MASA NIFAS DAN BBL

80
KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas segala hidayah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tutorial Nifas dan Bayi Baru Lahir , dengan baik sekaligus penulis dapat menyusun makalah ini sebagai kewajiban mahasiswa untuk menyelesaikan tugas dari dosen. Dengan diberikannya tugas ini, kami dapat menambah wawasan dan pengalaman.Ini merupakan bukti tertulis bahwa kami telah menyelesaikan tugas yang ibu dosen berikan. Kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Dengan terselesaikannya tugas ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu dosen Fakhriah SSiT,.MKM selaku dosen pembimbing tutorial. 2. Keluaraga yang telah memberi dorongan material maupun spiritual. Penulis berharap tugas proses penciptaan manusia ini akan memberi manfaat bagi pembaca dan generasi baru yang nantinya akan diberi tugas oleh dosen, sehingga mereka tidak kaku dalam menyelesaikannya. Jakarta, Maret 201 5 1

Transcript of MASA NIFAS DAN BBL

KATA PENGANTAR

            Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas segala

hidayah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah tutorial Nifas dan Bayi Baru Lahir, dengan baik

sekaligus penulis dapat menyusun makalah ini sebagai kewajiban

mahasiswa untuk menyelesaikan tugas dari dosen.

            Dengan diberikannya tugas ini, kami dapat menambah

wawasan dan pengalaman.Ini merupakan bukti tertulis bahwa kami

telah menyelesaikan tugas yang ibu dosen berikan. Kami

mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu, membimbing dan memberikan

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

            Dengan terselesaikannya tugas ini, penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dosen Fakhriah SSiT,.MKM selaku dosen pembimbing

tutorial.

2. Keluaraga yang telah memberi dorongan material maupun

spiritual.

Penulis berharap tugas proses penciptaan manusia ini akan

memberi manfaat bagi pembaca dan generasi baru yang nantinya

akan diberi tugas oleh dosen, sehingga mereka tidak kaku dalam

menyelesaikannya.

  Jakarta,  Maret 2015

1

  

Penyusun

                                                               

                                                       

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI ................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1.......................................................Lat

ar

Belakang .................................................

.................................................. 7

1.2.......................................................Rum

usan

Masalah ..................................................

.................................................. .. 7

1.3.......................................................Tuj

uan Penulisan ...........................................

.......................................................8

2

BAB II KAJIAN TEORI

2.1.......................................................Ana

tomi Masa Nifas.........................................

.......................................................9

2.2.......................................................Per

ubahan Fisiologi Masa Nifas.............................

.......................................................10

2.3....................................................... Pe

rubahan Psikologis Pada Masa Nifas .....................

12

2.4.......................................................Pem

eriksaan Fisik Masa Nifas

.........................................................1

8

2.5.......................................................Keb

utuhan Masa Nifas ......................................

20

2.6.......................................................Asu

han Kebidanan Pada Masa Nifas...........................

23

2.7.......................................................Pem

eriksaan Fisik Bayi Baru Lahir ………………………………………………34

2.8Asuhan Untuk Bayi Baru Lahir …………………………………….......42

2.9.Penyuluhan Kesehatan Untuk Bayi Baru Lahir

…………………………………..44

2.10. Kemunngkinan Terjadi Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

………………………49

BAB III PENUTUP

3

3.1. Kesimpulan........................................... 24

3.2. Saran................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA.............................................

25

TUTORIAL I/SKENARIO ISeorang perempuan umur 27 tahun, melahirkan anak pertama di

puskesmas 2 jam yang lalu, ibu mengeluh perut masih terasa

mulas dan merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Setelah

dilakukan pemeriksaan TTV: TD 120/80 mmHg, N 24x/menit,

pernafasan 21x/menit, suhu 36,7°C, TFU 2 jari dibawah pusat

dan perdarahan dalam keadaan normal.

4

Mindmap

5

NIFAS

Bagaimana cara

pemeriksaan

fisik ibu

Bagaimana

perubahan

psikologis

ibu nifas?

Apa perubahan

dan proses

adaptasi

fisiologi ibu

Bagaimana

anatomi

perubahan pada

ibu nifas?

SKENARIO II

6

Apa saja

kebutuhan

masa nifas?

Apa perubahan

fisiologi pada

ibu nifas?

Seorang bayi perempuan lahir 1 jam yang lalu, menangis kuat,

warna kulit kemerahan, tonus otot baik, setelah dilakukan

pemeriksaan TTV: pernafasan 45x/menit, nadi 148x/menit, Bb

3000 gram, Pb 50 cm.

Kata sulit:

1. Tonus otot: kontraksi otot yaang ringan dan terus-

menerus, yang pada otot-otot rangka membantu dalam

mempertahankan postur dan pengembalian darah ke jantung.

7

Mindmap

8

Bagaimana

pemeriksaan

fisik BBL?

BAYI BARU

LAHIR

Penyuluhan apa

saja yang

diberikan pada

BBL?

Apa saja

asuhan yang

diberikan

Apa saja tanda

bahaya yang

memungkin

terjadi pada

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pasca melahirkan (masa nifas) merupakan masa atau

keadaan selama enam minggu atau 40 hari. Pada masa ini,

ibu mengalami perubahan fisik dan alat-alat reproduksi

yang telah kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa

laktasi (menyusui), maupun perubahan psikologis

menghadapi keluarga baru. Pada masa nifas perawatan

payudara merupakan suatu tindakan yang sangat penting

untuk merawat payudara terutama untuk memperlancarkan

pengeluaran ASI. Perawatan payudara sangat penting

dilakukan selama hamil trimester ke 3 sampai masa

menyusui.Hal ini karena payudara merupakan satu-satunya

penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru

lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Dimana9

tujuan perawatan payudara setelah melahirkan, salah

satunya untuk meningkatkan produksi ASI dengan merangsang

kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan.

Pada negara berkembang, khususnya di daerah yang

penduduknya berpendidikan rendah, pengetahuan rendah dan

tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai

perawatan payudara masih kurang. Umumnya pengetahuan

tentang perawatan payudara diperoleh dari keluarga

ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah,

diperlukan bantuan dari petugas kesehatan yang dapat

memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang

perawatan payudara

Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera yang

cepat, tepat, aman dan bersih. Hal tersebut merupakan

bagian esensial bayi baru lahir. Sebagian besar proses

persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan dengan

proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka

penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil

jikalau ibu dan bayinya dalam kondisi yang optimal,

sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkanjuga harus

dalam keadaan sehat. (Kosim M Sholeh.2003.hal:1)

Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada

bulan pertama kehidupannya, 2/3nya meninggal pada minggu

pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama

adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti :

asfiksia, sepsis neonatorum, dan komplikasi BBLR.

10

Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara

berkembang dan sebagian besar kematian dapat dicegah

dengan pengenalan dini dan pengobatan yang

tepat.Sebenarnya penggunaan peralatan canggih tidak

diperlukan untuk menolong sebagian besar bayi ini,

melainkan pelayanan dan penanganan yang cepat, tepat, dan

aman.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana anatomi perubahan pada ibu nifas?

2. Apa perubahan fisiologi pada ibu nifas?

3. Bagaimana perubahan psikologis pada ibu nifas?

4. Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada ibu nifas?

5. Apa saja kebutuhan untuk ibu nifas?

6. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas?

7. Bagaimana pemeriksaan fisik bayi baru lahir?

8. Apa saja asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir?

9. Penyuluhan kesehatan apa saja yang diberikan pada

bayi baru lahir?

10. Apa saja tanda bahaya yang mungkin terjadi pada

bayi baru lahir?

1.3. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui anatomi masa nifas.

2. Untuk mengetahui perubahan fisiologi pada masa

nifas.

3. Untuk mengetahui perubahan psikologis pada masa

nifas.11

4. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada masa nifas .

5. Untuk mengetahui kebutuhan pada masa nifas.

6. Agar mengetahui asuhan kebidanan pada masa nifas.

7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik bayi baru lahir.

8. Untuk mengetahui asuahan untuk bayi baru lahir.

9. Agar mengetahui penyuluhan kesehatan untuk bayi baru

lahir.

10. Agar mengetahui kemungkinan terjadinya tanda

bahaya pada bayi baru lahir.

BAB II

ISI

2.1. ANATOMI NIFASMasa nifas atau peurperium ialah masa yang dimulai

setelah kelahiran plasenta dan diakhiri ketika alat

kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil, dimana

massa ini berlangsung selama 6 minggu.(Maryunani,2009)

Jadi, setelah persalinan selesai, plasenta sudah

lahir maka akan kita sebut masa nifas. Sesungguhnya

berakhirnya masa nifas ialah jika perempuan itu sembuh

sama sekali sampai mencapai keadaan biasa seperti sebelum

ia hamil. Hal ini jika tak ada gangguan biasanya memakan

waktu kira-kira 6 minggu lamanya, sungguhpun kita

12

mengetahui, bahwa luka yang sekecil-kecilnya di jalan

lahir utau perineum begitu pula regangnya dinding perut

di waktu hamil senantiasa meninggalkan bekas. Oleh sebab

itu biasanya yang dimaksud dengan sebutan nifas itu ialah

waktu 8-14 hari sesudah bersalin, dalam waktu perempuan

itu begitu kuat dan masih ebutuhkan pertolongan. Sesuadah

itu alat kandungan dan jalan lahir belum sembuh dama

sekali, perempuan itu dengan berangsur-angsur sudah dapat

melakukan perkerjaannya sehari-hari.

Selama waktu nifas ada 2 peristiwa yang penting

1. Surutnya alat kandungan menjadi biasa (involutio)

2. Pengeluaran air susu dari perempuan itu (lactatio)

1. Involuntio

Yang terjadi dengan alat-alat kandungan dalam waktu nifas,

adapun rahim perempuan yang baru bersalin itu masih

membesar, jika diraba dari luar tingginya fundus uteri kira-

kira 1 jari dibawah pusat sedangkan beratnya lebih kurang 1

kilogram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya darah dalam

dinding rahim mengalir dalam pembuluh darah yang membesar.

Samapai hari kedua terus masih membesar dan setelah itu

berangsur-angsur menjadi kecil. Kalau diukur tinggi fundus

uterk dalam waktu nifas pada hari:

a. Ke3: kira-kira 2-3 jari di bawah pusat

b. Ke5: pada pertengahan antara pusat dan sympisis

c. Ke7: kira-kira 2-3 jari di atas sympisis

d. Ke9: kira-kira 1 jari di atas sympisis

13

dan setelah hari ke10 biasanya uterus itu dari luar tidak

teraba lagi. Semuanya itu disebabkan karena pemberian darah

di dalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga otot-otot

menjadi kecil. Selain lendir rahim (endometrium). Sehabis

nifas terjadi pula perubahan diselaput lendir

rahim(endometrium). Sehabis bersalin endometrium ini

merupakan suatu luka besar, terutama pada lapisan decidua,

dibekas tempat placenta sisa-sisa decidua ini menjadi

mati ,sehingga terdapat suatu batas antara decidua yang

sehat dengan decidua yang nekrosis. Pembatas ini penting

artinya untuk menahan masuknya kuman-kuman penyakit yang

naik dari vagina, sehingga dengan demikian mengurangkan

bahaya infeksi. Pada hari ke 7 atau ke 8 sehabis bersalin

tampaklah selaput lendir baru dan sel-sel epitel yang tumbuh

dari decidua yang sehat, hanya pada bekas tempat placenta

ini berlaku lebih lama.

2. Lochia

Getah yang keluar dari cavum uteri bercampur getah dari

vagina dinamakan lochia. Pada hari pertama dan kedua lochia

itu terdiri dari darah saja dan disebut lochia cruenta. Setelah

itu warnanya berubah tidak seperti darah lagi, akan tetapi

sebagai cairan bercampur dengan darah . mulai hari ke 7

lochia tak bercampur darah lagi, warnanya putih sedikit

kuning dan akhirnya merupakan sedikit cairan sampai hari ke

12-14.

Adapun baunya lochia ini tidak busuk, melainkan sedikit amis

. tentang cervix uteri sesudah persalinan berasa lembek

dengan canalis cervicalis yang terbuka. Setelah kira-kira 4

14

hari portio dari uterus itu masih dapat dilalui oleh 2 jari

kira-kira hari ke 12 pintu atas rahim tertutup sama sekali,

sedangkan pintu bawah rahim mungkin asih terbuka sedikit.

Demi kianlah jika tak ada ganguan di dalm waktu kurang lebih

2 minggu rahim itu seluruhnya menjadi kecil kembali seperti

sebelum hamil.

Bagaimana keadaan umum perempuan yang baru bersalin itu?

Setelah anak dan uri lahir dengan selamat maka tampaknya

perempuan itu agak letih, sungguhpun dengan perasaan puas

dan gembira. Kelelahan yang di sebabkan oleh persalinan itu

sebetulnya menghendaki tidur sedikit, akan tetapi ini

seringkali sukar, karena kadang-kadang perempuan itu merasa

mules di perutnya sebelah bawah disebabkan oleh HIS dari

rahim yang berkontraksi.

Sebetulnya hal ini biasa dan tidak berbahaya, jika sakit itu

amat hebat, kadang perlu memberi obat tidur pada perempuan

itu.

Jika diperhatikan suhu perempuan itu dalam masa nifas, maka

biasanya beberapa hari sesudah bersalin tampaknya agak naik

sedekit 37,2̊c-37,3̊c. Hal ini tidak menghawatirkan karena

terjadi pengisapan putih telur dalam darah selama waktu

involusi dari uterus. Akan tetapi jika sampai lebih 38̊c kita

harus memperhatikannya karena bisa termasuk penyebab

patologis yaitu dikatakan tidak sehat.

Adapun nadi perempuan setelah persalinan tidak berubah

cepatnya, namun jika terjadi perdarahan nadi perempuan

tersebut agak cepat frekuensinya. Malah biasanya perempuan

pada masa nifas itu nadinya agak sedikit lambat ini terjadi

15

karena perkerjaan jantung pada perempuan yang tinggal tidur

berbaring ada kurang kencang dari pada biasanya.

Kandung kencing tanda perempuan dalam permulaan waktu nifas

banyak mengeluarkan air dari tubuhnya kelihatan dengan

banyak keluarnya kencing atau keringat. Sungguhpun kencing

banyak dialirkan dari ginjal, akan tetapi tak jarang pula

sukar keluarnya dari kandung kencing, ini disebabkan oleh

beberapa hal. Sehabis persalinan maka rahim menjadi kecil

dan tekanan pada alat di dalam rongga perut menjadi

berkurang, terasa oleh perempuan itu. Selain dari itu dasar

kandung kencing begitu pula uretra, waktu persalinan jika

persalinan itu lama mendapat tekanan dari kepala anak hingga

di tempat itu mungkin terjadi perdarahan dan jadi

membengkak. Hal ini bisa menghalangi keluarnya kencing.

Akhirnya ada pula perempuan karena kebiasaan kencing dengan

duduk menjongkok, dalam waktu nifas sebab tidur berbaring

saja sukar mengeluarkan air kencig. Alat pencernaan pun di

dalam waktu nifas, kurang kencang perkerjaannya, kerap kali

keluarnya feces jauh lebih kurang dari biasanya.

3. Lactatio

Sedangkan selama masa nifas alat kandung perempuan itu

berangsur-angsur surut. Sebaliknya mamae perempuan terasa

keras dan menjadi besar. Hal ini terjadi karna bertambahnya

lemak serta jaringan dan kelenjar kelenjar susu. Yang

menjadi renggang dan terkadang terasa sakit.

Pada permulaan peurperium air susu itu hanya sedikit,

rupanya putih kuning yang bisa disebut colostrum. Baru hari ke

3 atau 4 air susu tersebut menjadi banyak.

16

Tidak semua perempuan mengeluarkan air susu yang banyak, hal

ini terjadi karna tergantung pada resam tubuh perempuan.

Selain itu cara menyusukan menjadi faktor kurangnya produksi

susu. Jika sehabis memberikan ASI pada bayinya tidak

dikosongkan sama sekali, pertumpukan sisa susu yang

tertinggal di kelenjar susu dapat mempengaruhi pembuatan air

susu yang baru.

Oleh karena itu jika pengeluaran susu tidak sempurna baik

bentuk puting yang berukuran kecil atau tertaping kedalam

hingga sukar diisap oleh bayi, maupun karena anak itu kurang

kuat menghisanya perlu dipakaikan pompa susu supaya jangan

meninggalkan sisa air susu.

2.2. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS1. Perubahan sistem endokrin

Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat, hormon

plasenta laktogen tidak dapat terdeteksi dalam 24 jam

post partum, hormone HCG menurun dengan cepat, estrogen

turun samapi 10%. Hormone pituitari menyebabkan

prolaktin meningkat dengan cepat selama kehamilan,

wanita yang tidak laktasi prolaktin menurun sampai

keadaan sebalum hamil dapat dipengaruhi seberapa banyak

ibu.

Hipolamik-pituitari-ovarium mempengaruhi untuk

seluruh wanita, menstruasi pertama sering menurut

siklus anovulasi atau siklus yang diasosiasikan dengan

ketidak cukupan fungsi korpus luteum. Diantara wanita

17

laktasi 15% memperoleh menstruasi setelah 6 minggu dan

45% setelah 12 minggu.

Adanya perubahan hormone dari hormone plasenta yaitu

ekstrogen dan progesterone yang menurun, Hormone-

hormon pituitari mengakibatakan prolaktin meningkat,

FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada

hari ke-3 postpartum yang mempengaruhi hormone

prolaktin, oksitosin, reflek letdown dan reflek

sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan

terdapat prubahan pada system endokrin.

Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut antara

lain :

a. Hormon plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon

yang diproduksi oleh palsenta. Hormone plasenta menurun

dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormone

plasenta menyebabkan kadar gula darah menurun dengan

cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta

menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas,

human chorionic gonadptropin (HCG) menurun dengan cepat

dan menetap sampai 10% salam 3 jam hingga hari ke-7

postpartum dan sebagai pemenuhan mamae pada hari ke-3

postpartum.

b. Hormone pituitary

Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin,

FSH dan LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan

cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2

minggu. Hormone prolaktin berperan daalm pembesaran

18

payudara ntuk merangsang produksi susu. FSH dan LH

meningkatkan pada fase konsentrasi follikuler pada

minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi

terjadi.

c. Hipotalamik pituitary ovarium

Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi

lamanya mendaoatkan menstruasi pada wanita yang

menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita menyusui

mendapatkan menstruasi pada minggu 6 minggu pasca

melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca

melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui ,

akan mendapatkan menstrusi berkisar 40% setalah 6

minngu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

d. Hormone oksitosin

Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak

bagian belakang, bekaerja terhadap otot uterus dan

jaringan payudara. Selam tahap ketiga persalinan,

hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan

mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.

Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi

oksitosin, sehingga dapat memebantu ovulasi uteri.

e. Hormone ostrogen dan progesteron

Volume darah normal selama kehamilan, akan

meningkat. Hormone estrogen yang tinggi memperbesar

hormone antidiuretik yang dapat meningkatkan volume

darah. Sedangkan hormone progesterone mempengaruhi otot

halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan

pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih,

19

ginjal, usus, didnding vena, dasr panggul, perineum dan

vulva serta vagina.

2. Perubahan tandatanda vital

a. Suhu badan

Suhu tubuh pada wanita inpartu tidak lebih dari 37,2

derajat Celcius. Pasca melahirkan, sushu tubuh dapat

naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan

normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras

sewaktu melahirkan, Kehilangan cairan maupun kelelahan.

Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum, suhu badan akan

naik lagi. Hal ini disebabkan ada pembentukan ASI,

kemungkinan payudara membengkak maupun kemungkinan

infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis

ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38

derajat celcius, waspasa terhadap infeksi post partum.

b. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih

0,5 derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan

suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu

melahirkan. Kehilangan ciran maupun kelelahan.

Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum, suhu badan

akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan

ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun

kemungkinan infeksi pada endomentrium, mastitis,

traktus genetalis ataupun system lain. Apabila

kenaikan suhu diatas 38 derajat Celcius, waspada

terhadap infeksi postpartum.

20

c. Nadi dalam keadaan normal selam nifas kecuali karena

pengaruh parts lama, persalinan sulit dan kehilangan

darah yang berlebihan. setiap denyut nadi diatas

100x/menit selam masa nifas adalah abnormal dan

mengindikasikan pada infeksi hemoragic postpartum.

Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan ,

denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.

d. Tekanan darah

Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara

90-120 mmHg dan diastole 60-80 mmHg. Pasca melahirkan

pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak

berubah.

e. Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah

16-24x/menit.Pada ibu postpartum umumnya pernafasan

lambat atau normal.hal ini dikarenakan ibu dalam

keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila

pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok.

3. Perubahan sistem kardiodivaskuler

Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan

kadar estrogen, volume darah kembali ke keadaan tidak

hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar haemoglobin

kembali normal pada hari ke-5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat

besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap

lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak

21

begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya

koagulasi meningkat.Pembekuan darah harus dicegah

dengan penaganan yang cermat dan penekanan pada

ambulasi dini.

Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan

pembuluh darah uterin, meningkat selama

kehamilan.Diaresis terjadi akibat adanya penurunan

hormone estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume

plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen

menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap

tinggi. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama

setelah kelahiran bayi.Selama masa ini ibu mengeluarkan

banyak sekali jumlah urin.Hilangnya progesterone

membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan

meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama

kehamilan bersama-sama dengan trauma selam persalinan.

Kehilangan darah dalam persalinan pervaginam sekitar

300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan

persalinan section caesaria menjadi dua lipat. Pada

persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan

paad persalinan section caesaria, hemokonsentrasi

cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6

minggu.

4. Perubahan sistem hematologi

Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan

kehilangan volume plasma dari paad sel darah, penurunan

plasma ditambah peningkatan sel darah paad waktu

22

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematoktir,

dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari

setelah persalinan.

Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12

setelah persalinan umumnya berkisar anatara 20.000-

25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi

ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan

pergerakan, trauma atau sepsis bias menyebabkan trombo

emboli. Keadaan prouksi tertinggi dan pemecahan fibrin

mungkin akibat penegluaran tempat pelepasan plasenta.

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar

fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan

darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah

lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah.

Pada awal postpartum, jumlah haemoglobin, hematokrit

dan eritrosit sangat bervariasi.Hal ini disebabkan

volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah

yang berubah ubah.Tingkatan ini dipengaruhi oleh status

gizi dan dehidrasi dari wanita itu sendiri.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah paad

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit

dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan akan

normal dalam 4-5 minggu postpartum. Jumlah kehilangan

darah selama masa persalinan ± 200-500 ml, minggu

pertama postpartum ± 500-800 ml dan sisa masa nifas

berkisar 500 ml.

23

5. Perubahan system reproduksi

a. Perubahan kelenjar mammae

Analgen kelenjar mammae terdapat pada tali-tali

ektodermal yang membentuk permukaan ventral embrio

dan memanjang dari tungkai depan ke tungkai belakang

disebelah lateral. Normalnya hilang dari embrio di

tempat lain tidak hilang sempurna tetapi ikut dalam

pola pertumbuhan yang khas untuk kedua kelenjar

mammae normal dengan derajat yang menakjubkan.

Pada pertengahan masa kehamilan masing-masing dari

kedua tunas kelenjar mammae pada janin yang

ditakdirkan membentuk payudara mulai tumbuh dan

memisah, dengan pembentukan 15 sampai 25 tunas

sekunder yang menjadi dasar bagi sistem duktus pada

payudara dewasa. Masing-masing tunas sekunder

memanjang menjadi sebuah tali, bercabanag, dan

berdiferesiansi menjadi dua lapisan konsentrik dari

sel-sel kuboit dan sebuah limen sentral. Lapisan sel

bagian dalam akhirnya memebentuk epitel sekretorik,

yang mensintesis air susu, sedangkan lapisan luar

menjadi mioepitel yang menyediakan mekanisme

pengeluaran air susu.

Telarche adalah saat mulai membesarnya ukuran

payudara dengan cepat dari perangsangan estrogen,

mulai sekitar masa pubertas ketika diproduksi

estrogen meningkat.Kelenjar mammae masa kanak-kanak

24

sebelumnya memeberi respon terhadap estrogen dengan

menumbuhkan dan mengembangkan duktus-duktus mammae

dan penempatan lemak.Mulainya progesterone

dihasilkan yang merangsang berkembangnya alveoli

kelenjar mammae dan menyusun keadaan laktasi masa

datang.

Pada hari kedua postpartum sejumlah kolostrum,

cairan yang disekresi oleh payudara selama 5 hari

pertama setelah kelahiran bayi, dapat diperas dari

putting susu. Kolostrum mengandung lebih banyak

protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan

lebih banyak mineral tetapi gula dan lemak agak

besar di dalam yang disebut korpuskel kolostrum,

yang oleh beberapaa ahli dianggap merupaan sel-sel

epitel yang telah mengalami degenerasi lemak dan

oleh ahli dianggap fagosit mononuklear yang

mengandung cukup banyak lemak. Sekresikolostrum

bertahan selama 5 hari, dengan perubahan bertahap

menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan di

dalam kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin

memberikan perlindungan pada neonatus melawan

infeksi enteric. Factor-factor kekebalan hospes

lainnya juga immunoglobulin-immunoglobulin terdapat

di dalam kolostrum manusia dan air susu. Factor-

factor ini meliputu komponen-komponen komplemen,

makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase,

dan lisozim.

25

Komponenutama air susu adalah protein,laktosa,

air, dan lemak. Air susu isotonic dengan plasma,

dengan laktosa.

Perubahan besar yang terjadi 30 samapai 40 jam

postpartum antara lain: peninggian mendadak

konsentrasi laktosa. Sintesis laktosa dari glukosa

didalam sel-sel sekretorik alveoli dikatalisis oleh

lactose sintetase. Semua vitamin kecualai vitamin K

ada didlam susu manusia tetapi degan jumlah yang

berbeda ( committee on nutrition, 1981). Kadar

masing-masing meninggi dengan pemberian makanan

tambahan pad ibu. Karena ibu tidak menyediakan

kebutuhan bayi akan vitamin K. pemberian vitamin K

pada bayi segera setelah lahir ada manfaatnya untuk

mencegah penyakit perdarahan pada neonates.

Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah

besi. Tetapi, besi didalam air susu manusia

absorbsinya lebih baik daripada besi didalam susu

sapi. Simpanan besi ibu tampaknya tidak mempengaruhi

jumlah besi didalam air susu. Kelenjar mammae,

seperti kelenjar tiroid, menghimpun yodium, didalam

air susu.

Konsentrasi perkiraan komponen yang lebih penting

didalam kolostrum, air susu manusia matur.

Konsentrasi ini daapt bervariasi tergantung saat

penelitian pada masa nifas.

b. Uterus

26

Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur

pulih kembali seperti keadaan sebelum

hamil.perubahan uterus ini dalam keseluruhannya

disebut involusi. Involusi disebabkan oleh :

1) Pengurangan estrogen plasenta. Pengurangan

estrogen menghilangkan stimulus ke hipertropi dan

hyperplasia uterus.

2) Iskemia miometrium. Miometrium terus berkontraksi

dan berinteraksi setelah kelahiran, mengkontriksi

pembuluh darah dan mencapai haemostasis pada sisi

sisi plasenta. Iskemia menyebabkan atropi pada

serat-serat otot.

3) Otolis miometrium. Selam kehamilan, estrogen

meningkatkan sel miometrium dan kandungan protein

( aktin dan miosin), penurunan estrogen setelah

melahirkan menstimulasi enzim proteolitik dan

makrofag untuk menurunkan dan mencerna ( proses

autolisis) kelebihan protein dan sitoplasma intra

sel, mengakibatkan pengurangan ukuran sel secra

menyeluruh. Jaringan ikat dan lemak biasanya

ditelan, dihancurkan dan dicerna oleh jaringan

makrofag.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa

involusi terlihat pada table berikut:

No WAKTU Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat

Uterus1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gram2 Plasenta Lahir Dua Jari Di Bawah 750 gram

27

Pusat3 1 Minggu Pertengahan Pusat-

Simfisis

500 gram

4 2 Minggu Tidak Teraba Di Atas

Simfisis

350 gram

5 6 Minggu Bertambah Kecil 50 gram6 8 Minggu Sebesar Normal 30 gram

c. Perubahandi serviks dan Segmen Bawah Uterus

Setelah selesainya kala tiga persalinan, serviks dan

segmen bawah uteri menjadi struktur yang tipis,

kolaps, dan kendur. Mulut serviks mengecil perlahan-

lahan. Selama beberapa hari, segera setelah

persalinan mulutnya dengan mudah dimasuki dua jari,

tetapi pada akhir minggu pertama telah menjadi

demikian sempit sehingga sulit memasukkan jari.

Setelah minggu pertama serviks mendapatkan kembali

tonusnya pada saat saluran kembali terbentuk dan

tulang internal menutup.

Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus

yang sangat menipis berkontraksi dan bertraksi

tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam perjalanan

beberapa minggu, segmen bawah diubah dari struktur

yang jelas-jelas cukup besar untuk memuat kebanyakan

kepala janin cukup bulan menjadi isthmus uteri

hamper tidak dapat dilihat yang terletak antara

korpus diatas dan os interna serviks bawah.

d. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

28

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses

melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur vagina dan pintu keluar vagina

pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong

berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara

perlahan-lahan mengecil tetapi jarang kembali ke

ukuran nullipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali

sementara labia jadi lebih menonjol. Hymen mengalami

rupture pada saat melahirkan bayi pervaginam,

kemudian setelag melahirkan hymen muncul sebagai

beberapa potong jaringan kecil, yang selama proses

sikatrisasi diubah menjadi carunculae mirtiformis

yang khas pada wanita yang pernah melahirkan.

Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka

setelah melahirkan anak.

e. Perubahan diperitoneum dan dinding abdomen

Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah

kelahiran, dan beberapa hari sesudahnya, peritoneum

yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk

menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan.

Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur dari

pada kondisi tidak hamil, dan memerlukan waktu yang

cukup lama untuk kembali dari peregangan dan

penengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan

tersebut.

29

6. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum

uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea mempunyai

bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan

volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya

berlangsung kurang selama 2 minggu setelah bersalin,

namun penelitian terbaru mengidentifikasi bahwa lochea

menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau

berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga

mengalami perubahan karena proses involusi.

Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang

mengelilingi plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua

yang mati akan keluar bersama sisa cairan. Percampuran

antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea.

Pengeluaran lochea dapat dibagi menjadi lochea

rubra, sanginolenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-

masing lochea dapat dilihat sebagai berikut :

a. Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca

persalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa-

sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua, verniks

caseosa, lanugo, dan mekoneum.

b. Lochea sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca

persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah

lendir.

c. Lochea serosa, muncul pada hari ke 8-14 pasca

persalinan, berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak

30

serum, lebih sedikit darah, juga terdiri dari leukosit

dan robekan laserasi plasenta.

d. Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca

persalinan, berwarna putih kekuningan mengandung

leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan

yang mati.

e. Leochea purulenta, terjadi infeksi keluar cairan

seperti nanah dan berbau busuk.

f. Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya,

umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita

postpartum dalam posisi berbaring dari pada berdiri.

7. Perubahan sistem percernaan

Kerapkali diperlukan waktu 3-4

hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar

progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan

makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua

hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah

sering kosong jika belum melahirkan diberikan enema.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada

system pencernaan, antara lain :

a. Nafsu makan

Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan

nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar pogesterone menurun

31

setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami

penurunan selama satu atau dua hari.

b. Motilitas

Penurunan tonus otot dan motilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Kelebihan analgesia dan anesthesia biasanya

memperlambat pengembalian tonus dan motilitas kedalam

keadaan semula.

c. Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal

ini disebabkan tonus otot usus menurun selama prosees

persalinan dan awal masa postpartum, diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan kurang makan,

dehidrasi, haemoroid ataupun laserasi jalan lahir.

System pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu

untuk kembali normal.

8. Perubahan sistem perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam

setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan

estrogen. Kemungkinan terdapat spasme spingter dan

edema setelah bagian ini mengalami kompresi antar

kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.

Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan

otolitik di dalam uterus.

Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang

bertambah dan relatif tidak sensiive terhadap tekanan

cairan intravesika. Urine dalam jumlah besar akan

dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.32

Urine desidua dan bakteriuria pada kandung kemih

mengalami cedera, ditambah dengan dilatasi pervis

renalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal

untuk timbulnya infeksi saluran kencing. Peregangan dan

dilatasi selama kehamilan tidak menyebabkan perubahan

permanen di pelvis renalis, dan ureter kecuali oleh

infeksi. Ibu postpartum dianjurkan segera buang air

kecil, agar tidak mengganggu proses involusi ureter dan

ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca persalinan ibu

merasa sulit buang air kecil.

9. Perubahan sistem muscuskeletal

Sistem muscuskeletal pada ibu selama masa pemulihan

postpartum termasuk penyebab relaksasi dan kemudian

hiperbilitas sendi serta perubahan pada pusat

gravitasi. Adaptasi sistem muscuskeletal ibu yang

terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi

dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu

akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap

akan terjadi pada minggu ke 6 sampai ke 8 setelah

melahirkan.

Dinding abdominal lembek setelah proses persalinan

karena peregangan selama kehamilan. Semua wanita

puerperal mempunyai beberapa derajat tingkat diastasis

recti, yang merupakan separasi dari otot rectus

abdomen. Berapa parah diastasis tergantung pada

sejumlah faktor termasuk kondisi umum wanita dan tonus

otot.

2.3. PERUBAHAN PSIKOLOGIS MASA NIFAS

33

PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU NIFAS DAN MENYUSUI

1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas

Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal

dipengaruhi oleh banyak factor, seperti kelelahan,

pemberian makanan, puas dengan perannya sebagai ibu,

cemas dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta

tingkat dukungan yang tersedia untuk ibu.

Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status

hormonal menyebabkan ibu yang berbeda dalam masa nifas

menjadi snesitif terhadap factor-faktor dalam keadaan

normal mampu diatasinya.

Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering

terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan.

Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu singkat,

namun perasaan ini umumnya menghilang setelah

kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh. Rubin

melihat beberapa tahap fase aktivitas penting sebelum

menjadi seorang ibu.

1. Taking on: pada fase ini disebut meniru. Pada fase

ini wanita tidak hanya meniru tapi sudah

membayangkan peran yang akan dilakukan pada tahap

sebelumnya.

2. Taking ini: periode ini terjadi 1-2 hari sesudah

melahirkan, ibu baru pada umumnya pasif dan

tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya.

Peningkatan nutrisi ibu mungkin dibutuhkan karena

selera makan ibu biasanya bertambah, kurangnya nafsu

makan menandakan tidak berlangsung normal.

34

3. Taking hold: periode ini berlangsung 2-4 hari

postpartum ibu menjadi orangtua yang sukses dengan

tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu

agak sensitive dan merasa tidak mahir melakukan hal-

hal tersebut. Cenderung menerima nasihat bidan.

4. Letting go: periode yang biasanya terjadi setiap ibu

pulang ke rumah, pada ibu yang bersalin di klinik

dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian

yang diberikan oleh keluarganya. Dan depresi

postpartum terjadi pada periode ini.

2. Postpartum blues

a. Baby blue (Postpartum blues)

Merupakan suatu fenomenal psikologis yang dialami oleh

ibu dan bayinya. Biasanya terjadi padaa hari ke-3

sampai ke-5 postpartum. Angka kejadiannya 80% dari ibu

postpartum mengalaminya, dan berakhir beberapa

jam/hari. Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut:

1. Sedih

2. Cemas tanpa sebab

3. Menangis tanpa sebab

4. Tidak sabar

5. Tidak percaya diri

6. Sensitive

7. Mudah tersinggung

8. Merasa kurang menyayangi bayinya

Postpartum blues ini dikategorikan sebagai sindroma

gangguan mental yang ringan. Oleh sebab itu tidak

35

dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak

ditindak lanjuti sebagaimana seharusnya.

b. Depresi postpartum

Depresi postpartum dilami 20% ibu yang baru

melahirkan, menurut Boback & Jensen (1993).depresi

dapat digambarkan sebagai perasaan sedih, galau, tak

bahagia atau kehilangan semangat hidup. Biasanya

gejala akan tampak pada satu bulan pertama setelah

melahirkan, bisa hingga bayi berumur satu tahun.

Penyebab Depresibelum diketahui secara pasti. Banyak

alas an yang dapat dikemukakan sebagai penyebab

perempuan menderita depresi. Perubahan hormone atau

kejadian di dalam kehidupan yang menimbulkan stress

seperti saat kematian keluarga, menyebabkan

perubahan kimiawi di dalam otak yang mengarah menuju

depresi. Factor lain yang dapat menyebabkan depresi:

1. Kelelahan setelah melahirkan

2. Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi

yang baru

3. Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan

maupun kerutinan dalam rumah tangga.

4. Perasaan kehilangan akan identitas diri

5. Kurangnya waktu untuk diri sendiri

Gejala Depresi

1. Perasaan sedih, tak berdaya dan galau

2. Serinng menangis

3. Tidak ada energy dan motivasi hidup

36

4. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit

5. Sulit untuk focus, mengingat atau mengambil

keputusan

A. Kesedihan

Kesedihan adalah reaksi emosi, mental dan fisik

dan social yang normal dari kehilangan sesuatu

yang dicintai dan diharapkan.

Tahap kesedihan (Kubler Ross, 1970)

1. Denial (penyangjalan)

Menyangkal apa yang sebenarnya terjadi dan

terus berharap pada apa yang mereka angan-

anagankan.

2. Anger (kemarahan)

Marah pada apa yang sedang terjadi, emosi tidak

stabil dan mungkin menyalahkan semua pihak yang

terlibat di dalamnya.

3. Bargaining (tawar menawar)

Terkesan seperti menerima apa yang telah

terjadi tapi tahap ini merupakan tahap pendek

dan tidak mungkin dinyatakan oleh pasien.

Pasien tetap berharap, itu tidak terjadi.

4. Depression (depresi)

Fase ini merupakan fase yang berlangsung cukup

lama, bisa berlangsung dalam beebrapa bulan

atau mungkin beberapa tahun. Gejala yang

tampak: perasaan depresi, bersalah, kehilangan,

kesedihan, panik dan menangis tanpa sebeb.

37

5. Acceptance (menerima)

Kematian merupakan suatu hal yang tidak bisa

dielakkan atau dihindari, kesedihan akibat

kematian akan mulai berkurang seiring dengan

berjalannya waktu.

Tanda gejala berduka:

1. Efek fisik, ibu akan merasa kelelahan, sulit

tidur, nafsu makan hilang, gelisah dan lemah.

2. Efek emosional, ibu mrasa bersalah terhadap apa

yang terjadi, marah, sedih dan benci pada dirinya

sendiri.

3. Efek social, ibu cenderung untuk menarik diri.

Tahap shock, merupakan respon awal individu terhadap

kehilangan.

1. Manifestasi perilaku dan perasaan

Penolakan ketidak percayaan, keputus asaan, marah,

takut, frustasi, memberontak dan kehilangan

konsentrasi.

2. Manifestasi fisik

Keluhan kehilangan berat, anoreksia, tidur

gelisah, keletihan, mengomel sakit dada dan sesak

nafas.

3. Tahap penekanan/fase realitas

Tahap ini terjadi penerimaan fakta kehilangan dan

penyesuaian terhadap realita yang membebaninya.

38

Contoh: orang yang mengalami duka cita akan

menyesuaikan dengan lingkungan tanpa kehadiran

orang yang dicintainya.

2.4. PEMERIKSAAN FISIK NIFAS1) Pemeriksaan psikososial ibu

a. Menyambut ibu dan memperkenalkan diri, serta

menjelaskan tujuan pemeriksaan

b. Menanyakan keluhan dan apa yang dirasakan ibu

c. Menanyakan keluhan keluhan ibu atau pertanyaan yang

ingin diketahui

d. Menanyakan tentang riwayat persalinannya:

a. Siapa yang menolong ibu tersebut saat

persalinan

b. Di mana ia melahirkan

c. Apakah ada komplikasi selama kehamilan,

persalinan dan sesudah bersalin

d. Jenis persalinan ( spontan, vacuum, section

cesarean )

e. Robekan jalan lahir

f. Menanyakan tentang makan dan minum ibu

g. Menanyakan tentang istirahat ibu

h. Menanyakan tentang pemberian ASI yaitu frekuensi dam

lamanya

2) Keadaan umum ibu

a. Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu pada

waktu kunjungan

39

b. Jelaskan kepada ibu tentang pemeriksaan yang akan di

lakukan

c. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan

lembut dan sempurna kemudian keringkan dengan handuk

yang bersih

3) Pemeriksaan tanda –tanda vital

a. Tekanan darah

b. Nadi

c. Suhu

d. Pernapasan

4) Melakukan pemeriksaan payudara :

a. Ibu tidur terlentang dengan lengan kiri di atas

kepala, secara sistematis lakukan perabaaan / raba

payudara sampai axial bagian kiri, perhatikan apakan

ada benjolan pembesaran kelenjar .

b. Kemudian ulangi prosedur yang sama pada payudara

sampai axial bagian kanan.

c. Inspeksi putting susu apakah menonjol, datar,

terbenam atau ada nanah .

5) Melakukan pemeriksaan abdomen

a. Lihat apakah ada luka bekas operasi

b. Palpasi untuk menilai tinggi fundus uteri, kontaksi

dan konsistensi uterus.

c. Palpasi untuk menentukan distasis rectie

6) Melakukan pemeriksaan kandung kemih

Pemeriksaan kandung kemih kita palpasi di suprapubis,

kandung kemih harus dikosongkan.Jika kandung kemih

40

tidak dikosongkan maka tidak ada kontraksi sehingga

bisa menyebabakan terjadinya perdarahan.

7) Melakukan pemeriksaan pada kaki

a. Apakah ada varises

b. Ada warna kemerahan pada betis

c. Pada tulang kering kaki untuk melihat apakah ada

odema

d. Lakukam pemeriksaan ( metode human ) kedua kaki

diluruskan, lakukan doringan pada telapak kaki untuk

melihat adanya nyeri betis

e. Kemudian tekukan kaki secara bergantian kea rah

perut untuk menilai adanya nyeri pada pangkal paha

8) Melakukan pemeriksaan genetalia / perineum

a. Beritahu ibu tentang prosedur pemeriksaan

b. Membantu ibu mengatur posisi untuk pemeriksaan

perineum

c. Mengenakan sarung tangan untuk pemeriksaan perineum

d. Memeriksa perineum, pemeriksaan perineum 6jam, yaitu

ibu dalam posisi dorsal recumbent, perhatikan warna,

bau lokhea, konsistensi, hematom vulva dan

kebersihan

e. Lakukan vulva hygiene, perhatikan perdarahan dan

sumber darah (menilai luka laserasi atau jahitan

perineum

9) Meletakkan sarung tangan pada tempat yang telah

disediakan atau larutan chlorine 0,5%

10) Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan

11) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

41

2.5. KEBUTUHAN PADA MASA NIFAS1) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat

perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik

dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan air suci. Diet yang di berikan

harus bermutu, bergizi tinggi cukup kalori, tinggi

protein, dan banyak mengandung cairan.

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi

sebagai berikut:

1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan

protein,mineral. Dan vitamin yang cukup.

3. Minum sedikitnya 3 liter perhari.

4. Pil zat besi harus di mnum untuk menmbah zat gizi

setidaknnya selama 40 hari pasca persalinan.

5. Minum kapsul vitamin A 200,000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI

2) Ambulansi

Ambulasi dini ( early ambulation ) ialah

kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu

postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing

ibu untuk berjalan.

Sekarang tidak perlu lagi membimbing ibu postpartum

telentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah

42

melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun

dan tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut.

1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early

ambulation.

2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3. Early ambulation memungkinkan kita mengajar ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit ,

misalnnya memandikan, mengganti pakaian, dan memberi

makanan.

4. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial

ekonomis) menurut penelitian-penelitian yang saksama

early ambulation tidak mempunya kebutuhan yang

buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal,

tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau

luka di perut, serta tidak memperesar kemungkinan

prolapsus atau retrotexto uteri.

Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu

postpartum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit

jantung, penyakit paru-paru, demam, dan

sebagainya.Penambahan kegiatan dengan early

ambulation harus berangsur-angsur , jadi bukan

maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan

mencuci, memasak dan sebagainya.

3) Eliminasi

43

Buang air kecil. Ibu diminta untuk buang air kecil

(miski) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum

belum dapat berkemih atau sekali berkemih belummelebhi

100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Kan tetapi, kalau

ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8

jam untuk kateterisasi.

Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan

berkemih (resiko urine) pada ibu postpartum.

1. Berkurangnya tekanan intraabdominal.

2. Otot-otot perut masih lemah.

3. Edema dan uretra.

4. Dindng kandung kemih kurang sensitif.

4) Buang air besar

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar

(defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari

ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar

peroral atau per rektal. Jika setalah pemberian obat

pencahar masih belum bsa BAB, maka dilakukan klisma

(huknah).

5) Personal higiene

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan

terhadap infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri

sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan

sangat penting untuk tetap dijaga.

44

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga

kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai

berikut :

1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama

perinium.

2. Mengajarkan ibu bagaimana kebersihan daerah

kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu

mengerti untuk membersihkandaerah disektar vulva

terlebih dahulu, dari depan kebelakang kemuda

membersihkan daerah sekitar anus. Mashati ibu

untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang

air kecil dan besar.

3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain

pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat

digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan

dikeringkan di bawah matahari dan disetrikannya.

4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan

air sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kelaminnya.

5. Jika bu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,

sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh

daerah tersebut.

6) Istirahat dan tidur

Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi

kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut :

1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan.

45

2. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan

rumah tangga secara perlahan-lahan , serta untuk

tidur siang atau beristirahat sebagai bayi tidur.

3. Kurag istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa

hal :

a. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.

b. Memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak pendarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri.

7) Aktivitas seksual

Aktivitas seksual yang yang dapat di lakukan oleh ibu

masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini :

1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah berhenti dan ibu dapat memasukan satu-

satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,

maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami

istri kapan saja ibu siap.

2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda

hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,

misalnya setelah 10 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan

yang bersagkutan.

8) Latihan dan senam nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir

seluruh organ tubuh wanita. Involus ini sangat jelas

46

terlihat pada alat-alat kandungan. Sebaga akibat

kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas di

sertai adanya strie gravidarun yang membuat keindahan

tubuh akan terganggu.oleh karena itu mereka akan

selalu berusaha untuk memulihkan dan mengecangkan

keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi.

Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah

dan langsing seperti semua adalah dengan melakukan

latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan

pada ibu tentang beberapa hal berikut ini.

1. Diskusikanpentingnya otot-otot perut dan panggul

agar kembali normal, karena hal ini akan membuat ibu

merasa lebih kuat dan in juga menjadikan otot

perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa

sakit pada punggung.

2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit

setiap hari sangat membantu.

a. Dengan tidur telentang dan lengan di samping,

tarik otot perut selagi menarik napas, tahan

napas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai

hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak

10 kali.

b. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar

panggul lakukanlah latihan Keagel.

3. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot

bokong dan pinggul, tahan sampai 5 hitungan.

Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

47

4. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap

gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali

lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan

ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30

kali.

2.6. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira – kira enam mingggu. Akan tetapi,

seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum ada

kehamilan dalam waktu tiga bulan ( Hanifa, 2005 : 237 ).

Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2005 : 122 ).

Tujuan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi

sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

48

Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini karena

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.

Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan

tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas

terjasi 24 jam pertama.Masa neonatus merupakan masa

kritis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi

terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%

kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari

setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada

ibu dan bayi masa nifas dapat mencegah kematian beberapa

ini. (Saifuddin, 2006:122)

Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu :

(Ambarwati, E.R, dkk, 2009:3)

a. Early puerperium (masa jam pertama setelah melahirkan)

b. Intermediate puerperium (masa 1 sampai 7 hari setelah

persalinan).

c. Late puerperium (masa 7 hari sampai 40 hari setelah

persalinan).

Standar Pelayanan Kebidanan

Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang

penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai,

berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu

standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab

profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk

49

meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka

mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI,

2001: 53).

Standar layanan kebidanan merupakan suatu alat organisasi

untuk menjabarkan mutu layanan Kebidanan ke dalam

terminologi operasional sehingga semua orang yang

terlibat dalam layanan kebidanan akan terikat dalam suatu

sistem, baik pasien, penyedia layanan kebidanan,

penunjang layanan kebidanan , ataupun manajemen

organisasi layanan kebidanan, dan akan bertanggung gugat

dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

Sehingga, Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma

dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

Syarat standar Pelayanan Kebidanan :

1. Dapat diobservasi dan diukur

2. Realistik

3. Mudah dilakukan dan dibutuhkan

Format Standar Pelayanan Kebidanan

a. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma

tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan

b. Melindungi masyarakat

c. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian

kualitas pelayanan

d. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam

menjalankan praktek sehari-hari.

50

e. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun

rencana pelatihan dan pengembangan pendidikan (Depkes

RI, 2001:2)

Standar Pelayanan Kebidanan Nifas

Standar 13 : perawatan bayi baru lahir

Pernyataan standar:

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk

memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,

menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk

sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan

menangani hipotermia.

Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan

membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,

hipoglikemi dan infeksi.Dan hasil yang diharapkan adalah

bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan

tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat

untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.

Standar 14: penanganan pada dua jam pertama setelah

persalinan

Pernyataan standar:

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap

terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan,

serta melakukan tindakan yang di perlukan.

Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi

yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk

memulihkan kesehatan ibu dan bayi.Meningkatan asuhan

51

sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam

waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung

terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.

Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Pernyataan standar:

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui

kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan

minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses

pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang

benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi

yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan

penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan

perorangan, makanan bergizi, ;erawatan bayi baru lahir,

pemberian ASI, imunisasi dan KB.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi

sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan

penyuluhan ASI eksklusif.

2.7. PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIRPemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan

di kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga,

riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat

persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan

telanjang dan dibawah lampu yang terang. Tangan serta

alat yang digunakan harus bersih dan hangat.

Tujuan pemeriksaan ini adalah :

52

1. Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari

kehidupan dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan

resusitasi.

2. Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang

perlu tindakan segera.

3. Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama

ibu (rawat gabung) atau tempat perawatan khusus.

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

1. Menilai APGAR

Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk

menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit

dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain

sebuah metode penilaian cepat untuk menilai keadaan

klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan untuk

mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap

resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu ekspresi

keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh

waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar,

antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan

bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran

prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk menilai

respon resusitasi.

Cara menentukan nilai APGAR :

Tanda 0 1 2Warna kulit Biru ,

pucat

Kemerahan

ekstremitas

Semua

kemerahan

53

Denyut

jantung

Upaya

bernafas

Tonus otot

Reflek

(kateter di

lubang

hidung)

Tidak ada

Tidak ada

Lemah

Tidak

beraksi

biru <100

Tidak

teratur

Fleksi pada

ekstremitas

Meringis

>100

Baik

(menangis

kuat)

Gerakan

aktif

Batuk ,

bersin

2. Mencari Kelainan Kongenital

Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya

kelainan kongenital pada bayi terutama yang memerlukan

penanganan segera pada anamnesis perlu ditanyakan apakah

ibu menggunakan obat-obat teratogenik, terkena radiasi

atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga

ditanyakan adakah kelainan bawaan keluarga disamping itu

perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat

menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus,

asma broinkial dan sebagainya.

3. Memeriksa cairan amnion

Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume.

Hidramnion (volume > 2000 ml) sering dihubungkan dengan

obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu dengan

diabetes atau eklamsi. Sedangkan oligohidramnion (volume

54

< 500 ml) dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral.

Selain itu perlu diperhatikan adanya konsekuensi

oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan hipoplasi

paru.

4. Memeriksa tali pusat

Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan

kesegaranya, ada tidaknya simpul dan apakah terdapat dua

arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru

lahir hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 %

dari pada mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal

terutama pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik

atau kardiovaskuler.

5. Memeriksa plasenta

Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang

dan perhatikan apakah ada perkapuran, nekrosis dan

sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah

terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar

identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya

anastomosis vascular antara kedua amnion, bila ada perlu

dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-feta

6. Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa

gestasi.

Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan

2 kali lebih banyak dibanding bayi cukup bulan, sedangkan

pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian tersebut

sampai 10 kali lebih besar.

55

7. Pemeriksaan mulut

Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat

labio-palatoskisis harus diperhatikan juga apakah

terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh

adanya atresia esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus

dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke dalam

lambung, setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 -

10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi

udara masuk ke dalam lambung. Dengan demikian akan

tersingkir atresia esophagus, kemudian cairan amnion di

dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi

30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas.

Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada setiap bayi

yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis hanya

satu, polihidramnion atau hipersalivasi.

Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya

hipoplasia otot depresor aguli oris. Pada keadaan ini

terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut

mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis

nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat

(sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 % keadaan

seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa

kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.

8. Pemeriksaan anus

Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan

memasukkan thermometer ke dalam anus. Walaupun seringkali

56

atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara

ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula

rekto-vaginal.

9. Pemeriksaan garis tengah tubuh

Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina

bidifa, meningomielokel dan lain-lain.

10. Pemeriksaan jenis kelamin

Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis

kelamin anaknya. Bila terdapat keraguan misalnya

pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat

hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya

pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan

pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.

Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir.

Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan

setelah bayi berada di ruang perawatan. Tujuan pemeriksaan

untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada

pemeriksaan di kamar bersalin.

Pemeriksaan ini meliputi :

1. Aktifitas fisik

Inspeksi

Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai

serta lengan aktif dan simetris.

57

2. Pemeriksaan suhu

Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.

3. Kulit

Inspeksi

Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.

Palpasi

Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.

4. Kepala

Inspeksi

Distribusi rambut di puncak kepala.

Palpasi

Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.

Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang

sutura korona dan sutura segital.

Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang

sutura lambdoidalis dan sagitalis.

5. Wajah

Inspeksi

Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah,

mulut garis tengah wajah dan simetris.

6. Mata

Inspeksi

Kelompak mata tanpa petosis atau udem.

Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris

berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada

cahaya, reflek mengedip ada.

7. Telinga

Inspeksi

58

Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit

tidak kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna

terbentuk dengan baik kokoh.

8. Hidung

Inspeksi

Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral,

bernafas melalui hidung.

9. Mulut

Inspeksi

Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir

berbentuk penuh berwarna merah muda dan lembab, membran

mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh,

lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek

menghisap serta reflek rooting ada.

10. Leher

Inspeksi

Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan

pendek.

Palpasi

Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.

11. Dada

Inspeksi

Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.

Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.

Palpasi

Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau

kelima tanpa kardiomegali.

Auskultasi

59

Suara nafas jernih sama kedua sisi.

frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa

mumur.

Perkusi

Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.

12. Payudara

Inspeksi

Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting

tambahan.

13. Abdomen

Inspeksi

Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua

arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan.

Palpasi

Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati

teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba

1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba

dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat

teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara

garis tengah dan tepi perut.

Perkusi

Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.

Auskultasi

Bising usus ada.

14. Genitalia eksterna

Inspeksi (wanita)

Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris

ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina.

60

Inspeksi (laki-laki)

Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans

tetis dan skrotum penuh.

15. Anus

Inspeksi

Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari

kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.

16. Tulang belakang

Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa

sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat

skoliosis meningokel atau spina bifilda.

Inspeksi

Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang

yang terlihat.

Palpasi

Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.

17. Ekstremitas

Ekstremitas atas

Inspeksi

Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal

pada tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat

sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama

karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku

panjang melebihi bantalan kuku.

Palpasi

Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur

tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua

sisi.

61

Ekstremitas bawah

Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa

selaput, jarak antar jari sama bantalan kuku merah muda,

panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan

sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit

dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua

sisi reflek plantar ada dan sismetris.

18. Pemeriksaan reflek

a. Berkedip

Cara: sorotkan cahaya ke mata bayi.

Normal: dijumpai pada tahun pertama.

b. Tonic neck

Cara: menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.

Normal: bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di

tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi

kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi

berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap

kali kepala di tolehkan tampak kira-kira pada usia 2

bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.

c. Moro

Cara: ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja

/tempat tidur.

Normal: lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala

mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan

kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang

belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah

ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada

usia 3 - 4 bulan.

62

d. Mengenggam

Cara: letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi

ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri bayi botol

atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.

Normal: jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang

di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar

reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.

e. Rooting

Cara: gores sudut mulut bayi melewati garis tengah

bibir.

Normal: bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek

ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa

menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur

f. Menghisap

Cara: beri bayi botol dan dot.

Normal: bayi menghisap dengan kuat dalam berepons

terhadap stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi

dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.

g. Menari / melangkah

Cara: pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh

permukaan yang keras.

Normal: kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika

sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai pada 4 -

8 minggu pertama.

19. Pengukuran Atropometrik

a. Penimbang berat badan

63

Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas

kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas bayi

sebagai tindakan keselamatan .

BBL 2500 - 4000gram.

b. Panjang badan

Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa

mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung atas kita

ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju

bawah kita.

PB : 48/52cm.

c. Lingkar kepala

Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling

menonjol dan tarik pita mengelilingi bagian atas alis

LK : 32 - 37 cm.

d. Lingkar dada

Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik

pita mengelilingi kearah depan dan garis putih.

LD: 32 – 35 cm.

Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang.

Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk

menyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan

akibat trauma yang terlewati perlu di perhatikan :

1) Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-

ubun.

64

2) Kulit: adanya ikterus, piodermia.

3) Jantung: adanya bising yang baru timbul kemudian.

4) Abdomen: adanya tumor yang tidak terdektesi sebelumnya.

5) Tali pusat: adanya infeksi.

Di samping itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah

pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI

yang benar.

2.8. ASUHAN UNTUK BAYI BARU LAHIRASI Eksklusif

a. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu)

sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa

jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya

air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6

bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan

tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.

b. Bayi yang diberikan ASI secara eksklusif cenderung

lebih sering pemberian ASI-nya daripada pemberian pada

bayi yang minum susu formula. Bayi baru lahir biasanya

setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya. Semakin

bertambah usianya, waktu atau jarak antara menyusui

akan meningkat karena kapasitas perut mereka menjadi

lebih besar. Sebaliknya, bayi baru lahir yang hanya

mengenal susu formua akan memulai minum susu formula

kira-kira setiap 3 sampai 4 jam selama beberapa minggu

pertama kelahiran.

c. Daripada menggunakan jam sebagai panduan untuk

memberikan makan bayi, lebih baik perhatikan isyarat

65

bahwa dia sudah kenyang ketika memberinya ASI atau susu

formula. Ini lebih penting bahwa memperhatikan petunjuk

atau sinyal dari bayi yang menunjukkan dia lapar. Ini

disebut isyarat kelaparan.

d. Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penunjang

kecerdasan si bayi, memang tidak mudah karena sang ibu

harus memberikannya selama 6 bulan, masa 6 bulan inilah

yang disebut ASI eksklusif.

Manfaat dan keunggulan ASI.

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari

beberapa aspek yaitu; aspek gizi, aspke imunologik, aspek

psikolog, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan

aspek penundaan kehamilan.

1. Aspek Gizi.

Manfaat kolostrum.

a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama

diare.

b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung

dari hisapan bayi pada hari-hari kelahiran pertama.

Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi.

c. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga

sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari

pertama kelahiran.

66

d. Membantu mengelurkan mekonium yaitu, kotoran bayi yang

pertama bewarna hitam kehijauan.

Komposisi ASI

a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi

yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencerna

zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang

berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan

bayi/anak.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

a. Taurin adalah sejenis asam ammino kedua yang terbanyak

dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan

berperan penting untuk proses maturasi sel otak.

b. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang

(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk

pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan

AA dalam ASI sangat mencukup untuk menjamin pertumbuhan

dan kecerdasan anak. Disamping itu, DHA dan AA dalam

tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi

pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega

3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

2. Aspek Imunologik

a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi.

b. Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI

kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap

67

tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan

berfungsi sebagai virus pada saluran pencernaan.

c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan

komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di

saluran pencernaan.

d. Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri

(E.coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim

dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih

dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu:

Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi

pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT)

antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated

Lympocyte Tisuue ( MALT) antibodi jaringan payudara

ibu.

f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung

nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri

lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman

flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik

a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusi: bahwa ibu mampu

menyusi dengan produksi ASI yang mencukupi untuk

bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih

sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi

hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan

meningkatkan produksi ASI.

68

b. Interaksi ibu dan bayi: pertumbuhan dan perkembangan

psikologik bayi terggantung pada kesatuan ibu-bayi

tersebut.

c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih

sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan

seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi

akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan

kehangantan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung

ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih di dalam

rahim.

4. Aspek Kecerdasan

a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI

sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf

otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang

diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi

pada usia 18 bulan, 4-6 pint lebih tinggi pada usia

3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5

tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan

ASI.

5. Aspek Neurologis

a. Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf

menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada

bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis

a. Dengan menyusi secara eksklusif, ibu tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi

berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat

69

pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula

dan peralatannya.

2.9. PENYULUHAN KESEHATAN PADA BAYI BARU LAHIRJenis-jenis pelayanan kesehatan pada balita

1) Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS minimal 8 kali

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang

sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk

memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya

KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus

selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau

fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan

dokter.

Manfaat KMS adalah :

a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat

kesehatan balita secaralengkap, meliputi :

pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan

imunisasi,penanggulangan diare, pemberian kapsul

vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI

eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.

b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang

kesehatan anak

c. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh

petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan

pelayanan kesehatan dan gizi.

2) Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan

70

vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna

untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik )

dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan

tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya

campak, diare dan infeksi lain Pemantauan pertumbuhan

balita dengan KMS minimal 8 kali

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang

sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk

memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Pemberian

vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang

dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan

yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita

diberikan vitamin A secara gratis dengan target

pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian

diharapkan.

Vitamin A terdiri dari 2 jenis :

a. Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada

bayi yang berusia 6-11 bulansatu kali dalam satu

tahun

b. Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan

kepada balita

Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia

( mata kering ). Hal ini dapat terjadi karena

serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan

sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau

konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).

balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A

terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.

71

3) Manajemen terpadu balita sakit(MTBS)

Suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam

tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan

anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.

MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi

suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.

Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang

ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di

unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan

jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).

Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS

tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-

penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan

balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi

upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi,

upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif

(pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah

yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia

WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok

diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya

menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada

bayi dan balita.

Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang

menguntungkan, yaitu:

a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam

tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter,

72

petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa

dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).

b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan

terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1

kali pemeriksaan MTBS).

c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam

perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan

kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan

masyarakat dalam pelayanan kesehatan)

4) Konseling pada keluarga balita

Konseling yang dapat diberikan adalah :

a. Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita

b. Pemberian makanan bayi

c. Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.

d. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita

e. Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain,

peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita

(sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki

atau perempu.

5) Vaksinasi atau Imunisasi

Pada saat sekarang ini vaksin yang dapat digunakan

dalam pencegahan penyakit telah banyak beredar di

Indonesia, dan hasil daya lindung yang ditimbulkannya

juga telah terbukti bermanfaat.imunisasi wajib

diantaranya:

a. BCG: Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit

tuberkulosis. Pada anak yang telah mendapat

73

vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari

penyakit tuberkulosis, ataupun kalau terinfeksi

bentukna adalah ringan, tidak menimbulkan infeksi

yang berat seperti tuberkulosis otak, tulang ataupun

melibatkan organ tubuh yang lain.

b. Polio Oral Vaksin: Mengandung tiga macam virus hidup

yang telah dilemahkan, yang dapat digunakan dalam

memberikan daya lindung terbadap kelumpuhan dan

kematian.

c. Vaksin Hepatitis B : Pemberian vaksin ini sangat

bermanfaat untuk memberikan perlindungan agar tidak

terjadi penyakit hati yang kronis, yang rasa

berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.

d. Vaksin campak: memberi kekebalan terhadap penyakit

campak

e. DPT: memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri

pertusis dan tetanus.

6) Pelayanan Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan

guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan

dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu

dan bayi.

74

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu

untuk balita mencakup :

a. Penimbangan berat badan

b. Penentuan status pertumbuhan

c. Penyuluhan

d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan

pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini

tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera

ditunjuk ke Puskesmas.

7) Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada Anak

Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak,

pemberian makanan yang bergizi mutlak sangat

diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya

mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si

anak, yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan

lambat. Bila kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka

akan terjadi gangguan gizi pada anak tersebut yang

mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan

dan perkembangan fisik anak tersebut maupun gangguan

intelegensia.

Untuk Tumbuh Kembang Anak Pesan Utamanya Adalah:

a. Asi saja (ASI ekslusif) adalah makanan terbaik bagi

kehidupan bayi 4-6 bulan pertama kehidupan.

b. Pasca umur 4-6 bulan, bayi memerlukan makanan lain

disamping ASI.

c. Anak dibawah 3 tahun membutuhkan 5-6 kali sehari.

75

d. Anak dibawah 3 tahun membutuhkan sejumlah/sedikit

lemak atau minyak ditambahkan dalam makanannya

sehari-hari.

e. Semua anak membutuhkan makanan kaya Vitamin A.

f. Sesudah sakit, anak membutuhkan extra meals untuk

mengejar (catch up) kehilangan pertumbuhan selama

sakit.

2.10. TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan

bayi muda sering tidak spesifik.Tanda terlihat pada saat

atau sesudah bayi lahir,saat bayi baru lahir datang atau

saat perawatan di rumah sakit.Pengelolaan awal bayi baru

lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah

keadaan yang lebih buruk.Tanda ini mencakup:

a. Tidak bisa menyusui

b. Kejang

c. Mengantuk atau tidak sadar

d. Frekuensi napas <20 kali/menit atau apnu (pernapasan

berhenti selama >15 detik)

e. Frekuensi napas > 60 kali/menit

f. Merintih

g. Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat

h. Sianosis sentral

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya :

76

a. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal

jika bayi muda mengalami sianosis atau distres

pernapasan berat.

b. Beri VTP dengan balon dan sungkup ,dengan oksigen 100%

(atau udara ruangan jika oksigen tidak tersedia)jika

frekuensi naps terlalu lambat (<20 kali/menit).

c. Jika terus mrngantuk,tidak sadar atau kejang,periksa

glukosa darah.jika glukosa <45 mg/dL koreksi segera

dengan bolus 200 mg/kg BB dektrosa 10% (2 ml/kg BB) IV

selama 5 menit,diulang sesuai keperluan dan infus tidak

terputus (continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8

mg/kg BB/menit harus dimulai.jika tidak mendapat akses

IV,berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.

d. Beri fenobarbital jika terjadi kejang

INFEKSI BAKTERI YANG BERAT

a. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika

dicurigai infeksi bakteri berat

b. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit

c. Pantau bayi dengan ketat

BAB III

PENUTUP

77

3.1. KESIMPULAN

Masa nifas atau peurperium ialah masa yang dimulai

setelah kelahiran plasenta dan diakhiri ketika alat

kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil, dimana

massa ini berlangsung selama 6 minggu.(Maryunani,2009)

Jadi, setelah persalinan selesai, plasenta sudah

lahir maka akan kita sebut masa nifas. Sesungguhnya

berakhirnya masa nifas ialah jika perempuan itu sembuh

sama sekali sampai mencapai keadaan biasa seperti sebelum

ia hamil. Hal ini jika tak ada gangguan biasanya memakan

waktu kira-kira 6 minggu lamanya, sungguhpun kita

mengetahui, bahwa luka yang sekecil-kecilnya di jalan

lahir utau perineum begitu pula regangnya dinding perut

di waktu hamil senantiasa meninggalkan bekas. Oleh sebab

itu biasanya yang dimaksud dengan sebutan nifas itu ialah

waktu 8-14 hari sesudah bersalin, dalam waktu perempuan

itu begitu kuat dan masih ebutuhkan pertolongan. Sesuadah

itu alat kandungan dan jalan lahir belum sembuh dama

sekali, perempuan itu dengan berangsur-angsur sudah dapat

melakukan perkerjaannya sehari-hari.

Selama waktu nifas ada 2 peristiwa yang penting

3. Surutnya alat kandungan menjadi biasa (involutio)

4. Pengeluaran air susu dari perempuan itu (lactatio)

ASUHAN UNTUK BAYI BARU LAHIR

ASI Eksklusif

e. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu)

sedini mungkin setelah persalinan.

78

f. Bayi yang diberikan ASI secara eksklusif cenderung

lebih sering pemberian ASI-nya daripada pemberian pada

bayi yang minum susu formula. Bayi baru lahir biasanya

setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya.

g. Daripada menggunakan jam sebagai panduan untuk

memberikan makan bayi, lebih baik perhatikan isyarat

bahwa dia sudah kenyang ketika memberinya ASI atau susu

formula.

h. Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penunjang

kecerdasan si bayi.

3.2. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini disarankan kepada

mahasiswa khususnya kebidanan untuk bisa menambah ilmu

dari hasil pengumpulan materi yang sudah kami buat dalam

bentuk makalah . dan disarankan akan bisa menjalankan

praktik sesuai ilmu teori yang telah dikumpulkan lewat

makalah ini.

79

DAFTAR PUSTAKA

Wildan, Moh dan Aziz, A. Alimul. 2008. Dokumentasi Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika.

Christina, Lia Uprini. dkk. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Bihayatun, S.Pd, S.Si.T. 2008. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Nifas

Normal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI.

Buku Tutorial Blok 2.1

80