BAB IV ANALISIS DATA A. Penanda Kohesi

113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 46 BAB IV ANALISIS DATA Sehubungan dengan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi dan penanda koherensi serta karakteristik wacana antologi cerkak Wiring Kuning” karya Trinil. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu-persatu. A. Penanda Kohesi Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sarana untuk membentuk wacana yang kohesif dan koheren yaitu penanda kohesi dan koherensi. Dalam penelitian terhadap Antologi Cerkak Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan dua jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi) yang menggunakan pronomina, penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Penanda kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Secara lebih detail, dapat dilihat uraiannya sebagai berikut.

Transcript of BAB IV ANALISIS DATA A. Penanda Kohesi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB IV

ANALISIS DATA

Sehubungan dengan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini,

maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi dan penanda

koherensi serta karakteristik wacana antologi cerkak “Wiring Kuning” karya

Trinil. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu-persatu.

A. Penanda Kohesi

Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sarana untuk membentuk

wacana yang kohesif dan koheren yaitu penanda kohesi dan koherensi. Dalam

penelitian terhadap Antologi Cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan dua

jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi

leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi)

yang menggunakan pronomina, penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan

perangkaian (konjungsi). Penanda kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan),

sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata),

hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Secara lebih

detail, dapat dilihat uraiannya sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

1. Penanda Kohesi Gramatikal

a. Pengacuan (Referensi)

Referensi merupakan pengacuan terhadap sesesuatu hal yang sedang

dibicarakan atau ditulis sebelumnya atau sesudahnya baik di dalam atau di luar

satuan gramatikal. Referensi diwujudkan dalam bentuk pronomina. Dalam

penelitian ini ditemukan tiga jenis bentuk pronomina, yaitu pronomina persona

(kata ganti orang), pronomina demonstratif (kata ganti penunjuk), dan pronomina

komparatif (kata perbandingan).

1). Pronomina Persona

Beberapa contoh kepaduan wacana yang didukung oleh kohesi

gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona dapat dilihat pada data-

data berikut ini.

(1/1) Aku wis pasrah wae! mangkono ngendikane Mbah Karji Kung singdimirengake Mbah Karji Uti kaya nyendhal ati. (WK/H1/P2).‘Aku sudah pasrah saja! begitulah perkataan kakek Karji yangdidengarkan nenek Karji seperti menyenggol hati’

Penjelasan dari data (1/1) di atas yaitu terdapat referensi pronomina

persona I tunggal bentuk bebas yaitu aku ‘aku’ dengan realitas yang mengacu

kepada tokoh yang bernama Mbah Karji Kung dalam cerkak berjudul wiring

kuning. Maka termasuk pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di

dalam teks dengan acuan Mbah Karji yang baru disebutkan di sebelah kanan

pronomina aku ‘aku’.

Kemudian data (1/1) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung

(BUL) menjadi berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

(1/1a) Aku wis pasrah wae! ‘Aku sudah pasrah saja!’

(1/1b) mangkono ngendikane Mbah Karji Kung sing dimirengake Mbah karjiUti kaya nyendhal ati. ‘Begitulah perkataan kakek Karji yangdidengarkan nenek Karji seperti menyenggol hati’

Setelah diuji dengan teknik BUL, maka selanjutnya data (1/1a) dianalisis

dengan teknik lesap menjadi berikut.

(1/1c) *Ø wis pasrah wae! ‘Ø sudah pasrah saja!’

Setelah dianalisis dengan teknik lesap data (1/1a) masih tetap gramatikal

dan berterima. Karena apabila kata Aku ‘aku’ dilesapkan informasi tetap jelas.

Maka pronomina persona tersebut wajib hadir. Kemudian data (1/1a) dianalisis

dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(1/1d) Aku wis pasrah wae!*Ingsun*Kula

‘ Aku sudah pasrah saja!’AkuSaya

Hasil analisis data (1/1d) di atas, kata aku ‘aku’ merupakan ragam ngoko

sehingga tidak bisa digantikan dengan kula ‘saya’, karena kata kula ’saya’

termasuk dalam ragam krama. Sementara itu, ingsun ‘aku’ juga tidak dapat

menggantikan aku ‘aku’ karena ragam klasik dan hanya digunakan untuk Raja

dan Tuhan. Oleh karena itu, kata ingsun ‘aku’ tidak tepat jika digunakan pada

kalimat data di atas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Data lain yang merupakan pronomina persona I tunggal adalah sebagai

berikut.

(2/82) Mula bakal dakeling-eling selawase uripku yen njaragi wong menengiku aja sok kenemenen, mengko yen ditinggal marahi gela lan keranta-ranta. (L/H34/P18)‘Maka akan ku ingat-ingat selamanya di hidupku jika menyengajaberbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan,nanti jika ditinggal membuat kecewa dan sakit hati.’

Pronomina yang terdapat pada data (2/82) yaitu dak- pada kata dakeling-

eling ‘ku ingat-ingat’ yang merupakan pronomina persona I tunggal bentuk terikat

lekat kiri mengacu pada tokoh utama yaitu penulis dalam hal ini adalah Trinil.

Maka pengacuan tersebut merupakan eksofora karena acuannya berada di luar

teks. Selain itu pada data (2/82) terdapat pronomina persona I tunggal bentuk

terikat lekat kanan yaitu -ku ‘-ku’ pada kata uripku ‘hidupku’ yang merupakan

pengacuan eksofora juga, sebab acuannya sama yaitu mengacu pada Trinil atau

penulis cerkak ini sebagai tokoh utama.

Kemudian data (2/82) dibagi menurut unsur langsungnya dengan teknil

bagi unsur langsung (BUL) menjadi seperti berikut.

(2/82a) Mula bakal dakeling-eling selawase uripku yen njaragi wong menengiku aja sok kenemenen‘Maka akan kuingat-ingat selamanya di hidupku jika menyengajaberbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan’

(2/82b) mengko yen ditinggal marahi gela lan keranta-ranta.‘ nanti jika ditinggal membuat kecewa dan sakit hati.’

Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, maka data (2/82a) diuji dengan

teknik lesap menjadi seperti berikut.

(2/82c) *Mula bakal Øeling-eling selawase uripØ yen njaragi wong menengiku aja sok kenemenen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

‘Maka akan Øingat-ingat selamanya di hidupØ jika menyengajaberbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan’

Hasil analisis pada data (2/82c) dengan teknik lesap ternyata pada

pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- ‘ku-’ pada kata

dakeling-eling ‘kuingat-ingat’dan pronomina persona I tunggal bentuk terikat

lekat kanan –ku ‘-ku’ pada kata uripku ‘hidupku’ wajib hadir, karena jika

pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak

berterima, karena apabila dilesapkan informasi menjadi tidak jelas.

Setelah diuji dengan teknik lesap maka data (2/82a) diuji dengan teknik

ganti seperti berikut.

(2/82d)Mula bakal dakeling-eling selawase uripku yen njaragi wongtakeling-eling * urip kula*kula eling-eling

meneng iku aja sok kenemenen

‘Maka akan kuingat-ingat selamanya dalam hidupku jika me-kuingat-ingat hidup sayasaya ingat-ingat

nyegaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu janganketerlaluan.’

Hasil analisis data (2/82d) pada pronomina persona I tunggal bentuk

terikat lekat kiri dak- pada kata dakeling-eling ‘kuingat-ingat’, tidak bisa diganti

dengan pronomina kula ‘aku’ karena pronomina dak- ‘ku-’ merupakan ragam

ngoko. Begitu juga dengan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat

kanan -ku ‘ku’ pada kata uripku ‘hidupku’ juga tidak bisa diganti dengan

pronomina kula ‘saya’ karena pronomina kula ‘saya’ termasuk ragam krama

sehingga tidak dapat saling menggantikan karena berbeda ragam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Data yang menunjukkan pronomina persona II tampak pada data berikut.

(3/174) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh iki mono pacobane uripmu.Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik […] (WK/H8/P37)[…] Pak Yitno luluh atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet,ditangisi kemekelen kaya impene nalika ngekep jago wiring kuningsing gudrah getih. (WK/H8/P38)‘Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaanhidupmu. Jika kamu kuat mempunyai ayah seperti aku begini yabagus […]’‘[…] Pak Yitno luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul dengan rapat,ditangisi dengan histeris seperti mimpinya ketika mendekap ayamberbulu kuning yang berlumuran darah.’

Data (3/174) di atas terdapat pronomina persona II tunggal bentuk terikat

lekat kanan yaitu –mu ‘-mu’ pada kata uripmu ‘hidupmu’. Pengacuan ini

termasuk dalam pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di dalam

teks yaitu tokoh bernama Pak Yitno yang merupakan anak dari Mbah Karji yang

telah disebutkan sesudahnya dalam teks cerita sebagai berikut, Pak Yitno luluh

atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet, ditangisi kemekelan […] ‘Pak Yitno

luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul rapat, ditangisi histeris […]’. Sedangkan

pronomina kowe ‘kamu’ termasuk dalam pronomina persona II tunggal bentuk

bebas. Acuannya sama yaitu Pak Yitno, dengan jenis yang sama pula termasuk

pengacuan endofora kataforis.

Kemudian data (3/174) dianalisis dengan taknik BUL menjadi berikut.

(3/174a) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh ini mono pacobane uripmu.‘Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaanhidupmu.’

(3/174b) Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik […]‘Jika kamu kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus […]’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

(3/174c) […] Pak Yitno luluh atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet,ditangisi kemekelen kaya impene nalika ngekep jago wiring kuningsing gudrah getih.‘[…] Pak Yitno luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul dengan rapat,ditangisi dengan histeris seperti mimpinya ketika mendekap ayamberbulu kuning yang berlumuran darah.’

Setelah dibagi dengan teknik BUL, selanjutnya data (3/174a) dan (3/174b)

diuji dengan tenik lesap sebagai berikut.

(3/174d) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh ini mono pacobane uripØ.‘Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupØ.’

(3/174e) Yen Ø kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik […]‘Jika Ø kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus […]’

Hasil analisis dengan teknik lesap di atas adalah bahwa pada pronomina

persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu ‘-mu’ dan pronomina persona

II tunggal bentuk bebas kowe ‘kamu’ tidak wajib hadir, karena jika pronomina

tersebut dilesapkan maka wacana masih gramatikal dan berterima. Buktinya

masih ada kata Le yang menunjukkan bahwa Mbah Karji berkomunikasi dengan

putranya yang bernama Pak Yitno. Setelah diuji dengan teknik lesap, kemudian

dilanjutkan dengan teknik ganti menjad i seperti berikut.

(3/174f) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh iki mono pacobane uripmu

*urip panje-

nengan

‘Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupmu ’*hidupanda

(3/174g)Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik […]*panjenengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

‘Jika kamu kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus […]’

*anda

Setelah diuji dengan teknik ganti maka pada data (3/174f) hasil analisisnya

adalah pada pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu pada

kata uripmu ‘hidupmu’ tidak dapat digantikan dengan pronomina panjenengan

‘anda’ karena panjenengan ‘anda’ merupakan ragam krama. Sedangkan –mu

‘-mu’ merupakan ragam ngoko. Hal ini tidak berbeda dengan analisis pada data

(3/174g) pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe ‘kamu’ yang termasuk

dalam ragam ngoko tidak dapat digantikan dengan satuan lingual panjenengan

‘anda’ yang termasuk dalam ragam krama. Sebab akan terjadi kejanggalan karena

di dalam teks menceritakan bahwa Mbah Karji selaku ayah yang berkata kepada

Pak Yitno selaku anak, sehingga tidak tepat jika ayah berkata kepada anaknya

dengan ragam krama.

Data yang menunjukkan pronomina persona III adalah sebagai berikut.

(4/191) Bu Singgih-Sumobito pancen bidhan kang kondhang ing sakiwa-tengene Jombang, Pare, nganti Kediri. Wiwit isih prawan biyenpancen dheweke iku wis nuduhake bakate ing babagan tetulung wongbabaran. (AR/H44/P1)‘Bu Singgih-Sumobito memang bidan yang terkenal di kiri-kanannyadaerah Jombang, Pare sampai Kediri. Sejak masih gadis dulu memangdia sudah memperlihatkan bakatnya dalam hal menolong orang yangmelahirkan.’

Pronomina yang terdapat pada data (4/191) yaitu dheweke (dia) yang

merupakan pronomina persona III tunggal bentuk bebas mengacu pada tokoh

utama yaitu Bu Singgih-Sumobito. Maka pengacuan tersebut merupakan

pengacuan endofora anaforis karena acuannya telah disebutkan pada kalimat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pertama. Selain itu pada data (4/191) juga terdapat pronomina persona III tunggal

bentuk terikat lekat kanan yaitu -e ‘-e’ pada kata bakate ‘bakatnya’ yang

merupakan pengacuan endofora anaforis juga, sebab acuannya sama yaitu

mengacu kepada Bu Singgih-Sumobito. Data (4/191) di atas kemudian dibagi

unsur langsungnya menjadi berikut.

(4/191a) Bu Singgih-Sumobito pancen bidhan kang kondhang ing sakiwa-tengene Jombang, Pare, nganti Kediri.‘Bu Singgih-Sumobito memang bidan yang terkenal di kiri-kanannyadaerah Jombang, Pare sampai Kediri.’

(4/191b) Wiwit isih prawan biyen pancen dheweke iku wis nuduhake bakate ingbabagan tetulung wong babaran.‘Saat masih perawan dulu memang dia sudah memperlihatkanbakatnya dalam hal menolong orang yang melahirkan.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (4/191b) diuji dengan

teknik lesap menjadi seperti berikut.

(4/191c) *Wiwit isih prawan biyen pancen Ø iku wis nuduhake bakatØ ingbabagan tetulung wong babaran.‘Saat masih perawan dulu memang Ø sudah memperlihatkan bakatØdalam hal menolong orang yang melahirkan.’

Hasil analisis dengan teknik lesap di atas adalah bahwa pada pronomina

persona III tunggal bentuk bebas dheweke ‘dia’ dan pronomina persona III

tunggal bentuk terikat lekat kanan -e ‘-e’ wajib hadir, karena jika pronomina

tersebut dilesapkan maka wacana tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga

akan terjadi ketidaklengkapan sebuah informasi. Selanjutnya data (191b)

dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut.

(4/191d) Wiwit isih prawan biyen pancen dheweke iku wis nuduhake

* piyambakipun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

bakate ing babagan tetulung wong babaran.

*bakatipun

‘Saat masih perawan dulu memang dia sudah memperlihatkan

dia

bakatnya dalam hal menolong orang yang melahirkan.’

bakatnya

Setelah diterapkan dengan teknik ganti pada data (4/191d) kata dheweke

‘dia’ yang digantikan dengan kata piyambakipun ‘dia’ ternyata tidak dapat saling

menggantikan dan tidak berterima karena berbeda ragam, antara ragam ngoko dan

krama sehingga tidak sesuai dengan konteks kalimatnya. Demikian pula yang

terjadi pada pronomina –e ‘-nya’ pada kata bakate ‘bakatnya’ yang digantikan

dengan pronomina –ipun ‘nya’ pada kata bakatipun ‘bakatnya’ tidak sesuai

karena juga berbeda ragam.

2). Pronomina Demonstratif

Pronomina demonstratif dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu pronomina demonstratif waktu dan pronomina demonstratif tempat.

Pronomina demonstratif waktu yang ditemukan dalam penelitian ini adalah

pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, waktu yang akan datang, dan

waktu netral, sedangkan pronomina demonstratif tempat menunjuk secara

eksplisit dan agak dekat dengan penutur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Pronomina demonstratif waktu dapat dilihat dalam beberapa data berikut

ini.

(5/267) Saiki Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane singpadha diundang. Sing ora teka sajake padha dititipake marangkancane sing teka ing resepsine. (K/H20/P5)‘Sekarang Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari teman-temannya yang diundang. Yang tidak datang nampaknya dititipkankepada yang datang di resepsinya.’

Pada wacana (5/267) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu kini,

yaitu kata saiki ‘sekarang’ yang mengacu pada waktu hari resepsinya Nila dan

Alwi yang telah disebutkan pada akhir kalimat sehingga pengacuan ini bersifat

endofora kataforis. Kemudian data (5/267) dibagi menurut unsur langsungnya

menjadi berikut.

(5/267a) Saiki Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane singpadha diundang.‘Sekarang Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari teman-temannya yang diundang.

(5/267b) Sing ora teka sajake padha dititipake marang kancane sing teka ingresepsine.‘Yang tidak datang nampaknya dititipkan kepada yang datang diresepsinya.’

Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (267a) diuji dengan

teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian unsure yang dilesapkan.

(5/267c) Ø Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane sing padhadiundang.‘Ø Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari teman-temannyayang diundang.

Setelah dilakukan pengujian terhadap data (5/267a) dengan teknik lesap

ternyata dapat dinyatakan bahwa kalimat masih tetap gramatikal dan berterima.

Tetapi informasi yang disampaikan kurang lengkap dan akan lebih lengkap dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

baik apabila pronomina demonstratif waktu tersebut tidak dilesapkan. Data (267a)

kembali diuji dengan teknik ganti menjadi berikut.

(5/267d) Saiki Nila kari Alwi lagi mbukaki kado saka kanca-kancane

*Sakmenika

sing padha diundang.

Sekarang Nila dan alwi sedang membuka-buka kado dari

Sekarang

teman-temannya yang diundang.

Analisis pada data (5/267d) dengan teknik ganti ternyata menunjukan

bahwa pada pronomina demonstratif waktu kini saiki ‘sekarang’ tidak bisa diganti

dengan kata samenika ‘sekarang’ yang termasuk ragam krama. Karena pada

kalimat (5/267d) menggunakan ragam ngoko sehingga tidak sesuai apabila

digantikan dengan kata ragam krama samenika ‘sekarang’.

Selain pronomina demonstratif waktu kini juga terdapat pronomina

demonstratif waktu lampu, seperti data di bawah ini.

(6/262) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen gramewesi nalika mbeji. Disebulake sapa-sapa isih panggah ngeres wae.(WK/H2/P9)‘Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan padamatanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi. Ditiupkansiapa saja masih tetep sakit matanya.’

Pada data (6/262) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu lampau

pada kata kepungkur ‘yang lalu’. Pronomina tersebut merupakan pronomina

endofora yang anaforis yang mengacu pada kata rong minggu ‘dua minggu’ yang

disebutkan sebelum kata kepungkur ‘yang lalu’.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Kemudian data (6/262) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.

(6/262a) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen gramewesi nalika mbeji.‘Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan padamatanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi.

(6/262b) Disebulake sapa-sapa isih panggah ngeres wae.‘Ditiupkan siapa saja masih tetep sakit matanya.’

Selanjutnya data (6/262a) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut.

(6/262c) *Dheweke eling nalika Ø bapake klilipen grame wesi nalika mbeji.‘Dia ingat saat Ø ayahnya kemasukan pada matanya serbuk besi ketikamembuat lubang pada besi.

Setelah data (6/262c) diuji dengan teknik lesap, ternyata pronomina

demonstratif waktu lampau yaitu pada kata kepungkur ‘yang lalu’ wajib hadir,

karena apabila dilesapkan maka kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak

berterima. Kata kepungkur ‘yang lalu’ merupakan penjelasan dari kata

sebelumnya yaitu rong minggu ‘dua minggu’.

Kemudian data (6/262a) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai

berikut.

(6/262d) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen

*kepengker

grame wesi nalika mbeji.

‘Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan pada

yang lalu

matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi.’

Hasil analisis data (6/262d) di atas kata kepungkur ‘yang lalu’ tidak bisa

digantikan dengan kata kepengker ‘yang lalu’ karena dua kata tersebut berbeda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

ragam. Kata kepungkur ‘yang lalu’ merupakan ragam ngoko sedangkan kata

kepengker ‘yang lalu’ merupakan ragam krama. Dalam data (6/262) di atas

menggunakan bahasa Jawa ngoko, sehingga kata yang paling tepat digunakan

adalah kepungkur ‘yang lalu’ yang mempunyai kelas kata yang sama atau satu

ragam.

Selain pronomina demonstratif waktu lampau juga terdapat pronomina

demonstratif waktu yang akan datang, seperti data di bawah ini.

(7/296) Ya wis, aku dak nyang Himapro sik ya, ndhekor nggo seminarsesuk!? (KS/H99/P5)‘Ya sudah, aku ke Himapro dulu ya, membuat dekorasi untuk seminarbesok !?’

Pada wacana (7/296) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu yang

akan datang, yaitu kata sesuk ‘besok’ mengacu pada hari Dies Natalis yang

ditunjukkan pada kalimat sebelumnya yaitu Titah mung mesem banjur ngalih

sawise nyelehake naskah Kereta Kencana karangane WS Rendra sing arep

dakapalake kanggo Dies Natalis ‘Titah hanya tersenyum kemudian pergi setelah

meletakkan naskah Kereta Kencana karangan WS Rendra yang akan kuhafalkan

untuk Dies Natalis’, pengacuan ini bersifat endofora anaforis. Kemudian data

(7/296) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.

(7/296a) Ya wis, aku dak nyang Himapro sik ya,‘Ya sudah, aku ke Himapro dulu ya’

(7/296b) ndhekor nggo seminar sesuk!?‘membuat dekorasi untuk seminar besok !?’

Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (7/296b) diuji dengan

teknik lesap menjadi sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

(7/296c) ndhekor nggo seminar Ø!?‘membuat dekorasi untuk seminar Ø!?’

Setelah dilakukan pengujian terhadap data (7/296b) dengan teknik lesap

ternyata dapat dinyatakan bahwa data di atas masih tetap gramatikal dan

berterima. Tetapi informasi yang disampaikan kurang lengakap dan akan lebih

baik lagi apabila pronomina demonstratif tersebut tidak dilesapkan. Data (296b)

kembali diuji dengan teknik ganti menjadi berikut.

(7/296d) ndhekor nggo seminar sesuk !?

*benjing

‘mendekor dekorasi untuk seminar besok !?’besok

Analisis data (7/296d) di atas menyatakan bahwa kata sesuk ‘besok’ tidak

bisa digantikan dengan kata benjing ‘besok’ karena dua kata tersebut berbeda

ragam. Kata sesuk ‘besok’ merupakan ragam ngoko sedangkan kata benjing

‘besok’ merupakan ragam krama. Dalam data (7/296) di atas menggunakan

bahasa ngoko, sehingga kata yang paling tepat digunakan adalah sesuk ‘besok’

yang mempunyai kelas kata yang sama.

Selain pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, dan waktu yang

akan datang, juga terdapat pronomina demonstratif waktu netral. Berikut ini

merupakan data yang menunjukkan pronomina demonstratif waktu netral.

(8/271) Jam enem esuk Alwi wis adus kramas, banjur nggodhog banyukanggo Nila. (K/H23/P23)‘Jam enam pagi Alwi sudah mandi, kemudian memasak air untukNila.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Pada data (8/271) di atas menunjukkan adanya pronomina demonstratif

waktu netral yaitu pada frasa jam enem esuk ‘jam enam pagi’ . Kata jam enem

esuk ‘jam enam pagi’ mengacu pada waktu netral karena tidak menunjuk waktu

lampau saja, waktu kini saja, atau waktu yang akan datang akan tetapi

menunjukkan waktu pada saat Alwi sudah mandi. Kemudian data (8/271) diuji

dengan teknil BUL menjadi berikut.

(8/271a) Jam enem esuk Alwi wis adus kramas,‘Jam enam pagi Alwi sudah mandi keramas,’

(8/271b) banjur nggodhog banyu kanggo Nila.‘kemudian memasak air untuk Nila.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (8/271a) diuji

keintiannya dengan teknik lesap seperti berikut.

(8/271c) Ø Alwi wis adus kramas,‘Ø Alwi sudah mandi keramas,’

Hasil analisis pada data (8/271a) setelah diuji dengan teknik lesap,

ternyata wacana masih gramatikal dan berterima sehingga pronomina netral

tersebut kehadirannya tidak wajib hadir. Setelah itu data (8/271) diuji dengan

teknik ganti menjadi sebagai berikut. Kemudian data (8/271) diuji denganteknik

ganti sebagai berikut.

(8/271d) Jam enem esuk Alwi wis adus kramas.

*Jam papat esuk

‘ Jam enam pagi Alwi sudah mandi keramas.’

*Jam empat pagi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Pada data (8/271d) di atas, setelah dianalisis dengan teknik ganti ternyata

frasa jam enem esuk ‘jam enam pagi’ tidak bisa digantikan dengan jam papat

esuk jam empat pagi’ karena peristiwa tersebut terjadi pada jam enam pagi bukan

jam empat pagi. Dengan demikian tidak mungkin Alwi mandi jam empat pagi.

Selain pronomina demonstratif waktu juga terdapat pronomina

demonstratif tempat. Data di bawah ini merupakan pronomina demonstratif

tempat yang dekat penutur dinyatakan dengan kata kene ‘di sini’ dan agak dekat

dengan penutur yaitu kata kono ‘di situ’.

(9/309) Mau rak neng kene? Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik,adohe mung tekan kono […] (F/H14/P16)‘Tadi kan di sini? Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ sedikit,jauhnya hanya sampai situ […]’

Pada data (9/309) di atas tampak adanya kepaduan kalimat yang didukung

dengan adanya penanda kohesi gramatikal yaitu pronomina demonstratif yang

dekat dengan penutur yaitu pada kata kene ‘sini’ yang berarti dekat dengan

penutur mengacu secara endofora kataforis yang mengacu pada cagak kamera

‘penyangga kamera’ pada kalimat sesudahnya yaitu […] Cagakane kamera teng

mriki wau lo Pak! ‘[…] Penyangga kamera di sini tadi lo Pak!’. Sedangkan kata

kono ‘situ’ menunjukkan agak jauh dengan penutur. Kemudian data (9/309)

dibagi unsur langsungnya sebagai berikut.

(9/309a) Mau rak neng kene?‘Tadi kan di sini?’

(9/309b) Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekankono […]‘Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampaisitu […]’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Kemudian data (9/309a) dan (9/309b) diuji dengan teknik lesap menjadi

berikut.

(9/309c) *Mau rak neng Ø ?‘Tadi kan di Ø?’

(9/309d) *Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekanØ[…]‘Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampaiØ […]’

Hasil analisis pada data (309c) dan (309d) dengan teknik lesap pada

pronomina demonstratif kene ‘sini’ dan kono ‘situ’ ternyata setelah dilesapkan

kalimat masih tidak gramatikal dan tidak berterima, wacana menjadi tidak utuh

serta informasi yang disampaikan tidak jelas. Dengan demikian, kata kene ‘sini’

dan kata kono ‘situ’ kehadirannya wajib dalam kalimat tersebut. Kemudian data

diuji dengan teknik ganti sebagai berikut.

(9/309e) Mau rak neng kene ?*kono

‘Tadi kan di sini ?’*situ

(9/309f) Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekankono […]*kene

‘Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampaisitu […]’*sini

Data (9/309c) dan (9/309d) setelah diuji dengan teknik ganti ternyata pada

pronomina demonstratif kene ‘sini’ sebagai penanda kohesi tidak dapat diganti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dengan penanda kohesi pengganti kono ‘situ’ karena sudah berbeda tempat. Hal

ini tidak berbeda dengan analisis data (9/309f) yaitu satuan lingual kono ‘situ’

tidak dapat digantikan dengan satuan lingual kene ‘sini’ karena tempatnya sudah

berbeda.

Pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit dapat dilihat pada

data-data berikut.

(10/317) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyangPathi. Ora kuwat nyawang anake wedok pasa terus. (K/H26/P31)‘Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulangke Pathi. Tidak kuat melihat anak perempuannya puasa terus.’

Pada data (10/317) di atas terdapat pronomina demonstratif tempat yang

menunjuk secara eksplisit pada nama sebuah kota di Jawa Tengah yaitu Pathi

‘Pati’. Kota Pati adalah sebuah kota di Jawa Tengah yang berada di daerah utara

propinsi Jawa Tengah. Kemudian data (10/317) di atas di analisis dengan teknik

BUL menjadi berikut.

(10/317a) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyangPathi.‘Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulangke Pathi.’

(10/317b) Ora kuwat nyawang anake wedok pasa terus.‘Tidak kuat melihat anak perempuannya puasa terus.’

Kemudian data (10/317a) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.

(10/317c) *Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyang Ø.‘Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulangke Ø.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Hasil analisis pada data (10/317a) jika penanda kohesi pronomina

demonstratif eksplisit Pathi ‘Pati’ dilesapkan, maka kalimat menjadi tidak

gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kehadiran penanda kohesi pronomina

demonstratif eksplisit tersebut kehadirannya wajib. Kemudian adata diuji dengan

teknik ganti menjasi seperti berikut.

(10/317d) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bpake mulih nyangPathi.*Kudus

‘Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulangke Pati ’

*Kudus

Hasil analisis data (10/317d) di atas dengan teknik ganti, ternyata

pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit pada nama kota

Pathi ‘Pati’ tidak bisa digantikan dengan Kudus ‘ Kudus’ karena rumah ayah dan

ibu Nila tersebut di Pati, bukan di tempat lain.

Data lain yang merupakan pronomina demonstratif tempat yang menunjuk

secara eksplisit adalah sebagai berikut.

(11/337) Ing dhapur kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi, cenat-cenit karo nyampirake andhuke ing pundhake. (S/H85/P12)‘Di dapur itu aku melihat Pinah keluar dari kamar mandi, cenat-cenitsambil menyampirkan handuk di pundaknya.’

Pada data (11/337) di atas terdapat pronomina demonstratif tempat yang

menunjuk secara eksplisit yaitu tang pertama adalah dhapur ‘dapur’ dan yang

kedua adalah kamar mandhi ‘kamar mandi’. Kemudian data tersebui dibagi

menurut unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi seperti berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

(11/337a) Ing dhapur kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi,‘Di dapur itu aku melihat Pinah keluar dari kamar mandi,’

(11/337b) cenat-cenit karo nyampirake andhuke ing pundhake‘cenat-cenit sambil menyampirkan handuk di pundaknya.’

Selanjutnya data (11/337a) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.

(11/337c) *Ing Ø kuwi aku weruh Pinah metu saka Ø,‘Di Ø itu aku melihat Pinah keluar dari Ø,’

Tampak pada data (11/337c) setelah dianalisis yaitu unsur pronomina

demonstatif eksplisit dhapur ‘dapur’ dan kamar mandhi ‘kamar mandi’ setelah

dilesapkan hasilnya menjadi kalimat yang tidak gramatikal dan tidak berterima.

Oleh karena itu kehadiran kedua penanda kohesi demonstratif eksplisit ini wajib.

Kemudian data (11/337a) kembali diuji dengan teknik ganti menjadi seperti

berikut.

(11/337d) Ing dhapur kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi ’pawon jedhing

kolah

Hasil analisis data (11/337d) di atas dengan teknik ganti, ternyata

pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit yaitu pada kata

dhapur ‘dapur’ bisa digantikan dengan kata pawon ‘dapur’ karena dhapur

‘dapur’ merupakan sinonim dari kata pawon ‘dapur’. Begitu juga dengan kamar

mandhi ‘kamar mandi’ dapat digantikan dengan jedhing ‘kamar mandi’ atau

kolah ‘kamar mandi’ karena ketiganya mempunyai arti yang sama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

3). Pronomina Komparatif (Perbandingan)

Pronomina komparatif atau perbandingan adalah salah satu jenis

kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang

mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/ wujud, sikap, sifat, watak

dan sebagainya.

(12/351) Durung maneh akehe wong sepedhahmotoran lan sepedhah engkolsing motong jalur saka wetan dalan nrombol ngidul. Yen disawangsaka ndhuwur kaya dhawet campur lagi diudheg. (F/H11/P8)‘Belum lagi banyaknya orang yang bersepedamotoran dan sepedakayuh yang memotong jalan dari timur jalan menerobos ke selatan.Jika dilihat dari atas seperti minuman dhawet campur yang sedangdiaduk.’

Pada data (12/351) di atas terdapat pronomina komparatif yaitu pada kata

kaya ‘seperti’. Pengacuan komparatif tersebut membandingkan antara pernyataan

pada klausa pertama dengan klausa kedua, yaitu banyaknya orang yang

bersepedamotoran dan sepeda kayuh yang memotong dari timur jalan kemudian

menerobos ke selatan dan dibandingkan dengan minuman dhawet campur yang

sedang diaduk jika dilihat dari atas. Kemudian data (12/351) dibagi menurut unsur

langsungnya menjadi berikut.

(12/351a) Durung maneh akehe wong sepedhahmotoran lan sepedhah engkolsing motong jalur saka wetan dalan nrombol ngidul.‘Belum lagi banyaknya orang yang bersepedamotoran dan sepedakayuh yang memotong jalan dari timur jalan menerobos ke selatan.’

(12/351b) Yen disawang saka ndhuwur kaya dhawet campur lagi diudheg.‘Jika dilihat dari atas seperti minuman dhawet campur yang sedangdiaduk.’

Kemudian data (12/351b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti

berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

(12/351c) *Yen disawang saka ndhuwur Ø dhawet campur lagi diudheg.‘Jika dilihat dari atas Ø minuman dhawet campur yang sedangdiaduk.’

Tampak pada data (12/351b) setelah kata kaya ‘seperti’ dilesapkan maka

wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu,

kehadirannya wajib untuk mendukung kepaduan wacana. Selanjutnya data

dianalisis dengan teknik ganti yaitu sebagai berikut.

(12351d) Yen disawang saka ndhuwur kaya dhawet campur lagi*kados

diudheg.

‘Jika dilihat dari atas seperti minuman dhawet campur yangseperti

sedang diaduk.’

Setelah data (12/351b) diuji dengan teknik ganti, kata kados ‘seperti’ tidak

dapat menggantikan kedudukan kata kaya ‘seperti’, karena kata kados ‘seperti’

merupakan bentuk krama, jadi apabila menggantikan kata kaya ‘seperti’ yang

merupakan bentuk ngoko tidak akan berterima, karena berbeda ragam. Sehingga

kata kaya ‘seperti’ lebih tepat digunakan dalam kalimat.

Data lain yang menunjukkan pronomina komparatif (perbandingan) adalah

sebagai berikut.

(13/361) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magita-gita kadya sirkus, lumaku mbat-mbatan sandhuwuring dhadhung […](AY/H91/P7)‘Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepatseperti sirkus, berjalan merambat di atas tali dadung […]’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Pada data (13/361) di atas terdapat pronomina komparatif yaitu pada kata

kadya ‘seperti’. Pengacuan komparatif tersebut membandingkan antara

pernyataan pada klausa awal yaitu sang ayam yang sedang berjalan dengan cepat

di atas dadung yang dibandingkan dengan seperti sebuah sirkus. Kemudian data

(13/361) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.

(13/361a) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magita-gita kadya sirkus,‘Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepatseperti sirkus,’

(13/361b) lumaku mbat-mbatan sandhuwuring dhadhung […]‘berjalan merambat di atas tali dadung […]’

Selanjutnya data (13/361a) dianalisis dengan teknik lesap yaitu sebagai

berikut.

(13/361c) *Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magita-gita Ø sirkus,‘Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat Øsirkus,’

Tampak pada analisis data (13/361c) di atas setelah kata kaya ‘seperti’

dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh

karena itu, kehadirannya wajib untuk mendukung kepaduan wacana. Selanjutnya

data dianalisis dengan teknik ganti menjadi berikut.

(13/361d) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magitagita kadya sirkus,

*kados

‘Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepatseperti sirkus,’seperti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Hasil analisis data (13/361a) setelah diuji dengan teknik ganti yaitu kata

kadya ‘seperti’ diganti dengan kata kados ‘seperti’ ternyata tidak berterima.

Karena kata kados ‘seperti’ termasuk dalam ragam krama. Jadi, kata tersebut

tidak sesuai dengan konteks kalimat. Dengan demikian, kata kadya ‘seperti’ lebih

tepat digunakan dalam kalimat tersebut.

Data-data pengacuan/referensi yang telah dianalisis di atas adalah

sebagian kecil dari data yang terkandung dalam antologi cerkak “Wiring Kuning”

karya Trinil. Data-data yang dianalisis di atas masing-masing berjumlah 4 untuk

pronomina persona, 7 untuk pronomina demonstratif, dan 2 pronomina

komparatif. Di dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan

data pengacuan sebanyak 361 dengan rincian yaitu 260 data pronomina persona,

90 data pronomina demontratif, dan 11 data pronomina komparatif. Data-data

yang lebih lengkap mengenai pengacuan/referensi dapat dilihat pada lampiran

nomor 1 sampai 361.

b. Penyulihan (Substitusi)

Aspek gramatikal kedua yang mendukung kepaduan wacana antologi

cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil adalah penyulihan atau substitusi. Substitusi

merupakan proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam

satuan yang lebih besar yang berfungsi untuk memperoleh unsur-unsur pembeda.

Substitusi dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. Pada

wacana antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ini ditemukan keempat

jenis substitusi tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Berikut ini wacana yang di dalamnya terdapat penanda kohesi berupa

substitusi nominal.

(14/362) Cagakane kamera iki mau lo, tak tinggal neng kene ora dakgawamerga obyeke neng kidul gek ndhelik kamangka dhetik pertama wisora kapotret, dhetik kapindho wis berubah maneh kalingan trailer,dhetik katelu wis kelinglingan sirahe wong. Mula dakangkat waetustele. (F/H14/P15)‘Penyangga kamera ini tadi lo, kutinggal di sini tidak kubawa karenaobyeknya di selatan apalagi sembunyi juga padahal detik pertamasudah tidak terpotret, detik kedua sudah berubah lagi tertutup trailer,detik ketiga sudah tertutup kepalanya orang. Makanya kuangkat sajakameranya.’

Pada data (14/362) di atas terdapat substitusi nominal. Tampak pada data

tersebut kata kamera ’kamera’ sebagai unsur terganti pada awal kalimat pertama

digantikan atau disulihkan dengan kata nominal tustel ’kamera’ sebagai unsur

pengganti pada kalimat terakhir. Substitusi ini dilakukan untuk memperoleh unsur

pembeda sehingga lebih bervariatif. Kemudian data (14/362) dibagi menurut

unsur langsungnya menjadi berikut.

(14/362a) Cagakane kamera iki mau lo‘Penyangga kamera ini tadi lo.’

(14/362b) tak tinggal neng kene ora dakgawa merga obyeke neng kidul gekndhelik kamangka dhetik pertama wis ora kapotret,‘kutinggal di sini tidak kubawa karena obyeknya di selatan apalagisembunyi juga padahal detik pertama sudah tidak terprotret’

(14/362c) dhetik kapindho wis berubah maneh kalingan trailer,‘detik kedua sudah berubah lagi tertutup trailer,’

(14/362d) dhetik katelu wis kelinglingan sirahe wong‘detik ketiga sudah tertutup kepalanya orang’.

(14/362e) Mula dakangkat wae tustele.‘Makanya kuangkat saja kameranya.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (14/362a) dan (14/362e)

diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.

(14/362f) *Cagakane Ø iki mau lo‘Penyangga Ø ini tadi lo.’

(14/362g) *Mula dakangkat wae Øe.‘Makanya kuangkat saja Ønya.’

Hasil analisis pada data (14/362a) dan (14/362e) dengan teknik lesap,

wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kedua kata

nominal tersebut wajib hadir dalam wacana supaya informasinya menjadi lebih

jelas. Dengan demikian kadar keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Data ini

menampilkan adanya substitusi, maka dalam analisis ini dipandang tidak perlu

mengujinya dengan teknik ganti, sebab unsur pengganti dan unsur tergantinya

sudah dicantumkan.

Berikut contoh data substitusi verbal.

(15/363) Mbah Karji Uti arep muwun. Wis prembik-prembik. Pak Yitno ngerih-erih. Buk, ten napa kok ajeng nangis niku ? (WK/H4/P17)‘Nenek Karji akan menangis. Sudah tersedu-sedu. Pak Yitno berbisik.Buk, ada apa kok akan menangis itu?’

Pada data (15/363) di atas terdapat substitusi verbal. Pada data tersebut

unsur terganti muwun ’menangis’ pada awal kalimat pertama digantikan dengan

unsur pengganti nangis ’menangis’ pada kalimat terakhir. Substitusi ini dilakukan

untuk memperoleh unsur pembeda. Kemudian data (15/363) dibagi menurut unsur

langsungnya menjadi berikut.

(15/363a) Mbah Karji Uti arep muwun.‘Nenek Karji akan menangis.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

(15/363b) Wis prembik-prembik.‘Sudah tersedu-sedu’

(15/363c) Pak Yitno ngerih-erih.‘Pak Yitno berbisik.’

(15/363d) Buk, ten napa kok ajeng nangis niku ?‘Buk, ada apa kok akan menangis?’

Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (15/363a) dan (15/362d)

diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.

(15/363e) *Mbah Karji Uti arep Ø.‘Nenek Karji akan Ø.’

(15/363f) *Buk, ten napa kok ajeng Ø niku ?‘Buk, ada apa kok akan Ø itu?’

Setelah data (15/363a) dan (15/363d) dianalisis dengan teknik lesap,

ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kedua

kata verbal yaitu muwun ‘menangis’ pada data (15/363a) dan nangis ‘menangis’

pada data (15/363d) wajib hadir dalam wacana supaya informasinya menjadi lebih

jelas. Dengan demikian maka kadar keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Data

ini menampilkan adanya substitusi, maka dalam analisis ini dipandang tidak perlu

mengujinya dengan teknik ganti, karena unsur pengganti dan unsur tergantinya

sudah dicantumkan.

Berikut contoh data substitusi frasal.

(16/365) Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung.Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning. Pitik loromau padha rosane, tarung keket. (WK/H5/P22)‘Di dalam tidurnya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat ada ayamjantan bertarung. Yang satu bulunya merah campur hitam, yangsatunya bulu dan kakinya kuning. Kedua ayam tadi sama kuatnya,bertarung sengit.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Pada data (16/365) di atas tampak adanya penggantian satuan lingual antara

frasa yaitu wulune abang sembur ireng ‘bulunya merah campur hitam’ dan frasa

wiring kuning ‘bulu dan kakinya kuning’ dengan satuan lingual lain yang

berkategori sama yaitu frasa pitik loro mau ‘kedua ayam tadi’. Frasa wulune

abang sembur ireng ‘bulunya merah campur hitam’ dan wiring kuning ‘bulu dan

kakinya kuning’ merupakan unsur terganti sedangkan frasa pitik loro mau ‘kedua

ayam tadi’ merupakan unsur pengganti. Selanjutnya data (16/365) dibagi unsur

langsungnya menjadi sebagai berikut.

(16/365a) Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung.‘Di dalam tidurnya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat ada ayamjantan bertarung.’

(16/365b) Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning.Yang satu bulunya merah campur hitam, yang satunya bulu dankakinya kuning.’

(16/365c) Pitik loro mau padha rosane, tarung keket.‘Kedua ayam tadi sama kuatnya, bertarung sengit.’

Selanjutnya data (16/365b) dan (16/365c) diuji dengan teknik lesap

sebagai berikut.

(16/365d) *Sing siji Ø, sijine Ø.‘Yang satu Ø, yang satunya Ø.’

(16/365e) *Ø padha rosane, tarung keket.‘Ø sama kuatnya, bertarung sengit.’

Tampak pada data (16/365d) dan (16/365e) setelah diuji dengan teknik

lesap wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Jadi, dapat dikatakan

bahwa penanda kohesi tersebut kadar keintiannya tinggi sehingga frasa wulune

abang sembur ireng ‘berbulu merah campur hitam’, frasa wiring kuning

‘berbulu dan berkaki kuning’ dan frasa pitik loro mau ‘kedua ayam tadi’wajib

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

hadir dalam wacana. Analisis dengan teknik ganti tidak perlu dilakukan, karena

kedua frasa tersebut sudah saling menggantikan.

Berikut adalah data yang menunjukkan substitusi klausal.

(17/368) Banjur rikala kowe ngalem aku, apa-apa aku sing mbok konnjupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggoepek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok konndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapinganggo saputanganku. Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala,gek-gek mengko bojomu mbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kayaibumu wae, aku wegah yen duwe bojo ngaleme nganti kaya ngonokuwi. (KKM/H65/P2)‘Kemudian pada saat kamu memujiku, apa-apa aku yang kau suruhmengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruhmembersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawanmajalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmubercucuran pun aku yang harus mengelapnya dengansaputanganku. Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangannanti istrimu kau suruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja,saya tidak mau jika mempunyai suami manja sampai seperti itu.’

Pada data (17/368) terdapat substitusi klausal yaitu klausa apa-apa aku sing

mbok kon njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-

epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti

kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi ‘apa-apa aku yang kau suruh

mengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak

tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai

keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya’ disubstitusikan dengan

frasa ngono kuwi ‘seperti itu’. Frasa ngono kuwi ‘seperti itu’ mengacu pada

perkiraan penulis sebagai tokoh utama terhadap seseorang yang diceritakan dalam

teks cerita cerkak tersebut. Kemudian data (17/368) dibagi unsur langsungnya

dengan teknik BUL yaitu sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

(17/368a) Banjur rikala kowe ngalem aku, apa-apa aku sing mbok konnjupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggoepek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok konndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapinganggo saputanganku.‘Kemudian pada saat kamu memujiku, apa-apa aku yang kau suruhmengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruhmembersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawanmajalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmubercucuran pun aku yang harus mengelapnya dengansaputanganku.’

(17/368b) Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala, gek-gek mengko bojomumbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kaya ibumu wae, aku wegahyen duwe bojo ngaleme nganti kaya ngono kuwi.‘Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangan nanti istrimu kausuruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja, saya tidak maujika mempunyai suami manja sampai seperti itu.’

Kemudian data (17/368a) dan (17/368b) diuji dengan teknik lesap sebagai

berikut.

(17/368c) *Banjur rikala kowe ngalem aku, Ø nganggo saputanganku.‘Kemudian disaat kamu memujiku, Ø dengan saputanganku.’

(17/368d) *Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala, gek-gek mengko bojomumbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kaya ibumu wae, aku wegahyen duwe bojo ngaleme nganti kaya Ø.‘Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangan nanti istrimu kausuruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja, saya tidak maujika mempunyai suami manja sampai seperti Ø.’

Setelah data (17/368c) dan (17/368d) dianalisis dengan teknik lesap

ternyata kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, artinya kadar

keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Maka klausa apa-apa aku sing mbok kon

njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-epekku,

difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu

gobyos wae aku sing kudu ngelapi ‘apa-apa aku yang kau suruh mengambilkan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku,

difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu

bercucuran pun aku yang harus mengelapnya’ dan frasa ngono kuwi ‘seperti itu’

wajib hadir dalam kalimat tersebut. Analisis data dengan teknik ganti tidak perlu

dilakukan karena klausa dan frasa tersebut sudah saling menggantikan.

Data-data penyulihan/substitusi yang telah dianalisis di atas masing-

masing berjumlah 1 untuk substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. Di dalam

antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan data

penyulihan/substitusi sebanyak 7 data dengan rincian yaitu 1 data substitusi

nominal, 2 data substitusi verbal, 2 data substitusi frasal, dan 2 data substitusi

klausal. Data-data yang lebih lengkap mengenai penyulihan/substitusi dapat

dilihat pada lampiran nomor 362 sampai 368.

c. Pelesapan (Elipsis)

Pelesapan yaitu salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa

penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan

sebelumnya. Unsur yang dilesapkan itu dapat berupa kata, frasa, klausa, atau

kalimat.

Di dalam penelitian ini ditemukan beberapa elipsis (pelesapan). Berikut

merupakan penanda kohesi elipsis yang terdapat dalam wacana antologi cerkak

“Wiring Kuning” karya Trinil.

(18/370) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbelingmarang wanita, ora jlalatan, ora thukmis lan mung setya marangMenis sing bakal diningkahi ing mbesuke. (F/H12/P10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

‘Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak sukanakal dengan wanita, tidak jlalatan, tidak sembarang tertarik dan hanyasetia kepada Menis yang akan dinikahi besok.’

Pada data (18/370) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu

kata Shomad yang dilesapkan sebelum frasa ora jlalatan ‘tidak jlalatan,’

sebelum frasa ora thukmis ‘tidak sembarang tertarik, dan sesudah kata lan ‘dan’.

Dalam analisis wacana unsur konstituen atau satuan lingual yang dilesapkan itu

biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang Ø) pada

tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dalam hal ini, demi efektivitas

kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada data (18/370) dilakukan

pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan justru akan menghasilkan

kalimat yang tidak efektif.

Selanjutnya untuk menganalisis data (18/370) di atas akan dibagi menjadi

dua bentuk yaitu bentuk yang dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk

data tersebut dapat dilihat di bawah ini.

(18/370a) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbelingmarang wanita, Ø ora jlalatan, Ø ora thukmis lan Ø mung setyamarang Menis sing bakal diningkahi ing mbesuke. (F/H12/P10)‘Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak sukanakal dengan wanita, Ø tidak jlalatan, Ø tidak sembarang tertarik danØ hanya setia kepada Menis yang akan dinikahi besok.’

(18/370b) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbelingmarang wanita, Shomad ora jlalatan, Shomad ora thukmis lanShomad mung setya marang Menis sing bakal diningkahi ingmbesuke. (F/H12/P10)‘Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak sukanakal dengan wanita, Shomad tidak jlalatan, Shomad tidak sembarangtertarik dan Shomad hanya setia kepada Menis yang akan dinikahibesok.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tampak pada data (18/370a), setelah kata Shomad dilesapkan kalimat

menjadi lebih efisien, praktis dan lebih padu. Pada data (18/370b) dari segi

komunikasi kurang efisien dan praktis. Tetapi dari segi informasi lebih jelas dan

lengkap.

Data lain yang menunjukkan adanya pelesapan adalah sebagai berikut.

(19/373) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, isih bisa ditanduripelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketel nyenengake,gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono. (NG/H39/P22)‘Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, masih bisaditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnya lebat danmenyenangkan, membuat nyaman siapa saja yang duduk-duduk disitu.’

Pada data (19/373) terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu kata

terase ‘terasnya’ yang dilesapkan sebelum frasa isih bisa ditanduri ‘masih bisa

ditanami,’ dan sebelum kalimat gawe ‘membuat’. Pelesapan ini dibutuhkan demi

efektivitas kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada data (19/373)

dilakukan pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan justru akan

menghasilkan kalimat yang tidak efektif.

Selanjutnya untuk menganalisis data (19/373) di atas akan dibagi menjadi

dua bentuk yaitu bentuk yang dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk

data tersebut dapat dilihat di bawah ini.

(19/373a) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, Ø isih bisa ditanduripelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketel nyenengake,Ø gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono. (NG/H39/P22)‘Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, Ø masih bisaditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnya lebat danmenyenangkan, Ø membuat nyaman siapa saja yang duduk-duduk disitu.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

(19/373b) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, terase isih bisaditanduri pelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketelnyenengake, terase gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono.(NG/H39/P22)‘Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, terasnya masihbisa ditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnyalebat dan menyenangkan, terasnya membuat nyaman siapa saja yangduduk-duduk di situ.’

Tampak pada analisis data (19/373a) di atas terjadi peristiwa pelesapan,

maka kalimat menjadi lebih efektif, efisien, wacana menjadi lebih padu (kohesif)

dan praktis dalam berkomunikasi. Adapun data (19/373b) dari segi informasi

lebih jelas dan lengkap akan tetapi kurang efektif.

Data lain yang menunjukkan adanya pelesapan adalah sebagai berikut.

(20/374) Pak Singgih anggone kepranan dheweke kuwi ya merga saka oleheprigel nulungi ugi wong mbobot nganti nglairake bayi kuwi. Ngrumatbocah cilik wiwit bayi nganti umur limang taun, ngopeni gizinebarang ya ora tau nguciwani. (AR/H44/P2)‘Pak Singgih dalam hal menyukai dia itu ya karena dari dirinya pandaimenolong orang yang hamil sampai melahirkan bayi. Merawat anakkecil dari bayi sampai umur lima tahun, menghidupi gizinya juga tidakpernah mengecewakan.’

Pada data (20/374) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu

kata dheweke ‘dia’ yang dilesapkan sebelum kalimat ngrumat bocah cilik

‘merawat anak kecil,’ dan sebelum kata ngopeni ‘menghidupi’. Pelesapan ini

dibutuhkan demi efektivitas kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada

data (20/374) dilakukan pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan

justru akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Selanjutnya untuk menganalisis data (20/374) di atas akan dibagi menjadi

dua bentuk yaitu bentuk yang dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk

data tersebut dapat dilihat di bawah ini.

(20/374a) Pak Singgih anggone kepranan dheweke kuwi ya merga saka oleheprigel nulungi ugi wong mbobot nganti nglairake bayi kuwi. Øngrumat bocah cilik wiwit bayi nganti umur limang taun, Ø ngopenigizine barang ya ora tau nguciwani. (AR/H44/P2)‘Pak Singgih dalam hal menyukai dia itu ya karena dari dirinya pandaimenolong orang yang hamil sampai melahirkan bayi. Ø merawat anakkecil dari bayi sampai umur lima tahun, Ø menghidupi gizinya jugatidak pernah mengecewakan.’

(20/374b) Pak Singgih anggone kepranan dheweke kuwi ya merga saka oleheprigel nulungi ugi wong mbobot nganti nglairake bayi kuwi. Dhewekengrumat bocah cilik wiwit bayi nganti umur limang taun, dhewekengopeni gizine barang ya ora tau nguciwani. (AR/H44/P2)‘Pak Singgih dalam hal menyukai dia itu ya karena dari dirinya pandaimenolong orang yang hamil sampai melahirkan bayi. Dia merawatanak kecil dari bayi sampai umur lima tahun, dia menghidupi gizinyajuga tidak pernah mengecewakan.’

Pada data (20/374a) di atas terjadi peristiwa pelesapan, sehingga kalimat

menjadi lebih efektif, efisien, wacana menjadi lebih padu (kohesif) dan praktis

dalam berkomunikasi. Sedangkan pada data (20/374b) dari segi informasi lebih

jelas atau lengkap akan tetapi kurang efektif karena terlalu banyak mengulang

kata dheweke ‘dia’.

Data-data pelesapan/elipsis yang telah dianalisis di atas berjumlah 3 data.

Di dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan data pelesapan

sebanyak 7 data. Data-data yang lebih lengkap mengenai pelesapan/elipsis yang

terdapat pada penelitian ini dapat disimak pada lampiran nomor 369 sampai 375.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

d. Perangkaian (Konjungsi)

Perangkaian adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan

dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam

wacana untuk menimbulkan pertalian semantik antarunsur yang dihubungkan.

Dengan kata lain, konjungsi yaitu hubungan bentuk yang ditandai dengan kata

sambung diantara dua kata, frasa, klausa atau paragraf. Dalam penelitian ini

penanda kohesi berupa konjungsi yang berhasil ditemukan diantaranya sebagai

berikut.

1). Konjungsi sebab-akibat (kausalitas)

Konjungsi sebab-akibat (kausalitas) adalah konjungsi yang

menerangkan hubungan sebab-akibat (hubungan kausalitas) antara dua proposisi

yang dihubungkan tersebut. Beberapa data konjungsi sebab-akibat (kausalitas)

pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(21/377) Socane mbah Kung kudu dadi korban. Operasine gagal merga MbahKung ora kena dibiyus gek ora tedhas karo peralatan bedhah.(WK/H7/P34)‘Mata kakek harus jadi korban. Operasinya gagal karena kakek tidakdapat dibius juga tidak mempan dengan peralatan bedah.’

Tampak pada data (21/377) di atas terdapat konjungsi kausalitas yaitu

pada kata merga ‘karena’. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat

antara klausa operasine gagal ‘operasinya gagal’ sebagai akibat dengan klausa

berikutnya yaitu Mbah Kung ora kena dibiyus gek ora tedhas karo peralatan

bedhah ‘kakek tidak dapat dibius juga tidak mempan dengan peralatan bedah’

sebagai penyebabnya. Kakek tidak dapat dibius dan tidak mempan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

peralatan bedah, sehingga operasinya gagal. Selanjutnya data (21/377) dibagi

menurut unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.

(21/377a) Socane mbah Kung kudu dadi korban.‘Mata kakek harus jadi korban.’

(21/377b) Operasine gagal merga Mbah Kung ora kena dibiyus gek ora tedhaskaro peralatan bedhah.‘Operasinya gagal karena kakek tidak dapat dibius juga tidak mempandengan peralatan bedah.’

Selanjutnya data (21/377b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut.

(21/377c) Operasine gagal Ø Mbah Kung ora kena dibiyus gek ora tedhas karoperalatan bedhah.‘Operasinya gagal Ø kakek tidak dapat dibius juga tidak mempandengan peralatan bedah.’

Hasil analisis data (21/377c) dengan teknik lesap ternyata konjungsi

kausalitas merga ‘karena’ masih tetap gramatikal tetapi tidak berterima, karena

setelah dilesapkan kalimat menjadi kurang jelas. Akan lebih baik jika penanda

konjungsi tersebut dihadirkan sehingga hubungan antarkalimatnya menjadi lebih

padu. Kemudian setelah dianalisis dengan teknik lesap, selanjutnya data

(21/377b) akan diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut.

(21/377d) Operasine gagal merga Mbah Kung ora kena dibiyus gek orajalaranamarga*amargi

tedhas karo peralatan bedhah.’‘Operasinya gagal karena kakek tidak dapat dibius juga tidak

karenakarenakarena

mempan dengan peralatan bedah.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Hasil analisis data (21/377d) dengan teknik ganti ternyata konjungsi

kausalitas pada kata merga ‘karena’ dapat digantikan dengan kata jalaran

‘karena’dan amarga ‘karena’, sebab berterima dan masih dalam satu ragam yaitu

ragam ngoko. Kata amargi ‘karena’ tidak berterima sebab kata tersebut termasuk

dalam ragam krama.

Berikut data konjungsi yang menyatakan sebab-akibat dengan

menggunakan kata sebab ‘sebab’ dalam penelitian ini.

(22/396) Mula aku neng telpun kuwi uga meling mawanti-wanti supaya Tito ajambaleni nggombali aku. Sebab aku wis ora bakal percaya maneh.(KS/H105/P36)‘Makanya aku di telfon itu juga mengingatkan denga serius supayaTito jangan sampai mengulang merayu aku. Sebab aku sudah tidakakan percaya lagi.’

Tampak pada data (22/396) di atas terdapat konjungsi kausalitas yaitu

pada kata sebab ‘sebab’. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat

antara klausa Mula aku neng telpun kuwi uga meling mawanti-wanti supaya

Tito aja mbaleni nggombali aku ‘Makanya aku di telfon itu juga mengingatkan

dengan serius supaya Tito jangan sampai mengulang merayu aku’ sebagai akibat

dengan klausa berikutnya yaitu aku wis ora bakal percaya maneh ‘aku sudah

tidak akan percaya lagi’ sebagai penyebabnya. Selanjutnya data (22/396) dibagi

menurut unsur langsungnya menjadi sebagai berikut.

(22/396a) Mula aku neng telpun kuwi uga meling mawanti-wanti supaya Tito ajambaleni nggombali aku.‘Makanya aku di telfon itu juga mengingatkan denga serius supayaTito jangan sampai mengulang merayu aku.’

(22/396b) Sebab aku wis ora bakal percaya maneh.‘Sebab aku sudah tidak akan percaya lagi.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Selanjutnya data (22/396b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti

berikut.

(22/396c) Ø aku wis ora bakal percaya maneh.‘Ø aku sudah tidak akan percaya lagi.’

Hasil analisis data (22/396c) dengan teknik lesap ternyata konjungsi

kausalitas pada kata sebab ‘sebab’ masih tetap gramatikal dan berterima, karena

setelah dilesapkan kalimat masih tetap jelas. Kemudian setelah dianalisis dengan

teknik lesap, selanjutnya data (22/396b) akan diuji dengan teknik ganti menjadi

sebagai berikut.

(22/396d) Sebab aku wis ora bakal percaya maneh.JalaranAmarga*Amargi

‘ Sebab aku sudah tidak akan percaya lagi’KarenaKarenaKarena

Hasil analisis data (22/396d) membuktikan bahwa dengan teknik ganti

ternyata konjungsi kausalitas pada kata sebab ‘sebab dapat digantikan dengan

kata jalaran ‘karena’dan amarga ‘karena’, sebab berterima dan masih dalam satu

ragam yaitu ragam ngoko. Kata amargi ‘karena’ tidak berterima sebab kata

tersebut termasuk dalam ragam krama. Sehingga lebih tepat digantikan dengan

kata jalaran ‘karena’ atau amarga ‘karena’.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

2). Konjungsi Pertentangan

Konjungsi pertentangan merupakan konjungsi yang menyambung dua

klausa yang menyatakan makna kontra atau bertentangan antarunsur. Adapun data

yang menunjukkan konjungsi pertentangan adalah sebagai berikut.

(23/397) Sejatine Menis ya rada wegah nanging minangka tandha kasetyanemarang wong sing ditresnani kuwi, fotografer sing rada nekad kuwi,dheweke kepeksa nyaguhi (F/H12/P9)‘Sesungguhnya Menis juga agak tidak berkenan tetapi sebagai tandakesetiaannya kepada orang yang dicintainya itu, fotografer yang agaknekat itu, dia terpaksa menyetujui.’

Wacana pada data (23/397) di atas tampak kohesif, karena didukung

dengan adanya konjungsi pertentangan yaitu kata nanging ’tetapi’ pada tengah

kalimat. Kata nanging ’tetapi’ berfungsi menghubungkan kalimat yang saling

berlawanan. Makna yang saling berlawanan tersebut adalah pada awal kalimat

disebutkan bahwa sesungguhnya Menis tidak berkenan, tetapi sebagai tanda

kesetiaan Menis kepada orang yang dicintainya itu dengan terpaksa Menis

menyetujuinya. Kedua kalimat tersebut menunjukkan makna yang sangat kontras.

Kemudian data (23/397) dibagi unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai

berikut.

(23/397a) Sejatine Menis ya rada wegah nanging minangka tandha kasetyanemarang wong sing ditresnani kuwi,‘Sesungguhnya Menis juga agak tidak berkenan tetapi sebagai tandakesetiaannya kepada orang yang dicintainya itu,’

(23/397b) fotografer sing rada nekad kuwi,‘fotografer yang agak nekat itu,’

(23/397c) dheweke kepeksa nyaguhi‘dia terpaksa menyetujui.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (23/397a) di atas

kemudian diuji dengan teknik lesap. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui

kadar keintian suatu satuan lingual.

(23/397d) Sejatine Menis ya rada wegah Ø minangka tandha kasetyane marangwong sing ditresnani kuwi,‘Sesungguhnya Menis juga agak tidak berkenan Ø sebagai tandakesetiaannya kepada orang yang dicintainya itu,’

Data (23/397c) setelah diuji dengan teknik lesap, ternyata wacana tidak

gramatikal dan namun tidak berterima. Penanda konjungsi pertentangan tersebut

dilesapkan maknanya berubah dan kurang padu. Jadi, kadar keintian konjungsi

nanging ‘tetapi’ pada wacana itu tinggi dan keberadaannya wajib hadir.

Kemudian data tersebut diuji dengan teknik ganti menjadi berikut.

(23/397e) Sejatine Menis ya rada wegah nanging minangka tandhaning

*ewasemana

kasetyane marang wong sing ditresnani kuwi,

‘Sesungguhnya Menis juga agak tidak berkenan tetapitetapi

*meskipun demikian

sebagai tanda kesetiaannya kepada orang yang dicintainya itu,’

Hasil analisis data (23/397e) dengan teknik ganti yaitu kata nanging ‘tetapi’

ternyata dapat digantikan dengan konjungsi adversatif ning ‘tetapi’ karena secara

semantis tidak mengubah makna dan berterima. Sedangkan konjungsi ewa-

semono ‘meski demikian’ tidak dapat menggantikan kata nanging ‘tetapi’ karena

maknanya tidak tepat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Contoh lain data yang mengandung konjungsi pertentangan adalah sebagai

berikut.

(24/405) Nyawang angin-angin ndhuwur cendhela sambi ngelus-elus wetenge,Sri rumangsa wis krinan. Adate jam setengah lima wis sembahyangbanjur mlaku-mlaku ngubengi omahe nanging merga ngimpi maumarahi Sri aras-arasen medhun. (NG/H35/P2)‘Melihat ventilasi di atas jendela sekalian mengelus-ngelus perutnya,Sri merasa sudah kesiangan. Biasanya jan setengah lima sudah ibadahkemudian jalan-jalan mengelilingi rumahnya tetapi karena bermimpitadi membuat Sri malas turun.’

Tampak pada data (24/405) di atas merupakan wacana yang padu, karena

didukung dengan adanya konjungsi pertentangan yaitu kata nanging ’tetapi’ pada

kalimat kedua, pada bagian tengah kalimat. Kata nanging ’tetapi’ berfungsi

menghubungkan klausa yang saling berlawanan. Makna yang saling berlawanan

tersebut adalah pada awal kalimat yang menyebutkan bahwa seharusnya Sri sudah

bangun pagi jam setengah lima untuk salat subuh kemudian jalan-jalan

mengelilingi rumahnya, tetapi karena Sri habis bermimpi maka dia malas untuk

turun dari tempat tidurnya. Kedua klausa tersebut menunjukkan makna yang

sangat kontras. Kemudian data (24/405) dibagi unsur langsungnya dengan teknik

BUL sebagai berikut.

(24/405a) Nyawang angin-angin ndhuwur cendhela sambi ngelus-elus wetenge,Sri rumangsa wis krinan.‘Melihat ventilasi di atas jendela sekalian mengelus-ngelus perutnya,Sri merasa sudah kesiangan.’

(24/405b) Adate jam setengah lima wis sembahyang banjur mlaku-mlakungubengi omahe nanging merga ngimpi mau marahi Sri aras-arasenmedhun.‘Biasanya jan setengah lima sudah ibadah kemudian jalan-jalanmengelilingi rumahnya tetapi karena bermimpi tadi membuat Srimalas turun.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Kemudian data (24/405b) di atas diuji dengan teknik lesap menjadi

berikut.

(24/405c) Adate jam setengah lima wis sembahyang banjur mlaku-mlakungubengi omahe Ø merga ngimpi mau marahi Sri aras-arasenmedhun.‘Biasanya jan setengah lima sudah ibadah kemudian jalan-jalanmengelilingi rumahnya Ø karena bermimpi tadi membuat Sri malasturun.’

Data (24/405c) yang telah diuji dengan teknik lesap, ternyata wacana

menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Penanda konjungsi pertentangan

tersebut dilesapkan maknanya berubah dan masih kurang padu. Jadi, kadar

keintian konjungsi nanging ‘tetapi’ pada wacana itu tinggi dan keberadaannya

wajib hadir. Kemudian data tersebut diuji dengan teknik ganti menjadi berikut.

(24/405d) Adate jam setengah lima wis sembahyang banjur mlaku-mlakungubengi omahe nanging merga ngimpi mau marahi Sri aras-arasen medhun. ning

*ewasemono

‘Biasanya jan setengah lima sudah ibadah kemudian jalan-jalanmengelilingi rumahnya tetapi karena bermimpi tadi

tetapi*meskipun demikian

membuat Sri malas turun.

Hasil analisis data (24/405d) dengan teknik ganti yaitu kata nanging ‘tetapi’

ternyata dapat diganti dengan konjungsi adversatif ning ‘tetapi’ karena secara

semantis tidak mengubah arti / makna dan berterima. Konjungsi ewasemono

‘meskipun demikian’ tidak dapat menggantikan kata nanging ‘tetapi’ karena

maknanya tidak tepat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

3). Konjungsi Kelebihan (Eksesif)

Konjungsi kelebihan (eksesif) ditandai dengan adanya makna

perangkaian kata malah ’malah’. Data yang menunjukkan adanya konjungsi

eksesif dapat dilihat pada data di bawah ini.

(25/419) E, lha kok sing ditakoni malah ndlosor karo nyembah-nyembah njalukmati. Karo nangis gulung-koming, karo ngambungi sikile PakKamituwa. (AR/H52/P37)‘E, kenapa yang ditanyai malah tersungkur dan menyembah-nyembahminta mati. Dan menangis histeris, dan menciumi kaki PakKamituwa.’

Pada data (25/419) di atas ditemukan konjungsi eksesif malah ‘malah’

yang menghubungkan klausa E, lha kok sing ditakoni ‘E, kenapa yang ditanyai’

dengan klausa yang mengandung kata malah ’malah’ itu sendiri, yakni malah

ndlosor karo nyembah-nyembah njaluk mati ‘malah tersungkur dan menyembah-

nyembah minta mati’. Kemudian data tersebut diuji dengan teknik BUL sebagai

berikut.

(25/419a) E, lha kok sing ditakoni malah ndlosor karo nyembah-nyembah njalukmati.‘E, kenapa yang ditanyai malah tersungkur dan menyembah-nyembahminta mati.’

(25/419b) Karo nangis gulung-koming, karo ngambungi sikile Pak Kamituwa.‘Dan menangis histeris, dan menciumi kaki Pak Kamituwa.’

Data (25/419) sudah dibagi menurut unsur langsungya menjadi data

(25/419a) dan (25/419b). Kemudian data (25/419a) diuji dengan teknik lesap

menjadi seperti berikut.

(25/419c) E, lha kok sing ditakoni Ø ndlosor karo nyembah-nyembah njalukmati.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

‘E, kenapa yang ditanyai Ø tersungkur dan menyembah-nyembahminta mati.’

Hasil analisis data (25/419c) menerangkan bahwa setelah konjungsi

eksesif malah ‘malah’ dilesapkan, ternyata data tersebut tetap gramatikal dan

berterima. Namun, data akan lebih lengkap jika konjungsi eksesif tersebut

dihadirkan.

Data berikutnya yang mengandung konjungsi eksesif tersedia dalam data

berikut.

(26/421) Segane sak piring munjung kok ya entek gusis, malah isih imbuhmaneh sak pucuke enthong […] (JB/H58/P19)‘Nasinya sepiring menjulang kok ya habis bersih, malah masihtambah lagi sepucuknya sendok nasi […]’

Pada data (26/421) di atas ditemukan konjungsi eksesif malah ‘malah’

yang menghubungkan klausa Segane sak piring munjung kok ya entek gusis

‘Nasinya sepiring menjulang kok ya habis bersih’ dengan klausa yang

mengandung kata malah ’malah’ itu sendiri, yakni malah isih imbuh maneh sak

pucuke enthong ‘malah masih tambah lagi sepucuknya sendok nasi […]’.

Kemudian data tersebut diuji dengan teknik BUL sebagai berikut.

(26/421a) Segane sak piring munjung kok ya entek gusis,‘Nasinya sepiring menjulang kok ya habis bersih’

(26/421b) malah isih imbuh maneh sak pucuke enthong […]‘malah masih tambah lagi sepucuknya sendok nasi […]’

Data (26/421) sudah dibagi menurut unsur langsungya menjadi data

(26/421a) dan (26/421b). Kemudian data (26/421b) diuji dengan teknik lesap

menjadi seperti berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

(26/421c) Ø isih imbuh maneh sak pucuke enthong […]‘Ø masih tambah lagi sepucuknya sendok nasi […]’

Hasil analisis data (26/421c) menerangkan bahwa setelah konjungsi

eksesif malah ‘malah’ dilesapkan, ternyata hasilnya pada data tersebut tetap

gramatikal dan berterima. Namun, data akan lebih lengkap informasinya jika

konjungsi eksesif tersebut dihadirkan.

4). Konjungsi Konsesif

Konjungsi konsesif adalah suatu konjungsi yang menghubungkan

secara konsesif dalam sebuah kalimat, biasanya ditandai dengan kata sanadyan

‘meskipun’ dan nadyan ‘meski’. Berikut adalah data yang menunjukkan

konjungsi konsesif dalam penelitian ini.

(27/424) Umur-umurane Shomad iku ya durung ganep selawe taun, kulitaneresik nadyan gaweyane kluyuran wayah awan. (F/H9/P2)‘Umur-umuran Shomad itu ya belum genap dua puluh lima tahun,kulitnya bersih meski pekerjaannya kluyuran saat siang hari.’

Pada data (27/424) terdapat konjungsi konsensif yang ditunjukkan pada

kata nadyan ‘meski’ yang menghubungkan secara konsensif. Sehingga data di

atas menerangkan bahwa meski pekerjaannya kluyuran pada siang hari, Shomad

mempunyai kulit yang bersih. Kemudian data (27/424) diuji dengan teknik BUL

menjadi berikut.

(27/424a) Umur-umurane Shomad iku ya durung ganep selawe taun,‘Umur-umuran Shomad itu ya belum genap dua puluh lima tahun,’

(27/424b) kulitane resik nadyan gaweyane kluyuran wayah awan.‘kulitnya bersih meski pekerjaannya kluyuran saat siang hari.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Pada data (27/424) sudah dibagi menurut unsur langsungya menjadi data

(27/424a) dan (27/424b). Kemudian data (27/424b) diuji dengan teknik lesap

menjadi seperti berikut.

(27/424c) kulitane resik Ø gaweyane kluyuran wayah awan.‘kulitnya bersih Ø pekerjaannya kluyuran saat siang hari.’

Setelah diuji dengan teknik lesap, tampak pada data (27/424c) di atas

wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga konjungsi

tersebut wajib hadir dalam kalimat karena kedudukannya sebagai penjelas dan

pelengkap makna. Selanjutnya data tersebut diuji dengan teknik ganti menjadi

seperti berikut.

(27/424d) kulitane resik nadyan gaweyane kluyuran wayah awan.senadyan*sinaosa

‘kulitnya bersih meski pekerjaannya kluyuran saat siangmeskipunwalaupun

hari.’

Setelah data (27/424b) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah

konjungsi konsesif pada kata nadyan ‘meski’ dapat digantikan dengan kata

senadyan ‘meskipun, karena senadyan ‘meskipun’ merupakan ragam ngoko,

sehingga sama ragam dengan kata nadyan ‘meski’. Namun, kata sinaosa

‘walaupun’ tidak dapat menggantikan posisi nadyan ‘meski’ karena berbeda

ragam, sebab sinaosa ‘walaupun’ merupakan ragam krama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

5). Konjungsi Tujuan

Konjungsi tujuan adalah konjungsi yang menyatakan makna tujuan

dalam sebuah kalimat. Konjungsi tujuan biasanya ditandai dengan kata

supaya/supados ‘supaya’ dan amrih ‘agar’, dan Adapun konjungsi tujuan dapat

dilihat pada data di bawah ini.

(28/430) Kamangka niyate Nila pengin ngadho katresnan sing dituwuhake sakawiraga kang langsing, ora kaya wong aboh ngono kuwi. Mula bapaklan ibune Nila dijak Nila melu ngrewangi njaga supaya acarane Nilangurokne awak bisa kasil. (K/H26/P30)‘Padahal niat Nila ingin mengado cinta yang diwujudkan dengan ragayang langsing, tidak seperti memar membesar seperti itu. Maka ayahdan ibu Nila diajak ikut menjaga supaya acara Nila menguruskanbadan dapat berhasil.’

Pada data (28/430) terdapat konjungsi tujuan yang ditunjukkan pada kata

supaya ‘supaya’. Kata supaya ‘supaya’ menyatakan hubungan makna tujuan yaitu

agar Nila berhasil menguruskan badan, maka ayah dan ibunya harus menjaga

Nila. Kemudian data tersebut diuji dengan teknik BUL sebagai berikut.

(28/430a) Kamangka niyate Nila pengin ngadho katresnan sing dituwuhake sakawiraga kang langsing, ora kaya wong aboh ngono kuwi.‘Padahal niat Nila ingin mengado cinta yang diwujudkan dengan ragayang langsing, tidak seperti memar membesar seperti itu.

(28/430b) Mula bapak lan ibune Nila dijak Nila melu ngrewangi njaga supayaacarane Nila ngurokne awak bisa kasil.‘Maka ayah dan ibu Nila diajak ikut menjaga supaya acara Nilamenguruskan badan dapat berhasil.’

Pada data (28/430) di atas sudah dibagi menurut unsur langsungya

menjadi data (28/430a) dan (28/430b). Kemudian data (28/430b) diuji dengan

teknik lesap menjadi seperti berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

(28/430c) Mula bapak lan ibune Nila dijak Nila melu ngrewangi njaga Øacarane Nila ngurokne awak bisa kasil.‘Maka ayah dan ibu Nila diajak ikut menjaga Ø acara Nilamenguruskan badan dapat berhasil.’

Setelah data (28/430c) dianalisis dengan teknik lesap, informasi kalimat

tetap jelas. Wacana tetap gramatikal dan berterima. Oleh karena itu, konjungsi

tujuan pada kata supaya ‘supaya’ tidak wajib hadir dalam kalimat tersebut karena

kadar keintiannya dalam kalimat ini rendah. Selanjutnya data tersebut diuji

dengan teknik ganti sebagai berikut.

(28/430d) Mula bapak lan ibune Nila dijak Nila melu ngrewangi njagasupaya acarane Nila ngurokne awak bisa kasil.*supados

‘Maka ayah dan ibu Nila diajak ikut menjaga supaya acaranyasupaya

Nila menguruskan badan dapat berhasil.’

Tampak pada data (28/430d) setelah dianalisis dengan teknik ganti

ternyata kata supados ‘supaya’ tidak dapat menggantikan kata supaya ‘supaya,

karena kedua kata tersebut mempunyai ragam yang berbeda. Kata supaya ‘supaya

termasuk dalam ragam ngoko sedangkan supados ‘supaya’ termasuk dalam ragam

krama. Oleh karena itu, apabila digabungkan kalimat menjadi tidak berterima.

6). Konjungsi Penambahan (aditif)

Konjungsi penambahan (aditif) ditandai dengan adanya makna

perangkaian lan ’dan’, uga/ugi ’juga’, dan sarta ’serta’. Data yang menunjukkan

adanya konjungsi aditif dapat dilihat pada kalimat di bawah ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

(29/442) Kernet sing awake separo semampir ing jendhela uga wis tanpanyawa. Kap-e kol sing malih mlembung kaya apem uga dipotretdening Menis. (F/H13/P12)‘Tukang karcis setengah tubuhnya tergolek di jendela juga sudahtanpa nyawa. Kapnya kol yang menjadi menggelembung seperti apemjuga difoto oleh Menis.’

Pada data (29/442) di atas terdapat konjungsi aditif kata uga ‘juga’ pada

kalimat pertama yang menghubungkan antara klausa pertama dengan klausa

kedua. Selain itu, pada kalimat kedua juga terdapat konjungsi aditif uga ‘juga

yang menghubungkan antara Kap-e kol sing malih mlembung kaya apem ‘Kapnya

kol yang menjadi menggelembung seperti apem’ dengan dipotret dening Menis

‘difoto oleh Menis’. Kemudian data (29/442) diuji dengan teknik BUL sebagai

berikut.

(29/442a) Kernet sing awake separo semampir ing jendhela uga wis tanpanyawa.‘Tukang karcis setengah tubuhnya tergolek di jendela juga sudahtanpa nyawa.’

(29/442b) Kap-e kol sing malih mlembung kaya apem uga dipotret dening Menis.‘Kapnya kol yang menjadi menggelembung seperti apem juga difotooleh Menis.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (29/442a) dan (29/442b) diuji

dengan teknik lesap. Pengujian ini untuk menentukan seberapa kadar keintian dari

konjungsi aditif tersebut.

(29/442c) Kernet sing awake separo semampir ing jendhela Ø wis tanpa nyawa.‘Tukang karcis setengah tubuhnya tergolek di jendela Ø sudah tanpanyawa.’

(29/442d) Kap-e kol sing malih mlembung kaya apem Ø dipotret dening Menis.‘Kapnya kol yang menjadi menggelembung seperti apem Ø difotooleh Menis.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Tampak pada data (29/442a) dan (29/442b) di atas, setelah diuji dengan

teknik lesap wacana masih tetap gramatikal dan berterima. Walaupun konjungsi

aditif uga ‘juga’ dilesapkan, informasi kalimat masih jelas dan padu. Dengan

demikian kadar keintian konjungsi aditif uga ‘juga’ pada kedua data tersebut

rendah. Kemudian data diuji dengan teknik ganti sebagai berikut.

(29/442e) Kernet sing awake separo semampir ing jendhela uga wis tanpa*ugi

nyawa.

‘Tukang karcis setengah tubuhnya tergolek di jendela juga sudahjuga

tanpa nyawa.’

(29/442f) Kap-e kol sing malih mlembung kaya apem uga dipotret dening*ugi

Menis.

‘Kapnya kol yang menjadi menggelembung seperti apem jugajuga

difoto oleh Menis.’

Pada Data (29/442e) dan (29/442f) setelah diuji dengan teknik ganti

ternyata konjungsi aditif pada kata uga ‘juga’ tidak dapat digantikan dengan kata

ugi ‘juga’ karena berbeda ragamnya. Kata uga ‘juga’ termasuk ragam ngoko,

sedangkan kata ugi ‘juga’ merupakan ragam krama. Oleh karena itu, tidak

berterima apabila digunakan pada data (29/442) yang menggunakan ragam ngoko.

Pada data (29/442) di atas telah dijabarkan analisis konjungsi aditif uga

‘uga’. Data lain yang menunjukkan konjungsi aditif adalah sebagai berikut.

(30/447) Kurang seminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyangPathi. Ora kuwat nyawang anake wadon pasa terus. (K/H26/P31)‘Kurang dari seminggu dari kedatangannya Alwi, ibu dan ayahnyapulang ke Pati. Tidak kuat melihat anak perempuannya puasa terus.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Pada data (30/447) di atas terdapat konjungsi aditif kata lan ‘dan’ pada

kalimat pertama yang menghubungkan antara kata dengan kata yaitu ibu ‘ibu’

dengan bapake ‘ayahnya’. Penanda konjungsi aditif lan ‘dan’ berfungsi

menghubungkan antara ibu ‘ibu’ dengan bapake ‘ayahnya’ supaya wacana lebih

padu dan baik. Selanjutnya data (30/447) dibagi unsur langsungnya dengan teknik

BUL sebagai berikut.

(30/447a) Kurang seminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyangPathi.‘Kurang dari seminggu dari kedatangannya Alwi, ibu dan ayahnyapulang ke Pati.’

(30/447b) Ora kuwat nyawang anake wadon pasa terus.‘Tidak kuat melihat anak perempuannya puasa terus.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (30/447a) diuji dengan teknik

lesap. Pengujian ini untuk mengetahui kadar keintian konjungsi aditif tersebut.

(30/447c) Kurang seminggu saka tekane Alwi, ibu Ø bapake mulih nyang Pathi.‘Kurang dari seminggu dari kedatangannya Alwi, ibu Ø ayahnyapulang ke Pati.’

Setelah data (30/447c) dianalisis dengan teknik lesap ternyata kalimat

tetap gramatikal dan berterima. Hal tersebut ditunjukkan dengan jelasnya

informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, konjungsi aditif pada kata lan ‘dan’

tidak wajib hadir dalam kalimat karena mempunyai kadar keintian yang rendah.

Kemudian data tersebut diuji dengan teknik ganti menjadi berikut.

(30/447d) Kurang seminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulihsarta*saha*ugi

nyang Pathi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

‘Kurang dari seminggu dari kedatangannya Alwi, ibu dansertadanjuga

ayahnya pulang ke Pati.’

Hasil dari pengujian teknik ganti dari data (30/447d) di atas ternyata

penanda-penanda konjungsi aditif tersebut tidak semua dapat saling

menggantikan. Untuk penanda pada kata lan ‘dan’ dapat digantikan dengan kata

sarta ‘serta’ karena masih dalam ragam yang sama, yaitu ngoko. Kata saha ‘dan’

dan kata ugi ‘juga’ tidak dapat menggantikan kata lan ‘dan’ karena kata tersebut

digunakan dalam bentuk krama.

7). Konjungsi Pilihan (alternatif)

Konjungsi pilihan adalah konjungsi yang menyatakan dua proposisi

berurutan yang menunjukkan hubungan pilihan. Adapun data yang menunjukkan

konjungsi pilihan atau alternatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(31/483) […] nganti meh patang taun iki rak ya ora tau ana rasa apa-apaantarane aku marang Tito utawa Titah marang Tito, nanging geneyapirang-pirang dina iki aku kok rumangsa aneh. (KS/H98/P1)‘[…] sampai hampir empat tahun ini aku tidak pernah ada rasa apa-apaantara aku kepada Tito atau Titah kepada Tito, tetapi ternyatabeberapa hari ini aku merasa aneh.’

Pada data (31/483) di atas terdapat konjungsi pilihan (alternatif) yang

ditunjukkan pada kata utawa ‘atau’. Konjungsi tersebut terletak di antara dua kata

yaitu Tito dan Titah yang berfungsi untuk menyatakan suatu pilihan antara aku

marang Tito ‘aku kepada Tito’ dengan Titah marang Tito ‘Titah kepada Tito’.

Kemudian data (31/483) di atas dibagi unsur langsungnya menjadi berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

(31/483a) […] nganti meh patang taun iki rak ya ora tau ana rasa apa-apaantarane aku marang Tito utawa Titah marang Tito,‘[…] sampai hampir empat tahun ini aku tidak pernah ada rasa apa-apaantara aku kepada Tito atau Titah kepada Tito,’

(31/483b) nanging geneya pirang-pirang dina iki aku kok rumangsa aneh.‘tetapi ternyata beberapa hari ini aku merasa aneh.’

Data (31/483) telah selesai dibagi menurut unsur langsungnya. Kemudian

data (31/483a) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.

(31/483c) *[…] nganti meh patang taun iki rak ya ora tau ana rasa apa-apaantarane aku marang Tito Ø Titah marang Tito,‘[…] sampai hampir empat tahun ini aku tidak pernah ada rasa apa-apaantara aku kepada Tito Ø Titah kepada Tito,’

Konjungsi utawa ‘atau’ pada data (31/483c) setelah diuji dengan teknik

lesap ternyata tidak gramatikal dan tidak berterima. Hal tersebut ditunjukkan

dengan tidak padunya hubungan antarkalimat sehingga informasinya menjadi

kurang jelas. Oleh karena itu, konjungsi pilihan pada kata utawa ‘atau’ wajib

hadir. Dengan kata lain, konjungsi pilihan utawa ‘atau’ mempunyai kadar

keintian yang tinggi. Kemudian data (31/483a) diuji lagi dengan teknik ganti

menjadi seperti berikut.

(31/483d) […] nganti meh patang taun iki rak ya ora tau ana rasa apa-apaantarane aku marang Tito utawa Titah marang Tito,

*utawi

‘[…] sampai hamper empat tahun ini aku tidak pernah ada rasaapa-apa antara aku kepada Tito atau Titah kepada Tito,’

atau

Hasil analisis data (31/483d) dengan teknik ganti ternyata konjungsi

pilihan pada kata utawa ‘atau’ tidak dapat digantikan dengan kata utawi ‘atau’,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

karena perbedaan ragam bahasa. Kata utawi ‘atau’ merupakan ragam krama,

sedangkan data (31/483d) menggunakan ragam ngoko. Kata yang paling tepat

yang digunakan dalam kalimat tersebut adalah kata utawa ‘atau’.

8). Konjungsi Harapan (Optatif)

Konjungsi harapan (optatif) adalah konjungsi yang menyatakan suatu

keinginan atau harapan (hope). Adapun data yang menunjukkan konjungsi

harapan atau optatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(32/484) Muga-muga bisa gawe senenge anakku lanang ontang-anting wongpancen wis welasan taun olehe pengen adhi wadon. Apamaneh bojokuya wis repot banget ing pamulange. (L/H34/P19)‘Semoga bisa membuat senang anakku laki-laki satu-satunya memangsudah belasan tahun putraku ingin adik perempuan. Apalagi istrikusudah repot dalam pembelajarannya.’

Pada data (32/484) di atas terdapat konjungsi optatif yang menyatakan

suatu harapan. Konjungsi itu terletak pada awal kalimat pertama yang berfungsi

menghubungkan keinginan / harapan terhadap melalui kata muga-muga

‘semoga’. Konjungsi ini menyatakan keinginan penulis sebagai tokoh untuk

mempunyai anak perempuan. Kemudian data (32/484) dibagi unsur langsungnya

menjadi berikut.

(32/484a) Muga-muga bisa gawe senenge anakku lanang ontang-anting wongpancen wis welasan taun olehe pengen adhi wadon.‘Semoga bisa membuat senang anakku laki-laki satu-satunya memangsudah belasan tahun putraku ingin adik perempuan.’

(32/484b) Apamaneh bojoku ya wis repot banget ing pamulange.‘Apalagi istriku sudah repot dalam pembelajarannya.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (32/484a) diuji dengan teknik

lesap. Pengujian ini untuk mengetahui kadar keintian konjungsi optatif tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

(32/484c) Ø bisa gawe senenge anakku lanang ontang-anting wong pancen wiswelasan taun olehe pengen adhi wadon.‘Ø bisa membuat senang anakku laki-laki satu-satunya memang sudahbelasan tahun putraku ingin adik perempuan.’

Hasil analisis menjelaskan bahwa pada data (32/484c) jika konkungsi

optatif dilesapakan maka kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima.

Dengan demikian, konjungsi optatif wajib hadir untuk membentuk kalimat yang

lengkap dan padu. Oleh karena itu, kadar keintian konjungsi optatif muga-muga

‘semoga’ tinggi. Kemudian data diuji dengan teknik ganti sebagai berikut.

(32/484d) Muga-muga bisa gawe senenge anakku lanang ontang-anting*Mugi-mugi

wong pancen wis welasan taun olehe pengen adhi wadon.

‘ Semoga bisa membuat senang anakku laki-laki satu-satunyaSemoga

memang sudah belasan tahun putraku ingin adik perempuan.’

Hasil analisis dengan teknik ganti ternyata kata muga-muga ‘semoga

kedudukannya tidak bisa digantikan dengan kata mugi-mugi ‘semoga, karena kata

mugi-mugi ‘semoga merupakan ragam krama, sedangkan muga-muga ‘semoga

merupakan bentuk ngoko, jadi apabila digantikan kata mugi-mugi ‘semoga’ tidak

tepat dan tidak akan berterima karena data (32/484) menggunakan ragam ngoko.

9) Konjungsi Urutan (sekuensial)

Konjungsi urutan atau sekuensial merupakan konjungsi yang

menyatakan suatu urutan atau rentetan suatu kejadian. Berikut data dalam

penelitia ini yang menunjukkan konjungsi urutan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

(33/503) Tas kresek mau diselehake neng watu sing resik, banjur ditinggalnguyuh dhisik. Dheweke wis ora melu maneh marang lungane singlanang. (AR/H48/P14)‘Kantong plastik tadi diletakkan di batu yang bersih, lalu ditinggalbuang air kecil. Dia sudah tidak ikut pergi lagi dengan suaminya.’

Pada data (33/503) di atas terdapat konjungsi urutan yang ditunjukkan

pada kata banjur ‘lalu’ yang menyatakan urutan kejadian meletakkan kantong

palstik di batu yang bersih, kemudian ditinggal buang air kecil. Selanjutnya data

(33/503) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut.

(33/503a) Tas kresek mau diselehake neng watu sing resik, banjur ditinggalnguyuh dhisik.‘Kantong plastik tadi diletakkan di batu yang bersih, lalu ditinggalbuang air kecil.’

(33/503b) Dheweke wis ora melu maneh marang lungane sing lanang.‘Dia sudah tidak ikut pergi lagi dengan suaminya.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (33/503a) diuji dengan teknik

lesap. Pengujian ini untuk mengetahui kadar keintian konjungsi sekuensial

tersebut.

(33/503c) Tas kresek mau diselehake neng watu sing resik, Ø ditinggal nguyuhdhisik.‘Kantong plastik tadi diletakkan di batu yang bersih, Ø ditinggalbuang air kecil.’

Setelah data (33/503c) diuji dengan teknik lesap ternyata wacana masih

tetap menunjukkan makna rentetan sehingga bentuk penanda konjungsi tersebut

dapat dilesapkan. Dengan demikian, konjungsi urutan pada kata banjur ‘lalu’

tidak wajib hadir. Kadar keintian konjungsi sekuensial banjur ‘lalu’ rendah.

Tetapi wacana akan lebih padu jika konjungsi tersebut tetap dihadirkan agar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

informasinya lebih lengkap dan jelas. Kemudian data diuji lagi dengan teknik

ganti menjadi berikut.

(33/503d) Tas kresek mau diselehake neng watu sing resik, banjur ditinggal*lajeng

nguyuh dhisik.‘Kantong plastik tadi diletakkan di batu yang bersih, lalu

kemudianditinggal buang air kecil.’

Hasil analisis data (33/503d) dengan teknik ganti pada kata bajur ‘lalu’

tidak dapat digantikan dengan kata lajeng ‘kemudian’ karena perbedaan ragam

bahasa. Ragam bahasa pada kata banjur ‘lalu’ merupakan ragam ngoko,

sedangkan kata lajeng ‘kemudian’ merupakan ragam krama. Walaupun tidak

merubah makna tetapi kurang tepat apabila menggunakan bentuk krama.

10). Konjungsi Waktu (temporal)

Konjungsi waktu atau temporal adalah konjungsi yang menyatakan

dan menunjukkan suatu waktu. Konjungsi yang mengacu pada aspek temporal

dapat dilihat pada data sebagai berikut.

(34/522) Sawise perkutut digantung, bapake Sri banjur lungguh neng jejere Sri.Ketepakan banget kanggone Sri. (NG/H40/P24)‘Setelah burung perkutut digantungkan, ayah Sri lalu duduk disamping Sri. Kebetulan sekali bagi Sri.’

Konjungsi temporal ditunjukkan pada data (34/522) yaitu pada kata sawise

‘setelah’ pada awal kalimat. Kata sawise ‘setelah’ menjelaskan klausa setelah

konjungsi sawise ‘setelah’ yang menyatakan setelah burung perkutut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

digantungkan, kemudian ayah Sri duduk di samping Sri. Kemudian data diuji

dengan teknik BUL.

(34/522a) Sawise perkutut digantung, bapake Sri banjur lungguh neng jejere Sri.‘Setelah burung perkutut digantungkan, ayah Sri lalu duduk disamping Sri.’

(34/522b) Ketepakan banget kanggone Sri.‘Kebetulan sekali bagi Sri.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (34/522a) diuji dengan teknik

lesap. Pengujian ini untuk mengetahui kadar keintian konjungsi temporal tersebut.

(34/522c) * Ø perkutut digantung, bapake Sri banjur lungguh neng jejere Sri.‘Ø burung perkutut digantungkan, ayah Sri lalu duduk di samping Sri.’

Setelah data (34/522c) dianalisis dengan teknik lesap ternyata wacana

menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu, kata sawise

‘sesudah’ wajib hadir dalam kalimat supaya jelas informasinya. Dengan

demikian, konjungsi temporal pada kata sawise ‘sesudah’ kadar keintian unsur

konjungsi temporal yang dilesapkan tinggi. Kemudian data kembali diuji dengan

teknik ganti sebagai berikut.

(34/522d) Sawise perkutut digantung, bapake Sri banjur lungguhSabubare*Sasampunipun

neng jejere Sri.‘ Setelah burung perkutut digantungkan, ayah Sri lalu duduk di

SetelahSetelah

samping Sri.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Setelah dianalisis dengan teknik ganti, tampak pada data (34/522d) yaitu

kata sawise ‘sesudah’ dapat digantikan dengan kata sabubare ‘sesudah’. Kata

sawise ‘sesudah’ dan sabubare ‘sesudah’ berada pada ragam bahasa yang sama

yaitu ngoko. Namun, konjungsi temporal sasampunipun ‘setelah’ tidak dapat

menggantikan sawise ‘setelah’ karena sasampunipun ‘setelah’ termasuk dalam

ragam krama.

Adapun data lain yang merupakan konjungsi temporal sadurunge

‘sebelumnya’ dijelaskan pada data berikut ini.

(35/531) Sadurunge nutup rembug, Tito pesen supaya aku menyang warnet,ana guritan sing kudu dakwaca saka Tito. (KS/H106/P40)‘Sebelumnya menutup percakapan, Tito berpesan supaya aku pergi kewarnet, ada geguritan yang harus aku baca dari Tito.’

Konjungsi yang mengacu pada aspek waktu pada data (35/531)

ditunjukkan pada kata sadurunge ‘sebelumnya’ pada awal kalimat. Konjungsi

temporal tersebut mengacu pada satuan lingual disebelah kanannya yaitu frasa

nutup rembug ‘menutup percakapan’. Kata sadurunge ‘sebelumnya’ merupakan

penjelas dari frasa sesudahnya yaitu nutup rembug ‘menutup percakapan’.

Kemudian data dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut.

(35/531a) Sadurunge nutup rembug,‘Sebelumnya menutup percakapan,’

(35/531b) Tito pesen supaya aku menyang warnet‘Tito berpesan supaya aku pergi ke warnet,’

(35/531c) ana guritan sing kudu dakwaca saka Tito.‘ada geguritan yang harus aku baca dari Tito.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Pada data (35/531) di atas sudah dibagi menurut unsur langsungya

menjadi data (35/531a), (35/531b), dan (35/531c). Data (35/531a) terlalu singkat,

maka untuk menguji kadar keintiannya dengan teknik lesap harus dikembalikan

ke data awal yaitu data (35/531). Pengujian teknik lesap atas data (35/531)

sebagai berikut.

(35/531d) Ø nutup rembug, Tito pesen supaya aku menyang warnet, ana guritansing kudu dakwaca saka Tito. (KS/H106/P40)‘Ø menutup percakapan, Tito berpesan supaya aku pergi ke warnet,ada geguritan yang harus aku baca dari Tito.’

Tampak pada data (35/531d) setelah diuji dengan teknik lesap wacana

menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Hal itu ditunjukkan dengan

informasi kalimat yang kurang jelas. Oleh karena itu, kata sadurunge ‘sebelum’

wajib hadir agar hubungan antarklausa menjadi padu. Kadar keintian konjungsi

temporal sadurunge ‘sebelum’ tinggi. Selanjutnya data diuji dengan teknik ganti

sebagai berikut.

(35/531e) Sadurunge nutup rembug, Tito pesen supaya aku menyang*Saderengipun

warnet, ana guritan sing kudu dakwaca saka Tito. (KS/H106/P40)‘ Sebelum menutup percakapan, Tito berpesan supaya aku

Sebelum

pergi ke warnet, ada geguritan yang harus aku baca dari Tito.’

Hasil pengujian dengan teknik ganti pada kata sadurunge ‘sebelum’

ternyata tidak dapat digantikan dengan kata saderengipun ‘sebelum’ karena kata

tersebut merupakan ragam krama. Konjungsi temporal ragam krama

saderengipun ‘sebelum’ tidak berterima apabila menggantikan unsur yang

termasuk dalam ragam ngoko.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

11). Konjungsi syarat

Konjungsi syarat merupakan suatu konjungsi yang menyatakan makna

perangkaian syarat. Data yang mengandung konjungsi syarat dapat dilihat pada

data berikut.

(36/535) […] dheweke sedina bleng dijak lungguh neng prapatan karo masangkamera ing cagake. Jare yen ana tabrakan sak wayah-wayah karebenkari njepretke wae. (F/H10/P4)‘[…] dia sehari penuh diajak duduk di perempatan sembari memasangkamera pada penayangganya. Katanya jika ada kecelakaan sewaktu-waktu supaya tinggal menjepretkan saja.’

Data (36/535) terdapat makna perangkaian syarat yaitu pada kata yen

‘jika’ yang merupakan penghubung syarat untuk tinggal menjepretkan kamera

jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan. Kemudian data (36/535) dibagi unsur

langsungngya menjadi berikut.

(36/535a) […] dheweke sedina bleng dijak lungguh neng prapatan karo masangkamera ing cagake.‘[…] dia sehari penuh diajak duduk di perempatan sembari memasangkamera pada penayangganya.’

(36/535b) Jare yen ana tabrakan sak wayah-wayah kareben kari njepretke wae.‘Katanya jika ada kecelakaan sewaktu-waktu supaya tinggalmenjepretkan saja.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (36/535b) yang mengandung unsur

konjungsi syarat diuji dengan teknik lesap. Pengujian ini untuk mengetahui kadar

keintian konjungsi syarat tersebut.

(36/535c) *Jare Ø ana tabrakan sak wayah-wayah kareben kari njepretke wae.‘Katanya Ø ada kecelakaan sewaktu-waktu supaya tinggalmenjepretkan saja.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Konjungsi syarat yen ‘jika’ pada data (36/535c) jika dilesapkan maka

wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga kehadirannya

sangat diperlukan dan wajib hadir. Kadar keintian konjungsi syarat tersebut

tinggi. Selanjutnya data (36/535b) dianalisis dengan teknik ganti yaitu sebagai

berikut.

(36/535d) Jare yen ana tabrakan sak wayah-wayah kareben kari njepretkemenawa*menawi

wae.

‘Katanya jika ada kecelakaan sewaktu-waktu supaya tinggaljikajika

menjepretkan saja.’

Hasil analisis data (36/535d) dengan teknik ganti menawi ‘jika’ kurang

tepat jika menduduki posisi yen ‘jika’ karena tidak dapat saling menggantikan,

sebab kata menawi ‘jika’ termasuk dalam bentuk krama, sedangkan yen ‘jika’

termasuk bentuk ngoko, apabila diganti wacana menjadi tidak berterima. Pada

kata menawa ‘jika’ dapat menggantikan posisi yen ‘jika’ karena sama-sama

dalam ragam ngoko dan apabila diganti dengan kata tersebut wacana masih tetap

padu dan berterima.

12). Konjungsi cara

Konjungsi cara adalah suatu konjungsi yang menyatakan makna

perangkaian cara. Data yang mengandung konjungsi cara dapat dilihat pada data

berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

(37/551) Omahmu kosong, sing ana mung aku karo kowe. Mesthine aku ngertiyen aku wis kokundang kanthi spesial. (KKM/H65/P3)‘Rumahmu kosong, yang ada hanya aku dan kamu. Harusnya aku tahukalau aku sudah kamu undang dengan cara spesial.’

Data (37/551) terdapat makna perangkaian cara yaitu pada kata kanthi

‘cara’ yang merupakan penghubung cara dengan menerangkan bahwa aku sebagai

tokoh utama diundang oleh kamu dengan cara spesial atau istimewa. Kemudian

data (37/551) dibagi unsur langsungngya menjadi berikut.

(37/551a) Omahmu kosong, sing ana mung aku karo kowe.‘Rumahmu kosong, yang ada hanya aku dan kamu.’

(37/551b) Mesthine aku ngerti yen aku wis kokundang kanthi spesial.‘Harusnya aku tahu kalau aku sudah kamu undang dengan caraspesial.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (37/551b) yang mengandung unsur

konjungsi cara diuji dengan teknik lesap. Pengujian ini untuk mengetahui kadar

keintian konjungsi cara tersebut.

(37/551c) Mesthine aku ngerti yen aku wis kokundang Ø spesial.‘Harusnya aku tahu kalau aku sudah kamu undang dengan Ø spesial.’

Konjungsi cara kanthi ‘cara’ pada data (37/551c) jika dilesapkan maka

wacana tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga kehadirannya wajib hadir.

Kadar keintian konjungsi cara tersebut rendah. Selanjutnya data (37/551b)

dianalisis dengan teknik ganti yaitu sebagai berikut.

(37/551d) Mesthine aku ngerti yen aku wis kokundang kanthi spesial.*mawi

‘Harusnya aku tahu kalau aku sudah kamu undang dengan caracara

special.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Hasil analisis data (37/551d) dengan teknik ganti mawi ‘cara’ kurang tepat

jika menduduki posisi kanthi ‘cara’ karena tidak dapat saling menggantikan,

sebab kata mawi ‘cara’ termasuk dalam bentuk krama, sedangkan konteks

kalimatnya menggunakan ragam ngoko, apabila diganti dengan ragam krama

wacana menjadi tidak berterima.

Data-data perangkaian/konjungsi yang telah dianalisis di atas masing-

masing berjumlah 2 data untuk konjungsi sebab-akibat, pertentangan, kelebihan,

penambahan, dan waktu. Sementara itu, yang berjumlah 1 data adalah untuk

konjungsi konsesif, tujuan, alternatif, harapan, urutan, syarat, dan cara. Di dalam

penelitian ini ditemukan data konjungsi sebanyak 183 data dengan rincian yaitu

21 data konjungsi sebab-akibat/kausalitas, 19 data konjungsi pertentangan, 7 data

konjungsi kelebihan/eksesif, 4 data konjungsi konsesif, 12 data konjungsi tujuan,

36 data konjungsi penambahan/aditif, 9 data konjungsi pilihan/alternatif, 5 data

konjungsi harapan/optatif, 28 data konjungsi urutan/sekuensial, 16 data konjungsi

waktu, 8 data konjungsi syarat, dan 18 data konjungsi cara. Sementara itu, dalam

penelitian ini tidak ditemukan data konjungsi perkecualian/ekseptif dan

perlawanan. Data-data yang lebih lengkap mengenai perangkaian atau konjungsi

dapat dilihat pada lampiran nomor 376 sampai 558.

Beberapa data penanda kohesi gramatikal telah dianalisis pada uraian-

uraian di atas. Dengan demikian, telah diketahui jumlah data penanda kohesi

gramatikal yang dianalisis sebanyak 37 data dengan rincian 13 data pengacuan

yang terdiri dari pronomina persona, demonstratif, dan perbandingan; 4 data

substitusi yang terdiri dari substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal; 3 data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

elipsis; serta 17 data konjungsi yang terdiri dari konjungsi sebab-akibat/kausalitas,

pertentangan, kelebihan/eksesif, konsesif, tujuan, konjungsi penambahan/aditif,

pilihan/alternatif, harapan/optatif, urutan/sekuensial, waktu, syarat, dan cara. Di

dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan data

pengacuan/referensi sebanyak 361 data, penyulihan/substitusi sebanyak 7 data,

pelesapan/elipsis sebanyak 7 data, dan perangkaian/konjungsi sebanyak 183 data.

Data penanda kohesi gramatikal yang lengkap terdapat pada lampiran nomor 1

sampai 558.

2. Penanda Kohesi Leksikal

Penanda kohesi leksikal yang ditemukan dalam antologi cerkak “Wiring

Kuning” karya Trinil ini berupa repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata),

antonimi (lawan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah),

dan ekuivalensi (kesepadanan). Berikut merupakan uraian msing-masing penanda

kohesi leksikal.

a. Repetisi (Pengulangan)

Repetisi atau pengulangan adalah penyebutan kembali unsur suatu

proposisi pada proposisi berikutnya. Peristiwa pengulangan ini dimaksudkan

untuk memperjelas pesan dan memberi penekanan yang disampaikan oleh

pernyataan dalam sebuah wacana, meskipun dalam penggunaan bahasa terkadang

kurang ekonomis. Di dalam penelitian ini hanya ditemukan dua macam repetisi,

yaitu repetisi epizeuksis dan repetisi tautotes.

Repetisi epizeuksis adalah pengulangan satuan lingual (kata) yang

dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. Kata yang diulang dalam repetisi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

epizeuksis adalah kata dasar. Dalam penelitian ini yang mengandung beberapa

penanda kohesi leksikal repetisi epizeuksis dapat dilihat dalam wacana-wacana

berikut.

(38/559) Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung.Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning. Pitik loromau padha rosane, tarung keket. Jalune padha lincipe, dedege padha,kengkenge padha. (WK/H5/P22)‘Di dalam tidurnya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat ada ayamjantan bertarung. Yang satu bulunya merah campur hitam, yangsatunya berbulu dan berkaki kuning. Kedua ayam itu sama kuatnya,bertarung ketat. Jalunya sama runcing, gagahnya sama, badannyasama.’

Pada data (38/559) di atas terdapat repetisi epizeuksis yaitu pengulangan

pada kata padha ‘sama’ yang diulang sebanyak empat kali. Pengulangan kata

padha ‘sama’ ini berfungsi untuk menjelaskan bahwa kata tersebut sangat penting

dalam kalimat. Kata padha ‘sama’ berfungsi menerangkan bahwa kedua ayam

tersebut sama kuatnya, sama-sama mempunyai jalu yang tajam, sama gagah dan

besar tubuhnya. Kemudian data (38/559) dibagi unsur langsungnya sebagai

berikut.

(38/559a) Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung.Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning.‘Di dalam tidurnya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat ada ayamjantan bertarung.’

(38/559b) Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning.‘Yang satu bulunya merah campur hitam, yang satunya berbulu danberkaki kuning.’

(38/559c) Pitik loro mau padha rosane, tarung keket.‘Kedua ayam itu sama kuatnya, bertarung ketat.’

(38/559d) Jalune padha lincipe, dedege padha, kengkenge padha.‘Jalunya sama runcing, gagahnya sama, badannya sama.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (38/559c) dan (38/559d) diuji

dengan teknik lesap. Pengujian ini untuk menentukan seberapa kadar keintian dari

repetisi tersebut.

(38/559e) Pitik loro mau Ø rosane, tarung keket.‘Kedua ayam itu Ø kuatnya, bertarung ketat.’

(38/559f) Jalune Ø lincipe, dedege Ø , kengkenge Ø.‘Jalunya Ø runcing, gagahnya Ø, badannya Ø.’

Setelah dianalisis dengan teknik lesap wacana di atas menjadi tidak

gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu, kata padha ‘sama’ wajib hadir

dalam kalimat tersebut.

Data lain yang mengandung repetisi epizeuksis dapat disimak pada data

berikut ini.

(39/564) Kocapa Pak Salam, sajerone turu iku saka rumangsane dhewekeditekani sawijining wong bagus gedhe dhuwur, menganggo busanakaya begawan sarwa putih, jarite parang putih, udhenge putih, lantangane kiwa mondhong kain putih. (JB/H60/P25)‘Diceritakan Pak Salam, di dalam tidurnya itu dari perasaannya diadidatangi seseorang yang tampan besar tinggi, mengenakan busanaseperti dewa serba putih, selendangnya bermotif parang putih, ikatnyaputih, dan tangan kiri memegang kain putih yang ditempel di dada.’

Repetisi epizeuksis pada data (39/564) di atas ditunjukkan dengan kata

putih ‘putih’ yang diulang sebanyak empat kali untuk menjelaskan bahwa

kedudukan kata tersebut sangat penting dalam kalimat. Kata putih ‘putih’ sangat

penting karena berfungsi menerangkan bahwa yang dipakai orang misterius itu

identik dengan pakaian serba putih. Selanjutnya data (39/564) dibagi unsur

langsungnya yaitu sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

(39/564a) Kocapa Pak Salam, sajerone turu iku saka rumangsane dhewekeditekani sawijining wong bagus gedhe dhuwur,‘Diceritakan Pak Salam, di dalam tidurnya itu dari perasaannya diadidatangi seseorang yang tampan besar tinggi,’

(39/564b) menganggo busana kaya begawan sarwa putih, jarite parang putih,udhenge putih, lan tangane kiwa mondhong kain putih.‘mengenakan busana seperti dewa serba putih, selendangnya bermotifparang putih, ikatnya putih, dan tangan kiri memegang kain putihyang ditempel di dada.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (39/564b) diuji dengan teknik

lesap. Pengujian ini untuk menentukan seberapa kadar keintian dari repetisi

tersebut.

(39/564c) menganggo busana kaya begawan sarwa Ø, jarite parang Ø, udhengeØ, lan tangane kiwa mondhong kain Ø.‘mengenakan busana seperti dewa serba Ø, selendangnya bermotifparang Ø, ikatnya Ø, dan tangan kiri memegang kain Ø yang ditempeldi dada.’

Hasil analisis dengan teknik lesap terhadap data (39/564c) ternyata

wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Hal itu disebabkan karena

unsur yang penting dalam kalimat dihilangkan, sehingga wacana tidak kohesif.

Dengan demikian, kata putih ‘putih’ mempunyai kadar keintian yang tinggi dan

wajib hadir dalam kalimat.

Repetisi tautotes merupakan pengulangan satuan lingual (sebuah kata)

beberapa kali dalam sebuah konstruksi. Adapun data yang menunjukkan repetisi

tautotes adalah sebagai berikut.

(40/568) Mula ora kesuwen maneh, Sri langsung matur kanthi bebas, runtut lanngati-ati, alus nanging ngenani. Sri matur menawa runtike ibune kuwidudu jalaran manuk nanging wanita. Sri uga matur bab pasrawungansing keladuk antarane liya jinis kuwi nadyan ora adhedhasar rasa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

tresna antarane priya lan wanita nanging tetep gawe kapitunane liyan.(NG/H40/P24)‘Maka tidak kelamaan lagi, Sri langsung berbicara dengan bebas, urutdan berhati-hati, lembut tapi mengena. Sri berbicara jika masalahibunya itu bukan karena burung tetapi wanita. Sri juga berbicaratentang pertemuan yang terlalu sering antara beda jenis kelamin ituwalaupun bukan berdasarkan rasa cinta antara pria dan wanita tetapitetap membuat kerugian orang.’

Data (40/568) di atas terdapat repetisi tautotes yang ditunjukkan pada kata

matur ‘berkata’. Kata tersebut diulangi sebanyak tiga kali untuk menekankan

sangat pentingnya kata tersebut dalam wacana. Selanjutnya data tersebut dibagi

menurut unsur langsungya menjadi berikut.

(40/568a) Mula ora kesuwen maneh, Sri langsung matur kanthi bebas, runtut lanngati-ati, alus nanging ngenani.‘Maka tidak kelamaan lagi, Sri langsung berbicara dengan bebas, urutdan berhati-hati, lembut tapi mengena.’

(40/568b) Sri matur menawa runtike ibune kuwi dudu jalaran manuk nangingwanita.‘Sri berbicara jika masalah ibunya itu bukan karena burung tetapiwanita.’

(40/568c) Sri uga matur bab pasrawungan sing keladuk antarane liya jinis kuwinadyan ora adhedhasar rasa tresna antarane priya lan wanitananging tetep gawe kapitunane liyan.‘Sri juga berbicara tentang pertemuan yang terlalu sering antara bedajenis kelamin itu walaupun bukan berdasarkan rasa cinta antara priadan wanita tetapi tetap membuat kerugian orang.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (40/568a), (40/568b), dan

(40/568c) diuji dengan teknik lesap. Pengujian ini untuk menentukan seberapa

kadar keintian dari repetisi tersebut.

(40/568d) Mula ora kesuwen maneh, Sri langsung Ø kanthi bebas, runtut lanngati-ati, alus nanging ngenani.‘Maka tidak kelamaan lagi, Sri langsung Ø dengan bebas, urut danberhati-hati, lembut tapi mengena.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

(40/568e) Sri Ø menawa runtike ibune kuwi dudu jalaran manuk nangingwanita.‘Sri Ø jika masalah ibunya itu bukan karena burung tetapi wanita.’

(40/568f) Sri uga Ø bab pasrawungan sing keladuk antarane liya jinis kuwinadyan ora adhedhasar rasa tresna antarane priya lan wanitananging tetep gawe kapitunane liyan.‘Sri juga Ø tentang pertemuan yang terlalu sering antara beda jeniskelamin itu walaupun bukan berdasarkan rasa cinta antara pria danwanita tetapi tetap membuat kerugian orang.’

Hasil analisis dengan teknik lesap terhadap data (40/568d), (40/568e), dan

(40/568f) ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima.. Dengan

demikian, kata matur ‘berbicara’ mempunyai kadar keintian yang tinggi dan

wajib hadir dalam kalimat.

Repetisi mesodiplosis merupakan pengulangan satuan lingual (sebuah

kata) beberapa kali dalam sebuah konstruksi. Adapun data yang menunjukkan

repetisi mesodiplosis adalah sebagai berikut.

(41/571) Sing dibagekake maune sajak kaya ora ngewaki, nanging bareng wisrada sawetara, tangane wiwit saya semrikut anggone mbukaki taskresek gawane saka Sumobito iku. Wis kabeh tas kresek iku dibukak-bukaki, nanging sing digoleki meksa ora ketemu. Lha tas kresek singisi ari-ari neng njero kendhil iki mau neng ngendi, batine.(AR/H49/P18)‘Yang dipersilakan tadinya kelihatan seperti tidak membantu, namunsetelah beberapa waktu, tangannya mulai semakin panik membuka-buka kantong plastik bawaannya dari Sumobito itu. Sudah semuakantong plastik itu dibuka-buka, tetapi yang dicari tetap tidakketemu. La Kantong plastik yang berisi tembuni di dalam periuk initadi dimana, batinnya.’

Data (41/571) di atas terdapat repetisi mesodiplosis yang ditunjukkan pada

frasa tas kresek ‘kantong plastik’. Kata tersebut diulangi sebanyak tiga kali untuk

menekankan betapa pentingnya frasa tersebut dalam wacana dalam data (41/571).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Frasa tas kresek ‘kantong plastik’ penting karena frasa tersebut merupakan benda

yang menjadi pusat perhatian pada penggalan paragraf dalam cerita tersebut.

Selanjutnya data tersebut dibagi menurut unsur langsungya menjadi berikut.

(41/571a) Sing dibagekake maune sajak kaya ora ngewaki, nanging bareng wisrada sawetara, tangane wiwit saya semrikut anggone mbukaki taskresek gawane saka Sumobito iku.‘Yang dibagikan tadinya kelihatan seperti tidak membantu, namunsetelah beberapa waktu, tangannya mulai semakin panik membuka-buka kantong plastik bawaannya dari Sumobito itu.’

(41/571b) Wis kabeh tas kresek iku dibukak-bukaki, nanging sing digoleki meksaora ketemu.‘Sudah semua kantong plastik itu dibuka-buka, tetapi yang dicaritetap tidak ketemu.’

(41/571c) Lha tas kresek sing isi ari-ari neng njero kendhil iki mau neng ngendi,batine.‘La Kantong plastik yang berisi tembuni di dalam periuk ini tadidimana, batinnya.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (41/571a), (41/571b), dan

(41/571c) diuji dengan teknik lesap. Pengujian ini untuk menentukan seberapa

kadar keintian dari repetisi tersebut.

(41/571d) Sing dibagekake maune sajak kaya ora ngewaki, nanging bareng wisrada sawetara, tangane wiwit saya semrikut anggone mbukaki Øgawane saka Sumobito iku.‘Yang dibagikan tadinya kelihatan seperti tidak membantu, namunsetelah beberapa waktu, tangannya mulai semakin panic membuka-buka Ø bawaannya dari Sumobito itu.’

(41/571e) Wis kabeh Ø iku dibukak-bukaki, nanging sing digoleki meksa oraketemu.‘Sudah semua Ø itu dibuka-buka, tetapi yang dicari tetap tidakketemu.’

(41/571f) Lha Ø sing isi ari-ari neng njero kendhil iki mau neng ngendi, batine.‘La Ø yang berisi tembuni di dalam periuk ini tadi dimana, batinnya.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Hasil analisis dengan teknik lesap terhadap data (41/571d), (41/571e), dan

(41/571f) ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima.. Oleh

karena itu, kata tas kresek ‘kantong plastik’ mempunyai kadar keintian yang

tinggi dan wajib hadir dalam wacana tersebut supaya informasi lebih jelas dan

lengkap.

Data-data pengulangan/repetisi yang telah dianalisis di atas masing-

masing berjumlah 1 untuk repetisi tautotes dan mesodiplosis, serta 2 untuk

repetisi epizeuksis. Di dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil

ditemukan data pengulangan sebanyak 13 dengan rincian yaitu 6 data repetisi

epizeuksis, 5 data repetisi tautotes, dan 2 data repetisi mesodiplosis. Sementara

itu, dalam penelitian ini tidak ditemukan data repetisi anafora, epistrofa, simploke,

epanalepsis, dan anadiplosis. Data-data yang lebih lengkap mengenai

pengulangan/repetisi dapat dilihat pada lampiran nomor 559 sampai 571.

b. Sinonimi (Padan Kata)

Sinonimi merupakan suatu bentuk bahasa atau satuan lingual yang

maknannya mirip atau sama dengan bentuk lain, baik kata, kelompok kata

ataupun kalimat. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan

antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana. Sinonimi

yang ditemukan pada antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil antara lain

sinonimi morfem (bebas) dengan morfem (terikat), kata dengan kata, dan kata

dengan frasa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Wacana yang di dalamnya terdapat penanda kohesi leksikal yang berupa

sinonimi morfem (bebas) dengan morfem (terikat) adalah sebagai berikut.

(42/572) Aku lagi rumangsa yen ana rasa tresna mili neng dalane getihku.Dhuh Gusti, kula nyuwun pangaksama […] (KKM/H67/P11)‘Aku sedang merasa bahwa ada rasa cinta yang mengalir di jalandarahku. Duh Tuhan, saya minta maaf […]’

Pada data (42/572) di atas terdapat sinonimi jenis morfem bebas dengan

morfem terikat. Morfem bebas aku ‘aku’ bersinonim dengan morfem terikat –ku

‘-ku’ pada kata getihku ‘darahku’. Kata getihku ‘darahku’ mempunyai arti getih

‘darah’ kepunyaan aku ‘aku’. Kemudian data tersebut dibagi menurut unsur

langsungnya menjadi berikut.

(42/572a) Aku lagi rumangsa yen ana rasa tresna mili neng dalane getihku.‘Aku sedang merasa bahwa ada rasa cinta yang mengalir di jalandarahku.’

(42/572b) Dhuh Gusti, kula nyuwun pangaksama […]‘Duh Tuhan, saya minta maaf […]’

Data (572) telah dibagi menurut unsur langsungnya. Kemudian data

(42/572a) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut.

(42/572c) Ø lagi rumangsa yen ana rasa tresna mili neng dalane getihØ.‘Ø sedang merasa bahwa ada rasa cinta yang mengalir di jalandarahØ.’

Hasil analisis dari data (42/572a) menjadi (42/572c) ternyata jika penanda

kohesi leksikan sinonimi aku ‘aku’ dan –ku ‘-ku’ pada getihku ‘darahku’

dilesapkan, maka kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga

kehadiran kedua penanda kohesi leksikal sinonimi tersebut wajib.

Wacana yang di dalamnya terdapat penanda kohesi leksikal yang berupa

sinonimi kata dengan kata adalah sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

(43/576) Sejatine Menis ora pati seneng dijak blakrakan mrana-mrana,nanging Shomad pinter ngepek atine Menis supaya gelem ngancanimblarah mrana-mrana. (F/H12/P10)‘Sesungguhnya Menis tidak begitu suka diajak berpetualang kemana-mana, tetapi Shomad pandai mengambil hati Menis supaya maumenemani berpetualang kemana-mana.’

Pada data (43/576) di atas, dilihat dari kekohesifan paragrafnya, terlihat

bahwa pada kalimat-kalimatnya terdapat kohesi leksikal yang berupa sinonimi.

Satuan lingual yang menunjukkan sinonimi itu dapat dilihat pada pemakaian kata

blakrakan ‘berpetualang’ dengan kata mblarah ‘berpetualang’. Kedua kata

tersebut memiliki makna yang sepadan. Kemudian data dianalisis dengan teknik

BUL.

(43/576b) Sejatine Menis ora pati seneng dijak blakrakan mrana-mrana,‘Sesungguhnya Menis tidak begitu suka diajak berpetualang kemana-mana,’

(43/576b) nanging Shomad pinter ngepek atine Menis supaya gelem ngancanimblarah mrana-mrana.‘tetapi Shomad pandai mengambil hati Menis supaya mau menemaniberpetualang kemana-mana.’

Setelah dibagi unsur langsungnya, data (576a) dan (576b) diuji dengan

teknik lesap menjadi berikut.

(43/576c) Sejatine Menis ora pati seneng dijak Ø mrana-mrana,‘Sesungguhnya Menis tidak begitu suka diajak Ø kemana-mana,’

(43/576d) nanging Shomad pinter ngepek atine Menis supaya gelem ngancani Ømrana-mrana.‘tetapi Shomad pandai mengambil hati Menis supaya mau menemaniØ kemana-mana.’

Tampak pada data (43/576a) dan (43/576b) di atas setelah dianalisis

dengan teknik lesap wacana tidak gramatikal dan namun tidak berterima. Oleh

karena itu, kata blakrakan ‘berpetualang dan mblarah ‘berpetualang’ wajib hadir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

untuk mendukung kepaduan wacana. Analisis dengan teknik ganti tidak perlu

diterapkan, karena kedua kata tersebut sudah saling menggantikan.

Data lain yang menunjukkan sinonimi kata dengan kata adalah sebagai

berikut.

(44/577) Sajake kok ngundamana, pancen aku paling mbeling, arang mulihnanging atiku ora lila yen dikira aku ora tresna marang sanak-kadang. Aku banjur nyritakake olehku nakal marang Limaran […](L/H33/P17)‘Kelihatannya memang menghasut, memang aku yang paling nakal,jarang pulang tetapi hatiku tidak rela jika dikira aku tidak cintaterhadap saudara. Aku kemudian menceritakan nakalku kepadaLimaran […]’

Pada data (44/577) di atas terdapat sinonimi kata dengan kata yang

mendukung kepaduan wacana yaitu pada kata mbeling ‘nakal’ pada kalimat

pertama dengan kata nakal ‘nakal’ pada kalimat kedua. Kedua kata tersebut

memiliki makna yang sepadan. Selanjutnya data (44/577) dibagi unsur

langsungnya sebagai berikut.

(44/577a) Sajake kok ngundamana, pancen aku paling mbeling, arang mulihnanging atiku ora lila yen dikira aku ora tresna marang sanak-kadang.‘Kelihatannya memang menghasut, memang aku yang paling nakal,jarang pulang tetapi hatiku tidak rela jika dikira aku tidak cintaterhadap saudara.’

(44/577b) Aku banjur nyritakake olehku nakal marang Limaran […]‘Aku kemudian menceritakan nakalku kepada Limaran […]’

Kemudian kedua data di atas diuji dengan teknik lesap sebagai berikut.

(44/577c) Sajake kok ngundamana, pancen aku paling Ø, arang mulih nangingatiku ora lila yen dikira aku ora tresna marang sanak-kadang.‘Kelihatannya memang menghasut, memang aku yang paling Ø,jarang pulang tetapi hatiku tidak rela jika dikira aku tidak cintaterhadap saudara.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

(44/577d) Aku banjur nyritakake olehku Ø marang Limaran […]‘Aku kemudian menceritakan Øku kepada Limaran […]’

Tampak pada data (44/557c) dan (44/557d) di atas, kalimat menjadi tidak

gramatikal dan tidak berterima setelah diuji dengan teknik lesap. Oleh karena itu,

kedua unsur tersebut wajib hadir dalam wacana. Pengujian dengan teknik ganti

tidak perlu dilakukan, karena kata tersebut sudah saling menggantikan.

Di bawah ini merupakan data yang di dalamnya terdapat penanda kohesi

leksikal yang berupa sinonimi kata dengan frasa, berikut uraiannya.

(45/583) […] rumangsa bungah dipercaya ngemban jejibahan pentingminangka darma-baktine marang bendarane mau, Si Suryatmisedhela-sedhela malah terus rumangsa kudu guyuh lan ngising wae.Eling-eling anggone ngabdi marang Pak Kamituwa mau wis luwihsaka sepuliuh taun suwene. (AR/H45/P5)‘[…] Merasa senang dipercaya mengemban kewajiban penting sebagaidarma baktinya kepada majikannya tadi, Si Suryatmi sedikit-sedikitmalah terus merasa harus buang air kecil dan buang air besar. Diingat-ingat dalam mengabdi kepada Pak Kamituwa tadi sudah lebih darisepuluh tahun lamanya.’

Tampak pada data (45/583) di atas, kepaduan wacana didukung dengan

adanya aspek leksikal yang berupa sinonimi antara kata dengan frasa. Kata

ngabdi ‘mengabdi’ pada kalimat kedua bersinonim dengan frasa darma-baktine

‘darma baktinya’ pada kalimat pertama. Kedua satuan lingual tersebut

mempunyai makna yang sepadan. Data (45/583) selanjutnya dibagi unsur

langsungnya sebagai berikut.

(45/583a) […] rumangsa bungah dipercaya ngemban jejibahan pentingminangka darma-baktine marang bendarane mau, Si Suryatmisedhela-sedhela malah terus rumangsa kudu guyuh lan ngising wae.‘[…] Merasa senang dipercaya mengemban kewajiban penting sebagaidarma baktinya kepada majikannya tadi, Si Suryatmi sedikit-sedikitmalah terus merasa harus buang air kecil dan buang air besar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

(45/583b) Eling-eling anggone ngabdi marang Pak Kamituwa mau wis luwihsaka sepuliuh taun suwene.‘Diingat-ingat dalam mengabdi kepada Pak Kamituwa tadi sudahlebih dari sepuluh tahun lamanya.’

Kemudian data (45/583a) dan (45/583b) diuji dengan teknik lesap sebagai

berikut.

(45/583c) […] rumangsa bungah dipercaya ngemban jejibahan pentingminangka Ø marang bendarane mau, Si Suryatmi sedhela-sedhelamalah terus rumangsa kudu guyuh lan ngising wae.‘[…] Merasa senang dipercaya mengemban kewajiban penting sebagaiØ kepada majikannya tadi, Si Suryatmi sedikit-sedikit malah terusmerasa harus buang air kecil dan buang air besar.

(45/583d) Eling-eling anggone Ø marang Pak Kamituwa mau wis luwih sakasepuliuh taun suwene.‘Diingat-ingat dalam Ø kepada Pak Kamituwa tadi sudah lebih darisepuluh tahun lamanya.’

Hasil pada data (45/583c) dan (45/583d) di atas, wacana menjadi tidak

gramatikal dan tidak berterima, karena informasi yang disampaikan tidak jelas

serta tidak ada kepaduan antarkalimatnya. Unsur-unsur yang dilesapkan tersebut

hukumnya wajib hadir. Analisis dengan teknik ganti tidak perlu diterapkan karena

kata ngabdi ‘mengabdi dengan frasa dharma-bektine ‘darma baktinya’ memiliki

makna yang sepadan dan bisa saling menggantikan.

Data-data sinonimi yang telah dianalisis di atas masing-masing berjumlah

1 untuk padan kata/sinonimi morfem bebas dengan morfem terikat dan kata

dengan frasa, serta 2 untuk sinonimi kata dengan kata. Di dalam penelitian ini

ditemukan data padan kata sebanyak 12 dengan rincian yaitu 3 data sinonimi

antara morfem bebas dengan morfem terikat, 7 data sinonimi antara kata dengan

kata dan 2 data sinonimi antara kata dengan frasa. Sementara itu, dalam penelitian

ini tidak ditemukan data sinonimi anatara frasa dengan frasa, klausa dengan frasa,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

maupun klausa dengan klausa. Data-data yang lebih lengkap mengenai padan

kata/sinonimi dapat dilihat pada lampiran nomor 572 sampai 583.

c. Antonimi (Oposisi Makna)

Antonimi ialah hubungan antara kata yang satu dengan kata lain yang

maknanya menyatakan kebalikan atau berlawanan. Jika dilihat berdasarkan

sifatnya, antonimi dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) oposisi mutlak,

(2) oposisi kutub, (3) oposisi hubungan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi

majemuk.

1) Oposisi Mutlak

Oposisi mutlak adalah pertentangan makna secara mutlak. Penanda kohesi

leksikal yang berupa oposisi mutlak dapat dilihat dalam data berikut.

(46/588) Sri uga katut melu nangis, trenyuh marang kapribadene bapake singdingunguni wiwit cilik nganti tumekaning pati mbesuke. Mung sijikuwi manungsa sing dibiji dhuwur dening Sri ing selawase uripe […](NG/H41/P24)‘Sri juga ikut menangis, terharu kepada kepribadian ayahnya yangdianut dari kecil sampai mati besok. Hanya satu itu manusia yangdinilai tinggi oleh Sri selama hidupnya […]’

Tampak pada data (46/588) di atas terdapat antonimi yang berupa oposisi

mutlak antara kata pati ‘mati’ dan kata uripe ‘hidupnya’. Kehadiran antonimi

yang berupa oposisi mutlak tersebut dalam wacana, menghasilkan kalimat yang

padu. Selanjutnya data (46/588) dibagi menurut unsur langsungnya sebagai

berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

(46/588a) Sri uga katut melu nangis, trenyuh marang kapribadene bapake singdingunguni wiwit cilik nganti tumekaning pati mbesuke.‘Sri juga ikut menangis, terharu kepada kepribadian ayahnya yangdianut dari kecil sampai mati besok.’

(46/588b) Mung siji kuwi manungsa sing dibiji dhuwur dening Sri ing selawaseuripe […]‘Hanya satu itu manusia yang dinilai tinggi oleh Sri selama hidupnya[…]’

Setelah dibagi menurut unsur langsungnya data diuji dengan teknik lesap

menjadi berikut.

(46/588a) Sri uga katut melu nangis, trenyuh marang kapribadene bapake singdingunguni wiwit cilik nganti tumekaning Ø mbesuke.‘Sri juga ikut menangis, terharu kepada kepribadian ayahnya yangdianut dari kecil sampai Ø besok.’

(46/588b) Mung siji kuwi manungsa sing dibiji dhuwur dening Sri ing selawaseØe[…]‘Hanya satu itu manusia yang dinilai tinggi oleh Sri selama hidupnya[…]’

Setelah dilakukan pengujian dengan teknik lesap terdahap data (46/588a)

dan (46/588b), kata pati ‘mati’ dan kata uripe ‘hidupnya’ wajib hadir dalam

kalimat. Kedua kata itu wajub hadir karena setelah kata tersebut dilesapkan,

kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga informasi pada

kalimat tidak jelas. Dengan demikian, kadar keintian kedua unsur tersebut sangat

tinggi.

Data lain yang merupakan oposisi mutlak dapat disimak pada data berikut.

(47/590) Arba’i sida dioperasi mengko bengi jam sanga, Mas. Dak suwunpandongane panjenengan lan Mbak Armi ya? Selak mesakake, bola-bali pijer wurung wae, ana-ana wae kok dhoktere kuwi. (JB/H54/P1)‘Arba’i jadi dioperasi nanti malam jam sembilan, Mas. Saya minta doakamu dan Mbak Armi ya? Keburu kasihan, berkali-kali masih tidakjadi saja, ada-ada saja dokternya itu.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Kata sida ‘jadi’ pada kalimat pertama dan kata wurung ‘tidak jadi’ pada

kalimat ketiga di atas, menunjukkan adanya oposisi mutlak di antara keduanya.

Kedua kata tetsebut membentuk wacana yang padu. Data (47/590) selanjutnya

dianalisis dengan BUL sebagai berikut.

(47/590a) Arba’i sida dioperasi mengko bengi jam sanga, Mas.‘Arba’i jadi dioperasi nanti malam jam sembilan, Mas.’

(47/590b) Dak suwun pandongane panjenengan lan Mbak Armi ya?‘Saya minta doa kamu dan Mbak Armi ya?’

(47/590c) Selak mesakake, bola-bali pijer wurung wae, ana-ana wae kokdhoktere kuwi.‘Keburu kasihan, berkali-kali masih tidak jadi saja, ada-ada sajadokternya itu.’

Setelah data dibagi menurut unsure langsungnua, kemudian data yang

mengandung antonimi yaitu data (47/590a) dan (47/590c) diuji dengan teknik

lesap sebagai berikut.

(47/590d) Arba’i Ø dioperasi mengko bengi jam sanga, Mas.‘Arba’i Ø dioperasi nanti malam jam sembilan, Mas.’

(47/590e) Selak mesakake, bola-bali pijer Ø wae, ana-ana wae kok dhokterekuwi.‘Keburu kasihan, berkali-kali masih Ø saja, ada-ada saja dokternyaitu.’

Hasil analisis pada data (47/590d) di atas, setelah kata sida ‘jadi’

dilesapkan, kalimat tetap gramatikal dan berterima. Sehingga kadar keintian

satuan lingual sida ’jadi’ pada data (47/590a) rendah. Berbeda dengan data

(47/590e) setelah dilakukan pelesapan pada kata wurung ’tidak jadi’ kalimat

menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kadar keintian satuan

lingual wurung ’tidak jadi’ tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

2) Oposisi Kutub

Oposisi kutub adalah oposisi makna yang tidak bersifat mutlak, tetapi

bersifat gradasi. Dengan kata lain, terdapat tingkatan makna pada kata-kata yang

beroposisi. Penanda kohesi leksikal yang berupa oposisi kutub ditemukan pada

data berikut.

(48/594) Susumu kok cilik ta Lik, lha susune ibu kok gedhi? (L/H34/P17)‘Payudaramu kenapa kecil Bi, payudara ibu kenapa besar?

Pada data (48/594) di atas terdapat oposisi kutub antara kata cilik ‘kecil’

pada klausa pertama dengan kata gedhi ‘besar’ pada klausa kedua. Kedua kata

tersebut dikatakan beroposisi kutub karena terdapat gradasi di antara kedua

oposisi tersebut, yaitu adanya realitas cilik banget ‘sangat kecil’, cilik ‘kecil’,

rada cilik ‘agak kecil’, gedhi banget ‘sangat besar’, gedhi ‘besar’ dan rada gedhi

‘agak besar’. Kemudian data dibagi unsur langsungya dengan teknik BUL

menjadi berikut.

(48/594a) Susumu kok cilik ta Lik,‘Payudaramu kenapa kecil Bi,’

(48/594b) lha susune ibu kok gedhi?‘payudara ibu kenapa besar?’

Kemudian data (48/594a) dan (48/594b) diuji dengan teknik lesap menjadi

berikut.

(48/594c) Susumu kok Ø ta Lik,‘Payudaramu kenapa Ø Bi,’

(48/594d) lha susune ibu kok Ø?‘payudara ibu kenapa Ø?’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Setelah diuji dengan teknik lesap data (48/594c) dan (48/594d) menjadi

tidak gramatikal dan tidak berterima, wacana menjadi tidak kohesif karena

penekanan kata yang penting dihilangkan. Maka kata cilik ‘kecil’ dan gedhi

‘besar’ kehadirannya wajib dan mempunyai kadar keintian yang tinggi.

2) Oposisi Hubungan

Oposisi hubungan adalah oposisi makna yang bersifat saling melengkapi.

Sehingga kata yang satu dimungkinkan ada kehadirannya karena kehadiran kata

yang lain yang menjadi oposisinya. Data di bawah ini menunjukkan adanya

penanda kohesi leksikal berupa oposisi hubungan yaitu sebagai berikut.

(49/599) Genahe ibune Sri kesinggung marang pasrawungan Bulik Camatmarang bapake Sri. Angger sambang Sidoarjo mesthi ora karo PakCamat. (NG/H37/P12)‘Yang jelas ibunya Sri tersinggung atas pertemuan Bulik Camatkepada ayahnya Sri. Jika meninjau ke Sidoarjo pasti tidak dengan PakCamat.’

Antonimi yang terdapat pada data (49/599) adalah antonimi yang berupa

oposisi hubungan yaitu antara kata ibu ‘ibu’ pada satuan lingual ibune ‘ibunya’

dengan bapak ‘ayah’ pada satuan lingual bapake ‘ayahnya’. Kedua kata tersebut

merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Kata ibu ‘ibu’ kehadirannya

akan bermakna apabila ada kata bapak ‘ayah’, begitu juga sebaliknya.

Selanjutnya data (49/599) dibagi unsur langsungnya menjadi berikut.

(49/599a) Genahe ibune Sri kesinggung marang pasrawungan Bulik Camatmarang bapake Sri.‘Yang jelas ibunya Sri tersinggung atas pertemuan Bulik Camatkepada ayahnya Sri.’

(49/599b) Angger sambang Sidoarjo mesthi ora karo Pak Camat.‘Jika meninjau ke Sodoarjo pasti tidak dengan Pak Camat.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Kemudian data (49/599a) diuji dengan teknik lesap untuk mengetahui

kadar keintian kedua penanda kohesi antonimi tersebut.

(49/599c) Genahe Øne Sri kesinggung marang pasrawungan Bulik Camatmarang Øe Sri.‘Yang jelas Ønya Sri tersinggung atas pertemuan Bulik Camat kepadaØnya Sri.’

Tampak pada data (49/559c), setelah kata ibu ‘ibu’ dan bapak ‘bapak’

dilesapkan kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Karena kata

tersebut merupakan aspek yang mendukung kepaduan kalimat tersebut, sehingga

kehadirannya wajib. Dengan demikian, kadar keintian unsur yang dilesapkan

tinggi.

Data lain yang mengandung kohesi antonimi oposisi hubungan terdapat

pada data berikut.

(50/601) Pokoke ora cocog karo jenengku sing kalem Hartini Lambangsari.Nanging nyatane aku ya isa nyuksesake Kereta Kencana kanthikarakter wanita alus, manut, asih, ngladeni priya kanthi tlaten.(KS/H102/P17)‘Pokoknya tidak cocok dengan namaku yang kalem HartiniLambangsari. Tetapi nyatanya aku juga bisa menyukseskan KeretaKencana dengan karakter wanita halus, taat, cinta, melayani priadengan cara cermat.’

Kepaduan wacana pada data (50/601) di atas didukung dengan adanya

penanda kohesi leksikal antonimi yang berupa oposisi hubungan yaitu pada kata

wanita ‘wanita’ dengan kata priya ‘pria. Kata wanita ‘wanita’ kehadirannya akan

bermakna apabila dilengkapi dengan kata priya ‘pria’, begitu juga sebaliknya.

Selanjutnya data (50/601) dianalisis dengan teknik BUL sebagai berikut.

(50/601a) Pokoke ora cocog karo jenengku sing kalem Hartini Lambangsari.‘Pokoknya tidak cocok dengan namaku yang kalem HartiniLambangsari.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

(50/601b) Nanging nyatane aku ya isa nyuksesake Kereta Kencana kanthikarakter wanita alus, manut, asih, ngladeni priya kanthi tlaten.‘Tetapi nyatanya aku juga bisa menyukseskan Kereta Kencana dengankarakter wanita halus, taat, cinta, melayani pria dengan cara cermat.’

Setelah dibagu unsur langsungnya, kemudian data (50/601b) diuji dengan

teknik lesap menjadi berikut.

(50/601c) Nanging nyatane aku ya isa nyuksesake Kereta Kencana kanthikarakter Ø alus, manut, asih, ngladeni Ø kanthi tlaten.‘Tetapi nyatanya aku juga bisa menyukseskan Kereta Kencana dengankarakter Ø halus, taat, cinta, melayani Ø dengan cara cermat.’

Pelesapan kata wanita ‘wanita’ dan priya ‘pria’ pada data di atas,

menjadikan kalimat tidak gramatikal dan tidak berterima. Maka dari itu, kata

wanita ‘wanita’ dan priya ‘pria’ wajib hadir agar informasi yang disampaikan

jelas. Dengan demikian, kadar keintian kedua kata tersebut tinggi.

3) Oposisi Hirarkial

Oposisi hirarkial adalah oposisi makna yang menyatakan suatu deret,

jenjang, atau tingkatan. Berikut data yang menunjukkan penanda kohesi leksikal

yang berupa oposisi hirarkial.

(51/602) Swarane iwak keprungu pating klubug saking akehe. Sadurunge disatkae wis tau dipirik, nalika iku iwake isih rada cilik-cilik. Nangingbareng disat saiki iwak sing mlumpuk wis gedhi-gedhi. Bandenge olehkarotengah ton, tambrane sak kwintal, mujaere telung prapat kwintal,badhere setengah kwintal. (JP/H56/P12)‘Suara ikan terdengar dengan mantab karena saking banyaknya.Sebelum diambil airnya dulu pernah dicek, ketika itu masih kecil-kecil. Tetapi setelah diambil airnya sekarang ikan yang berkumpulmenjadi besar-besar. Bandengnya mendapat satu setengah ton,tambranya satu kuintal, mujahirnya tiga per empat kuintal, badernyasetengah kuintal.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Pada data (51/602) di atas terdapat oposisi hirarkial yaitu pada kata

kwintal ‘kuintal’, dan ton ‘ton’. Satuan lingual tersebut menyatakan adanya suatu

jenjang/tingkatan atau urutan yang menyatakan suatu berat barang, dalam hal ini

adalah berat ikan. Kemudian data (51/602) dianalisi dengan teknik lesap menjadi

seperti berikut.

(51/602a) Swarane iwak keprungu pating klubug saking akehe. Sadurunge disatkae wis tau dipirik, nalika iku iwake isih rada cilik-cilik. Nangingbareng disat saiki iwak sing mlumpuk wis gedhi-gedhi. Bandenge olehkarotengah Ø, tambrane sak Ø, mujaere telung prapat Ø, badheresetengah Ø. (JP/H56/P12)‘Suara ikan terdengar dengan mantab karena saking banyaknya.Sebelum diambil airnya dulu pernah dicek, ketika itu masih kecil-kecil. Tetapi setelah diambil airnya sekarang ikan yang berkumpulmenjadi besar-besar. Bandengnya mendapat satu setengah Ø,tambranya satu Ø, mujahirnya tiga per empat Ø, badernya setengahØ.’

Pengujian dengan teknik lesap pada data (51/602a) di atas menjadikan

wacana tidak gramatikal dan tidak berterima. Kata kwintal ‘kuintal’, dan ton

‘ton’memiliki kedudukan yang penting dalam kalimat di atas dan mempunyai

kadar keintian yang tinggi, sehingga apabila dihilangkan akan mengurangi

informasi yang disampaikan dan maksudnya menjadi tidak jelas. Oleh karena itu,

kata kwintal ‘kuintal’, dan ton ‘ton’wajib hadir dalam kalimat tersebut.

Data-data oposisi makna/antonimi yang telah dianalisis di atas masing-

masing berjumlah 2 untuk oposisi mutlak dan hubungan, serta 1 untuk oposisi

kutub dan hirarkial. Di dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil

ditemukan data oposisi makna sebanyak 19 dengan rincian yaitu 8 data oposisi

mutlak, 6 data oposisi kutub, 4 data oposisi hubungan dan 1 data oposisi hirarkial.

Di dalam penelitian ini tidak ditemukan data oposisi majemuk. Data-data yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

lebih lengkap mengenai oposisi makna/antonimi dapat disimak pada lampiran

nomor 584 sampai 602.

d. Kolokasi (Sanding Kata)

Kolokasi merupakan suatu asosiasi tertentu dalam penggunaan pilihan

kata yang lebih cenderung digunakan secara berdampingan atau terdapat suatu

hubungan antara kata satu dengan kata yang lain. Dalam wacana antologi cerkak

“Wiring Kuning” yang mengandung penanda kohesi kolokasi terdapat pada

beberapa data berikut.

(52/603) Angger Shomad ngirimake hasil pemotretane menyang kantoranmajalah utawa koran mesthi direweli karo redhakture. (F/H10/P7)‘Jika Shomad mengirimkan hasil pemotretannya ke kantor majalahatau koran pasti dikomplain oleh redakturnya.’

Pada data (52/603) di atas terdapat pemakaian kata majalah ‘majalah’,

koran ‘koran’, dan redhaktur ‘redaktur’ pada satuan lingual redhakture

‘redakturnya’ yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana dalam

paragraf tersebut. Istilah-istilah tersebut berkaitan dalam hal jurnalistik.

Data (52/603) di atas jika diterapkan dengan teknik lesap dan teknik ganti,

kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Apabila salah satu unsur

kata saja dilesapkan akan mengurangi kebermaknaan wacana yang ada. Demikian

juga dengan penggantian salah satu unsurnya, maka maknanya akan berubah.

Data lain yang mengandung kolokasi tampak pada wacana berikut.

(53/604) Shomad ngakon Menis nunggoni kamerane sing dithenguk-thengukakeing cagake, ing ngisor jembatan layang marep ngidul sing karepesupaya bisa ngrekam kadadeyan lalu lintas sing semrawut antaranekol-kol sing tumuju luar kota, bemo tumuju kompleks perumahananyar, trek-trek lan trailere pabrik, montor-montor pribadi lan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

sepedhah montor sing arep ngidul lan tempuk karo wong-wongdagang ing pasar lan uga wong-wong sing mlaku sesabrangansakpenake. Durung maneh akehe wong sepedhahmontoran lansepedhah engkol sing motong jalur saka wetan dalan nrombol ngidul.(F/H11/P8)‘Shomad menyuruh menis menunggu kameranya yang disandarkan dipenyangganya, di bawah jembatan layang menghadap ke selatanyang keinginannya supaya dapat merekam kejadian lalu lintas yangcarut marut antara angkutan-angkutan umum yang menuju ke luarkota, bemo yang menuju ke kompleks perumahan baru, truk-truk dantrailernya pabrik, mobil-mobil pribadi dan sepeda motor yang akanmenuju ke selatan dan bertemu dengan orang-orang pedagang di pasardan juga orang-orang yang berjalan menyeberang seenaknya. Belumlagi banyaknya orang yang bersepedamotor dan bersepeda kayuhyang memotong jalur dari timur jalan menerobos ke selatan.’

Tampak pada data (53/604) di atas terdapat pemakaian frasa jembatan

layang ‘jembatan layang’, lalu lintas ‘lalu lintas’, kata kol-kol ‘angkutan-

angkutan umum’, bemo ‘bemo’, trek-trek ‘truk-truk’, trailer ‘trailer’ pada satuan

lingual trailere ‘trailernya’, montor-montor ‘mobil-mobil’, frasa sepedhah

montor ‘sepeda motor’, satuan lingual sesabrangan ‘berseberangan’, frasa

sepedhah engkol ‘sepeda kayuh’, kata jalur ‘jalur’, dan dalan ‘jalan’. Kata-kata

tersebut saling berkolokasi dan berkaitan dalam bidang lalu lintas dan

transportasi. Hadirnya kata-kata tersebut membuat wacana menjadi kohesif dan

padu. Apabila teknik lesap dan teknik ganti diterapkan, maka wacana menjadi

tidak gramatikal dan tidak berterima, karena akan mengubah makna yang ada.

Data lainnya adalah sebagai berikut.

(54/605) Bu Singgih-Sumobito pancen bidhan kang kondhang ing sakiwa-tengene Jombang, Pare, nagnti Kediri. Wiwit isih prawan biyenpancen dheweke iku wis nuduhake bakate ing babagan tetulung wongbabaran. Kawitane dheweke, kuwi ya mung melu-melu Mbah Kromo-Perak, melu mider-mider ndhukun bayi, nanging suwening-suwe kokya banjur klakon bisa nerusake sekolah kebidanan nang Surabayabarang. (AR/H44/P1)‘Bu Singgih-Sumobito memang bidan yang terkenal di sekitar kiri-kanannya Jombang, Pare, sampai Kediri. Saat masih perawan dulu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

memang dia sudah menunjukkan bakatnya dalam hal menolong orangyang melahirkan. Awalnya dia itu hanya ikut-ikutan Nenek Kromo-Perak, ikut berkeliling bidan bayi secara tradisional, tetapi lama-kelamaan juga kemudian dapat meneruskan sekolah kebidanan diSurabaya juga.’

Data (54/605) di atas terkandung kata-kata yang saling berkolokasi yaitu

pada kata bidhan ‘bidan’, babaran ‘melahirkan’, bayi ‘bayi’ dan kebidhanan

‘kebidanan’. Kata-kata yang saling berkolokasi tersebut berkaitan dalam bidang

kelahiran. Penggunaan kata-kata tersebut pada paragraf di atas menjadikan

wacana tampak kohesif. Sebaliknya, jika unsur-unsur tersebut dilesapkan dan

diganti dengan kata yang lain tidak akan berterima dan tidak gramatikal.

Di bawah ini merupakan data lain yang menunjukkan kata-kata yang

saling berkolokasi.

(55/606) Iku mau pamrihe ing supaya samangsa-mangsa bayine mengko wislair, Suryatmi terus bisa nggawa bali ari-arine. (AR/H45/P3)‘Itu tadi tujuannya supaya saat bayinya lahir, Suryatmi terus dapatmembawa tembuninya.’

Pada data (55/606) kata-kata yang saling berkolokasi adalah bayi ‘bayi’

pada satuan lingual bayine ‘bayinya’, lair ‘lahir’ dan ari-ari ‘tembuni’ pada

satuan lingual ari-arine ‘tembuninya’. Kata-kata tersebut saling berasosiasi yang

berkaitan dalam bidang kelahiran. Jika unsur-unsur tersebut dilesapkan dan

diganti dengan kata yang lain tidak akan berterima dan tidak gramatikal. Data

kolokasi yang terakhir adalah sebagai berikut.

(56/607) Aku kok lungguhake dhingklik, kok kalungi sampur, banjur kokkendhangi, kok kon njoged, kamangka umurku wis meh telungpuluhtaun. (KKM/H64/P1)‘Aku kamu dudukkan bangku pendek untuk tempat duduk, kamukalungkan selendang tari, kemudian kamu mainkan kendang, kenapakamu suruh menari, padah umurku sudah hampir tiga puluh tahun.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Tampak pada data (56/607) di atas terdapat pemakaian kata sampur

‘selendang tari’, kendhang ‘kendang’ dalam satuan lingual kendhangi

‘kendangkan’ dan joged ‘tari’ pada satuan lingual njoged ‘menari’ yang

mendukung kepaduan wacana. Kata-kata tersebut saling berkolokasi dan

berkaitan dalam bidang seni tari tradisi.

Data-data sanding kata/kolokasi yang telah dianalisis di atas adalah

sebanyak 5 data. Hal ini sama dengan data sanding kata/kolokasi keseluruhan

yang ditemukan dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil yaitu

sebanyak 5 data. Data-data yang lebih lengkap mengenai kolokasi dapat dilihat

pada lampiran nomor 603 sampai 607.

e. Hiponimi (Hubungan Atas-Bawah)

Hiponimi adalah hubungan antara kata yang mempunyai sifat atas-bawah

atau dapat diartikan hubungan antara penggolong dengan anggota-anggota yang

menjadi golongannya. Berikut data yang menunjukkan hiponimi.

(57/608) Pikirane tumlawung adoh, panyawange ngetutake ibere lawa lankalong sing lagi bingung milih woh-wohan, jambu apa pelem.(NG/H41/P26)‘Pikirannya terdengar suara dari kejauhan, penglihatannya mengikutiterbangnya kelelawar dan kalong yang sedang bingung memilih buah-buahan, jambu atau mangga.’

Pada data (57/608) di atas terdapat kohesi leksikal yang berwujud

hiponimi yaitu kata woh-wohan ‘buah-buahan’ yang merupakan superordinat atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

hipernimnya, sedangkan hiponimnya adalah jambu ‘jambu’ dan pelem ’mangga’.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut.

Bagan 4 : Hiponimi kata woh-wohan ‘buah-buahan’

Data lain yang menunjukkan hubungan hiponimi adalah sebagai berikut.

(58/609) Swarane iwak keprungu pating klubug saking akehe. Sadurunge disatkae wis tau dipirik, nalika iku iwake isih rada cilik-cilik. Nangingbareng disat saiki iwak sing mlumpuk wis gedhi-gedhi. Bandenge olehkarotengah ton, tambrane sak kwintal, mujaere telung prapat kwintal,badhere setengah kwintal. (JB/H56/P12)‘Suara ikan terdengar dengan mantab karena saking banyaknya.Sebelum diambil airnya dulu pernah dicek, ketika itu masih kecil-kecil. Tetapi setelah diambil airnya sekarang ikan yang berkumpulmenjadi besar-besar. Bandengnya mendapat satu setengah ton,tambranya satu kuintal, mujahirnya tiga per empat kuintal, badernyasetengah kuintal.’

Data (58/609) di atas terdapat penanda kohesi leksikal hiponimi. Di dalam

wacana tersebut terdapat satuan lingual yang berfungsi sebagai superordinat

(hipernim) dan satuan lingual lain sebagai unsur-unsurnya (hiponim). Kata iwak

‘ikan’ merupakan superordinatnya dan unsur-unsurnya atau hiponimnya adalah

kata bandeng ‘ikan bandeng’, tambra ‘ikan tambra’, mujaer ‘ikan mujahir’, dan

badher ‘ikan bader’. Berikut adalah bagan yang menunjukkan hiponimi dari data

(58/609) di atas.

jambu

woh-wohan

pelem

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Bagan 5 : Hiponimi kata iwak ‘ikan’

Data lain yang di dalamnya terkandung hiponimi adalah sebagai berikut.

(59/610) Apamaneh Armi olehe nyambelake nganggo trasi lan tomat. Lalapanekemangi karo timun enom, dikeceri jeruk pecel sithik. (JB/H58/P17)‘Apalagi Armi dalam membuat sambal memakai terasi dan tomat.Lalapannya daun kemangi dan mentimun muda, diberi tetesanjeruk pecek sedikit.’

Pada data (59/610) di atas yang berfungsi sebagai superordinat atau

hipernimnya adalah kata lalapan ‘lalapan’ pada satuan lingual lalapane

‘lalapannya’ yang memayungi kata-kata dibawahnya yaitu kemangi ‘daun

kemangi’ dan timun enom ‘mentimun muda’ yang merupakan hiponimnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan 6 berikut.

Bagan 6 : Hiponimi lalapan ‘lalapan’

Data terakhir kohesi leksikal hiponimi yang terdapat pada analisis

penelitian ini adalah sebagai berikut.

iwak

bandeng badhermujaertambra

lalapan

kemangi timun enom

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

(60/612) […] banjur busana muslim rega satus seket ewu sak pangadegkanggo Yu Puji lan sarung cap gajah lungguh, kopyah, kemeja putih,lan clana dawa kain prensip kanggo Pak Parmin. (JM/H76/P13)‘[…] kemudian busana muslim yang berharga seratus lima puluh ribusatu paket untuk kakak Puji dan sarung cap gajah duduk, kopyah,kemeja putih, dan celana panjang kain prensip untuk Pak Parmin.’

Data (60/612) di atas yang berfungsi sebagai superordinatnya adalah kata

busana muslim ‘busana muslim’ sedangkan hiponimnya adalah sarung ‘sarung’,

kopyah ‘kopiah’, kemeja putih ‘baju putih’, dan clana dawa ‘celana panjang’.

Berikut adalah bagan yang menunjukkan hubungan hiponimi data (60/612) di

atas.

Bagan 7 : Hiponimi busana muslim ‘busana muslim’

Data-data hiponimi yang telah dianalisis di atas berjumlah 4 data. Di

dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan data hubungan

atas-bawah/hiponimi sebanyak 5 data. Data-data yang lebih lengkap mengenai

hubungan atas-bawah dapat dilihat pada lampiran nomor 608 sampai 612.

f. Ekuivalensi (Kesepadanan)

Ekuivalensi adalah makna yang sangat berdekatan antara kata satu dengan

kata yang lain yang memiliki kesamaan bentuk morfem dasar dan merupakan

busana muslim

sarung clana dawakemeja putihkopyah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

hasil proses afiksasi yang menunjukkan adanya hubungan kesepadanan. Adapun

wacana yang di dalamnya terdapat ekuivalensi adalah sebagai berikut.

(61/613) Pak Yitno nyoba nulungi sing kuning nanging telat, sing abang-irengwis nyucuk matane sing wiring kuning sisih tengen nganti ucul metu.Katut neng cucuke sing abang sembur ireng. (WK/H5/P23)‘Pak Yitno mencoba menolong si kuning tetapi terlambat, si merahhiram sudah mematuk mata si kuning bagian mata kanan sampailepas. Terbawa di paruhnya si merah hitam.’

Tampak pada data (61/613) di atas terdapat ekuivalensi yang berupa kata

nyucuk ‘mematuk’ dengan cucuke ‘paruhnya’ yang menunjukkan adanya

kesepadanan karena proses afiksasi yang berasal dari morfem dasar yang sama

yaitu kata cucuk ‘paruh’. Data yang juga termasuk dalam ekuivalensi adalah

sebagai berikut.

(62/614) Yen bengi wayah jam pitunan kae Shomad wis ora pati seneng motretamarga kanggone Shomad wong duwe gawe mantu, ulang taun utawatontonan ing gedung-gedung pertunjukan ngana kae ora sreg yendipotret, merga samubarange diatur luwih dhisik. (F/H9/P2)‘Jika malam saat sekitar jam tujuh itu Shomad sudah tidak begitu sukamemotret karena bagi Shomad orang punya hajat menikah, ulangtahun atau pertunjukan di gedung-gedung pertunjukan seperti itu tidakcocok jika dipotret, karena semuanya sudah diatur dahulu.’

Data (62/614) di atas terdapat ekuivalensi yaitu kata motret ‘memotret’

dan kata dipotret ‘dipotret’. Satuan lingual tersebut berasal dari morfem dasar

yang sama yaitu dari kata potret ‘potret/ foto’ yang mengalami proses afiksasi

yaitu prefiks nasal m- pada kata motret ‘memotret’ dan prefiks di– pada kata

dipotret ‘dipotret’.

Data lain yang menunjukkan adanya ekuivalensi adalah sebagai berikut.

(63/615) Lawong wesi kok sampeyan salap embong prapatan cedhak pasarmbak, nggih disaut tiyang, wong jaman sakniki, napa sing mboten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

kenging ditedha, jeneng mawon kenging didol damel tumbas tedhankok! (F/H14/P19)‘Besi kok kamu taruh di perempatan dekat pasar mbak, ya diambilorang, orang jaman sekarang, apa yang tidak bisa dimakan, nama sajabisa dijual untuk membeli makanan kok!’

Satuan lingual ditedha ‘dimakan’ dan kata tedhan ‘makanan’ pada data

(63/615) di atas menunjukkan kesepadanan yang memiliki kesamaan bentuk yaitu

berasal dari morfem dasar yang sama yaitu kata tedha. Satuan lingual ditedha

‘dimakan’ mendapat prefiks di-, sedangkan sufiks -an merupakan afiks pada kata

tedhan ‘makanan’. Data lain yang mengandung ekuivalensi adalah sebagai

berikut.

(64/616) Ulangtaune Alwi lan ulangtaune pengantenan kuwi wis dikadhonyawa dening Nila Candramustika. Pakpuh sing biyen ora ngadhonanging mung meling bab bancakan slametan manten kuwi mung bisangelus dhadha. (K/H27/P34)‘Ulang tahunnya Nila dan ulang tahun pernikahannya itu sudah diberikado nyawa oleh Nila Candramustika. Pakpuh yang dulu tidakmemberi kado tetapi hanya mengingatkan tentang selamatanpengantin itu hanya bisa mengasihi.’

Tampak pada data (64/616) menunjukkan adanya hubungan kesepadanan,

yaitu hubungan makna antara kata dikadho ‘diberi kado’ dengan kata ngadho

‘memberi kadho’. Kedua satuan lingual tersebut dibentuk dari morfem asal yang

sama yaitu dari kata kadho ‘kado’ yang mengalami proses afiksasi. Kata dikadho

‘diberi kado’ mendapat prefiks di-, sedangkan pada kata ngadho ‘memberi kado’

mendapat nasal ng-. Data lain yang mengandung ekuivalensi pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

(65/617) Ora entek-entek rasa ngungune Armi saben mikir anane wongjubahan putih sing wis nulungi bojone lan adhine lanang nengalaming impen kuwi. Nanging yen arep dipikir-pikir terus, pikirane

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

mosok bisaa ngramesi. Sing luwih becik iku sajake pancen tansahbisaa nggedhekake rasa syukur lan panarima ngana kae.(JP/H63/P42)‘Tidak habis-habis rasa ketidakperayaan Armi setiap memikirkanadanya orang berjubah putih yang telah menolong suami dan adiknyadi alam mimpi itu. Tetapi jika akan dipikir-pikir terus, pikirannyamanjadi rusak. Yang lebih baik itu nampaknya memang harus selalubisa membesarkan rasa syukur lan penerimaan seperti itu.’

Pada data (65/617) di atas terdapat kata mikir ‘memikir’, dipikir-pikir

‘dipikir-pikir’ dan pikirane ‘pikirannya’ yang memiliki makna yang sangat

berdekatan karena berasal dari morfem asal yang sama yaitu pikir ‘pikir’. Kata

mikir ‘memikir’ mendapatkan afiks yaitu nasal m-, kata dipikir-pikir ‘dipikir-

pikir’ mendapatkan prefiks di- pada awal kata, setelah mengalami proses

perulangan kata dasar, sedangkan kata pikirane ‘pikirannya’ mendapatkan sufiks

–an dan -e Jadi, kedua kata tersebut memiliki hubungan kesepadanan.

Data-data kesepadanan/ekuivalensi yang telah dianalisis di atas berjumlah

4 data. Di dalam penelitian ini ditemukan data kesepadanan sebanyak 6 data.

Data-data yang lebih lengkap mengenai kesepadanan/ekuivalensi dapat dilihat

pada lampiran nomor 613 sampai 618.

Beberapa data penanda kohesi leksikal telah dianalisis pada uraian-uraian

di atas. Oleh karena itu, telah diketahui jumlah data penanda kohesi leksikal yang

dianalisis sebanyak 27 data dengan rincian 4 data repetisi yang terdiri dari repetisi

epizeuksis, tautotes, dan mesodiplosis; 4 data sinonimi yang terdiri dari sinonimi

antara morfem bebas dengan morfem terikat, kata dengan kata, dan kata dengan

frasa; 6 data antonimi yang terdiri dari oposisi mutlak, kutub, hubungan, dan

hirarkial; 5 data kolokasi; 4 data hiponimi; serta 4 data ekuivalensi. Di dalam

antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

pengulangan/repetisi sebanyak 13 data, padan kata/sinonimi sebanyak 12 data,

oposisi makna/antonimi sebanyak 19 data, sanding kata/kolokasi sebanyak 5 data,

hubungan atas-bawah/hiponimi sebanyak 5 data, dan kesepadanan/ekuivalensi

sebanyak 6 data. Data penanda kohesi leksikal yang lengkap terdapat pada

lampiran nomor 559 sampai 618.

B. Penanda Koherensi

Penanda koherensi dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui wacana

tersebut koheren atau tidak. Koherensi wacana dapat dicapai dengan

memanfaatkan penanda hubungan yang ada. Dalam wacana antologi cerkak

“Wiring Kuning” karya Trinil ditemukan beberapa penanda koherensi yaitu

penekanan, simpulan/ hasil, dan contoh. Semua penanda koherensi tersebut

diuraikan sebagai berikut.

1. Penanda Koherensi Berupa Penekanan

Penanda koherensi penekanan dalam sebuah wacana bertujuan untuk

menyatakan penekanan terhadap sesuatu maksud yang telah dinyatakan dalam

kalimat sebelumnya. Adapun koherensi yang menyatakan penekanan ditemukan

dalam data-data berikut.

(66/628) Dak sawang foto-foto ing ndhuwure bipet ireng kuwi kok sangsaya orakopen sakploke adhiku Pamugkas omah-omah dhewe manggon nengSurabaya karo sisihane wanita getih campuran Menado lan Betawi.(L/H28/P1)‘Kulihat foto-foto di atas lemari dan meja hitam tempat minuman itukenapa semakin tidak terawat semenjak adikku Pamungkasberkeluarga sendiri bertempat tinggal Surabaya dengan istrinya yangberasal dari darah Menado dan Betawi.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Pada data (66/628) penanda koherensi yang menyatakan penekanan

ditunjukkan dengan kata sangsaya ‘semakin’ yang berfungsi untuk menyatakan

penekanan maksud yang terdapat dalam wacana tersebut. Maksud dari wacana

tersebut adalah tokoh aku (penulis) dalam cerita sedang melihat-lihat foto yang

semakin tidak terawat setalah adiknya yang bernama Pamungkas berkeluarga di

Surabaya. Kata sangsaya ‘semakin’ memberi tekanan pada konteks kalimat foto

yang semakin tidak terawat.

Data lain yang menunjukkan suatu koherensi penekanan adalah sebagai

berikut.

(67/633) Sri wis apal yen bojone kuwi angger sakwulan pisan mesthi oleh tugassaka kantor ngladeni wong wayangan ing pendhapa kantore.(NG/H35/P3)‘Sri sudah hafal jika suaminya itu setiap satu bulan sekali pastimendapat tugas dari kantor melayani orang wayangan di pendapakantornya.’

Kata mesthi ‘pasti’ pada data (67/633) di atas merupakan penanda

koherensi yang berupa penekanan. Kata mesthi ‘pasti’ berfungsi menegaskan

bahwa Sri sudah hafal dengan kegiatan suaminya yaitu setiap bulan sekali

suaminya mendapatkan tugas dari kantornya untuk melayani orang yang

menggelar wayang di pendapa kantor suaminya. Maksud dari wacana tersebut

adalah memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa Sri sudah begitu hafal

dengan kegiatan suaminya setiap sebulan sekali. Data lain yang menunjukkan

koherensi penekanan adalah sebagai berikut.

(68/635) Bu Singgih-Sumobito pancen bidhan kang kondhang ing sakiwa-tengene Jombang, Pare, nagnti Kediri. Wiwit isih prawan biyen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

pancen dheweke iku wis nuduhake bakate ing babagan tetulung wongbabaran. (AR/H44/P1)‘Bu Singgih-Sumobito memang bidan yang terkenal di sekitar kiri-kanannya Jombang, Pare, sampai Kediri. Saat masih perawan dulumemang dia sudah menunjukkan bakatnya dalam hal menolong orangyang melahirkan.’

Wacana pada data (68/635) di atas tampak koheren dengan hadirnya

penanda koherensi yang berupa penekanan yang ditunjukkan pada kata pancen

‘memang’ pada kalimat pertama dan kalimat kedua. Kata pancen ‘memang’

berfungsi menegaskan bahwa Bu Singgih dari Sumobito adalah bidan yang

terkenal dan saat kecil dia memang sudah menunjukkan bakatnya. Maksud dari

wacana tersebut adalah menjelaskan kepada pembaca supaya mengerti betapa

terkenalnya Bu Singgih dari Sumobito di sekitar Jombang, Pare sampai Kediri

dan supaya pembaca mengetahui bahwa bakatnya Bu Singgih sudah tercium dari

saat masih perawan. Data berikut juga menunjukkan penanda koherensi yang

berupa penekanan.

(69/641) Pancen bener sajake guneme wong-wong kae, yen wanita ayu kuwi yawanita sing lagi nggarbini. (S/H81/P3)‘Memang benar nampaknya perkataan orang-orang, jika wanita yangcantik itu ya wanita yang sedang hamil.’

Penanda koherensi penekanan pancen ‘memang’ pada data (69/641) di

atas menjadikan kalimat lebih koheren. Penanda tersebut berfungsi menekankan

bahwa memang benar perkataan orang-orang tentang wanita cantik itu adalah

wanita hamil. Maksud dari pernyataan tersebut adalah wanita hamil dianggap

lebih cantik daripada wanita yang tidak sedang hamil walaupun belum ada

indikasi yang jelas untuk mengukur suatu kecantikan dengan memperbandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

wanita hamil dengan yang sedang tidak hamil. Data koherensi penekanan lain

juga tampak pada data berikut.

(70/644) Kula belehe mawon, wong pancen pitik niki nakale setengah mati kok.Raisa angrem, ndhog limalas dicakari kabeh, ceblok kabeh, ora uman.(AY/H94/P17)‘Saya sembelih saja, memang ayam ini nakalnya setengah mati. Tidakbisa mengerami, telur lima belas dicakari semua, jatuh semua, tidakkebagian.’

Penanda koherensi penekanan pada kata pancen ‘memang’ pada data

(70/644) di atas menjadikan kalimat lebih padu dan koheren. Penanda tersebut

mempinyai fungsi yaitu untuk menekankan maksud bahwa ayam (dalam cerita)

adalah ayam yang sangat nakal sehingga disebut ayam yang nakalnya setengah

mati. Maksud dari pernyataan tersebut penulis adalah memberi pengertian kepada

pembaca bahwa ayam di dalam cerita itu sangat nakal. Hal ini dibuktikan pada

kalimat kedua yaitu sang ayam tidak dapat mengerami telurnya tetapi malah

mencakari telurnya sampai jatuh dan akhirnya sang pemilik ayam tidak

mendapatkan bagaian telur.

Data-data di atas merupakan data koherensi berupa penekanan (sangsaya

‘semakin’, mesthi ‘pasti’, pancen ‘memang’) yang telah dianalisis dan berjumlah

5 data. Di dalam penelitian ini ditemukan data koherensi berupa penekanan

sebanyak 30 data. Data-data yang lebih lengkap mengenai koherensi berupa

penekanan dapat dilihat pada lampiran nomor 619 sampai 648.

2. Penanda Koherensi Berupa Simpulan atau Hasil

Penanda koherensi berupa penyimpulan berfungsi memberikan keterangan

hasil dari suatu penyimpulan dari suatu perkara. Adapun penanda koherensi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

berupa simpulan/ hasil yang ditemukan dalam wacana antologi cerkak “Wiring

Kuning” adalah sebagai berikut.

(71/649) Aku matur bapak yen Limaran arep oleh bancakan saka langgarsupaya Limaran diparengake ora mangan neng omah, dadi bageyanebisaa dakrapel nanging bapak malah menging, dhawuhe kabeh kudumangan neng omah supaya ayem neng langgar […] (L/H32/P12)‘Aku berkata kepada bapak bahwa Limaran akan mendapat makananselamatan dari surau supaya Limaran diperbolehkan tidak makan dirumah, jadi bagiannya dapat kuambil tetapi bapak malah berpesan,perintahnya semua harus makan di rumah supaya tenang di surau[…].’

Pada data (71/649) di atas mengandung koherensi penyimpulan yang

ditandai dengan kata dadi ‘jadi’. Kata dadi ‘jadi’ berfungsi untuk memberikan

penjelasan bahwa bagian makanannya Limaran dapat kuambil (penulis sebagai

tokoh utama yang mengambil) karena Limaran akan mendapatkan makanan dari

surau, namun demikian bapak dari aku (tokoh utama) dan Limaran tidak

memperbolehkan aku (tokoh utama) mengambil bagian Limaran, bapak dari aku

(tokoh utama) dan Limaran memerintahkan untuk tetap makan di rumah dahulu

supaya di surau lebih tenang. Kata dadi ‘jadi’ memberikan kepaduan wacana

sehingga wacana menjadi koheren. Data lain yang merupakan koherensi simpulan

ada pada data berikut.

(72/650) Liyane ben aman saka maling uga ben ora wedi karo kucing, asuutawa lawa sing yen bengi pating bleber golek woh-wohan. Kejabalarang, manuk-manuk iki kalebu golongan sing ringkih lan aleman,dadi kudu diopeni kanthi ngati-ati. (NG/H40/P22)‘Selain supaya aman dari pencuri juga agar tidak taku dengan kucing,anjing atau kelelawar yang saat malam beterbangan mencari buah-buahan. Selain mahal, burung-burung ini termasuk golongan yangrawan dan manja, jadi harus dirawat dengan berhati-hati.’

Pada data (72/650) di atas tampak Kata dadi ‘jadi’ mendukung terjadinya

kekoherensian wacana. Kata dadi ‘jadi’ merupakan penanda koherensi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

berupa penyimpulan yang berfungsi memberikan keterangan simpulan bahwa

burung-burung dalam cerita tersebut harus dirawat dengan berhati-hati. Ini

merupakan simpulan karena mengingat burung-burung dalam cerita tersebut

mempunyai harga jual yang mahal dan termasuk dalam hewan rawan dan manja.

Kata dadi ‘jadi’ mendukung terjadinya kekoherensian wacana.

Contoh data koherensi simpulan/ hasil yang lain berada pada data berikut.

(73/651) Ayeme merga biyasane nek dijak nang tambak iku mesthi gaweyanedhewe neng cevene ora kena ditinggal, kathik Salam kuwi pimpinane,dadi yen ninggal gaweyan ora kena sakpenake, wong ya dheweke ikuwong sing paling tanggungjawab. (JP/H57/P16)‘Tenangnya karena biasanya jika diajak ke tambak itu pastipekerjaannya di cv-nya tidak boleh ditinggal, dan Salam itipimpinannya, jadi jika meninggalkan pekerjaan tidak bolehseenaknya, dia itu orang yang paling bertanggungjawab.’

Kata dadi ‘jadi’ pada data (73/651) di atas merupakan penanda koherensi

penyimpulan. Kata dadi ‘jadi’ memberikan kepaduan pada wacana data (73/651)

di atas. Penanda koherensi simpulan ini menerangkan bahwa kesimpulan dari

penggalan paragraf di atas adalah Salam tidak boleh meninggalkan pekerjaannya

dengan seenaknya sendiri mengingat Salam adalah pimpinannya sehingga dia

adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam pekerjaannya itu. Data lain

yang juga mengandung koherensi simpulan/ hasil adalah sebagai berikut.

(74/652) Karuan omahe Salam kuwi isine wong patlikur, telung puluh enemsakanak-anake. Yen Salam karo Armi dhewe pancen ya mung karisejodho, merga anake papat wis padha omah-omah dhewe nengomahe dhewe-dhewe sing dituku dhewe, merga nyedhaki papan, lanpagaweyane. Dadi, sing akeh kuwi, wong sing padha kost. Sing sisihkulon wae nem kamar, mburi rong kamar, durung sing ndhuwurpatang kamar. (JP/H59/P22)‘Yang jelas rumahnya Salam itu isinya dua puluh empat orang, tigapuluh enam dengan anak-anaknya. Jika Salam dan Armi sendirimemang hanya tinggal sepasang, karena anaknya empat yang sudahberumahtangga sendiri di rumahnya masing-masing yang dibelinya,karena mendekati rumah, dan pekerjaannya. Jadi, yang banyak itu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

orang-orang yang mengindekos. Sisi barat saja enam kamar, yangbelakang dua kamar, belum lagi yang atas empat kamar.’

Pada data (74/652) di atas terdapat penanda koherensi simpulan/ hasil dadi

‘jadi’ pada kalimat terakhir. Penanda koherensi dadi ‘jadi’ membentuk kepaduan

wacana data (74/652) dan menjelaskan bahwa yang terlihat ada banyak orang di

rumah Salam itu adalah orang-orang yang mengindekos di rumah Salam,

sehingga rumah Salam terlihat ramai karena banyak orang. Oleh karena itu, kata

dadi ‘jadi’ pada data di atas merupakan penyimpulan atas pernyataan dalam cerita

tersebut yaitu banyaknya orang di rumah Salam.

Data-data koherensi berupa simpulan/hasil (dadi ‘jadi’) yang telah

dianalisis di atas berjumlah 4 data. Hal ini sama dengan data koherensi berupa

simpulan/hasil yang ditemukan dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya

Trinil sebanyak 4 data. Data-data yang lebih lengkap mengenai penenda

koherensi berupa simpulan/hasil dapat dilihat pada lampiran nomor 649 sampai

652.

3. Penanda Koherensi Berupa Contoh

Penanda koherensi yang berupa contoh mempunyai fungsi untuk memberi

keterangan atau memberi penjelasan dari sebuah wacana sehingga wacana

tersebut menjadi jelas maksudnya. Berikut adalah wacana yang menunjukkan

penanda koherensi berupa contoh.

(75/653) Mau rak neng kene? Upama kesenggol-senggol wong paling ya gesermrono sithik, adohe ya mung tekan kono. (F/H14/P16)‘Tadi kan di sini? Misal tersenggol kan paling bergeser ke situ sedikit,jauhnya hanya sampai situ.’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Pada data (75/653) di atas menunjukkan adanya penanda koherensi berupa

contoh yaitu kata upama ‘misal’ pada kalimat kedua. Penanda tersebut berfungsi

memberikan penjelasan atau keterangan mengenai contoh yaitu barang yang

hilang di dalam cerita adalah penyangga kamera, penulis memberi pengertian

misal tersenggol pasti tidak akan jauh bergesernya karena barang tersebut tadinya

ada di dekatnya. Dengan hadirnya penanda koherensi upama ‘misal’ maka

wacana menjadi padu. Data lain yang merupakan koherensi contoh adalah sebagai

berikut.

(76/654) Upama cedhak kuburane, ora neng Sulawesi kana, aku bakal nyekar,njaluk palilahe nanging ora bisa […] (L/H34/P19)‘Misal dekat makamnya, tidak di Sulawesi sana, aku akan menaburbunga di makamnya, meminta ijinnya tetapi tidak bisa […]’

Tampak pada data (76/654), penanda koherensi berupa contoh ditunjukkan

pada kata upama ‘misal’. Hadirnya penanda tersebut mendukung kekoherensian

dalam wacana. Kata upama ‘misal’ tersebut berfungsi memberikan penjelasan

mengenai contoh jika makamnya dekat dan tidak di Sulawesi, maka tokoh utama

akan mendatanginya dan meminta ijin tetapi tidak dapat. Data lain yang

menunjukkan koherensi berupa contoh adalah sebagai berikut.

(77/655) Upama ajura, rak kendhile ta Ki, lha ari-arine rak ora. (AR/H50/P28)‘Misal hancur, kan tempat menanak nasinya saja, tembuninya kantidak.’

Kata upama ‘misal’ pada data (77/655) di atas mendukung kekoherensian

pada wacana tersebut. Kata upama ‘misal’ berfungsi memberikan penjelasan

tentang contoh jika hancur, paling-paling yang hancur hanya tempat menanak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

nasinya saja, tembuninya tidak hancur. Penanda koherensi contoh upama ҅‘misal’

membentuk wacana yang padu.

Data lain yang juga mengandung penanda koherensi contoh adalah

sebagai berikut.

(78/656) […] wong jubahan putih mau uga banjur wiwit miwir kain putih singdipondhong, ngetokake sawernane alat-alate kaya dene peso, gunting,capit, cathut, pokoke alat-alate sapirang-pirang, ning ora ana grajine.(JP/H60/P27)‘[…] orang berjubah putih tadi juga segera memulai merentangkankain putih yang sebelumnya ditaruh di dadanya, mengeluarkanbermacam-macam alat-alat seperti pisau, gunting, pencapit, pencapitbesar, yang pokok alat-alatnya bermacam-macam, tetapi tidak adagergajinya.’

Tampak pada data (78/656), penanda koherensi berupa contoh ditunjukkan

pada kata kaya dene ‘seperti. Hadirnya penanda tersebut mendukung

kekoherensian dalam wacana. Kata kaya dene ‘seperti tersebut berfungsi

memberikan penjelasan mengenai contoh alat-alat yang dibawa oleh orang

berjubah putih. Contoh dari alat-alat itu adalah pisau, gunting, pencapit dan

sebagainya. Data lain yang menunjukkan koherensi berupa contoh adalah sebagai

berikut.

(79/658) Mas Tengsoe nyauri kaya ngono marahi abang raiku ngempet isinsing tanpa upama. (KS/H103/P23)‘Kak Tengsoe menjawab seperti itu membuat wajahku merah menahanmalu yang tanpa perumpamaan/contoh.’

Pada data (79/658) di atas tampak terdapat penanda koherensi contoh yang

ditunjukkan pada kata upama ‘contoh’. Penanda koherensi tersebut membuat

wacana menjadi padu dan dapat dipahami. Penanda koherensi upama ‘contoh’

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

menjelaskan bahwa bagaikan tanpa contoh rasa malunya karena Kak Tengsoe

mukanya merah setelah menjawab.

Data-data koherensi berupa contoh (upama ‘misal’, kaya dene ‘seperti’)

yang telah dianalisis di atas berjumlah 5 data. Secara keseluruhan, di dalam

antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil telah ditemukan data penanda

koherensi berupa contoh sebanyak 6 data. Data-data yang lebih lengkap mengenai

penenda koherensi berupa contoh dapat dilihat pada lampiran nomor 653 sampai

658.

Beberapa data penanda koherensi telah dianalisis pada uraian-uraian di

atas. Dengan demikian, dapat diketahui jumlah data penanda koherensi yang

dianalisis sebanyak 14 data dengan rincian 5 data penanda koherensi berupa

penekanan, 4 data penanda koherensi berupa simpulan/hasil, dan 5 data penanda

koherensi berupa contoh. Di dalam antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil

ditemukan data penanda koherensi berupa penekanan sebanyak 30 data, penanda

koherensi simpulan/hasil sebanyak 4 data, dan penanda koherensi berupa contoh

sebanyak 6 data. Data penanda koherensi yang lengkap terdapat pada lampiran

nomor 619 sampai 658.

C. Karakteristik Wacana Antologi Cerkak “Wiring Kuning”

Karya Trinil

Wacana antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil merupakan wacana

yang mempunyai tingkat kepaduan yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan

ditemukannya berbagai jenis kohesi dan koherensi secara bervariasi. Bahasa yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

digunakan dalam antologi ini adalah bahasa Jawa, sedangkan ragam yang paling

dominan digunakan adalah bahasa Jawa ragam ngoko. Wacana antologi cerkak

“Wiring Kuning” karya Trinil memiliki ciri tersendiri dibandingkan wacana jenis

lain, karena di dalam kalimat-kalimat yang menyusun wacana tersebut disertai

dengan kata-kata yang bervariasi untuk menarik pembacanya, terkadang alur

cerita dapat terkesan serius, menegangkan, menghibur, dan sebagainya.

Karakteristik wacana cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil dalam

penelitian ini meliputi dua hal yaitu: (1) karakteristik penanda kohesi, (2)

karakteristik penanda koherensi. Uraiannya dapat diperhatikan sebagai berikut.

1. Karakteristik Penanda Kohesi

Karakteristik penanda kohesi dalam wacana cerkak “Wiring Kuning”

karya Trinil meliputi: penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal.

Penanda kohesi gramatikal terdiri atas pengacuan (referensi), penyulihan

(substitusi), pelesapan (elipsis), dan konjungsi (perangkaian). Penanda kohesi

gramatikal yang paling dominan pada wacana cerkak “Wiring Kuning” karya

Trinil adalah pengacuan (referensi) dengan persentase sebanyak 65%. Pada urutan

terbanyak kedua adalah perangkaian (konjungsi) sebanyak 33%. Penanda kohesi

gramatikal yang kurang dominan adalah pelesapan (elipsis) dan penyulihan

(substitusi) yang masing-masing hanya 1%. Berikut merupakan tabel dominansi

penanda kohesi gramatikal pada wacana cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

Tabel 1. Dominansi Penanda Kohesi Gramatikal

pada Wacana Antologi Cerkak “Wiring Kuning” Karya Trinil

No. Penanda Kohesi Gramatikal Jumlah Persentase

1. Pengacuan (Referensi) 361 65 %

a. Pronomina Persona 260

1. Pronomina Persona I 147

2. Pronomina Persona II 36

3. Pronomina Persona III 77

b. Pronomina Demonstratif 90

1. Pronomina Demonstratif

Waktu

39

2. Pronomina Demonstratif

Tempat

51

c. Pronomina Komparatif 11

2. Penyulihan (Substitusi) 7 1 %

a. Substitusi Nominal 1

b. Substitusi Verbal 2

c. Substitusi Frasal 2

d. Substitusi Klausal 2

3. Pelesapan (Elipsis) 7 1 %

4. Perangkaian (Konjungsi) 183 33 %

a. Sebab-akibat 21

b. Pertentangan 19

c. Kelebihan (eksesif) 7

d. Perkecualian (ekseptif) -

e. Konsesif 4

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

f. Tujuan 12

g. Penambahan (aditif) 36

h. Pilihan (alternatif) 9

i. Harapan (optatif) 5

j. Urutan (sekuensial) 28

k. Perlawanan -

l. Waktu 16

m. Syarat 8

n. Cara 18

Jumlah 558 100 %

Penanda kohesi leksikal dalam wacana antologi cerkak “Wiring Kuning”

karya Trinil meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi

(oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah),

ekuivalensi (kesepadanan). Penanda kohesi leksikal yang paling dominan

digunakan dalam wacana antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil adalah

antonimi (oposisi makna) dengan persentase sebanyak 32%. Urutan terbanyak

kedua yaitu repetisi sebanyak 22%, disusul sinonimi sebanyak 20 % pada urutan

ketiga. Sedangkan ekuivalensi 10%, kolokasi 8%, hiponimi sebanyak 8%. Berikut

merupakan tabel dominansi penanda kohesi leksikal pada wacana antologi cerkak

“Wiring Kuning” karya Trinil Wiring Kuning” karya Trinil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Tabel 2. Dominansi Penanda Kohesi Leksikal

pada Wacana Antologi Cerkak “Wiring Kuning” Karya Trinil

No. Penanda Kohesi Leksikal Jumlah Persentase

1. Repetisi (Pengulangan) 13 22 %

a. Repetisi Epizeuksis 6

b. Repetisi Tautotes 5

c. Repetisi Anafora -

d. Repetisi Epistrofa -

e. Repetisi Simploke -

f.Repetisi Mesodiplosis 2

g. Repetisi Epanalepsis -

h. Repetisi Anadiplosis -

2. Sinonimi (Padan Kata) 12 20 %

a. Sinonimi morfem bebas denganmorfem terikat

3

b. Sinonimi Kata dengan Kata 7

c. Sinonimi Kata dengan Frasa 2

d. Sinonimi Frasa dengan Frasa -

e. Sinonimi Klausa dengan Frasa -

f.Sinonimi Klausa/kalimat denganKlausa/kalimat

-

3. Antonimi (Oposisi Makna) 19 32 %

a. Oposisi Mutlak 8

b. Oposisi Kutub 6

c. Oposisi Hubungan 4

d. Oposisi Hirarkial 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

e. Oposisi Majemuk -

4. Kolokasi (Sanding kata) 5 8 %

5. Hiponimi (Hubungan Atas-Bawah) 5 8 %

6. Ekuivalensi (Kesepadanan) 6 10 %

Jumlah 60 100 %

2. Karakteristik Penanda Koherensi

Penanda koherensi dalam penelitian ini meliputi: penanda koherensi

berupa penekanan, penanda koherensi berupa simpulan/hasil, dan penanda

koherensi berupa contoh. Penanda koherensi berupa penekanan berfungsi

menyatakan penekanan terhadap suatu maksud yang dinyatakan dalam sebuah

kalimat, penanda koherensi simpulan/hasil berfungsi untuk memberikan

keterangan hasil dari suatu proses atau penyimpulan dari suatu penelitian, dan

fungsi dari penanda koherensi berupa contoh yaitu untuk memberikan keterangan

atau memberi penjelas dari sebuah kalimat sehingga kalimat tersebut jelas

maksudnya. Penanda koherensi yang paling dominan digunakan dalam wacana

antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil adalah penanda koherensi berupa

penekanan dengan persentase sebanyak 75%, dan yang dominan kedua adalah

penanda koherensi berupa contoh yaitu hanya 15%, kemudian disusul paling tidak

dominan adalah koherensi berupa simpulan/hasil dengan persentase 10%.

Berikut merupakan tabel dominansi penanda koherensi pada wacana

antologi cerkak “Wiring Kuning” karya Trinil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

Tabel 3. Dominansi Penanda Koherensi

pada Wacana Antologi Cerkak “Wiring Kuning” Karya Trinil

No. Penanda Koherensi Jumlah Persentase

1. Penekanan 30 75 %

2. Simpulan/ hasil 4 10 %

3. Contoh 6 15 %

Jumlah 40 100 %