LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSTRUKSI SARANA BUDIDAYA IKAN
-
Upload
universitasjenderalsoedirman -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSTRUKSI SARANA BUDIDAYA IKAN
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK KONSTRUKSI SARANA BUDIDAYA
Oleh :
Samidi B0A012001Fandhy Okka P. B0A012002Dina Septalia L. B0A012003Soefiana Napitupulu B0A012004
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBER DAYA
PERIKANAN DAN KELAUTANPURWOKERTO
2013LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KONSTRUKSI SARANA BUDIDAYA
Oleh :
Kelompok 1
Samidi B0A012001Fandhy Okka P. B0A012002Dina Septalia L. B0A012003Soefiana Napitupulu B0A012004
Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian
akhir semester mata kuliah Teknik Konstruksi Sarana
Budidaya Program Studi D-III Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan dan kelautan di Fakultas Biologi, Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto.
Diterima dandisetujuiPurwokerto, Juni2013
Dosen Pengampu
Drs. Sugiharto, M.SiNIP.
196003031987031004I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolam adalah merupakan suatu wadah yang sering
kita lihat atau kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Kolam adalah genagan air yg kondisinya dapat
dikendalikan. Biasanya kolam terbuat dari tanah,
tembok, atau beton. Kolam tanah umumnya memiliki
pematang yang rapuh dan mudah dilubangi hama
seperti, kepiting sehinggah mudah bocor. Kolam
memiliki banyak manfaat bagi manusia, kolam
memiliki bentuk yang berfariasi, ada yang berbentuk
segi empat, berbentuk bujur, dan ada juga yang
berbentuk bundar. Kolam pada umumnya memiliki
fungsi sebagai tempat pembudidayaan.
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk
menampung air dalam jumlah tertentu sehingga dapat
digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan
air lainnya. Berdasarkan pengertian teknis
(Susanto, 1992), kolam merupakan suatu perairan
buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat
manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan
air, jenis hewan budidaya dan target produksinya.
Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus
dapat berfugsi sebagai sumber makanan alami bagi
ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat
menumbuhkan makanan alami.
Awalnya kegiatan budidaya ikan dilakukan secara
sederhana dengan membangun kolam di belakang rumah
untuk mencukupi kebutuhan pangan sendiri. Namun
tingginya permintaan ikan air tawar memacu
perkembangan teknik budidaya untuk mendapatkan
hasil produksi yang maksimal. Saat ini kegiatan
budidaya ikan di kolam merupakan salah satu usaha
dan mata pencaharian yang menguntungkan masyarakat.
Keberhasilan budidaya ikan di kolam sangat
tergantung pada beberapa faktor, yaitu faktor
teknis dan sosial-ekonomis di sekitar kolam. Faktor
teknis antara lain topografi, jenis tanah,
kuantitas dan kualitas air, serta faktor pengadaan
benih dan pakan ikan; sedangkan faktor sosial
ekonomi menyangkut masalah tenaga kerja dan kondisi
masyarakat di sekitar bangunan kolam.
Sekarang ini kolam sudah memiliki banyak fungsi
yang bermanfaat bagi manusia, tetapi kurangnya
kesadaran dari masyarakat ataupun individu untuk
menjaga agar keberadaan kolam tetap terjaga.maka
dari itu bagaimana cara kita menjaga agar kolam itu
tetap terjaga, tetap bersih, dan bagaimana cara
kita untuk mengembangakan kolam untuk masa yang
akan datang.
Fungsi dan manfaat kolam diantaranya adalah
sebagai berikut :
Fungsi ekologis:
(a) Habitat hidup berbagai jenis hewan dan
tumbuhan air,
(b) Sumber plasma nutfah
Manfaat ekonomis kolam:
(a) Menghasilkan berbagai sumber daya alam
bernilai ekonomis,
(b) Meningkatkan perekonomian masyarakat,
(c) sarana pariwisata / rekreasi.
Proses pembuatan kolam
Kolam merupakan lahan basah buatan yang dapat
dikelola dan diatur langsung oleh manusia untuk
kebutuhan budidaya ikan. Berdasarkan proses
pembentukannya, kolam dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu kolam yang sengaja dibangun dan
kolam yang tidak sengaja dibangun.
Tipe-tipe kolam
Tipe Kolam berdasarkan sumber air:
(a) kolam tadah hujan,
(b) kolam mata air,
(c) kolam berperairan setengah teknis,
(d) kolam berperairan teknis.
Tipe kolam berdasarkan kegunaannya:
(a) kolam pemeliharaan induk,
(b) kolam pemijahan / perkawinan,
(c) kolam penetaan telur,
(d) kolam pendederan,
(e) kolam pembesaran,
(f) kolam penumbuhan makanan alami,
(g) kolam pengendapan,
(h) kolam penampungan hasil.
Tipe kolam berdasarkan aliran air:
(a) kolam air tergenang (stagnant water ponds),
(b) kolam air air mengalir / kolam air deras
(running water pond).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum teknik konstruksi sarana
budidaya ini adalah
1. Untuk mengetahui jenis wadah kolam.
2. Untuk mengetahui syarat wadah kolam yang baik
untuk budidaya.
3. Mengetahui kondisi tanah yang baik membuat kolam.
4. Mengetahui kontruksi kolam.
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
teknik konstruksi sarana budidaya adalah kayu,
bambu, pipa, semen, waring, batu bata, plastik atau
terpal, pipa, seng, asbes, paku, kawat, atap daun
kelapa dan tali.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Cara Pembuatan Kolam Tanah
1. Tentukan rencana lokasi kolam
2. Tentukan rencana luas kolam, supaya kualitas air
stabil dan pertumbuhan ikan optimal maka luas
kolam minimal burukuran 2m x 3m, buatlah batas-
batasnya.
3. Mulailah menggali sampai kedalaman 75 cm, tanah
bagian atas yang subur disimpan dulu untuk
dikembalikan lagi ke dalam kolam kalau kolam
sudah jadi, tanah hasil galian
selanjutnya ditimbun dan disusun di sepanjang
batas kolam yang sudah dibuat sebelumnya, kalau
ada sisa-sia kayu atau akar sebaiknya dibuang
sehingga tanggul tidak mudah bocor .
4. Tanam pralon berbentuk L di salahsatu sudut
tanggul untuk saluran pembuangan, dan disudut
yang lain sebagai saluran pemasukan.
5. Buatlah jaring seukuran kolam untuk mempermudah
pemanenan ikan nantinya.
2.2.2 Cara Pembuatan Kolam Permanen
1. Tentukan rencana lokasi kolam.
2. Tentukan rencana luas kolam, supaya kualitas air
stabil dan pertumbuhan ikan optimal maka luas
kolam minimal burukuran 2m x 3m, buatlah batas-
batasnya.
3. Mulailah membuat pondasi kolam dan kerangka besi
untuk dinding kolam.
4. Buatlah papan mal pondasi dan tanggul kolam untuk
pengecoran dinding kolam dan pondasi, setelah itu
lakukanlah pengecoran. Untuk dasar kolam biarkan
berupa tanah.
5. Apabila ingin menghemat biaya, dinding kolam bisa
juga menggunakan batu bata atau batako, akan
tetapi dinding rawan retak.
6. Tanam pralon berbentuk L di salah satu sudut
tanggul untuk saluran pembuangan, dan disudut
yang lain sebagai saluran pemasukan.
7. Buatlah parit ditengah kolam yang menghubungkan
antara saluran pemasukan dan pembuangan untuk
mempermudah pemanenan nantinya.
2.2.3 Cara Pembuatan Kolam Terpal
1. Tentukan rencana lokasi kolam.
2. Tentukan rencana luas kolam, supaya kualitas air
stabil dan pertumbuhan ikan optimal maka luas
kolam minimal burukuran 2m x 3m dengan terpal 3m
x 4m, lalu buatlah batas-batasnya.
3. Mulailah membuat tiang kolam dengan kayu,
jarak antar tiang 1m.
4. Buatlah dinding kolam dengan papan dan dipaku ke
tiang-tiang yang sudah dipasang.
5. Ratakan dasar tanah sebelum terpal dimasukkan
agar tidak ada benda-benda tajam yang dapat
membuat terpal bocor. Masukkan terpal, ikat atau
paku tepi-tepi atasnya ke tiang-tiang kolam,
lipat ujung-ujungnya.
6. Siapkan selang air untuk pemasukan dan
pengeluaran air.
7. Supaya suhu air tida terlalu panas pada siang
hari, sebaiknya buatkanlah penutup dari paranet
atau kalau mau lebih murah meriah yaitu dari daun
kelapa.
Gambar 3.1.4 Kolam Pemijahan ikan Lele
IV. PEMBAHASAN
Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk
budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh pemilihan lokasi
yang tepat. Untuk membuat kolam maka tanah yang akan
dijadikan kolam harus mampu menyimpan air atau kedap
air sehingga kolam yang akan di buat tidak bocor.Bentuk
kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan ada
beberapa macam antara lain adalah kolam berbentuk segi
empat/empat persegipanjang, berbentuk bujur sangkar,
berbentuk lingkaran atau berbentuk segitiga. Dari
berbagai bentuk kolam ini yang harus diperhatikan
adalah tentang persyaratan teknis konstruksi kolam.
Persyaratan teknis konstruksi suatu kolam yang akan
digunakan untuk membudidayakan ikan sebaiknya mempunyai
pematang kolam. Langkah-langkah pembuatan pematang
sebagai berikut:
1. Tanah yang akan dipergunakan untuk lokasi
perkolaman harus¬lah dibersihkan dari rumput,
batuan dan segala macam kotoran organik maupun
anorganik.
2. Pemasangan propil yaitu rangka bambu untuk
mempermudah pembuatan bentuk pematang yang
dikehendaki.
3. Tanah bagian atas setebal 15-20 cm yang biasanya
merupakan lapisan humus digali dan dikumpulkan di
suatu tempat. Ini dimaksudkan agar lapisan tanah
yang subur dapat dipergunakan sebagai dasar kolam
nantinya. Lagipula apabila tanah digali biasanya
lapisan tanah yang subur ini justru akan
menyebabkan kebocoran kolam apabila ikut tertimbun
sebagai pernatang.
5. Supaya lebih memberikan jaminan kekuatan kolam,
alangkah baiknya di tanah yang akan dijadikan
pematang dibuat galian dengan kedalaman 50 cm dan
lebar 50 cm sebagai poros atau sumbu pematang.
6. Kemudian ditimbun tanah baru dari hasil penggalian
tanah yang akan dijadikan kolam.
A. Konstruksi kolam pembenihan ikan
Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang
digunakan untuk memelihara benih ikan sampai ukuran
siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi).
Kolam pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi
kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan. Pada kolam
semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah dasar
kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh
pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan..
A. Konstruksi kolam
Kontruksi kolam yang digunakan merupakan
penyempurnaan dari kontruksi sebelumnya yang
menggunakan pintu monik sebagai out let. Outlet kolam
menggunakan “standing pipe”. Kontruksi ini tidak
memerlukan kayu papan untuk menutup pintu pengeluaran
kolam (outlet), saat pemanenan cukup dengan memiringkan
pipa sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa
arus kuat, kematian larva dan induk pun relatif sangat
sedikit. Tenaga kerja efisien dan efektif, yaitu cukup
dua orang untuk kolam dengan luas 800 m2. Konstruksi
dasar kolam dilengkapi dengan bak yaitu disebut dengan
istilah kobakan berbentuk persegi panjang dengan luas
sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam, dan tingginya
50-70 cm. dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi
utamanya adalah sebagai tempat berkumpulnya induk dan
larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam
(kemalir) dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang
berfungsi untuk memudahkan induk dan larva dapat
berkumpul dalam kobakan pada saat panen.
B. Persiapan kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan
antara lain peneplokan/ perapihan pematang agar
pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan
kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak
kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon,
pemasangan saringan di pintu pemasukan serta pengisian
kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk
menghindari masuknya ikan-ikan liar sebagai predator
atau kompetitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil
produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.
C. Pemijahan
BBAT Sukabumi mengembangkan sistem pengelolaan
induk dalam satu unit produksi benih dengan
mempertimbangkan bilangan pemijah. Jumlah induk dalam
satu populasi pemijahan secara masal disebut satu
paket. Satu paket induk berjumlah 400 ekor yang terdiri
dari 100 ekor jantan dan 300 ekor betina (Ne = ±133,3).
Dengan induk sejumlah ini diharapkan dapat menghambat
laju silang dalam dan memungkinkan keturunannya dapat
dijadikan induk kembali setelah melalui kegiatan
seleksi. Penebaran induk dilakukan pada pagi hari saat
suhu udara dan air masih rendah. Padat tebar induk
adalah 1 ekor/m2, sehingga satu paket induk sebanyak
400 ekor memerlukan lahan untuk pemijahan seluas 400
m2. Satu periode pemijahan berlangsung selama 10 hari
untuk dapat dilakukan pemanenan larva. Proses pemijahan
sendiri dapat berlangsung selama delapan periode
pemijahan dengan delapan kali pemanenan larva, tanpa
harus mengangkat induk. Setelah akhir periode, induk
diangkat dari kolam pemijahan dan dipelihara secara
terpisah antara jantan dan betina untuk pematangan
gonad selama 15 hari. Selanjutnya paket induk tersebut
dimasukkan kembali kedalam kolam pemijahan yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
D. Pengelolaan pakan dan air
Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas
untuk lima hari pertama pemijahan dan 2-2,5% untuk lima
hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan dosis
pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa
sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva.
Pakan yang diberikan harus cukup mengandung protein
( 28-30%). Selama pemijahan debit air diatur dalam dua
tahap, yakni 5 hari pertama lebih besar 5 hari kedua.
Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka
meningkatkan kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu
makan induk disamping mengganti air yang menguap.
Dengan demikian air yang mengalir ke kolam terlimpas ke
luar kolam melalui saluran pengeluaran. Sedangkan untuk
5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk
mengganti air yang terbuang melalui penguapan
sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke luar kolam.
Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga
menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di
kolam pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva.
E. Panen larva
Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali
pada pagi hari. Tergantung luas kolam, penyurutan kolam
dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan
air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengah-nya.
Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu
dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat
outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan
sampai air hanya tersisa pada kobakan saja. Induk dan
larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan
pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva
ditampung sementara dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3
dengan mesh size 1,0 mm. Proses pengambilan larva ini
dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva
dilakukan secara total sampai bersih termasuk yang
masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar
sarang dan mengarahkan larva ke kobakan. Sarang tempat
pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di dasar
kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang
memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva yang
dipanen ada dua ukuran, untuk itu perlu dilakukan
sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk
betina yang memijah sebanyak 30-40% dengan perolehan
larva sebanyak 60.000-80.000 ekor/paket/10 hari. Larva
ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk
tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon.
Sedangkan larva ukuran besar dapat langsung didederkan
dalam wadah pendederan.
B. Konstruksi kolam pemeliharaan induk ikan
Kolam pemeliharaan induk berfungsi sebagai tempat
penyimpanan induk ikan yang akan dikawinkan atau
dipijahkan, dan tempat pemeliharaan induk ikan yang
telah selesai dipijahkan. Kolam pemeliharaan induk
biasanya ada dua buah, satu untuk induk jantan dan
lainnya untuk induk betina. Sistem pemasukan air yang
ideal adalah secara paralel. Jadi kolam induk jantan
dan betina bisa mendapatkan air dari pintu air masing-
masing. Jika terpaksa, sistem pemasukan airnya boleh
seri. Namun, harus diingat, kolam induk betina harus
berada di atas, supaya induk betina tidak terangsang
oleh sperma jantan yang keluar secara tidak sengaja.
1. Persiapan wadah kolam induk ikan
Wadah mempunyai pematang kokoh dan tidak bocor,
pintu pemasukan, serta pintu pengeluaran yang dipasang
saringan. Adanya saringan air ini baik pada pintu
pemasukan maupun pada pintu pengeluaran, untuk
menghindari masuknya ikan liar, terutama ikan predator
yang dapat mengganggu proses pemijahan bahkan dapat
memangsa induk maupun larva yang dihasilkan pada kolam
induk ikan. Pengolahan dasar kolam dengan cara membalik
tanah bagian dasar kolam yang di lanjutkan dengan
pengapuran dan pemupukan. Pengolahan dasar kolam
bertujuan untuk meningkatkan kesuburan dasar dan
perairan kolam sebagai stok pakan alami bagi calon
induk pada kolam induk ikan. Pemberian kapur selain
dapat membunuh hama dan parasit ikan juga dapat
menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan
fitoplankton sebagai makanan zooplankton maupun ikan.
Pemupukan dasar kolam dapat digunakan pupuk kandang,
pupuk hijau atau pupuk buatan. Pemberian pupuk pada
kolam induk ikandapat dilakukan dengan cara menyebarkan
pupuk ke dasar kolam dan dilanjutkan dengan pemupukan
susulan setelah 15 hari dengan cara memberikan pupuk
yang dibungkus dari karung plastik yang diberi lubang
keci-kecil sehingga pupuk akan terurai secara perlahan.
2. Pengairan kolam induk ikan
Pengairan dimaksudkan untuk menjaga kondisi
lingkungan bagi induk sesuai dengan persyaratan yang
dibutuhkan yaitu perairan subur, cukup tersedia oksigen
terlarut ( 5 ppm), CO2 (<10 ppm), NH3 ( <1 ppm). Untuk
mendapatkan lingkungan pada kolam induk ikan yang
demikian, maka air kolam harus terus menerus mengalir
sehingga tidak ada lagi penimbunan kotoran air akibat
dari sisa pakan atau sampah lainnya.
Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk
membudidayakan ikan berdasarkan proses budidaya dan
fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kolam
antara lain adalah kolam pemijahan, kolam penetasan,
kolam pemeliharaan/ pembesaran, kolam pemberokan induk.
Kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja dibuat
sebagai tempat perkawinan induk-induk ikan budidaya.
Ukuran kolam pemijahan ikan bergantung kepada ukuran
besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang akan
dipijahkan dalam setiap kali pemijahan.Bentuk kolam
pemijahan biasanya empat persegi panjang dan lebar
kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan mas
sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban.
Sebagai patokan untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan
ukuran kolam pemijahan 3 x 10 m dengan kedalaman air
0,75 – 1,00 m. Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan
sistem pengairan yang baik yaitu mudah dikeringkan dan
pada lokasi yang mempunyai air yang mengalir serta
bersih. Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor
dan bersih dari kotoran atau rumput rumput liar.
C. Sistem Pengairan pada kolam
Pengairan kolam ada dua sistem, yaitu seri dan
paralel. Seri adalah sistem pengairan kolam dimana
setiap kolam tidak mendapat air baru dari saluran
pemasukan, tetapi air hanya dialirkan ke sebuah kolam
dan air itu dialirkan lagi ke kolam lain. Sistem
pengairan ini kurang baik, karena tidak dapat menjaga
kualitas air kolam. Selain itu, sistem ini sulit dalam
pengelolaannya, terutama sewaktu panen. Bila kolam
bagian atas dipanen akan mengganggu kolam bagian
bawahnya. Paralel adalah sistem pengairan dimana setiap
kolam mendapat air baru atau air yang sudah dialirkan
tidak dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini
yang baik, karena kualitas air kolam dapat terjaga.
Selain itu, sistem ini mudah dalam pengelolaannya. Bila
kolam satu dipanen tidak mengganggu kolam lain.
D. Macam- macam kolam
Kolam Tanah umumnya dikelola secara tradisional.
Luas lahan yang dibutuhkan sangat bergantung dari usaha
yang akan dijalankan. Tradisional/ekstensif, kolam yang
digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang
keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah, yang
perlu diperhatikan dari kolam tanah (tradisional)
adalah :
Pematang: tidak bocor, cukup tinggi sehingga cukup
aman saat datangnya musim hujan.
Kualitas air: Sumber air yang masuk ke kolam harus
diperhatikan, dan tidak tercemar, supaya sesuai
dengan kondisi yang dubutuhkan Lele untuk cepat
besar.
Ketinggian air: idealnya dibutuhkan air untuk
memenuhi badan kolam hingga ketinggian 30 - 75 cm
ditambahkan bertahap sesuai dengan ukuran lele.
Ketersediaan air memadai sepanjang tahun.
Struktur tanah tidak porous/tidak mudah longsor.
Lokasi bukan daerah banjir.
Persiapan kolam tanah (tradisional)
Pengolahan Tanah Dasar
Pengolahan tanah dasar terdiri dari pencangkulan dan
perataan. Setelah itu, dinding kolam diperkeras
untuk mencegah kebocoran dan tanggul yang rusak
diperbaiki.
Pembuatan kamalir sebagai tempat berlindung ikan
atau benih sekaligus mempermudah pemanenan.Penebaran
Kapur Pertanian
Pengapuran bertujuan untuk memberantas bibit hama,
penyakit, serta memperbaiki kualitas dan menaikkan
pH tanah. Dosis kapur ang diberikan sebanyak 20-200
gram/m2, tergantung pH awal tanah.
Pemberian pupuk
Pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang berupa
kotoran ternak (kotoran ayam kering) yang
dikombinasikan dengan pupuk buatan. Pupuk yang
diberikan yaitu pupuk kandang sebanyak 500-700
gram/m2, urea 15gram/m2, TSP 10 gram/m2 dan ZA
(NH4NO3) 15 gram/M2.
Pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air yang
diberi saringan untuk mencegah kaburnya ikan.
Pengisian air
Pengisian air dilakukan dengan menutup pintu
pengeluaran dan membuka pintu pernasukan sehingga
air mengalir dan menggenangi kolam setinggi 50-75 cm
Penumbuhan pakan alami
Dilakukan dengan cara membiarkan kolam yang telah
tergenang air selama 7 hari untuk merangsang
tumbuhnya pakan alami berupa plankton.
Kolam permanen, yaitu kolam yang keseluruhan
bagian kolam terdiri dari lapisan batu bata dan semen /
biasa disebut kolam tembok. Kontruksi kolam permanen
harus kuat pada sambungan-sambungan pasangan batu
bata / batu kali pada lantai dasar dan dinding kolam
karena sebagai penahan air. Dasar kolam dan dinding
kolam yang tidak kuat akan mudah retak dan pecah-pecah
sehingga mempercepat peresapan air ke dalam tanah.
Hal yang perlu diperhatikan untuk pembuatan kolam
semen :
Konstruksi dasar kolam harus dibuat melandai ke
titik pusat pintu keluar dengan kemiringan minimal
5°.
Saluran pipa pembuangan/ pemasukan air dibuat
dengan pipa PVC 3".
Pipa pengeluaran diusahakan agar dapat
mengeluarkan lapisan dasar karena lapisan tersebut
banyak mengadung bahan endapan lumpur dari sisa
makanan dan kotoran ikan.
Biaya yang diperlukan untuk pembuatan kolam
semen cukup tinggi.
Kolam Semen relatif aman dari berbagai hama dan
resiko rusak / kebocoran. Selain itu dari segi
estetika, kolam semen juga lebih rapi dan enak
dipandang.
Kolam hapa adalah sejenis kolam yang digunakan
untuk pembesaran larva ikan yang baru menetas atau
belum menetas. Kolam hapa berukuran tidak terlalu lebar
karena kolam hapa hanya untuk benih ikan saja. kolam
hapa biasanya dilengkapi atau diatas nya terdapat
jaring untuk dapat mengangkat larva yang masih kecil.
Wadah budidaya ikan selanjutnya adalah bak atau
tanki yang dapat digunakan untuk melakukan budidaya
ikan. Berdasarkan proses budidaya ikan, jenis bak yang
akan digunakan disesuaikan dengan skala produksi
budidaya dan hampir sama dengan kolam dimana dapat
dikelompokkan menjadi bak pemijahan, bak penetasan, bak
pemeliharaan dan bak pemberokan. Bak yang digunakan
untuk melakukan pemijahan ikan biasanya adalah bak yang
terbuat dari beton.
Kolam dengan air tergenang biasanya dikelola
dengan metode tradisional. Produktivitas kolam ini
tergantung pada kesuburan, yang dapat ditingkatkan
dengan pemberian pupuk organik dan anorganik.
Pembangunan tambak tradisional sangat sederhana.
Kedalaman rata-rata adalah 80 cm, memungkinkan sinar
matahari untuk mencapai dasar tambak. Biasanya desain
kolam persegi. Produksi tahunan rata-rata untuk
polikultur sekitar 2,1 ton / ha. Kolam dengan sistem
air mengalir diperkenalkan pada tahun 1974, dan masih
berkembang luas di banyak daerah. Masalah utama adalah
menemukan lokasi dengan baik pasokan air yang mengalir.
kolam air Menjalankan terbuat dari beton dan sebagian
besar segitiga dan persegi panjang, tetapi beberapa
adalah lingkaran. Tingkat tebar biasanya 1 sampai 3 kg
per meter kubik tambak. Hal ini membutuhkan volume
tinggi pakan pelet. Secara umum rata-rata hasil panen
pada akhir 3 bulan adalah 2 sampai 3 kali berat kaus
kaki. Ada juga sistem air semi berjalan dalam
hubungannya dengan sistem irigasi. Penggunaan ini baru
berkembang. Salah satu masalah dari jenis sistem adalah
efek pestisida diterapkan di wilayah irigasi, yang
kemudian dapat menyebabkan kematian ikan. Dari beberapa
jenis ikan budidaya air tawar, beberapa jenis ikan mas
yang dominan, karena harga pasar yang tinggi mereka.
spesies lainnya adalah Buntius, gourame raksasa,
mencium-gurami, Nila dan Trichogaster.
Paralel adalah sistem pengairan dimana setiap kolam
mendapa air baru atau air yang sudah dialirkan tidak
dialirkan ke kolam lain. Sistem pengairan ini yang
baik, karena kualitas air kolam dapat terjaga. Selain
itu, sis-tem ini mudah dalam pengelolaannya. Bila kolam
satu dipanen tidak mengganggu kolam lain.Sebuah
perkolaman dengan pengairan sistem seri akan terdiri
dari tiga bagian, yaitu saluran masuk, kolam dan
saluran pembuangan. Saluran pemasukan dibuat di bagian
tengah, saluran tengah dibuat di tepi atau di belakang
kolam. Sementara kolam dibuat antara saluran pemasukan
dan saluran pembuangan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. kolam merupakan suatu perairan buatan yang
luasnya terbatas dan sengaja dibuat manusia agar
mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis
hewan budidaya dan target produksinya.Biasanya
kolam terbuat dari tanah, tembok, atau beton.
2. Konstruksi kolam yang akan digunakan untuk
budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh pemilihan
lokasi yang tepat.
3. Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat
tergantung kepada sistem budidaya yang akan
diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air yang
biasa dilakukan yaitu :
Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan
adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan
bagian kolamnya terbuat dari tanah..
Semi intensif, kolam yang digunakan adalah
kolam yang bagian kolamnya(dinding pematang)
terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya
terbuat dari tanah.
intensif, kolam yang digunakan adalah kolam
yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari
tembok.
DAFTAR REFERENSI
Aditya. 2012. Kolam Pendederan Menggunakan Sistem 2 Monik.http://http://adityaniad.blogspot.com/2012/09/kolam-pendederan-menggunakan-sistem-2_18.html. Diaksespada tanggal 26 Juni 2013.
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PercetakanPT. Gramedia
PustakaUtama Jakarta.
Anonim. 2011. Kolam Tanah. http://http://www.dunialele.com/2011/09/kolam-tanah.html. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013.
Arie. 2008. Mengatur Pengairan Kolam. http://http://solusiikanmas.blogspot.com/2008/03/mengatur-pengairan-sebuah-perkolaman.html. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013.
Djajadireja, S. S. Hatimah dan Z. Arifin. 1977.Bukupedoman pengenalan
sumberdaya perikanan darat bagian I. Jakarta:DtjenPerikanan.
Djuhanda, T. 1981. Dunia perikanan dan Kelautan. Bogor :ITBPress.
Effendie, M. I., 1995.Pembuatan kolam dan Tehniknya.Yayasan Dwi Sri, Bogor.
122 hal.
Evy,R., Endang mujiani dan K. Sujono.2001.UsahaPerikanan di Indonesia.
Bogor:Mutiara Sumber Widya.
Gusrina. 2011. Budidaya Ikan Jilid 1. BSE: Jakarta.
Hardjamulia, A., 1978. Budidaya perikanan.Bogor.Departemen Pertanian.
BPLPP. Sekolah usaha perikanan.
Khairuman, SP dan Khairul Amri, Spi, M.Si. 2008.Persiapan Kolam Tanah Tradisional. Agromedia Pustaka:Jakarta.
Lani Puspita et al (2005). Lahan Basah Buatan di Indonesia.Bogor: Wetlands International – Indonesia Programme
Macinthosh, D.J and Sampson, D.R.T, 1985. TilapiaCulture : Hatchery methods for Oreochromismossambicus and O. niloticus. Institute ofAquaculture, University of Stirling. Scotland. 154pp.
Pulungan. et al., 2006. Penuntun Praktikum Biologi PerikananFakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.Pekan Baru :Unri Riau.
Raharjo. 1980. Sistem morfologi dan anatomi ikan. Bandung.ITBPress.
Sitanala Arsyad. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor:IPB Press
Wahyudi, M. Joko. 2012. Kolam Semen/Kolam Tembok. http://http://agribisnis-ria.blogspot.com/2012/09/kolam-semen-kolam-tembok.html. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013.
Yunias. 2011. Jenis-Jenis Kolam Ikan Menurut Fungsinya. http://http://yunias19ocean.blogspot.com/2011/06/jenis-jenis-kolam-ikan-menurut.html. Diakses pada tanggal 26 Juni 2013.