laporan penelitian kebijakan - REPOSITORY - UNESA
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of laporan penelitian kebijakan - REPOSITORY - UNESA
i
LAPORAN PENELITIAN KEBIJAKAN JURUSAN KIMIA-FMIPA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PENGEMBANGAN PRODUK PIKEL BAWANG PUTIH TUNGGAL (Alium sativum) SEBAGAI INOVASI PANGAN
FUNGSIONAL SINBIOTIK
Prima Retno Wikandari (NIDN 0015116402)
Lenny Yuanita (NIDN 00120995107)
Nuniek Herdyastuti (NIDN 0010117004 )
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2019
ii
LAPORAN PENELITIAN KEBIJAKAN JURUSAN KIMIA-FMIPA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PENGEMBANGAN PRODUK PIKEL BAWANG PUTIH TUNGGAL (Alium
sativum) SEBAGAI NOVASI PANGAN FUNGSIONAL SINBIOTIK
Prima Retno Wikandari (NIDN 0015116402) Lenny Yuanita (NIDN 00120995107)
Nuniek Herdyastuti (NIDN 0010117004 )
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2019
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, akhirnya laporan penelitian dengan judul PENGEMBANGAN PRODUK PIKEL BAWANG PUTIH TUNGGAL SEBAGAI INOVASI PANGAN FUNGSIONAL SINBIOTIK dapat terselesaikan dengan baik. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu produk inovasi Unesa khususnya dalam pengembangan pangan fungsional Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada: 1. Prof. Dr. Titik Taufikurohmah, M.Si dan Dr. I. Gusti made Sanjaya, M.Si sebagai
reviewer yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan proposal dan pelaksanaan penelitian ini.
2. Dekan FMIPA yang telah memberi kesempatan melakukan penelitian melalui penelitian kebijakan.
3. Ketua Jurusan Kimia yang telah memberikan kesempatan dan pemberian ijin penggunaan fasilitas Laboratorium untuk keterlaksanaan penelitian ini.
4. Ketua Program Studi Kimia yang telah memberikan motivasi untuk pengembangan Program Studi.
Semoga laporan penelitian ini ini dapat memberikan sedikit banyak manfaat bagi banyak orang. Surabaya, 30 Nopember 2019 Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ……………………………………...... i HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….. ii PRAKATA ……………………………………….. iii DAFTAR ISI ……………………………………….. iv DAFTAR TABEL ……………………………………….. v DAFTAR GAMBAR ……………………………………….. vi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………….. vii BAB 1. PENDAHULUAN ……………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang ……………………………………….. 1 1.2 Tujuan Penelitian ………………………………………... 5 1.3 Urgensi Penelitian ……………………………………….. 5 1.4 Target Temuan ……………………………………….. 6 1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………... 7 1.6 Luaran Penelitian ………………………………………... 7 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of Art …………………………………………. 8 2.1.1 Sinbiotik …………………………………………. 8 2.1.2 Bawang putih sumber antibakteri dan antioksidan ……….. 9 2.1.3 Pikel bawang putih tunggal sinbiotik ………………… 10 2.1.3 Penelitian terkait ……………………………………….. 13 2.1.4 Peta Jalan Penelitian…………………………………………. 14 BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian …………………………………………. 16 3.2 Definisi operasional ………………………………………….. 17 3.3 Prosedur penelitian …………………………………………. 18 3.4 Teknik pengumpulan data ………………………………………… 18 3.4.1. Kerangka opearasional………………………………….. 18 3.4.2 Prosedur Penelitian …………………………………….. 18 3.4.3 Metode Pengumpulan Data ……………………………. 20 3.4.4 Metode Analisis Data……………………………………. 21 BAB 4. Biaya dan Jadwal Penelitian …………………………………………. 22 Daftar Pustaka………………………………………………………………….. 23 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 26
vii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Bagan State of Art Penelitian 12
2.2 Peta Jalan Penelitian Pangan Fungsional Berbasis ………14
Produk Fermentasi
3.1 Desain Penelitian Tahap I………………………………...16
3.2 Kerangka Operasional Penelitian ………………………18
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Justifikasi Anggaran Penelitian 26 2. Biodata Ketua Peneliti 28 3 Biodata Anggota Peneliti 1 36 4. Biodata Anggota Peneliti 2 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya teknologi dan informasi ternyata sangat berpengaruh
terhadap perubahan pola atau gaya hidup masyarakat, termasuk adanya perubahan
pola makan. Fenomena ini lebih lanjut membawa dampak munculnya berbagai
penyakit degenerative seperti kanker, diabet, jantung koroner, dan hipertensi yang
melanda masyarakat saat ini. Kondisi ini akhirnya kembali memicu pemikiran
masyarakat untuk mendapatlkan alternatif pangan sehat yaitu makanan yang tidak
saja memberikan cita rasa dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh namun juga
memberikan efek fungsional terhadap kesehatan untuk mencegah dan mengobati
penyakit kronis.
Istilah pangan fungsional pertama kali berkembang di Jepang pada tahun
1980 dimana Menteri Kesehatan mengeluarkan sistem regulasi untuk
mengesahkan beberapa bahan pangan yang terdokumentasi bermanfaat bagi
kesehatan. Hingga Juli 2002 telah terdaftar 300 produk pangan yang mendapat
klaim sebagai Food for Spesialized Health Use (FOSHU) (Aray, 1996) Pada
tahun 1994 National Academy of Sciences' Food and Nutrition Board
mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan modifikasi atau pangan yang
mengandung komponen pangan yang memberikan manfaat bagi kesehatan diluar
nutrisi yang terkandung di dalamnya. International Life Sciences Institute (1999)
mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan yang mengandung komponen
yang aktif secara fisiologis menguntungkan bagi kesehatan diluar nutrisi dasar
yang dikandungnya
Pangan sinbiotik adalah salah satu jenis pangan fungsional yang banyak
dikembangkan saat ini. Istilah sinbiotik adalah gabungan dari probiotik dan
prebiotik. Probiotik didefinisikan sebagai mikrobia hidup yang ada di dalam
makanan dalam jumlah yang cukup dan memberikan efek terhadap kesehatan
(Soccol, et al 2010). Joint Food and Agriculture Organization/World Health
Organization Working Group merekomendasikan bahwa probiotik didefinisikan
sebagai mikroorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup,
2
akan bermanfaat bagi kesehatan inangnya (Salminen et al 1998). Prebiotik adalah
komponen pangan yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernakan, namun
memberikan manfaat dengan cara menstimulasi secara selektif pertumbuhan
sejumlah spesies bakteri di dalam usus, seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli,
yang berpotensi meningkatkan kesehatan inangnya.
Bawang putih (Allium sativum) sejak lama digunakan sebagai bumbu
masakan dan pengobatan tradisional. Potensi ini berkaitan dengan kandungan
senyawa alliin dan allicin yang diketahui bermanfaat dalam melindungi
melindungi jantung dan menunjukkan sifat antikarsinogenik (Iciek et al., 2009;
Ariga and Seki, 2006). Kandungan alliin pada bawang putih juga dilaporkan dapat
mencegah kanker, antimikrobia, hipolikemik, penurun klolesterol, antimikrobia
dan antioksidan (Ankri and Mirelman, 1999). Allicin adalah produk hasil
degradasi katalitik alliin oleh enzim allinase yang dibebaskan ketika bawang putih
dihancurkan atau dicacah. Walaupun diketahui bahwa allicin diketahui
memberikan manfaat seperti alliin, namun senyawa allicin adalah senyawa yang
tidak stabil, senyawa ini akan terdegradasi lebih lanjut menjadi berbagai bentuk
senyawa organosulfur seperti diallyl trisulfide (DATS), diallyl disulfide (DADS),
and diallyl sulfide (DAS), ajoene and vinyldithiins (Lee, et al., 2003). Senyawa-
senyawa inilah yang terbentuk dan menghasilkan aroma khas bawang putih saat
kita memasak. Bawang putih juga merupakan sumber FOS dan inulin yang
merupakan salah satu jenis prebiotic yang potensial. Oleh sebab itu diperlukan
suatu kondisi pengolahan yang dapat mempertahankan senyawa alliin dan allicin
untuk mendapatkan manfaat fungsional kesehatan yang maksimal dari bawang
putih.
Bawang putih tunggal atau yang di Jawa biasa dikenal dengan bawang
lanang merupakan salah satu jenis bawang putih yang saat ini juga banyak
dibudidayakan. Tidak seperti halnya bawang putih yang banyak diperlukan untuk
kebutuhan bumbu masak, bawang putih tunggal selama ini lebih banyak
dibudidayakan dan dikonsumsi terutama untuk keperluan pengobatan.
Berdasarkan sifat-sifat fungsional bawang putih di atas, maka bawang putih
tunggal mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk pangan
fungsional. Untuk keperluan tersebut maka diperlukan suatu teknologi untuk
3
mempertahankan kandungan senyawa allin dan alliciin yang merupakan
komponen yang menentukan sifat fungsional bawang putih tunggal, dengan cara
dibuat menjadi produk pikel, suatu produk pangan fungsional hasil fermentasi.
Adanya proses fermentasi akan menurunkan pH yang dapat menekan aktivitas
enzim allinase dalam bawang putih tunggal, sehingga akan mencegah degradasi
senyawa alliin menjadi allicin dan diharapkan aroma hasil degradasi lebih lanjut
dari allicin juga dapat dikurangi. Penurunan pH juga diketahui dapat
meningkatkan stabilitas senyawa allicin yang terbentuk, sehingga konsumsi pikel
bawang putih tunggal diharapkan akan memberikan sifat fungsional yang lebih
baik dibandingkan bawang putih tunggal non fermentasi
Inovasi teknologi dari penelitian ini adalah terciptanya produk baru dari
produk olahan bawang putih tunggal dalam bentuk pikel sebagai pangan
fungsional hasil fermentasi. Pikel bawang putih tunggal akan dibuat dengan
menggunakan kultur starter bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum B1765.
Penggunaan kultur starter L.plantarumB1765 probiotik dan pemanfaatan bawang
putih tunggal sebagai sumber FOS prebiotic akan menghasilkan pangan sinbiotik
yang tidak saja mampu mempertahankan sifat fungsional bawang putih tunggal,
namun juga akan meningkatkan sifat fungsional bawang putih tunggal dan
menciptakan cita rasa baru. Inovasi penelitian ini sejalan dengan road map
penelitian peneliti tentang pengembangan pangan fungsional berbasis pangan
fermentasi. Tahapan tahun 2016 -2020 adalah tahap riset dasar untuk melihat
potensi pikel bawang putih tunggal sebagai pangan fungsional sinbiotik.
Peningkatan sifat fungsional bawang putih tunggal pada pikel bawang putih
tunggal didasarkan pada fenomena-fenomena berikut. L.plantarumB1765 telah
diteliti mempunyai beberapa karakteristik probiotik seperti resisten terhadap
seluruh perlakuan pH saluran cerna dan konsentrasi garam empedu dengan
persentase ketahanan hidup di atas 90%. Strain ini juga mampu menghambat
aktivitas antibiotik amoksisilin klavulanat (golongan β-lactam) pada konsentrasi
50 ppm Sifat antagonistik strain L. plantarum B1765 termasuk kategori inhibisi
kuat (strong inhibition) terhadap Staphylococcus aureus dengan diameter hambat
sebesar 8,0 mm dan inhibisi sedang (moderate inhibition) terhadap Escherichia
coli pada zona hambat sebesar 3,5 mm. (Sujatmiko, 2016). Sifat probiotik
4
L.plantarumB1765 yang mampu menghambat pertumbuhan juga telah diperkuat
dengan berhasil diisolasinya senyawa antimikrobia dari L.plantarum B1765
(Hasan, 2017). Hasil metabolisme L.plantarum B1765 juga telah diketahui
memberikan manfaat sebagai antihipertensi dan antidiabet (Wikandari, 2012,
Puspitasari, 2016). Kandungan FOS dan inulin dalam bawang putih tunggal dapat
dimanfaatkan sebagai prebiotik bagi pertumbuhan L.plantarum B1765 dan bakteri
menguntungkan lainnya dalam system pencernakan manusia. L.plantarum B1765
telah diketahui dapat tumbuh dengan baik pada FOS dari sumber yakon (
Rafsanjani dan Wikandari, 2017) dan diketahui menghasilkan asam lemak rantai
pendek (ALRP) (Puspitasari dan Wikandari, 2017). Peningkatan SCFA di dalam
kolon akan menyebabkan penurunan pH yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi komposisi mikroflora kolon, menurunkan kelarutan asam empedu,
meningkatkan penyerapan mineral, menurunkan aktivitas enzim-enzim bakteial
yang terlibat pada sintesis prosuk yang bersifat karsinogenik dan toksik di dalam
kolon (Hijova and Chmelarova, 2007). Dengan manfaat tersebut, maka konsumsi
pikel bawang putih tunggal akan dapat memberikan nilai tambah fungsional
pangan bagi konsumen.
Dari sisi diversifikasi pangan, pikel bawang putih tunggal ini akan dapat
menciptakan cita rasa baru bawang putih tunggal dengan karakteristik perpaduan
rasa asam dan sedikit asin dan manis seperti acar pada umumnya, sehingga dapat
dikonsumsi sebagai makanan tidak hanya sebagai obat. Pikel bawang putih
selanjutnya dapat digunakan sebagai campuran acar sebagai produk pendamping
penambah cita rasa untuk mie, martabak, lumpia, sambal bawang, ataupun sebagai
bahan salad bersama dengan buah dan sayuran lainnya. Keunggulan lain dari
produk ini juga akan menekan aroma bawang putih yang menyengat, yang
membuat keengganan konsumen untuk mengkonsumsi bawang putih. Aroma
menyengat sebenarnya terbentuk dari hasil degradasi lebih lanjut senyawa alliciin
hasil degradasi enzim alinase akan aktif saat bawang putih dihancurkan, dicacah
atau dipotong.
Produk pikel biasanya dibuat selama 2-7 hari pada kondisi suhu optimum
pertumbuhan bakteri asam laktat, namun pada penelitian ini fermentasi akan
dibuat pada suhu ruang agar dapat dikembangkan dalam skala industri rumah
5
tangga yang tidak memerlukan peralatan incubator khusus, sehingga lama
fermentasi akan dikaji pada 1 – 3 minggu.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, maka penelitian ini akan
difokuskan untuk mengkaji pola pertumbuhan L.plantarum B1765 dan pH pada
bawang putih tunggal yang mengandung prebiotic berupa FOS dan inulin selama
waktu fermentasi tertentu. Untuk manfaat fungsional pangan, penelitian
difokuskan pada manfaat pikel bawang putih tunggal sebagai antimikrobia dan
antioksidan untuk dibandingkan dengan bawang putih tunggal non fermentasi.
Kajian organoleptic difokuskan pada aroma dan rasa dan tingkat kesukaan umum
1.2 Tujuan penelitian
1. Mengkaji pola pertumbuhan L.plantarumB1765 probiotik pada bawang putih
tunggal yang mengandung FOS dan inulin sebagai sumber prebiotic selama
proses fermentasi dengan waktu tertentu.
2. Mengkaji sifat antioksidan pikel bawang putih tunggal selama proses fermentasi
dengan waktu tertentu.
3. Mengkaji sifat antimikrobia pikel bawang putih tunggal selama proses fermentasi
dengan waktu tertentu.
1.3 Urgensi Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilakukan untuk menghasilkan inovasi dalam
diversifikasi pangan lokal. Bawang putih tunggal selama ini hanya dikonsumsi
sebagai herbal dengan tujuan pengobatan. Sentuhan teknologi fermentasi akan
mengubah produk ini menjadi produk pikel yang berpotensi sebagai pangan
fungsional, suatu produk pangan yang tidak saja dapat diterima secara organoleptic,
namun juga memberikan manfaat kesehatan.
Produk pikel bawang putih tunggal mempunyai karakteristik rasa segar
perpaduan rasa asam, asin dan sedikit manis seperti acar. Proses fermentasi juga
akan mengurangi aroma menyengat yang biasanya tidak dikehendaki karena
menyebabkan aroma nafas yang tidak sedap dan bau keringat setelah konsumsi
bawang putih mentah. Manfaat lain yang akan didapatkan adalah adanya
peningkatan nilai fungsional bawang putih tunggal untuk kesehatan. Proses
6
fermentasi akan menurunkan nilai pH sehingga dapat menginaktifasi enzim allinase
yang mengubah senyawa allin menjadi allicin yang tidak stabil, dan penurunan pH
hingga pada kondisi asam juga diketahui dapat menstabilkan allicin. Kedua
senyawa ini diketahui dapat memberikan manfaat yang sama seperti antioksidan,
antimikrobia, anti kanker, antihipertensi dan lainya, sehingga perlu diupayakan
kestabilannya dalam bawang putih tunggal.
Peningkatan nilai fungsional lainnya dari pikel bawang putih adalah adanya
penambahan jumlah bakteri probiotik L.plantarumB1765 sebagai mikroflora usus
jika dikonsumsi, sehingga juga dapat memberikan manfaat kesehatan tersendiri.
L.plantarumB 1765 telah diteliti mampu menghasilkan peptide bioaktif
antihipertensi dan ALRP hasil metabolisme FOS dan inulin oleh
L.plantarumB1765 diketahui bermanfaat dalam menurunkan glukosa dan
menormalkan kadar glukosa tikus percobaan.
1.4 Target Temuan
1. Menciptakan produk pangan fungsional baru dari bahan dasar bawang putih
tunggal dalam bentuk pikel yang dapat diterima konsumen.
2. Mendapatkan waktu fermentasi bawang putih tunggal yang optimal dalam selang
waktu tertentu yang telah ditetapkan untuk mendapatkan populasi
L.plantarumB1765 probiotik yang maksimal.
2. Mendapatkan waktu fermentasi bawang putih tunggal yang optimal dalam selang
waktu tertentu yang menghasilkan aktivitas antioksidan dan antimikroba yang
maksimal.
1.5 Manfaat
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis yaitu dapat digunakan
sebagai dasar pengembangan bagi optimasi proses pembuatan pikel bawang putih
tunggal sehingga dapat diproduksi untuk tujuan komersialisasi. Secara keilmuan
temuan pada penelitian terutama tentang pengaruh proses fermentasi terhadap
peningkatan sifat fungsional bawang putih dapat digunakan sebagai bahan
perkuliahan mikrobiologi untuk materi pangan mikrobiologi pangan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 State of The Art :
1.1 Sinbiotik
Sinbiotik adalah istilah yang diberikan pada suatu bahan dimana terkandung
bakteri probiotik dan bahan prebiotic. Probiotik merupakan suplemen pangan berupa
mikroorganisme yang memberikan efek menguntungkan terhadap kesehatan dengan
cara menyeimbangkan mikroflora usus inangnya (Soccol et al., 2010). Sesuai
fungsinya maka kultur probiotik harus mempunyai karakteristik tertentu yaitu tahan
terhadap pH asam, pH usus, garam empedu, enzim pencernaan dan aktivitas serta
sekresi garam empedu pada saluran pencernaan (Salminen & von-Wright,1993).
Saat ini eksplorasi terhadap kultur probiotik sedang banyak dilakukan, namun
probiotik yang umum digunakan adalah dari genus Lactobacillus dan Bifidobacterium
(Charteris, 1997; Fuller, 1992; Salminen et al., 1998; Ziemer et al.,1998).
Lactobacillus dan Bifidobacterium yang tumbuh dan berkembang di kolon manusia
memiliki aktivitas antimikroba, antikolesterol,stimulasi system imun, meningkatkan
penyerapan laktosa, mencegah diare, aktivitas antimutagenik,mencegah penyakit
kanker khususnya kanker usus (Fuller, 1989)
Terdapat beberapa strain L.plantarumdan spesies L.rhamnosus yang diketahui
mempunyai toleransi untuk hidup pada pH 2 selama 3 jam, garam empedu 0.3%, dan
menunjukkan aktivitas antimikrobia terhadap E. faecalis, S. aureus and E. coli (Kalui
et al., 2009). L.plantarumB1765 yaitu isolat bakteri asam laktat yang diisolasi dari
bekasam (Wikandari, dkk., 2012), juga berpotensi sebagai kandidat probiotik. Strain
ini diketahui tahan pada pH lambung dan pH usus, garam empedu, antipatogen
terhadap E.coli dan S.aureus (Sujadmiko, 2016). BAL ini juga mempunyai daya
resistensi terhadap amoksilin (Sujadmiko dan Wikandari, 2016). Terhadap manfaat
kesehatan, L.platarum B1765 yang digunakan sebagai kultur starter dalam pembuatan
bekasam telah diketahui mampu menurunkan tekanan darah tikus hipertensi
(Wikandari dan Yuanita, 2016) dan mempunyai aktivitas sebagai ACE inhibitor
9
(Wikandari dkk., 2012). L.plantarumB1765 juga berpengaruh terhadap penurunan
kadar glukosa darah tikus diabet (Puspitasari, 2016).
Penambahan prebiotik pada diet menunjukkan kenaikan fermentasi secara in
vitro maupun in vivo. Fermentasi mikroflora usus terhadap serat pangan secara
simultan akan menghasilkan berbagai asam lemak rantai pendek (SCFA), CO2, CH4
, H2, asam laktat, dan asam lemak volatile, sehingga menurunkan pH usus besar, dan
menghambat pertumbuhan kelompok bakteri patogen diantaranya S. thypii dan E. coli
(Rycroft et al 2001; Xu et al 2003).
1.2 Bawang putih tunggal sebagai sumber antioksidan dan antibakteri
Bawang putih tunggal adalah salah satu jenis bawang putih (Allium sativum)
yang hanya bersiung tunggal. Kandungan komponen bioaktif allin dan allicin pada
bawang putih tunggal mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dan antioksidan
(Bayan, et al 2014; Rahman et al, 2012). Allin (S-allylsysteine sulfoxide) akan diubah
menjadi allicin (2-propenyl-2-propenethiol sulphinate) oleh aktivitas enzim allinase
yang aktif saat jaringan bawang putih terkoyak saat diiris atau dihancurkan (Freeman
et al, 1995). Senyawa allicin terbentuk kurang dari 10 detik (Ankri dan Mirellman,
1999). Lee at al, 2003 menyatakan bahwa allicin adalah senyawa yang tidak stabil dan
dengan cepat akan segera terdegradasi menjadi berbagai senyawa sulfida yang
menyumbangkan rasa dan aroma bawang putih. Telah diteliti bahwa dekomposisi
allicin menurun dengan meningkatnya kekuatan asam asetat dan meningkat dengan
meningkatnya pH dari medium macerasi (Misra, et al 2001).
Penemuan bahwa bawang putih mempunyai aktivitas antibakteri, pertama kali
ditemukan oleh Louis Pasteur pada tahun 1858, namun tidak ada referensi terhadap
temuan tersebut. Bawang putih diketahui mempunyai aktivitas antibakteri bagi bakteri
gram positif dan gram negative, dan patogen pada umumnya (Srinivasan, et al 2009).
Hughes and Lawson (1991) memyatakan bahwa allicin adalah senyawa pada bawang
putih yang berfungsi sebagai bioaktif antimikrobia. Terjadinya reduksi allicin menjadi
diallyl disulfida menurunkan aktivitas antibakteri (Reuter et al 1996). Sifat antibakteri
allicin akan menghambat sintesis RNA bakteri ( Feldberg, et al 1988)
10
1.3 Pikel Bawang Putih Tunggal Sinbiotik
Pikel adalah produk fermentasi makanan dengan bahan dasar sayuran atau
buah-buahan oleh bakteri asam laktat (Pederson dan Luh, 1988). Di Indonesia jenis
makanan ini dikenal dengan acar. Secara tradisional fermentasi pikel adalah dengan
fermentasi spontan, yaitu dengan memanfaatkan mikrobia yang terdapat dalam bahan
dasar pikel dengan penambahan kadar garam tertentu. Tujuan utama pembuatan pikel
pada awalnya adalah sebagai upaya pengewatan pangan dan penganekaragaman
pangan dengan terbentuknya cita rasa baru, namun pada saat ini banyak penelitian
dikembangkan tentang produk makanan fermentasi, terutama terkait degan
pemanfaaatnya sebagai health food.
Pemanfaatan bawang putih tunggal sebagai salah satu bahan dasar pikel,
terutama adalah karena kandungan FOS yang merupakan sumber nutrisi bagi bakteri
asam laktat. BAL akan mengubah FOS menjadi SCFA. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa L.plantarumB1765 mampu tumbuh pada yacon dan menghasilkan SCFA
(Wikandari dkk.,2017).
Banyak manfaat yang didapat dalam konsumsi pikel bawang putih yang dibuat
dengan menggunakan kultur starter L.plantarumB1765. Potensi L.plantarumB1765
sebagai salah satu kandidat probiotik, akan sangat menguntungkan bagi mikroflora
usus dan memberikan manfaat langsung dari metabolit yang dihasilkan. SCFA yang
dihasilkan selama proses fermentasi pikel bawang putih dengan memanfaatkan FOS
juga akan menambah manfaat kesehatan jika bawang putih dikonsumsi.
Adanya SCFA dan asam laktat, akan memodifikasi ekologi lumen,
menurunkan pH dan karenanya mengontrol bakteri yang tak tahan asam. Kedua
produk tersebut juga meningkatkan absorbsi usus besar terhadap Ca, Mg, dan Fe.
Asetat, propionat, dan butirat merupakan asam lemak rantai pendek yangbanyak
diproduksi di usus besar. Asetat dan propionat diabsorbsi melalui epitelium dan
mencapai hati melalui peredaran darah. Asetat juga diserap oleh tulang dan jaringan-
jaringan periferal. Di dalam hati, asam lemak akan dimetabolisme sehingga
menghasilkan energy, sedangkan absorbsi butirat diketahui berhubungan dengan
reabsorbsi air dan natrium, sehingga berpotensi memiliki efek antidiare. Produksi
asam juga memiliki keuntungan karena dapat mengubah aminayang toksik menjadi
11
bentuk yang terprotonasi dan tak bisa diserap tubuh, sehingga mengurangi kadar
amonia dalam darah.
Terkait dengan fungsinya sebagai penurun glukosa darah, asam butirat berperan
penting dalam meningkatkan plasma insulin. Pemberian secara oral natrium butirat
pada tikus diabet diketahui dapat meningkatkan plasma insulin secara signifikan (Lin
et al 2012). Asam propionate akan menurunkan kadar glukosa darah dengan cara
mengubah propionate menjadi methyl malonyl CoA yang dapat menghambat piruvat
karboksilase, sehingga PEP terhambat pembentukannya dan proses gluconeogenesis
tidak akan terjadi (Kaur dan Gupta,2002). SCFA juga berperan dalam meningkatkan
ekspresi gen precursor GLP 1, yaitu suatu hormone inkretin yang memiliki efek
penting dalam peningkatan respon insulin ( Gravena dan Ashroft, 2002).
Hasil penelitian pada tikus Rattus norvegicus dengan pemberian ekstrak pikel
yacon dengan kultur starter L.plantarum B1765 secara intraperitoneal sebesar 1
ml/200 g berat badan selama 28 hari menunjukkan penurunan kadar glukosa darah
hingga 55.86%, dan tetap pada rentang kadar glukosa darah normal bahkan hingga 14
hari setelah perlakuan dihentikan (Puspitasari, 2016)
12
Gambar 2.1. Bagan State of Art Penelitian
Probiotik merupakan suplemen pangan berupa mikroorganisme yang memberikan efek menguntungkan terhadap kesehatan dengan cara menyeimbangkan mikroflora usus inangnya (Soccol et al 2010). Karakteristik kultur probiotik yaitu ketahanan terhadap pH asam, garam empedu, enzim pencernaan dan aktivitas serta sekresi garam empedu pada saluran pencernaan. (Gilliland, et al1984 dan Salminen & von-Wright,1993).
L.plantarum B1765 : isolat bakteri asam laktat yang diisolasi dari bekasam (Wikandari, dkk., 2012) L.plantarum B1765 probiotik: 1. Tahan pada pH lambung dan pH usus, garam empedu, antipatogen terhadap E.coli dan S.aureus (Sujadmiko, 2016) 2. Resistensi terhadap amoksilin (Sujadmiko dan Wikandari, 2016) 3. Menurunkan hipertensi (Wikandari dan Yuanita, 2016). 4. Menghasilkan SCFA pada pikel yacon (Wikandari,dkk., 2017). 5. Mampu menurunkankadar glukosa darah tikus diabet sampai pada batas normal dan tidak menunjukkan efek hipoglikemik (Puspitasari, 2016)
Probiotik yang umum digunakan: genus Lactobacillus dan Bifidobacterium (Charteris, 1997; Fuller, 1992; Salminen et al 1998; Ziemer et al 1998). Lactobacillus dan Bifidobacterium yang tumbuh dan berkembang di kolon manusia memiliki aktivitas antimikroba, antikolesterol,stimulasi system imun, meningkatkan penyerapan laktosa, mencegah diare, aktivitas antimutagenik,mencegah penyakit kanker khususnya kanker usus (Fuller, 1989, Hill, 1999 dan Surono, 2004) Strain L. plantarum TN627 memiliki karakteristik probiotik, yaitu penghambatan patogen usus, tumbuh pada pH rendah dan garam empedu, kepekaan terhadap beberapa antibiotik, dan adhesi yang baik pada enterosit ayam. Genus Lactobacillus pada saluran pencernaan ayam kampung (Gallus domesticus) mampu tumbuh pada pH rendah maupun pada konsentrasi ox bile 1% dan 5%,dan pada suhu rendah maupun suhu tinggi serta mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen jenis Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Penambahan prebiotik pada diet menunjukkan kenaikan fermentasi secara in vitro maupun in vivo (Rycroft et al 2001; Xu et al 2003). Fermentasi mikroflora usus terhadap serat pangan secara simultan akan menghasilkan berbagai asam lemak rantai pendek (SCFA), CO2, CH4 , H2, asam laktat, dan asam lemak volatile, sehingga menurunkan pH usus besar, dan menghambat pertumbuhan kelompok bakteri patogen diantaranya S. thypii dan E. coli.
Pikel: produk fermentasi makanan dengan bahan dasar sayuran atau buah-buahan oleh Bakteri
Asam Laktat
Bawang putih tunggal: Umbi
dengan kandungan FOS tinggi : ….
Pikel bawang putih simbiotik: Memanfaatkan kandungan FOS pada bawang putih sebagai sumber nutrisi bagi L.plantarum B1765 dan menghasilkan SCFA sehingga akan berpengaruh pada pH, total BAL, dan nilai organoleptic. Penurunan pH akan menginaktifkan allinase sehingga mempertahankan allin yang stabil sebagai komponen bioaktif, menghambat terbentuknya allicin precursor aroma bawang putih. Manfaat synbiotik akan menambah sifat fungsional bawang putih tunggal
13
2. Penelitian terkait yang telah dilakukan dan hasilnya
1. Telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi bakteri asam laktat penghasil
peptide inhibitor ACE dari bekasam yaitu : L.plantarum B1765 (Wikandari,
dkk., 2011)
2. Telah dilakukan identifikasi sekresi enzim B-glukosidase oleh L.plantarum
B1765 untuk meningkatkan aktivitas antioksidan pada susu kedelai fermentasi
(Wikandari, dkk., 2015).
3. Telah dilakukan uji in vivo pengaruh ekstrak bekasam dalam menurunkan
tekanan darah tikus hipertensi hingga mencapai tekanan darah normal
(Wikandari dan Yuanita, 2016).
4. Telah diidentifikasi sifat probiotik dari L.plantarum B1765 yaitu tahan pada
pH lambung dan pH usus dengan viabilitas hingga 90%,. Sifat antagonistic
terhadap Staphylococcus aureus dengan inhibisi kuat, dan terhadap E.coli
dengan inhibisi sedang (Sujadmiko, 2016).
5. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa strain L.plantarum B1765
resisten pada konsentrasi amoksisilin 50ppm (v/v), bersifat intermediet pada
125/250 ppm (v/v), dan sensitif terhadap 500 ppm (v/v) amoksisilin
(Sujadmiko dan Wikandari, 2016)
6. Telah diidentifikasi pikel yacon yang difermentasi dengan L.plantarum
B1765 10% (v/w) selama 7 hari pada suhu 370C menghasilkan SCFA yaitu
asam propionate (1182,30 mg/L), asam asetat (803,28mg/L), asam butirat
(375,41 mg/L) dan asam laktat (371,01mg/L) (Wikandari, dkk., 2017)
7. Telah diidentifikasi pertumbuhan L.plantarum B1765 pada medium yakon
yang merupakan sumber prebiotic FOS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi penurunan nilai pH pikel umbi yakon dari pH awal 6,15 hingga
mencapai pH 3,28 di lama fermentasi 48 jam. Pada uji total asam mengalami
kenaikan dari TAT awal sebesar 0,044% menjadi 0,452%. Kenaikan nilai TAT
diikuti dengan bertambahnya jumlah total BAL pikel umbi yakon selama lama
fermentasi, dari 1,12x106 menjadi 3,25x108. (Rafsanjani dan Wikandari, 2017)
8. Telah diidentifikasi produksi metabolit sekunder bacteriosin dari
L.plantarum B1765. Aktivitas spesifik bakteriosin hasil dialisis sebesar 3,308
AU/μg (Escherichia coli) dan 3,880 AU/μg (Staphylococcus aureus). Pada
14
pengujian SDS-PAGE, sampel hasil dialisis menunjukkan adanya tiga pita
pada kisaran 46,891 kDa, 23,167 kDa, dan 7,520 kDa yang diduga merupakan
senyawa bakteriosin (Hasan, 2017).
3. Peta Jalan Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian yang dilakukan dalam suatu paying
penelitian tentang pangan fungsional berbasis produk fermentasi. Sesuai dengan
tonggak capaian pada tahun 2016-2020, maka penelitian tentang pikel bawang
putih tunggal ini merupakan penelitian dasar yang bertujuan untuk
mengeksplorasi potensi produk-produk lokal untuk dikembangkan sebagai
pangan fugsional hasil fermentasi. Peta jalan penelitian disajikan pada Gambar
2.2
Gambar 2.2 Peta Jalan Penelitian Pangan Fungsional Berbasis Produk
Fermentasi
Pada penelitian ini dikaji potensi produk fermentasi bawang putih tunggal
dalam bentuk pikel dengan memanfaatkan bakteri asam laktat probiotik L.plantarum
15
B1765. Kajian dilakukan terhadap pola pertumbuhan L.plantarum B1765 pada pikel
bawang putih tunggal sebagai indicator potensi pikel bawang putih tunggal sebagai
sumber prebiotik dan probiotik. Pada penelitian ini juga akan dikaji potensi pikel
bawang putih tunggal dalam mempertahankan aktivitas antioksidan dan antibakteri.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Disain Penelitian.
Disain penelitian menggunakan rancangan penelitian the post only control group design
R
Gambar 3.1 Disain penelitian : The post only control group design
Keterangan
R = random terhadap bawang putih tunggal sebagai sumber prebiotik
P0 = bawang putih tunggal non fermentasi
P1,2,3 = perlakuan waktu fermentasi pikel bawang putih tunggal selama 24,48 dan 72 jam
O01,02,03,04 = Jumlah koloni total bakteri asam laktat, pH, aktivitas antioksidan dan aktivitas antimikrobia bawang putih tunggal non fermentasi
O11,21, 31 = Jumlah koloni L.plantarumB1765 probiotik pada pikel bawang putih tunggal selama 24, 48 dan 72 jam
O 12, 22, 32 = Nilai pH pada pikel bawang putih hasil proses fermentasi selama 24,48 dan 72 jam
O 13, 23, 33 = Aktivitas antioksidan pikel bawang putih pada lama fermentasi 24,48 dan 72 jam
O14, 24, 34 =Aktivitas antimikroba terhadap e.coli dan pada lama fermentasi 24,48 dan 72 jam.
P0 …….. O01, O02, O03, O04
P1 …….. O11, O12, O13, O14
P2 ……..O21, O22, O23, O24
P3 ……. O31, O32, O33, O34
17
2. Definisi operasional variable
1. Prebiotik adalah komponen serat yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernakan,
namun dapat dicerna oleh mikroflora usus dan memberikan manfaat bagi kesehatan
pada inangnya. Pada penelitian ini prebiotic yang dimaksud adalah FOS dan inulin
yang terkandung dalam bawang putih tunggal.
2. Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam
jumlah yang cukup, akan bermanfaat bagi kesehatan inangnya. Probiotik dalam
penelitian ini adalah L.plantarumB1765 suatu jenis bakteri asam laktat isolat
bekasam yang telah diteliti mempunyai karakteristik sebagai probiotik.
3. Sinbiotik adalah produk pangan yang mengandung baik komponen prebiotik dan
probiotik. Produk sinbiotik yang dimaksudkan dalam peneltian ini adalah pikel
bawang putih tunggal yang mengandung prebiotic FOS dan inulin dan
L.plantarumB1765 yang mempunyai karakteristik probiotik.
4. Pertumbuhan koloni total bakteri asam laktat (BAL) adalah jumlah koloni yang
dihitung dalam satuan Coloni Forming Unit (CFU)/mL dengan metode total
hitungan cawan dengan media MRS Agar dengan teknik poured plate.
5. Aktivitas antimikroba adalah penghitungan daya hambat pertumbuhan suatu koloni
bakteri akibat adanya senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ekstrak air bawang putih tunggal non
fermentasi dan ekstrak pikel bawang putih tunggal yang diasumsikan mengandung
senyawa allin dan allicin. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan metode
diffusion whell agar dengan mengukur diameter zona hambat pertumbuhan
disekeliling cakram yang telah direndam ekstrak bawang putih tunggal non
fermentasi dan ekstrak pikel bawang putih tunggal.
6. Aktivitas antioksidan dihitung sebagai aktivitas peredaman terhadap radikal bebas
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH).
18
3. Teknik Pengumpulan Data
3.1 Kerangka Operasional
Bawang putih tunggal
Gambar 3.2 Kerangka Operasional Penelitian 3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Pembuatan pikel bawang putih tunggal (Modifikasi metode Ebrahimi and
Ebrahimi, 2016)
Bawang putih tunggal dibeli dari pasar di daerah Mojosari, kabupaten Mojokerto.
Sebanyak ±150 gram siung bawah putih yang telah dikupas kulitnya dan dicuci
dimasukkan ke dalam kemasan gelas 500 mL yang telah disterilkan. Ditambahkan
aquadest steril selanjutnya ditambahkan garam sebanyak 2% (w/v) dan diinokulasi
dengan L.plantarumB1765 sebanyak 5 % (v/v), selanjutnya kemasan ditutup secara
aseptik dan dibungkus dengan kertas koran, disimpan pada suhu ruang selama 3hari,
6 hari, dan 9 hari.
Dibuat pikel dengan modifikasi metode Ebraheimi dan Ebraheimi (2016) dan difermentasi selama 7, 14 dan 21 hari pada suhu ruang dengan kultur starter L.plantarum B1765
Pikel dengan masa fermentasi 7, 14 dan 21 hari
Bawang putih tunggal non fermentasi
Analisis:
1. Pertumbuhan total BAL (metode TPC)
2. Nilai pH (pH meter) 3. Aktivitas antioksidan
( metode peredaman DDPH)
4. Aktivitas antimikrobia (metode agar-wheel diffusion
19
3.2.2 Uji total BAL
Uji total BAL dilakukan dengan metode total plate count. Sampel diblender lalu filtrat
nya diambil 1ml untuk diuji. Sampel diencerkan dengan menggunakan larutan NaCl
0,85% hingga pengenceran 10-1- 10-9.. Pencawanan dilakukan dengan mengambil
sampel menggunakan mikropipet sebanyak 1 ml (1000µl) hasil pengenceran tersebut
kedalam cawan petri. Pembuatan media pengenceran dibuat duplo. Selanjutnya
kedalam cawan tersebut dituangkan medium MRS. Media dalam cawan petri yang
telah memadat lalu diinkubasi terbalik pada suhu 37oC selama 48 jam. Kemudian
dilakukan perhitungan jumlah bakteri asam laktat dengan satuan CFU (colony forming
unit)/mL. Koloni yang tumbuh dan dapat dihitung berjumlah antara 25-250 koloni
(CFU = Colony Forming Unit).
3.2.3 Uji pH
Sampel yang telah diblender (medium fermentasi) diambil sekitar 10 ml dan
ditempatkan dalam beaker glass ukuran 50 ml. Selanjutnya dilakukan pengukuran
menggunakan pH meter
3.2.4 Pembuatan ekstrak bawang putih tunggal (Durairaj et al, 2009)
Pembuatan ekstrak pikel dilakukan pada laminar flow chamber yang telah
dikondisikan steril, selanjutnya sebanyak 10 mg pikel dihancurkan dengan secara
aseptic menggunakan lumpang dan alu steril, didiamkan selama 10 menit, selanjutnya
ditambahkan aquadest steril sebanyak 10 mL. Campuran homogen dicentrifuge dan
supernatant disaring menggunakan cheesecloth steril dan digunakan sebagai larutan
sampel. Untuk bawang putih tunggal non fermentasi dilakukan dengan cara yang sama
dengan pikel bawang putih tunggal.
3.2.5 Penentuan aktivitas antioksidan (Ebrahimi dan Ebrahimi, 2016)
Disiapkan larutan radikal stabil 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl (DDPH) 2 % (w/v)
dalam etanol. Diambil larutan sampel sebanyak 2 mL dan ditambahkan 2 mL larutan
DDPH dan disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit. Semua sample diuji triplo.
20
Selanjutnya sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Aquadest dengan campuran DDPH
digunakan sebagai blanko
Persen pengamhambatan DDPH =(A-B/A) x 100, dimana A = absorbansi blanko;
B=absorbansi sampel.
3.2.6 Penentuan aktivitas antibakteri (Durairaj et al.,2009)
Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode diffusion wheel agar
Bakteri patogen indicator yang digunakan adalah Salmonella typhimurium ATCC
14028 dan Escherichia coli EPEC. Sebanyak 1 ml masing-masing kultur bakteri
pathogen yang diinkubasi ke dalam 10 mL Nutrient broth dan diinkubasi pada 300C
selama 20 jam. Culture ini selanjutnya diinokulasikan dengan cara dioleskan ke
permukaan nutrient agar menggunakan kasa steril. Sumuran agar dibuat dengan
membuat lubang dengan diameter 10 mm. Dengan menggunakan micropipette masing
–masing sumuran diisi dengan 100 µl ekstrak bawang putih tunggal dan diinkubasi
pada 370C selama 24 jam. Diameter zona hambat diukur dalam mm dan hasilnya
dicatat. Kapasitas penghambatan dapat dikelompokkan menjadi 3 katagori yaitu 0 mm
– 3 mm menunjukkan penghambatan lemah, 3 mm – 6 mm penghambatan moderat
dan lebih dari 6 mm menunjukkan penghambatan kuat.
4. Metode Analisis Data
Data untuk parameter total BAL, pH, aktivitas antioksidan dan antibakteri dianalisis
menggunakan Anova satu arah–LSD Anova satu arah- LSD (α = 0,05). Jika tak
memenuhi syarat uji statistik inferensial parametric, maka digunakan statistic non
parametric Kruskal Wallis dan Wilcoxon Rank Sum Test. Data diolah dengan SPSS.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan L.plantarum B1765 pada medium bawang putih tunggal
Bawang putih tunggal adalah salah satu sumber pertumbuhan bagi
mikroorganisme, karena kandungan nutrisinya yang cukup lengkap antara lain
karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Pertumbuhan L.plantarum B1765 pada
medium bawang putih disajikan pada table 1 di bawah ini.
Tabel 4.1. Pertumbuhan L.plantarum B1765 pada bawang putih tunggal dengan variasi waktu fermentasi
Waktu Fermentasi
(hari) Jumlah total BAL (log
CFU/mL) Significansi
0 4.27a P< 0.05 3 6.75b
6 7.93c
9 7.58c
Keterangan: huruf a, b, c menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil analisis statistik dengan Anova satu arah
menunjukkan ada pengaruh waktu fermentasi terhadap jumlah total BAL dengan
p<0.05. Total BAL meningkat dari hari ke 0 ke hari ke 3 fermentasi sebesar 2 log
cycle, dan selanjutnya meningkat sebesar 1 log cycle dan tidak berbeda secara
signifikan dengan fermentasi hari ke 9.
Kandungan karbohidrat di dalam bawang putih tunggal merupakan sumber
energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Bawang putih mengandung
karbohidrat total sebesar 33.06% (USDA, 2016). Inulin, salah satu jenis karbohidrat
yang ada pada bawang putih adalah senyawa karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh
manusia, namun dapat dicerna oleh beberapa bakteri. L.plantarum B1765 yang
digunakan sebagai kultur starter dalam penelitian ini telah diteliti menghasilkan enzim
inulinase (Nabila dan Wikandari, 2017). Adanya enzim ini memungkinkan
L.plantarum B1765 untuk tumbuh pada bawang putih dengan memanfaatkan
degradasi inulin menjadi glukosa dan fruktosa yang selanjutnya mengalami
22
metabolism menghasilkan energi yang diperlukan bagi proses pertumbuhannya.
L.plantarum B1765 juga diketahui menghasilkan enzim proteolitik (Panggayuh dan
Wikandari, 2016) yang menghidrolisis protein pada bawang putih menjadi peptida dan
asam amino yang diperlukan bagi pertumbuhan L.plantarum B1765. Kandungan
vitamin seperti thiamin, riboflavin dan beberapa mineral seperti calsium, fosfor dan
kalium yang relative tinggi dalam bawang putih juga menjadi factor penentu bagi
pertumbuhan mikrobia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pertumbuhan optimum tercapai pada
6 hari fermentasi, selanjutnya L.plantarum B1765 memasuki fase stationer
hinggawaktu fermentasi pada hari ke 9. Dari data tersebut dapat direkomendasikan
bahwa pikel bawang putih tunggal merupakan sumber prebiotic, ditandai dengan
pertumbuhan L.plantarum B1765.
4.2 Nilai pH dan Total Asam Tertitrasi
Pertumbuhan total BAL selama fermentasi berkorelasi dengan menurunnya nilai
pH dan peningkatan jumlah total asam tertitrasi (TAT), seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.
Gambar 4.1. Grafik hubungan antara pH, total asam tertitrasi dan total
BAL
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pH awal bawang putih sebelum fermentasi
sebesar 5.5, selanjutnya menurun secara signifikan pada hari ke 3 fermentasi menjadi
23
5.23 dan selanjutnya terus menurun secara signifikan hingga hari ke 9 mencapai 4.4.
Penurunan pH berkorelasi dengan peningkatan secara signifikan pada nilai TAT dari
0.163 % pada awal fermentasi menjadi 0.29% pada fermentasi hari ke 9. Menurut
Anonimus,(2015), pikel harus memiliki pH akhir 4,6 atau lebih rendah.
Penurunan nilai pH adalah hasil dari metabolisme glukosa menjadi asam laktat dan
asam organic lainnya, dimana salah satunya terbentuk dari degradasi inulin menjadi
glukosa dan fruktosa, sumber bahan pembentukan asam laktat dan asam lemak rantai
pendek seperti asetat, butirat dan propionate. Seperti diketahui bawang putih adalah
salah satu sumber inulin yang baik. Kandungan inulin pada bawang putih dapat
dimanfaatkan oleh bakteri yang yang menghasilkan inulinase. Adanya enzyme
inulinase akan mendegradasi ikatan β 2-1 yang menyusun FOS dan akan menghasilkan
FOS dengan rantai yang lebih pendek oleh aktivitas enzim endoinulinase atau
menghasilkan monosakarida fruktosa dengan adanya aktivitas enzyme eksoinulinase.
Fruktosa selanjutnya mengalami glikolisis menjadi phosfoenolpiruvat dan menjadi
piruvat yang merupakan precursor bagi pembentukan asam laktat dan asam organic
lainnya yaitu asetat, butirat, dan propionate yang menurunkan nilai pH dan
meningkatkan TAT.
L.plantarum B1765 telah diketahui mengandung inulinase dengan aktivitas
spesifik 0.7452 U/mg (Nabila dan Wikandari, 2018). Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa L.plantarum B1765 juga mampu tumbuh dengan baik pada
substrat yakon yang kaya akan FOS dan menunjukkan penurunan pH dari 7.2 menjadi
3.18 selama 7 hari fermentasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pertumbuhan
L.plantarum B1765 pada substrat yakon kaya akan FOS pada fermentasi selama 7 hari
juga menghasilkan SCFA Lactobacillus plantarum B1765 didapatkan asam propionat
dengan konsentrasi tertinggi (1.182,296 mg/L), diikuti asam asetat (803,284 mg/L),
asam butirat (375,413 mg/L) dan asam laktat (371,014 mg/L) (Puspitasari dan
Wikandari, 2017).
Terbentuknya SCFA ini memberikan nilai tambah tersendiri bagi produk bawang
putih tunggal fermentasi. Peningkatan SCFA di dalam kolon akan menyebabkan
penurunan pH yang secara tidak langsung akan mempengaruhi komposisi mikroflora
kolon, menurunkan kelarutan asam empedu, meningkatkan penyerapan mineral,
menurunkan aktivitas enzim-enzim bakteial yang terlibat pada sintesis produk yang
24
bersifat karsinogenik dan toksik di dalam kolon [Hijova and Chmelarova, 2007).
Selain itu asam butirat diduga memiliki peran penting untuk penurunan kadar glukosa
darah pada penderita diabetes, pemberian secara oral senyawa natrium butirat pada
tikus dapat meningkatkan plasma insulin secara signifikan. Sedangkan asam propionat
merupakan senyawa utama SCFA yang dapat berperan dalam metabolisme glukosa.
Asam propionat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara mengubah propionat
tersebut menjadi methyl malonyl CoA. Methyl malonyl CoA dapat menghambat
pyruvate carboxylase (Kaur, et al., 2002), dimana enzim tersebut merupakan katalis
pembentukan phosphoenol pyruvate (PEP) dari pyruvate. PEP merupakan katalis
pembentukan glukosa pada jalur glukoneogenesis, sehingga apabila enzim pyruvate
carboxylase terhambat maka proses glukoneogenesis tidak akan terjadi.
4.3 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivitas antioksidan pikel bawang putih tunggal didasarkan pada
pemikiran bahwa aktivitas antioksidan bawang putih akan menurun jika bawang putih
mengalami perlakuan seperti ditumbuk, diiris atau dihancurkan, akibat aktivitas
alliinase yang baru aktif jika bawang putih mengalami perlakuan. Enzim alliinase
mengubah senyawa allin yang mempunyai aktivitas antioksidan menjadi allicin suatu
senyawa yang tidak stabil dan cepat sekali berubah menjadi senyawa turunanannya.
Perlakuan inaktivasi enzim all.inase sangat diperlukan dalam mempertahankan
senyawa allin sehingga aktivitas antioksidan dapat dipertahankan. Inaktivasi enzim
dapat dilakukan dengan memberikan kondisi pH diluar pH optimum enzim alliinase.
Proses fermentasi menghasilkan pH asam yang diharapkan mampu menekan aktivitas
enzim alinase dan mempertahankan aktivitas antioksidan.
Aktivitas antioksidan diukur dengan menghitung % penghambatan terhadap
radikal bebas DDPH. Semakin besar % penghambatan semakin besar aktivitas
antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama pada waktu
fermentasi semakin besar proses penghambatan terhadap terbentuknya radikal bebas
DDPH (Gambar 4.2). Telah diketahui bahwa pertumbuhan L.plantarum B1765 pada
proses fermentasi pikle bawang putih tunggal menghasilkan penurunan pH sehingga
mampu meningkatkan proses inhibisi terhadap radikal bebas DDPH dengan jumlah
yang signifikan hingga hari ke 9 fermentasi. Pada awal proses fermentasi pH adalah
25
5.5 dimana ini merupakan pH yang mendekati pH optimum sehingga waktu
dihancurkan dalam proses untuk penghitungan % penghambatan memberikan hasil
terendah (10.09%) karena pH tersebut belum mampu menginaktivasi dengan baik
enzim alliinase untuk mempertahankan aktivitas antioksidan senyawa allin. Besarnya
% pengambatan DDPH meningkat terus secara signifikan seiring dengan penurunan
pH, aktivitas % penghambatan DDPH tertinggi sebesar 11.17% yang dicapai pada pH
4.44 pada proses akhir fermentasi (hari ke 9).
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara waktu fermentasi dengan %
penghambatan DDPH
Dapat disimpulkan bahwa proses fermentasi memberikan aktivitas antioksidan
yang lebih baik dibandingkan kontrol (sampel yang tidak difermentasi). Hasil
penelitian lain menunjukkan bahwa IC50 dari bawang putih yang difermentasi dengan
kombucha memberikan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan bawang putih
segar, dan IC50 bawang putih yang direndam dengan cuka lebih rendah dibandingkan
dengan bawang putih segar (Ali dan Munir, 2017).
4.4 Pengaruh waktu fermentasi terhadap aktivitas antibakteri
Aktivitas antibakteri diuji pada 2 jenis bakteri yaitu Eschericia coli dan
Staphilococcus aureus yang mewakili masing-masing bakteri cemaran pangan dan
bakteri pathogen. Aktivitas antibakteri diukur dari luasan zona hambat yang
ditunjukkan oleh zona bening yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri
pada area tersebut. Data aktivitas antibakteri ditunjukkan pada Tabel 4.1
26
Tabel 4.2 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pikel Bawang Putih Tunggal Dengan Variasi Waktu Fermentasi
No
Waktu Fermentasi
(hari)
Luas zona hambat (mm)
E.coli S.aureus
1 0 4.0 2.8
2 3 3.5 2.0
3 6 4.0 3.0
4 9 4.0 3.0
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas antibakteri terhadap E. coli lebih
tinggi dibandingkan aktivitas antibakteri pada S.aureus, namun waktu fermentasi tidak
memberikan pengaruh pada besarnya aktivitas antibakteri. Jika digolongkan pada
tingkatan aktivitas antibakteri, maka penghambatan terhadap kedua jenis bakteri ini
tergolong moderat. Kapasitas penghambatan dapat dikelompokkan menjadi 3 katagori
yaitu 0 mm – 3 mm menunjukkan penghambatan lemah, 3 mm – 6 mm penghambatan
moderat dan lebih dari 6 mm menunjukkan penghambatan kuat.
Sifat antibakteri pada bawang putih diberikan allicin, hasil degradasi senyawa
alliin oleh aktivitas enzim alliinase. Karena terbentuknya allicin dihambat dengan
adanya penghambatan enzim alinase karena adanya pH rendah, maka perlakuan waktu
fermentasi memberikan aktivitas penghambatan yang relative sama dengan kontrol
yang tidak terfermentasi. Diketahui allicine menghambat pertumbuhan bakteri melalui
mekanisme penghambatan produksi RNA dan sintesis lipida sehingga lebih lanjut
akan menghambat sintesis protein dan fosfolipid pada dinding sel tidak dapat terbentuk
(Saravanan, et al., 2010). Menurut Davidson dan Branen (1993), kemampuan suatu zat
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhioleh beberapa
faktor, antara lain: (i) konsentrasi zat antibakteri; (ii) waktu kontak dengan zat
antibakteri; (ii) suhu lingkungan; (iv) sifat-sifat bakteri (jenis, umur, konsesntrasi, dan
keadaan bakteri) dan (v) sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, pH,
dan jenis senyawa di dalamnya. Mekanisme antibakteri antara lain: (i) dinding sel,
struktur dinding sel dapat rusak dengan cara mengmbat pembentukan atau setelah sel
selesai terbentuk; (ii) merusak membran sel sehingga mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel; dan (iii) penghambatan sintesis asam nukleat, protein, DNA, RNA.
27
Selain senyawa allicin, aktivitas antibakteri juga disebabkan oleh sinergisme
L.plantarum B1765 yang juga menghasilkan plantarisin, suatu peptide bioaktif yang
merupakan bakteriosin yang dihasilkan oleh spesies L.plantarum (Hasan, 2018).
Aktivitas antibakteri L.plantarum B1765 terhadap E.coli dan S.aureus juga telah
diteliti dan memberikan hasil sifat antagonistic terhadap S. aureus dengan inhibisi kuat,
dan terhadap E.coli dengan inhibisi sedang (Sujadmiko, 2016). Sifat antagonistic
terhadap bakteri pathogen ini juga menjadi salah satu syarat bagi suatu mikrobia
probiotik.
4.5 Sinbiotik Produk Pikel Bawang Putih Tunggal
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat direkomendasikan bahwa pikel
bawang putih tunggal adalah suatu pangan sinbiotik. Hal ini dapat ditunjukkan pada
bukti-bukti bahwa sebagai sumber inulin yang merupakan prebiotic, pikel bawang
putih mengandung sejumlah mikrobia L.plantarum B1765 yang merupakan bakteri
asam laktat probiotik seperti yang telah diteliti pada penelitian sebelumnya
(Sujatmiko, 2016). Pertumbuhan L.plantarum B1765 pada pikel bawang putih tunggal
sangat dimungkinkan karena mampu memanfaatkan inulin karena adanya inulinase
pada L.plantarum B1765 (Nabila, 2017). Konsumsi pikel bawang putih tunggal
membawa manfaat sebagai agen prebiotic dan probiotik. Kandungan inulinnya masih
akan dapat dimanfaatkan oleh microflora usus lainnya seperti genus Lactobacillus dan
Bifido untuk menghasilkan SCFA yang akan menurunkan pH kolon yang sangat
bermanfaat untuk kesehatan. pH yang rendah dalam kolon secara tidak langsung akan
mempengaruhi komposisi mikroflora kolon, menurunkan kelarutan asam empedu,
meningkatkan penyerapan mineral, menurunkan aktivitas enzim-enzim bakteial yang
terlibat pada sintesis produk yang bersifat karsinogenik dan toksik di dalam kolon
[Hijova and Chmelarova, 2007). Selain itu asam butirat diduga memiliki peran penting
untuk penurunan kadar glukosa darah pada penderita diabetes, pemberian secara oral
senyawa natrium butirat pada tikus dapat meningkatkan plasma insulin secara
signifikan. Sedangkan asam propionat merupakan senyawa utama SCFA yang dapat
berperan dalam metabolisme glukosa. Asam propionat menurunkan kadar glukosa
darah dengan cara mengubah propionat tersebut menjadi methyl malonyl CoA. Methyl
malonyl CoA dapat menghambat pyruvate carboxylase (Kaur, et al., 2002), dimana
28
enzim tersebut merupakan katalis pembentukan phosphoenol pyruvate (PEP) dari
pyruvate. PEP merupakan katalis pembentukan glukosa pada jalur glukoneogenesis,
sehingga apabila enzim pyruvate carboxylase terhambat maka proses glukoneogenesis
tidak akan terjadi. Konsumsi pikel bawang putih tunggal juga berarti konsumsi SCFA
langsung hasil degradasi inulin oleh L.plantarum B1765, sehingga segera dapat
dimanfaatkan oleh tubuh untuk menjaga dan memberikan banyak manfaat bagi
kesehatan.
Konsumsi pikel bawang putih tunggal berarti juga konsumsi probiotik yang
juga akan memberikan manfaat bagi keamanan pangan, mencegah diare maupun
efek mematikan dari bakteri pathogen terutama E.coli dan S.aureus. Konsumsi pikel
bawang putih yang mengandung L.plantarum B1765 probiotik disertai dengan
banyak konsumsi sumber prebiotic lainnya dalam pola makan sehari-hari juga akan
meningkatkan SCFA di dalam kolon yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Seperti
diketahui produksi SCFA dapat menurunkan kondisi hiperglikemia yang sangat
bermanfaat bagi penderita diabetes militus. L.plantarum juga diketahui mempunyai
enzim proteolitik, sehingga jika disertai pola makan tinggi protein, peluang
terbentuknya peptide bioaktif antihipertensi, dapat dihasilkan sehingga membawa
dampak yang menguntungkan bagi penderita hipertensi (Wikandari dan Yuanita,
2014).
Konsumsi pikel bawang putih tunggal juga sangat baik untuk dimanfaatkan
sebagai antioksidan dan antibakteri. Aktivitas antioksidan pikel bawang putih
tunggal bahkan lebih baik dibandingkan bawang putih tunggal yang tidak
difermentasi. Antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh dalam mencegah penyakit
degenerative yang diakibatkan oleh adanya radikal bebas yang masuk dan terdapat
dlam tubuh akibat dari oksidasi lemak dalam pengolahan makanan, maupun akibat
adanya lingkungan dan pola hidup yang memicu terbentunya radikal bebas di dalm
tubuh kita.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
a. L.plantarum B1765 probiotik dapat tumbuh dengan baik pada bawang
putih tunggal yang mengandung FOS dan inulin sebagai sumber prebiotic.
Peningkatan sebesar 2 log cycle pada fermentasi hari ke 3 dan masih terus
meningkat sebesar 1 log cycle pada fermentasi hari ke 6 mencapai hingga
107 CFU/g dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan hingga 9 hari
fermentasi.
b. Sifat antioksidan pikel bawang putih tunggal menunjukkan peningkatan
dengan makin lamanya proses fermentasi dari 10.67% - 11.17%.
c. Sifat antimikrobia pikel bawang putih tunggal terhadap E. coli
menunjukkan hasil yang lebih kuat dibandingkan terhadap S.aureus,
namun keduanya menunjukkan tingkat penghambatan sedang. Lama
proses fermentasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
aktivitas antimikrobia.
2. Saran
Dari hasil penelitian dapat disarankan hal-hal berikut:
a. Memperpanjang lama fermentasi lebih dari 9 hari untuk melihat
pertumbuhan L.plantarum B1765, dan pengaruh pH terhadap aktivita
antioksidan. Pada penelitian ini pH terendah baru mencapai 4.4,
kemungkinan pH yang lebih rendah akan dapat meningkatkan
aktivitas antioksidan dan antimikrobia.
b. Melakukan proses optimasi proses pembuatan pikel bawang putih
untuk dapat dihasilkan effek optimal dari pikel bawang putih tunggal,
sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu bentuk wirausaha.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ali E. P and Monir E. Pure. 2012. Antioxidant Antibacterial and Color Analysis of Garlic Fermented in Kombucha and Red Grape Vinegar. Applied Food Biotechnology 3 (4): 246-252.
Ankri, S. and D. Mirelman. 1999. Antibicrobial properties of allicin from garlic.
Microbes and Infect. 2:125-129. Arai, S .1996. Studies on functional foods in Japan—state of the art. Biosci.
Biotechnol. Biochem 60: 9–15 Ariga T, Seki T. 2006. Antithrombotic and anticancer effects of garlic-derived sulfur
compounds: a review. BioFactors. 26(2):93–103. Ashwell M. Concepts of Functional Foods (ILSI Europe Concise Monograph Series
Ed Walker, R) 2002. Available at: http://www.ilsina.org/file/ILSIFuncFoods.pdf.
Bayan L, Koulivand PH, Gorji A. 2014. Garlic: a review of potential therapeutic
effects. Avicenna J Phytomed, 4 (1): 1-14 Cavallito C.J., Bailey H.J. 1944. Allicin, the antibacterial principle of Allium sativum
I. Isolation, physical properties and antibacterial action. J A Chem Soc., 66: 1950-1951
Charteris, W.P., Kelly, P.M., Morelli, L., & Collins, J.K. 1997. Selective Detection,
Enumeration and Identification of Potentially Probiotic Lactobacillus and Bifidobacterium Species in Mixed Bacterial Populations. International Journal of Food Microbiology, 35(1): 1–17.
Davidson, M dan L.L. Branen. 1993. Antimicrobial in Food. 2nd ed. New York:
Marcell Dekker Inc Fuller, R. 1989. A Review Probiotic in Man and Animals. Journal of Applied
Bacteriology, 66: 365-378 Feldberg R.S., Chang S.C., Kotik A.N., 1988. In vitro mechanism of inhibition of
bacterial growth by allicin. Antimicrob Agents Chemother., 32: 1763-1768. Iciek M, Kwiecień I, Włodek L. 2009. Biological properties of garlic and garlic-
derived organosulfur compounds. Environmental and Molecular Mutagenesis. 50(3):247–265.
International Life Sciences Institute. 1999. Safety assessment and potential health benefits of food components based on selected scientific criteria. ILSI North America Technical Committee on Food Components for Health Promotion. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 39 :203–316
31
Hasan, Alfiana.2018. Isolasi dan pemurnian parsial bakteriosin dari Laktobacillus
plantarum B1765. 2018. Skripsi. Jurusan Kimia, Universtas Negeri Surabaya. Hijova, E., Chmelarova, A. 2007. Short Chain Fatty Acids and Colonic Health. Bratisl
Lek Listy. 108 (8). 354-358 Hughes B.G., Lawson D.L. 1991. Antimicrobial effects of Allium sativum L. (garlic),
Allium ampeloprasum (elephant garlic), and Allium cepa (onion), garlic compounds and commercial garlic supplement products. Phytother Res., 5:154-158
Joint FAO/WHO Working Group Report on Drafting Guidelines for the Evaluation of
Probiotics in Food, London, Ontario, Canada, April 30 and May 1, 2002. Available at: ftp://ftp.fao.org/es/esn/food/wgreport2.pdf
Kalui, C.M., Julius M. Mathara, Philip M. Kutima, C. Kiiyukia and Lawrence E.
Wongo. 2009. Functional characteristics of Lactobacillus plantarum and Lactobacillus rhamnosus from ikii, a Kenyan traditional fermented maize porridge. African Journal of Biotechnology 8 (18) : 4363-4373.
Kaur, Narinder., Gupta, Anil K. 2002. Application of Inulin and Oligofructose in
Health and Nutrition. Journal Bioscience. 27 (7). 703-714. Lee, S. N., N. S. Kim and D. S. Lee. 2003. Comparative study of extraction techniques
for determination of garlic flavor components by gas chromatography-mass spectrometry. Anal. Bioanal. Chem. 377:749-756.
Misra, R., Maheswari, P.M., Upadhyay, S.K. 2001. Stability of allicin in garlic – A
kinetics study. Indian Journal of Chem Technology 8(3): 195-199. Puspitasari,K.N. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Pikel Umbi Yakon Hasil
Fermentasi Lactobacillus plantarum B1765 terhadap kadar glukosa darah Ratus nurvegicus. Skripsi, Jurusan Kimia, Universitas Negeri Surabaya
Reuter H.D., Koch P., Lawson D.L. 1996. Therapeutic effects and applications of
garlic and its preparations. In: Koch, H. P. & Lawson, D. L., (Eds). Rafsanjani, E.R dan Wikandari,P.R. 2017. Pengaruh Lama Fermentasi Bakteri
Laktocacillus plantarum B1765 Terhadap Mutu Pikel Umbi Yakon Unesa Journal of Chemistry 6 (2): 76-80
Rycroft CE., Jones MR., Gibson GR., Rastall RA. 2001. A Comparative In vitro
Evaluation of The Fermentation Properties of Prebiotic Oligosaccharides. Journal of Applied Microbiology. 91, 878-887.
Salminen S, Wright A, Morelli L, Marteau P, Brassart D, de Vos WM, Fonden R,
Saxelin M, Collins K, Mogensen G, Birkeland S-E, Mattila-Sandholm T. 1998.
32
Demonstrationof safety of probiotics, a review. Int. J. Food Microbiol. 44, 93–106.
Srinivasan D., Sangeetha Nathan Suresh T., Lakshmanaperumalsamy P. 2001.
Antimicrobial activity of certain Indian medicinal plants used in folkloric medicine. J Ethnopharmaco., l 74: 217-220.
Srinivasan Durairaj, Sangeetha Srinivasan, P. Lakshmanaperumalsamy. 2009. In vitro
Antibacterial Activity and Stability of Garlic Extract at Different pH and Temperature Electronic Journal of Biology, 5(1): 5-10
Saravanan, P., V. Ranya, H. Sridhar, V. Balamurugan, S. Umantaheswari. 2010.
Antibacterial activity of Allium sativum L. on pathogenic bacterial strain. Global Veterinaria. 4(5): 519–522.
Sujadmiko,W.K.K.Y. 2016. Uji Potensi Probiotik Lactobacillus plantarum B1765
Secara in vitro. Skripsi. Jurusan Kimia, Universitas Negeri Surabaya Sujatmiko, W.K.K.Y., dan Wikandari, P.R., 2017. Resistensi Antibiotik Amoksisilin
Pada Strain Lactobacillus plantarum B1765 Sebagai Kandidat Kultur Prebiotik. Unesa Journal of Chemistry (6)
Thomas, P. R. Earl, R. (1994) Opportunities in the Nutrition and Food Sciences:
Research Challenges and the Next Generation of Investigator : 98 –142 National Academy Press Washington, DC
Tynecka Z., Gos Z. (1975) The fungistatic activity of garlic (Allium sativum) in vitro.
Ann Univ Mariae Curie-Sklodowska Sect D Med., 30: 5-13. [USDA] United States Departement of Agriculture. 2016. National Nutrient Database
for Standard Reference of raw garlic. United States: Departement of Agriculture. https://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/2968.
Veihmannova I., Luigi M., Eloy CF., Lachman J. 2007. Chemical Composition of
Tuberous Roots and Leaves of yacon [Smallanthus sonchifolius(Poepp. Et Endl.) H. Robinson]. Tropentag. October 9-11.Witzenhausen.
Wikandari, P.R., Suparmo, Marsono, Y., Rahayu, E.S. 2012. Karakterisasi Bakteri
Asam Laktat Proteolitik pada Bekasam. Jurnal Natur Indonesia, 14 (2): 120-125.
Wikandari, P.R., dan Yuanita, Lenny. 2014. Potensi Bekasam yang difermentasi
dengan Lactobacillus plantarum B1765 dalam Menurunkan Tekanan Darah Tikus Hipertensi. Prosiding Seminar Nasional Kimia Jurusan Kimia FMIPA. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Wikandari, P.R., Puspitasari, K.N., dan Rafsanjani E.R.M., 2017. Short Chain Fatty
Acids Production On Yacon Root (Smallanthus sonchifolius) Fermented by
33
Lactobacillus plantarum B1765. Makalah Seminar International Union Microbiology Society, Gajah Mada University
Xu ZR., Hu CH., Xia MS., Zhan XA., Wang MQ. 2003. Effects of Dietary
Fructooligosaccharide on Digestive Enzyme Activities, Internal Microflora and Morphology of Male Broilers. Poultry Science. 82:1030-1036.
Ziemer, C. J. and G. R. Gibson. 1998. An Overview of Probiotics, Prebiotics and
Synbiotics in The Functional Food Concept: Perspectives and Future Strategies. Internatiuonal Dairy Journal, 8: 473-479