TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA MERAH

30
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) Di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan (BPTKP) Cangkringan, Sleman Yogyakarta Disusun oleh: Nama : Ahmad Choiruddin Nim : 11640003 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Transcript of TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA MERAH

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA MERAH

(Oreochromis niloticus)

Di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan (BPTKP)Cangkringan, Sleman Yogyakarta

Disusun oleh:

Nama : Ahmad Choiruddin

Nim :11640003

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Shalawat dan

salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW, karena hanya beliau yang pentas dijadikan suri

tauladan bagi kita semua. Berkat bantuan dan dorongan dari

segala pihak, maka segala hambatan dan kesulitan yang penulis

hadapi dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu, sangatlah

tepat jika dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan

banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Drs. Akh. Minhaji, M.A, selaku Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

2. Bapak Ir. Sudiyanto, M.M selaku Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Bapak Ir. Dwijo Priyanto, B.S, MMA selaku Kepala UPTD

Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan.

4. Ibu Anti Damayanti, S.Si., M.MollBio selaku Ketua Program

Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

5. Ibu, Najda rifqiyati, M.Si selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan arahan, petunjuk, motivasi

dan informasi yang berguna selama kuliah.

6. Ibu Ika Nugraheni selaku

7. Ibu Najda Rifqiyati, S.Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan

selama PKL.

8. Bapak Heri selaku coordinator PKL bidang budidaya air

tawar yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan

selama PKL.

9. Bapak wardoyo, selaku pembimbing Lapangan yang telah

memberikan pengarahan bimbingan, motivasi, membantu

selama pelaksanaan PKL dan memberikan pengetahuan dan

pengalaman yang Insya Allah bermanfaat bagi kami.

10. Kepada seluruh karyawan (Bapak widodo, dan lainnya

yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu tetapi

tidak mengurangi rasa hormat kami).

11. Kepada keluarga Bapak Sigit, yang telah membantu

jalannya PKL kami.

12. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan do’a

yang tulus dan meberikan kasih sayang, cinta dan semua

yang terbaik untuk ananda sehingga dapat menyelesaikan

PKL ini dengan baik.

13. Kepada kakak-kakak dan adik penulis yang selalu

memberikan semangat,dorongan dan motivasi sehingga

laporan ini dapat terselesaikan.

14. Kepada orang terdekat (Ryan) yang tidak henti-

hentinya selalu mendampingi, menemani dan mengantar

selama kegiatan PKL berlangsung.

15. Teman-teman PKL Biologi 2014, terimakasih atas

kerjasama dan kekompakkannnya selama kegiatan PKL

berlangsung.

Kepada semua pihak tersebut, semoga amal baik yang telah

diberikan dapat diterima oleh Allah dan mendapatkan limpahan

rahmat dari-Nya.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Waktu dan Tempat Kegiatan

BAB II. GAMBARAN UMUM UNIT KERJA BUDIDAYA AIR TAWAR

CANGKRINGAN

A. Sejarah Berdirinya

B. Lokasi

C. Status

D. Sifat Tanah dan Air

E. Tugas dan Fungsi

F. Visi dan Misi

G. Sarana dan Prasarana

H. Operasional

I. Tenaga Kerja

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengenal Ikan Nila Merah

B.

C. Faktor Penyebab Ikan Terkena Penyakit

D. Sumber dan Jenis Penyakit Ikan

E. Bagian Tubuh Ikan yang Diserang Penyakit

F. Faktor Lingkungan

BAB IV.

TEKNIK PEMIJAHAN PADA IKAN NILA MERAH

(Oreochromis niloticus)

Persiapan Bak         Menyiapkan Bak IndukPada proses penyiapan bak induk dalam tahap ini kolam ukuran

10m x 5m ynag tersedia mula mula di bersihkan ,danselanjutnya empat buah patok ukuran 2 m di pasang sebagaitempat pengikat jarring yang selanjutnya pada tahapselanjutnya di beri tali yang di ikatkan pada bagian bawah danatas hingga kira kira membentuk balok berukuran 10x 2x1,5 m .

         Menyiapkan Bak PemijahanBak pemijahan yang di gunakan pada pemijahan di BPTKP menggunakan

jarring hava yang digunakan sebagai pembatas , menggantikanbak pemijahanpermanen yang lebih evisien dan fleksibel

         Mengetahui Ukuran BakBak atau jarring hava yang di gugunakan seperi yang di jelaskan

sebelumya , menjaring hava yang berukuran panjang 2m lebar1m, dan tinggi 1 meter yang semua sudutsudutnya terdapat taliyang fungsinya sebagai pengikat jarring hava dengan tali yangtelah di siapkan pada persiapan kolam sebelumya

         Mengetahui Kedalaman AirSeleksi IndukPada seleksi induk

         Memilih Induk yang baikIndukan yang baik di pijahkan mempunyai ciri          Mengetahui ciri-ciri induk jantan dan betina yang siap

memijahPemeliharaan Induk

         Mengetahui frekuensi pemberian pakanPakan yang di berikan pada ikan nila indukan yang mau di

pijahkan adalah seprtiga dari beratnya yakni 300 g jikaberat ikan indukan 1kg.

         Mengetahui kedalaman air pada bak indukKedalaman air pada hava pemijahan yakni 40-50 cm

Pemijahan         Mengetahui perbandingan induk jantan dan betinaPada pemijahan yang di lakukan di BPTKP cangkringan menggunakan

perbandingan 3;1 yakni 3 betina dan 1 jantan dalam satujarring hava,

         Mengetahui ukuran bak yang digunakanBak yang di gunakan pada pemijahan ini menggunakan jarring hava

yang lebih praktis di bandingkan bapermanen, yakni menggunakan5 jaring hava yang berisi 5 pasang ikan nila yang siapmijah

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBARGambar 1. Morfologi Ikan Nila MerahGambar 2. Trichodina spGambar 3. Gyrodactylus spGambar 4. Argulus spGambar 5. Vorticella sp

DAFTAR TABEL1. Tenaga Kerja UKBAT Cangkringan2. Penyakit pada sirip dan sisik Ikan Nila Merah

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Isi LaporanLampiran 2. Dokumentasi PKLLampiran 3. Jurnal Kegiatan PKLLampiran 4. Sertifikat PKL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) merupakan ikan

yang tergolong bukan asli perairan Indonesia, tetapi

jenis ikan pendatang yang diintroduksi ke Indonesia dalam

beberapa tahap. Meskipun demikian, ikan ini ternyata

dengan cepat berhasil menyebar ke seluruh pelosok Tanah

Air dan menjadi ikan konsumsi yang cukup populer. Ikan

nila merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar

yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan

pemerhati masalah perikanan dunia, terutama berkaitan

dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara-negara

yang sedang berkembang. Oleh karena itu ikan nila

merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi

dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air

tawar dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya

komoditas ikan nila adalah memiliki resistensi yang

relatiftinggi terhadap kualitas air dan penyakit,

memiliki resistensi yang luas terhadap kondisi

lingkungan, memiliki kemampuan yang efisien dalam

membentuk protein yang berkualitas tinggi dari bahan

organik, limbah domestik, pertanian, memiliki kemampuan

tumbuh yang baik, serta mudah tumbuh dalam sistem

budidaya (Carman, 2009).

Secara umum, parasit dapat didefinisikan sebagai

organisme yang hidup pada organisme lain yang disebut

dengan inang dan mendapat keuntungan dari inang yang

ditempatinya hidup, sedangkan inang menderrita kerugian.

Parasitologi merupakan salah satu cabang ilmu yang

mempelajari tentang kehidupan parasit. Kehidupan parasit

memiliki keunikan karena adanya ketergantungan pada

inang. Parasitisme merupakan suatu bentuk hubungan antara

dua organisme yang berlainan jenis yang satu disebut

dengan inang sedangkan yang lainnya disebut dengan

parasit, dimana parasit sangat bergantung pada inang dan

hidup atas pengorbanan inangnya, baik secara biokimia

maupun secara physiology (Chapmann, 1991). Definisi lain

tentang parasitisme diungkapkan oleh Cropton 1971. Dia

menguraikan bahwa parasitisme merupakan hubungan ekologi

antara dua organisme yang satu disebut parasit dan yang

lainnya disebut dengan inang.

Ektoparasit merupakan parasit yang menyerang tubuh

ikan bagian luar. Keberadaan benih ektoparasit di dalam

kolam karena terbawa air, tumbuhan, benda-benda atau

binatang yang masuk ke dalam kolam, atau terbawa oleh

binatang renik. Untuk menunjang hidupnya, ektoparasit

membutuhkan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan

dan perkembangannya. Kondisi tersebut berupa banyaknya

bahan organik dalam kolam, kualitas air yang buruk,

kondisi air yang tergenang, fluktuasi suhu yang drastic,

suhu yang rendah, dan padat penebaran kolam yang tinggi

(Bhagawati et al., 1991). Menurut jumlah sel yang

membentuknya, parasit dibagi atas: parasit satu sel

disebut protozoa, sedangkan jika terdiri dari banyak sel

disebut metazoa.

Parasit metazoa adalah parasit ber sel banyak (multi

selular parasit) dan memiliki kelompok yang cukup besar.

Umumnya golongan parasit ini memiliki siklus hidup

tidak langsung kecuali parasit golongan arthropoda.

Siklus hidup parasit metazoa umunya siklus hidup tidak

langsung yang memerlukan 1 atau lebih inang antara dalam

siklus hidupnya. Umunya inang antara pertama adalah siput

dan beberapa jenis parasit menggunakan cacing sebagai

iang antara pertama, golongan krustasea atau ikan kecil

dapat berperan sebagai inang antara kedua, sedangkan

vertebrata seperti ikan, burung dan mamalia dapat

berperan sebagai inang utama/definitif. Parasit yang

hidup pada saluran pencernaan umumnya memiliki efek yang

minimal dibanding dengan parasit yang hidup pada organ

vital seperti pada darah. Parasit yang hidup pada saluran

darah dapat menyumbat aliran darah terutama

ketika jumlahnya banyak dan telur-telur yang

dihasilkannya turut memperjelek kondisi ikan (Horwood,

1991).

Dari segi biologis ikan nila merah mempunyai

keunggulan yang menguntungkan yaitu, mudah berbiak,

pertumbuhannya cepat dan pemakan plankton atau alga yang

secara alami mudah tumbuh di kolam, dengan demikian ikan

nila merah merupakan jenis yang memanfaatkan energi

matahari secara efisien. Disamping itu ikan nila

mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan toleransi

terhadap kualitas air dengan kisaran yang lebar sehingga

potensi ikan nila merah sebagai ikan budidaya sangat

besar. Dan kelebihan lainnya adalah dapat dibudidayakan

secara intensif dengan padat penebaran cukup tinggi serta

relatif tahan terhadap serangan penyakit (Jangkaru dkk,

1991).

Oleh karena banyaknya ditemukan adanya ikan yang

terkadang mati mendadak/sakit, maka hal tersebut yang

mendorong dilakukannya kegiatan ini. Selain itu juga

karena banyaknya konsumsi ikan nila merah oleh masyarakat

maka perlu diketahui pula penyakit-penyakit yang ada pada

ikan nila merah ini.

B. TUJUAN

Mengetahui hasil identifikasi penyakit ikan nila

(Oreochromis niloticus) yaitu tentang adanya ektoparasit pada

sirip ikan nila.

C. Waktu dan Tempat Kegiatan

Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di Unit

Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT) Cangkringan, Sleman

Yogyakarta dan waktu pelaksaannya yaitu tanggal 09 juli

2012 sampai dengan 28 juli 2012.

BAB IIGAMBARAN UMUM UNIT KERJA BUDIDAYA AIR TAWAR

CANGKRINGAN

A. Sejarah Berdirinya

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengenal Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)

Ikan Nila Merah merupakan ikan air tawar yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi, memiliki kandungan

protein tinggi dan keunggulan cepat berkembang, serta

mempunyai angka mortalitas yang rendah dibandingkan

dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas, nilem,

tawes, dan yang lainnya. Ikan nila merah termasuk ikan

yang mempunyai pertahanan yang tinggi terhadap gangguan

dan serangan penyakit. Namun demikian, tidak berarti

tidak ada hama dan penyakit yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan pertumbuhan ikan nila, terlebih pada fase

pembenihan. Hal ini dikarenakan fase pembenihan

merupakan fase yang paling rawan dan sensitif terhadap

serangan penyakit khususnya ektoparasit karena daya

tahan benih masih rendah dan kepadatan yang relatif

tinggi.

Ikan nila merah merupakan ikan air tawar yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat. Di Indonesia dikembangkan

pada tahun 1986 dengan tujuan untuk meningkatkan

diversifikasi komoditi perikanan dan pemenuhan kebutuhan

protein

hewani (Warta Mina, 1990 dan Techner, 1993).

Serangan parasite (ektoparasit) pada pemeliharaaan

atau budidaya ikan perlu diwaspadai. Benih parasite

(ektoparasit) dapat masuk ke dalam perairan kolam

karena terbawa air, tumbuhan dan dapat pula karena

bersama-sama benda-benda atau bnatang yang masuk ke

dalam kolam (Moller and Anders, 1989). Demikian juga

dapat terbawa binatang renik yang biasa terdapat pada

kolam sebagai makanan alami ikan (Bhagawati et al.,

1991). Chandler (1950) menyatakan bahwa, ada tidaknya

parasite pada suatu tempat bergantung dari ada tidaknya

inang yang sesuai dan lingkungan yang memungkinkan

untuk pindah dari inang yang satu ke inang yang

lainnya.

Ektoparasit merupakan parasit yang menyerang tubuh

ikan bagian luar. Keberadaan benih ektoparasit di dalam

kolam karena terbawa air, tumbuhan, benda-benda atau

binatang yang masuk ke dalam kolam, atau terbawa oleh

binatang renik. Untuk menunjang hidupnya, ektoparasit

membutuhkan kondisi lingkungan yang mendukung

pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi tersebut

berupa banyaknya bahan organik dalam kolam, kualitas

air yang buruk, kondisi air yang tergenang, fluktuasi

suhu yang drastic, suhu yang rendah, dan padat

penebaran kolam yang tinggi (Bhagawati et al., 1991).

Ektoparasit dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi

yang bersifat akut (Sommerville, 1998), yaitu kematian

yang terjadi tanpa menunjukkan gejala terlebih dahulu.

Infeksi ektoparasit juga dapat menimbulkan kerugian non

lethal, yaitu pertumbuhan yang lambat, penurunan

efisiensi pencernaan, dan factor predisposisi bagi

infeksi jamur, bakteri, dan virus. Selain itu dapat

mempengaruhi tingkah laku ikan dan sensitifitas

terhadap stressor, serta menurunkan nilai jual ikan

tersebut (Scholz, 1999).

1. Klasifikasi ikan nila merah menurut Fujaya (2004):

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Acanthoptherigii

Ordo : Perciformes

Sub Ordo : Percoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

2. Morfologi

Ciri-ciri nila merah sebenarnya mudah sekali

dikenali, baik dilihat dari bentuk tubuh, garis pada

tubuh, warna sekujur tubuh, dan fisik lainnya.

Bentuk badan nila merah pipih, punggung lebih tinggi

daripada ikan mujair. Pada badan dan sirip ekor

ditemukan garis-garis lurus, sedangkan garis-garis

berbentuk memanjang ditemukan pada sirip punggung.

Letak mulut di ujung tubuh, posisi sirip perut

terletak di bawah sirip dada (Gambar 1). Jumlah

sisik pada garis rusuk adalah 34 buah, tipe sisik

adalah stenoid seperti sisir, dengan bentuk sirip

ekor berpinggiran tegak. Nila jantan relatif lebih

besar jika dibandingkan dengan yang betina. Alat

kelamin jantan berupa tonjolan agak runcing yang

merupakan tempat urin dan saluran sperma, sedangkan

alat kelamin yang betina mempunyai lubang genital

yang terpisah dengan saluran urin yang terletak di

depan lubang anus (Sugiarto, 1988).

B. Penyakit Ikan

C. Faktor-faktor Penyebab Ikan Terkena Penyakit

Data Hasil Pengamatan Ektoparasit pada Sirip Ikan Nila Merah

1. Pengamatan Ikan Nila Merah Hari ke-1 pada Tanggal 10 Juli 2012

2. Pengamatan Hari ke-2 pada Tanggal 11 Juli 2012

No Sampel Ciri-ciri ikan Ektoparasit Jumlah Prevalen

No Sampel Ciri-ciri ikanyang sakit

Ektoparasityang

ditemukan

Jumlah Prevalensi

1. Ikan I Warna sisik dansirip ikan pucatNafsu makan menurun

Trichodina spGyrodactylus sp

8383

2. Ikan II Warna sirip dansisik pudar

Trichodina spGyrodactylus sp

555

3. Ikan III Warna sirip dansisik pudar

- -

4. Ikan IV Warna sisik dansisik pucatIkan lemas

Trichodina spGyrodactylus sp

1413

5. Ikan V Warna sirip dansisik pucat

Trichodina sp 128

6. Ikan VI Warna sirip dansisik pucat

Trichodina sp 96

7. Ikan VII Warna sirip dansisik pucat

Trichodina sp 232

8. Ikan VIII Warna sirip dansisik pucat

Trichodina sp 30

yang sakit yang ditemukan

si

1. Ikan Mas IUkuran tubuh 27,5 cm

Warna pudarTerdapat jamur pada sisikStruktur sisik rusakSirip rusakInsang rusak

Gyrodactylus spTrichodina spVorticella spp.cacing

2252

2. Ikan Mas IUkuran tubuh 27,5 cm

Warna pudarTerdapat jamur pada sisikStruktur sisik rusakSirip rusakInsang rusak

Trichodina sp 3

3. Ikan Mas IIUkuran tubuh 29 cm

Warna sirip dansisik pucat

Trichodina sp 87

4. Ikan Nila Merah IUkuran tubuh 26 cm

Warna sirip dansisik pucat

Trichodina sp 36

5. Ikan Nila Merah IIUkuran tubuh 24 cm

Warna sirip dansisik pucat

Trichodina sp 15

6. Ikan Nila Merah IIIUkuran tubuh 9 cm

Warna sirip dansisik pucat

Trichodina sp 3

3. Pengamatan Hari ke-3 pada Tanggal 12 Juli 2012

No.

Sampel Ciri-ciri ikan yang sakit

Ektoparasit yang ditemukan

Jumlah

1. Ikan Mas Warna sirip dan sisik pucat

Argulus spGyrodactylus spp.

3710

Gambar parasit yang ditemukan

Gambar parasit Cara pengendalian:

1. Argulus sp a. Pengeringan dasar kolam yang diikuti pengapuran.

b. Perendaman dengan menggunakan garam dapur500-1000 ppm selama 24 jam atau lebih, diulang setiap minggu selama 4 kali pemberian.

2. Cacing kulit atau Gyrodactylus spp.

a. Mempertahankan kualitas air terutama stabilitas suhu air >29ºC.

b. Mengurangi kadar bahan

organic terlarut dan meningkatkan frekwensipergantian air.

c. Ikan yang trserang Gyrodactyliasis dengantingkat prevalensi danintensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan denganperendaman larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000ppm (tergantung pada jenis dan umur ikan) selama 24 jam.

3. Trichodina spp.

a. Mempertahankan kualitas air terutama stabilitas suhu air ≥ 29ºC.

b. Mengurangi kadar bahanorganic terlarut dan meningkatkan frekwensipergantian air.

c. Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat prevalensi danintensitas yang rendahdapat dilakukan denganperendaman beberapa jenis desinfektan yaitu:

1). Larutan garam dapur (untuk ikan air tawar) pada konsentrasi 500-10.000 ppm

(tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam.2). Air tawar (untukikan air laut) selama 60 menit, dilakukan pengulangan setiap hari.

4. Ichtyophtyrius multifilis a. Mempertahankan suhu air ≥ 29° C selama 2 minggu atau lebih.

b. Meningkatkan frekwensipergantian air.

c. Pemindahan ikan pada air yang bebas “Ich” secara berkala yang disesuaikan dengan siklus hidupnya.

d. Ikan yang terinfeksi “Ich” dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan denganmenggunakan desinfektan, yaitu dengan perendaman garan dapur pada konsentrasi 500-10.000ppm selama 24 jam, dilakukan pengulangan setiap hari.

5. Schypidia sp a. Desinfeksi wadah/petakpemeliharaan dan sumber air yang bebas

mikroorganisme penempel

b. Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahanorganic terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian baru.

c. Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan.

6. Oodinium sp a. Mempertahankan suhu agar selalu >29° C.

b. Pemindahan populasi ikan yang terinfeksi parasit ke air yang bebas parasit sebanyak2-3 kali dengan interval 2-3 hari.

c. Pengobatan dan/atau pemberantasan parasit,dengan perendaman air garam.

7. Vorticella spp. a. Desinfeksi wadah/petakpemeliharaan dan sumber air yang bebas mikroorganisme penempel

b. Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama

mengurangi kadar bahanorganic terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian baru.

Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan.