perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS
BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
MATA PELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH RSBI
Skripsi
Oleh:
Dhika Pratama Kusuma Hati
K2308029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN FASILITAS
BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
MATA PELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH RSBI
Oleh:
Dhika Pratama Kusuma Hati
K2308029
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Hari :……………………………..
Tanggal : …………………………….
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Edy Wiyono, M.Pd
NIP. 19510421 197501 1 001
Pembimbing II
Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd
NIP.19770717 200501 0 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Juni 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Supurwoko, M.Si
NIP. 19630409 199802 1 001
Sekretaris : Drs. Sutadi Waskito, M.Pd
NIP. 19500522 197603 1 001
Anggota I : Drs. Edy Wiyono, M.Pd
NIP. 19510421 197501 1 001
Anggota II : Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd
NIP.19770717 200501 0 002
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Dhika Pratama Kusuma Hati. PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK
GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN
KOGNITIF SISWA MATA PELAJARAN FISIKA DI SEKOLAH RSBI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Juni 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidak adanya
pengaruh: (1) Kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif siswa
pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012; (2) Fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata
pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012; (3)
Kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara bersama- sama terhadap
kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan
mengumpulkan data-data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA N 1 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012 sejumlah 317 siswa dengan sampel 85 siswa. Pengambilan
sampel dengan teknik proportionate stratified random sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket, tes, wawancara dan dokumentasi,
sedangkan teknik analisis datanya adalah teknik analisis regresi linier ganda.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh
kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata
pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012, hal
ini ditunjukan dengan thitung > ttabel atau 3,375 > 1,984; (2) Ada pengaruh fasilitas
belajar kelas RSBI terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran
Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012, hal ini
ditunjukan dengan nilai thitung > ttabel atau 2,290 > 1,984; (3) Ada pengaruh
kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara bersama- sama terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012, hal ini ditunjukan dengan harga Fhitung > Ftabel
atau 27,491 > 3,09. Dalam penelitian ini dilaporkan juga bahwa persamaan regresi
linier Y = 22,232 + 0,341 X1 + 0,472 X2. Hal ini berarti bahwa rata-rata
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) meningkat atau menurun
sebesar 0,341 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit kompetensi
pedagogik guru (X1) dan meningkat atau menurun sebesar 0,472 untuk setiap
peningkatan atau penurunan satu unit fasilitas belajar (X2). Besarnya sumbangan
yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah: (1) Sumbangan relatif
kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan kognitif siswa mata
pelajaran Fisika (Y) sebesar 11,32%; (2) Sumbangan relatif fasilitas belajar (X2)
terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 88,68%;
(3) Sumbangan efektif kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan
kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 4,54%; (4) Sumbangan efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika
(Y) sebesar 35,56%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRACT
Dhika Pratama Kusuma Hati. THE EFFECT OF TEACHER’S PEDAGOGIC
COMPETENCE AND LEARNING FACILITIES TOWARDS STUDENTS’
COGNITIVE ABILITIES IN PHYSICS SUBJECT MATTER IN RSBI
SCHOOL. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas
Maret University, May 2012.
The purposes of this study are to observe there is or not of the effect of:
(1) Teacher’s pedagogic competence to the students’ cognitive abilities of physics
subjects matter in class X RSBI SMA N 1 Surakarta academic year 2011/2012,
(2) Learning facilities to the students' cognitive abilities of Physics subject matter
in class X RSBI of SMA N 1 Surakarta academic year 2011/2012, (3) Both of
teachers' pedagogic competence and learning facilities to the of students’
cognitive abilities in physics subject matter in class X RSBI of SMA N 1
Surakarta academic year 2011/2012.
This research used descriptive quantitative methode, to collect
quantitative data that were supported by qualitative data. The population in this
study were all in class X RSBI of SMA N 1 Surakarta academic year 2011/2012
number of 317 students with a sample of 85 students. Sampling with a
proportionate stratified random sampling technique. Data collection techniques
were using questionnaires, tests, interviews and documentation, while the data
analysis technique is the technique of multiple linear regression analysis.
From the research we can be concluded that: (1) There is effect of
teacher’s pedagogic competence to the cognitive abilities in Physics subject
matter of students in class X RSBI of SMA N 1 Surakarta academic year
2011/2012, this is indicated by the value tcount> ttable or 3.375> 1.984; (2) There is
the effect of RSBI class learning facilities for students’ cognitive abilities in
Physics subject matter in class X RSBI of SMA N 1 Surakarta academic year
2011/2012, this is indicated by the value tcount> ttable or 2.290> 1.984, (3) There is
effect of teacher pedagogic competence and learning facilities collectively to the
students’ cognitive abilities in physics subjects matter in class X RSBI of SMA N
1 Surakarta academic year 2011/2012 , this is indicated by the value Fcount> Ftable
or 27.491> 3.09. In this research reported that the linear regression equation is Y
= 22.232 + 0.341 X1+ 0.472 X2. It means that the average cognitive abilities of
students in Physics subject matter (Y) increased or decreased by 0.341 for each
increasing or decreasing in a unit of pedagogical competence of teachers (X1) and
increased or decreased by 0.472 for each increasing or decreasing in a unit of
learning facilities (X2). The amount of contribution has been given by each
variable are: (1) The relative contribution of teachers pedagogic competence (X1)
to the cognitive abilities of students in Physics subject matter (Y) is 11.32% (2)
The relative contribution of learning facilities (X2) to the students' cognitive
ability in Physics subject matter (Y) is 88.68%, (3) Effective contribution of
teachers’ pedagogical competence (X1) to the students’ cognitive abilities in of
Physics subject matter (Y) is 4.54%, (4) Effective contribution of learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
facilities (X2) to the of students’ cognitive abilities in Physics subject matter (Y) is
35.56%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (QS. Al-Insyiroh 6-8)
“Khoirunnas, anfa’uhu linnas”, Sebaik-baik manusia adalah manusia yang
berguna bagi orang lain. (HR Bukhari Muslim)
” Jangan pernah takut untuk mencoba, karena segala sesuatu hal berawal dari
mencoba sampai akhirnya Anda sendiri yang menilai apakah Anda sudah mampu
dalam bidang tersebut atau belum. Selain itu, dengan banyak mencoba Anda akan
semakin tertempa untuk mampu menyelesaikan segala macam masalah yang Anda
hadapi dalam bidang tersebut.”
“ Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang,
tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda
tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu." (William
Feather)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ibu dan Ayah tercinta, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
Adik-adikku tersayang (Daru dan Putra).
Keluarga besar Drs. Maryana dan Darmosuharjo
yang telah banyak memberikan doa, dukungan
dan semangat.
Aa dan teman - teman atas bantuan dan
semangatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
Penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Selaku ketua jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
menyusun Skripsi.
3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin menyusun Skripsi.
4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku koordinator Skripsi Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin menyusun Skripsi.
5. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing I atas kesabaran dalam
memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan yang luar biasa sehingga
Skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing II atas
kesabaran dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan yang luar
biasa sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Bapak Drs. Thoyibun, MM. Selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Surakarta
yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
8. Bapak Drs.Bambang Budi Hartono dan Sriyanto, S.Pd, M.Pd. Selaku guru
mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan waktu
dan bimbingan dalam penelitian ini.
9. Ayah dan Ibu serta keluarga di rumah yang senantiasa mendoakan dan
mendukung.
10. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu bersama dan menyemangatiku.
11. Teman-teman Pendidikan Fisika yang selalu mendukung dalam doa dan
membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Mei 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7
1. Kompetensi Pedagogik Guru ............................................... 7
a. Kompetensi Guru ........................................................... 7
b. Kompetensi Pedagogik Guru ......................................... 10
2. Fasilitas Belajar .................................................................. 12
3. Kemampuan Kognitif Fisika Siswa SBI ............................. 17
a. Kemampuan Kognitif ...................................................... 17
b. Pengertian Fisika ............................................................. 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
c. Sekolah Bertaraf Internasional ........................................ 19
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 24
C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 25
D. Hipotesis Penelitian .................................................................... 26
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 27
A. Tempat dan Waktu penelitian ..................................................... 27
1. Tempat Penelitian................................................................... 27
2. Waktu Penelitian .................................................................... 27
B. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................... 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 28
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31
1. Teknik Dokumentasi .............................................................. 31
2. Teknik Tes .............................................................................. 31
3. Teknik Angket ........................................................................ 31
4. Teknik Wawancara................................................................. 32
F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 32
1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif .................................... 32
a. Validitas Isi ........................................................................ 33
b. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif ............................... 33
2. Instrumen Angket ................................................................... 38
a. Validitas Angket ................................................................. 39
b. Reliabilitas ......................................................................... 41
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 42
1. Uji Prasyarat Hipotesis ........................................................... 42
a. Uji Normalitas .................................................................... 42
b. Uji Linieritas ..................................................................... 43
c. Uji Multikolinieritas ........................................................... 43
d. Uji Autokorelasi ................................................................. 43
e. Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
2. Pengujian Hipotesis ................................................................ 44
a. Analisis Regresi Linear Berganda ..................................... 45
b. Uji t .................................................................................... 45
c. Uji F ................................................................................... 46
d. Koefisien Determinasi ....................................................... 46
3. Uji Kontribusi ......................................................................... 47
BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 48
A. Deskripsi Data ......................................................................... 48
B. Analisis Data ........................................................................... 49
1. Pengujian Persyaratan Analisis ........................................... 49
a. Uji Normalitas ................................................................ 49
b. Uji Linieritas .................................................................. 51
c. Uji Multikolineritas ........................................................ 53
d. Uji Autokorelasi .............................................................. 54
e. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 55
2. Pengujian Hipotesis ............................................................ 56
a. Pengujian Hasil Analisis Data......................................... 56
b. Penafsiran Pengujian Hipotesis ....................................... 59
C. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................. 60
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 64
A. Simpulan .................................................................................... 64
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 65
C. Implikasi .................................................................................... 65
D. Saran .......................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 67
LAMPIRAN ................................................................................................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran ................................................ 34
Tabel 3.2 Hasil Daya Pembeda .................................................................... 35
Tabel 3.3 Hasil Rekapan Keterterimaan Butir Soal ...................................... 37
Tabel 3.4 Reliabilitas Kompetensi Pedagogik .............................................. 42
Tabel 3.5 Reliabilitas Fasilitas Belajar .......................................................... 42
Tabel 4.1 Deskripsi Data Statistik ................................................................. 49
Tabel 4.2 Hasil Uji Linieritas Variabel Kompetensi Pedagogik Guru dan
Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika ..................... 51
Tabel 4.3 Hasil Uji Linieritas Variabel Fasilitas Belajar dan Kemampuan
Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika ........................................... 51
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis Data .................................................................. 56
Tabel 4.7 Hasil Uji F ..................................................................................... 57
Tabel 4.8 Hasil Koefisien Determinasi ......................................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ......................................................... 26
Gambar 4.1 Pengujian Normalitas ................................................................ 49
Gambar 4.2 Plot Variabel Kompetensi Pedagogik Guru (X1) Terhadap
Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika (Y) .......... 52
Gambar 4.3 Plot Variabel Fasilitas Belajar (X2) Terhadap Kemampuan
Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika (Y) ................................ 53
Gambar 4.4 Grafik Scatterplot ..................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.
Lampiran 16.
Lampiran 17.
Lampiran 18.
Lampiran 19.
Lampiran 20.
Lampiran 21.
Lampiran 22.
Lampiran 23.
Lampiran 24.
Lampiran 25.
Jadwal Penelitian ...……………………………………….
Kisi-Kisi Angket Try Out Kompetensi Pedagogik Guru .,.
Kisi-Kisi Angket Try Out Fasilitas Belajar .....…………...
Angket Try Out Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
dan Fasilitas Belajar ....………………………...................
Validitas Isi Angket .……………………………………..
Uji Validitas Kompetensi Pedagogik Guru ..……………..
Uji Validitas Fasilitas Belajar ............................………....
Kisi- Kisi Soal Try Out Kemampuan Kognitif Siswa ........
Soal Try Out Kemampuan Kognitif Siswa .....……….......
Kunci Jawaban Soal Try Out Kemampuan Kognitif Siswa
Validitas Isi Angket Soal ..................................................
Tabel Analisis Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Item
Tes, dan Uji Reliabilitas ……………................................
Analisis Distraktor (pengecoh) .....................………….....
Kisi-Kisi Angket Penelitian Kompetensi Pedagogik Guru
Kisi-Kisi Angket Penelitian Fasilitas Belajar .......……….
Pendahuluan Angket .....................................................….
Angket Penelitian Kompetensi Pedagogik Guru Fisika
dan Fasilitas Belajar ………………………………...........
Kisi- Kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa ………...
Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa …………………...
Lembar Jawaban…………………………………………..
Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa ......
Kisi Wawancara ................................................................
Hasil Wawancara ...............................................................
Tabulasi Data Angket Kompetensi Pedagogik ..................
Tabulasi Data Angket Fasilitas Belajar ..............................
70
71
73
74
77
82
86
88
89
96
97
105
108
109
110
111
112
115
116
122
123
124
125
127
131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
Lampiran 26.
Lampiran 27.
Lampiran 28.
Lampiran 29.
Lampiran 30.
Data Induk Penelitian ........................................................
Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
Daftar Peserta Tryout dan Penelitian .................................
Tabel Statistik .....................................................................
Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian ..............................
133
134
139
143
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan upaya merealisasikan cita-cita bangsa
Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar
mampu bersaing di dunia. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sudah mulai
dicanangkan sejak beberapa tahun terakhir. Hal tersebut bisa dilihat dari adanya
perhatian pemerintah terhadap reformasi di bidang pendidikan.
Reformasi tersebut diantaranya berkaitan dengan perubahan kurikulum
ajar, peningkatan sistem penggajian guru, kenaikan standar kelulusan dari tahun
ke tahun. Beberapa tahun terakhir pemerintah telah mengembangkan sekolah-
sekolah bertaraf internasional, atau dikenal dengan Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI).
SBI adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan
menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar
salah satu negara anggota Organizatian for Economic Co-operation and
Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya. Standar Nasional Pendidikan
Indonesia itu sendiri mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Sedangkan pengayaan dengan
standar negara maju dapat berupa penyesuaian, penguatan, pengayaan,
pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan
yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional atau pada
negara maju. Apabila standar ini dipenuhi maka akan menghasilkan lulusannya
yang baik dan memiliki kemampuan daya saing internasional.
Gambaran sederhana pelaksanaan SBI adalah sekolah yang dalam proses
pembelajarannya menggunakan kurikulum adaptif dan adopsi dengan pendekatan
multi metode, multi media dan berbasis ICT (Information and Communication
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Technology), juga menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia (bilingual)
sebagai pengantar. Bahasa Inggris digunakan untuk beberapa mata pelajaran
terutama Sains. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal
terutama guru yang langsung berkomunikasi dengan siswa dalam setiap
pembelajarannya. Guru harus memenuhi standar tertentu seperti minimal 30%
guru berpendidikan S2, bisa aktif berbahasa Inggris dan melek ICT. Namun tidak
semua guru mata pelajaran Sains di sekolah RSBI bisa memenuhi standar tersebut
seperti masih banyaknya guru yang berpendidikan S1 dan dalam penggunaan
Bahasa Inggris yang belum aktif karena beberapa dari mereka masih kursus.
Selain itu juga masih banyak guru yang menggunakan pola-pola pengajaran
tradisional dalam pembelajarannya meskipun fasilitas yang ada sudah memadai
untuk pembelajaran yang berbasis ICT seperti komputer dengan sambungan
internet di setiap kelasnya.
Kelas SBI ini juga memiliki standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas reguler. Para siswa dituntut untuk
bisa memenuhi standar yang ditetapkan tersebut. Perubahan standar sekolah dari
standar nasional menjadi standar internasional memerlukan adanya adaptasi. Jika
dibandingkan dengan kelas reguler, para siswa kelas SBI dituntut untuk
menghasilkan prestasi yang lebih baik. Misalnya siswa kelas X SBI SMA N 1
Surakarta harus bisa memenuhi standar KKM mata pelajaran Fisika yang telah
ditetapkan dengan nilai minimal 7,5. Prestasi yang tinggi menjadi suatu tuntutan
dan standar yang harus dipenuhi oleh siswa pada kelas RSBI. Prestasi hasil belajar
individu ini salah satunya dapat dilihat dari kemampuan kognitifnya dan
ditentukan oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor
internal, seperti kesehatan, inteligensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara
belajar) dan faktor yang berasal dari luar individu (faktor eksternal, seperti
keluarga, guru, fasilitas belajar, keadaan sekolah, masyarakat sekitar, dan juga
lingkungan sekitar).
Guru dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan. Hal tersebut
memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung
dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Kurikulum pendidikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan
guru dalam mengimplementasikannya, maka semua itu akan menjadi kurang
bermakna. Oleh sebab itu, untuk mencapai proses standar pendidikan, sebaiknya
dimulai dengan menganalisis komponen guru. Disarikan dari Rohmah bahwa
seorang guru yang kompeten diperlukan untuk memahami dan mengakomodasi
gaya yang berbeda dari pembelajaran siswa.
Sikap dan karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif
tercermin dalam standar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Asmani (2009 : 59) berpendapat bahwa kompetensi
utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan
dinamis adalah kompetensi pedagogis. Dari pendapat di atas tadi maka penulis
tertarik untuk meneliti dengan memfokuskan masalah kompetensi guru pada
kompetensi pedagogis saja karena kompetensi pedagogis tersebut bisa dinilai juga
oleh siswa sebab berkaitan langsung dengan pembelajaran untuk siswa yaitu cara
guru mengelola pembelajaran.
Fasilitas belajar juga merupakan salah satu faktor eksternal untuk
mendukung prestasi belajar siswa di sekolah. Fasilitas belajar sangat penting
dalam proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan pengajaran dan juga dapat
menimbulkan minat dan perhatian dari siswa untuk mempermudah penyampaian
materi pembelajaran. Terutama pada sekolah SBI, fasilitas belajar yang lengkap
harus dipenuhi seperti adanya AC, LCD, komputer di setiap ruang kelas, bahkan
hotspot dan fasilitas-fasilitas lainnya. Namun selain mempermudah fasilitas ini
juga diindikasikan seperti membuat siswa malas belajar contohnya saja dari
observasi awal di kelas X-4 SMA N 1 Surakarta ada sebagian kecil siswa yang
kadang meyalahgunakan adanya fasilitas hotspot di sekolah untuk membuka
jejaring sosial seperti facebook, twiter dan lainnya saat pelajaran berlangsung,
sehingga kemampuan kognitifnya terutama pada mata pelajaran Fisika belum
tentu tinggi walaupun fasilitas yang ada sudah memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin mengkaji lebih
lanjut pengaruh antara kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika di sekolah SBI tetapi di
Surakarta sekolahnya masih merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
Untuk itu maka penulis mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Kompetensi
Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa
Mata Pelajaran Fisika di Sekolah RSBI”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah tersebut di atas, maka
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengajar siswa di sekolah SBI diperlukan guru yang memiliki
kompetensi terutama kompetensi pedagogik. Namun tidak semua guru bisa
memenuhi standar tersebut sehingga kemampuan kognitif yang tinggi tidak
tercapai.
2. Fasilitas belajar sangat penting dalam proses pembelajaran untuk mendukung
kegiatan pengajaran dan juga dapat menimbulkan minat dan perhatian dari
siswa untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran terutama di
sekolah SBI yang memiliki standar tertentu untuk fasilitasnya. Namun selain
mempermudah dalam pembelajaran fasilitas ini juga disalahgunakan untuk
kegiatan di luar pembelajaran sehingga fasilitas ini tidak meningkatkan
kemampuan kognitif.
C. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah
tersebut mencakup hal-hal yang berkaitan dengan :
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X RSBI SMA N 1 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.
2. Kompetensi Guru disini hanya dibatasi pada Kompetensi Pedagogik Guru
dengan obyek Guru kelas X RSBI SMA N 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Fasilitas belajar yang menjadi fokus penelitian ini mencakup fasilitas sekolah
RSBI SMA N 1 Surakarta maupun fasilitas pribadi yang berhubungan dengan
mata pelajaran Fisika.
4. Kemampuan kognitif siswa kelas X RSBI SMA N 1 Surakarta mata
pelajaran Fisika yang diambil merupakan nilai yang diperoleh dari tes dan
dokumentasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan
kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012?
2. Apakah ada pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa
pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012?
3. Apakah ada pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara
bersama- sama terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika
kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari
penelitian yaitu:
1. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh kompetensi pedagogik guru
terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X
RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
2. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh fasilitas belajar terhadap
kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di
SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
3. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh kompetensi pedagogik guru dan
fasilitas belajar secara bersama- sama terhadap kemampuan kognitif siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada perkembangan
ilmu pendidikan, khususnya bagi sekolah, terutama yang berkaitan dengan
topik kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan
kognitif mata pelajaran Fisika di sekolah SBI dengan jalan memberikan data
empiris yang telah diuji secara ilmiah.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi siswa
mengenai pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar dalam
usaha meningkatkan prestasi akademisnya terutama kemampuan kognitif.
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dapat memberikan informasi yang
bermanfaat kepada pihak sekolah mengenai kompetensi pedagogik guru dan
juga fasilitas belajar. Hal tersebut karena jika kompetensi pedagogik guru
dan juga fasilitas belajar diketahui sejak awal, maka akan bisa dijadikan
sebagai suatu kesempatan bagi pihak sekolah untuk memperbaiki
kompetensi guru dan menambah fasilitas yang belum ada apabila diperlukan
guna mencapai prestasi akademis terutama kemampuan kognitif yang lebih
baik lagi pada tahap berikutnya.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pada peneliti selanjutnya
yang tertarik untuk meneliti variabel kompetensi pedagogik guru, variabel
fasilitas belajar, variabel kemampuan kognitif pada sekolah bertaraf
Internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kompetensi Pedagogik Guru
a. Kompetensi Guru
Setiawan (2008: 1) mengatakan, “Kata guru berasal dari bahasa Sansekerta.
Artinya adalah seorang yang mengajarkan suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia,
guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik”.
Fungsi utama seorang guru adalah mendidik dan mengajar. Dalam
ketatalaksanaanya guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan
mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Menurut Mulyasa (2006: 187), “Guru dikatakan berhasil apabila
pembelajaran yang diberikan mampu mengadakan perubahan perilaku pada
sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik”. Hal tersebut diperlukan
berbagai kemampuan dalam mengajar. Sikap dan karakteristik guru yang sukses
mengajar secara efektif dapat diidentifikasikan sebagai berikut: perhatian dan
mampu memahami dirinya dengan baik; serta dapat mengontrol dirinya
(emosinya stabil); antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya, dan seluruh
pembelajarannya; berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat
mengkomunikasikan idenya terhadap siswa); memperhatikan perbedaan
individual siswa; memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak
akal; menghindari sarkasme (sindiran secara kasar) dan ejekan terhadap siswanya;
tidak menonjolkan diri; dan dapat menjadi teladan bagi siswanya. Sikap dan
karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif tersebut tercermin dalam
standar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Sedangkan Panitz dalam
Muijz (2008: 89) mendefinisikan:
Belajar yang kolaboratif sebagai falsafah tentang tanggung jawab pribadi
dan sikap menghormati sesama. Para pelajar bertanggung jawab atas belajar
mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak
sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak menyetir kelompok
ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang
pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik, dan
bertindak sebagai fasilitator.
Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan
guru yang menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya.
Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas profesional
untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Keberhasilan
tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu
memenuhi Standar Pendidik. Selain itu, Depdiknas (2007 : 12) menyatakan
keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci
tambahan sebagai berikut :
1) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK.
2) Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu
mengampu pembelajaran berbahasa Inggris.
3) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang program
studinya berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK.
Menurut Depdiknas (2009: 94) pada tahap mandiri (mulai tahun ke 6)
kompetensi standar SDM SMA BI untuk Guru :
1) Semua guru mempunyai kualifikasi akademik S-1 minimal 30%
berkualifikasi S-2/S-3 dari perguruan tinggi yang program studinya
berakreditasi A.
2) Memiliki latar belakang keilmuan sesuai dengan mata pelajaran yang
dibina.
3) Memiliki sertifikat profesi pendidik sesuai jenjang satuan pendidikan
tempat tugasnya (nasional dan internasional).
4) Memiliki kesanggupan untuk mengembangkan potensi diri
secaraberkelanjutan.
5) Memiliki kinerja tinggi baik secara individu maupun dalam kelompok.
6) Mampu menggunakan media /sumber belajar berbasis TIK dalam
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
7) Mampu melaksanakan pembelajaran dalam bahasa Inggris secara efektif
(TOEFL > 500)
Sedangkan untuk istilah kompetensi sendiri mempunyai banyak definisi.
Syah (2005: 229) menyatakan “Kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu
competency, yang berarti kemampuan, atau kecakapan”. Sedangkan menurut
Sopiatin (2010: 57) “Inti pokok dari definisi kompetensi adalah penjelasan
mengenai tugas-tugas pekerjaan yang dilakukan oleh individu dan penjelasan
mengenai perilaku individu yang berhubungan dengan bagaimana individu itu
mengerjakan pekerjaannya”.
Menurut Mulyasa (2007: 25) Kompetensi dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan
sebagai seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan keprofesionalan.
Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.
Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional
untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas
kependidikan. Dikatakan rasional karena kompetensi mempunyai arah dan tujuan.
Performance itu sendiri merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya diamati,
tetapi juga meliputi perihal yang tampak.
Broke and Stone (dalam Mulyasa, 2007: 25) berpendapat bahwa
kompetensi guru diartikan sebagai gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku
guru yang penuh arti. Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan kompetensi guru
adalah suatu seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melakukan tugas
keprofesionalannya yang dapat terwujud dalam kinerja dalam melaksanakan
tugas-tugas kependidikannya.
Selvi (2010: 168) mengemukakan pendapat yang diterjemahkan sebagai
berikut: “Pemahaman umum yang terkait dengan kompetensi guru dibagi menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
tiga bidang utama yaitu kompetensi bidang, kompetensi pedagogis dan
kompetensi budaya”. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen bahwa standar kompetensi guru mempunyai empat
komponen utama yaitu:
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber
Daya Manusia.
3) Kompetensi Sosial
Komponen sosial merupakan suatu kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam.
Pada penelitian ini memfokuskan masalah kompetensi guru pada
kompetensi pedagogis saja karena kompetensi pedagogis tersebut bisa dinilai juga
oleh siswa sebab berkaitan langsung dengan pembelajaran untuk siswa yaitu cara
guru mengelola pembelajaran.
b. Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang
dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogis (Asmani , 2009 : 59).
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi pedagogik guru
mata pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK meliputi:
1) Memahami peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, intelektual.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat di atas UNESCO (2008:10) mengatakan
“Changes in pedagogical practice involve the integration of various technologies,
tools, and e-content as part of whole class, group, and individual student
activities to support didactic instruction. Teachers must know where, when (as
well as when not), and how to use technology for classroom activities and
presentations” yang artinya perubahan dalam praktek pedagogis melibatkan
integrasi dari berbagai teknologi, peralatan, dan e-content sebagai bagian dari
seluruh kelas, kelompok, dan kegiatan setiap siswa untuk mendukung instruksi
didaktik. Guru harus tahu di mana, kapan (dan juga ketika tidak), dan bagaimana
menggunakan teknologi untuk kegiatan kelas dan presentasi. Sedangkan
Naumescu (2008: 28) mengatakan:
In the perspective of a pedagogy based on competencies, the practices are
the main goal of the science teachers training. (1) Scientific processes
(hypothetico – deductive process) for observations, experiments etc; (2)
Research of information (bibliography) and critical analysis of this
information;(3) Realisation of didactical situations (problem based
situation, pedagogy of project, etc.); (4) Management of these situations;
(5) Scientific communication (written reports, oral speeches, drawings,
diagrams & other images); (6) Evaluation
Pendapat di atas bisa diartikan “Dalam perspektif pedagogi berdasarkan
pada kompetensi, praktek adalah tujuan utama dari pelatihan guru sains.
(1) Proses ilmiah (hipotesis - proses deduktif) untuk pengamatan, eksperimen, dll;
(2) Penelitian informasi (daftar pustaka) dan analisis kritis terhadap informasi ini;
(3) Realisasi situasi didaktikal (masalah berbasis situasi, proyek pedagogik, dll);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(4) Pengelolaan situasi; (5) Komunikasi ilmiah (laporan tertulis, pidato lisan,
gambar, diagram dan foto lainnya); (6) Evaluasi “
2. Fasilitas Belajar
Untuk meningkatkan hasil pembelajaran, diperlukan sarana penunjang
berupa fasilitas atau media pembelajaran. Arikunto, mengatakan bahwa hasil
belajar tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana penunjang, berupa faktor
fasilitas. Fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memudahkan
pelaksanaan kegiatan tersebut (Sanaky, 2009: 18).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas adalah segala hal yang
dapat memudahkan perkara (kelancaran tugas dan sebagainya) atau kemudahan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 314).
Sanaky (2009: 18) mengemukakan “Dalam proses pembelajaran ada
tujuan atau hasil yang ingin dicapai. Untuk mencapai keinginan tersebut,
diperlukan fasilitas, karena fasilitas berfungsi sebagai sarana penunjang untuk
memudahkan pelaksanaan pembelajaran”. Jadi pada prinsipnya fasilitas belajar
adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk belajar atau fasilitas dapat juga
diartikan sebagai segala sesuatu yang memudahkan dan melancarkan pelaksanaan
sesuatu usaha. Dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Sejalan
dengan pendapat diatas, Sopiatin (2010 : 73) mengatakan bahwa:
Salah satu aspek penting dalam menyediakan pendidikan yang bermutu
adalah fasilitas pendidikan yang dapat menunjang keefektifan kegiatan.
Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk
melancarkan kegiatan di sekolah. Sarana adalah semua perangkat peralatan,
bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan untuk proses
pendidikan di sekolah, meliputi gedung, ruang belajar/kelas, media belajar,
meja dan kursi, sedangkan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan, meliputi halaman sekolah,
taman sekolah, dan jalan menuju sekolah.
Dari pendapat di atas fasilitas merupakan penunjang tercapainya tujuan
pendidikan. Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas sekolah yang meliputi semua
peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan
di Sekolah. Sedangkan Philpott dan Kuenstle (2007 : 36) mengatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
It is critical to the proper development, approval, and implementation of
any performance-based design for all of the stakeholders to be actively
involved in the process. Because the stakeholders establish the acceptable
level of risk, it is crucial that all of them be involved in the project from the
earliest stages. It is also important that the stakeholders realize that an
incident in a school facility can be measured in more ways than just
monetary. The loss of a school facility for any reason can have
organizational, legal, political, social, and psychological impacts.
Pernyataan diatas dapat diterjemahkan bahwa “Hal ini penting untuk
pengembangan yang tepat, persetujuan, dan penerapan dari beberapa desain
berbasis kinerja untuk semua pemangku kepentingan agar secara aktif terlibat
dalam proses. Karena para pemangku kepentingan membangun suatu tingkatan
risiko yang dapat diterima, maka penting bagi mereka semua untuk terlibat dalam
proyek sejak tahap awal. Hal ini juga penting bahwa pemangku kepentingan dapat
menyadari bahwa suatu insiden berkaitan dengan fasilitas sekolah juga dapat
diukur dengan banyak cara daripada sekedar hanya masalah keuangan.
Ketidakadaan fasilitas sekolah dengan berbagai alasan dapat berdampak pada segi
organisasi, hukum, politik, sosial, dan psikologi.”
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Standar Pelayananan Minimal
(SPM) Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas Tahun 2003, Sopiatin (2010 : 91-93) mengatakan bahwa fasilitas
sekolah menengah atas yang harus tersedia adalah sebagai berikut: (a) Lahan, (b)
Ruang yang meliputi Ruang Pendidikan ( Ruang teori, Ruang laboratorium,
Ruang olahraga, Ruang perpustakaan, Ruang kesenian, Ruang keterampilan) ,
Ruang Administrasi, Ruang Penunjang, (c) Perabot, (d) Alat dan media
pendidikan
Sejalan dengan pendapat di atas Syah (2005:249) mengatakan bahwa
fasilitas fisik yang mempengauhi jalannya PBM:
a. Kemudahan fisik yang ada di sekolah, seperti: keadaan ruang belajar/kelas,
bangku, papan tulis, laboratorium, perpustakaan dan perangkat fisik lainnya
yang berhubungan dengan kepentingan PBM.
b. Kemudahan fisik yang ada di rumah siswa, seperti: ruang dan meja belajar,
lampu, rak buku dan isinya, alat-alat tulis, ventilasi, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Mutu setiap Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dijamin dengan
kewajiban sekolah/madrasah memiliki dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
dan berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Sarana dan Prasarana.
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
a. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK.
b. Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses
ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.
c. Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas
olah raga, klinik, dan lain sebagainya.
(Depdiknas, 2007 : 13)
Sarana dan prasarana untuk program rintisan SMA bertaraf internasional
merupakan fasilitas pendukung pencapaian target yang telah ditetapkan pada
SMA bertaraf internasional (Depdiknas, 2009 : 74). Sekolah secara bertahap
harus memenuhi standar sarana dan prasarana yang mendukung efektivitas proses
pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran sekolah unggul di salah
satu negara maju. Disarikan dari Depdiknas (2009: 40-49) maka
pengembangannya sebagai berikut:
a. Pengembangan Perpustakaan
Perpustakaan memegang peranan penting, oleh karena itu perlu dilengkapi
dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referensi, jurnal nasional
dan internasional, buletin, koran, majalah, serta perangkat audio visual.
Perpustakaan diharapkan dapat membantu siswa mengasah otak, memperluas
dan memperdalam pengetahuan, melahirkan kreativitas, serta membantu
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kecanggihan teknologi dewasa ini,
mengharuskan perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas komputer dan internet
yang memungkinkan warga sekolah mendapatkan berbagai informasi yang
disediakan di alam maya. Perpustakaan juga harus menerapkan sistem
komputerisasi/digital dalam mencari katalog buku. Ruang perpustakaan harus
nyaman, sebaiknya dilengkapi dengan alat pendingin (AC) yang memadai.
b. Pengembangan Laboratorium Fisika, Biologi, Kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Setiap sekolah harus memiliki minimal satu laboratorium Fisika, satu
laboratorium Biologi, dan satu laboratorium Kimia, yang dilengkapi dengan
peralatan dan bahan praktikum yang memadai untuk menunjang proses
pembelajaran. Laboratorium tersebut perlu didayagunakan secara maksimal
dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi serta memenuhi standar.
c. Pengembangan Laboratorium Bahasa
Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan dasar, yaitu
mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam
mengembangkan kemampuan menyimak dan berbicara sekolah dapat
memanfaatkan jasa native speaker atau dalam bentuk rekaman suara, video
atau media rekam lainnya.
d. Pengembangan Laboratorium Multimedia.
Laboratorium multimedia adalah fungsional laboratorium (tempat praktikum)
yang mampu memfasilitasi beberapa aktivitas praktikum sekolah dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Aktivitas praktikum dapat
dilayani oleh laboratorium konvensional (Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa, dan
Komputer) tetapi dapat juga dilayani oleh laboratorium multimedia dengan
menggunakan teknologi multimedia dan simulasi komputer.
Laboratorium multimedia berisi seperangkat komputer berikut perangkat
audio visualnya yang saling terintegrasi, dilengkapi dengan program aplikasi
yang sesuai untuk memberikan layanan tambahan terhadap laboratorium
konvensional. Laboratorium multimedia dapat melayani seluruh rumpun mata
pelajaran.
Fungsi pokok laboratorium multimedia adalah untuk melayani kegiatan:
interaksi antara guru-siswa, penayangan video pembelajaran, latihan mata
pelajaran interaktif (online), simulasi kasus berbasis multimedia,
operasionalisasi eBook, dan menyediakan eEnsiklopedi.
e. Pengembangan Laboratorium Komputer
Sekolah Bertaraf Internasional harus memiliki laboratorium komputer sesuai
dengan kebutuhan siswa. Laboratorium komputer digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) atau Information &
Communication Technology (ICT).
f. Pengembangan Laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut SNP, sekolah harus memiliki laboratorium IPS. Pengembangan
laboratorium IPS dilakukan terutama untuk laboratorium geografi, workshop
keperluan praktek ekonomi.
g. Pengembangan TRRC (Teacher Resource & Reference Centre)
TRRC merupakan pusat kegiatan untuk pengembangan diri guru secara
individual dan kelompok melalui diskusi atau latihan, dan workshop dalam
bentuk forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Oleh karena itu
TRRC juga perlu dilengkapi dengan fasilitas buku referensi guru, ICT,
Learning Resource Centre (LRC), dan perangkat pengembangan produk
inovasi pembelajaran.
Kegiatan guru ini diarahkan untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi
guru dalam pembelajaran, berlatih menggunakan alat, dan persiapan untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
h. Pengembangan sarana lainnya
Sekolah bertaraf internasional harus dilengkapi dengan sarana lainnya seperti
ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BK, ruang
OSIS, dan ruang serbaguna yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran
berbasis TIK.
Selain itu juga dilengkapi dengan ruang UKS, kantin, ruang ibadah, WC,
koperasi, ruang kesenian, gudang, lapangan upacara, dan lapangan olahraga
dalam jumlah memadai, berfungsi, dan terawat dengan baik. Alat olahraga
dan kesenian juga memenuhi standar tingkat kecukupan kebutuhan
meningkatkan prestasi siswa bertaraf internasional.
Dengan tersedianya fasilitas yang memadai diharapkan siswa akan
memperoleh hasil yang baik, sehingga nantinya dapat memperoleh prestasi yang
baik terutama dalam hal kemampuan kognitif.
Dari beberapa pendapat ahli, maka fasilitas adalah segala sesuatu yang
memudahkan dan melancarkan proses belajar mengajar. Pada penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
fasilitas yang dibahas adalah fasilitas sekolah dan fasilitas yang dimiliki siswa itu
sendiri yang berhubungan dengan pembelajaran fisika, yang unsur-unsur dari
fasilitas itu sendiri terdiri dari: (a) Buku-buku pegangan, (b) Sarana belajar fisika,
(c) Keadaan tempat belajar
3. Kemampuan Kognitif Fisika Siswa SBI
a. Kemampuan Kognitif
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal
dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Istilah kognitif sendiri bisa diartikan sebagai berikut :
Menurut Neiser istilah Cognitive berasal dari cognition yang mempunyai
sinonim knowing yang artinya mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition
(kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan Dalam
perkembangannya istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu
domain atau ranah kemampuan psikologi manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan.
Kemampuan kejiwaan yang berpusat di otak ini berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Ranah
kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik
untuk dikuasai karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi
dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. (Syah, 2009: 22)
Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk
menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan
masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Itulah sebabnya
pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para
siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab. Tanpa kemampuan
kognitif, mustahil siswa dapat memahami faedah dan menangkap pesan-pesan
moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti.
Bloom dalam Arikunto (2009: 117-120) telah mengembangkan
taksonomi untuk ranah kognitif, dengan enam tahap sebagai berikut:
1) Mengenal (recognition)
2) Pemahaman (comprehension)
3) Aplikasi (application)
4) Analisis (analysis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
5) Sintesis (synthesis)
6) Evaluasi (evaluation)
Pada tahun 2001, Anderson dan teman-temannya melakukan revisi
terhadap tingkatan berfikir Bloom dan diterbitkan pada buku yang berjudul A
Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educational Objectives. Seperti halnya taksonomi yang lama,
taksonomi yang baru secara umum juga menunjukkan penjenjangan, dari proses
kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks. Namun demikian
penjenjangan pada taksonomi yang baru lebih fleksibel sifatnya. Artinya, untuk
dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak mutlak disyaratkan
penguasaan proses kognitif yang lebih rendah. Sesuai dengan versi Anderson,
disarikan dari Widodo (2006 : 140-141) berikut adalah taksonomi proses kognitif:
1) Mengingat (Remember, C1): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling
rendah tingkatannya. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:
mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).
2) Memahami (Understand, C2): mengkonstruk makna atau pengertian
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru
dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan
yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.
3) Mengaplikasikan (Apply, C3): mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas.
4) Menganalisis (Analyze, C4): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-
unsur tersebut dan struktur besarnya.
5) Mengevaluasi (Evaluate, C5): membuat suatu pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar yang ada.
6) Mencipta (Create, C6): menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk
kesatuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Pengertian Fisika
Pengertian Fisika didefinisikan oleh beberapa ahli, seperti halnya yang
dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3) antara lain:
1) Menurut Brockhaus, Fisika adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam,
yang memungkinkan penelitian dalam percobaan, pengukuran apa yang
didapat, penyajian serta matematis dan berdasarkan pengetahuan umum.
2) Menurut Gerthsen, Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-
gejala alam yang sederhana dan berusaha menemukan hubungan antara
pernyataan-pernyataan. Prasyarat dasar untuk memecahkan persoalan
ialah mengamati gejala-gejala tersebut.
Belajar Fisika pada hakikatnya adalah suatu aktivitas mental yang tinggi
untuk memahami arti dari struktur-struktur, hubungan-hubungan, dan simbol-
simbol, kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang
nyata sehingga menyebabkan suatu perubahan tingkah laku. Kemampuan kognitif
Fisika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan siswa terhadap
kompetensi minimal dalam mata pelajaran Fisika yang meliputi ranah kognitif .
Menurut Syah (2009: 154), “Mengukur keberhasilan siswa yang
berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik
dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.” Jadi peneliti menggunakan
tes pilihan ganda yang dibuat penulis dan dari dokumentasi untuk pengukuran
kemampuan kognitif tersebut.
c. Sekolah Bertaraf Internasional
Dalam Depdiknas (2009 : 9) dikatakan bahwa “Sekolah Bertaraf
Internasional adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan
menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar
salah satu negara anggota Organizatian for Economic Co-operation and
Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya”. SNP itu sendiri merupakan
standar minimal yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan meliputi standar:
kompetensi lulusan, isi, proses, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Sedangkan pengayaan
dengan standar negara maju dapat berupa penyesuaian, penguatan, pengayaan,
pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional atau pada
negara maju.
Pencapaian kualitas pendidikan nasional selaras dengan kategori sekolah
formal yang ada, yaitu: Sekolah Kategori Standar, Sekolah Kategori Mandiri, dan
Sekolah Bertaraf Internasional. Sekolah yang berkategori mandiri didorong
menuju sekolah bertaraf internasional. Sekolah kategori mandiri adalah sekolah
yang hampir atau telah memenuhi delapan komponen SNP.
Untuk pengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional,
pencapaian standar nasional pendidikan merupakan syarat utama yang harus
dipenuhi terlebih dahulu. SMA Bertaraf Internasional perlu menjalin kerjasama
(networking) dengan sekolah lain, baik di dalam maupun luar negeri, yang telah
memiliki reputasi internasional sebagai bentuk kegiatan perujukan
(benchmarking). Bentuk kerjasama lain dapat berupa kolaborasi dengan lembaga
pendidikan tinggi sebagai pengguna lulusan. SMA bertaraf internasional juga
harus mengembangkan program sertifikasi, meningkatkan daya saing dalam
lomba tingkat internasional.
Untuk mewujudkan SMA bertaraf internasional, Direktorat Pembinaan
SMA mengembangkan program rintisan SMA bertaraf internasional dengan
menerapkan beberapa strategi utama. Pertama, pengembangan kemampuan
sumber daya manusia, modernisasi manajemen dan kelembagaan. Kedua,
melakukan konsolidasi untuk menemukan praktek yang baik dan pelajaran yang
dapat dipetik baik melalui diskusi fokus secara terbatas maupun diskusi fokus
secara luas melalui lokakarya atau seminar dalam meningkatkan mutu
pembelajaran.
Pengembangan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSBI) di
Indonesia yang disarikan dari Depdiknas (2009 : 4-5) menggunakan landasan
hukum yang beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31.
2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasional.
3) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
4) Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
5) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional
6) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan SNP menyatakan “Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan
dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan
menengah untuk dikembangkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional.
7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun
2006 tentang Standar Isi
8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
9) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 sebagai
penyempurnaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun
2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006.
10) Kebijakan Pokok Pengembangan Pendidikan Nasional dalam Rencana
Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009.
a) Pemerataan dan Perluasan Akses
b) Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing. Salah satunya
pembangunan Sekolah Bertaraf Internasional untuk meningkatkan daya
saing bangsa. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan SBI pada
tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
untuk mengembangkan SD, SMP, SMA dan SMK yang bertaraf
internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia
c) Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
11) Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 6 tahun 2007 tentang Model
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dari beberapa landasan hukum yang digunakan dalam pengembangan
program RSBI ini, UU No.20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3 merupakan landasan
yang kuat untuk menyelenggarakan satuan pendidikan bertaraf internasional.
Setiap kabupaten atau kota harus memiliki minimal satu SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/MA serta SMK yang bertaraf internasional. Hal ini disesuaikan dengan
pemerintahan daerah masing-masing yang telah diberi otonomi daerah untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
sesuai perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan program RSBI, kurikulum yang dirujuk adalah KTSP
dimana KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan
SKL dan standar isi, serta dalam pengembangan program RSBI satuan pendidikan
dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih
tinggi dari yang telah ditetapkan dengan memperhatikan panduan penyusunan
KTSP yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain itu, dana
untuk pelaksanaan RSBI berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sesuai dengan perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah
dengan pembagian keuangan yang adil, proposional, demokratis, transparan, dan
efisien dilihat dari kondisi dan kebutuhan daerah.
Sekolah Menengah Atas yang dapat mengikuti program rintisan SMA
bertaraf internasional harus memiliki kriteria minimal dalam Depdiknas (2009: 8)
sebagai berikut :
1) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri atau swasta yang telah
memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan terakreditasi A.
2) Kepala Sekolah memenuhi Standar Nasional Pendidikan, berkompeten
dalam pengelolaan manajemen mutu pendidikan, mampu
mengoperasikan komputer dan dapat berkomunikasi dalam bahasa
Inggris.
3) Telah melaksanakan kurikulum KTSP sebagai kurikulum minimal sesuai
Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006 dan kurikulum tambahannya
diadopsi dari kurikulum Cambridge.
4) Memiliki tenaga pengajar fisika, biologi, kima, matematika dan mata
pelajaran lainnya yang berkompeten dalam menggunakan ICT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(Information and Communication Technology) dan pengantar bahasa
Inggris.
5) Tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi standar untuk menunjang
proses pembelajaran bertaraf intenasional antara lain :
a) Memiliki tiga laboratorium IPA (Kimia, Fisika, Biologi)
b) Memiliki perpustakaan yang memadai
c) Memiliki laboratorium komputer
d) Tersedia akses internet
e) Memiliki web sekolah
f) Memiliki kultur sekolah yang kondusif ( bersih, bebas asap rokok,
bebas kekerasan, indah dan rindang)
6) Memiliki dana yang cukup untuk membiayai pengembangan program
rintisan SMA bertaraf internasional.
7) Jumlah rombongan belajar pada satu satuan pendidikan minimal 9
(sembilan) atau setara dengan 288 siswa.
8) Memiliki lahan minimal 10.000 m2.
9) Memiliki akses jalan masuk yang mudah dilalui oleh kendaraan roda
empat.
Pengembangan rintisan SMA bertaraf internasional berdasarkan
Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional tanggal 27 Juli 2007 dalam Depdiknas (2009 : 61-62) terdiri
dari dua fase, yaitu fase rintisan dan fase kemandirian.
Fase rintisan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan dan tahap
konsolidasi. Tahap pengembangan berlangsung selama 3 tahun mencakup
pengembangan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), modernisasi
manajemen dan kelembagaan. Tahap konsolidasi berlangsung selama 2 tahun,
pada tahap ini sekolah diharapkan telah menemukan praktek-praktek yang baik
(the best practices), inovasi serta kreasi keunggulan yang mendukung
pengembangan tahap berikutnya. Upaya ini dapat dilakukan melalui diskusi
secara terbatas dalam lingkungan sekolah maupun diskusi secara luas melalui loka
karya atau seminar. Di samping itu, sekolah juga diharapkan telah menemukan
kendala dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik selama fase rintisan.
Fase kemandirian dimulai pada tahun ke enam. Pada fase ini SMA
bertaraf internasional diharapkan telah mampu bersaing secara internasional yang
ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam kurikulum, PBM, penilaian,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pengelolaan serta kepemimpinan. Pada tahap ini diharapkan sekolah telah dapat
menghasilkan lulusan yang berdaya saing internasional. Dengan kata lain, sekolah
bertaraf internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk
mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing di forum internasional.
Indikasi bahwa sekolah bertaraf internasional telah mencapai fase kemandirian
antara lain (1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah bertaraf
internasional, (2) kemampuan berpikir dan kesanggupan bertindak secara kreatif
dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional, (3) kemantapan sebagai
sekolah bertaraf internasional untuk bersaing di forum internasional.
B. Penelitian yang Relevan
Astuti dalam skripsinya yang meneliti motivasi berprestasi ditinjau dari
persepsi terhadap kompetensi guru pada siswa kelas XI dan XII program RSBI
(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMA Negeri 1 Purworejo
menunjukkan ada hubungan positif antara variabel persepsi terhadap kompetensi
guru dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas XI dan XII program RSBI
(Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di SMA Negeri 1 Purworejo dengan
koefisien korelasi rxy = 0,469 dengan tingkat signifikansi yang sangat signifikan
dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hubungan yang positif dan sangat signifikan
mengindikasikan bahwa semakin positif persepsi terhadap kompetensi guru maka
akan semakin tinggi motivasi berprestasinya, atau semakin negatif persepsi
terhadap kompetensi guru maka semakin rendah pula motivasi berprestasinya.
Sumbangan efektif persepsi terhadap kompetensi guru pada motivasi berprestasi
pada siswa kelas XI dan XII program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional) di SMA Negeri 1 Purworejo sebesar 22%, dan 78% berasal dari
faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Passos (2009) dalam thesisnya yang berjudul “A Comparative Analysis of
Teacher Competence and Its Effect On Pupil Performance In Upper Primary
Schools In Mozambique and Other SACMEQ Countries” menyatakan hubungan
antara kompetensi guru dan kinerja siswa dalam membaca dan matematika di
sekolah dasar atas di Mozambik, serta di negara-negara SACMEQ, dipengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
oleh domain kognitif, domain afektif dan domain perilaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2005) bahwa ada pengaruh antara
fasilitas belajar dengan hasil belajar komputer siswa kelas II Program Keahlian
Sekretaris di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Diklat 2004/2005 dengan sumbangan
efektif sebesar 31.27 %.
Sedangkan Nugraheni (2008) dalam skripsinya mengungkapkan fasilitas
belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dengan thitung = 2,865
> ttabel =1,960 dengan sumbangan efektifnya sebesar 39,17%.
C. Kerangka Berpikir
Kompetensi guru adalah suatu seperangkat pengetahuan, ketrampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melakukan tugas keprofesionalannya yang dapat terwujud dalam kinerja dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikannya. Sedangkan kompetensi pedagogik
adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk belajar.
Dalam sekolah RSBI maupun SBI diperlukan fasilitas yang lebih baik
dibandingkan sekolah-sekolah biasa.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kompetensi pedagogik guru,
fasilitas belajar, ataupun keduanya, baik kompetensi pedagogik guru dan fasilitas
belajar mempunyai pengaruh dengan kemampuan kognitif siswa. Pengaruh
tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Fasilitas Belajar
Kompetensi
Pedagogik Guru
Kemampuan Kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
D. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang penulis ajukan:
1. Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif
siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012.
2. Ada pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa pada
mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
3. Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara
bersama- sama terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika
kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012. Alasan dilakukannya penelitian di tempat tersebut adalah:
a. Penulis ingin mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas
belajar terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Surakarta.
b. Sekolah tersebut merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
c. Sekolah tersebut menduduki peringkat 2 manajemen Sekolah R SMA BI se-
Indonesia, dengan total skor 960.
d. Peneliti merupakan Alumni SMA Negeri 1 Surakarta sehingga ingin
memberikan manfaat bagi perkembangan sekolah.
e. Adanya kemudahan dari pihak sekolah untuk memberikan izin dan data
penelitian.
f. Lokasi sekolah yang mudah dijangkau kendaraan umum.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012
yaitu bulan Oktober 2011 - Desember 2011. Sebelum kegiatan penelitian
dilaksanakan, peneliti harus melalui beberapa tahapan. Adapun tahap-tahap
penelitiannya adalah:
a. Tahap persiapan, meliputi kegiatan pengajuan judul, permohonan dosen
pembimbing, survey ke sekolah yang digunakan untuk penelitian,
penyusunan proposal, permohonan ijin penelitian, menyusun instrumen
penelitian yang terdiri dari soal tes kemampuan kognitif Fisika siswa, angket
fasilitas belajar dan angket kompetensi pedagogik guru.
b. Tahap penelitian, meliputi kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lapangan
yaitu uji coba angket pada 18 Oktober 2011, uji coba soal pada 24 November
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2011, pengambilan data dengan pemberian angket dan tes soal kemampuan
kognitif yang dilaksanakan pada 10 Desember 2011, dan wawancara
dilakukan 16 Desember 2011. Uji coba dilakukan untuk menentukan apakah
soal yang peneliti buat layak digunakan atau tidak. Pengambilan data
dilakukan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa mata pelajaran
Fisika dan pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar
terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika. Sedangkan
wawancara hanya untuk memperkuat data kompetensi pedagogik guru.
c. Tahap penyelasaian, meliputi analisis data hasil penelitian dan penyusunan
Skripsi.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode deskriptif kuantitatif. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah:
1. Permasalahan yang dihadapi adalah merupakan permasalahan yang ada
pada masa sekarang.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis.
3. Hasil penelitian ini nantinya merupakan suatu gambaran hasil penelitian
secara sistematis, nyata, dan cermat.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X SBI SMA
Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 terdiri dari 10 kelas yaitu: X 1, X
2, X3, X 4, X5, X6, X7, X8, X9 dan X10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah 85 orang pada 3 kelas yaitu kelas
X5, X7 dan X10 dari populasi seluruh siswa kelas X RSBI SMA Negeri 1
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang representatif harus dilakukan dengan teknik
sampling sehingga diperoleh sampel yang benar–benar mewakili atau
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik pengambilan
sampel merupakan cara yang ditempuh untuk menentukan sampel penelitian dari
populasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
proportionate stratified random sampling. Teknik ini digunakan karena populasi
mempunyai anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proposional
(Sugiono, 2005: 58), yang dimaksud disini adalah kelas yang mewakili nilai
rendah, sedang dan tinggi.
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %
atau 20-25 % atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.
b. Sempit luasnya pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut
banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang
risikonya besar tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan lebih baik.
(Arikunto, 2006: 134)
Dalam penelitian ini penulis menetapkan sampel sebesar >25 % dari
populasi kelas X yaitu sebanyak 3 kelas yaitu kelas X5, X7 dan X10 yang
berjumlah 85 orang. Kelas X5, X7 dan X10 ini dianggap cukup bisa mewakili
karakteristik dari populasi yaitu seluruh siswa kelas X. Kelas X5 mewakili nilai
tinggi, X10 mewakili nilai sedang dan X7 mewakili nilai rendah. Kriteria nilai
rendah, sedang dan tinggi didapat dari rata-rata nilai Ujian Tengah Semester tiap
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-
karakteristik yang oleh peneliti dikontrol atau diobservasi.
1. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan akibat atau pengaruh
variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif
siswa dalam mata pelajaran Fisika.
a) Definisi Operasional : kemampuan kognitif siswa dalam mata
pelajaran Fisika.
b) Skala Pengukuran : Interval
c) Indikator : hasil nilai tes kemampuan kognitif mata
pelajaran Fisika dan hasil nilai tes
semester 1 mata pelajaran Fisika tahun
ajaran 2011/2012.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam
rangka menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi .Variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Kompetensi Pedagogik Guru
1) Definisi Operasional : Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran.
2) Skala Pengukuran : Ordinal
3) Indikator : Hasil penilaian angket kompetensi pedagogik
guru SBI
b. Fasilitas Belajar
1) Definisi Operasional : Fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang
memudahkan untuk belajar
2) Skala Pengukuran : Ordinal
3) Indikator : Hasil penilaian angket fasilitas belajar siswa
SBI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi, tes tertulis pilihan ganda, angket dan wawancara.
1. Teknik Dokumentasi
Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk mengetahui
jumlah, nama, dan hasil nilai tes semester 1 siswa kelas X Tahun Ajaran
2011/2012.
2. Teknik Tes
Teknik tes adalah cara pengambilan data dengan tes untuk mengukur
kemampuan kognitif yang berupa kemampuan kognitif Fisika siswa SMA. Tes
tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif mata pelajaran
Fisika. Tes tersebut berupa tes pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Tes
ini diberi bobot 50 % dan yang 50 % untuk nilai tes semester 1 Tahun Ajaran
2011/2012.
3. Teknik Angket
Teknik angket adalah teknik pengambilan data untuk mengukur
kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar siswa SBI. Arikunto (2009: 28)
mengatakan : “teknik angket juga dikenal dengan kuesioner. Kuesioner adalah
sebuah daftar pertanyaan yang diisi oleh orang yang akan diukur (responden)
sehingga diketahui keadaan data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau
pendapatnya, dan lain-lain. Teknik angket yang digunakan disini adalah skala
sikap dengan menggunakan skala likert dengan empat pilihan jawaban.
Arikunto (2006) berpendapat bahwa untuk alternatif jawaban yang
berupa pendapat, alternatif jawaban yang disediakan adalah “Sangat Setuju”,
“Setuju”, “Abstein/ragu-ragu”, “Kurang Setuju”, dan “Tidak Setuju. Alternatif
jawaban ragu-ragu dapat dihilangkan karena alternatif jawaban tersebut
menimbulkan kecenderungan responden untuk memilih alternatif jawaban
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006: 241) yang menyatakan
bahwa :
Jika pembaca berpendapat bahwa ada kelemahan dengan lima
alternatif karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena hampir tidak
berpikir) dan alasan itu memang ada benarnya. Maka memang
disarankan alternatif pilihannya hanya empat saja. Alternatif “Sangat
Setuju”, dan “Setuju” ada di sisi atau kubu awal (atau akhir) sedang
dua pilihan lain, yaitu ”Tidak Setuju” dan “Sangat Tidak Setuju” di
sisi atau kubu akhir (atau awal). Dalam hal ini dapat kita pahami
karena “Sangat Setuju” dan “Setuju” sebetulnya berada pada sisi
“Setuju”, tetapi dengan gradasi yang menyangatkan. Demikian juga
dengan pilihan “Sangat Tidak Setuju” yang pada dasarnya adalah
juga “Tidak Setuju”.
Bentuk kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner
tertutup, yaitu kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang sudah disediakan
jawabannya yang menunjukkan tingkatan, mulai dari setuju sampai tidak setuju,
sehingga responden dapat menjawab sesuai dengan keadaan dirinya. Bentuk
kuesioner ini digunakan untuk mengungkapkan data variabel bebas, yaitu
variabel kompetensi pedagogik guru dan variabel fasilitas belajar.
4. Teknik Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mengetahui lebih detail atau untuk
menguatkan data tentang Kompetensi Pedagogik Guru. Data yang didapat
berupa data kualitatif yang lebih meyakinkan yang tidak didapat melalui angket.
Wawancara dilakukan dengan Guru Fisika SMA N 1 Surakarta kelas X tahun
ajaran 2011/2012.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang meliputi angket
kompetensi pedagogik guru, angket fasilitas belajar, dan instrumen pengumpul
data yang berupa tes kemampuan kognitif Fisika siswa. Sebelum digunakan,
angket dan tes tersebut diujicobakan terlebih dahulu.
1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif
Sebelum melakukan uji coba, dilakukan validitas isi terhadap instrumen
tes. Setelah instrumen sudah memenuhi validitas isi baru instrumen
diujicobakan. Uji coba instrumen tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaran, daya pembeda dan reliabilitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Validitas Isi
Pada item tes untuk kemampuan kognitif digunakan validitas isi yaitu
dengan konsultasi dengan ahli yaitu dosen dan guru pembimbing di sekolah
tempat penilitian. Pertama dilakukan konsultasi dengan dosen. Hasil konsultasi
dengan dosen didapat bahwa ada beberapa kata dan gambar yang harus diganti.
Setelah konsultasi dengan dosen selesai maka dilakukan konsultasi dengan guru.
guru melakukan analisis butir soal secara kualitatif dengan menggunakan format
penelaahan soal bentuk pilihan ganda, dari 30 soal didapatkan 3 soal diganti
karena bab tersebut belum diajarkan. Setelah itu ketiga soal tersebut direvisi
sesuai dengan saran dari guru sehingga soal yang digunakan untuk uji coba
adalah soal yang sudah memenuhi validitas isi. Keterangan mengenai validitas
isi ini ada pada lampiran 11 halaman 97- 104 . Selain analisis butir soal secara
kualitatif juga dilakukan analisis butir soal secara kuantitatif. Analisis butir soal
secara kuantitatif dilakukan setelah uji coba yaitu dengan menghitung tingkat
kesukaran, daya pembeda dan keefektifan pengecoh. Hal yang demikian untuk
mendapatkan soal yang benar-benar layak digunakan untuk penelitian.
b. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif
1) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk indeks. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk
setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata‐ rata yang diperoleh peserta
didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran
butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif.
Menguji tingkat kesukaran tiap soal digunakan rumus :
Tingkat kesukaran (TK) = Jumlah siswa yang menjawab benar butir soal
Jumlah siswa yang mengikuti tes
(Depdiknas, 2008 : 11-13)
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas
menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat
kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Jika 0,00 ≤ �� ≤ 0,30 maka soal tergolong sukar
Jika 0,30 < �� ≤ 0,70 maka soal tergolong sedang
Jika 0,70 < �� ≤ 1,00 maka soal tergolong mudah
Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa pada 30 soal
yang diujicobakan, telah dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat
kesukaran dari masing-masing item, sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut : 5 soal dikategorikan mudah; 19 soal dikategorikan mempunyai
tingkat kesukaran sedang ; dan 6 soal dikategorikan mempunyai tingkat
kesukaran sukar. Untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran 12 halaman
105-107 dan hasil rekapannya pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
No Kategori No soal Jumlah
1. Mudah 1, 4,8, 29,30 5
(16,67%)
2. Sedang 2,3,6,7,10,11,12,13,15,17,18,19,2
0,21,22,23,24,26,27
19
(63,33%)
3. Sukar 5,9,14,16,25,28 6
(20%)
Jumlah 30
Menurut Allen dan Yen dalam Ekawati dan Surantoro (2010:
185) menyatakan bahwa tingkat kesukaran yang baik adalah yang
mempunyai TK = 0,3 − 0,7.
Asumsi yang digunakan yaitu bahwa soal yang terlalu mudah atau
cenderung mudah lebih tepat digunakan untuk tes diagnostik, sedangkan
soal yang terlalu sulit atau cenderung sulit lebih tepat digunakan untuk tes
seleksi. Oleh karena itu, untuk keperluan tes yang mengukur hasil belajar
(kompetensi) siswa tertentu akan dianggap baik bila termasuk dalam
interval soal yang sedang.
2) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat
membedakan antara warga belajar/siswa yang telah menguasai materi
yang ditanyakan dan warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum
menguasai materi yang ditanyakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah
dengan menggunakan rumus berikut ini:
N
BBBADP
2
1
−= atau
( )N
BBBADP
−= 2
(Depdiknas, 2008 : 14)
di mana:
DP = daya pembeda soal
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas
BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N = jumlah siswa yang mengerjakan tes
Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini:
Jika 0,40 ≤ &' ≤ 1,00 maka soal diterima baik
Jika 0,30 ≤ &' < 0,40 maka soal diterima tetapi perlu diperbaiki
Jika 0,20 ≤ &' < 0,30 maka soal diperbaiki
Jika &' < 0,20 maka soal tidak dipakai/dibuang
Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa dari 30 soal yang
diujicobakan, telah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari
masing-masing item sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : 20 soal
diterima baik; 1 soal diterima tetapi perlu diperbaiki; 5 soal diperbaiki; dan
5 soal tidak dipakai/dibuang. Untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran
12 halaman 105-107 dan hasil rekapannya pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Daya Pembeda
No Klasifikasi No soal Jumlah
1. Soal diterima baik 1,2,3,4,6,7,8,10,11,
13,15,17,19,22,23,24
, 26, 29,30
19
(63,33%)
2. Soal diterima tapi
perlu diperbaiki
21 1
(33,33%)
3. Soal diperbaiki 9,12,18,20,27 5
(16,67%)
4. Soal dibuang 5, 14,16,25,28 5
(16,67%)
Jumlah 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3) Keefektifan Pengecoh
Dalam penelitian ini, digunakan rumus menurut Fernandes dalam
Ekawati dan Surantoro (2010: 186), yaitu suatu pengecoh dapat dikatakan
berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 2% peserta tes.
Kriteria keputusan bahwa suatu alternatif jawaban atau pengecoh dapat
diterima apabila:
a) Pengecoh pada butir soal itu proporsinya merata atau relatif sama.
Jumlah idealnya sekitar subjek yang menjawab salah dibagi dengan
banyaknya pengecoh
b) Tingkat kesukaran pada butir soal tersebut sedang, maka proporsi
pengecohnya minimal 0,02
c) Tingkat kesukaran butir soal tersebut mudah, proporsinya bisa
kurang dari 0,02, asalkan disribusi pengecoh satu dengan yang lain
relatif sama.
Pada tes uji coba kemampuan kognitif Fisika ini keefektifan pengecoh
untuk memenuhi kriteria maka paling sedikit dipilih oleh 2% peserta tes
(2% x 30 = 0,6 yang apabila dibulatkan menjadi 1). Pada analisis
keefektifan pengecoh/distraktor ini terdapat 5 soal yang tidak memenuhi
kriteria yaitu nomor 5,14,16,25,28. Hasil rangkuman analisis keefektifan
pengecoh ini terdapat pada lampiran 13 halaman 108.
Informasi yang diperoleh tentang kategori item soal berdasarkan semua
karakteristik dapat dimasukkan pada kriteria soal yang diterima, direvisi, atau
ditolak jika memenuhi kriteria keputusan untuk penilaian item soal sebagai
berikut:
1) Item soal diterima apabila karakteristik item soal memenuhi semua kriteria.
Item soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah, tetapi memiliki daya beda
dan disribusi pengecoh item yang memenuhi kriteria, butir soal tersebut
dapat diterima atau dipilih.
2) Item soal direvisi apabila salah satu atau lebih dari ketiga kriteria
karakeristik item soal tidak memenuhi kriteria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3) Item soal ditolak apabila item soal memiliki karakteristik yang tidak
memenuhi semua kriteria.
Untuk itu hasil keterterimaan butir soal pada uji coba dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3.3 Hasil Rekapan Keterterimaan Butir Soal
No soal Tingkat
kesukaran
Daya pembeda Keefektifan
Pengecoh
Keputusan
1. mudah diterima baik diterima diterima
2. sedang diterima baik diterima diterima
3. sedang diterima baik diterima diterima
4. mudah diterima baik diterima diterima
5. sukar dibuang ditolak ditolak
6. sedang diterima baik diterima diterima
7. sedang diterima baik diterima diterima
8. mudah diterima baik diterima diterima
9. sukar diperbaiki diterima direvisi
10. sedang diterima baik diterima diterima
11. sedang diterima baik diterima diterima
12. sedang diperbaiki diterima direvisi
13. sedang diterima baik diterima diterima
14. sukar dibuang ditolak ditolak
15. sedang diterima baik diterima diterima
16. sukar dibuang ditolak ditolak
17. sedang diterima baik diterima diterima
18. sedang diperbaiki diterima direvisi
19. sedang diterima baik diterima diterima
20. sedang diperbaiki diterima direvisi
21. sedang diterima tapi
perlu diperbaiki
diterima direvisi
22. sedang diterima baik diterima diterima
23. sedang diterima baik diterima diterima
24. sedang diterima baik diterima diterima
25. sukar dibuang ditolak ditolak
26. sedang diterima baik diterima diterima
27. sedang diperbaiki diterima direvisi
28. sukar dibuang ditolak ditolak
29. mudah diterima baik diterima diterima
30. mudah diterima baik diterima diterima
d. Reliabilitas
Sutau instrumen memenuhi kriteria reliabilitas apabila instrumen
tersebut digunakan berulang-ulang pada subjek dengan kondisi yang sama akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
memberikan hasil yang relatif tidak mengalami perubahan. Untuk menguji
reliabilitas tes digunakan rumus sebagai berikut :
∑−−
=2
2
11S
pqS
1n
nr
(Arikunto, 2009 : 100-101)
dengan :
r11 : reliabilitas secara keseluruhan
p : proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut
q : proporsi subjek yang menjawab salah item tersebut
n : banyaknya item
S : standar deviasi
Kriteria reliabilitas :
Jika 0,8 <≤ 11r 1 : maka reliabilitasnya sangat tinggi
Jika 0,6 <≤ 11r 0,8 : maka reliabilitasnya tinggi
Jika 0,4 <≤ 11r 0,6 : maka reliabilitasnya cukup
Jika 0,2 <≤ 11r 0,4 : maka reliabilitasnya rendah
Jika 0,0 <≤ 11r 0,2 : maka reliabilitasnya sangat rendah
Berdasarkan hasil try out soal kemampuan kognitif yang telah di hitung
reliabilitasnya dapat diketahui nilai reliabilitas untuk variabel kemampuan
kognitif sebesar 0,866081 (lampiran 12 halaman 105-107). Karena nilai
reliabilitasnya 0,8 <≤ 11r 1 maka dapat disimpulkan bahwa item-item pertanyaan
tersebut reliabel dan reliabilitasnya sangat tinggi.
2. Instrumen Angket
Instrumen lain yang digunakan dalam penilitian ini adalah berupa
angket kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar. Angket adalah sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
langsung yang sekaligus menyediakan alternatif jawaban bagi responden. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
skor penilaian pada angket kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar
dapat dilihat dibawah ini:
Item yang mengarahkan jawaban positif pemberian skor ditunjukkan
sebagai berikut:
Skor 4 : sangat setuju
Skor 3 : setuju
Skor 2 : kurang setuju
Skor 1 : tidak setuju
Item yang mengarahkan jawaban negatif pemberian skor ditunjukkan
sebagai berikut:
Skor 4 : tidak setuju
Skor 3 : kurang setuju
Skor 2 : setuju
Skor 1 : sangat setuju
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument
tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket.
a. Validitas Angket
Pada item angket untuk angket kompetensi pedagogik guru dan
fasilitas belajar digunakan validatas konstruk yaitu setelah dikonsultasikan
dengan dosen maka dilakukan uji coba setelah itu untuk menguji validitas butir
angket pada penelitian ini digunakan analisis faktor dengan SPSS yang disarikan
dari Santoso (2006: 11-34) sebagai berikut:
Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan
(interrelationship) antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu
dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa variabel yang lebih
sedikit dari jumlah variabel awal.
Pada dasarnya tujuan analisis faktor adalah yang pertama untuk
melakukan data summarization variabel-variabel yang akan dianalisis, yakni
mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel. Kedua, data reduction yakni
setelah melakukan korelasi, dilakukan proses membuat sebuah variabel set baru
yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dalam kegiatan penelitian, analisis faktor paling tidak digunakan untuk:
1) Menguji Validitas Konstruk. Salah satu cara untuk menguji validitas
konstruk dapat dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Analisis
faktor akan menampilkan hasil ekstaksi butir-butir pertanyaan menjadi
beberapa komponen yang diinginkan peneliti. Prinsip yang digunakan sama
yaitu mengelompokkan data berdasarkan interkorelasi antar butir. Sebuah
butir/item dinyatakan merupakan pembentuk faktor jika nilai korelasinya
lebih besar sama dengan (≥) 0,5.
2) Menguji Validitas Faktor. Dalam analisis ini, pengujian dilakukan untuk
melihat seberapa besar korelasi antara faktor satu dengan yang lain yang
menjadi pembentuk variabel. Jika ditemukan korelasi yang cukup kuat
diantara faktor-faktor pembentuk maka faktor tersebut dinyatakan memang
sebagai pembentuk variabel. Besarnya matrik korelasi yang lazim
digunakan adalah 0,5.
Oleh karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-
asumsi akan terkait dengan metode statistik korelasi :
� Besar korelasi atau kolerasi antar independen variabel harus cukup kuat,
misalnya di atas 0,5.
� Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap
variabel yang lain, justru harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi
parsial diberikan lewat pilihan Anti-Image Correlation.
� Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel), yang diukur
dengan besaran Barlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequacy
(MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan di
antara paling sedikit beberapa variabel.
� Pada beberapa kasus, asumsi Normalitas dari variabel-variabel atau faktor
yang terjadi sebaiknya dipenuhi.
Cara melakukan analisis faktor adalah :
1) Buka file baru pada SPSS
2) Klik Analyze > Data Reduction > Factor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3) Setelah muncul kotak factor analysis, masukkan seluruh faktor ke dalam
kotak “VARIABLES” yang ada disebelah kanan.
4) Klik DESKRIPTIVES yang ada disebelah kiri bawah kotak dialog.
5) Pilih dengan menandai KMO and Bartlett’s Test of Sphericity serta Anti
Image.
6) Kemudian klik Continue dan klik OK.
Dari hasil uji validitas angket dengan analisis faktor didapatkan bahwa
dari 30 item soal tentang kompetensi pedagogik guru terdapat 2 item yang tidak
valid yaitu soal nomor 5, 18 (lampiran 6 halaman 82-85). Sedangkan untuk uji
validitas angket tentang fasilitas belajar dari 16 item terdapat 1 item yang tidak
valid yaitu soal nomor 16 (lampiran 7 halaman 86-87).
b. Reliabilitas
Karena pada pengukuran ini merupakan rentangan, maka digunakan
rumus alpha. Arikunto, (2002:109) menyatakan rumus alpha digunakan untuk
mencari tingkat reliabilitas instrumen yang menghendaki gradualitas penilaian
misalnya angket untuk soal uraian”. Adapun rumus alpha yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
−
−
= ∑2
t
2
i
11σ
σ1
1n
nr
(Arikunto, 2009:109)
dengan:
11r = reliabilitas instrumen
n = banyaknya pertanyaan atau butir soal
∑ 2
iσ = jumlah varians skor tiap item
2
tσ = varians total
( )
N
N
XX
b
b
b
2
2
2
∑∑∑
−=σ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
( )
N
N
XX
t
t
t
2
2
2
∑∑∑
−=σ
Tabel 3.4 Reliabilitas Kompetensi Pedagogik
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.803 30
Sumber: data diolah
Tabel 3.5 Reliabilitas Fasilitas Belajar
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.800 15
Sumber: data diolah
Berdasarkan uji reliabilitas dapat diketahui nilai cronbach alpha untuk
variabel kompetensi pedagogik = 0,803 dan fasilitas belajar = 0,800. Menurut
Nunnally dalam Ghozali (2005: 133) cronbach alpha > 0,60 dikatakan reliabel
dan jika cronbach alpha < 0,06 dikatakan tidak reliabel. Nilai cronbach alpha
variabel kompetensi pedagogik dan fasilitas belajar > 0,6 maka dapat
disimpulkan bahwa item-item pertanyaan tersebut reliabel.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Hipotesis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan
dianalisis berbentuk atau mempunyai distribusi normal atau tidak. Deteksi
normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada sumbu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
diagonal pada grafik normal probability plot. Singgih Santoso (2012 : 233)
menetapkan dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah hubungan antara
variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dalam penelitian bersifat
linier. Sebelum menggunakan uji linieritas, terlebih dahulu dicari persamaan
regresinya. Dalam mencari persamaan regresi digunakan metode kuadrat
terkecil.
Uji linieritas di dalam penelitian ini pada SPSS dengan
menggunakan Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Duwi Priyatno
(2010: 73) menyatakan bahwa, ”Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang linier bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05”.
c. Uji Multikolinieritas
Singgih Santoso (2012: 234) mengatakan bahwa, “Uji multikolinieritas
digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi
antara variabel independen". Pengujian ini untuk mengetahui apakah antar
variabel bebas dalam persamaan regresi tersebut tidak saling berkolerasi,
untuk mendeteksi multikolinieritas digunakan uji kolerasi pearson. Uji
multikolinieritas di dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati nilai
VIF dan TOLERANCE. Jika nilai VIF di sekitar angka 1 dan angka
TOLERANCE mendekati 1, maka dapat dikatakan suatu model regresi bebas
multikolinieritas (Singgih Santoso, 2012).
d. Uji Autokorelasi
Singgih Santoso (2012: 241) mengatakan bahwa, ”Uji autokorelasi
digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya)”. Pendekatan D-W (Durbin-Watson) dapat
digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi mengandung
autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2012) kriteria autokorelasi ada tiga,
yaitu:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada
autokorelasi.
3) Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
e. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berarti ada variabel pengganggu dalam
persamaan model regresi yang mempunyai varian yang sama atau tidak,
untuk mengetahui terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara
Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted
Value. Menurut Singgih Santoso (2012: 240) menetapkan dasar pengambilan
keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.
2. Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya setelah uji prasyarat terpenuhi adalah melakukan
pengujian hipotesis yang telah diajukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan diterima atau ditolak. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Duwi Priyatno (2010: 61) mendefinisikan bahwa, ”Analisis regresi
linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2,....Xn) dengan variabel dependen (Y).” Analisis ini
digunakan untuk mengukur nilai pengaruh disiplin belajar (X1), lingkungan
keluarga (X2), dan hasil belajar (Y). Persamaan regresi linier berganda adalah
sebagai berikut :
Y = a0 + a1X1 + a2X2
(Sudjana, 2005: 347)
Keterangan :
Y = Variabel terikat
X1, X2 = Variabel bebas
a0 = Konstanta regresi
a1 , a2 = Koefisien regresi
b. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel
independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen (Y) (Duwi Priyatno, 2010). Rumus t hitung pada analisis regresi
adalah sebagai berikut :
i
ihitung
Sb
bt =
Keterangan :
bi = koefisien masing-masing variabel independen dengan i = 1, 2, 3, 4
Sbi = standar error variabel i
Keputusan :
1) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima, hal ini berarti variabel independen
tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
2) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, hal ini berarti variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen (X) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Y). Duwi Priyatno (2010) menyajikan model uji F
dengan rumus sebagai berikut :
( ) ( )1/1
/2
2
−−−=
knR
kRF
Keterangan :
F = harga F garis regresi
R2 = koefisien korelasi ganda
n = ukuran sampel
k = banyaknya variabel bebas
Keputusan :
1) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, hal ini berarti semua variabel
independen secara serentak dan signifikan tidak mempengaruhi variabel
dependen.
2) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, hal ini berarti semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui kontribusi yang
diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikatnya dan juga untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel di luar model regresi
tersebut. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel Model Summary dari
output SPSS dan tertulis R Square (R2). Nilai koefisien determinasi adalah
diantara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variabel terikat sangat terbatas, jika nilai R2
sama dengan 1
berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat
sempurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Uji Kontribusi
a. Menghitung Sumbangan Relatif (SR) X1 dan X2 Terhadap Y
Rumus yang digunakan yaitu
%10011
1 xJK
yxaSR
reg
X
∑=
%10022
2 xJK
yxaSR
reg
X
∑=
b. Menghitung Sumbangan Efektif (SE) X1 dan X2 Terhadap Y
2
22
2
11
%
%
RSRSE
RSRSE
XX
XX
=
=
Keterangan:
SR : sumbangan relatif masing-masing prediktor
SE : sumbangan efektif masing-masing prediktor
R : koefisien antara X1 dan X2 dengan Y
(Sutrisno Hadi, 2001: 46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru
dan Fasilitas Belajar Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika
di Sekolah RSBI” terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik Guru sebagai variabel bebas X1
2. Fasilitas Belajar sebagai variabel bebas X2
3. Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika sebagai variabel terikat
Y
Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket, teknik
tes, teknik dokumentasi, dan teknik wawancara. Teknik angket digunakan untuk
mengumpulkan data kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar, teknik tes
digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan kognitif siswa mata pelajaran
Fisika, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data nama dan
jumlah siswa serta kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika sedangkan
teknik wawancara hanya untuk membantu memperkuat data tentang kompetensi
pedagogik guru yang sudah diambil melalui angket.
Berdasarkan data induk penelitian dengan penyebaran angket, tes dan
dokumentasi kepada siswa SMA N 1 Surakarta, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Deskripsi Data Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kemampuan_Kognitif 85 51 87 69.26 7.474
Kompetensi_Pedagogik_Guru 85 62 105 76.75 8.939
Fasilitas_Belajar 85 31 58 44.28 4.380
Valid N (listwise) 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Deskripsi data di atas menunjukkan jumlah responden dalam penelitian
ini adalah 85 siswa dari seluruh populasi. Berdasarkan deskripsi data di atas dapat
diketahui skor variabel kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika diperoleh
skor minimum 51, skor maksimum 87, rata-rata 69,26 dan standar deviasi 7,474.
Variabel kompetensi pedagogik guru diperoleh skor minimum 62, skor
maksimum 105, rata-rata 76,75 dan standar deviasi 8,939. Variabel fasilitas
belajar diperoleh skor minimum 31, skor maksimum 58, rata-rata 44,28 dan
standar deviasi 4,380.
B. Analisis Data
1. Pengujian Persyaratan Analisis
Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti terlihat pada
lampiran. Selanjutnya dianalisis untuk membuktikan apakah hipotesis alternatif
diterima atau ditolak. Syarat analisis data dengan menggunakan teknik analisis
regresi ganda adalah :
a. Berdistribusi normal.
b. Antara variabel bebas dan variabel terikat harus menunjukkan kelinierannya.
c. Tidak ada hubungan yang berarti antara variabel-variabel bebas (independen).
d. Homoskedastisitas
Adapun langkah-langkah persyaratan analisis regresi ganda dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 4.1. Pengujian Normalitas
Sumber: data diolah
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Deteksi normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada
sumbu diagonal pada suatu grafik Normal P-P Plot. Singgih Santoso (2012)
menetapkan dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Berdasarkan uji normalitas, pada output terlihat bahwa data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Uji Linieritas
Tabel 4.2. Hasil Uji Linieritas Variabel Kompetensi Pedagogik Guru dan
Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika
ANOVA Table
Sig.
Y * X1 Between Groups (Combined) .002
Linearity .000
Deviation from Linearity .579
Within Groups
Total
Sumber: data diolah
Tabel 4.3. Hasil Uji Linieritas Variabel Fasilitas Belajar dan Kemampuan
Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika
ANOVA Table
Sig.
Y * X2 Between Groups (Combined) .000
Linearity .000
Deviation from Linearity .012
Within Groups
Total
Sumber: data diolah
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
linier antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Uji linieritas variabel
X1 terhadap Y, X2 terhadap Y yaitu untuk mengetahui tingkat kelinieran data atau
mengetahui bahwa setiap peningkatan variabel X juga diikuti peningkatan
variabel Y dengan menetapkan harga-harga.
Uji linieritas di dalam penelitian ini pada SPSS dengan menggunakan
Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
hubungan yang linier apabila signifikansi pada Linearity < 0,05 (Duwi Priyatno,
2010).
Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan, dapat diketahui dari
output SPSS bahwa nilai signifikansi pada Linearity untuk variabel kompetensi
pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika adalah
0,000 dan untuk variabel fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa
mata pelajaran Fisika juga 0,000. Output yang diperoleh menunjukkan bahwa
signifikansi pada Linearity dari kedua perhitungan adalah < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan antara variabel kompetensi pedagogik guru dan kemampuan kognitif
siswa mata pelajaran Fisika serta fasilitas belajar dan kemampuan kognitif siswa
mata pelajaran Fisika keduanya terdapat hubungan yang linier.
Selain menggunakan cara diatas bisa juga dengan melihat grafik sebagai
berikut :
Gambar 4.2. Plot Variabel Kompetensi Pedagogik Guru (X1) terhadap
Kemampuan Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika (Y)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4.3. Plot Variabel Fasilitas Belajar (X2) terhadap Kemampuan
Kognitif Siswa Mata Pelajaran Fisika (Y)
Sumber: data diolah
Berdasarkan plot antara variabel kompetensi pedagogik guru (X1)
terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) dan fasilitas belajar
(X2) terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) di atas dapat
dilihat bahwa plot menggambarkan garis lurus dari kiri bawah ke kanan atas,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi linieritas.
c. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 X1 .501 1.996
X2 .501 1.996
a. Dependen Variable: Y
Sumber: data diolah
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Menurut Singgih santoso (2012), uji multikolinieritas dilakukan dengan
mengamati nilai VIF dan TOLERANCE. Pedoman suatu model regresi yang
bebas multikolinieritas adalah :
1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1
2) Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1
Dilihat dari tabel koefisien diketahui nilai dari VIF di sekitar angka 1,
dan nilai TOLERANCE mendekati angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas atau dapat dikatakan tidak ada hubungan antar variabel
bebas.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.546
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependen Variable: Y
Sumber: data diolah
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi terjadi karena observasi
yang berturutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang
baik apabila tidak terjadi autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2012) kriteria
autokorelasi ada tiga, yaitu:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi.
3) Angka D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi, diketahui nilai D-W sebesar
1,546 atau terletak diantara -2 sampai 2 maka berarti diindikasikan tidak ada
autokorelasi, jadi regresi yang dihasilkan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
e. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berarti ada variabel pengganggu dalam
persamaan model regresi yang mempunyai varian yang sama atau tidak. Untuk
mengetahui terjadinya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara Regression
Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted Value. Menurut
Singgih Santoso (2012) menetapkan dasar pengambilan keputusan berkaitan
dengan gambar tersebut adalah :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiknya membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka
diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.
Gambar 4.4. Grafik Scatterplot (diagram pencar)
Sumber: data diolah
Scatterplot di atas tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat
masalah heteroskedasitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk membuktikan pernyataan
yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis akan diterima apabila
data yang terkumpul dapat mendukung pernyataan hipotesis dan sebaliknya akan
ditolak apabila data tidak mendukung.
a. Pengujian Hasil Analisis Data
Tabel 4.6. Hasil Uji Analisis Data
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 22.232 6.617 3.360 .001
X1 .341 .101 .407 3.375 .001
X2 .472 .206 .276 2.290 .025
a. Dependen Variable: Y
Sumber: data diolah
Pengujian ini diawali dengan mencari persamaan regresi linier ganda.
Berdasarkan output SPSS maka diperoleh persamaan regresi:
Y = 22,232 + 0,341 X1 + 0,472 X2
Hal ini berarti arah perubahan nilai Y akan berubah tergantung pada
besarnya koefisien X1 dan X2.
1) Uji Hipotesis Kontribusi Variabel Independen secara Parsial terhadap
Variabel Dependen (Uji t)
a) Berdasarkan output SPSS untuk variabel kompetensi pedagogik guru (X1)
diperoleh hasil thitung sebesar 3,375 dan ttabel dengan df= 82 sebesar 1,984.
Hasil thitung dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5%, maka
diperoleh thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
kompetensi pedagogik guru (X1) secara parsial memberikan kontribusi
terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b) Berdasarkan output SPSS untuk variabel fasilitas belajar (X2) diperoleh
hasil thitung sebesar 2,290 dan ttabel dengan df= 82 sebesar 1,984. Hasil thitung
dikonsultasikan dengan ttabel pada tarf signifikansi 5%, maka diperoleh thitung
> ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel fasilitas belajar (X2)
secara parsial memberikan kontribusi terhadap kemampuan kognitif siswa
mata pelajaran Fisika (Y).
2) Uji Hipotesis Kontribusi Variabel Independen secara Simultan terhadap
Variabel Dependen (Uji F)
Tabel 4.7. Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1883.333 2 941.667 27.491 .000a
Residual 2808.773 82 34.253
Total 4692.106 84
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependen Variable: Y
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil output SPSS untuk melihat signifikansi variabel
kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar terhadap kemampuan
kognitif Fisika diperoleh hasil nilai Fhitung sebesar 27,491 dan nilai Ftabel
dengan df1= 2 dan df2= 82 sebesar 3,09. Hasil Fhitung > Ftabel yaitu 27,491 >
3,09 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi pedagogik guru
dan fasilitas belajar secara simultan memberikan kontribusi terhadap variabel
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
a) Menghitung Koefisien Determinasi
Tabel 4.8. Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .401a 27.491 2 82 .000
a. Predictors: (Constant), X2, X1
Sumber: data diolah
Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model variabel independen (X) dalam menjelaskan variabel
dependen (Y). Hasil dari output SPSS diketahui nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,401. Hal ini berarti seluruh variabel independen (kompetensi
pedagogik guru dan fasilitas belajar) dapat menjelaskan variabel dependen
(kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika) sebesar 40,1%, sedangkan
sisanya (100% - 40,1% = 59,9%) dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model.
b) Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
(1) Sumbangan Relatif
Sumbangan relatif variabel kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 11,32%,
sedangkan sumbangan relatif variabel fasilitas belajar (X2) terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 88,68%
(lampiran 27 halaman 134-138).
(2) Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif variabel kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 4,54%,
sedangkan sumbangan efektif variabel fasilitas belajar (X2) terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 35,56%
(lampiran 27 halaman 134-138).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
b. Penafsiran Pengujian Hipotesis
1) Penafsiran Uji Hipotesis Pengaruh Variabel Independen secara Parsial
terhadap Variabel Dependen (Uji t)
Berdasarkan hasil analisis data, untuk variabel kompetensi pedagogik
guru (X1) diperoleh nilai thitung 3,375, sedangkan nilai koefisien regresinya
0,341 dengan arah hubungan positif. Hal ini berarti variabel bebas kompetensi
pedagogik guru (X1) mempunyai arah hubungan yang searah dan signifikan
terhadap variabel terikat kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y),
dengan kata lain jika variabel kompetensi pedagogik guru (X1) naik 1 satuan,
maka menyebabkan naiknya variabel kemampuan kognitif siswa mata
pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,341 satuan, sebaliknya jika variabel kompetensi
pedagogik guru (X1) turun 1 satuan menyebabkan turunnya variabel
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,341 satuan.
Variabel fasilitas belajar (X2) diperoleh nilai thitung 2,290, sedangkan
nilai koefisien regresinya 0,472 dengan arah hubungan positif. Hal ini berarti
variabel bebas fasilitas belajar (X2) mempunyai arah hubungan yang searah dan
signifikan terhadap variabel terikat kemampuan kognitif siswa mata pelajaran
Fisika (Y), dengan kata lain jika variabel fasilitas belajar (X2) naik 1 satuan,
maka menyebabkan naiknya variabel kemampuan kognitif siswa mata
pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,472 satuan, sebaliknya jika variabel fasilitas
belajar (X2) turun 1 satuan menyebabkan turunnya variabel kemampuan
kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,472 satuan. Seluruh variabel
bebas secara langsung memberikan kontribusi terhadap variabel terikat.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
berbunyi “Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan
kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012 dan Ada pengaruh fasilitas belajar terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012”, dapat diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) Penafsiran Uji Hipotesis Pengaruh Variabel Independen secara
Simultan terhadap Variabel Dependen (Uji F)
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai Fhitung sebesar 27,491
dan nilai Ftabel dengan df1= 2 dan df2= 82 sebesar 3,09, jadi nilai Fhitung > Ftabel
atau 27,491 > 3,09, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi
pedagogik guru (X1) dan fasilitas belajar (X2) secara bersama-sama (simultan)
mampu memberikan kontribusi terhadap variabel kemampuan kognitif siswa
mata pelajaran Fisika (Y).
Seluruh variabel bebas secara bersama-sama mampu memberikan
kontribusi terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh kompetensi
pedagogik guru dan fasilitas belajar secara bersama- sama terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012”, dapat diterima.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, telah terbukti
bahwa variabel Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar secara parsial
maupun simultan memberikan kontribusi terhadap Kemampuan Kognitif Fisika
siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Langkah
selanjutnya setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis dan pengujian
hipotesis yaitu pembahasan hasil penelitian.
1. Pembahasan Hasil Kontribusi antara Kompetensi Pedagogik Guru
terhadap Kemampuan Kognitif Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hasil uji t untuk variabel kompetensi pedagogik guru (X1)
menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel atau 3,375 > 1,984, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel kompetensi pedagogik guru (X1) secara parsial
memberikan kontribusi terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran
Fisika (Y). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif siswa mata
pelajaran Fisika diantaranya kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien regresi untuk
variabel kompetensi pedagogik Guru (X1) sebesar 0,341 dengan arah hubungan
positif. Hal ini berarti variabel bebas kompetensi pedagogik guru mempunyai
arah hubungan yang searah dan signifikan terhadap variabel terikat
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika, dengan kata lain jika variabel
kompetensi pedagogik guru (X1) naik 1 satuan, maka akan menyebabkan
naiknya variabel kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar
0,341 satuan. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian di atas diketahui
ketika tingkat kompetensi pedagogik guru itu baik maka semakin baik pula
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika yang diperoleh.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik
guru secara keseluruhan baik sehingga tetap memberikan sumbangan relatif
dan efektif meskipun sedikit. Hal ini dikarenakan penggunaan Bahasa Inggris
dalam pembelajaran Fisika hanya untuk pendahuluan sedangkan untuk materi
masih menggunakan Bahasa Indonesia karena ditakutkan anak tidak bisa
menerima bukan karena pelajaran Fisikanya tetapi karena bahasa untuk
penyampainnya. Namun guru masih berupaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam berbahasa Inggris yaitu dengan mengikuti kursus, guru
juga dapat memahami karakteristik peserta didik yaitu dengan pendekatan
individu, guru juga mengidentifikasi potensi peserta didik, bekal-ajar awal
peserta didik, kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu
yaitu dengan respon KBM dan bimbingan individu, guru menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dalam mata pelajaran yang diampu yaitu dengan mengenal karakteristik,
jumlah jam, materi dan sasaran yang akan dicapai, guru mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu yaitu dengan
mengembangkan kurikulum sekolah luar negeri yakni Cambridge, guru
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran yaitu dengan menggunakan Power Point, video youtube dan
flash untuk memvisualisasikan materi yang abstrak, serta terbuka dengan
pertanyaan murid melalui sms atau telepon, guru memanfaatkan hasil penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran yaitu dengan meminta anak
untuk belajar bersama/ kelompok biar tidak remidi lagi, selain itu guru SBI
untuk mata pelajaran SAINS di sekolah ini telah memenuhi minimal 30%
berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang program studinya
berakreditasi A.
2. Pembahasan Hasil Kontribusi antara Fasilitas Belajar terhadap
Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012.
Hasil uji t untuk variabel fasilitas belajar (X2) menunjukkan bahwa
nilai thitung > ttabel atau 2,290 > 1,984, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel fasilitas belajar (X2) secara parsial memberikan kontribusi terhadap
kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y). Fasilitas belajar
merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor ekstern yang
mempengaruhi kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien regresi untuk
variabel fasilitas belajar (X2) sebesar 0,472 dengan arah hubungan positif. Hal
ini berarti variabel bebas fasilitas belajar mempunyai arah hubungan yang
searah dan signifikan terhadap variabel terikat kemampuan kognitif siswa mata
pelajaran Fisika, dengan kata lain jika variabel fasilitas belajar (X2) naik 1
satuan, maka akan menyebabkan naiknya variabel kemampuan kognitif siswa
mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 0,472 satuan. Berdasarkan penjelasan dan
hasil penelitian di atas diketahui ketika semakin baik kondisi fasilitas belajar
siswa maka semakin baik pula kemampuan kognitif siswa mata pelajaran
Fisika yang diperoleh.
3. Pembahasan Hasil Kontribusi antara Kompetensi Pedagogik Guru dan
Fasilitas Belajar secara Bersama-sama terhadap Kemampuan Kognitif
Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan untuk variabel
kompetensi pedagogik guru (X1) dan fasilitas belajar (X2) yang telah dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis regresi linier ganda, maka dapat diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
harga Fhitung > Ftabel atau 27,491 > 3,09 dan juga nilai koefisien regresi
diperoleh 0,341 dan 0,472 dengan nilai positif, hal ini berarti bahwa secara
simultan terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara Kompetensi
Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar terhadap Kemampuan Kognitif Fisika
siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Artinya
semakin tinggi Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar siswa maka
semakin tinggi pula Kemampuan Kognitif yang dicapai siswa, sebaliknya
semakin rendah Kompetensi Pedagogik Guru dan Fasilitas Belajar siswa maka
semakin rendah pula Kemampuan Kognitif yang dicapai siswa.
Di antara variabel-variabel bebas terdapat perbedaan di dalam
memberikan kontribusi terhadap variabel terikat. Variabel kompetensi
pedagogik guru (X1) mempunyai kontribusi terhadap variabel kemampuan
kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) yang ditunjukkan dengan nilai
sumbangan relatif sebesar 11,32% dan sumbangan efektif sebesar 4,54%,
sedangkan variabel fasilitas belajar (X2) mempunyai kontribusi terhadap
variabel kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) dengan nilai
sumbangan relatif sebesar 88,68% dan sumbangan efektif sebesar 35,56%. Hal
ini berarti variabel fasilitas belajar memberikan sumbangan yang lebih besar
dibandingkan variabel kompetensi pedagogik guru dalam memberikan
kontribusi terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika Kelas X
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat bahwa kemampuan
kognitif siswa mata pelajaran Fisika kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta dapat
ditingkatkan jika kompetensi pedagogik guru serta kondisi fasilitas belajar
lebih diperhatikan guna menunjang proses pembelajaran. Adanya kompetensi
pedagogik guru dan fasilitas belajar yang baik akan menghasilkan kemampuan
kognitif siswa mata pelajaran Fisika baik pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, kesimpulan dari
penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kemampuan kognitif
siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012.
2. Ada pengaruh fasilitas belajar terhadap kemampuan kognitif siswa pada
mata pelajaran Fisika kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
3. Ada pengaruh kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar secara
bersama- sama terhadap kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika
kelas X RSBI di SMA N 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Selain kesimpulan tersebut, dalam penelitian ini terdapat beberapa
penemuan antara lain :
1. Besarnya sumbangan yang diberikan oleh masing-masing variabel adalah :
a. Sumbangan relatif kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan
kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 11,32%.
b. Sumbangan relatif fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan kognitif siswa
mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 88,68%.
c. Sumbangan efektif kompetensi pedagogik guru (X1) terhadap kemampuan
kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 4,54%.
d. Sumbangan efektif fasilitas belajar (X2) terhadap kemampuan kognitif
siswa mata pelajaran Fisika (Y) sebesar 35,56%.
2. Persamaan regresi linier adalah Y = 22,232 + 0,341 X1 + 0,472 X2
Ini berarti rata-rata kemampuan kognitif siswa mata pelajaran Fisika (Y)
meningkat atau menurun sebesar 0,341 untuk setiap peningkatan atau
penurunan satu unit kompetensi pedagogik guru (X1) dan meningkat atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
menurun sebesar 0,472 untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit
fasilitas belajar (X2).
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut:
1. Konsultasi dalam pembuatan angket dengan skala sikap ini hanya dengan
dosen ahli, bukan ahli dalam bidang psikologi.
2. Saat pengujian tes kemampuan kognitif hanya ditunggu oleh peneliti saja. Hal
ini menyebabkan siswa cenderung melakukan kecurangan saat tes contohnya
menyamakan jawaban.
C. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, sebagai implikasi hasil
penelitian adalah :
1. Bagi kepala sekolah SMA N 1 Surakarta, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai suatu referensi, bahwa kemampuan kognitif berpengaruh dengan
kompetensi pedagogik guru dan fasilitas belajar dengan memperhatikan
faktor-faktor yang menunjang pelaksanaannya. Selain itu, bagi tenaga
pengajar/guru khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu
inspirasi dalam menyusun kebijakan dalam menangani siswa dan
memperbaiki/memaksimalkan kompetensi pedagogik guru, sehingga
kemampuan kognitif yang tinggi pada siswa dapat dicapai.
2. Bagi para peneliti yang melakukan penelitian tentang permasalahan yang
berpengaruh dengan kompetensi pedagogik guru, fasilitas belajar dan
kemampuan kognitif, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi maupun salah satu sumber teori yang dapat digunakan sebagai
materi penunjang dalam penelitian yang berhubungan dengan materi tersebut.
D. Saran
Berdasarkan hasil analisis data telah dikemukakan di atas, maka peneliti
memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak guru maupun
pihak siswa di SMA N 1 Surakarta.
1. Kepada pihak siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi siswa agar mereka
tetap mempertahankan dan berusaha untuk meningkatkan prestasi
akademis terutama kemampuan kognitif sehingga akan menjadi lebih baik
lagi pada tahap berikutnya.
b. Agar siswa dapat memanfaatkan fasilitas belajar yang telah disediakan
oleh sekolah dan orang tua secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran
dan tidak menggunakannya untuk kegiatan diluar pembelajaran saat proses
pembelajaran berlangsung misalnya tidak memanfaatkan hotspot untuk
membuka jejaring sosial saat pelajaran.
2. Bagi pihak sekolah
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada
pihak sekolah mengenai kompetensi pedagogik guru dan juga fasilitas
belajar. Sehingga bisa dijadikan pihak sekolah untuk memberikan
pengarahan kepada guru untuk memaksimalkan kompetensi yang dimiliki
dan menambah fasilitas yang belum ada dan kurang seperti perlatan
laboratorium dan lainnya guna mencapai prestasi akademis terutama
kemampuan kognitif yang lebih baik lagi pada tahap berikutnya.
b. Agar pihak sekolah lebih memperhatikan pemberian fasilitas kepada
siswa seperti penggunaan hotspot saat pembelajaran berlangsung
sebaiknya untuk akses ke jeajaring sosial untuk dimatikan agar tidak
disalahgunakan saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung.
3. Bagi pihak guru
a. Guru lebih memaksimalkan lagi kompetensi yang dimiliki terutama
kompetensi pedagogik seperti memaksimalkan penggunaan bahasa
Inggris dalam mengajar dan penggunaan teknologi dalam mengajar.
b. Guru harus mampu melihat kondisi siswa dan bisa menjadikan proses
pembelajaran menarik dan mudah dimengerti siswa. Selain itu, sebelum
melakukan pembelajaran, guru harus mempunyai perencanaan yang
matang mengenai hal yang akan diajarkan beserta metode pengajarannya
juga.
Top Related