Home Sejarah Penjajahan Belanda Masa VOC di Indonesia

20
Home » Sejarah Dunia » Sejarah Indonesia » Sejarah Penjajahan Belanda Masa VOC di Indonesia Sejarah Penjajahan Belanda Masa VOC di Indonesia Jejak Puisi Sejarah Dunia , Sejarah Indonesia Penjajah Belanda, Cornelis de Houtman, mendarat kali pertama di Indonesia pada tahun 1596. Rombongan mendarat di Banten dengan alasan untuk berdagang, akan tetapi dalam perkembangan berikutnya bangsa Belanda bersikap kurang bersahabat sehingga mereka diusir dari kerajaan Banten. Cornelis de Houtman beserta rombongan kemudian melanjutkan pelayarannya ke arah timur menelusuri pantai utara Pulau Jawa hingga tiba di Pulau Bali. Setelah mempelajari jalur pelayaran laut dan membeli rempah-rempah, mereka kembali ke negara asalnya. Pada tahun 1598, bangsa Belanda mendarat di Banten untuk kali kedua dan dipimpin oleh Jacob Van Neck. Rombongan yang datang kali kedua ini, jumlahnya lebih banyak dan masing- masing kelompok membentuk kongsi dagang sehingga menimbulkan persaingan di antara mereka sendiri. Upaya Inggris untuk mengatasi persaingan dagang yang semakin kuat di antara sesama pendatang dari Belanda adalah dengan mendirikan dan menyaingi persekutuan dagang Inggris di India dengan nama East India Company (EIC). Adapun tujuan dari pembentukan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) adalah sebagai berikut: 1. Menguasai pelabuhan penting. 2. Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia. 3. Melaksanakan monopoli perdagangan di Indonesia. 4. Mengatasi persaingan antara Belanda dengan pedagang Eropa lainnya. Pada tahun 1619, kedudukan VOC dipindahkan ke Batavia (sekarang Jakarta) dan diperintah oleh Gubernur Jenderal Jan Pieter Zoon Coen. Perpindahan kedudukan VOC dari Ambon ke

Transcript of Home Sejarah Penjajahan Belanda Masa VOC di Indonesia

Home » Sejarah Dunia » Sejarah Indonesia » Sejarah Penjajahan Belanda Masa VOC di Indonesia

Sejarah Penjajahan Belanda MasaVOC di Indonesia Jejak Puisi Sejarah Dunia, Sejarah Indonesia Penjajah Belanda, Cornelis de Houtman, mendarat kali pertamadi Indonesia pada tahun 1596. Rombongan mendarat di Bantendengan alasan untuk berdagang, akan tetapi dalam perkembanganberikutnya bangsa Belanda bersikap kurang bersahabat sehinggamereka diusir dari kerajaan Banten.

Cornelis de Houtman beserta rombongan kemudian melanjutkanpelayarannya ke arah timur menelusuri pantai utara Pulau Jawahingga tiba di Pulau Bali. Setelah mempelajari jalur pelayaranlaut dan membeli rempah-rempah, mereka kembali ke negaraasalnya. Pada tahun 1598, bangsa Belanda mendarat di Bantenuntuk kali kedua dan dipimpin oleh Jacob Van Neck. Rombonganyang datang kali kedua ini, jumlahnya lebih banyak dan masing-masing kelompok membentuk kongsi dagang sehingga menimbulkanpersaingan di antara mereka sendiri. Upaya Inggris untukmengatasi persaingan dagang yang semakin kuat di antara sesamapendatang dari Belanda adalah dengan mendirikan dan menyaingipersekutuan dagang Inggris di India dengan nama East IndiaCompany (EIC).

Adapun tujuan dari pembentukan VOC (Vereenigde Oost IndischeCompagnie) adalah sebagai berikut:

1. Menguasai pelabuhan penting.2. Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.3. Melaksanakan monopoli perdagangan di Indonesia.4. Mengatasi persaingan antara Belanda dengan pedagang Eropa

lainnya.

Pada tahun 1619, kedudukan VOC dipindahkan ke Batavia(sekarang Jakarta) dan diperintah oleh Gubernur Jenderal JanPieter Zoon Coen. Perpindahan kedudukan VOC dari Ambon ke

Batavia ditujukan untuk merebut daerah dan memperkuat diridalam persaingan dengan persekutuan dagang milik Inggris (EIC)yang sedang konflik dengan Wijayakrama (penguasa Jayakarta).

Masa VOC berkuasa di Indonesia disebut sebagai "zamankompeni". Dalam upaya mengembangkan usahanya, VOC memperolehpiagam (charter) yang diterima dari pemerintah Kerajaan Belanda.Piagam (charter), secara umum menyatakan bahwa VOC diberikan hakmonopoli dagang di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan sertabeberapa kekuasaan seperti mencetak uang, memiliki tentara,mengangkat pegawai, menduduki daerah asing, membentukpengadilan, bertindak atas nama Belanda (Oktroi), dan mengadakanperjanjian dengan raja-raja setempat.

Dalam perkembangan berikutnya, kompeni berubah menjadikekuatan yang tidak sebatas berdagang, tetapi ikut campur,yakni dengan mengendalikan pemerintahan kerajaan-kerajaan diIndonesia. Penindasan kompeni yang kejam sangat menyengsarakanrakyat Indonesia hingga menimbulkan perlawanan di beberapadaerah di Indonesia. Beberapa perlawanan rakyat yang bersifatkedaerahan tersebut antara lain adalah perlawanan rakyatBanten, Mataram, Makasar, Bali, dan Maluku.

Pada abad ke-18, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapatmelaksanakan tugas dari pemerintah Belanda. Kemunduran VOCsemakin parah, yaitu ditandai dengan kondisi keuangan yangkian merosot hingga mengalami kebangkrutan. Beberapa faktorpenyebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut:

1. Banyaknya jumlah pegawai VOC yang korupsi.2. Rendahnya kemampuan VOC dalam memantau monopoli

perdagangan.3. Berlangsungnya perlawanan rakyat secara terus-menerus

dari berbagai daerah di Indonesia.

Masalah yang dihadapi VOC semakin besar dan rumit hinggadiketahui oleh pemerintah Belanda bahwa VOC tidak mampumelaksanakan tugasnya dan tidak mampu menangkal setiap agresidari pihak asing. Pada saat itu, di negeri Belanda sedangterjadi konflik politik. Kekuasaan Raja Willem sebagaipenguasa kerajaan Belanda digantikan oleh Republik Bataaf dibawah kendali Perancis.

Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan danpemerintah Belanda (saat itu Republik Bataaf) mencabut hak-hakVOC. Semua kekayaan dan utang VOC diambil alih oleh negara danmulai saat itu pula, segala bentuk kekuasaan atas Indonesiaberada langsung di bawah pemerintahan Belanda. KekuasaanRepublik Bataaf di Belanda ternyata tidak berlangsung lama danbelum sempat berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1806, terjadiperubahan politik di Eropa hingga Republik Bataaf dibubarkandan berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh RajaLouis Napoleon.

Sejarah VOC: Kejayaan, Ketamakan, dan Kebangkrutandari Farid Aulia Tanjung , 17 August 2014

10

 

VOC, atau Vereenigde Oostindische Compagnie, memiliki catatan penting dalam sejarah bangsa Indonesia. VOC didirikan pada 1602 oleh pemerintahan Belanda. Perusahaan ini mendapat hak untuk memonopoli aktivitas daerah koloni Belanda di Asia. Banyak peneliti sejarah dan ekonomi menganggap perusahaan ini sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia. Perusahaan ini juga menjadi pelopor sebagai perusahaan pertama yang menerbitkan saham ke publik.

Keberhasilan Colombus dalam menjelajahi bagian lain dari duniadi akhir abad 15 membuat berbagai kerajaan di Eropa memperluasdaerah kekuasaan. Spanyol, Inggris, Prancis, dan Portugal saling berseteru untuk memperebutkan daerah kekuasaan selama sekitar setengah abad. Meski setiap kerajaan berusaha memperluas kekuasaan, Belanda memilih cara yang berbeda. Mereka ingin menguasai kekayaan dari daerah yang ditaklukkan sekaligus menjadi penguasa perdagangan.

Pada 1959, didorong oleh kelangkaan pasokan rempah-rempah, kerajaan Belanda mengutus kapal untuk berlayar ke arah selatanmenuju Afrika. Mereka singgah di wilayah bernama Tanjung Harapan dan melanjutkan pelayaran ke arah timur hingga sampai di Samudera Hindia. Armada Belanda akhirnya mendarat di pulau Jawa dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Para pelayar dari Belanda ini kembali ke kampung halamannya dan sekitar duapertiga awak kapal tewas selama ekspedisi pelayaran tersebut. Meski begitu, kerajaan Belanda puas. Mereka melihat potensi keuntungan yang luar biasa di tanah Jawa.

Berdirinya VOC

Pada 1601, kerajaan Belanda mengirimkan 65 kapal melalui rute yang sama dengan pelayaran sebelumnya untuk memperoleh rempah-rempah seperti cengkeh, pala, kayu manis, jahe, dan kunyit. Memotong jalur perdagangan dan mengimpor rempah secara langsung dapat menjadi strategi bisnis yang brilian bagi pemerintah Belanda. Kerajaan Belanda kemudian berinisiasi menciptakan persekutuan dagang bernama Vereenigde Oost-Indische pada 1602. Dalam bahasa Indonesia, VOC berarti persekutuan dagang Hindia Timur.

Selain VOC, terdapat persekutuan dagang lain milik Belanda yang beroperasi di hindia barat bernama VWC. Keduanya mendapathak untuk memonopoli perdagangan. Sebagai langkah awal, kerajaan Belanda mengirim kapal perang yang dilengkapi persenjataan lengkap sekaligus mendeklarasikan perang terhadappenduduk lokal yang menentang pendudukan Belanda. Mereka merekrut prajurit yang terdiri dari penduduk Belanda dan masyarakat lokal, mendirikan koloni, serta menjadi penegak hukum agar dapat memaksimalkan profit.

VOC mengawali misinya dengan mengejar keuntungan perdagangan rempah dari Maluku. Seiring berjalannya waktu, wilayah koloni VOC terus meluas. Pada 1619, Perusahaan ini menjadikan Jayakarta sebagai ibukota perdagangan dan pelabuhan. Mereka mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia, yang kini kita kenal sebagai Jakarta. Selama hampir dua abad, VOC terus menambah pelabuhan sebagai basis perdagangan. Mereka juga berperan penting dalam perekonomian Belanda dimana telah memberi dividen 18% per tahun selama hampir 200 tahun.

Masa Kejayaan dan Kekejaman Jan Pieterszoon Coen

VOC sukses menaklukkan hampir seluruh wilayah yang mereka incar sekaligus mampu menumbuhkan dan menghidupkan perekonomian kerajaan Belanda. Dari 1602 sampai 1796, VOC berhasil memperdagangkan lebih dari 2,5 juta ton komoditas di pasar Asia sekaligus mempekerjakan hampir 5 juta penduduk Eropa di wilayah koloninya.

Pada era yang sama, VOC memiliki kompetitor bernama East IndiaCompany dari Inggris. Meski begitu, tingkat perdagangan kedua perusahaan sangat jomplang. East India Company hanya mampu

menjual seperlima dari total perdagangan komoditas yang dilakukan oleh VOC. Hasil ini membuat VOC menikmati keuntunganterbesar di dunia dari perdagangan rempah sepanjang abad ke 17.

Sejarah mencatat bahwa VOC mencapai era terjaya sekaligus terkejam saat dipimpin Jan Pieterszoon Coen. Ia diangkat menjadi direktur jenderal perusahaan pada tahun 1614, saat masih berusia 28 tahun. Coen, yang sebelumnya berprofesi sebagai akuntan, merupakan diktator yang kejam dan sombong. Iamelancarkan aksi mengamankan monopoli dengan memperketat kendali atas wilayah VOC.

Dalam melancarkan aksinya, Coen memanfaatkan kekuatan militer kerajaan Belanda. Ia tidak segan untuk menangkap, menyiksa, dan bahkan membunuh penduduk Indonesia yang membangkang denganmenjual rempah-rempah kepada pedagang Cina dan India. Dibawah kepemimpinan Coen, VOC terus meluas dan menaklukkan daerah Indonesia yang tidak berada dibawah kekuasaan mereka. Tak hanya pada penduduk setempat, Coen juga sering memburu pedagang Portugal dan Inggris yang berdagang dengan penduduk lokal. Ia sering menangkap, menyiksa, atau membunuh mereka agar pedagang dari negara tersebut tidak kembali berdagang dengan penduduk setempat.

Kekejaman yang dilakukan Coen sebenarnya dapat merugikan bisnis perusahaan. VOC tetap membutuhkan generasi muda dan tenaga kerja setempat untuk meningkatkan produktivitas. Namun tak bisa dipungkiri bahwa Coen sukses membawa VOC ke puncak kesuksesan. VOC berhasil menjadi perusahaan terkaya dan palingberpengaruh di dunia sekaligus menjadi mesin penggerak perekonomian Belanda.

Politik, Ekonomi, dan Korupsi Jadi Pemicu Kebangkrutan

VOC merupakan aktor utama dari kemajuan ekonomi Belanda. Pada pertengahan abad ke 17, Belanda mencapai zaman keemasan dimanaVOC sebagai mesin penggerak ekonomi. Pada saat itu, Belanda sukses melahirkan para pemikir hebat yang berkontribusi bagi dunia seperti Rembrandt, Vermeer, Descartes, dan Antonie van Leeuwenhoek.

Kesuksesan panjang VOC akhirnya harus berakhir. Sekitar 1730-an, kondisi VOC terus memburuk. Perubahan situasi politik dan ekonomi di wilayah Asia dianggap sebagai penyebab awal kemunduran VOC. Perusahaan ini terpaksa membatasi aktivitas operasionalnya dan membuat mereka mengalami penurunan keuntungan.

Kondisi internal VOC sendiri mengalami kemerosotan moral. Terjadinya korupsi dan kemalasan para petinggi perusahaan menjadi masalah besar. Banyak yang menganggap VOC telah menjadi jauh lebih besar dari kompetitornya. Semangat kompetitif pegawai menjadi turun, belum lagi penurunan keuntungan yang membuat gaji pekerja semakin rendah. Di tengahmasalah tersebut, korupsi terus merajalela diantara para pejabat VOC.

Dengan performa yang terus menurun. VOC harus menghadapi kenyataan pahit. Sejak 1720, produk Indonesia menghadapi kompetisi produsen gula murah dari Brazil. Kondisi ini diperburuk pasar Eropa yang berada pada titik jenuh. Selain itu, Belanda harus menghadapi perang Anglo-Dutch dan sumber pendapatan dari VOC sangat diharapkan sebagai sumber pembiayaan perang. Menuju akhir abad ke 18, sebagian besar aset VOC berhasil direbut oleh Britania Raya. Puncaknya terjadi pada tahun 1800, dimana akhirnya VOC dinyatakan bangkrut.

Aset dan hutang VOC diambil alih pemerintahan Belanda. Terdapat hutang sekitar 136,7 juta gulden dengan berbagai asetkekayaan seperti kantor, gudang, benteng, kapal, dan wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan VOC berubah nama menjadi Hindia Timur Belanda. Meski VOC telah tiada, kerajaan Belanda masih memperluas pengaruhnya hingga menguasai nyaris seluruh kepulauan di Indonesia. Begitulah akhir dari perusahaan yang mempelopori konsep perusahaan multinasional, yang ternyata berawal di Indonesia.

- See more at: http://www.bglconline.com/2014/08/sejarah-voc-kejayaan-ketamakan-dan-kebangkrutan/#sthash.xk5Vqmgu.dpuf

Sejarah VOC di Indonesia

Latar belakang dibentuknya VOC

Keinginan Belanda untuk melakukan monopoli dibidang

perdagangan dikawasan Nusantara, ternyata tidak hanya

merupakan keingan Belanda sendiri, tetapi juga negara lainnya,

seperti Inggris. Bahkan Inggris telah mendahului langkah VOC

dengan membentuk sebuah perserikatan dagang untuk kawasan Asia

di tahun 1600 yang diberi nama EIC (East India Company), yang

mana telah menimbulkan kekawatiran dikalangan para pedagang

Belanda sehingga persaingan yang tadinya ada diantara mereka

sendiri berubah menjadi kesepakatan untuk membentuk sebuah

badan dagang guna membendung EIC.

Untuk menghilangkan persaingan antar pedagang Bealnda dan

untuk mengahdapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainya,

maka pada tanggal 20 Maret 1602, atas prakarsa Pangeran

Maurits dan Olden Barneveld didirikan kongsi perdagangan

bernama Verenigde Oost-Indische Compagnie-VOC (Perkumpulan Dagang

India Timur). Pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang. Pada

tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang di

kepalai oleh Francois Wittert.

Tujuan dibentuknya VOCTujuan dibentuknya VOC

Adapun tujuan dari dibentunya VOC fdi Indonesia:

a.       Menghindari persaingan dagang tidak sehat diantara sesama

pedang Belanda sehinggan keuntungan maksimal dapat diperoleh.

b.      Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan

dagang dengan bangsa Eropa lainya.

c.       Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang

menghadapi Spayol yang masih menduduki Bealnda.

Hak istimewa ( hak octroi ) VOC

Untuk menguasai perdagangan di Indonesia dan dapat

melaksanakan tugasnya dengan leluasa , maka VOC diberikan hak-

Tujuan dibentuknya VOC

hak istimewa ( Hak Octroi ) dari pemerintah Belanda yang

meliputi hal berikut :

a.    Hak monopoli perdagangan

b.    Hak mencetak dan mengedarkan uang

c.    Hak mengangkat dan memperhentikan pegawai

d.   Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja

e.    Hak memiliki tentara sendiri

f.     Hak mendirikan benteng

g.    Hak menyatakan perang dan damai

h.    Hak mengangkat dan memperhentikan penguasa-penguasa

setempat.

Karena hak-hak yang dimiliki VOC ini, menyebabkan VOC

berkembang pesat, bahkan Portugis mulai terdesak. Untuk

mengusung kepentingan VOC diangkatlah gubnur jendral VOC yang

pertama yaitu Pieter Both (1610-1614). Pada masa gubnur

jendral J.P Coen menilai Jayakarta lebih strategis, pada tahun

1611 berhasil direbutnya dan diuabh namanya menjadi Batavia.

Kota ini lalu dijadikan pusat kekuasaan VOC di Indonesia.1[2]

Politik Ekonomi VOC

Usaha VOC untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya

adalah melalui monopoli perdagangan. Untuk itu VOC menerapakan

beberapa aturan dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara

lain :

1.    Verplichhte Leverantie

1

Verplichhte Leverantie yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan

harga yang telah ditetapkan oleh VOC. Peraturan ini melarang

rakyat untuk menjual hasil bumi kepada pedagang lain selain

VOC.

2.    Contingenten

Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak

berupa hasil bumi.

3.    Ektripasi

Ektripasi yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar

tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harga

merosot.

4.    Pelayaran Hongi

Pelayaran Hongi yaitu pelayaran dengan menggunakan perahu kora-

kora untuk mengawasi pelaksanaan perdagangan VOC dan menindak

pelanggarnya.2[3]

Sistem Birokrasi VOC

Untuk memerintah wilayah-wilayah di Indonesia, VOC

mengangkat seorang gubernur jendral yang dibantu oleh empat orang

anggota yang disebut Raad van Indie (dewan India). Dibawah

gubernur jendral ada gubernur yang memimpin suatu daerah,

serta dibawah gubernur ada residen yang dibantu oleh asisten

residen. Beberapa gubernur jendral VOC yang duianggap berhasil

mengembangkan usaha dagang dan kolonisasi di Indonesia:

a)      Jaan Pieterszoon Coen ( 1619-1629 )

2

b)      Antonio van Diemen ( 1636-1645 )

c)      Joan Maetsycker ( 1653-1678 )

d)     Cornelis Speelman ( 1681-1684 )

Dalam melaksanakan sistem pemerintahan VOC menerapkan sistem

pemerintahan tidak langsung dengan memanfaatkan sistem

feodalisme yang sudah berkembang di Indonesia.3[4]

Perlawanan kerajaan-kerajaan Islam terhadap VOC 

Perlawanan Mataram terhadap VOC (1628-1629)

Sultan Agung (1613-1645) adalah raja terbesar Mataram

yang bercita-cita: (1) mempersatukan seluruh Jawa di bawah

Mataram, dan (2) mengusir Kompeni (VOC) dari Pulau Jawa. Untuk

merealisir cita-citanya, ia bermaksud membendung usaha-usaha

Kompeni menjalankan penetrasi politik dan monopoli

perdagangan.4[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1618, kantor dagang VOC di Jepara

diserbu oleh Mataram. Serbuan ini merupakan reaksi pertama

yang dilakukan oleh Mataram terhadap VOC. Pihak VOC kemudian

melakukan balasan dengan menghantam pertahanan Mataram yang

ada di Jepara. Sejak itu, sering terjadi perlawanan antara

keduanya, bahkan Sultan Agung berketetapan untuk mengusir

Kompeni dari Batavia.

3

4

Serangan besar-besaran terhadap Batavia, dilancarkan dua

kali. Serangan pertama, pada bulan Agustus 1628 dan dilakukan

dalam dua gelombang. Gelombang I di bawah pimpinan Baurekso

dan Dipati Ukur, sedangkan gelombang II di bawah pimpinan Suro

Agul-Agul, Manduroredjo, dan Uposonto. Batavia dikepung dari

darat dan laut selama tiga bulan, tetapi tidak menyerah.

Bahkan sebaliknya, tentara Mataram akhirnya terpukul mundur.

Perlawanan pertama mengalami kegagalan disebabkan :

a.    Kondisi pasukan Mataram yang kelelahan

b.    Terserang penyakit

Perlawanan rakyat Mataram kedua terhadap VOC di Batavia

dilaksanakan tahun 1629. Sultan Agung menyerang Batavia untuk

kedua kalinya yang dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati

Purbaya. Pasukan Mataram berusaha membendung sungai Citarum

yang melewati kota Batavia. Pembendungan itu pun bermaksud

agar VOC di Batavia kekurangan air dan mudah kelelahan.

Strategi ini ternyata cukup efektif, terbukti bangsa Belanda

kekurangan air dan terjangkit wabah penyakit malaria dan

kolera yang sangat membahayakan jiwa manusia.

Perlawanan pasukan Mataram yang kedua terpaksa mengalami

kegagalan lagi karena :

a.    Kalah persenjataan.

b.    Kekurangan persediaan makanan, karena lumbung-lumbung

persediaan makanan yang dipersiapkan di Tegal, Cirebon, dan

Kerawang telah dimusnahkan oleh Kompeni.

c.    Jarak Mataram - Batavia terlalu jauh.

d.   Datanglah musim penghujan, sehingga taktik Sultan Agung

untuk membendung sungai Ciliwung gagal.

e.    Terjangkitnya wabah penyakit yang menyerang prajurit

Mataram.5[6]

Perlawanan Banten terhadap VOC (1651-1682)

Pertentangan antara banten dengan VOC diawali Pada tahun

1619 J.P Coen berhasil merebut Jayakarta. VOC yang berpusat di

Batavia ingin menguasai Selat Sunda, karena Selat Sunda

merupaka daerah perdagangan Banten yang sangat penting,

langkah Belanda ditentang terus oleh Sultan Ageng

Tirtayasa. Perlawanan Banten meningkat setelah Sultan Ageng

Tirtayasa naik tahta pada tahun 1651.

Untuk melemahkan kerajaan banten VOC melakukan politik

"devide et impera". Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtoyoso

mengangkat putra mahkota (dikenal dengan sebutan Sultan Haji

karena pernah naik haji) sebagai pembantu yang mengurusi

urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar negeri dipercayakan

kepada Pangeran Purboyo ( adik Sultan Haji). Atas hasutan VOC,

Sultan Haji mencurigai ayahnya dan menyatakan bahwa ayahnya

ingin mengangkat Pangeran Purboyo sebagai raja Banten. Pada

tahun 1680, Sultan Haji berusaha merebut kekuasaan, sehingga

terjadilah perang terbuka antara Sultan Haji yang dibantu VOC

melawan Sultan Ageng Tirtoyoso (ayahnya) yang dibantu Pangeran

Purboyo. Sultan Ageng Tirtoyoso dan Pangeran Purboyo terdesak

ke luar kota, dan akhirnya Sultan Ageng Tirtoyoso berhasil di

tawan oleh VOC; sedangkan Pangeran Purboyo mengundurkan diri

ke daerah Priangan. Pada tahun 1682 Sultan Haji dipaksa oleh

VOC untuk menandatangani suatu perjanjian yang isinya :

5

a.    VOC mendapat hak monopoli dagang di Banten dan daerah

pengaruhnya.

b.    Banten dilarang berdagang di Maluku.

c.    Banten melepaskan haknya atas Cirebon.

d.   Sungai Cisadane menjadi batas wilayah Banten dengan VOC.6[7]

Perlawanan Makasar terhadap VOC (1666-1667)

Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa

kerajaan kecil seperti Gowa, Tello, Sopeng, dan Bone. Di

antara kerajaan tersebut yang muncul menjadi kerajaan yang

paling kuat ialah Gowa, yang lebih dikenal dengan nama Makasar

yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan

Hasanudin antara tahun 1654 - 1669.

Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC

pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur.

Persaingan dagang tersebut terasa semakin berat untuk VOC

sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan

saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik

ini disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian VOC diizinkan

berdagang secara bebas. Setelah mendapatkan kesempatan

berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai

menunjukkan perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan

tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.

Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh Sultan

Hasanudin dalam bentuk perlawanan dan penolakan semua bentuk

isi tuntutan yang diajukan oleh VOC. Oleh karena itu, kompeni

selalu berusaha mencari jalan untuk menghancurkan Makassar

6

sehingga terjadilah beberapa kali pertempuran antara rakyat

Makassar melawan VOC.

Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan

pertempuran kedua terjadi pada tahun 1654. Kedua pertempuran

tersebut diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-

halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar.

Dua kali upaya VOC tersebut mengalami kegagalan karena pelaut

Makasar memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni.

Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666 - 1667 dalam bentuk

perang besar. Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan kompeni

dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan Pasukan Kapten

Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC, yang dipimpin

oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut,

sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil

mendorong suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap

Sultan Hasanudin serta melakukan penyerbuan ke Makasar.

Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada

saat itu Kota Makassar masih dapat dipertahankan oleh Sultan

Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanudin

terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian

perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.

Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan.

Salah satu faktor penyebab kegagalan rakyat Makasar adalah

keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan

Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar

selanjutnya dilakukan dalam bentuk lain, seperti membantu

Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan

terhadap VOC.

Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya

pada tanggal 18 November 1667, yang isinya :

1.      Wilayah Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone

dikembalikan kepada Aru Palaka.

2.      Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.

3.      Makasar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak

monopolinya.

4.      Semua benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng Ujung

Pandang yang kemudian diganti dengan nama Benteng Roterrdam.

5.      Makasar harus mengganti kerugian perang sebesar 250.000

ringgit.

Perlawanan Rakyat Maluku (1817)

Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi

(Pattimura) terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di

dekat pulau Ambon. Adapun Sebab-sebab terjadinya perlawanan

ini adalah :

a.    Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman

mereka yang menderita dibawah VOC

b.    Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan

diberlakukannya kembali penyerahan wajib dan kerja wajib

c.    Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda

Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda

dibawah pimpinan Thomas Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15

Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan membakar perahu-

perahu milik Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat

menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas

tertembak dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.

Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara

besar-besaran, Belanda berhasil menangkap Pattimura dan kawan-

kawan dan pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dijatuhi

hukuman mati ditiang gantungan, dan berakhir perlawanan rakyat

Maluku. 7[8]

Kemunduran VOC

Pemerintah Belanda akhirnya memutuskan untuk membubarkan

VOC pada tanggal 31 Desember 1799. Semua hutang-hutang dan

kekayaan VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda.

Runtuhnya disebabkan oleh hal-hal berikut :

a.       Banyak pegawai VOC yang korupsi

b.      VOC terjerat banyak hutang

c.       Pengeluaran VOC yang semakin besar akibat melukakan perang

Adanya persaingan yang ketat dari pedagang Eropa

7