MENGANALISIS PASAR BISNIS2
Transcript of MENGANALISIS PASAR BISNIS2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar bisnis terdiri dari semua organisasi yang
memperoleh barang dan jasa yang digunakan dalam memperoduksi
barang dan jasa lain yang dijual, disewakan, atau dipasok
kepada pihak lain.
Industri utama yang membentuk pasar bisnis adalah
pertanian, kehutanan, dan perikanan; pertambangan,
perusahaan manufaktur, konstruksi, transportasi, komunikasi,
sarana umum, perbankan, keuangan, dan asuransi, distribusi
serta jasa lain.
Semakin banyak uang dan jenis produk yang terlibat dalam
penjualan ke para pembeli bisnis dibandingkan penjualan ke
para pembeli konsumen.
Dalam pasar bisnis akan timbul persaingan dengan
banyaknya produsen-produsen yang menawarkan produk barang
dan jasa yang mereka hasilkan kepada para konsumen.
Persaingan dalam dunia bisnis semakin semarak dalam dewasa
ini, pemasaran global membuat perusahaan-perusahaan harus
berusaha bagaimana mampu bersaing dengan perusahaan lain
yang menjadi pesaingnya.
Dengan adanya persaingan dalam pasar bisnis maka setiap
perusahaan akan melakukan langkah-langkah dalam melakukan
proses produksi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa
yang berkualitas dan bermutu sehingga dapat menarik minat
dan keinginan para konsumen untuk memilikinya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan diuraikan beberapa materi atau
pokok bahasan untuk menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan
berikut ini :
1. Apa yang disebut pasar bisnis, apa bedanya dengan pasar
konsumen ?
2. Siapa yang ikut serta dalam proses pembelian bisnis ke
bisnis ?
3. Apa pengaruh besar pada para pembeli organisasi ?
4. Bagaimana cara pembeli bisnis membuat keputusan ?
5. Bagaimana cara pembeli kelembagaan & badan pemerintah
melakukan pembelian ?
Semua pertanyaan-pertanyaan di atas akan dilakukan
pembahasan untuk mengetahui tingkat pasar bisnis yang
terjadi pada masyarakat global sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara sederhana pengertian dari Pasar adalah tempat
pertemuan antara pembeli dan penjual yang dapat menimbulkan
terjadinya transaksi jual beli barang maupun
jasa. Ada beberapa model struktur pasar yaitu :
1. Monopoli adalah model struktur pasar yang dapat terjadi
apabila hanya satu produsen atau penjual untuk suatu
produk tertentu dan tidak ada produk subtitusi. Selain
itu bisa kukuh terjadi apabila terdapat hambatan masuk
industri yang tinggi.
2. Oligopoli adalah model struktur pasar yang dapat terjadi
apabila hanya ada beberapa produsen yang menghasilkan
suatu produk. Dalam situasi yang oligopolistik, kebijakan
salat satu perusahaan akan berpengaruh terhadap
perusahaan lain.
3. Persaingan monopolistik adalah model struktur pasar yang
terdiri dari banyak produsen yang menjual produk beragam,
dalam pasar ini strategi penetapan harga oleh produsen
dalam pasar persaingan monopolistik tergantung pada
tingkat kekhasan produknya.
4. Persaingan sempurna atau pasar persaingan murniadalah
model struktur pasar yang mengandung kekuatan permintaan
dan penawaran yang dapat digunakan untuk menentukan
harga, produsen tidak menentukan harga semaunya. Dalam
pasar ini terdapat banyak Pesaing dan banyak menghasilkan
barang yang sama sehingga produsen harus mengikuti
tingkat dan arah pasar.
Dalam perkembangannya kata “Pasar” oleh para pelaku pasar
memberi imbuhan sehingga dalam dunia pasar muncul
kata“Pemasaran”. Pemasaran adalah kegiatan usaha yang selalu
berhubungan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen ke tangan
konsumen.
Secara lebih luas Pemasaran adalah segala usaha peningkatan
tentang keingginan dan kebutuhan para konsumen terhadap barang-barang
dan jasa. Dengan kata lain bahwa Pemasaran itu adalah sebagai usaha untuk
menciptakan dan mengarahkan standar hidup untuk kepentingan konsumen
terhadap barang-barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh rasa
kepuasan.
Menurut Philip Kotler, Pemasaran adalah serangkaian kegiatan
manusia yang ditujukan untuk memperlancar serta menyempurnakan
pertukaran. Definisi pemasaran pendapat Philip Kotler
mengandung pengertian :
1. Adanya kegiatan manusia. Segala macam pertukaran dan
kegiatan produksi adalah merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh manusia.
2. Adanya yang dipertukarkan. Objek pertukaran adalah
barang, jasa, uang, perhatian, waktu, energi dan lain
sebagainya.
3. Adanya pembeli dan penjual. Dalam masalah ini perlu
diperlukan :
- Adanya dua kelompok atau lebih yang perlu di perhatikan
terhadap pertukaran barang dan jasa.
- Setiap yang dipertukarkan harus mempunyai nilai bagi
kepentingan yang lainnya.
- Setiap pihak harus mampu berkomunikasi dan menyerahkan
barang-barangnya dan jasa.
Menurut D. W. Foster, mendefinisikan Pemasaran adalah suatu
proses yang sistematik, berurutan dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan usaha. Pemasaran adalah suatu filsafat yang menyatakan bahwa
perusahaan harus dipengaruhi oleh pasarnya (oleh konsumennya) dan bukan
oleh fasilitas produksi atau tehnik yang dimilikinya.
Sedangkan menurut William J. Stanton mendefinisikan
bahwa Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
memproduksikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensi.
Pasar bisnis dan pasar konsumen
Pasar bisnis merupakan suatu tempat dimana produsen-produsen
melakukan penawaran barang dan jasa kepada para konsumen
denggan strategi-strategi pemasaran yang handal untuk
mempengaruhi konsumen agar dapat memiliki barang dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen tersebut.
Pasar bisnis memiliki beberapa ciri yang sangat berbeda
dengan pasar konsumen :
- Pembeli lebih sedikit : Pemasar bisnis biasanya menangani jau
lebih sedikit pembeli daripada yang dilakukan pemasar
konsumen. Seperti nasib yang dialami oleh Goodyear Tire
Company sangat bergantung pada perolehan kontrak dari
beberapa pabrik pembuat mobil utama.
- Pembelinya lebih besar : Beberapa perusahaan besar melakukan
hampir seluruh pembelian dalam industri-industri seperti
mesin pesawat terbang dan alat pertahanan.
- Hubungan pemasok-pembeli bisnis erat : Karena jumlah pembeli
bisnisnya lebih sedikit dan tingkat kepentingan serta
kekuatan pembeli bisnisnya lebih besar, para pemasok
sering diharapkan dapat menyesuaikan tawaran mereka
dengan kebutuhan masing-masing pembeli bisnis bisnis.
Kadang-kadangg para pembeli menuntut penjual supaya
mengubah praktik dan kinerja mereka. Dalam tahun-tahun
terakhir, hubungan antara pelangggan dan pemasok telah
berubah dari benar-benar bermusuhan menjadi erat dan
akrab.
- Para pembeli terkonsentrasi geografisnya : Lebih dari setengah
pembeli bisnis terkonsentrasi di tujuh Negara
bagian : New York, California, Pennsylvania, Illinois,
Ohio, New Jersey dan Michigan. Konsentrasi geografis
produsen itu membantu menurunkan biaya penjualan. Pada
saat yang sama, para pemasar bisnis perlu memantau
perpindahan tri-industri tertentu ke wilayah lain.
- Permintaan turunan : Permintaan atas barang bisnis benar-
benar berasal dari permintaan atas barang konsumsi.
Karena alasan itu, para pemasar bisnis harus secara dekat
memantau pola pembelian konsumen akhir.
- Permintaannya tidak elastis : Permintaan total atas berbagai
barang dan jasa bisnis bersifat tidak elastis – yaitu,
tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan harga.
- Permintaannya berfluktuasi : Permintaan atas barang dan jasa
bisnis cenderung lebih mudah diubah-ubah dibandingkan
permintaan atas barang dan jasa konsumsi.
- Pembelian profesional : Barang bisnis dibeli oleh agen
(petugas) pembelian yang terlatih, yang harus mengikuti
kebijakan, batasan, dan persyaratan pembelian organisasi.
Para pembeli professional menghabiskan waktu karir mereka
dengan mempelajari cara melakukan pembelian yang lebih baik.
Banyak di antara mereka yang menjadi anggota National
Association of Purchasing Managers (NAPM), yang berusaha
meningkatkan efektivitas dan status pembeli professional. Hal
itu berarti bahwa para pemasar bisnis harus menyediakan data
teknis yang lebih banyak tentang produk mereka serta
keunggulan produk tersebut atas produk para Pesaing,
Peserta proses pembelian bisnis
Siapa yang melakukan pembelian trilyunan dolar barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh organisasi bisnis ? Para petugas
pembelian memiliki pengaruh dalam situasi pembelian ulang
langsung dan pembelian ulang modifikasi, sementara orang-orang
di departemen lain berpengaruh dalam situasi pembelian baru.
Orang-orang teknik biasanya memiliki pengaruh utama dalam
memilih komponen produk, dan petugas pembelian dominan dalam
memilih pemasok.
Webster dan Wind menamakan unit pengambil keputusan di
organisasi tertentu yang melakukan pembelian sebagai pusat
pembelian. Pusat pembelian terdiri dari ”semua individu dan
kelompok yang berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan, yang memiliki beberapa sasaran umum yang sama dan
bersama-sama menanggung resiko yang timbul dari keputusan
tersebut.” Pusat pembelian terdiri dari semua anggota
organisasi yang memainkan salah satu dari tujuh peran dalam
proses keputusan pembelian.
- Pencetus (initiators) : Mereka yang meminta untuk membeli
sesuatu. Mereka bisa saja merupakan pemakai atau pihak
lain dalam organisasi.
- Pemakai (users) : Mereka yang akan memakai barang atau jasa
tertentu. Dalam banyak kasus, pemakai mengajukan proposal
pembelian dan membantu menetapkan persyaratan produk.
- Pemberi pengaruh (influencers) : Orang-orang yang mempengaruhi
keputusan pembelian. Mereka sering membantu merumuskan
spesifikasi dan juga memberikan informasi untuk
mengevaluasi alternatif. Orang-orang teknik merupakan
pemberi pengaruh yang penting.
- Pengambil keputusan (deciders) : Orang yang memutuskan
persyaratan produk dan pemasok.
- Pemberi persetujuan (approvers) : Orang yang mengotorisasi /
menyetujui tindakan yang diusulkan oleh pengambil
keputusan atau pembeli.
- Pembeli (buyers) : Orang yang memiliki wewenang formal untuk
memilih pemasok dan menyusun syarat pembelian. Para
pembeli dapat membantu menyusun spesifikasi produk, namun
peran utama mereka adalah memilih pemasok dan
bernegosiasi. Dalam pembelian yang lebih rumit, para
pembeli mungkin mencakup manajer tingkat tinggi.
- Penjaga gerbang (gatekeepers) : Orang-orang yang memiliki
kekuasaan untuk mengahalangi penjual dan informasi
sehingga tidak dapat menjangkau anggota pusat pembelian.
Contohnya, agen/petugas pembelian, penerma tamu, dan
penerima telepon mungkin menghalangi wiraniaga untuk
menghubungi pemakai atau pengambil keputusan.
Rata-rata jumlah orang yang terlibat dalam keputusan
pembelian berkisar antara tiga orang (untuk jasa dan barang
yang digunakan dalam operasi sehari-hari) hingga sekitar lima
orang (untuk pembelian yang bernilai tinggi seperti pekerjaan
konstruksi dan mesin).
Pengaruh utama terhadap keputusan pembelian organisasi
Para pembeli bisnis menanggapi banyak pengaruh saat mereka
mengambil keputusan pembelian. Jika tawaran pemasok sama, para
pembeli bisnis dapat memenuhi tuntutan pembeliannya dari
pemasok mana pun, dan mereka lebih mengutamakan pemasok yang
memberikan perlakuan pribadi kepada mereka. Jika tawaran
pemasok berbeda secara substansial, para pembeli bisnis
bertanggung jawab atas pilihan mereka dan memberi perhatian
yang lebih besar pada faktor-faktor ekonomi.
Para pembeli bisnis menanggapi empat pengaruh utama : faktor
lingkungan, faktor organisasi, faktor antarpribadi, dan faktor
pribadi. Berikut ini akan diuraikan tentang empat pengaruh
utama yang mempengaruhi keputusan pembelian organisasi :
Faktor Lingkungan
- Para pembeli bisnis memberi perhatian yang besar pada
faktor-faktor ekonomi yang sedang berlangsung atau yang
diperkirakan, seperti level produksi, investasi,
pengeluaran konsumen, dan tingkat suku bunga. Pada masa
resesi, pembeli bisnis mengurangi investasi untuk pabrik,
peralatan, dan persediaan. Para pemasar bisnis hampir
tidak dapat melakukan apa-apa untuk merangsang permintaan
total di dalam lingkungan itu. Mereka hanya dapat
berjuang keras untuk meingkatkan atau mempertahankan
pangsa permintaan mereka.
Para pembeli bisnis secara aktif memantau perkembangan
teknologi, peraturan pemerintah, dan persaingan. Hal-hal yang
dapat mempengaruhi faktor lingkungan dalam proses pembelian
organisasi antara lain :
1. Tingkat permintaan
2. Ramalan ekonomi
3. Tingkat bunga
4. Tingkat perubahan teknologi
5. Perkembangan politik dan peraturan
6. Perkembangan persaingan
7. Perhatian pada tanggung jawab sosial masyarakat.
Faktor Organisasi
Setiap organisasi memiliki tujuan, kebijakan, prosedur,
struktur organisasi, dan sistem yang spesifik. Dalam faktor
organisasi terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi
proses pembelian antara lain :
- Peningkatan kelas departemen pembelian. Organisasi atau
departemen pembelian baru yang strategis lebih
berorientasi pada pembelian yang telah berubah dari gaya
lama ”departemen pembelian (purchasing departements)”
dengan penekanan pada pembelian dengan biaya terendah
menjadi ”departemen perbekalan (procurements
departements)” dengan misi mencari nilai terbaik dari
pemasok yang lebih sedikit namun mempunyai kualitas yang
lebih baik.
- Peran lintas fungsi. Para pemasar bisni yang melakukan
pembelian dengan tidak memandang jabatan atau struktur
tugas mereka dalam melakukan proses pengambilan keputusan
untuk melakukan pembelian barang maupun jasa.
- Pembelian terpusat. Dalam perusahaan besar dan berskala
nasional maupun internasional melakukan pembelian barang
dan jasa dengan proses pembelian dan pengadaan barang
atau jasa yang dibutuhkan oleh satu unit kecil maka akan
dilakukan oleh satu unit yang levelnya lebih tinggi
daripada unit yang membutuhkan. Namun terkadang ada
beberapa perusahaan hanya melakukan droping dana ke
perusahaan yang membutuhkan barang maupun jasa kemudian
unit yang membutuhkan dapat memakai anggaran tersebut
untuk memperoleh barang maupun jasa yang dibutuhkan.
- Pembelian terdesentralisai atas barang yang nilainya kecil.Biasanya
terdapat perusahaan mengurangi pemusatan beberapa operasi
pembelian dengan memberdayakan para pegawai untuk membeli
barang-barang yang bernilai kecil seperti alat penjepit,
pembuat kopi, dan lain-lain.
- Pembelian melalui internet. Seiring dengan perkembangan
teknologi sekarang ini, banyak perusahaan-perusahaan yang
melakukan proses pembelian lewat fasilitas yang dinamakan
Internet yang menyediakan banyak kemudahan dan kelebihan
dengan proses yang lebih praktis dan cepat sehingga
proses pembelian dapat dilakukan sendiri melalui dunia
Internet atau biasa juga disebut dunia maya yang berbasis
teknologi.
Faktor-faktor organisasi lain yang dapat mempengaruhi proses
pembelian sebagai berikut :
1. Kontrak jangka panjang
2. Evaluasi kinerja pembelian dan perkembangan profesi
pembeli
3. Membaiknya manajemen rantai pasokan
4. Produksi yang ramping
Faktor antar-pribadi dan pribadi
Pusat pembelian biasanya terdiri dari beberapa peserta
dengan minat, wewenang, status, empati, dan daya bujuk yang
berbeda-beda. Para pemasar bisnis cenderung tidak mengetahui
dinamika kelompok seperti apa yang muncul selama proses
keputusan pembelian, walaupun semua informasi yang dapat
ditemukannya tentang faktor kepribadian dan antar-pribadi akan
bermanfaat.
Tiap-tiap pembeli memiliki motivasi, persepsi, dan
preferensi pribadi yang dipengaruhi oleh umur, penghasilan,
pendidikan, jabatan, kepribadian, sikap terhadap resiko, dan
budaya pembeli tersebut. Para pembeli dengan pasti menunjukkan
gaya yang ”ahli,” pembeli yang ”ingin yang terbaik,” dan
pembeli yang ”ingin semuanya beres.” Bebarapa pembeli muda
yang berpendidikan tinggi terdiri dari pakar komputer yang
mengadakan analisis mendalam atas sejumlah proposal yang
bersaing sebelum memilih pemasok. Pembeli lain adalah ”orang
kuat” dengan pengalaman yang sudah lama yang mengadu-domba
para penjual yang bersaing.
Pembeli bisnis membuat keputusan dalam perekonomian baru
Biasanya dalam perekonomian baru, para pemasar bisnis
melakukan terobosan-terobosan baru untuk menarik hati pembeli
bisnis dalam memenuhi apa yang mereka butuhkan sehingga mereka
akan mencari alternatif-alternatif yang dapat memberikan
kemudahan dalam bertransaksi. Sebagai contoh mereka melakukan
pencarian situs-situs katalog barang maupun jasa yang
disediakan oleha para pemasar bisnis lewat media Internet.
Dengan cara ini para pembeli bisnis dapat :
- Memangkas biaya transaksi baik bagi pembeli dan pemasok
- Mengurangi waktu antara pemesanan dan penyerahan
- Mengkonsolidasikan sistem pembelian
- Mengurangi kerja buruh dan kerja administrasi
- Membangun hubungan yang lebih akrab antara mitra dan
pembeli
- Menciptakan keamanan bertransaksi.
Para pembeli bisnis membeli barang dan jasa untuk
menghasilkan uang, atau untuk mengurangi biaya operasi dalam
proses pembelian, atau untuk memenuhi kewajiban sosial atau
hukum.
Pada prinsipnya, para pembeli bisnis berusaha memperoleh
paket manfaat tinggi (ekonomi, teknik, jasa, dan sosial) yang
paling atas harga tawaran pasar. Semakin besar pendorong
pembelian pembeli bisnis, semakin besar rasio antara manfaat
yang dipikirkan terhadap biaya yang timbul, semakin besar
nilai yang dipikirkan. Tugas pemasar adalah menempatkan
tawaran yang memberikan nilai pembeli bisnis yang unggul
kepada para pembeli sasaran.
Kita dapat membedakan tiga orientasi pembelian perusahaan
antara lain :
1. Orientasi pembelian. Fokus pembelian bersifat jangka pendek
dan sangat taktis. Para pembeli diberi imbalan karena
kemampuannya mendapatkan harga paling rendah dari pemasok
atas level mutu dan ketersediaan tertentu.
2. Orientasi pengadaan. Di sini para pembeli secara serempak
mengusahakan perbaikan mutu dan penurunan harga beli.
Para pembeli mengembangkan hubungan kolaboratif dengan
para pemasok utama dan mencari penghematan melalui
perbaikan manajemen pengadaan, pengolahan bahan, dan
biaya pembuangan.
3. Orientasi manajemen rantai pasokan. Di sini peran pembelian
diperluas menjadi operasi peningkatan nilai yang bersifat
lebih strategis. Perusahaan tersebut memusatkan perhatian
pada cara memperbaiki keseluruhan rantai nilai dari bahan
mentah hingga ke pengguna akhir.
Jenis-jenis proses pembelian
Para pemasar perlu memahami cara kerja sejumlah departemen
pembelian. Departemen itu membeli banyak jenis produk, dengan
menggunakan proses pembelian yang berbeda-beda. Peter Kraljic
membedakan empat proses pembelian yang berhubungan dengan
produk :
1. Produk rutin : Produk-produk ini mempunyai nilai dan biaya
yang rendah bagi pembeli bisnis dan risikonya kecil
(misalnya perlengkapan kantor). Para pembeli bisnis akan
mencari harga yang paling rendah dan menekankan pada
pemesanan rutin. Para pemasok akan menawarkan untuk
menstandarkan dan memperbesar pesanan melalui kontrak-
kontrak borongan dan manajemen fasilitas.
2. Produk-produk bernilai tinggi (leveraged product) : Produk-produk ini
mempunyai nilai dan biaya yang tinggi bagi pembeli bisnis
tetapi risiko pasokannya kecil (misalnya piston mesin)
karena banyak perusahaan membuatnya. Pemasok tertentu
tahu bahwa pembeli bisnis akan membandingkan sejumlah
tawaran dan harga pasar, dan ia perlu memperlihatkan
bahwa tawarannya mampu meminimalkan biaya total pembeli
bisnis.
3. Produk-produk strategis. Produk-produk ini memiliki nilai dan
biaya yang tinggi bagi pembeli bisnis dan juga tinggai
risikonya (misalnya, komputer mainframe). Pembeli bisnis
akan menginginkan pemasok yang dikenal baik dan dipercaya
serta ingin membayar harga lebih dari harga rata-rata.
Pemasok tersebut harus mencari aliansi strategis yang
berbentuk keterlibatan pemasok sejak dini, program-
program pengembangan bersama, dan investasi bersama.
4. Produk-produk penghambat kelancaran kerja (botleneck products) :
Produk-produk ini mempunyai nilai dan biaya rendah bagi
pembeli bisnis tetapi memiliki sejumlah risiko (misalnya,
suku cadang). Pembeli bisnis akan menginginkan pemasok
yang dapat menjamin pasokan yang tidak mandek. Pemasok
harus mengajukan suku cadang standar dan menawarkan
sistem untuk mengetahui pasokan yang masih tersedia,
penyerahan sesuai permintaan, dan biro bantuan.
Adapun tahap-tahap dari proses pembelian sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah
2. Perumusan kebutuhan dan spesifikasi produk umum
3. Pencarian pemasok
4. Permintaan pengajuan proposal
5. Pemilihan Pemasok
6. Spesifikasi rutinitas pesanan
7. Kaji ulang kinerja pembelian atau pengadaan.
Pasar kelembagaan dan pemerintah
Pasar kelembagaan terdiri dari sekolah, rumah sakit, balai
pengobatan, penjara, dan lembaga lain yang harus memberikan
barang dan jasa kepada orang-orang yang mereka urusi. Banyak
dari organisasi itu ditandai oleh anggaran yang rendah dan
pembeli bisnis yang sudah pasti jumlahnya. Sebagai contoh,
rumah sakit harus memutuskan mutu makanan yang akan dibeli
untuk pasiennya. Tujuan pembeliannya bukanlah laba, karena
makanan tersebut disediakan bagi pasien sebagai bagian dari
paket pelayanan total. Minimisasi biaya juga tidak menjadi
tujuan satu-satunya karena makanan yang buruk akan menyebabkan
pasien mengajukan keluhan dan merusak reputasi rumah
sakit. Agen / petugas pembelian rumah sakit harus mencari
pemasok makanan kelembagaan dengan mutu yang memenuhi atau
melampau standar minimum tertentu dan harga yang rendah.
Sesungguhnya, banyak pemasok makanan yang membentuk divisi
terpisah untuk melakukan penjualan kepada pembeli kelembagaan,
karena kebutuhan dan karakteristik khusus pembelian mereka.
Begitu pula yang terjadi pada kelembagaan sekolah, balai
pengeobatan, penjara maupun lembaga-lembaga lainnya.
Pentingnya memusatkan diri pada keinginan dan kebutuhan
pembeli bisnis merupakan hal yang sudah diketahui oleh banyak
perusahaan di Indonesia dewasa ini. Hubungan antara fokus pada
pembeli bisnis dengan tingkat kepuasan pembeli bisnis juga
sudah disadari oleh sebagian besar pemasar bisnis. Begitu juga
hubungan kausal antara kepuasan dengan tingkat keuntungan yang
dapat diraih oleh perusahaan, pastilah juga sudah sangat
disadari. Oleh karena itu, tidak heran kalau banyak perusahaan
di Indonesia saat ini sangat concern dengan pencapaian kepuasan
pembeli bisnis, yang antara lain ditunjukkan dengan
keberhasilannya dalam meraih berbagai penghargaan yang
berkaitan dengan kepuasan pembeli bisnis.
Banyak survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau
perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan yang
memperhatikan keinginan dan kebutuhan pembeli bisnisnya dapat
memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik dibandingan
perusahaan lain. Kualitas pelayanan yang lebih baik inilah
yang kemudian akan berkontribusi pada tingkat kepuasan pembeli
bisnis. Jadi, hubungan “fokus pada pembeli bisnis-kualitas
pelayanan - tingkat kepuasan” merupakan rantai yang memang
sudah terbukti secara empiris.
Kesadaran akan keharusan berfokus pada pembeli bisnis
mendorong berbagai pemasar bisnis terus berbenah diri. Pembenahan
dari sisi 3p - process, people, dan physical evidencemenjadi
kecenderungan saat ini. Oleh karena hampir semuapemasar
bisnis juga melakukan hal yang sama, tampaknya semakin sulit
saja upaya untuk menjadikan ke 3p tersebut sebagai sumber
diferensiasi.
Hampir semua pemasar bisnis berupaya memberikan proses
yang convenience kepada pembeli bisnisnya. Berbagai cara atau
saluran digunakan untuk memberikan kemudahan tadi. Berbagai
atribut physical evidence seperti fisik gedung, atmosfer atau
suasana di dalam dan di luar gedung, seragam karyawan,
peralatan, dan lain-lain, juga secara sungguh-sungguh sudah
dirancang oleh para pemasar bisnis, agar pembeli bisnis dapat
menikmati berbagai proses yang dilaluinya selama bertransaksi.
Lalu bagaimana dengan unsur people-nya?
Proses yang dirancang untuk memberikan kemudahan dan
kenyamanan kepada pembeli bisnis terkadang tidak dapat di-
deliver sebagaimana mestinya akibat dari kualitas people yang men-
delivernya. Physical evidence yang dirancang untuk memberikan kesan
tertentu dan memberikan kenyamanan kepada pembeli bisnis,
menjadi seperti tidak ada nyawanya, juga akibat
kualitas people yang men-delivernya. Jadi dapat dikatakan di sini
bahwa unsur people atau manusia merupakan kunci. Faktor manusia
dapat menjadi sumber diferensiasi.
Dengan demikian, upaya pembenahan people perlu dijadikan
fokus dari para pemasar bisnis jika perusahaan tersebut ingin
fokus kepada pembeli bisnisnya. Tidak mungkin terjadi “fokus
pada pembeli bisnis” tanpa didahului oleh “fokus pada
karyawan.” Oleh karena itu, jika kita bicara “fokus pada
pembeli bisnis” maka konteks seharusnya adalah pada “pembeli
bisnis internal dan eksternal.” Dalam hal ini terkadang
perusahaan lupa. Ia terlalu banyak berkonsentrasi pada pembeli
bisnis eksternal, kurang memperhatikan pembeli bisnis
internalnya.
Budaya membangun service culture pada pembeli bisnis internal
sudah seharusnya menjadi tujuan perusahaan yang ingincustomer
focus. Membangun service culture ini tidak cukup hanya melalui
pelatihan-pelatihan singkat, apalagi yang dilakukan sesaat
menjelang adanya kontes kepuasan pembeli bisnis. Terasa hanya
tujuan sesaat.
Pada awalnya, pendekatan top down merupakan cara yang efektif
dalam membangun service culture ini. Artinya, kesadaran dan contoh
teladan harus datang dari pucuk pimpinan, disemaikan ke bawah
dengan berbagai media penyampaian. Membangunservice culture ini
harus dipandang sebagai sesuatu yang stratejik sifatnya. Oleh
karena itu, dorongan dari atas akan sangat efektif. Baru
setelah mulai berjalan, empowerment of employees menjadi tahap
berikutnya. Memberikan keleluasaan pada karyawan pada batas
tertentu akan mendorong karyawan berkreasi dalam memberikan
pelayanan terbaik bagi pembeli bisnis. Dari dua hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa membangun service culturebukanlah upaya
instan yang akan memberikan hasil instan pula. Ini yang
penting disadari.
Service culture harus dibangun dalam tubuh perusahaan secara
keseluruhan. Tidak hanya pada frontliners. Banyak pemasar bisnis yang
mengira dengan melatih para frontliners agar dapat memiliki
budaya melayani, berarti tugasnya sudah selesai. Padahal,
para fronliners ini tidak mungkin dapat melakukan tugasnya dengan
baik tanpa adanya dukungan dari back office yang juga memiliki
orientasi yang sama.
Satu hal yang rasanya perlu dicermati oleh para pemasar
bisnis saat ini, khususnya industri perbankan, yaitu: adanya
polaoutsource karyawan, terutama karyawan yang menjadi garda
terdepan perusahaan. Dengan pola ini, di satu sisi memang
perusahaan dapat mencapai efisiensi yang diinginkan, namun di
sisi lain ada risikonya. Karyawan ousource ini belum tentu dapat
menghayati nilai-nilai perusahaan, apalagi memahami secara
utuhservice culture yang dibangun oleh perusahaan. Akibatnya, service
delivery-nya belum tentu optimal, atau dengan kata lain, belum
mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan. Inilah yang
terkadang merupakan salah satu sebab dari timbulnya over promise-
under delivery.
Membangun service culture perlu didukung dengan
polareward dan punishment yang jelas dan memadai. Menuntut
karyawan memiliki budaya melayani tanpa adanya penghargaan
yang baik, tidak akan efektif. Karyawan hanya akan
menjadimediocre, melayani seadanya dan secukupnya, karena
memang kurang termotivasi.
Customer focus, pada akhirnya, bukanlah semata sebuah slogan
pembangkit semangat perusahaan dan para karyawannya, yang
didengungkan di berbagai momen internal perusahaan.Customer
focus bukanlah suatu retorika, yang hanya dicanangkan untuk
mencapai tujuan sesaat. Customer focus sesungguhnya adalah nadi
suatu perusahaan, yang denyutnya harus terasa terus selama
perusahaan hidup dan berkembang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan materi mengenai “Menganalisis Pasar Bisnis” dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pasar bisnis memiliki beberapa ciri yang sangat berbeda
dengan pasar konsumen : Pembeli lebih sedikit, Pembelinya
lebih besar, Hubungan pemasok-pembeli bisnis erat,
Para pembeli terkonsentrasi geografisnya, Permintaan
turunan, Permintaannya tidak elastis, Permintaannya
berfluktuasi, Pembelian professional.
2. Dalam pasar bisnis kita dapat membedakan tiga orientasi
pembelian perusahaan antara lain :
Orientasi pembelian. Fokus pembelian bersifat jangka pendek
dan sangat taktis. Para pembeli diberi imbalan karena
kemampuannya mendapatkan harga paling rendah dari
pemasok atas level mutu dan ketersediaan tertentu.
Orientasi pengadaan. Di sini para pembeli secara serempak
mengusahakan perbaikan mutu dan penurunan harga beli.
Para pembeli mengembangkan hubungan kolaboratif dengan
para pemasok utama dan mencari penghematan melalui
perbaikan manajemen pengadaan, pengolahan bahan, dan
biaya pembuangan.
Orientasi manajemen rantai pasokan. Di sini peran pembelian
diperluas menjadi operasi peningkatan nilai yang
bersifat lebih strategis. Perusahaan tersebut
memusatkan perhatian pada cara memperbaiki keseluruhan
rantai nilai dari bahan mentah hingga ke pengguna
akhir.
B. Kritik dan Saran
C. Daftar Pustaka
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Bahasa Indonesia,
PT. Indeks Kelompok Gramedia, cetakan PT. Intan Sejati
Klaten, 2005.
Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006.