Bioper Multi Idola Tricia ikan nilem

28
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Palau, Osteochilus hasselti merupakan ikan Cyprinid yang banyak terdapat di daerah Jawa Barat. Ikan palau ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk unggulan perikanan budidaya dari kawasan Priangan. Dari sisi ekonomi, kelestarian lingkungan, dan produksi, budidaya ikan ini menguntungkan. Nilai ekonomis ikan palau meningkat setelah dijadikan produk olahan misalnya baby fish goreng, dendeng dan pindang, diasap dan dikalengkan (Raharjo & Marliani, 2007 dalam Mulyasari et al, 2010). Dari aspek lingkungan ikan palau berperan sebagai biocleaning agent karena sifatnya yang suka memakan detritus dan perifiton sehingga ikan ini bisa digunakan untuk membersihkan keramba jaring apung. Sedangkan dari segi budidayanya ikan palau mudah dipelihara pada kondisi air yang berbeda-beda, memiliki sintasan dan reproduksi yang tingg (Cholik et al., 2005 dalam Mulyasari et al., 2010) serta tahan terhadap penyakit (Subagja et al., 2006a dalam Mulyasari et al., 2010). Berdasarkan keunggulan dan potensinya, Mentri Kelautan dan Perikanan mengukuhkan ikan ini sebagai salah satu komoditas Gerakan Mina Padi Rakyat atau GEMPAR pada

Transcript of Bioper Multi Idola Tricia ikan nilem

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan Palau, Osteochilus hasselti merupakan ikan Cyprinid

yang banyak terdapat di daerah Jawa Barat. Ikan palau ini

sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk

unggulan perikanan budidaya dari kawasan Priangan. Dari

sisi ekonomi, kelestarian lingkungan, dan produksi,

budidaya ikan ini menguntungkan. Nilai ekonomis ikan

palau meningkat setelah dijadikan produk olahan misalnya

baby fish goreng, dendeng dan pindang, diasap dan

dikalengkan (Raharjo & Marliani, 2007 dalam Mulyasari et

al, 2010).

Dari aspek lingkungan ikan palau berperan sebagai

biocleaning agent karena sifatnya yang suka memakan detritus

dan perifiton sehingga ikan ini bisa digunakan untuk

membersihkan keramba jaring apung. Sedangkan dari segi

budidayanya ikan palau mudah dipelihara pada kondisi air

yang berbeda-beda, memiliki sintasan dan reproduksi yang

tingg (Cholik et al., 2005 dalam Mulyasari et al., 2010)

serta tahan terhadap penyakit (Subagja et al., 2006a

dalam Mulyasari et al., 2010).

Berdasarkan keunggulan dan potensinya, Mentri

Kelautan dan Perikanan mengukuhkan ikan ini sebagai salah

satu komoditas Gerakan Mina Padi Rakyat atau GEMPAR pada

tanggal 3 mei 2006 (Subagja et al., 2006a,b dalam

Mulyasari et al., 2010).

Selama ini budidaya ikan palau di keramba dan sawah

masih sangat terbatas. Pemeliharaanya hanya bersifat

sampingan dari hasil budidaya secara polikultur bersama –

sama dengan ikan mas, mujair atau gurame, sehingga

produksinya masih sangat rendah. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan produksi ikan palau yang berkelanjutan, hal

ini perlu didukung oleh program pemuliaan atau perbaikan

mutu genetik suatu jenis ikan berhubungan erat dengan

tingkat keragaman genetik (Mulyasari et al., 2010).

Potensi lain yang dimiliki ikan palau saat ini

adalah telurnya yang sangat digemari masyarakat karena

rasanya lezat dan dapat diekspor kenegara tertentu

sebagai pengganti kapiar, selain itu telur palau sudah

dimanfaatkan sebagai bahan pembuat saus. Demikian juga

dengan ikan ukuran 5 gram telah diproduksi dan diolah

menjadi makanan siap saji (Subagja, 2012).

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum biologi perikanan ini antara

lain sebagai berikut:

1. Dapat melakukan analisis morfometri pada ikan palau

sehingga dapat diketahui korelasi antara beberapa

parameter bagian tubuh dari ikan palau (Osteochilus

hasselti).

2. Dapat melakukan identifikasi individu ikan palau

(Osteochilus hasselti).

3. Mengetahui cara memperoleh indeks kematangan gonad,

tingkat kematangan gonad, dan menghitung nilai

fekunditas ikan palau (Osteochilus hasselti).

4. Dapat menganalisis kebiasaan makan ikan palau

(Osteochilus hasselti).

5. Dapat mengukur diameter telur ikan palau (Osteochilus

hasselti).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Morfologi Ikan palau (Osteochilus hasselti)

Ikan palau (Osteochilus hasselti)

Berikut adalah klasifikasi dari ikan palau menurut

Saanin (1980) dalam Syamsiah (2001) sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : ostariophysi

Sub ordo : Cyprinoidea

Family : Cyprinidae

Genus : Osteochilus

Spesies : Osteochilus hasselti C.V

Ikan palau merupakan ikan air tawar yang banyak

terdapat di perairan umum terutama di perairan mengalir

atau agak tergenang serta kaya akan oksigen terlarut.

Ikan palau palau ini banyak tersebar luas di wilayah Asia

seperti Indonesia, Malaysia, serta Thailand dan secara

umum dibudidayakan (waynoravich dan Hovarth, 1980 dalam

Syamsiah, 2001).

Ikan palau ini umumnya dipelihara di daerah tropis

dengan ketinggian 150 sampai 1000 meter dari permukaan

laut. Ttapi ketinggian optimum adalah delapan ratus

meter, sedangkan suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah

180C sampai 280C (Asmawi, 1983 dalam Syamsiah, 2001).

Ikan palau betina baik dipijahkan jika berumur

delapan bulan dengan panjang tubuh delapan belas

sentimeter dan berat lima puluh sampai enam puluh gram,

walaupun demikian lebih baik jika telah berumur satu

setengah sampai dua tahun dengan panjang tubuh 5 cm dan

berat 150 gram. Ikan palau jantan baik digunakan jika

telah mencapai umur satu tahun dengan panjang tubuh 20 cm

dan berat antara 80 sampai 100 gram. Kesiapan ini

ditandai keluarnya cairan putih (sperma) jika bagian

bawah perutnya diurut kea rah anus (Sumantadinata, 1983

dalam Syamsiah 2001).

B. Analisis Morfometri

Ikan palau mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat

disembulkan, posisi mulut terletak dujung (terminal),

sedangkan posisi sirip perut terletak di belakang sirip

dada (abdominal). Ikan palau tergolong ikan bersisik

lingkaran (sikloid), rahang atas sama panjang atau lebih

panjang dari diameter mata. Permulaan sirip punggung

berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-8 sampai sisik

garis rusuk ke-10. Bentuk sirip dubur agak tegak. Sirip

perut tidak mancapai dubur (Weher dan de Beaufort 1916,

dalam Saanin 1980 dalam Syamsiah 2001).

Ikan ini mendiami berbagai tipe habitat, tetapi

biasanya berasosiasi dengan anak sungai yanglebar berarus

tenang dan bersubstrat pasing atau lumpur. Perairan yang

cocok untuk hidupnyaadalah perarian dengan kondisi pH

sekitar 6.5-7, dH sekitar: 5 8, kedalaman mencapai 5 m,

serta suhu antara 22-25°C. Ikan palau merupakan jenis

ikan benthopelagis yang bersifatpotamodromous. Seringkali

melakukan migrasi dari sungai menuju ke dataran banjir

pada saatmulai musim banjir dan kembali ke habitat sungai

setelah periode banjir selesai. Juvenilbiasanya terlihat

pertama kali di bulan Agustus dan segera kembali ke

sungai saat dataran banjirmengering. Resiliensinya

termasuk tinggi, dimana waktu penggandaan populasi

minimum kurang dari 15 bulan (K=0.32-1.15;Fec=30,000-

300,000) (Gumay, 2011).

C. Seksualitas Ikan

Seksualitas ikan betina dan jantan memiliki

perbedaan. Dimana ikan betina memiliki bentuk tubuh yang

lebih besar, karena menyimpan gonad telur. Kematangan

kelamin pertama di capai pada akhir tahun pertama dengan

ukuran tubuh 15 – 20 cm. kematangan kelamin pada betina

lebih lambat dari pada jantan, pada umumnya lebih sari 1

tahun dan mempunyai bobot tubuh 100 – 150 g. ikan jantan

pada umumnya lebih kecil dari ikan betina, mengeluarkan

sperma jika perut diurut (Hardjamulia, 1979 dalam

Sambara, 1989).

D. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Klasifikasi tingkat kematangan gonad ikan palau

(Osteochillus hasseltiiI) jantan dan betina secara morfologi di

Danau Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi

Sulawesi Selatan (Effendi, 1997 dalam Ulfa, 2011).

Tabel 1. Tingkat kemetangan gonad ikan palau.No

.

Jantan Betina

I Testis transparan,memanjang seperti benang,ditemukan menempel padabagian bawah gelembungrenang.

Bentuk gonad memanjang sepertibenang, menempel pada bagianbawah gelembung renang. Butirantelur pada gonad belum nampak.

II Warna testis nampak putihseperti susu. Bentuknyalebih jelas dari tingkat I.Terlihat menutupi sebagiankecil dari rongga perut.

Gonad berwarna merah tua,permukaannya halus. Ukuran gonadsemakin meningkat dan lebih besardaripada tingkat I dan terlihatmenutupi sepertiga dari ronggaperut. Butiran telur belumnampak.

II

I

Permukaan gonad Nampakbergerigi, warna semakinputih. Ukuran testisterlihat menutupi sepertigadari rongga perut.

Sebagian besar gonad berwarnamerah tua dan sisanya Nampakberwarna merah muda. Gonadmenutupi setengah dari ronggaperut. Butiran telur yang halusmulai nampak pada bagian pangkalgonad.

IV Testis semakin jelas,permukaan testis semakinbergerigi. Testis terlihatmenutupi sebagian besardari rongga perut danterlihat pejal.

Gonad menutupi hamper keseluruhanrongga perut. Seluruh gonadberwarna merah tua. Ususterdesak. Butiran telur semakinjelas.

V Sebagian testis mengkerut, Gonad mengkerut. Terdapat sisa

berwarna putih sepertisusu. Ukuran testis semakinkecil.

telur dari tingkat IV yangbercampur dengan butiran telurhalus berwarna merah tua. Jugaditemukan butiran telur sisa padasaluran kelamin.

E. .Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad (IKG) merupakan persentasi

dari berat gonad terhadap berat tubuh ikan betina Dari

hasil pengamatan perkembangan oosit dari sampel gonad

yang diambil secara periodik setiap induk palau (jumlah

induk yang diambil telur = 25 ekor) dari masing masing

betina sampel oosit hasil kanulasi >50 butir. Tingkat

kematangan gonad (TKG) akhir yaitu dicirikan dengan modul

diameter oosit sudah mencapai 1.1 mm, dari pengamatan

frekuensi tertinggi dicapai pada waktu pengamatan ke 4

(hari ke 84). TKG V diketahui fase atresia, dari hasil

pengamatan visual terhadap telur hasil kanulasi

diketemukan >50% oosit sudah mengalami atresia, dan

kondisi gonad banyak cairan serta cangkang/folikel dan

banyak diketemukan oogonia (diameter <0,1 mm) hampir dari

setiap periode pengamatan diperoleh induk yang mengalami

fase ini, dari pengamatan didapat proporsi induk

tertinggi yaitu pada pengamatan ke 5 hampir mendekati 38%

(Subagja, 2012).

F. Fekunditas

Perhitungan nilai fekunditas dengan metode

volumetrik baru dapat dilakukan setelah mengetahui nilai

volume dari semua sub sampel dan jumlah seluruh telur

dari sub sampel yang diambil secara zig zag sehingga

jumlah nilai fekunditasnya dari seluruh telur dapat

diketahui dan berguna untuk mengetahui berapa jumlah

larva/benih yang dihasilkan apabila ikan itu memijah.

Fekunditas ikan palau berkisar 1.718 - 34.045 butir

(Sharifudin, 2010).

G. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan ikan dapat diketahui setelah

menganalisis jenis pakan yang terdapat dalam usus ikan.

Palau juga merupakan ikan pemakan perifiton, yaitu

Bacillariophyceae dan Chhlorophyceae, yang merupakan pakan

utama dengan indeks proponderan masing - masing adalah

44,90% dan 40,06% (Ekawati et al., 2010). Ikan Dari kelompok

ciprinidae ikan palau termasuk ikan yang tahan terhadap

serangan penyakit, diduga dengan kebiasaan makan ikan

palau termasuk kedalam kelompok omnivora dimana pakan

yang dikonsumsi didominasi dengan pakan alami dari

kelompok ganggang yang disinyalir banyak mengandung anti

bodi. Dengan mayoritas makanannya berupa peryphiton dan

tumbuhan penempel dengan demikian ikan palau dapat

berfungsi sebagai pembersih jaring apung (Janagkaru,

1989 dalam Subagja, 2012).

H. Diameter Telur

Dalam fase matang gonad menghasilkan diameter yang

sudah dapat dilihat dengan mata. Berdasarkan hasil

pengukuran lebar dan tebal gonad, gonad ikan nilem

ginogenesis memiliki tinggi 24,9 µmdan tebal18,26 µm

(Dewi, 2005).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari

Rabu tanggal 16 Oktober 2012 pada pukul 14.30 sampai

dengan selesai bertempat di Laboratorium Bersama

Perikanan dan Laboratorium Teknologi Hasil perikanan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 2. Alat yang digunakan pada saat praktikum.Alat Spesifikasi KegunaanAlat Tulis Pena, pensil, dan

penggarisSebagai alat tulis.

Cawan petri Kaca gelas Untuk meletakan telurCutter Pemotong Membelah ikan

Kaca preparat Kaca tipis persegipanjang

Meletakan objek yangingin dilihat dengan

mikroskop.Mikroskop Alat pembesar objek Sebagai alat untung

menghitung jumlahtelur pada ikan

Penggaris Ketelitian 0.05 mm Mengukur ikanPinset anatomi Besi stenlis dua cabang Mengambil gonad ikanStyrofoam Alas objek Tempat penelitian

ikanTimbangan Ketelitian 0.01 gram Mengukur berat ikan

2. Bahan

Tabel 3. Bahan yang digunakan pada saat praktikum.

Bahan Spesifikasi KegunaanIkan palau (Osteochilus hasselti)

Ikan airtawar

Bahan yang ingindi amati

C. Cara Kerja

1. Analisis Morfometri

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah

sebagai berikut :

a. Identifikasi masing-masing jenis ikan sampel.

b. Ukur berat ikan, panjang total, panjang standar,

lebar mulut dan tinggi badan

c. Tulis data/hasil pengamatan dalam tabel/lembar kerja

d. hitung kolerasi panjang dan berat

Log W = Log a + b Log L

loga=ΣlogWxΣ¿¿¿¿¿

logb=ΣlogW−¿¿¿¿

2. Membedakan Ikan Jantan dan Betina

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah

sebagai berikut :

Amati perbedaan ikan jantan dan ikan betina berdasarkan

parameter – parameter berikut ini :

a. Bentuk tubuh

b. Ekor

c. Sirip dada

d. Sirip punggung

e. Sirip perut

f. Warna tubuh

g. Bentuk kepala

3. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah

sebagai berikut :

a. Ikan yang telah diperoleh IKG-nya disiapkan untuk

diamati, baik dengan mata biasa maupun kaca pembesar.

b. Pengamatan terhadap gonad ikan meliputi :

Untuk ikan jantan :

a. Bentuk testes

b. Besar kecilnya testes

c. Warna testes

d. Pengisian testes dalam rongga tubuh

e. Keluar tidaknya testes dari tubuh ikan (dalam

keadaan segar)

Untuk ikan betina :

a. Bentuk ovarium

b. Besar kecilnya ovarium

c. Pengisian ovarium dalam rongga perut

d. Warna ovarium

e. Warna telur

c. Tentukan klasifikasi kematangan gonad dengan melihat

kunci tingkat kematangan gonad menurut Kesteven dan

Nikolsky.

4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah

sebagai berikut :

a. Membersihkan tubuh ikan dari segala kotoran dan

keringkan dengan kertas tissu.

b. Menimbang berat ikan beserta gonadnya (Bt)

c. Membedah ikan pada bagian perutnya dan keluarkan

gonad dengan hati-hati, jangan sampai pecah

d. Keringkan gonad tersebut dengan kertas tissu dan

timbang (Bg)

e. Menentukan IKG dengan persamaan sebagai berikut :

IKG = Bg x 100%

Bt

Keterangan :

IKG : Indeks kematangan gonad (%)

Bg : Berat gonad (g)

Bt : Berat total (g)

5. Fekunditas

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah

sebagai berikut :

a. Gonad yang telah diambil dari tubuh dan telah

dibersihkan, ditimbang beratnya dengan menggunakan

timbangan digital

b. Gonad diambil, kemudian potong gonad menjadi lima

bagian dan ambil sebagian gonad pada pangkal, tengah

dan ujung gonad untuk pengamatan selanjutnya, sehingga

diharapkan seluruh bentuk dan ukuran telur terwakili

c. Sebagian telur yang telah diambil tersebut ditimbang

beratnya

d. Setelah ditimbang, gonad di encerkan dengan air

sebanyak 100 cc dan aduk hingga homogen, dimana tidak

ada lagi telur yang mengelompok.

e. Setelah homogen, hitung telur dari ikan sampel

f. Fekunditas ikan dianalisis menggunakan metode

gravimetric

F=GQxN

Keterangan :

F : Fekunditas (butir)

G : Berat gonad (g)

Q : Berat gonad sampel (g)

N : Jumlah telur pada gonad sampel (butir)

6. Kebiasaan Makan

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah

sebagai berikut :

a. Ikan dibedah

b. Ambil ususnya jangan sampai pecah atau putus. Jika

ikan mempunyai lambung, angkat dari bagian perutnya

c. Ambil usus atau lambung dengan hati-hati kemudian

keluarkan isinya dengan membedahnya. Kemudian usus atau

lambung tersebut diukur volumenya tanpa isi.

d. Pisahkan jenis usus yang berukuran besar ataupun

kecil, identifikasi jenisnya dan jika mungkin ukur

volumenya sesuai prosedur

e. Aduk hingga homogen dan ambil dengan pipet, tuangkan

ke kaca objek dan amati di bawah mikroskop

f. Pilihlah organisme sejenis ke dalam tumpukan –

tumpukan (fitoplankton, zooplankton, tumbuhan, hewan,

detritus, ikan, serangga dan lain – lain

g. Tumpukan – tumpukan tersebut dinyatakan dalam persen

%

7. Penghitungan Diameter Telur

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah

sebagai berikut :

a. Ambil telur (± 100 butir)

b. Masukan dalam petridish

c. Tambahkan aquadest sampai telur terendam

d. Pisahkan telur secara manual dengan bantuan spatula

e. Amati di bawah mikroskop okuler dan sudah ditera

dengan micrometer objektif terlebih dahulu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

1. Analisis Morfometri

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terhadap

morfometri ikan palau (Osteochilus hasselti) diperoleh hasil

sebagai berikut.

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Analisis Morfometri Ikanpalau (Osteochilus hasselti).

No Berat (g)PanjangTotal(cm)

PanjangStandar(cm)

LebarMulut(cm)

Tinggibadan (cm)

1. 60 15 10.5 0.8 52. 29 13.5 7.8 0.9 33. 24 13.5 8 0.8 3.54. 29 13.5 8 1 4.5

Dari tabel diatas dapat kita ketahui, bahwa berat

rata – rata ikan palau adalah 35.5 g. Sedangkan panjang

total rata – rata adalah 13.875 cm.untuk lebar mulut ikan

palau dengan rata – rata 0.875 cm, untuk tinggi badan

rata – rata 4.67 cm. Ikan palau mempunyai bentuk tubuh

pipih, mulut dapat disembulkan, posisi mulut terletak

dujung (terminal), sedangkan posisi sirip perut terletak

di belakang sirip dada (abdominal) (Weher dan de

Beaufort 1916, dalam Saanin 1980 dalam Syamsiah 2001).

2. Membedakan Ikan Jantan dan Betina

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai

perbedaan ikan palau jantan dan betina didapatkan hasil

sebagai berikut.

Tabel 4. Perbedaan Ikan palau (Osteochilus hasselti) Jantan danBetina Ciri-ciriMorfologi Jantan Betina

Bentuk Tubuh Lebih Ramping Lebar Ekor Bersinar PudarSirip Dada Panjang Pendek Sirip Punggung Banyak Sedikit Sirip Perut Panjang Pendek Warna Terang GelapBentuk Kepala Tumpul LancipSisik Sikloid SikloidCiri Khusus Ramping Lebar

Ikan palau tergolong ikan bersisik lingkaragn

(sikloid), rahang atas sama panjang atau lebih panjang

dari diameter mata. Permulaan sirip punggung berhadapan

dengan sisik garis rusuk ke-8 sampai sisik garis rusuk

ke-10. Bentuk sirip dubur agak tegak. Sirip perut tidak

mancapai dubur (Weher dan de Beaufort 1916, dalam Saanin

1980 dalam Syamsiah 2001).

3. Indeks Kematangan Gonad

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai

indeks kematangan gonad ikan palau (Osteochilus hasselti)

didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Indeks Kematangan Gonad Ikan palau (Osteochilushasselti) No Berat Gonad (g) Berat Tubuh (g) IKG1. 9 60 15 %2. 2 29 6.9 %3. 1 24 4.1 %

4. 4 29 13.8 %

Perkembangan gonad ini dipengaruhi oleh adanya

perkembangan gamet yang diproduksi oleh gonad itu

sendiri. Ikan palau ini mempunyai berat telur dapat

mencapai 18 - 26% berattubuhnya (Soeminto et al, 2000

dalam Kartika et al, 2005).

4. Tingkat Kematangan Gonad

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai

tingkat kematangan gonad ikan palau (Osteochilus hasselti))

didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 6. Tingkat Kematangan Gonad Ikan palau (Osteochilushasselti)No.

JenisKelamin

TKG Warna BentukKesteven Nikolsky1. Jantan Bunting Masak Putih Lonjong

2. Betina Daraberkembang Pemasakan Abu -

abu

Tidakberatutra

n 3. Jantan Bunting Pemasakan Putih Lonjong

4. Betina Daraberkembang Pemasakan Abu -

abuTidak

beraturan

Ikan jantan Warna testis nampak putih seperti susu.

Bentuknya lebih jelas dari tingkat I. Terlihat menutupi

sebagian kecil dari rongga perut. Untuk ikan betina gonad

sudah mengalami pemasakan, terjadi Butiran telur yang

halus mulai nampak pada bagian pangkal gonad (Effendi,

1997 dalam Ulfa, 2011).

6. Fekunditas

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai

kebiasaan makan ikan palau (Osteochilus hasselti) didapatkan

hasil sebagai berikut.

Tabel 7. Fekunditas ikan palau (Osteochilus hasselti)Sampel ikan ke- Nilai fekunditas (butir)

1 -2 1.6003 -4 3.300

Ikan nilem memiliki nilai fekunditas yang cukup

besar. Fekunditas sangat erat hubunganya dengan berat

tubuh ikan nilem. Keberhasilan pemijahan terjadi pada

suhu 26º-28 ºC dengan waktu ovulasi 13 jam dari

penyuntikan kedua. Indeks ova somatik (IOS) 12,3 - 17,6

%, dengan tingkat fekunditas rata-rata 39.862 butir ( ±

1.780, n=9 ) per kg induk dengan diameter saat ovulasi

1,4 -1,5 mm dan berkembang sampai 2,7–3.3 mm setelah

dibuahi (Setijaningsih, 2011).

6. Kebiasaan Makan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai

kebiasaan makan ikan palau (Osteochilus hasselti) didapatkan

hasil sebagai berikut.

Tabel 8. Kebiasaan Makan Ikan palau (Osteochilus hasselti)No. Jenis pakan Keterangan pakan Jumlah

1. Omnivora Serangga air, lumut -2. Omnivora Serangga air, lumut -3. Omnivora Serangga air, lumut -4. Omnivora Serangga air, lumut -

Kebiasaan makan ikan nilem termasuk kedalam kelompok

omnivora dimana pakan yang dikonsumsi didominasi dengan

pakan alami dari kelompok ganggang yang disinyalir banyak

mengandung anti bodi. Dengan mayoritas makanannya berupa

peryphiton dan lumut (Subagja, 2012).

7. Diameter telur

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai

diameter ikan sepat (Trichogaster pectoralis) didapatkan hasil

sebagai berikut.

Tabel 9. Diameter telur Ikan palau (Trichogaster pectoralis)NO Ikan ke- Diameter Telur1. 1 -2. 2 15 – 35 µm3. 3 -4. 4 17 – 40 µm

Ikan sampel telah mengalami matang gonad. Pada ikan

palau ke dua memiliki diameter 15 – 35 µm sedangkan untuk

ikan keempat 17 – 40 µm (Dewi, 2005).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan,

maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Setiap ikan memiliki morfologi tubuh yang berbeda

satu sama lainnya, baik dari berat, panjang total,

panjang standar, lebar mulut, dan tinggi badan.

2. Ikan jantan memiliki warna yang terang.

3. Berat gonad ikan sepat dipengaruhi oleh berat tubuh.

4. TKG ikan palau mengalami penurunan aktifitas setelah

memijah.

5. Fekunditas erat kaitanya dengan bobot dan panjang

tubuh ikan

6. Ikan palau biasanya memakan serangga kecil dan

tumbuhan.

7. Diameter telur ikan palau yang paling ikan terjadi

pada ikan yang ketiga.

B. Saran

Sebaiknya dalam praktikum digunakan ikan yang

berukuran besar sehingga analisis gonad dan kebiasaan

makan lebih mudah diamati. Selain itu alat alat-alat yang

akan dipakai dalam praktikum dipersiapkan dengan baik

sehingga praktikum berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Kartika, Soeminto. 2005. Pertumbuhan Ikan Nilem(Osteochilus hasselti C.V) Ginogenesis sampai Umur 30 Hariserta Tingkat Perkembangan Gonad yang Telah Dicapai.Jurnak Iktiologi Indonesia, Volume 5, Nomor 2. BidangZoologi, Pusat penelitian Biologi – LIPI. FakultasBiologi, Universitas Soedirman, Purwokerto.

Ekawati D et al. 2010. Studi Kebiasaan Makan Nilem(Osteochilus hasselti C.V) yang dipelihara pada KerambaJaring Apung di Waduk Ir. Djuanda. Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Jawa Barat.

Gumay. 2011.http://www.scribd.com/doc/82532311/PROSIDING-Seminar-Hasil-Penelitian-Pengabdian-Kepada-Masyarakat-UNILA-Oktober-2011.

Mulyasari et al. 2010. Karakteristik Geneetik Enampopulasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V) di JawaBarat. Jurnal Riset Akuakultur Vol 5 No 2 Tahun 2010:175-182.

Sambara Syeni. 1989. KEBERHASILAN PENGGUNAAN SPERMA IKANNILEM (Osteochilus hasselti C.V) PADA GINOGENESIS IKAN MAS(Cyprinus carpio L.). Karya Ilmiah. Program Studi BudidayaPerairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan InstitutPertanian Bogor.

Setijaningsih L et al. 2011. Keberhasilan pembenihan ikankelabau (Osteochilus melanopleura Blkr) sebagai upayakonservasi ikan lokal melaui manipulasi lingkungan danhormon. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber DayaIkan III . Balai Penelitian Budidaya Air Tawar.

Sharifuddin Bin Andy Omar. 2010. Aspek reproduksi ikannilem, Osteochilus vittatus (Valenciennes, 1842) di DanauSidenreng, Sulawesi Selatan. Jurnal IktiologiIndonesia, 10(2):111-122.

Subagja Jojo et al. Teknologi Reproduksi Ikan Nilem(Osteochilus hasselti C.V):Pematangan Gonad, Penanganan

Telur dan penyediaan Calon induk. Seminar NasionalHari Pangan Sedunia XXVII Dukungan Teknologi Untukmeningkatkan produk Pangan Hewani Dalam RangkaPemenuhan Gizi Masyarakat.

Subagja Jojo et al. Pelestarian Ikan Nilem (Osteochilushasselti C.V) Melalui Teknologi pembenihanya. LokakaryaNasional Pengolahan dan Perlindungan Sumber DayaGenetik di indonesia : Manfaat Ekonomi untukmewujudkan Ketahanan Nasional.

Syamsiah Heka. 2001. KAREKTERISTIK MORFOMETRIK DANMERISTIK BENIH IKAN HIBRIDA ANTARA IKAN MAS (Cyprinuscarpio L.) BETINA DAN IKAN NILEM (Osteochilus hasselti C.V)JANTAN. Skripsi. Program Studi Budidaya PerairanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan InstitutPertanian Bogor.

Ulfa, Maria. 2010. Pendugaan Beberapa Parameter DinamikaIkan Tawes Barbonymus gonionotus bleeker, 1850 diDanau Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang, ProvinsiSulawesi Selatan.

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

Oleh :

MULTI IDOLA TRICIA05111006036

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANDAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA2012