Duabanga Reorientasi Pengelolaan Hutan Nasional

6
Dari Redaksi, ….. 'Duabanga' kali ini menyajikan topik yang beragam, sesuai aspirasi peneliti dan menampung penyampaian beberapa sempalan substansi hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dalam aspek kebijakan, dicanangkan pandangan tentang perlunya reorientasi pengelolaan hutan secara nasional, berangkat dari terjadinya kontradiksi antara konsep (normative) pengelolaan dan kenyataan praktik di lapangan. Salah satu aspek reorientasi kunci adalah kesediaan untuk menerima perubahan konsep dan praktek dalam skala mikro (daerah/wilayah dan tapak) pengelolaan hutan dan peningkatan profesionalisme berbasis moralitas tinggi bagi semua stakeholders bidang kehutanan. Secara implisit, diajukan perlunya perhatian terhadap kebijakan manajemen dalam pemuliaan pohon hutan, khususnya terhadap pengamanan keragaman genetik dan sumber materi pemuliaan melalui peningkatan konservasi in situ, dan pengamanan hasil breeding yang rentan melalui konservasi ex situ. Aspek kebijakan lainnya adalah menyangkut pengelolaan masyarakat sekitar KHDTK Rarung. Bahwa penghasilan dari hasil garapan merupakan sumber pendapatan utama beberapa keluarga petani, memperjelas perlunya pemantapan pelibatan petani/penggarap melalui beberapa skema pengelolaan bersama (CFM) secara lebih intensif. Dalam aspek teknis, 'Duabanga' kali ini menyampaikan dekripsi fisik buah dan biji lontar dari beberapa wilayah Kabupaten Bima dan Dompu, sebagai informasi awal bagi sumber benih maupun pemanfaatannya. Selanjutnya, pada topik pengenalan hama ulat daun tanaman penghasil gaharu (Gyrynops verstigii) dan preskripsi pengendaliannya secara sederhana, diharapkan bermanfaat bagi pengelolaan gaharu budidaya yang semakin diminati dan meningkat di NTB. Akhirnya, Redaksi serahkan kepada para pembaca untuk menikmati,…dan semoga mendapat manfaat sesuai diharapkan… C. Buah masak fisiologis sementara bahwa mutu benih lontar Daya Kecambah Benih Kemenyan Berdasarkan penelitian Sasmuko, yang baik didapatkan dari buah yang (Styrax benzoin Dryand). dkk tahun 2011, perubahan warna besar, biji dengan ukuran besar Prosiding Seminar Hasil-Hasil pada buah lontar yaitu dari hijau, (seperti yang berasal dari Kabupaten Penelitian. Balai Litbang coklat, coklat kehitaman, sampai Dompu) dan berasal dari buah yang Teknologi Perbenihan. Bogor. menjadi hitam dengan ujung masak fisiologis. Mutu benih yang baik Suita, dkk. 2005. Pedoman berwarna kuning. Jika dibuka, buah akan menjadi modal utama untuk Standarisasi Pengujian Mutu Fisik lontar yang masak fisiologis, daging mencapai keberhasilan budidaya dan Fisiologis Benih Tanaman buah (sabutnya) berwarna kuning dan tanaman lontar di masa yang akan Hutan. Balai Litbang Teknologi lunak sehingga mudah pecah jika jatuh datang. Perbenihan. Bogor. dari pohon. Wikipedia. 2010. Siwalan. Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/Siwal D. Biji sebagai sumber benih Campbell, Neil A., Jane B. Reece and an. Biji yang baik digunakan untuk Lawrence G. Mitchell. 2003. Wikipedia. 2013. Buah. benih harus memenuhi standar mutu Biologi. Erlangga. Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Buah. benih yang baik. Mutu benih Kebun aren. 2009. Lontar Multiguna, Yuniarti, Naning. 2006. Kriteria Masak dibedakan menjadi tiga yaitu mutu dari Akar hingga Nira. Fisiologis Buah dan Berat 1000 fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis. http://kebunsiwalan.blogspot.co Butir Benih Kenari (Canarium sp.). Mutu fisik adalah hasil kinerja fisik m/2009/01/lontar-multiguna-dari- Prosiding Seminar Benih Untuk seperti kebersihan, kesegaran butiran akar-hingga-nira.html. Diakses Rakyat : Menghasilkan dan serta utuhnya kulit benih; mutu tanggal 20 Maret 2010. Menggunakan Benih Bermutu fisiologis menunjukkan kemampuan Nuhasybi, dkk. 2007. Review Status Secara Mandiri. Balai Penelitian benih untuk tumbuh atau disimpan IPTEK Perbenihan Tanaman Teknologi Perbenihan. Bogor. lama (Suita, dkk., 2005); mutu genetis Hutan. Balai Penelitian Teknologi benih menunjukkan tingkat kemurnia Perbenihan. Bogor. varietas, yang dihasilkan dari kinerja Sasmuko, Sentot Adi., Anita A.D.R. pemuliaan pohon (Barner dan dan Kurnaidi. 2010. Teknik Ditlevsen dalam Siuta, dkk., 2005). Biji pengunduhan lontar di lontar yang baik untuk benih adalah Sumbawa. Laporan Hasil biji yang bersih, kulit benih utuh, tidak Penelitian. Balai Penelitian berlubang akibat terserang Kehutanan Mataram. Mataram. hama/penyakit, dapat disimpan lama. Tidak dipublikasikan. Untuk mendapatkan biji/benih, Sasmuko, Sentot Adi., dkk. 2011. dilakukan ekstraksi terlebih dahulu Fenologi Lontar di Bali. Laporan dari buah lontar. Ekstraksi dilakukan Hasil Penelitian. Balai Penelitian dengan membersihkan kulit buah dan Teknologi HHBK. Mataram. Tidak sabut yang menempel pada biji. dipublikasikan. Melihat hasil deskripsi buah dan Suita, Eliya dan Enok R. 2006. Kartiana. biji lontar yang telah dibahas Pengaruh Ukuran Benih dan sebelumnya, bisa disimpulkan Penurunan Kadar Air Terhadap Vol. 7 No 2, Juni 2013 1 1 Oleh : Cecep Handoko Duabanga Gambar 1. Pohon kayu bora di tepi pantai di Desa Hu'u Kecamatan Hu'u, Dompu 4 6 10 Mengenal Hama Ulat Daun dan Pengaruhnya Secara Fisiologis Terhadap Pohon Gaharu Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Duabanga Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Tabel 5. Perhitungan nilai karbon di kawasan hutan Lombok Tengah Gambarl 8. Simpanan karbon pada kawasan hutan di Lombok Tengah Gambar 9. Tegakan pohon di hutan lindung (kiri), hutan konservasi (kanan atas) dan hutan produksi (kanan bawah) Keterangan : C-veg = karbon dari tegakan, C-so = karbon dari tanah, C-und = karbon dari tumbuhan bawah, C-nec = karbon dari seresah. A. Pendahuluan kehutanan selalu secara langsung menempatkan sektor kehutanan sebagai Menurut Undang-undang No. 41 pihak yang dipersalahkan, sehingga tahun 1999 tentang Kehutanan, menimbulkan tingginya tekanan sektor- pembangunan kehutanan nasional sektor pembangunan non kehutanan mengemban amanat pelestarian, terhadap pengalihfungsian hutan untuk keuntungan ekonomi dan keadilan sosial berbagai tujuan dan kepentingan. Alasan (UU No. 41 tahun 1999). Berdasarkan keuntungan jangka panjang, konservasi amanat tersebut, keberhasilan flora dan fauna atau perlindungan tata air pembangunan kehutanan nasional tidak dari sektor kehutanan tidak dapat menjadi hanya ditentukan oleh terjaganya penolakan yang cukup kuat untuk kelestarian hutan secara fisik dan tingginya membendung alih fungsi hutan tersebut. devisa negara melalui penjualan produk- Alasan-alasan tersebut hanya dipandang produk kehutanan, tetapi juga ditentukan “klise” atau “ketinggalan zaman” ketika oleh dampak ekonomi dan sosial secara nilai ekonomi hutan tidak secara signifikan langsung dan berkeadilan dari hutan itu memberikan sumbangan bagi sendiri. peningkatan pendapatan nasional. Dinamika yang terjadi pada kehidupan masyarakat telah menyebabkan terjadinya perubahan tuntutan masyarakat terhadap hutan dan sumberdayanya. Ketika pengelolaan hutan telah menyebabkan kerusakan, bencana alam dan menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi maka ketidakpercayaan masyarakat terhadap pengelolaan hutan nasional muncul dan berkembang mewarnai dinamika pelaksanaan pembangunan kehutanan nasional. Permasalahan yang ada dalam sektor B. Tuntutan Moral terhadap Pembangunan Kehutanan Korupsi, kolusi dan nepotisme akan merusak tata aturan normal perikehidupan manusia. Tindakan- tindakan tersebut melanggar etika dan hukum bermasyarakat dan bernegara. Ketika korupsi, kolusi dan nepotisme tersebut juga merupakan bagian dari pengrusakan sumberdaya hutan secara rakus, maka dampak buruk kerusakan hutan dan lingkungan akan menjadi Reorientasi Pengelolaan Hutan Nasional Kondisi Sosial Ekonomi Petani Penggarap dan Pengembangan Demplot Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu di KHDTK Rarung Reorientasi Pengelolaan Hutan Nasional 12 PETUNJUK BAGI PENULIS Redaksi mengundang para peneliti, teknisi, praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis tulisan ilmiah populer khususnya di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kehutanan umum di seluruh Indonesia Naskah berisi maksimal 4 halaman dengan spasi ganda, font 12 dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Dikirim print out dan filenya disertai foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan. Naskah akan disunting oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah maksud dan isi tulisan. ISSN:1979-1372 Majalah Duabanga merupakan media informasi ilmiah populer di bidang teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia REDAKSI Penanggung Jawab: Kepala Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Dewan Redaksi: Ir. I Wayan Widhiana Susila, MP Ogi Setiawan, S,Hut, M.Sc ( ), Ir. Sentot Adi Sasmuko (Anggota), Cecep Handoko, S.Hut., M.Sc (Anggota). REDAKSI PELAKSANA : Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Perancang dan Penata Format: Wawan Darmawan PENERBIT : Balai Penelitian Teknologi Hasil Huan Bukan Kayu Alamat : Jl. Darma Bakti No 7 - PO Box 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat-NTB Telp. 0370-6175552, Fax 0370-6175482 E-mail : [email protected] (Ketua), Anggota Produktifitas Pemuliaan Pohon (Forest Tree Breeding) dan Pelestarian Sumberdaya Genetik Gambar 11. Buah lontar masak fisiologis asal Kabupaten Bima Gambar 12. Biji lontar hasil ekstraksi buah Deskripsi Buah dan Biji Lontar (Borassus flabellifer L.) Asal Kab. Bima dan Dompu Propinsi NTB 8

Transcript of Duabanga Reorientasi Pengelolaan Hutan Nasional

Dari Redaksi, …..

'Duabanga' kali ini menyajikan topik yang beragam, sesuai aspirasi peneliti dan menampung penyampaian beberapa sempalan substansi hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dalam aspek kebijakan, dicanangkan pandangan tentang perlunya reorientasi pengelolaan hutan secara nasional, berangkat dari terjadinya kontradiksi antara konsep (normative) pengelolaan dan kenyataan praktik di lapangan. Salah satu aspek reorientasi kunci adalah kesediaan untuk menerima perubahan konsep dan praktek dalam skala mikro (daerah/wilayah dan tapak) pengelolaan hutan dan peningkatan profesionalisme berbasis moralitas tinggi bagi semua stakeholders bidang kehutanan. Secara implisit, diajukan perlunya perhatian terhadap kebijakan manajemen dalam pemuliaan pohon hutan, khususnya terhadap pengamanan keragaman genetik dan sumber materi pemuliaan melalui peningkatan konservasi in situ, dan pengamanan hasil breeding yang rentan melalui konservasi ex situ. Aspek kebijakan lainnya adalah menyangkut pengelolaan masyarakat sekitar KHDTK Rarung. Bahwa penghasilan dari hasil garapan merupakan sumber pendapatan utama beberapa keluarga petani, memperjelas perlunya pemantapan pelibatan petani/penggarap melalui beberapa skema pengelolaan bersama (CFM) secara lebih intensif.

Dalam aspek teknis, 'Duabanga' kali ini menyampaikan dekripsi fisik buah dan biji lontar dari beberapa wilayah Kabupaten Bima dan Dompu, sebagai informasi awal bagi sumber benih maupun pemanfaatannya. Selanjutnya, pada topik pengenalan hama ulat daun tanaman penghasil gaharu (Gyrynops verstigii) dan preskripsi pengendaliannya secara sederhana, diharapkan bermanfaat bagi pengelolaan gaharu budidaya yang semakin diminati dan meningkat di NTB.

Akhirnya, Redaksi serahkan kepada para pembaca untuk menikmati,…dan semoga mendapat manfaat sesuai diharapkan…

C. Buah masak fisiologis sementara bahwa mutu benih lontar Daya Kecambah Benih Kemenyan Berdasarkan penelitian Sasmuko, yang baik didapatkan dari buah yang ( S t y r a x b e n z o i n D r y a n d ) .

dkk tahun 2011, perubahan warna besar, biji dengan ukuran besar Prosiding Seminar Hasil-Hasil pada buah lontar yaitu dari hijau, (seperti yang berasal dari Kabupaten P e n e l i t i a n . B a l a i L i t b a n g coklat, coklat kehitaman, sampai Dompu) dan berasal dari buah yang Teknologi Perbenihan. Bogor.m e n j a d i h i t a m d e n g a n u j u n g masak fisiologis. Mutu benih yang baik S u i t a , d k k . 2 0 0 5 . P e d o m a n berwarna kuning. Jika dibuka, buah akan menjadi modal utama untuk Standarisasi Pengujian Mutu Fisik lontar yang masak fisiologis, daging mencapai keberhasilan budidaya dan Fisiologis Benih Tanaman buah (sabutnya) berwarna kuning dan tanaman lontar di masa yang akan Hutan. Balai Litbang Teknologi lunak sehingga mudah pecah jika jatuh datang. Perbenihan. Bogor. dari pohon. W i k i p e d i a . 2 0 1 0 . S i w a l a n .

Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/SiwalD. Biji sebagai sumber benih Campbell, Neil A., Jane B. Reece and an.

Biji yang baik digunakan untuk Lawrence G. Mitchell. 2003. W i k i p e d i a . 2 0 1 3 . B u a h . benih harus memenuhi standar mutu Biologi. Erlangga. Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Buah. benih yang baik. Mutu benih Kebun aren. 2009. Lontar Multiguna, Yuniarti, Naning. 2006. Kriteria Masak dibedakan menjadi tiga yaitu mutu d a r i A k a r h i n g g a N i r a . Fisiologis Buah dan Berat 1000 fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis. http://kebunsiwalan.blogspot.co Butir Benih Kenari (Canarium sp.). Mutu fisik adalah hasil kinerja fisik m/2009/01/lontar-multiguna-dari- Prosiding Seminar Benih Untuk seperti kebersihan, kesegaran butiran akar-hingga-nira.html. Diakses Rakyat : Menghasilkan dan serta utuhnya kulit benih; mutu tanggal 20 Maret 2010. Menggunakan Benih Bermutu fisiologis menunjukkan kemampuan Nuhasybi, dkk. 2007. Review Status Secara Mandiri. Balai Penelitian benih untuk tumbuh atau disimpan IPTEK Perbenihan Tanaman Teknologi Perbenihan. Bogor.lama (Suita, dkk., 2005); mutu genetis Hutan. Balai Penelitian Teknologi benih menunjukkan tingkat kemurnia Perbenihan. Bogor.varietas, yang dihasilkan dari kinerja Sasmuko, Sentot Adi., Anita A.D.R. pemuliaan pohon (Barner dan dan Kurnaidi. 2010. Teknik Ditlevsen dalam Siuta, dkk., 2005). Biji p e n g u n d u h a n l o n t a r d i lontar yang baik untuk benih adalah S u m b a w a . L a p o r a n H a s i l biji yang bersih, kulit benih utuh, tidak Penelit ian. Balai Penelit ian b e r l u b a n g a k i b a t t e r s e r a n g Kehutanan Mataram. Mataram. hama/penyakit, dapat disimpan lama. Tidak dipublikasikan.Untuk mendapatkan bij i/benih, Sasmuko, Sentot Adi., dkk. 2011. dilakukan ekstraksi terlebih dahulu Fenologi Lontar di Bali. Laporan dari buah lontar. Ekstraksi dilakukan Hasil Penelitian. Balai Penelitian dengan membersihkan kulit buah dan Teknologi HHBK. Mataram. Tidak sabut yang menempel pada biji. dipublikasikan.

Melihat hasil deskripsi buah dan Suita, Eliya dan Enok R. 2006. Kartiana. bi j i lontar yang telah dibahas Pengaruh Ukuran Benih dan sebelumnya, b isa d is impulkan Penurunan Kadar Air Terhadap

Vol. 7 No 2, Juni 2013

1

1

Oleh : Cecep Handoko

DuabangaDuabanga

Gambar 1. Pohon kayu bora di tepi pantai di Desa Hu'u

Kecamatan Hu'u, Dompu

4

6

10

Mengenal Hama Ulat Daun dan Pengaruhnya Secara Fisiologis Terhadap Pohon Gaharu

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Tabel 5. Perhitungan nilai karbon di kawasan hutan Lombok Tengah

Gambarl 8. Simpanan karbon pada kawasan hutan di Lombok Tengah

Gambar 9. Tegakan pohon di hutan lindung (kiri), hutan konservasi (kanan atas) dan hutan produksi (kanan bawah)

Keterangan : C-veg = karbon dari tegakan, C-so = karbon dari tanah, C-und = karbon dari tumbuhan bawah, C-nec = karbon dari seresah.

A. Pendahuluan kehutanan selalu secara langsung menempatkan sektor kehutanan sebagai

Menurut Undang-undang No. 41 pihak yang dipersalahkan, sehingga t a h u n 1 9 9 9 t e n t a n g K e h u t a n a n , menimbulkan tingginya tekanan sektor-pembangunan kehutanan nasional sektor pembangunan non kehutanan m e n g e m b a n a m a n a t p e l e s t a r i a n , terhadap pengalihfungsian hutan untuk keuntungan ekonomi dan keadilan sosial berbagai tujuan dan kepentingan. Alasan (UU No. 41 tahun 1999). Berdasarkan keuntungan jangka panjang, konservasi a m a n a t t e r s e b u t , k e b e r h a s i l a n flora dan fauna atau perlindungan tata air pembangunan kehutanan nasional tidak dari sektor kehutanan tidak dapat menjadi hanya ditentukan oleh ter jaganya penolakan yang cukup kuat untuk kelestarian hutan secara fisik dan tingginya membendung alih fungsi hutan tersebut. devisa negara melalui penjualan produk- Alasan-alasan tersebut hanya dipandang produk kehutanan, tetapi juga ditentukan “klise” atau “ketinggalan zaman” ketika oleh dampak ekonomi dan sosial secara nilai ekonomi hutan tidak secara signifikan langsung dan berkeadilan dari hutan itu m e m b e r i k a n s u m b a n g a n b a g i sendiri. peningkatan pendapatan nasional.

D i n a m i k a y a n g t e r j a d i p a d a kehidupan masyarakat telah menyebabkan terjadinya perubahan tuntutan masyarakat terhadap hutan dan sumberdayanya. K e t i k a p e n g e l o l a a n h u t a n t e l a h menyebabkan kerusakan, bencana alam dan menciptakan kesenjangan sosial dan e k o n o m i m a k a k e t i d a k p e r c a y a a n masyarakat terhadap pengelolaan hutan nasional muncul dan berkembang m e w a r n a i d i n a m i k a p e l a k s a n a a n pembangunan kehutanan nasional. Permasalahan yang ada dalam sektor

B. Tuntutan Moral terhadap Pembangunan Kehutanan

Korupsi, kolusi dan nepotisme akan merusak tata aturan normal perikehidupan manusia. Tindakan-tindakan tersebut melanggar etika dan hukum bermasyarakat dan bernegara. Ketika korupsi, kolusi dan nepotisme tersebut juga merupakan bagian dari pengrusakan sumberdaya hutan secara rakus, maka dampak buruk kerusakan hutan dan lingkungan akan menjadi

Reorientasi Pengelolaan Hutan Nasional

Kondisi Sosial Ekonomi PetaniPenggarap dan PengembanganDemplot Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu di KHDTK Rarung

Reorientasi Pengelolaan Hutan Nasional

12

PETUNJUK BAGI PENULIS

Redaksi mengundang para peneliti, teknisi,

praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis

tulisan ilmiah populer khususnya di bidang

teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kehutanan

umum di seluruh Indonesia

Naskah berisi maksimal 4 halaman dengan spasi

ganda, font 12 dan ditulis dalam bahasa

Indonesia. Dikirim print out dan filenya disertai

foto-foto yang berhubungan dengan isi tulisan.

Naskah akan disunting oleh Dewan Redaksi

tanpa mengubah maksud dan isi tulisan.

ISSN:1979-1372

Majalah Duabanga merupakan media

informasi ilmiah populer di bidang

teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

di Indonesia

REDAKSI Penanggung Jawab:

Kepala Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Dewan Redaksi: Ir. I Wayan Widhiana Susila, MPOgi Setiawan, S,Hut, M.Sc ( ),

Ir. Sentot Adi Sasmuko (Anggota), Cecep Handoko, S.Hut., M.Sc (Anggota).

REDAKSI PELAKSANA : Kepala Seksi Data, Informasi dan

Sarana Penelitian

Perancang dan Penata Format:Wawan Darmawan

PENERBIT :

Balai Penelitian Teknologi Hasil Huan Bukan Kayu

Alamat :

Jl. Darma Bakti No 7 - PO Box 1054, Ds. Langko Kec. Lingsar, Lombok Barat-NTB

Telp. 0370-6175552, Fax 0370-6175482 E-mail : [email protected]

(Ketua), Anggota

Produktifitas Pemuliaan Pohon (Forest Tree Breeding) dan Pelestarian Sumberdaya Genetik

Gambar 11. Buah lontar masak fisiologis asal Kabupaten Bima

Gambar 12. Biji lontar hasil ekstraksi buah

Deskripsi Buah dan Biji Lontar (Borassus flabellifer L.) Asal Kab. Bima dan Dompu Propinsi NTB

8

k e n y a t a a n y a n g m e n g a n c a m diberikan tempat yang cukup luas dalam diwakili oleh fragmentasi bagian-kelangsungan hidup manusia dan praktek pengelolaan hutan. Namun bagiannya yang lebih kecil. Namun kehancuran sendi-sendi pendukung demikian, pelaksanaan desentralisasi demikian, pengarusutamaan fungsi keseimbangan alam. Dampak buruk kehutanan ditandai oleh terjadinya tarik tersebut tidak tepat dalam konteks korupsi, kolusi dan nepotisme dengan menarik kepentingan dan kekuasaan bahwa hampir tidak ada hutan yang demikian akan terjadi dalam sekala yang atas pengelolaan hutan. Di satu pihak, dapat dibatasi untuk memainkan satu lebih luas hingga global. p e m e r i n t a h p u s a t “ e n g g a n ” peran tertentu ketika berbicara pada

Visi pendekatan hukum yang melepaskan kekuasaan yang telah lama konteks hulu hilir yang rentan, adanya tepat untuk kelangsungan hidup dalam genggamannya dan di lain pihak ketergantungan komponen suatu m a n u s i a j a n g k a p a n j a n g h a r u s pemerintah daerah berlomba-lomba ekosistem terhadap eksosistem yang m e m p e r t i m b a n g k a n d a m p a k meraih kekuasaan dan jabatan di lain dan adanya ketergantungan yang p e l a n g g a r a n h u k u m t e r h a d a p daerahnya dengan berbagai macam tinggi dari masyarakat di dalam dan kerusakan alam dan lingkungan. cara (Subarudi dan Dwiprabowo, 2007). sekitar hutan. Seberapa besar intensitas kerusakan, Era otonomi daerah sesungguhnya Dalam konteks hulu hilir yang periodisitas pelanggaran dan luasan memberikan bukti bahwa bagi-bagi rentan, perlu pengaturan ulang fungsi kerusakan alam dan lingkungan perlu “jatah” hutan lebih dominan dikalangan hutan lindung secara terintegrasi dari d i j a d i k a n d a s a r p e r t i m b a n g a n elit pemerintahan. Fragmentasi hutan daerah tangkapan air di bagian hulu, bagaimana menentukan hukuman para bukan hanya dilakukan secara nasional sepanjang aliran air di bagian tengah penjahat lingkungan. Pemberian denda tetapi akan lebih buruk lagi dalam skala hingga daerah akumulator air di bagian p e r l u d i p e r t i m b a n g k a n u n t u k kecil tingkat kabupaten. Pemberian hak hilir. Dalam konteks ini maka hutan mengkonversi dampak kerugian terhadap masyarakat kecil bukan tidak lindung seharusnya dibangun bukan lingkungan sebagai akibat pelanggaran mungkin akan dijadikan sebagai sebagai satu komunitas hutan yang yang dilakukannya. pembenaran terhadap kekuasaan para kompak di suatu titik tertentu tetapi

Dalam konteks tersebut maka elit untuk menguasai hutan secara lebih ditetapkan secara terstruktur dimana keadilan di mata hukum seharusnya kuat. fungsi perlindungannya akan tersebar bukan hanya milik manusia tetapi Amanat pengelolaan hutan pada bentangan lahan yang berbeda. menjadi miliki setiap komponen n a s i o n a l a d a l a h m e n d a p a t k a n Adanya lintasan pergerakan satwa dan ekosistem yang mendukung dan optimalisasi kelestarian fungsi dan manusia antar ekosistem yang saling menjadi bagian tidak terpisahkan dari kemakmuran rakyat. Kemakmuran b e r t a b r a k a n u n t u k m e m e n u h i kehidupan manusia. Ketika manusia rakyat adalah landasan pertama kebutuhan hidupnya secara alami d e n g a n “ a n g k u h n y a ” m e r u b a h pengelolaan hutan, bukan pada m a u p u n k a r e n a t e k a n a n y a n g ekosistem hutan rawa gambut secara bagaimana hutan dibagi dan siapa yang diterimanya di suatu lokasi memerlukan besar-besaran di Kalimantan yang harus mengelolanya. Rakyat adalah pengaturan ulang kawasan-kawasan merugikan secara ekonomi dan center of excellent pengelola hutan dan konservasi yang kompak menjadi areal menimbulkan kerusakan ekosistem bukan pemerintah baik pusat atau yang terhubung satu dengan yang lain. rawa gambut secara permanen; atau daerah. Bagaimana masyarakat Di lain pihak, keberadaan manusia ketika para pengelola hutan komersial m e n e n t u k a n h i d u p n y a u n t u k sangat menentukan tekanan yang tidak mampu memulihkan kembali kemakmurannya dalam kerangka diterima hutan. Masyarakat lokal p r o d u k t i f i t a s h u t a n n y a d a n negara kesatuan seharusnya menjadi mempunyai pola adaptasi dengan hutan meningkatkan resiko kekritisan hutan kunci utama pengelolaan hutan dan ketergantungan yang beragam dan lahan pada ambang yang tak bisa nasional. Rakyat seharusnya ditanya terhadap produk yang dihasilkan hutan. dipulihkan, maka seharusnya kategori secara aktif tentang bagaimana Dengan keberadaan masyarakat penjahat lingkungan perlu diberikan mengelola hutan sehingga memberikan tersebut maka fungsi sosial dan kepada mereka. Dengan demikian dampak keuntungan pada dirinya. ekonomi harus lebih ditonjolkan maka manusia telah berlaku adil Rakyat miskin sekitar hutan harusnya daripada pembatasannya hanya untuk terhadap alam. mengetahui kemana arah pengelolaan salah satu fungsi konservasi, lindung

hutan di sekitarnya, untuk siapa, atau produksi. bagaimana dan untuk apa hutan Di sisi lain, pengarusutamaan C. Perlunya Reposisi Center of dikelola. fungsi akan menyebabkan perubahan Excellent

dan pengendalian ekosistem hutan Otonomi daerah yang menjadi semaksimal mungkin untuk mendukung D. Perlukah Reorientasi Pengelolaan p a r a d i g m a b a r u p e m b a n g u n a n satu fungsi tertentu. Sangat rasional Hutan?mendapat respon yang cukup besar ketika hutan alam digantikan dengan Sebagai sebuah pendekatan dalam pengelolaan hutan nasional. hutan tanaman yang seragam dengan terhadap keragaman karakteristik Pengalihan sentralisasi pengelolaan pertumbuhan cepat ketika tujuan biofisik hutan, konsep pembagian hutan hutan kepada lembaga otonomi ekonomi menghendaki produksi yang (pengarusutamaan) menurut fungsi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) l e b i h c e p a t , l e b i h e f i s i e n d a n produksi, lindung dan konservasi adalah sesuai amanat Peraturan Pemerintah m e m b e r i k a n k e u n t u n g a n y a n g tepat ketika eksosistem hutan cukup No. 6 tahun 2007 memberikan nuansa maksimal per satuan luasan dan waktu terisolir, sangat luas dan memiliki baru pengelolaan hutan nasional. Hak pengelolaan sumberdaya hutan.keseragaman karakteristik yang dapat masyarakat melalui kelembagaannya

Pengarusutamaan fungsi juga luas dan sebaran hutan sebagai sesuatu pengelolaan hutan, penegakan hukum menyebabkan para pengelola kawasan yang given. dan sangsi moral terhadap para penjahat konservasi yang umumnya adalah para Smith (1962) dalam Florence (1978) lingkungan serta pengembangan solusi pegawai instansi vertikal kehutanan menyatakan bahwa pengelolaan hutan praktis mengatasi tingginya kerusakan akan merasa dirinya sebagai benteng melalui sistem silvikultur perlu dirumuskan hutan dan lahan serta kemiskinan penyelamat hutan yang cenderung sebagai suatu solusi terhadap kondisi- masyarakat sekitar hutan. menutup diri terhadap dinamika kondisi spesifik. Setiap komponen, fungsi Reorientasi pengelolaan hutan masyarakat di sekitarnya. Namun ironis dan proses-proses yang terjadi dalam per lu d i lakukan sebagai bagian tekad tersebut juga terhadap oleh ekosistem hutan harus berada pada kisaran dinamisasi pembangunan kehutanan. adanya keterbatasan sarana, prasarana alaminya dan kerusakan hutan dapat R e o r i e n t a s i p e n g e l o l a a n h u t a n dan tenaga pengelola yang dimilikinya. dioptimalkan pada tingkat wajar sesuai setidaknya dilakukan dalam empat hal Dari sudut ekologi, sebagian besar kisaran sejarah alami kerusakan hutan utama, yaitu: 1) Mengembangkan sikap ekosistem hutan di Indonesia memiliki t e r s e b u t ( K i m m i n s , 1 9 9 7 ) . K e d u a rasional dalam memenuhi tuntutan kerentanan yang cukup tinggi terhadap pengertian tersebut mengindikasikan sosial, ekonomi dan lingkungan; 2) bentuk-bentuk gangguan seperti bahwa penyelesaian masalah merupakan Menghilangkan ketidakadilan dan kebakaran, pembukaan tutupan tajuk, bagian dari pengelolaan hutan dan kesenjangan sosial dan ekonomi dalam pengeringan lahan atau pengambilan bagaimana kebutuhan manusia diakomodir pembangunan kehutanan melalui biomasa pohon. Hutan kerangas sangat adalah dengan melakukan pengelolaan pemberian akses kepada masyarakat rentan terhadap penghilangan serasah kerusakan hutan (untuk berbagai untuk turut serta secara aktif dan dan kebakaran. Hutan gambut memiliki kepentingan) pada kisaran yang dapat berbagi keuntungan dalam pengelolaan kerentanan yang tinggi terhadap ditolerir oleh hutan itu sendiri. Kebutuhan hutan nasional; 3) Menumbuhkan pengeringan lahan dan kebakaran. masyarakat perlu dimasukan sebagai titik tanggung jawab bersama pengelolaan Hutan-hutan pada lereng yang terjal kritis yang perlu diperhatikan dan dijadikan hutan nasional; dan 4) Membuka diri akan rentan terhadap longsor ketika sebagai bagian tidak terpisah dari dinamika dalam konsep maupun aplikasi dan tajuknya dibuka, sedangkan hutan-hutan ekosistem hutan itu sendiri. menumbuhkan profesionalisme dalam hujan tropis dataran rendah memiliki Berdasarkan uraian di atas perlu diri dunia kehutanan itu sendiri, dalam kerentanan terhadap pengambilan kiranya melakukan reorientasi pengelolaan diri masyarakat dan dalam diri sektor-biomasa pohon dengan daur hara yang hutan nasional untuk lebih meningkatkan sektor non kehutanan yang aktifitasnya lebih besar tersimpan di atas tanah kelestarian hutan dan memberikan solusi m u l a i m e r a m b a h p a d a t a t a r a n dibandingkan dengan yang tersimpan terhadap permasalahan-permasalahan k e w e n a n g a n d u n i a k e h u t a n a n . pada tanah (Cahyono, 2003). spesifik pengelolaan hutan nasional. Profesionalisme kehutanan adalah

Pengelolaan hutan nasional R e o r i e n t a s i p e n g e l o l a a n h u t a n wujud dari tanggung jawab dan mengasumsikan bahwa manfaat mengharuskan dunia kehutanan membuka kemampuan para pengelola, pejabat, lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi diri, pemikiran dan sudut pandang secara masyarakat secara luas dan para praktisi hutan akan dihasilkan ketika hutan telah lebih luas. Keberpihakan dunia kehutanan kehutanan dalam melestarikan hutan dibagi dalam fungsi-fungsinya dengan harus jelas ditujukan pada kelestarian hutan dan meningkatkan kemakmuran rakyat.luas dan sebaran hutan yang ditentukan dan kemakmuran rakyat dan bukan pada secara proprosional dan bersifat segilintir orang atau kepentingan sesaat Daftar Pustaka

Cahyono, A. 2003. Sustainable Site Productivity and kewilayahan. Hal tersebut cukup para pengambil kebijakan. Munculnya Nutrient Management in a Short Rotation berbeda dengan pandangan Nyland mekanisme kontrol di tengah masyarakat Plantation of Gmelina arborea in East

tahun 2002 yang menekankan bahwa terhadap setiap aktifitas pengelolaan hutan Kalimantan, Indonesia. Kluwer Academic luas dan sebaran hutan ditentukan oleh harus disikapi secara positif untuk Publishers. Netherlands.

Florence, R.G. 1978. The Silvicultural Decision. bagaimana komponen, fungsi dan perbaikan pengelolaan hutan secara Forest Ecology and Management (1) : 293 – proses-proses ekologis secara optimal keseluruhan. Di lain pihak, pengendalian 306. Amsterdam.berada dalam ekosistem hutan. Hal dan kontrol terhadap dampak negatif

Kimmins, J.P. 1997. Forest Ecology. A Foundation senada juga diungkapkan dalam skema pengelolaan hutan harus pula merupakan for Sustanaible Management. Second Close To Nature yang diusung oleh FAO wujud tanggungjawab bersama antara Edition. Printice, Upper Saddle River. New

Jersey.tahun 2006 yang menekankan bahwa dunia kehutanan dan masyarakat. Berbagi Nyland, R. D. 2002. Silviculture Concepts and kemampuan hutan untuk beregenerasi t a n g g u n g j a w a b , p e n g e l o l a a n d a n

Applications. Edisi kedua. McGraw-Hill dinamis secara alami untuk mencapai keuntungan merupakan kolaborasi yang Companies. New York.

manfaat produksi dan non produksi lebih ideal antara dunia kehutanan dan Peraturan Pemerintan Republik Indonesia menentukan keberlanjutan pengelolaan masyarakat. Nomor: 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan

dan Penyusunan Rencana Pengelolaan hutan itu sendiri. Meskipun kedua Hutan serta Pemanfaatan Hutan tanggal 8 konsep tersebut dilahirkan dari konsep E. PenutupJanuari 2007. Jakarta.pengelolaan hutan produksi, namun Permasalahan dalam pengelolaan

Subarudi dan H. Dwiprabowo. 2007. Otonomi kedua konsep tersebut akan lebih hutan nasional muncul sebagai rangkaian Daerah Bidang Kehutanan: Implementasi mampu memberikan jawaban general pengalaman sosial masyarakat yang buruk dan Tantangan Kebijakan Perimbangan

Keuangan. Center for International yang pasti bagaimana luas dan sebaran di masa lalu dan terus berkembang hingga Forestry Research. Bogor.hutan ditetapkan dalam menghasilkan sekarang. Pengelolaan hutan perlu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 41 manfaat ekonomi, sosial dan ekologi dilakukan secara terpadu dengan reposisi Tahun 1999 Tentang Kehutanan tanggal 30

daripada memberikan jawaban bahwa yang tepat terhadap center of excellent September 1999. Jakarta.

2

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

33

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Oleh :

Retno Agustarini

Gambar 4. Buah nyamplung

4 5

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabangaWarta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Gambar 7. Akar nyamplung

Salah satu langkah awal yang dilakukan untuk melibatkan para petani p e n g g a r a p a d a l a h s o s i a l i s a s i t e n t a n g pembangunan demplot. Kegiatan ini juga sangat p e n t i n g d i l a k u k a n mengingat selama ini belum pernah dilakukan sosialisasi oleh pengelola KHDTK tentang kegiatan-kegiatan

Jika dilihat secara keseluruhan, petani serius dari pengelola KHDTK. Ke depan, yang dilakukan di dalam KHDTK dan penggarap yang menggarap lahan di perlu dirumuskan suatu pengelolaan rambu-rambu yang berlaku dalam dalam demplotpengembangan hampir KHDTK yang tidak melupakan prinsip pengelolaan KHDTK. Sosialisasi ini semua bermata pencaharian sebagai fungsi lindung dari kawasan hutan itu b e r g u n a u n t u k m e m u d a h k a n petani penggarap, laki-laki, sebagian sendiri sekaligus fungsinya sebagai pengelola KHDTK dalam rangka besar tidak bersekolah dan berumur hutan penelitian, akan tetapi suatu menegaskan kedudukan para petani lebih dari 40 tahun. Luas lahan garapan pengelolaan hutan yang juga dapat penggarap di KHDTK dan solusi yang mereka di dalam demplot berbeda- m e n i n g k a t k a n k e s e j a h t e r a a n diperlukan untuk meningkatkan beda, hampir seimbang antara petani masyarakat. Keberhasilan yang ingin kesejahteraan mereka dengan tetap penggarap yang menggarap lahan dicapai dalam pembangunan demplot mengelola kawasan hutan sesuai dengan luas lebih dari 0,25 ha dan pengembangan tentunya tidak lepas fungsinya tanpa menghilangkan hak-kurang dari 0,25 ha. Jenis tanaman d a r i p e r a n s e r t a p a r a p e t a n i hak mereka.yang biasanya ditanam para petani penggarap. Mereka perlu dilibatkan Pada bulan Mei sudah dilakukan penggarap (urut dari yang paling dalam membantu menjaga dan sosialisasi tentang beberapa butir yang banyak ditanam sampai paling sedikit) memelihara tanaman HHBK (malapari, harus disepakati oleh kedua belah adalah kopi, coklat, pisang, dan talas. nyamplung dan kepuh) yang ditanam. pihak (Gambar 5). Secara garis besar, Selain jenis-jenis tersebut, beberapa Menurut Hermosilla dan Chip (2006), semua petani yang hadir telah petani juga menanam kacang, alpukat, salah satu cara untuk memperbaiki menyepakati butir-butir kesepakatan ubi kayu dll. Pendapatan para petani pengelolaan sumberdaya hutan yang telah disampaikan pengelola penggarap dari tanaman yang telah sementara pada saat yang sama KHDTK. Akan tetapi dikarenakan ditanam di KHDTK Rarung berkisar meningkatkan kondisi masyarakat sedikitnya petani penggarap yang antara Rp 250.000,- – Rp 4.680.000,-. s e t e m p a t a d a l a h d e n g a n hadir, tahun depan perlu dilakukan Nilai ini didapatkan hanya dari hasil mempromosikan berbagai bentuk pola s o s i a l i s a s i m e n d a l a m d a n penjualan hasil tanaman mereka. kemitraan antara masyarakat, sektor menghadirkan semua petani yang Sebagian yang lain dari hasil tanaman swasta dan pemerintah. Sebagai terlibat dalam pengelolaan KHDTK mereka tidak dijual/digunakan untuk contoh di hutan di mana masyarakat khususnya pembangunan demplot kebutuhan sendiri. Sebagian besar t i d a k m e n g k l a i m h a k - h a k pengembangan (BPTTHBK, 2012).petani tidak memiliki lahan garapan di kepemilikannya tetapi lebih kepada kawasan hutan yang lain ataupun lahan akses, pengaturan CFM (Collaborative Daftar pustaka

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Mataram. milik sendiri, hanya beberapa petani F o r e s t M a n a g e m e n t ) d a p a t 2011. RPK Pengelolaan KHDTK Rarung. yang juga menggarap lahan di kawasan berlangsung efektif dan hak-hak dapat Balai Penelitian Kehutanan Mataram, hutan milik Dinas Kehutanan Kab. d i b e r i k a n s e c a r a b e r s y a r a t B a l i t b a n g h u t , K e m e n t e r i a n Lombok Tengah (BPTTHBK, 2012). b e r d a s a r k a n t a t a - g u n a d a n K e h u t a n a n . M a t a r a m . T i d a k

pemeliharaan sumberdaya alam yang dipublikasikan.

C. Pelibatan Petani Penggarap dalam baik. Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Pengembangan Demplot HHBK Bukan Kayu (BPTHHBK). 2012.

Jika melihat data-data yang Laporan Pelaksanaan Kegiatan didapatkan dari para petani penggarap Pengembangan. Balai Penelitian

Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, tersebut, bisa disimpulkan bahwa B a l i t b a n g h u t , K e m e n t e r i a n mereka sangat tergantung dengan K e h u t a n a n . M a t a r a m . T i d a k kawasan hutan (KHDTK). Sumber dipublikasikan.kehidupan mereka sebagian besar atau

Hermosilla, A.C. dan C. Fay. 2006. bahkan keseluruhan tergantung hasil

Memperkokoh Pengelolaan Hutan yang mereka peroleh dari tanaman Indones ia Mela lu i Pembaruan yang mereka tanam di KHDTK. Hal ini P e n g u a s a a n T a n a h . W o r l d tentunya perlu menjadi perhatian yang Agroforestry Centre. Bogor.

Sumber: BKSDA NTB 2010.

Gambar 6. Alur proses pembuahan

Oleh :

Rubangi Al Hasan

B. Kondisi Sosial Ekonomi Petani A. Pendahuluan pengembangan. Pada tahun 2012, PenggarapKawasan Hutan Dengan Tujuan dibangun demplot pengembangan

Data-data yang diperlukan Khusus (KHDTK) Rarung ditetapkan dengan HHBK sebagai tanaman pokok. oleh Menteri Kehutanan melalui untuk mengetahui kondisi sosial Hal ini sejalan dengan Balai Penelitian Keputusan Menteri Kehutanan Nomor ekonomi petani antara lain data Teknologi HHBK yang mengemban : SK.309/Kpts-II/2004 tanggal 18 p r i b a d i p e t a n i ( n a m a , u m u r , amanah untuk melakukan penelitian Oktober 2004. KHDTK Rarung pendidikan terakhir, jenis kelamin, tentang jenis-jenis HHBK. Tanaman berlokasi di Kabupaten Lombok mata pencaharian), data lahan pokok yang ditanam dalam demplot Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat. antara lain malapari, nyamplung dan garapan di KHDTK Rarung (luas lahan Luas KHDTK Rarung adalah 306,60 Ha, kepuh (Gambar 1). Luas demplot yang garapan dan jenis tanaman yang yang berada di kawasan Hutan dibangun adalah 17 ha terdiri dari 4 ha ditanam), dan data pendapatan petani Lindung, kelompok hutan Gunung jenis malapari, 5 ha jenis nyamplung yang didapatkan dari hasil tanaman Rinjani RTK 1 dengan ketinggian 300 m dan 8 ha jenis kepuh. Keseluruhan yang ditanam di lahan garapan dpl. Luasan lahan 306,6 ha terbagi lahan KHDTK yang dibangun untuk (KHDTK Rarung). Data-data tersebut menjadi blok pemanfaatan ± 228,6 Ha demplot pengembangan ini telah didapatkan dengan cara wawancara dan blok perlindungan berupa tebing digarap oleh para petani penggarap. langsung dengan petani penggarap. dan sungai /anak sungai seluas 78 Ha Berbagai macam tanaman MPTS telah D a t a - d a t a t e r s e b u t n a n t i n y a (BPK Mataram, 2011). ditanam para petani penggarap seperti digunakan sebagai dasar untuk

Blok pemanfaatan di KHDTK tanaman kopi, coklat, talas dll merumuskan pengelolaan demplot Rarung digunakan sebagai demplot- (BPTTHBK, 2012). pengembangan sekaligus pengelolaan d e m p l o t p e n e l i t i a n d a n Dalam kegiatan pembangunan K H D T K s e c a r a u m u m s e s u a i

d e m p l o t m o d e l kesepakatan bersama. Wawancara pengembangan ini, telah dilakukan kepada 48 petani d i p e r l u k a n penggarap yang menggarap lahan di p e n g e t a h u a n dalam demplot pengembangan. Dari m e n g e n a i k o n d i s i wawancara tersebut, didapatkan sosial ekonomi para beberapa data sosial dan lahan petani petani penggarap yang penggarap seperti pada Gambar terlibat. 3 dan 4.

Oleh : Anita Apriliani Dwi Rahayu

KONDISI UMUM SOSIAL EKONOMI PETANI PENGGARAP DAN PENGEMBANGAN DEMPLOT TANAMAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU

DI KHDTK RARUNG

Gambar 4. Grafik data lahan garapan petaniGambar 3. Grafik data sosial petani

Gambar 2. Tanaman Kepuh di antara tanaman MPTS petani penggarapGambar 1. Peta lokasi demplot pengembangan di KHDTK Gambar 5. Sosialisasi tim pengembangan

6

variasi genetik yang mencukupi perlu A. Pendahuluan B. Konservasi Genetik dan d i l a k u k a n ( A c q u a a h , 2 0 0 7 ) . Tumbuhan berbeda dengan satwa Pemuliaan Pohon

Seiring dengan perkembangan dalam hal respon terhadap stress Variabilitas genetik merupakan pengetahuan tentang pewarisan sifat lingkungan yang diterima tidak dapat modal utama kegiatan pemuliaan tetua pada keturunannya melalui gen dihindarkan dengan mekanisme tanaman. Tanpa variabilitas genetik dari telah memunculkan metode breeding sumberdaya, kegiatan pemuliaan tidak pergerakan/perpindahan tempat. jangka panjang berdasarkan basis dapat dilakukan. Keragaman genetik Serangkaian respon fisik, fenotifik dan genetik. Metode ini mulai menggantikan tersebut memberikan keuntungan dalam hormonal dilakukan oleh tumbuhan metode breeding konvensional yang pemuliaan pohon, dalam hal: a). u n t u k m e n g a t a s i s t r e s s y a n g dikhawatirkan akan menghasilkan Perbaikan suatu karakter bersifat diterimanya (Faridah, 2008). Setiap ancaman kepunahan jenis di masa diturunkan; b). Materi genetik yang r e s p o n t u m b u h a n t e r h a d a p datang. Beberapa metode breeding dibentuk dapat dipertahankan; c). lingkungannya ditentukan oleh gen-gen jangka panjang berbasis genetik, Variabilitas genetik pada pohon-pohon yang diwarisi dari tetuanya dan diantaranya adalah The Multiple hutan sangat besar sehingga para interaksinya dengan faktor lingkungan Population Breeding Systems (MPBS) dan pemulia pohon dapat mencari dan (Acquaah, 2007). Hierarchical Open-Ended systems (HOPE) merakit gen kompleks yang jumlahnya Isu penting terkait keragaman telah pula dikembangkan (Namkoong, sangat banyak (Na'iem, 2004). Strategi genetik adalah terjadinya penurunan 1989 dalam Kundu dan Luukkanen, pemuliaan pohon dilakukan melalui: keragaman genetik dan tingginya 2003). (Zobel dan Talbert, 1984 dalam Na'iem, kerentanan kepunahan pada populasi

Ancaman terhadap keragaman 2004).kecil. Hilangnya habitat, introduksi jenis, genetik dengan adanya kehilangan, 1. Menghimpun informasi tentang eksploitasi berlebihan dan pencemaran kerusakan dan fragmentasi habitat, serta spesies pada seluruh sebaran yang terbesar dilakukan oleh manusia ancaman serangan hama/penyakit dan alaminya untuk dikembangkan diareal memberikan sumbangan terbesar perubahan iklim menyebabkan pemulia tertentu;terhadap laju kepunahan jenis di alam. p o h o n ( f o r e s t t r e e b r e e d e r ) 2. Menentukan jumlah, macam dan

Peran manusia dalam melakukan seleksi b e r k e p e n t i n g a n u n t u k m e n j a g a penyebab variasi yang ada dalam

dan fragmentasi populasi khususnya keberlangsungan keragaman genetik. spesies yang akan dikembangkan;

dalam populasi kecil juga meningkatkan Metode konservasi gen secara in-situ dan 3. Mengemas sifat-sifat yang diinginkan

resiko kepunahannya (Frankham et al., eks-situ mulai dikembangkan. Konservasi ke dalam suatu individu yang 2004). g e n s e c a r a u m u m d i t e n t u k a n dimuliakan, atau mengembangkan

Pemuliaan pohon (forest tree berdasarkan rentang geografis, struktur individu baru dengan berbagai breeding) konvensional pada dasarnya genetik populasi dan karakteristik lokal kombinasi sifat yang diinginkan;dilakukan melalui proses seleksi suatu populasi. Namun demikian, White 4. Memproduksi secara masal individu (Acquaah, 2007). Seleksi tersebut et al. (2007) menyatakan bahwa selain t e r p i l i h u n t u k k e p e n t i n g a n berdampak memunculkan populasi- ketiga hal tersebut, pemilihan metode operasional baik lewat benih (kebun populasi kecil yang superior (unggul) k o n s e r v a s i g e n p e r l u p u l a benih) mupun materi vegetatif (stek namun bersifat homogen. Sementara mempertimbangkan: 1 . Tipe dan pucuk);itu, dampak inbreeding yang terjadi managemen konservasi atau koleksi 5. M e n g e m b a n g k a n d a n meningkatkan kerawanan kepunahan yang dilakukan; 2. Ukuran populasi yang mempertahankan basis genetik yang jenis pada populasi kecil dan homogen mencukupi; dan 3. Jumlah dan lokasi l u a s u n t u k s e l e k s i g e n e r a s i tersebut (Frankham et al., 2001). Di lain populasi yang tepat. m e n d a t a n g , p e r s i l a n g a n d a n pihak, kerentanan kepunahan jenis rekombinasi genetik.karena proses seleksi juga dihadapkan Keberhasilan breeding dievaluasi p a d a k e r e n t a n a n k e p u n a h a n melalui perolehan genetik dari suatu sumberdaya genetik di alam karena sumberdaya genetik pada suatu periode berbagai gangguan terutama faktor waktu tertentu. Perolehan genetik eksploitasi sumberdaya alam secara tersebut diseleksi lebih lanjut dan berlebihan. Dengan kedua kondisi diperbanyak untuk suatu penggunaan tersebut memunculkan pertanyaan: dan skala penggunaan tertentu. “Apakah pemuliaan pohon mampu Perubahan yang terjadi pada ukuran dan meningkatkan produktifitas hutan struktur populasi melalui breeding serta jangka panjang dan mempertahankan perubahan permintaan pasar terhadap kelestarian variasi genetik di di kualitas dan kuantitas produk breeding dalamnya?” tertentu menyebabkan pemeliharaan

C. Aplikasi Pemuliaan untuk Mendukung Kelestarian Genetik Pohon

Konsep manajemen sumberdaya genetik pada pemuliaan menurut Johnson et el. (2001) disajikan pada G a m b a r 1 . S u m b u h o r i z o n t a l menyatakan variabilitas genetik dan sumbu vertikal menyatakan perolehan genetik. The gene resource population menyatakan seluruh variasi genetik

DuabangaDuabangaDuabangaDuabanga

7

lokus terdeteksi pada peluang 95% tersedia yang mendukung populasi permintaan konstan perlu mendapat 3 – Jumlah minimal genotipe yang dibutuhkan breeding. The breeding population harus pencermatan lebih. Perkembangan

untuk rata-rata kehilangan allel pada 100 mempunyai variasi genetik yang pasar akan menyebabkan terjadinya loci dengan 4 allel langka per lokus

mencukupi untuk memelihara perolehan pemilihan jenis, kuantitas dan kualitas 4 – Jumlah sampel yang dibutuhkan pada genetik pada beberapa generasi. h a s i l h u t a n t e r t e n t u u n t u k kepercayaan 95% yang mempunyai salinan S e m e n t a r a i t u t h e p r o d u c t i o n gene untuk populasi dengan koefisien dikembangkan. Jumlah dan kualitas

inbreeding F=1.population merupakan biji atau klon pohon dalam kegiatan pertanaman juga yang bisa digunakan pada operasional akan mengalami perubahan, terutama

Secara praktis, ukuran populasi atau pengembangan. d e n g a n a n d a n y a p e r u b a h a n yang terdapat pada Tabel 1 perlu Aspek ekonomis dan feasibilitas produktifitas lahan maupun ancaman-ditingkatkan terutama dengan adanya tidak memungkinkan breeder untuk ancaman terhadap pertumbuhan hubungan antara allel pada suatu loci memelihara seluruh Gene Resource tanaman. yang dipilih. Namkoong and Roberds Population dan Breeding Population. Permintaan pasar cukup beragam, (1982) menyatakan bahwa jumlah Untuk itu, breeder secara jeli perlu beberapa hal yang perlu mendapatkan populasi tersebut perlu ditingkatkan setidaknya memahami allel-allel tertentu perhatian dalam pencarian perolehan menjadi 2 kali lipatnya. Sementara itu yang dipengaruhi oleh faktor seleksi dan genetik melalui breeding, meliputi: Franklin (1980) dan Soulé (1980) memahami variasi genetik diantara k e r a p a t a n k a y u , b e n t u k k a y u , menyarankan Ne sebesar 500 individu. spesies. Untuk itu beberapa hal perlu karakteristik untuk pulp serta ketahanan Lynch (1995) menyarankan Ne sebesar diperhatikan: (Johnson et al., 2001). t e r h a d a p h a m a d a n p e n y a k i t . 1 , 0 0 0 i n d i v i d u . L a n d e ( 1 9 9 5 ) Kebanyakan dari karakteristik yang menyarankan Ne sebesar 5,000 individu. diminta pasar mungkin bersifat

polygenik dan mempunyai variasi 2. Pemeliharaan Allel untuk genetik yang berbeda pada populasi pemenuhan keperluan breeding breeding. Dengan demikian maka jangka pendek konservasi genetik pada pemuliaan

L i n d g r e n e t a l . ( 1 9 9 7 ) d i l a k u k a n b u k a n h a n y a u n t u k menyarankan 200 indukan yang tak pemenuhan pasar saat ini tetapi juga berhubungan merupakan jumlah yang dengan memperhitungkan perubahan cukup untuk mendapatkan perolehan permintaan pasar yang mungkin terjadi. genetik yang disesuaikan dengan biaya Dalam hal ini pemeliharaan variasi dan keuntungan dari kegiatan breeding. genetik mampu memenuhi kebutuhan Sementara itu, Namkoong (1979) dan seleksi jangka panjang yang diharapkan F a l c o n e r a n d M a c k a y ( 1 9 9 6 ) (Johnson et al., 2001).menyarankan 30 - 50 induk pada program breeding cukup untuk 1. Populasi efektif (Ne)m e m a s t i k a n b a h w a g e n y a n g Populasi efektif (Ne) adalah t e r p e n g a r u h o l e h s e l e k s i a k a n perkiraan jumlah individu yang yang terpelihara pada populasi breeding. memberikan peningkatan keragaman Sementara itu, Baker dan Curnow (1969) sampling atau laju inbreeding untuk menyarankan jumlah harapan dari suatu sejumlah indukan pada suatu random seleksi untuk jangka waktu tertentu mating dimana kontribusi setiap induk pada beberapa Ne dalam suatu model sebanding. Ne ditentukan melalui populasi disajikan Tabel 2.sejumlah seleksi dan hubungan-

hubungannya. Penentuan populasi breeding dan gene resource population perlu mempertimbangkan allel yang hilang pada banyak variasi allel dan resiko asosiasinya. Rekomendasi ukuran populasi untuk memelihara allel netral pada populasi disajikan pada Tabel 1.

3. Pemeliharaan variasi untuk pemenuhan kebutuhan seleksi jangka panjang

Pertumbuhan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, terjadinya perubahan dan kerentanan-

1 – Ukuran populasi yang diperlukan untuk kerentanan di alam terjadi secara memelihara allel netral pada 50 generasi dinamis. Pendugaan perolehan genetik

2 – Ukuran sampel minimum yang dibutuhkan melalui breeding pada suatu kondisi untuk memastikan semua allel pada suatu

D. Kesimpulan1. Keragaman genetik diperlukan untuk

melakukan kombinasi gen dalam menghasilkan suatu sifat (fenotifik) tertentu yang bersifat diwariskan, mencegah terjadinya kepunahan dari munculnya populasi-populasi kecil dan menekan terjadinya inbreeding yang meningkatkan kepunahan jenis. Pemuliaan pohon berbasis genetik merupakan strategi pemuliaan jangka panjang. Pelestarian variasi genetik melalui breeding dapat dilakukan melalui penyediaan dan pemeliharaan populasi efektif (Ne) dan populasi optimal pemeliharaan gen jangka pendek.

2. Efisiensi dan feasibilitas breeding m e m b a t a s i b r e e d e r d a l a m melestarikan keragaman genetik secara utuh. Pada suatu tingkat efisiensi dan feasibi l itas yang d i m i l i k i n y a , b r e e d e r p e r l u membangun areal konservasi in-situ dan eks-situ sebagai modal dasar kegiatan breeding dan sebagai asset dalam mengantisipasi beragamnya keperluan breeding masa depan.

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

Oleh :

Ryke Nandini

Gambar 10. Ruangan kedap

Tabel 2. Jumlah harapan pengembangan (gain)

setelah 1, 5, 10, dan tak terhingga (∞)

generasi seleksi untuk nilai Ne yang berbeda pada suatu model populasi.

Gambar 6.Konseptualisasi perolehan genetik terhadap variasi genetik dalam program manajeman sumberdaya genetik

Tabel 1. Rekomendasi ukuran populasi untuk memelihara allel netral pada populasi

Oleh : Cecep Handoko

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

OPTIMALISASI PRODUKTIFITAS PEMULIAAN POHON (FOREST TREE BREEDING) DAN PELESTARIAN SUMBERDAYA GENETIK

Pendahuluan gaharu tersebut selama diserang Ÿ Gaharu merupakan salah oleh hama ulat belum banyak satu jenis hasil hutan bukan kayu dipublikasikan. Oleh karena itu yang sangat potensial dan bernilai pada makalah ini akan ditelaah ekonomi tinggi di Provinsi Nusa mengenai proses fisiologis yang Tenggara Barat (NTB). Pulau terjadi pada tanaman ketimunan Lombok dan Sumbawa adalah pada saat terserang hama ulat.salah satu daerah produsen gaharu di Indonesia dan menjadi tempat Siklus hidup hama ulat daun dan tumbuh endemik spesies gaharu pengaruh fisiologis terhadap komersial seperti ketimunan ketimunan(Gyrinops versteegii Domke) Heortia vitessoides merupakan (Statistik Propinsi NTB, 1986). anggota ordo Lepidoptera dan Seiring meningkatnya ketertarikan family Pyraloidea. Beberapa cirinya masyarakat terhadap gaharu maka adalah mengalami metamorphosis budidaya tanaman penghasil gaharu sempurna, memil ik i t ipe mulut tahun ke tahun (2005-2008) mengalami juga semakin meningkat. Salah satu penggigit pada fase larva dan tipe mulut kenaikan secara signifikan, yang dapat kendala dalam upaya budidaya pohon penghisap pada fase imago/moth mematikan bibit maupun tanaman di gaharu ini adalah serangan hama dan (Kemdiknas, 2012). Siklus hidup ulat lapangan. penyakit. daun digambarkan pada Gambar 7. Hama ulat daun gaharu menjadi

H a m a u l a t d a u n ( H e o r t i a Pada saat fase telur, larva dan ancaman serius bagi tanaman gaharu, vitessoides) merupakan salah satu jenis imago/moth dapat dijumpai di pohon seiring dengan semakin giatnya hama yang sering mengganggu inangnya (ketimunan). Sedangkan fase masyarakat menanam tanaman pertumbuhan pohon penghasil gaharu. pupa lebih sering terjadi di tanah atau penghasil gubal bernilai ekonomi tinggi Menurut Turjaman, et al. (2009), serasah. Namun yang berpotensi ini. Namun informasi proses-proses serangan hama ulat daun gaharu dari sebagai hama adalah fase larva (ulat). fisiologis yang terjadi dalam pohon

Gambar 10. Ruangan kedap

Moth

Pupa

Telur

Larva

8 hari

10 hari

23 hari

4 hari

DuabangaDuabangaDuabangaDuabanga

Titik terpenting dimulainya serangan m e n y e b a b k a n p e n y e r a p a n d a n kemarau bulan Juli dan Agustus. ulat daun adalah pada saat imago pengangkutan CO2 terganggu dan Apabila serangan ulat sudah tidak dapat ( m o t h / s e r a n g g a ) b e r t e l u r d a n a k h i r n y a t a n a m a n t i d a k d a p a t diatasi secara manual (pengambilan meletakkan telurnya pada bagian berfotosintesis secara optimal . u l a t ) m a k a d a p a t d i l a k u k a n pohon gaharu (umumnya daun). Contohnya pada tanaman tomat penyemprotan dengan insektisida Menurut Sodiq (2009), serangga betina dibutuhkan 16,86 – 32,20 mg CO2 per nabat i . Berdasarkan penel i t ian akan meletakkan telur yang berdekatan dm2 per jam untuk dapat melakukan S e t y a y u d i , d k k . ( 2 0 1 2 ) s k a l a dengan pakan bagi larva bila telur itu f o t o s i n t e s i s s e c a r a s e m p u r n a , laboratorium, insektisida dari biji mimba menetas. Setelah telur menetas sedangkan pada tanaman yang lebih efektif dibandingkan dari daun menjadi larva yang dikenal dengan ulat t e r s e r a n g b e r a t h a n y a dan produk jadi mimba dengan daun gaharu. Daun-daun gaharu mengasimilasikan 2,92 – 13,37 mg CO2 kematian populasi ulat 50 % terjadi pada menjadi makanan empuk larva per dm2 per jam dan mengurangi laju hari kedua pengamatan.tersebut. fotosintesis 62% (Johnson et al. 1983

D a u n m e r u p a k a n b a g i a n dalam Lologau 2010). Lebih lanjut Penutuptumbuhan yang berfungsi untuk dikatakan bahwa kerusakan daun 18% Pengaruh serangan ulat daun fotosintesis. Fotosintesis merupakan dapat mengurangi 10% bagian daun gaharu sebenarnya sangat kompleks proses biokimia menggunakan air, zat yang melakukan fotosintesis. dilihat dari sisi fisiologis tanaman, yang hara, karbondioksida dengan bantuan M e n u r u t L o l o g a u ( 2 0 1 0 ) , s a l a h s a t u n y a m e n g a k i b a t k a n sinar matahari dan enzim-enzim untuk meningkatnya kerusakan daun pada fotosintesis terganggu. Akibat membuat makanan berupa karbohidrat kentang berpengaruh terhadap bobot serangan hama ulat daun, produktivitas dan oksigen (Anonim, 2012).Bagi umbi kentang yang dihasilkan. Jika tanaman ketimunan menjadi menurun. serangga baik pada fase larva maupun dianalogikan pada tanaman ketimunan Pada tanaman dewasa, serangan ulat imago karbohidrat merupakan sumber d e w a s a m a k a k e r u s a k a n d a u n dapat berakibat pada kemungkinan energi terbesar untuk kelangsungan kemungkinan dapat berpengaruh pada p e n u r u n a n p r o d u k s i b u a h / b i j i . reproduksi serta lama hidup. Oleh produksi buah/biji. Buah/biji merupakan Sedangkan pada tingkat bibit/semai, karena itu kebanyakan serangan hama salah satu tempat penyimpanan serangan ulat kemungkinan dapat t e r j a d i p a d a d a u n t a n a m a n . makanan pada pohon ketimunan mematikan tumbuhan tersebut. Namun Pengaruh dari rusaknya daun karena sehingga pada saat daun dimakan ulat diperlukan suatu penelitian lebih lanjut dimakan oleh ulat adalah proses maka fotosintesis terganggu akibatnya untuk mendukung hal-hal tersebut. fotosintesis menjadi terganggu, artinya makanan yang dihasilkan berkurang makanan yang disuplai oleh daun untuk dan penyimpanan cadangan makanan Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Pengertian Fotosintesis, Proses seluruh bagian sel tumbuhan menjadi juga berkurang. Jika ulat daun tersebut dan Reaksi. www.ridwanaz.com. Diakses 31 berkurang bahkan habis. Kerusakan menyerang bibit/semai gaharu maka Januari 2013.

jaringan daun dapat menghambat laju y a n g a k a n t e r g a n g g u a d a l a h Biro Pusat Statistik Propinsi NTB. 1986. Ekspor f o t o s i n t e s i s y a n g s e l a n j u t n y a pertumbuhan vegetatifnya artinya hasil hutan non kayu dari NTT. Biro Pusat mempercepat kematian jaringan dan Statistik Propinsi NTB bibit /semai tersebut terganggu

K e m d i k n a s . 2 0 1 2 . K l a s i f i k a s i I n s e k t a . bahkan dapat mematikan tanaman pertambahan tinggi dan diameternya www.kemdiknas.go.id. Diakses 1 Februari (Trumble et al. 1985 dalam Lologau b a h k a n j i k a d a u n h a b i s m a k a 2013.

2010). Kerusakan jaringan mesofil dapat kemungkinan tumbuhan akan mati. Lologau, A.B. 2010. Tingkat Serangan Lalat Apabila populasi hama sangat Pengorok Daun Lyriomyza Huidobrensis

(BLANCHARD) dan Kehilangan Hasil Pada tinggi maka pengaruhnya akan nyata Tanaman Kentang. Prosiding Seminar Ilmiah merugikan tumbuhan tetapi sebaliknya dan Pertemuan Tahunan PGI dan PFI XX

jika populasinya rendah maka kerugian Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei tumbuhan tidak nyata (Sodiq, 2009). 2007. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Sulawesi Selatan. Badan Litbang Pertanian. Berdasarkan pengamatan populasi ulat Departemen Pertanian.daun gaharu di lokasi (Bentek, Pusuk

Setyayudi, A., Resti W. 2012. Teknik Pengendalian dan Rarung) selama tahun 2010-2012

Hama Ulat Daun Pada Tanaman Gaharu diketahui bahwa pada bulan-bulan (Gyrinops verstegii Domke) Melalui Pola tertentu (Juli dan Agustus) populasi ulat Tanam Campuran dan Insektisida Nabati.

Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian mengalami puncaknya dan pada saat Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu. Tidak yang bersamaan banyak pohon gaharu Dipublikasikan

yang menjadi gundul bahkan ada yang Sodiq, M. 2009. Ketahanan Tanaman Terhadap mati (Gambar 8). Untuk pengendalian Hama. Laporan Teknis. Fakultas Pertanian.

Jawa Timur: UPN Veteran.secara alami pada saat serangan ulat Turjaman, M., Erdy S., Irnayuli R.S., Atok S., belum banyak dapat dilakukan tindakan

Pratiwi, Sri S., Bambang W., & Erry P. 2009. sederhana yaitu mengambil dan

Overview Pengembangan Gaharu ITTO membuang atau membunuh ulat-ulat PD425/06 REV.1 (1). Seminar Gaharu I :

yang menyerang tanaman ketimunan. Menuju Produksi Gaharu Secara Lestari di I n d o n e s i a . P u s a t P e n e l i t i a n d a n Hal ini dapat dilakukan pada Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. bulan Juni sebagai pencegahaan Bogor

terjadinya ledakan populasi di musim

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

8 9

MENGENAL HAMA ULAT DAUN DAN PENGARUHNYA SECARA FISIOLOGIS TERHADAP POHON GAHARU

Oleh : Resti Wahyuni

Gambar 8. S pada pohon gaharu

erangan hama ulat daun

Gambar 7. Siklus hidup Heortia vitessoides (Irianto et al. 2009 dalam Turjaman et al., 2009)

evolutionary-ecological perspective. Na'iem. M. 2004. Keragaman genetik, Daftar PustakaSunderland, MA: Sinauer. pp. 135-149. Pemuliaan Pohon dan Peningkatan Acquaah, G. 2007. Principles of plant genetics

Gregorius, H.R. 1980. The probability of losing Produktifitas Hutan di Indonesia. Pidato and breeding. Blackwell Publishing Ltd. an allele when diploid genotypes are Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada UK.sampled. Biometrics 36: 643-652. Fakultas kehutanan Universitas Gadjah Baker, L.H. dan Curnow, R.N. 1969. Choice of

Johnson, R., B. ST. Clair dan S. Lipow. 2001. M a d a . U n i v e r s i t a s G a d j a h M a d a . population size and use of variation Genetic Conservation in Applied Tree Yogyakarta.between replicate populations in plant Breeding Programs. USDA-Forest Service, Namkoong, G. 1979. Introduction to breeding selection programs. Crop Science Pacific Northwest Research Station dan Quantitative Genetics in Forestry. USDA – 9: 555-560.Dept. of Forest Science, Oregon State Forest Service. Technical Bulletin No. 1588. Falconer, D.S., Mackay dan Trudy F.C. 1996. University, USA. Washington, DC.Introduction to Quantitative Genetics. Edisi

Kang, H. 1979a. Long-term tree breeding. Namkoong, G. and Roberds, J.H. 1982. Short-keempat. Longman Group Ltd., Essex, Proceedings 15th Southern Forest Tree term loss of neutral alleles in small England.Improvement Conference; Mississippi population breeding. Silvae Genetica. 31: 1-Faridah. E. 2008. Fisiologi Stress Tanaman State University: MS: Eastern Tree Seed 6.Tropis. Bahan kulian. Program Pasca Laboratory, USDA Forest Service, Macon, Kundu, S.K. and O. Luukkanen. 2003. Genetic Sarjana Fakultas Kehutanan Universitas GA 31202, June 19-21, 1979. Southern Forest Diversity and Breeding Strategies of the Gadjah Mada. Yogyakarta.Tree Improvement Committee Sponsored Neem (Azadirachta Indica). A paper Frankel, O.H.; Brown, A.H.D.; Burdon, J.J. 1995. Publication No. 37: 66-72. submitted to the XII World Forestry The Conservation of Plant Biodiversity.

Lande, R. 1995. Mutation and conservation. Congress 2003. Publikasi online pada : Cambridge University Press, Cambridge. Conservation Biology. 9: 782-791. www.fao.org299 p.

Lindgren, D.; Wei, R.P. and Lee, S.J. 1997. How Soulé, M.E. 1980. Thresholds for survival: Frankham R., J.D. Ballou dan D.A. Briscoe. to calculate optimum family number when maintaining fitness and evolutionary 2001. Introduction Conservation Genetics. starting a breeding program. Forest potential. In: M.E. Soulé and B.A. Wilcox, Cambrigde University Press. New York.Science 43: 206-212. ( e d s ) . C o n s e r v a t i o n b i o l o g y : a n Frankham R., J.D. Ballou dan D.A. Briscoe.

Lynch, M. 1995. A quantitative-genetic evolutionary-ecological perspective. 2004. A Primer of Conservation Genetics. perspective on conservation issues. Dalam: Sunderland, MA: Sinauer. pp. 151-169.Cambrigde University Press. New York. J.C. Avise and J.L. Hamrick (eds). White, T.L., W.T. Adams dan D.B. Neale. 2007. Franklin, I.R. 1980. Evolutionary changes in Conservation genetics: case histories from Forest Genetics. CAB International. small populations. Dalam: M.E. Soulé dan nature. New York: Chapman & Hall: 471-501. Massachusetts. USA.B.A. Wilcox (eds). Conservation biology: an

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

A. Pendahuluan untuk obat kulit (dermatitis); akar k e m e n y a n d e n g a n h a s i l d a y a Lontar merupakan sejenis yang terdiri dari Default Paragraph kecambah terbesar yaitu dengan

pohon palma yang kokoh kuat, ekstrak akar muda untuk melancarkan ukuran benih besar dengan DB berbatang tunggal dengan tinggi air seni dan obat cacing, sedangkan (55,33%) diikuti ukuran sedang dan mencapai 15-30 m dan diameter rebusan akar muda (decontion) untuk kecil (38,67%, 28,00%). batang sekitar 60 cm. Pola penyebaran mengobati penyakit yang terkait Benih yang matang (baik) p a d a u m u m n y a s e n d i r i a t a u dengan pernapasan; bagian bunga diperoleh dari buah yang sudah masak kebanyakan berkelompok, berdekat- lontar atau abu mayang (spadix) fisiologis. Menurut Sutopo (1985) dekatan. Daun-daun besar, terkumpul dipercaya untuk pengobatan sakit dalam Yuniarti (2006) penentuan di ujung batang membentuk tajuk lever; arang kulit batang digunakan masak fisiologis buah saat pemanenan yang membulat. Helaian daun untuk menyembuhkan sakit gigi; yang tepat sangat penting agar dapat m e n y e r u p a i k i p a s b u n d a r , rebusan kulit batang ditambah garam diperoleh benih yang memiliki berdiameter hingga 1,5 m, bercangap berkhasiat sebagai obat pembersih v i a b i l i t a s m a k s i m u m , s e r t a sampai berbagi menjari; dengan taju mulut; daun lontar berfungsi sebagai menghasilkan tanaman dewasa yang anak daun selebar 5-7 cm, sisi kertas, bahan anyaman, serta kotak sehat, kuat dan berproduksi tinggi. bawahnya keputihan oleh karena musik pada alat musik sasando (Kebun Ukuran benih lontar bisa didapat dari lapisan lilin. Tangkai daun mencapai aren, 2009). m e n g u k u r p a n j a n g d a n l e b a r panjang 1 m, dengan pelepah yang Mengingat begitu banyaknya (diameter) biji. Ukuran biji biasanya lebar dan hitam di bagian atasnya; sisi manfaat pohon lontar dan untuk juga ditentukan dari ukuran buahnya. tangkai dengan deretan duri yang melestarikan keberadaannya, maka Oleh karena itu, ukuran buah juga berujung dua. Karangan bunga dalam diperlukan usaha budidaya pohon menentukan ukuran benih yang akan tongkol, 20-30 cm dengan tangkai lontar. Keberhasilan budidaya suatu didapatkan. Ukuran buah didapatkan s e k i t a r 5 0 c m . B u a h - b u a h jenis tanaman, tidak terlepas dari mutu dengan mengukur panjang dan lebar bergerombol dalam tandan, hingga benih yang baik. Mutu benih yang baik (diameter) buah. Sebagian besar sekitar 20 butir, berbentuk bulat dapat dilihat dari ukuran benih dan penelitian menentukan kemasakan peluru berdiameter 7-20 cm, berwarna t i n g k a t k e m a t a n g a n b e n i h . (masak fisiologis) berdasarkan sifat-hitam kecoklatan kulitnya dan kuning Ukuran benih banyak berhubungan s i fat morfologis buah sepert i daging buahnya bila tua. Biji dalam dengan kekuatan tumbuh benih. perubahan warna, bau dan kelunakan buah mencapai tiga butir dengan Untuk jenis Khaya anthoteca, benih daging (Nurhasybi, 2007).tempurung yang tebal dan keras yang berukuran sedang dan besar Pada kegiatan penelitian tahun (Wikipedia, 2010). m a m p u m e n g h a s i l k a n 2010, dilakukan pengunduhan buah

Lontar mempunyai banyak perkecambahan yang lebih baik lontar dari pohon-pohon yang berasal manfaat seperti : air lontar (nira) untuk dibandingkan benih yang berukuran dari Kabupaten Bima dan Dompu. minuman; nira lontar jika diolah dapat kecil (Yulianti et al., 1999 dalam Suita Lokasi pengambilan sampel pohon dijadikan gula air, gula lempeng, gula dan Enok, 2006). Hasil penelitian Suita ada di Desa Rato, Blok Tembaromba, semut, kecap, atau cuka; daging buah dan Enok (2006) menunjukkan bahwa Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima lontar setengah tua di jadikan ukuran benih berpengaruh nyata dan Desa Daha, Kecamatan Hu'u, makanan ternak; bagian buah tua terhadap daya kecambah benih Kabupaten Dompu.

DuabangaDuabangaDuabangaDuabanga

A. Buah Lontar Asal Kabupaten Bima p e r b a n y a k a n t a n a m a n s e c a r a dan Dompu generatif, akan tetapi biji lontar belum

Buah adalah organ pada termanfaatkan seperti pada biji tumbuhan berbunga yang merupakan t a n a m a n l a i n . B u d i d a y a a t a u perkembangan lanjutan dari bakal perbanyakan tanaman lontar belum buah (ovarium). Buah biasanya dilakukan masyarakat di Kabupaten

Ukuran buah dan biji lontar yang membungkus dan melindungi biji Bima dan Dompu. Masyarakat hanya berbeda di kedua lokasi dimungkinkan (Wikipedia, 2013). Buah lontar banyak memanfaatkan pohon-pohon lontar dikarenakan adanya perbedaan dimanfaatkan daging buahnya untuk yang tumbuh liar/secara alami di lahan pemanfaatan daun lontar oleh makanan kecil. Biasanya buah lontar mereka. Selama ini belum ada m a s y a r a k a t . P o h o n l o n t a r d i yang dijual adalah buah yang masih masyarakat yang berfikiran untuk K a b u p a t e n B i m a b a n y a k y a n g setengah matang (daging buahnya membudidayakan lontar karena dimanfaatkan daunnya, sedangkan di masih empuk/kenyal). Daging buah dianggap tidak berpotensi secara Kabupaten Dompu relatif daunnya yang sudah keras oleh masyarakat ekonomi.d i b i a r k a n t a k t e r m a n f a a t k a n . hanya digunakan sebagai campuran Dari penelitian yang telah Banyaknya daun yang yang diambil dari pakan ternak. Di Kabupaten Bima dan dilakukan Sasmuko, dkk tahun 2010 di pohon, akan mengganggu proses Dompu sendiri tak banyak masyarakat K a b u p a t e n B i m a d a n D o m p u , fisiologis pada tanaman tersebut. yang memanfaatkan buah lontar. didapatkan data biji lontar yang berasal Terganggunya proses fisiologis ini Hanya beberapa daerah di Kabupaten dari kedua lokasi tersebut, diambil dari t e n t u n y a m e m p e n g a r u h i Bima yang memanfaatkan buah lontar, 25 pohon per masing-masing lokasi. pertumbuhan dan perkembangan dari daun dan niranya. Di Kabupaten Rata-rata dimensi biji lontar asal bagian-bagian tanaman itu sendiri Dompu tidak didapati masyarakat K a b u p a t e n B i m a l e b i h k e c i l seperti terhambatnya pembentukan yang memanfaatkan buah lontar, dibandingkan dengan asal Kabupaten bakal biji yang akan menjadi biji dan h a n y a s e b a g i a n k e c i l y a n g Dompu. Rata-rata panjang biji lontar buah. Oleh karena itu, ukuran buah dan memanfaatkan daunnya untuk asal Kabupaten Dompu adalah sebesar biji lontar di Kabupaten Bima rata-rata keperluan rumah tangga. Buah lontar 8,59 cm, sedangkan lebarnya sebesar lebih kecil dibandingkan buah dan biji dibiarkan tua, sampai jatuh dan tidak 7,55 cm seperti tercantum dalam asal Kabupaten Dompu.dimanfaatkan. Tabel 4 .

Berdasarkan hasil penelitian Sasmuko dkk (2010), ukuran (panjang dan lebar) buah lontar asal Kabupaten Bima dan Dompu agak berbeda. Buah lontar asal Kabupaten Dompu rata-rata mempunyai dimensi lebih besar dibandingkan Kabupaten Bima. Rata-rata panjang buah lontar di Kabupaten Dompu adalah sebesar 15,31 cm sedangkan di Kabupaten Bima hanya 11,20 cm. Demikian pula rata-rata lebarnya seperti tercantum dalam Tabel 3.

B. Biji Lontar Asal Kabupaten Bima dan Dompu

Biji adalah struktur resisten yang multiseluler, terdiri dari embrio sporofit yang terbungkus bersama dengan cadangan makanan di dalam lapisan pelindung (Campbell dkk, 2003). Biji biasanya digunakan untuk

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

DuabangaDuabanga

10 11

DESKRIPSI BUAH DAN BIJI LONTAR (Borassus flabellifer L.) ASAL KABUPATEN BIMA DAN DOMPU PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT)

Gambar 10. Pohon lontar yang dimanfaatkan

Tabel 3. Rata-rata dimensi buah asal Kabupaten Bima dan Dompu

Tabel 4. Rata-rata dimensi biji Kabupaten Bima dan Dompu

Oleh : Anita Apiliani DR

Gambar 9. Tegakan lontar di Kabupaten Bima

Warta Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu