pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas - Digital ...

85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA MATA PELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH RSBI Skripsi Oleh: Dhika Pratama Kusuma Hati K2308029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012

Transcript of pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas - Digital ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS

BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

MATA PELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH RSBI

Skripsi

Oleh:

Dhika Pratama Kusuma Hati

K2308029

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juni 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS

BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

MATA PELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH RSBI

Oleh:

Dhika Pratama Kusuma Hati

K2308029

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juni 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Hari :……………………………..

Tanggal : …………………………….

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Edy Wiyono, M.Pd

NIP. 19510421 197501 1 001

Pembimbing II

Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd

NIP.19770717 200501 0 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program

Studi Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Rabu

Tanggal : 6 Juni 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Supurwoko, M.Si

NIP. 19630409 199802 1 001

Sekretaris : Drs. Sutadi Waskito, M.Pd

NIP. 19500522 197603 1 001

Anggota I : Drs. Edy Wiyono, M.Pd

NIP. 19510421 197501 1 001

Anggota II : Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd

NIP.19770717 200501 0 002

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRAK

Dhika Pratama Kusuma Hati. PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK

GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN

KOGNITIF SISWA MATA PELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH RSBI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Juni 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidak adanya

pengaruh: (1) Kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif siswa

pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran

2011/2012; (2) Fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata

pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012; (3)

Kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara bersama- sama terhadap

kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1

Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan

mengumpulkan data-data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA N 1 Surakarta tahun

ajaran 2011/2012 sejumlah 317 siswa dengan sampel 85 siswa. Pengambilan

sampel dengan teknik proportionate stratified random sampling. Teknik

pengumpulan data menggunakan angket, tes, wawancara dan dokumentasi,

sedangkan teknik analisis datanya adalah teknik analisis regresi linier ganda.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh

kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata

pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012, hal

ini ditunjukan dengan thitung > ttabel atau 3,375 > 1,984; (2) Ada pengaruh fasilitas

belajar kelas RSBI terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran

Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012, hal ini

ditunjukan dengan nilai thitung > ttabel atau 2,290 > 1,984; (3) Ada pengaruh

kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara bersama- sama terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1

Surakarta tahun ajaran 2011/2012, hal ini ditunjukan dengan harga Fhitung > Ftabel

atau 27,491 > 3,09. Dalam penelitian ini dilaporkan juga bahwa persamaan regresi

linier Y = 22,232 + 0,341 X1 + 0,472 X2. Hal ini berarti bahwa rata-rata

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) meningkat atau menurun

sebesar 0,341 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kompetensi

pedagogik guru (X1) dan meningkat atau menurun sebesar 0,472 untuk setiap

peningkatan atau penurunan satu unit fasilitas belajar (X2). Besarnya sumbangan

yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah: (1) Sumbangan relatif

kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan kognitif siswa mata

pelajaran Fisika (Y) sebesar 11,32%; (2) Sumbangan relatif fasilitas belajar (X2)

terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 88,68%;

(3) Sumbangan efektif kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan

kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 4,54%; (4) Sumbangan efektif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika

(Y) sebesar 35,56%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

ABSTRACT

Dhika Pratama Kusuma Hati. THE EFFECT OF TEACHER’S PEDAGOGIC

COMPETENCE AND LEARNING FACILITIES TOWARDS STUDENTS’

COGNITIVE ABILITIES IN PHYSICS SUBJECT MATTER IN RSBI

SCHOOL. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas

Maret University, May 2012.

The purposes of this study are to observe there is or not of the effect of:

(1) Teacher’s pedagogic competence to the students’ cognitive abilities of physics

subjects matter in class X RSBI SMA N 1 Surakarta academic year 2011/2012,

(2) Learning facilities to the students' cognitive abilities of Physics subject matter

in class X RSBI of SMA N 1 Surakarta academic year 2011/2012, (3) Both of

teachers' pedagogic competence and learning facilities to the of students’

cognitive abilities in physics subject matter in class X RSBI of SMA N 1

Surakarta academic year 2011/2012.

This research used descriptive quantitative methode, to collect

quantitative data that were supported by qualitative data. The population in this

study were all in class X RSBI of SMA N 1 Surakarta academic year 2011/2012

number of 317 students with a sample of 85 students. Sampling with a

proportionate stratified random sampling technique. Data collection techniques

were using questionnaires, tests, interviews and documentation, while the data

analysis technique is the technique of multiple linear regression analysis.

From the research we can be concluded that: (1) There is effect of

teacher’s pedagogic competence to the cognitive abilities in Physics subject

matter of students in class X RSBI of SMA N 1 Surakarta academic year

2011/2012, this is indicated by the value tcount> ttable or 3.375> 1.984; (2) There is

the effect of RSBI class learning facilities for students’ cognitive abilities in

Physics subject matter in class X RSBI of SMA N 1 Surakarta academic year

2011/2012, this is indicated by the value tcount> ttable or 2.290> 1.984, (3) There is

effect of teacher pedagogic competence and learning facilities collectively to the

students’ cognitive abilities in physics subjects matter in class X RSBI of SMA N

1 Surakarta academic year 2011/2012 , this is indicated by the value Fcount> Ftable

or 27.491> 3.09. In this research reported that the linear regression equation is Y

= 22.232 + 0.341 X1+ 0.472 X2. It means that the average cognitive abilities of

students in Physics subject matter (Y) increased or decreased by 0.341 for each

increasing or decreasing in a unit of pedagogical competence of teachers (X1) and

increased or decreased by 0.472 for each increasing or decreasing in a unit of

learning facilities (X2). The amount of contribution has been given by each

variable are: (1) The relative contribution of teachers pedagogic competence (X1)

to the cognitive abilities of students in Physics subject matter (Y) is 11.32% (2)

The relative contribution of learning facilities (X2) to the students' cognitive

ability in Physics subject matter (Y) is 88.68%, (3) Effective contribution of

teachers’ pedagogical competence (X1) to the students’ cognitive abilities in of

Physics subject matter (Y) is 4.54%, (4) Effective contribution of learning

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

facilities (X2) to the of students’ cognitive abilities in Physics subject matter (Y) is

35.56%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah

selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (QS. Al-Insyiroh 6-8)

“Khoirunnas, anfa’uhu linnas”, Sebaik-baik manusia adalah manusia yang

berguna bagi orang lain. (HR Bukhari Muslim)

” Jangan pernah takut untuk mencoba, karena segala sesuatu hal berawal dari

mencoba sampai akhirnya Anda sendiri yang menilai apakah Anda sudah mampu

dalam bidang tersebut atau belum. Selain itu, dengan banyak mencoba Anda akan

semakin tertempa untuk mampu menyelesaikan segala macam masalah yang Anda

hadapi dalam bidang tersebut.”

“ Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang,

tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda

tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu." (William

Feather)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Ibu dan Ayah tercinta, terima kasih atas doa dan

dukungannya.

Adik-adikku tersayang (Daru dan Putra).

Keluarga besar Drs. Maryana dan Darmosuharjo

yang telah banyak memberikan doa, dukungan

dan semangat.

Aa dan teman - teman atas bantuan dan

semangatnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

Penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku ketua jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

menyusun Skripsi.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin menyusun Skripsi.

4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku koordinator Skripsi Program Studi

Pendidikan Fisika Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin menyusun Skripsi.

5. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing I atas kesabaran dalam

memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan yang luar biasa sehingga

Skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas

kesabaran dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan yang luar

biasa sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Drs. Thoyibun, MM. Selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta

yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

8. Bapak Drs.Bambang Budi Hartono dan Sriyanto, S.Pd, M.Pd. Selaku guru

mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan waktu

dan bimbingan dalam penelitian ini.

9. Ayah dan Ibu serta keluarga di rumah yang senantiasa mendoakan dan

mendukung.

10. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu bersama dan menyemangatiku.

11. Teman-teman Pendidikan Fisika yang selalu mendukung dalam doa dan

membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Mei 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... x

KATA PENGANTAR ................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian........................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian......................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7

1. Kompetensi Pedagogik Guru ............................................... 7

a. Kompetensi Guru ........................................................... 7

b. Kompetensi Pedagogik Guru ......................................... 10

2. Fasilitas Belajar .................................................................. 12

3. Kemampuan Kognitif Fisika Siswa SBI ............................. 17

a. Kemampuan Kognitif ...................................................... 17

b. Pengertian Fisika ............................................................. 19

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

c. Sekolah Bertaraf Internasional ........................................ 19

B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 24

C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 25

D. Hipotesis Penelitian .................................................................... 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 27

A. Tempat dan Waktu penelitian ..................................................... 27

1. Tempat Penelitian................................................................... 27

2. Waktu Penelitian .................................................................... 27

B. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................... 28

C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 28

D. Variabel Penelitian ...................................................................... 30

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31

1. Teknik Dokumentasi .............................................................. 31

2. Teknik Tes .............................................................................. 31

3. Teknik Angket ........................................................................ 31

4. Teknik Wawancara................................................................. 32

F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 32

1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif .................................... 32

a. Validitas Isi ........................................................................ 33

b. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif ............................... 33

2. Instrumen Angket ................................................................... 38

a. Validitas Angket ................................................................. 39

b. Reliabilitas ......................................................................... 41

G. Teknik Analisis Data ................................................................. 42

1. Uji Prasyarat Hipotesis ........................................................... 42

a. Uji Normalitas .................................................................... 42

b. Uji Linieritas ..................................................................... 43

c. Uji Multikolinieritas ........................................................... 43

d. Uji Autokorelasi ................................................................. 43

e. Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

2. Pengujian Hipotesis ................................................................ 44

a. Analisis Regresi Linear Berganda ..................................... 45

b. Uji t .................................................................................... 45

c. Uji F ................................................................................... 46

d. Koefisien Determinasi ....................................................... 46

3. Uji Kontribusi ......................................................................... 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 48

A. Deskripsi Data ......................................................................... 48

B. Analisis Data ........................................................................... 49

1. Pengujian Persyaratan Analisis ........................................... 49

a. Uji Normalitas ................................................................ 49

b. Uji Linieritas .................................................................. 51

c. Uji Multikolineritas ........................................................ 53

d. Uji Autokorelasi .............................................................. 54

e. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 55

2. Pengujian Hipotesis ............................................................ 56

a. Pengujian Hasil Analisis Data......................................... 56

b. Penafsiran Pengujian Hipotesis ....................................... 59

C. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................. 60

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 64

A. Simpulan .................................................................................... 64

B. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 65

C. Implikasi .................................................................................... 65

D. Saran .......................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67

LAMPIRAN ................................................................................................... 70

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran ................................................ 34

Tabel 3.2 Hasil Daya Pembeda .................................................................... 35

Tabel 3.3 Hasil Rekapan Keterterimaan Butir Soal ...................................... 37

Tabel 3.4 Reliabilitas Kompetensi Pedagogik .............................................. 42

Tabel 3.5 Reliabilitas Fasilitas Belajar .......................................................... 42

Tabel 4.1 Deskripsi Data Statistik ................................................................. 49

Tabel 4.2 Hasil Uji Linieritas Variabel Kompetensi Pedagogik Guru dan

Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika ..................... 51

Tabel 4.3 Hasil Uji Linieritas Variabel Fasilitas Belajar dan Kemampuan

Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika ........................................... 51

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 53

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 54

Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Data .................................................................. 56

Tabel 4.7 Hasil Uji F ..................................................................................... 57

Tabel 4.8 Hasil Koefisien Determinasi ......................................................... 58

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ......................................................... 26

Gambar 4.1 Pengujian Normalitas ................................................................ 49

Gambar 4.2 Plot Variabel Kompetensi Pedagogik Guru (X1) Terhadap

Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika (Y) .......... 52

Gambar 4.3 Plot Variabel Fasilitas Belajar (X2) Terhadap Kemampuan

Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika (Y) ................................ 53

Gambar 4.4 Grafik Scatterplot ..................................................................... 55

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15.

Lampiran 16.

Lampiran 17.

Lampiran 18.

Lampiran 19.

Lampiran 20.

Lampiran 21.

Lampiran 22.

Lampiran 23.

Lampiran 24.

Lampiran 25.

Jadwal Penelitian ...……………………………………….

Kisi-Kisi Angket Try Out Kompetensi Pedagogik Guru .,.

Kisi-Kisi Angket Try Out Fasilitas Belajar .....…………...

Angket Try Out Kompetensi Pedagogik Guru Fisika

dan Fasilitas Belajar ....………………………...................

Validitas Isi Angket .……………………………………..

Uji Validitas Kompetensi Pedagogik Guru ..……………..

Uji Validitas Fasilitas Belajar ............................………....

Kisi- Kisi Soal Try Out Kemampuan Kognitif Siswa ........

Soal Try Out Kemampuan Kognitif Siswa .....……….......

Kunci Jawaban Soal Try Out Kemampuan Kognitif Siswa

Validitas Isi Angket Soal ..................................................

Tabel Analisis Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Item

Tes, dan Uji Reliabilitas ……………................................

Analisis Distraktor (pengecoh) .....................………….....

Kisi-Kisi Angket Penelitian Kompetensi Pedagogik Guru

Kisi-Kisi Angket Penelitian Fasilitas Belajar .......……….

Pendahuluan Angket .....................................................….

Angket Penelitian Kompetensi Pedagogik Guru Fisika

dan Fasilitas Belajar ………………………………...........

Kisi- Kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa ………...

Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa …………………...

Lembar Jawaban…………………………………………..

Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa ......

Kisi Wawancara ................................................................

Hasil Wawancara ...............................................................

Tabulasi Data Angket Kompetensi Pedagogik ..................

Tabulasi Data Angket Fasilitas Belajar ..............................

70

71

73

74

77

82

86

88

89

96

97

105

108

109

110

111

112

115

116

122

123

124

125

127

131

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

Lampiran 26.

Lampiran 27.

Lampiran 28.

Lampiran 29.

Lampiran 30.

Data Induk Penelitian ........................................................

Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif

Daftar Peserta Tryout dan Penelitian .................................

Tabel Statistik .....................................................................

Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian ..............................

133

134

139

143

147

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan upaya merealisasikan cita-cita bangsa

Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar

mampu bersaing di dunia. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sudah mulai

dicanangkan sejak beberapa tahun terakhir. Hal tersebut bisa dilihat dari adanya

perhatian pemerintah terhadap reformasi di bidang pendidikan.

Reformasi tersebut diantaranya berkaitan dengan perubahan kurikulum

ajar, peningkatan sistem penggajian guru, kenaikan standar kelulusan dari tahun

ke tahun. Beberapa tahun terakhir pemerintah telah mengembangkan sekolah-

sekolah bertaraf internasional, atau dikenal dengan Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI).

SBI adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan

menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar

salah satu negara anggota Organizatian for Economic Co-operation and

Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya. Standar Nasional Pendidikan

Indonesia itu sendiri mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Sedangkan pengayaan dengan

standar negara maju dapat berupa penyesuaian, penguatan, pengayaan,

pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan

yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional atau pada

negara maju. Apabila standar ini dipenuhi maka akan menghasilkan lulusannya

yang baik dan memiliki kemampuan daya saing internasional.

Gambaran sederhana pelaksanaan SBI adalah sekolah yang dalam proses

pembelajarannya menggunakan kurikulum adaptif dan adopsi dengan pendekatan

multi metode, multi media dan berbasis ICT (Information and Communication

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Technology), juga menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia (bilingual)

sebagai pengantar. Bahasa Inggris digunakan untuk beberapa mata pelajaran

terutama Sains. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal

terutama guru yang langsung berkomunikasi dengan siswa dalam setiap

pembelajarannya. Guru harus memenuhi standar tertentu seperti minimal 30%

guru berpendidikan S2, bisa aktif berbahasa Inggris dan melek ICT. Namun tidak

semua guru mata pelajaran Sains di sekolah RSBI bisa memenuhi standar tersebut

seperti masih banyaknya guru yang berpendidikan S1 dan dalam penggunaan

Bahasa Inggris yang belum aktif karena beberapa dari mereka masih kursus.

Selain itu juga masih banyak guru yang menggunakan pola-pola pengajaran

tradisional dalam pembelajarannya meskipun fasilitas yang ada sudah memadai

untuk pembelajaran yang berbasis ICT seperti komputer dengan sambungan

internet di setiap kelasnya.

Kelas SBI ini juga memiliki standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas reguler. Para siswa dituntut untuk

bisa memenuhi standar yang ditetapkan tersebut. Perubahan standar sekolah dari

standar nasional menjadi standar internasional memerlukan adanya adaptasi. Jika

dibandingkan dengan kelas reguler, para siswa kelas SBI dituntut untuk

menghasilkan prestasi yang lebih baik. Misalnya siswa kelas X SBI SMA N 1

Surakarta harus bisa memenuhi standar KKM mata pelajaran Fisika yang telah

ditetapkan dengan nilai minimal 7,5. Prestasi yang tinggi menjadi suatu tuntutan

dan standar yang harus dipenuhi oleh siswa pada kelas RSBI. Prestasi hasil belajar

individu ini salah satunya dapat dilihat dari kemampuan kognitifnya dan

ditentukan oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor

internal, seperti kesehatan, inteligensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara

belajar) dan faktor yang berasal dari luar individu (faktor eksternal, seperti

keluarga, guru, fasilitas belajar, keadaan sekolah, masyarakat sekitar, dan juga

lingkungan sekitar).

Guru dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan. Hal tersebut

memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung

dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Kurikulum pendidikan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan

guru dalam mengimplementasikannya, maka semua itu akan menjadi kurang

bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai proses standar pendidikan, sebaiknya

dimulai dengan menganalisis komponen guru. Disarikan dari Rohmah bahwa

seorang guru yang kompeten diperlukan untuk memahami dan mengakomodasi

gaya yang berbeda dari pembelajaran siswa.

Sikap dan karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif

tercermin dalam standar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional. Asmani (2009 : 59) berpendapat bahwa kompetensi

utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan

dinamis adalah kompetensi pedagogis. Dari pendapat di atas tadi maka penulis

tertarik untuk meneliti dengan memfokuskan masalah kompetensi guru pada

kompetensi pedagogis saja karena kompetensi pedagogis tersebut bisa dinilai juga

oleh siswa sebab berkaitan langsung dengan pembelajaran untuk siswa yaitu cara

guru mengelola pembelajaran.

Fasilitas belajar juga merupakan salah satu faktor eksternal untuk

mendukung prestasi belajar siswa di sekolah. Fasilitas belajar sangat penting

dalam proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan pengajaran dan juga dapat

menimbulkan minat dan perhatian dari siswa untuk mempermudah penyampaian

materi pembelajaran. Terutama pada sekolah SBI, fasilitas belajar yang lengkap

harus dipenuhi seperti adanya AC, LCD, komputer di setiap ruang kelas, bahkan

hotspot dan fasilitas-fasilitas lainnya. Namun selain mempermudah fasilitas ini

juga diindikasikan seperti membuat siswa malas belajar contohnya saja dari

observasi awal di kelas X-4 SMA N 1 Surakarta ada sebagian kecil siswa yang

kadang meyalahgunakan adanya fasilitas hotspot di sekolah untuk membuka

jejaring sosial seperti facebook, twiter dan lainnya saat pelajaran berlangsung,

sehingga kemampuan kognitifnya terutama pada mata pelajaran Fisika belum

tentu tinggi walaupun fasilitas yang ada sudah memadai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin mengkaji lebih

lanjut pengaruh antara kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika di sekolah SBI tetapi di

Surakarta sekolahnya masih merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

Untuk itu maka penulis mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Kompetensi

Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa

Mata Pelajaran Fisika di Sekolah RSBI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah tersebut di atas, maka

dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Untuk mengajar siswa di sekolah SBI diperlukan guru yang memiliki

kompetensi terutama kompetensi pedagogik. Namun tidak semua guru bisa

memenuhi standar tersebut sehingga kemampuan kognitif yang tinggi tidak

tercapai.

2. Fasilitas belajar sangat penting dalam proses pembelajaran untuk mendukung

kegiatan pengajaran dan juga dapat menimbulkan minat dan perhatian dari

siswa untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran terutama di

sekolah SBI yang memiliki standar tertentu untuk fasilitasnya. Namun selain

mempermudah dalam pembelajaran fasilitas ini juga disalahgunakan untuk

kegiatan di luar pembelajaran sehingga fasilitas ini tidak meningkatkan

kemampuan kognitif.

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah

tersebut mencakup hal-hal yang berkaitan dengan :

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X RSBI SMA N 1 Surakarta tahun

ajaran 2011/2012.

2. Kompetensi Guru disini hanya dibatasi pada Kompetensi Pedagogik Guru

dengan obyek Guru kelas X RSBI SMA N 1 Surakarta tahun ajaran

2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3. Fasilitas belajar yang menjadi fokus penelitian ini mencakup fasilitas sekolah

RSBI SMA N 1 Surakarta maupun fasilitas pribadi yang berhubungan dengan

mata pelajaran Fisika.

4. Kemampuan kognitif siswa kelas X RSBI SMA N 1 Surakarta mata

pelajaran Fisika yang diambil merupakan nilai yang diperoleh dari tes dan

dokumentasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan

kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1

Surakarta tahun ajaran 2011/2012?

2. Apakah ada pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa

pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran

2011/2012?

3. Apakah ada pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara

bersama- sama terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika

kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari

penelitian yaitu:

1. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh kompetensi pedagogik guru

terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X

RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

2. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh fasilitas belajar terhadap

kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di

SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

3. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh kompetensi pedagogik guru dan

fasilitas belajar secara bersama- sama terhadap kemampuan kognitif siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran

2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada perkembangan

ilmu pendidikan, khususnya bagi sekolah, terutama yang berkaitan dengan

topik kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan

kognitif mata pelajaran Fisika di sekolah SBI dengan jalan memberikan data

empiris yang telah diuji secara ilmiah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi siswa

mengenai pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar dalam

usaha meningkatkan prestasi akademisnya terutama kemampuan kognitif.

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dapat memberikan informasi yang

bermanfaat kepada pihak sekolah mengenai kompetensi pedagogik guru dan

juga fasilitas belajar. Hal tersebut karena jika kompetensi pedagogik guru

dan juga fasilitas belajar diketahui sejak awal, maka akan bisa dijadikan

sebagai suatu kesempatan bagi pihak sekolah untuk memperbaiki

kompetensi guru dan menambah fasilitas yang belum ada apabila diperlukan

guna mencapai prestasi akademis terutama kemampuan kognitif yang lebih

baik lagi pada tahap berikutnya.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pada peneliti selanjutnya

yang tertarik untuk meneliti variabel kompetensi pedagogik guru, variabel

fasilitas belajar, variabel kemampuan kognitif pada sekolah bertaraf

Internasional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kompetensi Pedagogik Guru

a. Kompetensi Guru

Setiawan (2008: 1) mengatakan, “Kata guru berasal dari bahasa Sansekerta.

Artinya adalah seorang yang mengajarkan suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia,

guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik”.

Fungsi utama seorang guru adalah mendidik dan mengajar. Dalam

ketatalaksanaanya guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan

mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Menurut Mulyasa (2006: 187), “Guru dikatakan berhasil apabila

pembelajaran yang diberikan mampu mengadakan perubahan perilaku pada

sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik”. Hal tersebut diperlukan

berbagai kemampuan dalam mengajar. Sikap dan karakteristik guru yang sukses

mengajar secara efektif dapat diidentifikasikan sebagai berikut: perhatian dan

mampu memahami dirinya dengan baik; serta dapat mengontrol dirinya

(emosinya stabil); antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya, dan seluruh

pembelajarannya; berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat

mengkomunikasikan idenya terhadap siswa); memperhatikan perbedaan

individual siswa; memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak

akal; menghindari sarkasme (sindiran secara kasar) dan ejekan terhadap siswanya;

tidak menonjolkan diri; dan dapat menjadi teladan bagi siswanya. Sikap dan

karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif tersebut tercermin dalam

standar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Sedangkan Panitz dalam

Muijz (2008: 89) mendefinisikan:

Belajar yang kolaboratif sebagai falsafah tentang tanggung jawab pribadi

dan sikap menghormati sesama. Para pelajar bertanggung jawab atas belajar

mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak

sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak menyetir kelompok

ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang

pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik, dan

bertindak sebagai fasilitator.

Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan

guru yang menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya.

Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas profesional

untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Keberhasilan

tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu

memenuhi Standar Pendidik. Selain itu, Depdiknas (2007 : 12) menyatakan

keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci

tambahan sebagai berikut :

1) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK.

2) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu

mengampu pembelajaran berbahasa Inggris.

3) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang program

studinya berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK.

Menurut Depdiknas (2009: 94) pada tahap mandiri (mulai tahun ke 6)

kompetensi standar SDM SMA BI untuk Guru :

1) Semua guru mempunyai kualifikasi akademik S-1 minimal 30%

berkualifikasi S-2/S-3 dari perguruan tinggi yang program studinya

berakreditasi A.

2) Memiliki latar belakang keilmuan sesuai dengan mata pelajaran yang

dibina.

3) Memiliki sertifikat profesi pendidik sesuai jenjang satuan pendidikan

tempat tugasnya (nasional dan internasional).

4) Memiliki kesanggupan untuk mengembangkan potensi diri

secaraberkelanjutan.

5) Memiliki kinerja tinggi baik secara individu maupun dalam kelompok.

6) Mampu menggunakan media /sumber belajar berbasis TIK dalam

pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

7) Mampu melaksanakan pembelajaran dalam bahasa Inggris secara efektif

(TOEFL > 500)

Sedangkan untuk istilah kompetensi sendiri mempunyai banyak definisi.

Syah (2005: 229) menyatakan “Kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu

competency, yang berarti kemampuan, atau kecakapan”. Sedangkan menurut

Sopiatin (2010: 57) “Inti pokok dari definisi kompetensi adalah penjelasan

mengenai tugas-tugas pekerjaan yang dilakukan oleh individu dan penjelasan

mengenai perilaku individu yang berhubungan dengan bagaimana individu itu

mengerjakan pekerjaannya”.

Menurut Mulyasa (2007: 25) Kompetensi dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan

sebagai seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan keprofesionalan.

Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa kompetensi mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional

untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas

kependidikan. Dikatakan rasional karena kompetensi mempunyai arah dan tujuan.

Performance itu sendiri merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati,

tetapi juga meliputi perihal yang tampak.

Broke and Stone (dalam Mulyasa, 2007: 25) berpendapat bahwa

kompetensi guru diartikan sebagai gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku

guru yang penuh arti. Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan kompetensi guru

adalah suatu seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melakukan tugas

keprofesionalannya yang dapat terwujud dalam kinerja dalam melaksanakan

tugas-tugas kependidikannya.

Selvi (2010: 168) mengemukakan pendapat yang diterjemahkan sebagai

berikut: “Pemahaman umum yang terkait dengan kompetensi guru dibagi menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

tiga bidang utama yaitu kompetensi bidang, kompetensi pedagogis dan

kompetensi budaya”. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen bahwa standar kompetensi guru mempunyai empat

komponen utama yaitu:

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam

membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber

Daya Manusia.

3) Kompetensi Sosial

Komponen sosial merupakan suatu kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat.

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam.

Pada penelitian ini memfokuskan masalah kompetensi guru pada

kompetensi pedagogis saja karena kompetensi pedagogis tersebut bisa dinilai juga

oleh siswa sebab berkaitan langsung dengan pembelajaran untuk siswa yaitu cara

guru mengelola pembelajaran.

b. Kompetensi Pedagogik Guru

Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang

dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogis (Asmani , 2009 : 59).

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi pedagogik guru

mata pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK meliputi:

1) Memahami peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,

kultural, emosional, intelektual.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang

diampu.

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran.

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Sejalan dengan pendapat di atas UNESCO (2008:10) mengatakan

“Changes in pedagogical practice involve the integration of various technologies,

tools, and e-content as part of whole class, group, and individual student

activities to support didactic instruction. Teachers must know where, when (as

well as when not), and how to use technology for classroom activities and

presentations” yang artinya perubahan dalam praktek pedagogis melibatkan

integrasi dari berbagai teknologi, peralatan, dan e-content sebagai bagian dari

seluruh kelas, kelompok, dan kegiatan setiap siswa untuk mendukung instruksi

didaktik. Guru harus tahu di mana, kapan (dan juga ketika tidak), dan bagaimana

menggunakan teknologi untuk kegiatan kelas dan presentasi. Sedangkan

Naumescu (2008: 28) mengatakan:

In the perspective of a pedagogy based on competencies, the practices are

the main goal of the science teachers training. (1) Scientific processes

(hypothetico – deductive process) for observations, experiments etc; (2)

Research of information (bibliography) and critical analysis of this

information;(3) Realisation of didactical situations (problem based

situation, pedagogy of project, etc.); (4) Management of these situations;

(5) Scientific communication (written reports, oral speeches, drawings,

diagrams & other images); (6) Evaluation

Pendapat di atas bisa diartikan “Dalam perspektif pedagogi berdasarkan

pada kompetensi, praktek adalah tujuan utama dari pelatihan guru sains.

(1) Proses ilmiah (hipotesis - proses deduktif) untuk pengamatan, eksperimen, dll;

(2) Penelitian informasi (daftar pustaka) dan analisis kritis terhadap informasi ini;

(3) Realisasi situasi didaktikal (masalah berbasis situasi, proyek pedagogik, dll);

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

(4) Pengelolaan situasi; (5) Komunikasi ilmiah (laporan tertulis, pidato lisan,

gambar, diagram dan foto lainnya); (6) Evaluasi “

2. Fasilitas Belajar

Untuk meningkatkan hasil pembelajaran, diperlukan sarana penunjang

berupa fasilitas atau media pembelajaran. Arikunto, mengatakan bahwa hasil

belajar tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana penunjang, berupa faktor

fasilitas. Fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memudahkan

pelaksanaan kegiatan tersebut (Sanaky, 2009: 18).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas adalah segala hal yang

dapat memudahkan perkara (kelancaran tugas dan sebagainya) atau kemudahan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 314).

Sanaky (2009: 18) mengemukakan “Dalam proses pembelajaran ada

tujuan atau hasil yang ingin dicapai. Untuk mencapai keinginan tersebut,

diperlukan fasilitas, karena fasilitas berfungsi sebagai sarana penunjang untuk

memudahkan pelaksanaan pembelajaran”. Jadi pada prinsipnya fasilitas belajar

adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk belajar atau fasilitas dapat juga

diartikan sebagai segala sesuatu yang memudahkan dan melancarkan pelaksanaan

sesuatu usaha. Dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Sejalan

dengan pendapat diatas, Sopiatin (2010 : 73) mengatakan bahwa:

Salah satu aspek penting dalam menyediakan pendidikan yang bermutu

adalah fasilitas pendidikan yang dapat menunjang keefektifan kegiatan.

Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk

melancarkan kegiatan di sekolah. Sarana adalah semua perangkat peralatan,

bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan untuk proses

pendidikan di sekolah, meliputi gedung, ruang belajar/kelas, media belajar,

meja dan kursi, sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak

langsung menunjang jalannya proses pendidikan, meliputi halaman sekolah,

taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.

Dari pendapat di atas fasilitas merupakan penunjang tercapainya tujuan

pendidikan. Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas sekolah yang meliputi semua

peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan

di Sekolah. Sedangkan Philpott dan Kuenstle (2007 : 36) mengatakan bahwa:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

It is critical to the proper development, approval, and implementation of

any performance-based design for all of the stakeholders to be actively

involved in the process. Because the stakeholders establish the acceptable

level of risk, it is crucial that all of them be involved in the project from the

earliest stages. It is also important that the stakeholders realize that an

incident in a school facility can be measured in more ways than just

monetary. The loss of a school facility for any reason can have

organizational, legal, political, social, and psychological impacts.

Pernyataan diatas dapat diterjemahkan bahwa “Hal ini penting untuk

pengembangan yang tepat, persetujuan, dan penerapan dari beberapa desain

berbasis kinerja untuk semua pemangku kepentingan agar secara aktif terlibat

dalam proses. Karena para pemangku kepentingan membangun suatu tingkatan

risiko yang dapat diterima, maka penting bagi mereka semua untuk terlibat dalam

proyek sejak tahap awal. Hal ini juga penting bahwa pemangku kepentingan dapat

menyadari bahwa suatu insiden berkaitan dengan fasilitas sekolah juga dapat

diukur dengan banyak cara daripada sekedar hanya masalah keuangan.

Ketidakadaan fasilitas sekolah dengan berbagai alasan dapat berdampak pada segi

organisasi, hukum, politik, sosial, dan psikologi.”

Berdasarkan Pedoman Penyusunan Standar Pelayananan Minimal

(SPM) Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas Tahun 2003, Sopiatin (2010 : 91-93) mengatakan bahwa fasilitas

sekolah menengah atas yang harus tersedia adalah sebagai berikut: (a) Lahan, (b)

Ruang yang meliputi Ruang Pendidikan ( Ruang teori, Ruang laboratorium,

Ruang olahraga, Ruang perpustakaan, Ruang kesenian, Ruang keterampilan) ,

Ruang Administrasi, Ruang Penunjang, (c) Perabot, (d) Alat dan media

pendidikan

Sejalan dengan pendapat di atas Syah (2005:249) mengatakan bahwa

fasilitas fisik yang mempengauhi jalannya PBM:

a. Kemudahan fisik yang ada di sekolah, seperti: keadaan ruang belajar/kelas,

bangku, papan tulis, laboratorium, perpustakaan dan perangkat fisik lainnya

yang berhubungan dengan kepentingan PBM.

b. Kemudahan fisik yang ada di rumah siswa, seperti: ruang dan meja belajar,

lampu, rak buku dan isinya, alat-alat tulis, ventilasi, dan sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan

kewajiban sekolah/madrasah memiliki dan memelihara sarana dan prasarana

pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur

dan berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian

indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Sarana dan Prasarana.

Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator

kinerja kunci tambahan sebagai berikut:

a. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK.

b. Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses

ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.

c. Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas

olah raga, klinik, dan lain sebagainya.

(Depdiknas, 2007 : 13)

Sarana dan prasarana untuk program rintisan SMA bertaraf internasional

merupakan fasilitas pendukung pencapaian target yang telah ditetapkan pada

SMA bertaraf internasional (Depdiknas, 2009 : 74). Sekolah secara bertahap

harus memenuhi standar sarana dan prasarana yang mendukung efektivitas proses

pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran sekolah unggul di salah

satu negara maju. Disarikan dari Depdiknas (2009: 40-49) maka

pengembangannya sebagai berikut:

a. Pengembangan Perpustakaan

Perpustakaan memegang peranan penting, oleh karena itu perlu dilengkapi

dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referensi, jurnal nasional

dan internasional, buletin, koran, majalah, serta perangkat audio visual.

Perpustakaan diharapkan dapat membantu siswa mengasah otak, memperluas

dan memperdalam pengetahuan, melahirkan kreativitas, serta membantu

kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kecanggihan teknologi dewasa ini,

mengharuskan perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas komputer dan internet

yang memungkinkan warga sekolah mendapatkan berbagai informasi yang

disediakan di alam maya. Perpustakaan juga harus menerapkan sistem

komputerisasi/digital dalam mencari katalog buku. Ruang perpustakaan harus

nyaman, sebaiknya dilengkapi dengan alat pendingin (AC) yang memadai.

b. Pengembangan Laboratorium Fisika, Biologi, Kimia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Setiap sekolah harus memiliki minimal satu laboratorium Fisika, satu

laboratorium Biologi, dan satu laboratorium Kimia, yang dilengkapi dengan

peralatan dan bahan praktikum yang memadai untuk menunjang proses

pembelajaran. Laboratorium tersebut perlu didayagunakan secara maksimal

dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi serta memenuhi standar.

c. Pengembangan Laboratorium Bahasa

Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan dasar, yaitu

mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam

mengembangkan kemampuan menyimak dan berbicara sekolah dapat

memanfaatkan jasa native speaker atau dalam bentuk rekaman suara, video

atau media rekam lainnya.

d. Pengembangan Laboratorium Multimedia.

Laboratorium multimedia adalah fungsional laboratorium (tempat praktikum)

yang mampu memfasilitasi beberapa aktivitas praktikum sekolah dengan

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Aktivitas praktikum dapat

dilayani oleh laboratorium konvensional (Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa, dan

Komputer) tetapi dapat juga dilayani oleh laboratorium multimedia dengan

menggunakan teknologi multimedia dan simulasi komputer.

Laboratorium multimedia berisi seperangkat komputer berikut perangkat

audio visualnya yang saling terintegrasi, dilengkapi dengan program aplikasi

yang sesuai untuk memberikan layanan tambahan terhadap laboratorium

konvensional. Laboratorium multimedia dapat melayani seluruh rumpun mata

pelajaran.

Fungsi pokok laboratorium multimedia adalah untuk melayani kegiatan:

interaksi antara guru-siswa, penayangan video pembelajaran, latihan mata

pelajaran interaktif (online), simulasi kasus berbasis multimedia,

operasionalisasi eBook, dan menyediakan eEnsiklopedi.

e. Pengembangan Laboratorium Komputer

Sekolah Bertaraf Internasional harus memiliki laboratorium komputer sesuai

dengan kebutuhan siswa. Laboratorium komputer digunakan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) atau Information &

Communication Technology (ICT).

f. Pengembangan Laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut SNP, sekolah harus memiliki laboratorium IPS. Pengembangan

laboratorium IPS dilakukan terutama untuk laboratorium geografi, workshop

keperluan praktek ekonomi.

g. Pengembangan TRRC (Teacher Resource & Reference Centre)

TRRC merupakan pusat kegiatan untuk pengembangan diri guru secara

individual dan kelompok melalui diskusi atau latihan, dan workshop dalam

bentuk forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Oleh karena itu

TRRC juga perlu dilengkapi dengan fasilitas buku referensi guru, ICT,

Learning Resource Centre (LRC), dan perangkat pengembangan produk

inovasi pembelajaran.

Kegiatan guru ini diarahkan untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi

guru dalam pembelajaran, berlatih menggunakan alat, dan persiapan untuk

melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

h. Pengembangan sarana lainnya

Sekolah bertaraf internasional harus dilengkapi dengan sarana lainnya seperti

ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BK, ruang

OSIS, dan ruang serbaguna yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran

berbasis TIK.

Selain itu juga dilengkapi dengan ruang UKS, kantin, ruang ibadah, WC,

koperasi, ruang kesenian, gudang, lapangan upacara, dan lapangan olahraga

dalam jumlah memadai, berfungsi, dan terawat dengan baik. Alat olahraga

dan kesenian juga memenuhi standar tingkat kecukupan kebutuhan

meningkatkan prestasi siswa bertaraf internasional.

Dengan tersedianya fasilitas yang memadai diharapkan siswa akan

memperoleh hasil yang baik, sehingga nantinya dapat memperoleh prestasi yang

baik terutama dalam hal kemampuan kognitif.

Dari beberapa pendapat ahli, maka fasilitas adalah segala sesuatu yang

memudahkan dan melancarkan proses belajar mengajar. Pada penelitian ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

fasilitas yang dibahas adalah fasilitas sekolah dan fasilitas yang dimiliki siswa itu

sendiri yang berhubungan dengan pembelajaran fisika, yang unsur-unsur dari

fasilitas itu sendiri terdiri dari: (a) Buku-buku pegangan, (b) Sarana belajar fisika,

(c) Keadaan tempat belajar

3. Kemampuan Kognitif Fisika Siswa SBI

a. Kemampuan Kognitif

Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal

dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Istilah kognitif sendiri bisa diartikan sebagai berikut :

Menurut Neiser istilah Cognitive berasal dari cognition yang mempunyai

sinonim knowing yang artinya mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition

(kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Dalam

perkembangannya istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu

domain atau ranah kemampuan psikologi manusia yang meliputi setiap

perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,

pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan.

Kemampuan kejiwaan yang berpusat di otak ini berhubungan dengan konasi

(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah

kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik

untuk dikuasai karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi

dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. (Syah, 2009: 22)

Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk

menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan

masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Itulah sebabnya

pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para

siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Tanpa kemampuan

kognitif, mustahil siswa dapat memahami faedah dan menangkap pesan-pesan

moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti.

Bloom dalam Arikunto (2009: 117-120) telah mengembangkan

taksonomi untuk ranah kognitif, dengan enam tahap sebagai berikut:

1) Mengenal (recognition)

2) Pemahaman (comprehension)

3) Aplikasi (application)

4) Analisis (analysis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5) Sintesis (synthesis)

6) Evaluasi (evaluation)

Pada tahun 2001, Anderson dan teman-temannya melakukan revisi

terhadap tingkatan berfikir Bloom dan diterbitkan pada buku yang berjudul A

Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s

Taxonomy of Educational Objectives. Seperti halnya taksonomi yang lama,

taksonomi yang baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses

kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian

penjenjangan pada taksonomi yang baru lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk

dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan

penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. Sesuai dengan versi Anderson,

disarikan dari Widodo (2006 : 140-141) berikut adalah taksonomi proses kognitif:

1) Mengingat (Remember, C1): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam

memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling

rendah tingkatannya. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:

mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

2) Memahami (Understand, C2): mengkonstruk makna atau pengertian

berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru

dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan

yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.

3) Mengaplikasikan (Apply, C3): mencakup penggunaan suatu prosedur guna

menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas.

4) Menganalisis (Analyze, C4): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke

unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-

unsur tersebut dan struktur besarnya.

5) Mengevaluasi (Evaluate, C5): membuat suatu pertimbangan berdasarkan

kriteria dan standar yang ada.

6) Mencipta (Create, C6): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk

kesatuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b. Pengertian Fisika

Pengertian Fisika didefinisikan oleh beberapa ahli, seperti halnya yang

dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3) antara lain:

1) Menurut Brockhaus, Fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam,

yang memungkinkan penelitian dalam percobaan, pengukuran apa yang

didapat, penyajian serta matematis dan berdasarkan pengetahuan umum.

2) Menurut Gerthsen, Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-

gejala alam yang sederhana dan berusaha menemukan hubungan antara

pernyataan-pernyataan. Prasyarat dasar untuk memecahkan persoalan

ialah mengamati gejala-gejala tersebut.

Belajar Fisika pada hakikatnya adalah suatu aktivitas mental yang tinggi

untuk memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, dan simbol-

simbol, kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang

nyata sehingga menyebabkan suatu perubahan tingkah laku. Kemampuan kognitif

Fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa terhadap

kompetensi minimal dalam mata pelajaran Fisika yang meliputi ranah kognitif .

Menurut Syah (2009: 154), “Mengukur keberhasilan siswa yang

berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik

dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.” Jadi peneliti menggunakan

tes pilihan ganda yang dibuat penulis dan dari dokumentasi untuk pengukuran

kemampuan kognitif tersebut.

c. Sekolah Bertaraf Internasional

Dalam Depdiknas (2009 : 9) dikatakan bahwa “Sekolah Bertaraf

Internasional adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan

menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar

salah satu negara anggota Organizatian for Economic Co-operation and

Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya”. SNP itu sendiri merupakan

standar minimal yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan meliputi standar:

kompetensi lulusan, isi, proses, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Sedangkan pengayaan

dengan standar negara maju dapat berupa penyesuaian, penguatan, pengayaan,

pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional atau pada

negara maju.

Pencapaian kualitas pendidikan nasional selaras dengan kategori sekolah

formal yang ada, yaitu: Sekolah Kategori Standar, Sekolah Kategori Mandiri, dan

Sekolah Bertaraf Internasional. Sekolah yang berkategori mandiri didorong

menuju sekolah bertaraf internasional. Sekolah kategori mandiri adalah sekolah

yang hampir atau telah memenuhi delapan komponen SNP.

Untuk pengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional,

pencapaian standar nasional pendidikan merupakan syarat utama yang harus

dipenuhi terlebih dahulu. SMA Bertaraf Internasional perlu menjalin kerjasama

(networking) dengan sekolah lain, baik di dalam maupun luar negeri, yang telah

memiliki reputasi internasional sebagai bentuk kegiatan perujukan

(benchmarking). Bentuk kerjasama lain dapat berupa kolaborasi dengan lembaga

pendidikan tinggi sebagai pengguna lulusan. SMA bertaraf internasional juga

harus mengembangkan program sertifikasi, meningkatkan daya saing dalam

lomba tingkat internasional.

Untuk mewujudkan SMA bertaraf internasional, Direktorat Pembinaan

SMA mengembangkan program rintisan SMA bertaraf internasional dengan

menerapkan beberapa strategi utama. Pertama, pengembangan kemampuan

sumber daya manusia, modernisasi manajemen dan kelembagaan. Kedua,

melakukan konsolidasi untuk menemukan praktek yang baik dan pelajaran yang

dapat dipetik baik melalui diskusi fokus secara terbatas maupun diskusi fokus

secara luas melalui lokakarya atau seminar dalam meningkatkan mutu

pembelajaran.

Pengembangan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSBI) di

Indonesia yang disarikan dari Depdiknas (2009 : 4-5) menggunakan landasan

hukum yang beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31.

2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah

Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan

bertaraf internasional.

3) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

4) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

5) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional

6) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan SNP menyatakan “Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan

dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan

menengah untuk dikembangkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional.

7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun

2006 tentang Standar Isi

8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

9) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 sebagai

penyempurnaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun

2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006.

10) Kebijakan Pokok Pengembangan Pendidikan Nasional dalam Rencana

Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009.

a) Pemerataan dan Perluasan Akses

b) Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing. Salah satunya

pembangunan Sekolah Bertaraf Internasional untuk meningkatkan daya

saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada

tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan

untuk mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf

internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia

c) Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

11) Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 6 tahun 2007 tentang Model

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dari beberapa landasan hukum yang digunakan dalam pengembangan

program RSBI ini, UU No.20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 merupakan landasan

yang kuat untuk menyelenggarakan satuan pendidikan bertaraf internasional.

Setiap kabupaten atau kota harus memiliki minimal satu SD/MI, SMP/MTs dan

SMA/MA serta SMK yang bertaraf internasional. Hal ini disesuaikan dengan

pemerintahan daerah masing-masing yang telah diberi otonomi daerah untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

sesuai perundang-undangan.

Dalam pelaksanaan program RSBI, kurikulum yang dirujuk adalah KTSP

dimana KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan

SKL dan standar isi, serta dalam pengembangan program RSBI satuan pendidikan

dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih

tinggi dari yang telah ditetapkan dengan memperhatikan panduan penyusunan

KTSP yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain itu, dana

untuk pelaksanaan RSBI berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah

sesuai dengan perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah

dengan pembagian keuangan yang adil, proposional, demokratis, transparan, dan

efisien dilihat dari kondisi dan kebutuhan daerah.

Sekolah Menengah Atas yang dapat mengikuti program rintisan SMA

bertaraf internasional harus memiliki kriteria minimal dalam Depdiknas (2009: 8)

sebagai berikut :

1) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri atau swasta yang telah

memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan terakreditasi A.

2) Kepala Sekolah memenuhi Standar Nasional Pendidikan, berkompeten

dalam pengelolaan manajemen mutu pendidikan, mampu

mengoperasikan komputer dan dapat berkomunikasi dalam bahasa

Inggris.

3) Telah melaksanakan kurikulum KTSP sebagai kurikulum minimal sesuai

Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006 dan kurikulum tambahannya

diadopsi dari kurikulum Cambridge.

4) Memiliki tenaga pengajar fisika, biologi, kima, matematika dan mata

pelajaran lainnya yang berkompeten dalam menggunakan ICT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

(Information and Communication Technology) dan pengantar bahasa

Inggris.

5) Tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi standar untuk menunjang

proses pembelajaran bertaraf intenasional antara lain :

a) Memiliki tiga laboratorium IPA (Kimia, Fisika, Biologi)

b) Memiliki perpustakaan yang memadai

c) Memiliki laboratorium komputer

d) Tersedia akses internet

e) Memiliki web sekolah

f) Memiliki kultur sekolah yang kondusif ( bersih, bebas asap rokok,

bebas kekerasan, indah dan rindang)

6) Memiliki dana yang cukup untuk membiayai pengembangan program

rintisan SMA bertaraf internasional.

7) Jumlah rombongan belajar pada satu satuan pendidikan minimal 9

(sembilan) atau setara dengan 288 siswa.

8) Memiliki lahan minimal 10.000 m2.

9) Memiliki akses jalan masuk yang mudah dilalui oleh kendaraan roda

empat.

Pengembangan rintisan SMA bertaraf internasional berdasarkan

Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan oleh Menteri

Pendidikan Nasional tanggal 27 Juli 2007 dalam Depdiknas (2009 : 61-62) terdiri

dari dua fase, yaitu fase rintisan dan fase kemandirian.

Fase rintisan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan dan tahap

konsolidasi. Tahap pengembangan berlangsung selama 3 tahun mencakup

pengembangan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), modernisasi

manajemen dan kelembagaan. Tahap konsolidasi berlangsung selama 2 tahun,

pada tahap ini sekolah diharapkan telah menemukan praktek-praktek yang baik

(the best practices), inovasi serta kreasi keunggulan yang mendukung

pengembangan tahap berikutnya. Upaya ini dapat dilakukan melalui diskusi

secara terbatas dalam lingkungan sekolah maupun diskusi secara luas melalui loka

karya atau seminar. Di samping itu, sekolah juga diharapkan telah menemukan

kendala dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik selama fase rintisan.

Fase kemandirian dimulai pada tahun ke enam. Pada fase ini SMA

bertaraf internasional diharapkan telah mampu bersaing secara internasional yang

ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam kurikulum, PBM, penilaian,

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pengelolaan serta kepemimpinan. Pada tahap ini diharapkan sekolah telah dapat

menghasilkan lulusan yang berdaya saing internasional. Dengan kata lain, sekolah

bertaraf internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk

mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing di forum internasional.

Indikasi bahwa sekolah bertaraf internasional telah mencapai fase kemandirian

antara lain (1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah bertaraf

internasional, (2) kemampuan berpikir dan kesanggupan bertindak secara kreatif

dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional, (3) kemantapan sebagai

sekolah bertaraf internasional untuk bersaing di forum internasional.

B. Penelitian yang Relevan

Astuti dalam skripsinya yang meneliti motivasi berprestasi ditinjau dari

persepsi terhadap kompetensi guru pada siswa kelas XI dan XII program RSBI

(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMA Negeri 1 Purworejo

menunjukkan ada hubungan positif antara variabel persepsi terhadap kompetensi

guru dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas XI dan XII program RSBI

(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMA Negeri 1 Purworejo dengan

koefisien korelasi rxy = 0,469 dengan tingkat signifikansi yang sangat signifikan

dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hubungan yang positif dan sangat signifikan

mengindikasikan bahwa semakin positif persepsi terhadap kompetensi guru maka

akan semakin tinggi motivasi berprestasinya, atau semakin negatif persepsi

terhadap kompetensi guru maka semakin rendah pula motivasi berprestasinya.

Sumbangan efektif persepsi terhadap kompetensi guru pada motivasi berprestasi

pada siswa kelas XI dan XII program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional) di SMA Negeri 1 Purworejo sebesar 22%, dan 78% berasal dari

faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Passos (2009) dalam thesisnya yang berjudul “A Comparative Analysis of

Teacher Competence and Its Effect On Pupil Performance In Upper Primary

Schools In Mozambique and Other SACMEQ Countries” menyatakan hubungan

antara kompetensi guru dan kinerja siswa dalam membaca dan matematika di

sekolah dasar atas di Mozambik, serta di negara-negara SACMEQ, dipengaruhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

oleh domain kognitif, domain afektif dan domain perilaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2005) bahwa ada pengaruh antara

fasilitas belajar dengan hasil belajar komputer siswa kelas II Program Keahlian

Sekretaris di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Diklat 2004/2005 dengan sumbangan

efektif sebesar 31.27 %.

Sedangkan Nugraheni (2008) dalam skripsinya mengungkapkan fasilitas

belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dengan thitung = 2,865

> ttabel =1,960 dengan sumbangan efektifnya sebesar 39,17%.

C. Kerangka Berpikir

Kompetensi guru adalah suatu seperangkat pengetahuan, ketrampilan,

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam

melakukan tugas keprofesionalannya yang dapat terwujud dalam kinerja dalam

melaksanakan tugas-tugas kependidikannya. Sedangkan kompetensi pedagogik

adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk belajar.

Dalam sekolah RSBI maupun SBI diperlukan fasilitas yang lebih baik

dibandingkan sekolah-sekolah biasa.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kompetensi pedagogik guru,

fasilitas belajar, ataupun keduanya, baik kompetensi pedagogik guru dan fasilitas

belajar mempunyai pengaruh dengan kemampuan kognitif siswa. Pengaruh

tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Fasilitas Belajar

Kompetensi

Pedagogik Guru

Kemampuan Kognitif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang penulis ajukan:

1. Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif

siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta

tahun ajaran 2011/2012.

2. Ada pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa pada

mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran

2011/2012.

3. Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara

bersama- sama terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika

kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran

2011/2012. Alasan dilakukannya penelitian di tempat tersebut adalah:

a. Penulis ingin mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas

belajar terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika pada siswa

kelas X SMA Negeri 1 Surakarta.

b. Sekolah tersebut merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.

c. Sekolah tersebut menduduki peringkat 2 manajemen Sekolah R SMA BI se-

Indonesia, dengan total skor 960.

d. Peneliti merupakan Alumni SMA Negeri 1 Surakarta sehingga ingin

memberikan manfaat bagi perkembangan sekolah.

e. Adanya kemudahan dari pihak sekolah untuk memberikan izin dan data

penelitian.

f. Lokasi sekolah yang mudah dijangkau kendaraan umum.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012

yaitu bulan Oktober 2011 - Desember 2011. Sebelum kegiatan penelitian

dilaksanakan, peneliti harus melalui beberapa tahapan. Adapun tahap-tahap

penelitiannya adalah:

a. Tahap persiapan, meliputi kegiatan pengajuan judul, permohonan dosen

pembimbing, survey ke sekolah yang digunakan untuk penelitian,

penyusunan proposal, permohonan ijin penelitian, menyusun instrumen

penelitian yang terdiri dari soal tes kemampuan kognitif Fisika siswa, angket

fasilitas belajar dan angket kompetensi pedagogik guru.

b. Tahap penelitian, meliputi kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lapangan

yaitu uji coba angket pada 18 Oktober 2011, uji coba soal pada 24 November

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2011, pengambilan data dengan pemberian angket dan tes soal kemampuan

kognitif yang dilaksanakan pada 10 Desember 2011, dan wawancara

dilakukan 16 Desember 2011. Uji coba dilakukan untuk menentukan apakah

soal yang peneliti buat layak digunakan atau tidak. Pengambilan data

dilakukan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa mata pelajaran

Fisika dan pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar

terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika. Sedangkan

wawancara hanya untuk memperkuat data kompetensi pedagogik guru.

c. Tahap penyelasaian, meliputi analisis data hasil penelitian dan penyusunan

Skripsi.

B. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode deskriptif kuantitatif. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah:

1. Permasalahan yang dihadapi adalah merupakan permasalahan yang ada

pada masa sekarang.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisis.

3. Hasil penelitian ini nantinya merupakan suatu gambaran hasil penelitian

secara sistematis, nyata, dan cermat.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SBI SMA

Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 terdiri dari 10 kelas yaitu: X 1, X

2, X3, X 4, X5, X6, X7, X8, X9 dan X10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah 85 orang pada 3 kelas yaitu kelas

X5, X7 dan X10 dari populasi seluruh siswa kelas X RSBI SMA Negeri 1

Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang representatif harus dilakukan dengan teknik

sampling sehingga diperoleh sampel yang benar–benar mewakili atau

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik pengambilan

sampel merupakan cara yang ditempuh untuk menentukan sampel penelitian dari

populasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

proportionate stratified random sampling. Teknik ini digunakan karena populasi

mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proposional

(Sugiono, 2005: 58), yang dimaksud disini adalah kelas yang mewakili nilai

rendah, sedang dan tinggi.

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %

atau 20-25 % atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.

b. Sempit luasnya pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut

banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang

risikonya besar tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan lebih baik.

(Arikunto, 2006: 134)

Dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel sebesar >25 % dari

populasi kelas X yaitu sebanyak 3 kelas yaitu kelas X5, X7 dan X10 yang

berjumlah 85 orang. Kelas X5, X7 dan X10 ini dianggap cukup bisa mewakili

karakteristik dari populasi yaitu seluruh siswa kelas X. Kelas X5 mewakili nilai

tinggi, X10 mewakili nilai sedang dan X7 mewakili nilai rendah. Kriteria nilai

rendah, sedang dan tinggi didapat dari rata-rata nilai Ujian Tengah Semester tiap

kelas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-

karakteristik yang oleh peneliti dikontrol atau diobservasi.

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan akibat atau pengaruh

variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif

siswa dalam mata pelajaran Fisika.

a) Definisi Operasional : kemampuan kognitif siswa dalam mata

pelajaran Fisika.

b) Skala Pengukuran : Interval

c) Indikator : hasil nilai tes kemampuan kognitif mata

pelajaran Fisika dan hasil nilai tes

semester 1 mata pelajaran Fisika tahun

ajaran 2011/2012.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam

rangka menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi .Variabel

bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Kompetensi Pedagogik Guru

1) Definisi Operasional : Kompetensi pedagogik adalah kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran.

2) Skala Pengukuran : Ordinal

3) Indikator : Hasil penilaian angket kompetensi pedagogik

guru SBI

b. Fasilitas Belajar

1) Definisi Operasional : Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang

memudahkan untuk belajar

2) Skala Pengukuran : Ordinal

3) Indikator : Hasil penilaian angket fasilitas belajar siswa

SBI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi, tes tertulis pilihan ganda, angket dan wawancara.

1. Teknik Dokumentasi

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mengetahui

jumlah, nama, dan hasil nilai tes semester 1 siswa kelas X Tahun Ajaran

2011/2012.

2. Teknik Tes

Teknik tes adalah cara pengambilan data dengan tes untuk mengukur

kemampuan kognitif yang berupa kemampuan kognitif Fisika siswa SMA. Tes

tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif mata pelajaran

Fisika. Tes tersebut berupa tes pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Tes

ini diberi bobot 50 % dan yang 50 % untuk nilai tes semester 1 Tahun Ajaran

2011/2012.

3. Teknik Angket

Teknik angket adalah teknik pengambilan data untuk mengukur

kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar siswa SBI. Arikunto (2009: 28)

mengatakan : “teknik angket juga dikenal dengan kuesioner. Kuesioner adalah

sebuah daftar pertanyaan yang diisi oleh orang yang akan diukur (responden)

sehingga diketahui keadaan data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau

pendapatnya, dan lain-lain. Teknik angket yang digunakan disini adalah skala

sikap dengan menggunakan skala likert dengan empat pilihan jawaban.

Arikunto (2006) berpendapat bahwa untuk alternatif jawaban yang

berupa pendapat, alternatif jawaban yang disediakan adalah “Sangat Setuju”,

“Setuju”, “Abstein/ragu-ragu”, “Kurang Setuju”, dan “Tidak Setuju. Alternatif

jawaban ragu-ragu dapat dihilangkan karena alternatif jawaban tersebut

menimbulkan kecenderungan responden untuk memilih alternatif jawaban

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006: 241) yang menyatakan

bahwa :

Jika pembaca berpendapat bahwa ada kelemahan dengan lima

alternatif karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena hampir tidak

berpikir) dan alasan itu memang ada benarnya. Maka memang

disarankan alternatif pilihannya hanya empat saja. Alternatif “Sangat

Setuju”, dan “Setuju” ada di sisi atau kubu awal (atau akhir) sedang

dua pilihan lain, yaitu ”Tidak Setuju” dan “Sangat Tidak Setuju” di

sisi atau kubu akhir (atau awal). Dalam hal ini dapat kita pahami

karena “Sangat Setuju” dan “Setuju” sebetulnya berada pada sisi

“Setuju”, tetapi dengan gradasi yang menyangatkan. Demikian juga

dengan pilihan “Sangat Tidak Setuju” yang pada dasarnya adalah

juga “Tidak Setuju”.

Bentuk kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner

tertutup, yaitu kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang sudah disediakan

jawabannya yang menunjukkan tingkatan, mulai dari setuju sampai tidak setuju,

sehingga responden dapat menjawab sesuai dengan keadaan dirinya. Bentuk

kuesioner ini digunakan untuk mengungkapkan data variabel bebas, yaitu

variabel kompetensi pedagogik guru dan variabel fasilitas belajar.

4. Teknik Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengetahui lebih detail atau untuk

menguatkan data tentang Kompetensi Pedagogik Guru. Data yang didapat

berupa data kualitatif yang lebih meyakinkan yang tidak didapat melalui angket.

Wawancara dilakukan dengan Guru Fisika SMA N 1 Surakarta kelas X tahun

ajaran 2011/2012.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang meliputi angket

kompetensi pedagogik guru, angket fasilitas belajar, dan instrumen pengumpul

data yang berupa tes kemampuan kognitif Fisika siswa. Sebelum digunakan,

angket dan tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu.

1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif

Sebelum melakukan uji coba, dilakukan validitas isi terhadap instrumen

tes. Setelah instrumen sudah memenuhi validitas isi baru instrumen

diujicobakan. Uji coba instrumen tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesukaran, daya pembeda dan reliabilitasnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

a. Validitas Isi

Pada item tes untuk kemampuan kognitif digunakan validitas isi yaitu

dengan konsultasi dengan ahli yaitu dosen dan guru pembimbing di sekolah

tempat penilitian. Pertama dilakukan konsultasi dengan dosen. Hasil konsultasi

dengan dosen didapat bahwa ada beberapa kata dan gambar yang harus diganti.

Setelah konsultasi dengan dosen selesai maka dilakukan konsultasi dengan guru.

guru melakukan analisis butir soal secara kualitatif dengan menggunakan format

penelaahan soal bentuk pilihan ganda, dari 30 soal didapatkan 3 soal diganti

karena bab tersebut belum diajarkan. Setelah itu ketiga soal tersebut direvisi

sesuai dengan saran dari guru sehingga soal yang digunakan untuk uji coba

adalah soal yang sudah memenuhi validitas isi. Keterangan mengenai validitas

isi ini ada pada lampiran 11 halaman 97- 104 . Selain analisis butir soal secara

kualitatif juga dilakukan analisis butir soal secara kuantitatif. Analisis butir soal

secara kuantitatif dilakukan setelah uji coba yaitu dengan menghitung tingkat

kesukaran, daya pembeda dan keefektifan pengecoh. Hal yang demikian untuk

mendapatkan soal yang benar-benar layak digunakan untuk penelitian.

b. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif

1) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu

soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam

bentuk indeks. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk

setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata‐ rata yang diperoleh peserta

didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran

butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif.

Menguji tingkat kesukaran tiap soal digunakan rumus :

Tingkat kesukaran (TK) = Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal

Jumlah siswa yang mengikuti tes

(Depdiknas, 2008 : 11-13)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas

menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat

kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Jika 0,00 ≤ �� ≤ 0,30 maka soal tergolong sukar

Jika 0,30 < �� ≤ 0,70 maka soal tergolong sedang

Jika 0,70 < �� ≤ 1,00 maka soal tergolong mudah

Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa pada 30 soal

yang diujicobakan, telah dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat

kesukaran dari masing-masing item, sehingga diperoleh hasil sebagai

berikut : 5 soal dikategorikan mudah; 19 soal dikategorikan mempunyai

tingkat kesukaran sedang ; dan 6 soal dikategorikan mempunyai tingkat

kesukaran sukar. Untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran 12 halaman

105-107 dan hasil rekapannya pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran

No Kategori No soal Jumlah

1. Mudah 1, 4,8, 29,30 5

(16,67%)

2. Sedang 2,3,6,7,10,11,12,13,15,17,18,19,2

0,21,22,23,24,26,27

19

(63,33%)

3. Sukar 5,9,14,16,25,28 6

(20%)

Jumlah 30

Menurut Allen dan Yen dalam Ekawati dan Surantoro (2010:

185) menyatakan bahwa tingkat kesukaran yang baik adalah yang

mempunyai TK = 0,3 − 0,7.

Asumsi yang digunakan yaitu bahwa soal yang terlalu mudah atau

cenderung mudah lebih tepat digunakan untuk tes diagnostik, sedangkan

soal yang terlalu sulit atau cenderung sulit lebih tepat digunakan untuk tes

seleksi. Oleh karena itu, untuk keperluan tes yang mengukur hasil belajar

(kompetensi) siswa tertentu akan dianggap baik bila termasuk dalam

interval soal yang sedang.

2) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat

membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi

yang ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum

menguasai materi yang ditanyakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah

dengan menggunakan rumus berikut ini:

N

BBBADP

2

1

−= atau

( )N

BBBADP

−= 2

(Depdiknas, 2008 : 14)

di mana:

DP = daya pembeda soal

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas

BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

N = jumlah siswa yang mengerjakan tes

Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini:

Jika 0,40 ≤ &' ≤ 1,00 maka soal diterima baik

Jika 0,30 ≤ &' < 0,40 maka soal diterima tetapi perlu diperbaiki

Jika 0,20 ≤ &' < 0,30 maka soal diperbaiki

Jika &' < 0,20 maka soal tidak dipakai/dibuang

Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa dari 30 soal yang

diujicobakan, telah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari

masing-masing item sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : 20 soal

diterima baik; 1 soal diterima tetapi perlu diperbaiki; 5 soal diperbaiki; dan

5 soal tidak dipakai/dibuang. Untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran

12 halaman 105-107 dan hasil rekapannya pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Daya Pembeda

No Klasifikasi No soal Jumlah

1. Soal diterima baik 1,2,3,4,6,7,8,10,11,

13,15,17,19,22,23,24

, 26, 29,30

19

(63,33%)

2. Soal diterima tapi

perlu diperbaiki

21 1

(33,33%)

3. Soal diperbaiki 9,12,18,20,27 5

(16,67%)

4. Soal dibuang 5, 14,16,25,28 5

(16,67%)

Jumlah 30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3) Keefektifan Pengecoh

Dalam penelitian ini, digunakan rumus menurut Fernandes dalam

Ekawati dan Surantoro (2010: 186), yaitu suatu pengecoh dapat dikatakan

berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 2% peserta tes.

Kriteria keputusan bahwa suatu alternatif jawaban atau pengecoh dapat

diterima apabila:

a) Pengecoh pada butir soal itu proporsinya merata atau relatif sama.

Jumlah idealnya sekitar subjek yang menjawab salah dibagi dengan

banyaknya pengecoh

b) Tingkat kesukaran pada butir soal tersebut sedang, maka proporsi

pengecohnya minimal 0,02

c) Tingkat kesukaran butir soal tersebut mudah, proporsinya bisa

kurang dari 0,02, asalkan disribusi pengecoh satu dengan yang lain

relatif sama.

Pada tes uji coba kemampuan kognitif Fisika ini keefektifan pengecoh

untuk memenuhi kriteria maka paling sedikit dipilih oleh 2% peserta tes

(2% x 30 = 0,6 yang apabila dibulatkan menjadi 1). Pada analisis

keefektifan pengecoh/distraktor ini terdapat 5 soal yang tidak memenuhi

kriteria yaitu nomor 5,14,16,25,28. Hasil rangkuman analisis keefektifan

pengecoh ini terdapat pada lampiran 13 halaman 108.

Informasi yang diperoleh tentang kategori item soal berdasarkan semua

karakteristik dapat dimasukkan pada kriteria soal yang diterima, direvisi, atau

ditolak jika memenuhi kriteria keputusan untuk penilaian item soal sebagai

berikut:

1) Item soal diterima apabila karakteristik item soal memenuhi semua kriteria.

Item soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah, tetapi memiliki daya beda

dan disribusi pengecoh item yang memenuhi kriteria, butir soal tersebut

dapat diterima atau dipilih.

2) Item soal direvisi apabila salah satu atau lebih dari ketiga kriteria

karakeristik item soal tidak memenuhi kriteria.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3) Item soal ditolak apabila item soal memiliki karakteristik yang tidak

memenuhi semua kriteria.

Untuk itu hasil keterterimaan butir soal pada uji coba dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3.3 Hasil Rekapan Keterterimaan Butir Soal

No soal Tingkat

kesukaran

Daya pembeda Keefektifan

Pengecoh

Keputusan

1. mudah diterima baik diterima diterima

2. sedang diterima baik diterima diterima

3. sedang diterima baik diterima diterima

4. mudah diterima baik diterima diterima

5. sukar dibuang ditolak ditolak

6. sedang diterima baik diterima diterima

7. sedang diterima baik diterima diterima

8. mudah diterima baik diterima diterima

9. sukar diperbaiki diterima direvisi

10. sedang diterima baik diterima diterima

11. sedang diterima baik diterima diterima

12. sedang diperbaiki diterima direvisi

13. sedang diterima baik diterima diterima

14. sukar dibuang ditolak ditolak

15. sedang diterima baik diterima diterima

16. sukar dibuang ditolak ditolak

17. sedang diterima baik diterima diterima

18. sedang diperbaiki diterima direvisi

19. sedang diterima baik diterima diterima

20. sedang diperbaiki diterima direvisi

21. sedang diterima tapi

perlu diperbaiki

diterima direvisi

22. sedang diterima baik diterima diterima

23. sedang diterima baik diterima diterima

24. sedang diterima baik diterima diterima

25. sukar dibuang ditolak ditolak

26. sedang diterima baik diterima diterima

27. sedang diperbaiki diterima direvisi

28. sukar dibuang ditolak ditolak

29. mudah diterima baik diterima diterima

30. mudah diterima baik diterima diterima

d. Reliabilitas

Sutau instrumen memenuhi kriteria reliabilitas apabila instrumen

tersebut digunakan berulang-ulang pada subjek dengan kondisi yang sama akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

memberikan hasil yang relatif tidak mengalami perubahan. Untuk menguji

reliabilitas tes digunakan rumus sebagai berikut :

∑−−

=2

2

11S

pqS

1n

nr

(Arikunto, 2009 : 100-101)

dengan :

r11 : reliabilitas secara keseluruhan

p : proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut

q : proporsi subjek yang menjawab salah item tersebut

n : banyaknya item

S : standar deviasi

Kriteria reliabilitas :

Jika 0,8 <≤ 11r 1 : maka reliabilitasnya sangat tinggi

Jika 0,6 <≤ 11r 0,8 : maka reliabilitasnya tinggi

Jika 0,4 <≤ 11r 0,6 : maka reliabilitasnya cukup

Jika 0,2 <≤ 11r 0,4 : maka reliabilitasnya rendah

Jika 0,0 <≤ 11r 0,2 : maka reliabilitasnya sangat rendah

Berdasarkan hasil try out soal kemampuan kognitif yang telah di hitung

reliabilitasnya dapat diketahui nilai reliabilitas untuk variabel kemampuan

kognitif sebesar 0,866081 (lampiran 12 halaman 105-107). Karena nilai

reliabilitasnya 0,8 <≤ 11r 1 maka dapat disimpulkan bahwa item-item pertanyaan

tersebut reliabel dan reliabilitasnya sangat tinggi.

2. Instrumen Angket

Instrumen lain yang digunakan dalam penilitian ini adalah berupa

angket kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar. Angket adalah sejumlah

pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

langsung yang sekaligus menyediakan alternatif jawaban bagi responden. Untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

skor penilaian pada angket kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar

dapat dilihat dibawah ini:

Item yang mengarahkan jawaban positif pemberian skor ditunjukkan

sebagai berikut:

Skor 4 : sangat setuju

Skor 3 : setuju

Skor 2 : kurang setuju

Skor 1 : tidak setuju

Item yang mengarahkan jawaban negatif pemberian skor ditunjukkan

sebagai berikut:

Skor 4 : tidak setuju

Skor 3 : kurang setuju

Skor 2 : setuju

Skor 1 : sangat setuju

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument

tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.

a. Validitas Angket

Pada item angket untuk angket kompetensi pedagogik guru dan

fasilitas belajar digunakan validatas konstruk yaitu setelah dikonsultasikan

dengan dosen maka dilakukan uji coba setelah itu untuk menguji validitas butir

angket pada penelitian ini digunakan analisis faktor dengan SPSS yang disarikan

dari Santoso (2006: 11-34) sebagai berikut:

Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan

(interrelationship) antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu

dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa variabel yang lebih

sedikit dari jumlah variabel awal.

Pada dasarnya tujuan analisis faktor adalah yang pertama untuk

melakukan data summarization variabel-variabel yang akan dianalisis, yakni

mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel. Kedua, data reduction yakni

setelah melakukan korelasi, dilakukan proses membuat sebuah variabel set baru

yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Dalam kegiatan penelitian, analisis faktor paling tidak digunakan untuk:

1) Menguji Validitas Konstruk. Salah satu cara untuk menguji validitas

konstruk dapat dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Analisis

faktor akan menampilkan hasil ekstaksi butir-butir pertanyaan menjadi

beberapa komponen yang diinginkan peneliti. Prinsip yang digunakan sama

yaitu mengelompokkan data berdasarkan interkorelasi antar butir. Sebuah

butir/item dinyatakan merupakan pembentuk faktor jika nilai korelasinya

lebih besar sama dengan (≥) 0,5.

2) Menguji Validitas Faktor. Dalam analisis ini, pengujian dilakukan untuk

melihat seberapa besar korelasi antara faktor satu dengan yang lain yang

menjadi pembentuk variabel. Jika ditemukan korelasi yang cukup kuat

diantara faktor-faktor pembentuk maka faktor tersebut dinyatakan memang

sebagai pembentuk variabel. Besarnya matrik korelasi yang lazim

digunakan adalah 0,5.

Oleh karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-

asumsi akan terkait dengan metode statistik korelasi :

� Besar korelasi atau kolerasi antar independen variabel harus cukup kuat,

misalnya di atas 0,5.

� Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap

variabel yang lain, justru harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi

parsial diberikan lewat pilihan Anti-Image Correlation.

� Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel), yang diukur

dengan besaran Barlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequacy

(MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan di

antara paling sedikit beberapa variabel.

� Pada beberapa kasus, asumsi Normalitas dari variabel-variabel atau faktor

yang terjadi sebaiknya dipenuhi.

Cara melakukan analisis faktor adalah :

1) Buka file baru pada SPSS

2) Klik Analyze > Data Reduction > Factor

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3) Setelah muncul kotak factor analysis, masukkan seluruh faktor ke dalam

kotak “VARIABLES” yang ada disebelah kanan.

4) Klik DESKRIPTIVES yang ada disebelah kiri bawah kotak dialog.

5) Pilih dengan menandai KMO and Bartlett’s Test of Sphericity serta Anti

Image.

6) Kemudian klik Continue dan klik OK.

Dari hasil uji validitas angket dengan analisis faktor didapatkan bahwa

dari 30 item soal tentang kompetensi pedagogik guru terdapat 2 item yang tidak

valid yaitu soal nomor 5, 18 (lampiran 6 halaman 82-85). Sedangkan untuk uji

validitas angket tentang fasilitas belajar dari 16 item terdapat 1 item yang tidak

valid yaitu soal nomor 16 (lampiran 7 halaman 86-87).

b. Reliabilitas

Karena pada pengukuran ini merupakan rentangan, maka digunakan

rumus alpha. Arikunto, (2002:109) menyatakan rumus alpha digunakan untuk

mencari tingkat reliabilitas instrumen yang menghendaki gradualitas penilaian

misalnya angket untuk soal uraian”. Adapun rumus alpha yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

= ∑2

t

2

i

11σ

σ1

1n

nr

(Arikunto, 2009:109)

dengan:

11r = reliabilitas instrumen

n = banyaknya pertanyaan atau butir soal

∑ 2

iσ = jumlah varians skor tiap item

2

tσ = varians total

( )

N

N

XX

b

b

b

2

2

2

∑∑∑

−=σ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

( )

N

N

XX

t

t

t

2

2

2

∑∑∑

−=σ

Tabel 3.4 Reliabilitas Kompetensi Pedagogik

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.803 30

Sumber: data diolah

Tabel 3.5 Reliabilitas Fasilitas Belajar

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.800 15

Sumber: data diolah

Berdasarkan uji reliabilitas dapat diketahui nilai cronbach alpha untuk

variabel kompetensi pedagogik = 0,803 dan fasilitas belajar = 0,800. Menurut

Nunnally dalam Ghozali (2005: 133) cronbach alpha > 0,60 dikatakan reliabel

dan jika cronbach alpha < 0,06 dikatakan tidak reliabel. Nilai cronbach alpha

variabel kompetensi pedagogik dan fasilitas belajar > 0,6 maka dapat

disimpulkan bahwa item-item pertanyaan tersebut reliabel.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Hipotesis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan

dianalisis berbentuk atau mempunyai distribusi normal atau tidak. Deteksi

normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada sumbu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

diagonal pada grafik normal probability plot. Singgih Santoso (2012 : 233)

menetapkan dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah hubungan antara

variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dalam penelitian bersifat

linier. Sebelum menggunakan uji linieritas, terlebih dahulu dicari persamaan

regresinya. Dalam mencari persamaan regresi digunakan metode kuadrat

terkecil.

Uji linieritas di dalam penelitian ini pada SPSS dengan

menggunakan Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Duwi Priyatno

(2010: 73) menyatakan bahwa, ”Dua variabel dikatakan mempunyai

hubungan yang linier bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05”.

c. Uji Multikolinieritas

Singgih Santoso (2012: 234) mengatakan bahwa, “Uji multikolinieritas

digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi

antara variabel independen". Pengujian ini untuk mengetahui apakah antar

variabel bebas dalam persamaan regresi tersebut tidak saling berkolerasi,

untuk mendeteksi multikolinieritas digunakan uji kolerasi pearson. Uji

multikolinieritas di dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati nilai

VIF dan TOLERANCE. Jika nilai VIF di sekitar angka 1 dan angka

TOLERANCE mendekati 1, maka dapat dikatakan suatu model regresi bebas

multikolinieritas (Singgih Santoso, 2012).

d. Uji Autokorelasi

Singgih Santoso (2012: 241) mengatakan bahwa, ”Uji autokorelasi

digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya)”. Pendekatan D-W (Durbin-Watson) dapat

digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung

autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2012) kriteria autokorelasi ada tiga,

yaitu:

1) Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.

2) Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada

autokorelasi.

3) Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.

e. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berarti ada variabel pengganggu dalam

persamaan model regresi yang mempunyai varian yang sama atau tidak,

untuk mengetahui terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara

Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted

Value. Menurut Singgih Santoso (2012: 240) menetapkan dasar pengambilan

keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka

diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas.

2. Pengujian Hipotesis

Langkah selanjutnya setelah uji prasyarat terpenuhi adalah melakukan

pengujian hipotesis yang telah diajukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang

diajukan diterima atau ditolak. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Duwi Priyatno (2010: 61) mendefinisikan bahwa, ”Analisis regresi

linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel

independen (X1, X2,....Xn) dengan variabel dependen (Y).” Analisis ini

digunakan untuk mengukur nilai pengaruh disiplin belajar (X1), lingkungan

keluarga (X2), dan hasil belajar (Y). Persamaan regresi linier berganda adalah

sebagai berikut :

Y = a0 + a1X1 + a2X2

(Sudjana, 2005: 347)

Keterangan :

Y = Variabel terikat

X1, X2 = Variabel bebas

a0 = Konstanta regresi

a1 , a2 = Koefisien regresi

b. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel

independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen (Y) (Duwi Priyatno, 2010). Rumus t hitung pada analisis regresi

adalah sebagai berikut :

i

ihitung

Sb

bt =

Keterangan :

bi = koefisien masing-masing variabel independen dengan i = 1, 2, 3, 4

Sbi = standar error variabel i

Keputusan :

1) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima, hal ini berarti variabel independen

tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

2) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, hal ini berarti variabel independen

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

c. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen (X) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen (Y). Duwi Priyatno (2010) menyajikan model uji F

dengan rumus sebagai berikut :

( ) ( )1/1

/2

2

−−−=

knR

kRF

Keterangan :

F = harga F garis regresi

R2 = koefisien korelasi ganda

n = ukuran sampel

k = banyaknya variabel bebas

Keputusan :

1) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, hal ini berarti semua variabel

independen secara serentak dan signifikan tidak mempengaruhi variabel

dependen.

2) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, hal ini berarti semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui kontribusi yang

diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikatnya dan juga untuk

mengetahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel di luar model regresi

tersebut. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel Model Summary dari

output SPSS dan tertulis R Square (R2). Nilai koefisien determinasi adalah

diantara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variabel terikat sangat terbatas, jika nilai R2

sama dengan 1

berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat

sempurna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3. Uji Kontribusi

a. Menghitung Sumbangan Relatif (SR) X1 dan X2 Terhadap Y

Rumus yang digunakan yaitu

%10011

1 xJK

yxaSR

reg

X

∑=

%10022

2 xJK

yxaSR

reg

X

∑=

b. Menghitung Sumbangan Efektif (SE) X1 dan X2 Terhadap Y

2

22

2

11

%

%

RSRSE

RSRSE

XX

XX

=

=

Keterangan:

SR : sumbangan relatif masing-masing prediktor

SE : sumbangan efektif masing-masing prediktor

R : koefisien antara X1 dan X2 dengan Y

(Sutrisno Hadi, 2001: 46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru

dan Fasilitas Belajar Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika

di Sekolah RSBI” terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik Guru sebagai variabel bebas X1

2. Fasilitas Belajar sebagai variabel bebas X2

3. Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika sebagai variabel terikat

Y

Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket, teknik

tes, teknik dokumentasi, dan teknik wawancara. Teknik angket digunakan untuk

mengumpulkan data kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar, teknik tes

digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan kognitif siswa mata pelajaran

Fisika, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nama dan

jumlah siswa serta kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika sedangkan

teknik wawancara hanya untuk membantu memperkuat data tentang kompetensi

pedagogik guru yang sudah diambil melalui angket.

Berdasarkan data induk penelitian dengan penyebaran angket, tes dan

dokumentasi kepada siswa SMA N 1 Surakarta, maka diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi Data Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kemampuan_Kognitif 85 51 87 69.26 7.474

Kompetensi_Pedagogik_Guru 85 62 105 76.75 8.939

Fasilitas_Belajar 85 31 58 44.28 4.380

Valid N (listwise) 85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Deskripsi data di atas menunjukkan jumlah responden dalam penelitian

ini adalah 85 siswa dari seluruh populasi. Berdasarkan deskripsi data di atas dapat

diketahui skor variabel kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika diperoleh

skor minimum 51, skor maksimum 87, rata-rata 69,26 dan standar deviasi 7,474.

Variabel kompetensi pedagogik guru diperoleh skor minimum 62, skor

maksimum 105, rata-rata 76,75 dan standar deviasi 8,939. Variabel fasilitas

belajar diperoleh skor minimum 31, skor maksimum 58, rata-rata 44,28 dan

standar deviasi 4,380.

B. Analisis Data

1. Pengujian Persyaratan Analisis

Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti terlihat pada

lampiran. Selanjutnya dianalisis untuk membuktikan apakah hipotesis alternatif

diterima atau ditolak. Syarat analisis data dengan menggunakan teknik analisis

regresi ganda adalah :

a. Berdistribusi normal.

b. Antara variabel bebas dan variabel terikat harus menunjukkan kelinierannya.

c. Tidak ada hubungan yang berarti antara variabel-variabel bebas (independen).

d. Homoskedastisitas

Adapun langkah-langkah persyaratan analisis regresi ganda dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Gambar 4.1. Pengujian Normalitas

Sumber: data diolah

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati

normal. Deteksi normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada

sumbu diagonal pada suatu grafik Normal P-P Plot. Singgih Santoso (2012)

menetapkan dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Berdasarkan uji normalitas, pada output terlihat bahwa data menyebar di

sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

b. Uji Linieritas

Tabel 4.2. Hasil Uji Linieritas Variabel Kompetensi Pedagogik Guru dan

Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika

ANOVA Table

Sig.

Y * X1 Between Groups (Combined) .002

Linearity .000

Deviation from Linearity .579

Within Groups

Total

Sumber: data diolah

Tabel 4.3. Hasil Uji Linieritas Variabel Fasilitas Belajar dan Kemampuan

Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika

ANOVA Table

Sig.

Y * X2 Between Groups (Combined) .000

Linearity .000

Deviation from Linearity .012

Within Groups

Total

Sumber: data diolah

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang

linier antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Uji linieritas variabel

X1 terhadap Y, X2 terhadap Y yaitu untuk mengetahui tingkat kelinieran data atau

mengetahui bahwa setiap peningkatan variabel X juga diikuti peningkatan

variabel Y dengan menetapkan harga-harga.

Uji linieritas di dalam penelitian ini pada SPSS dengan menggunakan

Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

hubungan yang linier apabila signifikansi pada Linearity < 0,05 (Duwi Priyatno,

2010).

Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan, dapat diketahui dari

output SPSS bahwa nilai signifikansi pada Linearity untuk variabel kompetensi

pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika adalah

0,000 dan untuk variabel fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa

mata pelajaran Fisika juga 0,000. Output yang diperoleh menunjukkan bahwa

signifikansi pada Linearity dari kedua perhitungan adalah < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan antara variabel kompetensi pedagogik guru dan kemampuan kognitif

siswa mata pelajaran Fisika serta fasilitas belajar dan kemampuan kognitif siswa

mata pelajaran Fisika keduanya terdapat hubungan yang linier.

Selain menggunakan cara diatas bisa juga dengan melihat grafik sebagai

berikut :

Gambar 4.2. Plot Variabel Kompetensi Pedagogik Guru (X1) terhadap

Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika (Y)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Gambar 4.3. Plot Variabel Fasilitas Belajar (X2) terhadap Kemampuan

Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika (Y)

Sumber: data diolah

Berdasarkan plot antara variabel kompetensi pedagogik guru (X1)

terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) dan fasilitas belajar

(X2) terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) di atas dapat

dilihat bahwa plot menggambarkan garis lurus dari kiri bawah ke kanan atas,

maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi linieritas.

c. Uji Multikolinieritas

Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 X1 .501 1.996

X2 .501 1.996

a. Dependen Variable: Y

Sumber: data diolah

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Menurut Singgih santoso (2012), uji multikolinieritas dilakukan dengan

mengamati nilai VIF dan TOLERANCE. Pedoman suatu model regresi yang

bebas multikolinieritas adalah :

1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1

2) Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1

Dilihat dari tabel koefisien diketahui nilai dari VIF di sekitar angka 1,

dan nilai TOLERANCE mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi multikolinieritas atau dapat dikatakan tidak ada hubungan antar variabel

bebas.

d. Uji Autokorelasi

Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1.546

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependen Variable: Y

Sumber: data diolah

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi terjadi karena observasi

yang berturutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang

baik apabila tidak terjadi autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2012) kriteria

autokorelasi ada tiga, yaitu:

1) Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.

2) Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.

3) Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.

Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi, diketahui nilai D-W sebesar

1,546 atau terletak diantara -2 sampai 2 maka berarti diindikasikan tidak ada

autokorelasi, jadi regresi yang dihasilkan baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

e. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas berarti ada variabel pengganggu dalam

persamaan model regresi yang mempunyai varian yang sama atau tidak. Untuk

mengetahui terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara Regression

Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted Value. Menurut

Singgih Santoso (2012) menetapkan dasar pengambilan keputusan berkaitan

dengan gambar tersebut adalah :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka

diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas.

Gambar 4.4. Grafik Scatterplot (diagram pencar)

Sumber: data diolah

Scatterplot di atas tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar

di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat

masalah heteroskedasitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan

yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila

data yang terkumpul dapat mendukung pernyataan hipotesis dan sebaliknya akan

ditolak apabila data tidak mendukung.

a. Pengujian Hasil Analisis Data

Tabel 4.6. Hasil Uji Analisis Data

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 22.232 6.617 3.360 .001

X1 .341 .101 .407 3.375 .001

X2 .472 .206 .276 2.290 .025

a. Dependen Variable: Y

Sumber: data diolah

Pengujian ini diawali dengan mencari persamaan regresi linier ganda.

Berdasarkan output SPSS maka diperoleh persamaan regresi:

Y = 22,232 + 0,341 X1 + 0,472 X2

Hal ini berarti arah perubahan nilai Y akan berubah tergantung pada

besarnya koefisien X1 dan X2.

1) Uji Hipotesis Kontribusi Variabel Independen secara Parsial terhadap

Variabel Dependen (Uji t)

a) Berdasarkan output SPSS untuk variabel kompetensi pedagogik guru (X1)

diperoleh hasil thitung sebesar 3,375 dan ttabel dengan df= 82 sebesar 1,984.

Hasil thitung dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5%, maka

diperoleh thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

kompetensi pedagogik guru (X1) secara parsial memberikan kontribusi

terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

b) Berdasarkan output SPSS untuk variabel fasilitas belajar (X2) diperoleh

hasil thitung sebesar 2,290 dan ttabel dengan df= 82 sebesar 1,984. Hasil thitung

dikonsultasikan dengan ttabel pada tarf signifikansi 5%, maka diperoleh thitung

> ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel fasilitas belajar (X2)

secara parsial memberikan kontribusi terhadap kemampuan kognitif siswa

mata pelajaran Fisika (Y).

2) Uji Hipotesis Kontribusi Variabel Independen secara Simultan terhadap

Variabel Dependen (Uji F)

Tabel 4.7. Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1883.333 2 941.667 27.491 .000a

Residual 2808.773 82 34.253

Total 4692.106 84

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependen Variable: Y

Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil output SPSS untuk melihat signifikansi variabel

kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan

kognitif Fisika diperoleh hasil nilai Fhitung sebesar 27,491 dan nilai Ftabel

dengan df1= 2 dan df2= 82 sebesar 3,09. Hasil Fhitung > Ftabel yaitu 27,491 >

3,09 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi pedagogik guru

dan fasilitas belajar secara simultan memberikan kontribusi terhadap variabel

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

a) Menghitung Koefisien Determinasi

Tabel 4.8. Hasil Koefisien Determinasi

Model Summary

Model

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .401a 27.491 2 82 .000

a. Predictors: (Constant), X2, X1

Sumber: data diolah

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model variabel independen (X) dalam menjelaskan variabel

dependen (Y). Hasil dari output SPSS diketahui nilai koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,401. Hal ini berarti seluruh variabel independen (kompetensi

pedagogik guru dan fasilitas belajar) dapat menjelaskan variabel dependen

(kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika) sebesar 40,1%, sedangkan

sisanya (100% - 40,1% = 59,9%) dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak

dimasukkan dalam model.

b) Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif

(1) Sumbangan Relatif

Sumbangan relatif variabel kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 11,32%,

sedangkan sumbangan relatif variabel fasilitas belajar (X2) terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 88,68%

(lampiran 27 halaman 134-138).

(2) Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif variabel kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 4,54%,

sedangkan sumbangan efektif variabel fasilitas belajar (X2) terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 35,56%

(lampiran 27 halaman 134-138).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

b. Penafsiran Pengujian Hipotesis

1) Penafsiran Uji Hipotesis Pengaruh Variabel Independen secara Parsial

terhadap Variabel Dependen (Uji t)

Berdasarkan hasil analisis data, untuk variabel kompetensi pedagogik

guru (X1) diperoleh nilai thitung 3,375, sedangkan nilai koefisien regresinya

0,341 dengan arah hubungan positif. Hal ini berarti variabel bebas kompetensi

pedagogik guru (X1) mempunyai arah hubungan yang searah dan signifikan

terhadap variabel terikat kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y),

dengan kata lain jika variabel kompetensi pedagogik guru (X1) naik 1 satuan,

maka menyebabkan naiknya variabel kemampuan kognitif siswa mata

pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,341 satuan, sebaliknya jika variabel kompetensi

pedagogik guru (X1) turun 1 satuan menyebabkan turunnya variabel

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,341 satuan.

Variabel fasilitas belajar (X2) diperoleh nilai thitung 2,290, sedangkan

nilai koefisien regresinya 0,472 dengan arah hubungan positif. Hal ini berarti

variabel bebas fasilitas belajar (X2) mempunyai arah hubungan yang searah dan

signifikan terhadap variabel terikat kemampuan kognitif siswa mata pelajaran

Fisika (Y), dengan kata lain jika variabel fasilitas belajar (X2) naik 1 satuan,

maka menyebabkan naiknya variabel kemampuan kognitif siswa mata

pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,472 satuan, sebaliknya jika variabel fasilitas

belajar (X2) turun 1 satuan menyebabkan turunnya variabel kemampuan

kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,472 satuan. Seluruh variabel

bebas secara langsung memberikan kontribusi terhadap variabel terikat.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang

berbunyi “Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan

kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta

tahun ajaran 2011/2012 dan Ada pengaruh fasilitas belajar terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1

Surakarta tahun ajaran 2011/2012”, dapat diterima.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

2) Penafsiran Uji Hipotesis Pengaruh Variabel Independen secara

Simultan terhadap Variabel Dependen (Uji F)

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai Fhitung sebesar 27,491

dan nilai Ftabel dengan df1= 2 dan df2= 82 sebesar 3,09, jadi nilai Fhitung > Ftabel

atau 27,491 > 3,09, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi

pedagogik guru (X1) dan fasilitas belajar (X2) secara bersama-sama (simultan)

mampu memberikan kontribusi terhadap variabel kemampuan kognitif siswa

mata pelajaran Fisika (Y).

Seluruh variabel bebas secara bersama-sama mampu memberikan

kontribusi terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis data dapat

disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh kompetensi

pedagogik guru dan fasilitas belajar secara bersama- sama terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1

Surakarta tahun ajaran 2011/2012”, dapat diterima.

C. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, telah terbukti

bahwa variabel Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar secara parsial

maupun simultan memberikan kontribusi terhadap Kemampuan Kognitif Fisika

siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Langkah

selanjutnya setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis dan pengujian

hipotesis yaitu pembahasan hasil penelitian.

1. Pembahasan Hasil Kontribusi antara Kompetensi Pedagogik Guru

terhadap Kemampuan Kognitif Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas X

SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hasil uji t untuk variabel kompetensi pedagogik guru (X1)

menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel atau 3,375 > 1,984, sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel kompetensi pedagogik guru (X1) secara parsial

memberikan kontribusi terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran

Fisika (Y). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif siswa mata

pelajaran Fisika diantaranya kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien regresi untuk

variabel kompetensi pedagogik Guru (X1) sebesar 0,341 dengan arah hubungan

positif. Hal ini berarti variabel bebas kompetensi pedagogik guru mempunyai

arah hubungan yang searah dan signifikan terhadap variabel terikat

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika, dengan kata lain jika variabel

kompetensi pedagogik guru (X1) naik 1 satuan, maka akan menyebabkan

naiknya variabel kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar

0,341 satuan. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas diketahui

ketika tingkat kompetensi pedagogik guru itu baik maka semakin baik pula

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika yang diperoleh.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik

guru secara keseluruhan baik sehingga tetap memberikan sumbangan relatif

dan efektif meskipun sedikit. Hal ini dikarenakan penggunaan Bahasa Inggris

dalam pembelajaran Fisika hanya untuk pendahuluan sedangkan untuk materi

masih menggunakan Bahasa Indonesia karena ditakutkan anak tidak bisa

menerima bukan karena pelajaran Fisikanya tetapi karena bahasa untuk

penyampainnya. Namun guru masih berupaya untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dalam berbahasa Inggris yaitu dengan mengikuti kursus, guru

juga dapat memahami karakteristik peserta didik yaitu dengan pendekatan

individu, guru juga mengidentifikasi potensi peserta didik, bekal-ajar awal

peserta didik, kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu

yaitu dengan respon KBM dan bimbingan individu, guru menerapkan berbagai

pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara

kreatif dalam mata pelajaran yang diampu yaitu dengan mengenal karakteristik,

jumlah jam, materi dan sasaran yang akan dicapai, guru mengembangkan

kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu yaitu dengan

mengembangkan kurikulum sekolah luar negeri yakni Cambridge, guru

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran yaitu dengan menggunakan Power Point, video youtube dan

flash untuk memvisualisasikan materi yang abstrak, serta terbuka dengan

pertanyaan murid melalui sms atau telepon, guru memanfaatkan hasil penilaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran yaitu dengan meminta anak

untuk belajar bersama/ kelompok biar tidak remidi lagi, selain itu guru SBI

untuk mata pelajaran SAINS di sekolah ini telah memenuhi minimal 30%

berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang program studinya

berakreditasi A.

2. Pembahasan Hasil Kontribusi antara Fasilitas Belajar terhadap

Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta

Tahun Pelajaran 2011/2012.

Hasil uji t untuk variabel fasilitas belajar (X2) menunjukkan bahwa

nilai thitung > ttabel atau 2,290 > 1,984, sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel fasilitas belajar (X2) secara parsial memberikan kontribusi terhadap

kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y). Fasilitas belajar

merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor ekstern yang

mempengaruhi kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien regresi untuk

variabel fasilitas belajar (X2) sebesar 0,472 dengan arah hubungan positif. Hal

ini berarti variabel bebas fasilitas belajar mempunyai arah hubungan yang

searah dan signifikan terhadap variabel terikat kemampuan kognitif siswa mata

pelajaran Fisika, dengan kata lain jika variabel fasilitas belajar (X2) naik 1

satuan, maka akan menyebabkan naiknya variabel kemampuan kognitif siswa

mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,472 satuan. Berdasarkan penjelasan dan

hasil penelitian di atas diketahui ketika semakin baik kondisi fasilitas belajar

siswa maka semakin baik pula kemampuan kognitif siswa mata pelajaran

Fisika yang diperoleh.

3. Pembahasan Hasil Kontribusi antara Kompetensi Pedagogik Guru dan

Fasilitas Belajar secara Bersama-sama terhadap Kemampuan Kognitif

Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran

2011/2012

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan untuk variabel

kompetensi pedagogik guru (X1) dan fasilitas belajar (X2) yang telah dilakukan

dengan menggunakan teknik analisis regresi linier ganda, maka dapat diketahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

harga Fhitung > Ftabel atau 27,491 > 3,09 dan juga nilai koefisien regresi

diperoleh 0,341 dan 0,472 dengan nilai positif, hal ini berarti bahwa secara

simultan terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara Kompetensi

Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar terhadap Kemampuan Kognitif Fisika

siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Artinya

semakin tinggi Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar siswa maka

semakin tinggi pula Kemampuan Kognitif yang dicapai siswa, sebaliknya

semakin rendah Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar siswa maka

semakin rendah pula Kemampuan Kognitif yang dicapai siswa.

Di antara variabel-variabel bebas terdapat perbedaan di dalam

memberikan kontribusi terhadap variabel terikat. Variabel kompetensi

pedagogik guru (X1) mempunyai kontribusi terhadap variabel kemampuan

kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) yang ditunjukkan dengan nilai

sumbangan relatif sebesar 11,32% dan sumbangan efektif sebesar 4,54%,

sedangkan variabel fasilitas belajar (X2) mempunyai kontribusi terhadap

variabel kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) dengan nilai

sumbangan relatif sebesar 88,68% dan sumbangan efektif sebesar 35,56%. Hal

ini berarti variabel fasilitas belajar memberikan sumbangan yang lebih besar

dibandingkan variabel kompetensi pedagogik guru dalam memberikan

kontribusi terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika Kelas X

SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat bahwa kemampuan

kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta dapat

ditingkatkan jika kompetensi pedagogik guru serta kondisi fasilitas belajar

lebih diperhatikan guna menunjang proses pembelajaran. Adanya kompetensi

pedagogik guru dan fasilitas belajar yang baik akan menghasilkan kemampuan

kognitif siswa mata pelajaran Fisika baik pula.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari

penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif

siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta

tahun ajaran 2011/2012.

2. Ada pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa pada

mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran

2011/2012.

3. Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara

bersama- sama terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika

kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

Selain kesimpulan tersebut, dalam penelitian ini terdapat beberapa

penemuan antara lain :

1. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah :

a. Sumbangan relatif kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan

kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 11,32%.

b. Sumbangan relatif fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan kognitif siswa

mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 88,68%.

c. Sumbangan efektif kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan

kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 4,54%.

d. Sumbangan efektif fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan kognitif

siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 35,56%.

2. Persamaan regresi linier adalah Y = 22,232 + 0,341 X1 + 0,472 X2

Ini berarti rata-rata kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y)

meningkat atau menurun sebesar 0,341 untuk setiap peningkatan atau

penurunan satu unit kompetensi pedagogik guru (X1) dan meningkat atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

menurun sebesar 0,472 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit

fasilitas belajar (X2).

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut:

1. Konsultasi dalam pembuatan angket dengan skala sikap ini hanya dengan

dosen ahli, bukan ahli dalam bidang psikologi.

2. Saat pengujian tes kemampuan kognitif hanya ditunggu oleh peneliti saja. Hal

ini menyebabkan siswa cenderung melakukan kecurangan saat tes contohnya

menyamakan jawaban.

C. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, sebagai implikasi hasil

penelitian adalah :

1. Bagi kepala sekolah SMA N 1 Surakarta, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai suatu referensi, bahwa kemampuan kognitif berpengaruh dengan

kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar dengan memperhatikan

faktor-faktor yang menunjang pelaksanaannya. Selain itu, bagi tenaga

pengajar/guru khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu

inspirasi dalam menyusun kebijakan dalam menangani siswa dan

memperbaiki/memaksimalkan kompetensi pedagogik guru, sehingga

kemampuan kognitif yang tinggi pada siswa dapat dicapai.

2. Bagi para peneliti yang melakukan penelitian tentang permasalahan yang

berpengaruh dengan kompetensi pedagogik guru, fasilitas belajar dan

kemampuan kognitif, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah

satu referensi maupun salah satu sumber teori yang dapat digunakan sebagai

materi penunjang dalam penelitian yang berhubungan dengan materi tersebut.

D. Saran

Berdasarkan hasil analisis data telah dikemukakan di atas, maka peneliti

memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak guru maupun

pihak siswa di SMA N 1 Surakarta.

1. Kepada pihak siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi siswa agar mereka

tetap mempertahankan dan berusaha untuk meningkatkan prestasi

akademis terutama kemampuan kognitif sehingga akan menjadi lebih baik

lagi pada tahap berikutnya.

b. Agar siswa dapat memanfaatkan fasilitas belajar yang telah disediakan

oleh sekolah dan orang tua secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran

dan tidak menggunakannya untuk kegiatan diluar pembelajaran saat proses

pembelajaran berlangsung misalnya tidak memanfaatkan hotspot untuk

membuka jejaring sosial saat pelajaran.

2. Bagi pihak sekolah

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada

pihak sekolah mengenai kompetensi pedagogik guru dan juga fasilitas

belajar. Sehingga bisa dijadikan pihak sekolah untuk memberikan

pengarahan kepada guru untuk memaksimalkan kompetensi yang dimiliki

dan menambah fasilitas yang belum ada dan kurang seperti perlatan

laboratorium dan lainnya guna mencapai prestasi akademis terutama

kemampuan kognitif yang lebih baik lagi pada tahap berikutnya.

b. Agar pihak sekolah lebih memperhatikan pemberian fasilitas kepada

siswa seperti penggunaan hotspot saat pembelajaran berlangsung

sebaiknya untuk akses ke jeajaring sosial untuk dimatikan agar tidak

disalahgunakan saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM)

berlangsung.

3. Bagi pihak guru

a. Guru lebih memaksimalkan lagi kompetensi yang dimiliki terutama

kompetensi pedagogik seperti memaksimalkan penggunaan bahasa

Inggris dalam mengajar dan penggunaan teknologi dalam mengajar.

b. Guru harus mampu melihat kondisi siswa dan bisa menjadikan proses

pembelajaran menarik dan mudah dimengerti siswa. Selain itu, sebelum

melakukan pembelajaran, guru harus mempunyai perencanaan yang

matang mengenai hal yang akan diajarkan beserta metode pengajarannya

juga.