Konstruksi-Media-Tentang-Mitigasi-Bencana-Tanah-Longsor ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Konstruksi-Media-Tentang-Mitigasi-Bencana-Tanah-Longsor ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB III
KONSTRUKSI REALITAS BENCANA TANAH LONGSOR
DI BANJARNEGARA
PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS
EDISI 1-23 DESEMBER 2014
Pada bab III ini akan disajikan data dan analisis teks berita di Surat Kabar
Kompas dan Jawa Pos. Data yang disajikan mengenai konstruksi realitas yang
dilakukan kedua surat kabar terkait pemberitaan bencana tanah longsor di Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara pada
Desember 2014. Berita yang diteliti adalah berita yang terbit periode 1-23
Desember 2014. Periode yang tetapkan penulis mengacu pada kejadian bencana
yang melanda Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada 12 Desember 2014. Pada periode
tersebut memungkinkan pemberitaan bencana dalam masa prabencana, kejadian
bencana, dan pascabencana.
Untuk menganalis berita, peneliti menggunakan analisis framing
Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Model analisis framing milik Pan-Kosicki
dapat melihat bagaimana media memandang suatu peristiwa dan bagaimana media
menekankan fakta dengan menonjolkan atau menghilangkan fakta yang ada
dilapangan dengan unsur retoris. Kelengkapan ini membantu peneliti mengkaji
berita secara lebih detail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Pan dan Kosicki menggunakan skema berita, kelengkapan berita, detail,
koherensi, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, grafis dan metafora. Pada model
tersebut juga digunakan struktur sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), skrip
(cara wartawan mengisahkan fakta), tematik (cara wartawan menulis fakta) dan
retoris (cara wartawan menekankan fakta). Keempat struktur analisis tersebut
akan digunakan untuk menganalisis teks berita sehingga dapat diketahui
pemelihan isu dalam berita, baik dari wacana, narasumber, maupun
penekanannya.
Dalam analisis ini, penulis meneliti keseluruhan berita mengenai bencana
tanah longsor di Banjarnegara dalam periode 1-23 Desember 2014 dan berita yang
terkait dengan bencana longsor yang melanda pada Jumat 12 Desember 2014.
Setelah pemilihan berita, terdapat 36 berita yang akan diteliti oleh peneliti dari
Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos. Pada Surat Kabar Kompas terdapat 25 artikel
berita dan 3 foto lepas. Sementara pada Surat Kabar Jawa Pos terdapat 8 artikel
berita.
Peneliti melakukan analis dengan cara membedah teks berita
menggunakan tabel analisis model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Hasil
pembedahan teks berita diuraikan penulis kemudian membandingkan konstruksi
kedua surat kabar. Sementara untuk tabel analis teks berita, oleh peneliti
diletakkan di halaman lampiran. Keseluruhan berita yang dipilih peneliti disajikan
dalam tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 3.1 Daftar Berita Surat Kabar Kompas yang Dianalisis
No. Tanggal Terbit Judul Berita Halaman
1 Senin, 1 Desember 2014
Longsor, Lima Desa terisolasi : 70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan Longsor
Halaman 22, Rubrik Nusantara
2 Selasa, 2 Desember 2014
Jalan Utama Halaman 15, Rubrik Umum
3 Jumat, 5 Desember 2014
Lahan Kritis Rentan Banjir dan Longsor
Halaman 22, Rubrik Nusantara
4 Senin, 8 Desember 2014
Pastikan Bantuan Bencana Tepat : Masyarakat Mempersepsikan Diri Sebagai Korban
Halaman 13, Rubrik Iptek : Lingkungan dan Kesehatan
5 Selasa, 9 Desember
Waspadai Musim Hujan Halaman 13 Iptek : Lingkungan dan Kesehatan
6 Sabtu, 13 Desember
Longsor, 108 Warga Belum Ditemukan
Halaman 1
7 Minggu, 14 Desember 2014
Duka menimpa Banjarnegara : Longsor Diperkirakan Mengubur Sekitar 100 Warga
Halaman 1
8 Minggu, 14 Desember 2014
Kimat Kecil di Dusun Jemblung
Halaman 1
9 Minggu, 14 Desember 2014
Ancaman Longsor Masih Besar : Penduduk di Zona Rentan Longsor Makin Banyak
Halaman 7, Rubrik Nusantara
10 Senin, 15 Desember 2014
35 Korban Teridentifikasi ; Pemerintah Fokus Melakukan Evakuasi
Halaman 1
11 Senin, 15 Desember 2014
Tanggap Darurat Tidaklah Cukup
Halaman 1
12 Senin, 15 Desember 2014
Benahi Sistem Mitigasi Bencana Longsor : Longsor Masih Berpotensi, Identifikasi Daerah Rawan
Halaman 14, Iptek : Lingkungan dan Kesehatan
13 Senin, 15 Desember 2014
Utamakan Korban Luka Mengancam Jiwa
Halaman 14, Iptek : Lingkungan dan Kesehatan
14 Selasa, 16 Nasib Mereka Setelah Halaman 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Desember 2014 Bencana 15 Selasa, 16
Desember 2014 Waspada Longsor Besar Susulan : Status Tanggap Darurat hingga 19 Desember 2014
Halaman 13, Rubrik Iptek : Lingkungan dan Kesehatan
16 Selasa, 16 Desember 2014
Pembusukan Terjadi, Lingkugan Memburuk
Halaman 14, Rubrik Iptek Lingkung dan Kesehatan
17 Selasa, 16 Desember 2014
Wajah Abai Peran Negara Halaman 14, Rubrik Iptek Lingkung dan Kesehatan
18 Selasa, 16 Desember 2014
Revitalisasi Kearifan Lokal : Masyarakat Belum Mendapat Sosialisasi Bencana yang Cukup
Halaman, 21 Rubrik Nusantara
19 Rabu, 17 Desember 2014
Perkampungan Relokasi Longsor
Halaman 1
20 Rabu, 17 Desember 2014
Belajar dari ALam Halaman, 14 Rubrik Iptek : Lingkungan dan Kesehatan
21 Rabu, 17 Desember 2014
Terjadi Longsoran Baru, 700 Warga Mengungsi : Pemkab Banjarnegara Kesulitan Cari Lahan Relokasi
Halaman 22, Rubrik Nusantara
22 Kamis, 18 Desember 2014
Sebanyak 34 Titik Rawan Longsor Ditemukan
Halaman 14, Rubrik Iptek : Lingkungan dan Kesehatan
23 Kamis, 18 Desember 2014
Longsor Ancam 3 Dusun : Sukarelawan Longsor Banjarenagra Tewas Tertimpa Alat Berat
Halaman 22, Rubrik Nusantara
24 Jumat, 19 Desember 2014
Empat Alternatif Lahan Relokasi Disiapkan
Halaman 21, Rubrik Nusantara
25 Sabtu 20 Desember 2014
Pendidikan Kebencanaan Masih lemah
Halaman 13, Iptek : Lingkungan dan Kesehatan
26 Minggu, 21 Desember 2014
Pengungsi Secepatnya Tinggalkan Pengungsian
Halaman, 10 Rubrik Nusantara
27 Senin, 22 Desember 2014
Pencarian Korban Longsor Berakhir
Halaman 15, Rubrik Umum
28 Selasa, 23 Desember 2014
Semua Korban Selamat Tempat Rumah Sewa
Halaman 22, Rubrik Nusantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 3.2 Daftar Berita Surat Kabar Jawa Pos yang Dianalisis
No Tanggal Judul Halaman 1 Sabtu, 13 Desember 2014 Bukit 1 Km
Longsor Hamanan1
2 Minggu, 14 Desember 2014 Baru 17 Korban Ditemukan, 91 Terkubur : Hujan Deras Hentikan Evakuasi
Halaman 1
3 Minggu, 14 Desember 2014 Daerah Lain Juga Harus Waspada
Halaman 1
4 Minggu, 14 Desember 2014 Ganjar Tetapkan Jateng Darurat Bencana
Halaman 3, Rubrik Berita Utama
5 Senin, 15 Desember 2014 Fokus Evakuasi, Tambah Alat Berat : Tim Penyelamat Temukan 32 Korban Meninggal
Halaman 1
6 Senin, 15 Desember 2014 Opsi Relokasi untuk Desa Rawan Bencana
Halaman 1
7 Selasa, 16 Desember 2014 Cuaca Buruk, Evakuasi Dihentikan Lagi
Halaman 1
8 Rabu ,17 Desember 2014 Dusun Tetangga Ikut Longsor : Temukan Motor dan Mobil Tertimbun Tanah
Halaman 12, Rubrik Sosok dan Sisi Lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
A. Analisis Framing Berita Bencana Tanah Longsor di Banjarnegara
Pada Surat Kabar Kompas Edisi 1-23 Desember 2014
1. Frame Kompas edisi Senin 1 Desember 2014 yang Berjudul
Longsor, Lima Desa Terisolasi : 70 Persen Wilayah Banjarnegara
Rawan Longsor
Dua hari setelah terjadi longsor yang memutuskan jalan
utama di wilayah Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara,
Jawa Tengah Kompas menuliskan berita berjudul “Longsor, Lima
Desa Terisolasi : 70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan Longsor”.
Longsor tersebut dimaknai Kompas sebagai peristiwa yang
menimbulkan ancaman bencana dengan korban jiwa. Kompas
melakukan strategi wacana adanya ancaman bencana dengan
menampilkan pandangan dari instansi penanganan bencana, Anggota
Staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang
mengemukakan data sebagian besar wilayah Banjarnegara rawan
longsor. Kompas juga menampilkan ancaman sejumlah bencana yang
terdapat di beberapa daerah di Indonesia.
Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran Kompas
untuk memberikan peringatan dini kepada khalayak. Sudut pandang
yang diberikan Kompas tidak hanya kejadian peristiwa longsor.
Namun, Kompas juga memberi pandangan ancaman bencana longsor
di Banjarnegara dan daerah lain. Secara lebih luas, Kompas juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
menyajikan peristiwa bencana banjir dan hujan disertai angin kencang
yang sedang terjadi di sejumlah daerah.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul penggoda (headline teaser) “Longsor, Lima
Desa Terisolasi” yang menggunakan kata “terisolasi” sangat jelas
menunjukkan akibat bencana longsor yang terjadi. Headline teaser
digunakan untuk menarik perhatian khalayak. Namun, bagaimana
Kompas memandang peristiwa longsor itu nampak dari judul
pemberitahu (headline teller) “70 Persen Wilayah Banjarnegara
Rawan Longsor”. Headline teller tersebut merupakan bagian
terpenting dan mempertegas maksud berita Kompas yang mempunyai
pesan mengenai adanya ancaman bencana di sebagian besar wilayah
Banjarnegara. Ancaman bencana dapat lihat dari kata “rawan” yang
digunakan Kompas. Rawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti mudah menimbulkan gangguan atau bahaya. Dengan
menggunakan headline teller, Kompas menekankan kepada khalayak
bahwa ada ancaman bencana longsor di wilayah Banjarnegara.
Secara lebih luas Kompas menambahkan bencana lain yang
sedang terjadi, terlihat dari cross headline “Banjir”. Kompas
menyajikan peristiwa banjir yang menggenangi sejumlah areal
persawahan di Banyumas, Jawa Tengah. Hujan disertai dengan angin
kencang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Lamongan, Tuban,
Bojononegoro, dan Gresik, Jawa Timur. Dengan berita tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Kompas memberi wacana bahwa bencana dan ancaman bencana juga
terjadi di daerah lain.
Kompas menuliskan lead untuk menampilkan hal yang paling
penting dari keseluruhan uraian dalam artikel. Kompas memandangan
peristiwa bencana longsor penting untuk menarik perhatian sekaligus
informasi penting bagi khalayak. Hal itu tampak pada kutipan berita
berikut :
“Jalan Utama di wilayah Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga Minggu (30/11) masih terputus akibat tertimbun tanah dari longsoran tebing sepanjang 75 meter dengan tinggi 3 meter yang ambrol pada Sabtu. Ribuan warga dari lima desa pun terisolasi dari pusat kabupaten.” (paragraf 3) Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari
empat narasumber : Kepala Desa Kalitlaga Nurhadi, Anggota staf
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Andri
Sulistyo, Tokoh masyarakat Pakenjeng Ade Madadin, dan seorang
warga Desa Pekaja Karman (50). Nurhadi menyampaikan kondisi
longsor dan menekankan pada potensi longsor yang mengancam
korban jiwa, sementara Kompas mempertegas penekanan pada
ancaman bencana di Banjarnegara menggunakan keterangan dari
Andri Sulistyo berupa data BPBD berupa 70 persen wilayah
Banjarnegara rawan longsor, antara lain di Kecamatan Batur,
Karangkobar, Pagentan, dan Banjarmangu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Kompas menampilkan penanganan longsor di Garut dengan
mewawancari tokoh masyarakat Pakenjeng, Ade Manadi. Adi Manadi
menjelaskan pembersihan titik longsor di Jatiwangi dan Bokongrandu.
Sementara, Karman (50) digunakan Kompas untuk memberikan bukti
dampak bencana banjir yang merugikan warga. Warga Desa Pekaja,
Kecamatan Kalibagor tersebut mengatakan banjir menggenangi 5
hektar sawah di wilayahnya mengakibatkan kerugian 1 juta per hektar.
Teks berita Kompas berisi tentang pandangan adanya ancaman
bencana. Kompas menuliskan 6 paragraf awal menjelaskan peristiwa
longsor di jalan utama wilayah Kecamayan Pagentan, Kabupaten
Banjarnegara yang mengakibatkan 5 desa terisoliasi. Lima desa
tersebut adalah Desa Kalitlaga, Metawana, Kayuares, Gumingsir, dan
Desa Karang. Kondisi jalan utama sama sekali tidak dapat dilalui
kendaraan. Kompas juga menguraikan keterangan Nurhadi mengenai
penyebab terjadinya longsor. Tebing tersebut longsor akibat hujan
deras yang mengguyur wilayah perbukitan itu beberapa hari terakhir.
Sebelumnya jalan di wilayah yang konturnya labil tersebut juga retak.
Selain memutus akses transportasi, longsoran juga mengancam rumah
warga, sebab saat musim hujan pergerakan tanah di wilayah itu sangat
terasa.
Kompas menuliskan kutipan untuk memberikan penekanan pada
uraian. Kutipan digunakan memperkuat informasi yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Kompas kepada khalayak. Khalayak seakan mendapatkan informasi
langsung dari narasumber.
“Jalan hanya dapat dilalui jika berjalan kaki. Ini yang dilakukan warga jika akan pergi ke pasar atau sekolah. Sementara sepeda motor dan mobil harus memutar lebih jauh sekitar 10 kilometer,” kata Kelapa Desa Kalitlaga Nurhadi. (paragraf 3)
.... “Longsor ke arah bawah di sisi utara sejauh sekitar 600
meter dan ke sisi barat 800 meter. Adapun yang berpotensi longsor juga ke arah selatan atau masuk wilayah Desa Metawanan sekitar 500 meter,” kata Nurhadi. (paragraf 6) Mengenai peran narasumber, Kompas lebih menampilkan
instansi dari pada pejabatnya. Dapat dilihat dari penggunaan kata
“pemerintah desa sudah mengimbau” pada cuplikakan berita di
bawah ini :
“Pemerintah desa sudah mengimbau warga membuat jalan darurat yang dapat dilalui kendaraan kecil. Warga dilarang melewati jalan yang terkena longsor sebelum ada penanganan dari pemerintah untuk menghindari potensi tertimbun longsor susulan.” (paragraf 7)
Kompas melanjutkan uraian untuk memberi tanggapan terhadap
peristiwa longsor dari instansi penanganan bencana, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam 2 paragraf.
Anggota staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Andri Sulistyo mengatakan, pemerintah secepatnya membersihkan material longsoran. Dia juga mengimbau warga untuk berhati-hati saat melintasi jalan di bawah tebing, terutama saat hujan, karena berpotensi longsor. (paragraf 8) Penggunaan kata “pemerintah secepatnya” oleh Kompas lebih
menampilkan instansi dalam hal tindakan penanganan bencana. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
uraian di atas juga terlihat upaya Kompas untuk menampilkan
pemerintah yang tanggap terhadap kejadian bencana longsor. Uraian
dari Nurhadi yang mengungkapkan “sebelum ada penanganan dari
pemerintah” seakan ditanggapi langsung oleh Andri yang mengatakan
“pemerintah secepatnya”. Kata secepatnya menunjukkan tindakan
yang dilakukan sesegera mungkin.
Kompas juga menekankan pandangan dengan menampilkan data
dari instansi penanganan bencana BPBD Banjarnegara.
Berdasarkan data BPBD Banjarnegara, sekitar 70 persen wilayah banjarnegara rawan longsor, antara lain di Kecamatan Batur, Karangkobar, Pagentan, dan Banjarnegara. (paragraf 9) Kompas melanjutkan uraian mengenai longsor yang terjadi di
Garut dalam 5 paragraf. Kompas memberi pandangan longsor juga
rawan terjadi di daerah lain. Dalam hal ini Kompas memberikan
pandangan berupa kejadian longsor di Garut. Kompas mengimbau
warga was-was saat melintasi jalan raya yang berbatasan dengan
tebing-tebing tanah karena rawan longsor.
Pandangan tersebut dijelaskan dengan uraian tiga kejadian
longsor tebing tanah di tepi jalan dipicu hujan deras. Sabtu lalu,
longsor membuat Jalan Garut Kota-Kecamatan Bungbulang di Desa
Jalatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, tertimbun tanah, akses jalan
lumpuh.
Sepuluh hari sebelumnya, hujan deras membuat tebing tanah di
Desa Neglasari, Kecamatan Cisompet, longsor. Longsoran menutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Jalan Raya Garut-Pameungpeuk. Tinggi timbunan tanah sekitar 1,5
meter sepanjang 35 meter.
Kompas juga menghadirkan narasumber untuk menekankan
pandangan yang diberikan. Dalam 3 kejadian longsor di atas, Kompas
menulisakan kutipan langsung dari narasumber.
“Dua titik di Jatiwangi dan Bojongrandu sudah dibersihkan. Masih ada satu titik longsor Bojongrandu yang menunggu dibersihkan. Targetnya akan dibersihkan malam ini, “ kata tokoh masyarakat Pakenjeng, Ade Manadin. (paragraf 14)
Kompas menampilkan pandangan bencana lain yang merugikan
warga juga terjadi di sejumlah daerah dalam 4 paragraf. Kompas
memberikan pandangan dengan menampilkan banjir yang melanda
Banyumas, Jawa Tengah serta menuliskan kutipan langsung untuk
menegaskan kerugian yang dialami warga. Banjir di Banyumas di
akibatkan hujan lebat sejak sabtu petang. Bajir juga menyebabkan air
Sungai Kaja meluap. Sawah yang terendam banjir tersebat di sejumlah
kecamatan.
Karman (50) warga Desa Pekaja, Kecamatan Kalibagor, mengatakan, banjir setinggi 1 meter merendam sekitar 5 hektar sawah di wilayahnya. “Petani sudah menebarkan benih. Kerugian sekitar Rp 1 juta per hektar,” katanya. (paragraf 17)
Kompas juga menekankan pandangan dengan menyajikan
data hujan disertai angin kencang melanda sejumlah daera di
Kabupaten Lamongan, Tuban, Bojonegoro, dan Gresik, Jawa Timur.
Dalam kejadian tersebut puluhan rumah rusak dan beberapa orang
terluka. Sementara kemarin, hujan disertai angin kencang di Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pacuh, Kecaamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik. 18 rumah
warga rusak.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
adanya ancaman bencana kepada khalayak. Kompas memberikan
bukti peristiwa longsor, banjir, dan hujan disertai angin kencang di
daerah lain dijadikan penguat pandangan terhadap ancaman bencana.
Kompas juga menggukanan kutipan langsung untuk menekankan
pandangan.
Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan
menampilkan apa dampak peristiwa longsor (what). Dalam lead berita
ditampilkan jalan utama di wilayah Kecamatan Pagentan, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga Minggu (30/11) yang masih
terputus akibat tertimbun tanah dari longsoran tebing sepanjang 75
meter dengan tinggi 3 meter yang ambrol pada Sabtu. Ribuan warga
dari lima desa pun terisolasi dai pusat kabupaten.
Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu (who). Kompas lebih
menampilkan narasumber berkompeten, yakni pejabat Kepala Desa
Kalitlaga, Nurhadi untuk menggambarkan situasi bencana dan
Anggota staf BPBD Banjarnegara, Andri Sulistyo untuk menekankan
ancaman bencana di Banjarnegara.
Kompas melihat bencana tersebut sebagai peristiwa yang
mempunyai ancaman bencana (why). Hal itu dapat dilihat dari kutipan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Nurhadi mengenai potensi bencana dan dipertegas dengan data dari
BPBD mengenai ancaman bencana di Banjarnegara.
Bagaimana menyikapi bencana (how). Kompas lebih
menekankan pada imbauan kepada warga untuk mewaspadai ada
ancaman bencana. Nurhadi menyampaikan imbauan kepada warga
untuk membuat jalan darurat serta larangan bagi warga melintasi jalan
yang terkena longsor untuk menghindari potensi longsor susulan.
Sementara hal tersebut ditekankan Kompas dengan menyajikan
wawancara staf BPBD yang memberi imbauan untuk berhati-hati saat
melintas di jalan di bawah tebing, terutama saat hujan, karena
berpotensi longsor.
Kompas memberi wacana mengenai adanya ancaman bencana
dengan lingkup yang lebih luas (where). Hal itu terlihat dari data
BPBD mengenai 70 persen wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah rawan
longsor; longsor di Garut, Jawa Barat, banjir di Banyumas, Jawa
tengah; dan hujan disertai angin kencang di Kabupaten Lamongan,
Tuban, Bojonegoro, dan Gresik, Jawa Timur.
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak bahwa peristiwa bencana longsor yang menutup
akses lima desa perlu menjadi perhatian khalayak. Meskipun tidak
menimbulkan korban jiwa, namun longsoran setidaknya membuat
ribuan warga dari lima desa terisolasi dari pusar kabupaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Dari struktur tematik, ada dua tema tema dalam teks berita.
Pertama, adanya ancaman bencana longsor di Banjarnegara. Tema ini
bisa dilihat dari keterangan Nurhadi yang mengungkapakan selain
memutus akses trasnportasi, longsoran tersebut juga mengancam
beberapa rumah warga. Uraian Nurhadi dipertegas dengan data dari
BPBD yang menyebut 70 persen wilayah Banjarnegara rawan longsor.
Kompas menekankan tema ini dengan menyajikan hubungan antara
narasumber yang memberikan pandangan.
Tema kedua, ancaman sejumlah bencana di daerah lain. Tema
ini dilihat dari pandangan Kompas yang memberikan pandangan
berupa bukti bencana longsor di Garut, banjir di Banyumas, dan hujan
disertai angin kencang. Kompas menekankan pandangan dengan
memberi bukti penyebab longsor di Garut serta kutipan langsung dari
tokoh masyarakat, memberi bukti banjir di Banyumas dengan
penekanan kutipan langsung seorang warga yang menyebutkan
kerugian akibat banjir Rp 1 juta per hektar sawah, serta hujan dan
angin kencang di sejumlah wilayah di Jawa Timur yang menimbulkan
kerusakan serta beberapa orang luka.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Nurhadi dilabeli “Kepala Desa Kalitlaga”, Andri
Sulistyo dilabeli “anggota staf BPBD Banjarnegara”, Ade Manadin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dilabeli “tokoh masyarakat Pakenjeng”, dan Karman (50) dilabeli
“warga Desa Pekaja”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan
bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan
valid untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk
memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon warga,
terisolasi, dan imbau. Leksikon “warga” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan anggota. Warga lebih pada maksud warga negara
atau anggota dari penduduk sebuah negara. Kata lain yang hampir
sama untuk digunakan adalah penduduk dan masyarakat. Penduduk
lebih mengarah pada orang-orang yang mendiami suatu tempat, bisa
kampung, kota, maupun negeri. Sementara masyarakat adalah
sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yg mereka anggap sama atau bisa disebut dengan
kehidupan sosial. Keterangan tersebut sekaligus menjelaskan leksikon
“masyarakat” pada penyebutan tokoh masyarakat.
Kata “terisolasi” juga sebanding dengan terasing, terpencil, dan
tersendiri. Tersendiri adalah terpisah dari yang lain, sama halnya
dengan terasing yang berarti terpisah dari yang lain. Arti kata
terisolasi sama dengan kata terpencil. Namun terisolasi lebih
menunjukkan pada penduduk yang jauh dari penduduk yang lain,
sementara terpencil lebih menunjukkan tempat yang jauh dari tempat
yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Kata “imbau” yang digunakan Kompas diartikan sebagai
meminta dengan sungguh-sungguh. Dalam konteks tanggapan
mengenai ancaman bencana kata itu juga berdekatan dengan
penggunakan kata meminta, menyuruh, menganjurkan, dan
menyarankan.
Tabel 3.3 Analisis Framing Longsor, Lima Desa Terisolasi
70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan Longsor
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi
untuk memberikan pandangan. Kompas juga mewawancarai tokoh masyarakat dan warga untuk bukti sekaligus sebagai penguat pandangan. Menampilkan peran instansi dalam penanganan bencana.
Skrip Penekanan adanya ancaman bencana. Sementara fakta peristiwa longsor sendiri digunakan sebagai latar pandangan Kompas mengenai adanya ancaman bencana.
Tematik (1) Adanya ancaman bencana longsor di Banjarnegara (2) Ancaman sejumlah bencana di daerah lain
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Memberikan data dari BPBD Banjarnegara. Menggunakan leksikon “warga” untuk menyebut orang-orang, menggunakan “masyarakat” untuk label tokoh masyarakat, dan “imbau” untuk menekankan permintaan dari narasumber terkait tindakan yang perlu dilakukan warga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
2. Frame Kompas edisi Selasa 2 Desember 2014 yang Berjudul Jalan
Utama
Tiga hari setelah terjadi longsor yang memutuskan jalan utama
di wilayah Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah Kompas menampilkan berita foto kondisi jalan disertai
caption, tanpa ada teks berita. Dalam praktik jurnalistik biasa disebut
foto lepas. Foto lepas yang ditampilkan merupakan penekanan serta
kelanjutan informasi dari Kompas terhadap artikel yang disajikan pada
Senin 1 Desember 2014.
Foto lepas dalam kategori prabencana ini merupakan upaya
Kompas untuk menginformasi lebih lanjut mengenai peristiwa
longsoran di Kecamatan Pagentan. Informasi tersebut berupa foto
jalan yang rusak dengan keterangan amblesannya semakin dalam,
serta uraian mengenai dampak longsor berupa mobilitas penduduk
dari lima desa terhambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Secara keseluruhan caption atau keterangan foto di kutip oleh
peneliti di bawah ini :
Jalan utama di Dusun Bulukuning, Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Tengah, hingga Senin (1/12) masih terputus setelas ambles sejak Sabtu dini hari. Mobilitas ribuan warga dari lima desa wilayah perbukitan tersebut pun terhambat. Amblesan tanah semakin dalam karena kontur geografis tanah yang labil diperparah hujan deras di wilayah tersebut beberapa hari terakhir.
Kompas menampilkan foto lepas tersebut sebagai berita
follow up atas pemberitaan mengenai longsor di Banjarnegara yang
dicetak pada edisi Senin 1 Desember 2014 yang berjudul Longsor,
Lima Desa Terisolasi : 70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan
Longsor. Berita follow up atau running news atau berita tindak lanjut
merupakan kelanjutan sebuah berita atau berita yang terus bergulir
dengan menampilkan hal-hal baru, seperti informasi maupun sisi lain
dari berita yang sebelumnya telah dicetak. Dengan hal tersebut
Kompas menilai peristiwa longsor yang memutuskan jalan utama di
Dusun Kalitlaga, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara,
Jawa Tengah penting atau menarik untuk diinformasikan
perkembangannya.
Berdasarkan pengalaman penulis yang pernah bekerja di media
cetak lokal Solopos sebagai fotografer. Foto lepas ditampilkan karena
peristiwa tersebut penting atau menarik untuk diberitakan
kelanjutannya. Namun, tidak ada informasi atau data yang cukup
apabila ditulis sebagai teks berita. Sehingga informasi atau data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
didapatkan cukup ditambahkan sebagai caption atau keterangan foto.
Hal itu dapat dilihat dari Kompas yang memberikan keterangan foto.
Dari keterangan foto dapat dilihat penekanan Kompas pada
huhungan sebab-akibat antara jalan utama yang terputus dengan
mobilitas yang terhambat. Kompas menampilkan istilah keilmuan
berupa kontur geografis dengan penekanan kata labil yang diartikan
kondisi bentuk tanah atau pola turun-naiknya tidak stabil. Kompas
menggunakan leksikon “warga” untuk menyebut penduduk setempat.
3. Frame Kompas edisi Jumat 5 Desember 2014 yang Berjudul Lahan
Kritis Rentan Banjir dan Longsor
Pada edisi 5 Desember 2014, Kompas menampilkan berita
dengan judul “Lahan Kritis Rentan Banjir dan longsor”. Kondisi lahan
kritis tersebut dimaknai Kompas sebagai kondisi yang dapat memicu
terjadinya bencana, namun masih bisa dicegah. Kompas melakukan
strategi wacana dengan menampilkan narasumber yang
mengemukakan bukti keberhasilan upaya mengurangi lahan kritis di
Tasikmalaya dengan cara penggalakan penanaman pohon atau
penghijauan.
Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran Kompas
untuk memberikan informasi cara penanggulangan bencana. Sudut
pandang yang diberikan Kompas juga berupa peringatan dini bencana
longsor di Banjarnegara. Kompas memberi pandangan kawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Banjarnegara rawan longsor yang mengancam jiwa. Secara lebih luas,
Kompas juga menyajikan informasi bencana banjir yang melanda
Kecamatan Kalis, Kapuas, Kalimantan Barat.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema berita. Judul berita Kompas yang menggunakan kata “rentan”
secara tidak langsung menyampikan kepada khalayak bahwa lahan
kritis dapat memicu terjadinya bencana banjir dan longsor.
Kata “rentan” tentu mengingatkan pada kata “rawan” yang
digunakan Kompas saat menampilkan berita tentang kawasan di
Banjarnegara pada edisi 1 Desember 2014 lalu. Untuk mudah
memahaminya penulis menggambarkan dalam situasi ancaman
bencana. Rentan dimaksudkan bahwa ada potensi ancaman bencana
atau ada kemungkinan menimbulkan ancaman bencana. Sementara
rawan dimaksudkan bahwa sudah ada ancaman bencana.
Kompas menambahkan crossheadline untuk menandakan
pandangan lain. Judul “Disesaki permukiman” merupakan upaya
untuk menekankan pada penyebab kondisi rawan longsor yang
mengancam korban jiwa. Dapat dipahami sebagai kondisi yang dapat
menimbukan bencana dengan korban jiwa.
Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari 3
narasumber. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya Heri
Sogiri, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Alfian, dan
Kepala Seksi Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Haryanto. Heri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Sogiri menyampaikan data lahan kritis di Tasikmalaya serta
memberikan pandangan mengungai lahan kritis dengan cara
penggalakan penanaman pohon. Kompas menekankan pandangan
dengan bukti penggalakan penanaman pohon yang diuraikan oleh
Alfian.
Kompas menampilkan wacana ancaman longsor yang
mengancam korban jiwa di Banjarnegara dengan memberikan
keterangan dari Haryanto yang menyebutkan wilayah bagian utara
Kabupaten Banjarnegara kurang layak menjadi kawasan permukiman.
Teks berita Kompas berisi tentang pandangan ancaman bencana
alam bisa ditanggulangi dengan upaya mengurangi lahan kritis.
Kompas menuliskan 5 paragraf untuk menjelaskan upaya mengurangi
lahan kritis. Kompas memberi pandangan bahwa Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat mudah terjadi longsor dan banjir saat musim
hujan. Pandangan tersebut diperkuat dengan data yang dikemukakan
Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya Heri Sogiri.
Kompas menguraikan keterang dari Heri yang mengemukakan
pihaknya terus berupaya mengurangi lahan kristis, dengan cara
menggalakkan penanaman pohon bekerjasa sama dengan masyarakat
dan sekolah dari tingkar SMP hingga SMA. Kompas menampilkan
keterangan dari Kepala Dinas Pendidikasn Kabupaten Tasikmalaya
Alfian sebagai penekanan. Alfian menyebut instansinya sudah
menginstruksikan kepada seluruh sekolah, mulai daer SMP-SMA agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
menggalakkan penanaman pohon. Dengan jumlah 100.000 siswa,
setiap siswa diminta menanam satu pohon berbagai jenis sejak tahun
lalu dan ikut merawat hingga tumbuh.
Kompas menuliskan Kutipan untuk memberikan penekanan
pada uraian. Kutipan digunakan untuk memperkuat informasi yang
diberikan Kompas kepada khalayak. Khalayak seakan mendapatkan
informasi langsung dari narasumber.
“Sekitar 20 persen dari total wilayah Kabupaten Tasikmalaya seluas 270.881 hektar masuk kateori kritis. Keberadaannya tersebar merata di 39 kecamatan,” kata Kepala Dinas Kehutanan,” kata Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya Heri Sogiri di Tasikmalaya, Kamis (4/12).(paragraf 2)
... “Sejak 2013, di wilayah ini sudah menanam lebih dari 14
juta pohon berbagai jenis. Faktor ini bahkan mendapat apresiasi sebagai kabupaten terbaik di bidang penghijauan dari Pemerintah Provinsi Jabar,” katanya. (paragraf 4)
Mengenai peran narasumber, Kompas lebih menampilkan
instansi dari pada pejabatnya. Dapat dilihat dari penggunaan kata
“pihaknya” saat Heri mengemukakan upaya mengurangi lahan kritis
dan penggunaan kata “instansinya” saat Alfian mengutarakan sudah
memberikan instruksi kepada seluruh sekolah. Dapat diamati dari
uraian di bawah ini.
Heri mengatakan, pihaknya terus berupaya mengurangi lahan kritis itu. Salah satunya dengan menggalakkan penanaman pohon bekerja sama dengan masyarakat dan sekolah dari tingkat SMP hingga SMA. (paragraf 3)
... Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Alfian
menyebutkan, instansinya sudah menginstruksikan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
seluruh sekolah, mulai dari tingkat SMP-SMA, agar menggalakkan penanaman pohon. Dengan jumlah siswa sekitar 100.000 orang, setiap siswa diminta menanam satu pohon berbagai jenis sejak setahun lalu dan ikut merawat hingga benar-benar tumbuh. (paragraf 5)
Kompas melanjutkan uraian untuk memberi pandangan
mengenai ancaman longsor yang mengancam korban jiwa di
Banjarnegara dalam 2 paragraf. Kompas memberikan uraian
Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah merupakan daerah dengan
tingkat kecuraman lebih dari 45 derajat yang terus disesaki
permukiman penduduk. Kondisi itu menyebabkan kondisi rawan
bencana longsor yang mengancam korban jiwa. Kompas memberikan
penekanan dengan uraian dari Kepala Seksi Stasiun Geofisika BMKG
Banjarnegara Haryanto yang mengatakan sebagian besar wilayah
langganan longsor di bagian utara kurang layak menjadi kawasan
permukiman. Hadirnya Haryanto menandakan pandangan yang
diuraikan oleh Kompas berasal dari keterangan narasumber.
Kompas menutup berita dengan 1 paragraf informasi mengenai
Banjir di Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat yang merendam permukiman warga pada Rabu (3/12). Luapan
sungai sudah surut, warga sudah kembali ke rumah. Informasi tersebut
untuk memberikan penekanan pada pandangan kejadian bencana
terjadi di daerah lain.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
penanggualangan ancaman bencana kepada khalayak. Kompas juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
mewacanakan kawasan Banjarnegara yang rawan bencana longsor
mengancam korban jiwa.
Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan
menampilkan lahan kritis dapat menimbulkan ancaman bencana
(what). Seperti pembuka paragraf pertama berita, lahan kritis rentan
memicu beragam kejadian bencana alam di Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat.
Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu (who). Kompas
menampilkan pejabat berwenang untuk memberikan data lahan kritis
serta upaya yang telah dilakukan dengan narasumber, Kepala Dinas
Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya, Heri Sogiri. Kompas juga
menampilkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya,
Alfian untuk memastikan upaya mengurangi lahan kritis (how).
Kompas memberi wacana mengenai kondisi di daerah lain
(where). Hal itu terlihat dari data mengenai kawasan Banjarnegara
yang merupakan daerah dengan tingkat kecuraman lebih dari 45
derajat disesaki permukiman penduduk. Serta peristiwa banjir yang
melanda di Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat yang merendam permukiman warga.
Dengan kisah peristiwa tersebut, apabila dicermati Kompas
sebenarnya menggambarkan fase bencana. Fase bencana terlihat dari
lahan kritis rentan memicu bencana atau kawasan berpotensi timbul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
rawan bencana (Tasikmalaya), kawasan rawan bencana
(Banjarnegara), dan kawasan dilanda bencana (Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat). Melihat fokus berita pada fase potensi timbul
rawan bencana, Kompas memberitahukan kepada khalayak untuk
melakukan tindakan pencegahan bencana dengan mengurahi lahan
kritis.
Dari struktur tematik, ada dua tema dalam teks berita yang
menunjuk pada tema utama upaya mengurangi lahan kritis untuk
mencegah timbulnya ancaman bencana. Tema pertama dapat dilihat
kutipan Hari Sogiri. Keterangan Hari menyebutkan data lahan kritis di
Tasikmalaya serta upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi
lahan kritis. Upaya tersebut mendapatkan apresiasi sebagai kabupeten
terbaik di bidang penghijauan dari Pemprov Jabar. Hal itu diperkuat
dengan keterangan dari Alfian mengenai data jumlah siswa yang ikut
penanaman pohon. Kompas menekankan tema dengan menyajikan
hubungan antara narasumber yang mengemukakan keterangan.
Kompas juga menggunakan informasi rawan bencana longsor di
Banjarnegara yang mengancam korban jiwa dan banjir yang
menggenangi permuikan penduduk di Kalimantan Barat sebagai
penguat pandangan mengenai perlunya penanggulangan bencana
dengan cara mengurangi lahan kritis.
Tema kedua, ada ancaman longsor yang menimbulkan korban
jiwa di Banjarnegara. Tema ini ditampilkan dengan menyajikan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
tingkat kecuraman di Banjarnegara yang lebih dari 45 derajat dan
terus disesaki permukiman. Tema ini merupakan hubungan atara
kondisi rawan longsor di Banjarnegara dengan kondisi permukiman
yang disesaki penduduk sehingga menimbulkan ancaman longsor
yang menimbulkan korban jiwa.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Heri Sogiri dilabeli “Kepala Dinas Kehutanan
Kabupaten Tasikmalaya”, Alfian dilabeli “Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten”, dan Haryanto dilabeli “Kepala Seksi Stasiun Geofisika
BMKG Banjarnegara”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan
bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan
valid untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “rentan”,
“rawan”, dan “kecuraman”. Rentan dipahami sebagai kondisi mudah
terkena bencana atau dapat menimbulkan ancaman bencana.
Sementara rawan dapat diartikan sebagai kondisi mudah menimbulkan
bencana atau kondisi yang sudah memiliki ancaman bencana. Dalam
menyebutkan kondisi lereng atau perbukitan ada dua istilah yang bisa
digunakan untuk menyebutkan sudut yang terbentuk dengan kata
“kecuraman” atau “kemiringan”. Kemiringan merupakan keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
miring atau sudut yang terbentu. Sementara kecuraman merupakan
kondisi disertai terjal, biasa digunakan dalam penyebutan jurang
maupun tebing.
Tabel 3.4 Analisis Framing Lahan Kritis Rentan Banjir dan Longsor
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk
memberikan pandangan. Kompas menampilkan peran instansi dalam upaya pengeahan bencana.
Skrip Penekanan pada penanggulangan ancaman bencana. Upaya mengurangi lahan kritis dijadikan Kompas sebagai pandangan pencegahan bencana longsor dan banjir. Kompas juga menampilkan wacana ancaman longsor di Banjarnegara yang menimbulkan korban jiwa.
Tematik (1) Upaya mengurangi lahan kritis untuk mencegah timbulnya ancaman bencana (2) Ada ancaman longsor yang menimbulkan korban jiwa di Banjarnegara
Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber. Memberikan bukti berupa data informasi. Menggunakan leksikon “rentan” dan “rawan, serta menggunakan “kecuraman” untuk menekankan sudut kemiringan wilayah perbukitan di Banjarnegara.
4. Frame Kompas edisi Senin 8 Desember 2014 yang Berjudul
Pastikan Bantuan Bencana Tepat : Masyarakat Mempersepsikan
Diri Sebagai Korban
Pada edisi 8 Desember 2014, Kompas menampilkan berita
dengan judul “Pastikan Bantuan Bencana Tepat : Masyarakat
Memersepsikan Diri Sebagai Korban”. Tindakan memastikan bantuan
bencana tersebut dimaknai Kompas sebagai hal yang perlu dicermati
agar bantuan bermanfaat. Kompas melakukan strategi wacana dengan
menampilkan narasumber yang mengemukakan pandangan dan bukti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
sejumlah daerah yang mengalami kesalahan dalam penanganan
bencana baik pemberian bantuan ataupun jalan keluar berupa relokasi.
Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran Kompas
untuk mengkritik sekaligus memberikan edukasi kebencanaan kepada
khalayak dan pemerintah dalam penanganan korban bencana. Kompas
memberikan jalan keluar berupa pemberdayaan masyarakat dengan
membangun kemandirian dan menjaga kearifan lokal.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema berita. Judul penggoda berita Kompas yang menggunakan kata
“tepat” untuk menjelaskan bantuan bencana. Kata tepat dimaknai
sebagai kena pada sasaran atau bisa juga bantuan yang diberikan tidak
lebih dan tidak kurang. Sementara dalam judul pemberitahu, khalayak
disuguhkan pandangan mengenai masyarakat yang memersepsikan
diri sebagai korban. Masyarakat dipandang saat terjadi bencana,
mereka mamandang diri mereka sebagai “korban” bencana atau lebih
mudahnya memersepsikan diri sebagai orang yang menderita.
Kompas menambahkan crossheadline “Pemberdayaan
masyarakat” untuk menekankan pandangan. Pemberdayaan dapat
diartikan sebagai proses memberi kekuatan, akal, atau kemampuan
untuk mengatasi suatu hal, dalam hal ini cara untuk mengatasi atau
menghadapi bencana.
Kompas juga menampilkan lead untuk mengawali teks berita,
dapat dilihat sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Keberadaan banttuan yang cepat pasca bencana memang diperlukan. Namun, jenis bantuan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat korban. Tanpa mengetahui dan mendengar kemauan masyarakat korban, bantuan yang telah diupayakan bisa tidak bermanfaat. (paragraf 1) Lead tersebut menekankan pentingnya menyesuaikan bantuan
dengan kondisi dan kebutuhan korban bencana. Kompas memberi
pandangan perlu mengetahui dan mendengar kemauan masyarakat
korban agar bantuan bisa bermanfaat.
Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari 4
narasumber. Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Penanggulangan
Bencana Indonesia (MPBI) Catur Sudiro, Anggota Keluarga Alumni
Program Persahabatan Indonesia Jepang Abad 21 (Kappija-21) yang
juga Ketua Komisi V DPR Fart Djemy Francis, Kepala Subdivisi
Tanggap Darurat Pemulihan dan Rekonstruksi Palang Merang
Indonesia (PMI) Tia Kurniawan, dan Wakil Presiden Aksi Cepat
Tanggap (ACT) Insan Nurrohman.
Kompas menggunakan Catur Sudiro untuk memberikan
pandangan perlunya mendengar dan memperhatikan korban dalam hal
pemberian bantuan. Ia menekankan jangan memandang masyarakat
tidak berdaya untuk pulih dari bencana. Dari wawancara dengan Fary
Djemi Francis, Kompas memberikan pandangan perlinya membantu
sesuai hasil pengamatan, bukan meminta korban untuk melakukan
sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Dari keterangan Tia Kurniawan Kompas berusaha menjelaskan
bahwa masysrakat perlu mempersepsikan diri sebagai penolong
pertama, bukan memersepsikan diri sebagai korban. Hal itu
ditekankan dengan keterangan Wakil Presiden Akse Cepat Tanggap
(ACT) Insan Nurrohman yang mengemukakan hasil riset persepsi
relawan lebih tinggi dari pada saudara atau keluarga untuk
menyebutkan siapa penolong pertama saat bencana dengan nilai
perbandingan 39 persen dan 29 persen.
Teks berita Kompas berisi tentang pandangan perlunya
menyesuaikan bantuan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
dengan cara mengamati dan mengendengar kemauan masyarakat,
serta memberdayakan masyarakat korban bencana. Kompas
menuliskan 4 paragraf untuk memberikan pandangan perlunya
mengamati dan mendengarkan kemauan korban dalam memberikan
bantuan supaya bermanfaat.
Kompas menggunakan kutipan dari Wakil Sekretaris Jenderal
Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Catur Sudiro
untuk memberikan pandangan. “Kita seolah-olah tahu apa kebutuhan
masyarakat” katanya saat Simposium Nasional “Kemampuan dan
Pengalaman ASEAN dan Jepang dalam Penanggulangan Bencana”, di
Jakarta Sabtu (6/12). Dalam acara yang diselenggarakan Keluarga
Alumni Program Persahabatan Indonesia-Jepang Abad 21 (Kappija-
21) bekerjasama sama dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
(JICA), Catur mengemukakan idelanya, masyarakat korban didengar
dan diperhatikan. Ia memberi contoh pengungsi erupsi Gunung
Sinabung Sumatera Utara yang diam-daiam memberikan makanan
kaleng bantuan BNPB kepada ternak mereka dengan alasan jenuh
mengonsumsi makanan kaleng. Menurut anggota Kappija-21 yang
juga Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis selain perlu
mendengan masyarakat, bantuan harus didahului informasi seputar
kondisi.
Kompas melanjutkan uraian dengan 6 paragraf yang
menjelaskan perlunya memberikan bantuan, bukan minta melakukan
sesuatu. “Sesuatu” yang dimaksud adalah relokasi. Fary memberi
contoh tahun 2004 terjadi longsor 235 juta meter kubik materual dari
lereng Gunung Bawakaraeng yang menmpa Kampung Lengkese, Desa
Manimbahoi, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Ada 32 warga
tewas, disambut Pemkab Gowa merelokasi warga selamat ke Desa
Bellapunrangan. 21 keluarga bersedia dipindah, 155 keluarga
mmemilih tinggal di rumah saudara, dekat Lengkese, sedangkan 18
keluarga memilih tinggal di Lengkese. Dua tahun kemudian 12 dari 21
keluarga yang direlokasi kembali ke Lengkese dengan perimbangan
kultur bercocok tanam mereka tidak cocok dengan lingkungan
Bellapurangan yang kawasan pesisir.
Salah satu LSM, Lembaga Pemerhati Lingkungan Karaeng
Puang memfasilitasii warga yang tetap memilih tinggal agar tangguh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
bencana dengan mengutamakan kearifan lokal warga. Kompas
menyambut pandangan tersebut dengan menghadirkan kutipan dari
Catur yang mengatakan, “Jangan memandang masyarakat tidak
berdaya untuk pulih dari bencana”.
Kompas menutup uraian berita dengan 3 paragraf yang
menjelaskan mengenai pemberdayaan masyarakat. Menurut Kepala
Subdivisi Tanggap Darurat pemulihan dan Rekonstruksi Palang
Merah Indonesia (PMI) Tia Kurniawan, masyarakat perlu diedukasi
agar mendiri saat bencana.“PMI dan lembaga lain hanya bisa
menargetkan jadi penolong tercepat kedua, ketiga dan seterusnya.
Penolong pertama masyarakat sendiri,” ucapnya.
Menurut Wakil Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Insan
Nurrohman mengatakan hasil riset ACT besama The Jakarta
Consulting Group saat ini masyarakat cenderung memersepsikan diri
sebagai pihal yang harus diselamatkan, bukan penyelamat. Catur
menambahkan, selain kemandirian masyarakat, kearifan lokal tiap
daerah perlu didokumantasikan. Tujuannya saling belajar cara
menekan risiko bencana. cerita rakyat tentang smong di Pulau
Simeulue, Aceh adalah contoh. Berkat cerita yang populer di tengah
warga itu korban tewas akibat tsunami hanya 8-11 orang karena tahu
tanda-tanda tsunami tiba.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
perlunya memperhatikan dan mendengar kebutuhan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
korban bencana dalam memberikan bangtuan agar bermanfaat.
Kompas juga memberikan pandangan jangan memandang masyarakat
tidak berdaya untuk pulih dari bencana dengan relokasi, untuk itu
perlu pemberdayaan masyarakat dengan mengubah persepsi
masyarakat sebagai penyelamat pertama, bukan korban.
Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan
menampilkan perlunya meyesuaikan jenis banuan dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat. Hal itu dilakukan dengan cara mendengar dan
memperhatikan kemauan masyarakat (how). Kompas menguraikan
contoh kejenuhan pengungsi Gunung Sinabung yang berbulan-bulan
mengonsumsi makanan kaleng (Why).
Kompas juga memberikan pandangan mengenai bantuan
pemerintah yang langsung memutuskan melakukan relokasi untuk
penanganan bencana (how). Namun, pada kenyataannya di Gowa,
sejumlah warga yang direlokasi kembali lagi karena ketidakcocokkan
kultur tanam dengan lingkungan awal. Jangan memandang masyarakat
tidak berdaya untuk pulih dari bencana (Why). Perlu pemberdayaan
masyarakat dengan membangun kemandirian masyarakat dan
mengutamakan kearifan lokal (what).
Dengan kisah peristiwa tersebut, Kompas menekankan dalam
memberikan bantuan, perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
masyarakat korban dengaan cara memperhatikan dan mendengar
kemauan masyarakat korban.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita.
Pertama, bantuan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan dengan memperhatikan dan mendengar kemauan
masyarakat. Tema ini terlihat dari pandangan yang diutarakan Catur
dan Fary. Tema ini juga bisa diamati mulai dari lead berita.
Tema kedua, jangan memandang masyarakat tidak berdaya
untuk pulih dari bencana dengan relokasi. Tema ini berisi penjelasan
dari Fary yang menekankan perlunya memberi bantuan, bukan
meminta melakukan sesuatu saat terjadi bencana. Ia mencontohkan
warga yang direlokasi akibat longsor di lereng Gunung Bawakaraeng,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan kembali ketempat asal karena
alasan kultur cocok tanam yang berbeda. Hal itu terkait dengan alasan
mata pencaharian warga. Tema ini menggunakan penekanan dari
kutipan Catur yang mengemukakan, “Jangan memandang masyarakat
tidak berdaya untuk pulih dari bencana.
Tema ketiga, perlunya membangun kemandirian
masyarakat yang memersepsikan diri sebagai penyelamat bukan
korban dengan pemberdayaan masrakat dan menjaga kearifan lokal.
Tema ini mulai terlihat dari crossheadline serta penjelasan dari Tia
dan hasil riset yang dikemukakan Insan Nurrohman yang ditutup
dengan penekanan dari Catur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Catur Sudiro dilabeli “Wakil Sekretaris Jenderal
Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI)”, Fary
Djemy Francis dilabeli “Anggota Keluarga Alumni Program
Persahabatan Indonesia Jepang Abad 21 (Kappija-21) yang juga Ketua
Komisi V DPR”, Tia Kurniawan dilabeli “Kepala Subdivisi Tanggap
Darurat Pemulihan dan Rekonstruksi Palang Merang Indonesia
(PMI)”, dan Insan Nurrohman dilabeli “Wakil Presiden Aksi Cepat
Tanggap (ACT)”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan bahwa
fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan valid
untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk
memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “relokasi”.
Relokasi dapat dipahami sebagai upaya pemindahan tempat.
Tabel 3.5 Analisis Framing Pastikan Bantuan Bencana Tepat
Masyarakat Memersepsikan Diri Sebagai Korban
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat untuk
memberikan pandangan. Memberikan bukti sejumlah kasus di beberapa kejadian bencana dan menampilkan data hasil riset untuk menekankan pandangan.
Skrip Memberikan pandangan perlunya menyesuaikan jenis bantuan sesuai kondisi dan kebutuhan masyarakat korban. Kompas menguatkan pandangan dengan sejumlah penekanan seperti memperhatikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
mendengar kebutuhan masyarakat korban bencana dalam memberikan bangtuan agar bermanfaat. Kompas juga memberikan pandangan jangan memandang masyarakat tidak berdaya untuk pulih dari bencana dengan relokasi, untuk itu perlu pemberdayaan masyarakat dengan mengubah persepsi masyarakat sebagai penyelamat pertama, bukan korban.
Tematik (1) Bantuan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dengan memperhatikan dan mendengar kemauan masyarakat (2) Jangan memandang masyarakat tidak berdaya untuk pulih dari bencana dengan relokasi (3) Perlunya membangun kemandirian masyarakat yang memersepsikan diri sebagai penyelamat bukan korban dengan pemberdayaan masrakat dan menjaga kearifan lokal
Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber, memberi bukti dan menggunakan leksikon”relokasi”
5. Frame Kompas edisi Selasa 9 Desember 2014 yang Waspadai
Musim Hujan
Kompas kembali menampilkan foto lepas terkait ancaman
bencana di Indonesia dengan judul “Waspadai Musim Hujan”. Dari
judul berita foto tersebut jelas menggunakan kata “waspadai”.
Waspadai merupakan penekanan Kompas untuk memberikan
peringatan kepada khalayak.
Foto lepas dalam kategori prabencana ini merupakan upaya
Kompas untuk memberikan peringatan dini kepada khalayak.
Peringatan dini dapat diamati dari pandangan Kompas yang
menampilkan data dari instansi penyedia data curah hujan, Badan
Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang memperkirakan curah
hujan meningkat pada Desember 2014-Januari 2015.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Kompas menyajikan berita foto kondisi awan gelap menjelang
hujan deras di Jakarta disertai caption, tanpa ada teks berita. Secara
keseluruhan caption atau keterangan foto di kutip oleh peneliti di
bawah ini :
Awan gelap menggelayut menjelang hujan deras di Jakarta, Senin (8/12). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan curah hujan di Indonesia meingkat pada Desember 2014-Januari 2015 seiring menguatnya angin monsun dari Asia yang banyak membawa massa upa air. Konsisi itu patut diwaspadai karena rawan menimbulkan bencana, seperti puting beliung, banjir, dan tanah longsor.
Kompas menampilkan foto lepas tersebut dapat dipandang sebagai
berita follow up atas kejadian banjir dan longsor yang melanda
sejumlah daerah. Kompas menampilkan wacana curah hujan yang
meningkat rawan menimbulkan bencana. Foto lepas tersebut dapat
dipandang sebagai penekanan Kompas terhadap adanya ancaman
bencana. Terlihat dari retorika Kompas menggunakan insatansi Badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Mateorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkuat pandangan.
Kompas menampilkan instansi untuk memperkuat pandangannya.
Kompas juga memberikan uraian kondisi rawan yang menimbulkan
bencana seperti puting beliung, banjir, dan tanah longsor. Kompas
menggunakan leksikon “waspadai’ dan “rawan” untuk menekankan
pandangan.
6. Frame Kompas edisi Sabtu 13 Desember 2014 yang Berjudul
Longsor, 108 Warga Belum Ditemukan
Sehari setelah peristiwa longsor besar melanda Desa
Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah pada Jumat 12 Desember 2014, Kompas menuliskan berita
menggunakan judul “Longsor, 108 Warga Belum Ditemukan” di
halaman utama. Melihat jenis bencana dan jumlah warga yang belum
ditemukan serta tata letak berita yang disajikan di halaman utama,
jelas itu menunjukkan sebuah peristiwa penting, bencana besar sedang
terjadi di Banjarnegara. Namun, apabila dilihat teks berita, Kompas
menampilkan berita tanpa kisah. Dapat dipahami juga sebagai
keterbatasan Kompas mandaapatkan data, sekaligus kehati-hatian
dalam menguraikan peristiwa, terkait akurasi data.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk menginformasikan peristiwa yang melanda di Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Banjarnegara, Jawa Tengah. Kompas memberi penekanan longsor
susulan mungkin terjadi dan evakuasi sulit dilakukan berdasar
keterangan dari narasumber.
Dari analisis sintaksis, Pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul yang ditampilkan jelas menginformasikan
kejadian longsor yang mengakibatkan 108 warga belum ditemukan.
Kompas menyoroti dampak longsoran berupa korban merupakan hal
penting untuk diketahui khalayak.
Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancarai 2
narasumber. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho dan Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno. Sutopo digunakan Kompas untuk
menekankan jumlah data infotmasi bencana. sementara, Hadi
digunakan untuk memberi penekanan sulitnya evakuasi yang
dilakukan.
Teks berita Kompas hanya menampilkan informasi dan
penekanan berupa keterangan dari narasumber. Kompas tidak
mendiskripsikan peristiwa. Berita tidak berkisah, tanpa ada gambaran
peristiwa, berita secara lengkap penulis sajikan di bawah ini.
Longsor, 108 Warga Belum Ditemukan
Sekitar 54 keluarga terkena longsor yang menyebabkan 1 orang meninggal, 4 luka-luka, dan 108 orang belum ditemukan di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat (12/12), pukul 17.30 sampai 18.00. “ Data itu masih terus berubah karena upaya evakuasi masih terus dilakukan di lokasi,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho. “Longsor susulan masih mungkin terjadi,” lanjut Sutopo.
Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan, upaya evakuasi sulit dilakukan karena di lokasi hujan masih turun sejak Kamis siang dan listrik di sekitarnya padam.
Kompas memberikan data informasi bencana serta memberi
penekanan dengan keterangan dan kutipan langsung dari narasumber.
Frame Kompas tentang tentang peristiwa bencana longsor di
Banjarnegara kurang terlihat. Dari kelengkapan berita, Kompas
memulai memberitakan dengan menampilkan peristiwa bencana yang
mengakibatkan 54 keluarga terkena longsor, satu orang meninggal,
empat luka-luka dan 108 orang belum ditemukan (what). Kompas
bahkan tidak menyebutkan tempat kejadian secara rinci, hanya
setingkat desa. Dapat di amati, kejadian di Desa Sampang, Kecamatan
Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (where). Tidak
ada kesaksian dari warga atau orang yang terkena bencana (who).
Tidak ada kisah yang diuraikan oleh narasumber, bagaimana peristiwa
terjadi? Bagaimana kondisi lokasi bencana (how). Kejadian bencana
longsor pukul 17.30 sampai 18.00 (when).
Dari struktur tematik, hanya ada satu tema mengenai longsor yang
mengakibatkan 108 warga belum ditemukan. Tema tersebut diikuti
data yang ditekankan oleh Sutopo Purwo Nugroho mengenai data
masih terus berubah karena upaya evakuasi masih terus dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Serta keterangan dari Hadi Supeno yang menyebut upaya evakuasi
sulit dilakukan. Tidak ada keterangan mengenai peristiwa bencana
longsor yang lebih lengkap.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana” dan
Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”. Label otoritas
jabatan tersebut menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal
dari pihak berkompeten dan valid untuk mendukung informasi yang
diberikan Kompas.
Berdasarkan pengalaman penulis yang pernah bekerja di Surat
Kabar Solopos, berita ini termasuk berita kecil. Berita ini selevel
dengan foto lepas yang digunakan sebagai penekakan atau sekedar
informasi. Kurang lengkapnya uraian berita biasanya dikarenakan
informasi kurang menarik atau dalam hal ada kemungkinan sesulitan
mendapatkan data. Bisa juga dikarenakan deadline serta kehati-hatian
Kompas dalam menampilkan peristiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
7. Frame Kompas edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul
Duka Menimpa Banjarnegara : Longsor Diperkirakan Mengubur
Sekitar 100 Warga
Dua hari setelah terjadi longsor besar di Banjarnegara, Kompas
baru bisa menampilkan berita lebih lengkap mengenai bencana
longsor di Dusun Jemblung. Kompas menampilkan dua berita
mengenai bencana longsor di Banjarnegara yang ditempatkan di
halaman utama, sementara satu berita ditempatkan di halaman dalam.
Kejadian longsor tersebut dimaknai Kompas sebagai peristiwa yang
kembali terulang. Kompas memberi wacana rencana relokasi bagi
warga korban longsor. Selain itu, Kompas juga mengimbau warga
untuk mewaspadai bencana longsor susulan di lokasi bencana serta
imbauan bagi daerah lain untuk menyiapkan langkah antisipasi
bencana longsor dan banjir.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk memberikan informasi kejadian bencana. Kompas juga
mewacanakan peringatan longsor susulan di lokasi bencana serta
peringatan dini bagi daerah lain untuk menyiapkan langkah antisipatif
tanah longsor dan banjir.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Pada berita utama, Kompas menuliskan berita
menggunakan judul penggoda (headline teaser) “Duka Menimpa
Banjarnegara”. Kompas memaknai bencana longsor di Banjarnegara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
sebagai keadaan yang menimbulkan duka atau kesusahan hati.
Kompas lebih memilih menampilkan kata “duka” daripada memilih
menggunakan kata yang menyebut atau menggambarkan musibah
yang terjadi di Banjarnegara.
Sementara Kompas menggunakan judul pemberitahu (headline
teller) “Longsor Diperkirakan Mengubur Sekitar 100 Warga”. Judul
pemberitahu merupakan bagian yang penting untuk diketahui
khalayak. Judul tersebut merupakan pandangan Kompas atau hal yang
ditekankan terhadap sebuah peristiwa yang diberitakan saat itu.
Kompas menggunakan majas personifikasi untuk menggambarkan
bencana, terlihat dari kata “menimpa” dan “mengubur”.
Setiap ada musibah, selalu ada duka. “Duka” yang ditampilkan
Kompas secara tidak langsung sebagai bentuk empati terhadap korban,
sekaligus untuk menarik perasaan khalayak supaya ikut berempati
terhadap musibah yang terjadi di Banjarnegara.
Ada tema besar yang ditampilkan Kompas, mulai dari gambaran
peristiwa bencana, pengananan bencana, serta bencana susulan yang
mengancam di Banjarnegara dan sejumlah daerah. Pandangan Kompas
mengenai peristiwa bencana ini atau bagaimana Kompas mengisahkan
bencana, mulai terlihat dari crossheadline yang ditampilkan.
Secara lebih luas, setelah menguraikan kronologi serta dampak
bencana, Kompas menampilkan tiga crossheadline. Pertama,
“Presiden tinjau evakuasi”. Kompas menulis rencana presiden untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
meninjau lokasi serta tanggapan terhadap bencana. Dari hal itu
Kompas secara tidak langsung mewacanakan pemerintah pusat
tanggap terhadap peristiwa bencana longsor di Banjarnegara.
Kedua, “Warga akan direlokasi”. Dengan menampilkan
crossheadline tersebut Kompas seakan langsung memberitahu kepada
khalayak bagaimana tindakan terhadap korban yang terkena bencana.
Sementara Kompas mewacanakan bencana susulan di Banjarnegara
dan sejumlah daerah menggunakan crossheadline “Curah hujan
esktrem”. Kompas mewacanakan supaya khalayak mewaspadai
bencana susulan dengan mengemukakan data curah hujan yang
esktrem.
Pandangan Kompas mulai terlihat dari kata “kembali” yang
dituliskan di kalimat pembuka lead berita. Kata tersebut secara
implisit menjelaskan kejadian longsor kembali terulang. Kompas
mulai menohok empati khalayak dengan lead yang menampilkan
dampak bencana. Dari keterangan “longsor besar mengubur dusun”,
Kompas sudah membuat gambaran bagaimana dahsyatnya musibah
yang terjadi di Banjarnegara. Secara lebih lengkap bisa disimak di
bawah ini:
Bencana longsor kembali menimpa warga Banjarnegara, Jawa Tengah. Kali ini, longsor besar mengubur Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar. Evakuasi terus dilakukan. Hingga Sabtu (13/12) malam 20 jasad korban ditemukan, 88 warga masih dalam pencarian, dan 577 warga mengungsi, termasuk warga daerah sekitar. (paragraf 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Dalam teks berita yang ditampilkan, Kompas mewawancarai
tujuh narasumber : Warga Dusun Jemblung yang selamat dari bencana
Sarno (25), Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Kepala Kantor Badan
SAR Nasional Semarang Agus Haryono, Gubernur Jawa Tengah
Ganjar Pranowo, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Edvin Aldrian, Kepala
Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab, dan
Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya.
Kompas menampilkan seorang warga, Sarno (25) untuk memberi
penekanan sebagai saksi yang memberikan keterangan kronologi
kejadian bencana. Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto digunakan
Kompas untuk memberikan keterangan terkait tanggapan dari
Presiden Joko Widodo. Kepala Kantor Badan SAR Nasional
Semarang Agus Haryono mengutarakan kendala proses evakuasi.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan penjelasan
terkait upaya penanganan korban bencana berupa pencarian tempat
relokasi.
Kompas juga menampilkan pandangan mengenai curah hujan
tinggi disejumlah daerah dengan keterangan dari Kepala Pusat
Penelitian daan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Edvind Aldrian. Pandangan tersebut diperkuat dengan
penjelasan Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A
Fachri yang menyebutkan peringatan dini ancaman bencana longsor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
susulan bagi warga Banjarnegara dan longsor serta banjir di daerah.
Kompas juga menghadirkan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya
yang akan memperingatkan wilayah lain yangv berpotensi longsor.
Teks berita Kompas berisi tentang informasi kejadian bencana
dan pandangan peringatan dini bencana susulan di Banjarnegara dan
di daerah lain. Kompas menuliskan 5 paragraf awal untuk
menguraikan peristiwa longsoran. Uraian tersebut diawali dengan
uraian tanah di Bukit Telagalele ambrol dari ketinggian 500 meter.
Longsoran sepanjang 100 meter menimoa dan menggulung
permukiman Dusun Jemblung yang berada di bawahnya. Sedikitnya
40 rumah dari 54 keluarga langsung tertimbun longsor. Material
longsoran menutup lahan perkebunan seluas 10 hektar. Sekitar 200
warga Dusun Jemblung berhasil menyelamatkan diri. Namun, sekitar
100 warga diduga tertimbun longsoran berupa lumpur. Selain
menimbun warga Jemblung, material juga menimbunakses jalan
utama Banjarnegara menuju Dieng sepanjang 1 kilometer. Akibatnya
jalan lalu lintas Banjarnegara ke Dieng Putus dan dialihkan melalui
jalur alternatif Slatri-Paeperpelah-Ampal. Sejumlah mobil yang saat
kejadian sedang elintas juga tertimbun material longsoran.
Kompas menuliskan keterangan dari salah satu warga sebagai
bukti serta penguat uraian mengenai peristiwa longsor. Berikut
uraiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Bencana longsor terjadi Jumat pukul 17.30. cerita Sarno (25), warga Dusun Jemblung yang selamat dari bencana, longsor berlangsung sangat cepat, hanya sekitar lima menit. Material longsor langsung menimbun seluruh permukiman dan menutup sungai kecil yang membelah dusun. (paragraf 4)
Selain kejadain longsor di Jemblung, Kompas juga menambahkan
informasi longsor yang terjadi di empat kecamatan lain selain
Karangkobar, yaitu Wanayasa, Pejawaran, Punggelan, dan Pagentan.
Kompas menjelaskan di sepanjang jalan, mulai dari Desa Dieng
hingga Desa Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, ada sekitar 50 titik
longsor. Longsoran tanah di 14 titik di antaranya menutupi separuh
jalan.
Kompas melanjutkan uraian berupa 3 paragraf untuk
menampilkan tanggapan dari pemerintah pusat. Dalam hal ini Kompas
menampilkan peran seorang Presiden Joko Widodo bersama
rombongan terbatasa yang berencana mengunjungi proses evakuasi di
Desa Sampang pada Minggu (14/12). Kompas menguraikan peran
Presiden yang memberikan instruksi kepada Menteri Sosial Khofifah
Indar Prawansa, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Basuki Hadimuljono, serta Kepala Badan Penanggulangan bencana
Syamsul Maarif agar mengoordinasikan penanganan darurat di lokasi,
mulai pengungsian, pencarian korban selamat atau meninggal,
evakuasi, perbaikan infrastruktur jalan, hingga pemberian bangtuan.
Kompas menuliskan kutipan untuk memberikan penekanan
pada uraian. Kutipan digunakan untuk memperkuat informasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
diberikan Kompas kepada khalayak. Khalayak seakan mendapat
infromasi langsung daru Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.
“Pimpinan Bank Rakyat Indonesia juga sudah diinstruksikan membantu pembelian bahan-bahan makanan, kesehatan, dan kebutuhan lain untuk menyelamatkan korban dan warga” (paragraf 9)
Kompas menampilkan penanganan bencana dalam ini proses
evakuasi mengalami kendala dalam 5 paragraf. Proses evakuasi yang
dilakukan Bada SAR Nasional bersama tim gabungan dihentikan
karena terkendala cuaca dan tanah yang masih labil. Kompas memberi
penagasan kondisi tersebut dengan penjelasan dari Kepala Kantor
Badan SAR Nasional Semarang, Agus Haryono, sebagai berikut,
“Evakuasi dihentikan karena faktor keselamatan tim di lokasi yang membahayakan” (paragraf 14)
Pencarian korban hampir sebagian besar dilakukan dengan
pelatan manual, seperi cangkul dan sekop. Padahal medan sangat berat
dan tingkat kesulitan pencarian korban sangat tinggi. Peralatan
pendukung untuk pencarian korban seperti alat pendeteksi keberadaan
detak jantung dan suara dalam timbunan longsor disiapkan Kantor
Basarnas Semarang. Namun, peralatan itu juga belum memadai.
Proses evakuasi juga terkendala cuaca berupa hujan yang
mengakibatkan pertimbangan pengehentian karena tanah masih labil,
lokasi berada di sisi sungai, serta ketiadaan aliran listrik.
Kompas melanjutkan uraian 3 paragraf yang menuliskan relokasi
bagi korban bencana. Kompas menampilkan Gubernur Jawa Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Ganjar Pranowo yang langsung mematau proses evakuasi. Dia
memastikan keperluan logistik sudah disipakan. Menurut Ganjar,
daerah terdampak bencana longsor memang tidak layak ditempati
warga. Setelah pencarian dan penyelamatan korban. Semua waga akan
direlokasi ke tempat baru.
Kompas menulis kutipan sebagai bukti sekaligus memberi
penekanan pada tindakan yang dilakukan pemerintah. Meskipun
Kompas menyoroti peran Ganjar yang langsung memantau proses
evakuasi, namun Kompas menampilkan instansi yang berperan dalam
penanganan korban longsor. Terlihat dari kutipan wawancara Ganjar
Pranowo berikut ini yang menampilkan kata “kami”.
“Kami dari Pemerintah provinsi Jawa Tengah siap mencarikan lokasi untuk tempat tinggal baru bagi warga di daerah longsor,” ujarnya (paragraf 17)
Kompas menutup berita dengan 9 paragraf mengenai pandangan
waspadai ancaman longsor di daerah-daerah yang yang berpotensi
diguyur hujan hingga deras. Kompas memulai dengan memberikan
informasi terkait data curah hujan.
Berdasarkan data BMKG, curah hujan tertinggi di Banjarneara
tercatat di Sigaluh, yakni 153 mm pada Jumat. Curah hujan harian
yang menembus 100 mm juga terpanatu di dua daerah sekitar
Banjarnegara, yaitu Wonosobo yang mencapai 150 mm dan Wonogiri
yang mencapai 139. Warga Banjarnegara juga masih harus wasapada
terhadap longsoran susulan mengingat selama tiga hari ke depan hujan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
lebat diperkirakan masih terjadi. Presiden , kemarin, langsung
menginstruksikan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti
Nurbaya untuk melihat kembali peta daerahv rawan dan mengambil
langkah-langkag cepat untuk antisipasi bencana terulang.
Kompas menuliskan kutipan untuk memberikan penekanan pada
uraian. Kutipan digunakan untuk memperkuat informasi yang
diberikan. Kompas menyusun kutipan dan uraian dari narasumber
untuk memberikan penekanan terhadap pandangan yang diberikan.
...
“Curah hujan harian di area terjadi longsor sudah lebih dari 100 milimeter,” ujar Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Edwin Aldrian. (paraggraf 18)
... Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A
Fachri mengingatkan, selain masalah curah hujan, tanah longsor juga dipengaruhi oleh dua faktor risiko, yakni kecuraman daerah yangv melebihi 35 derajat dan jenis tanah yang mudah terbawa air. Lokasi longsor di Banjarnegara memenuhi semua faktor risiko tersebut. (paragraf 19)
... Fachri juga mengingatkan daerah-daerah lain lain yang
diprediksi hujan untuk menyiapkan langkah antisipasi longsor serta banjir. (paragraf 21)
... “Kami akan mengingatkan di wilayah lain yang berpotensi
longsor,” ujar Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. (paragraf 23)
Dari cuplikan berita di atas nampak hubungan tiga narasumber
yang dihadirkan Kompas untuk memberikan pandangan mengenai
ancaman bencana longsor susulan di Banjarnegara dan sejumlah
daerah lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
adanya ancaman bencana longsor susulan di Banjarnegara dan longsor
serta banjir di sejumlah daerah kepada khalayak. Kompas memberikan
bukti dengan mengemukakan data curah hujan.
Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai dengan memberitakan
dampak bencana longsor, terlihat dari headline teaser, headline teller,
dan lead (what). Kompas meletakkan tanggapan pemerintah pusat
dalam hal ini menampilkan peran sosok Presiden dalam penanganan
bencana lebih awal (who) dari pada proses evakuasi yang mengalami
kendala (why), ataupun opsi relokasi warga untuk menangani korban
selamat (how). Sementara seperti sebelumnya, Kompas memberikan
pandangan lebih luas, wacana supaya khalayak mewaspadai bencana
susulan baik di lokasi longsor, maupun daerah lain (how).
Dengan mengisahkan seperti di atas, Kompas menekankan kepada
khalayak bahwa tanggapan dari Presiden Joko Widodo perlu perhatian
lebih. Informasi rencana kunjungan serta instruksi penanganan
bencana dinilai penting diketahui oleh khalayak.
Dari struktur tematik, ada tiga tema besar dalam teks berita.
Gambaran peristiwa bencana atau kejadian bencana, pengananan
bencana, serta wacana bencana susulan yang mengancam di
Banjarnegara dan sejumlah daerah. Namun lebih rinci Kompas
menampilkan 5 tema dalam berita. Pertama, kejadian bencana. Tema
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
ini dapat dilihat dari uraian awal Kompas serta penekanan dengan
menghadirkan salah satu warga korban selamat untuk mengungkap
kronologi kejadian.
Tema kedua, peran Presiden Joko Widodo terhadap penanganan
bencana longsor. Hal itu bisa dilihat dari pandangan Kompas
mengenai Presiden Jokowi yang berencana melakukan kunjungan
serta menginstruksikan sejumlah menteri untuk menanggapi bencana
longsor. Tematik ini memberi wacana peran seorang Presiden.
Tema ketiga, proses evakuasi yang mengalami kendala. Kisah itu
dijabarkan dengan kendala yang ada pasca kejadian. Ditambah curah
hujan serta kondisi yang labil serta keterangan dari Kepala Kantor
Badan SAR Nasional Semarang mengenai penghentian evakuasi demi
keselamatan tim.
Tema keempat upaya relokasi bagi warga korban bencana. Tema
ini terlihat dari kutipan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang
telah siap mencarikan lokasi untuk tempat tinggal baru bagi warga di
daerah longsor. Kompas juga memberi penekanan peran Ganjar
Pranowo yang langsung tanggap bencana, namun mengenai
penanganan bencana lebih menampilkan instansinya.
Tema kelima, Waspadai bencana susulan. Tema tersebut dapat
dilihat dari keterangan mengenai data curah hujan di lokasi longsor,
faktor yang mempengaruhi longsor, serta sejumlah daerah dengan
curah hujan tinggi seperi Wonosobo, Wonogiri, Sumatera Utara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantar Timur, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, dan Papua. Kompas memberi wacana waspadai
bencana susulan yang mengancam di Banjarnegara dan sejumlah
daerah di Indonesia.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan penekanan
tertentu pada level retoris. Seperti sebelumnya Kompas memakai label
otoritas jabatan dari narasumber, Andi Widjayanto dilabeli seperti
“Sekretaris Kabinet”, Agus Haryono dilabeli “Kepala Kantor Badan
SAR Nasional Semarang”, Edvin Aldrian dilabeli “Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika”, Ganjar Pranowo dilabeli “Gubernur Jawa Tengah”, A
Fachri Radjab dilabeli “Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik
BMKG”, dan Siti Nurbaya dilabeli “Menteri Kehutanan dan
Lingkungan Hidup”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan
bahwa fakta dan data yang dikemukakan berasal dari pihak
berkompeten dan valid untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk
memberikan penekanan dalam teks. Leksikon yang digunakan adalah
“peralatan manual”, kata manual yang dipakai berdekatan arti dengan
kata “sederhana”. Manual jelas menunjukkan alat yang digunakan
dengan tangan, namun dalam konteks peralatan, kata “sederhana” bisa
diartikan seadanya atau apa yang ada saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Kompas menekankan peristiwa bencana dengan menampilkan
foto serta grafik. Kompas menampilkan foto ribuan warga melihat
mobil yang rusak setelah tertimbun tanah longsor di Dusun Jemblung,
Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Dengan
begitu, khlayak mempunyai gambaran nyata peristiwa longsor. Foto
merupakan bukti otentik, serta kuat untuk menekankan fakta yang
sedang terjadi penekanan foto ini berkaitan dengan uraian berita
mengenai sejumlah mobil yang tertimpa longsoran saat melintas di
jalan. Secara lengkap keterangan foto dapat dilihat di bawah ini.
Puluhan ribu warga melihat mobil yang rusak setelah tertimbun tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarngara, Jawa Tengah, Sabtu (13/12). Hingga pukul 20.00, sebanyak 20 jenazah ditemukan di tempat itu, sementara 88 korban masih dalam pencarian.
Dari keterangan foto juga khalayak diberitahu perkembangan
pencarian korban tertimbun. Sementara itu, Kompas juga
menampilkan grafik berjudul “Sejumlah Bencana Longsor di
Banjarnegara”. Grafik tersebut dilengkapi dengan peta lokasi yang
memudahkan khalayak mengetahui lokasi bencana. Dalam peta
tersebut juga disertakan lokasi bencana yang pernah terjadi di
Banjarnegara. Grafik dan keterangan disajikan untuk memudahkan
khalayak memahami kejadian bencana. Grafik tersebut juga sebagai
penekanan kata longsor “kembali” menimpa, yang ditulis dalam lead
berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Keterangan grafik yang pertama, kejadian pada 4 Januari 2006.
Banjir dan longsor dari Bukit Pawenihan, Dusun Gunungraja, Desa
Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, menyapu ratusan warga yang
tinggal di bawahnya. Akibatnya, 77 orang meninggal, 8 orang orang
hilang, 14 orang terluka, dan ratusan warga mengungsi. Warga Desa
Sijeruk yang selamat direlokasi di Desa Sijeruk dan Kendaga.
Kedua, peristiwa pada akhir Desember 2013. Sekitar 600 keluarga
yang tersebar di 25 desa dari 12 kecamatan di Kabupaten
Banjarnegara masih terisolasi akibat tanah longsor yang memutus
akses jalan di 43 lokasi sepekan terakhir.
Ketiga, Jalan utama di wlayah Kecamatan Pagentan masih
terputus akibat tertimbun tanah dari longsoran tebing sepanjang 75
meter yang ambrol. Ribuan warga dari lima desa (Kalitlaga,
Metawana, Kayuares, Gumingsir, Karangtengah) terisolasi dari pusat
kabupaten pada 30 November 2014.
Keempat, pada 6-8 Desember 2014 empat desa di lereng Dataran
Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, terkena alam longsor.
Sebanyak 160 warga dari Dusun Pencil, Desa Karangtengah, dan
Suwidak (Kecamatan Wanayasa), serta Desa Paweden dan Sijeruk
(Kecamatan Banjarmangu) mengungsi di empat pos pengungsian di
Desa Pandansari. BPBD Banjarnegara memperkirakan, kerugian
sementara mencapai Rp 264 juta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Kelima, kejadian yang terbesar, pada 12-13 Desember 2014.
Longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar
menewaskan 20 orang dan 88 orang masih dalam pencarian. Sebanyak
105 rumah tertimbun longsor. Longsor juga terjadi di Kecamatan
Wanayasa.
Tabel 3.6 Analisis Framing Duka Menimpa Banjarnegara
Longsor Diperkirakan Mengubur Sekitar 100 Warga
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk
memberikan informasi dan pandangan. Kompas juga menampilkan warga sebagai saksi dan bukti kejadian bencana. Menampilkan peran seorang Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang tanggap bencana. Menampilkan peran instansi dalam penanganan bencana.
Skrip Fakta peristiwa longsor dijadikan informasi utama serta pekanan bahwa bencana berulang lagi. Mengenai penanganan bencana, Kompas mendahulukan tanggap bencana dari pemerintah pusat. Dilanjutkan kendala proses evakuasi, penanganan korban bencana yang akan direlokasi. Kompas memberikan wacana waspadai bencana susulan di lokasi longsor (lokal), di Wonosobo dan Wonogiri (regional), dan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,Papua (Nasional)
Tematik (1) Kejadian bencana (2) Tanggapan pemerintah pusat terhadap bencana longsor (3) Proses evakuasi yang mengalami kendala (4) rencana relokasi bagi warga korban bencana (5) Waspadai bencana susulan di lokasi longsor dan sejumlah daerah di Indonesia
Retoris Menggunakan kata “kembali” yang menekankan kejadian tersebut berulang. Menggunakan leksikon peralatan manual untuk menjelaskan alat yang digunakan dalam evakuasi. Menampilkan data curah hujan . Menampilkan foto di tempat kejadian untuk memberikan penekanan dan informasi korban longsoran, menyajikan grafik data sejumlah bencana di Banjarnegara untuk menekankan pada kejadian “kembali” berulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
8. Frame Kompas edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul
Kiamat Kecil di Dusun Jemblung
Dua hari setelah terjadi longsor besar di Banjarnegara,
Kompas menampilkan satu berita feature untuk menggugah emosi
pembaca. Longsor tersebut Kompas sebagai bencana yang
sebernarnya dapat diprediksi. Kompas memberikan wacana bencana
sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk menyadarkan khalayak bahwa longsor di Jemblung
sebenarnya sudah diprediksi. Nampak dari penggunaan kata “lonceng
kematian” untuk menggambarkan tebing yang berada di atas Dusun
Jemblung sebelum peristiwa bencana terjadi pada penutup berita.
Kompas memberi pandangan bencana di Dusun Jemblung sebenarnya
hanya tinggal menunggu waktu.
Dari analisis sintaksis, kisah yang ditampilkan Kompas
diwujudkan dalam skema dalam berita. Kompas menulis judul feature
berjudul “Kimat Kecil di Dusun Jemblung”. Kiamat kecil bisa
dimaknai adanya kematian. Tapi kata kiamat itu sendiri bila dikaitkan
dengan kejadian bencana memberi gambaran adanya musibah besar.
Kompas menggunakan dua crossheadline untuk menekankan
fakta yang penting kepada khalayak. Crossheadline “ Teriakan Pilu”
dengan diikuti uraian mengenai evakuasi yang ditunda karena medan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
yang berbahaya. Sehingga tidak mampu membantu warga yang
terjebak di lokasi longsor. Kompas menambah gejolak khalayak
dengan crossheadline “Jasad Ditemukan” yang berisi berita mengenai
jasad yang ditemukan pada keesokan hari pasca kejadian bencana.
Dalam teks berita yang ditampilkan, Kompas menampilkan
lima narasumber : warga yang kehilangan suami dan anak keduanya
Binti (42), warga yang berhasil selamat sekeluarga namun tak mampu
memberi pertolongan Harno (45), Warga Jemblung yang merantau
Sutinem (62), Wakil Bupati Banjarnnegara Hadi Supeno, dan
Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letkol (Inf) Edy Rohmatullah.
Dari jenis berita berupa berita ringan atau softnews, sudah pasti
di dalam teks banyak kisah campuran antara fakta dan opini penulis.
Dalam teks berita, Kompas mulai menyajikan pembuka, cuplikan
kisah salah satu korban bencana yang berusaha menyelamatkan diri
saat kejadian bencana. Bisa dilihat di bawah ini,
Bini (42) lari tunggang langgang sambil menggendong anak bungsunya mendaki bukit terjal. Sambil menangis histeris, dia menyaksikan gelontoran tanah lumpur berarak menimbun kampungnya. Samar terengar teriakan minta tolong dari balik timbunan. Lima menit berselang, teriakan terhenti, senyap kembali menyergap. (paragraf 1)
Terlihat gaya bahasa yang ditampilkan Kompas, banyak pilihan
diksi untuk menggambarkan peristiwa, seperti “tunggang langgang”,
“histeris”, “gelontoran”, dan “berarak”. Hal itu akan nampak dalam
seluruh teks berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Kisah yang ditampilkan Kompas berlanjut dengan menggambarkan
kondisi sebelum kejadian bencana, hingga bagaimana tiba-tiba
terdengar suara keras diikuti germuruh, tanah longsor. Kompas
memberi penekanan dengan menyajikan kutipan langsung kesaksian
korban, Bini narasumber yang dijadikan salah satu tokoh dalam berita.
“Waktu itu saya sedang ke rumah tetangga di atas (permukiman yang lebih tinggi). Dari jauh, saya lihat bukit di atas kampung runtuh. Saya langsung lari sebisanya sambil menggendong anak bungsu,” tutur Bini, sambil terus menangis saat ditemui di salah satu lokasi pengungsian Sabtu sore. (paragraf 4)
Bini merupakan korban selamat yang kehilangan suami serta
salah satu anaknya. Kompas juga menampilkan tokoh lain, Harno
yang berhasil menyelamatkan diri bersama keluarganya.
Harno ditampilkan sebagai warga yang berhasil selamat dari
bencana longsor. Namun penekanan Kompas diberikan pada
kenyataan bahwa Harno tak mampu berbuat banyak untuk
menyelamatkan warga yang terjebak longsor. Seperti petikan berita di
bawah ini,
Namun, dia hanya tercenung. Lututnya lemas. Di tengah kondisi gelap gulita, karena longsor juga merobohkan tiang listrik di sekitar lokasi, risiko mati konyol memaksanya mengurungkan niat untuk menolong. (paragraf 13)
Kisah mirispun tak berhenti di situ, Kompas mengaduk emosi
khalayak dengan kisah evakuasi yang ditunda hingga keesokan hari
karena medan yang berbahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Kompas melanjutkan kisah dengan cerita keesokan harinya,
evakuasi yang mulai menemukan jasad. Hal itu ditekankan dengan
instruksi dimulainya evakuasi pukul 06.00 oleh Komandan Kodim
0704/Banjarneara Letkol (Inf) Edy Rohmatullah. Ada peristiwa yang
manarik, yaitu evakuasi terhambat oleh kehadiran ribuan warga yang
menonton di lokasi bencana. Namun, Kompas tidak memandang sinis
peristiwa itu, karena sebagian dari mereka adalah kerabat yang ingin
melihat kondisi Bencana.
Wajah sembab dan mata merah terlihat dari sebagian raut wajah yang berseliweran menuju lokasi Dusun Jemblung. (paragraf 22)
Salah satunya adalah Sutinem (62), warga Dusun Jemblung, yang merantau ke Jawa Barat untuk bekerja. Sutinem langsung pulang kampung setelah mendaat kabar bahwa rumahnya tertimbun tanah longsor. (paragraf 23)
Dengan penekanan salah satu korban, setidaknya Kompas
memberi pandangan baik kepada ribuan warga yang mengahambat
evakuasi.
Kompas memberi sebuah kesimpulan, atau akhir cerita yang dapat
dimaknai sebagai wacana Kompas kepada khalayak. Sebuah ungkapan
yang secara tidak langsung menyampaikan penyesalan akan musibah
yang telah terjadi.
Bencana dari longsoran bukit yang selama ini jadi lahan penghidupan warga Dusun Jemblung sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu. Struktur tanah merah Bukit Telagalele yang membentang tepat di atas kampung mereka sangat labil. Selain itu, bukit tersebut juga merupakan jalur air. Bahkan, sebelum longsor besar, sisi timur bukit sempat retak akibat tergerus air. (paragraf 25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Kompas memberi penekanan dengan menyebutkan pernyataan
dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai kawasan
rawan longsor itu seperti lonceng kematian bago warga Dusun
Jemblung.
Teks berita Kompas menuliskan satu paragraf pembuka cuplikan
kisah Bini. Cuplikan tersebut diikuti delapan paragraf yang
menceritakan peristiwa serta uapaya Bini menyelatkan diri. Kompas
melanjutkan dengan cerita kedua mengenai evakuasi yang terpaksa
ditunda. Kompas menggunakan penekanan kesaksian korban selamat,
Harno yang tidak bisa apa-apa saat mendengar teriakan minta tolong.
Kompas juga memberikan keterangan dari Wakil Bupati Banjarnegara
yang mendapat masukan dari Badan SAR untuk mempertegas
mengapa evakuasi tidak bisa dilakukan.
Kompas melanjutkan kisah dengan penemuan jasad pada proses
evakuasi keesokan harinya dalam lima paragraf. Pandangan menarik
pun ditampilkan dalam tiga paragraf berikutnya, mengenai evakuasi
yang terhambat ribuan penonton. Namun, Kompas memberi
penekanan bahwa sebagian dari penonton merupakan kerabat korban
longsor. Hal itu dengan menghadirkan sosok Sutinem, warga Dusun
Jembung yang merantau ke Jawa Barat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Kompas menutup cerita dengan dua paragraf yang menyatakan
bahwa bencana longsor sebenarnya hanya menunggu waktu. Sebuah
wacana yang mengutarakan adanya penyelasalan.
Skema yang menempatkan konklusi di akhir cerita tersebut bisa
dianggap sebagai teknik Kompas memberi wacana, sebuah
penyesalan, bahwa bencana seharusnya bisa dihindari.
Kompas secara keseluruhan menceritakan kisah bencana, baik
keterangan dari korban (who), gambaran peristiwa, hingga proses
evakuasi (what). Namun, Frame Kompas dapat dilihat mengenai
tanggapan bahwa bencana longsor di Jembung yang tinggal menunggu
waktu. Wacana sebenarnya bencana dapat dihindari (how).
Dari struktur tematik, ada lima tema dalam teks berita. Tema
pertama, upaya korban menyelamatkan diri serta gambaran peristiwa
longsor. Tema ini bisa dilihat dari sosok Bini yang ditampilkan
Kompas yang berupaya menyelamatkan diri.
Tema kedua, evakuasi ditunda. Tema ini dapat dilihat dari mulai
munculnya sosok Harno yang berhasil menyelamatkan diri, namun
tidak bisa menyelamatkan korban yang minta tolong. Kompas
memberi penekanan dengan keterangan Wakil Bupati Banjarnegara
Hadi Supeno yang mendapakan masukan dari Badan SAR Nasional
untuk menunda evakuasi.
Tema ketiga penemuan jasad korban longsor. Tema ini mulai
terlihat dari dimulainya proses evakuasi keesokan harinya serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
penemuan sejumlah jenazah. Tema keempat, warga yang menonton
hambat proses evakuasi. Tema ini dapat dilihat dari bagaimana
Kompas memandang peristiwa ribuan warga yang menonton di area
bencana. Kompas menampilkan sosok Sutinem yang mewakili atau
menegaskan bahwa sebagian dari warga yang menonton adalah
kerabat korban bencana.
Tema kelima bencana sebenarnya hanya tinggal menunggu
waktu. Tema ini merupakan kesimpulan yang mewacanakan
sebenarnya bencana dapat dihindari. Tema ini terlihat dari bagaimana
Kompas memberi penekanan, terutama menyebut keterangan dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai bukit di
Dusun jemblung adalah lonceng kematian.
Frame dalam teks didukung dengan penekanan tertentu pada level
retoris. Salah satu retorika yang dipakai adalah pemberian label
otoritas jabatan dari narasumber yang diwawancari. Hadi Supeno
dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”, Edy Rohmatullah dibaeli
“Letkol (Inf) Komandan Kodim 0704/Banjarnegara. Pekenanan
terlihat saat Kompas menyebut instansi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral. label otoritas jabatan dan instansi pengelola
energi dan sumber daya mineral menunjukkan bahwa fakta yang
kemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk memperkuat
pandangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk
memberikan penekanan dalam teks. Leksikon “relawan” digunakan
Kompas untuk menyebutkan orang-orang yang membantu proses
evakuasi. Relawan dalam KBBI sebenarnya adalah kata dari
sukarelawan yang berarti orang yang melakukan sesuatu dengan
sukarela.
Tabel 3.7 Analisis Framing Kiamat Kecil di Dusun Jemblung
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang terlibat langsung
dalam peristiwa. Menampilkan pejabat yang berwenang untuk mendukung pandangan.
Skrip Fakta peristiwa longsor, baik dari kesaksian korban, proses evakuasi, maupun kendala dijadikan sebagai informasi utama. Namun Kompas menyajikan konklusi di akhir berita sebagai pandangan mengenai peristiwa tersebut.
Tematik (1) Upaya korban menyelamatkan diri serta gambaran peristiwa longsor (2) Evakuasi ditunda (3) Penemuan jasad korban longsor (4) Warga yang menonton hambat proses evakuasi (5) Bencana sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu
Retoris Menggunakan label jabatan dan instansi untuk menekankan pandangan mengenai wacana bencana sebenarnya dapat dihindari. Leksikon relawan untuk menyebut sukarelawan atau orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
9. Frame Kompas edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul
Ancaman Longsor Masih besar : Penduduk di Zona Rentan Longsor
Makin Banyak
Salah satu berita yang ditampilkan Kompas dua hari setelah
terjadi longsor besar di Banjarnegara terletak di halaman dalam
berjudul Ancaman Longsor Masih Besar : Penduduk di Zona Rentan
Longsor Makin Banyak. Sementara kedua yang lain ditampilkan pada
halaman utama. Kompas melakukan strategi wacana ancaman longsor
masih sangat besar dengan menampilkan data dari instansi
penanganan bencana BNPB dan instansi penyedia data informasi
kebencanaan Badan Geologi untuk memperkuat pandangan.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk membantu khalayak mengidentifikasi daerah rawan
longsor atau daerah yang mempunyai ancaman bencana longsor.
Kompas memberikan sudut pandangan dari instansi penanganan
bencanan dan instansi penyedia data informasi kebencanaan. Kompas
juga menghadirkan longsor yang mulai terjadi di sejumlah daerah
untuk memperkuat pandangan.
Dari analisis sintaksis, kisah yang ditampilkan Kompas
diwujudkan dalam skema berita. Kompas menulis judul penggoda atau
headline teaser, “Ancaman Longsor Masih Besar”. Dari judul
tersebut terlihat penekanan Kompas untuk memberitahu khalayak
akan adanya “ancaman” longsor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Sementara itu, hal utama yang ingin disampaikan kepada
khalayak bisa dilihat dari headline teller, “Penduduk di Zona Rentan
Longsor Makin Banyak”. Dari judul pemberitahu tersebut bisa
dipahami penekanan Kompas mengenai fakta jumlah penduduk yang
bermukim di zona rentan semakin banyak. Apabila dikaitkan, hal yang
ingin disampaikan kepada khalayak adalah ada potensi ancaman
longsor di zona rentan yang penduduknya semakin banyak.
Kompas menggunakan dua crossheadline untuk menekankan
fakta yang penting kepada khalayak. Crossheadline “ Semakin
rentan,” bisa diartikan potensi ancaman bencana longsor yang
semakin besar. sementara crossheadline “Mulai terjadi,” bisa
dipahami Kompas menampilkan fakta agar khalayak semakin waspada
terhadap ancaman dengan menampilkan bencana longsor yang mulai
terjadi.
Kompas juga nampilkan wacana dalam lead. Uraian tersebut
untuk memberi penekanan terhadap wacana yang ditampilkan di judul
penggoda dan judul pemberitahu. Penekanan dapat diamati dari
sejumlah kata, seperti “sinyal bahaya”, “zona merah”, dan ”tanah
jenuh air”. Sinyal bahaya dapat dipahami sebagai peringatan kepada
khalayak, terutama di daerah yang masuk wilayah zona merah. Secara
lengkap bisa disimak di bawah ini,
Longsor di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, pada awal musim hujan ini memberikan sinyal bahaya serupa di daerah lain yang masuk zona merah bencana gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
tanah. Ancaman dinilai masih sangat besar, mengingat longsor besar biasa terjadi di akhir musim hujan saat tanah jenuh air. (paragraf 1)
Dalam teks berita yang ditampilkan, Kompas mewawancarai
empat narasumber : Kepala Badan Geologi Surono, Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar Aji Pratama
Heru, dan Kepala BPBD Kota Jayapura, Papua Bernard Lamia.
Kompas menguraikan wacana ancaman masih sangat besar
dalam 8 paragraf. Khalayak mulai disuguhkan gambaran sekilas
mengenai bencana longsor. Pada Jumat (12/12) sekitar pukul 18.00,
longsor besarr melanda Dusun Jemblung. Sebanyak 20 korban tewas
ditemukan, dan 88 warga lainnya masih hilang. Penekanan langsung
terlihat dari kutipan yang ditampilkan dari Kepala Badan Geologi,
Surono mengenai kawasan Banjarngara sering dilanda longsor.
Bahkan terungkap fakta, setiap bulan PVMBG (Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi) Badan Geologi memberikan
peringatan bencna longsor untuk seluruh wilayah Indonesia, termasuk
Banjarnegara.
“Longsor besar di Banjarnegara bukan kali ini saja. Daerah ini sudah sering dilanda longsor. Pada 2006, di Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, terjadi longsor yang menewaskan 142 orang” kata Kepala Badan Geologi Surono saat dihubungi dari Jakarta. “setiap bulan, PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) Badan Geologi memberikan peringatan ancaman bencana longsor untuk seluruh wilayah Indonesia yang dinilai rentan hingga skala kecamatam. Daerah ini termasuk yang sudah diperingatkan rentan longor,” ujarnya. (paragraf 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Kompas menjelaskan kepada khalayak, menurut Surono, pada
5 Desember 2014, PVMBG Badan Geologi tekah memberikan
infromasi Peta Perkiraan Wilayah Terjadi Gerakan Tanah Provinsi
Jawa Tengah. Desa Sampang berpotensi menengah hingga tinggi. Dua
lain yang disebut adalah Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaan, dan
Desa Tunggoro, Kecamatan Sigaluh.
Surono mengatakan, berdasarkan analisis dari PVMBG Badan Geologi, bencana longsor di dejumlah titik ini terjadi karena morfologi daerah itu berupa perbukitan berkemiringan landai hingga terjal. Litologi diperkiraka bersifat sarang dengan daya resap air tinggi berupa lahar dan endapan dari bahan rombakan gunung api. “Sebelum terjadi longsor, curah hujan di kawasan ini tinggi dan lama,” katanya. (paragraf 4)
Mengenai peran narasumber, Kompas menyoroti Surono sebagai
narasumber yang patut dirujuk saat terjadi bencana. penggunaan kata
“menurut Surono” dan “Surono mengatakan” sudah jelas
menunjukkan kepercayaan Kompas pada narasumber untuk
mengemukakan pandangan.
Kompas memberikan pandangan adanya 20 kecamatan di
Banjarnegara rawan longsor skala sedang hingga tinggi. Kepala Pusat
Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwonugroho
mengemukakan, “hingga saat ini yang sudah dilanda longsor adalah
Karangkobar, Sigaluh, Wanayasa, dan Pejawaran.” Kutipan langsung
dari Sutopo menjadi penguat pandangan, serta mempertegas fakta
ancaman longsor yang masih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Kompas juga berupaya menampilkan peristiwa longsor di
Wanayasa pada Kamis 11 Desember menyebabkan 379 orang
mengungsi. Satu warga Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaran tewas.
Di Kabupaten Wonosobo, bencanan longsor pada Kamis 11 Desember
menelan satu korban tewas.
Untuk memperkuat wacana potensi ancaman bencana, Kompas
menuliskan 5 paragraf mengenai faktor yang membuat zona rentan di
Indonesia semakin luas. Keterangan dari Surono dianggap penting
untuk memberi penekanan dengan mengemukakan sejumlah data.
Faktor tersebut diantaranya, perubahan pola cuaca, penduduk di zona
rentan semakin padat. Surono pun memberi solusi penataan ruang
berbasis bencanan sebagai jalan terbaik.
“Zona rentan longsor sudah dipetakan, tetapi nyatanya tetap dihuni. Kalau pola permukiman tidak dikontrol dan penataan ruang hanya berbasis ekonomi, bencana longsor dan bencana geologi lain seperti gempa bumi dan tsunami, akan terus merenggut korban,” kata Surono. (paragraf 13)
Kompas menutup pemberitaan berupa 5 paragraf yang
mengemukakan sejumlah fakta bencana longsor yang mulai terjadi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar
Aji Pratama Heru mengatakan, pemerintah kabupaten telah
menetapkan status Siaga Darurat Bencana hingga Maret 2015 guna
mengantisipasi longsor. Sementara Kota Jayapura, Papua, juga rawan
bencana longsor. Bahkan, Jumat (12/12), longsor terjadi di kota itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
yang mengakibatkan empat warga tewas. Menurut Kepala BPBD Kota
Jayapura Bernard Lamia, semua korban tewas telah dievakuasi.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
ancaman bencana longsor masih besar terjadi di Banjarnegara dan
sejumlah daerah. Hal ini diamati dari cara Kompas menyusun
keterangan dari narasumber Surono yang memberikan gambaran
secara umum dengan mengungkapkan longsor di Banjarnegara sering
terjadi. Kemudian disusul keterangan yang lebih detil oleh Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwonugroho,
mengenai longsor di sejumlah daerah di Banjarnegara dan Wonosobo.
Serta ditutup dengan Siaga Darurat di Karanganyar dan bencana
longsor di Jayapura.
Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan
menampilkan longsor memberikan sinyal bahaya serupa di daerah lain
yang masuk zona merah bencana gerakan tanah. Ancaman longsor
dinilai masih sangat besar (how). Kompas menguraikan penyebab
sejumlah peristiwa longsor di Banjarnegara (why). Mengapa peta
kerentanan bencana longsor di Indonesia meningkat (why).
Karanganyar mulai Siaga Darurat longsor hingga Maret 2015,
sementara bencana longsor di Jayapura menawaskan satu orang
(where).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak bahwa ancaman bencana longsor masih besar.
Kompas menguraikan penyebab ancaman tersebut serta mengaikannya
dengan kondisi sejumlah tempat di Indonesia untuk membantu
khalayak mengidentifikasi penyebab adanya ancaman longsor.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Tema
pertama, ancaman longsor di Banjarnegara dan sejumlah daerah masih
sangat besar. longsor besar di Banjarnegara bukan kali ini saja terjadi.
Tema ini bisa dilihat dari keterangan Surono mengenai Banjarnegara
merupakan daerah yang sering dilanda longsor. Namun, tema ini oleh
Kompas diwacanakan dalam lead, longsor di Banjarnegara
memberikan sinyal bahaya di daerah lain yang masuk zona merah
bencana gerakan tanah.
Tema kedua, Peta kerentanan bencana longsor di Indonesia
semakin meningkat. Tema ini dapat dilihat faktor penyebab
meningkatnya kerentanan bencana longsor yang dikemukakan Surono
seperti, perubahan pola cuaca, penduduk di zona rentan semakin
meningkat, serta cara mengatasi bencana longsor degan penataan
ruang berbasis bencana.
Tema ketiga, ancaman longsor mulai terjadi. Tema ini dapat
dilihat dari longsor yang mulai mengancam sejumlah wilayah rawan
di Karanganyar dan longsor yang terjadi di Kota Jayapura yang
mengakibatkan empat warga tewas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Frame wacana bencana di Banjaregara dijadikan sebagai sinyal
bahaya didukung dengan penekanan tertentu pada level retoris.
Pekenanan terlihat dari grafik serta foto yang ditampilkan. Grafik
yang berjudul Longsor di Banjarnegara mendiskripsikan lokasi
longsor dengan peta lokasi, serta kondisi bencana seperti dimensi
longsoran, jumlah korban, dan jumlah kerugian.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk
memberikan penekanan dalam teks. Kompas menampilkan leksikon
“zona merah” untuk menggambarkan wilayah yang mempunyai
bahaya. Kompas juga menampilkan istilah keilmuan seperti litologi.
Litologi merupan ilmu tentang batu-batuan.
Kompas juga menampilkan grafik dan foto untuk menekankan
pandangan. Kompas menampilkan grafik berupa peta lokasi longsor
di Banjarnegara. Kompas memberikan keterangan mengenai bencana
yang terjadi di Banjarnegara. Pertama kejadian di Jemblung. Kompas
memberikan penjelasan panjang zona longsoran 600 meter dengan
lebar 300 meter. Ketinggian mahkota 75, dan estimasi material
sejumlah 1,5 juta meter kubik.
Kedua, Kompas juga menyajikan koordinat titik lokasi longsor
dengan keterangan skala kecamatan, yaitu Kecamatan Karangkobar
dan Kecamatan Wanayasa. Koordinat letak juga dilengkapi dampak
longsoran untuk memudahkan khalayak mengetahui letak serta
dampak longsoran. Longsoran di Kecamatan Karangkobar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
terletak di Dusun Jemblung, Desa Sampang mengakibatkan 20 korban
tewas, 11 orang luka berat, 4 luka ringan, 88 orang hilang, dan 200
mengungsi. Sementara di Kecamatan Wanayasa yang terletaj di
Dusun Karangtengah, Desa Dawuhan mengakibatkan 1 korban tewas
dan 379 orang mengungsi.
Kompas juga memberikan penekanan dampak longsoran berupa
foto pengungsi. Lebih lengkapnya, caption disajikan di bawah ini.
Korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, beristirahat di Kantor Kecamatan Karangkobar yang digunakan untuk tempat pengungsian, Sabtu (13/12) malam. Ratusan warga dusun itu kehilangan tempat tinggal dan kini harus menghuni tempat pengungsian yang dibagi di 16 lokasi.
Penekanan Kompas mengenai dampak longsoran nampak dari kata
“kehilangan tempat tinggal”. Hal tersebut secara langsung
menggambarkan setidaknya dampak longsor adalah kehilangan tempat
tinggal, Kompas berupaya mengangkat dampak tersebut agar khalayak
memahami bagaimana kondisi korban selamat yang berada
dipengungsian.
Tabel 3.8 Analisis Framing Ancaman Longsor Masih Besar
Penduduk di Zona Rentan Longsor Makin Banyak
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara narasumber pejabat birokrasi untuk
memberikan informasi dan pandangan. Memberikan bukti berupa data dari instansi. Menampilkan sosok Surono sebagai informan mengenai data kebencanaan.
Skrip Memberikan pandangan ancaman bencana longsor masih sangat besar. Kompas menjadikan peristiwa longsor di Jemblung sebagai latar kemudian mengaitkannya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
sejumlah daerah di Indonesia yang mempunyai ancaman serupa.
Tematik (1) Ancaman longsor di Banjarnegara dan sejumlah daerah masih sangat besar (2) Peta kerentanan bencana longsor di Indonesia semakin meningkat (3) ancaman longsor di sejumlah daerah
Retoris Menggunakan label jabatan dan instansi untuk menekankan pandangan. Memberikan istilah keilmuan. Memberikan penekanan berupa grafik terkait letak dan dampak bencana. serta memberi gambaran dengan menampilkan foto korban longsor di pengungsian karena kehilangan tempat tinggal.
10. Frame Kompas edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul 35
Korban Teridentifikasi : Pemerintah Fokus Melakukan Evakuasi
Tiga hari pasca bencana yang menimbun sekitar 108 warga
Dusun Jemblung, Kompas menuliskan berita menggunakan judul
penggoda (headline teaser) “35 Korban Teridentifikasi”. Dari judul
penggoda tersebut terlihat berita Kompas mengarah pada proses
evakuasi bencana longsor Banjarnegara. Lebih fokus lagi, Kompas
menampilkan hasil evakuasi yang telah berhasil mengidentifikasi 35
korban longsor. Kompas melakukan strategi wacana longsor di
Jemblung di sebabkan pelanggaran tata ruang.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk tetap memberikan informasi perkembangan
penanganan bencana serta memberikan pandangan terhadap khalayak
terkait bencana. Sudut pandang yang diberikan dalam berita ini
mengenai penyebab longsoran. Kompas juga berupaya menjelaskan
alasan penundaan evakuasi setelah kejadian bencana Jumat (12/12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul penggoda yang menampilkan jumlah
korban yang berhasil diidentifikasi menunjukkan perkembangan
proses evakuasi korban bencana longsor. Namun, judul pemberitahu
berita Kompas yang menggunakan kata “fokus” sangat jelas
menunjukkan pandangan Kompas mengenai tindakan yang dilakukan
pascabencana longsor di Banjarnegara.
Kompas menekankan berita terlihat dari headline teller atau
judul pemberitahu “Pemerintah Fokus Melakukan Evakuasi”. Judul
tersebut dapat dipahami sebagai fokus berita, atau fakta yang lebih
ditekankan oleh Kompas. Kata fokus melakukan evakuasi bisa
diartikan penangan bencana pada hari ke tiga pascabencana lebih
diutakaman pada pencarian korban hilang (evakuasi).
Secara lebih rinci dapat diamati dari lead yang menguraikan
perkembangan evakuasi korban bencana, jumlah korban yang
ditemukan dan yang berhasil diidentifikasi, bisa diamati di bawah ini.
Petugas menemukan 39 jasad korban meninggal akibat longsor di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Dari korban meninggal sebanyak itu, sampai Minggu (14/12) petang, 35 orang sudag teridentifikasi. (paragraf 1) Lead di atas merupakan upaya Kompas untuk memberikan
gambaran dalam hal ini hasil proses evakuasi kepada khalayak. Secara
lebih luas, uraian penekanan Kompas mengenai proses evakuasi
terlihat dari cross headline “Proses Evakuasi”. Kompas menyajikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
keterangan dari Presiden Joko Widodo yang menatakan pemerintah
memfokuskan pada evakuasi korban terlebih dahhulu.
Lebih jauh, dalam berita disebutkan penyebab terjadinya
longsor. Hal itu nampak dari cross headline “Tata ruang” yang
menguraikan keterangan dari Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Basuki Hadmuljono dan Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengenai
masalah tata ruang di Banjarnegara yang mengakibatkan longsor.
Dalam teks berita yang ditampilkan, Kompas mewawancari lima
narasumber: Presiden Joko Widodo yang menekankan penanganan
bencanan fokus pada evakuasi. Kompas memberikan pandangan
penyebab longsoran berupa pelanggaran tata ruang dengan
narasumber Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki
Hadimuljono, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo
Purwo Nugroho, Kepala Pelaksanan Harian Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio. sementara
Kepala Seksi Operasi Badan SAR Nasional Jawa tengah Tri Joko
Priyono menjelaskan alasan penundaan evakuasi setelah kejadian
bencana longsor pada Jumat (12/12).
Teks berita Kompas berisi 7 paragraf yang menjelaskan
mengenai fokus penanganan bencana pada proses evakuasi. Kompas
memulai dengan menampilkan hasil penemuan korban sejumlah 39
jasad. 18 diantanranya laki-laki termasuk anak, 17 korban lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
perempuan. Sementara itu, evakuasi terus dilakukan oleh petugas
Kodim 0704 Banjarnegara, Kodim 0701 Banyumas, Kodim 0702
Purbalingga, Batalyon Zeni Tempur Kodam IV/Diponegoro, Palang
Merah Indonesia, serta relawan.
Kompas menampilkan tanggapan pemerintah pusat dengan
memberikan kutipan langsung Presiden Joko Widodo yang meninjau
lokasi bencana. “Saat ini kami tidak membicarakan hal-hal lain.
Seluruh konsentrasi saat ini dicurahkan untuk menyelesaikan maslah
evakuasi” ujar Joko Widodo. Dapat diartikan sebagai upaya Kompas
untuk meredam emosi khalayak terutama korban bencana, bahwa
pemerintah pusat turun tangan dalam penanganan bencana.
Dalam kunjungan selama sekitar dua jam kemarin, Presiden
berkeliling lokasi longsor dan permukiman. Presiden juga
memberikan santunan kepada para korban yang kehilangan keluarga
dan rumah. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta
Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif
kemarin juga ke lokasi longsor. Kompas juga berupaya menampilkan
salah seorang warga Wanayasa yang meminta direlokasi karena
permukiman mereka terancam longsor.
Wacana mulai terlihat dalam 7 paragraf berikutnya yang
menguraikan tata ruang yang salah di Banjarnegara. Kompas
membuka pandangan berupa imbauan Presiden kepada masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
yang tinggal didaerah rawan longsor untuk meningkatkan
kewaspadaan. Kompas menampilkan dua narasumber utama, Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono yang
mengemukakan pelanggaran tata ruang di Banjarnegara. Kemudian
diperkuat keterangan dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang mengatakan bencana longsor di
Dusun Jemblung terjadi akibat multifaktor.
“Wilayah perbukitan dengan kemiringan 30 derajat lebih semestinya ditanami jenis tanaman konservasi. Namun, yang terjadi di Banjarnegara, wilayah perbukitan justru ditanami tanaman produktif seperti kubis dan kentang,” ujar Basuki. Ini, katanya, diperparah kondisi tanah yang labil. (paragraf 10)
Apa yang dikemukakan Basuki di atas seakan ditanggapi
langsung oleh Sutopo dengan uraian teks berita di bawah ini:
Senada dengan Basuki, di Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bencana longsor di Dusun Jemblung terjadi akibat multifaktor. Penyebab bencana meliputi kondisi tanah yang lapuk, topografi yang relatif curam, permukiman yang membebani tanah lereng, dan curah hujan yang tinggi. (paragraf 11)
Lebih lanjut Sutopo menggambarkan kemiripan longsor di
Jemblung dengan sejumlah bencana lain.
“Jenis tanah dan tipologi longsor di lokasi ini mirip dengan material longsoran yang terjadi di Ciwidey Kabupaten Bandung, Kabupaten Karanganyar, dan Banjarnegara tahun 2006,” ujar Sutopo yang juga pakar hidrologi. Kondisi ini juga dipicu kemiringan lereng lebih dari 60 persen dan hujan deras. Karena ikatan tanahnya rapuh, saat hujan menjadi mudah longsor. (paragraf 12)
Menyikapi kondisi tersebut, menurut Basuki, pemerintah harus bertindak cepat memberikan sosialisasi tentang potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
bencana dan tata ruang wilayah. “Ðengan memperhatikan rencana taat ruang dan menerapkan pola budidaya tanaman yang tepat, setidaknya dampak kerugian akibat bencana bisa diminimalkan,” ujarnya. (paragraf 13)
Uraian di atas seakan ada keterangan dari dua narasumber yang
secara langsung memberikan fakta dan saling melengkapi. Hal itu
merupakan strategi Kompas untuk memberikan penekanan terhadap
pandangan mengenai bencana longsor yang disebabkan pelanggaran
tata ruang.
Berikutnya, Kompas menampilkan longsor di Dusun Jemblung
sebagai bencana yang sebenarnya dapat diprediksi. Hal itu ditekankan
dengan uraian dari Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Catur Subandrio. Catur
mengatakan warga tidak menghiraukan imbauan dari BPBD
mengenaai bahaya tinggal di daerah rawan longsor.
Kompas menulis 3 paragraf untuk memperjelas khalayak
mengenai penundaan evakuasi pada hari pertama kejadian bencana.
Kompas menguraikan keterangan dari Kepala Seksi Operasi Badan
SAR Nasional Jawa Tengah, Tri Joko Priyono yang mengemukakan
penundaan evakuasi saat bencana longsor baru saja melanda di Dusun
Jemblung dikarenakan pertimbangan kondisi medan yang
membahayakan relawan dan tim SAR. Selain masih hujan dan gelap
gulita karena aliran listrik terputus, tanah diperbukitan yang baru saja
longsor juga masih terus bergerak. Hal ini merupakan upaya Kompas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
untuk melengkapi fakta peristiwa yang tidak dapat disampaikan sehari
pasca kejadian bencana.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
longsor disebabkan pelanggaran tata ruang. Kompas memberikan
bukti peristiwa yang mirip dengan kejadian di Karanganyar, Ciwidey
Bandung, dan Banjarnegara pada tahun 2006.
Frame Kompas tentang bencana longsoran disebabkan
pelanggaran tata ruang, dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan
menampilkan proses evakuasi (how). Dapat diamati mulai dari lead
berita yang menyebutkan penemuan 39 jasad dan 35 di antaranya
sudah didentifikasi.
Pemerintah memfokuskan pada evakuasi korban (what). Hal itu
terlihat dari kererangan Presiden Joko Widodo saat tinjauan langsung.
Serta penyebab bencana longsor berupa pelanggaran tata ruang (Why)
dan alasan proses evakuasi ditunda setelah bencana melanda Dusun
Jemblung.
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak bahwa informasi perkembangan penanganan bencana
penting untuk diketahui khalayak. Kompas juga menampilkan sosok
Presiden yang turun langsung menangani bencana longsor dan
memberi penekanan penanganan bencana difokuskan pada proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
evakuasi. Kompas memberikan penjelasan kepada khayak bahwa
salah satu penyebab bencana berupa pelanggaran tata ruang.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang
menunjuk pada tema utama penanganan bencana oleh pemerintah
difokuskan pada proses evakuasi. Pertama, penanganan bencana
difokuskan pada proses evakuasi. Tema ini dapat dilihat dari kutipan
Presiden Joko Widodo. Keterangan diberikan untuk memberi
penjelasan langsung kepada khalayak.
Tema kedua, bencana disebabkan pelanggaran tata ruang. Tema
ini ditampilkan dengan menyajikan pandangan dari Basuki
Hadimuljono dan Sutopo Nugroho Purwo yang memberi pernyataan
bencana tanah longsor di Banjarnegara antara lain terjadi karena
pelanggaran tata ruang di wilayah perbukitan yang ada di sepenjang
jalan.
Tema ketiga, alasan penundaan evakuasi disebabkan
pertimbangan kondisi medan dan keselamatan relawan. Tema ini
mulai terlihat dari keterangan Catur Subandrio mengenai kondisi
medan yang membahayakan relawan dan tim SAR..
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Joko Widodo dilabeli “Presiden”, Basuki Hadi
Muljono dilabeli “Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat”,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas BNPB” dan “Pakar Hidrologi”, serta Catur Subandrio dilabeli
“Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Banjarnegara”. Label otoritas jabatan dan pakar dari
narasumber menunjukkan bahwa fakta dan data yang dikemukakan
berasal dari pihak berkompeten dan valid untuk mendukung
pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “jasad”
digunakan Kompas untuk menunjukkan tubuh korban yang berhasil
ditemukan. Kompas juga menggunakan leksikon “santunan” yang
dapat diartikan sebagai uang pengganti kerugian karena bencana.
Kompas menekankan peristiwa bencana dengan
menampilkan satu foto headline serta grafik dan satu foto tinjauan
Presiden Jokowi yang diletakkan di halaman sambungan. Kompas
menampilkan foto relawan mencari korban yang diduga masih
tertimbun tanah longsor di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,
Banjarnegara, Jawa Tengah. Dengan keterangan foto sampai pukul
18.00 WIB, jumlah korban longsor yang dievakuasi sebanyak 39
orang, Kompas memberikan gambaran langsung bagaimana proses
evakuasi dan hasil evakuasi. Foto merupakan bukti otentik, serta kuat
untuk menekankan fakta yang sedang terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Sementara itu, Kompas menampilkan grafik lokasi bencana
dengan keterangan jumlah korban yang hilang dan jumlah korban
yang ditemukan. Grafik tersebut untuk memudahkan khalayak
memahami isi berita, terutama proses pencarian korban hilang.
Kompas memberikan penekanan tersendiri terhadap kunjungan
presiden Joko Widodo. Nampak dari hadirnya foto Presiden Joko
Widodo mendatangi lokasi tanah longsor di Desa Sampang,
Kecamatan Karangkobar yang ditelakkan di halaman sambungan. Hal
itu terkait wacana Kompas mengenai Joko Widodo yang meminta
kepada petugas dan relawan untuk mengutamakan pencarian korban
yang diduga masih tertimbun longsor.
Tabel 3.9 Analisis Framing 35 Korban Teridentifikasi
Pemerintah Fokus Melakukan Evakuasi
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk
memberikan pandangan dan informasi. Kompas juga berupaya menampilkan keinginan warga yang minta direlokasi. Memberikan bukti serta menampilkan peran instansi dalam penanganan bencnaa. Kompas juga menampilkan sosok Joko Widodo yang menangani bencana longsor.
Skrip Menguraikan upaya penanganan bencana yang difokuskan pada proses evakuasi. Sementara mengenai peristiwa longsor, Kompas menekankan pada salah satu penyebab longsor berupa pelanggaran tata ruang. Kompas juga memberikan penjelasan terkait penundaan evakuasi setelah bencana longsor melanda pada Jumat (12/12) petang.
Tematik (1) Penanganan bencana oleh pemerintah difokuskan pada proses evakuasi (2) Bencana disebabkan pelanggaran tata ruang (3) Alasan penundaan evakuasi disebabkan pertimbangan kondisi medan dan keselamatan relawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dan label pakara hidrologi. Kompas menggunaan leksikon “jasad” dan “santunan”. Menggunakan foto dan grafik untuk menekankan proses evakuasi. Kompas juga memberi penekanan pada soso Joko Widodo dengan menampilkan foto kunjungannya di lokasi bencana.
11. Frame Kompas edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul
Tanggap Darurat Tidaklah Cukup
Tiga hari pasca bencana yang menimbun sekitar 108 warga
Dusun Jemblung, salah satu artikel yang di tampilkan Kompas adalah
berita feature yang berjudul Tanggap Darurat Tidaklah Cukup. Dalam
pandangan Kompas, penanganan bencana sebenarnya dapat dilakukan
dengan memahami tanda-tanda potensi longsor untuk mencegah
bencana. Namun, pemerintah dimaknai sebagai pihak yang kurang
bertanggung jawab dalam hal pencegahan pencana. Warga kurang
informasi dan tidak mendapat pengetahuan yang cukup perihal
ancaman bencana. Seharusnya dilakukan mitigasi sehingga bencana
mampu diminimalisir. Kompas melakukan strategi wacana tertentu
untuk mendukung gagasan..
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk mengkritik kinerja pemerintah. Kompas memberi
pandangan perlunya perubahan perspektif dari tanggap darurat ke
proses mitigasi bencana. Kompas memberikan sejumlah bukti dari
pakar untuk menguatkan pandangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul berita Kompas secara jelas memberikan
keterangan kepada khalayak bahwa tindakan tanggap darurat saat
bencana tidak memenuhi kebutuhan. Kebutuhan dalam hal ini dapat
dipahami sebagai kebutuhan korban terdampak bencana. Pandangan
Kompas mulai terlihat dari crossheadline “Minim respons” yang
berisikan kurangnya tanggapan pemerintah terhadap tanda-tanda
potensi longsor.
Berita feature ini ditulis dengan pembuka yang menohok
mengenai kegagalan pemerintah melindungi rakyatnya dari bencana
longsor. Nampak dari “ketidakhadiran negara” secara tidak langsung
menggambarkan absennya pemerintah berakibat bencana longsor
besar yang memakan banyak korban jiwa di Dusun Jemblung, Desa
Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Longsor besar di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, sekali lagi menunjukkan ketidakhadiran negara dalam melindungi rakyatnya. Jutaan penduduk hidup di kaki-kaki tebing rapuh, sebagian besar di antaranya warga miskin tanpa pilihan lain. Dengan hujan tropis yang dikenal tinggi, longsor adalah bom waktu. (paragraf 1) Kompas pun memberi penutup dengan kalimat yang tragis.
Menggambarkan sebuah penyesalan, namun dengan menghadirkan
sebuah jalan keluar. Mitigasi merupakan tindakan yang bertujuan
mereduksi atau mengurangi dampak bencana baik dampak ke
komunitas yaitu jiwa, harta benda, maupun dampak ke infrastruktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Kini, saatnya pemerintah pusat dan daerah mengubah perspektif dari tanggap darurat ke mitigasi bencana. Jangan sibuk pasca longsor, lalu lupa beberapa hari kemudian. (paragraf 14)
Andai saja warga mengenali tanda-tanda longsor, andai saja alat deteksi dini jadi dipasang di Karangkobar. Namun, bencana tak mengenal kata andai. Hanya ada mitigasi. (paragraf 15) Dalam teks berita Kompas mewawancarai dua pakar longsor :
Peneliti longsor senior pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Edi Prasetyo Utomo dan Peneliti longsor pada Fakultas Teknik
Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM), Teuku Faisal Fathani.
Keduanya berpandangan bahwa belum adanya perubahan signifikan
sikap pemerintah melindungi warganya dari bencana, khususnya
longsor. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan bisa mengubah
perspektif dari tanggap darurat ke mitigasi bencana. Pandangan
tersebut diperkuat dengan hadirnya Kepala Bidang Mitigasi Gempa
Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika yang
mengemukakan pada 5 Desmber 2014, Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi telah mengirim
surat peringatan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Surat
tersebut berisikan bahwa Karangkobar masuk dalam 20 kecamatan
rentan longsor menengah-tinggi di Banjarnegara. Namun
pemeritahuan tersebut tidak direspon dengan baik.
Kompas juga mengahadirkan warga bernama Taroni, 65, yang
mengemukakan sebelum longsor besar, salah satu sisi Bukit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
Telagalele terjadi longsor sebagai saksi bahwa tanda bencana longsor
sudah ada sebelumnya. Sementara Tomo, 60,seorang petani
mengemukakan sosialisasi mengenai ancaman bencana jarang
dilakukan. Hal itu diperkuat dengan keterngan Kepada Desa
Sampang, Partono yang menjelaskan warga belum pernah mendapat
pelatihan evakuasi menghadapi longsor.
Teks berita Kompas secara umum berisi tentang dua pandangan
pakar yang saling melengkapi. Satu pihak berpandangan bahwa
bencana longsor akan berulang dan ciri-cirinya bisa dikenali.
Sementara satunya berpandangan bahwa pemerintah pusat dan daerah
seharusnya mengubah perspektif dari tanggap darurat ke mitigasi
bencana.
Kompas mengawali berita dengan lima paragraf yang
menampilkan Edi Prasetyo Utomo dengan keterangan bahwa longsor
akan berulang dan ciri-cirnya bisa dikenali. Hal itu diperkuat dengan
kesaksian salah satu warga Karangkobar, Taroni yang menjelaskan
sebelum longsor besar terjadi, salah satu sisi bukit Telagalele terjadi
longsor kecil.
Kompas melanjutkan gagasan dengan menyajikan empat
paragraf mengenai pemerintah yang abai terhadap pemberitahuan
adanya ancaman bencana, hal itu disampaikan oleh Kepala Kepala
Bidang Mitigasi gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede
Suantika. Gagasan diperkuat dengan keterangan dari seorang petani,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
Tomo yang mengemukakan sosialisasi mengenai bencana jarang
dilakukan, serta Kepala Desa Sampang Partono yang menjelaskan
warga belum pernah mendapat pelatihan evakuasi terhadap longsor.
Berita ditutup dengan enam paragraf yang menyimpulkan,
saatnya pemerintah pusat dan daerah mengubah perspektif dari
tanggap darurat ke mitigasi bencana. Kompas menampilkan
keterangan dari Teuku Faisal Basri yang memasang alat deteksi dini
longsor. Hasilnya, longsor besar yang terjadi di Pagentan tahun 2007
tidak ada korban jiwa. Warga menyelamatkan diri empat jam sebelum
bencana longsor melanda karena alarm bahaya berbunyi.
Skema di atas dapat dipahami gagasan untuk menjelaskan
kepada khalayak pentingnya mitigasi bencana. Cuplikan teks berita
dapat diamati di bawah ini.
Sudah 33 tahun Edi menjadi peneliti geologi lingkungan dengan fokus pergerakan tanah atau longsor. Tahun 2006, Edi meneliti kerentanan longsor di kawasan itu, tak lama setelah longsor di desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara- sekitar 6-7 kilometer dari Karangkobar-yang menewaskan 90 orang. Laporan penelitiannya ditulis dalam Journal Landslide Volume 43 Nomor 1. (paragraf 3)
Namun, menjelang akhir karier sebagai peneliti, ia belum melihat perubahan signifikan sikap pemerintah melindungi warganya dari bencana, khususnya longsor. “Longsor akan berulang. Ciri-cirinya bisa dikenali,” katanya. Beberapa di antaranya tanah dan dinding rumah retak, pohon-pohon tampak miring, dan riwayat longsor. (paragraf 4)
Di dusun Jemblung, seperti dikatakan salah satu warganya, Taroni (65), sebelum longsor besar, salah satu sisi Bukit Telagalele terjadi longsor kecil. Di sana ada bangunan dam kecil. “Bukit itu sebenarnya jalur air mengalir. Di puncak bukit ada danau mengering,” tuturnya. (paragraf 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Dari kutipan tersebut terlihat pernyatan Edi Prasetyo
Utomo diperkuat dengan kesaksian Taroni. Hal itu memperkuat
penjelasan Edi rasetyo yang mengemukakan longsor akan berulang
dan ciri-cirinya bisa dikenali dengan kesaksian langsung sebelum
terjadinya bencana longsor di Karangkobar pada Jumat (12/12)
petang.
Demikian halnya dengan cara Kompas menyusun fakta
mengenai pemerintah yang tidak merespons dengan baik
pemberitahuan 20 kecamatan rentan longsor menengah-tinggi di
Banjarnegara, termasuk Karangkobar. Hadirnya narasumber yang
memberikan kesaksian dijadian penguat gagasan oleh Kompas seperti
nampak dalam cuplikan di bawah ini.
“Sosialisasi jarang, apalagi anjuran bagaimana hidup aman di wilayah seperti ini,” kata Tomo (60), petani penggarap kebun singkong dan kopi di Dusun Jemblung. Anak-istinya tewas. (paragraf 8)
Menurut Kepala Desa Sampang Partono, warga belum pernah mendapat pelatihan evakuasi menghadapi longsor. Karena minim informasi, banyak warga membangun rumah berdinding tembok yang lebih rawan dibandingkan rumah kayu. (paragraf 9) Hal itu kembali ditampilkan Kompas untuk memberikan
keterangan mengenai pentingnya mitigasi. Dengan keterangan dari
Faisal Fathani, nampak sebuah penyelasan terjadinya bencana longsor
yang banyak memakan korban jiwa.
Di Yogyakarta, teuku Faisal Fathani (39), peneliti longsor pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM), menyesali longsor dengan banyak korban jiwa itu. Tahun 2007,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
ia dan tim UGM bekerjasama dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal meneliti kerentanan longsor di Banjarnegara, Kecamatan Karangkobar masuk peringkat pertama daerah berisiko tinggi. (paragraf 10)
“Waktu itu kami siap pasang alat deteksi dini longsor di sana, tetapi ada persoalan sosial sehingga gagal terwujud. Andai saja alat itu jadi di pasang di sana, mungkin lain cerita,” katanya. (paragraf 11)
Gagasan pentingnya mitigasi bencana pun dihadirkan dengan
menyajikan fakta pada tahun 2007, tim UGM atas bantuan UNESCO
memasang alat deteksi dini di Kecamatan Pagentan, kecamatan
tetangga Karangkobar. Akhir tahun itu, longsor besar terjadi, tidak ada
korban jiwa. Warga menyelamatkan diri empat jam sebelum kejadian
bencana karena alarm bahaya berbunyi.
“Longsor bisa dimitigasi dan seharusnya itulah fokus pemerintah, bukan pada tanggap darurat,” kata Faisal. (paragraf 12) Frame Kompas dibuka dengan fakta yang menyebutkan
ketidakhadiran negara dalam melindungi rakyatnya (who). Dapat
diamati dari paragraf pembuka yang dikuti penjelasan dari Edi
Prasetyo yang sudah 33 tahun menjadi peneliti geologib lingkungan
dengan fokus pergerakan tanah atau longsor. Namun, ia belum melihat
perubahan signifikan sikap pemerintah melindungi warganya dari
bencana. Edi juga menyebutkan longsor akan berulang dan ciri-cirinya
bisa dikenali. Hal itu dipertegas kesaksian Taroni yang
mengungkapkan, sebelum longsor besar, salah satu sisi Bukit
Telagalele terjadi longsor kecil (how).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Mengenai bencana longsor yang mengakibatkan banyak korban
jiwa, Kompas membeberkan fakta abainya pemerintah terhadap
peringatan ancaman bencana dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi (Why). Hal itu tekankan
dengan keterangan Gede Suantika, “Surat kami kirim via pos ke
Kantor Gubernur Jawa Tengah”. Seorang petani, Tomo dan Kepala
Desa Sampang, Partono pun dihadirkan untuk memberi kesaksian
tidak adanya sosialisasi maupun pelatihan evakuasi mengahapi
lonngsor.
Kompas menutup dengan sebuah solusi mitigasi bencana
menggunakan alat deteksi dini (how). Mulai terlihat saat hadirnya
Teuku Faisal Fathani yang menceritakan keberhasilan pemasangan
alat deteksi dini sehingga bencana longsor di Pagentan pada tahun
2007 tidak menimbulkan korban jiwa. Usaha yang sama pun
dilakukan di Karangkobar, namun mendapat penolakan warga. Faisal
mengemukakan,
Bagaimana pun, alat deteksi dini hanya salah satu komponen dari mitigasi lonngsor. Perlu dilakukan mitigasi struktural dan juga sosial. Lereng yang rentan longsor ditata. Masyarakat dididik, bahkan kalau perlu direlokasi. (paragraf 13)
Dari struktur tematik, ada dua tema dalam teks berita.
Pertama, belum adanya perubahan signifikan pemerintah dalam
melindungi warga dari bencana longsor. Tema ini dapat dilihat dari
paragraf pembuka serta narasumber yang membeberkan fakta bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
bencana longsor sebenarnya berulang dan ciri-cirinya bisa dikenali.
Lebih lanjut, tanda-tanda potensi longsor di Karangkobar jelas.
Namun, surat peringatan 20 kecamatan di Banjarnegara masuk dalam
rentan longsor menengah menengah-tinggi, termasuk Karangkobar
yang dikirimkan oleh PVMBG pada tanggal 5 Desember 2014 tidak
mendapat respons yang baik. Kepala Desa Sampang, Partono dan
warganya yang seorang petani, Tomo pun senada mengatakan tidak
adanya sosialisasi dan pelatihan evakuasi menghadapi longsor.
Tema kedua, Saatnya pemerintah mengubah perspektif dari
tanggap darurat ke mitigasi bencana. Tema ini ditampilkan
menguraikan bukti salah satu komponen mitigasi longsor berupa alat
deteksi dini longsor yang dipasang oleh Teuku Faisal Fathani berhasi
meniadakan korban jiwa saat bencana longsor besar di Kecamatan
Pagentan tahun 2007. Berbeda dengan Kecamatan Karangkobar yang
menolak pemasangan alat deteksi dini. Sebuah penyesalan pun
menjadi penutup berita yang tragis.
Andai saja warga mengenali tanda-tanda longsor, andai saja alat deteksi dini jadi dipasang di Karangkobar. Namun, bencana tak mengenal kata andal. Hanya ada mitigasi. (paragraf 15)
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan serta pakar dari dari
narasumber uatama yang diwawancarai. Edi Prasetyo Utomo, 58,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
selain dilabeli peneliti longsor senior pada Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Edi juga disebutkan sudah 33 tahun
menjadi peneliti geologi lingkungan dengan fokus pergerakan tanah
atau longsor. Teuku Faisal Fathani dilabeli peneliti longsor pada
Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM). Pelabelan
dua narasumber utama tersebut sangat berpengaruh untuk memperkuat
gagasan Kompas mengenai pentingnya mitigasi bencana.
Selain itu, Kompas juga menggunakan istilah keilmuan
“mitigasi bencana” untuk menggarkan jalan keluar yang perlu
dilakukan untuk memecahkan permasalahan penanganan bencana.
Mitigasi merupakan tindakan yang bertujuan mereduksi atau
mengurangi dampak bencana baik dampak ke komunitas yaitu jiwa,
harta benda, maupun dampak ke infrastruktur.
Tabel 3.10 Analisis Framing
Tanggap Darurat Tidaklah Cukup
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pakar longsor yang menguraikan longsor berulang dan ciri-cirinya bisa dikenali. Kompas juga menempatkan narasumber yang berhasil mencegah korban jiwa pada longsor di Kecamatan Pagentan 2007 karena dipasangnya alat deteksi dini longsor untuk memperkuat gagasan pentingnya mitigasi bencana. Kompas menampilkan pejabat otoritas dan warga untuk menguatkan pandangan.
Skrip Mengawali dengan pembuka yang menyatakan pemerintah yang gagal melindungi warganya dari bencana longsor. Kompas memberikan uraian dengan keterangan pakar serta kesaksian warga untuk memperkuat pandangan. Berita ditutup dengan memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
jalan keluar, sebuah saran kepada pemerintah untuk mengubah perspektik tanggap darurat ke mitigasi bencana.
Tematik (1) Belum adanya perubahan signifikan pemerintah dalam melindungi warga dari bencana longsor (2) Saatnya pemerintah mengubah perspektif dari tanggap darurat ke mitigasi bencana
Retoris Pemberian label otoritas jabatan serta pakar yang diwawancarai, memberikan bukti serta penjelasan pentingnya mitigasi bencana. Memberian istilah kelimuan “mitigasi bencana”.
12. Frame Kompas edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul
Benahi Sistem Mitigasi Bencana Longsor : Longsor Masih
Berpotensi, Identifikasi Daerah Rawan
Tiga hari pasca bencana yang menimbun sekitar 108 warga
Dusun Jemblung, Kompas menampilkan berita berjudul “Benahi
Sistem Mitigasi Bencana Longsor : Longsor Besar Masih Berpotensi,
Identifikasi Daerah Rawan. Kompas”. Kompas masih menyoroti
kinerja pemerintah yang tidak belajar dari longsor berulang yang terus
memakan korban jiwa. Kompas melakukan strategi wacana dengan
menuliskan secara lugas pemerintah yang mengabaikan peringatan
dini dan berakibat bencana besar di Karangkobar.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk menjelaskan penyebab bencana longsor. Kompas
mengkritik kinerja pemerintah yang mengabaikan peringatan dini.
Kompas memberikan pandangan perlu perubahan paradigma
embangunan agar tak hanya mempertimbangkan sisi ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema berita. Dari judul penggoda atau headline teaser “Benahi
Sistem Mitigasi Bencana Longsor,” nampak pandangan Kompas
mengenai saran yang diberikan mengenai penanganan bencana
longsor. Benahi sistem mitigasi masih terkait dengan wacana Kompas
yang disajikan di artikel utama “Tanggap Darurat Tidaklah Cukup”
tentang pemerintah telah gagal melindungi rakyatnya dari bencana.
Lebih jauh, Kompas memandang adanya hal penting mengenai
ancaman dan memberikan saran yang disajikan dalam judul
pemberitahu atau headline teller “Longsor Besar Masih Berpotensi,
Identifikasi Daerah Longsor”. Penggunaan kata “berpotensi”
menandakan adanya ancaman bencana. Kompas memberikan wacana
kepada khalayak untuk mewaspadai ancaman bencana, di samping
proses evakuasi korban yang tengah berlangsung. Identifikasi
dimaksudkan sebagai tindakan pemetaan kawasan longsor di
Banjarnegara yang mempunyai ancaman longsor.
Berita ini ditulis dengan lead yang mengingatkan kembali
kepada pemerintah perihal mitigasi bencana.
Longsor berulang yang terus memakan korban belum menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem mitigasi bencana. Meski Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah mengirim peringatan dini longsor untuk Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, itu belum jadi acuan kebijakan. (paragraf 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Seperti berita yang ditulis dalam artikel utama sebelumnya,
Kompas mengingatkan kembali kepada khalayak sistem mitigasi
bencana yang belum menjadi pelajaran pemerintah. Terlihat dari
kebijakan yang belum mengacu atau tidak menanggapi peringatan dini
yang dikirim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Kompas juga memberi penekanan yang terlihat dari
crossheadline “Deteksi Dini”. Khalayak disajikan data dari Pakar
longsor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Edi Prasetyo Utomo
yang mengatakan “ke depan, setiap pemda perlu mendetailkan peta
hingga skala operasional, minimal 1:50.000 atau idealnya 1:25.000 di
daerah-daerah yang regional diketahui atau ditetapkan rawan longsor”.
Penekanan berikutnya terlihat dari crossheadline “Penyebab Longsor”
yang memberikan uraian mengenai hal yang menimbulkan bencana.
Tak hanya uraian, khalayak juga diberikan solusi rekomendasi dari
tim UGM segera dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan
pemetaan cepat dari berbagai sumber data, peta, citra satelit, cuaca,
lokasi permukiman, dan penggunaan lahan untuk analisis terintegrasi.
Dalam teks berita Kompas mewawancarai empat narasumber.
Keterangan dari Kepala Badan Geologi, Surono dan Kepala Bidang
Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) – Badan Geologi, Gede
Suantika digunakan untuk mengingatkan sekaligus menjelaskan
kembali mengenai pemerintah yang mengabaikan peringatan dini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Sementara dua narasumber yang lain, Pakar Longsor Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Edi Prasetyo Utomo menjelaskan deteksi dini
longsor dan ahli longsor pada Fakultas Teknik Sipil UGM, Faisal
Fathani menjelaskan penyebab longsor.
Kompas menguraikan kembali keterangan dari Surono yang
sudah mengirim peringatan rawan longsor hingga skala kecamtan ke
semua gubernur setiap awal bulan, termasuk ke Gubernur Jawa
Tengah. Kecamatan Karangkobar pun termasuk yang diperingatkan
berpotensi longsor. Namun, seperti yang tertuang dalam lead berita,
pemerintah mengabaikannya.
Gede Suantikan juga memberi penjelasan untuk memperkuat
keterangan Surono. “Surat kami kirim via pos ke Kantor Gubernur
Jateng,” ujarnya. Dalam surat itu, khusus untuk Kabupaten
Banjarnegara disebutkan ada 20 kecamatan berpotensi dilanda longsor
dengan skala menengah-tinggi. Kompas juga menjelaskan kepada
khalayak mengenai peringatan dini dengan keterangan dari Surono,
“peringatan dini itu hasil overlay peta zona kerentanan gerakan tanah
tiap wilayah dengan perkiraan curah hujan dari BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).”
Kompas berupaya memberikan pengetahuan kepada khalayak
mengenai deteksi dini. Melalui keterangan ahli longsor, Edi Prasetyo
Utomo, khalayak dijelaskan perihal peta kerentanan longsor PVMBG
berskala 1:250.000 belum memadai. Idealnya 1:25.000 dan harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
ditumpang-tindihkan dengan peta curah hujan tinggi atau di atas 2.500
milimeter per tahun, peta kemiringan lereng curam di atas 30 derajat,
peta ketebalan tanah lunak ( di atas 3 meter), dan peta struktur gelogi
patahan. Namun, Edi menegaskan peta bencana lonsgor tak akan
banyak berguna jika tidak diikuti penataan ruang.
Perlu perubahan paradigma pembangunan agar tak hanya
mempertimbangkan sisi ekonomi. Mitigasi bencana juga harus
diintegrasikan pada tata ruang. Nampak, Kompas memandang wacana
tata ruang begitu penting untuk mengatasi masalah longsor. Tidak
hanya sebagai tindak lanjut peta bencana longso, namun sampai tahap
mitigasi pun harus diintegrasikan pada tata ruang. Tata ruang dapat
dipahami sebagai upaya atau cara menata tempat yang ada.
Kompas juga mengingatkan kembali kepada khalayak untuk
mewaspadai ancaman longsor serta cara penanganannya. Serta
memberi himbauan supaya khalayak mulai waspada saat hujan
menerus, mengindari lerengan curam, terutama yang tanahnya tebal.
“Sebelum longsor terjadi selalu diawali munculnya retak-retakan,” ujar Edi. Untuk memitigasinya, retakan-retakan itu harus cepat ditutup sehingga air hujan tidak masuk retakan yang bisa memicu longsor. Daerah rawan lonsgor juga harus dihutankan dengan pohon-pohon berakar kuat. Ini sangat efektif memitigasi tanah longsor dangkal dengan bidang longsor kurang dari 5 meter. (paragraf 10)
Mengenai penyebab longsor di Karangkobar, Edi sedikit
menjelaskan penyebab utamanya adalah intensitas hujan tinggi dari
kamis (11/12) malam hingga jumat sore. “Selain itu juga topografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
curam, di atas 40 derajat dan ketebalan residual soil 3-5 meter serta
dialasi lapisan lempung atau abu vulkanik yang licin jika terkena air,
paparnya.
Kompas menghadirkan keterangan dari tim Universitas
Gadjah Mada (UGM), sebagaimana diketahui, pada artikel
sebelumnya, UGM berperan penting atau setidaknya pernah berupaya
memasang alat deteksi dini di Karangkobar. Hal itu tentu menjadi
penguat keterangan atau pandangan yang ditulis oleh Kompas.
Secara geologi kawasan utara Banjarnegara, seperti Karangkobar, Wanayasa, Pagentan, dan Banjarmangu, merupakan daerah rentan longsor. (paragraf 12)
Kerentanan disebabkan lereng curam-sangat curam. Selain itu, lapisan tanah sangat tebal yang dipengaruhi proses pelapukan dari dalam bumi. “Struktur geologi yang kompleks dengan banyak jalur pathan,” kata Teuku Faisal Fathani, ahli longsor pada Fakultas Teknik Sipil UGM. (paragraf 13)
Pada penutup berita, khalayak suguhkan rekomendai dari tim UGM segera dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat dari berbagai sumber data, peta, citra satelit, cuaca, lokasi permukiman, dan penggunaan lahan untuk analisis terintegrasi. Selain itu, perlu sosialisasi kepada warga di daerah rentan longsor. (paragraf 14)
Teks berita Kompas secara umum berisi tentang dua
pandangan pakar yang saling melengkapi. Satu pihak berpandangan
perlunya deteksi dini berupa peta rawan longsor serta diikuti penataan
ruang, perubahan paradigma dan mitigasi bencana terintegrasi dengan
tata ruang. Sementara satunya mengemukakan penyebab longsor
(Karangkobar) merupakan daerah rentan longsor yang disebabkan
lereng curam—sangat curam. Lapisan tanah juga sangat tebal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
dipengaruhi pelabukan dari dalam bumi. Ringkasnya, bencana
disebabkan struktur geologi yang kompleks dengan banyaknya jalur
patahan. Kedua ahli kompak memberikan penjelasan bahwa perlu
sosialisasi kepada warga di daerah rentan longsor.
Kompas mengawali berita dengan lima paragraf yang
mengingatkan kembali pada khalayak bahwa pemerintah abai
terhadap peringatan dini. Hal itu ditekankan dengan keterangan dari
Surono dan Edi Prasetyo.
Kompas melanjutkan pandangan berupa enam paragraf yang
menjelaskan perlunya penataan ruang dan pendidikan bencana kepada
masyarakat. Kompas memberi pandangan, bahwa peta kerentanan
longsor dengan skala 1:250.000 belum memadai, idealnya 1:25.000.
Namun, peta kerentanan tersebut tidak berguna bila tidak diikuti
penataan ruang, perubahan paradigma pembangunan agar tak hanya
mempertimbangkan sisi ekonomi serta mitigasi bencana juga harus
diintegrasikan pada tata ruang. Kompas memberikan wacana
dibutuhkan pendidikan bencana kepada masyarakat.
Berita ditutup dengan empat paragraf yang menguraikan
penyebab longsor serta menyimpulkan dengan menghadirkan
rekomendasi dari tim UGM. Tim UGM merekomendasikan segera
dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat dari
berbagai sumber data, peta , citra satelit, cuaca, lokasi permukiman,
dan penggunaan lahan untuk analisis terintegrasi. Kompas di sini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
kembali memberi wacana perlu sosialisasi kepada warga di daerah
rentan lonsgor.
Skema di atas dapat dipahami gagasan untuk menjelaskan
kepada khalayak pentingnya penataan ruang untuk proses mitigasi,
segera melakukan indentifikasi daerah longsor, dan perlunya
sosialisasi bencana kepada warga di daerah rentan longsor.
Frame Kompas dibuka dengan fakta yang menyebutkan
peringatan dini belum menjadi acuan kebijakan. Pemerintah abai.
Longsor yang berulang dan memakan korban jiwa belum jadi
pelajaran bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem mitigasi (who).
Dapat diamati dari enam paragraf pembuka.
Mengenai deteksi dini, Kompas memandang peta bencana
longsor tak akan banyak berguna apabila tidak diikuti penataan ruang.
Perlu perubahan paradigma pembangunan agar tidak hanya
mempertimbangkan sisi ekonomi. Mitigasi bencana harus
diintegrasikan pada tata ruang dan dibutuhkan pendidikan bencana
kepada masyarakat (how).
Sementara, Kompas memandang penyebab longsor (Why)
harus segera diidentifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat.
Serta perlu sosialisasi kepada warga di daerah rentan longsor.
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak adanya pengabaian peringatan dini oleh pemerintah.
Kompas memberi solusi dengan memberikan penjelasan perlunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
perubahan paradigma penanganan bencana dari tanggap darurat ke
mitigasi bencana.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,
pemerintah mengabaikan peringatan dini berakibat bencana besar di
Karangkobar. Tema ini dapat dilihat dari paragraf pembuka serta
narasumber yang membeberkan fakta dari Kepala Badan Geologi,
Surono yang mengemukakan bahwa surat peringatan sebenarnya
sudah dikirim ke skala kecamatan ke semua gubernur setiap awal
bulan, termasuk Gubernur Jawa tengah. Hal itu ditekankan dengan
keterangan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Mitigasi
Bencana (PBVMBG) – Badan Geologi Gede Suantika-dikirim ke
daerah pada 5 Desember 2014. “ Surat Kami kirim via pos ke Kantor
Gubernur Jateng,” katanya.
Tema kedua, deteksi dini tidak akan berguna jika tidak diikuti
penataan ruang. Tema ini ditampilkan dengan menguraikan
keterangan dari pakar longsor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Edi Prasetyo Utomo. Edi mengungkapkan peta kerentanan longsor
PVMBG belum memadai, perlu mendetailkan peta dari skala
1:250.000 hingga skala ideal 1:25.000. Lebih lanjut, Edi menjelaskan
peta kerentanan longsor tidak banyak berguna bila tidak diikuti
penataan ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Tema ketiga, rekomendasi untuk segera dilakukan identifikasi
daerah rawan longsor dan pemetaan cepat. Tema ini dibuka dengan
penyebab utama longsor berupa intensitas hujan tinggi dari Kamis
(11/12) malam hingga jumat sore oleh Edi. Teks berita dilanjutkan
dengan keterangan mengenai kerentanan longsor yang disebabkan
oleh struktur geologi yang kompleks dengan banyak jalur patahan
yang diuraikan ahli longsor ada Fakultas Teknik Sipil UGM, Teuku
Faisal Fathani. Tema ini terlihat dari rekomendari tim UGM untuk
segera dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan
cepat dari berbagai sumber.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label pakar atau keahlian dan otoritas jabatan
narasumber. Surono dilabeli “Kepala Badan Geologi”, Gede Suantika
dilabeli “Kepala Bidang Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan
Geologi”, Edi Prasetyo Utomo dilabeli “Pakar longsor Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Teuku Faisal Fathani dilabeli “Ahli longsor
pada Fakultas Teknik Sipil UGM” . Label pakar tersebut memperkuat
pandangan yang dikemukakan Kompas kepada khalayak. Otoritas
jabatan juga digunakan untuk memberikan bukti dan menjelaskan
perihal peringatan dini yang dikirim kepada pemerintah.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon “paradigma”
untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Paradigma juga sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
arti dengan pola pikir dan kerangka berpikir. Namun dapat dipahami
paradigma merujuk pada bidang keilmuan untuk memahami sesuatu.
Kompas menampilkan grafik berupa peta serta daftar wilayah
berpotensi gerakan tanah di Kabupaten Banjarnegara, Desember 2014.
Grafik ditampilkan untuk menjelaskan kepada khalayak mengenai
sejumlah daerah di Banjarnegara yang masuk peringatan dini bencana
longsor. Penekanan juga dilakukan Kompas dengan memberikan
diskripsi kategori rawan longsor untuk membantu khalayak
mengidentifikasi gejaja ancaman. Kategori Menengan adaah daerah
yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Di
zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas norman
terutama di daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,
tebing, jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.
Kategori tinggi adalah daerah yang mempunyai potensi tinggi
untuk terjadi gerakan tanah. Di zona ini dapat terjadi gerakan tanah
jika curah hujan di atas normal, sedaangkan gerakan tanah lama dapat
aktif kembali. Penjelasan Kompas berupa wilayah berpotensi gerakan
tanah di Banjarnegara serta penjelasan kategori rawan longsor
menengah-tinggi tersebut membantu khalayak mengidentifikasi
kondisi lingkungan di daerah mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Tabel 3.11 Analisis Framing Benahi Sistem Mitigasi Bencana Longsor
Longsor Besar Masih Berpotensi, Identifikasi Daerah Rawan
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pakar longsor yang menguraikan perihal deteksi dini dan penyebab longsor. Menggunakan narasumber dari pejabat untuk memberikan bukti.
Skrip Mengawali dengan mengingatkan pada khalayak, pemerintah tidak menjadikan acuan kebijakan tentang peringatan dini bencana longsor yang diterima. Berita menguraikan deteksi dini dan penyebab longsor, namun memberi penekanan pada perlunya perubahan paradigma pembangunan yang tidak mementingkan sisi ekonomi serta perlunya pendidikan bencana atau sosialisasi bagi warga di daerah rawan longsor.
Tematik (1) Pemerintah mengabaikan peringatan dini berakibat bencana besar di Karangkobar (2) Deteksi dini tidak akan berguna jika tidak diikuti penataan ruang (3) Rekomendasi untuk segera dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat
Retoris Pemberian label pakar longsor untuk memperkuat pandangan, serta menyajikan grafik guna membantu khalayak mengidentifikasi daerah rawan longsor. Memberikan bukti sejumlah wilayah di Banjarnegara yang berpotensi gerakan tanah, Kompas juga menggunakan leksikon “paradigma” untuk menguatkan pandangan.
13. Frame Kompas edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul
Utamakan Korban Luka Mengancam Jiwa
Tiga hari pasca bencana yang menimbun sekitar 108 warga
Dusun Jemblung, Kompas menampilkan berita berjudul Utamakan
Korban Luka Mengancam Jiwa. Kompas berupaya memberikan
pendidikan penanganan korban kepada khalayak. Terlihat dari menu
berita “Penanganan Korban Longsor” yang memudahkan khalayak
untuk mengetahui inti berita yang disampaikan. Kompas melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
strategi wacana penanganan korban longsor untuk menginformasikan
kondisi korban longsoran serta penanganannya. Wacana tersebut
ditujukan kepada khalayak agar memahami kondisi korban longsoran
sehingga mengurangi kepanikan atau harapan terhadap proses
evakuasi.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk membantu khalayak mengetahui cara penanganan
korban longsor baik korban luka mengancam jiwa, atau korban luka
tidak mengancam jiwa. Kompas memberikan uraian mengenai
kemungkinan ditemukannya korban longsoran dalam kondisi selamat.
Meskipun kemungkinan itu kecil, namun uraian mengenai
kemungkinan terburuk setidaknya memberikan penjelasan kepada
khalayak. Pandangan Kompas juga bisa dipandang sebagai pendidikan
bencana kepada khalayak mengenai penanganan korban longsor.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema berita. Dari judul “Utamakan Korban Luka Mengancam Jiwa,”
nampak pandangan Kompas mengenai saran yang diberikan dalam
penanganan korban bencana longsor di Karangkobar, Banjarnergara.
Kata “utamakan” dapat dipahami sebagai pandangan yang penting
atau dalam hal ini Kompas memandang penanganan korban luka
mengancam jiwa lebih didahulukan, disamping proses evakuasi yang
sedang berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
Kompas juga menjelaskan tesendiri mengenai korban
tertimbun. Nampak dari crossheadline “Tertimbun”. Dalam uraiannya
Kompas menjelaskan bagaimana kondisi korban tertimbun yang
kemungkinan masih bisa ditemukan selamat. Kompas juga
memberikan keterangan jangka waktu korban masih bisa ditemukan
selamat.
Dalam teks berita Kompas mewawancarai dua narasumber.
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian
Kesehatan, Achmad Yurianto yang mengemukakan penanganan
korban luka yang mengancam jiwa dan kondisi korban terimbun.
Serta Anggota Tim Penanggulangan Bencana Ikatan Dokter
Indonesia, Asturi Puri mengemukakan penanganan korban luka yang
tidak mengancam jiwa.
“Prioritaskan penyelamatan pada korban luka dengan perdarahan banyak atau patah tulang yang mengancam jiwa,” kata Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, di Bogor, Minggu (14/12). Luka dan patah tulang bisasnya terjadi karena terimpa bangunan atau pohon. (paragraf 2)
Upaya Kompas untuk memberikan pendidikan bencana lebih
lanjut dapat diamati dari cara menguraikan kondisi patah tulang dalam
teks berita yang ditekankan dengan keterangan dari Yurianto, dapat
diamati di bawah ini.
Patah tulang mengancam jiwa umumnya terjadi pada tulang besar, seperti tulang leher yang banyk terdapat jaringan saraf atau tulang rusuk yang membuat paru-paru tak berfungsi baik. Ada pula patah tulang belak3)ang yang berisiko lumpuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
dan cacat permanen serta patah tulang paha dan panggul yang bisa memicu perdarahan hebat. (paragraf)
Kasus gawat darurat patah tulang hanya bisa ditangani di rumah sakit karena butuh dokter spesialis serta peralatan dan obat khusus. Pada kasus longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, korban luka untuk sementara dirawat di RSUD Banjarnegara. (paragraf 4)
“Jika korban patah tulang sedikit, mereka bisa dirujuk ke Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta. Namun, jika korban banyak, ada kemungkinan tim dokter ortopedi dikirim ke Banjarnegara,” ujarnya. (paragraf 5)
Kompas juga memandang pentingnya kemampuan pertolongan
pertama dalam menyelamatkan korban longsor. Tim SAR, tenaga
kesehatan, dan TNI-Polri yang biasa menangani bencana mempunyai
kemampuan itu. Dengan perawatan yang tepat, korban luka dengan
perdarahan hebat dan patah tulang bisa diselamatkan.
Sementara mengenai korban luka yang tidak mengancam jiwa,
Anggota Tim Penanggulangan Bencana Ikatan Dokter Indonesia,
Asturi Putri mengatakan, munculnya pengungsian selalu membawa
persoalan kebersihan dan sanitasi akibat berkumpulnya banyak orang
ditempat yang tak memadai. Kompas menggunakan kutipan langsung
dari Asturi untuk memberi penekanan.
“Paling ceat 3-4 hari atau paling lama seminggu sejak bencana
akan bermunculan diare dan infeksi saluran pernasan di pengungsian,”
katanya.
Teks berita Kompas berisi tentang penanganan korban
bencana longsor. Kompas mengahadirkan dua narasumber untuk
memberi pandangan. Kompas menguraikan penanganan korban luka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
yang mengancam jiwa dalam lima paragraf awal, luka yang dimaksud
adalah perdarahan hebat dan patah tulang. Kompas juga menguraikan
kondisi patah tulang untuk memberi penjelasan kepada khalayak.
Acmah Yurianto dihadirkan untuk menjelaskan sekaligus sebagai
penguat pandangan Kompas.
Kompas melanjutkan pandangan berupa dua paragraf yang
menjelaskan peluang ditemukan korban tertimbun dalam kondisi
selamat. Hal ini dapat dipahami sebagai harapan yang ditampilkan
terkait proses evakuasi yang sedang berlangsung.
Menurut Yurianto, korban tertimbun longsoran yang tak bisa bernapas hanya punya waktu 5-10 menit untuk bertahan. Mereka yang mengalami perdarahan hebat tanpa pertolongan hanya bisa bertahan 1-2 jam. Selanjutnya, korban yang terlindung dan tak mengalami perdarahan bisa bertahan tujuh hari tanpa asupan makanan atau minuman. (paragraf 8)
Urain di atas tentunya memberi pemahaman kepada khalayak
terhadap peluang bagaimana kondisi korban yang ditemukan selama
proses evakuasi. Memberi harapan, sekaligus memberi penjelasan jika
korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.
Kompas memberi sisipan data dalam dua paragraf mengenai
jumlah korban jiwa akibat bencana longsor, penduduk rentan longsor,
serta sejumlah daeerah rawan longsor. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana mencatat 248 orang tewas akibat longsor,
lebih dari separuh jumlah korban tewas dari semua jenis bencana.
Dapat dipahami, bencana longsor paling besar memakan korban jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Sebanyak 40,9 juta penduduk rentan menjadi korban longsor.
Banjarnegara dan Wonosobo adalah daerah rawan longsor di Jateng.
Selain itu, juga Bandung, Bogor, dan Cianjur di Jawa Barat, serta
Malang, Pacitan, dan Ponorogo di Jawa Timur.
Kompas menutup dengan empat paragraf yang menguraikan
oenanganan korban luka, tetapi tidak mengancam jiwa. Hal itu
ditegaskan dengan keterangan Asturi serta penjelasan mengenai daya
tahan tubuh yang turun terutama pada kelompok rentan, seperti bayi,
ibu hamil, dan lansia.
Skema di atas dapat dipahami sebagai upaya Kompas untuk
memberikan pendidikan bencana, dalam hal ini penanganan korban
bencana longsor. Korban longsor tersebut meliputi korban luka yang
mengancam jiwa, korban tertimbun, serta korban luka yang tidak
mengancam jiwa.
Frame Kompas terlihat jelas berupa penanganan korban
longsor untuk memprioritaskan penyelamatan pada korban luka yang
mengancam jiwa (how). Kompas menguraikan ke dalam tiga kondisi
korban longsor (what). Kompas mengutamakan penanganan pada
korban luka yang mengancam jiwa berupa perdarahan hebat dan patah
tulang. Kemudian diikuti penjelasan mengenai korban tertimbun yang
masih berpeluang ditemukan selamat. Diakhiri dengan penanganan
korban luka yang tidak mengancam jiwa, Kompas memberi penkanan
pada kelompok rentan seperti bayi, ibu hamil, dan lansia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak untuk memprioritaskan korban luka yang
mengancam jiwa. Prioritas tersebut tentunya untuk menyelamatkan
nyawa korban yang mengalami luka parah. Kompas juga berupaya
menampilkan penjelasan kondisi korban yang tertimbun.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,
prioritaskan korban luka yang mengancam jiwa seperti perdarahan
banyak dan patah tulang. Tema ini dapat dilihat dari paragraf
pembuka serta narasumber, Achmad Yurianto yang membeberkan
keterangan mengenai kondisi patah tulang serta penanganannya.
Tema kedua, peluang ditemukannya korban tertimbun dalam
kondisi selamat. Tema ini terlihat dari uraian Yurianto yang diawali
dengan peluang ditemukannya korban selamat selama terlindung
sebuah “kapsul” yang memungkinkannya tetap bernapas dan tak
mengalami perdarahan.
Tema ketiga, penanganan korban luka yang tidak mengancam
jiwa. Tema ini ditampilkan dengan keterangan dari Asturi mengenai
Korban selamat yang tak mengalami luka juga rentan terkena berbagai
penyakit. Hal itu disebabkan lingkungan kotor. Tema ini ditutup
dengan penekanan pada kelompik rentn seperti bayi, ibu hamil, dan
lansia yang perlu perhatian khusus agar asupan nutrisi tiddak
terganggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Achmad
Yulianto dilabeli “Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Kementerian Kesehatan”, dan Asturi Putri dilabeli “Anggota Tim
Penanggulangan Bencana Ikatan Dokter Indonesia”. label otoritas
jabatan tersebut menunjukkan bahwa informasi dan fakta yang
dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan valid untuk
mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “Utamakan” dan
“Prioritas”. Utamakan dan prioritas hampir mempunyai persamaan
arti. Utamakan lebih diartikan di nomor satukan, sementara prioritas
dapat dipahami sebagai didahulukan dari pada yang lain. Kompas
menggunakan instansi BNPB untuk menekankan pandangan mengenai
data korban tewas akibat longsor pada tahun 2014.
Tabel 3.12 Analisis Framing Utamakan Korban Luka Mengancam Jiwa
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara narasumber yang mempunyai otoritas jabatan
untuk mengemukakan pandangan. Kompas menampilkan instansi BNPB untuk menampilkan data korban meninggal akibat longsor.
Skrip Menekankan pada prioritas korban luka yang mengancam jiwa. Kompas memberikan uraian mengenai kondisi yang mengancam jiwa. Teks berita diikuti penjelasan mengenai peluang ditemukannya korban tertimbun dalam kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
selamat. Serta penanganan korban luka yang tidak mengancam jiwa.
Tematik (1) Prioritaskan korban luka yang mengancam jiwa seperti perdarahan banyak dan patah tulang (2) Peluang ditemukannya korban tertimbun dalam kondisi selamat (3) Penanganan korban luka yang tidak mengancam jiwa
Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada nasumber. Kompas juga menggunakan leksikon utamakan dan prioritas untuk memberikan penekanan.
14. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul
Nasib Mereka Setelah Bencana
Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun
Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens
memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014
Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di
Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman utama dengan jenis
berita feature. Kompas menyoroti kisah korban di pengungsian.
Beita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran
Kompas untuk menampilkan kondisi warga di pengungsian. Kompas
memberi wacana korban selamat yang menderita sakit dan
mempunyai beban pikiran karena kehilangan keluarga dan harta
bencana.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Kompas menulis judul berita “Nasib Mereka
Setelah Bencana”. Kata nasib yang berarti sesuatu yg sudah
ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang jelas ingin menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
kondisi korban setelah kejadian bencana. Kompas menelisik kisah di
pengungsian untuk menarik empati khalayak dengan gaya bertutur
berita feature.
Kompas membuka kisah seorang pengungsi dalam sebuah lead
berita. Digambarkan selama tiga hari tinggal di pengungisan, pikiran
dan fisik korban bernama Badriah melemah.
Wajah Badriah pucat. Tampak guratan hitam di kantong mata wanita parih baya itu saat petugas kesehatan memeriksa tekanan darahnya. Alat pengukur tensi menunjukkan angka 130/80. Tiga hari tinggal dipengungsian, pikiran dan fisiknya melemah. Apalagi, 12 anggota keluarganya menjadi korban tanah longsor. (paragraf 1) Berita feature yang ditulis Kompas mempunyai kecenderungan
sebuah cerita yang mengangkat permasalah dan ditutup dengan jalan
keluar atau solusi maupun upaya untuk menyelesaikan permasalahan
yang diangkat. Begitu juga dalam artikel ini. Kompas menutup dengan
pernyataan Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno yang berharap
bantuan bahan bangunan untuk membangun kembali rumah warga
jika sudah sampai pada tahap pembangunan hunian sementara.
Kompas menampilkannya untuk meredam kegelisahan pengungsi
terkait hilangnya tempat tinggal mereka. Di samping itu ada maksud
untuk menarik simpati khalayak supaya memberikan bantuan kepada
korban longsor.
Kompas juga menambahkan cross headline. Dalam beberapa
artikel diketahui, cross headline membantu pembaca untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
menangkap kisah atau fakta apa yang akan disajikan berikutnya.
Seperti “Pengungsian” atau tempat untuk menyelamatkan diri dari
bahaya. Kompas menyajikan kondisi salah satu tempat pengungsian di
Tempat pendidikan Al Quran (TPA) Darussalam di Dusun Alian,
Desa Ambal. Selain itu Kompas juga menambahkan cross headline
“Evakuasi” yang berisi tentang penemuan korban serta kendala proses
evakuasi.
Dalam teks berita, Kompas mewawancarai tujuh narasumber.
Kompas mengutarakan keterangan dari empat warga korban longsor di
pengungsian. Kompas juga memberi penekanan dengan menghadirkan
Dokter posko pengungsian di Desa Ambal dari PKU Muhammadiyah
temanggung, Reza Rahardian dan keterangan tambahan dari petugas
Palang Merah Indonesia. Sementara mengenai informasi penanganan
bencana, Kompas mengambil keterangan Wakil Bupati Banjarnegara
Hadi Supeno.
Badriah, 54 tahun, 12 anggota keluarganya menjadi korban
tanah longsor. Ia dijadikan tokoh utama dalam berita ini. Kisahnya
ditampilkan mulai dari lead. Kompas menyambungnya dengan
kutipan langsung dari Badriah.
“Sejak semalam, badan sata demam, bersin-bersin dan kepala pusing,” ujar Badriah (54) di posko pengungsian Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/12). Ia adalah seorang korban bencana tanah longsor yang menimbun sedikitnya 40 rumah di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar. (paragraf 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
Kompas menguraikan kisah Badriah yang sejak tiga hari terakhir
pikirannya tidak bisa tenang. Ia memikirkan belasan keluarganya.
Beban pikiran yang berat membuat Badriah mengabaikan menjaga
kesehatan. Kisah serupa pun dihadirkan untuk memberikan gambaran
mengenai kondisi serupa juga dialami pengungsi lain. Kompas
memberi penekanan dengan uraian mengenai kondisi Toflani, 60,
warga Dusun Jemblung yang sangat terpukul karena kehilangan
beberapa anggota keluarga akibat longsor.
Mengenai kondisi pengungisian di Tempat Pendidikan Al Quran
(TPA) Darussalam di Dusun Alian, Desa Ambal Kompas memberi
penekanan dengan kutipan langsung salah satu pengungsi.
“Ruangannya cukup untu tidur meski berjejal. Untuk buang air, saya
ke sungai atau nebeng di rumah tetangga,” ujar Dayus, 55, pengungsi
asal Jembung. Ia mengungsi bersama istrinya, Sinem, 55. Di tempat
pengungsian tersebut ada 151 warga, termasuk 3 bayi, 10 balita, 5 ibu
menyusui, 1 ibu hamil, dan 4 orang lanjut usia. Uraian penyebutan
jumlah kelompok rentan tersebut sebagai upaya Kompas untuk
menampilkan korban yang harus diutamakan. Hal itu juga
memudahkan khalayak apabila hendak memberikan bantuan.
Kompas menguraikan keterangan dari Dokter posko
pengungsian di Desa Ambal dari PKU Muhammadiyah Temanggung,
Reza Rahardian. Ia mengemukakan sejak dua hari terakhir, lebih dari
50 pengungsi memeriksakan kesehatan. Kebanyakan mengeluhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
sakit flu, batuk, dan pusing-pusing. Petuga Palang Merah Indonesia
yang berjaga menambahkan, warga mengeluhkan ketiadaaan bantuan
pakaian dalam. Akibatnya terjangkit gatal-gatal karena terpaksa
memakai pakaian dalam yang sama selama beberapa hari. Uraian
tersebut sangat jelas sebagai informasi kepada khalayak yang ingin
memberikan bantuan.
Kompas berupaya menjelaskan kondisi korban di pengungsian.
Hal itu nampak dari penjelasan mengenai penyebab utama penyakit
yang didera pengungsi adalah beratnya beban pikiran karena
kehilangan anggota keluarga dan harta benda. Kompas pun
menceritakan kondisi salah satu pengungsi yang terus gelisah.
Saat petang menjelang, pengungsi terus gelisah, tak bisa tidur nyenyak. Seperti Ruwiyah (35), yang kehilangan semua tetangga dekatnya, tidur meringkuk di pojok ruangan. Sebentar kemudian, dia bergan posisi, membetulkan selimut. (paragraf 12) Penekanan pun terlontar dari kutipan langsung salah satu
pengungsi. “Saya pasrah, mau disuruh tinggal di mana. Namun, kalau
bisa, jangan di kampung yang dulu. Trauma,” ucapnya terbata-bata.
Kata trauma sudah menjelaskan bagaimana tekanan jiwa para
pengungsi, beban pikiran mereka. Kompas pun menguraikan semakin
lama tidak mendapat kepastian tentang nasib anggota keluarga, makin
berat beban pikiran mereka.
Kompas berupaya memberikan secercah harapan bagi korban
longsor maupun khalayak yang berempati dengan keterangan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno. Dalam penutup berita, Hadi
berharap bantuan bahan bangunan untuk membangun kembali rumah
warga jika sudah sampai pada tahap pembangunan hunian sementara.
Ada upaya, ada tindakan dalam hal ini pembuatan bangunan bagi
korban longsor. Salah satu harapan tempat tinggal, bagi korban yang
kehilangan rumah mereka.
Kompas menulis enam paragraf awal untuk menggambarkan
salah satu korban longsor, Badriah. Pandangan tersaji pada kondisi
Badriah yang pikiran dan fisiknya melemah selama tiga hari di
pengungsian. Apalagi, 12 anggota keluarganya menjadi korban tanah
longsor. Kompas memberi penekanan kondisi serupa juga dialami
Toflani (60). Uraian berikutnya, khalayak disuguhi tiga paragraf
mengenai kondisi pengungsian. Kompas memberi penekanan dengan
kesaksian atau kutipan langsung salah satu warga, Dayus.
Kondisi pengungsi lebih gamblang dijelaskan dalam lima
paragraf dimulai dari keterangan dokter mengenai penyakit yang
didera pengungsi. Hal itu ditambah ketengan petugas PMI serta
keterangan yang menyebutkan lebih dari sekedar sakit fisik, beratnya
beban pikiranm karena kehilangan anggota keluarga dan harta benca,
menjadi penyebab utama penyakit yang didera pengungsi.
Lebih dari 600 warga Dusun Jemblung kini mengungsi di 12
posko. Harapan pengungsi yang selamat dari longsor adalah bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
mendapati jasad keluarganya. Semakin lama tidak mendapat kepastian
tentang nasib anggota keluarga, makin berat beban pikiran mereka.
Kompas menutup berita dengan tiga paragraf yang menguraikan
proses evakuasi serta harapan Wakil Bupati Banjarnegara mengenai
bantuan untuk membangun kembali rumah warga.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
kondisi korban dipengungsian yang memiliki beban pikiran karena
kehilangan anggota keluarga dan harta benda. Kompas juga berupaya
menguraikan kondisi pengungsian dan kebutuhan pengungsi untuk
memberikan informasi kepada khalayak yang ingin memberikan
bantuan. Pada akhir berita, Kompas menampilkan upaya penanganan
bencana longsor, dari uraian proses evakuasi serta harapan bantuan
untuk membangun rumah warga dari Wakil Bupati Banjarnegara.
Frame Kompas tentang ancaman bencana dapat diamati dari
bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai
memberitakan dengan menampilkan salah satu korban longsoran di
pengungsian, Badriah. Kompas menggambarkan kondisinya
dipengungsian daan menjelaskan mengenai pikiran dan fisiknya
melemah (what). Dalam lead berita sudah jelas upaya Kompas
mengambarkan kondisi salah satu pengungsi yang sedak
memeriksakan kesehatannya. Bukan hanya masalah kesehatan, namun
beban pikirannya yang membuat kondisi fisiknya melemah. Apalagi,
12 anggota keluarganya menjadi korban tanah longsor. Kondisi serupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
pun dialami pengungsi lain, Toflani (who). Ia sangat terpukul karena
kehilangan beberapa anggota keluarha akibat longsor.
Kompas menguraikan kondisi di pengungsian (Where).
Disebutkan jumlah pengungsi serta kelompok rentan, seperti 3 bayi,
10 anak balita, 5 ibu menyusui, 1 ibu hamil, dan 4 orang lanjut usia.
Hal itu untuk memudahkan pemberian bantuan di tempat
pengungsian.
Dari kerterangan dokter dan petugas Palang Merah Indonesia,
didapati bahwa penyakit yang didera para pengung disebabkan
beratnya beban pikiran karena kehilangan anggota keluarga dan harta
benda (Why). Beban pikiran mereka makin berat apabila semakin lama
tidak mendapatkan kepastian mengenai nasib anggota keluarga.
Untuk penanganan bencana (how). Kompas menyajikan upaya
tim evakuasi hingga Senin yang masih terhambat cuaca buruk. Hingga
hari ke tigaupaya evakuasi, relawan dan tim SAR menemukan 55
jasad korban, terdiri 14 oerempuan, 37 laaki-laki, dan 4 lainnya belum
diidentifikasi. Sudag 46 korban yang dikenali. Sementara Wakil
Bupati banjarnegara berharap bantuan untuk membangun kembali
rumah warga.
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak mengenai kondisi pengungsi yang mempunyai beban
berat pikiran sehingga mempengaruhi kesehatan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang
menunjuk pada tema utama mengenai kondisi korban di pengungsian.
Pertama, Pengungsi memiliki beban pikiran yang mempengaruhi
kesehatan karena kehilangan anggota keluarga dan harta benda. Tema
ini dapat dilihat dari uraiakan kisah dari Badriah yang ditegaskan
dengan kondisi serupa juga dialami Toflani.
Tema kedua, kondisi pengungsian. Tema ini ditampilkan dengan
ketengan kondisi pengungsian di TPA Darussalam berikut jumlah
pengungsi serta kelompok rentan. Hal itu untuk memudahkan bantuan
yang akan diberikan di tempat tersebut.
Tema ketiga, beban pikiran semakin berat apabila semakin lama
tidak mendapat kepastian tentang nasib anggota keluarga. Tema ini
diurakan mulai dari keterangan dokter dan petugas PMI. Serta
penekanan dengan “tatapan kosong” serta kutipan langsung pengungsi
yang menyebutkan “trauma”. Tema ini ditutup dengan uraian
mengenai perkembangan proses evakuasi serta harapan dari Wakil
Bupati mengenai bantuan untuk membangun kembali rumah warga.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Reza Rahardian yang dilabeli “dokter posko
pengungsian”. Penyebutan petugas PMI, serta Hadi Supeno yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara. Label otoritas jabatan tersebut
menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak
berkompeten dan valid untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Untuk memberikan
penekanan pada kondisi pengungsi, terdapat leksikon “nasib” yang
berarti sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan. Nasib berdekatan
arti dengan kata takdir. Takdir mempunyai arti ketetapan Tuhan.
Kompas juga menampilkan foto yang diletakkan di halaman
utama. Foto tersebut mempunyai caption.
Anak-anak pengungsi bermain di depan gedung aula Perhutani, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, yang dijadikan salah sau tempat pengungsian, Senin (15/12) malam. Mereka bermain untuk mengurangi kejenuhan selama harus tinggal di pengungsian. Hadirnya foto dalam naskah berita tentu selain untuk
memperkuat fakta juga memberikan gambaran kondisi di lokasi
pengungsian. Tiga hari berlalu, bukan ksedihan yang ditampilkan.
Namun bagaimana upaya atau kegiatan selama di pengungsian. Dalam
hal ini Kompas menyajikan “mereka bermain” untuk “mengurangi
kejenuhan” selama “harus” tinggal di pengungsian. Kata harus dapat
dipahami sebagai keterpaksaan karena tidak boleh tidak untuk tinggal
dipengungsian. Sementara terlihat bagaimana anak-anak mengurangi
kebosanan selama hidup di pengungsian, dengan bermain. Hal itu juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
menarik empati khalayak mengingat nasib pengungsi yang diuraikan
secara lengkap dalam teks berita.
Tabel 3.13 Analisis Nasib Mereka Setelah Bencana
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas
jabatan. Kompas menempatkan korban sebagai tokoh utama untuk penguat pandangan mengenai nasib mereka dipengungsian.
Skrip Penekanan pada kondisi pengungsi yang mempunyai beban pikiran. Sementara uraian mengenai kondisi pengungsian serta kebutuhan pengungsi dan proses evakuasi atau penanganan bencana dijelaskan sebagai pelengkap berita.
Tematik (1) Pengungsi memiliki beban pikiran yang mempengaruhi kesehatan karena kehilangan anggota keluarga dan harta benda (2) Kondisi pengungsian (3) beban pikiran semakin berat apabila semakin lama tidak mendapat kepastian tentang nasib anggota keluarga
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber, memberikan bukti atau kutipan langsung dari pengungsi untuk memperkuat fakta. Menggunakan leksikon “nasib”
15. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul
Waspada Longsor Besar Besar Susulan : Status Tanggap Darurat
hingga 19 Desember 2014
Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun
Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens
memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014
Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di
Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman dalam dengan judul
penggoda atau headline teaser “Waspada Longsor Besar Susulan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
Sementara judul pemberitahu atau headline teller “Status Tanggap
Darurat hingga 19 Desember 2014. Kompas memberi wacana
ancaman bencana longsor susulan di Dusun Jemblung diperkirakan
materialnya lebih besar. Kompas juga memandang perlunya sosialisasi
kepada masyarakat di daerah longsor sangat penting.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan upaya
Kompas untuk memberi peringatan dini adanya ancaman longsor
susulan. Kompas juga memberikan saran penanganan bencana dengan
melibatkan para ahli termasuk memantau longsoran.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Dari judul penggoda, dapat diamati hubungan dua
kata “waspada-susulan”. Kompas berupaya menjelaskan atau memberi
peringatan akan adanya bencana longsor susulan, bahkan kategorinya
“longsor besar”. Peringatan yang diberikan Kompas lebih fokus pada
lokasi bencana longsor di Jemblung. Hal itu tentu terkait sejumlah
relawan yang masih melakukan proses evakuasi. Sementara melalui
judul pemberitahu, khalayak bisa menangkap langsung pesan yang
disampaikan mengenai status tanggap darurat hingga 19 Desember.
Kompas menulis lead untuk menjelaskan secara ringkas
ancaman longsor susulan. Penulisan tersebut tentunya untuk
memberikan pandangan kepada khalayak hal yang perlu diketahui
terkait ancaman longsor susulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
Pasca longsor besar pada Jumat (12/12) petang, titik-titik kritis muncul di sekitar lokasi longsor di Dusun Jemblung, Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Ancaman berupa komlam berdiameter 30 meter sedalam 1 meter dan pelebaran rekahan 1,5 meter terjadi di hulu titik longsor. (paragraf 1) Pandangan penting Kompas ditekankan dengan munculnya
cross headline “Sosialisasi warga”. Dari alanisis, judul itu hadir di
sela-sela uraian tanggapan terhadap ancaman bencana terbaru.
Sosialisasi kepada warga dianggap perlu, bahkan dalam sejumlah
artikel sebelumnya nampak sosialisasi yang kurang dari pemerintah
kepada warga terkait pendidikan bencana, termasuk kesiapsiagaan.
Sosialisasi kepada masyarakat di daerah longsor sangat penting. Masyarakat diminta waspada jika hujan lebih dari dua jam meskipun tidak terlalu deras. (paragraf 9) Dalam teks berita, Kompas menampilkan dua narasumber untuk
mengemukakan ancaman bencana susulan di Dusun Jemblung.
Kompas menggunakan kutipan langsung dari Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno dan Kepala Seksi Mitigasi Gerakan Tanah
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kristianto
saat memberikan keterangan kepada pers di Posko Induk Penanganan
Bencana Alam, di Karangkobar, Senin (15/12).
Penjelasan mengenai “keterangan kepada pers” merupakan
sebuah penekanan yang resmi dan tentu sangat memperkuat data yang
dituliskan oleh Kompas. Usai penjelasan yang diletakkan dalam lead
berita, nampak kutipan langsung dari Kristianto digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
memperkuat pandangan. “Itu simpulan sementara tim kaji cepat,” kata
Kristianto.
Mengenai ancaman terbaru longsor susulan, Kompas
menampikan kutipan keterangan dari Hadi. Hal itu seakan khalayak
langsung mendapatkan penjelasan dari Wakil Bupati Banjarnegara
tersebut.
“Yang pertama ada rekahan signifikan di bukit Hutan Tanggapan barat daya lurus dengan Dusun Krakal, Desa Slatri dan Tanggapan Bawah, yang pada Sabtu lalu masih 75 sentimeter. Senin pukul 11.00 sudah 1,5 meter, padahal tidak turun hujan deras,” papar Hadi. Hujan deras berpotensi mendorong tanah di bawahnya yang luncurannya bisa lurus ke Krakal. (paragraf 4)
Kedua, ada kolam berdiameter 30 meter persegi sedalam 1 meter di atas mahkota longsoran. Hujan yang mengisi kolam berpotensi mendorong material di bawahnya. (paragraf 5) Keterangan dari Hadi dikuatkan langsung oleh Kristianto yang
mengemukakan bagaimana rencana menangani ancaman longsor
susulan tersebut. Cara menyusun Kompas merupakan penekanan
dengan kutipan langsung dari narasumber yang mempunyai
wewenang atau otoritas jabatan.
Jumlah material yang terdorong diperkirakan lebih besar dari longsor 12 Desember lalu. “Sudah didiskusikan bagaimana pengeluaran airnya. Diupayakan melalui lubang. Kalau tidak, maka air akan merembes ke tanah di bawahnya,” ujar Kristianto. Kolam terbentuk pasca longsor. (paragraf 6) Kompas menyusun kutipan dari sejumlah narasumber untuk
memberikan gambaran kepada khalayak berupa tanggapan terhadap
ancaman longsor susulan. Hadi menekankan pada rekomendasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
meningkatkan kewaspadaan desa di bawahnya (ancaman longsor
susulan), termasuk Jemblung dan relawan.
Kompas menyajikan pandangan dari ahli longsor UGM, Teuku
Faisal Fathani yang mengatakan, tanggap darurat sebaiknya
melibatkan ahli, termasuk memantau longsor susulan, dan segera
identifikasi daerah rawan longsor. Kompas menyelipkan pandangan
terkait sosialisasi kepada masyarakat di daerah longsor sangat penting.
Faisal menambahkan, mitigasi di daerah prioritas juga dibutuhkan,
untuk jangka panjang perlu pengembangan sistem tata guna lahan
yang tepat.
Dosen Teknik UGM, Wahyu Wilopo menekankan, sekitar 95
persen longsor disebabkan drainase tidak baik dan dipicu hujan lebat.
Ia juga menginformasikan 60 persen penduduk Indonesia hidup dan
tinggal di daerah lereng dataran tinggi rawan longsor. Sementara,
terkait judul pemberitahu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo
Nugroho menyatakan, status tanggap darurat bisa diperpanjang hingga
14 hari jika ada yang belum ditemukan.
Kompas menulis enam paragraf awal untuk menguraikan
ancaman longsor besar susulan. Kompas menguraikan keterangan dari
narasumber terkai dua ancaman longsor susulan berupa kolam
berdiameter 30 meter sedalam 1 meter dan pelebaran rekahan 1,5
meter terjadi di hulu titik longsor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
Urain berikutnya, Kompas menuliskan lima paragraf mengenai
tanggapan terhadap ancaman longsor susulan.
Direkomendasikan kewaspadan desa di bawahnya, termasuk Jemblung dan relawan. “Senin malam, kami akan mengumpulkan para kepala desa untuk mendata pasti berapa jumlah warga yang tinggal di daerah rawan. Masih ada beda data,” kata Hadi. Sejumlah relawan ditempatkan guna memantau gerakan tanah. (paragraf 7)
Di Yogyakarta, ahli longsor UGM Teuku Faisal Fathani mengatakan, penanganan tanggap darurat sebaiknya melibatkan ahli, termasuk memantau longsor susulan. “ Segera identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat dari berbagai sumber data, peta, citra satelit, cuaca, lokasi permukiman, serta tata guna lahan untuk analsis lebih terintegrasi,” tutur Faisal, yang timnya memantau lokasi longsor dan sekitanya menggunakan pesawat tak berawak (drone). (paragraf 8)
Sosialisasi warga Sosialisasi keada masyarakat di daerah longsor sangat
penting. Masyarakat diminta waspada jika hujan lebih dari dua jam meskipun tidak terlalu deras. (paragraf 9)
Mitigasi di daerah prioritas juga dibutuhkan, misalnya penguatan lereng dan drainase. “Pada waktu sama, perlu mitigasi berypa penguatan lembaga diaga desa, jalur evakuasi, dan sistem peringatan dini,” ungkapnya. (Paragraf 10)
Untuk jangka panjang, lanjut Faisal, perlu pengembangan sistem tata guna lahan yang tepat untuk penguatan lereng di daerah rawan longsor. Itu juga harus diikuti pembuatan sistem drainase yang baik. (paragraf 11) Kompas menambahkan satu paragraf yang mengemukakan data
95 persen longsor disebabkan drainase yang tidak baik dipicu hujan
lebat. Serta sebanyak 60 persen penduduk Indonesia hidup di dataran
tinggi rawan longsor. Sementara, berita ditutup dengan satu paragraf
yang menjelaskan status tanggap darurat yang berlangsung hingga 19
Desember 2014 dapat diperpanjang 14 hari apabila ada yang belum
ditemukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
penanganan tanggap darurat sebaiknya melibatkan ahli, sosialisai
kepada masyarakat, mitigasi daerah prioritas, dalam jangka panjang
perlu pengembangan sistem tata guna lahan.
Frame Kompas tentang ancaman longsoran susulan yang
materialnya lebih besar dari pada longsor 12 desember 2014 dapat
diamati dari bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita.
Kompas memulai memberitakan dengan menyebutkan ancaman
berupa kolam berdiameter 30 meter sedalam 1 meter dan pelebaran
rekahan 1,5 meter terjadi di hulu titik longsor (Why). Uraian tersebut
menjelaskan alasan adanya longsor susulan yang diperkirakan jumlah
materialnya lebih besar dari longsor 12 Desember (what). Kompas
juga berupaya menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk
menanggapi ancaman longsor susulan (how).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak mengenai kondisi ancaman longsor besar susulan
yang lebih besar dari longsoran pada Jumat (12/12).
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang
menunjuk pada tema utama mengenai ancaman bencana longsor
susulan yang jumlah materialnya lebih besar dari pada longsor 12
Desember 2014. Tema ini dapat dilihat dari lead yang menyebutkan
ancaman longsor tersebut berupa kolam berdiameter 30 meter sedalam
1 meter dan pelebaran rekahan 1,5 meter terjadi di hulu titik longsor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
Selain itu, sejumlah narasumber juga menguraikan lebih detail
mengenai ancaman longsor susulan.
Tema kedua, penanganan tanggap darurat perlu melibatkan ahli.
Tema ini ditampilkan dengan keterangan mengenai rekomendasi
kewaspadaan desa di bawahnya, penanganan tanggap darurat
sebaiknya melibatkan ahli, segera identifikasi daerah rawan,
sosialisasi kepada masyarakat, mitigasi didaerah prioritas, serta dalam
jangka panjang perlu pengembangan tata guna lahan.
Tema ketiga, status tanggap darurat yang ditetapkan hingga 19
Desember 2014 bisa diperpanjang hingga 14 hari. Tema ini cukup
ringkas, satu paragraf keterangan dari Sutopo yang mengatakan status
tanggap darurat yang ditetapkan hingga 19 Desember 2014 dapat
diperpanjang hingga 14 hari jika ada yang belum ditemukan.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber
yang diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati
Banjarnegara”, Kristianto dilabeli “Kepala Seksi Mitigasi Gerakan
Tanah usat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)”, Teuku
Faisal Fathani dilabeli “Ahli longsor UGM, Wahyu Wilopo-Dosen
Teknik Fakultas Geologi Fakultas Teknik UGM”, dan Sutopo Purwo
Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)”. Label otoritas jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
serta pakar menunjukkan bahwa fakta atau pendangan yang
dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk memperkuat
gagasan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Untuk memberikan
penekanan terkait wacana yang dikemukakan, nampak leksikon
masyarakat yang digunakan.
Tabel 3.14 Analisis Framing Waspada Longsor Besar Susulan
Status Tanggap Darurat hingga 19 Desember 2014
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas jabatan dan pakar untuk menguatkan gagasan.
Skrip Penekanan pada ancaman longsor susulan berupa kolam berdiameter 30 meter sedalam 1 meter dan pelebaran rekahan 1,5 meter terjadi di hulu titik longsor. Sementara perkiraan besarnya bencana dan penanganan atau tanggapan dijelaskan pada uraian selanjutnya. Kompas juga memberikan wacana perlunya melibatkan ahli dalam penanganan tanggap darurat.
Tematik (1) Ancaman bencana longsor susulan jumlah materialnya diperkirakan lebih besar dari longsor 12 Desember 2014 (2) Penanganan tanggap darurat perlu melibatkan ahli (3) Status tanggap darurat yang ditetapkan hingga 19 Desember 2014 bisa diperpanjang hingga 14 hari
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber, Menggunakan leksikon masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
16. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul
Pembusukan Terjadi, Lingkungan Memburuk
Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun
Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens
memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014
Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di
Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman dalam dengan judul
“Pembusukan Terjadi, Lingkungan Memburuk”. Kompas memberikan
wacana pendidikan kebencanaan mengenai pembusukan korban
longsor. Kompas memberikan pandangan relawan perlu berhati-hati
terhadap proses pembusukan yang terjadi.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Kompas untuk mengedukasi khalayak terkait pembusukan korban
longsoran. Kompas memberitahu cara identifikasi korban longsoran
yang mengalami kondisi pembusukan.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Dari judulnya dapat diamati peran Kompas untuk
menjelaskan kondisi korban yang tertimbun longsoran. Kompas
menggambarkan korban meninggal yang masih tertimbun mulai
membusuk dan membuat lingkungan di sekitar longsoran memburuk.
Pandangan penting Kompas ditekankan pada cross headline
“Relawan”. Dari alanisis, judul itu hadir untuk menarik fokus
pembahasan terkait relawan yang tengah berjuang melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
evakuasi korban tertimbun. Kompas memandang perlu perhatian
khusus bagi relawan yang melakukan evakuasi supaya mereka berhati-
hati. Hal itu untuk mengantisipasi masalah baru yang muncul akibat
kelalaian relawan, terutama keselamatan diri mereka.
Ada bagian penting yang menarik perhatian khalayak yang
ditampilkan Kompas. Kompas mencetak tebal kutipan dari Agus
Purwandianto. Relawan harus rajin cuci tangan dan minum air dari
sumber air terlindung. Kutipan tersebut tentu merupakan penekanan
Kompas, supaya relawan berhati-hati saat melakukan evakuasi atau
memberikan pertolongan kepada korban.
Dalam teks berita, Kompas mewawancarai dua narasumber
untuk mengungkapkan kondisi terkait pembusukan korban tertimbun
serta saran bagi relawan untuk hati-hati.
Mengenai proses pembusukan yang mengakibatkan jasad satu
korban dengan lainnya mirip dan sulit dikenali, Kompas menyajikan
keterangan dari Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Agus
Purwadianto.
“Jasad korban bisa diidentifikasi dari baju, rambut, perhiasan, kartu identitas lain, seperti postur dan tinggi badan,” kata Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Agus Purwadianto, di Jakarta, Senin (15/12). (paragraf 2) Penekanan dihadirkan Kompas dengan memberikan alternatif
identifikasi korban dengan tes Deoksiribonukleat (DNA) korban dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
keluarganya. Kompas mengutip pernyataan dari Ketua Departemen
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI, Yuli Budiningsih.
“Tes DNA adalah pilihan terakhir berdasarkan keputusan pemerintah karena menyangkut keefektivitasnya,” katanya. Pada beberapa kasus, jika banyak korban yang tidak ditemukan hingga batas waktu pencarian ditetapkan, wilayah bencana itu ditetapkan sebagai kuburan massal. (paragraf 5) Terkait saran kepada relawan, Kompas mengutip pernyataan
dari Agus, “penggunaan sarung tangan tebal dan sepatu bot adalah
keharusan.” Sementara Yuli menambahkan, “relawan harus tahu batas
kekuatannya.” Kutipan yang dihadirkan Kompas, diberikan supaya
khalayak seakan mendapat penjelasan langsung dari narasumber.
Kompas menulis lima paragraf untuk menguraikan jasad korban
yang lebih dari tiga hari belum ditemukan dipastikan mulai membusuk
dan satu korban dengan lainnya akan sulit dikenali. Korban meulai
dengan mengemukakan keterangan dari Agus Purwadianto perihal
jasad bisa diidentifikasi dari baju, rambut, perhiasan, kartu identitas
yang dibawa, atau lainnya seperti postur dan tinggi badan. Sementara
Yuli menambahkan, tes DNA bisa dilakukan, namun merupakan
pilihan terakhir mengingat keefektivitasnya.
Selanjutnya Kompas menyajikan saran bagi relawan dalam tiga
paragraf. Kompas menguraikan keterangan dari Agus dan Yuli.
Berikutnya dalam penutupnya, Kompas menulis empat paragraf yang
menjelaskan proses pembusukan jenazah serta kondisi pembusukan di
udara terbuka dan di dalam tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
jasad korban yang belum ditemukan dipastikan mulai membusuk.
Relawan perlu berhati-hati dalam melakukan evakuasi terkait kondisi
lingkungan yang memburuk.
Kompas memulai memberitakan dengan mengungkap fakta
bahwa jasad korban yang belum ditemukan sejak bencana longsor tiga
hari lalu dipastikan mulai membusuk. Pembusukan tersebut
mengakibatkan jasad satu korban dan lainnya mirip dan sulit dikenali
(what). Kompas menguraikan keterangan dari Agus dan Yuli tentang
proses identifikasi yang bisa dilakukan (how). Relawan juga diminta
untuk berhati-hati terkait kondisi lingkungan yang memburuk agar
tidak menimbulkan masalah baru (Why). Relawan harus rajin cuci
tangan dan minum air dari sumber terlindung. Dalam penutupnya
Kompas menguraikan bagaimana proses pembusukan yang terjadi
baik di udara terbuka dan di dalam tanah (Why).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak mengenai cara identifikasi jasad korban yang
mengalami pembusukan. Wacana tersebut sebagai bentuk pendidikan
kebencanaan terhadap khalayak.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita.
Pertama, cara identifikasi jasad korban yang mengalami pembusukan.
Tema ini terlihat sejak paragraf pembuka yang diikuti uraian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
mengenai cara identifikasi jasad korban yang dikemukakan Agus dan
Yuli.
Tema kedua relawan perlu berhati-hati terkait kondisi
lingkungan tempat longsor yang memburuk akibat proses pembusukan
jasad. Tema ini diurakan menjelaskan akibat proses pembusukan yang
membuat kondisi lingkungan memburuk. Kompas menjelaskan hal-hal
yang perlu diperhatikan relawan saat proses evakuasi agar tidak
menimbulkan masalah baru. Terutama keselamatan mereka. Bahkan,
Kompas menampilkan saran dari Agus dengan huruf tebal, relawan
harus rajin cuci tangan dan minum air dari sumber terlindung.
Kompas menutup berita dengan tema proses bembusukan. Tema
ini menguraikan proses pembusukan yang telah terjadi dalam waktu
kurang dari 24 jam. Uraian selanjutnya Kompas menjelaskan kondisi
pembusukan di udara dan di dalam tanah.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Agus Purwadianto- Guru Besar Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medkolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia dan Yuli Budiningsih, Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI. Label otoritas jabatan
menunjukkan bahwa fakta atau pendangan yang dikemukakan berasal
dari pihak berkompeten untuk memperkuat gagasan Kompas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk memberikan
penekanan dalam teks berita. Kompas menggunakan “jasad” dan
“jenazah” untuk menggambarkan kondisi pembusukan korban
meninggal. Hal itu agar tidak memupus harapan ditemukannya korban
selamat. Kata “Pembusukan” jelas menggambarkan kondisi korban
meninggal yang belum ditemukan (masih tertimbun). Kompas juga
menghadirkan salah satu dampak pembusukan berupa “Lingkungan
memburuk” dan “relawan”, harus “hati-hati”. Wacana teks ini jelas
ditujukan kepada relawan dan informasi bagi khalayak yang
membacanya.
Tabel 3.15 Analisis Framing Pembusukan Terjadi, Lingkungan Memburuk
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas
jabatan untuk menguatkan gagasan. Skrip Menguraikan cara mengidentifikasi jasad korban yang
telah mengalami pembusukan. Sementara itu, Kompas memandang pentingnya kehati-hatian relawan dalam melakukan evakuasi, kemudian disusul penjelasan proses pembusukan.
Tematik (1) Cara identifikasi jasad korban yang mengalami pembusukan (2) Relawan perlu berhati-hati terkait kondisi lingkungan tempat longsor yang memburuk akibat proses pembusukan jasad (3) Proses bembusukan
Retoris Pemberian label otoritas jabatan serta mengemukakan gagasan narasumber. Kompas menggunakan leksikon untuk menekankan wacana, “jasad” dan “jenazah”untuk menyebut korban yang mengalami proses pembusukan. Wacana berikutnya Kompas menekankan pada “relawan” yang “harus berhati-hati” dan “harus rajin cuci tangan” untuk menjaga keselamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
17. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul
Wajah Abai Peran Negara
Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun
Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens
memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014
Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di
Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman dalam dengan judul
“Wajah Abai Peran Negara”. Kompas memberikan wacana negara
yang abai terhadap perannya dalam penanggulangan bencana. Kompas
melakukan strategi wacana dengan mengemukakan tanda-tanda
longsor mudah dideteksi, longsor mestinya bisa dimitigasi, dan
perlunya perubahan untuk fokus pada mitigasi bencana, bukan tangga
darurat.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran
Kompas untuk mengkritik pemerintah dan memberikan jalan keluar
mengenai permasalahan yang diangkat. Permasahalan mengenai
perlunya perubahan perspektif untuk fokus mitigasi bencana.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Dari judulnya dapat diamati peran Kompas yang
mengkritisi kinerja pemerintah dalam penanganan bencana. Wajah
abai, dapat diartikan sebagai apa yang tampak tentang
ketidakpedulian. Bisa dipahami Kompas menampilkan apa saja wujud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
ketidakpedulian negara tentang perannya dalam hal bencana longsor
di Bajarnegara.
Kompas menulis lead yang berisi pandangan korban bencana
longsor seharusnya bisa diminimalisir atau dicegah. Dalam
pandangan, Kompas menguraikan fakta mengenai bencana longsor
yang sebenarnya mudah dideteksi. Kompas membandingkannya
dengan bencana lain untuk mempertegas dan memberitahu khalayak.
Di antara bencana alam lain, longsor-selain banjir-sebenarnya paling mudah dideteksi. Longsor tak datang tiba-tiba sebagaimana gempa bumi, juga tak punya unsur kejutan dalam skalanya seperti letusan gunung api. Daerah rentan longsor bisa dikenali, beberapa instansi bahkan membuat petanya. Jika korban tetap banyak, berarti ada yang keliru. (paragraf 1) Pandangan penting Kompas ditekankan pada cross headline
“Melindungi warga”. Dari alanisis, judul itu hadir untuk menarik atau
memberitahu tentang pembahasan yang lain. Kompas menjelaskan
mengenai pemerintah seharusnya mampu memberi pertolongan atau
melindungi warganya dari bencana longsor. Kompas menguraikan
keterangan dari ahli hukum lingkungan dari Universitas
Tarumanegara, Deni Bram yang mengatakan, negara wajib
melindungi warganya dari ancaman bencana, seperti Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Dalam teks berita, Kompas menampilkan satu narasumber
utama, Ahli longsor pada Fakultas Teknik Sipil UGM, Teuku Faisal
Fathani. Isi berita sebenarnya uraian dari Fathani mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
pengalamannya meneliti longsor di Karangkobar, serta
keberhasilannya membuat alat deteksi dini. Keterangan tersebut
dibumbui pandangan Kompas mengenai “wajah abai pemerintah”
dengan memberikan penekanan dari sejumlah narasumber lain.
Bukit Telagalele dilapisi tanah vulkanik tebal, lebih dari 5 meter berkemiringan hingga 60 persen. Longsor juga menyejarah di kawasan ini, misalnya 4 Januari 2006 saat longsor melanda Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Banjarmangu, yang menewaskan 76 orang. “Lokasi di Jemblung kali ini berbatasan denga lokasi longsor tahun 2006,” kata ahli longsor pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Teuku Faisal Fathani.(paragraf 5)
Oleh karena longsor tahun 2006 itullah, Faisal dan tim UGM menyurvei kawasan ini tahun 2007, yang kemudian menyimpulkan Karangkobar peringkat pertama rentan longsor di Banjarnegara. Namun segenap pengetahuan ini tak diiterapkan hingga kebijakan. (paragraf 6)
Hingga pada Sabtu itu, ketika curah hujan di sana mencapai 101,8 mm-sehari sebelumnya 112,7 mm (data BMKG Banjarnegara)-longsor pun menimbun Jemblung. “Alama selalu jujur. Jika bencana tak jadi dasar bagi tata ruang dan pembangunan hanya bertumpu ekonomi saja, bencana akan terus menelan korban,” kata Kepala Badan geologi, Surono. (paragraf 7) Cuplikan teks di atas menunjukkan bagaimana uraian dari
Fathani diisi dengan salah satu pandangan Kompas. Namun, segenap
pengetahuan ini tak diterapkan hingga kebijakan. Hal tersebut
bagaimana upaya Kompas menggiring keterangan dari narasumber
untuk menguatkan pandangan. Kompas juga mempertegas
pandangannya dengan keterangan dari Surono yang mengungkapkan,
jika bencana tidak jadi dasar bagi tata ruang dan pembangunan hanya
bertumpu ekonomi saja, bencana akan terus menelan korban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
Penekanan melalui narasumber juga nampak dari cuplikan di
bawah ini.
Secara spesifik, menurut ahli longsor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Edi Prasetyo Utomo, ada tanda sebelum longsor, seperti retakan tanah. “Ciri-ciri ini sebenarnya gampang dikenali,” katanya. “jika hujan menerus, penduduk di bawah tebing curam harus waspada dan menghindar.” (paragraf 8)
Beberapa langkah antisipatif darurat juga bisa dilakukan, misalnya menutup retakan-retakan tanah atau memperbaiki saluran drainase guna mencegah tanah jenuh air. Langkah lebih struktural misalnya memperkuat tebing atau memasang alat deteksi gerakan tanah (ekstensometer). (paragraf 9)
Jadi, longsor dengan korban sebenarnya terkait ketidaktahuan dan pengabaian. “Di negara lain, seperti Jepang, negara bisa dituntut jika bencana seperti longsor ini terjadi tanpa peringatan dini,” kata Edi. (paragraf 10)
Ahli hukum lingkungan dari Universitas Tarumanegara Deni Bram mengatakan, negara wajib melinsungi warganya dari ancaman bencana, seperti Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kewajiban itu mulai dari preventif hingga represif berbasis standar pelayanan minimal. “Namun, seperti biasa pemerintah tak ‘mau’ memberi sanksi dirinya sendiri,” ucapnya. (paragraf 11)
Dalam teks berita, nampak salah satu narasumber, Edi
mengungkapkan mengenai ciri longsor yang mudah dikenali. Tidak
hanya itu, Kompas juga menguraikan langkah antisipatif yang bisa
dilakukan. Peran Kompas kembali nampak dengan upaya untuk
memberi pendidikan bencana kepada khalayak. Kutipan langsung dari
Edi yang memberi contoh di negara Jepang adalah salah satu cara
membandingkan langsung penanganan bencana di negara lain dan
pemerintah Indonesia. kata “ketidaktahuan” dan “pengabaian” cukup
menohok untuk mengkritik kinerja pemerintah. Tak hanya itu, salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
213
satu narasumber, Deni Bram pun memberi penekanan dengan
menyebut isi undang-undang tentang bencana. Lebih dari itu, Deni
menggambarkan pengabaian dan ketidaktahuan tersebut merupakan
kebiasaan. Dari kutipan langsung, Kompas menjelaskan kepada
khalayak bagaimana pandangan salah satu pakar tentang kinerja
khalayak.
Penekanan dari Deni Bram juga digunakan untuk mempertegas
pandangan Kompas terhadap abainya peran pemerintah. Ia
mengingatkan kembali pemerintah, bahwa hak konstitusional warga
negara memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat telah diatur
dalam UUD 1945. Sementara, Kompas menyajikan kutipan dari
Fathani untuk menampar pemerintah.
Bagaimanapun, kata Faisal, alat deteksi dini ini hanya satu komponen mitigasi bencana longsor. Lebih penting adalah adanya perubahan perspektif pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk lebih fokus mitigasi, bukan tanggap darurat. “Pemerintah cenderung sibuk setelah bencana terjadi. Apa upaya kita menyelamatkan masyarakat sebelum bencana itu harus jadi prioritas,” tuturnya. (paragraf 16)
Yang terjadi, pendekatan mitigasi tak terintegrasi, misalnya peta rawan longsor buatan pemerintah kerap tumpang tindih dan tidak siap operasional. PVMBG punya peta rentan longsor seluruh Indonesia, tetapi ada 2012 Badan Nasional Penanggulangan Bencana membuat lagi. (paragraf 17)
Lepas dari pendekatan bencana sebagai proyek, Deni Bram mengingatkan merujuk UUD 1945, adalah hak konstitusional warga neagara memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pada kasus longsor Banjarnegara, negara gagal memberi perlindungan, setidaknya peringatan dini. Padaha, pemritahuan diberikan ke tiap provinsi setiap bulan. (paragraf 18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
214
Kompas menulis enam paragraf awal untuk menguraikan
bencana longsor di Jemblung yang sebenarnya gejalanya sudah
diketahui. Kompas mengawali dengan menampilkan fakta lagi terkait
peringatan dini ancaman longsor di Banjarnegara oleh PVMBG yang
tidak ditindaklanjuti pemerintah. Kompas juga menyajikan keterangan
dari Fathani yang telah meneliti longsor di Karangkobar dan
menyimpulkan Karangkobar peringkat pertama rentan longsor di
Banjarnegara.
Pada empat paragraf berikutnya, Kompas menjelaskan mengenai
longsor dengan korban sebenarnya terkait ketidaktahuan dan
pengabaian. Uraian diawali dengan penjelasan spesifik tanda sebelum
longsor diikuti langkah antisipatifnya. Kompas memberi penekanan
dengan kutipan langsung dari Edi yang mengungkapkan di Jepang,
negara bisa dituntut jika bencana terjadi tanpa peringatan dini. Hal itu
juga dipertegas dengan uraian UU Nomor 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana oleh Ahli hukumm lingkungan, Deni Bram.
Empat paragraf selanjutnya digunakan Kompas untuk
menjelaskan, longsor mestinya bisa dimitigasi. Kompas menghadirkan
cerita dari Fathani mengenai alat deteksi dini ciptannya. Alat deteksi
dini, Gama EWS yang diekspor sejak tahun 2012 tersebut telah
digunakan kawasan tambang di United Mercury Group Vietnam. Ia
juga berhasil mendapatkan penghargaan dari Direktorat Jenderal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
215
Pendidikan dan UNESCO. Namun, alat ciptannya belum begitu
dimanfaatkan di dalam negri sendiri.
Kompas menutup berita dengan tiga paragraf yang
mengemukakan perlunya perubahan perspektif pemerintah, lebih
fokus mitigasi daripada tanggap darurat. Alat deteksi dini hanya salah
satu komponen mitigasi. Deni Bram juga mengingatkan pemerintah
untuk merujuk pada UUD 1945 tentang hak konstitusional warga
negara memperoleh lngkungan hidup yang baik dan sehat.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
perlunya perubahan perspektif pemerintah untuk memitigasi bencana,
bukan tanggap darurat.
Kompas memulai memberitakan dengan menguraikan bencana
longsor di Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara sebenarnya sudah
diprediksi. Namun bencana tetap terjadi dan memakan banyak korban
jiwa (Why). Pemerintah tidak mengindahkan peringatan dini yang
diberikan PVMBG, seminggu sebelum bencana longsor menerjang
Jemblung (who). Uraian Kompas jelas menunjukkan ciri-ciri ancaman
longsor serta antisipasinya (what). Longsor mestinya bisa dimitigasi.
Pelu perubahan perspektif pemerintah dari tanggap darurat ke mitigasi
bencana (how).
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita.
Pertama, tanda-tanda bencana longsor mudah dideteksi. Tema ini
dapat diamati dari uraian mengenai longsor di Jemblung sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
216
sudah diprediksi. Urain itu diperjelas dengan keterangan dari Fathani
tentang kesimpulan penelitiannya pada 2007 mengenai Karangkobar
peringkat pertama rentan longsor di Banjarnegara. Tema tersebut
ditutup dengan ciri-ciri longsor dan langkah antisipatifnya. Kompas
juga memberi penekanan dengan membandingkan dengan kondisi di
Jepang yang masyarakat bisa menuntut negara apabila terjadi longsor
tanpa peringatan dini, dan uraian UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana.
Tema kedua mengenai longsor mestinya bisa dimitigasi.
Kompas menguraikan tema dengan memberi cerita dari Fathani
tentang alat deteksi dininya, Gama EWS. Alat tersebut telah
digunakan di kawasan tambah Vietnam. Alat itu juga membuatnya
menerima sejumlah penghargaan. Namun, pemanfaatan di dalam negri
masih minim.
Kompas memberikan tema penutup perlunya perubahan
perspektif pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk lebih fokus
pada mitigasi bencana, bukan tanggap darurat. Tema ini diuraikan
dengan menampilkan upaya sebelum bencana harus jadi prioritas.
Kompas juga mengkritik mitigasi yang tak terintegrasi, contohnya
peta rawan longsor. Pemerintah diingatkan untuk merujuk UUD 1945,
adalah hak konstitusional warga negara memperoleh lingkungan hidup
yang baik dan sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
217
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Teuku Faisal Fathani dilabeli “Ahli longsor pada
Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada”, Surono dilabeli “
Kepala Badan Geologi”, Edi Prasetyo Utomo dilabeli “Ahli longsor
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)”, Deni Bram dilabeli
“Ahli hukum lingkungan dari Universitas Tarumanegara. Label
otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta atau pendangan yang
dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk memperkuat
gagasan Kompas.
Kompas juga sejumlah untuk memberikan penekanan dalam teks
berita. “Wajah abai” sudah menjelaskan tentang penjelasan Kompas
yang membeberkan serta mengkritik kinerja pemerintah terhadap
bencana. Kompas memberikan wacana, bahwa bencana longsor itu
“mudah dideteksi”, “tak datang tiba-tiba”, “tak punya unsur kejutan”,
“bisa dikenali”, “proses kasatmata”, “mudah dikenali”. Bencana
longsor ciri—cirinya mudah dikenali, sehingga bisa dilakukan langkah
antisipatif untuk mencegah bencana, andaipun terjadi bencana, jumlah
korban bisa diminimalkan atau ditiadakan. Bencana longsor yang
terjadi oleh Kompas ditekankan akibat dari “ketidaktahuan” dan
“pengabaian”. Sementara itu, dalam kritiknya terhadap pemerintah
sejumlah leksikon juga ditemukan, “seperti biasa”, “tak mau memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
218
sanksi diri sendiri”, “lebih fokus ke tanggap darurat”, “mitigasi tak
terintegrasi”, “peringatan dini” tak sampai ke desar.
Kompas juga memberikan klaim yuridis untuk menguatkan
pandangan. Kompas menguraikan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kewajiban itu mulai dari
preventif hingga represif. Penekanan tersebut terkait perspektif
mitigasi dan tanggap daruat bencana sebagai langkah penanganan
bencana.
Kompas juga memberikan penekanan dengan menghadirkan
grafik sebaran longsor per kabupaten tahun 2005-2014. Kompas
menampilkan 25 kabupaten di Pulau Jawa. Paling tinggi terdapat di
Wonogiri sejumlah 90 kali longsor. Terendah Kabupaten Majalengka
dengan jumlah longsor 19 kali. Sementara Banjarnegara menmpati
urutan 5 terbawah dari 25 kabupaten, terjadi sebanyak 22 kali, artinya
rata-rata terjadi longsor 2-3 kali dalam setahun.
Kompas juga memberikan grafik urutan peringatan gerakan
tanah. Peringatan yang berasal dari PVMBG-Badan Geologi tersebut
diberikan setiap bulan via pos. Peringatan meliputi potensi gerakan
tanah di kecamatan. Peringatan ditujukan ketingkat provinsi untuk
ditindaklanjuti keringkat kabupaten hingga kecamatam, desa, dusun,
dan masyarakat. Dari grafik juga dijelaskan sebagian besar provinsi
dan kabupaten memili Badan Penanggulangan Bencana Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
219
(BPBD)-di sini yang sering terjadi tumpang tindih (mitigasi tak
terintegrasi).
Panampilan grafik tersebut memberi penjelasan kepada
khalayak mengenai alur peringatan dini. Sebaran longsor per
kabupaten juga bisa dijadikan peringatan bagi daerah lain, selain
Banjarnegara yang memang menjadi berita hangat karena longsor
yang merenggut banyak korban jiwa, meskipun rata-rata terjadi
longsor hanya terjadi 2-3 kali dalam setahun.
Tabel 3.16 Analisis Framing Wajah Abai Peran Negara
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber ahli untuk menguatkan
gagasan. Kompas juga terlihat menampilkan pejabat untuk menguatan gagasan.
Skrip Menguraikan bencana di Karangkobar sebenarnya sudah dapat diprediksi. Kompas melanjutkan dengan ciri-ciri longsor serta langkah antisipatif dan menjelaskan bahawa longsor bisa dimitigasi. Kompas memberikan kesimpulan jalan keluar berupa kritik perlunya perubahan perspektif pemerintah dari tanggap darurat ke mitigasi bencana.
Tematik (1) Tanda-tanda bencana longsor mudah dideteksi (2) Longsor mestinya bisa dimitigasi (3) Perlunya perubahan perspektif pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk lebih fokus pada mitigasi bencana, bukan tanggap darurat
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dan pakar pada narasumber. Narasumber menyebutkan data BMKG Banjarnegara dan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana., Kompas menggunakan sejumlah ata untuk menekankan wacana, seperti “Wajah abai” , longsor “bisa dikenali”, “mudah dideteksi”, longsor bisa “dimitigasi” dan perlunya “perubahan perspektif “ pemerintah ke “mitigasi bencana”, bukan “tanggap darurat”. Kompas menyajikan grafik yang menunjukkan sebaran longsor 25 kabupaten dalam rentang 2005-2014 dan urutan peringatan gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
220
tanah untuk mempermudah khalayak memahami teks berita. Selain itu, beirta juga bisa di jadikan sebagai acuan penangan bencana longsor disejumlah daerah rentan longsor.
18. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul
Revitalisasi Kearifan Lokal : Masyarakat Belum Mendapat
Sosialisasi Bencana yang Cukup
Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun
Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens
memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014
Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di
Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman dalam dengan judul
penggoda atau headline teaser “Revitalisasi Kearifan Lokal”.
Sementara judul pemberitahu atau headline teller “Masyarakat Belum
Mendapat Sosiasilasi Bencana yang Cukup”. Kompas melakukan
strategi wacana dengan mengemukakan gagasan kemudian
menguraikan fakta untuk menguatkan pandangan mengenai jalan
keluar penanganan bencana berupa revitalisai kearifan lokasl.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran
Kompas untuk memberikan jalan keluar penanganan bencana. Kompas
memberikan dusut pandang berupa fakta warga yang tidak
mendapatkan pelatihan mengenai gejala alam dari pemerintah,
sementara untuk penanganan pemerintah lebih memilih malakukan
relokasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
221
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Dari judul penggoda, dapat diamati pengertian
revitalsisi dan kearifan lokasl. Revitalisasi dapat diartikan sebagai
menghidupkan atau menggiatkan kembali, sementara kearifan lokal
dapat dipahami sebagai kebijakan atau rangkaian konsep lokal untuk
mengerti situasi dan pandai mencari jalan keluar terhadap suatu
kondisi. Dalam hal ini dimaknai kearifan lokal dalam mitigasi
bencana.
Dari judul pemberitahu, Kompas menyoroti tentang sosialisasi
kebencanaan kepada masyarakat. Lugas serta jelas memberitahukan
kepada khalayak akan kondisi masyarakat yang bbelum bendapat
sosialisasi bencana yang cukup. Bahkan, dalam artikel sebelumnya
juga disebutkan fakta bahwa masyarakat tidak pernah mendapatkan
sosialisasi kebencanaan. Artikel ini dihadirkan sebagai cara Kompas
mengkritik sekaligus memberi solusi permasalahan mitigasi bencana.
Kompas menulis lead untuk menjelaskan solusi yang diberikan
atas permasalahan mitigasi bencana kepada khalayak, khususnya
kepada pemerintah atau lembaga terkait. Kompas menjelaskan
permasalahan yang mendera “kearifan lokal” hingga memberikan
jalan keluarnya. Dapat diamati di bawah ini
Masyarakat diyakini memiliki kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Nilai-nilai kearifan lokal yang mulai tergerus karena kebutuhan dan tuntutan ekonomi seharusnya direvitalisai sehingga sesuai dengan kekinian. Upaya ini diyakini akan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
222
dapat diterima masyarakat darapada sosialisasi sifatnya formal. (paragraf 1) Pandangan penting Kompas ditekankan pada cross headline
“Sosialiasi tak cukup”. Dari alanisis, judul itu hadir untuk menarik
atau memberitahu tentang pembahasan yang lain. Kompas kembali
menguraikan tentang warga yang tak mendapatkan sosiaslisasi yang
cukup. Dalam artikel ini Kompas menyoroti warga yang tidak
mendapat sosialisasi dan arahan yang cukup akan potensi bahaya
longsor didaerah mereka. Kompas juga memberi penekanan dengan
kutipan langsung dari salah satu warga Jemblung, Harno, yang
mengatakan, “Warga juga tak pernah mendapat pelatihan pengenalan
terhadap gejala alam.”.
Dalam teks berita, Kompas menampilkan satu narasumber
utama, Rektor dan Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro, Sudharto P Hadi yang mengemukakan perihal kearifan
lokal.
Demikian (lead) dikatakan Rektor dan Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Sudharto P Hadi di Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/12). Hal itu dikatakan Sudharto ketika diminta tanggapannya soal mitigasi bencana menyusul longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecmatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. (paragraf 2) Dari kutipan di atas nampak bagaimana upaya atau peran
Kompas untuk mencari berita perihal mitigasi bencana. Kompas tidak
menunggu pernyataan, atau sekedar meminta konfirmasi terkait
bencana. Artikel ini secara tidak langsung menunjukkan Kompas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
223
berupaya mengungkap permasalah dan memberikan solusi. Nampak
dari kata “ketika diminta tanggapannya soal mitigasi bencana”.
Kompas mengulas kembali keterangan Dosen Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Wahyu Wilopo, di
Yogyakarta, mengatakan, 60 persen penduduk Indonesia tinggal di
daerah rawan longsor. Berdasarkan analisis, dalam satu hari
penerbitan atau satu edisi, saat Kompas menampilkan sejumlah artikel
dengan tema yang sama, keterangan dari satu narasumber bisa
ditampilkan dalam beberapa artikel. Hal itu untuk mengingatkan
kembali dan memberi penekanan pada fakta yang perlu menjadi
perhatian bagi khalayak.
Mengenai penanganan bencana pada tahap mitigasi, Kepala
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng, Teguh Dwi Paryono
mengatakan, pihaknya memiliki peta kerawanan bencana longsor.
Setiap bulan, pihaknya selalu mengirim surat edaran untuk
“mengingatkan” pemda agar waspada dan melakukan antisipasi
bencana. Nampak sekali, penanganan atau tanggapan terhadap tanda
potensi longsor hanya berupa “mengingatkan”. Padahal jelas, pemda
juga mempunyai peta kerawanan tersebut, akan tetapi upaya yang bisa
dilakukan salah satu lembaga hanya sebatas “mengingatkan”. Kompas
menguraikan saran dan menekankan dengan menghadirkan keterangan
dari Sudharto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
224
Menurut Sudharto, pendekatan mitigasi bencana sebaiknya disesuaikan dengan nilai-nilai lokal sehingga mudah diterima masyarakat. Kearifan lokal yang ada misalnya sistem zona yang konsepnya mirip dengan tata ruang yang ditetapkan pemerintah. (paragraf 6)
“Idealnya wilayah gunung, terutama dengan kemiringan tebing yang curam, di atas 30 derajat, dibiarkan jadi hutan, bukan permukiman dan lahan pertanian tanaman budidaya. Saat ini, kearifan lokal banyak tergerus kebutuhan ekonomi sehingga cenderung ditinggalkan,” ujarnya. (paragraf 7)
Budaya nyabuk gunung, yaitu memagari gunung dengan tanaman keras agar tidak longsor, juga banyak ditinggalkan. Nilai-nilai di masa lalu itu harus direvitalisasi, disesuaikan dengan kekinian. (paragraf 8) Dalam uraian mengenai sosialisasi bencana, Kompas
menampilkan kembali kata-kata yang mencerminkan keaktifannya
atau perannya dalam menanggapi sebuah permasalahan, dalam hal ini
bencana longsor di Banjarnegara.
Berdasarkan penulusuran Kompas, lahan perbukitan yang kemiringannya lebih dari 50 derajat di atas Desa Sampang kebanyakan ditanami palawija, seperti singkong, jagung, dan cabao. Hanya ada beberapa tanaman tegakan kuat seperti kayu putih, albasia, dan kopi. (paragraf 9)
Namun sejumlah warga yang ditemui Kompas mengaku tidak mendapatkan sosialisasi dan arahan yang cukup akan potensi bahaya longsor di daerah mereka. Puluhan tahun warga hidup dengan menanam palawija. (paragraf 10)
Kompas menghadirkan dua warga untuk memberikan alasan dan
penekanan terhadap banyaknya tanaman palawija di sekitar lereng
pegunungan. Durohim, 60, warga Ambal, sekitar 400 meter dari
longsor mengatakan alasan menanam di lahan yang miring karena tak
ada lahan lain. Sementara, Harno, 45, warga Jemblung mengatakan
puluhan tahun lalu pohon-pohon di lahanyya ditebang agar lahan bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
225
ditanami singkong dan jagung. Dia mengaku tidak pernah mendapat
arahan untuk menanam pohon yang tegakannya kuat. “Warga juga tak
pernah mendapat pelatihan pengenalan terhadap gejala alam,”
katanya.
Mengenai penanganan bencana yang tengah berlangsung.
Kompas menyoroti perihal pemerintah yang berupaya merelokasi
warga korban longsor. “Tetapi juga tidak mudah mencari lokasi yang
aman di Banjarnegara,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Basuki Hadi Muljono di Jakarta. Penekanan
nampak dari keterangan dari Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno
yang secara terpisah mengatakan, Selasa sore pihaknya akan
mengumumkan desa mana yang harus direlokasi dan mana yang bisa
kembali.
Salah satu keterangan dari warga pun dihadirkan Kompas
menanggapi rencana relokasi. Dayus mengaku siap apabila dipindah,
dengan catatan lokasinya tidak jauh dari lokasi semula. Hal ini
dihadirkan sebagai penyambung lidah warga kepada pemerintah atau
lembaga terkait. Kompas berperan untuk menyampaikan keluhan atau
keinginan dari warga. Sementara itu, gambaran serupa juga dihadirkan
untuk menguatkan fakta mengenai warga yang minta direlokasi tak
jauh dari tempat semula. Di Jombang, Jatim, warga di daerah longsor
juga minta diirelokasi tak jauh dari tempat tinggal mereka yang
terkena longsor pada Januari lalu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
226
Kompas menulis delapan paragraf awal untuk menguraikan
tentang revitalisasi kearifan lokal. Kompas menuliskan keterangan
dari Rektor dan Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro, Sudharto P Hadi mengenai permasalahan kearifan lokal
serta jalan keluarnya. Uraian tersebut diselingi keterangan Wilopo
mengenai daerah rawan longsor juga terdapat di Jawa Barat dan
sejumlah daerah lainnya, totalnya 60 persen penduduk Indonesia
tinggal di daerah rawan longsor. Teguh Dwi Paryono mengemukakan
pihaknya selalu mengirimkan surat edaran untuk mengingatkan pemda
terkait peta ancaman longsor.
Urain berikutnya, Kompas menuliskan empat paragraf mengenai
keterangan sejumlah warga yang mengaku tidak mendapat sosialisasi
yang cukup terkait potensi bahaya longsor dan pelatihan pengenalan
terhadap gejala alam. Kompas menutup dengan tiga paragraf yang
menjelaskan penanganan bencana. Penanganan bencana yang diangkat
perihal relokasi warga korban longsor. Mengenai pemerintah yang
berencana merelokasi warga, serta warga yang menginginkan relokasi
dilakukan ditempat yang dekat dengan lokasi rumah tinggal
sebelumnya.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
kurangnya sosialisasi pemerintah mengenai gejala alam. Kompas juga
menampilkan langkah pemerintah untuk melakukan relokasi. Kompas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
227
memberikan pandangan berbeda untuk berperan memberikan solusi
penanganan bencana, bukan relokasi namun revitalisasi.
Kompas memulai memberitakan dengan menyebutkan
seharusnya penanganan bencana dilakukan dengan cara revitalisasi
kearifan lokal (how). Kompas menguraikan saran dari Sudharto,
bahkan menampilkan dari sudut pandangan salah satu lembaga yang
hanya “mengingatkan” terkait peta kerawanan bencana. tidak hanya
itu, jalan keluar yang diberikan Kompas secara tidak langsung
mengkritik penanggulangan bencana oleh pemerintah yang selalu
dilakukan dengan “relokasi”. Menurut Sudharto, kearifan lokal
tergerus karena kebutuhan dan tuntutan ekonomi (Why). Sementara
dari keterangan warga (who), mereka mengaku tidak mendapat
sosialisasi yang cukup dari pemerintah (what). Dalam penutup artikel,
nampak penanganan dari pemerintah berupa relokasi (how).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, secara tidak langsung
Kompas menekankan kepada khalayak mengenai perlunya
penanganan bencana berupa mitigasi bencana dengan cara revitalisasi
kearifan lokal, bukan relokasi.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang
menunjuk pada tema utama mengenai pendekatan mitigasi bencana
sebaiknya disesuaikan dengan nilai-nilai kearifan lokal. Tema ini
dapat dilihat dari lead serta uraian dari sudharto yang menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
228
tentang kearifan lokal. Sudharto juga menyebut satu budaya nyabuk
gunung yang mulai ditinggalkan.
Tema kedua, Warga tidak mendapatkan pelatihan pengenalan
terhadap gejala alam. Tema ini dapat diamati dari keterangan dua
warga mengenai sosialisasi kebencanaan. Kompas menutup dengan
tema ketiga pemerintah akan merelokasi korban longsor.. Hal ini
diamati dari salah satu warga Jemblung yang memberikan catatan,
relokasi tak jauh dari lokasi semula, sementara di Jombang, Jatim,
warga juga meminta relokasi dilakukan tak jauh dari tempat tinggal
mereka.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Sudharto P Hadi dilabeli “Rektor dan Guru Besar Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro”, Wahyu Wilopo dilabeli “Dosen
Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM”, Teguh Dwi Paryono dilabeli
“Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng”, Basuki
Hadimuljono dilabeli “Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat”, Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”. Label
otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta atau pendangan yang
dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk memperkuat
gagasan Kompas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
229
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Untuk memberikan
penekanan terkait wacana penanganan yang dikemukakan Kompas
menuliskan “revitalisasi” dan “relokasi”.
Kompas juga memberikan penekanan dengan menghadirkan
foto. Keterangannya dapat diamati di bawah ini
Warga melintas di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Desa Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/12). SPBU yang melayani warga di tujuh kecamatan itu sejak Kamis (11/12) kehabisan persediaan bahan bakar karena jalur untuk menuju ke tempat itu terputus setelah tertutup tanah longsor. Kondisi itu membuat harga premium eceran di sekitar loasi bencana tanah longsor mencapai Rp 15.000 per liter. Dari keterangan foto, Kompas menekankan pada dampak
longsor bagi perekonomian warga. Kompas menyoroti naiknya harga
premium eceran yang mencapai Rp 15.000 per liter. Hal itu tentunya
secara tidak langsung memberikan gambaran kepada khalayak
mengenai dampak longsoran pada harga komoditi. Dapat dipahami
juga sebagai salah satu penekanan Kompas untuk mengetuk pintu
bantuan kepada khalayak.
Tabel 3.17 Analisis Framing Revitalisasi Kearifan Lokal
Masyarakat Belm Mendapat Sosialisasi Bencana yang Cukup
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas jabatan dan pakar untuk menguatkan gagasan.
Skrip Memberikan jalan keluar penanganan bencana dengan cara revitalisasi kearifan lokal. Kompas memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
230
uraian mengenai kearifan lokal yang tergerus kebutuhan ekonomi dan minimnya sosialisasi kepada warga. Mengenai upaya pemerintah untuk merelokasi, Kompas menghadirkan sejumlah warga yang meminta direlokasi tak jauh dari tempat semula.
Tematik (1) Pendekatan mitigasi bencana sebaiknya disesuaikan dengan nilai-nilai kearifan lokal (2) Warga tidak mendapatkan pelatihan pengenalan terhadap gejala alam (3) Pemerintah akan merelokasi korban longsor.
Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber, menggunakan leksikon untuk menekankan pada jalan keluar penanganan bencana “revitalisasi”, berbeda dengan pemerintah yang melakukan “relokasi”, Kompas menampilkan foto untuk menekankan dampak longsoran pada harga premium yang mencapai Rp 15.000 per liter karena SPBU kehabisan bahan akibat jalur terputus.
19. Frame Kompas edisi Rabu 17 Desember 2014 yang Berjudul
Perkampungan Relokasi Longsor
Kompas kembali menampilkan foto lepas terkait kondisi
bencana longsor di Banjarnegara. Dari judul berita foto
“Perkampungan Relokasi Longsor” tersebut jelas foto ini terkait
dengan artikel yang mengulas longsorsan baru di Banjarnegara.
Perkampungan relokasi longsor merupakan tempat hunian warga yang
dipindah setelah terjadi longsor di Bajarnegara dalam beberapa waktu
lalu. Dari keterangan foto nampak bahwa relokasi yang dimaksud
merupakan perkampungan baru hasil relokasi longsor pada Januari
2006.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
231
Keterangan foto secara lengkap dapat diamati di bawah ini.
Sejumlah rumah rusak akibat longsor di Dusun Gunung Raja, Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (16/12). Dusun ini merupakan perkampungan baru hasil relokasi dudun yang tertimbun pada Januari 2006 Penekanan foto lepas ini nampak sekali sebagai bukti bahwa
kondisi relokasi hunian di Sijeruk rusak dan perlu penanganan lagi.
Kompas memberi wacana tempat relokasi belum tentu aman dari
ancaman bencana lonsgor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
232
20. Frame Kompas edisi Rabu 17 Desember 2014 yang Berjudul
Belajar dari Alam
Lima hari setelah terjadi longsor yang menimbun Dusun
Jemblung. Salah satu artikel Kompas berisi pandangan mengenai
penanganan bencana harus belajar dari alam. Berita ini termasuk
kategori berita feature. Kompas memberi wacana kepada khalayak
perlunya belajar dari alam. Kompas melakukan strategi wacana dengan
memberikan ulasan mengenai paradigma pentingnya terus
memperbaruhi proses belajar. Ulasan tersebut untuk menggiring
khalayak agar memahami pentingnya memahami seebuah bencana dan
diambil pelajaran yang didapat.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan upaya
Kompas untuk menyadarkan khalayak pentingnya memperbaruhi
pengetahuan terutama dalam hal kebencanaan. Wacana tersebut juga
digunakan Kompas untuk menyindir penanganan bencana longsor di
Indonesia yang minim riset.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul “Belajar dari Alam” merupakan wujud kritik
terhadap bencana yang melanda di Indonesia. Sebuah saran agar
mempelajari lingkungan kehidupan.
Secara lebih luas Kompas memberi penekanan pada cross
headline “Terus belajar”. Judul tersebut diikuti uraian mengenai saran
untuk memperbaiki manjemen bencana. Terus belajar dapat dipahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
233
sebagai penekanan untuk tetap lanjut berusaha memperoleh
pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan kebencanaan.
Dalam teks berita, Kompas menampilkan satu narasumber saja.
Salah satu peneliti Internasional Research Institute of Disaster Science
(IRIDeS)-Jepang, Abdul Muhari untuk mengungkap fakta terkait
permasalah yang diangkat.
Langkah awal, menurut Abdul Muhari, peneliti Internasional Research Institure of Disaster Science (IRIDeS)-Jepang, adalah melakukan forensik kebencanaan guna mengetahui mekanisme kejadian ataupun mengetahui dinamika sosial-politik yang menyebabkan jatuhnya banyak korban. (paragraf 10)
Abdul Muhari menyebutkan, riset sangat diperlukan untuk memberikan dasar dalam menentukan upaya mitigasi tanah longsor ke depan. Inilah yang selama ini menjadi titik lemah kita, selain juga, yang paling penting, implementasi hasil riset untuk kebijakan. (paragraf 11)
Berdasar informasi Badan Nasional Penanggulangan bencana, selama 25 tahun terakhir tercatat total 2.181 kejadian tanah longsor di Indonesia. Namun, pelacakan yang dilakukan Muhari, data publikasi riset yang diindeks oleh Scopus (institusi index paper dan jurnal internasional), hanya terdapat 16 riset yang dipublikasikan terkait bencana longsor di Indonesia. (paragraf 12) Dari cuplikan berita terlihat bagaimana permasalahan
penanganan bencana di Indonesia. Jumlah riset atau penelitian terkait
bencana longsor sangat minim. Padahal riset diperlukan untuk
memahami sekaligus mencari jalan keluar bagi permasalahan bencana
longsor. Pengetahuan sebagai dasar untuk menentukan langkah mitigasi
belum mencukupi, sebagaimana yang diutarakan Muhari, ini titik lemah
penanganan bencana di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
234
Penekanan Kompas terlihat dari kutipan langsung dari Abdul
Muhari, “jika kita bandingkan dengan Jepang, rasio antara jumlah
kejadian dan riset biasanya antara 100 dan 600 persen.” Kutipan
tersebut hadir sebagai penekanan data dari Google Scholar yang
mencatat hanya 79 laporan terkait tanah longsor di Indonesia, atau rasio
jumlah kejadian dengan jumlah riset tak lebih dari 3,62 persen. Kompas
juga menghadirkan kutipan sebagai saran, “inilah yang harus terus
dipacu jika tidak mau selalu terperosok di lubang yang sama,” ujar
Muhari.
Teks berita Kompas berisi tentang pandangan minimnya riset
tentang bencana longsor menjadi titik lemah penanganan bencana
dalam upaya mitigasi. Kompas mulai menguraikan pandangannya
dengan menghadirkan paradigma mengenai pentingnya pengetahuan
atau proses belajar harus terus diperbarui dalam 4 paragraf. Kompas
membuka dengan pernyataan belajar dari pengalaman adalah kunci
kehidupan.
Peran Kompas untuk mendidik khalayak pun nampak dari
uraiannya mengenai Friedrich Hegel, filsuf Jerman yang dikenal dengan
metode Dialektika Idealisme, apa yang bisa kita pelajari dari sejarah
adalah bahwa kita tidak belajar dari sejarah. Lebih jauh, Kompas
mengemukakan tentang Hukum Gravitasi yang tercipta dari peristiwa
jatuhnya apel dari pohon ke tanah di hadapan Newton yang bermenung.
Ilmu pengetahuan modern diciptakan sebagai respons terhadap alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
235
Kompas menyebut hal di atas dengan pengetahuan modern.
Sementara dalam masyarakat tradisional dikenal dengan “ilmu titen”.
Mengingatkan khalayak pada kearifan lokal yang disebutkan Kompas
pada edisi 16 Desember. Kompas memberi wacana bahwa proses
belajar harus diperbarui. Jika tidak, pengetahuan modern dan tradisional
bisa saja menyesatkan.
Kompas melanjutkan uraian mengenai wacana memperbaiki
manjemen bencana nasional dalam 5 paragraf. Wacana tersebut
dilengkapi dengan uraian mengenai fakat kejadian longsor di
Banjarnegara. Sejumlah penekanan seperti bencana longsor yang
kembali menelan korban jiwa, ahli longsor Faisal Fathani yang telah
meneliti pada tahun 2007 dan berupaya memasang alar deteksi
pergerakan tanah, bencana longsor yang menyejarah ditampilkan untuk
mengungkit fakta terkait buruknya penanganan bencana.
Kompas menutup uraian teks berita dengan 5 paragraf solusi
sekaligus kritikan mengenai riset yang seharusnya menjadi dasar
menentukan upaya mitigasi. Dalam uraian berita, Abdul Muhari
mngungkap fakta bahwa riset mengenai bencana longsor di Indonesia
sangat minim. Rasio jumlah kejadian dengan riset tak lebih dari 3,62
persen, padahal di Jepang rasionya antara 100 dan 600 persen. Artinya
setiap kejadian, ada 1-6 publikasi yang diterbitkan untuk memahami
satu kejadian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
236
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
riset mengenai bencana longsor sangat minim dan menjadi titik lemah
penanganan bencana di Indonesia.
Frame Kompas tentang ancaman bencana dapat diamati dari
bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai
memberitakan paradigma belajar dari pengalaman merupakan kunci
kehidupan (what). Uraian berikutnya mengenai bencana di
Banjarnegara yang terus berulang belum dijadikan pelajaran (how).
Abdul Muhari menjelaskan hal itu disebabkan riset sebagai dasar upaya
mitigasi di Indonesia sangat minim (Why). Kompas membandingkannya
dengan negara jepang yang memiliki rasio kejadian dengan riset
mencapat 100 persen dan 600 persen. Artinya dalam satu kejadian ada
1-6 publikasi yang diterbitkan untuk memahami suatu kejadian.
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak bahwa perlunya memperbaruhi pengetahuan agar
bencana tidak berulang.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Tema
pertama, proses belajar perlu diperbaruhi, baik itu pengetahuan modern
maupun tradional supaya tidak menyesatkan. Tema ini terlihat dari
upaya Kompas menghadirkan paradigma mengenai proses belajar.
Tema kedua mengenai pentingnya belajar dari kejadian bencana longsor
di Banjarnegara untuk memeperbaiki manajemen bencana nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
237
Kompas mengungkit bagaimana bencana longsor di Banjarnegara yang
terus berulang.
Kompas menutup dengan tema, riset yang minim menjadi titik lemah
Indonesia dalam penanganan bencana longsor. Tema ini berisi uraian
dari Abdul Muhari, Peneliti IRISeS-Jepang. Ia membandingkan rasio
penelitian dengan kejadian bencana di Indonesia dengan negara Jepang
yang dikenal baik dalam penanganan bencana.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label pakar dari narasumber yang diwawancarai.
Abdul Muhari dilabeli “Peneliti International Research Institute of
Disaster Science (IRIDeS)-Jepang”. Label otoritas jabatan
menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak
berkompeten untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan sejumlah kata untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. kata “belajar dari
pengalaman”, “kunci kehidupan”, “terus diperbarui” , “meyesatkan”
digunakan Kompas untuk memberi paradigma kepada khalayak
pentingnya proses belajar. Sementara itu terkait bencana longsor,
leksikon “memperbaiki” “manajemen bencana nasional” jelas sebagai
upaya Kompas untuk memberi saran terkait bencana yang terus
berulang. Sementara leksikon “riset” sebagai “titik lemah” dan
“impelemntasi hasil riset” merupakan penekanan dalam hal memberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
238
jalan keluar terkait permasalahan penanganan bencana. Nampak jelas
bagaimana peran Kompas dalam memberitakan peristiwa bencana.
Tabel 3.18 Analisis Framing Belajar dari Alam
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber yang seorang peneliti sebagai penguat pandangan mengenai titik lemah penanganan bencana adalah minimnya riset.
Skrip Menguraikan paradigma pentingnya proses belajar yang terus diperbaruhi. Uraian berikutnya mengenai bencana di Banjarnegara yang terus berulang belum dijadikan pelajaran. Serta riset menjadi titik lemah penanganan bencana di Indonesia.
Tematik (1) Proses belajar perlu diperbaruhi, baik itu pengetahuan modern maupun tradional supaya tidak menyesatkan (2) Pentingnya belajar dari kejadian bencana longsor di Banjarnegara untuk memeperbaiki manajemen bencana nasional (3) Riset yang minim menjadi titik lemah Indonesia dalam penanganan bencana longsor
Retoris Pemberian label pakar dari narasumber, memberikan perbandingan data rasio jumlah riset dengan kejadian bencana longsor di Indonesia dan Jepang. Penekanan pada “terus diperbaruhi” digunakan untuk menekankan pentingan proses belajar supaya tidak “menyesatkan”. Sementara penekananan dengan kata “titik lemah” untuk mengungkap fakta terkait riset yang minim. Serta ‘implementasi” agar penelitian juga dijadikan kebijakan pemerintah.
21. Frame Kompas edisi Rabu 17 Desember 2014 yang Berjudul
Terjadi Longsoran Baru, 700 Warga Mengungsi : Pemkab
Banjarnegara Kesulitan Cari Lahan Relokasi
Lima hari pasca bencana longsor yang menimbun Dusun
Jembung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
Banjarneara, Jawa Tengah, Kompas menampilkan 1 foto lepas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
239
diletakkan di halaman utama dan 2 artikel di letakkan di halaman
dalam. Salah satu artikel tersebut mengulas tentang sejumlah longsor
baru disebabkan hujan deras. Kompas memberikan wacana longsor
menambah jumlah warga yang mengungsi. Kompas memberikan
pandangan sulitnya mendapatkan tempat relokasi, kondisi
Banjarnegara yang rawan longsor, dan menekankan lokasi relokasi
korban longsor pada tahun 2006 juga perlu direlokasi. Strategi wacana
tersebut tentu secara tidak langsung menggambarkan perlunya
mitigasi bencana.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran
Kompas yang memberikan gambaran sulitnya upaya relokasi korban
longsor. Kompas menjadikan kejadain longsoran yang mengakibatkan
700 warga mengungsi sebagai latar kemudian mengaitkan dengan
sejumlah pengungsi lain yang butuh tempat tinggal. Kompas
menyajikan kondisi pemerintah yang kesulitan mencari lahan relokasi,
secara tidak langsung Kompas tidak menyetujui relokasi warga korban
longsor.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul penggoda atau headline teaser “Terjadi
Longsoran Baru, 700 Warga Mengungsi” jelas merupakan peristiwa
penting terkait bencana longsor besar di Jemblung yang
mengakibatkan 108 warga meninggal. Kompas secara lugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
240
memberitahukan kepada khalayak bahwa terjadi longsoran baru yang
mengakibatkan 700 warga mengungsi.
Untuk meredam kekhawatiran korban terkait penanganan
bencana, nampak dari judul pemberitahu “Pemkab Banjarnegara
Kesulitan Cari Lahan Relokasi”. Kesulitan mencari lahan relokasi
merupakan upaya Kompas untuk menggambarkan kinerja pemerintah
dalam penanganan bencana yang banyak korbannya kehilangan
tempat tinggal. Hal itu mengingat sebagian besar wilayah
Banjarnegara rawan longsor.
Urain jelasnya dapat dilihat mulai dari lead berita. Secara
detail Kompas menjelaskan perihal longsoran baru yang terjadi di
Banjarnegara.
Hujan deras yang mengguyur wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Selasa (16/12) siang hingga sore memicu tiga longsoran baru di jalur yang sama dengan areal longsoran Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Lebih dari 700 warga mengungsi karena takut nyawa mereka terancam. (paragraf 1)
Kompas menggunakan crossheadline “Relokasi” untuk
menekankan pandangan pada kendala proses pemindahan tempat bagi
korban lngsor. Uraian mengenai relokasi merupakan hal penting,
dapat diamati mulai dari judul pemberitahu yang dituliskan.
Dalam teks berita Kompas mewawancari lima narasumber.
Koordinator Posko Induk Bencana Karangkobar, Tursiman
menguraikan tentang longsor baru yang terjadi di Banjarnegara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
241
Tursiman dihadirkan untuk memperkuat keterangan yang ditulis oleh
Kompas.
Longsor pertama terjadi di Dusun Bakulan, Desa Kertosari, Kecamatan Kalibening, mengakibatkan 120 keluarga mengungsi. Longsor kedua terjadi di Dusun Binangun, Desa Gintung, Kecamatan Wanayasa, mengakibatkan 33 keluarga mengungsi. Jika satu keluarga terdiri atas tiga jiwa, maka akibat kedua longsoran itu paling tidak 459 warga mengungsi. (paragraf 2)
Setelah itu, kata Koordinator Posko Induk Bencana Karangkobar Tursiman, sekitar pukul 16.00 tanah di Dusun Slimpet, Desa Mlaya, Kecamatan Punggelan, retak-retak. Sebanyak 300 warga mengungsi karena takut. (paragraf 3)
Kompas menguraikan keterangan dari Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno untuk menjelaskan relokasi warga korban
longsor.
Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan, ada ribuan rumah yang berada di daerah rawan longsor yang perlu direlokasi. Untuk saat ini, relokasi diprioritaskan bagi warga yang rumahnya hilang atau rusak akibat tertimpa tanah longsor seperti di Dusun Jemblung. (paragraf 6)
Ia mengatakan, pengungsi dari Dusun Gintung dan Tekik bisa kembali ke rumah, sedangkan warga Dusun Gondang boleh kembali kecuali dua keluarga. Pengungsi dari Dusun Sampang-Krajan harus bertahan di pengungsian karenaa masih ada kolam di atas mahkta longsoran yang harus dikeringkan. (paragraf 7)
Adapun korban dari warga Dusun Jemblung, kata Hadi, akan menempati hunian sementara maksimal tiga bulan. Setelah itu, baru mereka direlokasi. Syaratnya, lokasi relokasi aman, tidak jauh dengan mata pencaharian warga, dan tanah boleh dibeli dengan harga layak. (paragraf 8)
“Tidak mudah mencari lahan relokasi. Sebagaimana diketahu, 70 persen wilayah Banjarnegara rawan longsor. Kami sudah minta kepala-kepala desa di wilayah yang ada pengungsiannya mengajukan usulan lahan untuk relokasi,” tutur Hadi di Posko Induk Penanganan Bencana Tanah Longsor Dusun Jemblung. (paragraf 9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
242
Urain di atas nampak jelas sebagai pemeritahu kepada
khalayak tentang proses penanganan korban longsor. Relokasi
memang menjadi pilihan utama penanganan korban longsor. Kompas
menguraikan mengenai prioritas relokasi dan kondisi kesulitan
mencari tempat untuk memindahkan warga korban longsor.
Kompas juga menampilkan kutipan dari warga untuk
memperkuat pandangannya terkait proses relokasi. “Saya berharap
bisa direlokasi lagi ke tempat lain yang tanahnya lebih stabil,” kata
Suparno (30), salah seorang warga. Warga dihadirkan sebagai
perwakilan sejumlah korban yang hendak di relokasi.
Kompas juga menyinggung proses evakuasi dengan
menguraikan keterangan dari Komandan Kodim 0704/Banjarnegara
Letkol (Inf) Edi Rohmatullah yang mengutarakan hasil evakuasi
sementara. Serta memberi penekanan dengan urain dari Gubernur
Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang meminta warga di daerah rawan
longsor segera mengungsi ketika curah hujan di wilayahnya tinggi.
Kompas menuliskan 6 paragraf awal untuk menjelaskan hujan
deras menyebabkan tiga longsor baru dan mengakibatkan 700 lebih
warga mengungsi karena takut nyawa mereka terancam. Selain
menguraikan tiga longsor baru, Kompas juga menjelaskan warga yang
mengungsi.
Adapun warga yang mengungsi akibat longsor di Dusun Jemblung pada Jumat lalu sebanyak 577 warga yang tersebar di 12 titik posko pengungsian. Mereka terdiri dari 200 warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
243
Dusun Jemblung dan 377 warga dusun-dusun terdekat lokasi longsor, yaitu Dusun Gintung, Tekik, Gondang, dan Sampangkrajan. (paragraf 4)
Sepuluh hari terakhir, 1444 warga Dusun Pencil, Desa Karang Tengah, Kecamatan Wanayasa, juga mengungsi karena permukiman mereka longsor. Selain itu, sekitar 20 warga di Desa Paweden, Kecmatan Banjarmangu, dan Desa Suwidaak, Kecamatan Wanayasa, mengungsi karena rumah mereka roboh akibat tanah lonsgor. (paragraf 5)
Berikutnya, Kompas menguraikan perihal proses relokasi yang
kesulitan mencari lahan dalam 8 paragraf. Selain menguraikan
keterangan dari Wakil Bupati, Hadi Supeno Kompas juga unjuk gigi
dengan menyelipkan tiga paragraf pantauannya terhadap lahan,
rumah, dan korban longsor. Pantaun tersebut merupakan peran aktif
Kompas untuk menyajikan fakta terkait peristiwa longsor.
Berdasarkan pantauan Kompas, topografi sebagian besar kawasan di Kecamatan Karangkobar berbukit-bukit dengan kemiringan lereng 50-70 derajat. Struktur tanah juga labil dan merupakan tanah pelapukan sehingga berpotensi longsor. Apalagi curah hujan di kawasan lereng Dieng tersebut sangat tinggi, yakni lebih dari 500 milimeter. (paragraf 10)
Sejumlah korban tanah longsor di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, pada 2006 yang menewaskan lebih dari 90 warga, juga perlu direlokasi lagi. Lahan relokasi yang mereka tempati terancam longsor sehingga tak layak lagi ditempati. (paragrf 11)
Dari pantauan Kompas, ada 5 dari 16 rumah yang rusak akibat gerakan tanah yang telah diratakan. Sisanya masih dibiarkan begitu saja atau sudah diturunkan gentengnya. Belasan keluarga kini mengungsi di rumah tetangga. Posisi rumah warga yang terancam longsor berada di tanah dengan kemirinan yang tajam. (paragraf 12) Kompas menutup dengan 4 paragraf mengenai hujan deras
yang menghambat proses evakuasi. Kompas menguraikan hasil
evakuasi dari keterangan Edy Rohmatullah serta menampilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
244
himbauan Ganjar Pranowo agar warga segera mengungsi bila hujan
deras terjadi di wilayahnya (rentan longsor).
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
bahwa hujan deras dalam waktu lama perlu diwaspadai. Kompas juga
unjuk gigi mengenai perannya dalam meliput peristiwa.
Kompas memberi wacana mengenai hujan deras yang perlu
diwaspadai. Kompas mengawali dengan menjelaskan hujan deras yang
mengguyur wilayah Banjarnegara pada Selasa (16/12) siang hingga
sore memicu tiga longsoran baru di jalur yang sama dengan areal
longsoran Dusun Jemblung . Longsoran membuat jumlah warga yang
mengungsi semakin banyak (what). Kompas menyelipkan penanganan
korban longsor yang menemui kesulitan dalam mencari lahan relokasi
(how). Dalam uraiannya juga disebutkan kondisi topografi kawasan
Karangkobar yang berpotensi longsor, apalagi ditambah dengan curah
hujan yang tinggi (Why). Hujan deras juga menghambat proses
evakuasi. Evakuasi dihentikan sejak pukul 12.00. Hujan juga
menyebabkan rencana pemasangan pipa untuk mengalirkan air dari
kolam di atas mahkota longsoran gagal dilakukan. Ganjar Pranowo
meminta warga yang tinggal di daerah rawan longsor untuk
mengungsi apabila curah hujan tinggi di wilayahnya (how).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak bahwa pengungsi akibat bencana longsor semakin
banyak. Kompas memberi wacana sulitnya mendapat tempat relokasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
245
Dari struktur tematik, ada empat tema dalam teks berita. Hujan
deras sebabkan tiga longsoran baru yang mengakibatkan 700 lebih
warga mengungsi. Tema ini bisa diamati dari lead berita serta uraian
Kompas mengenai tiga longsoran baru dan warga mana saja yang
mengungsi. Tema kedua, ada ribuan rumah di daerah rawan longsor
yang perlu direlokasi. Tema ini dapat dilihat dari keterangan Wakil
Bupati Banjarnegara serta penekanannya yang menyebutkan tidak
mudah mencari lahan relokasi. Hal itu mengingat 70 persen wilayah
Banjarnegara rawan longsor.
Tema ketiga, Kesulitan mencari lahan relokasi . Tema ini
dapat dilihat dari uraian mengenai kondisi topografi wilayah
Karangkobar rawan longsor. Hal itu diperparah dengan kondisi curah
hujan yang tinggi, yakni lebih dari 500 milimeter. Kompas menutup
dengan tema hujan deras juga menghambat proses evakuasi. Tema
yang berisi uraian mengenai kendala proses evakuasi tersebut diakhiri
dengan keterangan dari Ganjar yang meminta agar warga di daerah
rawan longsor segera mengungsi bila curah hujan didaerahnya tinggi.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Tursiman dilabeli “Koordinator Posko Induk Bencana
Karangkobar”, Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Bajarnegara”, Edy
Rahmatullah dilabeli “Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letkol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
246
(Inf)”, dan Ganjar Parnowo dilabeli “Gubernur Jawa Tengah”. Label
otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal
dari pihak berkompeten untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon relokasi untuk
memberi penekanan pada penanganan pengungsi korban longsor.
Leksikon juga nampak dalam penggunaan kata “pengungsian”,
“mengungsi”, dan “hunian sementara”.
Kompas menampilkan foto untuk memberikan penekanan
kondisi pengungsi di tempat pengungsian, terutama anak-anak.
Penekanan tersebut dapat dipahami sebagai upaya Kompas
menyajikan kondisi pengungsi yang mengalami trauma. Keterangan
foto dapat dilihat di bawah ini :
Anak-anak pengungsi mengikuti kegiatan pemulihan trauma di tempat pengungsian Desa Karangkobar, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (16/12). Bencana tanah longsor membuat mereka harus tinggal di pengungsian sejak Jumat pekan lalu.
Tabel 3.19 Analisis Framing
Terjadi Longsoran Baru, 700 Warga Mengungsi Pemkab Banjarnegara Kesulitan Cari Lahan Relokasi
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas
jabatan sebagai penguat pandangan Kompas. Skrip Menekankan pada hujan deras yang mengakibatkan tiga
longsor baru. Kompas menyelipkan penanganan korban longsor berupa relokasi. Sementara uraian mengenai alasan terjadi longsor, penyebab hujan deras, serta akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
247
hujan dijelaskan belakangan. Tematik (1) Hujan deras sebabkan tiga longsoran baru yang
mengakibatkan 700 lebih warga mengungsi (2) Ada ribuan rumah di daerah rawan longsor yang perlu direlokasi (3) Kesulitan mencari lahan relokasi (4) hujan deras juga menghambat proses evakuasi
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber, menampilkan leksikon ‘relokasi”, “pengungsi”, “mengungsi”, dan “hunian sementara” dalam penanganan korban longsor. Sementara itu nampak juga sejumlah kata untuk menunjukkan peran Kompas, yaitu berdasarkan pantauan Kompas dan dari pantauan Kompas. Memberikan penekanan mengenai kondisi pengungsi dengan foto mengenai anak-anak pegungsi yang mengikuti kegiatan pemulihan trauma.
22. Frame Kompas edisi Kamis 18 Desember 2014 yang Berjudul
Sebanyak 34 Titik Rawan Longsor Ditemukan
Seminggu pasca bencana longsor yang mengubur sekitar 108
warga Jemblung Kompas menampilkan 2 artikel. Kedua artikel lebih
berfokus pada ancaman longsor susulan di sejumlah daerah di
Banjarnegara. Salah satu artikel berjudul “Sebanyak 34 Titik Rawan
Longsor Ditemukan”. Kompas memberikan wacana adanya ancaman
di sejumlah wilayah di Banjarnegara.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran
Kompas untuk memberikan peingatan dini ancaman longsor berupa
titik rawan longsor yang ditemukan. Kompas memberikan pandangan
perluanya evakuasi sejumlah warga yang tinggal di kawasan
perbukitan di Telagalele.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
248
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul yang dituliskan Kompas jelas menunjukkan
jumlah titik rawan longsor yang ditemukan. Titik rawan dapat
dipahami sebagai tanda yang menimbulkan bahaya.
Dalam teks berita, Kompas mewawancarai Deputi Direktor
Pencegahan Bencana BNPB Raditya Jati yang memaparkan hasil
kajian cepat kondisi kawasan rawan longsor. Raditya memaparkan
hasil kaji cepat BNPB bersama delapan instansi terkait yang
menemukan 14 titik rawan longsor di Banjarnegara. Sementara tim
dari UGM dalam waktu lebih lama menemukan total 34 titik rawan
longsor.
Titik rawan itu ditandai ada amblesan dan runtuhan material di bagian tebing atau lereng. Kondisi itu mudah penanganannya. Namun perlu diwaspadai longsoran di lereng curam dekat permukiman. (paragraf 3)
Adrin Tohari, pakar geoteknik dari kelompok riset Pergerakan
Tanah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengemukakan,
“Di bukit itu (perbukitan di Telagalele di selatan Jemblung dan Sampang), ada tiga dusun, yakni Gondang, Gintung, dan Blunyeh,” kata Adrin Tohari. (paragraf 4)
Warga di desa itu perlu dievakuasi karena pasca longsor skala masif pergerakan terus terjadi. Pergerakan tanah yang terjadi di kawasan itu merupakan tipe rayapan. (paragraf 5)
Beberapa kutipan Adrin digunakan Kompas untuk menekankan
fakta,
Pasca longsor di Karangkobar, Adrin melihat ada ancaman bencana baru di lokasi itu, yaitu muncul dua gawir atau tebing curam di sisi barat dan timur lokasi longsora.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
249
“Gawir di sisi timur membentuk kolam tampungan aliran air dari atas. Luas kolam 90 meter persegi,” ujarnya. (paragraf 6)
Di bawah kolam tertimbun material longsoran yang tertahan di ketinggian 850 meter. Jumlah material itu lebih dari 1.000 meterkubik. Apabila rembesan atau air meluap, bisa mendorong material hingga longsor. “Ini mengancam keselamatan tim pencari korban tertimbun,” ujarnya. (paragraf 7)
Penekanan dengan kutipan juga dituliskan Kompas yang
menjelaskan rekomendasi berdasarkan hasil kaji cepat BNPB dengan
melibatkan 8 instansi.
Menurut Raditya, pemetaan cepat lokasi permukiman dan penggunaan lahan untuk analisis risiko bencana perlu segera dilakukan. “Untuk itu, pesawat tanpa awak milik Lapan akan memantau daerah rawan longsor lebih detai,” ujarnya. (paragraf 9)
Teks berita Kompas berisi 3 paragraf yang menguraikan hasil
kaji cepat kondisi kawasan di Banjarnegara. Kompas menguraikan
hasil kaji cepat BNPB bersama 8 instansi yang menemukan 14 titik
rawan longsor, sementara dalam waktu yang lebih lama tim UGM
menemukan 34 titik, penekanan dilakukan Kompas menggunakan
kutipan dari Deputi Dirktur Pencegahan Bencana BNPB, Raditya Jati.
Raditya mengemukakan titik rawan ditandai dengan amblesan dan
runtuhan material di tebing dan lereng. Kondisi itu penanganannya
mudah.
Kompas melanjutkan memberikan uraiaan ancaman di
perbukitan Telagalele dalam 4 paragraf. ancaman tersebt ditemukan di
kawasan Telagalele, ada tiga dusun di bukit itu. Warga perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
250
direlokasi. Ancaman longsor baru juga muncul di Karangkobar,
ancaman berupa dua gawir atau tebing curam. Gawir sisi timur
membentuk kolam. Dan di bawah kolam ada meterial longsoran
tertahan di ketinggian 850 meter dengan jumlah meterial lebih dari
1.000 meterkubik.
Kompas menguraikan penanganan ancaman longsor dalam 3
paragrad penutup. Adrin menyarankan dibangun jaringan pipa kolam
untuk menyalurkan air genangan. Perlu pesawat tanpa awak untuk
memantau daerah longsor lebih detail. Serta upaya mitigasi struktural
di daerah prioritas. Mitigasi berupa ppenataan tata guna lahan,
geometri lereng dan penguatan lereng.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
ancaman longsor di titik rawan mudah ditangani.
Frame Kompas tentang ancaman bencana dapat diamati dari
bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai
memberitakan dengan menampilkan hasil kaji cepat BNPB bersama 8
instansi yang menemukan 14 titik rawan longsor dan kaji cepat tim
UGM yang menemukan 34 titik longsor. Kondisi itu mudah
penanganannya (what). Ancaman ditemukan di kawasan perbukitan
Telagalele (Where). Warga perlu dievakuasi karena pergerakan tanah
terus terjadi. Terdapat kolam 90 meter persegi. Di bawahnya material
yang tertahan di ketinggian 850 meter sejumlah 1.000 meterkubik
material longsoran (who). Sebagai langkah awal, Adrin menyaranka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
251
membangun jaringan pipa. Perlu juga penggunaan pesawat tanpa
awak untuk memnatau daerah rawan longsor lebih detail. Upaya
mitigasi struktural juga perlu dilakukan (how).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada cara menanggulangi titik rawan longsor mudah dilakukan.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang
dituliskan Kompas. Pertama, ditemukannya 34 titik rawan longsor
hasil kaji cepat. Tema ini bisa dilihat dari uraian kaji cepat BNPB
bersama 8 instansi yang menemukan 14 titik rawan longsor, sementara
dalam kurun waktu yang lebih lama, tim UGM menemukan 34 titik
rawan longsor.
Tema kedua, warga di kawasan perbukitan Telagalele perlu
dievakuasi karena pergerakan tanah terus terjadi. Kompas juga
menguraikan ancamanan berupa material longsor 1.000 meter kubik
yang berada di ketinggian 850 meter. Hal itu diakibatkan adanya
kolam tampungan air seluas 90 meter persegi di atas longsoran
Jemblung.
Tema ketiga, upaya penanganan longsor. Kompas menjelaskan
tindakan yang perlu dilakukan dalam menganan ancaman longsor.
Perlu membangun jaringan pipa untuk menyalurkan air genangan
sehingga longsor dapat dicegah. Perlu pesawar tanpa awk milik Lapan
untuk memantau daerah rawan longsor lebih detail. Serta upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
252
mitigasi struktural dalam bentuk penataan tata guna lahan, geometri
lereng, dan penguatan lereng.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber
yang diwawancarai. Raditya Jati dilabeli “Deputi Direktur Pencegahan
Bencana BNPB”, Adrin Tohari dilabeli “Pakar Geoteknik dari
kelompok Riset Pergerakan Tanah Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia”. Label otoritas jabatan dan pakar menunjukkan bahwa data
dan keterangan yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten
untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan sejumlah kata untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “mudah
penanganannya” dan longsor “dapat dicegah” menjelaskan ancaman
longsor sebenarnya mudah untuk dicegah. Sementara untuk
memringatkan ancaman bencan, leksikon “perlu dievakuasi” dan
“mengancam keselamatan” perlu menjadi pertimbangan pemerintah
atau instansi terkait dalam penanganan bencana.
Untuk memudahkan khalayak memahami lokasi sebaran titik
rawan longsor dan letak mahkota longsoran, Kompas menyajikan
grafik berupa dua peta. Peta pertama menjelaskan potensi gerakan
tanah susulan. Dalam keterangannya disebutkan lebih kurang 1.000
meter kubik timbunan material longsoran di sebelah timur daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
253
terdampak yang berpotensi untuk bergerak kembali. Kompas
menampilkan inset atau peta kecil yang lebih besar mengenai
genangan air di bawah mahkota longsoran.
Kedua, Kompas menampilkan peta sejumlah titik longsor di
sebagian Kabupaten Banjarnegara 2014 untuk mengambarkan sebaran
titik rawan longsor. Sementara itu, inset jga dihadirkan berupa Pulau
Jawa. Inset tersebut menjelaskan lokasi Banjarnegara berada di Pulau
Jawa. Tentu berkaitan dengan Kompas merupakan koran nasional
sehingga khalayak mudaah memahami letak daerah yang diberitakan.
Tabel 3.20 Analisis Framing
Sebanyak 34 Titik Rawan Longsor Ditemukan
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang berwenang otoritas
jabatan dan pakar untuk mengemukakan fakta dan keterangan. Fakta tersebut berupa data hasil kaji cepat dan ancaman longsor baru yang berada di Dusun Jemblung.
Skrip Kompas memandang, khalayak perlu mengetahu titik rawan longsor sejumlah 34 titik di Banjarnegara serta memberi wacana bahwa ancaman tersebut mudah penanganannya. Dalam uraian berikutnya, Kompas baru menjelaskan detail ancaman serta penanganan yang perlu dilakukan.
Tematik (1) Ditemukannya 34 titik rawan longsor hasil kaji cepat (2) Warga di kawasan perbukitan Telagalele perlu dievakuasi karena pergerakan tanah terus terjadi (3) Upaya penanganan ancaman longsor
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber. Mengemukakan data hasil riset dan detail ancaman. Kompas memberi penekanan penanganan ancaman bencana tersebut “mudah penanganannya” dan longsor “dapat dicegah”. Kompas juga menampilkan grafik berupa peta titik longsor serta gambaran letak mahkota longsoran yang mengancam longsor baru di Dusun Jemblung untuk memudahkan khalayak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
254
23. Frame Kompas edisi Kamis 18 Desember 2014 yang Berjudul
Longsor Ancam 3 Dusun : Sukarelawan Longsor Banjarenagra
Tewas Tertimpa Alat Berat
Seminggu pasca bencana longsor yang mengubur sekitar 108
warga Jemblung Kompas menampilkan 2 artikel. Kedua artikel lebih
berfokus pada ancaman longsor susulan di sejumlah daerah di
Banjarnegara. Salah satu artikel berjudul “Longsor Ancam 3 Dusun:
Sukarelawan Longsor Banjarnegara Tewas tertimpa alat berat”.
Kompas memberikan wacana ancaman longsor dapat diminimalisasi
dengan menutup rekahan tanah.
Berita dalam kategori pascabencana/prabencana ini merupakan
peran Kompas yang memberikan peringatan dini pada sejumlah
daerah yang mempunyai ancaman bencana longsor. Mengenai
penanganan korban, pemerintah berupaya bekerjasama dengan pakar
untuk mencari tempat relokasi.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul penggoda berita Kompas yang
menggunakan kata “ancam” sangat jelas menunjukkan longsor
diperkirakan akan sejumlah tiga dusun. Sementara dari judul
pemberitahu, ada peristiwa yang ingin ditunjukkan kepada khalayak,
yaitu sukarelawan yang tewas tertimpa alat berat. Kata “tewas” sendiri
dapat dipahami sebagai mati akibat kecelakaan, bencana, atapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
255
perang. Sementara “alat berat” dapat dipahami sebagai alat bantu yang
digunakan oleh manusia untuk mengerjakan pekerjaan yang berat.
Kompas menampilkan lead berita yang berisi rangkuman
berita atau penekanan hal-hal penting yang perlu diketahui khalayak.
Upaya Kompas nampak dari kalimat terakhir yang menyajikan solusi
atau penanggulangan ancaman bencana yang muncul.
Setelah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, longsor juga mengancam tiga dusun lainnya di tiga desa dan kecamatan berbeda. Untuk meminimalisasi longsoran, rekahan tanah di sejumlah titik di tiga dusun itu ditutup tanah. (paragraf 1)
Penekanan juga muncul dalam crossheadline Terseret 10
kilometer. Mengingat judul pemberitahu, tentu khalayak
menangkapnya terkait sukarelawan yang tertimpa alat berat. Namun
judul tersebut untuk memberitahu seberapa jauh korban longsoran
ditemukan. Hal itu mengingat adanya aliran Kali Petir yang membelah
Dusun Jemblung.
Dalam teks berita, Kompas mewawancarai Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno yang menjelaskan upaya warga Bakulan
dan Sliempet untuk mencegah ancaman longsor. Pencegahan
dilakukan dengan menutup rekahan menggunakan tanah secara
gotong-royong. Menurut Hadi, cara tersebut cukup efektif. Ia memberi
contoh tahun lalu warga menguruk rekahan besar yang berada di
Pekasiran, Batur yang hingga sekarang cukup aman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
256
Hadi menuturkan, pemkab juga meningkatkan kewaspadaan
warga dengan mengingatkan semua camat dan aparat desa agar siaga
saat hujan, kaum laki-laki diimbau tidur bergantian. Hal itu dilakukan
untuk mengawasi lingkungan dan cepat melapor bila melihat rekahan
tanah. Sementara terkait 1.300 warga sampang yang masing
mengungsi di 14 titik pengungsian, Hadi menjelaskan hal itu fluktuatif
karena sebagian di antaranya mengungsi karena situasi.“Jika hujan
deras, mereka kembali lagi ke rumah,” ujar Hadi.
Kutipan merupakan penekanan Kompas, yang seakan khalayak
diberitahu langsung oleh narasumber. Kutipan juga sebagai bukti
uraian yang berikan berasal dari narasumber langsung. Salah satu
kutipan langsung yang ditampilkan Kompas dapat dilihat di bawah ini.
“Pagi tadi warga Bakulan dan Slimpet bergotong royong menutup rekahan dengan tanah. Cara ini cukup efektif. Tahun lalu di Pekasiran, Batur, ada tanah retak cukup besar diuruk warga dan aman sampai sekarang,” ujar Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno, Rabu (17/12). (paragraf 4)
Keterangan dari Kepala BNPB Syamsul Maarif seusai rapat
Kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi di Kantor Presiden juga
dihadirkan Kompas. Hal itu sebagai penekanan keterangan mengenai
Presiden Joko Widodo yang memerintahkan agar Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Badan
Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
untuk memasang alat deteksi dini di tempat-tempat yang ditengarai
rawan longsor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
257
“Kami akan kerja sama dengan UGM (Universitas Gadjah Mada), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), dan Kementerian Ristek untuk mewujudkan perintah presiden itu,” kata Syamsul Maarif. (paragraf 8)
Dia mengatakan, pencarian lokasi yang tepat untuk relokasi
warga akan dilakukan BNPB bersama sejumlah pakar dari Badan
Geologi Kementerian ESDM dan UGM. Ini untuk memastikan lokasi
tersebut benar-benar aman dari ancmaan bencana serupa.
Untuk penemuan jenazah, Kompas menghadirkan kutipan
langsung penemunya, Wartono, warga Desa Sijeruk. Ia mengatakan,
menemukan satu jenazah sekitar 10 kilometer dari lokasi longsor.
“Saat sedang lewat dekat Sungai Merawu, saya mencium bau busuk. Saya segera mendekat ke arah bau itu lalu meilihat benda berwarna putih di sungai,”katanya. Setelah didekati, ternyata sesosok jenazah perempuan dengan kondisi tubuh menggelembung. (paragraf 13)
Teks berita Kompas berisi 6 paragraf yang menguraikan
ancaman longsor serta upaya meminimalisasi longsoran dengan
menutup rekahan menggunakan tanah. Kompas menjelaskan tiga
dusun yang terancam longsoran serta kondisi rekahan tanahnya.
Kompas menghadirkan upaya mencegah ancaman longsoran dengan
menutup rekahan menggunakan keterangan dari Wakil Bupati
Karanganyar, Hadi Supeno.
Tiga dusun itu adalah Dusun Bakulan, Desa Kertasari, Kecamatan Kalibening, Dusun Gintung, Desa Binangun, Kecamayan Karangkobar, serta Dusun Slimpet, Desa Tlaga, Kecamatan Punggelan. Rekahan tanah di Dusun Slimpet tersebar di beberapa titik dengan panjang 1-5 meter dan lebar 25-50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
258
sentimeter. Rekahan tanah di dua dusun lainnya lebih kecil, tetapi juga berpotensi longsor. (paragraf 2)
Rekahan-rekahan tanah itu terjadi sejak Selasa lalu ketika hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada pukul 07.00 hingga 20.00. Khawatir terkena longsor, 1.060 warga di tiga dusun tersebut mengungsi sejak Selasa malam. (paragraf 3)
Kompas menguraikan tanggapan pemerintah dalam
penanganan bencana dalam 4 paragraf berikutnya. Kompas mengawali
dengan keterangan dari Presiden supaya dipasang alat deteksi dini di
tempat-tempat rawan longsor. Keterangan dari Kepala BNPN,
Syamsul Maarif dihadirkan untuk menjelaskan tindakan yang
dilakukan. Pencarian relokasi juga dilakukan BNPB bersama sejumlah
pakar dari Badan Geologi Kementerian ESDM dan UGM untuk
memastikan lokasi relokasi benar-benar aman dari ancaman serupa.
BNPB memperkirakan, kebutuhan dana untuk relokasi warga dan membangun sekitar 80 rumah mencapai Rp 5,1 miliar. Untuk kebutuhan rehabilitasi infrastruktur jalan, jembatan, talut drainase, irigasi, dan normalisasi sungai diperlukan dana Rp 25,7 miliar. (paragraf 10)
Kompas menutup teks berita dengan 6 paragraf mengenai
proses evakuasi. Uraian tersebut dimulai dengan menjelaskan proses
evakuasi yang berhasil menemukan 83 jenazah, 6 di antaranya belum
diidentifikasi. Sementara itu, Kompas juga menghadirkan kesaksian
warga yang menemukan jenazah sejauh 10 km dari lokasi longsoran
dan seorang sukarelawan yang meninggal karena tertimpa ekskavator.
Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letkol (Inf) Edy
Rohmatullah mengatakan, jumlah warga yang tertimbun longsor pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
259
12 Desember diperkirakan 108 orang. Jumlah itu belum termasuk
warga yang tengah melintas di jalan raya saat longsor menerjang.
Di tengah-tengah upaya evakuasi korban yang tertimbun tanah longsor, Ahmad Nurdin, (35), sukarelawan operator ekskavator asal Kabupaten Magelang, tewas tertimpa ekskavator yang dia operasikan. Ekskavator itu tergelincir saat hendak diparkir dan menimpa Ahmad serta dua sukarelawan lainnya. Ahmad meninggal di RSUD Banjarnegara. Dua sukarelawan lainnya selamat dan masih dirawat di RS itu. (paragraf 15)
Kemarin, jalan utama Karangkobar-Dieng-Pekalongan yang sebelumnya tertutup material longsor sudah di buka. Proses pembersihan telah selesasi, tinggal menyiram lumpur dengan air. Lalu lintas yang melalui jalan tersebut akan diatur agar tidak mengganggu proses evakuasi. (paragraf 16)
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
ancaman longsor bisa diminimalisasi dengan menutup rekahan
menggunakan tanah.
Frame Kompas tentang ancaman bencana dapat diamati dari
bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai
memberitakan longsor mengancam tiga Dusun, Dusun Bakulan,
Dusun Gintung, dan Dusun Slimpet. Ancaman tersebut diikuti cara
untuk meminimalisasi longsoran dengan menutup rekahan
menggunakan tanah (how). Relokasi akan dilakukan BNPB bersama
sejumlah pakar dari Badan ESDM dan UGM. Hal itu untuk
memastikan lokasi relokasi benar-benar aman dari ancaman bencana
serupa (how). Kompas menutup dengan proses evakuasi, menjelaskan
jumlah korban yang berhasil dievakuasi, lokasi penemuan paling jauh,
perkiraan jumlah korban yang tertimbun longsor, sukarelawan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
260
meninggal akibat tertimpa alat berat, dan jalan utama Karangkobar-
Dieng-Pekalongan sudah dibuka, pembersihan telah selesai.
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada cara menanggulangi ancaman longsor dengan menutup
rekahan tanah.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang tidak
saling terkait. Tema pertama ancaman longsor di tiga dusun
diminimalisasi dengan menutup rekahan tanah. Tema ini terlihat dari
uraian Kompas yang menyebutkan tiga dusun tersebut serta ketengan
dari Hadi Supeno yang mengutarakan proses penutupan rekahan
tanah. Ia juga memberi bukti tindakan serupa cukup efektif mencegah
longsor di Pekasiran, Batur yang tahun lalu terdapat rekahan besar.
Tema kedua, pemerintah akan memasang alat deteksi dini serta
bekerjasama dengan pakar dalam mencari tempat relokasi untuk
memastikan lokasi benar-benar aman. Tema ini berisi uraian dari
Kepala BNPB, Syamsul Maarif yang siap melaksanakan perintah
presiden memasang alat deteksi dini. BNPB bersama pakar dari Badan
Geologi Kementerian ESDM dan UGM akan bersama mencari tempat
relokasi untuk memastikan relokasi benar-benar aman. BNPB juga
menguraikan perkiraan dana yang dibutuhkan untuk penanggulangan
bencana.
Tema ketiga berisi perkembangan proses evakuasi. Tim SAR
gabungan berhasil menemukan 83 jenazah dari perkiraan sejumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
261
108 warga yang tertimbun longsoran. Seorang warga menemukan
jenzah sejauh 10 km dari lokasi longsor. Salah satu sukarelawan tewas
setelah tertimpa alat berat. Tema ini ditutup dengan penjelasan jalan
utama Karangkobar-Dieng-Pekalongan berhasil dibuka. Proses
pembersihan jalan telah selesai.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”,
Syamsul Maarif dilabeli “Kepala BNPB”, Edy Rohmatullah dilabeli
“Komandan Kodim 0704/Banjarnegara, Letkol (Inf)”. Label otoritas
jabatan menunjukkan bahwa fakta dan keterangan yang dikemukakan
berasal dari pihak berkompeten untuk mendukung pandangan
Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “meminimalisasi”
jelas menggambarkan upaya pencegahan ancaman longsor bisa
dilakukan dengan cara menutup rekahan. Mengenai penanggulangan
bencana digunakan “kerja sama” untuk menggambarkan langkah
pemerintah dilakukan bersama sejumlah lembaga.,
Sementara terkait tempat relokasi, kata “benar-benar aman”
menjelaskan bagaimana kondisi yang dicari sebagai tempat
pemindahan korban longsor. Sementara mengenai proses evakuasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
262
leksikon “terus dilakukan” dapat dimaknai bahwa evakuasi pencarian
korban belum berhenti, meskipun perkembangan terkahir menjelaskan
proses pembersihan “telah selesai”.
Tabel 3.21 Analisis Framing
Longsor Ancam 3 Dusun Sukarelawan Longsor Banjarnegara tewas tertimpa Alat Berat
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas
jabatan untuk mengemukakan fakta dan keterangan. Skrip Menjelaskan ancaman longsoran serta cara memimalisasi
dengan menutup rekahan tanah. Kompas menambah berita dengan uraian mengenai penganan bencana dari pemerintah, serta perkembangan proses evakuasi.
Tematik (1) Ancaman longsor di tiga dusun diminimalisasi dengan menutup rekahan tanah (2) Pemerintah akan memasang alat deteksi dini serta bekerjasama dengan pakar dalam mencari tempat relokasi untuk memastikan lokasi benar-benar aman (3) Perkembangan proses evakuasi
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “meminimalisasi” untuk mengatasi ancaman longsor. Menggunakan leksikon “kerja sama” yang menggambarkan langkah pemerintah dalam penanggulangan bencana dilakukan bersama sejumlah lembaga. Serta penggunaan kata “terus dilakukan” yang menekankan proses evakuasi pencarian korban tertimbun belum dihentikan.
24. Frame Kompas edisi Jumat 19 Desember 2014 yang Berjudul
Empat Alternatif Lahan Relokasi Disiapkan
Tujuh hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Kompas
menampilkan teks berita berjudul “Empat Alternatif Lahan Relokasi
Disiapkan”. Pemilihan opsi relokasi dimaknai Kompas akibat dari
lahan bekas longsoran yang tidak layak ditinggali. Kompas melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
263
strategi wacana dengan menampilkan alasan relokasi berupa analisis
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Serta
upaya pemerintah yang menyediakan rumah sewa dengan alasan lebih
manusiawi dari pada tempat pengungsian yang minim MCK.
Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran Kompas
untuk memberikan informasi penanganan korban longsor. Meskipun
dalam penutup Kompas menyajikan pemasangan alat deteksi dini
lonsgor di enam lokasi di Jateng dan DIY, yang secara tidak langsung
tetap memberi pandangan agar penanganan juga harus dilakukan
dengan cara mitigasi.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema berita. Judul berita Kompas yang menggunakan kata
“alternatif” dan “relokasi”. Alternatif dapat dipahami sebagai pilihan
dari beberapa kemungkinan, dalam hal ini adalah relokasi atau
pemindahan tempat bagi korban longsor.
Kompas menambahkan crossheadline “sewa rumah”. Dalam hal
ini kaitannya dengan tempat hunian sementara, korban longsor
sebelum tempat relokasi selesai dibangun akan ditempatkan di rumah
yang disewa oleh pemerintah.
Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari 2
narasumber. Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno untuk
menjelaskan perihal relokasi korban longsor. Sementara Kompas
menghadirkan Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letnan (Inf) Edy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
264
Rahmatullah untuk menjelaskan perkembangan proses penanganan
bencana.
Teks berita Kompas berisi tentang panganan korban longsor.
Kompas membuka uraian dengan memberikan penjelasan terkait
tempat relokasi yang disediakan oleh pemerintah. Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah menyiapkan empat alternatif
lahan relokasi bagi korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblung,
Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar. Bangunan relokasi
ditargetkan selesai dalam enam bulan supaya warta tidak terlalu lama
hidup di hunian sementara.
Relokasi dilakukan karena berdasarkan analisis Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral lahan bekas longsoran
di Jemblung tidak layak lagi ditinggali. Semua warga terdampak
longsor harus dipindahkan. Menurut Hadi Supeno, idealnya lahan
relokasi berada tidak terlalu jauh dari permukiman awal warga. Sebab
sebagian korban longsor adalah petani dan peternak.
Kompas menekankan pandangan dengan menampilkan peran
wartawan Kompas. Seperti yang tergambar dalam uraian berita berikut
ini :
Sesuai pantauan Kompas, Kamis (8/12) tiga dari empat bakal lahan relokasi itu berada di Desa Karanggondang, berjarak sekitar 7 kilometer dari Jemblung. Tiga lokasi itu adalah milik warga dan tanah pemerintah desa. Satu lokasi lain berada di Desa Karangkobar, aset milik pemerintah. Lahan seluas 1000 meter persegi itu sempat akan dipakai sebagai terminal dan saat ini disewa Perum Perhutani. (paragraf 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
265
Kompas juga menghadirkan kutipan langsung untuk
memberikan penekanan terhadap lahan alternatif relokasi.
“Kalau yang milik pemkab, administrasinya lebih mudah. Namun, yang tersedia hanya 1.000 meterpersegi. Padahal perkiraan kami, setidakya perlu 5.000 meter persegi untuk relokasi,” kata Hadi (paragraf 5) Kompas melanjutkan uraian 4 paragraf untuk menjelaskan
sebelum bangunan relokasi selesai dibuat, warga disediakan rumah
sewa. Setelah dihitung, korban otentik bencana longsor yang paling
membutuhkan relokasi sebanyak 82 keluarga. Dari jumlah itu 72
keluarga merupakan warga Jemblung, 2 keluarga warga Dusun
Gondang, dan 8 keluarga Dusun Krakal. Satu keluarga diperkirakan
mendapat bantuan untuk permukiman senilai Rp 100 juta – Rp 125
juta.
Hadi menuturkan, anggaran untuk relokasi memakai dana
patungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPD), Badan
Penanggulanga Bencana Daerah (BPBD) Jateng dan Pemkab
Banjarnegara. Sambil menenati pembangunan permukiman relokasi,
korban akan ditempatkan di hunian sementara.
Kompas memberi penekanan sewa rumah menjadi pilihan
karena warga pengungsi mengeluh fasilitas mandi, cuci, dan kakus
(MCK) yang minim. 577 warga yang bertahan dipengungsian
terancam diare dan penyakit kulit. Hadi menekankan Pemkab
Banjarengara lbih memilih sistem sewa rumah untuk hunian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
266
sementara. “Itu lebih manusiawi. Kami sudah mendata rumah mana
yang bisa di sewa.
Kompas menutup uraian dengan 2 paragraf mengenai
perkembangan penanganan bencana longsor dan pemasangan alat
deteksi dini longsor di Jateng dan DIY. Menurut Komandan Kodim
0704/Banjarnegara Letnan Kolonel (Inf) Edy Rahmatullah pembukaan
jalur Karangkobar-Dieng-Pekalongan, yang semula tertutup longsoran
di Dusun Jemblung, Kamis batal dilakukan karena mobil pemadam
rusak. Sementara Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kebencanaan Geologi Yogyakarta memasang alat early warning
system untuk mendeteksi longsor di enam lokasi di Jateng dan DIY
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
penanganan korban longsor berupa relokasi karena kahan bekas
longsoran di Jemblung tidak layak lagi ditinggali. Kompas juga
memandang penting peran instansi untuk menekankan pandanganan.
Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan
menampilkan empat alternatif lahan relokasi (what). Tiga dari empat
bakal lahan relokasi berada di Desa Karanggondang berjarak sekitar 7
kilometer dari Jemblung. Tiga lokasi itu adalah milik warga dan tanah
pemerintah desa. Satu lokasi lain di Desa Karangkobarr, aset
pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
267
Relokasi dilakukan karena menurut analisis Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineraal lahan bekas longsoran
di Jemblung tidak layak ditinggali (Why). Hadi menuturkan anggaran
untuk relokasi akan memakai dana patungan BNPB dan BPBD Jateng
dan Pemkab Bajarnegara. Sambil menunggu bangunan relokasi,
korban akan ditempatka di hunian sementara (how). Kompas menutup
dengan informasi perkembanganan penanganan bencana (how)
Dengan kisah peristiwa tersebut, Kompas memandang tempat
relokasi perlu diketahui khalayak dari pada alasan relokasi warga.
Kompas juga membrikan informasi perkembangan pananganan
longsor.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita.
Pertama, relokasi mejadi pilihan karena lahan bekas longsora di
Jemblung tidak layak lagi ditinggali. Tema ini terlihat dari uraian awal
mengena tempat bakal lahan relokasi. Kompas menekankan
menggunakan analisis dari Badan Geologi Kementerian Enegeri dan
Sumber Data Mineral serta uraian dari Wakil Bupati Banjarnegara
Hadi Supeno.
Tema kedua, sambil menanti bangunan relokasi, warga akan
ditenpatkan di hunian sementara berupa rumah sewa. Tema ini dapat
diamati dari uraian penjelasan korban otentik bencana longsor yang
membutuhkan relokasi. Hadi menuturkan anggaran untuk relokasi
akan memakai dana patungan, sementara mengenai rumah sewa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
268
menurutnya sistem rumah sewa lebih manusiwasi. Hal itu dikarenan
warga di pengungsian kesulitas fasilitas MCK dan terancam diare
serta penyakit kulit.
Tema ketiga, informasi perkembangan penanganan bencana
mengenai batalnya pembukaan jalan utama jalur Karangkobar-Dieng
Pekalongan. Tema ini dapat diamati dari keterangan Edy mengenai
pembatalan pembukaan Jalur Karangkobar-Dieng-Pekalongan
disebabkan mobil pemadam untuk menyemprot lumpur di atas aspal
rusak. Kompas juga menambahkan informasi mengenai Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Tekonologi Kebencanaan Geologi
Yogyakarta memasang alat early warning sistem untuk mendeteksi
longsor di enam lokasi di Jateng dan DIY.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara, dan
Edy Rahmatullah dilabeli “Kolonel (Inf) Komandan Kodim
0704/Banjarnegara”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan
bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan
valid untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “relokasi”,
“hunian sementara”, “pengungsian”, dan “permukiman”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
269
Kompas menampilkan foto untuk memberikan penekanan akibat
putusnya Jalur Karangkobar-Dieng-Pekalongan. Keterangan foto
dapat diamati di bawah ini:
Pedagang menjual sayuran di sekitar Terminal Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (18/12). Distribusi hasil bumi, seperti sayuran dan salak, serta hewan ternak dari Karangkobar dan sekitarnya ke daerah lain belum pulih karena jalan utama menuju kora Kabupaten Banjarnegara belum bisa dilalui setelah terputus diterjang longsor. Nampak penekanan dalam kata “distribusi” sebagai akibat
terputusnya jalan utama dan belum bisa dibuka karena ada kendala
mobil pemadam yang rusak.
Tabel 3.22 Analisis Framing Empat Alternatif Lahan Relokasi Disiapkan
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk
memberikan pandangan serta informasi perkembangan penanganan bencana lonsgor. Kompas menampilkan peran instansi seperti hasil analisis serta pengumpulan dana patungan.
Skrip Kompas mengawali uraian dengan menyebutkan tempat relokasi serta alasan penanganan korban longsor berupa relokasi karena lahan bekas longsoran di Jemblung tidak layak lagi ditinggali. Kompas menyajikan peran instansi sebagai dasar melakukan relokasi serta sumber dana untuk relokasi.
Tematik (1) Relokasi mejadi pilihan karena lahan bekas longsora di Jemblung tidak layak lagi ditinggali (2) Sambil menanti bangunan relokasi, warga akan ditenpatkan di hunian sementara berupa rumah sewa (3) Informasi perkembangan penanganan bencana mengenai batalnya pembukaan jalan utama jalur Karangkobar-Dieng Pekalongan
Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber. Memberikan klaim analis. Menampilkan leksikon “relokasi”, “hunian sementara”, “pengungsian”, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
270
“permukiman”. Dan menggunakan foto memberi penekanan akibat dari belum terbukanya jalan utama, distribusi hasil bumi belum pulih. Hal ini berkaitan dengan kegiatan perekonomian warga..
25. Frame Kompas edisi Sabtu 20 Desember 2014 yang Berjudul
Pendidikan Kebencanaan Masih lemah
Delapan hari setelah longsor menimbun Dusun Jemblung
yang mengakibatkan 108 warta tertimbun material longsoran, Kompas
menampilkan berita terkait pendidikan kebencanaan. Kompas
memberikan wacana edukasi kebencanaan masih lemah. Kompas
memberikan wacana perlunya komitmen kepala daerah dan pemda
untuk edukasi dan sosialisasi bencana.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran
Kompas yang memberi kritik terhadap pemerintah mengenai
lemahnya pendidikan kebencanaan. Kompas memberikan pandangan
perlunya komitmen dari kepala daerah dan pemda.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul berita Kompas yang menggunakan kata
“pendidikan kebencanaan ” dengan status “masih lemah” bisa
dipahami upaya Kompas mengulik akar permasalah adanya longsor
yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Pendidikan dalam hal ini
diartikan sebagai kebijakan suatu pemerintah untuk mengatur
pendidikan di negaranya. Kompas menilai upaya pemerintah dalam
proses edukasi mengenai bencana masih kurang kuat. Hal itu terbukti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
271
dengan rusaknya lahan serta longsor yang menimbulkan banyak
korban jiwa.
Dalam teks berita, Kompas mewawancari Wakil Ketua
Yayasan Bina Karta Lestari, M Edi Waluyo yang mengungkapkan
pemerintah sudah mempersiapkan banyak hal terkait mitigasi bencana.
Seingatnya, di Kota Semarang, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sejatk tahun 2009 telah menerbitkan buku tentang
bencana, mulai longsor, banjir, gempa bumi, hingga tsunami. isi
bukunya disesuaikan pada jenjang SD hingga SMA. Buku tersebut
hasil kerjasama pemerintah dengan Program Pembanguan PBB
(United Nations Development Programme/UNDP) serta badan utama
Pemerintah Australia untuk pemberantasan kemiskinan, AusAID.
Pihaknya akan mengecek sekolah di Banjarnegara apakah sudah
melakukan edukasi terkait tanah longsor.
“Bencana tanah longsor itu dapat diprediksi, lokasinya pun sudah pasti. Kami juga melihat Badan Geologi sudah memiliki peta kerawanan yang sangat lengkap. Namun, lagi-lagi, apakah kerawanan itu juga diketahui oleh warga yang tinggal di sana,” tutur Edi. (paragraf 5)
Urain di atas jelas, ada kata-kata yang menjadi penekanan
Kompas. Kata “seingat” yang hanya berdasarkan ingatan belum begitu
kuat, ada kesan tidak ada data yang valid dan tercatat terkait
pendidikan kebencanaan yang dilakukan di tingkat Provinsi.
Sementara “akan mengecek”, menegaskan kalau memang pendidikan
bencana tidak terkontrol atau diawasai. Tindakan baru dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
272
sesudah bencana terjadi, padahal mitigasi bencana dengan langkah
pendidikan bencana merupakan proses atau langkah untuk
mengantisipasi bencana, bukan evaluasi terkait bencana.
Kompas juga berusaha menghadirkan pihak pemerintah
sebagai upaya “cover both side”. Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana mengatakan
edukasi dan sosialisasi kepada warga terus dilakukan. Namun,
keterbatasan tenaga membuat belum seluruh warga bisa mendapatkan
sosialisasi. Ia beralasan semua tergantung pada komitmen kepala
daerah, kutipan dapat diamati di bawah ini.
“Institusi BPBD ini masih sangat muda usianya di Jateng, yang paling lama empat tahun dan ada juga yang baru dua bulan usianya. Ditambah lagi personelnya sangat terbatas. Semua sangat bergantung pada komitmen kepada daerah,” kata Sarwa. (paragraf 8)
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Jateng, Nur Hadi Amiyanto mengatakan, edukasi mengenai kebencanaan terus dilakukan melalui sekolah-sekolah oleh tim khusus. Pelatihan secara rutin diadakan untuk para guru di kabupaten/kota yang diharapkan menularkan ilmu yang mereka dapat ke guru yang lain serta para siswa. (paragraf 9)
“Pendidikan tentang kebencanaan ini masuk dalam ekstrakurikuler di sekolah dan dimasukkan ke dalam mata pelajaran terkait, seperti Geografi. Buku mengenai bencana sudah ada di setiap sekolah. Tinggal bagaimana pemda setempat serta sekolah memanfaatkan hal itu,” papar Nur Hadi. (paragraf 10)
Dari uraian di atas dapat dilihat dua instansi terkait yang
memberikan penjelasan terkait edukasi bencana. Keterangan dari Nur
Hadi setidaknya menekankan alasan Edi untuk mengecek kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
273
edukasi bencana di Banjarnegara. Karena pelatihan hanya dilakukan
pada tingkat kabupaten/kota.
Teks berita Kompas berisi wacana tentang pendidikan
kebencanaan yang masih lemah. Kompas menuliskan 6 paragraf awal
untuk menjelaskan lemahnya pendidikan bencana. Uraian tersebut
dimulai dengan mengemukakan pandangan edukasi mengenai
kebencanaan kepada siswa sekolah, terutama di daerah-daerah rawan
bencana, hingga saat ini masih lemah. Kompas menampilkan
keterangan dari Edi Waluyo yang akan mengecek sekolah-sekolah di
Banjarnegara mengenai pendidikan kebencanaan. Sementara itu
pandangan Kompas kembali muncul,
Jika bencana tidak dapat dijauhkan dari manusia, atau manusia tidak dapat menjauh dari bencana dan memilih tinggal dengan bencana, maka satu-satunya pilihan adalah hidup berdampingan dengan bencana. Banjarnegara yang lebih dari 70 persen wilayahnya rawan longsor, misalnya. Jika warga tetap ingin tinggal di lokasi itu, edukasi harus dilakukan. (paragraf 6)
Kompas menutup dengan 4 paragraf berupa penjelasan dari
BPBD dan Dinas Pendidikan Jawa Tengah yang menguraikan hal
yang telah dilakukan dalam edukasi bencana. BPBD beralasan jumlah
tenaganya masih kurang, sementara Dinas Pendidikan mengaku hanya
melakukan edukasi pada tingkat Kabupaten/Kota.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
pendidikan kebencanaan kepada siswa sekolah masih lemah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
274
Frame Kompas dimulai dengan menguraikan edukasi bencana
kepada siswa sekolah, terutama di daerah rawasn bencana masih
lemah (what). Wakil Ketua Yayasan Bina Karta Lestari, M Edi
Waluyo mempertanyakan edukasi kebencanaan sampai pada warga di
daerah rawan. Ia akan mengeceknya (how). BPBD Jateng mengakui
kekurangan tenaga dan butuh komitmen dari kepala daerah.
Sementara Dinas pendidikan Jateng mengaku hanya melakukan
sosialisasi kepada guru di tingkat kabupaten/kota (why).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak bahwa pendidikan kebencanaan kepada siswa
sekolah masih lemah.
Dari struktur tematik, dua tema dalam teks berita. Pertama,
Edukasi kebencanaan kepada siswa sekolah di daerah rawan bencana
masih lemah. Tema ini diisi dengan penjelasan dari Wakil Ketua
Yayasan Bina Karta Sari, Edi Waluyo yang akan mengecek edukasi
bencana di daerah longsor Banjarnegara. Sementara Kompas memberi
pandangan, jika warga ingin hidup berdampingan dengan bencana,
edukasi harus dilakukan.
Tema kedua, perlu komitmen dari kepala daerah dan pemda
dalam edukasi dan sosialisasi kebencanaan. Tema ini dijelaskan
dengan keterngan dari pihak BPBD Jateng yang mengemukakan
kekurangan personel untuk melakukan sosialisasi. Ia menekankan
perlu komitmen kepala daerah. Sementara dari dinas pendidikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
275
pelatihan baru dilakukan pada guru di tingkat kabupaten/kota,
harapannya para guru menularkan ilmu mereka kepada guru lain dan
para siswa. Dinas pendidikan juga mengemukakan buku mengenai
bencana sudah ada, tinggal bagaimana pemda setempat serta sekolah
memanfaatkan itu.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. M Edi Waluyo-Wakil Ketua Yayasan Bina Karta
Lestari, Sarawa Pramana-Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Nur Hadi-Kepala Dinas Pendidikan
Jateng. Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang
dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk mendukung
pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan sejumlah kata untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Kata “masih lemah” secara
gamblang menjelaskan kondisi edukasi dan sosialisasi kebencanaan.
Salah satu instansi yang mengutarakan data “seingat”, serta baru
“akan mengecek” menegaskan kurangnya kontrol edukasi
kebencanaan. “Komitmen” dari kepala daerah dan pemerintah daerah
diperlukan. Hal itu mengingat penekanan “keterbatasan” yang dimiliki
BPDB Jawa Tengah untuk melakukan sosialisasi. Sementara dalam
hal edukasi, kata “diharapkan” dapat dipahami baru sebuah keinginan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
276
Edukasi di tingkat kabupaten/kota dapat dipahami belum mencukupi
untuk kebutuhan pendidikan kebencanaan.
Tabel 3.23 Analisis Framing Pendidikan Kebencanaan Masih Lemah
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang berwenang dan terlibat
langsung dalam permasalah digunakan untuk menjelaskan bukti lemahnya edukasi dan sosialisasi kebencanaan.
Skrip Kompas memberi penekanan kurangnya kontrol terhadap edukasi dan sosialisasi kebencanaan. Sementara pada uraian berikutnya baru dijelaskan alasan lemahnya edukasi dan sosialisasi kebencanaan
Tematik (1) Edukasi kebencanaan kepada siswa sekolah di daerah rawan bencana masih lemah (2) Perlu komitmen dari kepala daerah dan pemda dalam edukasi dan sosialisasi kebencanaan
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber, memberikan alasan serta bukti. Kompas menggunakan kata “seingat” dan “akan mengecek” untuk menekankan kurangnya kontrol terhadap edukasi dan sosialisasi bencana. kata “komitmen” digunakan sebagai jalan keluar penanganan bencana, perjanjian dari kepala daerah dan pemda untuk memperbaiki edukasi hanya baru bisa “diharapkan” dan “keterbatasan tenaga” pada sosialisasi.
26. Frame Kompas edisi Minggu 21 Desember 2014 yang Berjudul
Pengungsi Secepatnya Tinggalkan Pengungsian
Sembilan hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung,
Kompas menampilkan berita dengan judul “Pengungsi Secepatnya
Tinggalkan Pengungsian”. Dalam teks berita ini Kompas hanya
memberikan informasi dengan sedikit pandangan. Informasi yang
diberikan terkait penanganan korban longsor yang disediakan rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
277
sewa serta proses evakuasi yang diperpanjang selama dua hari karena
beberapa hari terkendala cuaca buruk.
Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran
Kompas untuk memberikan perkembangan informasi penanganan
korban longsor selamat dan penanganan bencana di lokasi longsor.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema berita. Judul berita Kompas yang menggunakan kata
“secepatnya” merupakan penekanan pada imbauan untuk segera
meninggalkan pengungsian. Artikel ini terkait dengan berita pada
edisi 19 Desember tentang penyediaan rumah sewa bagi korban
longsor.
Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancarai 2
narasumber. Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno yang
mengemukakan mengenai imbauan kepada pengungsi untuk segera
menempati rumah sewa dan kepastian lokasi relokasi yang belum
postif. Kompas masih menginformasikan penanganan longsor terkait
kendala yang dihadapi relawan berupa cuaca dengan keterangan dari
Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letnan Kolonel (Inf) Edy
Rahmatullah.
Teks berita Kompas dibuka dengan lima paragraf mengenai
imbauan kepada pengungsi untuk segera menempati rumah sewa yang
disediakan pemerintah daerah sembari menunggu relokasi. Hal
tersebut disampaikan Hadi Supeno Sabtu (20/12) di pengungsian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
278
memanfaatkan gedung Tempat Pendidikan Al Quran (TPQ)
Darussalam di Dusun Alian, Desa Ambal, sekitar 400 meter dari
lokasi longsor. Ada 160 pengungsi di TPQ Darussalam dan 16 rumah
warga lain di sekitarnya dari total sekitar 1.300 pengungsi bencana
longsor Sampang. Kompas menampilkan kutipan dari narasumber
untuk memberi penekanan.
“Saya inginkan, Senin (22/12), mereka (pengungsi) sudah beranjak menempati rumah sewa. Kalau sewaktu-waktu mau ke sini (TPQ) untuk trauma healing tidak apa-apa. Kalau dipengungsian terlalu lama tidak sehat, kena angin dan tempatnya becek,” katanya. (paragraf 3)
Menurut Hadi, Sabtu malam pihaknya akan menginventarisasi
kembali rumah warga yang bisa di sewa. Sejauh ini ada 37 rumah
yang ditawarkan oleh pamong Desa Sampang dan Karanggondang
untuk tempat hunian sementara bagi korban longsor. Pemkab
Banjarnegara mempersilakan jika ada pengungsi yang ingin mencari
tempat hunian sementara sendiri.
“Tadi juga ada pengungsi yang menyampaikan ingin kembali ke rumahnya, ya silahkan kalau berani. Namun, kami menyarankan supaya batin tenang, sebaiknya mereka menempati rumah yang kami tawarkan. Sebab, di sekitar tempat tinggal mereka masih ada rawan longsor, katanya. (paragraf 5)
Kompas melanjutkan uraian dengan 1 paragraf mengenai
belum positifnya tempat relokasi. Pemda baru bisa menawarkan satu
lokasi di Karanggondang. Itu pun masih harus minta rekomendasi
badan Geologi untuk memastikan keamanan tanah. Ada juga usulan
warga yakni di Karangkobar dan dekat Dusun Alian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
279
Kompas menutup uraian dengan 3 paragraf mengenai
perkembangan penanganan longsor serta proses evakuasi. Proses
evakuasi pada Sabtu pukul 10.00 akibat hujan deras di sekitar
Kecamatan Karangkobar. Jumlah korban yang ditemukan 93 orang
dari asumsi total korban 108 orang. Pemkab Banjarnegara menambah
dua hari untuk evakuasi dari seharusnya selesai Jumat. “Beberapa hari
terakhir hujan turun siang hari sehingga evakuasi tidak bisa berjalan
maksimal, ujar Hadi.
Sementara Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letnan
Kolonel (Inf) Edy Rahmatullah menegaskan, pihaknya bersama
sukarelawan berupaya keras untuk menemukan korban bencana.
namun terkendala cuaca.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk memberikan informasi
terkait perkembangan penanganan korban longsor dan proses
evakuasi. Teks berita yang disajikan Kompas dalam edisi ini lebih
berisi informasi, dengan sedikit penekanan seperti himbauan.
Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan
menampilkan hendahnya pengungsi secepatnya meninggalkan
pengungsian. Sebagai gantinya mereka menmpati rumah sewa milik
warga yang disediakan pemerintah daerah sembari mennggu relokasi
(what). Kompas memberikan pandangan Pemkab Banjarnegara
mempersilakan jika ada penungsi mencari sendiri tempat hunian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
280
sementara. Ada juga pengungsi yang minta kembali ke rumahnya,
namun Pemkab Banjarnegara menyarankan pengungsi menempati
rumah sewaan (how). Hal itu dikarenakan masih ada daerah yang
rawan longsor (Why). Sementara itu, kepastian tempat relokasi masih
belum positif karena baru minta rekomendari Badan Geologi untuk
memastikan keamanan (Why).
Kompas juga memberikan informasi terkait perkembangan
proses evakuasi dan penanganan longsor yang menutup jalur utama
Banjarnegara-Dieng-Pekalongan (how).
Dengan kisah peristiwa tersebut, Kompas memberikan
informasi perlunya pengungsi secepatnya menempati rumah sewa.
Kompas juga menekankan proses evakuasi diperpanjang selama dua
hari karena terkendala cuaca.
Dari struktur tematik, ada empat tema dalam teks berita. Pertama,
pengungsi diimbau secepatnya menempati rumah sewa yang
disediakan pemerintah daerah sembari menunggu tempat relokasi.
Tema ini diperkuat dengan penekanan kutipan langsung dair Hadi
Supeno yang menyebutkan kalau tinggal terlalu lama di pengungsian
tidak sehat karena angin dan tempatnya becek.
Kedua, Pemkab Banjarnegara mempersilakan jika ada
pengungsi yang ingin mencari sendiri tempat hunian sementara.
Kompas memberi penekanan dengan kutipan langsung dari Hadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
281
Supeno yang menyarankan supaya batin tenang karena tempat tinggal
mereka masih ada yang rawan longsor.
Tema Ketiga, kepastian tempat relokasi belum positif. Tema
ini terlihat dari Pemda baru bisa menawarkan satu lokasi di
Karanggondang. Itu pun masih harus minta rekomendasi Badan
Geologi, sementara usulan warga yakni di Karangkobar dan dekat
Dusun Alian.
Tema keempat, Pemkab Banjarnegara menambah dua hari
untuk evakuasi. Tema ini ditekankan dengan kendala cuaca dalam
beberapa hari pencarian. Kendala tersebut mempengaruhi pencarian
korban dan penanganan longsoran.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”,
Edy Eahmatullah dilabeli “Letnal Kolonel (Inf) Kodim
0704/Banjarnegara”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan
bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan
valid untuk mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “relokasi”,
“hunian sementara”, “rumah sewa” , dan “pengungsian”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
282
Tabel 3.24 Analisis Framing Lahan Kritis Rentan Banjir dan Longsor
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk
memberikan informasi dan penekanan. Skrip Kompas menampilkan informasi penanganan korban
bencana longsor serta proses evakuasi. Kompas menguraikan kepada pengungsi supaya secepatnya menempati rumah sewa yang disediakan pemerintah daerah. Kompas memberi pandangan terlalu lama tinggal dipengungsian tidak baik karena angin dan tempatnya becek.
Tematik (1)Pengungsi diimbau secepatnya menempati rumah sewa yang disediakan pemerintah daerah sembari menunggu tempat relokasi (2) Pemkab Banjarnegara mempersilakan jika ada pengungsi yang ingin mencari sendiri tempat hunian sementara (3) Kepastian tempat relokasi belum positif (4) Pemkab Banjarnegara menambah dua hari untuk evakuasi
Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber. Menggunakan leksikon “relokasi”, “hunian sementara”, “rumah sewa” , dan “pengungsian”
27. Frame Kompas edisi Senin 22 Desember 2014 yang Berjudul
Pencarian Korban Longsor Berakhir
Pada hari ke-sepuluh pasca longsor menerjang Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
Banjarnegara, Kompas menampilkan berita mengenai berakhirnya
proses evakuasi. Kompas menuliskan berita dengan judul penggoda
atau headline teaser “Pencarian Korban Longsor Berakhir” dan judul
pemberitahu “95 Jenazah Ditemukan, 13 Hilang di Banjarnegara”.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran Kompas
untuk memberikan informasi perihal berakhirnya proses evakuasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
283
korban. Kompas memberikan pandangan penanganan bencana longsor
difokuskan pada penanganan pengungsi ke rumah sewa. Kompas juga
memberikan wacana dengan menyebutkan sejumlah kejadian longsor
di Sulawesi Utara dan longsor di Bali untuk memperluas pandangan
khalayak bahwa longsor tidak hanya terjadi di Banjarnegara.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema berita. Judul penggoda berita Kompas yang menggunakan kata
“berakhir” menandakan selesainya pencarian korban longsor.
Sementara dalam judul pemberitahu nampak Kompas menyebutkan
inti dari berita berupa penemuan jenazah sejumlah 95 korban dan 13
hilang.
Kompas berupaya memberikan pandangan dalam lead berita
terkait penanganan korban longsor.
Pencarian dan evakuasi korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa tengah berakhir hari minggu (21/12). Penanganan bencana longsor akan difokuskan pada penanganan pengungsi ke rumah sewa sambil menunggu proses relokasi. (paragraf 1)
Kata “fokus” tentu terkait dengan penanganan bencana yang ditulis
pada edisi 15 Desember 2014 yang menyebutkan penanganan bencana
difokuskan pada proses evakuasi. Ada keterkaitan pandangan yang
diberikan Kompas untuk memperjelas penanganan bencana kepada
khalayak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
284
Upaya Kompas untuk memperluas pandangan khalayak
nampak dari crossheadline “Korban di Sangihe”. Kompas
menguraikan korban bencana longsor yang melanda sejumlah wilayah
Sulawesi Utara dan Bali.
Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari 5
narasumber. Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, Komandan
Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf) Edison, Wakil Bupati
Sangihe Jabes Gagana, Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Sangihe Hentje Tamboto, dan Kepala BPBD Badung
Nyoman Wijaya.
Teks berita Kompas dibuka dengan 2 paragraf yang
menjelaskan penutupan pencarian dan evakuasi korban. Penutupan
dilakukan melalui apel bersama prajurit tni, Polri, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, Relawan, dan warga korban longsor di
dekat Posko Pengungsi di Dusun Alian, Desa Ambal, Karangkobar.
Menurut Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf) Edison,
pencarian korban sudah maksimal.
Kompas melanjutkan uraian dengan 2 paragraf keterangan dari
Sutedjo bahwa pemerintah daerah segera menempatkan pengungsi ke
rumah sewa. Sutedjo memastikan lokasi bekas longsor tidak akan
digunakan lagi untuk permukiman.
Kompas menutup uraian dengan 5 paragraf informasi bencana
longsor di Sulawesi Utara dan Bali. Uraian ini untuk membuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
285
pandangan khalayak mengenai kejadian bencana longsor tidak hanya
terjadi di Banjarnegara. Dari Sulawesi Utara dilaporkan empat warga
Kampung Lesabe, Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Sangihe,
yang tertimbun longsor pada jumat lalu berhasil ditemukan oleh tim
penolong. Wakil Bupati Sangihe Jabes Gagana mengatakan, longsor
yang menerjang sebagian wilayah Sangihe membuat warga panik.
Rumah warga di perbukitan dikosongkan.
Longsor terjadi di 25 lokasi di Kecamatan Manganitu,
Tabukan Selatan. Kepala BPBD Sangihe Hentje Tamboto mengimbau
warga menganysipasi bencana yang dilakukan melalui radio dan
gereja. Longsor menyebabkan jalan menuju Kecamatan Manganitu,
Tamako, dan Manganiu Selatan terputus. Delapan lokasi memutuskan
jalan, menyebabkan warga jalan kaki untuk meninggalkan rumah.
Sementara longsor di Bali terjadi di Kecamatan Petang,
Kabupaten Badung, Sabtu lalu. Kepala BPBD Badung Nyoman
Wijaya mengatakan pengawas proyek penguatan tebing jalan jalur
Petang-Plaga Gede Sudira tewas tertimbun reruntuhan tanah.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
penanganan bencana akan difokuskan pada penanganan pengungsi ke
rumah sewa sambil menunggu proses relokasi.
Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan
peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan
menampilkan apel penutupan pencarian dan evakuasi korban (what).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
286
Apel tersebut dilakukan bersama prajurit TNI, Polri, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, relawan, dam warga korban longsor, turut
hadir juga Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo dan Komandan
Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf) Edison (who) di dekat Posko
Pengungsi di Dusun Alian, Desa Ambal, Karangkobar (Where).
Menurut Edison pencarian korban sudah maksimal. Dalam
pencarian ditemukan korban sejumlah 95 orang dan korban hilang
sebanyak 13 orang. Sutedjo memastikan lokasi bekas longsor tidak
akan digunakan lagi untuk permukiman. Lokasi tersebut akan
digunakan untuk pertanian atau dihutankan lagi (how). Kompas
menutup dengan uraian kejadian longsor di Sulawesi Utara dan Bali
(what).
Dengan kisah peristiwa tersebut, Kompas memberikan
penekanan utama pada berakhirnya pencarian dan evakuasi korban.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,
proses pencarian dan evakuasi korban ditutup dengan ditemukannya
korban sejumlah 95 orang, sementara 13 korban dinyatakan hilang.
Tema ini terlihat dari penekanan Edison.
Tema kedua, pemerintah akan menempatkan pengungsi ke
rumah sewa selama satu tahun dan memastikan lokasi bekas longsor
tidak akan digunakan lagi untuk permukiman. Tema ini terlihat dari
data pengungsi ada 1.225 korban longsor Jemblunh yang tersebar di
15 lokasi. Sudah ada 37 rumah sewa yang siap ditempat. Sutedjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
287
menekankan lokasi longsor akan dimanfaatkan untuk pertanian atau
dihutankan lagi.
Tema ketiga, kejadain longsor tidak hanya terjadi di
Banjarnegera. Tema ini dapat dilihat dari penjelasan kejadian longsor
di Sulawesi Utara dan Bali. Tema ini merupakan upaya Kompas
membuka pandangan khalayak mengenai kejadian longsor juga terjadi
di sejumlah tempat.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Sutedjo Slamet Utomo dilabeli “Bupati Banjarnegara:,
Edison dilabeli “Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel
(Inf)”, Jabes Gagana dilabeli “Wakil Bupati Sangihe”, Hentje
Tamboto dilabeli “Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Sangihe”, dan Nyoman Wijaya dilabeli “Kepala BPBD
Badung”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan bahwa fakta
yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan valid untuk
mendukung pandangan Kompas.
Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “relokasi”,
“permukiman”, dan “pengungsi”.
Kompas juga memberikan penekanan dengan menampilkan
foto. Penampilan foto ucapan terimakasih warga kepada Tim SAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
288
Gabungan dan relawan tersebut kuat untuk sebagai bukti berakhirnya
proses pencarian dan evakuasi korban. Keterangan foto secara lengkap
dapat dicermati di bawah ini.
Tim SAR gabungan dan relawan mendapan ucapan terima kasih dari para korban selamat bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (21/12). Evakuasi korban longsor dinyatakan berakhir dan dilanjutkan tanggap becana tahap kedua mulai 22 Desember 2014 hingga 4 Januari 2015, dengan prioritas penanganan pengungsi untuk secepatnya menempati hunian sementara di rumah-rumah penduduk.
Tabel 3.25 Analisis framing Pencarian Korban Longsor Berakhir
95 Jenazah Ditemukan, 13 Hilang di Banjarnegara
Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk
meberikan informasi dan pandangan. Kompas menampilkan bukti kejadian longsor di sejumlah daerah untuk membuka pandangan khalayak.
Skrip Memberikan pandangan mengenai penanganan longsor difokuskan pada penanganan pengungsi ke rumah sewa sambil menunggu proses relokasi. Kompas memberikan informasi mengenai penutupan pencarian dan evakuasi korban dengan hasil temuan 95 jenazah dan 13 korban dinyatakan hilang.
Tematik (1) Proses pencarian dan evakuasi korban ditutup dengan ditemukannya korban sejumlah 95 orang, sementara 13 korban dinyatakan hilang (2) Pemerintah akan menempatkan pengungsi ke rumah sewa selama satu tahun dan memastikan lokasi bekas longsor tidak akan digunakan lagi untuk permukiman (3) Longsor tidak hanya terjadi di Banjarnegera
Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber. Menggunakan leksikon “permukiman”, “relokasi”, dan “pengungsi”, serta bukti penutupan proses pencarian dan evakuasi korban dengan foto ucapan terima kasih warga korban selamat kepada Tim SAR gabungan dan relawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
289
28. Frame Kompas edisi Selasa 23 Desember 2014 yang Berjudul
Semua Korban Selamat Tempati Rumah Sewa
Sebelas hari pascalongsor besar menimbun Dusun Jemblung,
Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara
dan menyebabkan 108 korban meninggal, Kompas menyajikan teks
berita terakhir. Kompas memberikan wacana relokasi bagi korban
longsor di Dusun Jemblung akan dilakukan di pengungsian di Dusun
Alian yang masih ditempati 1.200 pengungsi yang berasal dari luar
Jemblung. Sementara menunggu tempat relokasi kosong, korban
longsor Jemblung disediakan fasilitas rumah sewa oleh pemerintah.
Kompas juga memberi wacana antisipasi bencana di sejumlah daerah
berupa persiapan relawan dan peralatan pendukung.
Berita dalam kategori pascabencana ini memberikan keterangan
keputusan mengenai relokasi bagi korban selamat. Kompas memberi
pandangan dengan menampilkan opsi rumah sewa yang diberikan oleh
pemerintah. Sewa tempat tinggal tersebut dapat dipahami untuk
menunggu pengosongan tempat pengungsian di Dusun Alian. Kompas
juga menampilkan antisipasi bencana di sejumlah daerah seperti
Magelang dan Bali.
Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul “Semua Korban Selamat Tempati Rumah
Sewa” patut menjadi akhir kisah yang ditampilkan Kompas.
Mengingat nilai berita peristiwa ini, yang lebih dari satu minggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
290
diliput telah berkurang. Semua korban selamat, sudah menjelaskan
bahwa seluruh korban telah ditangani, setidaknya sampai tahap tempat
tinggal sementara berupa rumah sewa.
Kompas juga menampilkan cross headline “relawan siaga
bencana”. Judul untuk memberi tanda penyajian cerita yang berbeda
dari uraian sebelumnya. Kompas juga menyajikan kesiap-siagaan
wilayah lain dalam mengantisipasi bencana longsor. Antisipasi
bencana nampak di daerah Magelang, Jawa Tengah yang menyiapkan
lebih dari 5.000 relawan yang siap siaga. Sementara di Bali, BPBD
Bali menyiapkan petugas mulai dari provinsi sampai ke daerah serta
menyiapkan peralatan. Di Bali juga sudah memetakan daerah rawan
bencana dan berkoordinasi dengan dinas dan instansi terkait.
Dalam teks berita, Kompas mewawancari Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno yang mengutarakan penganan korban
selamat. Hadi menyebutkan pemerintah menyewa dua jenis rumah
untuk pengungsi. Sementara Kompas menghadirkan dua warga,
Sunoto, 50, dan Yono 32, sebagai tanggapan atas solusi yang
diberikan pemerintah.
Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno, Senin (22/12), mengatakan, pada Senin siang baru 26 rumah sewa yang ditempati korban longsor, tetapi pada Senin sore semua pengungsi telah menempati rumah sewa. (paragraf 2)
Ada dua jenis rumah yang disewa pemerintah daerah untuk pengungsi. Pertama, rumah penduduk yang kosong. Kedua, rumah yang ada penghuninya, tetapi memiliki kamar kosong sehingga bisa dimanfaatkan untuk menampung korban longsor. (paragraf 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
291
“Kami berusaha melengkapai rumah-rumah tersebut. Jika belum ada kamar kecil atau sudah ada kamar kecil tetapi rusak, kami perbaiki dulu. Kebetulan banyak pihak yang menyumbang peralatan sanitari. Mereka akan menempati rumah itu sampai tempat relokasi siap,” kata Hadi. (paragraf 4)
Sunoto (50), pengungsi asal Dusun Jemblung, mengatakan siap menempati rumah sewa asalkan lokasinya tidak terlalu jauh. Rumah dan kebunnya tertimbun longsoran. (paragraf 5)
Pendapat senada dikatakan Yono (32), pengungsi yang tujuh anggota keluarganya meninggal akibat longsor. Ibunya, juga salah satu anak dan adik kandungnya belum ditemukan. Yono berharap ada kepastian soal relokasi dan lahan pertanian. (paragraf 6) Selain menyebutkan tentang rumah sewa dan tanggapan warga,
Kompas juga menyajikan data korban longsor yang mengungsi.
Sebanyak 35 keluarga atau 154 jiwa menmpati 37 rumah di Desa
Ambal. Sementara mengenai tempat relokasi yang berada di Dusun
Alian, masih banyak pengungsi dari luar Dusun Jemblung yang
menempati tempat pengungsian. Sebanyak 1.200 warga dari Dusun
Gintung, Gondang, Tekik, Blonyak, dan Sampang masih bertahan
terkait permukiman mereka yang terancam longsor, meskipun tim
geologi suah mengizinkan mereka pulang.
Mengenai kesiap-siagaan, Kompas memberikaan pandangan
bahwa pemerintah siap menyambut bencana, bahkan sudah
menyiapkan relawan dan peralatan. Hal ini memberi kesan,
pemerintah menunggu bencana terjadi dan siap melakukan evakuasi.
Kesan itu lebih jelas terlihat dari kata “antisipasi bencana”. Bukan
tindakan pencegahan yang dilakukan, namun lebih pada kesiapan
relawan dan peralatan. Ya, memang perlu diubah cara penanganan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
292
bencanca, bukan ke tanggap darurat, melainkan ke mitigasi bencana.
Tepat seperti penekanan Kompas pada artikel beberapa waktu lalu.
Kompas menguraikan keterangan kesiapan relawan di Magelang
oleh Kepala Bidang Kedaruratan Logistik Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo.
Kompas juga mneghadirkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat
Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi Bali
Gede Jaya Serataberana.
“Dari sekitar 5.000 relawan itu, 457 relawan sudah mendapatkan sertifikat keahlian khusus di bidang tertentu, seperti komunikasi, dapur umum, dan penyelamatan,” ujarnya di sela-sela acara apel siaga penanggulangan bencana di Kabupaten Magelang, Senin. (paragraf 10)
Untuk mengantisipasi bencana alam selama musim hujan, BPBD Provinsi Bali juga menyiagakan petugas mulai dari provinsi sampai ke daerah serta menyiapkan peralatan. Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi Bali, Gede Jaya Serataberana, di Denpasar, mengatakan, pihaknya sudah memetakan daerah-daerah rawan bencana serta berkoordinasi dengan dinas dan instansi terkait. (paragraf 11) Teks berita Kompas berisi 7 paragraf yang menguraikan seluruh
korban selamat ke rumah sewa. Uraian tersebut dimulai dengan
menjelaskan seluruh pengungsi korban tanah longsor di Dusun
Jemblung, Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Kompas memberikan penjelasan dari keterangan Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno, sementara dua warga dimintai keterangan
terhadap solusi berupa rumah sewa tersebut. Warga sependapat
meminta tempat yang tidak jauh dari rumah dan lahan pertanian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
293
tertimbun longsor. Satu warga bahkan mengaku keluarganya yang
hilang belum ditemukan. Pemilihan rumah sewa tersebut karena
alternatif tempat relokasi di Alian masih dihuni 1.200 pengungsi dari
Dusun lain yang permukiman mereka terancam longsor.
Kompas menutup uraian berita dengan 4 paragraf yang
mengutarakan kesiap-siagaan Kabupaten Magelang dan Bali dalam
mengantisipasi bencan alam. Kabupaten telah menyiapkan lebih dari
5.000 relawan yang tersebar di 87 kelompok dan komunitas, termasuk
organisasi pengurangan risiko bencana yang ada di desa-desa.
Sementara itu, di Bali menyiagakan petugas mulai dari provinsi
sampai ke daerah serta menyiapkan peralatan. Pihal BPBD Provinsi
Bali juga sudah memetakan daerah rawan bencana serta berkoordinasi
dengan dinas dan instansi terkait.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
semua korban selamat menempati rumah sewa karena tempat relokasi
masih dihuni 1.200 warga yang mengungsi karena permukiman
mereka terancam longsor. Kompas juga menampilkan wacana
sejumlah daerah sudah mengantisipasi bencana dengan menyiagakan
relawan dan peralatan bila bencana terjadi.
Frame Kompas dimulai dengan menguraikan seluruh korban
longsor Dusun Jemblung akhirnya pindah ke rumah sewa (what). Ada
dua jenis rumah sewa, pertama rumah kosong milik penduduk. Kedua,
rumah berpenghuni yang memiliki kamar kosong (how). Sejumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
294
warga menginkan rumah sewa tak jauh dari permukiman meraka yang
tertimpa longsor. Sementara itu, solusi rumah sewa dikarenakan
tempat relokasi masih dihuni 1.200 warga dari dusun lain yang
permukiman mereka terancam longsor (Why). Kompas juga
menyajikan kesiapsiagaan sejumlah daerah menghadapi bencana.
Kabupaten Mageng dan Bali siap siaga mengantisipasi bencana yang
darang di musim hujan (how).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan
kepada khalayak bahwa pemilihan rumah sewa dikarena tempat
relokasi masih dihuni pengungsi dari tempat lain yang
permukimannya terancam longsor.
Dari struktur tematik, Tiga tema dalam teks berita. Pertama,
Seluruh korban selamar longsor Dusun Jemblung pindah menempati
rumah sewa. Tema ini dapat diamati dari ketengan Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno yang mengemukakan dua jenis rumah
sewa. Sementara itu dua warga juga dihadirkan untuk menyampaikan
keinginan merekan yang mengehendaki rumah sewa tak jauh dari
tempat tinggal dan perkebunan yang tertimbun longsor.
Tema kedua, tempat relokasi yang berupa tempat pengugsian di
Alian masih dihuni 1.200 warga yang permukimannya terancam
longsor. Tema ini terlihat dari uraian yang menyebutkan, meskipun
telah diizinkan pulang oleh tim geologi, mereka belum berani pulang
ke rumah masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
295
Tema ketiga, sejumlah daerah menyiakan relawan dan petugas
beserta peralatan untuk mengantisipasi bencana. Tema ini nampak
jelas dari uraian Kabupaten Magelang dan Bali yang siap
mengantisipasi bencana.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”,
Joko Sudibyo dilabeli “Kepala Bidang Kedaruratan Logistik Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang”,
Gede Jaya Serataberana dilabeli “Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat
Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi
Bali”. Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang
dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk mendukung
pandangan Kompas.
Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk memberikan
penekanan dalam teks berita. Leksikon “rumah sewa” dapat dipahami
sebagai tempat yang didapatkan dengan membayar karena meminjam
tempat tersebut. Tempat itu dapat diartikan hanya sementara. Hal itu
nampak dari kata yang terdapat dari kalimat ini, kini tempat
pengungsian di Dusun Alian “masih ditempati” sekitar 1.200
pengungsi yang berasal dari luar Jemblung. Penekanan pada kata
“masih” dapat dipahami tempat tersebut akan dijadikan tempatv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
296
relokasi bagi warga Jemblung. Penekanan pada antisipasi bencana
juga nampak dari menyiapkan “relawan” dan “peralatan”. Dari kata
tersebut jelas terlihat pemerintah siap melakukan evakuasi bila ada
bencana, atau dengan kata lain pemerintah menunggu bencana terjadi.
Tabel 3.26 Analisis Framing
Semua Korban Selamat Tempati Rumah Sewa
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber yang berwenang untuk menjelaskan bukti tindakan penganganan bencana dan antisipasi bencana di daerah lain
Skrip Kompas menguraikan seruluh korban selamat longsor Jemblung menempati rumah sewa. Uraian tersebut diikuti penjelasn jenis rumah sewa, dan alasan mengapa belum disediakan tempat relokasi. Kompas juga menampilkan wacana sejumlah daerah yang siap siaga menghadapi bencana, seperti di Magelang dan Bali.
Tematik (1) Seluruh korban selamar longsor Dusun Jemblung pindah menempati rumah sewa (2) Tempat relokasi yang berupa tempat pengungsian di Alian masih dihuni 1.200 warga yang permukimannya terancam longsor (3) Sejumlah daerah menyiapkan relawan dan petugas beserta peralatan untuk mengantisipasi bencana
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber, serta memberikan bukti apa yang telah dilakukan berupa rumah sewa dan apa yang disiapkan berupa relawan dan peralatan dalam antisipasi bencana. Leksikon “rumah sewa” dan “pengungsian” “masih ditempati” untuk menjelaskan penanganan korban selamat. Sementara menggunakan leksikon “relawan” dan “peralatan” mengenai antisipasi bencana, dapat diartikan bahwa pemerintah siap mengadapi bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
297
B. Analisis Framing Berita Bencana Tanah Longsor Di Banjarnegara
Pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi Desember 2014
1. Frame Jawa Pos edisi Sabtu 13 Desember 2014 yang Berjudul
Bukit 1 Km Longsor
Sehari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos
menampilkan berita berjudul “Bukit 1 Km Longsor, Timbun 150
Rumah”. Jawa Pos memberikan wacana adanya simpang siur data
informasi bencana. Uraian yang diberikan Jawa Pos berupa penuturan
atau keterangan dari narasumber.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Jawa Pos yang berisi deskripsi kejadian bencana. Jawa Pos
memandang ada perbedaan data muncul dari uraian narasumber. Jawa
Pos memberikan uraian dengan kata“diperkirakan” dan “diduga” yang
dimaknai belum ada kepastian data informasi bencana
Dari hasil analisis, instansi pemerintah kabupaten dinilai lebih
tanggap darurat dari pada instansi penanggulangan bencana. Hal itu
bisa dilihat dari bukti yang telah dilakukan Pemkab Banjarnegara dalam
penanganan bencana seperti, pembersihan jalan akibat longsor yang
terjadi pada Kamis. Memberikan keterangan tim evakuasi yang telah
disiapkan pemkab.
Jawa Pos tidak detail menceritakan penyebab longsor. Berita
lebih berfokus pada tim evakuasi yang tidak bisa melakukan apa-apa
saat mendengar jeritan perlongan korban. Hal itu bisa dipahami dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
298
karakter penulisan Jawa Pos yang menggungah perasan dan lebih
human interest. Kisah yang ditampilkan sangat miris, menyentuh,
namun penjelasan yang diberikan hanya karena terhambat bendungan.
Keterangan juga berasal dari pejabat birokrasi, bukan instansi
penanggulangan bencana atau tim relawan yang memberikan alasan.
Adanya keterangan Jawa Pos Radar Banyumas dapat dipahami
berita yang ditampilkan berasal dari koran lokal milik Jawa Pos.
Keterangan waktu yang ditulis merupakan cara menampilkan Jawa Pos
untuk menghimpun informasi, seperti saat dihubungi Radar Banyumas
pukul 23.15.
Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam
skema dalam berita. Judul berita Jawa Pos jelas menampilkan data
bencana, longsoran bukit 1 km menimbun 150 rumah warga. Data
tersebut ditambilkan sebagai judul dapat dipahami asar khalayak
langsung menangkap peristiwa yang terjadi.
Jawa Pos mempunyai gaya tata letak teks berita, di mana
sambungan halaman pertama yang terletak di dalaman dalam selalu ada
judul baru, bisa di sebut cross headline. Cross headline yang dituliskan
Jawa Pos berjudul Jeritan Tolong dari Tempat Longsor. Penekanan
pada kata “jeritan tolong” tentu untuk menggugah empati khalayak
yang membaca. Hal tersebut seakan membawa khalayak berada di
tempat tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
299
Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang ditampilkan
Jawa Pos mewawancari dua narasumber yaitu, Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno dan Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo
Purwo Nugroho. Jawa Pos menampilkan keterangan berupa kutipan
langsung dari Hadi Supeno untuk menekankan uraian yang
disampaikan mengenai peristiwa bencana longsor. Sementara Sutopo
Purwo digunakan Jawa Pos untuk menjelaskan data bencana longsor
yang menerjang Dusun Jemblung.
Namun, ada yang perlu diperhatikan dari uraian Jawa Pos.
Kedua narasumber sama-sama memberikan data mengenai deskripsi
peristiwa bencana, baik itu penyebab maupun akibat.
Supeno menambahkan, kejadian nahas itu terjadi sekitar 17.30. Bukit sepanjang satu kilometer longsor. Diduga, longsoran itu akibat tak kuat menahan terjangan hujan yang dua hari terakhir mengguyur kawasan tersebut. Longsoran tanah itu menimpa sedikitnya 150 rumah penduduk. Diperkirakan rumah-rumah itu dihuni sekitar 300 warga. Sebanyak 200 di antaranya berhasil menyelamatkan diri. Sedangkan seratus lainnya diduga masih tertimbun tanah. (paragraf 3)
... Supeno mengungkapkan, teriakan itu begitu terdengar
dengan jelas dari keauhan. Di sayup malam yang begitu gulita, ungkap Supeno, suara jeritan minta tolonng warganya membuat miris puluhan relawan yang hanya bisa bersiaga. Namun, sekali lagi, Supeno dan tim relawan benar-benar tak bisa menjangkau untuk langsung menolong warganya. (paragraf 5)
... “Subuh nanti (dini hari tadi) kami baru bisa sampai ke
lokasi. Saat ini kami masih terhalang bendungan besar yang mendadak muncul akibat longsoran tanah. Padahal, itu jalur menuju dusun, tambahnya. (paragraf 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
300
Urain dari Supeno mendapat penekanan dari Sutopo Purwo
Nugroho. Namun, keterangan keduanya berbeda, tidak memperjelas,
akan tetapi membuat tanya. Data dari Sutopo harusnya lebih detail dan
valid, mengingat ia Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan
Nasional Penangulangan Bencana (BNPB). Perbedaan data yang
pertama ada pada jumlah rumah tertimbun, Supeno mengutarakan
sedikitnya 150 rumah penduduk tertimbun, sementara menurut Sutopo
diperkirakan 105 tertimbun. Kedua, diduga longsoran akibat tak kuat
menahan terjangan hujan selama dua hari, sementara menurut Sutopo
longsor terjadi akibat hujan deras beberapa jam sebelumnya. Terkait isu
korban yang mencapai seratus orang, Sutopo mengemukakan belum
mendapatkan data dan menekankan sebaiknya percaya itu dulu, jangan
yang simpang siur. Penekanan “itu dulu” dapat dipahami agar khalayak
mempercayai data yang dikemukakan BNPB.
Penuturan mengenai longsor yang melanda Jemblung pada
Kamis (11/12), menjelaskan bahwa data yang dikemukakan Supeno
memang lebih valid dari pada yang dikemukakan BNPB. Jawa Pos
sering menampilkan cuplikan kutipan setiap menguraikan keterangan.
Hal itu seakan khalayak langsung mendapatkan penuturan langsung
dari narasumber.
Urain dari Jawa Pos menyoroti pemerintah daerah yang tanggap
bencana. Sementara mengenai instansi penanggulangan bencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
301
dipandang kurang tanggap. Hal itu bisa dilihat dari kelengkapan
keterangan yang dikemukan dari kedua narasumber.
Teks berita Jawa Pos berisi 3 paragraf yang mendiskripsikan
kejadian bencana. Jawa Pos menjelaskan keterangan dari Wakil Bupati
Banjarnegara, Hadi Supeno untuk mengutarakan diskripsi, data
bencana, serta penanganan dalam 6 paragraf. Jawa Pos menampilkan3
paragraf berupa keterangan dari instansi penanganan bencana, Kepala
BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang juga mengutarakan diskripsi dan
data bencana. Namun, Sutopo menekankan jangan percaya data yang
simpang siur, data tersebut terkait penyebab longsor, jumlah korban,
dan kerusakan akibat bencana. Jawa Pos menutup berita dengan satu
paragraf yang menginformasikan bencana juga terjadi di kecamatan
lain. Seperti di Wanayasa Kamis lalu, 379 warga mengungsi.
Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana
ada simpang siur data bencana longsor di Banjarnegara. Hal ini dapat
diamati dari data uraian Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno yang
berbeda dengan data yang dikemukakan Kepala Pusat Data Informasi
dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. Sutopo menekankan
jangan percaya data simpang siur.
“Sejauh ini, baru itu yang kami peroleh. Terkait isu korban yang mencapai seratus orang, terus terang kami belum dapat. Tapi. Itu data kami paling baru. Sebaiknya percaya itu dulu, jangan yang simpang siur”, urainya.
Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan diskripsi
bencana (what) deskripsi itu berupa data bencana longsor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
302
diperkirakan sedikitnya 150 rumah yang dihuni sekitar 100 jiwa (orang)
tertimbun longsor. Jawa Pos juga menampilkan tanggap darurat dari
pemerintah kabupaten yang menyiapkan tim evakuasi. Namun,
evakuasi belum bisa mencapai lokasi longsor.
Jawa Pos menampilkan uraian dari Wakil Bupati Banjarnegara,
Hadi Supeno yang mendiskripsikan kejadian bencana dan data akibat
longsoran tersebut (how). Supeno menjelaskan di dusun tersebut, sehari
sebelumnya juga dilanda lonsgor yang menutup jalan dan telah
dibersihkan. Ia menekankan evakuasi longsor di Jemblung pada Jumat
(12/12) terhambat dan tertunda disebabkan oleh bendungan besar yang
muncul akibat longsoran. Sementara keretangan dari Kepala Pusat Data
Informasi dan Huma Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) Sutopo yang mengemukakan data berbeda dan memberi
penekanan agar tidak mempercayai data yang simpang siur (how). Jawa
Pos juga menampilkan keterangan kejadian bencana lain di
Banjarnegara untuk memberikan informasi lain terkait bencana di
Banjarnegara.
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos menekankan
kepada khalayak bahwa terdapat kesimpang siuran data bencana.
Melihat uraian bencana yang ditampilkan adalah rangkuman dari
keterangan Supeno, dapat dipahami Jawa Pos menilai data yang
dikemukakan lebih valid dari pada BNPB. Hal itu tentu berpengaruh
pada pandangan terhadap BNPB, dari uraian Jawa Pos, nampak BNPB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
303
kurang tanggap terhadap bencana yang terjadi, dilihat uraian data
bencana longsor yang menimpa Jemblung. Data yang dikemukan
Supeno tentu dinilai lebih valid, karena ia terlibat langsung di lokasi
kejadian.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,
bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan
Karangkobar, Banjarnegara menelan korban. Tema tersebut bisa dilihat
dari uraian berita yang menyebutkan sekitar 100 orang tertimbun
longsor.
Tema kedua, proses penanganan bencana terhambat bendungan
besar. Jawa Pos menampilkan tema ini dengan memberi kesaksian
adanya jeritan korban yang terdengar, namun tim evakuasi tedak bisa
berbuat apa-apa. Dalam uraiannya, evakuasi akan dilanjutkan pada dini
hari nanri.
Tema ketiga, ada simpang siur data informasi bencana. Tema ini
dapat diamati dari uraian Sutopo yang berbeda dengan yang
disampaikan Supeno. Mulai dari jumlah rumah tertimbun, penyebab
longsor, jumlah korban yang belum pasti, serta penekanan adanya
informasi yang simpang siur.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Hadi Supeno-Wakil Bupati Banjarnegara, Sutopo Purwo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
304
Nugroho-Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. Label
otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal
dari pihak berkompeten untuk mendukung pandangan Jawa Pos.
Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Menggunakan leksikon
“warga” dan “masyarakat”. Jawa Pos menuliskan keselamatan warga
untuk menggambarkan orang yang terkena longsoran di Jemblung
sementara menggunakan seluruh masyarakat Banjarnegara, untuk
menggambarkan orang-orang dalam cakupan lebih luas.
Penggunaan “diduga” dan “diperkirakan” yang ada untuk
menekankan data dari Supeno dapat dipahami bahwa data yang
disajikan belum ada kepastian. Namun, oleh Jawa Pos data dari Supeno
lebih valid dari data yang dekemukanan BNPB. Leksikon “simpang
siur” menegaskan ada ketidakpastian informasi yang beredar.
Ciri khas gaya penulisan yang digunakan untuk menggugah
perasan khalayak terdapat pada leksikon, “longsor dahsyat”, “suara
jeritan”, “teriakan”, “miris”, “mendadak muncul”, “gelap gulita”, “luluh
lantak”, “sayup malam”.
Jawa Pos juga memberikan grafis peta lokasi Banjarnegara.
Inset peta yang menunjukkan lokasi Banjarnegara berada di Pulau
Jawa, dan keterangan berada di Provinsi Jawa Tengah dan berdekatan
dengan Magelang serta Semarang memudahkan khalayak mengetahui
lokasi bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
305
Tabel 3.27 Analisis Framing Bukit 1 Km Longsor, Timbun 150 Rumah
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang berwenang dan terlibat langsung dalam penanganan longsor untuk memberikan bukti berupa data informasi bencana. Jawa Pos juga menampilkan narasumber dari instansi penanganan bencana BNPB sebagai penguat pandangan mengenai adanya simpang siur informasi.
Skrip Menguraikan kejadian bencana, menuturkan kisah dari tim evakuasi yang mendengar suara jeritan, namun tak bisa berbuat apa-apa. Dalam penutupnya, Jawa Pos memandang ada simpang siur data informasi. Jawa Pos juga menginformasikan adanya bencana longsor lain di Banjarnegara.
Tematik (1) Bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara menelan korban (2) Proses penanganan bencana terhambat bendungan besar (3) Ada simpang siur data informasi bencana
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “warga” dan “narasumber”. Menggunakan kata “diduga” dan “diperkirakan” untuk menekankan belum pastinya data yang dikemukakan Supeno. Berupaya menggunaggah perasaan pembaca dengan kata seperti “longsor dahsyat”, “suara jeritan”, “teriakan”, “miris”, “mendadak muncul”, “gelap gulita”, “luluh lantak”, “sayup malam”. Serta penekanan “simpang siur” guna menggambarkan ketidakpastian data informasi bencana longsor di Banjarnegara. Jawa Pos juga menampilkan grafis peta lokasi bencana untuk memudahkan khalayak mengetahui letak Banjarneara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
306
2. Frame Jawa Pos edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul
Baru 17 Korban Ditemukan, 91 Terkubur : Hujan Deras Hentikan
Evakuasi
Dua hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos
menampilkan 2 berita terkait bencana longsor yang diletakkan di
halaman utama. Salah satu berita berjudul “Baru 17 Korban
Ditemukan, 91 Terkubur : Hujan Deras Hentikan Evakuasi. Jawa Pos
memberikan pandangan penghentian evakuasi disebabkan pedoman
safety first serta sejumlah kendala yang menghambat proses evakuas
seperti cuaca dan kerusakan infrastruktur.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Jawa Pos yang berisi deskripsi penanganan bencana. Perlu perhatian
khusus mengenai narasumber yang dihadirkan oleh Jawa Pos. Hanya
ada dua narasumber, dari BNPB digunakan Jawa Pos untuk
menjelaskan seluruh informasi penanganan bencana, baik itu proses
evakuasi, hasil evakuasi, maupun hambatan dalam proses evakuasi.
Sementara dari Kementerian Sosial, nampak sekali upaya Jawa Pos
untuk menampilkan peran pemerintah yang tanggap terhadap bencana
dengan bergerak cepat memberikan bantuan.
Jawa Pos memang menampilkan informasi perkembangan
penanganan bencana. Namun, bila dicermati penekanan Jawa Pos
pada uraian dari Kemensos tentu merupakan pengaruh birokrat.
Terlihat peran Jawa Pos yang secara tidak langsung menampilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
307
Kementerian telah bekerja dengan baik. Penyebutan jenis bantuan
dengan penekanan nilai keenomian merupakan hal yang kurang baik.
Warga akan bergantung dengan bantuan yang diberikan. Lebih
penting dari itu, Jawa Pos tidak memberikan kesempatan dari warga
untuk berbicara mengenai hal yang dialami, atau setidaknya
tanggapan terkait bantuan yang diberikan.
Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam
skema berita. Judul penggoda berita Jawa Pos “Baru 17 Korban
Ditemukan, 91 Terkubur” jelas menampilkan data korban bencana.
Sementara dari judul pemberitahu, Jawa Pos memberitahu khalayak
bahwa evakuasi dihentikan karena hujan deras. “Hentikan” yang
dimaksud Jawa Pos adalah tertundanya proses evakuasi.
Mengenai crossheadline, Jawa Pos menulis “Warga Nonton
Hambat Proses Evakuasi”. Judul tersebut ditampilkan sebagai
informasi menarik sisi lain bencana. warga yang menonton lokasi
bencana mempersulit aktivitas evakuasi.
Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang
ditampilkan Jawa Pos mewawancari dua narasumber yaitu, Kepala
Pusat Data Infromasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho dan Menteri Sosial
Khofifah Indar Prafansa. Sutopo digunakan Jawa Pos sebagai
narasumber utama dan satu-satunya yang menjelaskan mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
308
proses evakuasi dan kondisi lokasi bencana. Sementara, Khofifah
menguraikan bantuan yang diberikan oleh Kementerian Sosial.
Uraian Jawa Pos selalu mengahadirkan kutipan langsung yang
melengkapi uraian atau mengulas uraian yang disampaikan
sebelumnya. Hal itu dapat dilihat sebagai bukti uraian berasal dari
narasumber langsung.
Evakuasi korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblong, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, terpaksa dihentikan sementara kemarin (13/12) kira-kira pukul 15.00. penyebabnya adalah hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sehingga menyulitkan evakuasi. (paragraf 1)
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho kepada Jawa Pos Radar Banyumas Kemarin Sore.“Saat ini (kemarin sore, Red) hujan cukup deras di lokasi bencana longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Sehingga diputuskan pencarian dan penyelamatan korban dihentikan sementara,” jelasnya. (paragraf 2)
Sutopo menambahkan, sebelum penghentian resmi sementara, tim evakuasi berhasil menemukan 17 korban tewas, 11 luka berast, dan 4 luka ringan. “sementara 91 orang yang dinyatakan hilang masih dalam pencarian,” katanya. (paragraf 3)
Jawa Pos juga menampilkan penanganan korban bencana.
Semua korban menderita luka berat telah dirujuk ke RSUD
Banjarnegara, sedang empat orang luka ringan mendapatkan
perawatan dipuskesma. Pengungsi yang berjumlah 200 orang
ditempatkan di balai desa. Jawa Pos juga melengkapi dengan data 223
pengungsi yang ada di Kecamatan Wanayasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
309
Sementara mengenai tim penyelamat, Jawa Pos menghadirkan
kutipan langsung dari Sutopo yang menyebutkan Tim SAR gabungan
tetap berprinsip safety first daan menyesuaikan kondisi medan dalam
evakuasi. Uraian yang diberikan Jawa Pos menurut peneliti
merupakan keterangan “bertutur” dari narasumber yang dituliskan
dengan uraian maupun kutipan langsung. Kutipan langsung tidak
digunakan untuk memberikan penekanan, akan tetapi berupa uraian
lanjutan.
Sementara itu, Kementerian Sosial (Kemensos) juga telah menurunkan seratus personel taruna siaga bencana (tagana) ke lokasi bencana. Para personel ditugaskan untuk turut serta membagikan sejumlah bantuan yang dibawa. Bantuan tersebut berupa 500 paket makanan, 327 paket family kit, 250 paket perlengkapan dapur keluarga, serta 300 potong selimut, dengan nilai keekonomian Rp 235,5 juta. “Kami telah bergerak cepat dengan mengirimkan sejumlah paket bantuan. Saat ini truk-truk bantuan tersebut sedang dalam perjalanan menuju ke sana,” ujar Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Jakarta kemarin. (paragraf 5)
Teks berita Jawa Pos berisi 4 paragraf yang menuliskan proses
evakuasi terhambat oleh hujan deras. Uraian berupa keternagan dari
Sutopo yang menjelaskan evakuasi dan penanganan korban longsor,
serta memberikan keternagan Tim SAR yang berprinsip safety first.
Jawa Pos melanjutkan dengan uraian 1 paragraf berupa peran
Kementerian Sosial yang memberikan bantuan. Jawa Pos bahkan
merinci bantuan yang diberikan berupa 300 paket makanan anak, 327
paket family kit, 250 paket perlengkapan dapur keluarga, serta 300
potong selimut dengan nilai keekonomian 235,5 juta. Jawa Pos juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
310
menyebutkan gerak cepat Kemensos dengan menghadirkan kutipan
langsung dari Khofifah. Jawa Pos menutup uraian berupa 3 paragraf
penjelasan Sutopo mengenai penanganan yang terhambat cuaca,
infrasruktur, dan warga yang menonton dilokasi bencana.
Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan peran
instansi pemerintah pusat yang bergerak cepat. Kementerian Sosial
dipandang cepat menanggapi bencana dengan memberikan sejumlah
bantuan. Nilai keekonomian pun menjadi sorotan penting Jawa Pos.
Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan penjelasan
mengenai proses evakuasi yang terhambat hujan deras (how). Jawa
Pos menguraikan hasil evakausi serta penanganan korban selamat
yang dilarikan ke RSUD dan Puskemas (what).
Dalam uraian berikutnya, Jawa Pos menyebutkan
Kementerian Sosial (Kemensos) yang memberikan bantuan (who).
Bantuan tersebut berupa 500 paket makanan anak, 327 paket family
kit, 250 paket perlengkapan dapur keluarga, 300 potong selimut, yang
akan dibagikan oleh seratus personel tarusna siaga bencana dengan
nilai keenomonian 235,5 juta (what). Khofifah mengklaim Kemesos
telah bergerak cepat denganmengirimkan bantuan (how).
Jawa Pos menutuk dengan uraian mengenai hambatan proses
evakausi berupa cuaca, infrastruktur yang rusak, serta banyak warga
yang menonton di lokasi bencana (Why).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
311
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos
menekankan kepada khalayak bahwa Kemensos telah bergerak cepat.
Hal itu diuraiakan dengan menyebutkan jenis bantuan bantuan dengan
nilai keekonomian 235,5 juta. Jawa Pos memandang instansi
penanganan bencana BNPB sebagai narasumber penting dan layak
menjadi narasunber utama.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,
proses evakuasi ditunda karena hujan deras dan prinsip safety first dari
tim penyelamat. Tema ini bisa dilihat dari uraian Sutopo Purwo
Nugroho yang menyebutkan hujan deras pada sore hari, sehingga
diputuskan penyelamatan korban dihentikan. Sutopo juga
menguraikan hasil evakuasi serta penanganan korban selamat yang
mengalami luka berat dan ringan.
Tema kedua, Kemensos bergerak cepat dengan mengirimkan
bantuan. Tema ini bisa diamati dari uraian bantuan dari Kemensos,
serta kutipan langsung dari Khafifah yang menyebutkan truk-truk
bantuan sedang dalam perjalanan menuju lokasi bencana.
Tema ketiga, proses evakuasi terhambat oleh cuaca,
infrasutruktur yang rusak, dan banyaknya warga yang menonton di
lokasi longsor. Tema ini diuraikan dengan penjelasn dari Sutopo
Purwo mengenai kondisi tanah yang labil, alat berat dan kendaraan
terhambat jalan yang masih tertutup longsor. Serta jalanan yang macet
akibat banyak warga menonton lokasi longsor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
312
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB)”, Khofifah Indah Parawwansa dilabeli “Menteri Sosial”.
Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan
berasal dari pihak berkompeten untuk mendukung pandangan Jawa
Pos.
Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion
untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “bantuan”
jelas menunjukkan upaya pertolongan yang diberikan pemerintah.
Sementara Jawa Pos menggunakan “tim penyelawat” untuk menyebut
orang yang melakukan evakuasi di lokasi longsorann. Jawa Pos juga
menggunakan sejumlah kara seperti “telah bergerak cepat” dan “telah
menurunkan” yang menekankan pada peran Kementerian Sosial
dalam penanganan bencana. Kementerian Sosial dinilai sigap saat
bencana terjadi dengan memberikan bantuan. Kemensos dinilai sudah
melakukan perannya dengan baik. Leksikon “bantuan” dan “nilai
keenomian” menunjukkan sorotan utama Jawa Pos. Jawa Pos menilai
bantuan serta nilai keenomian menjadi hal penting dalam penanganan
bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
313
Jawa Pos juga menampilkan dua foto utama mengenai proses
evakuasi. Foto pertama ukuran paling besar menggambarkan visual
tim penyelamat yang melakukan evakuasi di lokasi longsor.
Keterangan foto berjudul “Tim Penyelamat” dengan uraian Warga
dengan bantuan tim SAR dan anggota TNI mencari dan mengevakuasi
korban longsor yang masih tertimbun.
Penekanan dengan menyebut tim penyelamat dapat dipahami
sebagai upaya Jawa Pos menampilkan tim evakuasi sebagai orang-
orang yang menyelamatkan korban. Dari keterangan foto dapat
dicermati upaya untuk memberikan visual proses evakuasi longsor
kepada khalayak.
Tim Penyelamat Warga dengan bantuan tim SAR dan anggota TNI
mencari dan mengecakuasi korban longsor yang masih tertimbun.
Foto kedua berjudul “Bertempur dengan Lumpur” dengan
uraian:
Jasad korban tewas dievakuasi dari kubangan lumput akibat longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, kemarin (13/12)
Dari judul sudah diketahui sebagai upaya menarik khalayak
dengan kata “bertempur” yang menggambarkan perjuangan tim
penyelamat. Foto ini sebagai bukti keberhasilan tim penyelamat yang
telah menemukan korban tertimbun longsor. Penampilan evakuasi
jasad tentu menggugah emosi khalayak untuk berempati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
314
Tabel 3.28 Analisis Framing Baru 17 Korban Ditemukan, 91 Terkubur
Hujan Deras Hentikan Evakuasi
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang berwenang dan terlibat langsung dalam penanganan longsor untuk memberikan bukti berupa data evakuasi dan jenis bantuan yang diberikan. Jawa Pos menampilkan narasumber utama dari instansi penanganan bencana BNPB. Instansi pemerintah pusat Kemensos menguraikan bukti penanganan bencana oleh pemerintah berupa pemberian bantuan.
Skrip Mengurakan informasi proses evakuasi yang menemui kendala serta data penanganan korban bencana. Jawa Pos menguraikan peran cepat Kemensos berupa pemberian bantuan.
Tematik (1) Proses evakuasi ditunda karena hujan deras dan prinsip safety first dari tim penyelamat (2) Kemensos bergerak cepat dengan mengirimkan bantuan (3) Proses evakuasi terhambat oleh cuaca, infrasutruktur yang rusak, dan banyaknya warga yang menonton di lokasi longsor
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “bantuan” dan “tim penyelamat. Menggunakan kata “telah”, “bergerak cepat”, “bantuan”, dan “nilai keenomian” untuk menekankan peran Kementerian Sosial. Menampilkan 2 foto proses evakuasi, satu foto menampilkan secara luas proses evakuasi, sementara foto satunya mengenai tim penyelamat yang membawa jasad. Hal itu untuk memberikan bukti proses evakuasi serta menampilkan foto jasad korban yang tengah dievakuasi sebagai bukti hasil evakuasi serta untuk menarik empati dari khalayak.s
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
315
3. Frame Jawa Pos edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul
Daerah Lain Juga Harus Waspada
Dua hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos
menampilkan 2 berita terkait bencana longsor yan diletakkan di
halaman utama. Salah satu berita berjudul “ Daerah Lain Juga Harus
Waspada”. Jawa Pos memberikan wacana dengan penekanan pada
Jakarta akan dilanda banjir.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Jawa Pos yang berisi peringatan dini bagi daerah lain. Namun dalam
uraiannya secara khusus hanya disebutkan Jakarta yang akan dilanda
banjir. Sementara mengenai ancaman longsor, tidak dijelaskan secara
detail. Jawa Pos hanya menyebutkan wilayah pegunungan dan
perbukitan. Jawa Pos lebih detail menjelaskan rencana kedatangan
Presiden Joko Widodo. Dapat dimaknai, informasi kedatangan
Presiden Joko Widodo lebih penting daripada informasi daerah rawan.
Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam
skema berita. Judul berita Jawa Pos “Daerah Lain Juga Harus
Waspada” jelas merupakan peran untuk memperingatkan daerah lain
terkait bencana longsor di Jemblung yang menelan banyak korban
jiwa. “Daerah lain” dapat dipahami tempat lain yang mempunyai
ancaman bencana. Dalam urainnya Jawa Pos pun menyebutkan
daerah lain tersebut berupa wilayah pegunungan dan perbukitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
316
Jawa Pos juga menuliskan crossheadline “Jokowi Kunjungi
Lokasi Longsor” untuk menampilkan rencana presiden yang akan
berkunjung ke lokasi bencanca. Penampilan agenda presiden tersebut
dipandang sebagai informasi menarik bagi khalayak.
Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang
ditampilkan Jawa Pos mewawancari dua narasumber yaitu, Deputi
Klimatologi BMKG Widada Sulistya dan Sekretaris Kabinet Andi
Widjajanto. Widada digunakan Jawa Pos untuk mengemukakan
waktu puncak hujan di Jawa Tengah dan Jawa Barat pada Desember
2014-Januari 2015. Semenatar, Widada menekankan banjir Jakarta
terjadi pada bulan januari 2015-Februari 2015. Secara umum khalayak
dihimbau untuk waspada terhadap daerah rawan seperti perbukitan.
Namun secara khusus, Widada menyebutkan besar intensitas hujan
akan mengguyur jakarta turut dipangaruhi adanya siklon tropis
bakung.
Untuk puncaknya, kata dia, setiap wilayah berbeda-beda. Misalnya, untuk Desember 2014 hingga Januari 2015, hujan lebat terjadi di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sedangkan untuk Januari 2015-Februari 2015, puncak hujan akan terjadi di sekitar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). (paragraf 4)
“Karena itu, banjir di Jakarta selalu terjadi pada bulan-bulan tersebut,” ungkapnya. (paragraf 5)
Dari uraian tersebut, jelas Jawa Pos memberi wacana akan
adanya bencana di Jabodetabek. “Daerah lain” yang disebutkan oleh
Jawa Pos merupakan Jakarta dan sekitarnya. Dapat dipahami sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
317
upaya untuk memperingatkan kepada khalayak mengenai bencana
banjir di Jabodetabek yang akan melanda pada Januari 2015-Februari
2015.
Sementara itu, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto digunakan
untuk memberikan keterangan terkait rencana kunjungan Presiden
Joko Widodo di lokasi bencana. Jawa Pos juga menuliskan Jokowi
akan berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Bandara
Achmad Yani, Semarang pukul 07.00 dengan pesawat CN-235.
Jokowi juga akan ditemani Menteri Kehutanan dan Lingkungan
Hidup, Siti Nurbaya Bakar.
Teks berita Jawa Pos berisi 2 paragraf yang menyebutkan
BMKG memprediksi hujan deras terjadi dari Desember 2014-Maret
2015. Uraian tersebut merupakan penekanan dari wacana Jawa Pos
mengenai daerah lain harus waspada terhadap ancaman bencana. Jawa
Pos memberi penekanan wilayah Jabodetabek harus mewaspadai
ancaman banjir pada Januari 2015-Februari 2015 dalam 4 paragraf.
serta menutup berita dengan dua paragraf informasi mengenai
Presiden Joko Widodo yang akan berkunjung ke lokasi bencana.
Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan
wacana Jakarta akan dilanda banjir pada Januari-Feburari 2015.
Sementara secara umum Jawa Pos meminta warga waspada terhadap
wilayah perbukitan yang rawan longsor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
318
Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan keterangan
mengenai hujan deras masih akan terus terjadi dari Desember 2014-
Maret 2015 (what). Jawa Pos memberi wacana Jakarta akan dilanda
banjir pada Januari 2015-Februari 2015 (what). Masyarakat di daerah
rawan bencana longsor dan banjir diminta untuk terus berhati-hati
(how). Sementar itu, Presiden Joko Widodo dijadwalkan mengunjungi
lokasi longsor (who).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos
memberikan wacana kepada khalayak bahwa Jakarta akan dilanda
banjir. Jawa Pos memandang rencana kunjungan Presiden Joko
Widodo merupakan informasi penting bagi khalayak. Dalam
uraiannya, bahkan Jawa Pos detail menjelaskan waktu keberangkatan,
tempat tiba, dan menteri yang mendampingi. Berbeda dengan
infromasi terkait kondisi hujan deras. Jawa Pos tidak detail
menjelaskan penyebab, maupun tempat-tempat rawan bencana.
Dari struktur tematik, ada dua tema dalam berita. Tema
pertama, Jakarta harus mewaspadai banjir yang akan datang pada
bulan Januari 2015-Februari 2015. Tema ini bisa dilihat dari uraian
mengenai hujan deras yang akan melanda selama bulan Desember
2014-Maret 2015. Tema kedua, Presiden Joko Widodo akan
mengunjungi loksi bencana. tema ini dilihat dari keterangan Sekretaris
Kabinet Andi Widjajanto serta uraian rencana jadwal keberangkatan
presiden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
319
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Widada Sulistya-Deputi Klimatologi BMKG, dan Andi
Widjajanto- Sekretaris Kabinet. Label otoritas jabatan menunjukkan
bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk
memberikan informasi..
Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion
untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “alarm”,
“daerah lain”, “mempredidiksi”, “selalu terjadi” merupakan
penekanan yang mengarah pada wacana banjir yang akan melanda di
Jakarta.
Tabel 3.29 Analisis Framing Daerah Lain Juga Harus Waspada
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang
berwenang untuk memberikan informasi. Skrip Menguraikan prediksi waktu hujan deras yang melanda
Indonesia, secara khusus Jawa Pos memperingatkan Jakarta akan dilanda banjir pada Januari 2015-februari 2015, sementara secara umum masyarakat yang berada di daerah perbukitan rawan longsor dihimbau untuk berhati-hati. Jawa Pos menyajikan info rencana kunjungan preside.
Tematik (1) Jakarta harus mewaspadai banjir yang akan datang pada bulan Januari 2015-Februari 2015 (2) Presiden Joko Widodo akan mengunjungi loksi bencana
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “daerah lain” agar mewasapadai ancaman bencana. Daerah lain yang dimaksud berupa daerah wilayah perbukitan, namun secara khusus Jawa Pos menyebut Jakarta selalu dilanda banjir pada Januari-Februari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
320
4. Frame Jawa Pos edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul
Ganjar Tetapkan Jateng Darurat Bencana
Dua hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos
menampilkan 1 berita terkait bencana longsor yang diletakkan di
halaman dalam. Berita berjudul itu berjudul “Ganjar Tetapkan Jateng
Darurat Bencana”.
Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran
Jawa Pos yang berisi penganan bencana . Jawa Pos menampilkan
peran Ganjar Pranowo dalam penanganan bencana. Jawa Pos juga
menekankan pentinganya bantuan yang diberikan PMI untuk proses
evakuasi.
Dalam berita, Jawa Pos juga menguraikan jenis bantuan yang
diberikan. Bahkan persediaan beras yang berjumlah 100 ton tentu
akan meredam kepanikan warga. Namun, sayangnya tidak ada
konfirmasi dari warga mengenai barang apa saja yang dibutuhkan.
Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam
skema berita. Judul berita Jawa Pos “Ganjar Tetapkan Jateng
Darurat Bencana”. Nampak sekali bagaimana Jawa Pos mengangkat
nama dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan
menyebutkan di judul berita. Nama seorang Ganjar lebih diutamakan
daripada posisinya atau jabatannya sebagai gubernur yang
menetapkan status tanggap daruat bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
321
Dalam teks berita, Jawa Pos mewawancarai dua narasumber,
pertama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Paranowo. Ganjar
dipandangan sebagai tokoh penting atau bisa dipahami dengan
“dipentingkan” oleh Jawa Pos. Jawa Pos seutuhnya menampilkan
uraian mengenai kunjungan Gubernur Jawa Tengah. Pada uraian
berikutnya, Jawa Pos memberikan informasi bantuan dari PMI yang
dikemukakan oleh Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf
Kalla (JK).
Hal itu dapat dilihat dari kutipan berita di bawah ini,
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Paranowo meninjau lokasi langsung bencana di Dusun Jemblung dan menetapkan musibah tersebut sebagai darurat bencana. Gubernur bersama beberapa pejabat TNI tiba sekitar pukul 13.00 dengan menumpang helikopter. “Dengan status darurat bencana, kita sudah perintahkan tim reaksi cepat BNPB yang ada silokasi untuk terus mendampingi BPBD dalam penanganan darurat,”katanya. (paragraf 1)
Ganjar juga memastikan bahwa pasokan logistik kebutuhan pokok bagi korban bencana alam. “Sementara masih cukup, tapi kita harus antisipasi minimal bahan makanan untuk pengungsi,” tuturnya. Sejauh ini kebutuhan pokok seperti beras untuk korban sudah didistribusikan sebanyak 3,5 ton dan dinilai cukup. Meski kebutuhan tidak terlalu besar, jelas Ganjar. Bulog sudah menyiapkan 100 ton cadangan pasokan yang bisa digunakan sewaktu-waktu. “Setiap saat on call. Kita sudah cek ke posko-posko dan semua terkendali,” ujarnya. (paragraf 2)
Ganjar juga meminta tim SAR mengacu info yang diberikan kepala Desa Sampang bahwa warga yang tertimbun longsor sekitar 100 orang dan 17 orang ditemukan meninggal. Data tersebut, lanjur dia, sangat membantu proses proses evakuasi jika kepala Desa Sampang dapat memastikan nama-nama korban. “Dengan begitu, masa tanggap darurat dapat ditutup sampai seluruh korban bisa ditemukan,” ucapnya. (paragraf 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
322
Gubernur juga menginstruksikan secara teknis segera membuka jalan Banjarnegara-Karangkobar yang tertutup longsor. (paragraf 4)
Urain di atas jelas merupakan keterangan utuh dari Ganjar
Pranowo, tak ada upaya Jawa Pos untuk memberikan pandangan
terkait penetapan tanggap darurat. Bahkan waktu tanggap darurat pun
tidak dijelaskan oleh Jawa Pos.
Sementara itu, Jusuf Kalla memberikan keterangan bantuan dari
PMI berupa dua kendaraan jenis Hagglunds ke lokasi longsor. Jusuf
Kalla menekankan, menurut pengalaman di Ciwedey, Jabar dan Solo,
Sumbar, hanya kendaraan Hagglunds milik PMI yang bisa masuk ke
lokasi longsor. PMI juga mengirim dua truk tangki air untuk
menyuplai air bersih. Jusuf Kalla juga mengatakan sudah meminta
Ketua PMI Jawa Tengah, Sasongko Tedjo untuk mengirim barang
kebutuhan korban longsor dari gudang PMI Semarang. Mulai paket
hygiene kit (berisi ember, gayung, sabun, dan pasta gigi) sampai paket
family kit (berisi selimut handuk, sarung, dan tikar).
Teks berita Jawa Pos berisi 4 paragraf yang berisi uraian
kunjungan Gubernur Jawa tengah, Ganjar Pranowo. Dalam
kunjungannya Ganjar melakukan sejummlah hal, pertama menetapkan
wilayah lokasi longsor dengan status tanggap darurat. Kedua
memastikan stok logistik aman, disebutkan telah mendistribusikan 3,5
ton dan dilinai tidak cukup. Ganjar menekankan sudah ada stok beras
dari Bulog yang sudah menyiapkan 100 ton beras. Ketiga, meminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
323
tim SAR mengacu data warga dari Kepala Desa Sampang untuk
membantu proses evakuasi. Ganjar nenetapkan tanggap darurat hingga
seluruh korban ditemukan. Keempat, Ganjar menginstruksikan
membuka jalan Banjarnegara-Karangkobar.
Jawa Pos menutup berita dengan urain 4 paragraf mengenai
bantuan yang diberikan PMI. PMI akan memberikan bantuan berupa
dua kendaraan Hagglunds, dua truk tangki air, dan paket hygiene kit
(berisi ember, gayung, sabun, dan pasta gigi) sampai paket family kit
(berisi selimut handuk, sarung, dan tikar).
Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan
wacana Ganjar Parnowo sebagai Gubernur turun langsung ke
lapangan untuk menangani longsor. Jawa Pos juga memberikan
informasi bantua berupa beras dari pemerintah dan bantuan dari PMI.
Jawa Pos menguraikan kunjungan dari Ganjar Pranowo yang
melakukan sejumlah hal (Who-What) saat peristiwa longsor di Dusun
Jemblung. Ganjar menetapkan status tanggap darurat, memastikan
stok beras aman, meminta tim SAR mengacu data warga korban
longsor pada kepala Desa Sampang, serta menginstruksikan
pembukaan jalan. Sementara itu, Jusuf Kalla memberikan keterangan
PMI memberikan bantuan (what) dua kendaraan Hagglunds, dua truk
tangki air, dan paket hygiene kit (berisi ember, gayung, sabun, dan
pasta gigi) sampai paket family kit (berisi selimut handuk, sarung, dan
tikar).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
324
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos
memberikan predikat kepada Ganjar Pranowo. Tidak hanya itu, Jawa
Pos juga menampilkan PMI sebagai lembaga yang memberikan
bantuan dalam penanganan bencana.
Dari struktur tematik, ada dua tema dalam berita. Tema
pertama, peran Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam
peristiwa bencana. Tema ini bisa dilihat dari uraian kunjungan
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Tema kedua, PMI akan memeberikan sejumlah bantuan untuk
proses evakuasi dan keperluan korban bencana. Tema ini dapat dilihat
dari uraian Jusuf Kalla yang mengemukakan sejumlah bantuan yang
diberikan PMI.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Ganjar Pranowo dilabeli “Gubernur Jawa tengah” dan
Jusuf Kalla dilabeli “Ketua Umum Palang Merah Indonesia”. Label
otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal
dari pihak berkompeten untuk memberikan informasi.
Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion
untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “tetapkan”,
“meninjau langsung”, “memastikan”, “meminta”, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
325
“menginstruksikan” jelas menggabarkan peran seorang Ganjar
Pranowo dalam peristiwa longsor.
Leksikon juga digunakan untuk menekankan kebutuhan
korban bencana longsor. Leksikon “pasokan logistik”, “kebutuhan
pokok”, “bahan makanan”, “cadangan” dan “barang-barang
kebutuhan”. Banyaknya uraian dan penekanan adanya bantuan
merupakan upaya Jawa Pos untuk meredam kepanikan warga yang
terkena musibah. Namun bisa juga diartikan sebagai upaya
menampilkan “peran” baik dari pejabat, maupun instansi.
Jawa Pos juga menampilkan foto untuk menekankan
peristiwa. Foto berjudul “Alat Seadanya”, menggambarkan bagaimana
alat yang digunakan untuk penyelamat sangat sederhana. Uraian
keterangan foto dapat diamati di bawah ini.
Personel tim SAR dan anggota TNI menyusuri lumpur yang menimbun Dusun Jemblung, Banjarnegara, kemarin (13/12). Mereka berusaha menemukan korban lonsgor yang jumlahnya diperkirakan masih puluhan jiwa.
Penggunaan kata “menyusuri” dan “berusaha” menggambarkan
upaya yang dilakukan sejumlah tim penyelamat. Penekanan ini terkait
bantuan yang akan dikirimkan oleh PMI, sekaligus memberi bukti
proses evakuasi yang tengah dilakukan menggunakan alat seadanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
326
Tabel 3.30 Analisis Framing Ganjar Tetapkan Jateng Darurat Bencana
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang
berwenang untuk memberikan informasi. Skrip Menguraikan keterangan dari Ganjar Pranowo yang
melakukan kunjungan langsung. Jawa Pos berupaya menampilkan peran seorang Ganjar dengan menjelaskan hal-hal yang dilakukan Ganjar saat kunjungan. Jawa Pos juga menampilkan instansi PMI yang memberikan bantuan untuk proses evakuasi dan kebutuhan korban.
Tematik (1) Peran Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam peristiwa bencana (2) PMI akan memeberikan sejumlah bantuan untuk proses evakuasi dan keperluan korban bencana
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “alat sadanya” untuk menggambarkan keterbatasan alat evakuasi. Menggunakan kata “tetapkan”, “meninjau langsung”, “memastikan”, “meminta”, dan “menginstruksikan” untuk menunjukkan peran Ganjar Pranowo. Serta menampilkan foto proses evakuasi yang menggunakan alat seadanya untuk menekankan pentingnya bantuan berupa dua buah Hagglunds yang diberikan PMI
5. Frame Jawa Pos edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul
Fokus Evakuasi, Tambah Alat Berat : Tim Penyelamat Temukan 32
Korban Meninggal
Tiga hari pascalongsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos
menampilkan dua berita terkait bencana. Salah satu judul berita yang
ditampilkan di halaman utama menggunakan headline teaser “Fokus
Evakuasi, Tambah Alat Berat” dan headline tealler Tim Penyelamat
Temukan 32 Korban Meninggal. Jawa Pos memberi perhatian lebih
pada keberhasilan pembukaan jalan sebagai akses penting bantuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
327
Dalam urain Jawa Pos menampilkan sosok Joko Widodo yang
memberikan bantuan serta bantuan dari kemensos.
Berita dalam kategori kejadian bencana in merupakan upaya
Jawa Pos untuk menampilkan peran tim penyelamat yang berhasil
membuka jalan untuk akses penting, seperti pemberian bantuan dan
evakuasi. Jawa Pos juga menampilkan sosok Presiden yang meninjau
langsung serta memberikan bantuan, serta uraian mengenai benatuan
yang diberikan Kemensos.
Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam
skema dalam berita. Jawa Pos menuliskan headline teaser dapat
ditangkap “fokus evakuasi” merupakan pilihan untuk memusatkan
penanganan pada proses evakuasi. Jawa Pos menampilkan upaya
tersebut dengan menambah alat berat. Sementara dari headline teller
menyerbutkan tim penyelamat yyang menemukan 32 korban
meninggal. Judul tersebut memberitahu perkembangan terakhir proses
evakuasi.
Jawa Pos juga menambahkan crossheadline “Kemensos
Sediakan Kamp Pemulihan Anak”. Kamp yang dimaksud sebagai
tempat pemulihat psikologi. Dapat dipahami juga sebagai upaya yang
telah dilakukan Kemensos untuk penanganan korban bencana
Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang ditampilkan
Jawa Pos mewawancari lima narasumber. Narasumber pertama, Ketua
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
328
yang digunakan Jawa Pos untuk menguraikan keberhasilan tim
penyelamat membuka akses jalan Provinsi.
Sebelumnya, timbunan material tanah menutup jalan hingga lebih dari 36 jam. Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengatakan, longsoran di jalan sektor 1 dan 3 sudah dibersihkan. (paragraf 2)
“Tapi, untuk timbunan material longsor di jalan sektor 3 dan 4, hingga kini masih terus dilakukan pembersihan dengan alat berat,” ujar Syamsul di lokasi longsor kemarin. (paragraf 3)
Kedua, Jawa Pos menggunakan keterangan dan kutipan dari
Presiden Joko Widodo untuk menekankan penanganan difokuskan pada
proses evakuasi. Saat meninjau langsung, Jokowi meminta proses
evakuasi dituntaskan lebih dahulu sebelum kegiatan lain. Presiden juga
menekankan bantuan ekskavator akan dioptimalkan. Pada akhir uraian,
Joko Widodo mengimbau seluruh warga hati-hati karena banyak titik
rawan di Jawa Tengah.
Ketiga, Kepala Desa Sampang Purwanto digunakan untuk
mengemukakan jumlah penduduk di Dusun Jemblung. Terdapat 82
Keluarga yang terdiri atas 253 jiwa. Jumlah warga kami yang tertimbun
sekitar 100 orang. Keterangan tersebut untuk menekankan bantuan yang
diberikan Presiden Joko Widodo senilai Rp 20 juta. Bantuan tersebut
untuk memenuhi keperluan pengungsi.
Selain meninjau lokasi longsor, presiden dengan didampingi Ibu Negara Iriana mengunjungi tempat pengungsian warga Dusun Jemblung di Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar. Radar Banyumas (Jawa Pos Group) melaporkan, di tempat itu presiden memberikan bantuan kepada para pengungsi, khususnya yang rumahnya tertimpa tanah longsor. (paragraf 7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
329
Keempat, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa
menguraikan bantuan yang diberikan kepada korban longror. Khofifah
menjelaskan, para korban akan langsung diberi santunan berupa uang.
Besarannya Rp 5 juta bagi korban meninggal dan Rp 1 juta bagi korban
luka-luka. Jawa Pos juga mengulas lagi bentuan logistik berupa dua
truk berisi paket logistik yang berisi bahan pokok. Khofifah
menekankan bantuan juga akan dibagi ke beberapa lokasi yang
mengalami longsor. Untuk menangani korban bencana, Kemensos
menyediakan kamp pemulihan bagi anak-anak untuk mengurangi
trauma.
Kelima, Jawa Pos menghadirkan Kepala Pusat Data Informasi
dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho untuk menyampaikan data
informasi bencana longsor dan proses evakuasi. Data tersebut antara
lain jumlah jenazah yang ditemukan, jumlah pengungsi, rumah rusak,
sawah dan kebun yang rusak, serta hewan peternakan yang mati.
Sutopo menekankan bencana longsor Jemblung memakan korban
paling banyak selama tahun 2014.Mengenai proses evakuasi, Sutopo
mengatakan tim gabungan menurunkan anjing pelacak guna
mempercepat pencarian.
Teks berita Jawa Pos berisi 3 paragraf yang menguraikan
keberhasilan tim penyelamat membuka akses jalan. Uraian tersebut
berdasarkan keterangan dari Syamsul Maarif. Jawa Pos melanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
330
uraian sebanyak 5 paragraf mengenai peran Joko Widodo saat meninjau
lokasi longsoran. Joko Widodo meminta proses evakuasi dituntaskan
terlebih dahulu. Selain akan memberikan bantuan eksavator, Joko
Widodo memberikan bantuan berupa uang Rp 20 juta kepada Kepala
Desa Sampang, Purwanto untuk keperluan pengungsi. Purwanto pun
memberikan penekanan dengan menyebutkan jumlah warganya yang
mengungsi dan yang meninggal.
Jawa Pos melanjurkan uraian dengan 4 paragraf berisi
keterangan bantuan yang akan diberikan oleh Kemensos. Khafifah
menjelaskan para korban akab diberi santunan berupa uang. Selain
santunan, Kemensos juga membantu logistik serta kamp bagi anak-anak
untuk pemulihan trauma. Jawa Pos menutup berita dengan 7 paragraf
dengan menyajikan data informasi bencana dan perkembangan proses
evakuasi di Dusun Jemblung.
Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan peran
Joko Widodo yang memberikan bantuan, serta Kemensos yang tanggap
dengan memberikan sejumlah bantuan.
Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan keberhasilan
tim penyelamat membuka akses jalan provinsi. Pembukaan akses
tersebut merupakan bagian penting dalam upaya pencarian korban dan
penyaluran bantuan (what). Jawa Pos melanjutkan uraian mengenai
peran Joko Widodo yang meminta mefokuskan penanganan bencana
pada proses evakuasi, pemberian bantuan ekskavator untuk evakuasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
331
dan uang kepada kepala Desa Sampang untuk keperluan pengungsi
(who). Urain dilanjutkan dengan bantuan dari Kemensos berupa
santunan berupa uang tunai, keperluan logistik, dan kamp pemulihan
anak (what). Jawa Pos menutup dengan perkembangan data informasi
bencana serta proses evakuasi (how).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos menekankan
kepada khalayak keberhasilan tim penyelamat dalam penanganan
bencana. keberhasilan itu berupa membuka akses jalan yang penting
bagi pemberian bantuan dan proses evakuasi. khalayak bahwa terdapat
kesimpang siuran data bencana.
Dari struktur tematik, ada empat tema dalam teks berita.
Pertama, keberhasilan tim penyelamat membuka akses jalan penting
dalam upaya pencarian korban dan penyaluran bantuan. Tema ini dapat
dilihat dari uraian tim penyelamat yang bahu-mengbau mencari korban
berhasil membersihkan meterial longsoran yang memutus akses jalan
provinsi.
Tema kedua, peran langsung Presiden Joko Widodo pada
peristiwa bencana. Tema ini bisa dicermati dari permintaan untuk fokus
pada evakuasi serta bantuan berupa uang tunai senilai Rp 20 juta
kepada kepala Desa Sampang untuk memnuhi keperluan pengungsi.
Tema ketiga, Kemensos memberikan sejumlah bantuan. Tema
ini dilihat dari uraian Khofifah mengenai bantuan yang diberikan
berupa santunan uang tunai, logistik, dan kamp pemulihan anak. Jawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
332
Pos menutup dengan tema perkembangan data infromasi bencana dan
proses evakuasi yang menurunkan anjing pelacak. Tema ini digunakan
untuk menjelaskan perkembangan proses penanganan bencana.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Syamsul Maarif dilabeli “Ketua Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)”, Joko Widodo dilabeli “Presiden”,
Purwanto dilabeli “Kepala Desa Sampang”, Khafifah Indar Parawansa
dilabeli “Menteri Sosial”, Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas BNPB”. Label otoritas jabatan
menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak
berkompeten untuk menekankan informasi yang diberikan Jawa Pos.
Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion untuk
memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “bagian penting”
digunakan untuk menekankan keberhasilan tim penyelamat yang
membuka akses jalan provinsi untuk upaya pencarian korban dan
pemberian bantuan.
Untuk menekankan peran Joko Widodo, Jawa Pos
menggunakan leksikon “meminta”, “mengunjungi”, “mengimbau”, dan
“memberikan bantuan. Sementara penekanan dengan leksikon
“Santunan”, “bantuan logistik”, dan “kamp pemulihan” untuk
menunjukkan peran Kementerian Sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
333
Jawa Pos juga menampilkan foto untuk memperkuat
penekanan. Ada 3 foto yang ditampilkan. Foto pertama berjudul Bahu
Membahu dengan keterangan foto, tim penyelamat menarik korban
tewas yang tertimbun longsoran di Dusun Jemblung, banjarnegara,
Jateng. Sedikitnya 76 korban masih tertimbun. Dari judul dapat diamati
penekanan Jawa Pos pada kerjasama tim penyelamat dalam evakuasi.
Dapat dipahami sebagai upaya untuk menampilkan kinerja atau
perjuangan dari tim penyelamat untuk menemukan korban tertimbun.
Bahu-membahu lebih diartikan sebagai “perjuangan’.
Sementara, Jawa Pos menampilkan 2 foto Presiden Joko
Widodo dengan judul memantau. Salah satu foto menjelaskan Presiden
Joko Widodo meninjau proses pencarian koban. Sementara foto
satunya, di pesawat dalam perjalanan menuju lokasi bencana, presiden
membaca berita tentang longsor Banjarnegara.
Secara langsung foto tersebut menekankan peran seorang
Presiden saat terjadi bencana dengan meninjau lokasi bencana longsor.
Namun pada foto satunya merupakan upaya Jawa Pos yang secara tidak
langsung mengatakan “Presiden memantau bencana dengan membaca
Surat Kabar Jawa Pos”. Dapat dipahami sebagai cara menarik
perhatian khalayak sekaligus memperkuat posisi Jawa Pos sebagai
sumber informasi.
Jawa Pos juga menggunakan grafik yang merangkum data
informasi bencana. Data tersebut menyebutkan, jumlah korban tewas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
334
sebanyak 32 orang. Korban tertimbun 76 orang, jumlah pengungsi 649
orang, jumlah tim penyelamat Basarnas, Tagana, BPBD, BNPB, TNI,
Polri dan relawa. Jumlah kerugian 35 unit rumah dan satu masjid,
kebun palawija sejulas 5 hektar, dan peternakan warga. Jumlah
santunan korban Rp 5 juta untuk korban meninggal dan Rp 1 juta untuk
korban luka-luka. Jumlah bencana longsor di tahun 2014, frekuensi
kejadiaan bencana mencapai 337 kejadian, korban jiwa 267 dan daerah
rawan 274 Kabupaeten/kota (tidak termasuk Banjarnegara). Grafik yang
disertai ilustrasi evakuasi dan korban longsor tersebut untuk
memudahkan khalayak memahami peristiwa longsor yang terjadi.
Tabel 3.31 Analisis Framing Fokus Evakuasi, Tambah Alat Berat
Tim Penyelamat Temukan 32 Korban Meninggal
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang berwenang untuk mengurakan informasi.
Skrip Menguraikan keberhasilan tim penyelamat membuka akses jalan provinsi, bagian penting dalam upaya penyelamatan korban dan pemberian bantuan. Jawa Pos juga menampilkan peran sosok Joko Widodo dan Kemensos yang memberi bantuan. Sementara mengenai urain perkembangan proses evakuasi di taruh di belakang.
Tematik (1) Keberhasilan tim penyelamat membuka akses jalan penting dalam upaya pencarian korban dan penyaluran bantuan (2) Peran langsung Presiden Joko Widodo pada peristiwa bencana (3) Kemensos memberikan sejumlah bangtuan (4) Perkembangan data infromasi bencana dan proses evakuasi yang menurunkan anjing pelacak
Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Leksikon “bagian penting”, “meminta”, “mengunjungi”, “mengimbau”, “memberikan bantuan”, “Santunan”, “bantuan logistik”, dan “kamp pemulihan” Jawa Pos juga menampilkan foto tim penyelamat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
335
bahu-membahu menarik korban tewas untuk menunjukkan perjuangan tim penyelamat, foto Joko Widodo yang membaca Surat Kabar Jawa Pos guna memantau informasi bencana untuk menarik perhatian khalayak (secara tidak langsung menunjukkan Jawa Pos bacaan seorang presiden), sementara foto kunjungan Joko Widodo yang meninjau lokasi merupakan bukti kehadiran presiden di lokasi bencana. Menampilkan grafik untuk memudahkan khalyak memahami data informasi bencana longsor.
6. Frame Jawa Pos edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul Opsi
Relokasi untuk Desa Rawan Bencana
Tiga hari pascalongsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos
menampilkan artikel mengenai solusi yang diberikan untuk
penanganan korban bencana. Artikel tersebut berjudul “Opsi Relokasi
untuk Desa Rawan Bencana”. Jawa Pos mewacanakan opsi relokasi
sebagai langkah antisipatif mencegah korban longsor.Berita kategri
kejadian bencana ini terlihat sebagai upaya Jawa Pos menampilkan
intansi Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dan
Transmigrasi.
Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam
skema dalam berita. Dari judul yang dituliskan, dapat ditangkap
pandangan Jawa Pos melalui kata “opsi” atau menyebutkan pilihan
dari sejumlah alternatif. Relokasi dimaknai sebagai pilihan dari
sejumlah alternafi untuk penanganan desa rawan bencana. Jawa Pos
memandang pilihian ini lebih penting daripada yang lain. Dari
crossheadline “Relokasi Butuh Penyadaran Masyarakat” dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
336
dipahami perlu cara agar masyarakat tahu dan mengerti akan tindakan
relokasi.
Dalam teks berita, mengenai opsi relokasi, Jawa Pos
menampilkan satu narasumber saja. Menteri Desa Pembangunan
Daerah Tertinggaal dan Transmigrasi, Marwan Jafar digunakan Jawa
Pos menguraikan opsi relokasi bagi warga di daerah rawan untuk
mencegah timbulnya korban jiwa saat bencana terjadi. Melalui
kutipan langsung, Jawa Pos berupaya memberikan bukti tindakan
yang dilakukan untuk menangani warga di daerah rawa.
“Kami terus memberikan penyadaran ke masyarakat desa yang berminat pindah ke lokasi yang aman. Terkait dengan lokasi pemeindahan, kami tidak putuskan sendiri. Masyarakat tentu harus dilibatkan dalam pemilihan lokasi sehingga ada kesadaran bersama,” katanya di Jakarta kemarin (14/12). (paragraf 3)
Dia menjelaskan, daerah-daerah rawan bencana di Indonesia sudah pasti terdapat di setiap provinsi. Sebagian besar melingkupi desa-desa dan derah tertinggal. Karena itu, dia terus memberikan perhatian khusus terhadap pencegahan korban bencana alam. (paragraf 4)
“Kami tidak menginginkan jumlah rakyat Indonesia yang berduka karena bencana alam bertambah. Apalagi, Indonesia akan menghadapi musim penghujan. Ancaman longsor, banjir, gagal panen, dan masalah-masalah lainnya pasti berimbas ke masyarakat desa,” tuturnya. (paragraf 5)
Namun, Marwan menyatakan masih berhati-hati dalam melakukan rencana relokasi. Sebag, relokasi desa membutuhkan upaya yang tidak mudah. Selain menyadarkan masyarakat, dana yang dibutuhkan upaya yang tidak mudah untuk membangun infrastruktur di desa baru cukup besar. Karena itu, dia harus membandingkan mana opsi yang lebih menguntungkan. (paragraf 6)
“Upaya relokasi tentu saja kalau memang dibutuhkan. Misalnya, desa itu memang sudah zona rawan bencana dan tidak produktif sehingga tidak mungkin lagi ditempati oleh penduduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
337
Tapi, kalau tidak parah, kami bisa memperbaiki desa pascabencana,’ ungkapnya (paragraf 7)
Menurut dia, opsi tersebut juga bakal dikomunikasikan dengan kemerntrian dan badan terkait. “Hal ini akan dihitung, dipelajari, dan dipetakan sesuai dengan kebutuhan,” ungkapnya. (paragraf 8)
Apabila dicermati dari cuplikan berita di atas, naskah berita
merupakan satu kesatuan seluruh keterangan yang diungkapkan oleh
narasumber. Jawa Pos menggunakan uraian bertutur. Dari hasil
pengamatan penulis, wawancara dari narasumber ditulis utuh, hasil
wawancara diuraikan, kemudian menampilkan kutipan langsung. Pola
tersebut dilakukan berulang-ulang (who-what). Tidak ada upaya dari
Jawa Pos untuk memberikan wacana, berita hanya berupa
keseluruhan informasi dari narasumber.
Teks berita Jawa Pos berisi 2 paragraf yang menguraikan
solusi penanganan warga di daerah rawan berupa relokasi. Jawa Pos
menguraikan keterangan dari Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah tertinggal, dan Transmigrasi yang mengambil langkah
antisipatif sebagai solusi banyaknya warga yang tinggal didaerah
rawan. Opsi pencegahan bencana tersebut berupa relokasi. Keternagan
dari Marwan digunakan untuk melengkapi informasi yang
membutuhkan kesadaran masyarakat.
Jawa Pos memberikan uraian 3 paragraf mengenai peran
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. Peran tersebut berupa keterangan mengenai penyadaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
338
yang terus dilakukan kepada masyarakat terkait opsi relokasi. Marwan
juga mengungkapkan terus memberikan perhatian khusus terhadap
pencegahan korban bencana alam. Namun ungkapan tersebut tidak
diikuti bukti. Bahkan, hanya berupa kutipan langsung yang
mengatakan tidak menginginkan jumlah rakyak Indonesia berduka
karena bencana alam bertambah.
Berita ditutup dengan 4 paragraf yang menjelaskan perlu
membandingkan opsi relokasi dengan perbaikan desa. Penekanan
terlihat dari keterangan Marwan yang harus membandingkan mana
opsi yang lebih menguntungkan.
Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan
wacana relokasi merupakan cara antisipatif untuk mencegah
timbulnya korban jiwa.
Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan opsi relokasi
yang diuraikan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi (what). Uraian dilanjutkan dengan keterangan dari
Marwan yang mengungkapkan apa yang telah dilakukan (who-what).
Keterangan itu seperti terus memberikan penyadaran, terus
memberikan perhatian khusus, tidak menginginkan jumlah duka
meningkat akibat korban bencana. Namun hal tersebut tidak diikuti
keterangan berupa bukti apa saja tindakan yang telah dilakukan. Jawa
Pos menutup uraian dengan membandingkan opsi antara relokasi dan
memperbaiki desa (how).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
339
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos
menekankan bahwa instansi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi telah berperan dalam penanganan
bencana. instansi tersebut dinilai berupaya melakukan tindakan
antisipatif pencegahan korban dengan opsi relokasi.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,
opsi relokasi sebagai langkah antisipatif untuk mencegah korban jiwa
saat bencana. Tema tersebut dari keterangan dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Tema kedua, Kementerian Desa PDT dan Trasmigrasi telah
berperan aktif dalam penyadaran kepada masyarakat mengenai opsi
relokasi. Tema ini dilihat dari uraian Marwan yang menyebutkan terus
memberikan penyadaran ke masyarakat terkait opsi reloaksi. Tema
ketiga, harus membandingkan opsi yang lebih menguntungkan, antara
relokasi atau memperbaiki desa pascabencana. Tema ini dilihat dari
uraian penutup berita.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Marwan Jafar dilabeli Menteri Desa PDT dan
Transmigrasi. Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang
dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk menekankan
informasi yang diberikan Jawa Pos.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
340
Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion
untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “solusi”,
“antisipatif”, “penyadaran” dan “opsi relokasi” digunakan untuk
menekankan pada khalayak terkait cara untuk mengurangi jumlah
korban saat terjadi bencana.
Sementara “terus memberikan”, “perhatian khusus”, “tidak
menginginkan” merupakan cara Jawa Pos untuk menampilkan bukti
tindakan yang telah dilakukan instansi terkait. Meskipun dalam
uraiannya tidak nampak “bukti” tindakan yang telah dilakukan.
Tabel 3.32 Analisis Framing Opsi Relokasi untuk Desa Rawan Bencana
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang
mempunyai wewenang. Skrip Jawa Pos memberikan wacana relokasi sebagai langkah
antisipatif mencegah korban longsor. Uraian dari satu narasumber tersebut tanpa pembanding narasumber lain. Narasumber mengemukakan perannya namun tidak disertai data berupa bukti, maupun keterangan dari warga.
Tematik (1) Opsi relokasi sebagai langkah antisipatif untuk mencegah korban jiwa saat bencana (2 Kementerian Desa PDT dan Trasmigrasi telah berperan aktif dalam penyadaran kepada masyarakat mengenai opsi relokasi (3) Harus membandingkan opsi yang lebih menguntungkan, antara relokasi atau memperbaiki desa pascabencana
Retoris Label otoritas jabatan. Menggunakan sejumlah kata “terus memberikan”, “perhatian khusus”, “tidak menginginkan” untuk menekankan informasi dari narasumber. Leksikon relokasi untuk menjelaskan upaya memindahkan warga ke tempat yang lebih aman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
341
7. Frame Jawa Pos edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul
Cuaca Buruk, Evakuasi Dihentikan Lagi
Empat hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa
Pos menampilkan artikel terkait bencana. Artikel tersebut berjudul
“Cuaca Buruk, Evakuasi Dihentikan Lagi”. Jawa Pos memandang
bencana dengan korban jiwa terjadi karena kesalahan warga yang
menyalahgunakan alat deteksi dini yang disediakan pemerintah.
Pemerintah sendiri memandang opsi relokasi sebagai solusi utama
penanganan bencana di Banjarnegara.
Berita kategori pascabencana ini merupakan peran Jawa Pos
untuk menginformasikan tindakan yang dilakukan pemerintah terkait
penanganan korban longsor. Jawa Pos tidak begitu luas menampilkan
sudut pandanga karena uraian yang ditulis tidak lengkap memberikan
data, bukti, maupun keterangan nari narasumber lain.
Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam
skema berita. Judul yang ditampilkan jelas menampilkan pengentian
evakuasi.Dari kata penghentan lagi, dapat dipahami bahwa kejadian
tersebut berulang akibat cuaca buruk.
Mengenai crossheadline, Jawa Pos menulis “Jumlah Korban
Tewa Jadi 52 Orang”. Judul tersebut sebagai informasi yang dianggap
penting oleh Jawa Pos untuk disampaikan kepada khalayak.
Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang
ditampilkan Jawa Pos mewawancari tiga narasumber untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
342
menguraikan informasi. Narasumber pertama, Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Sutopo Purwo Nugroho digunakan Jawa Pos untuk
menjelaskan kendala evakuasi, jumlah warga Jemblung yang menjadi
korban longsor, penyebab longsor, dan upaya yang telah dilakukan
untuk mencegah bencana berupa peringatan dini.
Mengenai kendala evakuasi, Jawa Pos menampilkan kutipan
langsung dari Sutopo,
“Beberapa kendala pencarian korban adalah hujan yang dapat memicu longsor susulan, lumpur tebal, wilayah tertimbun longsor cukup luas, kondisi tanah masih labi,” jelas Sutopo di Jakarta kemarin. (paragraf 2)
Terkait jumlah korban longsor Sutopo pun memberikan
keterangan. Namun, terdapat perbedaan jumlah korban yang
disampaikan Sutopo. Entah kesalahan wartawan Jawa Pos atau
memang kutipan utuhnya seperti itu dan ditulis apa adanya.
Berdasar data posko tanggap darurat bencana longsor terkait penmuan korban tadi malam, tercatat total jumlah korban tewas mencapai 52 orang. (paragraf 5)
Dengan demikian, 52 jiwa korban longsor belum ditemukan. Dari 52 korban tewas, enam orang belum dapat diidentifikasi dan 46 korban sudaah diidentifikasi dan diserahkan ke pihak keluarga. Korban telah dimakamkan saat ini,” papar Sutopo. (paragraf 6)
Sutopo menuturkan, pihaknya memperkirakan, lebih dari 108 orang tertimbun longsor. Sebab berdasar informasi yang diterima BNPB, saat kejadian, ada sejumlah kendaraan rosa empat dan roda dua yang melintas di jalan raya..
....selain itu, Jumlah penduduk Dusun Jemblung mencapai 308 jiwa dan 200 orang di antara mereka berhasil menyelamatkan diri. (paragraf 7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
343
Dari uraian di atas tentu nampak kurangnya kehati-hatian
wartawan dalam menyebutkan data, sehingga yang ditampilkan
kurang akurat.
Mengenai penyebab longsoran, Sutopo memaparkan pihaknya
memetakan sejumlah faktor. Di antaranya, material penyusun bukit
Telagalele adalah endapan vulkanik tua sehingga solum tanah tebal
dan lapuk. Kemeriringan lereng lebih dari 60 persen. Mahkota longsor
berada pada kemiringan lereng 60 hingga 80 persen.
“Sebelumnya juga terjadi hujan deras pada 10-11 Desember sehingga tanah jenuh dengan air. Lalu, tanaman di atas bukit adalah tanaman semusim (palawija dan tahunan yang tidak rapat). Budidaya pertanian juga tidak mengindahkan konservasi tanah dan air, di mana tidak ada terasering pada lereng tersebut,’ paaprnya. (paragraf 10)
Perihal peringatan dini yang telah dilakukan, Sutopo
menegaskan selama ini pihaknya cukup getol menyosialisasikan
peringatan dini terjadinya bencana di lokasi tersebut. Pemerintah
sudah membekali masyarakat di daerah rawan longsor dengan
berbagai pelatihan dan pengetahuan terkait bencana longsor. Bahkan
telah ditempatkan saranan berupa alat sistem peringatan dini longsor
atau landslide early warning sistem (LEWS) di lokasi rawan longsor.
Sutopo menekankan, alat tersebut disalahgunakan warga.
“Banyak saya temukan di beberapa daerah, alat LEWS (alat sistem peringatan dini longsor atau landslide early warning sistem) ini malah dijadikan kandang kambing, jemuran, atau dibiarkan sehingga jadi sarang semut. Bahkan, ada yang sengaja diputus kabelnya. Ketika saya tanya kenapa, mereka bilang alat itu bikin deg-degan, karena alat itu bunyi, jika ada longsor kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
344
saja. Padahal, (longsor) yang besar tidak terjadi, makanya digunting,’ ucap Sutopo. (paragraf 14)
Dari uraian tersebut jelas Sutopo menyalahkan masyarakat
yang menyalahgunakan alat deteksi dini. Namun, tidak nampak
penjelasan daerah mana yang melakukan tindakan tersebut. Jawa Pos
pun tak memberikan konfirmasi kejadian tersebut, hanya dari
penuturan Sutopo.
Narasumber ke dua, Wakil Presdien, Jusuf`Kalla menekankan
pemerintah segera melakukan relokasi. Keterangan tersebut diperjelas
dengan keterangan narasumber ketiga, Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono. Basuki menjelaskan relokasi
menjadi solusi utama yang diprioritaskan karena risiko bencana
longsor sulit dihindari. Untuk tahap awal, relokasi akan segera
dilakukan untuk keluarga yang menjadi korban longsor. Pemerintah
akan membangun 300 rumah baru.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusul Kalla mengatakan, pemerintah sudah memetakan lokasi-lokasi rawan bencana longsor di Banjarnegara. Karena itu, untuk upaya pencegahan, pemerintah akan segera menjalankan program relokasi atau memindahkan masyarakat ke lokasi yang lebih aman. (paragraf 15)
“Kalau saya lihat, tebingnya curam-curam. Masyarakat di sekitar situ harus direlokasi remua,’ ijarnya di kantor wakil presiden kemarin (15/12). (paragraf 16)
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menambahkan, berdasar pantauan di lapangan, wilayah Banjarnegara memang sangat rentan bencana longsor, baik dari sisi geologis maupun struktur lapisan tanahnya. “Jadi, masuk kategori wilayah berisiko tinggi.” (paragraf 17)
Menurut Basuki, ada tiga hal yang menjadi sorotan. Pertama. Topografi atau bentang alam berupa tebing-tebing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
345
curam. Kedua, pola tanam masyarakat di perbukitan. Ketiga, pola curah hujan. Kalau curah hujan tinggi, kemungkinan longsor di lokasi lain tinggal menunggu waktu,” ucapnya. (paragraf 18)
Karena itu, lanjut dia, relokasi menjadi solusi utama yang diprioritaskan. Sebab risiko bencna lonsgor sulit untuk dihindari. Namun, Basuki mengaku bahwa relokasi pun tidak mudah. Sebab, sulit mencari lokasi aman di Banjarnegara. “Jadi, kami sangat hati-hati,” ujarnya. (paragraf 19)
Dari cuplikan berita di atas, dapat terlihat upaya Jawa Pos
untuk menampilkan sosok Jusuf Kalla yang memberikan informasi
mengenai pemerintah yang akan segera melakukan relokasi. Namun
dalam uraian, yang menjelaskan mengenai relokasi adalah Basuki.
Dapat dipahami cara tersebut untuk menampilkan Jusuf Kalla dalam
berita yang dituliskan Jawa Pos.
Teks berita Jawa Pos dibuka dengan uraian 3 paragraf yang
menuliskan kendala pencarian korban. Cuaca buruk yang kembali
melanda mengakibatkan proses evakuasi dihentikan. Beberapa
kendala pencarian korban adalah hujan yang dapat memicu longsor
susulan, lumpur tebal, wilayah tertimbun cukup luas, dan kondisi
tanah masih labih.
Uraian dilanjutkan dengan infromasi jumlah korban dalam 6
paragraf. Sutopo menyebutkan lebih kurang 2.000 personel tim
gabungan terus mencari korban. Sebanyak 12 alat beras dari
Kementerian PU Pera dikerahkan untuk membersihkan longsoran
jalan. Tercatat total jumlah korban tewas mencapai 52 orang. Jawa
Pos menyebutkan 52 jiwa korban belum ditemukan. Sutopo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
346
memperkirakan lebih dari 108 orang tertimbun. Penekanan jumlah
korban terlihat dari uraian jumlah penduduk Jemblung mencapat 308
jiwa dan 200 orang di antara mereka berhasil menyelamatkan diri.
Jawa Pos juga menguraikan peran yang telah dilakukan
pemerintah untuk mencegah bencana dalam 6 paragraf. Berdasarkan
uraian, Sutopo menyalahkan warga yang menyalahgunakan alat
deteksi dini. Jawa Pos menutup berita dengan 6 paragraf uraian upaya
relokasi dan 1 paragraf kesimpulan korban yang ditemukan sejumlah
52.
Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan
wacana pemerintah menyalahkan warga yang menyalahgunakan alat
deteksi dini sehingga terjadi bencana longsor yang memakan banyak
korban jiwa.
Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan penjelasan
mengenai proses evakuasi yang terhambat cuaca (how). Jawa Pos
menguraikan hasil evakausi yang menemukan 52 korban meninggal
(what). Dalam uraian berikutnya pemerintah menyalahkan bencana
longsor yang terjadi karena penyalahgunaan alat deteksi dini oleh
masyarakat (why). Jawa Pos menutup uraian dengan pandangan
relokasi sebagai solusi utama pencegahan bencana (how).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos
memandang proses evakuasi yang terhenti karena cuaca lebih penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
347
untuk didahulukan dari pada informasi lain terkait penyebab bencana,
maupun tindakan pemerintah dalam penanganan bencana.
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,
proses evakuasi yang kembali ditunda karena cuaca buruk
menemukan 52 korban meninggal. Tema ini bisa dilihat dari uraian
Sutopo mengenai kendala evakuasi serta jumlah korban ditemukan.
Tema kedua, Pemerintah menyalahkan warga yang
menyalahgunakan alat deteksi dini. Tema ini dapat dilihat dari uraian
dari Sutopo yang menyatakan pemerintah telah menyosialisasikan
peringatan dini, namun sarana berupa alat deteksi dini longsor
disalahgunakan masyarakat dengan menjadikannya sebagai kandang
kambing, jemuran, bahkan memotong kabel karena alat tersebut tidak
berfungsi dengan baik.
Tema ketiga, pemerintah menjadikan relokasi sebagai solusi
utama untuk menghindari bencana longsor. Tema ini dapat dilihat dari
keterangan Jusuf Kalla dan diperjelas dengan uraian dari Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadi Muljono.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB)”, Jusuf Kalla dilabeli “Wakil Presiden”, dan Basuki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
348
Hadimuljono dilabeli “Menteri Pekerjaan Umum”. Label otoritas
jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari
pihak berkompeten untuk mendukung pandangan Jawa Pos.
Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon untuk
memberikan penekanan berupa “opso relokasi” dan “solusi utama”.
Tabel 3.33 Analisis Framing Cuaca Buruk, Evakuasi Dihentikan Lagi
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang
berwenang . Jawa Pos menampilkan sosok Jusuf Kallan yang memberikan keterangan pemerintah sudah memetakan lokasi rawan longsor di Banjarnegara.
Skrip Mengutamakan informasi terhentinya proses evakuasi karena cuaca buruk. Jawa Pos memberi pandangan pemerintah sudah melakukan tindakan peringatan dini, namun masyarakat menyalahgunakan alat deteksi dini. Jawa Pos juga memberikan pandangan relokasi menjadi solusi utama yang diprioritaskan.
Tematik (1) Proses evakuasi yang kembali ditunda karena cuaca buruk menemukan 52 korban meninggal (2) Pemerintah menyalahkan warga yang menyalahgunakan alat deteksi dini (3) Pemerintah menjadikan relokasi sebagai solusi utama untuk menghindari bencana longsor
Retoris Pemberian label jabatan serta penggunaan leksikon “opsi relokasi” dan “solusi utama untuk menguatkan pandangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
349
8. Frame Jawa Pos edisi Rabu 17 Desember 2014 yang Berjudul
Dusun Tetangga Ikut Longsor : Temukan Motor dan Mobil
Tertimbun Tanah
Lima hari pascalongsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa
Pos menampilkan artikel terkait proses identifikasi korban longsor.
Artikel tersebut berjudul “Dusun Tetangga Ikut Longsot : Temukan
Motor dan Mobil Tertimbun Tanah”. Jawa Pos menampilkan
pandangan ancaman longsor di Banjarnegara terbukti. Dalam teks
berita, Jawa Pos menampilkan kejadian longsor di Demplok sebagai
peristiwa utama kemudian menjelaskan perkembangan evakuasi
korban.
Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan upaya
Jawa Pos memberikan bukti ancaman longsor di Banjarnegara
memang nyata.Jawa Pos juga beruha memberikan informasi
perkembangan evakuasi korban. Selain itu, keterangan dari Bupati
Banjarnegara, dapat dipahami sebagai cara Jawa Pos imenampilkan
pejabat tersebut. Karena bila dilihat sejak awal, narasumber yang
memberikan keterangan terkait bencana analah Wakil Bupati
Banjarnegara.
Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam
skema berita. Judul penggoda yang ditampilkan jelas menampilkan
peristiwa yang diangkat berupa kejadian longsor di dusun yang
berdekatan dengan Dusun Jemblung. Longsor berjarak 5 km dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
350
Jemblung menimpa Dusun Demblok, Desa Leksana, Kecamatan
Karangkobar mengakibatkan jalan Karangkobar-Pekalongan yang
sebelumnya bisa dilintasi kendaraan tertutup longsoran tanah.
Sementara dalam judul pemberitahu “Temukan Motor dan
Mobil Tertimbun Tanah” merupakan upaya Jawa Pos memberikan
informasi terkait perkembangan evakuasi di Jemblung. Hal itu bisa di
amati dalam uraian mengenai proses indentifikasi kendaraan yang
ditemukan.
Dalam teks berita Jawa Pos menampilan dua informasi,
pertama mengenai bencana lonsgor di Dusun Demblok, Desa Leksana,
Kecamatan Karangkobar dan perkembangan evakuasi korban longsor
di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar.
Mengenai longsor di Dusun Demplok, Jawa Pos
mewawancarai 2 Marwan warga setempat dan Mardiyanto warga yang
berada dilokasi saat bencana terjadi. Jawa Pos memberikan uraian
sebagai berikut,
Tebing yang longsor memiliki ketinggian sekitar 25 meter, sangat terjal, serta gundul. Tidak ada tanaman keras yang tersisa karena tanah yang miring tersebut digunakan untuk penyemaian sayuran. Tak mengherankan, ketika hujan turun, bencana longsor tak dapat terhindarkan. (paragraf 3)
Mawan, warga setempat, mengatakan bahwa peristiwa longsor tidak hanya terjadi kali ini. Bencana itu memang sering menimpa wilayah tersebut. Menurut dia, Kamis lalu (11/12) tiga titik juga longsor. “Satu titik jaraknya sekitar 1 kilometer, yang dua dekat dari sini,” katanya di lokasi. Peristiwa longsor di Kecamatan Karangkobar membuat dia takut. Karena itu, dia tidak berani melintas ketika hujan turun. (paragraf 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
351
Dari uraian yang dikemukakan narasumber tersebut, banyak
ketidakjelasan informasi. Pertama, narasumber merupakan warga
Dusun Demplok, bukannya menjelaskan bencana yang menutup jalan,
akan tetapi malah menguraikan bencana di tempat lain. Penyebutan
titik longsor pun kurang jelas karena tidak diikuti penjelasan
mengenai titik yang disebut. Selain itu, tanggapan yang diberikan
mengenai bencana longsor di Jemblung, bukan di Demplok.
Mengenai informasi yang ditampilkan, dapat dilihat uraian
longsoran di Demplok merupakan hasil pengamatan wartawan Jawa
Pos. Sebaiknya diberi keterangan menurut pengamatan atau
sejenisnya. Nampak opini wartawan yang menyebutkan “tak
mengherankan, ketika hujan turun, bencana longsor tak dapat
terhindarkan”. Tak ada narasumber yang memberikan penekanan.
Bahkan salah satu warga setempat hanya menyebut bencana sering
terjadi, tanpa penjelasan penyebab maupun dampak longsoran.
Jawa Pos berupaya memberikan penekanan akan
pandangannya mengenai seringnya bencana yang melanda dengan
keterangan dari Mardiyanto. Warga yang berada di lokasi saat terjadi
bencana longsor tersebut menjelaskan ada retakan baru tak jauh dari
lokasi saat longsoran baru selesai dibersihkan.
Mardiyanto, warga yang berada dilokasi saat bencana itu terjadi, mengaku khawatir. Sebab, saat longsoran tanah baru saja bisa dibersihkan, sudah terjadi retakan yang tak jauh dari lokasi tersebut. (paragraf 8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
352
Dari penulisan tersebut, dapat diamati keterangan “warga yang
berada di lokasi saat bencana terjadi”. Namun, perlu diperhatikan
uraian berita yang disajikan oleh Jawa Pos sama sekali tidak
menunjukkan penyebab yang pasti, hanya berupa pandangan dari
wartawan yang dituliskan tanpa ada keterangan dari narasumber.
Sementara itu terkait evakuasi bencana longsor di Jemblung,
Jawa Pos menampilkan Kapolress Banjarnegara, AKBP Wika
Hardianto untuk menjelaskan identifikasi penemuan kendaraan di
lokasi longsoran dan Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo yang
mengemukakan masa tanggap darurat bencana longsor di Kabupaten
Banjarnegara ditetapkan sejak 8 sampai 21 Desember 2014.
Wika menjelaskan, hingga kini pihaknya masih melakukan
identifikasi. 6 di antara 14 sepeda motor yang ditemukan sudah berasil
diidentifikasi. Salah satu mobil Suzuki APV D 1463 QY juga berhasil
diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan mengecek nomor rangka
dan nomor mesin kendaraan. Hasilnya dicocokkan dengan data
samsat.
Dengan metode pengecekan semacam itu, ruang lingkup pencarian bisa dipersempit. Menurut dia, setelah pemilik kendaraan diketahui, akan dilakukan pengecekan. ‘Siapa yang naik kendaraan tersebut, termasuk berapa penumpangnya,” terangnya. Dengan begitu, upaya identifikasi korban bisa lebih mudah. (paragraf 12)
Dia menambahkan, sejumlah korban yang ditemukan sedang berkendara bukan merupakan warga Dusun Jemblung. Mereka adalah warga yang kebetulan melintas. (paragraf 13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
353
Penulis menemukan sejumlah uraian yang agak janggal
“ditemukan sedang berkendara”. Mungkin yang dimaksud wartawan
Jawa Pos korban yang ditemukan dalam kendaraan. Penulis menilai
wartawan Jawa Pos kurang hati-hati dalam menulis berita, keakuratan
serta kelengkapan berita masih kurang diperhatikan.
Jawa Pos berupaya menampilkan peran seorang Bupati
Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo. Sutedjo menegaskan masa
tanggap darurat bencana longsor di Kabupaten Banjarnegara
ditetapkan sejak 8 sampai 21 Desember 2014. Apa yang dikemukakan
oleh Sutedjo sebenarnya sesuatu yang tidak perlu. Mengingat kejadian
sudah 5 hari berlalu. Data yang disampaikan kurang aktual, bahkan
kalah dengan status tanggap darurat yang dikeluarkan Ganjar
Pranowo, yang juga ditulis oleh Jawa Pos pada edisi 14 Desember
2014. Hal itu diperkuat tanpa adanya uraian yang menanggapi
keterangan dari Sutedjo.
Artinya, sebelum peristiwa longsor di Dusun Jemblung pun, Pemkap Banjarnegara sudah berada dalam masa darurat karena ada bencana longsor di Kecamatan Wnayasa, Pejawaran, dan Sigaluh. “Dengan adanya longsor yang lebih besar di Dusun Jemblung, Konsentrasi penanganan darurat dialuhkan di sini,” kata Bupati. (paragraf 14)
Teks berita Jawa Pos dibuka dengan uraian 5 paragraf
mengenai bencana longsor di Dusun Demplok. Jawa Pos
menguraikan pandangan mengenai wacana penyebab longsor.
Narasumber digunakan untuk memberikan wacana bencana longsor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
354
sudah sering terjadi. Hal itu diperkuat dengan naras sumber lain yang
melihat ada retakan baru seusai pembersihan material longsor di
Dusun Demplok.
Berita dilanjutkan dengan 6 paragraf berupa identifikasi
kendaraan yang ditemukan. Jawa Pos menguraikan keterangan bahwa
sejumlah korban yang ditemukan merupakan pengendara yang
kebetulan melintas saat terjadi longsoran di Jemblung. Urain
dilanjutkan dengan 1 paragraf keterangan Bupati Banjarnegara yang
menyebutkan wilayah Banjarnegara sudah dalam masa tanggap
darurat sejak 8 sampai 21 Desember 2014. Uraian tersebut merupakan
upaya Jawa Pos menampilkan sosok bupati.
Jawa Pos menutup dengan 2 paragraf pantauan Radar
Banyumas informasi jumlah korban yang ditemukan. Dalam uraiannya
Jawa Pos menjelaskan jumlah korban, lokasi penemuan, dan proses
evakuasi yang dihentikan karena hujan.
Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan
wacana tebing yang ditanami sayur tanpa tanaman keras akan
mengakibatkan longsor saat hujan turun. Jawa Pos juga memberikan
penekanan bahwa sebagian korban yang ditemukan menrupakan
pengguna jalan yang melintas saat terjadi longsoran. Jawa Pos pun
berupaya menampilkan peran seorang bupati dan menampilkan peran
media yang memantau di lokasi bencana untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
355
informasi mengenai data korban yang berhasil dievakuasi dan
diidentifikasi.
Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan informasi
mengenai longsor yang menimpa Dusun Demplok (what). Bencana
tersebut diwacanakan dengan penyebab longsor berupa tebing yang
ditanami sayuran tanpa tanaman keras dan terkena hujan deras (why).
Wacana tersebut diperkuar dengan kesaksian narasumber yang
mengaku melihat retakan baru saat pembersihan material longsor di
Demplong selesai.
Jawa Pos melanjukat dengan membei informasi sejumlah
kendaraan berhasil dievakuasi dan diidentifikasi (what). Dari hasil
identifikasi, ditegaskan sebagian korban yang ditemukan bukan warga
Jemblung, melainkan pengguna jalan yang melintas saat terjadi
longsoran di Dusun Jemblung (who). Jawa Pos menampilkan sosok
Buati Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo yang menegaskan
Kabupaten Banjarnegara telah ditetapkan sejak 8-21 Desember 2014
(who-what). Urian ditutup mengenai keterangan jumlah korban yang
ditemukan, yang berhasil diidentifikasi, dan evakuasi yang ditunda
karena hujan deras (how).
Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos
memandang infromasi bencana di daerah lebih penting daripada
perkembangan proses evakuasi di Dusun Jemblung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
356
Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,
terjadi longsoran di Dusun Demplok, Desa Leksana, Kecaamatan
Karangkobar yang menutup akses jalan Karangkobar-Pekalongan.
Tema ini dilihat dari uraian Jawa Pos dan keterangan yang
dikemukakan oleh narasumber.
Tema kedua, dari hasil identifikasi kendaraan, sejumlah
korban yang ditemukan bukan warga Jemblung, melainkan
pengendara yang sedang melintas saat peristiwa longsor di Dusun
Jemblung.
Tema ketiga, informasi mengenai Kabupaten Banjarnegara
yang dtetapkan masa tanggap darurat sejak 8 sampai 21 Desember
2014. Tema ini merupakan upaya Jawa Pos menampilkan sosok
bupati. Tema keempat, perkembangan data informasi bencana. Tema
ini merupakan upaya menampilkan peran Jawa Pos yang berada di
lokasi untuk memantau perkembangan informasi.
Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan
penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai
adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang
diwawancarai. Wika Hardianto dilabeli “AKBP, Kapolres
Banjarnegara”, Sutedjo Slamet Utomo dilabeli “Bupati Banjarnegara”.
Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan
berasal dari pihak berkompeten untuk memberikan keterangan
maupun informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
357
Jawa Pos menampilkan dua buah foto untuk memberi
penekanan berupa bukti. Salah satu foto berjudul “Mengenaskan”
dengan keterangan foto digunakan untuk menekankan pandangan
adanya pengguna jalan yang ikut tertimbun material longsoran di
Jemblung. Keterangan foto dapat diamati di bawah ini.
Bodi mobil Suzuki APV ditemukan tim SAR dalam kondisi rusak parah. Ironisnya, belum diketahui berapa orang yang menumpang mobil tersebut. Hanya dipastikan, saat kejadian mobil itu melaju di jalanan Karangkobar.
Sementara foto satunya berjudul “Longsor Susulan” sebagai bukti
peristiwa longsoran di Dusun Demplok. Foto tersebut dilengkapi
keterangan sebagai berikut.
Dusun Demplok, Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, menyusul tertimbun longsoran. Untung, warga antisipatif dan terhindar dari bencana seperti di Desa Jemblung.
Tabel 3.34 Analisis Framing
Dusun Tetangga Ikut Longsor Temukan Motor dan Mobil Tertimbun Tanah
Elemen Strategi Penulisan
Skematis Menampilkan warga untuk menekankan peritiwa longsor
di Dusun Demplok. Mawan warga setempat malah digunakan untuk memberi penekanan longsor diKarangkobar membuatnya takut dan tidak berani melintas (jalan) saat hujan, sementara Mardiyanto warga yang berada dilokasi saat bencana terjadi (pengguna jalan) digunakan untuk menekankan pandangan bencana longsor yang sering terjadi di kawasan tersebut. Mardiyanto memberi keterangan retakan baru saat pembersihan material longsor. Menampilkan narasumber yang mempunyai otoritas jabatan.
Skrip Menutamakan informasi kejadian bencana di Dusun Demplok. Jawa Pos memberi pandangan berdasar identifikasi kendaraan, ada sejumlah pengguna jalan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
358
ikut tertimbun longsor di Dusun Jemblung. Jawa Pos juga berupaya menampilkan sosok Bupati Banjarnegara.
Tematik (1) Terjadi longsoran di Dusun Demplok, Desa Leksana, Kecaamatan Karangkobar yang menutup akses jalan Karangkobar-Pekalonga (2) Hasil identifikasi kendaraan, sejumlah korban yang ditemukan bukan warga Jemblung, melainkan pengendara yang sedang melintas saat peristiwa longsor di Dusun Jemblung (3) informasi mengenai Kabupaten Banjarnegara yang dtetapkan masa tanggap darurat sejak 8 sampai 21 Desember 2014
Retoris Pemberian label jabatan. Menampilkan foto mobill yang rusak untuk memberikan penekanan pada pandangan adanya pengguna jalan yang ikut tertimbun longsor di Jemblung. Jawa Pos juga menampilkan foto evakuasi longsoran di Demplok sebagi bukti.
C. Perbandingan Framing Berita Bencana Tanah Longsor di
Banjarnegara Pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi
Desember 2014
Peristiwa longsor yang menimbun Dusun Jemblung, Desa
Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah merupakan salah satu peristiwa besar di penghujung tahun 2014.
108 warga dikabarkan terkubur longsoran. Hingga akhir pencarian,
ditemukan 95 korban meninggal dan 13 dinyatakan hilang. Longsor di
Banjarnegara bukan kali ini saja terjadi. Bahkan sebagian besar wilayah
Banjarnegara dinyatakan rawan longsor. Ada yang bilang longsor
termasuk kategori bencana tidak terduga, namun ada juga yang mengaku
tidak kaget dengan kejadian longsor di Dusun Jemblung karena sudah ada
tanda-tanda akan adanya bencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
359
Segera setelah bencana melanda, media pers menyiarkan bencana
alam tersebut, pejabat birokrasi lekas memberikan instuksi penanganan
bencana, warga memberikan kesaksian, dan instansi penanganan bencana
beserta lembaga sosisal turun ke lapangan memberikan bantuan. Pada
peristiwa bencana, tidak ada kepentingan dari pihak-pihak tertentu,
bencana tidak memiliki konteks politik yang terjadi, tidak menciptakan
gerakan sosial, namun bencana mampu menimbulkan kepanikan moral dan
kecemasan berkepanjangan yang terjadi pada masyarakat. Media
mempunyai pandangan sendiri dalam memaknai kejadian bencana. Frame
masing-masing media menentukan bagaimana fakta diambil, siapa yang
diwawancarai, bagaimana hasil wawancara itu diperlakukan, ditulis dan
ditempatkan dalam halaman surat kabar.
Kompas memandang peristiwa bencana longsor di Banjarnegara
sebagai peristiwa penting yang perlu diinformasikan kepada khalayak.
Lebih dari itu, bahkan niatan Kompas untuk menyadarkan khalayak
terhadap peristiwa bencana pun dapat diamati dari berita yang ditampilkan,
narasumber yang diwawancarai, dan wacana yang diberikan. Kompas tidak
hanya memberitakan mengenai longsor besar di Jemblung pada 12
Desember 2014, tetapi juga kejadian bencana di sejumlah daerah untuk
memperkuat pandangan. Bila ditarik dari analisa, Kompas menampilkan
25 artikel berita dan 3 foto lepas. Kompas menampilkan berita mengenai
bencana longsor Banjarnegara sejak 1 Desember 2014 atau 11 hari
sebelum longsor besar yang menimbun Dusun Jemblung. Berita tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
360
menuliskan kejadian longsor yang memutuskan jalan utama di Kecamatan
Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Sementara artikel
Kompas mengenai bencana longsor di Banjarnegara berakhir pada 23
desember 2014 atau 11 hari pascabencana longsor. Kompas menulis
artikel yang menginformasikan seluruh korban selamat tempati rumah
sewa sambil menunggu selesainya pembangunan tempat relokasi.
Dalam pemberitaan bencana longsor, artikel Kompas sudah
mencakup mulai dari prabencana, kejadian bencana, dan pascabencana.
Untuk menguatkan pandangan, Kompas menampilkan 69 narasumber
meliputi warga, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, pemerintah pusat,
ahli, instansi penanganan bencana, hingga LSM lebih detailnya dapat
diamati dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.35 Narasumber yang Diwawancarai Surat Kabar Kompas
No. Nama Keterangan Tanggal Terbit
1 Joko Widodo Presiden Edisi 15 Desember
2014 2 Andi Widjajanto Sekretaris Kabinet Edisi 14 Desember
2014 3 Siti Nurbaya
Bakar Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup
Edisi 14 Desember 2014
4 Basuki Hadimuljono
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Edisi 15 dan 16 Desember 2014
5 Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah Edisi 14 Desember 2014
6 Sutedjo Slamet Utomo
Bupati Banjarnegara Edisi 22 Desember 2014
7 Hadi Supeno Wakil Bupati Banjarnegara
Edisi 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, dan 23 Desember 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
361
8 Jabes Gagana Wakil Bupati Sangihe, Sulawesi Utara
Edisi 22 Desember 2014
9 Partono Kepala Desa Sampang Edisi 15 Desember 2014
10 Nurhadi Kepala Desa Kalitlaga Edisi 1 Desember 2014
11 Manadi Tokoh Masyarakat Pakenjeng, Garut
Edisi 1 Desember 2014
12 Karman Warga Banyumas Edisi 1 Desember 2014
13 Durohim Warga Ambal (400 meter dari Jemblung)
Edisi 16 Desember 2014
14 Wartono Warga Sijeruk Edisi 18 Desember 2014
15 Sarno Warga Jemblung Edisi 14 Desember 2014
16 Bini Warga Jemblung Edisi 14 Desember 2014
17 Harno Warga Jemblung Edisi 14 Desember 2014
18 Sutinem Warga Jemblung yang merantau
Edisi 14 Desember 2014
19 Taroni Warga Jemblung Edisi 15 Desember 2014
20 Tomo Petani, Warga Jemblung Edisi 15 dan 16 Desember 2014
21 Badriah Warga Jemblung di pengungsian
Edisi 16 Desember 2014
22 Dayus Warga Jemblung di pengungsian
Edisi 16 Desember 2014
23 Toflani Warga Jemblung Edisi 16 Desember 2014
24 Suparno Warga Jemblung Edisi 17 Desember 2014
25 Sunoto Warga Jemblung Edisi 23 Desember 2014
26 Yono Warga Jemblung Edisi 23 Desember 2014
27 Haryanto Kepala Seksi Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara
Edisi 5 Desember 2014
28 Surono Kepala Badan Geologi Edisi 14 dan 15 Desember 2015
29 Edvin Aldrian Kepala Pusat Penelitian Edisi 14 Desember
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
362
dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
2014
30 A Fachri Radjab Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG
Edisi 14 Desember 2014
31 Gede Suantika Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG
Edisi 15 Desember 2014
32 Kristianto Kepala Seksi Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
Edisi 16 Desember 2014
33 Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Edisi 13, 14, 15, dan 16 Desember 2014
34 Raditya Jati Deputi Direktur Pencegahan Bencana BNPB
Edisi 18 Desember 2014
35 Agus Haryono Kepala Kantor Badan SAR Nasional Semarang
Edisi 14 Desember 2014
36 Tri Joko Priyono Kepala Seksi Operasi Badan SAR Nasional Jawa Tengah
Edisi 15 Desember 2014
37 Sarwa Pramana Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah
Edisi 20 Desember 2014
38 Catur Subandrio Kepala Pelaksanan Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara
Edisi 15 Desember 2014
39 Andri Sulistyo Anggota staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara
Edisi 1 Desember 2014
40 Aji Pratama Heru
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar
Edisi 14 Desember 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
363
41 Joko Sudibyo Kepala Bidang Kedaruratan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang
Edisi 23 Desember 2014
42 Gede Jaya Serataberana
Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi Bali
Edisi 23 Desember 2014
43 Nyoman Wijaya Kepala BPBD Badung, Bali
Edisi 22 Desember 2014
44 Hentje Tamboto Kepala BPBD Sangihe, Sulawesi Utara
Edisi 22 Desember 2014
45 Bernard Lamia Kepala BPBD Kota Jayapura, Papua
Edisi 14 Desember 2014
46 Edi Prasetyo Utomo
Peneliti longsor senior pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Edisi 15 dan 16 Desember 2014
47 Teuku Faisal Fathani
Ali longsor, Peneliti longsor pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM)
Edisi 15 dan 16 Desember 2014
48 Adrin Tohari Pakar geoteknik dari kelompok riset Pergerakan Tanah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Edisi 18 Desember 2014
49 Abdul Muhari Peneliti Internasional Research Institute of Disaster Science (IRIDeS)-Jepang
Edisi 17 Desember 2014
50 Deni Bram Ahli hukum lingkungan dari Universitas Tarumanegara
Edisi 16 Desember 2014
51 52 Edi Rohmatullah Komandan Kodim
0704/Banjarnegara Letkol (Inf)
Edisi 14, 17, 18, 19, dan 21 Desember 2014
53 Edison Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf)
Edisi 22 Desember 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
364
54 Tia Kurniawan Kepala Subdivisi Tanggap Darurat Pemulihan dan Rekonstruksi Palang Merang Indonesia (PMI)
Edisi 8 Desember 2014
55 Catur Sudiro Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI)
Edisi 8 Desember 2014
56 Fary Djemy Francis
Anggota Kappija-21 yang juga Ketua Komisi V DPR
Edisi 8 Desember 2014
57 Insan Nurrohman
Wakil Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Edisi 8 Desember 2014
58 M Edi Waluyo Wakil Ketua Yayasan Bina Karta Lestari
Edisi 20 Desember 2014
59 Sudharto P Hadi Rektor dan Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro
Edisi 16 Desember 2014
60 Agus Purwadianto
Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Edisi 16 Desember 2014
61 Yuli Budiningsih Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI
Edisi 16 Desember 2014
62 Wahyu Wilopo Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Edisi 16 Desember 2014
63 Nur Hadi Amiyanto
Kepala Dinas Pendidikan Jateng
Edisi 20 Desember 2014
64 Alfian Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya
Edisi 5 Desember 2014
65 Heri Sogiri Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya
Edisi 5 Desember 2014
66 Teguh Dwi Paryono
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng
Edisi 16 Desember 2014
67 Achmad Yurianto
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis
Edisi 15 Desember 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
365
Kesehatan Kementerian Kesehatan
68 Asturi Putri Anggota Tim Penanggulangan Bencana Ikatan Dokter Indonesia
Edisi 15 Desember 2014
69 Reza Rahardian Dokter posko pengungsian di Desa Ambal dari PKU Muhammadiyah temanggung
Edisi 16 Desember 2014
Frame mengenai bencana longsor di Banjarnegara, Kompas
memandang sebagai bencana dalam kategori bisa diprediksi, bisa diamati
gejalanya, dan bisa dicegah. Dalam pemberitaan, selain memberikan
informasi terkait perkembanganan penanganan bencana, Kompas
memberikan pandangan berupa peringatan dini berupa ancaman bencana
susulan serta ancaman bencana di sejumlah daerah dalam lingkup nasional,
identifikasi gelaja longsor, memberi kritik kepada pemerintah, dan jalan
keluar berupa penanganan longsor dengan cara mitigasi bencana.
Kritik yang diberikan cenderung menyalahkan pemerintah yang
tidak tanggap hingga bencana longsor dengan korban jiwa selalu berulang.
Kompas menguatkan pandangan dengan pakar yang menyebutkan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Mengenai mitigasi bencana, Kompas menekankan pada revitalisasi
kearifan lokal dari pada relokasi yang menjadi program penanganan
korban bencana oleh pemerintah. Kompas juga memberikan pandangan
perlunya edukasi bencana dan perbaikan tata guna lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
366
Sementara, meskipun Jawa Pos juga memandang peristiwa
bencana longsor di Banjarnegara sebagai peristiwa penting yang perlu
diinformasikan kepada khalayak, namun banyak hal yang perlu dicermati
dalam isi artikelnya. Berita yang ditampilkan Jawa Pos hanya dalam
kategori kejadian bencana. Mengenai peristiwa longsor di Banjarnegara
Jawa Pos menampilkan 8 artikel yang disajikan pada edisi 13 Desember
2014 hingga 17 Desember 2014. Berita terakhir yang ditampilkan Jawa
Pos mengenai sejumlah korban tertimbun merupakan pengguna jalan.
Jawa Pos sama sekali tidak menampilkan warga Jemblung dalam
artikelnya, hanya ada narasumber dari pemerintah, dari instansi
penanganan bencana, dan dua warga yang menjelaskan kejadian longsor
memutuskan jalan di Demplok. Narasumber Jawa Pos dapai diamati di
bawah ini.
Tabel 3.36 Narasumber yang Diwawancarai Surat Kabar Jawa Pos
No. Nama Keterangan Tanggal Terbit
1 Joko Widodo Presiden Edisi 15 Desember 2014
2 Jusuf Kalla Wakil Presiden, Ketua Umum PMI
Edisi 14 dan 16 Desember 2014
3 Andi Widjajanto Sekretaris Kabinet Edisi 14 Desember 2014
4 Khofifah Indar Parawansa
Menteri Sosial Edisi 14 dan 15 Desember 2014
5 Marwan Jafar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), dan Transmigrasi
Edisi 15 Desember 2014
6 Basuki Hadimuljono
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Edisi 16 Desember 2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
367
Rakyat 7 Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah Edisi 14 Desember
2014 8 Sutedjo Slamet
Utomo Bupati Banjarnegara Edisi 17 Desember
2014 9 Hadi Supeno Wakil Bupati
Banjarnegara Edisi 13 Desember 2014
10 Purwanto Kepala Desa Sampang Edisi 15 Desember 2014
11 Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Edisi 13, 14, 15,dan 16 Desmber 2014
12 Syamsul Maarif Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Edisi 15 Desember 2014
13 Wika Hardianto Kapolres Banjarnegara, AKBP
Edisi 17 Desember 2014
14 Mawan Warga Demplok Edisi 17 Desember 2014
15 Mardiyanto Warga yang berada di lokasi saat longsor yang memutuskan jalan di Demplok
Edisi 17 Desember 2014
Minimnya narasumber yang diwawancarai tentu berpengaruh pada
frame Jawa Pos. Jawa Pos memandang pemerintah telah berperan baik
dalam penanganan bencana dengan segera memberikan bantuan kepada
korban bencana. Jawa Pos juga terkesan menjadi corong pemerintah yang
menampilkan peran instansi bahkan pejabat dalam memberikan bantuan.
Hal itu terlihat tidak adanya pihak warga yang diwawancarai, serta
menjelaskan dengan detail bangtuan yang diberikan. Sementara mengenai
kejadian bencana, Jawa Pos memandang warga sebagai pihak yang
bersalah karena menyalahgunakan alat deteksi dini longsor yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
368
disediakan pemerintah. Jawa Pos juga terkesan mendukung penuh obsi
relokasi bagi warga yang jelas-jelas ditentang oleh Kompas. Namun
pandangan dari Jawa Pos tidak diperkuat dengan data, hanya uraian dari
narasumber tanpa pembanding.
Perbedaan yang mencolok antara Jawa Pos dan Kompas juga dapat
diamati dari inti penekanan penanganan bencana. Kompas lebih
menekankan pada cara penanganan bencana dengan revitalisasi berupa
mitigasi bencana, edukasi bencana, serta perbaikan tata guna lahan,
sementara Jawa Pos yang menjadi corong pemerintah jelas
mengedepankan pada relokasi penduduk. Kompas mempunyai kesalahan
dalam penyebutan nama salah satu narasumber, Kepala Desa Sampang
disebutkan bernama Partono. Sementara Jawa Pos menyebut Kepala Desa
Sampang bernama Purwanto. Berdasarkan penelusuran penulis diberbagai
pemberitaan media massa, nama yang ditulis adalah Purwanto. Dalam hal
peyebutan tim evakuasi Jawa Pos menggunakan kata “Tim Penyelamat”
yang menggambarkan orang yang menyelamatkan korban, sementara
Kompas menggunakan kata “Relawan” menggambarkan orang yang
melakukan sesuatu dengan sukarela. Dalam hal isi berita, Kompas
mengungkap masalah, memberi kritik serta solusi dalam kejadian bencana
longsor, sementara Jawa Pos lebih menampilkan bantuan yang diberikan
oleh pemerintah untuk korban maupun instansi lain seperti PMI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
369
Tabel 3.37 Perbandingan Frame
Elemen Kompas Jawa Pos Frame Bencana longsor merupakan
bencana dalam kategori bisa diprediksi, bisa diamati gejalanya, dan bisa dicegah. Kejadian longsor dengan korban jiwa yang berulang adalah bentuk ketidakpedulian pemerintah. Pemerintah mengabaikan peringatan dini. Perlu perubahan paradigma ke mitigasi bencana, perbaikan edukasi bencana dan tata guna lahan. Menekankan perluya revitalisasi untuk penanganan bencana. Menyebut tim evakuasi sebagai relawan.
Pemerintah telah berperan baik dalam penanganan bencana dengan memberikan sejumlah bantuan. Warga menyalahgunakan alat deteksi dini sehingga tidak berfungsi saat terjadi longsor. Melihat sisi yang lebih menguntungkan antara revitalisasi dan relokasi, Jawa Pos lebih menekankan pada relokasi sebagai upaya penaanganan bencana sesuai dengan upaya pemerintah. Menyebut tim evakuasi sebagai penyelamat.
Skematis Wawancara pakar longsor, pakar hukum, LSM, dan warga korban longsor untuk memperkuat pandangan. Kompas mengungkap masalah, memberi kritik dan solusi. Kompas juga meminta keterangan dari instansi penanganan bencana dan pemerintah sebagai pembanding. Menampilkan peran instansi dalam penanganan bencana.
Wawancara pejabat birokrasi pemerintah dan instansi penanganan bencanan untuk memberikan informasi dan pandangan. Jawa Pos lebih menekankan pada penyampaian bantuan yang diberikan pemerintah. Sementara sama sekali tidak memberi ruang bagi warga korban longsor. Menampilkan peran pejabat birokrasi maupun instansi dalam penanganan bencana.
Skrip Menginformasikan kondisi warga serta penanganan bencana. Kompas juga menjelaskan mengenai peringatan dini, identifikasi gejala longsor, jalan keluar berupa mitigasi bencana.
Menginformasikan bantuan yang diberikan kepada warga serta proses penanganan bencana. Menampilkan peran pejabat dan instansi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
370
memberi kritik terhada pemerintah. Menekankan pada aspek revitalisasi dalam proses mitigasi bencana serta Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dan dalam UU 1945, adalah hak konstitusional warga neagara memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Menyalahkan pemerintah yang mengabaikan peringatan dini sehingga ada korban jiwa saat kejadian longsor.
pemberian bantuan. Menekankan pada aspek relokasi dalam penanganan korban bencana, dengan melihatnya dari sisi ekonomis dibandingkan dengan revitaliasi. Menyalahkan warga yang menyalahgununakan alat deteksi dini sehingga ada korban jiwa saat kejadian longsor.
Tematik (1) Memberikan peringatan dini ancaman longsor di kawasan Banjarnegara serta ancaman sejumlah bencana di berbagai daerah di Indonesia (2) Membantu khlayak untuk mengidentifikasi dan mengatasi gejala longsor untuk mencegah terjadinya bencana (3) Perlu pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi bencana bukan relokasi (4) Menginformasikan kejadian bencana longsor di Dusun Jemblung (5) Menginformasikan penanganan bencana serta memberikan peringatan dini longsor susulan serta bencana susulan di daerah lain , mengungkap masalah bahwa bencana longsor di Jemblung tinggal menunggu waktu, serta membantu khalayak mengidentifikasi daerah longsor berupa menyajikan peta kerentanan bencana longsor(6) Mengungkap masalah bencana longsor di Banjarnegara berupa pelanggaran tata guna lahan, pemerintah yang abai terhadap peringatan dini dan memberikan kritik serta solusi perlunya
(1)Simpang siur data informasi bencana (2) Kemensos bergerak cepat memberikan bantuan dan informasi mengenai proses evakuasi yang terhambat cuaca (3) Presiden Jokowi akan kunjungi lokasi bencana (4) peran Gubernur Ganjar Pranowo menjamin bantuan aman serta informasi bantuan dari PMI (5) Peran presiden beri bantuan, menguraikan bantuan dari Kemensos (6) Opsi relokasi sebagai langkah antisipatif, menampilkan kementerian Desa PDT Transmigrasi telah berperan aktif, serta membandingkan opsi yang lebih menguntungkan antara relokasi atau revitalisasi (7) Pemerintah menyalahan warga yang menyalahgunakan alat deteksi dini longsor serta memberikan informasi relokasi sebagai solusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
371
perubahan pemerintah dari perspektif tanggap darurat ke mitigasi bencana serta rekomendari melakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat (7) Memberikan edukasi bencana kepada khalayak tentang penanganan korban longsor (8) Mengungkap permasalahan korban selamat di pengungsian yang memiliki beban pikiran serta kesehatan terganggu (9) Memberikan informasi tanggap darurat hingga 19 Desember dan bisa diperpanjang hingga 14 hari serta memberikan peringatan dini ancaman longsor susulan di Dusun Jemblung dan cara pencegahannya(9) Memberikan informasi kepada khalayak mengenai identifikasi longsor berupa tanda bencana longsor serta mengungkapkan longsor bisa dimitgasi dengan revitalisasi kearifan lokal (10) Mengungkap bahwa warga tidak mendapatkan pengenalan gejala alam serta menginformasikan pemerintah akan melakukan relokasi (11) Memberikan informasi adanya 3 longsoran baru yang mengakibatkan jumlah pengungsi semakin banyak dan mengungkap kesulitan mencari lahan relokasi, Kompas juga menampilkan kondisi tempat relokasi korban longsor di Bnjarnegara tahun 2006 yang terkena longsor (12) Memberikan kritik pada pemerintah mengenai penanganan bencana dengan perlunya belajar dari bencana yang terjadi serta mengungkap permasalahan lemahnya penanganan bencana di
utama hindari bencana longsor (8) informasi kejadian bencana yang menutup jalan di Demplok, mengungkap sejumlah korban tertimbun merupakan pengguna jalan, serta menampilkan peran Bupati Banjarnegara yang sebenarnya telah menetapkan status tanggap darurat pada 8 hingga 21 Desember.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
372
Indonesia disebabkan minimnya riset mengenai bencana, Kompas memberikan jalan keluar berupa perbaikan manjemen bencana nasional (13) Memberikan informasi mengenai pemerntah yang akan memasang alat deteksi dini dan kerjasama dengan pakar dalam mencari tempat relokasi serta memberikan peringatan dini 34 titik rawan longsor (14) Mengungkapkan alasan pemerintah melakukan relokasi karena Dusun Jemblung tidak layak ditempati serta informasi mengenai warga yang ditempatkan rumah sewa sambil menunggu pembangunan relokasi selesai (15) Mengungkap edukasi bencana kepada siswa sekolah yang masih lemah serta perlunya komitmen kepala daerah dan pemda dalam edukasi dan sosialisasi kebencanaan (16) Menginformasikan tempat relokasi yang belum positif serta secepatnya warga menempati rumah sewa (17) Pencarian ditutup dengan penemuan 95 korban ditemukan dan 13 lainnya dinyatakan hilang serta menginformasikan longsor juga terjadi di sejumlah daerah (18) Kompas menutup dengan informasi keseluruhan korban telah tempati rumah sewa, tempat relokasi pengungsi di Alian masih dihuni 1.200 warga terancam longsor, serta sejumlah daerah mulai mengantisipasi bencana dengan menyiapkan relawan dan peralatan
Retoris Label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber yang diwawancarai, memberikan bukti
Label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber yang diwawancarai. Jawa