OPTIMASI EKSTRAK UMBI Beta vulgaris SEBAGAI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of OPTIMASI EKSTRAK UMBI Beta vulgaris SEBAGAI ...
i
LAPORAN
PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)
OPTIMASI EKSTRAK UMBI Beta vulgaris SEBAGAI KANDIDAT OBAT ANTIANEMIA
Tim Pengusul
Ketua Peneliti (Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm./NIDN.0309078901)
Anggota Peneliti (Lusi Putri Dwita, M.Si., Apt./NIDN.0321028801)
Nomor Surat Kontrak Penelitian : 693/F.03.07/2019
Nilai Kontrak : Rp.10.000.000,-
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)
Judul Penelitian : Optimasi Ekstrak Umbi Beta vulgaris Sebagai Kandidat
Obat Antianemia
Skema Penelitian : Penelitian Dasar Keilmuan Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm. b. NIDN : 03.090789.01 c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli d. Fakultas/Program Studi : Fakultas Farmasi dan Sains/Farmasi e. Nomor HP/email : 085250874147 Anggota Peneliti : a. Nama Lengkap Lusi Putri Dwita, M.Si., Apt. b. NIDN 0321028801 c. Fakultas/Prodi Fakultas Farmasi dan Sains//Farmasi Lokasi Penelitian Fakultas Farmasi dan Sains//Farmasi Lama Penelitian 5 bulan Luaran Penelitian Jurnal Internasional Dana yang diajukan Rp. 10.000.000,- Jakarta, 18 April 2020 Mengetahui, Ketua Program Studi Farmasi Ketua Peneliti,
Kori Yati, M.Farm, Apt. Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm. NIDN. 03.240678.02 NIDN. 03.090789.01
Menyetujui, Dekan FFS UHAMKA, Ketua Lembaga Penelitian UHAMKA Hadi Sunaryo, M.Si., Apt. Prof. Dr. Suswandari, M.Pd. NIDN. 03.250672.01 NIDN. 00.201166.01
v
ABSTRAK
Anemia dapat terjadi dikarenakan adanya toksisitas obat, perdarahan, kondisi infeksi, penyakit kronis, cacingan, genetik, atau kekurangan gizi akibat defisiensi besi. Peningkatan reaktif oksigen (ROS) yang melebihi kapasitas pertahanan antioksidan dalam tubuh akan menyebabkan stress oksidatif atau peroksidasi lipid. Salah satu protein yang sering mendapatkan stress oksidatif adalah protein darah (hemoglobin). Indikator yang dapat ditentukan untuk mengetahui terjadinya stress oksidatif pada manusia salah satunya adalah kadar malondialdehida (MDA). Umbi Beta vulgaris L. (bit) telah diketahui berkhasiat untuk mengatasi kondisi anemia. Kandungan nutrisi dari umbi bit antara lain adalah besi, kalsium, magnesium, fosfor, kalsium, kalium serta beberapa vitamin seperti vitamin A, C, E dan K. Umbi bit juga mengandung beberapa metabolit sekunder yaitu tanin, saponin, alkaloid, fenolik, flavonoid, glikosida, steroid dan terpenoid. Telah banyak penelitian yang melaporkan peran penting kandungan flavonoid dan besi dalam pengobatan anemia. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mengoptimasi teknik pembuatan ekstrak umbi bit dengan variasi pemilihan pelarut pengekstraksi yang menghasilkan kandungan flavonoid dan besi yang baik. Proses ektraksi umbi bit dilakukan dengan metode maserasi. Simplisia dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama diektraksi dengan etanol 70% (hasilnya disebut sebagai ekstrak etanol 70%), bagian kedua diekstraksi dengan diklorometana (hasilnya disebut sebagai ekstrak diklorometana), bagian ketiga dilakukan pengasaman menggunakan asam sitrat untuk menghilangkan alkaloid kemudian diekstraksi dengan eanol 70% (selanjutnya disebut sebagai ekstrak etanol 70% bebas alkaloid). Pengujian aktivitas antianemia didesain menggunakan 5 kelompok uji, masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol normal, kelompok kontrol negatif, kelompok yang diberi ekstrak etanol 70%, kelompok yang diberi ekstrak etanol 70% bebas alkaloid dan kelompok yang diberi ekstrak diklorometana. Masing-masing ekstrak diberikan dengan dosis 200 mg/KgBB p.o. Seluruh kelompok sebelumnya diinduksi dengan fenilhidrazin, kecuali kelompok kontrol normal. Setelah hari ke-24, kadar eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit diukur dengan alat Hematology Analyzer dan kadar MDA diukur dengan spektrofotometer. Pengujian aktivitas hematopoiesis didesain menggunakan 5 kelompok uji yang sama seperti pengujian antianemia namun tanpa diinduksi fenilhidrazin. Data dianalisis menggunakan ANOVA oneway dilanjutkan dengan uji Tukey. Penentuan kadar flavonoid pada masing-masing ekstrak dilakukan dengan metode kolorimetri dan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Penentuan kadar besi (Fe) pada ekstrak dilakukan menggunakan ICP-OES. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar flavonoid dan besi terbaik ditemukan pada ekstrak etanol 70%. Ketiga ekstrak menunjukkan aktivitas peningkatan jumlah eritrosit, haemoglobin, leukosit, MCV, MCH dan MCHC pada tikus tanpa diinduksi fenilhidrazin. Ekstrak etanol 70% umbi bit mampu meningkatkan persentase eritrosit (33,5%), hemoglobin (25%), dan hematokrit (24,4%) pada kelompok tikus diinduksi fenilhidrazin terhadap kelompok kontrol negatif dan sebanding dengan kelompok kontrol normal (p>0,05). Ekstrak etanol 70% umbi bit memiliki aktivitas antioksidan yang terbaik dengan parameter MDA pada tikus jantan yang diinduksi fenilhidrazin yang sebanding dengan kelompok normal (p > 0,05).
Kata kunci: Anemia, Beta vulgaris, Bit, Ekstrak, Optimasi
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
SURAT KONTRAK PENELITIAN iii
ABSTRAK v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB 3. METODE PENELITIAN 5
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 7
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 12
BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI 13
BAB 7. RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 18
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Umbi Bit 7
Tabel 2. Hasil Ekstraksi Umbi 8
Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Umbi Bit 8
Tabel 4. Hasil Kadar Fe dan Flavonoid Ekstrak Umbi Bit 8
Tabel 5. Hasil Pengujian Aktivitas Hematopoesis Ekstrak Umbi Bit 9
Tabel 6. Hasil Pengujian Aktivitas Antianemia Ekstrak Umbi Bit 9
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Road Map Penelitian 4
Gambar 2. Diagram alir penelitian 6
Gambar 3. Fishbond Penelitian 6
Gambar 4. Kadar MDA pada Tikus dengan kondisi anemia setelah memperoleh treatment
10
1
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia dapat terjadi pada segala usia. Di Indonesia, prevalensi anemia
masih tinggi, di mana terjadi sekitar 40,5% pada balita, 47,2% pada usia sekolah,
57,1% pada remaja putri dan 50,9% pada ibu hamil (Risdaskes, 2013). Salah satu
penyebab anemia adalah kekurangan gizi akibat defisiensi besi (Chaddha &
Mittal, 2016). Peningkatan reaktif oksigen (ROS) di dalam tubuh yang melebihi
kapasitas pertahanan antioksidan akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif
atau peroksidasi lipid, berakibat kerusakan organ yang rentan seperti lipid
membran sel (Priyanto, 2015). MDA digunakan sebagai biomarker untuk penanda
adanya kerusakan akibat stres oksidatif (Ayala et al., 2014).
Ekstrak etanol umbi bit dengan dosis 200 mg/kgBB memiliki manfaat
dalam proses hematopoiesis pada tikus putih jantan yaitu peningkatan kadar
hemoglobin dan eritrosit (Jaiswal et al., 2014). Ekstrak etanol umbi bit memiliki
manfaat dalam peningkatan proses hematopoesis, yaitu proses pembentukan dan
perkembangan sel-sel darah (Odoh dan Okoro, 2013). Peran proteksi flavonoid
terhadap kondisi anemia memiliki efek perlindungan terhadap eritrosit (Dewi,
2016). Selain itu, ada dugaan kandungan senyawa tanin dan alkaloid dapat
mengganggu aktivitas pembentukan sel darah merah terutama hemoglobin.
Keberadaan sejumlah gugus fungsional tanin akan menyebabkan terjadinya
gangguan protein dalam tubuh yang dapat menurunkan absorpsi zat besi dalam
tubuh yang kemudian akan berpengaruh terhadap kadar hemoglobin. Alkaloid
golongan isokuinolin digunakan sebagai obat-obatan antimalaria dengan cara
memberikan efek berikatan dengan hem, suatu produk yang berkaitan dengan
hemoglobin, yang membuat konjugasi hem-kuinolin menjadi toksik dan
mengganggu aktivitas hemoglobin (Heinrich et al., 2012).
Umbi bit memiliki kandungan nutrisi seperti besi, kalsium, magnesium,
fosfor, kalsium, kalium serta beberapa vitamin seperti vitamin A, C, E dan K.
Ekstrak etanol berair umbi bit mengandung senyawa alkaloid, glikosida, tanin,
fenolik, flavonoid dan karbohidrat. Pembuatan ekstrak etanol 70% bebas alkaloid
dapat dilakukan menggunakan teknik ekstraksi asam-basa tanpa mempengaruhi
2
keberadaan flavonoid dalam ekstrak daun Justicia gendarussa (Hikmawanti,
2015). Pelarut diklorometana mampu mengekstraksi senyawa flavonoid dan
terpenoid (Tiwari et al., 2011).
Keberhasilan perolehan senyawa target yang terkait dengan aktivitas
farmakologi suatu tanaman sangat bergantung pada pemilihan pelarut
pengekstraksi. Maka dari itu, pada penelitian ini akan dilakukan optimasi
pembuatan ekstrak umbi bit. Melalui penelitian ini, akan dikaji efektivitas
antianemia dan antioksidan pada ekstrak diklorometana, etanol 70%, dan etanol
70% bebas alkaloid umbi bit dengan parameter kadar MDA yang diukur dengan
spektrofotometer dan eritrosit, hemoglobin serta hematokrit yang diukur dengan
Hematology Analyzer. Hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh ekstrak
umbi bit yang kaya akan kandungan senyawa flavonoid dan Fe sebagai kandidat
obat antianemia yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di latar belakang, evaluasi terhadap
optimasi pembuatan ekstrak umbi bit dapat dijadikan dasar pengembangan bahan
tersebut menjadi kandidat obat antianemia alami.
C. Tujuan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi ekstrak umbi
bit dengan kandungan senyawa flavonoid dan Fe yang optimal sebagai kandidat
obat antianemia.
D. Manfaat penelitian
Perolehan ekstrak umbi bit yang optimal selanjutnya akan berguna untuk
tujuan pengembangan mutu produk ekstrak sebagai bahan baku calon produk
bahan alam dengan aktivitas antianemia yang optimal.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
A. State of the Art
Proses ekstraksi adalah prosedur yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh kandungan senyawa metabolit sekunder sebagai target dari matriks
bahan alam (umumnya tumbuhan). Prosedur standar ini menggunakan pelarut
yang selektif guna menghasilkan rendemen ekstrak dengan kandungan senyawa
target yang optimal. Keberhasilan prosedur ekstraksi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya pemilihan metode, pelarut pengekstraksi, waktu, dan suhu
ekstraksi (Tiwari et al., 2011). Selain faktor selektivitas, pelarut pengekstraksi
yang baik seringkali dikaitkan dengan tingkat polaritas dan toksisitasnya.
Idealnya, kriteria pelarut yang baik memiliki kepolaran yang sesuai dengan
senyawa target yang dituju serta memiliki toksisitas yang minimal.
Penggunaan umbi bit di masyarakat telah diketahui mampu mengatasi
gejala anemia. Penelitian ilmiah terkait manfaat tersebut telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Ekstrak etanol umbi bit dengan dosis 200 mg/kgBB memiliki
manfaat dalam proses hematopoiesis pada tikus putih jantan yaitu peningkatan
kadar hemoglobin dan eritrosit (Odoh dan Okoro, 2013). Ekstrak etanol umbi bit
memiliki manfaat dalam peningkatan proses hematopoesis, yaitu proses
pembentukan dan perkembangan sel-sel darah (Odoh dan Okoro, 2013). Peran
proteksi flavonoid terhadap kondisi anemia memiliki efek perlindungan terhadap
eritrosit (Dewi, 2016).
Flavonoid merupakan senyawa fenolik dengan banyak manfaat pada
manusia. Telah diketahui beragam pelarut yang cocok untuk menarik senyawa
flavonoid, antara lain etanol, metanol, aseton, diklorometana, etil asetat dan lain
sebagainya (Tiwari et al., 2011). Optimasi pembuatan ekstrak dengan variasi
pelarut yang digunakan ditujukan untuk menghasilkan ekstrak dengan kualitas dan
aktivitas terbaik.
Pengembangan obat herbal tidak lepas dari pencarian ekstrak dengan mutu
dan kualitas yang baik untuk tujuan memperoleh khasiat yang maksimal. Dengan
demikian, penting untuk terus melakukan inovasi demi tercapainya pembuktian
empiris dari umbi bit sebagai bahan antianemia sehingga menghasilkan ekstrak
4
umbi bit dengan kualitas dan efektifitas yang optimal. Hasil penelitian ini
kemudian diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut seperti optimasi dosis
efektif dari ekstrak umbi bit terpilih, standardisasi ekstrak umbi bit terpilih dan
formulasi sediaan dari ekstrak tersetandar umbi bit sebagai obat antianemia alami.
B. Roadmap Penelitian
Gambar 1. Road Map Penelitian
5
BAB 3. METODE PENELITIAN
Langkah dan lokasi penelitian ini meliputi: 1. Determinasi tanaman yang dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan
Botani “Herbarium Bogoriense” LIPI, Kebun Raya. 2. Penyiapan ekstrak: pengumpulan bahan yang diperoleh dari BALITTRO
Bogor; pembuatan serbuk simplisia umbi bit; dan pembuatan ekstrak diklorometana, etanol 70%, etanol 70% bebas alkaloid umbi bit dengan menggunakan metode maserasi.
3. Pemeriksaan karakteristik mutu ekstrak, meliputi perhitungan rendemen, organoleptik, kadar abu, susut pengeringan dan skrining fitokimia (identifikasi keberadaan alkaloid, flavonoid, fenolik, steroid, terpenoid, saponin, dan tanin)
4. Penentuan kadar flavonoid menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan Fe menggunakan ICP-OES pada ekstrak umbi bit di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta.
5. Penentuan dosis ekstrak dan pembuatan sediaan uji ekstrak. 6. Pengajuan proposal penelitian ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 7. Aklmatisasi, pengelompokan dan perlakuan terhadap hewan coba. Dosis yang
diujikan dari masing-masing ekstrak adalah 200 mg/Kg BB secara oral, satu kali dalam sehari.
8. Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan kadar MDA dengan spektrofotometer, pemeriksaan kadar eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit hewan coba setelah perlakuan dengan Hematology Analyzer yang dilakukan di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP), IPB, Bogor.
9. Pengumpulan dan analisis data.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembuatan simplisia dari umbi bit segar sebanyak 15 kg
menggunakan metode pengeringan di bawah sinar matahari tidak langsung
(dengan ditutup kain hitam) menghasilkan simplisia kering umbi bit sebesar 820,3
g. Hasil karakteristik simplisi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Umbi Bit
Jenis Sampel Parameter Organoleptis
Bentuk Bau Warna Serbuk Simplisia Kasar Khas Coklat Kemerahan
Ekstrak Diklorometana Kental Khas Coklat Kemerahan Ekstrak Etanol Kental Khas Coklat Kemerahan
Ekstrak Etanol 70% Bebas Alkaloid Kental Khas Coklat Kemerahan
Simplisia kering dibagi menjadi 3 bagian, kemudian diekstraksi menggunakan 2
jenis pelarut yaitu diklorometan dan etanol 70%. Salah satu proses ekstraksi
dimodifikasi dengan melakukan penghilangan senyawa alkaloid dengan teknik
pengasaman. Hasil ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil menunjukan bahwa
ekstrak etanol 70% memberikan nilai rendemen tertinggi. Hal ini berarti bahwa
senyawa aktif pada umbi bit lebih banyak terekstraksi pada pelarut etanol 70%.
Pemilihan etanol 70% sebagai larutan penyari karena lebih selektif, kapang dan
kuman sulit tumbuh, tidak beracun, netral, absorbansinya baik dan panas yang
diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Dalam pelarut etanol 70% masih
terkandung air sebanyak 30% yang bersifat membasahi serbuk simplisia sehingga
rongga simplisia dapat terbuka dan pelarut etanol dapat menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang di dalamnya terkandung zat aktif. Zat aktif yang
bersifat polar seperti flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin dapat ditarik oleh
pelarut etanol dengan nilai konstanta dielektrik 24,3 (Tiwari et al., 2011).
Karakteristik masing-masing ekstrak umbi bit dapat dilihat pada Tabel 2.
8
Tabel 2. Hasil Ekstraksi Umbi Bit
Jenis Ekstrak
Karakteristik Bobot (g) Rendemen
(%) Susut
pengeringan (%)
Kadar abu (%)
Etanol 70% 283,15 34,52 9,89 9,66 Etanol 70% Bebas Alkaloid 211,40 24,55 13,27 19,75 Diklorometana 16,30 1,97 2,48 2,16
Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Umbi Bit
Senyawa yang dideteksi
Jenis Ekstrak
Diklorometana Etanol 70% Etanol 70% Bebas
Alkaloid Alkaloid + +
Flavonoid + + + Tanin + + Fenol + + +
Saponin + + Steroid
Triterpenoid Keterangan: (+) = terdeteksi; () = tidak terdeteksi
Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada Tabel 3. Flavonoid dan fenolik
terkandung di semua ekstrak. Senyawa tannin dan saponin hanya terdapat pada
ekstrak etanol 70% dan etanol 70% bebas alkaloid. Sedangkan alkaloid hanya
ditemukan pada ekstrak diklorometana dan etanol 70%. Dengan demikian,
prosedur pembebasan alkaloid pada prosedur awal ekstraksi membuktikan
alkaloid sudah tidak terkandung dalam simplisia sehingga tidak terdeteksi pada
ekstrak etanolnya (pengujian secara kualitatif). Diklorometana juga terbukti tidak
menarik senyawa tannin (pengujian secara kualitatif).
Tabel 4. Hasil Kadar Fe dan Flavonoid Ekstrak Umbi Bit
Jenis Ekstrak Kadar Fe (mg/Kg)
Kadar Flavonoid Total (mgQE/g)
Diklorometana 6,52 1,66 Etanol 70% 20,43 8,35 Etanol 70% Bebas Alkaloid 11,30 6,07
9
Hasil penentuan kadar flavonoid dan besi (Fe) menunjukan bahwa ekstrak etanol
70% mengandung kadar flavonoid dan besi terbaik dibanding dua ekstrak lainnya
(Tabel 4).
Tabel 5. Hasil Pengujian Aktivitas Hematopoesis Ekstrak Umbi Bit
Parameter Darah
Kelompok Perlakuan
Kelompok Normal
Ekstrak Diklorometana
Ekstrak Etanol 70%
Ekstrak Etanol 70% Bebas
Alkaloid
Nilai Normal
Eritrosit (x106/µL) 6,09±0,29 7,22±0,22 10,41±0,25 9,26±0,32 5,00-12,00
Hemoglobin (g/dL) 12,18±0,46 12,93±0,48 16,23±0,42 14,95±0,19 11,1-18,0
MCV (fL) 51,9±0,26 54,25±0,36 61,00±0,40 58,93±0,56 44,5-69,0
MCH (pg) 14,07±0,27 15,57±0,53 21,17±0,38 19,03±0,26 12,0-24,5
MCHC (g/dL) 22,63±0,41 25,12±0,47 31,08±0,81 29,05±0,55 21,6-42,0
Leukosit (x103/µL) 5,25±0,42 8,00±0,36 12,93±0,36 11,1±0,26 3,00-15,00
Trombosit (x103/µL) 577,5±38,23 641,5±38,34 893,5±37,42 783,5±65,23 500-1000
Berdasarkan Tabel 5. menunjukan bahwa pada semua parameter sel darah
mengalami peningkatan pada tiap kelompok ekstrak umbi bit dibandingkan
dengan kontrol normal. Aktivitas hematopoietik dipengaruhi oleh kandungan
senyawa flavonoid dan Fe pada ekstrak umbi bit.
Tabel 6. Hasil Pengujian Aktivitas Antianemia Ekstrak Umbi Bit
Kelompok Perlakuan
Parameter Darah Eritrosit (x106µL) Hemoglobin (g/dL) Hematokrit (%)
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Ekstrak Diklorometana
Ekstrak Etanol 70%
Ekstrak Etanol 70% Bebas Alkaloid
Nilai Kadar Normal
7,00±0,78a
4,73±0,95b
6,31±0,52a
7,12±0,61a
6,96±0,55a
5,00-12,00
16,78±0,37a
12,48±0,48b
14,94±0,46c
16,66±0,39a
15,46±0,31c
11,1-18,00
50,55±1,22a
37,82±1,49b
45,18±1,48c
50,04±1,22a
46,54±0,86c
36,0-52,0
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05).
10
Berdasarkan Tabel 6. Ekstrak etanol 70% umbi bit lebih efektif sebagai
antianemia dibandingkan dengan ekstrak etanol 70% bebas alkaloid dan ekstrak
diklorometana. Sundaryono (2011) menyatakan bahwa flavonoid merupakan
senyawa aktif polifenol yang berperan sebagai antioksidan, yang dapat
meningkatkan eritropoiesis (proses pembentukan eritrosit) dalam sumsum tulang.
Peningkatan jumlah eritrosit pada kelompok diberi perlakuan ekstrak umbi bit
secara oral diduga kuat disebabkan karena adanya kerja polifenol. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Jaiswal et al. (2014) bahwa kandungan flavonoid pada ekstrak
umbi bitdapat meningkatkan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan persentase
hematokrit darah. Polifenol merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksi
dan eksogen, yang bertindak sebagai pendonor atom hidrogen (H+) kepada radikal
bebas agar menjadi radikal bebas stabil yang sifatnya tidak merusak sehingga
membran lipid pada sel darah dapat terlindungi dari radikal bebas. Antioksidan
dapat melindungi suatu penyusun lipid yang terdapat dalam membran sel (PUFA)
dari serangan oksidasi termasuk serangan dari radikal bebas (Muhtadi et al.2014).
Gambar 4. Kadar MDA pada Tikus dengan kondisi anemia setelah memperoleh treatment
Pada Gambar 4. menunjukan bahwa ekstrak etanol 70% memiliki
kemampuan menurunkan kadar MDA darah pada tikus yang diinduksi
fenilhidrazin lebih baik dibanding dengan kelompok negatif dan sebanding
dengan kadar normal dengan nilai p>0,05 (p=0,352). Parameter MDA ditentukan
11
dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak umbi bit. MDA
digunakan sebagai biomarker untuk penanda adanya kerusakan akibat stres
oksidatif (Ayala et al., 2014). Induksi Fenilhidrazin dapat menyebabkan
autoksidasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya senyawa metabolit yang
lebih toksik. Metabolit dari fenilhidrazin akan bereaksi dengan membran plasma
sehingga akan menyebabkan peroksidasi lipid dan oksidasi protein yang
mengakibatkan kerusakan sel darah merah dan anemia hemolitik. Hasil penelitian
ini menunjukan adanya hubungan antara tingginya kadar flavonoid dan besi yang
terkandung pada ekstrak dengan aktivitasnya sebagai antioksidan. Flavonoid
berperan sebagai senyawa antioksidan yang dapat mencegah peningkatan kadar
MDA. Sifat antioksidan dari flavonoid berasal dari kemampuan untuk mentransfer
sebuah elektron ke senyawa radikal bebas dan juga membentuk kompleks dengan
logam (Arifin & Ibrahim, 2018).
12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak yang dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70%
mampu memberikan aktivitas terbaik sebagai agen antianemia dan haematopoesis.
Ekstrak etanol 70% mengandung senyawa aktif flavonoid dan besi (Fe) terbaik
dibandingkan ekstrak lainnya. Penelitian sebaiknya ditambahkan juga parameter
kajian fitokimia seperti penentuan kadar tannin dan alkaloid total untuk
memastikan keberadaan senyawa tersebut pada ekstrak secara kuantitatif.
13
BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI
Jurnal
IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal Journal of Herbs, Spices & Medicinal Plants
2 Website Jurnal https://www.tandfonline.com/toc/whsm20/current
3 Status Makalah Submitted
4 Jenis Jurnal Jurnal International
4 Tanggal Submit 18 April 2020
5 Bukti Screenshot submit
14
Pemakalah di Seminar Internasional
IDENTITAS SEMINAR
1 Nama Seminar 2nd International Conference on Pharmaceutical
Updates (ICPU) 2020
2 Website Seminar https://icpu.umy.ac.id/
3 Status Makalah Submitted
4 Jenis Prosiding Conference Proceeding with an ISBN
4 Tanggal Submit 4 April 2020
5 Bukti Screenshot submit
15
BAB 7. RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI
Hasil Penelitian Ekstrak yang dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% mampu memberikan aktivitas terbaik sebagai agen antianemia dan haematopoesis pada dosis 200 mg/Kg BB pada tikus dibanding ekstrak etanol 70% bebas alkaloid maupun diklorometana.
Rencana Tindak Lanjut 1. Optimasi dosis efektif dari ekstrak etanol 70% yang telah terbukti optimal dengan perbandingan dosis ½ dan 2 kalinya.
2. Standarisasi ekstrak etanol 70% umbi bit (parameter non spesifik dan spesifik) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat antianemia alami terstandar.
3. Formulasi sediaan kapsul ekstrak umbi bit dengan dosis efektif sebagai obat antianemia alami.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B., & Ibrahim, S. (2018). Struktur, Bioaktivitas Dan Antioksidan Flavonoid. Jurnal Zarah, 6(1), 21–29.
Ayala, A; Muñoz, M.F.; Argüelles Department, S. (2014). Lipid Peroxidation: Production, Metabolism, and Signaling Mechanisms of Malondialdehyde and 4-Hydroxy-2-Nonenal Antonio. Acta Neurochirurgica. Supplement, 2014, 1–31.
Chaddha, S., & Mittal, A. (2016). Role of Flavonoids in the Treatment of Hemolytic Anaemia-a Review. European Journal of Pharmaceutical and Medical Research, 3(5), 212–216.
Dewi F. K. (2016). Efek Ekstrak Kulit Rambutan Terhadap Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin, Dan Hematokrit Tikus Putih Yang Dipapar Asap Rokok. Universitas Negeri Semarang.
Heinrich, Michael; Barnes,Joanne; Gibbons, Simon; Williamson, E. M. (2012). Fundamentals Of Pharmacognosy And Phytotherapy (second edition). Elsevier.
Hikmawanti N. P. E. (2015). Pengaruh Ekstrak Etanol 70% Bebas Alkaloid Daun Justicia gendarussa Burm f. Terhadap Ekspresi Antigen P24 Dan Pembentukan Syncytia Pada Kultur Sel MOLT-4 Yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) In Vitro. Universitas Airlangga, Surabaya.
Jaiswal, A., Ganeshpurkar, A., Awasthi, A., Bansal, D., & Dubey, N. (2014). Protective effects of beetroot extract against phenyl hydrazine induced anemia in rats. Pharmacognosy Journal, 6(5), 1–4.
Jaiswaletal. (2014). Protective effects of beetroot extract against phenyl hydrazine induced anemia in rats. Pharmacognosy Journal, 6(5), 1–4.
Muhtadi, Anggita LH, Andi S, T. A. & H. (2014). Pengujian Daya Antioksidan dari Beberapa Ekstrak Kulit Buah Asli Indonesia dengan Metode FTC.
Odoh dan Okoro. (2013). Research Article Quantitative Phytochemical , Proximate / Nutritive Composition Analysis Of Beta Vulgaris Linnaeus ( Chenopodiaceae ) . University of Nigeria , Nsukka.
Priyanto. (2015). Toksikologi Mekanisme, Terapi Antidotum dan Penilaian Resiko. Jakarta: Leskonfi.
Risdaskes. (2013). Riset Dasar Kesehatan 2013. Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil Riskesdas 2013.pdf
Sundaryono, A. (2011). Uji Aktivitas Senyawa Flavonoid Total dari Gynura segetum (Lour) terhadap Peningkatan Eritrosit dan Penurunan Leukosit pada Mencit (Mus Musculus). IX(No.2).
17
Tiwari P, Kumar B, Kaur M, Kaur G, K. H. (2011). Phytochemical Screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia, 1(1), 98–106.