Pasar Informal di kawasan Gempol, Bandung

8
MASALAH LINGKUNGAN BINAAN Dosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.Sc Nama : Steven Christian NPM : 2012841003 Pasar Informal di kawasan Gempol, Bandung Bandung merupakan sebuah kota yang memiliki nilai historis yang tinggi dan itu semua tidak lepas dari campur tangan Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama tiga setengah abad. Banyak hal yang dihasilkan oleh Belanda di Bandung, diantara lain: Gedung sate, Museum KTT, penataan kawasan Gempol, dan masih banyak lagi. Perkembangan yang dilakukan Belanda di kota Bandung cukup baik, bukan hanya menata kawasan menjadi lebih baik akan tetapi juga menjadi lebih baik, salah satu bentuk penataan yang berhasil dan berkelanjutan adalah kawasan Gempol, kawasan ini merupakan sebuah lokasi pemukiman dimana terdapat pasar informal di tengah-tengahnya. Pasar ini menjadi sebuah daya tarik bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan, hal yang menarik di pasar Gempol ini bukan Gambar 1: BlockPlan Kleinwoningbouw Sumber: Raksadjaya

Transcript of Pasar Informal di kawasan Gempol, Bandung

MASALAH LINGKUNGAN BINAANDosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.ScNama : Steven Christian NPM : 2012841003

Pasar Informal di kawasan Gempol, Bandung

Bandung merupakan sebuah kota yang memiliki nilai

historis yang tinggi dan itu semua tidak lepas dari campur

tangan Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama tiga

setengah abad. Banyak hal yang dihasilkan oleh Belanda di

Bandung, diantara lain: Gedung sate, Museum KTT, penataan

kawasan Gempol, dan masih banyak lagi.

Perkembangan yang dilakukan Belanda di kota Bandung

cukup baik, bukan hanya menata kawasan menjadi lebih baik

akan tetapi juga menjadi lebih baik, salah satu bentuk

penataan yang berhasil dan berkelanjutan adalah kawasan

Gempol, kawasan ini merupakan sebuah lokasi pemukiman

dimana terdapat pasar informal di tengah-tengahnya. Pasar

ini menjadi sebuah daya tarik bagi masyarakat sekitar

maupun wisatawan, hal yang menarik di pasar Gempol ini bukan

Gambar 1: BlockPlan KleinwoningbouwSumber: Raksadjaya

MASALAH LINGKUNGAN BINAANDosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.ScNama : Steven Christian NPM : 2012841003

hanya kulinernya saja akan tetapi fenomena space production

dan daya tarik dari space production sebagai media

pencitraan kawasan.

Kawasan Gempol merupakan sebuah hasil penataan

kawasan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1920-1935 yang

dikenal dengan Kleinwoningbouw, Kleinwoningbouw adalah bagian

dari tahap pembangunan Uitbreidingsplan Bandoeng- Noord yang

dirancang oleh arsitek perancang kota terkenal yakni

Ir.Thomas Karsten. Kawasan Gempol ini merupakan sebuah

komplek perumahan formal pertama yang dibangun di kota

Bandung dengan konsep Garden City yang berkarakteristik

kuldesak/kantong, pada awal mula pembangunan kawasan ini,

jumlah rumah yang dibangun adalah 101 unit kemudian

bertambah menjadi 143 unit setelah dilakukan program

”Kampong Verbetering” (program perbaikan kampung) pada

tahun 1925. selain itu kawasan Gempol juga dirancang oleh

arsitek Ir.J.Gerber dengan konsep rumah tropis.

Bila dilihat existing kawasan Gempol, dapat dikatakan

bahwa kawasan ini didominasi oleh pemukiman formal,

meskipun kawasan gempol ini diperuntukan sebagai kawasan

pemukiman pegawai/ karyawan golongan rendah/ bawah

(aamtenaar ) yang bekerja di gedung-gedung pemerintahan

maupun perkantoran didekatnya, yaitu kawasan pemerintahan

dan perkantoran Gouvernements Bedrijven (sekarang lebih

dikenal dengan Kompleks Gedung Sate), kawasan ini tetap

MASALAH LINGKUNGAN BINAANDosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.ScNama : Steven Christian NPM : 2012841003

berbicara bahwa Gempol adalah sebuah komplek pemukiman yang

formal dan tertata.

Citra pemukiman yang formal pada kawasan Gempol saat

ini tidak dapat disamakan seperti saat tahun 1925, banyak

hal yang bertumbuh dan berubah secara perlahan. Pada tahun

1925, kawasan Gempol dibangun dengan fasilitas bersama

dimana terletak ruang terbuka publik dan deretan rumah toko

etnis cina yang kecil pada pusat kawasan. Penataan kawasan

ini menjadi sebuah upaya untuk mencapai lingkungan fisik

yang terintergrasi dalam masyarakat yang lebih luas dan

keseluruhan pengembangan kota. Saat ini citra kawasan

Gempol bukan hanya sebagai kawasan pemukiman dengan deretan

pertokoan di tengah-tengahnya, akan tetapi sebagai pasar.

Pasar yang terdapat di kawasan Gempol ini berada

didalam lorong yang sempit diantara bangunan-bangunan yang

terdapat di tengah-tengah pemukiman. Pemanfaatan ruang

secara informal ini menciptakan sebuah komunitas sosial-

ekonomi. Yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana sebuah

ruang sempit yang berada diantara bangunan-bangunan padat

dapat menjadi sebuah tempat untuk berjualan dan juga

sebagai tempat untuk menjalin hubungan sosial antar

masyarakat?

Saat ini kondisi

pertokoan etnis cina

hanya tersisa 1 saja dan

pertokoan etnis cina yang

Gambar 2: Pertokoan etnis cinayang tersisa

Gambar 3: Tampak depan pasarGempol

Gambar 4: pemanfaatan ruang didalam pasar Gempol untuk

berjualanSumber: Dokumentasi pribadi

MASALAH LINGKUNGAN BINAANDosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.ScNama : Steven Christian NPM : 2012841003

lain telah berbubah menjadi pertokoan bagi masyarakat umum

dengan fungsi yang bervariasi. Keberagaman fungsi ini

kemudian menjadi sebuah media dan alat sebagai daya tarik

ekonomis. Daya tarik ekonomis ini berupa kuliner yang cukup

murah dan pasar informal yang buka tiap hari. Bagi warga

yang bermukim di kawasan Gempol, keberadaan pedagang

kuliner dan sayur-sayuran di pasar informal ini menciptakan

sebuah relasi yang berkesinambungan, masyarakat yang

berada di kawasan Gempol memanfaatkan pasar informal ini

sebagai tempat untuk berbelanja kebutuhan sehari-harinya

karena bila ingin berbelanja ke pasar yang lebih besar

tentunya memakan waktu dan harus menempuh jarak yang cukup

jauh dari kawasan ini. Relasi yang mendasar inilah yang

menjadi sebuah penyebab terjadinya informalitas, karena

ketika sebuah komunitas membutuhkan kebutuhan akan sesuatu

dan keberadaan fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya itu

jauh maka akan terjadi sebuah tindakan spontan oleh

sebagaian kecil dari komunitas itu untuk berusaha memenuhi

kebutuhan komunitas, upaya memenuhi kebutuhan itu juga

diikuti dengan upaya-upaya ekonomi.5 6

MASALAH LINGKUNGAN BINAANDosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.ScNama : Steven Christian NPM : 2012841003

Gambar 5,6,7, dan 8: (5) pemanfaatan ruang antar bangunan;(6)kondisi fisik pasar Gempol yang tidak terawat;(7)

kreatifitas dalam mengunakan lapak berjualan;(8)kondisifisik pasar pada bagian depan

7 8

MASALAH LINGKUNGAN BINAANDosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.ScNama : Steven Christian NPM : 2012841003

Dalam upaya ekonomi tersebut tentunya membutuhkan

tempat atau wadah untuk menampungnya dan oleh karena upaya

ini terjadi secara spontan maka tempat atau wadah untuk

menampung kegiatan itu juga terjadi secara spontan. Wadah

ini kemudian menjadi sebuah pasar yang dibutuhkan oleh

komunitas dan dikarenakan wadah ini hanya sebatas

dibutuhkan maka komunitas atau pun masyarakat yang

berbelanja di pasar informal ini, mereka yang mengakses

pasar informal ini tidak merasa penting bagaimana kondisi

fisik pasar informal tersebut, yang menjadi fokus utama

mereka adalah kebutuhan sehari-hari mereka terpenuhi

dengan harga yang miring dan dekat dengan rumah.

Kondisi fisik pasar informal yang seadanya secara

spasial memang tidak begitu baik akan tetapi proses

pemanfaatan ruang yang ada begitu kreatif dimana ruang-

Gambar 9 dan 10: (9)pemanfaatan ruang sisa sebagai tempatmenyimpan barang;(10)kondisi lapak didalam pasar Gempol

Sumber: Dokumentasi pribadi

910

MASALAH LINGKUNGAN BINAANDosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.ScNama : Steven Christian NPM : 2012841003

ruang sempit dapat dimanfaatkan sebagai lapak berjualan,

bertransaksi dan bersirkulasi. Ketiadaan pihak pengelola

pasar informal ini membuat hubungan antara penjual dan

pembeli semakin erat dan berkelanjutan.

Keberadaan pasar informal ini kemudian secara

perlahan merubah citra kawasan Gempol sebagai kawasan

pemukiman menjadi kawasan pemukiman dengan fasilitas pasar

informal yang berkelanjutan. Henry Lefebrve dalam bukunya

The Production of Space menyatakan bahwa terdapat 3 konsep

dalam proses produksi ruang yakni: praktek spasial,

representasi ruang dan ruang yang represensasional, teori

ini digunakan untuk meihat apakah kawasan Gempol memiliki

citra yang berbeda dari citra awal mula penataan. Pada pasar

Gempol, keinformalitasan spasial terjadi dikarenakan

adanya aktifitas sosial ekonomi yang kemudian memicu

terbentuknya representasi ruang. Representasi ruang ini

terbentuk dari keberlanjutan aktifitas pemenuhan

kebutuhan sehari-hari pada ruang antar bangunan pertokoan

informal di tengah-tengah kawasan pemukiman. Oleh karena

ruang yang tercipta itu telah berkelanjutan maka munculah

sebuah kesan ruang yang represensasional yang dikenal

dengan istilah pasar informal Gempol atau pasar Gempol, dan

bila mendengar istilah pasar Gempol tersebut maka

masyarakat sekitar pasar tersebut dapat langsung mengerti

dan memahami ruang informal yang berada di pasar tersebut

tanpa harus berada di pasar tersebut.

MASALAH LINGKUNGAN BINAANDosen: DR. Y. Basuki Dwisusanto, Ir, M.ScNama : Steven Christian NPM : 2012841003

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

sesungguhnya penataan perumahan formal di kawasan Gempol

menciptakan sebuah komunitas, dan oleh karena komunitas

tersebut harus memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka maka

sebagaian kecil dari komunitas menciptakan kegiatan sosial

ekonomi yang kemudian akftifitas itu membutuhkan sebuah

tempat untuk melaksanakan aktifitas sosial ekonomi

tersebut, dan kemudian terbentuklah sebuah ruang informal

yang digunakan untuk mewadahi semuanya itu. Oleh karena

aktifitas sosial ekonomi itu digerakan oleh komunitas itu

sendiri, maka terjadilah keberanjutan aktifitas sosial

ekonomi informal yang pada akhirnya menghasilkan

pencitraan kawasan Gempol sebagai kawasan pemukiman dengan

fasilitas pasar informal yang berkelanjutan. Hal penting

yang harus dimengerti pada kawasan Gempol ini adalah yang

menciptakan keberlanjutan bukanlah konsep penataan maupun

nilai sejarah dari kawasan tersebut, akan tetapi oleh

karena aktifitas sosial ekonomi informal komunitas pada

kawasan Gempol ini.