BUDIDAYA JARAK PAGAR-CHOLID-BALITTAS

15
1 BUDIDAYA JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) Mohammad Cholid Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat PENDAHULUAN Belakangan ini, nilai ekonomi dari jarak pagar cenderung meningkat karena penggunaannya sebagai biofuel dan biodiesel. Dengan semakin berkurangnya ketersediaan minyak bumi (petrodiesel), dan semakin melambungnya harga minyak di pasaran dunia, serta subsidi pemerintah atas minyak yang dikurangi secara berangsur-angsur, maka peran jarak pagar semakin prospektif dan strategis. Jarak pagar merupakan energi alternatif yang bersifat ramah lingkungan (environmental benignity), berkelanjutan (sustainable) dan dapat diperbaharukan (renewable). Dalam pengembangan tanaman jarak pagar diperlukan adanya dukungan teknologi budidaya. Komponen teknologi seperti penyediaan kebun induk dari tanaman yang telah diseleksi, teknologi pembenihan dan pembibitan, kepadatan populasi, pemupukan, arsitektur tanaman, pengendalian gulma, serta teknologi pascapanen diperlukan untuk mencapai produktivitas yang tinggi. IKLIM DAN TANAH Iklim Jarak pagar tumbuh pada rentang iklim dan lahan yang luas. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian tempat 0-1700 meter di atas permukaan laut (m dpl) (Heller, 1996), tetapi berkembang baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 0-500 m dpl. Daerah yang baik/sesuai untuk produksi jarak pagar adalah dengan curah hujan 1000-2000 mm/th (dengan 4-5 bulan kering dan <5 bulan basah); atau curah hujan 2000-3000 mm/th (dengan 5-6 bulan kering dan <6 bulan basah). Tanaman ini masih dapat tumbuh pada areal dengan curah hujan tahunan yang rendah sekitar 300 sampai 750 mm. Tanaman ini juga bisa tumbuh di daerah sangat kering dan dimana curah hujan sangat jarang, tetapi produksi bijinya sedikit.

Transcript of BUDIDAYA JARAK PAGAR-CHOLID-BALITTAS

1

BUDIDAYA JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.)

M o h a m m a d C h o l i d

B a l a i P e n e l i t i a n T a n a m a n T e m b a k a u d a n S e r a t

PENDAHULUAN

Belakangan ini, nilai ekonomi dari jarak pagar cenderung meningkat karena

penggunaannya sebagai biofuel dan biodiesel. Dengan semakin berkurangnya

ketersediaan minyak bumi (petrodiesel), dan semakin melambungnya harga minyak

di pasaran dunia, serta subsidi pemerintah atas minyak yang dikurangi secara

berangsur-angsur, maka peran jarak pagar semakin prospektif dan strategis. Jarak

pagar merupakan energi alternatif yang bersifat ramah lingkungan (environmental

benignity), berkelanjutan (sustainable) dan dapat diperbaharukan (renewable). Dalam

pengembangan tanaman jarak pagar diperlukan adanya dukungan teknologi budidaya.

Komponen teknologi seperti penyediaan kebun induk dari tanaman yang telah

diseleksi, teknologi pembenihan dan pembibitan, kepadatan populasi, pemupukan,

arsitektur tanaman, pengendalian gulma, serta teknologi pascapanen diperlukan untuk

mencapai produktivitas yang tinggi.

IKLIM DAN TANAH

Iklim

Jarak pagar tumbuh pada rentang iklim dan lahan yang luas. Tanaman jarak

pagar dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian tempat 0-1700 meter di atas

permukaan laut (m dpl) (Heller, 1996), tetapi berkembang baik pada dataran rendah

dengan ketinggian tempat 0-500 m dpl.

Daerah yang baik/sesuai untuk produksi jarak pagar adalah dengan curah

hujan 1000-2000 mm/th (dengan 4-5 bulan kering dan <5 bulan basah); atau curah

hujan 2000-3000 mm/th (dengan 5-6 bulan kering dan <6 bulan basah). Tanaman ini

masih dapat tumbuh pada areal dengan curah hujan tahunan yang rendah sekitar 300

sampai 750 mm. Tanaman ini juga bisa tumbuh di daerah sangat kering dan dimana

curah hujan sangat jarang, tetapi produksi bijinya sedikit.

2

Tanah

Tanaman ini dapat beradaptasi pada lahan yang terdegradasi, lahan miring,

tanah berpasir atau tanah lempung dengan drainasi cukup. Tetapi produksi biji

tertinggi jarak pagar di capai pada daerah dengan tektur tanah lempung berpasir

(Okabe dan Somabhi, 1989). Lahan dengan produktivitas dan kesuburan rendah, pada

tahap awal tanaman ini perlu ditingkatkan dengan pemberian pupuk kompos/pupuk

kandang dan pupuk anorganik lainnya. Beberapa pupuk mikro juga membantu untuk

meningkatkan produktivitas lahan. pH tanah sebaiknya berkisar 5.5 sampai 6.5.

Pada kondisi tanah yang buruk, dan curah hujan tidak mencukupi, tanaman ini butuh

diairi selama 2-3 tahun pertama, selanjutnya tanaman ini bisa bertahan. Kriteria dan

klasifikasi lahan dan iklim untuk tanaman jarak pagar disajikan pada Tabel 1. Luas

areal potensial untuk pengembangan tanaman jarak pagar di Indonesia yang

memenuhi kriteria S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), dan S3 (kurang sesuai) adalah

seluas 49.531.700 hektar (Tabel 2.).

Tabel 1. Kriteria klasifikasi lahan dan iklim untuk tanaman jarak pagar

Sumber: Any Mulyani dkk. (2006)

3

Keterangan : : sangat sesuai; : sesuai; : kurang sesuai

Gambar 1. Peta kesesuaian lahan dan iklim jarak pagar di Indonesia

Tabel 2. Penyebaran lahan yang sesuai untuk jarak pagar di Indonesia

4

BAHAN TANAMAN

Sumber Bahan Tanam

Tanaman jarak pagar tersebar hampir di seluruh bagian wilayah Indonesia.

Seleksi bahan tanaman dilakukan secara langsung di lapangan dengan melihat

morfologi tanaman meliputi: bentuk percabangan/kanopi, jumlah tandan buah

pertanaman, jumlah buah per tandan, jumlah biji per buah, ukuran buah, ukuran biji.

Selain itu perlu dievalusi kandungan minyak dengan target diatas 30%. Dari klon

yang terpilih diambil stek dengan ukuran 30 cm, ketuaan sedang yang dicirikan

dengan batang berwarna abu-abu (tidak hijau), dapat dipelihara di polibag.

Perbanyakan secara vegetatip ini dapat diuji produktivitasnya, dan bila dianggap

sesuai dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk kebun induk.

Hingga saat ini belum ada varietas yang dilepas. Meskipun demikian, klon-

klon potensial telah didapatkan dan dievaluasi dari beberapa daerah di Indonesia,

seperti di Kediri Jawa Timur, Muktiharjo Jawa Tengah, Dompu NTB, Sumatera, dan

Sulawesi yang cukup ideal untuk pertanaman. Pada tahun 2006 telah dihasilkan benih

unggul IP-1A, IP-1M, IP-1P dengan produktivitas 4-5 ton/ha dari seleksi populasi

kebun induk jarak pagar di Asembagus (Jawa Timur – dataran rendah iklim kering),

Muktiharjo (Jawa Tengah – dataran rendah iklim sedang), dan Pakuwon (Jawa Barat

– dataran sedang iklim basah). Pada tahun 2007 akan dilepas benih unggul IP-2A, IP-

2M, dan IP-2P dengan produktivitas 6-8 ton/ha, dan pada tahun 2009 dilepas benih

unggul IP-3A dan IP-3P dengan produktivitas 8-10 ton/ha.

Gambar 2. Kebun induk jarak pagar sebagai sumber benih unggul

5

Pembibitan

Perbanyakan tanaman jarak pagar dapat dilakukan secara generatif

menggunakan benih yang dihasilkan dari Kebun Induk Jarak Pagar (KIJP), dan secara

vegetatif dengan stek atau bibit kultur in-vitro. Pada perbanyakan dengan stek,

dipilih stek dari bagian tengah cabang primer, pada tanaman yang telah berumur 2-3

tahun, batang umur sedang dengan ciri warna batang abu-abu dan diameter 2-3 cm.

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunita Kochhar dkk. (2005)

menyatakan bahwa stek yang berasal dari bagian tengah dari cabang primer

menghasilkan perakaran yang lebih baik dibanding stek pada bagian paling ujung

atau bagian paling bawah. Hasil penelitian Mulyaningsih et al. (2006) menunjukkan

bahwa stek yang baik untuk bahan tanam jarak pagar adalah yang berasal dari bagian

tengah cabang dengan panjang 15 cm.

Sebelum disemaikan bahan tanaman berupa benih atau stek diperlakukan

dengan fungisida untuk menghindari serangan jamur pada awal pertumbuhan,

kemudian ditanam dalam polibag yang diisi dengan tanah, pasir, dan kompos dengan

rasio 1:1:1. Tempat pembibitan diberi naungan/atap dengan bahan dapat berupa daun

kelapa, bambu atau paranet. Sebaiknya pembibitan dilakukan 2-3 bulan sebelum

musim penghujan, sehingga bibit siap ditanam di lahan pada awal musim penghujan.

Gambar 3. Pembibitan jarak pagar menggunakan bahan tanaman dari stek dan biji

Perakaran dari biji/stek dipengaruhi oleh media tanam, dimana aerasi dan

drainase yang baik sangat dibutuhkan. Bibit yang berasal dari biji perakarannya lebih

kokoh dibanding bibit dari stek, sehingga lebih disukai untuk pertanaman jarak pagar

dalam jangka waktu lama terutama pada daerah dengan ketersediaan air terbatas.

Bibit asal biji Bibit asal stek

6

Menurut Hartman dan Kester (1983), bahwa dua faktor yang umumnya

mempengaruhi pertumbuhan stek yaitu umur tanaman dimana stek diambil, dan

posisi stek pada tanaman induknya.

Penggunaan stek batang tengah panjang 15 cm yang ditanam terlebih dahulu

di polibag menghasilkan biji kering tertinggi (392,34 kg/ha), sedangkan penanaman

langsung di lapangan lebih baik menggunakan biji (Tabel 3.).

Tabel 3. Pengaruh sistem tanam terhadap hasil biji kering tanaman jarak pagar tahun

pertama, kedua dan ketiga

Sistem tanam Bahan

tanam

Hasil biji kering (kg/ha)

Tahun I

(2006)

Tahun II

(2007)

Tahun III

(2008)

Polibag (P)

Tanam

langsung di

lapangan (L)

Biji

Stek : B-30

B-15

T-15

A-25

Biji

Stek : B-30

B-15

T-15

A-25

64,73 c*)

2,04 c

171,15 b

293,77 a

194,28 b

34,47 c

1,00 c

1,00 c

13,44 c

1,00 c

254,17 cd

1,00 d

425,08 ab

545,34 a

314,49 bc

300,34 bc

55,91 d

83,56 d

37,90 d

22,93 d

203,28 b

1,15 c

287,19 b

392,34 a

251,20 b

258,28 b

11,77 c

23,02 c

9,48 c

20,19 c

KK (%) 59,85 37,66 33,85 Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Sumber: Mulyaningsih dkk. (2007)

Pemilihan sistem tanam jarak pagar tergantung pada ketersediaan bahan tanam pada

kondisi daerah setempat, kalau tersedia biji dapat ditanam langsung di lapangan,

sebaliknya bila tersedia stek akan lebih baik ditanam di polibag terlebih dahulu.

BUDIDAYA TANAMAN

Persiapan lahan

Persiapan lahan meliputi: pembersihan lahan dan pembuatan lubang tanam. Sebelum

dilakukan pengolahan tanah lahan sebaiknya dibersihkan dari semak belukar atau

gulma. Pengolahan tanah dengan bajak atau cangkul, kemudian dibuat lubang tanam

7

berukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak 2 x 2 m. Sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ratree (2004), menyatakan bahwa jarak tanam 2 x 2 m memberikan

hasil tertinggi, dan sesuai untuk pertanaman komersial. Tanah galian perlu

dipisahkan antara tanah bagian atas (top soil) dan tanah bagian bawah (sub soil).

Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak 2 kg

setiap lubang secara merata, kemudian dimasukkan kembali ke dalam lubang tanam.

Pada tanah yang bertektur sedang hingga berat perlu dibuat saluran drainase, karena

tanaman jarak pagar tidak tahan genangan.

Penanaman

Penanaman jarak pagar dapat dilakukan secara monokultur atau tumpang sari.

Jarak tanam secara monokultur umumnya lebih rapat (1 m x 1 m - 2 m x 2 m)

tergantung pada provenan jarak pagar dan kesuburan lahan. Sedang secara tumpang

sari dengan palawija disesuaikan dengan kebutuhan lahan untuk palawija dapat

digunakan jarak tanam 3 m x 2 m atau 4 m x 2 m. Tanaman jarak pagar dapat pula

ditanam sebagai pagar pembatas lahan atau untuk tujuan konservasi. Untuk tujuan ini

maka jarak tanam antar tanaman dapat dipersempit menjadi 1 m atau 0,5 m.

Dari hasil pengujian berbagai jarak tanam yang disajikan pada Tabel 4.

menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman dan produksi jarak pagar dipengaruhi

oleh jarak tanam yang digunakan. Secara individu hingga tahun ketiga jarak tanam

yang lebar (2 m x 3 m) menghasilkan pertumbuhan tanaman, komponen produksi dan

produksi biji per tanaman yang paling tinggi masing-masing sebesar 106,9

buah/tanaman, 17,3 tandan/tanaman, 6,18 buah/tandan, dan 202,9 g/tanaman. Namun

produksi per luasan lahan tertinggi diperoleh jarak tanam yang paling rapat (1 m x 1

m) yakni sebesar 872,1 kg/ha (Djumali dkk., 2007). Selain itu penggunaan jarak

tanam rapat dapat memberikan hasil samping berupa bibit tanaman dari stek yang

bernilai ekonomis yang tinggi saat dilakukan pengurangan populasi tanaman.

8

Tabel 4. Pengaruh jarak tanam terhadap produksi biji per tanaman dan per hektar

sampai dengan umur 31 bulan setelah tanam

Perlakuan Produksi biji

g/tanaman kg/ha

1 m x 1 m

1 m x 2 m

1 m x 3 m

2 m x 2 m

2 m x 3 m

87,21 d

125,87 c

135,42 c

162,50 b

202,87 a

872,1 a

629,4 b

451,4 c

406,3 c

338,2 d Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Sumber: Djumali dkk (2007)

Penanaman dilakukan pada saat tanah dalam kondisi cukup lembab/basah,

untuk menghindari stress pada saat pertumbuhan awal tanaman. Pada penanaman di

daerah tadah hujan sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan, sehingga

kebutuhan air dapat terjamin saat pertumbuhan awal pertanaman hingga tanaman

mampu beradaptasi/established. Bibit yang dibutuhkan untuk 1 ha dengan jarak

tanam 2 m x 2 m adalah 2.500 tanaman. Perlu disiapkan 500 tanaman (20%) sebagai

cadangan untuk penyulaman untuk mempertahankan populasi tanaman per hektar.

Pemeliharaan

Pemupukan

Agar berproduksi maksimal, tanaman jarak pagar perlu dipupuk, dosis pupuk yang

diberikan tergantung dari kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah.

Pupuk N berpengaruh meningkatkan pertumbuhan dan komponen hasil jarak pagar.

Pemberian pupuk P dan K dapat meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Selain

dengan pendekatan pemupukan, serapan hara terangkut panen perlu dijadikan dasar

dalam pengelolaan hara untuk jarak pagar. Rata-rata kandungan hara dalam biji saat

panen adalah 2,05% N, 0,19% P, 6,04% K, 0,62% Ca, 0,46% Mg, dan 33,45% C;

sedangkan rata-rata kandungan hara dalam kulit buah saat panen adalah 0,30% N,

0,02% P, 3,61% K, 0,38% Ca, 0,29% Mg, dan 13,29% C. Pengaruh pemupukan N,

P, dan K terhadap produksi jarak pagar disajikan pada Tabel 5.

9

Tabel 5. Pengaruh pemupukan N, P dan K terhadap jumlah tandan, jumlah buah, berat

biji per pohon

Perlakuan Jumlah buah per pohon Berat biji per pohon (g)

N1 1,89 c 1,13 c

N2 7,37 b 4,42 b

N3 9,73 ab 5,84 ab

N4 13,78 a 8,27 a

P1 5,54 tn 3,33 tn

P2 9,17 5,50

P3 9,00 5,40

P4 9,06 5,44

K1 10,26 tn 6,16 tn

K2 8,68 5,21

K3 5,64 3,38 Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.

Sumber : Hariyono dkk. (2007)

Pengairan

Tanaman jarak pagar merupakan tanaman yang dapat tumbuh sepanjang tahun

dan banyak ditemui di banyak tempat dengan variasi iklim yang sangat beragam

mulai iklim kering hingga iklim basah. Curah hujan tahunan di daerah kering

berkisar 500-750 mm dan di daerah basah diatas 1.200 mm (Gour, 2006). Pada

pertanaman yang luas di daerah tadah hujan, perlu dilakukan teknik pemanenan air

pada musim penghujan dalam bentuk embung-embung, penyimpan air, selanjutnya

dapat digunakan untuk mengairi tanaman pada musim kemarau. Potensi

pengembangan embung sangat besar terutama pada daerah tadah hujan dengan

jumlah curah hujan yang cukup tinggi (diatas 1000 mm per tahun) dengan distribusi

hujan yang tidak merata.

Umumnya jarak pagar dikembangkan pada lahan marginal dimana curah

hujan sangat terbatas, untuk itu perlu dilakukan diuji adaptasikan terhadap berbagai

ketersediaan air tanah pada populasi tanaman jarak pagar terpilih (IP).

Hasil pengujian terhadap populasi terpilih (IP1-A, IP1-M, dan IP1-P) dengan

kriteria pengairan: kontrol (tanpa pengairan), pengairan setelah kondisi air tanah tersedia

mencapai 35 %, 50 %, dan 65 % menunjukkan bahwa produksi biji tertinggi dicapai

dengan pengairan setelah kadar air tanah mencapai 65% berturut-turut IP1-A (578,05

10

kg/ha), IP-1M (103,17 kg/ha), dan IP-1P (725,38 kg/ha). jumlah buah terpanen IP1-A,

IP1-M, dan IP1-P berturut-turut, 133,60 buah/tan, 25,46 buah/tan, dan 179,17

buah/tan. Apabila tanaman tidak diairi sama sekali maka produksi biji tersebut akan

menurun hingga 72,8 %, 89,9 %, dan 49,9 % (Riajaya, 2007)

Produksi biji jarak pagar pada tahun II (Januari-Agustus) menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan hasil biji 15% dengan penambahan air irigasi saat kemarau

walaupun tidak signifikan. Produksi IP-1P jauh lebih tinggi dibanding IP-1A dan IP-

1M. Pada bulan September 2008 telah dilakukan pemangkasan pertama. Dengan

demikian untuk wilayah yang memiliki rata-rata curah hujan 1200-1500 mm/tahun

dengan enam bulan basah dan tekstur tanah liat berdebu, tanaman jarak pagar tidak

perlu diairi pada tahun kedua.

309.45

37.9

470.52

736.78

630.76

1368.58

0 500 1000 1500 2000

IP1-A

IP1-M

IP1-P

Produksi biji (kg/ha)

2007 2008

177.01

176.2

268.41

468.87

841.66

859.13

972.42

974.96

0 500 1000 1500 2000

Tanpa-I

A=35%

A=50%

A=65%

Produksi biji (kg/ha)

2007 2008

Gambar 4. (a) Produksi biji IP1-A, IP1-M dan IP1-P dan (b) produksi biji pada

berbagai perlakuan pengairan pada tahun I (Juni-Desember 2007) dan tahun II

(Januari-Agustus 2008) Sumber: Riajaya dkk. (2007)

Pemangkasan dan Pengaturan Kanopi

Pemangkasan dilakukan secara periodik, selain untuk meningkatkan jumlah

cabang produktif juga untuk mengatur tinggi tanaman sehingga mudah dalam

pemeliharaan dan pemanenan (Hariyadi, 2005). Pemangkasan dilakukan pada batang

yang telah cukup berkayu (warna coklat keabu-abuan). Dari pengujian beberapa cara

pemangkasan/pembentukan kanopi menunjukan bahwa cara pemangkasan selektif

memiliki pertumbuhan dan produksi buah tertinggi dibanding perlakuan

pemangkasan lainnya.

a b

11

Tabel 6. Pengaruh bahan tanaman dan cara pemangkasan terhadap tinggi tanaman,

lebar kanopi, jumlah cabang, dan jumlah buah kumulatif pada tahun pertama

Perlakuan Tinggi Lebar Kanopi Jumlah Cabang Jumlah Buah

(cm) (cm) (bh/tanaman) (bh/tanaman)

Bahan tanaman

IP2-A

1P2-M

91,88 a

85,78 a

91,06 a

83,59 a

9,49 b

11,89 a

51,53 a

4,95 b

Cara pemangkasan

3-9-27-40

3-9-27-40

Selektif

Kontrol

61,06 c

102,44 a

87,81 b

104,00 a

61,50 c

95,81 ab

86,81 b

105,19 a

10,38 b

3,68 c

13,18 ab

15,55 a

6,26 b

36,74 a

46,01 a

23,94 ab Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Sumber: Cholid dkk. (2007)

Pengendalian Gulma

Penyiangan sangat penting terutama pada periode awal pertumbuhan tanaman.

Penyiangan dapat dilakukan secara kultur teknis (pengolahan tanah, pemberian mulsa

seresah atau tanaman penutup tanah), mekanis dengan cangkul atau ternak, serta

kimiawi dengan herbisida seperti Glyphosate (purna tumbuh, sistemik, dan non-

selektif), methyl halosifop (purna tumbuh, sistemik, efektif untuk teki), dan

oxyfluorfen (pra tumbuh, sistemik, nonselektif).

Pembungaan dan Pembuahan

Pada kondisi optimum, tanaman jarak pagar mulai berbunga umur 3-4 bulan.

Masa pembungaan berkisar antara 10-15 hari dan kapsul masak 40-50 hari sesudah

penyerbukan. Saat masak, warna kapsul berubah dari hijau ke kuning kemudian

cokelat kehitaman. Upaya meningkatkan produktivitas jarak pagar dapat ditempuh

melalui optimalisasi penyerbukan untuk meningkatkan retensi buah. Optimasi

penyerbukan pada tanaman jarak pagar dapat ditempuh melalui meningkatkan

populasi serangga penyerbuk dan pemanfaatan tanaman penarik. Karena yang

dipanen dari jarak pagar ini adalah bijinya maka biologi pembungaan, polinasi dan

pembuahan menjadi penting.

12

Dari hasil observasi di Kebun Induk jarak pagar Muktiharjo-Pati-Jawa

Tengah, Asembagus-Situbondo-Jawa Timur, dan Pakuwon-Sukabumi-Jawa Barat,

menunjukkan bahwa jenis dan populasi serangga penyerbuk beragam tergantung

tempat, musim, serta waktu harian (pagi, siang dan sore). Secara umum serangga

penyerbuk yang ditemukan di Pertanaman jarak pagar adalah lebah madu/honey bees

(Apis mellifera) dan kumbang kayu/ carpenter bees (Xylocopa virginica), lalat

punggung hijau (Aulacigaster leucopeza). lalat hijau (Chrysomya sp) dan lalat rumah

(Musca sp), kupu-kupu dan moth (lepidoptera), serta semut /pony ant (ponerinae).

Gambar 5. A. Populasi serangga penyerbuk pada pagi, siang, dan sore hari;

B. Populasi serangga penyerbuk, jumlah tandan berbunga pada klon yang

berasal dari Kediri

Sumber: Cholid dkk. (2007)

Perubahan jumlah populasi lebah madu pada pagi hari hingga sore sesuai dengan

perilaku, perubahan cuaca (suhu dan kelembaban) mempengaruhi variasi dari

populasi dari lebah madu, dan kadar gula dalam nektar tertinggi terjadi pada pagi

hari yang berhubungan dengan saat bunga mekar (Selvakumar et al., 2001).

Panen dan Prosesing

Panen dilakukan apabila buah dalam tandan buah telah masak fisiologis

(buah berwarna kuning hingga kecoklatan). setelah dipetik buah dijemur sampai

kadar air 7-9 % kemudian siap untuk dibijikan. Buah jarak pagar yang dipanen pada

saat berwarna kuning menghasilkan vigor dan daya kecambah yang paling baik,

21,6

9,4

0,6

9

0,8

3,4

0

5

10

15

20

25

PAGI SIANG SORE

Waktu Pengamatan

Ju

mla

h S

era

ng

ga

Pe

ny

erb

uk

pe

r 1

0 T

an

am

an

(ek

or)

Lebah Madu Lalat

81,3

47,339,0 38,7

120,3

86,0

105,2

84,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

KEDIRI NTB

Asal Bahan Tanaman

Ju

mla

h S

era

ng

ga

Pen

yerb

uk,

Tan

dan

Berb

un

ga p

er

25

tan

am

an

(eko

r,ta

nd

an

)

Lebah madu Lalat punggung hijau

Total serangga penyerbuk Tandan berbunga

13

sehingga baik untuk produksi benih (Tabel 7.). Kadar minyak dari biji jarak berkisar

28%-35%.

Tabel 7. Daya berkecambah dan vigor benih pada benih jarak pagar yang dipanen

berdasarkan presentase warna buah dalam satu tandan

perlakuan KA (%) DB (%) V (%)

Buah hijau lebih dari 50 % dalam 1 tandan 6.7 34.00 b 28.67 b

Buah hijau kekuningan lebih dari 50 % dalam 1 tandan 7.0 55.67 ab 49.67 ab

Buah kuning lebih dari 50 % dalam 1 tandan 7.2 60.33 ab 56.00 ab

Buah kuning kehitaman lebih dari 50 % dalam 1 tandan 6.7 75.33 a 68.00 a

Buah hitam lebih dari 50 % dalam 1 tandan 7.3 56.00 ab 50.00 ab Keterangan : KA : Kadar Air, V : vigor, DB : Daya Berkecambah

Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama dalam satu kolom tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Sumber : Adikadarsih, S. dan Joko Hartono, 2006.

DAFTAR PUSTAKA

Adikadarsih, S. dan JokoHartono, 2006. Pengaruh kemasakan buah terhadap mutu

benih jarak pagar (Jatropha curcas L.). Makalah Lokakarya II Status

Teknologi Tanaman Jarak Pagar. Bogor, 29 Nopember 2006. Puslitbangbun.

Anny Mulyani, F. Agus, dan D. Allelorung. 2006. Potensi sumber daya lahan untuk

pengembangan jarak pagar (Jatropha curcas L.) di Indonesia. Jurnal Litbang

Pertanian 23(4): 130-138.

Cholid, M., dan D. Winarno. 2007. Pemberdayaan serangga penyerbuk dan tanaman

penarik untuk meningkatkan produktivitas jarak pagar (Jatropha curcas L.).

Makalah penunjang oral Lokakarya Nasional Jarak Pagar III. Inovasi

teknologi jarak pagar untuk mendukung program DME. Malang. Nopember

2007.

Cholid, M., B. Haryono, dan D. Winarno. 2007. Pengaruh pemangkasan terhadap

pertumbuhan dan hasil jarak gagar (Jatropha curcas L.). Makalah penunjang

oral Lokakarya Nasional Jarak Pagar III. Inovasi teknologi jarak pagar untuk

mendukung program DME. Malang. Nopember 2007.

Djumali, B. Haryono, dan N. Sudibyo. 2007. Pengaruh jarak tanam terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jarak. Makalah penunjang oral Lokakarya

Nasional Jarak Pagar III. Inovasi teknologi jarak pagar untuk mendukung

program DME. Malang. Nopember 2007.

14

Gour, V.K. 2006. Production practices including post harvest management of

Jatropha curcas. Paper presented at the Biodiesel Conference Toward Energy

Independence – Focus on Jatropha. Tashtrapati Bhawan, New Delhi, 9-10

June 2006. pp.: 223-251.

Hariyadi, 2005. Sistem budidaya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn).

Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) untuk

Biodiesel dan Minyak Bakar. Pusat penelitian Surfaktan dan Bioenergi,

Institut Pertanian Bogor. 22 Desember 2005.7p.

Hariyono, B., M. Romli, dan M. Machfud, 2007. Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K

terhadap pertumbuhan dan hasil jarak pagar (Jatropha curcas L.). Makalah

penunjang oral Lokakarya Nasional Jarak Pagar III. Inovasi teknologi jarak

pagar untuk mendukung program DME. Malang. Nopember 2007.

Heller, J. 1996. Physic nut (Jatropha curcas L.). Promoting the conservation and use

of underutilised and neglected crops. Institute of Plant Genetics and Crop

Plant Research. Gatersleben/International Plant Genetic Resources Institute.

Rome.

Henning, R.K. 2004. The Jatropha System. Economy and Dissemination Strategy.

International Conference of Renewable 2004. Bonn 1-4 June 2004. Germany.

Kochhar, S., Kochhar, V.K., Sing, S.P., Katiyar, R.S. and Pushpangadan, P., 2005.

Differential rooting and sprouting behaviour of two Jatropha species and

associated physiological and biochemical changes.

Mulyaningsih, S., Djumali dan B. Hariyono, 2007. Pengaruh posisi asal dan panjang

stek dan ZPT terhadap pertumbuhan stek batang pada tanaman jarak pagar

(Jatropha curcas L.). Makalah penunjang oral Lokakarya Nasional Jarak

Pagar III. Inovasi teknologi jarak pagar untuk mendukung program DME.

Malang. Nopember 2007.

Okabe, T. and M. Somabhi, 1989. Eco-physiological studies on drought tolerant

crops suited to the Northeast Thailand. Technical paper No. 5. Agricultural

Development Research Center in Northesat Thailand, Moe Din Daeng, Khon

Kaen 40000, Thailand.

Ratree, S. 2004. A Preliminary study on Physic nut (Jatropha curcas L.) in Thailand.

Pakistan Journal of Biological Sciences 7(9):1620-1623.

15

Riajaya, P.D., B.Hariyono, dan F.T. Kadarwati. 2007. Keragaan tanaman jarak pagar

pada berbagai ketersediaan air tanah. Makalah penunjang oral Lokakarya

Nasional Jarak Pagar III. Inovasi teknologi jarak pagar untuk mendukung

program DME. Malang. Nopember 2007.

Selvakumar, P., S.N. Sinha, V.K. Pandita, R.M. Srivastava. 2001. Foraging behavior

of honeybee on parental lines of hybrid cauliflower pusa hybrid-2. Apimondia

Journal. 4p.