Konstruksi-Media-Tentang-Mitigasi-Bencana-Tanah-Longsor ...

303
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 71 BAB III KONSTRUKSI REALITAS BENCANA TANAH LONGSOR DI BANJARNEGARA PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 1-23 DESEMBER 2014 Pada bab III ini akan disajikan data dan analisis teks berita di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos. Data yang disajikan mengenai konstruksi realitas yang dilakukan kedua surat kabar terkait pemberitaan bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara pada Desember 2014. Berita yang diteliti adalah berita yang terbit periode 1-23 Desember 2014. Periode yang tetapkan penulis mengacu pada kejadian bencana yang melanda Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada 12 Desember 2014. Pada periode tersebut memungkinkan pemberitaan bencana dalam masa prabencana, kejadian bencana, dan pascabencana. Untuk menganalis berita, peneliti menggunakan analisis framing Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Model analisis framing milik Pan-Kosicki dapat melihat bagaimana media memandang suatu peristiwa dan bagaimana media menekankan fakta dengan menonjolkan atau menghilangkan fakta yang ada dilapangan dengan unsur retoris. Kelengkapan ini membantu peneliti mengkaji berita secara lebih detail.

Transcript of Konstruksi-Media-Tentang-Mitigasi-Bencana-Tanah-Longsor ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

BAB III

KONSTRUKSI REALITAS BENCANA TANAH LONGSOR

DI BANJARNEGARA

PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS

EDISI 1-23 DESEMBER 2014

Pada bab III ini akan disajikan data dan analisis teks berita di Surat Kabar

Kompas dan Jawa Pos. Data yang disajikan mengenai konstruksi realitas yang

dilakukan kedua surat kabar terkait pemberitaan bencana tanah longsor di Dusun

Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara pada

Desember 2014. Berita yang diteliti adalah berita yang terbit periode 1-23

Desember 2014. Periode yang tetapkan penulis mengacu pada kejadian bencana

yang melanda Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada 12 Desember 2014. Pada periode

tersebut memungkinkan pemberitaan bencana dalam masa prabencana, kejadian

bencana, dan pascabencana.

Untuk menganalis berita, peneliti menggunakan analisis framing

Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Model analisis framing milik Pan-Kosicki

dapat melihat bagaimana media memandang suatu peristiwa dan bagaimana media

menekankan fakta dengan menonjolkan atau menghilangkan fakta yang ada

dilapangan dengan unsur retoris. Kelengkapan ini membantu peneliti mengkaji

berita secara lebih detail.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Pan dan Kosicki menggunakan skema berita, kelengkapan berita, detail,

koherensi, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, grafis dan metafora. Pada model

tersebut juga digunakan struktur sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), skrip

(cara wartawan mengisahkan fakta), tematik (cara wartawan menulis fakta) dan

retoris (cara wartawan menekankan fakta). Keempat struktur analisis tersebut

akan digunakan untuk menganalisis teks berita sehingga dapat diketahui

pemelihan isu dalam berita, baik dari wacana, narasumber, maupun

penekanannya.

Dalam analisis ini, penulis meneliti keseluruhan berita mengenai bencana

tanah longsor di Banjarnegara dalam periode 1-23 Desember 2014 dan berita yang

terkait dengan bencana longsor yang melanda pada Jumat 12 Desember 2014.

Setelah pemilihan berita, terdapat 36 berita yang akan diteliti oleh peneliti dari

Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos. Pada Surat Kabar Kompas terdapat 25 artikel

berita dan 3 foto lepas. Sementara pada Surat Kabar Jawa Pos terdapat 8 artikel

berita.

Peneliti melakukan analis dengan cara membedah teks berita

menggunakan tabel analisis model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Hasil

pembedahan teks berita diuraikan penulis kemudian membandingkan konstruksi

kedua surat kabar. Sementara untuk tabel analis teks berita, oleh peneliti

diletakkan di halaman lampiran. Keseluruhan berita yang dipilih peneliti disajikan

dalam tabel sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 3.1 Daftar Berita Surat Kabar Kompas yang Dianalisis

No. Tanggal Terbit Judul Berita Halaman

1 Senin, 1 Desember 2014

Longsor, Lima Desa terisolasi : 70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan Longsor

Halaman 22, Rubrik Nusantara

2 Selasa, 2 Desember 2014

Jalan Utama Halaman 15, Rubrik Umum

3 Jumat, 5 Desember 2014

Lahan Kritis Rentan Banjir dan Longsor

Halaman 22, Rubrik Nusantara

4 Senin, 8 Desember 2014

Pastikan Bantuan Bencana Tepat : Masyarakat Mempersepsikan Diri Sebagai Korban

Halaman 13, Rubrik Iptek : Lingkungan dan Kesehatan

5 Selasa, 9 Desember

Waspadai Musim Hujan Halaman 13 Iptek : Lingkungan dan Kesehatan

6 Sabtu, 13 Desember

Longsor, 108 Warga Belum Ditemukan

Halaman 1

7 Minggu, 14 Desember 2014

Duka menimpa Banjarnegara : Longsor Diperkirakan Mengubur Sekitar 100 Warga

Halaman 1

8 Minggu, 14 Desember 2014

Kimat Kecil di Dusun Jemblung

Halaman 1

9 Minggu, 14 Desember 2014

Ancaman Longsor Masih Besar : Penduduk di Zona Rentan Longsor Makin Banyak

Halaman 7, Rubrik Nusantara

10 Senin, 15 Desember 2014

35 Korban Teridentifikasi ; Pemerintah Fokus Melakukan Evakuasi

Halaman 1

11 Senin, 15 Desember 2014

Tanggap Darurat Tidaklah Cukup

Halaman 1

12 Senin, 15 Desember 2014

Benahi Sistem Mitigasi Bencana Longsor : Longsor Masih Berpotensi, Identifikasi Daerah Rawan

Halaman 14, Iptek : Lingkungan dan Kesehatan

13 Senin, 15 Desember 2014

Utamakan Korban Luka Mengancam Jiwa

Halaman 14, Iptek : Lingkungan dan Kesehatan

14 Selasa, 16 Nasib Mereka Setelah Halaman 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Desember 2014 Bencana 15 Selasa, 16

Desember 2014 Waspada Longsor Besar Susulan : Status Tanggap Darurat hingga 19 Desember 2014

Halaman 13, Rubrik Iptek : Lingkungan dan Kesehatan

16 Selasa, 16 Desember 2014

Pembusukan Terjadi, Lingkugan Memburuk

Halaman 14, Rubrik Iptek Lingkung dan Kesehatan

17 Selasa, 16 Desember 2014

Wajah Abai Peran Negara Halaman 14, Rubrik Iptek Lingkung dan Kesehatan

18 Selasa, 16 Desember 2014

Revitalisasi Kearifan Lokal : Masyarakat Belum Mendapat Sosialisasi Bencana yang Cukup

Halaman, 21 Rubrik Nusantara

19 Rabu, 17 Desember 2014

Perkampungan Relokasi Longsor

Halaman 1

20 Rabu, 17 Desember 2014

Belajar dari ALam Halaman, 14 Rubrik Iptek : Lingkungan dan Kesehatan

21 Rabu, 17 Desember 2014

Terjadi Longsoran Baru, 700 Warga Mengungsi : Pemkab Banjarnegara Kesulitan Cari Lahan Relokasi

Halaman 22, Rubrik Nusantara

22 Kamis, 18 Desember 2014

Sebanyak 34 Titik Rawan Longsor Ditemukan

Halaman 14, Rubrik Iptek : Lingkungan dan Kesehatan

23 Kamis, 18 Desember 2014

Longsor Ancam 3 Dusun : Sukarelawan Longsor Banjarenagra Tewas Tertimpa Alat Berat

Halaman 22, Rubrik Nusantara

24 Jumat, 19 Desember 2014

Empat Alternatif Lahan Relokasi Disiapkan

Halaman 21, Rubrik Nusantara

25 Sabtu 20 Desember 2014

Pendidikan Kebencanaan Masih lemah

Halaman 13, Iptek : Lingkungan dan Kesehatan

26 Minggu, 21 Desember 2014

Pengungsi Secepatnya Tinggalkan Pengungsian

Halaman, 10 Rubrik Nusantara

27 Senin, 22 Desember 2014

Pencarian Korban Longsor Berakhir

Halaman 15, Rubrik Umum

28 Selasa, 23 Desember 2014

Semua Korban Selamat Tempat Rumah Sewa

Halaman 22, Rubrik Nusantara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 3.2 Daftar Berita Surat Kabar Jawa Pos yang Dianalisis

No Tanggal Judul Halaman 1 Sabtu, 13 Desember 2014 Bukit 1 Km

Longsor Hamanan1

2 Minggu, 14 Desember 2014 Baru 17 Korban Ditemukan, 91 Terkubur : Hujan Deras Hentikan Evakuasi

Halaman 1

3 Minggu, 14 Desember 2014 Daerah Lain Juga Harus Waspada

Halaman 1

4 Minggu, 14 Desember 2014 Ganjar Tetapkan Jateng Darurat Bencana

Halaman 3, Rubrik Berita Utama

5 Senin, 15 Desember 2014 Fokus Evakuasi, Tambah Alat Berat : Tim Penyelamat Temukan 32 Korban Meninggal

Halaman 1

6 Senin, 15 Desember 2014 Opsi Relokasi untuk Desa Rawan Bencana

Halaman 1

7 Selasa, 16 Desember 2014 Cuaca Buruk, Evakuasi Dihentikan Lagi

Halaman 1

8 Rabu ,17 Desember 2014 Dusun Tetangga Ikut Longsor : Temukan Motor dan Mobil Tertimbun Tanah

Halaman 12, Rubrik Sosok dan Sisi Lain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

A. Analisis Framing Berita Bencana Tanah Longsor di Banjarnegara

Pada Surat Kabar Kompas Edisi 1-23 Desember 2014

1. Frame Kompas edisi Senin 1 Desember 2014 yang Berjudul

Longsor, Lima Desa Terisolasi : 70 Persen Wilayah Banjarnegara

Rawan Longsor

Dua hari setelah terjadi longsor yang memutuskan jalan

utama di wilayah Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara,

Jawa Tengah Kompas menuliskan berita berjudul “Longsor, Lima

Desa Terisolasi : 70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan Longsor”.

Longsor tersebut dimaknai Kompas sebagai peristiwa yang

menimbulkan ancaman bencana dengan korban jiwa. Kompas

melakukan strategi wacana adanya ancaman bencana dengan

menampilkan pandangan dari instansi penanganan bencana, Anggota

Staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang

mengemukakan data sebagian besar wilayah Banjarnegara rawan

longsor. Kompas juga menampilkan ancaman sejumlah bencana yang

terdapat di beberapa daerah di Indonesia.

Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran Kompas

untuk memberikan peringatan dini kepada khalayak. Sudut pandang

yang diberikan Kompas tidak hanya kejadian peristiwa longsor.

Namun, Kompas juga memberi pandangan ancaman bencana longsor

di Banjarnegara dan daerah lain. Secara lebih luas, Kompas juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

menyajikan peristiwa bencana banjir dan hujan disertai angin kencang

yang sedang terjadi di sejumlah daerah.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul penggoda (headline teaser) “Longsor, Lima

Desa Terisolasi” yang menggunakan kata “terisolasi” sangat jelas

menunjukkan akibat bencana longsor yang terjadi. Headline teaser

digunakan untuk menarik perhatian khalayak. Namun, bagaimana

Kompas memandang peristiwa longsor itu nampak dari judul

pemberitahu (headline teller) “70 Persen Wilayah Banjarnegara

Rawan Longsor”. Headline teller tersebut merupakan bagian

terpenting dan mempertegas maksud berita Kompas yang mempunyai

pesan mengenai adanya ancaman bencana di sebagian besar wilayah

Banjarnegara. Ancaman bencana dapat lihat dari kata “rawan” yang

digunakan Kompas. Rawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti mudah menimbulkan gangguan atau bahaya. Dengan

menggunakan headline teller, Kompas menekankan kepada khalayak

bahwa ada ancaman bencana longsor di wilayah Banjarnegara.

Secara lebih luas Kompas menambahkan bencana lain yang

sedang terjadi, terlihat dari cross headline “Banjir”. Kompas

menyajikan peristiwa banjir yang menggenangi sejumlah areal

persawahan di Banyumas, Jawa Tengah. Hujan disertai dengan angin

kencang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Lamongan, Tuban,

Bojononegoro, dan Gresik, Jawa Timur. Dengan berita tersebut,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Kompas memberi wacana bahwa bencana dan ancaman bencana juga

terjadi di daerah lain.

Kompas menuliskan lead untuk menampilkan hal yang paling

penting dari keseluruhan uraian dalam artikel. Kompas memandangan

peristiwa bencana longsor penting untuk menarik perhatian sekaligus

informasi penting bagi khalayak. Hal itu tampak pada kutipan berita

berikut :

“Jalan Utama di wilayah Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga Minggu (30/11) masih terputus akibat tertimbun tanah dari longsoran tebing sepanjang 75 meter dengan tinggi 3 meter yang ambrol pada Sabtu. Ribuan warga dari lima desa pun terisolasi dari pusat kabupaten.” (paragraf 3) Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari

empat narasumber : Kepala Desa Kalitlaga Nurhadi, Anggota staf

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Andri

Sulistyo, Tokoh masyarakat Pakenjeng Ade Madadin, dan seorang

warga Desa Pekaja Karman (50). Nurhadi menyampaikan kondisi

longsor dan menekankan pada potensi longsor yang mengancam

korban jiwa, sementara Kompas mempertegas penekanan pada

ancaman bencana di Banjarnegara menggunakan keterangan dari

Andri Sulistyo berupa data BPBD berupa 70 persen wilayah

Banjarnegara rawan longsor, antara lain di Kecamatan Batur,

Karangkobar, Pagentan, dan Banjarmangu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Kompas menampilkan penanganan longsor di Garut dengan

mewawancari tokoh masyarakat Pakenjeng, Ade Manadi. Adi Manadi

menjelaskan pembersihan titik longsor di Jatiwangi dan Bokongrandu.

Sementara, Karman (50) digunakan Kompas untuk memberikan bukti

dampak bencana banjir yang merugikan warga. Warga Desa Pekaja,

Kecamatan Kalibagor tersebut mengatakan banjir menggenangi 5

hektar sawah di wilayahnya mengakibatkan kerugian 1 juta per hektar.

Teks berita Kompas berisi tentang pandangan adanya ancaman

bencana. Kompas menuliskan 6 paragraf awal menjelaskan peristiwa

longsor di jalan utama wilayah Kecamayan Pagentan, Kabupaten

Banjarnegara yang mengakibatkan 5 desa terisoliasi. Lima desa

tersebut adalah Desa Kalitlaga, Metawana, Kayuares, Gumingsir, dan

Desa Karang. Kondisi jalan utama sama sekali tidak dapat dilalui

kendaraan. Kompas juga menguraikan keterangan Nurhadi mengenai

penyebab terjadinya longsor. Tebing tersebut longsor akibat hujan

deras yang mengguyur wilayah perbukitan itu beberapa hari terakhir.

Sebelumnya jalan di wilayah yang konturnya labil tersebut juga retak.

Selain memutus akses transportasi, longsoran juga mengancam rumah

warga, sebab saat musim hujan pergerakan tanah di wilayah itu sangat

terasa.

Kompas menuliskan kutipan untuk memberikan penekanan pada

uraian. Kutipan digunakan memperkuat informasi yang diberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Kompas kepada khalayak. Khalayak seakan mendapatkan informasi

langsung dari narasumber.

“Jalan hanya dapat dilalui jika berjalan kaki. Ini yang dilakukan warga jika akan pergi ke pasar atau sekolah. Sementara sepeda motor dan mobil harus memutar lebih jauh sekitar 10 kilometer,” kata Kelapa Desa Kalitlaga Nurhadi. (paragraf 3)

.... “Longsor ke arah bawah di sisi utara sejauh sekitar 600

meter dan ke sisi barat 800 meter. Adapun yang berpotensi longsor juga ke arah selatan atau masuk wilayah Desa Metawanan sekitar 500 meter,” kata Nurhadi. (paragraf 6) Mengenai peran narasumber, Kompas lebih menampilkan

instansi dari pada pejabatnya. Dapat dilihat dari penggunaan kata

“pemerintah desa sudah mengimbau” pada cuplikakan berita di

bawah ini :

“Pemerintah desa sudah mengimbau warga membuat jalan darurat yang dapat dilalui kendaraan kecil. Warga dilarang melewati jalan yang terkena longsor sebelum ada penanganan dari pemerintah untuk menghindari potensi tertimbun longsor susulan.” (paragraf 7)

Kompas melanjutkan uraian untuk memberi tanggapan terhadap

peristiwa longsor dari instansi penanganan bencana, Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam 2 paragraf.

Anggota staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Andri Sulistyo mengatakan, pemerintah secepatnya membersihkan material longsoran. Dia juga mengimbau warga untuk berhati-hati saat melintasi jalan di bawah tebing, terutama saat hujan, karena berpotensi longsor. (paragraf 8) Penggunaan kata “pemerintah secepatnya” oleh Kompas lebih

menampilkan instansi dalam hal tindakan penanganan bencana. Dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

uraian di atas juga terlihat upaya Kompas untuk menampilkan

pemerintah yang tanggap terhadap kejadian bencana longsor. Uraian

dari Nurhadi yang mengungkapkan “sebelum ada penanganan dari

pemerintah” seakan ditanggapi langsung oleh Andri yang mengatakan

“pemerintah secepatnya”. Kata secepatnya menunjukkan tindakan

yang dilakukan sesegera mungkin.

Kompas juga menekankan pandangan dengan menampilkan data

dari instansi penanganan bencana BPBD Banjarnegara.

Berdasarkan data BPBD Banjarnegara, sekitar 70 persen wilayah banjarnegara rawan longsor, antara lain di Kecamatan Batur, Karangkobar, Pagentan, dan Banjarnegara. (paragraf 9) Kompas melanjutkan uraian mengenai longsor yang terjadi di

Garut dalam 5 paragraf. Kompas memberi pandangan longsor juga

rawan terjadi di daerah lain. Dalam hal ini Kompas memberikan

pandangan berupa kejadian longsor di Garut. Kompas mengimbau

warga was-was saat melintasi jalan raya yang berbatasan dengan

tebing-tebing tanah karena rawan longsor.

Pandangan tersebut dijelaskan dengan uraian tiga kejadian

longsor tebing tanah di tepi jalan dipicu hujan deras. Sabtu lalu,

longsor membuat Jalan Garut Kota-Kecamatan Bungbulang di Desa

Jalatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, tertimbun tanah, akses jalan

lumpuh.

Sepuluh hari sebelumnya, hujan deras membuat tebing tanah di

Desa Neglasari, Kecamatan Cisompet, longsor. Longsoran menutup

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Jalan Raya Garut-Pameungpeuk. Tinggi timbunan tanah sekitar 1,5

meter sepanjang 35 meter.

Kompas juga menghadirkan narasumber untuk menekankan

pandangan yang diberikan. Dalam 3 kejadian longsor di atas, Kompas

menulisakan kutipan langsung dari narasumber.

“Dua titik di Jatiwangi dan Bojongrandu sudah dibersihkan. Masih ada satu titik longsor Bojongrandu yang menunggu dibersihkan. Targetnya akan dibersihkan malam ini, “ kata tokoh masyarakat Pakenjeng, Ade Manadin. (paragraf 14)

Kompas menampilkan pandangan bencana lain yang merugikan

warga juga terjadi di sejumlah daerah dalam 4 paragraf. Kompas

memberikan pandangan dengan menampilkan banjir yang melanda

Banyumas, Jawa Tengah serta menuliskan kutipan langsung untuk

menegaskan kerugian yang dialami warga. Banjir di Banyumas di

akibatkan hujan lebat sejak sabtu petang. Bajir juga menyebabkan air

Sungai Kaja meluap. Sawah yang terendam banjir tersebat di sejumlah

kecamatan.

Karman (50) warga Desa Pekaja, Kecamatan Kalibagor, mengatakan, banjir setinggi 1 meter merendam sekitar 5 hektar sawah di wilayahnya. “Petani sudah menebarkan benih. Kerugian sekitar Rp 1 juta per hektar,” katanya. (paragraf 17)

Kompas juga menekankan pandangan dengan menyajikan

data hujan disertai angin kencang melanda sejumlah daera di

Kabupaten Lamongan, Tuban, Bojonegoro, dan Gresik, Jawa Timur.

Dalam kejadian tersebut puluhan rumah rusak dan beberapa orang

terluka. Sementara kemarin, hujan disertai angin kencang di Desa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Pacuh, Kecaamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik. 18 rumah

warga rusak.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

adanya ancaman bencana kepada khalayak. Kompas memberikan

bukti peristiwa longsor, banjir, dan hujan disertai angin kencang di

daerah lain dijadikan penguat pandangan terhadap ancaman bencana.

Kompas juga menggukanan kutipan langsung untuk menekankan

pandangan.

Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan

menampilkan apa dampak peristiwa longsor (what). Dalam lead berita

ditampilkan jalan utama di wilayah Kecamatan Pagentan, Kabupaten

Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga Minggu (30/11) yang masih

terputus akibat tertimbun tanah dari longsoran tebing sepanjang 75

meter dengan tinggi 3 meter yang ambrol pada Sabtu. Ribuan warga

dari lima desa pun terisolasi dai pusat kabupaten.

Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu (who). Kompas lebih

menampilkan narasumber berkompeten, yakni pejabat Kepala Desa

Kalitlaga, Nurhadi untuk menggambarkan situasi bencana dan

Anggota staf BPBD Banjarnegara, Andri Sulistyo untuk menekankan

ancaman bencana di Banjarnegara.

Kompas melihat bencana tersebut sebagai peristiwa yang

mempunyai ancaman bencana (why). Hal itu dapat dilihat dari kutipan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Nurhadi mengenai potensi bencana dan dipertegas dengan data dari

BPBD mengenai ancaman bencana di Banjarnegara.

Bagaimana menyikapi bencana (how). Kompas lebih

menekankan pada imbauan kepada warga untuk mewaspadai ada

ancaman bencana. Nurhadi menyampaikan imbauan kepada warga

untuk membuat jalan darurat serta larangan bagi warga melintasi jalan

yang terkena longsor untuk menghindari potensi longsor susulan.

Sementara hal tersebut ditekankan Kompas dengan menyajikan

wawancara staf BPBD yang memberi imbauan untuk berhati-hati saat

melintas di jalan di bawah tebing, terutama saat hujan, karena

berpotensi longsor.

Kompas memberi wacana mengenai adanya ancaman bencana

dengan lingkup yang lebih luas (where). Hal itu terlihat dari data

BPBD mengenai 70 persen wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah rawan

longsor; longsor di Garut, Jawa Barat, banjir di Banyumas, Jawa

tengah; dan hujan disertai angin kencang di Kabupaten Lamongan,

Tuban, Bojonegoro, dan Gresik, Jawa Timur.

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak bahwa peristiwa bencana longsor yang menutup

akses lima desa perlu menjadi perhatian khalayak. Meskipun tidak

menimbulkan korban jiwa, namun longsoran setidaknya membuat

ribuan warga dari lima desa terisolasi dari pusar kabupaten.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Dari struktur tematik, ada dua tema tema dalam teks berita.

Pertama, adanya ancaman bencana longsor di Banjarnegara. Tema ini

bisa dilihat dari keterangan Nurhadi yang mengungkapakan selain

memutus akses trasnportasi, longsoran tersebut juga mengancam

beberapa rumah warga. Uraian Nurhadi dipertegas dengan data dari

BPBD yang menyebut 70 persen wilayah Banjarnegara rawan longsor.

Kompas menekankan tema ini dengan menyajikan hubungan antara

narasumber yang memberikan pandangan.

Tema kedua, ancaman sejumlah bencana di daerah lain. Tema

ini dilihat dari pandangan Kompas yang memberikan pandangan

berupa bukti bencana longsor di Garut, banjir di Banyumas, dan hujan

disertai angin kencang. Kompas menekankan pandangan dengan

memberi bukti penyebab longsor di Garut serta kutipan langsung dari

tokoh masyarakat, memberi bukti banjir di Banyumas dengan

penekanan kutipan langsung seorang warga yang menyebutkan

kerugian akibat banjir Rp 1 juta per hektar sawah, serta hujan dan

angin kencang di sejumlah wilayah di Jawa Timur yang menimbulkan

kerusakan serta beberapa orang luka.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Nurhadi dilabeli “Kepala Desa Kalitlaga”, Andri

Sulistyo dilabeli “anggota staf BPBD Banjarnegara”, Ade Manadin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

dilabeli “tokoh masyarakat Pakenjeng”, dan Karman (50) dilabeli

“warga Desa Pekaja”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan

bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan

valid untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk

memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon warga,

terisolasi, dan imbau. Leksikon “warga” dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia diartikan anggota. Warga lebih pada maksud warga negara

atau anggota dari penduduk sebuah negara. Kata lain yang hampir

sama untuk digunakan adalah penduduk dan masyarakat. Penduduk

lebih mengarah pada orang-orang yang mendiami suatu tempat, bisa

kampung, kota, maupun negeri. Sementara masyarakat adalah

sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu

kebudayaan yg mereka anggap sama atau bisa disebut dengan

kehidupan sosial. Keterangan tersebut sekaligus menjelaskan leksikon

“masyarakat” pada penyebutan tokoh masyarakat.

Kata “terisolasi” juga sebanding dengan terasing, terpencil, dan

tersendiri. Tersendiri adalah terpisah dari yang lain, sama halnya

dengan terasing yang berarti terpisah dari yang lain. Arti kata

terisolasi sama dengan kata terpencil. Namun terisolasi lebih

menunjukkan pada penduduk yang jauh dari penduduk yang lain,

sementara terpencil lebih menunjukkan tempat yang jauh dari tempat

yang lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Kata “imbau” yang digunakan Kompas diartikan sebagai

meminta dengan sungguh-sungguh. Dalam konteks tanggapan

mengenai ancaman bencana kata itu juga berdekatan dengan

penggunakan kata meminta, menyuruh, menganjurkan, dan

menyarankan.

Tabel 3.3 Analisis Framing Longsor, Lima Desa Terisolasi

70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan Longsor

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi

untuk memberikan pandangan. Kompas juga mewawancarai tokoh masyarakat dan warga untuk bukti sekaligus sebagai penguat pandangan. Menampilkan peran instansi dalam penanganan bencana.

Skrip Penekanan adanya ancaman bencana. Sementara fakta peristiwa longsor sendiri digunakan sebagai latar pandangan Kompas mengenai adanya ancaman bencana.

Tematik (1) Adanya ancaman bencana longsor di Banjarnegara (2) Ancaman sejumlah bencana di daerah lain

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Memberikan data dari BPBD Banjarnegara. Menggunakan leksikon “warga” untuk menyebut orang-orang, menggunakan “masyarakat” untuk label tokoh masyarakat, dan “imbau” untuk menekankan permintaan dari narasumber terkait tindakan yang perlu dilakukan warga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

2. Frame Kompas edisi Selasa 2 Desember 2014 yang Berjudul Jalan

Utama

Tiga hari setelah terjadi longsor yang memutuskan jalan utama

di wilayah Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa

Tengah Kompas menampilkan berita foto kondisi jalan disertai

caption, tanpa ada teks berita. Dalam praktik jurnalistik biasa disebut

foto lepas. Foto lepas yang ditampilkan merupakan penekanan serta

kelanjutan informasi dari Kompas terhadap artikel yang disajikan pada

Senin 1 Desember 2014.

Foto lepas dalam kategori prabencana ini merupakan upaya

Kompas untuk menginformasi lebih lanjut mengenai peristiwa

longsoran di Kecamatan Pagentan. Informasi tersebut berupa foto

jalan yang rusak dengan keterangan amblesannya semakin dalam,

serta uraian mengenai dampak longsor berupa mobilitas penduduk

dari lima desa terhambat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Secara keseluruhan caption atau keterangan foto di kutip oleh

peneliti di bawah ini :

Jalan utama di Dusun Bulukuning, Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Tengah, hingga Senin (1/12) masih terputus setelas ambles sejak Sabtu dini hari. Mobilitas ribuan warga dari lima desa wilayah perbukitan tersebut pun terhambat. Amblesan tanah semakin dalam karena kontur geografis tanah yang labil diperparah hujan deras di wilayah tersebut beberapa hari terakhir.

Kompas menampilkan foto lepas tersebut sebagai berita

follow up atas pemberitaan mengenai longsor di Banjarnegara yang

dicetak pada edisi Senin 1 Desember 2014 yang berjudul Longsor,

Lima Desa Terisolasi : 70 Persen Wilayah Banjarnegara Rawan

Longsor. Berita follow up atau running news atau berita tindak lanjut

merupakan kelanjutan sebuah berita atau berita yang terus bergulir

dengan menampilkan hal-hal baru, seperti informasi maupun sisi lain

dari berita yang sebelumnya telah dicetak. Dengan hal tersebut

Kompas menilai peristiwa longsor yang memutuskan jalan utama di

Dusun Kalitlaga, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara,

Jawa Tengah penting atau menarik untuk diinformasikan

perkembangannya.

Berdasarkan pengalaman penulis yang pernah bekerja di media

cetak lokal Solopos sebagai fotografer. Foto lepas ditampilkan karena

peristiwa tersebut penting atau menarik untuk diberitakan

kelanjutannya. Namun, tidak ada informasi atau data yang cukup

apabila ditulis sebagai teks berita. Sehingga informasi atau data yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

didapatkan cukup ditambahkan sebagai caption atau keterangan foto.

Hal itu dapat dilihat dari Kompas yang memberikan keterangan foto.

Dari keterangan foto dapat dilihat penekanan Kompas pada

huhungan sebab-akibat antara jalan utama yang terputus dengan

mobilitas yang terhambat. Kompas menampilkan istilah keilmuan

berupa kontur geografis dengan penekanan kata labil yang diartikan

kondisi bentuk tanah atau pola turun-naiknya tidak stabil. Kompas

menggunakan leksikon “warga” untuk menyebut penduduk setempat.

3. Frame Kompas edisi Jumat 5 Desember 2014 yang Berjudul Lahan

Kritis Rentan Banjir dan Longsor

Pada edisi 5 Desember 2014, Kompas menampilkan berita

dengan judul “Lahan Kritis Rentan Banjir dan longsor”. Kondisi lahan

kritis tersebut dimaknai Kompas sebagai kondisi yang dapat memicu

terjadinya bencana, namun masih bisa dicegah. Kompas melakukan

strategi wacana dengan menampilkan narasumber yang

mengemukakan bukti keberhasilan upaya mengurangi lahan kritis di

Tasikmalaya dengan cara penggalakan penanaman pohon atau

penghijauan.

Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran Kompas

untuk memberikan informasi cara penanggulangan bencana. Sudut

pandang yang diberikan Kompas juga berupa peringatan dini bencana

longsor di Banjarnegara. Kompas memberi pandangan kawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Banjarnegara rawan longsor yang mengancam jiwa. Secara lebih luas,

Kompas juga menyajikan informasi bencana banjir yang melanda

Kecamatan Kalis, Kapuas, Kalimantan Barat.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema berita. Judul berita Kompas yang menggunakan kata “rentan”

secara tidak langsung menyampikan kepada khalayak bahwa lahan

kritis dapat memicu terjadinya bencana banjir dan longsor.

Kata “rentan” tentu mengingatkan pada kata “rawan” yang

digunakan Kompas saat menampilkan berita tentang kawasan di

Banjarnegara pada edisi 1 Desember 2014 lalu. Untuk mudah

memahaminya penulis menggambarkan dalam situasi ancaman

bencana. Rentan dimaksudkan bahwa ada potensi ancaman bencana

atau ada kemungkinan menimbulkan ancaman bencana. Sementara

rawan dimaksudkan bahwa sudah ada ancaman bencana.

Kompas menambahkan crossheadline untuk menandakan

pandangan lain. Judul “Disesaki permukiman” merupakan upaya

untuk menekankan pada penyebab kondisi rawan longsor yang

mengancam korban jiwa. Dapat dipahami sebagai kondisi yang dapat

menimbukan bencana dengan korban jiwa.

Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari 3

narasumber. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya Heri

Sogiri, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Alfian, dan

Kepala Seksi Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Haryanto. Heri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Sogiri menyampaikan data lahan kritis di Tasikmalaya serta

memberikan pandangan mengungai lahan kritis dengan cara

penggalakan penanaman pohon. Kompas menekankan pandangan

dengan bukti penggalakan penanaman pohon yang diuraikan oleh

Alfian.

Kompas menampilkan wacana ancaman longsor yang

mengancam korban jiwa di Banjarnegara dengan memberikan

keterangan dari Haryanto yang menyebutkan wilayah bagian utara

Kabupaten Banjarnegara kurang layak menjadi kawasan permukiman.

Teks berita Kompas berisi tentang pandangan ancaman bencana

alam bisa ditanggulangi dengan upaya mengurangi lahan kritis.

Kompas menuliskan 5 paragraf untuk menjelaskan upaya mengurangi

lahan kritis. Kompas memberi pandangan bahwa Kabupaten

Tasikmalaya, Jawa Barat mudah terjadi longsor dan banjir saat musim

hujan. Pandangan tersebut diperkuat dengan data yang dikemukakan

Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya Heri Sogiri.

Kompas menguraikan keterang dari Heri yang mengemukakan

pihaknya terus berupaya mengurangi lahan kristis, dengan cara

menggalakkan penanaman pohon bekerjasa sama dengan masyarakat

dan sekolah dari tingkar SMP hingga SMA. Kompas menampilkan

keterangan dari Kepala Dinas Pendidikasn Kabupaten Tasikmalaya

Alfian sebagai penekanan. Alfian menyebut instansinya sudah

menginstruksikan kepada seluruh sekolah, mulai daer SMP-SMA agar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

menggalakkan penanaman pohon. Dengan jumlah 100.000 siswa,

setiap siswa diminta menanam satu pohon berbagai jenis sejak tahun

lalu dan ikut merawat hingga tumbuh.

Kompas menuliskan Kutipan untuk memberikan penekanan

pada uraian. Kutipan digunakan untuk memperkuat informasi yang

diberikan Kompas kepada khalayak. Khalayak seakan mendapatkan

informasi langsung dari narasumber.

“Sekitar 20 persen dari total wilayah Kabupaten Tasikmalaya seluas 270.881 hektar masuk kateori kritis. Keberadaannya tersebar merata di 39 kecamatan,” kata Kepala Dinas Kehutanan,” kata Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya Heri Sogiri di Tasikmalaya, Kamis (4/12).(paragraf 2)

... “Sejak 2013, di wilayah ini sudah menanam lebih dari 14

juta pohon berbagai jenis. Faktor ini bahkan mendapat apresiasi sebagai kabupaten terbaik di bidang penghijauan dari Pemerintah Provinsi Jabar,” katanya. (paragraf 4)

Mengenai peran narasumber, Kompas lebih menampilkan

instansi dari pada pejabatnya. Dapat dilihat dari penggunaan kata

“pihaknya” saat Heri mengemukakan upaya mengurangi lahan kritis

dan penggunaan kata “instansinya” saat Alfian mengutarakan sudah

memberikan instruksi kepada seluruh sekolah. Dapat diamati dari

uraian di bawah ini.

Heri mengatakan, pihaknya terus berupaya mengurangi lahan kritis itu. Salah satunya dengan menggalakkan penanaman pohon bekerja sama dengan masyarakat dan sekolah dari tingkat SMP hingga SMA. (paragraf 3)

... Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya Alfian

menyebutkan, instansinya sudah menginstruksikan kepada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

seluruh sekolah, mulai dari tingkat SMP-SMA, agar menggalakkan penanaman pohon. Dengan jumlah siswa sekitar 100.000 orang, setiap siswa diminta menanam satu pohon berbagai jenis sejak setahun lalu dan ikut merawat hingga benar-benar tumbuh. (paragraf 5)

Kompas melanjutkan uraian untuk memberi pandangan

mengenai ancaman longsor yang mengancam korban jiwa di

Banjarnegara dalam 2 paragraf. Kompas memberikan uraian

Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah merupakan daerah dengan

tingkat kecuraman lebih dari 45 derajat yang terus disesaki

permukiman penduduk. Kondisi itu menyebabkan kondisi rawan

bencana longsor yang mengancam korban jiwa. Kompas memberikan

penekanan dengan uraian dari Kepala Seksi Stasiun Geofisika BMKG

Banjarnegara Haryanto yang mengatakan sebagian besar wilayah

langganan longsor di bagian utara kurang layak menjadi kawasan

permukiman. Hadirnya Haryanto menandakan pandangan yang

diuraikan oleh Kompas berasal dari keterangan narasumber.

Kompas menutup berita dengan 1 paragraf informasi mengenai

Banjir di Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan

Barat yang merendam permukiman warga pada Rabu (3/12). Luapan

sungai sudah surut, warga sudah kembali ke rumah. Informasi tersebut

untuk memberikan penekanan pada pandangan kejadian bencana

terjadi di daerah lain.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

penanggualangan ancaman bencana kepada khalayak. Kompas juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

mewacanakan kawasan Banjarnegara yang rawan bencana longsor

mengancam korban jiwa.

Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan

menampilkan lahan kritis dapat menimbulkan ancaman bencana

(what). Seperti pembuka paragraf pertama berita, lahan kritis rentan

memicu beragam kejadian bencana alam di Kabupaten Tasikmalaya,

Jawa Barat.

Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu (who). Kompas

menampilkan pejabat berwenang untuk memberikan data lahan kritis

serta upaya yang telah dilakukan dengan narasumber, Kepala Dinas

Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya, Heri Sogiri. Kompas juga

menampilkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya,

Alfian untuk memastikan upaya mengurangi lahan kritis (how).

Kompas memberi wacana mengenai kondisi di daerah lain

(where). Hal itu terlihat dari data mengenai kawasan Banjarnegara

yang merupakan daerah dengan tingkat kecuraman lebih dari 45

derajat disesaki permukiman penduduk. Serta peristiwa banjir yang

melanda di Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan

Barat yang merendam permukiman warga.

Dengan kisah peristiwa tersebut, apabila dicermati Kompas

sebenarnya menggambarkan fase bencana. Fase bencana terlihat dari

lahan kritis rentan memicu bencana atau kawasan berpotensi timbul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

rawan bencana (Tasikmalaya), kawasan rawan bencana

(Banjarnegara), dan kawasan dilanda bencana (Kapuas Hulu,

Kalimantan Barat). Melihat fokus berita pada fase potensi timbul

rawan bencana, Kompas memberitahukan kepada khalayak untuk

melakukan tindakan pencegahan bencana dengan mengurahi lahan

kritis.

Dari struktur tematik, ada dua tema dalam teks berita yang

menunjuk pada tema utama upaya mengurangi lahan kritis untuk

mencegah timbulnya ancaman bencana. Tema pertama dapat dilihat

kutipan Hari Sogiri. Keterangan Hari menyebutkan data lahan kritis di

Tasikmalaya serta upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi

lahan kritis. Upaya tersebut mendapatkan apresiasi sebagai kabupeten

terbaik di bidang penghijauan dari Pemprov Jabar. Hal itu diperkuat

dengan keterangan dari Alfian mengenai data jumlah siswa yang ikut

penanaman pohon. Kompas menekankan tema dengan menyajikan

hubungan antara narasumber yang mengemukakan keterangan.

Kompas juga menggunakan informasi rawan bencana longsor di

Banjarnegara yang mengancam korban jiwa dan banjir yang

menggenangi permuikan penduduk di Kalimantan Barat sebagai

penguat pandangan mengenai perlunya penanggulangan bencana

dengan cara mengurangi lahan kritis.

Tema kedua, ada ancaman longsor yang menimbulkan korban

jiwa di Banjarnegara. Tema ini ditampilkan dengan menyajikan data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

tingkat kecuraman di Banjarnegara yang lebih dari 45 derajat dan

terus disesaki permukiman. Tema ini merupakan hubungan atara

kondisi rawan longsor di Banjarnegara dengan kondisi permukiman

yang disesaki penduduk sehingga menimbulkan ancaman longsor

yang menimbulkan korban jiwa.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Heri Sogiri dilabeli “Kepala Dinas Kehutanan

Kabupaten Tasikmalaya”, Alfian dilabeli “Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten”, dan Haryanto dilabeli “Kepala Seksi Stasiun Geofisika

BMKG Banjarnegara”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan

bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan

valid untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “rentan”,

“rawan”, dan “kecuraman”. Rentan dipahami sebagai kondisi mudah

terkena bencana atau dapat menimbulkan ancaman bencana.

Sementara rawan dapat diartikan sebagai kondisi mudah menimbulkan

bencana atau kondisi yang sudah memiliki ancaman bencana. Dalam

menyebutkan kondisi lereng atau perbukitan ada dua istilah yang bisa

digunakan untuk menyebutkan sudut yang terbentuk dengan kata

“kecuraman” atau “kemiringan”. Kemiringan merupakan keadaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

miring atau sudut yang terbentu. Sementara kecuraman merupakan

kondisi disertai terjal, biasa digunakan dalam penyebutan jurang

maupun tebing.

Tabel 3.4 Analisis Framing Lahan Kritis Rentan Banjir dan Longsor

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk

memberikan pandangan. Kompas menampilkan peran instansi dalam upaya pengeahan bencana.

Skrip Penekanan pada penanggulangan ancaman bencana. Upaya mengurangi lahan kritis dijadikan Kompas sebagai pandangan pencegahan bencana longsor dan banjir. Kompas juga menampilkan wacana ancaman longsor di Banjarnegara yang menimbulkan korban jiwa.

Tematik (1) Upaya mengurangi lahan kritis untuk mencegah timbulnya ancaman bencana (2) Ada ancaman longsor yang menimbulkan korban jiwa di Banjarnegara

Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber. Memberikan bukti berupa data informasi. Menggunakan leksikon “rentan” dan “rawan, serta menggunakan “kecuraman” untuk menekankan sudut kemiringan wilayah perbukitan di Banjarnegara.

4. Frame Kompas edisi Senin 8 Desember 2014 yang Berjudul

Pastikan Bantuan Bencana Tepat : Masyarakat Mempersepsikan

Diri Sebagai Korban

Pada edisi 8 Desember 2014, Kompas menampilkan berita

dengan judul “Pastikan Bantuan Bencana Tepat : Masyarakat

Memersepsikan Diri Sebagai Korban”. Tindakan memastikan bantuan

bencana tersebut dimaknai Kompas sebagai hal yang perlu dicermati

agar bantuan bermanfaat. Kompas melakukan strategi wacana dengan

menampilkan narasumber yang mengemukakan pandangan dan bukti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

sejumlah daerah yang mengalami kesalahan dalam penanganan

bencana baik pemberian bantuan ataupun jalan keluar berupa relokasi.

Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran Kompas

untuk mengkritik sekaligus memberikan edukasi kebencanaan kepada

khalayak dan pemerintah dalam penanganan korban bencana. Kompas

memberikan jalan keluar berupa pemberdayaan masyarakat dengan

membangun kemandirian dan menjaga kearifan lokal.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema berita. Judul penggoda berita Kompas yang menggunakan kata

“tepat” untuk menjelaskan bantuan bencana. Kata tepat dimaknai

sebagai kena pada sasaran atau bisa juga bantuan yang diberikan tidak

lebih dan tidak kurang. Sementara dalam judul pemberitahu, khalayak

disuguhkan pandangan mengenai masyarakat yang memersepsikan

diri sebagai korban. Masyarakat dipandang saat terjadi bencana,

mereka mamandang diri mereka sebagai “korban” bencana atau lebih

mudahnya memersepsikan diri sebagai orang yang menderita.

Kompas menambahkan crossheadline “Pemberdayaan

masyarakat” untuk menekankan pandangan. Pemberdayaan dapat

diartikan sebagai proses memberi kekuatan, akal, atau kemampuan

untuk mengatasi suatu hal, dalam hal ini cara untuk mengatasi atau

menghadapi bencana.

Kompas juga menampilkan lead untuk mengawali teks berita,

dapat dilihat sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Keberadaan banttuan yang cepat pasca bencana memang diperlukan. Namun, jenis bantuan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat korban. Tanpa mengetahui dan mendengar kemauan masyarakat korban, bantuan yang telah diupayakan bisa tidak bermanfaat. (paragraf 1) Lead tersebut menekankan pentingnya menyesuaikan bantuan

dengan kondisi dan kebutuhan korban bencana. Kompas memberi

pandangan perlu mengetahui dan mendengar kemauan masyarakat

korban agar bantuan bisa bermanfaat.

Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari 4

narasumber. Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Penanggulangan

Bencana Indonesia (MPBI) Catur Sudiro, Anggota Keluarga Alumni

Program Persahabatan Indonesia Jepang Abad 21 (Kappija-21) yang

juga Ketua Komisi V DPR Fart Djemy Francis, Kepala Subdivisi

Tanggap Darurat Pemulihan dan Rekonstruksi Palang Merang

Indonesia (PMI) Tia Kurniawan, dan Wakil Presiden Aksi Cepat

Tanggap (ACT) Insan Nurrohman.

Kompas menggunakan Catur Sudiro untuk memberikan

pandangan perlunya mendengar dan memperhatikan korban dalam hal

pemberian bantuan. Ia menekankan jangan memandang masyarakat

tidak berdaya untuk pulih dari bencana. Dari wawancara dengan Fary

Djemi Francis, Kompas memberikan pandangan perlinya membantu

sesuai hasil pengamatan, bukan meminta korban untuk melakukan

sesuatu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Dari keterangan Tia Kurniawan Kompas berusaha menjelaskan

bahwa masysrakat perlu mempersepsikan diri sebagai penolong

pertama, bukan memersepsikan diri sebagai korban. Hal itu

ditekankan dengan keterangan Wakil Presiden Akse Cepat Tanggap

(ACT) Insan Nurrohman yang mengemukakan hasil riset persepsi

relawan lebih tinggi dari pada saudara atau keluarga untuk

menyebutkan siapa penolong pertama saat bencana dengan nilai

perbandingan 39 persen dan 29 persen.

Teks berita Kompas berisi tentang pandangan perlunya

menyesuaikan bantuan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat

dengan cara mengamati dan mengendengar kemauan masyarakat,

serta memberdayakan masyarakat korban bencana. Kompas

menuliskan 4 paragraf untuk memberikan pandangan perlunya

mengamati dan mendengarkan kemauan korban dalam memberikan

bantuan supaya bermanfaat.

Kompas menggunakan kutipan dari Wakil Sekretaris Jenderal

Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Catur Sudiro

untuk memberikan pandangan. “Kita seolah-olah tahu apa kebutuhan

masyarakat” katanya saat Simposium Nasional “Kemampuan dan

Pengalaman ASEAN dan Jepang dalam Penanggulangan Bencana”, di

Jakarta Sabtu (6/12). Dalam acara yang diselenggarakan Keluarga

Alumni Program Persahabatan Indonesia-Jepang Abad 21 (Kappija-

21) bekerjasama sama dengan Badan Kerja Sama Internasional Jepang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

(JICA), Catur mengemukakan idelanya, masyarakat korban didengar

dan diperhatikan. Ia memberi contoh pengungsi erupsi Gunung

Sinabung Sumatera Utara yang diam-daiam memberikan makanan

kaleng bantuan BNPB kepada ternak mereka dengan alasan jenuh

mengonsumsi makanan kaleng. Menurut anggota Kappija-21 yang

juga Ketua Komisi V DPR Fary Djemy Francis selain perlu

mendengan masyarakat, bantuan harus didahului informasi seputar

kondisi.

Kompas melanjutkan uraian dengan 6 paragraf yang

menjelaskan perlunya memberikan bantuan, bukan minta melakukan

sesuatu. “Sesuatu” yang dimaksud adalah relokasi. Fary memberi

contoh tahun 2004 terjadi longsor 235 juta meter kubik materual dari

lereng Gunung Bawakaraeng yang menmpa Kampung Lengkese, Desa

Manimbahoi, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Ada 32 warga

tewas, disambut Pemkab Gowa merelokasi warga selamat ke Desa

Bellapunrangan. 21 keluarga bersedia dipindah, 155 keluarga

mmemilih tinggal di rumah saudara, dekat Lengkese, sedangkan 18

keluarga memilih tinggal di Lengkese. Dua tahun kemudian 12 dari 21

keluarga yang direlokasi kembali ke Lengkese dengan perimbangan

kultur bercocok tanam mereka tidak cocok dengan lingkungan

Bellapurangan yang kawasan pesisir.

Salah satu LSM, Lembaga Pemerhati Lingkungan Karaeng

Puang memfasilitasii warga yang tetap memilih tinggal agar tangguh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

bencana dengan mengutamakan kearifan lokal warga. Kompas

menyambut pandangan tersebut dengan menghadirkan kutipan dari

Catur yang mengatakan, “Jangan memandang masyarakat tidak

berdaya untuk pulih dari bencana”.

Kompas menutup uraian berita dengan 3 paragraf yang

menjelaskan mengenai pemberdayaan masyarakat. Menurut Kepala

Subdivisi Tanggap Darurat pemulihan dan Rekonstruksi Palang

Merah Indonesia (PMI) Tia Kurniawan, masyarakat perlu diedukasi

agar mendiri saat bencana.“PMI dan lembaga lain hanya bisa

menargetkan jadi penolong tercepat kedua, ketiga dan seterusnya.

Penolong pertama masyarakat sendiri,” ucapnya.

Menurut Wakil Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Insan

Nurrohman mengatakan hasil riset ACT besama The Jakarta

Consulting Group saat ini masyarakat cenderung memersepsikan diri

sebagai pihal yang harus diselamatkan, bukan penyelamat. Catur

menambahkan, selain kemandirian masyarakat, kearifan lokal tiap

daerah perlu didokumantasikan. Tujuannya saling belajar cara

menekan risiko bencana. cerita rakyat tentang smong di Pulau

Simeulue, Aceh adalah contoh. Berkat cerita yang populer di tengah

warga itu korban tewas akibat tsunami hanya 8-11 orang karena tahu

tanda-tanda tsunami tiba.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

perlunya memperhatikan dan mendengar kebutuhan masyarakat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

korban bencana dalam memberikan bangtuan agar bermanfaat.

Kompas juga memberikan pandangan jangan memandang masyarakat

tidak berdaya untuk pulih dari bencana dengan relokasi, untuk itu

perlu pemberdayaan masyarakat dengan mengubah persepsi

masyarakat sebagai penyelamat pertama, bukan korban.

Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan

menampilkan perlunya meyesuaikan jenis banuan dengan kondisi dan

kebutuhan masyarakat. Hal itu dilakukan dengan cara mendengar dan

memperhatikan kemauan masyarakat (how). Kompas menguraikan

contoh kejenuhan pengungsi Gunung Sinabung yang berbulan-bulan

mengonsumsi makanan kaleng (Why).

Kompas juga memberikan pandangan mengenai bantuan

pemerintah yang langsung memutuskan melakukan relokasi untuk

penanganan bencana (how). Namun, pada kenyataannya di Gowa,

sejumlah warga yang direlokasi kembali lagi karena ketidakcocokkan

kultur tanam dengan lingkungan awal. Jangan memandang masyarakat

tidak berdaya untuk pulih dari bencana (Why). Perlu pemberdayaan

masyarakat dengan membangun kemandirian masyarakat dan

mengutamakan kearifan lokal (what).

Dengan kisah peristiwa tersebut, Kompas menekankan dalam

memberikan bantuan, perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

masyarakat korban dengaan cara memperhatikan dan mendengar

kemauan masyarakat korban.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita.

Pertama, bantuan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan dengan memperhatikan dan mendengar kemauan

masyarakat. Tema ini terlihat dari pandangan yang diutarakan Catur

dan Fary. Tema ini juga bisa diamati mulai dari lead berita.

Tema kedua, jangan memandang masyarakat tidak berdaya

untuk pulih dari bencana dengan relokasi. Tema ini berisi penjelasan

dari Fary yang menekankan perlunya memberi bantuan, bukan

meminta melakukan sesuatu saat terjadi bencana. Ia mencontohkan

warga yang direlokasi akibat longsor di lereng Gunung Bawakaraeng,

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan kembali ketempat asal karena

alasan kultur cocok tanam yang berbeda. Hal itu terkait dengan alasan

mata pencaharian warga. Tema ini menggunakan penekanan dari

kutipan Catur yang mengemukakan, “Jangan memandang masyarakat

tidak berdaya untuk pulih dari bencana.

Tema ketiga, perlunya membangun kemandirian

masyarakat yang memersepsikan diri sebagai penyelamat bukan

korban dengan pemberdayaan masrakat dan menjaga kearifan lokal.

Tema ini mulai terlihat dari crossheadline serta penjelasan dari Tia

dan hasil riset yang dikemukakan Insan Nurrohman yang ditutup

dengan penekanan dari Catur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Catur Sudiro dilabeli “Wakil Sekretaris Jenderal

Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI)”, Fary

Djemy Francis dilabeli “Anggota Keluarga Alumni Program

Persahabatan Indonesia Jepang Abad 21 (Kappija-21) yang juga Ketua

Komisi V DPR”, Tia Kurniawan dilabeli “Kepala Subdivisi Tanggap

Darurat Pemulihan dan Rekonstruksi Palang Merang Indonesia

(PMI)”, dan Insan Nurrohman dilabeli “Wakil Presiden Aksi Cepat

Tanggap (ACT)”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan bahwa

fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan valid

untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk

memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “relokasi”.

Relokasi dapat dipahami sebagai upaya pemindahan tempat.

Tabel 3.5 Analisis Framing Pastikan Bantuan Bencana Tepat

Masyarakat Memersepsikan Diri Sebagai Korban

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat untuk

memberikan pandangan. Memberikan bukti sejumlah kasus di beberapa kejadian bencana dan menampilkan data hasil riset untuk menekankan pandangan.

Skrip Memberikan pandangan perlunya menyesuaikan jenis bantuan sesuai kondisi dan kebutuhan masyarakat korban. Kompas menguatkan pandangan dengan sejumlah penekanan seperti memperhatikan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

mendengar kebutuhan masyarakat korban bencana dalam memberikan bangtuan agar bermanfaat. Kompas juga memberikan pandangan jangan memandang masyarakat tidak berdaya untuk pulih dari bencana dengan relokasi, untuk itu perlu pemberdayaan masyarakat dengan mengubah persepsi masyarakat sebagai penyelamat pertama, bukan korban.

Tematik (1) Bantuan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dengan memperhatikan dan mendengar kemauan masyarakat (2) Jangan memandang masyarakat tidak berdaya untuk pulih dari bencana dengan relokasi (3) Perlunya membangun kemandirian masyarakat yang memersepsikan diri sebagai penyelamat bukan korban dengan pemberdayaan masrakat dan menjaga kearifan lokal

Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber, memberi bukti dan menggunakan leksikon”relokasi”

5. Frame Kompas edisi Selasa 9 Desember 2014 yang Waspadai

Musim Hujan

Kompas kembali menampilkan foto lepas terkait ancaman

bencana di Indonesia dengan judul “Waspadai Musim Hujan”. Dari

judul berita foto tersebut jelas menggunakan kata “waspadai”.

Waspadai merupakan penekanan Kompas untuk memberikan

peringatan kepada khalayak.

Foto lepas dalam kategori prabencana ini merupakan upaya

Kompas untuk memberikan peringatan dini kepada khalayak.

Peringatan dini dapat diamati dari pandangan Kompas yang

menampilkan data dari instansi penyedia data curah hujan, Badan

Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang memperkirakan curah

hujan meningkat pada Desember 2014-Januari 2015.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Kompas menyajikan berita foto kondisi awan gelap menjelang

hujan deras di Jakarta disertai caption, tanpa ada teks berita. Secara

keseluruhan caption atau keterangan foto di kutip oleh peneliti di

bawah ini :

Awan gelap menggelayut menjelang hujan deras di Jakarta, Senin (8/12). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan curah hujan di Indonesia meingkat pada Desember 2014-Januari 2015 seiring menguatnya angin monsun dari Asia yang banyak membawa massa upa air. Konsisi itu patut diwaspadai karena rawan menimbulkan bencana, seperti puting beliung, banjir, dan tanah longsor.

Kompas menampilkan foto lepas tersebut dapat dipandang sebagai

berita follow up atas kejadian banjir dan longsor yang melanda

sejumlah daerah. Kompas menampilkan wacana curah hujan yang

meningkat rawan menimbulkan bencana. Foto lepas tersebut dapat

dipandang sebagai penekanan Kompas terhadap adanya ancaman

bencana. Terlihat dari retorika Kompas menggunakan insatansi Badan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Mateorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkuat pandangan.

Kompas menampilkan instansi untuk memperkuat pandangannya.

Kompas juga memberikan uraian kondisi rawan yang menimbulkan

bencana seperti puting beliung, banjir, dan tanah longsor. Kompas

menggunakan leksikon “waspadai’ dan “rawan” untuk menekankan

pandangan.

6. Frame Kompas edisi Sabtu 13 Desember 2014 yang Berjudul

Longsor, 108 Warga Belum Ditemukan

Sehari setelah peristiwa longsor besar melanda Desa

Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa

Tengah pada Jumat 12 Desember 2014, Kompas menuliskan berita

menggunakan judul “Longsor, 108 Warga Belum Ditemukan” di

halaman utama. Melihat jenis bencana dan jumlah warga yang belum

ditemukan serta tata letak berita yang disajikan di halaman utama,

jelas itu menunjukkan sebuah peristiwa penting, bencana besar sedang

terjadi di Banjarnegara. Namun, apabila dilihat teks berita, Kompas

menampilkan berita tanpa kisah. Dapat dipahami juga sebagai

keterbatasan Kompas mandaapatkan data, sekaligus kehati-hatian

dalam menguraikan peristiwa, terkait akurasi data.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk menginformasikan peristiwa yang melanda di Dusun

Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Banjarnegara, Jawa Tengah. Kompas memberi penekanan longsor

susulan mungkin terjadi dan evakuasi sulit dilakukan berdasar

keterangan dari narasumber.

Dari analisis sintaksis, Pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul yang ditampilkan jelas menginformasikan

kejadian longsor yang mengakibatkan 108 warga belum ditemukan.

Kompas menyoroti dampak longsoran berupa korban merupakan hal

penting untuk diketahui khalayak.

Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancarai 2

narasumber. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho dan Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno. Sutopo digunakan Kompas untuk

menekankan jumlah data infotmasi bencana. sementara, Hadi

digunakan untuk memberi penekanan sulitnya evakuasi yang

dilakukan.

Teks berita Kompas hanya menampilkan informasi dan

penekanan berupa keterangan dari narasumber. Kompas tidak

mendiskripsikan peristiwa. Berita tidak berkisah, tanpa ada gambaran

peristiwa, berita secara lengkap penulis sajikan di bawah ini.

Longsor, 108 Warga Belum Ditemukan

Sekitar 54 keluarga terkena longsor yang menyebabkan 1 orang meninggal, 4 luka-luka, dan 108 orang belum ditemukan di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Banjarnegara, Jawa Tengah, Jumat (12/12), pukul 17.30 sampai 18.00. “ Data itu masih terus berubah karena upaya evakuasi masih terus dilakukan di lokasi,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho. “Longsor susulan masih mungkin terjadi,” lanjut Sutopo.

Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan, upaya evakuasi sulit dilakukan karena di lokasi hujan masih turun sejak Kamis siang dan listrik di sekitarnya padam.

Kompas memberikan data informasi bencana serta memberi

penekanan dengan keterangan dan kutipan langsung dari narasumber.

Frame Kompas tentang tentang peristiwa bencana longsor di

Banjarnegara kurang terlihat. Dari kelengkapan berita, Kompas

memulai memberitakan dengan menampilkan peristiwa bencana yang

mengakibatkan 54 keluarga terkena longsor, satu orang meninggal,

empat luka-luka dan 108 orang belum ditemukan (what). Kompas

bahkan tidak menyebutkan tempat kejadian secara rinci, hanya

setingkat desa. Dapat di amati, kejadian di Desa Sampang, Kecamatan

Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah (where). Tidak

ada kesaksian dari warga atau orang yang terkena bencana (who).

Tidak ada kisah yang diuraikan oleh narasumber, bagaimana peristiwa

terjadi? Bagaimana kondisi lokasi bencana (how). Kejadian bencana

longsor pukul 17.30 sampai 18.00 (when).

Dari struktur tematik, hanya ada satu tema mengenai longsor yang

mengakibatkan 108 warga belum ditemukan. Tema tersebut diikuti

data yang ditekankan oleh Sutopo Purwo Nugroho mengenai data

masih terus berubah karena upaya evakuasi masih terus dilakukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Serta keterangan dari Hadi Supeno yang menyebut upaya evakuasi

sulit dilakukan. Tidak ada keterangan mengenai peristiwa bencana

longsor yang lebih lengkap.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data

Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana” dan

Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”. Label otoritas

jabatan tersebut menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal

dari pihak berkompeten dan valid untuk mendukung informasi yang

diberikan Kompas.

Berdasarkan pengalaman penulis yang pernah bekerja di Surat

Kabar Solopos, berita ini termasuk berita kecil. Berita ini selevel

dengan foto lepas yang digunakan sebagai penekakan atau sekedar

informasi. Kurang lengkapnya uraian berita biasanya dikarenakan

informasi kurang menarik atau dalam hal ada kemungkinan sesulitan

mendapatkan data. Bisa juga dikarenakan deadline serta kehati-hatian

Kompas dalam menampilkan peristiwa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

7. Frame Kompas edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul

Duka Menimpa Banjarnegara : Longsor Diperkirakan Mengubur

Sekitar 100 Warga

Dua hari setelah terjadi longsor besar di Banjarnegara, Kompas

baru bisa menampilkan berita lebih lengkap mengenai bencana

longsor di Dusun Jemblung. Kompas menampilkan dua berita

mengenai bencana longsor di Banjarnegara yang ditempatkan di

halaman utama, sementara satu berita ditempatkan di halaman dalam.

Kejadian longsor tersebut dimaknai Kompas sebagai peristiwa yang

kembali terulang. Kompas memberi wacana rencana relokasi bagi

warga korban longsor. Selain itu, Kompas juga mengimbau warga

untuk mewaspadai bencana longsor susulan di lokasi bencana serta

imbauan bagi daerah lain untuk menyiapkan langkah antisipasi

bencana longsor dan banjir.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk memberikan informasi kejadian bencana. Kompas juga

mewacanakan peringatan longsor susulan di lokasi bencana serta

peringatan dini bagi daerah lain untuk menyiapkan langkah antisipatif

tanah longsor dan banjir.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Pada berita utama, Kompas menuliskan berita

menggunakan judul penggoda (headline teaser) “Duka Menimpa

Banjarnegara”. Kompas memaknai bencana longsor di Banjarnegara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

sebagai keadaan yang menimbulkan duka atau kesusahan hati.

Kompas lebih memilih menampilkan kata “duka” daripada memilih

menggunakan kata yang menyebut atau menggambarkan musibah

yang terjadi di Banjarnegara.

Sementara Kompas menggunakan judul pemberitahu (headline

teller) “Longsor Diperkirakan Mengubur Sekitar 100 Warga”. Judul

pemberitahu merupakan bagian yang penting untuk diketahui

khalayak. Judul tersebut merupakan pandangan Kompas atau hal yang

ditekankan terhadap sebuah peristiwa yang diberitakan saat itu.

Kompas menggunakan majas personifikasi untuk menggambarkan

bencana, terlihat dari kata “menimpa” dan “mengubur”.

Setiap ada musibah, selalu ada duka. “Duka” yang ditampilkan

Kompas secara tidak langsung sebagai bentuk empati terhadap korban,

sekaligus untuk menarik perasaan khalayak supaya ikut berempati

terhadap musibah yang terjadi di Banjarnegara.

Ada tema besar yang ditampilkan Kompas, mulai dari gambaran

peristiwa bencana, pengananan bencana, serta bencana susulan yang

mengancam di Banjarnegara dan sejumlah daerah. Pandangan Kompas

mengenai peristiwa bencana ini atau bagaimana Kompas mengisahkan

bencana, mulai terlihat dari crossheadline yang ditampilkan.

Secara lebih luas, setelah menguraikan kronologi serta dampak

bencana, Kompas menampilkan tiga crossheadline. Pertama,

“Presiden tinjau evakuasi”. Kompas menulis rencana presiden untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

meninjau lokasi serta tanggapan terhadap bencana. Dari hal itu

Kompas secara tidak langsung mewacanakan pemerintah pusat

tanggap terhadap peristiwa bencana longsor di Banjarnegara.

Kedua, “Warga akan direlokasi”. Dengan menampilkan

crossheadline tersebut Kompas seakan langsung memberitahu kepada

khalayak bagaimana tindakan terhadap korban yang terkena bencana.

Sementara Kompas mewacanakan bencana susulan di Banjarnegara

dan sejumlah daerah menggunakan crossheadline “Curah hujan

esktrem”. Kompas mewacanakan supaya khalayak mewaspadai

bencana susulan dengan mengemukakan data curah hujan yang

esktrem.

Pandangan Kompas mulai terlihat dari kata “kembali” yang

dituliskan di kalimat pembuka lead berita. Kata tersebut secara

implisit menjelaskan kejadian longsor kembali terulang. Kompas

mulai menohok empati khalayak dengan lead yang menampilkan

dampak bencana. Dari keterangan “longsor besar mengubur dusun”,

Kompas sudah membuat gambaran bagaimana dahsyatnya musibah

yang terjadi di Banjarnegara. Secara lebih lengkap bisa disimak di

bawah ini:

Bencana longsor kembali menimpa warga Banjarnegara, Jawa Tengah. Kali ini, longsor besar mengubur Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar. Evakuasi terus dilakukan. Hingga Sabtu (13/12) malam 20 jasad korban ditemukan, 88 warga masih dalam pencarian, dan 577 warga mengungsi, termasuk warga daerah sekitar. (paragraf 1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Dalam teks berita yang ditampilkan, Kompas mewawancarai

tujuh narasumber : Warga Dusun Jemblung yang selamat dari bencana

Sarno (25), Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Kepala Kantor Badan

SAR Nasional Semarang Agus Haryono, Gubernur Jawa Tengah

Ganjar Pranowo, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Edvin Aldrian, Kepala

Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab, dan

Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya.

Kompas menampilkan seorang warga, Sarno (25) untuk memberi

penekanan sebagai saksi yang memberikan keterangan kronologi

kejadian bencana. Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto digunakan

Kompas untuk memberikan keterangan terkait tanggapan dari

Presiden Joko Widodo. Kepala Kantor Badan SAR Nasional

Semarang Agus Haryono mengutarakan kendala proses evakuasi.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan penjelasan

terkait upaya penanganan korban bencana berupa pencarian tempat

relokasi.

Kompas juga menampilkan pandangan mengenai curah hujan

tinggi disejumlah daerah dengan keterangan dari Kepala Pusat

Penelitian daan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika Edvind Aldrian. Pandangan tersebut diperkuat dengan

penjelasan Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A

Fachri yang menyebutkan peringatan dini ancaman bencana longsor

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

susulan bagi warga Banjarnegara dan longsor serta banjir di daerah.

Kompas juga menghadirkan Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya

yang akan memperingatkan wilayah lain yangv berpotensi longsor.

Teks berita Kompas berisi tentang informasi kejadian bencana

dan pandangan peringatan dini bencana susulan di Banjarnegara dan

di daerah lain. Kompas menuliskan 5 paragraf awal untuk

menguraikan peristiwa longsoran. Uraian tersebut diawali dengan

uraian tanah di Bukit Telagalele ambrol dari ketinggian 500 meter.

Longsoran sepanjang 100 meter menimoa dan menggulung

permukiman Dusun Jemblung yang berada di bawahnya. Sedikitnya

40 rumah dari 54 keluarga langsung tertimbun longsor. Material

longsoran menutup lahan perkebunan seluas 10 hektar. Sekitar 200

warga Dusun Jemblung berhasil menyelamatkan diri. Namun, sekitar

100 warga diduga tertimbun longsoran berupa lumpur. Selain

menimbun warga Jemblung, material juga menimbunakses jalan

utama Banjarnegara menuju Dieng sepanjang 1 kilometer. Akibatnya

jalan lalu lintas Banjarnegara ke Dieng Putus dan dialihkan melalui

jalur alternatif Slatri-Paeperpelah-Ampal. Sejumlah mobil yang saat

kejadian sedang elintas juga tertimbun material longsoran.

Kompas menuliskan keterangan dari salah satu warga sebagai

bukti serta penguat uraian mengenai peristiwa longsor. Berikut

uraiannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Bencana longsor terjadi Jumat pukul 17.30. cerita Sarno (25), warga Dusun Jemblung yang selamat dari bencana, longsor berlangsung sangat cepat, hanya sekitar lima menit. Material longsor langsung menimbun seluruh permukiman dan menutup sungai kecil yang membelah dusun. (paragraf 4)

Selain kejadain longsor di Jemblung, Kompas juga menambahkan

informasi longsor yang terjadi di empat kecamatan lain selain

Karangkobar, yaitu Wanayasa, Pejawaran, Punggelan, dan Pagentan.

Kompas menjelaskan di sepanjang jalan, mulai dari Desa Dieng

hingga Desa Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, ada sekitar 50 titik

longsor. Longsoran tanah di 14 titik di antaranya menutupi separuh

jalan.

Kompas melanjutkan uraian berupa 3 paragraf untuk

menampilkan tanggapan dari pemerintah pusat. Dalam hal ini Kompas

menampilkan peran seorang Presiden Joko Widodo bersama

rombongan terbatasa yang berencana mengunjungi proses evakuasi di

Desa Sampang pada Minggu (14/12). Kompas menguraikan peran

Presiden yang memberikan instruksi kepada Menteri Sosial Khofifah

Indar Prawansa, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Basuki Hadimuljono, serta Kepala Badan Penanggulangan bencana

Syamsul Maarif agar mengoordinasikan penanganan darurat di lokasi,

mulai pengungsian, pencarian korban selamat atau meninggal,

evakuasi, perbaikan infrastruktur jalan, hingga pemberian bangtuan.

Kompas menuliskan kutipan untuk memberikan penekanan

pada uraian. Kutipan digunakan untuk memperkuat informasi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

diberikan Kompas kepada khalayak. Khalayak seakan mendapat

infromasi langsung daru Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.

“Pimpinan Bank Rakyat Indonesia juga sudah diinstruksikan membantu pembelian bahan-bahan makanan, kesehatan, dan kebutuhan lain untuk menyelamatkan korban dan warga” (paragraf 9)

Kompas menampilkan penanganan bencana dalam ini proses

evakuasi mengalami kendala dalam 5 paragraf. Proses evakuasi yang

dilakukan Bada SAR Nasional bersama tim gabungan dihentikan

karena terkendala cuaca dan tanah yang masih labil. Kompas memberi

penagasan kondisi tersebut dengan penjelasan dari Kepala Kantor

Badan SAR Nasional Semarang, Agus Haryono, sebagai berikut,

“Evakuasi dihentikan karena faktor keselamatan tim di lokasi yang membahayakan” (paragraf 14)

Pencarian korban hampir sebagian besar dilakukan dengan

pelatan manual, seperi cangkul dan sekop. Padahal medan sangat berat

dan tingkat kesulitan pencarian korban sangat tinggi. Peralatan

pendukung untuk pencarian korban seperti alat pendeteksi keberadaan

detak jantung dan suara dalam timbunan longsor disiapkan Kantor

Basarnas Semarang. Namun, peralatan itu juga belum memadai.

Proses evakuasi juga terkendala cuaca berupa hujan yang

mengakibatkan pertimbangan pengehentian karena tanah masih labil,

lokasi berada di sisi sungai, serta ketiadaan aliran listrik.

Kompas melanjutkan uraian 3 paragraf yang menuliskan relokasi

bagi korban bencana. Kompas menampilkan Gubernur Jawa Tengah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Ganjar Pranowo yang langsung mematau proses evakuasi. Dia

memastikan keperluan logistik sudah disipakan. Menurut Ganjar,

daerah terdampak bencana longsor memang tidak layak ditempati

warga. Setelah pencarian dan penyelamatan korban. Semua waga akan

direlokasi ke tempat baru.

Kompas menulis kutipan sebagai bukti sekaligus memberi

penekanan pada tindakan yang dilakukan pemerintah. Meskipun

Kompas menyoroti peran Ganjar yang langsung memantau proses

evakuasi, namun Kompas menampilkan instansi yang berperan dalam

penanganan korban longsor. Terlihat dari kutipan wawancara Ganjar

Pranowo berikut ini yang menampilkan kata “kami”.

“Kami dari Pemerintah provinsi Jawa Tengah siap mencarikan lokasi untuk tempat tinggal baru bagi warga di daerah longsor,” ujarnya (paragraf 17)

Kompas menutup berita dengan 9 paragraf mengenai pandangan

waspadai ancaman longsor di daerah-daerah yang yang berpotensi

diguyur hujan hingga deras. Kompas memulai dengan memberikan

informasi terkait data curah hujan.

Berdasarkan data BMKG, curah hujan tertinggi di Banjarneara

tercatat di Sigaluh, yakni 153 mm pada Jumat. Curah hujan harian

yang menembus 100 mm juga terpanatu di dua daerah sekitar

Banjarnegara, yaitu Wonosobo yang mencapai 150 mm dan Wonogiri

yang mencapai 139. Warga Banjarnegara juga masih harus wasapada

terhadap longsoran susulan mengingat selama tiga hari ke depan hujan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

lebat diperkirakan masih terjadi. Presiden , kemarin, langsung

menginstruksikan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti

Nurbaya untuk melihat kembali peta daerahv rawan dan mengambil

langkah-langkag cepat untuk antisipasi bencana terulang.

Kompas menuliskan kutipan untuk memberikan penekanan pada

uraian. Kutipan digunakan untuk memperkuat informasi yang

diberikan. Kompas menyusun kutipan dan uraian dari narasumber

untuk memberikan penekanan terhadap pandangan yang diberikan.

...

“Curah hujan harian di area terjadi longsor sudah lebih dari 100 milimeter,” ujar Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Edwin Aldrian. (paraggraf 18)

... Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG A

Fachri mengingatkan, selain masalah curah hujan, tanah longsor juga dipengaruhi oleh dua faktor risiko, yakni kecuraman daerah yangv melebihi 35 derajat dan jenis tanah yang mudah terbawa air. Lokasi longsor di Banjarnegara memenuhi semua faktor risiko tersebut. (paragraf 19)

... Fachri juga mengingatkan daerah-daerah lain lain yang

diprediksi hujan untuk menyiapkan langkah antisipasi longsor serta banjir. (paragraf 21)

... “Kami akan mengingatkan di wilayah lain yang berpotensi

longsor,” ujar Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. (paragraf 23)

Dari cuplikan berita di atas nampak hubungan tiga narasumber

yang dihadirkan Kompas untuk memberikan pandangan mengenai

ancaman bencana longsor susulan di Banjarnegara dan sejumlah

daerah lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

adanya ancaman bencana longsor susulan di Banjarnegara dan longsor

serta banjir di sejumlah daerah kepada khalayak. Kompas memberikan

bukti dengan mengemukakan data curah hujan.

Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai dengan memberitakan

dampak bencana longsor, terlihat dari headline teaser, headline teller,

dan lead (what). Kompas meletakkan tanggapan pemerintah pusat

dalam hal ini menampilkan peran sosok Presiden dalam penanganan

bencana lebih awal (who) dari pada proses evakuasi yang mengalami

kendala (why), ataupun opsi relokasi warga untuk menangani korban

selamat (how). Sementara seperti sebelumnya, Kompas memberikan

pandangan lebih luas, wacana supaya khalayak mewaspadai bencana

susulan baik di lokasi longsor, maupun daerah lain (how).

Dengan mengisahkan seperti di atas, Kompas menekankan kepada

khalayak bahwa tanggapan dari Presiden Joko Widodo perlu perhatian

lebih. Informasi rencana kunjungan serta instruksi penanganan

bencana dinilai penting diketahui oleh khalayak.

Dari struktur tematik, ada tiga tema besar dalam teks berita.

Gambaran peristiwa bencana atau kejadian bencana, pengananan

bencana, serta wacana bencana susulan yang mengancam di

Banjarnegara dan sejumlah daerah. Namun lebih rinci Kompas

menampilkan 5 tema dalam berita. Pertama, kejadian bencana. Tema

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

ini dapat dilihat dari uraian awal Kompas serta penekanan dengan

menghadirkan salah satu warga korban selamat untuk mengungkap

kronologi kejadian.

Tema kedua, peran Presiden Joko Widodo terhadap penanganan

bencana longsor. Hal itu bisa dilihat dari pandangan Kompas

mengenai Presiden Jokowi yang berencana melakukan kunjungan

serta menginstruksikan sejumlah menteri untuk menanggapi bencana

longsor. Tematik ini memberi wacana peran seorang Presiden.

Tema ketiga, proses evakuasi yang mengalami kendala. Kisah itu

dijabarkan dengan kendala yang ada pasca kejadian. Ditambah curah

hujan serta kondisi yang labil serta keterangan dari Kepala Kantor

Badan SAR Nasional Semarang mengenai penghentian evakuasi demi

keselamatan tim.

Tema keempat upaya relokasi bagi warga korban bencana. Tema

ini terlihat dari kutipan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang

telah siap mencarikan lokasi untuk tempat tinggal baru bagi warga di

daerah longsor. Kompas juga memberi penekanan peran Ganjar

Pranowo yang langsung tanggap bencana, namun mengenai

penanganan bencana lebih menampilkan instansinya.

Tema kelima, Waspadai bencana susulan. Tema tersebut dapat

dilihat dari keterangan mengenai data curah hujan di lokasi longsor,

faktor yang mempengaruhi longsor, serta sejumlah daerah dengan

curah hujan tinggi seperi Wonosobo, Wonogiri, Sumatera Utara,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantar Timur, Sulawesi Barat,

Sulawesi Tenggara, dan Papua. Kompas memberi wacana waspadai

bencana susulan yang mengancam di Banjarnegara dan sejumlah

daerah di Indonesia.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan penekanan

tertentu pada level retoris. Seperti sebelumnya Kompas memakai label

otoritas jabatan dari narasumber, Andi Widjayanto dilabeli seperti

“Sekretaris Kabinet”, Agus Haryono dilabeli “Kepala Kantor Badan

SAR Nasional Semarang”, Edvin Aldrian dilabeli “Kepala Pusat

Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika”, Ganjar Pranowo dilabeli “Gubernur Jawa Tengah”, A

Fachri Radjab dilabeli “Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik

BMKG”, dan Siti Nurbaya dilabeli “Menteri Kehutanan dan

Lingkungan Hidup”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan

bahwa fakta dan data yang dikemukakan berasal dari pihak

berkompeten dan valid untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk

memberikan penekanan dalam teks. Leksikon yang digunakan adalah

“peralatan manual”, kata manual yang dipakai berdekatan arti dengan

kata “sederhana”. Manual jelas menunjukkan alat yang digunakan

dengan tangan, namun dalam konteks peralatan, kata “sederhana” bisa

diartikan seadanya atau apa yang ada saja.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Kompas menekankan peristiwa bencana dengan menampilkan

foto serta grafik. Kompas menampilkan foto ribuan warga melihat

mobil yang rusak setelah tertimbun tanah longsor di Dusun Jemblung,

Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Dengan

begitu, khlayak mempunyai gambaran nyata peristiwa longsor. Foto

merupakan bukti otentik, serta kuat untuk menekankan fakta yang

sedang terjadi penekanan foto ini berkaitan dengan uraian berita

mengenai sejumlah mobil yang tertimpa longsoran saat melintas di

jalan. Secara lengkap keterangan foto dapat dilihat di bawah ini.

Puluhan ribu warga melihat mobil yang rusak setelah tertimbun tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarngara, Jawa Tengah, Sabtu (13/12). Hingga pukul 20.00, sebanyak 20 jenazah ditemukan di tempat itu, sementara 88 korban masih dalam pencarian.

Dari keterangan foto juga khalayak diberitahu perkembangan

pencarian korban tertimbun. Sementara itu, Kompas juga

menampilkan grafik berjudul “Sejumlah Bencana Longsor di

Banjarnegara”. Grafik tersebut dilengkapi dengan peta lokasi yang

memudahkan khalayak mengetahui lokasi bencana. Dalam peta

tersebut juga disertakan lokasi bencana yang pernah terjadi di

Banjarnegara. Grafik dan keterangan disajikan untuk memudahkan

khalayak memahami kejadian bencana. Grafik tersebut juga sebagai

penekanan kata longsor “kembali” menimpa, yang ditulis dalam lead

berita.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Keterangan grafik yang pertama, kejadian pada 4 Januari 2006.

Banjir dan longsor dari Bukit Pawenihan, Dusun Gunungraja, Desa

Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, menyapu ratusan warga yang

tinggal di bawahnya. Akibatnya, 77 orang meninggal, 8 orang orang

hilang, 14 orang terluka, dan ratusan warga mengungsi. Warga Desa

Sijeruk yang selamat direlokasi di Desa Sijeruk dan Kendaga.

Kedua, peristiwa pada akhir Desember 2013. Sekitar 600 keluarga

yang tersebar di 25 desa dari 12 kecamatan di Kabupaten

Banjarnegara masih terisolasi akibat tanah longsor yang memutus

akses jalan di 43 lokasi sepekan terakhir.

Ketiga, Jalan utama di wlayah Kecamatan Pagentan masih

terputus akibat tertimbun tanah dari longsoran tebing sepanjang 75

meter yang ambrol. Ribuan warga dari lima desa (Kalitlaga,

Metawana, Kayuares, Gumingsir, Karangtengah) terisolasi dari pusat

kabupaten pada 30 November 2014.

Keempat, pada 6-8 Desember 2014 empat desa di lereng Dataran

Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, terkena alam longsor.

Sebanyak 160 warga dari Dusun Pencil, Desa Karangtengah, dan

Suwidak (Kecamatan Wanayasa), serta Desa Paweden dan Sijeruk

(Kecamatan Banjarmangu) mengungsi di empat pos pengungsian di

Desa Pandansari. BPBD Banjarnegara memperkirakan, kerugian

sementara mencapai Rp 264 juta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Kelima, kejadian yang terbesar, pada 12-13 Desember 2014.

Longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar

menewaskan 20 orang dan 88 orang masih dalam pencarian. Sebanyak

105 rumah tertimbun longsor. Longsor juga terjadi di Kecamatan

Wanayasa.

Tabel 3.6 Analisis Framing Duka Menimpa Banjarnegara

Longsor Diperkirakan Mengubur Sekitar 100 Warga

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk

memberikan informasi dan pandangan. Kompas juga menampilkan warga sebagai saksi dan bukti kejadian bencana. Menampilkan peran seorang Presiden Joko Widodo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang tanggap bencana. Menampilkan peran instansi dalam penanganan bencana.

Skrip Fakta peristiwa longsor dijadikan informasi utama serta pekanan bahwa bencana berulang lagi. Mengenai penanganan bencana, Kompas mendahulukan tanggap bencana dari pemerintah pusat. Dilanjutkan kendala proses evakuasi, penanganan korban bencana yang akan direlokasi. Kompas memberikan wacana waspadai bencana susulan di lokasi longsor (lokal), di Wonosobo dan Wonogiri (regional), dan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,Papua (Nasional)

Tematik (1) Kejadian bencana (2) Tanggapan pemerintah pusat terhadap bencana longsor (3) Proses evakuasi yang mengalami kendala (4) rencana relokasi bagi warga korban bencana (5) Waspadai bencana susulan di lokasi longsor dan sejumlah daerah di Indonesia

Retoris Menggunakan kata “kembali” yang menekankan kejadian tersebut berulang. Menggunakan leksikon peralatan manual untuk menjelaskan alat yang digunakan dalam evakuasi. Menampilkan data curah hujan . Menampilkan foto di tempat kejadian untuk memberikan penekanan dan informasi korban longsoran, menyajikan grafik data sejumlah bencana di Banjarnegara untuk menekankan pada kejadian “kembali” berulang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

8. Frame Kompas edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul

Kiamat Kecil di Dusun Jemblung

Dua hari setelah terjadi longsor besar di Banjarnegara,

Kompas menampilkan satu berita feature untuk menggugah emosi

pembaca. Longsor tersebut Kompas sebagai bencana yang

sebernarnya dapat diprediksi. Kompas memberikan wacana bencana

sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk menyadarkan khalayak bahwa longsor di Jemblung

sebenarnya sudah diprediksi. Nampak dari penggunaan kata “lonceng

kematian” untuk menggambarkan tebing yang berada di atas Dusun

Jemblung sebelum peristiwa bencana terjadi pada penutup berita.

Kompas memberi pandangan bencana di Dusun Jemblung sebenarnya

hanya tinggal menunggu waktu.

Dari analisis sintaksis, kisah yang ditampilkan Kompas

diwujudkan dalam skema dalam berita. Kompas menulis judul feature

berjudul “Kimat Kecil di Dusun Jemblung”. Kiamat kecil bisa

dimaknai adanya kematian. Tapi kata kiamat itu sendiri bila dikaitkan

dengan kejadian bencana memberi gambaran adanya musibah besar.

Kompas menggunakan dua crossheadline untuk menekankan

fakta yang penting kepada khalayak. Crossheadline “ Teriakan Pilu”

dengan diikuti uraian mengenai evakuasi yang ditunda karena medan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

yang berbahaya. Sehingga tidak mampu membantu warga yang

terjebak di lokasi longsor. Kompas menambah gejolak khalayak

dengan crossheadline “Jasad Ditemukan” yang berisi berita mengenai

jasad yang ditemukan pada keesokan hari pasca kejadian bencana.

Dalam teks berita yang ditampilkan, Kompas menampilkan

lima narasumber : warga yang kehilangan suami dan anak keduanya

Binti (42), warga yang berhasil selamat sekeluarga namun tak mampu

memberi pertolongan Harno (45), Warga Jemblung yang merantau

Sutinem (62), Wakil Bupati Banjarnnegara Hadi Supeno, dan

Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letkol (Inf) Edy Rohmatullah.

Dari jenis berita berupa berita ringan atau softnews, sudah pasti

di dalam teks banyak kisah campuran antara fakta dan opini penulis.

Dalam teks berita, Kompas mulai menyajikan pembuka, cuplikan

kisah salah satu korban bencana yang berusaha menyelamatkan diri

saat kejadian bencana. Bisa dilihat di bawah ini,

Bini (42) lari tunggang langgang sambil menggendong anak bungsunya mendaki bukit terjal. Sambil menangis histeris, dia menyaksikan gelontoran tanah lumpur berarak menimbun kampungnya. Samar terengar teriakan minta tolong dari balik timbunan. Lima menit berselang, teriakan terhenti, senyap kembali menyergap. (paragraf 1)

Terlihat gaya bahasa yang ditampilkan Kompas, banyak pilihan

diksi untuk menggambarkan peristiwa, seperti “tunggang langgang”,

“histeris”, “gelontoran”, dan “berarak”. Hal itu akan nampak dalam

seluruh teks berita.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Kisah yang ditampilkan Kompas berlanjut dengan menggambarkan

kondisi sebelum kejadian bencana, hingga bagaimana tiba-tiba

terdengar suara keras diikuti germuruh, tanah longsor. Kompas

memberi penekanan dengan menyajikan kutipan langsung kesaksian

korban, Bini narasumber yang dijadikan salah satu tokoh dalam berita.

“Waktu itu saya sedang ke rumah tetangga di atas (permukiman yang lebih tinggi). Dari jauh, saya lihat bukit di atas kampung runtuh. Saya langsung lari sebisanya sambil menggendong anak bungsu,” tutur Bini, sambil terus menangis saat ditemui di salah satu lokasi pengungsian Sabtu sore. (paragraf 4)

Bini merupakan korban selamat yang kehilangan suami serta

salah satu anaknya. Kompas juga menampilkan tokoh lain, Harno

yang berhasil menyelamatkan diri bersama keluarganya.

Harno ditampilkan sebagai warga yang berhasil selamat dari

bencana longsor. Namun penekanan Kompas diberikan pada

kenyataan bahwa Harno tak mampu berbuat banyak untuk

menyelamatkan warga yang terjebak longsor. Seperti petikan berita di

bawah ini,

Namun, dia hanya tercenung. Lututnya lemas. Di tengah kondisi gelap gulita, karena longsor juga merobohkan tiang listrik di sekitar lokasi, risiko mati konyol memaksanya mengurungkan niat untuk menolong. (paragraf 13)

Kisah mirispun tak berhenti di situ, Kompas mengaduk emosi

khalayak dengan kisah evakuasi yang ditunda hingga keesokan hari

karena medan yang berbahaya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Kompas melanjutkan kisah dengan cerita keesokan harinya,

evakuasi yang mulai menemukan jasad. Hal itu ditekankan dengan

instruksi dimulainya evakuasi pukul 06.00 oleh Komandan Kodim

0704/Banjarneara Letkol (Inf) Edy Rohmatullah. Ada peristiwa yang

manarik, yaitu evakuasi terhambat oleh kehadiran ribuan warga yang

menonton di lokasi bencana. Namun, Kompas tidak memandang sinis

peristiwa itu, karena sebagian dari mereka adalah kerabat yang ingin

melihat kondisi Bencana.

Wajah sembab dan mata merah terlihat dari sebagian raut wajah yang berseliweran menuju lokasi Dusun Jemblung. (paragraf 22)

Salah satunya adalah Sutinem (62), warga Dusun Jemblung, yang merantau ke Jawa Barat untuk bekerja. Sutinem langsung pulang kampung setelah mendaat kabar bahwa rumahnya tertimbun tanah longsor. (paragraf 23)

Dengan penekanan salah satu korban, setidaknya Kompas

memberi pandangan baik kepada ribuan warga yang mengahambat

evakuasi.

Kompas memberi sebuah kesimpulan, atau akhir cerita yang dapat

dimaknai sebagai wacana Kompas kepada khalayak. Sebuah ungkapan

yang secara tidak langsung menyampaikan penyesalan akan musibah

yang telah terjadi.

Bencana dari longsoran bukit yang selama ini jadi lahan penghidupan warga Dusun Jemblung sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu. Struktur tanah merah Bukit Telagalele yang membentang tepat di atas kampung mereka sangat labil. Selain itu, bukit tersebut juga merupakan jalur air. Bahkan, sebelum longsor besar, sisi timur bukit sempat retak akibat tergerus air. (paragraf 25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Kompas memberi penekanan dengan menyebutkan pernyataan

dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai kawasan

rawan longsor itu seperti lonceng kematian bago warga Dusun

Jemblung.

Teks berita Kompas menuliskan satu paragraf pembuka cuplikan

kisah Bini. Cuplikan tersebut diikuti delapan paragraf yang

menceritakan peristiwa serta uapaya Bini menyelatkan diri. Kompas

melanjutkan dengan cerita kedua mengenai evakuasi yang terpaksa

ditunda. Kompas menggunakan penekanan kesaksian korban selamat,

Harno yang tidak bisa apa-apa saat mendengar teriakan minta tolong.

Kompas juga memberikan keterangan dari Wakil Bupati Banjarnegara

yang mendapat masukan dari Badan SAR untuk mempertegas

mengapa evakuasi tidak bisa dilakukan.

Kompas melanjutkan kisah dengan penemuan jasad pada proses

evakuasi keesokan harinya dalam lima paragraf. Pandangan menarik

pun ditampilkan dalam tiga paragraf berikutnya, mengenai evakuasi

yang terhambat ribuan penonton. Namun, Kompas memberi

penekanan bahwa sebagian dari penonton merupakan kerabat korban

longsor. Hal itu dengan menghadirkan sosok Sutinem, warga Dusun

Jembung yang merantau ke Jawa Barat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Kompas menutup cerita dengan dua paragraf yang menyatakan

bahwa bencana longsor sebenarnya hanya menunggu waktu. Sebuah

wacana yang mengutarakan adanya penyelasalan.

Skema yang menempatkan konklusi di akhir cerita tersebut bisa

dianggap sebagai teknik Kompas memberi wacana, sebuah

penyesalan, bahwa bencana seharusnya bisa dihindari.

Kompas secara keseluruhan menceritakan kisah bencana, baik

keterangan dari korban (who), gambaran peristiwa, hingga proses

evakuasi (what). Namun, Frame Kompas dapat dilihat mengenai

tanggapan bahwa bencana longsor di Jembung yang tinggal menunggu

waktu. Wacana sebenarnya bencana dapat dihindari (how).

Dari struktur tematik, ada lima tema dalam teks berita. Tema

pertama, upaya korban menyelamatkan diri serta gambaran peristiwa

longsor. Tema ini bisa dilihat dari sosok Bini yang ditampilkan

Kompas yang berupaya menyelamatkan diri.

Tema kedua, evakuasi ditunda. Tema ini dapat dilihat dari mulai

munculnya sosok Harno yang berhasil menyelamatkan diri, namun

tidak bisa menyelamatkan korban yang minta tolong. Kompas

memberi penekanan dengan keterangan Wakil Bupati Banjarnegara

Hadi Supeno yang mendapakan masukan dari Badan SAR Nasional

untuk menunda evakuasi.

Tema ketiga penemuan jasad korban longsor. Tema ini mulai

terlihat dari dimulainya proses evakuasi keesokan harinya serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

penemuan sejumlah jenazah. Tema keempat, warga yang menonton

hambat proses evakuasi. Tema ini dapat dilihat dari bagaimana

Kompas memandang peristiwa ribuan warga yang menonton di area

bencana. Kompas menampilkan sosok Sutinem yang mewakili atau

menegaskan bahwa sebagian dari warga yang menonton adalah

kerabat korban bencana.

Tema kelima bencana sebenarnya hanya tinggal menunggu

waktu. Tema ini merupakan kesimpulan yang mewacanakan

sebenarnya bencana dapat dihindari. Tema ini terlihat dari bagaimana

Kompas memberi penekanan, terutama menyebut keterangan dari

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai bukit di

Dusun jemblung adalah lonceng kematian.

Frame dalam teks didukung dengan penekanan tertentu pada level

retoris. Salah satu retorika yang dipakai adalah pemberian label

otoritas jabatan dari narasumber yang diwawancari. Hadi Supeno

dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”, Edy Rohmatullah dibaeli

“Letkol (Inf) Komandan Kodim 0704/Banjarnegara. Pekenanan

terlihat saat Kompas menyebut instansi Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral. label otoritas jabatan dan instansi pengelola

energi dan sumber daya mineral menunjukkan bahwa fakta yang

kemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk memperkuat

pandangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk

memberikan penekanan dalam teks. Leksikon “relawan” digunakan

Kompas untuk menyebutkan orang-orang yang membantu proses

evakuasi. Relawan dalam KBBI sebenarnya adalah kata dari

sukarelawan yang berarti orang yang melakukan sesuatu dengan

sukarela.

Tabel 3.7 Analisis Framing Kiamat Kecil di Dusun Jemblung

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang terlibat langsung

dalam peristiwa. Menampilkan pejabat yang berwenang untuk mendukung pandangan.

Skrip Fakta peristiwa longsor, baik dari kesaksian korban, proses evakuasi, maupun kendala dijadikan sebagai informasi utama. Namun Kompas menyajikan konklusi di akhir berita sebagai pandangan mengenai peristiwa tersebut.

Tematik (1) Upaya korban menyelamatkan diri serta gambaran peristiwa longsor (2) Evakuasi ditunda (3) Penemuan jasad korban longsor (4) Warga yang menonton hambat proses evakuasi (5) Bencana sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu

Retoris Menggunakan label jabatan dan instansi untuk menekankan pandangan mengenai wacana bencana sebenarnya dapat dihindari. Leksikon relawan untuk menyebut sukarelawan atau orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

9. Frame Kompas edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul

Ancaman Longsor Masih besar : Penduduk di Zona Rentan Longsor

Makin Banyak

Salah satu berita yang ditampilkan Kompas dua hari setelah

terjadi longsor besar di Banjarnegara terletak di halaman dalam

berjudul Ancaman Longsor Masih Besar : Penduduk di Zona Rentan

Longsor Makin Banyak. Sementara kedua yang lain ditampilkan pada

halaman utama. Kompas melakukan strategi wacana ancaman longsor

masih sangat besar dengan menampilkan data dari instansi

penanganan bencana BNPB dan instansi penyedia data informasi

kebencanaan Badan Geologi untuk memperkuat pandangan.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk membantu khalayak mengidentifikasi daerah rawan

longsor atau daerah yang mempunyai ancaman bencana longsor.

Kompas memberikan sudut pandangan dari instansi penanganan

bencanan dan instansi penyedia data informasi kebencanaan. Kompas

juga menghadirkan longsor yang mulai terjadi di sejumlah daerah

untuk memperkuat pandangan.

Dari analisis sintaksis, kisah yang ditampilkan Kompas

diwujudkan dalam skema berita. Kompas menulis judul penggoda atau

headline teaser, “Ancaman Longsor Masih Besar”. Dari judul

tersebut terlihat penekanan Kompas untuk memberitahu khalayak

akan adanya “ancaman” longsor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Sementara itu, hal utama yang ingin disampaikan kepada

khalayak bisa dilihat dari headline teller, “Penduduk di Zona Rentan

Longsor Makin Banyak”. Dari judul pemberitahu tersebut bisa

dipahami penekanan Kompas mengenai fakta jumlah penduduk yang

bermukim di zona rentan semakin banyak. Apabila dikaitkan, hal yang

ingin disampaikan kepada khalayak adalah ada potensi ancaman

longsor di zona rentan yang penduduknya semakin banyak.

Kompas menggunakan dua crossheadline untuk menekankan

fakta yang penting kepada khalayak. Crossheadline “ Semakin

rentan,” bisa diartikan potensi ancaman bencana longsor yang

semakin besar. sementara crossheadline “Mulai terjadi,” bisa

dipahami Kompas menampilkan fakta agar khalayak semakin waspada

terhadap ancaman dengan menampilkan bencana longsor yang mulai

terjadi.

Kompas juga nampilkan wacana dalam lead. Uraian tersebut

untuk memberi penekanan terhadap wacana yang ditampilkan di judul

penggoda dan judul pemberitahu. Penekanan dapat diamati dari

sejumlah kata, seperti “sinyal bahaya”, “zona merah”, dan ”tanah

jenuh air”. Sinyal bahaya dapat dipahami sebagai peringatan kepada

khalayak, terutama di daerah yang masuk wilayah zona merah. Secara

lengkap bisa disimak di bawah ini,

Longsor di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, pada awal musim hujan ini memberikan sinyal bahaya serupa di daerah lain yang masuk zona merah bencana gerakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

tanah. Ancaman dinilai masih sangat besar, mengingat longsor besar biasa terjadi di akhir musim hujan saat tanah jenuh air. (paragraf 1)

Dalam teks berita yang ditampilkan, Kompas mewawancarai

empat narasumber : Kepala Badan Geologi Surono, Kepala Pusat Data

Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar Aji Pratama

Heru, dan Kepala BPBD Kota Jayapura, Papua Bernard Lamia.

Kompas menguraikan wacana ancaman masih sangat besar

dalam 8 paragraf. Khalayak mulai disuguhkan gambaran sekilas

mengenai bencana longsor. Pada Jumat (12/12) sekitar pukul 18.00,

longsor besarr melanda Dusun Jemblung. Sebanyak 20 korban tewas

ditemukan, dan 88 warga lainnya masih hilang. Penekanan langsung

terlihat dari kutipan yang ditampilkan dari Kepala Badan Geologi,

Surono mengenai kawasan Banjarngara sering dilanda longsor.

Bahkan terungkap fakta, setiap bulan PVMBG (Pusat Vulkanologi

dan Mitigasi Bencana Geologi) Badan Geologi memberikan

peringatan bencna longsor untuk seluruh wilayah Indonesia, termasuk

Banjarnegara.

“Longsor besar di Banjarnegara bukan kali ini saja. Daerah ini sudah sering dilanda longsor. Pada 2006, di Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, terjadi longsor yang menewaskan 142 orang” kata Kepala Badan Geologi Surono saat dihubungi dari Jakarta. “setiap bulan, PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) Badan Geologi memberikan peringatan ancaman bencana longsor untuk seluruh wilayah Indonesia yang dinilai rentan hingga skala kecamatam. Daerah ini termasuk yang sudah diperingatkan rentan longor,” ujarnya. (paragraf 3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Kompas menjelaskan kepada khalayak, menurut Surono, pada

5 Desember 2014, PVMBG Badan Geologi tekah memberikan

infromasi Peta Perkiraan Wilayah Terjadi Gerakan Tanah Provinsi

Jawa Tengah. Desa Sampang berpotensi menengah hingga tinggi. Dua

lain yang disebut adalah Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaan, dan

Desa Tunggoro, Kecamatan Sigaluh.

Surono mengatakan, berdasarkan analisis dari PVMBG Badan Geologi, bencana longsor di dejumlah titik ini terjadi karena morfologi daerah itu berupa perbukitan berkemiringan landai hingga terjal. Litologi diperkiraka bersifat sarang dengan daya resap air tinggi berupa lahar dan endapan dari bahan rombakan gunung api. “Sebelum terjadi longsor, curah hujan di kawasan ini tinggi dan lama,” katanya. (paragraf 4)

Mengenai peran narasumber, Kompas menyoroti Surono sebagai

narasumber yang patut dirujuk saat terjadi bencana. penggunaan kata

“menurut Surono” dan “Surono mengatakan” sudah jelas

menunjukkan kepercayaan Kompas pada narasumber untuk

mengemukakan pandangan.

Kompas memberikan pandangan adanya 20 kecamatan di

Banjarnegara rawan longsor skala sedang hingga tinggi. Kepala Pusat

Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwonugroho

mengemukakan, “hingga saat ini yang sudah dilanda longsor adalah

Karangkobar, Sigaluh, Wanayasa, dan Pejawaran.” Kutipan langsung

dari Sutopo menjadi penguat pandangan, serta mempertegas fakta

ancaman longsor yang masih besar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Kompas juga berupaya menampilkan peristiwa longsor di

Wanayasa pada Kamis 11 Desember menyebabkan 379 orang

mengungsi. Satu warga Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaran tewas.

Di Kabupaten Wonosobo, bencanan longsor pada Kamis 11 Desember

menelan satu korban tewas.

Untuk memperkuat wacana potensi ancaman bencana, Kompas

menuliskan 5 paragraf mengenai faktor yang membuat zona rentan di

Indonesia semakin luas. Keterangan dari Surono dianggap penting

untuk memberi penekanan dengan mengemukakan sejumlah data.

Faktor tersebut diantaranya, perubahan pola cuaca, penduduk di zona

rentan semakin padat. Surono pun memberi solusi penataan ruang

berbasis bencanan sebagai jalan terbaik.

“Zona rentan longsor sudah dipetakan, tetapi nyatanya tetap dihuni. Kalau pola permukiman tidak dikontrol dan penataan ruang hanya berbasis ekonomi, bencana longsor dan bencana geologi lain seperti gempa bumi dan tsunami, akan terus merenggut korban,” kata Surono. (paragraf 13)

Kompas menutup pemberitaan berupa 5 paragraf yang

mengemukakan sejumlah fakta bencana longsor yang mulai terjadi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar

Aji Pratama Heru mengatakan, pemerintah kabupaten telah

menetapkan status Siaga Darurat Bencana hingga Maret 2015 guna

mengantisipasi longsor. Sementara Kota Jayapura, Papua, juga rawan

bencana longsor. Bahkan, Jumat (12/12), longsor terjadi di kota itu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

yang mengakibatkan empat warga tewas. Menurut Kepala BPBD Kota

Jayapura Bernard Lamia, semua korban tewas telah dievakuasi.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

ancaman bencana longsor masih besar terjadi di Banjarnegara dan

sejumlah daerah. Hal ini diamati dari cara Kompas menyusun

keterangan dari narasumber Surono yang memberikan gambaran

secara umum dengan mengungkapkan longsor di Banjarnegara sering

terjadi. Kemudian disusul keterangan yang lebih detil oleh Kepala

Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwonugroho,

mengenai longsor di sejumlah daerah di Banjarnegara dan Wonosobo.

Serta ditutup dengan Siaga Darurat di Karanganyar dan bencana

longsor di Jayapura.

Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan

menampilkan longsor memberikan sinyal bahaya serupa di daerah lain

yang masuk zona merah bencana gerakan tanah. Ancaman longsor

dinilai masih sangat besar (how). Kompas menguraikan penyebab

sejumlah peristiwa longsor di Banjarnegara (why). Mengapa peta

kerentanan bencana longsor di Indonesia meningkat (why).

Karanganyar mulai Siaga Darurat longsor hingga Maret 2015,

sementara bencana longsor di Jayapura menawaskan satu orang

(where).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak bahwa ancaman bencana longsor masih besar.

Kompas menguraikan penyebab ancaman tersebut serta mengaikannya

dengan kondisi sejumlah tempat di Indonesia untuk membantu

khalayak mengidentifikasi penyebab adanya ancaman longsor.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Tema

pertama, ancaman longsor di Banjarnegara dan sejumlah daerah masih

sangat besar. longsor besar di Banjarnegara bukan kali ini saja terjadi.

Tema ini bisa dilihat dari keterangan Surono mengenai Banjarnegara

merupakan daerah yang sering dilanda longsor. Namun, tema ini oleh

Kompas diwacanakan dalam lead, longsor di Banjarnegara

memberikan sinyal bahaya di daerah lain yang masuk zona merah

bencana gerakan tanah.

Tema kedua, Peta kerentanan bencana longsor di Indonesia

semakin meningkat. Tema ini dapat dilihat faktor penyebab

meningkatnya kerentanan bencana longsor yang dikemukakan Surono

seperti, perubahan pola cuaca, penduduk di zona rentan semakin

meningkat, serta cara mengatasi bencana longsor degan penataan

ruang berbasis bencana.

Tema ketiga, ancaman longsor mulai terjadi. Tema ini dapat

dilihat dari longsor yang mulai mengancam sejumlah wilayah rawan

di Karanganyar dan longsor yang terjadi di Kota Jayapura yang

mengakibatkan empat warga tewas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Frame wacana bencana di Banjaregara dijadikan sebagai sinyal

bahaya didukung dengan penekanan tertentu pada level retoris.

Pekenanan terlihat dari grafik serta foto yang ditampilkan. Grafik

yang berjudul Longsor di Banjarnegara mendiskripsikan lokasi

longsor dengan peta lokasi, serta kondisi bencana seperti dimensi

longsoran, jumlah korban, dan jumlah kerugian.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon untuk

memberikan penekanan dalam teks. Kompas menampilkan leksikon

“zona merah” untuk menggambarkan wilayah yang mempunyai

bahaya. Kompas juga menampilkan istilah keilmuan seperti litologi.

Litologi merupan ilmu tentang batu-batuan.

Kompas juga menampilkan grafik dan foto untuk menekankan

pandangan. Kompas menampilkan grafik berupa peta lokasi longsor

di Banjarnegara. Kompas memberikan keterangan mengenai bencana

yang terjadi di Banjarnegara. Pertama kejadian di Jemblung. Kompas

memberikan penjelasan panjang zona longsoran 600 meter dengan

lebar 300 meter. Ketinggian mahkota 75, dan estimasi material

sejumlah 1,5 juta meter kubik.

Kedua, Kompas juga menyajikan koordinat titik lokasi longsor

dengan keterangan skala kecamatan, yaitu Kecamatan Karangkobar

dan Kecamatan Wanayasa. Koordinat letak juga dilengkapi dampak

longsoran untuk memudahkan khalayak mengetahui letak serta

dampak longsoran. Longsoran di Kecamatan Karangkobar yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

terletak di Dusun Jemblung, Desa Sampang mengakibatkan 20 korban

tewas, 11 orang luka berat, 4 luka ringan, 88 orang hilang, dan 200

mengungsi. Sementara di Kecamatan Wanayasa yang terletaj di

Dusun Karangtengah, Desa Dawuhan mengakibatkan 1 korban tewas

dan 379 orang mengungsi.

Kompas juga memberikan penekanan dampak longsoran berupa

foto pengungsi. Lebih lengkapnya, caption disajikan di bawah ini.

Korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, beristirahat di Kantor Kecamatan Karangkobar yang digunakan untuk tempat pengungsian, Sabtu (13/12) malam. Ratusan warga dusun itu kehilangan tempat tinggal dan kini harus menghuni tempat pengungsian yang dibagi di 16 lokasi.

Penekanan Kompas mengenai dampak longsoran nampak dari kata

“kehilangan tempat tinggal”. Hal tersebut secara langsung

menggambarkan setidaknya dampak longsor adalah kehilangan tempat

tinggal, Kompas berupaya mengangkat dampak tersebut agar khalayak

memahami bagaimana kondisi korban selamat yang berada

dipengungsian.

Tabel 3.8 Analisis Framing Ancaman Longsor Masih Besar

Penduduk di Zona Rentan Longsor Makin Banyak

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara narasumber pejabat birokrasi untuk

memberikan informasi dan pandangan. Memberikan bukti berupa data dari instansi. Menampilkan sosok Surono sebagai informan mengenai data kebencanaan.

Skrip Memberikan pandangan ancaman bencana longsor masih sangat besar. Kompas menjadikan peristiwa longsor di Jemblung sebagai latar kemudian mengaitkannya dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

sejumlah daerah di Indonesia yang mempunyai ancaman serupa.

Tematik (1) Ancaman longsor di Banjarnegara dan sejumlah daerah masih sangat besar (2) Peta kerentanan bencana longsor di Indonesia semakin meningkat (3) ancaman longsor di sejumlah daerah

Retoris Menggunakan label jabatan dan instansi untuk menekankan pandangan. Memberikan istilah keilmuan. Memberikan penekanan berupa grafik terkait letak dan dampak bencana. serta memberi gambaran dengan menampilkan foto korban longsor di pengungsian karena kehilangan tempat tinggal.

10. Frame Kompas edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul 35

Korban Teridentifikasi : Pemerintah Fokus Melakukan Evakuasi

Tiga hari pasca bencana yang menimbun sekitar 108 warga

Dusun Jemblung, Kompas menuliskan berita menggunakan judul

penggoda (headline teaser) “35 Korban Teridentifikasi”. Dari judul

penggoda tersebut terlihat berita Kompas mengarah pada proses

evakuasi bencana longsor Banjarnegara. Lebih fokus lagi, Kompas

menampilkan hasil evakuasi yang telah berhasil mengidentifikasi 35

korban longsor. Kompas melakukan strategi wacana longsor di

Jemblung di sebabkan pelanggaran tata ruang.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk tetap memberikan informasi perkembangan

penanganan bencana serta memberikan pandangan terhadap khalayak

terkait bencana. Sudut pandang yang diberikan dalam berita ini

mengenai penyebab longsoran. Kompas juga berupaya menjelaskan

alasan penundaan evakuasi setelah kejadian bencana Jumat (12/12).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul penggoda yang menampilkan jumlah

korban yang berhasil diidentifikasi menunjukkan perkembangan

proses evakuasi korban bencana longsor. Namun, judul pemberitahu

berita Kompas yang menggunakan kata “fokus” sangat jelas

menunjukkan pandangan Kompas mengenai tindakan yang dilakukan

pascabencana longsor di Banjarnegara.

Kompas menekankan berita terlihat dari headline teller atau

judul pemberitahu “Pemerintah Fokus Melakukan Evakuasi”. Judul

tersebut dapat dipahami sebagai fokus berita, atau fakta yang lebih

ditekankan oleh Kompas. Kata fokus melakukan evakuasi bisa

diartikan penangan bencana pada hari ke tiga pascabencana lebih

diutakaman pada pencarian korban hilang (evakuasi).

Secara lebih rinci dapat diamati dari lead yang menguraikan

perkembangan evakuasi korban bencana, jumlah korban yang

ditemukan dan yang berhasil diidentifikasi, bisa diamati di bawah ini.

Petugas menemukan 39 jasad korban meninggal akibat longsor di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Dari korban meninggal sebanyak itu, sampai Minggu (14/12) petang, 35 orang sudag teridentifikasi. (paragraf 1) Lead di atas merupakan upaya Kompas untuk memberikan

gambaran dalam hal ini hasil proses evakuasi kepada khalayak. Secara

lebih luas, uraian penekanan Kompas mengenai proses evakuasi

terlihat dari cross headline “Proses Evakuasi”. Kompas menyajikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

keterangan dari Presiden Joko Widodo yang menatakan pemerintah

memfokuskan pada evakuasi korban terlebih dahhulu.

Lebih jauh, dalam berita disebutkan penyebab terjadinya

longsor. Hal itu nampak dari cross headline “Tata ruang” yang

menguraikan keterangan dari Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, Basuki Hadmuljono dan Kepala Pusat Data

Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengenai

masalah tata ruang di Banjarnegara yang mengakibatkan longsor.

Dalam teks berita yang ditampilkan, Kompas mewawancari lima

narasumber: Presiden Joko Widodo yang menekankan penanganan

bencanan fokus pada evakuasi. Kompas memberikan pandangan

penyebab longsoran berupa pelanggaran tata ruang dengan

narasumber Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki

Hadimuljono, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo

Purwo Nugroho, Kepala Pelaksanan Harian Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio. sementara

Kepala Seksi Operasi Badan SAR Nasional Jawa tengah Tri Joko

Priyono menjelaskan alasan penundaan evakuasi setelah kejadian

bencana longsor pada Jumat (12/12).

Teks berita Kompas berisi 7 paragraf yang menjelaskan

mengenai fokus penanganan bencana pada proses evakuasi. Kompas

memulai dengan menampilkan hasil penemuan korban sejumlah 39

jasad. 18 diantanranya laki-laki termasuk anak, 17 korban lainnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

perempuan. Sementara itu, evakuasi terus dilakukan oleh petugas

Kodim 0704 Banjarnegara, Kodim 0701 Banyumas, Kodim 0702

Purbalingga, Batalyon Zeni Tempur Kodam IV/Diponegoro, Palang

Merah Indonesia, serta relawan.

Kompas menampilkan tanggapan pemerintah pusat dengan

memberikan kutipan langsung Presiden Joko Widodo yang meninjau

lokasi bencana. “Saat ini kami tidak membicarakan hal-hal lain.

Seluruh konsentrasi saat ini dicurahkan untuk menyelesaikan maslah

evakuasi” ujar Joko Widodo. Dapat diartikan sebagai upaya Kompas

untuk meredam emosi khalayak terutama korban bencana, bahwa

pemerintah pusat turun tangan dalam penanganan bencana.

Dalam kunjungan selama sekitar dua jam kemarin, Presiden

berkeliling lokasi longsor dan permukiman. Presiden juga

memberikan santunan kepada para korban yang kehilangan keluarga

dan rumah. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta

Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif

kemarin juga ke lokasi longsor. Kompas juga berupaya menampilkan

salah seorang warga Wanayasa yang meminta direlokasi karena

permukiman mereka terancam longsor.

Wacana mulai terlihat dalam 7 paragraf berikutnya yang

menguraikan tata ruang yang salah di Banjarnegara. Kompas

membuka pandangan berupa imbauan Presiden kepada masyarakat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

yang tinggal didaerah rawan longsor untuk meningkatkan

kewaspadaan. Kompas menampilkan dua narasumber utama, Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono yang

mengemukakan pelanggaran tata ruang di Banjarnegara. Kemudian

diperkuat keterangan dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas

BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang mengatakan bencana longsor di

Dusun Jemblung terjadi akibat multifaktor.

“Wilayah perbukitan dengan kemiringan 30 derajat lebih semestinya ditanami jenis tanaman konservasi. Namun, yang terjadi di Banjarnegara, wilayah perbukitan justru ditanami tanaman produktif seperti kubis dan kentang,” ujar Basuki. Ini, katanya, diperparah kondisi tanah yang labil. (paragraf 10)

Apa yang dikemukakan Basuki di atas seakan ditanggapi

langsung oleh Sutopo dengan uraian teks berita di bawah ini:

Senada dengan Basuki, di Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bencana longsor di Dusun Jemblung terjadi akibat multifaktor. Penyebab bencana meliputi kondisi tanah yang lapuk, topografi yang relatif curam, permukiman yang membebani tanah lereng, dan curah hujan yang tinggi. (paragraf 11)

Lebih lanjut Sutopo menggambarkan kemiripan longsor di

Jemblung dengan sejumlah bencana lain.

“Jenis tanah dan tipologi longsor di lokasi ini mirip dengan material longsoran yang terjadi di Ciwidey Kabupaten Bandung, Kabupaten Karanganyar, dan Banjarnegara tahun 2006,” ujar Sutopo yang juga pakar hidrologi. Kondisi ini juga dipicu kemiringan lereng lebih dari 60 persen dan hujan deras. Karena ikatan tanahnya rapuh, saat hujan menjadi mudah longsor. (paragraf 12)

Menyikapi kondisi tersebut, menurut Basuki, pemerintah harus bertindak cepat memberikan sosialisasi tentang potensi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

bencana dan tata ruang wilayah. “Ðengan memperhatikan rencana taat ruang dan menerapkan pola budidaya tanaman yang tepat, setidaknya dampak kerugian akibat bencana bisa diminimalkan,” ujarnya. (paragraf 13)

Uraian di atas seakan ada keterangan dari dua narasumber yang

secara langsung memberikan fakta dan saling melengkapi. Hal itu

merupakan strategi Kompas untuk memberikan penekanan terhadap

pandangan mengenai bencana longsor yang disebabkan pelanggaran

tata ruang.

Berikutnya, Kompas menampilkan longsor di Dusun Jemblung

sebagai bencana yang sebenarnya dapat diprediksi. Hal itu ditekankan

dengan uraian dari Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Catur Subandrio. Catur

mengatakan warga tidak menghiraukan imbauan dari BPBD

mengenaai bahaya tinggal di daerah rawan longsor.

Kompas menulis 3 paragraf untuk memperjelas khalayak

mengenai penundaan evakuasi pada hari pertama kejadian bencana.

Kompas menguraikan keterangan dari Kepala Seksi Operasi Badan

SAR Nasional Jawa Tengah, Tri Joko Priyono yang mengemukakan

penundaan evakuasi saat bencana longsor baru saja melanda di Dusun

Jemblung dikarenakan pertimbangan kondisi medan yang

membahayakan relawan dan tim SAR. Selain masih hujan dan gelap

gulita karena aliran listrik terputus, tanah diperbukitan yang baru saja

longsor juga masih terus bergerak. Hal ini merupakan upaya Kompas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

untuk melengkapi fakta peristiwa yang tidak dapat disampaikan sehari

pasca kejadian bencana.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

longsor disebabkan pelanggaran tata ruang. Kompas memberikan

bukti peristiwa yang mirip dengan kejadian di Karanganyar, Ciwidey

Bandung, dan Banjarnegara pada tahun 2006.

Frame Kompas tentang bencana longsoran disebabkan

pelanggaran tata ruang, dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan

menampilkan proses evakuasi (how). Dapat diamati mulai dari lead

berita yang menyebutkan penemuan 39 jasad dan 35 di antaranya

sudah didentifikasi.

Pemerintah memfokuskan pada evakuasi korban (what). Hal itu

terlihat dari kererangan Presiden Joko Widodo saat tinjauan langsung.

Serta penyebab bencana longsor berupa pelanggaran tata ruang (Why)

dan alasan proses evakuasi ditunda setelah bencana melanda Dusun

Jemblung.

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak bahwa informasi perkembangan penanganan bencana

penting untuk diketahui khalayak. Kompas juga menampilkan sosok

Presiden yang turun langsung menangani bencana longsor dan

memberi penekanan penanganan bencana difokuskan pada proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

evakuasi. Kompas memberikan penjelasan kepada khayak bahwa

salah satu penyebab bencana berupa pelanggaran tata ruang.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang

menunjuk pada tema utama penanganan bencana oleh pemerintah

difokuskan pada proses evakuasi. Pertama, penanganan bencana

difokuskan pada proses evakuasi. Tema ini dapat dilihat dari kutipan

Presiden Joko Widodo. Keterangan diberikan untuk memberi

penjelasan langsung kepada khalayak.

Tema kedua, bencana disebabkan pelanggaran tata ruang. Tema

ini ditampilkan dengan menyajikan pandangan dari Basuki

Hadimuljono dan Sutopo Nugroho Purwo yang memberi pernyataan

bencana tanah longsor di Banjarnegara antara lain terjadi karena

pelanggaran tata ruang di wilayah perbukitan yang ada di sepenjang

jalan.

Tema ketiga, alasan penundaan evakuasi disebabkan

pertimbangan kondisi medan dan keselamatan relawan. Tema ini

mulai terlihat dari keterangan Catur Subandrio mengenai kondisi

medan yang membahayakan relawan dan tim SAR..

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Joko Widodo dilabeli “Presiden”, Basuki Hadi

Muljono dilabeli “Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat”,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data Informasi dan

Humas BNPB” dan “Pakar Hidrologi”, serta Catur Subandrio dilabeli

“Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Banjarnegara”. Label otoritas jabatan dan pakar dari

narasumber menunjukkan bahwa fakta dan data yang dikemukakan

berasal dari pihak berkompeten dan valid untuk mendukung

pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “jasad”

digunakan Kompas untuk menunjukkan tubuh korban yang berhasil

ditemukan. Kompas juga menggunakan leksikon “santunan” yang

dapat diartikan sebagai uang pengganti kerugian karena bencana.

Kompas menekankan peristiwa bencana dengan

menampilkan satu foto headline serta grafik dan satu foto tinjauan

Presiden Jokowi yang diletakkan di halaman sambungan. Kompas

menampilkan foto relawan mencari korban yang diduga masih

tertimbun tanah longsor di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,

Banjarnegara, Jawa Tengah. Dengan keterangan foto sampai pukul

18.00 WIB, jumlah korban longsor yang dievakuasi sebanyak 39

orang, Kompas memberikan gambaran langsung bagaimana proses

evakuasi dan hasil evakuasi. Foto merupakan bukti otentik, serta kuat

untuk menekankan fakta yang sedang terjadi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

Sementara itu, Kompas menampilkan grafik lokasi bencana

dengan keterangan jumlah korban yang hilang dan jumlah korban

yang ditemukan. Grafik tersebut untuk memudahkan khalayak

memahami isi berita, terutama proses pencarian korban hilang.

Kompas memberikan penekanan tersendiri terhadap kunjungan

presiden Joko Widodo. Nampak dari hadirnya foto Presiden Joko

Widodo mendatangi lokasi tanah longsor di Desa Sampang,

Kecamatan Karangkobar yang ditelakkan di halaman sambungan. Hal

itu terkait wacana Kompas mengenai Joko Widodo yang meminta

kepada petugas dan relawan untuk mengutamakan pencarian korban

yang diduga masih tertimbun longsor.

Tabel 3.9 Analisis Framing 35 Korban Teridentifikasi

Pemerintah Fokus Melakukan Evakuasi

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk

memberikan pandangan dan informasi. Kompas juga berupaya menampilkan keinginan warga yang minta direlokasi. Memberikan bukti serta menampilkan peran instansi dalam penanganan bencnaa. Kompas juga menampilkan sosok Joko Widodo yang menangani bencana longsor.

Skrip Menguraikan upaya penanganan bencana yang difokuskan pada proses evakuasi. Sementara mengenai peristiwa longsor, Kompas menekankan pada salah satu penyebab longsor berupa pelanggaran tata ruang. Kompas juga memberikan penjelasan terkait penundaan evakuasi setelah bencana longsor melanda pada Jumat (12/12) petang.

Tematik (1) Penanganan bencana oleh pemerintah difokuskan pada proses evakuasi (2) Bencana disebabkan pelanggaran tata ruang (3) Alasan penundaan evakuasi disebabkan pertimbangan kondisi medan dan keselamatan relawan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dan label pakara hidrologi. Kompas menggunaan leksikon “jasad” dan “santunan”. Menggunakan foto dan grafik untuk menekankan proses evakuasi. Kompas juga memberi penekanan pada soso Joko Widodo dengan menampilkan foto kunjungannya di lokasi bencana.

11. Frame Kompas edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul

Tanggap Darurat Tidaklah Cukup

Tiga hari pasca bencana yang menimbun sekitar 108 warga

Dusun Jemblung, salah satu artikel yang di tampilkan Kompas adalah

berita feature yang berjudul Tanggap Darurat Tidaklah Cukup. Dalam

pandangan Kompas, penanganan bencana sebenarnya dapat dilakukan

dengan memahami tanda-tanda potensi longsor untuk mencegah

bencana. Namun, pemerintah dimaknai sebagai pihak yang kurang

bertanggung jawab dalam hal pencegahan pencana. Warga kurang

informasi dan tidak mendapat pengetahuan yang cukup perihal

ancaman bencana. Seharusnya dilakukan mitigasi sehingga bencana

mampu diminimalisir. Kompas melakukan strategi wacana tertentu

untuk mendukung gagasan..

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk mengkritik kinerja pemerintah. Kompas memberi

pandangan perlunya perubahan perspektif dari tanggap darurat ke

proses mitigasi bencana. Kompas memberikan sejumlah bukti dari

pakar untuk menguatkan pandangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul berita Kompas secara jelas memberikan

keterangan kepada khalayak bahwa tindakan tanggap darurat saat

bencana tidak memenuhi kebutuhan. Kebutuhan dalam hal ini dapat

dipahami sebagai kebutuhan korban terdampak bencana. Pandangan

Kompas mulai terlihat dari crossheadline “Minim respons” yang

berisikan kurangnya tanggapan pemerintah terhadap tanda-tanda

potensi longsor.

Berita feature ini ditulis dengan pembuka yang menohok

mengenai kegagalan pemerintah melindungi rakyatnya dari bencana

longsor. Nampak dari “ketidakhadiran negara” secara tidak langsung

menggambarkan absennya pemerintah berakibat bencana longsor

besar yang memakan banyak korban jiwa di Dusun Jemblung, Desa

Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Longsor besar di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, sekali lagi menunjukkan ketidakhadiran negara dalam melindungi rakyatnya. Jutaan penduduk hidup di kaki-kaki tebing rapuh, sebagian besar di antaranya warga miskin tanpa pilihan lain. Dengan hujan tropis yang dikenal tinggi, longsor adalah bom waktu. (paragraf 1) Kompas pun memberi penutup dengan kalimat yang tragis.

Menggambarkan sebuah penyesalan, namun dengan menghadirkan

sebuah jalan keluar. Mitigasi merupakan tindakan yang bertujuan

mereduksi atau mengurangi dampak bencana baik dampak ke

komunitas yaitu jiwa, harta benda, maupun dampak ke infrastruktur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Kini, saatnya pemerintah pusat dan daerah mengubah perspektif dari tanggap darurat ke mitigasi bencana. Jangan sibuk pasca longsor, lalu lupa beberapa hari kemudian. (paragraf 14)

Andai saja warga mengenali tanda-tanda longsor, andai saja alat deteksi dini jadi dipasang di Karangkobar. Namun, bencana tak mengenal kata andai. Hanya ada mitigasi. (paragraf 15) Dalam teks berita Kompas mewawancarai dua pakar longsor :

Peneliti longsor senior pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI), Edi Prasetyo Utomo dan Peneliti longsor pada Fakultas Teknik

Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM), Teuku Faisal Fathani.

Keduanya berpandangan bahwa belum adanya perubahan signifikan

sikap pemerintah melindungi warganya dari bencana, khususnya

longsor. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan bisa mengubah

perspektif dari tanggap darurat ke mitigasi bencana. Pandangan

tersebut diperkuat dengan hadirnya Kepala Bidang Mitigasi Gempa

Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika yang

mengemukakan pada 5 Desmber 2014, Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi telah mengirim

surat peringatan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Surat

tersebut berisikan bahwa Karangkobar masuk dalam 20 kecamatan

rentan longsor menengah-tinggi di Banjarnegara. Namun

pemeritahuan tersebut tidak direspon dengan baik.

Kompas juga mengahadirkan warga bernama Taroni, 65, yang

mengemukakan sebelum longsor besar, salah satu sisi Bukit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

Telagalele terjadi longsor sebagai saksi bahwa tanda bencana longsor

sudah ada sebelumnya. Sementara Tomo, 60,seorang petani

mengemukakan sosialisasi mengenai ancaman bencana jarang

dilakukan. Hal itu diperkuat dengan keterngan Kepada Desa

Sampang, Partono yang menjelaskan warga belum pernah mendapat

pelatihan evakuasi menghadapi longsor.

Teks berita Kompas secara umum berisi tentang dua pandangan

pakar yang saling melengkapi. Satu pihak berpandangan bahwa

bencana longsor akan berulang dan ciri-cirinya bisa dikenali.

Sementara satunya berpandangan bahwa pemerintah pusat dan daerah

seharusnya mengubah perspektif dari tanggap darurat ke mitigasi

bencana.

Kompas mengawali berita dengan lima paragraf yang

menampilkan Edi Prasetyo Utomo dengan keterangan bahwa longsor

akan berulang dan ciri-cirnya bisa dikenali. Hal itu diperkuat dengan

kesaksian salah satu warga Karangkobar, Taroni yang menjelaskan

sebelum longsor besar terjadi, salah satu sisi bukit Telagalele terjadi

longsor kecil.

Kompas melanjutkan gagasan dengan menyajikan empat

paragraf mengenai pemerintah yang abai terhadap pemberitahuan

adanya ancaman bencana, hal itu disampaikan oleh Kepala Kepala

Bidang Mitigasi gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG, Gede

Suantika. Gagasan diperkuat dengan keterangan dari seorang petani,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

Tomo yang mengemukakan sosialisasi mengenai bencana jarang

dilakukan, serta Kepala Desa Sampang Partono yang menjelaskan

warga belum pernah mendapat pelatihan evakuasi terhadap longsor.

Berita ditutup dengan enam paragraf yang menyimpulkan,

saatnya pemerintah pusat dan daerah mengubah perspektif dari

tanggap darurat ke mitigasi bencana. Kompas menampilkan

keterangan dari Teuku Faisal Basri yang memasang alat deteksi dini

longsor. Hasilnya, longsor besar yang terjadi di Pagentan tahun 2007

tidak ada korban jiwa. Warga menyelamatkan diri empat jam sebelum

bencana longsor melanda karena alarm bahaya berbunyi.

Skema di atas dapat dipahami gagasan untuk menjelaskan

kepada khalayak pentingnya mitigasi bencana. Cuplikan teks berita

dapat diamati di bawah ini.

Sudah 33 tahun Edi menjadi peneliti geologi lingkungan dengan fokus pergerakan tanah atau longsor. Tahun 2006, Edi meneliti kerentanan longsor di kawasan itu, tak lama setelah longsor di desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara- sekitar 6-7 kilometer dari Karangkobar-yang menewaskan 90 orang. Laporan penelitiannya ditulis dalam Journal Landslide Volume 43 Nomor 1. (paragraf 3)

Namun, menjelang akhir karier sebagai peneliti, ia belum melihat perubahan signifikan sikap pemerintah melindungi warganya dari bencana, khususnya longsor. “Longsor akan berulang. Ciri-cirinya bisa dikenali,” katanya. Beberapa di antaranya tanah dan dinding rumah retak, pohon-pohon tampak miring, dan riwayat longsor. (paragraf 4)

Di dusun Jemblung, seperti dikatakan salah satu warganya, Taroni (65), sebelum longsor besar, salah satu sisi Bukit Telagalele terjadi longsor kecil. Di sana ada bangunan dam kecil. “Bukit itu sebenarnya jalur air mengalir. Di puncak bukit ada danau mengering,” tuturnya. (paragraf 5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

Dari kutipan tersebut terlihat pernyatan Edi Prasetyo

Utomo diperkuat dengan kesaksian Taroni. Hal itu memperkuat

penjelasan Edi rasetyo yang mengemukakan longsor akan berulang

dan ciri-cirinya bisa dikenali dengan kesaksian langsung sebelum

terjadinya bencana longsor di Karangkobar pada Jumat (12/12)

petang.

Demikian halnya dengan cara Kompas menyusun fakta

mengenai pemerintah yang tidak merespons dengan baik

pemberitahuan 20 kecamatan rentan longsor menengah-tinggi di

Banjarnegara, termasuk Karangkobar. Hadirnya narasumber yang

memberikan kesaksian dijadian penguat gagasan oleh Kompas seperti

nampak dalam cuplikan di bawah ini.

“Sosialisasi jarang, apalagi anjuran bagaimana hidup aman di wilayah seperti ini,” kata Tomo (60), petani penggarap kebun singkong dan kopi di Dusun Jemblung. Anak-istinya tewas. (paragraf 8)

Menurut Kepala Desa Sampang Partono, warga belum pernah mendapat pelatihan evakuasi menghadapi longsor. Karena minim informasi, banyak warga membangun rumah berdinding tembok yang lebih rawan dibandingkan rumah kayu. (paragraf 9) Hal itu kembali ditampilkan Kompas untuk memberikan

keterangan mengenai pentingnya mitigasi. Dengan keterangan dari

Faisal Fathani, nampak sebuah penyelasan terjadinya bencana longsor

yang banyak memakan korban jiwa.

Di Yogyakarta, teuku Faisal Fathani (39), peneliti longsor pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM), menyesali longsor dengan banyak korban jiwa itu. Tahun 2007,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

ia dan tim UGM bekerjasama dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal meneliti kerentanan longsor di Banjarnegara, Kecamatan Karangkobar masuk peringkat pertama daerah berisiko tinggi. (paragraf 10)

“Waktu itu kami siap pasang alat deteksi dini longsor di sana, tetapi ada persoalan sosial sehingga gagal terwujud. Andai saja alat itu jadi di pasang di sana, mungkin lain cerita,” katanya. (paragraf 11)

Gagasan pentingnya mitigasi bencana pun dihadirkan dengan

menyajikan fakta pada tahun 2007, tim UGM atas bantuan UNESCO

memasang alat deteksi dini di Kecamatan Pagentan, kecamatan

tetangga Karangkobar. Akhir tahun itu, longsor besar terjadi, tidak ada

korban jiwa. Warga menyelamatkan diri empat jam sebelum kejadian

bencana karena alarm bahaya berbunyi.

“Longsor bisa dimitigasi dan seharusnya itulah fokus pemerintah, bukan pada tanggap darurat,” kata Faisal. (paragraf 12) Frame Kompas dibuka dengan fakta yang menyebutkan

ketidakhadiran negara dalam melindungi rakyatnya (who). Dapat

diamati dari paragraf pembuka yang dikuti penjelasan dari Edi

Prasetyo yang sudah 33 tahun menjadi peneliti geologib lingkungan

dengan fokus pergerakan tanah atau longsor. Namun, ia belum melihat

perubahan signifikan sikap pemerintah melindungi warganya dari

bencana. Edi juga menyebutkan longsor akan berulang dan ciri-cirinya

bisa dikenali. Hal itu dipertegas kesaksian Taroni yang

mengungkapkan, sebelum longsor besar, salah satu sisi Bukit

Telagalele terjadi longsor kecil (how).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

Mengenai bencana longsor yang mengakibatkan banyak korban

jiwa, Kompas membeberkan fakta abainya pemerintah terhadap

peringatan ancaman bencana dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi (Why). Hal itu tekankan

dengan keterangan Gede Suantika, “Surat kami kirim via pos ke

Kantor Gubernur Jawa Tengah”. Seorang petani, Tomo dan Kepala

Desa Sampang, Partono pun dihadirkan untuk memberi kesaksian

tidak adanya sosialisasi maupun pelatihan evakuasi mengahapi

lonngsor.

Kompas menutup dengan sebuah solusi mitigasi bencana

menggunakan alat deteksi dini (how). Mulai terlihat saat hadirnya

Teuku Faisal Fathani yang menceritakan keberhasilan pemasangan

alat deteksi dini sehingga bencana longsor di Pagentan pada tahun

2007 tidak menimbulkan korban jiwa. Usaha yang sama pun

dilakukan di Karangkobar, namun mendapat penolakan warga. Faisal

mengemukakan,

Bagaimana pun, alat deteksi dini hanya salah satu komponen dari mitigasi lonngsor. Perlu dilakukan mitigasi struktural dan juga sosial. Lereng yang rentan longsor ditata. Masyarakat dididik, bahkan kalau perlu direlokasi. (paragraf 13)

Dari struktur tematik, ada dua tema dalam teks berita.

Pertama, belum adanya perubahan signifikan pemerintah dalam

melindungi warga dari bencana longsor. Tema ini dapat dilihat dari

paragraf pembuka serta narasumber yang membeberkan fakta bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

bencana longsor sebenarnya berulang dan ciri-cirinya bisa dikenali.

Lebih lanjut, tanda-tanda potensi longsor di Karangkobar jelas.

Namun, surat peringatan 20 kecamatan di Banjarnegara masuk dalam

rentan longsor menengah menengah-tinggi, termasuk Karangkobar

yang dikirimkan oleh PVMBG pada tanggal 5 Desember 2014 tidak

mendapat respons yang baik. Kepala Desa Sampang, Partono dan

warganya yang seorang petani, Tomo pun senada mengatakan tidak

adanya sosialisasi dan pelatihan evakuasi menghadapi longsor.

Tema kedua, Saatnya pemerintah mengubah perspektif dari

tanggap darurat ke mitigasi bencana. Tema ini ditampilkan

menguraikan bukti salah satu komponen mitigasi longsor berupa alat

deteksi dini longsor yang dipasang oleh Teuku Faisal Fathani berhasi

meniadakan korban jiwa saat bencana longsor besar di Kecamatan

Pagentan tahun 2007. Berbeda dengan Kecamatan Karangkobar yang

menolak pemasangan alat deteksi dini. Sebuah penyesalan pun

menjadi penutup berita yang tragis.

Andai saja warga mengenali tanda-tanda longsor, andai saja alat deteksi dini jadi dipasang di Karangkobar. Namun, bencana tak mengenal kata andal. Hanya ada mitigasi. (paragraf 15)

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan serta pakar dari dari

narasumber uatama yang diwawancarai. Edi Prasetyo Utomo, 58,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

selain dilabeli peneliti longsor senior pada Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), Edi juga disebutkan sudah 33 tahun

menjadi peneliti geologi lingkungan dengan fokus pergerakan tanah

atau longsor. Teuku Faisal Fathani dilabeli peneliti longsor pada

Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM). Pelabelan

dua narasumber utama tersebut sangat berpengaruh untuk memperkuat

gagasan Kompas mengenai pentingnya mitigasi bencana.

Selain itu, Kompas juga menggunakan istilah keilmuan

“mitigasi bencana” untuk menggarkan jalan keluar yang perlu

dilakukan untuk memecahkan permasalahan penanganan bencana.

Mitigasi merupakan tindakan yang bertujuan mereduksi atau

mengurangi dampak bencana baik dampak ke komunitas yaitu jiwa,

harta benda, maupun dampak ke infrastruktur.

Tabel 3.10 Analisis Framing

Tanggap Darurat Tidaklah Cukup

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pakar longsor yang menguraikan longsor berulang dan ciri-cirinya bisa dikenali. Kompas juga menempatkan narasumber yang berhasil mencegah korban jiwa pada longsor di Kecamatan Pagentan 2007 karena dipasangnya alat deteksi dini longsor untuk memperkuat gagasan pentingnya mitigasi bencana. Kompas menampilkan pejabat otoritas dan warga untuk menguatkan pandangan.

Skrip Mengawali dengan pembuka yang menyatakan pemerintah yang gagal melindungi warganya dari bencana longsor. Kompas memberikan uraian dengan keterangan pakar serta kesaksian warga untuk memperkuat pandangan. Berita ditutup dengan memberi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

jalan keluar, sebuah saran kepada pemerintah untuk mengubah perspektik tanggap darurat ke mitigasi bencana.

Tematik (1) Belum adanya perubahan signifikan pemerintah dalam melindungi warga dari bencana longsor (2) Saatnya pemerintah mengubah perspektif dari tanggap darurat ke mitigasi bencana

Retoris Pemberian label otoritas jabatan serta pakar yang diwawancarai, memberikan bukti serta penjelasan pentingnya mitigasi bencana. Memberian istilah kelimuan “mitigasi bencana”.

12. Frame Kompas edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul

Benahi Sistem Mitigasi Bencana Longsor : Longsor Masih

Berpotensi, Identifikasi Daerah Rawan

Tiga hari pasca bencana yang menimbun sekitar 108 warga

Dusun Jemblung, Kompas menampilkan berita berjudul “Benahi

Sistem Mitigasi Bencana Longsor : Longsor Besar Masih Berpotensi,

Identifikasi Daerah Rawan. Kompas”. Kompas masih menyoroti

kinerja pemerintah yang tidak belajar dari longsor berulang yang terus

memakan korban jiwa. Kompas melakukan strategi wacana dengan

menuliskan secara lugas pemerintah yang mengabaikan peringatan

dini dan berakibat bencana besar di Karangkobar.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk menjelaskan penyebab bencana longsor. Kompas

mengkritik kinerja pemerintah yang mengabaikan peringatan dini.

Kompas memberikan pandangan perlu perubahan paradigma

embangunan agar tak hanya mempertimbangkan sisi ekonomi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema berita. Dari judul penggoda atau headline teaser “Benahi

Sistem Mitigasi Bencana Longsor,” nampak pandangan Kompas

mengenai saran yang diberikan mengenai penanganan bencana

longsor. Benahi sistem mitigasi masih terkait dengan wacana Kompas

yang disajikan di artikel utama “Tanggap Darurat Tidaklah Cukup”

tentang pemerintah telah gagal melindungi rakyatnya dari bencana.

Lebih jauh, Kompas memandang adanya hal penting mengenai

ancaman dan memberikan saran yang disajikan dalam judul

pemberitahu atau headline teller “Longsor Besar Masih Berpotensi,

Identifikasi Daerah Longsor”. Penggunaan kata “berpotensi”

menandakan adanya ancaman bencana. Kompas memberikan wacana

kepada khalayak untuk mewaspadai ancaman bencana, di samping

proses evakuasi korban yang tengah berlangsung. Identifikasi

dimaksudkan sebagai tindakan pemetaan kawasan longsor di

Banjarnegara yang mempunyai ancaman longsor.

Berita ini ditulis dengan lead yang mengingatkan kembali

kepada pemerintah perihal mitigasi bencana.

Longsor berulang yang terus memakan korban belum menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem mitigasi bencana. Meski Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah mengirim peringatan dini longsor untuk Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, itu belum jadi acuan kebijakan. (paragraf 1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

Seperti berita yang ditulis dalam artikel utama sebelumnya,

Kompas mengingatkan kembali kepada khalayak sistem mitigasi

bencana yang belum menjadi pelajaran pemerintah. Terlihat dari

kebijakan yang belum mengacu atau tidak menanggapi peringatan dini

yang dikirim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Kompas juga memberi penekanan yang terlihat dari

crossheadline “Deteksi Dini”. Khalayak disajikan data dari Pakar

longsor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Edi Prasetyo Utomo

yang mengatakan “ke depan, setiap pemda perlu mendetailkan peta

hingga skala operasional, minimal 1:50.000 atau idealnya 1:25.000 di

daerah-daerah yang regional diketahui atau ditetapkan rawan longsor”.

Penekanan berikutnya terlihat dari crossheadline “Penyebab Longsor”

yang memberikan uraian mengenai hal yang menimbulkan bencana.

Tak hanya uraian, khalayak juga diberikan solusi rekomendasi dari

tim UGM segera dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan

pemetaan cepat dari berbagai sumber data, peta, citra satelit, cuaca,

lokasi permukiman, dan penggunaan lahan untuk analisis terintegrasi.

Dalam teks berita Kompas mewawancarai empat narasumber.

Keterangan dari Kepala Badan Geologi, Surono dan Kepala Bidang

Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) – Badan Geologi, Gede

Suantika digunakan untuk mengingatkan sekaligus menjelaskan

kembali mengenai pemerintah yang mengabaikan peringatan dini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

Sementara dua narasumber yang lain, Pakar Longsor Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia, Edi Prasetyo Utomo menjelaskan deteksi dini

longsor dan ahli longsor pada Fakultas Teknik Sipil UGM, Faisal

Fathani menjelaskan penyebab longsor.

Kompas menguraikan kembali keterangan dari Surono yang

sudah mengirim peringatan rawan longsor hingga skala kecamtan ke

semua gubernur setiap awal bulan, termasuk ke Gubernur Jawa

Tengah. Kecamatan Karangkobar pun termasuk yang diperingatkan

berpotensi longsor. Namun, seperti yang tertuang dalam lead berita,

pemerintah mengabaikannya.

Gede Suantikan juga memberi penjelasan untuk memperkuat

keterangan Surono. “Surat kami kirim via pos ke Kantor Gubernur

Jateng,” ujarnya. Dalam surat itu, khusus untuk Kabupaten

Banjarnegara disebutkan ada 20 kecamatan berpotensi dilanda longsor

dengan skala menengah-tinggi. Kompas juga menjelaskan kepada

khalayak mengenai peringatan dini dengan keterangan dari Surono,

“peringatan dini itu hasil overlay peta zona kerentanan gerakan tanah

tiap wilayah dengan perkiraan curah hujan dari BMKG (Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).”

Kompas berupaya memberikan pengetahuan kepada khalayak

mengenai deteksi dini. Melalui keterangan ahli longsor, Edi Prasetyo

Utomo, khalayak dijelaskan perihal peta kerentanan longsor PVMBG

berskala 1:250.000 belum memadai. Idealnya 1:25.000 dan harus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

ditumpang-tindihkan dengan peta curah hujan tinggi atau di atas 2.500

milimeter per tahun, peta kemiringan lereng curam di atas 30 derajat,

peta ketebalan tanah lunak ( di atas 3 meter), dan peta struktur gelogi

patahan. Namun, Edi menegaskan peta bencana lonsgor tak akan

banyak berguna jika tidak diikuti penataan ruang.

Perlu perubahan paradigma pembangunan agar tak hanya

mempertimbangkan sisi ekonomi. Mitigasi bencana juga harus

diintegrasikan pada tata ruang. Nampak, Kompas memandang wacana

tata ruang begitu penting untuk mengatasi masalah longsor. Tidak

hanya sebagai tindak lanjut peta bencana longso, namun sampai tahap

mitigasi pun harus diintegrasikan pada tata ruang. Tata ruang dapat

dipahami sebagai upaya atau cara menata tempat yang ada.

Kompas juga mengingatkan kembali kepada khalayak untuk

mewaspadai ancaman longsor serta cara penanganannya. Serta

memberi himbauan supaya khalayak mulai waspada saat hujan

menerus, mengindari lerengan curam, terutama yang tanahnya tebal.

“Sebelum longsor terjadi selalu diawali munculnya retak-retakan,” ujar Edi. Untuk memitigasinya, retakan-retakan itu harus cepat ditutup sehingga air hujan tidak masuk retakan yang bisa memicu longsor. Daerah rawan lonsgor juga harus dihutankan dengan pohon-pohon berakar kuat. Ini sangat efektif memitigasi tanah longsor dangkal dengan bidang longsor kurang dari 5 meter. (paragraf 10)

Mengenai penyebab longsor di Karangkobar, Edi sedikit

menjelaskan penyebab utamanya adalah intensitas hujan tinggi dari

kamis (11/12) malam hingga jumat sore. “Selain itu juga topografi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

curam, di atas 40 derajat dan ketebalan residual soil 3-5 meter serta

dialasi lapisan lempung atau abu vulkanik yang licin jika terkena air,

paparnya.

Kompas menghadirkan keterangan dari tim Universitas

Gadjah Mada (UGM), sebagaimana diketahui, pada artikel

sebelumnya, UGM berperan penting atau setidaknya pernah berupaya

memasang alat deteksi dini di Karangkobar. Hal itu tentu menjadi

penguat keterangan atau pandangan yang ditulis oleh Kompas.

Secara geologi kawasan utara Banjarnegara, seperti Karangkobar, Wanayasa, Pagentan, dan Banjarmangu, merupakan daerah rentan longsor. (paragraf 12)

Kerentanan disebabkan lereng curam-sangat curam. Selain itu, lapisan tanah sangat tebal yang dipengaruhi proses pelapukan dari dalam bumi. “Struktur geologi yang kompleks dengan banyak jalur pathan,” kata Teuku Faisal Fathani, ahli longsor pada Fakultas Teknik Sipil UGM. (paragraf 13)

Pada penutup berita, khalayak suguhkan rekomendai dari tim UGM segera dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat dari berbagai sumber data, peta, citra satelit, cuaca, lokasi permukiman, dan penggunaan lahan untuk analisis terintegrasi. Selain itu, perlu sosialisasi kepada warga di daerah rentan longsor. (paragraf 14)

Teks berita Kompas secara umum berisi tentang dua

pandangan pakar yang saling melengkapi. Satu pihak berpandangan

perlunya deteksi dini berupa peta rawan longsor serta diikuti penataan

ruang, perubahan paradigma dan mitigasi bencana terintegrasi dengan

tata ruang. Sementara satunya mengemukakan penyebab longsor

(Karangkobar) merupakan daerah rentan longsor yang disebabkan

lereng curam—sangat curam. Lapisan tanah juga sangat tebal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

dipengaruhi pelabukan dari dalam bumi. Ringkasnya, bencana

disebabkan struktur geologi yang kompleks dengan banyaknya jalur

patahan. Kedua ahli kompak memberikan penjelasan bahwa perlu

sosialisasi kepada warga di daerah rentan longsor.

Kompas mengawali berita dengan lima paragraf yang

mengingatkan kembali pada khalayak bahwa pemerintah abai

terhadap peringatan dini. Hal itu ditekankan dengan keterangan dari

Surono dan Edi Prasetyo.

Kompas melanjutkan pandangan berupa enam paragraf yang

menjelaskan perlunya penataan ruang dan pendidikan bencana kepada

masyarakat. Kompas memberi pandangan, bahwa peta kerentanan

longsor dengan skala 1:250.000 belum memadai, idealnya 1:25.000.

Namun, peta kerentanan tersebut tidak berguna bila tidak diikuti

penataan ruang, perubahan paradigma pembangunan agar tak hanya

mempertimbangkan sisi ekonomi serta mitigasi bencana juga harus

diintegrasikan pada tata ruang. Kompas memberikan wacana

dibutuhkan pendidikan bencana kepada masyarakat.

Berita ditutup dengan empat paragraf yang menguraikan

penyebab longsor serta menyimpulkan dengan menghadirkan

rekomendasi dari tim UGM. Tim UGM merekomendasikan segera

dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat dari

berbagai sumber data, peta , citra satelit, cuaca, lokasi permukiman,

dan penggunaan lahan untuk analisis terintegrasi. Kompas di sini juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

kembali memberi wacana perlu sosialisasi kepada warga di daerah

rentan lonsgor.

Skema di atas dapat dipahami gagasan untuk menjelaskan

kepada khalayak pentingnya penataan ruang untuk proses mitigasi,

segera melakukan indentifikasi daerah longsor, dan perlunya

sosialisasi bencana kepada warga di daerah rentan longsor.

Frame Kompas dibuka dengan fakta yang menyebutkan

peringatan dini belum menjadi acuan kebijakan. Pemerintah abai.

Longsor yang berulang dan memakan korban jiwa belum jadi

pelajaran bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem mitigasi (who).

Dapat diamati dari enam paragraf pembuka.

Mengenai deteksi dini, Kompas memandang peta bencana

longsor tak akan banyak berguna apabila tidak diikuti penataan ruang.

Perlu perubahan paradigma pembangunan agar tidak hanya

mempertimbangkan sisi ekonomi. Mitigasi bencana harus

diintegrasikan pada tata ruang dan dibutuhkan pendidikan bencana

kepada masyarakat (how).

Sementara, Kompas memandang penyebab longsor (Why)

harus segera diidentifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat.

Serta perlu sosialisasi kepada warga di daerah rentan longsor.

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak adanya pengabaian peringatan dini oleh pemerintah.

Kompas memberi solusi dengan memberikan penjelasan perlunya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

perubahan paradigma penanganan bencana dari tanggap darurat ke

mitigasi bencana.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,

pemerintah mengabaikan peringatan dini berakibat bencana besar di

Karangkobar. Tema ini dapat dilihat dari paragraf pembuka serta

narasumber yang membeberkan fakta dari Kepala Badan Geologi,

Surono yang mengemukakan bahwa surat peringatan sebenarnya

sudah dikirim ke skala kecamatan ke semua gubernur setiap awal

bulan, termasuk Gubernur Jawa tengah. Hal itu ditekankan dengan

keterangan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Mitigasi

Bencana (PBVMBG) – Badan Geologi Gede Suantika-dikirim ke

daerah pada 5 Desember 2014. “ Surat Kami kirim via pos ke Kantor

Gubernur Jateng,” katanya.

Tema kedua, deteksi dini tidak akan berguna jika tidak diikuti

penataan ruang. Tema ini ditampilkan dengan menguraikan

keterangan dari pakar longsor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,

Edi Prasetyo Utomo. Edi mengungkapkan peta kerentanan longsor

PVMBG belum memadai, perlu mendetailkan peta dari skala

1:250.000 hingga skala ideal 1:25.000. Lebih lanjut, Edi menjelaskan

peta kerentanan longsor tidak banyak berguna bila tidak diikuti

penataan ruang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

Tema ketiga, rekomendasi untuk segera dilakukan identifikasi

daerah rawan longsor dan pemetaan cepat. Tema ini dibuka dengan

penyebab utama longsor berupa intensitas hujan tinggi dari Kamis

(11/12) malam hingga jumat sore oleh Edi. Teks berita dilanjutkan

dengan keterangan mengenai kerentanan longsor yang disebabkan

oleh struktur geologi yang kompleks dengan banyak jalur patahan

yang diuraikan ahli longsor ada Fakultas Teknik Sipil UGM, Teuku

Faisal Fathani. Tema ini terlihat dari rekomendari tim UGM untuk

segera dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan

cepat dari berbagai sumber.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label pakar atau keahlian dan otoritas jabatan

narasumber. Surono dilabeli “Kepala Badan Geologi”, Gede Suantika

dilabeli “Kepala Bidang Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan

Geologi”, Edi Prasetyo Utomo dilabeli “Pakar longsor Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia, Teuku Faisal Fathani dilabeli “Ahli longsor

pada Fakultas Teknik Sipil UGM” . Label pakar tersebut memperkuat

pandangan yang dikemukakan Kompas kepada khalayak. Otoritas

jabatan juga digunakan untuk memberikan bukti dan menjelaskan

perihal peringatan dini yang dikirim kepada pemerintah.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon “paradigma”

untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Paradigma juga sama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

arti dengan pola pikir dan kerangka berpikir. Namun dapat dipahami

paradigma merujuk pada bidang keilmuan untuk memahami sesuatu.

Kompas menampilkan grafik berupa peta serta daftar wilayah

berpotensi gerakan tanah di Kabupaten Banjarnegara, Desember 2014.

Grafik ditampilkan untuk menjelaskan kepada khalayak mengenai

sejumlah daerah di Banjarnegara yang masuk peringatan dini bencana

longsor. Penekanan juga dilakukan Kompas dengan memberikan

diskripsi kategori rawan longsor untuk membantu khalayak

mengidentifikasi gejaja ancaman. Kategori Menengan adaah daerah

yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Di

zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas norman

terutama di daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,

tebing, jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.

Kategori tinggi adalah daerah yang mempunyai potensi tinggi

untuk terjadi gerakan tanah. Di zona ini dapat terjadi gerakan tanah

jika curah hujan di atas normal, sedaangkan gerakan tanah lama dapat

aktif kembali. Penjelasan Kompas berupa wilayah berpotensi gerakan

tanah di Banjarnegara serta penjelasan kategori rawan longsor

menengah-tinggi tersebut membantu khalayak mengidentifikasi

kondisi lingkungan di daerah mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

Tabel 3.11 Analisis Framing Benahi Sistem Mitigasi Bencana Longsor

Longsor Besar Masih Berpotensi, Identifikasi Daerah Rawan

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pakar longsor yang menguraikan perihal deteksi dini dan penyebab longsor. Menggunakan narasumber dari pejabat untuk memberikan bukti.

Skrip Mengawali dengan mengingatkan pada khalayak, pemerintah tidak menjadikan acuan kebijakan tentang peringatan dini bencana longsor yang diterima. Berita menguraikan deteksi dini dan penyebab longsor, namun memberi penekanan pada perlunya perubahan paradigma pembangunan yang tidak mementingkan sisi ekonomi serta perlunya pendidikan bencana atau sosialisasi bagi warga di daerah rawan longsor.

Tematik (1) Pemerintah mengabaikan peringatan dini berakibat bencana besar di Karangkobar (2) Deteksi dini tidak akan berguna jika tidak diikuti penataan ruang (3) Rekomendasi untuk segera dilakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat

Retoris Pemberian label pakar longsor untuk memperkuat pandangan, serta menyajikan grafik guna membantu khalayak mengidentifikasi daerah rawan longsor. Memberikan bukti sejumlah wilayah di Banjarnegara yang berpotensi gerakan tanah, Kompas juga menggunakan leksikon “paradigma” untuk menguatkan pandangan.

13. Frame Kompas edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul

Utamakan Korban Luka Mengancam Jiwa

Tiga hari pasca bencana yang menimbun sekitar 108 warga

Dusun Jemblung, Kompas menampilkan berita berjudul Utamakan

Korban Luka Mengancam Jiwa. Kompas berupaya memberikan

pendidikan penanganan korban kepada khalayak. Terlihat dari menu

berita “Penanganan Korban Longsor” yang memudahkan khalayak

untuk mengetahui inti berita yang disampaikan. Kompas melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

strategi wacana penanganan korban longsor untuk menginformasikan

kondisi korban longsoran serta penanganannya. Wacana tersebut

ditujukan kepada khalayak agar memahami kondisi korban longsoran

sehingga mengurangi kepanikan atau harapan terhadap proses

evakuasi.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk membantu khalayak mengetahui cara penanganan

korban longsor baik korban luka mengancam jiwa, atau korban luka

tidak mengancam jiwa. Kompas memberikan uraian mengenai

kemungkinan ditemukannya korban longsoran dalam kondisi selamat.

Meskipun kemungkinan itu kecil, namun uraian mengenai

kemungkinan terburuk setidaknya memberikan penjelasan kepada

khalayak. Pandangan Kompas juga bisa dipandang sebagai pendidikan

bencana kepada khalayak mengenai penanganan korban longsor.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema berita. Dari judul “Utamakan Korban Luka Mengancam Jiwa,”

nampak pandangan Kompas mengenai saran yang diberikan dalam

penanganan korban bencana longsor di Karangkobar, Banjarnergara.

Kata “utamakan” dapat dipahami sebagai pandangan yang penting

atau dalam hal ini Kompas memandang penanganan korban luka

mengancam jiwa lebih didahulukan, disamping proses evakuasi yang

sedang berlangsung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

Kompas juga menjelaskan tesendiri mengenai korban

tertimbun. Nampak dari crossheadline “Tertimbun”. Dalam uraiannya

Kompas menjelaskan bagaimana kondisi korban tertimbun yang

kemungkinan masih bisa ditemukan selamat. Kompas juga

memberikan keterangan jangka waktu korban masih bisa ditemukan

selamat.

Dalam teks berita Kompas mewawancarai dua narasumber.

Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian

Kesehatan, Achmad Yurianto yang mengemukakan penanganan

korban luka yang mengancam jiwa dan kondisi korban terimbun.

Serta Anggota Tim Penanggulangan Bencana Ikatan Dokter

Indonesia, Asturi Puri mengemukakan penanganan korban luka yang

tidak mengancam jiwa.

“Prioritaskan penyelamatan pada korban luka dengan perdarahan banyak atau patah tulang yang mengancam jiwa,” kata Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, di Bogor, Minggu (14/12). Luka dan patah tulang bisasnya terjadi karena terimpa bangunan atau pohon. (paragraf 2)

Upaya Kompas untuk memberikan pendidikan bencana lebih

lanjut dapat diamati dari cara menguraikan kondisi patah tulang dalam

teks berita yang ditekankan dengan keterangan dari Yurianto, dapat

diamati di bawah ini.

Patah tulang mengancam jiwa umumnya terjadi pada tulang besar, seperti tulang leher yang banyk terdapat jaringan saraf atau tulang rusuk yang membuat paru-paru tak berfungsi baik. Ada pula patah tulang belak3)ang yang berisiko lumpuh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

dan cacat permanen serta patah tulang paha dan panggul yang bisa memicu perdarahan hebat. (paragraf)

Kasus gawat darurat patah tulang hanya bisa ditangani di rumah sakit karena butuh dokter spesialis serta peralatan dan obat khusus. Pada kasus longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, korban luka untuk sementara dirawat di RSUD Banjarnegara. (paragraf 4)

“Jika korban patah tulang sedikit, mereka bisa dirujuk ke Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta. Namun, jika korban banyak, ada kemungkinan tim dokter ortopedi dikirim ke Banjarnegara,” ujarnya. (paragraf 5)

Kompas juga memandang pentingnya kemampuan pertolongan

pertama dalam menyelamatkan korban longsor. Tim SAR, tenaga

kesehatan, dan TNI-Polri yang biasa menangani bencana mempunyai

kemampuan itu. Dengan perawatan yang tepat, korban luka dengan

perdarahan hebat dan patah tulang bisa diselamatkan.

Sementara mengenai korban luka yang tidak mengancam jiwa,

Anggota Tim Penanggulangan Bencana Ikatan Dokter Indonesia,

Asturi Putri mengatakan, munculnya pengungsian selalu membawa

persoalan kebersihan dan sanitasi akibat berkumpulnya banyak orang

ditempat yang tak memadai. Kompas menggunakan kutipan langsung

dari Asturi untuk memberi penekanan.

“Paling ceat 3-4 hari atau paling lama seminggu sejak bencana

akan bermunculan diare dan infeksi saluran pernasan di pengungsian,”

katanya.

Teks berita Kompas berisi tentang penanganan korban

bencana longsor. Kompas mengahadirkan dua narasumber untuk

memberi pandangan. Kompas menguraikan penanganan korban luka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

yang mengancam jiwa dalam lima paragraf awal, luka yang dimaksud

adalah perdarahan hebat dan patah tulang. Kompas juga menguraikan

kondisi patah tulang untuk memberi penjelasan kepada khalayak.

Acmah Yurianto dihadirkan untuk menjelaskan sekaligus sebagai

penguat pandangan Kompas.

Kompas melanjutkan pandangan berupa dua paragraf yang

menjelaskan peluang ditemukan korban tertimbun dalam kondisi

selamat. Hal ini dapat dipahami sebagai harapan yang ditampilkan

terkait proses evakuasi yang sedang berlangsung.

Menurut Yurianto, korban tertimbun longsoran yang tak bisa bernapas hanya punya waktu 5-10 menit untuk bertahan. Mereka yang mengalami perdarahan hebat tanpa pertolongan hanya bisa bertahan 1-2 jam. Selanjutnya, korban yang terlindung dan tak mengalami perdarahan bisa bertahan tujuh hari tanpa asupan makanan atau minuman. (paragraf 8)

Urain di atas tentunya memberi pemahaman kepada khalayak

terhadap peluang bagaimana kondisi korban yang ditemukan selama

proses evakuasi. Memberi harapan, sekaligus memberi penjelasan jika

korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.

Kompas memberi sisipan data dalam dua paragraf mengenai

jumlah korban jiwa akibat bencana longsor, penduduk rentan longsor,

serta sejumlah daeerah rawan longsor. Badan Nasional

Penanggulangan Bencana mencatat 248 orang tewas akibat longsor,

lebih dari separuh jumlah korban tewas dari semua jenis bencana.

Dapat dipahami, bencana longsor paling besar memakan korban jiwa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

Sebanyak 40,9 juta penduduk rentan menjadi korban longsor.

Banjarnegara dan Wonosobo adalah daerah rawan longsor di Jateng.

Selain itu, juga Bandung, Bogor, dan Cianjur di Jawa Barat, serta

Malang, Pacitan, dan Ponorogo di Jawa Timur.

Kompas menutup dengan empat paragraf yang menguraikan

oenanganan korban luka, tetapi tidak mengancam jiwa. Hal itu

ditegaskan dengan keterangan Asturi serta penjelasan mengenai daya

tahan tubuh yang turun terutama pada kelompok rentan, seperti bayi,

ibu hamil, dan lansia.

Skema di atas dapat dipahami sebagai upaya Kompas untuk

memberikan pendidikan bencana, dalam hal ini penanganan korban

bencana longsor. Korban longsor tersebut meliputi korban luka yang

mengancam jiwa, korban tertimbun, serta korban luka yang tidak

mengancam jiwa.

Frame Kompas terlihat jelas berupa penanganan korban

longsor untuk memprioritaskan penyelamatan pada korban luka yang

mengancam jiwa (how). Kompas menguraikan ke dalam tiga kondisi

korban longsor (what). Kompas mengutamakan penanganan pada

korban luka yang mengancam jiwa berupa perdarahan hebat dan patah

tulang. Kemudian diikuti penjelasan mengenai korban tertimbun yang

masih berpeluang ditemukan selamat. Diakhiri dengan penanganan

korban luka yang tidak mengancam jiwa, Kompas memberi penkanan

pada kelompok rentan seperti bayi, ibu hamil, dan lansia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak untuk memprioritaskan korban luka yang

mengancam jiwa. Prioritas tersebut tentunya untuk menyelamatkan

nyawa korban yang mengalami luka parah. Kompas juga berupaya

menampilkan penjelasan kondisi korban yang tertimbun.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,

prioritaskan korban luka yang mengancam jiwa seperti perdarahan

banyak dan patah tulang. Tema ini dapat dilihat dari paragraf

pembuka serta narasumber, Achmad Yurianto yang membeberkan

keterangan mengenai kondisi patah tulang serta penanganannya.

Tema kedua, peluang ditemukannya korban tertimbun dalam

kondisi selamat. Tema ini terlihat dari uraian Yurianto yang diawali

dengan peluang ditemukannya korban selamat selama terlindung

sebuah “kapsul” yang memungkinkannya tetap bernapas dan tak

mengalami perdarahan.

Tema ketiga, penanganan korban luka yang tidak mengancam

jiwa. Tema ini ditampilkan dengan keterangan dari Asturi mengenai

Korban selamat yang tak mengalami luka juga rentan terkena berbagai

penyakit. Hal itu disebabkan lingkungan kotor. Tema ini ditutup

dengan penekanan pada kelompik rentn seperti bayi, ibu hamil, dan

lansia yang perlu perhatian khusus agar asupan nutrisi tiddak

terganggu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Achmad

Yulianto dilabeli “Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan”, dan Asturi Putri dilabeli “Anggota Tim

Penanggulangan Bencana Ikatan Dokter Indonesia”. label otoritas

jabatan tersebut menunjukkan bahwa informasi dan fakta yang

dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan valid untuk

mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “Utamakan” dan

“Prioritas”. Utamakan dan prioritas hampir mempunyai persamaan

arti. Utamakan lebih diartikan di nomor satukan, sementara prioritas

dapat dipahami sebagai didahulukan dari pada yang lain. Kompas

menggunakan instansi BNPB untuk menekankan pandangan mengenai

data korban tewas akibat longsor pada tahun 2014.

Tabel 3.12 Analisis Framing Utamakan Korban Luka Mengancam Jiwa

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara narasumber yang mempunyai otoritas jabatan

untuk mengemukakan pandangan. Kompas menampilkan instansi BNPB untuk menampilkan data korban meninggal akibat longsor.

Skrip Menekankan pada prioritas korban luka yang mengancam jiwa. Kompas memberikan uraian mengenai kondisi yang mengancam jiwa. Teks berita diikuti penjelasan mengenai peluang ditemukannya korban tertimbun dalam kondisi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

184

selamat. Serta penanganan korban luka yang tidak mengancam jiwa.

Tematik (1) Prioritaskan korban luka yang mengancam jiwa seperti perdarahan banyak dan patah tulang (2) Peluang ditemukannya korban tertimbun dalam kondisi selamat (3) Penanganan korban luka yang tidak mengancam jiwa

Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada nasumber. Kompas juga menggunakan leksikon utamakan dan prioritas untuk memberikan penekanan.

14. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul

Nasib Mereka Setelah Bencana

Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun

Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens

memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014

Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di

Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman utama dengan jenis

berita feature. Kompas menyoroti kisah korban di pengungsian.

Beita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran

Kompas untuk menampilkan kondisi warga di pengungsian. Kompas

memberi wacana korban selamat yang menderita sakit dan

mempunyai beban pikiran karena kehilangan keluarga dan harta

bencana.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Kompas menulis judul berita “Nasib Mereka

Setelah Bencana”. Kata nasib yang berarti sesuatu yg sudah

ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang jelas ingin menggambarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

185

kondisi korban setelah kejadian bencana. Kompas menelisik kisah di

pengungsian untuk menarik empati khalayak dengan gaya bertutur

berita feature.

Kompas membuka kisah seorang pengungsi dalam sebuah lead

berita. Digambarkan selama tiga hari tinggal di pengungisan, pikiran

dan fisik korban bernama Badriah melemah.

Wajah Badriah pucat. Tampak guratan hitam di kantong mata wanita parih baya itu saat petugas kesehatan memeriksa tekanan darahnya. Alat pengukur tensi menunjukkan angka 130/80. Tiga hari tinggal dipengungsian, pikiran dan fisiknya melemah. Apalagi, 12 anggota keluarganya menjadi korban tanah longsor. (paragraf 1) Berita feature yang ditulis Kompas mempunyai kecenderungan

sebuah cerita yang mengangkat permasalah dan ditutup dengan jalan

keluar atau solusi maupun upaya untuk menyelesaikan permasalahan

yang diangkat. Begitu juga dalam artikel ini. Kompas menutup dengan

pernyataan Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno yang berharap

bantuan bahan bangunan untuk membangun kembali rumah warga

jika sudah sampai pada tahap pembangunan hunian sementara.

Kompas menampilkannya untuk meredam kegelisahan pengungsi

terkait hilangnya tempat tinggal mereka. Di samping itu ada maksud

untuk menarik simpati khalayak supaya memberikan bantuan kepada

korban longsor.

Kompas juga menambahkan cross headline. Dalam beberapa

artikel diketahui, cross headline membantu pembaca untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

186

menangkap kisah atau fakta apa yang akan disajikan berikutnya.

Seperti “Pengungsian” atau tempat untuk menyelamatkan diri dari

bahaya. Kompas menyajikan kondisi salah satu tempat pengungsian di

Tempat pendidikan Al Quran (TPA) Darussalam di Dusun Alian,

Desa Ambal. Selain itu Kompas juga menambahkan cross headline

“Evakuasi” yang berisi tentang penemuan korban serta kendala proses

evakuasi.

Dalam teks berita, Kompas mewawancarai tujuh narasumber.

Kompas mengutarakan keterangan dari empat warga korban longsor di

pengungsian. Kompas juga memberi penekanan dengan menghadirkan

Dokter posko pengungsian di Desa Ambal dari PKU Muhammadiyah

temanggung, Reza Rahardian dan keterangan tambahan dari petugas

Palang Merah Indonesia. Sementara mengenai informasi penanganan

bencana, Kompas mengambil keterangan Wakil Bupati Banjarnegara

Hadi Supeno.

Badriah, 54 tahun, 12 anggota keluarganya menjadi korban

tanah longsor. Ia dijadikan tokoh utama dalam berita ini. Kisahnya

ditampilkan mulai dari lead. Kompas menyambungnya dengan

kutipan langsung dari Badriah.

“Sejak semalam, badan sata demam, bersin-bersin dan kepala pusing,” ujar Badriah (54) di posko pengungsian Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/12). Ia adalah seorang korban bencana tanah longsor yang menimbun sedikitnya 40 rumah di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar. (paragraf 2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

187

Kompas menguraikan kisah Badriah yang sejak tiga hari terakhir

pikirannya tidak bisa tenang. Ia memikirkan belasan keluarganya.

Beban pikiran yang berat membuat Badriah mengabaikan menjaga

kesehatan. Kisah serupa pun dihadirkan untuk memberikan gambaran

mengenai kondisi serupa juga dialami pengungsi lain. Kompas

memberi penekanan dengan uraian mengenai kondisi Toflani, 60,

warga Dusun Jemblung yang sangat terpukul karena kehilangan

beberapa anggota keluarga akibat longsor.

Mengenai kondisi pengungisian di Tempat Pendidikan Al Quran

(TPA) Darussalam di Dusun Alian, Desa Ambal Kompas memberi

penekanan dengan kutipan langsung salah satu pengungsi.

“Ruangannya cukup untu tidur meski berjejal. Untuk buang air, saya

ke sungai atau nebeng di rumah tetangga,” ujar Dayus, 55, pengungsi

asal Jembung. Ia mengungsi bersama istrinya, Sinem, 55. Di tempat

pengungsian tersebut ada 151 warga, termasuk 3 bayi, 10 balita, 5 ibu

menyusui, 1 ibu hamil, dan 4 orang lanjut usia. Uraian penyebutan

jumlah kelompok rentan tersebut sebagai upaya Kompas untuk

menampilkan korban yang harus diutamakan. Hal itu juga

memudahkan khalayak apabila hendak memberikan bantuan.

Kompas menguraikan keterangan dari Dokter posko

pengungsian di Desa Ambal dari PKU Muhammadiyah Temanggung,

Reza Rahardian. Ia mengemukakan sejak dua hari terakhir, lebih dari

50 pengungsi memeriksakan kesehatan. Kebanyakan mengeluhkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

188

sakit flu, batuk, dan pusing-pusing. Petuga Palang Merah Indonesia

yang berjaga menambahkan, warga mengeluhkan ketiadaaan bantuan

pakaian dalam. Akibatnya terjangkit gatal-gatal karena terpaksa

memakai pakaian dalam yang sama selama beberapa hari. Uraian

tersebut sangat jelas sebagai informasi kepada khalayak yang ingin

memberikan bantuan.

Kompas berupaya menjelaskan kondisi korban di pengungsian.

Hal itu nampak dari penjelasan mengenai penyebab utama penyakit

yang didera pengungsi adalah beratnya beban pikiran karena

kehilangan anggota keluarga dan harta benda. Kompas pun

menceritakan kondisi salah satu pengungsi yang terus gelisah.

Saat petang menjelang, pengungsi terus gelisah, tak bisa tidur nyenyak. Seperti Ruwiyah (35), yang kehilangan semua tetangga dekatnya, tidur meringkuk di pojok ruangan. Sebentar kemudian, dia bergan posisi, membetulkan selimut. (paragraf 12) Penekanan pun terlontar dari kutipan langsung salah satu

pengungsi. “Saya pasrah, mau disuruh tinggal di mana. Namun, kalau

bisa, jangan di kampung yang dulu. Trauma,” ucapnya terbata-bata.

Kata trauma sudah menjelaskan bagaimana tekanan jiwa para

pengungsi, beban pikiran mereka. Kompas pun menguraikan semakin

lama tidak mendapat kepastian tentang nasib anggota keluarga, makin

berat beban pikiran mereka.

Kompas berupaya memberikan secercah harapan bagi korban

longsor maupun khalayak yang berempati dengan keterangan dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

189

Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno. Dalam penutup berita, Hadi

berharap bantuan bahan bangunan untuk membangun kembali rumah

warga jika sudah sampai pada tahap pembangunan hunian sementara.

Ada upaya, ada tindakan dalam hal ini pembuatan bangunan bagi

korban longsor. Salah satu harapan tempat tinggal, bagi korban yang

kehilangan rumah mereka.

Kompas menulis enam paragraf awal untuk menggambarkan

salah satu korban longsor, Badriah. Pandangan tersaji pada kondisi

Badriah yang pikiran dan fisiknya melemah selama tiga hari di

pengungsian. Apalagi, 12 anggota keluarganya menjadi korban tanah

longsor. Kompas memberi penekanan kondisi serupa juga dialami

Toflani (60). Uraian berikutnya, khalayak disuguhi tiga paragraf

mengenai kondisi pengungsian. Kompas memberi penekanan dengan

kesaksian atau kutipan langsung salah satu warga, Dayus.

Kondisi pengungsi lebih gamblang dijelaskan dalam lima

paragraf dimulai dari keterangan dokter mengenai penyakit yang

didera pengungsi. Hal itu ditambah ketengan petugas PMI serta

keterangan yang menyebutkan lebih dari sekedar sakit fisik, beratnya

beban pikiranm karena kehilangan anggota keluarga dan harta benca,

menjadi penyebab utama penyakit yang didera pengungsi.

Lebih dari 600 warga Dusun Jemblung kini mengungsi di 12

posko. Harapan pengungsi yang selamat dari longsor adalah bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

190

mendapati jasad keluarganya. Semakin lama tidak mendapat kepastian

tentang nasib anggota keluarga, makin berat beban pikiran mereka.

Kompas menutup berita dengan tiga paragraf yang menguraikan

proses evakuasi serta harapan Wakil Bupati Banjarnegara mengenai

bantuan untuk membangun kembali rumah warga.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

kondisi korban dipengungsian yang memiliki beban pikiran karena

kehilangan anggota keluarga dan harta benda. Kompas juga berupaya

menguraikan kondisi pengungsian dan kebutuhan pengungsi untuk

memberikan informasi kepada khalayak yang ingin memberikan

bantuan. Pada akhir berita, Kompas menampilkan upaya penanganan

bencana longsor, dari uraian proses evakuasi serta harapan bantuan

untuk membangun rumah warga dari Wakil Bupati Banjarnegara.

Frame Kompas tentang ancaman bencana dapat diamati dari

bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai

memberitakan dengan menampilkan salah satu korban longsoran di

pengungsian, Badriah. Kompas menggambarkan kondisinya

dipengungsian daan menjelaskan mengenai pikiran dan fisiknya

melemah (what). Dalam lead berita sudah jelas upaya Kompas

mengambarkan kondisi salah satu pengungsi yang sedak

memeriksakan kesehatannya. Bukan hanya masalah kesehatan, namun

beban pikirannya yang membuat kondisi fisiknya melemah. Apalagi,

12 anggota keluarganya menjadi korban tanah longsor. Kondisi serupa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

191

pun dialami pengungsi lain, Toflani (who). Ia sangat terpukul karena

kehilangan beberapa anggota keluarha akibat longsor.

Kompas menguraikan kondisi di pengungsian (Where).

Disebutkan jumlah pengungsi serta kelompok rentan, seperti 3 bayi,

10 anak balita, 5 ibu menyusui, 1 ibu hamil, dan 4 orang lanjut usia.

Hal itu untuk memudahkan pemberian bantuan di tempat

pengungsian.

Dari kerterangan dokter dan petugas Palang Merah Indonesia,

didapati bahwa penyakit yang didera para pengung disebabkan

beratnya beban pikiran karena kehilangan anggota keluarga dan harta

benda (Why). Beban pikiran mereka makin berat apabila semakin lama

tidak mendapatkan kepastian mengenai nasib anggota keluarga.

Untuk penanganan bencana (how). Kompas menyajikan upaya

tim evakuasi hingga Senin yang masih terhambat cuaca buruk. Hingga

hari ke tigaupaya evakuasi, relawan dan tim SAR menemukan 55

jasad korban, terdiri 14 oerempuan, 37 laaki-laki, dan 4 lainnya belum

diidentifikasi. Sudag 46 korban yang dikenali. Sementara Wakil

Bupati banjarnegara berharap bantuan untuk membangun kembali

rumah warga.

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak mengenai kondisi pengungsi yang mempunyai beban

berat pikiran sehingga mempengaruhi kesehatan mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

192

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang

menunjuk pada tema utama mengenai kondisi korban di pengungsian.

Pertama, Pengungsi memiliki beban pikiran yang mempengaruhi

kesehatan karena kehilangan anggota keluarga dan harta benda. Tema

ini dapat dilihat dari uraiakan kisah dari Badriah yang ditegaskan

dengan kondisi serupa juga dialami Toflani.

Tema kedua, kondisi pengungsian. Tema ini ditampilkan dengan

ketengan kondisi pengungsian di TPA Darussalam berikut jumlah

pengungsi serta kelompok rentan. Hal itu untuk memudahkan bantuan

yang akan diberikan di tempat tersebut.

Tema ketiga, beban pikiran semakin berat apabila semakin lama

tidak mendapat kepastian tentang nasib anggota keluarga. Tema ini

diurakan mulai dari keterangan dokter dan petugas PMI. Serta

penekanan dengan “tatapan kosong” serta kutipan langsung pengungsi

yang menyebutkan “trauma”. Tema ini ditutup dengan uraian

mengenai perkembangan proses evakuasi serta harapan dari Wakil

Bupati mengenai bantuan untuk membangun kembali rumah warga.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Reza Rahardian yang dilabeli “dokter posko

pengungsian”. Penyebutan petugas PMI, serta Hadi Supeno yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

193

dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara. Label otoritas jabatan tersebut

menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak

berkompeten dan valid untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Untuk memberikan

penekanan pada kondisi pengungsi, terdapat leksikon “nasib” yang

berarti sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan. Nasib berdekatan

arti dengan kata takdir. Takdir mempunyai arti ketetapan Tuhan.

Kompas juga menampilkan foto yang diletakkan di halaman

utama. Foto tersebut mempunyai caption.

Anak-anak pengungsi bermain di depan gedung aula Perhutani, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, yang dijadikan salah sau tempat pengungsian, Senin (15/12) malam. Mereka bermain untuk mengurangi kejenuhan selama harus tinggal di pengungsian. Hadirnya foto dalam naskah berita tentu selain untuk

memperkuat fakta juga memberikan gambaran kondisi di lokasi

pengungsian. Tiga hari berlalu, bukan ksedihan yang ditampilkan.

Namun bagaimana upaya atau kegiatan selama di pengungsian. Dalam

hal ini Kompas menyajikan “mereka bermain” untuk “mengurangi

kejenuhan” selama “harus” tinggal di pengungsian. Kata harus dapat

dipahami sebagai keterpaksaan karena tidak boleh tidak untuk tinggal

dipengungsian. Sementara terlihat bagaimana anak-anak mengurangi

kebosanan selama hidup di pengungsian, dengan bermain. Hal itu juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

194

menarik empati khalayak mengingat nasib pengungsi yang diuraikan

secara lengkap dalam teks berita.

Tabel 3.13 Analisis Nasib Mereka Setelah Bencana

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas

jabatan. Kompas menempatkan korban sebagai tokoh utama untuk penguat pandangan mengenai nasib mereka dipengungsian.

Skrip Penekanan pada kondisi pengungsi yang mempunyai beban pikiran. Sementara uraian mengenai kondisi pengungsian serta kebutuhan pengungsi dan proses evakuasi atau penanganan bencana dijelaskan sebagai pelengkap berita.

Tematik (1) Pengungsi memiliki beban pikiran yang mempengaruhi kesehatan karena kehilangan anggota keluarga dan harta benda (2) Kondisi pengungsian (3) beban pikiran semakin berat apabila semakin lama tidak mendapat kepastian tentang nasib anggota keluarga

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber, memberikan bukti atau kutipan langsung dari pengungsi untuk memperkuat fakta. Menggunakan leksikon “nasib”

15. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul

Waspada Longsor Besar Besar Susulan : Status Tanggap Darurat

hingga 19 Desember 2014

Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun

Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens

memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014

Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di

Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman dalam dengan judul

penggoda atau headline teaser “Waspada Longsor Besar Susulan”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

195

Sementara judul pemberitahu atau headline teller “Status Tanggap

Darurat hingga 19 Desember 2014. Kompas memberi wacana

ancaman bencana longsor susulan di Dusun Jemblung diperkirakan

materialnya lebih besar. Kompas juga memandang perlunya sosialisasi

kepada masyarakat di daerah longsor sangat penting.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan upaya

Kompas untuk memberi peringatan dini adanya ancaman longsor

susulan. Kompas juga memberikan saran penanganan bencana dengan

melibatkan para ahli termasuk memantau longsoran.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Dari judul penggoda, dapat diamati hubungan dua

kata “waspada-susulan”. Kompas berupaya menjelaskan atau memberi

peringatan akan adanya bencana longsor susulan, bahkan kategorinya

“longsor besar”. Peringatan yang diberikan Kompas lebih fokus pada

lokasi bencana longsor di Jemblung. Hal itu tentu terkait sejumlah

relawan yang masih melakukan proses evakuasi. Sementara melalui

judul pemberitahu, khalayak bisa menangkap langsung pesan yang

disampaikan mengenai status tanggap darurat hingga 19 Desember.

Kompas menulis lead untuk menjelaskan secara ringkas

ancaman longsor susulan. Penulisan tersebut tentunya untuk

memberikan pandangan kepada khalayak hal yang perlu diketahui

terkait ancaman longsor susulan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

196

Pasca longsor besar pada Jumat (12/12) petang, titik-titik kritis muncul di sekitar lokasi longsor di Dusun Jemblung, Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah. Ancaman berupa komlam berdiameter 30 meter sedalam 1 meter dan pelebaran rekahan 1,5 meter terjadi di hulu titik longsor. (paragraf 1) Pandangan penting Kompas ditekankan dengan munculnya

cross headline “Sosialisasi warga”. Dari alanisis, judul itu hadir di

sela-sela uraian tanggapan terhadap ancaman bencana terbaru.

Sosialisasi kepada warga dianggap perlu, bahkan dalam sejumlah

artikel sebelumnya nampak sosialisasi yang kurang dari pemerintah

kepada warga terkait pendidikan bencana, termasuk kesiapsiagaan.

Sosialisasi kepada masyarakat di daerah longsor sangat penting. Masyarakat diminta waspada jika hujan lebih dari dua jam meskipun tidak terlalu deras. (paragraf 9) Dalam teks berita, Kompas menampilkan dua narasumber untuk

mengemukakan ancaman bencana susulan di Dusun Jemblung.

Kompas menggunakan kutipan langsung dari Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno dan Kepala Seksi Mitigasi Gerakan Tanah

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kristianto

saat memberikan keterangan kepada pers di Posko Induk Penanganan

Bencana Alam, di Karangkobar, Senin (15/12).

Penjelasan mengenai “keterangan kepada pers” merupakan

sebuah penekanan yang resmi dan tentu sangat memperkuat data yang

dituliskan oleh Kompas. Usai penjelasan yang diletakkan dalam lead

berita, nampak kutipan langsung dari Kristianto digunakan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

197

memperkuat pandangan. “Itu simpulan sementara tim kaji cepat,” kata

Kristianto.

Mengenai ancaman terbaru longsor susulan, Kompas

menampikan kutipan keterangan dari Hadi. Hal itu seakan khalayak

langsung mendapatkan penjelasan dari Wakil Bupati Banjarnegara

tersebut.

“Yang pertama ada rekahan signifikan di bukit Hutan Tanggapan barat daya lurus dengan Dusun Krakal, Desa Slatri dan Tanggapan Bawah, yang pada Sabtu lalu masih 75 sentimeter. Senin pukul 11.00 sudah 1,5 meter, padahal tidak turun hujan deras,” papar Hadi. Hujan deras berpotensi mendorong tanah di bawahnya yang luncurannya bisa lurus ke Krakal. (paragraf 4)

Kedua, ada kolam berdiameter 30 meter persegi sedalam 1 meter di atas mahkota longsoran. Hujan yang mengisi kolam berpotensi mendorong material di bawahnya. (paragraf 5) Keterangan dari Hadi dikuatkan langsung oleh Kristianto yang

mengemukakan bagaimana rencana menangani ancaman longsor

susulan tersebut. Cara menyusun Kompas merupakan penekanan

dengan kutipan langsung dari narasumber yang mempunyai

wewenang atau otoritas jabatan.

Jumlah material yang terdorong diperkirakan lebih besar dari longsor 12 Desember lalu. “Sudah didiskusikan bagaimana pengeluaran airnya. Diupayakan melalui lubang. Kalau tidak, maka air akan merembes ke tanah di bawahnya,” ujar Kristianto. Kolam terbentuk pasca longsor. (paragraf 6) Kompas menyusun kutipan dari sejumlah narasumber untuk

memberikan gambaran kepada khalayak berupa tanggapan terhadap

ancaman longsor susulan. Hadi menekankan pada rekomendasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

198

meningkatkan kewaspadaan desa di bawahnya (ancaman longsor

susulan), termasuk Jemblung dan relawan.

Kompas menyajikan pandangan dari ahli longsor UGM, Teuku

Faisal Fathani yang mengatakan, tanggap darurat sebaiknya

melibatkan ahli, termasuk memantau longsor susulan, dan segera

identifikasi daerah rawan longsor. Kompas menyelipkan pandangan

terkait sosialisasi kepada masyarakat di daerah longsor sangat penting.

Faisal menambahkan, mitigasi di daerah prioritas juga dibutuhkan,

untuk jangka panjang perlu pengembangan sistem tata guna lahan

yang tepat.

Dosen Teknik UGM, Wahyu Wilopo menekankan, sekitar 95

persen longsor disebabkan drainase tidak baik dan dipicu hujan lebat.

Ia juga menginformasikan 60 persen penduduk Indonesia hidup dan

tinggal di daerah lereng dataran tinggi rawan longsor. Sementara,

terkait judul pemberitahu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo

Nugroho menyatakan, status tanggap darurat bisa diperpanjang hingga

14 hari jika ada yang belum ditemukan.

Kompas menulis enam paragraf awal untuk menguraikan

ancaman longsor besar susulan. Kompas menguraikan keterangan dari

narasumber terkai dua ancaman longsor susulan berupa kolam

berdiameter 30 meter sedalam 1 meter dan pelebaran rekahan 1,5

meter terjadi di hulu titik longsor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

199

Urain berikutnya, Kompas menuliskan lima paragraf mengenai

tanggapan terhadap ancaman longsor susulan.

Direkomendasikan kewaspadan desa di bawahnya, termasuk Jemblung dan relawan. “Senin malam, kami akan mengumpulkan para kepala desa untuk mendata pasti berapa jumlah warga yang tinggal di daerah rawan. Masih ada beda data,” kata Hadi. Sejumlah relawan ditempatkan guna memantau gerakan tanah. (paragraf 7)

Di Yogyakarta, ahli longsor UGM Teuku Faisal Fathani mengatakan, penanganan tanggap darurat sebaiknya melibatkan ahli, termasuk memantau longsor susulan. “ Segera identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat dari berbagai sumber data, peta, citra satelit, cuaca, lokasi permukiman, serta tata guna lahan untuk analsis lebih terintegrasi,” tutur Faisal, yang timnya memantau lokasi longsor dan sekitanya menggunakan pesawat tak berawak (drone). (paragraf 8)

Sosialisasi warga Sosialisasi keada masyarakat di daerah longsor sangat

penting. Masyarakat diminta waspada jika hujan lebih dari dua jam meskipun tidak terlalu deras. (paragraf 9)

Mitigasi di daerah prioritas juga dibutuhkan, misalnya penguatan lereng dan drainase. “Pada waktu sama, perlu mitigasi berypa penguatan lembaga diaga desa, jalur evakuasi, dan sistem peringatan dini,” ungkapnya. (Paragraf 10)

Untuk jangka panjang, lanjut Faisal, perlu pengembangan sistem tata guna lahan yang tepat untuk penguatan lereng di daerah rawan longsor. Itu juga harus diikuti pembuatan sistem drainase yang baik. (paragraf 11) Kompas menambahkan satu paragraf yang mengemukakan data

95 persen longsor disebabkan drainase yang tidak baik dipicu hujan

lebat. Serta sebanyak 60 persen penduduk Indonesia hidup di dataran

tinggi rawan longsor. Sementara, berita ditutup dengan satu paragraf

yang menjelaskan status tanggap darurat yang berlangsung hingga 19

Desember 2014 dapat diperpanjang 14 hari apabila ada yang belum

ditemukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

200

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

penanganan tanggap darurat sebaiknya melibatkan ahli, sosialisai

kepada masyarakat, mitigasi daerah prioritas, dalam jangka panjang

perlu pengembangan sistem tata guna lahan.

Frame Kompas tentang ancaman longsoran susulan yang

materialnya lebih besar dari pada longsor 12 desember 2014 dapat

diamati dari bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita.

Kompas memulai memberitakan dengan menyebutkan ancaman

berupa kolam berdiameter 30 meter sedalam 1 meter dan pelebaran

rekahan 1,5 meter terjadi di hulu titik longsor (Why). Uraian tersebut

menjelaskan alasan adanya longsor susulan yang diperkirakan jumlah

materialnya lebih besar dari longsor 12 Desember (what). Kompas

juga berupaya menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk

menanggapi ancaman longsor susulan (how).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak mengenai kondisi ancaman longsor besar susulan

yang lebih besar dari longsoran pada Jumat (12/12).

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang

menunjuk pada tema utama mengenai ancaman bencana longsor

susulan yang jumlah materialnya lebih besar dari pada longsor 12

Desember 2014. Tema ini dapat dilihat dari lead yang menyebutkan

ancaman longsor tersebut berupa kolam berdiameter 30 meter sedalam

1 meter dan pelebaran rekahan 1,5 meter terjadi di hulu titik longsor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

201

Selain itu, sejumlah narasumber juga menguraikan lebih detail

mengenai ancaman longsor susulan.

Tema kedua, penanganan tanggap darurat perlu melibatkan ahli.

Tema ini ditampilkan dengan keterangan mengenai rekomendasi

kewaspadaan desa di bawahnya, penanganan tanggap darurat

sebaiknya melibatkan ahli, segera identifikasi daerah rawan,

sosialisasi kepada masyarakat, mitigasi didaerah prioritas, serta dalam

jangka panjang perlu pengembangan tata guna lahan.

Tema ketiga, status tanggap darurat yang ditetapkan hingga 19

Desember 2014 bisa diperpanjang hingga 14 hari. Tema ini cukup

ringkas, satu paragraf keterangan dari Sutopo yang mengatakan status

tanggap darurat yang ditetapkan hingga 19 Desember 2014 dapat

diperpanjang hingga 14 hari jika ada yang belum ditemukan.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber

yang diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati

Banjarnegara”, Kristianto dilabeli “Kepala Seksi Mitigasi Gerakan

Tanah usat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)”, Teuku

Faisal Fathani dilabeli “Ahli longsor UGM, Wahyu Wilopo-Dosen

Teknik Fakultas Geologi Fakultas Teknik UGM”, dan Sutopo Purwo

Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)”. Label otoritas jabatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

202

serta pakar menunjukkan bahwa fakta atau pendangan yang

dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk memperkuat

gagasan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Untuk memberikan

penekanan terkait wacana yang dikemukakan, nampak leksikon

masyarakat yang digunakan.

Tabel 3.14 Analisis Framing Waspada Longsor Besar Susulan

Status Tanggap Darurat hingga 19 Desember 2014

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas jabatan dan pakar untuk menguatkan gagasan.

Skrip Penekanan pada ancaman longsor susulan berupa kolam berdiameter 30 meter sedalam 1 meter dan pelebaran rekahan 1,5 meter terjadi di hulu titik longsor. Sementara perkiraan besarnya bencana dan penanganan atau tanggapan dijelaskan pada uraian selanjutnya. Kompas juga memberikan wacana perlunya melibatkan ahli dalam penanganan tanggap darurat.

Tematik (1) Ancaman bencana longsor susulan jumlah materialnya diperkirakan lebih besar dari longsor 12 Desember 2014 (2) Penanganan tanggap darurat perlu melibatkan ahli (3) Status tanggap darurat yang ditetapkan hingga 19 Desember 2014 bisa diperpanjang hingga 14 hari

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber, Menggunakan leksikon masyarakat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

203

16. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul

Pembusukan Terjadi, Lingkungan Memburuk

Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun

Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens

memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014

Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di

Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman dalam dengan judul

“Pembusukan Terjadi, Lingkungan Memburuk”. Kompas memberikan

wacana pendidikan kebencanaan mengenai pembusukan korban

longsor. Kompas memberikan pandangan relawan perlu berhati-hati

terhadap proses pembusukan yang terjadi.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Kompas untuk mengedukasi khalayak terkait pembusukan korban

longsoran. Kompas memberitahu cara identifikasi korban longsoran

yang mengalami kondisi pembusukan.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Dari judulnya dapat diamati peran Kompas untuk

menjelaskan kondisi korban yang tertimbun longsoran. Kompas

menggambarkan korban meninggal yang masih tertimbun mulai

membusuk dan membuat lingkungan di sekitar longsoran memburuk.

Pandangan penting Kompas ditekankan pada cross headline

“Relawan”. Dari alanisis, judul itu hadir untuk menarik fokus

pembahasan terkait relawan yang tengah berjuang melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

204

evakuasi korban tertimbun. Kompas memandang perlu perhatian

khusus bagi relawan yang melakukan evakuasi supaya mereka berhati-

hati. Hal itu untuk mengantisipasi masalah baru yang muncul akibat

kelalaian relawan, terutama keselamatan diri mereka.

Ada bagian penting yang menarik perhatian khalayak yang

ditampilkan Kompas. Kompas mencetak tebal kutipan dari Agus

Purwandianto. Relawan harus rajin cuci tangan dan minum air dari

sumber air terlindung. Kutipan tersebut tentu merupakan penekanan

Kompas, supaya relawan berhati-hati saat melakukan evakuasi atau

memberikan pertolongan kepada korban.

Dalam teks berita, Kompas mewawancarai dua narasumber

untuk mengungkapkan kondisi terkait pembusukan korban tertimbun

serta saran bagi relawan untuk hati-hati.

Mengenai proses pembusukan yang mengakibatkan jasad satu

korban dengan lainnya mirip dan sulit dikenali, Kompas menyajikan

keterangan dari Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik

dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Agus

Purwadianto.

“Jasad korban bisa diidentifikasi dari baju, rambut, perhiasan, kartu identitas lain, seperti postur dan tinggi badan,” kata Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Agus Purwadianto, di Jakarta, Senin (15/12). (paragraf 2) Penekanan dihadirkan Kompas dengan memberikan alternatif

identifikasi korban dengan tes Deoksiribonukleat (DNA) korban dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

205

keluarganya. Kompas mengutip pernyataan dari Ketua Departemen

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI, Yuli Budiningsih.

“Tes DNA adalah pilihan terakhir berdasarkan keputusan pemerintah karena menyangkut keefektivitasnya,” katanya. Pada beberapa kasus, jika banyak korban yang tidak ditemukan hingga batas waktu pencarian ditetapkan, wilayah bencana itu ditetapkan sebagai kuburan massal. (paragraf 5) Terkait saran kepada relawan, Kompas mengutip pernyataan

dari Agus, “penggunaan sarung tangan tebal dan sepatu bot adalah

keharusan.” Sementara Yuli menambahkan, “relawan harus tahu batas

kekuatannya.” Kutipan yang dihadirkan Kompas, diberikan supaya

khalayak seakan mendapat penjelasan langsung dari narasumber.

Kompas menulis lima paragraf untuk menguraikan jasad korban

yang lebih dari tiga hari belum ditemukan dipastikan mulai membusuk

dan satu korban dengan lainnya akan sulit dikenali. Korban meulai

dengan mengemukakan keterangan dari Agus Purwadianto perihal

jasad bisa diidentifikasi dari baju, rambut, perhiasan, kartu identitas

yang dibawa, atau lainnya seperti postur dan tinggi badan. Sementara

Yuli menambahkan, tes DNA bisa dilakukan, namun merupakan

pilihan terakhir mengingat keefektivitasnya.

Selanjutnya Kompas menyajikan saran bagi relawan dalam tiga

paragraf. Kompas menguraikan keterangan dari Agus dan Yuli.

Berikutnya dalam penutupnya, Kompas menulis empat paragraf yang

menjelaskan proses pembusukan jenazah serta kondisi pembusukan di

udara terbuka dan di dalam tanah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

206

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

jasad korban yang belum ditemukan dipastikan mulai membusuk.

Relawan perlu berhati-hati dalam melakukan evakuasi terkait kondisi

lingkungan yang memburuk.

Kompas memulai memberitakan dengan mengungkap fakta

bahwa jasad korban yang belum ditemukan sejak bencana longsor tiga

hari lalu dipastikan mulai membusuk. Pembusukan tersebut

mengakibatkan jasad satu korban dan lainnya mirip dan sulit dikenali

(what). Kompas menguraikan keterangan dari Agus dan Yuli tentang

proses identifikasi yang bisa dilakukan (how). Relawan juga diminta

untuk berhati-hati terkait kondisi lingkungan yang memburuk agar

tidak menimbulkan masalah baru (Why). Relawan harus rajin cuci

tangan dan minum air dari sumber terlindung. Dalam penutupnya

Kompas menguraikan bagaimana proses pembusukan yang terjadi

baik di udara terbuka dan di dalam tanah (Why).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak mengenai cara identifikasi jasad korban yang

mengalami pembusukan. Wacana tersebut sebagai bentuk pendidikan

kebencanaan terhadap khalayak.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita.

Pertama, cara identifikasi jasad korban yang mengalami pembusukan.

Tema ini terlihat sejak paragraf pembuka yang diikuti uraian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

207

mengenai cara identifikasi jasad korban yang dikemukakan Agus dan

Yuli.

Tema kedua relawan perlu berhati-hati terkait kondisi

lingkungan tempat longsor yang memburuk akibat proses pembusukan

jasad. Tema ini diurakan menjelaskan akibat proses pembusukan yang

membuat kondisi lingkungan memburuk. Kompas menjelaskan hal-hal

yang perlu diperhatikan relawan saat proses evakuasi agar tidak

menimbulkan masalah baru. Terutama keselamatan mereka. Bahkan,

Kompas menampilkan saran dari Agus dengan huruf tebal, relawan

harus rajin cuci tangan dan minum air dari sumber terlindung.

Kompas menutup berita dengan tema proses bembusukan. Tema

ini menguraikan proses pembusukan yang telah terjadi dalam waktu

kurang dari 24 jam. Uraian selanjutnya Kompas menjelaskan kondisi

pembusukan di udara dan di dalam tanah.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Agus Purwadianto- Guru Besar Departemen Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medkolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia dan Yuli Budiningsih, Ketua Departemen Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI. Label otoritas jabatan

menunjukkan bahwa fakta atau pendangan yang dikemukakan berasal

dari pihak berkompeten untuk memperkuat gagasan Kompas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

208

Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk memberikan

penekanan dalam teks berita. Kompas menggunakan “jasad” dan

“jenazah” untuk menggambarkan kondisi pembusukan korban

meninggal. Hal itu agar tidak memupus harapan ditemukannya korban

selamat. Kata “Pembusukan” jelas menggambarkan kondisi korban

meninggal yang belum ditemukan (masih tertimbun). Kompas juga

menghadirkan salah satu dampak pembusukan berupa “Lingkungan

memburuk” dan “relawan”, harus “hati-hati”. Wacana teks ini jelas

ditujukan kepada relawan dan informasi bagi khalayak yang

membacanya.

Tabel 3.15 Analisis Framing Pembusukan Terjadi, Lingkungan Memburuk

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas

jabatan untuk menguatkan gagasan. Skrip Menguraikan cara mengidentifikasi jasad korban yang

telah mengalami pembusukan. Sementara itu, Kompas memandang pentingnya kehati-hatian relawan dalam melakukan evakuasi, kemudian disusul penjelasan proses pembusukan.

Tematik (1) Cara identifikasi jasad korban yang mengalami pembusukan (2) Relawan perlu berhati-hati terkait kondisi lingkungan tempat longsor yang memburuk akibat proses pembusukan jasad (3) Proses bembusukan

Retoris Pemberian label otoritas jabatan serta mengemukakan gagasan narasumber. Kompas menggunakan leksikon untuk menekankan wacana, “jasad” dan “jenazah”untuk menyebut korban yang mengalami proses pembusukan. Wacana berikutnya Kompas menekankan pada “relawan” yang “harus berhati-hati” dan “harus rajin cuci tangan” untuk menjaga keselamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

209

17. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul

Wajah Abai Peran Negara

Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun

Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens

memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014

Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di

Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman dalam dengan judul

“Wajah Abai Peran Negara”. Kompas memberikan wacana negara

yang abai terhadap perannya dalam penanggulangan bencana. Kompas

melakukan strategi wacana dengan mengemukakan tanda-tanda

longsor mudah dideteksi, longsor mestinya bisa dimitigasi, dan

perlunya perubahan untuk fokus pada mitigasi bencana, bukan tangga

darurat.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran

Kompas untuk mengkritik pemerintah dan memberikan jalan keluar

mengenai permasalahan yang diangkat. Permasahalan mengenai

perlunya perubahan perspektif untuk fokus mitigasi bencana.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Dari judulnya dapat diamati peran Kompas yang

mengkritisi kinerja pemerintah dalam penanganan bencana. Wajah

abai, dapat diartikan sebagai apa yang tampak tentang

ketidakpedulian. Bisa dipahami Kompas menampilkan apa saja wujud

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

210

ketidakpedulian negara tentang perannya dalam hal bencana longsor

di Bajarnegara.

Kompas menulis lead yang berisi pandangan korban bencana

longsor seharusnya bisa diminimalisir atau dicegah. Dalam

pandangan, Kompas menguraikan fakta mengenai bencana longsor

yang sebenarnya mudah dideteksi. Kompas membandingkannya

dengan bencana lain untuk mempertegas dan memberitahu khalayak.

Di antara bencana alam lain, longsor-selain banjir-sebenarnya paling mudah dideteksi. Longsor tak datang tiba-tiba sebagaimana gempa bumi, juga tak punya unsur kejutan dalam skalanya seperti letusan gunung api. Daerah rentan longsor bisa dikenali, beberapa instansi bahkan membuat petanya. Jika korban tetap banyak, berarti ada yang keliru. (paragraf 1) Pandangan penting Kompas ditekankan pada cross headline

“Melindungi warga”. Dari alanisis, judul itu hadir untuk menarik atau

memberitahu tentang pembahasan yang lain. Kompas menjelaskan

mengenai pemerintah seharusnya mampu memberi pertolongan atau

melindungi warganya dari bencana longsor. Kompas menguraikan

keterangan dari ahli hukum lingkungan dari Universitas

Tarumanegara, Deni Bram yang mengatakan, negara wajib

melindungi warganya dari ancaman bencana, seperti Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Dalam teks berita, Kompas menampilkan satu narasumber

utama, Ahli longsor pada Fakultas Teknik Sipil UGM, Teuku Faisal

Fathani. Isi berita sebenarnya uraian dari Fathani mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

211

pengalamannya meneliti longsor di Karangkobar, serta

keberhasilannya membuat alat deteksi dini. Keterangan tersebut

dibumbui pandangan Kompas mengenai “wajah abai pemerintah”

dengan memberikan penekanan dari sejumlah narasumber lain.

Bukit Telagalele dilapisi tanah vulkanik tebal, lebih dari 5 meter berkemiringan hingga 60 persen. Longsor juga menyejarah di kawasan ini, misalnya 4 Januari 2006 saat longsor melanda Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Banjarmangu, yang menewaskan 76 orang. “Lokasi di Jemblung kali ini berbatasan denga lokasi longsor tahun 2006,” kata ahli longsor pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Teuku Faisal Fathani.(paragraf 5)

Oleh karena longsor tahun 2006 itullah, Faisal dan tim UGM menyurvei kawasan ini tahun 2007, yang kemudian menyimpulkan Karangkobar peringkat pertama rentan longsor di Banjarnegara. Namun segenap pengetahuan ini tak diiterapkan hingga kebijakan. (paragraf 6)

Hingga pada Sabtu itu, ketika curah hujan di sana mencapai 101,8 mm-sehari sebelumnya 112,7 mm (data BMKG Banjarnegara)-longsor pun menimbun Jemblung. “Alama selalu jujur. Jika bencana tak jadi dasar bagi tata ruang dan pembangunan hanya bertumpu ekonomi saja, bencana akan terus menelan korban,” kata Kepala Badan geologi, Surono. (paragraf 7) Cuplikan teks di atas menunjukkan bagaimana uraian dari

Fathani diisi dengan salah satu pandangan Kompas. Namun, segenap

pengetahuan ini tak diterapkan hingga kebijakan. Hal tersebut

bagaimana upaya Kompas menggiring keterangan dari narasumber

untuk menguatkan pandangan. Kompas juga mempertegas

pandangannya dengan keterangan dari Surono yang mengungkapkan,

jika bencana tidak jadi dasar bagi tata ruang dan pembangunan hanya

bertumpu ekonomi saja, bencana akan terus menelan korban.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

212

Penekanan melalui narasumber juga nampak dari cuplikan di

bawah ini.

Secara spesifik, menurut ahli longsor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Edi Prasetyo Utomo, ada tanda sebelum longsor, seperti retakan tanah. “Ciri-ciri ini sebenarnya gampang dikenali,” katanya. “jika hujan menerus, penduduk di bawah tebing curam harus waspada dan menghindar.” (paragraf 8)

Beberapa langkah antisipatif darurat juga bisa dilakukan, misalnya menutup retakan-retakan tanah atau memperbaiki saluran drainase guna mencegah tanah jenuh air. Langkah lebih struktural misalnya memperkuat tebing atau memasang alat deteksi gerakan tanah (ekstensometer). (paragraf 9)

Jadi, longsor dengan korban sebenarnya terkait ketidaktahuan dan pengabaian. “Di negara lain, seperti Jepang, negara bisa dituntut jika bencana seperti longsor ini terjadi tanpa peringatan dini,” kata Edi. (paragraf 10)

Ahli hukum lingkungan dari Universitas Tarumanegara Deni Bram mengatakan, negara wajib melinsungi warganya dari ancaman bencana, seperti Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kewajiban itu mulai dari preventif hingga represif berbasis standar pelayanan minimal. “Namun, seperti biasa pemerintah tak ‘mau’ memberi sanksi dirinya sendiri,” ucapnya. (paragraf 11)

Dalam teks berita, nampak salah satu narasumber, Edi

mengungkapkan mengenai ciri longsor yang mudah dikenali. Tidak

hanya itu, Kompas juga menguraikan langkah antisipatif yang bisa

dilakukan. Peran Kompas kembali nampak dengan upaya untuk

memberi pendidikan bencana kepada khalayak. Kutipan langsung dari

Edi yang memberi contoh di negara Jepang adalah salah satu cara

membandingkan langsung penanganan bencana di negara lain dan

pemerintah Indonesia. kata “ketidaktahuan” dan “pengabaian” cukup

menohok untuk mengkritik kinerja pemerintah. Tak hanya itu, salah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

213

satu narasumber, Deni Bram pun memberi penekanan dengan

menyebut isi undang-undang tentang bencana. Lebih dari itu, Deni

menggambarkan pengabaian dan ketidaktahuan tersebut merupakan

kebiasaan. Dari kutipan langsung, Kompas menjelaskan kepada

khalayak bagaimana pandangan salah satu pakar tentang kinerja

khalayak.

Penekanan dari Deni Bram juga digunakan untuk mempertegas

pandangan Kompas terhadap abainya peran pemerintah. Ia

mengingatkan kembali pemerintah, bahwa hak konstitusional warga

negara memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat telah diatur

dalam UUD 1945. Sementara, Kompas menyajikan kutipan dari

Fathani untuk menampar pemerintah.

Bagaimanapun, kata Faisal, alat deteksi dini ini hanya satu komponen mitigasi bencana longsor. Lebih penting adalah adanya perubahan perspektif pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk lebih fokus mitigasi, bukan tanggap darurat. “Pemerintah cenderung sibuk setelah bencana terjadi. Apa upaya kita menyelamatkan masyarakat sebelum bencana itu harus jadi prioritas,” tuturnya. (paragraf 16)

Yang terjadi, pendekatan mitigasi tak terintegrasi, misalnya peta rawan longsor buatan pemerintah kerap tumpang tindih dan tidak siap operasional. PVMBG punya peta rentan longsor seluruh Indonesia, tetapi ada 2012 Badan Nasional Penanggulangan Bencana membuat lagi. (paragraf 17)

Lepas dari pendekatan bencana sebagai proyek, Deni Bram mengingatkan merujuk UUD 1945, adalah hak konstitusional warga neagara memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pada kasus longsor Banjarnegara, negara gagal memberi perlindungan, setidaknya peringatan dini. Padaha, pemritahuan diberikan ke tiap provinsi setiap bulan. (paragraf 18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

214

Kompas menulis enam paragraf awal untuk menguraikan

bencana longsor di Jemblung yang sebenarnya gejalanya sudah

diketahui. Kompas mengawali dengan menampilkan fakta lagi terkait

peringatan dini ancaman longsor di Banjarnegara oleh PVMBG yang

tidak ditindaklanjuti pemerintah. Kompas juga menyajikan keterangan

dari Fathani yang telah meneliti longsor di Karangkobar dan

menyimpulkan Karangkobar peringkat pertama rentan longsor di

Banjarnegara.

Pada empat paragraf berikutnya, Kompas menjelaskan mengenai

longsor dengan korban sebenarnya terkait ketidaktahuan dan

pengabaian. Uraian diawali dengan penjelasan spesifik tanda sebelum

longsor diikuti langkah antisipatifnya. Kompas memberi penekanan

dengan kutipan langsung dari Edi yang mengungkapkan di Jepang,

negara bisa dituntut jika bencana terjadi tanpa peringatan dini. Hal itu

juga dipertegas dengan uraian UU Nomor 24 tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana oleh Ahli hukumm lingkungan, Deni Bram.

Empat paragraf selanjutnya digunakan Kompas untuk

menjelaskan, longsor mestinya bisa dimitigasi. Kompas menghadirkan

cerita dari Fathani mengenai alat deteksi dini ciptannya. Alat deteksi

dini, Gama EWS yang diekspor sejak tahun 2012 tersebut telah

digunakan kawasan tambang di United Mercury Group Vietnam. Ia

juga berhasil mendapatkan penghargaan dari Direktorat Jenderal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

215

Pendidikan dan UNESCO. Namun, alat ciptannya belum begitu

dimanfaatkan di dalam negri sendiri.

Kompas menutup berita dengan tiga paragraf yang

mengemukakan perlunya perubahan perspektif pemerintah, lebih

fokus mitigasi daripada tanggap darurat. Alat deteksi dini hanya salah

satu komponen mitigasi. Deni Bram juga mengingatkan pemerintah

untuk merujuk pada UUD 1945 tentang hak konstitusional warga

negara memperoleh lngkungan hidup yang baik dan sehat.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

perlunya perubahan perspektif pemerintah untuk memitigasi bencana,

bukan tanggap darurat.

Kompas memulai memberitakan dengan menguraikan bencana

longsor di Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara sebenarnya sudah

diprediksi. Namun bencana tetap terjadi dan memakan banyak korban

jiwa (Why). Pemerintah tidak mengindahkan peringatan dini yang

diberikan PVMBG, seminggu sebelum bencana longsor menerjang

Jemblung (who). Uraian Kompas jelas menunjukkan ciri-ciri ancaman

longsor serta antisipasinya (what). Longsor mestinya bisa dimitigasi.

Pelu perubahan perspektif pemerintah dari tanggap darurat ke mitigasi

bencana (how).

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita.

Pertama, tanda-tanda bencana longsor mudah dideteksi. Tema ini

dapat diamati dari uraian mengenai longsor di Jemblung sebenarnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

216

sudah diprediksi. Urain itu diperjelas dengan keterangan dari Fathani

tentang kesimpulan penelitiannya pada 2007 mengenai Karangkobar

peringkat pertama rentan longsor di Banjarnegara. Tema tersebut

ditutup dengan ciri-ciri longsor dan langkah antisipatifnya. Kompas

juga memberi penekanan dengan membandingkan dengan kondisi di

Jepang yang masyarakat bisa menuntut negara apabila terjadi longsor

tanpa peringatan dini, dan uraian UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang

penanggulangan bencana.

Tema kedua mengenai longsor mestinya bisa dimitigasi.

Kompas menguraikan tema dengan memberi cerita dari Fathani

tentang alat deteksi dininya, Gama EWS. Alat tersebut telah

digunakan di kawasan tambah Vietnam. Alat itu juga membuatnya

menerima sejumlah penghargaan. Namun, pemanfaatan di dalam negri

masih minim.

Kompas memberikan tema penutup perlunya perubahan

perspektif pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk lebih fokus

pada mitigasi bencana, bukan tanggap darurat. Tema ini diuraikan

dengan menampilkan upaya sebelum bencana harus jadi prioritas.

Kompas juga mengkritik mitigasi yang tak terintegrasi, contohnya

peta rawan longsor. Pemerintah diingatkan untuk merujuk UUD 1945,

adalah hak konstitusional warga negara memperoleh lingkungan hidup

yang baik dan sehat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

217

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Teuku Faisal Fathani dilabeli “Ahli longsor pada

Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada”, Surono dilabeli “

Kepala Badan Geologi”, Edi Prasetyo Utomo dilabeli “Ahli longsor

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)”, Deni Bram dilabeli

“Ahli hukum lingkungan dari Universitas Tarumanegara. Label

otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta atau pendangan yang

dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk memperkuat

gagasan Kompas.

Kompas juga sejumlah untuk memberikan penekanan dalam teks

berita. “Wajah abai” sudah menjelaskan tentang penjelasan Kompas

yang membeberkan serta mengkritik kinerja pemerintah terhadap

bencana. Kompas memberikan wacana, bahwa bencana longsor itu

“mudah dideteksi”, “tak datang tiba-tiba”, “tak punya unsur kejutan”,

“bisa dikenali”, “proses kasatmata”, “mudah dikenali”. Bencana

longsor ciri—cirinya mudah dikenali, sehingga bisa dilakukan langkah

antisipatif untuk mencegah bencana, andaipun terjadi bencana, jumlah

korban bisa diminimalkan atau ditiadakan. Bencana longsor yang

terjadi oleh Kompas ditekankan akibat dari “ketidaktahuan” dan

“pengabaian”. Sementara itu, dalam kritiknya terhadap pemerintah

sejumlah leksikon juga ditemukan, “seperti biasa”, “tak mau memberi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

218

sanksi diri sendiri”, “lebih fokus ke tanggap darurat”, “mitigasi tak

terintegrasi”, “peringatan dini” tak sampai ke desar.

Kompas juga memberikan klaim yuridis untuk menguatkan

pandangan. Kompas menguraikan Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana. Kewajiban itu mulai dari

preventif hingga represif. Penekanan tersebut terkait perspektif

mitigasi dan tanggap daruat bencana sebagai langkah penanganan

bencana.

Kompas juga memberikan penekanan dengan menghadirkan

grafik sebaran longsor per kabupaten tahun 2005-2014. Kompas

menampilkan 25 kabupaten di Pulau Jawa. Paling tinggi terdapat di

Wonogiri sejumlah 90 kali longsor. Terendah Kabupaten Majalengka

dengan jumlah longsor 19 kali. Sementara Banjarnegara menmpati

urutan 5 terbawah dari 25 kabupaten, terjadi sebanyak 22 kali, artinya

rata-rata terjadi longsor 2-3 kali dalam setahun.

Kompas juga memberikan grafik urutan peringatan gerakan

tanah. Peringatan yang berasal dari PVMBG-Badan Geologi tersebut

diberikan setiap bulan via pos. Peringatan meliputi potensi gerakan

tanah di kecamatan. Peringatan ditujukan ketingkat provinsi untuk

ditindaklanjuti keringkat kabupaten hingga kecamatam, desa, dusun,

dan masyarakat. Dari grafik juga dijelaskan sebagian besar provinsi

dan kabupaten memili Badan Penanggulangan Bencana Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

219

(BPBD)-di sini yang sering terjadi tumpang tindih (mitigasi tak

terintegrasi).

Panampilan grafik tersebut memberi penjelasan kepada

khalayak mengenai alur peringatan dini. Sebaran longsor per

kabupaten juga bisa dijadikan peringatan bagi daerah lain, selain

Banjarnegara yang memang menjadi berita hangat karena longsor

yang merenggut banyak korban jiwa, meskipun rata-rata terjadi

longsor hanya terjadi 2-3 kali dalam setahun.

Tabel 3.16 Analisis Framing Wajah Abai Peran Negara

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber ahli untuk menguatkan

gagasan. Kompas juga terlihat menampilkan pejabat untuk menguatan gagasan.

Skrip Menguraikan bencana di Karangkobar sebenarnya sudah dapat diprediksi. Kompas melanjutkan dengan ciri-ciri longsor serta langkah antisipatif dan menjelaskan bahawa longsor bisa dimitigasi. Kompas memberikan kesimpulan jalan keluar berupa kritik perlunya perubahan perspektif pemerintah dari tanggap darurat ke mitigasi bencana.

Tematik (1) Tanda-tanda bencana longsor mudah dideteksi (2) Longsor mestinya bisa dimitigasi (3) Perlunya perubahan perspektif pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk lebih fokus pada mitigasi bencana, bukan tanggap darurat

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dan pakar pada narasumber. Narasumber menyebutkan data BMKG Banjarnegara dan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana., Kompas menggunakan sejumlah ata untuk menekankan wacana, seperti “Wajah abai” , longsor “bisa dikenali”, “mudah dideteksi”, longsor bisa “dimitigasi” dan perlunya “perubahan perspektif “ pemerintah ke “mitigasi bencana”, bukan “tanggap darurat”. Kompas menyajikan grafik yang menunjukkan sebaran longsor 25 kabupaten dalam rentang 2005-2014 dan urutan peringatan gerakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

220

tanah untuk mempermudah khalayak memahami teks berita. Selain itu, beirta juga bisa di jadikan sebagai acuan penangan bencana longsor disejumlah daerah rentan longsor.

18. Frame Kompas edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul

Revitalisasi Kearifan Lokal : Masyarakat Belum Mendapat

Sosialisasi Bencana yang Cukup

Empat hari setelah terjadi longsor besar melanda Dusun

Jemblung, Karangkobar, Banjarnegara Kompas masih intens

memberitakan peristiwa tersebut. Pada edisi 16 Desember 2014

Kompas menyajikan 5 berita mengenai bencana longsor di

Banjarnegara. Salah satunya terletak di halaman dalam dengan judul

penggoda atau headline teaser “Revitalisasi Kearifan Lokal”.

Sementara judul pemberitahu atau headline teller “Masyarakat Belum

Mendapat Sosiasilasi Bencana yang Cukup”. Kompas melakukan

strategi wacana dengan mengemukakan gagasan kemudian

menguraikan fakta untuk menguatkan pandangan mengenai jalan

keluar penanganan bencana berupa revitalisai kearifan lokasl.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran

Kompas untuk memberikan jalan keluar penanganan bencana. Kompas

memberikan dusut pandang berupa fakta warga yang tidak

mendapatkan pelatihan mengenai gejala alam dari pemerintah,

sementara untuk penanganan pemerintah lebih memilih malakukan

relokasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

221

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Dari judul penggoda, dapat diamati pengertian

revitalsisi dan kearifan lokasl. Revitalisasi dapat diartikan sebagai

menghidupkan atau menggiatkan kembali, sementara kearifan lokal

dapat dipahami sebagai kebijakan atau rangkaian konsep lokal untuk

mengerti situasi dan pandai mencari jalan keluar terhadap suatu

kondisi. Dalam hal ini dimaknai kearifan lokal dalam mitigasi

bencana.

Dari judul pemberitahu, Kompas menyoroti tentang sosialisasi

kebencanaan kepada masyarakat. Lugas serta jelas memberitahukan

kepada khalayak akan kondisi masyarakat yang bbelum bendapat

sosialisasi bencana yang cukup. Bahkan, dalam artikel sebelumnya

juga disebutkan fakta bahwa masyarakat tidak pernah mendapatkan

sosialisasi kebencanaan. Artikel ini dihadirkan sebagai cara Kompas

mengkritik sekaligus memberi solusi permasalahan mitigasi bencana.

Kompas menulis lead untuk menjelaskan solusi yang diberikan

atas permasalahan mitigasi bencana kepada khalayak, khususnya

kepada pemerintah atau lembaga terkait. Kompas menjelaskan

permasalahan yang mendera “kearifan lokal” hingga memberikan

jalan keluarnya. Dapat diamati di bawah ini

Masyarakat diyakini memiliki kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Nilai-nilai kearifan lokal yang mulai tergerus karena kebutuhan dan tuntutan ekonomi seharusnya direvitalisai sehingga sesuai dengan kekinian. Upaya ini diyakini akan lebih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

222

dapat diterima masyarakat darapada sosialisasi sifatnya formal. (paragraf 1) Pandangan penting Kompas ditekankan pada cross headline

“Sosialiasi tak cukup”. Dari alanisis, judul itu hadir untuk menarik

atau memberitahu tentang pembahasan yang lain. Kompas kembali

menguraikan tentang warga yang tak mendapatkan sosiaslisasi yang

cukup. Dalam artikel ini Kompas menyoroti warga yang tidak

mendapat sosialisasi dan arahan yang cukup akan potensi bahaya

longsor didaerah mereka. Kompas juga memberi penekanan dengan

kutipan langsung dari salah satu warga Jemblung, Harno, yang

mengatakan, “Warga juga tak pernah mendapat pelatihan pengenalan

terhadap gejala alam.”.

Dalam teks berita, Kompas menampilkan satu narasumber

utama, Rektor dan Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas

Diponegoro, Sudharto P Hadi yang mengemukakan perihal kearifan

lokal.

Demikian (lead) dikatakan Rektor dan Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Sudharto P Hadi di Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/12). Hal itu dikatakan Sudharto ketika diminta tanggapannya soal mitigasi bencana menyusul longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecmatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. (paragraf 2) Dari kutipan di atas nampak bagaimana upaya atau peran

Kompas untuk mencari berita perihal mitigasi bencana. Kompas tidak

menunggu pernyataan, atau sekedar meminta konfirmasi terkait

bencana. Artikel ini secara tidak langsung menunjukkan Kompas yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

223

berupaya mengungkap permasalah dan memberikan solusi. Nampak

dari kata “ketika diminta tanggapannya soal mitigasi bencana”.

Kompas mengulas kembali keterangan Dosen Teknik Geologi

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Wahyu Wilopo, di

Yogyakarta, mengatakan, 60 persen penduduk Indonesia tinggal di

daerah rawan longsor. Berdasarkan analisis, dalam satu hari

penerbitan atau satu edisi, saat Kompas menampilkan sejumlah artikel

dengan tema yang sama, keterangan dari satu narasumber bisa

ditampilkan dalam beberapa artikel. Hal itu untuk mengingatkan

kembali dan memberi penekanan pada fakta yang perlu menjadi

perhatian bagi khalayak.

Mengenai penanganan bencana pada tahap mitigasi, Kepala

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng, Teguh Dwi Paryono

mengatakan, pihaknya memiliki peta kerawanan bencana longsor.

Setiap bulan, pihaknya selalu mengirim surat edaran untuk

“mengingatkan” pemda agar waspada dan melakukan antisipasi

bencana. Nampak sekali, penanganan atau tanggapan terhadap tanda

potensi longsor hanya berupa “mengingatkan”. Padahal jelas, pemda

juga mempunyai peta kerawanan tersebut, akan tetapi upaya yang bisa

dilakukan salah satu lembaga hanya sebatas “mengingatkan”. Kompas

menguraikan saran dan menekankan dengan menghadirkan keterangan

dari Sudharto.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

224

Menurut Sudharto, pendekatan mitigasi bencana sebaiknya disesuaikan dengan nilai-nilai lokal sehingga mudah diterima masyarakat. Kearifan lokal yang ada misalnya sistem zona yang konsepnya mirip dengan tata ruang yang ditetapkan pemerintah. (paragraf 6)

“Idealnya wilayah gunung, terutama dengan kemiringan tebing yang curam, di atas 30 derajat, dibiarkan jadi hutan, bukan permukiman dan lahan pertanian tanaman budidaya. Saat ini, kearifan lokal banyak tergerus kebutuhan ekonomi sehingga cenderung ditinggalkan,” ujarnya. (paragraf 7)

Budaya nyabuk gunung, yaitu memagari gunung dengan tanaman keras agar tidak longsor, juga banyak ditinggalkan. Nilai-nilai di masa lalu itu harus direvitalisasi, disesuaikan dengan kekinian. (paragraf 8) Dalam uraian mengenai sosialisasi bencana, Kompas

menampilkan kembali kata-kata yang mencerminkan keaktifannya

atau perannya dalam menanggapi sebuah permasalahan, dalam hal ini

bencana longsor di Banjarnegara.

Berdasarkan penulusuran Kompas, lahan perbukitan yang kemiringannya lebih dari 50 derajat di atas Desa Sampang kebanyakan ditanami palawija, seperti singkong, jagung, dan cabao. Hanya ada beberapa tanaman tegakan kuat seperti kayu putih, albasia, dan kopi. (paragraf 9)

Namun sejumlah warga yang ditemui Kompas mengaku tidak mendapatkan sosialisasi dan arahan yang cukup akan potensi bahaya longsor di daerah mereka. Puluhan tahun warga hidup dengan menanam palawija. (paragraf 10)

Kompas menghadirkan dua warga untuk memberikan alasan dan

penekanan terhadap banyaknya tanaman palawija di sekitar lereng

pegunungan. Durohim, 60, warga Ambal, sekitar 400 meter dari

longsor mengatakan alasan menanam di lahan yang miring karena tak

ada lahan lain. Sementara, Harno, 45, warga Jemblung mengatakan

puluhan tahun lalu pohon-pohon di lahanyya ditebang agar lahan bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

225

ditanami singkong dan jagung. Dia mengaku tidak pernah mendapat

arahan untuk menanam pohon yang tegakannya kuat. “Warga juga tak

pernah mendapat pelatihan pengenalan terhadap gejala alam,”

katanya.

Mengenai penanganan bencana yang tengah berlangsung.

Kompas menyoroti perihal pemerintah yang berupaya merelokasi

warga korban longsor. “Tetapi juga tidak mudah mencari lokasi yang

aman di Banjarnegara,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, Basuki Hadi Muljono di Jakarta. Penekanan

nampak dari keterangan dari Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno

yang secara terpisah mengatakan, Selasa sore pihaknya akan

mengumumkan desa mana yang harus direlokasi dan mana yang bisa

kembali.

Salah satu keterangan dari warga pun dihadirkan Kompas

menanggapi rencana relokasi. Dayus mengaku siap apabila dipindah,

dengan catatan lokasinya tidak jauh dari lokasi semula. Hal ini

dihadirkan sebagai penyambung lidah warga kepada pemerintah atau

lembaga terkait. Kompas berperan untuk menyampaikan keluhan atau

keinginan dari warga. Sementara itu, gambaran serupa juga dihadirkan

untuk menguatkan fakta mengenai warga yang minta direlokasi tak

jauh dari tempat semula. Di Jombang, Jatim, warga di daerah longsor

juga minta diirelokasi tak jauh dari tempat tinggal mereka yang

terkena longsor pada Januari lalu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

226

Kompas menulis delapan paragraf awal untuk menguraikan

tentang revitalisasi kearifan lokal. Kompas menuliskan keterangan

dari Rektor dan Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas

Diponegoro, Sudharto P Hadi mengenai permasalahan kearifan lokal

serta jalan keluarnya. Uraian tersebut diselingi keterangan Wilopo

mengenai daerah rawan longsor juga terdapat di Jawa Barat dan

sejumlah daerah lainnya, totalnya 60 persen penduduk Indonesia

tinggal di daerah rawan longsor. Teguh Dwi Paryono mengemukakan

pihaknya selalu mengirimkan surat edaran untuk mengingatkan pemda

terkait peta ancaman longsor.

Urain berikutnya, Kompas menuliskan empat paragraf mengenai

keterangan sejumlah warga yang mengaku tidak mendapat sosialisasi

yang cukup terkait potensi bahaya longsor dan pelatihan pengenalan

terhadap gejala alam. Kompas menutup dengan tiga paragraf yang

menjelaskan penanganan bencana. Penanganan bencana yang diangkat

perihal relokasi warga korban longsor. Mengenai pemerintah yang

berencana merelokasi warga, serta warga yang menginginkan relokasi

dilakukan ditempat yang dekat dengan lokasi rumah tinggal

sebelumnya.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

kurangnya sosialisasi pemerintah mengenai gejala alam. Kompas juga

menampilkan langkah pemerintah untuk melakukan relokasi. Kompas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

227

memberikan pandangan berbeda untuk berperan memberikan solusi

penanganan bencana, bukan relokasi namun revitalisasi.

Kompas memulai memberitakan dengan menyebutkan

seharusnya penanganan bencana dilakukan dengan cara revitalisasi

kearifan lokal (how). Kompas menguraikan saran dari Sudharto,

bahkan menampilkan dari sudut pandangan salah satu lembaga yang

hanya “mengingatkan” terkait peta kerawanan bencana. tidak hanya

itu, jalan keluar yang diberikan Kompas secara tidak langsung

mengkritik penanggulangan bencana oleh pemerintah yang selalu

dilakukan dengan “relokasi”. Menurut Sudharto, kearifan lokal

tergerus karena kebutuhan dan tuntutan ekonomi (Why). Sementara

dari keterangan warga (who), mereka mengaku tidak mendapat

sosialisasi yang cukup dari pemerintah (what). Dalam penutup artikel,

nampak penanganan dari pemerintah berupa relokasi (how).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, secara tidak langsung

Kompas menekankan kepada khalayak mengenai perlunya

penanganan bencana berupa mitigasi bencana dengan cara revitalisasi

kearifan lokal, bukan relokasi.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang

menunjuk pada tema utama mengenai pendekatan mitigasi bencana

sebaiknya disesuaikan dengan nilai-nilai kearifan lokal. Tema ini

dapat dilihat dari lead serta uraian dari sudharto yang menjelaskan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

228

tentang kearifan lokal. Sudharto juga menyebut satu budaya nyabuk

gunung yang mulai ditinggalkan.

Tema kedua, Warga tidak mendapatkan pelatihan pengenalan

terhadap gejala alam. Tema ini dapat diamati dari keterangan dua

warga mengenai sosialisasi kebencanaan. Kompas menutup dengan

tema ketiga pemerintah akan merelokasi korban longsor.. Hal ini

diamati dari salah satu warga Jemblung yang memberikan catatan,

relokasi tak jauh dari lokasi semula, sementara di Jombang, Jatim,

warga juga meminta relokasi dilakukan tak jauh dari tempat tinggal

mereka.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Sudharto P Hadi dilabeli “Rektor dan Guru Besar Ilmu

Lingkungan Universitas Diponegoro”, Wahyu Wilopo dilabeli “Dosen

Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM”, Teguh Dwi Paryono dilabeli

“Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng”, Basuki

Hadimuljono dilabeli “Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat”, Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”. Label

otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta atau pendangan yang

dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk memperkuat

gagasan Kompas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

229

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Untuk memberikan

penekanan terkait wacana penanganan yang dikemukakan Kompas

menuliskan “revitalisasi” dan “relokasi”.

Kompas juga memberikan penekanan dengan menghadirkan

foto. Keterangannya dapat diamati di bawah ini

Warga melintas di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Desa Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/12). SPBU yang melayani warga di tujuh kecamatan itu sejak Kamis (11/12) kehabisan persediaan bahan bakar karena jalur untuk menuju ke tempat itu terputus setelah tertutup tanah longsor. Kondisi itu membuat harga premium eceran di sekitar loasi bencana tanah longsor mencapai Rp 15.000 per liter. Dari keterangan foto, Kompas menekankan pada dampak

longsor bagi perekonomian warga. Kompas menyoroti naiknya harga

premium eceran yang mencapai Rp 15.000 per liter. Hal itu tentunya

secara tidak langsung memberikan gambaran kepada khalayak

mengenai dampak longsoran pada harga komoditi. Dapat dipahami

juga sebagai salah satu penekanan Kompas untuk mengetuk pintu

bantuan kepada khalayak.

Tabel 3.17 Analisis Framing Revitalisasi Kearifan Lokal

Masyarakat Belm Mendapat Sosialisasi Bencana yang Cukup

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas jabatan dan pakar untuk menguatkan gagasan.

Skrip Memberikan jalan keluar penanganan bencana dengan cara revitalisasi kearifan lokal. Kompas memberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

230

uraian mengenai kearifan lokal yang tergerus kebutuhan ekonomi dan minimnya sosialisasi kepada warga. Mengenai upaya pemerintah untuk merelokasi, Kompas menghadirkan sejumlah warga yang meminta direlokasi tak jauh dari tempat semula.

Tematik (1) Pendekatan mitigasi bencana sebaiknya disesuaikan dengan nilai-nilai kearifan lokal (2) Warga tidak mendapatkan pelatihan pengenalan terhadap gejala alam (3) Pemerintah akan merelokasi korban longsor.

Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber, menggunakan leksikon untuk menekankan pada jalan keluar penanganan bencana “revitalisasi”, berbeda dengan pemerintah yang melakukan “relokasi”, Kompas menampilkan foto untuk menekankan dampak longsoran pada harga premium yang mencapai Rp 15.000 per liter karena SPBU kehabisan bahan akibat jalur terputus.

19. Frame Kompas edisi Rabu 17 Desember 2014 yang Berjudul

Perkampungan Relokasi Longsor

Kompas kembali menampilkan foto lepas terkait kondisi

bencana longsor di Banjarnegara. Dari judul berita foto

“Perkampungan Relokasi Longsor” tersebut jelas foto ini terkait

dengan artikel yang mengulas longsorsan baru di Banjarnegara.

Perkampungan relokasi longsor merupakan tempat hunian warga yang

dipindah setelah terjadi longsor di Bajarnegara dalam beberapa waktu

lalu. Dari keterangan foto nampak bahwa relokasi yang dimaksud

merupakan perkampungan baru hasil relokasi longsor pada Januari

2006.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

231

Keterangan foto secara lengkap dapat diamati di bawah ini.

Sejumlah rumah rusak akibat longsor di Dusun Gunung Raja, Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (16/12). Dusun ini merupakan perkampungan baru hasil relokasi dudun yang tertimbun pada Januari 2006 Penekanan foto lepas ini nampak sekali sebagai bukti bahwa

kondisi relokasi hunian di Sijeruk rusak dan perlu penanganan lagi.

Kompas memberi wacana tempat relokasi belum tentu aman dari

ancaman bencana lonsgor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

232

20. Frame Kompas edisi Rabu 17 Desember 2014 yang Berjudul

Belajar dari Alam

Lima hari setelah terjadi longsor yang menimbun Dusun

Jemblung. Salah satu artikel Kompas berisi pandangan mengenai

penanganan bencana harus belajar dari alam. Berita ini termasuk

kategori berita feature. Kompas memberi wacana kepada khalayak

perlunya belajar dari alam. Kompas melakukan strategi wacana dengan

memberikan ulasan mengenai paradigma pentingnya terus

memperbaruhi proses belajar. Ulasan tersebut untuk menggiring

khalayak agar memahami pentingnya memahami seebuah bencana dan

diambil pelajaran yang didapat.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan upaya

Kompas untuk menyadarkan khalayak pentingnya memperbaruhi

pengetahuan terutama dalam hal kebencanaan. Wacana tersebut juga

digunakan Kompas untuk menyindir penanganan bencana longsor di

Indonesia yang minim riset.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul “Belajar dari Alam” merupakan wujud kritik

terhadap bencana yang melanda di Indonesia. Sebuah saran agar

mempelajari lingkungan kehidupan.

Secara lebih luas Kompas memberi penekanan pada cross

headline “Terus belajar”. Judul tersebut diikuti uraian mengenai saran

untuk memperbaiki manjemen bencana. Terus belajar dapat dipahami

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

233

sebagai penekanan untuk tetap lanjut berusaha memperoleh

pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan kebencanaan.

Dalam teks berita, Kompas menampilkan satu narasumber saja.

Salah satu peneliti Internasional Research Institute of Disaster Science

(IRIDeS)-Jepang, Abdul Muhari untuk mengungkap fakta terkait

permasalah yang diangkat.

Langkah awal, menurut Abdul Muhari, peneliti Internasional Research Institure of Disaster Science (IRIDeS)-Jepang, adalah melakukan forensik kebencanaan guna mengetahui mekanisme kejadian ataupun mengetahui dinamika sosial-politik yang menyebabkan jatuhnya banyak korban. (paragraf 10)

Abdul Muhari menyebutkan, riset sangat diperlukan untuk memberikan dasar dalam menentukan upaya mitigasi tanah longsor ke depan. Inilah yang selama ini menjadi titik lemah kita, selain juga, yang paling penting, implementasi hasil riset untuk kebijakan. (paragraf 11)

Berdasar informasi Badan Nasional Penanggulangan bencana, selama 25 tahun terakhir tercatat total 2.181 kejadian tanah longsor di Indonesia. Namun, pelacakan yang dilakukan Muhari, data publikasi riset yang diindeks oleh Scopus (institusi index paper dan jurnal internasional), hanya terdapat 16 riset yang dipublikasikan terkait bencana longsor di Indonesia. (paragraf 12) Dari cuplikan berita terlihat bagaimana permasalahan

penanganan bencana di Indonesia. Jumlah riset atau penelitian terkait

bencana longsor sangat minim. Padahal riset diperlukan untuk

memahami sekaligus mencari jalan keluar bagi permasalahan bencana

longsor. Pengetahuan sebagai dasar untuk menentukan langkah mitigasi

belum mencukupi, sebagaimana yang diutarakan Muhari, ini titik lemah

penanganan bencana di Indonesia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

234

Penekanan Kompas terlihat dari kutipan langsung dari Abdul

Muhari, “jika kita bandingkan dengan Jepang, rasio antara jumlah

kejadian dan riset biasanya antara 100 dan 600 persen.” Kutipan

tersebut hadir sebagai penekanan data dari Google Scholar yang

mencatat hanya 79 laporan terkait tanah longsor di Indonesia, atau rasio

jumlah kejadian dengan jumlah riset tak lebih dari 3,62 persen. Kompas

juga menghadirkan kutipan sebagai saran, “inilah yang harus terus

dipacu jika tidak mau selalu terperosok di lubang yang sama,” ujar

Muhari.

Teks berita Kompas berisi tentang pandangan minimnya riset

tentang bencana longsor menjadi titik lemah penanganan bencana

dalam upaya mitigasi. Kompas mulai menguraikan pandangannya

dengan menghadirkan paradigma mengenai pentingnya pengetahuan

atau proses belajar harus terus diperbarui dalam 4 paragraf. Kompas

membuka dengan pernyataan belajar dari pengalaman adalah kunci

kehidupan.

Peran Kompas untuk mendidik khalayak pun nampak dari

uraiannya mengenai Friedrich Hegel, filsuf Jerman yang dikenal dengan

metode Dialektika Idealisme, apa yang bisa kita pelajari dari sejarah

adalah bahwa kita tidak belajar dari sejarah. Lebih jauh, Kompas

mengemukakan tentang Hukum Gravitasi yang tercipta dari peristiwa

jatuhnya apel dari pohon ke tanah di hadapan Newton yang bermenung.

Ilmu pengetahuan modern diciptakan sebagai respons terhadap alam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

235

Kompas menyebut hal di atas dengan pengetahuan modern.

Sementara dalam masyarakat tradisional dikenal dengan “ilmu titen”.

Mengingatkan khalayak pada kearifan lokal yang disebutkan Kompas

pada edisi 16 Desember. Kompas memberi wacana bahwa proses

belajar harus diperbarui. Jika tidak, pengetahuan modern dan tradisional

bisa saja menyesatkan.

Kompas melanjutkan uraian mengenai wacana memperbaiki

manjemen bencana nasional dalam 5 paragraf. Wacana tersebut

dilengkapi dengan uraian mengenai fakat kejadian longsor di

Banjarnegara. Sejumlah penekanan seperti bencana longsor yang

kembali menelan korban jiwa, ahli longsor Faisal Fathani yang telah

meneliti pada tahun 2007 dan berupaya memasang alar deteksi

pergerakan tanah, bencana longsor yang menyejarah ditampilkan untuk

mengungkit fakta terkait buruknya penanganan bencana.

Kompas menutup uraian teks berita dengan 5 paragraf solusi

sekaligus kritikan mengenai riset yang seharusnya menjadi dasar

menentukan upaya mitigasi. Dalam uraian berita, Abdul Muhari

mngungkap fakta bahwa riset mengenai bencana longsor di Indonesia

sangat minim. Rasio jumlah kejadian dengan riset tak lebih dari 3,62

persen, padahal di Jepang rasionya antara 100 dan 600 persen. Artinya

setiap kejadian, ada 1-6 publikasi yang diterbitkan untuk memahami

satu kejadian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

236

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

riset mengenai bencana longsor sangat minim dan menjadi titik lemah

penanganan bencana di Indonesia.

Frame Kompas tentang ancaman bencana dapat diamati dari

bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai

memberitakan paradigma belajar dari pengalaman merupakan kunci

kehidupan (what). Uraian berikutnya mengenai bencana di

Banjarnegara yang terus berulang belum dijadikan pelajaran (how).

Abdul Muhari menjelaskan hal itu disebabkan riset sebagai dasar upaya

mitigasi di Indonesia sangat minim (Why). Kompas membandingkannya

dengan negara jepang yang memiliki rasio kejadian dengan riset

mencapat 100 persen dan 600 persen. Artinya dalam satu kejadian ada

1-6 publikasi yang diterbitkan untuk memahami suatu kejadian.

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak bahwa perlunya memperbaruhi pengetahuan agar

bencana tidak berulang.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Tema

pertama, proses belajar perlu diperbaruhi, baik itu pengetahuan modern

maupun tradional supaya tidak menyesatkan. Tema ini terlihat dari

upaya Kompas menghadirkan paradigma mengenai proses belajar.

Tema kedua mengenai pentingnya belajar dari kejadian bencana longsor

di Banjarnegara untuk memeperbaiki manajemen bencana nasional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

237

Kompas mengungkit bagaimana bencana longsor di Banjarnegara yang

terus berulang.

Kompas menutup dengan tema, riset yang minim menjadi titik lemah

Indonesia dalam penanganan bencana longsor. Tema ini berisi uraian

dari Abdul Muhari, Peneliti IRISeS-Jepang. Ia membandingkan rasio

penelitian dengan kejadian bencana di Indonesia dengan negara Jepang

yang dikenal baik dalam penanganan bencana.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label pakar dari narasumber yang diwawancarai.

Abdul Muhari dilabeli “Peneliti International Research Institute of

Disaster Science (IRIDeS)-Jepang”. Label otoritas jabatan

menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak

berkompeten untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan sejumlah kata untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. kata “belajar dari

pengalaman”, “kunci kehidupan”, “terus diperbarui” , “meyesatkan”

digunakan Kompas untuk memberi paradigma kepada khalayak

pentingnya proses belajar. Sementara itu terkait bencana longsor,

leksikon “memperbaiki” “manajemen bencana nasional” jelas sebagai

upaya Kompas untuk memberi saran terkait bencana yang terus

berulang. Sementara leksikon “riset” sebagai “titik lemah” dan

“impelemntasi hasil riset” merupakan penekanan dalam hal memberi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

238

jalan keluar terkait permasalahan penanganan bencana. Nampak jelas

bagaimana peran Kompas dalam memberitakan peristiwa bencana.

Tabel 3.18 Analisis Framing Belajar dari Alam

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber yang seorang peneliti sebagai penguat pandangan mengenai titik lemah penanganan bencana adalah minimnya riset.

Skrip Menguraikan paradigma pentingnya proses belajar yang terus diperbaruhi. Uraian berikutnya mengenai bencana di Banjarnegara yang terus berulang belum dijadikan pelajaran. Serta riset menjadi titik lemah penanganan bencana di Indonesia.

Tematik (1) Proses belajar perlu diperbaruhi, baik itu pengetahuan modern maupun tradional supaya tidak menyesatkan (2) Pentingnya belajar dari kejadian bencana longsor di Banjarnegara untuk memeperbaiki manajemen bencana nasional (3) Riset yang minim menjadi titik lemah Indonesia dalam penanganan bencana longsor

Retoris Pemberian label pakar dari narasumber, memberikan perbandingan data rasio jumlah riset dengan kejadian bencana longsor di Indonesia dan Jepang. Penekanan pada “terus diperbaruhi” digunakan untuk menekankan pentingan proses belajar supaya tidak “menyesatkan”. Sementara penekananan dengan kata “titik lemah” untuk mengungkap fakta terkait riset yang minim. Serta ‘implementasi” agar penelitian juga dijadikan kebijakan pemerintah.

21. Frame Kompas edisi Rabu 17 Desember 2014 yang Berjudul

Terjadi Longsoran Baru, 700 Warga Mengungsi : Pemkab

Banjarnegara Kesulitan Cari Lahan Relokasi

Lima hari pasca bencana longsor yang menimbun Dusun

Jembung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten

Banjarneara, Jawa Tengah, Kompas menampilkan 1 foto lepas yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

239

diletakkan di halaman utama dan 2 artikel di letakkan di halaman

dalam. Salah satu artikel tersebut mengulas tentang sejumlah longsor

baru disebabkan hujan deras. Kompas memberikan wacana longsor

menambah jumlah warga yang mengungsi. Kompas memberikan

pandangan sulitnya mendapatkan tempat relokasi, kondisi

Banjarnegara yang rawan longsor, dan menekankan lokasi relokasi

korban longsor pada tahun 2006 juga perlu direlokasi. Strategi wacana

tersebut tentu secara tidak langsung menggambarkan perlunya

mitigasi bencana.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran

Kompas yang memberikan gambaran sulitnya upaya relokasi korban

longsor. Kompas menjadikan kejadain longsoran yang mengakibatkan

700 warga mengungsi sebagai latar kemudian mengaitkan dengan

sejumlah pengungsi lain yang butuh tempat tinggal. Kompas

menyajikan kondisi pemerintah yang kesulitan mencari lahan relokasi,

secara tidak langsung Kompas tidak menyetujui relokasi warga korban

longsor.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul penggoda atau headline teaser “Terjadi

Longsoran Baru, 700 Warga Mengungsi” jelas merupakan peristiwa

penting terkait bencana longsor besar di Jemblung yang

mengakibatkan 108 warga meninggal. Kompas secara lugas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

240

memberitahukan kepada khalayak bahwa terjadi longsoran baru yang

mengakibatkan 700 warga mengungsi.

Untuk meredam kekhawatiran korban terkait penanganan

bencana, nampak dari judul pemberitahu “Pemkab Banjarnegara

Kesulitan Cari Lahan Relokasi”. Kesulitan mencari lahan relokasi

merupakan upaya Kompas untuk menggambarkan kinerja pemerintah

dalam penanganan bencana yang banyak korbannya kehilangan

tempat tinggal. Hal itu mengingat sebagian besar wilayah

Banjarnegara rawan longsor.

Urain jelasnya dapat dilihat mulai dari lead berita. Secara

detail Kompas menjelaskan perihal longsoran baru yang terjadi di

Banjarnegara.

Hujan deras yang mengguyur wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Selasa (16/12) siang hingga sore memicu tiga longsoran baru di jalur yang sama dengan areal longsoran Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Lebih dari 700 warga mengungsi karena takut nyawa mereka terancam. (paragraf 1)

Kompas menggunakan crossheadline “Relokasi” untuk

menekankan pandangan pada kendala proses pemindahan tempat bagi

korban lngsor. Uraian mengenai relokasi merupakan hal penting,

dapat diamati mulai dari judul pemberitahu yang dituliskan.

Dalam teks berita Kompas mewawancari lima narasumber.

Koordinator Posko Induk Bencana Karangkobar, Tursiman

menguraikan tentang longsor baru yang terjadi di Banjarnegara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

241

Tursiman dihadirkan untuk memperkuat keterangan yang ditulis oleh

Kompas.

Longsor pertama terjadi di Dusun Bakulan, Desa Kertosari, Kecamatan Kalibening, mengakibatkan 120 keluarga mengungsi. Longsor kedua terjadi di Dusun Binangun, Desa Gintung, Kecamatan Wanayasa, mengakibatkan 33 keluarga mengungsi. Jika satu keluarga terdiri atas tiga jiwa, maka akibat kedua longsoran itu paling tidak 459 warga mengungsi. (paragraf 2)

Setelah itu, kata Koordinator Posko Induk Bencana Karangkobar Tursiman, sekitar pukul 16.00 tanah di Dusun Slimpet, Desa Mlaya, Kecamatan Punggelan, retak-retak. Sebanyak 300 warga mengungsi karena takut. (paragraf 3)

Kompas menguraikan keterangan dari Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno untuk menjelaskan relokasi warga korban

longsor.

Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno mengatakan, ada ribuan rumah yang berada di daerah rawan longsor yang perlu direlokasi. Untuk saat ini, relokasi diprioritaskan bagi warga yang rumahnya hilang atau rusak akibat tertimpa tanah longsor seperti di Dusun Jemblung. (paragraf 6)

Ia mengatakan, pengungsi dari Dusun Gintung dan Tekik bisa kembali ke rumah, sedangkan warga Dusun Gondang boleh kembali kecuali dua keluarga. Pengungsi dari Dusun Sampang-Krajan harus bertahan di pengungsian karenaa masih ada kolam di atas mahkta longsoran yang harus dikeringkan. (paragraf 7)

Adapun korban dari warga Dusun Jemblung, kata Hadi, akan menempati hunian sementara maksimal tiga bulan. Setelah itu, baru mereka direlokasi. Syaratnya, lokasi relokasi aman, tidak jauh dengan mata pencaharian warga, dan tanah boleh dibeli dengan harga layak. (paragraf 8)

“Tidak mudah mencari lahan relokasi. Sebagaimana diketahu, 70 persen wilayah Banjarnegara rawan longsor. Kami sudah minta kepala-kepala desa di wilayah yang ada pengungsiannya mengajukan usulan lahan untuk relokasi,” tutur Hadi di Posko Induk Penanganan Bencana Tanah Longsor Dusun Jemblung. (paragraf 9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

242

Urain di atas nampak jelas sebagai pemeritahu kepada

khalayak tentang proses penanganan korban longsor. Relokasi

memang menjadi pilihan utama penanganan korban longsor. Kompas

menguraikan mengenai prioritas relokasi dan kondisi kesulitan

mencari tempat untuk memindahkan warga korban longsor.

Kompas juga menampilkan kutipan dari warga untuk

memperkuat pandangannya terkait proses relokasi. “Saya berharap

bisa direlokasi lagi ke tempat lain yang tanahnya lebih stabil,” kata

Suparno (30), salah seorang warga. Warga dihadirkan sebagai

perwakilan sejumlah korban yang hendak di relokasi.

Kompas juga menyinggung proses evakuasi dengan

menguraikan keterangan dari Komandan Kodim 0704/Banjarnegara

Letkol (Inf) Edi Rohmatullah yang mengutarakan hasil evakuasi

sementara. Serta memberi penekanan dengan urain dari Gubernur

Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang meminta warga di daerah rawan

longsor segera mengungsi ketika curah hujan di wilayahnya tinggi.

Kompas menuliskan 6 paragraf awal untuk menjelaskan hujan

deras menyebabkan tiga longsor baru dan mengakibatkan 700 lebih

warga mengungsi karena takut nyawa mereka terancam. Selain

menguraikan tiga longsor baru, Kompas juga menjelaskan warga yang

mengungsi.

Adapun warga yang mengungsi akibat longsor di Dusun Jemblung pada Jumat lalu sebanyak 577 warga yang tersebar di 12 titik posko pengungsian. Mereka terdiri dari 200 warga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

243

Dusun Jemblung dan 377 warga dusun-dusun terdekat lokasi longsor, yaitu Dusun Gintung, Tekik, Gondang, dan Sampangkrajan. (paragraf 4)

Sepuluh hari terakhir, 1444 warga Dusun Pencil, Desa Karang Tengah, Kecamatan Wanayasa, juga mengungsi karena permukiman mereka longsor. Selain itu, sekitar 20 warga di Desa Paweden, Kecmatan Banjarmangu, dan Desa Suwidaak, Kecamatan Wanayasa, mengungsi karena rumah mereka roboh akibat tanah lonsgor. (paragraf 5)

Berikutnya, Kompas menguraikan perihal proses relokasi yang

kesulitan mencari lahan dalam 8 paragraf. Selain menguraikan

keterangan dari Wakil Bupati, Hadi Supeno Kompas juga unjuk gigi

dengan menyelipkan tiga paragraf pantauannya terhadap lahan,

rumah, dan korban longsor. Pantaun tersebut merupakan peran aktif

Kompas untuk menyajikan fakta terkait peristiwa longsor.

Berdasarkan pantauan Kompas, topografi sebagian besar kawasan di Kecamatan Karangkobar berbukit-bukit dengan kemiringan lereng 50-70 derajat. Struktur tanah juga labil dan merupakan tanah pelapukan sehingga berpotensi longsor. Apalagi curah hujan di kawasan lereng Dieng tersebut sangat tinggi, yakni lebih dari 500 milimeter. (paragraf 10)

Sejumlah korban tanah longsor di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, pada 2006 yang menewaskan lebih dari 90 warga, juga perlu direlokasi lagi. Lahan relokasi yang mereka tempati terancam longsor sehingga tak layak lagi ditempati. (paragrf 11)

Dari pantauan Kompas, ada 5 dari 16 rumah yang rusak akibat gerakan tanah yang telah diratakan. Sisanya masih dibiarkan begitu saja atau sudah diturunkan gentengnya. Belasan keluarga kini mengungsi di rumah tetangga. Posisi rumah warga yang terancam longsor berada di tanah dengan kemirinan yang tajam. (paragraf 12) Kompas menutup dengan 4 paragraf mengenai hujan deras

yang menghambat proses evakuasi. Kompas menguraikan hasil

evakuasi dari keterangan Edy Rohmatullah serta menampilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

244

himbauan Ganjar Pranowo agar warga segera mengungsi bila hujan

deras terjadi di wilayahnya (rentan longsor).

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

bahwa hujan deras dalam waktu lama perlu diwaspadai. Kompas juga

unjuk gigi mengenai perannya dalam meliput peristiwa.

Kompas memberi wacana mengenai hujan deras yang perlu

diwaspadai. Kompas mengawali dengan menjelaskan hujan deras yang

mengguyur wilayah Banjarnegara pada Selasa (16/12) siang hingga

sore memicu tiga longsoran baru di jalur yang sama dengan areal

longsoran Dusun Jemblung . Longsoran membuat jumlah warga yang

mengungsi semakin banyak (what). Kompas menyelipkan penanganan

korban longsor yang menemui kesulitan dalam mencari lahan relokasi

(how). Dalam uraiannya juga disebutkan kondisi topografi kawasan

Karangkobar yang berpotensi longsor, apalagi ditambah dengan curah

hujan yang tinggi (Why). Hujan deras juga menghambat proses

evakuasi. Evakuasi dihentikan sejak pukul 12.00. Hujan juga

menyebabkan rencana pemasangan pipa untuk mengalirkan air dari

kolam di atas mahkota longsoran gagal dilakukan. Ganjar Pranowo

meminta warga yang tinggal di daerah rawan longsor untuk

mengungsi apabila curah hujan tinggi di wilayahnya (how).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak bahwa pengungsi akibat bencana longsor semakin

banyak. Kompas memberi wacana sulitnya mendapat tempat relokasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

245

Dari struktur tematik, ada empat tema dalam teks berita. Hujan

deras sebabkan tiga longsoran baru yang mengakibatkan 700 lebih

warga mengungsi. Tema ini bisa diamati dari lead berita serta uraian

Kompas mengenai tiga longsoran baru dan warga mana saja yang

mengungsi. Tema kedua, ada ribuan rumah di daerah rawan longsor

yang perlu direlokasi. Tema ini dapat dilihat dari keterangan Wakil

Bupati Banjarnegara serta penekanannya yang menyebutkan tidak

mudah mencari lahan relokasi. Hal itu mengingat 70 persen wilayah

Banjarnegara rawan longsor.

Tema ketiga, Kesulitan mencari lahan relokasi . Tema ini

dapat dilihat dari uraian mengenai kondisi topografi wilayah

Karangkobar rawan longsor. Hal itu diperparah dengan kondisi curah

hujan yang tinggi, yakni lebih dari 500 milimeter. Kompas menutup

dengan tema hujan deras juga menghambat proses evakuasi. Tema

yang berisi uraian mengenai kendala proses evakuasi tersebut diakhiri

dengan keterangan dari Ganjar yang meminta agar warga di daerah

rawan longsor segera mengungsi bila curah hujan didaerahnya tinggi.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Tursiman dilabeli “Koordinator Posko Induk Bencana

Karangkobar”, Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Bajarnegara”, Edy

Rahmatullah dilabeli “Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letkol

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

246

(Inf)”, dan Ganjar Parnowo dilabeli “Gubernur Jawa Tengah”. Label

otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal

dari pihak berkompeten untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon relokasi untuk

memberi penekanan pada penanganan pengungsi korban longsor.

Leksikon juga nampak dalam penggunaan kata “pengungsian”,

“mengungsi”, dan “hunian sementara”.

Kompas menampilkan foto untuk memberikan penekanan

kondisi pengungsi di tempat pengungsian, terutama anak-anak.

Penekanan tersebut dapat dipahami sebagai upaya Kompas

menyajikan kondisi pengungsi yang mengalami trauma. Keterangan

foto dapat dilihat di bawah ini :

Anak-anak pengungsi mengikuti kegiatan pemulihan trauma di tempat pengungsian Desa Karangkobar, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (16/12). Bencana tanah longsor membuat mereka harus tinggal di pengungsian sejak Jumat pekan lalu.

Tabel 3.19 Analisis Framing

Terjadi Longsoran Baru, 700 Warga Mengungsi Pemkab Banjarnegara Kesulitan Cari Lahan Relokasi

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas

jabatan sebagai penguat pandangan Kompas. Skrip Menekankan pada hujan deras yang mengakibatkan tiga

longsor baru. Kompas menyelipkan penanganan korban longsor berupa relokasi. Sementara uraian mengenai alasan terjadi longsor, penyebab hujan deras, serta akibat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

247

hujan dijelaskan belakangan. Tematik (1) Hujan deras sebabkan tiga longsoran baru yang

mengakibatkan 700 lebih warga mengungsi (2) Ada ribuan rumah di daerah rawan longsor yang perlu direlokasi (3) Kesulitan mencari lahan relokasi (4) hujan deras juga menghambat proses evakuasi

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber, menampilkan leksikon ‘relokasi”, “pengungsi”, “mengungsi”, dan “hunian sementara” dalam penanganan korban longsor. Sementara itu nampak juga sejumlah kata untuk menunjukkan peran Kompas, yaitu berdasarkan pantauan Kompas dan dari pantauan Kompas. Memberikan penekanan mengenai kondisi pengungsi dengan foto mengenai anak-anak pegungsi yang mengikuti kegiatan pemulihan trauma.

22. Frame Kompas edisi Kamis 18 Desember 2014 yang Berjudul

Sebanyak 34 Titik Rawan Longsor Ditemukan

Seminggu pasca bencana longsor yang mengubur sekitar 108

warga Jemblung Kompas menampilkan 2 artikel. Kedua artikel lebih

berfokus pada ancaman longsor susulan di sejumlah daerah di

Banjarnegara. Salah satu artikel berjudul “Sebanyak 34 Titik Rawan

Longsor Ditemukan”. Kompas memberikan wacana adanya ancaman

di sejumlah wilayah di Banjarnegara.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran

Kompas untuk memberikan peingatan dini ancaman longsor berupa

titik rawan longsor yang ditemukan. Kompas memberikan pandangan

perluanya evakuasi sejumlah warga yang tinggal di kawasan

perbukitan di Telagalele.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

248

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul yang dituliskan Kompas jelas menunjukkan

jumlah titik rawan longsor yang ditemukan. Titik rawan dapat

dipahami sebagai tanda yang menimbulkan bahaya.

Dalam teks berita, Kompas mewawancarai Deputi Direktor

Pencegahan Bencana BNPB Raditya Jati yang memaparkan hasil

kajian cepat kondisi kawasan rawan longsor. Raditya memaparkan

hasil kaji cepat BNPB bersama delapan instansi terkait yang

menemukan 14 titik rawan longsor di Banjarnegara. Sementara tim

dari UGM dalam waktu lebih lama menemukan total 34 titik rawan

longsor.

Titik rawan itu ditandai ada amblesan dan runtuhan material di bagian tebing atau lereng. Kondisi itu mudah penanganannya. Namun perlu diwaspadai longsoran di lereng curam dekat permukiman. (paragraf 3)

Adrin Tohari, pakar geoteknik dari kelompok riset Pergerakan

Tanah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengemukakan,

“Di bukit itu (perbukitan di Telagalele di selatan Jemblung dan Sampang), ada tiga dusun, yakni Gondang, Gintung, dan Blunyeh,” kata Adrin Tohari. (paragraf 4)

Warga di desa itu perlu dievakuasi karena pasca longsor skala masif pergerakan terus terjadi. Pergerakan tanah yang terjadi di kawasan itu merupakan tipe rayapan. (paragraf 5)

Beberapa kutipan Adrin digunakan Kompas untuk menekankan

fakta,

Pasca longsor di Karangkobar, Adrin melihat ada ancaman bencana baru di lokasi itu, yaitu muncul dua gawir atau tebing curam di sisi barat dan timur lokasi longsora.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

249

“Gawir di sisi timur membentuk kolam tampungan aliran air dari atas. Luas kolam 90 meter persegi,” ujarnya. (paragraf 6)

Di bawah kolam tertimbun material longsoran yang tertahan di ketinggian 850 meter. Jumlah material itu lebih dari 1.000 meterkubik. Apabila rembesan atau air meluap, bisa mendorong material hingga longsor. “Ini mengancam keselamatan tim pencari korban tertimbun,” ujarnya. (paragraf 7)

Penekanan dengan kutipan juga dituliskan Kompas yang

menjelaskan rekomendasi berdasarkan hasil kaji cepat BNPB dengan

melibatkan 8 instansi.

Menurut Raditya, pemetaan cepat lokasi permukiman dan penggunaan lahan untuk analisis risiko bencana perlu segera dilakukan. “Untuk itu, pesawat tanpa awak milik Lapan akan memantau daerah rawan longsor lebih detai,” ujarnya. (paragraf 9)

Teks berita Kompas berisi 3 paragraf yang menguraikan hasil

kaji cepat kondisi kawasan di Banjarnegara. Kompas menguraikan

hasil kaji cepat BNPB bersama 8 instansi yang menemukan 14 titik

rawan longsor, sementara dalam waktu yang lebih lama tim UGM

menemukan 34 titik, penekanan dilakukan Kompas menggunakan

kutipan dari Deputi Dirktur Pencegahan Bencana BNPB, Raditya Jati.

Raditya mengemukakan titik rawan ditandai dengan amblesan dan

runtuhan material di tebing dan lereng. Kondisi itu penanganannya

mudah.

Kompas melanjutkan memberikan uraiaan ancaman di

perbukitan Telagalele dalam 4 paragraf. ancaman tersebt ditemukan di

kawasan Telagalele, ada tiga dusun di bukit itu. Warga perlu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

250

direlokasi. Ancaman longsor baru juga muncul di Karangkobar,

ancaman berupa dua gawir atau tebing curam. Gawir sisi timur

membentuk kolam. Dan di bawah kolam ada meterial longsoran

tertahan di ketinggian 850 meter dengan jumlah meterial lebih dari

1.000 meterkubik.

Kompas menguraikan penanganan ancaman longsor dalam 3

paragrad penutup. Adrin menyarankan dibangun jaringan pipa kolam

untuk menyalurkan air genangan. Perlu pesawat tanpa awak untuk

memantau daerah longsor lebih detail. Serta upaya mitigasi struktural

di daerah prioritas. Mitigasi berupa ppenataan tata guna lahan,

geometri lereng dan penguatan lereng.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

ancaman longsor di titik rawan mudah ditangani.

Frame Kompas tentang ancaman bencana dapat diamati dari

bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai

memberitakan dengan menampilkan hasil kaji cepat BNPB bersama 8

instansi yang menemukan 14 titik rawan longsor dan kaji cepat tim

UGM yang menemukan 34 titik longsor. Kondisi itu mudah

penanganannya (what). Ancaman ditemukan di kawasan perbukitan

Telagalele (Where). Warga perlu dievakuasi karena pergerakan tanah

terus terjadi. Terdapat kolam 90 meter persegi. Di bawahnya material

yang tertahan di ketinggian 850 meter sejumlah 1.000 meterkubik

material longsoran (who). Sebagai langkah awal, Adrin menyaranka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

251

membangun jaringan pipa. Perlu juga penggunaan pesawat tanpa

awak untuk memnatau daerah rawan longsor lebih detail. Upaya

mitigasi struktural juga perlu dilakukan (how).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada cara menanggulangi titik rawan longsor mudah dilakukan.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang

dituliskan Kompas. Pertama, ditemukannya 34 titik rawan longsor

hasil kaji cepat. Tema ini bisa dilihat dari uraian kaji cepat BNPB

bersama 8 instansi yang menemukan 14 titik rawan longsor, sementara

dalam kurun waktu yang lebih lama, tim UGM menemukan 34 titik

rawan longsor.

Tema kedua, warga di kawasan perbukitan Telagalele perlu

dievakuasi karena pergerakan tanah terus terjadi. Kompas juga

menguraikan ancamanan berupa material longsor 1.000 meter kubik

yang berada di ketinggian 850 meter. Hal itu diakibatkan adanya

kolam tampungan air seluas 90 meter persegi di atas longsoran

Jemblung.

Tema ketiga, upaya penanganan longsor. Kompas menjelaskan

tindakan yang perlu dilakukan dalam menganan ancaman longsor.

Perlu membangun jaringan pipa untuk menyalurkan air genangan

sehingga longsor dapat dicegah. Perlu pesawar tanpa awk milik Lapan

untuk memantau daerah rawan longsor lebih detail. Serta upaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

252

mitigasi struktural dalam bentuk penataan tata guna lahan, geometri

lereng, dan penguatan lereng.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber

yang diwawancarai. Raditya Jati dilabeli “Deputi Direktur Pencegahan

Bencana BNPB”, Adrin Tohari dilabeli “Pakar Geoteknik dari

kelompok Riset Pergerakan Tanah Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia”. Label otoritas jabatan dan pakar menunjukkan bahwa data

dan keterangan yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten

untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan sejumlah kata untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “mudah

penanganannya” dan longsor “dapat dicegah” menjelaskan ancaman

longsor sebenarnya mudah untuk dicegah. Sementara untuk

memringatkan ancaman bencan, leksikon “perlu dievakuasi” dan

“mengancam keselamatan” perlu menjadi pertimbangan pemerintah

atau instansi terkait dalam penanganan bencana.

Untuk memudahkan khalayak memahami lokasi sebaran titik

rawan longsor dan letak mahkota longsoran, Kompas menyajikan

grafik berupa dua peta. Peta pertama menjelaskan potensi gerakan

tanah susulan. Dalam keterangannya disebutkan lebih kurang 1.000

meter kubik timbunan material longsoran di sebelah timur daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

253

terdampak yang berpotensi untuk bergerak kembali. Kompas

menampilkan inset atau peta kecil yang lebih besar mengenai

genangan air di bawah mahkota longsoran.

Kedua, Kompas menampilkan peta sejumlah titik longsor di

sebagian Kabupaten Banjarnegara 2014 untuk mengambarkan sebaran

titik rawan longsor. Sementara itu, inset jga dihadirkan berupa Pulau

Jawa. Inset tersebut menjelaskan lokasi Banjarnegara berada di Pulau

Jawa. Tentu berkaitan dengan Kompas merupakan koran nasional

sehingga khalayak mudaah memahami letak daerah yang diberitakan.

Tabel 3.20 Analisis Framing

Sebanyak 34 Titik Rawan Longsor Ditemukan

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang berwenang otoritas

jabatan dan pakar untuk mengemukakan fakta dan keterangan. Fakta tersebut berupa data hasil kaji cepat dan ancaman longsor baru yang berada di Dusun Jemblung.

Skrip Kompas memandang, khalayak perlu mengetahu titik rawan longsor sejumlah 34 titik di Banjarnegara serta memberi wacana bahwa ancaman tersebut mudah penanganannya. Dalam uraian berikutnya, Kompas baru menjelaskan detail ancaman serta penanganan yang perlu dilakukan.

Tematik (1) Ditemukannya 34 titik rawan longsor hasil kaji cepat (2) Warga di kawasan perbukitan Telagalele perlu dievakuasi karena pergerakan tanah terus terjadi (3) Upaya penanganan ancaman longsor

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber. Mengemukakan data hasil riset dan detail ancaman. Kompas memberi penekanan penanganan ancaman bencana tersebut “mudah penanganannya” dan longsor “dapat dicegah”. Kompas juga menampilkan grafik berupa peta titik longsor serta gambaran letak mahkota longsoran yang mengancam longsor baru di Dusun Jemblung untuk memudahkan khalayak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

254

23. Frame Kompas edisi Kamis 18 Desember 2014 yang Berjudul

Longsor Ancam 3 Dusun : Sukarelawan Longsor Banjarenagra

Tewas Tertimpa Alat Berat

Seminggu pasca bencana longsor yang mengubur sekitar 108

warga Jemblung Kompas menampilkan 2 artikel. Kedua artikel lebih

berfokus pada ancaman longsor susulan di sejumlah daerah di

Banjarnegara. Salah satu artikel berjudul “Longsor Ancam 3 Dusun:

Sukarelawan Longsor Banjarnegara Tewas tertimpa alat berat”.

Kompas memberikan wacana ancaman longsor dapat diminimalisasi

dengan menutup rekahan tanah.

Berita dalam kategori pascabencana/prabencana ini merupakan

peran Kompas yang memberikan peringatan dini pada sejumlah

daerah yang mempunyai ancaman bencana longsor. Mengenai

penanganan korban, pemerintah berupaya bekerjasama dengan pakar

untuk mencari tempat relokasi.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul penggoda berita Kompas yang

menggunakan kata “ancam” sangat jelas menunjukkan longsor

diperkirakan akan sejumlah tiga dusun. Sementara dari judul

pemberitahu, ada peristiwa yang ingin ditunjukkan kepada khalayak,

yaitu sukarelawan yang tewas tertimpa alat berat. Kata “tewas” sendiri

dapat dipahami sebagai mati akibat kecelakaan, bencana, atapun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

255

perang. Sementara “alat berat” dapat dipahami sebagai alat bantu yang

digunakan oleh manusia untuk mengerjakan pekerjaan yang berat.

Kompas menampilkan lead berita yang berisi rangkuman

berita atau penekanan hal-hal penting yang perlu diketahui khalayak.

Upaya Kompas nampak dari kalimat terakhir yang menyajikan solusi

atau penanggulangan ancaman bencana yang muncul.

Setelah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, longsor juga mengancam tiga dusun lainnya di tiga desa dan kecamatan berbeda. Untuk meminimalisasi longsoran, rekahan tanah di sejumlah titik di tiga dusun itu ditutup tanah. (paragraf 1)

Penekanan juga muncul dalam crossheadline Terseret 10

kilometer. Mengingat judul pemberitahu, tentu khalayak

menangkapnya terkait sukarelawan yang tertimpa alat berat. Namun

judul tersebut untuk memberitahu seberapa jauh korban longsoran

ditemukan. Hal itu mengingat adanya aliran Kali Petir yang membelah

Dusun Jemblung.

Dalam teks berita, Kompas mewawancarai Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno yang menjelaskan upaya warga Bakulan

dan Sliempet untuk mencegah ancaman longsor. Pencegahan

dilakukan dengan menutup rekahan menggunakan tanah secara

gotong-royong. Menurut Hadi, cara tersebut cukup efektif. Ia memberi

contoh tahun lalu warga menguruk rekahan besar yang berada di

Pekasiran, Batur yang hingga sekarang cukup aman.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

256

Hadi menuturkan, pemkab juga meningkatkan kewaspadaan

warga dengan mengingatkan semua camat dan aparat desa agar siaga

saat hujan, kaum laki-laki diimbau tidur bergantian. Hal itu dilakukan

untuk mengawasi lingkungan dan cepat melapor bila melihat rekahan

tanah. Sementara terkait 1.300 warga sampang yang masing

mengungsi di 14 titik pengungsian, Hadi menjelaskan hal itu fluktuatif

karena sebagian di antaranya mengungsi karena situasi.“Jika hujan

deras, mereka kembali lagi ke rumah,” ujar Hadi.

Kutipan merupakan penekanan Kompas, yang seakan khalayak

diberitahu langsung oleh narasumber. Kutipan juga sebagai bukti

uraian yang berikan berasal dari narasumber langsung. Salah satu

kutipan langsung yang ditampilkan Kompas dapat dilihat di bawah ini.

“Pagi tadi warga Bakulan dan Slimpet bergotong royong menutup rekahan dengan tanah. Cara ini cukup efektif. Tahun lalu di Pekasiran, Batur, ada tanah retak cukup besar diuruk warga dan aman sampai sekarang,” ujar Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno, Rabu (17/12). (paragraf 4)

Keterangan dari Kepala BNPB Syamsul Maarif seusai rapat

Kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi di Kantor Presiden juga

dihadirkan Kompas. Hal itu sebagai penekanan keterangan mengenai

Presiden Joko Widodo yang memerintahkan agar Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Badan

Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

untuk memasang alat deteksi dini di tempat-tempat yang ditengarai

rawan longsor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

257

“Kami akan kerja sama dengan UGM (Universitas Gadjah Mada), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), dan Kementerian Ristek untuk mewujudkan perintah presiden itu,” kata Syamsul Maarif. (paragraf 8)

Dia mengatakan, pencarian lokasi yang tepat untuk relokasi

warga akan dilakukan BNPB bersama sejumlah pakar dari Badan

Geologi Kementerian ESDM dan UGM. Ini untuk memastikan lokasi

tersebut benar-benar aman dari ancmaan bencana serupa.

Untuk penemuan jenazah, Kompas menghadirkan kutipan

langsung penemunya, Wartono, warga Desa Sijeruk. Ia mengatakan,

menemukan satu jenazah sekitar 10 kilometer dari lokasi longsor.

“Saat sedang lewat dekat Sungai Merawu, saya mencium bau busuk. Saya segera mendekat ke arah bau itu lalu meilihat benda berwarna putih di sungai,”katanya. Setelah didekati, ternyata sesosok jenazah perempuan dengan kondisi tubuh menggelembung. (paragraf 13)

Teks berita Kompas berisi 6 paragraf yang menguraikan

ancaman longsor serta upaya meminimalisasi longsoran dengan

menutup rekahan menggunakan tanah. Kompas menjelaskan tiga

dusun yang terancam longsoran serta kondisi rekahan tanahnya.

Kompas menghadirkan upaya mencegah ancaman longsoran dengan

menutup rekahan menggunakan keterangan dari Wakil Bupati

Karanganyar, Hadi Supeno.

Tiga dusun itu adalah Dusun Bakulan, Desa Kertasari, Kecamatan Kalibening, Dusun Gintung, Desa Binangun, Kecamayan Karangkobar, serta Dusun Slimpet, Desa Tlaga, Kecamatan Punggelan. Rekahan tanah di Dusun Slimpet tersebar di beberapa titik dengan panjang 1-5 meter dan lebar 25-50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

258

sentimeter. Rekahan tanah di dua dusun lainnya lebih kecil, tetapi juga berpotensi longsor. (paragraf 2)

Rekahan-rekahan tanah itu terjadi sejak Selasa lalu ketika hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada pukul 07.00 hingga 20.00. Khawatir terkena longsor, 1.060 warga di tiga dusun tersebut mengungsi sejak Selasa malam. (paragraf 3)

Kompas menguraikan tanggapan pemerintah dalam

penanganan bencana dalam 4 paragraf berikutnya. Kompas mengawali

dengan keterangan dari Presiden supaya dipasang alat deteksi dini di

tempat-tempat rawan longsor. Keterangan dari Kepala BNPN,

Syamsul Maarif dihadirkan untuk menjelaskan tindakan yang

dilakukan. Pencarian relokasi juga dilakukan BNPB bersama sejumlah

pakar dari Badan Geologi Kementerian ESDM dan UGM untuk

memastikan lokasi relokasi benar-benar aman dari ancaman serupa.

BNPB memperkirakan, kebutuhan dana untuk relokasi warga dan membangun sekitar 80 rumah mencapai Rp 5,1 miliar. Untuk kebutuhan rehabilitasi infrastruktur jalan, jembatan, talut drainase, irigasi, dan normalisasi sungai diperlukan dana Rp 25,7 miliar. (paragraf 10)

Kompas menutup teks berita dengan 6 paragraf mengenai

proses evakuasi. Uraian tersebut dimulai dengan menjelaskan proses

evakuasi yang berhasil menemukan 83 jenazah, 6 di antaranya belum

diidentifikasi. Sementara itu, Kompas juga menghadirkan kesaksian

warga yang menemukan jenazah sejauh 10 km dari lokasi longsoran

dan seorang sukarelawan yang meninggal karena tertimpa ekskavator.

Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letkol (Inf) Edy

Rohmatullah mengatakan, jumlah warga yang tertimbun longsor pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

259

12 Desember diperkirakan 108 orang. Jumlah itu belum termasuk

warga yang tengah melintas di jalan raya saat longsor menerjang.

Di tengah-tengah upaya evakuasi korban yang tertimbun tanah longsor, Ahmad Nurdin, (35), sukarelawan operator ekskavator asal Kabupaten Magelang, tewas tertimpa ekskavator yang dia operasikan. Ekskavator itu tergelincir saat hendak diparkir dan menimpa Ahmad serta dua sukarelawan lainnya. Ahmad meninggal di RSUD Banjarnegara. Dua sukarelawan lainnya selamat dan masih dirawat di RS itu. (paragraf 15)

Kemarin, jalan utama Karangkobar-Dieng-Pekalongan yang sebelumnya tertutup material longsor sudah di buka. Proses pembersihan telah selesasi, tinggal menyiram lumpur dengan air. Lalu lintas yang melalui jalan tersebut akan diatur agar tidak mengganggu proses evakuasi. (paragraf 16)

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

ancaman longsor bisa diminimalisasi dengan menutup rekahan

menggunakan tanah.

Frame Kompas tentang ancaman bencana dapat diamati dari

bagaimana mengisahkan peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai

memberitakan longsor mengancam tiga Dusun, Dusun Bakulan,

Dusun Gintung, dan Dusun Slimpet. Ancaman tersebut diikuti cara

untuk meminimalisasi longsoran dengan menutup rekahan

menggunakan tanah (how). Relokasi akan dilakukan BNPB bersama

sejumlah pakar dari Badan ESDM dan UGM. Hal itu untuk

memastikan lokasi relokasi benar-benar aman dari ancaman bencana

serupa (how). Kompas menutup dengan proses evakuasi, menjelaskan

jumlah korban yang berhasil dievakuasi, lokasi penemuan paling jauh,

perkiraan jumlah korban yang tertimbun longsor, sukarelawan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

260

meninggal akibat tertimpa alat berat, dan jalan utama Karangkobar-

Dieng-Pekalongan sudah dibuka, pembersihan telah selesai.

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada cara menanggulangi ancaman longsor dengan menutup

rekahan tanah.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita yang tidak

saling terkait. Tema pertama ancaman longsor di tiga dusun

diminimalisasi dengan menutup rekahan tanah. Tema ini terlihat dari

uraian Kompas yang menyebutkan tiga dusun tersebut serta ketengan

dari Hadi Supeno yang mengutarakan proses penutupan rekahan

tanah. Ia juga memberi bukti tindakan serupa cukup efektif mencegah

longsor di Pekasiran, Batur yang tahun lalu terdapat rekahan besar.

Tema kedua, pemerintah akan memasang alat deteksi dini serta

bekerjasama dengan pakar dalam mencari tempat relokasi untuk

memastikan lokasi benar-benar aman. Tema ini berisi uraian dari

Kepala BNPB, Syamsul Maarif yang siap melaksanakan perintah

presiden memasang alat deteksi dini. BNPB bersama pakar dari Badan

Geologi Kementerian ESDM dan UGM akan bersama mencari tempat

relokasi untuk memastikan relokasi benar-benar aman. BNPB juga

menguraikan perkiraan dana yang dibutuhkan untuk penanggulangan

bencana.

Tema ketiga berisi perkembangan proses evakuasi. Tim SAR

gabungan berhasil menemukan 83 jenazah dari perkiraan sejumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

261

108 warga yang tertimbun longsoran. Seorang warga menemukan

jenzah sejauh 10 km dari lokasi longsor. Salah satu sukarelawan tewas

setelah tertimpa alat berat. Tema ini ditutup dengan penjelasan jalan

utama Karangkobar-Dieng-Pekalongan berhasil dibuka. Proses

pembersihan jalan telah selesai.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”,

Syamsul Maarif dilabeli “Kepala BNPB”, Edy Rohmatullah dilabeli

“Komandan Kodim 0704/Banjarnegara, Letkol (Inf)”. Label otoritas

jabatan menunjukkan bahwa fakta dan keterangan yang dikemukakan

berasal dari pihak berkompeten untuk mendukung pandangan

Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “meminimalisasi”

jelas menggambarkan upaya pencegahan ancaman longsor bisa

dilakukan dengan cara menutup rekahan. Mengenai penanggulangan

bencana digunakan “kerja sama” untuk menggambarkan langkah

pemerintah dilakukan bersama sejumlah lembaga.,

Sementara terkait tempat relokasi, kata “benar-benar aman”

menjelaskan bagaimana kondisi yang dicari sebagai tempat

pemindahan korban longsor. Sementara mengenai proses evakuasi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

262

leksikon “terus dilakukan” dapat dimaknai bahwa evakuasi pencarian

korban belum berhenti, meskipun perkembangan terkahir menjelaskan

proses pembersihan “telah selesai”.

Tabel 3.21 Analisis Framing

Longsor Ancam 3 Dusun Sukarelawan Longsor Banjarnegara tewas tertimpa Alat Berat

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang memiliki otoritas

jabatan untuk mengemukakan fakta dan keterangan. Skrip Menjelaskan ancaman longsoran serta cara memimalisasi

dengan menutup rekahan tanah. Kompas menambah berita dengan uraian mengenai penganan bencana dari pemerintah, serta perkembangan proses evakuasi.

Tematik (1) Ancaman longsor di tiga dusun diminimalisasi dengan menutup rekahan tanah (2) Pemerintah akan memasang alat deteksi dini serta bekerjasama dengan pakar dalam mencari tempat relokasi untuk memastikan lokasi benar-benar aman (3) Perkembangan proses evakuasi

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “meminimalisasi” untuk mengatasi ancaman longsor. Menggunakan leksikon “kerja sama” yang menggambarkan langkah pemerintah dalam penanggulangan bencana dilakukan bersama sejumlah lembaga. Serta penggunaan kata “terus dilakukan” yang menekankan proses evakuasi pencarian korban tertimbun belum dihentikan.

24. Frame Kompas edisi Jumat 19 Desember 2014 yang Berjudul

Empat Alternatif Lahan Relokasi Disiapkan

Tujuh hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Kompas

menampilkan teks berita berjudul “Empat Alternatif Lahan Relokasi

Disiapkan”. Pemilihan opsi relokasi dimaknai Kompas akibat dari

lahan bekas longsoran yang tidak layak ditinggali. Kompas melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

263

strategi wacana dengan menampilkan alasan relokasi berupa analisis

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Serta

upaya pemerintah yang menyediakan rumah sewa dengan alasan lebih

manusiawi dari pada tempat pengungsian yang minim MCK.

Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran Kompas

untuk memberikan informasi penanganan korban longsor. Meskipun

dalam penutup Kompas menyajikan pemasangan alat deteksi dini

lonsgor di enam lokasi di Jateng dan DIY, yang secara tidak langsung

tetap memberi pandangan agar penanganan juga harus dilakukan

dengan cara mitigasi.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema berita. Judul berita Kompas yang menggunakan kata

“alternatif” dan “relokasi”. Alternatif dapat dipahami sebagai pilihan

dari beberapa kemungkinan, dalam hal ini adalah relokasi atau

pemindahan tempat bagi korban longsor.

Kompas menambahkan crossheadline “sewa rumah”. Dalam hal

ini kaitannya dengan tempat hunian sementara, korban longsor

sebelum tempat relokasi selesai dibangun akan ditempatkan di rumah

yang disewa oleh pemerintah.

Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari 2

narasumber. Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno untuk

menjelaskan perihal relokasi korban longsor. Sementara Kompas

menghadirkan Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letnan (Inf) Edy

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

264

Rahmatullah untuk menjelaskan perkembangan proses penanganan

bencana.

Teks berita Kompas berisi tentang panganan korban longsor.

Kompas membuka uraian dengan memberikan penjelasan terkait

tempat relokasi yang disediakan oleh pemerintah. Pemerintah

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah menyiapkan empat alternatif

lahan relokasi bagi korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblung,

Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar. Bangunan relokasi

ditargetkan selesai dalam enam bulan supaya warta tidak terlalu lama

hidup di hunian sementara.

Relokasi dilakukan karena berdasarkan analisis Badan Geologi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral lahan bekas longsoran

di Jemblung tidak layak lagi ditinggali. Semua warga terdampak

longsor harus dipindahkan. Menurut Hadi Supeno, idealnya lahan

relokasi berada tidak terlalu jauh dari permukiman awal warga. Sebab

sebagian korban longsor adalah petani dan peternak.

Kompas menekankan pandangan dengan menampilkan peran

wartawan Kompas. Seperti yang tergambar dalam uraian berita berikut

ini :

Sesuai pantauan Kompas, Kamis (8/12) tiga dari empat bakal lahan relokasi itu berada di Desa Karanggondang, berjarak sekitar 7 kilometer dari Jemblung. Tiga lokasi itu adalah milik warga dan tanah pemerintah desa. Satu lokasi lain berada di Desa Karangkobar, aset milik pemerintah. Lahan seluas 1000 meter persegi itu sempat akan dipakai sebagai terminal dan saat ini disewa Perum Perhutani. (paragraf 2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

265

Kompas juga menghadirkan kutipan langsung untuk

memberikan penekanan terhadap lahan alternatif relokasi.

“Kalau yang milik pemkab, administrasinya lebih mudah. Namun, yang tersedia hanya 1.000 meterpersegi. Padahal perkiraan kami, setidakya perlu 5.000 meter persegi untuk relokasi,” kata Hadi (paragraf 5) Kompas melanjutkan uraian 4 paragraf untuk menjelaskan

sebelum bangunan relokasi selesai dibuat, warga disediakan rumah

sewa. Setelah dihitung, korban otentik bencana longsor yang paling

membutuhkan relokasi sebanyak 82 keluarga. Dari jumlah itu 72

keluarga merupakan warga Jemblung, 2 keluarga warga Dusun

Gondang, dan 8 keluarga Dusun Krakal. Satu keluarga diperkirakan

mendapat bantuan untuk permukiman senilai Rp 100 juta – Rp 125

juta.

Hadi menuturkan, anggaran untuk relokasi memakai dana

patungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPD), Badan

Penanggulanga Bencana Daerah (BPBD) Jateng dan Pemkab

Banjarnegara. Sambil menenati pembangunan permukiman relokasi,

korban akan ditempatkan di hunian sementara.

Kompas memberi penekanan sewa rumah menjadi pilihan

karena warga pengungsi mengeluh fasilitas mandi, cuci, dan kakus

(MCK) yang minim. 577 warga yang bertahan dipengungsian

terancam diare dan penyakit kulit. Hadi menekankan Pemkab

Banjarengara lbih memilih sistem sewa rumah untuk hunian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

266

sementara. “Itu lebih manusiawi. Kami sudah mendata rumah mana

yang bisa di sewa.

Kompas menutup uraian dengan 2 paragraf mengenai

perkembangan penanganan bencana longsor dan pemasangan alat

deteksi dini longsor di Jateng dan DIY. Menurut Komandan Kodim

0704/Banjarnegara Letnan Kolonel (Inf) Edy Rahmatullah pembukaan

jalur Karangkobar-Dieng-Pekalongan, yang semula tertutup longsoran

di Dusun Jemblung, Kamis batal dilakukan karena mobil pemadam

rusak. Sementara Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi

Kebencanaan Geologi Yogyakarta memasang alat early warning

system untuk mendeteksi longsor di enam lokasi di Jateng dan DIY

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

penanganan korban longsor berupa relokasi karena kahan bekas

longsoran di Jemblung tidak layak lagi ditinggali. Kompas juga

memandang penting peran instansi untuk menekankan pandanganan.

Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan

menampilkan empat alternatif lahan relokasi (what). Tiga dari empat

bakal lahan relokasi berada di Desa Karanggondang berjarak sekitar 7

kilometer dari Jemblung. Tiga lokasi itu adalah milik warga dan tanah

pemerintah desa. Satu lokasi lain di Desa Karangkobarr, aset

pemerintah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

267

Relokasi dilakukan karena menurut analisis Badan Geologi

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineraal lahan bekas longsoran

di Jemblung tidak layak ditinggali (Why). Hadi menuturkan anggaran

untuk relokasi akan memakai dana patungan BNPB dan BPBD Jateng

dan Pemkab Bajarnegara. Sambil menunggu bangunan relokasi,

korban akan ditempatka di hunian sementara (how). Kompas menutup

dengan informasi perkembanganan penanganan bencana (how)

Dengan kisah peristiwa tersebut, Kompas memandang tempat

relokasi perlu diketahui khalayak dari pada alasan relokasi warga.

Kompas juga membrikan informasi perkembangan pananganan

longsor.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita.

Pertama, relokasi mejadi pilihan karena lahan bekas longsora di

Jemblung tidak layak lagi ditinggali. Tema ini terlihat dari uraian awal

mengena tempat bakal lahan relokasi. Kompas menekankan

menggunakan analisis dari Badan Geologi Kementerian Enegeri dan

Sumber Data Mineral serta uraian dari Wakil Bupati Banjarnegara

Hadi Supeno.

Tema kedua, sambil menanti bangunan relokasi, warga akan

ditenpatkan di hunian sementara berupa rumah sewa. Tema ini dapat

diamati dari uraian penjelasan korban otentik bencana longsor yang

membutuhkan relokasi. Hadi menuturkan anggaran untuk relokasi

akan memakai dana patungan, sementara mengenai rumah sewa,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

268

menurutnya sistem rumah sewa lebih manusiwasi. Hal itu dikarenan

warga di pengungsian kesulitas fasilitas MCK dan terancam diare

serta penyakit kulit.

Tema ketiga, informasi perkembangan penanganan bencana

mengenai batalnya pembukaan jalan utama jalur Karangkobar-Dieng

Pekalongan. Tema ini dapat diamati dari keterangan Edy mengenai

pembatalan pembukaan Jalur Karangkobar-Dieng-Pekalongan

disebabkan mobil pemadam untuk menyemprot lumpur di atas aspal

rusak. Kompas juga menambahkan informasi mengenai Balai

Penyelidikan dan Pengembangan Tekonologi Kebencanaan Geologi

Yogyakarta memasang alat early warning sistem untuk mendeteksi

longsor di enam lokasi di Jateng dan DIY.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara, dan

Edy Rahmatullah dilabeli “Kolonel (Inf) Komandan Kodim

0704/Banjarnegara”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan

bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan

valid untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “relokasi”,

“hunian sementara”, “pengungsian”, dan “permukiman”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

269

Kompas menampilkan foto untuk memberikan penekanan akibat

putusnya Jalur Karangkobar-Dieng-Pekalongan. Keterangan foto

dapat diamati di bawah ini:

Pedagang menjual sayuran di sekitar Terminal Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (18/12). Distribusi hasil bumi, seperti sayuran dan salak, serta hewan ternak dari Karangkobar dan sekitarnya ke daerah lain belum pulih karena jalan utama menuju kora Kabupaten Banjarnegara belum bisa dilalui setelah terputus diterjang longsor. Nampak penekanan dalam kata “distribusi” sebagai akibat

terputusnya jalan utama dan belum bisa dibuka karena ada kendala

mobil pemadam yang rusak.

Tabel 3.22 Analisis Framing Empat Alternatif Lahan Relokasi Disiapkan

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk

memberikan pandangan serta informasi perkembangan penanganan bencana lonsgor. Kompas menampilkan peran instansi seperti hasil analisis serta pengumpulan dana patungan.

Skrip Kompas mengawali uraian dengan menyebutkan tempat relokasi serta alasan penanganan korban longsor berupa relokasi karena lahan bekas longsoran di Jemblung tidak layak lagi ditinggali. Kompas menyajikan peran instansi sebagai dasar melakukan relokasi serta sumber dana untuk relokasi.

Tematik (1) Relokasi mejadi pilihan karena lahan bekas longsora di Jemblung tidak layak lagi ditinggali (2) Sambil menanti bangunan relokasi, warga akan ditenpatkan di hunian sementara berupa rumah sewa (3) Informasi perkembangan penanganan bencana mengenai batalnya pembukaan jalan utama jalur Karangkobar-Dieng Pekalongan

Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber. Memberikan klaim analis. Menampilkan leksikon “relokasi”, “hunian sementara”, “pengungsian”, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

270

“permukiman”. Dan menggunakan foto memberi penekanan akibat dari belum terbukanya jalan utama, distribusi hasil bumi belum pulih. Hal ini berkaitan dengan kegiatan perekonomian warga..

25. Frame Kompas edisi Sabtu 20 Desember 2014 yang Berjudul

Pendidikan Kebencanaan Masih lemah

Delapan hari setelah longsor menimbun Dusun Jemblung

yang mengakibatkan 108 warta tertimbun material longsoran, Kompas

menampilkan berita terkait pendidikan kebencanaan. Kompas

memberikan wacana edukasi kebencanaan masih lemah. Kompas

memberikan wacana perlunya komitmen kepala daerah dan pemda

untuk edukasi dan sosialisasi bencana.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran

Kompas yang memberi kritik terhadap pemerintah mengenai

lemahnya pendidikan kebencanaan. Kompas memberikan pandangan

perlunya komitmen dari kepala daerah dan pemda.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul berita Kompas yang menggunakan kata

“pendidikan kebencanaan ” dengan status “masih lemah” bisa

dipahami upaya Kompas mengulik akar permasalah adanya longsor

yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Pendidikan dalam hal ini

diartikan sebagai kebijakan suatu pemerintah untuk mengatur

pendidikan di negaranya. Kompas menilai upaya pemerintah dalam

proses edukasi mengenai bencana masih kurang kuat. Hal itu terbukti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

271

dengan rusaknya lahan serta longsor yang menimbulkan banyak

korban jiwa.

Dalam teks berita, Kompas mewawancari Wakil Ketua

Yayasan Bina Karta Lestari, M Edi Waluyo yang mengungkapkan

pemerintah sudah mempersiapkan banyak hal terkait mitigasi bencana.

Seingatnya, di Kota Semarang, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan sejatk tahun 2009 telah menerbitkan buku tentang

bencana, mulai longsor, banjir, gempa bumi, hingga tsunami. isi

bukunya disesuaikan pada jenjang SD hingga SMA. Buku tersebut

hasil kerjasama pemerintah dengan Program Pembanguan PBB

(United Nations Development Programme/UNDP) serta badan utama

Pemerintah Australia untuk pemberantasan kemiskinan, AusAID.

Pihaknya akan mengecek sekolah di Banjarnegara apakah sudah

melakukan edukasi terkait tanah longsor.

“Bencana tanah longsor itu dapat diprediksi, lokasinya pun sudah pasti. Kami juga melihat Badan Geologi sudah memiliki peta kerawanan yang sangat lengkap. Namun, lagi-lagi, apakah kerawanan itu juga diketahui oleh warga yang tinggal di sana,” tutur Edi. (paragraf 5)

Urain di atas jelas, ada kata-kata yang menjadi penekanan

Kompas. Kata “seingat” yang hanya berdasarkan ingatan belum begitu

kuat, ada kesan tidak ada data yang valid dan tercatat terkait

pendidikan kebencanaan yang dilakukan di tingkat Provinsi.

Sementara “akan mengecek”, menegaskan kalau memang pendidikan

bencana tidak terkontrol atau diawasai. Tindakan baru dilakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

272

sesudah bencana terjadi, padahal mitigasi bencana dengan langkah

pendidikan bencana merupakan proses atau langkah untuk

mengantisipasi bencana, bukan evaluasi terkait bencana.

Kompas juga berusaha menghadirkan pihak pemerintah

sebagai upaya “cover both side”. Kepala Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Pramana mengatakan

edukasi dan sosialisasi kepada warga terus dilakukan. Namun,

keterbatasan tenaga membuat belum seluruh warga bisa mendapatkan

sosialisasi. Ia beralasan semua tergantung pada komitmen kepala

daerah, kutipan dapat diamati di bawah ini.

“Institusi BPBD ini masih sangat muda usianya di Jateng, yang paling lama empat tahun dan ada juga yang baru dua bulan usianya. Ditambah lagi personelnya sangat terbatas. Semua sangat bergantung pada komitmen kepada daerah,” kata Sarwa. (paragraf 8)

Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Jateng, Nur Hadi Amiyanto mengatakan, edukasi mengenai kebencanaan terus dilakukan melalui sekolah-sekolah oleh tim khusus. Pelatihan secara rutin diadakan untuk para guru di kabupaten/kota yang diharapkan menularkan ilmu yang mereka dapat ke guru yang lain serta para siswa. (paragraf 9)

“Pendidikan tentang kebencanaan ini masuk dalam ekstrakurikuler di sekolah dan dimasukkan ke dalam mata pelajaran terkait, seperti Geografi. Buku mengenai bencana sudah ada di setiap sekolah. Tinggal bagaimana pemda setempat serta sekolah memanfaatkan hal itu,” papar Nur Hadi. (paragraf 10)

Dari uraian di atas dapat dilihat dua instansi terkait yang

memberikan penjelasan terkait edukasi bencana. Keterangan dari Nur

Hadi setidaknya menekankan alasan Edi untuk mengecek kondisi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

273

edukasi bencana di Banjarnegara. Karena pelatihan hanya dilakukan

pada tingkat kabupaten/kota.

Teks berita Kompas berisi wacana tentang pendidikan

kebencanaan yang masih lemah. Kompas menuliskan 6 paragraf awal

untuk menjelaskan lemahnya pendidikan bencana. Uraian tersebut

dimulai dengan mengemukakan pandangan edukasi mengenai

kebencanaan kepada siswa sekolah, terutama di daerah-daerah rawan

bencana, hingga saat ini masih lemah. Kompas menampilkan

keterangan dari Edi Waluyo yang akan mengecek sekolah-sekolah di

Banjarnegara mengenai pendidikan kebencanaan. Sementara itu

pandangan Kompas kembali muncul,

Jika bencana tidak dapat dijauhkan dari manusia, atau manusia tidak dapat menjauh dari bencana dan memilih tinggal dengan bencana, maka satu-satunya pilihan adalah hidup berdampingan dengan bencana. Banjarnegara yang lebih dari 70 persen wilayahnya rawan longsor, misalnya. Jika warga tetap ingin tinggal di lokasi itu, edukasi harus dilakukan. (paragraf 6)

Kompas menutup dengan 4 paragraf berupa penjelasan dari

BPBD dan Dinas Pendidikan Jawa Tengah yang menguraikan hal

yang telah dilakukan dalam edukasi bencana. BPBD beralasan jumlah

tenaganya masih kurang, sementara Dinas Pendidikan mengaku hanya

melakukan edukasi pada tingkat Kabupaten/Kota.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

pendidikan kebencanaan kepada siswa sekolah masih lemah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

274

Frame Kompas dimulai dengan menguraikan edukasi bencana

kepada siswa sekolah, terutama di daerah rawasn bencana masih

lemah (what). Wakil Ketua Yayasan Bina Karta Lestari, M Edi

Waluyo mempertanyakan edukasi kebencanaan sampai pada warga di

daerah rawan. Ia akan mengeceknya (how). BPBD Jateng mengakui

kekurangan tenaga dan butuh komitmen dari kepala daerah.

Sementara Dinas pendidikan Jateng mengaku hanya melakukan

sosialisasi kepada guru di tingkat kabupaten/kota (why).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak bahwa pendidikan kebencanaan kepada siswa

sekolah masih lemah.

Dari struktur tematik, dua tema dalam teks berita. Pertama,

Edukasi kebencanaan kepada siswa sekolah di daerah rawan bencana

masih lemah. Tema ini diisi dengan penjelasan dari Wakil Ketua

Yayasan Bina Karta Sari, Edi Waluyo yang akan mengecek edukasi

bencana di daerah longsor Banjarnegara. Sementara Kompas memberi

pandangan, jika warga ingin hidup berdampingan dengan bencana,

edukasi harus dilakukan.

Tema kedua, perlu komitmen dari kepala daerah dan pemda

dalam edukasi dan sosialisasi kebencanaan. Tema ini dijelaskan

dengan keterngan dari pihak BPBD Jateng yang mengemukakan

kekurangan personel untuk melakukan sosialisasi. Ia menekankan

perlu komitmen kepala daerah. Sementara dari dinas pendidikan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

275

pelatihan baru dilakukan pada guru di tingkat kabupaten/kota,

harapannya para guru menularkan ilmu mereka kepada guru lain dan

para siswa. Dinas pendidikan juga mengemukakan buku mengenai

bencana sudah ada, tinggal bagaimana pemda setempat serta sekolah

memanfaatkan itu.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. M Edi Waluyo-Wakil Ketua Yayasan Bina Karta

Lestari, Sarawa Pramana-Kepala Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Nur Hadi-Kepala Dinas Pendidikan

Jateng. Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang

dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk mendukung

pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan sejumlah kata untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Kata “masih lemah” secara

gamblang menjelaskan kondisi edukasi dan sosialisasi kebencanaan.

Salah satu instansi yang mengutarakan data “seingat”, serta baru

“akan mengecek” menegaskan kurangnya kontrol edukasi

kebencanaan. “Komitmen” dari kepala daerah dan pemerintah daerah

diperlukan. Hal itu mengingat penekanan “keterbatasan” yang dimiliki

BPDB Jawa Tengah untuk melakukan sosialisasi. Sementara dalam

hal edukasi, kata “diharapkan” dapat dipahami baru sebuah keinginan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

276

Edukasi di tingkat kabupaten/kota dapat dipahami belum mencukupi

untuk kebutuhan pendidikan kebencanaan.

Tabel 3.23 Analisis Framing Pendidikan Kebencanaan Masih Lemah

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber yang berwenang dan terlibat

langsung dalam permasalah digunakan untuk menjelaskan bukti lemahnya edukasi dan sosialisasi kebencanaan.

Skrip Kompas memberi penekanan kurangnya kontrol terhadap edukasi dan sosialisasi kebencanaan. Sementara pada uraian berikutnya baru dijelaskan alasan lemahnya edukasi dan sosialisasi kebencanaan

Tematik (1) Edukasi kebencanaan kepada siswa sekolah di daerah rawan bencana masih lemah (2) Perlu komitmen dari kepala daerah dan pemda dalam edukasi dan sosialisasi kebencanaan

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber, memberikan alasan serta bukti. Kompas menggunakan kata “seingat” dan “akan mengecek” untuk menekankan kurangnya kontrol terhadap edukasi dan sosialisasi bencana. kata “komitmen” digunakan sebagai jalan keluar penanganan bencana, perjanjian dari kepala daerah dan pemda untuk memperbaiki edukasi hanya baru bisa “diharapkan” dan “keterbatasan tenaga” pada sosialisasi.

26. Frame Kompas edisi Minggu 21 Desember 2014 yang Berjudul

Pengungsi Secepatnya Tinggalkan Pengungsian

Sembilan hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung,

Kompas menampilkan berita dengan judul “Pengungsi Secepatnya

Tinggalkan Pengungsian”. Dalam teks berita ini Kompas hanya

memberikan informasi dengan sedikit pandangan. Informasi yang

diberikan terkait penanganan korban longsor yang disediakan rumah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

277

sewa serta proses evakuasi yang diperpanjang selama dua hari karena

beberapa hari terkendala cuaca buruk.

Berita dalam kategori prabencana ini merupakan peran

Kompas untuk memberikan perkembangan informasi penanganan

korban longsor selamat dan penanganan bencana di lokasi longsor.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema berita. Judul berita Kompas yang menggunakan kata

“secepatnya” merupakan penekanan pada imbauan untuk segera

meninggalkan pengungsian. Artikel ini terkait dengan berita pada

edisi 19 Desember tentang penyediaan rumah sewa bagi korban

longsor.

Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancarai 2

narasumber. Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno yang

mengemukakan mengenai imbauan kepada pengungsi untuk segera

menempati rumah sewa dan kepastian lokasi relokasi yang belum

postif. Kompas masih menginformasikan penanganan longsor terkait

kendala yang dihadapi relawan berupa cuaca dengan keterangan dari

Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letnan Kolonel (Inf) Edy

Rahmatullah.

Teks berita Kompas dibuka dengan lima paragraf mengenai

imbauan kepada pengungsi untuk segera menempati rumah sewa yang

disediakan pemerintah daerah sembari menunggu relokasi. Hal

tersebut disampaikan Hadi Supeno Sabtu (20/12) di pengungsian yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

278

memanfaatkan gedung Tempat Pendidikan Al Quran (TPQ)

Darussalam di Dusun Alian, Desa Ambal, sekitar 400 meter dari

lokasi longsor. Ada 160 pengungsi di TPQ Darussalam dan 16 rumah

warga lain di sekitarnya dari total sekitar 1.300 pengungsi bencana

longsor Sampang. Kompas menampilkan kutipan dari narasumber

untuk memberi penekanan.

“Saya inginkan, Senin (22/12), mereka (pengungsi) sudah beranjak menempati rumah sewa. Kalau sewaktu-waktu mau ke sini (TPQ) untuk trauma healing tidak apa-apa. Kalau dipengungsian terlalu lama tidak sehat, kena angin dan tempatnya becek,” katanya. (paragraf 3)

Menurut Hadi, Sabtu malam pihaknya akan menginventarisasi

kembali rumah warga yang bisa di sewa. Sejauh ini ada 37 rumah

yang ditawarkan oleh pamong Desa Sampang dan Karanggondang

untuk tempat hunian sementara bagi korban longsor. Pemkab

Banjarnegara mempersilakan jika ada pengungsi yang ingin mencari

tempat hunian sementara sendiri.

“Tadi juga ada pengungsi yang menyampaikan ingin kembali ke rumahnya, ya silahkan kalau berani. Namun, kami menyarankan supaya batin tenang, sebaiknya mereka menempati rumah yang kami tawarkan. Sebab, di sekitar tempat tinggal mereka masih ada rawan longsor, katanya. (paragraf 5)

Kompas melanjutkan uraian dengan 1 paragraf mengenai

belum positifnya tempat relokasi. Pemda baru bisa menawarkan satu

lokasi di Karanggondang. Itu pun masih harus minta rekomendasi

badan Geologi untuk memastikan keamanan tanah. Ada juga usulan

warga yakni di Karangkobar dan dekat Dusun Alian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

279

Kompas menutup uraian dengan 3 paragraf mengenai

perkembangan penanganan longsor serta proses evakuasi. Proses

evakuasi pada Sabtu pukul 10.00 akibat hujan deras di sekitar

Kecamatan Karangkobar. Jumlah korban yang ditemukan 93 orang

dari asumsi total korban 108 orang. Pemkab Banjarnegara menambah

dua hari untuk evakuasi dari seharusnya selesai Jumat. “Beberapa hari

terakhir hujan turun siang hari sehingga evakuasi tidak bisa berjalan

maksimal, ujar Hadi.

Sementara Komandan Kodim 0704/Banjarnegara Letnan

Kolonel (Inf) Edy Rahmatullah menegaskan, pihaknya bersama

sukarelawan berupaya keras untuk menemukan korban bencana.

namun terkendala cuaca.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk memberikan informasi

terkait perkembangan penanganan korban longsor dan proses

evakuasi. Teks berita yang disajikan Kompas dalam edisi ini lebih

berisi informasi, dengan sedikit penekanan seperti himbauan.

Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan

menampilkan hendahnya pengungsi secepatnya meninggalkan

pengungsian. Sebagai gantinya mereka menmpati rumah sewa milik

warga yang disediakan pemerintah daerah sembari mennggu relokasi

(what). Kompas memberikan pandangan Pemkab Banjarnegara

mempersilakan jika ada penungsi mencari sendiri tempat hunian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

280

sementara. Ada juga pengungsi yang minta kembali ke rumahnya,

namun Pemkab Banjarnegara menyarankan pengungsi menempati

rumah sewaan (how). Hal itu dikarenakan masih ada daerah yang

rawan longsor (Why). Sementara itu, kepastian tempat relokasi masih

belum positif karena baru minta rekomendari Badan Geologi untuk

memastikan keamanan (Why).

Kompas juga memberikan informasi terkait perkembangan

proses evakuasi dan penanganan longsor yang menutup jalur utama

Banjarnegara-Dieng-Pekalongan (how).

Dengan kisah peristiwa tersebut, Kompas memberikan

informasi perlunya pengungsi secepatnya menempati rumah sewa.

Kompas juga menekankan proses evakuasi diperpanjang selama dua

hari karena terkendala cuaca.

Dari struktur tematik, ada empat tema dalam teks berita. Pertama,

pengungsi diimbau secepatnya menempati rumah sewa yang

disediakan pemerintah daerah sembari menunggu tempat relokasi.

Tema ini diperkuat dengan penekanan kutipan langsung dair Hadi

Supeno yang menyebutkan kalau tinggal terlalu lama di pengungsian

tidak sehat karena angin dan tempatnya becek.

Kedua, Pemkab Banjarnegara mempersilakan jika ada

pengungsi yang ingin mencari sendiri tempat hunian sementara.

Kompas memberi penekanan dengan kutipan langsung dari Hadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

281

Supeno yang menyarankan supaya batin tenang karena tempat tinggal

mereka masih ada yang rawan longsor.

Tema Ketiga, kepastian tempat relokasi belum positif. Tema

ini terlihat dari Pemda baru bisa menawarkan satu lokasi di

Karanggondang. Itu pun masih harus minta rekomendasi Badan

Geologi, sementara usulan warga yakni di Karangkobar dan dekat

Dusun Alian.

Tema keempat, Pemkab Banjarnegara menambah dua hari

untuk evakuasi. Tema ini ditekankan dengan kendala cuaca dalam

beberapa hari pencarian. Kendala tersebut mempengaruhi pencarian

korban dan penanganan longsoran.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”,

Edy Eahmatullah dilabeli “Letnal Kolonel (Inf) Kodim

0704/Banjarnegara”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan

bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan

valid untuk mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “relokasi”,

“hunian sementara”, “rumah sewa” , dan “pengungsian”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

282

Tabel 3.24 Analisis Framing Lahan Kritis Rentan Banjir dan Longsor

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk

memberikan informasi dan penekanan. Skrip Kompas menampilkan informasi penanganan korban

bencana longsor serta proses evakuasi. Kompas menguraikan kepada pengungsi supaya secepatnya menempati rumah sewa yang disediakan pemerintah daerah. Kompas memberi pandangan terlalu lama tinggal dipengungsian tidak baik karena angin dan tempatnya becek.

Tematik (1)Pengungsi diimbau secepatnya menempati rumah sewa yang disediakan pemerintah daerah sembari menunggu tempat relokasi (2) Pemkab Banjarnegara mempersilakan jika ada pengungsi yang ingin mencari sendiri tempat hunian sementara (3) Kepastian tempat relokasi belum positif (4) Pemkab Banjarnegara menambah dua hari untuk evakuasi

Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber. Menggunakan leksikon “relokasi”, “hunian sementara”, “rumah sewa” , dan “pengungsian”

27. Frame Kompas edisi Senin 22 Desember 2014 yang Berjudul

Pencarian Korban Longsor Berakhir

Pada hari ke-sepuluh pasca longsor menerjang Dusun

Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten

Banjarnegara, Kompas menampilkan berita mengenai berakhirnya

proses evakuasi. Kompas menuliskan berita dengan judul penggoda

atau headline teaser “Pencarian Korban Longsor Berakhir” dan judul

pemberitahu “95 Jenazah Ditemukan, 13 Hilang di Banjarnegara”.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan peran Kompas

untuk memberikan informasi perihal berakhirnya proses evakuasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

283

korban. Kompas memberikan pandangan penanganan bencana longsor

difokuskan pada penanganan pengungsi ke rumah sewa. Kompas juga

memberikan wacana dengan menyebutkan sejumlah kejadian longsor

di Sulawesi Utara dan longsor di Bali untuk memperluas pandangan

khalayak bahwa longsor tidak hanya terjadi di Banjarnegara.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema berita. Judul penggoda berita Kompas yang menggunakan kata

“berakhir” menandakan selesainya pencarian korban longsor.

Sementara dalam judul pemberitahu nampak Kompas menyebutkan

inti dari berita berupa penemuan jenazah sejumlah 95 korban dan 13

hilang.

Kompas berupaya memberikan pandangan dalam lead berita

terkait penanganan korban longsor.

Pencarian dan evakuasi korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa tengah berakhir hari minggu (21/12). Penanganan bencana longsor akan difokuskan pada penanganan pengungsi ke rumah sewa sambil menunggu proses relokasi. (paragraf 1)

Kata “fokus” tentu terkait dengan penanganan bencana yang ditulis

pada edisi 15 Desember 2014 yang menyebutkan penanganan bencana

difokuskan pada proses evakuasi. Ada keterkaitan pandangan yang

diberikan Kompas untuk memperjelas penanganan bencana kepada

khalayak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

284

Upaya Kompas untuk memperluas pandangan khalayak

nampak dari crossheadline “Korban di Sangihe”. Kompas

menguraikan korban bencana longsor yang melanda sejumlah wilayah

Sulawesi Utara dan Bali.

Dalam teks berita yang ditampilkan Kompas mewawancari 5

narasumber. Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, Komandan

Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf) Edison, Wakil Bupati

Sangihe Jabes Gagana, Kepala Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) Sangihe Hentje Tamboto, dan Kepala BPBD Badung

Nyoman Wijaya.

Teks berita Kompas dibuka dengan 2 paragraf yang

menjelaskan penutupan pencarian dan evakuasi korban. Penutupan

dilakukan melalui apel bersama prajurit tni, Polri, Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, Relawan, dan warga korban longsor di

dekat Posko Pengungsi di Dusun Alian, Desa Ambal, Karangkobar.

Menurut Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf) Edison,

pencarian korban sudah maksimal.

Kompas melanjutkan uraian dengan 2 paragraf keterangan dari

Sutedjo bahwa pemerintah daerah segera menempatkan pengungsi ke

rumah sewa. Sutedjo memastikan lokasi bekas longsor tidak akan

digunakan lagi untuk permukiman.

Kompas menutup uraian dengan 5 paragraf informasi bencana

longsor di Sulawesi Utara dan Bali. Uraian ini untuk membuka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

285

pandangan khalayak mengenai kejadian bencana longsor tidak hanya

terjadi di Banjarnegara. Dari Sulawesi Utara dilaporkan empat warga

Kampung Lesabe, Kecamatan Tabukan Selatan, Kabupaten Sangihe,

yang tertimbun longsor pada jumat lalu berhasil ditemukan oleh tim

penolong. Wakil Bupati Sangihe Jabes Gagana mengatakan, longsor

yang menerjang sebagian wilayah Sangihe membuat warga panik.

Rumah warga di perbukitan dikosongkan.

Longsor terjadi di 25 lokasi di Kecamatan Manganitu,

Tabukan Selatan. Kepala BPBD Sangihe Hentje Tamboto mengimbau

warga menganysipasi bencana yang dilakukan melalui radio dan

gereja. Longsor menyebabkan jalan menuju Kecamatan Manganitu,

Tamako, dan Manganiu Selatan terputus. Delapan lokasi memutuskan

jalan, menyebabkan warga jalan kaki untuk meninggalkan rumah.

Sementara longsor di Bali terjadi di Kecamatan Petang,

Kabupaten Badung, Sabtu lalu. Kepala BPBD Badung Nyoman

Wijaya mengatakan pengawas proyek penguatan tebing jalan jalur

Petang-Plaga Gede Sudira tewas tertimbun reruntuhan tanah.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

penanganan bencana akan difokuskan pada penanganan pengungsi ke

rumah sewa sambil menunggu proses relokasi.

Frame Kompas dapat diamati dari bagaimana mengisahkan

peristiwa ke dalam berita. Kompas memulai memberitakan dengan

menampilkan apel penutupan pencarian dan evakuasi korban (what).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

286

Apel tersebut dilakukan bersama prajurit TNI, Polri, Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, relawan, dam warga korban longsor, turut

hadir juga Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo dan Komandan

Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf) Edison (who) di dekat Posko

Pengungsi di Dusun Alian, Desa Ambal, Karangkobar (Where).

Menurut Edison pencarian korban sudah maksimal. Dalam

pencarian ditemukan korban sejumlah 95 orang dan korban hilang

sebanyak 13 orang. Sutedjo memastikan lokasi bekas longsor tidak

akan digunakan lagi untuk permukiman. Lokasi tersebut akan

digunakan untuk pertanian atau dihutankan lagi (how). Kompas

menutup dengan uraian kejadian longsor di Sulawesi Utara dan Bali

(what).

Dengan kisah peristiwa tersebut, Kompas memberikan

penekanan utama pada berakhirnya pencarian dan evakuasi korban.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,

proses pencarian dan evakuasi korban ditutup dengan ditemukannya

korban sejumlah 95 orang, sementara 13 korban dinyatakan hilang.

Tema ini terlihat dari penekanan Edison.

Tema kedua, pemerintah akan menempatkan pengungsi ke

rumah sewa selama satu tahun dan memastikan lokasi bekas longsor

tidak akan digunakan lagi untuk permukiman. Tema ini terlihat dari

data pengungsi ada 1.225 korban longsor Jemblunh yang tersebar di

15 lokasi. Sudah ada 37 rumah sewa yang siap ditempat. Sutedjo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

287

menekankan lokasi longsor akan dimanfaatkan untuk pertanian atau

dihutankan lagi.

Tema ketiga, kejadain longsor tidak hanya terjadi di

Banjarnegera. Tema ini dapat dilihat dari penjelasan kejadian longsor

di Sulawesi Utara dan Bali. Tema ini merupakan upaya Kompas

membuka pandangan khalayak mengenai kejadian longsor juga terjadi

di sejumlah tempat.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemerian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Sutedjo Slamet Utomo dilabeli “Bupati Banjarnegara:,

Edison dilabeli “Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel

(Inf)”, Jabes Gagana dilabeli “Wakil Bupati Sangihe”, Hentje

Tamboto dilabeli “Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) Sangihe”, dan Nyoman Wijaya dilabeli “Kepala BPBD

Badung”. Label otoritas jabatan tersebut menunjukkan bahwa fakta

yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten dan valid untuk

mendukung pandangan Kompas.

Selain itu, Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita seperti leksikon “relokasi”,

“permukiman”, dan “pengungsi”.

Kompas juga memberikan penekanan dengan menampilkan

foto. Penampilan foto ucapan terimakasih warga kepada Tim SAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

288

Gabungan dan relawan tersebut kuat untuk sebagai bukti berakhirnya

proses pencarian dan evakuasi korban. Keterangan foto secara lengkap

dapat dicermati di bawah ini.

Tim SAR gabungan dan relawan mendapan ucapan terima kasih dari para korban selamat bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (21/12). Evakuasi korban longsor dinyatakan berakhir dan dilanjutkan tanggap becana tahap kedua mulai 22 Desember 2014 hingga 4 Januari 2015, dengan prioritas penanganan pengungsi untuk secepatnya menempati hunian sementara di rumah-rumah penduduk.

Tabel 3.25 Analisis framing Pencarian Korban Longsor Berakhir

95 Jenazah Ditemukan, 13 Hilang di Banjarnegara

Elemen Strategi Penulisan Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi untuk

meberikan informasi dan pandangan. Kompas menampilkan bukti kejadian longsor di sejumlah daerah untuk membuka pandangan khalayak.

Skrip Memberikan pandangan mengenai penanganan longsor difokuskan pada penanganan pengungsi ke rumah sewa sambil menunggu proses relokasi. Kompas memberikan informasi mengenai penutupan pencarian dan evakuasi korban dengan hasil temuan 95 jenazah dan 13 korban dinyatakan hilang.

Tematik (1) Proses pencarian dan evakuasi korban ditutup dengan ditemukannya korban sejumlah 95 orang, sementara 13 korban dinyatakan hilang (2) Pemerintah akan menempatkan pengungsi ke rumah sewa selama satu tahun dan memastikan lokasi bekas longsor tidak akan digunakan lagi untuk permukiman (3) Longsor tidak hanya terjadi di Banjarnegera

Retoris Pemberian label otoritas jabatan pada narasumber. Menggunakan leksikon “permukiman”, “relokasi”, dan “pengungsi”, serta bukti penutupan proses pencarian dan evakuasi korban dengan foto ucapan terima kasih warga korban selamat kepada Tim SAR gabungan dan relawan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

289

28. Frame Kompas edisi Selasa 23 Desember 2014 yang Berjudul

Semua Korban Selamat Tempati Rumah Sewa

Sebelas hari pascalongsor besar menimbun Dusun Jemblung,

Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara

dan menyebabkan 108 korban meninggal, Kompas menyajikan teks

berita terakhir. Kompas memberikan wacana relokasi bagi korban

longsor di Dusun Jemblung akan dilakukan di pengungsian di Dusun

Alian yang masih ditempati 1.200 pengungsi yang berasal dari luar

Jemblung. Sementara menunggu tempat relokasi kosong, korban

longsor Jemblung disediakan fasilitas rumah sewa oleh pemerintah.

Kompas juga memberi wacana antisipasi bencana di sejumlah daerah

berupa persiapan relawan dan peralatan pendukung.

Berita dalam kategori pascabencana ini memberikan keterangan

keputusan mengenai relokasi bagi korban selamat. Kompas memberi

pandangan dengan menampilkan opsi rumah sewa yang diberikan oleh

pemerintah. Sewa tempat tinggal tersebut dapat dipahami untuk

menunggu pengosongan tempat pengungsian di Dusun Alian. Kompas

juga menampilkan antisipasi bencana di sejumlah daerah seperti

Magelang dan Bali.

Dari analisis sintaksis, pandangan Kompas diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul “Semua Korban Selamat Tempati Rumah

Sewa” patut menjadi akhir kisah yang ditampilkan Kompas.

Mengingat nilai berita peristiwa ini, yang lebih dari satu minggu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

290

diliput telah berkurang. Semua korban selamat, sudah menjelaskan

bahwa seluruh korban telah ditangani, setidaknya sampai tahap tempat

tinggal sementara berupa rumah sewa.

Kompas juga menampilkan cross headline “relawan siaga

bencana”. Judul untuk memberi tanda penyajian cerita yang berbeda

dari uraian sebelumnya. Kompas juga menyajikan kesiap-siagaan

wilayah lain dalam mengantisipasi bencana longsor. Antisipasi

bencana nampak di daerah Magelang, Jawa Tengah yang menyiapkan

lebih dari 5.000 relawan yang siap siaga. Sementara di Bali, BPBD

Bali menyiapkan petugas mulai dari provinsi sampai ke daerah serta

menyiapkan peralatan. Di Bali juga sudah memetakan daerah rawan

bencana dan berkoordinasi dengan dinas dan instansi terkait.

Dalam teks berita, Kompas mewawancari Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno yang mengutarakan penganan korban

selamat. Hadi menyebutkan pemerintah menyewa dua jenis rumah

untuk pengungsi. Sementara Kompas menghadirkan dua warga,

Sunoto, 50, dan Yono 32, sebagai tanggapan atas solusi yang

diberikan pemerintah.

Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno, Senin (22/12), mengatakan, pada Senin siang baru 26 rumah sewa yang ditempati korban longsor, tetapi pada Senin sore semua pengungsi telah menempati rumah sewa. (paragraf 2)

Ada dua jenis rumah yang disewa pemerintah daerah untuk pengungsi. Pertama, rumah penduduk yang kosong. Kedua, rumah yang ada penghuninya, tetapi memiliki kamar kosong sehingga bisa dimanfaatkan untuk menampung korban longsor. (paragraf 3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

291

“Kami berusaha melengkapai rumah-rumah tersebut. Jika belum ada kamar kecil atau sudah ada kamar kecil tetapi rusak, kami perbaiki dulu. Kebetulan banyak pihak yang menyumbang peralatan sanitari. Mereka akan menempati rumah itu sampai tempat relokasi siap,” kata Hadi. (paragraf 4)

Sunoto (50), pengungsi asal Dusun Jemblung, mengatakan siap menempati rumah sewa asalkan lokasinya tidak terlalu jauh. Rumah dan kebunnya tertimbun longsoran. (paragraf 5)

Pendapat senada dikatakan Yono (32), pengungsi yang tujuh anggota keluarganya meninggal akibat longsor. Ibunya, juga salah satu anak dan adik kandungnya belum ditemukan. Yono berharap ada kepastian soal relokasi dan lahan pertanian. (paragraf 6) Selain menyebutkan tentang rumah sewa dan tanggapan warga,

Kompas juga menyajikan data korban longsor yang mengungsi.

Sebanyak 35 keluarga atau 154 jiwa menmpati 37 rumah di Desa

Ambal. Sementara mengenai tempat relokasi yang berada di Dusun

Alian, masih banyak pengungsi dari luar Dusun Jemblung yang

menempati tempat pengungsian. Sebanyak 1.200 warga dari Dusun

Gintung, Gondang, Tekik, Blonyak, dan Sampang masih bertahan

terkait permukiman mereka yang terancam longsor, meskipun tim

geologi suah mengizinkan mereka pulang.

Mengenai kesiap-siagaan, Kompas memberikaan pandangan

bahwa pemerintah siap menyambut bencana, bahkan sudah

menyiapkan relawan dan peralatan. Hal ini memberi kesan,

pemerintah menunggu bencana terjadi dan siap melakukan evakuasi.

Kesan itu lebih jelas terlihat dari kata “antisipasi bencana”. Bukan

tindakan pencegahan yang dilakukan, namun lebih pada kesiapan

relawan dan peralatan. Ya, memang perlu diubah cara penanganan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

292

bencanca, bukan ke tanggap darurat, melainkan ke mitigasi bencana.

Tepat seperti penekanan Kompas pada artikel beberapa waktu lalu.

Kompas menguraikan keterangan kesiapan relawan di Magelang

oleh Kepala Bidang Kedaruratan Logistik Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo.

Kompas juga mneghadirkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat

Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi Bali

Gede Jaya Serataberana.

“Dari sekitar 5.000 relawan itu, 457 relawan sudah mendapatkan sertifikat keahlian khusus di bidang tertentu, seperti komunikasi, dapur umum, dan penyelamatan,” ujarnya di sela-sela acara apel siaga penanggulangan bencana di Kabupaten Magelang, Senin. (paragraf 10)

Untuk mengantisipasi bencana alam selama musim hujan, BPBD Provinsi Bali juga menyiagakan petugas mulai dari provinsi sampai ke daerah serta menyiapkan peralatan. Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi Bali, Gede Jaya Serataberana, di Denpasar, mengatakan, pihaknya sudah memetakan daerah-daerah rawan bencana serta berkoordinasi dengan dinas dan instansi terkait. (paragraf 11) Teks berita Kompas berisi 7 paragraf yang menguraikan seluruh

korban selamat ke rumah sewa. Uraian tersebut dimulai dengan

menjelaskan seluruh pengungsi korban tanah longsor di Dusun

Jemblung, Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Kompas memberikan penjelasan dari keterangan Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno, sementara dua warga dimintai keterangan

terhadap solusi berupa rumah sewa tersebut. Warga sependapat

meminta tempat yang tidak jauh dari rumah dan lahan pertanian yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

293

tertimbun longsor. Satu warga bahkan mengaku keluarganya yang

hilang belum ditemukan. Pemilihan rumah sewa tersebut karena

alternatif tempat relokasi di Alian masih dihuni 1.200 pengungsi dari

Dusun lain yang permukiman mereka terancam longsor.

Kompas menutup uraian berita dengan 4 paragraf yang

mengutarakan kesiap-siagaan Kabupaten Magelang dan Bali dalam

mengantisipasi bencan alam. Kabupaten telah menyiapkan lebih dari

5.000 relawan yang tersebar di 87 kelompok dan komunitas, termasuk

organisasi pengurangan risiko bencana yang ada di desa-desa.

Sementara itu, di Bali menyiagakan petugas mulai dari provinsi

sampai ke daerah serta menyiapkan peralatan. Pihal BPBD Provinsi

Bali juga sudah memetakan daerah rawan bencana serta berkoordinasi

dengan dinas dan instansi terkait.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

semua korban selamat menempati rumah sewa karena tempat relokasi

masih dihuni 1.200 warga yang mengungsi karena permukiman

mereka terancam longsor. Kompas juga menampilkan wacana

sejumlah daerah sudah mengantisipasi bencana dengan menyiagakan

relawan dan peralatan bila bencana terjadi.

Frame Kompas dimulai dengan menguraikan seluruh korban

longsor Dusun Jemblung akhirnya pindah ke rumah sewa (what). Ada

dua jenis rumah sewa, pertama rumah kosong milik penduduk. Kedua,

rumah berpenghuni yang memiliki kamar kosong (how). Sejumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

294

warga menginkan rumah sewa tak jauh dari permukiman meraka yang

tertimpa longsor. Sementara itu, solusi rumah sewa dikarenakan

tempat relokasi masih dihuni 1.200 warga dari dusun lain yang

permukiman mereka terancam longsor (Why). Kompas juga

menyajikan kesiapsiagaan sejumlah daerah menghadapi bencana.

Kabupaten Mageng dan Bali siap siaga mengantisipasi bencana yang

darang di musim hujan (how).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Kompas menekankan

kepada khalayak bahwa pemilihan rumah sewa dikarena tempat

relokasi masih dihuni pengungsi dari tempat lain yang

permukimannya terancam longsor.

Dari struktur tematik, Tiga tema dalam teks berita. Pertama,

Seluruh korban selamar longsor Dusun Jemblung pindah menempati

rumah sewa. Tema ini dapat diamati dari ketengan Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno yang mengemukakan dua jenis rumah

sewa. Sementara itu dua warga juga dihadirkan untuk menyampaikan

keinginan merekan yang mengehendaki rumah sewa tak jauh dari

tempat tinggal dan perkebunan yang tertimbun longsor.

Tema kedua, tempat relokasi yang berupa tempat pengugsian di

Alian masih dihuni 1.200 warga yang permukimannya terancam

longsor. Tema ini terlihat dari uraian yang menyebutkan, meskipun

telah diizinkan pulang oleh tim geologi, mereka belum berani pulang

ke rumah masing-masing.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

295

Tema ketiga, sejumlah daerah menyiakan relawan dan petugas

beserta peralatan untuk mengantisipasi bencana. Tema ini nampak

jelas dari uraian Kabupaten Magelang dan Bali yang siap

mengantisipasi bencana.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Hadi Supeno dilabeli “Wakil Bupati Banjarnegara”,

Joko Sudibyo dilabeli “Kepala Bidang Kedaruratan Logistik Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang”,

Gede Jaya Serataberana dilabeli “Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat

Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi

Bali”. Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang

dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk mendukung

pandangan Kompas.

Kompas juga menggunakan leksikon-leksion untuk memberikan

penekanan dalam teks berita. Leksikon “rumah sewa” dapat dipahami

sebagai tempat yang didapatkan dengan membayar karena meminjam

tempat tersebut. Tempat itu dapat diartikan hanya sementara. Hal itu

nampak dari kata yang terdapat dari kalimat ini, kini tempat

pengungsian di Dusun Alian “masih ditempati” sekitar 1.200

pengungsi yang berasal dari luar Jemblung. Penekanan pada kata

“masih” dapat dipahami tempat tersebut akan dijadikan tempatv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

296

relokasi bagi warga Jemblung. Penekanan pada antisipasi bencana

juga nampak dari menyiapkan “relawan” dan “peralatan”. Dari kata

tersebut jelas terlihat pemerintah siap melakukan evakuasi bila ada

bencana, atau dengan kata lain pemerintah menunggu bencana terjadi.

Tabel 3.26 Analisis Framing

Semua Korban Selamat Tempati Rumah Sewa

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber yang berwenang untuk menjelaskan bukti tindakan penganganan bencana dan antisipasi bencana di daerah lain

Skrip Kompas menguraikan seruluh korban selamat longsor Jemblung menempati rumah sewa. Uraian tersebut diikuti penjelasn jenis rumah sewa, dan alasan mengapa belum disediakan tempat relokasi. Kompas juga menampilkan wacana sejumlah daerah yang siap siaga menghadapi bencana, seperti di Magelang dan Bali.

Tematik (1) Seluruh korban selamar longsor Dusun Jemblung pindah menempati rumah sewa (2) Tempat relokasi yang berupa tempat pengungsian di Alian masih dihuni 1.200 warga yang permukimannya terancam longsor (3) Sejumlah daerah menyiapkan relawan dan petugas beserta peralatan untuk mengantisipasi bencana

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber, serta memberikan bukti apa yang telah dilakukan berupa rumah sewa dan apa yang disiapkan berupa relawan dan peralatan dalam antisipasi bencana. Leksikon “rumah sewa” dan “pengungsian” “masih ditempati” untuk menjelaskan penanganan korban selamat. Sementara menggunakan leksikon “relawan” dan “peralatan” mengenai antisipasi bencana, dapat diartikan bahwa pemerintah siap mengadapi bencana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

297

B. Analisis Framing Berita Bencana Tanah Longsor Di Banjarnegara

Pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi Desember 2014

1. Frame Jawa Pos edisi Sabtu 13 Desember 2014 yang Berjudul

Bukit 1 Km Longsor

Sehari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos

menampilkan berita berjudul “Bukit 1 Km Longsor, Timbun 150

Rumah”. Jawa Pos memberikan wacana adanya simpang siur data

informasi bencana. Uraian yang diberikan Jawa Pos berupa penuturan

atau keterangan dari narasumber.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Jawa Pos yang berisi deskripsi kejadian bencana. Jawa Pos

memandang ada perbedaan data muncul dari uraian narasumber. Jawa

Pos memberikan uraian dengan kata“diperkirakan” dan “diduga” yang

dimaknai belum ada kepastian data informasi bencana

Dari hasil analisis, instansi pemerintah kabupaten dinilai lebih

tanggap darurat dari pada instansi penanggulangan bencana. Hal itu

bisa dilihat dari bukti yang telah dilakukan Pemkab Banjarnegara dalam

penanganan bencana seperti, pembersihan jalan akibat longsor yang

terjadi pada Kamis. Memberikan keterangan tim evakuasi yang telah

disiapkan pemkab.

Jawa Pos tidak detail menceritakan penyebab longsor. Berita

lebih berfokus pada tim evakuasi yang tidak bisa melakukan apa-apa

saat mendengar jeritan perlongan korban. Hal itu bisa dipahami dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

298

karakter penulisan Jawa Pos yang menggungah perasan dan lebih

human interest. Kisah yang ditampilkan sangat miris, menyentuh,

namun penjelasan yang diberikan hanya karena terhambat bendungan.

Keterangan juga berasal dari pejabat birokrasi, bukan instansi

penanggulangan bencana atau tim relawan yang memberikan alasan.

Adanya keterangan Jawa Pos Radar Banyumas dapat dipahami

berita yang ditampilkan berasal dari koran lokal milik Jawa Pos.

Keterangan waktu yang ditulis merupakan cara menampilkan Jawa Pos

untuk menghimpun informasi, seperti saat dihubungi Radar Banyumas

pukul 23.15.

Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam

skema dalam berita. Judul berita Jawa Pos jelas menampilkan data

bencana, longsoran bukit 1 km menimbun 150 rumah warga. Data

tersebut ditambilkan sebagai judul dapat dipahami asar khalayak

langsung menangkap peristiwa yang terjadi.

Jawa Pos mempunyai gaya tata letak teks berita, di mana

sambungan halaman pertama yang terletak di dalaman dalam selalu ada

judul baru, bisa di sebut cross headline. Cross headline yang dituliskan

Jawa Pos berjudul Jeritan Tolong dari Tempat Longsor. Penekanan

pada kata “jeritan tolong” tentu untuk menggugah empati khalayak

yang membaca. Hal tersebut seakan membawa khalayak berada di

tempat tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

299

Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang ditampilkan

Jawa Pos mewawancari dua narasumber yaitu, Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno dan Kepala Pusat Data Informasi dan

Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo

Purwo Nugroho. Jawa Pos menampilkan keterangan berupa kutipan

langsung dari Hadi Supeno untuk menekankan uraian yang

disampaikan mengenai peristiwa bencana longsor. Sementara Sutopo

Purwo digunakan Jawa Pos untuk menjelaskan data bencana longsor

yang menerjang Dusun Jemblung.

Namun, ada yang perlu diperhatikan dari uraian Jawa Pos.

Kedua narasumber sama-sama memberikan data mengenai deskripsi

peristiwa bencana, baik itu penyebab maupun akibat.

Supeno menambahkan, kejadian nahas itu terjadi sekitar 17.30. Bukit sepanjang satu kilometer longsor. Diduga, longsoran itu akibat tak kuat menahan terjangan hujan yang dua hari terakhir mengguyur kawasan tersebut. Longsoran tanah itu menimpa sedikitnya 150 rumah penduduk. Diperkirakan rumah-rumah itu dihuni sekitar 300 warga. Sebanyak 200 di antaranya berhasil menyelamatkan diri. Sedangkan seratus lainnya diduga masih tertimbun tanah. (paragraf 3)

... Supeno mengungkapkan, teriakan itu begitu terdengar

dengan jelas dari keauhan. Di sayup malam yang begitu gulita, ungkap Supeno, suara jeritan minta tolonng warganya membuat miris puluhan relawan yang hanya bisa bersiaga. Namun, sekali lagi, Supeno dan tim relawan benar-benar tak bisa menjangkau untuk langsung menolong warganya. (paragraf 5)

... “Subuh nanti (dini hari tadi) kami baru bisa sampai ke

lokasi. Saat ini kami masih terhalang bendungan besar yang mendadak muncul akibat longsoran tanah. Padahal, itu jalur menuju dusun, tambahnya. (paragraf 6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

300

Urain dari Supeno mendapat penekanan dari Sutopo Purwo

Nugroho. Namun, keterangan keduanya berbeda, tidak memperjelas,

akan tetapi membuat tanya. Data dari Sutopo harusnya lebih detail dan

valid, mengingat ia Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan

Nasional Penangulangan Bencana (BNPB). Perbedaan data yang

pertama ada pada jumlah rumah tertimbun, Supeno mengutarakan

sedikitnya 150 rumah penduduk tertimbun, sementara menurut Sutopo

diperkirakan 105 tertimbun. Kedua, diduga longsoran akibat tak kuat

menahan terjangan hujan selama dua hari, sementara menurut Sutopo

longsor terjadi akibat hujan deras beberapa jam sebelumnya. Terkait isu

korban yang mencapai seratus orang, Sutopo mengemukakan belum

mendapatkan data dan menekankan sebaiknya percaya itu dulu, jangan

yang simpang siur. Penekanan “itu dulu” dapat dipahami agar khalayak

mempercayai data yang dikemukakan BNPB.

Penuturan mengenai longsor yang melanda Jemblung pada

Kamis (11/12), menjelaskan bahwa data yang dikemukakan Supeno

memang lebih valid dari pada yang dikemukakan BNPB. Jawa Pos

sering menampilkan cuplikan kutipan setiap menguraikan keterangan.

Hal itu seakan khalayak langsung mendapatkan penuturan langsung

dari narasumber.

Urain dari Jawa Pos menyoroti pemerintah daerah yang tanggap

bencana. Sementara mengenai instansi penanggulangan bencana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

301

dipandang kurang tanggap. Hal itu bisa dilihat dari kelengkapan

keterangan yang dikemukan dari kedua narasumber.

Teks berita Jawa Pos berisi 3 paragraf yang mendiskripsikan

kejadian bencana. Jawa Pos menjelaskan keterangan dari Wakil Bupati

Banjarnegara, Hadi Supeno untuk mengutarakan diskripsi, data

bencana, serta penanganan dalam 6 paragraf. Jawa Pos menampilkan3

paragraf berupa keterangan dari instansi penanganan bencana, Kepala

BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang juga mengutarakan diskripsi dan

data bencana. Namun, Sutopo menekankan jangan percaya data yang

simpang siur, data tersebut terkait penyebab longsor, jumlah korban,

dan kerusakan akibat bencana. Jawa Pos menutup berita dengan satu

paragraf yang menginformasikan bencana juga terjadi di kecamatan

lain. Seperti di Wanayasa Kamis lalu, 379 warga mengungsi.

Skema tersebut Kompas gunakan untuk menampilkan wacana

ada simpang siur data bencana longsor di Banjarnegara. Hal ini dapat

diamati dari data uraian Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno yang

berbeda dengan data yang dikemukakan Kepala Pusat Data Informasi

dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. Sutopo menekankan

jangan percaya data simpang siur.

“Sejauh ini, baru itu yang kami peroleh. Terkait isu korban yang mencapai seratus orang, terus terang kami belum dapat. Tapi. Itu data kami paling baru. Sebaiknya percaya itu dulu, jangan yang simpang siur”, urainya.

Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan diskripsi

bencana (what) deskripsi itu berupa data bencana longsor yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

302

diperkirakan sedikitnya 150 rumah yang dihuni sekitar 100 jiwa (orang)

tertimbun longsor. Jawa Pos juga menampilkan tanggap darurat dari

pemerintah kabupaten yang menyiapkan tim evakuasi. Namun,

evakuasi belum bisa mencapai lokasi longsor.

Jawa Pos menampilkan uraian dari Wakil Bupati Banjarnegara,

Hadi Supeno yang mendiskripsikan kejadian bencana dan data akibat

longsoran tersebut (how). Supeno menjelaskan di dusun tersebut, sehari

sebelumnya juga dilanda lonsgor yang menutup jalan dan telah

dibersihkan. Ia menekankan evakuasi longsor di Jemblung pada Jumat

(12/12) terhambat dan tertunda disebabkan oleh bendungan besar yang

muncul akibat longsoran. Sementara keretangan dari Kepala Pusat Data

Informasi dan Huma Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) Sutopo yang mengemukakan data berbeda dan memberi

penekanan agar tidak mempercayai data yang simpang siur (how). Jawa

Pos juga menampilkan keterangan kejadian bencana lain di

Banjarnegara untuk memberikan informasi lain terkait bencana di

Banjarnegara.

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos menekankan

kepada khalayak bahwa terdapat kesimpang siuran data bencana.

Melihat uraian bencana yang ditampilkan adalah rangkuman dari

keterangan Supeno, dapat dipahami Jawa Pos menilai data yang

dikemukakan lebih valid dari pada BNPB. Hal itu tentu berpengaruh

pada pandangan terhadap BNPB, dari uraian Jawa Pos, nampak BNPB

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

303

kurang tanggap terhadap bencana yang terjadi, dilihat uraian data

bencana longsor yang menimpa Jemblung. Data yang dikemukan

Supeno tentu dinilai lebih valid, karena ia terlibat langsung di lokasi

kejadian.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,

bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan

Karangkobar, Banjarnegara menelan korban. Tema tersebut bisa dilihat

dari uraian berita yang menyebutkan sekitar 100 orang tertimbun

longsor.

Tema kedua, proses penanganan bencana terhambat bendungan

besar. Jawa Pos menampilkan tema ini dengan memberi kesaksian

adanya jeritan korban yang terdengar, namun tim evakuasi tedak bisa

berbuat apa-apa. Dalam uraiannya, evakuasi akan dilanjutkan pada dini

hari nanri.

Tema ketiga, ada simpang siur data informasi bencana. Tema ini

dapat diamati dari uraian Sutopo yang berbeda dengan yang

disampaikan Supeno. Mulai dari jumlah rumah tertimbun, penyebab

longsor, jumlah korban yang belum pasti, serta penekanan adanya

informasi yang simpang siur.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Hadi Supeno-Wakil Bupati Banjarnegara, Sutopo Purwo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

304

Nugroho-Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. Label

otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal

dari pihak berkompeten untuk mendukung pandangan Jawa Pos.

Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Menggunakan leksikon

“warga” dan “masyarakat”. Jawa Pos menuliskan keselamatan warga

untuk menggambarkan orang yang terkena longsoran di Jemblung

sementara menggunakan seluruh masyarakat Banjarnegara, untuk

menggambarkan orang-orang dalam cakupan lebih luas.

Penggunaan “diduga” dan “diperkirakan” yang ada untuk

menekankan data dari Supeno dapat dipahami bahwa data yang

disajikan belum ada kepastian. Namun, oleh Jawa Pos data dari Supeno

lebih valid dari data yang dekemukanan BNPB. Leksikon “simpang

siur” menegaskan ada ketidakpastian informasi yang beredar.

Ciri khas gaya penulisan yang digunakan untuk menggugah

perasan khalayak terdapat pada leksikon, “longsor dahsyat”, “suara

jeritan”, “teriakan”, “miris”, “mendadak muncul”, “gelap gulita”, “luluh

lantak”, “sayup malam”.

Jawa Pos juga memberikan grafis peta lokasi Banjarnegara.

Inset peta yang menunjukkan lokasi Banjarnegara berada di Pulau

Jawa, dan keterangan berada di Provinsi Jawa Tengah dan berdekatan

dengan Magelang serta Semarang memudahkan khalayak mengetahui

lokasi bencana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

305

Tabel 3.27 Analisis Framing Bukit 1 Km Longsor, Timbun 150 Rumah

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang berwenang dan terlibat langsung dalam penanganan longsor untuk memberikan bukti berupa data informasi bencana. Jawa Pos juga menampilkan narasumber dari instansi penanganan bencana BNPB sebagai penguat pandangan mengenai adanya simpang siur informasi.

Skrip Menguraikan kejadian bencana, menuturkan kisah dari tim evakuasi yang mendengar suara jeritan, namun tak bisa berbuat apa-apa. Dalam penutupnya, Jawa Pos memandang ada simpang siur data informasi. Jawa Pos juga menginformasikan adanya bencana longsor lain di Banjarnegara.

Tematik (1) Bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara menelan korban (2) Proses penanganan bencana terhambat bendungan besar (3) Ada simpang siur data informasi bencana

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “warga” dan “narasumber”. Menggunakan kata “diduga” dan “diperkirakan” untuk menekankan belum pastinya data yang dikemukakan Supeno. Berupaya menggunaggah perasaan pembaca dengan kata seperti “longsor dahsyat”, “suara jeritan”, “teriakan”, “miris”, “mendadak muncul”, “gelap gulita”, “luluh lantak”, “sayup malam”. Serta penekanan “simpang siur” guna menggambarkan ketidakpastian data informasi bencana longsor di Banjarnegara. Jawa Pos juga menampilkan grafis peta lokasi bencana untuk memudahkan khalayak mengetahui letak Banjarneara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

306

2. Frame Jawa Pos edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul

Baru 17 Korban Ditemukan, 91 Terkubur : Hujan Deras Hentikan

Evakuasi

Dua hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos

menampilkan 2 berita terkait bencana longsor yang diletakkan di

halaman utama. Salah satu berita berjudul “Baru 17 Korban

Ditemukan, 91 Terkubur : Hujan Deras Hentikan Evakuasi. Jawa Pos

memberikan pandangan penghentian evakuasi disebabkan pedoman

safety first serta sejumlah kendala yang menghambat proses evakuas

seperti cuaca dan kerusakan infrastruktur.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Jawa Pos yang berisi deskripsi penanganan bencana. Perlu perhatian

khusus mengenai narasumber yang dihadirkan oleh Jawa Pos. Hanya

ada dua narasumber, dari BNPB digunakan Jawa Pos untuk

menjelaskan seluruh informasi penanganan bencana, baik itu proses

evakuasi, hasil evakuasi, maupun hambatan dalam proses evakuasi.

Sementara dari Kementerian Sosial, nampak sekali upaya Jawa Pos

untuk menampilkan peran pemerintah yang tanggap terhadap bencana

dengan bergerak cepat memberikan bantuan.

Jawa Pos memang menampilkan informasi perkembangan

penanganan bencana. Namun, bila dicermati penekanan Jawa Pos

pada uraian dari Kemensos tentu merupakan pengaruh birokrat.

Terlihat peran Jawa Pos yang secara tidak langsung menampilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

307

Kementerian telah bekerja dengan baik. Penyebutan jenis bantuan

dengan penekanan nilai keenomian merupakan hal yang kurang baik.

Warga akan bergantung dengan bantuan yang diberikan. Lebih

penting dari itu, Jawa Pos tidak memberikan kesempatan dari warga

untuk berbicara mengenai hal yang dialami, atau setidaknya

tanggapan terkait bantuan yang diberikan.

Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam

skema berita. Judul penggoda berita Jawa Pos “Baru 17 Korban

Ditemukan, 91 Terkubur” jelas menampilkan data korban bencana.

Sementara dari judul pemberitahu, Jawa Pos memberitahu khalayak

bahwa evakuasi dihentikan karena hujan deras. “Hentikan” yang

dimaksud Jawa Pos adalah tertundanya proses evakuasi.

Mengenai crossheadline, Jawa Pos menulis “Warga Nonton

Hambat Proses Evakuasi”. Judul tersebut ditampilkan sebagai

informasi menarik sisi lain bencana. warga yang menonton lokasi

bencana mempersulit aktivitas evakuasi.

Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang

ditampilkan Jawa Pos mewawancari dua narasumber yaitu, Kepala

Pusat Data Infromasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho dan Menteri Sosial

Khofifah Indar Prafansa. Sutopo digunakan Jawa Pos sebagai

narasumber utama dan satu-satunya yang menjelaskan mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

308

proses evakuasi dan kondisi lokasi bencana. Sementara, Khofifah

menguraikan bantuan yang diberikan oleh Kementerian Sosial.

Uraian Jawa Pos selalu mengahadirkan kutipan langsung yang

melengkapi uraian atau mengulas uraian yang disampaikan

sebelumnya. Hal itu dapat dilihat sebagai bukti uraian berasal dari

narasumber langsung.

Evakuasi korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblong, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, terpaksa dihentikan sementara kemarin (13/12) kira-kira pukul 15.00. penyebabnya adalah hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sehingga menyulitkan evakuasi. (paragraf 1)

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho kepada Jawa Pos Radar Banyumas Kemarin Sore.“Saat ini (kemarin sore, Red) hujan cukup deras di lokasi bencana longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Sehingga diputuskan pencarian dan penyelamatan korban dihentikan sementara,” jelasnya. (paragraf 2)

Sutopo menambahkan, sebelum penghentian resmi sementara, tim evakuasi berhasil menemukan 17 korban tewas, 11 luka berast, dan 4 luka ringan. “sementara 91 orang yang dinyatakan hilang masih dalam pencarian,” katanya. (paragraf 3)

Jawa Pos juga menampilkan penanganan korban bencana.

Semua korban menderita luka berat telah dirujuk ke RSUD

Banjarnegara, sedang empat orang luka ringan mendapatkan

perawatan dipuskesma. Pengungsi yang berjumlah 200 orang

ditempatkan di balai desa. Jawa Pos juga melengkapi dengan data 223

pengungsi yang ada di Kecamatan Wanayasa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

309

Sementara mengenai tim penyelamat, Jawa Pos menghadirkan

kutipan langsung dari Sutopo yang menyebutkan Tim SAR gabungan

tetap berprinsip safety first daan menyesuaikan kondisi medan dalam

evakuasi. Uraian yang diberikan Jawa Pos menurut peneliti

merupakan keterangan “bertutur” dari narasumber yang dituliskan

dengan uraian maupun kutipan langsung. Kutipan langsung tidak

digunakan untuk memberikan penekanan, akan tetapi berupa uraian

lanjutan.

Sementara itu, Kementerian Sosial (Kemensos) juga telah menurunkan seratus personel taruna siaga bencana (tagana) ke lokasi bencana. Para personel ditugaskan untuk turut serta membagikan sejumlah bantuan yang dibawa. Bantuan tersebut berupa 500 paket makanan, 327 paket family kit, 250 paket perlengkapan dapur keluarga, serta 300 potong selimut, dengan nilai keekonomian Rp 235,5 juta. “Kami telah bergerak cepat dengan mengirimkan sejumlah paket bantuan. Saat ini truk-truk bantuan tersebut sedang dalam perjalanan menuju ke sana,” ujar Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Jakarta kemarin. (paragraf 5)

Teks berita Jawa Pos berisi 4 paragraf yang menuliskan proses

evakuasi terhambat oleh hujan deras. Uraian berupa keternagan dari

Sutopo yang menjelaskan evakuasi dan penanganan korban longsor,

serta memberikan keternagan Tim SAR yang berprinsip safety first.

Jawa Pos melanjutkan dengan uraian 1 paragraf berupa peran

Kementerian Sosial yang memberikan bantuan. Jawa Pos bahkan

merinci bantuan yang diberikan berupa 300 paket makanan anak, 327

paket family kit, 250 paket perlengkapan dapur keluarga, serta 300

potong selimut dengan nilai keekonomian 235,5 juta. Jawa Pos juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

310

menyebutkan gerak cepat Kemensos dengan menghadirkan kutipan

langsung dari Khofifah. Jawa Pos menutup uraian berupa 3 paragraf

penjelasan Sutopo mengenai penanganan yang terhambat cuaca,

infrasruktur, dan warga yang menonton dilokasi bencana.

Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan peran

instansi pemerintah pusat yang bergerak cepat. Kementerian Sosial

dipandang cepat menanggapi bencana dengan memberikan sejumlah

bantuan. Nilai keekonomian pun menjadi sorotan penting Jawa Pos.

Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan penjelasan

mengenai proses evakuasi yang terhambat hujan deras (how). Jawa

Pos menguraikan hasil evakausi serta penanganan korban selamat

yang dilarikan ke RSUD dan Puskemas (what).

Dalam uraian berikutnya, Jawa Pos menyebutkan

Kementerian Sosial (Kemensos) yang memberikan bantuan (who).

Bantuan tersebut berupa 500 paket makanan anak, 327 paket family

kit, 250 paket perlengkapan dapur keluarga, 300 potong selimut, yang

akan dibagikan oleh seratus personel tarusna siaga bencana dengan

nilai keenomonian 235,5 juta (what). Khofifah mengklaim Kemesos

telah bergerak cepat denganmengirimkan bantuan (how).

Jawa Pos menutuk dengan uraian mengenai hambatan proses

evakausi berupa cuaca, infrastruktur yang rusak, serta banyak warga

yang menonton di lokasi bencana (Why).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

311

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos

menekankan kepada khalayak bahwa Kemensos telah bergerak cepat.

Hal itu diuraiakan dengan menyebutkan jenis bantuan bantuan dengan

nilai keekonomian 235,5 juta. Jawa Pos memandang instansi

penanganan bencana BNPB sebagai narasumber penting dan layak

menjadi narasunber utama.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,

proses evakuasi ditunda karena hujan deras dan prinsip safety first dari

tim penyelamat. Tema ini bisa dilihat dari uraian Sutopo Purwo

Nugroho yang menyebutkan hujan deras pada sore hari, sehingga

diputuskan penyelamatan korban dihentikan. Sutopo juga

menguraikan hasil evakuasi serta penanganan korban selamat yang

mengalami luka berat dan ringan.

Tema kedua, Kemensos bergerak cepat dengan mengirimkan

bantuan. Tema ini bisa diamati dari uraian bantuan dari Kemensos,

serta kutipan langsung dari Khafifah yang menyebutkan truk-truk

bantuan sedang dalam perjalanan menuju lokasi bencana.

Tema ketiga, proses evakuasi terhambat oleh cuaca,

infrasutruktur yang rusak, dan banyaknya warga yang menonton di

lokasi longsor. Tema ini diuraikan dengan penjelasn dari Sutopo

Purwo mengenai kondisi tanah yang labil, alat berat dan kendaraan

terhambat jalan yang masih tertutup longsor. Serta jalanan yang macet

akibat banyak warga menonton lokasi longsor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

312

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data

Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB)”, Khofifah Indah Parawwansa dilabeli “Menteri Sosial”.

Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan

berasal dari pihak berkompeten untuk mendukung pandangan Jawa

Pos.

Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion

untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “bantuan”

jelas menunjukkan upaya pertolongan yang diberikan pemerintah.

Sementara Jawa Pos menggunakan “tim penyelawat” untuk menyebut

orang yang melakukan evakuasi di lokasi longsorann. Jawa Pos juga

menggunakan sejumlah kara seperti “telah bergerak cepat” dan “telah

menurunkan” yang menekankan pada peran Kementerian Sosial

dalam penanganan bencana. Kementerian Sosial dinilai sigap saat

bencana terjadi dengan memberikan bantuan. Kemensos dinilai sudah

melakukan perannya dengan baik. Leksikon “bantuan” dan “nilai

keenomian” menunjukkan sorotan utama Jawa Pos. Jawa Pos menilai

bantuan serta nilai keenomian menjadi hal penting dalam penanganan

bencana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

313

Jawa Pos juga menampilkan dua foto utama mengenai proses

evakuasi. Foto pertama ukuran paling besar menggambarkan visual

tim penyelamat yang melakukan evakuasi di lokasi longsor.

Keterangan foto berjudul “Tim Penyelamat” dengan uraian Warga

dengan bantuan tim SAR dan anggota TNI mencari dan mengevakuasi

korban longsor yang masih tertimbun.

Penekanan dengan menyebut tim penyelamat dapat dipahami

sebagai upaya Jawa Pos menampilkan tim evakuasi sebagai orang-

orang yang menyelamatkan korban. Dari keterangan foto dapat

dicermati upaya untuk memberikan visual proses evakuasi longsor

kepada khalayak.

Tim Penyelamat Warga dengan bantuan tim SAR dan anggota TNI

mencari dan mengecakuasi korban longsor yang masih tertimbun.

Foto kedua berjudul “Bertempur dengan Lumpur” dengan

uraian:

Jasad korban tewas dievakuasi dari kubangan lumput akibat longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, kemarin (13/12)

Dari judul sudah diketahui sebagai upaya menarik khalayak

dengan kata “bertempur” yang menggambarkan perjuangan tim

penyelamat. Foto ini sebagai bukti keberhasilan tim penyelamat yang

telah menemukan korban tertimbun longsor. Penampilan evakuasi

jasad tentu menggugah emosi khalayak untuk berempati.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

314

Tabel 3.28 Analisis Framing Baru 17 Korban Ditemukan, 91 Terkubur

Hujan Deras Hentikan Evakuasi

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang berwenang dan terlibat langsung dalam penanganan longsor untuk memberikan bukti berupa data evakuasi dan jenis bantuan yang diberikan. Jawa Pos menampilkan narasumber utama dari instansi penanganan bencana BNPB. Instansi pemerintah pusat Kemensos menguraikan bukti penanganan bencana oleh pemerintah berupa pemberian bantuan.

Skrip Mengurakan informasi proses evakuasi yang menemui kendala serta data penanganan korban bencana. Jawa Pos menguraikan peran cepat Kemensos berupa pemberian bantuan.

Tematik (1) Proses evakuasi ditunda karena hujan deras dan prinsip safety first dari tim penyelamat (2) Kemensos bergerak cepat dengan mengirimkan bantuan (3) Proses evakuasi terhambat oleh cuaca, infrasutruktur yang rusak, dan banyaknya warga yang menonton di lokasi longsor

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “bantuan” dan “tim penyelamat. Menggunakan kata “telah”, “bergerak cepat”, “bantuan”, dan “nilai keenomian” untuk menekankan peran Kementerian Sosial. Menampilkan 2 foto proses evakuasi, satu foto menampilkan secara luas proses evakuasi, sementara foto satunya mengenai tim penyelamat yang membawa jasad. Hal itu untuk memberikan bukti proses evakuasi serta menampilkan foto jasad korban yang tengah dievakuasi sebagai bukti hasil evakuasi serta untuk menarik empati dari khalayak.s

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

315

3. Frame Jawa Pos edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul

Daerah Lain Juga Harus Waspada

Dua hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos

menampilkan 2 berita terkait bencana longsor yan diletakkan di

halaman utama. Salah satu berita berjudul “ Daerah Lain Juga Harus

Waspada”. Jawa Pos memberikan wacana dengan penekanan pada

Jakarta akan dilanda banjir.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Jawa Pos yang berisi peringatan dini bagi daerah lain. Namun dalam

uraiannya secara khusus hanya disebutkan Jakarta yang akan dilanda

banjir. Sementara mengenai ancaman longsor, tidak dijelaskan secara

detail. Jawa Pos hanya menyebutkan wilayah pegunungan dan

perbukitan. Jawa Pos lebih detail menjelaskan rencana kedatangan

Presiden Joko Widodo. Dapat dimaknai, informasi kedatangan

Presiden Joko Widodo lebih penting daripada informasi daerah rawan.

Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam

skema berita. Judul berita Jawa Pos “Daerah Lain Juga Harus

Waspada” jelas merupakan peran untuk memperingatkan daerah lain

terkait bencana longsor di Jemblung yang menelan banyak korban

jiwa. “Daerah lain” dapat dipahami tempat lain yang mempunyai

ancaman bencana. Dalam urainnya Jawa Pos pun menyebutkan

daerah lain tersebut berupa wilayah pegunungan dan perbukitan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

316

Jawa Pos juga menuliskan crossheadline “Jokowi Kunjungi

Lokasi Longsor” untuk menampilkan rencana presiden yang akan

berkunjung ke lokasi bencanca. Penampilan agenda presiden tersebut

dipandang sebagai informasi menarik bagi khalayak.

Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang

ditampilkan Jawa Pos mewawancari dua narasumber yaitu, Deputi

Klimatologi BMKG Widada Sulistya dan Sekretaris Kabinet Andi

Widjajanto. Widada digunakan Jawa Pos untuk mengemukakan

waktu puncak hujan di Jawa Tengah dan Jawa Barat pada Desember

2014-Januari 2015. Semenatar, Widada menekankan banjir Jakarta

terjadi pada bulan januari 2015-Februari 2015. Secara umum khalayak

dihimbau untuk waspada terhadap daerah rawan seperti perbukitan.

Namun secara khusus, Widada menyebutkan besar intensitas hujan

akan mengguyur jakarta turut dipangaruhi adanya siklon tropis

bakung.

Untuk puncaknya, kata dia, setiap wilayah berbeda-beda. Misalnya, untuk Desember 2014 hingga Januari 2015, hujan lebat terjadi di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sedangkan untuk Januari 2015-Februari 2015, puncak hujan akan terjadi di sekitar wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). (paragraf 4)

“Karena itu, banjir di Jakarta selalu terjadi pada bulan-bulan tersebut,” ungkapnya. (paragraf 5)

Dari uraian tersebut, jelas Jawa Pos memberi wacana akan

adanya bencana di Jabodetabek. “Daerah lain” yang disebutkan oleh

Jawa Pos merupakan Jakarta dan sekitarnya. Dapat dipahami sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

317

upaya untuk memperingatkan kepada khalayak mengenai bencana

banjir di Jabodetabek yang akan melanda pada Januari 2015-Februari

2015.

Sementara itu, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto digunakan

untuk memberikan keterangan terkait rencana kunjungan Presiden

Joko Widodo di lokasi bencana. Jawa Pos juga menuliskan Jokowi

akan berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Bandara

Achmad Yani, Semarang pukul 07.00 dengan pesawat CN-235.

Jokowi juga akan ditemani Menteri Kehutanan dan Lingkungan

Hidup, Siti Nurbaya Bakar.

Teks berita Jawa Pos berisi 2 paragraf yang menyebutkan

BMKG memprediksi hujan deras terjadi dari Desember 2014-Maret

2015. Uraian tersebut merupakan penekanan dari wacana Jawa Pos

mengenai daerah lain harus waspada terhadap ancaman bencana. Jawa

Pos memberi penekanan wilayah Jabodetabek harus mewaspadai

ancaman banjir pada Januari 2015-Februari 2015 dalam 4 paragraf.

serta menutup berita dengan dua paragraf informasi mengenai

Presiden Joko Widodo yang akan berkunjung ke lokasi bencana.

Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan

wacana Jakarta akan dilanda banjir pada Januari-Feburari 2015.

Sementara secara umum Jawa Pos meminta warga waspada terhadap

wilayah perbukitan yang rawan longsor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

318

Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan keterangan

mengenai hujan deras masih akan terus terjadi dari Desember 2014-

Maret 2015 (what). Jawa Pos memberi wacana Jakarta akan dilanda

banjir pada Januari 2015-Februari 2015 (what). Masyarakat di daerah

rawan bencana longsor dan banjir diminta untuk terus berhati-hati

(how). Sementar itu, Presiden Joko Widodo dijadwalkan mengunjungi

lokasi longsor (who).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos

memberikan wacana kepada khalayak bahwa Jakarta akan dilanda

banjir. Jawa Pos memandang rencana kunjungan Presiden Joko

Widodo merupakan informasi penting bagi khalayak. Dalam

uraiannya, bahkan Jawa Pos detail menjelaskan waktu keberangkatan,

tempat tiba, dan menteri yang mendampingi. Berbeda dengan

infromasi terkait kondisi hujan deras. Jawa Pos tidak detail

menjelaskan penyebab, maupun tempat-tempat rawan bencana.

Dari struktur tematik, ada dua tema dalam berita. Tema

pertama, Jakarta harus mewaspadai banjir yang akan datang pada

bulan Januari 2015-Februari 2015. Tema ini bisa dilihat dari uraian

mengenai hujan deras yang akan melanda selama bulan Desember

2014-Maret 2015. Tema kedua, Presiden Joko Widodo akan

mengunjungi loksi bencana. tema ini dilihat dari keterangan Sekretaris

Kabinet Andi Widjajanto serta uraian rencana jadwal keberangkatan

presiden.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

319

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Widada Sulistya-Deputi Klimatologi BMKG, dan Andi

Widjajanto- Sekretaris Kabinet. Label otoritas jabatan menunjukkan

bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk

memberikan informasi..

Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion

untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “alarm”,

“daerah lain”, “mempredidiksi”, “selalu terjadi” merupakan

penekanan yang mengarah pada wacana banjir yang akan melanda di

Jakarta.

Tabel 3.29 Analisis Framing Daerah Lain Juga Harus Waspada

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang

berwenang untuk memberikan informasi. Skrip Menguraikan prediksi waktu hujan deras yang melanda

Indonesia, secara khusus Jawa Pos memperingatkan Jakarta akan dilanda banjir pada Januari 2015-februari 2015, sementara secara umum masyarakat yang berada di daerah perbukitan rawan longsor dihimbau untuk berhati-hati. Jawa Pos menyajikan info rencana kunjungan preside.

Tematik (1) Jakarta harus mewaspadai banjir yang akan datang pada bulan Januari 2015-Februari 2015 (2) Presiden Joko Widodo akan mengunjungi loksi bencana

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “daerah lain” agar mewasapadai ancaman bencana. Daerah lain yang dimaksud berupa daerah wilayah perbukitan, namun secara khusus Jawa Pos menyebut Jakarta selalu dilanda banjir pada Januari-Februari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

320

4. Frame Jawa Pos edisi Minggu 14 Desember 2014 yang Berjudul

Ganjar Tetapkan Jateng Darurat Bencana

Dua hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos

menampilkan 1 berita terkait bencana longsor yang diletakkan di

halaman dalam. Berita berjudul itu berjudul “Ganjar Tetapkan Jateng

Darurat Bencana”.

Berita dalam kategori kejadian bencana ini merupakan peran

Jawa Pos yang berisi penganan bencana . Jawa Pos menampilkan

peran Ganjar Pranowo dalam penanganan bencana. Jawa Pos juga

menekankan pentinganya bantuan yang diberikan PMI untuk proses

evakuasi.

Dalam berita, Jawa Pos juga menguraikan jenis bantuan yang

diberikan. Bahkan persediaan beras yang berjumlah 100 ton tentu

akan meredam kepanikan warga. Namun, sayangnya tidak ada

konfirmasi dari warga mengenai barang apa saja yang dibutuhkan.

Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam

skema berita. Judul berita Jawa Pos “Ganjar Tetapkan Jateng

Darurat Bencana”. Nampak sekali bagaimana Jawa Pos mengangkat

nama dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dengan

menyebutkan di judul berita. Nama seorang Ganjar lebih diutamakan

daripada posisinya atau jabatannya sebagai gubernur yang

menetapkan status tanggap daruat bencana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

321

Dalam teks berita, Jawa Pos mewawancarai dua narasumber,

pertama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Paranowo. Ganjar

dipandangan sebagai tokoh penting atau bisa dipahami dengan

“dipentingkan” oleh Jawa Pos. Jawa Pos seutuhnya menampilkan

uraian mengenai kunjungan Gubernur Jawa Tengah. Pada uraian

berikutnya, Jawa Pos memberikan informasi bantuan dari PMI yang

dikemukakan oleh Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf

Kalla (JK).

Hal itu dapat dilihat dari kutipan berita di bawah ini,

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Paranowo meninjau lokasi langsung bencana di Dusun Jemblung dan menetapkan musibah tersebut sebagai darurat bencana. Gubernur bersama beberapa pejabat TNI tiba sekitar pukul 13.00 dengan menumpang helikopter. “Dengan status darurat bencana, kita sudah perintahkan tim reaksi cepat BNPB yang ada silokasi untuk terus mendampingi BPBD dalam penanganan darurat,”katanya. (paragraf 1)

Ganjar juga memastikan bahwa pasokan logistik kebutuhan pokok bagi korban bencana alam. “Sementara masih cukup, tapi kita harus antisipasi minimal bahan makanan untuk pengungsi,” tuturnya. Sejauh ini kebutuhan pokok seperti beras untuk korban sudah didistribusikan sebanyak 3,5 ton dan dinilai cukup. Meski kebutuhan tidak terlalu besar, jelas Ganjar. Bulog sudah menyiapkan 100 ton cadangan pasokan yang bisa digunakan sewaktu-waktu. “Setiap saat on call. Kita sudah cek ke posko-posko dan semua terkendali,” ujarnya. (paragraf 2)

Ganjar juga meminta tim SAR mengacu info yang diberikan kepala Desa Sampang bahwa warga yang tertimbun longsor sekitar 100 orang dan 17 orang ditemukan meninggal. Data tersebut, lanjur dia, sangat membantu proses proses evakuasi jika kepala Desa Sampang dapat memastikan nama-nama korban. “Dengan begitu, masa tanggap darurat dapat ditutup sampai seluruh korban bisa ditemukan,” ucapnya. (paragraf 3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

322

Gubernur juga menginstruksikan secara teknis segera membuka jalan Banjarnegara-Karangkobar yang tertutup longsor. (paragraf 4)

Urain di atas jelas merupakan keterangan utuh dari Ganjar

Pranowo, tak ada upaya Jawa Pos untuk memberikan pandangan

terkait penetapan tanggap darurat. Bahkan waktu tanggap darurat pun

tidak dijelaskan oleh Jawa Pos.

Sementara itu, Jusuf Kalla memberikan keterangan bantuan dari

PMI berupa dua kendaraan jenis Hagglunds ke lokasi longsor. Jusuf

Kalla menekankan, menurut pengalaman di Ciwedey, Jabar dan Solo,

Sumbar, hanya kendaraan Hagglunds milik PMI yang bisa masuk ke

lokasi longsor. PMI juga mengirim dua truk tangki air untuk

menyuplai air bersih. Jusuf Kalla juga mengatakan sudah meminta

Ketua PMI Jawa Tengah, Sasongko Tedjo untuk mengirim barang

kebutuhan korban longsor dari gudang PMI Semarang. Mulai paket

hygiene kit (berisi ember, gayung, sabun, dan pasta gigi) sampai paket

family kit (berisi selimut handuk, sarung, dan tikar).

Teks berita Jawa Pos berisi 4 paragraf yang berisi uraian

kunjungan Gubernur Jawa tengah, Ganjar Pranowo. Dalam

kunjungannya Ganjar melakukan sejummlah hal, pertama menetapkan

wilayah lokasi longsor dengan status tanggap darurat. Kedua

memastikan stok logistik aman, disebutkan telah mendistribusikan 3,5

ton dan dilinai tidak cukup. Ganjar menekankan sudah ada stok beras

dari Bulog yang sudah menyiapkan 100 ton beras. Ketiga, meminta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

323

tim SAR mengacu data warga dari Kepala Desa Sampang untuk

membantu proses evakuasi. Ganjar nenetapkan tanggap darurat hingga

seluruh korban ditemukan. Keempat, Ganjar menginstruksikan

membuka jalan Banjarnegara-Karangkobar.

Jawa Pos menutup berita dengan urain 4 paragraf mengenai

bantuan yang diberikan PMI. PMI akan memberikan bantuan berupa

dua kendaraan Hagglunds, dua truk tangki air, dan paket hygiene kit

(berisi ember, gayung, sabun, dan pasta gigi) sampai paket family kit

(berisi selimut handuk, sarung, dan tikar).

Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan

wacana Ganjar Parnowo sebagai Gubernur turun langsung ke

lapangan untuk menangani longsor. Jawa Pos juga memberikan

informasi bantua berupa beras dari pemerintah dan bantuan dari PMI.

Jawa Pos menguraikan kunjungan dari Ganjar Pranowo yang

melakukan sejumlah hal (Who-What) saat peristiwa longsor di Dusun

Jemblung. Ganjar menetapkan status tanggap darurat, memastikan

stok beras aman, meminta tim SAR mengacu data warga korban

longsor pada kepala Desa Sampang, serta menginstruksikan

pembukaan jalan. Sementara itu, Jusuf Kalla memberikan keterangan

PMI memberikan bantuan (what) dua kendaraan Hagglunds, dua truk

tangki air, dan paket hygiene kit (berisi ember, gayung, sabun, dan

pasta gigi) sampai paket family kit (berisi selimut handuk, sarung, dan

tikar).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

324

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos

memberikan predikat kepada Ganjar Pranowo. Tidak hanya itu, Jawa

Pos juga menampilkan PMI sebagai lembaga yang memberikan

bantuan dalam penanganan bencana.

Dari struktur tematik, ada dua tema dalam berita. Tema

pertama, peran Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam

peristiwa bencana. Tema ini bisa dilihat dari uraian kunjungan

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Tema kedua, PMI akan memeberikan sejumlah bantuan untuk

proses evakuasi dan keperluan korban bencana. Tema ini dapat dilihat

dari uraian Jusuf Kalla yang mengemukakan sejumlah bantuan yang

diberikan PMI.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Ganjar Pranowo dilabeli “Gubernur Jawa tengah” dan

Jusuf Kalla dilabeli “Ketua Umum Palang Merah Indonesia”. Label

otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal

dari pihak berkompeten untuk memberikan informasi.

Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion

untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “tetapkan”,

“meninjau langsung”, “memastikan”, “meminta”, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

325

“menginstruksikan” jelas menggabarkan peran seorang Ganjar

Pranowo dalam peristiwa longsor.

Leksikon juga digunakan untuk menekankan kebutuhan

korban bencana longsor. Leksikon “pasokan logistik”, “kebutuhan

pokok”, “bahan makanan”, “cadangan” dan “barang-barang

kebutuhan”. Banyaknya uraian dan penekanan adanya bantuan

merupakan upaya Jawa Pos untuk meredam kepanikan warga yang

terkena musibah. Namun bisa juga diartikan sebagai upaya

menampilkan “peran” baik dari pejabat, maupun instansi.

Jawa Pos juga menampilkan foto untuk menekankan

peristiwa. Foto berjudul “Alat Seadanya”, menggambarkan bagaimana

alat yang digunakan untuk penyelamat sangat sederhana. Uraian

keterangan foto dapat diamati di bawah ini.

Personel tim SAR dan anggota TNI menyusuri lumpur yang menimbun Dusun Jemblung, Banjarnegara, kemarin (13/12). Mereka berusaha menemukan korban lonsgor yang jumlahnya diperkirakan masih puluhan jiwa.

Penggunaan kata “menyusuri” dan “berusaha” menggambarkan

upaya yang dilakukan sejumlah tim penyelamat. Penekanan ini terkait

bantuan yang akan dikirimkan oleh PMI, sekaligus memberi bukti

proses evakuasi yang tengah dilakukan menggunakan alat seadanya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

326

Tabel 3.30 Analisis Framing Ganjar Tetapkan Jateng Darurat Bencana

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang

berwenang untuk memberikan informasi. Skrip Menguraikan keterangan dari Ganjar Pranowo yang

melakukan kunjungan langsung. Jawa Pos berupaya menampilkan peran seorang Ganjar dengan menjelaskan hal-hal yang dilakukan Ganjar saat kunjungan. Jawa Pos juga menampilkan instansi PMI yang memberikan bantuan untuk proses evakuasi dan kebutuhan korban.

Tematik (1) Peran Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam peristiwa bencana (2) PMI akan memeberikan sejumlah bantuan untuk proses evakuasi dan keperluan korban bencana

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Menggunakan leksikon “alat sadanya” untuk menggambarkan keterbatasan alat evakuasi. Menggunakan kata “tetapkan”, “meninjau langsung”, “memastikan”, “meminta”, dan “menginstruksikan” untuk menunjukkan peran Ganjar Pranowo. Serta menampilkan foto proses evakuasi yang menggunakan alat seadanya untuk menekankan pentingnya bantuan berupa dua buah Hagglunds yang diberikan PMI

5. Frame Jawa Pos edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul

Fokus Evakuasi, Tambah Alat Berat : Tim Penyelamat Temukan 32

Korban Meninggal

Tiga hari pascalongsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos

menampilkan dua berita terkait bencana. Salah satu judul berita yang

ditampilkan di halaman utama menggunakan headline teaser “Fokus

Evakuasi, Tambah Alat Berat” dan headline tealler Tim Penyelamat

Temukan 32 Korban Meninggal. Jawa Pos memberi perhatian lebih

pada keberhasilan pembukaan jalan sebagai akses penting bantuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

327

Dalam urain Jawa Pos menampilkan sosok Joko Widodo yang

memberikan bantuan serta bantuan dari kemensos.

Berita dalam kategori kejadian bencana in merupakan upaya

Jawa Pos untuk menampilkan peran tim penyelamat yang berhasil

membuka jalan untuk akses penting, seperti pemberian bantuan dan

evakuasi. Jawa Pos juga menampilkan sosok Presiden yang meninjau

langsung serta memberikan bantuan, serta uraian mengenai benatuan

yang diberikan Kemensos.

Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam

skema dalam berita. Jawa Pos menuliskan headline teaser dapat

ditangkap “fokus evakuasi” merupakan pilihan untuk memusatkan

penanganan pada proses evakuasi. Jawa Pos menampilkan upaya

tersebut dengan menambah alat berat. Sementara dari headline teller

menyerbutkan tim penyelamat yyang menemukan 32 korban

meninggal. Judul tersebut memberitahu perkembangan terakhir proses

evakuasi.

Jawa Pos juga menambahkan crossheadline “Kemensos

Sediakan Kamp Pemulihan Anak”. Kamp yang dimaksud sebagai

tempat pemulihat psikologi. Dapat dipahami juga sebagai upaya yang

telah dilakukan Kemensos untuk penanganan korban bencana

Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang ditampilkan

Jawa Pos mewawancari lima narasumber. Narasumber pertama, Ketua

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

328

yang digunakan Jawa Pos untuk menguraikan keberhasilan tim

penyelamat membuka akses jalan Provinsi.

Sebelumnya, timbunan material tanah menutup jalan hingga lebih dari 36 jam. Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengatakan, longsoran di jalan sektor 1 dan 3 sudah dibersihkan. (paragraf 2)

“Tapi, untuk timbunan material longsor di jalan sektor 3 dan 4, hingga kini masih terus dilakukan pembersihan dengan alat berat,” ujar Syamsul di lokasi longsor kemarin. (paragraf 3)

Kedua, Jawa Pos menggunakan keterangan dan kutipan dari

Presiden Joko Widodo untuk menekankan penanganan difokuskan pada

proses evakuasi. Saat meninjau langsung, Jokowi meminta proses

evakuasi dituntaskan lebih dahulu sebelum kegiatan lain. Presiden juga

menekankan bantuan ekskavator akan dioptimalkan. Pada akhir uraian,

Joko Widodo mengimbau seluruh warga hati-hati karena banyak titik

rawan di Jawa Tengah.

Ketiga, Kepala Desa Sampang Purwanto digunakan untuk

mengemukakan jumlah penduduk di Dusun Jemblung. Terdapat 82

Keluarga yang terdiri atas 253 jiwa. Jumlah warga kami yang tertimbun

sekitar 100 orang. Keterangan tersebut untuk menekankan bantuan yang

diberikan Presiden Joko Widodo senilai Rp 20 juta. Bantuan tersebut

untuk memenuhi keperluan pengungsi.

Selain meninjau lokasi longsor, presiden dengan didampingi Ibu Negara Iriana mengunjungi tempat pengungsian warga Dusun Jemblung di Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar. Radar Banyumas (Jawa Pos Group) melaporkan, di tempat itu presiden memberikan bantuan kepada para pengungsi, khususnya yang rumahnya tertimpa tanah longsor. (paragraf 7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

329

Keempat, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa

menguraikan bantuan yang diberikan kepada korban longror. Khofifah

menjelaskan, para korban akan langsung diberi santunan berupa uang.

Besarannya Rp 5 juta bagi korban meninggal dan Rp 1 juta bagi korban

luka-luka. Jawa Pos juga mengulas lagi bentuan logistik berupa dua

truk berisi paket logistik yang berisi bahan pokok. Khofifah

menekankan bantuan juga akan dibagi ke beberapa lokasi yang

mengalami longsor. Untuk menangani korban bencana, Kemensos

menyediakan kamp pemulihan bagi anak-anak untuk mengurangi

trauma.

Kelima, Jawa Pos menghadirkan Kepala Pusat Data Informasi

dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho untuk menyampaikan data

informasi bencana longsor dan proses evakuasi. Data tersebut antara

lain jumlah jenazah yang ditemukan, jumlah pengungsi, rumah rusak,

sawah dan kebun yang rusak, serta hewan peternakan yang mati.

Sutopo menekankan bencana longsor Jemblung memakan korban

paling banyak selama tahun 2014.Mengenai proses evakuasi, Sutopo

mengatakan tim gabungan menurunkan anjing pelacak guna

mempercepat pencarian.

Teks berita Jawa Pos berisi 3 paragraf yang menguraikan

keberhasilan tim penyelamat membuka akses jalan. Uraian tersebut

berdasarkan keterangan dari Syamsul Maarif. Jawa Pos melanjutkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

330

uraian sebanyak 5 paragraf mengenai peran Joko Widodo saat meninjau

lokasi longsoran. Joko Widodo meminta proses evakuasi dituntaskan

terlebih dahulu. Selain akan memberikan bantuan eksavator, Joko

Widodo memberikan bantuan berupa uang Rp 20 juta kepada Kepala

Desa Sampang, Purwanto untuk keperluan pengungsi. Purwanto pun

memberikan penekanan dengan menyebutkan jumlah warganya yang

mengungsi dan yang meninggal.

Jawa Pos melanjurkan uraian dengan 4 paragraf berisi

keterangan bantuan yang akan diberikan oleh Kemensos. Khafifah

menjelaskan para korban akab diberi santunan berupa uang. Selain

santunan, Kemensos juga membantu logistik serta kamp bagi anak-anak

untuk pemulihan trauma. Jawa Pos menutup berita dengan 7 paragraf

dengan menyajikan data informasi bencana dan perkembangan proses

evakuasi di Dusun Jemblung.

Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan peran

Joko Widodo yang memberikan bantuan, serta Kemensos yang tanggap

dengan memberikan sejumlah bantuan.

Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan keberhasilan

tim penyelamat membuka akses jalan provinsi. Pembukaan akses

tersebut merupakan bagian penting dalam upaya pencarian korban dan

penyaluran bantuan (what). Jawa Pos melanjutkan uraian mengenai

peran Joko Widodo yang meminta mefokuskan penanganan bencana

pada proses evakuasi, pemberian bantuan ekskavator untuk evakuasi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

331

dan uang kepada kepala Desa Sampang untuk keperluan pengungsi

(who). Urain dilanjutkan dengan bantuan dari Kemensos berupa

santunan berupa uang tunai, keperluan logistik, dan kamp pemulihan

anak (what). Jawa Pos menutup dengan perkembangan data informasi

bencana serta proses evakuasi (how).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos menekankan

kepada khalayak keberhasilan tim penyelamat dalam penanganan

bencana. keberhasilan itu berupa membuka akses jalan yang penting

bagi pemberian bantuan dan proses evakuasi. khalayak bahwa terdapat

kesimpang siuran data bencana.

Dari struktur tematik, ada empat tema dalam teks berita.

Pertama, keberhasilan tim penyelamat membuka akses jalan penting

dalam upaya pencarian korban dan penyaluran bantuan. Tema ini dapat

dilihat dari uraian tim penyelamat yang bahu-mengbau mencari korban

berhasil membersihkan meterial longsoran yang memutus akses jalan

provinsi.

Tema kedua, peran langsung Presiden Joko Widodo pada

peristiwa bencana. Tema ini bisa dicermati dari permintaan untuk fokus

pada evakuasi serta bantuan berupa uang tunai senilai Rp 20 juta

kepada kepala Desa Sampang untuk memnuhi keperluan pengungsi.

Tema ketiga, Kemensos memberikan sejumlah bantuan. Tema

ini dilihat dari uraian Khofifah mengenai bantuan yang diberikan

berupa santunan uang tunai, logistik, dan kamp pemulihan anak. Jawa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

332

Pos menutup dengan tema perkembangan data infromasi bencana dan

proses evakuasi yang menurunkan anjing pelacak. Tema ini digunakan

untuk menjelaskan perkembangan proses penanganan bencana.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Syamsul Maarif dilabeli “Ketua Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB)”, Joko Widodo dilabeli “Presiden”,

Purwanto dilabeli “Kepala Desa Sampang”, Khafifah Indar Parawansa

dilabeli “Menteri Sosial”, Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala

Pusat Data Informasi dan Humas BNPB”. Label otoritas jabatan

menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari pihak

berkompeten untuk menekankan informasi yang diberikan Jawa Pos.

Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion untuk

memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “bagian penting”

digunakan untuk menekankan keberhasilan tim penyelamat yang

membuka akses jalan provinsi untuk upaya pencarian korban dan

pemberian bantuan.

Untuk menekankan peran Joko Widodo, Jawa Pos

menggunakan leksikon “meminta”, “mengunjungi”, “mengimbau”, dan

“memberikan bantuan. Sementara penekanan dengan leksikon

“Santunan”, “bantuan logistik”, dan “kamp pemulihan” untuk

menunjukkan peran Kementerian Sosial.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

333

Jawa Pos juga menampilkan foto untuk memperkuat

penekanan. Ada 3 foto yang ditampilkan. Foto pertama berjudul Bahu

Membahu dengan keterangan foto, tim penyelamat menarik korban

tewas yang tertimbun longsoran di Dusun Jemblung, banjarnegara,

Jateng. Sedikitnya 76 korban masih tertimbun. Dari judul dapat diamati

penekanan Jawa Pos pada kerjasama tim penyelamat dalam evakuasi.

Dapat dipahami sebagai upaya untuk menampilkan kinerja atau

perjuangan dari tim penyelamat untuk menemukan korban tertimbun.

Bahu-membahu lebih diartikan sebagai “perjuangan’.

Sementara, Jawa Pos menampilkan 2 foto Presiden Joko

Widodo dengan judul memantau. Salah satu foto menjelaskan Presiden

Joko Widodo meninjau proses pencarian koban. Sementara foto

satunya, di pesawat dalam perjalanan menuju lokasi bencana, presiden

membaca berita tentang longsor Banjarnegara.

Secara langsung foto tersebut menekankan peran seorang

Presiden saat terjadi bencana dengan meninjau lokasi bencana longsor.

Namun pada foto satunya merupakan upaya Jawa Pos yang secara tidak

langsung mengatakan “Presiden memantau bencana dengan membaca

Surat Kabar Jawa Pos”. Dapat dipahami sebagai cara menarik

perhatian khalayak sekaligus memperkuat posisi Jawa Pos sebagai

sumber informasi.

Jawa Pos juga menggunakan grafik yang merangkum data

informasi bencana. Data tersebut menyebutkan, jumlah korban tewas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

334

sebanyak 32 orang. Korban tertimbun 76 orang, jumlah pengungsi 649

orang, jumlah tim penyelamat Basarnas, Tagana, BPBD, BNPB, TNI,

Polri dan relawa. Jumlah kerugian 35 unit rumah dan satu masjid,

kebun palawija sejulas 5 hektar, dan peternakan warga. Jumlah

santunan korban Rp 5 juta untuk korban meninggal dan Rp 1 juta untuk

korban luka-luka. Jumlah bencana longsor di tahun 2014, frekuensi

kejadiaan bencana mencapai 337 kejadian, korban jiwa 267 dan daerah

rawan 274 Kabupaeten/kota (tidak termasuk Banjarnegara). Grafik yang

disertai ilustrasi evakuasi dan korban longsor tersebut untuk

memudahkan khalayak memahami peristiwa longsor yang terjadi.

Tabel 3.31 Analisis Framing Fokus Evakuasi, Tambah Alat Berat

Tim Penyelamat Temukan 32 Korban Meninggal

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang berwenang untuk mengurakan informasi.

Skrip Menguraikan keberhasilan tim penyelamat membuka akses jalan provinsi, bagian penting dalam upaya penyelamatan korban dan pemberian bantuan. Jawa Pos juga menampilkan peran sosok Joko Widodo dan Kemensos yang memberi bantuan. Sementara mengenai urain perkembangan proses evakuasi di taruh di belakang.

Tematik (1) Keberhasilan tim penyelamat membuka akses jalan penting dalam upaya pencarian korban dan penyaluran bantuan (2) Peran langsung Presiden Joko Widodo pada peristiwa bencana (3) Kemensos memberikan sejumlah bangtuan (4) Perkembangan data infromasi bencana dan proses evakuasi yang menurunkan anjing pelacak

Retoris Pemberian label otoritas jabatan dari narasumber. Leksikon “bagian penting”, “meminta”, “mengunjungi”, “mengimbau”, “memberikan bantuan”, “Santunan”, “bantuan logistik”, dan “kamp pemulihan” Jawa Pos juga menampilkan foto tim penyelamat yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

335

bahu-membahu menarik korban tewas untuk menunjukkan perjuangan tim penyelamat, foto Joko Widodo yang membaca Surat Kabar Jawa Pos guna memantau informasi bencana untuk menarik perhatian khalayak (secara tidak langsung menunjukkan Jawa Pos bacaan seorang presiden), sementara foto kunjungan Joko Widodo yang meninjau lokasi merupakan bukti kehadiran presiden di lokasi bencana. Menampilkan grafik untuk memudahkan khalyak memahami data informasi bencana longsor.

6. Frame Jawa Pos edisi Senin 15 Desember 2014 yang Berjudul Opsi

Relokasi untuk Desa Rawan Bencana

Tiga hari pascalongsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa Pos

menampilkan artikel mengenai solusi yang diberikan untuk

penanganan korban bencana. Artikel tersebut berjudul “Opsi Relokasi

untuk Desa Rawan Bencana”. Jawa Pos mewacanakan opsi relokasi

sebagai langkah antisipatif mencegah korban longsor.Berita kategri

kejadian bencana ini terlihat sebagai upaya Jawa Pos menampilkan

intansi Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dan

Transmigrasi.

Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam

skema dalam berita. Dari judul yang dituliskan, dapat ditangkap

pandangan Jawa Pos melalui kata “opsi” atau menyebutkan pilihan

dari sejumlah alternatif. Relokasi dimaknai sebagai pilihan dari

sejumlah alternafi untuk penanganan desa rawan bencana. Jawa Pos

memandang pilihian ini lebih penting daripada yang lain. Dari

crossheadline “Relokasi Butuh Penyadaran Masyarakat” dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

336

dipahami perlu cara agar masyarakat tahu dan mengerti akan tindakan

relokasi.

Dalam teks berita, mengenai opsi relokasi, Jawa Pos

menampilkan satu narasumber saja. Menteri Desa Pembangunan

Daerah Tertinggaal dan Transmigrasi, Marwan Jafar digunakan Jawa

Pos menguraikan opsi relokasi bagi warga di daerah rawan untuk

mencegah timbulnya korban jiwa saat bencana terjadi. Melalui

kutipan langsung, Jawa Pos berupaya memberikan bukti tindakan

yang dilakukan untuk menangani warga di daerah rawa.

“Kami terus memberikan penyadaran ke masyarakat desa yang berminat pindah ke lokasi yang aman. Terkait dengan lokasi pemeindahan, kami tidak putuskan sendiri. Masyarakat tentu harus dilibatkan dalam pemilihan lokasi sehingga ada kesadaran bersama,” katanya di Jakarta kemarin (14/12). (paragraf 3)

Dia menjelaskan, daerah-daerah rawan bencana di Indonesia sudah pasti terdapat di setiap provinsi. Sebagian besar melingkupi desa-desa dan derah tertinggal. Karena itu, dia terus memberikan perhatian khusus terhadap pencegahan korban bencana alam. (paragraf 4)

“Kami tidak menginginkan jumlah rakyat Indonesia yang berduka karena bencana alam bertambah. Apalagi, Indonesia akan menghadapi musim penghujan. Ancaman longsor, banjir, gagal panen, dan masalah-masalah lainnya pasti berimbas ke masyarakat desa,” tuturnya. (paragraf 5)

Namun, Marwan menyatakan masih berhati-hati dalam melakukan rencana relokasi. Sebag, relokasi desa membutuhkan upaya yang tidak mudah. Selain menyadarkan masyarakat, dana yang dibutuhkan upaya yang tidak mudah untuk membangun infrastruktur di desa baru cukup besar. Karena itu, dia harus membandingkan mana opsi yang lebih menguntungkan. (paragraf 6)

“Upaya relokasi tentu saja kalau memang dibutuhkan. Misalnya, desa itu memang sudah zona rawan bencana dan tidak produktif sehingga tidak mungkin lagi ditempati oleh penduduk.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

337

Tapi, kalau tidak parah, kami bisa memperbaiki desa pascabencana,’ ungkapnya (paragraf 7)

Menurut dia, opsi tersebut juga bakal dikomunikasikan dengan kemerntrian dan badan terkait. “Hal ini akan dihitung, dipelajari, dan dipetakan sesuai dengan kebutuhan,” ungkapnya. (paragraf 8)

Apabila dicermati dari cuplikan berita di atas, naskah berita

merupakan satu kesatuan seluruh keterangan yang diungkapkan oleh

narasumber. Jawa Pos menggunakan uraian bertutur. Dari hasil

pengamatan penulis, wawancara dari narasumber ditulis utuh, hasil

wawancara diuraikan, kemudian menampilkan kutipan langsung. Pola

tersebut dilakukan berulang-ulang (who-what). Tidak ada upaya dari

Jawa Pos untuk memberikan wacana, berita hanya berupa

keseluruhan informasi dari narasumber.

Teks berita Jawa Pos berisi 2 paragraf yang menguraikan

solusi penanganan warga di daerah rawan berupa relokasi. Jawa Pos

menguraikan keterangan dari Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah tertinggal, dan Transmigrasi yang mengambil langkah

antisipatif sebagai solusi banyaknya warga yang tinggal didaerah

rawan. Opsi pencegahan bencana tersebut berupa relokasi. Keternagan

dari Marwan digunakan untuk melengkapi informasi yang

membutuhkan kesadaran masyarakat.

Jawa Pos memberikan uraian 3 paragraf mengenai peran

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi. Peran tersebut berupa keterangan mengenai penyadaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

338

yang terus dilakukan kepada masyarakat terkait opsi relokasi. Marwan

juga mengungkapkan terus memberikan perhatian khusus terhadap

pencegahan korban bencana alam. Namun ungkapan tersebut tidak

diikuti bukti. Bahkan, hanya berupa kutipan langsung yang

mengatakan tidak menginginkan jumlah rakyak Indonesia berduka

karena bencana alam bertambah.

Berita ditutup dengan 4 paragraf yang menjelaskan perlu

membandingkan opsi relokasi dengan perbaikan desa. Penekanan

terlihat dari keterangan Marwan yang harus membandingkan mana

opsi yang lebih menguntungkan.

Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan

wacana relokasi merupakan cara antisipatif untuk mencegah

timbulnya korban jiwa.

Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan opsi relokasi

yang diuraikan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal

dan Transmigrasi (what). Uraian dilanjutkan dengan keterangan dari

Marwan yang mengungkapkan apa yang telah dilakukan (who-what).

Keterangan itu seperti terus memberikan penyadaran, terus

memberikan perhatian khusus, tidak menginginkan jumlah duka

meningkat akibat korban bencana. Namun hal tersebut tidak diikuti

keterangan berupa bukti apa saja tindakan yang telah dilakukan. Jawa

Pos menutup uraian dengan membandingkan opsi antara relokasi dan

memperbaiki desa (how).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

339

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos

menekankan bahwa instansi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi telah berperan dalam penanganan

bencana. instansi tersebut dinilai berupaya melakukan tindakan

antisipatif pencegahan korban dengan opsi relokasi.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,

opsi relokasi sebagai langkah antisipatif untuk mencegah korban jiwa

saat bencana. Tema tersebut dari keterangan dari Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Tema kedua, Kementerian Desa PDT dan Trasmigrasi telah

berperan aktif dalam penyadaran kepada masyarakat mengenai opsi

relokasi. Tema ini dilihat dari uraian Marwan yang menyebutkan terus

memberikan penyadaran ke masyarakat terkait opsi reloaksi. Tema

ketiga, harus membandingkan opsi yang lebih menguntungkan, antara

relokasi atau memperbaiki desa pascabencana. Tema ini dilihat dari

uraian penutup berita.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Marwan Jafar dilabeli Menteri Desa PDT dan

Transmigrasi. Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang

dikemukakan berasal dari pihak berkompeten untuk menekankan

informasi yang diberikan Jawa Pos.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

340

Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon-leksion

untuk memberikan penekanan dalam teks berita. Leksikon “solusi”,

“antisipatif”, “penyadaran” dan “opsi relokasi” digunakan untuk

menekankan pada khalayak terkait cara untuk mengurangi jumlah

korban saat terjadi bencana.

Sementara “terus memberikan”, “perhatian khusus”, “tidak

menginginkan” merupakan cara Jawa Pos untuk menampilkan bukti

tindakan yang telah dilakukan instansi terkait. Meskipun dalam

uraiannya tidak nampak “bukti” tindakan yang telah dilakukan.

Tabel 3.32 Analisis Framing Opsi Relokasi untuk Desa Rawan Bencana

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang

mempunyai wewenang. Skrip Jawa Pos memberikan wacana relokasi sebagai langkah

antisipatif mencegah korban longsor. Uraian dari satu narasumber tersebut tanpa pembanding narasumber lain. Narasumber mengemukakan perannya namun tidak disertai data berupa bukti, maupun keterangan dari warga.

Tematik (1) Opsi relokasi sebagai langkah antisipatif untuk mencegah korban jiwa saat bencana (2 Kementerian Desa PDT dan Trasmigrasi telah berperan aktif dalam penyadaran kepada masyarakat mengenai opsi relokasi (3) Harus membandingkan opsi yang lebih menguntungkan, antara relokasi atau memperbaiki desa pascabencana

Retoris Label otoritas jabatan. Menggunakan sejumlah kata “terus memberikan”, “perhatian khusus”, “tidak menginginkan” untuk menekankan informasi dari narasumber. Leksikon relokasi untuk menjelaskan upaya memindahkan warga ke tempat yang lebih aman.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

341

7. Frame Jawa Pos edisi Selasa 16 Desember 2014 yang Berjudul

Cuaca Buruk, Evakuasi Dihentikan Lagi

Empat hari pasca longsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa

Pos menampilkan artikel terkait bencana. Artikel tersebut berjudul

“Cuaca Buruk, Evakuasi Dihentikan Lagi”. Jawa Pos memandang

bencana dengan korban jiwa terjadi karena kesalahan warga yang

menyalahgunakan alat deteksi dini yang disediakan pemerintah.

Pemerintah sendiri memandang opsi relokasi sebagai solusi utama

penanganan bencana di Banjarnegara.

Berita kategori pascabencana ini merupakan peran Jawa Pos

untuk menginformasikan tindakan yang dilakukan pemerintah terkait

penanganan korban longsor. Jawa Pos tidak begitu luas menampilkan

sudut pandanga karena uraian yang ditulis tidak lengkap memberikan

data, bukti, maupun keterangan nari narasumber lain.

Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam

skema berita. Judul yang ditampilkan jelas menampilkan pengentian

evakuasi.Dari kata penghentan lagi, dapat dipahami bahwa kejadian

tersebut berulang akibat cuaca buruk.

Mengenai crossheadline, Jawa Pos menulis “Jumlah Korban

Tewa Jadi 52 Orang”. Judul tersebut sebagai informasi yang dianggap

penting oleh Jawa Pos untuk disampaikan kepada khalayak.

Dalam teks berita, mengenai peristiwa longsor yang

ditampilkan Jawa Pos mewawancari tiga narasumber untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

342

menguraikan informasi. Narasumber pertama, Kepala Pusat Data

Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB), Sutopo Purwo Nugroho digunakan Jawa Pos untuk

menjelaskan kendala evakuasi, jumlah warga Jemblung yang menjadi

korban longsor, penyebab longsor, dan upaya yang telah dilakukan

untuk mencegah bencana berupa peringatan dini.

Mengenai kendala evakuasi, Jawa Pos menampilkan kutipan

langsung dari Sutopo,

“Beberapa kendala pencarian korban adalah hujan yang dapat memicu longsor susulan, lumpur tebal, wilayah tertimbun longsor cukup luas, kondisi tanah masih labi,” jelas Sutopo di Jakarta kemarin. (paragraf 2)

Terkait jumlah korban longsor Sutopo pun memberikan

keterangan. Namun, terdapat perbedaan jumlah korban yang

disampaikan Sutopo. Entah kesalahan wartawan Jawa Pos atau

memang kutipan utuhnya seperti itu dan ditulis apa adanya.

Berdasar data posko tanggap darurat bencana longsor terkait penmuan korban tadi malam, tercatat total jumlah korban tewas mencapai 52 orang. (paragraf 5)

Dengan demikian, 52 jiwa korban longsor belum ditemukan. Dari 52 korban tewas, enam orang belum dapat diidentifikasi dan 46 korban sudaah diidentifikasi dan diserahkan ke pihak keluarga. Korban telah dimakamkan saat ini,” papar Sutopo. (paragraf 6)

Sutopo menuturkan, pihaknya memperkirakan, lebih dari 108 orang tertimbun longsor. Sebab berdasar informasi yang diterima BNPB, saat kejadian, ada sejumlah kendaraan rosa empat dan roda dua yang melintas di jalan raya..

....selain itu, Jumlah penduduk Dusun Jemblung mencapai 308 jiwa dan 200 orang di antara mereka berhasil menyelamatkan diri. (paragraf 7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

343

Dari uraian di atas tentu nampak kurangnya kehati-hatian

wartawan dalam menyebutkan data, sehingga yang ditampilkan

kurang akurat.

Mengenai penyebab longsoran, Sutopo memaparkan pihaknya

memetakan sejumlah faktor. Di antaranya, material penyusun bukit

Telagalele adalah endapan vulkanik tua sehingga solum tanah tebal

dan lapuk. Kemeriringan lereng lebih dari 60 persen. Mahkota longsor

berada pada kemiringan lereng 60 hingga 80 persen.

“Sebelumnya juga terjadi hujan deras pada 10-11 Desember sehingga tanah jenuh dengan air. Lalu, tanaman di atas bukit adalah tanaman semusim (palawija dan tahunan yang tidak rapat). Budidaya pertanian juga tidak mengindahkan konservasi tanah dan air, di mana tidak ada terasering pada lereng tersebut,’ paaprnya. (paragraf 10)

Perihal peringatan dini yang telah dilakukan, Sutopo

menegaskan selama ini pihaknya cukup getol menyosialisasikan

peringatan dini terjadinya bencana di lokasi tersebut. Pemerintah

sudah membekali masyarakat di daerah rawan longsor dengan

berbagai pelatihan dan pengetahuan terkait bencana longsor. Bahkan

telah ditempatkan saranan berupa alat sistem peringatan dini longsor

atau landslide early warning sistem (LEWS) di lokasi rawan longsor.

Sutopo menekankan, alat tersebut disalahgunakan warga.

“Banyak saya temukan di beberapa daerah, alat LEWS (alat sistem peringatan dini longsor atau landslide early warning sistem) ini malah dijadikan kandang kambing, jemuran, atau dibiarkan sehingga jadi sarang semut. Bahkan, ada yang sengaja diputus kabelnya. Ketika saya tanya kenapa, mereka bilang alat itu bikin deg-degan, karena alat itu bunyi, jika ada longsor kecil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

344

saja. Padahal, (longsor) yang besar tidak terjadi, makanya digunting,’ ucap Sutopo. (paragraf 14)

Dari uraian tersebut jelas Sutopo menyalahkan masyarakat

yang menyalahgunakan alat deteksi dini. Namun, tidak nampak

penjelasan daerah mana yang melakukan tindakan tersebut. Jawa Pos

pun tak memberikan konfirmasi kejadian tersebut, hanya dari

penuturan Sutopo.

Narasumber ke dua, Wakil Presdien, Jusuf`Kalla menekankan

pemerintah segera melakukan relokasi. Keterangan tersebut diperjelas

dengan keterangan narasumber ketiga, Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono. Basuki menjelaskan relokasi

menjadi solusi utama yang diprioritaskan karena risiko bencana

longsor sulit dihindari. Untuk tahap awal, relokasi akan segera

dilakukan untuk keluarga yang menjadi korban longsor. Pemerintah

akan membangun 300 rumah baru.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusul Kalla mengatakan, pemerintah sudah memetakan lokasi-lokasi rawan bencana longsor di Banjarnegara. Karena itu, untuk upaya pencegahan, pemerintah akan segera menjalankan program relokasi atau memindahkan masyarakat ke lokasi yang lebih aman. (paragraf 15)

“Kalau saya lihat, tebingnya curam-curam. Masyarakat di sekitar situ harus direlokasi remua,’ ijarnya di kantor wakil presiden kemarin (15/12). (paragraf 16)

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menambahkan, berdasar pantauan di lapangan, wilayah Banjarnegara memang sangat rentan bencana longsor, baik dari sisi geologis maupun struktur lapisan tanahnya. “Jadi, masuk kategori wilayah berisiko tinggi.” (paragraf 17)

Menurut Basuki, ada tiga hal yang menjadi sorotan. Pertama. Topografi atau bentang alam berupa tebing-tebing

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

345

curam. Kedua, pola tanam masyarakat di perbukitan. Ketiga, pola curah hujan. Kalau curah hujan tinggi, kemungkinan longsor di lokasi lain tinggal menunggu waktu,” ucapnya. (paragraf 18)

Karena itu, lanjut dia, relokasi menjadi solusi utama yang diprioritaskan. Sebab risiko bencna lonsgor sulit untuk dihindari. Namun, Basuki mengaku bahwa relokasi pun tidak mudah. Sebab, sulit mencari lokasi aman di Banjarnegara. “Jadi, kami sangat hati-hati,” ujarnya. (paragraf 19)

Dari cuplikan berita di atas, dapat terlihat upaya Jawa Pos

untuk menampilkan sosok Jusuf Kalla yang memberikan informasi

mengenai pemerintah yang akan segera melakukan relokasi. Namun

dalam uraian, yang menjelaskan mengenai relokasi adalah Basuki.

Dapat dipahami cara tersebut untuk menampilkan Jusuf Kalla dalam

berita yang dituliskan Jawa Pos.

Teks berita Jawa Pos dibuka dengan uraian 3 paragraf yang

menuliskan kendala pencarian korban. Cuaca buruk yang kembali

melanda mengakibatkan proses evakuasi dihentikan. Beberapa

kendala pencarian korban adalah hujan yang dapat memicu longsor

susulan, lumpur tebal, wilayah tertimbun cukup luas, dan kondisi

tanah masih labih.

Uraian dilanjutkan dengan infromasi jumlah korban dalam 6

paragraf. Sutopo menyebutkan lebih kurang 2.000 personel tim

gabungan terus mencari korban. Sebanyak 12 alat beras dari

Kementerian PU Pera dikerahkan untuk membersihkan longsoran

jalan. Tercatat total jumlah korban tewas mencapai 52 orang. Jawa

Pos menyebutkan 52 jiwa korban belum ditemukan. Sutopo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

346

memperkirakan lebih dari 108 orang tertimbun. Penekanan jumlah

korban terlihat dari uraian jumlah penduduk Jemblung mencapat 308

jiwa dan 200 orang di antara mereka berhasil menyelamatkan diri.

Jawa Pos juga menguraikan peran yang telah dilakukan

pemerintah untuk mencegah bencana dalam 6 paragraf. Berdasarkan

uraian, Sutopo menyalahkan warga yang menyalahgunakan alat

deteksi dini. Jawa Pos menutup berita dengan 6 paragraf uraian upaya

relokasi dan 1 paragraf kesimpulan korban yang ditemukan sejumlah

52.

Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan

wacana pemerintah menyalahkan warga yang menyalahgunakan alat

deteksi dini sehingga terjadi bencana longsor yang memakan banyak

korban jiwa.

Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan penjelasan

mengenai proses evakuasi yang terhambat cuaca (how). Jawa Pos

menguraikan hasil evakausi yang menemukan 52 korban meninggal

(what). Dalam uraian berikutnya pemerintah menyalahkan bencana

longsor yang terjadi karena penyalahgunaan alat deteksi dini oleh

masyarakat (why). Jawa Pos menutup uraian dengan pandangan

relokasi sebagai solusi utama pencegahan bencana (how).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos

memandang proses evakuasi yang terhenti karena cuaca lebih penting

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

347

untuk didahulukan dari pada informasi lain terkait penyebab bencana,

maupun tindakan pemerintah dalam penanganan bencana.

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,

proses evakuasi yang kembali ditunda karena cuaca buruk

menemukan 52 korban meninggal. Tema ini bisa dilihat dari uraian

Sutopo mengenai kendala evakuasi serta jumlah korban ditemukan.

Tema kedua, Pemerintah menyalahkan warga yang

menyalahgunakan alat deteksi dini. Tema ini dapat dilihat dari uraian

dari Sutopo yang menyatakan pemerintah telah menyosialisasikan

peringatan dini, namun sarana berupa alat deteksi dini longsor

disalahgunakan masyarakat dengan menjadikannya sebagai kandang

kambing, jemuran, bahkan memotong kabel karena alat tersebut tidak

berfungsi dengan baik.

Tema ketiga, pemerintah menjadikan relokasi sebagai solusi

utama untuk menghindari bencana longsor. Tema ini dapat dilihat dari

keterangan Jusuf Kalla dan diperjelas dengan uraian dari Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadi Muljono.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Sutopo Purwo Nugroho dilabeli “Kepala Pusat Data

Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB)”, Jusuf Kalla dilabeli “Wakil Presiden”, dan Basuki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

348

Hadimuljono dilabeli “Menteri Pekerjaan Umum”. Label otoritas

jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan berasal dari

pihak berkompeten untuk mendukung pandangan Jawa Pos.

Selain itu, Jawa Pos juga menggunakan leksikon untuk

memberikan penekanan berupa “opso relokasi” dan “solusi utama”.

Tabel 3.33 Analisis Framing Cuaca Buruk, Evakuasi Dihentikan Lagi

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Wawancara pada narasumber pejabat birokrasi yang

berwenang . Jawa Pos menampilkan sosok Jusuf Kallan yang memberikan keterangan pemerintah sudah memetakan lokasi rawan longsor di Banjarnegara.

Skrip Mengutamakan informasi terhentinya proses evakuasi karena cuaca buruk. Jawa Pos memberi pandangan pemerintah sudah melakukan tindakan peringatan dini, namun masyarakat menyalahgunakan alat deteksi dini. Jawa Pos juga memberikan pandangan relokasi menjadi solusi utama yang diprioritaskan.

Tematik (1) Proses evakuasi yang kembali ditunda karena cuaca buruk menemukan 52 korban meninggal (2) Pemerintah menyalahkan warga yang menyalahgunakan alat deteksi dini (3) Pemerintah menjadikan relokasi sebagai solusi utama untuk menghindari bencana longsor

Retoris Pemberian label jabatan serta penggunaan leksikon “opsi relokasi” dan “solusi utama untuk menguatkan pandangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

349

8. Frame Jawa Pos edisi Rabu 17 Desember 2014 yang Berjudul

Dusun Tetangga Ikut Longsor : Temukan Motor dan Mobil

Tertimbun Tanah

Lima hari pascalongsor menimbun Dusun Jemblung, Jawa

Pos menampilkan artikel terkait proses identifikasi korban longsor.

Artikel tersebut berjudul “Dusun Tetangga Ikut Longsot : Temukan

Motor dan Mobil Tertimbun Tanah”. Jawa Pos menampilkan

pandangan ancaman longsor di Banjarnegara terbukti. Dalam teks

berita, Jawa Pos menampilkan kejadian longsor di Demplok sebagai

peristiwa utama kemudian menjelaskan perkembangan evakuasi

korban.

Berita dalam kategori pascabencana ini merupakan upaya

Jawa Pos memberikan bukti ancaman longsor di Banjarnegara

memang nyata.Jawa Pos juga beruha memberikan informasi

perkembangan evakuasi korban. Selain itu, keterangan dari Bupati

Banjarnegara, dapat dipahami sebagai cara Jawa Pos imenampilkan

pejabat tersebut. Karena bila dilihat sejak awal, narasumber yang

memberikan keterangan terkait bencana analah Wakil Bupati

Banjarnegara.

Dari analisis sintaksis, pandangan Jawa Pos diwujudkan dalam

skema berita. Judul penggoda yang ditampilkan jelas menampilkan

peristiwa yang diangkat berupa kejadian longsor di dusun yang

berdekatan dengan Dusun Jemblung. Longsor berjarak 5 km dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

350

Jemblung menimpa Dusun Demblok, Desa Leksana, Kecamatan

Karangkobar mengakibatkan jalan Karangkobar-Pekalongan yang

sebelumnya bisa dilintasi kendaraan tertutup longsoran tanah.

Sementara dalam judul pemberitahu “Temukan Motor dan

Mobil Tertimbun Tanah” merupakan upaya Jawa Pos memberikan

informasi terkait perkembangan evakuasi di Jemblung. Hal itu bisa di

amati dalam uraian mengenai proses indentifikasi kendaraan yang

ditemukan.

Dalam teks berita Jawa Pos menampilan dua informasi,

pertama mengenai bencana lonsgor di Dusun Demblok, Desa Leksana,

Kecamatan Karangkobar dan perkembangan evakuasi korban longsor

di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar.

Mengenai longsor di Dusun Demplok, Jawa Pos

mewawancarai 2 Marwan warga setempat dan Mardiyanto warga yang

berada dilokasi saat bencana terjadi. Jawa Pos memberikan uraian

sebagai berikut,

Tebing yang longsor memiliki ketinggian sekitar 25 meter, sangat terjal, serta gundul. Tidak ada tanaman keras yang tersisa karena tanah yang miring tersebut digunakan untuk penyemaian sayuran. Tak mengherankan, ketika hujan turun, bencana longsor tak dapat terhindarkan. (paragraf 3)

Mawan, warga setempat, mengatakan bahwa peristiwa longsor tidak hanya terjadi kali ini. Bencana itu memang sering menimpa wilayah tersebut. Menurut dia, Kamis lalu (11/12) tiga titik juga longsor. “Satu titik jaraknya sekitar 1 kilometer, yang dua dekat dari sini,” katanya di lokasi. Peristiwa longsor di Kecamatan Karangkobar membuat dia takut. Karena itu, dia tidak berani melintas ketika hujan turun. (paragraf 4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

351

Dari uraian yang dikemukakan narasumber tersebut, banyak

ketidakjelasan informasi. Pertama, narasumber merupakan warga

Dusun Demplok, bukannya menjelaskan bencana yang menutup jalan,

akan tetapi malah menguraikan bencana di tempat lain. Penyebutan

titik longsor pun kurang jelas karena tidak diikuti penjelasan

mengenai titik yang disebut. Selain itu, tanggapan yang diberikan

mengenai bencana longsor di Jemblung, bukan di Demplok.

Mengenai informasi yang ditampilkan, dapat dilihat uraian

longsoran di Demplok merupakan hasil pengamatan wartawan Jawa

Pos. Sebaiknya diberi keterangan menurut pengamatan atau

sejenisnya. Nampak opini wartawan yang menyebutkan “tak

mengherankan, ketika hujan turun, bencana longsor tak dapat

terhindarkan”. Tak ada narasumber yang memberikan penekanan.

Bahkan salah satu warga setempat hanya menyebut bencana sering

terjadi, tanpa penjelasan penyebab maupun dampak longsoran.

Jawa Pos berupaya memberikan penekanan akan

pandangannya mengenai seringnya bencana yang melanda dengan

keterangan dari Mardiyanto. Warga yang berada di lokasi saat terjadi

bencana longsor tersebut menjelaskan ada retakan baru tak jauh dari

lokasi saat longsoran baru selesai dibersihkan.

Mardiyanto, warga yang berada dilokasi saat bencana itu terjadi, mengaku khawatir. Sebab, saat longsoran tanah baru saja bisa dibersihkan, sudah terjadi retakan yang tak jauh dari lokasi tersebut. (paragraf 8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

352

Dari penulisan tersebut, dapat diamati keterangan “warga yang

berada di lokasi saat bencana terjadi”. Namun, perlu diperhatikan

uraian berita yang disajikan oleh Jawa Pos sama sekali tidak

menunjukkan penyebab yang pasti, hanya berupa pandangan dari

wartawan yang dituliskan tanpa ada keterangan dari narasumber.

Sementara itu terkait evakuasi bencana longsor di Jemblung,

Jawa Pos menampilkan Kapolress Banjarnegara, AKBP Wika

Hardianto untuk menjelaskan identifikasi penemuan kendaraan di

lokasi longsoran dan Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo yang

mengemukakan masa tanggap darurat bencana longsor di Kabupaten

Banjarnegara ditetapkan sejak 8 sampai 21 Desember 2014.

Wika menjelaskan, hingga kini pihaknya masih melakukan

identifikasi. 6 di antara 14 sepeda motor yang ditemukan sudah berasil

diidentifikasi. Salah satu mobil Suzuki APV D 1463 QY juga berhasil

diidentifikasi. Identifikasi dilakukan dengan mengecek nomor rangka

dan nomor mesin kendaraan. Hasilnya dicocokkan dengan data

samsat.

Dengan metode pengecekan semacam itu, ruang lingkup pencarian bisa dipersempit. Menurut dia, setelah pemilik kendaraan diketahui, akan dilakukan pengecekan. ‘Siapa yang naik kendaraan tersebut, termasuk berapa penumpangnya,” terangnya. Dengan begitu, upaya identifikasi korban bisa lebih mudah. (paragraf 12)

Dia menambahkan, sejumlah korban yang ditemukan sedang berkendara bukan merupakan warga Dusun Jemblung. Mereka adalah warga yang kebetulan melintas. (paragraf 13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

353

Penulis menemukan sejumlah uraian yang agak janggal

“ditemukan sedang berkendara”. Mungkin yang dimaksud wartawan

Jawa Pos korban yang ditemukan dalam kendaraan. Penulis menilai

wartawan Jawa Pos kurang hati-hati dalam menulis berita, keakuratan

serta kelengkapan berita masih kurang diperhatikan.

Jawa Pos berupaya menampilkan peran seorang Bupati

Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo. Sutedjo menegaskan masa

tanggap darurat bencana longsor di Kabupaten Banjarnegara

ditetapkan sejak 8 sampai 21 Desember 2014. Apa yang dikemukakan

oleh Sutedjo sebenarnya sesuatu yang tidak perlu. Mengingat kejadian

sudah 5 hari berlalu. Data yang disampaikan kurang aktual, bahkan

kalah dengan status tanggap darurat yang dikeluarkan Ganjar

Pranowo, yang juga ditulis oleh Jawa Pos pada edisi 14 Desember

2014. Hal itu diperkuat tanpa adanya uraian yang menanggapi

keterangan dari Sutedjo.

Artinya, sebelum peristiwa longsor di Dusun Jemblung pun, Pemkap Banjarnegara sudah berada dalam masa darurat karena ada bencana longsor di Kecamatan Wnayasa, Pejawaran, dan Sigaluh. “Dengan adanya longsor yang lebih besar di Dusun Jemblung, Konsentrasi penanganan darurat dialuhkan di sini,” kata Bupati. (paragraf 14)

Teks berita Jawa Pos dibuka dengan uraian 5 paragraf

mengenai bencana longsor di Dusun Demplok. Jawa Pos

menguraikan pandangan mengenai wacana penyebab longsor.

Narasumber digunakan untuk memberikan wacana bencana longsor

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

354

sudah sering terjadi. Hal itu diperkuat dengan naras sumber lain yang

melihat ada retakan baru seusai pembersihan material longsor di

Dusun Demplok.

Berita dilanjutkan dengan 6 paragraf berupa identifikasi

kendaraan yang ditemukan. Jawa Pos menguraikan keterangan bahwa

sejumlah korban yang ditemukan merupakan pengendara yang

kebetulan melintas saat terjadi longsoran di Jemblung. Urain

dilanjutkan dengan 1 paragraf keterangan Bupati Banjarnegara yang

menyebutkan wilayah Banjarnegara sudah dalam masa tanggap

darurat sejak 8 sampai 21 Desember 2014. Uraian tersebut merupakan

upaya Jawa Pos menampilkan sosok bupati.

Jawa Pos menutup dengan 2 paragraf pantauan Radar

Banyumas informasi jumlah korban yang ditemukan. Dalam uraiannya

Jawa Pos menjelaskan jumlah korban, lokasi penemuan, dan proses

evakuasi yang dihentikan karena hujan.

Skema tersebut Jawa Pos gunakan untuk menampilkan

wacana tebing yang ditanami sayur tanpa tanaman keras akan

mengakibatkan longsor saat hujan turun. Jawa Pos juga memberikan

penekanan bahwa sebagian korban yang ditemukan menrupakan

pengguna jalan yang melintas saat terjadi longsoran. Jawa Pos pun

berupaya menampilkan peran seorang bupati dan menampilkan peran

media yang memantau di lokasi bencana untuk mendapatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

355

informasi mengenai data korban yang berhasil dievakuasi dan

diidentifikasi.

Jawa Pos memulai berita dengan menampilkan informasi

mengenai longsor yang menimpa Dusun Demplok (what). Bencana

tersebut diwacanakan dengan penyebab longsor berupa tebing yang

ditanami sayuran tanpa tanaman keras dan terkena hujan deras (why).

Wacana tersebut diperkuar dengan kesaksian narasumber yang

mengaku melihat retakan baru saat pembersihan material longsor di

Demplong selesai.

Jawa Pos melanjukat dengan membei informasi sejumlah

kendaraan berhasil dievakuasi dan diidentifikasi (what). Dari hasil

identifikasi, ditegaskan sebagian korban yang ditemukan bukan warga

Jemblung, melainkan pengguna jalan yang melintas saat terjadi

longsoran di Dusun Jemblung (who). Jawa Pos menampilkan sosok

Buati Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo yang menegaskan

Kabupaten Banjarnegara telah ditetapkan sejak 8-21 Desember 2014

(who-what). Urian ditutup mengenai keterangan jumlah korban yang

ditemukan, yang berhasil diidentifikasi, dan evakuasi yang ditunda

karena hujan deras (how).

Dengan mengisahkan peristiwa tersebut, Jawa Pos

memandang infromasi bencana di daerah lebih penting daripada

perkembangan proses evakuasi di Dusun Jemblung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

356

Dari struktur tematik, ada tiga tema dalam teks berita. Pertama,

terjadi longsoran di Dusun Demplok, Desa Leksana, Kecaamatan

Karangkobar yang menutup akses jalan Karangkobar-Pekalongan.

Tema ini dilihat dari uraian Jawa Pos dan keterangan yang

dikemukakan oleh narasumber.

Tema kedua, dari hasil identifikasi kendaraan, sejumlah

korban yang ditemukan bukan warga Jemblung, melainkan

pengendara yang sedang melintas saat peristiwa longsor di Dusun

Jemblung.

Tema ketiga, informasi mengenai Kabupaten Banjarnegara

yang dtetapkan masa tanggap darurat sejak 8 sampai 21 Desember

2014. Tema ini merupakan upaya Jawa Pos menampilkan sosok

bupati. Tema keempat, perkembangan data informasi bencana. Tema

ini merupakan upaya menampilkan peran Jawa Pos yang berada di

lokasi untuk memantau perkembangan informasi.

Frame ancaman bencana dalam teks didukung dengan

penekanan tertentu pada level retoris. Salah satu retorika yang dipakai

adalah pemberian label otoritas jabatan dari narasumber yang

diwawancarai. Wika Hardianto dilabeli “AKBP, Kapolres

Banjarnegara”, Sutedjo Slamet Utomo dilabeli “Bupati Banjarnegara”.

Label otoritas jabatan menunjukkan bahwa fakta yang dikemukakan

berasal dari pihak berkompeten untuk memberikan keterangan

maupun informasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

357

Jawa Pos menampilkan dua buah foto untuk memberi

penekanan berupa bukti. Salah satu foto berjudul “Mengenaskan”

dengan keterangan foto digunakan untuk menekankan pandangan

adanya pengguna jalan yang ikut tertimbun material longsoran di

Jemblung. Keterangan foto dapat diamati di bawah ini.

Bodi mobil Suzuki APV ditemukan tim SAR dalam kondisi rusak parah. Ironisnya, belum diketahui berapa orang yang menumpang mobil tersebut. Hanya dipastikan, saat kejadian mobil itu melaju di jalanan Karangkobar.

Sementara foto satunya berjudul “Longsor Susulan” sebagai bukti

peristiwa longsoran di Dusun Demplok. Foto tersebut dilengkapi

keterangan sebagai berikut.

Dusun Demplok, Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, menyusul tertimbun longsoran. Untung, warga antisipatif dan terhindar dari bencana seperti di Desa Jemblung.

Tabel 3.34 Analisis Framing

Dusun Tetangga Ikut Longsor Temukan Motor dan Mobil Tertimbun Tanah

Elemen Strategi Penulisan

Skematis Menampilkan warga untuk menekankan peritiwa longsor

di Dusun Demplok. Mawan warga setempat malah digunakan untuk memberi penekanan longsor diKarangkobar membuatnya takut dan tidak berani melintas (jalan) saat hujan, sementara Mardiyanto warga yang berada dilokasi saat bencana terjadi (pengguna jalan) digunakan untuk menekankan pandangan bencana longsor yang sering terjadi di kawasan tersebut. Mardiyanto memberi keterangan retakan baru saat pembersihan material longsor. Menampilkan narasumber yang mempunyai otoritas jabatan.

Skrip Menutamakan informasi kejadian bencana di Dusun Demplok. Jawa Pos memberi pandangan berdasar identifikasi kendaraan, ada sejumlah pengguna jalan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

358

ikut tertimbun longsor di Dusun Jemblung. Jawa Pos juga berupaya menampilkan sosok Bupati Banjarnegara.

Tematik (1) Terjadi longsoran di Dusun Demplok, Desa Leksana, Kecaamatan Karangkobar yang menutup akses jalan Karangkobar-Pekalonga (2) Hasil identifikasi kendaraan, sejumlah korban yang ditemukan bukan warga Jemblung, melainkan pengendara yang sedang melintas saat peristiwa longsor di Dusun Jemblung (3) informasi mengenai Kabupaten Banjarnegara yang dtetapkan masa tanggap darurat sejak 8 sampai 21 Desember 2014

Retoris Pemberian label jabatan. Menampilkan foto mobill yang rusak untuk memberikan penekanan pada pandangan adanya pengguna jalan yang ikut tertimbun longsor di Jemblung. Jawa Pos juga menampilkan foto evakuasi longsoran di Demplok sebagi bukti.

C. Perbandingan Framing Berita Bencana Tanah Longsor di

Banjarnegara Pada Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi

Desember 2014

Peristiwa longsor yang menimbun Dusun Jemblung, Desa

Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa

Tengah merupakan salah satu peristiwa besar di penghujung tahun 2014.

108 warga dikabarkan terkubur longsoran. Hingga akhir pencarian,

ditemukan 95 korban meninggal dan 13 dinyatakan hilang. Longsor di

Banjarnegara bukan kali ini saja terjadi. Bahkan sebagian besar wilayah

Banjarnegara dinyatakan rawan longsor. Ada yang bilang longsor

termasuk kategori bencana tidak terduga, namun ada juga yang mengaku

tidak kaget dengan kejadian longsor di Dusun Jemblung karena sudah ada

tanda-tanda akan adanya bencana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

359

Segera setelah bencana melanda, media pers menyiarkan bencana

alam tersebut, pejabat birokrasi lekas memberikan instuksi penanganan

bencana, warga memberikan kesaksian, dan instansi penanganan bencana

beserta lembaga sosisal turun ke lapangan memberikan bantuan. Pada

peristiwa bencana, tidak ada kepentingan dari pihak-pihak tertentu,

bencana tidak memiliki konteks politik yang terjadi, tidak menciptakan

gerakan sosial, namun bencana mampu menimbulkan kepanikan moral dan

kecemasan berkepanjangan yang terjadi pada masyarakat. Media

mempunyai pandangan sendiri dalam memaknai kejadian bencana. Frame

masing-masing media menentukan bagaimana fakta diambil, siapa yang

diwawancarai, bagaimana hasil wawancara itu diperlakukan, ditulis dan

ditempatkan dalam halaman surat kabar.

Kompas memandang peristiwa bencana longsor di Banjarnegara

sebagai peristiwa penting yang perlu diinformasikan kepada khalayak.

Lebih dari itu, bahkan niatan Kompas untuk menyadarkan khalayak

terhadap peristiwa bencana pun dapat diamati dari berita yang ditampilkan,

narasumber yang diwawancarai, dan wacana yang diberikan. Kompas tidak

hanya memberitakan mengenai longsor besar di Jemblung pada 12

Desember 2014, tetapi juga kejadian bencana di sejumlah daerah untuk

memperkuat pandangan. Bila ditarik dari analisa, Kompas menampilkan

25 artikel berita dan 3 foto lepas. Kompas menampilkan berita mengenai

bencana longsor Banjarnegara sejak 1 Desember 2014 atau 11 hari

sebelum longsor besar yang menimbun Dusun Jemblung. Berita tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

360

menuliskan kejadian longsor yang memutuskan jalan utama di Kecamatan

Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Sementara artikel

Kompas mengenai bencana longsor di Banjarnegara berakhir pada 23

desember 2014 atau 11 hari pascabencana longsor. Kompas menulis

artikel yang menginformasikan seluruh korban selamat tempati rumah

sewa sambil menunggu selesainya pembangunan tempat relokasi.

Dalam pemberitaan bencana longsor, artikel Kompas sudah

mencakup mulai dari prabencana, kejadian bencana, dan pascabencana.

Untuk menguatkan pandangan, Kompas menampilkan 69 narasumber

meliputi warga, pemerintah daerah, pemerintah provinsi, pemerintah pusat,

ahli, instansi penanganan bencana, hingga LSM lebih detailnya dapat

diamati dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.35 Narasumber yang Diwawancarai Surat Kabar Kompas

No. Nama Keterangan Tanggal Terbit

1 Joko Widodo Presiden Edisi 15 Desember

2014 2 Andi Widjajanto Sekretaris Kabinet Edisi 14 Desember

2014 3 Siti Nurbaya

Bakar Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup

Edisi 14 Desember 2014

4 Basuki Hadimuljono

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Edisi 15 dan 16 Desember 2014

5 Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah Edisi 14 Desember 2014

6 Sutedjo Slamet Utomo

Bupati Banjarnegara Edisi 22 Desember 2014

7 Hadi Supeno Wakil Bupati Banjarnegara

Edisi 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, dan 23 Desember 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

361

8 Jabes Gagana Wakil Bupati Sangihe, Sulawesi Utara

Edisi 22 Desember 2014

9 Partono Kepala Desa Sampang Edisi 15 Desember 2014

10 Nurhadi Kepala Desa Kalitlaga Edisi 1 Desember 2014

11 Manadi Tokoh Masyarakat Pakenjeng, Garut

Edisi 1 Desember 2014

12 Karman Warga Banyumas Edisi 1 Desember 2014

13 Durohim Warga Ambal (400 meter dari Jemblung)

Edisi 16 Desember 2014

14 Wartono Warga Sijeruk Edisi 18 Desember 2014

15 Sarno Warga Jemblung Edisi 14 Desember 2014

16 Bini Warga Jemblung Edisi 14 Desember 2014

17 Harno Warga Jemblung Edisi 14 Desember 2014

18 Sutinem Warga Jemblung yang merantau

Edisi 14 Desember 2014

19 Taroni Warga Jemblung Edisi 15 Desember 2014

20 Tomo Petani, Warga Jemblung Edisi 15 dan 16 Desember 2014

21 Badriah Warga Jemblung di pengungsian

Edisi 16 Desember 2014

22 Dayus Warga Jemblung di pengungsian

Edisi 16 Desember 2014

23 Toflani Warga Jemblung Edisi 16 Desember 2014

24 Suparno Warga Jemblung Edisi 17 Desember 2014

25 Sunoto Warga Jemblung Edisi 23 Desember 2014

26 Yono Warga Jemblung Edisi 23 Desember 2014

27 Haryanto Kepala Seksi Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara

Edisi 5 Desember 2014

28 Surono Kepala Badan Geologi Edisi 14 dan 15 Desember 2015

29 Edvin Aldrian Kepala Pusat Penelitian Edisi 14 Desember

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

362

dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

2014

30 A Fachri Radjab Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik BMKG

Edisi 14 Desember 2014

31 Gede Suantika Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG

Edisi 15 Desember 2014

32 Kristianto Kepala Seksi Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)

Edisi 16 Desember 2014

33 Sutopo Purwo Nugroho

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Edisi 13, 14, 15, dan 16 Desember 2014

34 Raditya Jati Deputi Direktur Pencegahan Bencana BNPB

Edisi 18 Desember 2014

35 Agus Haryono Kepala Kantor Badan SAR Nasional Semarang

Edisi 14 Desember 2014

36 Tri Joko Priyono Kepala Seksi Operasi Badan SAR Nasional Jawa Tengah

Edisi 15 Desember 2014

37 Sarwa Pramana Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah

Edisi 20 Desember 2014

38 Catur Subandrio Kepala Pelaksanan Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara

Edisi 15 Desember 2014

39 Andri Sulistyo Anggota staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara

Edisi 1 Desember 2014

40 Aji Pratama Heru

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar

Edisi 14 Desember 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

363

41 Joko Sudibyo Kepala Bidang Kedaruratan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang

Edisi 23 Desember 2014

42 Gede Jaya Serataberana

Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Provinsi Bali

Edisi 23 Desember 2014

43 Nyoman Wijaya Kepala BPBD Badung, Bali

Edisi 22 Desember 2014

44 Hentje Tamboto Kepala BPBD Sangihe, Sulawesi Utara

Edisi 22 Desember 2014

45 Bernard Lamia Kepala BPBD Kota Jayapura, Papua

Edisi 14 Desember 2014

46 Edi Prasetyo Utomo

Peneliti longsor senior pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Edisi 15 dan 16 Desember 2014

47 Teuku Faisal Fathani

Ali longsor, Peneliti longsor pada Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM)

Edisi 15 dan 16 Desember 2014

48 Adrin Tohari Pakar geoteknik dari kelompok riset Pergerakan Tanah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Edisi 18 Desember 2014

49 Abdul Muhari Peneliti Internasional Research Institute of Disaster Science (IRIDeS)-Jepang

Edisi 17 Desember 2014

50 Deni Bram Ahli hukum lingkungan dari Universitas Tarumanegara

Edisi 16 Desember 2014

51 52 Edi Rohmatullah Komandan Kodim

0704/Banjarnegara Letkol (Inf)

Edisi 14, 17, 18, 19, dan 21 Desember 2014

53 Edison Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf)

Edisi 22 Desember 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

364

54 Tia Kurniawan Kepala Subdivisi Tanggap Darurat Pemulihan dan Rekonstruksi Palang Merang Indonesia (PMI)

Edisi 8 Desember 2014

55 Catur Sudiro Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI)

Edisi 8 Desember 2014

56 Fary Djemy Francis

Anggota Kappija-21 yang juga Ketua Komisi V DPR

Edisi 8 Desember 2014

57 Insan Nurrohman

Wakil Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT)

Edisi 8 Desember 2014

58 M Edi Waluyo Wakil Ketua Yayasan Bina Karta Lestari

Edisi 20 Desember 2014

59 Sudharto P Hadi Rektor dan Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro

Edisi 16 Desember 2014

60 Agus Purwadianto

Guru Besar Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Edisi 16 Desember 2014

61 Yuli Budiningsih Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI

Edisi 16 Desember 2014

62 Wahyu Wilopo Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Edisi 16 Desember 2014

63 Nur Hadi Amiyanto

Kepala Dinas Pendidikan Jateng

Edisi 20 Desember 2014

64 Alfian Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya

Edisi 5 Desember 2014

65 Heri Sogiri Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya

Edisi 5 Desember 2014

66 Teguh Dwi Paryono

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng

Edisi 16 Desember 2014

67 Achmad Yurianto

Kepala Pusat Penanggulangan Krisis

Edisi 15 Desember 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

365

Kesehatan Kementerian Kesehatan

68 Asturi Putri Anggota Tim Penanggulangan Bencana Ikatan Dokter Indonesia

Edisi 15 Desember 2014

69 Reza Rahardian Dokter posko pengungsian di Desa Ambal dari PKU Muhammadiyah temanggung

Edisi 16 Desember 2014

Frame mengenai bencana longsor di Banjarnegara, Kompas

memandang sebagai bencana dalam kategori bisa diprediksi, bisa diamati

gejalanya, dan bisa dicegah. Dalam pemberitaan, selain memberikan

informasi terkait perkembanganan penanganan bencana, Kompas

memberikan pandangan berupa peringatan dini berupa ancaman bencana

susulan serta ancaman bencana di sejumlah daerah dalam lingkup nasional,

identifikasi gelaja longsor, memberi kritik kepada pemerintah, dan jalan

keluar berupa penanganan longsor dengan cara mitigasi bencana.

Kritik yang diberikan cenderung menyalahkan pemerintah yang

tidak tanggap hingga bencana longsor dengan korban jiwa selalu berulang.

Kompas menguatkan pandangan dengan pakar yang menyebutkan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Mengenai mitigasi bencana, Kompas menekankan pada revitalisasi

kearifan lokal dari pada relokasi yang menjadi program penanganan

korban bencana oleh pemerintah. Kompas juga memberikan pandangan

perlunya edukasi bencana dan perbaikan tata guna lahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

366

Sementara, meskipun Jawa Pos juga memandang peristiwa

bencana longsor di Banjarnegara sebagai peristiwa penting yang perlu

diinformasikan kepada khalayak, namun banyak hal yang perlu dicermati

dalam isi artikelnya. Berita yang ditampilkan Jawa Pos hanya dalam

kategori kejadian bencana. Mengenai peristiwa longsor di Banjarnegara

Jawa Pos menampilkan 8 artikel yang disajikan pada edisi 13 Desember

2014 hingga 17 Desember 2014. Berita terakhir yang ditampilkan Jawa

Pos mengenai sejumlah korban tertimbun merupakan pengguna jalan.

Jawa Pos sama sekali tidak menampilkan warga Jemblung dalam

artikelnya, hanya ada narasumber dari pemerintah, dari instansi

penanganan bencana, dan dua warga yang menjelaskan kejadian longsor

memutuskan jalan di Demplok. Narasumber Jawa Pos dapai diamati di

bawah ini.

Tabel 3.36 Narasumber yang Diwawancarai Surat Kabar Jawa Pos

No. Nama Keterangan Tanggal Terbit

1 Joko Widodo Presiden Edisi 15 Desember 2014

2 Jusuf Kalla Wakil Presiden, Ketua Umum PMI

Edisi 14 dan 16 Desember 2014

3 Andi Widjajanto Sekretaris Kabinet Edisi 14 Desember 2014

4 Khofifah Indar Parawansa

Menteri Sosial Edisi 14 dan 15 Desember 2014

5 Marwan Jafar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), dan Transmigrasi

Edisi 15 Desember 2014

6 Basuki Hadimuljono

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Edisi 16 Desember 2014

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

367

Rakyat 7 Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah Edisi 14 Desember

2014 8 Sutedjo Slamet

Utomo Bupati Banjarnegara Edisi 17 Desember

2014 9 Hadi Supeno Wakil Bupati

Banjarnegara Edisi 13 Desember 2014

10 Purwanto Kepala Desa Sampang Edisi 15 Desember 2014

11 Sutopo Purwo Nugroho

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Edisi 13, 14, 15,dan 16 Desmber 2014

12 Syamsul Maarif Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Edisi 15 Desember 2014

13 Wika Hardianto Kapolres Banjarnegara, AKBP

Edisi 17 Desember 2014

14 Mawan Warga Demplok Edisi 17 Desember 2014

15 Mardiyanto Warga yang berada di lokasi saat longsor yang memutuskan jalan di Demplok

Edisi 17 Desember 2014

Minimnya narasumber yang diwawancarai tentu berpengaruh pada

frame Jawa Pos. Jawa Pos memandang pemerintah telah berperan baik

dalam penanganan bencana dengan segera memberikan bantuan kepada

korban bencana. Jawa Pos juga terkesan menjadi corong pemerintah yang

menampilkan peran instansi bahkan pejabat dalam memberikan bantuan.

Hal itu terlihat tidak adanya pihak warga yang diwawancarai, serta

menjelaskan dengan detail bangtuan yang diberikan. Sementara mengenai

kejadian bencana, Jawa Pos memandang warga sebagai pihak yang

bersalah karena menyalahgunakan alat deteksi dini longsor yang sudah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

368

disediakan pemerintah. Jawa Pos juga terkesan mendukung penuh obsi

relokasi bagi warga yang jelas-jelas ditentang oleh Kompas. Namun

pandangan dari Jawa Pos tidak diperkuat dengan data, hanya uraian dari

narasumber tanpa pembanding.

Perbedaan yang mencolok antara Jawa Pos dan Kompas juga dapat

diamati dari inti penekanan penanganan bencana. Kompas lebih

menekankan pada cara penanganan bencana dengan revitalisasi berupa

mitigasi bencana, edukasi bencana, serta perbaikan tata guna lahan,

sementara Jawa Pos yang menjadi corong pemerintah jelas

mengedepankan pada relokasi penduduk. Kompas mempunyai kesalahan

dalam penyebutan nama salah satu narasumber, Kepala Desa Sampang

disebutkan bernama Partono. Sementara Jawa Pos menyebut Kepala Desa

Sampang bernama Purwanto. Berdasarkan penelusuran penulis diberbagai

pemberitaan media massa, nama yang ditulis adalah Purwanto. Dalam hal

peyebutan tim evakuasi Jawa Pos menggunakan kata “Tim Penyelamat”

yang menggambarkan orang yang menyelamatkan korban, sementara

Kompas menggunakan kata “Relawan” menggambarkan orang yang

melakukan sesuatu dengan sukarela. Dalam hal isi berita, Kompas

mengungkap masalah, memberi kritik serta solusi dalam kejadian bencana

longsor, sementara Jawa Pos lebih menampilkan bantuan yang diberikan

oleh pemerintah untuk korban maupun instansi lain seperti PMI.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

369

Tabel 3.37 Perbandingan Frame

Elemen Kompas Jawa Pos Frame Bencana longsor merupakan

bencana dalam kategori bisa diprediksi, bisa diamati gejalanya, dan bisa dicegah. Kejadian longsor dengan korban jiwa yang berulang adalah bentuk ketidakpedulian pemerintah. Pemerintah mengabaikan peringatan dini. Perlu perubahan paradigma ke mitigasi bencana, perbaikan edukasi bencana dan tata guna lahan. Menekankan perluya revitalisasi untuk penanganan bencana. Menyebut tim evakuasi sebagai relawan.

Pemerintah telah berperan baik dalam penanganan bencana dengan memberikan sejumlah bantuan. Warga menyalahgunakan alat deteksi dini sehingga tidak berfungsi saat terjadi longsor. Melihat sisi yang lebih menguntungkan antara revitalisasi dan relokasi, Jawa Pos lebih menekankan pada relokasi sebagai upaya penaanganan bencana sesuai dengan upaya pemerintah. Menyebut tim evakuasi sebagai penyelamat.

Skematis Wawancara pakar longsor, pakar hukum, LSM, dan warga korban longsor untuk memperkuat pandangan. Kompas mengungkap masalah, memberi kritik dan solusi. Kompas juga meminta keterangan dari instansi penanganan bencana dan pemerintah sebagai pembanding. Menampilkan peran instansi dalam penanganan bencana.

Wawancara pejabat birokrasi pemerintah dan instansi penanganan bencanan untuk memberikan informasi dan pandangan. Jawa Pos lebih menekankan pada penyampaian bantuan yang diberikan pemerintah. Sementara sama sekali tidak memberi ruang bagi warga korban longsor. Menampilkan peran pejabat birokrasi maupun instansi dalam penanganan bencana.

Skrip Menginformasikan kondisi warga serta penanganan bencana. Kompas juga menjelaskan mengenai peringatan dini, identifikasi gejala longsor, jalan keluar berupa mitigasi bencana.

Menginformasikan bantuan yang diberikan kepada warga serta proses penanganan bencana. Menampilkan peran pejabat dan instansi dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

370

memberi kritik terhada pemerintah. Menekankan pada aspek revitalisasi dalam proses mitigasi bencana serta Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dan dalam UU 1945, adalah hak konstitusional warga neagara memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Menyalahkan pemerintah yang mengabaikan peringatan dini sehingga ada korban jiwa saat kejadian longsor.

pemberian bantuan. Menekankan pada aspek relokasi dalam penanganan korban bencana, dengan melihatnya dari sisi ekonomis dibandingkan dengan revitaliasi. Menyalahkan warga yang menyalahgununakan alat deteksi dini sehingga ada korban jiwa saat kejadian longsor.

Tematik (1) Memberikan peringatan dini ancaman longsor di kawasan Banjarnegara serta ancaman sejumlah bencana di berbagai daerah di Indonesia (2) Membantu khlayak untuk mengidentifikasi dan mengatasi gejala longsor untuk mencegah terjadinya bencana (3) Perlu pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi bencana bukan relokasi (4) Menginformasikan kejadian bencana longsor di Dusun Jemblung (5) Menginformasikan penanganan bencana serta memberikan peringatan dini longsor susulan serta bencana susulan di daerah lain , mengungkap masalah bahwa bencana longsor di Jemblung tinggal menunggu waktu, serta membantu khalayak mengidentifikasi daerah longsor berupa menyajikan peta kerentanan bencana longsor(6) Mengungkap masalah bencana longsor di Banjarnegara berupa pelanggaran tata guna lahan, pemerintah yang abai terhadap peringatan dini dan memberikan kritik serta solusi perlunya

(1)Simpang siur data informasi bencana (2) Kemensos bergerak cepat memberikan bantuan dan informasi mengenai proses evakuasi yang terhambat cuaca (3) Presiden Jokowi akan kunjungi lokasi bencana (4) peran Gubernur Ganjar Pranowo menjamin bantuan aman serta informasi bantuan dari PMI (5) Peran presiden beri bantuan, menguraikan bantuan dari Kemensos (6) Opsi relokasi sebagai langkah antisipatif, menampilkan kementerian Desa PDT Transmigrasi telah berperan aktif, serta membandingkan opsi yang lebih menguntungkan antara relokasi atau revitalisasi (7) Pemerintah menyalahan warga yang menyalahgunakan alat deteksi dini longsor serta memberikan informasi relokasi sebagai solusi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

371

perubahan pemerintah dari perspektif tanggap darurat ke mitigasi bencana serta rekomendari melakukan identifikasi daerah rawan longsor dan pemetaan cepat (7) Memberikan edukasi bencana kepada khalayak tentang penanganan korban longsor (8) Mengungkap permasalahan korban selamat di pengungsian yang memiliki beban pikiran serta kesehatan terganggu (9) Memberikan informasi tanggap darurat hingga 19 Desember dan bisa diperpanjang hingga 14 hari serta memberikan peringatan dini ancaman longsor susulan di Dusun Jemblung dan cara pencegahannya(9) Memberikan informasi kepada khalayak mengenai identifikasi longsor berupa tanda bencana longsor serta mengungkapkan longsor bisa dimitgasi dengan revitalisasi kearifan lokal (10) Mengungkap bahwa warga tidak mendapatkan pengenalan gejala alam serta menginformasikan pemerintah akan melakukan relokasi (11) Memberikan informasi adanya 3 longsoran baru yang mengakibatkan jumlah pengungsi semakin banyak dan mengungkap kesulitan mencari lahan relokasi, Kompas juga menampilkan kondisi tempat relokasi korban longsor di Bnjarnegara tahun 2006 yang terkena longsor (12) Memberikan kritik pada pemerintah mengenai penanganan bencana dengan perlunya belajar dari bencana yang terjadi serta mengungkap permasalahan lemahnya penanganan bencana di

utama hindari bencana longsor (8) informasi kejadian bencana yang menutup jalan di Demplok, mengungkap sejumlah korban tertimbun merupakan pengguna jalan, serta menampilkan peran Bupati Banjarnegara yang sebenarnya telah menetapkan status tanggap darurat pada 8 hingga 21 Desember.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

372

Indonesia disebabkan minimnya riset mengenai bencana, Kompas memberikan jalan keluar berupa perbaikan manjemen bencana nasional (13) Memberikan informasi mengenai pemerntah yang akan memasang alat deteksi dini dan kerjasama dengan pakar dalam mencari tempat relokasi serta memberikan peringatan dini 34 titik rawan longsor (14) Mengungkapkan alasan pemerintah melakukan relokasi karena Dusun Jemblung tidak layak ditempati serta informasi mengenai warga yang ditempatkan rumah sewa sambil menunggu pembangunan relokasi selesai (15) Mengungkap edukasi bencana kepada siswa sekolah yang masih lemah serta perlunya komitmen kepala daerah dan pemda dalam edukasi dan sosialisasi kebencanaan (16) Menginformasikan tempat relokasi yang belum positif serta secepatnya warga menempati rumah sewa (17) Pencarian ditutup dengan penemuan 95 korban ditemukan dan 13 lainnya dinyatakan hilang serta menginformasikan longsor juga terjadi di sejumlah daerah (18) Kompas menutup dengan informasi keseluruhan korban telah tempati rumah sewa, tempat relokasi pengungsi di Alian masih dihuni 1.200 warga terancam longsor, serta sejumlah daerah mulai mengantisipasi bencana dengan menyiapkan relawan dan peralatan

Retoris Label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber yang diwawancarai, memberikan bukti

Label otoritas jabatan dan pakar dari narasumber yang diwawancarai. Jawa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

373

serta klaim yuridis. Kompas menyebebut “relawan” bagi tim yang memberikan bantuan dalam penanganan bencana.

Pos menyebebut “tim penyelamat” bagi tim yang memberikan bantuan dalam penanganan bencana.