revitalisasi pasar
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of revitalisasi pasar
Perencanaan Pemerintah Daerah Kota Malang
Mengenai Program Revitalisasi Pasar Dinoyo
Makalah
Diajukan untuk menempuh mata perkuliahan Seminar Isu-
isu Pemerintahan
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Disusun oleh :
Bayu Pratama
115030100111054
Kelas A
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar tradisional merupakan ruh perdagangan
Indonesia, pasalnya di pasar tradisional akan
tercipta interaksi antara pedagang dan pembeli,
terjalin komunikasi verbal lewat tatap muka langsung.
Pasar tradisonal merupakan pusat
kebudayaan, dimana segala macam ekspresi perilaku
dan nilai yang melekat dalam masyarakat
terekspresikan di dalamnya. Intensitas interaksi di
dalam pasar tradisonal tidak kita temukan di pasar
modern. Pasar dapat dilihat sebagai pusat budaya,
ketika pasar tradisional tidak hanya menjadi ruang jual
beli tetapi lebih dari itu pasar tadisional menjadi
ruang ekspresi kesenian dan kebudayaan.
Terdapat beberapa fenomena menarik yang
menyebabkan kondisi pasar tradisional tidak dapat
berkembang dengan baik, diantaranya adalah
kebiasaan para pedagang yang mengabaikan kebersihan
sehingga membuat kondisi pasar menjadi kumuh yang
berakibat pada rendahnya jumlah pengunjung.
Ditambah lagi keberadaan pedagang pendatang yang
tidak memiliki kios atau los di pasar dan
berjualan di emperan pasar bahkan sampai ke
badan jalan yang pada akhirnya membuat retribusi
dari sewa kios atau los menurun. Transaksi di
luar pasar membuat transaksi jual beli pedagang
yang berada di dalam pasar menjadi berkurang.
Selain itu dengan adanya pedagang yang berjualan di
emperan pasar membuat lahan parkir yang tersedia
menjadi berkurang sehingga memicu munculnya parkir
liar yang tidak dikelola oleh petugas parkir
resmi sehingga mengakibatkan retribusi dari sektor
parkir berkurang. Faktor lainnya adalah adanya
disfungsi bangunan pasar. Struktur bangunan pasar
yang terbuka sehingga mengakibatkan bangunan pasar
menjadi tempat tinggal bagi para pengamen dan
gelandangan pada malam hari sehingga menimbulkan
suasana yang tidak kondusif dan membuat bangunan
pasar menjadi semakin tidak terawat. Seharusnya
ketika jam operasional pasar berakhir, bangunan pasar
harus disterilkan dan dikunci dengan begitu pasar bisa
dibersihkan.
Data dari pemerintah dan lembaga terpercaya dalam
periode empat tahun terakhir (2006 – 2010) menunjukan
pertumbuhan negaif pasar tradisional di Indonesia
oleh karena menjamurnya pasar retail dan modern,
khususnya di daerah perkotaan. Situasi ini diantaranya
disebabkan oleh permasalahan kondisi kesehatan dan
sanitasi serta keidaknyamanan dari pasar
tradisional yang berkepanjangan, sehingga pilihan
konsumen beralih ke pasar retail dan modern.
Namun fakta juga menunjukan bahwa sekitar 60%
masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada pasar
tradisional dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.
Melihat kenyataan ini, kondisi idak higienis dan
idak memadai dari pasar tradisional dapat menimbulkan
permasalahan yang cukup serius dari segi kesehatan
masyarakat.
Temuan dari beberapa studi tentang pasar
tradisional memperlihatkan terjadinya penurunan
pendapatan pedagang pasar karena konsumen lebih memilih
berbelanja kebutuhan mereka di pasar ritel atau modern.
Bagi 12,5 juta pedagang yang sumber penghidupannya
bergantung pada pasar tradisional, kurangnya perhaian
khusus terhadap kondisi ini dapat mengancam penghidupan
mereka. Walaupun pemerintah pusat dan daerah telah
mengambil langkah pening dalam merevitalisasi pasar
tradisional, kerjasama serta dukungan dari seluruh
lapisan masyarakat untuk menghadapi tantangan yang
besar ini sangat dibutuhkan.
Program pembenahan atau revitalisasi Pasar
tradisional merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas serta kelayakan pasar
tradisional sebagai salah satu penggerak
perekonomian masyarakat dari berbagai kalangan di
suatu daerah. Koordinasi dan kerjasama antar
stakeholder pasar tradisional menjadi langkah yang
harus ditempuh agar program tersebut dapat memberikan
hasil dan manfaat yang maksimal bagi semua pihak
yang menjadi bagian dari pasar tradisional. Namun
Program pembenahan Pasar tradisional tidak jarang
menimbulkan konflik yang terjadi pada ranah
koordinasi antar stakeholder pada tahap
perencanaan program tersebut, sehingga membuat
salahsatu pihak merasa dirugikan karena tidak
dilibatkan sejak awal perencanaan program
tersebut, seperti yang terjadi dalam program
revitalisasi pasar tradisional di Pasar Dinoyo Kota
Malang.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa
tertarik untuk meneliti tentang perencanaan pembangunan
pemerintahan mengenai program revitalisasi pasar yang
meliputi tahapan-tahapannya, manfaat, permasalahan dan
hasil yang diperoleh oleh masyarakat. Oleh karena itu
penulis mengangkatnya ke dalam sebuah penulisan yang
berjudul, “Perencanaan Pemerintah Daerah Kota Malang
Mengenai Program Revitalisasi Pasar Dinoyo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah perencanaan Pemerintah Daerah Kota
Malang mengenai program revitalisasi Pasar
Dinoyo ?
2. Bagaimanakah penerapan dari program Pemerintah
Daerah Kota Malang mengenai revitalisasi pasar
Dinoyo ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perencanaan Pemerintah Daerah
Kota Malang mengenai program revitalisasi Pasar
Dinoyo
2. Untuk mengetahui penerapan dari program
Pemerintah Daerah Kota Malang mengenai
revitalisasi pasar Dinoyo
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Perencanaan
Definisi perencanaan dikemukakan oleh Erly Suandy
(2001:2) sebagai berikut : “Secara umum perencanaan
merupakan proses penentuan tujuan organisasi
(perusahaan) dan kemudian menyajikan
(mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi
(program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan
program) dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk
menc“apai tujuan perusahaan secara menyeluruh.”
Definisi perencanaan tersebut menjelaskan bahwa
perencanaan merupakan suatu proses untuk mencapai
tujuan perusahaan secara menyeluruh. Definisi
perencanaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
perencanaan menggunakan beberapa aspek yakni :
Penentuan tujuan yang akan dicapai.
Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh
untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang
dipilih.
Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh
untuk mencapai tujuan atas dasar alternative yang
dipilih.
Selain aspek tersebut, perencanaan juga mempunyai
manfaat bagi perusahaan sebagai berikut:
a) Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan
kegiatan dapat diusahakan dengan efektif dan
efisien.
b) Dapat mengatakan bahwa tujuan yang telah
ditetapkan tersebut, dapat dicapai dan dapat
dilakukan koreksi atas penyimpangan-
penyimpangan yang timbul seawal mungkin.
c) Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang
timbul dengan mengatasi hambatan dan ancaman.
d) Dapat menghindari adanya kegiatan petumbuhan
dan perubahan yang tidak terarah dan
terkontrol.
Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan pada dasarnya adalah suatu
proses pengambilan keputusan sehubungan dengan hasil
yang diinginkan, dengan penggunaansumber daya dan
pembentukan suatu sistem komunikasi yang memungkinkan
pelaporan dan pengendalian hasil akhir serta
perbandingan hasil-hasil tersebut dengan rencana yang
di buat.
Banyak kegunaan dari pembuatan perencanaan yakni
terciptanya efesiensi dan efektivitas pelaksanaan
kegiatan perusahaan, dapat melakukan koreksi atas
penyimpangan sedini mungkin, mengidentifikasi hambatan-
hambatan yang timbul menghindari kegiatan, pertumbuhan
dan perubahan yang tidak terarah dan terkontrol.
B. Pengertian Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki
kewenangan untuk membuat kebijakan dalam
bentuk( penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan
tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada
di bawah kekuasaan mereka. Pemerintah berbeda dengan
pemerintahan. Pemerintah merupakan organ atau alat
pelengkap jika dilihat dalam arti sempit pemerintah
hanyalah lembaga eksekutif saja. Sedangkan arti
pemerintahan dalam arti luas adalah semua mencakup
aparatur negara yang meliputi semua organ-organ, badan
atau lembaga, alat kelengkapan negara yang menjalankan
berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan negara.
Lembaga negara yang dimaksud adalah lembaga eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Jika pemerintah adalah lebih
ke arah organ, pemerintahan menunjukkan ke arah bidang
dan fungsi. Pemerintahan merupakan organisasi atau
wadah orang yang mempunyai kekuasaan dan lembaga tempat
mereka menjalankan aktivitas.
Pemerintahan dalam arti sempit adalah semua
aktivitas, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan
oleh lembaga untuk mencapai tujuan negara. Pemerintah
dalam arti luas adalah semua aktivitas yang
terorganisasi yang bersumber pada kedaulatan dan
kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat,
atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya
tujuan negara. Pemerintahan juga dapat didefinisikan
dari segi struktural fungsional sebagai sebuah sistem
struktur dan organisasi dari berbagai dari berbagai
macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar
tertentu untuk mencapai tujuan negara(Haryanto dkk,
1997:2-3).
C.F Strong mendefinisikan pemerintahan dalam arti
luas sebagai segala aktivitas badan-badan publik yang
meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif
dalam usaha mencapai tujuan negara. Sedangkan
pemerintahan dalam arti sempit adalah segala kegiatan
badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan
eksekutif.
C. Pengertian Revitalisasi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi
berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan
kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya.
Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau
perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai
arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan
dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya
revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau
perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali
berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas
revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali
vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara
umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu
menjadi penting dan perlu sekali.
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya
pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan
makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan
mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek
sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali
dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna,
keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002).
Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya
berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja,
tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi
masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk
melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan
masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar
ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang
memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu
masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di
lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti
luas (Laretna, 2002)
Revitalisasi Dan Rancang Kota
Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks,
revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan
membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Intervensi fisik Intervensi fisik mengawali kegiatan
fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap,
meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi
fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem
tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm).
Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan
kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik
kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu
dilakukan. Isu lingkungan (environmental
sustainability) pun menjadi penting, sehingga
intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan
konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus
dilandasi pemikiran jangka panjang.
2. Rehabilitasi ekonomi Revitalisasi yang diawali
dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung
proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik
kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa
mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal
(local economic development), sehingga mampu memberikan
nilai tambah bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer,
2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan
fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya
aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).
3. Revitalisasi sosial/institusional Keberhasilan
revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu
menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi
bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya,
kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat
meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial
masyarakat/warga (public realms). Sudah menjadi sebuah
tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan
pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial
yang berjati diri (place making) dan hal ini pun
selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan
institusi yang baik.
D. Pengertian Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual
untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa.
Menurut ilmu ekonomi, pasar berkaitan dengan
kegiatannya bukan tempatnya. Ciri khas sebuah pasar
adalah adanya kegiatan transaksi atau jual beli. Para
konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan
membawa uang untuk membayar harganya. Stanton,
mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas. Pasar
dikatakannya merupakan orang-orang yang mempunyai
keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan
kemauan untuk membelanjakannya. Jadi, dalam pengertian
tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang
terjadinya pasar, yakni: keinginan, daya beli, dan
tingkah laku dalam pembelian.
Fungsi Pasar
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara
penjual (pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki
peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi
masyarakat
Asapun fungsi pasar dalam kegiatan ada tiga macam,
yaitu antara lain :
1. Fungsi Distribusi
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi sebagai
mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam
melaksanakan transaksi Pasar memiliki fungsi distribusi
menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada
konsumen.
Salah satu kegiatan ekonomi yang pokok adalah
kegiatan distribusi atau kegiatan penyampaian barang
dan jasa hasil produksi kepada konsumen. Untuk
melakukan kegiatan distribusi tersebut, dibutuhkan
sarana dan prasarana di antaranya adalah pasar.
Dalam fungsi distribusi, pasar berperan memperlancar
penyaluran barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat
memasarkan barang hasil produksinya baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada konsumen atau
kepada pedagang perantara lainnya.
Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen
dapat memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhannya secara mudah dan cepat. Jika
pasar dapat berfungsi dengan baik, maka kegiatan
distribusi dapat berjalan dengan lancar, tetapi jika
pasar tidak dapat berfungsi dengan baik, maka kegiatan
distribusi juga akan berjalan kurang lancar.
2. Fungsi Pembentukan Harga
Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih
dahulu dilakukan tawar-menawar, sehingga diperoleh
kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. dalam
proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah pihak
(antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk
menentukan kesepakatan harga, atau disebut harga pasar.
3. Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang
promosi, karena di pasar banyak dikunjungi para
pembeli. Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya memasang spanduk, membagikan
leaflet atau brosur penawaran, membagikan sampel atau
contoh produk kepada calon pembeli dan sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pasar Dinoyo Kota Malang
Pasar Dinoyo Kota Malang adalah pasar tradisional
yang terletak di Jl MT Haryono, berada di jalan
yang menghubungkan Kota Malang dan Kota Batu.
Pasar Dinoyo pada awalnya tidak berada di
seberang Jl MT Haryono yang menghadap ke selatan
seperti saat ini, namun terletak di lahan yang
saat ini dibangun Swalayan Persada sekitar tahun 1982
dan kemudian pindah di sebelah Universitas Islam Malang
pada tahun 1985 hingga sampai saat ini. Pasar Dinoyo
saat ini terdiri dari 1444 pedagang yang menempati
lahan pasar seluas 8990 m2. Pasar Dinoyo selalu
ramai hampir setiap hari, mengingat lokasi yang
strategis yang berada di jalan raya Malang-Batu
sehingga menarik animo banyak masyarakat untuk
berbelanja barang kebutuhan sehari-hari.
B. Perencanaan Pemerintah Mengenai Revitalisasi Pasar
Dinoyo
Perencanaan program revitalisasi Pasar Dinoyo
tersebut menjadi konflik ketika dalam tahap
perencanaan, pihak pedagang Pasar tradisional
merasa tidak dilibatkan. Terlebih adanya perubahan
rencana awal yaitu renovasi menjadi revitalisasi pasar
dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu investor
proyek revitalisasi Pasar Dinoyo, hal tersebut
tanpa sepengetahuan pedagang dan menurut beberapa
pedagang yang peneliti wawancarai hal tersebut
sama sekali tidak dikomunikasikan oleh pemerintah
Kota Malang kepada para pedagang. Sehingga memicu
terjadinya konflik dalam rencana revitalisasi Pasar
Dinoyo.
Pada tahun 2010 Pemerintah Kota Malang meluncurkan
rencana pembangunan dan pengelolaan pasar Dinoyo dengan
sistem Build, Operate, Transfer (BOT) yang bekerjasama dengan
investor PT. Citra Gading Asritama. Rencana tersebut
ditolak oleh para pedagang Pasar Dinoyo yang telah
menempati Pasar Tradisional Dinoyo sejak 1972 dengan
alasan tidak adanya sosialisasi dan musyawarah yang
melibatkan para pedagang pasar. Selain itu, para
pedagang tidak setuju dengan siteplan yang diajukan oleh
pemerintah dan investor yang lebih mengutamakan pasar
modern dengan menempatkan lokasi pasar modern di depan,
sebaliknya pasar tradisional ditempatkan di belakang.
Hal tersebut dirasa para pedagang sangat merugikan para
pedagang pasar tradisional yang harus bersaing dengan
pasar modern. Beberapa aspek yang dipermasalahkan oleh
para pedagang Pasar Dinoyo adalah dalam draft
perjanjian kerjasama (PKS) antara Pemerintah Kota
Malang dengan investor. Dimana site-plan Pasar yang
baru, yaitu letak Pasar tradisional berada di
belakang Pasar modern yang dianggap dapat
mengurangi jumlah kunjungan pembeli akibat sudah
ada Pasar modern yang berada di depan pasar
tradisional. Kemudian masih dikenakannya biaya untuk
menempati kios atau los di Pasar yang baru nanti.
Sedangkan Investor menyatakan bahwa site-plan tidak
dapat diubah kecuali ada proses lelang ulang.
Para pedagang menginginkan dilakukannya pengkajian
tentang kondisi dan aspek-aspek yang terkait dengan
rencana pembangunan pasar agar dalam pelaksanaannya
dapat sesuai dengan harapan bersama dari seluruh pihak
yang terlibat di dalamnya. Hal ini untuk mencegah
timbulnya persoalan yang bersifat pertentangan dan
terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi para pedagang
tradisional. Para pedagang mengharapkan agar rencana
pembangunan pasar tradisional Dinoyo yang merupakan
kewajiban pemerintah bertumpu pada tujuan
mempertahankan situs pasar tradisional dan pemberdayaan
pedagang pasar tradisional. Atas konflik yang terjadi
tersebut, para pedagang meminta Komnas HAM untuk
memfasilitasi peninjauan kembali rencana pembangunan
pasar Dinoyo oleh Pemerintah Kota Malang.
Proses mediasi yang dilakukan oleh Subkomisi
Mediasi Komnas HAM untuk menangani konflik antara
pedagang dengan Pemerintah Kota Malang dilakukan
melalui tahapan pramediasi, di antaranya yaitu
pertemuan terpisah dengan pedagang dan Pemerintah Kota
Malang. Pertemuan terpisah dengan para pihak yang
berkonflik, bertujuan untuk mendapatkan informasi
langsung dari para pihak. Selain itu juga dilakukan
pengecekan lokasi dan kondisi pasar. Setelah para pihak
yang berkonflik bersedia untuk menempuh upaya mediasi
melalui Komnas HAM, maka dilangsungkan pertemuan
mediasi yang mempertemukan pedagang Pasar Tradisional
Dinoyo dengan Pemerintah Kota Malang.
Setelah sempat terjadi selisih paham antara para
Pedagang Pasar Dinoyo dengan Pemkot Malang mengenai
rencana revitalisasi kawasan Pasar Dinoyo akhirnya Pada
Tgl 5 Mei 2011, telah terjadi kesepakatan antara
Pedagang Pasar Dinoyo yang diwakili oleh Paguyuban
Pedagang Pasar Dinoyo dengan Pemerintah Kota yang
diwakili oleh Tim Teknis Pemkot Malang yang diketuai
Wakil Walikota Malang. Kesepakatan perihal revitalisasi
kawasan Pasar Dinoyo yang akan dijadikan kawasan
Perdagangan Modern dan Pasar Terpadu menarik untuk
ditelaah karena inti permasalahan dapat cair setelah
dimediasi oleh Komnas HAM selesai hanya membutuhkan
waktu kurang lebih 2 hari. Setelah melalui tahapan
negosiasi dan kaukus, mediasi antara pedagang dengan
Pemerintah Kota Malang berakhir dengan kesepakatan.
Para pedagang sepakat dengan adanya pembangunan Pasar
Dinoyo, dan meminta agar pelaksanaan pembangunan
tersebut dilaksanakan dengan berasaskan keadilan dan
berprinsip pada perlindungan dan pemberdayaan pasar
tradisional dimana hal tersebut disepakati pula oleh
pihak Pemerintah Kota Malang. Pemerintah Kota Malang
juga sepakat untuk melakukan pengaturan posisi
(reposisi) pasar sesuai dengan permintaan para
pedagang. Bahkan Pemerintah Kota Malang bersedia untuk
memberikan bantuan dan kemudahan bagi para pedagang
dalam memperoleh ijin-ijin dan hal-hal lain dari
instansi yang berwenang di lingkungan Pemerintah Kota
Malang sebagaimana yang disebut pada objek perjanjian
kerjasama antara Persatuan Pedagang Pasar Dinoyo Kota
Malang dengan investor PT. Citra Gading Asritama
tentang Pengadaan, Pembangunan dan Pengelolaan Kawasan
Perdagangan Dinoyo. Para pihak juga bersepakat dengan
nilai bangunan yang disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku serta tempat penampungan sementara bagi para
pedagang. Selanjutnya, Kesepakatan Mediasi tersebut
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Malang
dengan register Nomor 21/UR/V/2012, yang ditandatangani
oleh Panitera Sekretaris PN Malang - Satrio Prayitno.
Padahal kalau memperhatikan kilas balik tuntutan
pedagang terhadap konsep yang ditawarkan oleh Pemkot
Kota Malang selalu menemui jalan buntu, hal itu dapat
dilihat dari beberapa kali pedagang melakukan aksi
penolakan baik melalui media maupun dengan spanduk –
spanduk yang dipasang di Pasar Dinoyo.
Sebenarnya kesepahaman revitalisasi kawasan Pasar
Dinoyo sudah mulai terdeteksi akan tercapai sejak
Walikota Malang Peni Suparto telah memberikan
penjelasan kepada Pedagang sewaktu rencana sosialisasi
sebelumnya, bahwa perubahan Tata Letak Pasar Terpadu
bukan harga mati bagi Pemkot Malang. Berangkat dari
ingin menyelesaikan masalah secara arif dan bijaksana
pertemuan antara para Pedagang Pasar Dinoyo dengan
Pemkot Malang yang dimediasi oleh KOMNAS HAM pada Tgl 4
s.d 5 Mei 2011 di Malang sejak awal masing – masing
pihak saling memberikan penjelasan mengenai dasar
pemikiran terhadap rencana pembangunan Kawasan Pasar
Dinoyo. Benang merah dari penjelasan tersebut intinya
bahwa masing – masing pihak ingin pembangunan Kawasan
Pasar Dinoyo dapat direalisasikan.
Menurut penjelasan Ketua Tim Perwakilan Pemkot
Malang yaitu Wakil Walikota Bapak Drs Proyo Budi Utomo
Bsc, bahwa pembangunan ini tujuannya ingin menciptakan
kawasan yang mampu bersaing dengan kawasan perdagangan
yang lain serta mampu mewujudkan suasana belanja yang
nyaman bagi Masyarakat Kota Malang, sementara menurut
Herwintono yang merupakan perwakilan Paguyuban Pedagang
Pasar Dinoyo bahwa Pedagang menginginkan Pasar Terpadu
Dinoyo dapat menciptakan kenyamanan berbelanja bagi
pengunjung dengan menempatkan akses masuk dapat dilalui
dari berbagai sudut. Setelah melalui diskusi akhirnya
diperoleh kesepahaman yang dibuat dalam kesepakatan
antara para Pedagang Pasar Dinoyo dengan Pemkot Malang
yang disaksikan oleh KOMNAS HAM, yang mana kesepakatan
ini mengikat bagi semua Pihak yang terlibat dalam
revitalisasi Kawasan Pasar Dinoyo. Kesepakatan itu
intinya kedua belah Pihak Setuju menempatkan akses dan
pintu utama Pasar Terpadu berada dimuka jalan Utama,
sehingga memungkinkan pengunjung dapat langsung
berinteraksi dengan pedagang. Kesepakatan lainnya
memprioritaskan pedagang lama untuk menempati unit kios
hasil Pembangunan dengan melakukan identifikasi
pedagang lama secara bersama.
Melihat hasil kesepakatan tersebut, Pihak Investor
Kawasan Pasar Dinoyo yaitu PT Citra Gading Asritama
melalui Direktur Property Hery Mursyid, ST bahwa pada
prinsipnya kesepakatan tersebut tidak ada masalah
bahkan sebelumnya Pihak Investor telah melakukan
langkah – langkah untuk dapat merealisasikan konsep
para pedagang dengan membebaskan ruko yang berada
didepan Pasar Tradisional saat ini, agar dapat
dijadikan akses langsung menuju Pasar Terpadu Dinoyo
saat ini. Dengan adanya akses pintu masuk yang langsung
dari jalan Utama tentunya juga bagi distribusi
kendaraan baik yang menuju Dinoyo City Square maupun
menuju Pasar Terpadu Dinoyo dapat terurai sehingga
memungkinkan distribusi pengunjung dapat menjangkau
seluruh lantai yang ada.
Sejak awal konsep Dinoyo City Square yang
bergandengan dengan Pasar Terpadu Dinoyo, ingin
menciptakan sinergitas antar keduanya, bukan saja yang
ingin dicapai melalui pemenuhan kebutuhan masyarakat
secara lengkap akan tetapi juga secara ingin
menciptakan kenyamanan dalam berbelanja. Konsep parkir
dalam gedung dan ditempatkan diatas gedung Pasar
merupakan pilihan tepat dalam mewujudkan hal tersebut.
C. Penerapan Rencana Revitalisasi Pasar Dinoyo
Seiring bertambahnya usia, dan letaknya yang
berada di jalur yang strategis, yaitu diantara Kota
Malang dan Kota Batu, membuat kondisi bangunan Pasar
Dinoyo menurun. Sehingga untuk memperbaiki kondisi
fisik Pasar Dinoyo ini membutuhkan kerjasama semua
pihak, yakni Pemerintah Kota Malang, dan pedagang
untuk merencanakan program pembenahan Pasar yang tepat,
termasuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya
terjadi. Pada 09 desember 2005, program pembenahan
Pasar Dinoyo dimulai, yaitu program renovasi
Pasar Dinoyo yang melibatkan dalam hal ini
Pemerintah Kota Malang, DPRD, unsur pedagang, dan
warga masyarakat. Hal tersebut berlanjut hingga
program kerjasama yang dijalin oleh Pemerintah Kota
Malang, unsur pedagang (P3DKM), Dinas Pasar UPT
Pasar Dinoyo pada kegiatan-kegiatan meliputi
kerjasama penertiban PKL, kebersihan pasar untuk
Adipura, koordinasi rencana pembangunan Pasar
Dinoyo, pembentukan tim satgas. Pada kurun waktu
maret 2006 hingga juni 2010.
Namun hal tersebut berubah menjadi polemik
bagi pedagang Pasar Dinoyo, ketika pada kamis 18 juli
2010 unsur perwakilan pedagang Pasar Dinoyo,
dalam hal ini ialah P3DKM diundang DPRD Kota
Malang untuk hearing mengenai pembangunan Pasar
Dinoyo yang sudah melibatkan investor dengan
sistem bangun guna serah. Hal tersebut menjadi
polemik,karena perubahan rencana renovasi ke
rencana revitalisasi Pasar Dinoyo tidak di
komunikasikan secara langsung oleh Pemerintah Kota
Malang kepada pedagang Pasar Dinoyo, khususnya pada
perwakilan pedagang, yaitu P3DKM.Beberapa pertemuan
terus diupayakan oleh perwakilan pedagang, dalam
hal ini P3DKM, Pemerintah Kota Malang, anggota
legislatif DPRD Kota Malang, dan investor dari kurun
waktu Agustus 2010 hingga September 2010 yang tidak
menghasilkan titik temu diantara pedagang,
Pemerintah Kota Malang, dan investor dalam sidang
Panitia Khusus (Pansus) revitalisasi Pasar Dinoyo
sampai pada sidang Paripurna DPRD Kota Malang,
yang akhirnya meloloskan draft perjanjian kerjasama
yang belum disetujui oleh pedagang Pasar Dinoyo. Hal
tersebut membuat pedagang terus melakukan
perlawanan yaitu perjuangan untuk terjadinya
perubahan beberapa butir pada draf t perjanjian
kerjasama rencana revitalisasi Pasar Dinoyo Kota
Malang.
Seperti dalam kasus-kasus yang berhubungan
dengan revitalisasi pasar
tradisional di berbagai daerah, dimana nasib
pedagang yang menggantung tanpa kejelasan, dan
harus menghadapi kepentingan politik dan ekonomi
yang kuat yaitu pemerintah daerah dan pihak
ketiga dalam hal ini adalah investor, ribuan
pedagang Pasar Dinoyo mengalami nasib yang sama
ketika mereka menghadapi konflik rencana
revitalisasi Pasar Dinoyo. Namun pedagang
menyadari dalam konflik rencana revitalisasi Pasar
Dinoyo ini mereka menghadapi kepentingan politik
dan ekonomi dalam revitalisasi Pasar Dinoyo yaitu
Pemerintah Kota Malang dan investor yang
bekerjasama satu sama lain, sehingga perlu untuk
menunjukkan posisi pedagang yang kuat sebagai
salahsatu stakeholder utama Pasar Dinoyo ini. Setelah
mendapat kesediaan Pemerintah Kota Malang untuk
melakukan mediasi dengan Pedagang Pasar Dinoyo
terkait penyelesaian konflik rencana revitalisasi
Pasar Dinoyo, perwakilan Komnas HAM RI menetapkan
waktu dan lokasi untuk penyelenggaraan mediasi, yaitu
pada tanggal 03 Mei 2011 di Hotel Santika, Kota
Malang. Kemudian tim perunding perwakilan pedagang
Pasar Dinoyo juga mempersiapkan strategi dan
taktik negosiasi untuk mencapai kesepakatan dengan
Pemerintah Kota Malang.
Dalam penerapan rencana Pemerintah yakni mengenai
revitalisasi pasar tradisional seperti Pasar Dinoyo di
Kota Malang, kendala yang Dihadapi anatara lain
meliputi :
1. Menyangkut problem tata ruang. Selama ini, para
pedagang selalu berebut menempati lahan dasar
(lower ground) untuk meraup keuntungan dari
pembeli. Karena itu, kalau ada pembangunan, mereka
khawatir lahan yang ditempati bakal digeser. Hal
ini yang menyebabkan setiap ada rencana
pembangunan mereka selalu menolak. Problem tata
ruang ini memang cukup rumit. Mengingat hampir
semua pasar tradisional tidak memiliki room
programming (site plan) memadai. Itu terbukti
belum adanya penyediaan sarana yang memudahkan
pembeli menjelajah pasar, seperti tangga berjalan,
lift, dan lahan parkir. Tata ruang pasar dibiarkan
begitu saja sehingga yang menempati lahan di luar
lower ground selalu mendapatkan keuntungan kecil
karena lebih jarang dikunjungi pembeli.
2. Kecenderungan sosiologis pedagang pasar
tradisional adalah menempatkan kecurigaan
berlebihan (over curiosity) terhadap segala bentuk
pembangunan. Mereka sering menyalah artikan, yakni
pembangunan identik dengan penggusuran. Prasangka
yang berkembang, setiap ada pembangunan berarti
sewa atau pembelian stan menjadi barang mahal. Itu
dipandang merugikan pedagang yang telah menempati
stan pasar sebelumnya.
Dengan kondisi seperti ini, ada beberapa langkah
atau strategi yang dilakukan agar pasar bisa
menjembatani berbagai kepentingan, baik pedagang,
pemerintah maupun investor.
1. Political will kuat dari pemerintah kota berupa
jaminan kepada pedagang agar revitalisasi pasar
benar-benar dilaksanakan. Adanya pembangunan pasar
harus dilandasi garansi terhadap kelangsungan
pedagang lama. Baru setelah itu, kehadiran
investor diberikan rambu-rambu yang jelas agar
tidak memberatkan karena terkait dengan penanaman
modal. Kondisi ini tentu harus menjadi kajian
semua pihak terutama Pemkot dan Dewan agar mencari
solusinya. Tugas penting yang harus dilaksanakan
adalah menciptakan keserasian. Yakni, jika ada
investor yang ingin membangun pasar tidak
berbenturan dengan pedagang yang telah menempati
pasar.
2. Langkah revitalisasi pasar sebaiknya diujicobakan
tanpa melibatkan investor. Caranya dengan
mengembalikan pembangunan kepada pedagang.
Setidaknya , di tiap pasar pedagang sudah memiliki
organisasi yang menghimpun pedagang atau koperasi
pasar peran sistem kelembagaan yang ada di
Pasar Dinoyo, yaitu organisasi Persatuan
Pedagang Pasar Dinoyo Kota Malang (P3DKM). Yang
perlu dilakukan untuk mengelola dan mengatur pola
revitalisasi itu, berapa besar beban kepemilikan
stan serta penataan ruang terbuka hijau yang
dibutuhkan agar pasar tidak terkesan kumuh.
3. Lembaga yang menjadi fasilitator pembangunan dapat
memberikan kredit lunak kepada pedagang. Hal ini
dimaksudkan untuk meredam munculnya gejolak bila
pembangunan pasar itu dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pemaparan di atas maka
dapat disimpulkan mengenai Perencanaan Pemerintah
Daerah Kota Malang Mengenai Program Revitalisasi Pasar
Dinoyo meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Dengan pemahaman mengenai permasalahan ini, peran
serta stakeholder dalam mengambil langkah-langkah
nyata untukmendukung revitalisasi pasar
tradisional dengan memadukan dukungan strategis
ke dalam program-program perencaan pemerintahan
yang tengah berjalan, akan lebih baik dengan
melibatkan aspek kemanusiaan dan peran masyarakat
di dalamnya.
2. Dalam kegiatan pengkoordinasian internal maupun
eksternal, setiap elemen dalam sebuah
perencanaan dipandang sederajat atau memiliki
kesamaan hak dalam menyampaikan pendapat, dan
dalam tahap pengambilan keputusan lebih
mengutamakan pemahaman atas fakta yang
terjadi pada situasi lingkungan internal dan
lingkungan eksternal pedagang dan pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Suandy, Erly, 2003, Perencanaan Pajak, Edisi Revisi,
Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
M.Fuad, Christine H, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus
Y.E.F. 2000. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-dan-
fungsi-perencanaan.html
http://kbbi.web.id/revitalisasi
http://dewiultralight08.wordpress.com/2011/03/10/
pengertian-revitalisasi/
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/
2013/04/definisi-pemerintahan.html