=fiIEEE - Universitas Udayana

8
{q1 rn m t- trl \o El 7 nl fr'! s oo c\ o f'l p o\ nl z u: *l' E {c 6i (A 63 |i ti 1.. ^ t*.; l..r 4 E d .F .c) ts h d X {'d Fl CI 6) /t , l.{ +i o t,r A rs fr. s i.r a{l V E & n. F] $ (J !4 ".t i{i bE Fltr 5fH5 -LV- tf,Tf, G iEEs {"{"} , .: i = €EEE 4 $ EEig * -:EE# = H 5E-Ei HI3 ET{E =fiIEEE A .EE.EE tr 8;Sd ft sti5g u x glF dI EE ' u'r l .t ?g -. UE i a=

Transcript of =fiIEEE - Universitas Udayana

{q1

rn

mt-trl\oEl

7

nl

fr'!

sooc\

of'lpo\

nl

z

u:*l'

E{c

6i

(A

63

|i

ti

1..

t̂*.;

l..r

4Ed.F

.c)ts

hdX{'dFlCI

6)

/t, l.{

+iot,r

A

rsfr.

si.ra{l

V

E&n.F]$

(J

!4

".ti{ibEFltr5fH5-LV-tf,Tf,G iEEs

{"{"} , .:i =

€EEE

4 $ EEig* -:EE#

= H 5E-EiHI3 ET{E

=fiIEEEA .EE.EE

tr 8;Sdft sti5gu x glFdI EE' u'r l.t ?g-. UEi a=

POTENSI EKSTRAK ETANOL BAWANG MERAH (Allium ascolonicumL.) DAN GARAM NaCl MENURUNKAN LUAS AREA SERTA

MENINGKATKAN KONTRAKSI JARINGAN LUKA BAKAR RINGAN

I MADE SUKADANA1 DAN SRI RAHAYU SANTI2

1,2) Program Studi Kimia Fakultas Mipa Universitas [email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Luka bakar (combustio/burn) merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadaptrauma suhu atau thermal yang berdampak pada kerusakan kulit. Berat atau ringannyakerusakan jaringan akibat luka bakar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kedalamanluka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan tubuh secara umum, mekanismecedera dan usia. Luas area luka bakar dan persentase kontraksi luka merupakan indikatorproses penyembuhan luka bakar ringan. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus wistaryang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan rancangan randomized posttest onlycontrol group design sebagai berikut; K: diberi perawatan vaselin (kontrol negatif), Kp: diberiperawatan bioplacenton (kontrol positif), P1: diberi perawatan garam dapur pada konsentrasi7,5% dalam vaselin, P2: diberi perawatan ekstrak bawang merah pada konsentrasi 40% dalamvaselin, dan P3: diberi perawatan campuran ekstrak bawang merah 40% dan garam dapurpada konsentrasi 7,5% dalam vaselin. Hasil penelitian dan analisis statistik One way anovadan Post Hoc Test LSD menggunakan program SPSS for Windows versi 19 menunjukkangaram dapur dengan konsentrasi 7,5%, ekstrak etanol bawang merah dengan konsentrasi40%, serta kombinasi garam dapur dengan konsentrasi 7,5% dan ekstrak etanol bawangmerah dengan konsentrasi 40% berpotensi menyembuhkan luka bakar ringan berderajat II Apada tikus wistar terpapar panas, lebih baik dari kontrol positif (Bioplacenton) dilihat darikemampuannya menurunkan luas area dan meningkatkan kontraksi luka bakar selama 10 hariperawatan. Namun demikian kelompok perlakuan P2 yaitu ekstrak etanol bawang merahdengan konsentrasi 40% paling baik dan sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjutsebagai bahan obat luka bakar ringan dibandingkan kelompok perlakuan P1 maupun P3, olehkarena kemampuannya menurunkan luas area dari 340,79 mm2 dihari ke-1 menjadi 11,75mm2 dan meningkatkan kontraksi luka sebesar 81,59% di akhir perawatan.

Kata kunci: Allium ascolonicum L, luka bakar ringan, diameter luka, dan kontraksi luka

PENDAHULUANLuka bakar (combustio/burn) merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap

trauma suhu atau thermal yang berdampak pada kerusakan kulit sebagai akibat kontaklangsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas seperti api (thermal), listrik (electrict),zat kimia (chemical), atau radiasi (radiation) (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakanpenyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur, dan laki-lakicenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua ataulanjut usia (umur diatas 70 tahun) (Hidayat, 2009).

Penanganan medis pada kasus luka bakar biasanya dilakukan pada menit-menit awalketika bagian tubuh terpapar sumber panas. Penanganan untuk luka bakar ringan yang

mudah, murah, dan cepat biasanya menggunakan tumbuhan lidah buaya dan pasta gigi,sedangkan secara tradisional masyarakat umumnya menggunakan kecap, minyak, maupunmenaburkan serbuk kopi ke daerah luka bakar. Untuk luka bakar ringan dengan kedalamantertentu misalnya berderajat II A diperlukan waktu penyembuhan yang cepat untuk menekanpertumbuhan bakteri. Biasanya digunakan burn wound dressing atau agen antimikrobatopikal yang bertujuan melembabkan lingkungan luka sehingga mengoptimalkan prosesepitelisasi dan melindungi kulit dari infeksi mikroorganisme. Namun penggunaan burnwound dressing atau obat-obatan antimikroba topikal masih terkendala dengan harganya yangrelatif tidak murah, sehingga perlu diupayakan pencarian bahan-bahan lain baik yangbersumber dari bahan alam hayati maupun non hayati yang dapat dimanfaatkan untukpenanganan luka bakar ringan berderajat II A.

Salah satu sumber daya alam non hayati dan hayati yang dapat dipergunakan untukpenanganan luka bakar ringan dengan tingkat kerusakan jaringan kulit sampai superficial dandermis (derajat II A) adalah garam dapur dan bawang merah (Allium ascolonicum L). Larutannormal saline (NaCl 0,9%) maupun hipertonik (NaCl 7,5 %) seringkali dipergunakan untukperawatan luka bakar oleh karena bersifat fisiologis dan non toksik sehingga cenderung tidakmemberikan efek hipersensitifitas (InETNA, 2004), menjaga kelembaban luka sehinggamembantu proses penyembuhan luka melalui proses percepatan epitelisasi, namun tidakmelindungi luka bebas dari mikroorganisme, sedangkan larutan garam hipertonikdipergunakan sebagai perawatan dan penyembuhan luka bakar (Murphy et al., 1999) denganmemberikan perlindungan terhadap infeksi bakteri dan pertumbuhan sepsis melaluipeningkatan respon inflamasi (Junger et al., 1997; Hartl et al., 1997). Bawang merah secaraetnobotani mempunyai aktivitas fisiologis mencegah kerusakan sel, antibakteri,meningkatkan aktivitas fibriolitik sehinga memperlancar aliran darah, serta sebagai obat luka.Ekstrak etanol bawang merah dengan konsentrasi 40% mampu menghambat pertumbuhanbakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambatan sebesar 0,957 cm (Angela,2013)

Berdasarkan penggunaannya secara tradisonal serta belum adanya informasipengujian secara ilmiah mengenai pemanfaatan garam dapur dan bawang merah sebagaipertolongan pertama serta perawatan pada kasus luka bakar ringan berderajat II A, sehinggaperlu dilakukannya penelitian ini untuk membuktikan apakah bawang merah berpotensidalam proses penyembuhan luka bakar ringan melalui indikator penurunan diameter danpeningkatan kontraksi luka.

METODE PENELITIANBahan Penelitian

Bahan tumbuhan bawang merah (Allium ascolanicum) telah dideterminasi di BalaiKonservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Tikus wistar (Rattus norvegicus)jantan umur 75-90 hari, berat 230-250 g telah dinyatakan laik etik oleh Komisi EtikPenggunaan Hewan dalam Penelitian dan Pendidikan Kakultas Kedokteran Hewan UNUDNo. 0140/KE-PH/VII/2017 tanggal 23 Januari 2017. Bahan kimia yang digunakan antara lainetanol p.a, etanol teknis, kloroform p.a, n-heksana p.a, dietileter teknis, garam dapur (NaCl),pereaksi fitokimia, akuades, Veet, bioplacenton, dan vaselin.

Peralatan penelitianAlat yang dipergunakan meliputi seperangkat alat gelas, penguap putar vakum (rotary

vacuum evaporator), pisau, kertas saring, blender, pipet tetes, tabung reaksi dan rak, penjepittabung reaksi, plat tetes, botol tempat sampel, kandang tikus, timbangan analitik, spatel,

penggaris, gunting, alat cukur, pinset, cawan petri, kasa steril, plester, stopwatch, uang logamberdiameter 2,5 cm, camera (Nikon MH-70 dan Canon A 530).

Prosedur Pembuatan Ekstrak Etanol Bawang Merah dan Pengujian Luka BakarBawang merah sebanyak 1 kg dimaserasi basah menggunakan pelarut etanol 96%

sebanyak 500 mL. Setiap 24 jam ekstrak tersebut disaring dan diganti pelarutnya dengan 300mL etanol 96% yang baru. Proses maserasi ini dilakukan 3 kali sampai diperkirakan semuasenyawa yang terkandung di dalamnya terekstrak habis. Ekstrak kental etanol yang diperolehditimbang beratnya dan diaplikasikan pada 25 ekor tikus coba yang dikelompokan menjadi 5kelompok berdasarkan randomized posttest only control group design sebagai berikut:

K = kelompok tikus wistar luka bakar diberi perawatan vaselin (kontrol negatif)

Kp = kelompok tikus wistar luka bakar diberi perawatan bioplacenton (kontrol positif)

P1 = kelompok tikus wistar diberi perawatan garam dapur pada konsentrasi 7,5%dalam vaselin

P2 = kelompok tikus wistar diberi perawatan ekstrak bawang merah pada konsentrasi40% dalam vaselin

P3 = kelompok tikus wistar diberi perawatan campuran ekstrak bawang merah 40%dan garam dapur pada konsentrasi 7,5% dalam vaselin.

Obat dioleskan secara merata sampai menutupi luka 1 kali/hari setiap jam 09.00 pagimulai hari ke-1 sampai hari ke-10 perawatan. Pengukuran diameter luka bakar dilakukansetiap hari ,menggunakan jangka sorong yang dinyatakan sampai 0,1 mm terdekat.Perhitungan persentase kontraksi luka dilakukan mulai hari ke-2 sampai dengan hari ke-10perawatan menggunakan rumus Bairy et al. (2012).

HASIL DAN PEMBAHASANLuas Area Luka Bakar

Pengukuran diameter luka dalam penelitian ini dilakukan mulai batas warna jaringankemerahan sisi sebelah dalam dari pinggiran luka yang berwarna kuning. Berdasarkanpengukuran diameter luka maka dapat dihitung luas area luka bakar tiap tikus untuk masing-masing kelompok kontrol (K dan Kp) dan perlakuan (P1, P2, dan P3) seperti dipaparkansebagai berikut:

Gambar 1.Rerata luas area luka bakar untuk kelompok K, Kp, P1, P2, dan P3 mulai hari ke-1 sampai hari

ke-10 perawatan

Luas area merupakan salah satu indikasi proses penyembuhan luka bakar. Luas areasuatu luka bakar ditentukan berdasarkan pembentukan jaringan epitel luka. Penurunan luasarea luka bakar ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna luka dari putih pucat, mulaikemerahan dan merah kehitaman sampai akhirnya bagian pinggir luka berangsur-angsurmenebal dan keriput serta terjadi perubahan warna jaringan dari berwarna kemerahanmenjadi kuning. Timbulnya warna kemerahan pada luka menunjukkan proses epitelisasimulai terjadi yang disebabkan oleh senyawa yang terkandung dalam bawang merah yangdapat meningkatkan aktivitas fibriolitik sehingga aliran darah menjadi lebih lancar dan prosespenyembuhan mulai terjadi.

Kontraksi Luka BakarKontraksi luka merupakan salah satu tahap penyembuhan luka yang termasuk dalam

fase proliferasi karena pada tahap ini mulai terjadi penyempitan luka. Pada kontraksi luka adapergerakan sentripetal seluruh kulit, namun demikian mekanismenya belum diketahui secarapasti, diduga proses kontraksi ini disebabkan oleh kontraksi dari fibroblas yaitu miofibroblasyang mendorong tepi luka sehingga ukuran luka menjadi berkurang sampai 60% dalamjangka waktu 10 hari (Sabiston, 2000). Hasil perhitungan persentase kontraksi luka untuksetiap tikus dari masing-masing perlakuan mulai dari hari ke-2 sampai dengan hari ke-10perawatan dipaparkan dalam Gambar 2.

Gambar 2.Rerata persentase kontraksi luka bakar untuk kelompok K, Kp, P1, P2, dan P3 mulai hari ke-1

sampai hari ke-10 perawatan

Perlakuan garam dapur 7,5% (P1) menurunkan persentase kontraksi luka yangberbeda secara signifikan terhadap kontrol negatif (K) maupun kontrol positif atauBioplacenton (Kp). Kemampuan garam dapur dalam penyembuhan luka disebabkan olehkomposisi utama penyusun garam dapur yaitu NaCl yang mempunyai sifat penyerap panaskarena keadaan kisi kristalnya berbentuk kubus, di mana satu ion Na+ diikat oleh enam ionCl- sehingga terdapat banyak rongga yang berfungsi untuk menyerap panas. Terserapnyapanas pada saat awal tikus coba terpapar panas akan mengurangi dampak lanjut kerusakanjaringan kulit lebih dalam. Garam dapur juga mampu memberikan perlindungan terhadapinfeksi bakteri dan pertumbuhan sepsis melalui peningkatan respon inflamasi akut (Junger etal., 1997; Hard et al., 1997) sehingga memberikan efek pada penyembuhan luka bakar.Namun demikian perlakuan P2 yaitu pemberian ekstrak bawang merah konsentrasi 40%memberikan hasil terbaik dalam menyembuhkan luka bakar ringan derajat IIA dilihat dari

penurunan diameter luka dan peningkatan persentase kontraksi luka selama 10 haripengamatan. Kemampuan bawang merah dalam proses penyembuhan luka bakar disebabkankarena bawang merah diduga mengandung senyawa kuesertin, yang bersifat antioksidan danantiinflamasi. Sifat antioksidannya dapat memutus rantai radikal bebas dengan menangkapradikal bebas dari paparan panas yang diberikan pada hewan coba sehingga dapatmenigkatkan oksigenasi, mencegah terjadinya kerusakan jaringan lebih lanjut denganmeningkatkan pembentukan pembuluh darah dan jumlah fibroblas serta menginduksi sistemseluler antioksidan dengan meningkatkan sekitar 50% konsentrasi seluler glutathione dalamtubuh dan terjadi proses peningkatan kontraksi luka. Sifat antiinflamasinya sangat bergunabagi pertahanan tubuh karena dapat mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain danmempercepat proses penyembuhan.

SIMPULANHasil penelitian dapat disimpulkan:1. Garam dapur dengan konsentrasi 7,5% dapat menyembuhkan luka bakar ringan berderajat

II A pada tikus wistar terpapar panas karena mampu menurunkan luas area dari 435,87mm2 dihari ke-1 menjadi 75,53 mm2 dan meningkatkan kontraksi luka sebesar 58,39% diakhir perawatan.

2. Ekstrak etanol bawang merah dengan konsentrasi 40% dapat menyembuhkan luka bakarringan berderajat II A pada tikus wistar terpapar panas karena mampu menurunkan luasarea dari 340,79 mm2 dihari ke-1 menjadi 11,75 mm2 dan meningkatkan kontraksi lukasebesar 81,59% di akhir perawatan.

3. Kombinasi garam dapur dengan konsentrasi 7,5% dan ekstrak etanol bawang merahdengan konsentrasi 40% dapat menyembuhkan luka bakar ringan berderajat II A padatikus wistar terpapar panas karena mampu menurunkan luas area dan dari 505,16 mm2

dihari ke-1 menjadi 53,23 mm2 dan meningkatkan kontraksi luka sebesar 67,60% di akhirperawatan.

UCAPAN TERIMAKASIHUcapan terimakasih kami sampaikan kepada Universitas Udayana melalui Dana

Hibah HUPS PNBP Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Tahun Anggaran206/2017 dan LPPM Universitas Udayana yang telah memfasilitasi kegiatan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Angela, S.S. 2013. Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lapis Bawang Merah (Allium cepa L)Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Calyptra: JurnalIlmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2:1

Anonim. 2010. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Luka Bakar,http://pinginsehat.info/2010/09/pertolongan-pertama-pada-kecelakaan-luka-bakar/,Tanggal Akses 16 Agustus 2011

Anonim. 2011b. Ikatan Kimia, http://matematika-ipa.com/ikatan-kimia-ikatan-kovalen-ikatan-ion-unsur-kimia-sistem-periodik-unsur-rumus-kimia/, Tanggal Akses 14Agustus 2011

Betz dan Cecily, L. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. EGC, JakartaCharles, P.D. and Jerry, R.B. 2008. Chemical Burn Causes, emedicine Health ; available

from:http://www.emedicinehealth.com/chemical_burns/page2_em.htm/Chemical/Burn/Causes, tanggal akses 8 Juli 2013

Endang, P. 2011. Industri Garam (NaCl), http://kuliah.wikidot.com/garam, Tanggal Akses14Agustus 2011

Hartl, R., Medary, M.B., Ruge, M., Arfors, K.E., Ghahremani, F., Ghajar, J. 1997.Hypertonic/Hyperoncotic Saline Attenuates Microcirculatory Disturbances afterTraumatic Brain Injury. J Trauma, 42(5 suppl): 41S-7S

Hidayat. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Luka Bakar, available from:http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-luka-bakar/, tanggal akses 16 Agt2011

Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan luka danStoma Rumah Sakit Dharmais. 2004. Perawatan Luka, Makalah Mandiri, Jakarta

Junger WG, Coimbra R, Liu FC,. 1997. Hypertonic Saline Resuscitation: a Tool to ModulateImmune Function in Trauma Patients. Shock, 8: 235-41

Mackay and Miller. 2003. Nutritional Support for Wound Healing. Alternative MedicineReview, 5: 4, tanggal akses 10 Juli 2012

Morrison, J.M. 2004. Manajemen Luka, Alih Bahasa Tyasmono A.F, EGC, JakartaMurphy, J.T., Horton, J.W., Purdue, G.F., Hunt, J.L. 1999. Cardiovascular Effect of 7.5%

Sodium Chloride-dextran Infusion after Thermal Injury. Arch Surg, 134:1091-7Nurdiana, dkk. 2008. Perbedaan Kecepatan Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Antara

Perawatan Luka Menggunakan Virgin Coconut Oil (Cocos nucifera) dan NormalSalin pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Malang: FakultasKedokteran Universitas Brawijaya

Rahayu, E. dan Berlian, N.V.A. 1999. Bawang Merah, Penebar Swadaya, JakartaRukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pascapanen, Penerbit Kanisius,

YogyakartaSabiston, D. 2000. Buku Ajar Bedah, Alih Bahasa Petrus Adrianto dan Timen, I.S., EGG,

JakartaSunanto. 2010. Proses Inflamasi Atau Peradangan, Surabaya, tanggal akses 20 Juni 2012Taufan, M. R. 2005. Pengaruh Kadar Garam Dapur (NaCl) dalam

Media Pendingin terhadap Tingkat Kekerasan pada Proses Pengerasan Baja V-155,Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah, Yrama Widya, Bandung