SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA KHILAFAH RASHIDAH
Transcript of SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA KHILAFAH RASHIDAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem politik dan pemerintahan masa Al-Khulafa’al Rasyidin di
masa Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali sudah pasti berbeda
setiap memegang kepimpinannya. Pada masa Khulafaur Rasyidin
prinsip musyawarah dan persamaan kebebasan berpendapat menjadi
realisasi dari penerapan ajaran Al- Quran dan Sunnah Rasul.
Pemahaman dan penafsiran terhadap pemerintahan Khulafaur
Rasyidin, dahulu dan sekarang sangat berkaitan sehingga sistem
pemerintahan yang telah dibentuk dari masa ke masa berkembang
menjadi seperti sekarang. Sistem pemerintahan yang dititipkan
oleh pendahulunya dapat menambah wawasan pembaca tentang
pemerintahan yang pernah dipraktikan dan diterapkan dalam
dunia Islam hingga saat ini.
1.2 Permasalahan
- Bagaimana situasi pemerintahan dan politik Khulafaur
Rasyidin ?
- Apakah pemeritahan di masa Khulafaur Rasyidin dapat
diterapkan hingga saat ini ?
1.3 Tujuan Penulisan
1 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
- Untuk memahami sistem pemerintahan di masa Khulafah
Rasyidin
- Untuk memahami sistem politik khulafah al rasydin
- Untuk memahami pemerintahan pasca khilafah (zaman
modern)
- Untuk memahami sistem pemerintahan di masa khilafah,
pasca, dan sekarang saling berkaitan sehingga banyak
terbentuk sistem pemerintahan.
2 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
BAB II
PEMERINTAHAN KHULAFAUR RASYIDIN
I. Abu Bakar Ash-Shidiq
Khilafah Rasyidah merupakan para pemimpin ummat Islam setelah
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat, yaitu pada
masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib, Radhiallahu Ta’ala anhu ajma’in
dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan
yang islami karena berundang-undangkan dengan Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam tidak meninggalkan
wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau Shallallahu
‘Alaihi wasallam sebagai pemimpin politik umat Islam setelah
beliau Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat. Beliau nampaknya
menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri
untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau
Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat, belum lagi jenazahnya
dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di
balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa
yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan
cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun
Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam.
Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi,
akhirnya, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu terpilih.
Dahulu, nama aslinya adalah Abdus Syams. Tetapi, setelah masuk
Islam namanya diganti oleh Rasulullah sehingga menjadi Abu
Bakar. Gelar Ash- Shiddiq diberikan padanya karena ia adalah
3 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
orang yang pertama mengakui peristiwa Isra' Mi'raj. Lalu, ia
pun diberi gelar Ash- Shiddiq (Orang yang percaya).
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar
Radhiallahu ‘anhu disebut Khalifah Rasulullah (Pengganti Rasul
Allah) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah
saja.
Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu menjadi khalifah hanya 2 (dua)
tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu
habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama
tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang
tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Mereka menganggap
bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal setelah Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat. Karena itu mereka
menentang Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu. Karena sikap keras
kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama
dan pemerintahan, Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu menyelesaikan
persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang
melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid Radhiallahu ‘anhu
adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu
Bakar Radhiallahu ‘anhu, sebagaimana pada masa Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wasallam, bersifat sentral :
Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di
tangan khalifah.
Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga
melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an4 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Abu Bakar
Radhiallahu ‘anhu selalu mengajak sahabat-sahabat nya
bermusyawarah sebelum mengambil keputusan mengenai
sesuatu,yang berfungsi sebagai lembaga legislatif
pemerintahannya.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu
Bakar Radhiallahu ‘anhu mengirim kekuatan ke luar Arabia.
Khalid ibn Walid Radhiallahu ‘anhu dikirim ke Iraq dan dapat
menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim
ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah
ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan
Syurahbil Radhiallahu Ta’ala anhu ajma’in.
Keputusan-keputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar untuk
membentuk beberapa pasukan tersebut, dari segi tata negara,
menunjukkan bahwa ia juga memegang jabatan panglima tertinggi
tentara islam. Hal ini seperti juga berlaku di zaman modern
ini di mana seorang kepala negara atau presiden juga sekaligus
sebagai pangima tertinggi angkatan bersenjata.
Adapun urusan pemerintahan di luar kota Madinah, khalifah Abu
Bakar membagi wilayah kekuasaan hukum Negara Madinah menjadi
beberapa propinsi, dan setiap propinsi ia menugaskan seorang
amir atau wali (semacam jabatan gubernur).
Mengenai praktek pemerintahan Abu Bakar di bidang pranata
sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
sosial rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat ini ia mengolah
zakat, infak, sedekah yang berasal dari kaum muslimin,
ghanimah harta rampasan perang dan jizyah dari warga negara5 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul mal. Penghasilan
yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara ini di
bagikan untuk kesejahteraan tentara, bagi para pegawai negara,
dan kepada rakyat yang berhak menerima sesuai ketentuan Al-
Quran
Pada saat Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu meninggal dunia,
sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam
Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan
kanan" nya, Umar ibn Khatthab al-Faruq Radhiallahu ‘anhu.
Ketika Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu sakit dan merasa ajalnya
sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat,
kemudian mengangkat Umar ibn Khatthab Radhiallahu ‘anhu
sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan
terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.
Kebijaksanaan Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu tersebut ternyata
diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat
Umar Radhiallahu‘anhu. Umar Radhiallahu ‘anhu menyebut dirinya
Khalifah Rasulullah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga
memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang
yang beriman).
Dari penunjukkan Umar sebagai penggantinya, ada hal yang perlu
dicatat:
1. Bahwa Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan azas
musyawarah. Ia lebih dulu mengadakan konsultasi untuk
mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum
muslimin.
6 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
2. Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau
kerabatnya melainkan memilih seseorang yang disegani oleh
rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
3. Pengukuhan Umar sebagai khalifah sepeniggal Abu Bakar
berjalan baik dalam suatu bai’at umum dan terbuka tanpa ada
pertentangan dikalangan kaum muslimin sehingga obsesi Abu
Bakar untuk mempertahankan keutuhan umat Islam dengan cara
penunjukkan itu terjamin.
7 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
II. Umar Ibn Al-Khathab
Ketika Abu Bakar merasakan sakitnya semakin berat, ia
mengumpulkan para sahabat besar dan menunjuk Umar bin Khattab
sebagai Khalifah. Para sahabat setuju dan Abu Bakar
meninggalkan surat wasiat yang menunjuk Umar sebagai
penggantinya. Sebagaimana Abu Bakar, Umar bin khattab pun
dibai’at dihadapan umat muslimin. Bagian dari pidatonya
adalah:
“Aku telah dipilih jadi khalifah. Kerendahan hati abu Bakar selaras dengan
jiwanya yang terbaik diantara kamu dan lebih kuat diantara kamu dan juga
lebih mampu memikul urusan kamu yang penting-penting. Aku diangkat
dalam jabatan ini tidaklah sama seperti beliau. andaikata aku tau ada orang
yang lebih kuat daripada aku untuk memikul jabatan ini, maka memberikan
leherku untuk dipotong lebih aku sukai daripada memikul jabatan ini.”
Di zaman Umar Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi (perluasan
daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus,
jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara
Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria
jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai
basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn
'Ash Radhiallahu ‘anhu dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn
Abi Waqqash Radhiallahu ‘anhu. Iskandariah/Alexandria, ibu
kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir
jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota
dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana
serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, Al-Madain yang jatuh
pada tahun itu juga. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan8 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi
Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah
Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu
‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh
administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah
propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah,
Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu
didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem
pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam
rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
Adapun kekuasaan eksekutif dipegang oleh Umar bin Khattab
dalam kedudukannya sebagai kepala Negara. Untuk menunjung
kelancaran administrasi dan operasional tugas-tugas eksekutif,
Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan,diantaranya:
1. Diwana al-kharaj (jawatan pajak)2. Diwana alahdats (jawatan kepolisian)3. Nazarat al-nafi’at (jawatan pekerjaan umum)4. Diwana al-jund (jawatan militer)5. Baitul al-mal (baitul mal)Sumber-sumber keuangan Negara untuk mengisi baitul mal
diperoleh dari alfarz, usyri, usyur, zakat dan jizya.
Umar Radhiallahu ‘anhu memerintah selama sepuluh tahun (13-23
H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia
dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu
Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar Radhiallahu
‘anhu tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar
Radhiallahu ‘anhu. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta
9 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi
khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah,
Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf
Radhiallahu Ta’ala anhu ajma’in. Setelah Umar Radhiallahu
‘anhu wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk
Utsman Radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah, melalui proses yang
agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu.
Sebagai seorang negarawan yang patut diteladani ia telah
menggariskan:
1. Persyaratan bagi calon negara
2. Menetapkan dasar-dasar pengelolaan negara
3. Mendorong para pejabat negara agar benar-benar meperhatikan
kemaslahatan rakyat dan melindungi hak-haknya karena mereka
adalah pengabdi rakyat dan bagian dari rakyat itu sendiri
4. Pejabat yang dipegang seseorang adalah amanah yang harus
dipertanggung jawabkan kepada Tuhan dan rakyat
5. Mendidik rakyat supaya berani memberi nasihat dan kritik
kepada pemerintah, pemerintah juga harus berani menerima
kritik dari siapapun sekalipun menyakitkan karena pemerintah
lahir rakyat dan untuk rakyat
6. Khalifah Umar telah meletakkan dasar-dasar pengadilan dalam
Islam
Ia selalu mengadakan musyawarah dengan tokoh-tokoh Ansar dan
Muhajirin, dengan rakyat dan dengan para administrator
pemerintahan untuk memecahkan masalah-masalah umum dan
kenegaraan. Ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutuskan
suatu urusan tanpa mengikutsertakan warga umat.10 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
Hasil musyawarah atau konsultasi khalifah diakhir hidupnya
dengan sejumlah pemuka masyarakat madinah yang terpenting
adalah terbentuknya “tim formatur” yang bertugas memilih
khalifah setelah umar. Konsultasi ini terjadi ketika keadaan
jiwanya akibat tikaman enam kali yang dilakukan Abu lu’luah
karena dendam, dan ini mengakibatkan kewafatannya.
11 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
III. Utsman Bin Affan
Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik
menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa
penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar
mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana
dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk
meninggalkan wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan
keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan
Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu
adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib.
Setelah melalui perdebatan yang cukup lama, muncul dua nama
yang bersaing ketat yakni Utsman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib. Keputusan terakhir diserahkan kepada Abdurrahman bin
Auf sebagai ketua Dewan yang kemudian menunjuk Utsman bin
Affan sebagai Khalifah.
Setelah Utsman bin Affan dilantik menjadi khalifah ketiga di
negara Madinah. Ia menyampaikan pidatonya yang menggambarkan
dirinya sebagai sufi, dan citra pemerintahannya lebih bercorak
agama ketimbang politik belaka sebagai dominan. Dalam pidato
itu usman mengingatkan beberapa hal yang penting :
1. Agar umat Islam berbuat baik sebagai bekal untuk hari
kematian
2. Agar umat Islam terpedaya kemewahan hidup dunia yang penuh
kepalsuan
12 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
3. Agar umat Islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu
4. Sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul
5. Di samping ia akan meneruskan apa yang telah dilkukan
pendahulunya juga akan membuat hal baru yang akan membawa
kepada kebajikan
6. Umat Islam boleh mengkritiknya bila ia menyimpang dari
ketentuan hukum
Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan di daerah,
khalifah Usman bin Affan mempercayakannya kepada seorang
gubernur untuk setiap wilayah atau propinsi pada masanya
kekuasaan wilayah madinah dibagi menjadi 10 propinsi:
1. Nafi’bin al-Haris al-Khuza’i, amir wilayah Mekkah
2. Sufyan bin Abdullah al-Tsaqqfi, amir wilayah Thaif
3. Ya’la bin Munabbih Halif Bani Nauful bin Abd Manaf, amir
wilayah Shan’a
4. Abdullah bin Abi Rabiah, amir wilayah Al-Janad
5. Usman bin Abi al-Ashal-Tsaqafi, amir wilayah Bahrain
6. Al-Mughirah bin Syu’bah al-Tsaqi, amir wilayah Kuffah
7. Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari, amir wilayah
Basrah
8. Muawiyah bin Abi Sufyan, amir wilayah Damaskus
9. Umar bin Sa’ad , amir wilayah Himsh
10. Amr bin al-Ash al-Sahami, amir wilayah Mesir
Sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Penasehat
Syura, tempat khalifah mengadakan musyawarah dengan para
sahabat terkemuka.13 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
Prestasi tertinggi masa pemerintahan Utsman sebagai hasil
majlis syura adalah menyusun Al-Quran standar, yaitu
penyeragaman bacaan dan tulisan Al-Quran, seperti yang dikenal
sekarang. Naskah salinan Al-Quran tersebut disimpan di rumah
istri nabi kemudian naskah salinannya atas persetujuan para
sahabat dikirim ke beberapa daerah.
Di masa pemerintahan Utsman Radhiallahu ‘anhu (644-655 M),
Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari
Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi
Islam pertama berhenti sampai di sini. Untuk mengisi baitul
mal diperoleh dari alfarz, usyri, usyur, zakat dan jizya
Utsman melengkapinya dengan beberapa jawatan.
Tahun-tahun berikutnya, pemerintahannya Utsman mulai goyah.
Rakyat di beberapa daerah terutama Kufah, Basrah dan Mesir
mulai memprotes kepemimpinannya yang dinilai tidak adil. Salah
satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka
terhadap kepemimpinan Utsman Radhiallahu ‘anhu adalah
kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.
Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam
Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-
orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman
Radhiallahu ‘anhu hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah
banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan
penting, Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan.
Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa
terkontrol oleh Usman Radhiallahu ‘anhu sendiri. Itu semua
akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’.
14 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
Padahal Utsman Radhiallahu ‘anhu yang paling berjasa membangun
bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur
pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan,
jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di
Madinah.
Pemerintahan Utsman Radhiallahu ‘anhu berlangsung selama 12
tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul
perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Utsman Radhiallahu ‘anhu memang
sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu. Ini
karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ al-Yamani
salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’
ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya
untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa
keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman
Radhiallahu ‘anhu dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri
dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’
.
15 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
IV. Ali Bin Abi Thalib
Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga
orang khalifah pendahulunya. Ia di bai’at di tengah-tengah
kematian Utsman, pertentangan dan kekacauan dan kebingungan
umat Islam Madinah. Sebab kaum pemberontak yang membunuh
Utsman mendaulat Ali supaya bersedia dibaiat menjadi khalifah.
Dalam pidatonya khalifah Ali menggambarkan dan memerintahkan
agar umat Islam :
1. Tetap berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah rasul
2. Taat dan bertaqwa kepada Allah serta mengabdi kepada negara
dan sesama manusia
3. Saling memelihara kehormatan diantara sesama muslim dan
umat lain
4. Terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum,
dan
5. Taat dan patuh kepada pemerintah
Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu
menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan
mereka, Ali Radhiallahu ‘anhu tidak mau menghukum para
pembunuh Utsman Radhiallahu ‘anhu dan mereka menuntut bela
terhadap darah Utsman Radhiallahu ‘anhu yang telah ditumpahkan
secara zhalim. Ali Radhiallahu ‘anhu sebenarnya ingin sekali
menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan
Zubair Radhiallahu ‘anhu ajma’in agar keduanya mau berunding
untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan
tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun
berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta),16 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
karena Aisyah Radhiallahu ‘anha dalam pertempuran itu
menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan
Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah Radhiallahu ‘anha ditawan
dan dikirim kembali ke Madinah.
Dengan demikian masa pemerintahan Ali melalui masa-masa paling
kritis karena pertentangan antar kelompok yang berpangkal dari
pembunuhan Utsman. Namun Ameer Ali menyatakan ia berhasil
memecat sebagian besar gubernur yang korupsi dan mengembalikan
kebijaksanaan Utsman pada setiap kesempatan yang memungkinkan.
Ia membenahi dan menyusun arsip Negara untuk mengamankan dan
menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-
ushsurtah, serta mengkoordinir polisi dan menetapkan tugas-
tugas mereka.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Radhiallahu ‘anhu juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di
Damaskus, Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu, yang didukung oleh
sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan
dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan
Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali Radhiallahu ‘anhu bergerak
dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu
di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan
nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim
(arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah,
bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij,
orang-orang yang keluar dari barisan Ali Radhiallahu ‘anhu.
Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib
17 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
Radhiallahu ‘anhu umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan
politik, yaitu :
Mu'awiyah
Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudi) yang menyusup
pada barisan tentara Ali Radhiallahu ‘anhu, dan
Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali)
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali Radhiallahu ‘anhu.
Munculnya kelompok al-Khawarij menyebabkan tentaranya semakin
lemah, sementara posisi Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu semakin
kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali Radhiallahu
‘anhu terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu
Abdullah bin Muljam.
Ada beberapa kasus dan peristiwa pada masa khalifah Usman dan
Ali yang tidak menyenangkan, diantaranya :
Pertama, mengenai pengangkatan empat orang sahabat Nabi
terkemuka itu menjadi Khalifah dipilih dan di angkat dengan
cara yang berbeda.
1) Pemilihan bebas dan terbuka melalui forum musyawarah tanpa
ada seorang calon sebelumnya. Karena Rasulullah SAW tidak
pernah menunjuk calon penggantinya. Cara ini terjadi pada
musyawarah terpilihnya Abu Bakar dibalai pertemuan Tsaqifah
Bani Sayidah.
2) Pemilihan dengan cara pencalonan atau penunjukan oleh
khalifah sebelumnya dengan terlebih dahulu mengadakan
konsultasi dengan para sahabat terkemuka dan kemudian
memberitahukan kepada umat islam, dan mereka menyetujuinya.
Penunjukan itu tidak karena ada hubungan keluarga antara18 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
khalifah yang mencalonkan dan calon yang di tunjuk. Cara ini
terjadi pada penunjukan Umar oleh khalifah Abu Bakar.
3) Pemilihan tim atau Majelis Syura yang dibentuk khalifah.
Anggota tim bertugas memilih salah seorang dari mereka menjadi
khalifah. Cara ini terjadi pada Utsman melalui Majelis Syura
yang dibentuk oleh khalifah Umar yang beranggotakan enam
orang.
4) Pengangkatan spontanitas di tengah-tengah situasi yang
kacau akibat pemberontakan sekelompok masyarakat muslim yang
membunuh usman. Cara ini terjadi pada Ali yang dipilih oleh
kaum pemberontak dan umat Islam Madinah.
Kedua, Pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin tidak mempunyai
konstitusi yang dibuat secara khusus sebagai dasar dan pedoman
penyelenggaraan pemerintahan. Undang-undangnya adalah Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul ditambah dengan hasil ijtihad khalifah
dan keputusan Majelis Syura dalam menyelesaikan masalah-
masalah yang timbul yang tidak ada penjelasannya dalam nash
syariat.
Ketiga, Pemerintahan khulafa al-Rasyidin juga tidak mempunyai
ketentuan mengenai masa jabatan bagi setiap khalifah. Mereka
tetap memegang jabatan itu selama berpegang kepada syariat
Islam.
Keempat, dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Madinah
khulafa al-Rasyidin telah melaksanakan prinsip musyawarah,
prinsip persamaan bagi semua lapisan masyarakat dalam berbagai
19 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
aspek kehidupan, prinsip kebebasan berpendapat, prinsip
keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.
Kelima, dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan Negara
Madinah adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, hasil ijtihad
penguasa, dan hasil keputusan Majelis Syura. Karenanya corak
Negara Madinah pada periode Khulafa al-Rasyidin tidak jauh
berbeda daripada zaman Rasulullah.
20 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
KESIMPULAN
Kehidupan politik pada masa Khulafaur Rasyidin sistem
pemerintahan sudah tertata rapi walaupun tidak langsung
seperti sekarang, tetapi pada masa Khulafaur Rasyidin Dewan
dan Departemen sudah bergerak di bidang masing-masing serta
sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh para khalifah dari
masa jabatan ke masa jabatan memiliki ciri-ciri dan tetap
berpegang teguh kepada al-Quran dan Sunnah Rasul serta tetap
menjalankan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan.
Khilafah Rashidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah
SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang
menjadi khalifah secara bergantian. Termasuk yang keempat itu
adalah :
1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2.’Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3.’Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
Masa berlakunya selama kurang lebih 30 tahun. Disebut juga
sebagai khilafah rasyidah karena posisi mereka sebagai
shahabat nabi yang mendapat petunjuk. Dan memang ada pesan
dari nabi untuk mentaati para khalifah rasyidah ini.
21 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia
Amrullah, Kusyana, 1995, Sejarah Kebudayaan Islam, Bandung: CVArmico
Yatim Badri.2000.Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://id.wikipedia.org
http://rustadi29-dinamika kehidupan.blogspot.com/2011/07/khulafaur-rasyidin-khalifah-pertama.html
22 | S i s t e m P o l i t i k d a n P e m e r i n t a h a n K h i l a f a h R a s h i d a h