BIOETANOL (UMBI UWI) ENERGI MASA DEPAN
Transcript of BIOETANOL (UMBI UWI) ENERGI MASA DEPAN
Energi Alternatif
PROSPEKTIF UWI (Dioscorea sp) SEBAGAI BAHAN BAKU
PEMBUATAN BIOETANOL
Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi
LKTI SMA/sederajat tingkat Nasional 2014
Pekan Ilmiah Fisika (PIF) XXV Nasional 2014
Diusulkan Oleh :
Raden Muhammad Ridhwan Satria Kumara (14074)
Anugrah Harri Ramadhan (14012)
SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM TERPADU IQRA’
KOTA BENGKULU
i
2014
LEMBAR PENGESAHAN
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT NASIONAL
PEKAN ILMIAH FISIKA (PIF) XXV TAHUN 2014
1. Judul Naskah :Prospektif Uwi (Dioscorea sp)
Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Bioetanol
2. Sub Tema :Energi Alternatif
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Raden Muhammad Ridhwan Satria
Kumara
b. NIS :14074
c. Nama Sekolah : SMA IT IQRA’ Kota Bengkulu
d. Jurusan : IPS
e. Alamat Rumah : Kemiling permai, Kec.Selabar,
Kel.Pekan Sabtu
f. Email : [email protected]
g. No Handphone : 08117334271
4. Nama anggota : Anugrah Harri Ramadhan
5. Guru Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Suhendra, STP
b. NIP : -
ii
Guru Pembimbing
(Suhendra, STP)
Bengkulu, 24
September 2014
Ketua Tim
(Raden Muhammad
Ridhwan Satria
Kumara)Mengetahui,
Kepala Sekolah
(Apriadi Haryono,
M.Pd.Si)
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : Raden Muhammad Ridwan Satria Kumara
NIS : 14074
Sebagai Ketua Kelompok
2. Nama : Anugrah Harri Ramadhan
NIS : 14012
Sebagai Anggota Kelompok
Judul karya Tulis : Prospektif Uwi (Dioscorea sp) Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol
iii
Menyatakan bahwa karya tersebut asli buatan
sendiri, bukan jiplakan dan belum pernah menjuarai
lomba sejenis.
Pernyatan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
Apabila dikemudian hari terbukti tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh pihak
panitia LKTI SMA/Sederajat Tingkat Nasional PIF XXV
Nasional 2014 FMIPA Unnes.
Bengkulu, 24 September
2014
Ketua Kelompok,
(Raden Muhammad Ridhwan
Satria Kumara)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
iv
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena dengan pertolongannya kami dapat menyelesaiakan
karya ilmiah yang berjudul ‘Prospektif (Dioscorea sp)
Sebagai Bahan Baku Bioetanol’. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya
dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada guru
pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan
proyek ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang juga sudah memberi informasi
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada
masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu kami
berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu
yang berguna bagi kita bersama.
Semoga karya ilmiah yang kami buat ini dapat
membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi,
aamiinn
Wassalamualaikum wr.wb
Bengkulu, 24 September
2014
v
Penulis
PROSPEKTIF UWI ( Dioscorea sp) SEBAGAI BAHAN BAKUPEMBUATAN BIOETANOL
Raden.M.Ridhwan Satria Kumara, Anugrah Harri Ramadhan
Guru Pembimbing: Suhendra, S.TP.
Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Iqra', KotaBengkulu
ABSTRAK
Menurut para ahli bahan bakar fosil di perkirakan akanhabis dalam kurun waktu 30 tahun lagi, bahan bakar gasakan habis dalam kurun waktu 70-80 tahun dan bahanbakar padat dalam 120 tahun oleh karenanya, pentinguntuk mengembangkan sumber energi terbarukan berbasishayati.
Salah satu alternatif tersebut adalahbioetanol.Bioetanol dapat dibuat dari zat pati atauamilum. Umumnya zat pati atau amilum untuk bioetanolyang diperoleh dari umbi-umbian. Umbi uwi (dioscorea sp)adalah jenis umbi prospek yang dapat dikembangkanmenjadi sumber bioetanol. Umbi uwi mengandungkarbohidrat sampai 22,2 gram, dengan kemampuan produksimencapai 60-70 ton/ha. Umbi uwi juga mudahdibudidayakan, tahan simpan, dan proses pembuatanetanol dari uwi menyerupai pembuatan etanol dari umbi
vi
lain. Melihat angka produksi uwi dan kandungankarbohidrat yang tinggi, maka uwi memiliki peluang yangbaik untuk menjadi salah satu sumber energi alternatifdi indonesia.
Kata Kunci: Bahan bakar, Uwi, Dioscorea sp, Bioetanol
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................
...................................................iv
ABSTRAK ........................................... v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1...................................... La
tar Belakang.......................... 1
1.2...................................... Ru
musan Masalah......................... 2
vii
1.3...................................... Tu
juan Penulisan........................ 2
1.4...................................... Ma
nfaat Penulisan....................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bioetanol........................... 4
2.2. Morfologi Uwi....................... 4
BAB III METODE PENULISAN.................. 6
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Kelebihan dan Kekurangan Uwi Sebagai
Sumber Bioetanol .8
4.2. Peluang Uwi Sebagai Bahan Baku Bioetanol
.......................................9
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan..........................
.......................................12
5.2. Saran...............................
.......................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................
...................................................13
LAMPIRAN...........................................
...................................................15
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan bakar merupakan sumber energi yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Bahan bakar digunakan pada
banyak sendi kehidupan, mulai dari transportasi,
mesin industri, produksi bahan bakar olahan pangan
sampai nonpangan. Saat ini, bahan bakar sebagai
sumber energi tersebut masih didominasi oleh bahan
bakar fosil. Padahal bahan bakar fosil merupakan
bahan bakar yang tidak terbarukan dan terbatas
jumlahnya, karena ketersediaannya yang semakin
tipis.
Bahan bakar fosil yang ada pada saat ini, tidak
dapat di harapkan lagi. Menurut para ahli bahan
bakar fosil di perkirakan akan habis dalam kurun 30
tahun, bahan bakar gas akan habis dalam kurun waktu
70-80 tahun, dan bahan bakar padat dalam 120 tahun.
Oleh krenanya penting untuk mengembangkan sumber
energi terbaharukan berbasis hayati. Salah satu
energi alternatif yang dikembangkan adalah bioetanol
(Wardana, 2004).
Bioetanol mempunyai beberapa kelebihan dibanding
bahan bakar minyak bumi. Bioetanol sangat mudah
terbakar dan memiliki kalor bakar netto yang besar,
1
yaitu 2/3 dari kalor bahan bensin. Kalor bakar
etanol adalah 21,03 MJ/liter sedangkan bensin 30
MJ/liter(Mukaromah et al.2006 dalam Nurfiana et a.l, 2009).
Bioetanol dapat dibuat dari zat pati (C6H6O5) yang
dihidrolisa menjadi glukosa kemudian difermentasi
dengan mikrooganisme Saccharomyces cerevisiae pada
temperatur 27-30oC (suhu kamar). Zat pati untuk bahan
baku bioetanol berasal dari umbi-umbian seperti ubi
kayu, umbi garut, gembili, suweg, uwi (Ubi kelapa).
Uwi diketahui memiliki kandungan karbohidrat sebesar
22,2 gram(Food and nutrition institute 1997 dalam
Noche et al., 2011) dengan angka produksi dapat mencapai
60-70 ton/ha (Gurnah 1974, Martin 1972). Melihat
angka produksi yang cukup besar, serta kandungan
karbohidratnya, uwi dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu sumber bioetanol di Indonesia. Karena semakin
banyak variasi sumber bahan baku pembuatan
bioetanol, akan semakin mempercepat perwujudan
Indonesia menjadi negara mandiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada sebaga
berikut:
1. Apa saja kelebihan uwi sehingga membuatnya
layak menjadi salah satu alternatif dalam
2
memperkaya penyediaan sumber bahan baku pmbuatan
bioetanol?
2. Apa saja kelemahan uwi sebagai bahan baku
bioetanol?
3. Bagaimana peluang uwi sebagai bahan baku
bioetanol?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah sebagai
berikut:
1. Mengetahui dan memberi gambaran kelebihan uwi
sebagai bahan baku bioetanol
2. Memberi gambaran kelemahan terkini pada uwi
untuk bahan baku bioetanol.
3.Mengetahui peluang uwi sebagai bahan baku
bioetanol.
1.4 Manfaat yang Ingin Dicapai
Karya tulis ini adalah refleksi kegelisahan dalam
menghadapi gejolak kenaikkan bahan bakar minyak
fosil. Sekaligus optimisme bahwa suatu saat dalam
waktu yang tidak terlalu lama, bangsa ini akan
disegani di dunia. Sehingga manfaat yag ingin di
capai dari keberadaan tulisan ini adalah munculnya
semangat menggali sumber daya alam dan sumber daya
manusia di Indonesia untuk menuju Indonesia
mandiri energi . Serta lebih memicu lebih banyak
lagi aktivitas riset lanjutan berkenaan dengan
3
bahan bakar alternatif khususnya uwi, baik aspek
budidaya maupun pengolahannya. Mengingat referensi
mengenai uwi sebagai bahan baku energi alternatif
masih terbata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) cenderung semakin
meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada
tahun 2010 menurut kementrian energi dan sumber daya
mineral/ESDM 2011, konsumsi BBM mencapai 61.730 ribu
kiloliter (+388.241 ribu setara barel minyak).
Sementara itu, cadangan minyak bumi semakin menurun dan
di tahun 2010 tinggal 7,76 milyar barel. Oleh karena
itu, pencarian dan pengembangan energi baru dan energi
terbarukan menjadi agenda utama bidang energi di
Indonesia untuk mencapai kedaulatan energi (Kuswantoro,
et al,. 2011).
Biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN) merupakan salah
satu sumber energi terbarukan yang paling menjajikan
sebagai subtitusi BBM fosil. Biofuel adalah bahan bakar
yang berasal dari pengolahan biomassa, oleh karena itu
biofuel sering disebut juga energi hijau karena asal-
usul dan emisinya bersifat ramah lingkungan dan tidak
menyebabkan peningkatan pemanasan global secara
4
signifikan. Biofuel yang populer dewasa ini adalah
biodisel dan bioetanol. Biodisel diperuntukan bagi
mesin disel, diperoleh dari hasil proses esterifikasi-
transesterifikasi atau transesterifikasi langsung
minyak atau lemak. Sedangkan bioetanol sebagai aditif
atau subtitusi premium dibuat sari proses hidrolisis,
fermentasi, dan distilasi biomassa berpati (Wijaya,
2011)
Daalam kasus kelangkaan BBM fosil, pemerintah mulai
giat memfokuskan pengembangan energi alternatif pada
penggunaan bioetanol. Etanol sebagai bahan bakar adalah
pilihan tepat karena etanol memenuhi persyaratan
sebagai bahan bakar transportasi, yaitu mudah
penanganan (handling) dan tinggi kandungan energinya
dalam satuan massa dan volume. Bahan baku untuk
membuat bioetanol adalah hasil pertanian berupa
karbohidrat yang terbagi menjadi tiga golongan, pertama
yaitu bahan yang mengandung turunan gula antara lain
molase, gula tebu, gula bit, dan sari buah anggur.
Kedua bahan yang mengandug selulosa seperti kayu,kapas,
dan limbah pertanian lain seperti bagase dan tandan
kosong kelapa sawit (Hambali, 2006)
Sampai saat ini, pengembangan bahan bakar nabati di
Indonesia masih didominasi oleh pemanfaatan bahan baku
sumber pangan. Menurut Prastowo (2006) dalam Bustaman
(2009) untuk dijadikan bahan bakar nabati dapat di
5
proses dari : kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, tebu,
sagu, dan ubi kayu. Khusus untuk produksi biodiesel
tanaman jarak pagar dapat dipilih karena tanaman ini
tidak bersaing dengan tanaman penghasil pangan, tidak
dimakan binatang karena beracun. Tanaman ini mudah
beradaptasi di lapangan, pertimbangan lingkungan untuk
mengurangi polusi, tidak tergantung dengan bahan bakar
fosil, kesempatan bisnis baru untuk pendapatan petani
dan kegiatan produk bahan bakar lebih
terdesentralisasi.
2.1 Bioetanol
Etanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia yang berasal
dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat
menggunakan bantuan mikroganisme. Karena pembuatanya
menggunakan proses biologis, produk etanol yang di
hasilkan di beri nama bioetanol (Yudiarto,et al., 2007).
Potensi pemakain etanol yang cukup bagus adalah sebagai
campuran BBM untuk sektor transportasi. Etanol cocok
untuk adikatif pada bahan karena bahan bakar karena
kandungan oksigen tinggi (35%) sehingga pembakaran
lebih sempurna. Etanol sebagai bahan bakar juga ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi gas karbon
monoksida yang lebih rendah 19-25% dibandingkan BBM.
Etanol bersifat terbarukan (renewable).
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang dapat
di peroleh dari fermentasi bahan berpati seperti uwi,
6
yang potensi produksinya dapat mencapai 60-70 ton/ha
(Gurnah,1974;Martin,1972) serta umbinya mengandung
bahan kering kurang lebih 25% (Sobulo,1972).
2.2 Morfologi Uwi
Uwi merupakan tumbuhan yang menghasilkan umbi, hidup
semusim dan merambat. Uwi di kenal dalam bahasa daerah,
yaitu: Uwi (jawa), Huwi (sunda), Obi (madura), Ubi
(Sumatera/Melayu), Same (Sulawesi Selatan), Lutu
(Kepulaun Maluku) (Heyne,1988 dalam Budoyo,2010)
Uwi dikenal di seluruh wilayah Indonesia terutama di
wilayah Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Jawa, sebagai
pengganti beras atau sagu pada masa paceklik.Tumbuhan
Dioscorea sp dalam bahasa inggris disebut Greater Yam, Water
yam, dan Ten-Months-Yam. Di indonesia dikenal dengan nama
Uwi (Balitbang Deptan, 2005).
Taksonomi Uwi sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Ordo : Liliales
Familia : Dioscoreaceae
Genus : Dioscorea
Spesies : Dioscorea sp (Tjitrosoepomo, 2002)
Genus Dioscorea terdiri atas kurang lebih 600 spesies,diantaranya ada 50-60 spesies dibudidayakan untuk bahanpangan dan obat-obatan (Corsey, 1976.). Hampir 90%produksi uwi dihasilkan di Asia (Norman et al.,1995).
7
Spesies- spesies Dioscorea yang sudah dikenal diIndonesia adalah D.alata L, D.bulbifera L, D. esculenta,D.nummuluria, dan D.penthaphyla (Onwueme, 1996).
Gambar 1. a) Tanaman Uwi, b) Umbi Uwi
BAB III
METODE PENULISAN
Metode penulisan karya tulis ini merupakan telaah
pustaka, dan bukan eksperimental. Penulisan diawali
dengan penetapan judul berdasarkan topik yang relavan.
Setelah menemukan judul yang sesuai dilakukan
pengkajian dengan mengumpulkan sebanyak mungkin
referensi terkait, untuk di jadikan acuan kemungkinan
tulisan dapat di tuntaskan. Setelah itu masuk pada
tahap penulisan dengan mengumpulkan referensi dari
8
a b
artikel. Dari referensi itu mulai di bentuk kerangka
tulisan, sampai pada proses menulis setiap bagian
secara runut sesuai format yang di tetapkan.
Pengolahan data dan informasi dilakukan dengan memilih
referensi yang relevan dengan kerangka dasar tulisan.
Ini dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya
penjabaran yang “keluar konteks”. Kemudian dilakukan
proses sinkronisasi antara data yang telah dipilih,
hingga masuk pada tahap analisis dan sintesis.
Pada bagian analisis dan sintesis, dimulai dengan
penjabaran potensi uwi sebagai bahan baku bioetanol dan
proses pembuatan uwi sebagai etanol. Kemudian
penjabaran lebih lanjut mengenai kelebihan dan
kelemahan uwi sebagai bahan baku bioetanol. Semua sub
pembahasan di padukan sehingga akan menjadi satu
kesatuan pembahasan yang memperjelas dan menjawab
perumusan masalah.
Kesimpulan diambil berdasarkan kesesuain analisis-
sintesis dengan perumusan masalah, serta penjabaran
inti sari tulisan sesuai dengan tujuan awal yang ingin
di capai. Rekomendasi dibuat berdasarkan kemungkinan
tindak lanjut yang dapat dilakukan. Serta membaca
kelemahan secara keseluruhan untuk maksud perbaikan
pada penanganan lanjutan tulisan, agar menjadi bahan
rujukan untuk riset yang lebih serius lagi.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Presentase karbohidrat dalam umbi dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan apakah suatu umbi dapat
dijadikan sumber bioetanol atau tidak. Karena dengan
jumlah karbohidrat lebih banyak,memungkinkan untuk
menghasilkan etano yang lebih banyak pula. Uwi memiliki
kandungan karbohidrat sampai 22,2 gram (Food Nutrition
Institute 1997 dalam Noche et al., 2011) dengan potensi
produksi dapat mencapai 60-70 ton/ha (Gurnah 1974;
Martin, 1972)
Uwi banyak di temukan di sebagian besar daerah di
kalimantan dan pulau jawa, dan merupakan potensi alam
lokal yang belum di berdayakan. Uwi mempunyai potensi
besar untuk menjadi sumber bahan bakar nabati
terbarukan dan dapat di manfaatkan oleh masyarakat
Indonesia. Apalagi proses pembuatan bioetanol uwi yang
tergolong sederhana.
Sebagai ilustrasi, proses pembuatan etanol dari uwi
adalah sebagai berikut lihat gambar 2 di bawah ini:
10
Gambar 2. Ilustasi pembuatan bioetanol dari uwi
4.1 Kelebihan dan Kekurangan Uwi sebagai Sumber
Bioetanol
Tinggi rendahnya kadar gula dan kadar alkohol setiap
gramnya dipengaruhi oleh banyak sedikit kandungan
karbohidrat . hal ini menunjukkan bahwa kadar
karbohidrat yang lebih tinggi mempengaruhi kadar
alkohol yang di hasilkan dalam proses fermentasi
karbohidrat (Sriyanti,2003). Uwi juga memiliki
potensi yang cukup bagus sebagai bahan baku
bioetanol. Hasil uwi sekitar 10-50 ton/tahun dan
mempunyai kadar etanol 2000-7000 liter/tahun
(Prihandana rama et.al., 2008) uwi juga mengandung air
sekitar 60%, pati 25%-35%, serta protein, mineral,
serat, kalsium, folfat, karbohidrat, glukosa,
11
selulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan
etanol. Hal ini di karenakan bioetanol tersebut
bersumber dari karbohidrat yang potensial.
Uwi sebagai bahan fuel grade ethanol (FGE) memiliki sifat
varietas yaitu berkadar pati tinggi, potensi hasil
tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik dan
fleksibel dalam usaha tani dan umur panen
(Masharianto, 2012)
Pada tahap aplikasi tingkat lanjut pemanfaatan uwi
sebagai bahan baku bioetanol mengalami beberapa
hambatan teknis. Masih sedikitnya penelitian intensif
mengenai pemanfaatan uwi sebagai bahan baku bioetanol
melambat.
Perlu waktu lebih lama sebelum masa produksi
bioetanol uwi dapat dilakukan, yakni waktu untuk
mengkaji dan menemukan metode paling sesuai untuk
hasil paling optimal seperti pengaruh jenis uwi dan
ragi fermentasi terhadap kadar etanol yang akan di
peroleh, dan rendemen yang dihasilkan dari pengolahan
uwi menjadi etanol. Hal ini berkenaan dengan budidaya
juga demikian, seperti alternatif metode budi daya
uwiuntuk terapan berbagai jenis lahan untuk hasil
produksi optimal, serta banyak lagi hal berhubungan
dengan uwi yang belum dikaji.
Setelah masalah yang berkenaan dengan penelitian,
masalah yang nanti akan di temui adalah dalam masalah
12
sosialisai budidaya uwi secara besar-besaran.
Diperlukan kekuatan dukungan berbagai kalangan
seperti pemerintah,lembaga penelitian/badan
penelitian, akademisi, pengusaha, untuk tidak hanya
meyakinkan petani agar membudidayakan uwi, namun juga
menjamin adanya manfaat lebih yang akan diperoleh
paska budidaya. Lebih dari itu, agen-agen juga
menjadi pertimbangan tersendiri. Karena misi menjadi
negara mandiri energi yang terus meningkat penggunaan
bahan bakar nabati bukan misi yang sederhana. Uwi
termasuk umbi minoritas yang belum banyak
dibudidayakan dan dimanfaatkan, sehingga perlu
sosialisasi dan usaha keras berbagai elemen untuk
tahap sosialisasi budidayanya. Pengkayaan sumber
bahan baku biofuel serta pengoptimalannya, adalah
proses yang memerlukan perhatian dalam jangka
panjang. Hingga target peningkatan peran pemanfaatan
energi hijau hingga 4,4% pada tahun 2025 dapat
dicapai.
4.2 Peluang Uwi sebagai Bahan Baku Bioetanol
Pengambangan boetanol sebagai penyongkong kebutuhan
energi nasional buka sekedar upaya penghematan
energi. Dalam kaitannya dengan pemenuhan bahan bakar
minyak Indonesia, agar dapat mengurangi impor BBM
yang mencapai 500.000 barel per harinya (Rista,
2011), maka diperlukan produksi besar-besaran
13
bioetanol. Untuk 1 ha uwi yang dapat berproduksi
optimal sampai 70 ton, ditaksir dapat menghasilkan
sekitar 7.000 liter etanol (±60 barel) dengan
penghitungan kadar etanol optimal menggunakan ragi
10% (100 gram uwi dapat menghasilkan etanol sebanyak
51%) (Dian, 2011)
Untuk pemenuhan perhari energi mix 5% bioetanol,
diperlukan sampai 416 ton uwi setiap harinya. Jumlah
ini tentu sangat besar, terlebih menghitung umur
produksi uwi yang sampai 9 bulan. Tetapi hasil etanol
ini cukup besar dibanding dengan pembuatan etanol
dari umbi lain yang produktivitasnya lebih rendah dan
kandungan karbohidratnya lebih rendah pula.
Proses pengkayaan bioetanol dapat menjadi langkah
strategis untuk pemenuhan 5% energi mix bioetanol
setiap harinya. Selain itu, sinegritas antara
produksi etanol sekala kecil menengah dengan produksi
etanol skala besar juga dapat di terapkan. Seperti
penghimbauan pembuatan etanol skala rumah tangga atau
kecil yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan
etanol setiap hari.
Model pengembangan untuk bioetanol, dapat dilakukan
dengan mengadopsi beberapa pola berikut (Bustaman,
2008):
a. Pola usaha rumah tangga
14
Model pengembangan ini bertujuan untuk mengurangi
penderitaan masyarakat kecil akibat kenaikan harga atau
kelangkaan bensin. Dalam pola ini, masyarakat pemilik
lahan atau kelompo- kelompok petani dapat berkerjasama
menanam uwi di lahan mereka dengan beberapa tahap
penanaman secara rotasi atau berkala, dengan tujuan
agar umbi selalu tersedia. Masyarakat dan kelompok
petani diberi pelatihan pembuatan bioetanol dan
pelatihan pengolahan kelompok atau organisasi kecil
mereka. Misal dalam pembagian tugas pengelolahan bahan
baku untuk bioetanol.
b. Pola usaha mikro dan kecil
Model pengembangan ini diarahkan untuk perkebunan
rakyat dan industri kecil. Tujuan utamanya untuk
pemenuhan kebutuahan bensin pada usaha transportasi
(angkot, truk pengangkut, ojek). Usaha ini sangat baik
dilakukan pada wilayah yang dekat dengan pasar lokal
seperti pinggiran kota, kecamatan, atau kabupaten.
Kebutuhan utama dalam pola ini adalah lahan yang luas
untuk menanam uwi dalam jumlah banyak. Apabila 7 ton
uwi dapat menghasilkan bioetanol dan usaha ini ingin
menhasilkan 70 liter perhari, maka dibutuhkan 700
kilogram umbi uwi. Sehingga dalam sehari pengusaha
kecil dan mikro dapat memanen 700 kilogram umbi uwi.
c. Pola komersial
Model pengembangan ini diarahkan untuk perusahaan besar
dengan daya saing produk (mutu) yang tinggi. Produk ini
15
sangat baik untuk dijual seperti ke peramina atau
industri. Pada pola ini, uwi ditanam dalam sekala yang
lebih besar (10.000 - 50.000 ha) dengan pengolahan
dilakukan dengan secara industri dengan persyaratan
mutu tinggi. Kemudian produk dijual ke pertamina untuk
mengurangi angka impor bahan bakar minyak.
d. Pola plasma dan inti
Model pengembangan ini ditujukan untuk meningkatkan
efesiensi biaya. Usaha ini dikelola dengan prinsip
ekonomi dan manajemen secara komersial. Dalam skala
propinsi, usaha ini akan baik jika di fasilitasi oleh
pemerintah daerah atau swasta. Industri dengan
kebutuhan bioetanol tinggi (misalnya pertamina)
mempunyai lahan tersendiri atau sewa, selain itu juga
dapat membeli bahan baku bioetanol dari berbagai
sumber. Kemudian pengelolahan dilakukan dalam unit
proses milik sendiri, dan produk dimanfaatkan sendiri
untuk menekan biaya bahan bakar atau menekan biaya
marjin keuntungan yang lebih besar.
Arah pengembangan uwi sebagaimana pola pengembangan
di atas digambarkan pada gambar 3 :
16
Gambar 3. Arah pengelolahan Tanaman uwi
BAB V
PENUTUP
17
Tanaman Uwi
Lahan Rakyat Lahan khusus:Swasta dan
Pengelolahan/industri kecil
bioatanol
Penglolahan/industri besar
bioetanol
Nonkomersial/konsumsisendiri/konsimsi
Komersial "Non SPBUPertamina"
Komersial " SPBUPertamina (E - 10)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan urain sebelumya,maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Keunggulan uwi sebagai bahan baku alternatif
boietanol adalah kandungan karbohidratnya, potensi
pruduksi yang tinggi, syarat tumbuhnya luas, mudah
di budidayakan, tahan simpan, dan proses pembuatan
etanol dari uwi menyerupai pembuatan etanol pada
jenis umbi lain.
2. Kelemahan uwi untuk menjadi bahan baku bioetanol
adalah uwi temasuk umbi minoritas yang belum
banyak dibudidayakan dan di manfaatkan, sehingga
perlu sosialisasi dan usaha keras berbagai elemen
untuk tahap sosialisasi budidayanya.
3. Melihat potensi uwi yang tinggi dan dapat
menghasilkan etanol dalam jumlah yang banyak, maka
uwi memiliki peluang yang baik sebagai bahan baku
bioetanol.
5.2 Saran
Indonesia memiliki begitu banyak ragam umbi-umbianminoritas yang belum banyak dikaji dan dimanfaatkansehingga perlu pengkajian lebih lanjut soalefesiensi umbi-umbian tersebut. Khususnya uwi,untuk menjadi sumber bahan baku bioetanol diIndonesia
18
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Departemen Pertanian (Balitbang Deptan).
2005. Mengenal Plasma Nutfah Tanaman Pangan.
(http://biogen.litbang.deptan.go.id./).
Budoyo, S. 2010. Kandungan Karbohidrat dan Pola Pita Isozim pada
Varietas Lokal Ubi Kelapa (Dioscorea alata) di Kabupaten
Karanganyar. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret
Bustaman, S. 2008. Strategi pengembangan Bio- etanol Berbasis
Sagu di Maluku"J. Prespektif.
Coursey, D.G 1976. Dioscorea sp.( Dioscoreaceae). di dalam
Simons (ed): Evolution of Corp Plant. London.
Dian. 2011. Pemanfaatan Umbi Uwi (Dioscorea alata L) sebagai
Bahan Baku Pembuatan Bioetanol dengan Fermentasi oleh
Sacharomyces cereviceae. Program Diploma Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro. Semarang.
Gurnah, A.M. 1974. Effect of spacing, sett weight and fertilizers on
yeald and yeald components in yam. Experimental Agriculture
19
Hambali, E. 2006. Partisipasi Perguruan Tinggi dalam
Pengembangan Biodisel dan Bioethanol di Indonesia. Prosiding
Workshop Nasional Bisnis Biodisel dan Bioethanol di
Indonesia: Jakarta
Kuswantoro,D.P., Rostiwati, T., dan Effendi.R. 2011.
Pengembangan Hutan Rakyat Agroforestri Nyamplung sebagai
Sumber Bahan Bakar Biofuel. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan.
Mashrianto 2012
Noche. C.F., Dennis V.C., dan Florendo P.F.2011. Effect of
Pretreatment and Geometry on the Thermophysical Propertis of Raw
Ubi( Dioscorea alata L). Article Philipine Science Letters
Norman, M.J.T., Pearson, C.I.,Searle, P.G.E. 1995. The
Ecology of Tropical Food Crops. Cambridge Univ. Press:
Australia.
Nurfiana, F., Umi M., Vicki, C.J., dan Sugili P. 2009.
Pembuatan Bioetanol dari Biji Durian sebagai Sumber Energi
Alternatif. Prosiding: Seminar Nasional V SDM Teknologi
Nuklir, Yogyakarta.
Onwueme. I.E. 1996 Dioscorea L. di dalam M. Flach, F.
Rumawas (Eds) : Plant Resource of South East Asia (PROSEA).
Bogor, Indonesia.
Rista ,R.D. 2011. "Tiap Hari Indonesia Impor BBM
500.000 Barel".
http:/finance.detik.com/read/2012/04/203221/1890362
/1034/tiap-hari-indonesia-impor-bbm-500000-barel.
20
Sobulo, R.A. 1972. Studies on white yam (Dioscorea
rotundata).J.Experimental Agriculture.
Sriyanti. 2003. Studi Komparatif Kadar Gula dan Alkohol Pada Tape
Singkong dengan Varietas yang Berbeda. FKIP Jurusasn
Biologi UMS: Surakarta
Tjitrosoepomo G. 2002. Taksonomi Tumbuhan Spermathopytha.
Edisi Ketujuh. Gadja Mada University Press.
Wardhana. W. A. 2004. Al- Quran dan Energi Nuklir. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta
Wijaya. K. 2011.Biofuel di Indonesia : Prospek, Perspektif, dan
Strategi Pengembangannya. Pusat Studi Energi UGM,
Yogyakarta.
Yudiarto., M. Arif., dan Djuma'ali. 2008."Menimbang
Kelayakan Bioetanol sebagai Pengganti Bensin".
http:/bioetanol2008.blogdetik.com/2008/06/17/halo-
dunia/.
21
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
KETUA
Nama : Raden Muhammad Ridhwan Satria
Kumara
Kelas : X IPS 1
Asal Sekolah : SMA IT Iqra’ Kota Bengkulu
Alamat sekolah : Jl.Merawan 19 Rt.25 Rw.07 Kel
Sawah Lebar Kota Bengkulu
No Hp : 08117334271
Email : [email protected]
Anggota
Nama : Anugrah Harri Ramadhan
Kelas : X IPS 1
Asal Sekolah : SMA IT Iqra’ Kota Bengkulu
Alamat Sekolah : Jl.Merawan 19 Rt.25 Rw.07 Kel
Sawah Lebar Kota Bengkulu
No Hp :087894971415
Email :[email protected]
22