analisis rasio keuangan bab 4 IV
-
Upload
politeknikaceh -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of analisis rasio keuangan bab 4 IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Sejarah PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
Pada Dekade 1980-an Perseroan didirikan dengan
nama PT Maskapai IISM, pada tahun 1979 yang berdomisili
di Bandung, dengan bisnis yang berbasiskan kepercayaan
dari PT Perkebunan I - XXIX. Pada periode ini
operasional Perseroan didukung oleh jaringan 5 kantor
cabang dan 1 kantor perwakilan. Dengan semakin
berkembangnya kegiatan usaha, sejak tahun 1987 domisili
Perseroan dipindahkan dari Bandung ke Jakarta.
Pada Dekade 1990-an dengan semakin meningkatnya
kepercayaan dari PT Perkebunan I-XXXII dan
berkembangnya industri asuransi, perseroan mulai
mengembangkan bisnisnya disektor perbankan, badan usaha
milik negara dan badan usaha milik swasta. Dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, perseroan
memperluas jaringan dengan menambah 2 kantor cabang dan
1 kantor perwakilan.
Pada Dekade 2000-an dengan melihat peluang pasar
yang ada, Perseroan memfokuskan segmentasi usaha di
sektor korporasi dan ritel, dengan pendekatan
pengembangan manajemen resiko dan pusat pelayanan
pelanggan yang berorientasi "customer care". Untuk
membentuk corporate image, perseroan melakukan perubahan
32 Politeknik Aceh
33
seiring dengan diluncurkannya produk unggulan, yaitu JT
OTO, JT CARE dan JT GRIYA. Untuk lebih dekat dengan
pelanggan, Perseroan, menambah jaringan distribusi
menjadi 10 kantor cabang, 1 kantor pemasaran dan
beberapa outlet.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2010 PT
IISM, Tbk pusat membuka salah satu cabangnya yang
bertempat di Banda Aceh dengan menyewa sebuah ruko di
Jalan Hasan Dek No. 4 Jambo Tape, Banda Aceh. Keinginan
membuka cabangnya di Banda Aceh disebabkan karena
adanya persaingan pasar yang sangat minim. Faktor
persaingan inilah yang membuat perusahaan yakin bahwa
dengan mendirikan salah satu cabang di Banda Aceh,
perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang sangat
menjanjikan.
4.1.2 Visi dan Misi
Visi PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh
Menjadi mitra usaha utama yang terpercaya di dalam
memberikan jaminan dan perlindungan dini dengan
mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan di era
ekonomi digital.
Misi PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh
Memberikan layanan terpadu mudah, cepat,
menyenangkan dan proaktif dalam mengembangkan manajemen
resiko serta menciptakan produk-produk berkualitas.
Menjadikan perusahaan tempat sehat serta membanggakan
untuk berkarya, berkehidupan dan tempat untuk
Politeknik Aceh
34
mengembangkan profesionalitas bagi karyawan. Berupaya
meraih dan menghasilkan laba atau keuntungan dengan
cara efisien serta menciptakan pertumbuhan yang
berkesinambungan sehingga dapat menunjang misi pemegang
saham dan ikut berperan serta dalam Pembangunan
Nasional.
4.1.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT IISM, Tbk cabang
Banda Aceh, yang beralamat di Jln. Hasan Dek No. 4
Jambo Tape, Banda Aceh.
4.1.4 Struktur Organisasi
Setiap perusahaan harus memiliki struktur
organisasi. Hal ini penting untuk menjalankan kegiatan
operasional perusahaan dengan baik dan lancar, dengan
cara mendayagunakan masing-masing fungsi, peran dan
tanggung jawab individu-individu, kelompok, ataupun
unit kerja yang ada dalam suatu organisasi/ perusahaan
tersebut untuk mencapai satu tujuan. Adapun struktur
organisasi pada PT IISM, Tbk cabang Banda Aceh adalah
sebagai berikut:
Politeknik Aceh
35
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Perusahaan
Sumber : PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
4.1.5 Tugas dan Wewenang
Berikut ini merupakan uraian tugas dan wewenang
dari masing-masing bagian yang tertera pada struktur
organisasi diatas, yaitu:
1. Kepala Kantor Perusahaan, bertugas sebagai:
a. Menjaga, memelihara dan mengurus kekayaan
perusahaan.
Politeknik Aceh
36
b. Bersama direktur lainnya, memutuskan kebijakan-
kebijakan pedoman kerja bagi kantor pusat dan
kantor cabang/ kantor pemasaran.
c. Menyusun dan menyelenggarakan visi dan misi
kedepan/waktu yang akan datang dengan tetap
mempertahankan misi dari perusahaan
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Menetapkan dan memutuskan hal-hal yang dipandang
perlu atas semua bidang kegiatan operasional
perusahaan hal tersebut tidak bertentangan dengan
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan
ataupun ketentuan lainnya.
b. Mengatur, mengangkat, dan memberhentikan pegawai
perusahaan dengan mekanisme yang telah diatur
didalam peraturan perusahaan.
c. Menandatangani perjanjian-perjanjian kerjasama.
2. Marketing, bertugas sebagai:
a. Membantu Direktur merumuskan suatu bentuk
perancanaan program kerja atau garis-garis besar
kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan Divisi
Marketing.
b. Menyusun dan membuat Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Perusahaan
c. Melakukan koordinasi dengan seluruh divisi,
Bagian, kantor cabang, dalam menajalankan tugas-
tugasnya terutama yang berkaitan dengan bidang
marketing.
Politeknik Aceh
37
d. Bertanggung jawab atas kerahasiaan dokumen, data
dan informasi perusahaan.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Menerbitkan atau mengeluarkan instruksi,
memorandum, edaran pengumuman dan semacamnya dalam
rangka pelaksanaan atau menjabarkan kebijaksanaan
perusahaan yang ditetapkan atau digariskan dalam
Divisi Marketing.
b. Mengambil keputusan atas penutupan langsung dan
indirect bisnis dan penempatan reasuransinya sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Menetapkan hal-hal yang dipandang perlu atas semua
kegiatan di Bagian Underwritting dan Bagian Klaim
sesuai dengan batas kewenangannya.
3. Underwriting, bertugas sebagai:
a. Melaksanakan kebijakan Kepala Kantor dan Manajer
Umum terkait dengan kegiatan operasional dalam
rangka pencapaian target atau sasaran perusahaan.
b. Menetapkan sasaran tugas bawahan dan memberikan
”umpan balik” agar dapat meningkatkan hasil kerja
bawahan secara optimal yang sejalan dengan program
kerja bagian Underwriting Motor dan Reinsurance.
c. Mengevaluasi segala kendala operasional dengan
bagian yang terkait, agar dapat dilakukan
perbaikan-perbaikan segera.
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
pimpinan sesuai bidang dan batas kewenangannya.
Politeknik Aceh
38
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Berwenang menandatangani dokumen yang ditujukan
untuk eksternal dan internal dalam rangka
pelaksanaan kebijakan di bidang underwriting sebatas
kewenangan yang diberikan oleh Kepala Kantor.
b. Mengevaluasi prestasi bawahan dalam rangka
penilaian bawahannya, memberikan laporan kepada
Kepala Kantor.
4. Keuangan, bertugas sebagai:
a. Merumuskan perencanaan program kerja atau
kebijakan perusahaan.
b. Memastikan dan memonitor bahwa kebijakan-kebijkan
perusahaan yang terkait dengan bidang akuntansi dan
pajak, keuangan dan anggaran, collection telah
berjalan sebagaimana mestinya.
c. Bertanggung jawab atas kelancaran arus kas berikut
tertib administrasinya.
d. Membuat dan menganalisa laporan-laporan secara
periodik dan memberikan pendapat dan saran atas
hasil analisa.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan otorisasi terhadap rencana pengeluaran
dan penerimaan sesuai dengan batas kewenangannya.
b. Memberi laporan persetujuan atas pengeluaran-
pengeluaran perusahaan sesuai dengan batas
kewenangannya.
Politeknik Aceh
39
c. Mengatur pelaksanaan pembayaran kepada pihak lain
dan melaporkan kepada Kepala Kantor.
d. Melakukan negosiasi dengan pihak ketiga dalam
rangka menjalankan kebijakan atau program kerja
sesuai dengan kewenangan.
5. Administrasi, bertugas sebagai:
a. Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan
pemberdayaan pegawai (man power planning), sesuai
kebutuhan Perusahaan.
b. Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan,
penempatan dan pe- ngembangan pegawai.
c. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kantor, serta
pengaturan, penataan dan penggunaan ruang
kantor/ruang rapat.
d. Mengelola persediaan ATK dan cetakan kantor
pusat.
e. Menyediakan perlengkapan dan peralatan kerja yang
diperlukan kantor pusat dan atau perusahaan
(komputer, kendaraan dinas, kendaraan operasional).
f. Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan
kerja/ perjalanan dinas dan penerimaan tamu
perusahaan.
Memiliki wewenang sebagai berikut:
a. Mengusulkan kepada Kepala Kantor Perwakilan
tentang pengesahan sistem dan kebijakan di bidang
kepegawaian.
Politeknik Aceh
40
b. Menerima atau menolak hasil penilaian kinerja
Pegawai dari atasannya setelah dilakukan evaluasi.
c. Menyetujui daftar pembayaran yang menjadi hak
pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Memberikan surat teguran kepada pihak ketiga atas
pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
e. Mengatur penyediaan fasilitas untuk kegiatan rapat
kerja, kunjungan kerja/ perjalanan dinas dan
penerimaan tamu perusahaan.
f. Mengusulkan penjualan/pemusnahan barang-barang
yang tidak produktif.
6. Driver, bertugas sebagai:
a. Bersiap sedia dikantor.
b. Bertanggung jawab atas kendaraan dan juga Barang
titipan.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1 Penilaian Kinerja Keuangan PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh
Selama ini, PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh dalam
menilai kinerja keuangannya hanya menggunakan laporan
neraca dan laba rugi yang dilihat pada tingkat
pencapaian laba dan penambahan total aset perusahaan.
Secara umum, kinerja perusahaan pada tahun 2011
mengalami kenaikan, pernyataan ini penulis kemukakan
atas dasar perhitungan laporan keuangan perusahaan yang
mengalami keuntungan sebesar Rp. 3.546.874.970,-
(setelah taksiran PPh). Di sisi lain, penulis juga
Politeknik Aceh
41
mengamati bahwa terjadi kenaikan aset perusahaan pada
tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 22.897.953.973,-, naik
sebesar Rp. 5.690.246.736,- atau 33% dari aset
perusahaan pada tahun 2010 sebesar Rp.
17.207.707.237,-.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan yang dilihat
dari tingkat pencapaian laba dan penambahan aset pada
tahun yang bersangkutan belum dapat dikatakan cukup.
Pernyataan ini penulis kemukakan dengan alasan bahwa
tingkat pencapaian laba dan penambahan total aset tidak
menggambarkan keadaan perusahaan keseluruhan pada saat
ini, baik berupa risiko, maupun hasil operasi yang
dapat dijadikan pedoman bagi investor dimasa yang akan
datang. Di sisi lain, melalui rasio keuangan perusahaan
juga dapat menentukan tingkat pencapaian laba dan
mengurangi risiko keuangan dimasa yang akan datang.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Perhitungan dan Interpretasi Rasio Keuangan
Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
Berdasarkan laporan keuangan pada PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh periode tahun 2010 dan 2011, maka
dapat dilakukan perhitungan rasio sebagai berikut:
4.3.2 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan perhitungan rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva
Politeknik Aceh
Cash Ratio 2010 = Rp.5.603.595.294Rp.10.170.085.910 = 0,55
Cash Ratio 2011 = Rp.8.876.579.290Rp.12.085.783.322 = 0,73
42
lancar perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan
jatuh tempo dalam waktu dekat.
a) Cash Ratio
Perhitungan dengan menggunakan cash ratio digunakan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menjamin
dan melunasi kewajibannya yang akan jatuh tempo dengan
menggunakan kas dan ekuivalen kas yang tersedia dalam
perusahaan. Berikut adalah perhitungan cash ratio PT IISM
Tbk Cabang Banda Aceh pada tahun 2010 dan 2011.
Cash Ratio = Kas+Bank
KewajibanLancar
b) Current Ratio
Perhitungan current ratio digunakan untuk mengukur
kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam menjamin dan
melunasi utang perusahaan yang akan jatuh tempo.
Berikut adalah perhitungan current ratio PT IISM Tbk pada
tahun 2010 dan 2011.
Politeknik Aceh
Curent Ratio 2010 = Rp.14.781.531.031Rp.10.170.085.910 = 1,45
Curent Ratio 2011 = Rp.20.226.416.989Rp.12.085.783.322 = 1,67
43
Current Ratio = AktivaLancarKewajibanLancar
Berdasarkan perhitungan rasio likuiditas PT IISM
di atas, dapatlah disusun rasio likuiditas PT IISM
tersebut seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Rasio Likuiditas
Rasio
Likuiditas
PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh
PT IISM, Tbk
Pusat2010 2011 2010 2011
Cash Ratio0,55
kali0,73 kali
1,05
kali
1,03
kaliCurrent Ratio 1,45 1,67 kali 2,13 1,74
Politeknik Aceh
44
kali kali kaliSumber : Edit Penulis (2014)
1) Interpretasi Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar
mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar
perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi
hutang jangka pendeknya. Berdasarkan hasil perhitungan
current ratio, dapat diketahui pada tahun 2010 terdapat
hasil perhitungan current ratio sebesar 1,45 kali.
Artinya, dengan menggunakan aktiva lancarnya yang ada
sekarang ini perusahaan dapat membayar seluruh utang
lancarnya sebanyak 1,45 kali. Dapat disimpulkan juga
bahwa pada tahun 2010 setiap Rp. 1 hutang lancar yang
dimiliki oleh PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh mampu
dijamin oleh Rp. 1,45 aktiva lancar. Hal ini
menunjukkan bahwa PT IISM memiliki kelebihan aktiva
lancar sebesar Rp. 0,45 untuk menutupi setiap Rp. 1
hutang lancarnya.
Kemudian dapat dilihat juga pada tahun 2011 yaitu
meningkatnya nilai current ratio sebesar 0,22 kali. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kinerja
manajemen yang membuat perusahaan mampu membayar hutang
jangka pendeknya. Perbandingan rata-rata industri pada
tahun 2010 dan tahun 2011 menggambarkan bahwa
perusahaan masih cukup likuid. Perusahaan dikatakan
Politeknik Aceh
45
cukup likuid pada tahun 2010 dan 2011 karena aset
lancar yang dapat dicairkan menjadi uang dalam waktu
yang cepat masih dapat menutupi kewajiban jangka
pendeknya yang akan jatuh tempo.
b. Cash Ratio
Perhitungan cash ratio dihitung dengan cara akun Kas
ditambah akun Ekuivalen Kas dibagi dengan jumlah
Kewajiban Lancarnya. Berdasarkan hasil perhitungan cash
ratio dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 terdapat
hasil perhitungan cash ratio sebesar 0,55 kali. Hasil cash
ratio sebesar 0,55 kali menunjukkan bahwa perusahaan
hanya mampu menutupi 55% dari total utang lancarnya
yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari
satu tahun.
Di sisi lain, dari hasil perhitungan juga dapat
dikatakan bahwa terjadi peningkatan nilai cash ratio pada
tahun 2011 sebesar 0,73 kali. Walaupun mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun
meningkatnya nilai tersebut masih dinilai kurang bagi
perusahaan. Pernyataan ini dikemukakan karena cash ratio
sebesar Rp. 0,73 masih belum mampu untuk menutupi Rp. 1
dari total kewajiban lancarnya yang akan jatuh tempo.
Pada tahun 2011 perusahaan dikatakan tidak likuid
karena kenaikan kas lebih kecil dari kenaikan hutang
Politeknik Aceh
DER 2010 = Rp.10.170.085.910Rp.6.565.994.501 x 100% = 154%
DER 2011 = Rp.12.085.783.322Rp.10.151.693.067 x 100% = 119%
46
jangka pendek perusahaan. Hal yang menyebabkan
tingginya kenaikan kewajiban lancar pada tahun 2011
adalah karena kenaikan premi yang belum merupakan
pendapatan, bertambahnya hutang komisi dari pihak
hubungan istimewa dan pihak ketiga, serta bertambahnya
biaya yang masih harus dibayar oleh perusahaan.
4.3.3 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan perhitungan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan
dibiayai oleh hutang yang disediakan oleh kreditur.
a. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur tingkat
modal yang tersedia dalam menjamin utang yang dimiliki
oleh perusahaan. Adapun perhitungan debt to equity ratio
perusahaan pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai
berikut :
Debt to Equity Ratio = TotalKewajibanModalSendiri x 100%
Politeknik Aceh
DTA 2010 = Rp.10.170.085.910Rp.17.207.707.237 x 100% = 59%
DTA 2011 = Rp.12.085.783.322Rp.22.897.953.973 x 100% = 52,8%
47
b. Debt to Total Assets Ratio
Perhitungan debt to total assets ratio dilakukan dengan
tujuan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang. Perhitungan debt to total assets ratio
pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut :
Debt to Total Assets Ratio = TotalKewajibanTotalAssets x 100%
Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas PT
IISM, Tbk Cabang Banda Aceh di atas, dapatlah disusun
rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Rasio Solvabilitas
Rasio
Solvabilitas
PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh
PT IISM, Tbk
Pusat2010 2011 2010 2011
DER 154% 119% 73% 103%DTA 59% 52,8% 42% 51%
Sumber : Edit Penulis (2014)
Politeknik Aceh
48
1) Interpretasi rasio solvabilitas
a. Debt to Equity Ratio (DER)
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2010 PT IISM memiliki
nilai total debt to equity ratio sebesar 154%. Persentase
tersebut menyatakan bahwa pada tahun 2010 untuk setiap
lembar ekuitas pemegang saham, perusahaan memiliki
kewajiban sebesar Rp. 1,54,-. Nilai persentase yang
berada di atas 100% juga menunjukkan risiko perusahan
yang tinggi, karena dalam menjalankan operasinya lebih
banyak dibelanjai oleh hutang dari pada modal sendiri.
Pada tahun berikutnya nilai debt to equity ratio
perusahaan menurun menjadi Rp. 1,19,- atau sebesar
119%, dimana setiap lembar ekuitas pemegang saham,
perusahaan memiliki kewajiban sebesar Rp. 1,19,-. Dapat
disimpulkan juga bahwa perusahaan harus dapat menutupi
setiap Rp. 1,19,- dari seluruh kewajibannya dengan
menggunakan Rp. 1,- dari modal sendiri yang
dimilikinya.
Penurunan tingkat debt to equity ratio dari tahun 2010
sebesar 154% menjadi 119% pada tahun 2011, menunjukkan
bahwa solvabilitas perusahaan pada tahun 2011 cenderung
membaik karena perusahaan mampu menurunkan tingkat
solvabilitasnya sehingga bisa menutupi hutang-hutangnya
yang mungkin timbul dari penutupan risiko dengan
menggunakan modal yang dimilikinya. Penurunan tingkat
solvabilitas perusahaan juga menandakan bahwa
Politeknik Aceh
49
perusahaan telah lama mempersiapkan dirinya untuk
menghadapi pertumbuhan premi yang tinggi.
b. Debt to Total Assets
Perhitungan rasio ini menunjukkan sejauh mana
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh
aktivanya untuk menjamin dan melunasi kewajiban yang
akan jatuh tempo. Perhitungan debt to total assets ratio pada
tahun 2010 menunjukkan hasil sebesar 59%. Persentase
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa seluruh aktiva
tetap perusahaan PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh didanai
oleh utang sebesar 59%.
Kemudian pada tahun 2011 nilai rasio perusahaan
mengalami penurunan menjadi 53%, ini menunjukkan bahwa
PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh mampu memanfaatkan
setiap aktiva yang dimilikinya untuk menjamin dan
melunasi hutang yang telah jatuh tempo. Namun jika
dilihat pada laporan keuangan perusahaan (lampiran 1)
dapat dicermati bahwa terjadi kenaikan pada akun
piutang yang menunjukkan bahwa manajeman perusahaan
belum mampu untuk menagih dan mengelola piutang yang
telah jatuh tempo.
Persentase debt to total assets ratio yang besar
mencerminkan bahwa perusahaan telah banyak dibantu oleh
pihak kreditur, yang menyebabkan perusahaan harus
melakukan pembayaran bunga bahkan pada saat perusahaan
tidak memperoleh laba yang cukup untuk membayar bunga
pada tahun yang bersangkutan. Nilai rasio yang berada
Politeknik Aceh
ROA 2010 = Rp.1.631.020.404Rp.17.207.707.237 x 100% = 9,5%
ROA 2011 = Rp.3.546.874.970Rp.22.897.953.973 x 100% = 15,5%
50
di atas 50% menunjukkan bahwa kreditur telah memberikan
lebih dari setengah pembiayaan kepada perusahaan dalam
beroperasi. Di sisi lain, nilai rasio di atas 50% juga
akan membuat kreditur enggan untuk meminjamkan tambahan
dana kepada perusahaan, dan manajemen mungkin akan
menghadapi risiko kebangkrutan jika perusahaan
meningkatkan rasio utang dengan meminjam tambahan dana.
4.3.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan perhitungan rasio
keuangan yang menunjukkan tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari sejumlah
dana dan aktiva yang diinvestasikan oleh perusahaan.
a) Return On Assets
Rasio return on assets dihitung dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dengan menggunakan seluruh total aset yang
dimilikinya. Adapun perhitugan return on assets ratio
perusahaan pada tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai
berikut :
ReturnOnAssetsRatio=¿LabaBersihTotalAset x 100%
b) Return On Equity
Politeknik Aceh
ROE 2010 = Rp.1.631.020.404Rp.6.565.994.501 = 0,248 atau 25%
ROE 2011 = Rp.3.546.874.970Rp.10.151.693.067 = 0,349 atau 35%
51
Return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian yang akan diberikan
perusahaan kepada para pemegang saham. Perhitungan
return on equity pada perusahaan PT IISM Tbk Cabang Banda
Aceh pada tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai berikut :
ReturnOnEquityRatio=LabaBersih
EkuitasPemegangSaham x 100%
Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas PT
IISM, Tbk Cabang Banda Aceh di atas, dapatlah disusun
rasio solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh
tersebut seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Rasio Profitabilitas
Rasio
Profitabili
tas
PT Jasa Tania, Tbk
Cabang Banda Aceh
PT Jasa Tania,
Tbk Pusat2010 2011 2010 2011
ROA 9,5% 15,5% 7% 7%ROE 25% 35% 11% 15%
Sumber : Edit Penulis (2014)
1) Interpretasi rasio profitabilitas
Politeknik Aceh
52
a. Return On Assets Ratio
Perhitungan return on assets ratio adalah laba bersih
dibagi dengan aset rata-rata. Return on assets ratio berguna
untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aktiva
perusahaan untuk operasionalnya. Semakin tinggi
persentase rasio ini semakin menguntungkan karena laba
bersih perusahaan semakin besar.
Data pada tabel di atas menunjukkan PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh pada tahun 2010 memiliki nilai return
on assets ratio sebesar 9,5%. Tingkat persentase return on
assets ratio tersebut menjelaskan untuk setiap Rp. 1 aset
yang digunakan hanya menghasilkan keuntungan sebesar
Rp. 0,095.
Pada tahun 2011 return on assets ratio PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh mengalami peningkatan menjadi 15,5%.
Dapat diinterpretasikan juga bahwa pada tahun 2011
untuk setiap Rp. 1 Aset yang digunakan, PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh hanya mampu menghasilkan laba bersih
sebesar Rp. 0,15. Peningkatan nilai return on assets ratio
tersebut menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan keuntungan
telah bagus dibandingkan pada tahun sebelumnya.
Kenaikan persentase di tahun 2011 menunjukkan
bahwa pada tahun 2011 manajemen perusahaan mampu
mengelola ketersediaan kas dan aset yang menganggur
secara optimal dibandingkan tahun 2010. Di sisi lain,
Politeknik Aceh
53
tingkat perputaran piutang yang cepat juga merupakan
alasan meningkatnya persentase return on assets ratio pada
tahun yang bersangkutan.
b. Return On Equity
Perhitungan return on equity ratio adalah dengan cara
membandingkan antara Laba Bersih yang dihasilkan pada
suatu periode dengan saldo rata-rata Ekuitas pemegang
saham. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
banyak laba bersih dalam rupiah yang diperoleh dari
setiap rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang
saham.
Tahun 2010 tingkat return on equity ratio PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh adalah sebesar 25%. Dapat
diinterpretasikan juga setiap Rp. 1 yang
diinvestasikan, perusahaan hanya mampu menghasilkan
laba bersih sebesar Rp. 0,25. Pemegang saham memperoleh
tambahan nilai ekuitas sebesar Rp. 0,25 dari setiap Rp.
1 yang diinvestasikan.
Pada tahun 2011 persentase return on equity ratio PT
IISM, Tbk Cabang Banda Aceh lebih tinggi 10% dari tahun
2010 yaitu sebesar 35% dan dapat diinterpretasikan juga
bahwa dari setiap Rp. 1 yang diinvestasikan, perusahaan
hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,35
sehingga pemegang saham memperoleh tambahan nilai
ekuitas sebesar Rp. 0,35.
4.3.5 Rasio Solvency Margin
Politeknik Aceh
Solvency Margin 2010
= Rp.1.500.000.000+Rp.471.626.826+Rp.1.631.020.404Rp.10.638.397.474 x
100% = 34%
Solvency Margin 2011
54
Rasio solvency margin merupakan perhitungan rasio
keuangan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan keuangan perusahaan dalam
mendukung kewajiban yang mungkin timbul akibat dari
penutupan risiko yang telah dilakukan.
Solvency Margin Ratio = Modaldisetor+CadanganDana+LabaPendapatanPremi
x 100%
Berdasarkan perhitungan solvency margin ratio PT IISM,
Tbk Cabang Banda Aceh di atas, dapatlah disusun rasio
solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh tersebut
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Solvency Margin Ratio
Solvency
Margin Ratio
PT IISM, Tbk Cabang
Banda Aceh
PT IISM, Tbk
Pusat2010 2011 2010 2011
Solvency
Margin Ratio 34% 35% 137% 97%
Politeknik Aceh
Underwriting 2010 = Rp.5.618.958.156Rp.10.638.397.474 x 100% = 53%
Underwriting 2011 = Rp.7.757.742.210Rp.13.469.024.535 x 100% = 58%
55
Sumber : Edit Penulis (2014)
1) Interpretasi solvency margin ratio
Perhitungan rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menanggung resiko yang ditutup. Resiko
yang ditutup akan menimbulkan beberapa kewajiban yang
harus dilunasi oleh perusahaan. Pada tahun 2010,
perhitungan solvency margin ratio memiliki persentase
sebesar 34%. Dapat dikatakan juga bahwa setiap Rp. 1
kewajiban yang timbul dari penerimaan premi akan
dijamin oleh Rp. 0,34 dari modal, cadangan dana serta
laba yang diperoleh perusahaan.
Pada tahun 2011, persentase solvency margin ratio
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 35%. Pada
tahun tersebut, setiap Rp. 1 dari kewajiban yang timbul
dari penerimaan premi akan dijamin oleh Rp. 0,35 dari
modal, cadangan dana serta laba yang diperoleh
perusahaan.
4.3.6 Rasio Underwriting
Rasio underwriting merupakan salah satu perhitungan
rasio keuangan perusahaan yang menunjukkan tingkat
keuntungan murni yang diperoleh perusahaan setelah
dikurangi beban klaim, beban komisi dan beban
underwriting yang harus ditanggung perusahaan.
Underwriting Ratio = HasilUnderwritingPendapatanPremi x 100%
Politeknik Aceh
Underwriting 2010 = Rp.5.618.958.156Rp.10.638.397.474 x 100% = 53%
Underwriting 2011 = Rp.7.757.742.210Rp.13.469.024.535 x 100% = 58%
56
Berdasarkan perhitungan underwriting ratio PT IISM, Tbk
Cabang Banda Aceh di atas, dapatlah disusun rasio
solvabilitas PT IISM, Tbk Cabang Banda Aceh tersebut
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Rasio Underwriting
Rasio
Underwritin
g
PT IISM, Tbk Cabang
Banda Aceh
PT IISM, Tbk
Pusat2010 2011 2010 2011
Underwriting 53% 58% 32% 35%Sumber : Edit Penulis (2014)
Perhitungan underwriting ratio pada PT IISM, Tbk Cabang
Banda Aceh tahun 2010 menunjukkan hasil sebesar 53%.
Persentase tersebut dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1
dari pendapatan premi, perusahaan akan memperoleh
keuntungan sebesar 0,53. Pada tahun 2011 terjadi
kenaikan underwriting ratio sebesar 58%. Pada tahun tersebut
setiap Rp. 1 dari total pendapatan premi, menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan sebesar Rp. 0,58.
Politeknik Aceh
57
Persentase yang berada diatas 50% pada kedua tahun
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam
kondisi yang sehat. Hal ini dikarenakan karena hasil
underwriting perusahaan merupakan keuntungan murni
perusahaan setelah dikurangi beban klaim, beban komisi
serta beban underwriting yang harus ditanggung
perusahaan.
Pada tahun 2010 setiap Rp. 1 dari total premi bruto
menghasilkan keuntungan Rp. 0,53 dan terdapat beban-
beban yang harus ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp.
0,47. Sedangkan ditahun 2011, setiap Rp. 1 dari total
premi bruto menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,58
dan terdapat beban-beban yang harus ditanggung
perusahaan sebesar Rp. 0,42.
Politeknik Aceh