KAJIAN MANAJEMEN PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

112
KAJIAN MANAJEMEN PENGELOLAAN PASAR RAKYAT PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 2017

Transcript of KAJIAN MANAJEMEN PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

KAJIAN MANAJEMEN

PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

PUSAT PENGKAJIAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERDAGANGAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA

2017

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang atas berkat dan

bimbinganNya, laporan kajian manajemen pengelolaan pasar rakyat dapat

diselesaikan. Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan modul tingkat dasar

manajemen pengelolaan pasar rakyat, khususnya bidang kompetensi keuangan,

administrasi, kebersihan-keamanan-ketertiban (K3), dan usaha jasa.

Berbagai jenis pasar rakyat serta tantangan yang dihadapi dalam

mengelolanya membutuhkan pengetahuan dan kemampuan pengelolaan yang

berbeda. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

pengelolaan pasar rakyat yang terstandardisasi dan merata di seluruh Indonesia

adalah dengan memberikan pelatihan bagi para pengelola pasar rakyat. Untuk itu

pelatihan yang tepat harus dikembangkan sehingga dapat tepat sasaran dengan

memberikan pengetahuan atau kemampuan umum yang sesuai dengan kebutuhan

yang minimal harus terpenuhi dari pengelola pasar rakyat.

Modul bidang keuangan disusun sebagai upaya untuk memberikan

pelatihan yang merata kepada seluruh pengelola pasar dalam hal menyusun

perencanaan keuangan, pencatatan transaksi keuangan dan pelaporan keuangan

pasar, serta negosiasi dengan lembaga keuangan. Modul bidang administrasi

disusun sebagai upaya untuk memberikan pelatihan yang merata kepada seluruh

pengelola pasar dalam hal pengelolaan administrasi di pasar rakyat. Untuk tahap

dasar akan dipetakan terkait pelaksanaan administrasi di pasar rakyat dan

mengidentifikasi permasalahan administrasi di lapangan.

Modul bidang K3 disusun sebagai upaya untuk memberikan pelatihan

yang merata kepada seluruh pengelola pasar dalam hal pengelolan aspek

kebersihan, keamanan dan ketertiban di pasar rakyat. Untuk tahap dasar akan

dipetakan terkait pelaksanaan K3 di pasar rakyat dan mengidentifikasi

permasalahan K3 di lapangan. Modul bidang usaha jasa disusun sebagai upaya

untuk memberikan pelatihan yang merata kepada seluruh pengelola pasar dalam

hal pengenalan usaha jasa pasar rakyat, jenis-jenis usaha jasa, pengelolaan aset

usaha jasa, optimalisasi potensi pasar rakyat, pemasaran usaha jasa pasar rakyat

secara online dan offline, kerjasama usaha, dan manajemen logistik atau gudang

di pasar rakyat.

iii

Akhir kata, kami berharap modul yang dihasilkan oleh kajian membawa

manfaat bagi pengembangan manajemen pasar rakyat di seluruh Indonesia.

April, 2017 Tim Penyusun

iv

ABSTRAK

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat

Dalam rangka menciptakan manajemen pengelolaan pasar rakyat yang merata di seluruh Indonesia maka pengelola pasar harus memiliki kemampuan yang terstandarisasi dan merata di seluruh Indonesia. Sehingga perlu ditetapkan suatu standar sertifikasi kompetensi bagi pengelola pasar. Persoalannya saat ini belum ada jenjang keahlian pengelola pasar yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan tingkat kompetensi pengelola pasar. Demikian pula, langkanya ketersediaan modul pelatihan yang tepat bagi pengelola pasar rakyat pada level kompetensi dasar. Untuk menutup gap tersebut, maka kajian ini dijalankan dengan tujuan: (1) Mengidentifikasi jenjang keahlian pengelola pasar rakyat menuju standardisasi sertifikasi kompetensi pengelola pasar rakyat.; dan (2) Menyusun program pelatihan dan materi/modul pengelolaan pasar rakyat di level kompetensi dasar.Kajian ini melakukan teknik pengumpulan data dengan dua pendekatan kuantitatif (survey kepada tiga ratus pedagang di enam pasar rakyat yakni: (1) Pasar Agung di Kota Denpasar; (2) Pasar Pa’baeng-baeng Kota Makassar; (3) Pasar Segiri di Kota Samarinda; (4) Pasar Sepuluh Ulu di Kota Palembang; (5) Pasar Oro-Oro Dowo di Kota Malang dan ; (6) Pasar Kota Surakarta) dan pendekatan kualitatif (literatur review dan wawancara mendalam terhadap pengelola pasar rakyat).

Hasil kajian menunjukan terdapat empat kompetensi yang perlu dimiliki oleh pengelola pasar, meliputi: kompetensi bidang keuangan, bidang administrasi, bidang keamanan, kebersihan dan ketertiban atau disingkat K3, dan bidang usaha jasa. Kompetensi bidang keuangan, meliputi: perencanaan keuangan (anggaran), pencatatan keuangan, pelaporan keuangan, dan financial negotiation. Sementara kompetensi bidang K3, meliputi: kebersihan, keamanan, dan ketertiban. Kompetensi bidang usaha jasa meliputi: pengenalan usaha jasa pasar rakyat, jenis-jenis usaha jasa, pengelolaan aset usaha jasa, optimalisasi potensi pasar rakyat, pemasaran usaha jasa pasar rakyat secara online dan offline, kerjasama usaha, dan manajemen logistik atau gudang di pasar rakyat. Kompetensi bidang administrasi meliputi kemampuan menjalankan administrasi dan mengidentifikasi permasalahan administrasi di pasar rakyat.

Kesimpulan kajian menunjukan bahwa di level kompetensi dasar, yang tercakup di dalamnya adalah pengelola pasar setingkat kepala pasar dan kepala seksi di pasar. Terkait kompetensi keuangan, kriteria yang diharapkan terpenuhi oleh pengelola pasar tingkat dasar, antara lain: (1) Mampu melakukan perencanaan kebutuhan harian pengelola pasar; (2) Mampu melakukan pencatatan penerimaan harian tetap pasar menggunakan aplikasi komputer sederhana; (3) Mampu membuat laporan keuangan sederhana menggunakan aplikasi komputer; (3) Mampu mengidentifikasi lembaga keuangan (bank, koperasi, dan asuransi) yang berpotensi untuk dijadikan mitra pengelola pasar.

Terkait kompetensi bidang administrasi, kriteria yang diharapkan terpenuhi oleh pengelola pasar tingkat dasar, yaitu mampu melakukan

v

perencanaan dan kegiatan harian bidang administrasi dengan sub bidang adminstrasi kantor/perusahaan, umum, pengadaan barang jasa, hukum, hubungan masyarakat, dan kepegawaian. Sementara terkait kompetensi bidang K3, kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh pengelola pasar tingkat dasar, antara lain: (1) Mampu memahami dan melaksanakan kegiatan kebersihan di pasar sesuai tupoksi, SOP, dan juklak juknis dengan baik; (2) Mampu memahami dan melaksanakan kegiatan keamanan di pasar sesuai tupoksi, SOP, dan juklak juknis dengan baik; dan (3) Mampu memahami dan melaksanakan kegiatan ketertiban di pasar sesuai tupoksi, SOP, dan juklak juknis dengan baik. Terkait kompetensi bidang usaha jasa, kriteria yang diharapkan dimiliki oleh pengelola pasar tingkat dasar adalah mampu memahami dan melaksanakan kegiatan usaha jasa di pasar sesuai tupoksi, SOP, dan juklak juknis dengan baik.

Kajian ini merekomendasikan lima hal: Pertama, empat modul awal yang dibutuhkan oleh pengelola pasar rakyat yaitu administrasi, Keuangan, Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan (K3) serta Usaha Jasa di pasar rakyat. Modul harus dibedakan antara staf pelaksana, pengelola tingkat menengah dan atas. Untuk staf pelaksana, modul diarahkan kepada bagaimana staf pelaksana dapat memiliki kemampuan teknis dan melaksanakan peraturan serta SOP yang telah dimiliki oleh organisasi. Bagi pengelola tingkat menengah dan atas diharapkan dapat memiliki kemampuan analisa yang lebih mendalam serta memiliki inisiatif dan kreatifitas sehingga pengelolaan pasar dapat lebih efektif dan efisien.

Kedua, pelatihan dilakukan menggunakan sistem regional atau provinsi untuk mempermudah transfer pengalaman dan penyesuaian pola pengelolaan pasar rakyat di daerah tersebut. Modul pelatihan dapat dimodifikasi dan atau ditambahkan dengan materi lokal agar sesuai dengan kondisi daerah dimana pasar rakyat berada. Ketiga, perlu ada kebijakan tertulis dari pemerintah daerah dan atau perusahaan daerah pengelola pasar untuk peserta yang mengikuti pelatihan tidak diperbolehkan berpindah tempat dan atau dipindahkan (mutasi) dalam kurun waktu 3-4 tahun agar bisa mengimplementasikan materi materi yang diterima selama pelatihan. Kegiatan pelatihan dilakukan sedikitnya 3 kali untuk setiap pasar dengan peserta yang berbeda kecuali peserta yang akan mengikuti hingga tingkat ahli.

Keempat, peserta pelatihan harus memiliki status pegawai tetap dan memiliki potensi untuk ditempatkan di struktur pemerintahan yang berkaitan dengan pasar dan perusahan daerah pengelola pasar rakyat. Kelima, jangka waktu pelatihan yang dilakukan baiknya untuk tidak mengambil waktu yang sangat lama (kisaran 5 hari kerja) oleh karena keterbtasan SDM di tingkat pengelola pasar sehingga ketika SDM yang diikutkan pelatihan tidak hadir dalam waktu yang lama makan akan sulit untuuk mencarikan penggantiaannya. Pelatihan harus diberikan secara spesifik pada topik tertentu mengingat pelatihan yang bersifat general sudah sangat sering dilakukan oleh pihak pemda. Namun kebutuhan yang mendasar bagi pengelola pasar saat ini adalah pelatihan yang bersifat sangat spesifik.

Kata kunci: pasar rakyat, kajian manajemen pengelolaan pasar rakyat, modul pelatihan pengelola pasar rakyat

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

ABSTRAK..............................................................................................................iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

BAB I. Pendahuluan ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

1.3. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 5

1.4. Tujuan .......................................................................................................... 5

1.5. Output .......................................................................................................... 6

1.6. Dampak/manfaat ......................................................................................... 6

1.7. Ruang Lingkup ............................................................................................ 7

1.8. Sistematika Laporan .................................................................................. 10

BAB II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Berpikir................................................ 12

2.1. Training Need Assesment (TNA) .............................................................. 12

2.2. Pasar Rakyat .............................................................................................. 14

2.3. Pengelolaan Pasar Rakyat ......................................................................... 16

2.4. Pengelola Pasar Rakyat ............................................................................. 20

2.5. Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 21

2.6. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 28

BAB III . Metode Pengkajian................................................................................ 31

3.1. Gambaran Umum Metode Pengkajian ...................................................... 31

3.2. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 33

3.3. Metode Analisis ......................................................................................... 35

3.4. Data ........................................................................................................... 36

3.4.1. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 36

3.4.2. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................................... 39

3.4.3. Unit Analisis .............................................................................................. 41

BAB IV. Hasil Penelitian: Profil Pasar ................................................................. 42

4.1. Gambaran Umum Lokasi Pasar ................................................................. 42

4.2. Profil Pasar ................................................................................................ 45

4.2.1. Status Kepemilikan Pasar (BUMD, Pemerintah, Desa) ............................ 45

4.2.2. Infrastruktur Pasar ..................................................................................... 46

4.2.3. Fasilitas Umum dan Sosial ........................................................................ 49

4.2.4. Aspek K3 (Kebersihan, Ketertiban, dan Keamanan) ................................ 51

4.2.5. Peraturan Pengelolaan Pasar (SOP) .......................................................... 55

4.2.6. Total Pendapatan Pasar ............................................................................. 64

BAB V. Identifikasi Jenjang Keahlian Pengelolaan Pasar Rakyat ....................... 67

5.1. Kompetensi bidang Keuangan................................................................... 67

5.2. Kompetensi bidang Administrasi .............................................................. 75

vii

5.3. Kompetensi bidang K3 .............................................................................. 81

5.4. Kompetensi bidang Usaha Jasa ................................................................. 88

BAB VI. Simpulan Dan Rekomendasi.................................................................. 96

6.1 Simpulan .................................................................................................... 96

6.1.1 Kriteria Pengelola Pasar Tingkat Dasar .................................................... 96

6.1.2 Kriteria Pengelola Pasar Tingkat Menengah ............................................. 97

6.1.3 Kriteria Pengelola Pasar Tingkat Ahli ...................................................... 98

6.2 Rekomendasi ............................................................................................. 99

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 102

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kajian Terdahulu yang Berkaitan dengan Pasar Rakyat ..................... 25

Tabel 3.1. Daftar Pertanyaan Kunci untuk Wawancara Mendalam ...................... 38

Tabel 3.2. Daftar Lokasi Kegiatan ........................................................................ 40

Table 4.1. Tarif Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Segiri Samarinda ................ 47

Tabel 4.2. SOP PD Pasar Makassar Raya ............................................................. 61

Table 5.1. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Keuangan ............ 67

Table 5.2. Matrik Kompetensi Bidang Keuangan ................................................. 69

Table 5.3. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Admnistrasi ........ 75

Table 5.4. Matrik Kompetensi Bidang Administrasi ............................................ 76

Table 5.6. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang K3 ....................... 81

Table 5.5. Matrik Kompetensi Bidang K3 ............................................................ 83

Table 5.6. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Usaha Jasa .......... 88

Table 5.7. Matrik Kompetensi Bidang Usaha Jasa ............................................... 90

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Sebaran Pasar yang Telah Direvitalisasi oleh Kementerian Perdagangan RI .................................................................................. 3

Gambar 1.2. Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................... 7

Gambar 1.2. Ruang Lingkup Kegiatan: Pengelolaan dan Pengelola Pasar Rakyat 9

Gambar 2.1. Struktur Pengelolaan dan Pengelola Pasar Rakyat ........................... 19

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Pengelola Pasar Rakyat yang Dianjurkan ........ 20

Gambar 3.1. Kerangka Besar Ruang Lingkup Kajian Pengembangan Pelatihan Bagi Pengelola Pasar Rakyat ........................................................... 31

Gambar 3.2. Cakupan Kegiatan ............................................................................ 31

1

BAB I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pasar merupakan lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan

penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan transaksi

perdagangan. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan, disebutlah Pasar Rakyat untuk menggantikan istilah Pasar

Tradisional. Dalam Undang-Undang tersebut, definisi Pasar Rakyat adalah suatu

area tertentu tempat bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dengan proses jual beli berbagai jenis barang konsumsi

melalui tawar menawar.

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 61/M-DAG/PER/8/2015

tentang Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan, pasal 1 ayat 3 dan 6,

pengertian Pasar Rakyat dijelaskan sebagai tempat usaha yang dibangun dan

dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik

negara, dan/atau badan usaha milik daerah; dapat berupa toko, kios, los, dan tenda

yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, swadaya, atau koperasi

serta usaha mikro, kecil, dan menengah dengan proses jual beli barang melalui

tawar menawar.

Berbagai fungsi strategis dimiliki oleh Pasar Rakyat seperti sebagai simpul

kekuatan ekonomi lokal, memberikan kontribusi kepada perekonomian daerah,

meningkatkan kesempatan kerja, menyediakan sarana berjualan, referensi harga

bahan pokok, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta hulu sekaligus

muara perekonomian informal. Menyikapi fungsi strategi tersebut, pemerintah

berupaya untuk mempertahankan eksistensi pasar rakyat dengan melakukan

berbagai program revitalisasi untuk mencegah tergerusnya pasar rakyat dari

pertumbuhan pesat pasar modern.

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota yang dulunya pernah vital/ hidup, akan tetapi kemudian mengalami

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

2

kemunduran/ degradasi (Danisworo, 2002). Skala revitalisasi memiliki tingkatan

makro dan mikro. Dalam tataran makro revitalisasi diharapkan mampu

menjangkau aspek ekonomi dan sosial, sedangkan dalam tataran mikro revitalisasi

diharapkan dapat mengoptimalkan aspek fisik yang mampu mengenali dan

memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra

tempat) (Danisworo, 2002; PUSKA Dagri, BPPP, Kemendag RI, 2012).

Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 61/M-

DAG/PER/8/2015 tentang Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan,

telah menentukan pedoman revitalisasi pasar tradisional atau pasar rakyat dengan

mengutamakan empat prinsip. Prinsip tersebut terkait dengan revitalisasi fisik,

revitalisasi manajemen, revitalisasi sosial budaya dan pendekatan revitalisasi

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015 tentang Pasar Rakyat.

Mengacu pada skala revitalisasi, maka revitalisasi fisik merupakan

revitalisasi pada tingkat mikro, sedangkan revitalisasi manajemen dan sosial

budaya masuk dalam tataran skala revitalisasi yang bersifat baik mikro maupun

makro. Dengan demikian, untuk mencapai pertumbuhan pasar rakyat yang merata

di seluruh Indonesia, pemerintah perlu untuk menerapkan standardisasi, tidak

hanya pada skala pembangunan fisik pasar rakyat, namun juga pada skala

pembinaan manajemen pengelola pasar rakyat. Sehingga revitalisasi pasar rakyat

tidak sebatas difokuskan pada fisik melainkan pengelolaan.

Namun, data yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Perdagangan

Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan tahun 2016, menyatakan bahwa sampai

dengan tahun 2015, tercatat sejumlah 1.017 unit pasar di seluruh Indonesia yang

mendapatkan dana pembantuan dan atau dana alokasi khusus revitalisasi pasar,

baik dari Kementerian Perdagangan maupun Kementerian Koperasi dan UKM

(Gambar 1.1.). Meskipun demikian alokasi dana pembantuan tersebut mayoritas

diutamakan dan difokuskan pada revitalisasi fisik. Meskipun ada pasar

percontohan yang mendapat dana pendampingan pengelolaan pasar, jumlahnya

tidak signifikan jika dibandingkan dengan jumlah pasar yang ada di seluruh

Indonesia.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri

Gambar 1.1. Sebaran Pasar yang Telah Direvitalisasi oleh Kementerian Perdagangan RI

Sumber: Dukungan Kebijakan Pemerintah Terhadap Pasar Rakyat, Ditjen PDN,

Atas dasar hal tersebut maka salah satu aspek penting yang kemudian patut

menjadi perhatian dari empat prinsip revitalisasi pasar rakyat yang dimaksud

dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 61/M

Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan, adalah revitalisasi

manajemen. Yaitu, kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola pasar

rakyat sebagai upaya menciptakan pengelola pasar rakyat y

modern dan transparan. Oleh karena itulah urgensi kajian identifikasi jenjang

keahlian dan analisa kebutuhan pelatihan bagi pengelola pasar ini muncul. Selain

untuk menciptakan manajemen pengelolaan pasar rakyat yang merata di seluruh

Indonesia, namun juga untuk mencitakan sumber daya yang mampu mewujudkan

tujuan tersebut.

Dalam SNI Pasar Rakyat disebutkan prinsip pengelolaan suatu pasar

rakyat diantaranya adalah efisien dalam penggunaan sumber daya, efektif dalam

pelaksanaan kegiatan ope

pedagang, serta akuntabel dalam hal pengelolaan administrasi, teknis dan

keuangan. Dalam menjalankan prinsip ini, seluruh struktur pengelola pasar rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri

. Sebaran Pasar yang Telah Direvitalisasi oleh Kementerian Perdagangan RI

Dukungan Kebijakan Pemerintah Terhadap Pasar Rakyat, Ditjen PDN, Kementerian Perdagangan RI, 2016

Atas dasar hal tersebut maka salah satu aspek penting yang kemudian patut

menjadi perhatian dari empat prinsip revitalisasi pasar rakyat yang dimaksud

eraturan Menteri Perdagangan No. 61/M-DAG/PER/8/2015 tentang

Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan, adalah revitalisasi

manajemen. Yaitu, kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola pasar

rakyat sebagai upaya menciptakan pengelola pasar rakyat yang professional,

modern dan transparan. Oleh karena itulah urgensi kajian identifikasi jenjang

keahlian dan analisa kebutuhan pelatihan bagi pengelola pasar ini muncul. Selain

untuk menciptakan manajemen pengelolaan pasar rakyat yang merata di seluruh

onesia, namun juga untuk mencitakan sumber daya yang mampu mewujudkan

Dalam SNI Pasar Rakyat disebutkan prinsip pengelolaan suatu pasar

rakyat diantaranya adalah efisien dalam penggunaan sumber daya, efektif dalam

pelaksanaan kegiatan operasional, produktif dalam meningkatkan pendapatan

pedagang, serta akuntabel dalam hal pengelolaan administrasi, teknis dan

keuangan. Dalam menjalankan prinsip ini, seluruh struktur pengelola pasar rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

3

. Sebaran Pasar yang Telah Direvitalisasi oleh Kementerian Perdagangan RI

Dukungan Kebijakan Pemerintah Terhadap Pasar Rakyat, Ditjen PDN,

Atas dasar hal tersebut maka salah satu aspek penting yang kemudian patut

menjadi perhatian dari empat prinsip revitalisasi pasar rakyat yang dimaksud

DAG/PER/8/2015 tentang

Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan, adalah revitalisasi

manajemen. Yaitu, kemampuan sumber daya manusia untuk mengelola pasar

ang professional,

modern dan transparan. Oleh karena itulah urgensi kajian identifikasi jenjang

keahlian dan analisa kebutuhan pelatihan bagi pengelola pasar ini muncul. Selain

untuk menciptakan manajemen pengelolaan pasar rakyat yang merata di seluruh

onesia, namun juga untuk mencitakan sumber daya yang mampu mewujudkan

Dalam SNI Pasar Rakyat disebutkan prinsip pengelolaan suatu pasar

rakyat diantaranya adalah efisien dalam penggunaan sumber daya, efektif dalam

rasional, produktif dalam meningkatkan pendapatan

pedagang, serta akuntabel dalam hal pengelolaan administrasi, teknis dan

keuangan. Dalam menjalankan prinsip ini, seluruh struktur pengelola pasar rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

4

mulai dari kepala pasar rakyat dan staf di berbagai bidang harus bekerja sama dan

memiliki kemampuan pengelolaan yang baik.

Berbagai jenis pasar rakyat serta tantangan yang dihadapi dalam

mengelolanya membutuhkan pengetahuan dan kemampuan pengelolaan yang

berbeda. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

pengelolaan pasar rakyat yang terstandardisasi dan merata di seluruh Indonesia

adalah dengan memberikan pelatihan bagi para pengelola pasar rakyat. Untuk itu

pelatihan yang tepat harus dikembangkan sehingga dapat tepat sasaran dengan

memberikan pengetahuan atau kemampuan umum yang sesuai dengan kebutuhan

yang minimal harus terpenuhi dari pengelola pasar rakyat.

1.2. Rumusan Masalah

Berbagai kajian1 telah dilakukan terkait revitalisasi dan pengelolaan pasar

rakyat. Persoalan mendasarnya adalah, mayoritas hasil kajian sebelumnya sebatas

memberikan gambaran dan paparan kondisi eksisting pasar rakyat sebelum dan

sesudah revitalisasi. Sementara itu, masih sedikit kajian yang menitik beratkan

pada sisi pengelolaan pasar rakyat, khususnya yang berkaitan dengan pelaku

pengelola pasar rakyat sehari-hari. Kalaupun ada, hasil kajian tersebut tertuang

dalam bentuk standard operating prochedure (SOP), yang bersifat teknis

pelaksanaan tugas pokok harian pengelola pasar berdasarkan fungsi kerja di

masing-masing unit, seperti: pengaturan tata tertib pedagang, petugas kebersihan,

petugas keamanan, pengelolaan/pemeliharaan pasar, dan petugas parkir serta

aliran retribusi.

Sementara itu, untuk menciptakan manajemen pengelolaan pasar rakyat

yang merata di seluruh Indonesia, maka salah satu hal yang penting terkait

pengelolaan pasar rakyat adalah menetapkan kompetensi dasar yang harus

dimiliki oleh pengelola pasar sebagai sumber daya utama yang mampu

mewujudkan tujuan tersebut. Pengelola pasar harus memiliki kemampuan yang

1Kajian sebelumnya terkait revitalisasi dan pengelolaan pasar rakyat akan dijelaskan di Bab 2.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

5

terstandarisasi dan merata di seluruh Indonesia. Sehingga perlu ditetapkan suatu

standar sertifikasi kompetensi bagi pengelola pasar.

Terkait penetapan standar sertifikasi kompetensi pengelola pasar, saat ini

belum ada jenjang keahlian pengelola pasar yang dapat dijadikan acuan untuk

menentukan tingkat kompetensi pengelola pasar. Demikian pula, langkanya

ketersediaan modul pelatihan yang tepat bagi pengelola pasar rakyat pada level

kompetensi dasar.

Untuk menutup gap tersebut, maka dibutuhkan sebuah kajian yang dapat

mengidentifikasi dan menganalisa keahlian yang dibutuhkan dalam sebuah

manajemen pengelolaan pasar rakyat sebagai standar sertifikasi kompetensi

pengelola pasar rakyat. Dimana identifikasi tersebut kemudian dapat disusun

dalam bentuk program pelatihan dan modul yang disesuaikan dengan kebutuhan

organisasi serta standar keahlian yang dibutuhkan untuk mengelola pasar.

Berbagai rumusan masalah yang disampaikan sebelumnya memperkuat

pentingnya kajian identifikasi jenjang keahlian dan analisa kebutuhan pelatihan

bagi pengelola pasar ini dilaksanakan. Karena idealnya kajian ini dapat

menghasilkan deskripsi keahlian pengelolaan pasar rakyat berjenjang, sekaligus

rancangan program dan materi/modul pelatihan untuk mencapai keahlian

manajemen pengelolaan pasar rakyat pada level kompetensi mendasar.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan urgensi dari kajian identifikasi jenjang

keahlian dan analisa kebutuhan pelatihan bagi pengelola pasar, maka pertanyaan

penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Apa saja kriteria keahlian pengelolaan

pasar rakyat yang dibutuhkan”

1.4. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang sudah disampaikan sebelumnya,

maka kajian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi kriteria keahlian

pengelolaan pasar rakyat. Adapun tujuan khusus dari kajian ini adalah:

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

6

1. Mengidentifikasi jenjang keahlian pengelola pasar rakyat menuju

standardisasi sertifikasi kompetensi pengelola pasar rakyat.

2. Menyusun program pelatihan dan materi/modul pengelolaan pasar rakyat

di level kompetensi dasar.

1.5. Output

Kajian ini diharapkan dapat menghasilkan luaran yang meliputi deskripsi

jenjang keahlian pengelola pasar rakyat yang harus dicapai dalam upaya

mewujudkan manajemen pengelolaan pasar rakyat yang efisien, efektif dan

akuntabel. Selain itu, kajian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran

program sekaligus materi/modul pelatihan yang dapat dilakukan oleh pengelola

pasar untuk memperoleh sertifikasi kompetensi manajemen pengelolaan pasar

rakyat minimal pada level kompetensi dasar.

1.6. Dampak/manfaat

Dalam jangka pendek, PUSDIKLAT Kementerian Perdagangan dapat

menggunakan output kajian untuk memberikan pelatihan singkat (short course)

terkait dengan manajemen pengelolaan pasar.

Dalam jangka menengah, Kementerian Perdagangan bekerjasama

dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dapat menggunakan output

kajian sebagai landasan penetapan tingkat kompetensi untuk penyelenggaraan

sertifikasi bagi para pengelola pasar, baik pasar rakyat yang dikelola oleh

Pemerintah maupun swasta, sehingga dapat diciptakan manajemen pengelolaan

pasar rakyat yang terstandardisasi dan merata di seluruh Indonesia.

Dalam jangka panjang, Kementerian Perdagangan bekerjama dengan

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dapat menggunakan output

kajian sebagai gambaran awal untuk mengembangkan pendidikan vokasional

(keahlian) manajemen pengelolaan pasar setingkat (minimal) Diploma 1 untuk

para pengelola pasar.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

7

1.7. Ruang Lingkup

Kajian ini dibatasi pada tahap Training Needs Assessment (TNA) dan

Training Development dari keseluruhan tahapan pengembangan pasar rakyat,

yaitu identifikasi dan inventarisasi kebutuhan mendasar pengelolaan pasar rakyat

berjenjang, dan penyusunan program pelatihan serta penyusunan modul pelatihan

yang disesuaikan berdasarkan struktur pengelola pasar secara umum di level

kompetensi dasar (Gambar 1.2.). Keahlian pada level kompetensi dasar menjadi

fokus pada program dan materi/modul manajemen pengelolaan pasar rakyat dalam

kajian ini, karena idealnya setiap pengelola pasar rakyat harus menguasai minimal

kompetensi dasar, baru kemudian melanjutkan ke jenjang kompetensi keahlian

berikutnya yaitu menengah dan ahli.

Gambar 1.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Sementara untuk pengelola pasar rakyat, pada kajian ini dibatasi pada: 1)

aspek perusahaan yang berkaitan dengan keahlian bidang pengelolaan keuangan

dan administrasi pasar rakyat, dan 2) aspek stakeholder yang berkaitan dengan

keahlian bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3), dan 3) aspek proses bisnis

yang berkaitan dengan usaha jasa. Pemilihan aspek-aspek tersebut didasarkan

pada temuan literatur sebelumnya terkait SOP yang sudah beredar dan di

praktekkan di beberapa pasar percontohan lainnya sebagai acuan (co: pasar

modern BSD, Asparindo).

Pemilihan aspek di atas juga selaras dengan amanat Rancangan Peraturan

Presiden RI Tentang Pengembangan, Penataan, dan Pembinaan Pasar Rakyat,

Pusat Perbelanjaan, dan Toko Swalayan, yang menyebutkan bahwa Pembangunan

dan/atau revitalisasi manajemen Pasar Rakyat harus berpedoman kepada SNI

Pasar Rakyat dengan mempertimbangkan paling sedikit: (a). Peningkatan

profesionalisme pengelola; (b). Pemberdayaan pelaku usaha; (c). Penerapan

Traning Needs Analysis

Training Development

Training Pilot Project

TraningImplementation

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

8

standar operasional prosedur pengelolaan dan pelayanan Pasar Rakyat.

(Rancangan Peraturan Presiden RI Tentang Pengembangan, Penataan, dan

Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Swalayan. Draft Maret

2016)

Untuk pengelola pasar rakyat maka kajian ini membatasi ruang lingkup

pada kepala pasar dan pegawai tata kelola setingkat kepala sub bagian dan kepala

bagian sebagai pengelola pasar rakyat. Pemilihan objek yang akan disertifikasi

mengacu pada tugas pokok dan fungsi pengelola pasar yang meliputi diantaranya

pengelolaan, penataan, pengawasan, dan pengendalian pasar serta stakeholder

terkait (Wawancara Direktur Utama PD Pasar Pakuan, 2015). Selain itu, kepala

pasar diyakini sebagai ujung tombak proses bisnis pasar rakyat. Karena kepala

pasar bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan dan keberlangsungan pasar

rakyat sehari-hari. Sementara pegawai setara kepala bagian dan kepala sub bagian

bertanggung jawab terhadap sistem pelaporan, evaluasi dan pengawasan.

Seluruh bentuk pengelola pasar rakyat umumnya mengusung konsep

hirarki untuk mencapai tujuan, dengan bermuara pada kepala pasar sebagai

pimpinan dalam operasionalisasi pasar rakyat sehari-hari. Kepala pasar memiliki

tugas pokok dan fungsi meliputi bidang administrasi dan keuangan, ketertiban dan

keamanan, pemeliharaan dan kebersihan, serta pelayanan pelanggan dan

pengembangan komunitas. Hal tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari proses pengelolaan, penataan, pengawasan, dan pengendalian pasar serta

stakeholder terkait di pasar rakyat (SNI Pasar Rakyat 8152:2015).

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

9

Gambar 1.2. Ruang Lingkup Kegiatan: Pengelolaan dan Pengelola Pasar Rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

10

1.8. Sistematika Laporan

Laporan hasil kajian akan disampaikan dalam 5 (lima) bab dengan

sistematika sebagai berikut:

Bab 1. Pendahuluan

Pendahuluan menjelaskan tentang justifikasi/alasan kenapa pengkajian ini

penting/perlu dilakukan. Unsur-unsur yang ada dalam pendahuluan

biasanya meliputi (1) latar belakang, (2) perumusan masalah, (3) tujuan

pengkajian serta (4) output yang akan dicapai melalui pengkajian tersebut,

(5) dampak/manfaat, (6) ruang lingkup, dan (7) sistematika laporan.

Bab 2. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori/Kerangka Fikir

Membahas tinjauan pustaka dan kerangka teori yang digunakan sebagai

dasar dalam melakukan kajian pengembangan pelatihan bagi pengelola

pasar rakyat, meliputi diantaranya: need assesment theory, dan struktur

kelembagaan dan pengelolaan pasar rakyat

Bab 3. Metode Pengkajian

Dalam bab ini dibahas mengenai metode pengkajian yang meliputi:

pendekatan penelitian yang digunakan dalam kajian, metode pengumpulan

data, dan metode analisis data.

Bab 4. Hasil Kajian dan Analisa

Dalam bab ini akan dijelaskan hasil kajian berdasarkan data yang

dikumpulkan di lapangan (pasar rakyat). Selanjutnya data tersebut akan

diolah dan disajikan dengan analisa untuk memberikan gambaran umum

terkait lokasi dan profil pasar rakyat.

Bab 5. Identifikasi Jenjang Keahlian Pengelolaan Pasar Rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

11

Dalam bab ini akan dijelaskan hasil kajian yang berupa identifikasi

kebutuhan pelatihan berdasarkan identifikasi kompetensi pengelola pasar

rakyat. Selanjutnya identifikasi kebutuhan dan kompetensi tersebut akan

diolah dan disajikan dalam bentuk matriks kebutuhan berdasarkan jenjang

keahlian pengelolaan pasar rakyat.

Bab 6. Modul Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tipologi pelatihan pengelola pasar

rakyat berserta resume singkat terkait materi/modul pelatihan hasil kajian

yang berupa identifikasi kebutuhan pelatihan berdasarkan identifikasi

kompetensi pengelola pasar rakyat. Selanjutnya identifikasi kebutuhan dan

kompetensi tersebut akan diolah dan disajikan dalam bentuk matriks

kebutuhan berdasarkan jenjang keahlian pengelolaan pasar rakyat.

Bab 7. Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang merupakan esensi dari hasil

penelitian pada bab-bab sebelumnya. Adapun simpulan kemudian

dipertajam sebagai rekomendasi baik untuk kebijakan maupun untuk

penelitian selanjutnya.

12

BAB II. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Berpikir

2.1. Training Need Assesment (TNA)

Sumber daya manusia sebagai salah satu aset organisasi harus terus

dikembangkan untuk dapat berkontribusi bagi peningkatan kinerja organisasi.

Salah satu upaya pengembangan adalah dengan melakukan program pelatihan

(Dirani, 2011). Pelatihan merupakan investasi jangka panjang dimana hasilnya

belum tentu akan terlihat dalam waktu singkat. Namun sebagai upaya memastikan

keberhasilan dari suatu program pelatihan, harus dilakukan analisa kebutuhan

pelatihan (TNA) yaitu proses untuk mengidentifikasi dan membuat prioritas

pengetahuan serta keahlian yang dibutuhkan untuk sebuah pelatihan (Brinkerhoff

dan Gill, 1994; Denby, 2010; Narasimhan dan Ramanarayanan, 2014).

Analisa kebutuhan pelatihan menjadi satu hal yang penting untuk

dilakukan mengingat tidak seluruh permasalahan yang ada dalam organisasi

membutuhkan pelatihan sebagai solusinya. Selain itu jika memang sudah

diputuskan adanya kebutuhan pelatihan, harus diidentifikasi juga apakah pelatihan

tersebut bertujuan untuk menutup kesenjangan dalam pengetahuan, keahlian atau

perilaku (knowledge, skill, attitude). Dengan melakukan analisa kebutuhan

pelatihan dapat diketahui juga siapa yang akan mengikuti pelatihan, tujuan suatu

pelatihan serta apa yang akan disampaikan saat pelatihan (Goldstein, 1993; Iqbal

dan Khan, 2011).

Salah satu model analisa dalam melakukan TNA adalah menggunakan

OTP Model (Organization – Task – Person) Model (Chen and Hung, 2012;

Purohit, 2015). Dalam Organizational analysis (O) akan dipertimbangkan

bagaimana pelatihan dapat sejalan dengan visi organisasi, strategi serta budaya

organisasi (Goldstein, 1993). Dalam analisa ini akan diidentifikasi knowledge,

skill dan abilities yang dibutuhkan karyawan di masa datang dalam

mengantisipasi perubahan yang akan dihadapi (Miller dan Osinski, 2002). Saat

melakukan organizationalanalysis harus didiskusikan bagaimana pelatihan dalam

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

13

menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan bisnis dan siapa yang akan

memutuskan apakah suatu pelatihan akan dilakukan di suatu unit.

Dalam Taskanalysis (T), akan dianalisa karakteristik dari pekerjaan dari

karyawan serta knowledge, skills serta abilities yang dibutuhkan agar sesorang

dapat menjalankan pekerjaan tersebut dengan baik (Purohit, 2015). Hasil analisa

tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi tingkat keahlian yang harus dimiliki

oleh seorang karyawan dan pelatihan apa yang sebaiknya diberikan untuk suatu

jabatan atau tugas tertentu. Pelatihan akan difokuskan dengan melihat

perbandingan antara keahlian yang harus dimiliki seseorang untuk menjalan suatu

pekerjaan tertentu dengan kondisi karyawan tersebut saat ini. Adanya kesenjangan

antara hal ini akan menjadi indikasi adanya kebutuhan suatu pelatihan. (Cekada,

2010).

Dalam Personanalysis (P), analisa akan langsung melihat kepada calon

peserta pelatihan. Bagaimana tingkat pengetahuan seseorang akan suatu topik,

bagaimana pola pembelajaran yang sesuai dan knowledge serta skill apa yang

dibutuhkan oleh karyawan tersebut. Person atau individual analysis akan

membanding kinerja karyawan dan membandingkannya dengan suatu standar

tertentu. Kesenjangan dalam kinerja menjadi indikasi kebutuhan pelatihan (Stone,

2002).

Organization analysis, task analysis dan person analysis merupakan

analisa yang harus dilakukan secara bersama karena akan saling terkait. Tujuan

organisasi menjadi acuan awal yang akan menjadi dasar untuk menurunkan

kebutuhan pelatihan secara organisasi yang nanti diturunkan hingga kebutuhan

tiap jabatan atau pekerjaan dan nantinya kebutuhan tiap orang (Chen dan Hung,

2012). Organizationanalysis melihat tujuan strategis organisasi serta sumber daya

yang tersedia untuk melakukan pealtihan (Moore dan Dutton, 1978). Sedangkan

Taskanalysis akan mengevaluasi tingkat kompetensi yang dibutuhkan pada suatu

jabatan tertentu dan bagaimana orang-orang yang menduduki jabatan tersebut

mampu mengerjakan tugasnya dengan baik. Sedangkan personanalysis akan

melihat karakteristik calon peserta pelatihan dan target kinerja mereka.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

14

Dalam melakukan analisa kebutuhan pelatihan, berbagai sumber data

dapat digunakan. Salah satu sumber informasi yang paling relevan adalah atasan

dari calon peserta pelatihan (Stanley, 2002). Atasan, dalam hal ini diasumsikan

merupakan pihak manajemen, seharusnya paham arah strategis organisasi dan apa

yang dibutuhkan organisasi ke depan. Terkait dengan pekerjaan dari karyawan,

seorang atasan diharapkan paham pekerjaan yang harus dikerjakan oleh karyawan

di unitnya. Dan terakhir, terkait dengan personanalysis, seorang atasan tentunya

yang paling memahami kinerja anak buahnya sehari-hari.

Informasi akan kebutuhan pelatihan juga dapat dilihat dari hasil evaluasi

kinerja yang dimiliki oleh organisasi. Hal ini tentunya dengan asumsi bahwa

organisasi memiliki sistem evaluasi kinerja yang baik dan komprehensif dalam

mengevaluasi setiap karyawannya. Terakhir, sumber informasi yang juga baik

untuk digunakan dalam melakukan analisa kebutuhan pelatihan adalah karyawan

itu sendiri atau calon peserta pelatihan karena mereka yang paling memahami apa

yang menjadi kebutuhan mereka dan apa yang menjadi kendala mereka dalam

melakukan pekerjaannya dengan baik.

Setelah kebutuhan akan pelatihan sudah teridentifikasi, proses berikutnya

yang tidak kalah penting adalah penyusunan modul pelatihan (Hamza, 2012).

Penyusunan modul pelatihan akan membutuhkan materi yang akan menjadi dasar

untuk pengetahuan bagi calon peserta pelatihan, penulisan materi, penyusunan

latihan yang dibutuhkan termasuk menyusun pedoman bagi pelatih (trainer). Pada

tahap ini dibutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak yang ahli dalam bidang

yang akan dibuatkan modul pelatihan maupun dengan calon trainer.

2.2. Pasar Rakyat

Berdasarkan teori ekonomi, pasar tradisional (yang selanjutnya disebut

pasar rakyat) merupakan wadahatauprasaranabagipihak pembeli(konsumen)dan

penjual(produsendan ataupedagang)untukmelakukan kegiatantransaksi.

Dalamkegiatantransaksiini,keduabelahpihak melakukan transaksi tawar menawar

untuk mencapai kesepakatan mengenai hargasejumlah

barangdengankuantitastertentusebagaiobjek transaksi. Denganterjadinyatransaksi

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

15

ini,makapihakpembelimemperoleh

manfaatdalambentukbarangyangdiinginkanuntukmemenuhi kebutuhannya.

Sedangkanpihakpenjualmendapatkan keuntungan yang dapat dilanjutkan untuk

membiayai kebutuhan hidupmaupununtukprosesproduksidan

investasilebihlanjutpadausahayangdilakukannya.

PasarrakyatdiIndonesiamemilikikarakteristik yangberbedadenganpasar-

pasar lainnya di luar negeri. Pasar rakyat di Indonesia memiliki fungsi strategis

yangtidakhanyaterbatas dariaspekekonomi tetapijugaaspeksosial

danbudaya,bahkandidaerahperbatasan, pasardapatdijadikansalahsatu

strategiuntukmemperkuatpertahanandankeamanandiperbatasan.

Pasarrakyatsudahmenjadibagianyangtidakterpisahkan darimasyarakat Indonesia

sejakdahulu.Setidaknya adatujuh fungsistrategisdaripasar rakyat,yaitu (SOP

Pasar Rakyat, PDN, Kemendag RI, 2016):

1. Berkontribusiterhadapketahananperekonomianbangsa, Hal ini

disebabkankarenasebagianbesarpedagangdi pasarrakyat merupakan

UsahaMikro,Kecil,danMenengah(UMKM)yangterbuktitahan terhadap

badaikrisis.Selainitu,dipasarrakyat jugamemilikiretribusi

pasaryangberkontribusi terhadapPendapatanAsliDaerah(PAD).Dengan

demikian,pasarrakyatberkontribusi terhadappeningkatanPendapatan

DomestikBruto(PDB)Indonesia;

2. Berkontribusiterhadappenciptaanlapanganpekerjaan. Berdasarkan

data yang ada, jumlah pedagang pasar mencapai sekitar 12.625.000 orang

yang mempekerjakan 2-3 orang untuk melakukan

penjualan.Angkainicukupmenunjukkanbahwa wadahpasarrakyattelah

menjadipenyeraptenagakerjadalamjumlahyangsangatbesar;

3. Berkontribusiterhadappeningkatankesejahteraanmasyarakat.

Hinggasaatini–dengansegalamasalahdantantanganyangdihadapinya –

pasarrakyatmasih menjaditempattujuan berbelanjabanyaklapisan

masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan sehari-harinya.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

16

4. BerkontribusiterhadapPemberdayaanUMKM.

Pasarmerupakanwadahbagiparapelakuusaha mikro,kecil,danmenengah

(UMKM) yang terbukti sudah menopangperekonomianIndonesia selama

masakrisis;

5. Merupakanindikatorkestabilanharga&inflasinasional, Harga bahan

pokok di pasar rakyat merupakan referensi utama

penetapantingkatinflasinasional

6. BerkontribusiterhadapPendapatanAsliDaerah(PAD) Dengan

pengelolaan yang profesional, pasar rakyat bisa menjadi penyumbang

utama pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi pasar.

7. Merupakan tempat penguatan nilai sosial budaya

Indonesia.Selainsebagaipenggerakrodaekonomimasyarakat,pasar

rakyatdiIndonesiajugamemilikikedekatandenganaspeksosialdan budaya

masyarakat setempat. Misalnya, Pasar Pattallassangdi Sulawesi

Selatandiyakinisecaraturunmenurunsebagaisumberkehidupan masyarakat

lokal.Aspeksosialbudayainiyangmenjadinilaiuniktersendiri bagipasar

rakyat di Indonesia dan membutuhkan treatment khusus dalam

pengelolaan sertapelestariannya.

Karenafungsistrategisinilah,makapasarrakyatperludikembangkansecara

komprehensif dan holistik sehingga dapat meningkatkan dayasaing

terhadap pusatperbelanjaan maupuntokomodern.

2.3. Pengelolaan Pasar Rakyat

Salahsatuhalyangharusdiperhatikandalampengelolaansuatupasarrakyat

adalahsumber dayamanusia. Apabila sumber dayainidikelola secarabaikdan

benarmakaseluruhtugas-tugas yangdiberikankepadapengelolapasardapat

terlaksanadenganbaiksehinggatujuanyangdiharapkanakantercapai.

Badan Standardisasi Nasional Indonesia telah menetapkan Standar

Nasional Indonesia (SNI) tentang persyaratan pengelolaan pasar rakyat yang

diantaranya meliputi prinsip pengelolaan pasar, tugas pokok dan fungsi pengelola

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

17

pasar, prosedur kerja pengelola pasar, strutur pengelola pasar, pemberdayaan

pedagang, dan pembangunan pasar. Menurut SNI 8152:2015 tentang Pasar

Rakyat, prinsip pengelolaan suatu pasar rakyat adalah:

a. Efisien, dalam hal penggunaan sumber daya secara terukur, terkendali,

rasional dan wajar.

b. Efektif, dalam hal pelaksanaan kegiatan operasional sesuai dengan tujuan

pengelola.

c. Produktif, dalam hal meningkatkan pendapatan pedagang.

d. Akuntabel, dalam hal pengelolaan administrasi teknis, maupun keuangan

dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.

e. Kepentingan umum, dalam hal pelaksanaan kegiatan untuk ikut

mendukung peningkatan kesejahtreraan masyarakat.

f. Berwawasan lingkungan, dalam hal pelaksanaan kegiatan operasional

agar selaras dengan pengelolaan lingkungan.

g. Tanggung jawab sosial, dalam hal alokasi dana untuk pemberdayaan

komunitas pasar.

h. Gotong royong, dalam hal menjaga kebersihan, kesehatan, keamanan dan

kenyaman.

Secara khusus tidak ada catatan kritis pada persyaratan pengelolaan pasar

yang ditetapkan dalam SNI pasar rakyat. Meskipun demikian perlu adanya

penekanan pada implementasi pengelolaan pasar sebagaimana telah diatur

sebelumnya dalam PerMenDag No.70/M-DAG/PER/12/2013. Dalam PerMenDag

tersebut pengelolaan pasar yang baik harus dapat menciptakan kestabilan harga,

memastikan kesesuaian standar berat dan ukuran sebagai upaya menjaga tertib

ukur dalam proses perlindungan baik pedagang maupun konsumen pasar,

melaksanakan pembinaan, pendampingan, dan pengawasan kepada para

pedagang, serta menyediakan ruang usaha bagi pedagang.

Hasil wawancara mendalam dengan Bpk. Aly Yusuf selaku Direktur PD.

Pasar Pakuan Bogor (2015) menyatakan bahwa, prinsip pengelolaan pasar rakyat

yang diterakan pada SNI 8152:2015 tentang Pasar Rakyat tersebar dalam aspek

pengelolaan yang meliputi: 1) aspek perusahaan terkait dengan pengelolaan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

18

keuangan pasar yang akuntabel, proses administrasi yang efisien dan efektif, serta

tata kelola hukum dan perundangan yang mengutamakan kepentingan umum. 2)

aspek proses bisnis yang mampu mengoptimalkan usaha jasa (i.e. parkir, reklame,

dan lainnya) dengan produktif dalam meningkatkan pendapatan pasar . 3) aspek

pertumbuhan pasar yang terkait dengan peremajaan dan pembangunan kembali

fisik pasar yang berwawasan lingkungan sebagai salah satu upaya meningkatkan

kunjungan masyarakat ke pasar rakyat. 4) aspek stakeholder yang terkait

menciptakan pasar yang memiliki semangat gotong royong dengan

mengedepankan prinsip kesehatan, keamanan, dan kenyamanan. Dan, 5) aspek

negosiasi (networking) yang mengusung tanggung jawab sosial pasar rakyat

dalam megedepankan potensi daerah sebagai sumber utama pasokan pedagang

pasar, serta upaya pasar dalam membangun hubungan baik dengan mitra terkait

(i.e. aparat keamanan, ormas, dan lainnya) (Gambar 2.1.).

Gambar 2.

Sumber: Wawancara mendalam dengan Direktur Utama PD. Pasar Pakuan, 2015

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri

Gambar 2.3. Struktur Pengelolaan dan Pengelola Pasar Rakyat

Sumber: Wawancara mendalam dengan Direktur Utama PD. Pasar Pakuan, 2015

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

19

Sumber: Wawancara mendalam dengan Direktur Utama PD. Pasar Pakuan, 2015

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

20

2.4. Pengelola Pasar Rakyat

Dalam pengelolaan pasar rakyat aspek struktur organisasi pengelola pasar

juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, Hasil wawancara mendalam

dengan Bpk. Aly Yusuf selaku Direktur PD. Pasar Pakuan Bogor (2015)

menyatakan bahwa, pasar rakyat yang ada di Indonesia dijalankan dalam ragam

bentuk pengelola diantaranya (Gambar 2.1.):.

1. Pasar Rakyat milik yang dikelola SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)

seperti Dinas Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Pengelola Pasar, Dinas

UMKM dan Koperasi, dan UPT Pasar.

2. Pasar Rakyat milik BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang dikelola

oleh Perusahaan Daerah (PD), Perseroan Terbatas (PT), dan jenis

lembaga lainnya.

3. Pasar Rakyat milik pemerintahan yang di kelola swasta

4. Pasar Rakyat milik BUMD yang di kelola swasta

5. Pasar Rakyat yang dikelola bersama (holding company) antara:

Pemerintah dan swasta; BUMD dan swasta

6. Pasar Rakyat milik swasta.

7. Pasar Rakyat milik masyarakat, terutama Desa Adat

Seluruh bentuk pengelola pasar rakyat umumnya mengusung konsep

hirarki dan subordinasi sumber daya manusia yang saling berkolaborasi dan

berkoordinasi untuk mencapai tujuan, dengan bermuara pada kepala pasar sebagai

pimpinan dalam operasionalisasi pasar rakyat sehari-hari. Berdasarkan SNI Pasar

Rakyat 8152:2015, struktur organisasi pengelola yang dianjurkan dalam

operasionalisasi pasar rakyat adalah sebagai berikut (Gambar 2.2.):

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Pengelola Pasar Rakyat yang Dianjurkan Sumber: SNI Pasar Rakyat 8152:2015; SOP Kementerian Perdagangan, 2016

Kepala Pasar

Bidang Administrasi dan Keuangan

Bidang Ketertiban dan Keamanan

Bidang Pemeliharaan dan Kebersihan

Bidang Pelayanan Pelanggan dan Pengembangan

Komunitas

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

21

Kepala pasar memiliki tugas pokok dan fungsi meliputi bidang

administrasi dan keuangan, ketertiban dan keamanan, pemeliharaan dan

kebersihan, serta pelayanan pelanggan dan pengembangan komunitas. Hal

tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengelolaan,

penataan, pengawasan, dan pengendalian pasar serta stakeholder terkait di pasar

rakyat (Wawancara Direktur Utama PD Pasar Pakuan, 2015).

Agar proses pengelolaan pasar rakyat dapat berjalan dengan baik, maka

perlu adanya definisi tugas dan fungsi serta kewenangan di masing-masing unit

tersebut. Beberapa diantaranya sudah diterakan sebagai standar operasional

prosedur (Kementerian Perdagangan, 2016; Asparindo, 2016) yang meliputi: 1)

tata tertib pengelolaan pasar dan pedagang, 2) pemeliharaan dan perbaikan

bangunan, 3) penanggulangan keadaan darurat, 4) jasa kebersihan, 5) jasa parkir,

dan 6) prosedur keamanan. Meskipun pada praktiknya SOP tersebut belum

diimplementasikan secara menyeluruh dan menjadi standar baku pengelolaan

pasar rakyat di seluruh Indonesia.

2.5. Penelitian Sebelumnya

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

merupakan payung hukum Pemerintah Indonesia dalam melakukan penataan

pasar rakyat di seluruh Indonesia dari sisi identitas bangsa, fungsi dan

pengelolaan.

Sebagai identitas bangsa, pasar rakyat merupakan basis ekonomi

kerakyatan yang memiliki potensi besar dan mampu menggerakkan roda

perekonomian. Dalam konteks ini pasar rakyat dituntut untuk dapat membangun

pertumbuhan ekonomi lokal dan memberikan nilai tambah (Puska Dagri-BPPKP,

2012), sehingga penting untuk menekankan revitalisasi tidak semata hanya untuk

meningkatkan pendapatan pasar, melainkan omzet di tingkat pedagang.

Berdasarkan fungsinya, pasar rakyat merupakan tempat bertemunya penjual dan

pembeli untuk melakukan transaksi ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan

hidup. Proses transaksi tersebut umumnya melibatkan barang dan jasa yang

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

22

masuk dalam kategori kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Sisi pengelolaan

menjelaskan bahwa pasar merupakan milik semua masyarakat meskipun dalam

implementasinya, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah,

BUMN, BUMD, swasta dan atau pihak lainnya; baik secara sendiri-sendiri

maupun bersama sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing; melakukan

penataan, pembinaan dan pengawasan pasar tradisional.

Dalam prosesnya, pengelolaan pasar rakyat memiliki tingkat keberagaman

yang tinggi sehingga muncul berbagai turunan produk hukum untuk melengkapi

petunjuk dan pedoman penataan pasar rakyat, diantaranya:

1 Peraturan Menteri Perdagangan No.61/M-DAG/PER/8/2015 tentang

Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan.

Peraturan ini menegaskan kembali dan memperbaharui ketentuan umum,

yang meliputi klasifikasi dan kriteria pasar rakyat, serta pembiayaan dan

pedoman pelaksanaan pembangunan/revitalisasi, dan pengelolaan pasar

rakyat yang telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan

sebelumnya (khususnya PerMenDag No. 48 tahun 2013).

2 Pada tahap implementasi kualitas atau mutu pasar rakyat, pemerintah

melalui Badan Standardisasi Nasional Indonesia telah menetapkan Standar

Nasional Indonesia (SNI) tentang Pasar Rakyat. SNI 8152:2015

menggabungkan sejumlah produk hukum antar kementerian yang erat

kaitannya dengan konteks pengembangan pasar rakyat, diantaranya

adalah:

a. Peraturan Presiden (Perpres) No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan

dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko

Modern;

b. Peraturan Menteri Perdagangan No. 48 Tahun 2013 tentang Pedoman

Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Distribusi Perdagangan;

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

23

c. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 70 Tahun

2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional;

e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 15 Tahun 2013 tentang Fasilitas

Khusus Menyusui dan Memerah ASI;

f. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 519 Tahun

2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat;

g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 29 Tahun

2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; serta

h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006 tentang

Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung

3 Rancangan Peraturan Presiden RI Tentang Pengembangan, Penataan, dan

Pembinaan Pasar Rakyat, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Swalayan.

a. Terdapat sejumlah poin penting dalam Rancangan Peraturan Presiden

tersebut yang terkait dengan kebutuhan revitalisasi pasar rakyat dan

penerapan SNI Pasar Rakyat:

b. Pembangunan, pemberdayaan dan peningkatan kualitas pengelolaan

Pasar Rakyat dilakukan dalam bentuk: (a). Pembangunan dan/atau

revitalisasi Pasar Rakyat; (b). Implementasi manajemen pengelolaan

yang profesional; (c). Fasilitasi akses penyediaan barang dengan mutu

yang baik dan harga yang bersaing; (d). Fasilitasi akses pembiayaan

kepada pedagang di Pasar Rakyat.

c. Pembangunan dan/atau revitalisasi Pasar Rakyat mencakup: (a). Fisik;

(b). Manajemen; (c). Ekonomi; (d). Sosial.

d. Pembangunan dan/atau revitalisasi manajemen harus berpedoman

kepada SNI Pasar Rakyat dengan mempertimbangkan paling sedikit:

(a). Peningkatan profesionalisme pengelola; (b). Pemberdayaan

pelaku usaha; (c). Penerapan standar operasional prosedur

pengelolaan dan pelayanan Pasar Rakyat.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

24

Selain turunan produk hukum, dalam proses pengelolaan pasar rakyat

berbagai temuan diperoleh pada kajian sebelumnya (Tabel 2.1.). Meskipun

demikian kajian tersebut belum menyasar luaran untuk mengidentifikasi jenjang

keahlian sekaligus program pelatihan dan modul yang sesuai untuk meningkatkan

kompetensi pengelola pasar.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

25

Tabel 2.1. Kajian Terdahulu yang Berkaitan dengan Pasar Rakyat

No. Judul Kajian Penyaji Tahun Topik Bahasan Hasil

1

Peran Revitalisasi Terhadap Kinerja Pasar Tradisional

Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, BPPKP, Kementerian Perdagangan RI

2012 Gambaran umum dampak revitalisasi pasar tradisional

1. Gambaran realisasi revitalisasi pasar tradisional di mata pedagang pasar

2. Gambaran komitmen pemerintah daerah terhadap pengembangan pasar

3. Gambaran pertumbuhan ekonomi skala lokal sebagai dampak tidak langsung revitalisasi pasar

2 Analisis Arah Pengembangan Pasar Rakyat

Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, BPPP, Kementerian Perdagangan RI

2015

Rekomendasi konsep arah pengembangan pasar rakyat selanjutnya

1. Perlu adanya transformasi konsep pasar rakyat ke arah pasar yang baik secara infrastruktur, pengelolaan, dan pendukung ekonomi lokal

2. Menjadikan "pasar rakyat" sebuah brand yang memiliki identitas dan diferensiasi

3. Perlu adanya penataan sistem pengelolaan manajemen pasar

4. Perlu adanya pengembangan sistem koordinasi dengan pusat distribusi

5. Perlu adanya pengembangan sistem pengelolaan fasilitas pembiayaan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

26

No. Judul Kajian Penyaji Tahun Topik Bahasan Hasil

3

Penerapan SNI 8152:2015 Pasar Rakyat

Direktorat Standardisasi dan Pengendalian Mutu, Kementerian Perdagangan RI

2016 Arah penerapan SNI pasar rakyat

1. Penerapan SNI pasar rakyat pada persyaratan umum

2. Penerapan SNI pasar rakyat pada persyaratan teknis

3. Penerapan SNI pasar rakyat pada persyaratan pengelolaan

4 Pengelolaan Pasar Rakyat Berbasis SNI

ASPARINDO 2016 Arah pengelolaan pasar rakyat berdasarkan SNI

1. Konten administrasi tempat usaha 2. Komponen sumber pendapatan pasar 3. Alur umum sistem keuangan pasar 4. Prosedur umum pengelolaan K3 pasar 5. Arah pembinaan pedagang 6. Arah revitalisasi dan pembangunan pasar

5 Dukungan Kebijakan Pemerintah Terhadap Pasar Rakyat

DITJEN PDN, Kementerian Perdagangan RI

2016 Konsep revitalisasi pasar rakyat ke depan

1. Paparan hasil revitalisasi pasar rakyat 2. Paparan hasil revitalisasi ekonomi pasar

rakyat 3. Rencana penyusunan prototype dan branding

pasar rakyat 4. Gambaran pemberdayaan pasar terpadu oleh

pemerintah dan swasta 5. Paparan hasil kegiatan manajemen

pemberdayaan pasar rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

27

No. Judul Kajian Penyaji Tahun Topik Bahasan Hasil

6 Pengelolaan Manajemen Pasar Rakyat

I Nyoman Suwarta, SE (Kepala Pasar Agung Kota Denpasar)

2016 Pengelolaan pasar rakyat yang baik dan benar menuju pasar yang bersih, sehat, segar, tepercaya, berdaya saing dan berwawasan lingkungan secara berkelanjutan

1. Gambaran pelaksanaan pengembangan pasar rakyat

2. Gambaran pelaksanaan pembinaan terhadap pedagang

3. Gambaran pelaksanaan peningkatan profesionalisme pengelola pasar

7 Pemberdayaan Pedagang Pasar Rakyat

Agus Sutata (SMEDC Yogyakarta) dalam Bimbingan Teknis Pengelolaan Pasar Rakyat Tahun 2016, Kementerian Perdagangan RI

2016 Kondisi dan persoalan pelaku bisnis di pasar tradisional (pemerintah dan swasta)

1. Paparan regulasi perundangan toko modern dan pasar tradisional

2. Paparan five force framework pelaku bisnis di pasar tradisional

3. Paparan bentuk kelembagaan pasar tradisional yang dikelola pemerintah dan swasta

4. Paparan arah pemberdayaan pasar tradisional

8 SOP Pengelolaan Pasar

Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik. Kementerian Perdagangan RI

2016 Gambaran umum tata cara pengelolaan pasar tradisional

1. Tata tertib pedagang 2. SOP Petugas Kebersihan 3. SOP Petugas Keamanan 4. SOP Pengelolaan/Pemeliharaan Pasar 5. SOP Petugas Parkir 6. SOP Aliran Retribusi

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

28

2.6. Kerangka Berpikir

Untuk dapat memahami kajian ini, maka perumusan skema alur pemikiran

yang meliputi latar belakang, permasalahan, dan solusi serta hasil capaian

kegiatan secara sederhana adalah sebagai berikut (Gambar 2.3.):

Kajian ini dilatarbelakangi oleh Permendag No. 61/M-DAG/PER/8/2015,

yang menitikberatkan revitalisasi manajemen sebagai salah satu aspek penting

yang patut menjadi perhatian. Hal tersebut memunculkan kebutuhan akan

standardisasi kemampuan pengelolaan pasar rakyat yang merata di seluruh

Indonesia.

Permasalahannya adalah berbagai kajian yang mengacu pada produk

hukum tentang pasar rakyat belum mampu menjawab kebutuhan tersebut.

Mayoritas kajian sebatas gambaran eksisting pasar rakyat sebelum dan sesudah

revitalisasi. Masih sedikit yang menitik beratkan pada sisi pengelolaan pasar

rakyat, Kalaupun ada, hasil kajian tersebut tertuang dalam bentuk standard

operating prochedure (SOP). Sehingga dibutuhkan adanya kajian yang secara

khusus bertujuan untuk mengidentifikasi jenjang keahlian pengelola pasar rakyat

dan merumuskan materi/modul pembelajaran untuk meningkatkan keahlian

pengelola pasar rakyat.

Kajian manajemen pengelolaan pasar rakyat hadir sebagai solusi untuk

menjawab permasalahan dengan memenuhi kebutuhan akan kajian yang

mengidentifikasi jenjang keahlian pengelola pasar rakyat dan merumuskan

materi/modul pembelajaran untuk meningkatkan keahlian pengelola pasar rakyat.

Adapun metode yang dilakukan adalah dengan melakukan training need

assesment (TNA), yaitu yaitu proses untuk mengidentifikasi dan membuat

prioritas pengetahuan serta keahlian yang dibutuhkan untuk sebuah pelatihan

mengelola pasar rakyat (Brinkerhoff dan Gill, 1994). Dan, training development,

yaitu perumusan materi/modul pembelajaran untuk pelatihan keahlian manajemen

pengelolaan pasar rakyat (di level kompetensi dasar) menggunakan hasil temuan

TNA.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

29

Hasil akhir dari kajian ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan akan

standardisasi kemampuan pengelolaan pasar rakyat yang merata di seluruh

Indonesia dapat terpenuhi dengan adanya panduan: 1) Jenjang keahlian pengelola

pasar rakyat (level kompetensi, co: dasar, menengah, ahli), dan 2) program dan

Modul pelatihan manajemen pengelolaan pasar rakyat di level kompetensi dasar.

Sehingga standardisasi kemampuan pengelolaan pasar rakyat yang merata di

seluruh Indonesia dapat dilakukan melalui: 1) Pelatihan singkat (short course)

manajemen pengelolaan pasar. 2) Sertifikasi bagi para pengelola pasar, dan 3)

Program pendidikan vokasional (keahlian) manajemen pengelolaan pasar.

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

30

31

BAB III . Metode Pengkajian

3.1. Gambaran Umum Metode Pengkajian

Untuk dapat memberikan dampak dan manfaat bagi pengelola pasar, ruang

lingkup kajian secara garis besar idealnya memenuhi tahapan sebagai berikut

(Gambar 3.1.):

Gambar 3.5. Kerangka Besar Ruang Lingkup Kajian Pengembangan Pelatihan Bagi Pengelola Pasar Rakyat

Meskipun demikian, sebagaimana disampaikan sebelumnya ruang lingkup

atau cakupan kegiatan kajian manajemen pengelolaan pasar kali ini ditekankan

pada training need analysis dan training development (Gambar 3.2.).

Gambar 3.6. Cakupan Kegiatan

Training Needs Analysis (TNA) adalah analisa kebutuhan

pelatihan/pendidikan yang dibutuhkan untuk mengelola pasar. Analisa juga akan

dilakukan untuk mengidentikasi jenjang keahlian yang dibutuhkan untuk

mengelola pasar rakyat. Jenjang keahlian tersebut dapat dikategorikan seperti

misalnya: keahlian dasar, menengah, dan ahli/profesional. TNA harus dilakukan

Traning Needs Analysis

Training Development

Training Pilot Project

TraningImplementation

Kondisi saat ini ttgpengelolaan pasar

rakyat

Ekspektasipengelolaan pasar

rakyatGap Analysis

Training Development

Training Needs Analysis

Program Pelatihan Modul Pelatihan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

32

terlebih dahulu sebelum dilakukan Training Development yaitu penyusunan

program pelatihan dan modul pelatihan terkait dengan manajemen pengelolaan

pasar rakyat. Setelah itu, pilot project pelatihan dapat dilakukan sebagai upaya

persiapan dan evaluasi sebelum dilakukan program pelatihan yang akan

diimplementasikan secara menyeluruh untuk seluruh pengelola pasar rakyat.

Dalam pelaksanaannya, Training Needs Analysis (TNA) bertujuan untuk

menganalisa kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan dalam tiap jenjang keahlian

yang dibutuhkan untuk mengelola pasar rakyat (dasar, menengah, ahli). Indikator

perihal aspek knowledge, skill dan ability yang dibutuhkan untuk mengelola pasar

rakyat diterjemahkan berdasarkan kajian sebelumnya (i.e. gambaran dan paparan

kondisi eksisting pasar rakyat sebelum dan sesudah revitalisasi, serta SOP

pelaksanaan tugas pokok harian pengelola pasar). Dengan dilakukan TNA

diharapkan dapat diidentifikasi kesenjangan (gap) antara kondisi pengelolaan

pasar rakyat saat ini dengan standar pengelolaan pasar rakyat yang diharapkan.

Permasalahan yang mungkin muncul dari gap tersebut akan diidentifikasi

mana yang membutuhkan solusi melalui pelatihan ataupun non pelatihan.

Seandainya solusi yang dibutuhkan adalah melalui pelatihan maka akan

ditentukan area atau isu apa yang perlu dikembangkan melalui pelatihan, sasaran

peserta pelatihan serta output dari pelatihan. Selain itu dengan mengidentifikasi

topik dan sasaran peserta pelatihan dapat diidentifikasi alternatif metode pelatihan

yang sesuai.

Setelah mendapat informasi dari TNA, berikutnya akan dikembangkan

program pelatihan serta modul pelatihan manajemen pengelolaan pasar rakyat

pada level kompetensi dasar. Dalam program pelatihan akan tercantum learning

outcome yaitu tujuan dari pelatihan yang akan diberikan, modul pelatihan yang

disesuaikan dengan topik dan sasaran peserta, serta metode pengajaran yang

disesuaikan dengan topik dan sasaran peserta.

Untuk menganalisa kesenjangan antara kondisi saat ini dan ekspektasi atas

kemampuan pengelolaan pasar, dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti

kajian literatur, menyebarkan kuesioner, wawancara survei kepada stakeholderdan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

33

pengelola pasar. Mengingat jumlah pasar rakyat yang sangat banyak maka TNA

akan dilakukan dengan menganalisa 3 pasar rakyat sebagai responden. Setelah

draft program dan modul pelatihan selesai disusun, selanjutnya draft tersebut

didiskusikan kembali dengan 3 pasar rakyat yang berbeda untuk memberikan

masukan untuk penyempurnaan program dan modul pelatihan.

Selain aspek pengelolaan pasar rakyat harus diperhatikan juga aspek

pengelola pasar rakyat. Aspek pengelolaan pasar rakyat meliputi aspek

manajemen perusahaan, proses bisnis (potensi pendapatan), pertumbuhan,

stakeholder, dan negosiasi. Sedangkan aspek pengelola pasar dapat meliputi

diantaranya pasar rakyat yang berada di bawah Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Unit Pelaksana Teknis (UPT), dan

Masyarakat/pasar desa.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan utama yang akan dijalankan dalam penelitian ini adalah

paradigma kuantitatif atau paradigma positivistik (Denzin, 2003), dan paradigma

kualitatif atau paradigma interpretivistik (Denzin dan Lincoln, 1994 dalam

Wahyuni, 2015).

Dalam pendekatan kuantitatif peneliti melakukan suatu rangkaian

penelitian yang berawal dari sejumlah teori, yang kemudian dideduksikan menjadi

suatu hipotesa/asumsi-asumsi/suatu kerangka pemikiran yang terjabarkan dalam

sebuah model analisa, yang terdiri dari variabel-variabel yang akan mengarah

kepada operasionalisasi konsep. Sehingga reliabilitas atau konsistensi merupakan

kunci dari penelitian kuantitatif, selain harus bebas nilai (value free) atau obyektif

dan bebas dari konteks situasional (Neuman, 2006).

Pendekatan kuantitatif pada kajian ini menggunakan cross sectional design

yaitu disain penelitian yang berupa pengumpulan data dari sampel tertentu yang

hanya dilakukan satu kali dalam suatu periode waktu tertentu (Malhotra, 2007).

Jika dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian yang digunakan adalah

penelitian dikategorikan ke dalam dalam penelitian deskriptif (descriptive

research).

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

34

Penelitian deskriptif pada prinsipnya memiliki 7 (tujuh) tujuan yaitu:

menyediakan profil atau gambaran yang tepat tentang suatu kelompok;

menggambarkan suatu proses, mekanisme serta hubungan; memberikan gambaran

verbal dan numerik misalnya persentase dari responden; menemukan informasi

untuk merangsang penjelasan-penjelasan baru (new explanations); menampilkan

latar belakang yang bersifat dasar dari sebuah informasi atau kejadian; membuat

serangkaian kategori atau jenis-jenis pengklasifikasian dan menjelaskan bagian

serta langkah-langkah dalam penelitian (Neuman, 2006).

Berdasarkan deskripsi prinsip penelitian deskriptif di atas, maka tujuan

pendekatan kuantitatif dalam kajian ini adalah untuk: mengetahui profil atau

gambaran riil tentang proses manajemen pengelolaan pasar rakyat di mata

pedagang pasar, memberikan gambaran mekanisme pengelolaan pasar menurut

pengelola pasar, menemukan informasi keahlian yang sudah dan atau seharusnya

dimiliki oleh pedagang pasar, untuk kemudian membuat klasifikasi tingkat

keahlian berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan di masing-masing unit

operasionalisasi manajemen pengelolaan pasar.

Selain pendekatan kuantitatif, kajian ini juga menggunakan pendekatan

kualitatif menggunakan paradigma interpretivism, yang melibatkan analisis

komprehensif, kontekstual dan multi level analisis dalam upaya memperoleh

pengayaan, kedalaman studi, dan mengidentifikasi kompleksitas suatu fenomena,

dimana prosesnya tidak didasarkan pada prosedur statistik maupun quantifikasi

data (Strauss dan Corbin, 1990 dalam Wahyuni, 2015). Dengan demikian,

pendekatan kualitatif dipercaya mampu memberikan gambaran tentang suatu

fenomena secara lebih tajam. Meskipun dalam hal ini peneliti harus open minded

dalam melihat semua hal yang berpotensi menjadi petunjuk penting tersebut

(Denzin dan Lincoln, 1994 dalam Wahyuni, 2015).

Pendekatan kualitatif dalam kajian ini bertujuan untuk melakukan

eksplorasi dan pendalaman terkait kondisi riil keahlian dan skill para pengelola

pasar rakyat. Selain itu pendekatan ini diharapkan dapat mengkonfirmasi temuan

deksriptif yang diperoleh melalui pendekatan kuantitaif, sehingga hasil penelitian

dapat lebih valid dan reliabel.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

35

3.3. Metode Analisis

Teknik dan pengolahan yang dilakukan untuk menerangkan dan

menganalisis data yang diperoleh dalam kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis distribusi frekuensi untuk melihat susunan data dalam suatu tabel

yang telah diklasifikasikan menurut kategori-kategori tertentu (Neuman,

2006). Hal ini dilakukan untuk menyimpulkan informasi tentang suatu

indikator melalui penghitungan data mentah atau persentase dari distribusi

frekuensi. Pada penelitian yang menggunakan skala interval dan likert juga

dapat dilakukan pengukuran tendensi sentral yaitu nilai rata-rata (mean)

dan modus atau nilai yang sering muncul (frequently occuring number)

maupun median atau nilai tengah.

2. Analisa kebijakan (policy review) akan menggunakan teknik analisis

susbtansi dan perbandingan konsep ideal dengan realitas terhadap

peraturan perundang-undangan dan produk kebijakan yang menjadi

subyek penelitian.

3. Untuk analisis terhadap hasil wawancara mendalam dilakukan analisis

sebagai berikut:

a. Analisis terhadap catatan lapangan, catatan atau transkrip

wawancara, dan berbagai dokumen data sekunder yang dikumpulkan

sebelum, saat penelitian, maupun setelah hasil lapangan dikumpulkan.

Data ini dikumpulkan sebagai data sekunder untuk mendukung

penelitian ini.

b. Uji validitas, dalam pendekatan penelitian kualitatif uji validitas

meliputi diantaranya: Construct validity merupakan keabsahan yang

diukur berdasarkan konstruk/alat ukur yang akan digunakan. Content

validity merupakan keabsahan yang diukur berdasarkan

operasionalisasi konsep yang diterjemahkan pada masing-masing

konstruk/alat ukur yang digunakan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

36

Dalam melakukan pemeriksaan keabsahan data maka kajian ini

menggunakan teknik triangulasi yang terdiri dari: yaitu terdiri

dari: 1) triangulasi teori, yaitu konfirmasi antara dukungan teori

yang relevan dengan temuan kebijakan terkait dengan

manajemen pengelolaan pasar rakyat. 2) triangulasi data, yaitu

pemeriksaan keabsahan data melalui sumber yang berbeda (survey

dan wawancara mendalam), dan 3) triangulasi metode meliputi

perlakuan beberapa metode yang berbeda (wawancara, observasi,

catatan lapangan dan lainnya) dalam proses pengumpulan data.

c. Pereduksiaan data mentah menjadi data yang bermakna dan

dapat diinterpretasikan, dalam format tabulasi maupun deskriptif

berupa pemaparan dengan kalimat.

d. Uji reliabilitas, Untuk memenuhi kriteria reliabilitas, umumnya

dilakukan inter-rater reliability, yaitu dengan meminta pendapat ahli

(expert) untuk me-review hasil kajian dalam upaya menyimpulkan

temuan awal, memberikan masukan dan evaluasi terhadap kecukupan

temuan data, serta memberikan masukan dalam upaya mempertajam

hasil analisis kajian (Wahyuni, 2015).

3.4. Data

3.4.1. Metode Pengumpulan Data

Kajian ini melakukan teknik pengumpulan data dengan dua pendekatan

kuantitatif (survey) dan kualitatif (literatur review, wawancara mendalam)

sebagai berikut:

1) Literatur Review

Studi literatur dilakukan pada produk hukum terkait penataan dan

pengelolaan pasar rakyat yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia. Studi literatur juga dilakukan pada kajian terdahulu

yang fokus pada pembahasan mengenai pasar tradisional/pasar rakyat.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

37

Literatur lainnya adalah indikator persyaratan pengelolaan berdasarkan

SNI Pasar Rakyat yang kemudian akan menjadi dasar perumusan indikator

pada penelitian dekriptif.

2) Survei

Dalam penelitian ini digunakan metode survei dengan membagikan

kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis untuk mendapatkan

informasi dari responden (Malhotra, 2007). Pada umumnya yang

merupakan unit analisa dalam penelitian survei adalah individu. Hal ini

sesuai dengan pernyatan bahwa penting bagi peneliti untuk menggunakan

within methods yaitu metode yang digunakan berasal dari satu pendekatan,

misalnya dalam satu penelitian kuantitatif digunakan metode survei dan

penggunaan kuesioner, serta analisis statistik (Neuman, 2006).

3) Wawancara mendalam

Dalam rangka memperkuat dan mengkonfirmasi hasil-hasil temuan yang

diperoleh dari literatur review dan survey, maka akan dilakukan

wawancara mendalam kepada beberapa narasumber sebagai alat utama

dalam mengumpulkan berbagai data yang diperlukan, meliputi data awal

dan juga pendalaman.

Proses wawancara dibantu dengan alat perekam untuk memudahkan dan

memastikan agar data dan informasi yang diperoleh dapat dicatat secara

utuh. Selain itu wawancara mendalam juga akan dilakukan secara

terstruktur, dimana pewawancara dilengkapi dengan pedoman wawancara

yang baku sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan metode ini,

pewawancara dapat memiliki kebebasan dalam cara merumuskan dan

menggali lebih banyak informasi yang dibutuhkan, tanpa khawatir keluar

atau melebar dari tujuan penelitian (Wahyuni, 2015). Sehingga dapat

mengurangi bias jika wawancara dilakukan oleh lebih dari satu peneliti.

Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, wawancara mendalam dapat

dilakukan sebagai data awal, maupun pendalaman hasil kajian. Dengan demikian,

untuk dapat merumuskan kuesioner yang akan digunakan sebagai instrumen

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

38

pengukuran dalam survey mengenai manajemen pengelolaan pasar rakyat, berikut

(Tabel 3.1.) adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dipertimbangkan dalam

wawancara mendalam kepada informan kunci yang meliputi unsur yang terlibat

dalam pelaksanaan pasar rakyat yang menjadi target penelitian, diantaranya:

pedagang pasar, pengelola pasar, pemerintah daerah dan asosiasi pengelola pasar.

Tabel 3.2. Daftar Pertanyaan Kunci untuk Wawancara Mendalam

Konteks Daftar Pertanyaan

Umum 1. Dari seluruh prinsip pengelolaan pasar yang harus dimiliki dalam mengelola pasar (efisien, efektif, produktif, akuntabel), prinsip apa yang saat ini masih belum dimiliki atau oleh pengelola pasar?

2. Faktor apa yang paling menghambat pengelola pasar untuk dapat mengelola pasar dengan prinsip-prinsip efisiensi, efektifitas, produktif dan akuntabel?

Efisiensi

1. Apakah sumber daya yang dimiliki pasar rakyat saat ini sudah digunakan secara terukur, terkendali, rasional dan wajar?

2. Faktor apa yang mempengaruhi pengelolaan pasar agar lebih efisien?

Efektifitas

1. Apakah pelaksanaan kegiatan operasional pasar rakyat sudah sesuai dengan tujuan pendirian pasar rakyat?

2. Faktor apa yang menjadi penghambat pelaksanaan kegiatan operasional pasar dapat dilakukan sesuai tujuan awalnya?

Produktif

1. Apakah saat ini pengelola pasar memiliki kemampuan untuk mengelola pasar sehingga pendapatan pedagang bisa meningkat?

2. Faktor apa yang harus dimiliki pengelola pasar agar dapat membantu peningkatan pendapatan pedagang?

Akuntabel

1. Apakah pengelola pasar saat ini sudah memiliki laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan pasar rakyat?

2. Apakah pengelola pasar saat ini memiliki kemampuan yang baik sehingga dapat menyajikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan pasar?

Metode pelatihan

1. Metode pelatihan yang bagaimana yang sesuai untuk pengelola pasar?

2. Berapa lama pelatihan yang efektif bagi pengelola pasar?

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

39

3.4.2. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi sasaran adalah sekumpulan data atau elemen yang memiliki

informasi yang dibutuhkan untuk dapat dianalisa dan ditarik kesimpulannya

(Malhotra, 2007). Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah pasar rakyat yang

ada di seluruh Indonesia. Sampel adalah salah satu elemen yang terpilih dari suatu

populasi dengan karakteristik/ sifat dan ciri yang sama dengan populasinya. Pada

penelitian ini metode penarikan sampel yang digunakan adalah non-probability

sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling (Malhotra, 2007).

Teknik tersebut memudahkan peneliti untuk mengambil sampel secara

convenience, namun meningkatkan validitasnya dengan menambahkan

kriteria/syarat tertentu yang wajib dipenuhi oleh sampel terpilih.

Dengan demikian, maka pasar rakyat yang menjadi sampel dalam kajian

ini akan dipilih secara proporsional dengan menambahkan kriteria/syarat utama

yaitu pasar rakyat yang mendapatkan dana perbantuan revitalisasi pemerintah,

khususnya dana APBN Kementerian Perdagangan. Adapun kriteria/syarat

tambahan untuk memperkuat pemilihan sampel dalam kajian ini adalah sebagai

berikut:

1. Keterwakilan Wilayah, agar hasil kajian dapat mewakili seluruh kategori

wilayah Indonesia, maka pasar rakyat terpilih harus mewakili wilayah

Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.

2. Kepemilikan dan pengelola pasar Rakyat yang terbagi atas:

a. Pasar Rakyat milik pemerintah daerah yang dikelola SKPD

(Satuan Kerja Perangkat Daerah) seperti Dinas Perdagangan, Dinas

Pengelola Pasar, Dinas UMKM dan Koperasi, UPT Pasar dan Desa

Adat.

b. Pasar Rakyat milik BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang

dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD), Perseroan Terbatas (PT),

dan jenis lembaga lainnya.

3. Program Pendampingan (Pasar percontohan) dari Kementerian

Perdagangan. Pasar percontohan merupakan pasar rakyat yang ditetapkan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

40

dan direvitalisasi langsung oleh bantuan pemerintah pusat melalui

Kementerian Perdagangan. Pasar ini bisa dibangun baru ataupun pasar

yang ada dilakukan tambahan revitalisasi agar mencapai syarat syarat

menjadi pasar percontohan.

4. Kategori tambahan yang menjadi pertimbangan adalah terkait performa

manajemen pengelolaan pasar setelah mendapatkan anggaran revitalisasi

dari Kementerian Perdagangan. Kategori tambahan ini akan merujuk pada

hasil kajian sebelumnya sebagai sumber pengukuran. Pasar yang terpilih

akan mewakili pasar dengan kisah sukses ataupun yang tidak terlalu

sukses.

Berdasarkan syarat yang telah ditentukan maka pasar rakyat yang terpilih

sebagai sampel dalam kajian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Daftar Lokasi Kegiatan

No. Nama Pasar Lokasi Jenis Pengelolaan

1 Pasar Sepuluh Ulu Kota Palembang PD Pasar

2 Pasar Tanggul Kota Surakarta Dinas Pengelola Pasar

3 Pasar Oro Oro Dowo Kota Malang Dinas Pasar

4 Pasar Segiri Kota Samarinda Dinas Pengelola Pasar

5 Pasar Agung Kota Denpasar Desa Adat

6 Pasar Pabaeng-baeng Kota Makassar PD Pasar

Jumlah sampling yang diambil dalam kajian ini adalah sebesar 50

pedagang pasar di setiap pasarnya. Jumlah sampling ini sebagaimana yang

dijelaskan oleh Lind, Maechal, dan Wathen (2013) bahwa jumlah sampling

sebanyak 30 sudah memenuhi kaedah Central Limit Theorem. Central Limit

Theorem menjelaskan bahwa bahwa data akan terdistribusi secara normal apabila

jumlah sampel yang diambil setidaknya sebanyak 30 sampel. Sementara itu,

pengelola pasar yang diambil adalah sebanyak 5 di setiap pasarnya. Sebanyak

lima (5) pengelola pasar diambil sebagai sampel untuk dilakukan in depth

interview melakukan pendalaman terkait kebutuhan materi dari pengelola pasar .

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

41

3.4.3. Unit Analisis

Unit analisis adalah partisipan/responden yang menjadi bagian dari

sampel, dan atau objek dari kajian yang dilakukan. Dengan demikian, maka unit

analisis dalam kajian ini adalah pengelola pasar dengan informan kunci yang

meliputi unsur yang terlibat dalam pelaksanaan manajemen pasar rakyat,

diantaranya: pedagang pasar, pengelola pasar, pemerintah daerah, asosiasi

pengelola pasar dan stakeholder terkait. Pemilihan responden dapat dilakukan

dengan metode purposive sampling, dimana responden akan dipilih berdasarkan

kualitas bukan sekedar kuantitas.

42

BAB IV. Hasil Penelitian: Profil Pasar

4.1. Gambaran Umum Lokasi Pasar

Terdapat enam pasar yang dijadikan sebagai objek Kajian Manajemen

Pengelolaan Pasar Rakyat Tahun 2017, yaitu Pasar Agung Kota Denpasar, Pasar

Pa’baeng-baeng Kota Makassar, Pasar Segiri Kota Samarinda, Pasar Sepuluh Ulu

Kota Palembang, Pasar Oro-oro Dowo Kota Malang, dan Pasar Tanggul Kota

Surakarta.

Pasar Agung terletak di Desa Adat Peninjoan Peguyangan Kangin,

Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Pasar ini merupakan

pasar umum yang dibangun pada tanggal 2 Januari 1997. Pasar Agung ini

berfungsi sebagai pasar penunjang. Lokasi Pasar Agung mudah dijangkau oleh

masyarakat sekitar karena jarak pasar dengan pemukiman hanya sejauh 0,1 km

dan jarak pasar dengan pasar lokal sekitar 0,01 km. Jarak Pasar Agung dengan

pasar lain yang terdekat hanya sejauh 2 km. Letak Pasar Agung dengan pusat

perbelanjaan berjarak 6 km dan sejauh 1 km dari Pasar Agung terdapat toko

modern. Jarak terdekat Pasar Agung dengan terminal bus sejauh 10 km, sementara

terhadap kantor pemerintahan berjarak sekitar 8 km. Di sekitar Pasar Agung

terdapat ruko dan perkantoran. Pasar Agung mudah diakses masyarakat karena

sarana jalan menuju pasar tersebut sudah baik. Jalan yang digunakan sebagai

sarana menuju Pasar Agung memiliki lebar 6 m2 dengan kualitas jalan beraspal.

Selain itu, terdapat tiga akses jalan yang dapat digunakan dalam menjangkau

Pasar Agung. Akan tetapi, tidak terdapat angkutan umum yang dapat digunakan

untuk menjangkau Pasar Agung, Bali. Jumlah perkiraan penduduk sekitar Pasar

Agung dalam radius 1 km sebanyak 10.000 orang. Jangkauan pembeli pasar

adalah desa dengan jumlah desa yang menggunakan pasar sebanyak 6

desa/kelurahan atau sekitar 60 banjar.

Pasar Pa’Baeng-Baeng berlokasi di Kelurahan Pa’ Baeng-Baeng,

Kecamatan Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan. Pasar Pa’ Baeng-Baeng

tergolong pasar umum yang memiliki fungsi sebagai pasar eceran. Pasar ini

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

43

mudah dijangkau karena sarana atau jalan untuk menjangkaunya sudah baik.

Kualitas jalan untuk menjangkau Pasar Pa’ Baeng-Baeng sudah beraspal dengan

lebar jalan sekitar 8 sampai 10 m. Selain itu, terdapat tiga akses jalan yang dapat

dipakai untuk menjangkaunya. Tersedia pula angkutan umum dengan bentuk

pemberhentian berupa shelter. Terdapat lima macam trayek angkutan umum untuk

menjangkau Pasar Pa’ Baeng-Baeng. Dari aspek kestrategisan, Pasar Pa’ Baeng-

Baeng hanya berjarak 1,2 km dari kantor pemerintahan. Sekitar 2 km dari pasar

ini juga terdapat terminal bus. Sementara jarak pasar terhadap pemukiman

penduduk hanya sekitar satu sampai lima meter. Sekitar satu sampai lima meter

dari pasar ini terdapat jalan lokal. Pasar Pa’ Baeng-Baeng juga dekat dengan pusat

perbelanjaan lainnya, seperti toko modern yang jaraknya hanya sekitar 500 meter,

pusat perbelanjaan sekitar satu km, dan pasar rakyat lain yang berjarak sekitar

lima km dari Pasar Pa’ Baeng-Baeng.

Pasar Segiri Samarinda berlokasi di Kelurahan Samarinda Ulu Kecamatan

Sidodadi, Kota Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Pasar Segiri merupakan

pasar rakyat yang diperuntukan sebagai pasar induk dan menjadi pasar rakyat

terbesar di Kota Samarinda. Pasar Segiri merupakan salat satu unit pasar yang

berada di bawah kendali Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar Segiri

Samarinda Dinas Perdagangan Kota Samarinda yang menaungi 6 (enam) unit

pasar yakni: Pasar Segiri, Pasar Ijabah, Pasar Merdeka, Pasar Kedondong, Pasar

Bengkuriang dan Pasar Lok Bahu. Pasar Segiri berada di pusat Kota Samarinda

dan persis di tepian Sungai Mahakam yang menjadi urat nadi perekonomian

warga Samarinda sejak ratusan tahun silam. Bahkan pemukiman penduduk juga

berhimitan langsung dengan lokasi pasar di sisi tepian Sungai Mahakam. Karena

berada di pusat kota, maka pasar ini sangat mudah dijangkau dan banyak rute

angkutan umum yang melewati lokasi pasar ini. Selain itu, pasar hanya berjarak

sekitar 5 km dengan kantor Pemerintah Kota Samarinda, dan persis di depan pasar

ini juga tersedia toko modern.

Pasar Sepuluh Ulu berlokasi di Kelurahan 9/10 Ulu, Kecamatan Seberang

Ulu I, Palembang, Sumatera Selatan. Pasar 10 Ulu terletak di Desa 9/10 Ulu,

Kecamatan Seberang Ulu I (SU I), Kabupaten Palembang, Sumatera Selatan.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

44

Pasar 10 Ulu merupakan pasar umum yang berfungsi sebagai pasar penunjang..

Terdapat 200 pedagang pasar yang berjualan di Pasar 10 Ulu. Selain pedagang

pasar, terdapat pula pedagang kaki lima/temporer yang berjualan di pasar ini.

Jumlah pedagang kaki lima yang berjualan di Pasar 10 Ulu sebanyak 10 orang.

Pasar 10 Ulu memiliki jangkauan pembeli tidak hanya dari lingkup desa,

melainkan lingkup kabupaten/kota. Pasar yang berada di Desa 9/10 Ulu ini tidak

memiliki petugas pemasaran. Disamping itu, sarana prasarana dan promosi yang

digunakan oleh pengelola pasar juga belum bervariasi, salah satunya adalah tidak

terdapatnya arena atau tempat hiburan di area lingkungan pasar. Pengelola Pasar

10 Ulu ikut mengatur dan menentukan sistem pemasaran guna menarik

pengunjung pasar. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan menjual

produk unggulan di pasar tersebut. Pasar 10 Ulu mudah diakses oleh warga sekitar

karena kondisi jalan yang sudah diaspal dan tersedianya angkutan umum untuk

menuju pasar. Letak pasar dapat dikatakan strategis karena disekitar pasar

terdapat ruko dan perkantoran.

Pasar Oro-oro Dowo berlokasi di Kecamatan Klojen, Kelurahan Oro-oro

Dowo, Kota Malang. Pasar Oro-oro Dowo termasuk jenis pasar umum yang

berfungsi sebagai pasar eceran. Pada tahun 2015, pasar ini mendapat dana bantuan

revitalisasi pasar dari Kementerian Perdagangan sebesar 7 miliar rupiah. Sejak

saat itu, fisik pasar sedikit mengalami perubahan, dan fasilitas umum mulai

bertambah. Berada di area pemukiman penduduk, membuat Pasar Oro-oro Dowo

mudah diakses karena kondisi jalan baik dan kualitas jalan yang sudah diaspal.

Pasar Oro-oro Dowo berjarak kurang lebih 3 Km dari pasar rakyat dan pusat

perbelanjaan lain. Terdapat lima jalan yang dapat digunakan untuk mengakses

Pasar Oro-oro Dowo, yaitu jalan guntur, muria, merbabu, kunir, dan BS Priadi.

Terkait sarana transportasi untuk mengakses Pasar Rakyat Tanggul, tersedia 3

trayek angkutan umum yang dapat digunakan, diantaranya GL, ADL, dan GDL.

Pasar Rakyat Tanggul, Surakarta berlokasi di Desa Sewu, Kecamatan

Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. Pasar Rakyat Tanggul termasuk jenis pasar

umum yang berfungsi sebagai pasar penunjang. Pasar ini dibangun pada tahun

1941, direvitalisasi pada bulan Maret tahun 2014 dan diresmikan pada tanggal 1

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

45

Juni 2015. Pasar Rakyat Tanggul berlokasi di Kota Surakarta, kota yang memiliki

luas wilayah 4.404,0593 Ha dengan total jumlah penduduk pada tahun 2017

sebanyak 545.338 jiwa dan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 12.000 jiwa per

km2. Pasar ini lokasinya hanya sekitar 0,5 km dari kantor pemerintahan. Selain

itu, terdapat pula pasar lain yang jaraknya hanya sekitar 1,5 km dari Pasar Rakyat

Tanggul. Pasar Rakyat Tanggul juga dekat dengan pusat perbelanjaan, yaitu

sejauh 1 km. Sementara toko modern yang terdekat berjarak sekitar 0,1 km. Pasar

Rakyat Tanggul mudah dijangkau karena lokasinya dekat dengan stasiun kereta

api yang hanya berjarak 2 km dan terminal bus terdekat berjarak sekitar 2,5 km.

Sementara kantor bank terdekat hanya berjarak sebesar 100 m. Di sekitar pasar

tidak terdapat ruko dan perkantoran. Pasar Rakyat Tanggul mudah diakses karena

kondisi jalan baik dengan lebar jalan 8 m dan kualitas jalan yang sudah diaspal.

Selain itu, terdapat dua jalan yang dapat digunakan untuk mengakses Pasar

Rakyat Tanggul. Terkait sarana transportasi untuk mengakses Pasar Rakyat

Tanggul, tersedia angkutan umum dan taksi yang dapat digunakan.

4.2. Profil Pasar

4.2.1. Status Kepemilikan Pasar (BUMD, Pemerintah, Desa)

Ke-enam pasar yang menjadi objek Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar

Rakyat Tahun 2017 merupakan representasi dari kepemilikan pasar oleh

Pemerintah, BUMD, dan Desa Adat. Pasar Segiri, Pasar Oro-oro Dowo, dan Pasar

Tanggul adalah pasar yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah melalui Dinas

Perdagangan, dalam bentuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pola

pengelolaan pasar diatur oleh pemerintah kab/kota. Status kepemilikan lahan

pasar adalah hak pakai dengan pemegang hak sertifikat tanah adalah pemerintah

kab/kota.

Dua pasar selanjutnya yaitu Pasar Pa’baeng-baeng, dan Pasar Sepuluh Ulu,

adalah pasar yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu PD

Makassar Raya dan PD Pasar Palembang Jaya. Pola pengelolaan dalam bentuk

BUMD ini diatur oleh pemerintah kab/kota. Selain itu, status kepemilikan lahan

pasar ini berupa hak pengolahan dengan pemegang hak atas sertifikat tanah ada

pada Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

46

Terakhir adalah Pasar Agung Kota Denpasar yang merupakan contoh

pasar yang dimiliki oleh desa adat. Bentuk badan usaha yang ada di Pasar Agung

adalah pasar desa yang dikelola oleh Desa Pakraman Peninjoan sebagai instansi

induk pengelolanya. Desa Agung dikelola oleh masyarakat desa dan masyarakat

adat dari Desa Adat Peninjoan Pegungah Kangin, Denpasar. Status kepemilikan

lahan pasar dari Pasar Agung adalah hak pengelolaan dan pemegang hak sertifikat

tanah adalah desa adat.

4.2.2. Infrastruktur Pasar

Pasar Agung dibangun di atas tanah seluas 8.390 m2 dengan luas bangunan

pasar sebesar 3.375,44 m2. Lebar koridor utama yang tersedia sebesar 3.295 m2

dan luas pertamanan sebesar 821 m2. Terdapat sebanyak 85 lapak (24%) yang

tersedia di Pasar Agung, 175 los (50%), dan 93 kios (26%) dengan ukuran kios 12

m2 dan lebar lorong sebesar 3 m2. Selain itu, Pasar Agung juga menyediakan area

pedagang kaki lima di dalam pasar dengan ukuran 2000 m2. Kepemilikan atas

kios, los, dan lapak adalah hak guna usaha. Kios yang tersedia di Pasar Agung

disewakan dengan biaya tertinggi seharga Rp1.500.000 per tahun dan biaya

terendah seharga Rp2.325.000 per tahun. Sementara los disewakan dengan harga

Rp400.000 per tahun dan lapak dengan harga tertinggi Rp110.000 per tahun dan

harga terendah Rp150.000 per tahun. Periode pembayaran sewa kios, los, dan

lapak minimal satu tahun sekali dengan jangka waktu satu tahun. Luas area

pedagang kaki lima yang tersedia di dalam area pasar sebesar 2000 m2.

Sementara luas kantor pengelola Pasar Agung sebesar 190 m2. Pasar Agung

dibangun sesuai dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). Terdapat

sebanyak 351 orang pedagang pasar (81%) dan sebanyak 80 pedagang (19%)

yang tergolong pedagang kaki lima atau pedagang temporer. Pasar ini beroperasi

setiap hari, yaitu Senin sampai Minggu dengan waktu operasional dari pukul

02.00 sampai 01.00 WITA. Sementara waktu sibuk pasar dalam satu hari adalah

pukul 04.00 sampai 09.00 WITA.

Selanjutnya adalah Pasar Pa’Baeng-Baeng. Pasar yang berada di Makassar

ini dibangun di atas tanah seluas 21.600 m2 dengan luas bangunan sebesar

4.308,77 m2. Pasar Pa’ Baeng-Baeng memiliki lapak sejumlah 349 unit (47%)

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

47

dengan luas 1x2 m2 sampai 2x2 m2 dan lebar lorong 1,5 m, los sebanyak 356 unit

(48%) yang ukurannya 2x2 m2 dan lebar lorong 120 m, dan kios sebanyak 33 unit

(5%) dengan ukuran 4x4 m2 dan lebar lorong 120 m. Pasar Pa’ Baeng-Baeng juga

menyediakan area pedagang kaki lima dengan luas 4x50 m2. Terdapat pula kantor

pengelola pasar dengan luas 6x8 m2. Pedagang pasar yang berjualan di Pasar Pa’

Baeng-Baeng berjumlah 389 orang (53%) dan terdapat 349 orang (47%) yang

tergolong pedagang kaki lima atau pedagang temporer. Pasar ini beroperasi setiap

hari dengan waktu operasionalnya pukul 04.00 sampai dengan 19.00 WITA.

Sementara dari waktu operasional tersebut, waktu sibuk pasar adalah pukul 04.00

sampai dengan 10.00 WITA. Harga sewa kios seharga Rp50.000 per bulan dan los

sebesar Rp20.000 per bulan.

Pasar Segiri Samarinda berdiri di atas lahan sekitar 4 hektare dengan

proporsi area dagang yakni: (1) ruko/toko sebanyak 149 unit; (2) kios/petak/los

sebanyak 683 unit, terbagi atas 607 unit aktif dan 76 unit tidak aktif; (3) PKL

sebanyak 574 pedagang, terbagi atas 550 pedagang aktif dan 24 pedagang tidak

aktif. Total jumlah unit area dagang adalah sebanyak 1.406 unit. Kepemilikan atas

unit dagang di pasar ini adalah hak guna usaha. Sumber pendapatan Pasar Segiri

berasal dari retribusi bulanan, retribusi harian, retribusi parkir, promosi dan jasa

sewa fasilitas mandi, cuci dan kakus. Merujuk pada Peraturan Daerah Kota

Samarinda Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, disebutkan bahwa Pasar

Segiri termasuk dalam klasifikasi Pasar Kelas A 1 dengan besaran tarif retribusi

pelayanan pasar sebagai berikut:

Table 4.1. Tarif Retribusi Pelayanan Pasar di Pasar Segiri Samarinda

No Jenis Fasilitas Tarif per m2 (rupiah) Keterangan Lantai I (dasar)

Lantai II

Lantai III

1 Ruko dan Toko 150 125 100 Per hari/ m2 2 Kios/petak/los 3.000 3.000 2.000 Per hari

(max 1,5 m x 2 m) 3 Emperan/PKL 2.000 2.000 1.500 Per hari

(max 1 m x 1,5 m)

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

48

Merujuk pada ketentuan tarif retribusi tersebut, dan potensi jumlah

pedagang menyewa unit dagang, maka total pendapatan Pasar Segiri selama kurun

waktu tahun 2016 adalah sebesar Rp 1.106.459.000.

Pasar Sepuluh Ulu memiliki luas bangunan sebesar 2.160 m2 dengan

komposisi area dagang terdiri atas lapak sebanyak 86 lapak (20%) dan los

sebanyak 336 los (80%). Kepemilikan los, kios, dan lapak adalah hak guna usaha

dengan biaya sewa yang belum serah terima. Hal ini terjadi karena Pasar Sepuluh

Ulu merupakan pasar yang tergolong masih baru. Pasar ini memiliki komposisi

pedagang tetap sebanyak 200 pedagang (95%) dan 10 pedagang temporer (5%).

Pasar ini beroperasi setiap hari, yaitu Senin sampai Minggu dengan waktu

operasional dalam satu hari dimulai dari 05.00 WIB sampai dengan pukul 17.00

WIB.

Pasar Oro-oro Dowo dibangun di atas lahan seluas 3.407 m2 dengan luas

bangunan sebesar 3.407 m2. Lebar koridor utama pasar sebesar 2 m2 dan luas

kantor pengelols sebesar 30 m2. Pasar Oro-oro Dowo, telah sesuai dengan rencana

tata ruang wilayah. Pasar beroperasi selama tujuh hari dengan waktu operasional

per hari pukul 06.00 sampai dengan 17.00 WIB. Sementara waktu sibuk pasar per

hari pada pukul 06.00 sampai dengan 12.00 WIB. Pasar Oro-oro Dowo memiliki

los sebanyak 169 unit dengan luas 1,5 x 1,74 m2, dan kios sebanyak 83 unit

dengan luas 3 x 3 m2 dan 3 x 4 m2. Harga sewa yang ditawarkan untuk los

Rp.2.000.000,- per m2 sampai dengan Rp.3.000.000,- per m2 per tahun.

Sedangkan untuk kios seharga Rp.10.000.000,- per m2 sampai dengan

Rp.12.000.000,- per m2 per tahun. Dengan jumlah kepemilikan los dan kios

tersebut, tercatat 180 pedagang yang terdaftar sebagai pedagang tetap di Pasar

Oro-oro Dowo.

Terakhir adalah Pasar Tanggul, Surakarta. Pasar ini dibangun di atas tanah

seluas 2.400 m2 dengan luas bangunan sebesar 3.400 m2. Lebar koridor utama

pasar sebesar 2 m2 dan luas kantor pengelols sebesar 16 m2. Pasar Rakyat

Tanggul, Surakarta telah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Pasar

beroperasi selama tujuh hari dengan waktu operasional per hari pukul 04.00

sampai dengan 18.00 WIB. Sementara waktu sibuk pasar per hari pada pukul

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

49

06.00 sampai dengan 10.00 WIB. Pasar Rakyat Tanggul memiliki kios sebanyak

45 unit (17%) dengan ukuran 12 m2 dan los sebanyak 223 unit (83%) dengan

ukuran 3 m2. Harga sewa yang ditawarkan untuk kios seharga Rp2.900.000 per m2

dan los seharga Rp1.800.000 per m2. Pasar Tanggul memiliki komposisi pedagang

tetap sebanyak 356 orang.

4.2.3. Fasilitas Umum dan Sosial

Pasar Agung memiliki fasilitas umum dan sosial yang terdiri atas lahan

parkir, area bongkar muat, area hijau, area ibadah, area kuliner, area MCK dan

pos pelayanan kesehatan serta P3K. Luas lahan parkir yang tersedia di Pasar

Agung sebesar 3.295 m2 dengan adanya sistem pengelompokan kendaraan. Lahan

parkir yang tersedia tersebut mampu menampung sekitar 25 mobil dan 250 motor.

Di lahan parkir tersebut juga disediakan area bongkar muat barang dengan luas

area bongkar muat sebesar 500 m2. Selain itu, Pasar Agung juga menyediakan

area penghijauan sebesar 821 m2. Tersedia pula tempat ibadah dengan luas 200 m2

dan toilet umum seluas 16 m2. Fasilitas lainnya yang tersedia di Pasar Agung, Bali

adalah fasilitas MCK, tempat makan atau pujasera yang memadai pos pelayanan

kesehatan dan P3K. Adapun fasilitas umum dan sosial yang tidak dimiliki oleh

Pasar Agung adalah tempat bermain atau penitipan anak, dan gudang pasar.

Pasang Pa’baeng-baeng memiliki fasilitas umum dan sosial diantaranya:

lahan parkir seluas 4x30 m2. Pada area lahan parkir tersebut terdapat area bongkar

muat dengan luas 10x20 m2. Terdapat sistem pengelompokkan kendaraan pada

area parkir dengan daya tampung 20 unit mobil dengan ukuran lahan 50x4 m2 dan

60-100 unit motor. Pada Pasar Pa’ Baeng-Baeng juga tersedia area penghijauan

dengan luas lahan 3x2 m2, toilet umum dengan luas 4x2 m2, tempat ibadah dengan

luas 4x5 m2, pos keamanan dengan luas 1x2 m2, dan area pedagang kaki lima di

dalam area pasar dengan luas 2000 m2. Tersedia pula warung makan atau pujasera

yang memadai di Pasar Pa’ Baeng-Baeng.

Pasang Segiri memiliki fasilitas umum dan sosial diantaranya: lahan parkir

seluas 800 m2. Pada area lahan parkir tersebut terdapat area bongkar muat dengan

luas 10x20 m2. Jumlah armada bongkat buat adalah sebanyak 20 unit gerobak.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

50

Tersedia juga fasilitas gudang sebanyak 6 (enam) unit gudang dengan luas rata-

rata 4x8 m2. Terdapat sistem pengelompokkan kendaraan pada area parkir dengan

daya tampung 30 unit mobil dengan ukuran lahan 50x4 m2 dan 60-100 unit motor.

Pada Pasar Segiri juga tersedia area penghijauan dengan luas lahan 5x4 m2, toilet

umum dengan luas 4x2 m2, tempat ibadah dengan luas 4x5 m2, dan pos keamanan

dengan luas 4x5 m2. Tersedia pula warung makan atau pujasera di Pasar Segiri.

Pasar Sepuluh Ulu memiliki fasilitas umum dan sosial diantaranya: lahan

parkir yang memadai namun sistem yang diterapkan dalam kegiatan parkir di

pasar ini belum dapat dikatakan baik karena pihak pengelola pasar belum

menerapkan pola pengelompokan kendaraan di lahan parkir. Lahan parkir tersebut

mampu menampung mobil sekitar 10 unit dengan luas lahan diperkirakan 1000

m2. Selain lahan parkir, Pasar Sepuluh Ulu juga memiliki beberapa warung makan

atau pujasera yang biasa dikunjungi oleh pedagang dan para pengunjung pasar,

tetapi kondisi warung makan tersebut masih kurang memadai. Fasilitas umum

yang tersedia di Pasar Sepuluh Ulu memang belum banyak, bahkan tenpat

bermain dan penitipan anak pun tidak tersedia di pasar ini. Selain tidak

tersedianya tempat penitipan anak, di Pasar Sepuluh Ulu juga tidak tersedia pos

pelayanan kesehatan dan P3K.

Pasar Oro-oro Dowo memiliki fasilitas umum dan sosial diantaranya:

menyediakan lahan parkir seluas 25 m2 dan menerapkan sistem pengelompokan

kendaraan di lahan parkir. Lahan parkir tersebut memiliki daya tampung sebanyak

kurang lebih 40 unit mobil, dan 30 unit motor. Pasar Oro-oro Dowo memiliki area

bogkar muat seluas 25 m2, area penghijauan dengan luas area sebesar 25 m2, dan

tempat pembuangan sementara seluas 6 m2. Fasilitas lainnya yang disediakan oleh

Pasar Oro-oro Dowo meliputi: toilet umum seluas 6 m2, dan tempat ibadah seluas

24 m2.

Pasar Tanggul memiliki fasilitas umum dan sosial diantaranya:

menyediakan lahan parkir seluas 390 m2 dan menerapkan sistem pengelompokan

kendaraan di lahan parkir. Lahan parkir tersebut memiliki daya tampung sebanyak

7 unit mobil dengan ukuran lahan 80 m2, 200 unit motor dengan ukuran lahan

seluas 160 m2, dan becak sebanyak 8 unit dengan ukuran lahan 20 m2. Pasar

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

51

Rakyat Tanggul memiliki area penghijauan dengan luas area sebesar 100 m2.

Fasilitas lainnya yang disediakan oleh Pasar Rakyat Tanggul meliputi:toilet umum

seluas 32 m2, tempat ibadah seluas 12 m2, warung makan yang memadai, tempat

penitipan anak/bermain yang memadai, dan pos pelayanan kesehatan dan P3K.

4.2.4. Aspek K3 (Kebersihan, Ketertiban, dan Keamanan)

Aspek kebersihan, ketertiban, dan keamanan pasar di Pasar Agung

dikelola sendiri oleh pasar adat. Terkait aspek kebersihan pasar, Pasar Agung

menyediakan tempat pembuangan sementara seluas 200 m2. Petugas kebersihan

membersihkan Pasar Agung sebanyak 3 kali sehari dengan jumlah petugas

kebersihan sebanyak sebelas orang. Sampah pasar dari TPS ke TPA dilakukan

pengangkutan berdasarkan swadaya sendiri. Sampah diangkut dari TPS ke TPA

sebanyak dua kali dalam sehari, sementara jarak TPA terdekat adalah 20 km.

Pasar Agung telah memiliki alat pengolah limbah padat. Terdapat pemisahan

sampah organik dan nonorganik dalam mekanisme kerja pengolahan limbah

padat. Selain itu juga tersedia mesin pencacah sampah. Pasar Agung juga

memiliki alat pengolah limbah cair. Mekanisme kerja pengolahan limbah cair

dilakukan dengan Ipal. Sementara terkait keamanan pasar, tersedia pos keamanan

pasar seluas 6 m2 dan terdapat sebanyak 8 orang petugas keamanan yang bertugas.

Sistem ketertiban dan keamanan pasar telah diatur, seperti tidak diperbolehkan

ada pedagang sementara yang berada di luar bangunan pasar. Selain itu juga

terdapat peraturan yang mengatur ketertiban dan keamanan Pasar Agung. Dampak

adanya usaha dalam mewujudkan ketertiban dan keamanan pasar adalah tidak

pernah terjadi kerusuhan di Pasar Agung. Pasar Agung menerapkan standar

ukuran, timbangan, dan takaran dengan frekuensi peneraan satu kali dalam satu

tahun. Peneraan dilakukan oleh Deperindag Kota dan dilakukan di kantor pasar.

Alat yang digunakan untuk melakukan peneraan dianggap cukup memadai.

Aktivitas ini penting supaya alat dapat bekerja dengan baik.

Pasar Pa’baeng-baeng pada dasarnya telah memiliki ketentuan terkait

kebersihan, ketertiban, dan keamanan. Pasar Pa’ Baeng-Baeng memiliki panduan

kerja terkait pemeliharaan sarana dan prasarana. Akan tetapi, di Pasar Pa’ Baeng-

Baeng belum tersedia tempat pembuangan sementara yang permanen. Tempat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

52

pembuangan sampah sementara masih berupa karung. Meskipun demikian, Pasar

Pa’ Baeng-Baeng menyediakan petugas kebersihan yang bertugas membersihkan

sampah pasar satu kali dalam sehari atau terkadang dua kali apabila sedang

melaksanakan kerja bakti. Jumlah petugas kebersihan yang tersedia sebanyak 6

orang, tetapi jumlah ini dirasa belum mencukupi karena menurut pengelola,

jumlah petugas kebersihan yang ideal sebanyak 10 orang. Sampah dipindahkan

dari TPS ke TPA sebanyak satu kali dalam sehari. Sementara jarak TPA terdekat

dari Pasar Pa’ Baeng-Baeng sejauh 10 km. Pasar Pa’ Baeng-Baeng belum

memiliki alat pengolah limbah padat. Mekanisme kerja pengolahan limbah padat

yang diterapkan sampai saat ini berupa pemisahan sampah organik dan

nonorganik. Pasar ini juga belum memiliki alat pengolah limbah cair. Hal yang

dilakukan dalam menangani permasalahan limbah cair pasar adalah dengan

mengolah sampah organik melalui sistem komposter aerob. Terkait menjaga

ketertiban dan keamanan pasar, pedagang kaki lima atau pedagang sementara

tidak diperbolehkan berada di luar pasar. Pasar Pa’ Baeng-Baeng juga sudah

menyediakan petugas keamanan sebanyak 6 orang. Namun, menurut pengelola

pasar jumlah yang ideal sebanyak 8 orang. Rata-rata kerusuhan terjadi di pasar

sekitar satu per bulan, tetapi terkadang tidak terdapat laporan kerusuhan selama

sekitar dua sampai tiga bulan. Pasar Pa’ Baeng-Baeng juga rutin melakukan

peneraan dengan frekuensi sebanyak satu kali per tahun. Proses peneraan tersebut

dilakukan oleh pihak luar pasar, yaitu badan metrologi. Menurut pengelola pasar,

adanya peneraan penting untuk menjaga kejujuran pedagang.

Penanganan aspek kebersihan di Pasar Segiri belum ditangani secara

mandiri oleh Dinas Perdagangan, tetapi masih melakukan koordinasi kerja dengan

Dinas Kebersihan. Khusus untuk UPTD Pasar Segiri, tersedia 6 (enam) unit

kendaraan pengangkut sampah yang beroperasi dua kali di siang dan malam untuk

mengangkut sampah. Jumlah tenaga kebersihan yang aktif bekerja di bidang

kebersihan, terutama penanganan limbah Pasar Segiri sebanyak 42 orang. Mereka

terbagi untuk bekerja dalam dua shift. Untuk shift malam, mereka bekerja mulai

pukul 19.00 WITA untuk mengumpulkan sampah yang akan dikumpulkan di

tempat pembuangan sementara (TPS) maksimal pada pukul 07.00 WITA.

Selanjutnya, di pagi hari sampah yang sudah terkumpul di TPS tersebut akan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

53

diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk shift siang, mereka bekerja

untuk mengumpulkan sampah pada pukul 12.00 – 14.00 WITA dan langsung

mengirimkan sampah ke TPA.

Penanganan sampah atau limbah di Pasar Segiri masih belum memisahkan

antara limbah organik dan an-organik. Kepala Pasar Segiri sejatinya berkeinginan

untuk memiliki mesin pengolah kompos sendiri. Pertimbangannya agar tidak

seluruh sampah dikirimkan ke TPS/TPA tetapi sebagian bisa didaur ulang dan

digunakan kembali oleh pemangku kepentingan di Pasar Segiri. Hingga saat ini

keinginan tersebut belum terwujud karena keterbatasan lahan dan anggaran.

Perihal pola atau sistem penanganan keamanan di Pasar Segiri juga terbagi dalam

dua shift atau tim kerja, yakni siang dan malam. Latar belakang Kepala Pasar

Segiri yang berasal dari Militer (TNI) memunculkan kesan bahwa strategi

penciptaan ketertiban dan kestabilan keamanan di pasar ini memang menjadi

target Pemerintah Kota Samarinda. Sebelum kehadiran Kepala Pasar yang

sekarang menjabat, kondisi keamanan Pasar Segiri memang sangat rawan dan

kerap kali menjadi lokasi tindak kriminalitas, terutama peredaran dan

penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba). Tetapi kondisi

rawan tersebut berang-angsur hilang seiring kehadiran Kepala Pasar Segiri yang

sekarang bertugas karena beliau intensif melakukan koordinasi dengan lembaga

penegak hukum terutama Kepolisian RI dan Badan Narkotika Nasional (BNN)

dan melakukan upaya penindakan hukum secara bersama-sama terhadap para

pelanggar hukum di Pasar Segiri. Penciptaan kondisi aman dan tertib di pasar

rakyat memang tidak bisa serta merta hanya menjadi tanggung jawab pengelola

pasar (kepala pasar) tetapi juga harus melibatkan peran serta aktif pemangku

kepentingan lain terutama lembaga penegak hukum.

Pasar Sepuluh Ulu memiliki petugas kebersihan sebanyak 7 orang. Pasar

ini menerapkan sistem kebersihan dengan cara mengangkut sampah sehari sekali

dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Sistem ini diterapkan agar kebersihan pasar dapat terjaga. Proses pengangkutan

sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kabupaten

Palembang. Jarak TPS dengan TPA terdekat sekitar 10 km. Selain pengangkutan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

54

sampah dari TPS ke TPA, Pasar Sepuluh Ulu juga memiliki alat pengolah limbah

padat. Mekanisme kerja pengolahan limbah padat yang diterapkan oleh Pasar

Sepuluh Ulu berupa adanya pemisahan antara sampah organik dan sampah non

organik. Tujuan dari pemisahan sampah ini adalah memungkinkan adanya daur

ulang, baik terhadap sampah organik maupun sampah non organik. Berbeda

dengan limbah padat dimana Pasar 10 Ulu memiliki alat pengolah limbahnya,

untuk limbah cair pasar ini tidak memiliki alat pengolah limbahnya. Mekanisme

kerja pengolahan limbah cair yang diterapkan di pasar ini berupa adanya

penampungan sementara terhadap limbah cair. Untuk menangani masalah yang

muncul terkait sampah dan limbah cair, Pasar Sepuluh Ulu bekerja sama dengan

pihak ketiga untuk pengelolaan limbanya. Terkait keamanan dan ketertiban di

Pasar 10 Ulu, pihak pengelola pasar tidak memperbolehkan pedagang sementara

untuk beroperasi di luar bangunan pasar. Terdapat peraturan yang mengatur

ketertiban dan keamanan di Pasar Sepuluh Ulu. Selain peraturan, Pasar Sepuluh

Ulu juga memiliki petugas keamanan sebanyak 8 orang yang bertugas menjaga

keamanan dan ketertiban di pasar ini. Dampak nyata dari adanya peraturan yang

mengatur keamanan dan ketertiban serta adanya petugas keamanan tidak

terjadinya kerusuhan di Pasar Sepuluh Ulu.

Penerapan aspek pelaksanaan K3 di Pasar Oro-oro Dowo adalah sebagai

berikut. Kebersihan di Pasar Oro-oro Dowo ditangani oleh petugas pasar secara

bergantian. Kepala pasar menerapkan sistem kebersihan seperti di Mal, yaitu

petugas setiap saat siaga dengan alat kebersihan mulai saat pedagang bersiap-siap

berdagang dipagi hari, sampai dengan pedagang berkemas untuk pulang dan tutup

disore harinya. Untuk aspek keamanan, Pasar Oro-oro Dowo melibatkan

paguyuban pedagang. Hal ini dilakukan untuk memunculkan rasa saling memiliki.

Dengan terlibatnya pedagang dalam sistem pengamanan, secara otomatis setiap

pedagang menjadi satuan pengamanan. Untuk menunjang sistem keamanan pasar,

pengelola tetap menyediakan fasilitas APAR dan Hidran yang dikontrol setiap 3

bulan dan diganti per tahunnya. Pengelola pasar juga melakukan pelatihan

penggunaan APAR secara rutin, dan beberapa kali melakukan sosialisasi

penanggulangan kebakaran. Sedangkan untuk aspek ketertiban, pengelola pasar

melakukan penertiban khususnya untuk PKL yang berada di bibir pasar. Selain

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

55

itu, untuk kenyamanan pedagang, maka pengelola pasar juga menyediakan alat

timbang ulang untuk menjaga ketertiban ukur.

Pada Pasar Rakyat Tanggul, petugas kebersihan membersihkan sampah

tergantung pada kebutuhannya dan tetap sesuai dengan motto yang ditekankan di

Pasar Rakyat Tanggul, yaitu “Bersih Setiap Saat”. Jumlah petugas kebersihan

yang ada sebanyak 5 orang. Sistem pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang

diterapkan di Pasar Rakyat Tanggul dilakukan sendiri oleh pihak pasar dan Dinas

Perdagangan. Sampah diangkut setiap harinya sekali dari TPS ke TPA dengan

jarak TPA terdekat sejauh 3 km. Pasar Rakyat Tanggul telah memiliki alat

pengolah limbah padat dan menerapkan mekanisme pemisahan sampah organik

dan nonorganik dan komposter. Pasar Rakyat Tanggul juga telah memiliki alat

pengolah limbah cair sederhana, yaitu menggunakan bak/kolam kontrol. Terkait

aspek ketertiban dan keamanan, di Pasar Rakyat Tanggul tidak terdapat pedagang

sementara yang diperbolehkan berada di luar bangunan pasar. Selain itu, Pasar

Rakyat Tanggul juga memiliki peraturan berlaku terkait keamanan dan ketertiban.

Sampai saat ini terdapat 3 orang petugas keamanan yang ada. Akan tetapi, jumlah

petugas keamanan yang dianggap ideal berjumlah 6 orang. Sampai saat ini tidak

ada kerusuhan yang terjadi di Pasar Rakyat Tanggul. Pasar Rakyat Tanggul juga

menerapkan standar ukuran, timbangan, dan takaran. Frekuensi pelaksanaan

peneraan sebanyak satu kali per tahun yang dilakukan oleh pihak pengelola pasar,

yaitu bidang metrologi. Aktivitas ini dilakukan di Bidang Peneraan, Dinas

Perdagangan. Adanya peneraan penting dilakukan supaya alat dapat bekerja

dengan baik. Selain itu, dengan adanya peneraan pedagang bisa jujur dalam

berdagang sehingga pembeli percaya dan bisa berlangganan.

4.2.5. Peraturan Pengelolaan Pasar (SOP)

Dalam prakteknya Pasar Agung tidak mengacu pada SOP tertentu,

melainkan membuat sendiri job description atau deskripsi kerja yang mengatur

diantaranya tugas kepala pasar, tugas sekretaris pasar, tugas bendahara, tugas

satpam, tugas juru parkir, juru tagih, juru sapu, listrik, dan tugas pengawas.

Meskipun demikian, hampir seluruh pedagang di Pasar Agung setuju bahwa

jobdesc tersebut sudah dijalankan dengan baik.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

56

Tabel 4.4. Uraian Fungsi dan Tugas Pasar Agung

Petugas Pasar Fungsi dan Tugas

Kepala Pasar 1. Mengadakan hubungan / pendekatan kepada Instansi

Pemerintah dalam rangka pembinaan administrasi

usaha maupun pembukuan.

2. Melakukan koordinasi dan pengawasan secara umum

dalam pelaksanaan Policy Pasar

3. Menetapkan dan merumuskan usulan rencana kerja

jangka pendek, menengah dan jangka panjang melalui

kesepakatan bersama pengurus lainnya dalam forum

RAT (Rapat Akhir Tahun).

4. Mengkoordinir dan mempersiapkan Rencana

Anggaran dan Belanja Pasar yang akan diajukan /

disahkan dalam RAT.

5. Bertanggung jawab memberikan penjelasan tentang

Rencana dan Realisasi Program Kerja (RABK) pada

RAT.

6. Menampung dan menjebatani informasi serta

menginvertaarisir permasalahan yang menghambat

pasar.

7. Mengadakan hubungan pendekatan kepada pihak

swasta dalam rangka kerja sama antara Pasar dan

Swasta.

8. Memberi petunjuk pelaksana tugas kepada karyawan

pada masing-masing bagian.

Sekretaris Pasar 1. Menerima dan menindak lanjuti surat-surat masuk dan

keluar.

2. Mengadakan pengawasan atas arsip-arsip dan surat-

surat penting.

3. Memelihara, menyimpan dan memanfaatkan buku-

buku perlengkapan Pasar secara baik dan efektif.

4. Mengatur jadwal rapat-rapat yang menyangkut rapat

rutin dan rapat tahunan, mempersiapkan tempat dan

sarana yang diperlukan.

5. Membantu Kepala Pasar mempersiapkan penyusunan

Rencana Kerja yang bersifat ekstern yang akan

diajukan dalam rapat-rapat pembahasan.

6. Melaksanakan perjanjian-perjanjian dengan pihak luar

dimana harus mendapat persetujuan Kepala Pasar yang

diketahui oleh Bendesa Adat.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

57

Tabel 4.4. Uraian Fungsi dan Tugas Pasar Agung

Petugas Pasar Fungsi dan Tugas

7. Mengadakan penyuluhan dan bimbingan kepada

karyawan, pedagang, menerima saran dan informasi

dari karyawan, pedagang, pengawas dan masyarakat

Desa Peninjoan.

8. Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan peran aktif

karyawan dan pedagang maka sekretaris

mengkoordinir pelaksanaan pembinaan kepada

karyawan, pedagang untuk perencanaan

pengembangan dan perolehan pendapatan pasar.

9. Melaporkan kegiatan sesuai dengan tugas-tugas

dimaksud dalam rapat Pengurus Pasar dan Desa Adat.

10. Meneliti perlengkapan dan kebenaran bukti-bukti

pembukuan dan melaksanakan pembukuan sesuai

dengan prosedur dan sistem yang telah ada /

ditetapkan berdasarkan bukti-bukti pembukuan yang

lengkap dan sah.

11. Menyimpan dan memelihara dokumen dan bukti-bukti

pembukuan secara teratur sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

12. Menyiapkan data-data keuangan berupa laporan neraca

dan perhitungan hasil usaha, lengkap dengan

penjelasannya serta lampiran yang dibutuhkan.

Bendahara 1. Melakukan pengawasan langsung secara rutin dalam

bidang keuangan pasar.

2. Melakukan pengawasan dan pengamanan milik Pasar

baik harta bergerak maupun tak bergerak.

3. Berperan aktif atas pengawasan serta penagihan

piutang pasar, baik piutang pasar yang belum waktu

maupun yang lewat waktu jatuh tempo.

4. Memberikan arah sasaran yang tepat serta pencairan /

penggunaan dana-dana Pasar sesuai program.

5. Mengambil langkah-langkah pengawasan

kebijaksanaan dalam penggalian sumber-sumber dana.

6. Melaksanakan / mengesahkan transaksi / pengeluaran

kas.

7. Menyiapkan bukti yang lengkap sehubungan dengan

penerimaan dan pengeluaran uang Kas sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

58

Tabel 4.4. Uraian Fungsi dan Tugas Pasar Agung

Petugas Pasar Fungsi dan Tugas

8. Menerima, menyiapkan uang serta melaksanakan

administrasi Kas yang tepat waktu.

9. Melaksanakan pembayaran atas perintah / persetujuan

pengurus sesuai dengan ketentuan yang telah

disepakati mengenai pelaksanaan sistem pengendalian

intern (SPI).

10. Bertanggung jawab atas ketepatan jumlah penerima

/pengeluaran uang kas.

11. Memberikan laporan saldo kas kepada pengurus

melalui cabang administrasi / keuangan menurut tertib

waktu yang ditetapkan.

12. Menutup kas setiap hari dan segera mencocokan

dengan keadaan uang tunai yang tersimpan dalam

brangkas.

Satpam 1. Menjaga keamanan keberadaan pasar.

2. Mengawasi keberadaan pasar demi keselamatan

konsumen, pedagang, dan inventaris pasar.

3. Membantu kelancaran lalu lintas parkir di areal pasar

dan luar pasar sepanjang radius berkisar 100 meter dari

Pasar Agung.

4. Menindak dan melaporkan segala kejahatan baik yang

terjadi di intern pengurus maupun terjadi diekstern

(pengunjung/konsumen, dan pedagang) kedapa Kepala

Pasar maupun kepihak berwajib (Kepolisian)

5. Menjaga keselamatan petugas juru tagih, parkir, juru

sapu, petugas listrik pasar dan pengurus bilamana

terjadi perselisihan dalam pelaksanaan tugas serta

menengahi sengketa yang terjadi dan menggiring

untuk diadakan sidang kehadapan Kepala Pasar dan

atau Pengurus Pasar Agung guna mendapatkan

keputusan penyelesaian permasalahan.

Juru Parkir 1. Memarkir kendaraan roda dua dan roda empat di areal

parkir yang telah ditentukan.

2. Mengawasi keselamatan kendaraan yang berada di

areal parkir.

3. Memungut distribusi parkir sesuai dengan peraturan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

59

Tabel 4.4. Uraian Fungsi dan Tugas Pasar Agung

Petugas Pasar Fungsi dan Tugas

yang berlaku.

4. Memberikan servis kelancaran terhadap kendaraan

yang telah dipungut distribusi parkir.

5. Bertanggung jawab atas keteledoran yang dilakukan

oleh pihak parkir sendiri.

6. Menyetorkan hasil distribusi setiap hari baik itu yang

tugas pagi dan sore kepada bendahara dengan bukti

yang sah.

Juru Tagih 1. Menagih atau memungut setiap hari dan atau diadakan

satu bulan sekali pemungutan distribusi kepada

pedagang Toko, Los, Pedesaran, dan kaki lima yang

berada di areal Pasar Agung.

2. Menyetorkan hasil pungutan distribusi sesuai dengan

yang telah ditentukan pada kebijaksanaan peraturan

Desa Adat Peninjoan kepada Bendahara Pasar.

3. Melaporkan segala yang dianggap merugikan pasar

dibidang tugasnya kepada pengaman pasar agar segera

dilanjutkan kepada pengurus Pasar untuk mendapat

penyelesaian, bilamana tidak agar segera dilaporkan

pada yang berwajib (kepolisian).

4. Bertanggung jawab atas segala kelalaiannya didalam

melaksanakan tugas yang telah ditetapkan.

Juru Sapu 1. Melaksanakan tugasnya setiap hari kerja yang telah

ditentukan sehingga memang benar dalam keadaan

bersih sampah.

2. Semua sampah yang telah disapu dikumpulkan pada

tempat sampah yang telah ditentukan.

3. Segala kelalaian terhadap pelaksaan tugasnya wajib

dipertanggungjawabkan.

4. Bilamana terdapat kekurangan peralatan yang

menyangkut juru sapu segera melaporkan pada

pengurus pasar bersamaan dengan bukti agar segera

dapat ditindak lanjuti oleh pengurus pasar..

5. Kebersihan yang terdapat di areal pasar dan depan

pasar / jalan timur pasar menjadi tanggung jawab juru

sapu.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

60

Tabel 4.4. Uraian Fungsi dan Tugas Pasar Agung

Petugas Pasar Fungsi dan Tugas

Petugas Listrik 1. Segala yang berhubungan dengan pelistrikan menjadi

tanggung jawabnya seperti : Pemasangan lampu/nion,

stop kontak, penggantian lampu/balon yang mati dan

perawatan terhadap kabel-kabel yang ada pada areal

pasar.

2. Perawatan instalasi listrik diantaranya kabel,

penyambungan kabel, pengurangan sambungan dan

yang berhubungan dengan listrik menjadi urusan

petugas listrik.

3. Bilamana petugas listrik lalai terhadap tugasnya atau

bekerja dengan asal-asalan wajib

dipertanggungjawabkannya.

Pengawas 1. Melakukan pemeriksaan sewaktu-waktu, diminta atau

tidak diminta oleh pengurus maupun anggota terhadap

perkembangan/pengelolaan uang minimal tiga bulan

sekali.

2. Meneliti catatan yang ada pada pasar serta mengawasi

arus perputaran uang dalam periode tertentu dengan

sistem membandingkan antara rencana dengan

realisasi.

3. Pengawas dapat memberikan saran kepada pengurus

secara tertulis pada buku saran pengawas terhadap

temuan-temuan yang dianggap penting untuk

mendapat solusi.

4. Selanjutnya apabila tidak mendapatkan tanggapan /

tindak lanjut maka pengawas dapat melaporkan hal

tersebut pada RAT maupun Parum Desa Adat

Peninjoan.

Sedangkan pada Pasar Pa’baeng-baeng, pada dasarnya peraturan

pelaksanaan pasar mengacu pada SOP PD Pasar Makassar Raya. Namun pada

praktiknya, mayoritas pedagang menyatakan bahwa SOP yang terkait dengan

pengelolaan pasar, seperti SOP yang terkait dengan kebersihan pasar, SOP terkait

keamanan, SOP pemeliharaan, dan lainnya tidak dijalankan dengan baik oleh

pengelola pasar. Seperti misalnya, petugas kebersihan yang tidak menjalankan

SOP untuk aspek kebersihan dengan baik, petugas keamanan yang tidak secara

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

61

rutin memeriksa jika masih ada pedagang di pelataran yang masih berjualan

menjelang tutupnya pasar, sampai dengan petugas parkir yang tidak pernah

mencatat nomor polisi kendaraan yang masuk, dan memeriksa karcis parkir,

STNK, dan no plat kendaraan saat keluar.

Tabel 4.5. SOP PD Pasar Makassar Raya

No Nomor SOP Nama SOP 1 SOP-PDP-UNT-01 Jasa Penerimaan Harian 2 SOP-PDP-UNT-02 Pelaksanaan Ketertiban dan Kebersihan 3 SOP-PDP-UNT-03 Pengajuan Kartu Ijin Berjualan 4 SOP-PDP-UNT-04 Jasa Rekomendasi 5 SOP-PDP-UMU-08 Penghapusan Aset 6 SOP-PDP-UMU-06 Pengadaan Barang 7 SOP-PDP-UMU-07 Investarisasi Aset 8 SOP-PDP-UMU-04 Peningkatan Kompetensi 9 SOP-PDP-UMU-01 Penerimaan Pegawai 10 SOP-PDP-UMU-05 Pembinaan Pegawai 11 SOP-PDP-UMU-02 Absensi Pegawai 12 SOP-PDP-UMU-13 Pengendalian Surat Masuk 13 SOP-PDP-UMU-12 Pembuatan Surat Keluar 14 SOP-PDP-UMU-11 Rapat Manajemen 15 SOP-PDP-UMU-10 Penanganan Keluhan Pelanggan/Masyarakat 16 SOP-PDP-UMU-09 Humas 17 SOP-PDP-UMU-07 Penerimaan Setoran Unit 18 SOP-PDP-KEU-08 Penanganan Benda Berharga 19 SOP-PDP-KEU-05 Penagihan 20 SOP-PDP-KEU-02 Realisasi Penerimaan 21 SOP-PDP-KEU-03 Pengeluaran Kas 22 SOP-PDP-KEU-04 Investarisasi Aset 23 SOP-PDP-KEU-01 Penyusunan Anggaran 24 SOP-PDP-KBB-01 Ketertiban dan Kebersihan 25 SOP-PDP-FSR-02 Rehabilitasi 26 SOP-PDP-FSR-01 Perencanaan 27 SOP-PDP-FSR-03 Kemitraan

Di lain pihak, SOP yang diaplikasikan pada Pasar Sepuluh Ulu adalah

SOP yang dimiliki oleh PD Pasar Palembang Jaya, khususnya yang terkait dengan

sub bidang pemasaran, keuangan, keamanan dan ketertiban, serta perizinan. Pada

sub bidang pemasaran, pelaksanaan SOP sudah dilaksanakan berupa keterlibatan

pengelola pasar dalam kegiatan pemasaran di Pasar Sepuluh Ulu. Pada bidang

keuangan, pelaksanaan SOP berupa penetapan retribusi kepada pedagang serta

penetapan gaji SDM pengelola pasar sesuai dengan tingkatan jabatannya. Terkait

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

62

sub bidang perizinan, SOP yang dilaksanakan berupa menetapkan peraturan

kepada para pedagang untuk tidak berjualan di luar bangunan pasar. Selain itu,

pedagang juga harus mengikuti prosedur untuk bisa berdagang di Pasar Sepuluh

Ulu. Pelaksanaan SOP yang baik juga sudah cukup dirasakan oleh pedagang

pasar, khususnya yang berkaitan dengan petugas kebersihan yang sudah secara

rutin membersihkan tempat pembuangan sampah sementara, petugas parkir yang

tidak hanya mengatur penempatan kendaraan dengan baik, namun juga memeriksa

karcis parkir, STNK dan no plat yang masuk dan keluar. Demikian pula dengan

petugas kamar kecil yang sudah secara rutin memeriksa dan membersihkan

kondisi toilet.

Selanjutnya adalah Pasar Tanggul. Dari ke-enam pasar rakyat yang

menjadi objek dalam kajian ini, hanya Pasar Tanggul, yang memiliki SOP yang

paling lengkap, seperti misalnya:

Terkait prosedur kebersihan dan penanganan sampah Pasar Tanggul

berpedoman pada Nomor SOP: SOP-01 edisi 1. SOP tersebut berpanduan

pada lampiran II Peraturan Walikota Surakarta No. 4 tanggal 21 April

2011 tentang Standar Operasional Pelayanan (SOP) Kebersihan,

Keamanan, Ketertiban, Pengawasan, Surat Hak Penempatan (SHP), dan

Balik Nama Hal Penempatan pada Pasar Tradisional Kota Surakarta dan

berpedoman pada SNI 8152:2015 tentang Pasar Rakyat.

Selanjutnya terkait prosedur keamanan dan ketertiban, SOP yang dijadikan

sebagai panduan bernomor SOP: SOP 2 edisi 1. SOP ini juga mengacu

pada lampiran II Peraturan Walikota Surakarta No. 4 tanggal 21 April

2011 tentang Standar Operasional Pelayanan (SOP) Kebersihan,

Keamanan, Ketertiban, Pengawasan, Surat Hak Penempatan (SHP), dan

Balik Nama Hal Penempatan pada Pasar Tradisional Kota Surakarta dan

berpedoman pada SNI 8152:2015 tentang Pasar Rakyat.

Selanjutnya mengenai prosedur penanggulangan kebakaran, Nomor SOP:

SOP-04 edisi 1 yang dijadikan sebagai pedomannya. SOP ini mengacu

pada: Perda Kota Surakarta No. 7 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

63

Penanggulangan Bencana; Permen PU No. 20/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Teknis Manajemen Proyeksi Kebakaran di Perkotaan; Permen

PU No. 25/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Rencana Induk Sistem

Proteksi Kebakaran; Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan

Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan; dan

SNI 8152:2015 tentang Pasar Rakyat. Terkait penataan parkir, Pasar

Rakyat Tanggul menjalankan SOP dengan Nomor SOP: SOP-5 edisi 1.

SOP ini berpedoman pada Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1

Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perhubungan dan SNI 8152:2015

tentang Pasar Rakyat.

Berdasarkan hasil survey pun, hampir seluruh pedagang di Pasar Tanggul

setuju bahwa SOP tersebut sudah dijalankan dengan baik, khususnya pada aspek

kebersihan, keamanan, dan ketertiban.

Berbeda dengan pasar lainnya, Pasar Segiri dan Pasar Oro-Oro Dowo tidak

memiliki SOP maupun jobdesc yang menjadi acuan dalam menjalankan

manajemen pengelolaan pasar rakyat. Pasar Segiri menjalankan rutinitas

pengelolaan pasar hanya berdasarkan fungsi utama, yaitu mengumpulkan retribusi

sebagai pendapatan wajib pasar. Hal tersebut berkorelasi dengan temuan hasil

survey dari pedagang pasar yang menyatakan bahwa pengelola pasar belum

optimal dalam menjalankan pengelolaan pasar, khususnya pada aspek yang

berkaitan dengan kebersihan fasilitas umum pasar, keamanan dari kasus pencurian

dan konflik antar pedagang, serta parkir dan pemungutan retribusi. Demikian pula

dengan Pasar Oro-oro Dowo. Meskipun demikian, Kepala Pasar Oro-oro Dowo

mempraktikkan sedikit banyak pelatihan-pelatihan yang pernah diikutinya, atau

kunjungan yang pernah didatangi dalam pengelolaan pasar, seperti misalnya aspek

K3, bagaimana sebuah mal dapat terlihat selalu bersih. Sehingga meskipun

pedagang mengetahui bahwa Pasar Oro-oro Dowo tidak memiliki SOP yang

terkait dengan pengelolaan pasar, seperti SOP yang terkait dengan kebersihan

pasar, SOP terkait keamanan, SOP pemeliharaan, dll, namum mayoritas pedagang

sepakat bahwa pengelola pasar sudah menjalankan pekerjaannya dengan baik.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

64

4.2.6. Total Pendapatan Pasar

Pendapatan pasar yang diperoleh Pasar Agung dari retribusi pedagang

sebanyak Rp1.964.299.000 per tahun. Pendapatan tersebut berasal dari retribusi

kebersihan, keamanan, parkir, toilet, pemakaian air masing-masing sebesar

Rp2.500 sampai Rp3.000 per kios. Sementara retribusi yang dibebankan kepada

pedagang sebesar Rp20.000 sampai Rp50.000 per kios. Umumnya, penarikan

retribusi dilakukan pada pukul 07.00 sampai 08.00 WITA. Retribusi diterapkan

berdasarkan jenis atau volume atau hal lainnya dengan metode penentuan besaran

retribusi kepada pedagang berdasarkan luas lapak atau kios atau los. Total

pendapatan pasar per bulan sebesar Rp150.000.000 per bulan dan total

pengeluaran pasar per bulan sebanyak Rp120.000.000. Pada Pasar Agung juga

terdapat penyewaan kios, los, dan lapak. Harga sewa tertinggi untuk kios adalah

Rp2.325.000 per tahun dan harga terendah sebesar Rp1.500.000 per tahun.

Sementara untuk harga sewa los, harga sewa sebesar Rp400.000 per tahun. Pada

lapak, harga sewa tertinggi yang ditawarkan sebesar Rp150.000 per tahun dan

harga sewa terendah Rp110.000 per tahun.

Pasar Pa’baeng-baeng memiliki total pendapatan pasar per tahun sebesar

Rp100.000.000 sampai dengan Rp110.000.000. Pedagang di Pasar Pa’ Baeng-

Baeng juga dibebankan terkait retribusi atau jasa pengelolaan dan pelayanan

harian. Retribusi tersebut berupa kebersihan dan keamanan sebesar Rp2000 per

hari, parkir sebesar Rp240.000 per hari, dan toilet sebesar Rp10.000 per hari.

Penarikan retribusi umumnya dilakukan pada pukul 06.00 sampai dengan 17.00

WITA. Terdapat klasifikasi penerapan retribusi yang disesuaikan dengan jenis

atau volume hal lainnya. Penentuan retribusi tersebut dilakukan dengan metode

zona atau area tapak. Selain itu, ada juga penyewaan kios dan los dengan harga

sewa kios seharga Rp50.000 per bulan dan los sebesar Rp20.000 per bulan. Uang

sewa kios dan los tersebut melalui penghitungan pengelola atau rekapitulasi yang

kemudian diserahkan kepada PP. Pasar Pa’ Baeng-Baeng menyewakan kios

dengan harga Rp50.000 per bulan dan los dengan harga Rp20.000 per bulan.

Total income Pasar Segiri per tahun bisa mencapai Rp1.106.459.000,-

dengan rata-rata total pendapatan per bulan sebesar Rp. total pendapatan pasar per

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

65

bulan kurang lebih Rp.92.000.000,- sampai dengan Rp.97.000.000,-. Pendapatan

tersebut diperoleh diantaranya melalui retribusi bulanan sebesar +Rp.6.500.000,-

retribusi harian +Rp.83.000.000,-, retribusi parkir +Rp.8.000.000,- dan penapatan

lain-lain +Rp.300.000,-. Umumnya, pihak pengelola pasar melakukan penarikan

retribusi pada pukul 07.00 WIB s/d 10.00 WIB.

Total income Pasar Sepuluh Ulu sebesar Rp360.000.000,00 per tahun

dengan total pendapatan pasar per bulan sebesar Rp30.000.000. Selain pendapatan

pokok, terdapat pula pendapatan yang berasal dari retribusi yang dibebankan

kepada pedagang. Retribusi kebersihan, keamanan, parkir, toilet, pemakaian air,

dan pemakaian listrik merupakan sumber lain pendapatan Pasar Sepuluh Ulu.

Terkait besaran retribusi, retribusi kebersihan, keamanan, dan parkir memiliki

besaran yang sama yaitu sebesar Rp2.000,00 dengan frekuensi penarikan harian

yang dilakukan oleh pihak pengelola pasar. retribusi toilet memiliki besaran yang

berbeda yang dibebankan kepada pedagang maupun pengunjung pasar lainnya,

yaitu sebesar Rp1.000,00 dengan frekuensi penarikan harian. Umumnya, pihak

pengelola pasar melakukan penarikan retribusi pada pukul 07.00 WIB s/d 11.00

WIB. Mengenai pemakaian air di Pasar Sepuluh Ulu, beban pengeluaran langsung

dibebankan kepada pengelola pasar, sedangkan pemakaian listrik langsung

dibebankan kepada PLN. Pasar Sepuluh Ulu memiliki klasifikasi penerapan

retribusi bergantung pada jenis atau volume hal lainnya dengan metode penentuan

besaran retribusi rata-rata kepada pedagang.

Total income Pasar Oro-oro Dowo sebesar Rp107.136.000,00 per tahun

dengan total pendapatan pasar per bulan sebesar Rp8.928.000. Selain pendapatan

pokok, terdapat pula pendapatan yang berasal dari retribusi yang dibebankan

kepada pedagang diantaranya: (1) retribusi kebersihan Rp.2.000,- per bulan, (2)

retribusi keamanan Rp.5.000,- per bulan, (3) parkir roda dua Rp.2.000,- per hari

dan roda empat (mobil) Rp.3.000,- per hari, dan (4) toilet Rp.1.000 s.d. Rp.2.000,-

per hari. Umumnya, pihak pengelola pasar melakukan penarikan retribusi pada

pukul 07.00 WIB s/d 10.00 WIB. Mengenai pemakaian listri di Pasar Oro-oro

Dowo, pedagang diperkenankan untuk memasang instalasi listrik sendiri sekaligus

mengurus pembayarannya.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

66

Total pendapatan Pasar Tanggul mengalami peningkatan dalam tiga tahun

terakhir. Pada tahun 2014, pendapatan total Pasar Tanggul sebesar Rp18 juta yang

kemudian meningkat mencapai Rp139 juta pada tahun 2016. Angka tersebut

melebihi target penerimaan pasar yang ditetapkan oleh pemerintah. Pendapatan

tersebut berasal dari jasa pelayanan/pengelolaan harian yang didasarkan pada

letak kios/los/lapak yang dimiliki oleh pedagang. Selain itu, terdapat pendapatan

alternatif pasar yang berasal dari jasa uasaha. Retribusi juga menjadi salah satu

sumber pendapatan pasar. Pasar Tanggul ditargetkan akan menerapkan sistem e-

retribusi dalam sistem pembayaran retribusi hariannya. Umumnya, penarikan

retribusi di Pasar Tanggul dilakukan pada pukul 09.00 WIB sampai selesai.

Penerapan retribusi di dasarkan pada jenis atau volume atau hal lainnya dengan

metode penentuan retribusi berdasarkan per tapak kios, los, atau lapak. Pasar

Tanggul juga menyediakan penyewaan kios dan los dengan harga sewa sebesar

Rp2.900.000 per m2 untuk kios dan sebesar Rp1.800.000 per m2 untuk los.

67

BAB V. Identifikasi Jenjang Keahlian Pengelolaan Pasar Rakyat

Untuk dapat mengidentifikasi jenjang keahlian yang dibutuhkan di

masing-masing bidang, maka dilakukan tahapan diantaranya: (1) memetakan isu

permasalahan yang ditemukan di lapangan menggunakan analisis SWOT. (2)

memberikan solusi. (3) mengembangkan matriks kompetensi berdasarkan jenjang.

(4) merancang kebutuhan pelatihan dan mekanisme pelaksanaan pelatihan, dan (5)

modul pelatihan. Adapun ke-lima tahapan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut

pada sub bab kompetensi bidang berikut.

5.1. Kompetensi bidang Keuangan

1. Isu Permasalahan

Berdasarkan hasil survey dan diskusi dengan pengelola pasar, maka isu

permasalahan terkait kompetensi pengelolaan pasar rakyat untuk bidang keuangan

adalah sebagai berikut:

Table 5.1. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Keuangan

Strength Weaknesess

1. Mayoritas SDM di level

operasional dan managerial

memiliki latar belakang

akademik dan pengalaman

yang sesuai dengan bidang

keuangan.

2. Sarana prasarana keuangan

yang memadai untuk

kegiatan tertentu

1) Belum ada standardisasi format perencanaan

keuangan, pencatatan pendapatan, dan

pelaporan keuangan pasar.

2) SDM bidang keuangan pasar belum memiliki

keahlian untuk menyusun perencanaan

keuangan, pencatatan pendapatan, dan

pelaporan keuangan pasar.

3) Belum dilakukan analisa laporan keuangan

pasar dalam upaya meningkatkan efisiensi,

efektifitas, dan akuntabilitas.

4) Sistem Keuangan belum seragam khususnya

untuk sistem onlie dan terintegrasi

5) Sarana prasarana keuangan yang tidak

sebanding dengan kemajuan transaksi usaha

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

68

Table 5.1. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Keuangan

Opportunity Threat

1) Potensi financial literacy (akses

pembiayaan lembaga keuangan,

contoh: bank, asuransi,

pegadaian)yang dapat

dimanfaatkan oleh pedagang

maupun pengelola pasar

2) Sedang berkembang gagasan

cashless society

1) Regulasi peraturan daerah yang tidak

mendukung proses bisnis pasar rakyat (contoh:

penentuan tarif, pemanfaatan ruang komersil

untuk meningkatkan pendapatan, dan lainnya).

2) Belum tersedia infrastruktur pendukung

(contoh:jaringan internet)

2. Solusi

Berdasarkan isu permasalahan tersebut, maka solusinya adalah perlu

dibuat pelatihan dengan modul terkait menyusun perencanaan keuangan

pencatatan pendapatan, pelaporan dan analisa keuangan pasar, serta negosiasi

dengan lembaga keuangan.

3. Matriks Kebutuhan Kompetensi Bidang Keuangan

Matriks kompetensi bidang keuangan untuk pengelola pasar rakyat dapat

dipetakan sebagai berikut (Tabel 5.2.):

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

69

Table 5.2. Matrik Kompetensi Bidang Keuangan

Kompetensi

Keuangan

Level (Pengelola Pasar Masyarakat, Pasar Dinas, dan PD Pasar)

Dasar* Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala Pasar,

2) Kepala Seksi di

Pasar

Menengah* Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala

Bidang/Kepala

Sub Bidang di

Dinas

Pasar/Dinas

Perdagangan

2) Kepala Bidang di

PD Pasar

3) Kepala Pasar

Ahli* Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala Dinas

2) Direksi PD Pasar

3) Kepala Bidang di

Dinas Pasar/Dinas

Perdagangan

4) Kepala Bidang di

PD Pasar

Perencanaan Keuangan (Anggaran)

Mampu melakukan perencanaan kebutuhan harian pengelolaan pasar

Mampu membuat perencanaan dengan pertimbangan target pendapatan pasar

Mampu melakukan perencanaan keuangan dengan mempertimbangkan aspek asumsi (inflasi, dan lainnya)

Pencatatan Keuangan

Mampu melakukan pencatatan penerimaan harian tetap pasar menggunakan aplikasi komputer sederhana.

Mampu melakukan pencatatan dan perhitungan penerimaan dan pengeluaran tetap menggunakan aplikasi komputer.

n.a.

Pelaporan Keuangan

Mampu membuat laporan keuangan sederhana menggunakan aplikasi komputer

Mampu membuat laporan keuangan dan perhitungan pencapaian target perolehan pendapatan pasar

Mampu membuat dan menganalisa laporan keuangan dengan mempertimbangan asumsi (efisiensi, efektifitas, laba-rugi, pemeliharaan, dan lainnya).

Financial Negotiation

Mampu mengidentifikasi lembaga keuangan (bank, koperasi, dan asuransi) yang berpotensi untuk dijadikan mitra pengelola pasar

Mampu melakukan negosiasi dengan lembaga keuangan (bank, koperasi, dan asuransi) sebagai mitra pengelola pasar sebagai upaya menyediakan sarana keuangan untuk pedagang pasar.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

70

Kompetensi bidang keuangan yang harus dimiliki pengelola pasar adalah

perencanaan keuangan (anggaran), pencatatan keuangan, pelaporan keuangan dan

negosiasi keuangan. Dari seluruh kompetensi tersebut, juga akan dibedakan

tingkatannya berdasarkan kompetensi tingkat dasar, menengah dan ahli.

Untuk tingkat dasar, diharapkan untuk diikuti oleh pengelola pasar setingkat

Kepala Pasar dan Kepala Seksi di Pasar. Kompetensi yang harus dimiliki

pengelola pasar di tingkat dasar ini adalah mampu melakukan perencanaan

kebutuhan harian di pasar, mampu melakukan pencatatan penerimaan harian

dengan menggunakan aplikasi komputer sederhana berikut laporan keuangannya,

serta mampu melakukan identifikasi lembaga keuangan yang berpotensi menjadi

mitra dalam mengelola pasar.

Untuk kompetensi tingkat menengah diharapkan dimiliki oleh Kepala

Bidang / Kepala Sub Bidang di Dinas Pasar / Dinas Perdagangan, Kepala Bidang

di PD Pasar serta Kepala Pasar. Kompetensi untuk tingkat menengah ini akan

berbeda dengan kompetensi tingkat dasar yaitu mampu membuat perencanaan

dengan mempertimbangkan target pendapatan pasar, mampu melakukan

pencatatan baik penerimaan maupun pengeluaran dengan menggunakan aplikasi

komputer sederhana, mampu membuat laporan keuangan dengan perhitungan

pencapaian target pendapatan, serta mampu melakukan negosiasi dengan lembaga

keuangan yang diharapkan dapat menjadi mitra untuk memajukan pasar yang

dikelolanya.

Untuk kompetensi tingkat ahli diharapkan diikuti oleh pengelola pasar

setingkat Kepala Dinas, Direksi PD Pasar, Kepala Bidang di Dinas Pasar / Dinas

Perdagangan serta Kepala Bidang di PD Pasar. Untuk kompetensi tingkat ahli,

diharapkan mampu melakukan perencanaan dengan mempertimbangkan berbagai

faktor-faktor eskternal seperti inflasi dan daya beli masyarakat. Untuk kompetensi

dalam bidang laporan keuangan, diharapkan para pengelola pasar memiliki

kemampuan untuk membuat dan menganalisa laporan keuangan dengan

mempertimbangkan aspek efisiensi, efektifitas, pemeliharaan dan lainnya. Dan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

71

terakhir untuk tingkat ahli diharapkan mampu melakukan negosiasi dengan

lembaga keuangan yang dapat meningkatkan kinerja pasar.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

72

4. Rencana Implementasi Pelatihan Kompetensi Keuangan Dasar

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Sesi 1 08.00 - 09.00 Pembukaan Pencatatan keuangan Pelaporan keuangan Case Study

Field Trip ke Pasar

Percontohan

09.00 - 09.30 Pre-test Perhitungan transaksi keuangan

Penyusunan laporan keuangan

e-retribusi

09.30 - 10.00 Morning Break Sesi 2 10.00 - 11.30 Pengenalan aspek

keuangan Pencatatan keuangan Negosiasi keuangan Case Study

Pemahaman aspek keuangan dan alur keuangan dalam pengelolaan pasar

Pencatatan keuangan menggunakan aplikasi komputer sederhana

Pengantar negosiasi keuangan

Pelaporan keuangan terintegrasi

11.30 - 13.00 ISHOMA Sesi 3 13.00 - 14.30 Pencatatan Keuangan Pencatatan keuangan Negosiasi keuangan Case Study

Pengenalan pencatatan keuangan

Pencatatan keuangan menggunakan aplikasi komputer sederhana

Persiapan dan teknik negosiasi keuangan

Role play negosiasi keuangan

14.30 - 15.00 ISHOMA Sesi 4 15.00 - 16.30 Pencatatan Keuangan

Pemahaman transaksi keuangan dalam pengelolaan pasar

Pelaporan keuangan Pengenalan laporan keuangan

Negosiasi keuangan Persiapan dan teknik negosiasi keuangan

Post Test (15.00 - 15.30)

Closing Ceremony (15.30 - 16.30)

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

73

5. Modul Bidang Keuangan

Berikut tersaji ringkasan modul tingkat dasar manajemen pengelolaan pasar rakyat untuk bidang keuangan. Modul lengkap

terdapat dalam lampiran laporan ini

Tabel 5.3. Ringkasan Modul Tingkat Dasar Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Keuangan

No. Judul Modul Definisi Tujuan Sasaran

1. Pengenalan Aspek Keuangan

a) Memahami pengelolaan keuangan dalam pengelolaan pasar (45 menit)

b) Memahami alur keuangan dalam pengelolaan pasar (45 menit)

Memahamialur keuangan dalampengelolaan pasar

a) Memahami pengelolaan keuangan dalam pengelolaan pasar

b) Memahami alur keuangan dalam pengelolaan pasar

2. Pencatatan Keuangan

a) Pengenalan pencatatan keuangan (60 menit)

b) Pemahaman transaksi penerimaan harian yang harus dicatat dan pencatatan menggunakan aplikasi komputer sederhana (270 menit)

c) Pemahaman transaksi pengeluaran harian yang harus dicatat dan pencatatan menggunakan aplikasi komputer sederhana (90 menit)

Mampu melakukan pencatatan transaksi harian tetap pasar menggunakan aplikasi komputer sederhana

a) Memahami transaksi yang terjadi di pasar untuk dicatat

b) Mampu melakukan pencatatan transaksi menggunakan aplikasi komputer sederhana

3. Pelaporan Keuangan a) Pengenalan pelaporan keuangan (90 menit)

b) Menyusun laporan transaksi harian dan analisa dasar (90 menit)

Mampu menyusun laporan keuangan sederhana

a) Memahami tujuan laporan keuangan b) Memahami manfaat laporan

keuangan c) Mengetahui jenis-jenis laporan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

74

keuangan d) Mampu menyampaikan laporan

transaksi harian tetap pasar menggunakan aplikasi komputer sederhana

e) Mampu melakukan analisa dasar atas laporan keuangan.

5. Negosiasi Keuangan a) Pengantar negosiasi keuangan (90 menit)

b) Persiapan dan teknik negosiasi keuangan (90 menit)

c) Latihan dan ulasan negosiasi keuangan (90 menit)

Mampumengidentifikasi lembaga keuangan (bank, koperasi, dan asuransi) yang berpotensi untuk dijadikan mitra pengelola pasar

a) Memahami apa yang dimaksud dengan negosiasi keuangan

b) Memahami tahapan dan teknik dalam melakukan negosiasi

c) Berlatih negosiasi

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

75

5.2. Kompetensi bidang Administrasi

1. Isu Permasalahan

Berdasarkan hasil survey dan diskusi dengan pengelola pasar, maka isu

permasalahan terkait kompetensi pengelolaan pasar rakyat untuk bidang

administrasi adalah sebagai berikut:

Table 5.3. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Admnistrasi

Strength Weaknesess

1. Memiliki ketersedian SDM

bidang administrasi

3. Kepemilikan

peraturan/tupoksi/SOP/juklak

juknis untuk setiap kegiatan

administrasi (umum,

kepegawaian, hukum, humas,

administrasi, dan pengadaan

barang jasa)

4. Sarana prasarana utama

kegiatan administrasi tersedia

untuk operasionalisasi

5. Terdapat program kerja dan

kegiatan yang periodik dan

insidental

6. Terdapat alokasi anggaran

untuk pelaksaan administrasi.

1) Standardisasi operasional administrasi yang

belum terintegrasi dan komprehensif

2) Belum adanya acaun sistem informasi

manajemen terpadu untuk bidang administrasi

3) Kompetensi SDM bidang administasi

terbatas, termasuk keahlian khusus untuk

subbid pengadaan barang jasa, humas dan

hukum

4) Peraturan dan sejenisnya belum sinergi dan

saling tumpang tindih termasuk pengadaan

barang dan jasa

5) Sarana prasarana penunjang bagi

operasionalisasi bidang adminitrasi belum

maksimal dan belum menggunakan online

6) Belum adanya sistem audit kinerja yang

terstandarisasi menilai operasionalisasi

administrasi

7) Program kerja dan kegiatan belum memiliki

inovasi

8) Pola rekruitmen pegawai belum sesuai dengan

ketentuan yg berlaku

Opportunity Threat

1) Isu Good Corporate Governance menjadi stimulator pengelolaan pasar untuk lebih transparans, akuntabilitas dan kinerja.

2) Perkembangan IT berdampak pada pengelolaan administrasi yang efesien dan efektif

3) Ketersedian dalam jumlah banyak para ahli bidang administrasi bisa mendorong pengelolaan pasar lebih baik melalui rekruitmen yang tepat

1) Regulasi peraturan pemerintah pusat dan daerah masih overlapp, termasuk subbid pengadaan barang jasa dan kepegawaian

2) Kesadaran hukum para stakeholder pasar dalam penyelesaian permasalahan hukum dipasar.

3) Belum tersedia infrastruktur pendukung (contoh:jaringan internet dan sistem informasi manajemen terpadu)

4) Kegiatan audit disetiap tahapan diberlakukan baik kinerja maupuan proses.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

76

Table 5.3. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Admnistrasi

dan profesional

2. Solusi

Berdasarkan isu permasalahan tersebut, maka solusinya adalah perlu

dibuat pelatihan penyusunan kebijakan, sistem dan program bidang administrasi,

dengan materi dan modul terdiri dari administrasi kantor/perusahaan, umum,

pengadaan barang jasa, hukum, humas dan kepegawaian.

3. Matriks Kebutuhan Kompetensi Bidang Administrasi

Matriks kompetensi bidang administrasi untuk pengelola pasar rakyat

dapat dipetakan dalam tabel 5.4.berikut:

Table 5.4. Matrik Kompetensi Bidang Administrasi

Kompetensi

Administrasi

Level

(Pengelola Pasar Masyarakat, Pasar Dinas, dan PD Pasar)

Dasar*

Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala Pasar,

2) Kepala Seksi di

Pasar

Menengah*

Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala

Bidang/Kepala

Sub Bidang di

Dinas

Pasar/Dinas

Perdagangan

2) Kepala Bidang

di PD Pasar

3) Kepala Pasar

Ahli*

Pengelola pasar setingkat:

1) Kepala Dinas

2) Direksi PD Pasar

3) Kepala Bidang di Dinas

Pasar/Dinas Perdagangan

4) Kepala Bidang di PD Pasar

Mampu melakukan perencanaan dan kegiatan harian bidang administrasi dengan subbid administrasi kantor/perusahaan, umum, pengadaan

1. Melakukan kegiatan tingkat dasar

2. Melakukan supervisi kegiatan operasional bidang

1. Melakukan kegiatan tingkat dasar dan menengah

2. Menyusun kebijakan modernisasi bidang administrasi

3. Menyusun program kerja dan evaluasi tahunan bidang administrasi

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

77

Table 5.4. Matrik Kompetensi Bidang Administrasi

Kompetensi

Administrasi

Level

(Pengelola Pasar Masyarakat, Pasar Dinas, dan PD Pasar)

Dasar*

Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala Pasar,

2) Kepala Seksi di

Pasar

Menengah*

Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala

Bidang/Kepala

Sub Bidang di

Dinas

Pasar/Dinas

Perdagangan

2) Kepala Bidang

di PD Pasar

3) Kepala Pasar

Ahli*

Pengelola pasar setingkat:

1) Kepala Dinas

2) Direksi PD Pasar

3) Kepala Bidang di Dinas

Pasar/Dinas Perdagangan

4) Kepala Bidang di PD Pasar

barang jasa, hukum, humas dan kepegawaian

administrasi 3. Menyusun

laporan kinerja periodik mingguan dan bulanan

4. Menyusun program kerja perbaikan bidang administrasi

4. Menyusun konsep pengelolaan eksternalitas

5. Menyusun dan menerapkan audit kinerja diperusahaan berdasarkan profesionalisme dan GCG

6. Menyusun konsep pengelolaan eksternalitas

Kompetensi bidang administrasi yang harus dimiliki pengelola pasar akan

dibedakan untuk tiga tingkat kompetensi yaitu dasar, menengah dan ahli. Untuk

tingkat dasar, para pengelola pasar diharapkan mampu melakukan perencanaan

dan kegiatan harian di bidang administrasi dengan subbid administrasi kantor,

umum, pengadaan barang jasa, hukum, humas dan kepegawaian.

Untuk kompetensi tingkat menengah di bidang administrasi, pengelola

pasar diharapkan mampu melakukan kegiatan-kegiatan di pasar, melakukan

supervisi kegiatan operasional, menyusun laporan kinerja periodik serta

menyusun program kerja perbaikan bidang administrasi. Untuk tingkat ahli, para

pengelola pasar diharapkan mampu menyusun kebijakan modernisasi bidang

administrasi, program kerja dan evaluasi tahunan bidang administrasi, menyusun

konsep pengelolaan eksternalitas, menyusun dan menerapkan audit kinerja

berdasarkan profesionalisme dan GCG serta menyusun konsep pengelolaan

eksternalitas.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

78

4. Rencana Implementasi Pelatihan Kompetensi Administrasi

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Sesi 1 08.00 - 09.00 Pembukaan Kepegawaian Hukum dan Humas Case Study -1

Field Trip ke Pasar

Percontohan

09.00 - 09.30 Pre-test Analisa Beban Kerja Aspek hukum

pengelolaan pasar Tata persuratan on-line

09.30 - 10.00

Morning Break

Sesi 2 10.00 - 11.30 Administrasi Kepegawaian Humas Case Study

Pendataan aset pasar, tata persuratan, danLaporan harian

Penyusunan dan penilaian kinerja pegawai

Mengelola hubungan internal

Crisis Management

11.30 - 13.00

ISHOMA

Sesi 3 13.00 - 14.30 Administrasi Umum Humas Case Study

Pembuatan kearsipan

pasar Manajemen operasional pasar

Mengelola hubungan dengan eksternalitas

Service Excellence

14.30 - 15.00 ISHOMA

Sesi 4 15.00 - 16.30 Administrasi Umum Humas Post Test (15.00 - 15.30)

Latihan pembuatan laporan administratif pasar.

Latihan penyusunan format penilaian kinerja pegawai

Pelatihan service excellence

Closing Ceremony (15.30 - 16.30)

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

79

5. Modul Bidang Administrasi

Berikut tersaji ringkasan modul tingkat dasar manajemen pengelolaan pasar rakyat untuk bidang administrasi. Modul

lengkap terdapat dalam lampiran laporan ini

Tabel 5.5. Ringkasan Modul Tingkat Dasar Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Administrasi

No. Judul Modul Definisi Tujuan Sasaran

1. Administrasi a) Memahami cara pendataan aset pasar dengan baik (45 menit)

b) Mengetahui tata persuratan dan laporan harian (45 menit)

c) Memahami dan mampu membuat kearsipan (90 menit)

d) Latihan pembuatan laporan administrasi pasar

Memahami dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) dalam bidang administrasi seperti pendataan aset pasar rakyat, tata persuratan, kearsipan, dan pembuatan laporan dengan baik.

a) Mampu melakukan pendataan aset pasar rakyat

b) Memahami tata cara yang baik dalam persuratan

c) Memahami dan mampu menerapkan tata cara kearsipan dengan baik

d) Memiliki kompetensi dalam pembuatan laporan

2. Hukum dan Humas a) Mengantisipasi persoalan hukum (90 menit)

b) Pemahaman pengelolaan hubungan internal (90 menit)

c) Pemahaman pengelolaan hubungan dengan eksternalitas (90 menit)

d) Pelatihan service excellence (90 menit)

Memahami dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) hukum dan humas di pasar rakyat dengan baik

a) Memahami penerapan hukum dan humas yang baik berbasis SOP

b) Mengidentifikasi persoalan hukum dan humas di pasar rakyat

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

80

3. Operasional Umum a) Pemahaman terkait manajemen operasional pasar (45 menit)

b) Pemahaman tentang pengadaan barang dan jasa di pasar rakyat (45 menit)

Memahami dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) operasional umum pasar rakyat dengan baik

a) Memahami pengelolaan operasional umum yang baik berbasis SOP

b) Mengidentifikasi persoalan operasional umum di pasar rakyat

4. Case Study a) Case study tentang tata persuratan online (90 menit)

Mampu mengimplementasikan tata persuratan on-line dengan baik

a) Memahami materi pelatihan yang sudha diberikan

b) Mampu mengimplementasikan tata persuratan online dengan baik

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

81

5.3. Kompetensi bidang K3

1. Isu Permasalahan

Berdasarkan hasil survey dan diskusi dengan pengelola pasar, maka isu

permasalahan terkait kompetensi pengelolaan pasar rakyat untuk bidang K3

adalah sebagai berikut:

Table 5.6. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang K3

Strength Weaknesess

1. Memiliki Peraturan Perusahaan/Peraturan

Direksi/SK Direksi/SK Dinas/SK

Pemerintah Daerah untuk Manajemen K3

2. Tersedianya Tupoksi dan SOP K3.

3. Sudah adanya komitmen dan kesadaran

pengelola pasar terhadap aspek K3.

4. Kepemilikan sarana dan prasarana utama

K3

5. Kerjasama dengan pihak luar/ketiga dalam

pelaksanaan manajemen K3 (aparat,

penegak hukum, organisasi non pemerintah,

perguruan tinggi)

6. Memiliki alokasi dana untuk pelaksanan

manajeman K3

7. Pernah ada pelatihan insidental terkait

pengelolaan K3, misalnya : penggunaan

APAR, Pengawasan barang barang

berbahaya, Terratimbang, Pengawasan dan

Keamanan wilayah, dll

1. Implementasi peraturan dan penerapan

sanksi yang belum dilaksanakan

2. Belum adanya standardisasi

pelaksanaan SOP K3.

3. Sumberdaya manusia belum sesuai

dengan kebutuhan dan keahlian dalam

manajemen pengelolaan K3.

4. SOP K3 belum tersosialisasi secara

merata baik di tingkat pengelola pasar

maupun pedagang.

5. Rendahnya pemahaman persepsi resiko

K3 di tingkat pengelola pasar maupun

pedagang.

6. Belum tercukupinya kebutuhan sarana

penunjang K3 yang layak (contoh:

toilet, tempat sampah, alat kebersihan,

alat keamanan-cctv, APAR).

7. Zonasi yang belum mendukung

terlaksananya SOP K3, khususnya jika

terjadi bencana.

Opportunity Threat

1. Mendapatkan bantuan atau kerjasama dalam

pemenuhan ketersediaan sarana dan

perasanan utama serta penunjang kegiatan

manajemen pegelolaan K3

2. Adanya pihak eksternal yang memiliki

inovasi dalam pengelolaan K3 (contoh:

pengelolaan sampah, pengelolaan keamanan

pasar, pengawasan produk produk pasar,

pendampingan dan pemberdayaan

pedagang, dll).

1. Masih kuatnya eksternalitis yang

menghambat terlaksananya K3 dengan

baik (contoh: premanisme, intervensi

pemerintah daerah).

2. Permasalahan hukum terkait

pelaksanaan manajemen pengelolaan

K3, contoh (razia kios/los, razia produk

yang dijual, kejahatan masyarakat, dll)

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

82

2. Solusi

Berdasarkan isu permasalahan tersebut, maka solusinya adalah perlu

dibuat pelatihan K3 sebagai berikut:

a) Untuk tahap dasar akan dipetakan terkait identifikasi kebutuhan dan

permasalahan K3, pelaksanan K3 yang bersifat rutin dan insidental,

penangangan pertama dampak K3, dan evaluasi harian K3 di lapangan.

b) Untuk tahap menengah terkait dengan pelakasanan dan monev tahap dasar,

pengelolaan dan optimalisasi sarana prasaran K3, Pembuatan jaringan

kerja dan kerjasama dengan berbagai pihak (pemerintah, dunia usaha,

aparat penegak hukum, organisasi non pemerintah, pedagang, masyarakat

sekitar), pengawasan (sistem monitoring dan shift) pelaksanaan K3, dan

penyelesaian permasalahan yang bersifat rutin dan insidental.

c) Untuk tahap ahli terkait dengan pelakasanan dan monev tahap dasar dan

tahap menangah, perencanaan sistem manajemen pengelolaan K3 secara

online dan konvensional, sistem kerjasama pengelolaan K3 yang

melibatkan pihak ketiga, monev kinerja pelaksanaan K3.

3. Matriks Kebutuhan Kompetensi Bidang K3

Matriks kompetensi bidang K3 untuk pengelola pasar rakyat dapat

dipetakan sebagai berikut (Tabel 5.7.):

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

83

Table 5.5. Matrik Kompetensi Bidang K3

Kompetensi K3

Level (Termasuk Pengelola Pasar Masyarakat, Pasar Dinas, dan PD Pasar)

Dasar* Pengelola pasar setingkat: 1) Kepala Pasar, 2) Kepala Seksi di

Pasar

Menengah* Pengelola pasar setingkat: 1) Kepala Bidang/Kepala

Sub Bidang di Dinas Pasar/Dinas Perdagangan

2) Kepala Bidang di PD Pasar

3) Kepala Pasar

Ahli* Pengelola pasar setingkat: 1) Kepala Dinas 2) Direksi PD Pasar 3) Kepala Bidang di

Dinas Pasar/Dinas Perdagangan

4) Kepala Bidang di PD Pasar

Kebersihan Mampu memahami

dan melaksanakan

kegiatan kebersihan

dipasar sesuai

Tupoksi, SOP dan

juklak juknis

dengan baik

1. Mampu melaksanakan

dan mengevaluasi K3

Tingkat Dasar

2. Mampu mengawasi

dan menyusun sistem

pengawasan

pelaksanaan kegiatan

kebersihan sesuai

peraturan

perusahaan/peraturan

direksi/SK dinas/SK

pemerintah daerah

3. Mampu melaksanakan

dan menjaga

eksternalitas

1. Mampu

melaksanakan dan

mengevaluasi K3

tingkat dasar dan

menengah

2. Mampu menyusun

sistem kebersihan

sesuai peraturan

daerah dan

perkembangan

pasar.

3. Mampu

melaksanakan

Monev pengeloaan

kebersihan

berdasarkan kinerja

Keamanan Mampu memahami

dan melaksanakan

kegiatan keamanan

di pasar sesuai

Tupoksi, SOP dan

juklak juknis

dengan baik

1. Mampu melaksanakan

dan mengevaluasi K3

Tingkat Dasar

2. Mampu mengawasi

dan menyusun sistem

pengawasan

pelaksanaan kegiatan

keamanan sesuai

peraturan

perusahaan/peraturan

direksi/SK dinas/SK

pemerintah daerah

3. Mampu melaksanakan

dan menjaga

eksternalitas

1. Mampu

melaksanakan dan

mengevaluasi K3

tingkat dasar dan

menengah

2. Mampu menyusun

sistem keamanan

sesuai peraturan

daerah dan

perkembangan

pasar.

3. Mampu

melaksanakan

Monev pengeloaan

keamanan

berdasarkan kinerja

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

84

Dalam bidang K3, pengelola pasar diharapkan memiliki kompetensi dalam

aspek kebersihan, keamanan dan ketertiban. Untuk tingkat dasar, pengelola pasar

diharapkan mampu memahami dan melaksanakan kegiatan kebersihan, keamanan dan

ketertiban sesuai dengan Tupoksi, SOP dan juklak juknis dengan baik.

Untuk tingkat menengah, pengelola pasar diharapkan mampu melaksanakan dan

mengevaluasi aspek K3 (kebersihan, keamanan dan ketertiban) dengan baik. Pengelola

pasar juga diharapkan mampu mengawasi dan menyusun sistem pengawasan

pelaksanaan kegiatan K3 sesuai peraturan perusahaan/peraturan direksi/SK dinas serta

SK Pemerintah daerah. Dan terakhir, untuk kompetensi tingkat menengah, para

pengelola pasar diharapkan mampu melaksanakan dan menjaga eksternalitas.

Untuk kompetensi tingkat ahli, para pengelola pasar diharapkan mampu

melaksanakan dan mengevaluasi aspek K3 baik tingkat dasar maupun menengah. Selain

itu juga diharapkan mampu menyusun sistem K3 (kebersihan, keamanan dan ketertiban)

sesuai peraturan daerah dan perkembangan pasar. Dan terakhir para pengelola pasar

juga harus mampu melaksanakan kegiatan monev pengelolaan K3 berdasarkan kinerja.

Ketertiban Mampu memahami

dan melaksanakan

kegiatan ketertiban

di pasar sesuai

Tupoksi, SOP dan

juklak juknis dengan baik

1. Mampu melaksanakan

dan mengevaluasi K3

Tingkat Dasar

2. Mampu mengawasi

dan menyusun sistem

pengawasan

pelaksanaan kegiatan

ketertiba sesuai

peraturan

perusahaan/peraturan

direksi/SK dinas/SK

pemerintah daerah

3. Mampu melaksanakan

dan menjaga

eksternalitas

1. Mampu

melaksanakan

dan

mengevaluasi K3

tingkat dasar dan

menengah

2. Mampu

menyusun sistem

ketertiban sesuai

peraturan daerah

dan

perkembangan

pasar.

3. Mampu

melaksanakan

Monev

pengeloaan

ketertiban

berdasarkan

kinerja

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

85

4. Rencana Implementasi Pelatihan Kompetensi Bidang Kebersihan, Keamanan dan Ketertiban

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Sesi 1 08.00 - 09.00 Pembukaan Keamanan Produk Perlindungan Konsumen

Ketersediaan alat keamanan - Bag 1.

Case Study Perlindungan Konsumen

Field Trip ke Pasar Percontohan

09.00 - 09.30 Pre-test

09.30 - 10.00 Morning Break

Sesi 2 10.00 - 11.30 Kebersihan 1 Keamanan Aset Pasar Perlindungan terhadap aset pasar

Ketersediaan alat keamanan - Bag 2.

Case Study Crisis Management

11.30 - 13.00 ISHOMA

Sesi 3 13.00 - 14.30 Kebersihan 2 Keamanan Fasos Fasum Ketertiban Pedagang Bag. 1

Case Study Service Excellence

14.30 - 15.00 ISHOMA

Sesi 4 15.00 - 16.30 Kebersihan 3 Keamanan Permasalahan Sosial Latihan penyusunan format penilaian kinerja pegawai

Ketertiban Pedagang Bag. 2

Post Test (15.00 - 15.30) Closing Ceremony (15.30 - 16.30)

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

86

5. ModulBidang Kebersihan Keamanan dan Ketertiban

Berikut tersaji ringkasan modul tingkat dasar manajemen pengelolaan pasar rakyat untuk bidang kebersihan, keamanan dan

ketertiban. Modul lengkap terdapat dalam lampiran laporan ini.

Tabel 5.8. Ringkasan Modul Tingkat Dasar Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Kebersihan, Keamanan dan Ketertiban

No. Judul Modul Definisi Tujuan Sasaran

1. Aspek Kebersihan a) Memahami pengelolaan aspek kebersihan di pasar rakyat (90 menit)

b) Memahami SOP pengelolaan kebersihan (90 menit)

c) Mengidentifikasi persoalan pengelolaan aspek kebersihan di pasar rakyat (90 menit)

Memahami dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan kebersihan pasar rakyat dengan baik.

a) Memahami pengelolaan aspek kebersihan yang baik berbasis SOP

b) Mengidentifikasi persoalan pengelolaan aspek kebersihan di pasar rakyat.

2. Aspek Keamanan a) Pemahaman keamanan produk dan perlindungan konsumen (60 menit)

b) Pemahaman pengelolaan keamanan aset pasar dan perlindungan terhadap aset pasar (60 menit)

c) Pemahaman pengelolaan keamanan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pasar rakyat (60 menit)

Memahami dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan keamanan pasar rakyat dengan baik

a) Memahami pengelolaan aspek keamanan yang baik berbasis SOP

b) Mengidentifikasi persoalan pengelolaan aspek keamanan di pasar rakyat.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

87

d) Permasalahan pengelolaan permasalahan sosial (60 menit)

e) Pemahaman pengelolaan alat keamanan di asar rakyat (120 menit)

3. Aspek Keamanan a) Pemahaman pengelolaan ketertiban pedagang (90 menit)

b) Identifikasi persoalan aspek ketertiban di pasar rakyat (90 menit)

Memahami dan melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan keamanan pasar rakyat dengan baik

a) Memahami pengelolaan aspek ketertiban yang baik berbasis SOP

b) Mengidentifikasi persoalan pengelolaan aspek ketertiban di pasar rakyat

4. Case Study a) Case study tentang perlindungan konsumen (90 menit)

b) Case study tentang crisis management (90 menit)

c) Case study tentang service excellence (90 menit)

Mampu mensimulasikan pengelolaan aspek K3 pasar rakyat dengan baik

a) Memahami materi pelatihan yang sudah diberikan

b) Mampu mensimulasikan pengelolaan K3 pasar rakyat dengan baik

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

88

5.4. Kompetensi bidang Usaha Jasa

1. Isu Permasalahan

Berdasarkan hasil survey dan diskusi dengan pengelola pasar, maka isu

permasalahan terkait kompetensi pengelolaan pasar rakyat untuk bidang Usaha

Jasa adalah sebagai berikut:

Table 5.6. Analisis SWOT Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Usaha Jasa

Strength Weaknesess

1. Aset pasar yang benilai komersial dan strategis

2. Penentuan uang jasa/tarif pasar lebih rendah dan kewenangan tersendiri (BUMD)

3. Ketersediaan yang cukup untuk peraturan, SDM, dan sarana prasana utam a usaha jasa

4. Kegiatan transaksi di areal pasar beroperasi 24 jam

5. Transaksi produk di areal pasar tidak terbatas

1. Pemasaran usaha terhadap aset pasar belum maksimal (kios, los, non kios – los, area komersial lainnya).

2. Belum maksimalnya kegiatan pemasaran dan pengembangan usaha di pasar dampak Belum adanya SDM dengan kompetensi di bidang pemasaran.

3. Adanya potential lost pendapatan pasar disebabkan pemakaian areal komersial utama (kios, los, dan nono kios non los) dan komersial penunjang yang tidak maksimal.

4. Penentuan tarif yang rendah dan murah 5. Keterbatasan jenis usaha yang

dijalankan 6. Sarana dan prasaran penunjang bagi

jasa usaha yang tidak memadai 7. Adanya aset pasar yang dikelola pihak

lain

Opportunity Threat

1. Kebijakan pemerintah pusat untuk mengajak berbelanja ke pasar rakyat

2. Pariwisata dan tingkat usaha lokal mulai meningkat.

3. Peminatan pihak ketiga (dunia usaha, untuk bekerjasama dengan pasar cukup besar (contoh: pemasangan reklame)

1. Regulasi peraturan daerah yang tidak

mendukung proses bisnis pasar rakyat 2. Menjamurnya bisnis retail sekitar pasar

dengan produk yang sama 3. Transaksi on line mencegah orang datang

ke pasar 4. 5. Faktor eksternalitis non usaha jasa yang

menghambat bisnis di areal pasar (premanisme)

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

89

2. Solusi

Berdasarkan isu permasalahan tersebut, maka solusinya adalah perlu

dibuat pelatihan Usaha Jasa sebagai berikut:

a) Untuk tahap dasar akan dikhususkan pada kompetensi untuk

mengidentifikasi potensi jasa usaha di pasar, termasuk di dalamnya

mengelola jasa usaha yang sudah dimiliki (contoh: jasa usaha parkir, toilet,

bongkar muat), pengadministrasian usaha jasa dan pembuatan laporan

harian.

b) Untuk tahap menengah akan melaksanakan kegiatan ditahap dasar,

kompetensi pengawasan pendapatan jasa usaha yang sudah dimiliki,

memunculkan kemampuan melakukan pemasaran dan pengembangan

usaha areal pasar, serta mengevaluasi potensi jasa usaha di pasar yang bisa

dikembangkan secara periodik, membuat proyeksi usaha jasa pasar seacara

periodik bulanan.

c) Untuk tahap ahli akan melaksanakan kegiatan tahap dasar dan tahap

menengah, merumuskan kebijakan pemasaran dan pengembangan usaha

jasa, proses transaksi yang adaptif (on line, efesien, efektif), dan

mengembangkan usaha jasa di pasar dengan berbagai pihak.

3. Matriks Kebutuhan Kompetensi Bidang Usaha Jasa

Matrikskompetensi bidang usaha jasa untuk pengelola pasar rakyat dapat

dipetakan sebagai berikut (Tabel 5.8):

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

90

Table 5.7. Matrik Kompetensi Bidang Usaha Jasa

Kompetensi

Jasa Usaha

Level (Termasuk Pengelola Pasar Masyarakat, Pasar Dinas, dan PD Pasar)

Dasar* Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala Pasar,

2) Kepala Seksi

di Pasar

Menengah* Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala

Bidang/Kepala Sub

Bidang di Dinas

Pasar/Dinas

Perdagangan

2) Kepala Bidang di

PD Pasar

3) Kepala Pasar

Ahli* Pengelola pasar

setingkat:

1) Kepala Dinas

2) Direksi PD Pasar

3) Kepala Bidang di

Dinas Pasar/Dinas

Perdagangan

4) Kepala Bidang di PD

Pasar

Mampu

memahami dan

melaksanakan

kegiatan usasha

jasa di pasar

sesuai Tupoksi,

SOP dan juklak

juknis dengan baik

1. Mampu

melaksanakan dan

mengevaluasi

tingkat dasar

2. Mampu melakukan

kegiatan

pengembangan dan

pemasaran usaha

pasar

3. Mampu menyusun

potensi usaha jasa

pasar

4. Mampu menyusun

monev usaha jasa di

pasar

1. Mampu

melaksanakan dan

mengevaluasi tingkat

dasar dan menengah

2. Mampu menyusun

kebijakan dan rencana

kerja pengembangan

usaha jasa pasar

3. Mampu

mengembangkan

kerjasama usaha jasa

pasar

Kompetensi bidang usaha jasa dibedakan menjadi kompetensi tingkat

dasar, menengah dan ahli. Untuk tingkat dasar, para pengelola pasar diharapkan

mampu memahami dan melaksanakan kegiatan usaha jasa di pasar sesuai

Tupoksi, SOP dan juklak serta juknis dengan baik. Untuk kompetensi tingkat

menengah, para pengelola pasar diharapkan mampu melaksanakan dan

mengevaluasi tingkat dasar, mampu melakukan kegiatan pengembangan dan

pemasaran usaha pasar, mampu menyusun potensi usaha jasa pasar serta mampu

menyusun monev usaha jasa di pasar. Untuk tingkat ahli, para pengelola pasar

diharapkan mampu melaksanakan dan mengevaluasi tingkat dasar dan menengah,

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

91

mampu menyusun kebijakan dan rencana kerja pengembangan usaha jasa pasar

serta mampu mengembangkan kerjasama usaha jasa pasar.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

92

4. Rencana Implementasi Pelatihan Kompetensi Usaha Jasa

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

Sesi 1 08.00 - 09.00 Pembukaan Pemetaan Potensi Pendapatan Pasar - Bag 1

BOT/ BTO - Bag 1 Case Study -1

Field Trip ke Pasar

Percontohan

09.00 - 09.30 Pre-test Kerjasama pengelolaan pasar dengan pihak ke - 3

Pemasaran Usaha Melalui Promosi Online

09.30 - 10.00 Morning Break

Sesi 2 10.00 - 11.30 Aset - Bagian 1 Pemetaan Potensi Pendapatan Pasar - Bag 2

BOT/ BTO - Bag 2 Case Study

Kerjasama pengelolaan pasar dengan pihak ke - 3

Pemasaran Usaha Melalui Promosi Offline

11.30 - 13.00 ISHOMA

Sesi 3 13.00 - 14.30 Aset - Bagian 2 Pemasaran Usaha Online Lembaga Keuangan Case Study

Kerjasama dengan lembaga

pembiayaan Sistem Logistik Pasar.

14.30 - 15.00 ISHOMA

Sesi 4 15.00 - 16.30 Kerjasama Usaha Pemasaran Usaha Offline Manajemen Logistik Post Test (15.00 - 15.30)

Kerjasama usaha dengan pemasok

Manajemen pergudangan, tata kelola in and out barang

Closing Ceremony (15.30 - 16.30)

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

93

5. Modul Bidang Usaha Jasa

Berikut tersaji ringkasan modul tingkat dasar manajemen pengelolaan pasar rakyat untuk bidang usaha jasa. Modul lengkap

terdapat dalam lampiran laporan ini

Tabel 5.8. Ringkasan Modul Tingkat Dasar Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat Bidang Usaha Jasa

No. Judul Modul Definisi Tujuan Sasaran

1. Pengenalan Usaha Jasa a) Pengertian dan gambaran umum usaha jasa

b) Dasar hukum usaha jasa c) Diskusi dan pelatihan grup

Mampu mengetahui pengertian dna gambaran umum tentang usaha jasa di pasar serta dasar—dasar hukumnya agar dapat menyusun dan melakukan pengelolaan usaha jasa secara harian

a) Mengetahui dan memahami pengertian dan gambaran umum usaha jasa di pasar

b) Mengetahu dasar-dasar hukum usaha jasa di pasar

2. Jenis-Jenis Usaha Jasa Pasar

a) Pengenalan perbedaan kategori usaha jasa

b) Idenifikasi usaha jasa c) Pencatatan dan

penyusunan usaha jasa d) Diskusi dan pelatihan grup

Mampu mengidentifikasi dan menggolongkan usaha jasa pasar yang bersifat utama, pendukung usaha jasa yang melibatkan pihak ketiga

a) Memahami pengertian usaha jasa, usaha jasa endukung dan usaha jasa yang melibatkan pihak ketiga

b) Mampu melakukan penggolongan/pembagian usaha jasa pasar berdasarkan tiga kategori diatas

c) Mampu menyusun dan membuat format laporan untuk kegiatan operasional ketiga kategori tersebut

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

94

3. Pengelolaan Aset Usaha Jasa Pasar

a) Pengenalan pengelolaan aset usaha jasa pasar

b) Jenis-jenis aset usaha jasa pasar

c) Pencatatan dan pengawasan aset usaha jasa pasar

d) Diskusi dan pelatihan grup

Mampu menginventaris, mengelompokkan dan menyusun aset-aset usaha jasa pasar yang akan dijadikan modal operasional usaha jasa pasar untuk mendapatkan pendapatan

a) Memahami tujuan dan manfaat pengelolaan aset usaha jasa pasar

b) Mengetahui jenis-jenis aset usaha jasa pasar

c) Mampu menginventarisi, mengelompokkan dan menyusun aset usaha jasa pasar

d) Mampu melakukan pengawasan operasional aset usaha jasa pasar

4. Optimalisasi Potensi Pasar

a) Pengenalan dan identifikasi pengertian potensi pasar

b) Penyusunan perhitungan dan tarif potensi pasar

c) Perhitungan jasa pelayanan pasar

d) Diskusi dan pelatihan grup

Mampu mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di pasar untuk dijadikan kegiatan usaha jasa dalam rangka peningkatan pendapatan

a) Memahami apa yang dimaksud dengan potensi pasar

b) Mampu mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di pasar

c) Mampu menghitung potensi pasar d) Mampu menghitung tarif potensi

pasar secara sederhana e) Mampu membuat pencatatan dan

pelaporan potensi pasar 5. Pemasaran Usaha Jasa

Online a) Pengenalan pengertian

pemasaran usaha jasa secara online

b) Kegiatan-kegiatan pemasaran usaha jasa secara online

c) Diskusi dan pelatihan grup

Mampu menyusun rencana dan kegiatan pemasaran usaha jasa secara online baik internal perusahaan maupun eksternal perusahaan

a) Memahami pengertian pemasaran usaha jasa secara online

b) Mampu mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pemasaran usaha jasa secara online

6. Pemasaran Usaha Jasa Offline

a) Pengenalan pengertian pemasaran usaha jasa secara offline

Mampu menyusun rencana dan kegiatan pemasaran usaha jasa secara offline baik untuk

a) Memahami pengertian pemasaran usaha jasa secara offline

b) Mampu mengidentifikasi kegiatan-

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

95

b) Kegiatan-kegiatan pemasran usaha jasa secara offline

c) Diskusi dan pelatihan grup

internal perusahaan maupun eksternal perusahaan

kegiatan pemasaran usaha jasa secara offline

7. Kerjasama Usaha a) Pengenalan pengertian kerjasama usaha di pasar

b) Bentuk-bentuk kerjasama di pasar

c) Diskusi dan pelatihan grup

Mampu mengidentifikasi dan melakukan kerjasama usaha dalam pemanfaatan aset dan potensi yang dimiliki oleh pasar

a) Memahami pengertian kerjasama usaha dalam pemanfaatan aset dan potensi yang dimiliki oleh pasar

b) Mampu mengidentifikasi kegiatan-kegiatan kerjasama usaha yang ada di pasar

c) Mampu menentukan bentuk-bentuk kerjasama di pasar

8. Manajemen Logistik atau Gudang di Pasar

a) Pengenalan manajemen logistik atau gudang di pasar

b) Penyusunan rencana kerja manajemen logistik atau gudang

c) Penyusunan rencana laporan

Mampu menyusun rencana kerja pengelolaan logistik atua gudang yang terdapat di pasar guna menjaga ketersediaan barang di pasar

a) Memahami pengertian manajemen logistik atau gudang di pasar

b) Mampu menyusun rencana kerja pemeliharaan logistik atau gudang di pasar

c) Mampu menyusun laporan administrasi operasional logistik atau gudang di pasar

96

BAB VI. Simpulan Dan Rekomendasi

6.1 Simpulan

Terdapat empat kompetensi yang perlu dimiliki oleh pengelola pasar, meliputi:

kompetensi bidang keuangan, bidang administrasi, bidang K3, dan bidang usaha jasa.

Kompetensi bidang keuangan, meliputi: perencanaan keuangan (anggaran), pencatatan

keuangan, pelaporan keuangan, dan financial negotiation. Sementara kompetensi

bidang K3, meliputi: kebersihan, keamanan, dan ketertiban. Kompetensi tersebut dibagi

menjadi tiga tingkatan, yaitu: tingkat dasar, tingkat menengah, dan tingkat ahli.

6.1.1 Kriteria Pengelola Pasar Tingkat Dasar

Pengelola pasar tingkat dasar, meliputi oleh pengelola pasar setingkat kepala

pasar dan kepala seksi di pasar. Terkait kompetensi keuangan, kriteria yang diharapkan

terpenuhi oleh pengelola pasar tingkat dasar, antara lain:

1. Mampu melakukan perencanaan kebutuhan harian pengelola pasar;

2. Mampu melakukan pencatatan penerimaan harian tetap pasar menggunakan

aplikasi komputer sederhana;

3. Mampu membuat laporan keuangan sederhana menggunakan aplikasi komputer;

4. Mampu mengidentifikasi lembaga keuangan (bank, koperasi, dan asuransi) yang

berpotensi untuk dijadikan mitra pengelola pasar.

Terkait kompetensi bidang administrasi, kriteria yang diharapkan terpenuhi oleh

pengelola pasar tingkat dasar, yaitu mampu melakukan perencanaan dan kegiatan harian

bidang administrasi dengan sub bidang adminstrasi kantor/perusahaan, umum,

pengadaan barang jasa, hukum, humas, dan kepegawaian. Sementara terkait kompetensi

bidang K3, kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh pengelola pasar tingkat dasar,

antara lain:

1. Mampu memahami dan melaksanakan kegiatan kebersihan di pasar sesuai

tupoksi, SOP, dan juklak juknis dengan baik;

2. Mampu memahami dan melaksanakan kegiatan keamanan di pasar sesuai

tupoksi, SOP, dan juklak juknis dengan baik;

3. Mampu memahami dan melaksanakan kegiatan ketertiban di pasar sesuai

tupoksi, SOP, dan juklak juknis dengan baik.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

97

Terkait kompetensi bidang usaha jasa, kriteria yang diharapkan dimiliki oleh

pengelola pasar tingkat dasar adalah mampu memahami dan melaksanakan kegiatan

usaha jasa di pasar sesuai tupoksi, SOP, dan juklak juknis dengan baik.

6.1.2 Kriteria Pengelola Pasar Tingkat Menengah

Pengelola pasar tingkat menengah, meliputi kepala bidang/kepala sub bidang di

dinas pasar/dinas perdagangan, kepala bidang di PD pasar, serta kepala pasar. Terkait

kompetensi keuangan, kriteria yang perlu dipenuhi oleh pengelola pasar tingkat

menengah, meliputi:

1. Mampu membuat perencanaan dengan pertimbangan target pendapatan pasar;

2. Mampu melakukan pencatatan dan perhitungan penerimaan dan pengeluaran

tetap menggunakan aplikasi komputer;

3. Mampu membuat laporan keuangan dan perhitungan pencapaian target

perolehan pendapatan pasar;

4. Mampu melakukan negosiasi dengan lembaga keuangan (bank, koperasi, dan

asuransi) sebagai mitra pengelola pasar sebagai upaya menyediakan sarana

keuangan untuk pedagang pasar.

Terkait kompetensi bidang administrasi , kriteria yang perlu dipenuhi oleh

pengelola pasar tingkat menengah, meliputi:

1. Mampu melakukan kegiatan tingkat dasar;

2. Mampu melakukan supervisi kegiatan operasional bidang administrasi;

3. Mampu menyusun laporan kinerja periodik mingguan dan bulanan;

4. Mampu u menyusun program kerja perbaikan bidang administrasi.

Kriteria kompetensi bidang K3 yang pelu dimiliki oleh pengelola pasar tingkat

menengah, meliputi:

1. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi K3 tingkat dasar;

2. Mampu mengawasi dan menyusun sistem pengawasan pelaksanaan kegiatan

kebersihan sesuai peraturan perusahaan/peraturan direksi/SK dinas/SK

pemerintah daerah;

3. Mampu mengawasi dan menyusun sistem pengawasan pelaksanaan kegiatan

keamanan sesuai peraturan perusahaan/peraturan direksi/SK dinas/SK

pemerintah daerah;

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

98

4. Mampu mengawasi dan menyusun sistem pengawasan pelaksanaan kegiatan

ketertiban sesuai peraturan perusahaan/peraturan direksi/SK dinas/SK

pemerintah daerah;

5. Mampu melaksanakan dan menjaga eksternalitas.

Sementara terkait kompetensi bidang usaha jasa, kriteria yang diharapkan

dimiliki oleh pengelola pasar tingkat menengah, meliputi:

1. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi tingkat dasar;

2. Mampu melakukan kegiatan pengembangan dan pemasaran usaha pasar;

3. Mampu menyusun potensi usaha jasa pasar;

4. Mampu menyusun monev usaha jasa di pasar.

6.1.3 Kriteria Pengelola Pasar Tingkat Ahli

Pengelola pasar tingkat ahli, meliputi pengelola pasar setingkat kepala dinas,

direksi PD pasar, kepala bidang di dinas pasar/dinas perdagangan, serta kepala bidang

di PD pasar. Terkait kompetensi keuangan, kriteria yang harus dimiliki oleh pengelola

pasar tingkat ahli, meliputi:

1. Mampu melakukan perencanaan keuangan dengan memertimbangkan aspek

asumsi (inflasi dan sebagainya);

2. Mampu membuat dan menganalisis laporan keuangan dengan

memertimbangkan asumsi (efisiensi, efektivitas, laba-rugi, pemeliharaan, dan

lainnya);

3. Mampu melakukan negosiasi dengan lembaga keuangan (bank, koperasi, dan

asuransi) sebagai mitra pengelola pasar sebagai upaya menyediakan sarana

keuangan untuk pedagang pasar.

Terkait kompetensi bidang administrasi, kriteria yang harus dimiliki oleh

pengelola pasar tingkat ahli, meliputi:

1. Mampu melakukan kegiatan tingkat dasar dan menengah;

2. Mampu menyusun kebijakan modernisasi bidang administrasi;

3. Mampu menyusun program kerja dan evaluasi tahunan bidang administrasi;

4. Mampu menyusun konsep pengelolaan eksternalitas;

5. Mampu menyusun dan menerapkan audit kinerja diperusahaan berdasarkan

profesionalisme dan GCG;

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

99

6. Mampu menyusun konsep pengelolaan eksternalitas.

Terkait kompetensi bidang K3, kriteria yang harus dimiliki oleh pengelola pasar

tingkat ahli, meliputi:

1. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi K3 tingkat dasar dan menengah;

2. Mampu menyusun sistem kebersihan sesuai peraturan daerah dan perkembangan

pasar;

3. Mampu menyusun sistem keamanan sesuai peraturan daerah dan perkembangan

pasar;

4. Mampu menyusun sistem ketertiban sesuai peraturan daerah dan perkembangan

pasar;

5. Mampu melaksanakan Monev pengeloaan kebersihan berdasarkan kinerja.

Sementara terkait kompetensi bidang usaha jasa, kriteria yang diharapkan

dimiliki oleh pengelola pasar tingkat ahli, meliputi:

1. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi tingkat dasar dan menengah;

2. Mampu u menyusun kebijakan dan rencana kerja pengembangan usaha jasa

pasar;

3. Mampu mengembangkan kerjasama usaha jasa pasar.

6.2 Rekomendasi

1. Perlu adanya sosialisasi kepada para pengelola pasar terkait pentingnya

manajemen pengelolaan pasar dan pentingnya melaksanakan program-program

yang diusulkan pada kajian ini. Sosialisasi juga terkait dibutuhkannya keseriusan

untuk merealisasikan manajemen pengelolaan pasar rakyat yang efisien, efektif,

dan akuntabel.

2. Empat modul awal yang dibutuhkan oleh pengelola pasar rakyatyaitu

administrasi, Keuangan, Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan (K3) serta

Usaha Jasa di pasarrakyat.Modul harus dibedakan antara staf pelaksana,

pengelola tingkat menengah dan atas. Untuk staf pelaksana, modul diarahkan

kepada bagaimana staf pelaksana dapat memiliki kemampuan teknis dan

melaksanakan peraturan serta SOP yang telah dimiliki oleh organisasi. Bagi

pengelola tingkat menengah dan atas diharapkan dapat memiliki kemampuan

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

100

analisa yang lebih mendalam serta memiliki inisiatif dan kreatifitas sehingga

pengelolaan pasar dapat lebih efektif dan efisien.

3. Pelatihan dilakukan menggunakan sistem regional atau provinsi untuk

mempermudah transfer pengalaman dan penyesuaian pola pengelolaan pasar

rakyat di daerah tersebut. Modul pelatihan dapat dimodifikasi dan atau

ditambahkan dengan materi lokal agar sesuai dengan kondisi daerah dimana

pasar rakyat berada.

4. Perlu ada kebijakan tertulis dari pemerintah daerah dan atau perusahaan daerah

pengelola pasar untuk peserta yang mengikuti pelatihan tidak diperbolehkan

berpindah tempat dan atau dipindahkan (mutasi) dalam kurun waktu 3-4 tahun

agar bisa mengimplementasikan materi materi yang diterima selama

pelatihan.Kegiatan pelatihan dilakukan sedikitnya 3 kali untuk setiap pasar

dengan peserta yang berbeda kecuali peserta yang akan mengikuti hingga

tingkat ahli

5. Peserta pelatihan harus memiliki status pegawai tetap dan memiliki potensi

untuk ditempatkan di struktur pemerintahan yang berkaitan dengan pasar dan

perusahan daerah pengelola pasar rakyat.

6. Jangka waktu pelatihan yang dilakukan baiknya untuk tidak mengambil waktu

yang sangat lama (kisaran 5 hari kerja) oleh karena keterbtasan SDM di tingkat

pengelola pasar sehingga ketika SDM yang diikutkan pelatihan tidak hadir

dalam waktu yang lama makan akan sulit untuuk mencarikan

penggantiaannya.Pelatihan harus diberikan secara spesifik pada topik tertentu

mengingat pelatihan yang bersifat general sudah sangat sering dilakukan oleh

pihak pemda. Namun kebutuhan yang mendasar bagi pengelola pasar saat ini

adalah pelatihan yang bersifat sangat spesifik.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

101

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

102

Daftar Pustaka

Badan Standardisasi Nasional. (2015). Standar Nasional Indonesia (SNI) 8152:2015

tentang Pasar Rakyat.

Brinkerhoff, R. & Gill, S. (1994). The learning alliance. San Francisco, CA.: Jossey-

BassIPfeiffer.

Chen, H-M. and Hung, S-T (2012). The Utility of O-T-P Model in Taiwan Coast

Guard. Public Personnel Management; 41(1).

Danisworo, 2002 pengertian revitalisasi, (online)

http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009.03/definisi-revitalisasi.html

Denbi, S. (2010). The Importance of Training Needs Analysis. Industrial and

Commercial Training. 42(3). 147 -150.

Denzin, N.K. (2003). Collecting & Interpreting Qualitative Materials (2nd, 03).

SAGE Publications, Inc.

Dirani, K.M. (2011). Professional training as a strategy for staff development A

study in training transfer in the Lebanese context. European Journal of

Training and Development. 36(2/3). 158-178

Goldstein, I.L. (1993) Training in organizations: Needs assessment, development,

and evaluation. 3rd edn, Thomson Brooks/Cole Publishing Co, CA, US.

Iqbal, MZ dan Khan, RA (2011). The Growing Concept and Uses of Training Needs

Assessment, A Review with Proposed Model. Journal of European Industrial

Training. 35(5). 439-466.

Hamza, Mo. (2012) Developing Training Material Guide. Swedish Civil

Contingencies Agency (MSB)

Kementerian Perdagangan Dalam Negeri. (2016). Standar Operasional Prosedur

(SOP). Direktorat Perdagangan Dalam Negeri.

Lind, Marchal, and Wathen. (2013). Statistical Techniques in Business and

Economics 15th edition. Mc Graw Hill International Edition.

Malhotra, N. K. (2007). Marketing Research: An Applied Orientation 5th edition.

Pearson International Edition. Prentice Hall.

Kajian Manajemen Pengelolaan Pasar Rakyat | Puska Dagri - BPPP

103

Miller, J.A. and Osinski, D.M. (2002) Training needs assessment, White Paper edn,

Society For Human Resource Management (SHRM), USA.

Moore, M.L. and Dutton, P. (1978). Training needs analysis: Review and critique,

Academy of Management Review. 3(3). 532-545.

Narasimhan, GV. And Ramanarayanan, CS. (2014). Analysis of Training Needs

Assessment and Implementation – A Comparative Study of Public and

Private Sector Banks. Indian Journal of Commerce & Management Studies.

V(3).

Neuman, W.L. (2006). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative

Approaches. USA: Allyn and Bacon.

Purohit, SK (2015). Utilization of Training and Development to Increase Ability

and Skill of Employees in Organisations. The Internasional Journal of Business

and Management. 3(2).

Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2012).

Peran Revitalisasi Terhadap Kinerja Pasar Tradisional.

Stanley, T. (2002). Good Training Programs Don't Just Happen, Supervision, 63(6).

8-10.

Wahyuni, S. (2015). Qualitative Research Method: Theory and Practise (2nd

Edition). Penerbit Salemba Empat.