LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

148
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PROYEK : RAK BUKU Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Kelulusan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas PTA 2013-2014 Disusun Oleh : Hari / Shift : Jumat / 2 (Dua) Kelompok : 3 (Tiga) 1. Andri Saputra (30410751) 2. Ario Windarto (31410107) 3. Marulloh (34410248) 4. Ricky Akbar R. (35410889) 5. Warda Tizinia (38410457) Asisten Pembimbing : Faried Pradhana Putra LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2013

Transcript of LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PROYEK : RAK BUKU

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Kelulusan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas

PTA 2013-2014

Disusun Oleh :

Hari / Shift : Jumat / 2 (Dua)

Kelompok : 3 (Tiga)

1. Andri Saputra (30410751)

2. Ario Windarto (31410107)

3. Marulloh (34410248)

4. Ricky Akbar R. (35410889)

5. Warda Tizinia (38410457)

Asisten Pembimbing : Faried Pradhana Putra

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK

2013

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Setelah diperiksa dengan seksama, laporan akhir ini telah memenuhi syarat

sebagai Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas dengan

Proyek Rak Buku. Sehingga dapat diajukan untuk mengikuti presentasi

praktikum.

Mengetahui,

Kepala Laboratorium Teknik Industri Lanjut

Dr. Emirul Bahar, ACSI

Penanggung Jawab Asisten Pembimbing

Praktikum PTLF Laporan Akhir PTLF

Faried Pradhana Putra Faried Pradhana Putra

iii

ABSTRAKSI

Hari / Shift : Jumat / 2 (Dua)

Nama Anggota :

1. Andri Saputra (30410751)

2. Ario Windarto (31410107)

3. Marulloh (34410248)

4. Ricky Akbar R. (35410889)

5. Warda Tizinia (38410457)

PRAKTIKUM PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DENGAN

PROYEK : RAK BUKU.

Laporan Akhir Praktikum PTLF, Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, PTA 2013-2014.

Kata Kunci : CV. Rajawali Nusantara, Rak Buku, Jumlah Mesin, Luas Lantai,

OMH, Badan Hukum, Karakteristik, Ketenagakerjaan, Finansial, Tata Letak.

(xi + 89 + Lampiran)

Tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kecukupan

kapasitas produksi, kelancaran proses, fleksibilitas operasi, dan ongkos

penanganan material, serta untuk kenyamanan kerja. Perusahaan yang

mengabaikan tata letak yang baik tentunya akan mengalami permasalahan seperti

output produksi yang tidak mencapai target, sering terjadinya kemacetan dalam

aliran produksi, dan beresiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator.

Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya akan mengakibatkan perusahaan

hanya akan mengalami kerugian. Maka dari itu, diperlukan suatu perancangan tata

letak fasilitas yang meliputi perencanaan dan penyusunan fasilitas-fasilitas fisik

baik berupa peralatan maupun bangunan untuk mengoptimalkan hubungan antara

tenaga kerja, aliran material dari bagian penerimaan barang, fabrikasi, hingga

pengiriman produk jadi dan aliran informasi untuk mencapai tujuan perusahaan

secara efisien, ekonomis dan aman.

Perancangan tata letak fasilitas dalam laporan akhir ini diterapkan pada

CV. Rajawali Nusantara. CV. Rajawali Nusantara terletak di Kabupaten Cirebon,

Jawa Barat. CV. Rajawali Nusantara untuk memproduksi rak buku sebanyak 30

unit per hari membutuhkan 14 unit meja fabrikasi, 14 unit mesin potong, 6 unit

mesin serut, 2 unit mesin bor, dan 4 meja perakitan. Total luas lantai produksi

sebesar 767,70031 m2. Total ongkos penanganan material (OMH) pada CV.

Rajawali Nusantara adalah sebesar Rp 103.195. Aliran material yang diterapkan

pada lantai produksi adalah U-shaped. Luas lantai perkantoran sebesar 268 m2 dan

luas lantai fasilitas sebesar 764 m2. Total gaji tenaga kerja langsung Rp

47.150.000 per bulan, total gaji tenaga kerja langsung perkantoran Rp 12.800.000

per bulan, dan total gaji tenaga kerja tidak langsung non perkantoran Rp

5.200.000 per bulan. Harga jual rak buku per unit dengan profit 40% yaitu Rp

396.324. Berdasarkan metode payback perid (PP), net present value (NPV), dan

iv

internal rate of return (IRR) menunjukkan bahwa investasi pada CV. Rajawali

Nusantara dianggap layak untuk dijalankan. Ukuran panjang dan lebar pada lantai

produksi CV. Rajawali Nusantara yaitu 27,7742 m dan 27,6408 m. Ukuran luas

lantai perkantoran yaitu dengan panjang 25 m dan lebar 10,72 m. Ukuran panjang

dan lebar pada CV. Rajawali Nusantara yaitu 42,4942 m2 dan 42,35 m

2.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas.

Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini disusun guna

melengkapi sebagian syarat untuk kelulusan Praktikum Perancangan Tata Letak

Fasilitas.

Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini berisi

penerapan teknik-teknik dalam perancangan tata letak fasilitas khususnya pada

perusahaan manufaktur. Perancangan tata letak fasilitas pada laporan akhir ini

terdiri dari identifikasi awal, aspek teknis, aspek manajemen dan organisasi,

analisis aspek ekonomi dan finansial, serta analisis aktivitas dan perencanaan tata

letak.

Penyusunan Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas

ini banyak pihak yang telah membantu, sehingga dapat menyempurnakan

penyusunan laporan akhir ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri,

Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.

2. Bapak Dr. Ir. Asep Mohamad Noor, MT., selaku Koordinator Laboratorium

Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.

3. Bapak Dr. Emirul Bahar, ACSI., selaku Kepala Laboratorium Teknik Industri

Lanjut, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.

4. Kakak Faried Pradhana Putra, selaku Penanggung Jawab Praktikum

Perancangan Tata Letak Fasilitas dan asisten pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan pengarahan selama penyusunan Laporan

Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas.

5. Kedua Orang Tua yang telah memberikan doa dan dorongan baik materil

maupun moril.

vi

6. Seluruh kakak pembimbing dan teman-teman kelas 4ID01 maupun 4ID02

angkatan 2010 Teknik Industri, Universitas Gunadarma.

7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penyusun sebutkan satu

per satu.

Penyusunan Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas

ini, penyusun menyadari bahwa masih memiliki kekurangan. Kritik dan saran

diperlukan untuk membangun dalam penyempurnaan laporan ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga Laporan Akhir Praktikum

Perancangan Tata Letak Fasilitas ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Mohon maaf bila ada salah

penulisan kata maupun gelar dalam Laporan Akhir Praktikum Perancangan Tata

Letak Fasilitas ini.

Depok, 31 Desember 2013

Penyusun

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

ABSTRAKSI .................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktikum PTLF ........................................... I-1

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum PTLF ................................... I-2

1.3 Kegunaan Praktikum PTLF ................................................... I-3

1.4 Diagram Pemecahan Masalah ................................................ I-4

BAB II IDENTIFIKASI AWAL

2.1 Inisialisasi .............................................................................. II-1

2.2 Data Permintaan, Peramalan, dan Kebutuhan Produksi ........ II-2

2.3 Data Komponen Utama, Tambahan, dan Mesin-Mesin ........ II-3

2.4 Peta Proses Operasi (PPO) ..................................................... II-4

BAB III ASPEK TEKNIS

3.1 Routing Sheet ......................................................................... III-1

3.2 Multi Product Process Chart (MPPC) .................................. III-5

3.3. Luas Lantai ........................................................................... III-8

3.3.1.Luas Lantai Bahan ........................................................ III-8

vii

3.3.1.1 Gudang Bahan Baku Model Tumpukan ........... III-8

3.3.1.2 Gudang Bahan Baku Model Rak ...................... III-10

3.3.2 Luas Lantai Mesin ........................................................ III-12

3.3.3 Luas Lantai Gudang Barang Jadi .................................. III-14

3.4. Analisis Pemindahan Bahan, Ongkos, dan Alokasi

Layout .................................................................................... III-15

3.4.1 Proses Pemindahan Bahan ............................................ III-16

3.4.2 Ongkos Penanganan Material (OMH) .......................... III-17

3.5. Alokasi Layout ....................................................................... III-24

3.5.1 From To Chart (FTC) ................................................... III-24

3.5.2 Inflow-Outflow (IF-OF) ................................................ III-26

3.5.3 Tabel Skala Prioritas (TSP) .......................................... III-28

3.5.4 Allocation Relationship Diagram (ARD) ..................... III-29

BAB IV ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI

4.1 Badan Hukum dan Karakteristik Perusahaan ........................ IV-1

4.2. Visi dan Misi Perusahaan ..................................................... IV-3

4.3. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................. IV-4

4.4 Luas Lantai Perkantoran ........................................................ IV-5

4.5 Luas Lantai Fasilitas .............................................................. IV-6

4.6. Tenaga Kerja .......................................................................... IV-7

4.6.1 Tenaga Kerja Langsung ................................................ IV-7

4.6.2 Tenaga Kerja Tidak Langsung dan Non Perkantoran ... IV-8

4.7 Sosial Ekonomi ...................................................................... IV-9

BAB V ANALISIS ASPEK EKONOMI DAN FINANSIAL

5.1 Perhitungan Biaya .................................................................. V-1

5.2 Perhitungan Model Kerja ....................................................... V-4

5.3 Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) .......................... V-8

5.4 Perhitungan Angsuran Pokok dan Bunga Bank ..................... V-10

5.5 Perhitungan Rugi Laba .......................................................... V-11

viii

5.6. Perhitungan Analisis Kas (Cash Flow) .................................. V-13

5.6.1 Initial Cash Flow (ICF) ................................................ V-14

5.6.2 Proceeds Operational Cash Flow (POCF) ................... V-14

5.6.3 Terminal Cash Flow (TCF) .......................................... V-15

5.7. Proyeksi Peniliaian Investasi ................................................ V-15

5.7.1 Payback Period (PP) ..................................................... V-15

5.7.2 Net Present Value (NPV) .............................................. V-17

5.7.3 Internal Rate of Return (IRR) ....................................... V-17

5.8 Break Even Point (BEP) ........................................................ V-18

BAB VI ANALISIS AKTIVITAS DAN PERANCANGAN TATA LETAK

6.1 Activity Relationship Chart (ARC) ...................................... VI-1

6.2 Area Allocation Diagram (AAD) .......................................... VI-4

6.3 Template ................................................................................ VI-6

6.4 Maket ..................................................................................... VI-8

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan ............................................................................ VII-1

7.2 Saran ...................................................................................... VII-4

LAMPIRAN

L1. Lembar Asistensi

L2. Tugas Pendahuluan

L3. Landasan Teori

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komponen Utama Rak Buku ....................................................... II-2

Tabel 2.2 Komponen Tambahan Rak Buku ................................................. II-3

Tabel 2.3 Kebutuhan Mesin-Mesin .............................................................. II-4

Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku ........................................................... III-1

Tabel 3.2 Luas Lantai Model Tumpukan .................................................. III-8

Tabel 3.3 Luas Lantai Model Rak ............................................................. III-11

Tabel 3.4 Luas Lantai Mesin ..................................................................... III-13

Tabel 3.5 Luas Lantai Gudang Barang Jadi .............................................. III-14

Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH) ...................................... III-17

Tabel 3.7 From To Chart (FTC) ............................................................... III-25

Tabel 3.8 From To Chart (FTC) In Flow .................................................. III-26

Tabel 3.9 From To Chart (FTC) Out Flow ............................................... III-27

Tabel 3.10 Tabel Skala Prioritas (TSP)....................................................... III-28

Tabel 4.1 Luas Lantai Perkantoran ........................................................... IV-5

Tabel 4.2 Luas Lantai Fasilitas ................................................................. IV-6

Tabel 4.3 Gaji Tenaga Kerja Langsung .................................................... IV-7

Tabel 4.4 Tenaga Kerja Tidak Langsung Perkantoran.............................. IV-8

Tabel 4.6 Tenaga Kerja Tidak Langsung Non Perkantoran ...................... IV-8

Tabel 5.1 Investasi Awal CV. Rajawali Nusantara ................................... V-1

Tabel 5.2 Modal Kerja CV. Rajawali Nusantara ...................................... V-5

Tabel 5.3 Harga Pokok Penjualan (HPP) .................................................. V-8

Tabel 5.4 Angsuran Pokok dan Bunga Bank ............................................ V-10

Tebel 5.5 Rugi Laba .................................................................................. V-11

Tabel 5.6 Proceeds Operational Cash Flow ............................................. V-14

Tabel 5.7 Payback Period ......................................................................... V-16

Tabel 5.8 Break Even Point....................................................................... V-19

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Diagram Pemecahan Masalah ............................................... I-5

Gambar 2.1 Rak Buku ............................................................................... II-1

Gambar 2.2 Peta Proses Operasi Pembuatan Rak Buku ........................... II-5

Gambar 3.1 Multi Product Process Chart (MPPC) Rak Buku ................. III-6

Gambar 3.2 ARD Alternatif 1 .................................................................... III-29

Gambar 3.3 ARD Alternatif 2 .................................................................... III-29

Gambar 3.4 ARD Alternatif 3 .................................................................... III-30

Gambar 3.5 ARD Alternatif 4 .................................................................... III-30

Gambar 3.6 ARD Alternatif 5 .................................................................... III-30

Gambar 4.1 Logo Perusahaan ................................................................... IV-2

Gambar 4.2 Struktur Organisasi ................................................................ IV-4

Gambar 4.3 Lokasi CV. Rajawali Nusantara ............................................ IV-9

Gambar 4.4 Denah Lokasi CV. Rajawali Nusantara................................. IV-9

Gambar 4.5 Tampak Samping Lokasi CV. Rajawali Nusantara ............... IV-11

Gambar 4.6 Tampak Depan Lokasi CV. Rajawali Nusantara .................. IV-11

Gambar 6.1 ARC CV. Rajawali Nusantara ............................................... VI-3

Gambar 6.2 AAD CV. Rajawali Nusantara .............................................. VI-5

Gambar 6.3 Template CV. Rajawali Nusantara ....................................... VI-7

Gambar 6.4 Maket 1 CV. Rajawali Nusantara .......................................... VI-8

Gambar 6.5 Maket 2 CV. Rajawali Nusantara .......................................... VI-8

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Lembar Asistensi .................................................................... L-1

Lampiran 2 Tugas Pendahuluan ................................................................. L-2

Lampiran 2 Landasan Teori ....................................................................... L-3

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktikum PTLF

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong semua

perusahaan khususnya industri manufaktur saling bersaing untuk menghasilkan

produk yang berkualitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing setiap

perusahaan yaitu tata letak. Tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam

hal kecukupan kapasitas produksi, kelancaran proses, fleksibilitas operasi, dan

ongkos penanganan material, serta untuk kenyamanan kerja. Perusahaan yang

mengabaikan tata letak yang baik tentunya akan mengalami permasalahan seperti

output produksi yang tidak mencapai target, sering terjadinya kemacetan dalam

aliran produksi, dan beresiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator.

Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya akan mengakibatkan perusahaan

hanya akan mengalami kerugian.

Tata letak merupakan salah satu keputusan strategis operasional yang turut

menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, tata

letak yang digunakan dalam perusahaan akan mempunyai pengaruh langsung

terhadap tingkat produktivitas perusahaan yang bersangkutan. Maka dari itu,

diperlukan suatu perancangan tata letak fasilitas yang meliputi perencanaan dan

penyusunan fasilitas-fasilitas fisik baik berupa peralatan maupun bangunan untuk

mengoptimalkan hubungan antara tenaga kerja, aliran material dari bagian

penerimaan barang, fabrikasi, hingga pengiriman produk jadi dan aliran informasi

untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien, ekonomis dan aman.

Secara garis besar, perancangan tata letak fasilitas memiliki prosedur yaitu

analisa produk dan proses dengan melakukan identifikasi awal, aspek teknis,

aspek manajemen dan organisasi, analisis aspek ekonomi dan finansial, serta

analisis aktivitas dan perencanaan tata letak. Identifikasi awal dilakukan guna

mengetahui data-data yang diperlukan untuk perancangan tata letak fasilitas, salah

satunya adalah peta proses operasi. Aspek teknis menjelaskan jumlah bahan dan

I-2

mesin yang digunakan dengan teknik routing sheet dan multi product process

chart (MPPC). Selain itu, aspek teknis juga menjelaskan luas lantai baik luas

lantai gudang bahan baku, luas lantai mesin, dan luas lantai gudang barang jadi.

Aspek teknis ini juga menjelaskan analisis ongkos penanganan bahan dan alokasi

tata letak. Aspek manajemen dan organisasi menjelaskan badan hukum dan

karakteristik perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, luas lantai perkantoran

dan fasilitas, serta ketenagakerjaan. Analisis aspek ekonomi dan finansial berisi

perhitungan-perhitungan seperti biaya, modal kerja, rugi laba, serta proyeksi

penilaian investasi. Analisis aktivitas dan perencanaan tata letak menjelaskan

pengaturan tata letak dari seluruh fasilitas yang dimiliki perusahaan yang

digambarkan dalam bentuk activity relationship chart (ARC), area allocation

diagram (AAD), template, dan maket.

Berdasarkan uraian di atas, maka perancangan tata letak fasilitas sangat

penting untuk mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran barang,

aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara

efisien, ekonomis dan aman. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang mahasiswa

teknik industri tentunya harus mampu memahami dan menerapkan perancangan

tata letak fasilitas melalui Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas, sebelum

menerapkan pada dunia kerja yang sebenarnya. Penerapan perancangan tata letak

fasilitas pada laporan akhir praktikum ini yaitu pada perusahaan CV. Rajawali

Nusantara yang memproduksi rak buku. Penerapan ini diharapkan dapat

menambah wawasan mahasiswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang

berkaitan dengan tata letak dan sebagai bekal pada masa akan datang di dunia

kerja yang sebenarnya.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum PTLF

Pelaksanaan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas ini tentunya

memiliki beberapa maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Maksud dan tujuan

Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas adalah sebagai berikut:

I-3

1. Mengetahui dan menganalisa urutan dan waktu dari proses produksi rak buku

berdasarkan peta proses operasi serta mengetahui jumlah mesin secara aktual

yang diperlukan dalam produksi rak buku pada CV. Rajawali Nusantara.

2. Mengetahui dan menganalisa luas lantai produksi rak buku yang terdiri dari

luas lantai gudang bahan baku (receiving) baik model tumpukan maupun

model rak, luas lantai mesin, dan luas lantai gudang barang jadi (shipping)

pada CV. Rajawali Nusantara.

3. Mengetahui dan menganalisa alat angkut yang digunakan untuk proses

pemindahan bahan serta ongkos penanganan material (OMH) pada CV.

Rajawali Nusantara.

4. Mengetahui dan menganalisa alokasi layout berdasarkan from to chart (FTC),

tabel skala prioritas (TSP), dan allocation relationship diagram (ARD) pada

lantai produksi CV. Rajawali Nusantara.

5. Mengetahui dan menganalisa badan hukum, karakteristik, visi dan misi, serta

struktur organisasi perusahaan. Selain itu, mengetahui dan menganalisa luas

lantai perkantoran dan fasilitas serta ketenagakerjaan dan gajinya pada CV.

Rajawali Nusantara.

6. Mengetahui dan menganalisa total biaya investasi awal dan modal kerja,

harga pokok penjualan (HPP) rak buku, angsuran pokok dan bunga bank serta

rugi laba. Selain itu, mengetahui aliran kas dan proyeksi penilaian investasi

serta break even point pada CV. Rajawali Nusantara.

7. Mengetahui dan menganalisa perencanaan tata letak CV. Rajawali Nusantara

dengan activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD),

template, dan maket.

1.3 Kegunaan Praktikum PTLF

Pelaksanaan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas tentunya

memiliki kegunaan khususnya bagi praktikan yang mengikuti praktikum tersebut.

Kegunaan-kegunaan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas adalah sebagai

berikut.

I-4

1. Memberikan pembelajaran kepada praktikan mengenai cara pembuatan

routing sheet dan multi product process chart (MPPC) serta analisa mengenai

penggunaan routing sheet dan multi product process chart (MPPC) sehingga

dapat menentukan jumlah mesin yang akan digunakan.

2. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat memperkirakan

kebutuhan luas lantai bagian produksi.

3. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat melakukan

perhitungan dan analisa ongkos penanganan material.

4. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat merencanakan pola

aliran aktivitas pada bagian departemen produksi serta membuat layout pada

bagian departemen produksi.

5. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat menentukan bentuk

struktur organisasi mencakup logo, visi dan misi perusahaan, badan hukum

usaha, dan karakteristik. Selain itu, praktikan dapat menentukan total gaji

tenaga kerja langsung dan tidak langsung serta luas lantai fasilitas dan

perkantoran.

6. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat menghitung

investasi awal dan modal kerja, harga pokok penjualan, angsuran pokok dan

bunga bank, serta rugi laba dan aliran kas. Selain itu, praktikan dapat

mengambil keputusan berdasarkan proyeksi penilaian investasi.

7. Memberikan pembelajaran kepada praktikan untuk dapat menentukan derajat

kedekatan tiap-tiap aktivitas dengan alasan yang jelas serta dapat menentukan

alokasi atau tata letak bagian departemen produksi dan perkantoran. Selain

itu, praktikan dapat menentukan perancangan tata letak fasilitas.

1.4 Diagram Pemecahan Masalah

Pelaksanaan Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas memiliki

prosedur yang saling berintegrasi. Pengumpulan data-data penunjang dan

pembatasan masalah dilakukan untuk penyelesaian tidak keluar dari pembahasan

yang akan dilakukan. Prosedur Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas

digambarkan dalam diagram alir (flowchart) seperti pada Gambar 1.1 berikut ini.

I-5

Gambar 1.1 Diagram Alir Pemecahan Masalah

Berdasarkan Gambar 1.1, maka langkah awal dalam pemecahan masalah

mengenai perancangan tata letak fasilitas yaitu inisialisasi. Inisialisasi yaitu

menentukan produk yang akan diproduksi. Produk yang dipilih yaitu rak buku.

Rak buku dipilih karena memiliki proses produksi yang tidak terlalu rumit selain

itu memiliki pangsa pasar yang cukup luas karena dapat digunakan untuk segala

bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan, rumah tangga, maupun perkantoran.

Setelah menentukan produk, selanjutnya yaitu mengumpulkan data-data

penunjang yang diperlukan untuk perancangan tata letak fasilitas. Data penunjang

yang pertama yaitu data permintaan, peramalan, dan kebutuhan produksi. Data

penunjang pada bagian ini yaitu waktu produksi dalam 1 bulan adalah 4 minggu,

Inisialisasi

Routing Sheet

-Kebutuhan Bahan

-Kebutuhan Mesin Teoritis

MPPC

- Kebutuhan Mesin Aktual

Luas Lantai Produksi

- Gudang Bahan Baku

- Mesin

- Gudang Barang Jadi

Analisis Pemindahan Bahan,

Ongkos, dan Alokasi Layout

- Proses Pemindahan Bahan

- Ongkos Penanganan Material

(OMH)

Alokasi Layout

- From To Chart (FTC)

- In Flow – Out Flow (IF – OF)

- Tabel Skala Prioritas (TSP)

- Activity Relationship Diagram

(ARD)

- Perhitungan Biaya Investasi Awal

- Perhitungan Modal Kerja

- Perhitungan Harga Pokok Penjualan

- Perhitungan Angsuran Pokok

- Perhitungan Bunga Bank

- Perhitungan Rugi Laba

- Perhitungan Aliran Kas

* Initial Cash Flow (ICF)

* Process Operational Cash Flow (OCF)

* Terminal Cash Flow (TCF)

Analisis Aktivitas dan Perencanaan

Tata Letak

- Activity Relationship Chart (ARC)

- Area Allocation Diagram (AAD)

- Template

- Maket

Selesai

Karakteristik Perusahaan

- Nama dan Badan Hukum

- Logo Perusahaan

- Visi dan Misi Perusahaan

- Struktur Organisasi

Ketenagakerjaan

- Tenaga Kerja Langsung

* Departemen Fabrikasi

* Departemen Assembling

* Departemen Material Handling

- Tenaga Kerja Tidak Langsung

* Perkantoran

* Bukan Perkantoran

- Aspek Sosial Ekonomi

Luas Tanah

-Luas Lantai Perkantoran

-Luas Lantai Fasilitas

Proyeksi Penilaian Investasi

- Payback Period (PP)

- Net Present Value (NPV)

- Internal Rate Of Return (IRR)

Proyek Layak?

Perhitungan Break Even Point (BEP)

Ya

Tidak

Aspek TeknisAspek Manajemen dan

Organisasi

Aspek Finansial dan

Ekonomi

- Waktu Produksi

- Efisiensi Mesin

- Reabilitas Sistem

Kerja

- Produktivitas

Kerja per Bulan

- Tinggi Maksimal

Model Tumpukan

- Tinggi Maksimal

Model Rak

- Toleransi Bahan

- Allowance

- Alat dan Ongkos

Angkut

- Spesifikasi Alat

Angkut

- Layout

Sementara

- Jarak Angkut

Data Permintaan, Peramalan, dan Kebutuhan Produksi

Data Komponen Utama, Tambahan, dan Mesin-mesin

Peta Proses Operasi

I-6

waktu produksi dalam 1 minggu adalah 5 hari, waktu produksi dalam 1 hari

adalah 8 jam, produk yang diproduksi berdasarkan peramalan adalah 30

produk/hari, Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah produk adalah

174,583 menit, efisiensi mesin sebesar 95%, reliabilitas mesin sebesar 80%,

produkstifitas kerja per bulan 600 produk, dan kapasitas produksi rak buku adalah

30 produk/hari.

Setelah mengumpulkan data-data tersebut, maka selanjutnya adalah

mengumpulkan data komponen-komponen utama, komponen tambahan, dan

mesin-mesin yang akan digunakan dalam proses produksi rak buku. Komponen

utama pada produk rak buku yaitu kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2,

lingkaran 3, lingkaran 4, lingkaran 5, lingkaran 6, dan lingkaran 7. Komponen

utama tentunya membutuhkan komponen tambahan sebagai pendukung dalam

membuat suatu produk. Komponen tambahan yang digunakan dalam proses

produksi rak buku yaitu sekat, sekrup, dan engsel. Sedangkan mesin-mesin yang

digunakan untuk proses produksi rak buku yaitu meja fabrikasi, mesin potong,

mesin serut, mesin bor, dan meja perakitan.

Data penunjang selanjutnya yaitu peta proses operasi. Peta proses operasi

merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses produksi yang

dialami oleh setiap bahan baku hingga menjadi produk jadi. Informasi yang dapat

diperoleh dari peta proses operasi yaitu produk yang akan dibuat, komponen

utama meliputi nama komponen utama, ukuran terima dan ukuran pakai serta

kuantitas, komponen tambahan, mesin yang digunakan, waktu setiap proses,

persentase scrap, dan urutan proses.

Data-data penunjang yang telah terkumpul selanjutnya digunakan dalam

aspek teknis. Aspek teknis terdiri dari beberapa tahapan yang sangat berpengaruh

dengan jalannya proses produksi. Tahapan yang pertama adalah routing sheet.

Routing sheet atau lembar pengurutan merupakan langkah-langkah yang dicakup

dalam memproduksi komponen tertentu dan rincian yang perlu diketahui dari hal-

hal yang saling berkaitan satu sama lain. Informasi yang diperoleh berdasarkan

routing sheet yaitu jumlah kebutuhan bahan yang perlu disiapkan dan jumlah

mesin teoritis urutan proses secara keseluruhan untuk setiap proses per komponen.

I-7

Jumlah mesin teoritis pada routing sheet tidak dapat diterapkan secara

langsung pada lantai produksi. Maka dari itu, selanjutnya perlu dibuat multi

product process chart (MPPC) untuk mengelompokkan jumlah mesin teoritis

yang diperoleh dari routing sheet untuk mesin yang sama. Setelah dilakukan

penjumlahan dan pembulatan, maka dapat diperoleh jumlah mesin aktual yang

akan digunakan pada lantai produksi.

Tahapan selanjutnya adalah menghitung luas lantai produksi. Selain data-

data penunjang yang telah dikumpulkan sebelumnya, data penunjang tambahan

yang digunakan dalam menghitung luas lantai yaitu jumlah mesin aktual dari

multi product process chart (MPPC), tinggi maksimal model tumpukan dan rak,

toleransi bahan dan kelonggaran (allowance). Perhitungan luas lantai terdiri dari

tiga bagian yaitu luas lantai gudang bahan baku (receiving) model tumpukan dan

rak, luas lantai mesin, dan luas lantai gudang bahan baku. Luas lantai gudang

bahan baku model tumpukan diperuntukkan untuk menyimpan komponen utama

sedangkan luas lantai gudang bahan baku model rak diperuntukkan untuk

menyimpan komponen tambahan.

Tahapan selanjutnya dalam aspek teknis yaitu analisis pemindahan bahan

dan ongkos. Komponen utama dan komponen tambahan yang dibutuhkan dalam

proses produksi tentunya membutuhkan suatu alat angkut untuk memindahkan

komponen tersebut dari suatu tempat ke tempat lain khususnya pada lantai

produksi. Analisis pemindahan bahan dan ongkos ini membutuhkan data

penunjang tamabahan seperti luas lantai, layout sementara, jarak angkut, alat

angkut dan ongkos serta spesifikasinya. Analisis ini digunakan untuk menentukan

alat angkut yang tepat digunakan untuk pemindahan bahan dengan ongkos

penanganan bahan (OMH) yang paling minimum.

Tahapan selanjutnya dalam aspek teknis yaitu alokasi layout. Tahapan ini

terdiri dari 4 bagian yaitu pembuatan from to chart (FTC), in flow (IF) dan out

flow (OF), tabel skala prioritas (TSP), dan acitivity relationship diagram (ARD).

Secara umum tahapan ini digunakan untuk menentukan letak lokasi departemen

yang satu dengan departemen yang lain dalam lantai produksi dengan

mempertimbangkan ongkos penanganan bahan (OMH) dan skala prioritas.

I-8

Sebelum masuk dalam tahap akhir, maka terdapat hal lain yang perlu

dipertimbangkan dalam mendirikan suatu perusahaan, yaitu aspek manajemen dan

organisasi. Tanpa adanya suatu manajemen dan organisasi, perusahaan tentunya

tidak akan berjalan. Aspek manajemen dan organisasi terdiri dari beberapa

tahapan. Tahapan pertama yaitu pembentukan karakteristik perusahaan yang

meliputi nama dan badan hukum perusahaan, logo perusahaan, visi dan misi

perusahaan, serta struktur organisasi. Struktur organisasi perlu dibentuk untuk

mengetahui pembagian tugas dan wewenang pada setiap bagian. Perusahaan yang

dibentuk bernama CV. Rajawali Nusantara. CV adalah suatu bentuk badan hukum

dalam usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk

mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara

anggotanya.

Tahapan selanjutnya menentukan luas tanah yang dibutuhkan untuk

mendirikan CV. Rajawali Nusantara. Perhitungan luas tanah terdiri dari luas lantai

perkantoran dan luas lantai fasilitas. Selain itu, luas lantai produksi yang telah

ditentukan sebelumnya perlu dipertimbangkan dalam perhitungan luas tanah.

Lokasi tanah yang akan dibeli untuk mendirikan CV. Rajawali Nusantara tentunya

mempertimbangkan beberapa hal di antaranya yaitu ketersediaan bahan baku,

tenaga kerja, pasar, dan faktor-faktor lain dalam aspek sosial dan ekonomi.

Berdasarkan informasi lokasi tanah yang akan didirikan CV. Rajawali

Nusantara, maka dapat diketahui upah minimum regional (UMR) atau upah

minimum kabupaten atau kota (UMK). Berdasarkan informasi tersebut, maka

dapat ditentukan gaji tenaga kerja langsung dan tidak langsung pada CV. Rajawali

Nusantara. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung

dalam proses produksi seperti tenaga kerja fabrikasi, tenaga kerja assembling, dan

tenaga kerja penanganan bahan (material handling). Sedangkan tenaga kerja tidak

langsung adalah tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi

seperti tenaga kerja perkantoran dan non perkantoran.

Perusahaan yang akan didirikan tentunya membutuhkan investasi awal dan

modal kerja dalam pelaksanaan seluruh kegiatannya. Maka dari itu perlu

direncanakan pula dalam aspek ekonomi dan finansial. Aspek ekonomi dan

I-9

finansial meliputi perhitungan investasi awal, modal kerja, harga pokok penjualan

(HPP), angsuran pokok, bunga bank, rugi laba, dan aliran kas. Perhitungan aliran

kas meliputi initial cash flow (ICF), operational cash flow (OCF), dan terminal

cash flow. Investasi awal dan modal kerja membutuhkan data penunjang

tambahan dari aspek teknis serta aspek manajemen dan organisasi. Investasi awal

dan modal kerja yang sebagian diperoleh dari bank tentunya perlu dilakukan

analisis guna mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau

tidak.

Proyeksi penilaian investasi dilakukan dengan menggunakan tiga teknik

yaitu payback period (PP), net present value (NPV), dan internal rate of return

(IRR). Apabila salah satu teknik tersebut menyatakan proyek tidak layak, maka

perlu dilakukan revisi atau perbaikan. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu

mengurangi biaya investasi awal maupun meningkatkan profit yang diinginkan.

Apabila telah dilakukan proyek penilaian investasi kembali dan ketiga teknik

menyatakan bahwa proyek layak, maka langkah selanjutnya dalam aspek ekonomi

dan finansial yaitu perhitungan break even point (BEP).

Tahapan terakhir dalam perancangan tata letak fasilitas adalah analisis

aktivitas dan perencanaan tata letak. Tahapan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu

pembuatan activity relationship chart (ARC), area allocation diagram (AAD),

template, dan maket. Activity relationship chart (ARC) merupakan teknik yang

digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktivitas yang ada

dalam pembuatan rak buku di CV. Rajawali Nusantara. Aktivitas-aktivitas yang

ada dalam pembuatan rak buku ini saling berhubungan antara satu aktivitas

dengan aktivitas lainnya, hal ini ditinjau dari beberapa kriteria yang ada, maka

dapat dikatakan bahwa dalam perencanaan tata letak fasilitas harus dilakukan

penganalisaan yang optimal.

Area Allocation Diagram (AAD) dalam produksi rak buku di CV.

Rajawali Nusantara ini merupakan penggambaran dari penempatan area-area

produksi, perkantoran, dan fasilitas pada CV. Rajawali Nusantara. AAD ini dibuat

berdasarkan tata letak produksi yang sebenarnya dan memuat alokasi dari mesin

dan produksi, beserta receiving, shipping, dan lain-lain. Template CV. Rajawali

I-10

Nusantara ini merupakan suatu gambaran yang lebih jelas dari tata letak fasilitas

yang akan dibuat terkait dengan segala aktivitas produksi rak buku di CV.

Rajawali Nusantara tersebut dan merupakan gambaran detail dari Area Allocation

Diagram (AAD) pembuatan produk rak buku CV. Rajawali Nusantara. Maket

merupakan gambaran template dalam bentuk tiga dimensi (3D) yang memiliki

skala.

II-1

BAB II

IDENTIFIKASI AWAL

2.1 Inisialisasi

Tahap awal yang dilakukan dalam perancangan tata letak fasilitas adalah

menentukan produk yang akan dibuat. Produk yang akan dibuat yaitu rak buku.

Pemilihan produk tersebut dikarenakan karena rak buku memiliki pangsa pasar

yang cukup luas. Produk rak buku ini memiliki kelebihan yaitu memiliki desain

yang menarik dan inovatif sehingga dapat menarik minat konsumen. Selain itu rak

buku ini mampu ditempatkan di mana saja karena ukurannya yang tidak terlalu

besar. Meskipun produk rak buku dirancang semenarik mungkin, namun tidak

menghilangkan fungsi utamanya yaitu untuk menyimpan buku-buku. Gambar 2.1

berikut ini merupakan gambar produk rak buku.

Gambar 2.1 Rak Buku

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, dapat diketahui bahwa rak buku yang

akan diproduksi memiliki bahan dasar kayu. Komponen utama yang diperlukan

untuk memproduksi rak buku yaitu kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2,

II-2

lingkaran 3, lingkaran 4, lingkaran 5, lingkaran 6, dan lingkaran 7. Produk

tersebut tentunya juga membutuhkan komponen tambahan untuk menunjang dan

melengkapi produk tersebut. Komponen tambahan yang digunakan untuk rak

buku yaitu sekat, sekrup, dan engsel. Pembuatan rak buku ini terdiri dari beberapa

proses yaitu pengukuran, pemotongan, penghalusan, perataan, pelubangan, dan

perakitan. Berdasarkan proses produksi tersebut, maka mesin yang digunakan

selama proses produksi adalah meja fabrikasi, mesin potong, mesin serut, mesin

bor, dan meja perakitan (assembling).

Target pasar untuk produk rak buku ini yaitu sekolah, instansi

pemerintahan, rumah tangga, perkantoran, dan lain sebagainya. Karena produk ini

memiliki peluang yang besar untuk dipasarkan, maka dibutuhkan suatu tata letak

yang baik agar dapat mengoptimalkan hubungan antara tenaga kerja, aliran

material dari bagian penerimaan barang, fabrikasi, hingga pengiriman produk jadi

dan aliran informasi untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien, ekonomis

dan aman.

2.2 Data Permintaan, Peramalan, dan Kebutuhan Produksi

Perancangan tata letak fasilitas membutuhkan beberapa data penunjang di

antaranya yaitu data permintaan, peramalan, dan kebutuhan produksi. Sehingga

nantinya tata letak fasilitas yang akan dibentuk mampu memproduksi rak buku

yang mampu memenuhi permintaan. Data permintaan, peramalan, dan kebutuhan

produksi rak buku adalah sebagai berikut.

1. Waktu produksi rak buku dalam 1 bulan adalah 4 minggu.

2. Waktu produksi rak buku dalam 1 minggu adalah 5 hari.

3. Waktu produksi rak buku dalam 1 hari adalah 8 jam.

4. Produk rak buku yang diproduksi berdasarkan peramalan adalah 30

produk/hari.

5. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah produk adalah 174,583

menit.

6. Efisiensi mesin sebesar 95%.

7. Reliabilitas mesin sebesar 80%.

II-3

8. Produktivitas kerja per bulan 600 produk.

9. Kapasitas produksi rak buku adalah 30 produk/hari.

2.3 Data Komponen Utama, Tambahan, dan Mesin-Mesin

Produk rak buku memiliki beberapa komponen utama, komponen

tambahan, dan mesin-mesin dalam proses produksinya. Data komponen utama,

tambahan, dan mesin-mesin sangat penting dalam perancangan tata letak fasilitas

terutama dalam aspek teknis maupun aspek ekonomi dan finansial. Tabel 2.1

berikut ini merupakan data komponen utama dalam proses produksi rak buku.

Tabel 2.1 Komponen Utama Rak Buku

No. Nama Unit/

Assy.

Tipe

Bahan

Ukuran Pakai

(cm) (pxlxt)

Ukuran Terima

(cm) (pxlxt)

Berat/Unit

(kg)

Harga/Unit

(Rp)

1 Kaki 1 1 Kayu 90x30x1 91x31x1 0,5 11.000

2 Kaki 2 1 Kayu 90x30x1 91x31x1 0,5 11.000

3 Kaki 3 1 Kayu 90x30x1 91x31x1 0,5 11.000

4 Lingkaran 1 2 Kayu 65x65x1 66x66x1 0,5 12.000

5 Lingkaran 2 2 Kayu 55x55x1 56x56x1 0,45 11.500

6 Lingkaran 3 2 Kayu 48,5x48,5x1 49,5x49,5x1 0,4 10.000

7 Lingkaran 4 1 Kayu 1/3(38,5x38,5x1) 1/3(39,5x39,5x1) 0,1 3.000

8 Lingkaran 5 1 Kayu 2/3(38,5x38,5x1) 2/3(39,5x39,5x1) 0,25 6.000

9 Lingkaran 6 2 Kayu 32,5x32,5x1 33,5x33,5x1 0,2 4.000

10 Lingkaran 7 2 Kayu 22,5x22,5x1 23,5x23,5x1 0,15 3.000

Selain membutuhkan komponen utama dalam proses produksi rak buku,

komponen tambahan juga perlu dipertimbangkan dalam perancangan tata letak

fasilitas. Komponen tambahan digunakan untuk menunjang beberapa komponen

utama agar dapat menjadi produk jadi. Tabel 2.2 berikut ini merupakan data

komponen tambahan produk rak buku.

Tabel 2.2 Komponen Tambahan Rak Buku

No. Nama Vol.

Assy

Tipe

Bahan

Ukuran Kemasan (cm)

(pxlxt)

Unit

Tersedia

Berat/

Assy.(kg)

Harga/ Unit

(Rp)

1 Sekat 5 Kayu 5x5x1 5 0,1 1000

2 Sekrup 14 Besi 7x5x3 50 0,5 200

3 Engsel 4 Besi 3x5x0,1 4 0,01 1000

II-4

Mesin merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan pula

dalam perancangan tata letak fasilitas. Penempatan mesin yang tidak tepat

menyebabkan proses produksi menjadi terhambat dan dapat mengakibatkan

operator bekerja menjadi tidak nyaman. Proses produksi rak buku tentunya

membutuhkan beberapa mesin. Tabel 2.3 berikut ini merupakan data mesin-mesin

yang digunakan untuk proses produksi rak buku.

Tabel 2.3 Kebutuhan Mesin-Mesin

No. Mesin Nama Mesin/Alat Proses Tipe Bahan Ukuran (m)

F001 Meja Fabrikasi Mengukur Kayu 2,5 x 2

F002 Mesin Potong Memotong Kayu 2 x 1

F003 Mesin Serut Meratakan Kayu 2 x 1

F004 Mesin Bor Membuat Lubang Kayu 2 x 1

A001 Meja Assembling Memasang/Merakit Kayu 2,5 x 2,5

2.4 Peta Proses Operasi

Peta proses operasi sering kali disingkat dengan kata operasi. Pengertian

dari peta proses operasi adalah peta kerja yang mencoba menggambarkan urutan

kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut dan elemen-elemen operasi secara

detail. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari informasi-informasi yang dicatat

peta operasi, yaitu antara lain seperti berikut (Wignjosoebroto, 2008):

1. Data kebutuhan jenis proses atau mesin yang diperlukan dalam pelaksanaan

operasi kerja dan penganggarannya.

2. Data kebutuhan bahan baku dengan memperhitungkan efisiensi pada setiap

elemen opersi kerja atau pemeriksaan.

3. Pola tata letak fasilitas kerja dan aliran pemindahan materialnya.

4. Alternatif-alternatif perbaikan prosedur dan tata cara kerja yang sedang

dipakai.

Berdasarkan manfaat-manfaat dari peta proses operasi di atas, dapat dilihat

bahwa salah satunya adalah pola tata letak fasilitas kerja dan aliran pemindahan

materialnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peta proses operasi merupakan

data penunjang yang sangat penting dalam perancangan tata letak fasilitas.

Gambar 2.2 berikut ini merupakan peta proses operasi dari produk rak buku.

II-5

Gambar 2.2 Peta Proses Operasi Pembuatan Rak Buku

PETA PROSES OPERASINAMA OBYEK : RAK BUKU

NOMOR PETA : 1

DIPETAKAN OLEH : KELOMPOK 3

TANGGAL DIPETAKAN : 8 OKTOBER 2013

Ringkasan

Kegiatan JumlahWaktu(Menit)

Operasi

Pemeriksaan

Total 174,583

173,58346

1

47

O-1O-5O-9O-13O-17O-21

(91 x 31 x 1 cm)Kaki 1 (1 unit)(90 x 30 x 1 cm)

(66 x 66 x 1 cm)Lingkaran 1 (2 unit)

(65 x 65 x 1 cm)

(56 x 56 x 1 cm)Lingkaran 2 (2 unit)

(55 x 55 x 1 cm)

(91 x 31 x 1 cm)Kaki 3 (1 unit)(90 x 30 x 1 cm)

(49,5 x 49,5 x 1 cm)Lingkaran 3 (2 unit)(48,5 x 48,5 x 1 cm)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

4.62'0%

4,89'0%

5,45'0%

1,98'0%

3,79'0%

4,62'0%

4,01'0,75%

0-21O-22 0-21O-2O-6O-10O-14O-18Memotong

(Mesin Potong)Memotong

(Mesin Potong)Memotong

(Mesin Potong)Memotong

(Mesin Potong)Memotong

(Mesin Potong)

Memotong (Mesin Potong)

3,57'69,21%

5,7'47,85%

6.02'47,32%

5,7'65%

5,33'63,2%

5,42'47,85%

O-23 O-19 O-15 O-11 O-7 O-3

O-12 O-4

Meratakan (Mesin Serut)

5,35'0,76%

5,42'0,76%

7,49'1,28%

5,27'1,31%

3,3'1,35%

Melubangi (Mesin bor)

Melubangi (Mesin bor)

2'0,02%

O-38

O-39

O-40

O-41

O-42

I-1

Engsel (2)

Perakitan 1(Mj. Assembling +

Obeng)

10,33'0%

Perakitan 2(Mj. Assembling +

Obeng)

10,18'0%

Sekrup 2 cm (2)

Perakitan 3(Mj. Assembling +

Obeng)

2,59'0%

Sekrup 2 cm (5) + Sekat (2)

Perakitan 4(Mj. Assembling +

Obeng)

11,54'0%

Perakitan 5(Mj. Assembling +

Obeng)

3,52'0%

(91 x 31 x 1 cm)Kaki 2 (1 unit)(90 x 30 x 1 cm)

O-16Melubangi (Mesin bor)

0,51'0,02%

0,083'0%

1

O-25O-28O-32O-35

2/3(39,5 x 39,5 x 1 cm)Lingkaran 5 (1 unit)

2/3(38,5 x 38,5 x 1 cm)

(33,5 x 33,5 x 1 cm)Lingkaran 6 (2 unit)(32,5 x 32,5 x 1 cm)

1/3(39,5 x 39,5 x 1 cm)Lingkaran 4 (1 unit)

1/3(38,5 x 38,5 x 1 cm)

(23,5 x 23,5 x 1 cm)Lingkaran 7 (2 unit)(22,5 x 22,5 x 1 cm)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

4,18'0%

4,21'0%

1,02'0%

0-21O-36 O-26O-29O-33Memotong

(Mesin Potong)Memotong

(Mesin Potong)Memotong

(Mesin Potong)0,67'

45,55%

3,56'85,79%

0,88'57,54%

O-37 O-34 O-30 O-27

O-20

3,14'1,82%

3,4'2,15%

2,56'2,36%

4,2'71,58%

O-31Melubangi (Mesin bor)

0,48'0,06% O-24

O-43

O-44

O-46

O-45

O-8Melubangi (Mesin bor)

Mengukur (Mj.Fabrikasi)

Memotong (Mesin Potong)

Melubangi (Mesin bor)

Melubangi (Mesin bor)

Engsel (2)

Perakitan 6(Mj. Assembling)

3,27'0%

1'0%

0,5'0%

1'

Sekrup 2 cm (5) + Sekat (2)

Sekrup 2 cm (2) + Sekat (1)

Perakitan 7(Mj. Assembling +

Obeng)

Perakitan 8(Mj. Assembling)

Perakitan 9(Mj. Assembling)

Pemeriksaan

1'1,82%

2,03'0,02%

1,58'0,02%

1,23'0,07%

1,19'0,09%

Meratakan (Mesin Serut)

Meratakan (Mesin Serut)

Meratakan (Mesin Serut)

Meratakan (Mesin Serut)

Meratakan (Mesin Serut)

Meratakan (Mesin Serut)

Meratakan (Mesin Serut)

Meratakan (Mesin Serut)

4,8'0%

Meratakan (Mesin Serut)

III-1

BAB III

ASPEK TEKNIS

3.1 Routing Sheet

Routing sheet atau lembar pengurutan merupakan lembar kerja yang

digunakan untuk mengidentifikasi efisiensi kebutuhan mesin berdasarkan urutan

mesin yang digunakan selama proses operasi tiap komponen. Routing sheet

digunakan untuk menghitung jumlah mesin teoritis yang diperlukan dan

menghitung jumlah bahan yang harus disiapkan dalam usaha memperoleh

sejumlah produk jadi yang diinginkan. Tabel 3.1 berikut ini merupakan hasil

perhitungan routing sheet untuk produk rak buku.

Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku

No.

Operasi Deskripsi Nama Mesin

Produksi

Mesin/Jam

%

Scrap

Bahan

Diminta

Bahan

Disiapkan

Efisiensi

Mesin

Kebutuhan Mesin

Teoritis Aktual

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

001 Kaki 1 (1)

O-1 Mengukur Meja Fabrikasi 12,99 0 57,41 57,41 60,44 0,73 1

O-2 Memotong Mesin Potong 9,97 0,4732 30,24 57,41 60,44 0,95 1

O-3 Meratakan Mesin Serut 14,96 0,0075 30,01 30,24 31,84 0,34 1

O-4 Melubangi Mesin Bor 30 0,0002 30 30,01 31,59 0,17 1

002 Kaki 2 (1)

O-5 Mengukur Meja Fabrikasi 12,27 0 57,99 57,99 61,05 0,78 1

O-6 Memotong Mesin Potong 11,08 0,4785 30,24 57,99 61,05 0,87 1

O-7 Meratakan Mesin Serut 11,22 0,0076 30,01 30,24 31,84 0,45 1

O-8 Melubangi Mesin Bor 29,56 0,0002 30 30,01 31,59 0,17 1

003 Kaki 3 (1)

O-9 Mengukur Meja Fabrikasi 15,84 0 57,99 57,99 61,05 0,61 1

O-10 Memotong Mesin Potong 10,53 0,4785 30,24 57,99 61,05 0,91 1

O-11 Meratakan Mesin Serut 11,08 0,0076 30,01 30,24 31,84 0,45 1

O-12 Melubangi Mesin Bor 37,98 0,0002 30 30,01 31,59 0,13 1

004 Lingkaran 1 (2)

O-13 Mengukur Meja Fabrikasi 11,01 0 165,22 165,22 173,92 2,47 3

O-14 Memotong Mesin Potong 11,26 0,632 60,8 165,22 173,92 2,42 3

O-15 Meratakan Mesin Serut 8,02 0,0128 60,02 60,8 64 1,25 2

O-16 Melubangi Mesin Bor 117,65 0,0002 60 60,02 63,18 0,09 1

III-2

Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku (Lanjutan)

No.

Operasi Deskripsi Nama Mesin

Produksi

Mesin/Jam

%

Scrap

Bahan

Diminta

Bahan

Disiapkan

Efisiensi

Mesin

Kebutuhan Mesin

Teoritis Aktual

005 Lingkaran 2 (2)

O-17 Mengukur Meja Fabrikasi 30,31 0 173,86 173,86 183,02 0,95 1

O-18 Memotong Mesin Potong 10,53 0,65 60,85 173,86 183,02 2,72 3

O-19 Meratakan Mesin Serut 11,39 0,0131 60,05 60,85 64,06 0,88 1

O-20 Melubangi Mesin Bor 48,79 0,0007 60 60,05 63,22 0,21 1

006 Lingkaran 3 (2)

O-21 Mengukur Meja Fabrikasi 12,99 0 197,76 197,76 208,17 2,51 3

O-22 Memotong Mesin Potong 16,81 0,6921 60,89 197,76 208,17 1,94 2

O-23 Meratakan Mesin Serut 18,19 0,0135 60,06 60,89 64,1 0,56 1

O-24 Melubangi Mesin Bor 50,43 0,0009 60 60,06 63,23 0,2 1

007 Lingkaran 4 (1)

O-25 Mengukur Meja Fabrikasi 14,26 0 215,06 215,06 226,38 2,49 3

O-26 Memotong Mesin Potong 16,86 0,8579 30,56 215,06 226,38 2,1 3

O-27 Meratakan Mesin Serut 19,11 0,0182 30 30,56 32,17 0,27 1

008 Lingkaran 5 (1)

O-28 Mengukur Meja Fabrikasi 12,5 0 107,61 107,61 113,28 1,42 2

O-29 Memotong Mesin Potong 14,29 0,7158 30,58 107,61 113,28 1,24 2

O-30 Meratakan Mesin Serut 60 0,0182 30,02 30,58 32,19 0,09 1

O-31 Melubangi Mesin Bor 125 0,0006 30 30,02 31,6 0,04 1

009 Lingkaran 6 (2)

O-32 Mengukur Meja Fabrikasi 14,36 0 144,42 144,42 152,03 1,66 2

O-33 Memotong Mesin Potong 68,19 0,5754 61,32 144,42 152,03 0,35 1

O-34 Meratakan Mesin Serut 17,65 0,0215 60 61,32 64,55 0,58 1

010 Lingkaran 7 (2)

O-35 Mengukur Meja Fabrikasi 58,83 0 112,88 112,88 118,83 0,32 1

O-36 Memotong Mesin Potong 89,56 0,4555 61,46 112,88 118,83 0,21 1

O-37 Meratakan Mesin Serut 23,44 0,0236 60 61,46 64,7 0,44 1

011 Perakitan 1

O-38 Merakit Meja Perakitan 5,81 0 30 30 31,58 0,85 1

012 Perakitan 2

O-39 Merakit Meja Perakitan 5,9 0 30 30 31,58 0,84 1

013 Perakitan 3

O-40 Merakit Meja Perakitan 23,17 0 30 30 31,58 0,22 1

014 Perakitan 4

O-41 Merakit Meja Perakitan 5,2 0 30 30 31,58 0,95 1

III-3

Tabel 3.1 Routing Sheet Rak Buku (Lanjutan)

No.

Operasi Deskripsi Nama Mesin

Produksi

Mesin/Jam

%

Scrap

Bahan

Diminta

Bahan

Disiapkan

Efisiensi

Mesin

Kebutuhan Mesin

Teoritis Aktual

015 Perakitan 5

O-42 Merakit Meja Perakitan 17,05 0 30 30 31,58 0,29 1

016 Perakitan 6

O-43 Merakit Meja Perakitan 722,9 0 30 30 31,58 0,01 1

017 Perakitan 7

O-44 Merakit Meja Perakitan 18,35 0 30 30 31,58 0,27 1

018 Perakitan 8

O-45 Merakit Meja Perakitan 60 0 30 30 31,58 0,09 1

019 Perakitan 9

O-46 Merakit Meja Perakitan 120 0 30 30 31,58 0,05 1

020 Pemeriksaan 1

I-1 Pemeriksaan Meja Perakitan 60 0 30 30 31,58 0,09 1

Perhitungan untuk tabel routing sheet sebaiknya dilakukan untuk proses

terakhir sebelum perakitan untuk semua komponen. Hal tersebut dilakukan karena

jumlah yang diminta adalah 30 unit untuk setiap komponen dan karena proses

merakit tidak menghasilkan scrap. Berikut ini merupakan contoh perhitungan

routing sheet komponen kaki 1 proses melubangi.

1. Kolom 1 : Nomor Operasi

Karena proses melubangi memiliki nomor urut 4 maka dapat ditulis dengan

O-4.

2. Kolom 2 : Deskripsi

Berisi nama operasi yang dilakukan yaitu melubangi.

3. Kolom 3 : Nama Mesin

Berisi nama mesin yang digunakan pada operasi melubangi yaitu mesin bor.

4. Kolom 4 : Produksi Mesin/Jam

Berisi banyak unit produk yang dihasilkan dalam waktu 1 jam atau 60 menit.

OperasiWaktu

menit 60 = Mesin/Jam Produksi

unit 30menit 2

menit 60 Mesin/Jam Produksi

III-4

5. Kolom 5 : Scrap

Jumlah buangan bahan baku atau persentase kerusakan yang diperkirakan,

yang dilakukan dalam satu operasi (dalam %). Scrap diperoleh dari peta

proses operasi. Untuk proses melubangi scrap yang dihasilkan adalah 0,2%,

maka dapat ditulis 0,002.

6. Kolom 6 : Bahan diminta

Bahan diminta merupakan jumlah bahan yang diharapkan setelah melalui

suatu proses. Karena komponen kaki 1 terdiri dari 1 unit untuk 1 produk

maka jumlah bahan diminta dapat ditulis 30 unit. Jika terdiri dari 2 unit untuk

1 produk dapat ditulis sebesar 60 unit. Untuk jumlah bahan yang diminta pada

proses mengukur, memotong, dan meratakan dapat ditulis sesuai dengan

jumlah bahan yang disiapkan pada proses selanjutnya.

7. Kolom 7 : Bahan Disiapkan

Kolom jumlah bahan yang harus disiapkan, berisi jumlah bahan yang harus

tersedia dengan mempertimbangkan persen scrap sebelum melakukan proses

operasi tertentu.

scrap% - 1

diminta yangBahan =disiapkan yangBahan

unit 10,30002,0 - 1

unit 30disiapkan yangBahan

8. Kolom 8 : Efisiensi Mesin

Kolom efisiensi mesin merupakan tingkat pemanfaatan mesin.

Efisiensi

disiapkan yangBahan =Mesin Efisiensi

59,3195%

unit 30,01Mesin Efisiensi

9. Kolom 9 : Jumlah Mesin Teoritis (JMT)

Berisi tentang jumlah mesin secara teoritis untuk setiap operasi jumlah ini

diperoleh dengan menggunakan persamaan :

hari

kerjaJam×Reabilitas×

jam

mesinProduksi

Mesin Efisiensi= TeoritisMesin Jumlah

III-5

unit 17,0880%30

31,59 TeoritisMesin Jumlah

10. Kolom 10 : Jumlah Mesin Aktual

Berisi tentang jumlah mesin yang akan digunakan pada proses produksi, di

mana diperoleh dari pembulatan hasil pada jumlah mesin teoritis. Maka untuk

proses melubangi komponen kaki 1 dapat ditulis dengan 1 unit.

Berdasarkan hasil perhitungan routing sheet pada Tabel 3.1 dapat dilihat

bahwa jumlah mesin yang digunakan setiap komponen berbeda-beda, hal tersebut

dikarenakan dipengaruhi oleh produksi mesin per jam dan persentase scrap.

Semakin besar jumlah produksi mesin per jam maka jumlah mesin yang

dibutuhkan cenderung kecil dan sebaliknya. Perhitungan jumlah mesin yang

digunakan juga dipengaruhi oleh efisiensi mesin dan reabilitas. Efisiensi mesin

merupakan tingkat pemanfaatan mesin dalam melakukan suatu proses produksi.

Nilai efisiensi mesin sebesar 95% menunjukkan mesin dapat digunakan selama

95% dari waktu bekerja sedangkan sisanya sebesat 5% dari waktu bekerja

digunakan untuk waktu set up mesin maupun maintenance. Sedangkan reabilitas

merupakan peluang sebuah komponen (mesin), melakukan fungsinya dengan

baik, dalam kurun waktu dan operasi tertentu. Jumlah mesin aktual pada routing

sheet tidak dapat digunakan secara langsung dalam perancangan tata letak fasilitas

mesin dikarenakan jumlah-jumlah tersebut masih dalam setiap komponen dan

belum dikelompokkan dalam mesin yang sama. Maka dari itu diperlukan multi

product process chart (MPPC).

3.2 Multi Product Process Chart (MPPC)

Multi product process chart (MPPC) merupakan suatu diagram yang

menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan, baik

komponen utama maupun komponen tambahan, seperti urutan-urutan operasi,

pemeriksaan, dan penyimpanan. Multi product process chart (MPPC) digunakan

untuk mengetahui jumlah pemakaian kebutuhan mesin aktual dari routing sheet.

Gambar 3.1 berikut ini merupakan multi product process chart (MPPC) untuk

proses produksi rak buku.

III-6

Gambar 3.1 Multi Product Process Chart (MPPC) Rak Buku

III-7

Pembuatan multi product process chart (MPPC) seperti pada Gambar 3.1

perlu memperhatikan beberapa hal yaitu urutan proses operasi pada multi product

process chart (MPPC) harus sama dengan yang diinformasikan pada peta proses

operasi. Contoh yaitu pada peta proses operasi untuk proses pengukuran

komponen utama kaki 1 memiliki nomor urut O-1, maka pada multi product

process chart (MPPC) juga memiliki nomor urut O-1. Simbol-simbol yang

digunakan pada peta proses operasi dan multi product process chart (MPPC)

antara lain operasi, pemeriksaan, dan penyimpanan. Cara penomoran dilakukan

berdasarkan urutan-urutan proses operasi per komponen. Hal terakhir yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan multi product process chart (MPPC) yaitu

kebutuhan mesin teoritis pada multi product process chart (MPPC) harus sama

dengan jumlah kebutuhan setiap mesin (misal meja fabrikasi, mesin potong)

dalam satu kegiatan, bukan sama dengan jumlah kebutuhan mesin seluruh mesin

untuk satu komponen.

Berdasarkan multi product process chart (MPPC) pada Gambar 3.1,

jumlah total mesin yang digunakan adalah 40 unit dengan rincian 14 meja

fabrikasi, 14 mesin potong, 6 mesin serut, 2 mesin bor, dan 4 meja fabrikasi.

Mesin potong memiliki kuantitas paling besar dibandingkan dengan mesin yang

lain, hal tersebut disebabkan karena pada routing sheet jumlah produksi mesin

tidak cukup banyak dan scrap yang dihasilkan cukup banyak sehingga akan

mempengaruhi jumlah mesin teoritisnya. Berdasarkan multi product process

chart, dapat dilihat pula bahwa aliran proses produk rak buku berbentuk

intermittent¸ dimana proses setiap komponen dilakukan berulang-ulang sebelum

perakitan. Perbedaan yang jelas antara routing sheet dan multi product process

chart (MPPC) yaitu penentuan jumlah mesin aktual. Pada multi product process

chart (MPPC) penentuan jumlah mesin dikelompokkan berdasarkan kesamaan

dalam mesin yang digunakan. Sehingga teknik yang digunakan dalam

perancangan tata letak fasilitas adalah process layout.

III-8

3.3. Luas Lantai

Luas lantai adalah luas suatu tempat atau area yang akan digunakan dalam

mengolah suatu bahan atau dalam mengerjakan suatu proses produksi.

Perhitungan luas lantai terdiri dari tiga bagian yaitu perhitungan luas lantai

gudang bahan baku (receiving), luas lantai mesin, dan luas lantai gudang barang

jadi (shipping). Perhitungan luas lantai dilakukan untuk memperkirakan

kebutuhan luas lantai bagian produksi.

3.3.1. Luas Lantai Bahan

Perhitungan luas lantai bahan terdiri dari dua bagian yaitu perhitungan luas

lantai gudang bahan baku model tumpukan dan perhitungan luas lantai gudang

bahan baku model rak. Gudang bahan baku model tumpukan digunakan untuk

menyimpan komponen utama yang memiliki dimensi yang relatif lebih besar.

Sedangkan gudang bahan baku model rak digunakan untuk menyimpan

komponen tambahan yang memiliki dimensi yang relatif lebih kecil.

3.3.1.1 Gudang Bahan Baku Model Tumpukan

Perhitungan luas lantai gudang bahan baku model tumpukan dilakukan

untuk memperkirakan area yang dibutuhkan untuk menyimpan komponen utama

yang memiliki dimensi atau ukuran relatif lebih besar. Data-data yang diperlukan

untuk perhitungan luas lantai gudang bahan baku model tumpukan yaitu nomor

komponen, nama komponen, jumlah komponen, tipe material, dan ukuran per

potong. Data-data tersebut dapat diperoleh dari data komponen utama, peta proses

operasi, dan routing sheet. Tabel 3.2 berikut ini merupakan hasil perhitungan luas

lantai gudang bahan baku model tumpukan.

Tabel 3.2 Luas Lantai Model Tumpukan

No. Komp

Nama Komponen

Tipe

Ukuran (cm) Volume

(m3)

Bahan/Minggu Volume

Total (m3)

Tinggi

Tumpukan (m)

Luas

Lantai (m

2)

Allowance (200%)

Total

Luas (m

2)

P L T D

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Kaki 1 Kayu 91 31 1

0,002821 290 0,82 1 0,82 1,64 2,46

2 Kaki 2 Kayu 91 31 1

0,002821 290 0,82 1 0,82 1,64 2,46

3 Kaki 3 Kayu 91 31 1

0,002821 290 0,82 1 0,82 1,64 2,46

4 Lingkaran 1 Kayu 66 66 1

0,004356 830 3,62 1 3,62 7,24 10,86

III-9

Tabel 3.2 Luas Lantai Model Tumpukan (Lanjutan)

No.

Komp

Nama

Komponen Tipe

Ukuran (cm) Volume

(m3)

Bahan/Minggu

Volume

Total

(m3)

Tinggi

Tumpukan

(m)

Luas

Lantai

(m2)

Allowance

(200%)

Total

Luas

(m2)

P L T D

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

5 Lingkaran 2 Kayu 56 56 1

0,003136 870 2,73 1 2,73 5,46 8,19

6 Lingkaran 3 Kayu 49,5 49,5 1

0,002451 990 2,43 1 2,43 4,86 7,29

7 Lingkaran 4 Kayu 39,5 39,5 1

0,000515 1080 0,56 1 0,56 1,12 1,68

8 Lingkaran 5 Kayu 39,5 39,5 1

0,001046 540 0,57 1 0,57 1,14 1,71

9 Lingkaran 6 Kayu 33,5 33,5 1

0,001123 725 0,82 1 0,82 1,64 2,46

10 Lingkaran 7 Kayu 23,5 23,5 1

0,000553 565 0,32 1 0,32 0,64 0,96

Total Luas Lantai Gudang Bahan Baku Model Tumpukan 40,53

Contoh perhitungan dan analisis mengenai luas lantai model tumpukan untuk

komponen kaki 1 dapat dilihat sebagai berikut:

1. Data pada kolom 1, 2, 3, dan 4 dapat diketahui dari data penunjang.

2. Kolom 5 berisi volume (m3) dari komponen utama kaki 1.

Volume kaki 1 (m3) = p x l x t = 91 x 31 x 1 = 2,821 cm

3 = 0,002821 m

3

3. Kolom 6 berisi jumlah bahan yang disiapkan dalam 1 minggu, data ini

diperoleh dari routing sheet dan merupakan hasil pembulatan. Pembulatan

dilakukan karena dalam pemesanan bahan baku komponen utama tidak

memungkinkan untuk pembelian dalam jumlah desimal. Selain itu, komponen

utama merupakan bahan baku yang akan diproses sendiri dan memiliki

ukuran yang relatif besar sehingga periode yang digunakan dalam jangka

waktu 1 minggu. Sehingga tidak terlalu banyak tumpukan dibandingkan

dalam jangka waktu 1 bulan.

Bahan/Minggu = Bahan yang disiapkan x Jumlah hari kerja/Minggu

Bahan/Minggu = 58 x 5 = 290

4. Kolom 7 berisi volume total bahan baku dalam 1 minggu

Volume Total = Volume x Bahan/Minggu = 0,002821 x 290

Volume Total = 0,82 m3

5. Kolom 8 berisi tinggi tumpukan yaitu sebesar 1 meter. Penentuan tinggi

maksimal tumpukan dimaksudkan agar komponen yang letaknya di bawah

tumpukan tidak mengalami kerusakan. Komponen utama merupakan salah

satu elemen yang penting dalam proses produksi, sehingga apabila

III-10

mengalami kerusakan akan menghambat proses produksi dan target produksi

tidak dapat tercapai.

6. Kolom 9 berisi luas lantai yang diperoleh dengan persamaan:

Luas Lantai (m2) = Volume Total : Tinggi Tumpukan = 0,82 : 1 = 0,82 m

2

7. Kolom 10 berisi kelonggaran atau toleransi yang diberikan agar proses

produksi berjalan dengan lancar. Kelonggaran ditentukan dengan

mempertimbangkan faktor operator, mesin, dan bahan baku. Sehingga dalam

pemindahan bahan baku, operator tidak akan mengalami kesulitan dan

kualitas bahan baku tetap terjamin.

Allowance = Luas Lantai x allowance 200% = 0,82 x 200% = 1,64 m2

8. Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan untuk komponen utama.

Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance = 0,82 + 1,64 = 2,46 m2

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas area yang diperlukan untuk

menyimpan komponen kaki 1 dalam gudang bahan baku (receiving) yaitu

2,46 m2.

3.3.1.2 Gudang Bahan Baku Model Rak

Perhitungan luas lantai gudang bahan baku model rak dilakukan untuk

memperkirakan area yang dibutuhkan untuk menyimpan komponen tambahan

yang memiliki dimensi atau ukuran relatif lebih kecil. Data-data yang diperlukan

untuk perhitungan luas lantai gudang bahan baku model rak yaitu nomor

komponen, nama komponen, jumlah komponen, volume pemakaian, ukuran per

potong, dan unit tersedia. Data-data tersebut dapat diperoleh dari data komponen

tambahan, peta proses operasi, dan routing sheet. Tabel 3.3 berikut ini merupakan

hasil perhitungan luas lantai gudang bahan baku model rak.

3.3 Luas Lantai Model Rak

No.

Komp

Nama

Komponen

Vol.

Pemakaian

Ukuran (cm)

Unit

Tersedia Produk/Minggu Unit/Minggu

Unit/ 4

Minggu

Volume

Material

(m3)

Volume

Unit (m3)

Luas

Lantai

(m2)

Allowance

(200%)

Total

Luas

(m2) P L T D

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

11 Sekat 5 5 5 1

5 750 150 600 0,000025 0,015 0,0075 0,015 0,0225

12 Sekrup 14 7 5 3

50 2100 42 168 0,000105 0,01764 0,00882 0,01764 0,02646

13 Engsel 4 3 5 0,1

4 600 150 600 0,0000015 0,0009 0,00045 0,0009 0,00135

Total Luas Lantai Gudang Bahan Baku Model Rak 0,05031

III-11

Contoh perhitungan dan analisis mengenau luas lantai model rak untuk komponen

sekat dapat dilihat sebagai berikut:

1. Data pada kolom 1, 2, 3, 4, dan 5 dapat diketahui dari data penunjang.

2. Kolom 6 berisi jumlah pemakaian komponen tambahan dalam 1 minggu

Produk/Minggu = 30 x hari kerja/minggu x volume pemakaian

Produk/Minggu = 30 x 5 x 5 = 750 unit

3. Kolom 7 berisi jumlah komponen yang harus tersedia dalam 1 minggu sesuai

dengan pemesanannya, karena komponen tambahan sekat pemesanannya

dilakukan dengan lot for lot maka jumlah unit tersedia sama dengan volume

pemakaian. Perbedaan terletak pada komponen tambahan sekrup, dimana

memiliki lot size 50 sekrup dalam 1 box pada setiap kali pemesanan.

Unit/Minggu = Produk/Minggu : Unit Tersedia = 750 : 5 = 150 unit

4. Kolom 8 berisi jumlah komponen tambahan yang harus tersedia selama 4

minggu. Komponen tambahan memiliki perbedaan pada perhitungan luas

lantai bahan baku model tumpukan, karena periode yang digunakan pada

perhitungan luas lantai model rak adalah 4 minggu atau 1 bulan. Hal tersebut

dikarenakan komponen tambahan memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga

penggunaan ruangan pada gudang bahan baku tidak terlalu besar. Selain itu

juga dikarenakan komponen tambahan tidak diproduksi sendiri dalam

perusahaan, sehingga persediaan sangat mempengaruhi kelancaran proses

produksi.

Unit/ 4 Minggu = Unit/Minggu x Jumlah Minggu Kerja/bulan

Unit/ 4 Minggu = 150 x 4 = 600 unit

5. Kolom 9 berisi volume material dari komponen tambahan sekat. Rumus

volume yang digunakan adalah rumus balok. Hal tersebut dikarenakan bentuk

sekat yang seperti balok. Satuan perlu dikonversi ke dalam satuan m3 (meter

kubik) karena mengacu pada satuan internasional (SI).

Volume material = p x l x t = 5 x 5 x 1 = 25 cm3 = 0,000025 m

3

6. Kolom 10 berisi volume unit komponen tambahan selama 4 minggu.

Volume unit = Unit/ 4 Minggu x Volume Material

Volume unit = 600 x 0,000025 = 0,015 m3

III-12

7. Kolom 11 berisi luas lantai yang diperlukan untuk komponen tambahan sekat

dengan mempertimbangkan tinggi maksimal model rak yaitu 2 meter.

Ketinggian maksimal dipilih 2 meter karena rata-rata tinggi manusia tidak

lebih dari 2 meter sehingga meskipun cukup tinggi namun dengan dimensi

yang relatif lebih kecil diharapkan operator akan mudah dalam menjangkau

komponen tambahan tersebut. Selain itu, tinggi maksimal 2 meter dapat

menghemat penggunaan ruangan gudang bahan baku.

Luas Lantai = Volume Unit : Tinggi maksimal model rak

Luas Lantai = 0,015 : 2 = 0,0075 m2

8. Kolom 12 berisi kelonggaran atau toleransi yang diberikan agar proses

produksi berjalan dengan lancar. Kelonggaran ditentukan dengan

mempertimbangkan faktor operator, mesin, dan bahan baku. Sehingga dalam

pemindahan bahan baku komponen tambahan, operator tidak akan mengalami

kesulitan dan kualitas bahan baku tetap terjamin. Pemberian kelonggaran

diasumsikan 100% untuk area pengambilan yang dilakukan oleh operator

sedangkan sisanya 100% untuk gang sehingga aliran bahan tetap lancar.

Allowance = Luas Lantai x allowance 200% = 0,0075 x 200% = 0,015 m2

9. Kolom 11 berisi total luas lantai yang diperlukan untuk komponen tambahan.

Total Luas Lantai = Luas Lantai + Allowance = 0,0075 + 0,015 = 0,0225 m2

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka luas area yang diperlukan untuk

menyimpan komponen tambahan sekat dalam gudang bahan baku (receiving)

yaitu 0,0225 m2.

3.3.2 Luas Lantai Mesin

Perhitungan luas lantai mesin dilakukan untuk memperkirakan area yang

akan digunakan untuk menempatkan mesin-mesin yang akan digunakan selama

proses produksi. Dalam perhitungan luas lantai mesin, perlu diperhatikan

mengenai gang. Penentuan besarnya gang dipengaruhi oleh ukuran faktor

manusia, peralatan atau mesin, dan bahan baku yang digunakan. Data-data yang

diperlukan untuk perhitungan luas lantai mesin yaitu nama mesin atau peralatan,

jumlah mesin atau peralatan, ukuran mesin atau peralatan, dan toleransi bahan.

III-13

Data penunjang tersebut dapat diperoleh dari data mesin-mesin dan multi product

process chart. Tabel 3.4 berikut ini merupakan hasil perhitungan luas lantai mesin

produk rak buku.

Tabel 3.4 Luas Lantai Mesin

Nama Mesin Departemen Jumlah

Mesin

Ukuran (m)

Luas

Mesin

(m2)

Luas

Seluruh

Mesin

(m2)

Toleransi

Bahan

(100%)

Allowance

(200%)

Total

Luas/Departemen

(m2) P L

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Meja Fabrikasi

Departemen

Fabrikasi

14 2.5 2 5 70 70 140 280

Mesin Potong 14 2 1 2 28 28 56 112

Mesin Serut 6 2 1 2 12 12 24 48

Mesin Bor 2 2 1 2 4 4 8 16

Meja

Assembling

Departemen

Perakitan 4 2.5 2.5 6.25 25 25 50 100

Total Luas Lantai Mesin 556

Contoh perhitungan dan analisis mengenai luas lantai mesin untuk meja fabrikasi

dapat dilihat sebagai berikut:

1. Kolom 1, 2, 3, dan 4 dapat diketahui dari data-data penunjang.

2. Kolom 5 berisi luas lantai mesin tanpa toleransi dan allowance. Luas lantai

ini menggunakan rumus persegi panjang.

Luas mesin = p x l = 2,5 x 2 = 5 m2

3. Kolom 6 berisi luas seluruh mesin berdasarkan jumlah mesin yang akan

digunakan pada multi product process chart (MPPC).

Luas seluruh mesin = jumlah mesin x luas mesin = 14 x 5 = 70 m2

4. Kolom 7 berisi toleransi yang diberikan karena sebelum mesin melanjutkan

proses selanjutnya biasanya terdapat bahan baku yang letaknya dekat dengan

mesin tersebut. Luas toleransi diberikan untuk jalannya aliran produksi

sehingga tidak mengalami kesulitan sewaktu proses produksi berjalan.

Toleransi bahan = luas seluruh mesin x toleransi bahan 100%

Toleransi bahan = 70 x 100% = 70 m2

5. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan. Luas allowance sebesar 100%

diberikan untuk operator yang menjalankan mesin tersebut sedangkan sisanya

100% untuk jalannya alat-alat pengangkut bahan dan barang (gang).

III-14

Allowance = luas seluruh mesin x allowance 200%

Allowance =70 x 200% = 140 m2

6. Kolom 9 berisi total luas departemen berdasarkan luas seluruh mesin,

toleransi bahan, dan allowance.

Total luas/departemen = luas seluruh mesin + toleransi bahan + allowance

Total luas/departemen = 70 + 70 + 140 = 280 m2

Berdasarkan hasil tersebut, maka luas area yang dibutuhkan untuk proses

pengukuran dengan meja fabrikasi adalah sebesar 280 m2.

3.3.3 Luas Lantai Gudang Barang Jadi

Perhitungan luas lantai gudang barang jadi (shipping) dilakukan untuk

mengetahui area yang digunakan untuk menyimpang produk jadi hasil produksi.

Data-data yang diperlukan untuk perhitungan luas lantai gudang barang jadi yaitu

nama produk, ukuran produk, dan tinggi tumpukan. Tabel 3.5 berikut ini

merupakan hasil perhitungan luas lantai gudang barang jadi rak buku.

Tabel 3.5 Luas Lantai Gudang Barang Jadi

Nama

Produk

Ukuran Produk (m)

Vol

(m3)

Produk

Jadi/Minggu

Total

Volume

(m3)

Tinggi

Tumpukan (m)

Luas

lantai

(m2)

Allowance

(200%)

Total Luas

Lantai (m2) P L T

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Rak Buku 0.65 0.65 0.9 0.38 150 57.04 1 57.04 114.08 171.12

Perhitungan luas lantai gudang barang jadi produk rak buku:

1. Data nama produk (kolom 1) dan ukuran produk (kolom 2) dapat diperoleh

dari data penunjang.

2. Kolom 3 berisi volume produk jadi rak buku. Bentuk rak buku diasumsikan

seperti balok. Maka persamaan yang digunakan yaitu:

Volume = p x l x t = 0,65 x 0,65 x 0,9 = 0,38 m3

3. Kolom 4 berisi total produk jadi yang dapat dibuat dalam jangka waktu 1

minggu.

Produk jadi/minggu = kapasitas produksi/hari x jumlah hari kerja/minggu

Produk jadi/minggu = 30 x 5 = 150 unit

III-15

4. Kolom 5 berisi total volume dari seluruh barang jadi dalam 1 minggu.

Total volume = volume x produk jadi/minggu

Total volume = 0,38 x 150 = 57,04 m3

5. Kolom 6 berisi tinggi maksimal tumpukan yaitu 1 meter. Alasan pemilihan

tinggi maksimal tumpukan tersebut yaitu agar barang jadi tidak mengalami

kerusakan pada saat ditumpuk dan kualitas masih terjamin. Selain itu, untuk

mempermudah operator dalam menjangkau produk jadi.

6. Kolom 7 berisi luas lantai yang digunakan untuk menyimpan barang jadi.

Luas lantai = total volume : tinggi maksimal tumpukan

Luas lantai = 57,04 : 1 = 57,04 m2

7. Kolom 8 berisi allowance yang diberikan terhadap area penyimpanan barang

jadi. Allowance yang digunakan yaitu 200% dimana 100% diperuntukkan

bagi area operator yang menyimpan atau mengangkut barang jadi sedangkan

sisanya 100% digunakan sebagai jalannya alat-alat pengangkut barang jadi

(gang).

Allowance = luas lantai x allowance 200%

Allowance = 57,04 x 200% = 114,08 m2

8. Kolom 9 berisi total luas lantai yang digunakan untuk menyimpan barang jadi

meliputi allowance.

Total luas lantai = luas lantai + allowance

Total luas lantai = 57,04 + 114,08 = 171,12 m2

Hasil tersebut menyatakan luas area yang digunakan untuk meyimpan barang

jadi rak buku selama 1 minggu adalah sebesar 171,12 m2.

3.4. Analisis Pemindahan Bahan, Ongkos, dan Alokasi Layout

Material handling merupakan proses memindahkan bahan baku, barang

setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ke tempat tujuan yang telah

ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang

terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat

proses produksi yang lain. Proses pemindahan ini mengakibatkan adanya ongkos

III-16

pemindahan bahan yang mencakup jeins alat angkut dan jarak pemindahan.

Berdasarkan aktivitas tersebut maka menyebabkan perlunya melakukan penentuan

alokasi terhadap tata letak dari suatu pabrik.

3.4.1 Proses Pemindahan Bahan

Pemindahan bahan baku untuk produk rak buku dimulai dari gudang

bahan baku (receiving) model tumpukan. Bahan baku yang akan dipindahkan dari

gudang bahan baku model tumpukan yaitu kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1,

lingkaran 2, lingkaran 3, lingkaran 4, lingkaran 5, lingkaran 6, dan lingkaran 7.

Proses pemindahan yang pertama yaitu memindahkan semua komponen utama

menuju ruang pengukuran melewati gudang bahan baku (receiving) model rak.

Selanjutnya adalah proses pemindahan semua hasil pengukuran menuju ruang

pemotongan. Setelah dilakukan proses pemotongan, maka selanjutnya

dipindahkan menuju ruang penghalusan. Beberapa komponen utama hasil

penghalusan seperti kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2, lingkaran 3,

dan lingkaran 5 perlu dipindahkan ke ruang mesin bor untuk dilakukan proses

membuat lubang. Sementara itu, komponen utama seperti lingkaran 4, lingkaran

6, dan lingkaran 7 langsung dipindahkan ke ruang perakitan tanpa proses

melubangi.

Komponen utama yang telah melalui proses melubangi selanjutnya

dipindahkan ke ruang perakitan. Komponen tambahan yang berada di gudang

bahan baku (receiving) model rak langsung dipindahkan menuju ruang perakitan.

Karena komponen tambahan tidak mengalami proses untuk perubahan bentuk atau

dimensi. Komponen utama dan komponen tambahan yang terdapat pada ruang

perakitan, selanjutnya melalui proses perakitan hingga menjadi produk rak buku.

Produk rak buku yang telah dirakit selanjutnya dipindahkan ke gudang barang jadi

(shipping). Proses pemindahan barang dari satu departemen ke departemen lain

dalam lantai produksi tentunya membutuhkan alat angkut. Alat angkut yang dapat

digunakan yaitu orang untuk bobot maksimal 25 kg dengan ongkos Rp 500/meter,

walky pallet untuk bobot maksimal 150 kg dengan ongkos Rp 1.000/meter, dan

hand truck untuk bobot lebih dari 150 kg dengan ongkos 1.500 meter. Penentuan

III-17

alat angkut yang akan digunakan berdasarkan total berat semua komponen yang

dipindahkan dari satu departemen menuju departemen yang lain dalam lantai

produksi.

3.4.2 Ongkos Penanganan Material (OMH)

Perhitungan ongkos penanganan material (OMH) dilakukan untuk

meminimalkan ongkos pemindahan material dari satu departemen ke departemen

lainnya dalam lantai produksi. Selain itu dengan menghitung ongkos penanganan

material dapat diketahui pula alat angkut yang digunakan untuk memindahkan

material dari satu departemen ke departemen lainnya dalam lantai produksi.

Perhitungan ongkos penanganan material (OMH) diperlukan beberapa data

penunjang yaitu peta proses operasi, routing sheet, dan luas lantai. Berikut ini

adalah ketentuan alat angkut beserta spesifikasinya yang akan digunakan sesuai

dengan ongkos yang dikeluarkan:

1. ≤ 25 kg : orang = Rp 500,-

2. 25-150 kg : walky pallet = Rp 1.000,-

3. 150 kg : hand Truck = Rp 1.500,-

Berdasarkan data-data penunjang tersebut, maka dapat dilakukan proses

perhitungan ongkos penanganan material (OMH). Tabel 3.6 berikut merupakan

hasil perhitungan ongkos penanganan material (OMH) pada lantai produksi rak

buku.

Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH)

Dari Ke Nama

Komponen

Bentuk

Material

Potongan

Material

Produk/

Hari

Jumlah

Tiap

Bentuk

Berat

Bentuk

(Kg)

Berat

Total

(Kg)

Alat

Angkut

OMH

(Rp/

meter)

Jarak

(m)

Total

Ongkos

(Rp)

Receiving

(Model

Tumpukan)

Meja

Fabrikasi

Kaki 1 Kayu 1 57,41 58 0,5 29

Hand

Truck 1500 11,77 17655

Kaki 2 Kayu 1 57,99 58 0,5 29

Kaki 3 Kayu 1 57,99 58 0,5 29

Lingkaran 1 Kayu 1 165,22 166 0,5 83

Lingkaran 2 Kayu 1 173,86 174 0,45 78,3

Lingkaran 3 Kayu 1 197,76 198 0,4 79,2

Lingkaran 4 Kayu 1 215,06 216 0,1 21,6

Lingkaran 5 Kayu 1 107,61 108 0,25 27

Lingkaran 6 Kayu 1 144,42 145 0,2 29

Lingkaran 7 Kayu 1 112,88 113 0,15 16,95

Total 422,05

III-18

Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH) (Lanjutan)

Dari Ke Nama

Komponen

Bentuk

Material

Potongan

Material

Produk/

Hari

Jumlah Tiap

Bentuk

Berat Bentuk

(Kg)

Berat Total

(Kg)

Alat

Angkut

OMH (Rp/

meter)

Jarak

(m)

Total Ongkos

(Rp)

Meja

Fabrikasi

Mesin

Potong

Kaki 1 Kayu 1 57,41 58 0,5 29

Hand

Truck 1500 13,66 20490

Kaki 2 Kayu 1 57,99 58 0,5 29

Kaki 3 Kayu 1 57,99 58 0,5 29

Lingkaran 1 Kayu 1 165,22 166 0,5 83

Lingkaran 2 Kayu 1 173,86 174 0,45 78,3

Lingkaran 3 Kayu 1 197,76 198 0,4 79,2

Lingkaran 4 Kayu 1 215,06 216 0,1 21,6

Lingkaran 5 Kayu 1 107,61 108 0,25 27

Lingkaran 6 Kayu 1 144,42 145 0,2 29

Lingkaran 7 Kayu 1 112,88 113 0,15 16,95

Total 422,05

Mesin

Potong

Mesin

Serut

Kaki 1 Kayu 1 30,24 31 0,5 15,5

Hand

Truck 1500 8,76 13140

Kaki 2 Kayu 1 30,24 31 0,5 15,5

Kaki 3 Kayu 1 30,24 31 0,5 15,5

Lingkaran 1 Kayu 1 60,8 61 0,5 30,5

Lingkaran 2 Kayu 1 60,85 61 0,45 27,45

Lingkaran 3 Kayu 1 60,89 61 0,4 24,4

Lingkaran 4 Kayu 1 30,56 31 0,1 3,1

Lingkaran 5 Kayu 1 30,02 31 0,25 7,75

Lingkaran 6 Kayu 1 61,32 62 0,2 12,4

Lingkaran 7 Kayu 1 61,46 62 0,15 9,3

Total 161,4

Mesin

Serut Mesin Bor

Kaki 1 Kayu 1 30,01 31 0,5 15,5

Walky

Pallet 1000 5,46 5460

Kaki 2 Kayu 1 30,01 31 0,5 15,5

Kaki 3 Kayu 1 30,01 31 0,5 15,5

Lingkaran 1 Kayu 1 60,02 61 0,5 30,5

Lingkaran 2 Kayu 1 60,05 61 0,45 27,45

Lingkaran 3 Kayu 1 60,06 61 0,4 24,4

Lingkaran 5 Kayu 1 30,02 31 0,25 7,75

Total 136,6

Mesin

Serut

Meja

Perakitan

Lingkaran 4 Kayu 1 30 30 0,1 3

Orang 500 12,46 6230 Lingkaran 6 Kayu 1 60 60 0,2 12

Lingkaran 7 Kayu 1 60 60 0,15 9

Total 24

Mesin

Bor

Meja

Perakitan

Kaki 1 Kayu 1 30 30 0,5 15

Walky

Pallet 1000 7 7000

Kaki 2 Kayu 1 30 30 0,5 15

Kaki 3 Kayu 1 30 30 0,5 15

Lingkaran 1 Kayu 1 60 60 0,5 30

Lingkaran 2 Kayu 1 60 60 0,45 27

Lingkaran 3 Kayu 1 60 60 0,4 24

Lingkaran 5 Kayu 1 30 30 0,25 7,5

Total 133,5

III-19

Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH) (Lanjutan)

Dari Ke Nama

Komponen

Bentuk

Material

Potongan

Material

Produk/

Hari

Jumlah Tiap

Bentuk

Berat Bentuk

(Kg)

Berat Total

(Kg)

Alat

Angkut

OMH (Rp/

meter)

Jarak

(m)

Total Ongkos

(Rp)

Receiving

(Model

Rak)

Meja

Perakitan

Perakitan 1

Orang 500 43,36 21680

Engsel (2) Besi 2 60 30 0,01 0,3

Perakitan 2

Engsel (2) Besi 2 60 30 0,01 0,3

Perakitan 3

Sekrup 2 cm (2)

Besi 25 60 2 0,5 1

Perakitan 4

Sekrup 2 cm

(5) Besi 10 150 3 0,5 1,5

Sekat (2) Kayu 2 60 60 0,1 6

Perakitan 5

Sekrup 2 cm

(5) Besi 10 150 3 0,5 1,5

Sekat (2) Kayu 2 60 60 0,1 6

Perakitan 7

Sekrup 2 cm

(2) Besi 25 60 2 0,5 1

Sekat (1) Kayu 1 30 30 0,1 3

Total 20,6

Meja

Perakitan Shipping Rak Buku

Produk

Jadi 1 30 30 3,72 111,6

Walky

Pallet 1000 11,54 11540

Total 114 103195

Contoh perhitungan dan analisis untuk perhitungan ongkos penanganan material

(OMH) komponen kaki 1 dari receiving ke meja fabrikasi dapat dilihat sebagai

berikut.

Kolom 1,2,3,4 = Data diketahui dari data komponen utama dan MPPC.

Kolom 5 = Untuk komponen utama didapat dari pembagian volume

diterima dengan volume dipakai. Contoh perhitungan:

Potongan material = buah 104,190x30x1

91x31x1

Kolom 6 = Data diperoleh dari bahan disiapkan untuk komponen kaki 1

yang terdapat pada routing sheet.

Kolom 7 = Datanya diperoleh dari pembagian antara kolom 6 dengan

kolom 5.

5841,571

41,57

MaterialPotongan

iProduk/har Bentuk TiapJumlah

Kolom 8 = Diketahui dari data komponen utama.

III-20

Kolom 9 = Datanya diperoleh dari perkalian antara kolom 7 dengan

kolom 8. Contoh perhitungan komponen kaki 1:

Berat Total = Jumlah tiap bentuk x berat bentuk

= 58 x 0,5 = 29 kg

Kolom 10 = Penentuan alat angkut yang digunakan untuk memindahkan

material. Datanya diperoleh dengan ketentuan sesuai dengan

data penunjangnya. Karena berat total untuk perpindahan dari

receiving ke meja fabrikasi adalah sebesar 422,05 kg. Maka

alat angkut yang tepat digunakan adalah hand truck, karena

dapat menampung material untuk bobot lebih dari 150 kg.

Kolom 11 = Karena alat angkut yang digunakan yaitu hand truck, maka

material handling cost untuk perpindahannya yaitu Rp 1.500

untuk setiap meter yang ditempuh.

Kolom 12 = Datanya diperoleh dari jarak yang ditempuh dari gudang

bahan baku komponen utama ke meja fabrikasi dengan

menggunakan rumus berikut.

Jarak = C2

1+B+A

2

1

Jarak = + tumpukanmodel lantai Luas2

1

pengukuran ruang lantai luas2

1+rak model lantai luas

Jarak = meter 11,77=2802

1+0,05031+40,53

2

1

Kolom 13 = Datanya diperoleh dari hasil perkalian antara kolom 11

dengan kolom 12. Contoh perhitungan:

Total ongkos = OMH x Jarak antar Departemen

= Rp 1,500,- x 11,77 = Rp. 17.655,-

Penanganan material dari gudang bahan baku model rak untuk komponen

tambahan ke meja perakitan memiliki cara perhitungan yang berbeda karena

komponen tambahan dibawa dalam bentuk kemasan. Berikut ini merupakan

contoh perhitungan komponen tambahan sekrup 2 cm pada perakitan ke-3.

III-21

Kolom 1,2,3,4 = Data diketahui dari data komponen tambahan, PPO dan

MPPC.

Kolom 5 = Untuk komponen tambahan didapat dari pembagian unit

tersedia dengan kauntitas yang dibutuhkan untuk setiap

perakitan. Contoh perhitungan:

Potongan material = 25=2

50

Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam 1 kemasan sekrup

2 cm hanya dapat digunakan sebanyak 25 perakitan pada

perakitan ke-3. Sedangkan dalam 1 hari, terdapat 30

perakitan, maka dari itu tidak cukup 1 kemasan untuk

perakitan ke-3.

Kolom 6 = Data diperoleh dari jumlah sekrup yang disiapkan untuk

perakitan ke-3 selama 30 perakitan. Contoh perhitungan:

2 x 30 perakitan = 60 unit sekrup

Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah unit sekrup yang

dibutuhkan untuk perakitan ke-3 dalam 1 hari adalah 60 unit

sekrup.

Kolom 7 = Datanya diperoleh dari pembagian antara kolom 6 dengan

kolom 5.

kemasan 2≈1,2=50

60=

kemasan isi

produksiKebutuhan =Bentuk TiapJumlah

Kolom 8 = Diketahui dari data komponen tambahan.

Kolom 9 = Datanya diperoleh dari perkalian antara kolom 7 dengan

kolom 8. Contoh perhitungan sekrup 2 cm:

Berat Total = Jumlah tiap bentuk x berat bentuk

= 2 x 0,5 = 1 kg

Kolom 10 = Penentuan alat angkut yang digunakan untuk memindahkan

material. Datanya diperoleh dengan ketentuan sesuai dengan

data penunjangnya. Karena berat total untuk perpindahan dari

receiving ke meja perakitan adalah sebesar 20,6 kg. Maka

III-22

alat angkut yang tepat digunakan adalah orang, karena dapat

menampung material untuk bobot kurang dari 25 kg.

Kolom 11 = Karena alat angkut yang digunakan yaitu orang, maka

material handling cost untuk perpindahannya yaitu Rp 500

untuk setiap meter yang ditempuh.

Kolom 12 = Datanya diperoleh dari jarak yang ditempuh dari gudang

bahan baku komponen tambahan ke meja perakitan dengan

menggunakan rumus berikut.

Jarak = F2

1 + E + D+C +B+A

2

1

Jarak = pengukuran ruang LL.+rak model LL.2

1

npenghalusa ruang LL.+pemotongan ruang LL.+

perakitan ruang LL.2

1+melubangi ruang LL.+

Jarak = meter 43,36=1002

1 + 16+ 48 + 112 + 280+0,05031

2

1

Kolom 13 = Datanya diperoleh dari hasil perkalian antara kolom 11

dengan kolom 12. Contoh perhitungan:

Total ongkos = OMH x Jarak antar Departemen

= Rp 500,- x 43,36 = Rp. 21.680,-

Lantai produksi rak buku terdiri dari 8 departemen yaitu departemen

gudang bahan baku model tumpukan, gudang bahan baku model rak, departemen

pengukuran, departemen pemotongan, departemen penghalusan, departemen

melubangi, departemen perakitan, dan departemen gudang barang jadi.

Banyaknya tahapan aliran bahan yang harus dilalui yaitu sebanyak 8 tahapan

meliputi perpindahan dari receiving (gudang bahan baku) ke meja fabrikasi

(komponen utama), meja fabrikasi ke mesin potong, mesin potong ke mesin serut,

mesin serut ke mesin bor, mesin serut ke meja perakitan, mesin bor ke meja

perakitan, receiving (gudang bahan baku) ke meja perakitan (komponen

tambahan), dan meja perakitan ke shipping (gudang barang jadi). Tingkat aliran

III-23

material dipengaruhi oleh faktor kuantitas atau jumlah material yang dipindahkan

dan jarak perpindahan material tersebut. Aktivitas penanganan material

merupakan aktivitas yang non produktif karena tidak memberikan nilai apa-apa

terhadap material. Penentuan alat angkut yang tepat dapat meminimalkan ongkos

penanganan bahan (OMH) pada modal kerja dan pembelian alat angkut menjadi

lebih efisien karena disesuaikan dengan kapasitas angkutnya.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat terdapat

beberapa analisis. Potongan material menunjukkan jumlah unit komponen yang

dapat diproduksi dari 1 unit papan yang dipesan dari supplier. Potongan material

sebesar 1 unit menunjukkan bahwa papan yang dipesan dari supplier hanya dapat

diproduksi komponen utama sebanyak 1 unit. Hal tersebut dikarenakan kebijakan

perusahaan yang memesan komponen yang ukurannya telah ditambah allowance

sebesar 1 cm. Kolom produk/hari menunjukkan jumlah unit komponen yang harus

disiapkan sebelum proses pada tempat yang dituju dilaksanakan berdasarkan

routing sheet. Kolom jumlah tiap bentuk menunjukkan jumlah unit komponen

yang harus disediakan dari hasil pembagian antara kolom produk/hari dengan

potongan material. Hasil pembagian tersebut dilakukan pembulatan, hal tersebut

dikarenakan menunjukkan jumlah unit papan yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan yang diinginkan.

Berat total paling besar diperoleh dari penanganan material dari gudang

bahan baku komponen utama ke meja fabrikasi dan meja fabrikasi ke meja

potong. Hal ini dikarenakan material yang dipesan dari supplier belum mengalami

perubahan bentuk sehingga bobot setiap komponen belum berkurang. Penentuan

alat angkut yang akan digunakan pada penerapan material handling cost ini hanya

berdasarkan karakteristik material untuk bobot. Sehingga masih sulit menentukan

apakah kualitas komponen masih terjamin untuk setiap penanganan materialnya.

Jarak terjauh yang ditempuh dalam penanganan material produk rak buku yaitu

dari gudang bahan baku model rak untuk komponen tambahan ke meja perakitan.

Hal tersebut dikarenakan untuk mencapai tempat tujuan, harus melewati beberapa

lantai produksi seperti meja fabrikasi, mesin potong, mesin serut, dan mesin bor.

Hasil perhitungan penanganan material ini belum optimal, karena seharusnya

III-24

sebelum melakukan perhitungan material handling cost, perlu ditentukan terlebih

dahulu aliran material yang digunakan. Aliran material akan mempengaruhi

perhitungan jarak antar mesin atau departemen dan pada akhirnya akan

mempengaruhi total biaya penanganan material.

3.5. Alokasi Layout

Secara umum, alokasi layout dilakukan untuk mengetahui pola aliran

aktivitas yang akan digunakan pada perusahaan khususnya pada lantai produksi.

Pola aliran aktivitas tersebut mempertimbangkan ongkos penanganan material

(OMH) dan skala prioritas sehingga akan meminimalkan ongkos penanganan

material dan layout menjadi lebih optimal. Alokasi layout ini terdiri dari empat

bagian yaitu from to chart (FTC), in flow - out flow (IF – OF), tabel skala prioritas

(TSP), dan allocation relationship diagram (AAD).

3.5.1 From To Chart (FTC)

From to chart (FTC) merupakan gambaran tentang total ongkos

penanganan material (OMH) dari suatu bagian aktivitas ke aktivitas lain dalam

lantai produksi. Sebelum membuat from to chart (FTC), masing-masing

departemen dalam lantai produksi dapat disimbolkan sebagai berikut.

1. R = Gudang bahan baku (receiving)

2. F1 = Meja Fabrikasi

3. F2 = Mesin Potong

4. F3 = Mesin serut

5. F4 = Mesin bor

6. A1= Meja perakitan

7. S = Shipping (gudang barang jadi)

Berdasarkan data penunjang ongkos penanganan material (OMH) pada

Tabel 3.6, maka dapat dihitung ongkos yang masuk ke mesin (inflow) dan ongkos

yang keluar dari mesin (outflow) dalam perhitungan from to chart (FTC). Pada

tabel from to chart (FTC) perhitungan yang dilakukan menggunakan ongkos

penanganan material (OMH). Karena ongkos penanganan material (OMH) telah

III-25

mempertimbangkan jarak dan alat angkut yang digunakan. Sehingga parameter

yang tepat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan aliran material

yaitu ongkos penanganan material. Tabel 3.7 berikut ini merupakan tabel from to

chart (FTC) yang berisi ongkos inflow dan outflow untuk setiap mesin atau

departemen pada lantai produksi rak buku.

Tabel 3.7 From To Chart (FTC)

To R F1 F2 F3 F4 A1 S Jumlah

From

R 17655 21680 39335

F1 20490 20490

F2 13140 13140

F3 5460 6230 11690

F4 7000 7000

A1 11540 11540

S 0

Jumlah 0 17655 20490 13140 5460 34910 11540 103195

Berdasarkan Tabel 3.7 mengenai from to chart (FTC) yang berisi ongkos

mesin, maka didapat dilihat bahwa ongkos penanganan material (OMH) yang

paling besar dikeluarkan yaitu berasal dari receiving atau gudang bahan baku. Hal

tersebut gudang bahan baku terdiri dari dua bagian yaitu gudang bahan baku

komponen utama yang mengirim komponen utama rak buku ke meja fabrikasi dan

gudang bahan baku komponen tambahan yang mengirim komponen tambahan ke

meja perakitan. Sedangkan ongkos penanganan material (OMH) yang paling besar

dimasukkan yaitu departemen meja perakitan. Hal tersebut karena lantai produksi

pada departemen meja perakitan menerima penanganan material komponen

tambahan dari receiving, komponen utama yang telah dihaluskan atau diratakan

dari departemen mesin serut, dan komponen utama yang telah dilubangi dari

departemen mesin bor. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa semakin jauh jarak

yang ditempuh maka ongkos penanganan material yang dikeluarkan akan semakin

besar.

III-26

3.5.2 In Flow – Out Flow (IF – OF)

Berdasarkan from to chart (FTC) pada Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa nilai-

nilai tiap selnya diperoleh tabel ongkos penanganan material (OMH). Selanjutnya

dilakukan perhitungan untuk FTC inflow dan FTC outflow. FTC inflow dilakukan

untuk menghitung ongkos yang masuk dari suatu mesin ke mesin lainnya,

sedangkan FTC outflow untuk menghitung ongkos yang keluar dari satu mesin

atau area ke mesin atau area lainnya. Tabel 3.8 berikut ini merupakan hasil

perhitungan from to chart (FTC) in flow pada lantai produksi rak buku.

Tabel 3.8 From To Chart (FTC) In Flow

To R F1 F2 F3 F4 A1 S

From

R 1 0,63

F1 1

F2 1

F3 1 0,18

F4 0,21

A1 1

S

In flow merupakan koefisien atas ongkos pada mesin dilihat dari ongkos

yang masuk ke dalam mesin. Berikut ini merupakan contoh perhitungan in flow

dari gudang bahan baku (receiving) menuju meja fabrikasi.

1 =17655

17655=

mesin kemasuk yang

mesin di ongkos =ongkos

Inflow

Nilai koefisien sebesar 1 menunjukkan bahwa ongkos yang masuk ke

mesin sebanding dengan ongkos yang terdapat di mesin. Sedangkan nilai

koefisien yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa ongkos yang masuk ke mesin

lebih besar dibandingkan dengan ongkos pada mesin. Hal tersebut disebabkan

karena mesin yang digunakan menerima pengiriman komponen dari beberapa

department misal pada meja perakitan yang menerima komponen-komponen dari

gudang bahan baku (receiving), mesin serut, dan mesin bor. Berdasarkan Tabel

3.8 dapat dilihat bahwa pada from to chart (FTC) in flow koefisien terkecil adalah

0,18 dari departemen mesin serut ke departemen meja perakitan. Setelah

III-27

perhitungan from to chart inflow, maka langkah selanjutnya adalah perhitungan

from to chart outflow untuk menentukan apakah ada koefisien yang lebih kecil

dibandingkan 0,18. Tabel 3.9 berikut hasil perhitungan ongkos yang keluar dari

mesin (out flow) pada lantai produksi rak buku.

Tabel 3.9 From To Chart (FTC) Out Flow

To R F1 F2 F3 F4 A1 S

From

R 0,87 1,88

F1 1,56

F2 1,13

F3 0,78 0,54

F4 0,61

A1 ∞

S

Out flow merupakan koefisien atas ongkos pada mesin dilihat dari ongkos

yang keluar dari dalam mesin. Berikut ini merupakan contoh perhitungan from to

chart (FTC) out flow dari gudang bahan baku (receiving) ke meja fabrikasi.

0,87 =20490

17655=

mesin darikeluar yang ongkos

mesin di ongkos =Outflow

Berdasarkan hasil perhitungan from to chart (FTC) out flow, tidak terdapat

nilai koefisien sebesar 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa ongkos yang keluar

dari mesin tidak ada yang sebanding dengan ongkos di mesin untuk semua lantai

produksi. Nilai koefisien yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa ongkos yang

keluar dari mesin lebih besar dibandingkan dengan ongkos pada mesin. Hal

tersebut disebabkan karena mesin yang digunakan menerima pengiriman

komponen dari beberapa departemen misal pada meja perakitan yang menerima

komponen-komponen dari gudang bahan baku (receiving), mesin serut, dan mesin

bor.Sedangkan koefisien yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa ongkos

yang keluar dari mesin lebih kecil dibandingkan dengan ongkos di mesin.

Terdapat koefisien ∞ pada Tabel 3.9, hal tersebut dikarenakan tidak ada ongkos

penanganan material yang keluar dari shipping namun hanya terdapat ongkos

distribusi yang tidak dipertimbangkan dalam menentukan aliran material.

III-28

Berdasarkan Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa koefisien terkecil adalah sebesar 0,54

dari departemen mesin serut ke departemen meja perakitan.

3.5.3 Tabel Skala Prioritas (TSP)

Tabel skala prioritas (TSP) merupakan gambaran urutan prioritas antara

departemen atau mesin dalam suatu lintas atau layout produksi. Tujuan tabel skala

prioritas (TSP) yaitu untuk meminimumkan ongkos, untuk memperkecil jarak

handling, dan untuk mengoptimalkan layout. Berdasarkan hasil perhitungan

koefisien terkecil dari from to chart (FTC) in flow dan out flow dapat dilihat

bahwa nilai koefisien paling kecil adalah 0,18 yang berada pada perhitungan from

to chart (FTC) in flow. Maka untuk mengisi tabel skala prioritas diutamakan meja

perakitan terlebih dahulu dan seterusnya sesuai dengan urutan koefisien dari

terkecil hingga terbesar. Tabel 3.10 berikut ini merupakan tabel skala prioritas

(TSP) pada lantai produksi rak buku.

Tabel 3.10 Tabel Skala Prioritas (TSP)

Departemen/Mesin Prioritas

I II

R A1 F1

F1 F2

F2 F3

F3 A1 F4

F4 A1

A1 S

Berdasarkan tabel skala prioritas di atas, dapat diketahui bahwa lokasi

gudang bahan baku (receiving) harus berdekatan dengan departemen meja

perakitan (prioritas pertama) dan departemen meja fabrikasi (prioritas kedua).

Lokasi meja fabrikasi harus berdekatan dengan lokasi mesin potong. Lokasi mesin

potong harus berdekatan dengan lokasi mesin serut. Lokasi mesin serut harus

berdekatan dengan lokasi meja perakitan (prioritas pertama) dan lokasi mesin bor.

Lokasi mesin bor harus berdekatan dengan lokasi meja perakitan. Serta lokasi

meja perakitan harus berdekatan dengan gudang barang jadi (shipping).

III-29

3.5.4 Activity Relationship Diagram (ARD)

Activity relationship diagram (ARD) adalah diagram hubungan antar

aktivitas (departemen atau mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan dengan

kata lain meminimumkan ongkos handling. Tujuan dari pembuatan activity

relationship diagram (ARD) yaitu menentukan letak lokasi departemen satu

dengan yang lain, dan menggambarkan hubungan derajat kepentingan antar

departemen, sehingga perencanaan yang ditentukan dapat berjalan dengan tepat.

Keuntungan pembuatan activity relationship diagram (ARD), yaitu pembagian

wilayah kegiatan menjadi sistematis, meminimumkan ruangan yang tidak

digunakan dan memudahkan proses tata letak.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel skala prioritas pada Tabel

3.10, maka selanjutnya adalah membuat activity relationship diagram (ARD).

Gambar 3.2 sampai dengan Gambar 3.. berikut ini merupakan alternatif-alternatif

activity relationship diagram (ARD) yang dapat digunakan dalam lantai produksi

rak buku.

Gambar 3.2 ARD Alternatif 1

Alternatif ke-1 mendekati aliran melingkar (circular). Pola ini hampir

sama dengan pola U-Shaped, diharapkan barang atau produk kembali ke tempat

awal proses, penerimaan dan pengiriman pada satu tempat sama, dan digunakan

mesin dengan rangkaian yang sama untuk kedua kalinya.

Gambar 3.3 ARD Alternatif 2

S

A1

F4

F3

F2F1R

S

A1

F4 F3

F2F1

R

III-30

Alternatif ke-2 mendekati aliran melingkar (circular). Pola ini hampir

sama dengan pola U-Shaped, diharapkan barang atau produk kembali ke tempat

awal proses, penerimaan dan pengiriman pada satu tempat sama, dan digunakan

mesin dengan rangkaian yang sama untuk kedua kalinya.

Gambar 3.4 ARD Alternatif 3

Alternatif ke-3 mendekati aliran melingkar (circular). Pola ini hampir

sama dengan pola U-Shaped, diharapkan barang atau produk kembali ke tempat

awal proses, penerimaan dan pengiriman pada satu tempat sama, dan digunakan

mesin dengan rangkaian yang sama untuk kedua kalinya.

Gambar 3.5 ARD Alternatif 4

Alternatif ke-4 merupakan aliran bentuk U (U-shaped). Digunakan apabila

mengakhiri proses pada tempat yang relatif sama dengan awal proses. Hal ini

mungkin disebabkan pada pabrik tersebut hanya mempunyai satu jalur untuk

penerimaan bahan dan pengiriman produk jadi.

Gambar 3.6 ARD Alternatif 5

F3 S

RF1F2

F4

A1

F3

S

R

F1F2

F4A1

R

F2A1F4

F3

S

F1

III-31

Alternatif ke-5 mendekati aliran bentuk ular (zig-zag). Digunakan apabila

lintasan lebih panjang dari ruang yang dapat digunakan untuk ditempati, dan

karenanya berbelok-belok dengan sendirinya untuk memberikan lintasan aliran

yang lebih panjang dalam bangunan dengan luas, bentuk, dan ukuran yang lebih

ekonomis.

Berdasarkan lima activity relationship diagram (ARD) di atas, ada 5 jenis

aliran material berdasarkan dengan tabel skala prioritas (TSP). Berdasarkan

activity relationship diagram (ARD) maka letak lokasi departemen satu dengan

yang lain dapat ditentukan. Alternatif yang dipilih untuk diterapkan dalam

perancangan tata letak fasilitas adalah alternatif ke-4 dengan tipe U-shaped.

Alasan pemilihan tipe aliran material tersebut karena lebih mudah dalam

penerapannya, selain itu lebih ekonomis karena lintasan relatif lebih pendek

daripada alternatif yang lainnya sehingga akan memberikan efisiensi biaya

pemindahan material. Transportasi yang dilakukan untuk memasukkan komponen

dan mengeluarkan barang jadi dapat dilakukan dalam satu akses. ARD di atas

belum menggambarkan layout lantai produksi namun hanya sekedar aliran

material dari satu departemen ke departemen lain. Penempatan gudang bahan

baku maupun gudang barang jadi tidak diletakkan di tengah, karena dapat

menghambat proses pemindahan material.Nantinya pabrik yang akan didirikan

hanya mempunyai satu jalur untuk penerimaan bahan dan pengiriman produk jadi.

IV-1

BAB IV

ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI

4.1 Badan Hukum dan Karakteristik Perusahaan

Perusahaan merupakan suatu organisasi produksi dan niaga dalam

memuaskan kebutuhan masyarakat atau konsumen dengan menggunakan dan

memadukan faktor-faktor produksi secara efisien dan efektif. Bentuk kepemilikan

perusahaan bermacam-macam dari jenis badan usahanya. Badan usaha adalah

badan hukum yang bertujuan memperoleh keuntungan sebesar besarnya dari

usahanya. Badan hukum merupakan suatu badan usaha yang memiliki kekayaan

sendiri,yang terpisah dari harta kekayaan dari pendirianya atau para pengurusnya.

Para angota tidak bertanggung jawab atas harta kekayaannya tersebut dalam

saham yang dimilikinya.

Badan hukum memegang peranan yang penting dalam seluruh kegiatan

yang terdapat pada sebuah badan usaha. Tanpa adanya badan hukum yang jelas,

maka identitas dari perusahaan tersebut akan rancu. Badan hukum meliputi

perseroan terbatas, persekutuan komanditer, perseroan lainnya dan firma. CV

(Commanditaire Vennotschaap) adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang

didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama

dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara anggotanya. Satu pihak

dalam CV mengelola usaha secara aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak

lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi.

Pemimpin yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan

pemimpin yang hanya menyetor modal disebut sekutu pasif.

Karakteristik perusahaan dapat ditentukan melalui badan hukum, oleh

karena itu perusahaan yang akan dibuat diberi nama CV. Rajawali Nusantara. CV.

Rajawali Nusantara merupakan sebuah perusahaan yang didirikan oleh lima orang

dengan tugas dan wewenang yang berbeda-beda dalam memproduksi rak buku

dengan badan hukum berbentuk CV (Commanditaire Vennotschaap). Selain

badan hukum, logo perusahaan juga dapat menjadi satu hal yang dapat

IV-2

menunjukkan karakteristik dari perusahaan. Sebuah logo dapat menunjukkan

karakteristik perusahaan, sehingga dalam mendesain logo tersebut harus

menggunakan gambar, bentuk, serta warna yang memiliki makna dan

berkesinambungan. Logo CV. Rajawali Nusantara dapat dilihat pada Gambar 4.1

berikut ini.

Gambar 4.1 Logo Perusahaan

Setiap gambar, bentuk, serta warna yang digunakan dalam pembuatan logo

CV. Rajawali Nusantara memiliki kandungan makna tersendiri. Logo dari CV.

Rajawali Nusantara tersebut mempunyai arti yang merupakan harapan dan

deskripsi singkat mengenai perusahaan. Tulisan CV. Rajawali Nusantara

menunjukkan nama dari perusahaan. Warna merah pada tulisan CV. Rajawali

melambangkan kesan energi, kekuatan, dan keberanian untuk terus bersaing

dengan produsen furniture yang lain. Warna biru pada tulisan nusantara

melambangkan bahwa negara kita merupakan negara maritim yang sebagian besar

adalah lautan. Nama nusantara menunjukkan bahwa CV. Rajawali Nusantara akan

terus berkembang untuk menjadi salah satu produsen rak buku terbaik di

nusantara.

Gambar burung rajawali warna keemasan melambangkan kejayaan CV.

Rajawali Nusantara yang mampu bertahan untuk masa yang panjang. Selain itu,

rajawali merupakan burung yang tidak mengepak-ngepakkan sayapnya, tetapi dia

mengembangkan sayapnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa CV. Rajawali

Nusantara akan selalu berkembang dan melakukan perbaikan secara terus-

menerus seiring dengan berjalannya waktu dengan memanfaatkan teknologi dan

mengutamakan kepercayaan pelanggan yang disimbolkan dengan panah berwarna

biru yang berputar searah dengan putaran jarum jam. Warna putih pada

IV-3

background melambangkan kesederhanaan, kesempurnaan, dan persatuan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa seluruh elemen dalam CV. Rajawali Nusantara akan

bersatu memajukan perusahaan dari hal yang sederhana untuk mencapai hasil

yang sempurna.

4.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa

agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Hal ini sangat berkaitan dengan suatu

rencana yang akan disusun yang ingin di capai sutau lembaga untuk melaksanakan

suatu pekerjaan yang sifatnya umum. Cirinya berorientasi pada masa depan, tidak

dibuat berdasarkan trend saat ini, memperhatikan sejarah kultur, serta bersifat

ambisius. Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar

tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Karena penetapan

visi dan misi suatu organisasi sangat penting, maka CV. Rajawali Nusantara telah

menetapkan visi dan misi yang dibentuk sebagai motivasi diri demi kemajuan dan

perkembangan perusahaan. Visi dan misi dari CV. Rajawali Nusantara adalah

sebagai berikut:

1. Visi Perusahaan

Menjadi produsen rak buku terbaik dan terpercaya dengan mengutamakan

kebutuhan pelanggan.

2. Misi Perusahaan

a. Melakukan perbaikan secara terus menerus dalam segala bidang untuk

meningkatkan kualitas rak buku yang diproduksi dan memenuhi

permintaan konsumen.

b. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan

produk yang inovatif dan sesuai dengan keinginan pelanggan.

c. Membangun hubungan yang harmonis antara seluruh elemen perusahaan

dengan investor.

IV-4

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan dibuat dengan maksud untuk

memudahkan pengendalian dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan perusahaan

dan agar pembagian tugas serta wewenang lebih terorganisir dengan baik. Stuktur

organisasi dari CV. Rajawali Nusantara berbentuk vertikal dan fungsional yang

didasarkan pada pembagian tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan

spesialisasi yang dimiliki oleh pekerjanya. Struktur organisasi dari CV. Rajawali

Nusantara dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Struktur Organisasi

Tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang ada dalam struktur

organisasi pada CV. Rajawali Nusantara berbeda-beda. Tanggung jawab dari

masing-masing jabatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Direktur berfungsi sebagai pimpinan teratas serta penanggung jawab atas

berlangsungnya kegiatan perusahaan.

2. Manager produksi bertanggung jawab untuk mengatur kegiatan produksi

secara keseluruhan. mulai dari perencanaan produksi, kegiatan produksi, dan

pengendalian produksi. Selain itu juga meliputi pengendalian kualitas (quality

control) produk, gudang bahan baku dan gudang barang jadi.

3. Manager pemasaran bertanggung jawab untuk mengatur masalah

pendistribusian bahan baku dan barang jadi serta mengadakan riset dan

analisis terhadap perkembangan permintaan pasar untuk melihat

kemungkinan mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan

pelanggan.

Direktur

(Marulloh)

Manager Pemasaran

(Ario Windarto)

Manager HRD

(Ricky Akbar R.)

Manager Keuangan

(Warda Tizinia)

Manager Produksi

(Andri Saputra)

Staff Produksi Staff Pemasaran Staff HRD Staff Keuangan

IV-5

4. Manager keuangan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan,

mengarahkan, dan mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan keuangan

perusahaan.

5. Manager Human Resource and Development (HRD) bertanggung jawab

untuk mengurusi masalah ketenagakerjaan, mulai dari perekrutan sampai

dengan masalah kompensasi dari seluruh tenaga kerja pada perusahaan.

6. Staff yang terdiri dari 4 orang bertanggung jawab membantu manager di

setiap bagian agar proses kerja berjalan dengan lancar sehingga kinerja dari

atasan dan bawahan berjalan optimal.

4.4 Luas Lantai Perkantoran

Lantai perkantoran merupakan area yang dibutuhkan untuk tenaga kerja

tidak langsung khususnya perkantoran. Jumlah tenaga kerja perkantoran untuk

CV. Rajawali Nusantara sebanyak sembilan orang. Selain ruang untuk para

pekerja perkantoran, luas perkantoran juga digunakan untuk ruang rapat. Alokasi

untuk total dari luas lantai perkantoran CV. Rajawali Nusantara dapat dilihat pada

Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Luas Lantai Perkantoran

No Ruang Jumlah Ukuran (m) Luas (m2) Total

1 Direktur 1 4 × 4 16 16

2 Produksi 1 4 × 5 20 20

3 Pemasaran 1 4 × 5 20 20

4 Keuangan 1 4 × 5 20 20

5 HRD 1 4 × 5 20 20

6 Toilet Kantor 2 2 × 2 4 8

7 Ruang rapat 1 4 × 5 20 20

8 Pantry 1 3 × 2 6 6

9 Receptionist 1 2 × 2 4 4

Jumlah 134

Allowance (100%) 134

Total 268

Total luas lantai perkantoran yang dibutuhkan adalah sebesar 134 m2

dengan allowance 100%, jadi luas lantai perkantoran sebesar 268 m2. Allowance

diberikan dengan tujuan untuk area ruang gerak dari para tenaga kerja tidak

langsung sehingga akan memberikan rasa nyaman dan aman. Apabila tidak

diberikan allowance, maka tidak ada gang untuk para tenaga kerja tidak langsung

IV-6

sehingga mereka akan kesulitan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Berdasarkan Tabel 4.1, maka ruangan yang paling luas adalah ruang manager dan

staff untuk semua bagian serta ruang rapat. Ruang kerja antara manager dan staff

dibuat dalam satu ruangan agar mempermudah komunikasi vertikal yang baik

untuk setiap bagian dan mengoptimalkan penggunaan alat dan bahan kerja yang

sama dalam satu ruangan. Ruang rapat didesain cukup besar agar dapat

menampung beberapa tenaga kerja yang akan rapat pada CV. Rajawali Nusantara.

Toilet berjumlah dua diperuntukkan untuk pria dan wanita.

4.5 Luas Lantai Fasilitas

Perusahaan tentunya memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan

untuk tenaga kerja atau kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan proses produksi.

Fasilitas tersebut tentunya digunakan untuk kepentingan pribadi setiap tenaga

kerja maupun kepentingan umum yang dapat digunakan oleh seluruh tenaga kerja.

Tabel 4.2 berikut ini merupakan total dari perhitungan luas lantai fasilitas pada

CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 4.2 Luas Lantai Fasilitas

No Ruang Jumlah Ukuran (m) Luas (m2) Total (m

2)

1 Mushola 1 6 × 6 36 36

2 Toilet 4 2 × 2 4 16

3 Pos Satpam 1 3 × 2 6 6

4 Instalasi Air 1 3 × 2 4 4

5 Instalasi Listrik 1 3 × 2 6 6

6 Kantin 1 6 × 6 36 36

7 Parkir Mobil 1 10 × 10 100 100

8 Parkir Motor 1 10 × 3 30 30

9 Pembuangan Limbah 1 4 × 2 8 8

10 Taman 1 - 120 120

11 Gerbang 2 5 × 2 10 20

Jumlah 382

Allowance(100%) 382

Total 764

Total luas lantai fasilitas yang dibutuhkan adalah sebesar 382 m2 dengan

allowance 100%, jadi luas lantai perkantoran sebesar 764 m2. Allowance

diberikan dengan tujuan untuk area ruang gerak dari para tenaga kerja tidak

langsung maupun langsung serta kendaraan sehingga akan memberikan rasa

IV-7

nyaman dan aman. Toilet berjumlah 4 unit dimana 2 unit diperuntukkan untuk

pria dan 2 unit untuk wanita. Luas taman pada Tabel 4.2 tidak memiliki ukuran,

hal tersebut dikarenakan taman akan digunakan pada sekeliling pabrik dan tidak

memiliki ukuran yang pasti. Sehingga lebih baik hanya ditulis luas yang

dibutuhkan saja.

4.6. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan

seluruh kegiatan yang terdapat dalam suatu perusahaan. Upah atau gaji merupakan

salah satu faktor yang dipertimbangkan untuk kesejahteraan seluruh tenaga kerja.

Perhitungan upah tenaga kerja terdiri dari dua bagian yaitu untuk tenaga kerja

langsung serta tenaga kerja tidak langsung perkantoran dan non perkantoran.

4.6.1 Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung

dalam proses produksi pada lantai produksi. Upah bagi tenaga kerja langsung

dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dengan tingkat permintaan atau

produksi. Tabel 4.3 berikut ini merupakan perhitungan upah atau gaji tenaga kerja

langsung pada CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 4.3 Gaji Tenaga Kerja Langsung

Departemen Fabrikasi

Nama Mesin/Jabatan Jumlah Personil Gaji/bulan (Rp) Total Gaji/bulan (Rp)

Meja Fabrikasi 14 1.150.000 16.100.000

Mesin Potong 14 1.150.000 16.100.000

Mesin Serut 6 1.150.000 6.900.000

Mesin Bor 2 1.150.000 2.300.000

Departemen Assembling

Nama Mesin/Jabatan Jumlah Personil Gaji/bulan (Rp) Total Gaji/bulan (Rp)

Meja Assembling 4 1.150.000 4.600.000

Operator Penanganan Material

Operator Alat Angkut 1 1.150.000 1.150.000

Total Gaji Tenaga Kerja Langsung 47.150.000

IV-8

4.6.2 Tenaga Kerja Tidak Langsung dan Non Perkantoran

Tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja keberadaaannya juga

sangat penting dalam sebuah perusahaan. Tenaga kerja tidak langsung terbagi

menjadi dua bagian yaitu tenaga kerja tidak langsung perkantoran dan tenaga

kerja tidak langsung non perkantoran. Tenaga kerja tidak langsung perkantoran

adalah tenaga kerja yang tidak terlibat secara tidak langsung dalam proses

produksi di lantai produksi. Tabel 4.4 berikut ini merupakan perhitungan gaji

tenaga kerja tidak langsung pada CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 4.4 Tenaga Kerja Tidak Langsung Perkantoran

Jabatan Jumlah (orang) Gaji/bulan (Rp) Total Gaji/bulan (Rp)

Direktur 1 2.000.000 2.000.000

Manager 4 1.500.000 6.000.000

Staff 4 1.200.000 4.800.000

Total Gaji Tenaga Kerja Tak Langsung Perkantoran 12.800.000

Berdasarkan data gaji untuk tenaga kerja tidak langsung perkantoran di

atas, dapat diketahui bahwa jumlah gaji berbeda-beda dan disesuaikan dengan

level manajemennya. Selanjutnya adalah perhitungan gaji untuk tenaga kerja tidak

langsung non perkantoran. Tenaga kerja tidak langsung non perkantoran

merupakan tenaga kerja yang pekerjaannya tidak ada hubungannya dengan proses

produksi. Tabel 4.5 berikut ini merupakan perhitungan gaji tenaga kerja tidak

langsung non perkantoran pada CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 4.5 Tenaga Kerja Tidak Langsung Non Perkantoran

Jabatan Jumlah (orang) Gaji/bulan (Rp) Total Gaji/bulan (Rp)

Satpam 3 900.000 2.700.000

Recepsionist 1 900.000 900.000

Office Boy 2 800.000 1.600.000

Total Gaji Tenaga Kerja Tak Langsung non Perkantoran 5.200.000

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa gaji antar tenaga kerja

tidak langsung non perkantoran pada CV. Rajawali Nusantara berbeda-beda. Hal

tersebut disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan kepentingan pada tugas yang

dibebankan pada tenaga kerja tersebut.

IV-9

4.7 Sosial Ekonomi

CV. Rajawali Nusantara terletak pada Jalan Raya Mundu, Rawaurip

Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki luas

tanah sebesar 5000 m2

sehingga sebagian dari area ini dapat dibeli untuk didirikan

CV. Rajawali Nusantara. Selain itu, tanah pada lokasi ini telah memiliki Sertifikat

Hak Milik (SHM) dengan harga Rp 300.000,- per meter persegi. Lokasi ini

terletak pada koordinat -6o47’54.43”, +108o39’24.33”. Gambar 4.3 berikut ini

menunjukkan lokasi yang akan didirikan CV. Rajawali Nusantara.

Gambar 4.3 Lokasi CV. Rajawali Nusantara

Lokasi ini juga sangat strategis karena bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu

gerbang Provinsi Jawa Tengah. Lokasi ini juga dekat dengan Pintu Tol Kanci arah

Jawa Tengah dan akses ke Jawa Tengah. Jalur ini biasa digunakan untuk arus

mudik baik ke Jakarta ataupun jalan ke Jawa Tengah. Gambar 4.4 berikut ini

menunjukkan denah lokasi dari CV. Rajawali Nusantara.

Gambar 4.4 Denah Lokasi CV. Rajawali Nusantara

IV-10

Selain faktor harga tanah dan lokasi yang strategis, pemilihan lokasi ini

untuk pendirian CV. Rajawali Nusantara mempertimbangkan beberapa faktor.

Faktor yang pertama adalah ketersediaan bahan baku. Meskipun bahan baku yang

dipergunakan mengalami banyak mengalami penurunan berat atau volume, maka

perusahaan tidak perlu sedekat mungkin dengan sumber bahan baku. Namun

ketersediaan bahan baku pada daerah tersebut perlu menjadi pertimbangan karena

dapat meminimumkan biaya transportasi bahan baku sehingga biaya pembelian

bahan baku menjadi lebih murah. Lokasi ini tidak terlalu jauh dengan pabrik

pengolah kayu karena pada daerah Cirebon masih terdapat banyak pohon jati dan

pohon-pohon lain yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan furniture.

Faktor kedua yaitu ketersediaan tenaga kerja. Setiap daerah tentunya

memiliki ciri tenaga kerja yang berlainan karena pengaruh lingkungan, adat dan

budayanya. Kabupaten Cirebon telah memiliki banyak pabrik besar, menengah,

maupun kecil. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh salah satunya adalah tenaga

kerja. UMR pada tahun 2013 untuk Kabupaten Cirebon adalah sebesar Rp

1.081.300,-. Kabupaten Cirebon termasuk memiliki pendidikan yang cukup

tinggi. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk lantai produksi memiliki syarat

pendidikan minimal lulus SMA/SMK/sederajat sedangkan untuk lantai

perkantoran memiliki syarat pendidikan minimal lulus D3. Selain syarat

pendidikan tersebut, tenaga kerja yang akan direkrut untuk CV. Rajawali

Nusantara diutamakan yang memiliki tempat tinggal tidak jauh dari lokasi pabrik

agar dapat meminimumkan biaya transportasi para tenaga kerja.

Faktor ketiga yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi adalah

lokasi pemasaran produk. Karena bahan baku dapat diperoleh dengan mudah dan

tidak membutuhkan biaya transportasi yang mahal, maka CV. Rajawali Nusantara

akan didirikan dekat dengan lokasi pemasaran. Target pasar dari produksi rak

buku CV. Rajawali Nusantara yaitu pada bidang pendidikan seperti sekolah dari

tingkat taman kanak-kanak hingga universitas, pada bidang kesehatan seperti

puskesmas, klinik, dan rumah sakit, bidang jasa, perkantoran, maupun rumah

tangga. Karena lokasi pabrik yang dekat dengan konsumen maka ketersediaan

IV-11

produk di pasar akibat gangguan distribusi produk dari pabrik penyalur akan lebih

dapat diandalkan dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan harga pasar.

Faktor yang lain yang perlu dipertimbangkan yaitu ketersediaan air, listrik,

dan sarana transportasi. Air yang digunakan pada CV. Rajawali Nusantara

diperoleh dari sumber air tanah karena lokasi ini dekat dengan dataran tinggi di

Gunung Ciremai dan sektor pertanian khususnya penghasil beras yang

berkembang pesat di daerah ini. Sehingga tentunya ketersediaan air di lokasi ini

terjamin. Selain air, listrik juga merupakan faktor yang penting dalam berjalannya

proses produksi. Lokasi CV. Rajawali Nusantara telah dialiri listrik dan telah ada

tiang-tiang yang mengaliri listrik sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang

tidak terlalu banyak untuk penambahan tiang listrik. CV. Rajawali Nusantara juga

memiliki satu unit genset untuk antisipasi pemadaman listrik sehingga proses

produksi tetap berjalan. Sarana transportasi pada lokasi ini tersedia karena lokasi

ini berada pada pinggir jalan raya. Sehingga dapat diakses melalui jalan darat

untuk distribusi bahan baku maupun produk baik dengan kendaraan kecil maupun

besar seperti truck. Gambar 4.5 dan 4.6 berikut ini menunjukkan tampak lokasi

dari CV. Rajawali Nusantara.

Gambar 4.5 Tampak Samping Lokasi CV. Rajawali Nusantara

Gambar 4.6 Tampak Depan Lokasi CV. Rajawali Nusantara

V-1

BAB V

ANALISIS ASPEK EKONOMI DAN FINANSIAL

5.1 Perhitungan Biaya

Perhitungan biaya dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya investasi

untuk mendirikan CV. Rajawali Nusantara. Biaya tersebut berupa luas tanah,

bangunan tertutup dan terbuka, mesin-mesin yang digunakan dan juga aset-aset

yang dimiliki oleh CV. Rajawali Nusantara. Bangunan tertutup pabrik seperti

perkantoran, pabrik dan fasilitas lain (toilet, kantin, mushola, pantry dan lain-lain)

sedangkan bangunan terbuka seperti taman dan tempat parkir.

Perhitungan biaya ini juga termasuk mesin yang digunakan selama proses

produksi. Mesin yang digunakan CV. Rajawali Nusantara dalam pembuatan rak

buku adalah meja fabrikasi, mesin potong, mesin serut, mesin bor, dan meja

perakitan. Selain mesin yang digunakan untuk proses produksi, CV. Rajawali

Nusantara juga memiliki mesin untuk alat angkut untuk penanganan material

seperti walky pallet dan hand truck. Selain itu, aset-aset yang dimiliki oleh CV.

Rajawali Nusantara juga harus diperhitungkan. Aset-aset tersebut terdiri dari yang

memiliki ukuran besar sampai yang terkecil. Contoh aset yang dimiliki CV.

Rajawali Nusantara adalah instalasi listrik, instalasi air, mobil pick-up, dan lain

sebagainya. Perhitungan biaya investasi awal mempertimbangkan harga per unit,

umur ekonomis, nilai sisa, dan depresiasi. Tabel 5.1 berikut ini merupakan

investasi awal pada CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 5.1 Investasi Awal CV. Rajawali Nusantara

No. Komponen Biaya Investasi Jumlah Satuan Harga/Unit (Rp) Tota Harga (Rp) Umur (Th) Nilai Sisa (Rp) Susut/Th (Rp)

1 Tanah 1799,7 m2 300.000 539.910.000 - - -

2 Bangunan Tertutup 1139,7 m2 1.000.000 1.139.700.000 50 113.970.000 20.514.600

3 Bangunan Terbuka 660 m2 300.000 198.000.000 50 19.800.000 3.564.000

4 Mesin

Meja Fabrikasi 14 Unit 300.000 4.200.000 10 420.000 378.000

Mesin Potong 14 Unit 500.000 7.000.000 10 700.000 630.000

Mesin Serut 6 Unit 400.000 2.400.000 10 240.000 216.000

Mesin Bor 2 Unit 420.000 840.000 10 84.000 75.600

V-2

Tabel 5.1 Investasi Awal CV. Rajawali Nusantara (Lanjutan)

No. Komponen Biaya Investasi Jumlah Satuan Harga/Unit

(Rp)

Tota Harga

(Rp) Umur (Th)

Nilai Sisa

(Rp)

Susut/Th

(Rp)

4 Mesin

Meja Assembling 4 Unit 300.000 1.200.000 10 120.000 108.000

Walky Pallet 3 Unit 800.000 2.400.000 10 240.000 216.000

Hand Truck 3 Unit 2.000.000 6.000.000 10 600.000 540.000

5 Aset

Sofa 3 Unit 200.000 600.000 0,5 60.000 1.080.000

Kursi Direktur 1 Unit 200.000 200.000 5 20.000 36.000

Meja Direktur 1 Unit 300.000 300.000 5 30.000 54.000

Tempat file 4 Unit 150.000 600.000 3 60.000 180.000

Cabinet 13 Unit 300.000 3.900.000 5 390.000 702.000

Kursi Manager 4 Unit 175.000 700.000 5 70.000 126.000

Meja Manager 4 Unit 300.000 1.200.000 5 120.000 216.000

Kursi Staff 4 Unit 150.000 600.000 5 60.000 108.000

Meja Staff 4 Unit 200.000 800.000 5 80.000 144.000

Kursi Recepcionist 1 Unit 150.000 150.000 5 15.000 27.000

Meja Recepcionist 1 Unit 250.000 250.000 5 25.000 45.000

Kursi Ruang Meeting 12 Unit 150.000 1.800.000 4 180.000 405.000

Meja ruang meeting 1 Unit 600.000 600.000 5 60.000 108.000

Kursi kantin 12 Unit 125.000 1.500.000 5 150.000 270.000

Meja kantin 6 Unit 175.000 1.050.000 5 105.000 189.000

Kursi satpam 2 Unit 125.000 250.000 5 25.000 45.000

Meja satpam 1 Unit 175.000 175.000 5 17.500 31.500

Rak Pantry 1 Unit 200.000 200.000 5 20.000 36.000

Kursi lipat 10 Unit 90.000 900.000 3 90.000 270.000

Perlengkapan Meeting 1 Set 4.000.000 4.000.000 5 400.000 720.000

Perlengkapan Pantry 1 Set 3.000.000 3.000.000 5 300.000 540.000

Perlengkapan Keamanan 1 Set 750.000 750.000 3 75.000 225.000

Perlengkapan Mushola 1 Set 250.000 250.000 5 25.000 45.000

Perlengkapan toilet 6 Set 25.000 150.000 0,2 15.000 675.000

Perlengkapan kebersihan 2 Set 200.000 400.000 2 40.000 180.000

Wastafel 8 Unit 200.000 1.600.000 5 160.000 288.000

Kloset 6 Unit 150.000 900.000 5 90.000 162.000

Instalasi listrik 1 Unit 4.500.000 4.500.000 5 450.000 810.000

Instalasi air 1 Unit 2.000.000 2.000.000 5 200.000 360.000

Instalasi telepon & Internet 1 Set 1.000.000 1.000.000 5 100.000 180.000

Komputer 9 Unit 4.000.000 36.000.000 4 3.600.000 8.100.000

Mesin Fax 5 Unit 800.000 4.000.000 4 400.000 900.000

Printer & Scanner 9 Unit 700.000 6.300.000 3 630.000 1.890.000

V-3

Tabel 5.1 Investasi Awal CV. Rajawali Nusantara (Lanjutan)

No. Komponen Biaya Investasi Jumlah Satuan Harga/Unit

(Rp)

Tota Harga

(Rp) Umur (Th)

Nilai Sisa

(Rp)

Susut/Th

(Rp)

5 Aset

Telepon 15 Unit 100.000 1.500.000 4 150.000 337.500

ATK 11 Set 50.000 550.000 0,1 55.000 4.950.000

Kipas angin 11 Unit 200.000 2.200.000 3 220.000 660.000

Exhaust 5 Unit 200.000 1.000.000 4 100.000 225.000

Lampu Taman 16 Unit 120.000 1.920.000 2 192.000 864.000

Lampu jalan 11 Unit 550.000 6.050.000 2 605.000 2.722.500

Gerbang 2 Set 500.000 1.000.000 5 100.000 180.000

Telivisi 1 Unit 750.000 750.000 4 75.000 168.750

Tong sampah 18 Unit 80.000 1.440.000 3 144.000 432.000

Jam dinding 10 Unit 50.000 500.000 3 50.000 150.000

Penanganan limbah 1 Set 1.500.000 1.500.000 5 150.000 270.000

Dekorasi taman & kantor 1 Set 2.000.000 2.000.000 5 200.000 360.000

APD 41 Set 25.000 1.025.000 1 102.500 922.500

Alat pemadam kebakaran 5 Unit 150.000 750.000 2 75.000 337.500

Rak komponen 2 Unit 100.000 200.000 3 20.000 60.000

Mobil Pick-up 1 Unit 75.000.000 75.000.000 8 7.500.000 8.437.500

Kotak P3K 2 Set 200.000 400000 1 40000 360000

Total (Rp) 2.080.060.000

208.006.000 66.826.950

Modal Sendiri 75% (Rp) 1.560.045.000

Modal Pinjaman 25% (Rp) 520.015.000

Berdasarkan perhitungan pada tabel investasi awal di atas, maka di bawah ini

terdapat contoh perhitungan untuk memperjelas hasil perhitungan.

Tanah = luas lantai produksi + luas lantai Perkantoran + luas

lantai fasilitas

= 767,70031 m2

+ 268 m2 + 764 m

2

= 1.799.70031 m2 ≈ 1.799,7 m2

Bangunan tertutup = luas lantai produksi + luas perkantoran + luas lantai

fasilitas tertutup

= 767,70031 m2 + 268 m

2 + 104 m

2

= 1.139,70031 m2 ≈ 1.139,7 m2

Bangunan terbuka = luas lantai fasilitas terbuka

= 1.799,7 m2 – 1.139,7 m

2

= 660 m2

V-4

Jumlah mesin = Berdasarkan MPPC pada Gambar 3.1 halaman III-6.

Total harga = Jumlah x Harga/Unit.

Contoh perhitungan total harga pada meja fabrikasi:

Total harga meja fabrikasi = 14 unit x Rp 300.000 = Rp 4.200.000

Nilai sisa = 10% dari total harga

Contoh perhitungan nilai sisa pada meja fabrikasi:

Nilai sisa meja fabrikasi = 10% x Rp 4.200.000 = Rp 420.000

Nilai susut/tahun = 378.000 Rp=10

420.000-4.200.000=

Umur

Sisa Nilai - harga Total

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diperoleh informasi bahwa total harga paling

besar berasal dari bangunan tertutup yaitu sebesar Rp 1.139.700.000. Hal tersebut

dikarenakan karena kuantitas atau jumlah yang diperlukan untuk bangunan

tertutup lebih besar dibandingkan komponen biaya investasi yang lain. Selain itu,

harga yang diperlukan untuk setiap unit bangunan tertutup juga cukup besar. Pada

komponen tanah tidak memiliki umur ekonomis sehingga tidak memiliki nilai sisa

maupun penyusutan. Karena harga tanah cenderung meningkat setiap tahunnya

bukan menurun. Umur ekonomis merupakan periode yang efektif dalam

penggunaan untuk setiap komponen biaya investasi. Nilai sisa merupakan nilai

jual kembali setiap komponen investasi awal. Penyusutan atau depresiasi

merupakan penurunan nilai suatu properti atau aset karena waktu pemakaian

untuk setiap tahunnya. Pada akhir perhitungan investasi awal diketahui bahwa

pemilik CV. Rajawali Nusantara akan mengeluarkan dana sebesar 75% dari total

biaya investasi awal sebesar Rp 1.560.045.000 untuk membangun proyek maupun

pengadaan semua komponen pada Tabel 5.1 Sedangkan sisanya 25% diperoleh

dengan meminjam dana dari bank sebesar Rp 520.015.000.

5.2 Perhitungan Modal Kerja

Modal kerja merupakan pemasukan biaya selain dari investasi awal

pemilik perusahaan. Modal kerja terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah biaya tersebut tidak

berubah atau tetap tanpa terkait oleh besar kecilnya proses produksi. Biaya tetap

V-5

meliputi biaya PBB (tanah dan bangunan tertutup), biaya penyusutan, dan biaya

tenaga kerja tak langsung perkantoran. Biaya variabel merupakan biaya yang

dikeluarkan dan besar kecilnya biaya tersebut dipengaruhi oleh proses produksi.

Biaya variabel terdiri dari biaya bahan langsung, biaya bahan tak langsung, biaya

overhead pabrik, ongkos material handling (OMH), gaji tenaga kerja langsung,

dan gaji tenaga kerja tak langsung non perkantoran. Tabel 5.2 berikut ini

merupakan perhitungan modal kerja pada CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 5.2 Modal Kerja CV. Rajawali Nusantara

Komponen Biaya Tahun 0 (Rp) Tahun 1(Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp)

A. Biaya Tetap

1. PBB

Tanah 2.699.550 2.699.550 2.699.550 2.699.550 2.699.550 2.699.550

Bangunan Tertutup 5.698.500 5.698.500 5.698.500 5.698.500 5.698.500 5.698.500

2. Penyusutan 66.826.950 66.826.950 66.826.950 66.826.950 66.826.950 66.826.950

3. Tenaga Kerja Tak Langsung Perkantoran

153.600.000 153.600.000 153.600.000 153.600.000 153.600.000

B. Biaya Variabel

1. Biaya Bahan Langsung

Kaki 1(1)

79.200.000 79.200.000 79.200.000 79.200.000 79.200.000

Kaki 2 (1)

79.200.000 79.200.000 79.200.000 79.200.000 79.200.000

Kaki 3 (1)

79.200.000 79.200.000 79.200.000 79.200.000 79.200.000

Lingkaran 1 (2)

172.800.000 172.800.000 172.800.000 172.800.000 172.800.000

Lingkaran 2 (2)

165.600.000 165.600.000 165.600.000 165.600.000 165.600.000

Lingkaran 3 (2)

144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000

Lingkaran 4 (1)

21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000

Lingkaran 5 (1)

43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000

Lingkaran 6 (2)

57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000 57.600.000

Lingkaran 7 (2)

43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000

2. Biaya bahan Tak Langsung

Sekat

36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000

Sekrup 2 cm

20.160.000 20.160.000 20.160.000 20.160.000 20.160.000

Engsel

28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000

3. Biaya overhead pabrik

50.000.000 55.000.000 60.500.000 66.550.000 73.205.000

4. OMH

24.766.800 24.766.800 24.766.800 24.766.800 24.766.800

5. Gaji Tenaga Kerja Langsung

565.800.000 565.800.000 565.800.000 565.800.000 565.800.000

6. Gaji T.K. tak lsg non Perkantoran

62.400.000 62.400.000 62.400.000 62.400.000 62.400.000

Total Modal Kerja (Rp) 75.225.000 1.902.351.800 1.907.351.800 1.912.851.800 1.918.901.800 1.925.556.800

Modal Sendiri 75% (Rp) 1.483.182.600

Modal Pinjaman 25% (Rp) 494.394.200

Berdasarkan perhitungan pada tabel modal kerja di atas, maka di bawah ini

terdapat contoh perhitungan untuk memperjelas hasil perhitungan.

V-6

1. Biaya tetap (Biaya yg tidak terpengaruh oleh volume produksi)

Tanah = 0.5% dari total harga tanah.

= 0,5% x Rp 539.910.000

= Rp 2.699.550

Bangunan Tertutup = 0.5% dari total harga bangunan tertutup

= 0,5% x Rp 1.139.700.000

= Rp 5.698.500

Penyusutan = total penyusutan tabel investasi awal.

= Rp 66.826.950

TK. TL. Perkantoran = Gaji tenaga kerja tak langsung perkantoran/tahun

= Rp 12.800.000 x 12

= Rp 153.600.000

Berdasarkan perhitungan biaya tetap dapat dilihat bahwa biaya yang

diperlukan untuk modal kerja tetap setiap tahunnya, hal tersebut dikarenakan

tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Untuk gaji tenaga

kerja tak langsung perkantoran, pada sebelum tahun pertama perusahaan

belum mengeluarkan biaya karena pada periode tersebut perusahaan masih

dalam tahap pembangunan proyek.

2. Biaya variabel (Biaya yg terkait dengan volume produksi)

Biaya bahan langsung = Berdasarkan harga komponen pada Tabel 2.1

= Harga/unit x Jumlah unit komponen utama/

produk x 30 produk/hari x 20 hari kerja x 12

bulan

Contoh perhitungan komponen kaki 1 (1 unit)

Biaya bahan langsung = Rp 11000 x 1 x 30 x 20 x 12

= Rp 79.200.000

Biaya Bhn. Tak Lsg. = Berdasarkan harga komponen pada Tabel 2.2

= Harga/unit x Jumlah unit komponen tambahan/

produk x 30 produk/hari x 20 hari kerja x 12

bulan

Contoh perhitungan komponen sekat (5 unit)

V-7

Biaya Bhn. Tak Lsg. = Rp 1000 x 5 x 30 x 20 x 12

= Rp 36.000.000

Biaya Overhead Pabrik = Rp. 50.000.000, setiap tahun diasumsikan naik

sebesar 10 %.

Contoh perhitungan tahun ke-2

Biaya Overhead Pabrik = Rp 50.000.000 + (10% x Rp 50.000.000)

= Rp 55.000.000

OMH = Nilai OMH x 12 bulan x 20 hari kerja

= Rp 103.195 x 12 x 20

= Rp 24.766.800

Gaji TK. Langsung = Total gaji TK. Langsung x 12 bulan

= Rp 47.150.000 x 12

= Rp 565.800.000

Gaji TK. TK lsg. non kantor = Gaji TK. lsg. non Perkantoran x 12 bulan

= Rp 5.200.000 x 12

= Rp 62.400.000

Berdasarkan perhitungan biaya variabel dapat dilihat bahwa biaya yang

diperlukan untuk modal kerja berubah setiap tahunnya, hal tersebut

dikarenakan dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Namun

dalam 5 tahun, produksi tetap sebanyak 30 unit per hari. Perubahan

disebabkan adanya pertambahan pada biaya overhead pabrik. Biaya overhead

pabrik merupakan biaya yang digunakan selain biaya material langsung dan

biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini biasanya digunakan untuk

pemeliharaan dan perawatan mesin maupun biaya untuk hal-hal tak terduga

yang mungkin saja terjadi sewaktu-waktu. Untuk biaya variabel, sebelum

tahun pertama perusahaan belum mengeluarkan biaya karena pada periode

tersebut perusahaan masih dalam tahap pembangunan proyek sedangkan

proses produksi dimulai pada tahun pertama.

Berdasarkan perhitungan modal kerja pada Tabel 5.2, dapat dilihat bahwa dari

tahun ke tahun terdapat pertambahan biaya modal kerja. Ini dipengaruhi oleh

biaya overhead pabrik. Pada akhir perhitungan modal kerja diketahui bahwa

V-8

pemilik CV. Rajawali Nusantara akan mengeluarkan dana sebesar 75% dari total

biaya modal kerja dari sebelum tahun pertama dan tahun pertama sebesar Rp

1.483.182.600 untuk menjalankan proyek sedangkan sisanya 25% diperoleh

dengan meminjam dana dari bank sebesar Rp 494.394.200. Modal kerja hanya

dikeluarkan untuk sebelum tahun pertama dan tahun pertama karena untuk tahun-

tahun selanjutnya, biaya modal kerja yang harus dikeluarkan diperoleh dari

pendapatan bersih hasil penjualan produk rak buku.

5.3 Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)

Perhitungan selanjutnya dalam aspek ekonomi dan finansial yaitu

perhitungan harga pokok penjualan. Perhitungan ini digunakan untuk menentukan

harga jual produk per unit dengan mempertimbangkan PPN dan besarnya

persentase profit yang diinginkan. Besarnya profit harus disesuaikan dengan daya

beli masyarakat. Tabel 5.3 berikut ini merupakan perhitungan harga pokok

penjualan (HPP) rak buku CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 5.3 Harga Pokok Penjualan (HPP)

No. Komponen Biaya Biaya (Rp)

1. PBB 8.398.050

2. Penyusutan 66.826.950

3. Biaya Bahan Langsung 885.600.000

4. Biaya Bahan Tidak Langsung 84.960.000

5. Biaya Overhead Pabrik 50.000.000

6. OMH 24.766.800

7. Gaji Tenaga Kerja Tak Langsung Perkantoran 153.600.000

8. Gaji Tenaga Kerja Langsung 565.800.000

9. Gaji Tenaga Kerja Tak Langsung Non Perkantoran 62.400.000

Biaya Fabrikasi Total 1.902.351.800

10. Ditambah Persediaan WIP 1 Januari (1th) 0

Total 1.902.351.800

Dikurangi Persediaan WIP 31 Desember (th 1) 0

Harga Pokok Produksi 1.902.351.800

11. Ditambah Persediaan Barang Jadi 1 Januari (th 1) 0

Total 1.902.351.800

Dikurangi Persediaan Barang Jadi 31 Desember (th 1) 0

Harga Pokok Penjualan (HPP) 1.902.351.800

V-9

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5.3, dapat diperoleh informasi

bahwa Harga Pokok Penjualan (HPP) untuk produk rak buku yang dihasilkan oleh

CV. Rajawali Nusantara adalah sebesar Rp 1.902.351.800. Pada perhitungan di

atas, dapat dilihat bahwa selama tahun pertama tidak ada biaya untuk persediaan

work in process (WIP) atau barang setengah jadi maupun biaya untuk persediaan

barang jadi. Hal tersebut dikarenakan tidak ada produk yang dihasilkan sebelum

tahun pertama. Langkah selanjutnya dapat ditentukan harga jual untuk satu unit

produk rak buku.

Pajak = 10% x HPP = 10% x Rp 1.902.351.800 = Rp 190.235.180

Profit = 40% x HPP = 40% x Rp 1.902.351.800 = Rp 760.940.720

Harga Jual (Rp) = HPP + Pajak + Profit

= Rp 1.902.351.800 + Rp 190.235.180 + Rp 760.940.720

= Rp 2.853.527.700

HPP/unit = HPP : Jumlah produksi dalam 1 tahun

= Rp 1.902.351.800 : (30 unit x 20 hari x 12 bulan)

= Rp 264.216

Harga jual/unit = Harga jual : Jumlah produksi dalam 1 tahun

= Rp 2.853.527.700 : (30 unit x 20 hari x 12 bulan)

= Rp 396.324

Berdasarkan uraian perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa profit atau

persentase keuntungan yang ingin diperoleh adalah sebesar 40%. Hal tersebut

mempertimbangkan daya beli masyarakat terhadap produk rak buku. Selain itu

juga mempertimbangkan keinginan pemiliki perusahaan dalam pengembalian

modal dengan target sebelum tahun ke lima. Harga pokok penjualan (HPP) per

unit lebih besar jika dibandingkan dengan harga jual per unit, ini dikarenakan

harga jual telah mempertimbangkan profit dan pajak. Harga jual per unit ini bisa

saja bertambah pada lantai pemasaran, karena belum dipengaruhi biaya

transportasi untuk distribusi dan profit untuk penjual rak buku.

V-10

5.4 Perhitungan Angsuran Pokok dan Bunga Bank

Biaya investasi dan modal kerja yang besar mengharuskan terjadinya

peminjaman dari bank. Peminjaman kepada bank ini harus segera dikembalikan

dengan waktu pengembalian selama lima tahun. Bunga bank diperhitungkan dari

hutang bank sebelumnya dikalikan bunga tetap bank tersebut, yaitu 18 %. Tabel

5.4 berikut ini merupakan hasil perhitungan angsuran pokok dan bunga bank pada

CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 5.4 Angsuran Pokok dan Bunga Bank

Tahun Hutang Bank

(Rp)

Angsuran Pokok

(Rp)

Bunga Bank

(Rp)

Pembayaran ke

Bank (Rp)

0 1.014.409.200,00 - - -

1 811.527.360,00 202.881.840,00 182.593.656,00 385.475.496,00

2 608.645.520,00 202.881.840,00 146.074.924,80 348.956.764,80

3 405.763.680,00 202.881.840,00 109.556.193,60 312.438.033,60

4 202.881.840,00 202.881.840,00 73.037.462,40 275.919.302,40

5 0 202.881.840,00 36.518.731,20 239.400.571,20

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, berikut ini merupakan contoh perhitungan

untuk tahun pertama.

1. Hutang bank pada tahun 0 yaitu nilai kumulatif pinjaman bank (25%) dari

investasi awal dengan biaya modal kerja.

Hutang Bank = Rp 520.015.000 + Rp 494.394.200

= Rp 1.014.409.200

Untuk selanjutnya, hutang bank didapat dari selisih antara hutang bank awal

dengan angsuran pokok tiap tahunnya. Contoh untuk tahun pertama:

Hutang Bank = Rp 1.014.409.200 – Rp 202.881.840

= Rp 811.527.360

2. Anggaran pokok = pinjamanan pengembali rancana lamanya

awalbank hutang

= tahun5

2001.014.409. Rp

= Rp 202.881.840

3. Bunga bank = hutang bank sebelumnya x 18% bunga bank

V-11

= Rp 1.014.409.200 x 18%

= Rp 182.593.656

4. Pembayaran ke bank = anggaran pokok + bunga bank

= Rp 202.881.840 + Rp 182.593.656

= Rp 385.475.496

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa pembayaran ke

bank dari tahun ke tahun semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan beban

hutang perusahaan semakin berkurang, sehingga bunga bank semakin kecil

meskipun angsuran pokok setiap tahunnya tetap. Angsuran pokok menunjukkan

biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan akibat peminjaman uang.

Bunga bank biasanya dipengaruhi oleh nilai uang berdasarkan waktu. Pembayaran

ke bank menunjukkan total biaya yang harus dikeluarkan perusahaan setiap

tahunnya kepada bank untuk mengurangi beban hutang.

5.5 Perhitungan Rugi Laba

Sebelum perusahaan didirikan, lebih baik diperhitungkan terlebih dahulu

keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh badan usaha ini dalam jangka

waktu tertentu. Perhitungan ini menggambarkan perkiraan keuntungan atau

kerugian yang akan diperoleh atau diderita oleh proyek tersebut untuk jangka

waktu tertentu. Tabel 5.5 berikut ini merupakan hasil perhitungan rugi laba selama

5 tahun pada CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 5.5 Rugi Laba

No. Komponen Analisis Tahun 1 (Rp) Tahun 2 (Rp) Tahun 3 (Rp) Tahun 4 (Rp) Tahun 5 (Rp)

1. Total Penjualan 2.853.527.700 2.853.527.700 2.853.527.700 2.853.527.700 2.853.527.700

2. Biaya Produksi (Operasional) 1.977.576.800 1.907.351.800 1.912.851.800 1.918.901.800 1.925.556.800

3. Pendapatan Kotor 875.950.900 946.175.900 940.675.900 934.625.900 927.970.900

4. Penyusutan Biaya Investasi 66.826.950 66.826.950 66.826.950 66.826.950 66.826.950

5. Pendapatan (Sebelum bunga+pajak) 809.123.950 879.348.950 873.848.950 867.798.950 861.143.950

6. Bunga Kredit 18% 182.593.656,00 146.074.924,80 109.556.193,60 73.037.462,40 36.518.731,20

7. Pendapatan (Sebelum Pajak) 626.530.294,00 733.274.025,20 764.292.756,40 794.761.487,60 824.625.218,80

8. Pajak 49.047.540,40 59.721.913,52 62.823.786,64 65.870.659,76 68.857.032,88

9. Pendapatan Bersih (Setelah Pajak) 577.482.753,60 673.552.111,68 701.468.969,76 728.890.827,84 755.768.185,92

10. Profit on sales (%) 0,20237503 0,236041904 0,245825183 0,255434993 0,264853986

V-12

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5.5, berikut ini merupakan contoh

perhitungan untuk tahun pertama.

1. Total penjualan = Harga jual (berdasarkan perhitungan HPP)

= Rp 2.853.527.700

2. Biaya produksi = Besarnya total biaya modal kerja yang

dikeluarkan dalam tahun ke-1 (Tabel 5.2)

= Rp 75.225.000 + Rp 1.902.351.800

= Rp 1.977.576.800

3. Pendapatan kotor = Total penjualan – Biaya produksi

= Rp 2.853.527.700 - Rp 1.977.576.800

= Rp 875.950.900

4. Penyusutan Biaya Investasi = Total biaya penyusutan pada tabel investasi

awal (Tabel 5.1)

= Rp 66.826.950

5. Pendapatan (sblm bunga+pajak)

= Pendapatan kotor – penyusutan biaya investasi

= Rp 875.950.900 - Rp 66.826.950

= Rp 809.123.950

6. Bunga Kredit Pinjaman = Berdasarkan Tabel 5.4 Angsuran Pokok.

= Rp 182.593.656

7. Pendapatan (sebelum pajak)

= Pendapatan bersih sblm bunga & pajak – bunga kredit

= Rp 809.123.950 - Rp 182.593.656

= Rp 626.530.294

8. Pajak

= (Pendapatan kotor - Bunga Kredit Pinjaman – angsuran pokok) x 10%

= (Rp 875.950.900 - Rp 182.593.656 - 202.881.840,00) x 10%

= Rp 49.047.540,40

9. Pendapatan bersih setelah pajak = Pendapatan bersih sebelum pajak – pajak

= Rp 626.530.294 - Rp 49.047.540,40

= Rp 577.482.753,60

V-13

10. Profit on sales = 100%×Penjualan Total

pajaksetelah bersih Pendapatan

= 100%×7002.853.527. Rp

3,60577.482.75 Rp

= 0,20237503 x 100%

= 20,24%

Perhitungan rugi laba dilakukan dengan membandingkan berapa besar

biaya yang dikeluarkan baik investasi awal, modal kerja maupun pembayaran

hutang ke bank terhadap pendapatan yang diperoleh dari total penjualan produk.

Perhitungan ini juga mempertimbangkan bunga kredit dan pajak yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, dapat diketahui pada profit on sales

dari tahun ke tahun. Nilai profit on sales jika mengalami kenaikan, maka dapat

diketahui bahwa perusahaan akan memperoleh laba atau keuntungan. Hal tersebut

dikarenakan beban hutang perusahaan kepada bank yang semakin berkurang.

Sebaliknya, jika mengalami penurunan, maka dapat diketahui bahwa perusahaan

akan mengalami kerugian. Hasil perhitungan pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa

terjadi kenaikan profit on sales. Hal tersebut menunjukkan bahwa CV. Rajawali

Nusantara memperoleh laba setiap tahunnya terutama untuk 5 tahun pertama,

karena harus mendapatkan keuntungan untuk menutupi pembayaran pinjaman ke

bank.

5.6. Perhitungan Analisis Kas (Cash Flow)

Pembahasan selanjutnya berkaitan dengan aliran kas (cash flow). Aliran

kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada

suatu periode akuntansi yang menunjukan aliran masuk dan keluar uang tunai

(kas) perusahaan. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu aliran kas awal (initial cash flow), aliran kas

operasional (operational cash flow), dan aliran kas akhir (terminal cash flow).

V-14

5.6.1 Initial Cash Flow (ICF)

Aliran kas awal (initial cash flow) ini dipengaruhi oleh total biaya

investasi awal dan biaya modal kerja, adapun perhitungannya adalah sebagai

berikut:

ICF = Total Biaya Investasi Awal + Biaya Modal Kerja (Thn 0 + thn 1)

= Rp 2.080.060.000 + (Rp 75.225.000 + Rp 1.902.351.800)

= Rp 4.057.636.800

Nilai dari initial cash flow didapatkan berjumlah Rp 4.057.636.800 ini memiliki

arti bahwa CV. Rajawali Nusantara harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk

investasi sebesar Rp 4.057.636.800 untuk dapat menjalankan produksinya mulai

dari tahun ke nol sampai tahun ke 1.

5.6.2 Proceeds Operational Cash Flow (POCF)

Aliran kas operasional atau proceeds operational cash flow (POCF) ini

digunakan untuk memperkirakan biaya yang dibutuhkan selama proses produksi

berlangsung pada suatu perusahaan. Tabel 5.6 berikut merupakan hasil

perhitungan Aliran kas operasional atau proceeds operational cash flow (POCF)

pada CV. Rajawali Nusantara.

Tabel 5.6 Proceeds Operational Cash Flow

Tahun Ke- Pendapatan Setelah Pajak (Rp) Penyusutan (Rp) Bunga (1-Pajak 10%) (Rp) OCF (Rp)

1 577.482.753,60 66.826.950 164.334.290,40 808.643.994,00

2 673.552.111,68 66.826.950 131.467.432,32 871.846.494,00

3 701.468.969,76 66.826.950 98.600.574,24 866.896.494,00

4 728.890.827,84 66.826.950 65.733.716,16 861.451.494,00

5 755.768.185,92 66.826.950 32.866.858,08 855.461.994,00

Berikut ini merupakan contoh perhitungan untuk Aliran kas operasional atau

Proceeds Operational Cash Flow (POCF) pada CV. Rajawali Nusantara untuk

tahun pertama.

POCF = Pendapatan setelah pajak + penyusutan + bunga (1- pajak 10%)

= Rp 577.482.753,60 + Rp 66.826.950 + Rp 182.593.656 (1 – 10%)

= Rp 808.643.994

V-15

Perhitungan proceeds operational cash flow (POCF) merupakan bentuk

cash flow yang menyajikan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

pelaksanaan proses produksi. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 5.6,

setiap tahun proceeds operational cash flow (POCF) mengalami penurunan

berarti biaya operasi yang dikeluarkan setiap tahun semakin turun dikarenakan

pendapatan yang meningkat. Sedangkan untuk tahun pertama karena harus

mengikutsertakan tahun 0 dimana belum ada produksi maka pendapatan bersihnya

juga relatif kecil.

5.6.3 Terminal Cash Flow (TCF)

Aliran kas akhir atau terminal cash flow (TCF) dipengaruhi oleh modal

kerja dan total nilai sisa, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:

TCF = Modal Kerja (Thn ke-0 + Thn Ke-1) + Total Nilai Sisa

= (Rp 75.225.000 + Rp 1.902.351.800) + Rp 208.006.000

= Rp 2.185.582.800

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa aliran kas yang

berkaitan dengan nilai sisa proyek seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek yaitu

penjualan peralatan proyek sebesar Rp 2.185.582.800.

5.7. Proyeksi Penilaian Investasi

Proyeksi penilaian Investasi dapat dihitung dengan menggunakan tiga

metode perhitungan, meliputi metode payback period (PP), net present value

(NPV) dan internal rate of return (IRR). Setiap metode tentunya memiliki

kelebihan dan kelemahan sehingga lebih tepat apabila proyeksi penilaian investasi

dilakukan dengan ketiga metode tersebut.

5.7.1 Payback Period (PP)

Metode ini merupakan periode dimana jumlah total pengeluaran sama

dengan total pemasukan. Tabel 5.7 berikut ini merupakan hasil perhitungan

proyeksi penilaian investasi dengan metode payback period (PP).

V-16

Tabel 5.7 Payback Period

Tahun

Ke- ICF (Rp) POCF (Rp) Hasil

1

4.057.636.800

808.643.994,00 3.248.992.806

2 871.846.494,00 2.377.146.312

3 866.896.494,00 1.510.249.818

4 861.451.494,00 648.798.324

5 855.461.994,00 -206.663.670

Perhitungan dilakukan sampai hasil sisa pengurangan menjadi negatif.

Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 5.7, payback period (PP) terjadi dalam

interval tahun ke empat dan ke lima. Rumus payback period selanjutnya adalah

seperti berikut.

Payback Period = 4 Tahun + 5-ke thn POCF+TCF

4-ke thn POCFx 12 Bulan

= 4 Tahun+ 4855.461.99 + 8002.185.582.

4808.643.99x 12 Bulan

= 4 Tahun + 3,19 Bulan

= 4 Tahun + 3 Bulan + (0,19 x 30 Hari)

= 4 Tahun + 3 Bulan + 5 Hari + 16,8 jam

Analisis proyeksi penilaian investasi terdiri dari perhitungan payback period

menganalisis periode pengembalian modal atau kapan modal yang telah

dikeluarkan selama pendirian perusahaan maupun proses produksi dapat diperoleh

kembali, di mana dalam hal ini dipergunakan batas waktu bahwa dalam waktu

lima tahun, perusahaan harus memperoleh kembali modalnya. Jika tidak terjadi

demikian, dapat dipastikan bahwa perusahaan dapat mengalami kerugian atau

tidak layak untuk didirikan. Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui bahwa CV.

Rajawali Nusantara akan memperoleh kembali modalnya dalam waktu 4 tahun 3

bulan 5 hari 16,8 jam. Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penilaian investasi

dengan metode payback period (PP) maka proyek CV. Rajawali Nusantara dapat

dikatakan layak.

V-17

5.7.2 Net Present Value (NPV)

Besar nilai net present value (NPV) sangat berngaruh terhadap kelayakan

suatu perusahaan. Jika net present value (NPV) bernilai positif, maka Investasi

layak dilakukan. Sebaliknya apabila net present value (NPV) bernilai negatif,

maka investasi tidak layak dilakukan. Perhitungan net present value (NPV)adalah

sebagai berikut:

NPV = nr0,1

TCFnCFO...

2r0,1

2CFO

r0,1

1CFO

INV

= ( ) ( )50,18+1

8002.185.582.+4,00855.461.99++

0,18+1

4,00808.643.99+8004.057.636. - ...

= - 4.057.636.800 + 685.291.520,34 + 626.146.577,13 + 527.619.969,67 +

444.327.097,09 + 1.810.800.378,71

= Rp 36.548.743

Perhitungan net present value (NPV) merupakan salah satu metode yang

digunakan untuk proyeksi penilaian investasi. Net present value (NPV)

merupakan metode proyeksi penilaian investasi yang mempertimbangkan nilai

uang berdasarkan waktu. Berdasarkan perhitungan dengan metode net present

value (NPV) diperoleh hasil sebesar Rp Rp 36.548.743 dan bernilai positif, maka

dapat dinyatakan bahwa investasi layak untuk dilakukan pada CV. Rajawali

Nusantara.

5.7.3 Internal Rate Of Return (IRR)

Nilai internal rate of return (IRR) menginformasikan layak atau tidaknya

suatu perusahaan atau badan usaha dalam merealisasikan perusahaan. Jika MARR

(%) > IRR (%), maka investasi suatu perusahaan dianggap tidak layak dan Jika

MARR (%) < IRR (%), maka investasi perusahaan dianggap layak. Berikut ini

perhitungan nilai INV yang telah dijabarkan.

INV (18%) = ( ) ( ) ( )n

n

2

21

r+1

TCF+CFO+...+

r+1

CFO+

r+1

CFO

V-18

= ( ) ( )50,18+1

8002.185.582.+4,00855.461.99++

0,18+1

4,00808.643.99...

= Rp 4.094.185.542,94

INV (19%) = ( ) ( ) ( )n

n

2

21

r+1

TCF+CFO+...+

r+1

CFO+

r+1

CFO

= ( ) ( )50,19+1

8002.185.582.+4,00855.461.99++

0,19+1

4,00808.643.99...

= Rp 4.010.538.210,75

Intepolasi = Nilai Rasio

Terkecil Nilai RasioICFx Selisih Rasio

= ) 210,754.010.538. Rp - 542,944.094.185. (Rp

210,75)4.010.538. Rp - 8004.057.636. (Rp x (19% - 18%)

= 0,0056306

IRR = 18 % + 0,56306 % = 18,56306 %

Setelah diketahui dari nilai NPV perusahaan layak untuk didirikan, maka

perhitungan selanjutnya adalah IRR. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan

nilai IRR sebesar 18,56306 % dengan bunga bank atau MARR sebesar 18% maka

kedua nilai tersebut dibandingkan, dan dapat diketahui bahwa nilai MARR< IRR

atau 18 % < 18,56306 %, maka investasi yang dilakukan oleh CV. Rajawali

Nusantara ini dikatakan layak didirikan atau dilakukan berdasarkan proyeksi

penilaian investasi dengan metode internal rate of return (IRR).

5.8 Perhitungan Break Even Point (BEP)

Lama waktu sebuah gagasan usaha dapat mengembalikan sebuah modal

yang ditanam disebut juga dengan break event point (BEP). Break event point

(BEP) bukanlah suatu metode yang digunakan untuk proyeksi penilaian investasi,

karena pada dasarnya break event point (BEP) digunakan untuk mengetahui

kuantitas barang jadi yang harus diproduksi untuk menyeimbangkan antara

pengeluaran dan pendapatan. Break event point (BEP) hanya mempertimbangkan

biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost), dan harga jual per unit.

V-19

Tabel 5.8 berikut merupakan hasil perhitungan break event point (BEP) pada CV.

Rajawali Nusantara.

Tabel 5.8 Break Even Point (BEP)

Fixed Cost

(Biaya Tetap)

(Rp)

Variabel Cost

(Biaya variabel)

(Rp)

Harga Jual

per Unit

(Rp)

BEP (Unit) BEP (Rp)

228.825.000 1.673.526.800

396.324

1396,21324 553.352.815,97

228.825.000 1.678.526.800 1402,154542 555.707.496,78

228.825.000 1.684.026.800 1408,748651 558.320.900,41

228.825.000 1.690.076.800 1416,074179 561.224.182,92

228.825.000 1.696.731.800 1424,220761 564.452.868,70

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, berikut ini merupakan contoh perhitungan

break even point (BEP) pada tahun pertama untuk memperjelas hasil perhitungan

di atas.

BEP (unit) =

Tahunper Produk

Total -per Unit Jual Harga

Total

CostVariable

CostFixed

BEP (unit) =

12)×20×(30

8001.673.526. - 396.324

0228.825.00

BEP (unit) = 1396,21324 unit

BEP (Rp) =

per Unit Jual Harga

Tahunper Produk : Total - 1

Total

CostVariable

CostFixed

BEP (Rp) =

396.234

12)×20×(30 : 8001.673.526. - 1

0228.825.00

BEP (Rp) = Rp 553.352.815,97

Setelah diketahui perusahaan sudah layak untuk didirikan, maka perlu juga

diketahui break event point atau titik pulang pokoknya atau, yaitu tidak rugi dan

tidak untung, namun paling tidak modal akan kembali. Titik pulang pokok ini

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu ongkos tetap (fixed cost) dan ongkos

V-20

variabel (variable cost). Ongkos tetap, yaitu ongkos yang besarnya tidak

dipengaruhi oleh volume produksi. Ongkos variabel, yaitu ongkos yang besarnya

dipengaruhi oleh volume produksi atau kebalikannya dari ongkos tetap. Melalui

perhitungan dapat diketahui pada tabel break event point pada tahun pertama

dengan penjualan sebanyak 1396,21324 unit mendapatkan pengembalian modal

sebesar Rp 553.352.815,97, dan seterusnya dengan penjualan yang berbeda-beda

dan pendapatanpun berbeda pula. Tahun kelima mendapatkan pendapatan paling

besar dikarenakan hasil penjualan yang semakin banyak pula yaitu 1424,220761

unit dengan total BEP Rp 564.452.868,70. Diketahui dalam setahun, CV. Rajawali

Nusantara memproduksi rak buku sebanyak 7200 unit. Berdasarkan hasil break

even point diperoleh jumlah unit BEP yang di bawah dari tingkat produksi dalam

setahun. Berdasarkan hasil tersebut, maka CV. Rajawali Nusantara akan

memperoleh keuntungan untuk setiap tahunnya.

VI-1

BAB VI

ANALISIS AKTIVITAS DAN PERENCANAAN TATA LETAK

6.1 Activity Relationship Chart (ARC)

Activity relationship chart (ARC) dibuat berdasarkan prioritas derajat

kedekatan letak mesin atau fasilitas untuk menunjang kelancaran kerja dalam

perusahaan. Activity relationship chart (ARC) perusahaan CV. Rajawali

Nusantara dapat dilihat pada Gambar 6.1. Terlihat derajat hubungan dari ruang

direktur dengan ruang produksi adalah sangat penting yang berwarna kuning. Hal

ini dikarenakan pengawasan terpenting dalam produksi rak buku akan

memerlukan hubungan secara langsung dengan bagian produksi. Sehingga bagian

produksi tidak butuh jarak yang jauh untuk berhubungan dengan direktur dan

harus dirancang berdekatan. Selain itu juga dapat dilihat derajat hubungan direktur

dengan bagian-bagiannya adalah sangat penting, karena masih memiliki hubungan

pribadi dan hubungan kertas kerja. Sehingga dapat dirancang dalam satu gedung

perkantoran.

Hubungan derajat kedekatan lainnya dapat dilihat antara kedekatan bagian

produksi, keuangan, pemasaran, dan human resource development (HRD) adalah

sangat penting. Hal ini dikarenakan antara satu bagian dengan bagian yang lain

dalam CV. Rajawali Nusantara tentunya saling berkoordinasi untuk menjalankan

segala kegiatan yang berlangsung dalam CV. Rajawali Nusantara. Maka dari itu,

bagian-bagian tersebut diletakkan tidak berjauhan. Meskipun catatan kerja yang

digunakan antar satu bagian dengan bagian yang lain berbeda, namun hubungan

antar kertas kerja antar satu bagian dengan bagian yang lain merupakan hal yang

patut untuk dipertimbangkan. Sehingga informasi yang disampaikan dapat

berlangsung dengan efektif dan efisien. Hubungan pribadi antar bagian juga

merupakan hal yang patut dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan karena semua

tenaga kerja yang bekerja pada bagian-bagian tersebut merupakan tenaga kerja

langsung perkantoran.

VI-2

Hubungan derajat kedekatan mutlak penting banyak terdapat pada bagian

lantai produksi harus dilokasi yang sama. Hal tersebut dikarenakan berkaitan

dengan aliran kerja antar satu departemen dengan departemen lain sehingga dapat

meminimalkan ongkos penanganan material (OMH). Meskipun peralatan kerja

dan kegiatannya berbeda, namun alasan kebisingan maupun ramai merupakan hal

yang patut dipertimbangkan. Hubungan pribadi antar operator juga alasan yang

harus dipertimbangkan, karena operator yang bekerja pada lantai produksi

merupakan tenaga kerja langsung yang terdapat pada CV. Rajawali Nusantara.

Lokasi parkir harus berdekatan dengan receiving atau shipping untuk

memudahkan bongkar dan muat bahan baku maupun produk jadi ke mobil pick-

up. Sehingga diberi warna kuning dan memiliki alasan hubungan pribadi, urutan

aliran kerja dan adanya ramai.

Mushola harus berdekatan dengan toilet umum, kantin dan taman untuk

memberikan pemandangan untuk mengurangi kejenuhan pekerja pada saat

istirahat. Sehingga mushola memiliki derajat hubungan kedekatan yang mutlak

terhadap toilet pabrik dan hubungan sangat penting terhadap taman. Toilet pabrik

dan kantin juga harus berdekatan karena agar memudahkan pekerja pada saat

istirahat. oleh karena itu toilet umum dan kantin memiliki derajat hubungan kerja

yang mutlak.

Pembuangan limbah membutuhkan lokasi harus dijauhkan dari fasilitas

dan bagian lainnya. Hal ini dikarenakan pembuangan limbah memiliki bau-bauan,

sehingga harus dijauhkan. Prioritas penempatan pembuangan limbah harus

berdekatan mutlak dengan lokasi parkir. Hal ini dikarenakan agar memudahkan

pengangkutan limbah oleh truk-truk pengangkut sampah atau limbah. Pos satpam

harus berdekatan dengan gerbang dan parkir karena menggunakan tenaga kerja

yang sama dalam penggunaan maupun pengaturannya. Instalasi listik tidak

memiliki hubungan yang penting dengan semua fasilitas, karena instalasi listrik

memiliki tegangan yang tinggi sehingga dapat membahayakan tenaga kerja

maupun fasilitas yang lain. Sehingga instalasi listrik harus diletakkan cukup jauh

dari jangkauan tenaga kerja maupun fasilitas.

VI-3

Gambar 6.1 ARC CV. Rajawali Nusantara

ACTIVITY RELATIONSHIP CHART (ARC)

CV. RAJAWALI NUSANTARA

TABEL DESKRIPSI DERAJAT KEDEKATAN TABEL DESKRIPSI ALASAN DAN KODE ALASAN

NILAI DESKRIPSI WARNAKODE

ALASANDESKRIPSI ALASAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

A

E

I

O

U

X

Hubungan Mutlak

Diperlukan

(Absolutely Necessary)

Hubungan Sangat Penting

(Especialy Important)

Hubungan Penting

(Important)

Hubungan Biasa/Umum

(Ordinary Closeness Okay)

Hubungan Tidak Penting

(Unimportant)

Hubungan Tidak Diinginkan

(Undesireble)

Menggunakan Catatan yang Sama

Menggunakan Tenaga Kerja yang Sama

Menggunakan Ruang Kerja yang Sama

Derajat Hubungan Pribadi/Personal

Derajat Hubungan Kertas Kerja

Urutan Aliran Kerja

Melaksanakan Kegiatan Kerja yang Sama

Menggunakan Peralatan Kerja yang Sama

Kemungkinan Adanya Bau-bau Tidak

Sedap, Ramai, dll

Ruang Direktur

Ruang Produksi

Ruang Pemasaran

Ruang Keuangan

Ruang HRD

Toilet Kantor

Ruang Rapat

Ruang Pantry

Receptionist

Fabrikasi

Assembling

Shipping

Mushola

Toilet

Instalasi Air

Instalasi Listrik

Kantin

Parkir Mobil

Parkir Motor

Pembuangan

Limbah

Taman

Gerbang

Receiving

Pos Satpam

A

4,5,6,7

A

4,5,6,7

A

4,5,6,7

A

4,5,6,7

I

2,3

I

2,3

O

4

U

9

X

9

A

3,4,6

A

3,4,6

A

3,4,6

O

3,4

A

2,4

U

9

U

9

X

9

X

9

U

9

A

4,9

U

9

I

9

A

4,5,6,7

A

4,5,6,7

A

4,5,6,7

I

2,3

I

2,3

O

4

U

9

X

9

X

9

A

3,4,6

A

3,4,6

O

3,4

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

E

9

E

9

O

9E

9

U

9X

9U

9

U

9U

9U

9I

9

U

9I

2,9I

2,9U

9E

9

U

9E

2,4U

9O

9U

9U

9

O

9X

9E

2,4U

9U

9U

9E

9

U

9O

9X

9U

9I

6,9U

9O

9U

9

E

4U

9U

9X

9U

9U

9U

9O

9U

9

O

3,4E

4U

9U

9X

9E

9U

9U

9O

9U

9

A

3,4,6O

3,4U

9U

9U

9X

9U

9O

6,9O

9U

9U

9

X

9X

9X

3,4X

9U

9X

9X

9X

9U

9U

9X

9X

9

X

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9

X

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9

9X

9X

9X

9X

9X

9X

9

A

4,5,6,7

A

4,5,6,7

A

4,5,6,7

I

2,3

I

2,3

I

2,3

I

2,3

I

2,3

I

2,3

I

2,3

O

4

O

4

O

4

O

4

O

4

U

9

I

4,6

I

4,6

X

9X

9

U

9U

9

X

9X

9

U

9U

9

U

9

I

4,6

I

4,6

I

4,6

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

X

9X

9

O

3,4

X

9

U

9

O

3,4

O

3,4

U

9

U

9

X

9X

9X

9

U

9

U

9

U

9

O

3,4

O

3,4

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

X

9U

9

X

9

X

9

X

9

X

9

U

9

X

9X

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

U

9

X

9X

9

X

9U

9

X

9U

9

U

9X

9U

9

U

9X

9U

9

U

9X

9U

9

E

9

U

9

I

9

I

9

U

9

X

9

X

9

A

2,4,6,9

U

9

U

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

9

X

VI-4

6.2 Area Allocation Diagram (AAD)

Area allocation diagram (AAD) perusahaan CV. Rajawali Nusantara

dibuat berdasarkan perhitungan luas lantai dan activity relationship diagram

(ARD). Area allocation diagram (AAD) merupakan suatu gambaran dari tata

letak produksi yang sebenarnya dan membuat alokasi dari departemen produksi

serta departemen perkantoran. Tujuan dari proses ini adalah merancang

pengaturan yang efisien ruangan yang dibutuhkan oleh tiap kegiatan, dalam satu

kesatuan yang terpadu.

Luas lantai produksi CV. Rajawali Nusantara yaitu sebesar 767,70031 m2.

Ukuran panjang dan lebar pada CV. Rajawali Nusantara yaitu 27,7742 m dan

27,6408 m. Luas lantai produksi CV. Rajawali Nusantara terdiri dari luas lantai

gudang bahan baku (receiving) sebesar 40,58031 m2, luas lantai mesin sebesar

556 m2, dan luas lantai gudang barang baku (shipping) sebesar 171,12 m

2. Luas

lantai mesin terdiri dari luas lantai mesin departemen fabrikasi sebesar 280 m2,

luas lantai mesin departemen pemotongan sebesar 112 m2,

luas lantai mesin

departemen perataan sebesar 48 m2, luas lantai mesin departemen pelubangan

sebesar 16 m2, dan luas lantai mesin departemen perakitan sebesar 100 m

2.

Pembuatana area allocation diagram (AAD) untuk bagian perkantoran

berdasarkan activity relationship chart (ARC). Total luas lantai perkantoran yang

dibutuhkan adalah sebesar 134 m2 dengan allowance 100%, jadi luas lantai

perkantoran sebesar 268 m2. Allowance diberikan dengan tujuan untuk area ruang

gerak dari para tenaga kerja tidak langsung sehingga akan memberikan rasa

nyaman dan aman. Apabila tidak diberikan allowance, maka tidak ada gang untuk

para tenaga kerja tidak langsung sehingga mereka akan kesulitan untuk bergerak

dari satu tempat ke tempat lain. Ukuran luas lantai perkantoran yaitu dengan

panjang 25 m dan lebar 10,72 m. Gambar 6.2 berikut ini merupakan area

allocation diagram (AAD) pada CV. Rajawali Nusantara.

VI-5

Gambar 6.2 AAD CV. Rajawali Nusantara

AREA ALLOCATION DIAGRAM (AAD)

CV. RAJAWALI NUSANTARA

KODE DESKRIPSI

R

DESKRIPSI WARNA PADA TEMPLATE

RECEIVING

F001

MESINF002

F003

F004

A001 ASSEMBLING

S SHIPPING

WARNA KETERANGAN

O PERKANTORAN

MERAH

HIJAU

BIRU

UNGU

KUNING

KODE DESKRIPSI

O-1

DESKRIPSI RUANG PERKANTORAN

RUANG DIREKTUR

O-2 RUANG PRODUKSI

O-3 RUANG PEMASARAN

O-4 RUANG KEUANGAN

O-5 RUANG HRD

O-6 TOILET KANTOR

O-7 RUANG RAPAT

O-8 RUANG PANTRY

O-9 RECEPTIONIST

SKALA 1 : 150

F003

F002

R

F001

F004

A001

S

10,1451 m17,6291 m

4 m

8 m

4 m

8 m

3,6

40

8 m

7,62 m 4 m 4 m 2 m 5,25 m 4,8951 m

7,6

40

8 m

8 m

8 m

4 m

O-7

O-5

O-8

O-4

O-1

O-3O-2

O-9

O-6

O-6

10,72 m

4 m

2 m

2 m

5 m

4 m

5 m

2 m

2 m2 m2,72 m4 m

3 m

5 m

4 m

5 m

2 m

2 m

4 m

1

VI-6

Berdasarkan Gambar 6.2, dapat dilihat bahwa luas lantai produksi paling

besar yaitu luas lantai mesin pada departemen fabrikasi. Hal tersebut dipengaruhi

oleh jumlah mesin yang cukup banyak yaitu 14 unit, ukuran mesin yang besar

yaitu 2,5 m x 2 m. Luas lantai produksi mempertimbangkan aliran material

berdasarkan alternatif terpilih pada activity relationship diagram (ARD).

Berdasarkan Gambar 6.2, dapat dilihat pula bahwa letak gudang bahan baku dan

barang jadi terletak berdekatan dan pada sisi yang sama. Hal tersebut untuk

memudahkan distribusi bahan baku atau barang jadi dari dan ke lantai produksi.

Berdasarkan Gambar 6.2, terlihat bagian direktur berdekatan langsung

dengan beberapa bagian yaitu produksi, pemasaran, keuangan, dan human

resources development (HRD). Ruang receptionist diletakkan berdekatan dengan

pintu utama lantai perkantoran, untuk memudahkan bagi para tamu untuk bertemu

atau membuat kesepakatan dengan perusahaan. Ruang rapat diletakkan diujung

lantai perkantoran untuk memanfaatkan tata letak secara optimal.

6.3 Template

Template merupakan suatu bentuk rancangan tata letak yang lebih jelas

dan menggambarkan fasilitas keseluruhan yang dimiliki sebuah perusahaan.

Informasi yang dapat diperoleh pada template yaitu tata letak kantor dan

peralatannya, tata letak fasilitas perusahaan, tata letak bagian produksi, aliran

setiap material dan distribusi material terhadap setiap mesin sesuai dengan jumlah

mesin yang dibutuhkan. Template CV. Rajawali Nusantara memiliki luas sebesar

1799,7 m2 yang terdiri dari Luas lantai produksi CV. Rajawali Nusantara yaitu

sebesar 767,70031 m2, luas lantai perkantoran sebesar 268 m

2, dan luas lantai

fasilitas sebesar 764 m2. Ukuran panjang dan lebar pada CV. Rajawali Nusantara

yaitu 42,4942 m2 dan 42,35 m

2. Total luas lantai fasilitas yang dibutuhkan adalah

sebesar 382 m2 dengan allowance 100%, jadi luas lantai perkantoran sebesar 764

m2. Allowance diberikan dengan tujuan untuk area ruang gerak dari para tenaga

kerja tidak langsung maupun langsung serta kendaraan sehingga akan

memberikan rasa nyaman dan aman. Gambar 6.3 berikut merupakan template CV.

Rajawali Nusantara.

VI-7

Gambar 6.3 Template CV. Rajawali Nusantara

TEMPLATE

CV. RAJAWALI NUSANTARA

SKALA 1 : 250

KODE DESKRIPSI

R

DESKRIPSI WARNA PADA TEMPLATE

RECEIVING

F001

MESINF002

F003

F004

A001 ASSEMBLING

S SHIPPING

WARNA KETERANGAN

O PERKANTORAN

MERAH

HIJAU

BIRU

UNGU

KUNING

KODE DESKRIPSI

F-01 MUSHOLA

F-02 TOILET

F-03 POS SATPAM

F-04 INSTALASI AIR

F-05 INSTALASI LISTRIK

F-06 KANTIN

F-07 PARKIR MOBIL

F-08 PARKIR MOTOR

F-09 PEMBUANGAN LIMBAH

F-10 TAMAN

F-11 GERBANG

KODE DESKRIPSI

O-1

DESKRIPSI RUANG PERKANTORAN

RUANG DIREKTUR

O-2 RUANG PRODUKSI

O-3 RUANG PEMASARAN

O-4 RUANG KEUANGAN

O-5 RUANG HRD

O-6 TOILET KANTOR

O-7 RUANG RAPAT

O-8 RUANG PANTRY

O-9 RECEPTIONIST

DESKRIPSI RUANG FASILITAS

DARI KE WARNA ALIRAN KETERANGAN

RECEIVING MEJA FABRIKASI KUNING

MEJA FABRIKASI MESIN POTONG ORANGE

MESIN POTONG MESIN SERUT MERAH

MESIN SERUT MESIN BOR UNGU

MESIN BOR MEJA ASSEMBLING HITAM

RECEIVING MEJA ASSEMBLING HIJAU

MEJA ASSEMBLING SHIPPING GREY (25%)

DESKRIPSI ALIRAN MATERIAL

MESIN SERUT MEJA ASSEMBLING DARK RED

S

R

O-7

O-5

O-8

O-4

O-1

O-3O-2

O-6

O-6

I

P

O

I

P

O

I

P

O

I

P

O

I

P

O

I

P

O

I

P

O

I

P

O

I

P

O

I

P

O

IPOIPOIPOIPO

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P O

I P OI

P

O O

P

I

O

P

I

O

P

I

O

P

I

I

P

O

F001

F-01 F-04F-02 F-02 F-06

F-02 F-02 F-09

F-03

F-11 F-11

F-08

F-07

F-05

F-10

A001

F004

F003F002

VI-8

6.4 Maket

Pembuatan maket CV. Rajawali Nusantara berupa gambar tiga dimensi

(3D) menggunakan software ArchiCAD 15. Pembuatan maket ini berdasarkan

rancangan template yang telah dibuat. Gambar 6.4 dan Gambar 6.5 berikut ini

merupakan gambar pembuatan maket CV. Rajawali Nusantara menggunakan

software ArchiCAD 15 dengan skala 1 : 100.

Gambar 6.4 Maket 1 CV. Rajawali Nusantara

Gambar 6.5 Maket 2 CV. Rajawali Nusantara

VII-1

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Pembahasan dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat

menjawab tujuan penulisan Laporan Akhir Perancangan Tata Letak Fasilitas

dalam bentuk kesimpulan. Berikut ini kesimpulan-kesimpulan dalam Laporan

Akhir Perancangan Tata Letak Fasilitas.

1. Proses produksi rak buku CV. Rajawali Nusantara terdiri dari beberapa proses

dan mesin yang digunakan yaitu pengukuran dengan meja fabrikasi,

pemotongan dengan mesin potong, perataan dengan mesin serut, pelubangan

dengan mesin bor, dan perakitan dengan meja perakitan. Berdasarkan routing

sheet dan multi product process chart (MPPC), jumlah mesin aktual yang

dibutuhkan CV. Rajawali Nusantara untuk memproduksi rak buku sebanyak

30 unit per hari yaitu 14 unit meja fabrikasi, 14 unit mesin potong, 6 unit

mesin serut, 2 unit mesin bor, dan 4 meja perakitan.

2. Luas lantai produksi rak buku yang terdiri dari luas lantai gudang bahan baku

(receiving) baik model tumpukan maupun model rak, luas lantai mesin, dan

luas lantai gudang barang jadi (shipping) pada CV. Rajawali Nusantara. Luas

lantai gudang bahan baku (receiving) model tumpukan yaitu sebesar 40,53 m2

dan luas lantai gudang bahan baku (receiving) model rak yaitu sebesar

0,05031 m2, sehingga total luas lantai gudang bahan baku (receiving) adalah

sebesar 40,58031 m2. Luas lantai mesin terdiri dari 280 m

2 untuk divisi

pengukuran, 112 m2 untuk divisi pemotongan, 48 m

2 untuk divisi perataan, 16

m2 untuk divisi pelubangan, dan 100 m

2 untuk departemen perakitan. Total

luas lantai mesin CV. Rajawali Nusantara yaitu sebesar 556 m2. Luas lantai

gudang barang jadi (shipping) yaitu sebesar 171,12 m2. Berdasarkan hasil

tersebut, maka total luas lantai produksi CV. Rajawali Nusantara adalah

sebesar 767,70031 m2.

VII-2

3. Alat angkut yang digunakan untuk proses pemindahan bahan serta ongkos

penanganan material (OMH) pada CV. Rajawali Nusantara yaitu dari

receiving menuju divisi pengukuran dengan jarak 11,77 m menggunakan alat

angkut hand truck dengan total ongkos penanganan material Rp 17.655, dari

divisi pengukuran menuju divisi pemotongan dengan jarak 13,66 m

menggunakan alat hand truck dengan total ongkos penanganan material Rp

20.490, dari divisi pemotongan menuju divisi perataan dengan jarak 8,76 m

menggunakan alat hand truck dengan total ongkos penanganan material Rp

13.140, dari divisi perataan menuju divisi pelubangan dengan jarak 5,46 m

menggunakan alat angkut walky pallet dengan total ongkos penanganan

material Rp 5.460, dari divisi perataan menuju divisi perakitan dengan jarak

12,46 menggunakan orang dengan total ongkos penanganan material Rp

6.230, dari divisi pelubangan menuju departemen perakitan dengan jarak 7 m

menggunakan alat angkut walky pallet dengan total ongkos penanganan

material Rp 7.000, dari receiving menuju departemen perakitan dengan jarak

43,36 m menggunakan orang dengan total ongkos penanganan material Rp

21.680, dari departemen perakitan menuju shipping dengan jarak 11,54 m

menggunakan alat walky pallet dengan total ongkos penanganan material Rp

11.540. Berdasarkan hasil tersebut, maka total ongkos penanganan material

(OMH) pada CV. Rajawali Nusantara adalah sebesar Rp 103.195.

4. Berdasarkan from to chart (FTC) dan tabel skala prioritas (TSP), maka

alokasi layout pada CV. Rajawali Nusantara yaitu lokasi gudang bahan baku

(receiving) harus berdekatan dengan departemen meja perakitan (prioritas

pertama) dan departemen meja fabrikasi (prioritas kedua). Lokasi meja

fabrikasi harus berdekatan dengan lokasi mesin potong. Lokasi mesin potong

harus berdekatan dengan lokasi mesin serut. Lokasi mesin serut harus

berdekatan dengan lokasi meja perakitan (prioritas pertama) dan lokasi mesin

bor. Lokasi mesin bor harus berdekatan dengan lokasi meja perakitan. Serta

lokasi meja perakitan harus berdekatan dengan gudang barang jadi (shipping).

VII-3

Berdasarkan hasil allocation relationship diagram (ARD), alternatif aliran

material yang dipilih untuk diterapkan pada lantai produksi CV. Rajawali

Nusantara adalah U-shaped.

5. Perusahaan bernama CV. Rajawali Nusantara dengan bentuk badan hukum

Commanditaire Vennotschaap (CV). Karakteristik perusahaan dilambangkan

dengan logo perusahaan berbentuk burung rajawali dan tanda panah biru yang

berputar searah jarum jam. Visi pada CV. Rajawali Nusantara yaitu “Menjadi

produsen rak buku terbaik dan terpercaya dengan mengutamakan kebutuhan

pelanggan”. Sedangkan misi pada CV. Rajawali Nusantara yaitu melakukan

perbaikan secara terus menerus dalam segala bidang untuk meningkatkan

kualitas rak buku yang diproduksi dan memenuhi permintaan konsumen,

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan

produk yang inovatif dan sesuai dengan keinginan pelanggan, dan

membangun hubungan yang harmonis antara seluruh elemen perusahaan

dengan investor. Struktur organisasi perusahaan terdiri dari seorang direktur

yang dibantu oleh empat manager yaitu manager produksi, manager

keuangan, manager pemasaran, dan manager HRD. Setiap manager dibantu

dengan seorang staff. Luas lantai perkantoran pada CV. Rajawali Nusantara

adalah sebesar 268 m2 dan luas lantai fasilitas adalah sebesar 764 m

2. Jumlah

tenaga kerja langsung pada CV. Rajawali Nusantara yaitu 41 orang dengan

total gaji Rp 47.150.000 per bulan. Jumlah tenaga kerja tidak langsung

perkantoran pada CV. Rajawali Nusantara yaitu 9 orang dengan total gaji Rp

12.800.000 per bulan. Jumlah tenaga kerja tidak langsung non perkantoran

pada CV. Rajawali Nusantara yaitu 6 orang dengan total gaji Rp 5.200.000

per bulan.

6. Total biaya investasi awal CV. Rajawali Nusantara adalah sebesar Rp

2.080.060.000 dan modal kerja sebesar Rp 75.225.000 untuk sebelum tahun

pertama, Rp 1.902.351.800 untuk tahun pertama, Rp 1.907.351.800 untuk

tahun kedua, Rp 1.912.851.800 untuk tahun ketiga, Rp 1.918.901.800 untuk

tahun keempat, dan Rp 1.925.556.800 untuk tahun kelima. Harga pokok

penjualan (HPP) per 1 unit rak buku adalah sebesar Rp 264.216 dan harga

VII-4

jual rak buku per unit dengan profit 40% adalah sebesar Rp 396.324.

Anggsuran pokok setiap tahun yaitu Rp 202.881.840 dan bunga bank sebesar

18%. Pembayaran ke bank selama lima tahun berturut-turut yaitu Rp

385.475.496, Rp 348.956.764, Rp 312.438.033, Rp 275.919.302, dan Rp

239.400.571. Perhitungan profit on sales (%) selama lima tahun berturut-turut

yaitu 0,20; 0,23; 0,24; 0,25; dan 0,26. Initial cash flow (ICF) didapatkan

berjumlah Rp 4.057.636.800. proceeds operational cash flow (POCF) selama

lima tahun berturut-turut yaitu Rp 808.643.994, Rp 871.846.494, Rp

866.896.494, Rp 861.451.494, dan Rp 855.461.994. Terminal cash flow

(TCF) yaitu Rp 2.185.582.800. Berdasarkan metode payback perid (PP), net

present value (NPV), dan internal rate of return (IRR) menunjukkan bahwa

investasi pada CV. Rajawali Nusantara dianggap layak untuk dijalankan.

Break event point (BEP) pada CV. Rajawali terjadi pada setiap tahun.

7. Activity relationship chart (ARC) menunjukkan derajat hubungan antara satu

fasilitas dengan fasilitas lain pada CV. Rajawali Nusantara. Berdasarkan area

allocation diagram (AAD), ukuran panjang dan lebar pada lantai produksi

CV. Rajawali Nusantara yaitu 27,7742 m dan 27,6408 m. Ukuran luas lantai

perkantoran yaitu dengan panjang 25 m dan lebar 10,72 m. Berdasarkan

template, ukuran panjang dan lebar pada CV. Rajawali Nusantara yaitu

42,4942 m2 dan 42,35 m

2.

7.2 Saran

Saran dibuat dengan tujuan agar Praktikum Perancangan Tata Letak

Fasilitas berikutnya dapat berjalan dengan lancar, mudah, dan lebih baik dari

sebelumnya. Saran-saran yang diberikan untuk Praktikum Perancangan Tata Letak

Fasilitas adalah sebagai berikut:

1. Produk yang akan diproduksi hendaknya memiliki bentuk yang tidak terlalu

rumit dan memiliki spesifikasi yang tepat.

2. Waktu untuk setiap operasi pada peta proses operasi hendaknya merupakan

waktu standar penyelesaian.

3. Pemanfaatan software untuk perancangan tata letak lebih ditingkatkan.

LEMBAR ASISTENSI LAPORAN AKHIR BENDEL

PRAKTIKUM PTLF PTA 2013-2014

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT

UNIVERSITAS GUNADARMA

Hari dan Shift : Jumat / 2 (Dua)

Proyek : Rak Buku

Asisten Pembimbing : Faried Pradhana Putra

Kelompok :

1. Andri Saputra / 30410751 4. Ricky Akbar R. / 35410889

2. Ario Windarto / 31410107 5. Warda Tizinia / 38410457

3. Marulloh / 34410248

Tanggal Revisi Paraf

L2-1

TUGAS PENDAHULUAN

MODUL ROUTING SHEET DAN MPPC

1. Jelaskan pengertian bahan yang disiapkan pada routing sheet ?

Jawab:

Bahan yang disiapkan adalah jumlah bahan yang harus tersedia seblum operasi

selanjutnya dilakukan dengan mempertimbangkan estimasi scrap.

2. Apa yang dimaksud dengan produksi mesin per jam ?

Jawab:

Produksi mesin per jam adalah jumlah output yang dapat diproses atau

diproduksi oleh suatu mesin dalam sutuan waktu jam.

3. Apa yang anda ketahui mengenai continuous howshop ?

continuous howshop adalah jenis atau tipe aliran dasar yang tepat untuk

beraktifitas yang teteap untuk waktu yang cukup lama namun hanya dapat

digunakan untuk satu jenis produk. Contohnya: gula.

4. Apa yang dimaksud dengan kapasitas mesin ?

Jawab:

Kapasitas mesin yaitu tingkat kemampuan mesin dalam melakukan suatu

proses untuk beberapa komponen.

5. Sebutkan dan jelaskan tiga (3) aliran dasar dalam proses design ?

Jawab:

1. Flowshop : - continuous flowshop adalah aktifitas tetap dalam waktu yang

Lama dan 1 jenis produk

- Intermittent flowshop adalah lebih dari 1 jenis produk namun

Aktifitas prosesnya sama

2. Jobshop: adalah memerlukan waktu set-up dalam melakukan suatu proses

L2-2

Karena berasal dari order-order yang berbeda

3. Proyek: untuk output yang bersifat kompleks dan hanya pada waktu

tertentu

L2-3

TUGAS PENDAHULUAN

MODUL LUAS LANTAI

1. Jelaskan definisi luas lantai bahan baku model tumpukan ?

Jawab:

Luas bahan baku model tumpukan adalah luas area yang digunakan untuk

menyimpan meterial atau komponen komponen utama dalam proses produksi

yang memiliki dimensi lebih besar sehingga peletakkannya ditumpuk.

2. Sebutkan penentuan-penentuan perhitungan luas lantai ?

Jawab:

Metode: - production center method

- Rough uot layout method

- Space standard method

- Ratio trende projection method

Penentuannya berdasarkan alat angkut, cara angkut, aliran bahan, komponen.

3. Apa yang kalian ketahui metode produksi pusat ?

Jawab:

Metode yanng digunakan dalam penentuan tata letak fasilitas khususnya luas

lantai dengan proses produksi terletak di pusat dari keseluruhan area.

4. Data apa saja yang digunakan dalam menghitung luas lantai barang jadi?

Jawab:

- Nama barang jadi

- Dimensi barang jadi

- Karakteristik barang jadi

- Tingkat produksi per priode

- Allowance

L2-4

5. Apa manfaat gang dalam menentukan lokasi ruang ?

Jawab:

- Sebagai alur pemindahan dan pengiriman komponen

- Jalur para operator

- Jalur pemadam kebakaran

- Jalur pembuangan scrap

- Sebagai allowance

L2-5

TUGAS PENDAHULUAN

MODUL ONGKOS PENAGANAN MATERIAL (OMH)

1. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan OMH ?

Jawab:

- Jenis bahan : semakin sulit bahan dipindahkan maka membutuhkan OMH

yang lebih besar

- Ukuran dan berat bahan : semakin berat bahan maka ukuran yang dihasilkan

juga semakin besar

- Alat angkut yang digunakan : dimensi bahan serta berat bahan

mempengaruhi jenis alat angkut yang digunakan

- Jarak pengangkutan : semakin pendek jarak angkut maka semakin

mengefektifkan waktu pengangkutan

2. Apa yang dimaksud dengan OMH ?

Jawab:

OMH adalah biaya yang dibutuhkan untuk penanganan bahan berupa

pemindahan suatu bahan atau meterial yang terlibat dalam proses produksi di

pabrik dari suatu tempat ketempat lain dengan menggunakan alat bantu

maupun tidak.

3. Apa yang dimaksud dengan rehandle ?

Jawab:

Rehandle adalah aktifitas penanganan kembali bahan yang telah mengalami

proses bisa berupa penurunan bahan atau meterial dari truck atau alat lain.

4. Sebutkan alat angkut yang digunakan pada aktifitas OMH ?

Jawab:

- crame

- Conveyor

L2-6

- Truck

- Farklift

- Kereta dorong

5. Apa yang dimaksud dengan OMH kontemporer ?

Jawab:

OMH kontemporer adalah biaya penanganan material dimana dalam proses

pemindahan meterialnya dilakukan secara menyeluruh dalam satu proses.

Karena dipngaruhi oleh alat angkut yang digunakan.

L2-7

TUGAS PENDAHULUAN

MODUL FTC, TSP, DAN ARD

1. Bagaimana cara melakukan pengisian tabel ftc ?

Jawab:

Pengisian tabel ftc ditentukan dengan melakukan perhitungan inflow dan

outflow kemudian gudang bahan baku diusahakan diletakkan pada bagian sisi

kemudian membuat perpindahan dari suatu departeman ke departemen yang

lain.

2. Jelaskan dasar penyusunan tabel skala prioritas berdasarkan hasil dari ftc ?

Jawab:

tabel skala prioritas berdasarkan hasil dari ftc perhitungan inflow dan outflow

yang memiliki koefisien paling besar, maka hal tersebut perlu diprioritaskan

terlebih dahulu.

3. Sebutkan beberapa faktor yang di perlu dilakukan analisis dalam mementukan

pola aliran meterial ?

Jawab:

- Karakteristik material

- Alat angkut yang digunakan

- Perbandingan tata letak yang digunakan

- Ongkos pemindahan bahan

- Jarak antar departemen

4. Sebutkan tujuan dari TSP ?

Jawab:

- Meminimalkan ongkos

- Mengoptimalkan layout

- Memperpendek jarak material hendling

L2-8

- Mengoptimalkan penggunaan mesin dari operator

5. Jelaskan dan gambarkan pola aliran u-shaped ?

Jawab:

1 2 3

456

Pola aliran dimana proses produksi awal dan akhir berada ditempat yang

berdekatan hal tersebut dikarenakan alat angkut yang digunakan sama atau

akses aliran meterial hanya terdapat pada satu bagian saja

L2-9

TUGAS PENDAHULUAN

MODUL STRUKTUR ORGANISASI

1. Sebutkan ciri-ciri organisasi fungsional ?

Jawab:

- Pembagian tugas dan kegiatan disesuaikan dengan keahliannya

- Spesialisasi keterampilan dapat dikembangkan dengan optimal

- Keputusan lamban karena struktur yang panjang

- Pengawasan dilakukan oleh masing-masing kepala divisi

- Koordinasi dilakukan hanya pada tiap bagian divisi

- Komunikasi horizontal sulit dilakukan

2. Jelaskan pengertian SO divisional ?

Jawab:

SO divisional adalah suatu organisasi dimana pembagian tugas dan

kegiatannya didasarkan pada kesamaan produk maupun proses dan tidak

berdasarkan spesialisasinya.

3. Sebutkan dan jelaskan sifat dari CV ?

Jawab:

- Modal yang sudah disetor sulit untuk ditarik kembali

- Mudah didirikan

- Pinjaman relatif mudah dilakukan

- Masa belaku CV tidak mementu

- Modal besar karena berdiri dari beberapa pendiri

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan misi

Jawab:

Misi adalah pernyataan-pernyataan yang harus dilakukan untuk mencapai cita-

cita atau tujuan yang diinginkan di masa mendatang

L2-10

5. Jelaskan pengertian struktur organisasi matriks

Jawab:

Struktur organisasi matriks adalah struktur organisasi yang merupakan

penggabungan antara struktur organisasi fungsional dan divisional sehingga

pembagian tugas dilakukan berdasarkan proses dan spesifikasinya.

L2-11

TUGAS PENDAHULUAN

MODUL ASPEK EKONOMI DAN FINANSIAL

1. Apa yang dimaksud dengan indirect cost dan sebutkan biaya-biaya yang

termasuk didalamnya ?

Jawab:

indirect cost adalah bagian dari modal kerja yang berupa biaya tidak langsung

karena tidak terlibat terhadap harga jual produk atau tidak berkaitan dengan

kegiatan produksi. Contohnya adalah biaya fasilitas.

2. Apa yang dimaksud dengan modal kerja?

Jawab:

Modal kerja adalah biaya yang digunakan setelah pembangunan proyek untuk

menjalankan prusahaan baik secara langsung pada lantai produksi maupun

tidak langsung.

3. Apa yang dimaksud dengan terminal cashflow ?

Jawab:

Aliran kas yang berisi kas masuk maupun kas yang keluar dari sebuah proyek

yang telah berakhir atau hanya menyisahkan modal kerja.

4. Jelaskan pengertian NPV !

Jawab:

NPV adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

proyek dengan mempertimbangkan nilai sekarang bersih dengan nilai sekarang

diskontinu untuk beberapa priode dengan memperhatikan nilai waktu.

5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis depresiasi ?

Jawab:

- Depresiasi berdasarkan waktu: semakin lama maka biaya penjualan semakin

L2-12

Menurun

- Depresiasi berdasarkan penggunaan: karena penurunnya penformasi mesin

yang digunakan bila digunakan terus menerus

- Depresiasi berdasarkan pengambilan: penyusutan karena pengambilan

modal sehingga selanjutnya akan berkurang nilai jualnya

- Depresiasi kecelakaan: karena mesin yang telah rusak akibat kecelakaan

L2-13

TUGAS PENDAHULUAN

MODUL ARC, AAD DAN TEMPLATE

1. Apa yang dimaksud dengan tata letak fasilitas?

Jawab:

Tata letak fsilitas adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengatur lokasi

atau tempat dari beberapa fasilitas dengan mempertimbangkan beberapa hal

seperti material handling, aliran material dan lain-lain sehingga memberikan

nilai ekonomis serta penggunaan ruang yang efisien.

2. Sebutkan 4 tipe tata letak fasilitas

Jawab:

- Berdasarkan produk

- Berdasarkan proses

- Berdasarkan material tetap

- Berdasarkan group teknologi

3. Sebutkan tujuan diagram keterkaitan kegiatan

Jawab:

- Menentukan hubungan antar lokasi berdasarkan FTC

- Menentukan lokasi nisbi outdor kantor maupun fasilitas

- Menentukan keterkaitan antara satu fasilitas dengan fasiltas yang lain

- Menjadi dasar pembentukan AAD

- Menunjukkan alasan keterkaitan

4. Apa yang dimaksud dengan diagram alokasi daerah

Jawab:

Gambaran grobal layout yang menunjukkan lokasi dari suatu fsilitas namun

belum berdasarkan atau menunjukkan ukuran yang sebenarnya dengan

mempertimbangkan keterkaitan hubungan antar fasilitas

L2-14

5. Sebutkan dan jelaskan deskripsi alasan pada ARC

Jawab:

1 = menggunakan catatan yang sama

2 = menggunakan orang yang sama

3 = menggunakan ruangan yang sama

4 = menggunakan aliran yang sama

5 = menggunakan kertas yang sama

6 = urutan aliran

7 = melaksanakan kegiatan kerja yang sama

8 = menggunakan peralatan kerja yang sama

9 = ribut atau kebisingan

10 = dan lain-lain

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan. 1998. Anggaran Perusahaan Edisi Ketiga. Yogyakarta:

BPFE.

Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung:

Institut Teknologi Bandung.

Hadiguna, Rika Ampuh. 2009. Manajemen Pabrik, Pendekatan Sistem untuk

Efisiensi dan Efektivitas. Edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara.

Iswanto, Paulus. 2011. Skripsi: Perancangan Ulang Tata Letak Workshop Untuk

Produksi Cover Bushing dan Sliding Bushing. Depok: Universitas Indonesia.

Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Jakarta: Graha Ilmu.

Sutalaksana, Iftikar Z. 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi

Bandung.

Van Horne, James C., dan Jhon M. Wachowicz, JR. 2005. Prinsip-Prinsip

Manajemen Keuangan Edisi Kedua Belas. Jakarta: Salemba Empat.

Wignjosoebroto, Sritomo. 2008. Pengantar Teknik & Manajemen Industri.

Surabaya: Guna Widya.

Wignjosoebroto, Sritomo. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.

Surabaya: Guna Widya.

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=93143. Diakses pada Tanggal 8

Oktober 2013 pukul 16.20 WIB.

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=93143. Diakses pada Tanggal 14

Oktober 2013 pukul 15.45 WIB.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/532/jbptunikompp-gdl-eginim1030 26565-7-

unikom_e-2.pdf. Diakses pada Tanggal 22 Oktober 2013.

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/file_skripsi/Isi_cover_71457371

4073.pdf. Diakses pada Tanggal 23 Oktober 2013.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/453/jbptunikompp-gdl-suryamanni-22611-6-

unikom_s2.pdf. Diakses pada 28 Oktober 2013.

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01739-TI. Diakses pada

Tanggal 8 November 2013.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/453/jbptunikompp-gdl-suryamanni-22611-6-

unikom_s2.pdf. Diakses pada 10 November 2013.

L1-1

LANDASAN TEORI

1.1 Peta Proses Operasi (PPO)

Peta Proses Operasi (PPO) atau sering disebut dengan peta proses operasi

merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang

akan dialami bahan (bahan-bahan) baku mengenai urutan operasi dan

pemeriksaan. Sejak dari bahan mentah sampai menjadi produk jadi utuh maupun

sebagai komponen dan juga memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk

menganalisa lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskan material yang digunakan,

dan tempat atau alat atau mesin yang diguanakan (Sutalaksana, 1979).

Ada empat hal yang perlu diperhatikan/dipertimbangkan agar diperoleh

suatu proses kerja yang baik melalui analisa peta proses operasi yaitu analisa

terhadap bahan-bahan, operasi, pemeriksaan dan terhadap waktu penyelesaian

suatu proses. Keempat hal tersebut diatas, dapat diuraikan sebagai berikut

(Sutalaksana, 1979):

1. Bahan-bahan

Kita harus mempertimbangkan semua alternatif dari bahan yang digunakan,

proses penyelesaian dan toleransi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

fungsi, reliabilitas, pelayanan dan waktunya.

2. Operasi

Dalam hal ini harus dipertimbangkan mengenai semua alternatif yang mungkin

terjadi untuk proses pengolahan, pembuatan, pengerjaan dengan mesin atau

metode perakitannya, beserta alat-alat dan perlengkapan yang digunakan.

Perbaikan yang bisa dilakukan misalnya dengan menghilangkan,

menggabungkan, merubah atau menyederhanakan operasi yang terjadi.

3. Pemeriksaan

Dalam hal ini kita harus mempunyai standar kualitas, suatu objek dikatakan

memenuhi syarat kualitasnya jika setelah dibandingkan dengan standar

ternyata lebih baik atau minimal sama. Proses pemeriksaan bisa dilakukan

L1-2

dengan teknik sampling atau satu persatu dari objek yang dibuat tentunya

cara terakhir tersebut dilaksanakan apabila jumlah produksinya sedikit.

4. Waktu

Untuk mempersingkat waktu penyelesaian, kita mempertimbangkan semua

alternatif-alternatif mengenai metoda, peralatan dan tentunya penggunaan

perlengkapan-perlengkapan khusus.

Peta Proses Operasi (PPO) merupakan salah satu teknik yang paling

berguna dalam perencanaan produksi. Kenyatannya peta ini adalah gambaran

tentang proses, dan telah digunakan dalam bebagai cara sebagai alat perencanaan

dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini dapat digunakan sebagai

alat manajemen. Peta Proses Operasi (PPO) juga akan menunjukkan bagian mana

yang erat kaitannya dengan yang lain dan dengan demikian harus dibuat dalam

wilayah yang berdekatan. Peta Proses Operasi (PPO) akan menjadi kurang berarti

jika dibuat untuk produk yang mengandung jumlah komponen yang besar.

Beberapa keuntungan dan kegunaan dari Peta Proses Operasi (PPO) ini adalah

sebagai berikut (Apple, 1990):

1. Mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga memberikan

informasi yang lebih lengkap.

2. Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen.

3. Menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen.

4. Menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen.

5. Menunjukkan kerumitan nisbi dari fabrikasi tiap komponen.

6. Menunjukkan hubungan antar komponen

7. Menunjukkan panjang dari lintas fabrikasi dan ruang yang dibutuhkannya.

8. Menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses.

9. Menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan bagian.

10. Membedakan antara komponen yang dibuat dengan yang dibeli.

11. Membantu perencanaan tempat kerja mandiri.

12. Menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan.

13. Menunjukkan secara nisbi konsentrasi mesin, peralatan dan pekerja.

14. Menunjukkan sifat pola aliran bahan.

L1-3

15. Menunjukkan sifat masalah penanganan bahan.

16. Menunjukkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran

produksi.

17. Mencatat proses pembuatan untuk diperlihatkan pada bagian lain.

1.2 Lembar Urutan Proses (Routing Sheet)

Routing sheet atau lembar pengurutan merupakan langkah-langkah yang

dicakup dalam memproduksi komponen tertentu dan rincian yang perlu diketahui

dari hal-hal yang saling berkaitan satu sama lain. Sebuah routing sheet menujukan

secara detail mengenai operasi yang dibutuhkan untuk sebuah bagian dalam

sebuah produksi. Hal ini memungkinkan juga untuk mengatur waktu untuk setiap

operasi dan setiap mesin. Proses routing ini menyimpulkan langkah-langkah

operasi yang diperlukan untuk merubah bahan baku menjadi produk yang

dikehendaki dimana untuk itu beberapa informasi harus menyertai di dalam

langkah ini yaitu nama dan komponen yang akan dibuat, nomor dari gambar kerja

dari komponen tersebut, macam operasi kerja dan nomor operasinya, mesin dan

peralatan produksi yang dipakai, serta waktu standar yang ditetapkan intuk

masing-masing operasi kerja (Apple, 1990).

Mesin, perkakas, peralatan pembantu seperti jigs dan fixture, dan lain-lain

yang harus dicantumkan secara spesifik didalam proses routing ini karena pada

akhirnya perencanaan tata letak pabrik akan ditujukan untuk mengatur semua

fasilitas produksi ini. Routing sheet menghasilkan beberapa informasi yang

diperlukan dalam perancangan tata letak fasilitas yaitu jumlah mesin teoritis yang

diperlukan untuk setiap proses pengerjaan, banyaknya siklus mesin dan bahan

baku yang diperlukan, memperbaiki metode kerja, dengan menurunkan waktu

standar, dan menentukan apakah waktu lembur lebih murah dibanding

penambahan mesin, serta menentukan apakah kerusakan mesin dapat

mengganggu seluruh lintasan produksi. Pembuatan Routing sheet memerlukan

data-data sebagai berikut yaitu kapasitas mesin, persentase scrap, dan efisiensi

mesin (Apple, 1990).

L1-4

Suatu langkah dasar dalam pengaturan tata letak pabrik yang baik adalah

dengan menentukan jumlah mesin atau peralatan produksi yang dibutuhkan secara

tepat. Tentu saja di samping penentuan jumlah mesin ini, suatu keputusan yang

tepat di dalam pemilihan jenis atau tipe mesinnya itu sendiri juga merupakan

langkah yang harus diperhatikan benar-benar. Pemilihan alternatif penggunaan

tipe mesin tertentu pada dasarnya akan dilandasi dengan pertimbangan-

pertimbangan yang bersifat teknis dan ekonomis. Untuk keperluan penentuan

jumlah mesin yang dibutuhkan, maka di sini terdapat beberapa informasi yang

harus diketahui sebelumnya, yaitu volume produksi yang dicapai, estimasi scrap

pada setiap proses operasi, dan waktu kerja standar untuk proses operasi yang

berlangsung (Wignjosoebroto, 2009).

Tabel 1. Routing Sheet

No.

Operasi Deskripsi

Nama

Mesin

Produksi

Mesin/Jam

%

Scrap

Bahan

Diminta

Bahan

Disiapkan

Efisiensi

Mesin

Kebutuhan Mesin

Teoritis Aktual

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Variabel routing sheet merupakan suatu lembaran yang terdiri dari

beberapa kolom perhitungan. Kolom 1 merupakan nomor operasi, dimana berisi

nomor urut operasi-operasi yang dilakukan dalam menghasilkan suatu produk.

Kolom 2 merupakan deskripsi yaitu nama operasi yang dilakukan pada urutan

nomor urut operasi. Kolom 3 merupakan nama mesin yaitu nama mesin yang

digunakan pada setiap operasi sesuai dengan urutan mesin yang digunakan.

Kolom 4 merupakan produksi mesin/jam, dimana berisi banyak unit produk yang

dihasilkan dalam waktu 1 jam atau 60 menit (Elib Unikom, 2013).

OperasiWaktu

menit 60 = Mesin/Jam Produksi

Kolom 5 merupakan scrap yaitu jumlah buangan bahan baku atau

persentase kerusakan yang diperkirakan, yang dilakukan dalam satu operasi

(dalam %). Kolom 6 merupakan bahan diminta. Bahan diminta merupakan jumlah

bahan yang diharapkan setelah melalui suatu proses. Perhitungan bahan diminta

pertama kali dilakukan pada proses terakhir dari produk akhir, dimana jumlah

produk awal yang digunakan pada perhitungan bahan diminta, sehingga bahan

L1-5

disiapkan dapat dihitung. Kolom 7 merupakan bahan disiapkan. Kolom jumlah

bahan yang harus disiapkan, berisi jumlah bahan yang harus tersedia dengan

mempertimbangkan persen scrap sebelum melakukan proses operasi tertentu.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung bahan yang disiapkan yaitu (Elib

Unikom, 2013).

scrap% - 1

diminta yangBahan =disiapkan yangBahan

Kolom 8 merupakan efisiensi mesin yaitu tingkat pemanfaatan mesin.

Kolom 9 merupakan jumlah mesin teoritis (JMT) yaitu jumlah mesin secara

teoritis untuk setiap operasi sesuai dengan peta proses operasi. Kolom 10

merupakan jumlah mesin aktual. Kolom ini berisi tentang jumlah mesin yang akan

digunakan pada proses produksi, dimana diperoleh dari pembulatan hasil pada

jumlah mesin teoritis. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan efisiensi

mesin dan jumlah mesin teoritis dapat dilihat di bawah ini (Elib Unikom, 2013).

Efisiensi

disiapkan yangBahan =Mesin Efisiensi

hari

kerjaJam×Reabilitas×

jam

mesinProduksi

Mesin Efisiensi= TeoritisMesin Jumlah

1.3 Multi Product Process Chart

Multi product process chart (MPPC) merupakan suatu peta yang

digunakan untuk menganalisa aliran barang dalam pabrik yang sudah ada maupun

untuk perencanaan pabrik baru dan mempunyai keterkaitan dengan peta proses

operasi. Fungsi dari peta ini yaitu untuk menunjukan keterkaitan produksi antar

komponen atau antar produk mandiri, bahan, bagian, pekerjan, atau kegiatan.

Tujuan dari pembuatan multi product process chart (MPPC) yaitu untuk dapat

memahami aliran proses produksi suatu produk secara keseluruhan beserta dengan

total waktu pengoperasian mesin yang digunakan (Wignjosoebroto, 2009).

Berdasarkan multi product process chart (MPPC) tersebut akan dipelajari

dan dianalisis dua hal yang memiliki pengaruh yang cukup signifikasi dalam

L1-6

perencanaan tata letak seperti aliran balik dimana dalam hal ini ditunjukan dengan

adanya aliran balik akibat fasilitas produksi tidak di tempatkan sesuai dengan

urutan proses. Aliran balik dalamproses perencanaan tata letak merupakan

indikator penting karena hal tersebut akan menunjukan langkah pemindahan

material yang sama sekali tidak efisien. Pengelompokan pola aliran yaitu

pengelompokan komponen yang memiliki urutan proses pengerjaan dan

menggunakan mesin yang sama. Hal ini akan penting dalam penyusunan tata letak

berdasarkan pengelompokan proses produksi (Wignjosoebroto, 2009)

2.1 Luas Lantai

Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan yang akan

digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas dan perusahaan yang akan

didirikan. Perhitungan luas lantai produksi dimulai dari luas kebutuhan lahan

sampai perkantoran dengan memperhatikan segala fasilitas pendukungnya. Dalam

melakukan suatu perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan

dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang

akan didirikan, serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya, dengan demikian perlu

dihitung berapa luas lantai yang disiapkan, terutama untuk kegiatan bagian

produksi. Perhitungan luas lantai ini didasarkan pada bahan baku yang akan

disiapkan. Berdasarkan hal tersebut maka akan didapat luas lantai receiving

(gudang bahan baku) model tumpukan dan rak. Tumpukan digunakan untuk

material yang rata-rata mempunyai dimensi yang besar sehingga tidak

memungkinkan untuk dimasukan ke dalam suatu wadah atau tempat tertentu.

Sedangkan untuk material yang menggunakan model penyimpanan menggunakan

rak, digunakan untuk material yang berdimensi kecil (Apple, 1990),.

2.2 Luas Lantai Bahan Baku

Luas lantai bahan baku merupakan luas lantai yang dibutuhkan untuk

menyimpan bahan baku untuk pembuatan produk. Luas lantai bahan baku

memiliki dua model, yaitu luas lantai gudang bahan baku model tumpukkan dan

luas lantai gudang bahan baku model rak (Wignjosoebroto, 2000).

L1-7

Luas lantai gudang bahan baku model tumpukan biasanya digunakan

untuk mengetahui luas area yang dibutuhkan untuk menyimpan komponen utama.

Data-data yang diperlukan untuk perhitungan luas lantai gudang bahan baku

model tumpukan yaitu nomor komponen, nama komponen, jumlah komponen,

tipe material, dan ukuran per potong. Luas lantai gudang bahan baku model rak

biasanya digunakan untuk mengetahui luas area yang dibutuhkan untuk

menyimpan komponen tambahan. Data yang diperlukan dalam perhitungan nomor

komponen, nama komponen, jumlah komponen, volume pemakaian, ukuran per

potong, dan unit tersedia (Elib Unikom, 2013).

2.3 Luas Lantai Mesin

Perhitungan yang cermat untuk lokasi dan lebar gang merupakan salah

satu faktor penting dalam alokasi ruang. Manfaat gang antara lain adalah sebagai

tempat perpindahan bahan baku dan barang jadi, perjalanan pekerja, jalan masuk

pemadam kebakaran, peletakan ulang dan penggantian peralatan serta sebagai

tempat pembuangan scrap. Perhitungan luas lantai mesin berguna dalam

menghitung mesin yang diperlukan untuk mengetahui luas lantai yang dibutuhkan

setiap mesin pada masing-masing departemen yang ada dalam pabrik. Prosedur

menghitung kebutuhan luas lantai, yaitu (Apple, 1990):

1. Masing-masing mesin atau stasiun kerja diukur panjang dan lebarnya, hal ini

dilakukan untuk menentukan luas seluruh mesin, yaitu kebutuhan lahan untuk

meletakkan sejumlah mesin yang sejenis.

2. Menentukan toleransi bahan, yaitu kelonggaran yang diberikan untuk

penyimpanan sementara bahan yang akan diproses, yang harus diperhatikan

dalam menentukan besarnya toleransi bahan adalah ukuran material atau

bahan dan karakteristik material atau bahan.

3. Panjang dan lebar mesin, masing-masing diberi kelonggaran, untuk

memberikan ruang bagi barang setengah jadi Work In Process (WIP),

operator atau mungkin tempat peralatan.

4. Menghitung kelonggaran untuk gang (aisles), kelonggaran gang diberikan

untuk ruang gerak bagi perpindahan barang, pekerjaan dan peralatan. Setelah

L1-8

didapat kelonggaran gang, maka luas total lantai produksi dapat dihitung

dengan cara menjumlahkan luas seluruh mesin dengan kelonggaran gang.

2.4 Luas Lantai Gudang Barang Jadi

Gudang barang jadi terdapat 2 komponen, yaitu meja belajar yang sudah

menggunakan kemasan dan lantai untuk kemasan sendiri, tanpa isi. Luas lantai

gudang barang jadi harus diperhitungkan untuk dijadikan tempat penyimpanan

produk yang sudah jadi. Langkah-langkah perhitungan luas lantai gudang barang

jadi, yaitu (Purnomo, 2004) :

1. Menentukan ukuran produk, yaitu ukuran atau dimensi dari kemasan atau

kardus untuk tempat produk jadi perusahaan.

2. Menentukan produk jadi per-satu periode, yaitu produk yang dihasilkan untuk

periode tertentu, berdasarkan produksi per-jam dari perusahaan. Penentuan

periode didasarkan pada periode pengiriman produk jadi ke pasaran, kapasitas

maksimum lahan (jika terbatas) dan karakteristik produk jadi tersebut.

3. Menentukan volume produk total, yaitu volume kebutuhan untuk produk jadi

per periode tertentu.

4. Menentukan luas lantai, yaitu lahan yang dibutuhkan berdasarkan volume

produk total, setelah ditumpuk sesuai dengan tinggi maksimum tumpukkan

yang diijinkan dan cara penumpukkannya.

5. Menentukan kelonggaran, yaitu kelonggaran yang diberikan untuk

penanganan bahan. Penentuan besarnya kelonggaran didasarkan pada alat

angkut, cara pengangkutan, cara penumpukan dan ukuran material.

6. Menentukan total luas lantai, yaitu kebutuhan gudang bahan jadi setelah

ditambah kelonggaran.

3.1 Pengertian Ongkos Penanganan Bahan

Merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material

handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan

diperhitungkan. Aktivitas pemindahan tersebut dapat ditentukan dengan terlebih

dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam suatu operasi. Selanjutnya

L1-9

hal yang harus diperhatikan adalah type layout yang akan digunakan. Ongkos

penaganan bahan adalah ongkos yang dikeluarkan untuk melakukan pemindahan

material dari satu departemen menuju departemen yang lain untuk dilakukannya

proses produksi selanjutnya (Apple, 1990).

Penaganan bahan adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai

pemindahan, pengepakan dan penyimpanan, pengepakkan dan penyimpanan

semua jenis /bentuk material /bahan yang terjadi di dalam pabrik termasuk

pemindahan bahan baku dari sumbernya kepabrik serta pemindahan barang jadi

sampai ketangan konsumen. Seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan,

penyimpanan, perlindungan dan pengawasan material penanganan material dalam

jumlah yang tepat dari material yang sesuai, dalam kondisi yang baik, pada tempat

yang cocok, pada waktu yang tepat, pada posisi yang benar, dalam urutan yang

sesuai, dengan biaya yang murah dan menggunakan metode yang benar

(Purnomo, 2004).

Bila ditinjau kegiatan produksi maka akan terlihat masalah yang utama

dalam produksi adalah bergeraknya bahan-bahan dari suatu tingkat proses ke

tingkat proses produksi yang berikutnya. Hal ini dapat kita lihat sejak bahan-

bahan diterima di tempat penerimaan, kemudian dipindahkan dari tempat

penerimaan atau pemeriksaan ke tempat penyimpanan bahan tersebut.

Apabila bahan akan diproses atau diolah, maka bahan tersebut dipindahkan

dari tempat penyimpanan ke tempat produksi yang pertama, dan setelah diproses

kemudian dipindahkan lagi ke tempat proses berikutnya, demikian seterusnya

sampai proses selesai. Jadi dapat dikatakan bahwa material handling adalah

kegiatan mengangkat, mengangkut dan meletakan bahan atau barang dalam

proses di dalam pabrik yang dimulai dari bahan baku sampai barang jadi.

Sedangkan dalam pemindahan tersebut menyangkut biaya. Dengan kata lain yang

dimaksud dengan OMH adalah ongkos yang dikeluarkan untuk memindahkan

bahan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain yang melibatkan jarak

tempuh, frekuensi pengangkutan peralatan yang dipakai dan biaya pengangkutan

(Apple, 1990).

L1-10

3.2 Prinsip-prinsip Penaganan Bahan

Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam meminimasi biaya adalah sebagai

berikut (Apple, 1990) :

1. Seluruh aktivitas pemindahan harus direncanakan.

2. Mengoptimasi aliran bahan dengan merencanakan sebuah urutan operasi dan

pengaturan peralatan.

3. Mengurangi, mengkombinasikan, dan menghilangkan pergerakan atau

peralatan yang tidak diperlukan.

4. Memanfaatkan prinsip gravitasi bagi pergerakan bahan jika memungkinkan.

5. Meningkatkan jumlah, ukuran, dan berat muatan yang dipindahkan.

6. Menggunakan peralatan pemindahan yang mekanis dan otomatis.

7. Mengurangi waktu non produktif dari peralatan dan tenaga kerja.

3.3 Aspek-aspek Ongkos Material Handling

Secara umum biaya material handling akan terbagi atas tiga klasifikasi,

yaitu (Apple, 1990) :

1. Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber asalnya

menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke konsumen yang

dibutuhkannya. Biaya transportasi disini merupakan fungsi yang berkaitan

langsung dengan pemilihan lokasi pabrik dengan memperhatikan tempat

dimana sumber material berada serta lokasi pada tujuannya.

2. In-plant receiving and storage, yaitu biaya-biaya diperlukan untuk gerakan

perpindahan material dari proses satu ke proses berikutnya, warehousing serta

pengiriman produk lainnya.

3. Handling materials yang dilakukan oleh operator pada mesin atau peralatan

kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di atas meja perakitan.

3.4 Ongkos Penaganan Bahan (OPB)

Pemindahan bahan atau material merupakan istilah terjemahan dari

material handling adalah suatu aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan

produksi dan memiliki kaitan erat dengan perencanaan tata letak fasilitas

L1-11

Pakai Volume

Terima Volume MaterialPotongan :tamaKomponen UUntuk

Assembling Volume

TersediaUnit MaterialPotongan :TambahanKomponen Untuk

produksi. Menurut Apple (1990), Material Handling Planning Sheet (MHPS)

merupakan suatu tabel yang digunakan untuk menghitung biaya penanganan

bahan. Disini dilakukan minimasi biaya penanganan bahan tetapi dengan tidak

mengabaikan prinsip-prinsip pemindahan bahan, prinsip-prinsip tersebut adalah

seluruh aktivitas pemindahan harus direncanakan, mengoptimasi aliran bahan

dengan merencanakan sebuah urutan operasi dan pengaturan peralatan,

mengurang mengkombinasi dan menghilangkan pergerakan atau peralatan yang

tidak diperlukan, memanfaatkan prinsip gravitasi bagi pergerakan bahan jika

memungkinkan, meningkatkan jumlah, ukuran dan berat muatan yang

dipindahkan, menggunakan peralatan pemindahan yang mekanis dan otomatis,

mengurangi waktu non produktif dari peralatan dan tenaga kerja (Wignjosoebroto,

2000).

3.5 Langkah-langkah dalam Menghitung Ongkos Penaganan Bahan

Ongkos penaganan bahan adalah biaya-biaya yang dibutuhkan dalam

penanganan (handling), pemindahan (moving), pembungkusan atau pengepakan

(packaging), penyimpanan (storing) sekaligus pengendalian atau pengawasan

(controlling) dari bahan atau material dengan segala bentuknya. Berikut ini

merupakan langkah-langkah yang dibutuhkan dalam menghitung ongkos material

handling, yaitu sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2003) :

1. Mengisi kolom 1 (dari), kolom 2 (ke), kolom 3 (nama komponen), dan kolom 4

(bentuk material) sesuai dengan spesifikasi komponen utama dan tambahan,

berdasarkan urutan pada peta proses operasi, routing sheet, serta MPPC.

2. Menghitung potongan material (kolom 5) menggunakan rumus sebagai berikut:

3. Produk/hari (kolom 6) diketahui dari nilai DS atau bahan disiapkan pada

routing sheet.

L1-12

B2

1A

2

1Jarak

4. Jumlah tiap bentuk (kolom 7) dihitung dengan membagi produk/hari (kolom 6)

terhadap potongan material (kolom 5).

5. Berat bentuk (kolom 8) diketahui sesuai dengan berat masing-masing

komponen yang digunakan.

6. Berat total (kolom 9) diperoleh dari perkalian antara jumlah tiap bentuk (kolom

7) dengan berat bentuk (kolom 8).

7. Alat angkut (kolom 10) diperoleh dari berat total terbesar dalam satu kali

perpindahan, dimana alat angkut yang diketahui terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Orang, dimana berat material lebih kecil dari 20 kg.

b. Walky fallet, dimana berat material antara 20-300 kg.

c. Hand truck, dimana berat material ≥ 300 kg.

8. OMH (kolom 11), diperoleh dari jenis alat angkut yang terpilih, yaitu:

a. Orang, dimana OMH sama dengan 700/meter.

b. Walky fallet, dimana OMH sama dengan 1200/meter.

c. Hand truck, dimana OMH sama dengan 1700/meter.

9. Jarak antar departemen (kolom 12), diketahui dengan rumus:

Dimana:

A = untuk mesin dari

B = untuk mesin ke

10. Total ongkos (kolom 13), diperoleh dari perkalian antara OMH (kolom 11)

dengan jarak antar departemen (kolom 12).

4.1 Pola-pola Umum Aliran Produksi

Menganalisa aliran material beberapa faktor yang harus diperhatikan,

antara lain yaitu fasilitas eksternal transformasi, jumlah unit yang diproduksi,

jumlah operasi pada setiap bagian, luas dan bentuk dari ruang yang tersedia,

lokasi area pelayanan, lokasi departemen produksi, gudang bahan, dan tipe

L1-13

pola aliran yang terjadi. Ada beberapa pola dalam aliran produksi yang digunakan

pada pabrik-pabrik, antara lain (Apple, 1990) :

1. Garis Lurus (Straight Line)

Digunakan apabila proses produksi pendek, relatif sederhana, dan hanya

mengandung sedikit komponen atau beberapa peralatan produksi.

2. Ular (Zig-zag)

Digunakan apabila lintasan lebih panjang dari ruang yang dapat digunakan untuk

ditempati, dan karenanya berbelok-belok dengan sendirinya untuk

memberikan lintasan aliran yang lebih panjang dalam bangunan dengan luas,

bentuk, dan ukuran yang lebih ekonomis.

3. Bentuk U (U-Shaped)

Digunakan apabila mengakhiri proses pada tempat yang relatif sama dengan awal

proses. Hal ini mungkin disebabkan pada pabrik tersebut hanya mempunyai

satu jalur untuk penerimaan bahan dan pengiriman produk jadi. Alasan lain

sama dengan pola zig-zag.

4. Melingkar (Circular)

Pola ini hampir sama dengan pola U-Shaped, diharapkan barang atau produk

kembali ke tempat awal proses, seperti pada bac-cetakan penuangan,

penerimaan dan pengiriman pada satu tempat sama, dan digunakan mesin

dengan rangkaian yang sama untuk kedua kalinya.

e. Bersudut Ganjil (Odd-Angle)

Pola tidak beraturan, tetapi sangat sering ditemui tujuan utamanya memperpendek

lintasan aliran antar kelompok dari wilayah yang berdekatan serta keadaan

ruangan tidak memungkinkan digunakan pola lain. Apabila sebuah fasilitas

mempunyai tempat penerimaan dan pengiriman, dapat dilihat bahwa tidak

banyak ragam pola aliran umum yang dapat menghubungkan kedua tempat

itu. Tentu saja sifat pola aliran akan menggambarkan jumlah komponen

dalam produk, atau proses yang sedang dilaksanakan. Tetapi umumnya pola

aliran akan sangat mungkin menyerupai salah satu dari gambar 1. Berbagai

penerapan, penyesuaian, atau penggabungan dari pola umum di atas

ditunjukan dalam gambar 2. Jadi umumnya pola-pola tersebut tergantung

L1-14

pada panjang pendeknya lini produksi serta tempat permulaan proses dan

berakhirnya proses. Pola-pola tersebut dijelaskan pada gambar di bawah

ini.

Gambar 1. Pola-pola Aliran Produksi

Gambar 2. Jenis-jenis Aliran Bahan

Keterangan:

a. Pada (a) dan (d) terjadi jika fasilitas-fasilitas seperti itu tersedia sepanjang

sisi pabrik. Jika dibutuhkan sejumlah lintasan produksi yang agak panjang

pekerja sebaiknya seperti (a).

b. Pada (b), Aliran dipergunakan, jika transportasi tersedia di ujung pabrik.

c. Pada (c), Aliran dipergunakan, jika transportasi tersedia pada salah satu ujung

dan satu sisi.

d. Pada (e) dan (f) ditunjukan untuk mencocokkan lintasan aliran yang relatif

panjang ke dalam ruang persegi.

e. Pada (g) dan (h) ditunjukan pola aliran yang menyangkut operasi-operasi rakit.

L1-15

Xi

Xij

mesindarimasukyangongkos

mesindi ongkosflowIn

Xj

Xij

mesindarikeluaryangongkos

mesindi ongkosOutflow

4.2 From To Chart (FTC)

From To Chart (FTC) disebut juga sebagai trip frequency chart atau travel

chart. FTC adalah suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk

perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi.

Teknik ini sangat berguna untuk kondisi dimana banyak item yang mengalir

melalui suatu area seperti job shop, bengkel permesinan, dan kantor

(Wignjosoebroto, 2003).

a. FTC Inflow

FTC inflow adalah suatu koefisien atas ongkos pada flowchart, dilihat dari

ongkos yang masuk dari suatu mesin. Rumus yang digunakan, yaitu:

b. FTC Outflow

FTC outflow adalah suatu koefisien atas ongkos pada flowchart, dilihat dari

ongkos yang keluar dari suatu mesin. Rumus yang digunakan, yaitu:

Tabel FTC inflow yaitu koefisien atas ongkos pada FTC dilihat dari

ongkos yang masuk dari suatu mesin. Tabel FTC outflow, yaitu koefisien atas

ongkos pada FTC dilihat dari ongkos yang keluar dari suatu mesin. Berikut ini

merupakan tabel FTC inflow dan outflow yang menjabarkan mengenai ongkos

yang masuk maupun yang keluar dari suatu mesin (Apple, 1990).

Tabel 2. FTC Inflow

From / To R F1 F2 F3 F4 A1 S

R

F1

F2

F3

F4

A1

S

(http://elib.unikom.ac.id)

L1-16

Tabel 3. FTC Outflow From / To R F1 F2 F3 F4 A1 S

R

F1

F2

F3

F4

A1

S

(http://elib.unikom.ac.id)

4.3 Tabel Skala Prioritas (TSP)

Tabel Skala Prioritas (TSP) adalah suatu tabel yang menggambarkan

urutan prioritas antara dpartemen atau mesin dalam suatu lintas atau layout

produksi. Berikut ini adalah table skala prioritas berdasarkan FTC inflow yang

dikarenakan memiliki nilai data paling terkecil dibandingkan dengan nilai data

FTC outflow (Apple, 1990).

Tabel 4. TSP (Tabel Skala Prioritas)

DEPT/MESIN PRIORITAS

I II III

R F1

F2

F3

F4

A1 S

(http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=8591)

Tujuan pembuatan Tabel Skala Prioritas (TSP) adalah sebagai berikut

Menurut Apple (1990) :

a. Untuk meminimumkan ongkos.

b. Memperkecil jarak handling.

c. Mengoptimalkan layout.

L1-17

4.4 Activity Relationship Diagram (ARD)

Activity Relationship Diagram (ARD) adalah diagram hubungan antar

aktivitas (departemen atau mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan,

sehingga diharapkan ongkos handling minimum. Dasar untuk membuat ARD

yaitu TSP, jadi yang menempati prioritas pertama pada TSP harus didekatkan

letaknya lalu diikuti prioritas berikutnya. Area pada ARD diasumsikan sama, baru

pada revisi disesuaikan berdasarkan ARD lini dan areanya sesuai dengan luas

masing-masing aktivitas yang diperkecil dengan skala tertentu. Activity

Relationship Diagram (ARD) yang baik penempatan departemen/mesin antara

satu dengan yang lain dibuat berdasarkan prioritas, agar ongkos jarak perpindahan

dapat diminimumkan serta jarak handling-nya dapat diperpendek. Adapun

keuntungan pembuatan ARD ini adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2000) :

a. Pembagian wilayah kegiatan yang sistematis.

b. Memudahkan proses tata letak.

c. Meminimumkan ruangan yang tidak terpakai.

d. Menterjemahkan perkiraan area ke dalam suatu peraturan pendahuluan dalam

bentuk yang dapat dilihat.

e. Memberikan perkiraan luas letak.

f. Menjamin ruangan yang cukup.

g. Dasar bagi perencanaan selanjutnya.

Activity Relationship Diagram (ARD) yaitu diagram hubungan antar

aktivitas berdasarkan TSP, sehingga diharapkan ongkos handling minimum.

Input-nya yaitu TSP, dimana yang punya prioritas no. 1 harus diletakkan

berdampingan. Pada saat menyusun ARD kemungkinan terjadi error sangat besar.

Error adalah suatu keadaan dimana mesin-mesin yang mendapat prioritas 1 tidak

dapat menempati posisinya satu sama lain tanpa ada pembatas dari departemen

lain. Adapun batas error yang diijinkan adalah 3 buah error, dan skema

penempatan prioritas adalah sebagai berikut (Mercubuana, 2013):

L1-18

IV III IV

V II I II IV

III I R I III

IV II I II IV

IV III IV

Gambar 3. Skema Penempatan Prioritas

Keterangan:

R : Letak mesin yang bersangkutan

I : Prioritas 1

II : Prioritas 2

III : Prioritas 3

IV : Prioritas 4

Input : TSP

5.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan adalah mekanisme formal yang mengelola

organisasi. Menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan

diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi mapun orang-orang yang

menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda

salam suatu organisasi. Faktor-faktor penentu perancangan struktur organisasi

antara lain (Apple, 1990) :

a. Strategi organisasi untuk mencapai tujuan.

b. Teknologi yang digunakan.

c. Anggota dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.

d. Ukuran organisasi.

5.2 Badan Hukum

Badan hukum suatu usaha merupakan suatu bentuk untuk mendapatkan

kelancaran proses produksi seperti yang dikehendaki semula dalam kaitannya

dengan status yang formal. Bentuk-bentuk badan hukum yang ada di Indonesia

meliputi, yaitu (Apple, 1990) :

L1-19

1. Perusahaan Perseorangan

Merupakan badan usaha yang kepemilikannya hanya dimiliki oleh satu orang.

2. Persero Terbatas (PT)

Merupakan organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki

oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada

perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di

dalamnya. Ciri dan sifat PT antara lain (http://badanusaha.com):

a. Sulit untuk membubarkan PT.

b. Kepemilikan mudah berpindah tangan.

c. Modal dan ukuran perusahaan besar.

d. Keuntungan dibagikan kepada pemilik modal/saham dalam bentuk dividen.

e. Mudah mencari tenaga kerja untuk pegawai/karyawan.

f. Kelangsungan hidup PT ada ditangan pemilik saham.

3. Perusahaan Persekutuan

Perusahaan persekutuan dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Commanditaire Vennotschaap (CV) merupakan suatu bentuk badan usaha

bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai

tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara

anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif yang

melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja

tanpa harus melibatkan harta pribadi. Pemimpin yang aktif mengurus

perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan pemimpin yang hanya menyetor

modal disebut sekutu pasif. Ciri dan sifat CV antara lain:

Sulit untuk menarik modal yang telah disetor.

Modal besar karena didirikan banyak pihak.

Mudah mendapatkan kridit pinjaman.

Ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada

yang pasif tinggal menunggu keuntungan.

Relatif mudah untuk didirikan.

kelangsungan hidup perusahaan CV tidak menentu.

L1-20

b. Firma merupakan bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau

lebih dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak

terbatas pada setiap pemiliknya. Ciri dan sifat firma antara lain

(http://badanusaha.com):

Setiap anggota firma memiliki hak menjadi pemimpin.

Seseorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin

anggota yang lain.

Mudah mendapatkan kridit usaha.

Pendiriannya tidak memerlukan akte pendirian.

Keanggotaaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.

Seorang anggota firama mempunyai hak untuk membubarkan firma.

5.3 Luas Lantai Perkantoran

perhitungan luas lantai perkantoran terlebih dahulu harus diketahui bagian-

bagian dari perkantoran dan pelayanan pabrik (Apple, 1990) :

1. Bagian umum, merupakan fungsi yang melayani seluruh pabrik misalnya

tempat penyimpanan peralatan, tempat menyimpan atau memperbaiki peralatan

yang rusak, ruang rapat dan ruang tunggu.

2. Bagian produksi, merupakan bagian yang melayani organisasi produksi,

misalnya teknik industri (standar kerja, metode, penanganan bahan dan proses),

kontrol produksi (perencanaan dan penjadwalan), pengendalian kualitas dan

perencanaan teknis.

3. Bagian personil, merupakan fungsi yang melayani atau menangani kebutuhan

manusia, seperti fasilitas kesehatan, kantin, WC atau kamar mandi, daerah

rekreasi atau taman, lapangan parkir, telepon umum, dan lain-lain.

4. Bangunan fisik, merupakan bagian yang berhubungan dengan kebutuhan

fasilitas fisik bangunan, peralatan utilitas dan sebagainya. Misalnya fasilitas

pemasaran, pembangkit tenaga, garasi, pemadam kebakaran, bengkel

perawatan dan lain-lain. Persyaratan umum perkantoran adalah:

L1-21

a. Satu kantor yang luas merupakan unit kerja yang lebih efisien dari pada

sejumlah ruangan-ruangan kecil dengan luas yang sama, karena

memudahkan pengawasan, komunikasi dapat lebih lancar dan cahaya atau

ventilasi dapat lebih baik.

b. Lebar lorong untuk sirkulasi utama 1,5 sampai dengan 2,5 meter, jika tidak

seberapa penting cukup 1 sampai dengan 1,5 meter.

c. Jarak meja dengan kursi minimal 45 cm.

d. Jarak antara meja dengan meja atau tembok berkisar antara 60 – 90 cm.

e. Untuk menghindari kebisingan, maka peralatan seperti mesin tik dan mesin

stensi sebaiknya diletakkan terpisah.

5.4 Luas Lantai Fasilitas

Pemilihan fasilitas pelayanan harus disesuaikan dengan kondisi

manajemen perusahaan yang direncanakan. Artinya bahwa untuk perusahaan

besar jelas memiliki jenis dan ukuran fasilitas pelayanan yang berbeda dengan

perusahaan kecil. Luas lantai fasilitas merupakan luas area yang diperuntukkan

bagi sarana penunjang yang diperlukan pada suatu proyek pembangunan pabrik.

Fasilitas merupakan tempat atau saran penunjang dalm melakukan suatu kegiatan

yang bersifat umum. Dalam lingkungan pabrik fasilitas yang umum digunakan

adalah pos keamanan, tempat makan, tempat sholat, toilet, lapangan parkir, dan

sarana penunjang lainnya (Apple, 1990).

6.1 Aspek Finasial dalam Perusahaan

Aspek finasial di perusahaan terdapat beberapa fungsi yang harus

dipenuhi. Berikut ini adalah fungsi dari aspek finansial dalam perusahaan antara

lain (Gunawan, 1998) :

1. Menghitung nilai investasi mendatang.

2. Menghitung nilai investasi sekarang.

3. Menghitung NPV.

4. Menghitung IRR.

5. Penggunaan fungsi rate.

L1-22

6. Penggunaan fungsi NPER.

7. Menghitung pembayaran amortasi.

8. Menghitung bunga dan pokok utang yang dibayar per periode.

9. Menghitung depresiasi

6.2 Perhitungan Analisis Kas

Perkiraan analisis kas merupakan perhitungan yang menggambarkan aliran

keluar masuknya uang sebelum beroperasi (modal awal) dan pada saat beroperasi.

Perhitungan analisis kas ini terdiri dari 3 bagian, yaitu initial cash flow,

operational cash flow dan terminal cash flow (Apple, 2005).

1. Initial cash flow

Initial cash flow merupakan langkah awal dalam proyeksi perkiraan aliran kas.

Initial cash flow dipengaruhi biaya investasi awal dan modal kerja. Rumus

yang digunakan dalam perhitungan initial cash flow ditunjukkan pada rumus:

2. Operational cash flow

Operational cash flow atau cross sheet merupakan bentuk cash flow yang

menyajikan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan operasi

produksi. Operational cash flow dipengaruhi oleh laba setelah pajak,

penyusutan dan bunga. Operational cash flow dihitung per tahun.

3. Terminal Cash Flow (TCF)

Terminal cash flow merupakan langkah terakhir dalam memproyeksikan

perkiraan aliran kas. Terminal cash flow dipengaruhi oleh modal kerja dan nilai

sisa. Berikut ini adalah perhitungan dari terminal cash flow:

Cash flow adalah suatu bentuk penyajian yang sistematis tentang

penerimaan dan pengeluaran kas, selama periode operasi tertentu serta

Initial Cash Flow = Biaya Investasi Awal + Biaya Modal Kerja

Operational Cash Flow = Laba Setelah Pajak + Penyusutan + Bunga (1-Pajak)

Terminal Cash Flow = Modal Kerja + Nilai Sisa

L1-23

menggambarkan penentuan saldo kas akhir pada laporan neraca. Perhitungan

analisis kas juga merupakan perhitungan yang menggambarkan aliran keluar

masuknya uang sebelum beroperasi (modal awal) dan pada saat beroperasi.

Operational cash flow atau cross sheet merupakan bentuk cash flow yang

menyajikan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan operasi produksi.

Karena itu operational cash flow dapat dihitung per tahunnya. Perhitungan

operational cash flow dipengaruhi oleh laba setelah pajak, penyusutan dan bunga

(Apple, 2005).

6.3 Proyeksi Penilaian Investasi

Proyeksi penilaian investasi merupakan perhitungan penilaian atas

investasi yang akan dikeluarkan layak atau tidak untuk direalisasikan dan

mengetahui berapa lama modal dapat dikembalikan. Dalam pengaturan investasi

modal (proyek) yang efektif harus diperhatikan faktor-faktornya antara lain (www.

jurnal.budiluhur.ac.id):

1. Adanya usul-usul investasi.

2. penaksiran aliran khas dari usul investasi.

3. evaluasi aliran khas, memilih investasi sesuai dengan ukuran tertentu.

4. penilaian terus menerus terhadap proyek investasi setelah proyek diterima.

Proyeksi penilaian investasi meliputi perhitungan payback period, net

present value, dan internal rate of return (www. jurnal.budiluhur.ac.id).

1. Payback Period (PP)

Payback period merupakan teknik untuk menentukan layak atau tidaknya

usulan proyek investasi dengan membandingkan waktu pengembalian jumlah

dana investasi dengan umur ekonomis proyek. Berikut ini perhitungan dari

payback period:

2. Net Present Value (NPV)

NPV (Net Present Value) merupakan teknik untuk mengetahui apakah suatu

usulan proyek investasi layak untuk dilaksanakan atau tidak dengan cara

mengurangkan present value dengan aliran kas bersih operasional atas proyek

PP = Initial cash flow – Annual

L1-24

investasi selama umur ekonomis. Berikut ini adalah perhitungan dari Net

Present Value (NPV):

Keunggulan metode NPV adalah sebagai berikut:

1. Memperhitungkan nilai waktu dari uang.

2. Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.

3. Memperhitungkan nilai sisa proyek

3. Internal Rate of Return (IRR)

Nilai IRR akan menunjukkan informasi layak atau tidaknya perusahaan

merealisasikan perencanaan mereka. Jika IRR (%) > MARR (%) maka suatu

perusahaan dianggap cukup layak dan begitupun sebaliknya. Tingkat investasi

(IRR) adalah suatu tingkat bunga yang menunjukkan bahwa jumlah nilai

sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek. Dengan

kata lain, IRR adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow sesudah

di-present value-kan sama jumlahnya dengan investment cost.

6.4 Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan lama waktu sebuah gagasan dapat

mengembalikan sebuah modal yang ditanam. Biaya-biaya untuk menentukan

break event point adalah ongkos tetap dan ongkos variabel. Dimana nilainya dari

tahun ke tahun semakin meningkat dan harganya semakin meningkat. Ongkos-

ongkos yang terjadi dalam penentuan titik pokok pada dasarnya ada dalam dua

kelompok, yaitu ongkos tetap (fixed cost) dan ongkos variasi (variable cost).

Ongkos tetap (fixed cost) adalah ongkos yang besarnya tidak dipengaruhi oleh

besarnya volume produksi. Ongkos variasi (variable cost) adalah ongkos yang

besarnya dipengaruhi oleh volume produksi. Rumus yang digunakan dalam BEP,

yaitu (www. jurnal.budiluhur.ac.id):

NPV = nn

2

21

r1

TCFCF...

r1

CF

r1

CFINV

BEP = FC / P – VC

L1-25

Keterangan :

P = harga jual per unit

V = biaya per unit

FC = biaya tetap

Menurut Kelompok 3 (2012), BEP ( Break Even Point ) adalah suatu

keadaan dimana dalam operasi perusahaan untuk menentukan jumlah produk

dalam Rupiah atau unit perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita

rugi (penghasilan = total biaya). Analisa impas memberikan informasi berapa

tingkat penjualan minimum yang harus dicapai suatu perusahaan agar supaya

tidak menderita kerugian. Dari analisa tersebut juga dapat diketahui sampai

seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun, agar supaya

perusahaan tidak menderita kerugian. Analisa impas merupakan salah satu bentuk

analisa biaya, volume salah satu bentuk analisa biaya, volume dan laba karena

untuk mengetahui impas maupun margin of safety perlu dilakukan analisa

terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba.

7.1 Tata Letak Fasilitas

Tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai tata

cara pengaturan fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi.

Berdasarkan aspek dasar, tujuan, dan keuntungan yang bisa didapatkan dalam tata

letak pabrik yang terencanakan dengan baik, maka dapat disimpulkan enam tujuan

dasar dalam tata letak pabrik. Untuk melakukan proses perancangan suatu tata

letak, terdapat enam prinsip dasar perancangan tata letak yang harus dipenuhi.

Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut adalah prinsip dasar yang berkaitan dengan

jarak perpindahan bahan, prinsip integrasi total, desain tata letak pabrik dibuat

sebaik mungkin untuk menghindari adanya gerakan balik, gerakan memotong,

dan kemacetan. Prinsip dasar selanjutnya adalah prinsip pemanfaatan ruangan,

desain tata letak pabrik yang baik bisa menciptakan kenyamanan bagi pekerja, dan

keefektifan dan efisiensi dari rancangan (Wignjosoebroto, 2000).

Aliran kerja berlangsung secara lancar melalui pabrik, semua area yang

ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien, kepuasan kerja dan rasa aman dari

L1-26

pekerja dijaga sebaik-baiknya, dan pengaturan tata letak harus cukup fleksibel.

Rencana pemindahan barang dan peralatan mungkin telah memberikan gambaran

umum terhadap metode pemindahan. Urutan proses produksi merupakan dasar

bagi perancangan pola aliran. Berikut ini adalah mengenai siklus aliran yang

umum dilihat dalam proses produksi dari suatu pabrik (Wignjosoebroto, 2000).

Gambar 4. Siklus Aliran Bahan dalam Sebuah Pabrik

Perancangan suatu tata letak fasilitas memiliki beberapa tujuan. Adapun

tujuan tersebut antara lain adalah mempermudah proses manufaktur,

meminimumkan pemindahan barang, memelihara keluwesan susunan dan operasi

serta memilihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi. Selain tujuan-tujuan

tersebut, juga terdapat proses perancangan tata letak fasilitas yang bertujuan untuk

menekan modal yang tertanam pada peralatan, menghemat pemakaian ruang

bangunan, meningkatkan pemakaian tenaga kerja serta memberikan kemudahan,

keselamatan bagi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. sedangkan untuk

macam-macam pola aliran bahan yang biasa diterapkan pada suatu perusahaan

adalah sebagai berikut (Apple, 1990):

Gambar 5. Pola Aliran Bahan

L1-27

Pengaturan departemen dalam sebuah pabrik (dimana fasilitas produksi

akan diletakkan dalam tiap departemen sesuai dengan pengelompokannya) akan

didasarkan pada aliran bahan yang bergerak diantara fasilitas produksi atau

departemen tersebut. Ada dua macam analisa teknis yang biasa digunakan dalam

perencanaan aliran bahan. Analisa konvensional merupakan metode yang

umumnya digunakan selama bertahun-tahun, relatif mudah untuk digunakan, dan

terutama cara ini akan berbentuk gambar grafis yang sangat tepat untuk maksud

penganalisa aliran semacam ini. Analisa modern merupakan metode baru untuk

menganalisa dengan mempergunakan cara yang canggih dalam bentuk perumusan

dan pendekatan yang bersifat deterministik maupun probabilistik. Metode analisa

ini termasuk teknik penganalisaan modern yang merupakan bagian dari aktivitas

penelitian operasi, yang mana perhitungan yang kompleks akan dapat

”disederhanakan” dengan penerapan komputer. Teknik analisa ini bisa juga

digunakan untuk merencanakan metode seperti program linier, analisa

keseimbangan lintasan, teori antrian, dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000).

7.2 Pengertian Activity Relationship Chart (ARC)

Activity relationship chart atau peta hubungan kerja kegiatan adalah

aktifitas atau kegiatan antara masing-masing bagian yang menggambarkan

penting tidaknya kedekatan ruangan. Dalam suatu organisasi pabrik harus ada

hubungan yang terikat antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya yang

dianggap penting dan selalu berdekatan demi kelancaran aktifitasnya. Oleh karena

itu dibuatlah suatu peta hubungan aktifitas, dimana akan dapat diketahui

bagaimana hunbungan yang terjadi dan harus dipenuhi sesuai dengan tugas-tugas

dan hubungan yang mendukung (Wignjosoebroto, 2003).

Peta keterkaitan kegiatan serupa dengan peta dari ke, tetapi hanya

perangkat lokasi saja yang ditunjukaan. Kenyataannya peta ini serupa dengan

tabel jarak sebuah peta jalan.jaraknya digantikan dengan huruf sandi kualitatif,

dan angka menunjukan keterkaitan suatu kegiatan dengan yang lainnya, dan

seberapa penting setiap kedekatan hubungan yang ada. Huruf-huruf (A, E, I, O, X,

dan U) diletakkan pada bagian atas kotak, kadang digunakan juga warna, untuk

L1-28

menunjukan alasan-alasan yang mendukung setiap kedekatan hubungan. Simbol-

simbol yang digunakan adalah (Wignjosoebroto, 2003) :

Tabel 5. Derajat Kedekatan

Kode Warna Derajat Kedekatan

A Merah Mutlak

E Orange Sangat penting

I Hijau Muda Penting

O Biru Muda Biasa

X Cokelat Tidak diinginkan

U Kuning Tidak Penting

Alasan-alasan derajat kedekatan adalah sebagai berikut:

1. Urutan aliran kerja

2. Menggunakan peralatan kerja yang sama

3. Menggunakan Ruang yang sama

4. Menggunakan catatan yang sama

5. Bising, kotor, debu,getaran, dan sebagainya.

Analisis kedekatan aktivitas merupakan satu hal yang sangat penting

dalam proses perancangan sebuah tata letak. Analisis kedekatan aktivitas ini

dilakukan dengan bantuan peta hubungan aktivitas (ARC), dan diagram

pengalokasian area (AAD). ARC merupakan suatu gambaran yang digunakan

untuk menentukan keterkaitan hubungan. Penyusunan ARC didasarkan pada

alasan-alasan tertentu. Dalam penyusunan ARC digunakan pengkodean warna

yang menunjukkan hubungan. AAD merupakan analisis lanjutan dari ARC. Pada

prinsipnya AAD merupakan bagan tata letak yang disusun berdasarkan ARD, dan

ARC. AAD juga merupakan tata letak akhir, namun setiap pusat kegiatan belum

terisi oleh aktivitas-aktivitas (Hadiguna, 2008).

7.3 Pengertian Area Allocation Diagram (AAD)

Area allocation diagram (AAD) merupakan kelanjutan dari ARC dimana

dalam ARC diketahui kesimpulan dari tingkat kepentingan antar aktivitas. Maka

dengan demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan

aktivitas yang lainnya dan juga sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa

hubungan antar aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak

aktivitas tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut dapat dilihat dalam area

L1-29

allocation diagram (AAD). Area allocation diagram ini merupakan lanjutan

penganalisisan tata letak setelah activity relationship chart dan activity relation

diagram, maka dapat dibuat area allocation diagramnya. Area allocation diagram

(AAD) merupakan template secara global, informasi yang dapat dilihat hanya

pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasinya secara lengkap dapat

dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisisan dan

perencanaan tata letak fasilitas dan pemindahan bahan. ARC dan AAD

merupakan jenis peta yang menggambarkan hubungan antar ruangan-ruangan

akibat dari alasan-alasan tertentu yang harus dipenuhi (Apple, 1990).

7.4 Template

Template (bagan tata letak) merupakan bentuk rancangan tata letak dan

merupakan salah satu alat yangdapat digunakan sebagai alat visualisasi dari

rancangan tata letak. Jika AAD merupakan bagan tata letak namun belum terdapat

aktivitas di dalamnya, maka template merupakan bagan tata letak yang digunakan

untuk menggambarkan fasilitas-fasilitas. Template merupakan suatu gambaran

yang lebih jelas dari tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran

detail dari Area Allocation Diagram (AAD) yang telah dibuat. Informasi yang

dapat dilihat pada template adalah sebagai beriku (Apple, 1990) :

1. Tata letak kantor dan peralatannya.

2. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, seperti:

a. Mushola

b. Jalan

c. Tempat parkir kendaraan bermotor

d. Gudang

e. Pelayanan kesehatan

3. Tata letak bagian produksi, misalnya:

a. Receiving

b. Pabrikasi

c. Assembling

d. Shipping

L1-30

4. Aliran setiap material, mulai dari receiving hingga shipping.

5. Distribusi material terhadap setiap mesin sesuai dengan jumlah mesin yang

dibutuhkan. Adanya pemisahan lantai antara bagian perkantoran dan produksi

merupakan jalan keluar yang terbaik, yaitu dengan mengikuti syarat-syarat

sebagai berikut:

a. Untuk template dengan satu lantai (single floor)

Untuk penempatan tata letak antara bagian produksi, pelayanan (service)

dan perkantoran ditempatkan dalam satu lantai jika luas lahan yang tersedia

masih mencukupi dan memungkinkan.

b. Untuk template dengan dua lantai atau lebih (multi floor)

Penempatan tata letak fasilitas antara bagian produksi, pelayanan (service)

dan perkantoran mengalami pemisahan tata letak. Biasanya untuk bagian

produksi ditempatkan pada bagian pertama agar memudahkan handling dan

material maupun loading dari container ke receiving dan dari shipping ke

container. Template jenis ini adalah sebagai solusi jika luas tanah yang

tersedia tidak mencukupi.