan imbalan yang memadai

merupakan elemenelemen yang sangat

menentukan efektivitas program MBS dalam

meningkatkan kinerja sekolah.

Berdasarkan pelaksanaan MBS di negara maju,

maka secara konseptual dan praktis, indikator

83

keberhasilan MBS didukung oleh karakteristik-

karakteristik dasar sebagai berikut :

1. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah.

Dalam MBS, sekolah sebagai institusi

pendidikan anak diberi kewenangan dan

kekuasaan yang luas unuk mengembangkan

program-program kurikulum dan pembelajaran

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa

serta tuntutan masyarakat setempat. Untuk

mendukung keberhasilan program-program ini,

sekolah memiliki kekuasaan dan kewenangan

mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber

daya yang tersedia di masyarakat dan

lingkungan sekitar sekolah. Selain itu,

sekolah juga diberikan kewenangan untuk

menggali dan mengelola sumber dana sesuai

dengan prioritas kebutuhan sekolah. Dengan

adanya otonomi yang luas ini, sekolah dapat

meningkatkan kinerja staf dengan menawarkan

partisipasi aktif mereka dalam pengambilan

keputusan bersama daan bertangungjawab

84

bersama dalam pelaksanaan keputusan yang

diambil sesuai dengan posisi masing-masing

(Patterson, 1993).

2. Partisipasi masyarakat dan orang tua siswa

yang tinggi.

Dalam MBS, pelaksanaan program-program

sekolah didukung oleh adanya partisipasi

masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi.

Orang tua siswa dan masyarakat tidak hanya

mendukung sekolah melalui bantuan keuangan,

tetapi bersama atau melalui “school

council” merumuskan dan mengembangkan

program-program yang dapat meningkatkan

kualitas sekolah secara umum. Masyarakat

dan orang tua menyediakan diri untuk

membantu sekolah sebagai nara sumber atau

organisator kegiatan sekolah yang dapat

meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

dan prestise sekolah secara keseluruhan.

Orang tua dan masyarakat juga secara aktif

terlibat dalam proses kontrol kualitas

85

hasil belajar siswa dan pengelolaan sekolah

secara umum.

3. Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan

profesional.

Dalam MBS, pelaksanaan program-program

sekolah didukung oleh adanya kepemimpinan

sekolah yang demokratis dan profesional.

Kepala Sekolah dan guru-guru sebagai tenaga

pelaksana inti program sekolah adalah

orang-orang yang memiliki kemampuan dan

integrits profesional. Kepala Sekolah

adalah manajer pendidikan profesional yang

direkrut dewan sekolah untuk mengelola

segala kegiatan sekolah berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan dewan sekolah.

Guru-guru yang direkrut oleh sekolah adalah

guru-guru profesional dalam bidangnya

masing-masing, sehingga mereka bekerja

berdasarkan pola kinerja profesional yang

disepakati bersama untuk mendukung

keberhasilan pembelajaran siswa. Dalam

86

proses “bottom-up” secara demokratis,

sehingga semua pihak memiliki tanggungjawab

terhadap keputusan yang diambil dan proses

pelaksanaan keputusan tersebut.

4. Adanya “team-work” yang tinggi dan

profesional.

Dalam MBS, keberhasilan program-program

sekolah didukung oleh adanya kinerja “team-

work” yang tinggi dan profesional dari

berbagai pihak yang terlibat dalam

pendidikan di sekolah. Dalam dewan sekolah,

misalnya pihak-pihak yang terlibat berkerja

sama secara harmonis sesuai dengan

posisinya masing-masing untuk mewujudkan

suaatu “sekolah yang dapat dibanggakan”

oleh semua pihak yang terlibat. Mereka

tidak saling menunjukan kuasa atau paling

bejasa, tetapi masing-masing berkontribusi

terhadap upaya peningkatan mutu kinerja

sekolah secara keseluruhan. Pada

pelaksanaan program sekolah, misalnya,

87

pihak-pihak yang terlibat dalam program

sekolah bekerjasama secara profesional

untuk mencapai tujuan-tujuan atau target

dari adanya “team-work” yang tinggi dan

profesional dari berbagai pihak yang

terlibat dalam proses pendidikan anak.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

B. SARAN

88

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta

:Rajawali Pers

http://dityaairawansport.wordpress.com/pembelajaran-

yang-menyenangkan-dan-memberdayakan.html (diakse

pada tanggal 20 Agustus 2014)

http://ibnufajar75.wordpress.com/empat-kompetensi-yang-

harus-dimiliki-seorang-guru-profesional.html

(diakse pada tanggal 20 Agustus 2014)

Trianti M.Pd. 2012. Mendesain Pembelajaran Inovatif,

Progresif:Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :Kencana Prenada

Media Group

89

Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran.

Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

http://www.lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/

artikel/846-dra-erwinroosilawati-mpd (diakses

tanggal 4 September 2014)

widyastudi, Farida. 2012. Strategi Meraih Score Tinggi Lolos

Sertifikasi Guru. Yogyakarta: Media Pressindo

Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta : Rajagrafindo

Persada

90